1 PENGARUH KEPRIBADIAN DAN POLITIK ORGANISASI TERHADAP KESUKSESAN KARIER SERTA DAMPAKNYA PADA KINERJA PEGAWAI Kartono 1) , Lusi Suwandari 2) 1) STIE Yasmi Cirebon email: [email protected]2) FE Unsoed Purwokerto email: [email protected]Abstrak - Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui ; Menganalisis dan mengkaji kepribadian, politik organisasi, kesuksesan karir, dan kinerja pegawai. Menganalisis pengaruh kepribadian dan politik organisasi terhadap kesuksesan karir. Menganalisis pengaruh kepribadian dan politik organisasi terhadap kinerja pegawai melalui kesuksesan karir, dan menganalisis pengaruh kesuksesan karir terhadap kinerja pegawai. Metode penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif dan verifikatif.Populasi dalam penelitian ini adalah pegawai di PD. BPR Sewilayah Cirebon. Adapun jumlah sampel dalam penelitian ini sebesar 96 pegawai. Dimana pengambilan sampel dengan menggunakan teknik random sampling, langkah selanjutnya adalah mendistribusikan sampel dengan metode stratified random sampling. Penelitian ini menggunakan teknik analisis jalur. Kesimpulan dari hasil penelitian tentang kepribadian, politik organisasi, kesuksesan karir, serta kinerja pegawai di PD. Bank BPR Sewilayah Cirebon adalah bahwa terdapat pengaruh signifikan variabel kepribadian (X1), politik organisasi (X2), dan kesuksesan karir (Y) terhadap kinerja pegawai (Z) secara simultan sebesar 34,8% sedangkan 65,2% dijelaskan oleh variabel lain yang tidak diteliti. Kesuksesan karir berpengaruh langsung tapi tidak sigifikan secara parsial terhadap kinerja pegawai sebesar 3,61% sedangkan sisanya yaitu 96,39% dijelaskan oleh variabel lain. Kata kunci : Kepribadian, politik organisasi, kesuksesan karir dan kinerja pegawai ABSTRACT THE INFLUENCE OF PERSONALITY AND ORGANIZATION POLITICS TO WORD CAREER SUCCESS AND ITS IMPACT ON THE PERFORMANCE OF EMPLOYEES Kartono 1) , Lusi Suwandari 2) 1) STIE Yasmi Cirebon email: [email protected]2) FE Unsoed Purwokerto email: [email protected]This research aims to know : Personality, organizational politics, career success, and employee performance. The influence of personality and organizational politics of career success. Analyze the influence of personality and organizational politics on employee performance through career success. To analyze the influence of career success to the performance of employees. The method used is descriptive method and verificatiff. The population is the employees of PD. BPR in Cirebon. The samples quantity is 96 employees. The technique of sample drawing used is method of random sampling, the next step is to distribute the sample with stratified random sampling method. This research applies statistical technique of path analysis. The conclusion based on proposed of personality, political, organizational, career success, and employee performance in PD. BPR in Cirebon are as follows: showed that there were significant effects of personality variables (X1), the political organization (X2), and career success (Y) on the performance of an employee (Z) simultaneously by 34.8% while 65.2% is explained by other variables not examined. Career success is a direct effect but not significant partially on the performance of employees. Career success can explain the performance of employees by 3.61% while the remaining 96.39% is explained by other variables.
19
Embed
PENGARUH KEPRIBADIAN DAN POLITIK ORGANISASI TERHADAP ...repository.fe.unjani.ac.id/pdf/284-302_PENGARUH... · kesuksesan karir, dan menganalisis pengaruh kesuksesan karir terhadap
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
1
PENGARUH KEPRIBADIAN DAN POLITIK ORGANISASI TERHADAP
Abstrak - Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui ; Menganalisis dan mengkaji kepribadian, politik organisasi, kesuksesan karir, dan kinerja pegawai. Menganalisis pengaruh kepribadian dan politik organisasi terhadap
kesuksesan karir. Menganalisis pengaruh kepribadian dan politik organisasi terhadap kinerja pegawai melalui
kesuksesan karir, dan menganalisis pengaruh kesuksesan karir terhadap kinerja pegawai.
Metode penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif dan verifikatif.Populasi dalam penelitian ini adalah
pegawai di PD. BPR Sewilayah Cirebon. Adapun jumlah sampel dalam penelitian ini sebesar 96 pegawai. Dimana
pengambilan sampel dengan menggunakan teknik random sampling, langkah selanjutnya adalah mendistribusikan
sampel dengan metode stratified random sampling. Penelitian ini menggunakan teknik analisis jalur.
Kesimpulan dari hasil penelitian tentang kepribadian, politik organisasi, kesuksesan karir, serta kinerja pegawai di
PD. Bank BPR Sewilayah Cirebon adalah bahwa terdapat pengaruh signifikan variabel kepribadian (X1), politik
organisasi (X2), dan kesuksesan karir (Y) terhadap kinerja pegawai (Z) secara simultan sebesar 34,8% sedangkan
65,2% dijelaskan oleh variabel lain yang tidak diteliti. Kesuksesan karir berpengaruh langsung tapi tidak sigifikan
secara parsial terhadap kinerja pegawai sebesar 3,61% sedangkan sisanya yaitu 96,39% dijelaskan oleh variabel lain.
Kata kunci : Kepribadian, politik organisasi, kesuksesan karir dan kinerja pegawai
ABSTRACT
THE INFLUENCE OF PERSONALITY AND ORGANIZATION POLITICS TO WORD CAREER SUCCESS
This research aims to know : Personality, organizational politics, career success, and employee
performance. The influence of personality and organizational politics of career success. Analyze the influence of
personality and organizational politics on employee performance through career success. To analyze the influence
of career success to the performance of employees.
The method used is descriptive method and verificatiff. The population is the employees of PD. BPR in
Cirebon. The samples quantity is 96 employees. The technique of sample drawing used is method of random
sampling, the next step is to distribute the sample with stratified random sampling method. This research applies
statistical technique of path analysis.
The conclusion based on proposed of personality, political, organizational, career success, and employee performance in PD. BPR in Cirebon are as follows: showed that there were significant effects of personality
variables (X1), the political organization (X2), and career success (Y) on the performance of an employee (Z)
simultaneously by 34.8% while 65.2% is explained by other variables not examined. Career success is a direct effect
but not significant partially on the performance of employees. Career success can explain the performance of
employees by 3.61% while the remaining 96.39% is explained by other variables.
2
Key words: Personality, organizational politics, career success and employee performance
3
BAB I
PENDAHULUAN
Menghadapi era persaingan yang semakin kompetitif, banyak perusahaan yang
mempersiapkan diri dengan membenahi segala
sesuatu yang ada di dalam perusahaan seperti
sumber daya yang dimiliki (sumber daya manusia,
alam dan teknologi), manajemen, serta strategi
yang dijalankan dalam memproduksi barang dan
jasa. Untuk itu diperlukan sumber daya manusia
yang memiliki kompetensi yang di harapkan oleh
perusahaan. Agar sumber daya manusia yang ada
diperusahaan berkualitas diperlukan individu yang
senantiasa berdedikasi tinggi, dan professional
yang mampu memberikan sumbangan berarti bagi perusahaan. Sumber daya manusia merupakan
salah satu faktor penting dalam suatu kegiatan
perusahaan. Dengan pengetahuan, keterampilan,
tenaga dan segala hal yang dimiliki sumber daya
manusia akan mampu menjamin lancarnya kegiatan
suatu organisasi atau perusahaan. Oleh karena itu
dibutuhkan pemberdayaan sumber daya manusia
yang efektif dan efesien. Pemberdayaan sumber
daya manusia menjadi menjadi suatu kegiatan yang
penting karena menurut Rokhman (2002)
pemberdayaan sumber daya manusia merupakan suatu strategi untuk memperbaiki sumber daya
manusia dengan pemberian tanggung jawab dan
kewenangan terhadap mereka yang nantinya
diharapkan dapat memungkinkan mereka mencapai
kinerja yang lebih tinggi di era yang selalu berubah
secara dinamis, sehingga perusahaan dapat
memiliki keunggulan kompetitif dalam menghadapi
persaingan bebas tersebut.
Keberhasilan suatu organisasi juga akan
sangat ditentukan oleh berbagai faktor, baik faktor
ekternal maupun faktor internal, faktor eksternal
organisasi seperti situasi perekonomian, kebijakan pemerintah, perubahan lingkungan persaingan,
serta perubahan selera konsumen merupakan faktor
yang sangat sulit untuk dikendalikan atau bahkan
tidak dapat dikendalikan oleh organisasi secara
langsung disebabkan keberadaanya di luar
organisasi. Sekalipun faktor-faktor tersebut tidak
berada di dalam organisasi, akan tetapi tidak berarti
dapat diabaikan begitu saja karena akan turut
berperan mempengaruhi kemampuan organisasi
untuk mencapai tujuannya. Menurut Cruch &
Zeffane, 1996) situasi tersebut membuat organisasi semakin sulit untuk mencapai kesuksesan dan
mempertahankan kesuksesan yang telah diperoleh,
terutama untuk organisasi dengan permasalahan
semakin kompleks.
Berbeda dengan faktor-faktor eksternal,
faktor internal organisasi merupakan faktor-faktor
yang sepenuhnya berada di dalam organisasi.
Faktor internal organisasi seperti sikap, dan
perilaku karyawan, akan menjadi penentu
kesuksesan organisasi jika dapat dikendalikan
dengan baik. Untuk itu organisasi perlu mengenali
secara mendalam faktor-faktor tersebut terutama
faktor perilaku individu agar dapat mengambil
langkah-langkah perbaikan jika memang terdapat
kekurangan yang akan menghalangi organisasi
mewujudkan tujuan yang diharapkan.
Perusahaan Daerah Bank Perkreditan
Rakyat merupakan lembaga kuangan perbankan yang di miliki oleh Pemerintah Daerah Se-Wilayah
Cirebon merupakan salah satu wujud dari
keterlibatan pemerintah, dalam hal ini perusahaan
Daerah, dalam kegiatan perekonomian yang sesuai
dengan tujuannya. Usaha dan kegiatan ekonomi
daerah yang bersumber dari hasil Badan Usaha
Milik Daerah telah berjalan sejak lama.
Tujuan dibentuknya Badan Usaha Daerah
tersebut adalah untuk melaksanakan pembangunan
daerah melalui pelayanan jasa kepada masyarakat,
penyelenggaraan kemanfaatan umum dan peningkatan penghasilan pemerintah daerah. Dapat
pula dikatakan bahwa BUMD itu berdasarkan
kategorinya sasarannya terdiri dari dua golongan,
yaitu perusahaan daerah untuk melayani
kepentingan umum dan perusahaan daerah untuk
tujuan penerimaan dalam PAD-nya.
Pada hakekatnya PD BPR merupakan
salah satu unit usaha yang dimiliki oleh Pemerintah
Daerah yang dapat dijadikan sumber pendapatan
untuk membiayai pembangunan daerah. PD BPR
diharapkan dapat memberikan kontribusi pada
Pendapatan Asli Daerah dan dapat membantu bagi usaha kecil menengah untuk mengatasi masalah
permodalannya. Untuk dapat melaksanakan usaha
tersebut, PD BPR membutuhkan pegawai yang
professional dan yang memiliki integritas yang
tinggi. Disamping itu, guna mengetahui tuntutan
yang berkembang dalam masyarakat (nasabah) dan
untuk memberikan pelayanan yang optimal sesuai
dengan kebutuhan nasabah (masyarakat) diperlukan
pengelolaan pegawai yang baik, seperti adanya
kejelasan karier, adanya dukungan organisasi
maupun pengelolaan bila terjadinya konflik. Kinerja pegawai yang merupakan hasil
olah pikir dan tenaga dari seorang pegawai
terhadap pekerjaan yang dilakukannya, dapat
berwujud, dilihat, dihitung jumlahnya, akan tetapi
dalam banyak hal hasil olah pikiran dan tenaga
tidak dapat dihitung dan dilihat, seperti ide-ide
pemecahan suatu persoalan, inovasi baru suatu
produk barang atau jasa, bisa juga merupakan
penemuan atas prosedur kerja yang lebih efisien.
Penurunan kinerja pegawai pada PD. Bank
BPR wilayah Cirebon juga dapat dilihat dari tiga
tahun terakhir ini yang mengindikasikan adanya penurunan kualitas dimana ditunjukkan dengan
4
banyaknya keluhan/klaim yang datang dari
nasabah, keluhan tersebut antara lain: nasabah
menunggu terlalu lama untuk memperoleh
pelayanan bank, sesibuk apapun pegawai bank
harus dengan senang hati bersedia membantu
nasabah, pegawai bank harus memberikan pelayanan secara cepat dan efisien.
Kemajuan dan keberhasilan organisasi
sangat tergantung pada para pegawai. Sejauhmana
pegawai tersebut mampu dan mau bekerja keras,
kreatif, inovatif, loyal, disiplin, jujur, dan
bertanggung jawab akan menentukan kinerja
organisasi. Oleh karena itu untuk mengetahui
sejauhmana para pegawai bekerja, perusahaan perlu
mengetahui bagaimana kepribadian pegawainya.
Kepribadian akan mencerminkan perilaku
seseorang. Namun untuk mengetahui bagaimana
kepribadian seseorang tidak mudah, karena kepribadian dipengaruhi oleh banyak faktor seperti
persepsi, motivasi, lingkungan.
Sebagai perusahaan yang dimiliki oleh
pemerintah maka PD. Bank BPR dalam
pengelolaannya terkadang mengalami berbagai
macam benturan kepentingan pada tingkat
manajemen seperti, adanya kepentingan campur
tangan pemerintah, seperti sasaran target pasar,
kebijakan promosi pegawai, iklim organisasi yang
diwarnai dengan budaya KKN, dan kepentingan
politik lainnya yang dapat mengganggu kemajuan dan perkembangan PD. Bank BPR itu sediri.
Sehingga hal ini terkadang akan berdampak pada
aktivitas organisasi tersebut.
Fenomena pada proses melaksanakan
aktivitas pekerjaan, seorang pegawai dipengaruhi
oleh kondisi tekanan yang menyebabkan adanya
masalah konflik, baik antar individu maupuan antar
kelompok. Hubungan interaksi antar pribadi
merupakan salah satu faktor yang dapat
meningkatkan atau juga menurunkan kinerja.
Upaya yang dilakukan agar kinerja SDM
di PD Bank Perkreditan Rakyat semakin baik adalah dengan meningkatkan dukungan organisasi.
Meningkatnya dukungan organisasi, akan
berdampak terhadap peningkatan kinerja. Menurut
Andrew & Kacmar, (2001) bahwa ada tiga hal yang
terkait dan merupakan konsep yang berbeda yang
menggambarkan organisasi memiliki karakteristik
berlatarbelakang sosial yang diwarnai oleh konflik
adalah politik organisasi, keadilan dan dukungan
organisasi. Ketiga konsep tersebut sering diuji
dalam hubungan satu dengan yang lain dan
pengaruhnya terhadap kepuasan. Jadi, dalam hal konsep politik, keadilan dan dukungan
organisasional telah banyak diuji tentang
keterkaitan antara tiga konsep tersebut terhadap
berbagai hal yang berdampak pada proses
organisasi seperti kepuasan, kinerja dan turnover
karyawan.
Fenomena politik organisasi pada PD BPR
dapat dilihat melalui hubungan kekeluargaan,
kebijakan promosi yang masih menggunakan
kedekatan hubungan antara pimpinan dan
karyawan, kebijakan evaluasi kerja yang belum
jelas, serta hubungan suka dan tidak suka pada
pegawai. Fenomena tersebut mengindikasikan
bahwa politik KKN masih ada dan masih diterapkan di Perusahaan Daerah yang
menyebabkan adanya penurunan kinerja karena
dilandasi pada politik organisasi yang tidak sehat.
Memang pada dasarnya setiap karyawan
membutuhkan politik organisasional diperoleh
melalui berbagai keputusan sumberdaya manusia
seperti promosi, seleksi, sikap kerja dan
organizationl Citizenship Behavior (OCB). Hal ini
sesuai dengan pernyataan Eisenbreger, at al, dalam
Muafi, (2007) bahwa politik organisasional yang
dipersepsikan merupakan keyakinan yang dibentuk
karyawan terhadap sejauh mana perusahaan menilai kontribusi mereka dan memperhatikan
kesejahteraan mereka. Hasil temuan Eistenbreger at
al, (1996), bahwa politik organisasional yang
terpersepsikan berhubungan dengan outcomes
(kinerja) organisasional dan politik organisasional
yang dipersepsikan ternyata menghasilkan sikap
kerja yang lebih positif. Temuan tersebut didukung
hasil penelitian Randall at al, (1999) dan Witt
(2002) kedua penelitian tesebut menyatakan bahwa
ada hubungan positif antara dukungan yang
terpersepsikan dengan kepuasan kerja. Persamaan hasil studi dalam kaitan antara
politik, keadilan dan politik organisasional dan
pengaruhnya terhadap berbagai hal, mendorong
beberapa peneliti untuk menyimpulkan bahwa
ketiga konsep tersebut ekuivalen dan
menggambarkan konstruk tersendiri, artinya, baik
politik, keadilan dan politik organisasi dalam
konteks ini merupakan satu kesatuan. Kesimpulan
ini didukung hasil studi tentang adanya hubungan
yang kuat antara politik, keadilan dan politik
organsasi. Namun, kesimpulan ini tidak didukung
sepenuhnya oleh peneliti yang lain karena pengujian mengenai domain dan validitas ketiga
konstruk merupakan konsep yang kritis untuk
dilanjutkan pengembangannya baik secara teoritis
maupun empirik.
Berpikir tentang politik organisasional,
menurut Cropanzano et al, (1997) pada saat
marketplace bersifat politik, individu-individu
untuk mencapai keinginannya dengan memperbesar
kekuasaan berupa integration behaviors (perilaku
berupa hasutan) dan self promotion
(mempromosikan diri sendiri). Perilaku politik merupakan perilaku yang secara organisasional
tidak ada sanksinya yang mungkin dapat merugikan
bagi tujuan organisasi atau bagi kepentingan orang
lain dalam organisasi. Politik organisasional
temasuk melibatkan kepentingan seseorang diatas
kepentingan organisasi, sehingga evaluasi subyektif
individu terhadap situasi dan perilaku yang
5
diobservasi sebagai politik merupakan politik
organisasional yang dipersepsikan.
Lebih lanjut bahwa salah satu faktor yang
membangun kinerja kontekstual adalah kesuksesan
karier. Ada berbagai strategi yang digunakan
organisasi untuk mengembangkan serta memperbaharui kemampuan dan keahlian sumber
daya manusia dalam menghadapi berbagai
permasalahan sebagai upaya meningkatkan
kinerja. Menurut Cohen, et al, (2004) salah satu
yang perlu diperhatikan adalah mengenai
perkembangan karier. Organisasi harus
mengupayakan perencanaan dan program
pengembangan karier sumber daya manusia
disesuaikan dengan kebutuhan karier mereka.
Karena semakin lebar celah antara program
pengembangan karier yang dirancang organisasi
dengan kebutuhan karier akan semakin meningkatkan ketidakpuasan.
Schein (1990) menyatakan bahwa karir
merupakan suatu proses penemuan yang
berkesinambungan, proses di mana seseorang
secara perlahan-lahan mengembangkan suatu
konsep diri tentang okupasi yang lebih jelas dilihat
dari segi apa yang merupakan bakatnya,
kemampuannya, motif, kebutuhan dan sikap serta
nilai-nilainya yang terdiri atas tiga komponen yakni
talent-based anchors (karir berdasarkan bakat dan
kemampuan), need-based anchors (karir berdasarkan motif dan kebutuhan), dan value-based
anchors (karir berdasarkan sikap dan nilai).
Selanjutnya Schein mengidentifikasi pola dasar
dalam keputusan karir yaitu : 1) teknis/fungsional,
2) manajerial, 3) otonomi, 4) keamanan, 5)
kreatifitas/kewirausahaan, 6) pelayanan, 7)
tantangan murni, 8). gaya hidup
Penelitiaan ini dirancang dengan
mengintegrasikan beberapa literatur studi empiris
sebelumnya. Adapun objek penelitian yang
direncanakan adalah karyawan PD Bank
Perkreditan Rakyat se wilayah Cirebon. Hal ini menarik untuk diteliti, karena beberapa alasan: (1)
PD Bank Perkreditan Rakyat dikenal memiliki
iklim organiasi yang dinamis karena dituntut
memenuhi kebutuhan karier sehingga tingkat
persaingan kerja relatif tinggi, (2) seseorang yang
memiliki karier cenderung ingin mempertahankan
status quo.
KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA
PEMIKIRAN DAN HIPOTESA
Konsep Kepribadian
Banyak para ahli yang mendefinisikan
kepribadian. Kepribadian merupakan terjemahan
dari bahasa inggris, yaitu personality. Kata
personality sendiri berasal dari bahasa latin
persona, yang berarti topeng yang digunakan oleh
para aktor dalam suatu permainan atau pertunjukan.
Pada saat pertunjukan para aktor tidak
menampilkan kepribadian yang sesungguhnya
melainkan menyembunyikan kepribadiannya yang
asli, dan menampilkan dirinya sesuai dari topeng
yang digunakannya. Hal ini mengandung makna
bahwa kepribadian dapat berubah.
Para teoritikus konsep diri, kepribadian, kemampuan dan emosi individu berpendapat
bahwa terdapat perbedaan dari masing-masing
konsep tersebut yang sifatnya tidak hanya
sementara tetapi tetap. Dengan memahami peran
perbedaan individu dalam pembentukan konsep
diri, kepribadian, kemampuan dan emosi, maka
manajemen akan dapat membantu pegawai yang
bersangkutan untuk menggali potensi dan
kemampuan pegawai agar bisa bekerja secara lebih
efektif. Perbedaan pegawai ini berarti (1) setiap
orang berbeda satu sama lain dalam berbagai hal
yang penting, (2) setiap perbedaan tertentu seseorang dari orang lain akan tetap bertahan dalam
berbagai situasi, dan (3) orang-orang akan
mempertahankan perbedaan ciri mereka dalam
periode yang panjang.
Menurut Wood, Chapman dkk (2004:103)
menjelaskan kepribadian adalah, keseluruhan dari
kombinasi yang menggambarakan dan karakteristik
watak yang menyebabkan manusia secara alamiah
bersifat unik. Perbedaan kepribadian antara
masing-masing individu berpengaruh terhadap
prilaku individu, dalam mengatasi situasi dan kondisi yang kurang mendukung.
Selanjutnya Wood, Chapman dkk
(2004:103) menyebutkan: kepribadian adalah
kombinasi dari sejumlah karakteristik baik phisik
dan mental, yang dapat merefleksikan bagaimana
manusia memandang, bereaksi dan merasakan
situasi dan kondisi yang dialaminya.
Kepribadian adalah organisasi dinamik
dari suatu sistem psikologis yang terdapat dalam
diri seseorang yang pada gilirannya menentukan
penyesuaian-penyesuaian khas yang dilàkukan
terhadap lingkungannya. Artinya, kepribadian dapat diartikan sebagai keseluruhan cara yang
digunakan oleh seseorang untuk bereaksi dan
berinteraksi dengan orang lain.
Sedangkan menurut Robbins (1996:85)
konsepsi kepribadian adalah : “total jumlah dan
cara-cara dimana mana seorang individu beraksi
dan berinteraksi dengan orang lain”. Lebih lanjut
Robbins menyatakan kepribadian adalah fungsi
dari hereditasi pembawaan sejak lahir dan
lingkungan/pengalaman.
Berdasarkan konsepsi tersebut menunjukan jika kepribadian menunjukan aksi dari
reaksi dan seorang individu, dalam menentukan
sikap yang diambil dalam menghadapi suatu situasi
tertentu. Menurut Gordon Allport dalam Robbins
(2009:139), bahwa “kepribadian merupakan
organisasi yang dinamis dalam diri individu tentang
sistem psikofisik yang menentukan penyesuaiannya
yang unik terhadap lingkungannya”. Dari
6
pengertian diatas mengandung makna bahwa
kepribadian itu dapat berubah-ubah dan bersifat
unik untuk penyesuaian terhadap lingkungannya.
Menurut Mc Shane (2005:60) menjelaskan
bahwa MBTI pada dasarnya merupakan tes
kepribadian yang menanyakan tentang bagaimana biasanya seseorang merasa atau bertindak dalam
situasi tertentu. Berdasarkan jawaban-jawaban
yang diberikan individu-individu terhadap tes
tersebut, para individu tersebut diklasifikasikan
sebagai berikut :
Ekstrovert dan introvert
Kepribadian yang menggambarkan
seseorang yang supel, riang dan percaya
diri.
Sensing (rasa)/intuition (intuitif)
Tipe sensing menggunakan struktur organisasi untuk memperoleh rincian
faktual dan lebih kuantitatif. Sebaliknya,
orang-orang intuitif mengumpulkan
informasi nonsystematically. Mereka lebih
mengandalkan fakta subjektif serta intuisi
dan inspirasi belaka.
Thinking (berpikir)/feeling (merasa)
Tipe thinking bergantung pada logika
sebab-akibat rasional dan metode ilmiah
untuk membuat keputusan, Mereka
menimbang bukti secara objektif dan tidak
emosi, di sisi lain feeling mempertimbangkan bagaimana pilihan
mereka mempengaruhi orang lain. Mereka
menimbang pilihan terhadap nilai-nilai
pribadi mereka lebih dari logika rasional.
Judging (menilai)/perceiving (memahami)
Beberapa orang lebih suka urutan dan
struktur dalam hubungan mereka dengan
kata luar. Tipe Judging menikmati kontrol
pengambilan keputusan dan ingin
menyelesaikan masalah dengan cepat.
Sebaliknya, tipe perceiving lebih fleksibel. Mereka suka spontan beradaptasi dengan
peristiwa yang terungkap dan ingin
menyimpan pilihan mereka terbuka.
Konsep Politik Organisasi
Menurut Dwi Irawati (2007;191-198)
Politik dipersepsikan sebagai referensi mengenai
individu-individu lain dalam organisasi, yang
mengacu pada perilaku manusia. Dwi Irawati
(2007) menyatakan bahwa studi mengenai politik
organisasi mendapatkan perhatian yang meningkat
dalam berbagai literature manajemen. Menurut Noe, et al., (2002) dewasa ini
perilaku dan politik dalam organisasi memiliki
implikasi praktis bagi pengelolaan sumber daya
manusia organisasi yang semakin strategis dalam
penciptaan keunggulan kompetitif.
Studi yang dilakukan oleh Grandz &
Murray (dalam Vigoda, 2000) menunjukkan bahwa
politik organisasi diartikan sesuatu yang buruk,
tidak adil, tidak rasional, dan merupakan perilaku
yang tidak sehat. Namun, beberapa studi lain yakin
bahwa perilaku politik dibutuhkan jika seseorang
ingin menjadi anggota yang baik atau manajer
sukses yang selanjutnya akan memiliki karir bagus
di tempat kerja. Karena itu, politik organisasi dipahami sebagai suatu proses yang dinamis untuk
mempengaruhi outcome organisasi yang relevan,
terkait dengan pelaksanaan serangkaian tugas yang
dibebankan. Dengan adanya politik oragnisasi,
kondisi kerja dalam organisasi relative aman bagi
anggota sehingga diharapkan kinerja anggota
meningkat serta tercipta perilaku saling membantu
dalam menyelesaikan pekerjaan.
Prefer (dalam Vigoda, 2000) memberikan
pengertian mengenai politik organsiasi sebagai
aktivitas yang digunakan seseorang untuk
mendapatkan, meningkatkan, menggunakan kekuasaan serta sumberdaya lainnya untuk
menghasilkan outcome yang diinginkan pada
situasi ketidakpastian atau ketidaksepakatan.
Pendapat serupa juga didukung oleh Fetris, Fedor,
Chachere, & Pondyu (dalam Vigoda, 2000), yang
memberikan pengertian politik organisasi sebagai
proses pengaruh sosial dimana perilaku didesain
secara strategis untuk memaksimalkan self-interest
dalam jangka panjang maupun jangka pendek yang
konsisten dengan kepentingan orang lain
Perilaku politik adalah persepsi yang mencerminkan opini anggota secara individual
mengenai iklim sosial politik organisasi dimana
perilaku didesain secara strategis untuk
memaksimalkan kepentingan jangka pendek
(Judge & Bretz, 1994). Ada dua faktor yang
mempengaruhi politik dalam organisasi, yaitu
faktor organisasi dan faktor individu (Robins,
1996).
Secara formal, politik organisasi
dirumuskan sebagai manajemen mempengaruhi
untuk memperoleh hasil akhir, tanpa memperdulikan persetujuan ataupun
ketidaksetujuan organisasi. Konsisten dengan itu,
politik organisasi dapat dirumuskan sebagai
perilaku self interest yang mengakibatkan ketidak
efektifan individual dan organisasional, karenanya,
teori politisasi dirumuskan ke dalam sejumlah
politik yang tidak etis dan self interest. Politik
dirumuskan sebagai aktivitas atau perilaku
organisasional yang dilakukan untuk alasan lain
selain efesiensi dan efektivitas organisasional.
Ditingkat organisasional, politik pada bagian tersebut digambarkan sebagai proses yang melekat
pada penggunaan kekuasaan dalam rangka
pengambilan keputusan. Lebih lanjut bahwa politik
organisasi mempresentasikan potensi yang
mengancam efektivitas dan efesiensi organisasi
secara keseluruhan. Ketika politik organisasi masuk
ke dalam proses pembuatan keputusan, keputusan
yang dihasilkan dapat berpengaruh sangat
7
merugikan bagi fungsi dasar dan sasaran
pembuatan keputusan yang dapat dikompromikan.
Politik telah diartikan dalam berbagai
cara, berbagai pendekatan telah digunakan untuk
mengamati fenomena sosial yang luas. Menurut
Randal et al, dalam Haris (2006) bahwa politik organisasi adalah studi tentang aksi kekuasaan.
Kesimpulan rumusan ini adalah meliputi seluruh
proses mempengaruhi yang terjadi dalam latar kerja
sebagaimana dikemukakan oleh Witt (2002) bahwa
politik organisasi sebagai usaha mempengaruhi
untuk mempromosikan self interest yang tidak
disetujui karena merupakan beban ancaman
organisasi yang lebih dekat..
Politik organisasi merupakan kegiatan yang
terdapat dalam organisasi sebagai bagian dari peran
formal seseorang dalam organisasi, dan bersifat
mempengaruhi atau mencoba mempengaruhi distribusi keuntungan dan kerugian dalam
organisasi. Dalam hal Witt (2002) telah
mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi
perilaku politik organisasi adalah :
1. Going along to get head, merupakan
aktivitas setiap individu untuk
mendapatkan kekuasaan.
2. Threre is no place for yes men around
here, tidak ada tempat untuk orang yes
man di sini (organisasi).
3. Good idea are desired even if means disagreeing with supervesor, sebuah ide
yang bagus didorong bahkan ketika tidak
setuju dengan atasan
Persepsi tentang politik organisasional
melibatkan didalamnya mengenai evaluasi
subyektif individu dalam mengamati situasi atau
perilaku sebagai politik. Secara lebih khusus,
persepsi tentang politik organisasional adalah
interprestasi subyektif dari luasnya lingkungan
kerja yang dikarakteristikan oleh hubungan
karyawan dengan supervisor yang kuat yang diikat
dalam perilaku berpolitik atau oleh kebijakan organisasional yang mendorong berperilaku.
Penelitian yang dilakukan oleh Judge &
Bretz (1994) menunjukkan bahwa jika anggota
lebih banyak menggunakan strategi perilaku politik
yang berfokus pada pekerjaan akan berpengaruh
secara negative terhadap pencapaian kesuksesan
karir, baik dalam bentuk intrinsik maupun
ekstrinsik, karena ini menyangkut penilaian
subjektif dari pihak atasan dari pihak atasan
langsung atau supervisor yang disebabkan oleh
pemikiran apabila prestasi kerja bawahan lebih baik dari atasannya maka secara tidak langsung akan
mengancam posisi atasan. Akibatnya, sedikit sekali
kemungkingkinan anggota tersebut akan memiliki
kesempatan untuk dipromosikan.
Konsep Kesuksesan Karir
Karir atau “career” pada dasarnya adalah
istilah teknis dalam administrasi personal
(personnel administration). Dalam beberapa
literature lama atau paradigma tradisional karir
adalah semua pekerjaan atau jabatan yang dimiliki
atau dipegang selama kehidupan kerja seseorang. Karir suatu arah kemajuan professional kata yang
penggunaannya terbatas pada pekerjaan yang
memiliki kemajuan hierarki formal. Jadi paradigma
tradisional karir hanyalah dipandang semata-mata
perkembangan seseorang secara individu dalam
jenjang jabatan/kepangkatan yang dapat dicapai
selama masa kerja dalam suatu organisasi,
pengalaman kerja dalam jalur karir tradisional
hanya berpengaruh pada orang yang menikmati
penghargaan institusional karena keberhasilannya
meningkatkan kedudukan dalam struktur organisasi
yang ditetapkan.
Dalam literatur “baru” atau paradigma
modern, menurut Dries et al, (2008) istilah karir
secara etimologis dapat dipandang dua perspektif
yaitu karir obyektif dan karir subyektif yang
keduanya terfokus pada diri individu. Karir
obyektif adalah urutan-urutan posisi yang diduduki
oleh sesorarang selama masa hidupnya, sedangkan
karir subyerktif adalah suatu perubahan nilai-nilai,
sikap dan motivasi yang berjalan karena proses
kehidupan seseorang menuju ke hari tua. Dari perspektif obyektif maupun perspektif subyektif
menganggap bahwa orang memiliki beberapa
tingkat pengendalian terhadap karir mereka,
sehingga mereka dapat mengubah peluang untuk
memaksimalkan keberhasilan dan kepuasan yang
berasal dari karir mereka. Selanjutnya kedua
perspektif tersebut mengasumsikan bahwa aktivitas
sumber daya manusia haruslah mengenali tahap
karir (career stage) dan membantu mereka dengan
tugas-tugas pengembangan yang mereka hadapi
disetiap tahap karir. Konsekuensi keberhasilan atau
kegagalan karir berhubungan erat dengan konsep diri yakni bakat, minat, kebutuhan, kemampuan
dan identitas diri serta kepuasan setiap individu
terhadap karir dan kehidupannya. Lebih jauh Dries
et al (2008) mengatakan dewasa ini, orang tidak
lagi memfokuskan diri hanya pada karir obyektif
saja, tetapi juga karir subyektif. Oleh karena itu,
telah banyak ditulis tentang pergeseran secara
perlahan dari dasar karir organisasi tradisional dan
kontrak psikologis yang lama mengarah pada
kontrak psikologis jenis karir yang baru.
Satu evolusi nyata perjalanan teori karir dan kesuksesan karir telah terjadi. Wilensky,
(1996) seperti dikutip oleh Dries et al (2008)
melihat karir dari perspektif karir obyektif dan
subyektif, sehinggga ia menyatakan karir sebagai
satu rangkaian dari keterkaitan pekerjaan, disusun
pada satu hirarki prestise, melalui orang lain yang
masuk dalam urutan yang sudah diprediksi.
Sedangkan, Super (1980) juga memandang karir
8
dari perspektif karir obyektif dan subyektif. Karir
didefiniskan sebagai kombinasi dan urutan dari
peran yang dimainkan oleh seseorang selama
sepanjang umur hidupnya. Selanjutnya, Arthur,
Hall dan Lawrence, (1989) karir dianggap sebagai
peningkatan urutan dari pengalaman pekerjaan seseorang sepanjang waktu yaitu ketetapan mana
pilihan karir. Evolusi dari “pengalaman kerja”
dicerminkan pada post-modern dalam ilmu
pengetahuan sosial selama 1980an, sehingga
perhatian terus meningkat pada evolusi perubahan
dari karir obyektif ke arah karir subyektif dari
lingkup pekerjaan. Pada umumnya yang
mempengaruhi karir seseorang adalah: keluarga,
lingkungan, pendidikan, saran-saran mengenai
sumber karir, peran karyawan itu sendiri.
Menurut Gibson, Ivancevich & Donnelly,
(2009:304) mendefinisikan karir sebagai; “Serangkaian perasaan individual dari sikap dan
prilaku yang berkaitan dengan pengalaman kerja
dan aktivitas selama rentang waktu dalam
kehidupan seseorang”.
Kesuksesan karir berhubungan dengan
kepuasan terhadap hasil yang didapatkan dalam
suatu pengalaman kerja. Mempertegas itu Judge
and Bretz (1994); Stumpf (1982) dalam Chen
(2010): “kesuksesan karir adalah hasil psikologis
positif dan akumulasi dari pengalaman kerja yang
dialami seorang karyawan dalam sebuah organisasi. Pada kondisi tersebut individu merasakan telah
memperoleh keberhasilan dalam menjalani
karirnya. Dengan kata lain kesuksesan karir adalah
bagaimana sisi psikologis dari individu dalam
menilai hasil akumulasi dari hasil kerja, dan
manfaat yang didapatkan oleh individu tersebut.
Berdasarkan riset terakhir Super, Savickas,
& Super dalam Jin, Watkins dan Yuen, (2009)
menggambarkan bahwa perjalanan karir seseorang
melalui suatu rangkaian tahapan yang relatif bisa
diprediksi, mulai dengan eksplorasi dan investigasi
awal terhadap kesempatan karir dan berakhir dengan pensiun.
Pertama, tahap karir awal adalah suatu
tahap dimana seseorang/individu pada saat
memasuki sebuah organisasi (getting-in phase),
seseorang/individu mencari gambaran realistik
mengenai organisasi, dan mencari pekerjaan yang
paling cocok dengan keahlian, pengalaman,
referensi, dan minat serta nilai-nilai yang sesuai
dengan dirinya. Selanjutnya seseorang/individu
mencoba menjadi partisipan yang baik agar dapat
diterima atau masuk pada sebuah kelompok kerja; menjalin hubungan dengan rekan sekerja atau para
atasan dan menunjukkan kompetensi, serta
menentukan perannya (breaking-in phase), sampai
pada penataan (setting-in phase).
Karir awal (early career)
seseorang/individu tidaklah selalu berjalan sesuai
dengan harapan. Biasanya muncul berbagai
masalah yang dihadapi: seperti harapan tidak
sesusai dengan kenyataan yang ada
seseorang/individu akan frustrasi dan tidak puas.
Oleh karena itu, organisasi harus membantu dalam
eksplorasi karir dan menentukan jalur karir yang
realistik dan fleksibel serta memformulasikan
rencana karir sesuai dengan harapan mereka. Kedua, tahap karir pertengahan adalah
suatu tahap di mana seseorang/individu telah dapat
mengatasi masalah pada karir awal, berikutnya
bergerak menuju ke periode stabilitas karena sudah
dianggap produktif, sudah lebih tampak, dan dapat
memikul tanggung jawab yang lebih berat yang
ditandai dengan kemapanan dan promosi. Tahap
karir pertengahan (middle career) seringkali
ditunjukkan dalam bentuk penugasan khusus,
transfer dan promosi yang lebih tinggi
kedudukannya dan lain sebagainya.
Di tengah perjalanan melalui tahap pertengahan karir ini kebanyakan individu
mengalami suatu transisi atau perubahan menjadi
krisis pertengahan karir (midcareer).
Seseorang/individu mengkaji ulang pencapaiannya
sampai pada saat itu dan kemungkinan untuk
mencapai karir pribadi dan tujuan hidup di masa
akan datang. Perubahan pada pertengahan karir
dapat terjadi dengan pengkajian ulang terhadap
faktor-faktor, seperti merekonstruksi keputusan
karir, mencari kemapanan keuangan, posisi jabatan,
kejenuhan, kegelisahan, tempat kerja yang lebih baik atau pencarian iklim organisasi yang lebih
kondusif.
Ketiga, tahap karir akhir adalah di mana
individu menjernihkan dirinya sendiri dan anggota
organisasi lainnya dengan peran yang tepat yang
hendak dinaikkan di dalam orgaisasi. Individu yang
mampu dan produktif dapat memikul peran yang
tinggi sebagai pilihan karir. Dan sebaliknya akan
memikul peran yang lebih rendah bagi individu
yang tidak mampu atau tidak produktif.
Sebagai akhir dari perjalan karir, individu
mulai mengendurkan diri dari beban tugasnya dan bersiap untuk masuk ke masa pensiun. Tidak
sedikit individu dalam menjalankan tugas-tugas
utama periode karir akhir (late career) adalah agar
tetap produktif dan mempersiapkan diri untuk
memasuki masa pensiun yang efektif. Individu
akan dapat menyesuaikan diri dengan karir akhir
bilamana mampu menjaga sikap positif, berfikir ke
depan dengan menerima dukungan dari semua
pihak.
Menurut Noe, et al, (2006 : 378) konsep
baru tentang karir adalah yaitu karir yang senantiasa berubah seiring berubahnya minat,
kemampuan, nilai dan lingkungan kerja seseorang.
Dalam pengembangan karir perlu dipahami dua
proses, yaitu bagaimana seseorang merencanakan
dan mengimplementasikan tujuan karirnya sendiri
(career planning) dan bagaimana institusi
merancang dan mengimplementasikan program
pengembangan karirnya (career management).
9
Edgar Schein dalam Dessler (2007)
mengatakan bahwa perencanaan karir merupakan
satu proses penemuan yang berkesinambungan,
proses dimana seseorang secara perlahan-lahan
mengembangkan suatu konsep diri tentang okupasi
yang lebih jelas dilihat dari segi apa yang merupakan bakatnya, kemampuannya, motif,
kebutuhan dan sikap serta nilai-nilainya.
Berdasarkan kepada kajian pustaka,
pertanyaan mengenai pada situasi seperti apa
seorang individu menyatakan telah mencapai karir
yang sukses, dapat terjawab. Kesuksesan karir
dirasakan individu ketika ia mendapatkan
kesuksesan karir secara objektif dan subjektif.
Menurut Luthans (2008:244) kesukesan karir
individu, secara objektif dan subjektif di ukur ke
dalam lima indikator utama penilaian akan
kesuksesan karir yaitu: 1. Pekerjaan itu sendiri, kepuasan akan tipe
pekerjaan yang dimiliki adalah sumber utama
kepuasan. Karakteristik pekerjaan dan
kompleksitas pekerjaan dihubungan dengan
minat, sistem nilai dan kemauan dari diri
individu.
2. Gaji, nilai moneter yang diberikan untuk
memenuhi kebutuhan dasar individu, yang
diberikan organisasi sebagai balas jasa atas
kontribusi yang diberikan.
3. Promosi, penghargaan yang diberikan organisasi dengan meningkatkan hirarki
kedudukan dalam organisasi. Pemberian
promosi ini dilakukan dengan memberikan
kedudukan dan tanggungjawab yang lebih
besar terhadap individu.
4. Pengawas, seberapa baik pimpinan dapat
memberikan nasihat, pengarahan dan bantuan
terhadap individu ketika membutuhkan.
5. Kelompok kerja, sejauhmana tingkat
kohektivitas (kooperatif) kelompok dalam
bekerja sama
6. Kondisi kerja, bagaimana kondisi lingkungan dalam menciptakan kondisi kerja yang
kondusif untuk melaksanakan aktivitas
kerjanya.
Kesuksesan karir menurut para ahli terdiri
dari kesuksesan karir dalam pandangan objektif dan
subjektif. Penilaian pada pandangan kesuksesan
karir secara objektif, diukur oleh fakton-faktor
yang “tangible” yang diukur secara jelas (gaji dan
promosi). Pada pandangan secana subjektif dilihat
dari faktor-faktor “intngible” seperti: kepuasan
pekerjaan, kondisi kerja, kelompok kerja, dan lain sebagainya (Luthans, 2006:244).
Konsep Kinerja Pegawai
Istilah kinerja berasal dari kata Job
Performance atau Actual Performance (prestasi
kerja atau prestasi sesungguhnya yang dicapai oleh
seseorang). Sedangkan menurut Mathis, R.I dan
Jackson, John. J, (2001:78) kinerja pada dasarnya
adalah apa yang dilakukan atau tidak dilakukan
karyawan. Sedangkan kinerja karyawan menurut
Mangkunegara, A.P, (2004;67) adalah hasil kerja
yang dicapai oleh seorang karyawan atau organisasi
dalam melaksanakan tugas dan pekerjaan sesuai
dengan tanggungjawab dan wewenang yang diberikan kepadanya mencakup : (1) kuantitas
output, (2) kualitas output, (3) jangka waktu output,
(4) kehadiran tempat kerja dan (5) sikap
kooperatif. Beberapa indikator dari kinerja,
disamping kualitas kerja dan kuantitas kerja juga
bisa mencakup keandalan dan sikap. Menurut
Grifin, (1987) kinerja adalah salah satu kumpulan
total dari kerja yang ada pada diri pekerja. Kinerja
merupakan salah satu tolak ukur dari kinerja
individu.
Kinerja merupakan penampilan hasil kerja individu baik secara kuantitas maupun kualitas.
Menurut Ilyas (2002) kinerja individu berupa
penampilan kerja. Kinerja merupakan interaksi
yang kompleks dan kontribusi yang dihasilkan
dalam organisasi. Bernardin dan Russel dalam
Ruky (2003) memberikan definisi tentang
perfomance sebagai hasil atau apa yang keluar
(outcom) dan sebuah pekerjaan dan kontribusi
mereka pada organisasi. Seiring dengan ini,
Dharma (1985) berpendapat bahwa kinerja adalah
sesuatu yang dikerjakan atau produk/jasa yang dihasilkan atau diberikan oleh seorang.
Hal ini sesuai dengan pendapat Suprihanto
(1988) yang mengemukakan bahwa hasil kerja
seorang karyawan selama periode tententu
dibandingkan dengan berbagai ukuran misalnya
standar, target/sasaran atau kriteria yang telah
ditentukan terlebih dahulu dan telah disepakati
bersama. Moenir (1998) mendefinisikan kinerja
sebagai hasil kerja seseorang pada kesatuan waktu
atau ukuran tertentu.
Menurut Rivai (2005,15) menyatakan
bahwa kinerja individu adalah hasil atau tingkat keberhasilan individu secara keseluruhan dalam
periode tertentu di dalam melaksanakan tugas
dibandingkan dengan berbagai kemungkinan,
seperti standar hasil kerja, target atan sasaran
kriteria yang telah ditentukan terlebih dahulu dan
telah disepakati bersama.
Kinerja karyawan merupakan suatu hal
yang terjadi karena adanya perjanjian hubungan
kerja, kinerja karyawan juga dipandang sebagai
campuran dari kenyataan yang dihubungkan oleh
suatu gagasan. Kinerja karyawan mewakili pengumpulan tingkah laku yang terjadi melebihi
waktu, konteks dan orang. Kinerja karyawan juga
menggambarkan standar atau dasar eksternal yaitu
kumpulan khas oleh suatu perusahaan dan dinilai
oleh manajer tenaga kerja (Kreitner dan Angelo,
2001). Seorang karyawan yang mempunyai sikap
mendukung atau memihak terhadap suatu
pekerjaan berarti mempunyai sikap yang terarah
10
positif terhadap pekerjaan tersebut, sebaliknya
seorang karyawan yang tidak memihak atau tidak
mendukung suatu pekerjaan berarti mempunyai
sikap yang terarah negatif terhadap pekerjaannya
(Sax, 1980).
McCloy, et al., (1994). Mereka mengajukan defenisi kinerja kerja sebagai
perilaku-perilaku atau tindakan-tindakan yang
relevan terhadap tercapainya tujuan organisasi
(goal-relevant action). Tujuan-tujuan tersebut
bergantung pada wewenang penilai yang
menentukan tujuan apa yang harus dicapai oleh
karyawan, oleh sebab itu, kinerja kerja bukan
merupakan hasil dari tindakan atau perilaku
melainkan tindakan itu sendiri.
Menurut Rotundo & Sackett (2002),
kinerja kerja adalah semua tindakan-tindakan atau
perilaku-perilaku yang dikontrol oleh individu dan memberikan kontribusi bagi pencapaian tujuan-
tujuan organisasi. Lebih lanjut Rotundo & Sackett
(2002) mengatakan, ada 3 (tiga) komponen besar
kinerja kerja yaitu: (1) kinerja tugas
(taskperformance), (2) kinerja keanggotaan
(citizenship performance) dan (3) kinerja
kontraproduktif (counter productive performance).
Kinerja tugas adalah penyelesaian tugas-
tugas dan tanggungjawab yang berhubungan
dengan tugas yang diberikan, meliputi perilaku
yang menghasilkan barang dan jasa atau pelayanan. Tugas-tugas tersebut adalah tugas-tugas yang
diakui secara formal dan berbeda antara satu
orgainisasi dengan organisasi yang lain. Kinerja
keanggotaan menunjukkan perilaku keterlibatan di
dalam kehidupan politik organisasi dan
mempromosikan citra organisasi yang positif dan
menyenangkan. Kinerja keanggotaan memberikan
sumbangan bagi tercapainya tujuan-tujuan
organisasi dalam bentuk mengusahakan lingkungan
sosial dan lingkungan psikologis yang
menyenangkan. Komponen kinerja yang ketiga
yaitu: kinerja kontraproduktif, mengacu pada perilaku sukarela yang merugikan kesejahteraan
organisasi serta merugikan keanggotaannya sendiri
di dalam organisasi.
Menurut Cherrington (1994), kinerja kerja
menunjukkan pencapaian target kerja yang
berkaitan dengan kualitas, kuantitas dan waktu.
Pencapaian kinerja kerja tersebut dipengaruhi oleh
kecakapan dan motivasi. Kinerja kerja yang
optimum akan tercapai jika organisasi dapat
memilih karyawan yang memiliki motivasi dan
kecakapan yang sesuai dengan pekerjaannya serta memiliki kondisi yang memungkinkan mereka agar
dapat bekerja secara maksimal.
Berdasarkan uraian-uraian di atas, secara
umum disimpulkan bahwa kinerja kerja adalah
kegiatan yang menghasilkan suatu akibat,
pelaksanaan suatu tindakan atau serangkaian
tindakan penyelesaian suatu pekerjaan untuk
mencapai tujuan-tujuan organisasi. Kinerja kerja
menunjuk pada cara penyelesaian tugas pekerjaan
yang diberikan oleh organisasi baik dengan
melakukan tugas utamanya maupun dengan
mendukung kegiatan-kegiatan yang
diselenggarakan oleh organisasi.
Kinerja kerja seorang individu merupakan gabungan dari kemampuan, usaha dan kesempatan
yang dapat diukur dari akibat yang dihasilkan, oleh
karena itu kinerja kerja bukan menyangkut
karakteristik pribadi yang ditunjukkan oleh
seseorang melainkan hasil kerja yang telah dan
akan dilakukan oleh seseorang.
Bernadin H. John Joyce E A Russel
(1993), bahwa kinerja sebagai catatan keberhasilan
yang dihasilkan dari fungsi suatu pekerjaan
tertentu/kegiatan selama periode tertentu.
Menurutnya ada enam kategori untuk mengukur
kinerja karyawan yaitu kualitas, kuantitas, ketepatan waktu, efektifitas, kemandirian dan
komitmen kerja. Sementara Seymour (1991),
kinerja sebagai pelaksanaan tugas yang diukur;
sedangkan Byors dan Rue (1998), kinerja
merupakan derajat penyelesaian tugas yang
menyertai pekerjaan seseorang yang seberapa baik
individu memenuhi permintaan pekerjaan. Kinerja
diartikan sebagai tingkatan pekerjaan aktual yang
dilaksanakan oleh para karyawan (Shore, Newton,
dan Thornton 1990).
Untuk mengetahui tinggi rendahnya kinerja seseorang, maka perlu dilakukan penilaian
kinerja. Penilaian kinerja pegawai diterapkan
secara objektif terlihat paling sedikit dua
kepentingan, yaitu kepentingan individu yang
bersangkutan dan kepentingan bagi organisasi.
Menurut Handoko (2001:21) penilaian kinerja
merupakan umpan balik dari beberapa hal, yaitu
kemampuan, ketelitian, kekeluargaan dan
potensinya yang pada sangat berguna untuk
menentukan tujuan, jalur, rencana dan
pengembangan karirnya.
Gomes (2001) menyebutkan bahwa penilaian kinerja bagi organisasi dapat bermanfaat
untuk:
a. Mendorong peningkatan kinerja.
Dengan mengetahui hasil kerja, pihak
yang terlibat dapat mengambil
berbagai langkah yang diperlukan
agar kinerja karyawan lebih
meningkatkan lagi di masa yang akan
dating.
b. Sebagai pengambilan keputusan
dalam pemberian imbalan. Telah dimaklumi imbalan yang diberikan
oleh organisasi kepada karyawan
tidak hanya terbatas pada upah atau
gaji yang merupakan penghasilan
tetap bagi para karyawan, akan tetapi
juga berbagai imbalan lainnya seperti
bonus pada akhir tahun, dan insentif
lainnya.
11
c. Untuk kepentingan mutasi karyawan,
misalnya seperti promosi, alih tugas,
alih wilayah atau demosi.
d. Guna menyusun program pendidikan
dan pelatihan, baik yang dimaksudkan
untuk mengatasi berbagai kekurangan dari kelemahan maupun untuk
mengembangkan potensi karyawan.
e. Membantu pegawai menentukan
rencana karirnya.
Menurut A. Dale Timple dalam
Mangkunegara (2005,14) menjelaskan bahwa
kinerja dipengaruhi oleh tiga faktor, yaitu:
1. Faktor individual yang terdiri dari
kemampuan dan keahlian, latar
belakang, dan demografi.
2. Faktor psikologi yang terdiri dari persepsi, sikap, kepribadian,
pembelajaran, dan motivasi.
3. Faktor organisasi yang terdiri dari
sumber daya, kepemimpinan,
penghargaan, struktur dan job design.
Lebih lanjut Timple dalam Mangkunegara
(2005,15), menjelaskan bahwa faktor-faktor kinerja
terdiri dari faktor internal dan faktor eksternal.
Faktor internal adalah faktor-faktor yang
berhubungan dengan sifat-sifat seseorang. Faktor
eksternal, yaitu faktor-faktor yang terkait dengan faktor yang mempengaruhi kinerja individu yang
berasal dari lingkungan, seperti perilaku, sikap dan
tindakan-tindakan rekan kerja, bawahan atau
pimpinan, fasilitas kerja, politik organisasi.
Dari pendapat-pendapat para ahli diatas
maka indicator-indikator kinerja karyawan dapat
dilakukan penilainnya melalui : kuantitas
pekerjaan, pengetahuan pekerjaan, kualitas kerja,
kreativitas, kooperatif.
Penelitian Sebelumnya
Selain melakukan kajian literature penulis juga melakukan kajian terhadap beberapa hasil
penelitian terdahulu yang memiliki relevansi
dengan penelitian penulis tentang, kepribadian,
politik organisasi, kesuksesann karier, dan kinerja