-
i
PENGARUH KEGIATAN LITERASI
DAN READ ALOUD TERHADAP
KETERAMPILAN BAHASA RESEPTIF
ANAK USIA DINI
TESIS
Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Magister Pendidikan
Oleh
Lely Diah Eko Priyantini
0103515037
HALAMAN JUDUL
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DASAR
PASCASARJANA
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
TAHUN 2020
-
ii
-
iii
-
iv
MOTTO DAN PERSEMBAHAN
Motto:
“Sesungguhnya beserta kesulitan itu ada kemudahan.. Maka
apabila
engkau telah selesai (dari sesuatu urusan), tetaplah bekerja
keras (untuk
urusan yang lain),dan hanya kepada Tuhanmulah engkau
berharap.”
Persembahan:
Tesis ini saya persembahkan untuk:
❖ Almamaterku Universitas
Negeri Semarang
❖ Keluarga yang selalu
memberikan doa dan semangat
❖ Teman –teman yang selalu
mendukung.
-
v
MOTTO DAN PERSEMBAHAN
Motto:
“Sesungguhnya beserta kesulitan itu ada kemudahan.. Maka
apabila
engkau telah selesai (dari sesuatu urusan), tetaplah bekerja
keras (untuk
urusan yang lain),dan hanya kepada Tuhanmulah engkau
berharap.”
Persembahan:
Tesis ini saya persembahkan untuk:
❖ Almamaterku Universitas
Negeri Semarang
❖ Keluarga yang selalu
memberikan doa dan semangat
❖ Teman-teman yang selalu
mendukung.
-
vi
ABSTRAK
Priyantini. Lely Diah Eko. 2020. “Pengaruh Kegiatan Literasi dan
Read Aloud
terhadap Keterampilan Bahasa Reseptif Anak Usia Dini”. Tesis.
Program
Studi Pendidikan Dasar. Pascasarjana. Universitas Negeri
Semarang.
Pembimbing I Prof. Dr. Sarwi, M.Si., Pembimbing II Dr. Amin
Yusuf,
M.Si.
Kata Kunci: literasi, read aloud, bahasa reseptif
Salah satu keterampilan yang memegang peran penting dalam
perkembangan bahasa anak merupakan keterampilan bahasa reseptif.
Idealnya
seorang anak memperoleh stimulasi agar perkembangan bahasa
reseptif anak
dapat berkembang. Namun, selama ini rangsangan terhadap
perkembangan bahasa
reseptif anak masih jarang dilakukan. Peningkatan keterampilan
bahasa reseptif
anak dipengaruhi intervensi dari orangtua maupun guru, yaitu
dapat dilakukan
melalui kegiatan literasi maupun read aloud. Penelitian ini
bertujuan untuk
menganalisis pengaruh kegiatan literasi dan read aloud terhadap
keterampilan
bahasa reseptif anak usia dini.
Sampel pada penelitian ini berjumlah 138 anak usia dini, yang
berasal dari
4 sekolah di Kota Purwokerto yaitu TK Diponegoro 173, TK
Aisyiyah XV, dan
TK Al Irsyad Purwokerto, PAUD Wadas Kelir. Sampel yang terlibat
pada
penelitian ini telah bersedia dan memperoleh persetujuan dari
orangtua dan guru
untuk terlibat dalam penelitian ini. Teknik pengambilan sampel
menggunakan
cluster random sampling. Skor keterampilan bahasa reseptif anak,
kegiatan
literasi, dan read aloud diperoleh melalui observasi. Analisis
data menggunakan
analisis regresi dengan bantuan SPSS 23.0 for windows. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa kegiatan literasi dan read aloud
memiliki pengaruh terhadap keterampilan bahasa reseptif.
Pengaruh kegiatan
literasi terhadap keterampilan bahasa reseptif sebesar 24,50%.
Adapun pengaruh
kegiatan read aloud terhadap keterampilan bahasa reseptif
sebesar 32,49%.
Kegiatan literasi dilakukan supaya anak memiliki kemampuan
dalam
menggunakan informasi tertulis maupun lisan. Sedangkan, kegiatan
read aloud
dapat menarik perhatian anak sehingga anak dapat menyimak
informasi secara
baik. Anak yang memiliki keterampilan bahasa reseptif mampu
memahami
informasi baik tertulis maupun lisan. Semakin baik implementasi
kegiatan literasi
dan semakin baik implementasi read aloud maka semakin baik
keterampilan
bahasa reseptif anak usia dini.
-
vii
ABSTRACT
Priyantini. Lely Diah Eko. 2020. “The Effect of Literacy and
Read Aloud
Activities on Early Age Receptive Language Skills”. Thesis.
Primary
Education Study Program. Postgraduate. Universitas Negeri
Semarang.
Supervisor I Prof. Dr. Sarwi, M.Si., Supervisor II Dr. Amin
Yusuf, M.Si.
Keywords: literacy, read aloud, receptive language
One of the skills that plays an important role in children's
language
development is receptive language skills. Ideally a child gets
stimulation so that
the child's receptive language development can develop. However,
during this
time the stimulation of receptive language development in
children is still rarely
done. The improvement of children's receptive language skills is
influenced by
intervention from parents and teachers, which can be done
through literacy
activities and read aloud. This study aims to analyze the effect
of literacy and read
aloud activities on receptive language skills in early
childhood.
The sample in this study amounted to 138 early childhood, who
came from
4 schools in Purwokerto, namely TK Diponegoro 173, TK Aisyiyah
XV, dan TK
Al Irsyad Purwokerto, PAUD Wadas Kelir. The sample involved in
this study was
willing and obtained approval from parents and teachers to be
involved in this
study. The sampling technique uses cluster random sampling.
Scores for children's
receptive language skills, literacy activities, and read aloud
are obtained through
observation. Data analysis using regression analysis with the
help of SPSS 23.0
for windows.
The results showed that literacy and read aloud activities had
an influence
on receptive language skills. The effect of literacy activities
on receptive language
skills is 24.50%. The effect of read aloud activities on
receptive language skills is
32.49%.
Literacy activities are carried out so that children have the
ability to use
written and oral information. Meanwhile, read aloud activities
can attract the
attention of children so that children can listen to information
well. Children who
have receptive language skills are able to understand
information both written and
oral. The better the implementation of literacy activities and
the better the
implementation of read aloud, the better the receptive language
skills of early
childhood.
-
viii
PRAKATA
Puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas rahmat serta
karunia-
Nya peneliti dapat menyelesaikan tesis yang berjudul “Pengaruh
Kegiatan Literasi
dan Read Aloud terhadap Keterampilan Bahasa Reseptif Anak Usia
Dini”. Tesis
ini dapat terselesaikan karena bantuan dari berbagai pihak. Oleh
karena itu,
peneliti menyampaikan ucapan terima kasih kepada pihak yang
telah membantu
penyelesaian tesis ini, diantaranya:
1. Direksi Pascasarjana Universitas Negeri Semarang, yang telah
memberikan
kesempatan serta arahan selama penyelesaian studi magister
pendidikan
dasar.
2. Ketua Program Studi Pendidikan Dasar Pascasarjana Universitas
Negeri
Semarang, yang telah memberikan kesempatan dan arahan dalam
penulisan
tesis ini.
3. Prof. Dr. Sarwi, M.Si dan Dr. Amin Yusuf, M.Si yang telah
membimbing,
mengarahkan, dan memberikan masukan dalam penelitian tesis
ini
4. Kedua orang tua dan saudara kandung, yang selalu memberikan
dukungan,
motivasi, dan doa dalam menyelesaikan studi dan penyelesaian
penelitian
dan penulisan tesis ini.
5. Teman-teman Pascasarjana Program Studi Pendidikan Dasar
(Pendidikan
Anak Usia Dini).
6. Berbagai pihak yang telah membantu penulisan tesis ini yang
tidak dapat
disebutkan satu persatu.
Akhir kata, semoga hasil penelitian ini bermanfaat dan
merupakan
kontribusi bagi pengembangan ilmu pengetahuan.
Semarang, Februari 2020
Lely Diah Eko Priyantini
-
ix
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
................................................................................................
i
LEMBAR PENGESAHAN
....................................................................................
ii
PERNYATAAN KEASLIAN
................................................................................
iii
MOTTO DAN PERSEMBAHAN
.......................................................................
ivv
ABSTRAK
..............................................................................................................
v
ABSTRACT
..........................................................................................................
vii
PRAKATA
...........................................................................................................
viii
DAFTAR ISI
..........................................................................................................
ix
BAB I PENDAHULUAN
.......................................................................................
5
1.1 Latar Belakang
.........................................................................................
5
1.2 Identifikasi Masalah
...............................................................................
14
1.3 Cakupan Masalah
...................................................................................
15
1.4 Rumusan Masalah
..................................................................................
15
1.5 Tujuan Penelitian
....................................................................................
15
1.6 Manfaat Penelitian
..................................................................................
16
BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA TEORETIS, KERANGKA
BERPIKIR, DAN HIPOTESIS PENELITIAN
.................................................... 17
2.1 Kajian Pustaka
........................................................................................
17
2.2 Kajian Teori
............................................................................................
25
2.2.1 Keterampilan Berbahasa Reseptif
.................................................... 25
2.2.1.1 Definisi Keterampilan Berbahasa Reseptif
................................. 25
2.2.1.2 Aspek Keterampilan Berbahasa Reseptif
.................................... 27
2.2.1.3 Indikator Keterampilan Bahasa Reseptif
..................................... 29
2.2.1.4 Faktor-faktor yang Mengefektifkan Proses Berbahasa
............... 30
2.2.1.5 Tahapan Kemampuan Membaca pada Anak Usia Dini
.............. 34
2.2.2
Literasi..............................................................................................
39
2.2.2.1 Definisi Literasi
...........................................................................
39
2.2.2.2 Prinsip Pembelajaran Literasi Pada AUD
................................... 41
-
x
2.2.2.3 Indikator Kegiatan Literasi
.......................................................... 43
2.2.3 Read Aloud
.......................................................................................
44
2.2.3.1 Definisi Read Aloud
....................................................................
44
2.2.3.2 Peran Kegiatan Read Aloud dalam Mencapai
Perkembangan
Anak 46
2.2.3.3 Indikator Read Aloud
..................................................................
47
2.3 Kerangka Berpikir
..................................................................................
47
2.3.1 Pengaruh kegiatan literasi terhadap keterampilan bahasa
reseptif ... 47
2.3.2 Pengaruh read aloud terhadap keterampilan bahasa reseptif
........... 50
2.4 Hipotesis
.................................................................................................
52
BAB III METODE
PENELITIAN........................................................................
53
3.1 Desain Penelitian
....................................................................................
53
3.2 Populasi dan Sampel
..............................................................................
54
3.2.1 Populasi
............................................................................................
54
3.2.2 Sampel
..............................................................................................
55
3.3 Variabel Penelitian
.................................................................................
57
3.3.1 Variabel Bebas
.................................................................................
57
3.3.2 Variabel Terikat
...............................................................................
57
3.4 Teknik dan Instrumen Pengumpulan Data
............................................. 58
3.4.1 Teknik Pengumpulan Data
...............................................................
58
3.5 Teknik Analisis Data
..............................................................................
61
3.5.1 Uji Validitas dan Reliabilitas Data
................................................... 61
3.6 Analisis Data
..........................................................................................
63
3.6.1 Analisis Data Deskriptif
...................................................................
64
3.6.2 Analisis Data Inferensial
..................................................................
64
3.6.3 Uji Hipotesis
....................................................................................
69
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
..............................................................
71
4.1 Gambaran Umum Penelitian
..................................................................
71
4.1.1 Keterampilan Bahasa Reseptif Anak Usia Dini
............................... 72
4.1.2 Kegiatan Literasi Anank Usia Dini
.................................................. 74
4.1.3 Real Aloud Anak Usia Dini
..............................................................
75
-
xi
4.2 Hasil Penelitiasn
.....................................................................................
76
4.2.1 Kegiatan Literasi Berpengaruh terhadap Keterampilan
Bahasa
Reseptif Anak Usia Dini
..................................................................
83
4.2.2 Read Aloud Berpengaruh terhadap Keterampilan Bahasa
Reseptif
Anak Usia Dini
.................................................................................
85
4.2.3 Kegiatan Literasi dan Read Aloud Berpengaruh terhadap
Keterampilan Bahasa Reseptif Anak Usia Dini
............................... 86
BAB V PENUTUP
................................................................................................
88
5.1 Kesimpulan
.............................................................................................
88
5.2 Saran
.......................................................................................................
88
DAFTAR PUSTAKA
...........................................................................................
90
-
1
DAFTAR TABEL
Tabel 2.2 Standar Tingkat Pencapaian Perkembangan Bahasa Anak
Usia 4-6
Tahun
...................................................................................................
38
Tabel 2.3 Kurikulum 2013 Pendidikan Aak Usia Dini
........................................ 39
Tabel 3.1 Rincian Sampel Masing-masing Sekolah
............................................ 56
Tabel 3.2 Teknik dan Instrumen Pengumpulan Data
........................................... 58
Tabel 3.3 Kisi-kisi Keterampilan Berbahasa Reseptif
......................................... 59
Tabel 3.4 Kisi-kisi Kegiatan Literasi
...................................................................
60
Tabel 3.5 Kisi-kisi Read Aloud
...........................................................................
60
Tabel 3.6 Kriteria Validitas Instrumen
....................................................................
Tabel 3.7 Hasil Uji Validitas Variabel Kegiatan literasi
.................................... 61
Tabel 3.8 Hasil Uji Validitas Read Aloud
........................................................... 62
Tabel 3.9 Hasil Uji Validitas Variabel Keterampilan Bahasa
Reseptif ............... 62
Tabel 3.10 Uji Reliabilitas
...................................................................................
63
Tabel 3.11 Uji Normalitas
....................................................................................
65
Tabel 3.12. Hasil Uji Multikolonieritas
...............................................................
67
Tabel 3.13. Hasil Analisis Durbin Watsson
......................................................... 69
Tabel 4.1 Profil Responden Penelitian
.................................................................
71
Tabel 4.2 Statistik Deskriptif Varibel Penelitian
................................................. 72
Tabel 4.3 Hasil Uji Simultan (Uji F) Variabel X1 dan X2 Terhadap
Y ..................
Tabel 4.4 Hasil Uji Parsial (Uji T) Variabel X1 dan X2 Terhadap
Y .....................
Tabel 4.5 Hasil Uji Determinasi Simultan dan Parsial Variabel
X1, X2 Terhadap
Y
..........................................................................................................
82
Tabel 4.6 Hasil Analisis Regresi Linier Berganda
............................................... 81
-
2
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Alur Kerangka Berpikir
...................................................................
52
Gambar 3.1 Grafik Normalitas
P-Plot..................................................................
66
Gambar 3.2 Grafik Histogram Uji Normalitas
.................................................... 66
Gambar 3.3 Scatterplot
........................................................................................
68
Gambar 4.1 Grafik Keterampilan Bahasa Reseptif Anak Usia
Dini.................... 73
Gambar 4.2 Grafik Kegiatan Literasi Anak Usia Dini
........................................ 74
Gambar 4.3 Grafik Read Aloud Anak Usia Dini
................................................. 75
-
3
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Surat Izin Penelitian PAUD Wadas Kelir
...................................... 100
Lampiran 2. Surat Izin Penelitian TK Diponegoro 173 Teluk
............................ 101
Lampiran 3. Surat Izin Penelitian TK Aisyiyah Bustanul Athfal XV
Teluk ...... 102
Lampiran 4. Surat Izin Penelitian TK Al Irsyad Al Islamiyyah
Purwokerto ...... 103
Lampiran 5. Surat Pernyataan Telah Melakukan Penelitian PAUD
Wadas Kelir
........................................................................................................
104
Lampiran 6. Surat Pernyataan Telah Melakukan Penelitian TK
Diponegoro 173
Teluk
..............................................................................................
105
Lampiran 7. Surat Pernyataan Telah Melakukan Penelitian TK
Aisyiyah Bustanul
Athfal XV Teluk
............................................................................
106
Lampiran 8. Surat Pernyataan Telah Melakukan Penelitian TK Al
Irsyad Al
Islamiyyah Purwokerto
..................................................................
107
Lampiran 9. Lembar Observasi Keterampilan Bahasa Reseptif
......................... 108
Lampiran 10. Rubrik Penilaian Lembar Observasi Keterampilan
Bahasa Reseptif
........................................................................................................
109
Lampiran 11. Lembar Observasi Kegiatan Literasi
............................................ 110
Lampiran 12. Rubrik Penilaian Lembar Observasi Kegiatan Literasi
................ 111
Lampiran 13. Lembar Observasi Read Aloud
.................................................... 113
Lampiran 14. Rubrik Penilaian Lembar Observasi Read Aloud
........................ 114
Lampiran 15. Data Sampel Anak Usia Dini Uji Coba Instrumen
Observasi ...... 115
Lampiran 16. Hasil Lapangan Uji Instrumen Kegiatan Literasi
......................... 116
Lampiran 17. Hasil Lapangan Uji Instrumen Read Aloud
................................. 117
Lampiran 18. Hasil Lapangan Uji Instrumen Keterampilan Bahasa
Reseprif .... 118
Lampiran 19. Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas Kegiatan
Literasi ................. 119
Lampiran 20. Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas Read Aloud
.......................... 120
Lampiran 21. Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas Keterampilan
Bahasa Reseptif
........................................................................................................
121
Lampiran 22. Data Sampel Anak Usia Dini Pada Penelitian
.............................. 122
Lampiran 23. Tabulasi Data Penelitian Kegiatan Literasi
.................................. 126
Lampiran 24. Tabulasi Data Kegiatan Read Aloud
............................................ 131
-
4
Lampiran 25. Tabulasi Data Keterampilan Bahasa Reseptif
.............................. 136
Lampiran 26. Hasil Uji Normalitas
.....................................................................
141
Lampiran 27. Hasil Uji Moltikolinieritas
............................................................
143
Lampiran 28. Hasil Uji Heteroskedastisitas
........................................................ 144
Lampiran 29. Hasil Uji Autokorelasi
..................................................................
145
Lampiran 30. Hasil Uji Hipotesis
.......................................................................
146
Lampiran 31. Dokumentasi Penelitian
................................................................
149
-
5
BAB I
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Salah satu aspek pada anak usia dini yang penting untuk
distimulasi adalah
aspek perkembangan bahasa (Saputri & Sri, 2016).
Perkembangan bahasa pada
anak usia dini adalah langkah yang penting dalam perkembangan
kemampuannya
untuk berpikir dan belajar, dan akan berpengaruh signifikan
terhadap
pendidikannya secara keseluruhan (Hasanah, 2018). Oleh karena
itu, kemampuan
bahasa perlu dikembangkan pada anak sejak usia dini (Kurnia dkk,
2015).
Stimulasi terhadap aspek perkembangan bahasa diperlukan karena
kehidupan
manusia tidak lepas dari penggunaan bahasa dan pemerolehan
bahasa.
Bahasa merupakan alat komunikasi manusia untuk saling
berinteraksi
(Aniati, 2017; Susilaningsih dkk, 2018). Selain itu, bahasa
merupakan suatu hasil
kebudayaan yang harus dipelajari dan diajarkan. Melalui bahasa,
kebudayaan
suatu bangsa dapat dibentuk, dibina, dan dikembangkan serta
dapat diturunkan
kepada generasi-generasi mendatang. Bahasa memungkinkan manusia
dapat
memikirkan suatu permasalahan secara teratur, terus-menerus, dan
berkelanjutan.
Sebaliknya, tanpa bahasa peradaban manusia tidak dapat
berkembang dengan
baik.
Berdasarkan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 58 Pasal
1,
Tingkat Pencapain Perkembangan Bahasa anak usia 4 sampai 6 tahun
terbagi
menjadi 3 bagian yaitu memahami bahasa, mengungkapkan bahasa,
dan
keaksaraan. Menurut Piaget (Vygotsky, 1986) anak usia dini,
khususnya anak
-
6
yang berusia 2-7 tahun adalah anak yang berada pada tahap
pra-operasional. Pada
tahap pra-operasional, anak memiliki ciri khusus diantaranya
adalah memiliki
pemikiran simbolis, egosentris, animisme dan intuitif. Sejalan
dengan pemikiran
ini, tokoh lain yaitu Vygotsky (1986) berpendapat, bahwa dalam
berbicarapun
anak melaksanakan tahap eksternal, egosentris, dan internal.
Proses berbicara
yang merupakan wujud pemikiran anak dari tahapan eksternal
bersumber dari
arahan orang dewasa, lalu anak berbicara sesuai dengan jalan
pikirannya hingga
berlanjut pada berpikir sebelum berucap. Proses berbicara yang
terjadi bersumber
dari berbagai dorongan yaitu insting, batin, dan juga dorongan
berfikir (Ciptarja,
2008). Dorongan-dorongan tersebut mengantarkan anak untuk
bisa
mengkomunikasikan segala kebutuhan, kehendak, serta gagasan
dalam bentuk
verbal yakni dengan berbicara sehingga memudahkan anak untuk
berinteraksi,
berkomunikasi, berekspresi, dan juga menjelajah dunianya secara
lebih
menyenangkan.
Faktor genetika, lingkungan, peluang berkomunikasi
mempengaruhi
kemampuan berbicara. Hal ini sesuai dengan pendapat Santrock
(2007) bahwa
belajar berbicara dipengaruhi oleh faktor tersebut dan juga bisa
dilakukan melalui
bantuan orang dewasa melalui percakapan. Proses percakapan ada
komunikasi
dua arah, dari pembicara sebagai pengirim ide (sender) dan
pendengar sebagai
penerima gagasan (receiver). Percakapan dan komunikasi tersebut
dibutuhkan
sejumlah keterampilan berbahasa yang harus dikuasai oleh anak.
Keterampilan
berbahasa yang dimaksud adalah menyimak, berbicara, membaca, dan
menulis
(Anjarsari et al, 2013; Nurlohot, 2017). Keterampilan berbahasa
dapat dikatakan
-
7
seseorang yang terampil memilih bunyi-bunyi bahasa (berupa kata,
kalimat, serta
tekanan dan nada) secara tepat serta memformulasikannya secara
tepat pula guna
menyampaikan pikiran, perasaan, gagasan, fakta, perbuatan dalam
suatu konteks
komunikasi tertentu (Mulyati, 2014). Implementasi dari teori itu
terutama untuk
anak usia dini terlihat ketika sebelum anak dapat berbicara,
anak memperoleh
peluang menyimak berbagai informasi dalam konteks interaksi.
Informasi sering
disimak anak dalam kehidupan sehari-hari bahkan sebelum anak
dilahirkan dia
telah menyimak informasi dari sang ibu dan lingkungannya.
Keterampilan berbahasa terdiri dari empat aspek yaitu, membaca,
menulis,
menyimak, dan berbicara (Nuryani, 2018). Empat aspek tersebut
dibagi menjadi
dua kategori, yakni keterampilan berbahasa reseptif dan
keterampilan berbahasa
produktif. Keterampilan berbahasa reseptif adalah keterampilan
bahasa yang
diaplikasikan untuk memahami sesuatu yang disampaikan melalui
bahasa lisan
dan tulisan (Adini, 2016). Adapun yang termasuk bahasa reseptif
adalah kegiatan
menyimak dan membaca. Sedangkan, Keterampilan berbahasa
produktif adalah
keterampilan bahasa yang diaplikasikan untuk menyampaikan
informasi baik
secara tertulis maupun lisan. Adapun yang termasuk bahasa
produktif adalah
kegiatan menulis dan berbicara (Sastromiharjo, 2012). Seorang
anak pada
dasarnya menerapkan keterampilan bahasa yang ia miliki sejak
kecil (menyimak
dan berbicara) pada saat anak belajar membaca dan menulis
(Defina, 2017).
Keterampilan berbahasa menurut Moeslichatoen (2004), melibatkan
dua
kemampuan berbahasa yakni, kemampuan reseptif (menerima,
menyimak), dan
produktif (menghasilkan, berbicara, menulis). Bercakap-cakap
dapat berarti
-
8
komunikasi lisan antara anak dan guru atau antara anak dengan
anak lain melalui
kegiatan monolog dan dialog. Vygotsky (1986) percaya bahwa
dialog adalah alat
penting dalam meningkatkan kemampuan bercakap-cakap karena
anak
sebenarnya kaya konsep tetapi tidak sistematis, acak, dan
spontan sehingga
dengan dialog anak diajak untuk berpikir sistematis, logis, dan
rasional.
Disimpulkan bahwa dengan bercakap-cakap secara dialogis ini maka
anak
diharapkan bisa menangkap makna bicara orang lain dan mampu
menanggapi
pembicaraan orang lain secara lisan. Penjelasan para ahli di
atas menegaskan
betapa pentingnya kemampuan berbicara yang didasarkan pada
kemampuan
menyimak. Dengan semakin baiknya kemampuan menyimak,
kemampuan
berbicaranya pun berkembang dengan baik.
Penelitian Golstein (1984) kecenderungan respons anak-anak dan
peran
peristiwa stimulus yang telah memfasilitasi perkembangan bahasa
reseptif di
antara individu normal. Ketika anak-anak mendapatkan pengetahuan
tentang
lingkungan anak secara umum, anak mengembangkan harapan yang
semakin
membatasi interpretasi anak terhadap pesan linguistik.
Harapan-harapan ini dan
kemampuan anak-anak untuk menafsirkan beberapa kata isi mungkin
sangat
menentukan tindakan yang akan dilakukan anak-anak sebagai
tanggapan terhadap
ucapan orang dewasa.
Penggunaan media belajar big book berupa huruf yang dibesarkan,
gambar
yang menarik serta kosakata yang sering ditemui oleh anak mampu
menarik
perhatian anak sehingga anak melakukan kegiatan menyimak pada
saat proses
-
9
pembelajaran. hal ini tentunya tanpa terlepas dari penggunaan
gaya komunikasi
guru dan model pertanyaan yang digunakan (Fitriani, 2019).
Idealnya seorang anak memperoleh stimulasi agar perkembangan
bahasa
reseptif anak dapat berkembang. Namun, selama ini rangsangan
terhadap
perkembangan bahasa reseptif anak masih jarang dilakukan. Salah
satu upaya
yang dapat dilakukan untuk meningkatkan keterampilan bahasa
reseptif anak usia
dini adalah melalui kegiatan literasi dan read aloud.
Penelitian Faradina (2017) menunjukkan bahwa program gerakan
literasi
berpengaruh secara signifikan terhadap minat baca siswa di SD
Islam Terpadu
An-Najah Jatinom Klaten. Hal tersebut menunjukkan bahwa program
gerakan
literasi dapat meningkatkan kemampuan bahasa reseptif anak
karena, anak
memiliki minat untuk membaca. Anak yang memiliki minat untuk
membaca
artinya anak tersebut akan menginterpretasikan simbol atau
lambang dalam yang
terdapat dalam bacaan. Minat membaca yang membudaya pada anak
sejak usia
dini akan berdampak pada peluang kesuksesan anak yang lebih baik
(Rohman,
2017).
Peningkatan keterampilan berbahasa reseptif dipengaruhi
intervensi
literasi yang dilakukan sekolah dalam mendukung perkembangan
bahasa anak
(Lonigan, 2011). Literasi merupakan salah satu tugas
perkembangan pada anak
usia dini yang sangat penting untuk distimulasi (Husnaini,
2018). Pengembangan
literasi pada anak harus diintegrasikan dengan pengembangan
kemampuan anak
yang lain (Wirman dkk, 2018).
-
10
Literasi dapat didefinisikan sebagai suatu perkembangan membaca
dan
menulis ataupun suatu tindakan kreatif dalam memahami suatu teks
serta
perkembangan membaca dan menulis (Wasik & Carol, 2008;
Lemos, 2002).
Pendapat lain dikemukakan oleh Widyastuti (2017) bahwa literasi
bersifat
kontinum dinamis, yaitu merupakan kemampuan membaca, kemudian
membaca
dan menulis, berpikir kritis dan berbahasa lisan yang
dimanfaatkan untuk belajar
sepanjang hayat baik di rumah, di tempat kerja, maupun dalam
masyarakat.
Menurut Sari (2017) literasi perlu dikembangkan karena literasi
merupakan modal
dasar bagi anak untuk dapat belajar dan memperoleh pengetahuan
pada saat anak
mulai memasuki usia sekolah.
Komponen dari literasi menurut Bingham dan Terry (2013)
meliputi:
kesadaran fonemik, pengetahuan tentang bentuk huruf, mengetahui
dan mengerti
akan buku. Kesuksesan membaca anak seluruhnya di sekolah dasar
dapat
diprediksi dari kemampuan literasi dasar. Kemampuan membaca dan
menulis di
awal tahap masa prasekolah atau literasi dini memiliki peranan
penting dalam
kehidupan seorang anak, terutama untuk kesuksesan akademisnya
(Wilson &
Lonigan, 2010). Adapun ciri khas dari literasi dini yaitu
kegiatan pembelajaran
dilakukan secara informal dan hal yang diajarkan adalah hal-hal
yang dekat
dengan kehidupan anak (Permatasari dkk, 2017).
Aktivitas membaca dan menulis merupakan kunci penting dalam
perkembangan anak-anak dalam masyarakat yang terpelajar.
Anak-anak yang
lebih awal belajar membaca dan tidak mengalami hambatan yang
berat akan lebih
mudah menjadi pembaca yang aktif daripada anak-anak yang
mengalami
-
11
hambatan yang berat dalam belajar membaca (Ruhaena, 2013).
Membaca dan
menulis berada pada golden age tepatnya pada usia 4 – 6 tahun,
hal ini membuat
banyak orangtua yang merasa bangga bila putra-putri mereka yang
belum genap
lima tahun dapat membaca dan menulis. Frekuensi orang tua dalam
membaca
serta cara mereka melakukannya dapat mempengaruhi perkembangan
literasi.
Anak yang belajar membaca sejak dini biasanya adalah mereka yang
orang tuanya
sering membacakan mereka ketika mereka masih kecil (Papalia,
2009).
Program intervensi literasi dini didasarkan pada bukti empiris
yang
menggambarkan bahwa kinerja literasi dini anak-anak di
prasekolah adalah salah
satu prediktor awal yang paling penting dari keberhasilan
sekolah berikutnya.
Sejumlah penelitian yang berkembang mendukung keyakinan ini
dan
menyarankan bahwa anak-anak yang mulai bersekolah dengan
keterampilan
literasi awal yang terbatas seringkali tidak mengejar
ketinggalan anak-anak yang
mulai bersekolah dengan keterampilan melek huruf awal yang lebih
kuat
(Alexander & Entwisle, 1988; Juel, 1988)
Sementara itu, para peneliti telah menemukan perbedaan dalam
keterampilan awal literasi anak-anak ketika mereka memasuki TK
cenderung
tetap sama atau meningkat selama tahun-tahun sekolah dasar
(Cabell, Justice,
Konold, & McGinty, 2011). Anak-anak usia dini dapat
mengalami keberhasilan
literasi awal yang signifikan ketika mereka menerima pengajaran
bahasa dan
melek huruf yang komprehensif (Bingham, Hall-Kenyon, &
Culatta, 2010).
Reading aloud (membaca nyaring) merupakan kegiatan membaca
dengan
teknik membaca dengan suara keras supaya anak dapat memfokuskan
perhatianya
-
12
(Mahartika & Dimas, 2017). Menurut Ustianingsih & Luluk
(2016) reading aloud
bermanfaat bagi anak karena anak dapat berbagi pengalaman yang
menyenangkan
dan memberikan kesempatan bagi anak untuk mendiskusikan bacaan.
Selanjutnya
kondisi tersebut dapat merangsang untuk mengajukan
pertanyaan-pertanyaan.
Read aloud (membaca nyaring), selain menekankan penglihatan dan
ingatan, juga
turut aktif auditory memory (ingatan pendengaran) serta motor
memory (ingatan
yang bersangkut paut dengan otot-otot tubuh) (Moulton, 1970).
Irfadila (2014)
berpendapat bahwa kegiatan membaca bersuara (reading aloud)
penting
dilakukan karena memiliki beberapa manfaat yaitu membangun
pengetahuan,
mengembangkan keterampilan berbahasa peserta didik, dan
memfasilitasi peserta
didik tentang kemampuan menyimak, memahami bacaan,
meningkatkan
pengenalan kata, serta pengungkapan kata. Memang harus diakui
bahwa hanya
sedikit tujuan yang tercapai pada read loud (membaca nyaring)
apabila buku yang
dibacakan tidaklah menarik dan menyenangkan bagi anak. Read
aloud adalah
sebuah kegiatan yang dapat memuaskan serta memenuhi berbagai
ragam tujuan
serta mengembangkan sejumlah keterampilan serta minat anak salah
satunya
adalah minat baca. Oleh karena itu dalam mengajarkan
keterampilan –
keterampilan read aloud (membaca nyaring) guru harus memahami
proses
komunikasi dua arah (Sumitra, 2019).
Seorang pembaca nyaring yang baik biasanya berhasrat sekali
menyampaikan sesuatu yang penting kepada para pendengarnya.
Sesuatu yang
penting itu dapat berupa informasi yang baru, pengalaman
berharga, dan karakter
yang menarik hati. Tanpa ada dorongan yang kuat untuk pembaca
nyaring maka
-
13
bacaan yang dibacakannya akan terasa hambar dan tidak hidup.
Pembaca nyaring
hendaklah mengetahui serta mendalami keinginan dan kebutuhan
para
pendengarnya, serta menginterpretasikan bahan bacaan itu secara
tepat (Nuryanto,
2017). Dalam hal ini pendengarnya adalah anak usia dini,
sehingga pembaca
harus bisa memilih bahan bacaan yang tepat dan menarik minat
anak.
Penelitian Harjanty (2019) kemampuan membaca permulaan anak
kelompok B melalui membaca nyaring meningkat. Tingkat
capaian
perkembangan kemampuan membaca permulaan anak pada
pra-intervensi sebesar
32,74. Pada siklus satu menunjukkan peningkatan menjadi 42,07.
Selanjutnya
pada siklus dua meningkat menjadi 50. Proses membaca nyaring
dilakukan guru
dengan ekspresi, dramatisasi dan suara yang ekspresif untuk
menarik minat anak.
Penelitian Dickinson (1994) telah menunjukkan bahwa read-alouds
yang
paling efektif adalah dimana anak-anak terlibat aktif bertanya
dan menjawab
pertanyaan dan membuat prediksi daripada mendengarkan secara
pasif.
Penelitian Mcgee (2007) membaca nyaring yang efektif
mencakup
pendekatan sistematis yang menggabungkan pemodelan guru dari
pemikiran
tingkat tinggi, mengajukan pertanyaan bijaksana yang menyerukan
pembicaraan
analitik, mendorong anak-anak untuk mengingat cerita dengan cara
tertentu dalam
kerangka waktu yang masuk akal, membaca satu buku berulang kali,
dan
membaca buku yang berhubungan dengan topik. Ini juga melibatkan
pendekatan
sistematis untuk mengembangkan pemahaman anak tentang kosa kata,
seperti
memasukkan definisi kata dan frasa pendek selama membaca.
-
14
Paparan mengenai research gap dan dukungan teori yang
dikemukakan di
atas menjadi latar belakang pengajuan riset ini. Oleh karena
itu, perlu dilakukan
penelitian dengan judul “Pengaruh Kegiatan Literasi dan Kegiatan
Read Aloud
terhadap Keterampilan Bahasa Reseptif Anak Usia Dini”
1.2 Identifikasi Masalah
Berdasarkan masalah yang dikemukakan, peneliti hanya akan
memfokuskan pada masalah yang ada pada latar belakang
sebelumnya, ditemukan
beberapa masalah sebagai berikut:
1) Keterampilan bahasa reseptif anak dapat diperoleh anak
melalui kegiatan
maupun ucapan orang lain.
2) Frekuensi orang tua dalam membaca serta cara mereka
melakukannya dapat
mempengaruhi perkembangan literasi anak.
3) Rendahnya minat anak terhadap buku, hal ini dapat dibuktikan
dengan
aktivitas luang anak yang tidak memilih buku sebagai teman
mainnya.
4) Pembelajaran literasi anak usia dini tidak melalui pengajaran
tetapi melalui
perilaku sederhana dengan mengamati dan berpartisipasi pada
aktivitas yang
berkaitan dengan literasi salah satunya melalui read aloud
5) Masih memerlukan pembuktian empiris peran kegiatan literasi
terhadap
keterampilan bahasa reseptif anak usia dini.
6) Masih memerlukan pembuktian empiris peran rasa percaya diri
terhadap
keterampilan bahasa reseptif anak usia dini.
-
15
1.3 Cakupan Masalah
Penelitian ini mencakup faktor-faktor yang berpengaruh
terhadap
keterampilan bahasa reseptif anak usia dini. Penelitian ini
terbatas pada dua
variabel independen yaitu kegiatan literasi dan read aloud dan
variable dependen
(keterampilan bahasa reseptif). Penelitian terbatas pada anak
usia 4-6 tahun di
Kecamatan Purwokerto Selatan Kabupaten Banyumas.
1.4 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan sebelumnya, maka
dapat
dirumuskan masalah sebagai berikut.
1) Seberapa besar pengaruh kegiatan literasi terhadap
keterampilan bahasa
reseptif anak usia dini?
2) Seberapa besar pengaruh read aloud terhadap keterampilan
bahasa reseptif
anak usia dini?
3) Seberapa besar pengaruh kegiatan literasi dan read aloud
terhadap
keterampilan bahasa reseptif anak usia dini?
1.5 Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk menguji dan menganalisis data
tentang:
1) Pengaruh kegiatan literasi terhadap keterampilan bahasa
reseptif anak usia
dini.
2) Pengaruh kegiatan read aloud terhadap keterampilan bahasa
reseptif anak
usia dini.
-
16
3) Pengaruh kegiatan literasi dan kegiatan read aloud terhadap
keterampilan
bahasa reseptif anak usia dini.
1.6 Manfaat Penelitian
1) Manfaat Teoritis
a. Nilai akademis (teoritis) penelitian ini sangat
berkepentingan mengkaji
dan menguji kegiatan literasi dan read aloud terhadap
keterampilan bahasa
reseptif anak usia dini.
b. Hasil penelitian ini diharapkan dapat dipakai sebagai acuan
bagi para
peneliti dan pengamat masalah pendidikan terkait dengan peran
kegiatan
literasi, dan read aloud pada anak usia dini.
2) Manfaat Praktis
a. Nilai praktis penelitian ini berhubungan dengan sumbangan
dalam cara-
cara kegiatan literasi dan rasa percaya diri terhadap,
keterampilan bahasa
reseptif anak usia dini. Temuan penelitian diharapkan dapat
memberikan
masukan yang berarti terhadap perbaikan stimulus rasa
keterampilan
bahasa anak usia dini di Kecamatan Purwokerto Selatan
Kabupaten
Banyumas.
b. Bagi penelitian selanjutnya, hasil penelitian bisa digunakan
sebagai
pijakan untuk meneliti efektivitas kegiatan literasi dan read
aloud terhadap
keterampilan bahasa reseptif anak usia dini.
c. Bagi pembaca, hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai
kajian baru
dalam meningkatkan keterampilan bahasa reseptif anak usia
dini.
-
17
BAB II
BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA TEORETIS, KERANGKA
BERPIKIR, DAN HIPOTESIS PENELITIAN
2.1 Kajian Pustaka
Kajian terhadap penelitian terdahulu yang relevan dengan
penelitian ini
dilakukan oleh peneliti sebagai bahan referensi dalam melakukan
penelitian.
Penelitian terdahulu yang menjadi bahan rujukan dalam penelitian
ini dijabarkan
sebagai berikut.
Penelitian yang dilakukan Faradina (2017) tentang pengaruh
program
gerakan literasi terhadap minat baca siswa di SD Islam Terpadu
An-Najah
Jatinom Klaten. Metode penelitian yang digunakan yaitu metode
kuantitatif. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa program gerakan literasi
berpengaruh secara
signifikan terhadap minat baca siswa di SD Islam Terpadu
An-Najah Jatinom
Klaten. Hal tersebut menunjukkan bahwa program gerakan literasi
dapat
meningkatkan kemampuan bahasa reseptif anak karena, anak
memiliki minat
untuk membaca. Anak yang memiliki minat untuk membaca artinya
anak tersebut
akan menginterpretasikan simbol atau lambang dalam yang terdapat
dalam
bacaan. Persamaan dengan penelitian yang dilakukan terletak pada
variabel
independen yaitu variabel literasi. Perbedaanya, pada penelitian
tersebut hanya
melihat efek dari kegiatan gerakan literasi terhadap minat baca
siswa SD,
sedangkan pada penelitian yang dilakukan melihat efek kegiatan
literasi dan read
aloud terhadap keterampilan berbahasa reseptif anak usia dini
pada anak usia dini.
-
18
Puspitadewi & Erny (2018) juga melakukan penelitian mengenai
pengaruh
program literasi terhadap minat baca dan tulis di siswa SMP
Negeri Se-kecamatan
Lakarsantri. Hasil penelitian menunjukkan bahwa program literasi
dapat
meningkatkan minat baca dan minat menulis di siswa SMP Negeri
Se-kecamatan
Lakarsantri. Hal tersebut menunjukkan bahwa program literasi
dapat
meningkatkan perkembangan bahasa pada anak karena anak memiliki
minat untuk
membaca dan menulis. Persamaan penelitian tersebut dengan
penelitian yang
dilakukan yaitu terletak pada variabel program literasi.
Perbedaanya, pada
penelitian tersebut melihat efek program literasi terhadap minat
membaca dan
menulis anak, sedangkan pada penelitian yang dilakukan melihat
efek kegiatan
literasi terhadap perkembangan bahasa reseptif anak. Hasil pada
penelitian
tersebut dapat dijadikan sebagai referensi dalam penelitian yang
dilakukan
mengenai pengaruh kegiatan literasi dan read aloud terhadap
keterampilan
berbahasa reseptif anak usia dini.
Read aloud dapat meningkatkan kemampuan bahasa anak (Gatot
&
Muhammad, 2018). Tujuan dari penelitian yaitu untuk meningkatkan
kemampuan
bahasa anak dengan read aloud. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa read aloud
dapat meningkatkan kemampuan bahasa pada anak sebesar 83%.
Kemampuan
bahasa yang dimaksud pada penelitian tersebut meliputi kemampuan
mendengar,
kemampuan berbicara, kemampuan membaca, serta kemampuan
menulis.
Persamaan penelitian tersebut dengan penelitian yang dilakukan
terletak pada
variabel yang diteliti yaitu read aloud dan keterampilan
berbahasa. Perbedaannya,
pada penelitian yang dilakukan lebih memfokuskan pada
keterampilan bahasa
-
19
reseptif. Selain itu, subjek pada penelitian tersebut yaitu anak
usia 4-5 tahun,
sedangkan subjek pada penelitian yang dilakukan yaitu anak usia
4-6 tahun. Hasil
penelitian tersebut dapat dijadikan referensi dalam penelitian
yang dilakukan
mengenai pengaruh kegiatan literasi dan read aloud terhadap
keterampilan
berbahasa reseptif anak usia dini.
Read aloud yang digunakan dapat mengembangkan keterampilan
membaca dan menyimak pada anak (Yumnah, 2018). Apabila anak
memiliki
keterampilan membaca dan menyimak, akan berpengaruh terhadap
keterampilan
bahasa anak. Penggunaan read aloud akan dapat menumbuhkan
kecintaan anak
pada membaca, dan membangun keterampilan literasi yang diperoleh
melalui
bunyi, intonasi, membaca, berbicara, dan kemampuan
mendengar.
Liastuti & Luluk (2016) juga melakukan penelitian mengenai
read aloud.
Penelitian yang dilakukan melihat efek dari read aloud terhadap
kemampuan
membaca pemahaman mahasiswa jurusan bahasa jepang. Hasil
penelitian
menunjukkan bahwa reading aloud dapat mempermudah mahasiswa
dalam
memahami wacana bahasa jepang. Reading aloud dapat meningkatkan
motivasi
mahasiswa dalam membaca sehingga mempermudah mahasiswa untuk
memahami wacana bahasa jepang. Persamaan penelitian yaitu
terletak pada
penggunaan reading aloud. Perbedaanya, pada penelitian tersebut
melihat efek
read aloud pada pemahaman wacana bahasa jepang mahasiswa.
Sedangkan pada
penelitian yang dilakukan melihat efek read aloud terhadap
keterampilan bahasa
reseptif anak usia dini.
-
20
Penelitian mengenai keefektifan read aloud dalam
meningkatkan
kemampuan siswa dalam membaca teks juga dilakukan oleh Hardianto
(2018).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa penggunaan read aloud
mampu
meningkatkan kemampuan siswa SD kelas III dalam membaca teks.
Peningkatan
kemampuan membaca siswa dalam penelitian tersebut dilihat dari
peningkatan
aktivitas belajar dan hasil belajar pada mata pelajaran bahasa
Indonesia. Adanya
peningkatan kemampuan siswa dalam membaca teks menunjukkan bahwa
siswa
memiliki keterampilan bahasa reseptif yaitu mampu memahami
informasi yang
terdapat dalam buku teks. Persamaan penelitian tersebut dengan
penelitian yang
dilakukan terletak pada penggunaan read aloud. Perbedaanya, pada
penelitian
tersebut melihat efek metode terhadap kemampuan membaca teks
siswa.
Sedangkan pada penelitian yang dilakukan melihat efek read aloud
terhadap
keterampilan bahasa reseptif. Selain itu, subjek pada penelitian
tersebut adalah
siswa kelas III SD, sedangkan pada penelitian yang dilakukan
yaitu anak usia dini.
Read aloud dapat meningkatkan keterampilan membaca dalam
pembelajaran Bahasa Indonesia di Sekolah Dasar. Penelitian
tersebut dilakukan
oleh Noor dkk (2014) dengan tujuan untuk mendeskripsikan
perencanaan
pembelajaran menggunakan read aloud, mendeskripsikan
pelaksanaan
pembelajaran dengan read aloud, serta mendeskripsikan
peningkatan hasil
keterampilan membaca siswa dengan read aloud. Hasil penelitian
menunjukkan
bahwa terjadi peningkatan hasil keterampilan membaca siswa
setelah diberikan
intervensi berupa read aloud. Sehingga dapat disimpulkan bahwa
read aloud
efektif dalam meningkatkan hasil keterampilan membaca siswa.
Keterampilan
-
21
membaca juga termasuk dalam keterampilan bahasa reseptif,
Persamaan
penelitian tersebut dengan penelitian ini adalah pada variabel
read aloud. Namun,
pada penelitian tersebut melihat efek read aloud terhadap
keterampilan membaca.
Sedangkan pada penelitian ini melihat efek read aloud pada
keterampilan bahasa
reseptif yaitu menyimak. Penelitian tersebut dilakukan pada anak
sekolah dasar,
sedangkan penelitian ini dilakukan pada anak usia dini.
Read aloud juga berpengaruh terhadap keterampilan menyimak anak
usia
5-6 tahun. Penelitian tersebut dilakukan oleh Kusuma, Siti,
& Munif (2018). Hasil
penelitian menunjukkan bahwa read aloud efektif dalam
meningkatkan
keterampilan menyimak anak. Read aloud memberikan sumbangan
efektif
terhadap keterampilan menyimak anak usia dini sebesar 75,25.
Keterampilan
menyimak merupakan salah satu perkembangan bahasa pada anak usia
dini.
Persamaan penelitian tersebut dengan penelitian yang dilakukan
yaitu terletak
pada penggunaan read aloud dan melihat efek dari read aloud
terhadap
perkembangan bahasa anak yaitu keterampilan menyimak.
Literasi membaca berpengaruh terhadap pemahaman bacaan.
Penelitian
tersebut dilakukan oleh Chairunnisa (2017). Hasil penelitian
menunjukkan bahwa
literasi membaca memiliki hubungan positif terhadap pemahaman
bacaan.
Semakin tinggi literasi membaca seseorang, maka semakin tinggi
pemahaman
bacaan seseorang. Seseorang yang dapat memahami bacaan dengan
baik
menunjukkan bahwa orang tersebut memiliki kemampuan bahasa
reseptif. Hal
tersebut menunjukkan bahwa untuk dapat meningkatkan keterampilan
bahasa
reseptif anak usia dini dapat dilakukan kegiatan literasi
membaca. Oleh karena itu,
-
22
untuk meningkatkan keterampilan bahasa reseptif anak maka
kegiatan literasi
membaca pada anak usia dini juga harus ditingkatkan. Kegiatan
literasi membaca
dapat meningkatkan pemahaman membaca anak sehingga
meningkatkan
keterampilan bahasa reseptif anak. Persamaan penelitian ini
dengan penelitian
tersebut yaitu terletak pada variabel literasi. Namun, pada
penelitian tersebut
mengukur keterampilan pemahaman bacaan pada mahasiswa, sedangkan
pada
penelitian ini mengukur keterampilan menyimak pada anak usia
dini.
Hasil penelitian Lawalata & Muhammad (2019) menunjukkan
bahwa
program literasi sekolah berpengaruh positif dan signifikan
terhadap minat baca
dan prestasi belajar siswa SMP Islam Al-Azhar Tulungagung. Hal
tersebut
menunjukkan bahwa dengan adanya program literasi siswa dapat
mengembangkan kemampuan untuk memahami bacaan. Kemampuan siswa
untuk
memahami bacaan dapat meningkatkan kemampuan akademik. Oleh
karena itu
program literasi dapat meningkatkan minat baca dan berpengaruh
terhadap
prestasi belajar. Persamaan penelitian ini dengan penelitian
tersebut terlatak pada
variabel literasi. Namun, pada penelitian melihat efek literasi
terhadap variabel
minat baca dan prestasi belajar, sedangkan pada penelitian ini
melihat efek literasi
terhadap variabel keterampilan bahasa reseptif. Hasil penelitian
tersebut menjadi
bahan referensi dan pembanding pada penelitian ini.
Sumaryati (2018) melakukan penelitian mengenai membudayakan
literasi
pada anak usia dini melalui metode dongeng. Hasil penelitian
menunjukkan
bahwa budaya literasi harus dikembangkan pada anak sejak usia
dini salah
satunya melalui karya sastra yaitu dongeng. Dongeng efektif
dalam
-
23
mengembangkan karakter dan moral anak usia dini. Budaya literasi
pada anak
tidak hanya membaca dan menulis, namun juga meliputi berbicara
dan menyimak.
Salah satunya menyimak cerita maupun dongeng. Persamaan
penelitian tersebut
dengan penelitian ini yaitu sama-sama meneliti mengenai literasi
pada anak usia
dini. Hasil penelitian tersebut dapat dijadikan referensi dalam
melakukan
penelitian mengenai pengaruh kegiatan literasi dan read aloud
terhadap
keterampilan bahasa reseptif anak usia dini.
Literasi memiliki peran penting untuk pendidikan anak usia dini
(Armia &
Zuriana, 2017). Alasan pentingnya literasi bagia anak usia dini
dikarenakan
literasi memiliki beberapa manfaat yaitu (1) dapat mengembangkan
kemampuan
bahasa anak yaitu untuk membaca serta menulis; (2)
mengembangkan
kemampuan berpikir kritis anak usia dini, hal tersebut
disebabkan karena melalui
literasi anak akan belajar untuk menerima dan menyerap informasi
yang
diterimanya; (3) anak menjadi lebih siap dalam memasuki jenjang
pendidikan
selanjutnya. Selain itu, anak yang dikenalkan dengan literasi
sejak dini akan
memiliki kemampuan untuk berkomunikasi lebih baik. Hal tersebut
menunjukkan
bahwa perlunya kegiatan literasi pada anak sejak usia dini.
Penelitian ini
merespon pentingnya literasi bagi anak usia dini dengan
menganalisis
pengaruhnya terhadap keterampilan bahasa reseptif pada anak usia
dini.
Implementasi metode read aloud dapat meningkatkan kemampuan
bercerita serta keefektifan pembelajaran. Penelitian tersebut
dilakukan oleh
Rahimah dkk (2014). Hasil penelitian menunjukkan bahwa terjadi
peningkatan
kemampuan bercerita pada anak kelompok B di TK Nur Rahimah
Banjarbaru.
-
24
Selain itu,, keefektifan pembelajaran pada anak kelompok B di TK
Nur Rahimah
Banjarbaru semakin meningkat setalah diterapkan metode read
aloud. Hal
tersebut menunjukkan bahwa metode read aloud memberikan dampak
terhadap
kemampuan berbicara dan keefektifan pembelajaran pada anak
kelompok B di TK
Nur Rahimah Banjarbaru. Persamaan penelitian ini dengan
penelitian tersebut
terletak pada variabel read aloud. Perbedaanya, pada penelitian
tersebut
mengukur efeknya terhadap kemampuan berbicara, sedangkan pada
penelitian ini
mengukur efeknya terhadap keterampilan bahasa reseptif yaitu
menyimak. Jenis
penelitian yang digunakan pada penelitian tersebut adalah
penelitian tindakan
kelas, sedangkan penelitian ini menggunakan metode survey.
Hasil telaah terhadap penelitian yang relevan dengan penelitian
ini, dapat
memberikan gambaran bagi peneliti mengenai tujuan, teori,
variabel, serta metode
yang digunakan dalam penelitian. Beberapa penelitian terdahulu
menyatakan
bahwa literasi memiliki peran yang sangat penting bagi anak usia
dini serta
berpengaruh terhadap perkembangan bahasa anak seperti membaca,
menyimak,
menulis, dan berbiacara. Selain itu, beberapa penelitian
terdahulu juga
menyatakan bahwa read aloud juga berpengaruh terhadap
keterampilan bahasa
anak.
Berdasarkan hasil telaah terhadap penelitian terdahulu yang
relevan
dengan penelitian ini, maka dapat dsimpulkan bahwa penelitian
terdahulu
menggambarkan peran kegiatan literasi dan read aloud terhadap
keterampilan
bahasa anak. Namun, terdapat perbedaan penelitian terdahulu
dengan penelitian
ini, yaitu keterampilan bahasa yang dimaksud masih umum.
Sedangkan, pada
-
25
penelitian ini memfokuskan pada keterampilan bahasa reseptif
yaitu menyimak.
Baik menyimak informasi lisan maupun tertulis.
Penelitian ini juga merespon penelitian terdahulu untuk
melakukan
penelitian lanjutan yang berkaitan dengan variabel literasi,
read aloud, dan
keterampilan bahasa reseptif. Penelitian ini dilakukan mengingat
penelitian yang
berkaitan dengan variabel tersebut juga masih terbatas. Selain
itu, pada penelitian
ini mengkombinasikan efek kegiatan literasi dan efek read aloud
pada
keterampilan bahasa reseptif anak usia dini.
2.2 Kajian Teori
2.2.1 Keterampilan Berbahasa Reseptif
2.2.1.1 Definisi Keterampilan Berbahasa Reseptif
Inerna dalam Albantani (2014), bahasa dan berbahasa adalah dua
hal yang
berbeda. Bahasa adalah alat verbal yang digunakan untuk
berkomunikasi,
sedangkan berbahasa sendiri adalah proses menyampaikan informasi
dalam
berkomunikasi itu. Proses berbahasa adalah proses mental yang
terjadi pada
waktu kita berbicara ataupun proses mental yang menjadi dasar
pada waktu kita
mendengar, mengerti, dan mengingat dapat diterangkan dengan
suatu sistem
kognitif yang ada pada manusia. Manusia mempunyai suatu sistem
penggunaan
bahasa dan psikologi bahasa yang mempelajari cara kerja dari
sistem ini. Sistem
ini dapat menerangkan misalnya, bagaimana manusia dapat
menyampaikan
pikiran dengan kata-kata (produksi bahasa) dan bagaimana manusia
mengerti “isi’
pikiran atau makna dari suatu kalimat yang diucapkan atau
ditulis (persepsi
bahasa).
-
26
Ada dua jenis dalam keterampilan atau kemampuan berbahasa,
yakni
keterampilan berbahasa reseptif dan keterampilan berbahasa
ekspresif. Fungsi
reseptif terlihat dengan adanya reaksi terhadap suara, sedangkan
fungsi ekspresif
muncul berupa mengeluarkan suara tenggorok (Mustika, 2017).
Bahasa reseptif
merupakan penerimaan bahasa yang diperoleh anak melalui indra
pendengaran
(Alam & Lestari, 2019). Keterampilan berbahasa reseptif
adalah kemampuan
untuk mengerti apa yang dilihat dan apa yang didengar untuk
meningkatkan
kemampuan merespon setiap komunikasi (Fatwikiningsih, 2014).
Menurut Alam
& Ririn (2020) bahasa reseptif diperoleh dari pengalaman
belajar anak yang
menghubungkan lambang bahasa melalui pendengaran dan bertujuan
untuk
memahami mimik serta nada suara yang kemudian mengerti arti
kata. Adapun
keterampilan bahasa reseptif pada anak usia dini merupakan
kemampuan untuk
menyimak perkataan orang lain atau menerima bahasa yang
meliputi, kemampuan
menceritakan kembali cerita, kemampuan mengenal tokoh dalam
cerita,
kemampuan memahami dan menjelaskan pesan moral dalam cerita,
serta
kemampuan mengungkapkan kembali judul cerita (Adini, 2016). Anak
yang
memiliki kemampuan bahasa reseptif yang baik akan mampu memahami
cerita,
kata-kata, kalimat, dan peraturan (Fitriani dkk, 2020).
Sedangkan keterampilan
berbahasa ekspresif adalah kemampuan untuk berkomunikasi secara
verbal dan
non-verbal (Saputra & Sri, 2016; Sumiyati, Ari, & Dinar,
2018). Anak yang
memiliki kemampuan berbahasa ekspresif akan mampu berkomunikasi
baik
simbolis maupun visual (memberi tanda dan menulis) atau
auditorik. Berdasarkan
pendapat beberapa ahli mengenai definisi keterampilan bahasa
reseptif, maka
-
27
dapat disimpulkan bahwa keterampilan bahasa reseptif pada anak
usia dini
merupakan keterampilan yang dimiliki oleh seorang anak untuk
memahami dan
merespon informasi atau cerita yang didengar. Bahasa reseptif
yang dimaksud
dalam penelitian ini adalah bahasa yang diperoleh melalui indra
pendengaran.
2.2.1.2 Aspek Keterampilan Berbahasa Reseptif
Albantani (2014), Aspek keterampilan berbahasa reseptif
meliputi
mendengarkan/menyimak dan membaca.
1. Menyimak
Menyimak merupakan kegiatan berbahasa yang dilakukan dalam
bentuk
reseptif lisan (Tantri, 2018). Menyimak merupakan aktivitas
penggunaan alat
pendengaran yang dilakukan dengan sengaja dan bertujuan untuk
memperoleh
pesan atau makna dari apa yang disimak (Khoiriyah, 2019).
Menyimak adalah
mendengarkan lambang-lambang bunyi yang dilakukan dengan sengaja
dan penuh
perhatian disertai pemahaman, apresiasi, interpretasi, reaksi,
dan evaluasi untuk
memperoleh pesan, informasi, menangkap isi, dan merespon makna
yang
terkandung di dalamnya (Rosdia, 2014).
Menyimak dapat terjadi dalam 2 situasi yang berbeda, yaitu
secara
interaktif dan non-interaktif. Menyimak secara interaktif
terjadi dalam percakapan
tatap muka melalui telepon/sejenisnya dimana komunikasi terjadi
secara
bergantian antara penutur yang satu dengan penutur yang lainnya
(2 orang/lebih)
yang melakukan aktivitas menyimak dan berbicara sehingga
memiliki kesempatan
-
28
bertanya guna mendapatkan penjelasan, meminta lawan bicara
mengulang apa
yang telah diucapkan/meminta penutur untuk melambatkan tempo
bicaranya.
Menyimak secara non-interaktif berlangsung tanpa ada penutur
yang
berhadapan langsung dengan penuturnya. Situasi ini memiliki
kelemahan yaitu
tidak dapat meminta penjelasan dari pembicara, tidak dapat
meminta pembicara
mengulangi apa yang diucapkannya, dan tidak dapat meminta
pembicaraan
diperlambat.
2. Mendengar
Kemampuan mendengarkan merupakan proses pemahaman secara
aktif
untuk mendapatkan informasi, dan sikap dari pembicara yang
tujuannya untuk
memahami pembicaraan tersebut secara objektif (Wulan Sari,
2016). Mendengar
merupakan suatu proses fisiologis sementara mendengarkan
menyangkut
penerimaan rangsangan. Pengertian menerima di sini menegaskan
bahwa
seseorang dalam aktivitas mendengarkan itu berarti menyerap
rangsangan yang
diterima lalu kemudian memprosesnya dengan cara tertentu
(Martoredjo, 2014).
3. Membaca
Membaca adalah keterampilan reseptif bahasa tulis yang bertujuan
untuk
memahami isi bacaan dan maksud penulisnya (Mulyati, 2008).
Membaca
merupakan kegiatan yang penting dalam kehidupan sehari-hari,
karena membaca
tidak hanya untuk memperoleh informasi, tetapi berfungsi sebagai
alat untuk
memperluas pengetahuan bahasa seseorang (Irdawati, 2017).
Membaca
merupakan kegiatan melisankan atau hanya dalam hati dengan
melihat tulisan
pada sebuah teks bacaan (Khotimah, Djuanda, & Kurnia, 2016).
Membaca
-
29
merupakan kegiatan berbahasa yang dilakukan dalam bentuk
reseptif tulis.
Keterampilan membaca merupakan modal dasar yang sangat krusial
untuk
menunjang keberhasilan belajar siswa. Kurang terampilnya siswa
dalam membaca
dapat menyebabkan terhambatnya siswa untuk mempelajari bidang
studi lain.
Membaca dikelompokkan menjadi 2 bagian yaitu membaca permulaan
dan
membaca lanjut. Membaca permulaan adalah tahap awal dalam
belajar membaca
yang difokuskan kepada mengenal simbol-simbol atau tanda-tanda
yang berkaitan
dengan huruf-huruf, sehingga menjadi pondasi agar dapat
melanjutkan ke tahap
membaca lanjut (Dalwadi, 2002). Sedangkan membaca lanjut adalah
anak tidak
sekedar mengenal simbol atau tanda-tanda tapi sudah mulai
mempergunakannya
untuk membaca kata atau kalimat sehingga anak memahami apa yang
dibacanya
(Amin, 1995).
Pada tahap membaca permulaan anak lebih diarahkan kepada
membaca
huruf atau kata (Shodiq, 1996). Tahap membaca permulaan
dilakukan pada masa
peka yaitu usia enam atau tujuh tahun bagi anak normal dan
sembilan tahun bagi
anak tunagrahita. Tahap membaca permulaan merupakan saat kritis
dan strategis
dikembangkannya kemampuan membaca tanpa teks yaitu membaca
dengan cara
menceritakan gambar situasional yang tersedia.
2.2.1.3 Indikator Keterampilan Bahasa Reseptif
Menurut Levey (2011) indikator keterampilan bahasa reseptif pada
anak
antara lain, mendengarkan, memahami aturan, memahami perintah.
Sedangkan
menurut Rusniah indikator keterampilan bahasa reseptif pada anak
usia dini yaitu
-
30
menyimak perkataan orang lain dan memahami cerita yang dibacakan
oleh guru.
Pendapat yang lain diungkapkan oleh Adini (2016) bahwa terdapat
6 indikator
keterampilan bahasa reseptif pada anak usia dini antara lain
kemampuan
mengungkapkan kembali judul cerita, kemampuan mengenal tokoh
dalam cerita,
kemampuan menceritakan kembali sesuai dengan alur cerita,
kemampuan
memahami pesan moral yang terdapat dalam cerita, kemampuan
memahami
peraturan tertulis, dan kemampuan memahami peraturan tidak
tertulis.
Berdasarkan beberapa pendapat yang telah dikemukakan oleh ahli
maka dapat
disimpulkan bahwa indikator keterampilan berbahasa reseptif pada
penelitian ini
merujuk pada pendapat Levey (2011) antara lain mendengarkan,
memahami
aturan, dan memahami perintah.
2.2.1.4 Faktor-faktor yang Mengefektifkan Proses Berbahasa
Proses berbahasa adalah bagaimana sang pembicara menyampaikan
pesan
kepada penerimanya, sehingga dapat dapat menciptakan suatu
persamaan makna
antara pembicara dengan penerimanya. Proses berbahasa ini
bertujuan untuk
menciptakan komunikasi yang efektif (sesuai dengan tujuan
komunikasi pada
umumnya). Yang terpenting dalam berbahasa efektif adalah
bagaimana kode
bahasa yang diterima oleh penerima proses berbahasa harus sama
dengan kode
bahasa yang dikirim oleh pembicara. Ada banyak faktor yang
dapat
mempengaruhi keefektifan proses berbahasa. Faktor-faktor ini
terdapat pada
setiap unsur komunikasi seperti: komunikator, pesan, medium dan
resipiens.
-
31
1) Pada Pembicara
Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi proses berbahasa
adalah:
a) Pengetahuan tentang berbahasa dan keterampilan
berkomunikasi.
Yang dimaksudkan adalah penguasaan komunikasi dan
keterampiIan
mempergunakan bahasa; keterampilan mempergunakan media
komunikasi untuk
mempermudah proses pengertian pada resipiens; kemampuan untuk
mengenal dan
menganalisis situasi pendengar sehingga dapat memberikan sesuatu
yang sesuai
dengan kebutuhan mereka. Di samping itu jenis hubungan antara
komunikator dan
resipiens dapat juga mempengaruhi efektivitas proses
komunikasi.
b) Sikap komunikator
Sikap komunikator seperti agresif (menyerang) atau cepat membela
diri,
sikap yang mantap dan meyakinkan; sikap rendah hati, rela
mendengar dan
menerima anjuran dapat memberi dampak yang besar dalam proses
komunikasi
retoris.
c) Pengetahuan umum
Demi efektivitas dalam komunikasi retoris, komunikator
sebaiknya
memiliki pengetahuan umum yang luas, karena dengan begitu dia
dapat mengenal
dan menyelami situasi pendengar dan dapat mengerti mereka secara
lebih baik.
Dia harus mengetahui dan menguasai bahan yang dibeberkan secara
mendalam,
teliti dan tepat. Dia juga hendaknya mengetahui dan mengerti
hal-hal praktis dari
kehidupan harian para pendengarnya, supaya dapat menyampaikan
sesuatu yang
mampu menggugah hati mereka.
-
32
d) Sistem sosial
Setiap komunikator berada dan hidup di dalam sistem masyarakat
tertentu.
Posisi, pangkat atau jahatan yang dimiliki komunikator di dalam
masyarakat
sangat mempengaruhi efektivitas komunikasi retoris (misalnya:
sebagai pemimpin
atau bawahan; sebagai orang yang berpengaruh atau tidak).
e) Sistem kebudayaan
Di samping sistem sosial, sistem kebudayaan yang dimiliki
seorang
komunikator juga dapat mempengaruhi efektivitas komunikasi
retoris. Tingkah
laku, tata adab dan pandangan hidup yang diwarisinya dari suatu
kebudayaan
tertentu akan juga mempengaruhi efektivitas dalam proses
komunikasi retoris
dengan manusia lain.
2) Pada Resipiens
Faktor-faktor ini pada umurnnya sama dengan faktor-faktor
yang
mempengaruhi komunikator.
a) Pengetahuan tentang komunikasi dan keterampilan
berkomunikasi
Supaya dapat terjadi komunikasi, resipiens harus menguasai
bahasa yang
dipergunakan. Keduanya hanya dapat saling berkomunikasi dan
saling mengerti
apabila mereka mempergunakan perbendaharaan kata yang sama dan
yang
dimengerti oleh kedua belah pihak. Komunikasi tidak akan terjadi
apabila bahasa
yang dipergunakan oleh komunikator tidak dimengerti oleh
resipiens. Dalam
hubungan dengan hal ini, perlu diperhatikan bahwa pendengar
mempunyai cara
mendengar dan mengerti sendiri, yang dapat berbeda dari apa yang
sebenarnya
dimaksudkan oleh komunikator.
-
33
b) Sikap resipiens
Faktor ini juga ikut menentukan efektivitas komunikasi retoris.
Sikap-
sikap positif seperti terbuka, senang, tertarik dan simpatik
akan memberi pengaruh
positif dalam proses komunikasi; Sebaliknya sikap-sikap negatif
seperti tertutup,
jengkel, tidak simpatik terhadap komunikator akan mendatangkan
pengaruh
negatif.
c) Sistem sosial dan kebudayaan
Sistem sosial dan kebudayaan tertentu dapat menghasilkan sifat
dan
karakter khusus pada resipiens. Orang dapat bersifat patuh,
rendah hati. suka
mendengar, tidak banyak bicara atau tidak berani menantang. Di
lain pihak orang
bisa menjadi kritis, suka memhantah dan tidak mudah tunduk
kepada pimpinan.
Juga cara menyampaikan sesuatu tidak sama di antara masyarakat
yang satu
dengan yang lain. Sebab itu komunikator harus memperhatikan
segala faktor ini.
apabila dia mau mengharapkan efek yang besar dalam proses
komunikasi dengan
para pendengarnya.
3) Pada Pesan Dan Medium
a) Antara komunikator dan resipiens ada pesan dan medium.
Kedua faktor ini perlu diperhatikan oleh komunikator secara
khusus dalam
proses komunikasi retoris. Elemen-elemen Pesan Komunikator
menerjemahkan
pesan dengan mempergunakan medium. Dalam proses ini, komunikator
harus
memperhatikan elemen-elemen yang membentuk pesan, supaya
komunikasi dapat
membawa efek yang besar. Elemen-elemen itu berupa kata-kata dan
kalimat,
pikiran atau ide yang dibeberkan, alat peraga yang dipakai
untuk
-
34
mengkonkretisasi pesan, suara, tekanan suara, artikulasi, mimik
dan gerak-gerak
untuk memperjelas pesan yang disampaikan.
b) Struktur Pesan
Struktur pesan yang ingin disampaikan juga dapat
mempengaruhi
efektivitas proses komunikasi retoris. Yang perlu diperhatikan
adalah susunan
organis di mana elemen-elemen itu dikedepankan untuk
mengungkapkan pesan.
Pada prinsipnya struktur atau susunan pesan harus jelas dan
mudah dimengerti.
c) Isi Pesan
Isi pesan yang di ungkapkan lewat medium harus disesuaikan
dengan
situasi resipiens. Isi pesan seharusnya mudah ditangkap, tidak
boleh terlalu sulit,
karena dapat membingungkan resipiens. Sebaiknya isi pesan
dibatasi pada satu
atau dua pokok pikiran yang diuraikan secara jelas, terinci dan
tepat sasaran.
d) Proses Pembeberan
Yang dimaksudkan adalah cara membawakan dan mengemukakan
pesan
dari komunikator. Ada tiga kemungkinan yang dapat dipilih, yaitu
membawakan
secara bebas, tanpa teks, terikat pada teks, atau setengah
bebas. Ketiga
kemungkinan ini membawa efek yang berbeda dalam proses
komunikasi. Tentang
hal ini akan dibicarakan lebih lanjut.
2.2.1.5 Tahapan Kemampuan Membaca pada Anak Usia Dini
Nurbiana (2005:3.15) mengatakan bahwa tahapan pertama dalam
membaca adalah dengan melihat tulisan dan memprediksi artinya.
Tahap kedua
adalah memastikan arti tulisan yang diprediksinya sehingga
diperoleh keputusan
-
35
untuk melanjutkan bacaan berikutnya meskipun terdapat
kemungkinan kesalahan
dalam memprediksi. Tahap katiga adalah mengintegrasikan
informasi baru
dengan pengalaman sebelumnya. Dengan demikian pemahaman tentang
bacaan
dapat diperoleh setelah anak membaca seluruh teks. Tingkat
pemahaman anak
dalam membaca sangat dipengaruhi oleh kualitas prediksi, contoh
tulisan dan
pengetahuan anak.
Selanjutnya Raines dan Canad dalam Nurbiana (2005:3.15)
mengatakan
bahwa perkembangan membaca anak berlangsung dalam beberapa
tahapan
sebagai berikut:
a. Tahap Fantasi (Magical Stage). Pada tahap ini anak mulai
belajar
menggunakan buku, melihat dan membalik lembaran buku, ataupun
membawa
buku kesukaannya.
b. Tahap Pembentukan Konsep Diri (Self Concept Stage). Pada
tahap ini anak
mulai memandang dirinya sebagai ‘pembaca’ dimana terlihat
keterlibatan anak
dalam kegiatan membaca, berpura-pura membaca buku, memaknai
gambar
berdasarkan, pengalaman yang diperoleh sebelumnya, dan
menggunakan
bahasa baku yang tidak sesuai dengan tulisan.
c. Tahap membaca gambar (Bridging Reading Stage). Pada tahap ini
pada diri
anak mulai tumbuh kesadaran akan tulisan dalam buku dan
menemukan kata
yang pernah ditemuinya sebelumnya, dapat mengungkapkan kata-kata
yang
bermakna dan berhubungan dengan dirinya, sudah mengenal tulisan
kata-kata
puisi, lagu, dan sudah mengenal abjad.
-
36
d. Tahap pengenalan bacaan (Take off Reader Stage). Anak mulai
menggunakan
tiga sistem isyarat (graphoponik, semantic, dan sintaksis). Anak
mulai tertarik
pada bacaan, dapat mengingat tulisan dan konteks tertentu,
berusaha mengenal
tanda-tanda pada lingkungan, serta membaca berbagai tanda
seperti pada papan
iklan, kotak susu, pasta gigi, dan lainnya.
e. Tahap membaca lancar (Independent Reader Stage). Pada tahap
ini anak dapat
membaca berbagai jenis buku.
Morrisson (2012: 260) menyatakan bahwa kemampuan baca tulis
berarti
kemampuan untuk membaca, menulis, berbicara dan mendengarkan.
Para ahli
memandang kemampuan baca-tulis sebagai proses yang dimulai pada
saat lahir
(mungkin sebelumnya) dan terus berkembang selama hidup, selama
masa sekolah.
Proses menjadi mampu membaca dan menulis juga dipandang sebagai
proses
alami, membaca dan menulis adalah proses yang diikuti anak
secara alami, jauh
sebelum mereka bersekolah. Tidak mengherankan jika Anda telah
bekerja dengan
atau mengenal balita dan murid prasekolah yang mengenal tulisan.
Mereka
“membaca” semua jenis tulisan dilingkungan sekitar seperti papan
tanda (rumah
sakit daerah), label (selamat jalan), dan menu dan simbol-simbol
lain
dilingkungan mereka.
Suyanto (2005:162) mengatakan bahwa kemampuan membaca dan
menulis secara bermakna sebagai kebutuhan untuk memahami
lingkungannya
disebut dengan Literasi. Nigel Hall dalam Suyanto (2005:162)
mengatakan bahwa
kemampuan membaca bukan dimulai sejak TK tetapi jauh sebelum
anak masuk
-
37
TK. Menurutnya anak sudah berlatih membaca dan menulis
(literasi) sejak kecil
dari lingkungannya.
Terdapat beberapa tahap dalam proses belajar membaca. Initial
reading
(membaca permulaan) merupakan tahap kedua dalam membaca
menurut
Merce (Abdurrahman, 2002:201). Membaca secara teknis juga
mengandung
makna bahwa dalam tahap ini anak belajar mengenal fonem dan
menggabungkan (blending) fonem menjadi suku kata atau kata
(Mar’at,
2005:80). Kemampuan membaca ini berbeda dengan kemampuan
membaca
secara formal (membaca pemahaman), di mana seseorang telah
memahami
makna suatu bacaan. Tidak ada rentang usia yang mendasari
pembagian
tahapan dalam proses membaca, karena hal ini tergantung pada
tugas – tugas
yang harus dikuasai pembaca pada tahapan tertentu.
Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik
Indonesia
Nomer 137 Tahun 2014 tentang Standar Nasional Pendidikan Anak
Usia Dini
mencantumkan Standar Tingkat Pencapaian Perkembangan Anak yaitu
kriteria
tentang kemampuan yang dicapai anak pada seluruh aspek
perkembangan dan
pertumbuhan, mencakup aspek nilai agama dan moral, fisik
motorik, kognitif,
bahasa, sosial emosional serta seni.
-
38
Tabel 2.1 Standar Tingkat Pencapaian Perkembangan Bahasa
Anak Usia 4-6 Tahun
Lingkup
Perkembangan
Tingkat Pencapaian Perkembangan
Usia 4-5 tahun Usia 5-6 tahun
Bahasa
Memahami
Bahasa
1. Menyimak perkataan orang lain (bahasa ibu atau
bahasa lainnya)
2. Mengerti dua perintah yang diberikan bersamaan
3. Memahami cerita yang dibacakan
4. Mengenal perbendaharaan kata mengenai kata sifat
(nakal,pelit,baik,berani,jele
k,dsb)
5. Mendengar dan membedakan bunyi-
bunyian dalam Bahasa
Indonesia (contoh bunyi
dan ucapan harus sama)
1. Mengerti beberapa perintah secara
bersamaan
2. Mengulang kalimat yang lebih kompleks
3. Memahami aturan dalam suatu permainan
4. Senang dan menghargai bacaan
Mengung
kapkan Bahasa
1. Mengulang kalimat sederhana
2. Bertanya dengan kalimat yang benar
3. Menjawab pertanyaan sesuai pertanyaan
4. Mengungkapkan perasaan dengan kata sifat
5. Menyebutkan kata-kata yang dikenal
6. Mengutarakan pendapat kepada orang lain
7. Menyatakan alasan terhadap sesuatu yang
diinginkan atau
ketidaksetujuan
8. Menceritakan kembali cerita/dongeng yang pernah
didengar
9. Memperkaya perbendaharaan kata
10. Berpartisipasi dalam percakapan
1. Menjawab pertanyaan yang lebih kompleks
2. Menyebutkan kelompok gambar yang memiliki
bunyi yang sama
3. Berkomunikasi secara lisan, memiliki
perbendaharaan kata,
serta mengenal symbol-
simbol untuk persiapan
membaca, menulis dan
berhitung.
4. Menyusun kalimat sederhana dalam struktur
lengkap
5. Memiliki lebih banyak kata-kata untuk
mengekspresikan ide
pada orang lain
6. Melanjutkan sebagian cerita/dongeng yang
telah diperdengarkan
7. Menunjukan pemahaman konsep-konsep dalam
buku cerita
-
39
Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia
Nomer
146 Tahun 2014 tentang Kurikulum 2013 Pendidikan Anak Usia Dini
terdiri dari
Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar.
Tabel 2.2 Kurikulum 2013 Pendidikan Aak Usia Dini
Kompetensi Inti Kompetensi Dasar
KI-4. Menunjukkan yang diketahui,
dirasakan, dibutuhkan, dan dipikirkan
melalui bahasa, musik, gerakan, dan
karya secara produktif dan kreatif, serta
mencerminkan perilaku anak berakhlak
mulia
4.10. Menunjukkan kemampuan
berbahasa reseptif (menyimak
dan membaca)
4.11. Menunjukkan kemampuan
berbahasa ekspresif
(mengungkapkan bahasa
secara verbal dan non-verbal)
4.12. Menunjukkan kemampuan
keaksaraan awal dalam
berbagai bentuk karya
2.2.2 Literasi
2.2.2.1 Definisi Literasi
Literasi yang dalam bahasa Inggrisnya Literacy berasal dari
bahasa Latin
littera (huruf) yang pengertiannya melibatkan penguasaan
sistem-sistem tulisan
dan konvensi-konvensi yang menyertainya. Kendatipun demikian,
literasi
utamanya berhubungan dengan bahasa dan bagaimana bahasa itu
digunakan.
Lebih lanjut Literasi merupakan kemampuan yang terkait dengan
kemampuan
membaca, menulis, menyimak dan berbicara. Sependapat yang
disampaikan oleh
Laurie & Whitehead (2004) mengemukakan bahwa literasi anak
merupakan
kemampuan yang berkaitan dengan, membaca, menulis, menyimak dan
berbicara.
-
40
Secara sederhana, literasi berarti kemampuan membaca dan
menulis, atau
melek aksara (Resmini, 2013). Dalam konteks sekarang, literasi
memiliki arti
yang sangat luas. Literasi dapat berarti melek teknologi,
politik, berpikiran kritis,
dan peka terhadap lingkungan sekitar. Widayati (2011)
mendefinisikan literasi
kontemporer sebagai kemampuan seseorang dalam menggunakan
informasi
tertulis atau cetak untuk mengembangkan pengetahuan, sehingga
mendatangkan
manfaat bagi masyarakat. Lebih jauh, seorang baru dapat
dikatakan literat jika ia
sudah dapat memahami sesuatu karena membaca dan melakukan
sesuatu
berdasarkan pemahaman bacaannya.
Menurut Justice dan Kaderavek (2002) mengatakan bahwa periode
literasi
anak mulai dari lahir sampai dengan usia enam tahun. Pada
periode tersebut anak-
anak memperoleh pengetahuan tentang membaca dan menulis tidak
melalui
pengajaran, tetapi melalui perilaku yang sederhana dengan
mengamati dan
berpartisipasi pada aktivitas yang berkaitan dengan literasi.
Pengajaran formal
tidak selalu diperlukan untuk mengembangkan literasi emergen.
Dengan
mengamati orang yang melakukan aktivitas literasi dan
berpartisipasi dengan
aktivitas tersebut maka anak akan memperoleh kemampuan yang
merupakan
prasyarat penting untuk mengembangkan membaca konvensional.
Berkenaan dengan ini Kern (2000) mendefinisikan istilah literasi
secara
komprehensif sebagai berikut:
-
41
Literacy is the use of socially-, and historically-, and
culturally- situated
practices of creating and interpreting meaning through texts. It
entails at
least a tacit awareness of the relationships between textual
conventions
and their context of use and, ideally, the ability to reflect
critically on
those relationships. Because it is purpose-sensitive, literacy
is dynamic -
not static - and variable across and within discourse
communities and
cultures. It draws on a wide range of cognitive abilities, on
knowledge of
written and spoken language, on knowledge of genres, and on
cultural
knowledge.
Berdasarkan beberapa pendapat ahli yang telah dipaparkan maka
dapat
disimpulkan bawah kegiatan literasi merupakan kegiatan yang
dilakukan agar
masyarakat memiliki kemampuan dalam menggunakan informasi
tertulis maupun
informasi cetak. Sehingga masyarakat mampu mengembangkan
pengetahuan,
sehingga mendatangkan manfaat. Sedangkan kegiatan literasi untuk
anak usia dini
yang dimaksud dalam penelitian ini merupakan kegiatan yang
dilakukan agar
anak usia dini memiliki kemampuan untuk memahami informasi
sehingga anak
memiliki keterampilan berbahasa reseptif.
2.2.2.2 Prinsip Pembelajaran Literasi Pada AUD
Menurut Kern (2000) Terdapat tujuh prinsip pendidikan
literasi
diantarannya yaitu: Pertama; Literasi melibatkan interpretasi;
Penulis/pembicara
dan pembaca/pendengar berpartisipasi dalam tindak interpretasi,
yakni:
penulis/pembicara menginterpretasikan dunia (peristiwa,
pengalaman, gagasan,
perasaan, dan lain-lain), dan pembaca/pendengar kemudian
mengiterpretasikan
interpretasi penulis/pembicara dalam bentuk konsepsinya sendiri
tentang dunia.
Kedua; Literasi melibatkan kolaborasi; Terdapat kerjasama antara
dua
pihak yakni penulis/pembicara dan pembaca/pendengar. Kerjasama
yang
-
42
dimaksud itu dalam upaya mencapai suatu pemahaman bersama.
Penulis/pembicara memutuskan apa yang harus ditulis/dikatakan
atau yang tidak
perlu ditulis/dikatakan berdasarkan pemahaman mereka
terhadap
pembaca/pendengarnya. Sementara pembaca/pendengar mencurahkan
motivasi,
pengetahuan, dan pengalaman mereka agar dapat membuat teks
penulis bermakna.
Ketiga; Literasi melibatkan konvensi; Orang-orang membaca dan
menulis
atau menyimak dan berbicara itu ditentukan oleh
konvensi/kesepakatan kultural
(tidak universal) yang berkembang melalui penggunaan dan
dimodifikasi untuk
tujuan-tujuan individual. Konvensi disini mencakup aturan-aturan
bahasa baik
lisan maupun tertulis.
Keempat; Literasi melibatkan pengetahuan kultural; Membaca
dan
menulis atau menyimak dan berbicara berfungsi dalam sistem-
sistem sikap,
keyakinan, kebiasaan, cita-cita, dan nilai tertentu. Sehingga
orang- orang yang
berada di luar suatu sistem budaya itu rentan/beresiko
salah/keliru dipahami oleh
orang-orang yang berada dalam sistem budaya tersebut.
Kelima; Literasi melibatkan pemecahan masalah; Karena kata-kata
selalu
melekat pada konteks linguistik dan situasi yang melingkupinya,
maka tindak
menyimak, berbicara, membaca, dan menulis itu melibatkan
upaya
membayangkan hubungan-hubungan di antara kata-kata, frase-
frase, kalimat-
kalimat, unit-unit makna, teks-teks, dan dunia-dunia. Upaya
membayangkan,
memikirkan, mempertimbangkan ini merupakan suatu bentuk
pemecahan
masalah.
-
43
Keenam; Literasi melibatkan refleksi dan refleksi diri;
Pembaca/pendengar
dan penulis/pembicara memikirkan bahasa dan hubungan-
hubungannya dengan
dunia dan diri mereka sendiri. Setelah mereka berada dalam
situasi komunikasi
mereka memikirkan apa yang telah mereka katakan, bagaimana
mengatakannya,
dan mengapa mengatakan hal tersebut.
Ketujuh; Literasi melibatkan penggunaan bahasa; Literasi
tidaklah sebatas
pada sistem-sistem bahasa (lisan/tertulis) melaikan mensyaratkan
pengetahuan
tentang bagaimana bahasa itu digunakan baik dalam konteks lisan
maupun tertulis
untuk menciptakan sebuah wacana/diskurs.
2.2.2.3 Indikator Kegiatan Literasi
Literasi perlu dikembangkan karena literasi atau keaksaraan
merupakan
modal dasar bagi anak untuk dapat belajar dan memperoleh
pengetahuan terutama
pada saat anak mulai memasuki usia sekolah. Affrida (2018)
menyatakan bahwa
terdapat empat indikator kegiatan literasi antara lain kemampuan
menyimak,
kemampuan menulis, kemampuan berbicara, dan kemampuan
membaca.
Sedangkan menurut Lawalata dan Sholeh (2019) indikator kegiatan
literasi
meliputi pembiasaan, pengembangan minat, dan pelaksanaan. Pola
kegiatan
literasi di sekolah ditinjau dari 3 hal, yaitu (1) pola strategi
dan pelaksanaan
kegiatan literasi, (2) sumber buku dan lingkungan literasi, dan
(3) kerja sama
kegiatan literasi (Suyono, Harsiati, & Wulandari, 2017).
Berdasarkan beberapa pendapat yang telah dikemukakan oleh ahli,
dapat
disimpulkan bahwa indikator kegiatan literasi dalam penelitian
ini merujuk pada
-
44
pendapat Affrida (2018) yaitu kemampuan menyimak, kemampuan
menulis,
kemampuan berbicara, dan kemampuan membaca.
2.2.3 Read Aloud
2.2.3.1 Definisi Read Aloud
Read Aloud atau membaca nyaring merupakan bentuk kegiatan
membaca
suatu teks dengan keras yang dapat membantu memfokuskan
perhatian secara
mental menimbulkan pertanyaan-pertanyaan dan merancang diskusi.
Kegiatan ini
mempunyai efek pada memusatkan perhatian dan membuat membuat
kelompok
yang kohesif. Read Aloud adalah suatu aktivitas atau kegiatan
yang merupakan
alat bagi guru, murid, ataupun pembaca bersama-sama dengan orang
lain atau
pendengar untuk menangkap serta memahami informasi, pikiran, dan
perasaan
seseorang pengarang (Taringan 2008: 23). Read Aloud merupakan
kegiatan yang
dilakukan untuk meningkatkan kemampuan membaca dan menyimak
(Lestari,
2018). Reading aloud diperlukan untuk semua siswa karena
membantu siswa
memahami suatu bacaan dan mengingat secara terus-menerus
pengungkapan kata-
kata, mengenali kata-kata baru yang pada konteks lain
(Ustianingsih, Riwayanti,
& Malang, 2016). Jadi, Read Aloud