PENGARUH KEMANDIRIAN BELAJAR, PEMANFAATAN MEDIA PEMBELAJARAN, KREATIVITAS, SERTA KECERDASAN EMOSIONAL TERHADAP HASIL BELAJAR EKONOMI SISWA KELAS XI IPS SMA XAVERIUS PRINGSEWU SEMESTER GANJIL TAHUN PELAJARAN 2018/2019 (Skripsi) Oleh HAVI NATA TAMARA FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITASLAMPUNG BANDARLAMPUNG 2019
107
Embed
PENGARUH KEMANDIRIAN BELAJAR, PEMANFAATAN MEDIA ...digilib.unila.ac.id/58222/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · siswa kelas xi ips sma xaverius pringsewu semester ganjil tahun
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
10 Lampung Kota Bandar Lampung 52.340 46.867 150 6.072 10,5 14,5 65,5
11 Lampung Kota Metro 11.653 46.208 62 1.908 465 559 398
Sumber: Data Statistik Kemendikbud 2018
7
Berdasarkan Tabel 1, APK Kabupatn Pringsewu menunjukan angka partisipasi
pendidikan dari jumlah 23.455 orang yang berpendidikan SMP sebanyak 17.658
orang, dan paket B sebanyak 257 orang. Sedangkan untuk Kota Bandar Lampung dan
Kota Metro angka pasrtisipasi pendidikan lebih besar, yaitu 46.208 > 18.927 dari
angka partisipasi pendidikan di Tanggamus (lihat pada Tabel 1) . Potensi yang terus
dikembangkan melalui bangku persekolahan adalah aspek kognitif (pengetahuan),
afektif (sikap), dan psikomotor (perbuatan atau kemampuan melakukan sesuatu)
berdasarkan Tabel 1 aspek pendidikan di kabupaten Tanggamus adalah sebagai
berikut, aspek kognitif sebanyak 20,5 %, aspek afektif sebanyak 25,5%, dan aspek
psikomotor sebanyak 50,0%. Berarti ketiga aspek yang paling banyak adalah aspek
psikomotor dan yang rendah adalah aspek kognitif sebanyak 50,0> 20,5.
Mutu pendidikan di Indonesia masih dinilai rendah oleh pemerhati pendidikan di
Indonesia. Survey Trends in International Math and Science oleh Global Institute
pada tahun 2007 yang dikemukakan Kompasiana (2013), survey tersebut hanya 5%
siswa Indosesia yang mampu mengerjakan soal berkategori tinggi yang memerlukan
penalaran sedangkan siswa Korea yang sanggup mengerjakannya mencapai 71%.
Programme for Student Assessment (PISA) pada tahun 2009 menempatkan Indonesia
di peringkat 10 besar terakhir dari 65 negara peserta PISA yaitu pada keahlian
membaca siswa berada pada peringkat 57, matematika pada peringkat 61, dan sains
pada peringkat 60. Kriteria yang dinilai berupa kemampuan kognitif dan keahlian
siswa membaca, matematika, dan sains.
8
Penguasaan siswa Indonesia hanya sampai level 3 sementara negara lain sampai level
4, 5, dan 6. Kedua survey ini menunjukkan mutu pendidikan di Negara Indonesia
masih rendah. Siswa masih mengalami kendala dalam memproses materi. Sekolah
merupakan salah satu lembaga pendidikan yang mempunyai tugas untuk membentuk
manusia berkualitas dalam pengetahuan, sikap, maupun keterampilan yang
pencapaiannya dilakukan dengan terencana, terarah, dan sistematis. Upaya
peningkatan mutu pendidikan, khususnya pendidikan di sekolah, tidak terlepas dari
masalah hasil belajar yang dicapai oleh siswa.
Pemerintah Provinsi (Pemprov) Lampung mulai menggenjot membangun
infrastruktur di bidang pendidikan untuk meningkatkan mutu pendidikan di
Lampung. Pembangunan prasarana dan sarana pendidikan diutamakan pada
pembangunan gedung sekolah baru di wilayah terpencil. Melalui Diskdikbud,
Pemprov Lampung mengalokasikan anggaran untuk membangun infrastruktur di
bidang pendidikan tahun sebesar Rp 193 miliar, jumlah anggaran tersebut dinilai
melebihi dari anggaran sebelumnya yang hanya Rp 54 miliar. Tidak hanya itu,
Pemprov mengadakan reformasi sekolah yakni peningkatan kapasitas,
profesionalisme guru, kurikulum yang hidup dan dinamis, sarana dan prasarana yang
cukup, juga ditunjang dengan teknologi pembelajaran yang moderen.
Biaya yang dikeluarkan untuk meningkatkan kualitas pendidikan dinilai sudah
banyak. Oleh karena itu, peningkatan mutu pendidikan, tak hanya mengandalkan
pemerintah dan guru saja, akan tetapi partisipasi masyarakat dan pihak ketiga juga
memberi peran dan andil yang luar biasa agar mutu pendidikan tetap terjaga dan
9
meningkat. Dengan kata lain, pendidikan menjadi urusan semua pihak. Peran guru,
orang tua, dan masyarakat harus menjadi sumber kekuatan untuk memperbaiki
kinerja dan mutu dunia pendidikan dan kebudayaan dalam menumbuhkembangkan
karakter dan literasi anak-anak Indonesia. Semua pihak harus bergandengan tangan,
bersinergi memikul tanggung jawab untuk menguatkan mutu pendidikan. Kabupaten
Pringsewu merupakan kabupaten baru di Provinsi Lampung. Akan tetapi, Kabupaten
Pringsewu dinilai sudah cukup maju di bidang pendidikan. Kini banyak sekolah
negeri dan swasta yang berkualitas yang terdapat di Kabupaten Pringsewu. Salah satu
sekolah swasta yang memiliki kualitas yang baik ialah SMA Xaverius Pringsewu.
Tersedianya sarana dan prasarana yang baik hendaknya dimanfaatkan oleh peserta
didik. Pendidikan di era global ini sudah sangat mencukupi kebutuhan peserta didik.
Adanya teknologi internet, peserta didik dapat mengakses pengetahuan yang ingin
dicari. Akan tetapi, tersedianya sarana dan prasaran yang mendukung dan menunjang
tidak membuat peserta didik lebih giat belajar. Peserta didik menyalahgunakan
teknologi internet untuk mengakses game online dan situs-situs negatif. Dengan
demikian, hasil belajar siswa sedikit menurun bukan karena kurangnya fasilitas
maupun kurang profesionalnya guru dalam mengajar melainkan dari siswa itu sendiri
yang tidak bisa memanfaatkan fasilitas dan kemajuan teknologi dengan baik. Setiap
siswa pada dasarnya belajar untuk memperoleh hasil yang diinginkan, tetapi pada
kenyataannya tidak semua siswa mencapai hasil belajar yang diharapkan, dan masih
ada siswa yang kurang berhasil dalam studinya. Salah satu cara untuk melihat tingkat
pencapaian keberhasilan siswa dalam belajar dapat dilihat dari hasil mid semester.
10
Dalam hal ini dapat dilihat dari hasil ujian semester ganjil pada mata pelajaran
Ekonomi siswa kelas XI IPS semester ganjil di SMA Xaverius Pringsewu seperti
terlihat pada tabel sebagai berikut.
Tabel 2. Hasil Mid Semester Mata Pelajaran Ekonomi Semester Ganjil di SMA
Xaverius Pringsewu Tahun Pelajaran 2018/2019
Kelas Nilai
Jumlah Siswa Keterangan <75 ≥75
XI IPS 1 19 10 29 Kriteria Ketuntasan
Minimum yang ditetapkan
sekolah adalah 75 XI IPS 2 26 4 30
XI IPS 3 23 6 29
Jumlah 68 20 88
Persentase (%) 77,27 22,73 100 Sumber: Guru Mata Pelajaran Ekonomi Kelas XI IPS di SMA Xaverius Pringsewu.
Berdasarkan Tabel 2 di atas, terlihat bahwa hasil belajar siswa kelas XI IPS SMA
Xaverius Pringsewu Tahun Pelajaran 2018/2019 dalam pelajaran Ekonomi secara
umum masih tergolong sangat rendah, yaitu hanya 20 siswa dari 88 siswa atau
sebanyak 22,73% artinya hanya sebesar 22,73% siswa yang menguasai materi
pembelajaran.Sedangkan sebanyak 68 siswa dari 88 siswa atau sebanyak 77,27%
yang belum menguasai materi pembelajaran.
Keberhasilan dalam belajar dapat dilihat dari hasil yang diperoleh para peserta didik.
Hasil atau prestasi belajar dapat dioperasionalkan dalam bentuk indikator - indikator
berupa nilai rapor, indeks prestasi studi, angka kelulusan, predikat keberhasilan dan
semacamnya. Secara umum hal-hal yang mempengaruhi tinggi rendahnya hasil
belajar terbagi atas dua faktor, yaitu faktor internal dan eksternal. Melalui studi
pendahuluan yang telah dilakukan peneliti sebelumnya, peneliti memperoleh
beberapa variable yang diduga dapat berpengaruh terhadap presentase hasil belajar
11
yang didapat oleh siswa. Faktor pertama yang diduga dapat mempengaruhi hasil
belajar adalah kemandirian belajar. Kemandirian belajar adalah suatu perubahan
dalam diri seseorang yang merupakan hasil dari pengalaman dan latihan diri sendiri
tanpa bergantung pada orang lain. Dalam bertingkah laku mempunyai kebebasan
membuat keputusan, penilaian pendapat serta tanggung jawab tanpa menggantungkan
kepada orang lain. Kemandirian dapat diartikan sebagai suatu kemampuan untuk
memikirkan, merasakan, serta melakukan sesuatu sendiri atau tidak tergantung pada
orang lain.
Berikut disajikan data mengenai kemandirian belajar yang dimiliki siswa yang
peneliti dapat melalui hasil observasi dan wawancara yang dilaksanakan pada tanggal
23 November 2018 pada 20 responden.
Tabel 3. Kemandirian Belajar Siswa Kelas XI IPS di SMA Xaverius Pringsewu
Semester Ganjil Tahun Pelajaran 2018/2019
No. Kemandirian Belajar Tinggi Sedang Rendah Jumlah
1.
Adanya kedisiplinan pada
siswa dalam mengerjakan
tugas individu 2 7 11 20
2.
Siswa tetap belajar di
kelas meskipun guru
berhalangan hadir
2 5 13 20
3.
Adanya dorongan siswa
untuk aktif dalam proses
pembelajaran 1 4 15 20
Sumber: Hasil observasi dan wawancara pada penelitian pendahuluan
Berdasarkan Tabel 3 di atas, dari 20 responden adanya kedisiplinan dalam
mengerjakan tugas individu yaitu 9 siswa dan yang berpendapat tidak adanya
12
kedisiplinan dalam mengerjakan tugas individu lebih banyak yakni 11 siswa.
Kemudian dari 20 responden, hanya 7 siswa yang tetap belajar di kelas saat guru
berhalangan hadir sedangkan 13 siswa lainnya menyatakan tidak belajar di kelas saat
guru berhalangan hadir. Selanjutnya, dari 20 responden, adanya dorongan siswa
untuk aktif dalam proses pembelajaran hanya sebanyak 5 siswa, sedangkan 15
lainnya menyatakan tidak. Dengan demikian dapat disimpulkan kemandirian belajar
pada siswa kelas XI IPS SMA Xaverius Pringsewu semester ganjil tahun pelajaran
2018/2019 tergolong masih rendah sehingga akan mempengaruhi hasil belajar siswa.
Pernyataan ini didukung oleh pendapat Slameto (Harminingsih: 2008) bahwa hasil
belajar siswa dipengaruhi oleh dua faktor dari dalam diri siswa dan dariluar siswa
atau faktor lingkungan. Faktor dari dalam siswa terutama kemampuan yang
dimilikinya.Seorang siswa yang mandiri biasanya aktif, kreatif, kompeten, tidak
terantung pada orang lain, dan tampak spontan.
Faktor lain yang diduga menyebabkan belum optimalnya hasil belajar siswa adalah
pemanfaatan media pembelajaran. Seperti kita ketahui, media merupakan sarana yang
menjembatani penyampaian materi oleh guru kepada siswa.Media yang baik tentu
dapat membantu siswa untuk dapat memahami maeri yang disampaikan.Pengunaan
media tentu saa tidak berbatas. Media sederhana seperti gambar-gambar, aritkel atau
berita dari koran/majalah tentu masih dapat dipergunakan untuk menyampaikan
materi belajar selagi masih dapat dipergunakan dan relevan dengan dunia pendidikan
sekarang, karena yang terpenting tentu saja adalah hasil akhir yang dicapai. Jadi,
13
penggunaan media tentu dapat disesuaikan dengan kebutuhan dan keadaan,
tergantung dengan bagaimana kondisi yang sedang berlangsung.
Berikut disajikan data mengenai pemanfaatan media pembelajaran SMA Xaverius
Pringsewu dalam kegiatan belajar mengajar di kelas yang peneliti melalui observasi
dan wawancara yang dilaksanakan pada tanggal 23 November 2018 pada 20
responden sebagai berikut.
Tabel 4. Pemanfaatan Media Pembelajaran oleh Guru Kelas XI IPS di SMA
Xaverius Pringsewu Semester Ganjil Tahun Pelajaran 2018/2019
No. Pemanfaatan Media
Pembelajaran
Intensitas Jumlah
Sering Jarang
1. Guru memanfaatkan media
karton 9 11 20
2. Guru memanfaatkan media
papan tulis 13 7 20
3. Guru memanfaatkan media
LCD 8 12 20
Sumber: Hasil observasi dan wawancara pada penelitian pendahuluan
Berdasarkan tabel 4 di atas dapat dilihat pemanfaatan media pembelajaran oleh guru
kelas XI IPS di SMA Xaverius Pringsewu semester ganjil tahun pelajaran 2018/2019
dari 20 responden ada 9 siswa yang berpendapat bahwa guru sering memafaatkan
media karton dalam kegiatan belajar mengajar, sedangkan 11 siswa lainnya
berpendapat bahwa guru jarang memanfaatkan media karton dalam kegiatan belajar
mengajar. Kemudian dari 20 responden, hanya terdapat 6 siswa yang berpendapat
bahwa guru jarang menggunakan media papan tulis, sedangkan 14 lainnya
berpendapat sering. Selanjutnya, dari 20 responden, terdapat 8 orang yang
berpendapat guru sering memanfaatkan media LCD dan 12 siswa lainnya menyatakan
14
jarang. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pemanfaatan media pembelajaran
pada siswa kelas XI IPS di SMA Xaverius Pringsewu semester ganjil tahun pelajaran
2018/2019 tergolong masih rendah karena siswa dan guru kurang memanfaatkan
media dalam pembelajaran. Hal ini sesuai dengan pendapat Kemp dan Dayton (dalam
Daryanto, 2011: 5), bahwa dengan pemanfaatan media pembelajaran yang baik maka
kualitas pembelajaran dapat ditingkatkan, begitu pula sebaliknya.
Ada pun faktor lain yang dapat mempengaruhi hasil belajar yaitu kreativitas siswa.
Ide-ide baru yang diciptakan oleh siswa melalui kreativitas masih menjadi kendala
bagi siswa. Kreativitas diciptakan untuk menghasilkan hal-hal yang bersifat baru,
inovatif, menarik, aneh dan bermanfaat. Permasalahan yang dihadapi berupa
memudarnya kesadaran terhadap nilai-nilai budaya bangsa yang berpengaruh pada
kreativitas generasi muda. Kreativitas pada setiap siswa berbeda-beda. Kreativitas
yang dimiliki oleh siswa berfungsi sebagai modal awal siswa dalam belajar. Siswa
yang kreatif biasanya tidak memiliki masalah dalam menyelesaikan persoalan atau
tugas. Kreativitas siswa yang baik juga didukung dengan kecerdasan emosi yang baik
pula.
Berikut disajikan data mengenai kreativitas yang dimiliki siswa yang peneliti dapat
melalui hasil observasi dan wawancara yang dilaksanakn pada tanggal 23 November
2018 pada 20 responden.
15
Tabel 5. Kreativitas Siswa Kelas XI IPS Semester Ganjil SMA Xaverius
Pringsewu Tahun Pelajaran 2018/2019
No. Kreativitas Siswa Ya Tidak Jumlah
1 Memiliki semangat bertanya
saat guru menjelaskan 4 16 20
2
Menanggapi pertanyaan yang
diajukan serta cenderung
memberi jawaban lebih
banyak
3 17 20
3 Cenderung lebih menyukai
tugas yang berat dan sulit 0 20 20
Sumber: Hasil observasi dan wawancara pada penelitian pendahuluan
Berdasarkan tabel 5 di atas dapat diketahui bahwa tingkat kreativitas siswa di SMA
Xaverius Pringsewu kelas XI IPS semester ganjil tahun pelajaran 2018/2019
tergolong masih rendah. Hal ini dibuktikan dari obsevasi dan wawancara kepada 20
responden, siswa yang memiliki semangat bertanya pada saat guru menjelaskan yaitu
hanya 4 siswa, sedangkan 16 siswa lainnya menyatakan tidak memiliki semangat
bertanya pada saat guru menjelaskan. Kemudian dari 20 responden, hanya 3 siswa
yang bisa menanggapi pertanyaan yang diajukan serta cenderung memberi jawaban
lebih banyak, sedangkan 17 siswa lainnya menyatakan tidak. Lalu dari 20 responden
yang peneliti wawancara, tidak ada siswa yang cenderung lebih menyukai tugas yang
berat dan sulit. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa kreativitas berfikir siswa
kelas XI IPS di SMA Xaverius Pringsewu semester ganjil tahun pelajaran 2018/2019
tergolong masih sangat rendah karena masih banyak siswa yang tidak aktif dan
cenderung tidak berfikir kritis dalam kegiatan belajar di kelas.
16
Seperti yang disampaikan oleh Munandar (2012:104) bahwa kreativitas adalah
kemampuan membuat kombinasi baru berdasarkan datainformasi atau unsur yang
ada, dimana akan menemukan banyak kemungkinan jawaban terhadap suatu masalah,
dimana penekannanya adalah pada kualitas, ketepatgunaan, dan keragaman jawaban.
Kreativitas yang sangat tinggi disertai rasa ingin tahu yang besar membuat seseorang
gemar melakukan eksplorasi. Disamping itu juga dengan kreativitas akan
mencerminkan kelancaran, keluwesan dan orisinilitas dalam berfikir serta mampu
untuk mengelaborasi suatu gagasan. Dari pernyataan di atas dapat disimpulkan bahwa
murid dengan kemampuan kreativitas yang tinggi secara signifikan dipercaya
memiliki kemampuan akademis yang tinggi hampir di seluruh mata pelajaran,
dan secara signifikan pula mereka cenderung untuk melanjutkan di perguruan tinggi.
Selain itu faktor yang diduga menyebabkan belum optimalnya hasil belajar siswa
adalah kecerdasan emosional. Penanganan kecerdasan emosi siswa masih menjadi
perhatian sekolah. Kecerdasan emosi yang dimiliki oleh siswa berbeda-beda. Ada
yang kecerdasan emosi tinggi namun kepintaran rendah dan ada juga yang kecerdasan
emosi rendah tetapi memiliki kepintaran tinggi. Kecerdasan emosi bukan didasarkan
pada kepintaran siswa, melainkan dari karakter pribadi siswa. Emosi sebagai bentuk
karakter pribadi siswa yang paling menonjol. Emosi dapat dikelompokkan pada
kesedihan, amarah, takut, gembira, kenikmatan, cinta, terkejut, jengkel dan malu.
Berikut disajikan data mengenai kecerdasan emosional yang dimiliki siswa yang
peneliti dapat melalui hasil observasi dan wawancara yang dilaksanakan pada tanggal
23 November 2018 pada 20 responden.
17
Tabel 6. Kecerdasan Emosional Siswa Kelas XI IPS di SMA Xaverius Pringsewu
Semester Ganjil Tahun Pelajaran 2018/2019
No. Kecerdasan Emosional Tinggi Sedang Rendah Jumlah
1.
Berani mengemukakan
pendapat saat kegiatan
belajar
3 3 14 20
2. Pandai mengelola emosi 3 5 12 20
3. Memiliki motivasi diri
yang baik 8 2 10 20
4. Memiliki empati 19 1 20 Sumber: Hasil observasi dan wawancara pada penelitian pendahuluan
Berdasarkan tabel 6 di atas dapat diketahui bahwa tingkat kecerdasan emosional
siswa di SMA Xaverius Pringsewu kelas XI IPS semester ganjil tahun pelajaran
2018/2019 tergolong kurang baik. Hal ini dibuktikan dari obsevasi dan wawancara
kepada 20 responden, siswa yang berani mengemukakan pendapat saat kegiatan
belajar yaitu hanya 6 siswa, sedangkan 14 siswa lainnya menyatakan tidak berani
mengemukakan pendapat saat kegiatan belajar dan cedurung pasif. Kemudian dari 20
responden, hanya 8 siswa yang bisa atau pandai mengelola emosi, sedangkan 12
siswa lainnya menyatakan sulit mengelola emosi dan cenderung mudah menyerah
dan sensitif. Lalu dari 20 responden, 10 siswa menyatakan memiliki motivasi yang
baik dari dalam diri, sedangkan 10 siswa lainnya menyatakan tidak. Namun,
berbanding terbalik dengan 3 pertanyaan lainnya. Dari 20 responden, hanya 1 siswa
yang menyatakan bahwa dirinya kurang memiliki empati terhadap individu lain,
sedangkan 19 siswa lainnya menyatakan memiliki empati yang baik terhadap
individu lain.
18
Sebagaimana Seto Mulyadi yang dikutip oleh Abdi Susanto (2009) mengemukakan,
kini yang lebih berperan dalam kehidupan justru kecerdasan emosional dan spritual
bukan kecerdasan intelektual saja. Kecerdasan emosi bukan didasarkan pada
kepintaran siswa, melainkan dari karakter pribadi siswa. Emosi sebagai bentuk
karakter pribadi siswa yang paling menonjol. Emosi dapat dikelompokkan pada
kesedihan, amarah, takut, gembira, kenikmatan, cinta, terkejut, jengkel dan malu.
Siswa yang dapat mengendalikan emosi dengan baik maka akan terbentuk kecerdasan
emosi yang tinggi. Kecerdasan emosi yang tinggi berpengaruh pada keberhasilan
dalam belajar.
Berdasarkan uraian pada latar belakang di atas, maka penulis akan melakukan
penelitian yang berjudul: ”Pengaruh Kemandirian Belajar, Pemanfaatan Media
Pembelajaran, Kreativitas, Serta Kecerdasan Emosional Siswa Terhadap Hasil
Belajar Mata Pelajaran Ekonomi Siswa Kelas XI IPS SMA Xaverius Pringsewu
Semester Ganjil Tahun Pelajaran 2018/2019”.
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang yang ada di atas, maka permasalahan pada penelitian ini
dapat diidentifikasikan sebagai berikut.
1. Rendahnya hasil belajar siswa dalam mata pelajaran ekonomi.
2. Rendahnya kemandirian siswa dalam kegiatan belajar mengajar.
3. Belum optimalnya hasil yang diperoleh siswa.
4. Rendahnya kreativitas siswa dalam pembelajaran.
19
5. Guru yang belum mampu memanfaatkan media pembelajaran dengan baik.
6. Masih sederhananya model pembelajaran kooperatif yang disajikan guru sehingga
kurang menarik siswa dalam belajar.
7. Masih banyak siswa kelas XI yang belum bisa menerima, menilai, mengelola,
serta mengontrol emosi dirinya.
C. Pembatasan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah dan identifikasi masalah yang sesuai dengan
judulnya, maka pembatasan masalah dalam penelitian ini adalah kemandirian belajar
(X1), pemanfaatan media pembelajaran (X2), kreativitas (X3), kecerdasan emosional
(X4), dan hasil belajar ekonomi siswa kelas XI IPS (Y). Tujuan pembatasan masalah
ini adalah agar penelitian ini lebih terarah, sehingga didapat gambaran yang lebih
jelas dengan data yang akurat.
D. Perumusan Masalah
Berdasarkan pembatasan di atas, maka permasalahan dalam penelitian ini dirumuskan
sebagai berikut.
1. Apakah ada pengaruh kemandirian belajar terhadap hasil belajar ekonomi siswa
kelas XI IPS di SMA Xaverius Pringsewu semester ganjil tahun pelajaran
2018/2019?
2. Apakah ada pengaruh pemanfaatan media pembelajaran terhadap hasil belajar
ekonomi siswa kelas XI IPS di SMA Xaverius Pringsewu semester ganjil tahun
pelajaran 2018/2019?
20
3. Apakah ada pengaruh kreativitas terhadap hasil belajar ekonomi siswa kelas XI
IPS di SMA Xaverius Pringsewu semester ganjil tahun pelajaran 2018/2019?
4. Apakah ada pengaruh kecerdasan emosional terhadap hasil belajar ekonomi siswa
kelas XI IPS di SMA Xaverius Pringsewu semester ganjil tahun pelajaran
2018/2019?
5. Apakah ada pengaruh kemandirian belajar, pemanfaatan media pembelajaran,
kreativitas, serta kecerdasan emosional siswa terhadap hasil belajar mata pelajaran
ekonomi siswa kelas XI IPS SMA Xaverius Pringsewu semester ganjil tahun
pelajaran 2018/2019?
E. Tujuan Penelitian
Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui apakah ada pengaruh kemandirian belajar terhadap hasil belajar
ekonomi siswa kelas XI IPS di SMA Xaverius Pringsewu semester ganjil tahun
pelajaran 2018/2019.
2. Untuk mengetahui apakah ada pengaruh pemanfaatan media pembelajaran
terhadap hasil belajar ekonomi siswa kelas XI IPS di SMA Xaverius Pringsewu
semester ganjil tahun pelajaran 2018/2019.
3. Untuk mengetahui apakah ada pengaruh kreativitas terhadap hasil belajar ekonomi
siswa kelas XI IPS di SMA Xaverius Pringsewu semester ganjil tahun pelajaran
2018/2019.
21
4. Untuk mengetahui apakah ada pengaruh kecerdasan emosional terhadap hasil
belajar ekonomi siswa kelas XI IPS di SMA Xaverius Pringsewu semester ganjil
tahun pelajaran 2018/2019.
5. Untuk mengetahui apakah ada pengaruh kemandirian belajar, pemanfaatan media
pembelajaran, kreativitas, serta kecerdasan emosional siswa terhadap hasil belajar
mata pelajaran ekonomi siswa kelas XI IPS SMA Xaverius Pringsewu semester
ganjil tahun pelajaran 2018/2019.
F. Manfaat Penelitian
Pada hakekatnya penelitian yang dilakukan seseorang diharapkan akan mendapatkan
manfaat tertentu. Begitu pula dengan penelitian ini diharapkan mendatangkan
manfaat sebagai berikut:
1. Manfaat teoritis
a. Merupakan sumbangan pemikiran dalam dunia pendidikan pada umumnya dan
pendidikan SMA pada khususnya.
b. Sebagai salah satu referensi bagi para peneliti-peneliti yang lain yang ingin
mengembangkan dunia pendidikan dan ilmu pengetahuan.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi Sekolah
Hasil penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan kualitas belajar mengajar di
SMA Xaverius Pringsewu.
22
b. Bagi Guru
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan kepada guru agar
dapat lebih bijak dalam memafaatkan media pembelajaran khususya pada
pelajaran ekonomi .
c. Bagi Siswa
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan kepada siswa untuk
mengevalasi kemampuan kognitif, afektif, maupun psikomotor siswa pada
pelajaran ekonomi di sekolah .
G. Ruang Lingkup Penelitian
1. Ruang Lingkup Objek Penelitian
Ruang lingkup penelitian ini adalah kemandirian belajar, pemanfaatan media
pembelajaran, kreativitas, kecedasan emosional, dan hasil belajar ekonomi.
2. Ruang Lingkup Subjek Penelitian
Ruang lingkup subjek penelitian ini adalah siswa kelas XI IPS.
3. Ruang Lingkup Tempat penelitian
Ruang lingkup tempat penelitian ini adalah SMA Xaverius Pringsewu.
4. Ruang Lingkup Waktu Penelitian
Ruang lingkup waktu penelitian ini dilakukan pada semester ganjil tahun
pelajaran 2018/2019.
23
II.TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR, DAN HIPOTESIS
A. Tinjauan Pustaka
1. Hasil Belajar
Hasil belajar siswa merupakan suatu indikasi pencapaian tujuan pendidikan yang
sudah menjadi komitmen nasional antara lain terciptanya sumber daya manusia
yang berkualitas. Pada prinsipnya, pengungkapan hasil belajar ideal meliputi
segenap ranah psikologis yang berubah sebagai akibat pengalaman dan proses
belajar siswa. Setiap proses belajar yang dilaksanakan oleh peserta didik akan
menghasilkan hasil belajar. Di dalam proses pembelajaran, guru sebagai pengajar
sekaligus pendidik memegang peranan dan tanggung jawab yang besar dalam
rangka membantu meningkatkan keberhasilan peserta didik yang dipengaruhi oleh
kualitas pengajaran dan faktor intern dari siswa itu sendiri.
Hasil belajar merupakan hal yang tidak dapat dipisahkan dari kegiatan belajar,
karena kegiatan belajar merupakan proses sedangkan hasil belajar adalah sebagian
hasil yang dicapai seseorang setelah mengalami proses belajar dengan terlebih
dahulu mengandalkan evaluasi dari proses belajar yang dilakukan.
24
Menurut Wahidmurni, dkk (2010: 18) menjelaskan bahwa seseorang dapat dikatakan
telah berhasil dalam belajar jika ia mampu menunjukkan adanya perubahan dalam
dirinya. Perubahan-perubahan tersebut di antaranya dari segi kemampuan
berpikirnya, keterampilannya, atau sikapnya terhadap suatu objek. Faktor-faktor
yang mempengaruhi hasil belajar adalah sebagai berikut.
1. Faktor intern, yaitu faktor yang ada dalam diri individu yang sedang belajar,
faktor ini dibedakan menjadi tiga, yaitu sebagai berikut.
a. Faktor Jasmaniah yang meliputi kesehatan dan cacat tubuh.
b. Faktor Psikologis yang meliputi inteligensi, perhatian, minat, bakat, motif,
kematangan dan kesiapan.
c. Faktor Kelelahan.
2. Faktor ekstern, yaitu faktor yang ada di luar individu, yaitu sebagai berikut.
a. Faktor Keluarga yang meliputi cara orang tua mendidik, relasi antar anggota
keluarga, suasana rumah, keadaan ekonomi keluarga, pengertian orang tua dan
latar belakang kebudayaan.
b. Faktor Sekolah yang meliputi metode mengajar, kurikulum relasi guru dengan
siswa, relasi siswa dengan siswa, disiplin sekolah, alat pelajaran, waktu
sekolah, standar pelajaran di atas ukuran, keadaan gedung, metode belajar dan
tugas rumah.
c. Faktor Masyarakat yang meliputi kegiatan siswa dalam masyarakat, media
masa, teman bergaul dan bentuk kehidupan masyarakat.
25
Proses pembelajaran dapat dikatakan berhasil apabila siswa dapat menguasai
setidaknya diatas 65% dari bahan pelajaran. Disisi lain pengertian hasil belajar
menurut Purwanto (2010: 54) hasil belajar merupakan perubahan perilaku yang
terjadi setelah mengikuti proses belajar mengajar sesuai dengan tujuan pendidikan.
Dimyati dan Mudjiyono (2009: 3) menjelaskan bahwa hasil belajar merupakan hasil
dari suatu interaksi tindak belajar dan tindak mengajar. Ada dua macam hasil belajar
yaitu dampak pengajaran dan dampak pengiring. Dampak pengajaran yaitu hasil
yang dapat diukur dalam nilai, sedangkan dampak pengiring yaitu terapan
pengetahuan dalam proses transfer belajar. Berdasarkan uraian di atas dapat
disimpulkan bahwa hasil belajar adalah tingkat keberhasilan yang dicapai siswa
setelah mengikuti pembelajaran untuk mencapai tujuan dengan kriteria tertentu, di
mana keberhasilan tersebut diukur dengan nilai.
Hasil belajar berkaitan dengan nilai yang diberikan guru setelah siswa mengikuti
serangkaian proses pembelajaran. Melalui penilaian hasil belajar, guru dapat
mengetahui sejauh mana penguasaan siswa setelah mengikuti pembelajaran ekonomi.
Adanya tolak ukur dengan nilai hasil belajar tersebut, dapat diketahui kelebihan dan
kekurangan dalam proses pembelajaran ekonomi sehingga dapat memperbaiki
kesalahan dan sebagai acuan untuk membuat perencanaan selanjutnya.
Sedangkan menurut Dalyono (2012:55) berhasil atau tidaknya seseorang dalam
belajar disebabkan beberapa faktor yang mempengaruhi pencapaian hasil belajar
sebagai berikut.
26
1. Faktor internal (yang berasal dari dalam diri siswa)
a. Kesehatan
Kesehatan jasmani dan rohani sangat besar pengaruhnya terhadap kemampuan
belajar. Bila seseorang selalu tidak sehat, sakit kepala, demam, pilek, batuk dan
sebagainya, dapat mengakibatkan tidak bergairah untuk belajar.
b. Inteligensi dan bakat
Bila seseorang mempunyai intelegensi yang tinggi dan bakatnya ada dalam
bidang yang dipelajari, maka proses belajarnya akan lancar dan sukses bila
dibandingkan dengan orang yang memiliki bakat saja tapi intelegensinya
rendah, dan begitu juga sebaliknya.
c. Minat dan motivasi
Minat belajar yang besar cenderung menghasilkan hasil belajar yang tinggi,
sebaliknya minat belajar yang kurang akan menghasilkan hasil belajar yang
rendah, kuat lemahnya motivasi belajar seseorang turut mempengaruhi
keberhasilannya.
d. Cara belajar
Cara belajar seseorang juga mempengaruhi pencapaian hasil belajarnya. Belajar
tanpa memperhatikan teknik dan faktor fisiologis, psikologis, dan ilmu
kesehatan, akan memperoleh hasil yang kurang memuaskan.
2. Faktor eksternal
a. Keluarga
Faktor orang tua sangat besar pengaruhnya terhadap keberhasilan anak dalam
belajar. Tinggi rendahnya pendidikan orangtua, besar kecilnya penghasilan,
27
cukup atau kurang perhatian dan bimbingan orang tua, rukun atau tidaknya
kedua orang tua, akrab atau tidaknya hubungan orang tua dengan anak-anak,
tenang atau tidaknya situasi dalam rumah, semuanya itu turut mempengaruhi
pencapaian hasil belajar anak. Sekolah
Keadaan sekolah tempat belajar turut mempengauhi tingkat keberhasilan
belajar. Kualitas guru, model mengajarnya, kesesuaian kurikulum dengan
kemampuan anak, keadaan ruangan, pelaksanaan tata tertib sekolah, dan
sebagainya, semua itu turut mempengaruhi keberhasilan belajar anak.
b. Masyarakat
Keadaan masyarakat juga menentukan keberhasilan belajar. Bila di sekitar
tempat tinggal keadaan masyarakatnya terdiri dari orang-orang yang
berpendidikan, terutama anak-anaknya rata-rata bersekolah tinggi dan moralnya
baik, hal ini akan mendorong anak untuk lebih giat lagi dalam belajar. Begitu
juga sebaliknya.
3. Lingkungan sekitar
Keadaan lingkungan, bangunan rumah, suasan sekitar, keadaan lalu lintas, iklim
dan sebagainya, semuanya ini akan mempengaruhi kegairahan belajar.
Berdasarkan uraian di atas dapat dikemukakan bahwa hasil belajar dipengaruhi
oleh faktor intern yang berasal dari dalam diri siswa dan faktor ekstern yang
berasal dari luar diri siswa seperti didalamnya persepsi siswa dan disiplin belajar
siswa itu sendiri.
28
Menilai dan mengukur hasil belajar adalah salah satu dari komponen pembelajaran
itu sendiri dan tidak dapat ditinggalkan. Penilaian yaitu mengambil kesimpulan
terhadap sesuatu dengan ukuran baik atau buruk. Menurut Sugihartono, dkk (2013:
129) hasil pengukuran dapat berupa nilai atau angka yang menggambarkan kondisi
atau kenyataan sesuai dengan kualitas dan kuantitas keadaan yang diukur.
Menurut Nana Sudjana (2009: 22-32), cara mengukur hasil belajar dapat dibagi
menjadi tiga ranah, yaitu sebagai berikut.
1) Ranah Kognitif
Meliputi hasil belajar intelektual yang terdiri dari enam aspek yaitu pengetahuan
atau ingatan, pemahaman, aplikasi, analisis,sintesis dan evaluasi. Aspek
pengetahuan atau ingatan dan pemahaman termasuk dalam kognitif tingkat
rendah. Sedangkan aspek aplikasi, analisis, sintesis dan evaluasi termasuk dalam
kognitif tingkat tinggi.
2) Ranah Afektif
Meliputi sikap dan nilai, terdapat lima kategori ranah afektif sebagai hasil belajar
yaitu receiving/attending, responding atau jawaban, valuing/penilaian, organisasi
dan karakteristik nilai atau internalisasi nilai.
3) Ranah Psikomotoris
Dalam ranah ini, hasil belajar berbentuk keterampilan (skill) dan kemampuan
bertindak individu. Ada enam tingkatan keterampilan yaitu gerakan refleks
29
(keterampilan gerakan yang tidak disadari, keterampilan pada gerakan dasar,
kemampuan perseptual, kemampuan di bidang fisik, gerakan-gerakan skill,
kemampuan yang berkenaan dengan komunikasi non-decursive seperti gerakan
ekspresif dan interpretative. Tipe hasil belajar ranah psikomotoris berkenaan
dengan keterampilan atau kemampuan bertindak setelah ia menerima
pengalaman belajar tertentu. Hasil belajar ini sebenarnya tahap lanjutan dari hasil
belajar afektif yang baru tampak dalam kecenderungan-kecenderungan untuk
berperilaku.
2. Kemandirian Belajar
Kemandirian berasal dari kata mandiri yang berarti berdiri sendiri, yaitu suatu
keadaan yang memungkinkan seseorang mengatur dan mengarahkan diri sesuai
tingkat perkembangannya. Kemandirian belajar adalah perilaku siswa yang mampu
mengatasi masalah, mempunya rasa percaya diri, tingkat seksama dan dapat
melakukan sesuatu sendiri tanpa bergantung pada orang lain dalam belajar dengan
segenap kemampuan berpikir secara tepat dan maksimal. Kemandirian belajar dapat
terlihat dari karakter yang terdapat pada siswa. Siswa dengan kemandirian belajar
akan memiliki kompetensi baik berupa keterampilan atau ilmu pengetahuan. Siswa
memiliki inisiatif untuk memecahkan masalah dengan keberanian dalam
pengambilan keputusan.
Pernyataan sependapat dengan Johnson disampaikan oleh Waluyo (2008: 25) lima
karakter orang mandiri, yakni: kompetensi, berani mengambil keputusan, memiliki
30
inisiatif dalam memecahkan masalah, percaya diri, dan bertanggung jawab. Siswa
dengan percaya diri menyapaikan pendapatnya karena didukung oleh kompetensi
yang didapat. Siswa memiliki tanggung jawab atas keputusan inisiatif yang diambil.
Karakter mandiri dapat tercermin dalam kemandirian belajar. Aktivitas belajar yang
dilakukan oleh siswa berpengaruh terhadap terbentuknya kemandirian siswa yang
baikdala proses pembelajaran. Basir (2010) berpendapat bahwa kemandirian belajar
diartikan sebagai suatu proses belajar yang terjadi pada diri seseorang, dan dalam
usahanya untuk mencapai tujuan belajar orang tersebut dituntut untuk aktif secara
individu atau tidak bergantung kepada orang lain, termasuk tidak tergantung kepada
gurunya.
Siswa yang memiliki kemandirian belajar baik dapat diamati secara langsung dari
perilaku dan sikapnya. Desmita dalam Suhendri dan Mardalena (2013:109)
menyatakan bahwa kemandirian biasanya ditandai dengan beberapa ciri, antara lain:
kemampuan menentukan nasib sendiri, kreatif dan inisiatif, dapat mengatur waktu
belajar, bertanggung jawab, mampu menahan diri, percaya diri, membuat keputusan-
keputusan sendiri, serta mampu memecahkan masalah tanpa ada pengaruh dari orang
lain. Hal ini menunjukkan bahwa kemandirian belajar seseorang dapat tergambarkan
dari sikap, pendapat, dan tingkah laku. Beberapa indikator kemandirian menurut
Desmita dalam Suhendri dan Mardalena (2013:109):
1. Kemampuan menentukan nasib sendiri
2. Tanggung jawab
3. Mampu mengatur jam belajar
31
4. Percaya diri
5. Mampu memecahkan masalah tanpa ada pengaruhdari oang lain
Kemandirian belajar yang dimiliki seorang siswa, mendorong siswa tersebut untuk
dapat berperilaku tidak bergantung kepada orang lain. Hal ini sesuai pendapat
Mujiman yang dikutip Aini dan Taman (2012:51) kemandirian belajar dapat
diartikan sebagai sifat serta kemampuan yang dimiliki siswa untuk melakukan
kegiatan belajar aktif, yang didorong oleh motif untuk menguasai sesuatu kompetensi
yang telah dimiliki. Hal ini karena dengan kemandirian belajar, seseorang dapat
mengontrol tindakannya sendiri, bebas dalam mengatur kemandirian dan kompetensi
serta kecakapan yang akan dicapainya.
Mandiri dalam berpikir pada siswa berperan untuk menentukan strategi-strategi
dalam menyelesaikan masalah pembelajaran. Walneg (2010: 31) berpendapat bahwa
mandiri dalam berpikir adalah mandiri dalam mengerjakan segala hal dengan
segenap kemampuan berpikir secara tepat dan maksimal. Kemandirian dalam
berpikir diperlukan siswa agar tidak selalu bergantung dengan siswa lain dalam
mengerjakan tugas dan menyelesaikan masalah. Kemandirian siswa yang baik dapat
dilihat dari pola pikir, konsep, dan rencana eksekusi yang akan dilakukan.
Kemandirian dalam berpikir siswa bukan berarti tidak dapat menerima masukan dari
orang lain melainkan siswa memiliki formulasi dan pola atau cara sendiri dalam
berpikir. Peran orang lain diposisikan hanya sebagai bahan pertimbangan. Jadi, siswa
sendiri yang harus menentukan dan memutuskan segala macam ide dan masukan
dalam menyelesaikan masalah.
32
Dari beberapa teori dan pendapat ahli di atas, maka kemandirian belajar adalah
kemampuan seseorang dalam mengatur semua aktivitas pribadi, kompetensi, dan
kecakapan secara mandiri berbekal kemampuan dasar yang dimiliki individu
tersebut, khususnya dalam proses pembelajaran.
3. Pemanfaatan Media Pembelajaran
Kata media berasal dari bahasa latin medius yang secara harfiah berarti “tengah”
atau “pengantar”, media juga bisa diartikan sebagai perantara atau pengantar pesan
dari pengirim kepada penerima (Arsyad,2011:3). Menurut Permendiknas No. 40
Tahun 2008, media pendidikan adalah peralatan yang digunakan untuk membantu
komunikasi dalam pembelajaran. Komunikasi dalam pembelajaran seringkali kurang
memberikan kejelasan tentang pesan materi yang disampaikan oleh guru kepada
siswa. Pesan materi yang akan dikomunikasikan adalah isi ajaran atau didikan yang
ada dalam kurikulum.
Cecep Kustandi dan Bambang Sutjipto (2013: 8) berpendapat bahwa media
pembelajaran adalah alat yang dapat membantu proses belajar mengajar dan
berfungsi untuk memperjelas makna pesan yang disampaikan, sehingga dapat
mencapai tujuan pembelajaran dengan lebih baik dan sempurna. Media
pembelajaran adalah sarana untuk meningkatkan kegiatan proses belajar mengajar.
Mengingat banyaknya bentuk-bentuk media tersebut, maka guru harus dapat
memilihnya dengan cermat, sehingga dapat digunakan dengan tepat, guru pun harus
menyesuaikan frekuensi penggunaan media pembelajaran dengan lebih bijak.
33
Menurut Gagne (Dina Indriana, 2011: 14) media merupakan wujud dari adanya
berbagai jenis komponen dalam lingkungan siswa yang dapat merangsang siswa
untuk belajar. Beberapa indikator pemanfaatan media pembelajaran menurut Cecep
Kustandi dan Bambang Sutjipto (2013: 8):
1. Frekuensi penggunaan media pembelajaran
2. Jenis media pembeajaan yang digunakan
3. Fasilitas media pembelajaran
Dina Indriana (2011: 48-49) mengemukakan beberapa manfaat penting bagi
kesuksesan proses belajar dan mengajar serta tujuan pembelajaran, antara lain:
a. Membuat konkret berbagai konsep yang abstrak
1) Menghadirkan berbagai objek yang terlalu berbahaya atau sukar didapat ke
dalam lingkungan belajar melalui media pengajaran yang menjadi sampel
objek tersebut.
2) Menampilkan objek yang terlalu besar atau kecil ke dalam ruang pembelajaran
pada waktu kelas membahas tentang objek yang besar atau yang terlalu kecil
tersebut.
3) Memperlihatkan gerakan yang terlalu cepat atau lambat
Manfaat dari penggunaan media menurut Arief S. Sadiman (2012: 17) antara lain:
1) Memperjelas penyajian pesan agar tidak terlalu bersifat verbalistis (dalam bentuk
kata-kata tertulis atau lisan belaka).
2) Mengatasi keterbatasan ruang, waktu dan daya indera, seperti misalnya:
34
Objek yang terlalu besar bisa digantikan dengan realita, gambar, film, film
bingkai atau model.
a) Objek yang kecil dibantu dengan proyektor mikro, film bingkai, film atau
gambar.
b) Gerak yang terlalu lambat atau terlalu cepat dapat dibantu dengan timelapse
atau high-speed photography.
c) Kejadian atau peristiwa yang terjadi di masa lalu bisa ditampilkan lagi lewat
rekaman film, video, film bingkai, foto maupun secara verbal.
d) Objek yang terlalu kompleks (misalnya mesin-mesin) dapat disajikan dengan
model, diagram dan lain-lain.
e) Konsep yang terlalu luas (gunng berapi, gempa bumi, iklim dan lain-lain)
dapat divisualkan dalam bentuk film, film bingkai, gambar dan lain-lain.
3) Penggunaan media pendidikan secara tepat dan bervariasi dapat mengatasi sikap
pasif anak didik. Media pendidikan memiliki kegunaan sebagai berikut.
a) Menimbulkan kegairahan belajar
b) Memungkinkan interaksi yang lebih langsung antara anak didik dengan
lingkungan dan kenyataan.
c) Memungkinkan anak didik belajar sendiri-sendiri menurut kemampuan dan
minatnya.
4) Dengan sifat yang unik pada setiap siswa ditambah lagi dengan lingkungan dan
pengalaman yang berbeda, sedangkan kurikulum dan materi pendidikan
ditentukan sama untuk setiap siswa, maka guru banyak mengalami kesulitan
bilamana semuanya itu harus diatasi sendiri. Hal ini akan lebih sulit bila latar
35
belakang lingkungan guru dengan siswa juga berbeda. Masalah inidapat diatasi
dengan media pendidikan, yaitu dengan kemampuannya dalam:
a) Memberikan perangsang yang sama
b) Mempersamakan pengalaman
c) Menimbulkan persepsi yang sama
Manfaat lain dari penggunaan media menurut Hujair A.H. Sanaky (2009: 5) yaitu:
1) Pengajaran lebih menarik perhatian pembelajar sehingga dapat menumbuhkan
motivasi belajar.
2) Bahan pengajaran akan lebih jelas maknanya, sehingga dapat lebih difahami oleh
siswa, serta memungkinkan siswa menguasai tujuan pengajaran dengan baik.
3) Metode pembelajaran bervariasi, tidak semata-mata hanya komunikasi verbal
melalui penuturan kata-kata lisan pengajar, siswa tidak bosan dan pengajar tidak
kehabisan tenaga.
4) Siswa lebih banyak melakukan kegiatan belajar, sebab tidak hanya
mendengarkan penjelasan dari pengajar saja, tetapi aktivitas lain yang dilakukan
seperti: mengamati, melakukan, mendemonstrasikan dan lain-lain.
5) Mutu teknis. Pengembangan visual, baik gambar maupun fotografi harus
memenuhi persyaratan teknis tertentu.
Kriteria pemilihan media bersumber dari konsep bahwa media merupakan bagian
dari system pembelajaran secara keseluruhan. Untuk itu, menurut Cecep Kustandi
dan Bambang Sutjipto (2013: 8) terdapat beberapa kriteria yang patut diperhatikan
36
dalam memilih media, yaitu sebagai berikut.
1. Sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai. Media dipilih berdasarkan tujuan
pembelajaran yang telah ditetapkan dan secara umum, mengacu kepada salah satu
atau gabungan dari dua atau tiga ranah kognitif.
2. Tepat untuk mendukung isi pelajaran yang sifatnya fakta, konsep, prinsip, atau
generalisasi. Media yang berbeda, misalnya film dan grafik, memerlukan
keterampilan mental yang berbeda untuk memahaminya.
3. Praktis, luwes, dan bertahan. Jika tidak tersedia waktu, dana, atau sumber daya
lainnya untuk memproduksi, tidak perlu dipaksakan. Media yang mahal dan
memakan waktu lama untuk memproduksinya. Kriteria ini menuntun para guru
untuk memilih media yang ada, mudah diperoleh, atau mudah dibuat sendiri oleh
guru.
4. Guru terampil menggunakannya. Ini merupakan salah satu kriteria utama.
Apapun media itu, guru harus mampu menggunakannya dalam proses
pembelajaran. Nilai dan manfaat amat ditentukan oleh guru yang
menggunakannya.
5. Pengelompokkan sasaran. media yang efektif untuk kelompok besar belum tentu
sama efektifnya jika digunakan pada kelompok kecil atau perorangan. Ada media
yang tepat untuk jenis kelompok besar, kelompok sedang, kelompok kecil dan
seterusnya.
6. Mutu teknis. Pengembangan visual, baik gambar maupun fotografi harus
memenuhi persyaratan teknis tertentu.
37
Berdasarkan beberapa pendapat di atas, maka media pembelajaran adalah semua alat
atau benda atau perlengkapan berupa apapun yang digunakan oleh guru atau
pengajar dalam membantu kegiatan belajar mengajar dengan maksud
menyampaikan pesan (informasi) pembelajaran antara guru atau pengajar dengan
peserta didik agar proses interaksi pembelajaran dapat berlangsung secara efektif
dan efisien. Dalam pembelajaran, media dapat digunakan untuk menyampaikan
materi-materi yang cukup sulit disampaikan apabila disampaikan hanya dengan
kata-kata atau pun penjelasan di papan tulis.
4. Kreativitas
Selain pemanfaatan media pembelajaran, kreativitas dijadikan sebagai bentuk dari
apresiasi siswa untuk menciptakan sesuatu yang baru dalam proses pembelajaran.
kreativitas adalah kemampuan melalui ide, melihat hubungan yang baru atau tak
diduga sebelumnya, kemampuan memformulasikan konsep yang bukan hanya
sekedar menghafal, menciptakan jawaban baru untuk soal-soal yang ada, dan
mendapatkan pertanyaan baru yang perlu untuk dijawab. Kreativitas dalam hal ini
menyangkut cara berpikir kreatif, kemampuan untuk melihat bermacam-macam
jawaban terhadap satu soal. Saat melihat sesuatu, pada anak yang berpikir kreatif,
akan segera muncul ide-ide. Ide itu timbul dari dirinya sendiri tanpa perlu
pemberitahuan dari orang lain.
Kreativitas dimulai dari suatu gagasan-gagasan yang kemudian tercipta sesuatu yang
bersifat baru. Naiman mengemukakan bahwa kreativitas sebagai tindakan yang
38
memutar gagasan-gagasan imajinatif dan bersifat baru ke dalam kenyataan.
Kreativitas melibatkan dua proses yaitu pemikiran dan lalu menghasilkan. Inovasi
merupakan hasil atau implementasi dari suatu gagasan. Jika siswa mempunyai
gagasan-gagasan tetapi tidak melalui proses-proses itu maka siswa itu dikatakan
orang imajinatif tapi bukan orang kreatif.
Keberbakatan yang dimiliki oleh siswa berpengaruh terhadap kreativitas siswa.
Conny (2009: 31) berpendapat kreativitas adalah suatu talenta yang dimiliki
seseorang sejak dini yang dalam keterampilan kinerjanya menunjukkan
keluarbiasaan yang bersifat khusus. Kreativitas ini disebut kreativitas keberbakatan.
Kreativitas keberbakatan bersifat orisinil, tak diduga, berguna serta adaptif terhadap
kendala-kendala tugas. Lebih lanjut Conny (2009: 36) menambahkan bahwa ada
empat dimensi yang ditunjukkan kreativitas keberbakatan, yaitu: pendekatan dalam
berbagai masalah, ketajaman kecerdasan yang konstruktif, kemampuan
menyingkirkan prosedur yang dianggap tidak perlu, dan memiliki sikap tujuan serta
kesadaran sosial.
Seorang siswa akan lebih memahami masalah yang sedang dihadapi bila dapat
berpikir dengan lebih kreatif. Arthur (2011: 18-19) berpendapat bahwa ada enam
prinsip berpikir kreatif, yaitu: memisahkan penciptaan ide dari evaluasi, menguji
asumsi, menghindari pemikiran yang terpola, menciptakan perspektif baru,
meminimalkan pemikiran negatif, dan mengambil resiko yang hati-hati. Ada dua
39
indikator yang digunakan dalam penelitian ini adalah memisahkan penciptaan ide
dari evaluasi dan meminimalkan pemikiran negatif.
Setiap siswa memiliki potensi kreatif, tetapi dalam kenyataannya tidak semua
berwujud menjadi kemampuan dan keterampilan kreatif. Torrance yang dikutip oleh
Ali & Asrori (2008: 43) berpendapat bahwa kreativitas sebagai proses kemampuan
memahami kesenjangan-kesenjangan atau hambatan-hambatan dalam hidup. Rasa
ingin tahu, ketekunan, dan tidak mudah bosan diperlukan siswa untuk memahami
kesenjangan atau hambatan yang dialami khususnya dalam proses pembelajaran serta
memberikan banyak gagasan dan usul terhadap suatu masalah. Indikator kreativitas
menurut Ali & Asrori (2008: 43):
1. Rasa ingin tahu yang besar.
2. Memiliki ketekunan dalam menghadapi persoalan
3. Memahami kesenjangan atau hambatan dalam hidup
4. Memberikan banyak gagasan dan usul terhadap suatu masalah.
Dari berbagai pendapat tentang kreativitas di atas, maka dapat dikatakan bahwa
kreativitas yaitu perilaku siswa sebagai tindakan yang memutar gagasan berpikir,
keberbakatan yang dimiliki, dan kemampuan memahami kesenjangan untuk
menciptakan sesuatu yang baru.
5. Kecerdasan Emosional
Kecerdasan emosional adalah kepekaan siswa dalam merasakan dan memahami hal
yang dialami siswa. Keberhasilan dalam pembelajaran tidak hanya membutuhkan
40
kecerdasan intelektual saja tetapi kecerdasan emosional juga memiliki peran penting.
Kecerdasan emosi menuntut mengenal jenis-jenis perasaan, untuk belajar mengakui,
menghargai perasaan pada diri sendiri dan orang lain kemudian menanggapinya
dengan tepat, menerapkan secara efektif energi emosi dalam kehidupan sehari-hari.
Cooper dan Sawaf (2010 : 8) yang dikutip Tridhonanto mengemukakan bahwa
kecerdasan emosional adalah kemampuan merasakan emosinya sendiri, memahami
emosi orang lain, dapat memotivasi diri sendiri, dapat menjalin hubungan dengan
individu lain dan secara selektif menerapkan daya dan kepekaan emosi sebagai
sumber energi serta pengaruh yang manusiawi. Sebagaimana Seto Mulyadi yang
dikutip oleh Abdi Susanto (2009) mengemukakan kini yang lebih berperan dalam
kehidupan justru kecerdasan emosional dan spritual bukan kecerdasan intelektual
saja. Kecerdasan emosi bukan didasarkan pada kepintaran siswa, melainkan dari
karakter pribadi siswa. Emosi sebagai bentuk karakter pribadi siswa yang paling
menonjol. Emosi dapat dikelompokkan pada kesedihan, amarah, takut, gembira,
kenikmatan, cinta, terkejut, jengkel dan malu. Siswa yang dapat mengendalikan
emosi dengan baik maka akan terbentuk kecerdasan emosi yang tinggi. Kecerdasan
emosi yang tinggi berpengaruh pada keberhasilan dalam belajar. Beberapa indikator
kecerdasan emosional menurut Cooper dan Sawaf (2010 : 8):
1. Mampu mengenali emosinya sendiri
2. Mampu mengelola emosi
3. Memotivasi diri sendiri
4. Mengenali emosi orang lain
41
5. Membina hubungan dengan individu lain
Hal yang hampir sama juga dungkapkan oleh Mustakin (2008 : 154-157) menyatakan
bahwa kecerdasan emosi menunjuk kepada suatu kemampuan untuk memahami
perasaan diri sendiri dan perasaan orang lain, kemampuan untuk memotivasi diri
sendiri, dan menata dengan baik emosi-emosi yang muncul di dalam diri sendiri dan
dalam berhubungan dengan orang lain. Ada lima ciri-ciri kecerdasan emosi, yaitu:
kesadaran diri, pengaturan diri, motvasi, empati, dan keterampilan sosial.
Mengacu dari beberapa pendapat tentang kecerdasan emosional di atas, maka dapat
dikatakan bahwa kecerdasan emosi adalah jenis kecerdasan yang fokusnya
memahami, mengenali, merasakan, mengelola, dan memimpin diri sendiri dan orang
lain serta mengalikasikannya dalam kehidupan pribadi dan sosial. Kecerdasan
tersebut meliputi kesadaran diri, pengaturan diri, empati, dan keterampilan sosial.
Kesadaran diri siswa merupakan suatu sikap untuk mengetahui kondisi diri sendiri,
kesukaan, sumber daya, dan instuisi. Kecerdasan emosi ini meliputi kesadaran emosi
dan penilaian diri. Pengaturan diri adalah mengelola kondisi, impuls, dan sumber
daya diri sendiri. Pengaturan diri siswa meliputi kendali diri, dapat dipercaya, dan
kewaspadaan. Empati adalah kesadaran terhadap perasaan, kebutuhan, dan
kepentingan orang lain. Empati yang dimaksud meliputi memahami orang lain dan
solidaritas. Keterampilan sosial yang dimiliki siswa merupakan kepintaran dalam
menggugah tanggapan yang dikehendaki pada orang lain.
42
B. Penelitian yang Relevan
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan beberapa penelitian yang telah dilakukan
oleh peneliti lannya, yaitu sebagai berikut.
Tabel 7. Penelitian yang Relevan
Nama Judul Hasil Pelitian
Widyani
ngsih,
Woro (2
012)
Pengaruh Kecerdasan Emosional dan Pemanfaatan Media Pembelajaran Berbasis Teknologi Informasi dan Komunikasi Terhadap Hasil Belajar Akuntansi Siswa Kelas X SMK Negeri 1 Dewantara Kabupaten Aceh Utara Tahun Ajaran 2011/2012.
Berdasarkan hasil analisis data dan
pembahasan penelitian, maka kesimpulan
yang dapat diambil dari penelitian ini adalah
sebagai berikut: 1. Secara parsial
kecerdasan emosional berpengaruh terhadap
hasil belajar akuntansi siswa kelas X
Akuntansi SMK Negeri 1 Dewantara tahun
pelajaran 2011/2012. Hasil uji t untuk
variabel kecerdasan emosional diperoleh
thitung > ttabel, yaitu 4,733 > 1,673 dengan
signifikansi 0,000 < 0,05. 2. Secara parsial
pemanfaatan media pembelajaran berbasis
teknologi informasi dan komunikasi
berpengaruh terhadap hasil belajar
akuntansi siswa kelas X Akuntansi SMK
Negeri 1 Dewantara tahun pelajaran
2011/2012. Hasil uji t untuk variabel
pemanfaatan media pembelajaran berbasis
teknologi informasi dan komunikasi
diperoleh thitung > ttabel, yaitu 4,339 >
1,673 dengan signifikansi 0,000 < 0,05. 3.
Secara simultan kecerdasan emosional dan
pemanfaatan media pembelajaran berbasis
TIK berpengaruh terhadap hasil belajar
akuntansi siswa kelas X Akuntansi SMK
Negeri 1 Dewantara tahun pelajaran
2011/2012. Diperoleh nilai Fhitung >
Ftabel, yaitu 40,947 > 3,162 dengan
signifikansi 0,000 < 0,05. Kecerdasan
emosional dan pemanfaatan media
pembelajaran berbasis teknologi informasi
dan komunikasi berpengaruh positif
terhadap hasil belajar akuntansi siswa yang
ditunjukkan dari persamaan regresi . 67 4.
43
Tabel 7. Lanjutan
Datuk Eka
Yusmanida
(2014)
Pengaruh Gaya
Belajar,Kreativitas,
dan Kecerdasan
EmositerhadapKema
ndirianBelajar Siswa
Kelas XSMK Piri I
Yogyakarta
Terdapatempat uji hipotesis dalam penelitian
ini. Pertama, terdapatpengaruh yang
signifikan antara gaya belajar terhadap
kemandirian belajar siswakelas X SMK Piri
I Yogyakarta sebesar 19,1%. Kedua,
terdapat pengaruh yangsignifikan antara
kreativitas terhadap kemandirian belajar
siswa kelas X SMK PiriI Yogyakarta sebesar
45,5%.
Ketiga, terdapat pengaruh yang signifikan
antarakecerdasan emosi terhadap
kemandirian belajar siswa kelas X SMK Piri
I Yogyakarta sebesar 48,8%.
Keempat, terdapat pengaruh yang signifikan
antaragaya belajar, kreativitas, dan
kecerdasan emosi terhadap kemandirian
belajarsiswa kelas X SMK Piri I Yogyakarta
sebesar 60,7%.
44
Tabel 7.Lanjutan
Aliyyah RR,
FA Puteri, dan
A Kurniawati.
(2017)
Pengaruh
Kemandirian
Belajar
terhadap Hasil
Belajar IPA
Berdasarkan hasil analisis terhadap data
yang telah dikumpulkan, maka dapat
disimpulkan sebagai berikut:
1. Kemandirian belajar di dalam penelitian ini
diketahui bahwa skor kemandirian belajar
yang tertinggi sebesar 80, dan skor
kemandirian belajar yang terendah sebesar
38. Serta diketahui kemandirian belajar
siswa dengan tingkat kriteria tinggi
mempunyai frekuensi yang paling banyak
yaitu 34 siswa (55%).
2. Hasil belajar di dalam penelitian ini
meliputi tiga aspek yaitu aspek kognitif,
aspek afektif, dan aspek psikomotor.
3. Terdapat pengaruh yang signifikan antara
kemandirian belajar terhadap hasil belajar
siswa kelas IV A dan IV B SDN Pajajaran
Bogor. Hal ini sesuai kriteria pengujian
tolak Ho berarti terdapat korelasi positif
yang terlihat dari hasil pengujian hipotesis
statistika pada hasil uji t yaitu diperoleh
nilai thitungsebesar 8,306 yang lebih besar
dari ttabel 2,000 serta nilai signifikansi
0,000 yang lebih kecil dari 0,05 maka Ho
ditolak dan Ha diterima. Hal ini
memberikan beberapa implikasi antara lain
seperti pentingnya siswa memiliki aspek
merencanakan pembelajaran, memiliki
rasatanggung jawab, mampu mengelola diri,
dan, memiliki inisiatif di dalam belajar agar
tercapainya tujuan belajar siswa dengan
baik. karena dengan kemandirian belajar
yang baik maka akan mendapatkan hasil
belajar yang baik pula. Serta dengan
mendorong siswa untuk berpartisipasi aktif
di dalam pembelajaran,mendorong rasa
ingin tahu mereka; serta memberikan
motivasi kepada siswa untuk
mengembangkan kemandirian belajarnya
maka kemandirian belajar dan hasil belajar
IPA akan meningkat.
45
Tabel 7. Lanjutan
Prasetyo Adhi
Nurcahyo
(2016)
Pengaruh
Penggunaan
Media
Pembelajaran
terhadap Hasil
Belajar Siswa
Mata Pelajaran
Kelistrikan
Mesin &
Konversi
Energi di SMK
N 2 Depok
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan
yang telah dilakukan mengenai pengaruh
penggunaan media pembelajaran turbin air
terhadap hasil belajar siswa kelas X pada
mata pelajaran KMKE di SMK N 2 Depok,
maka berdasarkan perhitungan pengaruh
penggunaan media pembelajaran turbin air
yang telah dibahas pada Bab IV, didapat
kesimpulan bahwa:
1. Berdasarkan hasil perhitungan uji t
kelompok terpisah pada saat posttest
menunjukkan bahwa hasil belajar siswa
kelas eksperimen sama dengan hasil belajar
kelas kontrol, karena t hitung = 1,04 lebih
kecil dari pada t tabel = 1,67 (t hitung < t
tabel). Hal tersebut menunjukkan bahwa
penelitian ini tidak berhasil membuktikan
bahwa media pembelajaran aplikasi android
tidak lebih baik dari media pembelajaran
power point.
2. Media pembelajaran aplikasi android
memberikan pengaruh terhadap hasil
belajar kepada siswa kelas X di SMK N 2
Depok yaitu sebesar 1,91. Dengan angka
positif yang artinya rata-rata nilai posttest
kelas eksperimen lebih besar dari pada
kelas kontrol. Hal tersebut menunjukkan
bahwa media pembelajaran aplikasi android
hanya memberikan pengaruh kecil terhadap
hasil belajar siswa pada mata pelajaran
KMKE.
Sumber: Skripsi dan Prosiding
46
Tabel 8. Jurnal
Nining
Triutami
(2014)
Pengaruh
Kreativitas
Belajar dan
Motivasi
Belajar
Terhadap Hasil
Belajar
Ekonomi pada
Siswa Kelas XI
IPS Sekolah
Menengah Atas
Negeri 1
Girimarto
Tahun Ajaran
2013/2014
Kesimpulan yang dapat diambil dari
penelitian ini adalah 1) ada pengaruh yang
signifikan antara kreativitas belajar terhadap
hasil belajar. 2) ada pengaruh yang signifikan
antara motivasi belajar terhadap hasil belajar.
3) ada pengaruh yang signifikan antara
kreativitas belajar dan motivasi belajar
terhadap hasil belajar. 4) variabel X1
memberikan sumbangan relatif sebesar
89,52% dan sumbangan efektif sebesar
35,9%, variabel X2 memberikan sumbangan
relatif sebesar 10,48% dan sumbangan efektif
sebesar 4,2%.
Reza Prayuda
(2014)
Pengaruh
Kemandirian
Belajar
Terhadap Hasil
Belajar
Siswa pada
Mata Pelajaran
Ekonomi di
SMA
(1) Kemandirian Belajar Siswa pada mata
pelajaran ekonomi Kelas X di SMA Negeri 1
Sungai Kunyit Rendah. Hal ini
ditunjukkan sebagian besar (32 siswa atau
57,14%) siswa mendapatkan nilai
antara 50 – 85,99 dengan kategori Rendah, (2)
Hasil Belajar Siswa pada mata
pelajaran ekonomi Kelas X di SMA Negeri 1
Sungai Kunyit Rendah. Hal ini
ditunjukkan sebagian besar (44 siswa atau
78,57%) siswa mendapatkan nilai
antara 25 – 66,99 dengan kategori Rendah, (3)
Kemandirian belajar memiliki
pengaruh terhadap hasil belajar siswa kelas X
di SMA Negeri 1 Sungai Kunyit.
Hal ini dilihat dari nilai t hitung > t tabel
(17,848 > 2.0049). Sedangkan nilai
koefisien regresi linear diperoleh sebesar
0,277 dan koefisien determinasi (R2)
sebesar 25,7%.
47
C. Kerangka Pikir
Suatu pembelajaran dapat dikatakan berhasil karena dipengaruhi beberapa komponen
dan komponen yang paling utama adalah kebijakan sekolah, guru, dan siswa. Salah
satu dari ketiga komponen menjadi perhatian khusus dalam pembelajaran adalah
siswa. Siswa sebagai objek atau sasaran utama dari proses pembelajaran. Hasil
belajar berkaitan dengan nilai yang diberikan guru setelah siswa mengikuti
serangkaian proses pembelajaran. Melalui penilaian hasil belajar, guru dapat
mengetahui sejauh mana penguasaan siswa setelah mengikuti pembelajaran ekonomi.
Adanya tolak ukur dengan nilai hasil belajar tersebut, dapat diketahui kelebihan dan
kekurangan dalam proses pembelajaran ekonomi sehingga dapat memperbaiki
kesalahan dan sebagai acuan untuk membuat perencanaan selanjutnya. Berdasarkan
latar belakang masalah, maka dapat dilihat bahwa hasil belajar ekonomi siswa kelas
XI IPS SMA Xaverius Pringsewu tahun pelajaran 2018/2019 dikatakan rendah
karena hanya beberapa siswa yang nilainya dapat memenuhi kriteria kelulusan. Ada
beberapa faktor yang dimiliki siswa untuk dapat menentukan keberhasilan proses
pembelajaran seperti kemandirian belajar, pemanfaatan media pembelajaran,
kreativitas, dan kecerdasan emosional.
Kemandirian belajar adalah kegiatan belajar aktif yang dibangun dengan bekal
pengetahuan atau kompetensi yang dimiliki, baik dalam menetapkan waktu belajar,
tempat belajar, cara belajar, maupun evaluasi belajar yang dilakukan oleh siswa
sendiri. Kemandirian muncul ketika siswa mampu menetapkan diri pada posisi yang
menuntut siswa untuk belajar tidak bergantung terhadap orang lain serta mempunyai
48
kepercayaan diri yang tinggi. Karena siswa yang mandiri tidak akan bergantung pada
orang lain, dan selalu berusaha menghadapi masalah-masalah yang terjadi di
kehidupan nyata. Dengan memiliki kepercayaan diri yang tinggi dan tidak
bergantung pada orang lain pada saat belajar maka akan bedampak pada hasil belajar
yang baik. Menurut Slameto dalam Harminingsih (2008) menyatakan bahwa hasil
belajar siswa dipengaruhi oleh dua faktor dari dalam diri siswa dan dari luar siswa
atau faktor lingkungan. Faktor dari dalam siswa terutama kemampuan yang
dimilikinya. Faktor kemampuan siswa besar sekali pengaruhnya terhadap
keberhasilan siswa yang bersangkutan. Salah satu yang penting adalah peran
kemandirian siswa dalam mencari serta menemukan sumber belajar dan mempelajari
materi pelajaran tersebut agar dapat mencapai hasil belajar yang optimal.
Media pembelajaran adalah semua alat atau benda atau perlengkapan berupa apapun
yang digunakan oleh guru atau pengajar dalam membantu kegiatan belajar mengajar
dengan maksud menyampaikan pesan (informasi) pembelajaran antara guru atau
pengajar dengan peserta didik agar proses interaksi pembelajaran dapat berlangsung
secara efektif dan efisien. Dengan memanfaatan media pembelajaran yang guru buat
atau yang sudah disiapkan oleh sekolah dengan baik maka hasil belajar pun akan
lebih maksimal. Harrison dan Hummel (2010:21-22) menyatakan bahwa media
pembelajaran (berupa film animasi/gambar) mampu memperkaya pengalaman dan
kompetensi siswa pada beragam materi ajar. Hegarty (2004:343) menjelaskan bahwa
perkembangan teknologi dewasa ini, film animasi/gambar mampu menyediakan
tampilan-tampilan visual yang lebih kuat dari berbagai fenomena dan informasi-
49
informasi abstrak yang sangat berperan untuk meningkatkan kualitas proses dan hasil
belajar. Bogiages dan Hitt (2008:43) menambahkan peningkatan minat, pemahaman,
dan keterampilan bekerja dalam kelompok merupakan bagian dari nilai tambah
pemanfaatan media dalam pembelajaran
Kreativitas dimulai dari suatu gagasan-gagasan yang kemudian tercipta sesuatu yang
bersifat baru. Kreativitas sebagai tindakan yang memutar gagasan-gagasan imajinatif
dan bersifat baru ke dalam kenyataan. Kreativitas dalam penelitian ini merupakan
kemampuan melalui ide, berpikir rasional, bersifat orisinil, tak diduga, dan berguna
untuk menciptakan hasil baru yang timbul secara spontan dalam menghadapi suatu
masalah. Siswa yang kreatif akan berusaha menemukan ide/gagasan dan selalu aktif
dalam melaksanakan tugas-tugasnya. Tugas-tugas akan diselesaikan oleh siswa
dengan kreativitas yang dimiliki oleh masing-masing siswa. Siswa yang kreatif akan
lebih mudah melakukan analisis dan cekatan terhadap gagasannya. Kreativitas siswa
sangat dibutuhkan untuk membentuk pribadi siswa yang mandiri. Apabila sikap
tersebut sudah tumbuh dalam diri siswa maka besar pengaruhnya terhadap
keberhasilan untuk menciptakan kemandirian belajar. Penelitian yang dilakukan oleh
Bughetto (2006) menghasilkan suatu kesimpulan bahwa murid dengan kemampuan
kreativitas yang tinggi secara signifikan dipercaya memiliki kemampuan akademis
yang tinggi hampir di seluruh mata pelajaran, dan secara signifikan pula mereka
cenderung untuk melanjutkan di perguruan tinggi.
50
Kecerdasan emosional dibutuhkan siswa untuk mengatur diri, berempati, dan
berketerampilan sosial dalam menghadapi suatu permasalahan. Siswa yang memiliki
kecerdasan emosi tinggi tidak akan terburu-buru dan gegabah dalam mengambil
keputusan. Kecerdasan emosi siswa yang baik dapat memelihara norma-norma
kejujuran saat mengerjakan tugas yang besifat mandiri. Hal ini menjadi aspek yang
berpengaruh terhadap kemandirian belajar siswa. Dengan memiliki kecerdasan emosi
yang baik maka akan tercipta kemandirian belajar yang baik pula. Berdasarkan uraian
tersebut, maka kerangka pikir penelitian ini sebagai berikut. Menurut Cooper dan
Sawaf, kecerdasan emosional sabagaiman di bawah ini: “Emotional intelligency is the
ability to sense, understand, and effectively apply the power and acumen of emotions
as a source of human energy, information connection, and influence”. Kecerdasan
emosional adalah kemampuan merasakan, memahami, dan secara efektif
mengaplikasikan kekuatan serta kecerdasan emosi sebagai sebuah sumber energi
manusia, informasi, hubungan dan pengaruh. Kecerdasan emosi mencakup
kemampuan-kemampuan yang berbeda, tetapi saling melengkapi dengan kecerdasan
akademik. (Executive EQ, 1977)
51
Gambar 3. Paradigma Penelitian
Kemandirian
Belajar (X1)
Pemanfaatan Media
Pembelajaran (X2)
Kreativitas (X3)
Kecerdasan
Emosional (X4)
Hasil Belajar (Y)
52
D. Hipotesis
Berdasarkan deskripsi teori dan kerangka pikir yang telah diuraikan, maka dapat
diajukan hipotesis sebagai berikut.
1. Ada pengaruh positif kemandirian belajar terhadap hasil belajar ekonomi siswa
kelas XI IPS di SMA Xaverius Pringsewu semester ganjil tahun pelajaran
2018/2019.
2. Ada pengaruh positif pemanfaatan media pembelajaran terhadap hasil belajar
ekonomi siswa kelas XI IPS di SMA Xaverius Pringsewu semester ganjil tahun
pelajaran 2018/2019.
3. Ada pengaruh positif kreativitas terhadap hasil belajar ekonomi siswa kelas XI IPS
di SMA Xaverius Pringsewu semester ganjil tahun pelajaran 2018/2019.
4. Adapengaruh positif kecerdasan emosional terhadap hasil belajar ekonomi siswa
kelas XI IPS di SMA Xaverius Pringsewu semester ganjil tahun pelajaran
2018/2019.
5. Ada pengaruh positif kemandirian belajar, pemanfaatan media pembelajaran,
kreativitas, serta kecerdasan emosional siswa terhadap hasil belajar mata pelajaran
ekonomi siswa kelas XI IPS SMA Xaverius Pringsewu semester ganjil tahun
pelajaran 2018/2019.
53
III. METODOLOGI PENELITIAN
A. Metode Penelitian
Metode penelitian diartikan sebagai cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan
tujuan dan kegunaan tertentu (Sugiyono, 2010). Penggunaan metode ini untuk
menentukan data penelitian, menguji kebenaran, menemukan, dan
mengembangkan suatu pengetahuan sehingga memperoleh hasil yang diharapkan.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif verifikatif
dengan pendekatan ex post facto dan survey.
Penelitian deskriptif adalah penelitian yang bertujuan untuk menggambarkan atau
melukiskan keadaan objek atau subjek penelitian (seseorang, lembaga, masyarakat
dan lain lain) pada saat sekarang berdasarkan fakta-fakta yang tampak atau
sebagaimana adanya sedangkan verifikatif yaitu metode penelitian yang bertujuan
untuk mengetahui hubungan antara dua variabel atau lebih. Metode ini juga
digunakan untuk menguji kebenaran dari suatu hipotesis.Pengaruh atau bentuk
hubungan kausal antara variabel X dan variabel Y dapat diketahui dari metode
penelitian verifikatif.(Sugiyono, 2010).
54
Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini berdasarkan data yang ada ditempat
penelitian sehingga menggunakan pendekatan ex post facto dan survey.Menurut
Sugiyono (2010) ex post facto yaitu suatu penelitian yang dilakukan untuk
meneliti peristiwa yang telah terjadi dan kemudian meruntut ke belakang untuk
mengetahui faktor-faktor yang dapat menimbulkan kejadian tersebut. Sedangkan
yang dimaksud dengan penelitian survey adalah pendekatan yang digunakan
untuk mendapatkan data dari tempat tertentu yang alamiah (bukan buatan), tetapi
melakukan perlakuan dalam pengumpulan data, misalnya dengan mendengarkan
kuesioner, test, wawancara terstruktur dan sebagainya (Sugiyono, 2011).
B. Populasi dan Sampel
1. Populasi
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek atau subyek yang
mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk
dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2010). Populasi dalam
penelitian ini adalah siswa kelas XI IPS SMA Xaverius Pringsewu tahun pelajaran
2018/2019.
Tabel 9. Jumlah Siswa kelas XI IPS SMA Xaverius Pringsewu
Kelas Jumlah Siswa
XI IPS 1 29
XI IPS 2 30
XI IPS 3 29
Jumlah 88 Sumber: Guru Mata Pelajaran Ekonomi Kelas XI IPS di SMA Xaverius Pringsewu.
Berdasarkan data di atas dapat diketahui bahwa dalam penelitian ini jumlah
populasi yang akan diteliti sebanyak 88 orang.
55
2. Sampel
Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi
(Sugiyono, 2010). Sampel adalah bagian dari jumlah populasi dan karakteristik
yang dimiliki oleh populasi tersebut.
Dalam penelitian ini untuk menghitung besarnya sampel dari populasi dihitung
berdasarkan rumus Slovin, yaitu:
Keterangan:
n = Jumlah sampel
N = Jumlah Populasi
e2
= Tingkat signifikan (0,05)
Berdasarkan rumus di atas besarnya sampel dalam penelitian ini adalah:
n = 88 / 1 + 88 (0,052)
= 72,1311475 dibulatkan menjadi 72
Jadi menurut perhitungan diatas, besarnya sampel dalam penelitian ini adalah
sebanyak 72 responden.
C. Teknik Sampling
Teknik pengambilan sampel adalah probability sampling dengan menggunakan
simple random sampling yaitu pengambilan sampel dari populasi secara acak
tanpa memperhatikan strata yang ada dalam populasi itu. Untuk menentukan
besarnya sampel disetiap kelas dilakukan dengan alokasi proposional agar sampel
yang diambil lebih proposional (Rahmat dalam Silvia, 2009: 26)
56
D. Variabel Penelitian
Variabel penelitian adalah segala sesuatu yang berbentuk apa saja yang ditetapkan
oleh peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh informasi tentang hal tersebut,
kemudiaan ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2010). Dalam peneltian ini terdapat
dua jenis variabel, yaitu sebagai berikut.
1. Variabel Bebas (Independent Variable)
Variabel ini sering disebut variabel stimulus, prediktor, antecedent. Variabel
bebas adalah merupakan variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi sebab
perubahannya atau timbulnya variabel dependen (terikat) (Sugiyono, 2013).
Dalam penelitian ini yang menjadi variabel bebas adalah kemandirian belajar
(X1), pemanfaaan media pembelajaran (X2), Kreativitas (X3), dan kecerdasan
emosional (X4).
2. Variabel Terikat (Dependent Variable)
Variabel Terikat sering disebut sebagai variabel output, kriteria, konsekuen.
Variabel terikat merupakan variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi yang
akibat karena adanya variabel bebas (Sugiyono, 2013). Variabel terikat dalam
penelitian ini adalah hasil belajar(Y).
E. Definisi Konseptual dan Operasional Variabel
Untuk mempermudah mengamati dan mengukur tiap variabel maka perlu
didefinisikan secara operasional dan konseptual dari tiap variabel penelitian ini.
Definisi opersional variabel dalam penelitian ini adalah segala sesuatu yang dapat
memberikan berbagai macam penilaian serta gambaran atas apa yang diteliti
57
sehingga tampak lebih nyata fenomena-fenomena yang terjadi. Sedangkan definisi
konseptual variable adalah penarikan batas yang menjelaskan suatu konsep secara
singkat, jelas dan tegas (Basrowi, 2007).
1. Definisi Konseptual Variabel
1) Kemandirian Belajar(X1)
Kemandirian belajar adalah perilaku siswa yang mampu mengatasi masalah,
mempunyai rasa percaya diri, tingkat seksama dan dapat melakukan sesuatu
sendiri tanpa bergantung pada orang lain dalam belajar dengan segenap
kemampua berpikir secara tepat dan maksimal. Kemandirian belajar dapat terlihat
dari karakter yang terdapat pada siswa. Siswa dengan kemandirian belajar akan
memiliki kompetensi baik berupa keterampilan atau ilmu pengetahuan. Siswa
memiliki inisiatif untuk memecahkan masalah dengan keberanian dalam
pengambilan keputusan.
2) Pemanfaatan Media Pembelajaran (X2)
media pembelajaran adalah semua alat atau benda atau perlengkapan berupa
apapun yang digunakan oleh guru atau pengajar dalam membantu kegiatan belajar
mengajar dengan maksud menyampaikan pesan (informasi) pembelajaran antara
guru atau pengajar dengan peserta didik agar proses interaksi pembelajaran dapat
berlangsung secara efektif dan efisien.
58
3) Kreativitas (X3)
Kreativitas adalah kemampuan melalui ide, melihat hubungan yang baru atau tak
diduga sebelumnya, kemampuan memformulasikan konsep yang bukan hanya
sekedar menghafal, menciptakan jawaban baru untuk soal-soal yang ada, dan
mendapatkan pertanyaan baru yang perlu untuk dijawab. Kreativitas menyangkut
cara berpikir kreatif, kemampuan untuk melihat bermacam-macam jawaban
terhadap satu soal.
4) Kecerdasan Emosional (X4)
Kecerdasan emosi adalah jenis kecerdasan yang fokusnya memahami, mengenali,
merasakan, mengelola, dan memimpin diri sendiri dan orang lain serta
mengalikasikannya dalam kehidupan pribadi dan sosial.
5) Hasil Belajar (Y)
Hasil belajar siswa merupakan suatu indikasi pencapaian tujuan pendidikan yang
sudah menjadi komitmen nasional antara lain terciptanya sumber daya manusia
yang berkualitas.
2. Definisi Operasional Variabel
Definisi operasional variabel adalah definisi yang diberikan kepada suatu variabel
dan konstrak dengan cara melihat pada dimensi tingkah laku atau properti yang
ditunjukkan oleh konsep dan mengkategorikan hal tersebut menjadi elemen yang
dapat diamati dan diukur.
59
Tabel 10.Definisi Operasional Variabel Penelitian
Variabel Indikator Sub Indikator Skala
Kemandirian
Belajar(X1)
1. Tanggung
jawab
2. Mampu
mengatur jam
belajar
3. Percaya diri
(Desmita dalam
Suhendri dan
Mardalena,
2013: 109)
1) Mengikuti pelajaran di
kelas dan mengerjakan
tugas dari guru
2) Adanya kemauan untuk
melakukan proses
pembelajaran sendiri
3) Berekemauan keras dan
berpendirian kuat
Interval dengan
pendekatan
Semantic
Differential
Pemanfaatan
Media
Pembelajaran
(X2)
1. Frekuensi
penggunaan
media
pembelajaran
2. Jenis media
pembeajaan
yang
digunakan
3. Fasilitas media
pembelajaran
(Sutjipto, 2013:8)
1) Intensitas penggunaan
media pembelajaran
yang digunakan oleh
guru dan siswa
2) Jenis media
pembelajaran yang
digunakan oleh guru
dan siswa
3) Adanya fasilitas yang
dimanfaatkan di
sekolah
Interval dengan
pendekatan
Semantic
Differential
Kreativitas
(X3)
1. Rasa ingin
tahu yang
besar.
2. Memahami
kesenjangan.
3. Memberikan
banyak
gagasan dan
usul
terhadapsuatu
masalah. (Ali dan Ansori,
2008: 43)
1) Kemampuan
menumbuhkan rasa
ingin tahu yang besar
pada saat diberi
stimulus oleh guru.
2) Memiliki ketekunan
dan tidak mudah
bosan
3) Kemampuan
mengemukakan
gagasan atau sesuatu
dan usul terhadap suatu
masalah berdasarkan
pengalaman belajar
siswa.
Interval dengan
pendekatan
Semantic
Differential
60
Tabel 10. Lanjutan
Kecerdasan
Emosional
(X4)
1. Mampu
mengenali
emosi
2. Mampu
mengelola
emosi
3. Memotivasi
diri sendiri
4. Mengenali
emosi orang
lain
5. Membina
hubungan
(Cooper dan
Sawaf, 2008: 8)
1) Mengenal dan
merasakan emosi
sendiri serta memahami
penyebab perasaan yang
timbul
2) Lebih mampu
mengungkapkan amarah
dengan tempat kearah
yang positif tanpa
berkelahi
3) Memberi semangat
pada diri sendiri untuk
menjadi lebih baik
4) Dapat memahami
perasaan orang lain
dengan baik
5) Saling berkomunikasi
dengan teman ketika
ada tugas kelompok
maupun hal lain.
Interval dengan
pendekatan
Semantic
Differential
Hasil Belajar
(Y)
Hasil mid
semester ganjil
mata pelajaran
Ekonomi kelas
XI SMA
Xaverius
Pringsewu tahun
pelajaran
2018/2019
(Hasil observasi
di SMA
Xaverius
Pringsewu)
Hasil ujian mid semester
ganjil pada mata pelajaran
Ekonomi
Interval dengan
pendekatan
Semantic
Differential
F. Teknik Pegumpulan Data
Menurut Sugiyono (2013) metode pengumpulan data adalah berkenan ketepatan
cara-cara yang digunakan oleh peneliti untuk mengumpulkan data-data. Adapun
metode pengumpulan data yang digunakan untuk penelitian ini adalah sebagai
berikut.
61
1. Observasi
Observasi adalah suatu cara pengumpulan data yang dilakukan dengan mengamati
dan mencatat secara sistematik apa yang tampak dan terlihat sebenarnya tentang
hal tertentu yang diamati. Menurut Sugiyono (2013: 203) teknik pengumpulan
data dengan observasi digunakan bila penelitian berkenaan dengan perilaku
manusia, proses kerja, gejala-gejala alam dan bila responden yang diamati tidak
terlalu besar.Observasi digunakan untuk mendapatkan data mengenai jumlah
siswa, latar belakang masalah dalam penelitian.
2. Wawancara
Wawancara adalah proses tanya-jawab dalam penelitian yang berlangsung secara
lisan dimana dua orang atau lebih bertatap muka mendengarkan secara langsung
informasi-informasi atau keterangan- keterangan (Cholid dan Abu, 2008). Teknik
pengumpulan data dengan wawancara digunakan ketika seseorang ingin
mendapatkan data-data atau keterangan lisan dari responden. Teknik wawancara
dilakukan dengan membuat pedoman wawancara yang sesuai dengan
permasalahan yang akan digunakan untuk tanya jawab dengan responden.
3. Kuisioner/Angket
Kuisioner adalah cara pengumpulan data melalui daftar pertanyaan yang terbagi
dalam beberapa kategori. Kuisioner merupakan teknik pengumpulan data yang
dilakukan dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis
kepada responden untuk dijawabnya (Sugiyono, 2013). Teknik ini digunakan
untuk mendapatkan data tentang kemandirian belajar, pemanfaatan media
62
pembelajaran, kreativitas, kecerdasan emosional dan hasil belajar. Skala interval
dengan menggunakan pendekatan Semantic Differential
4. Dokumentasi
Dokumentasi merupakan metode pengumpulan data yang digunakan untuk
mencari data mengenai hal - hal atau variabel yang berupa catatan, transkip, buku,
surat kabar, majalah, prasasti, notulen rapat, lengger, agenda dan sebagainya
(Arikunto, 2010). Dokumentasi digunakan untuk mendapatkan daftar nama siswa
yang menjadi sampel penelitian, mengetahui jumlah siswa dan hal-hal yang
berkaitan dengan hasil belajar mata pelajaran ekonomi kelas XI SMA Xaverius
Pringsewu tahun pelajaran 2018/2019.
G. Uji Persyaratan Instrumen
1. Uji Validitas Instrumen
Menurut Suharsimi Arikunto (2010) Validitas adalah suatu ukuran untuk
menunjukkan tingkat-tingkat kevalidan atau keshahihan suatu instrumen.Suatu
instrumen yang valid mempunyai validitas tinggi.Sebaliknya, instrumen yang
kurang valid memiliki validitas rendah. Dari pernyataan tersebut dapat
disimpulkan bahwa uji validitas instrument digunakan untuk mengukur sejauh
mana alat ukur yang digunakan dapat mengukur apa yang diinginkan dan dapat
mengungkapkan data dari variabel yang diteliti secara tepat. Metode uji validitas
angket yang digunakan dalam penelitian ini adalah Korelasi Product Moment
dengan rumus sebagai berikut.
63
∑ ∑ ∑
√ ∑ ∑ ∑ ∑
(Arikunto, 2009).
Keterangan:
rxy = koefisian korelasi antara variabel x dan y
n = jumlah sampel yang diteliti
∑ = jumlah skor X
∑ = jumlah skor Y (item)
Kriteria pengujian, apabila r hitung >r tabel maka alat pengukuran atau angket
tersebut adalah valid dan sebaliknya jika r hitung<r tabel maka alat pengukuran atau
angket tersebut tidak valid dengan = 0,05 dan dk = n-2 sehingga rtabel = r0,05;18
=0,444. Hasil dari pengujian validitas adalah sebagai berikut.
Tabel 3.1 Uji Validitas
Indikator r hitung r tabel Keterangan
X1.1 0,773 0,444 Valid
X1.2 0,453 0,444 Valid
X1.3 0,812 0,444 Valid
X1.4 0,676 0,444 Valid
X1.5 0,607 0,444 Valid
X1.6 0,686 0,444 Valid
X1.7 0,681 0,444 Valid
X1.8 0,709 0,444 Valid
X1.9 0,846 0,444 Valid
X1.10 0,671 0,444 Valid
X2.1 0,659 0,444 Valid
X2.2 0,626 0,444 Valid
X2.3 0,735 0,444 Valid
X2.4 0,889 0,444 Valid
X2.5 0,723 0,444 Valid
X2.6 0,851 0,444 Valid
X2.7 0,682 0,444 Valid
64
X2.8 0,795 0,444 Valid
X2.9 0,880 0,444 Valid
X2.10 0,844 0,444 Valid
X3.1 0,818 0,444 Valid
X3.2 0,833 0,444 Valid
X3.3 0,785 0,444 Valid
X3.4 0,910 0,444 Valid
X3.5 0,887 0,444 Valid
X3.6 0,815 0,444 Valid
X3.7 0,861 0,444 Valid
X3.8 0,906 0,444 Valid
X3.9 0,783 0,444 Valid
X3.10 0,772 0,444 Valid
X4.1 0,886 0,444 Valid
X4.2 0,866 0,444 Valid
X4.3 0,876 0,444 Valid
X4.4 0,965 0,444 Valid
X4.5 0,883 0,444 Valid
X4.6 0,895 0,444 Valid
X4.7 0,899 0,444 Valid
X4.8 0,873 0,444 Valid
X4.9 0,913 0,444 Valid
X4.10 0,907 0,444 Valid
Berdasarkan pada tabel 3.1 maka dapat disimpulkan bahwa semua indikator pada
penelitian ini telah valid karena nilai r hitung > r tabel. Sehingga dapat dilanjutkan
pada pengujian selanjutnya.
2. Uji Reliabilitas
Menurut Arikunto (2010), reliabilitas menunjuk pada pengertian bahwa instrumen
dapat dipercaya untuk digunakan sebagai alat pengumpul data karena instrumen
tersebut sudah baik. Reliabilitas instrumen merupakan syarat pengujian validitas
instrumen, karena itu instrumen yang valid umumnya pasti reliabel tetapi
pengujian reliabilitas instrumen perlu dilakukan. Menurut Arikunto (2010), untuk
mengetahui reliabilitas angket menggunakan rumus K−R20, yaitu:
65
=(
) ( -
∑
)
Keterangan:
r11 : reliabilitas instrumen
k : banyaknya butir soal atau butir pertanyaan
Vt : variansi total
P : proporsi subjek yang menjawab betul pada suatu butir
q : proporsi subjek yang menjawab salah pada suatu butir
Dari hasil pengujian diperoleh nilai r11. Nilai ini kemudian di andingkan dengan
nilai rtabel.Apabila nilai r11 lebih besar daripada rtabel, maka butir soal dapat
dikatakan reliabel.Sebaliknya, apabilai nilai r11 lebih kecil dari rtabel, maka butir
soal dapat dikatakan tidak reliabel. Hasil pengujian reliabilitas adalah sebagai