PENGARUH KEGIATAN TADARUS AL-QUR’AN PAGI TERHADAP KEMAMPUAN MEMBACA AL-QUR’AN SISWA SMPN 66 JAKARTA Skripsi Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan. Oleh Alvino Tegar Prasetyo 1113011000076 JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2018 M/ 1438 H
95
Embed
PENGARUH KEGIATAN TADARUS AL-QUR’AN PAGI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39920/1/SKRIPSI... · tadarus to the ability of reading al-Qur'an students SMPN 66
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
PENGARUH KEGIATAN TADARUS AL-QUR’AN PAGI
TERHADAP KEMAMPUAN MEMBACA AL-QUR’AN SISWA
SMPN 66 JAKARTA
Skripsi
Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan untuk Memenuhi Salah Satu
Syarat Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan.
Oleh
Alvino Tegar Prasetyo
1113011000076
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
2018 M/ 1438 H
i
ABSTRAK
Alvino Tegar Prasetyo (1113011000076). Pengaruh Kegiatan Tadarus al-
Qur’an Pagi Terhadap Kemampuan Membaca al-Qur’an Siswa SMPN 66
Jakarta
Tujuan penelitian ini adalah: untuk mendeskripsikan kegiatan tadarus al-
Qur’an pagi di SMPN 66 Jakarta, dan mengetahui pengaruh kegiatan tadarus al-
Qur’an pagi terhadap kemampuan membaca al-Qur’an siswa SMPN 66 Jakarta.
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Agustus-Nopember 2017 di SMPN 66
Jakarta. Metode penelitian yang digunakan adalah kuantitatif korelasional. Teknik
pengambilan sampel yaitu Proportionate Stratified Random Sampling. Instrumen
penelitian adalah angket dengan pilihan berganda dan tes kompetensi membaca
al-Qur’an. Sedangkan teknik korelasi yang digunakan adalah product moment.
Hasil yang ditemukan dalam penelitian ini bahwa terdapat pengaruh yang
signifikan antara kegiatan tadarus pagi terhadap kemampuan membaca al-Qur’an
siswa SMPN 66 Jakarta. Hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai r hitung
sebesar 0,251 dan masuk dalam kategori lemah atau rendah. Dengan nilai KD
sebesar 6,3 %. Dengan demikian terdapat pengaruh yang signifikan namun rendah
atau lemah antara kegiatan tadarus pagi terhadap kemampuan membaca al-Qur’an
siswa SMPN 66 Jakarta.
Kata kunci: Kegiatan tadarus, kemampuan membaca, membaca al-Qur’an
ii
ABSTRACT
Alvino Tegar Prasetyo (1113011000076). The Influence of Tadarus Al-Qur'an
Morning Activity To The Ability Of Reading Al-Qur'an Students Of SMPN 66
Jakarta
The purpose of this research are: to describe tadarus al-Qur'an activity at
SMPN 66 Jakarta, and to know whether the activity of tadarus al-Qur'an in the
morning have an effect on to reading ability of Qur'an student SMPN 66 Jakarta.
This research conducted on August-November 2017 at SMPN 66 Jakarta. The
research method used is quantitative correlation. Sampling technique is
Proportionate Stratified Random Sampling. The research instrument is a
questionnaire with multiple choice and the reading competence test of Qur'an.
While the correlation technique used is product moment. The results found in this
study that there is a significant influence between the activities of the morning
tadarus to the ability of reading al-Qur'an students SMPN 66 Jakarta. The results
showed that the value of r arithmetic amounted to 0.251 and entered in the
category of weak or low. With the value of determination coefficient of 6.3%. Thus
there is a significant but low or weak influence between the activities of the
morning tadarus to the ability of reading al-Qur'an students SMPN 66 Jakarta.
Tabel 3.3 Tabel Angka Indeks Korelasi Product Moment ................................................. 38
Tabel 4.1 Hasil uji Validitas Instrumen Variabel X (Kegiatan Tadarus) ........................... 45
Tabel 4.2 Hasil uji Reliabilitas ........................................................................................... 46
Tabel 4.3 Hasil uji Normalitas ........................................................................................... 47
Tabel 4.4 Hasil uji Homogenitas ........................................................................................ 48
Tabel 4.5 Hasil uji Linieritas .............................................................................................. 49
Tabel 4.6 Hasil skor angket dan tes ................................................................................... 50
Tabel 4.7 Perhitungan hasil penelitian ............................................................................... 52
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Agama Islam adalah agama yang dibawa oleh Nabi Muhammad saw
untuk memberikan kabar gembira dan peringatan. Agama Islam mempunyai sendi
utama esensial yang berfungsi memberikan petunjuk ke jalan sebaik-baiknya
untuk mencapai suatu kebahagiaan baik di dunia maupun di akhirat kelak, yaitu
al-Qur’an al-Karim. Sesuai dengan firman Allah surat al-Isra’ ayat 9:
ذا لح ٱلقرآإن ه ر ٱلمؤمنني ٱلذين ي عملون ٱلص وم وي بش كبريا راأن لم أج ت ن ي هدي للت هي أق (٩)اإلسراء:
“Sesungguhnya Al Quran ini memberikan petunjuk kepada (jalan) yang
lebih lurus dan memberi khabar gembira kepada orang-orang Mu´min
yang mengerjakan amal saleh bahwa bagi mereka ada pahala yang besar”
Sudah 1400 tahun yang lalu kitab suci umat islam al-Qur’an diturunkan
oleh Allah SWT kepada Nabi Muhammad saw melalui perantara malaikat Jibril as.
Al-Qur’an diturunkan secara mutawatir atau berangsur-angsur selama 22 tahun 2
bulan 22 hari. Ayat yang pertama turun adalah surat Al-‘Alaq ayat 1-5 dan ayat
yang terakhir turun adalah surat Al-Maidah ayat 3. Surat pertama dalam al-Qur’an
adalah surat Al-Fatihah, dan surat terakhir adalah surat An-Naas.1
Setiap orang mukallaf menurut syara’ wajib mempercayai adanya kitab
yang diturunkan oleh Allah swt, termasuk al-Qur’an.2 Tidak percaya atau ingkar
kepada al-Qur’an, dianggap sesat oleh Allah swt sebagaimana yang tertuang
dalam surat an-Nisa ayat 136:
ي ها ٱلذين وٱلكتب ٱلذي ن زل على رسولهۦ وٱلكتب ٱلذيأ أنزل من ق بل من وأا ءامنوا بٱلل ورسولهۦ آ يألا بعيدا ومن يكفر بٱلل وملأئكتهۦ وكتبهۦ ورسلهۦ وٱلي وم ٱلأخر ف قد ضل (١٣٦)النساء: ضل
1 Sapiudin Shidiq, Ushul Fiqh, (Jakarta: Kencana, 2017), Cet ke-3, hal 27 2 Sayyid Husein Afandiy, Memperkokoh Aqidah Islamiyah, Terj. Abdullah Zakiy al-Kaaf,
(Bandung: Pustaka Setia, 1999), hal 148
2
“Wahai orang-orang yang beriman, tetaplah beriman kepada Allah dan
Rasul-Nya dan kepada kitab yang Allah turunkan kepada Rasul-Nya serta
kitab yang Allah turunkan sebelumnya. Barangsiapa yang kafir kepada
Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, rasul-rasul-Nya, dan hari
kemudian, maka sesungguhnya orang itu telah sesat sejauh-jauhnya”
Secara mutlak, al-Qur’an merupakan perkataan yang paling agung dan
paling mulia. Segala perintah dan larangan Allah swt tersurat didalamnya.
Membaca, menulis, mengkaji serta memahami makna yang terkandung dalam al-
Qur’an juga dinilai sebagai suatu ibadah.3
Di samping itu, al-Qur’an juga memiliki hikmah-hikmah tersendiri
ketika seseorang membaca atau bahkan mendengarkan ayat al-Qur’an yang
dibacakan. Hal ini menunjukkan bahwa al-Qur’an mempunyai keagungan dan
kemuliaan tersendiri. Dengan demikian, aktivitas tersebut hendaklah dijadikan
sebuah rutinitas yang diutamakan.
Al-Qur’an merupakan sumber hukum Islam yang paling utama, sumber
hukum yang disepakati keberadaannya oleh Ulama. 4 Di dalamnya dijelaskan
segala sesuatu tentang islam dan ajarannya, termasuk amalan-amalan keagamaan
tidak terkecuali aktivitas tadarus yang sering dilaksanakan umat muslim.
Dalam pengertian yang lebih luas, pemaknaan tadarus tidak hanya
sebatas membaca al-Qur’an saja, tetapi juga mempelajari makna ayat,
mendengarkan serta menyimak bacaan ayat al-Qur’an pun dapat dikategorikan
sebagai aktivitas tadarus. Pembiasaan tadarus memiliki banyak manfaat atau
hikmah bagi yang mengamalkannya. Membaca al-Qur’an bukan saja amal ibadah,
namun juga bisa menjadi obat dan penawar rasa gelisah, pikiran kusut, nurani
tidak tenteram, dan sebagainya.
3 Umar Shihab, Kontekstualitas al-Qur’an: Kajian Tematik atas Ayat-Ayat Hukum dalam
al-Qur’an, (Jakarta: Penamadani, 2005), Cet ke-3, hal 338 4 Umar Shihab, Kontekstualitas al-Qur’an: Kajian Tematik atas Ayat-Ayat Hukum dalam
al-Qur’an, hal 337
3
Firman Allah yang pertama kali diturunkan kepada Nabi Muhammad
saw dengan perantara Malaikat Jibril as yaitu surat al-‘Alaq ayat 1-5,5 diawali
dengan kata اقرأ yang artinya bacalah. Hal ini mengindikasikan bahwa Allah swt
memerintahkan kita untuk senantiasa membaca, membaca apapun yang bernilai
positif khususnya membaca al-Qur’an.
Ajaran Islam memberikan penghargaan yang luar biasa terhadap
aktivitas tadarus dan khataman al-Qur’an. Peserta tadarus dan khataman al-Qur’an
merupakan tamu Allah. Forum, majlis, atau halaqahnya akan selalu dikerumuni
para malaikat dalam rangka menurunkan rahmat dan kesentosaan. Maka dari itu
hendaknya dijadikan suatu aktivitas rutin umat islam sebagai bentuk aktualisasi
dari keimanan dan ketaqwaan kepada Allah swt.
Pemerintah melalui Kementerian Agama membentuk dan mendukung
beberapa program yang dapat meningkatkan kualitas spiritual masyarakat di
seluruh Indonesia, salah satunya adalah program GEMMAR Mengaji (Gerakan
Masyarakat Maghrib Mengaji). Program ini tidak lain untuk membudayakan
membaca al-Qur’an setelah shalat Maghrib di kalangan masyarakat muslim di
seluruh Indonesia. Dengan mengaji selepas shalat Maghrib, pengaruh-pengaruh
negatif dari televisi dan media elektronik lainnya bisa diminimalisir. Program
dimulai dari Juli 2011 hingga saat ini.6
Selain program di atas, ada pula program ODOJ (One Day One Juz).
Sebuah program yang mengajak masyarakat muslim Indonesia khususnya untuk
membaca al-Qur’an dengan target 1 juz sehari. Melalui grup whatsapp yang
beranggotakan 30 orang program ODOJ dilakukan dengan sistem bergantian atau
berpindah juz setiap harinya. Dan apabila ada yang berhalangan, maka akan
digantikan oleh anggota lain.7
5 Manna’ Khalil al-Qattan, Studi Ilmu-Ilmu Qur’an, Terj, dari Mabaahits fi Ulum al-
Qur’an oleh Mudzakir, (Bogor: Pustaka Lintera Antar Nusa, 2011), Cet ke-11, hal 90 6 http://www.muxika.info/2016/03/pembentukan-karakter-gemar-membaca-al.html?m=1
diakses pada tanggal 20 Oktober 2017 7 http://onedayonejuz.org/page/detail/sejarah diakses pada tanggal 20 Oktober 2017
Melihat hal tersebut, akan memberikan kesan bahwa siswa-siswi tidak
ikhlas atau tidak berkemauan sendiri dalam mengikuti kegiatan tadarus ini.
Namun, penulis yakin ada sebagian siswa-siswi yang sejatinya memang ikhlas
dan berkemauan dalam mengikuti kegiatan tadarus ini.
Dari hasil wawancara penulis dengan salah satu guru SMPN 66 Jakarta,
kegiatan Tadarus ini sudah berlangsung selama 10 tahun yang lalu. Ini
menandakan kegiatan Tadarus di SMPN 66 Jakarta merupakan kegiatan yang
tidak asing bagi guru-guru, karyawan, maupun warga sekitar. Walaupun demikian,
siswa-siswinya masih ada yang butuh pemaksaan agar mau mengikuti kegiatan
tersebut. Padahal jika si murid tahu bahwa tadarus qur’an merupakan kegiatan
bernilai ibadah dengan balasan yang berlimpah, tanpa paksaan pun si murid akan
mengikuti kegiatan tersebut dengan baik dan khusyuk.
Ketika ditelusuri saat kegiatan tadarus al-Qur’an pagi berlangsung,
seluruh civitas akademika SMPN 66 Jakarta terlihat khusyuk mengikutinya. Baik
guru-guru, karyawan Staf TU, termasuk siswa-siswinya walaupun ada beberapa
siswa di baris belakang yang masih terlihat ngobrol bahkan bercanda bersama
teman di sebelahnya.
Kegiatan tadarus tersebut dipimpin oleh seorang guru pria. Guru pria
tersebut yang membaca terlebih dahulu ayat per ayat atau nafas per nafas jika ayat
yang dibacanya panjang, kemudian diikuti oleh peserta tadarus. Guru yang
memimpin tersebut dipilih karena memiliki kelebihan kualitas dalam membaca al-
Qur’an, mengerti ilmu tajwid yang merupakan kunci dalam membaca al-Qur’an,
dan memiliki suara yang indah dan nyaman untuk didengarkan.
Menurut Siti Rohmah selaku guru agama dan penanggung jawab
kegiatan tadarus pagi SMPN 66, kegiatan tadarus ini diharapkan mampu
menambah minat dan kemauan siswa untuk membaca kitab suci al-Qur’an,
terlebih membaca dan mempelajari al-Qur’an merupakan anjuran dari Nabi
Muhammad untuk umat Islam seluruhnya. Selain itu, kegiatan tadarus ini sangat
membantu bagi siswa-siswi yang lulusan SD umum untuk mempelajari bacaan al-
6
Qur’annya dan juga bagi lulusan MI untuk melatih dan mengulang pelajaran
qira’atnya.
Sebagaimana diketahui, mata pelajaran PAI di SD umum sangat
berbeda dengan pelajaran agama di MI yang dipecah kembali ke 4 macam
(Aqidah Akhlak, Al-Qur’an Hadits, Fiqh, Sejarah Islam). Di SD umum tidak
diajarkan secara intens pelajaran al-Qur’an seperti di MI. Tajwid dibahas hanya
sekedar kulitnya saja, tidak seperti di MI. Sehingga kegiatan tadarus ini bisa
memberikan nilai tambah bagi siswa-siswi lulusan SD umum.
Dengan berdasarkan pada pemikiran diatas, dan masalah-masalah yang
diuraikan di atas, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian yang berjudul
“Pengaruh Kegiatan Tadarus al-Qur’an Pagi Terhadap Kemampuan Membaca
Al-Qur’an Siswa SMPN 66 Jakarta”
B. Identifikasi Masalah
Memperhatikan pada masalah yang melatar belakangi penulisan
penelitian ini, ditemukan beberapa masalah antara lain:
1. Kegiatan tadarus al-Qur’an di SMPN 66 yang kurang maksimal.
2. Kesadaran dan keseriusan siswa-siswi dalam mengikuti kegiatan
tadarus al-Qur’an pagi masih kurang.
3. Latar belakang pendidikan siswa-siswi SMPN 66 Jakarta yang
berbeda-beda sehingga terdapat perbedaan pemahaman membaca al-
Qur’an.
4. Pengaruh kegiatan tadarus terhadap kemampuan membaca al-Qur’an
siswa yang belum diketahui.
C. Batasan Masalah
Masalah yang teridentifikasi akan dibatasi pada penelitian ini agar tidak
meluas ke ranah lain. Masalah yang terpilih yaitu.
1. Kegiatan tadarus al-Qur’an di SMPN 66 yang kurang maksimal.
7
2. Pengaruh kegiatan tadarus terhadap kemampuan membaca al-Qur’an
siswa yang belum diketahui.
D. Rumusan Masalah
1. Bagaimanakah kegiatan tadarus al-Qur’an di SMPN 66 Jakarta?
2. Apakah kegiatan tadarus al-Qur’an pagi berpengaruh terhadap
kemampuan membaca al-Qur’an siswa SMPN 66 Jakarta?
E. Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui bagaimana kegiatan tadarus al-Qur’an pagi di SMPN
66 Jakarta.
2. Untuk mengetahui apakah kegiatan tadarus pagi berpengaruh terhadap
kemampuan membaca al-Qur’an siswa SMPN 66 Jakarta.
F. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan bermanfaat untuk berbagai pihak, baik secara
teoritis maupun praktis.
1. Manfaat Teoritis
Secara teoritis, penelitian ini diharapkan dapat dijadikan pedoman
dalam upaya meningkatkan kualitas membaca al-Qur’an masyarakat
khususnya anak-anak dengan kegiatan-kegiatan intelektual yang islami.
2. Manfaat Praktis
Secara praktis, penelitian ini dapat dijadikan pedoman oleh pengajar
maupun pengelola instansi pendidikan dalam mengajarkan ilmu baca
al-Qur’an kepada masyarakat terutama anak-anak atau siswa sekolah.
Bagi penulis, penelitian ini dapat menambah pengalaman berfikir
ilmiah melalui penyusunan penelitian ini. Dan bagi peneliti lain, hasil
penelitian ini dapat digunakan sebagai referensi penelitian lebih lanjut
yang berhubungan dengan al-Qur’an maupun kegiatan membacanya.
8
BAB II
KAJIAN TEORI
A. Deskripsi Teori
1. Kegiatan Tadarus al-Qur’an
a. Pengertian Kegiatan Tadarus
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, kegiatan memiliki arti
aktivitas, usaha, pekerjaan.1 Sedangkan tadarus adalah pembacaan ayat-
ayat suci al-Qur’an secara bersama-sama, terutama pada bulan
Ramadhan.2 Jadi, kegiatan tadarus adalah aktivitas pembacaan al-
Qur’an secara bersama-sama.
Selain itu, tadarus juga diartikan sebagai kegiatan qiraah
sebagian orang atas sebagian yang lain sambil membetulkan lafal-
lafalnya dan mengungkap makna-maknanya.3
Lebih jauh lagi kegiatan tadarus tidak hanya sebatas pembacaan
ayat-ayat al-Qur’an saja, akan tetapi menyimak, mendengarkan, serta
memahami makna ayat al-Qur’an pun juga termasuk kegiatan tadarus.
Kata tadarus merupakan kata serapan yang diambil dari bahasa
Arab, yang telah berkembang pemakaiannya di Indonesia dan menjadi
bahasa sehari-hari. Dalam kamus Bahasa Arab al-Munjid, tadarus
1 Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia Pusat Bahasa Edisi IV,
(Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2012), Cet ke-4, hal 450 2 Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia Pusat Bahasa Edisi IV, hal
1373 3 Ahmad Syarifuddin, Mendidik Anak Membaca Menulis dan Mencintai al-Qur’an, (Jakarta:
Gema Insani Press, 2005), hal 49
9
berasal dari kata الطالبة الكتابتدارس : yang artinya saling
mempelajari.4
Tadarus adalah wazn tafa’ul dari ad-dars. Maknanya adalah
salah satu pihak atau beberapa pihak mengajukan pertanyaan, dan pihak
lainnya menjawab pertanyaan itu, pihak ketiga mengkaji lebih lanjut,
dan pihak selanjutnya berusaha mengoreksi atau melengkapinya.5
Menurut Muhammad Shodiq, tadarus berasal dari kata “darasa”
yang artinya belajar, maksudnya siswa membaca al-Qur’an terlebih
dahulu baik bersama-sama maupun sendiri, setelah itu bacaan al-Qur’an
tersebut baru dikaji dan dipelajari.6
Arti tadarus bervariasi, ini disebabkan karena memang secara
definitif tidak ditemukan pengertian yang pasti dari tadarus al-Qur’an
itu sendiri. Namun dari pendapat-pendapat diatas dapat disimpulkan
bahwa tadarus adalah membaca al-Qur’an secara berulang-ulang (sering
dibaca) untuk memperlancar bacaan secara bersama-sama.
b. Jenis-jenis Kegiatan Tadarus
1) Membaca dan Mempelajari Makna Ayat al-Qur’an
Membaca adalah melihat serta memahami isi dari apa yang
tertulis dengan melisankan atau hanya di hati.7 Adapun membaca
4 Fr. Ma’luf dan Fr Bernard Tottel, al-Munjid fil-Lughati wal-‘Ilmi, (Lebanon: Darul Masyriq,
2000), hal 211 5 Yusuf Qardhawi, Berinteraksi dengan al-Qur’an, (Jakarta: Gema Insani Press, 1999), hal
217 6 Muhammad Shodiq, Wawancara Khusus Guru Tadarus al-Qur’an kelas XII, Cinere Oktober
2008 7 Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi III, (Jakarta: Balai
Pustaka, 2002), Cet ke-2, hal 83
10
secara definitif berarti mengeja kata-kata dan memahaminya.8
Sedangkan mempelajari maknanya adalah belajar (sesuatu) dengan
sungguh-sungguh, mendalami (sesuatu).9
Membaca dengan penuh kesungguhan akan berdampak
positif terhadap pembangunan maknanya. Begitu juga dalam
membaca al-Qur’an, melafalkan kalam ilahi dengan penuh
kekhusyukan disertai dengan mempelajari maknanya, akan
memudahkan dalam memahami kandungan ayat al-Qur’an.
Setiap muslim dan muslimah berkewajiban untuk mengenal,
memahami dan menghayati al-Qur’an dengan jalan mempelajarinya
dengan sungguh-sungguh. Paham terhadap al-Qur’an adalah kunci
yang dengannya dapat terbuka dengan lebar pintu rahmat Allah,
sebab memahami al-Qur’an berarti memahami kerahmanan-Nya.10
Mengerti al-Qur’an berarti memiliki alat yang dengannya
dapat mengenal, memahami dan sekaligus membedakan jalan hidup
yang lurus. Dengan pemahaman yang benar terhadap al-Qur’an
maka terbukalah pintu-pintu kesempatan yang dapat menghantarkan
kepada rahmat-Nya. Sebaliknya, tidak paham terhadap al-Qur’an
berarti tertutuplah pintu-pintu rahmat Allah dengan rapat.11
Jadi, jika seseorang bisa mengeja tapi tidak dapat memahami,
berarti ia belum menyempurnakan makna membaca. Dan mustahil
orang bisa memahami suatu kata, jika ia tidak dapat mengejanya.12
8 Hanan Attaki, Meditasi al-Qur’an: Sebuah Terapi Pemekaran Jiwa untuk Merasakan
Pesona al-Qur’an melalui Teknologi Sunnah, (Bandung: Attaqie, 2008), hal 8 9 Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi III, hal 17 10 Miftah Faridl dan Agus Syihabudin, Al-Qur’an Sumber Hukum Islam yang Pertama,
(Bandung: Pustaka, 1989), hal 103 11 Miftah Faridl dan Agus Syihabudin, Al-Qur’an Sumber Hukum Islam yang Pertama, hal
104 12 Hanan Attaki, Meditasi al-Qur’an: Sebuah Terapi Pemekaran Jiwa untuk Merasakan
Pesona al-Qur’an melalui Teknologi Sunnah, hal 9
11
Mempelajari al-Qur’an adalah Ibadah, satu dari rangkaian
kewajiban yang mesti ditunaikan oleh sekalian orang yang beriman
dan dijamin pahala bagi yang memenuhinya serta adzab bagi yang
sengaja meninggalkan dan melalaikannya.
2) Mendengarkan dan Menyimak Bacaan al-Qur’an
Mendengarkan adalah mendengar akan sesuatu dengan
sungguh-sunggu.13 Sedangkan menyimak adalah mendengarkan
(memperhatikan) baik-baik apa yang diucapkan atau dibaca orang.14
Dalam bertadarus di samping membaca dan mempelajari
maknanya, juga diutamakan untuk mendengarkan serta menyimak
ayat al-Qur’an. Hal ini bertujuan untuk menyempurnakan kegiatan
tadarus tersebut. Sebab dengan mendengarkan dan menyimak akan
mengetahui bacaan yang salah dan yang benar.
Membaca, mendengarkan, menyimak serta mempelajari
makna ayat al-Qur’an merupakan unsur-unsur tadarus yang tidak
bisa dipisahkan satu dengan yang lainnya. Semuanya harus saling
beriringan guna menciptakan bacaan yang sempurna.
Maksudnya ialah mewujudkan kegiatan tadarus yang baik
dan benar, serta mampu membentuk pemahaman akan makna yang
tersurat ataupun tersirat dari ayat al-Qur’an itu sendiri.
Yang rajin membaca al-Qur’an, mendengarkan bacaannya,
mentadaburi isinya dan mentafakuri kandungannya dengan penuh
kesungguhan dan niat ikhlas untuk ibadah kehadirat-Nya, maka
Allah akan memelihara imannya, sehingga terjagalah hati dan
13 Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia Pusat Bahasa Edisi IV,
hal 312 14 Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi III, hal 1066
12
jiwanya dari kecenderungan-kecenderungan kepada kekafiran di
dalam segala bentuknya.15
Yang tidak mempunyai perhatian terhadap studi al-Qur’an,
enggan membacanya, ogah mendengarkan bacaannya, tidak
berminat mentadaburi isinya dan menolak secara halus untuk
mentafakuri kandungannya, hal yang demikian itu merupakan
pertanda bahwa imannya telah goyah, atau mungkin telah terlepas
dari akarnya, hatinya tertutup rapat dan terkunci dari hidayah
Allah.16
Tidak ada yang lebih bermanfaat bagi seorang hamba untuk
kehidupan dunia dan akhiratnya, juga lebih dekat kepada
keselamatannya dari pada mentadabburi al-Qur’an,
memperhatikannya, dan memikirkan makna setiap ayatnya.17
c. Hal-hal yang Berkaitan dengan Kegiatan Tadarus
1) Al-Qur’an
Al-Qur’an menurut bahasa adalah sesuatu yang dibaca
berulang-ulang.18 Makna al-Qur’an dari segi bahasa tersebut
didasarkan pada firman Allah dalam surat al-Qiyamah ayat 16
sampai 18 sebagai berikut:
عاهحۥ ١٦لا تحار ك بهۦ لسااناكا لت اعجالا بهۦ ناا جا ناهح فاٱتبع ١٧ناهحۥ واق حرآ إن عالاي
فاإذاا ق اراأ
١٨ناهحۥ ق حرآ“Janganlah kamu gerakkan lidahmu untuk (membaca) Al
Quran karena hendak cepat-cepat (menguasai)nya.
Sesungguhnya atas tanggungan Kamilah mengumpulkannya
15 Miftah Faridl dan Agus Syihabudin, Al-Qur’an Sumber Hukum Islam yang Pertama, hal
104 16 Miftah Faridl dan Agus Syihabudin, Al-Qur’an Sumber Hukum Islam yang Pertama, hal
105 17 Ahmad Syarifuddin, Mendidik Anak Membaca Menulis dan Mencintai al-Qur’an, hal 40 18 Miftah Faridl dan Agus Syihabudin, Al-Qur’an Sumber Hukum Islam yang Pertama, hal 1
13
(di dadamu) dan (membuatmu pandai) membacanya. Apabila
Kami telah selesai membacakannya maka ikutilah bacaannya
itu.”
Definisi al-Qur’an yang lain secara harfiah berarti “bacaan
sempurna” merupakan suatu nama pilihan Allah yang paling tepat.19
Al-Qur’an adalah kalamullah (firman Allah) yang diturunkan
kepada Rasulullah saw dalam bahasa Arab, ditulis pada lembaran
mushaf, dibaca dengan lisan, didengar dengan telinga, dan dijaga
dengan hati.20
Al-Qur’an juga didefinisikan sebagai kalam Allah swt yang
diturunkan (diwahyukan) kepada Nabi Muhammad saw melalui
perantara Malaikat Jibril, yang merupakan mukjizat, yang
diriwayatkan secara mutawatir, yang ditulis di mushaf dan
membacanya adalah ibadah.21
Al-Qur’an merupakan pedoman penting yang menjadi
landasan hidup dan kehidupan umat manusia. Dalam membaca al-
Qur’an diwajibkan sesuai kaidah ilmu tajwid. Karena menguasai
ilmu tajwid merupakan langkah awal untuk dapat membaca al-
Qur’an dengan baik dan benar.
Di samping itu, apabila tidak berdasarkan pada ilmu tajwid
niscaya akan menimbulkan kesalahan, tidak hanya dalam proses
pembacaannya, melainkan juga akan berdampak pada kesalahan
dalam mengartikan ayat-ayat al-Qur’an itu sendiri.
2) Ilmu Tajwid
19 Quraish Shihab, Wawasan al-Qur’an: Tafsir Maudhu’i atas Pelbagai Persoalan Umat,
(Bandung: Mizan, 1999), hal 3 20 Hanan Attaki, Meditasi al-Qur’an: Sebuah Terapi Pemekaran Jiwa untuk Merasakan
Pesona al-Qur’an melalui Teknologi Sunnah, hal 25 21 Ahmad Syarifuddin, Mendidik Anak Membaca Menulis dan Mencintai al-Qur’an, hal 16
14
Tajwid menurut bahasa adalah memperbaiki atau
memperindah. Sedangkan menurut istilah adalah memberikan hak-
haknya huruf yang asli, seperti makhraj-makhrajnya, sifat-sifatnya
yang tetap menjadi dzatnya.22
Adapun pengertian ilmu tajwid itu sendiri adalah ilmu yang
mengajarkan cara bagaimana seharusnya membunyikan atau
membaca huruf-huruf hijaiyyah dengan baik dan sempurna, baik
ketika bersendirian maupun sewaktu bertemu dengan huruf lain.23
Belajar ilmu tajwid merupakan kunci pokok untuk dapat
membaca al-Qur’an dengan baik dan benar. Maka dari itu,
menguasai ilmu tajwid merupakan bagian integral dari pemahaman
akan makna dan kandungan ayat suci al-Qur’an.
Di samping itu, mempelajari ilmu tajwid berdasarkan
ketentuan hukum syara’ yaitu fardhu kifayah, sedangkan
mengamalkannya adalah fardhu ain. Maka dari itu, hendaknya setiap
muslim mempelajari dan menguasai ilmu tajwid, supaya dapat
membaca al-Qur’an dengan baik dan benar. Maksudnya ialah dapat
membaca al-Qur’an yang sesuai dengan kaidah ilmu tajwid.24
3) Tarjamah al-Qur’an
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, tarjamah atau
terjemah memiliki arti menyalin (memindahkan) suatu bahasa ke
bahasa lain.25
22 Ahmad Munir dan Sudarsono, Ilmu Tajwid dan Seni Baca al-Qur’an, (Jakarta: Rineka
Cipta, 1994), hal 8 23 Ahmad Munir dan Sudarsono, Ilmu Tajwid dan Seni Baca al-Qur’an, hal 9 24 Ahmad Munir dan Sudarsono, Ilmu Tajwid dan Seni Baca al-Qur’an, hal 9 25 Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia Pusat Bahasa Edisi IV,
hal 1452
15
Lafazh tarjamah di dalam kepustakaan bahasa Arab,
menunjukkan salah satu dari empat makna berikut ini:
a) Menyampaikan suatu kalam kepada seseorang yang bekum
mendapatkannya.
b) Menafsirkan suatu kalam menurut bahasanya.
c) Menafsirkan suatu kalam dengan bahasa yang lainnya.
d) Memindahkan suatu kalam dari suatu bahasa kepada bahasa
yang lainnya.26
Menurut Manna al-Qaththan tarjamah terbagi dalam dua
makna:
a) الرتجة احلرفية
b) 27الرتجة التفسريية أو املعنوية
Dimaksudkan dengan لرتجة احلرفيةا atau tarjamah secara
harfiyah ialah memindahkan sejumlah kata (kalimat) dari suatu
bahasa kepada bahasa lain dengan kosa kata dan susunan bahasa
yang sesuai dengan bahasa aslinya.
Adapun لرتجة التفسريية أو املعنويةا atau tarjamah secara tafsiriyah
ialah menerangkan pengertian yang terkandung dalam suatu kalam
dengan bahasa yang lain dan tidak terikat oleh kosa kata dan
susunan bahasa aslinya.28
26 Miftah Faridl dan Agus Syihabudin, Al-Qur’an Sumber Hukum Islam yang Pertama, hal
305 27 Manna al-Qaththan, Mabahits fi Ulumil Qur’an, (tt.p.: Mansyurat al-‘Ashri al-Hadits,
1990), Cet ke-3, hal 313 28 Miftah Faridl dan Agus Syihabudin, Al-Qur’an Sumber Hukum Islam yang Pertama, hal
307
16
Tarjamahan terhadap ayat-ayat al-Qur’an dengan cara
harfiyah tidak boleh dianggap sebagai arti dan maksud yang
sesungguhnya dari al-Qur’an, terlebih untuk dijadikan suatu
ketentuan dalam hukum.29
Adapun hukum tarjamahan secara tafsiriyah (maknawiyah)
bisa menjadi pegangan, sepanjang terjemahannya memenuhi
syarat-syarat dalam penerjemahan. Sebaik-baik kitab tarjamahan
al-Qur’an dalam bahasa asing ialah yang menuliskan ayat-ayat al-
Qur’an secara lengkap, kemudian menerjemahkan lafazh demi
lafazhnya secara harfiyah, lalu menerjmahkan ayat-ayatnya secara
tafsiriyah atau maknawiyah.30
2. Kemampuan Membaca
a. Pengertian Kemampuan Membaca
Kemampuan identik dengan sebuah skill (keterampilan), menurut
kamus besar Bahasa Indonesia (KBBI) secara etimologi pengertian
keterampilan adalah kecakapan untuk menyelesaikan tugas. Sedangkan
secara terminologi, keterampilan adalah kemampuan yang hanya bisa
didapatkan dari lembaga pendidikan yang relevam dan bukan semata-mata
karena pembawaan. Dalam pengertian lain keterampilan adalah
kompetensi profesional yang cukup kompleks sebagai integrasi dari
beberapa kompetensi yang dimiliki seseorang secara utuh dan
menyeluruh.31
29 Miftah Faridl dan Agus Syihabudin, Al-Qur’an Sumber Hukum Islam yang Pertama, hal
307 30 Miftah Faridl dan Agus Syihabudin, Al-Qur’an Sumber Hukum Islam yang Pertama, hal
310 31 E Mulyasa, Menjadi Guru Profesional Menciptakan Pembelajaran Kreatif dan
Menyenangkan, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2005), hal 69
17
Sehingga dapat disimpulkan bahwa pengertian keterampilan atau
kemampuan adalah kompetensi profesional yang harus dimiliki oleh
seseorang, yang didapatkan melalui proses latihan dari lembaga pendidikan
yang relevan dan bukan semata-mata karena pembawaan.
Membaca adalah salah satu keterampilan yang berkaitan erat
dengan ketrampilan dasar terpenting pada manusia, yaitu berbahasa.
Dengan bahasa manusia dapat berkomunikasi terhadap sesamanya.
Membaca adalah pengucapan kata-kata dan perolehan arti dari barang
cetakan. Kegiatan ini melibatkan analisis dan pengorganisasian berbagai
ketrampilan yang kompleks. Termasuk di dalam pelajaran, pemikiran,
pertimbangan, perpaduan pemecahan masalah, yang berarti menimbulkan
kejelasan informasi bagi pembaca.32
Bila ditinjau dari segi linguistik, membaca adalah suatu proses
penyandian kembali dan pembacan sandi (arecoding and decoding
process). Membaca adalah suatu penafsiran atau interprestasi terhadap
ujaran yang berbeda dalam bentuk tulisan adalah suatu proses pembacaan
sandi.33
Selain itu, Wiryodijoyo juga menyatakan bahwa membaca adalah
sebuah perkembangan yang belum lama dimajukan dalam sejarah bahasa.
Proses membaca secara keseluruhan sangat kompleks. Proses ini
melibatkan keseluruhan pribadi membaca, seperti ingatan, pengalaman,
otak pengetahuan, kemampuan bahasa, keadaan psikologis dan emosional,
dan sebagai masukan pancaindera melalui mata.34
Dari berbagai definisi di atas dapat disimpulkan, bahwa
kemampuan membaca adalah kebisaan atau keprofesionalan seseorang
32 Wiryodijoyo, Membaca: Strategi Pengantar dan Tekniknya, (Jakarta: P2LPTK, 1989), hal
1-2 33 Tarigan, Membaca sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa, (Bandung: Angkasa, 1985), cet
ke-3, hal 7 34 Wiryodijoyo, Membaca: Strategi Pengantar dan Tekniknya, hal 2
18
dalam melakukan salah satu kegiatan aktif mencari informasi yang didapat
dalam bacaan atau aktivitas membaca.
b. Jenis-jenis Membaca
Kegiatan membaca dapat digolongkan menjadi beberapa jenis,
antara lain:
1) Membaca Nyaring
Adalah kegiatan membaca yang ditandai dengan ujaran secara
lengkap dan menggunakan intonasi baca yang baik agar isi
bacaan tersebut dapat didengar dan dipahami orang lain yang
menyimaknya.
Agar dapat membaca dengan baik dan benar, maka seseorang
dituntut:
a) Harus mampu menafsirkan lambang-lambang tertulis
agar makna dalam tulisan dipahami dengan benar.
b) Harus mampu memahami makna tulisan yang dibaca
c) Harus mampu memandang bacaan atau tulisan secara
luas dan cepat.35
2) Membaca dalam hati
Adalah membaca dengan cara tidak mengeluarkan ujaran tetapi
cukup dalam hati. Disebut juga membaca secara diam atau
membaca yang sebenarnya. Kegiatan membaca dalam hati
dilakukan untuk kepentingan diri sendiri. Pembaca secara sadar
mengamati tulisan dan lambang-lambang yang disertai
konsentrasi serta berusaha untuk memahaminya. Pemahaman
35 Tim Prima Pena, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (tt.p.: Gitamedia Press, t.t.), hal 870
19
yang dilakukan berlaku pada apa yang tersurat maupun tersirat
dalam bacaan.36
3) Membaca pemahaman
Adalah suatu kegiatan membaca yang dilakukan pembaca agar
tercipta suatu pemahaman terhadap isi yang terkandung dalam
bacaan. Dalam membaca pemahaman, seseorang harus mampu
menangkap pokok-pokok pikiran yang lebih tajam hngga
setelah selesai membaca, ia betul-betul memahami makna dan
tujuan bacaan.37
4) Membaca kritis
Adalah suatu kegiatan membaca yang menuntut pembaca
mampu mengerti, memahami, dan kemudian mengemukakan
suatu pernyataan “apa dan bagaimana” pokok pikiran yang
terkandung dalam suatu bacaan. Membaca kritis penuh dengan
penilaian dan kesimpulan.38
5) Membaca ide
Adalah suatu kegiatan membaca yang bertujuan mencari,
mendapatkan, dan memanfaatkan ide-ide yang terkandung
dalam bacaan.39
c. Aspek-aspek Membaca
1) Aspek gerak, yaitu aspek membaca yang mencakup pengenalam
huruf dalam bacaan, pengenalan unsur bahasa, pengenalan
hubungan antara intonasi dan huruf, dan kecepatan dalam hati.40
36 Tim Prima Pena, Kamus Besar Bahasa Indonesia, hal 870 37 Tim Prima Pena, Kamus Besar Bahasa Indonesia, hal 870 38 Tim Prima Pena, Kamus Besar Bahasa Indonesia, hal 870 39 Tim Prima Pena, Kamus Besar Bahasa Indonesia, hal 870 40 Tim Prima Pena, Kamus Besar Bahasa Indonesia, hal 870
20
2) Aspek pemahaman, yaitu meliputi kemampuan untuk memahami
bacaan secara sederhana, memahami makna yang tersirat dalam
bacaan dan penyesuaian tanda baca atau intonasi dengan kecepatan
membaca.41
d. Kemampuan Membaca Al-Qur’an
Seperti yang sudah dipaparkan sebelumnya bahwa kemampuan
membaca adalah kebisaan seseorang dalam melakukan kegiatan aktif
mencari informasi yang didapat dalam bacaan atau aktifitas membaca. Jika
ditambahkan kata al-Qur’an maka akan memiliki arti kebisaan seseorang
dalam melakukan kegiatan aktif mencari informasi yang didapat dalam al-
Qur’an atau aktifitas membaca al-Qur’an (tadarus).
Kebisaan disini memiliki maksud paham atau mengerti terhadap
apa-apa yang akan dilakukan ketika hendak membaca al-Qur’an, mengerti
bagaimana membaca al-Qur’an yang benar sesuai kaidah tajwid yang
sudah ditentukan, mengerti maksud dari apa yang dibacanya, mengerti
adab membaca al-Qur’an, dan lain sebagainya.
Bisa atau mampu membaca al-Qur’an tidak sekedar membaca
dengan lagu-lagu murotal yang sering dimainkan di masjid-masjid ketika
hendak memasuki waktu shalat. Bukan sebuah tuntutan seseorang yang
membaca al-Qur’an harus dengan lagu-lagu yang sedemikian rupa. Yang
terpenting adalah sesuai kaidah tajwid, dan adabnya.
Pembacaan al-Qur’an dengan talhin apabila keluar dari kaidah-
kaidah ilmu tajwid dan dibawakan dengan gaya berlebih-lebihan
hukumnya adalah haram. Pembacaan al-Qur’an dengan lagu yang dibuat-
buat dan dipaksakan sehingga menyalahi kaidah tajwid yang bersifat khafi
41 Tim Prima Pena, Kamus Besar Bahasa Indonesia, hal 871
21
maka hukumnya makruh. Pada dasarnya membaguskan suara dalam
membaca al-Qur’an adalah sunnah.42
e. Keutamaan Membaca Al-Qur’an
Betapa agungnya Al-Qur’an dan berapa besarnya kasih sayang
Allah Ta’ala kepada kita semua maka diturunkan-Nya kitab mulia yang
menunjukkan manusia ke jalan yang akan menyelamatkannya sekaligus
menganugerahkan keutamaan-keutamaan yang tak terhingga di dalam
menelusuri jalan tersebut. Berikut adalah berbagai macam keutamaan yang
berkenaan dengan membaca Al-Qur’an:
1) Akan diangkat derajatnya oleh Allah SWT.
يا عحمار عان : ق ال راسحولح الل الل ح بن الاطاب راض عالايه واسالما صالى الل ح عانهح قاالاا الكتااب أاق وااما واياضاعح به آخارينا )رواه مسلم(إن الل ا ي ارفاعح باذا
Umar bin Khattab ra berkata bahwa Rasullullah SAW
bersabda,“Sesungguhnya Allah SWT akan mengangkat
derajat suatu kaum dengan kitab ini (Al-Qur’an),
dengannya pula Allah akan merendahkan kaum yang
lain.” (HR. Muslim)
2) Membaca satu huruf akan mendapat sepuluh pahala kebajikan.
يا الل ح عانهح قاالا قاالا راسحولح الل صالى الل ح عالايه عا عان بد الل بن ماسعحود راضرفا من كتاا ب الل ف الاهح به حاساناة وااحلاساناةح بعاشر أامثاالاا لا أاق حولح واسالما مان ق اراأا حا
يم حارف )رواه الرتمذى( امل حارف والاكن أالف رف وام م حا حارف والا “Dari Abdullah ibnu Mas’ud ra berkata, Rasulullah
SAW bersabda, Siapa yang membaca satu huruf al-
Qur’an maka baginya satu kebaikan dengan bacaan
tersebut, satu kebaikan dilipatkan menjadi 10 kebaikan
semisalnya dan aku tidak mengatakan الم satu huruf akan
tetapi alif satu huruf, lam satu huruf, dan mim satu
huruf,” (HR. Tirmidzi)
42 Maria Ulfah, Seni Baca al-Qur’an dan Keistimewaanya, Jurnal Kordinat, Vol. 8, 2007, hal
74
22
3) Mendapatkan ketenangan dan rahmat dari Allah.
(٢٨مانحوا واتاطمائن ق حلحوبححم بذكرالل االا بذكر الل تاطمائن القحلحوبح )الرعد:االذينا ا “(Yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka
menjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah,
hanya dengan mengingat Allah hati menjadi tenteram.”
(QS. Ar-Ra’d: 28)
Jika al-Qur’an di baca, malaikat akan turun memberikan si
pembaca itu rahmat dan ketenangan. Seperti diketahui ada
segolongan maikat yang khusus ditugaskan untuk mencari
majelis atau forum zikir dan membaca al-Qur’an.43
4) Bisa menggugah hati pembaca dan mengarahkannya untuk
memikirkan kandungan ayat Al-Qur’an yang sedang dibaca. Di
samping itu, dengan memusatkan pendengaran bacaan Al-
Qur’an, pembaca bisa menolak rasa kantuknya sehingga lebih
bersemangat lagi.44
تحوا لاعالكحم ت حرحاحونا )األعرااف: (٢٠٤واإذاا قحرئا القحرآنح فااستامعحوا لاهح وااانص “Dan apabila dibacakan al-Qur’an, maka dengarkanlah
(baik-baik) dan diamlah (memperhatikan) dengan
tenang agar kamu sekalian dirahmati” (QS. Al-A’raf:
Qur’an karena sesungguhnya dia akan datang pada hari
43 Abu Nizhan, Buku Pintar Al-Qur’an, (Jakarta: Qultum Media, 2008), hal 6-7 44 Mukhlisoh Zawawie, P-M3 Al-Qur’an Pedoman Membaca, Mendengar, dan Menghafal Al-
Qur’an, (Solo: Tinta Medina, 2011), hal 27
23
kiamat sebagai pemberi syafa’at kepada orang yang
membacanya” (HR. Muslim)
6) Menjadi cahaya penunjuk bagi umat yang dikehendaki Allah.
يانح ن أامرنا ماا كحنتا تادري ماا الكتاابح والا ال ناا إلايكا رحوحا م ي وا كاذالكا أاوحان عباادنا )الش والاكن جاعالنااهح (٥٢ورى:ن حورا نادي به مان ناشااءح م
membaca rangkaian ayat dari setiap awal surat kecuali surat al-
Baraah (QS. at-Taubah), sebab bacaan basmalah merupakan
satu ayat yang termasuk dalam setiap surat kecuali yang satu
itu.46
B. Hasil Penelitian yang Relevan
Menghindari terjadinya kesamaan pembahasan pada penelitian ini dengan
penelitian lain, penulis menelusuri kajian-kajian yang pernah dilakukan atau memiliki
kesamaan. Selanjutnya hasil penelusuran ini akan menjadi acuan penulis untuk tidak
mengangkat metodologi yang sama, sehingga diharapkan kajian ini tidak terkesan
plagiat dari kajian yang telah ada.
Berdasarkan hasil penelusuran, penulis menemukan adanya hasil penelitian
yang membahas tentang pengaruh dari kegiatan tadarus qur’an, yaitu Peranan Tadarus
Al-Qur’an dalam Meningkatkan Prestasi Belajar Siswa Kelas XII pada Mata
Pelajaran Al-Qur’an Hadits di Madrasah Aliyah Miftahul Umam Pondok Labu
Jakarta Selatan oleh Muhamad Mukri, mahasiswa jurusan Pendidikan Agama Islam
46 Miftah Faridl dan Agus Syihabudin, Al-Qur’an Sumber Hukum Islam yang Pertama, hal
312-319
27
(PAI), Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif
Hidayatullah Jakarta (2010). Penelitian tersebut membahas tentang peran kegiatan
tadarus qur’an dalam meningkatkan prestasi belajar siswa. Penelitian ini dilakukan saat
berlangsungnya mata pelajaran al-Qur’an Hadits.
Penelitian lainnya yaitu Pengaruh Aktifitas Tadarus terhadap Ketenangan
Siswa Mengikuti Kegiatan Belajar Mengajar di Kelas X dan XI Madrasah Aliyah
Nahdhatul Ulama Tasikmalaya Tahun Ajaran 2010-2011 oleh Roni Mukarom,
mahasiswa jurusan Tarbiyah, Program Studi Pendidikan Agama Islam, Sekolah Tinggi
Agama Islam Negeri Salatiga (2011). Penelitian tersebut membahas tentang pengaruh
kegiatan tadarus dalam memberikan ketenangan siswa sebelum menghadapi kegiatan
belajar mengajar.
Berdasarkan hasil penelusuran penelitian diatas, penulis menemukan perbedaan
mengenai pembahasan yang dilakukan, dimana penulis meneliti Pengaruh Kegiatan
Tadarus Pagi terhadap Kemampuan Membaca Al-Qur’an Siswa SMPN 66 Jakarta.
Perbedaan dengan dua penelitian di atas antara lain:
1. Metode penelitian
2. Variable Y (pada penelitian kedua)
3. Lokasi penelitian
Dengan melihat perbedaan-perbedaan di atas, maka dapat dipastikan penelitian
yang penulis buat tidak akan terjadi kesamaan dengan penelitian-penelitan relevan
yang penulis temukan.
C. Kerangka Berfikir
Tadarus tidak hanya sekedar kegiatan membaca al-Qur’an, tapi juga mengkaji,
mempelajari, menghayati isi kandungan al-Qur’an. Sebagai umat islam yang taat,
sudah seharusnya melakukan hal yang demikian. Karena al-Qur’an adalah pedoman
28
atau pegangan hidup umat islam, selain itu banyak sekali ilmu yang terdapat pada al-
Qur’an.
Kemampuan membaca adalah kebisaan atau keprofesionalan seseorang dalam
melakukan salah satu kegiatan aktif mencari informasi yang kita dapat dalam bacaan
atau aktivitas membaca.
Dengan adanya kegiatan tadarus ini dapat membantu siswa dalam menambah
dan mengasah kemampuan membaca al-Qur’an. Namun, kegiatan tadarus yang tidak
dikelola dengan baik dapat memberikan pengaruh yang tidak sesuai dengan harapan
diadakannya kegiatan tadarus.
Dari beberapa pemikiran diatas, maka kegiatan tadarus dapat membantu siswa
dalam membaca al-Qur’an. Namun tidak akan membantu apabila tidak dikelola dengan
baik.
D. Hipotesis Penelitian
Hipotesis adalah alternatif dugaan jawaban yang dibuat oleh peneliti bagi
problematika yang diajukan dalam penelitiannya. Dugaan jawaban tersebut merupakan
kebenaran yang sifatnya sementara, yang akan diuji kebenarannya dengan data yang
dikumpulkan melalui penelitian. Dengan kedudukannya itu maka hipotesis dapat
berubah menjadi kebenaran, akan tetapi juga dapat tumbang sebagai kebenaran.47
Melihat hal diatas, maka penulis menarik hipotesis pada penelitian ini:
Ho : Kegiatan tadarus al-Qur’an pagi tidak berpengaruh terhadap
kemampuan membaca al-Qur’an siswa SMPN 66 Jakarta.
Ha : Kegiatan tadarus al-Qur’an pagi berpengaruh terhadap kemampuan
membaca al-Qur’an siswa SMPN 66 Jakarta.
47 Suharsimi Arikunto, Manajemen Penelitian, (Jakarta: Rineka Cipta, 2007), Cet ke-9, hal 55
29
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan mulai tanggal 20 Agustus sampai tanggal 20
Nopember 2017. Bertempat di SMPN 66 Jakarta yang beralamatkan di jalan Masjid
an-Nur kelurahan Grogol Selatan kecamatan Kebayoran Lama kota Jakarta Selatan
propinsi DKI Jakarta.
B. Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode penelitian kuantitatif korelasional.
Penelitian kuantitatif dapat diartikan sebagai metode penelitian yang berlandaskan
pada filsafat positivisme, digunakan untuk meneliti pada populasi atau sampel tertentu,
pengumpulan data menggunakan instrumen penelitian, analisis data bersifat
kuantitatif/statistik, dengan tujuan untuk menguji hipotesis yang telah ditetapkan.1
Penelitian korelasional merupakan penelitian yang dimaksudkan untuk mengetahui ada
tidaknya hubungan antara dua atau beberapa variabel.2
Di dalam penelitian koefisien korelasi menerangkan sejauh mana dua atau
lebih variabel berkorelasi, sedangkan dalam penelitian generalisasi hipotesis koefisien
korelasi menunjukkan tingkat signifikansi terbukti tidaknya hipotesis.3
1 Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D, (Bandung: Alfabeta, 2013),
Cet ke-18, hal 8 2 Suharsimi Arikunto, Manajemen Penelitian, (Jakarta: Rineka Cipta, 2007), Cet ke-9, hal 247 3 Suharsimi Arikunto, Manajemen Penelitian, hal 248
30
C. Populasi dan Sampel
Populasi terdiri atas sekumpulan objek yang menjadi pusat perhatian, yang
dari padanya terkandung informasi yang ingin diketahui.4 Populasi pada penelitian ini
adalah siswa-siswi SMPN 66 Jakarta yang berjumlah 530 siswa.
Sampel sering juga disebut contoh, yaitu himpunan bagian (subset) dari
suatu populasi. Sebagai bagian dari populasi, sampel memberikan gambaran yang
benar tentang populasi.5 Penarikan sampel dari populasi yang berjumlah 500 adalah
sebesar 10%, 15%, atau 20% dari jumlah populasi yang ada. Sampel pada penelitian
ini adalah 6 orang siswa dari masing-masing kelas. Di SMPN 66 Jakarta terdapat 3
angkatan, tiap-tiap angkatan ada 5 kelas. Sehingga jumlah sampel sebanyak 90 orang
siswa. Penarikan sampel pada penelitian ini menggunakan teknik Proportionate
Stratified Random Sampling atau pengambilan acak berdasarkan lapisan.
D. Variabel Penelitian
Variabel ialah sesuatu yang dinilainya bervariasi, berubah menurut waktu
yang mengetahui perubahan (change) atau berbeda menurut tempat untuk mengetahui
perbedaan (difference). Nilai karakteristik suatu elemen merupakan variabel, diberi
simbol huruf X atau huruf LATIN lainnya.6
Variabel pada penelitian ini antara lain:
1. Kegiatan Tadarus Pagi sebagai variabel independent yang disimbolkan
dengan huruf X (variabel X)
2. Kemampuan baca al-Qur’an sebagai variabel dependent yang
disimbolkan dengan huruf Y (variabel Y)
4 W Gulö, Metodologi Penelitian, (Jakartra: Grasindo, 2010), hal 76 5 W Gulö, Metodologi Penelitian, hal 78 6 Supranto dan Nandan Limakrisna, Petunjuk Praktis Penelitian Ilmiah untuk Menyusun
Skripsi, Tesis dan Disertasi, (Jakarta: Mitra Wacana Media, 2013), hal 56
31
E. Teknik Pengumpulan Data
Pengumpulan data tidak lain dari suatu proses pengadaan data primer untuk
keperluaan penilitian. Pengumpulan data adalah prosedur yang sistematis dan standar
untuk memperoleh data yang diperlukan.7 Adapun dalam pengumpulan data tersebut
diperlukan teknik-teknik tertentu sehingga data yang diharapkan dapat terkumpul dan
benar-benar relevan dengan permasalahan yang hendak dipecahkan.
Teknik yang digunakan pada penelitian ini dalam mengumpulkan data-data
berupa:
1. Angket (kuesioner)
Angket adalah kumpulan dari pertanyaan yang diajukan secara tertulis
kepada seseorang (responden), dan dijawab juga secara tertulis.8 Metode
angket yang penulis lakukan adalah dengan mengajukan beberapa point
pertanyaan ke sejumlah responden penelitian yang terkait dengan materi.
Bentuk angket ini mengandung 20 butir item pertanyaan. Setiap butir
pertanyaan memiliki 4 alternatif jawaban, yaitu untuk jawaban selalu = 4,
sering = 3, kadang-kadang = 2, tidak pernah = 1
2. Observasi
Yaitu pengumpulan data dengan mengadakan pengamatan secara langsung
dan pencatatan sistematika terhadap fenomena-fenomena yang diselidiki di
SMPN 66 Jakarta. Observasi ini dilakukan untuk mencari data valid yang
hendak diteliti di lokasi penelitian dengan mengamati keadaan lingkungan
sekolah.
3. Dokumentasi
7 Moh. Nazir, Metode Penelitian, (Bogor: Ghalia Indonesia, 2009), hal 174 8 Suharsimi Arikunto, Manajemen Penelitian, hal 101
32
Dokumentasi adalah data yang diperoleh dari arsip sekolah mengenai
berdirinya sekolah ini, jumlah guru, siswa, karyawan, struktur organisasi,
dan fasilitas sekolah.
F. Instrumen Penelitian
Instrumen adalah alat bantu bagi peneliti di dalam mengumpulkan data.9
Dengan instrumen inilah data penelitian akan terkumpul kemudian data-data tersebut
diolah dan dianalisis untuk kemudian disimpulkan.
1. Instrumen Kegiatan Tadarus Pagi
Instrumen yang digunakan untuk mengukur kegiatan tadarus pagi adalah
angket. Dalam penelitian ini angket digunakan untuk menanyakan tentang
respon siswa terhadap kegiatan tadarus pagi SMPN 66 Jakarta. Sebaran
butir instrumen kegiatan tadarus pagi berjumlah 20 pertanyaan, dan opsi
jawaban yang diajukan sebanyak 4 opsi.
2. Instrumen Kemampuan Baca al-Qur’an
Instrumen kemampuan baca al-qur’an yang digunakan pada penelitian ini
adalah hasil tes kompetensi qiraat (membaca) al-qur’an siswa-siswi yang
menjadi sampel secara individu.
Tabel 3.1
Kisi-kisi Instrumen Angket
Indikator No. Butir
Soal
Jumlah
Item
1. Pendapat siswa tentang kegiatan tadarus
pagi. 1 1
2. Perasaan siswa mengikuti kegiatan tadarus
pagi. 2 1
9 Suharsimi Arikunto, Manajemen Penelitian, hal 101
33
3. Aktifitas pembimbing dalam kegiatan
tadarus pagi. 3 1
4. Manfaat kegiatan tadarus pagi. 4 1
5. Waktu kegiatan tadarus pagi. 5 1
6. Sikap siswa mengikuti tadarus pagi. 6 1
7. Minat siswa mengikuti tadarus pagi. 7 1
8. Kemampuan siswa tentang al-Qur’an 8-10 3
9. Pengamalan kaidah bacaan 11 1
10. Motivasi siswa setelah mengikuti kegiatan
tadarus pagi. 12 1
11. Keterkaitan materi tadarus dengan mata
pelajaran PAI 13 1
12. Kapasitas materi tadarus yang diberikan 14 1
13. Metode yang dipakai pembimbing dalam
kegiatan tadarus 15 1
14. Kompetensi pembimbing kegiatan tadarus 16 1
15. Kegiatan tadarus melatih bacaan al-Qur’an 17 1
16. Progres setelah mengikuti kegiatan tadarus 18 1
17. Rutinitas siswa di rumah. 19 1
18. Motivasi orang tua. 20 1
JUMLAH 20
Tabel 3.2
Indikator Penilaian Tes Membaca al-Qur’an Siswa
No. Indikator Penilaian Bobot Nilai
1 Adab selama membaca al-Qur’an 20
34
2 Kelancaran siswa dalam membaca al-Qur’an 20
3 Ketepatan makharijul huruf 20
4 Penguasaan Tajwid 20
5 Artikulasi bacaan 20
JUMLAH 100
G. Teknik Pengolahan Data
Data yang telah dikumpulkan, kemudian diolah dengan langkah-langkah
sebagai berikut:
1. Editing/pemeriksaan
Hal ini dilakukan setelah semua data terkumpul melalui angket atau
kuisioner atau instrumen lainnya. Langkah pertama yang perlu dilakukan
adalah memeriksa kembali semua kuisioner tersebut satu persatu. Hal
tersebut dilakukan dengan maksud mengoreksi apakah setiap kuisioner
telah terisi sesuai petunjuk.
2. Scoring
Pemberian skor terhadap butir-butir pertanyaan yang terdapat dalam angket
atau kuisioner, dengan memperhatikan jenis data yang ada sehingga tidak
terjadi kesalahan terhadap butir pertanyaan yang tidak layak diberi skor.
3. Tabulasi data.
Perhitungan terhadap skor yang telah ada. Tabulasi ini bertujuan untuk
mendapatkan gambaran dalam setiap item yang dikemukakan.10