PENGARUH KECUKUPAN MODAL, LIKUIDITAS, DAN BANK SIZE TERHADAP PEMBIAYAAN BERMASALAH SERTA IMPLIKASINYA TERHADAP PROFITABILITAS BANK PEMBIAYAAN RAKYAT SYARIAH DI INDONESIA SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi (S.E) RAHMAWATI NIM. 1112046100042 JURUSAN PERBANKAN SYARIAH
160
Embed
PENGARUH KECUKUPAN MODAL, LIKUIDITAS, DAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35403... · Web viewPENGARUH KECUKUPAN MODAL, LIKUIDITAS, DAN BANK SIZE TERHADAP PEMBIAYAAN
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
PENGARUH KECUKUPAN MODAL, LIKUIDITAS, DAN BANK SIZE
TERHADAP PEMBIAYAAN BERMASALAH SERTA IMPLIKASINYA
TERHADAP PROFITABILITAS BANK PEMBIAYAAN RAKYAT
SYARIAH DI INDONESIA
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh
Gelar Sarjana Ekonomi (S.E)
RAHMAWATI
NIM. 1112046100042
JURUSAN PERBANKAN SYARIAH
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
1438 H / 2017
TERHADAP PEMBIAYAAN BERMASALAH SERTA IMPLIKASINYA
TERHADAP PROFIT ABILITAS BANK PEMBIAYAAN RAKYAT
SYARIAH DI INDONESIA
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh
Gelar Sarjana Ekonomi (S.E)
Oleh:
RAHMAWATI
NIM. 1112046100042
Pembimbing
RR. Tini Anggraeni, ST, M.Si
NIP.
JURUSAN PERBANKAN SYARIAH
i
ii
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH
Saya yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama : Rahmawati
NIM : 1112046100042
Jurusan : Perbankan Syariah
Fakultas : Ekonomi dan Bisnis
Dengan ini menyatakan bahwa dalam penulisan skripsi ini, saya:
1. Tidak menggunakan ide orang lain tanpa mampu mengembangkan dan mempertanggungjawabkan.
2. Tidak melakukan plagiasi terhadap naskah karya orang lain.3. Tidak menggunakan karya orang lain tanpa menyebutkan sumber
asli atau tanpa izin pemilik karya.4. Tidak melakukan pemanipulasian dan pemalsuan data.5. Mengerjakan sendiri karya ini dan mampu bertanggung jawab atas
karya ini.
Jika dikemudian hari ada tuntutan dari pihak lain atas karya saya, dan telah melalui pembuktian yang dapat dipertanggung jawabkan, ternyata memang ditemukan bukti bahwa saya melanggar pernyataan ini, maka saya siap dikenakan sanksi berdasarkan aturan yang berlaku di Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Dengan ini pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya.
Jakarta, Januari 2017
Yang Menyatakan
Rahmawati
iii
ABSTRAK
Rahmawati. NIM 1112046100042. Pengaruh Kecukupan Modal,
Likuiditas, dan Bank Size Terhadap Pembiayaan Bermasalah Serta
Implikasinya Terhadap Profitabilitas Bank Pembiayaan Rakyat Syariah di
Indonesia. Skripsi Jurusan Perbankan Syariah Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta, 2017.
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh kecukupan modal,
likuiditas, dan bank size terhadap pembiayaan bermasalah serta implikasinya
terhadap profitabilitas Bank Pembiayaan Rakyat Syariah di Indonesia. Data
penelitian yang disajikan dalam penelitian ini bersumber dari website Bank
Indonesia dan Otoritas Jasa Keuangan.
Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis
regresi linear dengan metode analisis jalur (path analysis). Hasil dari penelitian ini
menunjukkan bahwa kecukupan modal, likuiditas, bank size berpengaruh secara
positif dan signifikan terhadap pembiayaan bermasalah. Implikasinya terhadap
profitabilitas Bank Pembiayaan Rakyat Syariah adalah kecukupan modal dan
pembiayaan bermasalah berpengaruh secara negatif dan signifikan, sedangkan
bank size berpengaruh secara positif dan signifikan.
Kata kunci: kecukupan modal, likuiditas, bank size, pembiayaan bermasalah,
profitabilitas
iv
KATA PENGANTAR
Alhamdulillahirabbil’alamin. Segala puji dan syukur penulis panjatkan
kepada Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan karuniaNya khususnya
kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik.
Salawat serta salam senantiasa dipanjatkan kepada Rasulullah, Nabi Muhammad
SAW yang telah mengantarkan manusia dari zaman kegelapan ke zman yang
terang benderang ini. Penulisan skripsi ini dimaksudkan sebagai salah satu syarat
kelulusan Strata Satu (S-1) Jurusan Perbankan Syariah Fakultas Ekonomi dan
Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Penulisan skripsi ini tidak akan terselesaikan tanpa banyak pihak yang
memberikan bantuan. Ucapan rasa hormat dan terima kasih atas segala kepedulian
mereka yang telah memberikan bantuan, baik berupa moril, kritik, saran,
masukan, dorongan semangat, do’a maupun pemikiran dalam penulisan skripsi
ini. Oleh karena itu, perkenankan penulis secara khusus mengucapkan terima
kasih kepada:
1. Bapak Dr. Arief Mufriani, Lc., M.Si, selaku Dekan Fakultas Ekonomi
dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Bapak A.M. Hasan Ali, M.A dan Bapak Abdurrauf, Lc, MA selaku
Ketua Jurusan Program Studi Muamalat (Perbankan Syariah ) Fakultas
Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
v
3. Ibu Cut Erika Ananda Fatimah, S.E, MBA, selaku Ketua Jurusan
Perbankan Syariah Fakultas ekonomi dan Bisnis UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta.
4. Bapak Dr. Abdurrauf, MA., selaku Sekretaris Jurusan Program Studi
Muamalat (Perbankan Syariah ) Fakultas Syariah dan Hukum UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta.
5. Ibu Fitri Damayanti, M.Si, selaku Sekretaris Jurusan Perbankan
Syariah Fakultas ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
6. Ibu Tini Anggraeni, ST, M.Si, selaku dosen pembimbing yang tiada
hentinya membimbing penulis, meluangkan waktu, memberikan saran
dan masukan demi terselesaikannya skripsi ini.
7. Ibu dan Bapak dosen Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam
Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah dengan sabar
memberikan bekal ilmu yang tak terhingga nilainya.
8. Terima kasih kepada pemberi support terbesar, orang tua penulis, Papa
dan Mama serta kakak dan adik yang senantiasa memberikan bantuan,
do’a dan dorongan semangat kepada penulis, sehingga penulis dapat
menyelesaikan skripsi ini.
9. Sahabat-sahabat seperjuangan semasa kuliah yaitu Mariatul Adila,
Rinrin Sri Annisa, Nur Azilah, Farah Dhiba Lubis, Siti Sarah, Annisa
Farida, Eka Rahayu Oktaviani, Nanda Pipit Nurjannah dan Meydha
Nurcholis yang senantiasa membantu, memberikan motivasi, dan
mendoakan yang terbaik.
vi
10. Terima kasih kepada Alfa, Wiby, Lutfi, Nabilah, Shenia, Galuh, dan
Chintya yang senantiasa memberikan do’a dan semangat sehingga
penulis termotivasi untuk menyelesaikan skripsi ini.
11. Terima kasih kepada mahasiswa Perbankan Syariah angkatan 2012 dan
semua pihak yang telah membantu terselesaikannya skripsi ini, yang
tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.
Akhir kata, kepada semua pihak yang telah membantu terselesaikannya
skripsi ini, penulis ucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya. Semoga Allah
SWT mencatatnya sebagai amal baik dan membalasnya dengan lebih baik lagi.
Besar harapan penulis agar skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi semua
kalangan. Semoga Allah senantiasa membimbing dan memberikan petunjuk
Gambar 2.4 Path Analysis Model Kompleks.........................................................39
Gambar 4.1 Diagram Jalur Hubungan Kausal X1, X2, X3, dan Y terhadap Z......70
Gambar 4.2 Sub-Struktur 1....................................................................................71
Gambar 4.3 Struktur I Hubungan Kasual X1, X2, X3, ke Y.....................................75
Gambar 4.4 Sub-Struktur II...................................................................................76
Gambar 4.5 Struktur II Hubungan Kausal X1, X3, Y terhadap Z...........................80
xiii
DAFTAR GRAFIK
Grafik 4.1 Pergerakan Variabel CAR....................................................................60
Grafik 4.2 Grafik Pergerakan Variabel FDR.........................................................62
Grafik 4.3 Pergerakan Variabel Total Aset............................................................63
Grafik 4.4 Pergerakan Variabel NPF.....................................................................65
Grafik 4.5 Pergerakan Variabel ROE....................................................................67
xiv
BAB I
PENDAHULUAN
1.
A. Latar Belakang
Dengan telah diberlakukannya Undang-Undang No. 21 Tahun 2008
tentang Perbankan Syariah, maka pengembangan industri perbankan syariah
nasional semakin memiliki landasan hukum yang memadai dan akan
mendorong pertumbuhannya secara lebih cepat.1 Undang-Undang No. 21
Tahun 2008 menjelaskan bahwa yang dimaksud dengan perbankan syariah
adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan Bank Syariah dan Unit
Usaha Syariah yang meliputi kelembagaan, kegiatan usaha, serta cara dan
proses dalam melaksanakan kegiatan usahanya. Bank Syariah adalah bank
yang menjalankan kegiatan usahanya dengan berlandaskan prinsip syariah.
Menurut jenisnya, Bank Syariah terdiri atas Bank Umum Syariah dan Bank
Pembiayaan Rakyat Syariah.
Bank Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS) merupakan bank syariah
yang lebih dekat kepada kebutuhan masyarakat menengah ke bawah yang
melakukan Usaha Kecil Menengah (UKM) dan Usaha Mikro Kecil Menegah
(UMKM). UKM dan UMKM adalah bagian dari aktivitas perekonomian yang
dilakukan oleh mayoritas masyarakat Indonesia. Kehadiran BPRS diharapkan
dapat menjadi sumber permodalan bagi pengembangan usaha masyarakat
1 www.bi.go.id/id/perbankan/syariah/Contents/Default.aspx diakses pada 28 Juli 2016
1
ekonomi menengah ke bawah sehingga dapat meningkatkan pendapatan dan
kesejahteraan mereka.
Kriteria Usaha Mikro adalah memiliki kekayaan bersih paling banyak
Rp 50.000.000 (lima puluh juta rupiah) termasuk tanah dan bangunan tempat
usaha atau memiliki hasil penjualan tahunan paling banyak Rp 300,000.000
(tiga ratus juta rupiah). Kriteria Usaha Kecil adalah memiliki kekayaan bersih
lebih dari Rp 50.000.000 (lima puluh juta rupiah sampai dengan paling
banyak Rp500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah) tidak termasuk tanah dan
bangunan tempat usaha atau memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari
Rp300.000.000,00 (tiga ratus juta rupiah) sampai dengan paling banyak
Rp2.500.000.000,00 (dua milyar lima ratus juta rupiah). Kriteria Usaha
Menengah adalah memiliki kekayaan bersih lebih dari Rp50.000.000,00 (lima
puluh juta rupiah) sampai dengan paling banyak Rp500.000.000,00 (lima
ratus juta rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha atau
memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari Rp300.000.000,00 (tiga ratus juta
rupiah) sampai dengan paling banyak Rp2.500.000.000,00 (dua milyar lima
ratus juta rupiah).2
Perkembangan jumlah BPRS relatif meningkat lebih cepat
dibandingan dengan perkembangan bank umum syariah maupun unit usaha
syariah. Berdasarkan perkembangan perbankan syariah secara nasional,
jumlah bank yang melakukan kegiatan usaha berdasarkan prinsip syariah
2 pasal 6 Undang-Undang Nomor 20 tahun 2008 tentang Usaha Mikro Kecil dan Menengah
2
terus mengalami peningkatan pada setiap tahunnya. Berikut ini adalah tabel
perkembangan kelembagaan perbankan syariah:
Tabel 1.1 Perkembangan Kelembagaan Perbankan Syariah
Kelompok
Bank
Tahun
2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015
BUS 3 3 5 6 11 11 11 11 12 12
UUS 20 26 27 25 23 24 24 23 22 22
BPRS 105 114 131 138 150 155 158 163 163 161
Sumber: Statistik Perbankan Syariah 2015
Tabel 1.1 menunjukkan perkembangan bank syariah berdasarkan
statistik perbankan syariah dari tahun ke tahun secara kuantitas, pencapaian
perbankan syariah sungguh membanggakan dan terus mengalami peningkatan
dalam jumlah bank. Jika pada tahun 2005 berdasarkan data statistik
perbankan syariah yang dipublikasikan oleh Bank Indonesia hanya ada 3
Bank Umum Syariah, 19 Unit Usaha Syariah dan 92 Bank Pembiayaan
Rakyat Syariah, maka pada 2015 jumlah bank syariah telah mencapai 34 unit
yang terdiri atas 12 BUS dan 22 UUS. Selain itu, jumlah BPRS telah
mencapai 161 unit pada periode yang sama.3
Keberadaan Bank Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS) dimaksudkan
untuk dapat memberikan layanan perbankan secara cepat, mudah, dan
sederhana kepada masyarakat khususnya pengusaha menengah, kecil dan
3Data Statistik Perbankan Syariah Januari 2015 dari http://www.ojk.go.id/id/kanal/syariah/data-dan-statistik/statistik-perbankan-syariah/Pages/statistik-perbankan-syariah-januari-2015.aspx
3
mikro baik di pedesaan maupun perkotaan yang selama ini belum terjangkau
oleh layanan bank umum.4
Pada BPRS, istilah kredit tidak digunakan tetapi diganti dengan istilah
pembiayaan karena mempunyai prinsip yang berbeda. Tidak seperti kredit,
pembiayaan lebih mengutamakan unsur kesepakatan dan transparansi
sehingga nilai-nilai Islam senantiasa tetap terjaga. BPRS dilarang untuk
melakukan kegiatan usaha yang dapat dilakukan bank umum seperti
menerima simpanan berupa giro dan ikut serta dalam lalu lintas pembayaran.
BPRS juga dilarang melakukan kegiatan usaha dalam valuta asing dan
penyertaan modal.5
Berikut ini merupakan data tabel yang menggambarkan secara umum
tentang CAR, FDR, NPF, ROE, dan total aset yang terjadi pada tahun 2011
sampai dengan 2015.
Tabel 1.2 Perbandingan CAR, FDR, NPF, ROE, dan Total Aset
Tahun CAR FDR NPF ROE Total Aset
2011 23,49 127,71 6,11 18,95 3.520.417
2012 25,16 120,96 6,15 20,54 4.698.952
2013 22,08 120,93 6,50 21,22 5.833.488
2014 22,77 124,24 7,89 16,13 6.573.331
2015 21,47 120,06 8,20 14,66 7.739.270
Sumber: Statistik Perbankan Syariah 2015
Profitabilitas merupakan indikator paling penting untuk mengukur
kinerja suatu bank karena profitabilitas merupakan kemampuan bank untuk
4 Peraturan Bank Indonesia No.11/23/PBI/20095 Ahmad Buchori, Bambang Himawan, Edi Setijawan, Nyimas Rohmah. Kajian Kinerja
Industri BPRS di Indonesia, Buletin Ekonomi Moneter dan Perbankan Maret 2003, h.65
4
menghasilkan atau memperoleh laba secara efektif dan efisien. ROE (Return
on Equity) membandingkan laba bersih setelah pajak dengan ekuitas yang
telah diinvestasikan pemegang saham perusahaan.
ROE (Return on Equity) merupakan rasio yang digunakan untuk
mengukur kinerja keuangan bank dalam memperoleh net income. ROE
merupakan ukuran yang lebih penting menurut pandangan pemilik karena
merefleksikan kepentingan kepemilikan mereka. Hal tersebut dikarenakan
pada umumnya rasio ROE menunjukkan keuntungan yang dinikmati oleh
para pemegang saham.
Nilai ROE pada tahun 2011 adalah sebesar 18,95% meningkat
sebanyak 1,59% pada tahun 2012 menjadi 20,54%, dan kemudian meningkat
sebanyak 0,68% menjadi 21,22% pada tahun 2013. Pada tahun 2014 nilai
ROE mengalami penurunan sebesar 4,89% menjadi 16,13% dan kemudian
mengalami penurunan kembali pada tahun 2015 sebesar 1,47% menjadi
14,66%. Nilai ROE tertinggi terjadi pada tahun 2013 dan terendah pada tahun
2015. Terjadinya penurunan ROE berdasarkan data diatas bisa jadi
disebabkan oleh penurunan rasio-rasio keuangan.
Kecukupan modal (Capital Adequacy Ratio) berkaitan dengan
penyediaan modal sendiri yang diperlukan untuk menutup risiko kerugian
yang mungkin timbul dari pergerakan aktiva bank yang pada dasarnya
sebagian besar dana berasal dari dana pihak ketiga atau masyarakat.6
6 Muchdarsyah Sinungan, Manajemen Dana Bank, (Jakarta: PT. Budi Aksara, 2000), h. 84.
5
Tingginya nilai CAR pada BPRS dapat melindungi deposan dan
meningkatkan kepercayaan masyarakat terhadap BPRS.7
CAR mengalami peningkatan dan penurunan selama 5 tahun terakhir
yang mana dialami juga oleh ROE. Kemungkinan menurunnya kinerja modal
BPRS berakibat pada penurunan pendapatan. Selama periode 2011 sampai
dengan 2015, nilai CAR paling tinggi adalah sebesar 25,16% pada tahun
2012 dan paling rendah pada tahun 2015 dengan nilai sebesar 21,47%.
Kondisi likuiditas BPRS dapat mempengaruhi BPRS dalam
menyikapi pembiayaan bermasalah secara lebih fleksibel. Likuiditas yang
diukur dengan menggunakan rasio Financing to Deposit Ratio (FDR)
digunakan untuk mengukur jumlah dana pihak ketiga yang disalurkan dalam
bentuk pembiayaan. FDR dijadikan variabel yang mempengaruhi ROA
karena berhubungan dengan adanya pertentangan kepentingan antara
likuiditas dengan profitabilitas.
Penyaluran pembiayaan yang tinggi berdasarkan nilai FDR di atas
100% dalam hal ini nilai FDR pada BPRS berada dikisaran 120%. Kondisi
tersebut mengindikasikan bahwa BPRS belum mampu menghimpun Dana
Pihak Ketiga (DPK) yang cukup untuk menyalurkan pembiayaan. Hal ini
juga dapat mengindikasikan bahwa dana yang digunakan BPRS untuk
menyalurkan pembiayaan berasal dari sumber lain seperti modal. Namun
berdasarkan data, nilai FDR yang tinggi tidak diiringi dengan peningkatan
7 Irman Firmansyah, Determinant of Non Performing Loan: The Case of Islamic Bank In Indonesia, Buletin Ekonomi Moneter dan Perbankan, Volume 17, Nomor 2, Oktober 2014
6
ROE mungkin berkaitan dengan rasio NPF yang merupakan indikator bagi
pembiayaan bermasalah. Tingginya pembiayaan yang disalurkan tetapi tidak
diiringi dengan kolektabilitas yang baik. Artinya tidak berjalannya proses
pengembalian pinjaman dana oleh nasabah pembiayaan akan berpengaruh
pada likuiditas BPRS yang secara tidak langsung berdampak pada pendapatan
BPRS.
Bank yang memiliki aset besar berarti memiliki modal yang besar pula
sehingga dapat memperluas pangsa pasarnya untuk berinvestasi. Total aset
yang semakin besar akan meningkatkan volume kredit yang dapat menekan
tingkat spread yang dapat menurunkan tingkat lending rate bank.8 Padahal
jika diamati total aset pada BPRS setiap tahunnya selalu mengalami
peningkatan.
Non Performing Financing (NPF) merupakan indikator pembiayaan
bermasalah yang perlu diperhatikan karena sifatnya yang fluktuatif dan tidak
pasti sehingga penting untuk diamati dengan perhatian khusus. NPF dijadikan
variabel yang mempengaruhi profitabilitas BPRS karena mencerminkan
risiko pembiayaan sehingga mempengaruhi pencapaian laba yang diperoleh
BPRS. Oleh karena itu kemampuan pengelolaan pembiayaan sangat
diperlukan oleh BPRS.9
8 Nadya Dwi Ad’hani. Analisis Pengaruh Bank Size, LDR, BOPO, Pertumbuhan Kredit dan CAR terhadap Non Performing Loan, Skripsi FEB Undip 2016
9 Irman Firmansyah, Determinant of Non Performing Loan: The Case of Islamic Bank In Indonesia, Buletin Ekonomi Moneter dan Perbankan, Volume 17, Nomor 2, Oktober 2014
7
Nilai NPF pada tahun 2011 adalah sebesar 6,11% meningkat sebanyak
0,04% pada tahun 2012 menjadi 6,15%, dan kemudian meningkat sebanyak
0,35% menjadi 6,50% pada tahun 2013. Pada tahun 2014 nilai NPF
meningkat sebesar 1,39% menjadi 7,89% dan kemudian mengalami
peningkatan pada tahun 2015 sebesar 0,31% menjadi 8,20%.
Berdasarkan latar belakang di atas, maka peneliti tertarik untuk
membahas skripsi tentang “Pengaruh Kecukupan Modal, Likuiditas, dan
Bank Size Terhadap Pembiayaan Bermasalah Serta Implikasinya
Terhadap Profitabilitas Bank Pembiayaan Rakyat Syariah di Indonesia”.
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang, maka identifikasi masalah dalam
profitabilitas Bank Pembiayaan Rakyat Syariah di Indonesia adalah
sebagai berikut:
1. Profitabilitas Bank Pembiayaan Rakyat Syariah (ROE) yang fluktuatif
cenderung menurun.
2. Kecukupan modal (CAR) Bank Pembiayaan Rakyat Syariah yang
fluktuatif cenderung menurun.
3. Likuiditas (FDR) Bank Pembiayaan Rakyat Syariah yang setiap tahun
meningkat dan nilainya selalu diatas 120%.
4. Total aset selalu mengalami peningkatan setiap tahun.
5. Pembiayaan bermasalah (NPF) Bank Pembiayaan Rakyat Syariah
mengalami peningkatan setiap tahun.
8
C. Pembatasan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah diatas, maka peneliti membatasi
permasalahan yang akan diteliti. Hal ini bertujuan agar masalah lebih
terfokus, spesifik, dan menghindari terjadinya kemungkinan tumpang tindih
dengan masalah lain diluar wilayah penelitian. Batasan masalah dalam
penelitian ini adalah:
1. Objek dalam penelitian ini adalah Bank Pembiayaan Rakyat Syariah
yang ada di Indonesia.
2. Data yang digunakan adalah Laporan Keuangan Bank Pembiayaan
Rakyat Syariah periode 2011 sampai dengan 2015 yang terdapat pada
Laporan Statistik Perbankan Syariah yang dipublikasikan oleh
Otoritas Jasa Keuangan.
3. Variabel yang digunakan adalah CAR, FDR, bank size, dan ROE
4. Metode analisis yang digunakan yaitu analisis regresi linear dengan
model analisis jalur (path analysis).
D. Perumusan Masalah
Adapun rumusan masalah yang secara spesifik akan diteliti dalam
penelitian ini adalah:
1. Apakah kecukupan modal (CAR), likuiditas (FDR, dan bank size
berpengaruh langsung terhadap pembiayaan bermasalah (NPF)?
2. Apakah kecukupan modal (CAR), likuiditas (FDR), dan bank size
berpengaruh tidak langsung terhadap pembiayaan bermasalah (NPF)?
9
3. Apakah kecukupan modal (CAR), likuiditas (FDR), bank size, dan
pembiayaan bermasalah (NPF) berpengaruh langsung terhadap Return
on Equity (ROE)?
4. Apakah kecukupan modal (CAR), likuiditas (FDR), bank size, dan
pembiayaan bermasalah (NPF) berpengaruh tidak langsung terhadap
Return on Equity (ROE)?
E. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penelitian
a. Untuk menganalisis besarnya pengaruh kecukupan modal (CAR),
likuiditas (FDR), dan bank size secara langsung terhadap
pembiayaan bermasalah (NPF).
b. Untuk menganalisis besarnya pengaruh kecukupan modal (CAR),
likuiditas (FDR), dan bank size secara tidak langsung terhadap
pembiayaan bermasalah (NPF).
c. Untuk menganalisis besarnya pengaruh kecukupan modal (CAR),
likuiditas (FDR), bank size dan pembiayaan bermasalah (NPF)
terhadap secara langsung terhadap Return on Equity (ROE).
d. Untuk menganalisis besarnya pengaruh kecukupan modal (CAR),
likuiditas (FDR), bank size, dan pembiayaan bermasalah (NPF)
terhadap secara tidak langsung terhadap Return on Equity (ROE).
2. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat penelitian ini adalah:
10
a. Bagi penulis, penelitian ini diharapkan dapat memberikan
kontribusi berupa buku bacaan perpustakaan di lingkungan
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, khususnya
di Fakultas Syariah dan Hukum Program Studi Muamalat.
b. Bagi BPRS, penelitian ini diharapkan dapat memberikan
sumbangan yang berarti bagi lembaga lembaga perbankan syariah,
khususnya Bank Pembiayaan Rakyat Syariah agar dapat
memperbaiki kinerja keuangannya demi tercapainya tujuan
perusahaan.
c. Bagi masyarakat, penelitian ini diharapkan dapat memberikan
referensi dan menambah informasi mengenai keuangan Bank
Pembiayaan Rakyat Syariah, sehingga dapat menjadi bahan
pertimbangan untuk mengajukan pembiayaan di BPRS.
d. Bagi peneliti selanjutnya, penelitian ini diharapkan dapat
digunakan sebagai bahan informasi dan bahan pengembangan
penelitian selanjutnya.
F. Kerangka Pemikiran
11
Pengaruh Kecukupan Modal, Likuiditas, Bank Size, dan Pembiayaan Bermasalah Terhadap Profitabilitas Bank Pembiayaan Rakyat Syariah di
capital tersebut menjadi salah satu komponen penilaian dalam
pengawasan bank yang tercermin dari pemenuhan rasio kecukupan
modal.20
Pengelolaan kecukupan modal merupakan tugas manager bank
untuk memenuhi kecukupan modal. Alasan bank untuk memenuhi
kecukupan modal antara lain :
a) Menghindarkan bank terhadap kemungkinan terjadinya kegagalan
bank
b) Jumlah modal yang dimiliki bank mempengaruhi pendapatan
pemilik bank/ pemegang saham,
c) Memenuhi batasan minimum modal bank (bank capital
requirement) yang ditentukan regulator.21
Kecukupan modal perbankan salah satunya diukur dengan
Capital Adequency Ratio (CAR). Penilaian tersebut dapat diukur
dengan dua cara yaitu membandingkan modal dengan dana-dana
pihak ketiga dan membandingkan modal dengan aktiva berisiko.
20 Ferry N Idroes, Manajemen Perbankan: Pemahaman Pendekatan 3 Pilar Kesepakatan Basel II terkait Aplikasi Regulasi dan Pelaksanaannya di Indonesia, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2008), h.66.
21Ketut Silvanita Mangani, Bank dan Lembaga Keungan Lain (Jakarta: PT. Gelora Aksara Pratama, 2009), h. 21.
21
Rasio utama pada permodalan adalah rasio Kewajban
Penyediaan Modal Minimum (KPMM) atau lebih dikenal sebagai
rasio Capital Adequency Ratio (CAR) adalah rasio kewajiban
pemenuhan modal minimum yang harus dimiliki oleh bank. 22
2. Capital Adequacy Ratio (CAR)
Capital Adequency Rasio (CAR) sebagai pengukur kecukupan
modal yang dimiliki bank untuk menunjang aktiva yang mengandung
atau menghasilkan resiko, misalnya kredit yang diberikan . CAR
merupakan indikator terhadap kemampuan bank untuk menutupi
penurunan aktivanya sebagai kerugian-kerugian bank yang disebabkan
oleh aktiva yang berisiko.23
Capital Adequacy Ratio (CAR) adalah perbandingan antara
total modal dengan asset tertimbang menurut risiko yang oleh Bank
Indonesia diterjemahkan menjadi KPPM (Kewajiban Penyediaan
Modal Minimum).24 Semakin tinggi nilai CAR, maka semakin tinggi
pula kemampuan bank untuk menanggung risiko yang mungkin timbul
dari setiap pembiayaan yang berisiko. Jika nilai CAR tinggi berarti
bank tersebut mampu membiayai operasi bank, keadaan yang
menguntungkan bank tersebut akan memberikan kontribusi yang
cukup besar bagi profitabilitas.25
Rasio CAR dapat dirumuskan sebagai perbandingan antara
modal bank terhadap aktiva tertimbang menurut risiko (ATMR).
22Dwi Nur’aini Ihsan, Laporan Keuangan Perbankan Syariah (Jakarta: UIN Jakarta Press, 2013), h. 93.
22
Modal bank adalah total modal yang berasal dari modal inti dan modal
pelengkap. Sedangkan ATMR merupakan penjumlahan ATMR aktiva
neraca dengan ATMR administratif.
Aktiva Tertimbang Menurut Risiko (ATMR) adalah nilai total
masing-masing aktiva bank setelah dikalikan dengan masing-masing
bobot resiko aktiva tersebut. Aktiva yang paling tidak berisiko diberi
bobot 0% dan aktiva yang paling berisiko diberi bobot 100%. Dengan
demikian ATMR menunjukan nilai aktiva berisiko yang memerlukan
antisipasi modal dalam jumlah yang cukup. Bank Indonesia
menetepakan ketentuan modal minimum bagi perbankan sebagaimana
ketentuan dalam standar Bank for International Setlements (BIS)
bahwa setiap bank umum diwajibkan menyediakan modal minimum
sebesar 8% dari total Aktiva Tertimbang Menurut Risiko (ATMR).26
CAR adalah rasio yang memperlihatkan sebarapa jauh aktiva
bank yang mengandung risiko (pembiayaan, penyertaan, surat
berharga, tagihan pada bank lain) ikut dibiayai dari dana modal bank,
disamping memperoleh dana-dana dari sumber-sumber diluar bank
seperti dana masyarakat, pinjaman (utang), dan lain-lain. Dengan kata
lain, CAR adalah rasio kinerja bank untuk menunjang aktiva yang
24 Benyamin Molan, Glosarium Prentince hall untuk Manajemen dan Pemasaran, h.16.25 Mudrajad Kuncoro dan Suhardjono, Manajemen Perbankan: Teori dan Aplikasi,
(Yogyakarta: Penerbit BPFE Yogyakarta, 2002), h. 573.26Lukman Dendawijaya, Manajemen Perbankan (Bogor: Ghalia Indonesia, 2005, ed.
Kedua),h.40
23
mengandung risiko, misalnya pembiyaan yang diberikan.27 Rumus
yang dapat digunakan untuk menghitung CAR adalah:
CAR= Modal BankAktiva Tertimbang Menurut Risiko ATMR
×100 %
Adapun klasifikasi tingkat CAR menurut Bank Indonesia
secara rinci adalah sebagai berikut:
Tabel 2.3 Klasifikasi Tingkat CAR Menurut Bank Indonesia
Tingkat CAR Predikat
8% ke atas Sehat
6,4% - 7,9% Kurang Sehat
Di bawah 6,4% Tidak Sehat
Sumber: www.bi.go.id
Rasio CAR merupakan alat pengukur kinerja keuangan bank.
Selain itu, CAR juga menggambarkan kondisi perbankan diantaranya:
a. Indikasi permodalan apakah telah memadai (adequate) untuk
menutup risiko kerugian yang timbul dari penanaman dana dalam
aktiva-aktiva produktif karena setiap kerugian akan mengurangi
modal. CAR mengukur kemampuan permodalan bank dalam
mengantisipasi penurunan aktiva dan menutup kemungkinan
terjadinya kerugian dalam pembiayaan. CAR yang tinggi
mencerminkan semakin baiknya permodalan karena modal dapat
digunakan untuk menjamin pemberian pembaiyaan. CAR yang
rendah mencerminkan bahwa permodalan bank kurang baik karena
27
24
bank kurang mampu menutup kemungkinan terjadinya kegagalan
dalam pembiayaan.
b. Kemampuan membiayai operasional dan membiayai seluruh aktiva
tetap dan inventaris bank. CAR yang tinggi menunjukan cukupnya
modal untuk melaksanakan kegiatan usahanya dan dapat
melakukan pengembangan bisnis serta ekspansi usaha dengan lebih
aman.
c. Kemampuan bank dalam meningkatkan profitabilitas. CAR yang
tinggi menunjukan bank tersebut memiliki tingkat modal yang
cukup besar dalam meningkatkan cadangan kas yang dapat
digunakan untuk memperluas pembiayaannya, sehingga akan
membuka peluang yang lebih besar bagi bank untuk meningkatkan
profitabilitas.
d. Ketahan dan efesinesi perbankan. Bila CAR rendah, kemampuan
bank untuk survive pada saat mengalami kerugian juga rendah.
Modal sendiri cepat habis untuk menutupi kerugian yang dialami
dan akhirnya kelangsungan usaha bank menjadi terganggu.
E. Likuiditas
1. Pengertian
Likuiditas adalah kemampuan seseorang atau perusahaan untuk
memenuihi kewajibannya atau hutang yang segera harus dibayar
dengan harta lancarnya.28 Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia,
28 Ridwan Tobing dan Bill Nikholaus, Kamus Istilah Perbankan Populer, (Jakarta: PT. Atalya Releni Sudeco, 2003), h.124.
25
likuiditas adalah perihal menyatakan posisi uang kas suatu perusahaan
dan kemampuannya untuk memenuhi kewajiban yang jatuh tempo tepat
pada waktunya. Dalam dunia perbankan, likuiditas adalah kemampuan
manajemen bank dalam menyediakan dana yang cukup untuk
memenuhi kewajiban setiap saat. Kewajiban tersebut termasuk
penarikan yang tidak dapat diduga seperti commitment loan maupun
penarikan-penarikan tidak terduga lainnya.29
Selain itu, likuiditas adalah kemampuan bank untuk memenuhi
kemungkinan ditariknya deposito/simpanan oleh deposan/penitip.
Maksudnya suatu bank dikatakan likuid apabila dapat memenuhi
kewajiban penarikan uang dari para deposan dana maupun dari para
peminjam/debitur. Ada juga yang mengartikan likuiditas adalah tingkat
kemudahan relatif suatu aktiva untuk segera dikonversikan ke dalam
kas dengan sedikit atau tanpa penurunan nilai, serta kepastian tentang
jumlah kas yang diperoleh.30
Kemampuan bank untuk memenuhi kewajibannya, terutama
kewajiban jangka pendek, maka likuiditas mempunyai peranan penting
dalam keberhasilan pengelolaan bank, sebab likuiditas diperlukan
antara lain untuk:
1) Pemenuhan aturan reserve requirement atau cadangan wajib
minimum yang ditetapkan bank sentral
29 Rivai, Bank and Financial Institution Management, h.386.30 Muhammad Muslich, Manajemen Keuangan Modern: Analisis, Perencanaan, dan
Pelaksanaan, (Jakarta: PT. Bumi Aksara,2003), h.48.
26
2) Penarikan dana oleh deposan
3) Penarikan dana oleh debitur
4) Pembayaran kewajiban yang jatuh tempo
Dalam rangka memenuhi likuiditasnya, maka bank dapat
menggunakan beberapa pendekatan, yaitu:
1) Commercial Loan Theory, Productive Theory, atau Real Bills
Doctrine. Pendekatan ini menyatakan bahwa likuiditas bank akan
dapat terjamin apabila aktiva produktif bank diwujudkan dalam
bentuk kredit jangka pendek dan bersifat self liquidating. Kredit
jangka pendek ini terutama dalam bentuk kredit modal kerja,
sehingga diharapkan dalam jangka pendek debitur mampu
mengembalikan pinjamannya.
2) Asset Shiftability Theory. Pendekatan ini menyatakan bahwa
likuiditas bank akan dapat dipelihara apabila aset bank dengan
cepat diubah dalam bentuk aset lain yang lebih likuid sesuai dengan
kebutuhan. Fokus pendekatan iniadalah surat berharga, karena surat
berharga dipandang cukup mudah untuk dikonversikan menjadi
alat likuid. Pinjaman yang diberikan oleh bank juga dijamin
menggunakan surat berharga.31 Bank dikatakan likuid apabila:32
a. Bank tersebut memiliki cash asset sebesar kebutuhan yang
akan digunakan untuk memenuhi likuiditasnya;31 Y. Sri Susiolo, Sigit Triandaru, dan A. Totok Budi Santoso, Bank dan Lembaga
Keuangan Lainnya, (Jakarta: Salemba Empat, 2000), h.10532 Teguh Pudjo Muljono, Analisa Laporan Keuangan untuk Perbankan, (Jakarta:
Jambatan Anggota IKPI, 1986), h.60
27
b. Bank tersebut memiliki cash asset yang lebih kecil dari butir
(a) di atas, tetapi bank yang bersangkutan juga mempunyai
asset lainnya (khususnya surat-surat berharga) yang dapat
dicairkan sewaktu-waktu tanpa mengalami penurunan nilai
pasarnya;
c. Bank tersebut mempunyai kemampuan untuk menciptakan
cash asset baru melalui berbagai bentuk hutang.
Likuiditas bank biasanya disebut alat likuid atau reserve
requirement atau simpanan uang di Bank Indonesia dalam bentuk giro
dalam jumlah yang ditentukan, disebut Giro Wajib Minimum. Dengan
demikian, suatu bank syariah dapat dikatakan likuid apabila:
a. Dapat memilihara Giro Wajib Minimum di Bank Indonesia sesuai
dengan ketentuan yang berlaku;
b. Dapat memelihara giro di bank korespoden. Giro di bank
korespoden adalah rekening yang dipelihara di bank korespoden
yang besarnya ditetapkan berdasarkan saldo minimum;
c. Dapat memelihara jumlah kas secukupnya untuk memenuhi
pengambilan uang tunai.33
2. Financing to Deposit Ratio (FDR)
Financing to Deposit Ratio (FDR) merupakan rasio untuk
mengukur kempuan bank dalam memenuhi kewajibannya yang
berasal dari permintaan pembiayaan. Rasio ini dihitung dengan
membandingkan komposisi jumlah pembiayaan yang diberikan
dengan jumlah dana pihak ketiga. Financing Deposit Ratio
menggambarkan kemampuan bank untuk membayar kembali
penarikan yang dilakukan nasabah penyimpangan dengan
mengandalkan pinjaman dari sumber likuiditasnya. Semakin tinggi
rasio FDR ini, maka semakin rendah kemampuan likuiditasnya bank
tersebut. Oleh karena itu, selain mencerminkan kondisi likuiditas
bank, rasio ini juga digunakan untuk mengukur tingkat risiko yang
menjadi beban bank dalam menjalankan usahanya. 34
Aspek ini menunjukkan ketersediaan dana dan sumber dana
bank pada saat ini dan masyarakat yang akan datang. Pengaturan
likuiditas bank terutama dimaksudkan agar bank setiap saat dapat
memenuhi kewajiban-kewajiban yang harus segera dibayar. Pada
penelitian bank syariah digunakan rasio pembiayaan terhadap dana
pihak ketiga disebut FDR (Financing to Deposit Ratio), yaitu
perbandingan antara kredit yang disalurkan dengan dana masyarakat
yang dikumpulkan bank, baik berupa tabungan, giro, maupun
deposito. FDR memberikan indikasi mengenai jumlah dana pihak
ketiga yang disalurkan dalam bentuk pembiayaan. Besarnya FDR
menurut peraturan pemerintah maksimum adalah 110%.35
34Suhirman, Kajian Tentang Perkembangan LDR dan Dampaknya bagi Rentabilitas Bank. (Jakarta: Institut Bankir Indonesia, 2001), h. 22.
35 Kasmir, h.272
29
Dengan ditetapkannya batas maksimum pemberian kredit
(pembiayaan) dan FDR yang harus diperhatikan oleh bank syariah,
maka bank syariah tidak dapat secara berlebihan melakukan ekspansi
pembiayaan dengan tujuan memperoleh keuntungan yang sebesar-
besarnya atau bertujuan untuk secepatnya dapat membesarkan jumlah
asetnya, karena hal itu akan membahayakan kelangusngan hidup bank
tersebut dan lebih lanjut akan membahayakan dana simpanan para
nasabah penyimpan dari bank itu.36 Rumus yang dapat digunakan
untuk menghitung FDR adalah:
FDR= Total pembiayaan yang diberikanTotal Dana Pihak Ketigadan Ekuitas
× 100 %
F. Bank Size
Ukuran perusahaan merupakan skala dimana besar kecilnya
perusahaan dapat diklasifikasikan menurut berbagai cara, antara lain: total
aktiva, nilai pasar saham, dan lain-lain. Ukuran perusahaan dibagi menjadi 3
kategori, yaitu perusahaan besar, perusahaan menengah, dan perusahaan
kecil. Penentuan ukuran ini didasarkan pada total aset perusahaan.37
Pada perbankan ukuran (size) lebih cenderung dilihat dari total
asetnya karena produk utama dari bank adalah pembiayaan,sedangkan pada
perusahaan yang bergerak pada penjualan langsung seperti costumer goods
36 Sutan Remi Sjadeini, Perbankan Islam dan Kedudukannya dalam Tata Hukum Perbankan Indonesia, (Jakarta: PT. Pustaka Utama Grafiti, 2007), h.177.
37 Ridhlo Ilham Putra, Analisis Pengaruh CAR, FDR, NPF, BOPO, dan Size Terhadap Profitabilitas Bank Umum Syariah di Indonesia, (Semarang: Skripsi Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Diponegoro, 2015), h.30.
30
lebih dipakai penjualannya. Dalam penelitian ini ukuran perusahaan diukur
dengan log natural dari total aset bank.
Size = Log n Total Aset
G. Kualitas Piutang Pembiayaan
1. Pengertian
Salah satu risiko yang sering dihadapi oleh bank adalah risiko
tidak terbayarnya pembiayaan yang telah diberikan. Risiko
pembiayaan pada umumnya berasal dari berbagai pembiayaan yang
masuk dalam kategori bermasalah. Pembiayaan bermasalah adalah
suatu kondisi pembiayaan, di mana terdapat suatu penyimpangan
dalam pembayaran kembali pembiayaan yang mengakibatkan
keterlambatan dalam pengembalian. Faktor penyebabnya adalah
kegagalan pembayaran yang dilakukan peminjam dana kepada
pemilik dana.
Non Performing Financing (NPF) merupakan indikator
pembiayaan bermasalah yang perlu diperhatikan karena sifatnya yang
fluktuatif dan tidak pasti sehingga penting untuk diamati dengan
perhatian khusus. NPF merupakan salah satu instrument penilaian
kinerja sebuah bank syariah yang menjadi intrepretasi penilaian pada
aktiva produktif, khususnya dalam penilaian pembiayaan
bermasalah.38
38 Mares Suci Ana Popita. Analisis Penyebab Terjadinya Non Performing Financing Pada Bank Umum Syariah di Indonesia. Accounting Analysis Journal 2 (4) (2013). Universitas Negeri Semarang
31
2. Non Performing Financing (NPF)
Non Performing Finance (NPF) merupakan rasio pembiayaan
yang bermasalah di suatu bank. Apabila pembiayaan bermasalah
meningkat maka resiko terjadinya penurunan profitabilitas semakin
besar. Apabila profitabilitas menurun, maka kemampuan bank dalam
melakukan ekspansi pembiayaan berkurang dan laju pembiayaan
menjadi turun. Resiko pembiayaan yang diterima bank merupakan
salah satu risiko usaha bank, yang diakibatkan dari tidak dilunasinya
kembali pinjaman yang diberikan atau investasi yang sedang
dilakukan oleh pihak bank. Pembiayaan non lancar atau juga dikenal
dengan istilah NPF dalam perbankan syariah adalah jumlah kredit
yang tergolong lancar, yaitu dengan kualitas kurang lancar, diragukan,
dan macet berdasarkan kententuan Bank Indonesia tentang kualitas
aktiva produktif.39
NPF atau pembiayaan bermasalah adalah pembiayaan yang
dalam pelaksanaannya belum mencapai atau memenuhi target yang
diinginkan oleh pihak bank seperti: pembiayaan yang memiliki
kemungkinan timbulnya risiko di kemudian hari bagi bank;
pembiayaan yang termasuk golongan perhatian khusus, diragukan,
dan macet serta golongan lancar yang berpotensi terjadi penunggakan
dalam pengembalian.40
39 Sudarsono,2007, h.12340 Veitzhal, 2007, h.477
32
Pada prinsipnya, status NPF didasarkan pada ketepatan waktu
bagi nasabah untuk membayarkan kewajibannya. Pengelolaan dan
pemberian kredit yang baik diharapkan dapat menekan NPF sekecil
mungkin. Tingginya NPF sangat dipengaruhi oleh kemampuan bank
dalam menjalankan proses pemberian kredit maupun pengelolaan
kredit, termasuk pemantauan setelah kredit disalurkan dan tindakan
pengendalian jika terdapat indikasi terjadinya penyimpangan kredit
ataupun indikasi gagal bayar. Rumus yang dapat digunakan untuk
menghitung NPF adalah:
NPF= Pembiayaan BermasalahTotal Pembiayaan
X 100 %
Tabel 2.4 Kriteria Penilaian Peringkat NPF
Tingkat NPF Predikat
NPF ¿2% Peringkat 1
2% ≤NPF ¿5% Peringkat 2
5% ≤NPF ¿8% Peringkat 3
8% ≤NPF ¿ 12% Peringkat 4
NPF ≥12% Peringkat 5
Sumber: www.bi.go.id
H. Analisis Jalur
Untuk mengukur seberapa besar hubungan langsung dan tidak
langsung antara suatu variabel dengan variabel yang lain melalui
variabel perantara, maka metode yang digunakan adalah dengan
metode analisis jalur (path analysis). Analisis jalur merupakan suatu
metode penelitian yang utamanya digunakan untuk menguji kekuatan
33
langsung dan tidak langsung diantara berbagai variabel. Sementara itu
Fraenkel dan Wallen menyatakan bahwa analisis jalur digunakan
untuk menguji kemungkinan dari satu hubungan sebab akibat diantara
tiga variabel atau lebih.41
Sebenarnya analisis jalur merupakan suatu pengembangan dari
korelasi yang diurai menjadi beberapa interpretasi akibat yang
ditimbulkannya. Analisis jalur memiliki kedekatan dengan regresi
berganda. Dengan kata lain, regresi berganda merupakan bentuk dari
analisis jalur.
Analisis jalur ingin menguji persamaan regresi yang
melibatkan variabel eksogen dan endogen sekaligus, sehingga
memungkinkan pengujian terhadap variabel mediating/intervening
atau variabel perantara. Di samping itu, analisis jalur juga dapat
mengukur hubungan langsung antar variabel dalam model. Hubungan
langsung antara variabel eksogen terhadap variabel dapat dilihat pada
koefisien beta. Hubungan tidak langsung adalah seberapa besar
pengaruh eksogen terhadap variabel endogen melalui variabel
intervening. Pengaruh total dapat diperoleh dengan menjumlahkan
hubungan langsung dan tidak langsung.42
Analisis jalur digunakan apabila secara teori kita yakin
berhadapan dengan masalah yang berhubungan sebab akibat.
41 Nindo Sandjojo, Metode Analisis Jalur dan Aplikasinya, (Jakarta: Pustaka Sinar Harapan, 2011), h.11
42 Imam Ghozali, Model Persamaan Struktural Konsep dan Aplikasi dengan Program Amos 16.0, (Semarang: Badan Penerbit UNDIP, 2008), h.93
34
Tujuannya yaitu menerangkan akibat langsung dan tidak langsung
seperangkat variabel, sebagai variabel penyebab terhadap variabel
lainnya yang merupakan variabel akibat. Beberapa istilah definisi
dalam analisis jalur adalah sebagai berikut:
1. Dalam analisis jalur hanya menggunakan lambang variabel, yaitu
X. Untuk membedakan X yang satu dengan X yang lainnya, yaitu
dengan menggunakan indeks (subscript). Contoh: X1, X2, X3 ..... Xk
2. Membedakan dua jenis variabel, yaitu variabel yang menjadi
pengaruh (exogenous variable) dan variabel yang dipengaruhi
(endogenous variable)
3. Dalam hubungan langsung dari eksogen ke endogen adalah panah
bermata satu, yang bersifat arah hubungan yang tidak berbalik (satu
arah)
4. Diagram jalur merupakan diagram atau gambar yang mensyaratkan
hubungan terstruktur antar variabel
Berikut ini model-model yang terdapat pada path analysis:43
a) Model Regresi Linear Berganda
Model regresi berganda ini sebenarnya merupakan
pengembangan dari teknik analisis regresi linear berganda dengan
menggunakan lebih dari satu variabel independen exogenous,
yaitu X1 dan X2 dengan satu variabel dependen endogenous Y.
Model tersebut mempunyai diagram jalur seperti di bawah ini:
43 Sarwono, Analisis Jalur Untuk Riset Bisnis, Edisi 5, h.6.
35Y
X2
X1
Dimana:
X1 adalah variabel independen exogenous pertama
X2 adalah variabel independen exogenous kedua
Y adalah variabel dependen endogenous
b) Model Mediasi
Model kedua path analysis ini adalah model mediasi atau
perantara (intervening variable) di mana kehadiran variabel Y
sebagai variabel perantara akan mengubah pengaruh variabel X
terhadap variabel Z. Pengaruh ini dapat menurun maupun
meningkat. Model kedua ini diagram jalurnya seperti di bawah ini:
Dimana:
36
Gambar 2.2 Path Analysis Model Mediasi
Y
ZX
X adalah variabel independen exogenous
Y adalah variabel endogenous perantara
Z adalah variabel dependen endogenous
c) Model Gabungan antara Regresi Berganda dan Mediasi
Model ketiga dalam path analysis merupakan
penggabungan antara model regresi linear berganda dengan model
mediasi, yaitu variabel X berpengaruh terhadap variabel Z secara
langsung (direct effect) dan secara tidak langsung (inderect effect)
mempengaruhi juga variabel Z melalui perantara Y. Dalam model ini
dapat diterangkan sebagai berikut:
1) Variabel X berfungsi sebagai variabel independen exogenous
terhadap variabel Y dan Z
2) Variabel Y mempunyai dua fungsi:
Fungsi pertama adalah sebagai variabel endogenous terhadap
variabel exogenous X
Fungsi kedua adalah sebagai variabel endogenous perantara
untuk pengaruh X terhadap Z melalui Y
Variabel Z merupakan variabel dependen endogenous
Model ini mempunyai diagram jalur seperti di bawah ini:
37Gambar 2.3 Path Analysis Gabungan Antara Regresi Linear
Berganda dengan Mediasi
Z
Y
X
Dimana:
X adalah variabel independen exogenous
Y adalah variabel endogenous dan sebagai variabel perantara
Z adalah variabel dependen endogenous
d) Model Kompleks
Model keempat dalam path analysis ini merupakan model
yang kompleks, yaitu variabel X1 secara langsung mempengaruhi Y2
dan melalui variabel X2 secara tidak langsung mempengaruhi Y2,
sementara itu variabel Y2 juga dipengaruhi oleh variabel Y. Dalam
model ini dapat diterangkan sebagai berikut:
1) Variabel X1 berfungsi sebagai variabel independen exogenous
2) Variabel X2 mempunyai dua fungsi:
Fungsi pertama adalah sebagai variabel endogenous terhadap
variabel exogenous X1
Fungsi kedua adalah sebagai variabel endogenous perantara
untuk melihat pengaruh X1 terhadap Y2 melalui X2
3) Variabel Y2 merupakan variabel dependen endogenous
4) Variabel Y merupakan variabel independen exogenous
Model ini mempunyai diagram jalur seperti di bawah ini:
38
Dimana:
X1 adalah variabel independen exogenous
X2 adalah variabel endogenous dan sebagai variabel perantara
Y adalah variabel independen exogenous
Y2 adalah variabel endogenous
I. Langkah dalam Path Analysis
Proses path analysis mencakup beberapa langkah yang harus
dilakukan, yaitu:
1. Konseptual Model
Tahap ini berhubungan dengan pengembangan hipotesis
berdasarkan teori sebagai dasar dalam menghubungkan variabel
eksogen dengan variabel eksogen lainnya, dan juga dengan variabel
endogen. Teori dalam konseptualisasi model bukan hanya berasal
dari akademisi, tetapi juga dapat berasal dari pengalaman dan praktik
yang diperoleh dari para praktisi.
39
Y2
X2
Y1
X1
Gambar 2.4 Path Analysis Model Kompleks
Pada tahap konseptualisasi model mengharuskan dua hal
yang dilakukan. Pertama, hubungan hipotesis antara variabel
eksogen harus ditentukan. Tahap pengembangan model ini berfokus
pada model struktural dan harus mempresentasikan variabel eksogen
yang relevan terhadap model. Kedua, menentukan hubungan arah
(positif atau negatif) dan jumlah hubungan antara variabel exogenous
dan variabel endogenous yang sesuai dengan kajian teori dan hasil
penelitian.
2. Penyusunan Diagram Jalur
Model path diagram merupakan representasi grafis mengenai
bagaimana beberapa variabel pada suatu model berhubungan satu
sama lain, yang memberikan pandangan menyeluruh mengenai
struktur model. Representasi grafis membantu kita dalam memahami
hipotesis yang telah dibentuk.
3. Validitas Model
Terdapat dua indikator validitas model di dalam analisis
jalur, yaitu koefisien determinasi total dan theory trimming.
1) Koefisien determinasi total. Total keragaman data yang dapat
dijelaskan oleh model.
2) Theory trimming. Uji validasi koefisien jalur pada setiap jalur
untuk pengaruh langsung adalah sama dengan pada analisis
regresi, menggunakan nilai p (p-value) dari uji t, yaitu pengujian
40
koefisien regresi variabel yang dibakukan secara parsial.
Berdasarkan theory trimming, maka jalur yang non signifikan
dibuang sehingga diperoleh model yang didukung oleh data
empiris, kecuali model tertentu yang didukung data empiris.
4. Penilaian Model
Interpretasi hasil analisis langkah di dalam analisis jalur
adalah melakukan interpretasi hasil analisis, yaitu menentukan jalur-
jalur pengaruh yang signifikan dan mengidentifikasi jalur yang
pengaruhnya lebih kuat dengan membandingkan besarnya koefisien
jalur yang terstandar. Dalam analisis jalur di samping ada pengaruh
langsung juga terdapat pengaruh tidak langsung dan pengaruh total.
Koefisien beta dinamakan koefisien jalur yang merupakan pengaruh
langsung, sedangkan pengaruh tidak langsung dilakukan dengan
mengalikan koefisien beta dari variabel yang dilalui. Pegaruh total
dihitung dengan menjumlahkan pengaruh langsung dan pengaruh
tidak langsung.
41
J. Review Studi Terdahulu
Tabel 2.5 Review Studi Terdahulu
No. Peneliti/ Judul/ Sumber Hasil Perbedaan
1. Edhi Satriyo Wibowo
dan Muhammad Syaichu.
Jurusan Manajemen
Fakultas Ekonomika dan
Bisnis Universitas
Diponegoro. Diponegoro
Journal of Accounting
Volume 2, Nomor 2,
Tahun 2013 tentang
Analisis Pengaruh Suku
Bunga, Inflasi, CAR,
BOPO, NPF Terhadap
Profitabilitas Bank
Syariah.
Penelitian menggunakan
data sekunder dari
masing-masing bank dan
juga Bank Indonesia.
Metode analisis yang
digunakan adalah analisis
regresi linear berganda.
Hasil penelitian
menujukkan bahwa
variabel tingkat bunga,
CAR,dan NPF tidak
berpengaruh pada ROA.
Sementara itu variabel
BOPO memiliki
pengaruh yang signifikan
dengan arah negatif.
Penulis
menggunakan
variabel ROE
sebagai indikator
profitabilitas dan
tidak
menggunakan
variabel suku
bunga, inflasi,
dan BOPO. Objek
penelitian penulis
adalah Bank
Pembiayaan
Rakyat Syariah.
2. Lina Krisnawati. Sekolah
Tinggi Ilmu Ekonomi
Islam Bumiayu. Jurnal
Bisnis dan Manajemen
Volume 2, Nomor 2,
September 2014 tentang
Pengaruh Modal,
Kualitas Asset, dan
CAR berpengaruh positif
tetapi tidak signifikan
terhadap profitabilitas
BPRS. NPF berpengaruh
positif tetapi tidak
signifikan terhadap
profitabilitas BPRS.
BOPO berpengaruh
Lina Krisnawati
menggunakan
populasi BPRS
yang berada di
Purwokerto
sedangkan penulis
42
Efisiensi Terhadap Hasil
Pengembalian Pada Bank
Pembiayaan Rakyat
Syariah.
negatif dan signifikan
terhadap profitabilitas
BPRS.
meneliti BPRS
yang ada di
Indonesia
3. Fitri Zulfiah dan Joni
Susilowibowo. Jurusan
Manajemen Universitas
Negeri Surabaya. Jurnal
Ilmu Manajemen
Volume 2 Nomor 3 Juli
2014 tentang Pengaruh
Inflasi, BI Rate, Capital
Adequacy Ratio (CAR),
Non Performing
Financing (NPF), Biaya
Operasional Pendapatan
Operasional (BOPO)
Terhadap Profitabilitas
Bank Umum Syariah
Periode 2008-2012.
CAR dan NPF
berpengaruh positif
terhadap ROA, BI rate
dan BOPO berpengaruh
negatif terhadap ROA,
namun inflasi tidak
berpengaruh terhadap
ROA. Secara bersama-
sama inflasi, BI rate,
CAR, NPF dan BOPO
berpengaruh signifikan
terhadap ROA.
Penulis
menggunakan
variabel ROE
sebagai indikator
profitabilitas dan
tidak
menggunakan
variabel inflasi,
BI Rate, dan
BOPO. Objek
penelitian penulis
adalah Bank
Pembiayaan
Rakyat Syariah.
4. Si Luh Anik Sri Agustini
dan I Gusti Ayu Nyoman
Budiasih. Fakultas
Ekonomi dan Bisnis
Universitas Udayana.
Jurnal Akuntansi
Universitas Udayana
tahun 2014 tentang
Analisis Faktor-Faktor
yang Mempengaruhi
CAR dan NPL
berpengaruh positif
terhadap ROA,
sedangkan LDR
berpengaruh terhadap
ROA.
Penulis
menggunakan
variabel ROE
sebagai indikator
profitabilitas dan
menambahkan
variabel bank
size.
43
Profitabilitas Bank
Perkreditan Rakyat di
Kabupaten Badung.
5. Linda Widyaningrum.
Jurusan Ekonomi Islam
Universitas Airlangga.
Jurnal JESTT Volume 2
Nomor 12 Desember
2015 tentang Pengaruh
CAR, NPF, FDR, dan
OER Terhadap ROA
pada BPRS di Indonesia.
Periode Januari 2009
hingga Mei 2014
Secara simultan CAR,
NPF, FDR, dan OER
memiliki pengaruh yang
signifikan terhadap ROA.
Secara parsial OER
memiliki pengaruh yang
signifikan terhadap ROA,
sedangkan CAR, NPF,
FDR tidak memiliki
pengaruh yang signifikan
terhadap ROA.
Penulis
menggunakan
variabel ROE
sebagai indikator
profitabilitas dan
tidak
menggunakan
variabel OER.
Periode yang
digunakan penulis
yaitu tahun 2011-
2015.
6. I Made Hendra Edy
Saputra dan I Gusti Ayu
Nyoman Budiasih.
Fakultas Ekonomi dan
Bisnis Universitas
Udayana. Jurnal
Akuntansi Universitas
Udayana tahun 2016
tentang Pengaruh
Kecukupan Modal.
Risiko Kredit, dan Biaya
Operasional Pendapatan
Operasional Pada
Profitabilias Bank.
CAR berpengaruh positif
terhadap ROA,
sedangkan NPL dan
BOPO berpengaruh
negatif terhadap ROA.
Penulis
menggunakan
variabel ROE
sebagai indikator
profitabilitas dan
menambahkan
variabel bank
size.
44
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.
A. Ruang Lingkup Penelitian
Ruang lingkup penelitian ini membahas bagaimana
pengaruhkecukupan modal (CAR), likuiditas (FDR), bank size, dan
pembiayaan bermasalah (NPF) terhadap profitabilitas Bank Pembiayaan
Rakyat Syariah di Indonesia. Penelitian ini merupakan penelitian statistik
inferensial parametik, di mana setelah data dikumpulkan maka akan
dilakukan berbagai metode statistik untuk menganalisis data lalu
menginterpretasikan hasil analisis. Pendekatan yang digunakan dalam
penelitian ini adalah pendekatan empiris, yaitu pendekatan berdasarkan fakta
yang terjadi di lapangan.
B. Jenis Data dan Sumber Data
1. Jenis Data
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data
kuantitatif. Data kuantitatif biasanya dapat dijelaskan dengan angka-
angka. Semua data kuantitatif dapat dianalisis menggunakan analisis
statistik, baik inferensial ataupun noninferensial. Hal yang paling
menonjol yang melekat pada sifat data kuantitatif, yaitu dapat dihitung
secara kuantitatif.44
44 M. Burhan Bungin, Metodologi Penelitian Kuantitatif: Komunikasi, Ekonomi, dan Keijakan Publik Serta Ilmu-Ilmu Sosial Lainnya, Cetakan Ketiga, (Jakarta: Kencana, 2008), h.120
45
Penelitian kuantitatif bersifat terinci, luas, banyak
menggunakan literatur yang terkait dengan tema yang diajukan
sebagai pendukung, memiliki prosedur yang terinci jelas, hipotesis
telah sejak awal dirumuskan dan ditulis secara lengkap sebelum
melaksanakan penelitian di lapangan. Penelitian kuantitatif
dimaksudkan untuk melihat fenomena yang ada, kemudian
dibandingkan dengan teori yang dimiliki.45
2. Sumber Data
Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data
sekunder. Data sekunder adalah data yang diperoleh dari sumber
kedua (bukan orang pertama, bukan asli) yang memiliki informasi
atau data tersebut.46 Data-data yang digunakan dalam penelitian ini
adalah data yang bersumber dari Laporan Keuangan Bank
Pembiayaan Rakyat Syariah periode 2010 sampai dengan 2015 yang
terdapat didalam Laporan Statistik Perbankan Syariah, yang
dipublikasikan oleh Otoritas Jasa Keuangan.
C. Teknik Pengumpulan Data
Pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan metode yang
antara lain adalah metode studi pustaka dan metode dokumentasi.
45 Muhammad Idrus, Metode Penelitian Sosial, (Jakarta: Erlangga, 2009), h.29.46 Muhammad Idrus, Metode Penelitian Sosial, (Jakarta: Erlangga, 2009), h.86.
46
1. Metode Studi Pustaka
Metode studi kepustakaan adalah teknik pengumpulan data
dengan mengadakan studi penelaahan terhadap buku-buku,
literatur-literatur, catatan-catatan, dan laporan-laporan yang ada
hubungannya dengan masalah yang dipecahkan.47
2. Metode Dokumentasi
Dokumentasi merupakan catatan peristiwa yang sudah
berlalu. Dokumen bisa berbentuk tulisan, gambar, atau karya-karya
monumental dari seseorang. Dokumen yang berbentuk tulisan
misalnya catatan harian, sejarah kehidupan, cerita, biografi,
peraturan, kebijakan. Dokumen yang berbentuk gambar misalnya
foto, gambar hidup, sketsa, dan lain-lain. Hasil penelitian dari
observasi atau wawancara, akan lebih kredibel atau dapat dipercaya
kalau didukung oleh sejarah pribadi kehidupan masa kecil, sekolah,
di tempat kerja, di masyarakat, dan autobiografi.48
Data yang digunakan dalam penelitian ini berasal dari data
historis Laporan Keuangan Bank Pembiayaan Rakyat Syariah
periode 2010 sampai dengan 2015 yang terdapat didalam Laporan
Statistik Perbankan Syariah, yang dipublikasikan oleh Otoritas Jasa
Keuangan.
47 Mohammad Nazir, Metodologi Penelitian, (Jakarta: Ghalia Indonesia, 1998), h.11148 Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan
R&D), (Bandung: Alfabeta, 2011), h.329.
47
D. Teknik Analisis Data
Untuk mengelompokkan, membuat sistematika, dan pengorganisasian
data maka diperlukan adanya analisis data. Metode untuk mengetahui
pengaruh path analysis ini digunakan untuk menganalisis pola hubungan
antara variabel dengan tujuan untuk mengetahui pengaruh langsung maupun
tidak langsung seperangkat variabel bebas (eksogen) terhadap variabel terikat
(endogen). Path analysis merupakan pengembangan dari analisis regresi,
sehingga analisis regresi dapat dikatakan sebagai bentuk khusus dari analisis
jalur (regression is special case of path analysis).
1. Uji Asumsi Klasik
Sebelum melakukan analisi jalur (path analysis) perlu
dilakukan uji asumsi klasik untuk menghindari timbulnya
penyimpangan. Uji asumsi klasik diantaranya terdiri dari beberapa
pengujian, yaitu uji normalitas, uji multikolinearitas, uji autokorelasi,
dan uji heteroskedastisitas.
1. Uji Normalitas
Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model
regresi, variabel pengganggu atau residual memiliki distribusi
normal atau tidak, karena diketahui bahwa uji t dan F
mengasumsikan bahwa nilai residual mengikuti distribusi normal.
Jika asumsi ini dilanggar maka uji statistik menjadi tidak valid
untuk jumlah sampel kecil.49 Cara untuk mengetahui apakah 49 Imam Ghozali, Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS, (Semarang:
Badan Penerbit Undip, 2011), h.160.
48
residual berdistribusi normal atau tidak, salah satunya ialah dengan
menggunakan teknik Kolmogorov Smirnov.
Uji Kolmogorov Smirnov adalah pengujian yang banyak
dipakai terutama setelah adanya banyak program statistik yang
beredar. Kelebihan dari pengujian ini adalah sederhana dan tidak
menimbulkan perbedaan persepsi diantara satu pengamat dengan
pengamat yang lain, yang sering terjadi pada uji normalitas dengan
menggunakan grafik. Penerapan pada Kolmogorov Smirnov adalah
jika signifikansi dibawah 0,05 berarti data yang akan diuji
mempunyai perbedaan signifikan dengan data normal baku, berarti
data tersebut tidak normal.
2. Uji Multikolinearitas
Uji multikolinearitas bertujuan untuk menguji apakah model
regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas
(independen). Model regresi yang baik harusnya tidak terjadi
korelasi diantara variabel independen.50 Untuk mendeteksi ada atau
tidaknya multikolinearitas di dalam model regresi pada penelitian
ini dengan cara melihat nilai VIF (Variance Inflation Factor) dan
tolerance masing-masing variabel independen, jika nilai VIF < 5
dan tolerance mendekati 1, maka dapat disimpulkan data bebas dari
gejela multikolinearitas.
3. Uji Autokorelasi
50 Imam Ghozali, Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS, h.106.
49
Uji autokorelasi bertujuan untuk menguji apakah dalam model
regresi linear ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada
periode t dengan kesalahan pengganggu pada periode t-1
(sebelumnya). Jika terjadi korelasi, maka dinamakan pada problem
autokorelasi.51 Cara yang dapat digunakan salah satunya adalah
dengan menggunakan uji Durbin Watson (DW). Secara umum bisa
diambil pedoman:52
a) Jika nilai DW lebih kecil dari -2 (DW < -2), berarti terjadi
autokorelasi positif
b) Jika nilai DW berada diantara -2 dan 2, atau -2 ≤ DW ≤ 2,
berarti tidak terjadi autokorelasi
c) Jika nilai DW lenih besar dari 2 (DW > 2), berarti terjadi
autokorelasi negatif
4. Uji Heteroskedastisitas
Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam
model regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu
pengamatan ke pengamatan yang lain. Ada beberapa cara yang
dapat digunakan untuk melakukan uji heteroskedastisitas, yaitu uji
grafik plot, uji park, uji glejser, uji white, dan uji
heteroskedastisitas dengan melihat grafik scatterplot pada output
SPSS. Pada penelitian ini menggunakan uji hetesokedastisitas
51 Imam Ghozali, Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS, h.110.52 Hermanto dan Endah Saputuryningsih, EDP SPSS 10.00 dan Eviews 3.0, (Yogyakarta:
UPFE, 2002), h.59.
50
dengan grafik scatterplot antara nilai prediksi variabel independen
yaitu ZPRED dengan residumya SRESID.
Dasar pengambilan keputusan dalam uji heteroskedastisitas
dengan grafik scatterplot adalah apabila terdapat pola tertentu pada
grafik scatterplot SPSS, seperti titik-titik yang membentuk pola
yang teratur (bergelombang, menyebar, kemudian menyempit),
maka dapat disimpulkan bahwa telah terjadi heteroskedastisitas.
Sebaliknya, apabila tidak ada pola yang jelas serta titik-titiknya
menyebar, maka indikasinya tidak terjadi heteroskedastisitas.
2. Analisis Jalur (Path Analysis)
Analisis data yang digunakan adalah analisis jalur atau path
analysis. Analisis jalur digunakan karena dalam penelitian ini
terdiri lebih dari satu variabel bebas, satu variabel perantara, dan
satu variabel terikat. Path analysis adalah suatu teknik untuk
menganalisis hubungan sebab akibat yang terjadi pada regresi
berganda jika variabel bebasnya mempengaruhi variabel
tergantung tidak hanya secara langsung tetapi juga secara tidak
langsung.53
Analisis jalur merupakan pengembangan dari model regresi
yang digunakan untuk meguji kesesuaian dari matrik korelasi dari
dua atau lebih model yang dibandingkan oleh si peneliti. Model
biasanya digambarkan dengan lingkaran dan anak panah yang
53 Jonathan Sarwono, Path Analisis untuk Riset Skripsi, Tesis, dan Disertasi, (Jakarta: Elexmedia Komputindo, 2012), h.17.
51
menunjukkan hubungan kausalitas. Regresi dilakukan untuk setiap
variabel model dibandingkan dengan matrik korelasi hasil
observasi variabel dan nilai goodness-of-fit dihitung. Model terbaik
dipilih berdasarkan goodness-of-fit.54
Variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian ini
adalah sebagai berikut:
a. Variabel Endogen
Variabel endogen (endogenous variable) adalah
variabel yang menjadi pusat perhatian dalam penelitian atau
variabel yang ditentukan di dalam model dan diamati
variasinya. Adapun variabel yang menjadi variabel endogen
dalam penelitian ini yaitu Return on Equity (Z) dan yang
menjadi variabel perantara adalah Non Performing Financing
(Y).
b. Variabel Eksogen
Variabel eksogen (exogenous variable) adalah variabel
yang secara bebas berpengaruh terhadap variabel endogen
dalam suatu model. Adapun variabel yang menjadi variabel
eksogen dalam penelitian ini yaitu Capital Adequacy Ratio
(X1), Financing to Deposit Ratio (X2), dan Bank Size (X3)
Melalui analisis jalur ini, maka akan ditemukan jalur mana
yang paling tepat dan singkat suatu variabel independen
54 Dr. Imam Ghozali. Model Persamaan Struktural Konsep dan Aplikasi dengan Program Amos 16.0. Badan Penerbit Undip hal.21
52
menuju variabel dependen. Penggunaan analisis jalur dalam
analisis data penelitian didasarkan pada beberapa asumsi
berikut, yaitu:
1) Hubungan antar variabel yang akan dianalisis berbentuk linear,
aditif, dan kausal.
2) Variabel-variabel residual tidak berkorelasi dengan variabel
yang mendahuluinya, dan juga tidak berkorelasi dengan
variabel lain.
3) Dalam model hubungan variabel hanya terdapat jalur
kausal/sebab-akibat searah.
4) Data setiap variabel yang dianalisis adalah data interval yang
berasal dari sumber yang sama.
a) Koefisien Determinasi
Koefisien determinasi (R2) menunjukkan seberapa besar
pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen.
Koefisien determinasi (R2) memiliki nilai antara nol dan satu,
digunakan untuk mengukur sejauh mana kemampuan model
menjelaskan variasi dari variabel dependen. Semakin besar
nilainya, maka semakin besar pula variabel independen mampu
menjelaskan variabel terikat dengan baik, begitupula sebaliknya.
Semakin nilai koefisien determinasi (R2) mendekati angka 1, maka
variabel independen hampir memberikan semua informasi yang
dibutuhkan untuk memprediksi variasi variabel dependen.
53
b) Uji Statistik F
Uji Statistik F pada dasarnya menunjukkan apakah semua
variabel independen yang dimasukkan dalam model mempunyai
pengaruh secara bersama-sama terhadap variabel independen.
Untuk pengujian secara keseluruhan dapat dilihat dari tabel annova
yang nantinya akan diperoleh nilai F dan didapat hasil probablitas
(sig). Jika nilai sig < 0,05 maka keputusannya adalah H0 ditolak
dan Ha diterima artinya signifikan.55
c) Uji Statistik t
Uji statistik t pada dasarnya menunjukkan seberapa jauh
pengaruh satu variabel independen secara individual dalam
menerangkan variasi-variasi dependen. Untuk menguji hipotesis ini
digunakan statistik t dengan kriteria pengambilan keputusan adalah
sebagai berikut:
1) Jika nilai probabilitas 0,05 lebih kecil atau sama dengan nilai
probabilitas Sig atau (0,05 ≤ Sig), maka H0 diterima dan Ha
ditolak, artinya tidak signifikan.
2) Jika nilai probabilitas 0,05 lebih besar atau sama dengan nilai
probabilitas Sig atau ((0,05 ≥ Sig), maka H0 ditolak dan Ha
diterima, artinya signifikan.
d) Uji Korelasi
55 Ghozali, Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS, (Semarang: BP Undip ), h.98
54
Dalam metode analisis jalur untuk mengetahui derajat
hubungan antar variabel bebas (independent) dengan variabel
terikat (dependent). Untuk manafsirkan angka, digunakan korelasi
yaitu:56
Tabel 3.6 Interpretasi Koefisien Nilai r
Interval Koefisien Tingkat Hubungan
0.80 – 1.00
0.60 – 0.799
0.40 – 0.599
0.20 – 0.399
0.00 – 0. 199
Sangat Kuat
Kuat
Cukup Kuat
Rendah
Sangat Rendah
E. Hipotesis Penelitian
Hipotesis adalah suatu pernyataan yang sifatnya masih sementara
atau pernyataan berdasarkan pada pengetahuan tertentu yang masih lemah
dan harus dibuktikan kebenarannya. Dengan demikian hipotesis
merupakan dugaan sementara yang nantinya akan diuji dan dibuktikan
kebenarannya melalui analisis data.
1. Uji Hipotesis Penelitian Model 1
a. Pengujian Hipotesis Model 1 Secara Keseluruhan
Dalam pengujian secara keseluruhan ini akan diuji secara
simultan seberapa besar pengaruh variabel Capital Adequacy
Ratio (X1), Financing to Deposit Ratio (X2), bank size (X3),
56 Ridwan dan Kuncoro, Path Analysis, Alfabeta, h.62
55
terhadap Non Performing Financing (Y) sehingga menghasilkan
rumusan sebagai berikut:
1. H0 = Capital Adequacy Ratio tidak berpengaruh signifikan
terhadap Non Performing Financing
Ha = Capital Adequacy Ratio berpengaruh signifikan
terhadap Non Performing Financing
2. H0 = Financing to Deposit Ratio tidak berpengaruh
signifikan terhadap Non Performing Financing
Ha = Financing to Deposit Ratio berpengaruh signifikan
terhadap Non Performing Financing
3. H0 = Bank size tidak berpengaruh signifikan terhadap Non
Performing Financing
Ha = Bank size berpengaruh signifikan terhadap Non
Performing Financing
Dari rumusan hipotesis diatas, maka diketahui persamaan
struktural model 1 dengan nilai pengaruh ρ dari variabel
independen terhadap variabel dependen diperoleh dari nilai beta (β)
pada analisis yang dilakukan sehingga membentuk struktur
persamaan model 1 seperti dibawah ini:
Y = ρx 1 y X 1+ ρx 2 y X 2+ρx 3 y X 3+ρy ε1
2. Uji Hipotesis Penelitian Model 2
a. Pengujian Model 2 Secara Keseluruhan
56
Dalam pengujian secara keseluruhan akan diuji secara
simultan seberapa besar pengaruh variabel Capital Adequacy
Ratio (X1), Financing to Deposit Ratio (X2), bank size (X3),
terhadap Return on Equity (Z) sehingga menghasilkan rumusan
sebagai berikut:
4. H0 = Capital Adequacy Ratio tidak berpengaruh signifikan
terhadap Return on Equity
Ha = Capital Adequacy Ratio berpengaruh signifikan
terhadap Return on Equity
5. H0 = Financing to Deposit Ratio tidak berpengaruh
signifikan terhadap Return on Equity
Ha = Financing to Deposit Ratio berpengaruh signifikan
terhadap Return on Equity
6. H0 = Bank size tidak berpengaruh signifikan terhadap
Return on Equity
Ha = Bank size berpengaruh signifikan terhadap Return on
Equity
Dari rumusan hipotesis diatas, maka diketahui persamaan
struktural model 2 dengan nilai pengaruh ρ dari variabel
independen terhadap variabel dependen diperoleh dari nilai beta (β
) pada analisis yang dilakukan sehingga membentuk struktur
persamaan model 2 seperti dibawah ini:
Z = ρx 1 z X 1+ρx 2 z X 2+ ρx 3 z X 3+ρz ε 2
57
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.
A. Analisis Deskriptif
Objek penelitian ini adalah Bank Pembiayaan Rakyat Syariah di
Indonesia. Data yang digunakan bersumber dari Laporan Keuangan Bank
Pembiayaan Rakyat Syariah periode 2011 sampai dengan 2015 yang terdapat
pada Laporan Statistik Perbankan Syariah, yang dipublikasikan oleh Otoritas
Jasa Keuangan. Variabel yang digunakan adalah kecukupan modal/CAR,
likuiditas/FDR, total aset, dan pembiayaan bermasalah/NPF sebagai variabel
eksogen, sedangkan profitabilitas/ROE sebagai variabel endogen.
B. Pergerakan Variabel Penelitian
1. Kecukupan Modal/CAR
Rasio ini menunjukkan seberapa jauh aktiva bank yang
mengandung risiko (penyertaan, kredit, tagihan, surat berharga,
tagihan pada bank lain) ikut dibiayai dari dana modal sendiri bank,
seperti dana masyarakat dan hutang. Semakin tinggi CAR maka
semakin tinggi pula sumber daya finansial yang dapat digunakan
untuk keperluan pengembangan usaha dan mengantisipasi potensi
kerugian yang diakibatkan oleh penyaluran kredit.
Tabel 4.7 CAR Bank Pembiayaan Rakyat Syariah
BulanTahun
2011 2012 2013 2014 2015
58
Januari 30,12 25,90 25,06 24,62 24,43
Februari 29,75 25,24 24,45 23,78 24,67
Maret 28,42 24,93 24,10 23,08 23,04
April 27,71 24,53 22,76 22,78 22,53
Mei 24,63 23,28 22,44 22,50 21,73
Juni 26,71 24,33 22,40 22,21 21,73
Juli 25,24 24,36 22,09 21,86 21,52
Agustus 25,24 24,48 22,10 21,78 20,85
September 24,75 25,26 21,96 21,80 20,71
Oktober 24,63 25,04 22,40 22,22 20,93
November 24,78 23,87 24,63 22,34 22,08
Desember 23,49 25,16 22,08 22,77 21,47
(Sumber: www.ojk.go.id)
Untuk memudahkan dalam membaca dan memahami tabel,
dapat kita lihat melalui grafik berikut ini:
Grafik 4.1 Pergerakan Variabel CAR
Jan-11
Jun-11
Nov-11
Apr-12Sep
-12Feb
-13Jul-1
3Dec-
13
May-14
Oct-14
Mar-15
Aug-15
05
101520253035
CAR
CAR
(Sumber: Data diolah)
Grafik diatas menunjukkan perkembangan CAR Bank
Pembiayaan Rakyat Syariah di Indonesia periode 2011-2015.
59
Secara keseluruhan, CAR fluktuatif cenderung menurun. Nilai
CAR paling tinggi yang dimiliki BPRS terjadi pada kuartal 1 tahun
2011 dan nilai CAR paling rendah pada kuartal 4 tahun 2015.
2. Likuiditas/FDR
Rasio ini merupakan rasio antar jumlah seluruh pembiayaan
yang diberikan dengan dana yang diterima oleh bank. Semakin
tinggi nilai FDR, maka semakin rendah kemampuan likuiditas
suatu bank. Rasio ini dihitung dengan membandingkan komposisi
jumlah pembiayaan yang diberikan dengan dana pihak ketiga.
Aspek ini menunjukkan ketersediaan dana dan sumber dana bank
pada saat ini dan masyarakat yang akan datang.
Tabel 4.8 FDR Bank Pembiayaan Rakyat Syariah
BulanTahun
2011 2012 2013 2014 2015
Januari 127,04 124,41 119,48 120,52 123,50
Februari 128,27 125,03 119,46 122,30 124,75
Maret 129,40 125,53 119,67 123,10 125,60
April 130,38 124,98 122,50 126,58 126,67
Mei 133,22 126,04 125,40 130,09 129,63
Juni 136,20 129,73 129,63 134,64 135,68
Juli 137,29 129,76 131,51 135,04 132,47
Agustus 139,58 127,74 126,96 129,96 130,28
September 134,75 126,71 126,52 131,70 129,01
Oktober 133,53 124,82 125,92 130,14 127,21
November 132,26 124,21 124,76 129,27 125,64
Desember 127,71 120,96 120,93 124,24 120,06
60
(Sumber: www.ojk.go.id)
Untuk memudahkan dalam membaca dan memahami tabel,
dapat kita lihat melalui grafik berikut ini:
Grafik 4.2 Grafik Pergerakan Variabel FDR
Jan-11
Jun-11
Nov-11
Apr-12Sep
-12Feb
-13Jul-1
3Dec-
13
May-14
Oct-14
Mar-15
Aug-15
105110115120125130135140145
FDR
FDR
(Sumber: Data diolah)
Grafik diatas menunjukkan perkembangan FDR Bank
Pembiayaan Rakyat Syariah di Indonesia periode 2011-2015 yang
naik turun, namun nilainya berkisar 120% bahkan lebih. Tingkat
FDR paling tinggi pada BPRS terjadi pada tahun 2011 dan paling
rendah pada kuartal 1 tahun 2013.
3. Bank Size
Ukuran bank merupakan ukuran atau besarnya aset yang
dimiliki oleh bank. Bank yang memiliki aset besar berarti memiliki
modal yang besar pula sehingga dapat memperluas pangsa
pasarnya untuk berinvestasi.
61
Tabel 4.9 Total Aset Bank Pembiayaan Rakyat Syariah
BulanTahun
2011 2012 2013 2014 2015
Januari 2.776.9323.613.00
34.745.579 5.840.487 6.580.072
Februari 2.825.1353.697.47
84.829.827 5.898.585 6.641.186
Maret 2.843.7343.788.70
54.896.574 5.958.901 6.731.785
April 2.887.1213.882.92
14.983.462 5.946.018 6.800.044
Mei 3.006.8593.977.44
75.073.842 5.936.854 6.839.352
Juni 3.081.8534.061.42
85.169.696 5.932.511 6.851.136
Juli 3.158.0454.169.47
55.246.610 5.934.073 6.952.072
Agustus 3.211.8824.253.66
25.361.033 6.082.640 7.093.481
September 3.284.2354.370.03
95.488.358 6.150.274 7.172.173
Oktober 3.351.6244.460.83
15.591.083 6.266.436 7.303.448
November 3.460.6414.581.56
85.684.967 6.342.831 7.418.125
Desember 3.520.4174.698.95
25.833.488 6.573.331 7.739.270
(Sumber: www.ojk.go.id) *dalam jutaan rupiah
Untuk memudahkan dalam membaca dan memahami tabel,
dapat kita lihat melalui grafik berikut ini:
62
Grafik 4.3 Pergerakan Variabel Total Aset
G
Grafik diatas menunjukkan perkembangan total aset Bank
Pembiayaan Rakyat Syariah di Indonesia periode 2011-2015 yang
selalu meningkat setiap tahunnya.
4. Pembiayaan Bermasalah/NPF
Pembiayaan yang disalurkan dikatakan bermasalah jika
pengembaliannya terlambat dibayarkan dari jadwal yang telah
ditentukan atau bahkan tidak dikembalikan sama sekali.
Pembiayaan bermasalah dikategorikan sebagai aktiva produktif
yang diragukan kolektibilitasnya. Semakin besar pembiayaan
bermasalah yang dimiliki akan semakin besar pula dana cadangan
yang harus disediakan. Data NPF yang digunakan dalam penelitian
ini adalah tingkat NPF yang diperoleh dari pembiayaan kategori