PENGARUH KESEJAHTERAAN TERHADAP PENINGKATAN KINERJA GURU DI MADRASAH IBTIDAIYAH NEGERI (MIN) 15 BINTARO Skripsi Diajukan Kepada Faklutas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Untuk Memenuhi Syarat Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd) Universitas Islam Negeri SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA Oleh M Irfa’ul Aziz NIM. 1115018200001 PROGRAM STUDI MANAJEMEN PENDIDIKAN FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2019
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
PENGARUH KESEJAHTERAAN TERHADAP PENINGKATAN
KINERJA GURU DI
MADRASAH IBTIDAIYAH NEGERI (MIN) 15 BINTARO
Skripsi
Diajukan Kepada Faklutas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
Untuk Memenuhi Syarat Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd)
Universitas Islam Negeri
SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
Oleh
M Irfa’ul Aziz
NIM. 1115018200001
PROGRAM STUDI MANAJEMEN PENDIDIKAN
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) SYARIF
HIDAYATULLAH
JAKARTA
2019
ii
Scanned by CamScanner
Scanned by CamScanner
iii
iv
ABSTRAK
M Irfaul Aziz. NIM: 11150182000010. Pengaruh Kesejahteraan
Terhadap Peningkatan Kinerja Guru di MIN 15 Bintaro, Prodi
Manajemen Pendidikan, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan,
Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana Pengaruh
Kesejahteraan Terhadapan Kinerja Kuru di MIN 15 Bintaro. Metode
yang digunakan pada penelitian adalah metode kuantitatif. Sampel
pada penelitian ini adalah seluruh guru MIN 15 Bintaro yang
berjumlah 22 orang/ responden. Adapun instrumen pengumpulan data
yang digunakan adalah dalam bentuk angket.
Berdasarkan hasil penelitian pada uji determinasi menghasilkan output
nilai di atas pada tabel (4.15), ditemukan nilai koefisien determinasi
(R square) sebesar 0,489. Nilai R square 0,489 ini berasal dari
pengkuadratan nilai koefisien korelasi atau “R” yaitu = 0,489 atau
sama dengan 48,9 %. Angka tersebut mengandung arti bahwa variabel
kesejahteraan (X) berpengaruh terhadap variabel kinerja guru (Y)
sebesar 48,9 %, dan 51,1% dipengaruhi oleh variabel lainnya yang
tidak diteliti. Dapat diartikan bahwasanya tingkat kontribusi kedua
variabel termasuk dalam katagori sedang.
Kata Kunci: Kesejahteraan, Kinerja Guru
ii
v
ABSTRACK
M Irfaul Aziz. NIM: 11150182000010. The Effect of Welfare on
Teacher Performance Improvement in MIN 15 Bintaro,
Education Management Study Program, Faculty of Tarbiyah and
Teacher Training, State Islamic University (UIN) Syarif
Hidayatullah Jakarta.
This study aims to determine how the Influence of Welfare Against
Kuru Performance in MIN 15 Bintaro. The method used in this
research is quantitative method. The sample in this study were all
teachers of MIN 15 Bintaro, amounting to 22 people / respondents.
The data collection instruments used were in the form of a
questionnaire.
Based on the results of the research on the determination test produces
the output value above in table (4.15), it is found that the value of the
determination coefficient (R square) is 0.489. The R square value of
0.489 is derived from the squaring of the correlation coefficient value
or "R" which is = 0.489 or equal to 48.9%. This number implies that
the welfare variable (X) affects the teacher performance variable (Y)
by 48.9%, and 51.1% is influenced by other variables not examined. It
can be interpreted that the level of contribution of the two variables is
included in the medium category.
Keywords: Welfare, Teacher Performance
iii
vi
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum Wr. Wb.
Alhamdulillahhiruobbilaalamin, puji syukur kehadirat Allah SWT
yang telah memberikan rahmat taufiq dan hidayahnya kepada penulis,
sehingga penulis dapat menyelesaikan sebuah karya ilmiah dalam bentuk
skripsi. Sholawat serta salam semoga tetap tercurankan kepada Nabi
Muhammad SAW yang telah mengantarkan kita pada zahman yang penuh
dengan ilmu pengetahuan ini.
Penyusunan skripsi ini merupakan sebagai salah satu syarat untuk
memperoleh gelar sarjana S1 pada jurusan Manajemen Pendidikan,
Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan di Universitas Islam Negeri (UIN)
Syarif Hidayatullah Jakarta.
Dalam proses penulisan skripsi ini, penulis menyadari masih banyak
kekurangan yang terdapat di dalamnya. Hal ini disebabkan oleh
keterbatasan ilmu yang dimiliki oleh oleh penulis sendiri, namun berkat
bantuan, dukungan, motivasi, saran dan doa dari banyak pihak akhirnya
dalam penulisan skripsi ini dapat terselesaikan. Maka dari itu dengan
kerendahan hati, penulis menyampaikan banyak rasa terimakasih kepada:
1. Dr. Sururin, M.Ag selaku Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan
Keguruan, Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah
Jakarta.
2. Drs. H. Mu’arif Sam, M.Pd selaku ketua prodi Manajemen Pendidikan.
3. Dr. Hasyim Asy’ari, M.Pd selaku dosen dan ketua prodi Manajemen
Pendidikan periode 2013/2019 yang telah memberikan semangat dan
motivasi kepada penulis.
4. Rusydy Zakaria, M.Ed, M.Phil sebagai dosen pembimbing I yang telah
meluangkan waktu, tenaga dan fikirannya dengan penuh kesabaran dan
selalu memberikan motivasi serta semangat dalam penyusunan skripsi
dari awal hingga akhir.
iv
vii
5. Nurdelima Waruwu, M,Pd sebagai dosen pembimbing II yang telah
meluangkan waktu, tenaga dan fikirannya serta selalu memberikan
motivasi dan doa agar dalam penyusunan skripsi dapat terselesaikan.
6. Bapak/Ibu dosen yang telah membimbing dan membrikan ilmu dengan
setulus hati.
7. Drs H. Cecep Suhendi M.Pd selaku kepala sekolah MIN 15 Bintaro
yang telah memberikan izin penulis untuk melakukan penelitian
8. Seluruh guru dan staf TU MIN 15 Bintaro yang telah membantu
penulis dalam melengkapi data-data yang dibutuhkan.
9. Ayahanda Syaefuddi Ali dan Ibunda Mutohiyah selaku orang tua yang
senantiasa memberikan dedikasinya yang teramat luar biasa kepada
penulis dan dengan penuh kesabaran dalam memberikan semangat dan
motivasi setiap harinya sehingga penulis dapat menempuh pendidikan
di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
10. Kaka Ahmad Mukhlis Hidayat dan Adek M Fahmi KH, selaku saudara
kandung yang senantiasa memberikan semangat kepada penulis.
11. Keluarga Bar-Bar (Denjaw, Azzam, Rizza, Naufal, Fuad, Satria, Irfan,
Alfa, Nca, Eza, Azizah, Rere, Selfi, Anis) yang selalu memberikan
dukungan dan semangat kepada penulis.
12. Keluarga Besar MP Angkatan 2015, yang telah menjadi teman
seperjuangan selama ini dalam menempuh pendidikan S1 di UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta.
13. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, yang
selalu memberikan dukungan, suport dan doa dalam proses
penyusunan skripsi ini.
v
viii
Dengan harapan semoga Allah SWT membalas atas segala kebaikan
dan ketulusan semua pihak yang telah membantu penulis dengan pahala
yang berlipat ganda. Akhirnya tiada kata untaian kata yang berharga selain
kata syukur atas karunia dan ridhonya. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi
semua pihak khususnya bagi penulis dan umumnya bagi para pembaca.
Jakarta, 16 September 2019
M Irfa’ul Aziz
vi
ix
DAFTAR ISI
ABSTRAK ............................................................................................................................................. ii
ABSTRACK .......................................................................................................................................... v
KATA PENGANTAR .......................................................................................................................... iv
DAFTAR ISI......................................................................................................................................... ix
BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................................................... 1
A. Latar Belakang .......................................................................................................................... 1
B. Identifikasi Masalah ................................................................................................................. 5
E. Tujuan Penelitian ...................................................................................................................... 7
F. Manfaat Penelitian .................................................................................................................... 7
BAB II KANJIAN TEORI ................................................................................................................... 8
A. Konsep Kinerja Guru ............................................................................................................... 8
1. Pengertian Kinerja Guru ..................................................................................................... 8
3. Kompetensi Dasar Kinerja Guru ...................................................................................... 11
Tabel 4.15 Model Summary .......................................................................................... 55
ix
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sejatinya Pendidikan merupakan usaha sadar untuk
mempersiapkan peserta didik melalui kegiatan, bimbingan, pengajaran,
atau latihan bagi perannya dimasa mendatang.1 Oleh sebab itu sekolah
yang merupakan sebagai lembaga pendidikan yang memiliki peran
untuk menyelenggarakan dan meningkatkan kualitas pendidikan.
Sesuai dengan UU SISDIKNAS No. 20 tahun 2003 Bab II Pasal 3
tentang Dasar Fungsi dan Tujuan yang mengatakan:
“tujuan pendidikan nasional adalah berkembangnya potensi peserta
didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada tuhan
yang maha esa, berakhlak mulia, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan
menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab”.2
Usaha lembaga pendidikan dalam pembinaan sekolah melalui
kegiatan administrasi, manajemen dan kepemimpinan tergantung
kepada kemampuan kepala sekolah. Kepala sekolah merupakan
personel sekolah yang bertanggung jawab terhadap seluruh kegiatan-
kegiatan yang ada di sekolah. ia mempunyai wewenang dan tanggung
jawab penuh untuk menyelenggarakan seluruh kegiatan pendidikan
dalam lingkungan sekolah yang dipimpinnya.3
Pada dasarnya terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi
keberhasilan pencapaian tujuan pendidikan, antara lain: guru, siswa,
sarana dan prasarana, lingkungan pendidikan, serta kurikulum. Dari
berbagai faktor tersebut guru memiliki peran yang sangat penting
1 Hasbullah, Dasar-dasar Ilmu Pendidikan, (Jakarta, Ilmu Grafindo Prasada, 2008) h.284 2 Undang-Undang Republik Indonesia No. 20 tahun 2003, tentang sistem pendidikan
nasional, h. 8 3 H. M. Daryanto, Administrasi Pendidikan, (Jakarta: Rineka Cipta, 2010) h. 80
2
untuk menunjang pelaksanaan pendidikan dengan tidak mengabaikan
faktor penunjang lainnya.
Guru merupakan salah satu faktor penentu tinggi rendahnya mutu
hasil pendidikan, maka setiap usaha peningkatan mutu pendidikan
perlu memberikan perhatian besar kepada peningktana kinerja guru.
Guru dituntut memiliki kinerja yang mampu memberikan dan
merealisasikan harapan dan keinginan masyarakat umum yang telah
mempercayai sekolah dan guru dalam membina anak didik.
Kinerja dalam kata istilah, berasal dari kata job performance, yaitu
sebuah prestasi yang dicapai oleh seseorang. Secara bahasa kinerja
dapat diartikan sebagai prestasi yang nampak dalam bentuk sebuah
keberhasilan kerja pada diri seeorang.
Menurut Lijan Poltak Sinambela, “kinerja pegawai didefinisikan
sebagai kemampuan pegawai dalam mlakukan sesuatu keahlian
tertentu. Kemudian makna kinerja merupakan pelaksanaan suatu
pekerjaan dan penyempurnaan pekerjaan tersebut sesuai dengan
tanggungjawabnya segungga dapat mencapai hasil sesuai dengan apa
yang diharapkan”.4
Sedangkan menurut A.A Anwar Mangkunegara, “Kinerja
karyawan adalah hasil kerja secara kualitas dan kuantitas yang dicapai
oleh seorang karyawan yang melaksanakan tugasnya sesuai dengan
tanggung jawab yang diberikan kepadanya”.5
Untuk meraih mutu pendidikan yang baik sangat dipengaruhi oleh
kinerja guru dalam melaksanakan tugasnya, sehingga guna mencapai
keberhasilan pendidikan dan menjalankan tugas dan peranannya
disekolah, guru harus memiliki kemampuan dasar yang mencakup
kemampuan pedagogis, pribadi profesional dan sosial. Seluruh
kemampuan dasar ini sangat penting bagi seorang pendidik dan bagi
4 Lijan Poltak Sinambela, Kinerja Pegawai Teori Pengukuran dan Implikasi,
(Yogyakarta:Graha Ilmu, 2012), h. 5. 5 A.A Anwar Prabu Mangkunegara, Evaluasi Kinerja Sumber Daya Manusia, (Bandung:
PT. Refika aditama,2006), h. 9
3
lembaga pendidikan yang merupakan tempat masyarakan untuk
medidik dan mengajarkan anak-anaknya.
Dapat disimpulkan bahwa kinerja guru merupakan sebagai
kemampuan, aplikasi dan hasil kerja dari apa yang dilakukan oleh
seseorang dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya, maka
dapat dikatakan bahwa kemampuan pribadi, profesional dan intraksi
guru dengan masyarakat dan lingkungan kerja merupakan bentuk dari
kinerja guru yang harus terus ditingkatkan guna mencapai hasil yang
memuaskan bagi lembaga pendidikan. Dalam upaya kinerja guru dapat
dilakukan dengan berbagai cara, antara lain dengan meningkatkan
kesejahteraan guru di sekolah.
Kesejahteraan berasal dari kata “sejahtera”. Sejahtera ini
mengandung pengertian dari bahasa sanksekerta “Catera” yang berarti
payung. Dalam konteks ini, kesejahteraan yang terkandung dalam arti
“catera” adalah orang yang sejahtera yaitu orang yang dalam hidupnya
bebas dari kemiskinan, kebodohan, ketakutan atau kekhawatiran
sehingga hidupnya aman tentram, baik lahir maupun batin.6 Oleh
karena ini pada dasarnya kesejahteraan merupakan hak yang harus
dimiliki bagi setiap karyawan agar maksimalnya sebuah kinerja yang
ia lakukan.
Sudah lama kita mendengar berbagai macam keluh kesah dari
berbagai media terkait dengan kondisi para guru sekarang, banyaknya
guru di Indonesia yang mencari penghasilan tambahan untuk
memenuhi kebutuhan hidup keluarganya. Hal ini menunjukan
bahwasanya guru yang ada di instansi tersebut mengalami krisis
kesejahteraan sehingga dampak yang ditimbulkan adalah tidak
fokusnya seorang guru dalam mendidik peserta didiknya di sekolah.
Kondisi guru sekarang semacam itu, disadari atau tidak, jelas ikut
meruntuhkan martabat guru yang seharusnya bisa total menjalankan
6 Adi Fahrudin, Pengantar Kesejahteraan Sosial, (Bandung; PT. Refika Aditama, 2012),
h.8
4
tugas profesinya sebagai pendidik, tanpa harus memikirkan lagi uang
tambahan untuk mencukupi kebutuhanya. Bagaimana mungkin
seorang guru dapat menyusun rencana pembelajaran yang baik,
melaksanakan kegiatan pembelajaran, melakukan penilaian,
menganalisis hasil penilaian, dan melakukan tindak lanjut, kalau
mereka masih ditindih oleh berbagai beban sosial dan ekonomi.7
Rendahnya kesejahteraan guru mengakibatkan kualitas pendidikan
kurang maksimal, masih banyak ratusan guru honorer belum
memperoleh penghasilan yang memadai sesuai dengan standar
kebutuhan. Hal ini yang menyebabkan kinerja guru menjadi tidak
optimal, karena kebutuhan dasar guru belum terpenuhi.
Banyak upaya-upaya pemerintah dalam meningkatkan citra dan
martabat seorang guru seperti: tunjangan fungsional, pengangkatan
guru honorer dan dana bantuan khusus sekolah (BOS) setiap bulannya.
Dari berbagai perjumpaan, tatap muka dan kunjungan, saya
mendapatkan berbagai informasi mengenai para guru di MIN 15
Bintaro. Walaupun banyak guru yang memahami tentang ilmu
pendidikan, tetapi mereka kurang memahami bagaimana menjadi guru
yang profesional, hal ini disebabkan kurangnya upaya sekolah dalam
meningkatkan citra, martabat dan profesioanalisme guru disekolah.8
Dengan demikian kesejahteraan merupakan sebuah dorongan atau
semangat kerja seseorang agar bisa bekerja secara baik dan maksimal,
agar mencapai tingkat kerja yang lebih tinggi sehingga dapat
membangkitkan motivasi bekerja seorang karyawan.
MIN 15 Bintaro merupakan salah satu pendidikan dasar yang
berada di Ciputat Timur, Kota Tangerang Selatan. Dalam rangka
mencapai visi, misi dan tujuan yang telah ditetapkan oleh lembaga
pendidikan, MIN 15 Bintaro mengupayakan berbagai macam cara
untuk meningkatkan kinerja tenaga pengajarnya agar lebih berkualitas.
7 Data didapatkan dari hasil wawancara tidak terstruktur dengan guru MIN 15 Bintaro, 26
juli 2019 8 Ibid.
5
Upaya untuk meningkatkan kinerja yang digunakan salah satunya
dengan cara meningkatkan kesejahteraan guru, dengan maskud untuk
mendorong tenaga pengajar agar lebih produktif lagi dan bekerja
secara maksimal.
Sejalan dengan apa yang telah dilakukan oleh MIN 15 Bintaro
dalam upaya peningkatan kinerja guru, masih banyak kekurangan yang
harus segera diperbaiki oleh lembaga pendidikan. Hal ini masih dapat
terlihat dari masih banyaknya guru yang belum merasa puas atas
insentif yang diberikan oleh pihak sekolah dikarenakan belum bisa
menutupi kekurangan kebutuhan ekonomi dan sosial.
Tinggi rendahnya kinerja seorang karyawan sangat berkaitan erat
dengan kesejahteraan yang ada pada lembaga pendidikan tersebut.
Pemberian insentif yang tidak tepat dapat berpengarung terhadap
peningkatan kinerja seseorang. Oleh sebab itu lembaga harus
memperhatikan secara serius dalam pembagian insentif terhadap
karyawan agar kesejahteraan itu terjamin, agar sebuah kinerja yang
dilakukan dapat bekerja secara maksimal.
Berdasarkan penjelasan di atas, kesejahteraan guru memang sangat
penting bagi lembaga pendidikan dalam upaya meningkatkan kinerja
guru, maka dari itu pulis mengadakan sebuah penelitian di MIN 15
Bintaro dengan mengambil judul “PENGARUH
KESEJAHTERAAN TERHADAP PENINGKATAN KINERJA
GURU DI MIN 15 BINTARO JAKARTA SELATAN”
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka penulis
mengidentifikasi beberapa masalah yang muncul antara lain:
1. Rendahnya gaji guru
2. Kurangnya kompensasi yang diberikan oleh kepala sekolah
3. Rendahnya motivasi kepala sekolah
4. Rendahnya hubungan tata usaha dengan guru
6
5. Rendahnya perhatian kepala sekolah terhadap guru
6. Rendahnya kinerja guru
7. Rendahnya profesionalisme guru
8. Terbatasnya sarana dan prasarana yang tersedia di sekolah
9. Rendahnya penguasaan materi guru dalam kegiatan belajar
mengajar (KBM)
10. Rendahnya ketrampilan guru dalam mengggunakan metode
pembelajaran saat kegiatan belajar mengajar (KBM)
7
C. Batasan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah yang telah dikemukanan diatas,
luasnya permasalahan yang ada dalam penelitian ini, maka perlu
kiranya penulis memfokuskan penelitian pada Aspek Kesejahteraan
dan Peningkatan Kinerja Guru di Sekolah.
D. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian dari latar belakang di atas, maka dapat
dirumuskan permasalah yang menjadi kajian pada penelitian ini, yaitu
Bagaimana Pengaruh Kesejahteraan Terhadap Peningkatan
Kinerja Guru di MIN 15 Bintaro?
E. Tujuan Penelitian
Untuk menjelaskan bagaimana pengaruh kesejahteraan terhadap
kinerja guru di MIN 15 Bintaro
F. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi pihak-
pihak yang berkepentingan dalam dunia pendidikan, antara lain:
a. Bagi Sekolah, hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan
referensi untuk kepala sekolah dalam upanya meningkatkan kinerja
guru di skolah.
b. Bagi Penulis, berharap memperoleh ilmu yang sangat bermanfaat
untuk mengembangkan keilmuan secara pribadi, serta mampu
mengimplementasikan hasil penelitian yang telah diselesaikan.
c. Bagi Pembaca, semoga dapat digunakan sebagai bahan referensi
dalam pengembangan penelitian yang relevan yang berkaitan
dengan pengaruh kesejahteraan terhadap kinerja guru disekolah
8
BAB II
KANJIAN TEORI
A. Konsep Kinerja Guru
1. Pengertian Kinerja Guru
Istilah kinerja guru berasal dari kata Job Perfirmance (sebuah prestasi
kerja yang dicapai oleh seseorang) yang selanjutnya diartikan sebagai
hasil kerja secara kualitas dan kuatitas yang dicapai oleh seseorang dalam
melaksanakan tugasnya sesuai tanggung jawab yang diberikan.
Nawawi Ismail mengungkapkan bahwas Secara konseptual kinerja
pada dasarnya dapat dilihat dari dua segi, yaitu kinerja pegawai secara
individu dan kinerja organisasi. Kinerja pegawai adalah hasil kerja
perseorangan dalam organisasi. Sedangkan kinerja organisasi adalah
totalitas hasil kerja yang telah dicapai oleh suatu organisasi. Kinerja
pegawai dan organisai mempunyai keterkaitan erat. Tercapainya tujuan
organisasi tidak dapat dilepaskan dari sumber daya yang dimiliki oleh
organisasi yang digunakan atau yang dijalankan oleh pegawai yang
berperan aktif sebagai pelaku dalam upaya mencapai tujuan organisasi
tersebut.9
Menurut Muthis dan Gaspherz, dalam Pupuh Faturrohman
menjelaskan bahwa “Kinerja merupakan penampilan perilaku kerja yang
ditandai oleh keluwesan gerak ritual dan urutan kerja yang sesuai prosedur
sehingga diperoleh hasil yang memenuhi kualitas kecepatan dan jumlah.10
Sedangkan menurut Sedarmayanti, “Kinerja adalah hasil kerja seorang
pekerja pada sebuah proses manajemen atau suatu organisasi secara
keseluruhan, dimana hasil kerja tersebut harus dapat ditunjukan buktinya
secara kongkrit dan dapat diukur (dibandingkan dengan standar yang telah
ditentukan)”.11 Supardi menyatakan bahwa “Kinerja merupakan suatu
9 Ismail Nawawi Uh, Budaya Organisasi Kepemimpinan dan Kinerja Proses Terbentuk,
Tumbuh Kembang, Dinamika, dan Kinerja Organisasi, (Jakarta: Prenadamedia Group, 2013), h.
212 10 Pupuh Fathurrohman, Guru Profesional, (Bandung: PT Refika Aditama, 2012), Cet. 1,
h.28 11 Sedarmayanti, Manajemen Sumber Daya Manusia Reformasi Birokrasi dan
Manajemen Pegawai Negri Sipil, (Bandung: Refika aditama, 2011), h. 260
8
9
kegiatan yang dilakukan untuk melaksanakan, menyelesaikan tugas dan
tanggung jawab sesuai dengan harapan dan tujuan yang telah ditetapkan.12
Dari beberapa definisi di atas, dapat diartikan bahwa kinerja yaitu
suatu keberhasilan seseorang individu mapun kelompok dalam
menyelesaikan suatu tugas dengan ukuran keberhasilan yang telah ia
kerjakan secara optimal.
Kemudian, guru dapat diartikan sebagai pendidik profesional dengan
tugas utama, mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih,
menilai dan mengevaluasi hasil pembelajaran siswa. Profesionalitas guru
ditandai dengan keahliannya dibidang pendidikan.13
Sedangkan menurut Jamil Suprihatiningrum, yang disebut seorang
guru adalah orang yang memiliki kemampuan merancang program
pembelajaran, serta mampu menata dan mengelola kelas agar siswa dapat
belajar dan akhirnya dapat mencapai tingkat kedewasaan sebagai tujuan
akhir dari proses pendidikan.14
Dalam Undang-Undang RI No. 14 Tahun 2005 tentang Guru dan
Dosen Pasal 2, menyatakan bahwa:
“Guru dikatakan tenaga profesional yang mengandung arti bahwa
pekerjaan guru hanya dapat dilakukan oleh seseorang yang memiliki
kualifikasi akademik, kompetensi, dan sertifikasi pendidik sesuai dengan
persyaratan untuk setiap jenis dan jenjang pendidikan tertentu”.15
Oleh sebab itu guru memiliki kedudukan penting pada lembaga
pendidikan, dimana seorang guru yang memiliki tugas yang sangat berat
karna ia harus mampu menyampaikan dengan baik semua potensi yang ia
miliki dalam suatu bentuk wadah kegiatan belajar mengajar di sekolah,
sehingga harus memiliki hasil yang harus dirasakan oleh peserta didik.
12 Kasidah, Muniarti AR, Bahrun. “Kepemimpinan Kepala Sekolah dalam meningkatkan
kinerja guru pada sekolah luar biasa negeri Banda Aceh”, ejournal Magister Administrasi Pendidikan Pascasarjana Universitas Syiah Kuala, Vol 5, 2017, h. 129
13 Barnawi dan Mohammad Arifin, Kinerja Guru Profesional Instrumen Pembinaan,
Peningkatan dan Penilaian, (Jogja: Ar-Ruzz Media, 2012), h. 13 14 Jamil Suprihatiningrum, Guru Profesional Pedoman Kerja, Kualifikasi, & Kompetensi
Dari definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa kinerja guru yaitu suatu
kemampuan kerja guru yang diimplementasikan pada kegiatan proses
belajar mengajar untuk mencapai tujuan pengajaran secara efektif dan
efisien. Guru dituntut supaya dapat memberikan pelayanan yang baik
kepada murid maupun masyarakat, guru harus selalu dapat menyesuaikan
kemampuan dan pengetahuannya dengan keinginan para peserta didik dan
orang tuanya, oleh karena itu guru harus selalu dituntut untuk secara terus
menerus meningkatkan dan mengembangkan pengetahuan, keterampilan
dan mutu pelayanannya.
2. Prinsip Profesionatilas Guru
Dalam dengan UU 14 Tahun 2005 tentang Guru dan
Dosen, Profesional adalah pekerjaan atau kegiatan yang dilakukan oleh
seseorang dan menjadi sumber penghasilan kehidupan yang memerlukan
keahlian, kemahiran, atau kecakapan yang memenuhi standar mutu atau
norma tertentu serta memerlukan pendidikan profesi
Sebagai seorang guru profesional, tentunya ada prinsip-prinsip
profesionaltas yang menjadi landasannya. Seperti yang tercantum pada
Pasal 7 Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen,
prinsip profesionalitas sebagai seorang guru adalah:
1. Memiliki bakat, minat, panggilan jiwa, dan idealisme. Prinsip ini
biasanya menjadi pemantik bagi guru untuk tidak malas mengajar.
2. Mempunyai komitmen untuk senantiasa meningkatkan mutu (kualitas)
pendidikan, keimanan, ketakwaan, dan akhlak mulia peserta didiknya.
3. Berkualifikasi akademik dan latar belakang pendidikan yang sesuai
dengan bidang tugas yang diembannya.
4. Mempunyai kompetensi yang diperlukan sesuai dengan bidang tugas
yang diembannya, mencakup kompetensi personal, sosial, profesional
dan pedagogik.
5. Bertanggung jawab atas pelaksanaan tugas keprofesionalannya.
6. Mendapatkan penghasilan yang ditentukan sesuai dengan prestasi
kerjanya.
11
7. Berkesempatan dalam pengembangan keprofesionalan yang
berkelanjutan dengan belajar sepanjang hayat.
8. Adanya jaminan dan perlindungan hukum bagi guru dalam
pelaksanaan tugas keprofesionalannya.
9. Dan prinsip yang terakhir adalah memiliki organisasi atau wadah
profesi yang berwenang mengatur berbagai hal yang terkait dengan
tugas keprofesionalan seorang guru.16
Demikianlah prinsip-prinsip profesionalitas dari seorang guru. Oleh
sebab itu guru agar selalu dituntut untuk meningkatkan pengetahuan dan
kemampuanya dalam dunia pendidikan, sehingga seorang guru dapat
menjadikan dunia pendidikan menjadi lebih berkualitas.
3. Kompetensi Dasar Kinerja Guru
Dalam perspektif kebijakan nasional, pemerintah telah merumuskan
empat kenis kompetensi guru, sebagaimana tercantum dalam penjelasan
Peraturan Pemerintah No. 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional
Pendidikan, yaitu: kompetensi pedagogis, kepribadian, sosial dan
profesional.17
Berikut ini penjelasan terkait kompetensi guru menurut Soejipto dan
Raflis kosasih, yang mencakup empat hal yaitu, “kompetensi pedagogik,
kompetensi kepribadian, kompetensi profesional, dan kompetensi sosial”.
a. Kompetensi Pedagogik, merupakan kemampuan guru dalam
mengelola pembelajaran peserta didik yang meliputi pemahaman
terhadap peserta didik, perencanaan dan pelaksanaan
pembelajaran, evaluasi hasil belajar dan pengembangan peserta
didik.
b. Kompetensi Kepribadian, merupakan kemampuan seorang guru
dalam mengendalikan proses pembelajaran di kelas.
c. Kompetensi Profesional, merupakan kemampuan seorang guru
dalam menguasai materi pembelajaran secara luas dan mendalam
yang memungkinkanya dalam membimbing peserta didik untuk
memenuhi standar kompentensi yang telah ditetapkan dalam
standar nasional pendidikan.
16 Undang-Undang Nomor 14 Pasal 7 Ayat 1 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen 17 Jejen Musfah, Peningkatan Kompetensi Guru Melalui Pelatihan dan Sumber Belajar
Teori dan Praktik, (Jakarta: Kencana, 2011), h. 30
12
d. Kompetensi Sosial, merupakan kemampuan seorang guru dalam
bergaul dengan lingkungan sekolah maupun dengan masyarakat
sekitar.18
Oleh sebab itu guru diharapkan dapat menguasai keempat kompetensi
tersebut, guru harus belajar dengan sungguh-sungguh karna menjadi guru
bukanlah pekerjaan yang mudah, disela-sela kesibukan seorang guru
dalam mendidik ia juga harus dituntut belajar dengan tekun untuk
mendalami empat kompetensi tersebut, sehingga dapat menjadikan guru
menggambarkan beberapa aspek kinerja yang sangat keritis dari sebuah
organisasi yang akan mennetukan sukses tidaknya organisasi tersebut pada
masa kini maupun masa depan.19 Banyak terdapat pengertian indikator
kinerja atau disebut performance indicator, Moehariono mendefinisikan
bahwa:
1). Indikator kinerja sebagai nilai atau karakteristik tertentu yang
dipergunakan untuk mengukur output atau outcome suatu kegiatan;
2). Sebagai alat ukur yang dipergunakan untuk menentukan drajat
keberhasilan suatu organisasi dalam mencapai tujuannya;
3). Sebagai ukuran kuantitatif dan kualitatif yang menggambarkan
tingkat pencapaian suatu sasaran yang ditetapkan oleh suatu
organisasi;
4). Suatu informasi oprasional yang berupa indikasi mengenai kinerja
atau kondisi suatu fasilitas atau kelompok fasilitas.20
Kinerja guru sangatlah penting untuk dilakukannya suatu pengawasan
dan evaluasi, karena dengan adanya pengawasan dan evaluasi suatu
kinerja seorang guru dapat kita ukur tingkat profesionalis seorang guru
dalam melaksanakan kegiatan belajar mengajar.
18 Ibid. 30-54 19 Dermawan Wibisono, Manajemen Kinerja Korporasi dan Organisasi, (Bandung: PT.
Gelora Aksara Pratama, 2011), h. 3 20 Moehariono, Indikator Kinerja Utama (IKU), (Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada,
2012), h. 32
13
Berikut ini menurut ali midlofir, ada beberapa indikator kemampuan
yang harus dimiliki oleh guru profesional dalam meningkatkan
kemampuannya dalam mengajar:
a. Kemampuan merencanakan proses belajar mengajar.
b. Kemampuan melaksanakan dan memimpin/ mengelola proses
belajar mengajar.
c. Kemampuan menilai kemajuan proses belajar mengajar.
d. Menguasai bahan pelajaran.21
Menurut Iif Khoirul Ahmadi dan Sofan Amari, untuk menilai dan
mengukur kualitas kompetensi kinerja guru dapat ditinjau dari beberapa
indikator yang meliputi:
a. Pengenalan peserta didik secara mendalam.
b. Penguasaan bidang studi baik disiplin ilmu maupun bahan ajar
dalam kurikulum.
c. Penyelenggaraan pembelajaran yang mendidik melitupti
perencanaan dan pelaksanaan pembelajaran, evaluasi proses dan
hasil pembelajaran, serta tindak lanjut untuk perbaikan dan
pengayaan.
d. Pengembangan kepribadian dan profesionalitas secara
berkelanjutan.22
Dapat dipahami bahwa indikator merupakan suatu alat ukur yang
digunakan untuk menjelaskan mengenai suatu kondisi. Misalnya apabila
suatu pekerjaan itu baik/ bagus, maka dengan indikator dapat menentukan
suatu pekerjaan itu baik/ tidak dan sejauh mana dalam memahami
pekerjaan tersebut.
5. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kinerja Guru
Guru merupakan seseorang yang memiliki peranan penting dalam
dunia pendidikan untuk tercapainya suatu tujuan pendidikan. Kinerja yang
dicapai oleh seorang guru merupakan penentu suatu pembelajaran proses
pembelajaran di sekolah.
21 Ali Mudlofir, Pendidik Profesional, (Jakarta; PT RajaGrafindo Persada, 2012), h. 77 22 If Khoirul Ahmadi dan Sofan Amari, Strategi Pembelajaran Sekolah Berstandar
Internasional dan Nasional, (Jakarta, PT. Prestasi Pustakakarya, 2010), h. 58
14
Mengingat pentingnya kinerja yang berkaitan dengan keberhasilan
guru dalam meningkatkan kualitas pendidikan, maka perlu dicari faktor-
faktor yang mempengaruhi kinerja guru, maka Siti Zuhriyah dalam
tulisannya menyebutkan bahwa faktor yang dimungkinkan akan
mempengaruhi kinerja guru dalam melaksanakan tugasnya antara lain:
kompetensi guru, motivasi kerja guru, lingkungan kerja guru, dan
kepemimpinan kepala sekolah.23
Menurut Fatah Syukur yang dikutip A.A. Anwar Prabu Mangkunegara
ada dua faktor yang mempengaruhi kinerja seorang guru, yaitu:
a. Faktor kemampuan, secara umum kemampuan dibagi menjadi 2
yaitu, kemampuan Potensi (IQ) dan kemampuan reality
(Knowledge dan Skill). Seorang guru seharusnya memiliki
kemampuan tersebut agar mampu menyelesaikan pendidikan
formal dan mempu mengajar dalam mata pelajaran ampuannya.
b. Faktor motivasi, sikap motivasi terbentuk dalam menghadapi
situasi kerja. Motivasi guru sangatlah penting karena untuk
mencapai visi dan misi institusi pendidikan.24
Sedangkan Kopelman dalam Supardi menyatakan bahwa: “kinerja
organisasi ditentukan oleh empat faktor antara lain yaitu: (1) lingkungan,
(2) karakteristik individu, (3) karakteristik organisasi dan (4) karakteristik
pekerjaan’’.25
Dari beberapa faktor yang telah dijelaskan diatas, bahwasanya seorang
guru dapat bekerja secara maksimal apabila memiliki beberapa faktor
antara lain faktor internal, faktor eksternal dan faktor karakteristik
biografik seorang guru. Sehingga dengan adanya faktor tersebut, guru
yang memiliki peran penting dalam dunia pendidikan dapat mewujudkan
tujuan pendidikan secara maksimal.
23 Siti Zuhriyah, E-Jurnal, Faktor yang mempengaruhi kinerja guru SMK Negeri
Kelompok Pariwisata, Universitas Terbuka YPBJJ Yogyakarta, Volume VI, NO.2. h.206 24 Fatah Syukur, Manajemen Sumber Daya Manusia Pendidikan, (Semarang; PT. Pustaka
Riski Putra, 2012), h. 132 25 Supardi, Kinerja Guru, (Jakarta; PT. Raja Grafindo Persada, 2013) h. 50
15
B. Konsep Kesejahteraan
1. Pengertian Kesejahteraan
Kesejahteraan berasal dari kata kata “sejahtera”. Sejahtera ini
mengandung pengertian dari bahasa sansekerta “Catera” yang berarti
payung. Dalam konteks ini, kesejahteraan yang terkandung dalam arti
“catera” (payung) adalah orang yang sejahtera yaitu orang yang dalam
hidupnya bebas dari kemiskinan, kebodohan, ketakutan, atau ke
khawatiran sehingga hidupnya aman, tentram baik lahir maupun batin.26
''Menurut kamus Bahasa Indonesia "sejahtera" berarti aman sentosa
dan makmur, selamat (terlepas dari segala macam ganguan)”.27 James
midgley menjelaskan ilmu kesejahteraan merupakan suatu ilmu terapan
yang mengkaji dan mengembangkan suatu kerangka pemikiran serta
metodologi yang dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan kualitas hidup
masyarakat antara lain memalui pengelolaan masalah sosial..28
Kesejahteraan yang telah dirumuskan dalam Undang-Undang Nomor
11 tahun 2009 Pasal 1, Ayat 1 yang berbunyi:
”Kesejahteraan ialah kondisi terpenuhinya kebutuhan material,
spiritual, dan sosial warga negara agar dapat hidup layak dan mampu
mengembangkan diri, sehingga dapat melaksanakan fungsi sosialnya”.29
Menurut Isbandi Rukminto menyebutkan bahwa, “Kesejahteraan
merupakan suatu keadaan dimana digambarkan secara ideal adalah suatu
tatanan kehidupan yang meliputi kehidupan material maupun spiritual,
dengan tidak menempatkan suatu aspek lebih penting dari yang lain, tetapi
lebih melihat pada upaya mendapatkan titik keseimbangan. Titik
26 Adi Fahrudin, Pengantar Kesejahteraan Sosial, (Bandung; PT. Refika Aditama, 2012),
h.8 27 Kamus Besar Bahasa Indonesia, htpps://kbbi.web.id/sejahtera.html. pukul 20.30, 20
juli 2019
28 Isbandi Rukminto Adi, Kesejahteraan Sosial pekerjaan sosial, pembangunan sosial,
Kajian Pembangunan (Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada, 2013), h. 24
29 Ibid.
16
keseimbangan yang dimaksud adalah keseimbangan aspek sosial, material
dan spiritual.30
Dari beberapa pengertian yang telah dipaparkan, dapat disimpulkan
bahwa kesejahteraan adalah kebahagian yang diperoleh dalam hidup baik
dari segi materil, spiritual maupun sosial sehingga hidup seseorang merasa
tentram dan aman dalammenghadapi kehidupan masa sekarang ataupun
yang akan datang.
Secara luas konsep kesejahteraan lahir batin dapat dikatakan telah
direalisasikan apabila telah terpenuhinya kebutuhan dasar bagi semua
masyarakat, tingkat perbedaaan sosial ekonomi tidak terlalu mencolok.
2. Tujuan Kesejahteraan
Berdasarkan Pasal 3 Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2009 tentang
penyelenggaraan kesejahteraan sosial, dijelaskan bahwa tujuan
kesejahteraan adalah:
1. Meningkatkan taraf kesejahteraan, kualitas dan kelangsungan
hidup,
2. Memulihkan fungsi sosial dalam rangka mencapai kemandirian,
3. Meningkatkan ketahanan sosial masyarakat dalam mencegah dan
menangani masalah kesejahteraan,
4. Meningkatkan kemampuan, kepedulian dan tanggung jawab sosial
dunia usaha dalam penyelenggaraan kesejahteraan sosial secara
melembaga dan berkelanjutan,
5. Meningkatkan kemampuan dan kepedulian masyarakat dalam
penyelenggaraan kesejahteraan sosial secara melembaga dan
berkelanjutan,
6. Meningkatkan kualitas manajemen penyelenggaraan kesejahteraan
sosial.31
Menurut Adi Fahruddin, Adapun kesejahteraan memiliki tujuan yaitu:
a. Untuk mencapai kehidupan yang sejahtera dalam arti tercapainya
standar kehidupan pokok seperti sandang, perumahan, pangan,
kesehatan, dan relasi-relasi sosial yang harmonis dengan
lingkungannya.
30 Ibid. 31 Pasal 3 Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2009 tentang Penyelenggaraan
Kesejahteraan Sosial
17
b. Untuk mencapai penyesuaian diri yang baik khususnya dengan
masyarakat dan lingkungan, misalnya dengan menggali sumber-
sumber, meningkatkan dan mengembangkan taraf hidup yang
memuaskan.32
Sedangkan Menurut Hasibuan dalam penelitian Hendra Sukrisna
menerangkan bahwa tujuan pemberian kesejahteraan antara lain sebagai
berikut:
a. untuk meningkatkan kesetiaan dan keterikatan karyawan kepada
perusahaan.
b. memberikan ketenangan dan pemenuhan kebutuhan bagi karyawan
beserta keluarganya.
c. memotivasi gairah kerja, disiplin dan produktivitas kerja
karyawan.
d. menurunkan tingkat absensi dan turn over karyawan.
e. menciptakan lingkungan dan suasana kerja yang baik serta nyaman.
f. membantu lancarnya pelaksanaan pekerjaan untuk mencapai
tujuan.
g. memelihara kesehatan dan meningkatkan kualitas karyawan.
h. mengefektifkan pelaksanaan program pemerintah dan
meningkatkan kualitas manusia Indonesia.
i. meningkatkan status sosial karyawan beserta keluarganya.
j. asas kesejahteraan adalah keadilan dan kelayakan serta melanggar
peraturan legal pemerintah.33
Dari penjelasan di atas dapatlah dipahami bahwa tujuan adanya
kesejahteraan adalah sebagai salah suatu proses untuk mencapai sebuah
kehidupan yang sejahtera dengan terpenuhinya kebutuhan-kebutuhan baik
sandang, pangan, perumahan, kesehatan, dan relasi sosial yang harmonis
dengan lingkungannya, sehingga seseorang tersebut merasa puas dan
terpenuhi kebutuhannya.
32 Adi Fahrudin, Op.cit. h. 10 33 Hendra Sukrisna, Pengaruh Motivasi Kerja, Supervisi Kpala Sekolah, dan
Kesejahteraan Terhadap Kinerja Guru Sekolah Dasar Di Kecamatan Sukoharjo, h. 6
18
3. Unsur-Unsur Kesejahteraan
Guru merupakan salah satu faktor penentu tinggi rendahnya mutu hasil
pendidikan. Keberhasilan penyelenggaraan pendidikan saangat ditentukan
oleh sejauh mana kesiapan guru dalam mempersiapkan peserta didiknya
melalui kegiatan belajar mengajar. Namun demikian, posisi strategis guru
untuk meningkatkan mutu hasil pendidikan sangat dengaruhi oleh
kemampuan profesional mengajar dan tingkat kesejahteraanya.
Kesejahteraan guru yang kurang terjamin akan melemahkan
konsentrasinya pada peningkatan kualitas dan kapasitas dirinya. Guru
berkecenderungan untuk mengajar dan mendidik siswa ala kadarnya,
bahkan sekadar masuk kelas tanpa target belajar yang jelas dan terarah.
Untuk itu, upaya menempatkan guru dalam posisi yang terhormat
sebagai sosok pencetak generasi unggul bangsa perlu dilakukan. Guru
tentunya harus memiliki kualitas yang baik, termasuk juga kesejahteraan
yang memadai. Tingkat kesejahteraan guru yang terjamin harapannya akan
berbanding lurus dengan profesionalitas guru.
Terkait dengan hal ini, Loper Winartha (2006) dalam penelitiannya
pada sekolah unggulan mengemukakan bahwa tinggi rendahnya kinerja
guru sangat dipengaruhi oleh bagaimana cara pemerintah memperhatikan
kesejahteraannya. Lebih lanjut disampaikan bahwa beberapa faktor yang
menyebabkan rendahnya kinerja guru yaitu:
a) Gaji/insentif secara nasional masih rendah,
b) Gaya kepemimpinan kepala sekolah,
c) Iklim kerja sekolah,
d) Minimnya kesempatan untuk mengikuti kegiatan pengembangan
sumber daya manusia dalam bentuk inservis trainning,
e) Kurangnya kesempatan membaca karena mencari hasil tambahan
disamping harga buku yang cukup mahal,
f) Tidak bangga jadi guru karena perlakuan yang kurang adil terhadap
guru, dan
19
g) Rasa kurang nyaman dan aman dalam bertugas.34
Sedangkan dalam penelitiannya Umi Chotimah menyebutkan
bahwasanya terdapat faktor-faktor yang dapat mempengaruhi
kesejahteraan guru adalah sebagai berikut: Dukungan kepala sekolah,
dan sebagainya. Dan nonmaterial seperti: kemudahan kenaikan pangkat,
suasana kerja, perlindungan hukum, jaminan sosial dan lain-lain.36
Kemudian Isjoni (2000) menyebutkan dalam penelitian Umi
Chotimah aspek-aspek kesejahteraan guru dapat dilihat melalui
indikator-indikator sebagai berikut:
a) Penghasilan setiap bulan mampu mencukupi kebutuhan pokok
keluarga sehari-hari,
b) Kebutuhan pendidikan keluarga dapat terpenuhi secara baik dan
optimal,
c) Memiliki kemampuan untuk mengembangkan pendidikan
berkelanjutan serta mengembangkan diri secara professional,
d) Memiliki kemampuan untuk mengembangkan komunikasi ke
berbagai arah sesuai dengan kapasitasnya, baik dengan
memanfaatkan teknologi maupun secara konvensional.37
34 I Putu Asiatina, Determinasi Kompetensi, Motivasi Berprestasi dan Kesejahteraan
Guru Terhadap Kinerja Guru pada SMP Negeri di Kecamatan Busungbiu, h. 8 35 Umi Chotimah, Kontribusi Iklim Komunikasi, Kesejahteraan dan Gaya Kepemimpinan
Kepala Sekolah Terhadap Kinerja Guru di SMP Negeri Kecamatan Teras, 2012, h.9 36 I Putu Asianita, Op.cit. h.8 37 Ibid.
20
Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa kesejahteraan guru
merupakan sebagai jaminan suatu peningkatan kinerja seorang guru
disekolah, dengan adanya peningkatan taraf kesejahteraan bagi guru
diharapkan dapat meningkatkan kinerjanya di sekolah.
4. Jenis Kesejahteraan
Pasal 88 ayat I sebagaimana telah dipaparkan mengandung arti bahwa
penghasilan yang memenuhi penghidupan yang layak adalah jumlah
penerimaan atau pendapatan pegawai dari pekerjaannya sehingga mampu
memenuhi kebutuhan hidupnya dan keluarga secara wajar meliputi
sandang, pangan, papan, perumahan, pendidikan, kesehatan, rekreasi dan
jaminan hari tua. Sedangkan pada pasal 100 UU No 13 ayat I Tahun 2003
yang dimaksud dengan fasilitas kesejahteraan sebagaimana yang dimaksud
dalam ayat 1 adalah fasilitas dilaksanakan dengan memperhatikan
kebutuhan pekerja/buruh dan ukuran kemampuan perusahaan.38
Kesejahteraan merupakan suatu keadaan sejahtera, keselamatan,
keamanan, ketentraman, kesenangan dan kemakmuran. Kesejahteraan guru
berupa finansial dan non finansial dan Indikator yang digunakan untuk
mengukur tingkat kesejahteraan guru adalah: (a) Penghasilan tetap, (b)
Tunjangan, (c) Penghargaan.39
Robbins dalam buku Mutiara S. Pangabean mengemukakan bahwa
penghargaan dapat meningkatkan prestasi kerja dan kepuasan kerja
apabila: (a) Mereka merasakan adanya keadilan dalam penggajian, (b)
Penghargaan yang mereka terima dikaitkan dengan kinerja mereka, dan (c)
Berkaitan dengan kebutuhan individu.40
38 UU No 13, Pasal 100, ayat I Tahun 2003, Tentang Fasilitas Penunjang Kesejahteraan
Bagi Pekerja 39 Tri wahyuni, Pengaruh Kesejahteraan dan Semangat Kinerja Guru Terhadap Kinerja
Guru SMP Kecamatan Singgih Hilir, jurnal, vol 3 no 2, 2017, h. 2 40 Mutiara S. Panggabean, Manajemen Sumberdaya Manusia, (Bogor; Ghalia Indonesia,
2004), h. 78
21
Dari pendapat di atas dapat dikemukakan bahwa kesejahteraan
merupakan tingkat keadilan yang diperoleh pegawai dalam hidupnya baik
dari segi materil maupun non materil sehingga hidupnya merasa tentram
dan aman, serta menimbulkan kepuasan kerja. Sejahtera atau tidaknya
seseorang dapat diukur berdasarkan keadaan psikologi dalam menyikapi
suatu pekerjaan, keadaan sosial di lingkungan ia bekerja dan keadaan
finansial.
5. Dampak Kesejahteraan Terhadap Peningkatan Kinerja Guru
Hasil penelitian menunjukan bahwa peningkatan kesejahteraan
guru memiliki dampat positif terhadap mutu input, baik secara
kuantitas maupun kualitas. Pertama, secara kuantitas, jumlah
pendaftaran yang masuk pada LPTK memiliki kenaikan yang cukup
besar dari setiap tahunnya. Kedua, secara kualiatas, mahasiswa yang
masuk pada LPTK memiliki prestasi yang baik setiap tahunnya.41
Meningkatnya motivasi mengajar seorang guru merupakan dampak
dari upaya peningkatan kesejahteraan di sekolah. Dalam temuan
penelitian yang dilakukan oleh Muhammad Zulkifli, Arif Dermawan,
dan Edy Sutrisno menyatakan bahwa kesejahteraan guru akan
meningkatkan motivasi, dan motivasi akan meningkatkan kinerja.
Kinerja akan berhubungan dengan insentif yang akan didapat dan
akhirnya akan berpengaruh lagi pada kesejahteraan .42
Kemudian Rizki Rahadika mengemukakan dalam penelitiannya,
bahwa pendapatan merupakan variable yang dominan atau
berpengaruh paling besar terhadap kesejahteraan guru di kabupaten
sumedang. Hal ini memberikan gambaran bahwa guru yang memiliki
pendapatan yang tinggi memiliki peluang besar untuk sejahtera
dibandingkan dengan guru dengan pendapatan rendah. Variabel
41 Repositori Kemendikbud, Dampak Peningkatan Kesejahteraan Guru Terhadap Mutu
Peminat, 2013, h. 219 42 Muhammad Zulkifli, Arif Dermawan, dan Edy Sutrisno, Untag Surabaya, Motivasi
Kerja, Sertifikasi, Kesejahteraa, dan Kinerja Guru, Persolan Jurnal Prikologi Indonesia, 2014,
Vol. 3 h. 154
22
kesejahteraan guru berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja.
Hal ini berarti kesejahteraan meningkat maka kinerja akan
meningkat.43
Kemudian hasil penelitian juga menunjukan juga bahwa motivasi
kerja dan kesejahteraan terhadap kinerja guru matematika sebesar
66%.44 Oleh sebab itu motivasi kerja dan kesejahteraan guru sangatlah
berhubungan denga peningkatan kinerja guru di sekekolah.
6. Penelitian Terdahulu
Penelitian terdahulu yang pernah dilakukan berkaitan dengan tema
yang sedang di teliti oleh penulis data tersebut akan di himpun dan
dijadikan sebagai referensi kemudian untuk mempertegas teori-teori
yang telah ada mengenai pengaruh kesejahteraan terhadap peningkatan
kinerja guru disekolah. Berikut merupakan penelitian terdahulu yang
dijadikan sebagai acuan dalam penelitiaan ini, diantaranya:
Penelitian yang dilakukan oleh Arifah Kurniawati (2011), Institut
Agama Islam (IAI) Walisongo, yang berjudul “Pengaruh Tunjangan
Kesejahteraan Terhadap Etos Kerja Guru di MTs Nurul Ma’arif
Kendal”. Yang menyatakan bahwa tunjangan kesejahteraan merupakan
sangat berpengaruh terhadap kinerja guru. Perbedaan dengan
penelitian penulis adalah menggunakan metode kuantitatif, dengan
fokus penelitian pengaruh dari kesejahteraan guru terhadap
peningkatan kinerja guru dalam proses belajar mengajar disekolah.
Dengan hasil penelitian penulis yaitu kesejahteraan guru mampu
meningkatkan kinerja guru dalam kegiatan belajar mengajar (KBM) di
sekolah.
Kemudian penelitian yang dilakukan oleh Ahmad Syihabuddin
Asrori (2017), UIN Maulana Malik Ibrahim, yang berjudul “Pengaruh
43 Rizki Rahadika, IPB, Pengaruh Sertifikasi Guru Terhadap Kesejahteraan dan Kinerja
Guru di Kabupaten Sumedang, repository.sb.ipb.ac.id, 12.42, 8 April 2019 44 Zetriuslita Zetriuslita, Reni Wahyuni, UNY, Hubungan Motivasi kerja dan
Kesejahteraan Terhadap Kinerja Guru Matematika SMP Kota Pekan Baru, 2012.
Htpps://jaournal.uny.qc.id, 10:14, 25 April 2019
23
Kesejahteraan Sosial dan Kompenetnsi Pedagogik Guru Terhadap
Kinerja Guru MAN Sumberrejo” Menyatakan bahwa dengan adanya
pengaruh kesejahteraan sosial dan kompetensi pedagogik secara
bersama-sama memiliki perngaruh terhadap kinerja guru. Hal ini
menunjukan bahwa kesejahteraan sosial dan kompetensi pedagogik
dapa menjadi faktor pembentukan kinerja guru secara maksimal.
Perbedaan dengan penelitian penulis adalah menggunakan metode
kuantitatif, dengan fokus penelitian pengaruh dari kesejahteraan guru
terhadap peningkatan kinerja guru dalam proses belajar mengajar
disekolah. Dengan hasil penelitian penulis yaitu kesejahteraan guru
mampu meningkatkan kinerja guru dalam kegiatan belajar mengajar
(KBM) di sekolah.
Dan yang terakhir penelitian yang dilakukan oleh Umi Solihatun
(2012), Sekolah Tinggi Agama Islam Purwokerto, mengemukakan
bahwasanya hasil dari analisis yang peneliti lakukan bahwa terbukti
bahwasanya terdapat hubungan positif antara kesejahteraan guru
dengan kinerja guru di Madrasah Ibtidaiyah sekecamatan ayah,
kabupaten kebumen. Perbedaan dengan penelitian penulis adalah
menggunakan metode kuantitatif, dengan fokus penelitian pengaruh
dari kesejahteraan guru terhadap peningkatan kinerja guru dalam
proses belajar mengajar disekolah. Dengan hasil penelitian penulis
yaitu kesejahteraan guru mampu meningkatkan kinerja guru dalam
kegiatan belajar mengajar (KBM) di sekolah.
C. Hpiotesis
Ho : Kesejahteraan tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap
peningkatan kinerja guru di sekolah
H1 : Kesejahteraan memiliki pengaruh yang signifikan terhadap
peningkatan kinerja guru
24
D. Kerangka Berfikir
Gambar kerangka berfikir
Input ---------------------------------------------- Proses Output
Kondisi Sekarang
- Rendahnya
Gaji Guru
- Rendahnya
kompensasi
yang diberikan
kepala sekolah
- Rendahnya
motivasi yang
diberikan
kepala sekolah
- Rendahnya
hubungan tata
usaha dangan
guru
- Rendahnya
perhatian
kepala sekolah
terhadap guru
- Rendahnya
kinerja guru
- Rendahnya
profesionalism
e guru
- Rendahnya
SARPRAS
yang tersedia
disekolah
- Rendahnya
penguasaan
materi
- Rendahnya
ketrampilah
guru
Masalah:
Belum
tercapainya
kesejahteraan
guru belum
maksimalnya
kinerja guru
disekolah
Strategi:
- Kepala sekolah
memberikan
motivasi
- Kepala sekolah
memberikan
insentif
kepada guru
- Kepala sekolah
memberikan
pelatihan
kepada guru
- Kepala sekolah
memberikan
apresiasi
terhadap
kinerja guru
- Kepala sekolah
memberikan
perlindungan
hukum kepada
guru
- Kepala sekolah
memberikan
dukungan
fasilitas
pembelajaran
bagi guru.
Hasil:
- Terciptanya
peningkatan
kinerja guru
akibat dari
dampak
peningkatan
kesejahteraan
Feed Back
25
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian
Tempat Penelitian dilakukan di MIN 15 Bintaro. Yang berada di Jl.
Mawar I RT. 02 RW. 13, Rempoa, Ciputat Timur, Tangerang Selatan..
Adapun penelitian ini dilaksanakan mulai bulan Juli sampai selesai dengan
rincian sebagai berikut :
Tabel 3.1
Jadwal Kegiatan Penyusunan Skripsi
No. Kegiatan Waktu
Jan Feb Mar Apr Mei Jun jul Ags Sep
1. Studi Pendahuluan
2. Perbaikan BAB I,
II, III
3. Penyusunan
Instrumen
Penelitian
4. Penyerahan Izin
Penelitian
5. Penyebaran Angket
6. Pengolahan Data
7. Penyusunan BAB
IV dan V
8. Ujian Referensi
25
26
B. Variabel Penelitian
Variabel penelitian adalah suatu atribut atau sifat atau nilai dari orang,
obyek atau kegiatan yang mempunyai variasi tertentu yang ditetapkan
oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya.45
Terdapat dua variabel yang akan dikaji dalam penelitian ini, yaitu:
1. Variabel bebas yang disimbolkan dengan X (Independen Variabel)
yaitu “Keesejahteraan Guru”.
2. Variabel Y yang disimbolkan dengan Y (Dependen Variabel) yaitu
“Kinerja Guru”.
C. Metode Penelitian
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan
menggunakan metode kuantitatif. Pemilihan metode ini didasarkan atas
kebutuhan untuk menjelaskan data-data yang bersifat kuantitatif. Metode
ini dipandang lebih tepat untuk menjelaskan bagaimana pengaruh
kesejahteraan yang diperoleh guru terhadap peningkatan kinerja guru di
sekolah.
D. Populasi dan Sampel
1. Populasi
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri dari
obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu
yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik
kesimpulannya.46 Dalam penelitian ini, yang menjadi populasi ini
adalah guru MIN 15 Bintaro yang berjumlah 22 guru.