Top Banner
VOLUME 5 NO. 3 Oktober 2020 c-ISSN 2541-4472 (CETAK) e-ISSN 2541-4488 (DARING) Dampak COVID-19 terhadap Industri Pariwisata di Manggarai Barat. Irna Karina J.Kaban, Ida Ayu Rostini PENGARUH KEPUASAN KERJA KARYAWAN TERHADAP KOMITMEN BEKERJA DI INDUSTRI HOTEL PADA MASA PANDEMI COVID-19 Feri Ferdian1, Seruni Dinitri2 Strategi Pengembangan Kampung Silat, Rawa Belong Sebagai Destinasi Wisata Regina Dewi Hanifah dan Regita Pratikawati Foto: Pantai Patuno Resort Wakatobi, by Kusmayadi
78

PENGARUH KEPUASAN KERJA KARYAWAN TERHADAP …

Oct 17, 2021

Download

Documents

dariahiddleston
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: PENGARUH KEPUASAN KERJA KARYAWAN TERHADAP …

VOLUME 5 NO. 3 Oktober 2020

c-ISSN 2541-4472 (CETAK)e-ISSN 2541-4488 (DARING)

Dampak COVID-19 terhadap Industri Pariwisata di Manggarai Barat.Irna Karina J.Kaban, Ida Ayu Rostini

PENGARUH KEPUASAN KERJA KARYAWAN TERHADAP KOMITMEN BEKERJA DI INDUSTRI HOTEL PADA MASA PANDEMI COVID-19

Feri Ferdian1, Seruni Dinitri2

Strategi Pengembangan Kampung Silat, Rawa Belong Sebagai Destinasi WisataRegina Dewi Hanifah dan Regita Pratikawati

Foto: Pantai Patuno Resort Wakatobi, by Kusmayadi

Page 2: PENGARUH KEPUASAN KERJA KARYAWAN TERHADAP …

Hal. ii J-STP VOL. 5 NO. 3 2020

Publikasi empat bulanan oleh Politeknik Sahid (d.h Sekolah Tinggi Pariwisata Sahid) didukung oleh Ikatan Cendekiawan Pariwisata Indonesia (ICPI),

Himpunan Lembaga Pendidikan Tinggi Pariwisata Indonesia (Hildiktipari)

penanggungjawab

Direktur Politeknik Sahid (d.h Ketua Sekolah Tinggi Pariwisata Sahid)Ka. Pusat Penelitian dan Pengabdian pada Masyarakat

Editor Ahli

Prof. I.G Pitana, M.Sc. Ph.D

Founder Ikatan Cendekiawan Pariwisata IndonesiaProf. Dr. Kohar Sulistyadi, MSiE

Pascasarjana Universitas Sahid Jakarta

Prof. Azril Azahari, Ph.D

Ketua Ikatan Cendekiawan Pariwisata IndonesiaDr. Nugroho, B Sukamdani, MBA, BET

Pascasarjana Universitas Sahid JakartaProf. Dr. Juana Marjuka

Guru Besar Pariwisata IndonesiaDr. Tonny Hendratono

Sekolah Tinggi Pariwisata Ambarukmo (ICPI)Prof. Bet El Silisna Lagarense, Ph.D

Politeknik Negeri Manado (ICPI)Sylvine, Ph.D

Univrsite de Anger Frence (ATREI)

Devi Roza Krisnandhi Kausar, PhD

Universitas Pancasila (ICPI)Dr. Diena Mutiara Lemy

Sekolah Tinggi Pariwisata Pelita Harapan (ICPI)Dr. Budi Purnomo, M.Hum

Sekolah Tinggi Pariwisata Sahid SurakartaDr. Jajang Gunawijaya, MA

Program Vokasi Universitas IndonesiaDr. Myrza Rahmanita, M.Sc.

Pascasarjana Sekolah Tinggi Pariwisata TrisaktiSuhendroyono, SH, M.Par

Sekolah Tinggi Pariwisata Ambarukmo (Hildiktipari/ICPI)

Drs. I. Made Sudjana

Institut Pariwisata dan Bisnis Internasional (ICPI)Dr. Himawan Brahmantyo

Ikatan Cedndekiawan Pariwisata IndonesiaDr. Yohanes Sulistyadi

Politeknik SahidDr. Dadam Mahdar

Politeknik Sahid

Alamat RedakturJl. Kemiri Raya No. 22, Pamulang Tangerang SelatanTel: 021 7402329, 740 2339 Fax: 021 7428152e-mail: [email protected]: http://jstp.polteksahid.ac.id

Volume 5, No. 3Oktober 2020

c-ISSN 2541-4472e-ISSN 2541-4488

Penyunting Pelaksana

Dr. Asep Parantika

KetuaKadek Wiweka

Anggota

Dr. Derinta Entas

Wakil Ketua PenyuntingBudi Setiawan

Anggota

Nenny Wahyuni

AnggotaMurhadi

Angota

Kusmayadi

AnggotaMaryetti

Anggota

Nicko Ganasaputra

Anggota

Sekretariat dan Pemasaran

Safira

SekretarisFX Setyowibowo

Distribusi

Asmawih

Manajemen naskahBaskoro Herwindito

Manajemen Naskah

Bambang Wiedodo

IT Versi OnlineHeru Suheryadi

Manajemen Naskah

Lulus Sugiarto

Disain dan layoutMulyati

Keuangan

Susunan Redaktur

Diterbitkan oleh:Cakrawala Ilmu Pariwisata (CIPTA)Koperasi Karyawan Politeknik Sahiduntuk Pusat Penelitian dan Pengabdian pada Masyarakat Politeknik Sahid

Page 3: PENGARUH KEPUASAN KERJA KARYAWAN TERHADAP …

VOL. 5 NO. 3, 2020 J-STP Hal. iii

Daftar Isi

1 Dari Editor

240 Dampak Covid-19 Terhadap Industri Pariwisata Di Manggarai BaratIrna Karina J. Kaban, Ida Ayu Rostini

288 Perencanaan Karier Mahasiswa Program Vokasi PerhotelanDewi Melati

248 Pengaruh Kepuasan Kerja Karyawan Terhadap Komitmen Bekerja Di Industri Hotel Pada Masa Pandemi Covid-19Feri Ferdian, Seruni Dinitri

294 Pengaruh Store Atmosphere Terhadap Minat Pembelian di Torry Coffee Kalimalang Jakarta.Johannes Kurniawan, Restiar Gustrianda

255 Strategi Pengembangan Kampung Silat, Rawa Belong Sebagai Destinasi WisataRegina Dewi Hanifah, Regita Pratikawati

302 Potensi Kuliner Tradisional Khas Keraton Surakarta, Solo, Jawa Tengah.Agustina Mellyani, Dewi Ayu Kusumaningrum

265 Pengelolaan Desa Wisata Di Provinsi Jawa Barat. Lia Afriza, Haryadi Darmawan, Anti Riyanti

279 Kualitas Pelayanan Mempengaruhi Jumlah Kunjungan Tamu Di Restoran Nom Nom NomNuryadina Augus Rini

Volume 5, No. 3Oktober 2020 c-ISSN 2541-4472

e-ISSN 2541-4488

Page 4: PENGARUH KEPUASAN KERJA KARYAWAN TERHADAP …

Hal. iv J-STP VOL. 5 NO. 3 2020

Dari Editor

P puji dan syukur kami panjatkan ke hadirat Allah Tuhan yang Maha Kuasa, atas perkenan-Nya telah terbit jurnal Sains Terapan Pariwisata (J-STP) Volume 5 No.3 Oktober 2020. Tak terasa perjalan jatuh bangun untuk tetap terbit ternyata bukanlah

hal yang mudah. Oleh karena itu, kami sampaikan penghargaan dan ucapan terma kasih yang sebanyak-banyaknya kepada semua pihak yang telah berpartisipasi atas keberlanjutan J-STP.

J-STP versi online ini menggukan opensource OJS 3 dari PKP yang saat ini paling banyak digunakan untuk hampir seluruh publikasi jurnal baik nasional maupun internasional karenanyakami sampaikan terima kasih atas pengembangan aplikasi ini yang setiap saat terus diperbaharui menyesuaikan lingkungan kerja operasinya.

Pada edisi ini kami menyajkan perkembangan berbagai pengetahuan terutama terkait dengan adanya pandemi yang sampai saat ini belum reda. Salah satu penelitian di Labuan Bajo Manggarai Barat, sebagai salah satu destinasi pariwisata yang menjadi prioritas, yang dilakukan oleh dosen Politeknik Elbajo Commodus memberikan gambaran bagaimana besarnya dampak pandemi terhadap berbagai aspek yang berkaitan dengan industri pariwisata.

Akhir kata, semoga J-STP semakin berkembang dan berkonteribusi dalam menyebarkan informasi ilmiah dan pengembangan ilmu dan pengetahuan terapan pariwisata, serta menjadi ajang diseminiasi ide atau gagasan ilmiah dalam memajukan kepariwisataan Indonesia.

Jakarta, Oktober 2020,Salam Sehat,

Ketua Tim Penyunting

Volume 5, No. 3Oktober 2020

c-ISSN 2541-4472e-ISSN 2541-4488

Page 5: PENGARUH KEPUASAN KERJA KARYAWAN TERHADAP …

RIWAYAT ARTIKEL:Diterima: 28-09-2020.

Ditelaah: 09-10-2020.

Disetujui: 30-10-2020.

PENDAHULUAN

Pada akhir tahun 2019 di Wuhan, Tiongkok, terjadi serangkaian kasus penyakit pneumonia yang diakibatkan oleh virus novel corona atau 2019-nCoV (Huang et. al., 2020). Lebih lanjut dijelaskan bahwa dalam selang waktu yang tidak lama, kasus penyakit yang disebabkan oleh 2019-nCoV bermunculan di sejumlah negara seperti Thailand, Jepang Korea selatan dan Amerika Serikat. dengan situasi penyebaran yang masif dan cepat, serta dampak kesehatan yang diakibatkan, WHO mengumumkan bahwa 2019-nCoV atau covid-19 merupakan penyakit pandemi. Jumlah kasus yang

disebabkan oleh penyakit ini terus meningkat, per tanggal 24 mei jumlah kasus covid-19 di seluruh dunia mencapai 2,5 juta kasus, dimana lebih dari 3000 ribu jiwa meninggal(ECDC, 2020).

Gossling, Scott & Hall (2020) mengemukakan belum adanya vaksin Covid-19, penerapan social distancing, penutupan sekolah dan tempat kerja sebagai tindakan pencegahan penyebaran penyakit tersebut, memiliki efek kepada perekonomian. lebih lanjut dijelaskan bahwa pembatasan perjalanan internasional, regional dan lokal mempengaruhi perekonomian nasional termasuk kepariwisataan, seperti berkurangnya jumlah kegiatan wisata internasional dan domestik, tutupnya usaha di dunia pariwisata, seperti hotel, cafe, dan restoran bahkan penyewaan gedung untuk pertemuan festival maupun acara olahraga.

Di Indonesia, Presiden telah menetapkan

DAMPAK COVID-19 TERHADAP INDUSTRI PARIWISATA DI MANGGARAI BARAT

Irna Karina J.Kaban1, Ida Ayu Rostini2

1,2Politeknik Elbajo Commodus

e-mail: [email protected]

ABSTRACT

Since then the Indonesian government has started to issue policies to reduce the spread of the covid-19 virus by

implementing large-scale societal restrictions that have resulted in the closure of schools, workplaces and crowded

places including tourist spots and restrictions on international and national flights. This has had a huge impact

on the development of the tourism industry including the West Manggarai tourism industry which is recognized

as the Komodo National Park. Therefore, it is necessary in order to conduct a scientific study to determine how to

dig the influence of Covid-19 is on the Tourism Industry in West Manggarai. The results of this study are invited

to become the basis for policy making to deal with the impact of Covid-19 appropriately. A study of the impact of

covid-19 on tourism in West Manggarai was carried out using primary and secondary data. Primary data were

generated using an online questionnaire distributed to tourism actors in the period 18-31 May 2020. The selec-

tion of respondents used snowball techniques (snowball sampling) and collected 129 respondents. Ancillary data

collection through literature reviews was also carried out to fruitful insights on various policies to cope with the

impact of covid-19. Data analysis used qualitative and quantitative approaches. Primary data were analyzed by

looking at the similarities and differences. The results of the study concluded that Covid-19 triggered a potential

loss of revenue from the tourism sector of more than 5 billion throughout 2020. Most respondents did not have

adequate resources related to crisis management. Several recommendations are needed to decrease the influence

of covid-19 on the tourism industry including long-term, short-term recommendations and recommendations for

destination marketing.

Keyword: Komodo National Park, covid-19, destination marketing.

Jurnal Sains Terapan PariwisataVol. 5, No. 3, pp. 240-247

©2020 CIPTA, All rights reservedDicetak di Jakarta

J-STP VOL. 5 NO. 3 Oktober 2020

Page 6: PENGARUH KEPUASAN KERJA KARYAWAN TERHADAP …

241 J-STP VOL. 5 NO. 3 Oktober 2020

Dampak COVID-19 terhadap Industri Pariwisata di Manggarai Barat

keputusan Presiden Nomor 12 Tahun 2020 tentang Penetapan Bencana Nonalam Penyebaran Corona Virus Disease 2019 (Covid-19) sebagai bencana Nasional. Meluasnya Penyebaran Covid-19 di Indonesia berdampak luar biasa terhadap pariwisata Indonesia, salah satunya terjadi penurunan kunjungan wisatawan ke Indonesia setelah Covid-19 dinyatakan sebagai pandemi oleh WHO. Pada periode Januari hingga maret kunjungan wisatawan asing di Indonesia mencapai 2,61 juta kunjungan atau turun 30,62% dibandingkan tahun 2019 dimana jumlah kunjungan wisatawan asing mencapai 3, 76 juta kunjungan (Kemenparekraf, 2020). Kerugian Indonesia di sektor pariwisata diprediksi mencapai 4 juta dolar Amerika Serikat (Kompas, 2020).

Selain itu, terdapat 45 ribu wisatawan mancanegara dan 9 kapal pesiar internasional yang membatalkan kunjungan ke Labuan Bajo, dimana 1 kapal pesiar tersebut memiliki kapasitas 1200-2500 orang (Media Indonesia, 2020). Pembatalan tiket perjalanan ke Labuan Bajo, pembatalan paket wisata, penutupan hotel, restauran dan travel jasa wisata yang menyebabkan pemutusan Hubungan Kerja (PHK) karyawan(pos-kupang.com). penurunan aktivitas wisata di Labuan bajo berdampak kepada tenaga kerja di industri pariwisata. Berdasarkan data Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kabupaten Manggarai Barat sebanyak 73 tenaga kerja di industri pariwisata mengalami PHK dan 1.506 orang dirumahkan (Kumparan, 2020).

Karena situasi dan kondisi yang kian berdampak pada sektor pariwisata, trmasuk kesejahteraan para pelaku pariwisata, maka perlu dilakukan strategi dan upaya yang komprehensif dalam percepatan penanganan Covid-19 di sektor Pariwisata Kabupaten Manggarai Barat. Penanggulangan pandemi Covid-19 di dunia Priwisata membutuhkan peran serta semua pihak, baik pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah, Pihak Swasta, dan seluruh elemen masyarakat. Tujuan studi ini adalah untuk mengkaji dampak pandemik covid-19 terhadap sektor pariwisata di Kabupaten Manggarai Barat dan Labuan Bajo khususnya, serta memberikan rekomendasi kebijakan kepada para pemangku kepentingan terkait pengembangan kepariwisataan pascapandemi Covid-19 di Kabupaten Manggarai Barat.

TINJAUAN PUSTAKA

Pariwisata dan Manfaat terhadap perekonomian

Dalam konteks kebijakan kepariwisataan Indonesia, salah satu pedoman dasar adalah Undang-undang Nomor 10 Tahun 2009 tentang Kepariwisataan. pada bagian pembukaan UU No.10 Tahun 2009, disebutkan bahwa pembangunan kepariwisataan diperlukan untuk mendorong pemerataan kesempatan berusaha dan memperoleh manfaat serta mampu menghadapi tantangan perubahan kehidupan lokal, nasional dan global. lebih lanjut dalam pasal 4, penyelenggaraan kepariwisataan memiliki tujuan diantaranya adalah meningkatkan pertumbuhan ekonomi, meningkatkan kesejahteraan rakyat, menghapus kemiskinan dan mengatasi penganguran. Dari pasal ini dapat terlihat bahwa orientasi terhadap peningkatan ekonomi dan kesejahteraan masyarakat menjadi tujuan mendasar dalam aktivitas kepariwisataan.

Lebih jauh dalam Bab VII Pasal 23, disebutkan bahwa pemerintah dan Pemerintah Daerah berkewajiban:a. menyediakan informasi kepariwisataan, perlindun-

gan hukum, serta keamanan dan keselamatan kepa-da wisatawan.

b. menciptakan iklim yang kondusif untuk perkem-bangan usaha pariwisata dan meliputi terbukanya kesempatan yang sama dalam berusaha, memfasili-tasi dan memberikan kepastian hukum.

c. memelihara, mengembangkan dan melestarikan aset nasional yang menjadi daya tarik wisata dan aset potensial yang belum tergali; dan

d. mengawasi dan mengendalikan kegiatan kepari-wisataan dalam rangka mencegah dan menang-gulangi berbagai dampak megatif bagi masyarakat luas.

Sebagaimana yang tertuang pada pasal di atas, dalam kondisi pandemi Covid-19 Seperti saat ini, Pemerintah Daerah wajib memberikan dukungan insentif bagi para pelaku pariwisata sebagai salah satu sektor yang paling terdampak agar tetap bertahan di masa krisis.

COVID-19: Bencana, darurat Kesehatan masyarakat

dan Tanggung jawab pemerintah.

Menurut Undang-undang Nomor 24 Tahun 2007 tentang penanggulangan Bencana, disebutkan dalam Pasal 1 bahwa bencana adalah peristiwa

Page 7: PENGARUH KEPUASAN KERJA KARYAWAN TERHADAP …

J-STP VOL. 5 NO. 3 Oktober 2020 242

Irna Karina J.Kaban, Ida Ayu Rostini

atau rangkaian peristiwa yang mengancam dan menggangu kehidupan dan penghidupan masyarakat yang disebabkan oleh faktor alam dan/atau faktor non alam maupun faktor manusia sehingga mengakibatkan timbulnya korban jiwa manusia, kerusakan lingkungan, kerugian harta benda dan dampak psikologis. masih dalam pasal yang sama, dikemukakan juga definisi bencana non alam adalah bencana yang diakibatkan oleh perisitwa atau rangkaian perisitwa nonalam yang antara lain berupa gagal teknologi, gagal modernisasi, epidemi dan wabah penyakit. adapun mitigasi adalah serangkaian upaya untuk mengurangi risiko bencana baik melalui pembangunan fisik maupun penyadaran dan peningkatan kemampuan menghadapu ancaman bencana. dalam pasal 8 disebutkan tanggung jawab pemerintah daerah dalam penyelenggaraan penanggulangangan bencana meliputi:1. penjaminan pemenuhan hak masyarakat dan

pengungsi yang terkena bencana sesuai dengan standart pelayanan minimum.

2. perlindungan masyarakat dari dampak bencana3. pengurangan risiko bencana dan pemanduan

pengurangan risiko bencana dengan program pembangunan; dan

4. pengalokasian dana penanggulangan bencana dalam anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah yangmemadai.

Pada saat ini, masyarakat dunia tengah dilanda bencana pandemi Covid-19, tak terkecuali di Kabupaten Manggarai Barat dan Labuan Bajo khususnya sebagai salah satu destinasi Pariwisata internasional. Pemerintah Kabupaten Manggarai Barat wajib memperhatikan isu kebencanaan, baik bencana alam maupun nonalam, serta mengambil langkah-langkah strategis mitigasi bencana alam dalam sektor pariwisata karena pada dasarnya perlindungan terhadap seluruh masyarakat dan pelaku usaha pariwisata merupakan hal yang krusial dan patut menjadi perhatian sebagai salah satu komponen yang terdampak pandemi Covid-19.

Dalam pasal 4 dinyatakan bahwa pemerintah pusat dan Pemerintah Daerah bertanggungjawab melindungi kesehatan masyarakat dari penyakit dan/atau faktor risiko kesehatan masyarakat yang berpotensi menimbulkan kedaruratan kesehatan masyarakat melalui penyelenggaraan kekarantina kesehatan. Pemerintah pusat dan Daerah juga bertanggungjawab terhadap ketersediaan sumber

daya yang diperlukan dalam penyelenggaraan kekarantinaan kesehatan sebagaimana yang dijelaskan dalam pasal 6. Pasal 8 juga menyebutkan bahwa setiap orang mempunyai hak mendapatkan pelayanan kesehatan dasar sesuai kebutuhan medis, kebutuhan pangan dan kebutuhan kehidupan sehari-hari selama masa karantina. dari sejumlah pernyataan dalam UU kekarantinaan kesehatan diatas jelas bahwa pemerintah pusat dan daerah wajib memfasilitasi setiap lapisan masyarakat di tengah ketidakpastian roda perekonomian akibat covid-19 yang mewabah, termasuk di Kabupaten Manggarai Barat. Bantuan dan dukungan terhadap para pelaku usaha pariwisata perlu diperhatikan, mengingat sektor pariwisata salah satu industri yang banyak menyerap tenaga kerja di Kabupaten Manggarai Barat.

METODE

Metode pengumpulan data menggunakan Data primer maupun sekunder, data primer diperoleh dari sumber pertama untuk mendapatkan informasi terbaru. salahsatu cara untuk mengumpulkan data primer ialah menggunakan kuesioner. kuisioner merupakan bentuk pertanyaan tertulis mengenai suatu masalah atau bidang ayang akan diteliti dan emlibatkan sekelompok orang. Kuisioner bermanfaat ketika peneliti ingin mengkaji pemikiran dari populasi yang lebih besar. Studi ini memanfaatkan kuesioner daring (online) kepada responden atau pelaku pariwisata di Manggarai Barat. Responden mengakses kuesioner melalui situs: https:/s.id/covid-lbj selama 18-31 Mei 2020. Kuesioner ini bertujuan mengumpulkan data primer mengenai dampak pandemi Covid-19 terhadapa para ppelaku pariwisata di Manggarai Barat, tingkat kerentanan dan ketahanan serta dukungan yang diharapkan di tengah kondisi pandemi. kuesioner ini menggabungkan pertanyaan terbuka dan tertutup.

Penetuan informan atau resppnden menggunakan teknik snowball sampling, yaitu pengambilan sampel secara bola salju, semakin ke bawah maka semakin luas atau besar. menurut Neuman (2003) teknik snowball sampling adalah suatu metode untuk mengidentifikasi, memilih dan mengambil sampel dalam suatu jaringan atau rantai hubungan yang menerus.

Survey data sekunder merupakan pengumpulan

Page 8: PENGARUH KEPUASAN KERJA KARYAWAN TERHADAP …

243 J-STP VOL. 5 NO. 3 Oktober 2020

Dampak COVID-19 terhadap Industri Pariwisata di Manggarai Barat

data yang relevan dari sumber berupa jurnal, dokumen-dokumen kebijakan dan peraturan perundangan, serta artikel/situs dari internet.

Pendekatan Studi

penelitian ini menggabungkan dua pendekatan yaitu kualitatif dan kuantitatif sehingga diperoleh data yang lebih komprehensif, valid, reliabel dan objektif (sugiyono, 2011). Analisis metode campuran ini bersifat sejajar atau bersamaan yakni data lualitatif dan kuantitatif digabungkan dalam waktu yang sama dan dianalisis agar saling melengkapi.

Kajian Pustaka

Kajian Pustaka adalah jabaran teori, konsep, atau hasil-hasil penelitian yang berhubungan dengan topik dan permasalahan daerah studi. Tujuan utamanya yaitu membantu peneliti dalam memecahkan masalah penelitiannya sedangkan tujuan lainnya adalah memperoleh gambaran tentang kedudukan penelitiannya terhadapa penelitian-penelitian lain (Sumaryanto, 2008). pada penelitian ini, kajian pustaka dilakukan terhdapat teori dan kebijakan yang terkait dengan pengembangan kepariwisataan pasca pandemi Covid-19.

HASIL

Untuk mengetahui dampak pandemi Covid-19 terhadap kepariwisataan di Kabupaten Manggarai Barat, dilakukan survey dengan menyebarkan kuesioner secara daring kepada para responden yang dapat diakses pada tautan: s.id/covid-lbj bagian ini menguraikan hasil kuesioner yang telah diisi oleh para responden dan analisis terhadap jawaban yang diberikan.

Profil dan Karakteristik Responden

Dari jadwal penyebaran kuesioner selama 2(dua) pekan, terhitung sejak 18 mei 2020 hingga 31 mei 2020 diperoleh 129 responden yang merupakan para pelaku pariwisata di Kabupaten Manggarai Barat. Gambar 1 menunjukkan bahwa berdasarkan gender, dari total 129 responden para pelaku usaha pariwisata merupakan laki-laki dengan presentase sebesar 67% (87 orang) sedangkan perempuan sebesar 33% (42 orang). berdasarkan kategori pekerjaan di usaha pariwisata, responden terbesar merupakan para pemilik usaha yaitu sebanyak 53

orang atau 41% berikutnya karyawan 36%, pekerja lepas 15%, pengelola destinasi pariwisata berbasis masyarakat (Community Based Tourism/CBT) 4% dan lain-lain 4%.

Gambar 1. Responden berdasarkan Gender dan

Pekerjaan.

Lebih lanjut, Gambar 2 menunjukkan bahwa sebagian besar para pemilik usaha memiliki karyawan sebanyak 1-5 orang (24 responden), sedangkan 10 responden tidak memiliki karyawan atau bekerja sendiri. Selain itu, sebanyak 7 responden memperkaya karyawan sebanyak lebih dari 20 orang; 6 responden sebanyak 6-10 orang, 4 responden sebanyak 11-15 orang, dan 1 orang sebanyak 16-20 orang.

Page 9: PENGARUH KEPUASAN KERJA KARYAWAN TERHADAP …

J-STP VOL. 5 NO. 3 Oktober 2020 244

Irna Karina J.Kaban, Ida Ayu Rostini

Gambar 2. Jumlah Karyawan dari pemilik usaha

Dari jenis usaha pariwisata responden (Gbr.3), sebagian besar (11 responden) adalah pemilik usaha di bidang jasa transportasi laut. Disusul oleh pemilik biro/agen perjalanan wisata (9 responden), restauran/cafe (7 responden), usaha akomodasi lainnya (hotel bintang 1-2, guest house, homestay) sebanyak 6 responden, selebihnya merupakan pemilik usaha jasa transportasi darat (4 responden), toko souvenir (4 responden), serta jumlah usaha lainnya di bidang diving, penyewaan alat snorkeling, kerajinan tenun dan fotografi/videografi trip.

Gambar 3. Jenis Usaha Pariwisata Responden.

Dari segi lama bekerja di sektor pariwisata (Gbr.4), sebagian besar pemilik usaha pariwisata di Manggarai Barat (67%) telah menjalankan usahanya selama 1-5 tahun, berikutnya 6-10 tahun sebanyak 25% dan sisanya telah bekerja selama 11-20 tahun (1%). Persentase tersebut memperlihatkan bahwa mayoritas pemilik usaha merupakan “pemain baru” dalam menjalankan usaha pariwisata di Labuan bajo, yakni dalam rentang tahun 2015-2019. pada masa yang sama, Kementrian Pariwisata mencanagkan Labuan bajo sebagai salah satu destinasi pariwisata

prioritas di Indonesia. sejak saat itu, kunjungan wisatawan nusantara dan mancanegara ke labuan bajo menunjukkan peningkatan dari tahun ke tahun.

Mengenal Tamu Responden.

Menurut Pemilik usaha akomodasi dan perjalanan wisata (Gbr.8), wisatawan yang berkunjung ke Labuan bajo sebelum pandemi sebagain besar berasal dari Eropa (47%). Tamu dari Jerman dan Inggris lebih banyak daripada tamu dari negara-negara Eropa lainnya. Tamu domestik menempati posisi kedua (25%) dan sebagain besar berasal dari Jakarta, surabaya dan Denpasar. kemudian disusul Amerika Utara (8%), Asia Timur (7%), Australia dan Selandia Baru (6%). Jumlah tamu dari India, Timur Tengah dan Afrika tidak terlalu banyak dibandingkan jumlah tamu dari negara-negara sebelumnya.

Gamar 4. Asal Wisatawan ke Labuan Bajo Pra-

Pandemik Menurut Pemilik Usaha.

Hasil tersebut tidak jauh berbeda dengan penuturan para karyawan di sektor akomodasi dan perjalanan wisata yang berhubungan dengan reservasi tamu. sebagian besar tamu ditempat kerja berasal dari Eropa (52%), kemudian disusul oleh tamu Domestik (21%), Amerika Utara ((9%), Asia Timur (5%), Australia dan Selandia Baru (4%), serta india dan Timur Tengah (2%). Hal tersebut menjadi sebuah tantangan bagi sektor Pariwisata labuan bajo pasca pandemi, terkait upaya-upaya dalam mendatangkan kembali para wisatawan mancanegara maupun wisatawan domestik.

Page 10: PENGARUH KEPUASAN KERJA KARYAWAN TERHADAP …

245 J-STP VOL. 5 NO. 3 Oktober 2020

Dampak COVID-19 terhadap Industri Pariwisata di Manggarai Barat

Dampak Covid-19 Terhadap Pariwisata di

Manggarai Barat.

Wabah Covid-19 yang muncul di penghujung tahun 2019 lalu berdampak besar pada setiap lapisan masyarakat, khususnya para pengusaha dalam hal ini adalah pengusaha di bidang pariwisata. Gambar 12 memperlihatkan adanya komposisi persentase yang sama antara responden yang terdampak berat dan responden yang menutup usahanya. Masing-masing sebesar 46%. Adapun 8% responden lainnya menyatakan pandemi menyebabkan dampak sedang pada usaha yang dijalankan. Hal ini menunjukkan dampak pandemi Covid-19 yang mengakibatkan tidak adanya perputaran pendapatan untuk membiayai operasional usaha pariwisata, bahkan tidak sedikit yang menutup usaha tersebut. kondisi ini semakin diperparah dengan pernyataan semua responden (100%) bahwa pendapatan mereka selama januari-april 2020 tidak akan cukup memenuhi biaya operasional usaha hingga akhir tahun 2020.

Gambar 5. Dampak Covid-19 terhadap Responden

Pemilik Usaha Pariwisata.

Dampak lain dari Pandemik Covid-19 ialah pembatalan reservasi perjalanan wisata maupun akomodasi di Labuan Bajo. Gambar dibawah menunjukkan pembatalan ini terjadi mulai februari 2020. meningkat drastis pada maret 2020 dan puncaknya terjadi pada april 2020. jumlah pembatalan reservasi terus berkurang sampai kuartal terakhir 2020. hal ini menyiratkan harapan bahwa pariwisata di Labuan Bajo maupun Manggarai Barat akan mulai bergeliat pada akhir tahun ini juga.

Gambar 6. Pembatalan reservasi perjalanan dan

akomodasi ke Labuan Bajo.

Pembatalan reservasi sama dengan kehilangan potensi pendapatan. Gambar diatas memperlihatkan potensi pendapatan yang hilang selama 2020 karena adanya pembatalan reservasi wisata dan akomodasi. sebagian besar responden (10 orang) akan kehilangan potensi pendapatan antara 50-100 juta rupiah. kelompok responden kedua (9 orang) akan kehilangan potensi pendapatan antara 25-50 juta rupiah.dan 6 responden lainnya akan kehilangan kurang 25 juta rupiah. Bila digabungkan dengan potensi kehilangan pendapatan dari responden-responden lainnya. maka sektor pariwisata di labuan bajo dalam tahun 2020 akan mengalami kehilangan pendapatan lebih dari 5 milyar rupiah.

Potensi Pendapatan yang hilang akibat pandemi di industri Perhotelan/akomodasi misalnya menyebabkan para pemilik usaha perlu mencari strategi terbaik untuk membiayai operasional usaha, termasuk beban gaji pegawai, perawatan aset, utilitas (telepon, listrik, air, internet) sebab tingkat hunian kamar yang menurun drastis pada masa pandemi.

Terkait pengaruh pandemi terhadap para karyawan di sektor pariwisata, sebagian besar responden yang bekerja sebagai karyawan di industri pariwisata mengaku masih bekerja namun terdapat kebijakan pemotongan upah/gaji (46%) dan dirumahkan atau diminta gaji tanpa cuti (43%). sementara itu 9% lainnya terpaksa harus kehilangan pekerjaan atau diberhentikan (PHK), msekipun 2% menyatakan masih bekerja dengan gaji normal. Adapun persentase terhadap pengurangan gaji karyawan sebesar 71% responden berkisar antara 25-50% dari gaji normal dan 10% lainnya kurang dari 25% gaji normal. Sejumlah efek yang ditimbulkan dari pandemi terhadap status para pekerja/karyawan di sektor pariwisata ini tidak bisa dihindari

Page 11: PENGARUH KEPUASAN KERJA KARYAWAN TERHADAP …

J-STP VOL. 5 NO. 3 Oktober 2020 246

Irna Karina J.Kaban, Ida Ayu Rostini

karena berkurangnya perolehan pendapatan dari perusahaan yang menaungi para pekerja.

Sementara itu, para pekerja lepas juga mengalami kehilangan potensi pendapatan akibat pembatalan kerja seoanjang tahun 2020 yang dipicu oleh pandemi. sebanyak 9 responden menyatakan kehilangan perolehan kurang dari 10 juta rupiah, sedangkan 7 responden berkisar 10-25 juta rupiah. sebagian kecil lainnya (3 responden) berkisar 25 juta hingga 100 juta rupiah.

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

Berdasarkan hasil survey dampak covid-19 terhadap sektor pariwisata du Kabupaten Manggarai Barat seperti dipaparkan pada bab sebelumnya maka beberapa kesimpulan dan rekomendasi dapat diajukan sebagai berikut :

Kesimpulan

Profil dan Karakteristik Responden

y Sebagian besar responden masih tergolong baru (1-5 tahun) dalam memulai usaha atau bekerja di sektor pariwisata di Manggarai Barat.

y Jumlah karyawan sebagian responden pemilik usaha (kurang dari 5 orang atau bekerja sendiri), sebagian besar usaha wisata yang dimiliki responden di Manggarai Barat masih tergolong usaha kecil-menengah.

y Dua temuan ini mengindikasikan bahwa sebagian besr pelaku usaha pariwisata di Manggarai Barat belum memiliki pengalaman maupun sumberdaya yang memadai untuk mengantisipasi krisis Covid 19.

Dampak Covid-19

Covid-19 memicu potensi kehilangan pendapatan sektor pariwisata di Manggarai Barat lebih dari 5 Milliar rupiah sepanjang 2020. hal ini diakibatkan oleh pembatalan reservasi kunjungan wisata maupun akomodasi yang mulai terjadi sejak februari sampai akhir tahun ini, dengan puncaknya pada bulan Maret - Juni.

y Ketiadaan rencana manajemen krisis dari sebagian besar responden, pemilik usaha maupun pengelola destinasi Pariwisata CBT membuat pukulan Covid-19 terasa lebih berat.

y Untuk mencukupi kebutuhan hidup selama

pandemik terjadi, mayoritas responden menggunakan tabungan nya dan mulai bekerja di luar sektor pariwisata.

Pemasaran Pariwisata Manggarai Barat.

y Pasar terbesar pariwisata di Manggarai Barat pra-pandemi berasal dari Eropa (mayoritas jerman dan Inggris), disusul oleh tamu domestik(Mayoritas Jakarta, Surabaya dan Denpasar).

y Sebagian besar responden (59%) tidak akan mengubah target pasar mereka ketika pandemi ini berakhir. Responden yang mau mengubah target pasarnya, memilih pasar yang lebih dekat Domestik, Asia Timur dan Asia Tenggara.

y Protokol CHS (Clean, Health and Safety) sangat perlu diperhatikan di destinasi, mengingat lokasi sumber tamu domestik termasuk zona merah Covid-19.

Rekomendasi

Rekomendasi yang disampaikan terdiri atas dua bagian, yaitu: (1) Rekomendasi Prioritas berupa kegiatan jangka pendek yang sebaiknya segera dilakukan, dan (2) Rekomendasi jangka panjang yang terdiri atas tata kelola destinasi/kelembagaan dan Pemasaran.

y Menanggapi dengan sigap kebutuhan dukungan material (bahan pangan maupun bantuan Langsung tunai) yang sangat diharapkan oleh para responden. Bantuan material ini akan sangat bermanfaat untuk mencukupi sebagian dari kebutuhan sehari-hari para pelaku wisata, sehingga mereka dapat bertahan sampai perekonomian pariwisata di Manggarai Barat mulai bergerak lagi.

y Bantuan permodalan dengan skema pinjaman lunak juga sebaliknya disalurkan kepada pemilik usaha wisata yang masih tergolong usaha kecil-menengah. dengan semikian, para garda terdepan penggerak pariwisata Manggarai Barat ini dapat segera bekerja letika pandemi Covid-19 mulai reda.

y Memastikan ketersediaan fasilitas kesehatan yang memadai bagi warga maupun wisatawan untuk mendukung penerapan protokol CHS+E (Clean, Health, Safe + Safe). Ketersediaan fasilitas yang memadai memudahkan

Page 12: PENGARUH KEPUASAN KERJA KARYAWAN TERHADAP …

247 J-STP VOL. 5 NO. 3 Oktober 2020

Dampak COVID-19 terhadap Industri Pariwisata di Manggarai Barat

warga dan wisatawan untuk menjalankan protokol CHS yang ditetapkan. Unsur E (Easy) mempertimbangkan kemudahan yang didapatkan warga maupun wisatawan dalam beraktivitas pada masa new normal (kewajaran yang baru) sesuai protokol kesehatan yang telah ditetapkan.

DAFTAR PUSTAKA

Huang.C, Wang. Y., Li, X, Ren, L, Zhao, J., Hu, Y., Zhang, L., Fan, G., Xu, J., Gu, X., Cheng, Z., Yu, T., xIA, j

Neuman, W.Lawrence. (2003).Social Research Methods Qualitative and Quantitative Approaches.Boston: Allyn and Bacon.

Stefan Gossling, Daniel Scott & C.Michael Hall (2020). Pandemic, tourism and global change: a rapid assessment of Covid-19, Journal of Sustainable Tourism.

Sugiyono.(2011).Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R & D. Bandung:Afabeta.

DOKUMEN KEBIJAKAN DAN PERATURAN

PERUNDANGAN

Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor HK.01.07/MENKES/328/2020 Tentang Panduan Pencegahan dan Pengendalian Corona Virus Disease 2019 (Covid-19) di Tempat Kerja Perkantoran dan Industri Dalam Mendukung Keberlangsungan Usaha pada Situasi Pandemi.Jakarta.

Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 9 Tahun 2020 tentang Pedoman Pembatasan Sosial Berskala Besar dalam Rangka Percepatan Penanganan Corona Virus Disease 2019 (COVID-19).Jakarta.

Undang-undang Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 2009 tentang Kepariwisataan. 16 Januari 2009.Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 11.Jakarta.

Undang-undang Republik Indonesia Nomor 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana. 26 April 2007. Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 66. Jakarta.

Artikel Internet

European Centre for Disease Prevention and Control, (2020, 22 mei). COVID-19 situation update worldwide, as of 22 May 2020. Diakses pada tanggal 22 mei 2020, dari https://www.ecdceuropa.eu/en/geographical-distribution-2019-ncov-cases.

Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19.(2020, 24 mei).infografis COVID-19 (24 Mei 2020). Diakses pada tanggal 24 Mei 2020 dari https://covid.19.go.id/p/berita/infografis-covid-19-24-mei-2020.

Kementerian Keuangan Republik Indonesia. Menjaga Ekonomi Indonesia Terhadap Dampak Negatif Pandemik Covid-19. Diakses pada tanggal 24 Mei 2020. dari https://www.kemenkeu.go.id/publikasi/siaran-pers-menjaga-ekonomi-Indonesia-terhadap-dampak-negatif-pandemik-covid-19/

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.(2020, 23 mei).Pencegahan Covid-19 di Tempat Kerja Era New Normal Diakses pada tanggal 26 Mei 2020 dari http://kemenparekraf.go.id/post/siaran-pers-enam-langkah-kemenparekraf-di-masa-darurat-covid-19.

Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Republik Indonesia. (2020, 4 April). Kemenparekraf Buka Jalur Pengaduan bagi pelaku Parekraf terdampak COVID-19. Diakses pada tanggal 24 Mei 2020 dari http://www.kemenparekraf.go.id/post/siaran-pers-kemenparekraf-buka-jalur-pengaduan-bagi-pelaku-parekraf-terdampak-covid-19.

Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Republik Indonesia. (2020, 24 April).Siaran Pers: Enam Langkah Kemenparekraf di masa Darurat Covid-19, Diakses pada tanggal 24 Mei 2020 dari http://www.kemenparekraf.go . id/post/s iaran-pers .enam-langkah-kemenparekraf-di-masa-darurat-covid-19.

Kementerian Pariwisata Indonesia, (2020, 4 Mei).Siaran Pers: Penurunan Kunjungan Wisman ke Indonesia Akibat Pandemi COVID-19 sesuai perkiraan. Diakses pada tanggal 24 Mei 2020 dari http://kemenparekraf.go.id/post/siaran-pers-penurunan-kunjungan-wisman-ke-Indonesia-akibat-pandemi-covid-19-sesuai-

Page 13: PENGARUH KEPUASAN KERJA KARYAWAN TERHADAP …

J-STP VOL. 5 NO. 3 Oktober 2020 248

Irna Karina J.Kaban, Ida Ayu Rostini

perkiraan.

Kompas.com (2020, 16 April).Kunjungan Turis Asing ke Labuan Bajo Anjlok 50%. Diakses pada tanggal 24 Mei 2020. dari: https://travel.kompas.com/read/2020/04/16/070700827/kunjungan-turis-asing-ke-labuan-bajo-anjlok-50-persen.

Kompas.com(2020, 24 April) hingga 1 juni, Bandara Komodo Tak Layani Penerbangan Penumpang. Diakses pada tanggal 24 Mei 2020, dari https://regional.kompas.com/read/2020/04/24/17301641/hingga-1-juni-bandara-komodo-tak-layani-penerbangan-penumpang.

Kumparan.(2020, 20 April).Imbas Corona, 1.506 Pekerja di Sektor Pariwisata Labuan Bajo Dirumahkan. Diakses pada tangga; 24 Mei 2020 dari https://kumparan.com/florespedia/imbas-corona-1.506-pekerja-di-sektor-pariwisata-labuan-bajo-dirumahkan-1tG7M4aRpu4.

Kupang.antaranews.com(2020, 26 maret). Paket Wisata dibatalkan. Ratusan Pramuwisata di Labuan bajo menganggur.Diakses pada tanggal 22 Mei 2020. dari https://kupang.antaranews.com/berita/30410/paket-wisata-dibatalkan-ratusan-pramuwisata-di-labuan-bajo-menganggur.

--m@ya

Page 14: PENGARUH KEPUASAN KERJA KARYAWAN TERHADAP …

RIWAYAT ARTIKELDiterima: 1 Juli 2020

Dievaluasi: 10 Juli 2020

Disetujui: 7 Agustus 2020

PENDAHULUAN

Industri perhotelan dan pariwisata dunia dalam kurun waktu sepuluh tahun terakhir tahun 2009-2019 mengalami peningkatan dan satu dari sepuluh lapangan kerja di dunia diisi oleh pekerja dari sektor pariwisata (UNWTO, 2019). Namun dengan adanya wabah covid 19 yang menyebar dari Cina dan meluas ke 210 negara termasuk Indonesia memberikan dampak yang besar bagi ekonomi global termasuk Indonesia.

Tekanan pada industri pariwisata terlihat pada penurunan kunjungan wisatawan ke Indonesia yang disebabkan adanya Pembatasan Sosial Berskala

Besar (PSBB). Berdasarkan data Badan Pusat Statistik disingkat BPS (2020) mencatat secara kumulatif pada Januari-Mei 2020 jumlah kunjungan wisatawan mancanegara ke Indonesia mengalami penurunan 53,36% dibandingkan jumlah kunjungan wisatawan mancanegara pada periode Januari-Mei 2019. Hal ini juga berdampak pada tingkat hunian kamar hotel yang dilihat pada data tingkat hunian kamar pada bulan Mei 2020 mengalami penurunan 29,08 dari tingkat hunian kamar yang dicapai 43,53% pada Mei 2019 (BPS, 2020). Tingkat hunian kamar pada bulan Mei 2020 ini tercatat 14,45% tentunya berdampak terhadap kondisi operasional hotel.

Mengatasi permasalahan biaya untuk kelangsungan operasional hotel dikeluarkan kebijakan yang salah satunya merumahkan sementara karyawan dengan aturan-aturan tertentu. Berdasarkan data dari Persatuan Hotel dan

PENGARUH KEPUASAN KERJA KARYAWAN TERHADAP KOMITMEN BEKERJA DI INDUSTRI HOTEL PADA MASA PANDEMI COVID-19

Feri Ferdian1, Seruni Dinitri2

1Dosen Fakultas Pariwisata dan Perhotelan Universitas Negeri Padang2Dosen Sekolah Tinggi Pariwisata Bogor

email: [email protected] ,

[email protected]

ABSTRACT

The purpose of this study was to analyze the effect of job satisfaction on a commitment to working in the hotel in-

dustry during the Covid 19 pandemic. This type of research was conducted using a quantitative approach with ex

post facto research, which is a study that aims to analyze the effect of the exogenous variable (cause), namely job

satisfaction with the Endogenous variable (result), namely the commitment to work in the hotel industry during

the Covid 19 pandemic. The total population in this study was 8,100,000 people consisting of all hotel employees

who were sent home during the COVID-19 pandemic in Indonesia by determining the sample based on the type

of purposive sampling. The data analysis technique used is simple linear regression analysis. The results showed

that: (1) Employee job satisfaction at hotels during the Covid 19 pandemic was still in the abundant category.

(2) the work commitment of employees at the hotel during the Covid 19 pandemic is still in a good category.

(3) There is a significant influence on the job satisfaction variable on the commitment to working in the hotel

industry during the Covid 19 pandemic.The magnitude of the impact of the job satisfaction variable on employee

work commitment in the hotel industry during the Covid 19 pandemic is 17.4%, while 82.6% determined by other

factors.

Keywords: satisfaction, commitment, pandemic, covid 19, employees.

Jurnal Sains Terapan PariwisataVol. 5, No. 3, pp. 248-254

©2020 CIPTA, All rights reservedDicetak di Jakarta

J-STP VOL. 5 NO. 3 Oktober 2020

Page 15: PENGARUH KEPUASAN KERJA KARYAWAN TERHADAP …

249 J-STP VOL. 5 NO. 3 Oktober 2020

Pengaruh Kepuasan Kerja Karyawan Terhadap Komitmen Bekerja Di Industri Hotel Pada Masa Pandemi Covid-19

Restoran disingkat PHRI (2020) hingga bulan Mei 2020 sekitar 8,1 juta orang karyawan dirumahkan dengan kebijakan beragam sesuai ketentuan masing-masing hotel. Ada beberapa hotel yang memberikan kebijakan merumahkan secara bergantian atau memangkas sementara posisi posisi yang tidak punya banyak peran di operasional saat pandemi covid 19. Kebijakan ini didukung dengan pemberian gaji setengah atau penuh dari gaji pokok tergantung kondisi keuangan hotel.

Kondisi pekerjaan di industri perhotelan seperti ini memberikan kekhawatiran pada sumber daya manusia yang bekerja di indsutri perhotelan terutama yang dirumahkan terkait karir mereka jangka panjang nantinya. Berdasarkan wawancara dengan 3 orang pekerja hotel yang dirumahkan mengungkapkan ke khawatiran mereka untuk terus bekerja di hotel karena tidak ada jaminan tetap seperti pekerjaan pada usaha milik negara atau pekerjaan menjadi pegawai negeri sipil. Kekhawatiran ini mendorong karyawan-karyawan yang dirumahkan untuk mencari pekerjaan lain yang mereka anggap memberikan jaminan karir secara jangka panjang. Sehingga komitmen mereka untuk tetap bekerja di industri hotel tentunya dipertanyakan.

Menurut Robbins dan Judge. (2008), komitmen kerja adalah keadaan seorang karyawan untuk mendukung suatu organisasi dan mempunyai kesetiaan dalam mempertahankan dirinya dalam organisasi pekerjaan tersebut. Seseorang yang berkomitmen tinggi dalam suatu organisasi pekerjaan tentunya akan tetap mempertahankan dirinya dalam lingkungan organisasi tersebut meskipun banyak tawaran-tawaran pekerjaan lain yang mereka dapatkan. Komitmen seseorang untuk tetap bekerja pada organisasi tergantung terhadap kepuasan kerja yang mereka rasakan dalam organisasi tersebut. Berdasarkan dari hasil penelitian Puspitawati and Riana (2014) terdapat pengaruh yang positif antara kepuasan kerja karyawan dengan komitmen seseorang bekerja di industri hotel. Berbagai studi penelitian juga menunjukkan bahwa seseorang yang puas dengan pekerjaannya akan memiliki komitmen yang tinggi terhadap organisasi (Mathis & Jackson, 2011)

Kepuasan kerja karyawan adalah cara seseorang merasakan pekerjaan yang dihasilkan dari sikap terhadap berbagai aspek yang terkandung di dalam pekerjaan (Suwatno dan Priansa, 2011). Kepuasan

kerja karyawan ini merupakan perasaan karyawan tentang pekerjaannya yang menyenangkan atau tidak (Umar, 2011). Kepuasan kerja karyawan ini dapat diukur dari komponen-komponen yang meraka rasakan dari pekerjaannya yaitu kompensasi, keamanan kerja, kesempatan untuk berkembang dan administarasi/ kebijakan perusahaan (Sopiah, 2008).

Berdasarkan survei awal yang dilakukan secara online kepada 15 orang karyawan yang dirumahkan pada masa pandemi covid 19 menyatakan sebagian besar mereka mengeluhkan kondisi atau keamanaan pekerjaan mereka untuk jangka panjang dan kompensasi yang mereka terima belum memenuhi biaya kehidupan sehari-hari. Apabila pandemi covid 19 ini terjadi dalam jangka panjang tentunya permasalahan ini terus berlanjut dan akan berdampak terhadap kesejahteraan karyawan dan kondisi keuangan hotel. Akibat terburuk yang mungkin bisa terjadi kondisi keuangan hotel akan memburuk dan mengakibatkan karyawan akan kehilangan pekerjaan.

Berdasarkan latar belakang dan permasalahan yang telah diuraikan, maka tujuan penelitian yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah menganalisis pengaruh kepuasan kerja terhadap komitmen bekerja di industri hotel pada masa pandemi covid 19 .

KAJIAN TEORI

Kepuasan Kerja

Kepuasan kerja adalah cara seseorang merasakan pekerjaannya dari sikap seseorang tersebut terhadap berbagai aspek yang ada dalam pekerjaan (Suwatno & Priansa, 2011). Kepuasan kerja juga merupakan perasaan seeorang senang atau tidaknya terkait dengan pekerjaan (Umar, 2010). Sedangkan Luthans (2006) mengemukakan bahwa kepuasan kerja adalah persepsi karyawan terhadap apa yang mereka rasakan terhadap pekerjaanya. Berdasarkan dari pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa kepuasan kerja adalah persepsi seseorang atas apa yang dia rasakan terhadap pekerjaanya berdasarkan apa yang mereka harapkan untuk diperoleh dari pekerjaan tersebut.

Indikator-indikator yang dapat digunakan dalam mengukur kepuasan kerja menurut Sopiah (2008) adalah promosi, gaji, pekerjaan itu sendiri, supervise,

Page 16: PENGARUH KEPUASAN KERJA KARYAWAN TERHADAP …

J-STP VOL. 5 NO. 3 Oktober 2020 250

Feri Ferdian , Seruni Dinitri

teman kerja, keamanan kerja, kondisi kerja, administrasi/kebijakan perusahaan, komunikasi, tanggung jawab, pengakuan, prestasi kerja, dan kesempatan untuk berkembang. Sedangkan Robbins dan Judge (2008) menyatakan dalam melihat kepuasan kerja dapat diukur berdasarkan beban kerja, kompensasi, promosi, pengawasan dan rekan kerja. Dari teori tersebut indikator yang digunakan dalam penelitian ini adalah kompensasi, keamanan kerja, kesempatan untuk berkembang dan adminsitrasi/kebijakan perusahaan.

Komitmen Kerja

Komitmen kerja dalah suatu keadaan dimana karyawan memiliki keinginan untuk tetap bertahan pada organisasi tersebut Robbins dan Judge (2008). Sedangkan Tarigan dan Ariani (2015) mendefinisikan komitmen kerja sebagai sikap stabil yang merefleksikan respon afektif umum kepada organisasi kerja. Mowday, Porter, dan Steers (2013) menyatakan komitmen sebagai kekuatan seseorang individu untuk tetap terlibat pada suatu organisasi. Berdasarkan definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa komitmen kerja merupakan sikap karyawan untuk tetap bertahan dan loyal terhadap perusahaan dia bekerja dan mendukung secara penuh untuk mencapai tujuan organisasi.

Ada tiga dimensi komitmen kerja yang dirumuskan Meyer dan Allen (1991) dan juga digunakan sebagai indikator dalam penelitian ini, yaitu: 1) Komitmen afektif yaitu hubungan emosional karyawan terhadap organisasinya, dan keterlibatan karyawan dengan kegiatan di organisasi. 2) Komitmen berkelanjutan yaitu adanya kesadaran karyawan jika meninggalkan organisasi akan mengalami kerugian. 3) Komitmen normative yaitu perasaan keterikatan karyawan untuk bertahan dalam organisasi.

METODE PENELITIAN

Penelitian ini dilakukan dengan pendekatan kuantitatif dengan jenis penelitian ex post facto, yakni suatu penelitian yang bertujuan untuk menganalisis pengaruh variabel Exogenous (penyebab), yakni kepuasan kerja terhadap variabel Endogenous (akibat), yakni komitmen berkerja di industri hotel pada masa pandemic covid 19.

Dalam penelitian ini jumlah populasi adalah 8.100.000 orang yang terdiri dari seluruh karyawan

hotel yang dirumahkan pada masa pandemi covid 19 di Indonesia dengan penentuan sampel didasarkan pada jenis purposive sampling. Penentuan besarnya sampel didasarkan kepada pendapat Slovins Sekaran (2011) pada 5 %. dari hasil perhitungan diperoleh sampel sebanyak 400 orang.

Jenis dan sumber data dalam penelitian ini menggunakan data primer dan data sekunder. Teknik pengumpulan data data dalam penelitian ini dilakukan melalui kuesioner yang disebarkan secara online. Instrumen dalam penelitian ini adalah menggunakan kuesioner dengan skala likert. Sebelum kuesioner digunakan, terlebih dahulu dilakukan uji validitas dan uji realibitas. Teknik analisis data dalam penelitian ini menggunakan analisis regresi linier sederhana.

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Kepuasan Kerja Karyawan

Setelah diperoleh perhitungan statistik variabel kepuasan kerja karyawan yang diklasifikasikan melalui skor pencapaian responden, maka gambaran kategori penilaian hasil penelitian seperti terlihat pada Tabel 2 berikut ini:

Tabel 1. Klasifikasi Skor Variabel Kepuasan Kerja Karyawan di Industri Hotel (n=400)

KategoriBatas

IntervalRata-Rata

Frekuensi Persentase

Sangat Baik 4,21 – 5,00 5 1,25%Baik 3,41 – 4,20 105 26,25%

Cukup 2,61 – 3,40 237 59,25%

Kurang 1,81 – 2,60 29 7,25%

Buruk 1,00 – 1,80 24 6,00%Total 400 100%

Berdasarkan Tabel 1 diatas menyatakan komitmen karyawan bekerja di industri hotel berada pada kategori cukup sebanyak 59,25% kemudian diikuti oleh kategori cukup sebanyak 26,25%, kurang 7,25%, buruk 6% dan sangat baik 1,25%. Dari hasil penelitian dapat disimpulkan secara keseluruhan komitmen karyawan bekerja di industri hotel berada pada kategori cukup. Hal ini dapat dilihat pada total capaian responden juga melebihi dari 50% pada kategori ini.

Page 17: PENGARUH KEPUASAN KERJA KARYAWAN TERHADAP …

251 J-STP VOL. 5 NO. 3 Oktober 2020

Pengaruh Kepuasan Kerja Karyawan Terhadap Komitmen Bekerja Di Industri Hotel Pada Masa Pandemi Covid-19

Komitmen Bekerja

Setelah diperoleh perhitungan statistik variabel komitmen bekerja karyawan yang diklasifikasikan melalui skor pencapaian responden, maka gambaran kategori penilaian hasil penelitian seperti terlihat pada Tabel 2 berikut ini:

Tabel 2. Klasifikasi Skor Variabel Komitmen Bekerja Karyawan di Industri Hotel (n=400)

Kategori Batas IntervalRata-Rata Frekuensi Persentase

Sangat Baik 4,21 – 5,00 9 2,25%

Baik 3,41 – 4,20 214 53,50%

Cukup 2,61 – 3,40 128 32,00%

Kurang 1,81 – 2,60 35 8,75%

Buruk 1,00 – 1,80 14 3,50%

Total 400 100%

Berdasarkan Tabel 2 diatas menyatakan komitmen karyawan bekerja di industri hotel berada pada kategori baik sebanyak 53,50% kemudian diikuti oleh kategori cukup sebanyak 32%, kurang 8,75%, buruk 3,5% dan sangat baik 2,25%. Dari hasil penelitian dapat disimpulkan secara keseluruhan komitmen karyawan bekerja di industri hotel berada pada kategori baik. Hal ini dapat dilihat pada total capaian responden melebihi dari 50% pada kategori ini.

Pengaruh Kepuasan Kerja Karyawan Terhadap

Komitmen Kerja Karyawan di Industri Hotel

Sebelum menggunakan analisis regresi linier sederhana dilakukan uji prasyarat yaitu uji normalitas, homogenitas dan linieritas. Dari uji normalitas diperoleh data terdistribusi normal. Kemudian uji homogenitas diperoleh hasil bahwa data berasal populasi yang mempunyai varians yang sama atau data bersifat homogen. Dan Uji linieritas diperoleh hasil bahwa data linier. Dari hasil uji tersebut memenuhi syarat untuk menggunakan analisis regresi linier sederhana. Uji hipotesis dalam penelitian ini menggunakan teknik regresi linear sederhana dengan bantuan program SPSS 23.00. Berikut hasil uji hipotesis pada penelitian ini.

Tabel 3. Koefisien Determinasi

KP = r2 x 100% = 0,174 x 100%R-square = 0,174, artinya kontribusi atau pengaruh variabel kepuasan kerja terhadap komitmen kerja karyawan di industri hotel pada masa pandemi covid 19 adalah 17,4%, sedangkan 82,6% ditentukan oleh faktor lain.

Tabel 4. ANOVA uji beda rata-rataDf Mean Square F

Regression 1 1502.770 83.576

Residual 398 17.981

Total 399

a. Dependent variable: komitmenkerjab. Predictors: (Constant), Kepuasankerja

Model Sum of Squatres Df Mean

Square F Sig.Regression 1502.770 1 1502.770 83.576 .000b

Residual 7156.408 398 17.981Total 8659.178 399

a. Dependent Variable: Komitmenkerja

b. Predictors: (Constant), Kepuasankerja

Nilai F hit 83.576 dengan sig. 0,000 < 0,05, artinya variabel kepuasan kerja dapat menjelaskan komitmen kerja karyawan secara signifikan.

Tabel 5. Koefisien Regresi Variabel X terhadap YUnstandar–dized Coefficients

Standar-dized Coef-ficients

t Sig.

B Std. Error

Beta

(Cons–tant)

29.487 2.588 11.394 .000

Kepuasan kerja

.423 .046 .417 9.142 .000

Dari Tabel 5 diatas didapat persamaan regresi sebagai berikut:

Y = a +bX = 29.487 + 0,423 X

Page 18: PENGARUH KEPUASAN KERJA KARYAWAN TERHADAP …

J-STP VOL. 5 NO. 3 Oktober 2020 252

Feri Ferdian , Seruni Dinitri

Berdasarkan tabel di atas diperoleh nilai konstan (a) sebesar 29.478, angka ini memiliki arti apabila tidak ada kepuasan kerja (X) maka nilai konsisten komitemen karyawan (Y) adalah 29.478. Kemudian didapat nilai koefisien regresi (b) sebesar 0,423, angka ini memiliki arti bahwa setiap penambahan satu satuan tingkat kepuasan kerja (X), maka komitmen kerja karyawan (Y) akan meningkatkan sebesar 0,423

PEMBAHASAN

Kepuasan Kerja Karyawan

Berdasarkan hasil penelitian secara umum dapat digambarkan bahwa kepuasan kerja karyawan masih dalam kategori cukup. Hal ini dikemukakan melalui perasaan karyawan terhadap pekerjaanya saat ini bahwa mereka merasakan kepuasan kerja belum sesuai yang diharapkan atau berkategori cukup. Karyawan merasakan kurang puasnya atas kompensasi yang mereka peroleh saat ini dibandingkan sebelum pandemi covid 19. Pada saat ini karyawan hanya menerima kompensasi atas pekerjaannya sejumlah gaji pokok bahkan setengah dari gaji pokoknya mengikut kondisi keuangan masing-masing hotel. Karyawan merasakan kecewa mungkin disebabkan kompensasi yang terdiri dari beberapa komponen yang mereka terima seperti gaji pokok, insentif, tunjangan, dan uang service nominalnya jauh lebih besar yang mereka terima sebelum pandemi covid 19 dibandingkan yang diterima saat ini. Namun kebijakan hotel ini sangat diapresiasi karyawan karena hotel memperhatikan kesejahteraan karyawan walaupun dalam kondisi keuangan bisnis yang sangat sulit.

Berdasarkan hasil penelitian karyawan juga mengkhawatirkan kondisi keamanan kerja mereka pada jangka panjang. Jika pandemi covid 19 ini berlangsung dalam jangka waktu lama tentunya akan berdampak terhadap keamaan karir karyawan kedepanya. Melihat kondisi ini sebagai akibat pandemi covid 19 ini muncul rasa kecemburuan sosial karyawan yang menyatakan bahwa karir yang menjamin untuk jangka panjang hanya bekerja sebagai pegawai negeri sipil dan badan usaha milik negara. Hal ini juga termasuk untuk kesempatan berkembang di industri perhotelan untuk jangka panjang yang belum jelas melihat kondisi wabah covid 19 yang semakin hari semakin bertambah

khususnya di Indonesia. Selanjutnya kebijakan administrasi yang dilakukan pihak hotel sudah memenuhi kepuasan karyawan, namun tetap ada rasa kekhawatiran kebijakan yang ditetapkan hotel ini mungkin berlangsung tidak dalam waktu yang lama mengikut kondisi pandemi covid 19. Hotel tentunya memiliki keterbatasan dari segi keuangan untuk memenuhi kompensasi karyawan yang dirumahkan.

Komitmen Kerja Karyawan

Berdasarkan hasil penelitian secara umum dapat digambarkan bahwa komitmen kerja karyawan di hotel selama pandemi covid 19 ini masih berkategori baik yang diukur dari komitmen kerja karyawan yang diukur dari komitmen afektif, komitmen berkelanjutan dan komitmen normatif. Secara umum karyawan dilihat dari komitment afektif masih tetap memiliki hubungan emosional yang baik dengan organisasi kerja sehingga mereka tetap bertahan pada organisasi tersebut. Kemudian dilihat dari komitmen berkelanjutan bahwa karyawan memiliki kesadaran mereka merasa rugi jika keluar dari organisasi hotel tempat mereka kerja sekarang. Hal ini mungkin disebabkan mencari pekerjaan lain di Indonesia sangat sulit karena jumlah populasi yang sangat besar dan kondisi lapangan kerja pada masa pandemi covid 19 ini terbatas. Sehingga komitmen normatif karyawan atau perasaan karyawan untuk tetap bertahan pada organisasi tempat mereka bekerja tetap ada.

Pengaruh Kepuasan Kerja Karyawan Terhadap

Komitmen Bekerja di Industri Hotel Pada Masa

Pandemi Covid 19

Kepuasan kerja berpengaruh secara signifikan terhadap komitmen karyawan bekerja di industri hotel pada masa pandemi covid 19 dengan koefisien regresi,423, artinya jika terjadi peningkatan nilai kepuasan kerja sebesar satu satuan maka akan meningkatkan komitmen kerja sebesar 0,423 satuan begitu juga sebaliknya. Maka dapat dikatakan semakin baik kepuasan kerja maka semakin tinggi tingkat komitmen karyawan bekerja di industri hotel pada masa pandemi covid 19. Hasil penelitian juga menunjukan kontribusi variabel kepuasan kerja terhadap komitmen karyawan bekerja di industri hotel pada masa pandemi covid 19 yaitu sebesar 17,4%. Ini juga berarti kepuasan kerja berpengaruh signifikan terhadap komitmen karyawan bekerja di

Page 19: PENGARUH KEPUASAN KERJA KARYAWAN TERHADAP …

253 J-STP VOL. 5 NO. 3 Oktober 2020

Pengaruh Kepuasan Kerja Karyawan Terhadap Komitmen Bekerja Di Industri Hotel Pada Masa Pandemi Covid-19

industri hotel pada masa pandemi covid 19 karena kompensasi yang mereka terima, keamanan kerja dalam jangka panjang, kesempatan berkembang jangka panjang, dan kebijakan administrasi yang baik akan meningkatkan komitmen karyawan bekerja di industri hotel pada masa pandemi covid 19.

Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Puspitawati & Riana (2014) tentang Pengaruh Kepuasan Kerja Terhadap Komitmen Organisasional Dan Kualitas Layanan studi kasus pada Hotel Bali Hyatt Sanur yang menyatakan terdapat pengaruh positif kepuasan kerja terhadap komitmen organisasi kerja. Penelitian ini juga didukung oleh penelitian yang dilakukan Antari (2019) tentang Pengaruh Kepuasan Kerja Terhadap Komitmen Organisasi dan Turnover Intention (Studi Pada Losari Hotel Sunset Bali) yang menyatakan hal yang sama bahwa yang menyatakan terdapat pengaruh positif kepuasan kerja terhadap komitmen organisasi karyawan.

PENUTUP

Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian maka ada beberapa kesimpulan yang dapat diambil sebagai berikut:

Kepuasan kerja karyawan di industri hotel pada masa pandemi covid 19 masih kategori cukup. Dengan adanya penanganan wabah covid 19 yang baik, maka operasional hotel kembali membaik dan akan meningkatkan kembali kepuasan kerja karyawan seperti sebelum terjadi pandemi covid 19.

Komitmen kerja karyawan di industri hotel pada masa pandemi covid 19 berkategori baik. Hal ini perlu dijaga industri hotel melalui kebijakan kebijakan yang baik sehingga karyawan yang loyal bekerja pada hotel tersebut tetap dapat dipertahankan.

Terdapat pengaruh yang signifikan antara kepuasan kerja terhadap komitmen karyawan bekerja di industri hotel pada masa pandemi covid 19. Manajemen kepuasan kerja yang baik bagi karyawan akan meningkatkan komitmen karyawan bekerja di industri hotel pda masa pandemi covid 19.

Saran

Berdasarkan hasil penelitian, maka ada beberapa saran yang penulis ajukan, sebagai berikut:

Pihak hotel selalu menjaga kepuasan kerja karyawan dengan baik agar karyawan berkomitmen untuk tetap bertahan di industri hotel.

Pihak masyarakat agar selalu mematuhi protokol kesehatan untuk memutus mata rantai wabah covid 19 sehingga dengan berakhirnya wabah covid 19 ini operasional hotel tentunya akan kembali normal begitu juga industri lainya.

Diharapkan pihak pemerintah untuk dapat selalu mendukung masyarakat atau karyawan hotel melalui kebijakan-kebijakan bagi yang kena dampak covid 19.

DAFTAR PUSTAKA

Antari, Ni Luh Sili. 2019. Pengaruh Kepuasan Kerja Terhadap Komitmen Organisasi Dan Turnover Intention (Studi Pada Losari Hotel Sunset Bali). Prospek: Jurnal Manajemen Dan Bisnis 1 (1): 31.

BPS. 2020. “Jumlah Kunjungan Wisman Ke Indonesia Mei 2020.” Badan Pusat Statistik.

Luthans, Fred. 2006. Perilaku Organisasi. Yogyakarta: Andi.

Mathis, RL, and JH Jackson. 2011. Human Resource Management. Jakarta: Salemba Empat.

Meyer, John P., and Natalie J. Allen. 1991. “A Three-Component Conceptualization of Organizational Commitment.” Human Resource Management Review 1 (1): 61–89.

Mowday, RT, LW Porter, and RM Steers. 2013. Employe Organization Linkages: The Psychology of Commitment, Absenteeism, and Turnover. Amerika: Academic Press.

PHRI. 2020. “Corona Bikin 8,1 Juta Pegawai Hotel & Restoran RI Dirumahkan.” CNBC Indonesia.

Puspitawati, Ni Made Dwi, and I Gede Riana. 2014. “Pengaruh Kepuasan Kerja Terhadap Komitmen Organisasional Dan Kualitas Layanan.” Jurnal Manajemen Strategi Bisnis Dan Kewirausahaan 8 (1): 68–80.

Robbins, Stephen P., and Timothy A. Judge. 2008. Perilaku Organisasi Edisi Ke-12. Jakarta: Salemba Empat.

Sekaran, Uma. 2011. Metodologi Penelitian Untuk Bisnis. Jakarta: Salemba.

Page 20: PENGARUH KEPUASAN KERJA KARYAWAN TERHADAP …

J-STP VOL. 5 NO. 3 Oktober 2020 254

Feri Ferdian , Seruni Dinitri

Sopiah, Sopiah. 2008. Budaya Organisasi, Komitmen Organisasional Pimpinan Dan Pengaruhnya Terhadap Kepuasan Kerja Dan Kinerja Karyawan Bank. Jurnal Keuangan Dan Perbankan 12 (2): 308–17.

Suwatno, H, and Donni Juni Priansa. 2011. Manajemen SDM Dalam Organisasi Publik Dan Bisnis. Bandung: Alfabeta.

Tarigan, Veronica, and Dorothea Wahyu Ariani. 2015. “Empirical Study Relations Job

Satisfaction, Organizational Commitment, and Turnover Intention.” Advances in Management & Applied Economics 5 (2): 21–42.

Umar, Husein. 2011. Riset Sumber Daya Manusia Dalam Organisasi. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

UNWTO. 2019. “International Tourism Highlights 2019 Edition.

m@ya

Page 21: PENGARUH KEPUASAN KERJA KARYAWAN TERHADAP …

RIWAYAT ARTIKELDiterima: 28-04-2020. Dievaluasi: 2 Mei 2020.

Disetujui: 30 Juni 2030

PENDAHULUAN

Sektor pariwisata memiliki posisi strategis dalam berbagai kebijakan pembangunan, khususnya bagi negara Indonesia yang memiliki aset kepariwisataan, untuk diperkuat dan diberdayakan sebagai pilar ekonomi negara. Perekonomian nasional ke depan tidak lagi dapat mengandalkan sektor minyak dan gas sebagai andalan penyumbang devisa yang menopang perekonomian, karena cadangan minyak dan gas

pada saatnya akan habis dan tidak dapat tergantikan lagi, oleh karenanya sektor pariwisata menjadi sektor kunci yang diharapkan mampu menyandang fungsi penyumbang devisa terbesar di atas sektor – sektor lainnya. Upaya memposisikan peran strategis sektor pariwisata dalam pembangunan nasional dapat dilihat dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2015-2019 yang menetapkan 5 (lima) fokus program pembangunan lima tahun ke depan yaitu Infrastruktur, Maritim, Energi, Pangan dan Pariwisata (IMEPP). Penetapan kelima sektor ini dengan pertimbangan signifikansi perannya dalam jangka pendek, menengah, maupun

STRATEGI PENGEMBANGAN KAMPUNG SILAT, RAWA BELONG SEBAGAI DESTINASI WISATA

Regina Dewi Hanifaha,1,*, Regita Pratikawatib,2

aProgram Studi Perhotelan Akademi Pariwisata Bunda MuliabProgram Studi Hospitality dan Pariwisata, Universitas Bunda Mulia

[email protected]; [email protected]

ABSTRACT

The role of tourist destinations is essential, especially in packaging people’s life and culture into a tourist attrac-

tion. Astuti (2017) states that cultural tourism has a 60% role in supporting the world of tourism in Indonesia

itself. One of the areas that will be developed by the Provincial Government of DKI Jakarta Barat as a Cultural

Tourism Destination, especially with silat attractions as a characteristic is Silat Village, which is located in the

Rawa Belong area, which is known as a shopping center for fresh flowers by the surrounding community. In

drawing up a destination, a strategy is needed based on the potential of an area. In line with the objectives of the

government, the purpose of this study is to review the potential of the Rawa Belong area as a cultural tourism

destination and to find out what efforts these tourist destinations have made. This research methodology uses a

qualitative approach with descriptive methods. By using components tourism destinations which consist of 5A,

namely Attraction, Accessibility, Amenity, Activity, and Ancillary Service (additional facilities) as study material

and explore the potential of the area, the authors use primary data which taken directly during observation and

interviews and secondary data based on literature related to the area. The informants used are key informants,

regular informants and additional informants. Using a SWOT analysis, a matrix is presented to determine

which strategy is appropriate for the development of Kampung Silat Rawa Belong. The results of this study indi-

cate that many potentials that are possessed a strength for Kampung Silat Rawa Belong are the main keys in the

strategy of the place. The good thing is that this area can focus on one of the principal attractions, namely the Silat

Arts. So that later all other attractions owned by the area can become supporting attractions and become one unit

in shaping sustainable tourism going forward. So that the direction of the tourist destination of Kampung Silat

itself can be formed, and is willing to become a tourist destination that can be visited by tourists. In addition, the

role of the government is also quite much needed in pioneering the area apart from infrastructure, the economy,

as well as how the role of the organization as an extension of the government can run a tourism unit that is there.

Keyword: kampung silat, rawa belong, tourist attraction, silat betawi

Jurnal Sains Terapan PariwisataVol. 5, No. 3, pp. 255-264

©2020 CIPTA, All rights reservedDicetak di Jakarta

J-STP VOL. 5 NO. 3 Oktober 2020

Page 22: PENGARUH KEPUASAN KERJA KARYAWAN TERHADAP …

256 J-STP VOL. 5 NO. 3 Oktober 2020

Strategi Pengembangan Kampung Silat, Rawa Belong Sebagai Destinasi Wisata

panjang terhadap pembangunan nasional. Dari lima sektor tersebut pariwisata ditetapkan sebagai sektor unggulan (leading sector) karena dalam jangka pendek, menengah, dan panjang pertumbuhannya positif. Deputi Bidang Pengembangan Pemasaran Pariwisata Nusantara (Deputi BP3N) Kementerian Pariwisata (Kemenpar), Esthy Reko Astuti (2017), mengatakan bahwa “Keunggulan wisata Indonesia bertumpu pada potensi budaya mendapat porsi terbesar yaitu 60 persen, potensi alam sebesar 35 persen, dan diikuti dengan potensi buatan manusia yang mendapat porsi sebesar 5 persen. Potensi budaya yang dikembangkan merupakan wisata warisan budaya dan sejarah, wisata belanja dan kuliner, serta wisata kota dan desa. Sementara pengembangan dalam potensi alam terkait produk wisata bahari, wisata ekologi dan wisata petualangan. Berbeda dengan potensi manusia yang fokus pada pengembangan wisata MICE, wisata olahraga, dan objek wisata yang terintegrasi1.

Hal tersebut menyatakan bahwa potensi wisata budaya menjadi salah satu keunggulan wisata yang terbesar di Indonesia sejak tahun 2017, yang dimana potensi yang di kembangkan adalah wisata warisan budaya dan sejarah, wisata belanja dan kuliner, serta wisata kota dan desa.

Salah satu daerah yang tak asing ditelinga orang Jakarta Barat adalah Daerah Rawa Belong yang terkenal sebagai pusat pasar kembang terbesar di ibukota. Setiap akhir pekan, tepatnya mulai Kamis malam, pasar kembang ini diburu para pedagang kembang seantero ibukota, bahkan wilayah penyangganya seperti Bogor, Tangerang, Depok, dan Bekasi. Rawa Belong berdasarkan Abdullah (2015) dahulunya kawasan tersebut berupa rawa-rawa. Di Pinggir rawa itu hidup keluarga yang amat dermawan terharap orang yang lemah. Namanya keluarga Bang Balong, yang memiliki tanah cukup luas dan ternak yang banyak. Hidupnya sangat makmur. Dari situlah muncul bahwa tempat itu berupa rawa milik Bang Belong. Dan selanjutnya penduduk sekitar yang mayoritas orang Betawi lebih fasih mengucapkannya dengan kata Rawa Belong.

Berdasarkan Ahmad Syaropi selaku Kepala Sudin Parbud daerah Jakarta Barat, Pada tahun 2019 kemarin memang sudah direncanakan untuk pembangunan destinasi wisata Kampung Silat di

1 (https://travel.kompas.com/read/2017/07/11/190300027/potensi.budaya.penyumbang.terbesar.sektor.pariwisata, di akses 23 Maret 2020).

Rawa Belong, Kebon Jeruk. Nantinya destinasi tersebut ditujukan kepada para wisatawan untuk dapat menikmati pertunjukan yang ditampilkan penggiat seni budaya betawi khususnya pencak silat. Dimana alasan untuk pemilihan kawasan sendiri secara historis terkenal dengan seni pencak silat asli betawi dan banyaknya sanggar budaya betawi yang eksistensinya masih ada di daerah tersebut2.

Hal ini tentunya tidak semata- mata penunjukkan daerah Rawa Belong sebagai sebuah destinasi wisata Kampung Silat, salah satu pendukungnya adalah adanya Sanggar Si Pitung sebagai salah satu sanggar yang melestarikan Silat beraliran Cingkrik yang didirikan pada tahun 1995. Dimana silat Cingkrik sendiri begitu melegenda di Ibukota bersama silat Beksi. Sanggar Si Pitung sendiri dipimpin oleh Bachtiar Zakaria, pria asli Betawi yang begitu konsisten ingin melestarikan seni dan budaya Betawi. Selanjutnya, keahlian beladiri ini diajarkan kepada tiga muridnya yakni, Ki Ajid, Ki Alit dan Ki Ashari, yang kemudian mengembangkan silat ini di wilayah Jakarta, Tangerang dan Bekasi. “Cingkrik mengandalkan keluwesan gerakan tangan dan kaki. Konon, karena banyak lompatan atau cingkrak-cingkrik, beladiri ini dinamai Silat Cingkrik,” menurut Bachtiar. Bahchtiar menuturkan, dalam Silat Cingkrik terdapat 12 jurus yaitu, jurus keset, keset bacok, cingkrik, cingkrik bacok, saung, keset gedor, cingkrik gedor, langkah 3, langkah 4, macan, singa dan jurus langkah 12. Bachtiar bersyukur, berbekal keterampilan dan keahlian yang dimiliki, dirinya maupun murid yang belajar Silat Cingkrik Rawa Belong kerap diundang pentas, baik di acara hajatan dan kegiatan pemerintah, hingga main sinetron3.

Menurut Paturisi (2002) mengungkapkan bahwa pengembangan adalah suatu strategi yang dipergunakan untuk memajukan, memperbaiki dan meningkatkan kondisi kepariwisataan suatu objek dan daya tarik wisata sehingga dapat dikunjungi wisatawan serta mampu memberikan manfaat bagi masyarakat disekitar objek dan daya tarik wisata maupun bagi pemerintah. Selanjutnya Suwantoro (2012) pengembangan bertujuan untuk mengembangkan produk dan pelayanan yang berkualitas, seimbang dan bertahap. Menurut

2 (https://jakarta-tourism.go.id/visit/blog/2019/02/destinasi-wisata-kam-pung-silat-bakal-dibangun-di-rawa-belong, diakses 2 Februari 2020).

3 (http://www.beritajakarta.id/read/48957/sanggar-si-pitung-lestarikan-silat-cingkrik-dari-rawa-belong#.XlXnER8zYdU, diakses 5 Februari 2020).

Page 23: PENGARUH KEPUASAN KERJA KARYAWAN TERHADAP …

J-STP VOL. 5 NO. 3 Oktober 2020 257

Regina Dewi Hanifah dan Regita Pratikawati

Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2009 tentang Kepariwisataan, pada Bab III pasal 5 huruf e yaitu Prinsip Penyelenggaraan Kepariwisataan adalah Memberdayakan masyarakat setempat. Undang-Undang tersebut telah mengamanatkan bahwa pengembangan pariwisata Indonesia harus mampu memberdayakan masyarakat setempat.

Adapun dalam pengembangan sebuah daya tarik wisata harus melihat kembali kategori produk yang akan dijual kepada wisatawan sesuai dengan daftar kategori produk dan aktifitas pariwisata. Sistem pariwisata terdiri dari berbagai elemen dan pihak yang saling berinteraksi serta atribut yang mendukung pengalaman pariwisata bagi wisatawan. Menurut Sunaryo (2013) dalam Anggraini (2017), dalam menganalisis destinasi pariwisata terdapat komponen utama yang dikarakteristikan sebagai 5A, yaitu Attraction (Atraksi), Accessibility (Aksesibilitas), Amenity (Amenitas), Activity (Aktivitas), dan Ancillary Service (Fasilitas tambahan). Komponen tersebut dapat membantu melihat dampak pariwisata secara regional serta mengatur penawaran dan permintaan untuk memaksimalkan manfaat kepada seluruh pelaku. Sehingga destinasi dapat dihubungkan dengan kombinasi seluruh produk, jasa, dan pengalaman yang ditawarkan.

Komponen atraksi dapat dianggap sebagai salah satu komponen dasar pariwisata yang sangat penting karena merupakan tujuan utama wisatawan untuk melakukan perjalanan ke destinasi wisata tertentu. Atraksi merupakan daya tarik wisata yang telah disiapkan untuk dinikmati oleh wisatawan. Menurut Suwena (dalam Wilopo & Hakim, 2017), obyek daya tarik wisata (ODTW) atau Attraction (Atraksi) merupakan komponen yang menjadikan ketertarikan untuk wisatawan datang. Komponen penting selanjutnya adalah aksesibilitas atau kemampuan untuk mencapai tempat tujuan melalui berbagai sarana transportasi. Kegiatan kepariwisataan tergantung kepada aksesibilitas karena salah satu faktor yang mempengaruhi wisatawan melakukan perjalanan wisata adalah masalah jarak tempuh dan waktu. Aksesibilitas ini berkaitan dengan transportasi dan prasarana transportasi. Transportasi yang baik dapatmengakibatkan jarak seakan-akan menjadi dekat dan sementara prasarana transportasi ini menghubungkan satu tempat dengan tempat lainnya. Suatu destinasi wisata yang tidak

memiliki aksesibilitas yang baik akan menyebabkan terhalangnya wisatawan menuju tempat wisata tersebut sehingga tidak dapat berkembang dengan baik.

Amenity (Amenitas) adalah fasilitas pendukung yang diperlukan untuk mendukung kegiatan di kawasan pariwisata. Amenitas ini bertujuan untuk menciptakan kenyamanan bagi wisatawan di suatu destinasi wisata. Hal-hal yang termasuk dalam amenitas adalah kebutuhan akomodasi, fasilitas hiburan dan layanan catering/jasa boga. Activity (Aktivitas) diartikan sebagai tindakan dan perilaku orang-orang saat persiapan dan perjalanan dalam kapasitasnya sebagai konsumen (UNWTO, 2008). Dengan kata lain aktivitas merupakan kegiatan yang dilakukan wisatawan di destinasi tujuan selama kunjungan. Salah satunya dengan mengikuti even (acara) yang diselenggarakan, seperti upacara, festival, pameran. Even merupakan daya tarik tersendiri bagi wisatawan, karena memberikan pengalaman yang unik dan berbeda dari tempat asalnya. Sementara Ancillary services (layanan tambahan) adalah layanan pendukung yang akan digunakan wisatawan, seperti bank, telekomunikasi, surat menyurat, rumah sakit, berita.

Kebutuhan dalam memenuhi 5A, mengenali potensi dan juga membuat strategi untuk sebuah destinasi baru yang sudah memiliki bahan atau produk yang akan dijual nantinya sebagai daya tarik wisata, tentunya tidaklah mudah. Peneliti melihat banyaknya potensi dan juga strategi yang dapat digunakan untuk membangun daerah Rawa Belong sebagai Kampung Silat seperti yang diinginkan oleh Pemerintah daerah tanpa mengurangi hasanah budaya dan juga mengganggu masyarakat sekitar sebagai penggerak di destinasi tersebut. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor-faktor kekuatan dan kelemahan yang dimiliki Kampung Silat Rawa Belong serta memilih strategi yang tepat untuk pengembangan Kampung Silat di daerah Rawa Belong. Penelitian ini juga bertujuan untuk mengestimasi dampak dari berbagai sector bila nantinya kawasan tersebut dijadikan destinasi wisata. Dimana hasil dari penelitian ini bermanfaat bagi pengembangan keilmuan dan pengetahuan, yang berkaitan dengan pengembangan sebuah destinasi wisata khususnya dengan atraksi budaya Silat.

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan

Page 24: PENGARUH KEPUASAN KERJA KARYAWAN TERHADAP …

258 J-STP VOL. 5 NO. 3 Oktober 2020

Strategi Pengembangan Kampung Silat, Rawa Belong Sebagai Destinasi Wisata

diatas penulis memiliki rumusan masalah sebagai berikut:

1. Apakah potensi wisata dari Kampung Silat Rawa Belong yang telah dimiliki sesuai dengan komponen utama destinasi wisata?

2. Bagaimana strategi pengembangan destinasi wisata berdasarkan potensi wisata Kampung Silat Rawa Belong?

PELAKSAAAN DAN METODE

Penelitian ini dilaksanakan di Kampung Silat yang terletak di daerah Rawa Belong, Rawa Belong merupakan suatu kampung di wilayah Jakarta Barat, yang kini telah berkembang menjadi kelurahan. Rawa Belong termasuk di dalam kelurahan Pal Merah yang memiliki luas 2,11 km2, terdapat 176 RT, 17 RW dengan jumlah penduduk 71.466 jiwa (2016), jumlah KK(Kepala Keluarga) 21.249, termasuk di dalam Kecamatan Pal Merah yang memiliki luas 7,51 km2 dan Kota Jakarta Barat yang memiliki 129,54 km2 . Penelitian ini menggunakan metode deskriptif yang bertujuan untuk menjelaskan serta meringkaskan berbagai kondisi, situasi, atau berbagai variabel yang timbul di masyarakat yang menjadi objek penelitian itu berdasarkan apa yang terjadi. Jenis data dalam penelitian ini adalah data kualitatif. Data kualitatif dalam penelitian ini, yaitu (1) Identifikasi Potensi destinasi wisata budaya berdasarkan 5A di Kampung Silat Rawa Belong sebagai atraksi wisata budaya dan (2) Strategi pengembangan Kampung Silat sebagai Destinasi Wisata. Data tersebut bersumber dari data primer yang diperoleh secara langsung dari sumbernya, yaitu dengan wawancara mendalam, observasi, dan dokumentasi. Sedangkan data sekunder didapat dari studi dokumentasi dari penelitian dan peraturan pemerintah yang relevan. Alat analisis yang digunakan dalam penelitian ini sendiri adalah analisis SWOT dengan cara menganalisis faktor-faktor eksternal (peluang dan ancaman) dan faktor-faktor internal (kekuatan dan kelemahan) yang dihadapi dari Destinasi Wisata Budaya Kampung Silat Rawa Belong.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Berdasarkan analisis potensi di daerah Rawa Belong masih beberapa yang belum siap untuk di tunjukkan ke wisatawan dan ada juga beberapa

potensi yang sudah siap untuk di tunjukkan ke wisatawan. Yaitu dapat di lihat dari aspek 5A bisa dikatakan bahwa Kampung Silat Rawa Belong ini beberapa ada yang belum memenuhi potensi yang terdapat dalam 5A tersebut. Hal tersebut terlihat dari beberapa point yang dijabarkan dalam masing-masing 5A:

Atraksi (attraction)

Sofyan & Noor (2016) menjelaskan bahwa atraksi merupakan segala hal tentang alam, budaya, event, rekreasi dan hiburan yang merupakan daya tarik agar orang-orang ingin datang berkunjung kesuatu daerah tujuan wisata dan dapat menghibur ketika orang menyaksikan. Daya tarik yang dimiliki oleh daerah ini sendiri terbagi dalam beberapa bagian yaitu:

Kesenian (seni bela diri pencak silat Betawi, seni tari

Betawi, seni musik Betawi dan seni teater/lenong Beta-

wi)

Seni pencak silat berfungsi untuk membela diri dari serangan penjahat atau lawan. Silat beraliran Cingkrik begitu melegenda di Ibukota. Bersama Silat Beksi, aliran satu ini lebih banyak dikenal masyarakat Rawa Belong. Dari beberapa sanggar dan perguruan silat cingkrik yang ada di daerah Rawa Belong terdapat Sanggar Si Pitung yang melestarikan Silat Cingkrik. Sanggar ini dipimpin H.Bachtiar Zakaria, pria asli Betawi yang begitu konsisten ingin melestarikan seni dan budaya Betawi. Latihan dilakukan pada Rabu Malam dan Sabtu Malam, pukul 20.00-21.00 WIB. Siapa saja boleh bergabung dan gratis tidak dipungut biaya. Adapun Perguruan Pencak Silat Cingkrik Rawa Belong (PERCIRA) yang juga melestarikan Silat Cingkrik di daerah Rawa Belong. Perguruan Pencak Silat Cingkrik Rawa Belong (PERCIRA) dibawah asuhan dan bimbingan babe Suwarno yang biasa di kenal dengan sebutan “Babe Warno”. Berdasarkan hasil observasi yang di dapatkan bahwa Ada 19 sanggar dan perguruan silat cingkrik di daerah Rawa Belong.

Selain pencak silat, daerah ini juga memiliki kesenian tari tradisional yang aktif dilakukan masyarakatnya.Berdasarkan hasil wawancara dapat di ketahui bahwa daerah Rawa Belong memiliki kesenian Tari Tradisional khas Betawi yang dimana tarian biasa di tampilkan saat penyambutan di awal acara serta dalam tarian tersebut memiliki

Page 25: PENGARUH KEPUASAN KERJA KARYAWAN TERHADAP …

J-STP VOL. 5 NO. 3 Oktober 2020 259

Regina Dewi Hanifah dan Regita Pratikawati

durasi waktu 4 hingga 7 menit dan nantinya jika ada wisatawan yang datang berkunjung melakukan aktivitas wisata dapat mengetahui tarian tradisional khas Betawi.

Gambar 1. Anggota Sanggar Si Pitung

Sumber : Sanggar Si Pitung (2019)

Dari hasil observasi yang didapat bahwa tarian-tarian tersebut sering di gunakan saat adanya acara-acara besar seperti, pernikahan, sunatan, festival budaya dan lain-lain. Tarian tersebut juga terdapat di sanggar Si Pitung yang dilakukan dalam Latihan di waktu tertentu seperti di malam sabtu dan minggu sore. Tak cukup dengan kesenian diatas Rawa Belong masih memiliki grup lenong yang aktif mempertunjukkan lenong di PERCIRA yang sering dilakukan setiap malam kamis. Kegiatan anggota PERCIRA sendiri ternyata masih banyak mengusung kesenian budaya betawi lainnya seperti palang pintu dan juga gambang kromong yang memadukan gamelan dengan alat-alat musik Tionghoa, seperti sukong, tehyan, dan kongahyan.

Gambar 2. Lenong Betawi -Festival Lenong Indraja

Sumber : @percirarawabelong (Instagram) - 2017

Gambar 3. Seni musik Gambang Kromong – Rawa

Belong

Sumber : Perguruan Pencak Silat Cingkrik Rawa Belong (PERCIRA) -

(2019)

Tradisi setempat

Tradisi Setempat yang sering masyarakat Rawa Belong lakukan yaitu Nyorog, Makan Bandeng Saat Imlek Bagi Orang Betawi, Mengaji. Tradisi ini sering di lakukan oleh masyarakat Betawi di Rawa Belong ada tradisi yang ditemukan di hari besar tertentu dan ada juga rutinitas sehari-hari yang di lakukan masyarakat Rawa Belong.

Kerajinan Tangan

Terdapat kerajinan tangan yang sering dibuat oleh masyarakat Rawa Belong seperti Ondel-ondel, Kembang kelape, dan Miniature rumah adat Betawi. Kerajinan tersebut dapat di temukan di sanggar Si Pitun. Kerajinan tersebut dibuat untuk sebagai hiasan rumah, maupun cinderamata, wisatawan yang datang akan di ajarkan membuat kerajinan tersebut dan dapat di bawa pulang oleh wisatawan.

Gambar 4. Miniatur Rumah Adat Betawi

Sumber : Sanggar Si Pitung (2019)

Page 26: PENGARUH KEPUASAN KERJA KARYAWAN TERHADAP …

260 J-STP VOL. 5 NO. 3 Oktober 2020

Strategi Pengembangan Kampung Silat, Rawa Belong Sebagai Destinasi Wisata

Festival Budaya

Daerah Rawa Belong telah menyelenggarakan Festiva Galeri Seni dan Budaya. Festival tersebut menampilkan 1000 pesilat dari jabodetabek, tari tradisional, gambang kromong dan lainnya hingga menyediakan wisata kuliner khas betawi.

Gambar 5. Festival Gelar Seni Budaya – Rawa Belong

2019

Sumber : Ayojakarta.com (2019)

Perkampungan Adat

Secara khusus kampung silat ini belum ada pengelola organisasi serta kegiatan khusus yang di bentuk oleh kampung silat, semua masih melakukan kegiatan masing-masing di setiap sanggar dan perguruan silat di Rawa Belong.

Dalam atraksi budaya sendiri sudah banyak hal yang dapat dikembangkan menjadi atraksi wisata hanya masih belum terkoordinir sebagai satu kesatuan. Selain itu belum adanya pengelola untuk daerah ini sendiri menjadi kekurangan bagi Kampung Silat, melihat potensi yang cukup besar bila seluruh masyarakat bisa bersatu sehingga nantinya dapat dibuatkan beberapa agenda bagi para wisatawan untuk mengunjungi daerah ini.

Aksesibilitas (accessibility)

Untuk menuju ke daerah Rawa Belong dapat menggunakan kendaraan pribadi motor dan mobil, angkot M11/M09 dan bus pariwisata. Jarak tempuh untuk menuju ke Rawa Belong dengan transportasi umum berbeda-beda namun mudah untuk di temui. Terdapat sarana dan prasarana tambahan seperti halte pemberhentian angkutan umum, zebra cross, zona merah dan lampu lalu lintas serta petunjuk arah menuju rawa belong agar dapat cepat sampai daerah Rawa belong. Namun secara khusus tidak adanya petunjuk arah yang bertulisan menuju ke kampung wisata/destinasi budaya

Fasilitas (Amenity)

Masih belum adanya padepokan khusus untuk berkumpulnya semua kegiatan yang ada di Kampung Silat Rawa Belong sehingga masih sulit masyarakat sekitar untuk berkumpul. Selain itu bagi wisatawan sendiri untuk menginap masih belum ada Homestay berbasis masyarakat setempat sehingga wisatawan sangat sulit untuk tempat istirahat terdekat dari objek wisata yang ada di Kampung Silat Rawa Belong. Hanya ada hotel disekitar daerah tersebut bila wisatawan ingin menginap di dekat daerah destinasi tersebut. Selain akomodasi, untuk rumah makan sendiri hanya ada satu Rumah Makan yang menyediakan makanan khas betawi serta budayanya, tetapi terbatas dengan kapasitas dan juga tidak ada lagi Rumah Makan lainnya yang dapat menampung para wisatawan bila nanti sudah dijadikan sebagai destinasi wisata.

Aktivitas (Activity)

Menurut Sunny (2015) Aktivitas wisata merupakan kegiatan yang dilakukan di sekitar destinasi wisata. Menurut Sofyan & Noor (2016) aktivitas adalah kegiatan yang dilakukan wisatawan selama melakukan kunjungan ditempat tujuan wisata. Dapat dikatakan bahwa Aktivitas yang di lakukan saat berwisata ke Rawa Belong yang menjadi potensi kegiatan di kampung silat yaitu :

Berkunjung ke Pusat Promosi Pasar Bunga

Wisatawan yang sudah pernah ke Rawa Belong pasti mengunjungi pusat promosi pasar bunga rawa belong untuk membeli bunga sebagai oleh-oleh untuk di bawa pulang. Namun ada juga yang memang sengaja datang ke pasar bunga saja untuk membeli tanaman hias untuk dekorasi rumah maupun sebagai bahan untuk usaha.

Berkunjung ke Sanggar-Sanggar Silat

Wisatawan yang sudah pernah ke Rawa Belong untuk berwisata budaya biasanya mengunjungi ke sanggar-sanggar silat yang ada di Rawa Belong. Terutama ke sanggar Si Pitung untuk mengetahui seni dan budaya Betawi serta bahkan ada yang spontan ikut latihan bela diri silat cingkrik.

Membuat Kerajinan

Adapun wisatawan yang datang ke Rawa Belong

Page 27: PENGARUH KEPUASAN KERJA KARYAWAN TERHADAP …

J-STP VOL. 5 NO. 3 Oktober 2020 261

Regina Dewi Hanifah dan Regita Pratikawati

hanya sedikit yang mencoba belajar membuat kerajinan tangan seperti ondel-ondel kecil, kembang kelape, dan miniature.

Gambar 6 Kerajinan Tangan - Kembang Kelape

Sumber : Sanggar Si Pitung (2019)

Berwisata Kuliner

Wisatawan yang sudah pernah berkunjung ke Rawa Belong juga sering berwisata kuliner yang terkenal seperti nasi uduk dan kue pancong.

Pelayanan tambahan (ancillary service)

Adanya pos kemanan dan penjagaan yang ketat menjadi Rawa Belong daerah yang aman sehingga wisatawan yang berkunjung tidak perlu khawatir juka terjadi kejahatan, juga terdapat Klinik Kesehatan yang siap dan buka 24 Jam. Selain itu adanya tempat ibadah mushola karna masyarakan disanana mayoritas memeluk agama islam. Tetapi yang menjadi perhatian adalah belum tersedianya Tourist Information Center (TIC), jasa pemandu, atau lembaga kepariwisataan lainnya.

Secara keseluruhan bila ditinjau kembali Kampung Silat Rawa Belong belum siap menjalankan aspek 5A dengan baik sebagai destinasi wisata. Adapun usaha yang telah dilakukan masyarakat Rawa Belong untuk menuju Destinasi Wisata Budaya adalah adanya pembuatan suatu kerajinan tangan yang dapat di jual serta sebagai hiasan rumah, memiliki komunitas kesenian seperti sanggar dan perguruan silat yang ada di Rawa Belong telah melestarikan seni dan budaya Betawi dan memperoleh prestasi di setiap bidang kesenian masing-masing, seperti juara Silat, Tari, Lenong, gambang kromong dan kesenian lainnya. Serta adapun wisata kuliner yang terkenal hingga memiliki pusat promosi pasar bunga Rawa Belong

terbesar se-Asean. Dan pemerintah telah memberikan alat musik tradisional gambang kromong untuk menambah semangat para masyarakat untuk belajar kesenian Betawi dan merencanakan untuk membuat kampung silat Rawa Belong. Tetapi seluruh potensi yang telah mereka miliki saat ini berjalan secara individu dan mandiri sehingga tidak dapat dijalankan berbasis masyarakat. Dimana dalam pengembangan sebuah destinasi wisata menjadi penting untuk bisa bersatu dalam membangun sebuah daerah yang bersinergi satu sama lainnya. Dengan menjalankan dan mewujudkan sebuah destinasi wisata maka banyak sekali yang di harapkan untuk membangun Kampung Silat Rawa Belong sebagai Destinasi Wisata yang di kenal oleh seluruh wisatawan serta mendapatkan suatu tempat yang layak bagi wisatawan agar terasa nyaman dan aman saat berwisata ke Kampung Silat Rawa Belong. masyarakat menginginkan adanya fasilitas / padepokan khusus untuk berkumpul dan melakukan kegiatan seni dan budaya Betawi yang layak dan masyarakat Rawa Belong menginginkan adanya Tugu yang berbentuk orang sedang silat/jawara Betawi di pertigaan Rawa Belong guna untuk memperkenalkan dan mempermudah di ketahui oleh banyak wisatawan keberadaan Kampung Silat Rawa Belong.

Berdasarkan hasil analisis SWOT (seperti pada Tabel 1), dapat terlihat beberapa strategi pengembangan untuk Kampung Silat Rawa Belong sebagai destinasi wisata lebih kepada fokus terhadap produk utama dan ciri khas terlebih dahulu agar nantinya dapat dikembangkan lebih lanjut. Bila nanti telah dilakukan pemilihan terhadap atraksi maupun produk utama dari daerah tersebut, nantinya bisa banyak produk tambahan yang dapat dikemas dengan menarik untuk memperbanyak kegiatan yang dapat dilakukan di Kampung Silat. Masalah keorganisasian juga menjadi penting bagi Kampung Silat Rawa Belong, karena tanpa adanya pengelola untuk daerah ini, semua potensi tidak akan bisa berjalan bersamaan dan juga tidak memberi dampak besar kepada masyarakat. Sehingga tidak akan berkembang sebuah destinasi wisata secara holistic bila berjalan masing-masing.

PENUTUP

Simpulan

1. Potensi destinasi wisata Kampung Silat Rawa

Page 28: PENGARUH KEPUASAN KERJA KARYAWAN TERHADAP …

262 J-STP VOL. 5 NO. 3 Oktober 2020

Strategi Pengembangan Kampung Silat, Rawa Belong Sebagai Destinasi Wisata

Ta

be

l 1. S

WO

T A

na

lisis S

tr

ate

gi p

en

ge

mb

an

ga

n K

am

pu

ng

S

ila

t R

aw

a B

elo

ng

Page 29: PENGARUH KEPUASAN KERJA KARYAWAN TERHADAP …

J-STP VOL. 5 NO. 3 Oktober 2020 263

Regina Dewi Hanifah dan Regita Pratikawati

Belong masih belum sepenuhnya siap menjadi sebuah Destinasi wisata bila dilihat dari komponen 5A seperti yang dijabarkan diatas. Hal ini terlihat dari beberapa aspek penting seperti fasilitas yang belum memadai dan juga banyaknya atraksi yang belum dipilah secara khusus untuk dikemas bagi wisatawan nantinya.

2. Masyarakat belum terkoordinir untuk membangun secara bersama-sama Kampung Silat Rawa Belong sebagai sebuah destinasi wisata

3. Strategi pengembangan Kampung Silat sendiri mengarah kepada perbaikan secara internal terlebih dahulu dan koordinasi lanjut dengan pihak pemerintah dalam pengembangan selanjutnya. Tentunya arahan dari pemerintah sangat membantu sebuah daerah rintisan untuk menjadi sebuah destinasi wisata

Saran

1. Potensi destinasi wisata Kampung Silat Rawa Belong memiliki banyak hal yang dapat dikembangkan dan dikemas dengan baik sebagai sebuah daya tarik bagi para wisatawan, hanya masih belum dikoordinir dengan baik oleh masyarakat setempat, dimana sejauh ini semuanya dilakukan sebatas kegiatan sehari-hari dalam melestarikan budaya. Peningkatan dan juga perbaikan komponen destinasi wisata berdasarkan 5A yang telah dijabarkan dapat menjadi kunci bagi Kampung Silat Rawa Belong dalam membangun konsep Desa Wisata bagi daerah tersebut, dalam menuju pariwisata berkelanjutan nantinya.

2. Kerjasama antara pemerintah maupun pihak luar untuk investasi ataupun pengembangan daerah diperlukan untuk dapat membantu daerah tersebut fokus menjadi sebuah destinasi wisata berbasis masyarakat.

DAFTAR PUSTAKA

Artikel jurnal:

Nafila, Oktaniza, 2013, Peran Komunitas Kreatif dalam Pengembangan Pariwisata Budaya di Situs Megalitikum Gunung Padang,Jurnal Perencanaan Wilayah dan Kota, No.24, Vol.1, 65-80.

Heri, Larasati. 2011. Strategi Pengembangan Pariwisata Kabupaten Pati.Jurnal Universitas

Diponegoro

Kanom, 2015, Strategi Pengembangan Kuta Lombok Sebagai Destinasi Pariwisata Berkelanjutan,Jurnal Magister Pariwisata, No.1, Vol.2, 25-42

Buku, penulis personal:

Cooper, Chris and Stephen Jackson. 1997. Destination Life Cycle: The Isle Of Man Case Study. In:Lesley France The Earthscan Reader In Sustainable Tourism. UK: Earthscan Publication Limited

Goeldner, C.R, 2011, Tourism Principles, Practics, Philosophies. New York: Wiley

Ismayanti. 2010. Pengantar Pariwisata. Jakarta: PT.Gramedia Widiasarana Indonesia

Pendit, N. S. 2012. Ilmu pariwisata: sebuah pengantar perdana: Pradnya Paramita.

Sugiyono. 2012. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta.

Sunaryo, Bambang. 2013. Kebijakan Pembangunan Destinasi Pariwisata Konsep dan Aplikasinya di Indonesia. Yogyakarta : Gava Media.

Buku, Organisasi sebagai penulis dan penerbit:

Buku Rencana Strategis 2018-2019 - Kementerian Pariwisata

Sowwam, Muhamad, dkk. 2018. Laporan Akhir Kajian Dampak Sektor Pariwisata Terhadap Perekonomian Indonesia.Jakarta: Lembaga Penyelidikan Ekonomi dan Masyarakat Fakultas Ekonomi dan Bisnis - Universitas Indonesia

Undang-undang Nomor 9 tahun 1990 tentang kepariwisataan

Undang-undang Nomor 10 tahun 2009 tentang Kepariwisataan.

United Nations World Tourism Organization. (2014). UNWTO AnnualReport 2014. UNWTO, lihat United Nations World Tourism Organization.

Artikel dalam bentuk elektronik:

http://www.beritajakarta.id/read/48957/sanggar-si-pitung-lestarikan-silat-cingkrik-dari-rawa-

Page 30: PENGARUH KEPUASAN KERJA KARYAWAN TERHADAP …

264 J-STP VOL. 5 NO. 3 Oktober 2020

Strategi Pengembangan Kampung Silat, Rawa Belong Sebagai Destinasi Wisata

belong#.XlXnER8zYdUh t t p s : / / w a r t a k o t a . t r i b u n n e w s .

com/2019/10/12/membangki tkan-s i -lat-cingkrik-melalui-gelar-kesenian-dan-bu-daya-di-rawa-belong?page=all

https://travel.kompas.com/read/2019/10/12/202040327/1000-jawara-betawi-adu-pencak-silat-di-rawa-belong?page=all

h t t p s : / / t r a v e l . k o m p a s . c o m /read/2020/02/05/150000027/jalan-jalan-ke-pasar-bunga-rawa-belong-buka-24-jam-di-jakarta?page=all

Penyelidikan Ekonomi dan Masyarakat Fakultas Ekonomi dan Bisnis - Universitas Indonesia

Undang-undang Nomor 9 tahun 1990 tentang kepariwisataan

Undang-undang Nomor 10 tahun 2009 tentang Kepariwisataan.

United Nations World Tourism Organization. (2014). UNWTO AnnualReport 2014.

UNWTO, lihat United Nations World Tourism Organization.

Artikel dalam bentuk elektronik:

http://www.beritajakarta.id/read/48957/sanggar-si-pitung-lestarikan-silat-cingkrik-dari-rawa-belong#.XlXnER8zYdU

h t t p s : / / w a r t a k o t a . t r i b u n n e w s .com/2019/10/12/membangki tkan-s i -lat-cingkrik-melalui-gelar-kesenian-dan-bu-daya-di-rawa-belong?page=all

h t t p s : / / t r a v e l . k o m p a s . c o m /r e a d / 2 0 1 9 / 1 0 / 1 2 / 2 0 2 0 4 0 3 2 7 / 1 0 0 0 -jawara-betawi-adu-pencak-silat-di-rawa-belong?page=all

h t t p s : / / t r a v e l . k o m p a s . c o m /read/2020/02/05/150000027/jalan-jalan-ke-pasar-bunga-rawa-belong-buka-24-jam-di-jakarta?page=all

m@ya

Page 31: PENGARUH KEPUASAN KERJA KARYAWAN TERHADAP …

Jurnal Sains Terapan Pariwisata Vol. 5 No. 3, pp. 265-278

@Poltek Sahid 2020, All Right Reserved

J-STP Vol. 5 No. 3 | Oktober 2020

PENGELOLAAN DESA WISATA DI PROVINSI JAWA BARAT Lia Afriza1a, Haryadi Darmawan2, Anti Riyanti3

1,3 Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Pariwisata, 2Sekolah Tinggi Pariwisata Bandung

a Lia Afriza, [email protected]

ABSTRACT

West Java has diverse tourism resource potentials ranging from nature tourism attractions, cultural tourism, man-made tourism which is supported by natural conditions, socio-culture, availability of facilities, and accessibility that can sustain tourism. The purpose of this study is to determine tourist villages in West Java, to analyze the management of tourism villages in West Java and the extent of community involvement in West Java tourism villages. The method used in this study uses a descriptive analytical approach that ss the management of a tourist village in West Java. Then analyzes it using the help of theories that are relevant to the context of problem identification. This descriptive analytic method was chosen by the researcher because it was considered the most appropriate in the context of the study, which is exploratory and mapping in nature by considering non-exact qualitative elements. Triangulation in the testing of credibility is defined as checking data from various sources in various ways and at various times. Tourism village is a village that is managed with community involvement, so that the organization of the community along with the development of villages that have operational funds, because it is supported by the government, it requires legality accountability. In the management of tourism villages, synergy is needed from various related agencies/offices to facilitate understanding and management of tourism villages.

Keyword: tourism villages, west java,

ABSTRAK

Jawa Barat merupakan daerah yang memiliki potensi sumber daya pariwisata yang beranekaragam mulai dari atraksi wisata alam, wisata budaya, wisata buatan manusia yang didukung dengan kondisi alam, sosial budaya, ketersediaan fasilitas, serta aksesibilitas yang mampu menopang pariwisata. Tujuan dari penelitian ini untuk mengidentifikasi desa wisata di Jawa Barat, menganalisis pengelolaan desa wisata di Jawa Barat dan sejauh mana keterlibatan masyarakat di desa wisata Jawa Barat. Metode yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif analitis yaitu pengelolaan desa wisata di Jawa Barat, lalu menganalisisnya dengan memanfaatkan bantuan teori-teori yang relevan dengan konteks pada identifikasi masalah. Metode deskriptif analitis ini dipilih oleh peneliti karena dianggap paling sesuai dengan konteks penelitian, yaitu bersifat eksploratif dan pemetaan dengan mempertimbangkan unsur-unsur kualitatif yang bersifat non eksak. Triangulasi dalam pengujian kredibilitas ini diartikan sebagai pengecekan data dari berbagai sumber dengan berbagai cara dan berbagai waktu. Desa wisata merupakan desa yang dikelola dengan pelibatan masyarakat, sehingga organisasi dari masyarakat seiring berkembangnya desa yang memiliki dana operasional, karena dibantu oleh pemerintah maka diperlukan pertanggungjawaban secara legalitas. Dalam

Page 32: PENGARUH KEPUASAN KERJA KARYAWAN TERHADAP …

Pengelolaan Desa Wisata Di Provinsi Jawa Barat

266 J-STP Vol. 5 No. 3 | Oktober 2020

pengelolaan desa wisata diperlukan sinergitas dari berbagai instansi/dinas terkait untuk memudahkan dalam pemahaman dan pengelolaan desa wisata.

Riwayat Artikel: (Diterima: 28-09-2018; Ditelaah: 29-09-2018; Disetujui: 30-10-2018)

PENDAHULUAN Pengembangan pariwisata di Indonesia memainkan peranan penting dalam hal sumbangan devisa bagi negara. Undang-Undang Kepariwisataan No. 10 tahun 2009 telah mengamanatkan kepada Pemerintah Kabupaten atau Kota untuk melakukan pengaturan dan pengelolaan kegiatan pariwisata di wilayahnya masing-masing secara komprehensif, bagi Pemerintah Daerah dengan prinsip otonomi ini dapat bersaing secara kompetitif mengembangkan potensi daerahnya guna terwujud peningkatan kesejahteraan masyarakat, dan pelayanan pemberdayaan serta peran masyarakat.

Upaya pembangunan pariwisata di Provinsi Jawa Barat ini ditunjukkan oleh Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Jawa Barat dengan memperkenalkan bahwa Jawa Barat merupakan daerah yang memiliki potensi sumber daya pariwisata yang beranekaragam mulai dari atraksi wisata alam, wisata budaya, wisata buatan manusia yang didukung dengan kondisi alam, sosial budaya, ketersediaan fasilitas, serta aksesibilitas yang mampu menopang pariwisata. Adanya perubahan minat wisatawan terhadap destinasi wisata yaitu tumbuhnya motivasi perjalanan wisata minat khusus yang menginginkan wisata kembali ke alam, interaksi dengan masyarakat lokal, telah mendorong pengembangan wisata pedesaan. Pariwisata pedesaan ini merupakan model pariwisata baru yang dikenal dengan pariwisata minat khusus (special interest tourism).

Menurut UU No. 6 tahun 2014, Desa adalah kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas wilayah yang berwenang untuk mengatur dan mengurus pemerintahan, kepentingan masyarakat setempat berdasarkan prakarsa masyarakat, hak asal usul, dan/atau hak tradisional yang diakui dan dihormati dalam sistem pemerintahan Negara

Kesatuan Republik Indonesia. Desa wisata sebagai suatu bentuk integrasi antara atraksi, akomodasi dan fasilitas pendukung yang disajikan dalam struktur kehidupan masyarakat yang menyatu dengan tata cara dan tradisi yang berlaku.

Desa wisata sebagai salah satu daya tarik wisata yang tumbuh dengan cepat serta ada di setiap daerah. Hal ini karena desa wisata memiliki keunikan, perbedaan, nature (hospitality), edukasi serta pemberdayaan masyarakat dalam perkembangannya. Desa merupakan bagian wilayah dari setiap Kabupaten/Kota yang memiliki peluang sebagai pilar pembangunan daerah maupun nasional. Pengembangan desa sebagai daya tarik wisata terkait dengan alam dan kontak masyarakat, juga merupakan bentuk integrasi antara wisata, atraksi dari budaya hidup masyarakatnya yang mengandung unsur ekonomi, dan akomodasi yang tidak terkontaminasi perkotaan, misalkan adanya homestay. Daya tarik wisata desa ini tentunya harus didukung fasilitas dan pengelolaan yang memiliki value.

Wisata pedesaan merupakan suatu kegiatan pariwisata di wilayah yang menawarkan daya tarik wisata berupa keseluruhan suasana yang mencerminkan keaslian pedesaan (kehidupan sosial, ekonomi, adat istiadat masyarakat setempat, arsitektur bangunan maupun tata ruang desa yang khas). Berbagai potensi seni budaya tradisi yang unik perlu dikembangkan di desa serta dikemas menjadi daya tarik sekaligus atraksi wisata yang menarik, mengingat berbagai atraksi di masing-masing daerah itu tidak sama. Oleh karena itu, sebelum sebuah kawasan atau daerah tujuan wisata tertentu dikembangkan, sebaiknya para perencana pembangunan pariwisata mengetahui dengan jelas dan detail segala sesuatu yang menyangkut potensi dan kendala yang dimiliki oleh suatu kawasan. Paradigma baru pariwisata adalah milik rakyat, oleh rakyat dan untuk rakyat.

Desa merupakan satuan terkecil wilayah dan masyarakat dari bangsa/negara yang menunjukkan keragaman Indonesia, serta gerak perkembangan pariwisata yang dilihat dalam berbagai terminologi seperti, sustainable tourism development, village tourism, ecotourism,

Page 33: PENGARUH KEPUASAN KERJA KARYAWAN TERHADAP …

Lia Afriza, Haryadi Darmawan, Anti Riyanti

J-STP Vol. 5 No. 3 | Oktober 2020 267

merupakan pendekatan pengembangan kepariwisataan yang berupaya untuk menjamin agar wisata dapat dilaksanakan di daerah tujuan wisata yang bukan perkotaan. Pada dasarnya, dalam aktivitas wisata yang digolongkan ke dalam kategori wisata pedesaan harus mencakup tiga besaran pokok, yaitu produk wisata itu sendiri, yang bentukannya dapat berasal dari alam, budaya, dan buatan, sumber daya manusia yang akan menjadi penyelenggara aktivitas tersebut (operator), dan ruang-ruang yang memungkinkan terciptanya interaksi lebih dalam antara wisatawan dengan manusia dan lingkungan sekitarnya.

Pemodelan desa wisata bagi pembangunan pedesaan yang berkelanjutan harus terus secara kreatif mengembangkan identitas atau ciri khas yang baru bagi desa sebagai salah satu destinasi pariwisata unggulan di Provinsi Jawa Barat. Dukungan Pemerintah Provinsi Jawa Barat dalam pengembangan desa wisata di Jawa Barat sangat tinggi sebagai upaya mencapai target kunjungan wisatawan mancanegera dan nusantara, maka dibutuhkan sebuah pengembangan dan pengelolaan desa wisata dalam bentuk sebuah Konsep Manajemen Desa Wisata yang dapat dijadikan sebagai acuan dalam pengembangan desa wisata di Jawa Barat.

Adapun penelitian ini menggunakan skema pengembangan desa wisata didasarkan community base, terdapat pada gambar berikut:

Gambar 1. Skema Pengembangan Desa Wisata Berdasarkan Base Community

(Sumber: Peneliti, 2019)

Tujuan dari pengembangan potensi desa dengan Konsep Manajemen Desa Wisata merupakan kajian komprehensif serta pengembangan secara implementatif dalam pengelolaan terhadap potensi-potensi wisata yang

dimiliki serta pemberdayaan masyarakat desa sebagai pelaku utama serta sebagai upaya memberikan masukan tentang produk wisata sebagai ragam dari pengembangan pariwisata di kawasan yang bersangkutan. Sistem internal kepariwisataan terdiri dari perencanaan, kebijakan, upaya pemasaran, aspek finansial dan organisasi. Ada tiga sub sistem yang membentuk keseluruhan pemahaman tentang sistem kepariwisataan. Secara lebih detail dapat dilihat sebagai berikut:

1. Sub-sistem industri pariwisata yang menggambarkan hubungan antara penawaran dengan permintaan.

Gambar 2

Hubungan Penawaran Dengan Permintaan

2. Sub-sistem destinasi yang mengambarkan saling keterkaitan antar masing-masing komponen destinasi.

Gambar 3. Keterkaitan Antar Komponen

Destinasi

3. Sub-sistem kelembagaan yang menggambar–kan hubungan antara lembaga-lembaga masyarakat, industri, dan pemerintah yang diperlukan agar pariwisata berkembang dengan memberi manfaat bagi semua pihak secara seimbang.

DESA WISATA(BASE COMMUNITY)

ATTRACTION

Natural, Culture, man made

ACCOMODATION

Homestay

COMMUNITY ACCESIBILITY

Communication, Transportation etc

AMMENITIES

Kelembagaan, Cafe, Souvenir Shop etc

ACTIVITIES

Trecking,Climbing, Swimming, Education etc

Page 34: PENGARUH KEPUASAN KERJA KARYAWAN TERHADAP …

Pengelolaan Desa Wisata Di Provinsi Jawa Barat

268 J-STP Vol. 5 No. 3 | Oktober 2020

Gambar 4. Hubungan Antar Lembaga

Secara umum pariwisata berbasis masyarakat sering juga disebut dengan istilah Community Based Tourism (CBT), pariwisata berbasis masyarakat ini merupakan sebuah konsep pengembangan suatu destinasi wisata melalui pemberdayaan masyarakat lokal. Dimana masyarakat turut andil dalam perencanaan, pengelolaan dan penyampaian pendapat (Goodwin dan Santili, 2009). Community Based Tourism (CBT) adalah pariwisata yang memperhitungkan aspek keberlanjutan lingkungan, sosial dan budaya. CBT merupakan alat bagi pembangunan komunitas dan konservasi lingkungan atau dengan kata lain CBT merupakan alat bagi pembangunan pariwisata berkelanjutan (Suansri, 2003). Dukungan masyarakat melalui peran dan fungsinya dalam kegiatan pariwisata merupakan salah satu tujuan dari pengembangan kepariwisataan yang dikemukakan oleh UNWTO yaitu terdiri dari:

• Pro Job

• Pro Growth

• Pro Poor

• Pro Environment

Sustainable Livelihood merupakan suatu konsep dari Sustainable Development yang dikembangkan oleh International Fund For Argicultural Development (IFAD). Meskipun konsep ini dalam konteks pembangunan pertanian, namun berdasarkan Geoff Wall dalam Asia Tourism Forum (ATF) 2012 hal ini dapat diterapkan pada pembangunan kepariwisataan. Dalam konsep ini IFAD menjelaskan bahwa masyarakat menjadi objek utama suatu pembangunan dibandingkan kepada sumber daya maupun pemerintah dan digunakan dalam mengidentifikasi hambatan serta peluang dalam memanfaatkan sumber daya di sekitarnya.

Menurut Sharpley and sharpley (1997, dalam Robert and Derek Hall 2001:15) di dalam Rural Tourism terdapat jenis wisata lain yang membentuknya yaitu Agritourism, farm tourism, wilderness and foresttourism, green tourism, dan ecotourism:

Gambar 5

Sumber: Sharpley and sharpley (1997) (dalam Robert and Derek Hall 2001:15)

Tabel 1. Kajian Teori Komponen Desa Wisata No Sumber Teori Komponen Desa Wisata

1 Priasukmana dan Mulyadin (2001)

Aksesibilitasnya baik, sehingga mudah dikunjungi wisatawan dengan menggunakan berbagai jenis alat transportasi. Masyarakat dan aparat desanya menerima dan memberikan dukungan yang tinggi terhadap desa wisata serta para wisatawan yang datang ke desanya. Keamanan di desa tersebut terjamin. Tersedia akomodasi, telekomunikasi, dan tenaga kerja yang memadai. Beriklim sejuk atau dingin. Berhubungan dengan obyek wisata lain yang sudah dikenal oleh masyarakat luas.

Page 35: PENGARUH KEPUASAN KERJA KARYAWAN TERHADAP …

Lia Afriza, Haryadi Darmawan, Anti Riyanti

J-STP Vol. 5 No. 3 | Oktober 2020 269

2 Gumelar (2010) Keunikan, keaslian, sifat khas Letaknya berdekatan dengan daerah alam yang luar biasa Berkaitan dengan kelompok atau masyarakat berbudaya yang secara hakiki menarik minat pengunjung Memiliki peluang untuk berkembang, baik dari sisi prasarana dasar, maupun sarana lainnya.

3 Putra (2006) Memiliki potensi pariwisata, seni, dan budaya khas daerah setempat. Lokasi desa masuk dalam lingkup daerah pengembangan pariwisata atau setidaknya berada dalam koridor dan rute paket perjalanan wisata yang sudah dijual. Diutamakan telah tersedia tenaga pengelola, pelatih, dan pelaku–pelaku pariwisata, seni dan budaya. Aksesibilitas dan infrastruktur mendukung program Desa Wisata. Terjaminnya keamanan, ketertiban, dan kebersihan.

4 Kementrian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (2013: 24)

Batasan geografis ataupun administratif yang jelas. Potensi daya tarik wisata baik alam, budaya maupun karya kreatif sebagai unsur penarik kunjungan wisatawan. Masyarakat yang antusias dan mendukung pengembangan desa wisata. Sarana prasarana yang berupa jaringan jalan, moda angkutan wisata yang mendukung kemudahan wisatawan dalam mencapai desa tersebut. Organisasi pengelolaan desa wisata yang berfungsi sebagai unit pengelola kegiatan wisata di desa tersebut (merencanakan, melaksanakan, mengelola, mengevaluasi/monitoring kegiatan-kegiatan pengembangan). Sumber daya manusia yang menjadi motor penggerak pengelolaan kegiatan wisata di desa tersebut.

Sumber : Hasil kajian, 2019

MATERI DAN METODE Metode yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif analitis yaitu pengelolaan desa wisata di Jawa Barat, lalu menganalisisnya dengan memanfaatkan bantuan teori-teori yang relevan dengan konteks pada identifikasi masalah. Metode deskriptif analitis ini dipilih oleh peneliti karena dianggap paling sesuai dengan konteks penelitian, yaitu bersifat eksploratif dan pemetaan dengan mempertim–bangkan unsur-unsur kualitatif yang bersifat non eksak.

Dalam penelitian ini dilakukan eksplorasi dengan metode observasi, kuesioner dan wawancara yang ditindaklanjuti dengan sosialisasi pengelolaan desa wisata. Kegiatan penelitian ini melibatkan berbagai pihak diantaranya pemerintah, swasta (industri), asosiasi, serta masyarakat, sehingga bentuk model yang dihasilkan adalah bentuk integrasi yang dapat memberikan multiplier effect (dampak berganda) di lintas sektor dimana pariwisata berperan sebagai leading sector.

Teknik pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian ini dilakukan dengan beberapa cara:

1. In-depth interview terhadap pihak pemerintah terkait, ahli pariwisata, wisatawan serta para pakar/swasta yang turut berperan dan mempunyai atensi terhadap pengelolaan desa wisata.

2. Observasi dan survey di lapangan dalam rangka melakukan pengelolaan desa wisata baik dalam hal atraksi wisata alam, amenitas dan aksesibilitas, pasar (wisatawan) serta terhadap keterlibatan masyarakat dalam pariwisata. Metode observasi adalah metode pengamatan dan pencatatan secara sistematik terhadap suatu gejala yang tampak pada objek penelitian (Sutrisno Hadi dalam Prastowo, 2010).

3. Studi literatur dari data sekunder meliputi kajian literatur, dan jurnal penelitian.

4. Kuesioner, menggali data-data tentang dampak sosial, budaya dan ekonomi yang terjadi di masyarakat.

Page 36: PENGARUH KEPUASAN KERJA KARYAWAN TERHADAP …

Pengelolaan Desa Wisata Di Provinsi Jawa Barat

270 J-STP Vol. 5 No. 3 | Oktober 2020

Ruang lingkup kegiatan dalam pengelolaan ini terdiri dari:

1. Menentukan syarat dan ruang lingkup desa wisata

2. Menyusun analisis indikator/elemen sebagai suatu syarat desa tersebut dapat menjadi desa wisata

3. Pengelolaan desa wisata

4. Mengumpulkan dan mengolah data, termasuk di dalamnya melakukan FGD

5. Merumuskan penetapan kriteria/standar dalam pengelolaan desa wisata

6. Menyusun pedoman pengelolaan desa wisata

Seluruh kegiatan survey pengelolaan desa wisata dan hasil pembahasan dari peraturan pasal-pasal yang terkait dengan standarisasi pengelolaan desa wisata harus dinaungi dengan Peraturan Gubernur tentang desa wisata. Dengan demikian data yang valid sangat penting diperoleh dalam penelitian ini, dalam arti bahwa data yang diperoleh tidak berbeda antara data yang dilaporkan oleh peneliti dengan data yang sesungguhnya terjadi di lapangan.

Keabsahan data juga dapat dikatakan sebagai data yang valid dan reliabel, peneliti melakukan dengan menggunakan metode triangulasi. Menurut Sugiyono (2017), triangulasi sumber merupakan metode untuk mendapatkan data dari sumber yang berbeda-beda dengan teknik yang sama yaitu teknik wawancara semi terstruktur. Metode ini untuk meningkatkan pemahaman terhadap apa yang ditemukan. Uji kredibilitas data dengan metode triangulasi sumber ini dilakukan pada beberapa informan. Triangulasi dalam pengujian kredibilitas ini diartikan sebagai pengecekan data dari berbagai sumber dengan berbagai cara dan berbagai waktu.

HASIL DAN PEMBAHASAN Berdasarkan Pengembangan Desa Wisata Hijau (Kementerian Koperasi & UKM; 20) telah ditetapkan tingkatan perkembangan desa wisata terbagi menjadi 3 (tiga) kategori yang meliputi (1) Desa wisata embrio, (2) desa wisata berkembang dan (3) desa wisata maju.

A. Desa Wisata Embrio Desa Wisata Embrio merupakan desa yang mempunyai potensi wisata yang dapat dikembangkan menjadi desa wisata dan sudah mulai ada gerakan masyarakat/desa untuk mengelolanya menjadi desa wisata. Adapun kriteria yang ada pada Desa Wisata Embrio umumnya adalah:

• Masih berupa potensi yang dapat dikembangkan untuk menjadi destinasi wisata

• Pengembangan sarana dan prasarana wisata masih terbatas

• Belum ada/masih sedikit wisatawan yang berkunjung

• Kesadaran masyarakat terhadap potensi wisata belum tumbuh/masih rendah.

Adapun perincian kegiatan dari masing-masing langkah sebagai desa embrio dapat dijelaskan sebagai berikut:

1. Perencanaan Desa Wisata a. Identifikasi potensi daya tarik wisata

(1) Melakukan pencatatan terhadap potensi-potensi daya tarik antara lain:

• air terjun, spot-spot pemandangan, persa–wahan, dll

• kesenian, mata pencaharian masyarakat, kuliner dll

• philosofi hidup, hukum adat, norma masyarakat dll

(2) Melakukan dokumentasi secara terstruktur terhadap potensi-potensi tersebut di atas berdasarkan:

• Klasifikasi/Pengelompokan atraksi wisata; alam, budaya, buatan

• Klasifikasi/Pengelompokan berdasarkan ting–kat keunikan

• Klasifikasi/Pengelompokan jarak dengan pusat desa wisata

• Klasifikasi/Pengelompokan tingkat kesulitan (apabila ada)

• Membuat tujuan/tematik pengembangan terhadap desa wisata

Page 37: PENGARUH KEPUASAN KERJA KARYAWAN TERHADAP …

Lia Afriza, Haryadi Darmawan, Anti Riyanti

J-STP Vol. 5 No. 3 | Oktober 2020 271

b. Identifikasi penyediaan fasilitas umum dan

fasilitas khusus

(1) Melakukan identifikasi terhadap kebutuhan fasilitas wisata baik secara khusus maupun secara umum dengan teknik:

• Menanyakan langsung kepada wisatawan

• Melihat/observasi/berkunjung ke desa wisata lainnya yang memiliki karakteristik sejenis

(2) Mendokumentasikan/mencatat kebutuhan secara baik

c. Identifikasi kondisi aksesibilitas intra dan

inter kawasan

(1) Melakukan pencatatan jarak dalam mencapai atraksi wisata ataupun fasilitas wisata

(2) Melakukan pencatatan kebutuhan alat transportasi dalam mencapai atraksi wisata ataupun fasilitas wisata

d. Identifikasi peranan masyarakat dalam

pengelolaan desa wisata

(1) Pencatatan/identifikasi tentang profesi masyarakat desa

(2) Klasifikasi terhadap profesi/usaha masyarakat yang akan menjadi peluang aktivitas wisata (pengrajin, guide, petani, homestay, dll) di desa wisata.

2. Pengorganisasian Desa Wisata a. Identifikasi isu dan permasalahan

(1) Melakukan identifikasi melalui observasi dan wawancara kepada seluruh stakeholders terhadap isu dan permasalahan dalam pengembangan desa wisata.

(2) Melakukan FGD terhadap isu dan permasalahan dalam pengembangan desa wisata

b. Identifikasi dan pembentukan kelompok

swadaya masyarakat

(1) Berbasis kepada mata pencahariannya

(2) Pengelompokan profesi/usaha masyarakat yang terdapat di desa wisata dilakukan secara musyawarah dan mufakat

(3) Pembentukan kelompok/forum berdasarkan profesi/usaha masyarakat

c. Pembentukan forum komunikasi

masyarakat/Kompepar serta tupoksinya

(1) Pembentukan struktur penggerak/pem–bangun desa wisata secara sah yang dilengkapi oleh atributnya (Anggaran Dasar & Rumah Tangga, Surat Keputusan, Struktur organisasi, tupoksi dll),

(2) Ditetapkan oleh Pemerintahan Desa dan dilaporkan kepada struktur yang lebih tinggi sebagai pembina (Kelurahan/Dinas Pariwisata/ Dinas Pemberdayaan Masyarakat Desa)

(3) Penetapan program kerja per tahun berdasarkan kepada Struktur Organisasi Kelompok/forum penggerak/pembangun desa wisata

d. Sosialisasi pengelolaan desa wisata

(1) Sosialisasi kepada kelompok usaha masyarakat tentang peningkatan kapasitas desa yang berbasis kepada desa wisata dengan mengundang ahli atau narasumber yang kompeten

(2) Sosialisasi terkait dengan struktur pengelolaan desa wisata serta program kerja.

3. Langkah Implementasi Pembangunan Desa Wisata

Adapun langkah-langkah dalam pembangunan desa wisata adalah sebagai berikut:

(1) Terbentuknya kelompok swadaya masyarakat. Kelompok swadaya masyarakat merupakan kelompok usaha/profesi masyarakat yang terbentuk dan disahkan oleh Pemerintahan Desa/Kelurahan,

(2) Terbentuk forum komunikasi masyarakat/–Kompepar serta tupoksinya. Kelompok/–forum komunikasi desa wisata/merupakan kelompok penggerak pariwisata desa wisata yang disahkan oleh Pemerintah Desa dan dilaporkan kepada Dinas Pariwisata atau Dinas Pemberdayaan Masyarakat Desa

(3) Tersedianya kebijakan pengelolaan dan badan pengelola desa wisata. Kebijakan dalam bentuk Surat Keputusan/Peraturan Desa merupakan hal dasar bagi pengembangan desa wisata, adapun Surat Keputusan/–Peraturan Desa yang dibutuhkan terhadap pembangunan desa wisata antara lain:

Page 38: PENGARUH KEPUASAN KERJA KARYAWAN TERHADAP …

Pengelolaan Desa Wisata Di Provinsi Jawa Barat

272 J-STP Vol. 5 No. 3 | Oktober 2020

• Surat Keputusan/Peraturan Desa tentang pembentukan dan fungsi kelompok/forum penggerak pariwisata berbasis desa wisata

• Surat Keputusan/Peraturan Desa tentang pembentukan dan fungsi kelompok atau forum swadaya/profesi masyarakat

• Surat Keputusan/Peraturan Desa tentang pembentukan dan fungsi Badan Usaha Milik Desa.

(4) Tersedianya paket wisata yang umum. Dari masing-masing potensi desa tersebut, maka dikembangkan paket wisata yang tidak bertematik atau umum, misalnya paket wisata hiking.

(5) Peningkatan kualitas fasilitas dasar dan aksesibilitas di dalam kawasan. Adalah aktivitas dalam memperbaiki kondisi fasilitas-fasilitas umum seperti kamar mandi, tempat makan, dll. Adapun perbaikan aksesibilitas di dalam kawasan antara lain meliputi perbaikan jalan setapak, perbaikan tangga, pavingisasi dll.

(6) Benchmarking Pengelolaan Desa Wisata. Melakukan studi banding/komparasi kepada desa-desa wisata yang telah berhasil dalam melakukan pengembangan dan pengelolaan desa wisata.

4. Langkah Evaluasi dan Monitoring a. Teridentifikasinya Jumlah Wisatawan

Kegiatan yang dilakukan pada point ini adalah melakukan pendataan terhadap jumlah wisatawan yang datang dan dilakukan perhitungannya secara periodik. b. Penataan Manajemen Pengunjung

Pengelolaan pengunjung merupakan hal penting dalam mencegah terkonsentrasinya wisatawan pada suatu area tertentu yang berfungsi dalam menyesuaikan dengan daya dukung fisik. Adapun jenis manajemen pengunjung yang dapat dilakukan adalah:

(1) Mengembangkan atraksi-atraksi wisata baru sekunde

(2) Membagi wisatawan dalam kelompok–kelompok kecil.

(3) Melaksanakan pendistribusian kepadatan pengunjung pada atraksi wisata sekunder apabila atraksi wisata utama telah terjadi kepadatan yang tinggi

c. Terbentuknya Kerjasama dengan Travel

Operator/Travel Agent

Pada langkah ini, pengelola desa wisata (kompepar/pokdarwis/desa) melakukan penyebaran informasi kepada travel-travel agent yang sering membawa wisatawan ke desa wisata. Dalam penyebaran informasi ini dibutuhkan liflet/brosur dan melakukan penyebaran informasi melalui media digital. d. Evaluasi paket wisata oleh wisatawan dan

TO/TA

Dalam pembuatan paket wisata umum, langkah ini adalah dengan melakukan diskusi wisatawan dan Travel Agent tentang kualitas terhadap paket wisata maupun sarananya.

B. Desa Wisata Berkembang Desa Wisata Berkembang merupakan desa wisata embrio yang sudah dikelola oleh masyarakat dan pemerintah desa, sudah ada swadaya masyarakat/desa untuk pengelolaannya, sudah mulai melaksanakan promosi dan sudah ada wisatawan yang mulai tertarik untuk berkunjung. Adapun kriteria yang ada pada Desa Wisata Berkembang pada umumnya adalah:

(1) Sudah dikenal dan dikunjungi wisatawan

(2) Sudah terdapat pengembangan sarana prasarana dan fasilitas pariwisata

(3) Sudah mulai tercipta lapangan pekerjaan dan aktivitas ekonomi bagi masyarakat setempat

(4) Kesadaran masyarakat terhadap potensi wisata sudah mulai tumbuh

(5) Masih memerlukan pendampingan dari pihak terkait (pemerintah atau swasta)

Adapun perincian kegiatan dari masing-masing langkah sebagai desa berkembang dapat dijelaskan sebagai berikut:

Page 39: PENGARUH KEPUASAN KERJA KARYAWAN TERHADAP …

Lia Afriza, Haryadi Darmawan, Anti Riyanti

J-STP Vol. 5 No. 3 | Oktober 2020 273

1. Perencanaan Desa Wisata a. Pemetaan potensi daya tarik wisata.

Dalam point ini dimana hasil identifikasi atau pencatatan, kemudian dikelompokan menurut tipologi yang berlaku,

(1) Sumber daya alam; air terjun, spot-spot pemandangan, persawahan, dll

(2) Sumber daya budaya; kesenian, mata pencaharian masyarakat, kuliner dll

(3) Sumber daya buatan manusia

(4) Norma budaya; philosofi hidup, hukum adat, norma masyarakat dll

b. Penyediaan fasilitas umum dasar

Penyediaan fasilitas umum dasar harus disesuaikan dan melihat kebutuhan dari wisatawan yang berkunjung. Adapun fasilitas umum dasar yang dapat dikembangkan misalnya berupa fasilitas homestay, fasilitas makan minum, fasilitas transportasi dll, yang keseluruhan dapat dibuat/dikembangkan oleh masyarakat, bersifat ekologis, ekonomis dan sosial.

Dalam penyediaan fasilitas umum dasar ini, penerapan standar arsitektur lokal yang terkait, misalnya pada penginapan yang mengadopsi pola dan ruang unsur kampung yang melingkar dengan bangunan menyebar (tidak menggunakan bangunan bertingkat) dan ruang terbuka hijau. c. Penataan zonasi

Dalam mengantisipasi pertumbuhan aktivitas dan wisatawan, pada fase ini sudah dilakukan pembagian zonasi pada wilayah desa. Adapun pembagian zonasi dapat dilakukan dengan contoh sebagai berikut:

• Zona Homestay

• Zona Makan dan Minum

• Zona Camping

• Zona Gathering d. Peningkatan kondisi aksesibilitas

Peningkatan kualitas aksesibilitas menuju desa wisata semakin dibutuhkan apabila dirasakan jumlah kunjungan wisatawan semakin tinggi. Beberapa peningkatan kondisi aksesibilitas menuju desa wisata antara lain:

• Papan petunjuk arah

• Lahan parkir

• Alat transportasi desa (apabila dibutuhkan)

• Pengaspalan jalan (apabila dibutuhkan dan dilakukan oleh pemerintah daerah)

• Pintu gerbang (apabila dibutuhkan) e. Peningkatan pemanfaatan kehidupan dan

budaya masyarakat

Meskipun pada tipe desa embrio telah dilakukan pemanfaatan, pada tahapan desa berkembang bahwa pola kehidupan dan budaya masyarakat lebih dikuatkan nilai-nilai keunikan dan kearifan baik dari kualitas maupun partisipasinya sehingga dapat menjadi daya tarik wisata.

2. Langkah Implementasi Pengorganisasian Desa Wisata

a. Pemetaan permasalahan serta solusi

Sebagai desa wisata berkembang yang telah dikunjungi wisatawan dalam jumlah yang tinggi akan memiliki dampak baik kepada lingkungan fisik maupun lingkungan sosial. Pada langkah ini pihak pengelola (Kompepar/Pokdarwis) bersama dengan pemerintah desa melakukan identifikasi permasalahan yang terjadi dalam operasionalisasi desa wisata dan melalui diskusi ini dicarikan solusi terhadap permasalahan tersebut. Adapun pemetaan permasalahan pada umumnya dapat terbagi ke dalam:

• Permasalahan Dampak Lingkungan

• Permasalahan Pengelolaan Desa Wisata

• Permasalahan Pembagian dan Pengelolaan Hasil Usaha

• Permasalahan Sosial

Pemetaan permasalahan serta solusi yang dilakukan secara periodik melalui FGD diharapkan akan meminimalisasi benturan dan bias nilai atau terjadinya hegemoni nilai atau dominasi nilai di desa wisata. b. Pelaksanaan peningkatan kapasitas kelompok

swadaya masyarakat dan forum komunikasi

masyarakat/Kompepar.

Sebagai desa wisata berkembang, dimana terjadi peningkatan jumlah wisatawan harus diiringi oleh peningkatan profesionalisme terhadap pengelola dalam hal ini adalah kelompok

Page 40: PENGARUH KEPUASAN KERJA KARYAWAN TERHADAP …

Pengelolaan Desa Wisata Di Provinsi Jawa Barat

274 J-STP Vol. 5 No. 3 | Oktober 2020

swadaya masyarakat atau kelompok pengelola (Kompepar/Pokdarwis). Peningkatan kualitas ini terkait dengan pelatihan-pelatihan yang antara lain meliputi:

• DIKLAT Manajemen Pariwisata

• DIKLAT Pengelolaan Desa Wisata

• DIKLAT Kuliner

• DIKLAT Pemasaran On Line

• DIKLAT Souvenir dan Pengemasan

• DIKLAT Pengelolaan Homestay.

Dalam hal ini pengelola desa wisata harus mampu mengidentifikasi kebutuhan peningkatan kapasitas, agar memberikan manfaat kepada pelaku dan secara langsung kepada kualitas produk di desa wisata.

Pola peningkatan kapasitas ini dapat dilakukan dengan mengundang narasumber atau berpartsipasi dalam program DIKLAT yang dilakukan oleh Pemerintah Daerah maupun Kementerian Pusat terkait. c. Pembentukan BUM Des/Koperasi

Dalam pengelolaan profesional, pada desa wisata ini secara akuntabilitas dapat membentuk BUMDes/Koperasi yang secara legal merupakan badan usaha pengelola desa wisata.

3. Langkah Implementasi Pembangunan Desa Wisata

(1) Terimplementasinya kebijakan pengelolaan dan badan pengelola desa wisata. Dalam langkah ini, kebijakan maupun aturan dalam bentuk SK, PERDES seperti pada point 3 telah diimplementasikan secara konsisten. Keseluruhan SK/PERDES memiliki sifat; 1) berdimensi jangka panjang, 2) bekerjasama dengan masyarakat.

(2) Tersedianya paket wisata umum dan tematik. Selain paket wisata yang bersifat umum, pada langkah ini telah dikembangkan paket-paket yang bersifat khusus atau tematik sebagai bentuk pengembangan aktivitas wisata dengan tetap memanfaatkan unsur potensi desa.

(3) Peningkatan kualitas dan penambahan fasilitas wisata dasar desa wisata. Dikarenakan semakin meningkatnya kegiatan dan aktivitas wisata, desa wisata sudah harus melaksanakan

peningkatan kualitas maupun penambahan fasilitas dasar yang akan menambah kenyamanan wisatawan. Hal –hal yang perlu ditingkatkan antara lain:

• Peningkatan kualitas homestay

• Penyediaan layanan kesehatan dan P3K

• Peningkatan kualitas sanitasi (toilet & kamar mandi)

• Peningkatan kualitas kebersihan desa

• Penyediaan tourist information centre yang berfungsi sebagai juga pusat layanan wisatawan.

• Penerapan standar-standar pengelolaan fasilitas wisata

(4) Benchmarking pengelolaan desa wisata. Studi banding/komparasi tetap harus dilakukan terhadap pengelolaan di desa-desa wisata yang telah berhasil mengembangkan potensi desanya. Selain dari pengelola, beberapa masyarakat diikutsertakan ke dalam kegiatan ini guna memberikan pemahaman menye–luruh terhadap pengembangan desa wisata

4. Langkah Implementasi Evaluasi dan Monitoring Desa Wisata

a. Pencatatan terhadap hasil kinerja desa wisata

Kinerja desa wisata pada tahap ini akan dilihat pada peningkatan jumlah wisatawan serta hasil terhadap pendapatan dari aktivitas wisatawan di desa wisata. Secara umum laporan terhadap jumlah wisatawan dilaporkan secara periodik (bulanan) kepada pemerintah daerah maupun masyarakat desa, dan laporan pendapatan dari kedatangan wisatawan dilaporkan/disosialisasikan kepada seluruh masyarakat desa. b. Meningkatnya kerjasama dengan Travel

Agent/Travel Operator

Dengan semakin meningkatkan jumlah kunjungan wisatawan serta keberadaan fasilitas wisata harus diiringi oleh peningkatan kerjasama dengan Travel Agent/Travel Operator dengan prinsip saling memberikan manfaat antara desa dan Travel Agent/Travel Operator. Indikator terhadap meningkatnya kerjasama dengan Travel Agent/Travel Operator adalah:

Page 41: PENGARUH KEPUASAN KERJA KARYAWAN TERHADAP …

Lia Afriza, Haryadi Darmawan, Anti Riyanti

J-STP Vol. 5 No. 3 | Oktober 2020 275

(1) Meningkatnya jumlah Travel Agent/Travel Operator yang mendatangkan wisatawan/tamu ke desa wisata

(2) Terjalinnya kontrak kerjasama antara pengelola desa wisata dan Travel Agent/Travel Operator

(3) Travel Agent/Travel Operator juga mengembangkan paket-paket wisata berbasis kepada potensi desa

(4) Travel Agent/Travel Operator berpartisipasi dalam peningkatan kualitas fasilitas wisata di desa.

C. Desa Wisata Maju Desa Wisata Maju merupakan desa wisata yang sudah maju dengan adanya kunjungan wisatawan secara kontinue dan dikelola secara profesional dengan terbentuknya forum pengelola, seperti Koperasi/Badan Usaha Milik Desa (BUMdes), serta sudah mampu melakukan promosi dan pemasaran dengan baik. Adapun kriteria yang ada pada Desa Wisata Maju pada umumnya adalah:

(1) Masyarakat sudah sepenuhnya sadar akan potensi wisata termasuk pengembangannya

(2) Sudah menjadi destinasi wisata yang dikenal dan banyak dikunjungi oleh wisatawan

(3) Sarana dan prasarana serta fasilitas pariwisata sudah memadai

(4) Masyarakat sudah mandiri dan mampu mengelola usaha pariwisata secara swadaya (SDM, Produk Organisasi, dsb)

(5) Mampu melakukan promosi dan pemasaran secara swadaya serta mengembangkan jaringan kerjasama dengan pihak luar

(6) Dapat menjadi model percontohan bagi pengembangan desa-desa wisata lainnya.

1. Langkah Implementasi Pembangunan Desa Wisata

a. Penataan dan Peningkatan Kondisi Fasilitas

Umum dan Khusus

Dalam fase ini, pengelola desa wisata sudah pada tahapan beutifikasi atau mempercantik tampilan serta pelayanan di desa wisata. Beberapa hal yang dapat termasuk dalam beutifikasi desa wisata meliputi:

• Penataan pintu masuk

• Penataan tempat makan

• Penataan jalur setapak

• Penataan tempat parkir

• Peningkatan fasilitas keselamatan

• Penataan papan petunjuk arah maupun interpretasi

b. Peningkatan peran serta masyarakat dalam

pengelolaan dan pengembangan desa wisata

Dalam fase ini masyarakat memiliki peran lebih intensif dalam pengelolaan maupun pengembangan desa wisata, masyarakat melalui kelompok-kelompok akan berperan aktif dalam proses manajemen desa wisata.

Kecermatan mengidentifikasi peranan, kontribusi dan kepentingan komponen pariwisata di destinasi melalui peningkatan pendapatan dan kesempatan kerja sehingga mampu meredam pertikaian atau konflik dalam masyarakat. Kondisi ini dapat terwujud dengan pelaksanaan musyawarah melalui rapat desa wisata yang dilakukan secara periodik atau isidental.

2. Langkah Implementasi Kelembagaan Desa Wisata

a. Peningkatan sumber daya manusia pengelola

dan pelaku usaha

Peningkatan kualitas sumber daya manusia pada pengelola desa dan pelaku usaha di desa merupakan hal yang sangat penting dalam meningkatkan profesionalisme pengembangan dan pengelolaan desa wisata. Program pendidikan dan pelatihan yang diikutsertakan diharapkan memiliki sertifikasi berkualifikasi nasional serta dibiayai secara mandiri atau berpartisipasi dalam program DIKLAT Provinsi maupun Kementerian, beberapa contoh peningkatan sumber daya manusia antara lain:

• Pendidikan Fotografi

• Pendidikan Manajemen

• Pendidikan Keuangan dan Akunting

• Pendidikan Media Grafis

• Pendidikan On Line Marketing

Page 42: PENGARUH KEPUASAN KERJA KARYAWAN TERHADAP …

Pengelolaan Desa Wisata Di Provinsi Jawa Barat

276 J-STP Vol. 5 No. 3 | Oktober 2020

b. Penetapan peraturan terkait dengan insentif

dan disinsentif

Kebijakan insentif dan disinsentif merupakan bentuk perlakukan kepada usaha masyarakat maupun perorangan yang diberikan oleh BUMDes/Koperasi sebagai upaya peningkatan kualitas maupun kuantitas usaha masyarakat. Penetapan besaran maupun penerima kebijakan insentif dan disinsentif ditetapkan melalui rapat pengurus/anggota dari BUMDes/ Koperasi. Beberapa kebijakan yang dapat diberikan antara lain:

• Memberikan insentif kepada pelaku adat, tokoh masyarakat

• Penyediaan fasilitas kemudahan peminjaman modal

• Pola pemodalan yang kolegial pada masyarakat yang merupakan perwujudan modal sosial

• Modal kerja kolektif yang dalam unit usaha pariwisata (lahan yang dikonversikan sebagai aset dengan khas lokal yang unik merefleksikan kearifan masyarakat)

c. Fasilitasi kebutuhan masyarakat melalui

Koperasi/BUMdes

Sebagai sebuah badan usaha yang mandiri, BUMDes/Koperasi sudah dapat memberikan bantuan kepada anggotanya dalam meningkatkan kapasitas usaha, serta pengembangan individu. Adapun program yang dapat dikembangkan adalah:

• Peningkatan modal kerja

• Pemberian beasiswa

• Program pendidikan dan pelatihan

• Sertifikasi

3. Langkah Implementasi Pembangunan Industri Desa Wisata

a. Peningkatan kualitas produk dan daya saing

industri pariwisata

Dengan keberadaan desa wisata mandiri, maka dibutuhkan peningkatan kualitas produk dan daya saing industri pariwisata di desa wisata. Pengembangan program tersebut antara lain:

• Penentuan pola investasi masyarakat yang sesuai dengan kearifan lokal

• Penguatan jejaring antar usaha pariwisata dan usaha terkait

• Pengadaan mesin-mesin utama

• Peningkatan jejaring penjualan b. Diversifikasi paket wisata tematik

Paket wisata merupakan salah satu daya tarik dalam upaya meningkatan kapasitas desa wisata. Diversifikasi paket wisata adalah dengan menyesuaikan dengan sumber daya yang dimiliki sehingga memiliki nilai kebaharuannya. Teknik diversifikasi paket wisata adalah:

• Dilakukan mandiri oleh pengelola

• Melakukan kerja sama dengan Travel Agent/Travel Operator

• Melakukan benchmarking dengan desa wisata lain

• Browsing di internet c. Peningkatan kualitas fasilitas wisata dan

aksesibilitas intra kawasan

Peningkatan kualitas fasilitas wisata dan aksesibilitas merupakan hal yang penting dalam menjaga keberlanjutan usaha desa wisata. Prinsip dalam peningkatan kualitas fasilitas wisata dan aksesibilitas pada fase ini adalah:

• Selaraskan dengan upaya peningkatan kesejahteraan masyarakat melalui penerapan kebijakan pro growth, pro job, pro poor dan pro environment

• Menjaga keseimbangan antara keasrian, kelestarian dan keterlibatan masyarakat lokal terhadap investasi pihak industri yang menuntut intensitas aktivitas, fasilitas dan tuntutan pelayanan

• Mempertahankan kualitas pelestarian ditentukan oleh tingkat kesadaran kritis dan keterlibatan masyarakat untuk mengelola nilai heritage, tradisi dan kearifan lokal secara bertanggung jawab.

d. Benchmarking pengelolaan industri pariwisata

berbasis masyarakat

Melakukan studi banding/komparasi pada desa-desa lain baik observasi langsung atau melalui media elektronik/digital merupakan hal yang harus dilakukan oleh pengelola khususnya dan masyarakat pada umumnya. Tujuannya adalah

Page 43: PENGARUH KEPUASAN KERJA KARYAWAN TERHADAP …

Lia Afriza, Haryadi Darmawan, Anti Riyanti

J-STP Vol. 5 No. 3 | Oktober 2020 277

guna mendapatkan informasi kekinian terkait dengan pengembangan desa wisata maupun kepariwisataan pada umumnya.

4. Langkah Implementasi Pemasaran Desa wisata

a. Intensitas promosi desa wisata sebagai destinasi

pariwisata serta sebagai industri

Pengelola desa wisata melakukan promosi desa wisata sebagai destinasi pariwisata baik secara off line maupun on line. Kabaharuan data dan informasi merupakan hal yang paling penting dalam melakukan promosi. Selain desa wisata sebagai destinasi, promosi juga dilakukan terhadap usaha masyarakat, sehingga usaha tersebut mampu dijual kepada masyarakat secara luas, tidak hanya kepada wisatawan yang datang. b. Penyelenggaraan event dan festival

Event dan festival merupakan salah satu fungsi promosi penting bagi destinasi pariwisata dalam meningkatkan kinerja destinasi pariwisata. Penyelenggaraan event dan festival sebaiknya memiliki kriteria antara lain:

• terkait dengan pola kehidupan masyarakat atau mata pencaharian masyarakat

• terkait dengan hasil produk utama desa, misalkan buah-buahan

• diprediksi untuk dapat dilakukan secara periodik dan berkelanjutan

• dibiayai secara mandiri atau dengan menggunakan sponsor

c. Peningkatan kerjasama dengan pelaku wisata

lainnya antar desa wisata atau destinasi

pariwisata lainnya

Kualitas produk desa wisata yang baik pada fase ini secara umum dapat melakukan kerjasama dengan pelaku wisata maupun antar desa wisata, juga destinasi pariwisata lainnya. Kerjasama tersebut bisa dalam bentuk antara lain:

• Kerjasama pengembangan produk pariwisata

• Kerjasama operasional desa wisata

• Kerjasama pemasaran desa wisata

• Kerjasama pengembangan SDM desa wisata

• Kerjasama penggunaan lahan

KESIMPULAN Dengan pedoman pengelolaan desa wisata

diharapkan akan bermunculan daya tarik/daerah tujuan wisata berupa desa wisata yang mampu mengembangkan desanya menjadi desa yang maju dan mandiri sehingga masyarakat juga dapat meningkatkan kualitas hidupnya. Pedoman pengelolaan desa wisata sebagai tahapan dalam mengimplementasikan sebuah desa untuk menjadi desa wisata

(1) Pada umumnya setiap desa berpotensi untuk menjadikan desa sebagai desa wisata, apabila masyarakat, pengelola desa atau dinas terkait mampu memulai dengan mengidentifikasi potensi yang dimiliki. Hal ini memberikan acuan dalam memulai untuk dapat melakukan self assessment desanya pada tahapan apa desanya untuk menjadi desa wisata, kemudian langkah dan tindak lanjut, seperti apa yang harus dilakukan untuk menjadikan desa wisata yang maju. Dalam pengelolaan desa wisata diperlukan sinergitas dari berbagai instansi/dinas terkait untuk memudahkan dalam pemahaman dan pengelolaan desa wisata.

(2) Desa wisata merupakan desa yang dikelola dengan pelibatan masyarakat, sehingga organisasi dari masyarakat seiring berkembangnya desa yang memiliki dana operasional, karena dibantu oleh pemerintah maka diperlukan pertanggungjawaban secara legalitas, sehingga pembentukan organisasi pengelolaan desa wisata harus berada di dalam struktur desa dengan badan hukum yang capable. Diperlukan pembentukan badan hukum yang legal dalam mengelola desa wisata, baik berupa BUMDes maupun Koperasi, dan dimasukkan dalam struktur desa, sehingga kegiatan pengelolaan desa wisata masuk ke dalam program desa yang akan didanai oleh dana desa.

(3) Sesuai dengan pengembangannya, maka diperlukan peningkatan atau penambahan pada instrumennya, jadi sebaiknya setelah setiap 2 tahun dapat diperbaiki dan disesuaikan dengan kebutuhannya. Diperlukan secara berkala sosialisasi kepada masyarakat, bahwa desa wisata investornya adalah masyarakat yang memiliki aktivitas dan lahan, dimana masyarakat terlibat secara

Page 44: PENGARUH KEPUASAN KERJA KARYAWAN TERHADAP …

Pengelolaan Desa Wisata Di Provinsi Jawa Barat

278 J-STP Vol. 5 No. 3 | Oktober 2020

langsung sebagai pengelola, walaupun ada keterlibatan investor harus berkomitmen bahwa masyarakat yang harus memanfaatkan dalam hasil pengembangannya.

DAFTAR PUSTAKA Ahimsa-Putra, Heddy Shri. 2006. Strukturalisme

Levi-Strauss Mitos dan Karya Sastra. Cetakan Pertama. Yogyakarta: Kepel Press.

Andi Prastowo. 2010. Menguasai Teknik-teknik Koleksi Data Penelitian Kualitatif. Yogyakarta: DIVA Press.

Buku Panduan Pengembangan Desa Wisata Hijau. 2012. Kementrian Koperasi dan UKM.

Goodwin, Harold & Rosa Santili. 2009. ICRT Occasional Paper 11 Responsible Tourism. Kementrian Pariwisata & Ekonomi Kreatif. 2013.

Kusmayadi dan E. Sugiarto. 2000. Metodologi Penelitian dalam Bidang Kepariwisataan. Jakarta. Gramedia Pustaka Utama.

Priasukmana, S. & Mulyadin, R.M. 2001. Pembangunan Desa Wisata: Pelaksanaan Undang-Undang Otonomi Daerah, Info Sosial Ekonomi, Vol. 2, No. 1.

Robert & Hall, Derek. 2001. Rural Tourism & Recreation. Wallingford, UK; New York: CABI Pub.

Sastrayuda, Gumelar. 2010. Tourism: Impact, Planning & Management. Alfabeta. Bandung.

Suansri, Pontjana. 2003. Community Based Tourism Hand Book. Thailand: Rest Project

Sugiyono. 2017. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta, CV.

Undang-Undang Desa No. 6 Tahun 2014.

Undang-Undang Kepariwisataan No. 10 Tahun 2009.

Undang-Undang Pemerintah Daerah No. 12 Tahun 2008.

Wall, Geoff. 2012. Asia Tourism Forum (ATF).

Page 45: PENGARUH KEPUASAN KERJA KARYAWAN TERHADAP …

RIWAYAT ARTIKELDiterima: 05-09-2020

Dievaluasi: 20-09-2020

Disetujui: 10-10-2020

PENDAHULUAN

Usaha perhotelan, restoran, dan cafe merupakan usaha jasa pelayanan yang cukup rumit pengelolaannya karena usaha tersebut menyediakan berbagai macam fasilitas yang dapat digunakan oleh tamu-tamunya. Disamping itu, usaha dalam bidang jasa juga dapat menunjang kegiatan para konsumen yang membutuhkan tempat hiburan untuk makan dan minum. Konsumen membutuhkan pelayanan yang baik dan ramah serta mencari tempat bersantai yang nyaman dan cocok untuk keluarga sambil menikmati makanan dan minuman yang ringan dan terjangkau. Oleh karena itu, Restoran merupakan salah satu bentuk usaha bidang jasa yang mengedepankan kualitas pelayanan bagi para pengunjungnya.

Kepuasan pengunjung adalah tingkat kesesuaian antara produk atau jasa pelayanan yang diinginkan dengan kenyataan yang diterima. Tingkat kesesuaian tersebut adalah hasil penilaian yang dilakukan oleh tamu berdasarkan pada pengetahuan dan pengalamannya. Kepuasan pengunjung ditentukan oleh kualitas jasa yang dikehendaki sehingga jaminan kualitas menjadi prioritas utama dan dijadikan tolak ukur keunggulan daya saing perusahaan. Untuk memperoleh gambaran tentang kepuasan konsumen, maka perlu diketahui arti kualitas pelayanan.

Kualitas pelayanan adalah sesuatu yang komplek terdiri dari lima unsur, yaitu: Reliabilitas, Responsiveness, Assurance, Empathy, dan Tangible (berdasarkan kutipan dalam buku Tjiptono dan Chandra (2011:198). Buruknya kualitas jasa yang diberikan penyedia jasa kepada pengunjung telah disadari mengakibatkan kerugian yang dialami oleh perusahaan. Mereka yang kecewa tidak hanya meninggalkan, tetapi juga akan menceritakan keburukan jasa yang diterima kepada orang

KUALITAS PELAYANAN MEMPENGARUHI JUMLAH KUNJUNGAN TAMU DI RESTORAN NOM NOM NOM

Nuryadina Augus Rini

Politeknik Sahid [email protected]

ABSTRACT

The purpose of this research is to analyze the quality of service to the number of guests in NOM NOM NOM

Restaurant. In addition to analyze the quality of service, this research is also to find the valid data for the

problems solving found to influence of quality of service to increase the number of guests in Nom Nom Nom

Restaurant. There are some problems found related with the discussion of this research, such as there is a signifi-

cant influences impact on the quality services the number of visitors in a Nom Nom Nom Restaurant, how much

is the influences found that have had on the quality of services for the visitors at Nom Nom Nom Restaurant,

and how to improve the quality of services in a Nom Nom Nom Restaurant. The methods used in this study are

quantitative descriptive. The population in this research is the visitors of Nom Nom Nom Restaurant. Sampling

used is the technique of Likert scale amounted to 100 people. The data analysis technique used is a simple linear

regression analysis technique. The conclusion of this research on quality of service has positive effect on increas-

ing number of guests.

Keyword: Restaurant, Quality Service, Increasing number of guest

Jurnal Sains Terapan PariwisataVol. 5, No. 3, pp. 279-287

©2020 CIPTA, All rights reservedDicetak di Jakarta

J-STP VOL. 5 NO. 3 Oktober 2020

Page 46: PENGARUH KEPUASAN KERJA KARYAWAN TERHADAP …

280 J-STP VOL. 5 NO. 3 Oktober 2020

Kualitas Pelayanan Mempengaruhi Jumlah Kunjungan Tamu Di Restoran Nom Nom Nom

lain. Kurangnya kualitas jasa dibidang restoran merupakan harga tertinggi yang tumbuh sangat cepat, dari pada harga produk nyata.

Apabila dalam usaha restoran mampu menciptakan kepuasan pengunjung, maka kepuasan pengunjung dapat memberikan manfaat, diantaranya hubungan antara managemen restoran dan pengunjungnya menjadi harmonis, memberikan dasar yang baik bagi pembelian ulang dan terciptanya loyalitas pengunjung yang akan menjadi pelanggan tetap.

Frekuensi berkunjung merupakan salah satu faktor keberhasilan. Usaha agar banyak pengunjung yang datang maka sebaiknya menyediakan layanan dan fasilitas, yang memadai dan selalu diperbaharui secara maksimal. Dalam melakukan suatu kunjungan ke restoran, pungunjung banyak yang akan mencari tempat yang nyaman untuk bersantai bersama keluarga. Motivasi yang ada pada diri individu dimulai dari kebutuhan yang diinginkannya dan berusaha untuk melakukan sesuatu untuk mencapai tujuan yang diharapkannya. Pentingnya kualitas pelayanan juga berhubungan dengan peningkatan jumlah kunjungan tamu. Restoran yang mampu memberikan pelayanan yang baik sesuai dengan harapan pengunjung, maka mereka akan memberikan penilaian yang baik untuk memberikan rekomendasi restoran tersebut kepada orang lain. Sehingga orang lain yang belum pernah berkunjung ke restoran tersebut akan menjadi tertarik untuk berkunjung dan bisa menjadi pengunjung setia. Apabila restoran mampu memberikan kualitas produk yang baik, dan memberikan pelayanan jasa yang terbaik bagi pengunjungnya, maka dapat menciptakan suatu kepuasan di dalam memenuhi kebutuhan pengunjung, karena kepuasan yang dirasakan adalah merupakan harapan mereka. Namun berbanding terbalik jika pengunjung yang merasa tidak puas terhadap pelayanan dari restoran, akan membuat restoran tersebut mendapatkan citra buruk dan akan menjadi rekomendasi yang negatif yang disebarkan ke orang lain sebagai akibat ketidakpuasan

Penelitian ini menemukan masalah yang sering mempengaruhi tingkat kepuasan pengunjung antara kepuasan dan jumlah kunjungan:

1. Apakah kualitas pelayanan ini berpengaruh terhahadap jumlah kunjungan?

2. Seberapa besar jumlah kunjungan itu mempengaruhi kualitas pelayanan?

3. Bagaimana caranya meningkatkan kualitas pelayanan di Restoran Nom Nom Nom?

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk :

y Dapat mengetahui faktor yang mempengaruhi kualitas pelayanan terhadap jumlah kunjungan

y Membuktikan bahwa jumlah kunjungan itu dipengaruhi oleh kualitas pelayanan

y Mendapatkan cara meningkatkan kualitas pelayanan

TINJAUAN PUSTAKA

Kualitas dan kualitas pelayanan

Menurut Hasan (2014:126) menjelaskan tentang kualitas produk yang semakin meningkat terjadi akibat tingginya keluhan konsumen yang semakin lama semakin terfokus pada kualitas produk yang dinilai buruk oleh konsumen baik itu dari segi bahan maupun cara pembuatannya. Jadi antara kualitas produk dengan kesetian konsumen sangat berhubungan satu sama lain.

Di kutip dari Heizer dan Render (2017:255) bahwa kualitas suatu produk atau layanan untuk memenuhi keinginan konsumen dapat memberikan suatu dorongan yang kuat untuk menjalin ikatan antara konsumen dengan perusahaan. Hubungan yang baik dengan konsumen dapat membuat perusahaan lebih peduli dan mengerti keinginan pelanggan yang sangat dinamis. Kualitas meliputi usaha memenuhi atau melebihi harapan konsumen yang mencangkup produk, jasa, manusia, proses dan lingkungan. Kualitas merupakan kondisi yang selalu berubah.

Jadi yang dikatakan kualitas adalah kondisi dinamis yang bisa menghasilkan:

y Produk yang berkualitas atau bermutu y Jasa yang memenuhi harapan konsumen. y Proses untuk memenuhi keinginan konsumen. y Lingkungan nyaman sesuai harapan konsumen.

Dari keempat macam kualitas yang disebutkan diatas, maka kualitas memberikan konsep yang lebih komplit bahwa bukan hanya kualitas suatu produk yang dapat memenuhi kepuasan konsumen tapi jasa, proses, dan lingkungan juga memberikan

Page 47: PENGARUH KEPUASAN KERJA KARYAWAN TERHADAP …

J-STP VOL. 5 NO. 3 Oktober 2020 281

Nuryadina Augus Rini

penilaian baik tidaknya sebuah kualitas produk yang dihasilkan sebuah perusahaan.

Fandy Tjiptono (2016:4) mendefinisikan “Pelayanan (service) bisa dipandang sebagai sebuah sistem yang terdiri atas dua komponen utama, yaitu service operations yang kerap kali tidak tampak atau tidak diketahui keberadaannya oleh pelanggan (back office atau backstage) dan service delivery yang biasanya tampak (visible) atau diketahui pelanggan (sering disebut pula front office atau front stage)”.

Dari pengertian tersebut, dapat di katakan bahwa aktifitas pelayanan yang dilakukan oleh sebuah perusahaan (dalam hal ini restoaran) bisa tidak terlihat kegiatan pelayanannya dan bisa terlihat aktifitas pelayanan yang dilakukan oleh restoran. Namun maksud dan tujuannya tetap sama yaitu memberikan pelayanan kepada pengunjung restoran.

”Pelayanan (Service) adalah any act or that one party can offer another that is essensially intangible and does not result in the ownership of anything. It’s production may or not to be tied to a physical product”, dikutip dari Kotler dan Keller (2016:214). Dapat dikatakan bahwa satu pihak menawarkan pelayanan / jasa kepada pengunjung sebagai pihak yang lain adalah sebuah tindakan atau kinerja yang tidak berwujud bahkan tidak menghasilkan kepemilikan apapun. Oleh karena pelayanan itu adalah produk yang tidak berwujud maka sifatnya hanya berlangsung sementara tapi masih bisa dirasakanoleh penerima layanan.

Dikutip dari Lupiyoadi (2013:232), “signifikansi loyalitas pelanggan sangat terkait dengan kelangsungan perusahaan dan terhadap kuatnya pertumbuhan perusahaan di masa mendatang. Strategi defensif yang berusaha untuk mempertahankan pelanggan yang ada saat ini, lebih penting dibandingkan strategi agresif yang memperluas ukuran pasar dengan menggaet konsumen potensial”. Mendapatkan pengunjung restoran yang memiliki tingkat loyalitas merupakan hal yang harus di pertahankan agar mereka tidak merasakan kekecewaaan akibat dari pelayanan buruk yang didapatkan. Hal ini menjadikan management restoran untuk terus berupaya memberikan atau mempertahankan pelayanan yang terbaiknya kepada pengunjung yang loyal maupun pengunjung yang baru (New Visitors/consumer) agar kinerja pelayanannya tidak menurun. Kepuasan pengunjung terhadap pelayanan yang mereka

dapatkan merupakan salah satu faktor pendukung dan pembentuk loyalitas.

Menurut Malik et, al (2012 : 124) dalam Artikel Ilmiah Yulianto (2017:6), “salah satu faktor utama yang mempengaruhi kepuasan pelanggan adalah kualitas pelayanan, dimana kualitas layanan tidak hanya merupakan faktor penting kepuasan pelanggan di industri manufaktur tetapi juga di perusahaan jasa. Layanan berkualitas tinggi akan memiliki dampak positif pada kepuasan pelanggan. Ketika pelanggan tidak mendapatkan kualitas layanan yang mereka dapatkan sebelum pembelian kepercayaan mereka akan mengguncang yang pada gilirannya membuat pelanggan puas dan ini berakhir di saklar pelanggan untuk penyedia lainnya”. Layanan berkualitas tinggi mampu memberikan pengaruh yang positif bagi pengunjung akan tempat yang mereka kunjungi dan hal ini sangat mempengaruhi kepuasan mereka. Apabila pengunjung tidak mendapatkan pelayanan yang baik dan tidak memuaskan bagi pengunjung, maka mereka akan merasakan kekecewaaan dalam pelayanan yang mengakibatkan kurangnya kepercayaan pengunjung bagi sebuah restoran.

Ada lima elemen yang menyangkut kepuasan konsumen menurut Priansa (2017:210):

1. Harapan (expectations): Harapan konsumen terhadap suatu barang atau jasa telah dibentuk sebelum konsumen membeli barang atau jasa tersebut. Pada saat proses pembelian dilakukan, konsumen berharap bahwa barang atau jasa yang mereka terima sesuai dengan harapan, keinginan dan keyakinan mereka. Barang atau jasa yang sesuai dengan harapan konsumen akan menyebabkan konsumen merasa puas.

2. Kinerja (performance): Pengalaman konsumen tehadap kinerja aktual barang atau jasa ketika digunakan tanpa dipengaruhi oleh harapan mereka. Ketika kinerja aktual barang atau jasa berhasil maka konsumen akan merasa puas.

3. Perbandingan (Camparison): Hal ini dilakukan dengan mebandingkan harapan kinerja barang atau jasa sebelum membeli dengan persepsi kinerja aktual barang atau jasa tercsebut. Konsumen akan merasa puas ketika harapan sebelum pembelian sesuai atau melebihi persepsi mereka terhadap kinerja aktual produk.

4. Pengalaman (Experience): Harapan konsumen dipengaruhi oleh pengalaman mereka terhadap

Page 48: PENGARUH KEPUASAN KERJA KARYAWAN TERHADAP …

282 J-STP VOL. 5 NO. 3 Oktober 2020

Kualitas Pelayanan Mempengaruhi Jumlah Kunjungan Tamu Di Restoran Nom Nom Nom

penggunaan merek dari barang atau jasa yang berbeda dari orang lain.

5. Konfirmasi (Comfirmation) dan Diskonfirmasi (Disconfirmation). Konfirmasi atau terkonfirmasi terjadi jika harapan sesuai dengan kinerja aktual produk. Sebaliknya diskonfirmasi atau tidak terkonfirmasi terjadi ketika harapan lebih tinggi atau lebih rendah dari kinerja aktual produk. Konsumen akan merasa puas ketika terjadi confirmation /disconfirmation.

Kelima elemen yang di jelaskan oleh Priansa adalah sebuah kenyataan yang sering ditemui dalam pemberian pelayanan kepada pengunjung restoran. Terbentuknya expektasi yang tinggi dari pengunjung terhadap pelayanan restoran akan mempengaruhi harapan dan keinginan mereka. Begitu juga dengan pelayanan kinerja karyawan restoran yang diharapkan pengunjung adalah kecepatan waktu penyajian dan melayani dengan ramah. Terkadang pengunjung juga mengadakan perbandingan antara produk yang dipromosikan melalui media dengan kenyataan yang didapatkan tidak sesuai dengan expektasi mereka. Pengalaman yang seperti ini lah yang mempengaruhi pengunjung untuk kembali ke restoran, karena yang mereka harapkan tidak sesuai dengan kenyataan. Diperlukan komunikasi yang baik antara pengunjung dengan karyawan restoran dengan cara mengkonfirmasikan atau memberikan gambaran yang sebenarnya terhadap produk yang akan di tawarkan kepada pengunjung, sehingga pengunjung tidak akan mengalami kekecewaan dan ketidakpuasan.

Berdasarkan pengertian tersebut diatas, pelayanan adalah cara pelaku usaha restoran melayani pengguna jasa dengan baik dan dapat memuaskan, sehingga dapat menumbuhkan rasa kepercayaan dari pengunjung dan merasa diperhatikan serta dipuaskan kebutuhannya. Selain itu pelayanan termasuk ke dalam proses memberikan bantuan dengan cara pemberian layanan (melayani) kepada orang lain sehingga menumbuhkan rasa puas. Jadi pelayanan adalah merupakan aktivitas yang dilakukan dengan cara tertentu dalam rangka memberikan rasa kepuasan yang memerlukan kepekaan hubungan interpersonal untuk menumbuhkan kepercayaan sehingga pengguna jasa akan merasa diperhatikan dan dipuaskan kebutuhannya.

GAMBARAN OBJEK PENELITIAN

Sejarah Nom Nom Nom

Nom Nom Nom adalah salah satu Restoran di Lebak Bulus Jakarta. Berasal dari kata bahasa Inggris yaitu “Nyam Nyam Nyam” yang berarti orang sedang menikmati/mengunyah makanan yang lezat. Berkonsep seperti family room/ruang keluarga, sehingga membuat rasa nyaman timbul saat sedang menikmati hidangan. Restoran ini menyediakan makanan Asian-Fussian. Berdiri sejak tahun 2012 sampai sekarang. Mempunyai keseluruhan karyawan sejumlah 25 orang.

Fasilitas Nom Nom Nom

Restoran Nom Nom Nom menyediakan fasilitas Wi-Fi, TV, AC, Toilet, Musholla dan juga playbox untuk anak-anak ataupun untuk dewasa yang berisi berbagai macam mainan di dalamnya.

METODE

Dikutip dari pernyataan Sugiyono (2017), menyatakan bahwa “metode penelitian merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu”. Kegiatan penelitian yang berdasarkan keilmuan yang bersifat rasional, empiris, dan sistematis adalah cara ilmiah untuk melakukan metode penelitian. Pernyataan lain dari Sugiyono (2017) bahwa “metode kuantitatif dapat diartikan sebagai metode penelitian yang berdasarkan pada filsafat positivisme, digunakan untuk meneliti pada populasi atau sampel tertentu, pengumpulan data menggunakan instrumen penelitian, analisis data bersifat kuantitatif statistik, dengan tujuan untuk menguji hipotesis yang telah di tetapkan”. Menurut pernyataan Sugiyono di atas, maka dapat dikatakan bahwa semua data yang diperoleh di lapangan dan semua data dikumpulkan baik itu secara random ataupun dengan cara menganalisa untuk memperoleh hasil yang valid disebut metode penelitian.

Pendapat Indrawan (2014) tentang metode penelitian mengatakan bahwa “metode survey yang sering digunakan oleh peneliti pemula salah satunya adalah metode penelitian kuantitatif”. Menurut Sugiyono (2016), “unit analisis adalah satuan yang diteliti yang berupa individu, kelompok, benda atau suatu latar peristiwa social seperti misalnya aktivitas individu atau sekelompok sebagai subjek penelitian”.

Page 49: PENGARUH KEPUASAN KERJA KARYAWAN TERHADAP …

J-STP VOL. 5 NO. 3 Oktober 2020 283

Nuryadina Augus Rini

Penelitian ini menggunakan responden yang telah menggunakan produk/jasa yang disediakan. Dalam penelitian ini, pengumpulan data yang dilakukan untuk mencari atau mendapatkan data yang pasti adalah melalui survey dan penelitian ini juga akan menggunakan metode penelitian kuntitatif.

Penelitian ini menggunakan skala Likert sebagai alat pengukuran. Menurut Sugiono (2012) skala likert merupakan metode pengukuran yang digunakan untuk mengukur sikap, pendapat, dan presepsi seseorang atau kelompok orang tentang fenomena sosial. Jawaban yang peneliti gunakan dalam skala likert penelitian ini yaitu sangat setuju, setuju, cukup setuju, tidak setuju, dan sangat tidak setuju.

Siyoto & Sodik, (2015:67) mengatakan bahwa: “Kegiatan setelah data dari seluruh responden atau data lain terkumpul adalah mengelompokkan data berdasarkan variabel dan jenis responden, mentabulasi data berdasarkan variabel dari seluruh responden, menyajikan data tiap variabel yang diteliti, melakukan perhitungan untuk menjawab rumusan masalah, dan melakukan perhitungan untuk hipotesis yang telah dianjurkan.” Peneliti akan menganalisa data yang sudah diperoleh melalui survey lapangan dengan menggunakan SPSS (Statistical Package For Social Science). Semua ini dilakukan oleh peneliti untuk mempercepat perhitungan. Berdasarkan skala pengukuran yang digunakan sebagai acuan untuk menentukan panjang pendeknya interval yang ada dalam alat ukur, sehingga alat ukur tersebut bila digunakan dalam pengukuran akan menghasilkan data kuantitatif.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Peneliti melakukan penelitian lebih lanjut dengan cara menyebar kuesioner secara online (Google Form) kepada tamu yang pernah berkunjung ke Restoran Nom Nom Nom. Penyebaran kuesioner ini berlangsung selama kurang lebih 3 (tiga) hari. Selama (tiga) hari, penulis mendapatkan 100 responden yang mengisi kuesioner.

Berdasarkan indikator dari variabel Analisis Kualitas Pelayanan Terhadap Peningkatan Jumlah Tamu di Restoran Nom Nom Nom tersebut dibuat pertanyaan-pertanyaan yang kemudian akan

dijelaskan hasil dari tanggapan responden dalam bentuk diagram.

Dari variabel Kualitas pelayanan memiliki 5 indikator terdiri dari 3 butir pertanyaan dari masing-masing indikator yang akan dijabarkan hasil dari tanggapan responden dalam bentuk tabel, yaitu:

Responsive (Daya Tanggap)

Dari hasil rekapitulasi dapat diketahui tanggapan responden tentang pernyataan responsive adalah sangat setuju, dimana sebanyak 65% yang mengatakannya. Hal ini menerangkan bahwa bahwa responden menilai responsive sangat setuju. Kondisi ini terlihat dari kemampuan dalam memberikan daya tanggap.

Assurance (Jaminan)

Dari hasil rekapitulasi dapat diketahui tanggapan responden tentang pernyataan assurance adalah sangat setuju, dimana sebanyak 58% yang mengatakannya. Hal ini menerangkan bahwa bahwa responden menilai assurance sangat setuju. Kondisi ini terlihat dari jaminan yang diberikan Restoran Nom Nom Nom.

Empaty (Perhatian)

Dari hasil rekapitulasi dapat diketahui tanggapan responden tentang pernyataan empaty adalah sangat setuju, dimana sebanyak 62% yang mengatakannya. Hal ini menerangkan bahwa bahwa responden menilai empathy sangat setuju. Kondisi ini terlihat dari empati yang diberikan Restoran Nom Nom Nom untuk para tamu.

Reability (Keandalan)

Dari hasil rekapitulasi dapat diketahui tang-gapan responden tentang pernyataan reliability adalah sangat setuju, dimana sebanyak 69% yang mengatakannya. Hal ini menerangkan bahwa bahwa responden menilai reliability cukup baik. Kondisi ini terlihat dari indikator diatas.

Tangible (Kemampuan Fisik)

Dari hasil rekapitulasi dapat diketahui tanggapan responden tentang pernyataan tangible adalah sangat setuju, dimana sebanyak 59% yang mengatakannya. Hal ini menerangkan bahwa bahwa responden menilai tangible sangat setuju. Kondisi ini terlihat

Page 50: PENGARUH KEPUASAN KERJA KARYAWAN TERHADAP …

284 J-STP VOL. 5 NO. 3 Oktober 2020

Kualitas Pelayanan Mempengaruhi Jumlah Kunjungan Tamu Di Restoran Nom Nom Nom

dari kemampuan fisik yang dimiliki Restoran Nom Nom Nom untuk para tamu.

Uji Validitas Instrumen

Uji validitas dilakukan untuk mengetahui apakah instrumen yang disusun benar-benar mampu mengukur apa yang diinginkan. Pada tes uji validitas, penulis akan mengukur ke-valida-an kuesioner yang disebar. Jika pernyataan kuesioner mampu menjelaskan dan menjabarkan sesuatu yang dapat diukur, maka dapat dikatakan valid. Pengujian validitas menggunakan analisis item yang penyelesaiannya dibantu menggunakan Program SPSS Versi 25.0. Uji validitas membandingkan r-hitung dan r-tabel dengan menggunakan rumus koefisien korelasi yang dikemukakan Pearson, dengan kriteria sebagai berikut :

y Jika r hitung > rtabel maka pernyataan dapat dikatakan sah (valid)

y Jika r hitung < rtabel maka pernyataan dapat dikatakan tidak sah (invalid).

Sedangkan untuk mendapatkan rtabel dilakukan dengan tabel r production moment yaitu menentukan alpha (α) = 0,05 kemudian η (sampel) = 100 orang, sehingga didapat nilai rtabel sebesar 0,2540.

Table 1. Uji Validitas Instrumen

No R hitung R tabel Keterangan

1 1 0,2540 Valid

2 .477 0,2540 valid

3 .285 0,2540 valid

4 .312 0,2540 valid

5 .396 0,2540 valid

6 .372 0,2540 valid

7 .278 0,2540 valid

8 .442 0,2540 valid

9 .268 0,2540 valid

10 .322 0,2540 valid

11 .375 0,2540 valid

12 .270 0,2540 valid

13 .352 0,2540 valid

14 .258 0,2540 valid

15 .327 0,2540 valid

16 .384 0,2540 valid

17 .287 0,2540 valid

18 .287 0,2540 validSumber: Diolah dari data primer

Berdasarkan table 1. di atas, dapat disimpulkan bahwa 15 instrumen Kualitas pelayanan (X) dinyatakan sah (valid), karena semua rhitung > rtabel sehingga semua pernyataan tersebut dapat digunakan untuk penelitian, dan 3 instrumen peningkatan jumlah tamu (Y) dapat dinyatakan sah (valid), karena rhitung > rtabel sehingga semua pernyataan tersebut dapat digunakan untuk penelitian.

Uji Reliabilitas

Uji reliabilitas adalah uji untuk mengetahui konsistensi pernyataan. Suatu ukuran atau alat ukur yang dapat dipercaya harus memiliki reliabilitas yang tinggi. Uji reliabillitas memiliki pengertian bahwa instrumen cukup dapat dipercaya untuk digunakan sebagai alat pengumpulan data. Uji reliabilitas penelitian ini menggunakan Alpha Cornbach’s dimana hasil perhitungannya sebagai berikut: Alpha > rtabel = konsisten Alpha < rtabel = tidak konsisten.

Tabel 2. Uji reabilitas kualitas pelayanan

N %

Valid 100 100.0

Excludeda 0 .0

Total 100 100.0

Tabel 3. uji reabilitas kualitas pelayanan

Cronbach's Alpha N of Items.920 15

Berdasarkan table 4.26 di atas, dapat disimpulkan bahwa diperoleh hasil rhitung > rtabel , yaitu 0,920 > 0,2540. Hal ini berarti alat instrumen yang digunakan adalah reliabel. Jika dilihat pada kriteria penafsiran mengenai indeks korelasinya r = 0,920 maka memiliki tingkat reliabel sangat tinggi.

Uji reabilitas Peningkatan jumlah tamu (Y)

Page 51: PENGARUH KEPUASAN KERJA KARYAWAN TERHADAP …

J-STP VOL. 5 NO. 3 Oktober 2020 285

Nuryadina Augus Rini

Table 4. Uji reabilitas peningkatan jumlah tamu

N %

Valid 100 100.0

Excludeda 0 .0

Total 100 100.0

Table 5. Uji reabilitas peningkatan jumlah tamu

Cronbach's Alpha N of Items

.701 3

Berdasarkan table 4.28 di atas, dapat disimpulkan bahwa diperoleh hasil rhitung > r-tabel , yaitu 0,701 > 0,2540. Hal ini berarti alat instrumen yang digunakan adalah reliabel. Jika dilihat pada kriteria penafsiran mengenai indeks korelasinya r = 0,701 maka memiliki tingkat reliabel sangat tinggi.

Analisis Kuantitatif

Dalam penelitian ini meliputi analisis regresi sederhana dan terakhir uji hipotesis (Uji t dan Uji f). pelaksanaan masing-masing uji dilakukan dengan bantuan Program SPSS Versi 25.0. Penjelasan masing-masing urasan sebagai berikut:

Tabel 6. Analisis segresi linear sederhana

Unstandardized Coefficients

Standardiz ed Coefficient sBeta

sig

Model B Std.Error Beta t

(Constant) 2.523 1.370 1.841 .069

kualitas pelayanan .157 .020 .624 7.905 .000

Dependent Variable: peningkatan jumlah tamu

Berdasarkan hasil dari coefficientsa di atas, didapatkan kesimpulan konstanta (a) adalah 2,523. Sedangkan nilai dari Kualitas pelayanan (koefisien regresi) adalah 0,157 sehingga persamaan regresinya dapat ditulis sebagai berikut:

Y= 2,523 + 0,157x

Konstanta sebesar 2,523 artinya jika Kualitas pelayanan tidak ada maka Peningkatan jumlah tamu sebesar 2,523.

Koefisien Regresi (x) sebesar 0,157 artinya setiap peningkatan dari kualitas pelayanan sebesar 0,157. Dan sebaliknya, setiap terjadi penurunan kualitas pelayanan, akan menurunkan jumlah tamu sebesar 0,157. Tanda (+) menunjukan arah hubungan yang searah sedangkan tanda (-) menunjukan arah hubungan yang berbanding terbalik antar variabel independen (X) dengan variabel dependen (Y)

Berdasarkan nilai signifikansi, dari table coefficientsa diperoleh nilai signifikansi sebesar 0,000 < 0,05 sehingga dapat disimpulkan bahwa variabel Kualitas pelayanan (X) berpengaruh terhadap peningkatan jumlah tamu (Y).

Pengajuan hipotesis

Untuk menguji apakah analisis kualitas pelayanan terhadap Peningkatan jumlah tamu signifikan baik secara bersama-sama (simultan) maupun secara parsial (individual), dilakukan uji signifikasi. Pengujian dimulai dari pengujian simultan, dan apabila hasil pengujan signifikan dilanjutkan dengan uji parsial.

Pengujian Hipotesis Secara Simultan (Uji F)

Untuk mengetahui signifikansi berpengaruh variabel- variabel bebas secara simultan dengan menggunakan Program SPSS Versi 25.0 adalah sebagai berikut:

Table 7. ANOVA pengujian hipotesis stimulant

Model Sum of Squares df Mean

Square F Sig

Regres–si on 70.771 1 70.771 62.489 .000b

Residual 110.989 98 1.133

Total 181.769 99

Berdasarkan table 4.30 di atas, didapat F-hitung sebesar 62,489 dengan nilai F-table sebesar 3,94, yang berarti F-hitung > F-table (62,489 > 3,94) dan nilai Sig. 0,000 < 0,05 . Hal ini menyatakan bahwa variabel independen yaitu kualitas pelayanan berpengaruh signifikan secara simultan (bersama-sama) terhadap peningkatan jumlah tamu. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa H0 diterima dan H1 ditolak.

Pengujian Hipotesis Secara Parsial (Uji t)

Uji t digunakan untuk mengetahui pengaruh secara parsial variabel bebas terhadap variabel

Page 52: PENGARUH KEPUASAN KERJA KARYAWAN TERHADAP …

286 J-STP VOL. 5 NO. 3 Oktober 2020

Kualitas Pelayanan Mempengaruhi Jumlah Kunjungan Tamu Di Restoran Nom Nom Nom

terkait. Pengujian ini dengan membandingkan nilai t-hitung dengan t-tabel, jika nilai t-hitung

> t-tabel dan nilai sig,< 0,05 maka H0 diterima, dan sebaliknya jika t hitung < t-tabel dan sig. lebih besar dari 0,05 maka H1 ditolak.

Table 8. Uji t

Model

Unstandar-dized Coef-

ficients

Stan-dardized

Coef-ficiencs t sig

B Std. Error Beta

1 (Constant) 2.523 1.370 1.841 .069

Kualitas pelayanan .157 .020 .624 7.905 .000

Hasil uji t di atas dapat disimpulkan bahwa pada Kualitas pelayanan seperti pada table 4.31 diperoleh t-hitung sebesar 7,905 dengan t-tabel sebesar 1,984 yang berarti nilai t-hitung > t- tabel (7,905 > 1,984) dan nilai Sig. < 0,05. Dengan demikian H0 diterima dan H1 ditolak, yang artinya terdapat pengaruh positif yang signifikan pada kualitas pelayanan (X) terhadap peningkatan jumlah tamu (Y).

Kualitas pelayanan dapat didefinisikan sebagai seberapa jauh perbedaan antara kenyataan dan harapan pengunjung atas pelayanan yang mereka terima/ peroleh. Penilaian pengunjung terhadap pelayanan dari pramusaji di restoran Nom Nom Nom dapat di peroleh secara langsung dari pengunjung. Pramusaji yang mendapatkan penilaian dari pengunjung disebut juga sebagai produsen jasa karena memberikan sistem pelayanan yang dapat memenuhi keinginan dan meningkatkan kepuasan konsumen.

Pelayanan yang berkualitas adalah pelayanan yang diberikan dalam batasan yang standar dan dapat dipertanggung jawabkan untuk memberikan kepuasan kepada pengunjung. Harapan restoran dalam memberikan pelayanan yang berkulaitas akan secara langsung mendapatkan dan memberikan dorongan yang baik kepada pengunjung restoran untuk selalu menjadi pelanggan tetap.

Berdasarkan dari pengujian hipotesis pertama, bahwa terdapat hubungan positif dan signifikan antara kualitas pelayanan terhadap Peningkatan jumlah tamu. Dari hasil pengujian hipotesis pertama yang dilakukan dengan menggunakan

uji reabilitas yang mana menentukan valid atau tidaknya suatu kusioner. Hasil yang diperoleh dari Uji Validitas Variable (X) antara Kualitas Pelayanan Terhadap Peningkatan Jumlah Tamu diperoleh hasil yaitu rhitung > rtable yaitu 0,710 > 0,2540. Hal ini membuktikan bahwa instrument yang digunakan reliable, selanjutnya hasil yang diperoleh dari uji validitas variabel (Y) yaitu rhitung > rtabel yaitu 0,710 > 0,2540. Hal ini membuktikan bahwa instrument yang digunakan juga reliable, Peneliti juga melakukan pengujian dengan menggunakan analisis kuantitatif dimana dalam pengujian ini terdapat beberapa pengujian. Dari pengujian analisis kuantitatif ini terdapat analisis regresi linier sederhana yang mana membuktikan bahwa konstanta sebesar 2,523 yang artinya jika kualitas pelayanan tidak ada maka tidak ada peningkatn jumlah tamu sebesar 2,523, koefisiensi regresi (x) sebesar 0,157 membuktikan bahwa setiap terjadinya peningkatan kualitas pelayanan akan menentukan peningkatan jumlah tamu sebesar 0,157, begitu pula sebaliknya jika terjadi penurunan kualitas pelayanan maka akan menentukan penurunan terhadap jumlah tamu. Peneliti juga melakukan pengujian hipotesis, dimana pengujian hipotesis terdiri dari uji f dan uji t. Dimana kedua pengujian ini membuktikan bahwa H0 diterima dan H1 ditolak. jadi terdapat hubungan positif dan signifikan antara kualitas pelayanan terhadap peningkatan jumlah tamu di Nom Nom Nom Restoran. Dari hasil yang diperoleh, pengujian hipotesis menunjukan bahwa kualitas pelayanan mempengaruhi peningkatan jumlah tamu.

KESIMPULAN

Penelitian ini merupakan jenis penelitian kuantitatif. Berdasarkan judul penelitian ini, penulis ingin mengetahui Kualitas Pelayanan Mempengaruhi Jumlah Kunjungan Tamu di Restoran Nom Nom Nom. Latar belakang masalah kualitas pelayanan yang dapat memberikan pengaruh penting bagi usaha perhotelan, restoran, cafe, karena usaha tersebut merupakan usaha jasa pelayanan yang harus mampu memenuhi layanan yang diharapkan pengunjung dan menyediakan berbagai fasilitas yang dapat digunakan oleh para pengunjung.

Berdasarkan hasil penelitian Kualitas Pelayanan Mempengaruhi Jumlah Kunjungan Tamu diperoleh skor rata-rata dari pengunjung di Restoran Nom Nom Nom dengan melakukan analisis kuantitatif.

Page 53: PENGARUH KEPUASAN KERJA KARYAWAN TERHADAP …

J-STP VOL. 5 NO. 3 Oktober 2020 287

Nuryadina Augus Rini

Dengan cara melakukan pengujian hipotesis secara simultan (uji f), dalam pengujian tersebut peneliti memperoleh hasil berdasarkan nilai f- hitung yang didapatkan sebesar 62,489 dengan nilai F-tabel sebesar 3.94 yang berarti f-hitung > f-tabel (62,489 >3,94) dan silai signifikan (sig.) 0,000 < 0,05. Selain uji f, peneliti juga telah melakukan pengujian hipotesis secara parsial (uji t). Pengujian ini memperoleh hasil t-hitung sebesar 7,905 dengan t-tabel sebesar 1,984 yang berarti nilai t-hitung > t-tabel (7,905 > 1,984) dan nilai signifikan (sig.) < 0,05 dengan demikian H0 diterima dan H1 ditolak. Yang artinya terdapat pengaruh positif yang signifikan padakualitas pelayan (X) terhadap peningkatan jumlah tamu (Y). Hal ini membuktikan bahwa 5 Indikator kualitas pelayanan yang meliputi responsive, reability, assurance, empathy, tangible adalah faktor penting untuk meningkatkan jumlah tamu di Restoran Nom Nom Nom.

SARAN

Berdasarkan kesimpulan diatas maka penulis mencoba memberikan saran - saran yang diharapkan dapat menjadi bahan masukan dan pertimbangan bagi Restoran Nom Nom Nom. Adapun saran-saran tersebut adalah:

Restoran Nom Nom Nom harus tetap mampu untuk mempertahankan dan meningkatkan kualitas pelayanannya yang dinilai sudah baik dalam memberikan peningkatan jumlah tamu. Hal tersebut dapat terus meningkatan Jumlah tamu.

Restoran Nom Nom Nom diharapkan dapat menampung segala keluhan dari konsumen mengenai kualitas pelayanannya untuk menjadi bahan pertimbangan bagi perusahaan untuk meningkatkan kualitas pelayanannya.

Sebaiknya Restoran Nom Nom Nom melakukan berbagai promosi karena persaingan di bidang restoran ini semakin meningkat. Promosi ini dapat melalui pemasangan iklan di media massa atau dengan memberikan diskon. Promosi tersebut berguna untuk mempertahankan konsumen yang telah ada dan menjaring konsumen baru.

Penulis mengucapkan terimakasih yang sangat besar kepada Manajemen Restoran Nom Nom Nom yang telah memberikan banyak masukan, bantuan, dan informasi yang berkaitan dengan penelitian ini. Harapan penulis agar manajemen Restoran Nom

Nom Nom bisa terus mempertahan kan image yang baiknya di mata pelanggan, dan memperbaiki image yang buruk agar tetap menjadi yang terbaik bagi pelanggan setianya

DAFTAR PUSTAKA

Hasan, Ali. 2014. Marketing dan Kasus-Kasus Pilihan. Buku I, Cetakan ke-dua. Penerbit : CAPS, Yogyakarta.

Heizer, Jay & Barry Render. 2017. Operations Management 12 th Edition. Penerbit: Pearson Education Limited, London

Indrawan, R. 2014. Metodologi Penelitian Kualitatif, Kuantitatif, dan Campuran. Surabaya: Refika Aditama.

Kotler, Philip. and Kevin Lane Keller. 2016. Marketing Management, 15th Edition New Jersey: Pearson Pretice Hall, Inc.

Lupiyoadi, Rambat. 2013. Manajemen Pemasaran JAsa. Jakarta: Salemba Empat.

Priansa, Donni Junni. (2017). Perilaku Konsumen dalam Bisnis Kontemporer. Bandung: Alfabeta

Singgih, S. (2012). Panduan Lengkap SPSS Versi 20. Jakarta: PT Elex Media Komputindo.

Siyoto, Sandu., & Ali Sodik. (2015). Dasar Metodologi Penelitian. Yogyakarta: Literasi Media Publishing.Sugiyono. (2016). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabet.

Sugiyono. (2017). Metode Penelitian Kombinasi (Mixed Methods). Bandung: Alfabeta.

Tjiptono, Fandy dan Gregorius Chandra. (2016). Service, Quality and Satisfaction Edisi 4. Yogyakarta: Andi Offset

m@ya

Page 54: PENGARUH KEPUASAN KERJA KARYAWAN TERHADAP …

RIWAYAT ARTIKELDiterima: 09-09-2020. Dievaluasi: 24-09-2020

Disetujui: 12-10-2020

PENDAHULUAN

Pendidikan vokasi merupakan pendidikan tinggi program diploma yang menyiapkan mahasiswa untuk pekerjaan dengan keahlian terapan tertentu sampai program sarjana terapan. Program diploma menyiapkan mahasiswa menjadi praktisi yang terampil untuk memasuki dunia kerja sesuai dengan bidang keahliannya. Perguruan tinggi vokasi bertugas untuk menghasilkan lulusan yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, terampil, kompeten, dan berbudaya untuk kepentingan bangsa. Salah satu jurusan vokasi yang banyak diminati yaitu jurusan manajemen perhotelan yang menerapkan sistem pembelajaran 70% praktek dan 30% teori. Mahasiswa juga dapat merasakan pengalaman kerja nyata melalui program praktek kerja lapangan di industri terkait. Bekal ilmu pengetahuan dan keterampilan yang didapat

selama perkuliahan ini diharapkan dapat membuat mahasiswa lebih siap memasuki dunia kerja.

Menurut Hillage & Pollard (dalam Mashigo, 2014) ada elemen-elemen lain yang memengaruhi kesiapan kerja, antara lain yaitu keterampilan dalam manajemen/perencanaan karier, pengalaman kerja, keterampilan dalam memperoleh pekerjaan, dan dukungan keluarga. Dengan kata lain, selain ilmu pengetahuan dan keterampilan, salah satu faktor yang memengaruhi kesiapan kerja yaitu perencanaan karier. Hasil penelitian oleh Latif, Yusuf dan Effendi (2017) menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara perencanaan karier dengan kesiapan kerja mahasiswa, dimana mahasiswa yang memiliki perencanaan karier yang baik akan memiliki kesiapan kerja yang tinggi pula. Hal ini dikarenakan mahasiswa yang memiliki perencanaan karier yang baik telah mempersiapkan segala sesuatu yang berkaitan dengan karier atau pekerjaan yang akan dijalani setelah selesai dari masa perkuliahan. Menurut penelitian, perencanaan karier merupakan salah satu aspek dari komitmen karier, dimana komitmen karier berhubungan erat kesuksesan. Komitmen karier yang tinggi akan memiliki

PERENCANAAN KARIER MAHASISWA PROGRAM VOKASI PERHOTELAN

Dewi Melati

Politeknik Jakarta Internasional

[email protected]

ABSTRACT

This research was conducted to see the career development plans of vocational education students majoring in

hospitality management with a case study at the Jakarta International Polytechnic. The research results were

available from a survey of 61 students. Career planning is very important for final semester students who will

soon enter the world of work. The findings show that students majoring in hospitality management at the Jakar-

ta International Polytechnic plan to develop a career in the hospitality industry according to the specialization

they pursued during college, although there are some students who plan to have a career outside the specialization

they choose. Countless students have long-term plans to become entrepreneurs after gaining experience.

Keywords: Career Planning, Career Development, Career Stages.

Jurnal Sains Terapan PariwisataVol. 5, No. 3, pp. 288-293

©2020 CIPTA, All rights reservedDicetak di Jakarta

J-STP VOL. 5 NO. 3 Oktober 2020

Page 55: PENGARUH KEPUASAN KERJA KARYAWAN TERHADAP …

289 J-STP VOL. 5 NO. 3 Oktober 2020

Perencanaan Karier Mahasiswa Program Vokasi Perhotelan

kesuksesan karier yang tinggi pula (Lakshmi & Sumaryono, 2018).

Perencanaan karier adalah suatu proses dimana individu dapat mengidentifikasi dan mengambil langkah-langkah untuk mencapai tujuan-tujuan karier (Simamora, 2011, hlm. 504). Sedangkan menurut Davis & Werther (dalam Marwansyah, 2016), perencanaan karier adalah proses yang digunakan oleh seseorang untuk memilih tujuan-tujuan karier dan jalur untuk mencapai tujuan itu. Dari kedua pengertian di atas, perencanaan karier mencakup tujuan karier dan langkah-langkah untuk mencapai setiap tujuan karier yang telah ditetapkan. Perencanaan karier sangat penting bagi individu karena setiap tahapan karier seorang individu dilalui bersamaan dengan tahapan hidupnya. Oleh sebab itu, perencanaan karier merupakan tanggung jawab masing-masing individu, mulai dari memilih karier yang mereka inginkan, menentukan tujuan yang ingin dicapai dalam jangka pendek maupun jangka panjang, membangun kompetensi yang diperlukan untuk mencapai tujuan karier tersebut. Setiap individu tentu mengharapkan kariernya dapat terus berkembang, perencanaan karier yang dituangkan dalam sebuah rencana pengembangan karier dapat dijadikan acuan rencana tindakan yang harus dilakukan untuk mengelola pengembangan karier seseorang.

Program Diploma III jurusan Manajemen Perhotelan di Politeknik Jakarta Internasional memiliki lima peminatan yaitu Food Production Management (FP), Food & Beverage Service Management (FB), Room Division Management (RDM), Public Relation Management (PR), dan MICE Management (MICE). Mahasiswa sejak awal perkuliahan telah menentukan peminatan yang diinginkan sehingga dapat dikatakan bahwa mahasiswa pada dasarnya telah memiliki pilihan karier sesuai minatnya. Mahasiswa yang mencapai tingkat akhir harus mempersiapkan diri untuk memasuki dunia kerja, salah satunya dengan membuat perencanaan karier yang dilakukan dengan bimbingan dari dosen pembimbing akademiknya masing-masing. Penelitian ini bertujuan untuk melihat gambaran perencanaan karier mahasiswa agar dapat menjadi acuan bagi pihak kampus untuk membantu kesiapan mahasiswa dalam menghadapi persaingan di dunia kerja kelak. Adapun perencanaan karier mahasiswa dituangkan dalam Rencana

Pengembangan Karier yang dideskripsikan dalam tiga aspek yaitu tujuan karier untuk satu tahun, lima tahun, sepuluh tahun, kompetansi baru yang dibutuhkan untuk setiap tahapan tersebut, serta rencana aksi untuk mencapai tujuan tersebut.

TINJAUAN PUSTAKA

Karier adalah posisi jabatan yang dimiliki seseorang selama bertahun-tahun (Dessler, 2012, hlm. 327). Menurut David & Werther (dalam Marwansyah, 2016), karier adalah semua pekerjaan yang pernah dijalani seseorang sepanjang kehidupan kerjanya. Sedangkan Mathis & Jackson (2008, hlm. 295) mengemukakan bahwa karier adalah serangkaian posisi terkait pekerjaan yang diduduki seseorang sepanjang hidup. Dari pengertian-pengertian tersebut, dapat dikatakan bahwa karier terdiri dari jabatan-jabatan atau pekerjaan-pekerjaan dan karier bersifat jangka panjang. Umumnya jabatan-jabatan atau pekerjaan-pekerjaan yang dijalani seseorang tersebut membentuk jalur yang terus meningkat. Menurut Davis & Werther (dalam Marwansyah, 2016), jalur karier (career path) adalah pola pekerjaan yang berkesinambungan yang membentuk kehidupan karier seseorang. Mathis & Jackson (2008, hlm. 296) mengatakan bahwa jalur karir mewakili pergerakan karyawan melalui peluang-peluang dari waktu ke waktu. Menurutnya, meskipun sebagian besar jalur karier dianggap mengarah ke atas, peluang bagus juga ada dalam arah lintas fungsi atau horizontal. Hal ini sejalan dengan pendapat Mondy & Noe (dalam Marwansyah, 2016), bahwa selain jalur karier tradisional yang mengarah vertikal ke atas, ada jalur karier lain yaitu jalur karier jaringan (network career path), jalur keterampilan lateral (lateral skill path), dan jalur karier ganda (dual-

career path).

Setiap individu pasti memiliki tujuan yang ingin dicapai dalam kariernya. Menurut Davis & Werther (dalam Marwansyah, 2016), tujuan karier (career goal) adalah posisi-posisi di masa depan yang ingin dicapai oleh seseorang sebagai bagian dari kariernya. Tujuan-tujuan ini berfungsi sebagai tolok ukur (benchmark) sepanjang jalur karier seseorang. Untuk mencapai tujuan-tujuan tersebut, individu perlu membuat perencanaan karier. Menurut Hayes dan Ninemeier (2009), dokumentasi rencana dan pencapaian pengembangan karir dapat membantu seseorang untuk lebih mempersiapkan masa depan.

Page 56: PENGARUH KEPUASAN KERJA KARYAWAN TERHADAP …

J-STP VOL. 5 NO. 3 Oktober 2020 290

Dewi Melati

Perencanaan karier dapat dituangkan dalam bentuk Rencana Pengembangan Karier. Hal-hal spesifik yang dapat diidentifikasi dalam sebuah rencana pengembangan karier diantaranya yaitu posisi yang dicita-citakan secara bertahap misalnya untuk waktu satu tahun, lima tahun dan sepuluh tahun, kompetensi baru yang dibutuhkan, dan tindakan pengembangan yang diperlukan untuk mencapai tujuan karier tersebut.

Menurut Noe (2010, hlm. 456), ada empat tahapan karier yang dilalui seorang individu yaitu tahap eksplorasi (exploration), pembentukan (establishment), pemeliharaan (maintenance), dan pelepasan (disengagement). Di tahap eksplorasi, individu berusaha untuk mengidentifikasi jenis pekerjaan yang menarik minat mereka dengan mempertimbangkan minat, nilai, dan preferensi pekerjaan mereka. Setelah mengidentifikasi jenis pekerjaan yang menarik minat mereka, individu dapat mulai mengejar pendidikan atau pelatihan yang dibutuhkan. Biasanya tahap ini dimulai dari remaja hingga usia akhir 20-an atau ketika seseorang masih di bangku sekolah berlanjut hingga individu mulai memasuki dunia kerja. Di tahap ini umumnya seseorang bekerja di bawah pengawasan dan arahan dari atasan atau rekan kerja yang lebih berpengalaman atau dianggap sebagai magang (apprentice). Tahap pembentukan, individu menemukan tempatnya di perusahaan, memberikan kontribusi mandiri, mencapai lebih banyak tanggung jawab dan kesuksesan finansial, dan membangun gaya hidup yang diinginkan. Individu di tahap ini biasanya berusia 30-45 tahun atau telah bekerja 2-10 tahun lamanya. Mereka ingin dipandang sebagai kontributor terhadap sukses perusahaan. Karyawan yang telah mencapai tahap ini dianggap sebagai rekan kerja (colleagues), orang yang dapat bekerja secara mandiri dan memberikan hasil. Di tahap ini, individu perlu lebih aktif terlibat dalam aktivitas perencanaan karier.

Tahap pemeliharaan, individu harus menjaga agar ketrampilannya tetap mutakhir dan masih dianggap sebagai seseorang yang masih memberikan kontribusi bagi perusahaan oleh orang lain. Individu dalam tahap ini memiliki pengalaman kerja bertahun-tahun, banyak pengetahuan tentang pekerjaan, dan pemahaman mendalam tentang bagaimana perusahaan mengharapkan bisnis dijalankan. Individu di tahap ini biasanya berusia 45-60 tahun

atau telah bekerja lebih dari 10 tahun lamanya. Karyawan dalam tahap ini dapat menjadi pelatih atau mentor yaitu karyawan berpengalaman yang mengajar atau membantu karyawan yang kurang berpengalaman. Terakhir, tahap pelepasan, individu mempersiapkan perubahan dalam keseimbangan antara aktivitas kerja dan non-kerja. Peran individu di tahap ini adalah menjadi sponsor yaitu orang yang menyediakan arahan kepada karyawan lain, mewakili perusahaan kepada pelanggan, memulai tindakan, dan membuat keputusan. Individu di tahap ini biasanya berusia di atas 60 tahun atau telah bekerja lebih dari 10 tahun lamanya.

Untuk mencapai tujuan yang ditetapkan di setiap tahapan karier, seorang individu yang telah menjadi karyawan harus mengembangkan diri untuk mendapatkan kompetensi baru yang dibutuhkan untuk setiap tahapan kariernya. Menurut Noe, Hollenbeck, Gerhart, dan Wright (2014), pendekatan untuk pengembangan karyawan terbagi dalam empat kategori besar: pendidikan formal, penilaian, pengalaman kerja, dan hubungan interpersonal. Pendidikan formal dapat berupa seminar, workshop, kursus singkat, pelatihan, program kuliah. Penilaian yaitu mengumpulkan informasi dan memberikan umpan balik kepada karyawan tentang perilaku, gaya komunikasi, atau keterampilan mereka. Pengalaman kerja yaitu kombinasi dari hubungan, masalah, tuntutan, tugas, dan fitur lain dari pekerjaan karyawan. Sebagian besar pengembangan karyawan terjadi melalui pengalaman kerja. Berbagai penugasan pekerjaan dapat memberikan pengembangan karyawan. Melalui hubungan interpersonal, karyawan dapat mengembangkan keterampilan dan meningkatkan pengetahuan mereka tentang organisasi dan pelanggannya dengan berinteraksi dengan anggota organisasi yang lebih berpengalaman. Dua jenis hubungan yang digunakan untuk pengembangan karyawan adalah mentoring dan coaching.

METODE PENELITIAN

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif kualitatif. Teknik pengumpulan data penelitian ini adalah melalui kuesioner (angket). Menurut Sugiyono (2009, hlm. 200), kuesioner merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden

Page 57: PENGARUH KEPUASAN KERJA KARYAWAN TERHADAP …

291 J-STP VOL. 5 NO. 3 Oktober 2020

Perencanaan Karier Mahasiswa Program Vokasi Perhotelan

untuk dijawabnya. Tipe pertanyaan yang digunakan dalam kuesioner adalah pertanyaan terbuka yaitu pertanyaan yang mengharapkan responden untuk menuliskan jawabannya berbentuk uraian tentang sesuatu hal. Populasi penelitian adalah mahasiswa DIII jurusan Manajemen Perhotelan di kampus Politeknik Jakarta Internasional, Jakarta.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Penelitian dilakukan pada 61 orang mahasiswa, 36 orang mahasiswa laki-laki, 25 orang mahasiswa perempuan. Mahasiswa peminatan food production

management sebanyak 36 orang, peminatan food

and beverage service management sebanyak 8 orang, peminatan public relation management sebanyak 14 orang, dan peminatan mice management sebanyak 3 orang. Berikut adalah hasil penelitian dan pembahasannya.

Sebanyak 55 orang mahasiswa (90%) memilih berkarier sesuai peminatannya dan 6 mahasiswa (10%) memilih karier yang berbeda dengan peminatan studinya. Mahasiswa yang memilih karier yang berbeda dengan peminatannya adalah mahasiswa public relation sebanyak 5 orang dan mahasiswa mice management sebanyak 1 orang, sedangkan mahasiswa dengan peminatan food

production dan food and beverage service seluruhnya memilih karier sesuai peminatannya. Hal ini disebabkan karena sejak awal mereka sudah memiliki tujuan karier yaitu menjadi chef atau menjadi manajer restoran sehingga perkuliahan menjadi sarana mereka mencapai tujuan kariernya. Berbeda dengan peminatan public relation dan mice management, khususnya peminatan public

relation yang memiliki pilihan karier yang luas. Lulusan public relation ini tidak terbatas harus bekerja di bidang public relation. Dari 6 mahasiswa yang memilih karier yang berbeda, 3 di antaranya memilih karier di bidang kreatif seperti fotografi dan videografi, 3 mahasiswa lainnya memilih berkarier di bidang human resource karena mereka mendapatkan pengalaman tersebut ketika menjalani on-the-job training sehingga merasakan ketertarikan terhadap bidang tersebut.

Mahasiswa dengan peminatan food production,

food and beverage service dan mice management seluruhnya berminat berkarier di industri hospitality seperti hotel, restoran, kapal pesiar, coffee shop, dan pastry & bakery. Sedangkan mahasiswa dengan

peminatan public relation hanya sebagian yang berminat berkarier di industri hospitality.

Tujuan Karier

Jalur karier seorang chef dimulai dari commis/cook

helper – demi chef – chef de partie – sous chef – executive

chef – chef owner. Dalam rencana pengembangan karier, mahasiswa diminta menuliskan tujuan karier untuk satu tahun, lima tahun dan sepuluh tahun. 35 orang mahasiswa (95%) peminatan food

production memiliki tujuan karier di tahun pertama sebagai commis/cook helper atau jabatan paling awal dalam jalur karier seorang chef, hanya ada 2 mahasiswa (5%) yang memiliki tujuan karier yang langsung menjadi demi chef atau chef de partie yang merupakan tingkatan supervisor dalam jalur karier chef. Hal ini dikarenakan kedua orang mahasiswa tersebut telah bekerja semenjak semester VI (akhir). Untuk tujuan karier lima tahun mahasiswa peminatan food production cukup beragam, 22 orang mahasiswa (61%) menetapkan jabatan demi chef dan chef de partie sebagai tujuan kariernya, 9 orang mahasiswa (25%) ingin mencapai tingkat sous chef, atau level manajerial dalam hierarki kitchen, sisanya 5 orang mahasiswa (14%) ingin memulai usaha di bidang kuliner. Sedangkan dalam tujuan karier 10 tahun, 23 orang mahasiswa (64%) ingin menjadi chef owner atau usaha sendiri di bidang kuliner, 13 orang mahasiswa (36%) sisanya menekuni karier lanjutan yaitu menjadi sous chef atau executive

chef, tingkatan paling tinggi dalam karier seorang chef. Dari 13 mahasiswa tersebut, 4 orang (31%) ingin memiliki usaha di bidang kulier setelah berkarier di atas 10 tahun. Hal ini sesuai dengan hasil survei yang dilakukan IDN Research Institute (2019) bahwa 69,1% generasi Millennial berminat untuk membuka usaha, mahasiswa-mahasiswa yang merupakan generasi millenial ini memiliki motivasi besar untuk mempunyai usaha sendiri. Waktu 10 tahun dinilai cukup untuk mencari ilmu, keterampilan, pengalaman, dan relasi, yang dapat dijadikan modal untuk memulai usaha.

Dari peminatan food and beverage service, seluruh mahasiswa memiliki tujuan karier sebagai staf restoran atau bartender di tahun pertama, supervisor restoran dan bar dalam lima tahun. Sedangkan untuk tujuan karier sepuluh tahun, 75% mahasiswa memiliki tujuan karier sebagai manajer F&B atau manajer restoran dan bar, sisanya ingin menjadi entrepreneur. Mahasiswa peminatan public relation

Page 58: PENGARUH KEPUASAN KERJA KARYAWAN TERHADAP …

J-STP VOL. 5 NO. 3 Oktober 2020 292

Dewi Melati

dan mice managemente juga memiliki tujuan karier berjenjang mulai dari staf – supervisor – manajer dan berwirausaha.

Kompetensi Baru dan Rencana Tindakan

Setiap tahapan karier membutuhkan kompetensi yang berbeda-beda. Menurut UU no 13 tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan, kompetensi kerja adalah kemampuan kerja setiap individu yang mencakup aspek pengetahuan, keterampilan, dan sikap kerja yang sesuai dengan standar yang ditetapkan. Mahasiswa yang baru memasuki dunia kerja, mulai dari jenjang terendah. Mereka sudah dibekali dengan pengetahuan dan keterampilan dasar yang dapat menunjang pekerjaan mereka. Untuk menunjang karier di masa awal kerja, mahasiswa berpendapat bahwa pengetahuan dan keterampilan yang dapat mendukung untuk melakukan pekerjaan dengan lebih baik sangat diperlukan, misalnya pengetahuan tentang tempat kerja, memahami standar operasional prosedur tempat kerja. Kompetensi lain yang dibutuhkan yaitu keterampilan komunikasi dengan bahasa asing terutama bahasa inggris dan bahasa mandarin yang dinilai dibutuhkan di saat ini.

Individu perlu terus meningkatkan pengetahuan dan keterampilannya serta mengembangkan sikap kerja yang dapat mendukung untuk mencapai tujuan karier tertentu. Menurut mahasiswa, kompetensi baru yang dibutuhkan untuk mencapai tujuan karier dalam lima sampai sepuluh tahun ke depan yang paling utama adalah leadership skill, dan communication skill agar dapat memimpin bawahannya. Selain itu mahasiswa menilai perlu belajar ilmu-ilmu baru sesuai bidang peminatan masing-masing, misalnya mempelajari ilmu gizi, ilmu food costing, inovasi menu, bagi mahasiswa food production, mempelajari minuman-minuman baru bagi mahasiswa food and beverage service. Ilmu-ilmu manajemen juga dinilai penting bagi mereka baik untuk yang mengejar jabatan yang lebih tinggi maupun untuk berwirausaha, seperti mempelajari manajemen keuangan, manajemen pemasaran, manajemen sumber daya manusia. Keterampilan yang penting untuk dikembangkan antara lain negosiasi, manajemen waktu, creative thinking dan problem solving.

Pelatihan, kursus, seminar ataupun workshop merupakan rencana tindakan yang dinilai dibutuhkan untuk mencapai tujuan karier mereka. Selain itu, mengikuti sertifikasi profesi, bergabung di asosiasi

professional, bergabung di komunitas, mengikuti lomba, hingga melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi juga menjadi rencana tindakan mahasiswa untuk mencapai tujuan kariernya. Hal lainnya, belajar dan berlatih secara mandiri untuk meningkatkan keterampilan, bertanya / berdiskusi dan belajar dari atasan, mengikuti arahan dari atasan, juga menjadi bentuk rencana tindakan yang harus dilakukan untuk mencapai tujuan karier mahasiswa. Pengembangan diri dapat dilakukan dalam berbagai bentuk salah satunya melalui penugasan. Mahasiswa ingin mendapat tanggung jawab untuk mengelola satu divisi ataupun menangani pekerjaan-pekerjaan yang sulit seperti menangani komplain tamu, dan melakukan banyak pekerjaan untuk pengembangan karier mereka.

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Berdasarkan pembahasan diatas, secara deskriptif dapat dilihat bahwa hampir seluruh mahasiswa memilih karier sesuai peminatannya, sedangkan untuk tujuan karier juga hampir seluruh mahasiswa memiliki motivasi untuk menjadi entrepreneur di masa depannya. Mahasiswa juga mengetahui jenis kompetensi baru yang perlu ditingkatkan di setiap tahapan karier mereka, serta telah merencanakan tindakan pengembangan yang dibutuhkan. Hal ini berarti mahasiswa telah memiliki kesiapan kerja, karena membuat perencanaan karier berarti mahasiswa telah melakukan asesmen diri, telah melakukan eksplorasi minat, bakat, kekuatan dan kelemahan diri, kemudian mencari informasi terkait pilihan kariernya sehingga dapat merencanakan tindakan untuk mencapai tujuan kariernya.

Saran

Kampus merupakan wadah bagi mahasiswa untuk belajar sekaligus berkarya. Proses pembelajaran merupakan tahap awal persiapan diri sebelum memasuki dunia kerja. Proses belajar tidak hanya berbentuk perkuliahan di kelas, tetapi juga kegiatan berorganisasi, serta pengabdian kepada masyarakat. Program perencanaan karier sebaiknya dimulai sejak mahasiswa memasuki kampus di semester awal sehingga kampus melalui dosen pembimbing dapat membantu memberikan arahan dan bimbingan agar mahasiswa lebih aktif dan termotivasi untuk melengkapi hard skill yang

Page 59: PENGARUH KEPUASAN KERJA KARYAWAN TERHADAP …

293 J-STP VOL. 5 NO. 3 Oktober 2020

Perencanaan Karier Mahasiswa Program Vokasi Perhotelan

mereka kuasai dengan soft skill yang nanti akan dibutuhkan di dunia kerja, agar menjadi lulusan yang unggul dan mampu bersaing.

DAFTAR PUSTAKA

Dessler, G. (2012). Human Resource Management (13th edition). Pearson Education, Inc.

Hayes, D. K., Ninemeier, J. D. (2009). Human Resource Management in the Hospitality Industry. John Wiley & Sons, Inc.

Lakshmi, P. A. V., Sumaryono. (2018). Kesuksesan Karier Ditinjau dari Persepsi Pengembangan Karier dan Komitmen Karier pada Pekerja Milenial. Gadjah Mada Journal of Psychology, Universitas Gajah Mada.

Latif, A., Yusuf, A. M., Effendi, Z. M. (2017). Hubungan Perencanaan Karier dan Efikasi Diri dengan Kesiapan Kerja Mahasiswa. Jurnal Konselor, Universitas Negeri Padang.

Mathis, R. L., Jackson, J. H. (2008). Human Resource Management (12th edition). Thomson South-Western.

Marwansyah. (2016). Manajemen Sumber Daya Manusia (Edisi kedua). Penerbit Alfabeta.

Noe, R. A. (2010). Employee Training and Development (5th edition). McGraw-Hill/Irwin.

Noe, R. A., Hollenbeck, J. R., Gerhart, B., Wright, P. M. (2016). Fundamentals of Human Resource Management (6th edition). McGraw-Hill Education.

Sugiyono. (2009). Metode Penelitian Bisnis (Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D). Bandung: Penerbit Alfabeta.

Undang-undang Republik Indonesia Nomor 12 Tahun 2012 Tentang Pendidikan Tinggi.

Utomo, W. P. (2019). Indonesia Millenial Report 2019. IDN Research Institute.

m@ya

Page 60: PENGARUH KEPUASAN KERJA KARYAWAN TERHADAP …

RIWAYAT ARTIKELDiterima: 06-05-2020. Dievaluasi: 10-06-2020

Disetujui: 02-09-2020

PENDAHULUAN

Dewasa ini, perkembangan ekonomi semakin berkembang pesat dengan adanya peningkatan bisnis yang bergerak di industri pariwisata. Kepariwisataan Indonesia merupakan penggerak perekonomian nasional yang potensial untuk memacu pertumbuhan perekonomian yang lebih tinggi di masa yang akan datang (Kementrian Pariwisata, 2011). Maka dari itu, pariwisata di Indonesia menjadi salah satu sektor terbesar untuk devisa negara. Pariwisata di Indonesia juga sebagai salah satu sektor terbesar untuk

membantu membuka lapangan kerja baru. Berbagai program pemerintah untuk meningkatkan kinerja kepariwisataan Indonesia sebagai sektor andalan pembangunan nasional juga terus dilakukan.

Pariwisata merupakan salah satu pemanfaatan sumber daya alam yang dapat bernilai ekonomi tinggi bagi suatu daerah yang mengelola sumber daya alam menjadi suatu tempat wisata yang dapat menarik pengunjung baik dari dalam maupun dari luar negeri, disamping bernilai ekonomi yang tinggi dan mampu menyerap tenaga kerja dan mendorong perkembangan investasi, pariwisata dapat menumbuhkan dan meningkatkan rasa bangga terhadap bangsa sehingga akan tumbuh masyarakat yang lebih peduli terhadap suatu bangsa (Asriandy,

PENGARUH STORE ATMOSPHERE TERHADAP MINAT PEMBELIAN DI TORRY COFFEE KALIMALANG JAKARTA

Johannes Kurniawan1*

, Restiar Gustrianda2*

1Akademi Pariwisata Bunda Mulia, 2Universitas Bunda Mulia

*[email protected]

ABSTRACT

Torry Coffee is one of the cafes that provides food and drinks, especially in the coffee sector. Torry Coffee has

been established for more than 15 years. This cafe is also designed to be attractive by using used goods that

cannot be used but is utilized by the owner as an addition to the interior and exterior of this cafe so that it will

create a unique store atmosphere and attract consumers’ buying interest. The purpose of this study was to deter-

mine whether the store atmosphere has an influence on buying interest in Torry Coffee, Kalimalang, Jakarta.

This research is causal - quantitative associative. Data collection techniques using questionnaires, observations,

interviews and literature study. Then the sampling technique used purposive sampling which included non-prob-

ability sampling using 165 respondents and the data processing was obtained from the SPSS (Statistical Package

for The Social Science) program. After conducting research and several tests, the authors get the results that store

atmosphere affects the purchase interest in Torry Coffee. The results of this study use simple linear analysis, store

atmosphere is directly proportional to the purchase interest. In the T test (partial test) a decision can be taken that

there are several dimensions that influence (music, temperature, lighting and appearance or layout) and have no

effect (cleanliness, aroma and color) on purchasing interest in Torry Coffee, Kalimalang, Jakarta. In the F test

(simultaneous test), the results show that the store atmosphere variable simultaneously influences the purchase

interest in Torry Coffee, Kalimalang, Jakarta. The suggestion from this research is that Torry Coffee can im-

prove the quality of store atmosphere so that buying interest also increases.

Key Words: Cafe, Store Atmosphere, Purchase Interest.

Jurnal Sains Terapan PariwisataVol. 5, No. 3, pp. 294-301

©2020 CIPTA, All rights reservedDicetak di Jakarta

J-STP VOL. 5 NO. 3 Oktober 2020

Page 61: PENGARUH KEPUASAN KERJA KARYAWAN TERHADAP …

295 J-STP VOL. 5 NO. 3 Oktober 2020

Pengaruh Store Atmosphere Terhadap Minat Pembelian Di Torry Coffee Kalimalang Jakarta

2016). Oleh karena itu, seiring berjalannya waktu sektor pariwisata pun berdampak bukan hanya untuk perekonomian di Indonesia tetapi juga berdampak untuk sosial, lingkungan dan kebudayaan dari wisata itu sendiri. Hal ini sangat berpengaruh dalam pengembangan pariwisata karena saling terkait menghasilkan barang atau jasa bagi pemenuhan kebutuhan wisatawan. Bahkan bukan hanya peduli dan bangga akan negara sendiri, tetapi juga lebih dapat menghargai adanya perbedaan antar negara yang beraneka ragam dan dapat menerimanya sehingga tumbuh rasa saling menghargai antara masyarakat lokal dan juga Warga Negara Asing (WNA) yang berkunjung ke suatu destinasi di Indonesia. Jadi, Pariwisata dalam negeri harus terus dikembangkan dan diarahkan untuk memupuk rasa cinta tanah air dan bangsa serta menanamkan jiwa, semangat dan nilai-nilai luhur bangsa dalam rangka lebih memperkokoh persatuan dan kesatuan.

Salah satu faktor serta layanan yang dibutuhkan adalah makanan dan minuman. Seiring dengan perkembangan pariwisata, usaha di industri food and beverages juga berkembang pesat. Industri food and beverages kini sangat dinamis karena perkembangan selera dan gaya hidup konsumen. Ada begitu banyak spesialisasi yang dapat dipilih dari sektor ini, mulai dari manufaktur/produksi, penjualan/sales, pemasaran/marketing, ritel, pengembangan produk dan lainnya. Makanan memainkan peranan fungsional dalam hidup kita, namun makanan dapat juga menjadi faktor penting dalam meningkatkan pariwisata dan pembentuk identitas budaya. Maka dari itu, semakin meningkat pula peluang dalam membuka usaha dalam industri food and beverages. Hal ini dapat dilihat dari banyaknya jumlah kafe yang terus bertambah karena industri makanan dan minuman berpotensi tumbuh lebih dari 10 persen pada 2018. Ketua Gabungan Pengusaha Makanan dan Minuman Seluruh Indonesia (GAPMMI), Adhi Lukman, menyampaikan bahwa tahun 2018 adalah industri makanan dan minuman tumbuh lebih dari 10% atau lebih tinggi dari tahun 2017 lalu.

Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto (2018) mengatakan untuk membantu pertumbuhan ekonomi, Indonesia setidaknya harus memiliki 4 juta wirausaha baru karena Indonesia baru memiliki sekitar 3,1 persen wirausaha dari total penduduk. Oleh karena itu, mulai banyak usaha yang muncul salah satunya adalah kafe. Kafe adalah suatu restoran

kecil yang berada di luar hotel. Kafe memiliki pilihan makanan yang sangat terbatas dan tidak menjual minuman yang beralkohol tinggi, tetapi tersedia minuman sejenis bir, soft drink, teh, kopi, rokok, cake, cemilan, dan lain-lain (Budiningsih, 2009).

Salah satu bisnis yang terpengaruh oleh gaya hidup masyarakat adalah bisnis kuliner, dalam menentukan pilihan kuliner, konsumen tentu mempertimbangkan harga dan kualitas pelayanan yang dimiliki oleh restoran. Namun, pada saat ini yang menjadi faktor penting adalah pilihan produk yang ditawarkan, pelayanan yang baik, suasana yang nyaman dan lokasi yang strategis untuk tempat bersantap dan tentu dengan harga terjangkau. Store atmosphere adalah suatu karakteristik fisik yang sangat penting bagi setiap bisnis dan bisa mempengaruhi perasaan atau mood dari para konsumen yang berkunjung sehingga mempengaruhi minat untuk membeli, karena store atmosphere berperan sebagai pencipta suasana yang nyaman sesuai dengan keinginan konsumen dan membuat konsumen ingin berlama-lama berada didalam dan secara tidak langsung merangsang konsumen untuk melakukan pembelian (Purwaningsih, 2011). Sebuah kafe yang memiliki atmosfer yang baik dan elegan, maka kafe tersebut dapat memberikan kesan sosial yang baik dan positif di mata konsumen, dan jika kesan positif dalam benak konsumen berlangsung lama maka kafe tersebut akan menjadi pilihan utama bagi para konsumen.

Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas maka dapat diidentifikasikan permasalahan yang muncul dari penelitian ini ialah:

1. Adanya penurunan minat pembelian di Torry Coffee, Kalimalang, Jakarta yang dipengaruhi oleh store atmosphere.

2. Adanya gangguan dari lingkungan sekitar karena pembangunan jalanan.

Pembatasan Masalah

Penelitian ini akan difokuskan untuk mengetahui pengaruh store atmosphere terhadap minat pembelian di Torry Coffee, Kalimalang, Jakarta

Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah tersebut dapat dirumuskan masalah sebagai berikut:

Page 62: PENGARUH KEPUASAN KERJA KARYAWAN TERHADAP …

J-STP VOL. 5 NO. 3 Oktober 2020 296

Johannes Kurniawan dan Restiar Gustrianda

1. Apakah Store Atmosphere berpengaruh terhadap minat pembelian di Torry Coffee, Kalimalang, Jakarta?

2. Apakah dimensi Kebersihan (Cleanliness), Musik (Music), Aroma (Scent), Suhu (Temperature), Pencahayaan (Lighting), Warna (Color), Tampilan atau Tata letak (Display atau Layout) berpengaruh terhadap minat pembelian di Torry Coffee, Kalimalang, Jakarta?

TINJAUAN PUSTAKA

Elemen juga termasuk faktor penting yang berguna untuk mendukung dalam menciptakan store atmosphere yang nyaman untuk pelanggan. Hussain dan Ali (2015), mengemukakan bahwa elemen store atmosphere ini meliputi:

Kebersihan (Cleanliness)

Kebersihan adalah munculnya jaringan yang meningkatkan store atmosphere yang mempengaruhi pelanggan menuju kafe. Pelanggan menciptakan kata positif atau negatif dari mulut tentang gerai kafe dengan melihat kebersihan. (Banat dan Wandebori, 2012) dalam penelitian Hussain dan Ali (2015))). Kebersihan kafe menciptakan kesan positif di kalangan pelanggan dan membuat mereka tinggal lebih lama di kafe.

Musik (Music)

Musik dapat didefinisikan sebagai suara yang menyenangkan membuat keputusan pelanggan sadar dan membuat dampak pelanggan pada niat pembelian (Banat dan Wandebori, 2012) dalam penelitian Hussain dan Ali (2015))).

Aroma (Scent)

Scent adalah aroma yang menyenangkan yang mempengaruhi suasana hati pelanggan dan emosi yang membuat pelanggan tetap meluangkan banyak waktu dan merasa bersemangat berada di kafe (Banat dan Wandebori, 2012) dalam penelitian Hussain dan Ali (2015))).

Suhu (Temperature)

Suhu adalah variabel store atmosphere yang sangat mempengaruhi niat beli pelanggan. Suhu yang sangat rendah atau sangat tinggi menciptakan perasaan negatif antara pelanggan, itu menyebabkan

ketidakpuasan di antara pelanggan dan akibatnya pelanggan menghabiskan lebih sedikit waktu di kafe dan menghasilkan kata negatif dari mulut (Lam, 2001) dalam penelitian Hussain dan Ali (2015))).

Pencahayaan (Lighting)

Tujuan utama menggunakan pencahayaan terang di kafe adalah untuk menarik perhatian pelanggan sehingga mereka mulai melakukan pembelian dari outlet karena kenyamanan mereka. Ini menciptakan kegembiraan dan memiliki dampak positif pada perilaku pembelian konsumen (Mehrabian dan Albert, 1976) dalam penelitian Hussain dan Ali (2015). Ketika pencahayaan yang digunakan adalah warna yang baik, konsumen cenderung untuk menyentuh produk untuk dan menilai kualitas (Areni dan Kim, 1994) dalam penelitian Hussain dan Ali (2015))).

Warna (Color)

Warna membangun perasaan dan mempengaruhi sikap dan perilaku konsumen (Banat dan Wandebori, 2012) dalam penelitian Hussain dan Ali, 2015))).

Tampilan atau Tata Letak (Display atau Layout)

Produk di kafe harus ditampilkan sedemikian rupa yang menarik konsumen. Display product di kafe adalah stimulus untuk menarik konsumen untuk membuat minat pembelian (Abratt, Russell, Goodey, dan Stephen, 1990) dalam penelitian Hussain dan Ali (2015). Tata letak didefinisikan sebagai divisi penjualan wilayah, ruang dimanfaatkan dan penataan produk (Banat dan Wandebori, 2012) dalam penelitian Hussain dan Ali (2015).

Aspek Minat Pembelian

Terdapat aspek - aspek minat beli menurut Ferdinand (2002) dalam Wicaksono (2015) sebagai berikut:

y Minat Transaksional y Kecenderungan konsumen untuk membeli suatu

produk barang atau jasa. y Minat Refrensial y Kecenderungan konsumen untuk menyarankan

atau merekomendasikan produk yang ia gunakan kepada orang – orang terdekatnya.

y Minat Prefensial

Minat yang menggambarkan perilaku seseorang yang memiliki preferensi utama pada suatu produk.

Page 63: PENGARUH KEPUASAN KERJA KARYAWAN TERHADAP …

297 J-STP VOL. 5 NO. 3 Oktober 2020

Pengaruh Store Atmosphere Terhadap Minat Pembelian Di Torry Coffee Kalimalang Jakarta

Apabila produk preferensinya sudah tidak ada lagi maka orang tersebut baru akan menggantinya.

Minat Eksploratif

Minat yang menggambarkan perilaku seseorang untuk selalu mencari tahu tentang informasi produk atau jasa yang ia minati.

METODE

Gambaran Umum Subjek dan Objek Penelitian

Subjek Penelitian

Subjek penelitian adalah memberi batasan subjek penelitian sebagai benda, hal atau orang tempat data untuk variabel penelitian melekat, dan yang di permasalahkan (Arikunto, 2016).

Objek Penelitian

Adapun Sugiyono (2017) menjelaskan pengertian objek penelitian adalah “ sasaran ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu tentang sesuatu hal objektif, valid dan reliable tentang suatu hal (variabel tertentu)”.

Berdasarkan pengertian objek penelitian di atas maka objek pada penelitian ini adalah minat pembelian (Y).

Metode Pengumpulan Data

Jenis Penelitian

Menentukan jenis penelitian merupakan hal yang penting dalam membuat sebuah penelitian. Hal ini dilakukan agar dapat mengetahui secara tepat bagaimana gambaran dari masalah yang ada dan bagaimana langkah – langkah dalam mengatasi masalah tersebut.

Dalam penelitian ini, penulis menggunakan jenis penelitian asosiatif kausal dan metode kuantitatif. Penelitian asosiatif kausal adalah penelitian yang mencari hubungan atau pengaruh sebab - akibat yaitu hubungan variabel bebas (X) terhadap variabel terikat (Y) (Sugiyono, 2009). Metode penelitian kuantitatif dapat diartikan sebagai metode penelitian yang berlandaskan pada filsafat positivisme, digunakan untuk meneliti pada populasi atau sampel tertentu, pengumpulan data menggunakan instrumen penelitian, analisis data bersifat kuantitatif/statistik dengan tujuan untuk menguji hipotesis yang ditetapkan (Sugiyono, 2013).

Maka penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Pengaruh Store Atmosphere Terhadap Minat Pembelian di Torry Coffee, Kalimalang, Jakarta

Populasi dan Sampel

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek/subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2015). Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh konsumen yang pernah membeli di Torry Coffee, Kalimalang, Jakarta.

Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi (Sugiyono, 2015). Dalam pemilihan sampel terdapat teknik sampling untuk menentukan sampel mana yang akan digunakan dalam penelitian.

Sampel dari penelitian ini adalah konsumen sudah berkunjung ke Torry Coffee. Menurut Hair (2011) bahwa jumlah sampel sebagai responden adalah 5 kali dari jumlah pertanyaan yang terdapat dalam kuesioner. Total pertanyaan dalam penelitian ini adalah 33 pernyataan sehingga minimal ukuran sampel penelitian ini adalah 33 x 5 = 165 responden.

Pada dasarnya metode pengambilan sampel dapat dikelompokkan menjadi dua bagian, yaitu sampel probabilitas (probability sampling) dan sampel nonprobabilitas (nonprobability sampling) (Siregar, 2013).

Dalam penelitian ini, penulis menggunakan teknik Non-Probability Sampling dengan Purposive

Sampling. Purposive Sampling adalah pemilihan sampel berdasarkan pertimbangan tertentu atau seleksi khusus (Siyoto & Sodik, 2015).

Analisis Regresi Linear Sederhana

Salah satu alat yang dapat digunakan dalam memprediksi permintaan di masa akan datang berdasarkan data masa lalu atau untuk mengetahui pengaruh satu variabel bebas terhadap satu variabel tak bebas adalah menggunakan regresi linier. Regresi linier di bagi kedalam dua kategori yaitu, regresi sederhana dan linier berganda (Siregar, 2013). Didasarkan pada hubungan fungsional ataupun kausal satu variabel independen dengan satu variabel dependen (Sugiyono, 2015).

Dalam penelitian ini, penulis menggunakan analisis regresi sederhana karena hanya untuk satu variabel bebas dan variabel tak bebas. Berikut adalah

Page 64: PENGARUH KEPUASAN KERJA KARYAWAN TERHADAP …

J-STP VOL. 5 NO. 3 Oktober 2020 298

Johannes Kurniawan dan Restiar Gustrianda

rumus regresi linier sederhana menurut Siregar (2013):

Y = a + Bx

Dimana:

Y = Minat Pembelian

a = Konstanta

b = Koefisien Regresi untuk Minat Pembelian

X = Faktor Pengambilan Keputusan

HASIL DAN PEMBAHASAN

Identitas Responden

Pada bab ini penulis akan menjelaskan hasil dari kuesioner yang telah disebarkan. Kuesioner yang telah disebarkan sejumlah 165 responden kepada konsumen yang pernah datang ke Torry Coffee. Berikut data – data yang diolah oleh penulis mengenai data – data responden:

Jenis Kelamin

Jenis kelamin responden diklasifikasikan menjadi pria dan wanita (Suwena dan Widyatmaja, 2017). Berikut adalah tabel dan gambar hasil dari kuesioner yang telah disebarkan:

Tabel 1. Jenis Kelamin Responden

Jenis Kelamin Frekuensi Presentase (%)

Pria 52 31,9%Wanita 113 68,1%Total 165 100%

Sumber: Data diolah oleh penulis (2019)

Berdasarkan tabel diatas menunjukkan bahwa konsumen di Torry Coffee berjenis kelamin wanita sebanyak 113 responden (68,1%) dan yang berjenis kelamin pria sebanyak 52 responden (31,5%). Berdasarkan kuesioner yang disebarkan oleh penulis pada periode bulan April 2019, bahwa 68,1% responden Torry Coffee berjenis kelamin wanita karena menurut interview dengan owner bahwa promosi di Torry Coffee hanya menggunakan media

social instagram pribadi milik owner yang memiliki followers kebanyakan berjenis kelamin wanita

Usia

Sesuai dengan aturan Undang – Undang RI No. 10 tahun 2008 tentang pemilihan umum anggota Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah pasal 19 ayat (1), yang menyatakan bahwa Warga Negara Indonesia yang pada hari pemungutan suara telah genap berumur 17 tahun atau lebih atau sudah pernah kawin mempunyai hak memilih. Dengan demikian berarti seseorang yang sudah berumur 17 tahun sudah memiliki sikap bertanggung jawab dan mengambil keputusan atau suatu pilihan dengan tepat. Berikut adalah tabel dan gambar hasil dari kuesioner yang telah disebarkan:

Tabel 2. Usia Responden

Umur Frekuensi Persentase (%)

≥ 17 – 31 Tahun 150 90,9%> 31 - 45 Tahun 10 6%> 45 - 59 Tahun 4 2,4%> 59 Tahun 1 0,6%Total 165 100%

Sumber: Data diolah oleh penulis (2019)

Berdasarkan tabel dan gambar diatas, konsumen Torry Coffee berumur ≥ 17 – 31 tahun sebanyak 150 responden (90,9%), berumur > 31 – 45 tahun sebanyak 10 responden (6%), > 45 – 59 tahun sebanyak 4 responden (2,4%) dan > 59 tahun sebanyak 1 responden (0,6%). Berdasarkan kuesioner yang disebarkan pada periode bulan April 2019 bahwa 90,9% responden Torry Coffee berusia ≥ 17 – 31 tahun karena memanfaatkan kafe sebagai tempat untuk berkumpul, baik sendiri maupun dengan teman. Selain itu karena pada rentang usia tersebut merupakan usia produktif yang banyak digunakan konsumen untuk melakukan aktivitas di luar rumah (Badan Pusat Statistik, 2019).

Pendidikan

Menurut Suwena dan Widyatmaja (2017), pendidikan terakhir responden diklasifikasikan menjadi:

Tabel 3. Pendidikan Responden

Pendidikan Frekuensi Presentase (%)

SMA/Sederajat 87 52,73%Diploma 16 9,70%Sarjana (S1) 53 32,12%Pasca Sarjana (S2, S3) 7 4,24%

Page 65: PENGARUH KEPUASAN KERJA KARYAWAN TERHADAP …

299 J-STP VOL. 5 NO. 3 Oktober 2020

Pengaruh Store Atmosphere Terhadap Minat Pembelian Di Torry Coffee Kalimalang Jakarta

Total 165 100%Sumber: Data diolah oleh penulis (2019)

Berdasarkan tabel diatas bahwa konsumen Torry Coffee dengan pendidikan terakhir SMA/Sederajat sebanyak 87 responden (52,73%), dengan pendidikan terakhir Diploma sebanyak 16 responden (9,70%), dengan pendidikan terakhir Sarjana (S1) sebanyak 53 responden (32,12%), dengan pendidikan terakhir Pasca Sarjana (S2, S3) sebanyak 7 responden (4,24%) dan lainnya sebanyak 2 responden (1,21%). Berdasarkan kuesioner yang disebarkan pada periode bulan April 2019, bahwa 52,73% responden Torry Coffee adalah dengan pendidikan terakhir SMA/Sederajat karena terdapat beberapa SMA di sekitar Torry Coffee

Pekerjaan

Tabel 4. Pekerjaan responden

Pekerjaan Frekuensi Presentase (%)

Pelajar/Mahasiswa 96 58,18%Pegawai Negeri Sipil 3 1,82%Wiraswasta 17 10,30%Pegawai Swasta 42 25,45%Lainnya 7 4,24%Total 165 100%

Sumber: Data diolah oleh penulis (2019).

Berdasarkan tabel dan gambar diatas bahwa konsumen Torry Coffee yang berprofesi sebagai pelajar/Mahasiswa sebanyak 96 responden (58,18%), yang berprofesi sebagai Pegawai Negeri Sipil sebanyak 3 responden (1,82%), yang berprofesi sebagai Wiraswasta sebanyak 17 responden (10,30%), yang berprofesi sebagai Pegawai Swasta sebanyak 42 responden (25,45%), dan lainnya sebanyak 7 responden (4,24%). Berdasarkan kuesioner yang disebarkan pada periode bulan April, tahun 2019, bahwa 58,18% responden Torry Coffee adalah berprofesi sebagai pelajar / mahasiswa karena profesi tersebut berada di tahap membutuhkan tempat yang nyaman untuk berkumpul dan juga Torry Coffee memiliki fasilitas seperti Wifi yang cukup dibutuhkan oleh pelajar / mahasiswa.

Pendapatan

Badan Pusat Statistik (2013) menggolongkan pendapatan penduduk menjadi empat golongan yaitu;

y Golongan pendapatan rendah adalah apabila pendapatan rata-rata masyarakat Rp 1.500.000,00 perbulan.

y Golongan pendapatan sedang adalah apabila pendapatan rata-rata masyarakat antara Rp 1.500.000 s.d Rp 2.500.000,00 perbulan.

y Golongan pendapatan tinggi adalah apabila pendapatan rata-rata masyarakat antara Rp 2.500.000,00 s.d. Rp 3.500.000,00 perbulan.

y Golongan pendapatan sangat tinggi adalah apabila pendapatan rata - rata masyarakat lebih dari Rp 3.500.000,00 perbulan

Tabel 5. Pendapatan per Bulan

Pendapatan Frekuensi (%)

<Rp 1.500.000 52 31,51%

≥Rp 1.500.000 – Rp 2.500.000 29 17,57%

≥Rp 2.500.000 – Rp 3.500.000 18 10.91%

>Rp 3.500.000 66 40%

Total 165 100% Sumber: Data diolah oleh penulis (2019)

Berdasarkan tabel dan gambar diatas bahwa konsumen Torry Coffee yang memiliki pendapatan sebesar < Rp 1.500.000 sebanyak 52 responden (31,51%), yang memiliki pendapatan sebesar ≥ Rp 1.500.000 – Rp 2.500.000 sebanyak 29 responden (17,57%), yang memiliki pendapatan sebesar ≥ Rp 2.500.000 – Rp 3.500.000 sebanyak 18 responden (10.91%) dan yang memiliki pendapatan sebesar > Rp 3.500.000 sebanyak 66 responden (40%). Berdasarkan kuesioner yang disebarkan pada periode bulan April, tahun 2019, bahwa 40% responden Torry Coffee memiliki pendapatan perbulan sebesar > Rp 3.500.000 karena Peraturan Gubernur Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta Nomor 114 Pasal 1 Tahun 2018 tanggal 1 November 2018 tentang Upah Minimum Provinsi Tahun 2019 menetapkan bahwa Upah Minimum Provinsi Tahun 2019 di Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta Sebesar Rp 3.940.973,096 (tiga juta sembilan ratus empat puluh ribu sembilan ratus

Page 66: PENGARUH KEPUASAN KERJA KARYAWAN TERHADAP …

J-STP VOL. 5 NO. 3 Oktober 2020 300

Johannes Kurniawan dan Restiar Gustrianda

tujuh puluh tiga rupiah nol sembilan enam sen) per bulan (Jaringan Dokumentasi & Informasi Hukum DKI Jakarta, 2018).

Tabel 6. Hasil Uji Analisis Linear Sederhana

Coefficientsa

Unstandardized CoefficientsStandar-

dized

Coeffi-

cients

Beta

t Sig.

B Std. Error

1 (Constant) ,153 1,985 ,077 ,939

StoreAtmosphere ,480 ,028 ,807 17,421 ,000

Dependent Variable: Minat PembelianSumber: Data diolah oleh penulis (2019)

Berdasarkan tabel coefficients, dapat disusun persamaan analisis regresi sederhana sebagai berikut:

Y = 0,153 + 0,480x

Berdasarkan persamaan diatas, diketahui nilai konstantanya sebesar 0,153, secara matematis nilai konstanta ini menyatakan bahwa pada saat minat pembelian 0, maka keputusan pembelian memiliki nilai 0,153.

Selanjutnya nilai positif 0,480 yang terdapat pada koefisien regresi variabel bebas (store atmosphere) dengan variabel terikat (minat pembelian) adalah searah, dimana setiap kenaikan 1% nilai store atmosphere, maka nilai minat pembelian bertambah 0,480

Koefisien regresi tersebut bernilai positif, sehingga dapat dikatakan bahwa arah pengaruh variabel X terhadap Y adalah positif.

KESIMPULAN

Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang bertujuan untuk mengetahui pengaruh store atmosphere terhadap minat pembelian di Torry Coffee, Kalimalang, Jakarta ini dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:a. Melalui uji t, diketahui dimensi store atmosphere

yang secara parsial terdapat empat yang berpen-garuh yaitu dimensi musik, suhu, pencahayaan dan tampilan atau tata letak.

b. Sementara tiga indikator lain yang tidak berpen-garuh, yaitu kebersihan, aroma dan warna. Hal ini disebabkan karena konsumen tidak mementing-kan dari keempat indikator diatas. Sehingga dapat dinyatakan bahwa empat indikator ini tidak mem-pengaruhi minat pembelian para konsumen.

c. Berdasarkan pengujian secara simultan diperoleh nilai F hitung lebih besar dari F tabel, dan nilai sig-nifikansi dari uji F yaitu 0,000 lebih kecil dari taraf nyata (α) yaitu 0,05 yang menunjukkan bahwa ada pengaruh yang signifikan dari store atmosphere terhadap minat pembelian di Torry Coffee.

Saran

a. Dalam dimensi musik, dengan memberikan musik yang disesuaikan dengan suasana kafe dan juga dengan standar volume yang tidak mengganggu kenyamanan konsumen.

b. Dalam dimensi pencahayaan, dengan menambah-kan pencahayaan disetiap ruangan dan juga war-na pencahayaan yang digunakan diharapkan tidak mengganggu penglihatan, seperti mengganti war-na pencahayaan menjadi putih atau mengurangi pencahayaan yang berwarna kuning.

c. Dalam dimensi tampilan dan tata letak, dengan memperhatikan tampilan informasi mengenai Torry Coffee yang dibuat menarik, seperti tampi-lan informasi menu yang ada.

DAFTAR PUSTAKA

Bailey, Garrick, et al. (1999). Introduction to Cultural Anthropology. Belmont, CA:

Thomson Wadsworth.

Suwahyono, Nurasih dkk. (2004). Pedoman Penampilan Majalah Ilmiah Indonesia. Jakarta: Pusat Dokumentasi dan Informasi Ilmiah, LIPI.

Hussain, Riaz and Ali, & Mazhar. (2015). Effect of Store Atmosphere on Consumer Purchase Intention. International Journal of Marketing Studies, Vol. 7, No.2.

Kemenpar. (2011, juni 14). Kemenpar. Dipetik december 5, 2018, dari Kemenpar:

h t t p : / / w w w . k e m e n p a r . g o . i d / a s p / d e t i l .asp?c=100&id=1037.

Keller, K. (2012). Manajemen Pemasaran Edisi 12. Jakarta: Erlangga. Kotler. (2000). Manajemen Pemasaran. Jakarta: PT. Prenhallindo.

Page 67: PENGARUH KEPUASAN KERJA KARYAWAN TERHADAP …

301 J-STP VOL. 5 NO. 3 Oktober 2020

Pengaruh Store Atmosphere Terhadap Minat Pembelian Di Torry Coffee Kalimalang Jakarta

Kotler, & Amstrong. (2009). Prinsip-Prinsip Pemasaran (12 ed.). (B. Sabran, Trans.) Jakarta: Erlangga.

Kotler, P. (2005). Manajemen Pemasaran. Jilid 1 dan 2. Jakarta: PT Indeks Kelompok Gramedia.

Kotler, P. T., Bowen, J. T., & Makens, J. (2014). Marketing for Hospitality and Tourism (Sixth Edition ed.). London: Pearson Education Limited.

Kusmayadi dan Endar Sugiarto, (2000). Metodologi Penelitian dalam Bidang Kepariwisataan. Jakarta. Gramedia Pustaka Utama.

Sugiyono. (2009). Metode Penelitian Bisnis (Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta.

Kusmayadi. (2004). Statistika Pariwisata Deskriptif. Jakarta. Gramedia Pustaka Utama.

Sugiyono. (2010). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta.

Sugiyono. (2012). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta.

Sugiyono. (2013). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta.

Sugiyono. (2015). Statistika Untuk Penelitian (Cetakan ke-26). Bandung: Alfabeta.

Sugiyono. (2017). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung: CV Alfabeta.

Susenas Jatim. (2013). Retrieved from Badan Pusat Statistik.

Wicaksono, S. (2015). Pengaruh Merek dan Desain terhadap Minat Beli Konsumen. Universitas Negeri Semarang, 13-14

m@ya

Page 68: PENGARUH KEPUASAN KERJA KARYAWAN TERHADAP …

RIWAYAT ARTIKELDiterima: 07-06-2020. Dievaluasi: 26-06-2020

Disetujui: 02-08-2020

PENDAHULUAN

Keraton Surakarta terletak di Kota Solo, Jawa Tengah. Diberi nama Surakarta yang merupakan kebalikan dari Kartasura. Keraton Surakarta didirikan oleh Susuhan Paku Buwono II pada tahun 1744 dibangun untuk menggantikan Keraton Kartasura yang porak-poranda akibat perang Geger Pecinan 1742. Keraton Surakarta sampai saat ini masih berfungsi sebagai tempat tinggal anggota Keraton dan keluarganya yang masih menjalankan

tradisi dan adat istiadat hingga saat ini. Terkhusus tradisi konsumsi kuliner tradisional khas Keraton.

Menurut Soerjoatmodjo (2019) mengungkapkan kuliner tradisional khas Keraton berbeda dengan kuliner tradisional Surakarta atau Solo yang diketahui masyarakat selama ini seperti Bakmi Jawa, Sate Buntel dan lainnya yang sebenarnya bukanlah kuliner khas Keraton. Kuliner khas Keraton berbasis beras dan sayur-sayuran, tidak banyak penggunaan bahan baku pangan daging. Seringkali hanya ayam kampung atau sesekali daging kerbau dan daging bebek. Kuliner Belanda banyak mempengaruhi kuliner Solo, terutama pada hidangan Keraton. Kota Solo sendiri memiliki dua istana raja yakni Keraton Surakarta dan Pura Mangkunegaran. Keluarga

POTENSI KULINER TRADISIONAL KHAS KERATON SURAKARTA, SOLO, JAWA TENGAH

Agustina Mellyani 1

, Dewi Ayu Kusumaningrum 2

1Politeknik Sahid, 2Politeknik Sahid*e-mail : [email protected]

ABSTRACT

Traditional Keraton cuisine is generally based on rice and vegetables, not much use of meat as raw material.

Dutch culinary has influenced the typical culinary delights of the Palace. The special culinary delights of the

Keraton are still consumed by the Keraton family to this day and are displayed at ancestral offerings, religious

events, ascending ceremonies, which always serve food offerings and food for members of the palace, as well as

guests who come. This has the potential to develop the Keraton’s culinary delights into the culinary delights of

the general public in Solo. Solo City itself has a culinary night spot called Gladag Langen Bogan (Galabo). The

problem raised in this research is the culinary specialties of the Surakarta Palace which are not yet widely known.

The research objective was to identify various traditional Keraton culinary delights that could become potential

culinary developments in Solo. The descriptive qualitative research method with the speakers is the family of

the Keraton Surakarta, the servants of the Keraton Surakarta, the head of the Keraton kitchen, tourists, the

Tourism Office and the owner of the traditional food business of the Keraton Surakarta. Sources of data obtained

directly from the research location through interviews, observation, and documentation. The traditional culinary

specialties of Keraton Surakarta are Stupp Macaroni, Timlo Solo, Gereh Fish Vegetable, Bestik, Nasi Jemblung,

Londoh Pindang Rice, Bestik Galatin, Solo Strait, Tengkleng, Gudeg, Nasi Liwet, Semar Mendem, Solo Sausage,

Es Dawet Selasih, Es Puter Java, Jamu and Serabi Solo. The culinary specialties of the Surakarta Palace such as

Stupp Macaroni, Gereh Fish Vegetable, Solo Sausage, Gudeg and Es Puter Jawa cannot be found or traded in the

area around the Surakarta Palace. This is possible due to the lack of innovation in the preparation, presentation

of culinary delights and also the lack of introduction to the typical culinary delights of the Surakarta Palace.

Keywords: Potential, Culinary, Traditional, Keraton Surakarta

Jurnal Sains Terapan PariwisataVol. 5, No. 3, pp. 302-312

©2020 CIPTA, All rights reservedDicetak di Jakarta

J-STP VOL. 5 NO. 3 Oktober 2020

Page 69: PENGARUH KEPUASAN KERJA KARYAWAN TERHADAP …

303 J-STP VOL. 5 NO. 3 Oktober 2020

Potensi Kuliner Tradisional Khas Keraton Surakarta, Solo, Jawa Tengah

Keraton memiliki hubungan baik dengan negara Eropa, termasuk Belanda. Karenanya hidangan Belanda jadi salah satu menu sajian Keraton untuk menjamu tamu pada masa itu. Salah satu makanan Keraton Surakarta yang terpengaruh oleh Belanda adalah Selat Solo, Bistik Galantin dan Nasi Jemblung.

Pemerhati budaya Keraton Surakarta mengatakan bahwa kekayaan ragam kuliner Solo muncul karena kesuburan tanah yang membuat hasil bumi melimpah. Kondisi ini yang membuat masyarakat mencoba membuat kreasi makanan baru. Masyarakat Solo bahkan mengenal kreasi kuliner sebelum Industri gula tebu berkembang di sana. Saat perpindahan Keraton dari Kartasura menuju Solo tahun 1745, 17 macam jenang diarak dalam kegiatan Boyong Kedhaton. Saat itu, mereka mengandalkan gula kelapa untuk pemanis makanan.Kemudian, setelah bisnis perkebunan gula tebu dan kopi berkembang di Hindia Belanda pada 1830, kelas priyayi bangsawan Kota Bengawan ini semakin mengembangkan hobi kulinernya untuk mendongkrak perekonomian masyarakat.

Potensi kuliner tradisional Keraton Surakarta cukup banyak yang bisa dikembangkan menjadi kuliner masyarakat secara umum. Berdasarkan observasi lapangan yang dilakukan penulis langsung, kuliner khas Keraton masih dikonsumsi keluarga Keraton sampai saat ini dan beberapa diantaranya yang sudah diperkenalkan kepada masayarakat Solo dan dijajakan di sekitar area Keraton. Budaya Keraton yang sering mengadakan acara-acara persembahan leluhur, acara keagamaan, acara naik tahta, yang selalu menyajikan makakan sesaji dan makanan bagi anggota keraton, serta tamu yang datang. Memiliki budaya kuliner khas acara tersebut sebagai contoh selasa kliwon untuk acara persembahan leluhur menyajikan sego golong. Menu ini sangat erat dalam tradisi kuliner masyarakat Jawa yang secara umum punya filosofi atau makna bersatu. Namun cukup banyak jenis kuliner khas Keraton lain yang belum dikenal masyarakat Solo secara luas.

Hal ini dapat menjadi potensi pengembangan kuliner khas Keraton menjadi kuliner masyarakat umum kota Solo. Kota Solo sendiri memiliki tempat wisata kuliner malam yang disebut Gladag Langen Bogan (Galabo). Galabo terletak di Kedung Lumbu, Kec. Ps. Kliwon, Kota Solo, Jawa Tengah. Galabo sudah ada sejak tahun 2008 merupakan tempat kuliner yang menyajikan berbagai kuliner

khas Solo termasuk hanya beberapa kuliner khas Keraton. Berdasarkan latar belakang tersebut, maka penelitian ini berjudul “Potensi Kuliner Tradisional Khas Keraton Surakarta, Solo, Jawa Tengah”. Permasalahan yang diangkat dalam penelitian adalah kuliner khas Keraton Surakaarta yang belum dikenal luas, saat ini hanya dikonsumsi oleh anggota Keraton. Tujuan penelitian adalah mengidentifikasi berbagai kuliner tradisional khas Keraton yang dapat menjadi potensi pengembangan kuliner daerah Solo secara meluas.

TINJAUAN PUSTAKA

Potensi menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) merupakan kemampuan yang mempunyai kemungkinan untuk dikembangkan. Potensi adalah kekuatan yang luar biasa yang belum dimanfaatkan atau dikembangkan secara maksimal. Kuliner menurut Gerardiansyah et al (2017) adalah hal yang tidak bisa dipisahkan dalam tatanan kehidupan manusia, semua manusia membutuhkan makan dan minum. Penggunaan kata atau istilah kuliner pun bisa bermacam–macam, sebut saja kegiatan, seperti seni kuliner yaitu seni persiapan, memasak dan penyajian makanan, biasanya dalam bentuk makanan.Kuliner adalah suatu bagian hidup yang erat kaitannya dengan konsumsi makanan sehari-hari Kuliner adalah sesuatu yang berhubungan dengan makanan dan minuman yang biasa dikonsumsi yang mana tidak dapat terpisahkan dari dapur tempat makanan dan minuman itu diolah. Makanan tradisional atau kuliner lokal menurut Guerrero (2009) dalam Tyas (2017) merupakan produk makanan yang sering dikonsumsi oleh suatu kelompok masyarakat atau dihidangkan dalam perayaan dan waktu tertentu, diwariskan dari generasi ke generasi, dibuat sesuai dengan resep secara turun-temurun, dibuat tanpa atau dengan sedikit rekayasa, dan memiliki karakteristik tertentu yang membedakannya dengan kuliner daerah lain.

Kemenperin mencatat sektor makanan dan minuman memiliki nilai investasi pada 2018 senilai Rp56,20 triliun. Pada proyeksi pertumbuhan nonmigas 2019, sektor industri makanan dan minuman diproyeksikan akan tumbuh tinggi sebesar 9,86%. Adapun di Industri Kecil dan Menengah (IKM), sektor makanan minuman menjadi penyumbang terbesar PDB bila dibandingkan dengan perusahaan besar. Pada 2017, IKM makanan

Page 70: PENGARUH KEPUASAN KERJA KARYAWAN TERHADAP …

J-STP VOL. 5 NO. 3 Oktober 2020 304

Agustina Mellyani dan Dewi Ayu Kusumaningrum

dan minuman menyumbang 40% PDB sektor IKM secara keseluruhan. Dan untuk tenaga kerja yang diserap diserap mencapai 42,5% dari total jumlah pekerja di semua sektor IKM. Dari data di atas dapat di katakan IKM makanan dan minuman berhasil menjadi potensi wisata di Indonesia (https://economy.okezone.com, 2019). Keraton Surakarta, Taman Balakembangan dan Pura Mangkunegaran menjadi objek wisata sejarah yang ditonjolkan di kota Solo. Berdasarkan data jumlah wisatawan Domestik dan Mancanegaran ke Kota Solo, terjadi peningkatan signifikan ditiap tahunnya. Dengan meningkatnya jumlah wisatawan ke kota Solo menunjukan Kota Solo memiliki keungggulan baik wisata sejarah, wisata budaya yang didukung sumber daya alam yang mumpuni. Tanah dan iklim di Kota Solo yang mendukung pariwisata dan kuliner. Tanah di kota Solo bersifat pasiran dengan komposisi mineral muda yang tinggi sebagai akibat aktivitas vulkanik Merapi dan Lawu. Komposisi ini, ditambah dengan ketersediaan air yang cukup melimpah, menyebabkan dataran rendah ini sangat baik untuk budidaya tanaman pangan, sayuran, buah buahan, dengan produksi tertinggi adalah buah mangga. Namun, sejak 20 tahun terakhir industri manufaktur dan pariwisata berkembang pesat sehingga banyak terjadi perubahan peruntukan lahan untuk kegiatan industri dan perumahan penduduk.

METODE PENELITIAN

Pada penelitian ini penulis menggunakan metode penelitian deskriptif kualitatif. Alasan mengapa peneliti menggunakan metode penelitian Kualitatif adalah karena metode Kualitatif dianggap paling tepat untuk mengeksplorasi, menggambarkan dan menjelaskan penelitian tentang potensi kuliner Tradisional khas Keraton Surakarta.

Teknik pengambilan sampel atau narasumber dalam penelitian adalah Purposive sampling. Menurut peneliti teknik Purposive sampling merupakan teknik yang paling tepat untuk penelitian ini. Karena sesuai dengan pengertian dan judul dari yang diteliti oleh peneliti mengenai potensi kuliner tradisional khas Keraton Surakarta. Narasumber dalam penelitian adalah pihak keluarga Keraton Surakarta yaitu Bandoro Raden Mas (BRM) I Prabu Wasistho yang merupakan anak dari Gusti Raden Ayu (GRAy) Koes Ismaniyah, putri ke 32 dari 35 putra putri Paku Buwono XII, Bapak Anto selaku

abdi dalem Keraton Surakarta, Ibu Gondoroso selaku ketua dari dapur atau Pawon Gondorosan, Ibu Nyai Soko Langgi selaku wakil dari Ibu Gondoroso, wisatawan, Dinas Pariwisata serta pemilik usaha makanan tradisional Keraton Surakarta.

Sumber data dalam penelitian ini yaitu data primer yang diperoleh secara langsung dari lokasi penelitian melalui wawancara dengan narasumber dan melalui observasi atau pengamatan langsung terhadap obyek penelitian. Melalui interaksi dengan subyek lewat wawancara dan observasi pada latar dimana fenomena berlangsung. Data sekunder yang diperoleh berdasarkan acuan atau literatur yang berhubungan dengan masalah penelitian dari berbagai sumber antara lain laporan-laporan, arsip, dokumen, serta dari berbagai perpustakaan yang relevan.

Metode Analisis Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode analisis data desktiptif kualitatif. Tahapan analisis yaitu mengorganisasikan data, melilah-milahnya menjadi satuan yang dapat dikelola, mensistensikannya, mencari dan menemukan pola, menemukan apa yang penting, dan memutuskan apa yang dapat diceritakan kepada orang lain. Penulis harus mengumpulkan dan menyusun data-data yang sudah dikumpulkan melalui hasil wawancara, catatan selama dilapangan dan sumber lain sehingga data atau informasi yang sudah didapat akan tersampaikan dan dipahami dengan baik oleh peneliti dan orang lain.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Sejarah Keraton Surakarta

Keraton Surakarta merupakan salah satu Keraton yang ada di pulau Jawa. Keraton Surakarta tepatnya berada di Baluwarti, Kecamatan Pasar Kliwon, Kota Solo, Jawa Tengah 57144. Awal mula Keraton Surakarta didirikan adalah karena pada tahun 1742, terjadi upaya perlawanan terhadap Keraton Kartasura yang dipimpin oleh Raden Mas Garendi atau Sunan Kuning yang dikenal sebagai “Geger Pecinan”. Disebut “Sunan Kuning” karena Mas Garendi memimpin orang-orang Cina yang berkulit kuning yang memberontak yang menyebabkan hancurnya Keraton Kartasura. Paku Buwono II sekembalinya dari pengungsian di Ponorogo, Jawa Timur berhasil merebut kembali Keraton Kartasura dari para pemberontak, yang dipimpin Sunan

Page 71: PENGARUH KEPUASAN KERJA KARYAWAN TERHADAP …

305 J-STP VOL. 5 NO. 3 Oktober 2020

Potensi Kuliner Tradisional Khas Keraton Surakarta, Solo, Jawa Tengah

Kuning. Ketika itu Keraton dalam keadaan rusak dan dinilai tidak pantas untuk dijadikan Keraton lagi. Maka dipilihlah tempat di desa Sala, pada 1744, Paku Puwono II membangun pusat pemerintahan baru di Desa Sala (Solo) hanya berjarak 14 km sebelah timur dari Keraton Kartasura. Paku Buwono II membeli tanah seharga selaksa keping emas yang diberikan kepada akuwu (lurah) Desa Sala yang dikenal sebagai Ki Gede Sala. Daerah ini kemudian dikenal juga dengan nama Surakarta. Pemerintahan Paku Buwono II sebagai penguasa pertama Keraton Surakarta masih diwarnai polemik internal antara sesama trah Mataram. Saudara tiri Paku Buwono II, yakni Pangeran Mangkubumi, menuntut tahta Keraton Surakarta. Akan tetapi, Paku Buwono II justru menunjuk putranya, yakni Raden Mas Suryadi, sebagai putra mahkota. Pangeran Mangkubumi tidak menerima keputusan itu sehingga pada tahun 1746 ia meninggalkan Keraton Surakarta dan mendirikan Keraton tandingan di Yogyakarta. Didalam Keraton Surakarta terdapat dua dapur yang sampai saat ini masih beroperasi

Dapur Gondorasan

Gondorasan berasal dari kata Gondo yang berarti bau dan Rasan yang artinya rasa. Dapat disimpulkan bahwa dapur Gondorasan merupakan salah satu dapur yang ada di Keraton Surakarta. Sedangkan yang mengurusi Gondorasan adalah Ibu Gondoroso. Gondoroso sendiri merupakan nama yang diberikan oleh Paku Buwono kepada orang yang mengurusi Gondorasan. Di dalam dapur Gondorosan Ibu Gondoroso merupakan ketua dari Dapur Gondorasan dibantu oleh asistennya yang bernama Ibu Nyai Soko Langgi dan beberapa pegawai yang lainnya. Dapur Gondorasan merupakan dapur yang mengurusi tentang sesaji untuk Keraton. Gondorasan memiliki beragam cerita unik berkaitan dengan kuliner sesaji, salah satunya yaitu cerita mengenai Dandang KYAI DUDO. Menurut ibu Gondoroso generasi ke 9 yang sekarang mengurus dapur Gondorasan sekaligus mantan abdi pusaka keraton KYAI DUDO. Di Keraton Surakarta ada dandang yang biasanya digunakan Raja untuk menanak nasi pada tahun Dal yang berlangsung setiap 1 windu (8 Tahun) sekali. Dandang tersebut merupakan dandang milik Ki Ageng Tarub atau biasa dikenal Jaka Tarub. Dandang tersebut merupakan dandang Dewi Nawang Wulan istrinya Jaka Tarub. Di sebut Kyai Dudo karena Ki Ageng

Tarub sudah menjadi duda istrinya Nawang Wulan itu bidadari dan sudah kembali lagi ke kayangan. Dandang tersebut berbentuk seperti dandang biasa yang terbuat dari tembaga. Setiap 8 tahun sekali Kyai Dudo dibawa ke dapur Gondorasan, ibu Gondoroso yang ke 9 sendiri yang menjaga Kyai Dudo dengan cara digendong, tetapi yang menggendong harus menggunakan pakaian adat Jawa (kemben). Dan cara membersihkan Kanjeng Kyai Dudo itu dengan menggunakan asem jawa dan bata merah. Setelah digunakan, Kyai Dudo didinginkan di dapur Gondorasan kemudian esok hari dicuci kemudian dikembalikan ke dalam Keraton kembali.

Dapur Keraton Surakarta

Dapur Keraton Surakarta digunakan untuk mempersiapkan makanan khusus untuk anggota Keraton. Dapur Keraton Surakarta terletak di dalam Keraton Surakarta yang tidak bisa dimasuki oleh orang luar berbeda dengan dapur Gondorasan yang letaknya masih di dalam Keraton tetapi pintu masuknya bisa melewati area luar Keraton.

Berdasarkan narasumber ketua dari Dapur Keraton Surakarta adalah orang dari Sragen yang merupakan orang dari Ratu Paku Buwono ke 13. Anggota Keraton menyebutkan dapur khusus yang menyediakan makanan khas yang selalu ada setiap hari dan untuk hari-hari perayaan. Berdasarkan informasi dari narasumber anggota keluarga Keraton Surakarta sampai saat ini masih mengkonsumsi makanan khas Keraton Surakarta.

Potensi Kuliner Khas Keraton Surakarta

Kuliner khas Keraton adalah makanan dan minuman yang dikonsumsi oleh anggota Keraton pada hari-hari biasa ataupun makanan yang disajikan pada perayaan tertentu yang diturunkan dari generasi ke generasi. Hal ini relevan dengan teori dari Guerrero (2009) yang mengatakan bahwa makanan tradisional atau kuliner lokal adalah produk makanan yang sering dikonsumsi oleh suatu kelompok masyarakat atau dihidangkan dalam perayaan dan waktu tertentu, diwariskan dari generasi ke generasi, dibuat sesuai dengan resep secara turun-temurun, dibuat tanpa atau dengan sedikit rekayasa, dan memiliki karakteristik tertentu yang membedakannya dengan kuliner daerah lain.

Menurut narasumber Ibu Gondoroso, kuliner khas Keraton Surakarta adalah Serabi Solo. Beliau tidak menyebutkan jenis kuliner lainnya, hal ini

Page 72: PENGARUH KEPUASAN KERJA KARYAWAN TERHADAP …

J-STP VOL. 5 NO. 3 Oktober 2020 306

Agustina Mellyani dan Dewi Ayu Kusumaningrum

dimungkinkan beliau berfokus pada hidangan sesaji Keraton. Serabi Solo memang merupakan kuliner khas kota Solo, karena penjual Serabi Solo dapat ditemukan di banyak tempat di kota Solo. Menjadi oleh-oleh khas kota Solo bagi wisatawan yang datang. Menurut narasumber konsumen, mereka tidak mengetahui makanan khas Keraton Surakarta dimungkinkan karena kurangnya Anggota Keraton mengenalkan kuliner tradisional khas Keraton kepada masyarakat. Makanan khas Keraton memiliki cita rasa yang manis.Kuliner khas Keraton Surakarta dapat berkembang seperti makanan modern karena membawa nama khas Keraton yang akan membuat orang akan penasaran mencicipinya.

Menurut Bapak Anto makanan khas Keraton Surakarta memiliki rasa yang gurih, sedangkan Keraton Yogyakarta memiliki cita rasa yang manis dan masyarakat lebih menyukai makanan khas Solo. Berdasarkan observasi peneliti bahwa makanan khas Keraton Surakarta itu memiliki cita rasa yang manis. Menurut narasumber Bandoro Raden Mas (BRM) I Prabu Wasistho, Kuliner tradisional khas Keraton selalu ada setiap hari dan pada hari-hari perayaan seperti Sekaten, Suro dan lain-lain. Menu kuliner tradisional khas Keraton antara lain ;

Stupp Macaroni

Stupp Macaroni merupakan salah satu kuliner khas Keraton Surakarta yang telah bercampur dengan budaya Eropa. Stupp Macaroni merupakan olahan makaroni yang direbus empuk lalu dimasak berkuah susu bertabur keju. Tidak bisa di pungkiri bahwa Keraton Surakarta mempunyai hubungan yang baik dengan bangsa Eropa untuk menyambut tamu dari bangsa Eropa Keraton Surakarta menjamunya dengan makanan yang sesuai dengan lidah mereka salah satu makanan nya adalah Stupp macaroni.

Timlo Solo

Timlo Solo merupakan salah satu makanan khas Keraton Surakarta. Asal muasal makanan Timlo dari solo memang diduga terinspirasi dari sup kimlo yang populer di budaya tionghoa. Menurut dosen sejarah fakultas sastra universitas sanata dharma yogyakarta, heri priyatmoko, makanan Timlo terinspirasi dari kimlo. Kimlo merupakan nama jenis hidangan berkuah yang berasal dari cina. Masakan kimlo berada area jawa timur dan jawa tengah berkembang menjadi sup. Karena sempat

terjadi perang Geger Pecinan pada tahun 1743 maka tidak heran kenapa makanan ini merupakan makanan khas Keraton Surakarta seperti yang sudah diketahui bahwa pemimpin geger pecinan merupakan Raden Mas Garendri yang merupakan anggota Keraton. Pada dasarnya Timlo adalah sup, berisi irisan ati ampela ayam, irisan dadar gulung, irisan sosis , mihun, telur pindang, dan suwiran ayam goreng. Kuah bening, encer, dan segar. Nasi pada Timlo Solo biasa disajikan terpisah seperti menikmati soto dengan taburan bawang goreng.

Sayur Ikan Gereh

Tidak bisa dipungkiri bahwa Indonesia merupakan negara kepulauan maka hidangan ikan tidak lagi asing bagi masyarakat. Salah satu makanannya adalah Sayur Ikan Gereh ini yang merupakan makanan yang disajikan juga untuk keluarga Keraton Surakarta. Kenikmatan ikan kuah kuning sudah dikenal sejak zaman nenek moyang masyarakat Maluku. Bahkan karena lezatnya, dahulu ikan kuah kuning selalu disajikan untuk para petinggi tentara Belanda yang datang. Tradisi santap ikan kuah kuning ini berlangsung hingga kawanan tentara kongsi dagang Belanda angkat kaki dari Maluku. Berdasarkan sejarah, ikan kuah kuning adalah makanan yang sering disajikan di meja raja-raja. Artinya, ia bukanlah makanan yang baru lahir. Meski dahulu makanan ini disajikan untuk kalangan tertentu, kini ikan kuah kuning telah menjadi hidangan wajib saat masyarakat mengadakan hajatan.

Bestik

Sejarah panjang dengan era penjajahan kolonial masih menyisakan tapaknya pada kuliner Solo. Beragam masakan yang kini dikenal sebagai kuliner Solo terasa sangat kebarat-baratan, seperti Bestik. Bestik merupakan salah satu makanan khas Keraton Surakarta. sebagian kalangan yang mengatakan nama bestik diambil dari makanan beef steak. namun dalam penyajiannya disesuaikan dengan selera dan bahan-bahan lokal sehingga menjadi sebuah makanan khas yang mengadopsi budaya non-lokal dengan budaya lokal. Jika steak berkuah kental, Bestik disajikan berkuah encer. Rasa kuahnya mirip dengan makanan Selat yang juga kuliner khas Solo, manis, asam dan segar.

Page 73: PENGARUH KEPUASAN KERJA KARYAWAN TERHADAP …

307 J-STP VOL. 5 NO. 3 Oktober 2020

Potensi Kuliner Tradisional Khas Keraton Surakarta, Solo, Jawa Tengah

Nasi Jemblung

Nasi Jemblung merupakan salah satu makanan khas Keraton Surakarta. Nasi Jemblung termasuk masakan yang dulunya digemari dan hanya bisa disantap oleh kalangan bangsawan saja. Tapi kini Nasi Jemblung bisa dinikmati siapapun. Satu porsi nasi jemblung berisi nasi yang disajikan di atas piring beralas daun pisang. Nasi dicetak dengan bentuk melingkar seperti donat. alasan kenapa disebut Nasi Jemblung karena dalam bahasa Jawa “Jemblung” berarti melingkar di tengah. Meski diberi lubang di bagian tengah, tapi nasi tidak dibiarkan kosong melainkan diisi dengan olahan lidah sapi. Nasi Jemblung disajikan dengan sambal terasi, lalapan mentimun dan tomat serta kerupuk rambat yang melengkapi lezatnya Nasi Jemblung. Cara menyantapnya juga unik karena nasi harus dibelah menjadi dua kemudian disantap sedikit demi sedikit bersama daging dan lidah yang disajikan. Tekstur daging cukup empuk dengan cita rasa yang dominan manis dan segar.

Nasi Londoh Pindang

Nasi Londoh Pindang merupakan salah satu makanan yang kerap disantap para bangsawan dan raja Keraton Surakarta di masa lalu. Sajian ini mirip perpaduan antara rawon dan sayur lodeh. Isiannya berupa campuran dua sayur, yakni pindang daging dan krecek (rambak kulit daging sapi) serta telur bebek rebus dengan sayur lodeh. Bubuk kedelai hitam lalu ditaburkan di atas Nasi Londoh Pindang.Tidak bisa dipungkiri bahwa selera makanan masyarakat Keraton yang manis menjadikan Nasi Londoh Pindang ini merupakan makan kesukaan para Bangsawan.

Bestiki Galatin

Bestik ini awalnya disajikan untuk para raja dan tamu istimewa Keraton. Potongan daging cincang, sosis, roti, dan telur dicampur menjadi sebuah adonan yang kemudian dibentuk, dikukus, dan digoreng dengan margarin. Bistik Galantin lalu diberi pelengkap potongan wortel, telur, tomat, kentang goreng, dan kacang polong. Sajian ini mendapat pengaruh budaya Belanda yang cukup kental.

Selat Solo

Selat Solo merupakan salah satu makanan khas Keraton Surakarta. Salad ini memakai semur bergaya Jawa BelandaKata ‘selat’ diadopsi dari bahasa Belanda “slachtje” yang artinya hasil penyembelihan daging yang dijadikan kecil-kecil. Namun kala itu lidah orang pribumi susah menyebut kata “slachtje” lantas mereka sering mengucapkannya dengan kata ‘selat’. Awal mula lahirnya masakan ini berawal sejak benteng Vastenburg dibangun, tepat di depan gapura Keraton Surakarta, sering terjadi pertemuan dan rapat antara pihak Keraton dan pihak Belanda. Setiap pertemuan itu pasti disediakan makanan namun tidak sesuai dengan selera masyarakat Belanda yang menginginkan makanan berbahan utama daging, sedangkan sang raja terbiasa dengan sajian sayur. Maka keluhan dari kedua pihak tersebut ditindaklanjuti dengan menciptakan menu baru dengan mengkombinasikan bahan-bahan seperti aardappel (kentang), wortelen (wortel), boon (buncis), komkommer (ketimun), sla (slada), ei (telur), dan sojasous (kuah kecap), serta saus mayones. Kemudian dari pertemuan dua kebudayaan tersebut melahirkan satu kuliner khas dari Kota Surakarta..

Tengkleng

Tengkleng artinya adalah masakan sejenis sup dengan bahanutama kepala, kaki, dan tulang kambing. Masakan ini berasal dari Solo. Bentuk fisik dari dari tengklengberbeda dengan gulai kambing, terutama padakuahnya, bila gulai kental maka tengkleng kuahnya encer.Tengkleng kambing merupakan salah satu kuliner khas Kota Solo, karena tidak ditemukan di daerah lain. Di masa penjajahan Belanda, hanya para bangsawan, orang kaya, dan orang-orang Belanda saja yang mampu menikmati lezatnya gulai daging kambing. Di masa itu biasanya para pelayan hanya akan mendapat sisa berupa tulang-tulang, jeroan dari kambing, serta aneka bagian kambing lainnya yang tidak diinginkan oleh para bangsawan seperti kaki dan kepala. Oleh para pelayan tulang dan jeroan kambing itu lalu dimasak dengan aneka rempah-rempah dan bumbu, sehingga rasanya menjadi nikmat. Kuah yang tidak sekental gulai, malah menjadi semakin lezat dengan kaldu yang berasal dari rebusan tulang kambing.

Page 74: PENGARUH KEPUASAN KERJA KARYAWAN TERHADAP …

J-STP VOL. 5 NO. 3 Oktober 2020 308

Agustina Mellyani dan Dewi Ayu Kusumaningrum

Gudeg

Gudeg merupakan salah satu makanan khas Keraton Surakarta. Seperti Gudeg yang ada di Yogyakarta, Gudeg yang ada di Keraton Surakarta berbahan dasar sama yaitu dari nangka. Bedanya Gudeg khas Keraton Surakarta menambahkan ceker ke dalam Gudegnya.Gudeg merupakan makanan yang berbahan dasar nangka yang dimasak menggunakan santan yang memiliki rasa manis. Gudeg diyakini berasal dari kata “hangudeg”, yakni memasak nangka, kelapa yang diambil santannya, dan daun melinjo dengan kuali besar. Ia tak hanya hidup di Yogya. Proses penyebaran gudeg terbaca dari Serat Centhini (1814-1823) yang di-anggit barisan pujangga Kerajaan Kasunanan Surakarta Hadiningrat. Pengembaraan Cebolang bersama santri lelana ke rumah Pangeran Tembayat di Klaten dan Endrasmara di Wonogiri bersemuka dengan gudeg di meja makan. Bahkan, tercatat pula jenis gudeg manggar (bunga kelapa) beserta kupat, daging ayam, bubuk kedelai, serta telur ayam. Periode Serat Centhini sebagai fase penting pencatatan kekayaan budaya Jawa telah tersudahi. Penguasa istana Kasunanan bersama bawahannya turut me-ngicipi se-pincuk gudeg. Bukti itu terpapar dalam Serat Jatno Hisworo. Diriwayatkan, Paku Buwana IX (1861-1893) memborong nasi gudeg plus nasi liwet yang diolah para bakul dari Baki, Sukoharjo. Hidangan itu untuk ngingoni rombongan niyaga yang menghibur penghuni istana dengan alat musik karawitan semalam suntuk. Ketenaran gudeg di Solo makin tak terbendung selepas media cetak turut mengabarkannya ke publik. Majalah Kajawèn bertarik 1929. Keberlanjutan gudeg di lingkaran istana dijumpai pada era Paku Buwana X (1893-1939). Sekalipun menu Eropa mewabah di meja penguasa berupa sup, selat, dan roti, Paku Buwana X lebih doyan masakan lokal seperti gudeg pakis yang disajikan dibungkus daun pisang. Raja yang digelari “Kaisar Jawa” ini lebih mengedepankan selera kuliner Jawa, maka tak jarang menitahkan perempuan istana memasak gudeg.

Nasi Liwet

Nasi liwet adalah makanan khas kota Solo dan merupakan salah satu kuliner khas Keraton Surakarta. Nasi liwet adalah nasi yang di masak dengan kaldu ayam yang membuat nasi terasa gurih dan beraroma lezat. Nasi Liwet yang disajikan dengan

sayur labu siam, telur pindang rebus, suwiran ayam dan kumut (santan yang dikentalkan). Berdasarkan wawancara dengan narasumber penjual Nasi Liwet bahwa beliau mengetahui Nasi Liwet ini dari neneknya turun-temurun. Sejarah dan asal-usul riwayat kuliner ini kerap dikaitkan dengan tradisi masyarakat Jawa, termasuk untuk menolak bala ketika terjadi bencana.

Terdapat cerita lama mengenai sejarah nasi liwet asal Solo. Cara memasak nasi liwet bahkan tercatat dalam Serat Centhini (1814-1823) yang kemudian tersebar ke berbagai wilayah Nusantara. Maka tidak mengherankan jika nasi liwet juga dikenal di daerah-daerah lain. Gardjito (2017) mengungkapkan proses memasak liwet tertulis di Serat Centhini tahun 1819. Produk tersebar di Pulau Jawa dan Sumatera, tergantung kearifan lokal masing-masing daerah memiliki arti, sebagai contoh lauk nasi liwet menjadi simbol penolak bala ketika terjadi bencana. Ada cerita lama mengenai sejarah nasi liwet asal Solo.

Semar Mendem

Semar Mendem sebenarnya adalah lemper yang terbuat dari beras ketan kukus dengan isian ayam suwir. Hanya saja, untuk memaksimalkan mendem, lemper ini dibalut dengan kulit tipis yang terbuat dari tepung terigu dan telur mirip dengan crepe.Semar mendem merupakan kuliner yang namanya diambil dari nama tokoh pewayangan yang terkenal yakni Semar. Sementara itu mendem sendiri dalam bahasa Jawa artinya adalah mabuk. Lalu jika digabungkan kedua kata tersebut memiliki artian Semar yang sedang mabuk. Untuk penamaan Semar sendiri lantaran konon dikarenanya bentuknya yang gemuk, alias isinya yang banyak. Mirip dengan tokoh Semar yang memang memiliki badan subur. Lalu, untuk mabuk ini konon dinamakan demikian lantaran saat mengosumsinya mulut tidak akan berhenti mengunyah seperti orang mabuk alias ketagihan. Semar dalam pewayangan Jawa adalah sosok titisan dewa yang seringkali mengajarkan segala hal yang membawa pencerahan bagi semua orang di sekitarnya. Dilambangkan sebagai seorang nan arif, Semar sering dijadikan panutan dengan semua kritik dan kebenaran sebagai masukan kepada pemimpin yang penuh dengan kekuasaan. Sedangkan “mendem” dalam bahasa Jawa berarti (mabuk). Jadi makanan ini juga di maksudkan untuk

Page 75: PENGARUH KEPUASAN KERJA KARYAWAN TERHADAP …

309 J-STP VOL. 5 NO. 3 Oktober 2020

Potensi Kuliner Tradisional Khas Keraton Surakarta, Solo, Jawa Tengah

mengingatkan para raja agar tidak mabuk dengan kekuasaan dan juga harta.

Sosis Solo

Sosis Solo merupakan salah satu makanan khas Keraton yang berbentuk seperti lumpia dan berisi suwiran ayam.Makanan ini konon diadopsi dari sosis yang dibawa oleh Belanda pada zaman penjajahan, dan disesuaikan dengan bumbu serta gaya masakan lokal pada saat itu. Ada dua versi tentang sejarah bagaimana sosis Solo bisa lahir. Pertama, konon sang Sultan sendirilah yang mengubah dan meracik makanan ini. Yang kedua, konon sosis Solo adalah buah tangan masyarakat yang kala itu ingin mencoba makanan kesukaan para orang Belanda, sehingga mereka harus menjadi kreatif dalam menirunya. Sosis solo sangat cocok disantap pada saat masih panas dan dilengkapi dengan cabai rawit.

Es Dawet Selasih

Es Dawet memang bisa ditemukan di banyak tempat. Dawet juga berasal dari wilayah berbeda. Salah satu yang terkenal adalah Dawet Banjarnegara. Namun Es Dawet Selasih khas Keraton Surakarta tetap menyajikan cita rasa dan keunikan berbeda dari dawet-dawet lainnya. Minuman ini tetap menggunakan campuran dawet, santan, dan gula jawa sebagai pemanis seperti lainnya. Dawet sendiri sudah ada di indonesia sejak abad 19. Seperti juga terdapat dalam Serat Centini yang di tulis oleh para Pujangga Keraton Surakarta mereka sudah mengetahui Dawet sejak dahulu. Dan sejarah yang tidak kalah penting adalah adat pernikahan tradisi jawa di mana ada suatu adat orang tua pengantin menjual dawet dan yang membeli itu saudara keluarga mempelai dan anak-anak kecil menggunakan uang yang terbuat dari tanah liat.. Namun bahan tambahan lain yang digunakan menjadikannya unik dan berbeda adalah selasih yang disematkan pada Es Dawet ini dikarenakan adanya bahan dari tanaman selasih. Bahan ini terlihat semacam bintik-bintik hitam yang melayang di air santan. Selasih yang ikut terminum ketika menyeruput santan memunculkan sensasi yang berbeda .

Es Puter Jawa

Es Krim Tradisional yang bernama Es Puter Jawa telah dikenal lama masyarakat sejak zaman dahulu.

Awal mula Es puter Jawa ini karena penggunaan susu yang pada saat itu ekslusif maka di buatlah es krim menggunakan santan dan ternyata hasilnya rasanya jadi gurih. Kenapa di beri nama Es Puter karen cara pembuatannya yang memutar mutar tabung untuk pembekuan Es Puter ini. Ternyata Es Puter jawa juga sering disebut es dung-dung atau es tung-tung atau es ting-ting. Dikenal begitu karena ada penjual Es Puter yang menjajakan es krim khas Solo ini dengan cara membunyikan benda seperti Gong kecil dari kuningan, Lonceng, maupun gelas unik sehingga menghasilkan bunyi seperti dung-dung, tung-tung atau ting-ting. Keunikan Es Puter Khas Solo ini juga terlihat dari gerobak khas yang dilengkapi dengan gelas yang disusun unik. Gelas kaca pendek lengkap dengan leher gelas pendek dan dudukan bergaya vintage. Es Puter Jawa merupakan jenis Es Krim Tradisional khas Indonesia yang berbahan dasar santan. Keunikan nama Es Puter ini karena dari salah satu rangkaian proses pembuatannya dengan caramemutar-mutar tempat penyimpanan es krim agar tidak meleleh.

Jamu

Jamu yang disajikan di Keraton adalah jamu kunyit yang biasanya dijajakan dengan bakul oleh Ibu jamu yang menggunakan pakaian kebaya adat jawa. Jamu merupakan salah satu minuman yang ada di Indonesia. Dan meninum jamu merupakan salah satu tradis masyarakat Jawa. Kunyit memang banyak sekali manfaatnya, hampir ditemukan pada seluruh resep jamu. Kunir dan kunyit ini dipercaya mampu memberikan efek yang baik untuk tubuh. Jika diminum bisa menghangatkan tubuh dan aliran darah jadi lancar. Untuk kulit juga mampu mengobati atau menghilangkan luka, membuat kulit halus dan banyak yang lainnya.

Serabi Solo

Serabi Solo merupakan panganan berbahan tepung beras. Rasa gurih karena memakai santan kental dalam pembuatannya. Menurut Ibu Gondorasan, serabi merupakan makanan khas Keraton Surakata yang dapat ditemui di daerah Notosuman. Ada dua kemungkinan mengenai asal muasal dari serabi. Pertama dari india, di mana dari negeri Bollywood tersebut, terdapat kudapan dari tepung beras dan santan yang disebut sebagai appam. Kedua pengaruh Belanda pada jaman

Page 76: PENGARUH KEPUASAN KERJA KARYAWAN TERHADAP …

J-STP VOL. 5 NO. 3 Oktober 2020 310

Agustina Mellyani dan Dewi Ayu Kusumaningrum

kolonial dulu, terlihat dari jajanan di Sumatra Barat yang disebut pinukuik (pancake dalam Bahasa Belanda). Karena kedekatan Keraton Surakarta dengan Bangsa Belanda maka tidak heran jika Serabi Solo yang Tekstur kenyal namun tetap lembut, dan rasa sangat legit menjadi makanan khas Keraton Surakarta. Berbeda dengan Kue Serabi Bandung yang menggunakan bahan dasar tepung terigu dan disiram dengan kuah gula kelapa cair, sedangkan Serabi Solo ini dihidangkan tanpa kuah manis. Cara pembuatan masih tradisional dengan memasak adonan Serabi yang terdiri dari tepung beras, santan, gula, garam, dan daun pandan sebagai pewangi, kemudian adonan dimasak menggunakan wajan-wajan kecil yang dipanaskan dengan tungku arang selama kurang lebih tiga menit. Setelah matang Serabi digulung dengan daun pisang agar mudah ketika dimakan.

Di Keraton Surakarta sendiri ada Acara Adat terkait Kuliner. Acara adat terkait kuliner di Keraton Surakarta cukup banyak. Yang cukup terkenal yaitu Sekaten. Sekaten adalah acara menyambut Maulid Nabi Muhammad SAW.Pada saat peneliti melakukan penelitian disana pada tanggal 9 November sedang ada berlangsung Sekaten. Waktu pelaksaan Sekaten bertepatan dengan hari kelahiran Nabi Muhammad SAW yaitu pada tanggal 5-12 Rabiul Awal. Perayaan Sekaten di mulai pada tanggal 5 Rabiul Awal dan berakhir dengan Garebeg Mulud tanggal pada 12 Rabiul awal yang ditandai dengan keluarnya gunungan. Gunungan berasal dari kata gunung, terdiri dari berbagai jenis makanan dan sayuran yang diatur bersusun tinggi menyerupai gunung.

Daftar Kuliner dan Lokasi Penjualan Kuliner khas

Keraton

Terdapat beberapa kuliner khas Keraton sekarang banyak diperjualbelikan di sekitar area Keraton. Para wisatawan juga dapat menemukan Pusat Kuliner Khas Surakarta Galabo. Galabo merupakan singkatan dari Gladag Langen Bogan yang merupakan tempat wisata kuliner malam khas Surakarta yang terletak di Kedung Lumbu, Kec. Ps. Kliwon, Kota Solo, Jawa Tengah. Galabo terletak 0,5 km dari Keraton Surakarta. Terdapat kios-kios pedagang yang menyajikan berbagai jenis makanan di Galabo seperti Tengkleng, Sate Buntel, Soto, Bakso, Nasi Liwet dan banyak lainnya.

Dari hasil observasi yang peneliti lakukan, terdapat beberapa kuliner khas Keraton Surakarta yang dapat ditemukan di area sekitar Keraton Surakarta. Berikut adalah daftar tabel kuliner tradisional khas Keraton Surakarta dan lokasi penjualan di area sekitar Keraton Surakarta.

Dari hasil observasi peneliti, kuliner tradisional khas Keraton Surakarta yang paling banyak dijumpai adalah Es Dawet Selasih dan Tengkleng, dimungkinkan karena harga yang terjangkau, citarasa yang khas, dikemas dengan kemasan lokal, porsi yang sesuai dan lokasi yang strategis berada diarea Keraton Surakarta. Gerobak tempat berjualan yang khas seperti Es Dawet Selasih yang khas dengan gerobak dorong.

Dari hasil observasi peneliti, didapatkan bahwa Stupp Macaroni, Sayur Ikan Gereh, Gudeg, Sosis Solo dan Es Puter Jawa tidak dapat ditemukan di area Keraton Surakarta maupun di Galabo, padahal kuliner di atas merupakan makanan khas Keraton Surakarta. Berdasarkan pengamatan peneliti, Stupp Makaroni kurang sesuai dengan minat kuliner pribumi Indonesia pada waktu itu, bahkan sampai saat ini hampir tidak ditemukan di semua rumah makan atau warung makan di sekitar Surakarta. Sayur Ikan Gereh tidak dapat ditemukan di area sekitar Keraton Surakarta dimungkinkan karena para konsumen menganggap makanan ini terlalu biasa dan mereka bisa membuatnya sendiri dirumah. Para konsumen ingin mencoba makanan yang lebih inovatif dari hanya sekedar sayur ikan gereh. Es Puter Jawa merupakan salah satu minuman khas Keraton yang memiliki cita rasa manis dan juga menyegarkan karena disajikan dingin. Dimungkinkan kenapa Es Puter Jawa tidak ditemukan di area Keraton adalah karena penjual yang tidak banyak dan biasanya para pedagang Es Puter Jawa berkeliling, tidak berdiam di satu tempat. Menjadikan saat para konsumen ingin menikmatinya mereka tidak dapat menemukan penjual yang menjajakan Es Puter sehingga membuat mereka mencoba minuman yang lain dan akhirnya jatuh cinta dengan minuman lain itu. Gudeg merupakan salah satu makanan khas Keraton Surakarta. tetapi Gudeg khas Keraton Surakarta berbeda dari Gudeg khas Yogyakarta yang biasanya hanya menggunakan buah nangka saja gudeg khas Keraton Surakarta menambahkan ceker pada Gudegnya. Dimungkinkan tidak ditemukannya Gudeg di area Keraton adalah

Page 77: PENGARUH KEPUASAN KERJA KARYAWAN TERHADAP …

311 J-STP VOL. 5 NO. 3 Oktober 2020

Potensi Kuliner Tradisional Khas Keraton Surakarta, Solo, Jawa Tengah

karena umumnya masyarakat hanya mengetahui bahwa Gudeg adalah khas Yogyakarta sehingga tidak terlalu tertarik untuk mencicipi Gudeg saat sedang berada di area Keraton Surakarta.

Seharusnya pengusaha kuliner dapat menjajakan kuliner khas tersebut di area Keraton Surakarta karena Keraton Surakarta merupakan salah satu tempat yang strategis untuk berjualan sekaligus tempat wisata. Banyak wisatawan lalu lalang berjalan di area Keraton Surakarta. Kuliner khas tersebut harus dilestarikan ke generasi selanjutnya. Didukung proses pembuatan kuliner tersebut tidak sulit serta menurut observasi peneliti, rata rata penjualan makanan yang ada di sekitar Keraton Surakarta cukup laris diminati dikarenakan dekat dengan tempat wisata dan kebiasaan masyakarat yang gemar jajan saat berwisata. Berdasarkan wawancara

dengan beberapa narasumber dari masyarakat dan penjual kuliner didapatkan informasi ketidaktahuan mengenai kuliner khas Keraton Surakarta yang dapat dijadikan sebagai kuliner daerah secara luas. Maka perlu adanya langkah dalam pengembangan potensi kuliner tradisional khas Keraton Surakarta. Cara mengembangkan potensi kuliner Keraton dengan membuat inovasi dalam pembuatan atau penyajian kuliner dan juga memperkenalkan mengenal makanan khas Keraton Surakarta yang tidak terdapat di daerah lain.

KESIMPULAN

Dari hasil penelitian yang dilakukan oleh peneliti, maka peneliti mendapatkan beberapa kesimpulan sebagai berikut :

Tabel 1.1. Kuliner Khas Keraton Surakarta dan lokasi penjualan di area sekitar Keraton

Nama Kuliner Alamat

Timlo Solo Gladag Langen Bogan (Galabo). Terletak 0,5 km dari Keraton Surakarta

Viens . Jl. Hasanudin No 99 D/E, Sramatan, Solo (Terletak 2,6 km dari Keraton Surakarta)

Timlo Segar Mba Titin . Yang berdekatan dengan Viens (Terletak 2,6 km dari Keraton Surakarta )

Bestik Gladag Langen Bogan (Galabo). Terletak 0,5 km dari Keraton Surakarta

Nasi Jemblung Roemahkoe Heritage Hotel . Jl. Dr. Rajiman No.501, Bumi, Kec. Laweyan, Kota Solo, Jawa Tengah 57148

Nasi Londoh Pindah Roemahkoe Heritage Hotel. Jl. Dr. Rajiman No.501, Bumi, Kec. Laweyan, Kota Solo, Jawa Tengah 57148

Bestik Galatin Gladag Langen Bogan (Galabo). Terletak 0,5 km dari Keraton Surakarta

Selat Solo Gladag Langen Bogan (Galabo). Terletak 0,5 km dari Keraton Surakarta

Viens . Jl. Hasanudin No 99 D/E, Sramatan, Solo (Terletak 2,6 km dari Keraton Surakarta)

Tengkleng Gladag Langen Bogan (Galabo). Terletak 0,5 km dari Keraton Surakarta

Pagelaran berdekatan dengan Pasar KliwonDi pintu masuk Keraton Surakarta

Nasi Liwet Gladag Langen Bogan (Galabo). Terletak 0,5 km dari Keraton Surakarta

Semar Mendem Viens . Jl. Hasanudin No 99 D/E, Sramatan, Solo (Terletak 2,6 km dari Keraton Surakarta)

Es Dawet Selasih Di pintu masuk Keraton SurakartaMuseum Keraton SurakartaPagelaran berdekatan dengan Pasar KliwonDi sebelah kiri Gladag Langen Bogan (Galabo). Terletak 0,5 km dari Keraton Surakarta

Jamu Di depan Museum Keraton Surakarta Serabi Solo Pagelaran berdekatan dengan Pasar Kliwon

Di sebelah kiri Gladag Langen Bogan (Galabo). Terletak 0,5 km dari Keraton Surakarta

Serabi Notosuman (Terletak 1 km dari Keraton Surakarta)

Page 78: PENGARUH KEPUASAN KERJA KARYAWAN TERHADAP …

J-STP VOL. 5 NO. 3 Oktober 2020 312

Agustina Mellyani dan Dewi Ayu Kusumaningrum

1. Kuliner di Keraton Surakarta dipengaruhi oleh bangsa Eropa. Kekayaan ragam kuliner Solo muncul karena kesuburan tanah yang membuat hasil bumi melimpah. Kondisi ini yang membuat masyarakat mencoba membuat kreasi makanan baru.

2. Berdasarkan observasi lapangan yang dilakukan penulis langsung, kuliner khas Keraton masih dikonsumsi keluarga Keraton sampai saat ini dan beberapa diantaranya yang sudah diperkenalkan kepada masayarakat Solo dan dijajakan di sekitar area Keraton. Budaya Keraton yang sering mengadakan acara-acara persembahan leluhur, acara keagamaan, acara naik tahta, yang selalu menyajikan makakan sesaji dan makanan bagi anggota keraton, serta tamu yang datang.

3. Kuliner tradisional khas Keraton Surakarta adalah: Stupp Macaroni, Timlo Solo, Sayur Ikan, Gereh, Bestik, Nasi Jemblung, Nasi Londoh Pindang, Bestik Galatin, Selat Solo, Tengkleng, Gudeg, Nasi Liwet, Semar Mendem, Sosis Solo, Es Dawet Selasih, Es Puter Jawa, Jamu, Serabi Solo.

4. Kuliner khas Keraton Surakarta seperti Stupp Macaroni, Sayur Ikan Gereh, Sosis Solo, Gudeg dan Es Puter Jawa tidak dapat ditemukan atau diperjualbelikan di area sekitar Keraton Surakarta. Hal ini dimungkinkan karena kurangnya inovasi dalam pembuatan, penyajian kuliner dan juga kurangnya pengenalan kuliner khas Keraton Surakarta.

DAFTAR PUSTAKA

Adiasih, Priskila. Brahmana. (2015). Persepsi Terhadap

Makanan Tradisional Jawa Timur: Studi Awal

Terhadap Mahasiswa Perguruan Tinggi Swasta Di

Surabaya.Surabaya: Universitas Kristen Petra Surabaya.

Anas. (2017). Potensi Keberdayaan Petani Salak Di

Kelurahan Malua Kecamatan Malua Kabupaten

Enrekang.Makasar:Universitas Hasanuddin Makasar.

Chandra, J. (2018). Mengenal Sejarah Masyarakat Akur

( Adat Karuhun Urang ) Sunda Wiwitan Di Cigugur

Kabupaten Kuningan Dalam Mempertahankan

Tradisi Budaya Sunda Wiwitan Di Masa Modern.

Jakarta:STP.Sahid.

Djono. (2014). Sejarah Lokal Surakarta Disusun Dengan

Pendekatan SOI. Surakarta: UPT Penerbit dan Percetakan UNS.

Gerardiansyah, Ario. Rukayah , Siti. Sudarwanto, Budi. . (2017). Pusat Kuliner Khas Semarang Di

Jalan Pemuda.Semarang:Universitas Diponogoro.

Handayani. (2017). Mengenal Kuliner Nusantara. Purwokerto: Vigi Bless Publisher.

Hartatik. Aneka Resep Masakan Jawa Disertai Masakan

Khas: Betawi-Banten Madura-Bali. Surakarta: lingkaran Media.

Maribet. (2018). Strategi Pengembangan Potensi Wisata Kuliner Di Surya Kencana BOGOR. Jakarta: STP. Sahid.

Matondang. (2017). Pengembangan Industri Kuliner

Pada Usaha Bawang Goreng di Medan Crispy

22.Medan: Universitas Negeri Islam Sumatra Utara.

Prasetyo. (2017). Revitalisasi Silir Sebagai Sentra Industri

Kerajinan Khas Solo.Surakarta: Universitas Muhammadiyah Surakarta.

Saeroji. Wijaya. (2017). Pemetaan Wisata Kuliner Khas

Kota Surakarta.Solo:Universitas Sebelas Maret.

Saputra, l. (2017).Batik Sebagai Culture TouristAttraction.

Jakarta :STP. Sahid.

Soviandri. (2017). Potensi Makana Tradisional Sebagai Daya Tarik Wisatawan Kawasan Museum Kota Tua. Jakarta: STP.Sahid.

Surani. (2016). Bimbingan Agama Islam Dalam Mengembangkan Potensi Diri Remaja Di Balai Rehabilitasi Sosial Eks Penyalahguna NAPZA “Mandiri” Semarang.

Tyas. (2017). Identifikasi Kuliner Lokal Indonesia

dalam Pembelajaran Bahasa Inggris.

Yogyakarta:Universias Gajah Mada.

Winarti. (2004). Sekilas Sejarah Keraton Surakarta. Surakarta : Cendrawasih.

Zami. (2015). Artikel Publikasi Perpustakaan Umum Surakart. Surakarta: Unversitas Muhammadiyah Surakarta.

m@ya