PENGARUH KEPEMILIKAN KELUARGA DAN KONSENTRASINYA TERHADAP KEPUTUSAN DAN ABNORMAL RETURN MERGER DAN AKUISISI: STUDI KOMPARASI PERUSAHAAN KELUARGA – NON KELUARGA YANG TERDAFTAR DI BEI TAHUN 2008-2013 Sheila Esther Octavia Silalahi Program Studi S1 Reguler Departemen Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh kepemilikan keluarga terhadap keputusan perusahaan non finansial dalam melakukan merjer dan akuisisi. Penelitian ini juga menguji pengaruh kepemilikan keluarga terhadap cumulative abnormal return, ketika perusahaan memutuskan untuk melakukan merger dan akuisisi. Regresi logistik untuk 249 perusahaan dalam 6 tahun penelitian menemukan bahwa perusahaan dengan kepemilikan keluarga secara signifikan lebih pasif dalam melakukan kegiatan merjer dan akuisisi. Secara umum, seiring pertambahan persentase kepemilikan keluarga, efek entrenchment semakin menguat. Walaupun begitu, pengaruh persentase kepemilikan dalam berbagai rentang ditemukan berbeda, dikarenakan ada hubungan non linear antara konsentrasi kepemilikan dengan keputusan merger dan akuisisi. Regresi OLS menemukan bahwa walaupun sentimen pasar akan kegiatan merjer dan akuisisi secara umum positif, namun efeknya melemah seiring dengan pertambahan persentase kepemilikan dalam perusahaan bidder keluarga. Kata kunci: Perusahaan Keluarga, Merjer dan Akuisisi, Logistik, Efek Entrenchment – Alignment, Event Study. ABSTRACT This research aims to examine the impact of family ownership to merger and acquisition decision. This research also aims to examine the difference of family ownership in terms of market sentiment proxied by stock cumulative abnormal return following merger and acquisition. Logistic regression for 249 firms in 6 years discovers that family firms are significantly more passive towards merger and acquisition decision, and this entrenchment effect is reinforced as the family percentage increases. However, it is found that there is non linear relationship between family percentage and its decision to merge and acquire. OLS regression finds that even when merger and acquisition decision generally create positive value on abnormal return, this effect is weakened as family ownership percentage increases in bidder firm. Key Words: Family Firm, Merger and Acquisition, Logistic, Entrenchment - Alignment Effect, Event Study. Pengaruh kepemilikan ..., Silalahi, Sheila Esther Octavia, FEB UI, 2016
18
Embed
PENGARUH KEPEMILIKAN KELUARGA DAN KONSENTRASINYA …
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
PENGARUH KEPEMILIKAN KELUARGA DAN KONSENTRASINYA TERHADAP KEPUTUSAN DAN ABNORMAL RETURN MERGER DAN AKUISISI: STUDI KOMPARASI PERUSAHAAN KELUARGA – NON
KELUARGA YANG TERDAFTAR DI BEI TAHUN 2008-2013
Sheila Esther Octavia Silalahi
Program Studi S1 Reguler
Departemen Manajemen
Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh kepemilikan keluarga terhadap keputusan perusahaan non finansial dalam melakukan merjer dan akuisisi. Penelitian ini juga menguji pengaruh kepemilikan keluarga terhadap cumulative abnormal return, ketika perusahaan memutuskan untuk melakukan merger dan akuisisi. Regresi logistik untuk 249 perusahaan dalam 6 tahun penelitian menemukan bahwa perusahaan dengan kepemilikan keluarga secara signifikan lebih pasif dalam melakukan kegiatan merjer dan akuisisi. Secara umum, seiring pertambahan persentase kepemilikan keluarga, efek entrenchment semakin menguat. Walaupun begitu, pengaruh persentase kepemilikan dalam berbagai rentang ditemukan berbeda, dikarenakan ada hubungan non linear antara konsentrasi kepemilikan dengan keputusan merger dan akuisisi. Regresi OLS menemukan bahwa walaupun sentimen pasar akan kegiatan merjer dan akuisisi secara umum positif, namun efeknya melemah seiring dengan pertambahan persentase kepemilikan dalam perusahaan bidder keluarga.
Kata kunci: Perusahaan Keluarga, Merjer dan Akuisisi, Logistik, Efek Entrenchment – Alignment, Event Study.
ABSTRACT
This research aims to examine the impact of family ownership to merger and acquisition decision. This research also aims to examine the difference of family ownership in terms of market sentiment proxied by stock cumulative abnormal return following merger and acquisition. Logistic regression for 249 firms in 6 years discovers that family firms are significantly more passive towards merger and acquisition decision, and this entrenchment effect is reinforced as the family percentage increases. However, it is found that there is non linear relationship between family percentage and its decision to merge and acquire. OLS regression finds that even when merger and acquisition decision generally create positive value on abnormal return, this effect is weakened as family ownership percentage increases in bidder firm.
Key Words: Family Firm, Merger and Acquisition, Logistic, Entrenchment - Alignment Effect, Event Study.
Pengaruh kepemilikan ..., Silalahi, Sheila Esther Octavia, FEB UI, 2016
1. Latar Belakang
Menghadapi kompetisi yang semakin ketat, setiap perusahaan dalam berbagai negara harus
memikirkan strategi untuk mempertahankan keberlangsungan dan menjaga profitabilitas. Merger
dan akuisisi dianggap sebagai salah satu pendorong pertumbuhan yang cepat. Di Asia, aktivitas
merger dan akuisisi tergolong lambat dimulai. Akibatnya, banyak literatur yang hanya membahas
merger dan akuisisi di negara-negara non Asia, khususnya negara maju. Padahal, ada perbedaan
karakteristik yang signifikan terlihat di antara negara-negara Asia dibandingkan dengan negara
maju. Berdasarkan struktur kepemilikannya, perusahaan-perusahaan di seluruh dunia secara
umum dibagi menjadi 2: perusahaan dengan dispersed ownership dan perusahaan dengan
concentrated ownership. Dispersed ownership berarti perusahaan tersebut dimiliki oleh banyak
pemegang saham, masing-masing dalam jumlah sedikit, sementara concentrated ownership
berarti perusahaan hanya dimiliki oleh sebagian kecil pemegang saham dengan beberapa dan /
atau semuanya memiliki jumlah yang signifikan.
Mayoritas perusahaan di Asia Tenggara, termasuk Indonesia didominasi oleh perusahaan
yang kepemilikannya terkonsentrasi, salah satu bentuk kepemilikan adalah perusahaan dengan
kepemilikan keluarga. Perusahaan dengan kepemilikan keluarga dan non keluarga memiliki
perbedaan, dari segi orientasi bisnis, fleksibilitas dan masalah keagenan. Intinya, perusahaan
keluarga memiliki tendensi untuk mempertahankan kontrolnya atas perusahaan. Survey PWC1
mencatat sekitar 40% responden dari 40 negara di dunia termasuk Indonesia setuju bahwa isu
profesionalisme bisnis dan kompetisi menjadi tantangan perusahaan untuk 5 tahun ke depan.
Merger dan akuisisi, walau memberikan banyak keuntungan dan mampu menyelesaikan isu-isu
yang dihadapi perusahaan keluarga di masa depan misalnya profesionalisme, beresiko mendilusi
kepemilikan keluarga dalam perusahaan. Hal ini juga berlaku pada perusahaan yang melakukan
akuisisi (acquirer), baik yang langsung (dengan metode pembayaran stock) ataupun tidak
langsung (dengan metode pembayaran kas). Martynova dan Renneboog (2009) membuktikan
secara signifikan bahwa pembayaran akuisisi dalam bentuk kas berpengaruh terhadap
diterbitkannya ekuitas baru di masa yang akan datang, menyebabkan dilusi kepemilikan.
Perkembangan aktivitas merger dan akuisisi, kontras dengan banyaknya perusahaan publik yang
dikendalikan oleh keluarga di Indonesia menjadi motivasi peneliti untuk melihat adakah
1 Publikasi PWC: Survey Bisnis Keluarga Indonesia (2014)
Pengaruh kepemilikan ..., Silalahi, Sheila Esther Octavia, FEB UI, 2016
perbedaan perilaku antar perusahaan keluarga dan perusahaan non keluarga di dalam mengambil
keputusan terkait merger dan akuisisi.
2. Tinjauan Teoritis
Aktivitas merger dan akuisisi dilakukan untuk berbagai tujuan. Implikasi merger dan
akuisisi bernilai positif jika kegiatan merger dan akuisisi dianggap menciptakan sinergi, baik
finansial maupun operasional, dan pertumbuhan perusahaan. Sinergi finansial biasanya
diproksikan dengan average cost of capital (WACC) perusahaan bidding. Adanya merger dan
akuisisi menyebabkan cash flow beberapa perusahaan bergabung (terkonsolidasi), yang
menyebabkan berkurangnya resiko terkait volatilitas cash flow. Halpern (1982) mengemukakan
bahwa diversifikasi dalam merger dan akuisisi menyebabkan berkurangnya kemungkinan
perusahaan untuk bangkrut. Gaughan (2007) juga menemukan hal yang sama, perusahaan yang
lebih besar biasanya memiliki average cost of capital yang lebih rendah, bahkan ketika
menerbitkan hutang (bonds) dikarenakan adanya peningkatan kapasitas hutang. Sinergi
operasional terjadi ketika biaya produksi rata-rata berkurang akibat adanya economies of scale
(Halpern, 1982). Sementara, pertumbuhan perusahaan melalui merger dan akuisisi diakselerasi
dengan adanya peningkatan penetrasi pasar (Gaughan, 2007).
Selain memberikan implikasi positif, merger dan akuisisi dapat pula bernilai negatif, yang
paling tidak didukung oleh 3 hipotesis. Hipotesis Jensen (1988) yang disebut free cash flow
hypothesis menemukan bahwa manager perusahaan cenderung akan mengambil investasi yang
memiliki nilai NPV yang negatif dibandingkan dengan membayarkan dividen dalam bentuk kas,
ketika perusahaan memiliki cash flow. Lang et al. (1991), Smith dan Kim (1994) menemukan
bahwa perusahaan yang memiliki cash flow yang tinggi memiliki return yang negatif ketika
melakukan merger dan akuisisi. Hal tersebut dapat terjadi pula akibat hipotesis selanjutnya, yaitu
hubris (overconfidence hypothesis) bahwa manajer overconfidence akan kemampuannya dalam
memprediksi sinergi yang terjadi ketika perusahaan melakukan merger dan akuisisi. Hipotesis
hubris didukung oleh beberapa penemuan (Dodd (1980); Varaiya (1985)) yang menemukan
bahwa terdapat abnormal stock return yang signifikan negatif pada perusahaan bidder. Hipotesis
yang ketiga adalah management empire building yang berargumen bahwa akuisisi dapat
Pengaruh kepemilikan ..., Silalahi, Sheila Esther Octavia, FEB UI, 2016
dimotivasi oleh keinginan manajemen untuk mengontrol empire besar yang sebenarnya tidak
memiliki value added, bahkan value destroying ketika diakuisisi oleh perusahaan (Halpern,
1982).
Di negara-negara Asia, khususnya Asia Tenggara, kegiatan merger dan akuisisi belum
banyak dibahas oleh literatur dikarenakan baru mulai marak tahun 2002, sementara di Amerika
sudah marak semenjak tahun 1897. Hal ini sangat disayangkan, mengingat perbedaan besar
kedua bagian dunia ini. Salah satu perbedaannya terletak pada struktur kepemilikan perusahaan.
La Porta et al. (1999) menemukan bahwa negara di Asia cenderung dimiliki secara
terkonsentrasi, yang berarti saham mayoritasnya dimiliki oleh sekelompok orang, sedangkan di
Amerika dimiliki secara menyebar (dispersed). Kepemilikan terkonsentrasi sering didapatkan
pada perusahaan-perusahaan keluarga. Perusahaan keluarga memiliki karakter yang unik jika
dibandingkan dengan perusahaan non keluarga, misalnya orientasinya jangka panjang dan lebih
mementingkan keberlangsungan perusahaan di masa depan. Perusahaan dengan kepemilikan
keluarga juga menghadapi masalah keagenan yang berbeda dibandingkan perusahaan non
keluarga. Masalah keagenan yang dihadapi perusahaan, pada umumnya terbagi menjadi 2 tipe.
Tipe 1 adalah konflik kepentingan yang terjadi antara investor dengan manajer dalam perusahaan
(Ross et al., 2008). Tipe 2 merupakan konflik kepentingan yang terjadi antara pemegang saham
minoritas dengan mayoritas karena pemegang saham mayoritas memiliki kemampuan yang lebih
besar (voting right yang lebih besar) untuk mengarahkan keputusan-keputusan perusahaan.
Contohnya dalam perusahaan keluarga, Ward (1991) dalam Hasan et al. (2014) menemukan
bahwa pemilik perusahaan dengan kepemilikan keluarga takut kehilangan kontrol dan cenderung
tidak percaya dengan kemampuan manajer dalam menghadapi situasi kompetitif. Kemampuan
dan dorongan ini memungkinkan pemegang saham mayoritas untuk mengambil keputusan yang
memberikan benefit untuk kepentingannya (Schulze, Lubatkin dan Dino, 2003) dengan