Page 1
PENGARUH KELEKATAN EMOSIONAL, DUKUNGAN SOSIAL,
DAN REGULASI DIRI TERHADAP ADAPTABILITAS KARIER
PADA WANITA KARIER YANG TELAH BERUMAH TANGGA
Skripsi
Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Psikologi (S.Psi)
Oleh:
Rifda Riski Nanda
NIM: 11140700000052
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1439 H / 2018 M
Page 5
v
ABSTRAK
A) Fakultas Psikologi
B) Agustus 2018
C) Rifda Riski Nanda
D) Pengaruh kelekatan emosional, dukungan sosial, dan regulasi diri terhadap
adaptabilitas karier pada wanita karier yang telah berumah tangga
E) xiv + 97 halaman + 38 lampiran
F) Penelitian ini didasarkan oleh adanya fenomena bekerja yang saat ini
mengalami perkembangan sifat dari linier dan stabil menjadi pola kerja yang
dinamis dan kompleks. Hal ini mendorong individu untuk meningkatkan
kemampuan adaptabilitas karier. Kenyataannya, wanita lebih banyak
mengalami stres kerja dibanding laki-laki. Artinya, wanita karier memiliki
kemampuan adaptabilitas karier yang rendah dibandingkan dengan laki-laki.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh antara kelekatan
emosional, dukungan sosial, dan regulasi diri terhadap adaptabilitas karier
pada wanita karier yang telah berumah tangga. Responden penelitian
merupakan wanita dewasa yang telah berumah tangga dan beprofesi sebagai
perawat dengan usia 25-50 tahun. Penelitian ini melibatkan 216 responden.
Kuesioner yang digunakan dalam penelitian ini adalah adaptasi dari Career
Adapt-Abilities Scale (CAAS) untuk mengukur adaptabilitas karier, Adult
Attachment Scale (AAS) untuk mengukur kelekatan emosional,
Multidimensional Scale of Perceived Social Support (MSPSS) untuk
mengukur dukungan sosial, dan Self Regulation Questionere (SRQ) untuk
mengukur regulasi diri. Kuesioner disebar secara daring dan secara langsung
dengan menggunakan non-probability sampling technique, yakni
convenience sampling. Pengujian Confirmatory Factor Analysis (CFA)
dilakukan untuk menguji validitas tiap-tiap item kuesioner. Sedangkan uji
hipotesis dilakukan dengan menggunakan analisis regresi berganda (Multiple
Regression Analysis).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada pengaruh yang signifikan sebesar
37.7% variabel kelekatan emosional, dukungan sosial, dan regulasi diri
terhadap adaptabilitas karier. Secara rinci, dimensi yang berpengaruh
signifikan terhadap adaptabilitas karier adalah ketergantungan, kecemasan,
kedekatan, dukungan dari teman, dan regulasi. Sedangkan dimensi lainnya
yakni dukungan dari keluarga dan dukungan dari orang spesial tidak
berpengaruh secara signifikan terhadap adaptabilitas karier. Saran untuk
penelitian selanjutnya adalah membuat penelitian yang menggunakan
independent variable lain selain yang diteliti dalam penelitian ini yang
didasarkan penelitian sebelumnya seperti adversity quotient, self-efficacy, dan
tingkat stres. Pengambilan jumlah sampel disarankan untuk dapat mengambil
dengan jumlah yang lebih banyak. Temuan penelitian ini juga dapat
digunakan sebagai acuan dalam pembuatan modul Employee Assistance
Program (EAP) atau program pendampingan karyawan khususnya untuk
wanita karier yang telah berkeluarga agar dapat meningkatkan kemampuan
adaptabilitas karier di dunia kerja.
G) Bahan bacaan: 38 + Buku: 3 + jurnal: 22 + tesis: 2 + disertasi: 2 + artikel: 7
Page 6
vi
ABSTRACT
A) Faculty of Psychology
B) August 2018
C) Rifda Riski Nanda
D) The influence of adult attachment, social support, and self-regulation of
career adaptability in career women who have married
E) xiv + 97 pages + 38 appendix
F) This research is based on the existence of work phenomena which currently
experience the development of a linear and stable nature into dynamic and
complex work patterns. This encourages individuals to improve career
adaptability. In fact, women experience more work stress than men. That is,
career women have low career adaptability compared to men. This study aims
to determine the effect of adult attachment, social support, and self-regulation
of career adaptability in career women who have married. Research
participants are adult women who have married and work as nurses aged 25-
50 years. The study involved 216 participants.
The questionnaires are used in this study was adaptation of Career Adapt-
Abilities Scale (CAAS) to measure career adaptability, Adult Attachment
Scale (AAS) to measure adult attachment, Multidimensional Scale of
Perceived Social Support (MSPSS) to measure social support, and Self
Regulation Questionere (SRQ) to measure self-regulation. Questionnaires are
distributed to participants via online and direct by using non-probability
sampling technique, with convenience sampling technique. The type of
research is quantitative research. Confirmatory Factor Analysis (CFA) is used
to test the validity of each item questionnaire. While the hypothesis test by
using multiple regression analysis is used to see the effect of independent
variable to dependent variable.
The results show that there is a significant simultaneously influence with a
value 37.7% of adult attachment variables, social support, and self-regulation
to career adaptability. In detail, the dimensions that significantly affect career
adaptability are depend, anxiety, close, friend support, and self-regulation.
While other dimensions such as family support and significant other support
don’t give significant effect to career adaptability. Suggestions for further
research are to make research using independent variables other than those
studied in this study based on previous research such as adversity quotient,
self-efficacy, and stress level. Sample quantities are suggested to take in more
quantities. The findings of this study can also be used as a reference in the
creation of Employee Assistance Program (EAP) modules or employee
assistance programs especially for career women who have married in order
to improve the ability of career adaptability in the world of work.
G) Reading materials: 38 + Books: 3 + journals: 22 + theses: 2 + dissertation: 2 +
articles: 7
Page 7
vii
KATA PENGANTAR
Bismillaahirrahmaanirrahiim…
Syukur Alhamdulillah, puja dan puji penulis panjatkan kehadirat Allah
SWT atas segala rahmat, hidayah, kekuatan dan kasih sayang yang diberikan-Nya,
sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi. Shalawat serta salam
semoga selalu tercurah kepada junjungan kita semua, Rasulullah Muhammad
SAW, berikut para keluarga dan para sahabat.
Penulisan skripsi ini dilakukan dalam rangka memenuhi salah satu syarat
untuk mencapai gelar Sarjana Psikologi di Fakultas Psikologi Universitas Islam
Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Dalam penyusunan skripsi ini, penulis
menyadari sepenuhnya bahwa keberhasilan yang diperoleh bukanlah semata-mata
hasil usaha penulis sendiri, melainkan berkat dukungan, semangat, dan bimbingan
dari pihak-pihak lain. Oleh karena itu dengan segala kerendahan hati penulis
menyampaikan rasa terima kasih kepada:
1. Kedua orang tua tercinta, Idris Idham (Ayah) dan Sri Surah Ajeng (Ummi)
yang senantiasa memberikan doa, cinta, perhatian, semangat, dan dukungan
baik moril maupun materil yang tidak akan bisa terganti oleh apapun. Adik-
adiku tersayang, Gilang, Thoriq, dan Hugo yang selau menyemangatiku.
2. Bapak Prof. Dr. Abdul Mujib, M.Ag, M.Si, selaku Dekan Fakultas Psikologi
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, seluruh dosen, serta seluruh civitas
akademika Fakultas Psikologi.
3. Ibu Dr. Natris Idriyani, M.Si, selaku pembimbing skripsi, terima kasih telah
berkenan memberikan bimbingan, waktu, dan saran demi skripsi ini.
Page 8
viii
4. Dr. Rena Latifa, M. Psi, selaku dosen pembimbing akademik, terima kasih
atas bimbingan, dan masukannya selama penulis menjalakan perkuliahan.
5. Teman seangkatan Psikologi 2014, khususnya kepada Adzillah, Faradila,
Atikah, Putri, Tina, Khansa, Diah, Nissa, Aidah, Nurlaili, Afrizal, Nur
Amalina, Ahsanatin, dan Sri Suryani. Terima kasih untuk cerita, canda tawa,
untuk kisah pertemanan, dan untuk segala ketulusan serta kebaikannya.
6. Sahabat tersayang, Fachrunnisa Rahmania, Ginta Putri, dan Salma Nabila,
yang telah memberikan semangat dalam suka dan duka.
7. Teman, Kakak, dan Adik dalam ADK Psikologi, khususnya An-Naml
Psikologi yang selalu membantu dan mendengarkan suka duka.
8. Seluruh pihak yang membantu, terima kasih khususnya kepada responden
penelitian dan pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu untuk segala
dukungan dan bantuan yang telah diberikan untuk membantu penulis dalam
menyelesaikan skripsi ini.
Semoga seluruh bantuan yang telah diberikan dibalas dengan berlipat
ganda oleh Allah SWT. Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan
dalam penulisan skripsi ini. Oleh karena itu, penulis menerima saran dan kritik
yang membangun demi kesempurnaan skripsi ini. Semoga skripsi ini dapat
bermanfaat bagi siapapun yang membacanya.
Jakarta, Agustus 2018
Penulis
Page 9
ix
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ............................................................................................. i
HALAMAN PERSETUJUAN ............................................................................ ii
HALAMAN PENGESAHAN ............................................................................. iii
LEMBAR PERNYATAAN ................................................................................ iv
MOTTO DAN PERSEMBAHAN ........................................................................ v
ABSTRAK ........................................................................................................... vi
ABSTRACT ........................................................................................................ vii
KATA PENGANTAR ....................................................................................... viii
DAFTAR ISI .......................................................................................................... x
DAFTAR TABEL .............................................................................................. xii
DAFTAR GAMBAR ......................................................................................... xiii
BAB 1 PENDAHULUAN ................................................................................ 1-12
1.1 Latar Belakang Masalah .................................................................... 1
1.2 Pembatasan dan Perumusan Masalah ................................................ 9
1.2.1 Pembatasan masalah ................................................................. 9
1.2.2 Perumusan masalah ................................................................. 10
1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian ......................................................... 11
1.3.1 Tujuan penelitian ..................................................................... 11
1.3.2 Manfaat penelitian ................................................................... 11
BAB 2 KAJIAN TEORI .............................................................................. 13-43
2.1 Adaptabilitas karier .......................................................................... 13
2.1.1 Definisi Adaptabilitas karier .................................................... 13
2.1.2 Dimensi Adaptabilitas karier ................................................... 14
2.1.3 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Adaptabilitas karier ........ 17
2.1.4 Pengukuran Adaptabilitas karier ............................................. 22
2.2 Kelekatan emosional ........................................................................ 23
2.2.1 Definisi Kelekatan emosional.................................................. 23
2.2.2 Dimensi Kelekatan emosional ................................................. 25
2.2.3 Pengukuran Kelekatan emosional ........................................... 26
2.3 Dukungan sosial ............................................................................... 27
2.3.1 Definisi Dukungan sosial ........................................................ 27
2.3.2 Dimensi Sumber Dukungan sosial .......................................... 28
2.3.3 Pengukuran Dukungan sosial .................................................. 29
2.4 Regulasi diri...................................................................................... 31
2.4.1 Definisi Regulasi diri ............................................................... 31
2.4.2 Indikator Regulasi diri ............................................................. 35
2.4.3 Pengukuran Regulasi diri ........................................................ 35
2.5 Kerangka Berpikir ............................................................................ 36
2.6 Hipotesis Penelitian .......................................................................... 44
Page 10
x
BAB 3 METODE PENELITIAN .................................................................... 45-66
3.1 Populasi, Sampel, dan Teknik Pengambilan Sampel ....................... 45
3.2 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional .................................. 46
3.3 Instrumen Pengumpulan Data .......................................................... 49
3.3.1 Teknik Pengumpulan Data ...................................................... 49
3.3.2 Instrumen Penelitian ................................................................ 50
3.4 Uji Validitas Konstruk ...................................................................... 53
3.4.1 Uji Validitas Konstruk Adaptabilitas karier ............................ 55
3.4.2 Uji Validitas Konstruk Kelekatan emosional .......................... 56
3.4.3 Uji Validitas Konstruk Dukungan sosial ................................. 60
3.4.4 Uji Validitas Konstruk Regulasi diri ....................................... 63
3.5 Teknik Analisis Data ........................................................................ 64
BAB 4 HASIL PENELITIAN ......................................................................... 67-76
4.1 Gambaran Umum Subjek Penelitian ................................................ 67
4.2 Hasil Analisis Deskriptif .................................................................. 68
4.3 Kategorisasi Skor Variabel Penelitian .............................................. 69
4.4 Hasil Uji Hipotesis ........................................................................... 70
4.4.1 Analisis regresi variabel penelitian ......................................... 70
4.4.2 Pengujian proporsi varians masing-masing IV ........................ 75
BAB 5 KESIMPULAN, DISKUSI, DAN SARAN......................................... 77-86
5.1 Kesimpulan ....................................................................................... 77
5.2 Diskusi .............................................................................................. 77
5.3 Saran ................................................................................................. 86
5.3.1 Saran teoritis ............................................................................ 86
5.3.2 Saran praktis ............................................................................ 87
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................. 90
LAMPIRAN ............................................................................................................ 95
Page 11
xi
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1 Blue Print Skala Adaptabilitas karier ................................................. 50
Tabel 3.2 Blue Print Skala Kelekatan emosional ............................................... 51
Tabel 3.3 Blue Print Skala Dukungan sosial ...................................................... 52
Tabel 3.4 Blue Print Skala Regulasi diri ............................................................ 52
Tabel 3.5 Muatan Faktor Item Kontruk Adaptabilitas karier ............................. 56
Tabel 3.6 Muatan Faktor Item Dimensi Ketergantungan ................................... 57
Tabel 3.7 Muatan Faktor Item Dimensi Kecemasan .......................................... 58
Tabel 3.8 Muatan Faktor Item Dimensi Kedekatan ............................................ 59
Tabel 3.9 Muatan Faktor Item Sumber Dimensi Dukungan Keluarga ............... 60
Tabel 3.10 Muatan Faktor Item Sumber Dimensi Dukungan Teman ................... 61
Tabel 3.11 Muatan Faktor Item Sumber Dimensi Dukungan Orang Spesial ....... 62
Tabel 3.12 Muatan Faktor Item Konstruk Regulasi diri ....................................... 64
Tabel 4.1 Gambaran Umum Subjek Penelitian ................................................... 67
Tabel 4.2 Statistik Deskriptif .............................................................................. 68
Tabel 4.4 Norma Kategorisasi Skor Variabel Penelitian .................................... 69
Tabel 4.5 Persentase Kategori Skor Tiap Variabel ............................................. 70
Tabel 4.6 R Square .............................................................................................. 71
Tabel 4.7 ANOVA .............................................................................................. 71
Tabel 4.8 Koefisien Regresi ................................................................................ 72
Tabel 4.9 Proporsi Varians Masing-masing Independent Variable .................... 75
Page 12
xii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Bagan Kerangka Berpikir Penelitian .................................................... 43
Page 13
xiii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Permohonan Izin Penelitian ................................................................ 96
Lampiran 2 Item Asli Alat Ukur ............................................................................ 98
Lampiran 3 Matriks Adaptasi Alat Ukur ............................................................... 102
Lampiran 4 Informed Consent Penelitian .............................................................. 112
Lampiran 5 Kuesioner Penelitian .......................................................................... 113
Lampiran 6 Format Kuesioner Daring .................................................................. 121
Lampiran 7 Syntax dan Path Diagram .................................................................. 122
Lampiran 8 Output Analisis Regresi Berganda ..................................................... 132
Page 14
1
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Bekerja atau karier menurut Foud (dalam Tolentino, 2015) saat ini mengalami
perkembangan dari yang sifatnya linier dan stabil menjadi pola kerja yang
dinamis dan kompleks. Berdasarkan hal tersebut, maka perkembangan karier yang
pesat memberikan suatu hal yang penting tentang kemampuan pengarahan diri,
fleksibilitas, dan ketahanan untuk berubah. Menurut Van, Pater, dan Preenen
(dalam Tolentino, 2015) hal ini mendorong individu untuk meningkatkan
kemampuan tidak hanya dalam melakukan peran khusus tetapi juga kepercayaan
diri dalam memperluas kemampuan mereka sebagai bagian dari proses
pengembangan karier yang sedang berlangsung. Dengan demikian,
mengembangkan sikap adaptif atau dalam hal karier disebut dengan adaptabilitas
karier menjadi penting untuk mengatasi transisi dan tuntutan baru untuk berhasil
dalam lingkungan kerja saat ini.
Kenyataannya berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Rice (dalam
Ruslina, 2014), wanita yang bekerja mengalami stres kerja lebih tinggi
dibandingkan laki-laki. Perbandingan stres kerja antara wanita dan laki-laki
didapatkan hasil rata-rata sebesar 28% wanita mengalami stres ditempat kerja,
sedangkan pada laki-laki didapatkan rata-rata sebesar 20%. Selain itu, Persatuan
Perawat Nasional Indonesia (PPNI) (2011) mengungkapkan sebanyak 50,9%
perawat Indonesia yang bekerja mengalami stres kerja, sering merasa pusing,
lelah, kurang ramah, kurang istirahat akibat beban kerja terlalu tinggi serta
Page 15
2
penghasilan yang tidak memadai (Pongoh, 2015). Hal ini menunjukkan bahwa
profesi bidang kesehatan dan pekerja sosial menempati urutan pertama yang
paling banyak mengalami stres dan berdampak pada kemampuan adaptabilitas
karier di tempat kerja. Dapat disimpulkan pula bahwa kemampuan adaptasi
wanita lebih rendah dibanding laki-laki di tempat kerja. Artinya, wanita karier
memiliki sikap, kompetensi, dan kemampuan adaptabilitas karier yang rendah
dibandingkan dengan laki-laki.
Penelitian terdahulu yang dilakukan oleh International Labour
Organization (dalam Tolentino 2015) mengenai adaptabilitas karier menyatakan
bahwa dalam lingkungan kerja yang serba cepat saat ini, individu semakin
menghadapi ketidakpastian dan secara bersamaan menangani berbagai tuntutan
baru yang dibawa oleh inovasi teknologi, ekonomi, restrukturisasi organisasi,
persaingan global, keragaman tenaga kerja, dan manajemen kehidupan keluarga-
kerja/work-family conflict. Berdasarkan penelitian yang telah dijelaskan
(Tolentino, 2015), maka salah satu hambatan atau kesulitan yang dialami oleh
wanita karier khususnya yang telah berumah tangga dalam beradaptabilitas karier
di tempat kerja yaitu dalam menyeimbangkan peran kerja dan keluarga. Diana
(2017) menjelaskan bahwa timbulnya work-family conflict pada wanita karier
yang memiliki peran ganda dapat menurunkan kepuasan karier dan kemajuan
karier, ketakutan dalam pemenuhan kebutuhan untuk sukses dalam karier, dan
berbagai kecemasan dalam karier dan hidup. Pada kenyataannya wanita akan
mengalami kendala karier bila work-family conflict tidak dapat dihindari (Vianen
et. al., 2002). Konflik ini merupakan tantangan terbesar wanita dalam
meningkatkan kemampuan adaptabilitas karier di tempat kerja.
Page 16
3
Hal dilematis yang kedua pada wanita karier dalam dunia kerja adalah
bahwa disatu sisi kaum wanita yang bekerja menginginkan peningkatan kepuasan
kerja melalui peningkatan kariernya, namun disisi lain ada kekhawatiran bahkan
muncul rasa takut akan kesuksesan (fear of success) (Cherry & Deaux, 1978).
Para wanita dewasa muda yang memiliki pendidikan tinggi mengalami konflik
antara gambaran diri mereka sebagai individu yang mampu berkarya dengan
harapan masyarakat terhadap wanita. Dikarenakan hal tersebut, maka banyak
wanita karier yang telah berumah tangga dan mempunyai anak mengalami
kecemasan dan kebingungan dalam mempersiapkan dan menyesuaikan dirinya
pada situasi-situasi yang tidak terduga di dalam dunia kerja dan berakibat dapat
menghambat dirinya untuk meraih prestasi kerja yang maksimal.
Berdasarkan hasil survey yang dilakukan peneliti dengan 20 wanita karier
yang telah berumah tangga di Jakarta dan Bekasi pada bulan Desember 2017,
dapat diketahui bahwa 100% wanita karier yang berkeluarga mengalami konflik
pekerjaan dan keluarga (work-family conflict). Konflik yang sering terjadi dalam
kehidupan rumah tangga pada ibu yang bekerja adalah responden mengaku
kurang memiliki waktu untuk berkumpul dengan keluarga. Ketika istri dan suami
pulang dari kantor dalam keadaan lelah, maka keduanya lebih cenderung untuk
memilih beristirahat. Adapun responden lainnya mengaku bahwa anak menjadi
kurang diperhatikan oleh orang tuanya sehingga anak sering merasa kesepian.
Terkadang anak juga menjadi pelampiasan emosi pada saat orang tua sedang
bertengkar. Masalah lainnya adalah responden cenderung merasa tertekan jika
urusan pekerjaan dan urusan keluarga datang pada saat bersamaan. Para ibu yang
Page 17
4
bekerja mengaku bingung untuk memilih salah satu di antara keduanya. Selain itu,
responden juga memiliki kasus yang terjadi terkait masalah pengasuhan anak.
Anak-anak sebagian besar diasuh oleh pembantu atau dititipkan kepada orang tua
istri ataupun orang tua suami.
Fenomena tersebut menggambarkan bahwa perempuan bekerja di luar
rumah menyebabkan beberapa tantangan dan ketidakseimbangan peran. Jelas
dapat dilihat bahwa peran ganda dapat memberikan konsekuensi yang berat dalam
berkarier. Adaptabilitas karier dapat dikatakan sebagai kapasitas diri seseorang
yang digunakan untuk memecahkan masalah yang asing, kompleks dan tidak jelas
yang terdapat dalam tugas-tugas pekerjaan, transisi kerja, dan trauma yang
muncul dari pekerjaan (Savickas & Porfeli, 2012). Menurut Hall, Lent, dan
Savickas (dalam Tolentino, 2015) adaptasi secara literatur juga dianggap sebagai
kompetensi dan kunci yang lebih baik dalam memposisikan individu ketika
mereka menghadapi transisi dan prospek kerja yang kurang terdefinisi sepanjang
rentang karier mereka.
Studi pendahuluan yang telah dilakukan Karatepe dan Michel (dalam
Bashir et. al., 2015) menunjukkan bahwa wanita karier yang berkeluarga
nampaknya kurang dapat beradaptasi secara maksimal di tempat kerja karna
memiliki peran lain. Fenomena dalam permasalahan ini menjadi hal yang
menarik dan penting untuk diteliti. Hal ini menunjukkan bahwa variabel
adaptabilitas karier merupakan variabel terpenting dalam kepuasan kerja
karyawan, kebahagiaan hidup keluarga, kesejahteraan, kecemasan kerja, resital
kerja, dan niat untuk meninggalkan organisasi. Dengan demikian, dapat
Page 18
5
disimpulkan bahwa ketidakmampuan wanita karier dalam menyelesaikan berbagai
konflik atau hambatan dalam meningkatkan kemampuan adaptabilitas karier dapat
menyebabkan sikap kerja yang negatif misalnya kurang motivasi dalam bekerja,
kurang konsentrasi, tidak dapat menyesuaikan diri dengan tugas pekerjaan karena
urusan keluarga sehingga dengan demikian akan berpengaruh terhadap kinerja
organisasi atau perusahaan secara keseluruhan.
Salah satu prediktor yang menjadi penting dalam penelitian ini adalah
kelekatan emosional. Faktor kelekatan emosional baru belakangan ini diteliti oleh
para psikolog sosial untuk mulai mengintegrasikan pekerjaan pada hubungan cinta
orang dewasa dengan teori perkembangan dan penelitian tentang sifat dan fungsi
hubungan individu (Hartup & Rubin, 1986; Kazan & Shaver, 1987; Hinde, 1979;
Hinde & Stevenson Hinde, 1986, Shaver & Hazan, 1988; Shaver, Hazan, &
Bradshaw, 1988; Shaver & Rubenstein, 1980; Weiss, 1982, 1986 dalam Collins &
Read, 1990). Penelitian terdahulu ini ingin melihat sejauh mana attachment atau
kelekatan emosional membentuk kepercayaan tentang diri dan dunia sosial yang
kemudian dapat membimbing hubungan individu di masa dewasa termasuk pada
pekerjaan (Collins et. al., 1990).
Penelitian yang dilakukan oleh Hazan dan Shaver (1990) menunjukkan
bahwa individu dengan gaya avoidant attachment cenderung menghindari bekerja
untuk menghindari interaksi sosial. Sementara individu dengan gaya secure
attachment memiliki nilai hubungan yang lebih baik dari sekedar bekerja.
Katterson, Lee, dan Wolfe (dalam Van, 2007) menyatakan bahwa keterkelekatan
yang aman di antara orang dewasa muda ditunjukkan untuk mendukung
Page 19
6
komitmen karier dan eksplorasi karier yang lebih besar serta melindungi dari
pengambilan keputusan dini.
Menurut Hardy dan Barkham (dalam Van, 2007) individu dengan gaya
avoidant atau cenderung memiliki nilai ketergantungan, kecemasan, dan
kedekatan yang rendah biasanya akan mengalami perdebatan di rumah. Hal ini
dapat dilihat karena mungkin mereka menganggap pekerjaan lebih penting
daripada hubungan (Hazan & Shaver, 1990). Penelitian lain dari Collins (1990)
menyatakan bahwa wanita yang merasa nyaman dan memiliki kedekatan dengan
pasangannya atau memiliki nilai kedekatan dan ketergantungan yang tinggi, maka
akan jauh lebih positif tentang hubungan mereka secara keseluruhan. Selain itu,
wanita dengan pasangan yang cenderung tinggi pada nilai kedekatan juga
mempunyai komunikasi yang lebih baik secara umum. Dapat disimpulkan bahwa
individu dengan gaya secure atau cenderung memiliki nilai kedekatan dan
ketergantungan yang tinggi akan memiliki suatu kemudahan dalam hubungannya
dengan pekerjaan.
Adaptabilitas karier juga berkaitan dengan dukungan sosial. Hasil
penelitian yang dilakukan oleh Tian dan Fan (2014) mengungkapkan bahwa
dukungan sosial dari keluarga merupakan faktor penting lainnya yang berdampak
pada kemampuan adaptabilitas karier. Hal ini sesuai dengan temuan dari
penelitian sebelumnya yang melaporkan bahwa dukungan sosial yang dirasakan
merupakan prediktor perkembangan karier yang signifikan (Hirschi, 2009) dan
keterlibatan dalam persiapan karier (Hirschi et. al., 2011).
Sebuah studi dari Metheny dan McWhirter (dalam Jackson, 2014)
Page 20
7
menyimpulkan bahwa dukungan keluarga dikaitkan dengan pengembangan karier
dan mempengaruhi serangkaian konstruksi karier. Selain itu, dukungan sosial dari
orang lain mempengaruhi eksplorasi karier orang dewasa muda (Creed, Fallon, &
Hood, 2009). Temuan-temuan dari hasil penelitian terdahulu ini memberikan
suatu kesimpulan bahwa dukungan sosial dari berbagai sumber menjadi suatu hal
yang penting dalam mempengaruhi penyesuaian individu dalam pekerjaannya.
Dampak positif yang diberikan dari adanya dukungan sosial meliputi kemampuan
individu dalam mengembangkan karier dan mengurangi stres yang dialami saat
menghadapi kesulitan dalam pekerjaan.
Selain dari beberapa hasil penelitian terdahulu, terdapat temuan lain
berdasarkan dari studi pendahuluan yang telah dilakukan kepada beberapa subjek
wanita karier yang telah berumah tangga. Hasil tertinggi dan terbanyak yang
dipilih dalam survey terkait dengan faktor yang paling mempengaruhi terhadap
adaptabilitas karier adalah dukungan sosial. Oleh karena itu, dukungan sosial
merupakan metode yang berguna untuk meningkatkan kemampuan adaptabilitas
karier terutama dari keluarga, teman, dan orang yang dianggap spesial.
Variabel lainnya yang ikut ambil bagian dalam mendukung tercapainya
adaptabilitas karier adalah variabel regulasi diri. Menurut penelitian Creed et. al.
(2009) menunjukkan bahwa regulasi diri berpengaruh terhadap adaptabilitas
karier. Hasil ini juga mendukung penelitian yang dilakukan oleh Merino dan
Tejedor (2016) yang menunjukkan bahwa terdapat korelasi positif antara regulasi
diri dan kemampuan adaptabilitas karier. Maka dapat diasumsikan dari hasil
penelitian tersebut bahwa dengan memiliki kemampuan regulasi diri yang baik
Page 21
8
akan berdampak positif pada kemampuan adaptabilitas karier individu.
Adapun literatur yang menunjukkan bahwa sumber dari adaptabilitas
karier merupakan factor dari regulasi diri individu (Savickas & Porfeli, 2012).
Faktor internal inilah yang harus dimiliki wanita karier yang telah berumah tangga
dalam mengatur perannya sebagai seorang wanita dewasa berupa keterlibatannya
sebagai anggota masyarakat, ibu rumah tangga, dan wanita karier.
Dari berbagai fenomena yang ada, maka penting untuk dilakukannya
penelitian mengenai adaptabilitas karier khususnya pada wanita karier yang telah
berumah tangga. Urgensi dilakukannya penelitian ini dikarenakan dengan
adaptabilitas karier yang buruk dapat memberi dampak psikis seperti depresi dan
stress akibat tidak dapat menyesuaikan dirinya dalam situasi-situasi tertentu di
dalam dunia kerja yang dilakukan bersamaan dengan kewajibannya sebagai
seorang ibu dan mengganggu peran domestiknya. Menurut Robbins (dalam
Murtana, 2014) sisi negatif stres yang berkepanjangan dapat menyebabkan
timbulnya gejala-gejala merugikan seperti sulit tidur, sakit kepala, lelah, dan cepat
marah. Jika hal ini dibiarkan terus-menerus akan membuat sakit dan kerusakan-
kerusakan pada fungsi fisik dan psikologis. Selain itu individu yang tidak
mempunyai adaptabilitas karier dapat berakibat negatif pada ketidakpuasan
terhadap pekerjaannya, job insecurity, loyalitas kerja yang rendah (Sverke et al,
2002; Sverke & Goslinga, 2003), serta keinginan untuk keluar dari pekerjaan
(Davy, et al, 1997; Probst, 2005, Sverke et al, 2002).
Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan diatas, maka penulis
menganggap bahwa penting dan perlu adanya penelitian mengenai adaptabilitas
Page 22
9
karier. Penelitian ini diharapkan dapat menjadi acuan khususnya kepada wanita
karier yang telah berumah tangga dalam menjalani perannya diranah publik
maupun ranah domestik dan dalam meningkatkan kemampuan adaptabilitas
kariernya di dunia pekerjaan. Maka dari itu, untuk merealisasi hal tersebut peneliti
melakukan penelitian dengan judul Pengaruh kelekatan emosional, dukungan
sosial, dan regulasi diri terhadap adaptabilitas karier pada wanita karier yang
telah berumah tangga.
1.2 Pembatasan dan Perumusan Masalah
1.2.1 Pembatasan masalah
Adapun batasan masalah yang akan diteliti dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut:
1. Adaptabilitas karier yang dimaksud dalam penelitian ini adalah kesiapan
seseorang untuk menyelesaikan tugas yang terprediksi dan berpartisipasi
dalam peran pekerjaan, serta mampu menguasai situasi tidak terduga yang
mungkin terjadi karena perubahan dalam pekerjaan dan kondisi kerja
(Savickas, 1997). Adaptabilitas karier terdiri dari empat dimensi, yaitu
kepedulian karier, pengendalian karier, keingintahuan karier, dan keyakinan
karier. (Savickas, 2012).
2. Kelekatan emosional yang dimaksud dalam penelitian ini adalah proses
kelekatan atau ikatan emosional yang didapatkan individu dari figur orang
dewasa yang dibedakan atas tiga dimensi yaitu ketergantungan, kecemasan,
dan kedekatan (Collins & Read, 1990). Penelitian ini memfokuskan kelekatan
emosional dalam keluarga terhadap pasangan.
Page 23
10
3. Dukungan sosial yang dimaksud dalam penelitian ini adalah sebuah
pertukaran sumber daya antara minimal dua individu yang dipersepsikan oleh
salah satu pihak bertujuan untuk membantu. Terdapat tiga dimensi dukungan
sosial yang bersumber dari dukungan sosial keluarga, teman, dan orang
spesial (Zimet at. al., 1988). Orang spesial yang dimaksudkan dalam
penelitian ini adalah pasangan hidup wanita karier atau suami.
4. Regulasi diri yang dimaksud dalam penelitian ini adalah kapasitas untuk
merencanakan, memandu, dan memonitor perilaku individu secara fleksibel
dalam menghadapi perubahan keadaan (Brown, 1998).
5. Responden dalam penelitian ini adalah wanita dewasa yang beprofesi sebagai
perawat dan telah berumah tangga dengan rentang usia 25-50 tahun.
1.2.2 Perumusan masalah
Dari latar belakang yang telah dipaparkan, maka peneliti membuat perumusalan
masalah dalam bentuk pertanyaan, yakni:
1. Apakah terdapat pengaruh antara kelekatan emosional, dukungan sosial, dan
regulasi diri terhadap adaptabilitas karier pada wanita karier yang telah
berumah tangga?
2. Apakah terdapat pengaruh kelekatan emosional dengan dimensi
ketergantungan, kecemasan, dan kedekatan terhadap adaptabilitas karier
pada wanita karier yang telah berumah tangga?
3. Apakah terdapat pengaruh dukungan sosial dengan dimensi keluarga, teman,
dan orang spesial terhadap adaptabilitas karier pada wanita karier yang telah
berumah tangga?
Page 24
11
4. Apakah terdapat pengaruh regulasi diri terhadap adaptabilitas karier pada
wanita karier yang telah berumah tangga?
1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian
1.3.1 Tujuan penelitian
Berdasarkan dengan rumusan masalah diatas, maka penelitian yang dilakukan ini
bertujuan sebagai berikut:
1. Mengetahui pengaruh antara kelekatan emosional, dukungan sosial, dan
regulasi diri terhadap adaptabilitas karier pada wanita karier yang telah
berumah tangga.
2. Mengetahui pengaruh kelekatan emosional dengan dimensi keterbukaan,
kecemasan, dan kedekatan terhadap adaptabilitas karier pada wanita karier
yang telah berumah tangga.
3. Mengetahui pengaruh dukungan sosial dengan dimensi keluarga, teman, dan
orang spesial terhadap adaptabilitas karier pada wanita karier yang telah
berumah tangga.
4. Mengetahui pengaruh regulasi diri terhadap adaptabilitas karier pada wanita
karier yang telah berumah tangga.
1.3.2 Manfaat penelitian
Manfaat teoritis dalam penelitian ini adalah diharapkan dapat bermanfaat bagi
pengembangan teori dan penelitian-penelitian psikologi selanjutnya khususnya
dalam kajian bidang psikologi industri organisasi dan dalam kajian psikologi
gender yang berkaitan mengenai adaptabilitas karier pada wanita karier yang telah
berumah tangga.
Page 25
12
Penelitian ini juga diharapkan dapat memberikan manfaat praktis yakni,
diharapkan dapat memberikan referensi untuk memahami wanita karier dan
memberikan masukan bagi para ahli dan pihak terkait khususnya pihak
masyarakat dan perusahaan untuk dapat bekerjasama dalam membantu
pembentukan penyesuaian diri pada kondisi kerja bagi wanita karier yang telah
berumah tangga agar tepat dalam beraktualisasi dan beradaptasi di dunia kerja.
Selain itu, diharapkan melalui hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan
acuan pembuatan program pengembangan karier untuk dapat dijadikan pelatihan
atau pembinaan dalam meningkatkan kemampuan adaptabilitas karier bagi wanita
karier yang telah berumah tangga.
Page 26
13
BAB 2
KAJIAN TEORI
2.1 Adaptabilitas Karier
2.1.1 Definisi Adaptabilitas Karier
(Savickas, 1997) menyatakan adaptabilitas karier adalah kesiapan seseorang untuk
menyelesaikan tugas yang terprediksi dan berpartisipasi dalam peran pekerjaan,
serta mampu menguasai situasi tidak terduga yang mungkin terjadi karena
perubahan dalam pekerjaan dan kondisi kerja. Savickas (1997) mengajukan agar
adaptabilitas karier menggantikan kematangan karier sebagai konstruk utama
dalam perkembangan karier orang dewasa. Perubahan dari kematangan karier
menjadi adaptabilitas karier menyederhanakan teori life-span, life-space dari
Donald Super dengan hanya menggunakan satu konstruk untuk menjelaskan
secara sederhana namun menyeluruh mengenai perkembangan karier pada anak,
remaja dan orang dewasa.
Konsep adaptabilitas karier mendukung seseorang untuk mengembangkan
karier dalam berbagai situasi (Savickas, 1997) pada usia anak-anak, remaja,
maupun dewasa. Menurut Savickas (1997), adaptabilitas karier merupakan suatu
kesiapan seseorang untuk mengatasi tugas-tugas yang ada dan suatu peran untuk
berpartisipasi dalam lingkup kerja serta penyesuaian terhadap perubahan yang
akan terjadi pada kondisi dan lingkungan pekerjaan. Adaptabilitas karier
merupakan bagian dari teori konstruksi karier dari Savickas (1997), yang
menjelaskan bahwa proses seseorang melalui masa perkembangan karier, cara
kerja mereka, dan tujuan karier mereka. Adaptabilitas karier pertama kali dibentuk
Page 27
14
oleh Super dan Knasel (dalam Creed, 2009) sebagai pusat dalam perkembangan
karier dan sejak itulah disarankan sebagai kunci kompetensi dalam keberhasilan
karier pada umumnya.
Dijelaskan juga menurut Maggiori, Johnston, Krings, Massoudi, dan
Rossier (dalam Tian & Fan, 2014) bahwa adaptabilitas karier berhubungan kuat
dengan kesejahteraan individu secara umum maupun dalam konteks profesional
pekerjaan. Selanjutnya, (Savickas, 2012) menerangkan bahwa adaptabilitas karier
memungkinkan individu untuk siap dan dapat mengatasi tugas perkembangan,
transisi pekerjaan, dan trauma pekerjaan. Serupa dengan definisi tersebut,
Savickas dan Porfeli (dalam Maggiori, Rossier, & Zimmermann, 2015)
mendefinisikan adaptabilitas karier sebagai kekuatan atau kemampuan regulasi
diri untuk memecahkan masalah yang tidak biasa, kompleks, dan tidak jelas
dalam tugas perkembangan, transisi pekerjaan, dan trauma kerja.
Berdasarkan penjelasan definisi adaptabilitas karier diatas maka penelitian
ini menggunakan definisi adaptabilitas karier sebagai kesiapan seseorang untuk
menyelesaikan tugas yang terprediksi dan berpartisipasi dalam peran pekerjaan,
serta mampu menguasai situasi tidak terduga yang mungkin terjadi karena
perubahan dalam pekerjaan dan kondisi kerja (Savickas, 1997).
2.1.2 Dimensi Adaptabilitas Karier
Savickas (1997, 2009) merumuskan empat dimensi adaptabilitas karier yang
digunakan individu untuk mengelola tugas, transisi, dan trauma dalam
membangun karier. Empat dimensi dari adaptabilitas karier sebagai berikut:
1. Kepedulian karier (career concern)
Kepedulian karier berfokus pada pertimbangkan kesempatan atau harapan
Page 28
15
dalam hidup dan perasaan optimis (Savickas et. al., 2009). Menurut Hartung,
Porfeli dan Vondracek (2008), kepedulian karier berkaitan dengan orientasi
individu terhadap masa depan dan optimisme yang dimilikinya berkaitan
dengan masa depan. Seseorang yang memiliki kepedulian karier akan
memiliki pandangan ke depan dan memiliki keyakinan akan masa depan yang
diwujudkan melalui perencanaan karier yang dilakukan.
Savickas dan Porfeli (2011) mengungkapkan bahwa kepedulian karier
menyadarkan seseorang untuk mengembangkan karier, menghadapi transisi
kerja, dan perencanaan jangka pendek dan jangka panjang. Kepedulian karier
sebagai orientasi individu pada masa depan dan mempersiapkan diri untuk
mencapai karier (Koen et. al., 2012; Savickas, 2012; Taber & Blankemeyer,
2015). Jika individu kurang fokus pada kariernya maka mereka kurang
perencanaan dan pesimis terhadap kariernya (Savickas & Porfeli, 2011).
Peneliti menyimpulkan kepedulian karier merujuk pada kecenderungan
seseorang untuk memiliki kesadaran, mempersiapkan, merencanakan dan
mengembangkan karier yang sesuai.
2. Pengendalian karier (career control)
Pengendalian karier adalah cara individu untuk menyesuaikan dengan
kebutuhan pada situasi yang berbeda, tetapi juga dapat memengaruhi dan
mengontrol lingkungan (Savickas et. al., 2009). Pengendalian karier
diindikasikan melalui perilaku disiplin dan mampu bertanggung jawab atas
pilihan karier (Maggiori, Rossier, Savickas, 2012; Taber & Blankemeyer,
2015). Jika individu yang kurang memiliki pengendalian karier maka sering
Page 29
16
melakukan prokrastinasi, menjadi perfeksionis, atau tidak mampu
memutuskan pilihan dan kebingungan (Savickas & Porfeli, 2011). Dimensi
ini terlihat dari perilaku menentukan pilihan, ketegasan, kedisiplinan, dan
kemauan dalam karier.
Seseorang yang tidak memiliki pengendalian karier yang baik diistilahkan
sebagai seseorang yang memiliki kebingungan karier (career indecision)
yang menampilkan perilaku kebingungan, penundaan (prokrastinasi) dan
impulsif (Savickas, 1997).
3. Keingintahuan karier (career curiousity)
Keingintahuan karier adalah perilaku aktif seseorang untuk mencari tahu
informasi dan cara mengembangkan karier untuk meningkatkan peluang
sosial (Savickas et. al., 2009). Hirschi (2009) menambahkan bahwa
keingintahuan karier menentukan bobot informasi yang mereka telah terima
dari sumber yang sama. Dimensi ini ditunjukkan dalam beberapa perilaku
seperti mencoba hal baru, mengambil risiko, mencari informasi, dan perasaan
ingin tahu.
Keingintahuan karier merujuk kepada kerajinan dan rasa haus untuk
mempelajari lebih jauh mengenai tipe pekerjaan yang mungkin menarik bagi
seseorang dan kesempatan yang ada di sekitar pekerjaan tersebut (Savickas,
1997). Keingintahuan karier menurut Hartung, Porfeli dan Vondracek (2008)
berkaitan dengan penelitian karier yang yang produktif dan pendekatan yang
realistik terhadap masa depan. Menurut Maree dan Hancke (2011), seseorang
yang memiliki keingintahuan karier yang tinggi akan memiliki antusiasme
saat ingin mengetahui pekerjaan tertentu yang dilakukannya.
Page 30
17
4. Keyakinan karier (career confidence)
Keyakinan karier adalah kemampuan individu untuk berpedoman pada
pendapat dan tujuan sendiri untuk memecahkan masalah ketika menghadapi
hambatan dan rintangan (Savickas et. al., 2009). Koen et. al. (2012)
menyatakan bahwa keyakinan karier sebagai rasa kepercayaan diri pada
keberhasilan dalam melakukan kegiatan yang dibutuhkan untuk mencapai
karier yang dipilih. Keyakinan karier memiliki dua komponen yang berkaitan
erat. Peningkatan dalam kemampuan pemecahan masalah dan keyakinan
bahwa seseorang dapat bertindak secara efektif.
Hartung, Porfeli dan Vondracek (2008) meyakini bahwa keyakinan karier
merupakan suatu indikator dari kemampuan pemecahan masalah karier
seseorang sekaligus menjadi petunjuk kemampuan memenuhi kebutuhan
dirinya sendiri (self-sufficiency). Keyakinan karier merefleksikan perilaku
gigih, berusaha keras, dan tekun dalam mencapai karier. Seseorang yang
memiliki keyakinan karier kurang baik cenderung terhambat untuk mencapai
kariernya (Savickas & Porfeli, 2012).
2.1.3 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Adaptabilitas Karier
Hirschi (2009) memaparkan terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi
adaptabilitas karier yang mirip dengan faktor yang mempengaruhi kematangan
karier. Selain itu penelitian-penelitian terkait adaptabilitas karier menunjukkan
bahwa terdapat beberapa variabel yang dapat mempengaruhinya. Faktor-faktor ini
dapat dikelompokkan menjadi faktor internal dan faktor eksternal. Adapun faktor
internal sebagai berikut:
Page 31
18
1. Usia. Usia seseorang dapat menentukkan bagaimana pola pikirnya yang
terkait dengan tahap perkembangan individu. Misalnya individu pada usia
remaja dan dewasa pasti akan memiliki adaptabilitas karier lebih tinggi
daripada individu usia anak-anak. Hal ini terkait dengan tugas perkembangan
dimana mereka dipersiapkan untuk menghadapi peran di masa dewasa.
Remaja sudah mengerti tentang implikasi jangka panjang atau perkembangan
dan fungsi individu, misalkan pendidikan menurut Eccles dan Midgely
(dalam Steinberg 2001) dan pilihan karier menurut Mortimer dan Steinberg
(dalam Steinberg 2001). Adapun pada tahapan masa perkembangan dewasa
awal, individu dituntut bisa dapat menyesuaikan diri dengan lingkungan
sosialnya. Selain itu periode ini meruapkan masa pembuatan komitmen-
komitmen, menentukan pilihan-pilihan utamanya yang berkaitan dengan
komitmen seperti pernikahan, mempunyai anak, dan pekerjaan.
2. Gender. Pada remaja perempuan dan laki-laki memiliki pola yang berbeda
terkait komponen pembentukan identitas. Seperti penelitian dari Paton &
Creed (2001) yang menyatakan bahwa kematangan karier pada remaja
perempuan lebih tinggi dari remaja laki-laki seusianya. Dengan pola
relasional, remaja perempuan akan dapat lebih mudah menggali tentang
karier yang diminati, karena mereka cenderung berinteraksi dengan banyak
orang. Hal ini dapat menjadi akses bagi individu yang ingin menggali
informasi tentang karier atau pendidikan tertentu.
3. Pendidikan. Faktor demografis berupa pendidikan individu rupanya
menunjukkan bahwa berhubungan positif dengan kemampuan adaptabilitas
Page 32
19
karier. Sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh (Bocciardi et. al., 2017)
yang menunjukkan bahwa pendidikan tampaknya mewakili variabel sosio-
demografis yang secara positif mempengaruhi kemampuan beradaptabilitas
karier pada karyawan. Selain itu penelitian Zacher (dalam Bocciardi et. al.,
2017) menunjukkan bahwa pendidikan berhubungan dengan career.
4. Adversity quotient. Kesulitan mengacu pada kejadian atau keadaan yang
tidak menguntungkan atau keadaan yang serius dan berlanjut. Banyak
mahasiswa mengalami berbagai kesulitan baik kesulitan di kampus ataupun
di masyarakat. Hal ini nampaknya sangat tepat bagi mahasiswa tingkat akhir
yang sedang ditargetkan untuk dapat menyelesaikan jenjang pendidikan
ditingkat sarjana dan segera melanjutkannya pada dunia karier. Hal ini
didukung dalam penelitian yang dilakukan Tian dan Fan (2014) yang
mengatakan bahwa Adversity quotient terkait secara positif dengan
kemampuan adaptabilitas karier. Hasil ini serupa dengan penelitian
sebelumnya yang melaporkan bahwa kemampuan beradaptabilitas karier
berhubungan negatif dengan hambatan yang dirasakan individu
(menunjukkan hasil yang rendah) menurut Soresi, Nota, dan Ferrari (dalam
Tian & Fan, 2014). Phoolka dan Kaur (dalam Tian & Fan, 2014)
menyimpulkan bahwa adversity quotient dapat berguna untuk memprediksi
kinerja, ketekunan, ketahanan, umur panjang dan respon terhadap perubahan.
5. Regulasi diri. Menurut penelitian Creed et. al. (2009) menunjukkan bahwa
regulasi diri berpengaruh terhadap adaptabilitas karier. Regulasi diri dapat
meningkatkan kemampuan individu untuk menyesuaikan diri terhadap
Page 33
20
berbagai macam situasi dan tuntutan sosial menurut Baumeister dan Vohs
(dalam Creed et. al., 2009). Baumeister dan Vohs (2007) menemukan bahwa
individu dengan kemampuan regulasi diri yang baik akan sukses di dunia
sekolah, kerja, ataupun relasi dengan orang lain. Mereka juga biasanya
memiliki kesehatan mental yang positif. Secara umum, regulasi diri akan
meningkatkan fleksibilitas perilaku individu dan memudahkannya untuk
beradaptasi. Hasil ini juga memperkuat penelitian yang dilakukan oleh
Merino dan Tejedor (2016) yang menunjukkan bahwa terdapat korelasi
positif antara regulasi diri dan kemampuan adaptabilitas karier.
Adapun faktor eksternal yang dapat mempengaruhi adaptabilitas karier yakni:
1. Pengalaman kerja. Ketika seorang individu memiliki pengalaman kerja
yang sesuai dengan minat dan kemampuannya, individu akan mendapatkan
informasi terkait dengan karier yang dipilihnya. Semakin banyak pengalaman
yang didapat, individu akan dapat mengeksplorasi karier tersebut dengan
lebih mendalam lagi. Dengan semakin kayanya informasi yang dimiliki,
seseorang akan dapat merencanakan kariernya dengan lebih matang lagi.
Pengalaman kerja yang dimiliki individu menambah informasi dan membantu
individu tersebut mendalami karier yang diinginkannya (Hirschi, 2009).
2. Dukungan sosial. Sebuah studi menyimpulkan bahwa dukungan keluarga
dikaitkan dengan pengembangan karier menurut Metheny dan McWhirter
(dalam Tian & Fan, 2014), dan mempengaruhi serangkaian konstruksi karier
menurut Whiston dan Keller (dalam Tian & Fan, 2014). Selain itu, hasil
penelitian menunjukkan bahwa dukungan sosial merupakan salah satu faktor
Page 34
21
yang signifikan memengaruhi adaptabilitas karier (Hirschi, 2009; Tian & Fan,
2014). Dukungan sosial yang dirasakan dari orang-orang terdekat
memengaruhi individu yang dalam tahap perkembangan dewasa awal untuk
mengeksplorasi karier menurut Creed, Fallon, dan Hood (dalam Tian & Fan,
2014). Dukungan dari keluarga dan teman berupa motivasi dan informasi
terkait dengan karier membantu individu untuk memilih karier yang
diinginkan.
3. Kelekatan emosional. Peneltian yang dilakukan oleh Collins et. al. (1990)
ini ingin melihat sejauh mana kelekatan emosional (attachment) membentuk
kepercayaan tentang diri dan dunia sosial yang kemudian membimbing
hubungan individu di masa dewasa termasuk pada pekerjaan. Hazan dan
Shaver (dalam Van, 2007) menemukan bahwa individu dengan gaya avoidant
attachment (nilai kedekatan, ketergantungan, dan kecemasan rendah)
cenderung menghindari bekerja untuk menghindari interaksi sosial. Penelitian
lain dari Collins (1990) menyatakan bahwa wanita yang merasa nyaman dan
memiliki kedekatan dengan pasangannya (nilai kedekatan dan ketergantungan
tinggi) maka akan jauh lebih positif tentang hubungan mereka secara
keseluruhan. Keterkelekatan yang aman di antara orang dewasa muda
ditunjukkan untuk mendukung komitmen karier dan eksplorasi karier yang
lebih besar serta melindungi dari pengambilan keputusan dini (Ketterson &
Blustein, 1997; Lee & Hughey, 2001; Wolfe & Betz, 2004). Penelitian ini
mendukung bahwa individu dengan gaya secure atau cenderung memiliki
nilai kedekatan dan ketergantungan tinggi akan memiliki keseimbangan yang
Page 35
22
lebih baik antara pekerjaan dan kehidupan pribadi dan pengambilan
keputusan yang lebih percaya diri (Van, 2007).
Dari beberapa faktor yang mempengaruhi adaptabilitas karier, maka dalam
penelitian ini peneliti akan menguji faktor kelekatan emosional, dukungan sosial,
dan regulasi diri sebagai independent variable penelitian.
2.1.4 Pengukuran Adaptabilitas Karier
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah Career Adapt-Abilities
Scale (CAAS) yang disusun dalam Teori Konstruksi Karier (Savickas, 2012).
Skala ini bertujuan untuk menilai kemampuan individu untuk menyesuaikan diri
dan untuk mengatasi konstruksi karier individu (Porfeli & Savickas, 2012;
Savickas & Porfeli, 2012). Instrumen terdiri dari 24 item yang dikelompokkan
dalam empat dimensi: Kepedulian karier (tingkat di mana seseorang terlibat dalam
mempersiapkan masa depan), pengendalian karier (sejauh mana individu
mengatur diri dan menyesuaikan diri terhadap situasi), keingintahuan karier
(tingkat di mana seseorang mengeksplorasi lingkungan dan mencari informasi),
dan keyakinan karier (tingkat kepastian yang ditunjukkan seseorang saat
memecahkan masalah dan mengatasi rintangan).
Penelitian internasional sebelumnya (Savickas & Porfeli, 2012) telah
menemukan nilai konsistensi internal untuk keseluruhan skala sebesar 0.92.
Berikut nilai untuk setiap subskala: 0.83 (career concern), 0.74 (career control),
0.79 (career couriousity), dan 0.85 (career confidence). Subjek diwajibkan untuk
menjawab item melalui skala likert mulai dari 1 (sangat tidak setuju) hingga 5
(sangat setuju).
Page 36
23
2.2 Kelekatan Emosional
2.2.1 Definisi Kelekatan Emosional
Teori attachment atau kelekatan emosional didasarkan pada karya John Bowlby
(dalam Harms, 2011) yang mendalilkan bahwa semua individu dilahirkan dengan
keinginan bawaan untuk mencari kedekatan dengan orang lain pada saat
dibutuhkan atau tertekan untuk meningkatkan prospek kelangsungan hidup
mereka. Sejauh mana upaya untuk mendapatkan keberhasilan dalam kedekatan ini
maka individu akan mengembangkan rasa aman. Rasa aman ini kemudian
menjadi dasar gaya keterkelekatan individu mereka sendiri yang kemudian relatif
tetap sepanjang umur individu (Harms, 2011).
Teori kelekatan emosional atau attachment merupakan hasil kerjasama
antara John Bowlby dan Mary Salter Ainsworth (dalam Rholes, et. al., 1995) yang
meneliti pembentukan kelekatan emosional antara bayi dan pengasuh utama serta
konsekuensi-konsekuensi berpisah dari obyek attachment. Teori ini juga
menyatakan jika figur lekatnya selalu ada, perhatian dan responsif, maka mereka
akan bahagia dan ketika dewasa akan berpengaruh positif pada emosinya (Shaver,
Hazan, & Bradshaw, 1988). Jika figur lekat kurang dekat, tidak perhatian, atau
tidak responsif maka ketakutan dan kecemasan akan menimpanya. Collins &
Read (1990) menyatakan bahwa proses kelekatan emosional pada orang dewasa
dibedakan atas tiga dimensi yaitu ketergantungan, kecemasan, dan kedekatan.
Kelekatan menurut Papalia (dalam Borualogo, 2004) pada dasarnya adalah
suatu relasi yang aktif, penuh afeksi, resiprokal, dan berlangsung lama antara
individu dengan figur lekatnya yang berinteraksi secara kontinu untuk
Page 37
24
memperkuat kelekatan mereka. Pada usia sekolah dan masa remaja, figur lekat
umumnya adalah teman sebaya, sedangkan pada orang dewasa kelekatan
umumnya diarahkan pada pasangan perkawinannya. Inilah yang kemudian disebut
kelekatan emosional atau kelekatan di masa dewasa.
Gaya kelekatan di masa dewasa ini juga terbagi atas tiga kategori yaitu
secure, insecure-avoidant, dan insecure-anxious menurut Hazan dan Shaver
(dalam Collins & Read 1990). Gaya kelekatan secure dideskripsikan pada adanya
kedekatan kepercayaan dan ketergantungan dengan memiliki nilai kedekatan dan
ketergantungan yang tinggi, namun nilai kecemasan rendah. Secure memiliki rasa
percaya bahwa pasangannya akan ada saat dibutuhkan. Kelekatan insecure-
avoidant dideskripsikan sebagai gaya kelekatan yang ditandai kurangnya
kepercayaan dan kecenderungan untuk menjaga jarak emosional sebab individu
merasa tidak nyaman dengan ketergantungan. Gaya avoidant cenderung memiliki
nilai kedekatan, ketergantungan, dan kecemasan yang rendah. Gaya kelekatan
insecure-anxious dideskripsikan sebagai kelekatan yang ditandai kurangnya
kepercayaan bahwa pasangannya ada saat individu membutuhkan dukungan,
ketidakpuasan pada jarak emosional dengan pasangannya, dan kecemasan bahwa
pasangannya tidak akan mencintainya sebesar individu mencintai pasangannya.
Gaya insecure-anxious memiliki nilai kedekatan dan ketergantungan yang sedang,
namun nilai kecemasan tinggi (Collins & Read, 1990).
Berdasarkan uraian tersebut peneliti mengambil kesimpulan bahwa gaya
kelekatan di masa dewasa merupakan ikatan emosional antara individu dengan
figur lekatnya (pasangan hidupnya) untuk mendapatkan rasa aman. Penelitian ini
Page 38
25
menggunakan definisi proses kelekatan emosional atau attachment pada orang
dewasa yang dibedakan atas tiga dimensi yaitu ketergantungan, kecemasan, dan
kedekatan (Collins & Read, 1990). Penelitian ini memfokuskan kelekatan
emosional dalam keluarga terhadap pasangan.
2.2.2 Dimensi Kelekatan Emosional
Collins & Read (1990) mengemukakan bahwa terdapat tiga dimensi yang menjadi
karakteristik kelekatan emosional, yakni :
1. Ketergantungan (Depend)
Dimensi ini menggambarkan individu yang nyaman ketergantungan pada
seseorang. Kelekatan dalam bentuk ketergantungan ini merupakan rasa
nyaman individu apabila dapat ketergantungan dan mempercayai seseorang.
Individu pada kelekatan ini sangat dipengaruhi oleh keberadaan pasangan.
2. Kecemaasan (Anxiety)
Dimensi ini menggambarkan individu yang khawatir akan ditolak atau tidak
disukai seseorang. Kelekatan dalam bentuk kecemasan ini merupakan rasa
khawatir individu apabila ditolak dan diabaikan oleh pasangan.
3. Kedekatan (Close)
Dimensi ini menggambarkan individu yang nyaman dekat dan akrab dengan
seseorang. Kelekatan dalam bentuk kedekatan ini merupakan rasa nyaman
individu ketika dapat dekat dan akrab dengan seseorang. Dalam bentuk
kelekatan ini individu sangat nyaman apabila pasangan sangat
membutuhkannya.
Page 39
26
2.2.3 Pengukuran Kelekatan Emosional
Terdapat beberapa pengukuran kelekatan emosional dari berbagai tokoh. Adapun
beberapa alat ukur tersebut yaitu:
1. The Experiences in Close Relationship (ECR) yang dikembangkan oleh
Brennan, Clark, dan Shaver (1998). Alat ukur ini sudah diadptasi dan untuk
mengukur adult romantic attachment. Berdasarkan hasil uji coba, didapatkan
koefisien reliabilitas sebesar 0.714 untuk dimensi avoidance dan 0.874 untuk
dimensi anxiety.
2. Self Report Psychosis Attachment Measure (PAM). Alat ukur ini terdiri dari
16 item skala Likert 4 point yang terbagi menjadi dua dimensi yaitu dimensi
anxiety dan avoidance. Reliabilitas dimensi anxiety yaitu a = 0.83, sedangkan
untuk dimensi avoidance yaitu a = 0.79.
3. The Adult Attachment Scale (AAS) yang dikembangkan pada tahun 1990 oleh
Collins & Read. Skala ini terdiri dari 18 item yang dinilai pada skala tipe
Likert 5 point. Koefisien alfa Cronbach pada alat ukur ini sebesar 0.75 untuk
dimensi ketergantungan, 0.72 untuk dimensi kecemasan, dan 0.69 untuk
dimensi kedekatan.
Peneliti dalam mengukur variabel kelekatan emosional menggunakan alat
ukur The Adult Attachment Scale (AAS) yang diadaptasi oleh Collins et. al.
(1990) dari tokoh Hazen dan Shaver (1987). Hal ini dikarenakan peneliti ingin
melihat kelekatan emosional pada orang dewasa yang dibedakan atas tiga dimensi
yaitu ketergantungan, kecemasan, dan kedekatan (Collins & Read, 1990).
Penelitian ini memfokuskan kelekatan emosional dalam keluarga terhadap
pasangan.
Page 40
27
2.3 Dukungan Sosial
2.3.1 Definisi Dukungan Sosial
Dukungan sosial didefinisikan sebagai sebuah pertukaran sumber daya antara
minimal dua individu yang dipersepsikan oleh salah satu pihak bertujuan untuk
membantu (Shumaker & Brownell, dalam Zimet, Dahlem, Zimet, & Farley,
1988). Menurut Zimet, Dahlem, Zimet, dan Farley (1988). Sumber dukungan
sosial adalah penerimaan dukungan yang berasal dari tiga sumber spesifik yaitu
keluarga, teman, dan orang spesial yang dianggap berarti dalam hidupnya.
Sumber dukungan ini menjadi suatu hal yang penting yang dapat menjadi emosi
positif bagi penerima dukungan tersebut.
Cohen (1992) membagi konsep dukungan sosial menjadi tiga, yaitu social
networks, perceived social support, dan supportive behaviors. Social networks
adalah struktur dari hubungan sosial, yaitu ada atau tidaknya, jumlah, dan tipe
hubungan tersebut. Perceived social support adalah fungsi dari hubungan sosial,
yaitu persepsi mengenai keberfungsian dari hubungan tersebut. Terakhir,
supportive behaviors adalah perilaku mendukung, yaitu pemberian dan
penerimaan perilaku yang bertujuan untuk membantu individu dalam menghadapi
peristiwa yang dapat menyebabkan stres.
Definisi lain dukungan sosial yaitu persepsi kepedulian, kepercayaan, atau
bantuan yang diterima oleh seorang individu dari individu atau kelompok lain
menurut Sarafino (dalam Mitchell, 2006). Dalam stress-buffering hypothesis,
dukungan sosial berperan sebagai penyangga yang melindungi individu dari
dampak negatif yang ditimbulkan oleh peristiwa yang menyebabkan stres menurut
Page 41
28
Wheaton (dalam Cohen, 1992). Dukungan sosial juga diasosiasikan dengan
kesehatan mental positif yang kemudian mengoptimalkan proses pengasuhan.
Individu dengan dukungan sosial yang kuat akan lebih mudah beradaptasi dengan
efektif terhadap stres (Yoon, 2013).
Berdasarkan penjelasan definisi dukungan sosial diatas maka penelitian ini
menggunakan definisi dukungan sosial sebagai sebuah pertukaran sumber daya
antara minimal dua individu yang dipersepsikan oleh salah satu pihak yang
bertujuan untuk membantu (Shumaker & Brownell, dalam Zimet, Dahlem, Zimet,
& Farley, 1988). Adapun sumber dukungan sosial adalah penerimaan dukungan
yang berasal dari tiga sumber spesifik yaitu keluarga, teman, dan orang spesial
yang dianggap berarti dalam hidupnya.
2.3.2 Dimensi Sumber Dukungan sosial
Sumber dukungan sosial dapat berasal dari keluarga dan pertemanan.
Sumber dukungan lain dapat berasal dari orang spesial dan dianggap berperan
penting dalam kehidupan seseorang. Zimet dan Canty-Mitchell (2000)
menyatakan bahwa dimensi seseorang yang spesial (significant others) relevan
pada subjek remaja yang pada tahap perkembangan tersebut memang sedang
tertarik dengan lawan jenisnya dan mereka juga banyak dipengaruhi oleh orang
dewasa tidak termasuk keluarganya. Hal ini juga dapat berlaku bagi subjek yang
pada tahap perkembangan dewasa mempunyai orang terkasih dalam
kehidupannya yang merupakan pasangan hidupnya.
Berikut merupakan penjabaran dari dimensi sumber dukungan sosial
menurut Zimet et. al. (1988):
Page 42
29
1. Keluarga
Dalam dukungan sosial, dimensi dukungan sosial yang bersumber dari
keluarga yang dimaksud menurut Zimet adalah yang bersumber dari dalam
keluarga seperti ayah, ibu, kakak, adik, kakek, nenek, dan sebagainya.
2. Teman
Dalam dukungan sosial, dimensi dukungan sosial yang bersumber dari
pertemanan yang dimaksud menurut Zimet adalah yang diterima dan
bersumber dari teman atau sahabat.
3. Orang spesial
Dalam dukungan sosial, dimensi dukungan sosial yang bersumber dari orang
spesial yang dimaksud menurut Zimet adalah yang bersumber dari seseorang
yang dianggap spesial dalam kehidupannya seperti kekasih atau pasangan
hidup.
2.3.3 Pengukuran Dukungan Sosial
Terdapat salah satu tokoh yang berpendapat mengenai dukungan sosial yaitu
Sarafino, namun tokoh tersebut tidak menerbitkan alat ukur. Selain itu terdapat
banyak tokoh lain yang membuat alat ukur dukungan sosial yang merujuk pada
tokoh Sarafino. Adapun beberapa alat ukur dukungan sosial, yakni :
1. The Social Support Questionnaire yang disusun oleh Sarason, Levine, dan
Basham (1993) yang mengukur dukungan sosial untuk responden general.
Alat ukur ini terdiri dari 27 item.
2. Medical Outcomes Study (MOS) Social Support Survey yang dikembangkan
oleh Sherbourne (1991). Alat ukur ini mengukur dukungan sosial yang lebih
Page 43
30
spesifik untuk bidang medis atau dikhususkan untuk responden yang
memiliki gangguan kesehatan. Skala ini digunakan untuk mengukur
dukungan sosial bagian functional support atau melihat kualitas dari
dukungan sosial yang dirasakan oleh penderita. Skala ini berisi 15 item dan
memiliki nilai koefisien alfa sebesar 0.93.
3. The Social Provision Scale yang dikembangkan oleh Russel dan Cutrona
(1987). Alat ukur ini mengukur dukungan sosial melalui enam komponen-
komponen dari dukungan sosial yaitu kelekatan, integrasi sosial, adanya
pengakuan, ketergantungan untuk dapat diandalkan, bimbingan, dan
kesempatan untuk merasa dibutuhkan. Skala ini terdiri dari 24 item dan
memiliki nilai validitas 0.94.
4. Multidimensional Scale of Perceived Social Support (MSPSS) yang
dikembangkan oleh Zimet et. al. (1988). Alat ukur ini mengukur tiga dimensi
dukungan sosial yang bersumber dari keluarga, teman, dan orang spesial. Alat
ukur ini pada awalnya terdiri dari 24 item, namun dalam analisis faktor
berulang menunjukkan bahwa terdapat item yang secara tidak langsung
menunjukkan ketidakkonsistenan dan menyebabkan beberapa item dibuang.
Skala ini menjadi 12 item dengan nilai koefisien alpha sebesar 0.88.
Peneliti dalam mengukur variabel dukungan sosial menggunakan alat ukur
Multidimensional Scale of Perceived Social Support (MSPSS) yang
dikembangkan oleh Zimet et. al. (1988). Hal ini dikarenakan peneliti ingin melihat
seberapa besar pengaruh yang diberikan dari setiap dimensi dukungan sosial yang
bersumber dari keluarga, teman, dan orang spesial dari alat ukur MSPSS
Page 44
31
khususnya pada dimensi dukungan sosial yang bersumber dari orang spesial yang
dalam penelitian kali ini merupakan orang terkasih yang berperan penting dalam
kehidupan sampel yaitu pasangan hidup.
2.4 Regulasi Diri
2.4.1 Definisi Regulasi Diri
Berdasarkan teori yang diajukan oleh Kanfer (dalam Pichardo et. al., 2014),
regulasi diri adalah seperangkat strategi pembelajaran yang dapat dikelompokkan
menjadi tiga tahap: self-observation, self-assessment dan self-reinforcement.
Perkembangan selanjutnya menurut Miller dan Brown (dalam Pichardo et. al.,
2014) menemukan dukungan dalam teori ini dengan mencari penjelasan yang
lebih baik. Definisi lain dari regulasi diri atau regulasi diri menurut Brown (dalam
Pichardo et. al., 2014) yaitu sebagai kapasitas untuk merencanakan, memandu,
dan memonitor perilaku individu secara fleksibel dalam menghadapi perubahan
keadaan.
Carey, Neal dan Collins (2004) mengacu pada konsep regulasi diri dari
Brown (1998) mengatakan bahwa regulasi diri mengarahkan individu untuk
secara efektif mengatur tindakan mereka dalam bergerak menuju pemenuhan
kebutuhan atau tujuan yang diinginkan (tujuan jangka panjang) sehingga
memungkinkan individu untuk menunda kepuasan instan (tujuan jangka pendek).
Tokoh lain yaitu (Pichardo et. al., 2014) juga mendukung definisi dari Brown
(1998) yang mengacu pada pengaturan perilaku diri secara umum. Berdasarkan
definisi-definisi tersebut menunjukkan bahwa regulasi diri sangat penting bagi
individu agar dapat secara efektif mencapai tujuan yang diinginkan.
Page 45
32
Berdasarkan penjelasan definisi regulasi diri diatas maka penelitian ini
menggunakan definisi dari Brown (dalam Pichardo et. al., 2014) yaitu kapasitas
untuk merencanakan, memandu, dan memonitor perilaku individu secara fleksibel
dalam menghadapi perubahan keadaan. Definisi ini digunakan dikarenakan untuk
dapat melihat kemampuan individu dalam penerimaan informasi yang relevan,
mengevaluasi informasi yang diperoleh, membuat suatu perubahan dari evaluasi
yang sudah dilakukan, mencari solusi terkait dengan melaksanakan peran sosial
dan dalam persiapan karier, merancang suatu rencana, penerapan rencana dan
pengukuran efektivitas dari rencana yamg diukur dengan menggunakan skala
regulasi diri.
Adapun proses dari regulasi diri dilakukan agar seseorang atau individu
dapat mencapai tujuan yang diharapkannya. Dalam mencapai suatu tujuan yang
diharapkan seseorang perlu mengetahui kemampuan fisik, kognitif, sosial,
pengendalian emosi yang baik sehingga membawa seseorang kepada regulasi diri
yang baik. Miller dan Brown (dalam Neal & Carey, 2005) memformulasikan
regulasi diri sebanyak tujuh tahapan konseptual yaitu:
1. Receiving atau menerima informasi yang relavan
Yaitu langkah awal individu dalam menerima informasi dari berbagai
sumber. Dengan informasi-informasi tersebut, individu dapat mengetahui
karakter yang lebih khusus dari suatu masalah. Seperti kemungkinan adanya
hubungan dengan aspek lainnya.
Page 46
33
2. Evaluating atau mengevaluasi
Setelah mendapatkan informasi, langkah berikutnya adalah menyadari
seberapa besar masalah tersebut. Dalam proses evaluasi diri, individu
menganalisis informasi dengan membandingkan suatu masalah yang
terdeteksi di luar diri (eksternal) dengan pendapat pribadi (internal) yang
tercipta dari pengalaman yang sebelumnya yang serupa. Pendapat itu didasari
oleh harapan yang ideal yang diperoleh dari pengembangan individu
sepanjang hidupnya yang termasuk dalam proses pembelajaran.
3. Triggering atau membuat suatu perubahan
Triggering terjadi sebagai akibat dari suatu proses perbandingan dari hasil
evaluasi sebelumnya. Efek dari hasil evaluasi yang dilakukan adalah
timbulnya perasaan positif atau negatif. Individu menghindari sikap-sikap
atau pemikiran-pemikiran yang tidak sesuai dengan informasi yang didapat
dengan norma-norma yang ada. Semua reaksi yang ada pada tahap ini yaitu
disebut juga kecenderungan ke arah perubahan.
4. Searching atau mencari solusi
Pada tahap sebelumnya proses evaluasi menyebabkan reaksi-reaksi emosional
dan sikap. Pada akhir proses evaluasi tersebut menunjukkan pertentangan
antara sikap individu dalam memahami masalah. Pertentangan tersebut
membuat individu akhirnya menyadari beberapa jenis tindakan atau aksi
untuk mengurangi perbedaan yang terjadi. Kebutuhan untuk mengurangi
pertentangan dimulai dengan mencari jalan keluar dari permasalahan yang
dihadapi.
Page 47
34
5. Formulating atau merancang suatu rencana
Pada tahap ini dilakukan perencanaan aspek-aspek pokok untuk meneruskan
target atau tujuan seperti soal waktu, aktivitas untuk pengembangan, tempat-
tempat dan aspek lainnya yang mampu mendukung efesien dan efektif.
6. Implementing atau menerapkan rencana
Setelah semua perencanaan telah teralisasi, baerikutnya adalah secepatnya
megarah pada aksi-aksi atau melakukan tindakan-tindakan yang tepat yang
mengarah ke tujuan dan memodifikasi sikap sesuai dengan yang diinginkan
dalam proses.
7. Assessing atau mengukur efektivitas dari rencana yang telah dibuat
Pengukuran ini dilakukan pada tahap akhir. Pengukuran tersebut dapat
membantu dalam menentukan dan menyadari apakah perencanaan yang tidak
direalisasikan itu sesuai dengan yang diharapkan atau tidak serta apakah hasil
yang didapat sesuai dengan yang diharapkan.
Berdasarkan hasil uraian diatas dapat ditarik kesimpulan bahwasannya
proses regulasi diri terdiri dari receiving atau penerimaan, evaluating atau
mengevaluasi, triggering atau membuat suatu perubahan, searching atau mencari
solusi, formulating atau merancang suatu rencana, implementing atau menerapkan
rencana, dan assessing atau mengukur efektivitas dari rencana yang telah dibuat.
Page 48
35
2.4.2 Indikator Regulasi Diri
1. Menetapkan tujuan
Pembelajaran yang mengatur diri menetapkan apa yang ingin dicapai.
Mengaitkan tujuan-tujuan yang individu kerjakan sebagai suatu aktivitas
belajar dengan tujuan dan cta-cita jangka panjang.
2. Ketekunan dan tekad
Pembelajar yang mengatur diri biasanya memiliki self-efficacy yang tinggi
untuk menyelesaikan suatu tugas dengan baik. Individu menggunakan banyak
strategi agar tetap terarah pada tugas atau menjanjikan pada diri sendiri
hadiah tertentu ketika berhasil mengerjakan dan menyelesaikan tugas.
3. Mengambil keputusan dari masalah
Pembelajar menentukan bagaimana baiknya menggunakan waktu dan sumber
daya yang tersedia untuk mengambil keputusan dari masalah yang sedang
dihadapi.
4. Belajar dari kesalahan
Pembelajar yang (mampu) mengatur diri melakukan evaluasi agar dapat
mengatur strategi untuk kesempatan di kemudian hari. Hal ini merupakan
kegiaan mengukur dan menilai.
2.4.3 Pengukuran Regulasi Diri
Pengukuran regulasi diri telah banyak dilakukan oleh beberapa peneliti terdahulu.
Adapun beberapa alat ukur tersebut yaitu:
1. The Adolescent Self-Regulatory Inventory (ASRI) yang dikembangkan oleh
Moilanen (2005). Skala ini terdiri dari 27 item yaitu 13 item short-item self-
Page 49
36
regulation dan 14 item long-item self-regulation.
2. Behavior Self-Regulation for Effective Relationship Scale (BSRERS) yang
dikembangkan oleh Wilson et. al. (2005).
3. The Short Self-Regulation Questionere (SSRQ) yang disusun oleh Carey,
Neal, dan Collins (2004) yang terdiri dari 31 item berdasarkan Self
Regulation Questionere (SRQ) dari Brown, Miller, dan Lawendowski (1998)
yang terdiri dari 63 item. Keseluruhan alpha untuk 31 item adalah 0.92. Item
pada alat ukur SSRQ berkorelasi tinggi (r = 0.96) pada item dari alat ukur.
4. Self Regulation Questionnaire yang disusun oleh (Pichardo et. al., 2014). Alat
ukur ini merevisi alat ukur SSRQ dan berdasarkan pada skala Self Regulation
Questionnaire dari Brown, Miller, dan Lawendowski (1998) yang terdiri dari
63 item. Alat ukur ini terdiri dari 17 item dengan konsistensi internal (a=
0.86).
Peneliti dalam mengukur variabel regulasi diri menggunakan alat ukur Self
Regulation Questionnaire (SRQ) yang disusun oleh (Pichardo et. al., 2014)
berdasarkan Self Regulation Questionnaire (SRQ) dari Brown, Miller, dan
Lawendowski (1998). Hal ini dikarenakan peneliti ingin melihat seberapa besar
pengaturan perilaku diri secara umum yang diberikan dari setiap tahapan proses
regulasi diri terhadap adaptabilitas karier pada wanita karier yang telah berumah
tangga.
2.5 Kerangka Berpikir
Adaptabilitas karier merupakan kesiapan seseorang untuk menyelesaikan tugas
yang terprediksi dan berpartisipasi dalam peran pekerjaan, serta mampu
menguasai situasi tidak terduga yang mungkin terjadi karena perubahan dalam
Page 50
37
pekerjaan dan kondisi kerja (Savickas, 1997). Adaptabilitas karier dipengaruhi
dan terbentuk dari berbagai faktor baik faktor internal maupun eksternal yang ada
dalam diri individu. Salah satu faktor yang dijadikan variabel yang berasal dari
eksternal adalah kelekatan emosional.
Kelekatan emosional diasumsikan dapat memberikan suatu hubungan
terkait dengan pekerjaan dan hubungan cinta orang dewasa dengan teori
perkembangan (Collins & Read, 1990). Terdapat tiga dimensi yang dimiliki oleh
variabel kelekatan emosional yaitu ketergantungan, kecemasan, dan kedekatan.
Collins dan Read (1990) menyatakan bahwa individu yang memiliki nilai
ketergantungan rendah mempunyai kecenderungan dengan gaya avoidant
attachment. Tokar, Withrow, Hall, dan Moradi (dalam Van, 2007) menyimpulkan
bahwa keterkelekatan yang tidak aman kemungkinan besar memiliki efek pada
ketidakpastian kerja. Sebaliknya, apabila nilai ketergantungan tinggi maka hal ini
dapat menilai kedekatan individu dengan ketergantungan pada orang lain dan
keyakinan bahwa pasangan dapat diandalkan bila dibutuhkan (Collins & Read,
1990). Dapat diasumsikan bahwa dengan memiliki nilai ketergantungan yang
tinggi, maka akan meningkatkan adaptabilitas karier wanita karier yang
berkeluarga.
Pada dimensi kecemasan dalam kelekatan emosional dapat diasumsikan
dengan kecemasan yang tinggi akan penolakan dan pengabaian dari pasangan
menurut Brennan, Clark, dan Shaver (dalam Shaver & Mikulincer, 2014) dan
terlalu fokus terhadap diri sendiri akan kecemasan tersebut (Mikulincer & Shaver,
2007 dalam Shaver & Mikulincer, 2014). Fokus berlebihan terhadap diri sendiri
Page 51
38
ini diduga dapat membuat perempuan dengan pola kecemasan yang tinggi atau
memiliki kecenderungan dengan gaya anxiety attachment cenderung merendahkan
perhatian dan dukungan yang diberikan pasangan. Dampak dari hal ini adalah
adanya ketidakmampuan wanita karier dalam meningkatkan adaptabilitas karier
atau beradaptasi di dunia kerjanya. Sebaliknya, jika individu memiliki nilai
kecemasan yang rendah maka akan merasakan kepercayaan diri dan tidak
khawatir akan ditolak dan ditinggalkan oleh pasangannya. Penelitian ini
mengasumsikan bahwa dengan memiliki nilai kecemasan yang rendah maka dapat
meningkatkan kemampuan adaptabilitas karier pada wanita karier yang
berkeluarga.
Adapun dimensi kedekatan yang tinggi cenderung akan membentuk
karakteristik dari gaya secure attachment. Apabila wanita mempunyai kedeketan
yang baik dengan pasangannya di dalam keluarga, maka dapat mempengaruhi
wanita untuk memiliki komunikasi dan hubungan yang baik pula secara umum
(Collins & Read, 1990). Penelitian lain dari Hazan dan Shaver (1990) menemukan
bahwa individu dengan gaya secure attachment memiliki nilai hubungan lebih
baik pada pekerjaan dan hubungan sosial. Keterkelekatan yang aman diantara
orang dewasa muda ditunjukkan untuk mendukung komitmen karier dan
eksplorasi karier yang lebih besar serta melindungi dari pengambilan keputusan
dini menurut Ketterson, Lee dan Wolfe (dalam Van, 2007). Diduga bahwa wanita
karier yang memiliki nilai kedekatan tinggi dalam keluarganya dapat lebih baik
dalam beradaptasi dilingkungan kerjanya atau dapat meningkatkan kemampuan
adaptabilitas karier.
Page 52
39
Faktor eksternal lainnya adalah dukungan sosial. Dukungan sosial yang
diberikan oleh berbagai pihak dalam lingkungan individu dapat memberikan
pengaruh dan emosi positif kepada penerima dukungan. Terdapat tiga dimensi
dukungan sosial yang bersumber dari dari keluarga, teman, dan orang spesial yang
disusun oleh Zimet et. al. (1988). Menurut Creed et. al. (2009) individu yang
mendapatkan dukungan sosial dengan baik dilingkungan sekitarnya maka akan
dapat melakukan penyesuaian diri dan adaptabilitas karier yang baik. Penerimaan
dukungan sosial yang baik dilingkungan sekitar individu khususnya wanita karier
yang telah berumah tangga dapat memberikan efek positif berupa emosi positif
dalam menyelesaikan tugas karier sehingga dapat mengurangi stres dalam bekerja
ataupun konflik peran ganda.
Dimensi dukungan sosial yang bersumber dari keluarga menurut Zimet et.
al. (1988) adalah yang bersumber dari dalam keluarga seperti ayah, ibu, kakak,
adik, kakek, nenek, dan sebagainya. Apabila individu kurang mendapatkan
dukungan dari pihak keluarga, maka akan memberikan efek rendah pada
penyesuaian diri dibidang karier (Creed, Fallon, & Hood, 2009). Dapat
diasumsikan bahwa dengan memiliki dukungan keluarga yang tinggi maka dapat
melakukan penyesuaian dengan baik dan dapat meningkatkan adaptabilitas karier
pada wanita karier yang berkeluarga.
Efek positif terhadap karier pada wanita yang bekerja dan berumah tangga
juga dapat dilihat dari dimensi dukungan sosial yang bersumber dari teman atau
pertemanan individu. Individu yang mempuyai kelekatan dan dorongan positif
dari teman atau sahabatnya akan dapat merasakan emosi yang lebih positif dan
Page 53
40
secara signifikan dapat bepengaruh terhadap adaptabilitas karier individu (Hirschi,
2009).
Dimensi lain terkait dukungan sosial adalah orang spesial. Dalam
dukungan sosial, dimensi dukungan sosial yang bersumber dari orang spesial
adalah seseorang yang dianggap spesial dalam kehidupannya seperti kekasih atau
pasangan hidup. Zimet dan Canty Mitchell (2000) menyatakan bahwa dimensi
seseorang yang spesial (significant others) relevan pada subjek dewasa yang pada
tahap perkembangan tersebut mereka telah memiliki pasangan hidup yang
merupakan orang terkasih dan spesial di dalam hidupnya. Dapat diasumsikan
bahwa semakin besar dukungan sosial yang diberikan oleh orang spesial, maka
semakin besar juga kemampuan adaptabilitas karier yang dimiliki oleh wanita
karier yang berkeluarga.
Selain itu terdapat faktor internal berupa regulasi diri yang dijadikan
sebagai variabel dalam pengaruhnya terhadap adaptabilitas karier pada wanita
yang telah berkeluarga. Regulasi diri diasumsikan berkaitan dengan adaptabilitas
karier pada individu. Studi terdahulu dari Creed et. al. (2009) menunjukkan
kontribusi yang signifikan dari regulasi diri terhadap adaptabilitas karier.
Penelitian tersebut mendukung pernyataan yang dikemukakan oleh Savickas dan
Porfeli (2012) dimana dijelaskan bahwa sumber dari adaptabilitas karier
merupakan kekuatan dari regulasi diri individu atau kapasitas diri seseorang yang
digunakan untuk memecahkan masalah yang asing, kompleks dan tidak jelas yang
terdapat dalam tugas-tugas pekerjaan, transisi kerja, dan trauma yang muncul dari
pekerjaan.
Page 54
41
Berdasarkan hal tersebut maka dapat dilihat dan diasumsikan dengan jelas
bahwa regulasi diri sangat penting bagi wanita karier yang telah berumah tangga
agar dapat secara efektif mencapai tujuan karier yang diinginkan dan dapat
meningkatkan adaptabilitas karier di tempat kerja. Hal ini juga dapat dikatakan
sebagai kemampuan untuk merencanakan dan mencapai hasil adaptif yang
diinginkan melalui perilaku yang diarahkan pada tujuan yang diinginkan oleh
individu dalam kariernya. Konsep yang mencakup kapasitas untuk merencanakan,
memandu, dan memonitor perilaku ini merupakan konsep regulasi diri.
Adaptabilitas karier digunakan oleh individu untuk dapat memilih
tindakan yang tepat dalam menghadapi perubahan dalam lingkungan kerja,
transisi kerja maupun trauma terhadap kerja (Savickas, 1997). Kemampuan
individu dalam beradaptasi dapat membantu wanita karier yang telah berkeluarga
dalam menghadapi tuntutan baru dalam dunia kerja maupun lingkungan kerja
yang beragam. Adaptabilitas karier juga dapat membantu wanita karier yang telah
berkeluarga dalam merefleksikan tujuan utamanya dalam organisasi yang
sekarang ditempatinya menurut Parker (dalam Savickas, 2009).
Wanita karier yang telah berkeluarga yang tidak dapat melakukan adaptasi
terhadap dunia kerja maupun lingkungan kerja yang baru diketahui dapat
mengalami kesulitan dalam aspek-aspek individual maupun hubungannya dengan
pekerjaan. Beberapa hasil penelitian yang dirangkum oleh Koen et. al. (2010)
menunjukkan individu yang tidak mempunyai adaptabilitas karier dapat berakibat
negatif pada ketidakpuasan terhadap pekerjaannya seperti job insecurity, beban
Page 55
42
kerja yang menjadi berlebih, loyalitas kerja yang rendah, serta keinginan untuk
keluar dari pekerjaan menurut Davy, Probst, dan Sverke (dalam Klehe 2011).
Berdasarkan hal tersebut maka diharapkan variabel kelekatan emosional,
dukungan sosial, dan regulasi diri dapat memberikan pengaruh terhadap
kemampuan adaptabilitas karier wanita karier yang telah bekeluarga. Selain itu,
diharapkan pula variabel kelekatan emosional, dukungan sosial, dan regulasi diri
dapat dimiliki oleh wanita karier yang telah berkeluarga guna meningkatkan
kemampuan adaptabilitas karier di tempat kerja.
Dibawah ini akan ditampilkan bagan hubungan dari variabel-variabel
penelitian yang dapat menjelaskan maksud dari kerangka teoritis yang telah
diuraikan di atas, sebagai berikut:
Page 56
43
Dukungan sosial
Berikut ini merupakan bagan dari kerangka berpikir penelitian:
Gambar 2.1 Bagan Kerangka Berpikir Penelitian
Adaptabilitas
Karier
Ketergantungan
Kecemasan
Kedekatan
Teman
Orang Spesial
Keluarga
Regulasi Diri
Kelekatan
Emosional
Dukungan Sosial
Page 57
44
2.6 Hipotesis Penelitian
Berdasarkan kerangka berpikir penelitian, maka hipotesis dalam penelitian ini
sebagai berikut:
H1 : Ada pengaruh antara kelekatan emosional (ketergantungan, kecemasan,
kedekatan) , dukungan sosial (keluarga, teman, orang spesial), dan regulasi
diri terhadap adaptabilitas karier pada wanita karier yang telah berumah
tangga.
H2 : Ada pengaruh ketergantungan pada kelekatan emosional terhadap
adaptabilitas karier.
H3 : Ada pengaruh kecemasan pada kelekatan emosional terhadap adaptabilitas
karier.
H4 : Ada pengaruh kedekatan pada kelekatan emosional terhadap adaptabilitas
karier.
H5 : Ada pengaruh keluarga pada dukungan sosial terhadap adaptabilitas karier.
H6 : Ada pengaruh teman pada dukungan sosial terhadap adaptabilitas karier.
H7 : Ada pengaruh orang spesial pada dukungan sosial terhadap adaptabilitas
karier.
H8 : Ada pengaruh regulasi diri terhadap adaptabilitas karier.
Seluruh hipotesis di atas akan dijadikan H0 untuk diuji secara statistik.
Page 58
45
BAB 3
METODE PENELITIAN
3.1 Populasi, Sampel, dan Teknik Pengambilan Sampel
Populasi pada penelitian ini adalah wanita karier yang telah berumah tangga
di Jabodetabek. Peneliti menggunakan populasi tersebut dengan alasan bahwa
wanita karier yang telah berumah tangga memiliki peran ganda dimana
mereka menjalani dan harus menyesuaikan diri dari dua tugas dalam ranah
yang berbeda yaitu ranah domestik dan ranah publik.
Responden penelitian ini sebanyak 216 wanita karier dengan profesi
sebagai perawat yang telah berumah tangga dan memiliki anak dengan
rentang usia 25-50 tahun yang terdapat di Jabodetabek. Pengambilan responden
dilakukan dengan metode non-probability sampling. Hal ini menunjukkan
bahwa tidak semua anggota populasi memiliki kesempatan yang sama untuk
menjadi subjek penelitian. Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah
dengan convenience sampling. Cara ini dipilih dikarenakan sulitnya bertemu
langsung dengan responden karena jam kerja yang tidak menentu dan
kesulitan dalam mengatur jadwal bertemu.
Penyebaran data dalam penelitian ini dilakukan secara langsung dan
daring. Jumlah keseluruhan data yang terkumpul sebanyak 216 data. Data yang
didapatkan secara langsung dengan menyebar kuesioner sebanyak 203 data.
Adapun data yang didapatkan melalui daring berjumlah 13 data. Laman informed
consent daring yaitu https://bit.ly/2HRnLsN.
Page 59
46
3.2 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional
Pada penelitian ini yang menjadi variabel terikat (dependent variable) adalah
adaptabilitas karier. Sedangkan variabel bebas (independent variable) pada
penelitian ini yaitu kelekatan emosional (ketergantungan, kecemasan, dan
kedekatan), dukungan sosial (keluarga, teman, dan orang spesial), dan regulasi
diri. Adapun definisi operasional dari variabel penelitian ini adalah:
1. Adaptabilitas Karier
Adaptabilitas karier adalah kesiapan seseorang untuk menyelesaikan tugas yang
terprediksi dan berpartisipasi dalam peran pekerjaan, serta mampu menguasai
situasi tidak terduga yang mungkin terjadi karena perubahan dalam pekerjaan dan
kondisi kerja. Adaptabilitas karier wanita karier dalam penelitian ini dikukur
menggunakan adaptasi dari alat ukur Career Adapt-Abilities Scale (CAAS) oleh
Porfeli dan Savickas (2012) yang terdiri dari 24 item dengan berdasarkan empat
dimensi yang meliputi: 1) kepedulian karier, 2) pengendalian karier, 3)
keingintahuan karier, dan 4) keyakinan karier.
Adapun penjelasan dari tiap masing-masing dimensi adalah sebagai
berikut:
1). Kepedulian Karier
Kepedulian karier merupakan suatu bentuk optimisme yang dimiliki individu
dalam karier. Kepedulian karier meliputi perencanaan karier, orientasi karier
dimasa depan, serta kesadaran mempersiapkan karier. Adanya kepedulian
karier akan dapat menyadarkan seseorang untuk mengembangkan kariernya.
Page 60
47
2). Pengendalian Karier
Pengendalian karier adalah cara individu mengatur diri untuk menyesuaikan
dengan kebutuhan pada situasi yang berbeda. Terdapat ketegasan, kemauan,
menentukan pilihan, dan kemampuan dalam bertanggung jawab atas pilihan
karier yang telah dipilih.
3). Keingintahuan Karier
Keingintahuan karier merupakan perilaku aktif seseorang untuk mencari tahu
informasi dan cara mengembangkan karier. Adapun terdapat perasaan ingin
tahu, keinginan dalam mencari informasi, dan mencoba hal baru merupakan
indikator dari keingintahuan karier.
4). Keyakinan Karier
Keyakinan karier adalah kemampuan individu untuk berpedoman pada
pendapat dan tujuan sendiri untuk memecahkan masalah ketika menghadapi
hambatan dan rintangan. Indikator dalam keyakinan karier meliputi
kegigihan, berusaha keras, dan ketekunan.
2. Kelekatan Emosional
Kelekatan emosional yang dimaksud dalam penelitian ini adalah proses kelekatan
atau ikatan emosional yang didapatkan individu dari figur orang dewasa yang
dibedakan atas tiga dimensi yaitu ketergantungan, kecemasan, dan kedekatan.
Kelekatan emosional wanita karier diukur menggunakan adaptasi dari alat ukur
Adult Attachment Scale (AAS) oleh Collins dan Read (1990) yang terdiri dari 18
item dengan berdasarkan tiga dimensi yang meliputi: 1) ketergantungan, 2)
kecemasan, dan 3) kedekatan.
Page 61
48
Adapun penjelasan dari tiap masing-masing sumber dimensi adalah
sebagai berikut:
1) Ketergantungan
Kelekatan dalam bentuk ketergantungan ini merupakan rasa nyaman individu
apabila dapat bergantung dan mempercayai seseorang. Individu pada
kelekatan ini sangat dipengaruhi oleh keberadaan pasangan.
2) Kecemasan
Kelekatan dalam bentuk kecemasan ini merupakan rasa khawatir individu
apabila ditolak dan diabaikan oleh seseorang atau pasangannya.
3) Kedekatan
Kelekatan dalam bentuk kedekatan ini merupakan rasa nyaman individu
ketika dapat dekat dan akrab dengan seseorang. Dalam bentuk kelekatan ini
individu sangat nyaman apabila pasangan sangat membutuhkannya.
3. Dukungan Sosial
Dukungan sosial adalah sebagai sebuah pertukaran sumber daya antara minimal
dua individu yang dipersepsikan oleh salah satu pihak bertujuan untuk membantu.
Pengukuran dukungan sosial menggunakan adaptasi dari alat ukur
Multidimensional Scale of Perceived Social Support (MSPSS) yang
dikembangkan oleh Zimet et. al. (1988) yang meliputi tiga dimensi dukungan
sosial yang bersumber dari: 1) keluarga, 2) teman, dan 3) orang spesial.
Adapun penjelasan dari tiap masing-masing dimensi sumber dukungan
sosial adalah sebagai berikut:
Page 62
49
1) Keluarga
Dimensi keluarga atau yang bersumber dari keluarga merupakan dorongan
yang diberikan dari pihak dalam keluarga.
2) Teman
Dorongan atau dukungan yang bersumber dari sebuah pertemanan atau
persahabatan yang dijalani oleh individu dilingkungan sosialnya.
3) Orang Spesial
Orang spesial merupakan sumber dimensi dukungan yang bersumber dari
orang yang dianggap spesial atau terkasih di dalam kehidupan individu.
4. Regulasi Diri
Regulasi diri adalah kapasitas untuk merencanakan, memandu, dan memonitor
perilaku individu secara fleksibel dalam menghadapi perubahan keadaan. Regulasi
diri wanita karier diukur menggunakan adaptasi dari alat ukur Self Regulation
Questionere (SRQ) yang disusun oleh (Pichardo et. al., 2014) berdasarkan Self
Regulation Questionnaire (SRQ) dari Brown, Miller, dan Lawendowski (1998).
3.3 Instrumen Pengumpulan Data
3.3.1 Teknik Pengumpulan data
Alat ukur dalam penelitian ini menggunakan alat ukur dari masing-masing
variabel. Instrumen pengumpulan data menggunakan model skala Likert.
Adaptabilitas karier, kelekatan emosional, dan regulasi diri diukur menggunakan
model skala ratting dengan lima pilihan jawaban, yakni: 1 (sangat tidak sesuai) –
5 (sangat sesuai). Sedangkan pengukuran dukungan sosial menggunakan model
skala ratting dengan tujuh kategori jawaban yakni, skala 1-7 (1: sangat tidak
Page 63
50
setuju – 7: sangat setuju). Instrumen pengumpulan data ini terdiri dari pernyataan
positif (favorable) dan pernyataan negatif (unfavorable). Untuk pernyataan
favorable, skor tertinggi diberikan pada pilihan jawaban “Sangat Setuju” dan skor
terendah diberikan pada pilihan jawaban “Sangat Tidak Setuju”. Sebaliknya untuk
pernyataan unfavorable, skor tertinggi diberikan pada pilihan jawaban “Sangat
Tidak Setuju” dan skor terendah diberikan pada pilihan jawaban “Sangat Setuju”.
3.3.2 Instrumen Penelitian
1. Skala Adaptabilitas Karier
Pengukuran adaptabilitas karier pada penelitian ini menggunakan adaptasi dari
alat ukur Career Adapt-Abilities Scale (CAAS) yang disusun oleh Savickas
(2012). Terdapat 4 dimensi pada skala adaptabilitas karier, yaitu: kepedulian
karier, pengendalian karier, keingintahuan karier, dan keyakinan karier. Skala ini
terdiri dari item favorable. Skala adaptabilitas karier menggunakan bentuk skala
likert. Masing-masing item terdiri dari lima kategori jawaban, yaitu Sangat Setuju
(SS), Setuju (S), Netral (N), Tidak Setuju (TS), dan Sangat Tidak Setuju (STS).
Tabel 3.1
Blue Print Skala Adaptabilitas Karier
Dimensi Indikator No. Item Jumlah
Kepedulian
Karier
Kesadaran karier 2, 4, 6
Merencanakan karier 3, 5 6
Pandangan akan masa depan karier 1
Pengendalian
Karier
Ketegasan karier 8, 10
Kemauan berkarier 7, 12 6
Tanggung jawab karier 9, 11
Keingintahuan
Karier
Perasaan ingin tahu 18
Mencari infomasi 13, 15, 17 6
Mencoba hal baru 14, 16
Keyakinan
Karier
Kegigihan 23, 24
Berusaha keras 22 6
Tekun dalam tugas 19, 20, 21
TOTAL 24
Page 64
51
2. Skala Kelekatan Emosional
Pengukuran kelekatan emosional menggunakan adaptasi dari alat ukur Adult
Attachment Scale (AAS) yang dikembangkan oleh Collins dan Read (1990). Alat
ukur ini berjumlah 18 item dengan tiga dimensi yaitu ketergantungan, kecemasan,
dan kedekatan dengan masing-masing dimensi terdiri dari 6 item. Skala ini terdiri
dari item favorable dan unfavorable. Skala ini menggunakan bentuk skala likert.
Masing-masing item terdiri dari 5 kategori jawaban sebagai berikut; Sangat Setuju
(SS), Setuju (S), Netral (N), Tidak Setuju (TS), dan Sangat Tidak Setuju (STS).
Tabel 3.2
Blue Print Skala Kelekatan Emosional
Dimensi Indikator No. Item Jumlah
Ketergantungan
Nyaman dengan
ketergantungan 1*, 3, 6*
6 Percaya diri dengan
keberadaan seseorang 2*, 4, 5*
Kecemasan
Khawatir ditolak 9, 11
6 Khawatir tidak dicintai 8
Merasa cemas
ditinggalkan 7*, 10, 12
Kedekatan
Mudah dekat/akrab 13, 14, 15*
6 Nyaman dalam
berhubungan 16*, 17
Nyaman dengan
hubungan yang intim 18
TOTAL 18
Keterangan: * = item unfavorable
3. Skala Dukungan Sosial
Pengukuran dukungan sosial menggunakan adaptasi dari alat ukur
Multidimensional Scale of perceived Social Support (MSPSS) yang dikembangkan
oleh Zimet, Dahlem, Zimet dan Farley (1988). Alat ukur ini memiliki tiga dimensi
yang bersumber dari keluarga, teman, dan orang spesial dengan jumlah 12 item.
Masing-masing dimensi sumber dukungan sosial terdiri dari 4 item. Skala ini
terdiri dari item favorable. Skala ini menggunakan bentuk skala likert. Masing-
Page 65
52
masing item terdiri dari 7 kategori jawaban dari Sangat Setuju (SS), sampai
dengan Sangat Tidak Setuju (STS).
Tabel 3.3
Blue Print Skala Dukungan Sosial
Dimensi Indikator No. Item Jumlah
Keluarga Memperoleh pemecahan masalah 3, 8, 11
4 Memperoleh dukungan dan bantuan emosional 4
Teman
Mendapatkan bantuan 6
4 Memperoleh strategi coping yang efektif 12
Berbagi kesulitan 9, 7
Orang Spesial Merasa dihargai dan dipercaya 2, 10 4
Merasa orang lain bisa nyaman berada
bersama individu 1, 5
TOTAL 12
4. Skala Regulasi Diri
Pengukuran regulasi diri menggunakan adaptasi dari alat ukur Self Regulation
Questionere (SRQ) yang disusun oleh (Pichardo et. al., 2014) berdasarkan Self
Regulation Questionnaire (SRQ) dari Brown, Miller, dan Lawendowski (1998).
Miller dan Brown (1991) menganalisis dan merumuskan indikator regulasi diri
dan direvisi oleh Pichardo et. al. (2014) menjadi empat indikator. Skala regulasi
diri menggunakan bentuk skala likert. Masing-masing item terdiri dari 5 kategori
jawaban sebagai berikut; Sangat Setuju (SS), Setuju (S), Netral (N), Tidak Setuju
(TS), dan Sangat Tidak Setuju (STS).
Tabel 3.4
Blue Print Skala Regulasi Diri
Dimensi Indikator No. Item Jumlah
Regulasi
Diri
Menetapkan tujuan 1, 2, 3, 4*, 5, 6*
17 Ketekunan dan tekad 7, 8*, 9
Mengambil keputusan
dari masalah 10*, 11*, 12*, 13*, 14*
Belajar dari kesalahan 15*, 16, 17
TOTAL 17
Keterangan: * = item unfavorable
Page 66
53
3.4 Uji Validitas Konstruk
Sebelum melakukan analisis data, peneliti melakukan pengujian terhadap validitas
instrumen yang dipakai. Untuk menguji validitas konstruk alat ukur yang
digunakan dalam penelitian ini, peneliti menggunakan Confirmatory Faktor
Analysis (CFA).
Sebagai prosedur konfirmasi, CFA merupakan metode untuk menilai
validitas konstruk pengukuran, bukan sarana untuk pengurangan data. Validitas
konstruk didukung jika struktur faktor skala konsisten dengan konstruksi
instrumen yang akan diukur. Konfirmasi hipotesis struktur faktor yang paling
memadai adalah dengan teknik analisis faktor konfirmatori. Dalam analisis faktor
konfirmatori, struktur faktor secara eksplisit dihipotesiskan dan diuji untuk cocok
dengan struktur kovarians dari variabel yang diukur. Pendekatan ini juga
memungkinkan untuk menguji model fit faktor. Meskipun pendekatan ini berguna
untuk konfirmasi teori, prosedur CFA memberikan pedoman untuk "model
pemangkasan," atau model modifikasi, yang dapat menunjukkan perubahan dalam
struktur faktor yang diusulkan. Dengan demikian, prosedur konfirmasi dapat
digunakan untuk merevisi dan menyempurnakan instrumen dan struktur faktorial
mereka. Adapun logika CFA adalah sebagai berikut (Umar, 2012) :
1. Bahwa ada sebuah konsep atau trait berupa kemampuan yang didefinisikan
secara operasional sehingga dapat disusun pertanyaan atau pernyataan untuk
mengukurnya. Kemampuan ini disebut faktor, sedangkan pengukuran
terhadap faktor ini dilakukan melalui analisis terhadap respon atas item-
itemnya.
Page 67
54
2. Diteorikan setiap item hanya mengukur satu faktor saja, begitupun juga tiap
subtes hanya mengukur satu faktor juga. Artinya baik item maupun subtes
bersifat unidimensional.
3. Dengan data yang tersedia, dapat diestimasi matriks korelasi antar item yang
seharusnya diperoleh jika memang unidimensional. Matriks korelasi ini
disebut sigma (Σ), kemudian dibandingkan dengan matriks dari data empiris,
yang disebut matriks S. Jika teori tersebut benar (unidimensional) maka
tentunya tidak ada perbedaan antara matriks Σ dan matriks S, atau bisa juga
dinyatakan dengan Σ - S = 0.
4. Pernyataan tersebut dijadikan hipotesis nihil yang kemudian diuji dengan chi
square. Jika hasil chi square tidak signifikan (p > 0,05), maka hipotesis nihil
tersebut “tidak ditolak”. Artinya teori unidimensionalitas tersebut dapat
diterima bahwa item ataupun sub tes instrument hanya mengukur satu faktor
saja.
5. Jika model fit, maka langkah selanjutnya menguji apakah item signifikan atau
tidak mengukur apa yang hendak di ukur, dengan menggunakan t-test. Jika
hasil t-test tidak signifikan maka item tersebut tidak signifikan dalam
mengukur apa yang hendak diukur, sebaiknya item yang demikian di drop.
Dalam penelitian kali ini, peneliti menggunakan taraf kepercayaan 95%
sehingga item yang dikatakan signifikan adalah item yang memiliki t-value
lebih dari 1,96 (t > 1,96).
6. Terakhir, apabila dari hasil CFA terdapat item yang koefisien muatan
faktornya negatif, maka item tersebut harus di drop. Sebab hal ini tidak sesuai
Page 68
55
dengan sifat item, yang bersifat positif (favorable). Adapun pengujian analisis
CFA seperti ini dilakukan dengan menggunakan software LISREL 8.70.
3.4.1 Uji Validitas Konstruk Adaptabilitas Karier
Pada uji validitas kontruk adaptabilitas karier, peneliti menguji apakah 24 item
yang bersifat unidimensional, artinya benar hanya mengukur variabel adaptabilitas
karier. Item-item ini diuji dengan menggunakan Confirmatory Factor Analysis
dengan metode first order.
Hasil dari pengujian CFA dengan model satu faktor tidak menghasilkan
model yang fit dengan Chi-Square = 1375.90, df = 252, p-value = 0.0000, dan
RMSEA = 0.144. Namun, setelah dilakukan modifikasi terhadap model, dimana
kesalahan pengukuran ada pada beberapa item dibebaskan untuk berkorelasi satu
sama lain, maka diperoleh model fit dengan Chi-Square = 196.55, df = 166, p-
value = 0.05267, dan RMSEA = 0.029. Nilai Chi-Square menghasilkan p-value >
0.05 (tidak signifikan), yang artinya model dengan satu faktor (unidimensional)
dapat diterima dimana seluruh item mengukur satu faktor saja yaitu adaptabilitas
karier.
Langkah selanjutnya, peneliti melihat apakah signifikan item tersebut
mengukur faktor yang hendak diukur sekaligus menentukan apakah item tersebut
perlu di-drop atau tidak yang dilihat dalam pengujian CFA. Pengujiannya
dilakukan dengan melihat nilat t bagi setiap koefisien muatan faktor. Apabila nilai
t > 1.96, artinya item tersebut signifikan dalam mengukur faktor yang hendak
diukur. Sedangkan jika nilai t < 1.96, item tersebut tidak signifikan dan perlu di-
Page 69
56
drop atau dihilangkan. Adapun koefisien muatan faktor untuk item-item
adaptabilitas karier dijelaskan pada tabel 3.5 sebagai berikut:
Tabel 3.5
Muatan Faktor Item Konstruk Adaptabilitas Karier Item Koefisien Standard Error T-Value Signifikan
1 0.66 0.07 10.06
2 0.71 0.06 11.26
3 0.73 0.06 11.62
4 0.81 0.06 13.48
5 0.84 0.06 14.26
6 0.32 0.07 4.57
7 0.74 0.06 11.94
8 0.40 0.07 5.68
9 0.85 0.06 14.51
10 0.72 0.06 11.54
11 0.51 0.07 7.60
12 0.66 0.07 10.13
13 0.71 0.06 11.20
14 0.75 0.06 11.95
15 0.76 0.06 11.96
16 0.90 0.06 15.63
17 0.79 0.06 12.98
18 0.85 0.06 14.43
19 0.79 0.06 13.02
20 0.82 0.06 13.62
21 0.80 0.06 13.52
22 0.75 0.06 12.16
23 0.72 0.06 11.41
24 0.72 0.06 11.69
Keterangan: = signifikan (t > 1.96); X = tidak signifikan
Pada tabel 3.5, seluruh item memiliki nilai t > 1.96. Hal ini berarti bahwa
tidak ada item yang harus di-drop atau dihilangkan dan seluruh item disertakan
dalam analisis selanjutnya.
3.4.2 Uji Validitas Konstruk Kelekatan Emosional
Peneliti menguji 18 item dari konstruk kelekatan emosional yang mencakup
dimensi ketergantungan, kecemasan, dan kedekatan. Masing-masing dimensi
memiliki 6 item. Peneliti menguji apakah dimensi-dimensi tersebut bersifat
Page 70
57
unidimensional, yang berarti benar-benar hanya mengukur konstruk kelekatan
emosional.
3.4.2.1 Uji Validitas Dimensi Ketergantungan
Peneliti menguji 6 item dari dimensi ketergantungan yang bersifat unidimensional,
artinya benar hanya mengukur ketergantungan. Pengujian dilakukan untuk melihat
apakah 6 item tersebut bersifat unidimensional. Hasil pengujian CFA dengan
model satu faktor tidak menghasilkan model yang fit dengan Chi-Square = 52.86,
df = 9, p-value = 0.0000, dan RMSEA = 0.151. Namun, setelah dilakukan
modifikasi terhadap model dengan membebaskan korelasi kesalahan pengukuran
pada beberapa item, maka diperoleh model fit dengan Chi-Square = 6.54, df = 6,
p-value = 0.36567, dan RMSEA = 0.020. Nilai Chi-Square menghasilkan p-value
> 0.05 (tidak signifikan), yang artinya model dengan satu faktor (unidimensional)
dapat diterima dimana seluruh item mengukur satu faktor saja yaitu
ketergantungan. Adapun koefisien muatan faktor untuk item-item ketergantungan
dijelaskan pada tabel 3.6 sebagai berikut:
Tabel 3.6
Muatan Faktor Item Dimensi Ketergantungan Item Koefisien Standard Error T-Value Signifikan
1 0.74 0.08 9.52
2 0.60 0.07 8.67
3 -0.78 0.08 -10.14 X
4 -0.61 0.07 -8.71 X
5 0.40 0.07 5.58
6 0.29 0.07 3.98
Keterangan: = signifikan (t > 1.96); X = tidak signifikan
Pada tabel 3.6, item 3 dan 4 memiliki nilai t < 1.96. Hal ini berarti bahwa
item 3 dan 4 harus di-drop atau dihilangkan dan tidak disertakan dalam analisis
selanjutnya. Hanya item 1, 2, 5, dan 6 yang disertakan dalam analisis selanjutnya.
Page 71
58
3.4.2.2 Uji Validitas Dimensi Kecemasan
Peneliti menguji 6 item dari dimensi kecemasan yang bersifat unidimensional,
artinya benar hanya mengukur kecemasan. Pengujian dilakukan untuk melihat
apakah 6 item tersebut bersifat unidimensional. Hasil pengujian CFA dengan
model satu faktor tidak menghasilkan model yang fit dengan Chi-Square = 23.63,
df = 9, p-value = 0.00492, dan RMSEA = 0.087. Namun, setelah dilakukan
modifikasi terhadap model dengan membebaskan korelasi kesalahan pengukuran
pada beberapa item, maka diperoleh model fit dengan Chi-Square = 10.62, df = 8,
p-value = 0.22423, dan RMSEA = 0.039. Nilai Chi-Square menghasilkan p-value
> 0.05 (tidak signifikan), yang artinya model dengan satu faktor (unidimensional)
dapat diterima dimana seluruh item mengukur satu faktor saja yaitu kecemasan.
Adapun koefisien muatan faktor untuk item-item kecemasan dijelaskan pada tabel
3.7 sebagai berikut:
Tabel 3.7
Muatan Faktor Item Dimensi Kecemasan Item Koefisien Standard Error T-Value Signifikan
7 0.26 0.07 3.81
8 0.89 0.05 16.32
9 0.85 0.06 15.33
10 0.91 0.05 16.88
11 0.53 0.07 7.99
12 0.80 0.06 13.90
Keterangan: = signifikan (t > 1.96); X = tidak signifikan
Pada tabel 3.7, seluruh item memiliki nilai t > 1.96. Hal ini berarti bahwa
tidak ada item yang harus di-drop atau dihilangkan dan seluruh item disertakan
dalam analisis selanjutnya.
Page 72
59
3.4.2.3 Uji Validitas Dimensi Kedekatan
Peneliti menguji 6 item dari dimensi kedekatan yang bersifat unidimensional,
artinya benar hanya mengukur kedekatan. Pengujian dilakukan untuk melihat
apakah 6 item tersebut bersifat unidimensional. Hasil pengujian CFA dengan
model satu faktor tidak menghasilkan model yang fit dengan Chi-Square = 54.62,
df = 9, p-value = 0.00000, dan RMSEA = 0.154. Namun, setelah dilakukan
modifikasi terhadap model dengan membebaskan korelasi kesalahan pengukuran
pada beberapa item, maka diperoleh model fit dengan Chi-Square = 3.45, df = 4,
p-value = 0.48605, dan RMSEA = 0.000. Nilai Chi-Square menghasilkan p-value
> 0.05 (tidak signifikan), yang artinya model dengan satu faktor (unidimensional)
dapat diterima dimana seluruh item mengukur satu faktor saja yaitu kedekatan.
Adapun koefisien muatan faktor untuk item-item kedekatan dijelaskan pada tabel
3.8 sebagai berikut:
Tabel 3.8
Muatan Faktor Item Dimensi Kedekatan Item Koefisien Standard Error T-Value Signifikan
13 0.33 0.08 4.08
14 0.30 0.08 3.81 15 0.11 0.08 1.34 X
16 0.84 0.11 7.49
17 0.56 0.09 6.18 18 -0.21 0.08 -2.50 X
Keterangan: = signifikan (t > 1.96); X = tidak signifikan
Pada tabel 3.8, item 15 dan 18 memiliki nilai t < 1.96. Hal ini berarti
bahwa item 15 dan 18 harus di-drop atau dihilangkan dan tidak disertakan dalam
analisis selanjutnya. Hanya item 13, 14, 16, dan 17 yang disertakan dalam analisis
selanjutnya.
Page 73
60
3.4.3 Uji Validitas Konstruk Dukungan Sosial
Peneliti menguji 12 item dari konstruk dukungan sosial yang mencakup dimensi
dukungan sosial yang bersumber dari keluarga, teman, dan orang spesial. Masing-
masing dimensi sumber dukungan sosial memiliki 4 item. Peneliti menguji apakah
dimensi-dimensi sumber dukungan sosial tersebut bersifat unidimensional, yang
berarti benar-benar hanya mengukur konstruk dukungan sosial.
3.4.3.1 Uji Validitas Dimensi Sumber Dukungan Keluarga
Peneliti menguji 4 item dari dimensi sumber dukungan keluarga yang bersifat
unidimensional, artinya benar hanya mengukur sumber dukungan keluarga.
Pengujian dilakukan untuk melihat apakah 4 item tersebut bersifat
unidimensional. Hasil pengujian CFA dengan model satu faktor tidak
menghasilkan model yang fit dengan Chi-Square = 13.42, df = 2, p-value =
0.00122, dan RMSEA = 0.163. Namun, setelah dilakukan modifikasi terhadap
model dengan membebaskan korelasi kesalahan pengukuran pada beberapa item,
maka diperoleh model fit dengan Chi-Square = 0.00, df = 0, p-value = 1.00000,
dan RMSEA = 0.000. Nilai Chi-Square menghasilkan p-value > 0.05 (tidak
signifikan), yang artinya model dengan satu faktor dapat diterima dimana seluruh
item mengukur satu faktor saja yaitu sumber dukungan keluarga. Adapun
koefisien muatan faktor untuk item-item sumber dukungan keluarga dijelaskan
pada tabel 3.9 sebagai berikut:
Tabel 3.9
Muatan Faktor Item Sumber Dukungan Keluarga Item Koefisien Standard Error T-Value Signifikan
3 0.85 0.06 15.03
4 0.91 0.05 16.96
8 0.92 0.05 17.33
11 0.85 0.06 15.27
Keterangan: = signifikan (t > 1.96); X = tidak signifikan
Page 74
61
Pada tabel 3.9, seluruh item memiliki nilai t > 1.96. Hal ini berarti bahwa
tidak ada item yang harus di-drop atau dihilangkan dan seluruh item disertakan
dalam analisis selanjutnya.
3.4.3.2 Uji Validitas Dimensi Sumber Dukungan Teman
Peneliti menguji 4 item dari dimensi sumber dukungan teman yang bersifat
unidimensional, artinya benar hanya mengukur sumber dukungan teman.
Pengujian dilakukan untuk melihat apakah 4 item tersebut bersifat
unidimensional. Hasil pengujian CFA dengan model satu faktor tidak
menghasilkan model yang fit dengan Chi-Square = 6.44, df = 2, p-value =
0.03995, dan RMSEA = 0.102. Namun, setelah dilakukan modifikasi terhadap
model dengan membebaskan korelasi kesalahan pengukuran pada beberapa item,
maka diperoleh model fit dengan Chi-Square = 0.15, df = 1, p-value = 0.69858,
dan RMSEA = 0.000. Nilai Chi-Square menghasilkan p-value > 0.05 (tidak
signifikan), yang artinya model dengan satu faktor (unidimensional) dapat
diterima dimana seluruh item mengukur satu faktor saja yaitu sumber dukungan
teman. Adapun koefisien muatan faktor untuk item-item sumber dukungan teman
dijelaskan pada tabel 3.10 sebagai berikut:
Tabel 3.10
Muatan Faktor Item Sumber Dukungan Teman Item Koefisien Standard Error T-Value Signifikan
6 0.72 0.06 11.71
7 0.92 0.06 16.34
9 0.85 0.06 14.63
12 0.81 0.06 13.46
Keterangan: = signifikan (t > 1.96); X = tidak signifikan
Pada tabel 3.10, seluruh item memiliki nilai t > 1.96. Hal ini berarti bahwa
tidak ada item yang harus di-drop atau dihilangkan dan seluruh item disertakan
dalam analisis selanjutnya.
Page 75
62
3.4.3.3 Uji Validitas Dimensi Sumber Dukungan Orang Spesial
Peneliti menguji 4 item dari dimensi sumber dukungan orang spesial yang bersifat
unidimensional, artinya benar hanya mengukur sumber dukungan orang spesial.
Pengujian dilakukan untuk melihat apakah 4 item tersebut bersifat
unidimensional. Hasil pengujian CFA dengan model satu faktor tidak
menghasilkan model yang fit dengan Chi-Square = 23.87, df = 2, p-value =
0.0001, dan RMSEA = 0.226. Namun, setelah dilakukan modifikasi terhadap
model dengan membebaskan korelasi kesalahan pengukuran pada beberapa item,
maka diperoleh model fit dengan Chi-Square = 0.00, df = 0, p-value = 1.00000,
dan RMSEA = 0.000. Nilai Chi-Square menghasilkan p-value > 0.05 (tidak
signifikan), yang artinya model dengan satu faktor (unidimensional) dapat
diterima dimana seluruh item mengukur satu faktor saja yaitu sumber dukungan
orang spesial. Adapun koefisien muatan faktor untuk item-item sumber dukungan
orang spesial dijelaskan pada tabel 3.11 sebagai berikut:
Tabel 3.11
Muatan Faktor Item Sumber Dukungan Orang Spesial Item Koefisien Standard Error T-Value Signifikan
1 0.90 0.05 16.36
2 0.97 0.05 18.45
5 0.74 0.06 11.73
10 0.77 0.06 13.13
Keterangan: = signifikan (t > 1.96); X = tidak signifikan
Pada tabel 3.11, seluruh item memiliki nilai t > 1.96. Hal ini berarti bahwa
tidak ada item yang harus di-drop atau dihilangkan dan seluruh item disertakan
dalam analisis selanjutnya.
Page 76
63
3.4.4 Uji Validitas Konstruk Regulasi Diri
Pada uji validitas kontruk regulasi diri, peneliti menguji apakah 17 item yang
bersifat unidimensional, artinya benar hanya mengukur variabel regulasi diri.
Item-item ini diuji dengan menggunakan Confirmatory Factor Analysis dengan
metode first order.
Hasil dari pengujian CFA dengan model satu faktor tidak menghasilkan
model yang fit dengan Chi-Square = 1414.84, df = 119, p-value = 0.0000, dan
RMSEA = 0.225. Namun, setelah dilakukan modifikasi terhadap model, dimana
kesalahan pengukuran ada pada beberapa item dibebaskan untuk berkorelasi satu
sama lain, maka diperoleh model fit dengan Chi-Square = 69.03, df = 54, p-value
= 0.08181, dan RMSEA = 0.036. Nilai Chi-Square menghasilkan p-value > 0.05
(tidak signifikan), yang artinya model dengan satu faktor (unidimensional) dapat
diterima dimana seluruh item mengukur satu faktor saja yaitu regulasi diri.
Selanjutnya, peneliti melihat apakah signifikan item tersebut mengukur
faktor yang hendak diukur sekaligus menentukan apakah item tersebut perlu di-
drop atau tidak yang dilihat dalam pengujian CFA. Pengujiannya dilakukan
dengan melihat nilat t bagi setiap koefisien muatan faktor. Apabila nilai t > 1.96,
artinya item tersebut signifikan dalam mengukur faktor yang hendak diukur.
Sedangkan jika nilai t < 1.96, item tersebut tidak signifikan dan perlu di-drop atau
dihilangkan. Adapun koefisien muatan faktor untuk item-item regulasi diri
dijelaskan pada tabel 3.12 sebagai berikut:
Page 77
64
Tabel 3.12
Muatan Faktor Item Konstruk Regulasi Diri Item Koefisien Standard Error T-Value Signifikan
1 0.65 0.06 10.19
2 0.69 0.06 11.06
3 0.41 0.07 6.25
4 0.35 0.06 5.48
5 0.78 0.06 12.04
6 0.41 0.06 6.65
7 0.72 0.07 10.13
8 0.32 0.07 4.78
9 0.50 0.07 7.61
10 0.86 0.10 8.74
11 0.35 0.06 5.65
12 0.47 0.06 7.94
13 0.38 0.06 6.16
14 0.45 0.06 7.72
15 0.69 0.07 9.93
16 0.41 0.07 6.00
17 0.57 0.06 9.00
Keterangan: = signifikan (t > 1.96); X = tidak signifikan
Pada tabel 3.12, seluruh item memiliki nilai t > 1.96. Hal ini berarti bahwa
tidak ada item yang harus di-drop atau dihilangkan dan seluruh item disertakan
dalam analisis selanjutnya.
3.5 Teknik Analisis Data
Analisis data digunakan untuk menguji hipotesis penelitian mengenai pengaruh
kelekatan emosional, dukungan sosial, dan regulasi diri terhadap adaptabilitas
karier pada wanita karier yang telah berumah tangga. Dapat dikatakan juga bahwa
analisis data adalah untuk melihat pengaruh independent variable terhadap
dependent variable. Teknik analisis data yang digunakan peneliti dalam mengolah
data adalah multiple regression analysis atau analisis regresi berganda. Analisis
regresi berganda merupakan analisis regresi dengan satu variabel dependen dan
lebih dari satu variabel independen. Rumus regresi berganda pada penelitian ini
adalah:
Page 78
65
Y = a + b1X1 + b2X2 + b3X3 + b4X4 + b5X5 + b6X6 + b7X7 + e
Keterangan:
Y = Nilai prediksi Y (adaptabilitas karier)
a = Intercept (konstan)
b = Koefisien regresi
X1 = Ketergantungan dari kelekatan emosional
X2 = Kecemasan dari kelekatan emosional
X3 = Kedekatan dari kelekatan emosional
X4 = Keluarga dari dukungan sosial
X5 = Teman dari dukungan sosial
X6 = Orang spesial dari dukungan sosial
X7 = Regulasi diri
e = Residual
Penilaian terhadap model regresi yang dihasilkan ditinjau pada beberapa
pengujian berikut:
1. R2 (Koefisien Determinasi)
Nilai R2 menunjukkan besarnya proporsi pengaruh independent variable
terhadap dependent variable. Dalam melihat proporsi, R2 dikalikan dengan
100% sehingga didapatkan nilai proporsi pengaruh dalam bentuk persen. Sisa
dari persentasi R2 merupakan faktor lain yang mempengaruhi dependent
variable yang tidak diuji dalam penelitian. Tabel model summary dalam
SPSS juga menunjukkan nilai Standard Error of Estimate dimana semakin
kecil nilai SEE, maka model regresi semakin tepat dalam memprediksi
ketergantunganent variable. Nilai R2 diperoleh dari rumus berikut:
R2 =
2. Uji F
Pada tabel ANOVA akan diperoleh nilai F dan nilai signifikansi (Sig). Nilai
Sig < 0.05 menunjukkan bahwa keseluruhan independent variable secara
Page 79
66
simultan memiliki pengaruh terhadap dependent variable. Nilai Sig < 0.05
juga menunjukkan bahwa nilai koefisien determinasi (R2) signifikan. Rumus
dalam penghitungan nilai F sebagai berikut:
F =
( ) ( )
K merupakan jumlah IV dan N merupakan jumlah sampel.
3. Uji t
Interpretasi koefisien parameter independent variable dapat dilakukan dengan
menggunakan unstandardized coefficients maupun standardized coefficients.
Nilai koefisien yang didapatkan dari masing-masing dimensi pada variabel
menunjukkan arah hubungan serta besaran koefisien masing-masing dimensi
pada model regresi. Adapun terdapat nilai signifikansi untuk mengetahui
apakah masing-masing dimensi berpengaruh secara signifikan terhadap
dependent variable. Uji t dilakukan dengan menggunakan rumus sebagai
berikut:
t =
Nilai b pada rumus tersebut adalah koefisien regresi dan Sb adalah standard
error dari b.
Page 80
67
BAB 4
HASIL PENELITIAN
4.1 Gambaran Umum Subjek Penelitian
Pada bagian ini, peneliti akan memaparkan gambaran data subjek penelitian
seperti usia dan orientasi hidup subjek penelitian. Subjek dalam penelitian ini
adalah 216 wanita karier yang mempunyai anak dan aktif bekerja sebagai perawat
di sekitar Jabodetabek berusia 25-50 tahun. Berikut merupakan gambaran subjek
penelitian secara keseluruhan.
Tabel 4.1
Gambaran Umum Subjek Penelitian Deskripsi N (216) %
Usia (Tahun)
25 – 40 tahun 140 64.80%
41 – 50 tahun 76 35.10%
Orientasi Hidup
Keluarga 156 72.22%
Karier 60 27.77%
Berdasarkan data pada tabel 4.1, terdapat dua kategori gambaran umum
subjek penelitian. Pertama usia responden dalam penelitian dapat dikelompokkan
menjadi dua berdasarkan teori tahap perkembangan, yaitu tahap perkembangan
dewasa awal dengan usia 25-40 tahun dan tahap perkembangan dewasa madya 41-
50 tahun. Jumlah responden yang berusia 25-40 tahun memiliki persentase
sebesar 64.80% (140 responden). Sedangkan jumlah responden yang berusia 41-
50 tahun memiliki persentase sebesar 35.10% (76 responden). Maka dapat
disimpulkan bahwa partisipan terbanyak dalam penelitian ini berusia antara 25-40
tahun atau pada masa tahap perkembangan dewasa awal.
Page 81
68
Kedua, pada gambaran umum mengenai subjek tentang orientasi hidup
yang ada di tabel 4.1 dapat dideskripsikan bahwa responden dalam penelitian ini
didominasi oleh subjek yang memiliki orientasi hidup pada keluarga. Responden
penelitian yang berorientasi hidup pada keluarga sebanyak 72.22% (156
responden) dan partispan penelitian yang berorientasi hidup pada karier sebanyak
27.77% (60 responden). Dapat disimpulkan bahwa partisipan terbanyak dalam
penelitian ini yang berorientasi hidup pada keluarga sebanyak 72.22% dengan 156
responden.
4.2 Hasil Analisis Deskriptif
Hasil analisis deskriptif ini akan disajikan nilai maksimum, minimum, mean,
standar deviasi serta kategorisasi tinggi dan rendah skor variabel penelitian. Nilai
mean akan digunakan untuk menentukan kategorisasi skor variabel penelitian.
Deskripsi data penelitian disajikan dalam tabel 4.2 berikut:
Tabel 4.2
Statistik Deskriptif
N Min Max Mean Std. Dev
Adaptabilitas Karier 216 5,12 65,05 50,0000 9,76429
Ketergantungan 216 33,04 68,81 50,0000 8,09649
Kecemasan 216 35,20 66,86 50,0000 9,51264
Kedekatan 216 24,65 65,24 50,0000 8,23804
Keluarga 216 15,56 57,35 50,0000 9,59926
Teman 216 18,74 61,32 50,0000 9,47345
Orang Spesial 216 15,51 57,59 50,0000 9,52791
Regulasi Diri 216 16,00 71,90 50,0000 9,17590
Valid N (listwise) 216
Berdasarkan data pada tabel 4.2, dapat diketahui bahwa subjek penelitian
berjumlah 216 orang. Nilai mean pada penelitian ini dibuat konstan pada angka 50
dengan tujuan untuk menghilangkan skor negatif pada data. Variabel adaptabilitas
Page 82
69
karier memiliki nilai minimum sebesar 5.12 dan nilai maksimum sebesar 65.05.
Variabel ketergantungan memiliki nilai minimum sebesar 33.04 dan nilai
maksimum sebesar 68.81. Variabel kecemasan memiliki nilai minimum sebesar
35.20 dan nilai maksimum sebesar 66.86. Variabel kedekatan memiliki nilai
minimum sebesar 35.20 dan nilai maksimum sebesar 66.86. Variabel keluarga
memiliki nilai minimum sebesar 15.56 dan nilai maksimum sebesar 57.35.
Variabel teman memiliki nilai minimum sebesar 18.74 dan nilai maksimum
sebesar 61.32. Variabel orang spesial memiliki nilai minimum sebesar 15.51 dan
nilai maksimum sebesar 57.59. Variabel regulasi diri memiliki nilai minimum
sebesar 16.00 dan nilai maksimum sebesar 71.90. Dapat diketahui dan
disimpulkan bahwa variabel adaptabilitas karier memiliki nilai minimum terendah
dibandingkan dengan variabel lainnya. Variabel regulasi diri memiliki nilai
maksimum tertinggi dibandingkan dengan variabel lainnya.
4.3 Kategorisasi Skor Variabel Penelitian
Kategorisasi skor variabel bertujuan untuk menempatkan individu ke dalam
kelompok-kelompok yang terpisah secara berjenjang menurut suatu kontinum
berdasarkan atribut yang diukur.
Kategorisasi skor variabel dilakukan dengan menggunakan norma tertentu.
Peneliti terlebih dahulu menetapkan norma dari setiap variabel. Penelitian ini
menggunakan norma rendah dan tinggi seperti yang tertera pada tabel 4.3 berikut:
Tabel 4.3
Norma Kategorisasi Skor Variabel Penelitian Kategori Norma
Rendah X < Mean
Tinggi X ≥ Mean
Page 83
70
Adapun tahap selanjutnya setelah norma kategorisasi tersebut didapatkan
adalah dengan menjelaskan perolehan nilai persentase kategorisasi untuk variabel
adaptabilitas karier, kelekatan emosional, dukungan sosial, dan regulasi diri pada
tabel 4.4 berikut:
Tabel 4.4
Persentase Kategori Skor Tiap Variabel
Berdasarkan tabel 4.4, variabel yang memiliki skor cenderung rendah
adalah adaptabilitas karier, ketergantungan, dan kecemasan. Sedangkan variabel
yang memiliki skor cenderung tinggi adalah kedekatan, keluarga, teman, orang
spesial, dan regulasi diri.
4.4 Hasil Uji Hipotesis
4.4.1 Analisis Regresi Variabel Penelitian
Pada tahapan ini peneliti menguji hipotesis penelitian dengan teknik analisis
regresi berganda (multiple regression analysis) menggunakan software SPSS
20.0. Pada analisis regresi berganda terdapat 3 hal yang dilihat. Pertama melihat
besaran nilai koefisien determinasi atau R square (R2) untuk mengetahui besar
proporsi pengaruh independent variable terhadap dependent variable. Kedua
yakni untuk melihat apakah secara keseluruhan independent variable berpengaruh
secara signifikansi (Sig.) terhadap dependent variable. Ketiga yakni koefisien
Variabel Frekuensi (%)
Rendah Tinggi
Adaptabilitas karier 130 (60.2%)* 86 (39.8%)
Ketergantungan 124 (57.4%)* 92 (42.6%)
Kecemasan 117 (54.2%)* 99 (45.8%)
Kedekatan 98 (45.4%) 118 (54.6%)*
Keluarga 82 (38.0%) 134 (62.0%)*
Teman 98 (45.4%) 118 (54.6%)*
Orang Spesial 90 (41.7%) 126 (58.3%)*
Regulasi Diri 107 (49.5%) 109 (50.5%)*
Page 84
71
regresi, yaitu untuk melihat signifikan (Sig.) atau tidaknya koefisien regresi dari
masing-masing independent variable.
Langkah pertama yang peneliti lakukan adalah melihat besaran nilai
koefisien determinasi atau R Square (R2) untuk mengetahui besar proporsi
pengaruh independent variable terhadap dependent variable. Nilai R Square dapat
dilihat pada tabel 4.5 berikut:
Tabel 4.5
R Square
Model R R Square Adjusted R Square Std. Error of the Estimate
1 ,614a ,377 ,356 7,83542
a. Predictors: (Constant), Regulasi, Teman, Kecemasan, Significant, Ketergantungan,
Keluarga, Kedekatan
Pada tabel 4.5, dapat dilihat bahwa perolehan nilai R Square dalam
penelitian ini sebesar 0.377 atau 37.7%. Hal ini dapat diartikan bahwa proporsi
pengaruh variabel kelekatan emosional (ketergantungan, kecemasan,
kedekatan), dukungan sosial (keluarga, teman, orang spesial), dan regulasi diri
terhadap adaptabilitas karier adalah sebesar 37.7%. Sisanya yakni 62.3%
dipengaruhi oleh variabel lain di luar penelitian.
Langkah kedua yang peneliti lakukan adalah melihat hasil dari uji F untuk
mengetahui pengaruh independent variabel terhadap dependent variable
signifikan atau tidak. Adapun hasil dari uji F dapat dilihat pada tabel 4.6 berikut:
Tabel 4.6
ANOVA Pengaruh Independent Variable Terhadap Dependent Variable Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.
Regression 7728,465 7 1104,066 17,983 ,000b
Residual 12769,914 208 61,394
Total 20498,379 215
a. Dependent Variable: Adaptabilitas karier
b. Predictors: (Constant), Regulasi, Teman, Kecemasan, Orang Spesial, Ketergantungan,
Keluarga, Kedekatan
Page 85
72
Pada tabel 4.6, dapat dilihat bahwa nilai signifikansi dari keseluruhan
independent variable terhadap dependent variable sebesar 0.000. Adapun nilai
Sig.<0.05 menunjukkan bahwa pengaruh yang ada signifikan. Dilihat dari hasil
tersebut, maka hipotesis nol dalam penelitian ini yang menyatakan bahwa “tidak
ada pengaruh yang signifikan antara kelekatan emosional, dukungan sosial, dan
regulasi diri terhadap adaptabilitas karier” ditolak. Pernyataan ini bermakna
bahwa ada pengaruh yang signifikan dari variabel kelekatan emosional
(ketergantungan, kecemasan, kedekatan), dukungan sosial (keluarga, teman,
orang spesial), dan regulasi diri terhadap adaptabilitas karier.
Langkah terakhir atau ketiga yang peneliti lakukan adalah dengan melihat
nilai koefisien regresi tiap independent variable. Jika nilai t>1.96 atau Sig<0.05,
maka koefisien regresi tersebut signifikan. Hal ini dapat diartikan bahwa
independent variable memiliki dampak yang signifikan terhadap dependent
variable. Adapun analisis nilai koefisien regresi pada tiap variabel penelitian
ditampilka pada tabel 4.7 berikut:
Tabel 4.7
Koefisien Regresi
Model
Unstandard.
Coefficients
Std.
Coef. T Sig.
B Std. Error Beta
1
(Constant) 45,928 8,908 5,156 ,000
Ketergantungan ,329 ,092 ,273 3,591 ,000*
Kecemasan -,226 ,076 -,221 -2,972 ,003*
Kedekatan ,367 ,111 ,309 3,303 ,001*
Keluarga ,094 ,080 ,092 1,176 ,241
Teman ,313 ,068 ,303 4,568 ,000*
Orang Spesial -,040 ,074 -,039 -,537 ,592
Regulasi Diri ,637 ,115 ,599 5,549 ,000*
a. Dependent Variable: Adaptabilitas karier
Keterangan: (*) signifikan
Page 86
73
Berdasarkan data pada tabel 4.7, dapat dilihat apakah signifikan atau
tidaknya koefisien regresi yang dihasilkan. Apabila Sig<0.05, maka pengaruh
koefisien regresi yang dihasilkan bernilai signifikan terhadap adaptabilitas karier
dan begitupun sebaliknya. Pada tabel 4.7 terdapat lima koefisien regresi yang
signifikan, yaitu ketergantungan, kecemasan, kedekatan, teman dan regulasi diri.
Adapun variabel lainnya menghasilkan koefisien regresi yang tidak signifikan.
Penjelasan dari nilai koefisien regresi yang diperoleh pada masing-masing
independent variable adalah sebagai berikut:
1. Variabel Ketergantungan
Diperoleh nilai koefisien regresi sebesar +0.273 dengan signifikansi 0.000
(Sig<0.05). Dengan demikian, maka H02 penelitian yang menyatakan tidak
ada pengaruh yang signifikan ketergantungan terhadap adaptabilitas karier
ditolak. Hal ini dapat diartikan bahwa variabel ketergantungan secara positif
mempengaruhi adaptabilitas karier dan signifikan. Jadi, semakin tinggi
ketergantungan maka semakin tinggi pula adaptabilitas karier.
2. Variabel Kecemasan
Diperoleh nilai koefisien regresi sebesar -0.221 dengan signifikansi 0.003
(Sig<0.05). Dengan demikian, maka H03 penelitian yang menyatakan tidak
ada pengaruh yang signifikan kecemasan terhadap adaptabilitas karier ditolak.
Hal ini dapat diartikan bahwa variabel kecemasan secara negatif
mempengaruhi adaptabilitas karier dan signifikan. Jadi, semakin tinggi
kecemasan maka semakin rendah adaptabilitas karier.
Page 87
74
3. Variabel Kedekatan
Diperoleh nilai koefisien regresi sebesar +0.309 dengan signifikansi 0.001
(Sig<0.05). Dengan demikian, maka H04 penelitian yang menyatakan tidak
ada pengaruh yang signifikan kedekatan terhadap adaptabilitas karier ditolak.
Hal ini dapat diartikan bahwa variabel kedekatan secara positif
mempengaruhi adaptabilitas karier dan signifikan. Jadi, semakin tinggi
kedekatan maka semakin tinggi pula adaptabilitas karier.
4. Variabel Keluarga
Diperoleh nilai koefisien regresi sebesar +0.092 dengan signifikansi 0.241
(Sig>0.05). Hal ini dapat diartikan bahwa variabel keluarga secara positif
tidak mempengaruhi secara signifikan terhadap adaptabilitas karier.
5. Variabel Teman
Diperoleh nilai koefisien regresi sebesar +0.303 dengan nilai signifikansi
0.000 (Sig<0.05). Dengan demikian, maka H06 penelitian yang menyatakan
tidak ada pengaruh yang signifikan dimensi dukungan sosial yang bersumber
dari teman terhadap adaptabilitas karier ditolak. Hal ini dapat diartikan bahwa
variabel teman secara positif mempengaruhi adaptabilitas karier dan
signifikan. Jadi, semakin tinggi teman maka semakin tinggi pula adaptabilitas
karier.
6. Variabel Orang Spesial
Diperoleh nilai koefisien regresi sebesar -0,039 dengan nilai signifikansi
0.592 (Sig>0.05). Hal ini dapat diartikan bahwa variabel orang spesial secara
negatif tidak mempengaruhi secara signifikan terhadap adaptabilitas karier.
Page 88
75
7. Variabel Regulasi Diri
Diperoleh nilai koefisien regresi sebesar +0.599 dengan nilai signifikansi
0.000 (Sig<0.05). Dengan demikian, maka H08 pada penelitian ini yang
menyatakan tidak ada pengaruh regulasi diri terhadap adaptabilitas karier
ditolak. Hal ini dapat diartikan bahwa variabel regulasi diri secara positif
mempengaruhi adaptabilitas karier dan signifikan. Jadi, semakin tinggi
regulasi diri maka semakin tinggi pula adaptabilitas karier.
4.4.2 Pengujian Proporsi Varian Masing-masing IV terhadap DV
Hal selanjutnya yang dilihat dalam analisis regresi adalah proporsi varians
masing-masing independent variable terhadap dependent variable. Proporsi
varians masing-masing independent variable dilihat dari nilai R Square Change.
Sedangkan signifikansi proporsi varians dilihat dari nilai Sig. F Change. Apabila
nilai Sig. F Change<0.05, maka sumbangan proporsi varians signifikan. Adapun
nilai dari proporsi varians masing-masing independent variable terhadap
dependent variable terdapat pada tabel 4.8 sebagai berikut:
Tabel 4.8
Proporsi Varians Masing-Masing Independent Variable
Model R R
Square
Adjusted
R Square
Std. Error of
the Estimate
Change Statistics
R Square
Change
F
Change df1 df2
Sig. F
Change
1 ,356a ,127 ,123 9,14657 ,127 31,021 1 214 ,000*
2 ,362b ,131 ,123 9,14652 ,004 1,002 1 213 ,318
3 ,384c ,148 ,136 9,07747 ,017 4,253 1 212 ,040*
4 ,495d ,245 ,230 8,56617 ,097 27,063 1 211 ,000*
5 ,534e ,285 ,268 8,35539 ,040 11,780 1 210 ,001*
6 ,534f ,285 ,264 8,37523 ,000 ,006 1 209 ,936
7 ,614g ,377 ,356 7,83542 ,092 30,789 1 208 ,000*
Predictors: (Constant), Ketergantungan, Kecemasan, Kedekatan, Keluarga, Teman, Orang
spesial, Regulasi diri
Keterangan: (*) signifikan
Page 89
76
Berdasarkan tabel 4.8, proporsi varians masing-masing independent
variable dan signifikansinya dijelaskan sebagai berikut:
1. Variabel ketergantungan memberikan sumbangan varians sebesar 0.127 atau
12.7% dengan Sig. F Change= 0.000. Sumbangan varians ketergantungan
signifikan.
2. Variabel kecemasan memberikan sumbangan varians sebesar 0.004 atau 0.4%
dengan Sig. F Change= 0.318. Sumbangan varians kecemasan tidak
signifikan.
3. Variabel kedekatan memberikan sumbangan varians sebesar 0.017 atau 1.7%
dengan Sig. F Change= 0.040. Sumbangan varians kedekatan signifikan.
4. Variabel keluarga memberikan sumbangan varians sebesar 0.097 atau 9.7%
dengan Sig. F Change= 0.000. Sumbangan varians keluarga signifikan.
5. Variabel teman memberikan sumbangan varians sebesar 0.040 atau 4%
dengan Sig. F Change= 0.001. Sumbangan varians teman signifikan.
6. Variabel orang spesial memberikan sumbangan varians sebesar 0.000 atau
0% dengan Sig. F Change= 0.936. Sumbangan varians orang spesial tidak
signifikan.
7. Variabel regulasi diri memberikan sumbangan varians sebesar 0.092 atau
9.2% dengan Sig. F Change= 0.000. Sumbangan varians regulasi diri
signifikan.
Pada tabel proporsi varians, independent variable yang memberikan
sumbangan terbesar adalah variabel ketergantungan, sedangkan variabel yang
memberikan sumbangan terkecil yakni variabel orang spesial. Jumlah keseluruhan
R Square Change yakni sebesar 37.7% sesuai dengan nilai R Square yang
didapatkan.
Page 90
77
BAB 5
KESIMPULAN, DISKUSI, DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis data dan pengujian hipotesis, maka kesimpulan yang
dapat diambil dari penelitian ini adalah diperoleh bahwa hipotesis diterima, yang
artinya terdapat pengaruh yang signifikan kelekatan emosional, dukungan sosial,
dan regulasi diri terhadap adaptabilitas karier. Sedangkan hipotesis nol yang
mengatakan bahwa tidak ada pengaruh independent variable terhadap dependent
variable ditolak.
Pertama, terdapat pengaruh yang signifikan kelekatan emosional terhadap
adaptabilitas karier. Adapun dimensi variabel kelekatan emosional yang secara
signifikan berpengaruh adalah ketergantungan, kecemasan, dan kedekatan. Kedua,
terdapat pengaruh yang signifikan dukungan sosial terhadap adaptabilitas karier.
Adapun dimensi variabel dukungan sosial yang secara signifikan berpengaruh
adalah teman. Sedangkan dimensi variabel dukungan sosial yang berpengaruh
namun tidak signifikan adalah dimensi keluarga dan orang spesial. Ketiga,
terdapat pengaruh yang signifikan regulasi diri terhadap adaptabilitas karier.
5.2 Diskusi
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dipaparkan pada bab 4, dapat dipahami
bahwa variabel yang berpengaruh secara signifikan terhadap adaptabilitas karier
adalah kelekatan emosional (dimensi ketergantungan, kecemasan, dan kedekatan),
dukungan sosial (dimensi sumber dukungan sosial dari teman) dan regulasi diri.
Page 91
78
Dimensi ketergantungan memiliki pengaruh yang signifikan terhadap
adaptabilitas karier. Hal ini dapat diartikan bahwa dimensi ketergantungan secara
positif mempengaruhi adaptabilitas karier dan signifikan. Jadi, semakin tinggi
ketergantungan maka semakin tinggi pula adaptabilitas karier. Dengan demikian,
maka H2 penelitian yang menyatakan ada pengaruh yang signifikan
ketergantungan terhadap adaptabilitas karier diterima. Collins dan Read (1990)
menyatakan bahwa individu yang memiliki nilai ketergantungan tinggi maka akan
cenderung memiliki gaya attachment yang secure. Sedangkan individu yang
memiliki ketergantungan rendah cenderung memiliki gaya attachment yang
avoidant.
Hazan dan Shaver (1987) mengemukakan bahwa individu yang
mempunyai gaya avoidant attachment cenderung memiliki ciri individu yang
skeptis, mudah curiga, mudah berubah pendirian dan sukar terbuka. Fenney dan
Noller (1990) juga menyatakan bahwa individu dengan gaya avoidant tidak
nyaman dalam keintiman, tidak dapat mengekspresikan diri, kurang hangat, dan
kurang terbuka. Sedangkan individu yang memiliki gaya secure attachment maka
akan mempunyai harga diri yang lebih tinggi dibandingkan dengan individu yang
memiliki gaya attachment lainnya. Collins dan Read (1990) mengatakan bahwa
individu dengan gaya secure attachment akan lebih percaya diri dalam situasi
sosial daln lebih asertif. Penelitian ini mengungkapkan bahwa wanita yang
memiliki nilai ketergantungan tinggi maka akan mendapatkan rasa nyaman
apabila ketergantungan dan mempercayai pasangannya. Sebaliknya, apabila
wanita memiliki nilai ketergantungan rendah maka akan merasa kurang
berorientasi dalam hubungan interpersonal. Dapat disimpulkan dalam hasil
penelitian bahwa ketergantungan memiliki pengaruh yang signifikan dengan arah
Page 92
79
yang positif terhadap kemampuan adaptabilitas karier pada wanita karier yang
telah berkeluarga.
Dimensi kecemasan juga memiliki pengaruh yang signifikan terhadap
adaptabilitas karier. Hal ini dapat diartikan bahwa semakin tinggi kecemasan
maka semakin rendah adaptabilitas karier. Dengan demikian, maka H3 penelitian
yang menyatakan ada pengaruh yang signifikan kecemasan terhadap adaptabilitas
karier diterima. Collins dan Read (1990) mengemukakan bahwa individu yang
memiliki nilai kecemasan tinggi, maka akan cenderung memiliki gaya kelekatan
cemas (anxious attachment). Individu dengan gaya anxious akan menunjukkan
individu yang kurang pengertian, tidak percaya diri, merasa tidak berharga atau
gejala perasaan kurang berarti, mudah berubah-ubah pendapat, tidak asertif, dan
kurang berani dalam menjalin hubungan. Artinya dalam penelitian ini bahwa
wanita karier yang telah berkeluarga yang memiliki anxious attachment akan
merasa cemas dalam memulai untuk membangun suatu hubungan dengan orang
lain, merasa kesepian, dan kesulitan mendapatkan dukungan sosial dari pasangan
ketika menghadapi masa penyesuaian diri di temapt kerja atau sulit dalam
meningkatkan kemampuan adaptabilitas karier.
Hal yang sama juga ditunjukkan dari hasil penelitian yang menunjukkan
bahwa dimensi kedekatan memiliki pengaruh yang signifikan terhadap
adaptabilitas karier. Hal ini dapat diartikan bahwa dimensi kedekatan secara
positif mempengaruhi adaptabilitas karier dan signifikan. Jadi, semakin tinggi
kedekatan maka semakin tinggi pula adaptabilitas karier. Dengan demikian, maka
Page 93
80
H4 penelitian yang menyatakan ada pengaruh yang signifikan kedekatan terhadap
adaptabilitas karier diterima.
Collins dan Read (1990) mengkategorikan bahwa individu yang memiliki
nilai kedekatan rendah maka cenderung memiliki gaya avoidant attachment.
Sebaliknya, jika individu memiliki nilai kedekatan yang tinggi maka cenderung
memiliki gaya secure attachment. Temuan ini sejalan dengan penelitian
sebelumnya yang dilakukan oleh Wolfe (2004) yang menyatakan bahwa secure
attachment style memiliki hubungan positif dengan keyakinan pengambilan
keputusan dalam karier. Selain itu, individu dengan kedekatan yang tinggi juga
memandang orang lain dengan lebih positif. Hazan dan Shaver (1987) juga
mengemukakan bahwa individu dengan kedekatan yang tinggi dan positif maka
akan merasa aman dan memperlihatkan ciri individu yang bersahabat serta
memiliki rasa percaya diri. Penelitian ini menunjukkan bahwa wanita karier yang
telah berkeluarga yang memiliki nilai kedekatan tinggi akan merasa nyaman
ketika dapat dekat dan akrab dengan pasangan. Artinya penelitian ini
menunjukkan bahwa kelekatan emosional atau attachment membentuk
kepercayaan tentang diri dan dunia sosial khususnya bidang karier. Dapat
disimpulkan bahwa dimensi kedekatan memiliki pengaruh yang signifikan
terhadap adaptabilitas karier. Semakin tinggi nilai kedekatan maka semakin tinggi
pula adaptabilitas karier. Adapun sebaliknya, semakin rendah nilai kedekatan
maka semakin rendah pula adaptabilitas karier.
Hasil selanjutnya berdasarkan penelitian, maka diperoleh untuk dimensi
sumber dukungan teman secara positif mempengaruhi adaptabilitas karier dan
Page 94
81
signifikan. Jadi, semakin tinggi sumber dukungan sosial dari teman maka semakin
tinggi pula adaptabilitas karier. Dengan demikian, maka H6 penelitian yang
menyatakan ada pengaruh yang signifikan dimensi dukungan sosial yang
bersumber dari teman terhadap adaptabilitas karier tidak diterima. Individu yang
tinggi akan dukungan dari teman cenderung memiliki hubungan pertemanan yang
positif, dapat mengurangi stres dan sejahtera dalam lingkungan sosialnya.
Kecenderungan yang baik yang dimiliki individu dari adanya pengaruh dukungan
teman ini justru membuat kemampuan adaptabilitas karier wanita karier
berkeluarga meningkat.
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian sebelumnya dari Rogers et.
al. (2008) yang menemukan bahwa pertemanan memiliki pengaruh terbesar dalam
domain karier. Hasil penelitian ini mendukung penelitian selanjutnya yang
dilakukan oleh Creed et. al. (2009) yang menemukan korelasi antara dukungan
sosial dan kemampuan adaptabilitas karier dalam sampel 245 mahasiswa. Hal ini
dapat diartikan bahwa pada penelitian ini dapat dibuktikan jika pertemanan dan
persahabatan wanita karier yang telah berkeluarga di lingkungan sosialnya seperti
di tempat kerja dapat memberikan pengaruh yang baik untuk meningkatkan
kemampuan adaptabilitas karier individu di tempat kerja.
Temuan penelitian mengenai dukungan sosial lainnya yaitu dari
Butterfield, Borgen, Amundson, dan Erlebach (dalam Atac et. al., 2017)
menyatakan bahwa dukungan dari teman dianggap sebagai sumber daya yang
berharga dan efektif dalam menghadapi perubahan dan tantangan di lingkungan
kerja. Demikian juga menurut Duffy (dalam Atac et. al., 2017) melaporkan
Page 95
82
korelasi yang kuat antara kedua konsep tersebut. Berdasarkan teori konstruksi
karier, hal ini menunjukkan bahwa hubungan interpersonal dalam lingkungan
sosial memprediksi kemampuan adaptabilitas karier. Hirschi (dalam Atac et. al.,
2017) menyimpulkan bahwa dukungan sosial adalah prediktor signifikan dari
adaptabilitas karier dalam studinya pada 330 remaja. Wang dan Fu (2015), dalam
studi mereka pada 879 lulusan perguruan tinggi Cina, mengamati bahwa
dukungan sosial memiliki efek positif pada kemampuan adaptabilitas karier.
Artinya jelas bahwa dengan lingkungan yang mendukung maka akan
menawarkan suasana yang menyenangkan untuk pengembangan kemampuan
beradaptasi. Adaptabilitas karier lebih mungkin muncul dalam konteks yang
dibentuk oleh emosi positif yang terbentuk dari dukungan oleh teman, keluarga
dan orang lain yang signifikan berkontribusi pada keadaan afektif yang positif.
Selanjutnya, berdasarkan hasil penelitian diperoleh nilai koefisien regresi
untuk dimensi dukungan sosial yang bersumber dari keluarga secara positif
mempengaruhi adaptabilitas karier, tetapi tidak signifikan. Jadi, semakin tinggi
sumber dukungan dari keluarga maka semakin tinggi pula adaptabilitas karier,
walaupun secara statistik tidak signifikan. Dengan demikian, maka H5 penelitian
yang menyatakan ada pengaruh yang signifikan dimensi dukungan sosial yang
bersumber dari keluarga terhadap adaptabilitas karier ditolak.
Penelitian ini mengasumsikan bahwa tingkat dukungan sosial yang lebih
tinggi memfasilitasi hubungan yang lebih erat antara harga diri dan kemampuan
adaptabilitas karier. Namun, peneliti mengasumsikan bahwa para wanita karier
yang telah berumah tangga telah memiliki tempat tinggal yang terpisah dengan
Page 96
83
keluarga (ibunya, ayahnya, dan saudara kandungnya). Hal ini akan berdampak
pada fasilitas hubungan yang lebih rendah dan cenderung kurang erat antara harga
diri dan kemampuan adaptasi. Wanita karier yang telah berumah tangga di
Indonesia lebih banyak yang tinggal secara terpisah dengan ibu, ayah, kakak, dan
adiknya, maka dukungan yang diberikan secara langsung dari keluarga juga tidak
dapat diterima secara maksimal. Maka hasil dari penelitian ini adalah sumber
dukungan sosial dari keluarga tidak signifikan namun, dukungan keluarga
memberikan pengaruh terhadap adaptabilitas karier.
Hasil penelitian juga menemukan bahwa dimensi dukungan sosial yang
bersumber dari orang spesial secara negatif mempengaruhi adaptabilitas karier,
tetapi tidak signifikan. Jadi, semakin tinggi sumber dukungan sosial dari orang
spesial maka semakin rendah adaptabilitas karier, walaupun secara statistik tidak
signifikan. Dengan demikian, maka H7 penelitian yang menyatakan ada pengaruh
yang signifikan dimensi dukungan sosial yang bersumber dari orang spesial
terhadap adaptabilitas karier ditolak.
Penelitian ini memfokuskan dukungan sosial yang bersumber dari orang
spesial wanita karier yang telah berkeluarga adalah pasangan hidup atau suami.
Peneliti mengasumsikan bahwa hasil yang tidak signifikan kemungkinan
dikarenakan bahwa setiap pasangan dari wanita karier memiliki
ketidakkonsistenan dalam memberikan dukungan. Disisi lain suami mengizinkan
wanita dalam berkarier karena beberapa faktor salah satunya ekonomi keluarga,
namun suami juga menuntut istri untuk dapat melakukan peran domestik dengan
sempurna. Hasil yang tidak signifikan ini juga kemungkinan dikarenakan persepsi
Page 97
84
wanita karier yang berkeluarga terkait dukungan perasaan dicintai oleh pasangan
dan bersedia memberikan bantuan jika dibutuhkan, serta menghargai dan
mengganggapnya bernilai menjadi suatu sifat yang acuh yang diberikan suami
karena berbagai faktor misalnya karena lamanya tahun pernikahan dan
mengakibatkan terciptanya persepsi bahwa wanita karier yang berkeluarga dalam
berkarier tidak merasakan mendapatkan dukungan yang lebih berarti dari orang
spesial yang dalam hal ini suami.
Dalam hasil penelitian Yousefi (2011), subskala dukungan sosial tidak
menunjukkan hubungan terhadap kemampuan adaptabilitas karier. Penelitian ini
juga menunjukkan hubungan yang negatif antara career corncern dan subskala
dukungan sosial. Hasil ini menunjukkan bahwa dukungan sosial memiliki efek
tidak langsung pada kemampuan adaptabilitas karier. Hasil dari penemuan
tersebut menjadi konsisten dengan penelitian ini yang menunjukkan bahwa
dimensi dukungan sosial yang bersumber dari keluarga dan orang spesial tidak
berpengaruh secara significant terhadap adaptabilitas karier pada wanita karier
yang berkeluarga. Selain itu, perbedaan sampel dan budaya yang diambil juga
dapat mempengaruhi dampak dari tidak signifikannya dimensi dukungan sosial
yang bersumber dari keluarga dan orang spesial.
Terakhir yaitu variabel regulasi diri merupakan variabel internal individu
terhadap adaptabilitas karier. Diperoleh bahwa variabel regulasi diri secara positif
mempengaruhi adaptabilitas karier dan signifikan. Jadi, semakin tinggi regulasi
diri maka semakin tinggi pula adaptabilitas karier. Dengan demikian, maka H8
pada penelitian ini yang menyatakan ada pengaruh regulasi diri terhadap
Page 98
85
adaptabilitas karier tidak diterima. Individu yang memiliki regulasi diri tinggi
cenderung dapat mengatasi masalahnya dengan bijak, memiliki tujuan hidup yang
pasti, dan memiliki pengendalian emosi yang baik.
Hal ini sejalan dengan pernyataan bahwa sumber dari adaptabilitas karier
merupakan kekuatan dari regulasi diri individu atau kapasitas diri seseorang yang
digunakan untuk memecahkan masalah yang asing, kompleks dan tidak jelas yang
terdapat dalam tugas-tugas pekerjaan, transisi kerja, dan trauma yang muncul dari
pekerjaan (Savickas & Porfeli, 2012). Regulasi diri yang dimiliki oleh individu
tidak hanya berasal dari dirinya sendiri melakinkan juga berasal dari interaksi
antara individu dan lingkungan (Savickas & Porfeli, 2012). Selain itu, hasil dari
temuan Fiori et. al. (2015) juga mendukung konsepsi kemampuan adaptabilitas
karier sebagai sumber daya dari regulasi diri yang dapat memberikan dampak baik
terhadap individu untuk mengatasi lingkungan (yaitu, kemampuan adaptabilitas
karier) yang pada akhirnya dapat mempengaruhi nilai dari pekerjaan individu.
Secara keseluruhan, maka ditemukan 5 variabel yang menghasilkan
pengaruh secara signifikan terhadap adaptabilitas karier. Temuan ini diharapkan
dapat dikembangkan dan dikaji guna mendapatkan temuan yang lebih
komprehensif. Terdapat juga 2 variabel yang menghasilkan pengaruh yang tidak
signifikan terhadap adaptabilitas karier dikarenakan berbagai faktor. Diharapkan
untuk penelitian selanjutnya dapat meminimalisir faktor-faktor tersebut dan hasil
penelitian ini dapat menjadi dasar dalam menjelaskan adaptabilitas karier.
Terdapat beberapa hal yang menjadi keterbatasan yang harus
dipertimbangkan ketika mengevaluasi hasil penelitian ini. Pertama, pengambilan
Page 99
86
sampel dalam penelitian ini jumlahnya kurang dapat mengeneralisasikan hasil
penelitian. Kedua, penelitian ini menggunakan data berupa jawaban responden
atas pernyataan yang diajukan pada kuesioner penelitian dan pengumpulan data
dilakukan pada saat jam kerja responden. Hal ini dapat berimplikasi pada tiga hal
yaitu, responden mungkin menjawab pernyataan tidak secara sungguh-sungguh
dan cermat, responden mungkin kurang familiar dengan pernyataan yang
diajukan, dan memperhatikan sifat sensitif atas pernyataan dengan tindakan-
tindakan yang responden lakukan atas pernyataan tersebut. Ketiga, faktor
adaptabilitas karier yang diteliti pada penelitian ini hanya terbatas pada kelekatan
emosional, dukungan sosial, dan regulasi diri. Dengan demikian kemungkinan
terdapat variabel atau faktor lain yang dapat berpengaruh terhadap adaptabilitas
karier. Peneliti menyadari kekurangan dan keterbatasan dalam penelitian yang
telah dilakukan ini, sehingga dibutuhkan penelitian lebih lanjut untuk melengkapi
kekurangan dan keterbatasan penelitian ini. Berdasarkan hasil penelitian yang
telah dijabarkan sebelumnya dan keterbatasan dalam penelitian, peneliti membagi
saran dalam penelitian ini menjadi dua, yaitu saran teoritis dan saran praktis.
Saran ini diharapkan dapat menjadi pertimbangan bagi peneliti lain yang akan
meneliti dependent variable (adaptabilitas karier) yang sama.
5.3 Saran
5.3.1 Saran Teoritis
Berdasarkan hasil penelitian ini, didapatkan beberapa saran teoritis yang peneliti
ajukan untuk menjadi bahan pertimbangan bagi peneliti lain yang ingin
melakukan penelitian yang sama. Saran tersebut adalah:
Page 100
87
1. Disarankan kepada peneliti lain yang ingin meneliti adaptabilitas karier pada
wanita karier lebih lanjut sebagai dependent variable untuk menggunakan
independent variable lain selain yang diteliti dalam penelitian ini yang
didasarkan penelitian sebelumnya seperti adversity quotient, self-efficacy, dan
tingkat stres.
2. Penelitian lebih lanjut terhadap adaptabilitas karier pada wanita karier yang
telah berumah tangga disarankan untuk mengambil sampel dengan jumlah
yang lebih banyak.
3. Penelitian lebih lanjut disarankan untuk melihat pengaruh demografis yaitu
tingkat pendidikan dan pengalaman bekerja untuk melihat apakah terdapat
perbedaan adaptabilitas karier dari masing-masing kelompok tersebut.
4. Peneliti menyarankan pada penelitian selanjutnya untuk melakukan
modifikasi item dari alat ukur adaptabilitas karier untuk dapat meminimalisir
kemungkinan faking good atau faking bad pada saat pegisian kuesioner
penelitian.
5. Diharapkan pada penelitian selanjutnya desain kuesioner secara keseluruhan
perlu diperhatikan agar tidak menyebabkan kejenuhan responden sehingga
mau memberikan jawaban secara benar dan lengkap.
5.3.2 Saran Praktis
1. Berdasarkan hasil penelitian, regulasi diri menjadi prediktor kuat bagi
adaptabilitas karier wanita karier yang telah berumah tangga. Maka hal
praktis yang dapat dilakukan adalah dengan meningkatkan kemampuan
regulasi diri bagi para wanita yang berperan ganda. Contohnya, dengan
Page 101
88
mengikuti pelatihan (training) untuk proses pembelajaran yang melibatkan
perolehan keahlian, konsep, peraturan, atau sikap untuk meningkatkan kinerja
individu. Hal ini dapat meningkatkan kapasitas diri seseorang yang digunakan
untuk memecahkan masalah yang asing, kompleks dan tidak jelas yang
terdapat dalam tugas-tugas pekerjaan, transisi kerja, dan trauma yang muncul
dari pekerjaan.
2. Temuan penelitian ini juga dapat digunakan sebagai acuan dalam pembuatan
modul Employee Assistance Program (EAP) atau program pendampingan
karyawan khususnya untuk wanita karier yang telah berkeluarga. Melalui
program EAP ini, maka wanita yang telah berkeluarga dapat mengembangkan
potensi kariernya. Selain itu, melalui program pelatihan pengembangan
kompetensi yang sesuai, wanita karier yang telah berumah tangga tidak akan
menghadapi defisiensi kompetensi di jabatan baru atau posisi dan kondisi
baru yang diproyeksikan. Sehubungan dengan hal tersebut, maka
pengorganisasian pelatihan pengembangan kompetensi ini sangat penting
dalam meningkatkan kemampuan adaptabilitas karier wanita karier yang telah
berkeluarga. Diharapkan dengan kemampuan adaptabilitas karier yang baik,
para wanita karier berkeluarga dapat meningkatkan komitmen berorganisasi
mereka di tempat mereka bekerja.
3. Hasil penelitian ini dapat dijadikan bahan masukan yang positif bagi
perusahaan untuk lebih memperhatikan faktor-faktor yang dapat
mempengaruhi adaptabilitas karier karyawan, khususnya pada wanita yang
telah berumah tangga. Perusahaan perlu mengadakan program pengembangan
Page 102
89
yang mengajarkan berbagai keterampilan baru kepada para karyawan agar
tidak menjadi usang dan untuk memenuhi keinginan karier wanita akibat
perubahan lingkungan kerja. Selanjutnya, pengembangan dilakukan dengan
bimbingan konseling, disiplin, serta berlanjut pada pengembangan organisasi.
Selain itu perusahaan juga bisa mengusahakan dukungan kebijakan
(organizational support) yang ramah untuk perempuan bekerja, yaitu dengan
cara menciptakan perusahaan yang ramah perempuan. Contohnya dengan
memberikan fleksibilitas waktu untuk ibu bekerja.
4. Kegiatan pemeliharaan juga penting dilakukan. Seluruh masyarakat yang ada
dilingkungan wanita karier khususnya teman, sahabat, keluarga, dan pasangan
(suami) harus dapat memberikan perhatian kepada wanita karier yang telah
berumah tangga dengan menciptakan hubungan yang positif agar dapat
meyakinkan mereka bahwa dirinya pantas menjadi seseorang yang
diperhatikan. Selain itu, pemeliharaan juga dapat dilakukan oleh pihak
perusahaan dengan melihat prestasi kerja pegawai. Tidak hanya sekedar
dievaluasi, tetapi juga menunjukan seberapa baik berbagai kegiatan
personalia yang telah dilakukan. Bila wanita karier melaksanakan pekerjaan
dengan baik, maka diberikan reward atau dapat menerima kompensasi yang
layak dan adil. Agar seluruh kegiatan berjalan lancar, pelaksanaan fungsi-
fungsi perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, dan pengendalian harus
dilakukan secara efektif dan efisien untuk dapat meningkatkan kemampuan
adaptabilitas karier pada wanita karier yang telah berkeluarga.
Page 103
90
DAFTAR PUSTAKA
Ataç, L. O., Dirik, D., & Tetik, H. T. (2018). Predicting career adaptability
through self-esteem and social support: A research on young
adults. International Journal for Educational and Vocational
Guidance,18(1), 45-61.
Bashir, M & dkk. (2015). The effect of work family conflict on employees job
attitudes and mediating role of organization citizenship behavior: A study
of the banking sector of pakistan. The European Business and
Management Conference.
Baumeister, R. F., & Vohs, K. D. (2007). Self-regulation, ego depletion, and
motivation. Social and Personality Psychology Compass, 1 (1), 115-128.
Bocciardi, F., Caputo, A., Fregonese, C., Langher, V., & Sartori, R. (2017).
Career adaptability as a strategic competence for career development: An
exploratory study of its key predictors. European Journal of Training and
Development, 41(1), 67-82.
Borualogo, I. S. (2004). Hubungan antara persepsi tentang figur attchment dengan
self esteem remaja panti asuhan muhammadiyah. Jurnal Psikologi, 13(1),
29-49.
Bowlby, J. (1982). Attachment and loss: Retrospect and prospect. American
journal of Orthopsychiatry, 52(4), 664-668.
Brennan, K. A., Clark, C. L., & Shaver, P. R. (1998). Self-report measurement of
adult attachment: An integrative overview. Jurnal Psikologi, 24(1), 99-
116.
Canty-Mitchell, J., & Zimet, G. D. (2000). Psychometric properties of the
Multidimensional Scale of Perceived Social Support in urban
adolescents. American journal of community psychology, 28(3), 391-400.
Carey, K. B., Neal, D. J., & Collins, S. E. (2004). A psychometric analysis of the
self-regulation questionnaire. Addictive behaviors, 29(2), 253-260.
Cherry, F., & Deaux, K. (1978). Fear of success versus fear of gender-
inappropriate behavior. Sex roles, 4(1), 97-101.
Cohen, S. (1992). Stress, social support, and disorder. The meaning and
measurement of social support, 109-124.
Page 104
91
Collins, N. L., & Read, S. J. (1990). Adult attachment, working models, and
relationship quality in dating couples. Journal of personality and social
psychology, 58(4), 644-663.
Creed, P. A., Fallon, T., & Hood, M. (2009). The relationship between career
adaptability, person and situation variables, and career concerns in young
adults. Journal of Vocational Behavior, 74(2), 219-229.
Fiori, M., Bollmann, G., & Rossier, J. (2015). Exploring the path through which
career adaptability increases job satisfaction and lowers job stress: The
role of affect. Journal of Vocational Behavior, 91, 113-121.
Harms, P. D. (2011). Adult attachment styles in the workplace. Human Resource
Management Review, 21(4), 285-296.
Hartung, P. J., Porfeli, E. J., & Vondracek, F. W. (2008). Career adaptability in
childhood. The Career Development Quarterly, 57(1), 63-74.
Hazan, C., & Shaver, P. (1987). Romantic love conceptualized as an attachment
process. Journal of personality and social psychology, 52(3), 511-523.
Hazan, C., & Shaver, P. R. (1990). Love and work: An attachment-theoretical
perspective. Journal of Personality and social Psychology, 59(2), 270-281.
Hirschi, A. (2009). Career adaptability development in adolescence: Multiple
predictors and effect on sense of power and life satisfaction. Journal of
Vocational Behavior, 74(2), 145-155.
Hirschi, A., Niles, S. G., & Akos, P. (2011). Engagement in adolescent career
preparation: Social support, personality and the development of choice
decidedness and congruence. Journal of Adolescence, 34(1), 173-182.
Jackson, P. (2014). Family Careers Reloaded: Lessons for the 21st Century
Workforce. Doctoral dissertation. Texas A&M University.
Klehe, U. C., Zikic, J., Van Vianen, A. E., & De Pater, I. E. (2011). Career
adaptability, turnover and loyalty during organizational
downsizing. Journal of Vocational Behavior, 79(1), 217-229.
Koen, J., Klehe, U. C., Van Vianen, A. E., Zikic, J., & Nauta, A. (2010). Job-
search strategies and reemployment quality: The impact of career
adaptability. Journal of Vocational Behavior, 77(1), 126-139.
Koen, J., Klehe, U. C., & Van Vianen, A. E. (2012). Training career adaptability
to facilitate a successful school-to-work transition. Journal of Vocational
Behavior, 81(3), 395-408.
Page 105
92
Maggiori, C., Rossier, J., & Savickas, M. L. (2015). Career Adapt-Abilities
Scale–Short Form (CAAS-SF) Construction and Validation. Journal of
career assessment, 25(2), 312-325.
Maree, J. G., & Hancke, Y. (2011). The value of life design counselling for an
adolescent who stutters. Journal of Psychology in Africa, 21(3), 479-485.
Merino-Tejedor, E., Hontangas, P. M., & Boada-Grau, J. (2016). Career
adaptability and its relation to self-regulation, career construction, and
academic engagement among Spanish university students. Journal of
Vocational Behavior, 93, 92-102.
Mitchell, M. M. (2006). Parents' stress and coping with their children's Attention
Deficit Hyperactivity Disorder. Doctoral dissertation. Faculty of the
Graduate School of the University of Maryland.
Murtana, A. (2014). Hubungan Antara Harga Diri Dan Interaksi Teman Sebaya
Dengan Stres Belajar. Doctoral dissertation. Universitas Muhammadiyah
Surakarta.
Patton, W., & Lokan, J. (2001). Perspectives on Donald Super's construct of
career maturity. International journal for educational and vocational
guidance, 1(1-2), 31-48.
Patton, W., & Lokan, J. (2001). Perspectives on Donald Super's construct of
career maturity. International journal for educational and vocational
guidance, 1(1-2), 31-48.
Pichardo, C., Justicia, F., de la Fuente, J., Martínez-Vicente, J. M., & Berbén, A.
B. (2014). Factor structure of the self-regulation questionnaire (SRQ) at
Spanish Universities. The Spanish Journal of Psychology, 30(2), 66-81.
Pongoh, V. V., Warouw, H., & Hamel, R. (2015). Perbedaan Stres Kerja Antar
Shift Perawat Di Ruangan Gawat Darurat Medik Rsup Prof Dr. RD
Kandou Manado. Jurnal Keperawatan, 3(2), 28-36.
Porfeli, E. J., & Savickas, M. L. (2012). Career Adapt-Abilities Scale-USA Form:
Psychometric properties and relation to vocational identity. Journal of
Vocational Behavior, 80(3), 748-753.
Purba, S. D. Career Management Dan Subjective Career Success: Dapatkah
Meningkatkan Kepuasan Kerja Wanita Karir? MIX: Jurnal Ilmiah
Manajemen, 7(1), 51-62.
Rholes, W. S., Simpson, J. A., & Blakely, B. S. (1995). Adult attachment styles
and mothers' relationships with their young children. Personal
Relationships, 2(1), 35-54.
Page 106
93
Rogers, M. E., Creed, P. A., & Glendon, A. I. (2008). The role of personality in
adolescent career planning and exploration: A social cognitive
perspective. Journal of Vocational Behavior, 73(1), 132-142.
Ruslina, R. (2014). Hubungan Antara Konflik Peran Ganda Dengan Stres Kerja
Pada Wanita Bekerja. Doctoral dissertation. Universitas Muhammadiyah
Surakarta.
Savickas, M. L. (1997). Career adaptability: An integrative construct for life‐span,
life‐space theory. The career development quarterly, 45(3), 247-259.
Savickas, M. L., Nota, L., Rossier, J., Dauwalder, J. P., Duarte, M. E., Guichard,
J., & Van Vianen, A. E. (2009). Life designing: A paradigm for career
construction in the 21st century. Journal of vocational behavior, 75(3),
239-250.
Savickas, M. L., & Porfeli, E. J. (2011). Revision of the career maturity inventory:
The adaptability form. Journal of Career Assessment, 19(4), 355-374.
Savickas, M. L., & Porfeli, E. J. (2012). Career Adapt-Abilities Scale:
Construction, reliability, and measurement equivalence across 13
countries. Journal of vocational behavior, 80(3), 661-673.
Sawitri, D. R., Creed, P. A., & Zimmer-Gembeck, M. J. (2013). The adolescent–
parent career congruence scale: Development and initial
validation. Journal of Career Assessment, 21(2), 210-226.
Shaver, P. R., & Mikulincer, M. (2014). Attachment bonds in romantic
relationships. The Herzliya series on personality and social psychology.
Mechanisms of social connection: From brain to group, 273-290.
Soresi, S., Nota, L., & Ferrari, L. (2012). Career Adapt-Abilities Scale-Italian
Form: Psychometric properties and relationships to breadth of interests,
quality of life, and perceived barriers. Journal of Vocational Behavior,
80(3), 705-711.
Steinberg, L., & Morris, A. S. (2001). Adolescent development. Annual review of
psychology, 52(1), 83-110.
Taber, B. J., & Blankemeyer, M. (2015). Future work self and career adaptability
in the prediction of proactive career behaviors. Journal of Vocational
Behavior, 86, 20-27.
Tian, Y., & Fan, X. (2014). Adversity quotients, environmental variables and
career adaptability in student nurses. Journal of Vocational
Behavior, 85(3), 251-257.
Page 107
94
Tolentino, L. (2015). Bending with the Wind: An Integrative Process Model of
Career Adaptation. Thesis. Australian National University.
Umar J. (2012). Confirmatory Factor Analysis. Bahan Ajar Perkuliahan. Fakultas
Psikologi UIN Jakarta.
Van Ecke, Y. (2007). Attachment style and dysfunctional career thoughts: How
attachment style can affect the career counseling process. The Career
Development Quarterly, 55(4), 339-350.
Wang, Z., & Fu, Y. (2015). Social support, social comparison, and career
adaptability: A moderated mediation model. Social Behavior and
Personality: an international journal, 43(4), 649-659.
Wolfe, J. B., & Betz, N. E. (2004). The relationship of attachment variables to
career decision‐making self‐efficacy and fear of commitment. The Career
Development Quarterly, 52(4), 363-369.
Yoon, A. S. (2013). The role of social support in relation to parenting stress and
risk of child maltreatment among Asian American immigrant parents.
Journal of Psychology, 1(2), 64-77.
Yousefi, Z., Abedi, M., Baghban, I., Eatemadi, O., & Abedi, A. (2011). Personal
and situational variables, and career concerns: Predicting career
adaptability in young adults. The Spanish Journal of Psychology, 14(1),
263-271.
Zimet, G. D., Dahlem, N. W., Zimet, S. G., & Farley, G. K. (1988). The
multidimensional scale of perceived social support. Journal of personality
assessment, 52(1), 30-41.
Page 111
Lampiran 1
ALAT UKUR CAREER ADAPT-ABILITIES SCALE (CAAS)
(SAVICKAS & PORFELI, 2012)
NO ITEM
1. Thinking about what my future will be like
2. Realizing that today’s choices shape my future
3. Preparing for the future
4. Becoming aware of the educational and vocational choices that I must
make
5. Planning how to achieve my goals
6. Concerned about my career
7. Keeping upbeat
8. Making decisions by myself
9. Taking responsibility for my actions
10. Sticking up for my beliefs
11. Counting on myself
12. Doing what’s right for me
13. Exploring my surroundings
14. Looking for opportunities to grow as a person
15. Investigating options before making a choice
16. Observing different ways of doing things
17. Probing deeply into questions I have
18. Becoming curious about new opportunities
19. Performing tasks efficiently
20. Taking care to do things well
21. Learning new skills
22. Working up to my ability
23. Overcoming obstacles
24. Solving problems
Page 112
ALAT UKUR ADULT ATTACHMENT SCALE (AAS)
(COLLINS & REAS, 1990)
NO ITEM
1. I find it difficult to allow my self to depend on others.
2. People are never there when you need them.
3. I am comfortable depending on others.
4. I know that others will be there when I need them.
5. I find it difficult to trust others completely.
6. I am not sure that I can always depend on others to be there when I need
them.
7. I do not often worry about being abandoned.
8. I often worry that my partner does not really love me.
9. I find others are reluctant to get as close as I would like.
10. I often worry my partner will not want to stay with me.
11. I want to merge completely with another person.
12. My desire to merge sometimes scares people away.
13. I find it relatively easy to get close to others.
14. I do not often worry about someone getting close to me.
15. I am somewhat uncomfortable being close to others.
16. I am nervous when anyone gets too close.
17. I am comfortable having others depend on me.
18. Often, love partners want me to be more intimate than I feel comfortable
being.
Page 113
ALAT UKUR MULTIDIMENSIONAL SCALE OF PERCEIVED SOCIAL
SUPPORT (MSPSS)
(ZIMET, ET. AL., 1988)
NO ITEM
1. There is a special person who is around when I am in need.
2. There is a special person with whom I can share my joys and sorrows.
3. My family really tries to help me.
4. I get the emotional help and support I need from my family.
5. I have a special person who is a real source of comfort to me.
6. My friends really try to help me.
7. I can count on my friends when things go wrong.
8. I can talk about my problems with my family.
9. I have friends with whom I can share my joys and sorrows.
10. There is a special personsin my life who cares about my feelings.
11. My family is willing to help me make decisions.
12. I can talk about my problems with my fiiends.
Page 114
ALAT UKUR SELF-REGULATION QUESTIONER (SRQ)
(MILLER & BROWN, 1991)
NO ITEM
1. I set goals for myself and keep track of my progress.
2. Once I have a goal, I can usually plan how to reach it.
3. If I make a resolution to change something, I pay a lot of attention to
how I’m doing.
4. I have a hard time setting goals for myself.
5. I usually keep track of my progress toward my goals.
6. I have trouble making plans to help me reach my goals.
7. I have a lot of willpower.
8. I get easily distracted from my plans.
9. I am able to resist temptation.
10. I have trouble making up my mind about things.
11. I put off making decisions.
12. When it comes to deciding about a change, I feel overwhelmed by the
choice.
13. Litle problems or distractions throw me off course.
14. I have so many plans that it’s hard for me to focus on any one of them
15. I don’t seem to learn from my mistakes.
16. I usually only have to make a mistake one time in order to learn from it.
17. I learn from my mistakes.
Page 115
Lampiran 3
Informed Consent
Lembar Persetujuan Keikutsertaan Penelitian
Saya yang bertanda tangan di bawah ini menyatakan bahwa saya setuju untuk
secara sukarela menjadi partisipan penelitian mengenai adaptabilitas karier yang
dilakukan oleh Rifda Riski Nanda. Data yang saya berikan adalah data yang
sebenar-benarnya dan saya menyetujui bahwa data saya akan digunakan dalam
keperluan penelitian.
Nama : ……………………………………………………………
Jenis Kelamin : ……………………………………………………………
No. HP : ……………………………………………………………
Peneliti Partisipan
Rifda Riski Nanda ( )
Page 116
Lampiran 4
Kuesioner Penelitian
Assalamu’alaikum, Wr. Wb.
Selamat Pagi/ Siang/ Sore
Salam kenal..
Saya mahasiswi Psikologi semester 8 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Saya meminta bantuan Ibu sekalian untuk menjadi responden dalam penelitian
skripsi saya. Saya mengharapkan kesediaan Ibu untuk mengisi pernyataan berikut
ini secara jujur dan apa adanya. Dalam skala ini tidak ada jawaban benar
atau salah. Adapun informasi atau data yang Anda berikan akan sangat
bermanfaat bagi penelitian ini dan akan terjamin kerahasiaannya, serta hanya
digunakan untuk kepentingan pengumpulan data.
Atas kerja sama dan bantuannya, saya ucapkan terimakasih, serta mohon maaf
apabila terdapat kesalahan dalam penulisan.
Wassalamu’alaikum, Wr. Wb.
Peneliti,
n
Rifda Riski Nanda
DATA DIRI RESPONDEN
Nama :
Usia :
Suku :
Pekerjaan :
Pendidikan Terakhir :
Lama Bekerja : < 5 tahun / 5-10 tahun / > 5 tahun
Lama Menikah : < 5 tahun / 5-10 tahun / > 5 tahun
Memiliki anak usia : < 7 tahun / 7-18 tahun / > 18 tahun
Lebih berorientasi pada : Keluarga / Karir
Page 117
UNTUK MENGISI SKALA 1
Baca dan pahami baik-baik setiap pernyataan. Setiap orang memiliki kemampuan yang
berbeda dalam membangun karir. Silahkan menilai diri Anda dari setiap pernyataan yang
sesuai dengan diri Anda saat ini dalam mengembangkan kemampuan karir Anda.
Jawablah dengan cara memberi tanda ( ) pada salah satu dari lima pilihan yang tersedia
pada kolom bagian kanan.
Jika jawaban Anda :
Sangat Tidak Setuju, beri tanda pada kolom STS
Tidak Setuju, beri tanda pada kolom TS
Netral, beri tanda pada kolom N
Setuju, beri tanda pada kolom S
Sangat Setuju, beri tanda pada kolom SS
Contoh :
SKALA 1
No. Pernyataan STS TS N S SS
1. Saya memikirkan tentang masa depan karir saya
No. Pernyataan STS TS N S SS
1. Berpikir tentang masa depan saya akan seperti apa
2. Menyadari bahwa pilihan hari ini akan membentuk masa
depan saya
3. Mempersiapkan masa depan
4. Sadar akan pendidikan dan pilihan kerja yang saya buat
5. Merencanakan bagaimana mencapai tujuan saya
6. Fokus dengan karir saya
7. Tetap optimis
8. Membuat keputusan sendiri
9. Bertanggung jawab atas tindakan saya
10. Tetap pada keyakinan saya
11. Mengandalkan diri saya sendiri
12. Melakukan apa yang benar untuk saya
Page 118
13. Menelusuri lingkungan sekitar saya
14. Melihat peluang untuk mengembangkan diri
15. Mencari tahu alternatif-alternatif sebelum membuat pilihan
16. Mengamati berbagai cara dalam melakukan sesuatu
17. Menggali lebih dalam pertanyaan yang saya miliki
18. Mencari tahu tentang peluang baru
19. Melakukan tugas secara efisien
20. Berhati-hati untuk melakukan sesuatu dengan baik
21. Belajar keterampilan baru
22. Bekerja dengan kemampuan saya
23. Mengatasi rintangan
24. Menyelesaikan masalah
Page 119
UNTUK MENGISI SKALA 2
Bacalah setiap pernyataan berikut dan tunjukkan sejauh mana pernyataan tersebut
menggambarkan perasaan Anda tentang hubungan romantis anda dengan pasangan.
Anda diminta untuk memikirkan semua hubungan Anda (dulu dan sekarang) dan
tanggapi bagaimana perasaan Anda pada hubungan ini. Jika Anda tidak pernah terlibat
dalam hubungan romantis, jawablah menurut Anda yang sesuai dengan bagaimana
perasaan Anda dengan cara memberi tanda ( ) pada salah satu dari lima pilihan yang
tersedia pada kolom bagian kanan.
Jika jawaban Anda :
Sangat Tidak Menggambarkan Diri Anda = 1
Tidak Menggambarkan Diri Anda = 2
Cukup Menggambarkan Diri Anda = 3
Menggambarkan Diri Anda = 4
Sangat Menggambarkan Diri Anda = 5
Contoh :
SKALA 2
No. Pernyataan Skala
1. Saya sulit dalam mengurus diri saya sendiri 1 2 3 4 5
No. Pernyataan Skala
1. Saya sulit bergantung pada orang lain 1 2 3 4 5
2. Seseorang tidak pernah ada saat saya membutuhkannya 1 2 3 4 5
3. Saya nyaman bergantung pada orang lain 1 2 3 4 5
4. Saya tahu orang akan selalu ada, saat saya membutuhkannya 1 2 3 4 5
5. Saya merasa sulit untuk mempercayai orang lain sepenuhnya 1 2 3 4 5
6. Saya tidak yakin untuk dapat selalu bergantung pada orang
lain pada saat saya membutuhkannya 1 2 3 4 5
7. Saya tidak terlalu khawatir jika ditinggalkan 1 2 3 4 5
8. Saya sering khawatir bahwa pasangan saya tidak benar-benar
mencintai saya 1 2 3 4 5
9. Saya merasa orang lain enggan untuk dekat seperti yang saya
mau 1 2 3 4 5
Page 120
10. Saya sering khawatir pasangan saya tidak mau tinggal
bersama saya 1 2 3 4 5
11. Saya ingin bergabung dengan orang lain 1 2 3 4 5
12. Kehadiran saya kadang membuat orang lain menghindar 1 2 3 4 5
13. Saya relatif mudah mendekati orang lain 1 2 3 4 5
14. Saya tidak terlalu khawatir dengan siapapun yang dekat
dengan saya 1 2 3 4 5
15. Saya tidak nyaman berada dekat dengan orang lain 1 2 3 4 5
16. Saya gugup ketika ada orang lain disekitar saya 1 2 3 4 5
17. Saya nyaman ada orang lain yang tergantung pada saya 1 2 3 4 5
18. Seringkali, pasangan saya ingin hubungan yang lebih intim
dari yang saya rasakan saat ini 1 2 3 4 5
Page 121
UNTUK MENGISI SKALA 3
Terdapat beberapa pernyataan yang sesuai atau tidak sesuai dengan Anda. Misalnya Anda
adalah orang yang suka memanfaatkan waktu dengan orang lain. Jawablah dengan cara
memberi tanda ( ) pada salah satu dari tujuh pilihan yang tersedia pada kolom bagian
kanan. Pastikan Anda tidak meninggalkan penyataan apapun yang belum terjawab dan
hanya ada satu pilihan jawaban dalam setiap pernyataan.
Jika jawaban Anda :
1-------------2-------------3-------------4-------------5-------------6-------------7 Sangat Tidak Setuju Sangat
Setuju
Contoh :
No. Pernyataan Skala
1. Saya selalu membutuhkan dukungan 1 2 3 4 5 6 7
SKALA 3
No. Pernyataan Skala
1. Ada orang spesial saat saya sedang membutuhkan 1 2 3 4 5 6 7
2. Ada orang spesial yang dapat berbagi kesenangan
dan kesedihan 1 2 3 4 5 6 7
3. Keluarga saya berusaha sepenuhnya membantu
saya 1 2 3 4 5 6 7
4. Saya mendapatkan bantuan dan dukungan
emosional dari keluarga. 1 2 3 4 5 6 7
5. Saya memiliki orang spesial yang merupakan
sumber kenyamanan bagi saya 1 2 3 4 5 6 7
6. Teman saya berusaha sepenuhnya membantu saya 1 2 3 4 5 6 7
7. Saya bisa mengandalkan teman-teman ketika
menghadapi kesulitan 1 2 3 4 5 6 7
8. Saya dapat membicarakan masalah saya dengan
keluarga 1 2 3 4 5 6 7
9. Saya memiliki teman yang dapat berbagi
kesenangan dan kesedihan 1 2 3 4 5 6 7
10. Ada orang spesial dalam hidup yang peduli
dengan perasaan saya 1 2 3 4 5 6 7
11. Keluarga saya bersedia membantu dalam
membuat keputusan 1 2 3 4 5 6 7
12. Saya dapat membicarakan masalah dengan teman 1 2 3 4 5 6 7
Page 122
UNTUK MENGISI SKALA 4
Baca dan pahami baik-baik stiap pernyataan. Anda diminta untuk mengemukakan apakah
pernyataan-pernyataan tersebut sesuai dengan diri Anda. Jawablah dengan cara memberi
tanda ( ) pada salah satu dari lima pilihan yang tersedia pada kolom bagian kanan. Tidak
ada jawaban benar atau salah. Pastikan Anda tidak meninggalkan pernyataan apapun
yang belum terjawab.
Jika jawaban Anda :
Sangat Tidak Setuju, beri tanda pada kolom STS
Tidak Setuju, beri tanda pada kolom TS
Netral, beri tanda pada kolom N
Setuju, beri tanda pada kolom S
Sangat Setuju, beri tanda pada kolom SS
Contoh :
SKALA 4
No. Pernyataan STS TS N S SS
1. Saya sulit dalam membuat tujuan hidup
No. Pernyataan STS TS N S SS
1. Saya menetapkan tujuan untuk diri sendiri dan tetap
memantau perkembangannya
2. Saat saya memiliki tujuan, saya bisa merencanakan
strategi untuk mencapainya
3. Dalam membuat resolusi, saya mempertimbangkan
keadaan saya saat itu
4. Saya kesulitan saat sedang menetapkan tujuan
5. Saya memantau perkembangan tujuan saya
6. Saya kesulitan membuat rencana untuk mencapai tujuan
7. Saya memiliki banyak tekad
8. Saya mudah mengacaukan rencana saya
9. Saya mampu menahan godaan
10. Saya mengalami kesulitan saat memikirkan berbagai hal
11. Saya menunda dalam hal membuat keputusan
Page 123
Mohon periksa kembali jawaban Anda, jangan sampai ada jawaban yang
terlewatkan.
TERIMA KASIH
12. Ketika memutuskan untuk melakukan perubahan, saya
merasa terbebani oleh banyak hal
13. Sedikit masalah atau gangguan membuat saya tertekan
14. Saya memiliki banyak rencana sehingga sulit untuk fokus
pada salah satu dari rencana tersebut
15. Saya tidak belajar dari kesalahan
16. Saya hanya membuat kesalahan satu kali untuk dijadikan
pelajaran
17. Saya belajar dari kesalahan
Page 124
Lampiran 5
FORMAT KUESIONER DARING
Format kuesioner daring ini diambil dengan menggunakan handphone.
Page 125
Lampiran 6
HASIL CFA KONSTRUK ADAPTABILITAS KARIER
UJI VALIDITAS CAREER ADAPTABILITAS DA NI=24 NO=216 MA=PM LA ITEM1 ITEM2 ITEM3 ITEM4 ITEM5 ITEM6 ITEM7 ITEM8 ITEM9 ITEM10
ITEM11 ITEM12 ITEM13 ITEM14 ITEM15 ITEM16 ITEM17 ITEM18 ITEM19
ITEM20 ITEM21 ITEM22 ITEM23 ITEM24 PM SY FI=CA.COR MO NX=24 NK=1 LX=FR TD=SY LK CA FR TD 9 7 TD 7 3 TD 13 9 TD 17 9 TD 10 9 TD 24 23 TD 18 14 TD 12
11 TD 19 4 TD 15 4 TD 17 13 TD 11 6 TD 22 2 TD 15 14 TD 20 16 TD
21 5 TD 24 10 TD 22 9 TD 18 16 TD 5 3 TD 12 4 TD 14 11 TD 10 3 TD
10 7 TD 17 2 TD 22 17 TD 17 4 TD 2 1 TD 14 3 TD 21 7 TD 17 3 TD 21
1 TD 19 14 TD 3 1 TD 8 7 TD 11 7 TD 20 11 TD 20 1 TD 17 7 TD 8 6
TD 11 8 TD 23 22 TD 23 15 TD 24 22 TD 23 9 TD 23 1 TD 6 2 TD 17 15
TD 20 15 TD 22 12 TD 20 5 TD 21 9 TD 12 10 TD 12 2 TD 12 8 TD 4 2
TD 8 4 TD 21 16 TD 20 14 TD 20 13 TD 11 1 TD 4 1 TD 13 1 TD 14 10
TD 7 1 TD 24 7 TD 3 2 TD 5 2 TD 14 5 TD 20 8 TD 10 6 TD 6 5 TD 22
15 TD 18 6 TD 18 3 TD 23 6 TD 6 4 TD 24 16 TD 24 2 TD 24 17 TD 8 3
TD 17 8 TD 6 1 TD 22 18 TD 18 7 TD 21 14 PD OU TV SS MI
Page 126
HASIL CFA KONSTRUK KELEKATAN EMOSIONAL
1. KETERGANTUNGAN
UJI VALIDITAS DEPEND DA NI=6 NO=216 MA=PM LA ITEM1 ITEM2 ITEM3 ITEM4 ITEM5 ITEM6 PM SY FI=DEPEND.COR MO NX=6 NK=1 LX=FR TD=SY LK DP FR TD 6 5 TD 3 1 TD 6 4 PD OU TV SS MI
Page 128
2. KECEMASAN
UJI VALIDITAS ANXIETY DA NI=6 NO=216 MA=PM LA ITEM1 ITEM2 ITEM3 ITEM4 ITEM5 ITEM6 PM SY FI=AX1.COR MO NX=6 NK=1 LX=FR TD=SY LK AX FR TD 6 5 PD OU TV SS MI
Page 129
3. KEDEKATAN
UJI VALIDITAS CLOSE DA NI=6 NO=216 MA=PM LA ITEM1 ITEM2 ITEM3 ITEM4 ITEM5 ITEM6 PM SY FI=CL.COR MO NX=6 NK=1 LX=FR TD=SY LK CL FR TD 6 2 TD 6 1 TD 6 3 TD 5 3 TD 6 5 PD OU TV SS MI
Page 130
HASIL UJI VALIDITAS KONSTRUK DUKUNGAN SOSIAL
1. DUKUNGAN KELUARGA UJI VALIDITAS FAMILY
DA NI=4 NO=216 MA=PM
LA
ITEM1 ITEM2 ITEM3 ITEM4
PM SY FI=FAMILY.COR
MO NX=4 NK=1 LX=FR TD=SY
LK
FA
FR TD 2 1 TD 4 1
PD
OU TV SS MI
Page 131
2. DUKUNGAN TEMAN UJI VALIDITAS FRIEND DA NI=4 NO=216 MA=PM LA ITEM1 ITEM2 ITEM3 ITEM4 PM SY FI=FRIEND.COR MO NX=4 NK=1 LX=FR TD=SY LK FR FR TD 4 3 PD OU TV SS MI 3. DUKUNGAN ORANG SPESIAL
Page 132
UJI VALIDITAS SIGNIFICANT DA NI=4 NO=216 MA=PM LA ITEM1 ITEM2 ITEM3 ITEM4 PM SY FI=SO.COR MO NX=4 NK=1 LX=FR TD =SY LK SO FR TD 4 3 TD 3 2 PD OU TV SS MI HASIL CFA KONSTRUK REGULASI DIRI
Page 133
UJI VALIDITAS REGULASI DA NI=17 NO=216 MA=PM LA ITEM1 ITEM2 ITEM3 ITEM4 ITEM5 ITEM6 ITEM7 ITEM8 ITEM9 ITEM10
ITEM11 ITEM12 ITEM13 ITEM14 ITEM15 ITEM16 ITEM17 PM SY FI=REGULASI.COR MO NX=17 NK=1 LX=FR TD=SY AD=OFF LK RE FR TD 2 1 TD 3 2 TD 14 7 TD 6 4 TD 17 16 TD 8 4 TD 3 1 TD 7 5 TD
15 10 TD 16 15 TD 16 1 TD 15 9 TD 16 8 TD 16 6 TD 14 13 TD 13 7 TD
10 2 TD 12 2 TD 15 5 TD 4 3 TD 13 8 TD 12 11 TD 9 6 TD 9 1 TD 10 5
TD 14 3 TD 9 3 TD 17 10 TD 16 10 TD 17 6 TD 17 4 TD 10 9 TD 10 7
TD 8 6 TD 9 4 TD 15 11 TD 11 7 TD 13 4 TD 17 12 TD 17 2 TD 12 6 TD
12 4 TD 13 12 TD 13 11 TD 10 4 TD 11 4 TD 11 6 TD 11 8 TD 15 6 TD
10 3 TD 10 1 TD 17 1 TD 15 7 TD 17 3 TD 14 2 TD 14 1 TD 15 13 TD
10 8 TD 12 8 TD 7 1 TD 12 7 TD 14 12 TD 14 11 TD 12 3 TD 6 3 PD OU TV SS MI
Page 135
Lampiran 7
HASIL UJI REGRESI BERGANDA
Descriptive Statistics
N Min Max Mean Std. Dev
Adaptabilitas Karier 216 5,12 65,05 50,0000 9,76429
Ketergantungan 216 33,04 68,81 50,0000 8,09649
Kecemasan 216 35,20 66,86 50,0000 9,51264
Kedekatan 216 24,65 65,24 50,0000 8,23804
Keluarga 216 15,56 57,35 50,0000 9,59926
Teman 216 18,74 61,32 50,0000 9,47345
Orang Spesial 216 15,51 57,59 50,0000 9,52791
Regulasi Diri 216 16,00 71,90 50,0000 9,17590
Valid N (listwise) 216
Variables Entered/Removeda
Model Variables Entered Variables Removed Method
1 Regulasi Diri, Teman, Kecemasan, Orang
Spesial, Keluarga, Ketergantungan, Kedekatanb . Enter
a. Dependent Variable: Adaptabilitas Karier
b. All requested variables entered.
Model Summary
Model R R Square Adjusted R
Square
Std. Error of
the Estimate
1 ,614a ,377 ,356 7,83542
a. Predictors: (Constant), Regulasi diri, Teman, Kecemasan, Orang spesial, Ketergantungan,
Keluarga, Kedekatan
ANOVAa
Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.
1
Regression 7728,465 7 1104,066 17,983 ,000b
Residual 12769,914 208 61,394
Total 20498,379 215
a. Dependent Variable: Adaptabilitas Karier
b. Predictors: (Constant), Regulasi diri, Teman, Kecemasan, Orang spesial, Ketergantungan,
Keluarga, Kedekatan
Page 136
Coefficientsa
Model Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients
t Sig.
B Std. Error Beta
1
(Constant) 45,928 8,908 5,156 ,000
Ketergantungan ,329 ,092 ,273 3,591 ,000
Kecemasan -,226 ,076 -,221 -2,972 ,003
Kedekatan ,367 ,111 ,309 3,303 ,001
Keluarga ,094 ,080 ,092 1,176 ,241
Teman ,313 ,068 ,303 4,568 ,000
Orang Spesial -,040 ,074 -,039 -,537 ,592
Regulasi Diri ,637 ,115 ,599 5,549 ,000
a. Dependent Variable: Adaptabilitas Karier
Model Summary
Model R R Square Adjusted R
Square
Std. Error
of the
Estimate
Change Statistics
R Square
Change
F
Change
df1 df2 Sig. F
Change
1 ,356a ,127 ,123 9,14657 ,127 31,021 1 214 ,000
2 ,362b ,131 ,123 9,14652 ,004 1,002 1 213 ,318
3 ,384c ,148 ,136 9,07747 ,017 4,253 1 212 ,040
4 ,495d ,245 ,230 8,56617 ,097 27,063 1 211 ,000
5 ,534e ,285 ,268 8,35539 ,0040 11,780 1 210 ,001
6 ,534f ,285 ,264 8,37523 ,000 ,006 1 209 ,936
7 ,614k ,377 ,356 7,83542 ,092 30,789 1 208 ,000
a. Predictors: (Constant), Adaptabilitas Karier
b. Predictors: (Constant), Ketergantungan, Kecemasan
c. Predictors: (Constant), Ketergantungan, Kecemasan, Kedekatan
d. Predictors: (Constant), Ketergantungan, Kecemasan, Kedekatan, Keluarga
e. Predictors: (Constant), Ketergantungan, Kecemasan, Kedekatan, Keluarga, Pertemanan
f. Predictors: (Constant), Ketergantungan, Kecemasan, Kedekatan, Keluarga, Pertemanan,
Orang Spesial
g. Predictors: (Constant), Ketergantungan, Kecemasan, Kedekatan, Keluarga, Pertemanan,
Orang Spesial, Regulasi Diri