PENGARUH KINERJA KEUANGAN PERUSAHAAN YANG DIUKUR DENGAN RASIO PROFITABILITAS TERHADAP DIVIDEND PAYOUT RATIO (Studi survei pada kelompok Industri Semen yang terdaftar di BEI) SKRIPSI Diajukan untuk memenuhi dan melengkapi salah satu syarat dalam menempuh Ujian Sarjana Ekonomi Program Studi Akuntansi pada Fakultas Ekonomi Universitas Widyatama Disusun oleh : Nama : Santun Frank Erickson NRP : 01.02.393 FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS WIDYATAMA Terakreditasi (Accredited) SK. Ketua Badan Akreditasi NAsional Perguruan Tinggi (BAN-PT) Nomor : 014/BAN-PT/AK-XII/S1/VI/2009 Tanggal 12 Juni 2009 2010
113
Embed
PENGARUH KINERJA KEUANGAN PERUSAHAAN YANG DIUKUR ...
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
PENGARUH KINERJA KEUANGAN PERUSAHAAN YANG
DIUKUR DENGAN RASIO PROFITABILITAS
TERHADAP DIVIDEND PAYOUT RATIO (Studi survei pada kelompok Industri Semen yang terdaftar di BEI)
SKRIPSI
Diajukan untuk memenuhi dan melengkapi salah satu syarat dalam menempuh
Ujian Sarjana Ekonomi Program Studi Akuntansi pada Fakultas Ekonomi Universitas Widyatama
Disusun oleh :
Nama : Santun Frank Erickson
NRP : 01.02.393
FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS WIDYATAMA
Terakreditasi (Accredited)
SK. Ketua Badan Akreditasi NAsional Perguruan Tinggi (BAN-PT) Nomor : 014/BAN-PT/AK-XII/S1/VI/2009
Tanggal 12 Juni 2009
2010
PENGARUH KINERJA KEUANGAN PERUSAHAAN YANG
DIUKUR DENGAN RASIO PROFITABILITAS
TERHADAP DIVIDEND PAYOUT RATIO (Studi survei pada kelompok Industri Semen yang terdaftar di BEI)
SKRIPSI
Diajukan untuk memenuhi dan melengkapi salah satu syarat dalam menempuh Ujian Sarjana Ekonomi Program Studi Akuntansi
pada Fakultas Ekonomi Universitas Widyatama
Disusun Oleh : Nama : Santun Frank Erickcon
NRP : 01.02.393
Menyetujui,
Dosen Pembimbing
(Eriana Kartadjumena S.E., M.M.,Ak )
Mengetahui, Mengetahui,
Dekan Fakultas Ekonomi Ketua Program Studi Akuntansi
( Dr. H. Islahuzamman S.E.,M.Si) (Eriana Kartadjumena S.E., M.M.,Ak )
SURAT PERNYATAAN
Yang Bertanda tangan di bawah ini :
Nama : Santun Frank Erickson
Tempat, Tanggal Lahir : Dumai, 18 Juni 1983
Menyatakan bahwa laporan Skripsi ini adalah benar dan hasil karya saya sendiri.
Bila terbukti tidak demikian, saya bersedia menerima segala akibatnya, termasuk
pencabutan kembali gelar sarjana ekonomi yang telah saya peroleh.
Bandung, Januari 2010
Penulis
ABSTRAK PENGARUH KINERJA KEUANGAN PERUSAHAAN YANG DIUKUR
DENGAN RASIO PROFITABILITAS TERHADAP DIVIDEND PAYOUT RATIO
Penelitian ini bertujuan untuk menguji apakah ada pengaruh yang signifikan dari kinerja keuangan perusahaan yang diukur dengan Rasio Profitabilitas dengan indikator Return On Investment (ROI), Net Profit Margin (NPM), Return On Equity (ROE) terhadap Dividend Payout Ratio. Data yang dikumpulkan terdiri dari data yang keuangan yang diperoleh dari laporan keuangan perusahaan-perusahaan industri semen yang telah go publik, yang terdiri dari tiga perusahaan semen yaitu PT. Indocement Tunggal Prakarsa Tbk, PT. Semen Gresik (Persero) Tbk, dan PT. Holcim Indonesia Tbk. Analisa yang digunakan untuk mengetahui seberapa besar pengaruh kinerja keuangan yang diukur dengan Rasio Profitabilitas (ROI, NPM, & ROE) terhadap Dividend Payout Ratio perusahaan, penulis melakukan analisis secara statistik untuk menyatakan hubungan fungsional dengan mengidentifikasi ROI sebagai variabel independen (X1), NPM sebagai variabel independen (X2) dan ROE sebagai variabel independen (X3) sedangkan Dividend Payout Ratio (DPR) sebagai variabel dependen (Y). Analisis statistik yang dilakukan dengan menggunakan analisis regresi linier multiple, koefisien korelasi, dan koefisien determinasi, sedangkan pengujian hipotesisnya menggunakan uji F untuk pengujian secara simultan dan uji t untuk pengujian secara parsial, dengan menggunakan program SPSS 15.0. Berdasarkan hasil pengolahan data, didapatkan persamaan regresi 7,690 – 0,229X1 – 2,068X2 + 2,626X3, hasil analisis statistik secara simultan diperoleh nilai koefisien determinasi sebesar 88,8%, sedangkan sisanya sebesar 11.2% dipengaruhi oleh faktor lain. Berdasarkan uji hipotesis dengan menggunakan tingkat signifikansi 5% (α = 0.05) hasil uji F, didapat bahwa besarnya Return On Investasi (X1), Net Profit Margin (X2) dan Return On Equity (X3) terhadap Dividend Payout Ratio (Y) tidak terdapat pengaruh yang signifikan, karena nilai Fhitung < Ftabel yaitu 2,653 < 9,28, artinya Fhitung berada di daerah penerimaan Ho yang menunjukkan bahwa Return On Investasi (X1), Net Profit Margin (X2) dan Return On Equity (X3) secara simultan tidak terdapat pengaruh yang signifikan terhadap Dividend Payout Ratio (Y).
KATA PENGANTAR
Puji Syukur kepada Tuhan Yesus Kristus, atas segala anugerah, kasih,
karunia dan rahmatNya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan
judul “Pengaruh Kinerja Keuangan Perusahaan Yang Diukur Dengan Rasio
Profitabilitas Terhadap Dividend Payout Ratio” yang merupakan salah satu
syarat untuk menempuh ujian Sarjana Ekonomi Program Studi Akuntansi pada
Universitas Widyatama.
Penulis menyadari bahwa apa yang dikemukakan di dalam skripsi ini masih jauh
dari sempurna, mengingat terbatasnya pengalaman dan pengetahuan penulis.
Namun demikian, inilah yang terbaik yang dapat penulis selesaikan dan semoga
skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak. Kritik dan saran yang membangun
sangat diharapkan bagi penyempurnaan skripsi ini.
Selama persiapan, penyusunan, sampai dengan diselesaikannya skripsi ini
serta dalam mengikuti kegiatan akademik lainnya, penulis banyak menerima
bimbingan, bantuan, dan dorongan yang sangat berarti dari berbagai pihak,
karenanya pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih sebesar-
besarnya kepada :
1. Kedua Orang tuaku yang tercinta yang senantiasa mendidik, membimbing,
mendoakan, dan memberikan dukungan yang sangat besar dan berarti bagi
penulis sehingga skripsi ini dapat diselesaikan.
2. Kak Imel, Kak Heince, Kak Ernita, adikku Vera dan Febri, serta Lae Josh
Marvelle Siagian dan Lae Noe Manurung yang telah membantu dan
memberikan dukungan bagi penulis. Sekali lagi saya ucapkan terima kasih.
Tabel 4.21 Pengujian Koefisiensi Regresi secara Simultan ……………...… 90
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1.1 Bagan Kerangka Pemikiran ………………………….………… 23
Gambar 1.1 Gambaran Sederhana Proses Data menjadi Informasi ………… 26
Gambar 3.1 Kurva daerah penerimaan dan penolakan Ho (Uji F) ...................63 Gambar 3.2 Kurva daerah penerimaan dan penolakan Ho (uji t) …….………65 Gambar 4.1 Daerah penerimaan dan penolakan Ho (uji F) ……….….………90 Gambar 4.2 Kurva penerimaan dan penolakan Ho ……….……….….………94
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Data Lapoan Keuangan PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk
Lampiran 2 Data Lapoan Keuangan PT Semen Gresik (Persero) Tbk
Lampiran 3 Data Lapoan Keuangan PT Holcim Inndonesia Tbk
Lampiran 4 Surat Survei
Lampiran 5 Kartu Bimbingan Skripsi
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Penelitian
Memasuki era globalisasi dan perdagangan bebas sekarang ini, terdapat
perubahan di bidang perekonomian yang sangat pesat di dunia, baik di negara-
negara industri maupun negara-negara berkembang. Sehingga batas-batas negara
bukan lagi menjadi penghalang. Keadaan ini melebarkan peluang masuknya
berbagai pengaruh untuk saling berinteraksi antar negara. Hal tersebut merupakan
peluang dan bisa menjadi tantangan atau ancaman bagi negara tersebut bila tidak
mengantisipasi sebelumnya.
Dunia usaha di Indonesia tentunya tidak mungkin menghindarkan diri dari
persaingan global, karena tidak hanya akan menghadapi pesaing-pesaing lokal
saja tetapi juga pesaing-pesaing mancanegara. Apalagi pada masa krisis seperti
sekarang ini, banyak perusahaan yang terpaksa gulung tikar, baik karena nilai
hutangnya yang melambung sehubungan dengan jatuhnya nilai rupiah maupun
karena turunnya daya beli konsumen.
Dunia usaha memiliki peluang yang luas untuk memilih alternatif
pembiayaan guna mengembangkan usahanya. Perusahaan yang membutuhkan
modal kerja cenderung memilih alternatif sumber pembiayaan jangka pendek
yang disediakan perbankan. Sedangkan perusahaan yang membutuhkan modal
untuk investasi cenderung memilih alternatif sumber pembiayaan jangka panjang
seperti yang disediakan pasar modal.
Pasar modal dipandang sebagai sarana yang efektif untuk menghimpun
dana dari masyarakat, selain dana dari pihak luar negeri. Hal ini dimungkinkan
karena pasar modal merupakan wahana yang dapat menggalang pengerahan dana
invstasi jangka panjang dari masyarakat untuk disalurkan ke sektor-sektor usaha.
Di dalam melakukan investasi yang sehat, seorang investor dan calon
investor sebelumnya harus mempertimbangkan kondisi perusahaan yang
tercermin melalui kinerja perusahaan tersebut, termasuk juga kondisi perusahaan
sejenis. Informasi kedua adalah menyangkut aspek teknis yang diketahui oleh
para pelaku bursa berupa fluktuasi kurs, volume transaksi, kondisi bursa dan lain-
lain. Informasi ketiga berkaitan dengan keadaan lingkungan yang mencakup
kondisi ekonomi, sosial politik, dan stabilitas nasional suatu negara.
Informasi keuangan yang terdapat pada Laporan Keuangan perusahaan
memuat data historis dalam penilaian dan peramalan analisis investasi. Sarana
yang sering digunakan untuk mengukur tingkat kinerja keuangan adalah Rasio
Keuangan. Terdapat Rasio Keuangan yang dapat menunjukkan kinerja keuangan
perusahaan, diantaranya adalah Rasio Profitabilitas perusahaan. Rasio
profitabilitas menggambarkan kemampuan perusahaan menghasilkan
laba/pendapatan melalui kemampuan dan sumber yang ada.
Rasio ini digunakan untuk menilai seberapa besar kemampuan perusahaan untuk
menghasilkan laba dengan mengoptimalkan kinerja keuangan yang bersangkutan
(Sofyan Syfri Harahap, 2004:319). Pada umumnya para investor mempunyai
tujuan utama untuk meningkatkan kesejahteraannya yaitu dengan mengharapkan
pengembalian dalam bentuk dividen atau capital gain. Dilain pihak perusahaan
juga mengharapkan adanya pertumbuhan secara terus menerus untuk
mempertahankan kelangsungan hidupnya, yang sekaligus juga harus memberikan
kesejahteraan yang lebih besar kepada para pemegang sahamnya. Tentunya hal ini
akan menjadi unik karena kebijakan dividen adalah sangat penting untuk
memenuhi harapan para pemegang saham terhadap dividen, dan disatu sisi juga
tidak harus menghambat pertumbuhan perusahaan.
Para investor yang tidak bersedia mengambil resiko mempunyai
pandangan bahwa semakin tinggi tingkat resiko suatu perusahaan, akan semakin
tinggi juga tingkat keuntungan yang diharapkan sebagai hasil atau imbalan
terhadap resiko tersebut. Selanjutnya dividen yang diterima saat ini akan
mempunyai nilai yang lebih tinggi daripada capital gain yang akan diterima di
masa yang akan datang. Dengan demikian investor yang tidak bersedia
berspekulasi akan lebih menyukai dividen daripada capital gain.
Kebijakan dividen suatu perusahaan akan melibatkan dua pihak yang
saling berkepentingan dan saling bertentangan, yaitu kepentingan para pemegang
saham dengan dividennya, dan kepentingan perusahaan dengan laba ditahannya,
disamping itu juga kepentingan bondholder yang dapat mempengaruhi besarnya
dividen kas yang dibayarkan. Dividen yang dibayarkan kepada pemegang saham
tergantung kepada kebijakan masing-masing perusahaan, sehingga memerlukan
pertimbangan yang lebih serius dari manajemen perusahaan.
Umumnya pemegang saham masih cenderung sangat mengharapkan
dividen, sehingga perkiraan atas besarnya pemberian dividen merupakan hal yang
sangat penting bagi para calon pemegang saham sebelum membeli saham suatu
perusahaan. Pemberian dividen dengan jumlah yang lebih besar adalah sebuah
isyarat dari manajemen bahwa perkiraan mereka tentang pendapatan yang akan
diterima perusahaan di masa yang akan datang akan meningkat. Sehubungan
dengan bertambah tingginya kinerja keuangan perusahaan yang diukur dengan
Rasio Profitabilitas maka diharapkan semakin tinggi pula kemampuan perusahaan
dalam menghasilkan laba yang pada akhirnya diharapkan akan sejalan dengan
semakin besarnya dividen yang diberikan.
Penelitian yang dilakukan penulis mendapat rujukan dari penelitian
sebelumnya yang berjudul “Pengaruh Kinerja Keuangan Perusahaan Yang
Diukur Dengan Rasio Profitabilitas (Return on Investment dan Net Profit Margin)
terhadap Dividend Payout Ratio” ( studi kasus pada PT “X” ). Penulis merasa
tertarik untuk melakukan penelitian ini kembali dengan menggunakan indikator
Rasio Profitabilitas yang berbeda dan tentunya dengan objek penelitian yang
berbeda pula. Seperti yang telah dikemukakan pada uraian sebelumnya, bahwa
pembayaran dividen oleh perusahaan kepada para investornya masih merupakan
hal penting dan suatu daya tarik tersendiri dalam dunia investasi dewasa ini.
Sehubungan dengan itu, perusahaan yang kinerja keuangannya baik dalam arti
memiliki Dividend Payout Ratio yang tinggi, akan lebih dipilih oleh para investor
untuk melakukan investasi.
Berdasarkan uraian tersebut di atas, judul yang akan dituangkan penulis
dalam penyusunan skripsi ini adalah :
“Pengaruh Kinerja Keuangan Perusahaan Yang Diukur Dengan
Rasio Profitabilitas terhadap Dividend Payout Ratio” (studi survei
pada kelompok industri semen yang terdaftar di BEI)
1.2 Identifikasi Masalah
Masalah-masalah dalam penelitian ini, dapat di Identifikasikan sebagai
berikut:
1. Bagaimana kinerja keuangan perusahaan yang diukur melalui Rasio
Profitabilitas pada kelompok industri semen.
2. Berapa besar Dividend Payout Ratio per tahun yang ditetapkan oleh kelompok
industri semen.
3. Bagaimana pengaruh kinerja keuangan perusahaan yang diukur dengan Rasio
Profitabilitas terhadap Dividend Payout Ratio pada kelompok industri semen.
1.3 Tujuan Penelitian
Penelitian yang ingin dilakukan selayaknya memiliki tujuan. Dengan
demikian, penelitian yang dilakukan memiliki arah dan tujuan yang hendak
dicapai. Paparan dalam latar belakang penelitian serta menilik identifikasi
masalah yang ada, maka tujuan yang ingin dicapai penulis melalui penelitian ini
adalah :
1. Mengetahui bagaimana kinerja keuangan perusahaan yang diukur melalui
Ratio Profitabilitas pada kelompok industri semen.
2. Mengetahui besarnya Dividend Payout Ratio pertahun yang ditetapkan oleh
kelompok industri semen.
3. Mengetahui besarnya pengaruh kinerja keuangan perusahaan yang diukur
dengan Ratio Profitabilitas terhadap Dividend Payout Ratio kelompok industri
semen.
1.4 Kegunaan Penelitian
Penulis berharap, informasi yang diperoleh dari penelitian ini dapat
bermanfaat bagi berbagai pihak, diantarnya adalah :
1. Kegunaan Pribadi
Penulis berharap, informasi yang diperoleh dari penelitian ini dapat
bermanfaat bagi penulis sebagai pengembangan ilmu pengetahuan di bidang
ekonomi akuntansi.
2. Kegunaan Akademik
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan konstribusi bagi
pengembangan ilmu pengetahuan dalam bidang keuangan, khususnya
mengenai pengaruh kinerja keuangan perusahaan yang diukur dengan Rasio
Profitabilitas terhadap Dividend Payout Ratio.
3. Kegunaan Praktis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan
yang bermanfaat bagi perusahaan dan gambaran mengenai peningkatan
kinerja perusahaan, karena hal ini akan berpengaruh terhadap Dividend Payout
Ratio yang diberikan, sehingga pada akhirnya akan mempengaruhi minat
investor untuk menanamkan modalnya.
1.5 Kerangka Pemikiran
Persaingan global yang kini sudah merupakan fakta kehidupan
perekonomian, baik bagi negara-negara industri maupun negara-negara
berkembang, menjadikan semakin tingginya tingkat persaingan antar pelaku
ekonomi. Hal tersebut membuat perusahaan memikirkan kembali masalah kinerja
keuangan dan efisiensi perusahaannya.
Informasi penting yang diperlukan untuk mengetahui kondisi atau kinerja
suatu perusahaan tercermin dari laporan keuangannya. Harahap (2004:105),
mengemukakan bahwa “Laporan keuangan menggambarkan kondisi keuangan
dan hasil usaha suatu perusahaan pada saat tertentu atau jangka waktu tertentu”.
Pada saat investor akan membeli saham suatu perusahaan yang telah go publik,
investor akan menganalisis laporan keuangan perusahaan terutama yang berkaitan
dengan masalah pengelolaan investasi dan kemampuannya dalam menghasilkan
laba. Hal ini berarti bahwa dari laporan keuangan suatu perusahaan dapat
diketahui kinerja perusahaan yang bersangkutan sebagai dasar pengambilan
keputusan investasi.
Fokus utama dari laporan keuangan adalah informasi mengenai prestasi
suatu perusahaan yang diukur dengan laba dan komponen-komponennya. Tujuan
umumnya adalah untuk memberikan informasi yang dapat digunakan dalam
proses pengambilan keputusan ekonomi perusahaan. Informasi akuntansi yang
disajikan dalam neraca, laporan laba/rugi dan laporan keuangan lainnya
dinyatakan dalam nilai absolut / mutlak. Salah satu kegunaan informasi akuntansi
adalah untuk mengevaluasi dan menilai kinerja perusahaan.
Menurut Mulyadi (2001:415-416), bahwa “Penilaian kinerja adalah
penentuan secara periodik efektivitas operasional suatu organisasi, bagian
organisasi dan karyawannya berdasarkan sasaran, standar dan kriteria yang telah
ditetapkan sebelumnya”. Cara untuk menilai kondisi keuangan dan prestasi
perusahaan, analis keuangan memerlukan beberapa tolak ukur. Tolak ukur yang
sering dipakai adalah rasio atau indeks, yang menghubungkan dua data keuangan
yang satu dengan yang lainnya. Analisis dan interpretasi dari macam-macam rasio
dapat memberikan pandangan yang lebih baik tentang kondisi keuangan dan
prestasi perusahaan dibandingkan analisis yang hanya didasarkan atas data
keuangan sendiri-sendiri yang tidak berbentuk rasio.
Kinerja keuangan perusahaan yang baik dapat dijadikan salah satu
pedoman bagi investor sebagai dasar analisis investasinya. Melalui analisis Rasio
Profitabilitas yang dapat menunjukkan efesiensi dan efektivitas pengelolaan
investasi oleh perusahaan dan kemampuannya dalam menghasilkan laba.
Rasio Profitabilitas yaitu rasio-rasio yang mengukur kemampuan perusahaan
menghasilkan keuntungan pada tingkat penjualan, aset, dan modal saham yang
tertentu.
Sumber, Mamduh M. Hanafi, Abdul Hakim dalam bukunya Analisa Laporan Keuangan (Penerbit dan Percetakan ; AMP-YKPN 2005, halaman 85).
Rasio Profitabilitas sering digunakan sebagai dasar mengevaluasi perencanaan,
penetapan tujuan dan peningkatan kinerja keuangan perusahaan.
ROI merupakan rasio yang mengukur tingkat pengembalian investasi yang
telah dilakukan perusahaan, baik dengan menggunakan total aktiva yang dimilik
oleh perusahaan tersebut maupun dengan menggunakan dana yang berasal dari
pemilik (modal). Analisis tingkat pengembalian investasi dalam menganalisis
laporan keuangan ini mempunyai makna dan peranan yang sangat penting, karena
merupakan salah satu teknik yang bersifat menyeluruh (comprehensive). ROI ini
merupakan teknik analisis yang lazim digunakan untuk mengukur tingkat
efesiensi dan efektivitas dari keseluruhan operasi perusahaan.”
Return on Investment itu sendiri adalah salah satu bentuk rasio
profitabilitas yang dimaksudkan untuk dapat mengukur kemampuan perusahaan
dengan keseluruhan dana yang ditanamkan dalam aktiva yang digunakan untuk
operasinya perusahaan untuk menghasilkan keuntungan. Dengan demikian rasio
ini menghubungkan keuntungan yang diperoleh dari operasinya perusahaan (net
operating income) dengan jumlah investasi atau aktiva yang digunakan untuk
menghasilkan keuntungan operasi tersebut (net operating assets). Sebutan lain
untuk ratio ini adalah “Net operating profit rate, of return” atau “operating
earning power”.
Analisa Net Profit Margin (NPM) sering digunakan oleh praktisi keuangan untuk
mengukur kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba dari hasil penjualan
bagi pemegang saham perusahaan. Gross Profit Margin merupakan rasio atau
perimbangan antara gross profit (laba kotor) yang diperoleh perusahaan dengan
tingkat penjualan yang dicapai pada periode yang sama.
ROI mengukur efektivitas dan efesiensi perusahaan dengan keseluruhan
dana atau sumber daya yang ditanamkan dalam aktiva yang digunakan dalam
operasi perusahaan dalam usaha memperoleh laba. Dengan demikian rasio ini
menghubungkan laba bersih setelah pajak yang diperoleh dari kegiatan
perusahaan dengan jumlah investasi atau aktiva yang digunakan untuk
menghasilkan laba.
Rasio ini dapat ditulis dalam rumusan sebagai berikut :
Van Horne dan Machowitz (1998 :150)
ROI = Net Profit After Taxes Total Asset
atau
ROI = Operating Asset Turn Over x Profit Margin
Sumber, S Munawir dalam bukunya Analisa Laporan Keuangan (Penerbit ; LIBERTY, Yogyakarta 2004, halaman 89)
NPM mengukur kemampuan perusahaan memperoleh laba dari penjualan. Rasio
ini juga digunakan untuk mengukur berapa besar laba bersih yang dapat diperoleh
dari setiap penjualan dan tingkat efesiensi pengeluaran biaya dalam perusahaan.
Semakin efisiensi suatu perusahaan dalam mengeluarkan biaya-biayanya maka
semakin besar keuntungan yang diperoleh perusahaan tersebut. Dengan demikian
rasio ini menghubungkan laba bersih setelah pajak dengan hasil penjualan bersih
yang dilakukan perusahaan.
Rasio ini dapat ditulis dalam bentuk rumus sebagai berikut :
Van Horne dan Machowitz (1998 :150)
NPM = Net Profit After Taxes Net Sales Return on Comon Stockholders ‘Equity (ROE) merupakan salah satu alas
an utama mengapa mengoperasikan perusahaan adalah untuk menghasilkan laba yang akan bemanfaat bagi para pemegang saham. Ukuran keberhasilan dari pencapaian alasan ini adalah angka return common stockholders equity yang berhasil dicapai. Ratio Return On Equity ini dihitung dengan cara sebagai berikut:
Return on Equity = Laba bersih setelah pajak – Dividen saham istimewa
Rata-rata modal saham biasa Sumber, Dwi Prastowo, Rifka Juliaty dalam bukunya Analisa Laporan Keuangan (Unit Penerbit dan Percetakan AMP YKPN 2002, halaman 87). Kinerja keuangan perusahaan yang diukur dengan rasio profitabilitas merupakan
suatu konsep pengukuran kinerja yang menitikberatkan pada perolehan laba
perusahaan. Sehingga bagi investor jangka panjang akan sangat berkepentingan
dengan analisis Profitabilitas ini untuk dapat melihat keuntungan yang benar-
benar akan diterima dalam bentuk dividen. Analisis ROI merupakan salah satu
teknik yang bersifat menyeluruh dan lazim digunakan untuk mengukur tingkat
efektivitas dari keseluruhan operasi perusahaan dalam menghasilkan keuntungan.
Analisis NPM bermanfaat untuk mengukur tingkat efesiensi total pengeluaran
biaya-biaya dalam perusahaan. Analisis Gross Profit Margin dari beberapa
periode akan dapat memberikan informasi tentang kecenderungan gross margin
yang diperoleh dan bila dibandingkan dengan standar rasio akan diketahui apakah
margin yang diperoleh perusahaan sudah tinggi atau sebaliknya. Analisis
Operating Ratio mencerminkan tingkat effisiensi perusahaan, sehingga rasio yang
tinggi menunjukkan keadaan yang kurang baik karena berarti setiap rupiah
penjualan yang terserap dalam biaya juga tinggi, dan yang tersedia untuk laba
kecil. Tetapi rasio yang tinggi mungkin tidak hanya disebabkan oleh faktor
internal yang dapat dikendalikan oleh manajemen, tetapi juga faktor eksternal.
Dapat disimpulkan bahwa kinerja keuangan bisa diukur dengan Rasio
Profitabilitas, sehingga dengan semakin membaiknya kinerja keuangan
perusahaan yang diindikasikan dengan semakin meningkatnya laba perusahaan,
maka diharapkan dividen yang diberikan oleh perusahaan akan semakin
meningkat pula.
Kebijakan dividen yang dilakukan perusahaan merupakan pembagian
pendapatan setelah pajak digolongkan kedalam dua referensi, yang pertama
adalah sebagai dana yang digunakan untuk membiayai pertumbuhan perusahaan,
hal ini ditunjukkan dalam neraca yaitu pada pos laba ditahan (retained earning),
yang kedua adalah sebagai dana yang didistribusikan kepada pemegang saham
perusahaan, hal tersebut ditujukan untuk memaksimalkan kekayaan pemegang
saham. Dividen payout ratio mengukur laba bersih perlembar saham biasa yang
dibayarkan dalam bentuk dividen, yang dihitung dengan formula sebagai berikut:
Dividen payout = Dividen perlembar saham biasa
Earning Per Share
Sumber, Dwi Prastowo, Rifka Juliaty dalam bukunya Analisa Laporan Keuangan (Unit Penerbit dan Percetakan AMP YKPN 2002, halaman 97).
Berdasarkan teori yang dikemukakan dalam Kerangka Pemikiran yaitu
“Terdapat pengaruh yang signifikan dari kinerja keuangan yang diukur dengan
Rasio Profitabilitas (ROI,ROE dan NPM) terhadap Dividend Payout Ratio”.
Dalam penyusunan skripsi terdapat 2 Variabel yaitu :
1. Kinerja keuangan perusahaan yang diukur dengan rasio profitabilitas
(ROI, NPM dan ROE)
Indikator-indikator Variabelnya adalah sebagai berikut :
• Perbandingan laba bersih setelah pajak terhadap total asset.
• Perbandingan antara laba bersih setelah pajak terhadap penjualan
bersih.
• Perbandingan laba bersih setelah pajak terhadap modal sendiri.
2. Dividen Payout Ratio
Indikator-indikator Variabelnya adalah sebagai berikut :
• Besarnya common Dividend dibagi laba bersih setelah pajak. Atau
Dividend Per share dibagi earning Per share.
Penulis menggunakan metode deskriptif untuk menguji hipotesis yang
telah dikemukakan. Metode ini banyak membantu terutama dalam penelitian
yang bersifat longitudinal yaitu penelitian yang dilakukan berulang-ulang
dalam suatu jangka waktu tertentu, Cooper & Emory (1997;125).
Pengujian ini dilakukan dengan menggunakan uji statistik F. Hal ini
dilakukan untuk membuktikan ada tidaknya hubungan linier antara X dan Y
secara bersama-sama (Simultan). Hipotesis untuk uji F adalah:
Hipotesis :
Ho : 1r = 2r = 0 Tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara Return On Invesment, Net Profit Margin, dan Return On Equity terhadap Dividend Payout Ratio
Ha : 1r ≠ 2r ≠ 0 Terdapat pengaruh yang signifikan antara Return On Invesment, Net Profit Margin, dan Return On Equity terhadap Dividend Payout Ratio.
BAGAN KERANGKA PEMIKIRAN
Perusahaan
Laporan Keuangan Perusahaan
Gambar 1.1 Bagan Kerangka Pemikiran
1.6 Metode Penelitian
1.6.1 Metodologi Penelitian
Metode penelitian yang dilakukan oleh penulis pada penelitian ini
adalah metode deskriptif. Menurut Cholid Narbuko dan H Abu Achmadi
(2002 : 44), mengatakan bahwa : “Metode deskriptif yaitu penelitian yang
berusaha untuk menuturkan pemecahan masalah yang ada sekarang
berdasarkan data-data dengan cara menyajikan data, menganalisis dan
menginterpretasi”. Sedangkan penelitiannya dilakukan secara survei, yaitu
penyelidikan yang diadakan untuk memperoleh fakta-fakta dari gejala-gejala
yang ada dan mencari keterangan-keterangan secara faktual dengan melakukan
evaluasi serta perbandingan-perbandingan terhadap hal-hal yang telah
Return on Investment
Net Profit Margin
Return on Equity
Dividen Payout Analisis Rasio Profitabilitas
Dividen Payout Ratio
dikerjakan orang dalam menangani situasi atau masalah yang serupa dan
hasilnya dapat digunakan dalam pembuatan rencana dan pengambilan
keputusan di masa yang akan datang, Moh Nazir (1999 : 65).
1.6.2 Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian ini adalah
sebagai berikut :
Teknik pengumpulan data sekunder dilakukan dengan cara :
1. Penelitian Kepustakaan (Library research)
Penelitian yang dilakukan oleh penulis dengan cara membaca dan memahami
untuk data-data teoritis dan literatur, catatan kuliah dan bahan tulisan lain
sehubungan dengan penelitian ini. Sehingga dapat dijadikan sebagai bahan
masukan data sekunder.
2. Penelitian Lapangan (field research)
Penelitian lapangan ini bertujuan untuk memperoleh data dari perusahaan
yang sedang diteliti untuk kemudian dipelajari, diolah dan dianalisis.
1.7 Lokasi dan waktu penelitian
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang
diperoleh dari Pojok Bursa Efek Indonesia – Universitas Widyatama. Sedangkan
Waktu yang dibutuhkan dalam penelitian adalah sejak bulan Agustus 2008 sampai
dengan selesai.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2. 1 Laporan Keuangan
Laporan keuangan merupakan hasil akhir dari proses akuntansi yang
disusun menurut prinsip-prinsip akuntansi yang berlaku umum. Menurut
American Accounting Association, yang diterjemahkan oleh Soemarso SR.,
(2004:3) menyatakan bahwa :
“ Akuntansi adalah proses mengidentifikasikan, mengukur dan melaporkan
informasi ekonomi, untuk memungkinkan adanya penilaian dan keputusan yang
jelas dan tegas bagi mereka yang menggunakan informasi tersebut.”
Definisi lain diberikan oleh S.P. Hariningsih (2001 :167) menyatakan bahwa :
“ Akuntansi adalah suatu kegiatan jasa yang berfungsi menyediakan data kuantitatif yang terutama mempunyai sifat keuangan dari kesatuan usaha ekonomi yang dapat digunakan dalam pengambilan keputusan ekonomi dalam memilih alternatif dari suatu keadaan.”
Proses akuntansi tersebut meliputi pengumpulan dan pengolahan data
keuangan perusahaan. Dalam proses akuntansi diidentifikasikan berbagai
transaksi atau peristiwa yang merupakan kegiatan ekonomi perusahaan, yang
dilakukan melalui pengukuran, pencatatan, penggolongan dan pengikhtisaran
transaksi-transaksi yang bersifat keuangan sedemikian rupa sehingga hanya
informasi yang relevan dan saling berhubungan satu dengan yang lainnya yang
mampu memberikan gambaran secara layak tentang keadaan keuangan serta hasil
perusahaan dalam suatu periode yang akan digabungkan dan disajikan dalam
bentuk laporan keuangan.
Laporan keuangan merupakan pertanggungjawaban keuangan menejer atas
perusahaan yang telah dipercayakan kepadanya. Kondisi keuangan dan hasil-hasil
operasi perusahaan yang tercermin dalam laporan keuangan perusahaan, pada
hakekatnya merupakan hasil akhir dari kegiatan perusahaan yang dapat
menggambarkan performa atau kinerja keuangan dari perusahaan yang bersaing.
2.1.1 Pengertian Laporan Keuangan
Pengertian laporan keuangan menurut IAI (2002:4), adalah :
“Laporan keuangan merupakan bagian dari proses pelaporan keuangan yang lengkap, biasanya meliputi neraca, laporan laba-rugi, laporan posisi keuangan (yang dapat disajikan dalam beberapa cara seperti misalnya : laporan arus kas atau laporan arus dana), catatan, dan laporan lain serta materi penjelasan yang merupakan bagian integral dari laporan keuangan. Di samping itu juga termasuk skedul dan informasi tambahan yang berkaitan dengan laporan tersebut, misalnya informasi keuangan segmen industri dan geografis serta pengungkapan pengaruh perubahan harga.”
Kesimpulan dari penjelasan diatas, laporan keuangan merupakan alat untuk
menginformasikan kondisi keuangan pada periode tertentu, yang terdiri dari
neraca, laporan laba-rugi, laporan perubahan ekuitas, laporan perubahan posisi
keuangan serta catatan atas laporan keuangan.
2.1.2 Tujuan Laporan Keuangan
Tujuan dari laporan keuangan menurut IAI (2007:3) adalah :
1. Menyediakan informasi yang menyangkut posisi keuangan, kinerja serta perubahan posisi keuangan suatu perusahaan yang bermanfaat bagi sejumlah besar pemakai dalam pengambilan keputusan ekonomi.
2. Laporan keuangan yang disusun untuk tujuan ini memenuhi kebutuhan bersama sebagian besar pengguna. Namun demikian, laporan keuangan tidak menyediakan semua informasi yang memungkin dibutuhkan pengguna dalam pengambilan keputusan ekonomi karena secara umum menggambarkan pengaruh keuangan dari kegiatan masa lalu, dan tidak diwajibkan untuk meyediakan informasi keuangan.
3. Laporan keuangan menunjukkan apa yang telah dilakukan
manajemen (stewardship), atau pertanggung jawaban manajemen atas sumber daya yang dipercayakan kepadanya. Pengguna yang ingin menilai apa yang telah dilakukan atau pertanggung jawaban manajemen berbuat demikian agar mereka dapat memenuhi membuat keputusan ekonomi; keputusan ini mungkin mencakup, misalnya, keputusan untuk menahan, menjual investasi mereka dalam perusahaan atau keputusan untuk mengangkat kembali atau mengganti manajemen.
Menurut Harahap (2004:133), tujuan Laporan Keuangan adalah:
1. Tujuan Umum Menyajikan laporan posisi keuangan, hasil usaha dan perubahan posisi keuangan secara wajar sesuai prinsip akuntansi yang di terima.
2. Tujuan Khusus Memberikan informasi tentang kekayaan, kewajiban, kekayaan bersih, proyeksi laba, perubahan kekayaan dan kewajiban serta informasi lainnya yang relevan.
3. Tujuan Kualitatif Relevan, dapat di mengerti, dapat di periksa, netral, tepat waktu, dapat dibandingkan dan lengkap.
Informasi mengenai posisi keuangan, kinerja dan perubahan posisi keuangan
sangat diperlukan untuk dapat melakukan evaluasi atas kemampuan
perusahaan dalam menghasilkan kas, dan waktu serta kepastian dari hasil
tersebut. Posisi keuangan perusahaan dipengaruhi oleh sumber daya yang
dikendalikan, struktur keuangan, likuiditas dan solvabilitas serta kemampuan
beradaptasi dengan perubahan lingkungan.
Informasi kinerja perusahaan, terutama profitabilitas diperlukan untuk
menilai perubahan potensial sumber daya ekonomi yang mungkin
dikendalikan dimasa depan sehingga dapat memprediksi kapasitas perusahaan
dalam menghasilkan kas atau setara kas serta untuk merumuskan efektivitas
perusahaan dalam memanfaatkan tambahan sumber daya. Informasi
perubahan posisi keuangan perusahaan bermanfaat untuk menilai aktivitas
investasi, pendanaan dan operasi perusahaan selama periode pelaporan. Selain
berguna untuk menilai kemampuan perusahaan dalam menghasilkan kas,
informasi ini juga berguna untuk menilai kebutuhan perusahaan dalam
memanfaatkan arus kas tersebut. Laporan keuangan juga menunjukan apa
yang telah dilakukan oleh manajemen atau menggambarkan
pertanggungjawaban manajemen atas sumber daya yang dipercayakan
kepadanya.
2.1.3 Karakteristik Kualitatif Laporan Keuangan
Karakteristik kualitatif laporan keuangan merupakan ciri khas yang
membuat informasi dalam laporan keuangan tersebut berguna bagi para
pengguna dalam pengambilan keputusan ekonomi, karakteristik kualitatif
laporan keuangan menurut IAI (2007:5-9), yaitu :
a) Dapat Dipahami Kualitas penting informasi yang ditampung dalam laporan keuangan adalah
kemudahannya untuk segera dapat dipahami oleh para pengguna. Untuk maksud ini, pengguna diasumsikan memiliki pengetahuan yang memadai tentang aktivitas ekonomi dan bisnis, akuntansi serta kemauan untuk mempelajari informasi dengan ketekunan yang wajar. Namun demikian, informasi kompleks yang seharusnya dimasukkan dalam laporan keuangan tidak dapat dikeluarkan hanya atas dasar pertimbangan bahwa informasi tersebut terlalu sulit untuk dapat dipahami oleh pengguna tertentu.
b) Relevan
Agar bermanfaat, informasi harus relevan untuk memenuhi kebutuhan pengguna dalam proses pengambilan keputusan. Informasi memiliki kualitas relevan kalau dapat mempengaruhi keputusan ekonomi pengguna dengan membantu mereka mengevaluasi peristiwa masa lalu, masa kini atau masa depan, menegaskan atau mengkoreksi hasil evaluasi pengguna di masa lalu.
Materialitas Relevansi informasi dipengaruhi oleh hakikat dan materialitasnya.
Pada beberapa kasus, hakikat informasi saja sudah cukup untuk menentukan relevansinya. Misalnya, pelaporan suatu segmen baru dapat saja mempengaruhi penilaian resiko dan peluang yang dihadapi perusahaan tanpa memperimbangkan materialitas dari hasil yang dicapai segmen baru tersebut dalam periode pelaporan. Pada kasus lain, baik hakikat maupun materialitas dipandang penting, misalnya jumlah serta kategori persediaan yang sesuai dengan kebutuhan perusahaan.
Informasi dipandang material kalau kelalaian untuk mencantumkan atau kesalahan mencatat informasi tersebut dapat mempengaruhi keputusan ekonomi pengguna yang diambil atas dasar laporan keuangan. Materilitas bergantung pada besarnya pos atau kesalahan yang dinilai sesuai dengan situasi khusus dari kelalaian dalam mencantumkan (omission) atau kesalahan dalam mencatat (misstatement) pada suatu karaktristk kualitatif pokok yang harus dimiliki agar informasi dipandang berguna.
c) Keandalan Agar bermanfaat, informasi juga harus andal (reliable). Informasi
memiliki kualitas andal jika bebas dari pengertian yang menyesatkan, kesalahan material dan dapat diandalkan penggunanya sebagai penyajian yang tulus dan jujur (faithful representation) dari yang seharusnya disajikan atau yang secara wajar diharapkan dapat disajikan.
Informasi mungkin relevan tetapi jika hakikatnya atau penyajiannya tidak dapat diandalkan maka pengguna informasi tersebut secara potensial dapat meyesatkan. Misalnya, jika keabsahan dan jumlah tuntutan atas kerugian dalam suatu tindakan hukum masih dipersengketakan, mungkin tidak tepat bagi perusahaan untuk mengakui jumlah seluruh tuntutan tersebut dalam neraca, meskipun mungkin tepat untuk mengungkapkan jumlah serta keadaan dari tuntutan tersebut.
d) Dapat Dibandingkan
Pengguna harus dapat memperbandingkan laporan keuangan perusahaan antar periode untuk mengidentifikasi kecenderungan (tren) posisi dan kinerja keuangan. Pengguna juga harus dapat memperbandingkan laporan keuangan antar perusahaan untuk mengevaluasi posisi keuangan, kinerja serta perubahan posisi keuangan secara relatif. Oleh karena itu, pengukuran dan penyajian dampak keuangan dari transaksi dan peristiwa lain yang serupa harus dilakukan secara konsisten untuk perusahaan tersebut, antar periode perusahaan yang sama dan untuk perusahaan yang berbeda.
2.1.4 Pengguna Laporan Keuangan
Pengguna laporan keuangan meliputi para investor dan investor
potensial, karyawan, pemberi pinjaman, pemasok, kreditur usaha lainnya,
pelanggan, pemerintah dan lembaga lainnya, karyawan dan masyarakat.
Mereka menggunakan laporan keuangan untuk memenuhi beberapa kebutuhan
informasi yang berbeda. Berdasarkan IAI (2007:2) para pemakai laporan
keuangan adalah :
a. Investor Penanam modal berisiko dan penasehat mereka berkepentingan dengan
risiko yang melekat serta hasil pengembangan dari investasi yang dilakukannya. Mereka membutuhkan informasi untuk membantu menentukan apakah harus membeli, menahan atau menjual investasi tersebut. Pemegang saham juga tertarik pada informasi yang memungkinkan melakukan penilaian terhadap kemampuan perusahaan dalam membayar dividen.
b. Karyawan Karyawan dan kelompok-kelompok yang mewakilinya tertarik pada
informasi mengenai stabilitas dan profitabilitas perusahaan. Mereka juga tertarik pada informasi yang memungkinkan mereka untuk menilai kemampuan perusahaan dalam memberikan balas jasa, imbalan pasca sarjana dan kesempatan kerja.
c. Pemberi pinjaman Pemberi pinjaman tertarik dengan informasi keuangan yang
memungkinkan mereka untuk memutuskan apakah pinjaman serta bunganya dapat dibayar pada saat jatuh tempo.
d. Pemasok dan kreditor usaha lainnya Pemasok dan kreditur usaha lainnya tertarik dengan informasi yang
memungkinkan mereka untuk memutuskan apakah jumlah yang terhutang akan dibayar pada saat jatuh tempo. Kreditur usaha berkepentingan pada perusahaan dalam tenggang waktu yang lebih pendek daripada pemberi pinjaman kecuali kalau sebagai pelanggan utama mereka bergantung pada kelangsungan hidup perusahaan.
e. Pelanggan Para pelanggan berkepentingan dengan informasi mengenai
kelangsungan hidup perusahaan, terutama kalau mereka terlibat dalam perjanjian jangka panjang dengan atau bergantung pada perusahaan.
f. Pemerintah Pemerintah dan berbagai lembaga yang berada dibawah kekuasaannya
berkepentingan dengan alokasi sumber daya dan karena itu berkepentingan dengan aktivitas perusahaan. Mereka juga membutuhkan informasi untuk mengatur aktivitas perusahaan, menetapkan kebijakan pajak, dan sebagai dasar untuk menyusun statistik pendapatan nasional dan statistik lainnya.
h. Masyarakat Perusahaan mempengaruhi anggota masyarakat dalam berbagai cara. Misalnya, perusahaan dapat memberikan kontribusi berarti pada
perekonomian nasional, termasuk jumlah orang yang dipekerjakan dan perlindungan kepada para penanam modal domestik. Laporan keuangan dapat membantu masyarakat dengan menyediakan informasi kecenderungan (tren) dan perkembangan terakhir kemakmuran perusahaan serta rangkaian aktivitasnya.
Informasi yang disajikan dalam laporan keuangan bersifat umum, dengan
demikian tidak sepenuhnya dapat memenuhi kebutuhan informasi setiap
pemakai.
2.1.5 Sifat dan Keterbatasan Laporan Keuangan
Laporan keuangan dipersiapkan atau dibuat dengan maksud untuk
memberikan gambaran atau laporan kemajuan (progress report) secara
periodik yang dilakukan pihak manajemen yang bersangkutan. Jadi menurut
Munawir (2004:6), menyatakan bahwa :
“Laporan keuangan adalah bersifat historis serta menyeluruh dan sebagai suatu progress report. Laporan keuangan yang terdiri dari data-data yang merupakan hasil dari suatu kombinasi antara fakta yang telah dicatat, prinsip-prinsip, dan kebiasaan-kebiasaan di dalam akuntansi dan pendapat pribadi .”
1. Fakta yang dicatat
Penyusunan laporan keuangan didasarkan atas fakta dari catatan-catatan
akuntansi historis, sehingga laporan keuangan tidak dapat mencerminkan
posisi keuangan perusahaan sesuai kondisi perekonomian paling akhir.
2. Prinsip dan kebiasaan
Data yang dicatat didasarkan pada prosedur maupun anggapan-anggapan
tertentu yang merupakan prinsip akuntansi yang lazim. Hal ini bertujuan
untuk memudahkan pencatatan dalam membentuk keseragaman
perlakuan akuntansi.
3. Pendapat pribadi
Walaupun pencatatan transaksi telah diatur oleh konversi atau dalil yang
sudah ditetapkan, namun penggunaan konvensi tersebut tergantung
kemampuan dan integritas pembuatnya terhadap prinsip konvensi
akuntansi tersebut.
Keterbatasan laporan keuangan menurut Harahap (2004:17-18) adalah :
1. Laporan keuangan bersifat historis, yaitu merupakan laporan atas kejadian yang telah lewat bukan masa kini. Karenanya laporan keuangan tidak dapat di anggap sebagai satu-satunya sumber informasi dalam proses pengambilan keputusan ekonomi apalagi untuk meramalkan masa depan atau menentukan nilai (harga) perusahaan saat ini.
2. Laporan keuangan bersifat umum dan bukan dimaksudkan untuk memenuhi kebutuhan pihak tertentu atau pihak khusus saja seperti untuk pihak yang akan membeli perusahaan.
3. Proses penyusunan laporan keuangan tidak luput dari penggunaan taksiran dan berbagai pertimbangan.
4. Laporan keuangan di susun dengan menggunakan istilah-istilah teknis dan pemakai laporan keuangan diasumsikan memahami bahasa teknis akuntansi dan sifat dari informasi yang dilaporkan.
5. Adanya berbagai alternatif metode akuntansi yang dapat digunakan menimbulkan variasi dalam pengukuran sumber-sumber ekonomis dan tingkat kesuksesan antar perusahaan. Metode penilaian persediaan boleh menggunakan metode LIFO (Last In Fist Out), FIFO (First In First Out) dan Average yang hasilnya pasti berbeda. Demikian juga metode penyusutan: Garis Lurus, Saldo Menurun, Sum Of Years Digit dan sebagainya.
2.1.6 Jenis Laporan Keuangan
Laporan keuangan yang lengkap biasanya akan meliputi neraca, laporan
laba rugi, laporan perubahan ekuitas, laporan arus kas, catatan atas laporan
keuangan serta materi penjelasan yang merupakan bagian integral dari laporan
keuangan termasuk juga skedul dan informasi tambahan yang berkaitan
dengan laporan keuangan. Laporan keuangan terdiri dari :
a. Neraca
Neraca adalah laporan keuangan yang memberikan informasi mengenai
posisi keuangan perusahaan pada saat tertentu. Untuk dapat
menggambarkan posisi keuangan perusahaan pada saat tertentu, neraca
mempunyai tiga unsur laporan keuangan yaitu aktiva, kewajiban, dan
ekuitas.
Menurut Dwi Prastowo dan Rifka Julianty (2002:17), masing-masing
unsur tersebut dapat disubklasifikasikan sebagai berikut :
1) Aktiva Aktiva merupakan sumber daya yang dikuasai perusahaan, dapat disubklasifikasikan sebagai berikut :
Aktiva Lancar Aktiva Lancar yaitu aktiva yang manfaat ekonominya diharapkan akan diperoleh dalam waktu satu tahun atau kurang (atau siklus operasi normal), misalnya kas, surat berharga, persediaan, piutang dan persekot biaya.
Investasi Jangka Panjang Investasi Jangka Panjang yaitu penanaman modal yang biasanya dilakukan dengan tujuan untuk memperoleh penghasilan tetap atau
untuk menguasai perusahaan lain dan jangka waktunya lebih dari satu tahun, misalnya investasi saham, investasi obligasi.
Aktiva Tetap Aktiva Tetap yaitu aktiva yang memiliki substansi (wujud) fisik, digunakan dalam operasi normal perusahaan (tidak dimaksudkan untuk dijual) dan memberikan manfaat ekonomi lebih dari satu tahun. Termasuk dalam subklasifikasi aktiva ini antara lain tanah, gedung, kendaraan dan mesin serta peralatan.
Aktiva yang Tidak Berwujud Aktiva yang Tidak Berwujud yaitu aktiva yang tidak mempunyai substansi fisik dan biasanya berupa hak atau hak istimewa yang memberikan manfaat ekonomi bagi perusahaan, untuk jangka waktu lebih dari satu tahun. Termasuk dalam subklasifikasi aktiva ini misalnya patent, goodwill, royalty, copyright, trade name, franchise, dan license.
Aktiva Lain-lain Aktiva Lain-lain yaitu aktiva yang tidak dapat dimasukkan ke dalam salah satu dari empat subklasifikasi tersebut, misalnya beban yang ditangguhkan, piutang kepada direksi, deposito, pinjaman karyawan.
2) Kewajiban (hutang) Kewajiban yang merupakan hutang perusahaan masa kini dapat disubklasifikasi lebih lanjut menjadi tiga subklasifikasi, yaitu :
Kewajiban Lancar Kewajiban Lancar yaitu kewajiban yang penyelesaiannya diharapkan akan mengakibatkan arus keluar dari sumber daya perusahaan (yang memiliki manfaat ekonomi) dalam jangka waktu satu tahun atau kurang. Termasuk dalam kategori kewajiban ini misalnya utang dagang, utang wesel utang gaji dan upah, utang pajak dan utang biaya atau beban lainnya yang belum dibayar.
Kewajiban Jangka Panjang Kewajiban Jangka Panjang yaitu kewajiban yang penyelesaiannya diharapkan akan mengakibatkan arus keluar dari sumber daya perusahaan (yang memiliki manfaat ekonomi) dalam jangka waktu lebih dari satu tahun. Termasuk dalam kategori kewajiban ini misalnya hutang obligasi, hutang hipotik, dan hutang bank atau kredit investasi.
Kewajiban Lain-lain Kewajiban Lain-lain yaitu kewajiban yang tidak dapat dikategorikan kedalam salah satu subklasifikasi tersebut, misalnya hutang kepada para pemegang saham.
3) Ekuitas (modal) Ekuitas yaitu merupakan bagian hak pemilik dalam perusahaan yang merupakan selisih antara aktiva dan kewajiban yang ada. Unsur ekuitas ini dapat disubklasifikasi lebih jauh menjadi dua subklasifikasi, yaitu :
Ekuitas yang berasal dari setoran para pemilik, Misalnya modal saham (termasuk agio saham bila ada).
Ekuitas yang berasal dari hasil operasi, yaitu laba yang tidak dibagikan kepada para pemilik, misalnya dalam bentuk dividen.
b. Laporan Laba-Rugi
Menurut Dwi Prastowo dan Rifka Julianty (2002:20), untuk dapat
menggambarkan informasi mengenai potensi perusahaan dalam
menghasilkan laba selama periode tertentu (kinerja), laporan laba rugi
mempunyai dua unsur yaitu :
1) Penghasilan (Income) Yang diartikan sebagai kenaikan manfaat ekonomi dalam bentuk pemasukan atau peningkatan aktiva atau penurunan kewajiban (yang menyebabkan kenaikan ekuitas selain yang berasal dari kontribusi pemilik) perusahaan selama periode tertentu dapat diklasifikasikan sebagai berikut :
Pendapatan (revenues) Yaitu penghasilan yang timbul dalam pelaksanaan aktivitas yang biasa dan yang dikenal dengan sebutan berbeda, seperti misalnya penjualan barang dagangan, penghasilan jasa (fees), pendapatan bunga, pendapatan dividen, royalties dan sewa
Keuntungan (gains) Yaitu pos lain yang memenuhi definisi penghasilan dan mungkin timbul atau tidak timbul dalam pelaksanaan aktivitas perusahaan yang rutin, misalnya pos yang timbul dalam pengalihan aktiva lancar, revaluasi sekuritas, kenaikan jumlah aktiva jangka panjang.
2) Beban (Expense) Yang diartikan sebagai penurunan manfaat ekonomi dalam bentuk arus keluar, penurunan aktiva atau kewajiban (yang menyebabkan penurunan ekonomis yang tidak menyangkut pembagian kepada pemilik) perusahaan selama periode tertentu dapat disubklasifikasikan sebagai berikut :
Beban Yang timbul dalam pelaksanaan aktivitas perusahaan (yang biasanya berbentuk arus keluar atau berkurangnya aktiva seperti kas, persediaan, aktiva tetap) yang meliputi misalnya harga pokok penjualan, gaji dan upah, penyusutan.
Kerugian Yang mencerminakan pos lain yang memenuhi definisi beban yang timbul atau tidak timbul dari aktivitas perusahaan yang jarang terjadi seperti misalnya rugi karena bencana kebakaran, banjir, atau pelepasan aktiva tidak lancar.
Selisih antara total penghasilan dan beban disebut penghasilan bersih. Di dalam laporan laba rugi, keuntungan dan kerugian biasanya
disajikan secara terpisah, sehingga akan memberikan informasi yang lebih baik dalam pengambilan keputusan ekonomi.
c. Laporan Perubahan Ekuitas
Menurut Ikatan Akuntan Indonesia (2007:1.12), bahwa:
“Perusahaan harus menyajikan laporan perubahan ekuitas sebagai komponen utama laporan keuangan, yang menunjukkan laba atau rugi periode yang bersangkutan, saldo akumulasi laba atau rugi pada awal dan akhir periode serta perubahannya.”
d. Laporan Arus kas
Ikatan Akuntan Indonesia (2007:2.2), mengemukakan bahwa:
“ Arus kas adalah arus masuk dan arus keluar kas atau setara kas.”
e. Catatan Atas Laporan Keuangan
Menurut Ikatan Akuntan Indonesia (2007:1.13), bahwa:
“Catatan atas laporan keuangan harus disajikan secara sistematis. Setiap pos dalam neraca, laporan laba rugi dan laporan arus kas harus berkaitan dengan informasi yang terdapat dalam catatan atas laporan keuangan. Catatan atas laporan keuangan mengungkapkan: informasi tentang dasar penyusunan laporan keuangan dan kebijakan akuntansi yang di pilih dan diterapkan terhadap peristiwa dan transaksi yang penting, informasi yang diwajibkan dalam Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan tetapi tidak disajikan di neraca, laporan laba rugi, laporan arus kas dan laporan perubahan ekuitas, informasi tambahan yang tidak disajikan dalam laporan keuangan tetapi diperlukan dalam rangka penyajian secara wajar.”
Berikut adalah contoh sederhana laporan keuangan perusahaan yang
pokok, yaitu laporan keuangan neraca dan laporan keuangan laba rugi.
Aktiva Aktiva Lancar Kas dan Setara Kas xxxInvestasi Jangka Pendek xxx Piutang Usaha xxxPersediaan xxx Biaya Di Bayar Di Muka xxxPendapatan Yang Masih- Harus Di Terima xxx Jumlah Aktiva Lancar xxx Aktiva Tetap Peralatan xxx Akumulasi Penyusutan (xxx) Peralatan (netto) xxx Bangunan xxx Akumulasi Penyusutan (xxx) Bangunan (netto) xxx Tanah xxx Jumlah Aktiva Tetap xxx Aktiva Lain-lain xxx Jumlah Aktiva xxx
Pasiva Kewajiban Utang Usaha xxx Biaya Yang Masih- Harus Di Bayar xxx Hutang Jangka Panjang xxx Utang Kredit Bank xxx Jumlah Kewajiban xxx Ekuitas Modal Dasar xxx Modal Saham xxx Laba Di Tahan xxx Jumlah Ekuitas xxx Jumlah Kewajiban Dan Ekuitas xxx
Tabel 2.2 Contoh Sederhana Laporan Keuangan Laba Rugi.
PT “X” Laporan Laba Rugi
Untuk Tahun Yang Berakhir 31 Desember 2003 (dalam Rupiah)
Penjualan Bersih xxx Harga Pokok Penjualan (xxx) Laba Kotor xxx Beban Usaha: Beban Penjualan xxx Beban Administrasi Dan Umum xxx Jumlah Beban Usaha (xxx) Laba Usaha xxx Beban Lain-Lain: Beban Bunga (xxx) Laba Sebelum Pajak xxx Pajak (xxx) Laba Bersih xxx
2.2 Analisis Laporan Keuangan
2.2.1 Pengertian Analisis Laporan Keuangan
Laporan keuangan merupakan salah satu sumber informasi yang penting
bagi para pemakai laporan keuangan dalam rangka pengambilan keputusan
ekonomi. Pada sisi lain, ternyata bahwa karena karakteristiknya, laporan
keuangan bukanlah segala-galanya, karena laporan keuangan memiliki
keterbatasan.
Laporan keuangan akan menjadi lebih bermanfaat untuk pengambilan
keputusan ekonomi, apabila dengan informasi laporan keuangan tersebut
dapat diprediksi apa yang akan terjadi dimasa mendatang. Dengan mengolah
lebih lanjut laporan keuangan melalui proses pembandingan, evaluasi dan
analisis trend akan diperoleh diprediksi tentang apa yang mungkin akan terjadi
dimasa akan datang. Disinilah arti pentingnya suatu analisis terhadap laporan
keuangan.
Menurut Sofyan Syafri Harahap (2004:190), bahwa:
“Analisis laporan keuangan adalah menguraikan pos-pos laporan keuangan menjadi unit informasi yang lebih kecil dan melihat hubungannya yang bersifat signifikan atau yang mempunyai makna antara satu dengan yang lain baik antara data kuantitatif maupun data non kuantitatif dengan tujuan untuk mengetahui kondisi keuangan lebih dalam yang sangat penting dalam proses menghasilkan keputusan yang tepat.”
Gambar 2.1 Gambaran Sederhana Proses Data menjadi Informasi
Input Laporan keuangan
Metode atau teknik
analisis laporan keuangan
Output Informasi
yang berguna untuk pengambilan keputusan
Sumber: Sofyan Syafri Harahap dalam buku Analisa Kritis Atas Laporan Keuangan (2004:191).
2.2.2 Tujuan Analisis Laporan Keuangan
Laporan keuangan merupakan alat yang penting untuk memperoleh
informasi sehubungan dengan posisi keuangan dan hasil-hasil yang telah
dicapai oleh perusahaan. Laporan keuangan merupakan salah satu sumber
informasi yang cukup penting untuk pengambilan keputusan ekonomi.
Terdapat kesenjangan antara informasi yang disajikan dalam laporan
keuangan dan informasi mengenai apa yang telah terjadi, sementara para
pemakai laporan keuangan membutuhkan informasi mengenai apa yang
mungkin akan terjadi dimasa datang. Perlu suatu analisis terhadap laporan
keuangan, terutama dalam memprediksi apa yang mungkin akan terjadi
dimasa yang akan datang untuk memecahkan kesenjangan kebutuhan
informasi. Analisis laporan keuangan yang dilakukan dimaksudkan untuk
menambah informasi yang ada dalam suatu laporan keuangan. Harahap
(2004:195-197) mengemukakan bahwa secara lengkap kegunaan analisis
laporan keuangan ini dapat dikemukakan sebagai berikut:
1. Dapat memberikan informasi yang lebih luas, lebih dalam daripada yang terdapat dari laporan keuangan biasa.
2. Dapat menggali informasi yang tidak tampak secara kasat mata dari suatu laporan keuangan atau yang berada di balik laporan keuangan.
3. Dapat mengetahui kesalahan yang terkandung dalam laporan keuangan. 4. Dapat memberikan informasi yang diinginkan oleh para pengambil
keputusan. 5. Dapat menilai prestasi perusahaan. 6. Dapat menilai kondisi keuangan masa lalu dan masa sekarang dari aspek
tertentu, yaitu: posisi keuangan (asset, neraca dan modal), hasil usaha perusahaan (hasil dan biaya), likuiditas, solvabilitas, aktivitas dan rentabilitas atau profitabilitas.
7. Menilai perkembangan dari waktu ke waktu. 8. Dapat menentukan peringkat perusahaan menurut kriteria tertentu yang
sudah di kenal dalam dunia bisnis. 9. Dapat membandingkan situasi perusahaan dengan perusahaan lain
dengan periode sebelumnya. 10. Dapat memahami situasi dan kondisi keuangan yang dialami perusahaan,
baik posisi keuangan, hasil usaha dan sebagainya. 11. Dapat juga memprediksi potensi apa yang mungkin dialami perusahaan
di masa yang akan datang.
2.2.3 Prosedur Analisis Laporan Keuangan
Berbagai langkah harus ditempuh dalam menganalisis laporan keuangan.
Adapun langkah-langkah yang harus ditempuh menurut Dwi Prastowo dan
Rifka Juliaty (2002:53), yaitu :
1. Memahami latar belakang data keuangan perusahaan Pemahaman latar belakang data keuangan perusahaan yang dianalisis mencakup pemahaman tentang bidang usaha perusahaan dan kebijakan akuntansi yang dianut dan diterapkan oleh perusahaan. Memahami latar belakang data keuangan perusahaan yang akan dianalisis merupakan langkah yang perlu dilakukan sebelum menganalisis laporan keuangan perusahaan.
2. Memahami kondisi-kondisi yang berpengaruh pada perusahaan Selain latar belakang data keuangan, kondisi-kondisi yang mempunyai pengaruh terhadap perusahaan perlu juga untuk dipahami. Kondisi-kondisi yang perlu dipahami mencakup informasi mengenai trend
(kecenderungan) industri dimana perusahaan beroperasi ; perubahan tekhnologi ; perubahan selera konsumen ; perubahan faktor-faktor ekonomi seperti perubahan pendapatan perkapita, tingkat bunga, tingkat inflasi dan pajak ; dan perubahan yang terjadi di dalam perusahaan itu sendiri, seperti perubahan posisi manajemen kunci.
3. Mempelajari dan me review laporan keuangan Kedua langkah pertama akan memberikan gambaran mengenai karakteristik (profil) perusahaan. Sebelum berbagai tekhnik analisis diaplikasikan, perlu dilakukan rewiew terhadap laporan keuangan secara menyeluruh. Apabila dipandang perlu, dapat menyusun kembali laporan keuangan perusahaan yang dianalisis. Tujuan langkah ini adalah untuk memastikan bahwa laporan keuangan telah cukup jelas menggambarka data keuangan yang relevan dan sesuai dengan standar akuntansi keuangan yang berlaku.
4. Menganalisis laporan keuangan Setelah memahami profil perusahaan dan me review laporan keuangan maka dengan menggunakan berbagai metode dan teknik analisis yang ada dapat menganalisis laporan keuangan dan menginterpretasikan hasil analisis tersebut.
2.2.4 Metode dan Teknik Analisis Laporan Keuangan
Menurut Dwi Prastowo dan Rifka Juliaty (2002:54), secara umum
metode analisis laporan keuangan dapat diklasifikasikan menjadi dua
klasifikasi, yaitu :
1. Metode analisis horizontal (dinamis) Metode analisis horizontal (dinamis) adalah metode analisis yang dilakukan dengan cara membandingkan laporan keuangan untuk beberapa periode, sehingga dapat diketahui perkembangan dan kecenderungannya. Disebut metode analisis dinamis karena metode ini bergerak dari tahun ke tahun (periode)
2. Metode analisis vertical (statis) Metode analisis vertical (statis) adalah metode analisis yang dilakukan dengan cara menganalisis laporan keuangan pada tahun (periode) tertentu, yaitu dengan membandingkan antara pos yang satu dengan pos yang lainnya pada laporan keuangan yang sama pada tahun (perode) yang sama. Oleh karena membandingkan antara pos yang satu dengan yang lainnya pada laporan keuangan yang sama, maka disebut metode vertikal. Disebut metode statis karena metode ini hanya membandingkan pos-pos laporan keuangan pada tahun (periode) yang sama.
Sementara itu berbagai alat analisis dapat digunakan untuk mengolah laporan
keuangan. Alat analisis tersebut dapat berbentuk analisis common size, analisis
break even, analisis gross profit, analisis Du Pont dan analisis rasio keuangan.
Menurut Harahap (2004:218), mengemukakan bahwa:
“Analisis common size merupakan metode analisis yang menyajikan laporan keuangan dalam bentuk persentasi. Persentasi itu biasa dikaitkan dengan suatu jumlah yang di nilai penting misalnya asset untuk neraca, penjualan untuk laba rugi.”
Sedangkan Suad Husnan dan Enny Pudjiastuti (2002:67), mengemukakan
bahwa “Analisis common size merubah angka-angka yang ada dalam neraca
dan laba rugi menjadi persentase berdasarkan dasar tertentu.”
Analisis break even menurut Harahap (2004:220) adalah:
“Analisis break even sering digunakan dalam perencanaan keuangan. Namun tidak berarti rumus itu tidak dapat digunakan dalam hal yang lain misalnya dalam analisis laporan keuangan. Dalam analisis laporan keuangan kita dapat menggunakan rumus ini untuk mengetahui:
1. Hubungan antara penjualan, biaya dan laba. 2. Untuk mengetahui struktur biaya tetap dan variabel. 3. Untuk mengetahui kemampuan perusahaan memberikan margin
untuk menutupi biaya tetap. 4. Untuk mengetahui kemampuan perusahaan dalam menekan biaya
dan batas di mana perusahaan tidak mengalami laba dan rugi.”
Secara umum, analisis break even diketahui sebagai salah satu teknik analisis
laporan keuangan yang menganalisis bagaimana perubahan volume produksi
penjualan mempengaruhi jumlah biaya tetap, jumlah biaya variabel dan
tingkat penjualan. Yang pada akhirnya mempengaruhi besar kecilnya laba rugi
perusahaan.
Sedangkan Harahap (2004:221), mengemukakan tentang Analisis laba
kotor (gross profit) yaitu:
“Analisis laba kotor (gross profit) lazim digunakan dalam perencanaan keuangan atau budgeting. Namun teknik ini bisa digunakan dalam analisis laporan keuangan. Analisis ini menggunakan data penjualan, biaya variabel (harga pokok produksi) dan laba kotor.”
Secara umum, analisis gross profit diketahui sebagai salah satu teknik analisis
laporan keuangan yang menganalisis faktor-faktor yang menyebabkan
perubahan besarnya laba kotor atau gross profit dari suatu perusahaan.
Besarnya perubahan laba kotor itu dapat terjadi dengan memperbandingkan
antara laba kotor tahun yang sedang berjalan atau tahun ini dibandingkan
dengan laba kotor dari tahun yang lalu. Dapat juga terjadi karena adanya
perubahan laba kotor yang sebenarnya terjadi (actual) dengan laba kotor yang
dianggarkan (budget).
2.2.5 Keterbatasan dan Kelemahan Analisis Laporan Keuangan
Keterbatasan analisis atas laporan keuangan menurut Harahap
(2004:201-202), bahwa keterbatasan analisis laporan keuangan harus
memperhatikan keterbatasan laporan seperti:
1. Laporan keuangan bersifat historis, yaitu merupakan laporan atas kejadian yang telah lewat. Karenanya, laporan keuangan tidak dapat di anggap sebagai laporan mengenai keadaan saat ini.
2. Laporan keuangan bersifat umum dan bukan dimaksudkan untuk memenuhi kebutuhan pihak tertentu. Informasi ini disajikan untuk dapat digunakan semua pihak. Sehingga terpaksa selalu memperhatikan semua pihak pemakai yang sebenarnya mempunyai perbedaan kepentingan.
3. Laporan keuangan di susun dengan menggunakan istilah-istilah teknis dan pemakai laporan diasumsikan memahami bahasa teknis akuntansi dan sifat dari informasi yang dilaporkan.”
Di samping keterbatasan itu maka perlu juga diketahui kelemahan analisis atas
laporan keuangan. Harahap (2004:203-204) mengemukakan bahwa
kelemahan analisis laporan keuangan adalah:
1. Analisis laporan keuangan didasarkan pada laporan keuangan, oleh karenanya kelemahan laporan keuangan harus selalu di ingat agar kesimpulan dari analisis itu tidak salah.
2. Objek analisis laporan keuangan hanya laporan keuangan. Untuk menilai suatu laporan keuangan tidak cukup hanya dari angka-angka laporan keuangan. Kita juga harus melihat aspek lainnya seperti tujuan perusahaan, situasi ekonomi, situasi industri, gaya manajemen, budaya perusahaan dan budaya masyarakat.
3. Objek analisis adalah data historis yang menggambarkan masa lalu dan kondisi ini bias berbeda dengan kondisi masa depan.
4. Jika kita melakukan perbandingan dengan perusahaan lain maka perlu di lihat beberapa perbedaan prinsip yang bias menjadi penyebab perbedaan angka misalnya: Prinsip Akuntansi, Jenis Industri, Periode laporan dan jenis perusahaan aspek profit motive atau nonprofit motive.
2.3 Analisis Rasio Keuangan
2.3.1 Pengertian Analisis Rasio Keuangan
Rasio merupakan perbandingan dua variabel. Secara umum, analisis
rasio keuangan diketahui sebagai salah satu teknik analisis atas laporan
keuangan yang dapat dilakukan dengan cara memperbandingkan dua pos
keuangan dalam bentuk pecahan (atas adalah pembilang dan bawah adalah
penyebut) atau Arithmatical Term, sehingga dapat diketahui makna tertentu
dari hubungan di antara dua pos keuangan tersebut.
Menurut Harahap (2001:297), bahwa “Rasio keuangan adalah angka
yang diperoleh dari hasil perbandingan dari satu pos laporan keuangan dengan
pos lainnya yang mempunyai hubungan yang relevan dan signifikan (berarti)”.
Suad Husnan dan Enny Pudjiastuti (2002:69-70) mengemukakan
bahwa:
“Analisis rasio keuangan diperlukan perhitungan rasio-rasio keuangan yang mencerminkan aspek-aspek tertentu. Rasio-rasio keuangan mungkin di hitung berdasarkan atas angka-angka yang ada dalam neraca saja, dalam laporan laba rugi saja atau pada neraca dan laba rugi. Setiap analis keuangan bias saja merumuskan rasio tertentu yang di anggap mencerminkan aspek tertentu.”
Teknik ini sangat lazim digunakan para analis keuangan. Rasio keuangan
sangat penting dalam melakukan analisis terhadap kondisi keuangan
perusahaan. Rasio keuangan ini hanya menyederhanakan informasi yang
menggambarkan hubungan antara pos tertentu dengan pos lainnya. Dengan
penyederhanaan ini, bisa dinilai secara cepat hubungan antara pos tadi dan
dibandingkan dengan rasio lain sehingga dapat diperoleh informasi.
2.3.2 Keunggulan Dan Kelemahan Analisis Rasio Keuangan
Analisis rasio keuangan memiliki keunggulan di banding teknik analisis
laporan keuangan lainnya. Menurut Harahap (2001:298), mengemukakan
bahwa keunggulan tersebut adalah:
1. Rasio merupakan angka-angka yang lebih mudah dibaca. 2. Merupakan pengganti yang lebih sederhana dari informasi yang
disajikan laporan keuangan yang sangat rinci dan rumit. 3. Mengetahui posisi perusahaan di tengah industri lain. 4. Sangat bermanfaat untuk bahan dalam pengambilan keputusan.
5. Lebih mudah memperbandingkan perusahaan dengan perusahaan lain atau melihat perkembangan perusahaan secara periodik.
6. Lebih mudah melakukan prediksi di masa yang akan datang.”
Teknik analisis rasio keuangan merupakan sebagian dari konsep analisis
laporan keuangan. Menurut Harahap (2001:204-205), bahwa teknik analisis
rasio keuangan memiliki kelemahan sebagai berikut:
1. Rasio itu di ambil dari data akuntansi yang juga memiliki sifat-sifat tersendiri yang harus diketahui dan memerlukan tafsiran tersendiri. Dan bukan tidak mungkin data akuntansi itu sendiri mengandung data manipulasi atau kesalahan-kesalahan lainnya. Perbedaan-perbedaan yang sama-sama boleh dalam akuntansi misalnya perbedaan metode penyusutan akan memberikan data keuangan yang berbeda, penilaian persediaan, periode akuntansi dan lain-lain.
2. Kalau ingin menganalisis dua perusahaan yang berbeda dan ingin membandingkannya maka harus dilakukan: analisis tentang prinsip akuntansi yang di anut dan melakukan penyesuaian atas hal-hal yang berbeda.
3. Dalam menilai suatu rasio baik atau buruk, analis harus hati-hati. Turn over yang tinggi belum tentu baik. Mungkin perusahaan melakukan obral besar-besaran dan cenderung mau bangkrut atau mungkin jeins perusahaannya berbeda.
2.3.3 Keterbatasan Analisis Rasio Keuangan
Di samping keunggulan yang dimiliki analisis rasio keuangan, teknik ini
juga memiliki beberapa keterbatasan yang harus disadari sewaktu
penggunaannya agar tidak salah dalam penggunaannya. Adapun keterbatasan
analisis rasio keuangan yang dikemukakan Harahap (2001:298-299), bahwa
keterbatasan analisis rasio keuangan adalah:
1. Kesulitan dalam memilih rasio yang tepat dan dapat digunakan untuk kepentingan pemakainya.
2. Keterbatasan yang dimiliki laporan keuangan juga menjadi keterbatasan teknik ini, seperti metode pencatatan yang tergambar dalam standar akuntasi bisa diterapkan berbeda oleh perusahaan yang berbeda.
3. Jika data untuk menghitung rasio tidak tersedia maka akan menimbulkan kesulitan menghitung rasio.
4. Jika dua perusahaan dibandingkan bisa saja teknik dan standar akuntansi yang digunakan tidak sama. Oleh karena itu, jika dilakukan perbandingan bisa menimbulkan kesalahan.”
2.3.4 Teknik Analisis Rasio Keuangan
Analisis rasio keuangan ini hanya menyederhanakan hubungan antara
pos tertentu dengan pos lainnya. Dengan penyederhanaan ini dapat di nilai
hubungan antara pos tadi dan dapat dibandingkan dengan rasio lain.
Umumnya rasio yang di kenal dan populer adalah:
1. Rasio Likuiditas.
2. Rasio Leverage.
3. Rasio Aktivitas.
4. Rasio Profitabilitas.
Pemilihan aspek-aspek yang akan di nilai perlu dikaitkan dengan tujuan
analisis. Apabila analisis dilakukan oleh pihak kreditur, aspek yang dinilai
akan berbeda dengan penilaian yang dilakukan oleh calon pemodal. Kreditur
akan lebih berkepentingan dengan kemampuan perusahaan melunasi
kewajiban keuangan tepat pada waktunya sedangkan pemodal akan lebih
berkepentingan dengan kemampuan persuhaan menghasilkan keuntungan.
1. Rasio Likuiditas
Secara umum, rasio likuiditas diketahui sebagai salah satu teknik
analisis rasio keuangan yang menggambarkan kemampuan perusahaan
menyelesaikan semua kebutuhan jangka pendek. Menurut Suad Husnan
dan Enny Pudjiastuti (2002:71), bahwa “Rasio likuiditas adalah salah satu
teknik analisis rasio keuangan yang mengukur kemampuan perusahaan
memenuhi keuangan jangka pendek.”
Harahap mengemukakan (2001:301), bahwa:
“Rasio likuiditas adalah salah satu teknik analisis rasio keuangan yang menggambarkan kemampuan perusahaan untuk menyelesaikan kewajiban jangka pendeknya. Rasio-rasio ini dapat di hitung melalui sumber informasi tentang modal kerja yaitu pos-pos aktiva lancar dan hutang lancar.”
2. Rasio Leverage
Secara umum, rasio leverage diketahui sebagai salah satu teknik
analisis rasio keuangan untuk mengetahui posisi utang perusahaan terhadap
modal maupun asset. Suad Husnan dan Enny Pudjiastuti (2002:70),
mengemukakan bahwa:
“Rasio leverage adalah salah satu teknik analisis rasio keuangan yang mengukur seberapa jauh perusahaan menggunakan utang. Bebrapa analis menggunakan istilah rasio solvabilitas, yang berarti mengukur kemampuan perusahaan memenuhi kewajiban keuangannya.”
Sedangkan menuurut Harahap (2001:306), bahwa:
“Rasio leverage adalah salah satu teknik analisis rasio keuangan yang menggambarkan hubungan antara utang perusahaan terhadap modal maupun asset. Rasio ini dapat melihat seberapa jauh perusahaan dibiayai oleh utang atau pihak luar dengan kemampuan perusahaan yang digambarkan oleh modal (equity). Perusahaan yang baik mestinya memiliki komposisi modal yang lebih besar dari utang. Rasio ini bisa juga di anggap bagian dari rasio solvabilitas.”
3. Rasio Aktivitas
Secara umum, rasio aktivitas diketahui sebagai salah satu teknik
analisis rasio keuangan untuk mengetahui aktivitas perusahaan dalam
menjalankan operasinya baik dalam penjualan dan kegiatan lainnya.
Harahap (2001:308), mengemukakan bahwa:
“Rasio aktivitas adalah salah satu teknik analisis rasio keuangan yang menggambarkan aktivitas yang dilakukan perusahaan dalam menjalankan operasinya baik dalam kegiatan penjualan, pembelian dan kegiatan lainnya.”
Adapun beberapa rasio aktivitas menurut Harahap (2001:308-209), adalah : 1. Inventory Turn Over Ratio
2. Receivable Turn Over Ratio 3. Total Asset Turn Over Ratio 4. Rasio Periode Penagihan Piutang (Average Collection Period Ratio)
4. Rasio Profitabilitas
Secara umum, Rasio Profitabilitas diketahui sebagai salah satu teknik
analisis laporan keuangan yang mengukur kemampuan perusahaan
mendapatkan laba melalui semua sumber yang ada, penjualan, kas, asset dan
modal. Menurut Harahap (2001:304), bahwa:
“Rasio Profitabilitas adalah salah satu teknik analisis rasio keuangan yang menggambarkan kemampuan perusahaan mendapatkan laba melalui semua kemampuan dan sumber yang ada seperti kegiatan
penjualan, kas, modal, jumlah karyawan, jumlah cabang dan sebagainya. Rasio yang menggambarkan kemampuan perusahaan menghasilkan laba di sebut juga Operating Ratio.”
Menurut Suad Husnan dan Enny Pudjiastuti (2002:73), bahwa:
“Rasio Profitabilitas ini dimaksudkan untuk mengukur efisiensi penggunaan aktiva perusahaan atau mungkin sekelompok aktiva perusahaan. Mungkin juga efisiensi ingin dikaitkan dengan penjualan yang berhasil diciptakan.”
Beberapa rasio profitabilitas menurut Harahap (2001:457), adalah sebagai
berikut:
1. Gross Profit Margin Ratio. 2. Net Profit Margin Ratio. 3. Operating Ratio. 4. Rate Of Return On Assets Ratio. 5. Return On Investment Ratio. 6. Return On Net Worth (Equity) Ratio.”
2.3.5 Keterangan Lain Dalam Analisis Rasio Keuangan
Secara umum diketahui, berdasarkan sumber data keuangan analisis
rasio keuangan dapat di bagi menjadi tiga, yaitu:
1. Balance Sheet Ratio: Rasio-rasio keuangan yang sumber data
keuangannya dari daftar neraca.
2. Income Statement Ratio: Rasio-rasio keuangan yang sumber data
keuangannya dari daftar pendapatan atau laporan laba rugi.
3. Interstatement Ratio: Rasio-rasio keuangan yang sumber data
keuangannya dari satu sisi daftar pendapatan atau laporan laba rugi dan
sisi lain dari daftar neraca.
2.4 Kinerja
Keberhasilan sebuah perusahaan dalam mencapai tujuannya dan
memenuhi kebutuhan masyarakat sangat tergantung dari kinerja perusahaan dan
manajer perusahaan di dalam melaksanakan tanggung jawabnya.
2.4.1 Pengertian Kinerja
Menurut Hansen dan Mowen (2000:6), bahwa “Kinerja adalah tingkat
konsistensi dan kebaikan fungsi-fungsi produk”. Jelas bahwa kemampuan
suatu divisi menghasilkan kinerja yang baik atau buruk tidak terlepas dari
upaya-upaya manajernya.
Sementara definisi kinerja perusahaan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia yaitu : “Suatu proses atau pelaksanaan kegiatan yang diselenggarakan dengan peralatan atau dengan cara teratur dengan tujuan mencari keuntungan” 2.4.2 Penilaian Kinerja Perusahaan
2.4.2.1 Pengertian Penilaian Kinerja Perusahaan
Mulyadi (2001:415-416), mengemukakan bahwa:
“Penilaian kinerja adalah penentuan secara periodik efektivitas operasional suatu organisasi, bagian organisasi dan karyawan berdasarkan sasaran, standar dan kriteria yang telah ditetapkan sebelumnya.”
Penilaian kinerja dilakukan untuk menekan perilaku yang tidak
semestinya dan untuk merangsang dan menegakkan perilaku yang semestinya
diinginkan melalui umpan balik hasil kinerja pada waktunya.
2.4.2.2 Manfaat Penilaian Kinerja Perusahaan
Menurut Mulyadi (2001:416), bahwa penilaian kinerja dimanfaatkan
untuk:
1. Mengelola operasi organisasi secara efektif dan efisien melalui pemotivasian karyawan secara maksimum.
2. Membantu pengambilan keputusan yang bersangkutan dengan karyawan, seperti: promosi, transfer dan pemberhentian.
3. Mengidentifikasi kebutuhan pelatihan dan pengembangan karyawan dan untuk menyediakan kriteria seleksi dan evaluasi program pelatihan karyawan.
4. Menyediakan umpan balik bagi karyawan mengenai bagaimana atasan mereka menilai kinerja mereka.
5. Menyediakan suatu dasar bagi distribusi penghargaan.
Tujuan pokok penilaian kinerja adalah untuk memotivasi karyawan dalam
mencapai sasaran organisasi dan dalam mematuhi standar perilaku yang
telah ditetapkan sebelumnya, agar membuahkan tindakan dan hasil yang
diinginkan.
2.4.2.3 Tahap Penilaian Kinerja Perusahaan
Mulyadi (2001:420), bahwa penilaian kinerja dilaksanakan dalam
dua tahap utama, yaitu tahap persiapan dan tahap penilaian.
Tahap persiapan terdiri dari tiga tahap rinci: 1. Penentuan daerah pertanggungjawaban dan manajer yang
bertanggung jawab. 2. Penetapan kriteria yang di pakai untuk mengukur kinerja. 3. Pengukuran kinerja sesungguhnya.”
Tahap penilaian terdiri dari tiga tahap rinci: 1. Pembandingan kinerja sesungguhnya dengan sasaran yang telah
dari yang ditetapkan dalam standar. 3. Penegakan perilaku yang diinginkan dan tindakan yang digunakan
untuk mencegah perilaku yang tidak diinginkan.
2.4.2.4 Ukuran Kinerja
Terdapat tiga macam ukuran yang dapat digunakan untuk mengukur
kinerja secara kuantitatif, yaitu: ukuran kriteria tunggal, ukuran kriteria
beragam dan ukuran kriteria gabungan. Menurut Mulyadi (2001:434),
bahwa: “Ukuran kriteria tunggal adalah ukuran kinerja yang hanya
menggunakan satu ukuran untuk menilai kinerja manajer.”
Jika kriteria tunggal digunakan untuk mengukur kinerja, orang akan
cenderung memusatkan usahanya kepada kriteria tersebut dengan akibat
diabaikannya kriteria yang lain, yang kemungkinan sama pentingnya dalam
menentukan sukses atau tidaknya perusahaan atau bagiannya.
Mulyadi (2001:434), mengemukakan bahwa “Ukuran kriteria
beragam adalah ukuran kinerja yang menggunakan berbagai macam ukuran
untuk menilai kinerja manajer”. Kriteria beragam merupakan cara untuk
mengatasi kelemahan kriteria tunggal dalam pengukuran kinerja. Tujuan
penggunaan kriteria beragam ini adalah agar manajer yang diukur kinerjanya
mengarahkan usahanya kepada berbagai kinerja.
Menurut Mulyadi (2001:434), bahwa:
“Ukuran kriteria gabungan adalah ukuran kinerja yang menggunakan berbagai macam ukuran, memperhitungkan bobot masing-masing ukuran dan menghitung rata-ratanya sebagai ukuran menyeluruh kinerja manajer.”
2.5 Return On Investment
2.5.1 Pengertian Return On Investment (ROI)
Analisis ROI dalam analisis keuangan mempunyai arti yang sangat
penting karena merupakan salah satu teknik yang bersifat menyeluruh
(comprehensive). Analisis ROI merupakan salah satu teknik analisis yang
lazim digunakan untuk mengukur tingkat efektivitas dari keseluruhan operasi
perusahaan. ROI merupakan salah satu rasio profitabilitas yang mengukur
kemampuan perusahaan dengan keseluruhan investasi yang ditanamkan dalam
total asset yang digunakan untuk menghasilkan keuntungan.
Mulyadi (2001:440), mengemukakan bahwa:
“Kembalian investasi (return on investment atau ROI) merupakan perbandingan laba dengan investasi yang digunakan untuk menghasilkan laba, Formula untuk menghitung return on investment adalah:
1. ROI = Investasi
Laba
2. ROI = Pendapatan
LabaInvestasi
Pendapatan×
Dalam formula satu, untuk pengukuran kinerja pusat laba, laba yang akan diperoleh suatu pusat laba dalam jangka waktu tertentu (biasanya satu tahun) dibagi dengan investasi yang akan digunakan untuk mendapatkan laba tersebut. Dalam formula dua, baik investasi maupun laba dihubungkan dengan pendapatan. Investasi yang dihubungkan dengan pendapatan menunjukkan tingkat perputaran investasi (investment turnover) dalam periode tertentu. Tingkat perputaran investasi menunjukkan produktivitas penggunaan investasi dalam menghasilkan pendapatan. Laba di bagi dengan pendapatan menunjukkan profit margin yang mrupakan persentase laba yang dapat diperoleh dari setiap rupiah pendapatan. Profit margin menunjukkan produktivitas pendapatan dalam menghasilkan laba.”
Menurut Hansen dan Mowen (2000:68), bahwa:
“Suatu cara untuk mengaitkan laba operasi dengan aktiva yang digunakan adalah melalui perhitungan laba yang diperoleh per dolar investasi. Pengembalian atas investasi (return on investment atau ROI) adalah ukuran kinerja yang paling lazim bagi suatu pusat investasi. ROI didefinisikan sebagai berikut:
ROI = Rata-Rata Operasi Aktiva
Operasi Laba
Laba operasi adalah laba sebelum bunga dan pajak.sedangkan aktiva operasi adalah seluruh aktiva yang digunakan untuk menghasilkan laba operasi, termasuk kas, piutang, persediaan, tanah, gedung dan peralatan. Aktiva operasi rata-rata di hitung sebagai berikut:
Aktiva Operasi = 2
AkhirBersih Buku Nilai AwalBersih Buku Nilai +
Rumus kedua ROI adalah marjjualan yang tersedia untuk bunga, pajak dan laba. Perputaran adalah suatu ukuran yang lain, hal itu di hitung melalui pembagian pendapatan penjualan dengan aktiva operasi rata-rata. Hasilnya menunjukkan produktif aktiva yang sedang digunakan untuk menghasilkan penjualan.”
2.5.2 Manfaat ROI Sebagai Penilai Kinerja Perusahaan
Menurut Mulyadi (2001:448-450), bahwa kembalian investasi sebagai
pengukur kinerja pusat laba memiliki tiga manfaat berikut ini:
1. Kembalian investasi mendorong manajer pusat laba menaruh perhatian yang seksama terhadap hubungan antara pendapatan penjualan, biaya dan investasi.
2 Kembalian investasi mendorong manajer pusat laba melaksanakan efisiensi biaya.
3. Kembalian investasi mencegah manajer pusat laba melakukan investasi yang berlebihan di dalam pusat laba yang dipimpinnya.”
Hansen dan Mowen (2000:70) mengemukakan bahwa sedikitnya ada
tiga hasil positif dari penggunaan ROI:
1. Mendorong manajer untuk memfokuskan pada hubungan antara penjualan, beban dan investasi, sebagaimana diharapkan dari seorang manajer pusat investasi.
2. Mendorong manajer memfokuskan pada efisiensi. 3. Mendorong manajer memfokuskan pada efisiensi aktiva operasi.
2.6 Net Profit Margin (NPM)
2.6.1 Pengertian Net Profit Margin (NPM)
NPM merupakan rasio yang menggambarkan besarnya laba bersih yang
diperoleh oleh perusahaan perusahaan pada setiap penjualan yang dilakukan.
Rasio ini menggambarkan besarnya persentase keuntungan bersih yang
diperoleh perusahaan untuk setiap penjualan karena memasukkan semua unsur
pendapatan dan biaya. Berdasarkan hasil perhitungan diperoleh rasio NPM
untuk tahun 2003 sebesar 0,04 yang berarti untuk setiap seratus rupiah
penjualan perusahaan mendapatkan keuntungan bersih sebesar empat rupiah.
Sedangkan untuk tahun 2002 rasio NPM adalah sebesar 0,02 yang berarti
untuk setiap seratus rupiah penjualan perusahaan mendapatkan keuntungan
bersih sebesar 2 rupiah. Jika dibandingkan antara tahun 2003 dan tahun 2002
terlihat bahwa terjadi kenaikan kinerja dengan adanya kenaikan dalam NPM.
Jika dibandingka dengan rata-rata industri terlihat bahwa nilai rasio ini terlalu
rendah karena kurang dari 10%.
Sumber, Darsono, Ashari dalam bukunya Pedoman Praktis Memahami Laporan Keuangan (Penerbit dan Percetakan ; Andi-Andi Offset 2005, halaman 78).
Sedangkan pengertian Net Profit menurut Helfert (2000;446) adalah :
“The difference between periodic revenues and matching cost and expenses, after applicable income taxes”.
Rasio ini ditulis dalam bentuk rumus sebagai berikut :
NPM = Laba Bersih Penjualan
Sumber, Dwi Prastowo, Rifka Juliaty dalam bukunya Analisis Laporan Keuangan Konsep dan Aplikasi (Penerbit dan Percetakan ; AMP YKPN 2002, halaman 91).
2.6.2 Manfaat NPM Sebagai Penilai Kinerja Perusahaan
Rasio ini dapat digunakan untuk mengukur seberapa besar laba bersih
setelah pajak yang diperoleh dari setiap rupiah penjualan perusahaan.
Disamping itu rasio ini juga bermanfaat untuk mengukur tingkat efesiensi total
pengeluaran biaya-biaya dalam perusahaan. Semakin efesiensi suatu
perusahaan dalam mengeluarkan biaya-biayanya semakin besar pula
keuntungan yang didapat oleh perusahaan tersebut.
2.7 Return On Equity (ROE)
2.7.1 Pengertian Return On Equity
Rasio profitabilitas akan memberikan jawaban akhir tentang efektifitas
manajemen perusahaan, rasio ini memberikan gambaran tentang tingkat
efektifitas pengelolaan perusahaan.
Return on Equity atau sering disebut juga dengan Return on Common
Equity (ROCE). Dalam bahasa Indonesia, istilah ini sering juga
diterjemahkan sebagai Rentabilitas Saham Sendiri (Rentabilitas Modal
Saham). Investor yang akan membeli saham akan tertarik dengan ukuran
profitabilitas ini, atau bagian dari total profitabilitas yang bisa dialokasikan
kepada pemegang saham.
Seperti diketahui, pemegang saham yang mempunyai klaim residual (sisa)
atas keuntungan yang diperoleh. Keuntungan yang diperoleh perusahaan
pertama akan dipakai untuk membayar bunga hutang, saham preferen,
kemudian (jika ada sisa) diberi kepada pemegang saham biasa.
Definisi tentang Return On Equity menurut Eugene. F. Brigham dan Joel
F. Houston (2001:91) adalah :
“ Return on Equity adalah rasio laba bersih terhadap ekuitas saham biasa untuk mengukur pengembalian atas ekuitas saham biasa, (Return On Common Equity atau ROCE), atau tingkat pengembalian atas investasi pemegang saham.” Menurut Bambang Riyanto (2001:335) mengemukakan :
“ Return On Equity (ROE) merupakan rasio yang menunjukkan dari modal sendiri untuk menghasilkan keuntungan bagi pemegang saham preferen dan saham biasa, semakin besar rasio ini maka akan semakin baik.”
Menurut Agus Sartono (2003:123) :
“ ROE adalah mengukur kemampuan suatu perusahaan memproleh laba yang tersedia bagi pemegang saham perusahaan. Rasio ini dipengaruhi oleh besar kecilnya utang perusahaan, proporsi utang semakin besar maka ROE semakin baik juga.”
Menurut (Lukman Syamsuddin, (2004:72), Return on Equity dihitung
sebagai berikut :
Return on Equity = Laba Setelah Pajak x 100% Modal Sendiri Bagian atas persamaan tersebut (numerator) mencerminkan bagian laba
yang bisa dialokasikan ke pemegang saham untuk periode tertentu, setelah
semua hak-hak kreditur dan saham preferen telah dilunasi. Biaya bunga
telah dikurangkan dari laba bersih, sementara dividen untuk saham prefern
belum dikurangkan. Karena itu dividen untuk saham preferen harus
dikurangkan dari laba bersih perusahaan untuk memperoleh hak bersih
pemegang saham biasa.
Pembagi (denominator) persamaan diatas mengukur rata-rata jumlah
saham yang digunakan selama periode tersebut. Untuk menghitung saham
biasa, saham prefern biasanya dikurangkan dari total saham.
2.8 Dividend
2.8.1 Pengertian Dividen
Pada dasarnya, dividen adalah pembayaran sejumlah kas (uang tunai)
yang dilakukan perusahaan kepada perusahaan para pemegang sahamnya
dengan jumlah saham yang dipegang oleh masing-masing pemilik.
Menurut SAK.no.23 paragraf 4c (2004:23) dividen didefinisikan sebagai :
“Distribusi laba kepada pemegang investasi ekuitas sesuai dengan proporsi
mereka dari jenis modal tertentu”.
Pengertian dividen tunai menurut Agus Sartono (2001:279) :
“Dividen tunai adalah sumber dari aliran kas untuk pemegang saham yang memberikan informasi tentang kinerja perusahaan saat ini dan akan datang. Dari kedua definisi diatas dapat disimpulkan bahwa dividen sangat
penting artinya bagi pemegang saham. Dividen merupakan pembayaran dari
emiten kepada pemegang saham sebagai imbalan atas modal yang telah
ditanamkan perusahaan tersebut.
Dividen untuk saham biasa dinyatakan dalam satuan rupiah bukan
sebagai persentase dari nilai nominalnya, sedangkan untuk saham preferen,
dividen dinyatakan dengan persentase dari nilai nominal. Pembagian dividen
dapat berbentuk kas, aktiva lain, wesel atau surat hutang lainnya dari
perusahaan yang sebenarnya merupakan dividen kas yang ditangguhkan dan
saham perusahaan itu sendiri.
Distribusi laba kepada pemegang ekuitas sesuai dengan proporsi dari jenis
modal tertentu.
Dividen dibayar dari laba yang ditahan merupakan suatu ungkapan yang
bisanya dijumpai. Akan tetapi untuk lebih tepatnya lagi, kita harus mengakui
bahwa dividen dibayar dari kas dan hal itu akan mengurangi laba yang
ditahan.
Laba suatu perusahaan menambah aktiva bersih/ekuitas para pemegang
saham. Pembagian dividen tidak lebih dari penarikan aktiva yang mengurangi
aktiva bersih.
Pembagian dividen dipengaruhi oleh banyak variabel. Sebagai
contohnya, kebutuhan arus kas dan investasi perusahaan mungkin berubah-
ubah dengan cepat, sehingga sulit untuk menentukan jumlah deviden tetap
yang tinggi. Dilain pihak, perusahaan mungkin menginginkan pembayaran
dividen yang tinggi untuk menyalurkan dana yang dibutuhkan dalam investasi
dalam kasus seperti ini, pimpinan perusahaan dapat menetapkan dividen yang
tetap rendah sehingga perusahaan akan dapat membayarnya pada tahun-tahun
dimana laba yang diperoleh perusahaan rendah atau pada tahun-tahun
diperlukan dana yang cukup besar untuk investasi.
2.8.2 Dividend Payout Ratio
Menurut Standar Akuntansi Keuangan (2004) no.2 paragraf 33:
“ Dividen yang dibayarkan dapat diklasifikasikan sebagai arus kas pendanaan
karena merupakan biaya perolehan sumber daya keuangan. Sebagai alternatif,
dividen yang dibayarkan dapat diklasifikasikan sebagai komponen arus kas
dari aktivitas pendanaan denganmaksud membantu para pengguna laporan
arus kas dalam menilai kemampuan perusahaan yang membayar dividen arus
kas pendanaan”.
Sementara itu dalam Standar Akuntansi Keuangan (2004) no.2 paragraf 57
disebutkan :
“Dividen yang dibayarkan harus diungkapkan tersendiri dan harus diklasifikasikan sebagai aktivits operasi, investasi atau pendanaan.” Besarnya bagian laba yang dibagikan pada pemegang saham disebut dividen
payout.
Rasio antara dividen payout dengan laba perrusahaan disebut deviden payout
ratio.
Menurut Henry Simamora (2000:523) :
“Dividen payout ratio adalah prsentase laba saham biasa yang dibayarkan dalam bentuk dividen.”
Dividend Payout Ratio = Dividen Per_Share x 100%
Earning Per Share
2.8.3 Kebijakan Dividen Perusahaan
Pengertian kebijakan dividen menurut Agus sartono (2001;281) :
“Kebijakan Dividen adalah keputusan apakah laba yang diperoleh perusahaan akan dibagikan kepada pemegang saham sebagai dividen atau akan ditahan dalam bentuk laba ditahan guna pembiayaan investasi dimasa datang.
Apabila perusahaan memiliki untuk membagikan laba sebagai dividen, maka akan mengurangai total sumber dana intern atau internal financing, sebaliknya perusahaan memilih untuk menahan laba yang diperoleh, maka kemampuan pembentukan dana intern akan semakin besar.”
Sedangkan menurut Ridwan dan Inge (2003:385) menjelaskan bahwa
kebijakan dividen didalam prakteknya ada kecenderungan perusahaan akan
memberikan dividen dengan jumlah yang relatif stabil atau meningkat secara
teratur.
Kebijakan ini diambil dengan asumsi bahwa pihak investor melihat kenaikan
dividen sebagai suatu tanda perusahaan memiliki prospek cerah dan pihak
investor cenderung lebih menyukai dividen yang stabil. Perusahaan pada
umumnya menaikkan dividen hingga suatu tingkatan tertentu apabila
perusahaan tersebut yakin akan mempertahankannya dimasa yang akan
datang.
Kebijakan Dividen merupakan suatu kebijakan untuk menetapkan berapa
besar bagian dari laba bersih yang akan dibagikan sebagai dividen kepada para
pemegang saham dan berapa besar bagian dari laba bersih itu yang akan
ditanamkan kembali sebagai laba yang ditahan untuk reinvestasi.
2.8.4 Faktor-faktor yang mempengaruhi Kebijakan Dividen
Menurut Ridwan dan Inge (2003:387), faktor yang mempengaruhi
kebijakan dividen adalah :
1. Peraturan Hukum a. Peraturan mengenai laba bersih menentukan bahwa dividen dapat
dibayar dari laba tahun-tahun yang lalu dan tahun berjalan. b. Peraturan mengenai tindakan yang merugikan modal. Melindungi
para kreditur dengan melarang pembayaran dividen yang berasal dari modal.
2. Posisi Likuiditas Saldo laba biasanya diinvestasikan dalam bentuk aktiva yang diperlukan untuk menjalankan usaha. Oleh karena itu, jika perusahaan mendapatkan banyak keuntungan mungkin saja tidak dapat membayar dividen karena keadaan likuiditasnya. Dalam situasi seperti ini mungkin perusahaan memutuskan untuk tidak membayar dividen dalam bentuk tunai.
3. Membayar Pinjaman Jika perusahaan memperoleh pinjaman untuk memperluas usahannya, maka perusahaan tersebut dapat melunasi pinjamannya.
4. Kontrak Pinjaman Kontrak pinjaman baik jangka pendek atau pinjaman jangka panjang seringkali membatasi kemampuan perusahaan untuk membayar pinjaman.
5. Pembatasan dari saham prefern Apabila dividen pemegang saham preferen belum dibayar maka pembayaran dividen kepada pemegang saham biasa belum dapat dilakukan.
6. Kebutuhan dana untuk investasi Perusahaan yang berkembang selalu membutuhkan dana baru untuk investasi pada proyek-proyek yang menguntungkan. Dalam hal ini manajemen cenderung lebih suka memanfaatkan laba ditahan karena pemanfaatan laba ditahan tidak memerlukan flotation cost.
7. Fluktuasi Laba Apabila perusahaan berluktuasi dividen yang dibayarkan lebih kecil hal ini dilakukan untuk menjaga kestabilan pembayaran dividen. Dengan laba yang berfluktuasi perusahan juga tidak banyak mempergunakan utang sebagai sumber pendaaan, hal ini dilakukan untuk mengurangi resiko kebangkrutan. Dengan keadaan demikian laba ditahan akan menjadi besar dan dividen yang dibayarkan semakin kecil.
2.8.5 Teori Mengenai Kebijakan Dividen
Menurut Sartono (2001 ; 282-285) Teori mengenai Kebijakan Deviden
adalah sebagai berikut:
1. Devidend Irrelevancy Theory, menurut ajaran Merton-Miller dan Modigliani berpendapat bahwa pada dasarnya investor indiferen atas pendapatan dalam bentuk deviden atau capital gains. Ajaran ini mempermasalahkan apakah jika perusahaan menaikkan atau menurunkan dividen maka harga saham akan naik atau turun. Menurut Merton-Miller hal itu tidak akan terjadi karena perubahan harga saham terutama tergantung pada informasi mengenai ekspektasi pendapatan mendatang.
2. Bird in hand theory, menurut ajaran Myron Gordon dan Jhon Lintner
berpendapat bahwa ekspektasi capital gains dari laba ditahan lebih riskan daripada ekspektasi deviden, karena itu ajaran ini menyarankan agar pendapatan perusahaan yang rasio pembayarannya rendah dikapitalisir dengan kapitalisasi yang tinggi dari pendapatan yang rasio pembayarannya tinggi.
3. Tax Differential Theory, berpendapat bahwa karena deviden cenderung
dikenakan pajak yang lebih tinggi daripada capital gains, maka investor akan meminta tingkat keuntungan yang lebih tinggi untuk saham dengan dividend yield yang tinggi. Theory ini menyarankan bahwa perusahaan lebih baik menentukan dividend payout ratio yang rendah atau bahkan tidak membagikan deviden sama sekali untuk meminimumkan biaya modal dan memaksimumkan perusahaan.
2.8.6 Jenis-jenis Kebijakan Pembayaran Dividen
Menurut Ridwan dan Inge (2003:391-393) ada tiga jenis kebijakan
pembayaran dividen yang dilakukan perusahaan yaitu antara lain sebagai
berikut:
1. Stabil Amount Pershare Pada kebijakan ini besarnya dividen per share yang dibayarkan selalu stabil dalam jumlah yang relative tetap setiap tahunnya walaupun terjadi
fluktuasi dalam earnimg per share. Dividen stabil ini diertahankan untuk beberapa tahun kemudian apabila ternyata pendapatan perusahaan meningkat dan kenaikan pendapatan tersebut permanen barulah besaarnya dividen per sahare dinaikkan dan dividen yang sudah dinaikkan ini akan dipertahankan untuk jangka waktu yang relatif panjang.
2. Constant Payout Ratio
Pembayaran dividen merupakan persentase yang tetap dari pendapatan perusahaan. Jarang sekali perusahaan menjalankan kebijakan dividen jenis ini dimana perusahaan membayarkan dividen dalam persentase yang constant terhadap perusahaan berfluktuasi, maka jumlah dividen yang dibayarkan akan ikut berfluktuasi.
3. Loin Regular Plus Extra Kebijakan dividen ini merupakan kombinasi antara jenis pertama dan kedua. Perusahaan membayarkan dividen tetap redah tetapi ditambah dengan pembayaran extra pada saat tertentu. Dengan cara ini perusahaan dapat menghilangkan ketidak pastian bagi investor mengenai pendapatan dividen yang akan diterimanya. Untuk perusahaan yang pendapatannya berfluktuasi, jenis ini merupakan pilihan terbaik.
2.8.7 Urutan Pembayaran Dividen
Prosedur pembayaran cukup penting untuk diketahui, berikut ini adalah
garis besar urutan pembayaran deviden menurut Ridwan Sundjaja dan Inge
Barlian (2002;332) :
1. Tanggal tercatatnya pemegang saham (Holder of record date) Perusahaan menutup buku mengenai transfer saham dan menyusun daftar tentang nama-nama para pemegang saham menurut keadaan hari itu. Jika perusahaan diberitahu tentang adanya penjualan dan transfer yang terjadi sebelum tanggal terdaftarnya pemegang saham, maka pemilik baru akan menerima dividen. Jika transfer itu terjadi sesudahnya maka yang menerima dividen adalah pemilik lama.
2. Tanggal Tanpa Deviden (Ex Deviden date)
Yaitu tanggal dimana hak atas deviden itu terlepas dari sahamnya (untuk saham terdaftar tanggal ex-deviden nya adalah empat hari kerja sebelum pencatatan.
3. Tanggal Pembayaran (Payment Date)
Tanggal pembayaran merupakan tanggal nyata dimana perusahaan dalam kenyataannya mengirimkan cek kepada nama-nama yang tercatat itu pada tanggal pembayaran.
2.9 Pengaruh Kinerja Keuangan (ROI, ROE & NPM) terhadap Dividend
Payout Ratio
Kinerja keuangan perusahaan sangatlah berpengaruh terhadap pembagian
dividen. Ini bisa dilihat dari kebijakan dividen yang sangat bergantung terhadap
kinerja keuangan khususnya dilihat dari rasio profitabilitas.
Ini bisa dilihat dari pernyataan Ridwan S. Sundjaja & Inge Berlian (2002;340) yang menyatakan : “Tingkat pengembalian atas asset menentukan pembagian laba dalam bentuk dividen yang dapat digunakan oleh pemegang saham baik ditanamkan kembali di dalam perusahaan maupun di tempat lain.”
Hal ini serupa didukung Ross, Westerfield & Jaffe (2002;496) yang menyatakan
bahwa :
“Dividend Policy can also provide information to the Stockholders concerning the firm’s performance “. Jadi sebenarnya Dividend Policy merupakan informasi bagi pemegang saham
untuk melihat kinerja keuangan sebuah perusahaan.
2.10 Hasil Penelitian Terdahulu
Hasil penelitian terdahulu, didapat bahwa kinerja keuangan yang diukur
dari rasio profitabilitas tidak berpengaruh signifikan terhadap Dividend Payout
Ratio. Seperti yang diungkapkan oleh Sutrisno (2001;1) :
“Dari ketujuh variable independent tersebut diatas, hanya posisi kas dan rasio hutang (kelompok perkiraan neraca) saja yang berpengaruh signifikan terhadap Dividend Payout Ratio, sedangkan Earnings yang merupakan proksi dari kelompok rugi-laba berpengaruh kurang signifikan terhadap Dividend Payout Ratio”.
BAB III
OBJEK DAN METODE PENELITIAN
3.1 Sejarah Perusahaan Semen yang Go Publik
3.1.1 PT Indocement Tunggal Prakasa Tbk
PT Indocement Tunggal Prakasa Tbk didirikan di Indonesia pada tanggal
16 Januari 1985 berdasarkan akta notaris Ridwan Suselo, S.H., No. 227.
Akta pendirian tersebut disahkan oleh Mentri Kehakiman Republik Indonesia
dalam Surat Keputusan No. C2-2876HT.01.01.Th.85 tanggal 17 Mei 1985, dan
diumumkan dalam Berita Negara Republik Indonesia No. 946, Tambahan No. 57
tanggal 16 Juli 1985. Anggaran dasar Perusahaan telah beberapa kali mengalami
perubahan dengan akta notaris Amrul Partomuan Pohan,S.H., LLM No. 23
tanggal 10 Juni 2008 mengenai, antara lain, penambahan maksud dan tujuan serta
kegiatan usaha perusahaan dan penyesuaiaan dengan Undang-undang No. 40
tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas. Perubahan tersebut telah disetujui oleh
Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia dalam surat
keputusan No. AHU-AH.01.02. Tahun 2008 tanggal 7 Juli 2008.
Kantor pusat Perusahaan berlokasi di Wisma Indocement Lantai 8, Jl. Jend.
Sudirman kav. 70 - 71, Jakarta, Pabriknya berlokasi di Citeureup – Jawa Barat,
Cirebon – Jawa Barat, dan Tarjun – Kalimantan Selatan.
3.1.1.1 Dewan Komisaris dan Direksi ( 31 Desember 2008)
Dewan Komisaris
Komisaris Utama : Dr. Albert Scheuer
Wakil Komisaris Utama/
Komisaris Independen : Sudwikatmono
Wakil Komisaris Utama/
Komisaris Independen : I Nyoman Tjager
Komisaris Independen : Sri Prakash
Komisaris : Dr. Lorenz Naeger
Komisaris : Dr. Bernhard Scheifele
Komisaris : Daniel Hugues Jules Gauthier
Dewan Direksi
Direktur Utama : Daniel Uegene Antoine Lavalle
Wakil Direktur Utama : Tedy Djuhar
Direktur : Hasan Imer
Nelson G.D. Borch
Christian Kartawijaya
Kuky Permana Kumalaputra
Benny Setiawan Santoso
Ernest Gerard Jelito
3.1.1.2 Struktur Permodalan PT Indocement Tunggal Prakasa Tbk
Tabel 3.1 Struktur Permodalan PT Indocement Tunggal Prakasa Tbk
(dalam jutaan Rupiah)
Pemegang Saham Saham/Share
2008
%
2008
Heidelberg Cement A G, Jerman 1.198.977 65,14
PT Mekar Perkasa 239.832 13,03
Publik 401.807 21,83
Modal Saham yang Beredar 1.840.616 100 Sumber : Data perusahaan yang diambil dari Bursa Efek Indonesia
3.1.2 PT Semen Gresik (Persero) Tbk
PT Semen Gresik (Persero) Tbk (“Perseroan”) didirikan dengan
nama NV Pabrik Semen Gresik pada tanggal 25 Maret 1953 dengan Akta
Notaris Raden Mr. Soewandi No.41. Pada tanggal 17 April 1961, NV
Pabrik Semen Gresik dijadikan Perusahan Negara (Persero) berdasarkan
Peraturan Pemerintah No. 132 than 1961, kemudian berubah menjadi PT
Semen Gresik (Persero) berdasarka Akta Notaris J.N. Siregar,S.H. No. 81
tanggal 24 Oktober 1969.
Perusahan berkedudukan dan berkantor pusat di Jl. Veteran, Gresik 61122,
Jawa Timur. Perseroan memulai kegiatan komersialnya pada tanggal 7
Agustus 1957.
3.1.2.1 Dewan Komisaris dan Direksi (31 Desember 2008)
Dewan Komisaris
Presiden Komisaris : Dedi Aditya Sumanagara
Wakil Komisaris Utama : Darjoto Setiawan
Komisaris : Setiawan Purwaka
Komisaris Independen : Achmad Jazidie
Arif Arryman
Marwoto Hadi Soesastro
Dewan Direksi
Direktur Utama : Dwi Soetjipto
Wakil Direkt Utama : Heru D. Adhiningrat
Direktur Cholil Hasan
Suparni
Irwan Suarly
Suharto
3.1.2.2 Struktur Permodalan PT Semen Gresik Tbk
Tabel 3.2 Struktur Permodalan PT Semen Gresik Tbk
(dalam jutaan Rupiah)
Pemegang Saham Saham/Share
2008
%
2008
Indonesia Government 302.750,47 51,01
Temex Asia Holdings Ltd. 151.523,61 25,53
Public 139.237,92 23,46
Modal Saham yang Beredar 593.512 100 Sumber : Data perusahaan yang diambil dari Bursa Efek Indonesia
3.1.3 PT Holcim Indonesia Tbk.
PT Holcim Indonesia Tbk (“Perusahaan”) didirikan pada tahun 1967.
Perusahan berdomisili di Jakarta dengan pabrik berlokasi di Narogong, Jawa
Barat, dan Cilacap, Jawa Tengah
3.1.3.1 Dewan Komisaris dan Direksi (31 Desember 2008)
Presiden Komisaris : Paul Heinz Hugentobler
Wakil Presiden Komisaris : Tomas Ashley Clough
Komisaris : Madan Lal Narula
Renee Vennesa Indahyati Wardhana Zecha
Presiden Direktur : Timoty David Mackay
Direktur : Jannus Onggung Hutapea
Patrick Walser
Derek Williamson
Olaf Nahe
Mochamad Fazri Yulianto
Eamon Jhon Ginley
Rully Safari
Alok Agarwal
3.1.3.2 Struktur Permodalan PT Holcim Indonesia Tbk
Tabel 3.3 Struktur Permodalan PT Holcim Indonesia Tbk
(Dalam ribuan Rupiah)
Pemegang Saham Saham/Share
2008
%
2008
Holderfin B.V 2.962.860,285 77,33
Publik :
- Foreign 568.204,035 14,83
- Domestik 300.385,68 7,84
Modal Saham yang Beredar 3.831.450 100 Sumber : Data perusahaan yang diambil dari Bursa Efek Indonesia
Lebih jelasnya gambaran secara keseluruhan kondisi kinerja keuangan perusahaan
industri semen berdasarkan keuntungan bersih yang dihasilkan masing-masing
perusahaan dapat diketahui berdasarkan tabel dibawah ini:
Tabel 3.4 Kondisi Kinerja keuangan perusahaan Industri semen
Berdasarkan keuntungan bersih yang diterima (dalam jutaan Rupiah)
3 Holcim Indonesia Tbk 2.537.926 2.257.357 12 Sumber : Data perusahaan yang diambil dari Bursa Efek Indonesia
Langkah-langkah yang dapat dilakukan dalam melakukan analisis laporan
keuangan, adalah sebagai berikut :
1. Memahami latar belakang laporan keuangan perusahaan
2. Memahami kondisi-kondisi baik dari dalam seperti kebijakan-kebijakan yang
dibuat manajemen atau kondisi-kondisi dari luar seperti kebijakan yang
ditetapkan pemerintah seperti pajak, cukai, dan lainnya yang berpengaruh
kepada perusahaan
3. Mempelajari dan me review laporan keuangan
4. Menganalisis laporan keuangan
Metode yang digunakan adalah analisis horizontal (dinamis), yaitu metode
analisis yang dilakukan dengan cara membandingkan laporan keuangan untuk
beberapa periode, sehingga dapat diketahui perkembangan dan kecenderungannya
secara rinci dan sistematis faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat efisiensi dan
efektifitas kinerja perusahaan sehingga dapat menghasilkan besarnya laba yang
dihitung atas dasar keseluruhan dana yang diinvestasikan dalam perusahaan.
3.3 Objek Penelitian
Objek yang akan diteliti dalam penelitian ini terdiri dari :
1. Analisis kinerja keuangan perusahaan yang diukur dengan Rasio
Profitabilitas.
Rasio Profitabilitas yang digunakan terdiri dari besarnya Return On Investment
(ROI), Return On Equity (ROE) merupakan salah satu alasan utama mengapa
mengoperasikan perusahaan adalah untuk menghasilkan laba yang akan
bermanfaat bagi para pemegang saham, dan Net Profit Margin (NPM) perusahaan
semen yang telah go publik periode tahun 2004 – 2008. ROI merupakan rasio
yang menunjukkan kemampuan perusahaan memperoleh laba usaha bersih dari
asset yang digunakan, sedangkan NPM merupakan rasio yang menunjukkan
kemampuan perusahaan untuk memperoleh laba bersih dari penjualan bersih.
2. Analisis Dividend Payout Ratio
Penelitian ini menggunakan Dividend Payout Ratio yaitu besarnya Common
Dividend yang telah dibayarkan perusahaan dibagi laba bersih setelah pajak
atau Dividend Per Share dengan Earning Per Share.
3.4 Metode Penelitian
Dalam penyusunan skripsi ini, metode yang digunakan dalam penelitian
adalah metode Deskriptif, yaitu penelitian yang berusaha untuk menuturkan
pemecahan masalah yang ada sekarang berdasarkan data dengan cara menyajikan
data, menganalisis dan menginterpretasi, “Cholid Narbuko dan H Abu Achmadi
(2002 : 44)”. Penulis mencoba untuk menganalisis data yang diperoleh dari hasil
penelitian serta membandingkannya dengan teori yang ada, untuk kemudian
dianalisis penerapannya dalam praktek.
3.4.1 Jenis dan Sumber Data
Jenis dan Sumber Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
data sekunder. Data sekunder adalah data primer yang telah diolah lebih
lanjut dan disajikan baik oleh pihak pengumpul data primer atau oleh pihak
lain, yang disajikan antara lain dalam bentuk tabel-tabel atau diagram-
diagram yang berhubungan dengan penelitian ini. Data Sekunder merupakan
data yang diperoleh dari studi kepustakaan dengan mempelajari buku-buku
yang ada hubungannya dengan masalah yang diteliti.
3.4.2 Metode Pengumpulan Data
Pengumpulan data yang dilakukan penulis yaitu dari perusahaan yang
sejenis yaitu industri semen dan hanya yang telah melakukan go publik dan
telah tercatat di BEI. Data yang digunakan penulis dalam penelitian ini
adalah data keuangan perusahaan industri semen yang telah melakukan go
publik dari tahun 2004 sampai dengan tahun 2008. Peneliti hanya
menggunakan data perusahaan semen yang go publik di BEI dan
menggunakan data lima tahun terakhir, hal ini dikarenakan data-data tersebut
belum terlalu lama untuk diolah dan peneliti hanya menggunakan rasio ROI,
NPM dan ROE dalam menganalisis data perusahaan- perusahaan semen.
3.4.3 Teknik Pengumpulan Data
Penelitian dilaksanakan dengan menggunakan studi survei dan
langkah-langkah yang diambil dalam pengumpulan data yang berkaitan dan
menunjang penulisan skripsi ini adalah sebagai berikut :
1. Penelitian Kepustakaan (Library Research)
Penelitian yang dilakukan oleh penulis dengan cara membaca dan
memahami untuk data teoritis dari literatur, catatan kuliah dan bahan
tulisan lain sehubungan dengan penelitian ini. Sehingga dapat
dijadikan sebagai bahan masukan data sekunder.
2. Penelitian Lapangan (Field Research)
Penelitian lapangan ini bertujuan untuk memperoleh data dari
perusahaan yang sedang diteliti untuk kemudian dipelajari, diolah dan
dianalisis.
3.4.4 Operasionalisasi Variabel
Dalam penelitian ini terdapat dua variabel utama, yaitu kinerja
keuangan perusahaan yang diukur dengan rasio profitabilitas dan besarnya
Dividend Payout Ratio yang diberikan perusahaan selama periode tertentu.
Secara lebih jelas variable-veriabel dalam penelitian ini adalah :
1. Variabel Independen (X) kinerja keuangan perusahaan
Variabel independen atau variabel pengaruh yaitu variabel yang
mempengaruhi variabel lain yang tidak bebas. Dalam hubungannya
dengan judul yang ditetapkan, yang menjadi variabel independen
adalah Kinerja keuangan perusahaan yang diukur dengan rasio
profitabilitas (ROI, NPM dan ROE) selama peride 2004-2008.
2. Variabel Dependen
Variabel dependen atau variabel tergantung, yaitu variabel yang
dipengaruhi oleh variabel lainnya, maka yang menjadi variabel
dependen adalah pembayaran Dividend Payout Ratio oleh perusahaan
selama periode 2004-2008.
Tabel 3.6 Tabel Operasionalisasi Variabel
Variabel Konsep variabel Sub Variabel /
Konsep variabel Indikator Skala
Ukur
Kinerja Keuangan Perusahaan Industri Semen yang terdaftar di BEI (X)
Analisis laporan keuangan secara periodik yang dihitung berdasarkan rasio keuangan pada periode tertentu.
ROI yaitu kemampuan memperoleh laba bersih setelah pajak dari aset yang digunakan
Perbandingan laba bersih setelah pajak terhadap total asset
Rasio
NPM yaitu kemampuan memperoleh laba bersih setelah pajak dari penjualan.
Perbandingan antara laba bersih setelah pajak terhadap penjualan bersih.
Rasio
ROE yaitu ukuran dari keberhasilan perusahaan dalam memperoleh laba bersih setelah pajak dikurangi dividen saham istimewa dari rata-rata modal saham biasa.
Perbandingan antara laba bersih setelah pajak dikurangi dividen saham istimewa terhadap rata-rata modal saham biasa.
Rasio
Dividend Payout Ratio (Y)
Persentase dari setiap rupiah yang dihasilkan dan dibagikan kepada pemilik dalam bentuk tunai.
Dividend Payout Ratio
Besarnya common Dividend dibagi laba bersih setelah pajak. Atau Dividend pershare dibagi earning Pershare.
Rasio
3.5 Pengolahan dan Analisis Data
3.5.1 Kinerja Keuangan
Menghitung Return On Invesment (ROI) perusahaan periode 2004 -
2008 diperoleh dengan cara :
ROI = Laba Setelah Pajak Total Aktiva
Menghitung Net Profit Margin (NPM) ) perusahaan periode 2004 –2008
diperoleh dengan cara :
NPM = Laba Setelah Pajak Penjualan Bersih
Menghitung Return On Equity (ROE) ) perusahaan periode 2004–2008
diperoleh dengan cara :
ROE = Laba bersih setelah pajak – Dividen saham istimewa Rata-rata modal saham biasa
3.5.2 Dividend Payout Ratio
Menghitung Dividend Payout Ratio perusahaan selama periode 2004 –
2008, dimana dalam menetapkan besarnya deviden tersebut perusahaan tidak
menentukan persentase tetap dari laba setelah pajak (EAT) setiap tahunnya
melainkan besar kecilnya dividen tersebut ditentukan dalam Rapat Umum
Pemegang Saham (RUPS).
Dividend Payout Ratio = Dividend Per Share Earning Per Share
Dimana :
Dividend Per Share = Common Dividend Number Of Share
Earning Per Share = Profit After Tax Number Of Share
3.5.3 Metode Analisis
Metode pengolahan data yang digunakan penulis dalam skripsi ada dua
macam :
1. Metode Kualitatif
Metode Kualitatif yaitu metode pengolahan data berdasarkan keadaan
perusahaan yang menjadi penelitian, karena dianalisis melalui
perbandingan dengan teori pada literature.
2. Metode Kuantitatif
Metode Kuantitatif yaitu metode pengolahan data yang menjelaskan
besarnya pengaruh dan hubungan yang dinyatakan dengan angka-angka
berdasarkan perhitungan dan analisis strategi yang digunakan, yaitu
antara lain :
a. Analisis Statistik Secara Simultan (Uji Statistik F)
Pengujian secara simultan digunakan untuk mengetahui nilai yang
memberikan kuatnya pengaruh atau hubungan dua variabel atau
lebih secara bersama-sama.
b. Analisis Regresi Berganda Linier (Linier Multiple Regression)
Analisis Regresi Berganda ialah suatu alat analisis peramalan nilai
pengaruh dua variabel bebas atau lebih terhadap variabel terikat
untuk membuktikan ada atau tidaknya hubungan fungsi atau
hubungan kausal antara dua variabel bebas atau lebih (X1), (X2),
(X3)…………(Xn) dengan satu variabel terikat (Riduwan,
2006:142). Rumus dari regresi berganda linier ini adalah :
Dimana :
Y = Dividend Payout Ratio
X1 = ROI (Return On Investment)
X2 = NPM (Net Profit Margin)
X3 = ROE (Return On Equity)
b0 = Intercept
b1,2,3 = Koefisien regresi dari masing-masing variabel
independen, dimana masing-masing mempunyai
interpretasi sebagai rata-rata perubahan yang
diharapkan dalam respon Y (negatif/positif) per
unit perubahan dalam masing-masing variabel X
disebut dengan slope.
e = error term
eXbXbbY +++= 22110
c. Analisis Korelasi Ganda (Multiple Correlation)
Analisis Korelasi Ganda berfungsi untuk mencari besarnya atau
hubungan antara dua variabel bebas (X) atau lebih secara simultan
(bersama-sama) dengan variabel terikat (Y) (Riduwan, 2006:127).
Adapun rumus korelasi ganda untuk dua variabel independen
sebagai berikut :
=
d. Koefisien Determinasi
Analisis Koefisien Determinasi (Kd) digunakan untuk melihat
seberapa besar kontribusi pengaruh variabel ROI (X1), NPM (X2),
dan ROE (X3) terhadap variabel dependen, yaitu Dividend Payout
Ratio (Y) yang dinyatakan dalam persentase. Besarnya koefisien
determinasi (r²) terletak antara 0 dan 1 atau antara 0% sampai
dengan 100%. Sebaliknya jika r² = 0, model tadi tidak menjelaskan
sedikit pun pengaruh variasi variabel X1, X2 dan X3 terhadap variasi
variabel Y. Kecocokan model dikatakan model dikatakan lebih baik
jika r² semakin dekat dengan 1. Jadi untuk batas koefisien
determinasi adalah o ≤ r² ≤ 1. Dapat dihitung dengan dasar
mengkuadratkan nilai koefisien korelasi (r), dengan rumus sebagai
berikut:
Kd = r² × 100%
Dimana:
Kd = Koefisien determinasi
r = Koefisien korelasi
e. Uji signifikansi F (Simultan)
Uji signifikansi F bertujuan untuk mengetahui apakah pengaruh
variabel X1, X2, dan X3 secara simultan terhadap variabel Y
signifikan. Pengujian dilakukan dengan langkah-langkah sebagai
berikut:
a. Menentukan hipotesis statistik
H0 : = = 0 : artinya kedua variabel bebas secara simultan
tidak berpengaruh terhadap variabel terikat.
Ha: ≠ 0 : artinya kedua variabel bebas secara simultan
berpengaruh terhadap variabel terikat.
b. Menentukan tingkat signifikansi sebesar α = 5% dengan derajat
kebebasan (db = n - k- 1)
Dimana:
R = nilai koefisien korelasi partial
n = jumlah sampel
k = jumlah variabel bebas
c. Menentukan Fhitung dengan menggunakan rumus :
Dimana :
m = jumlah prediktor
N = jumlah data
d. Menentukan penerimaan dan penolakan dugaan atas hipotesis
yang diajukan:
i. F sig < α, maka H0 ditolak, berarti variabel independen
secara simultan berpengaruh terhadap variabel dependen.
ii. F sig > α, maka H0 diterima, berarti variabel independen
secara simultan tidak mempengaruhi variabel dependen.
)1()1(
2
2
RmmNRFhitung −−−
=
Daerah Penerimaan dan Penolakan H0 (uji F)
Gambar 3.1
f. Analisis Statistik Secara Parsial (Uji Statistik t)
Pada suatu pengujian hipotesis, uji parsial (uji statistik t) dilakukan
untuk mengetahui seberapa besar pengaruh variabel independen
terhadap variabel dependen. Menurut Riduwan (2003:233), uji
parsial adalah suatu nilai yang memberikan kuatnya pengaruh atau
hubungan dua variabel dengan salah satu atau bagian variabel X
konstan.
Apakah ada pengaruh variabel independen terhadap variabel
dependen atau tidak, jika ada bagaimana sifat pengaruh tersebut,
apakah bersifat positif atau negatif, maka kita perlu mengetahui
Berdasarkan perhitungan diatas diperoleh persamaan regresi linear
multiple:
321 626,2068,2229,0690,7 XXXY +−−=
Persamaan diatas dapat didefinisikan sebagai berikut:
1. Intercept atau konstanta sebesar 7,690 merupakan nilai intercept artinya
bahwa garis regresi memotong sumbu Y pada titik 7,690 dan juga
merupakan nilai variabel dependen taksiran pada saat nilai 1X , 2X
dan 3X sama dengan nol. Tanpa adanya variabel ROI, NPM, dan ROE,
besarnya DPR sebesar 7,690.
2. Koefisien regresi sebesar -0,229 menyatakan bahwa setiap peningkatan
ROI (variabel 1X ) sebesar 1% akan menurunkan DPR (Y) sebesar
-0,229% dengan asumsi variabel X lainnya konstan.
3. Koefisien regresi sebesar -2,068 menyatakan bahwa setiap peningkatan
jumlah NPM (variabel X2) sebesar 1% akan menurunkan DPR (Y) sebesar
-2,068 % dengan asumsi variabel X lainnya konstan.
4. Koefisien regresi sebesar 2,626 menyatakan bahwa setiap peningkatan
ROE (variabel 3X ) sebesar 1% akan meningkatkan DPR (Y) sebesar
2,626% dengan asumsi variabel X lainnya konstan.
4.2.5 Uji Hipotesis
Hasil perhitungan baik persamaan koefisien regresi berganda dan korelasi
berganda diatas belum bisa dijadikan dasar kesimpulan, karena itu perlu diuji
mengenai keberartian model, baik itu secara keseluruhan maupun secara parsial.
1. Pengujian Hipotesis secara Simultan (Uji F)
Pengujian ini dilakukan dengan menggunakan uji statistik F. Hal ini
dilakukan untuk membuktikan ada tidaknya hubungan linier antara X dan Y
secara bersama-sama (Simultan). Hipotesis untuk uji F adalah:
Hipotesis :
Ho : 1r = 2r = 0 Tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara Return On Invesment, Net Profit Margin, dan Return On Equity terhadap Dividend Payout Ratio
Ha : 1r ≠ 2r ≠ 0 Terdapat pengaruh yang signifikan antara Return On Invesment, Net Profit Margin, dan Return On Equity terhadap Dividend Payout Ratio.
Hasil dari analisis regresi telah diperoleh suatu bentuk persamaan regresi linier,
yaitu:
321 626,2068,2229,0690,7 XXXY +−−=
Bentuk persamaan regresi linier ini terlebih dahulu harus diperiksa
setidak-tidaknya mengenai liniernya dan keberartian koefisien regresi tersebut
sebagai satu kesatuan sebelum digunakan untuk membuat suatu kesimpulan.
Persamaan regresi linier dapat diuji dengan menggunakan tabel Analisis
Varians (ANOVA), yaitu:
a. Apabila F hitung > F tabel maka Ho ditolak dan
b. Apabila F hitung < F tabel maka Ha tidak berhasil ditolak
Dimana V1 = k dan V2 = n-k-1 dan derajat kekeliruan 5% (α = 0,05), maka Ho
dapat diterima.
Atau dapat juga dihitung dengan menggunakan probabilita dengan kriteria :
a. Apabila probabilita (signifikansi) < α (0,05) maka Ho ditolak dan
b. Apabila probabilita (signifikansi) > α (0,05) maka Ho tidak berhasil ditolak
Pengujian dengan menggunakan Software SPSS V.15 diperoleh ANOVA
hubungan ROI, NPM, dan ROE terhadap Dividend Payout Ratio sebagai berikut:
Tabel 4.21 Pengujian Koefisien Regresi secara Simultan
ANOVAb
Model Sum of Squares df
Mean Square F Sig.
1 Regression 246.582 3 82.194 2.653 .417a
Residual 30.984 1 30.984 Total 277.566 4
a. Predictors: (Constant), ROE, NPM, ROI b. Dependent Variable: DPR
Hasil dari uji anova atau F test, diperoleh F hitung adalah 2,653 lebih kecil
dari F tabel yakni 9,28 dengan tingkat signifikansi 0,417. Hasil dari pengujian
tersebut dapat diketahui F hitung lebih kecil dari F tabel dan
probabilitas/signifikansi (0,417) lebih besar dari alfa 5% (0,05), maka daripada itu
Ho diterima. Hasil dari pengujian diatas dapat diambil kesimpulan secara
simultan tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara Return On
Invesment, Net Profit Margin, dan Return On Equity terhadap Dividend
Payout Ratio.
Gambar 4.1 Daerah hasil penerimaan dan penolakan Ho (uji F)
Daerah Penolakan Ho Daerah
Penerimaan Ho
9,28 Fhitung
2. Pengujian Hipotesis Secara Parsial (Uji t)
Uji t dilakukan untuk mengetahui tingkat signifikansi pengaruh variabel
independen secara individu terhadap variabel dependen. Hipotesis dari uji t
adalah:
Ho : 1r = 0 Tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara Return On Invesment, terhadap Dividend Payout Ratio.
Ha : 1r ≠ 0 Terdapat pengaruh yang signifikan antara Return On
Invesment, terhadap Dividend Payout Ratio.
Ho : 1r = 0 Tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara Net Profit Margin, terhadap Dividend Payout Ratio
Ha : 1r ≠ 0 Terdapat pengaruh yang signifikan antara Net Profit Margin
terhadap Dividend Payout Ratio.
Ho : 1r = 0 Tidak terdapat pengaruh yang signifikan Return On Equity terhadap Dividend Payout Ratio.
Ha : 1r ≠ 0 Terdapat pengaruh yang signifikan antara Return On Equity
terhadap Dividend Payout Ratio.
Pada tabel diatas terlihat bahwa uji signifikan t yang diperoleh dengan rumus:
( )2
2
bSebt =
Dimana:
b = Koefisien regresi dari masing-masing variabel independen, dimana
masing-masing mempunyai interpretasi sebagai rata-rata perubahan
yang diharapkan dalam respon Y (negatif/positif) per unit perubahan
dalam masing-masing variabel X disebut dengan slope.
Se = Standar Error masing-masing variabel independen.
Pengujian secara parsial maka dapat dilakukan perhitungan sebagai berikut:
A. ROI terhadap DPR
Coefficientsa
6.889 3.970 1.736 .181
1.404 .428 .884 3.282 .046 .884 .884 .884
(Constant)
ROI
Model1
BStd.Error
Unstandardized Coefficients
Beta
Standardize
dCoefficients
t Sig.Zero-order Partial Part
Correlations
Dependent Variable: DPRa.
Nilai t hitung > t tabel maka Ho ditolak atau Ha tidak berhasil ditolak pada tingkat