-
107
PENGARUH KECERDASAN EMOSIONAL DAN
KECERDASAN SPIRITUAL TERHADAP PRESTASI
BELAJAR AKIDAH AKHLAK SISWA KELAS IX MTS
MAKRIFATUL ILMI KABUPATEN BENGKULU SELATAN
TESIS
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh
Gelar Magister Pendidikan (M.Pd.)
Ilmu Pendidikan Agama Islam
OLEH:
ALVERA METASARI
NIM. 2173020993
PROGRAM PASCA SARJANA
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI
(IAIN) BENGKULU
2019
-
108
-
109
-
110
MOTTO
Barang siapa beriman kepada Allah dan hari akhir,
Maka hendaklah ia berkata baik atau diam.
(Nabi Muhammad SAW)
-
111
PERSEMBAHAN
Tesis ini kupersembahkan kepada orang-orang yang ku cintai dan
mencintaiku :
1. Ayahanda ku tercinta (Syahril Ali Sadikin) dan Ibundaku
(Suspawati) yang selalu mendukung dan mendoakan ananda
dalam menyelesaikan studi ini.
2. Adik-adiku yang tercinta Gustiana, Lailatul Fitdria yang
telah
memberikan motivasi dan semangat untuk menyelesaikan studi
ini.
3. Keluarga besarku yang selalu memberikan semangat dan
dukungan
dalam belajar.
4. Sahabatku (Ilmika Sari) dan Sahabat seperjuangan dilokal C
yang
telah memberikan semangat dengan segenap tenaga dan
perhatian
yang diberikan.
5. Orang tuaku di Pondok Pesantren Makrifatul Ilmi Abah
Munir,Abah
Nur,Pak Arif dan Abah Imron yang selalu memberikan motifasi
untuk kami menyelesaikan studi ini.
6. Keluarga besar Pondok Pesantren Makrifatul Ilmi terkhusus
anak-
anak kamar Wardah yang selalu memeberikan semangat untuk
menyelesaikan studi ini.
-
112
7. Untuk seseorang yang selalu memberikan suport terima
kasih
semoga apa yang sudah kita cita-citakan dikabulkan oleh sang
maha pencipta.
8. Agama, Bangsa, Negara Serta Almamaterku tercinta.
-
113
-
114
-
115
ABSTRAK
PENGARUH KECERDASAN EMOSIONAL DAN KECERDASAN
SPIRITUAL TERHADAP PRESTASI BELAJAR AKIDAH AKHLAK
SISWA KELAS IX MTS MAKRIFATUL ILMI BENGKULU SELATAN
Penulis :
Alvera Metasari
NIM. 2173020993
Pembimbing :
1. Prof. Dr. H. Rohimin,M. Ag 2. Andang Sunarto, Ph. D
Rumusan penelitian ini adalah : 1) Apakah ada pengaruh
kecerdasan
emosional terhadap prestasi belajar akidah akhlak siswa kelas IX
MTs
Makrifatul Ilmi?2) Apakah ada pengaruh kecerdasan spiritual
terhadap
prestasi belajar akidah akhlak siswa Kelas IX MTs Makrifatul
Ilmi?3)
Apakah ada pengaruh secara bersamaan antara Kecerdasan Emosional
dan
Kecerdasan Emosional terhadap prestasi belajar Akidah Akhlak
siswa
Kelas IX MTs Makrifatul Ilmi? Metode penelitian ini adalah
metode
kuantitatif dengan menggunakan analisis regresi linier berganda.
Tekhnik
Pengumpulan data menggunakan observasi, angket, wawancara
dan
dokumenter. Populasi penelitian ini berjumlah 90 orang.
Penelitian ini
menyimpulkan bahwa : Hasil pengujian Nilai B sebesar 0.470 dan
uji „t‟
pada hipotesis I sebesar 6.296 ini berarti t hitung > t tabel
(6.296 > 1.987)
dan signifikansi (0.000 < 0.05) maka dapat disimpulkan bahwa
terdapat
pengaruh kecerdasan emosional (X1) terhadap prestasi belajar
akidah
akhlak siswa (Y), hopotesis II pengujian nilai B sebesar 0. 306
pengujian
uji „‟t” 3.461 > 1.987 dan signifikansi (0.001 < 0.05)
maka terdapat
pengaruh kecerdasan Spiritual (X2)terhadap prestasi belajar
akidah akhlak
siswa (Y), hipotesis III hasil uji R adjusted Square sebesar
0.580
menunjukan bahwaterdapat pengaruh secara bersamaan
kecerdasan
emosional (X1) dan kecerdasan spirituapl (X2) terhadap prestasi
belajar
akodah akhlak siswa (Y) kelas IX MTs Makrifatul Ilmi Bengkulu
Selatan
denagn persentasi 58 % sedangkan 42% lainya dipengaruhi
olehfaktor lain
diluar penelitian ini.
Kata Kunci : Kecerdasan Emosional, Kecerdasan Spiritual,
Prestasi
Belajar
-
116
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
memberikan rahmat, hidayah, inayah dan pertolongan-NYA kepada
kita
semua. Sholawat dan salam semoga tetap tercurah kepada
pimpinan
penyelamat umat didunia maupun diakhirat yaitu nabi muhammad
SAW,
serta keluarga dan sahabatnya. Dengan pertolongan Allah SWT,
dan
disertai ikhtiar yang sungguh-sungguh akhirnya penulis dapat
menyelesaikan Tesis yang berjudul Pengaruh Kecerdasan Emosional
Dan
Kecerdasan Spiritual Terhadap Prestasi Belajar Akidah Akhlak
Siswa
Kelas IX MTs Makrifatul Ilmi Kabupaten Bengkulu Selatan.
Dalam penyusunan Tesis ini penulis banyak mendapatkan
bantuan
dan dukungan dari berbagai pihak sehingga Tesis ini dapat
terselesaikan.
Untuk itu penulis menyampaikan ucapan terima kasi yang
sebesar-
besarnya kepada :
1. Bapak Prof. Dr. H. Sirajuddin, M. M.Ag., M.H selaku rektor
IAIN
Bengkulu, yang telah memberikan izin, dorongan dan bantuan
kepada
penulis selama mengikuti perkuliahan hingga penulisan tesis
ini
selesai.
2. Bapak Prof. Dr. Rohimin, M. Ag selaku Direktur Program
Pasca
Sarjana Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Bengkulu yang
sekaligus
menjadi pembimbing I telah banyak memberikan nasihat dan
dorongan
dalam menyelesaikan tesis ini.
3. Bapak Dr. Ahmad Suradi, M.Pd selaku Ketua Program Studi
Pendidikan Agama Islam Pasca Sarjana Institut Agama Islam
Negeri
(IAIN) Bengkulu.
4. Bapak Andang Sunarto, Ph. D selaku Pembimbing II yang telah
tulus
ikhlas mencurahkan waktu, tenaga, dan pemikiran sehingga Tesis
ini
dapat selesai dengan baik.
-
117
5. Bapak/Ibu dosen yang telah banyak memberi pengetahuan
kepada
kami yang secara tidak langsung ikut berpartisipasi dalam
penulisan
Tesis ini.
6. Bapak H. Syaiful Imron,S.Ag selaku Kepala Madrasah
Tsanawiyah
(MTs) Makrifatul Ilmi Bengkulu Selatan yang telah memberikan
kemudahan bagi penulis dalam menyelesaikan penelitian ini.
7. Bapak/Ibu Guru Staf Tata Usaha Mts Makrifatul Ilmi yang
telah
membantu penulis dalam melaksanakan penelitian ini.
8. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu
dalam
kata pengantar ini.
Harapan dan doa penulis Semoga semua bantuan yang diberikan
menjadi amal sholeh yang diterima dan mendapat balasan yang
berlipat
ganda dari Allah SWT.
Akhirnya semoga tesis ini dapat bermanfaat bagi penulis
khususnya maupun para pembaca umumnya.
Bengkulu, Juli 2019
Alvera Metasari
-
118
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
........................................................................................i
PENGESAHAN PEMBIMBING
.....................................................................ii
MOTTO DAN PERSEMBAHAN
....................................................................iii
ABSTRAK
........................................................................................................iv
ABSTRACT
......................................................................................................v
TAJRID
.............................................................................................................vi
KATA PENGANTAR
......................................................................................vii
DAFTAR ISI
.....................................................................................................viii
DAFTAR TABEL
.............................................................................................ix
DAFTAR GAMBAR
........................................................................................x
DAFTAR LAMPIRAN
....................................................................................xi
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
....................................................................................1
B. Identifikasi Masalah
............................................................................10
C. Batasan Masalah
................................................................................10
D. Rumusan Masalah
................................................................................11
E. Tujuan Penelitian
................................................................................12
F. Kegunaan Penelitian
............................................................................12
G. Penelitian Yang
Relevan......................................................................13
BAB II KERANGKA TEORI
A. Landasan Teori
................................................................................18
1. Prestasi Belajar
............................................................................18
a. Pengertian Prestasi Belajar
..................................................18
b. Indikator Prestasi Belajar
....................................................23
c. Faktor-Faktor Yang mempengaruhi Prestasi Belajar
..........24
d. Pengukuran Prestasi Belajar
................................................30
2. Akidah Akhlak
............................................................................31
-
119
a. Pengertian Akidah Akhlak
...................................................31
b. Dasar dan Tujuan Akidah Akhlak
.........................................34
c. Ruang Lingkup Akidah Akhlak
............................................35
3. Kecerdasan Emosional
................................................................36
a. Pengertian Kecerdasan Emosional
.....................................36
b. Indikator Kecerdasan Emosional
.......................................40
c. Faktor Yang Mempengaruhi Kecerdasan Emosional .........42
4. Kecerdasan Spiritual
...................................................................45
a. Pengertian Kecerdasan Spiritual
.........................................45
b. Indikator Kecerdasan Spiritual
...........................................47
c. Aspek-Aspek Kecerdasan Spiritual
....................................49
d. Faktor Yang Mempengaruhi Kecerdasan Spiritual
............56
B. Kerangka
Berfikir..............................................................................58
C. Hipotesis Penelitian
...........................................................................58
BAB III METODE PENELITIAN
A. Pendekatan Penelitian dan Jenis Penelitian
........................................60 1. Pendekatan Penelitian
...................................................................60
2. Jenis Penelitian
............................................................................60
B. Tempat dan Waktu Penelitian
..............................................................61
1. Tempat Penelitian
........................................................................61
2. Waktu Penelitian
..........................................................................61
C. Populasi Penelitian
.............................................................................62
D. Teknik pengumpulan data
...................................................................62
1. Definisi Konseptual dan Operasional Variabel
............................65
2. Kisi-Kisi Instrumen Penelitian
......................................................66
E. Uji Validitas dan Reliabilitas
..............................................................67
1. Uji Validitas
..................................................................................67
2. Uji reliabilitas
...............................................................................70
F. Teknik Analisis Data
..........................................................................71
1. Uji Asumsi Dasar
.........................................................................71
a. Normalitas Data
.....................................................................71
-
120
b. Homogenitas Data
.................................................................71
2. Uji Asumsi Klasik
........................................................................72
a. Uji Multikoloninieritas
...........................................................72
3. Pengujian Hipotesis
.....................................................................73
a. Uji Regresi Linier Berganda
..................................................73
1. Uji F
..................................................................................73
2. Uji t
...................................................................................74
4. Koefisien Determinasi (R2)
.........................................................75
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Data
..................................................................................76
B. Penyajian Hasil Penelitian
................................................................84
1. Uji Validitas
...............................................................................84
2. Uji Reliabilitas
.............................................................................88
3. Uji Asumsi Dasar
........................................................................89
a. Normalitas Data
.....................................................................89
b. Homogenitas Data
.................................................................91
4. Uji Asumsi Klasik
......................................................................92
a. Uji Multikolonieritas
.............................................................92
C. Pengujian Hipotesis
..........................................................................93
1. Hipotesis Pertama
........................................................................95
2. Hipotesis Kedua
.........................................................................94
3. Hipotesis Ketiga
..........................................................................96
D. Pembahasan
.......................................................................................99
BAB V PENUTUP
A.
Kesimpulan........................................................................................108
B. Saran
.................................................................................................110
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
-
121
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1 Jumlah Populasi Siswa MTs Makrifatul Ilmi Bengkulu
Selatan ..... 62
Tabel 3.2 Alternatif Jawaban dan Skoring Angket
......................................... 64
Tabel 3.3 Kisi-Kisi Instrumen Variabel XI
..................................................... 66
Tabel 3.4 Kisi-Kisi Instrumen Variabel X2
..................................................... 66
Tabel 3.5 Tingkat Korelasi dan Kekuatan Hubungan
..................................... 70
Tabel 4.1 Struktur Organisasi MTs Makrifatul Ilmi Bengkulu
Selatan ..........80
Tabel 4.2 Daftar Guru dan Karyawan MTs Makrifatul Ilmi
............................ 81
Tabel 4.3 Data Siswa MTs Makrifatul Ilmi Bengkulu Selatan
....................... 82
Tabel 4.4 Data Prestasi Siswa MTs Makrifatul Ilmi
....................................... 83
Tabel 4.5 Hasil Uji Validitas X1
......................................................................
85
Tabel 4.6 Hasil Uji Validitas X2
......................................................................
87
Tabel 4.7 Hasil Uji Reliabilitas X1
..................................................................
88
Tabel 4.8 Hasil Uji Reliabilitas X2
...................................................................
89
Tabel 4.9 Hasil One-sample Kolmogorov-Smirov Test
................................. 90
Tabel 4.10 Hasil Uji Multikolonearitas
.............................................................
92
Tabel 4.11 Hasil Analisis Koefisien Regresi
.................................................... 93
Tabel 4.12 Hasil Uji Signifikansi Simultan
...................................................... 95
Tabel 4.13 Hasil Signifikansi Pengaruh Parsial
................................................ 97
Tabel 4.14 Hasil Uji Koefisien Determinasi
..................................................... 98
-
122
DAFTAR GAMBAR
Gambar 3.1 Kerangka Berfikir Penelitian
..................................................... 58
Gambar 4.1 Hasil Uji Homogenitas
..............................................................
91
-
123
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Surat Penunjukan Pembimbing Tesis
............................................112
Lampiran 2 Instrument Penelitian X1( Kecerdasan Emosional )
.....................113
Lampiran 3 Instrument Penelitian X2 (Kecerdasan Spiritual )
..........................115
Lampiran 4 Surat Izin Penelitian
......................................................................117
Lampiran 5 Surat Keterangan Selesai Penelitian dari MTs
Makrifatul Ilmi ....118
Lampiran 6 Lembar Konsultasi Pembimbing Akademik
.................................119
Lampiran 7 Lembar Bimbingan Tesis Pembimbing 1
.......................................120
Lampiran 8 Lembar Bimbingan Tesis Pembimbing II
.....................................121
Lampiran 9 Data Raport Siswa MTs Makrifatul Ilmi
.......................................124
Lampiran 10 Foto kegiatan Penelitian
...............................................................126
-
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sesungguhnya kodrat manusia dilahirkan didunia ini dengan
membawa fitrah. Hal inilah yang membedakan antara manusia
dengan
makhluk ciptaan lainya. Fitra merupakan faktor kemampuan
dasar
perkembangan manusia yang dibawa sejak lahir yang merupakan
potensi
dasar untuk berkembang. Misalnya kemampuan dasar untuk
beragama
manusia diberi kelebihan berupa akal, yang tidak dimiliki oleh
makhluk
lainya.
Dengan akal manusia dapat mengembangkan potensinya untuk
berfikir, berkembang dan beragama serta dapat beradaptasi
dengan
lingkungan sekitarnya. Potensi-potensi tersebut harus
diaktualisasikan
ditumbuh kembangkan dalam kehidupan nyata didunia ini melalui
proses
pendidikan sepanjang hayat yang kelak akan
dipertanggungjawabkan
dihadapan Allah SWT diakhirat.1
Pendidikan adalah usaha manusia secara sadar untuk membina
keperibadian tersebut dibutuhkan proses yang relatif panjang
dimanapun
dan kapanpun juga. Sehingga dikatakan pendidikan berlangsung
seumur
hidup. Pendidikan merupakan usaha sadar dan rencana untuk
mewujudkan
1 Muhaimin, Paradigma Pendidikan Islam, (Bandung : PT Remaja
Rosdakarya,
2002), h. 12
-
2
suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik
secara aktif
mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan
spiritual
keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak
mulia serta
ketrampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan
negara.2
Setiap warga negara berhak untuk mendapatkan pendidikan yang
layak sebagaimana tercantum dalam UUD 1945, dan diatur
melalui
peraturan pemerintah, sedangkan pelaksanaan program
pendidikan
dilakukan dalam sistem pendidikan nasional. Program pendidikan
nasional
berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta
peradaban bangsa dan bertujuan untuk berkembangnya potensi
peserta
didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada
Tuhan
Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif,
mandiri,
dan menjadi warga Negara yang demokratis serta bertanggung
jawab.
Pendidikan merupakan salah satu komponen utama dalam hidup
ini
dan tidak bisa dilepaskan dari aktifitas sosial manusia.
Mengapa
demikian? Karena pendidikan adalah salah satu faktor yang paling
utama
dalam menjembadani manusia untuk meraih suatu pengetahuan dari
yang
tidak bisa menjadi bisa, dari yang belum tahu menjadi lebih tahu
dan
mengerti. Oleh karena itu, keberadaan sekolah, madrasah
perguruan tinggi
dan lembaga pendidikan lainnya, baik formal maupun informal
sangatlah
2 Undang-Undang RI No. 20 Tahun 2003, Tentang Sistem
Pendidikan
Nasional, (Bandung: Citra Umbara, 2003), h. 3
-
3
penting dan menjadi faktor yang paling dominan sekaligus
mendukung
demi terciptanya suatu kemajuan bangsa dan negara.
Pendidikan tidak hanya menjadikan manusia itu pandai secara
intelektual (IQ) saja melainkan juga pandai dalam
mengaplikasikan dan
menerapkan pengetahuannya secara benar dan tepat guna,
sekaligus
menjadikan kepribadiannya lebih stabil, kondisional dalam
berinteraksi
terhadap masyarakat luas dan matang secara emosional (EQ)
dan
spiritualnya (SQ). Goleman (2005) mengemukakan bahwa
kecerdasan
emosi merujuk kepada kemampuan mengenali perasaan diri dan
perasaan
orang lain, kemampuan memotivasi diri, dan kemampuan
mengelola
emosi dengan baik pada diri sendiri dan dalam hubungan dengan
orang
lain.3
Kecerdasan Emosioanal adalah jenis kecerdasan yang dapat
berinteraksi dengan pengalaman dan dapat terus berkembang
melalui
pengalaman atau eksperimen. EQ dapat mempelajari cara-cara
baru
melalui pengalaman yang belum pernah dilakukan sebelumnya, dan
juga
merupakan jenis pemikiran yang dapat mengenali nuansa dan
ambiguitas.
Kelemahan kecerdasan emosional adalah lambat dalam belajar,
tidak
akurat, dan cenderung terikat kebiasaan atau pengalaman.4
3 Daniel Goleman, Kecerdasan emosional untuk mencapai puncak
prestasi,
terj. Alex Tri Kantjono, (Jakarta: P.T Gramedia Pustaka Utama,
2005), h. 512 4 Danah Zohar dan Ian Marshall. Spiritual Capital :
Wealth We Can Live by
Using Our Rational, Emotional and Spiritual Intelligence to
Transform Ourselves and
Corporate Culture, (London : Blombury Publisher, 2001), h.
211
-
4
Dengan demikian dalam berinteraksi dengan orang lain perlu
adanya pengenalan diri, mengenali perasaan sendiri dan orang
lain,
kemampuan memotivasi dan mengelola emosi secara matang.
Sedangkan
kemampuan lain seperti kecerdasan spiritual dan intelektual
juga
dibutuhkan oleh seseorang untuk menjamin kehidupannya, seperti
yang
dikatakan oleh bapak Ary Ginanjar (Penggagas ESQ Model ) bahwa
untuk
menjadi manusia paripurna dibutuhkan 3 kecerdasan yaitu
emosioanl
(EQ), intelektual (IQ), dan spiritual (SQ) yang terintegrasi
secara konsisten
dan komprehensif. Ary Ginanjar (2001) menjelaskan kecerdasan
emosional adalah sebuah kemampuan untuk mendengarkan bisikan
emosi
dan menjadikannya sebagai sumber informasi maha penting
untuk
memahami diri sendiri dan orang lain demi mencapai sebuah
tujuan.5
Sedangkan menurut Danah Zohar dan Ian Marshall (dalam buku
ary Ginanjar) mendefinisikan kecerdasan spiritual sebagai
kecerdasan
untuk menghadapi persoalan makna atau value, yaitu kecerdasan
untuk
menempatkan perilaku dan hidup kita dalam konteks makna yang
lebih
luas dan kaya, kecerdasan untuk menilai bahwa tindakan atau
jalan hidup
seseorang lebih bermakna dibandingkan dengan yang lain.6
Menurut Stephen R. Covey, IQ adalah kecerdasan manusia yang
berhubungan dengan mentalitas, yaitu kecerdasan untuk
menganalisis,
5 Ary Ginanjar Agustian, Rahasia Sukses Membangkitkan ESQ Power
Sebuah
Inner Journey Melalui Al-Ihsan, (Jakarta : Penerbit Arga, 2005),
h. 62 6 Ary Ginanjar Agustian, Rahasia Sukses Membangun Kecerdasan
Emosi dan
Spiritual ESQ Emotional Spiritual Quotient, THE ESQ WAY 165 1
Ihsan 6 Rukun Iman
dan 5 Rukun Islam, (Jakarta:Arga Wijaya Persada, 2005), hal.
46
-
5
berfikir, menentukan kualitas, berfikir abstrak, bahasa,
visualisasi, dan
memahami sesuatu. IQ adalah alat kita untuk melakukan sesuatu
letaknya
di otak bagian korteks manusia. Kemampuan ini pada awalnya
dipandang
sebagai penentu keberhasilan seseorang. Namun pada
perkembangan
terakhir IQ tidak lagi digunakan sebagai acuan paling mendasar
dalam
menentukan keberhasilan manusia. Karena membuat sempit
paradigma
tentang keberhasilan, dan juga pemusatan pada konsep ini
sebagai
satu satunya penentu keberhasilan individu dirasa kurang
memuaskan
karena banyak kegagalan yang dialami oleh individu yang ber IQ
tinggi.7
Ketidakpuasan terhadap konsepsi IQ sebagai konsep dari
kecerdasan seseorang telah melahirkan konsepsi yang memerlukan
riset
yang panjang serta mendalam. Daniel Goleman mengeluarkan
konsepsi
EQ sebagai jawaban atas ketidak puasan manusia jika dirinya
hanya
dipandang dalam struktur mentalitas saja. Konsep EQ memberikan
ruang
terhadap dimensi lain dalam diri manusia yang unik yaitu
emosional.
Disamping itu, Daniel Goleman mempopulerkan pendapat para pakar
teori
kecerdasan bahwa ada aspek lain dalam diri manusia yang
berinteraksi
secara aktif dengan aspek kecerdasan IQ dalam menentukan
efektivitas
penggunaan kecerdasan yang konvensional tersebut.8
Komponen utama dari kecerdasan sosial ini adalah kesadaran
diri,
motivasi pribadi, pengaturan diri, empati, dan keahlian sosial.
EQ lebih
7 Goleman, Kecerdasan emosional......, h. 14
8 Zohar dan marshall, Spiritual Capital : Wealth We Can
Live...., h. 215
-
6
mengarah kepada rasa, jika kita tidak mampu mengelola aspek rasa
kita
dengan baik, maka kita tidak akan mampu menggunakan aspek
kecerdasan
konvensional kita (IQ) secara efektif, karena IQ menentukan
sukses hanya
20% dan 80% kecerdasan lainnya termasuk EQ.9
Kecerdasan spiritual mampu mengoptimalkan kerja kecerdasan
yang lain. Individu yang mempunyai kebermaknaan (SQ) yang
tinggi,
mampu menyandarkan jiwa sepenuhnya berdasarkan makna yang ia
peroleh dari sana ketenangan hati akan muncul . jika hati telah
tenang akan
memberikan sinyal untuk menurunkan kerja simpatis menjadi
para
simpatis. Bila ia telah tenang karena aliran darah telah teratur
maka
individu akan dapat berfikir secara optimal (IQ), sehingga ia
lebih tepat
dalam mengambil keputusan. Manajemen diri untuk mengolah hati
dan
potensi kemanusiaan tidak cukup hanya dengan IQ dan EQ,
melainkan
kecerdasan spiritual adalah kecerdasan yang sangat berperan
dalam diri
manusia sebagai pembimbing kecerdasan lain.
Kini tidak cukup orang dapat sukses berkarya hanya dengan
kecerdasan kecerdasan rasional (yang bekerja dengan rumus dan
logika
kerja), melainkan orang perlu kecerdasan emosional agar merasa
gembira,
dapat bekerjasama dengan orang lain, punya motivasi kerja,
bertanggung
jawab dan life skill lainnya. Hakikat mengembangkan kecerdasan
spiritual
agar ia merasa bermakna, berbakti dan mengabdi secara tulus,
luhur dan
9 Goleman, Kecerdasan emosional.....,h. 321
-
7
tanpa pamrih yang menjajahnya. Karena itu sesuai dengan pendapat
Covey
diatas bahwa “SQ merupakan kunci utama kesadaran dan dapat
membimbing kecerdasan lainnya”
Melihat dari pemaparan atau uraian diatas tentang begitu
pentingnya kecerdasan emosional dan kecerdasan spiritual
terhadap
keberhasilan seseorang, dalam pembelajaran di sekolah salah satu
materi
yang berisi penguatan tentang EQ, SQ adalah materi tentang
perilaku yang
dalam hal ini disebut pelajaran akidah akhlak. Pelajaran Akidah
akhlak
adalah suatu bidang studi yang mengajarkan dan membimbing siswa
untuk
mengetahui, memahami dan meyakini akidah Islam serta dapat
membentuk dan mengamalkan tingkah laku yang baik yang sesuai
dengan
ajaran Islam.11
Pelajaran akidah akhlak dapat diartikan pula sebagai
pelajaran yang didalamnya mengajarkan seseorang untuk dapat
memahami, meyakini dan menghayati kebenaran ajaran Islam
serta
bersedia mengamalkannya dalam kehidupan sehari- hari.
Pelajaran akidah akhlak bisa diartikan sebagai sub- mata
pelajaran
pada jenjang pendidikan dasar yang membahas tentang ajaran agama
Islam
dalam segi Akidah dan Akhlak.10
Sedangkan tujuan dari pelajaran akidah
akhlak yaitu: penanaman nilai ajaran Islam sebagai pedoman
mencapai
kebahagiaan hidup di dunia dan di akhirat, pengembangan keimanan
dan
ketaqwaan kepada Allah SWT serta akhlak mulia peserta didik
seoptimal
10
Depag RI, GBPP MTs: Pelajarn Aqidah Akhlak, (Jakarta, Dirjen
Binbaga
Islam, 1994), h. 1
-
8
mungkin, yang telah ditanamkan lebih dahulu dalam lingkungan
keluarga,
Penyesuaian mental peserta didik terhadap lingkungan fisik dan
sosial
melalui akidah akhlak, perbaikan kesalahan-kesalahan,
kelemahan-
kelemahan peserta didik dalam keyakinan, pengamalan ajaran
agama
Islam dalam kehidupan sehari- hari, pencegahan peserta didik
dari hal-hal
negatif dari lingkungannya ataupun dari budaya asing yang
akan
dihadapinya sehari-hari, pengajaran tentang informasi dan
pengetahuan
keimanan dan akhlak, serta sistem dan fungsionalnya, penyaluran
peserta
didik untuk mendalami akidah akhlak pada jenjang pendidikan yang
lebih
tinggi.11
Maka dari itu untuk lebih memantapkan pemahaman tersebut
peneliti ingin melihat bagaimana hubungan kedua kecerdasan
tersebut
terhadap perkembangan hasil belajar akidah akhlak di sekolah
yang selama
ini masih memandang hasil belajar hanya diukur dari
intelektualnya saja.
Untuk penelitian kaitannya dengan kecerdasan emosional dan
kecerdasan
spiritual ini, peneliti telah berinisiatif bagaimana jika kedua
kecerdasan
tersebut dikaitkan dengan hasil belajar mata pelajaran akidah
akhlak
siswa-siswi disekolah yang tentunya dapat diindikasikan bahwa
ada
hubungan dengan hal tersebut.
Alasan peneliti menjadikan MTs Makrifatul Ilmi sebagai
subyek
penelitian, dengan alasan, peneliti melihat fenomena bahwa dunia
sekolah
11
Depag RI, Standar Kompetensi Madrasah Tsanawiyah, (Jakarta,
Dirjen
Binbaga Islam, 2004), h. 22
-
9
sekarang ini sangat berbeda dengan masa dulu. Sekarang siswa
banyak
yang berani membolos sekolah, melanggar peraturan sekolah
dan
membuat kegaduhan di dalam kelas. Mereka beralasan karena
merasa
tidak mampu dengan mata pelajaran yang diberikan dan
menganggap
belajar itu membosankan. Salah satu pelajarannya yaitu akidah
akhlak.
Selain itu, banyak siswa yang mempunyai sikap acuh terhadap
sekolah
lebih bersikap mudah menyerah dan berpikir masa bodoh dengan
dirinya
sendiri.
Semua sikap yang ditimbulkan oleh siswa berpusat pada emosi
yang ada pada diri mereka. Oleh karena itu, sekolah dan para
guru
diharapkan mampu membantu mengarahkan para siswa untuk lebih
bias
mengontrol emosinya agar dapat meraih prestasi belajar yang
lebih baik
khususnya akidah akhlak. Sehingga, siswa bisa lebih bersemangat
dalam
meraih impiannya dan mendapatkan hasil yang baik.
Oleh karena itu dengan adanya hal itu di dukung dengan teori
yang
menyebutkan bahwa ada keterkaitan yang kuat antara
kecerdasan
emosional, spiritual, dan Intelektual, maka peneliti mencoba
mengukur
seberapa besar hubungan kecerdasan emosional dan kecerdasan
spiritual
tersebut dengan hasil belajar siswa pada mata pelajaran akidah
akhlak.
Untuk itu peneliti mengambil judul: “Pengaruh Kecerdasan
Emosional
dan Kecerdasan Spiritual terhadap Prestasi Belajar Akidah
Akhlak
Siswa Kelas IX MTs Makrifatul Ilmi Bengkulu Selatan”.
-
10
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang sudah dikemukakan
diatas masalah pada penelitian ini dapat diidentifikasi:
1. Masih terdapat siswa yang Kecerdasan Emosional dan
Spiritualnya
rendah atau dapat dikatakan siswa kurang cerdas secara emosi
dan
spiritualnya.
2. Suasana di dalam kelas atau kegiatan pembelajaran Akidah
Akhlak
masih kurang kondusif
3. Tugas Akidah Akhlak yang diberikan oleh guru terkesan belum
efektif.
4. Masih terdapat siswa yang cenderung kurang mengoptimalkan
usahanya dalam menyelesaikan tugas akidah akhlak yang
diberikan
oleh guru.
5. Sikap siswa yang acuh tak acuh dan cenderung meremehkan
mata
pelajaran Akidah Akhlak
C. Batasan Masalah
Berdasarkan Identifikasi masalah yang sudah dikemukakan
diatas
maka penulis batasi permasalahan ini yaitu hanya pengaruh
kecerdasan
emosional dan kecerdasan spiritual terhadap prestasi belajar
akidah akhlak
siswa kelas IX MTs Makriftul Ilmi Bengkulu selatan. Mengingat
luasnya
permasalahan yang akan diteliti, maka penulis perlu
membatasi
lingkungan permasalahan tersebut yaitu :
-
11
1. Kecerdasan yang mencakup dalam kecerdasan emosional yaitu
:
kesadaran diri, pengaturan diri, motivasi, empati, kecakapan
dalam
membina hubungan dengan orang lain.
2. Kecerdasan yang mencakup dalam kecerdasan spiritual yaitu
:
kemampuan untuk bersikap fleksibel, kemampuan untuk
menghadapi
dan memanfaatkan penderitaan, kemampuan untuk menghadapi dan
melamoaui rasa sakit, keengganan untuk menyebabkan kerugian
yang
tidak perlu.
3. Prestasi belajar dalam penelitian ini meliputi, kognitif,
afektif,
psikomotorik, kemudian dari hasil penilaian tersebut disajikan
dalam
bentuk raport.
D. Rumusan Masalah
Berdasarkan batasan masalah di atas, maka penulis merumuskan
masalah penelitian ini sebagai berikut :
1. Apakah ada pengaruh kecerdasan emosional terhadap prestasi
belajar
Akidah Akhlak siswa kelas IX MTs Makrifatul Ilmi
2. Apakah ada pengaruh Kecerdasan spiritual terhadap prestasi
belajar
Akidah Akhlak siswa Kelas IX MTs Makrifatul Ilmi
3. Apakah ada pengaruh secara bersamaan antara kecerdasan
emosional
dan kecerdasan Spiritual terhadap prestasi belajar Akidah
Akhlak
siswa Kelas IX MTs Makrifatul Ilmi
-
12
E. Tujuan Penelitian
Berdasarkan Rumusan masalah diatas, maka tujuan dari
penelitian
ini adalah sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui pengaruh kecerdasan emosional terhadap
prestasi
belajar Akidah Akhlak siswa Kelas IX MTs Makrifatul Ilmi
2. Untuk mengetahui pengaruh kecerdasan spiritual terhadap
prestasi
belajar Akidah siswa Kelas IX MTs Makrifatul Ilmi
3. Untuk mengetahui pengaruh secara bersamaan antara
Kecerdasan
Emosional dan Kecerdasan Emosional terhadap prestasi belajar
Akidah
Akhlak siswa Kelas IX MTs Makrifatul Ilmi
F. Kegunaan Penelitian
Penelitian ini dilakukan dengan harapan akan memberikan
manfaat
sebagai berikut:
1. Secara Teoritis
Hasil penelitian ini dapat memberikan gambaran tentang peran
kecerdasan Emosional dan spiritual, dimana dengan adanya faktor
yang
dapat memberi pengaruh terhadap hasil pembelajaran serta
mampu
mengoptimalkan faktor-faktor tersebut, agar peserta didik
senantiasa
termotivasi untuk melakukan proses pembelajaran.
2. Secara praktis
Hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi pihak
-
13
madrasah, agar dapat menerapkan dan menghasilkan program-
program habituasi ESQ untuk setiap pembelajaran khusnya
pelajaran
Akidah Akhlak sehingga dapat meningkatan prestasi belajar
siswa
dalam hal pembiasaan diri.
G. Penelitian yang Relevan
Untuk menghindari pengulangan kajian yang diteliti antara
peneliti dengan peneliti-peneliti sebelumnya. Sejauh kajian
yang
penulis lakukan, ada beberapa hasil penelitian yang relevan
dengan
pembahasan proposal tesis ini, diantaranya :
1. Khanif Masum SS yang berjudul „‟Hubungan Kecerdasan
Emosional dan Motivasi dengan Tingkat Prestasi Belajar Siswa
Kelas V Madrasah Ibtidaiyah Negeri (MIN) Jejeran Bantul Pada
Mata Pelajaran Bahasa Indonesia‟‟ dalam penelitian ini
menjelaskan hubungan langsung dan tidak langsung antara
kecerdasan emosional dan motivasi belajar dengan prestasi
belajar.
Sedangkan penelitian yang penulis lakukan menjelaskan antara
pengaruh kecerdasan emosional dan spiritual terhadap
prestasi
artinya melihat kecerdasan mana yang lebih dominan
berpengaruh
terhadap prestasi belajar akidah akhlak.
2. Ulfa Rahmawati yang berjudul „‟ Pengembangan Kecerdasan
Spiritual Santri ( Studi Terhadap Kegiatan Keagamaan di
Rumah
Tahfizqu Deresan Putri Yogjakarta)‟‟ dalam penelitian tesis
ini
bertujuan untuk mengetahui pentingnya pengembangan
kecerdasan
-
14
spiritual santri tanpa melihat dari aspek kecerdasan
Emosionalnya,
dengan mendeskripsikan kegiatan-kegiatan keagamaan yang
dilaksanakan di Rumah Tahfizqu Deresan Putri Yogjakarta.
Diantara kegiatan yang dimaksudkan antara lain adalah
kegiatan
harian, kegiatan mingguan dan kegiatan bulanan. Sedangkan
dalam
penelitian ini penulis akan mencoba melihat hasil dari
kegiatan
spiritual siswa.
3. Mujahidatul Islam yang berjudul „‟ Pola Pengenbangan
Kecerdasan Emosional Di Pesantren (Studi di Pesantren ar-
raudatul „ilmiyah Ketosono Nganjuk), hasil dari penelitian
ini
menunjukan bahwa pengembangan kecerdasan emosi penting
dilakukan karena merupakan salah satu upaya untuk mewujudkan
sosok pribadi yang memiliki akhlakul karimah. Dengan
mendeskripsikan pola pengembangan kecerdasan emosi di
pesantren ar-raudatul „ilmiyah dalam berbagai kegiatan
seperti
kegiatan madrasah diniyah, pengajian rutin, dan peribatan
dengan
pemberian materi-materi yang menjadikan al-quran hadits
sebagai
rujukan utamanya. Untuk mengevaluasi perkembangan kecerdasan
emosi di pesantren ar-raudatul „ilmiyah dengan menunjukan
hasil
angket dan observasi.
4. Muhammad Karimullah yang berjudul „‟Upaya Peningkatan
Spiritual Quotient (SQ) dalam membentuk Siswa Berkarakter Di
SMAN 1 Tanjung Palas Kabupaten Bulungan Kalimantan Timur,
-
15
2012. Fokus penelitian pada penelitian ini adalah; (1)
Bagaimana
bentuk kegiatan Spiritual Quotient (SQ) dalam membentuk
siswa
berkarakter di SMAN 1 Tanjung Palas Kabupaten Bulungan
Kalimantan Timur?, (2) Apakah peningkatan Spiritual Quotient
(SQ) dapat membentuk siswa berkarakter di SMAN 1
TanjungPalas
Kabupaten Bulungan Kalimantan Timur?. Jenis penelitian ini
adalah kualitatif deskriptif yang dilakukan di SMAN 1
Tanjung
Palas Kabupaten Bulungan Kalimantan Timur. Hasil dari
penelitian
ini adalah (1) Bentuk kegiatan SQ dalam membentuk siswa
berkarakter di SMAN 1 Tanjung Palas Kabupaten Bulungan
Kalimantan Timur adalah bertadarus Al- Qur‟an, Shalat
berjama‟ah,
Pengajian ahad pagi, Peringatan hari-hari besar Islam,
Spiritual
Camp. (2) Terbentuknya siswa berkarakter di SMAN 1 Tanjung
Palas Kabupaten Bulungan Kalimantan Timur yang dibuktikan
melalui; Siswa memahami dan mengamalkan nilai-nilai
spiritual
dan nilai- nilai karakter, Memperoleh prestasi nilai di atas
rata-rata,
Aktif mengikuti materi ajar, Horma dan patuh guru dan
sesama.
5. Akmal Mundiri, Hubungan antara Kecerdasan Emosional,
Motivasi
Kerja dan Kinerja Guru dengan Prestasi Belajar Siswa
Madrasah
Aliyah Negeri Se-Kabupaten dan Kota Probolinggo, 2011.
Penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan; (1) Gambaran
kecerdasan emosional, motivasi kerja, kinerja guru serta
prestasi
belajar siswa MAN se-Kabupaten dan Kota Probolinggo; (2)
-
16
Hubungan antara kecerdasan emosional dengan kinerja guru;
(3)
Hubungan antara motivasi kerja dengan kinerja guru; (4)
Hubungan
antara kecerdasan emosional dan motivasi kerja dengan
kinerja
guru; (5) Hubungan antara kinerja guru dengan prestasi
belajar
siswa; (6) Hubungan langsung dan tidak langsung antara
kecerdasan
emosional dan motivasi kerja dengan prestasi belajar siswa.
Adapaun jenispenelitian yang digunakan adalah kuantitatif
melaluipendekatankorelasional.Populasi dan sampel penelitian
ini
adalah seluruhMAN se-Kabupaten danKota Probolinggo. Teknik
pengumpulan data menggunakan angket dan dokumentasi. Angket
digunakan untuk mengukur kecerdasan emosional, motivasi
kerja,
dan kinerja guru. Dokumentasi berupa hasil nilai UN siswa
digunakan untuk mengumpulkan data prestasi belajar siswa.
Setelah
peneliti melakukan pengujian hipotesis, maka hasil dari
penelitian
ini dapat disimpulkan sesuai dengan rumusan masalah, yaitu;
(1)
Kecerdasan emosional, motivasi kerja, kinerja guru serta
prestasi
belajar siswa dalam kategori tinggi; (2) Terdapat hubungan
yang
signifikan antara kecerdasan emosional dengan kinerja guru
yang
mempunyai besaran 0,034; (3) Terdapat hubungan yang
signifikan
antara motivasi kerja dengan kinerja guru dengan besaran
0,012;(4)
Terdapat hubungan yang signifikan antara kecerdasan
emosional
dan motivasi kerja dengan kinerja guru dengan besaran 0,003;
(5)
Terdapat hubungan yang signifikan antara kinerja guru dengan
-
17
prestasi belajar siswa dengan besaran 0,030; (6) Ada
hubungan
langsung antara kecerdasan emosional dan motivasi kerja
dengan
prestasi belajar siswa dengan nilai signifikan sebesar 0,017,
dan ada
hubungan tidak langsung antara kecerdasan emosional dengan
prestasi belajar siswa sebesar 0,483 dan motivasi kerja guru
dengan
prestasi belajar siswa sebesar0,580.
-
18
BAB II
LANDASAN TEORI DAN HIPOTESIS
A. Landasan Teori
1. Prestasi Belajar
a. Pengertian Prestasi Belajar
Prestasi belajar adalah sebuah kalimat yang terdiri dari dua
kata, yaitu; “Prestasi” dan “Belajar”.Antara kata “Prestasi”
dan
“Belajar” mempunyai arti yang berbeda. Oleh karena itu
sebelum
membahas pengertian prestasi belajar maka kita harus
mengetahui
apa yang dimaksud dengan “Prestasi” dan “Belajar”.
Prestasi menurut bahasa adalah hasil belajar yang telah
dicapai.12
Menurut Suharsini Arikunto mengarti belajar sebagai
sesuatu yang terjadi karena adanya usaha untuk mengadakan
perubahan terhadap diri si pelaku belajar.Sedangkan Syaiful
Bahri
(mengutip dari Mas‟ud Hasan Abdul Qahar) mengartikan
prestasi
sebagai apa yang telah dapat diciptakan, hasil pekerjaan, hasil
yang
menyenangkan hati yang diperoleh dengan jalan keuletan
kerja.
Jadi prestasi ialah hasil dari suatu kegiatan yang telah
dikerjakan, diciptakan baik secara individu maupun kelompok.
Prestasi tidak akan pernah dihasilkan selama seseorang tidak
12
Suharsini Arikunto, Manajemen Pengajaran Secara Manusiawi
(Jakarta:
Rineke Cipta, 1993), h 19.
-
19
pernah melakukan suatu kegiatan. Pencapaian prestasi
tidaklah
mudah, akan tetapi kita harus menghadapiberbagai rintangan
dan
hambatan hanya dengan keuletan danoptimisdirilahyang dapat
membantu untukmencapainya.
Kemudian makna belajar selalu mempunyai hubungan
dengan arti perubahan, baik perubahan ini meliputi
keseluruhan
tingkah laku ataupun hanya terjadi beberapa aspek dari
kepribadian
orang yang belajar. Perubahan ini dalam tiap-tiap manusia
dalam
hidupnya sejak dilahirkan. Belajar mempunyai pengertian yang
sangat umum dan luas, boleh dikatakan sepanjang hidupnya
seseorang mengalami proses belajar daripengalamannya.Belajar
menurut bahasa ialah berusaha memperoleh pengetahuan atau
ilmu.
Sedangkan menurut Oemar Hamalik, belajar adalah sebagai
bentuk
pertumbuhan dan perubahan baru dalam bertingkah laku berkat
pengalaman danlatihan.13
Menurut Slameto, belajar ialah suatu usaha yang dilakukan
seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang
baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri
dalam interaksi dengan lingkungannya. Muhibbinsyah
menambahkan bahwa belajar ialah tahapan perubahan seluruh
tingkah laku individu yang relatif menetap sebagai hasil
pengalaman dan interaksi dengan lingkungan yang melibatkan
13
Oemar Hamalik, Metode Belajar dan Kesulitan Belajar (Bandung:
Tarsito, tt), h. 19.
-
20
proses kognitif.14
Selain itu, James O. Whitaker yang dikutip
olehWastySoemanto, memberikan definisi bahwa belajar ialah
proses dimana tingkahlakuditimbulkan atau diubah melalui
latihan
dan pengalaman.15
Bertolak dari pendapat di atas jelas menyatakan bahwa
belajar itu bertujuan untuk mengembangkan pribadi manusia
bukan
hanya sekedar mencerdaskan manusia belaka namun menjadi
manusia yang berkepribadian yang luhur itulah hakekat sebuah
belajar. Dalam mengembangkan kepribadian manusia seutuhnya
itu melibatkan unsur-unsur cipta atau membuat sesuatu, rasa/
perasaan, karsa/ keinginan, kognitif, afektif dan psikomotorik.
Jadi
belajar merupakan suatu aktifitas yang sadar akan tujuan.
Tujuannya adalah terjadinya suatu perubahan dalam diri
individu.Perubahan yang dimaksudkan tentu saja menyangkut
semua unsur yang ada pada diri individu.
Uraian ciri-ciri perubahan tingkah laku tersebut
diungkapkan oleh Syaiful Bahri16
sebagai berikut :
1. Perubahan yang terjadi secar sadar
Ini berarti bahwa individu yang belajar menyadari
terjadinya perubahan yang ada pada dirinya sendiri.
14
Muhibbinsyah, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru (Cet.
Ke-7,
Bandung: Remaja Rosdakarya, 2000), h. 25. 15
Wasty Soemanto, Psikologi Pendidikan Landasan Kerja Pemimpin
Pendidikan
(Cet. Ke-3, Jakarta: Rieneka Cipta, 1990), h. 98-99. 16
Syaiful Bahri Djamarah, Prestasi Belajar,,, h. 21.
-
21
a. Perubahan dalam belajar yang bersifat positif dan aktif
Perubahan belajar anak senantiasa bertambah dan bertujuan
untuk memperoleh sesuatu yang lebih baik sebelumnya. Dengan
demikian makin banyak usaha belajar dilakukan, akan makin
banyak dan baik perubahan yang diperoleh. Perubahan bersifat
efektif artinya bahwa perubahan itu tidak terjadi dengan
sendirinya
melainkan karena usaha ndividu itu sendiri.
b. Perubahan dalam belajar bertujuan
Sebagai hasil belajar, perubahan yang terjadi pada individu
berlangsung terus-menerus, tidak statis dan berguna bagi
hidupnya.
Satu perubahan yang terjadi akan menyebabkan perubahan pada
proses belajarselanjutnya.
c. Perubahan dalam belajar bersifat kontinyu dan fungsional
Perubahan yang bersifat sementara atau kontemporer terjadi
hanya beberapa saat saja, sedangkan perubahan yang terjadi
setelah
belajar bersifat menetap
d. Perubahan dalam belajar bertujuan
Perubahan tingkah laku terjadi karena ada tujuan yang akan
dicapai. Dengan adanya tujuan berarti siswa mengetahui arah
mana
yang harus ditempuh agar tujuan yang diharapkan dapat
tercapai.Pada dasarnya perubahan belajar terarah kepda
perubahan
tingkah laku yang benar-benar disadari.
-
22
e. Perubahan mencakup seluruh tingkah laku
Seseorang yang belajar akan mengalami perubahan tingkah
laku secara keseluruhan dalam sikap, ketrampilan, pengetahuan
dan
sebagainya.Sesuai hemat Djamarah, prestasi belajar merupakan
sebagai hasil yang diperoleh berupa kesan-kesan yang
mengakibatkan perubahan dalam diri individu sebagai hasil
dari
aktivitas dalam belajar.Kalau perubahan tingkah laku adalah
tujuan
yang mau dicapai dari aktivitas belajar, maka perubahan
tingkah
laku itulah salah satu indicator yang dijadikan pedoman
untuk
mengetahui kemajuan individu dalam segala hal yang
diperolehnya
disekolah.
Dengan kata lain prestasi belajar merupakan kemampuan-
kemampuan yang dimiliki oleh siswa sebagai akibat perbuatan
belajar atau setelah menerima pengalaman belajar, yang dapat
dikatagorikan menjadi tiga ranah, yakni ranah kognitif, afektif,
dan
psikomotor.17
Setelah melihat uraian diatas, maka dapat disimpulkan
bahwa pengertian prestasi belajar adalah hasil diperoleh
seseorang
setelah mengikuti kegiatan atau belajar mengajar dalam
jangka
waktu tertentu atau setelah menyelesaikan suatu program
tertentu
yang mengakibatkan perubahan dalam diri individu sebagai
hasil
dari aktivitas dalam belajar, dan lazimnya ditunjukkan dengan
nilai
17
Syaiful Bahri Djamarah, Prestasi Belajar,,,h. 23.
-
23
tes atau angka nilai yang diberikan oleh guru, dan itu
tercantum
dalam raport.
a. Indikator Prestasi Belajar
Menurut Muhibbin Syah, “pengungkapkan hasil belajar
meliputi segala ranah psikologis yang berubah sebagai akibat
pengalaman dan proses belajar siswa”.18
Namun demikian
pengungkapan perubahan tingkah laku seluruh ranah, khususnya
ranah afektif sangat sulit. Hal ini disebabkan perubahan
hasil
belajar itu ada yang bersifat intangible (tidak dapat diraba).
Kunci
pokok untuk memperoleh ukuran dan data hasil belajar siswa
adalah garis-garis besar indikator dikaitkan dengan jenis
prestasi
yang hendak diungkapkan atau diukur.
Setelah mengetahui indikator-indikator prestasi belajar di
atas, guru perlu untuk mengetahui bagaimana kiat menetapkan
batas minimal keberhasilan belajar para siswanya.
Keberhasilan dalam arti luas berarti keberhasilan yang
meliputi ranah cipta, rasa dan karsa siswa. Keberhasilan
tidak
hanya terkait oleh kiat penilaian yang bersifat kognitif, tetapi
juga
memperhatikan kiat penilaian afektif dan psikomotor siswa
Setelah
mengetahui indikator dan memperoleh skor hasil evaluasi
prestasi
belajar, maka langkah selanjutnya adalah menetapkan batas
minimal keberhasilan belajar peserta didik tersebut.
18
Muhibbinsyah, Psikologi Pendidikan dengan,,,h. 150-151.
-
24
Menetapkan batas minimum keberhasilan belajar selalu
berkaitan dengan upaya pengungkapan hasil belajar Terdapat
beberapa alternative norma pengukuran tingkat keberhasilan
siswa
setelah mengikuti proses belajar mengajar, beberapa norma
tersebut
antara lain yaitu; norma skala angka dari 0 sampai 10, norma
skala
angka dari 10 sampai 100, dan norma prestasi belajar dengan
menggunakan symbol huruf A, B, C, D, dan E. Kemudian hasil-
hasil tersebut diberikan pada siswa dalam bentuk lembaran-
lembaran yang biasanya disebut dengan raport.
b. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Prestasi Belajar
Menurut Slameto, faktor-faktor yang mempengaruhi
prestasi belajar ada dua macam yaitu faktor internal dan
faktor
eksternal19
:
1. Faktor Internal
Ialah faktor yang ada dalam individu yang sedang belajar,
yang meliputi:
a. Faktor Jamaniah, meliputi
1) Faktor kesehatan
Proses belajar seseorang akan terganggu jika kesehatan
orang terganggu, selain itu juga akan cepat lelah, kurang
19
Slameto, Belajar dan Faktor-faktor,,,h. 54.
-
25
bersemangat, mudah pusing, mengantuk, kurang darah atau
gangguan fungsi alat indera.
2) Cacat tubuh
Proses belajar seseorang akan terganggu jika kesehatan
orang terganggu, selain itu juga akan cepat lelah, kurang
bersemangat, mudah pusing, mengantuk, kurang darah atau
gangguan fungsi alat indera.
Cacat tubuh ini dapat berupa buta, tuli, patah kaki dan
patah
tangan
2. Faktor Psikologis, Meliputi:
a. 1Intelegensi
Intelegensi adalah kemampuan seseorang berfikir untuk
memahami sesuatu dengan akal pikira. Ada beberapa
kecerdasan, diantaranya adalah; (1) Kecerdasan Intelektual
(IQ), adalah kecerdasan yang digunakan untuk berhubungan
dengan alam dan pengelolaannya. IQ setiap orang dipengaruhi
oleh materi otaknya, yang ditentukan oleh faktor genetik.
Kecerdasan pikiran ini merupakan kecerdasan yang mampu
bertumpu kemampuan otak kita untuk berpikir dan
menyelesaikan masalah; (2) Kecerdasan Spiritual (SQ),
adalah kecerdasan yang digunakan manusia untuk berhubungan
dengan Tuhan. Potensi setiap orang sangat besar, dan tidak
-
26
dibatasi oleh faktor keturunan, lingkungan, atau materi
lainnya;
(3) Kecerdasan Emosional (EQ), adalah kemampuan untuk
menyeimbangkan pikiran dengan perasaan sehingga hubungan
antar individu bias terkendali.
Emosional Intelegensi menunjuk kepada suatu
kemampuan untuk memahami perasaan diri masing-masing
dan perasaanorang lain, kemampuan untuk memotivasi diri
sendiri dan menata dengan baik emosi-emosi yang
munculdalam dirinya dan dalam berhubungan dengan orang
lain.
Dari uraian di atas dapat disimpulkan, setiap siswa
mempunyai intelegensi yang berbeda-beda sehingga tidak bisa
diukur pada satu tingkat intelegensi yaitu IQ, akan tetapi
masih
ada intelegensi lainnya yaitu EQ dan SQ. Dengan
memaksimalkan ESQ maka siswa akan berhasil dengan baik
dalam belajarnya dikarenakan belajar dengan menerapkan
metode belajar yang efisien dan mampu memahami keadaan
sekitarnya.
a) Perhatian
Perhatian menurut Ghazali yang dikutip oleh Slameto
ialah keaktifan jiwa yang dipertinggi, jiwa itu pun
semata-mata
-
27
tertujukepada suatu obyek benda/ hal atau sekumpulan
obyek.20
Untuk dapat menjamin hasil belajar yang baik maka siswa
harus mempunyai perhatian terhadap bahan yang dipelajarinya.
b) Minat
Minat ialah kecenderungan yang tetap untuk
memperhatikan danmengenang beberapa kegiatan. Minat besar
pengaruhnya terhadap belajar.Bahan pelajaran yang menarik
minat siswa, lebih mudah dipelajari dan disimpan karena
minat
menambah kegiatan belajar.
c) Bakat
Bakat ialah kemampuan untuk belajar. Kemampuan itu
baru akan terealisasi menjadi kecakapan yang nyata sesudah
belajar atau berlatih.
d) Motivasi
Seseorang akan berhasil dalam belajarnya bila
mempunyai penggerak atau pendorong untuk mencapai tujuan.
Penggerak atau pendorong inilah yang disebut denganmotivasi.
e) Kematangan
Kematangan ialah suatu tingkat atau fase dalam
pertumbuhan seseorang, di mana alat-alat tubuhnya sudah siap
20
Slameto, Belajar dan Faktor-faktor,,, h. 55.
-
28
untuk melaksanakan kecakapan baru. Belajar akan berhasil
bila
anak sudah siap (matang).
f) Kesiapan
Kesiapan ialah kesediaan untuk memberikan respon
atau bereaksi. Kesiapan ini perlu diperhatikan dalam proses
belajar mengajar karena jika siswa sudah memiliki kesiapan
dalam belajar maka hasil belajarnya akan lebih baik.
3. Faktor Kelelahan
Kelelahan dibedakan menjadi dua macam yaitu
kelelahan jasmani dan kelelahan rohani.Kelelahan jasmani
terlihat dengan lemah lunglai, sedangkan kelelahan rohani
terlihat dengan kelesuan dan kebosanan.
a. Faktor Eksternal
Faktor yang berasal dari luar individu, meliputi:
1) Keadaan Keluarga
Keluarga merupakan lingkungan utama dalam proses
belajar. Keadaan yang ada dalam keluarga mempunyai
pengaruh yang besar dalam pencapaian prestasi belajar
misalnya cara orang tua mendidik, relasi anggota keluarga,
suasana rumah, keadaan ekonomi keluarga, pengertian orang
tua.
2) Keadaan Sekolah
Lingkungan sekolah adalah lingkungan di mana siswa
-
29
belajar secara sistematis.Kondisi ini meliputi metode
mengajar,
kurikulum, relasi guru dengan siswa, relasi siswa dengan
siswa, disiplin sekolah, alat pelajaran, metode belajar dan
fasilitas yang mendukung lainnya.
3) Keadaan Masyarakat
Siswa akan mudah terkena pengaruh lingkungan
masyarakat karena keberadaannya dalam lingkungan tersebut.
Kegiatan dalam masyarakat, mass media, teman bergaul,
lingkungan tetangga merupakan hal-hal yang dapat
mempengaruhi siswa sehingga perlu diusahakan lingkungan
yang positif untuk mendukung belajar siswa.
Berdasarkan pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa
faktor-faktor yang dapat mempengaruhi prestasi belajar siswa
ada dua yaitu faktor intern yang berasal dari dalam diri
siswa
dan faktor ekstern yang berasal dari luar siswa.Dalyono,
menyatakan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi belajar
dapat digolongkan menjadi dua faktor yaitu : faktor internal
(yang berasal dari dalam diri) dan faktor eksternal (yang
berasal dari luar diri). Faktor internal termasuk:
kesehatan,
inteligensi dan bakat, minat, dan motivasi, cara belajar,
sedangan faktor eksternal termasuk: keluarga, sekolah,
masyarakat, dan lingkungan sekitar21
21
Dalyono, Psikologi Pendidikan (Jakarta: Rineka Cipta, 2001), h.
55-59.
-
30
b. Pengukuran Prestasi Belajar
Dalam dunia pendidikan, menilai merupakan salah satu
kegiatan yang tidak dapat ditinggalkan. Menilai merupakan
salah satu proses belajar dan mengajar. Di Indonesia,
kegiatan
menilai prestasi belajar bidang akademik di semua sekolah
dicatat dalam sebuah buku laporan yang disebut raport. Dalam
raport dapat diketahui sejauhmana prestasi belajar seorang
siswa, apakah siswa tersebut berhasil atau gagal dalam suatu
mata pelajaran.Selain itu raport merupakan perumusan
terakhir
yang diberikan oleh guru mengenai kemajuan atau hasil
belajar
murid-muridnya selama masatertentu.Azwar menyebutkan
bahwa ada beberapa fungsi penilaian dalam pendidikan,22
yaitu:
1) Penilaian Berfungsi Selektif (Fungsi Sumatif)
Fungsi penilaian ini merupakan pengukuran akhir
dalam suatu program dan hasilnya dipakai untuk menentukan
apakah siswa dapat dinyatakan lulus atau tidak dalam program
pendidikan tersebut. Fungsi penilaian ini selain untuk
mengetahui hasil yang dicapai siswa juga mengetahui
kelemahan siswa sehingga dengan adanya penilaian,makaguru
dapat mengetahui kelemahan dan kelebihan masing-masing
siswa.Jika guru dapat mendeteksi kelemahan siswa, maka
kelemahan tersebut dapat segera diperbaiki.
22
Syaifuddin Azwar, Tes Prestasi; Fungsi dan Pengembangan
Pengukuran Presatasi
Belajar (Edisi dua, Cet Ke-14, Yogyakarta: Puataka Pelajar,
2013), h. 11.
-
31
2) Penilaian Berfungsi Sebagai Penempatan (Placeman)
Setiap siswa memiliki kemampuan berbeda satu sama
lain. Penilaian dilakukan untuk mengetahui di mana
seharusnya siswa tersebut ditempatkan sesuai dengan
kemampuannya yang telah diperlihatkannya pada prestasi
belajar yang telah dicapainya.
3) Penilaian Berfungsi Sebagai Pengukur Keberhasilan
Penilaian berfungsi untuk mengetahui sejauh mana
suatu program dapat diterapkan.Sebagai contoh adalah raport
di setiap semester di sekolah-sekolah tingkat dasar dan
menegah dapat dipakai untuk mengetahui apakah program
pendidikan yang telah diterapkan berhasil diterapkan
atau tidak pada siswa tersebut.
2. Akidah Akhlak
a. Pengertian Akidah Akhlak
Kata aqidah berasal dari bahasa arab: aqada-yaqidu-
uqdatan-qaidatan artinya ikatan atau perjanjian. Maksudnya
suatu
yang menjadi tempat bagi hati nurani terikat padanya.
Istilah aqidah di dalam istilah umum disepakati untuk
menyebut “keputusan fikiran yang mantap, benar maupun
salah‟‟23
sedangkan dalam pendidikan agama islam inti akidah adalah
percaya dan pengakuan terhadap keesaan Allah atau yang
disesut
23
Rosihon Anwar, Akidah Akhlak, (Bandung : Pustaka Setia, 2008 ),
h. 13
-
32
tauhid yang merupakan landasan keimanan terhadap malaikat,
rasul, kitab, hari akhirat serta qada dan qadar.24
Pengertian akhlak secara bahasa kata akhlak berasal dari
bahasa arab, yaitu isim masdar (bentuk infinif ) dari kata
akhlak,
yukhliqu, ikhlakan, yang berarti al-sajiyah (perangai),
al-thabiah
(kelakuan), tabiat (watak dasar), al-adat (kebiasaan,
kedzaliman),
al-,aruah (peradaban yang baik), dan al-din (agama).
Akhlak ditinjau dari segi etimologi adalah bentuk jamak
dari kata khulk yang berarti budi pekerti, perangai, tingkah
laku,
atau tabiat.25
Dengan demikian, akhlak dapat dikatakan sebagai
sifat yang tertanam dalam jiwa yang melahirkan macam-macam
perubahan baik atau buruk, tanpa membutuhkan pemikiran atau
pertimbangan.86
Dengan kata lain, akhlak merupakan suatu
perbuatan yang berasal dari hasil kebiasaan. Selanjutnya
menurut
Imam Ghazali ”akhlak adalah suatu istilah tentang bentuk
batin
yang tertanam dalam jiwa seseorang yang mendorong seseorang
berbuat (bertingkah laku), bukan karena suatu pemikiran dan
bukan
pula karena suatu pertimbangan”.87
Pendapat senada juga
dikemukakan dalam mujama al wasih. Ibrahim Anis dalam
bukunya Aminudin dkk, ”akhlak ialah sifat yang tertanam
dalam
24
Aminudin dkk, Pendidikan Agama Islam, (Bogor : Ghalia Indonesia,
2002), h. 81 25
Asmaran AS., Pengantar Studi Akhlak, (Jakarta: PT. Raja Grafindo
Persada, 1994), h.1
-
33
jiwa dengannya lahirlah macam-macam perbuatan, baik atau
buruk,
tanpa membutuhkan pemikiran dan pertimbangan.26
Hasil akhlak dapat dibedakan menjadi dua, yaitu akhlak
baik dan akhlak buruk. Diantara apara ulama terjadi
perbedaan
pendapat mengenai tolak ukur akhlak baik dan akhlak yang
buruk.
Hal ini karena nilai baik dan buruk itu relatif dan bersifat
subyektif.
Tapi dalam ajaran Islam, perbuatan lahir itu merupakan hasil
dari
perbuatan batin yaitu niat. Menilai perbuatan manusia itu
tidak
mudah karena niat itu merupakan perbuatan batin. Untuk
memudahkan pengukuran baik atau tidaknya akhlak manusia
telah
membuat aturan-aturan yang tidak tertulis. Aturan tersebut
dibuat
tidak selalu sama antara satu komunitas dengan komunitas
yang
lain. Ajaran Islam telah sempurna mengupas masalah akhlak.
Berbagai macam akhlak baik telah diajarkan dalam Islam
seperti
yang telah dicontohkan oleh Rasulullah SAW dalam
kehidupannya
sehari-hari.
Berdasarkan rumusan di atas, maka yang dimaksud dengan
akidah akhlak adalah suatu kepercayaan seseorang sehingga
menciptakan
kesadaran diri manusia tersebut untuk berpegang teguh kepada
norma
dan nilai-nilai budi pekerti yang luhur tanpa membutuhkan
pertimbangan
dan pemikiran, sehingga muncullah kebiasaan-kebiasaan dari
seseorang
tersebut dalam bertingkah laku.
26
Aminudin, pendidikan Agama…, h. 152
-
34
b. Dasar dan Tujuan Akidah Akhlak
1. Dasar Akidah Akhlak
Dasar dari akidah akhlak adalah “Al quran dan As Sunnah”. Di
dalam Al quran dan As Sunnah terdapat banyak ayat yang
menjelaskan pokok akidah akhlak. Dalam Al quran dan As
Sunnah itu juga dijadikan dasar atau landasan untuk akhlak.
2. Tujuan Akidah Akhlak
Tujuan merupakan suatu titik arah yang dikehendaki,
maka tujuan dari akidah akhlak adalah terciptanya insane
kamil
yaitu manusia semourna yang memiliki jiwa maupun perbuatan
yang sesuai dengan tuntunan Al quran dan As Sunnah. Adapun
tujuan dari mata pelajaran akidah akhlak adalah sebagai
berikut:
1) Menumbuh kembangkan akidah akhlak melalui pemberian,
pemupukan, dan pengembangan pengetahuan, penghayatan,
pengalaman, pembiasaan serta pengalaman peserta didik
tentang akidah Islam sehingga menjadi manusia muslim yang
terus berkembang keimanan dan ketakwaannya kepada Allah
Swt.
2) Mewujudkan manusia Indonesia yang berakhlak mulia dan
menghindari akhlak tercela dalam kehidupan sehari-hari baik
dalam kehidupan individu maupun social, sebagai manifestasi
dari ajaran dan nilai-nilai akidah Islam.
-
35
c. Ruang Lingkup Akidah Akhlak
Ada beberapa ruang lingkup pelajaran aqidah akhlak
menurut Moh. Rifa‟i yaitu:27
1) Hubungan manusia dengan Allah
2) Hubungan vertikal antara manusia dengan Khaliqnya
mencakup
dari segi aqidah yabg meliputi : Iman kepada Allah, Iman
kepada malaikat- malaikat-Nya, Iman kepada kitab-kitab-Nya,
Iman kepada Rasul-Nya, Iman kepada hari akhir dan Iman
kepada Qadha dan Qodar-Nya.
3) Hubungan manusia dengan manusia
4) Materi yang dipelajari meliputi : akhlak dalam pergaulan
hidup
sesama manusia, kewajiban membiasakan berakhlak yang baik
terhadap diri sendiri dan orang lain, serta menjauhi akhlak
yang
buruk.
5) Hubungan manusia dengan lingkungannya
6) Materi yang dipelajari meliputi : akhlak manusia terhadap
alam
lingkungannya, baik lingkungan dalam arti luas maupun
makhluk hidup selainmanusia, yaitu binatang dan tumbuh-
tumbuhan.
Sedangkan menurut Departemen Agama, pendidikan
aqidah akhlak di Madrasah Tsanawiyah cakupan
pembahasannya antara lain sebagai berikut :
27
Moh. Rifa‟i, Aqidah Akhlak, (Semarang : CV Wicaksana, 1994),h.
6
-
36
1) Aspek aqidah, terdiri atas keimanan kepada sifat wajib,
mustahil dan jaizAllah, keimanan kepada kitab Allah,
Rasul Allah, sifat-sifat, mu‟jizatnya dan hari kiamat.
2) Aspek akhlak terpuji yang terdiri atas khauf, raja‟,
taubat,
tawadhu, ikhlas, bertauhid, inovatif, kreatif, percaya diri,
tekad yang kuat, ta‟aruf, ta‟awun, tafahum, tasamuh,
jujur, adil, amanah, menepati janji dan bermusyawarah.
3) Aspek akhlak tercela meliputi kompetisi dasar kufur,
syirik, munafik, namimah dan ghadab.
Dari uraian diatas penulis menyimpulkan bahwa
pelajaran aqidah akhlak tidak hanya mencakup hubungan
manusia dengan Tuhannya, tetapi meliputi hubungan baik
manusia dengan sesama manusia dan hubungan manusia
dengan lingkungannya. Sehingga terwujudlah kayakinan yang
kuat yang pada akhirnya terbentuklah akhlak yang luhur
yakni akhlak terpuji.
3. Kecerdasan Emosional
a. Pengertian Kecerdasan Emosional
Kecerdasan Emosional diartikan oleh beberapa pakar
antara lain Golemen yang mengatakan bahwa kecerdasan
emosional ialah kemampuan mengenali emosi diri, kemmapuan
mengelola emosi, kemampuan mengelola emosi, kemampuan
memotivasi diri, kemampuan mengenali emosi orang lain dan
-
37
kemampuan membina hubungan. “Kecerdasan emosi” atau
Emotional Intelligence merujuk kepada kemampuan menganali
perasaan kita sendiri dan perasaan orang lain kemampuan
memotivasi diri sendiri, dan kemampuan mengelola emosi
dengan baik pada diri sendiri dan dalam hubungan dengan
orang lain. Kemampuan-kemampuan yang berbeda, tetapi
saling melengkapi, dengan kecerdasan akademik (academic
intelligence), yaitu kemampuan-kemampuan kognitif murni
yang diukur dengan kecerdasan emosional.
Banyak orang yang cerdas, dalam arti terpelajar tetapi
tidak mempunyai kecerdasan emosi, ternyata bekerja menjadi
bawahan orang ber-IQ lebih rendah tetapi unggul dalam
ketrampilan kecerdasanemosi.28
Anthony Dio Martin
mengatakan ada sebuah pepatah yang berbunyi “Your hand
will not reach what you heart does not desire”, “tangan anda
tak mungkin meraih apa yang tidak diinginkan oleh hati
anda.29” Inti dari peribahasa tersebut adalah kita mempunyai
banyak prestasikarenaterkait dengan keinginan hatikita.
Menurut Daniel Goleman (dalam Jeanne Segal, 2001)
empati sebagai “ketrampilan dasar manusia”, “orang yang
28
Daniel Goleman, Kecerdasan Emosional, Terjemahan oleh T. Hermaya
(Jakarta:
Gramedia Pustaka Utama, 2003), h. 512 29
Anthony Dio Martin, Smart Emotion; Volume 1: Membangun
Kecerdasan Emosi (Cet.
Ke-3, Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2007), h. 59
-
38
memiliki empati” adalah pemimpin alamiah yang dapat
mengekspresikan dan mengartikulasikan sentimen kolektif
yang tidak terucapkan, untuk membimbing suatu kelompok
menuju cita- citanya.30
Dari beberapa pengertian di atas tentang
EQ maka dapat diartikan bahwa kecerdasan emosi ialah suatu
kemampuan seseorang dalam mengelola emosi dan
perasaannya secara tepat dan efektif untuk berhubungan atau
bekerjasama dengan orang lain, untuk mencapai suatu tujuan.
Seseorang harus mempunyai kematangan emosi karena
hal tersebut mencerminkan bahwa orang tersebut mampu atau
mempunyai kemampuan untuk mengelola emosi. Sehingga
mampu menghasilkan keterampilan untuk membangun dan
menguasai diri dalam konteks hubungan sosial. Sesuai dengan
pendapat Taufiq Pasiak,4 kematangan emosi meliputi;
1) keterampilan untuk sadar diri, 2) motivasi diri, 3)
keterampilan
sosial, 4) kemanfaatan diri sosial. Hemat Nur Hadi yang
mengutip teori Daniel Goleman, yakni; Orang yang EQ-nya
baik, dapat memahami perasaan orang lain, dapat membaca
yang tersurat dan yang tersirat, dapat menangkap bahasa
verbaldannon verbal. Semua pemahaman tersebut akan
30
Jeanne Segal, Melejitkan Kepekaan Emosiaonal; Cara Baru-Praktis
untuk
Mendayagunakan Potensi Insting dan Kekuatan Emosi Anda,
terjemahan dari Raising Your
Emotional Intelligence, diterjemahkan oleh Ary Nilandari (Cet.
Ke-2, Bandung: Kaifa, 2001), h.
139.
-
39
menuntunnya agar bersikapsesuai dengan kebutuhan dan
tuntutan lingkungannya.
Dapat dimengerti kenapa orang yang EQ-nya baik,
sekaligus kehidupan sosialnya juga baik. Tidak lain karena
orang tersebut dapat merespon tuntutan lingkungannya dengan
tepat. dalam bahasa agama, EQ adalah kepiawaian menjalin
“hablun min al-naas”. Pusat dari EQ adalah “qalbu”. Hati
mengaktifkan nilai-nilai yang paling dalam, mengubah sesuatu
yang dipikirkan menjadi sesuatu yang dijalani. Hati dapat
mengetahui hal-hal yang tidak dapat diketahui oleh otak.
Hati
adalah sumber keberanian dan semangat, integritas dan
komitmen. Hati merupakan sumber energi dan perasaan
terdalam yang memberi dorongan untuk belajar, menciptakan
kerja sama, memimpin danmelayani.
Menurut Goleman mengatakan bahwa. Yang berperan
menjadikan orang-orang sukses adalah 80% kesuksesan
datangnya dari kemampuan mengendalikan emosi, dan 20%
ditentukan oleh kemampuan intelektual serta yang lainnya.31
31
Daniel Goleman, Kecerdasan Emosional,,, h. 501.
-
40
b. Indikator Kecerdasan Emosional
Menurut Daniel Goleman indikator kecerdasan Emosional 32
adalah:
1. Mengenali Emosi Diri
Mengenali emosi diri sendiri merupakan suatu kemampuan
untuk mengenali perasaan sewaktu perasaan itu terjadi.
Kemampuan ini merupakan dasar dari kecerdasan emosional,
yakni
kesadaran seseorang akan emosinya sendiri. Kesadaran diri
membuat kita lebih waspada terhadap suasana hati maupun
pikiran
tentang suasana hati, bila kurang waspada maka individu
menjadi
mudah larut dalam aliran emosi dan dikuasai oleh emosi.
Kesadaran diri memang belum menjamin penguasaan
emosi, namun merupakan salah satu prasyarat penting untuk
mengen- dalikan emosi sehingga individu mudah menguasai
emosi.
2. Mengelola Emosi
Mengelola emosi merupakan kemampuan individu dalam
menangani perasaan agar dapat terungkap dengan tepat,
sehingga
tercapai keseimbangan dalam diri individu. Menjaga agar
emosi
yang merisaukan tetap terkendali merupakan kunci menuju
kesejahteraan emosi. Emosi berlebihan, yang meningkat dengan
32
Daniel Goleman, Kecerdasan Emosional,,, h. 513
-
41
intensitas terlampau lama akan mengoyak kestabilan kita.
Kemampuan ini mencakup kemampuan untuk menghibur diri
sendiri, melepaskan kecemasan, kemurungan atau
ketersinggungan
dan akibat-akibat yang ditimbulkannya serta kemampuan untuk
bangkit dari perasaan-perasaan yang menekan.
Suharsono mengutip sebuah hadits nabi riwayat Hakim dan
Ibnu Hibban yang artinya “ada tiga hal yang apabila
dilakukan
akan dilindungi Allah dalam pemeliharaan-Nya, ditaburi
rahmat-
Nya dan dimasukkan ke dalam surga-Nya, yaitu apabila diberi,
ia
berterimakasih, apabila berkuasa ia suka memaafkan, dan
apabila
marah ia menahan diri(mampumenguasaidiri)”
3. Memotivasi Diri Sendiri
Meraih Prestasi harus dilalui dengan dimilikinya motivasi
dalam diri individu, yang berarti memiliki ketekunan untuk
menahan diri terhadap kepuasan dan mengendalikan dorongan
hati,
serta mempunyai perasaan motivasi yang positif, yaitu
antusianisme, gairah, optimis dan keyakinan diri.
4. Mengenali Emosi Orang Lain
Kemampuan untuk mengenali emosi orang lain disebut juga
empati. Menurut Goleman kemampuan seseorang untuk mengenali
orang lain atau peduli, menunjukkan kemampuan empati
seseorang. Individu yang memiliki kemampuan empati lebih
mampu menangkap sinyal-sinyal sosial yang tersembunyi yang
-
42
mengisyaratkan apa-apa yang dibutuhkan orang lain sehingga
ia
lebih mampu menerima sudut pandang orang lain, peka terhadap
perasaan orang lain dan lebih mampu untuk mendengarkan orang
lain.
5. Membina Hubungan
Kemampuan dalam membina hubungan merupakan suatu
keterampilan yang menunjang popularitas, kepemimpinan dan
keberhasilan antar sesama. Keterampilan dalam berkomunikasi
merupakan kemampuan dasar dalam keberhasilan membina
hubungan.Terkadang manusia sulit untukmendapatkan apa yang
diinginkannya dan sulit jugamemahamikeinginanserta kemauan
oranglain.
c. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kecerdasan
Emosional
Terbentuknya kecerdasan EQ dipengaruhi oleh beberapa
faktor, secara garis besar terdiri dari dua faktor yaitu faktor
intern
dan ekstern :
a. Faktor Internal
Faktor internal ialah apa yang ada dalam diri individu yang
mempengaruhi kecerdasan emosinya. Faktor internal ini
memiliki
dua sumber yaitu segi jasmani dan segi psikologis.Segi
jasmani
adalah faktor fisik dan kesehatan individu, apabila fisik
dan
kesehatan seseorang dapat terganggu dapat dimungkinkan
-
43
mempengaruhi proses kecerdasan emosinya. Segi psikologis
mencakup didalamnya pengalaman, perasaan, kemampuan berfikir
danmotivasi.
b. Faktor Eksternal
Faktor ekstemal ialah stimulus dan lingkungan dimana
kecerdasan emosi berlangsung. Faktor ekstemal meliputi: 1)
Stimulus itu sendiri, kejenuhan stimulus merupakan salah
satu
faktor yang mempengaruhi keberhasilan seseorang dalam
memperlakukan kecerdasan emosi tanpa distorsi dan 2)
Lingkungan atau situasi khususnya yang melatarbelakangi
proses
kecerdasan emosi. Objek lingkungan yang melatarbelakangi
merupakan kebulatan yang sangat sulit dipisahkan.
Menurut Agustian, faktor-faktor yang berpengaruh dalam
peningkatan kecerdasan emosi,33
yaitu:
2. Faktor Psikologis
Faktor psikologis merupakan faktor yang berasal dari dalam
diri individu. Faktor internal ini akan membantu individu
dalam
mengelola, mengontrol, mengendalikan dan mengkoordinasikan
keadaan emosi agar termini festasi dalam perilaku secara
efektif.
Menurut Goleman (2007) kecerdasan emosi erat kaitannya
dengan
keadaan otak emosional.Bagian otak yang mengurusi emosi
adalah
sistem limbik.Sistem limbik terletak jauh dalam hemisfer
otak
33
Ary Ginanjar Agustian, Rahasia Sukses Membangun Kecerdasan Emosi
dan
Spiritual ESQ: Emotional Spiritual Quotient Berdasarkan 6 Rukun
Iman dan 5 Rukun
Islam (Jakarta: ARGA Publishing, 2007), h.87
-
44
besar dan terutama bertanggung jawab atas pengaturan emosi
dan
impuls.Peningkatan kecerdasan emosi secara fisiologis dapat
dilakukan dengan puasa.Puasa tidak hanya mengendalikan
dorongan fisiologis manusia, namun juga mampu mengendalikan
kekuasaan impuls emosi.Puasa yang dimaksud salah satunya
yaitu
puasa sunah Senin Kamis.
3. Faktor Pelatihan Emosi
Kegiatan yang dilakukan secara berulang-ulang akan
menciptakan kebiasaan, dan kebiasaan rutin tersebut akan
menghasilkan pengalaman yang berujung pada pembentukan nilai
(value). Reaksi emosional apabila diulang-ulang pun akan
berkembang menjadi suatu kebiasaan. Pengendalian diri tidak
muncul begitu saja tanpa dilatih.Melalui puasa sunah Senin
Kamis,
dorongan, keinginan, maupun reaksi emosional yangnegatif
dilatih
agar tidak dilampiaskan begitu sajasehinggamampu menjaga
tujuan
dari puasa itu sendiri. Kejernihan hati yangterbentukmelalui
puasa
sunah Senin-Kamis akan menghadirkan suara hatiyang jernih
sebagai landasan penting bagi pembangunan kecerdasan emosi.
4. Faktor Pendidikan
Pendidikan dapat menjadi salah satu sarana belajar individu
untuk mengembangkan kecerdasan emosi.Individu mulai
dikenalkan dengan berbagai bentuk emosi dan bagaimana
mengelolanya melalui pendidikan.Pendidikan tidak hanya
-
45
berlangsung di sekolah, tetapi juga di lingkungan keluarga
dan
masyarakat.Sistem pendidikan di sekolah tidak boleh hanya
menekankan pada kecerdasan akademik saja, memisahkan
kehidupan dunia dan akhirat, serta menjadikan ajaran agama
sebagai ritual saja.Pelaksanaan puasa sunah Senin Kamis yang
berulang-ulang dapat membentuk pengalaman keagamaan yang
memunculkan kecerdasan emosi.
Puasa sunah Senin Kamis mampu mendidik individu untuk
memiliki kejujuran, komitmen, visi, kreativitas, ketahanan
mental,
kebijaksanaan, keadilan, kepercayaan, peguasaan diri atau
sinergi,
sebagai bagian dari pondasi kecerdasan emosi.
2. Kecerdasan Spiritual
a. Pengertian Kecerdasan Spiritual
Goleman mempopulerkan pendapat para pakar teori
kecerdasan bahwa ada aspek lain dalam diri manusia yang
berinteraksi secara aktif dengan aspek kecerdasan IQ dalam
menentukan efektivitas penggunaan kecerdasan yang
konvensional tersebut. Ia menyebutnya dengan istilah
kecerdasan
emosional dan mengkaitkannya dengan kemampuan untuk
mengelola perasaan, yakni kemampuan untuk mempersepsi
situasi, bertindak sesuai dengan persepsi tersebut,
kemampuan
untuk berempati, dll. Jika kita tidak mampu mengelola aspek
rasa
kita dengan baik, maka kita tidak akan mampu untuk
-
46
menggunakanaspek kecerdasan konvensional kita (IQ) secara
efektif,demikianmenurut Goleman.
Sementara itu Zohar dan Marshall mengikut sertakan
aspek konteks nilai sebagai suatu bagian dari proses
berpikir/berkecerdasan dalam hidup yang bermakna, untuk ini
mereka mempergunakan istilah kecerdasan spiritual (SQ).
Indikasi-indikasi kecerdasan spiritual ini dalam pandangan
mereka meliputi kemampuan untuk menghayati nilai dan makna-
makna, memiliki kesadaran diri, fleksibel dan adaptif,
cenderung
untuk memandang sesuatu secara holistik, serta
berkecenderungan
untuk mencari jawaban-jawaban fundamental atas
situasi-situasi
hidupnya, dll.34
Zohar dan Marshaall mendefinisikan kecerdasan spiritual
sebagai kecerdasan untuk menghadapi dan memecahkan
persoalan makna dan nilai, yaitu kecerdasan untuk
menempatkan
perilaku dan hidup dalam konteks makna yang lebih luas dan
kaya, kecerdasan untuk menilai bahwatindakan atau jalan
hidup
seseorang lebih bermakna dari pada yanglain.35
Kecerdasan spiritual menurut Stephen R. Covey adalah
pusat paling mendasar di antara kecerdasan yang lain, karena
dia
menjadi sumber bimbingan bagi kecerdasan lainnya. Kecerdasan
spiritual mewakili kerinduan akan makna dan hubungan dengan
34
Danah Zohar dan Ian Marshal,. SQ: Memanfaatkan Kecerdasan
Spritual dalam Berfikir
Integralistik dan Holistik untuk Memaknai Kehidupan (Bandung:
Mizan, 2001), h. 3-4. 35
Danah Zohar dan Ian Marshal,. SQ: Memanfaatkan Kecerdasan
Spritual ,,,h. 4.
-
47
yang tak terbatas.36
Dari beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa
kecerdasan spiritual adalah kemampuan potensial setiap
manusia
yang menjadikan ia dapat menyadari dan menentukan makna,
nilai, moral, serta cinta terhadap kekuatan yang lebih besar
dan
sesama makhluk hidup, karena merasa sebagai bagian dari
keseluruhan. Sehingga membuat manusia dapat menempatkan diri
dan hidup lebih positif dengan penuh kebijaksanaan,
kedamaian,
dan kebahagiaan yang hakiki.
Potensi untuk menjadi baik memaksa seseorang mencari
jalan bagi spiritualitasnya. Keutuhan spiritual dapat
diperoleh
melalui; 1) jalan-jalan yang berkaitan dengan integrasi diri,
2)
penghormatan (komitmen) pada kehidupan, dan 3) penyebaran
kasih sayang dancinta.
b. Indikator Kecerdasan Spiritual menurut Zohar &
Marshaall
mencakup hal berikut :
1. Kemempuan Untuk bersikap fleksibel (adaptif secara
spontan
dan aktif)
Kemampuan seseorang untuk bersikap adaptif secara
spontan dan aktif , memeiliki pertimbangan yang dapat
dipertanggungjawabkan disaat mengalami dilematis.
36
Stephen R. Covey, The 8th Habit: Melampaui Efektifitas,
Menggapai Keagungan
(Jakarta: PT Gramedia pustaka utama, 2005), h 79.
-
48
2. Tingkat kesadaran yang tinggi,
Kualitas hidup seseorang yang didasarkan pada tujuan
hidup yang pasti dan berpegang pada nilai-nilai yang mampu
mendorong untuk mencapai tujuan tersebut.
3. Kemampuan untuk menghadapi dan memanfaatkan
penderitaan,
Kemampuan seseorang dalam menghadapi penderitaan
dan menjadikan penderitaan yang dialami sebagai motivasi
untuk mendapatkan kehidupan yang lebih baik dikemudian
hari. Kemampuan seseorang dimana disaat dia mengalami
sakit, ia akan menyadari keterbatasan dirinya dan lebih
dekat
dengan tuhan yang akan memberikan kesembuhan
4. Kemanpuan untuk menghadapi dan melampui rasa sakit
Kemampuan seseorang dalam menghadapi cobaan dan
menjadikan cobaan yang dialami sebagai motivasi untuk
mendapatkan kehidupan yang lebih baik dikemudian hari.
5. Keengganan untuk untuk menyebabkan kerugian yang tidak
perlu,
Memandang bahwa orang lain adalah ciptaan tuhan
yang memiliki keunikan dan keistimewaan sehingga ia
senantiasa membuat orang lain merasa penting, manusia adalah
pribadi yang harus diperlakukan khusus, manusia adalah
adalah
makhluk yang sensitif yang harus dijaga perasaanya
-
49
c. Aspek –Aspek Kecerdasan Spiritual
Kecerdasan Spiritual adalah kemampuan seseorang untuk
mendengarkan hati sebagai bisikan kebenaran yang berasal
dari
Allah SWT, ketika seseorang mengambil keputusan atau
melakukan pilihan, berempati, dan beradaptasi. Potensi ini
sangat
ditentukan oleh upaya membersihkan qalbu dan memberikan
pencerahan qalbu, sehingga mampu memberikan nasehat dan
mengarahkan tindakan, bahkan akhirnya menuntut seseorang
dalam mengambil tiap-tiap keputusan :
Aspek kecerdasan spiritual Ary ginanjar agustian :
1. Shiddiq
Salah satu dimensi kecerdasan ruhaniah terletak pada nilai
kejujuran yang merupakan mahkota kepribadian orang-orang
mulia
yang telah dijanjikan Allah akan memperoleh limpahan nikmat
dari-Nya. Seseorang yang cerdas secara ruhaniah,senantiasa
memotivasi dirinya dan berada dalam lingkungan orang-orang
yang memberikan makna kejujuran, sebagai mana firman-Nya
dalam surat At Taubah