PENGARUH KARAKTERISTIK KEWIRAUSAHAAN TERHADAP KINERJA UMKM GULA AREN DI KABUPATEN LOMBOK BARAT NI MADE WIRASTIKA SARI SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2016
PENGARUH KARAKTERISTIK KEWIRAUSAHAAN
TERHADAP KINERJA UMKM GULA AREN
DI KABUPATEN LOMBOK BARAT
NI MADE WIRASTIKA SARI
SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2016
PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis berjudul Pengaruh Karakteristik
Kewirausahaan terhadap Kinerja UMKM Gula Aren di Kabupaten Lombok Barat
adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum
diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber
informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak
diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam
Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.
Bogor, April 2016
Ni Made Wirastika Sari
NIM H351130201
RINGKASAN
NI MADE WIRASTIKA SARI. Pengaruh Karakteristik Kewirausahaan Terhadap
Kinerja UMKM Gula Aren di Kabupaten Lombok Barat. Dibimbing oleh HENY
K SUWARSINAH dan LUKMAN M BAGA.
Kabupaten Lombok Barat merupakan salah satu sentra UMKM gula aren
dimana bisnis gula aren juga dijalankan dalam skala usaha mikro kecil dan
menengah (UMKM). Dengan demikian, karakteristik kewirausahaan gula aren di
Kabupaten Lombok Barat penting untuk diketahui dalam rangka meningkatkan
kompetensi kewirausahaan dan kinerja usaha. Berdasarkan hal tersebut, maka
tujuan dari penelitian ini adalah (1) mengidentifikasi kondisi UMKM gula aren di
Kabupaten Lombok Barat, (2) mengidentifikasi karakteristik kewirausahaan
UMKM gula aren di Kabupaten Lombok Barat, (3) menganalisis pengaruh
karakteristik kewirausahaan terhadap kompetensi kewirausahaan, (4) menganalisis
pengaruh karakteristik kewirausahaan terhadap kinerja UMKM gula aren di
Kabupaten Lombok Barat, dan (5) menganalisis pengaruh kompetensi
kewirausahaan terhadap kinerja UMKM gula aren di Kabupaten Lombok Barat.
Penelitian ini dilakukan di Kabupaten Lombok Barat dengan pertimbangan
lokasi tersebut merupakan salah satu sentra UMKM gula aren di provinsi Nusa
Tenggara Barat. Data yang digunakan dalam penelitian diperoleh dari hasil
wawancara menggunakan kuesioner. Jumlah sampel yang digunakan sebanyak
120 unit UMKM yang dipilih dengan teknik purposive sampling. Data penelitian
yang diperoleh akan dianalisis secara deskriptif untuk menggambarkan kondisi
UMKM gula aren dan karakteristik kewirausahaan UMKM gula aren di
Kabupaten Lombok Barat. Metode SEM dengan bantuan software LISREL 8.30
digunakan untuk menganalisis pengaruh karakteristik kewirausahaan terhadap
kompetensi kewirausahaan, menganalisis pengaruh karakteristik kewirausahaan
terhadap kinerja usaha, dan menganalisis pengaruh kompetensi kewirausahaan
terhadap kinerja UMKM gula aren di Kabupaten Lombok Barat.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) kondisi UMKM gula aren di
Kabupaten Lombok Barat masih diusahakan dalam bentuk usaha mikro dengan
peralatan sederhana dan dengan modal sendiri. (2) karakteristik kewirausahaan
UMKM gula aren di Kabupaten Lombok Barat dibedakan menjadi karakteristik
individu dan karakteristik psikologis. Karaktersitik individu yang memiliki
persentasi penilaian tertinggi yaitu pada indikator pengalaman usaha.
Karaktersitik psikologis yang memiliki persentasi penilaian tertinggi yaitu pada
indikator pekerja keras, (3) karakteristik individu dan karakteristik psikologis
berpengaruh positif dan signifikan terhadap kompetensi kewirausahaan. Pengaruh
terbesar ditunjukkan oleh karakteristik psikologis, (4) karakteristik individu dan
karakteristik psikologis berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja usaha.
Pengaruh terbesar ditunjukkan oleh karakteristik psikologis. Hal ini menunjukkan
pentingnya untuk meningkatkan karakteristik psikologis, karena karakteristik
psikologis menentukan kinerja usaha dan mempermudah untuk meningkatkan
kompetensi kewirausahaan, dan (5) kompetensi kewirausahaan berpengaruh
negatif dan signifikan terhadap kinerja usaha. Hal ini dapat diartikan bahwa
adanya penurunan manfaat terhadap kinerja UMKM gula aren akibat adanya
kompetensi kewirausahaan.
Kompetensi kewirausahaan berpengaruh negatif dan signifikan terhadap
kinerja usaha. Hal ini dapat diartikan bahwa adanya penurunan manfaat terhadap
kinerja UMKM gula aren akibat adanya kompetensi kewirausahaan. Penurunan
kinerja usaha pada UMKM gula aren pada penelitian ini diduga disebabkan oleh
kompetensi kewirausahaan yang diteliti dalam penelitian ini hanya dalam konteks
kompetensi manajerial. Sehingga, perlu studi lanjutan dengan memasukan
kompetensi teknis sebagai variabel yang diteliti selain kompetensi kewirausahaan.
Kata kunci: gula aren, karakteristik kewirausahaan, kinerja usaha, kompetensi
kewirausahaan, Structural Equation Models (SEM).
SUMMARY
NI MADE WIRASTIKA SARI. The Effect of Entrepreneurial Characteristics
toward the Business Performance of Palm Sugar Micro, Small and Medium
Entreprises (MSMEs) in West Lombok Regency. Supervised by HENY K
SUWARSINAH and LUKMAN M BAGA.
West Lombok Regency is one center of palm sugar MSMEs in which the
business is done in micro, small and medium scale. Therefore the entrepreneurial
characteristics of them are neccesary to be revealed in order to improve business
performance. Thus, the objectives of this research which done in West Lombok
Regency are: (1) to identify the MSMEs condition, (2) to identify entrepreneurial
characteristics, (3) to analyze the effect of entrepreneurial characteristics towards
the entrepreneurial competencies there, (4) to analyze the effect of entrepreneurial
characteristics towards the businesss performance there, and (5) to analyze the
entrepreneurial competencies towards the businesss performance palm sugar
MSMEs in West Lombok Regency.
This research was conducted in West Lombok Regency with consideration
that location is one of the centers of MSMEs palm sugar in West Nusa
Tenggara. Data used in the study was obtained from interviews using a
questionnaires. The samples used were 120 units MSMEs selected by purposive
sampling. The research data obtained will be analyzed to identify the MSMEs
condition and to identify entrepreneurial characteristics. SEM methods with
software LISREL 8.30 is used to analyze the effect of entrepreneurial
characteristics towards the entrepreneurial competencies, to analyze the effect of
entrepreneurial characteristics towards the business performance, and to analyze
the entrepreneurial competencies towards the business performance palm sugar
MSMEs in West Lombok Regency.
The result of this research are: (1) entrepreneurship is mainly conducted
through micro and small scale business with simple equipments and self-funding
finance; (2) the entrepreneurial characteristics of palm sugar MSMEs in West
Lombok Regency can be divided in two, there are individual characteristics and
psycological characteristics. Individual characteristics that have the highest
percentages of respondent feedback is work experience indicator and psycological
characteristics that have the highest percentages of respondent feedback is hard
working indicator, (3) individual characteristics and psychological characteristics
are positively and statistically significant influence the entrepreneurial
competencies. The greatest effect is indicated by psychological characteristics, (4)
individual characteristics and psychological characteristics are positively and
statistically significant influence the business performance. The greatest effect is
indicated by psychological characteristics. This showed that importance to improve
psychological characteristics, because of the psychological characteristics
determine business performance and make it easier to improve the entrepreneurial
competencies, and (5) entrepreneurial competencies are negatively and
statistically significant influence the business performance. That means the
decline of the business performance benefits of palm sugar MSMEs due to their
entrepreneurial competencies.
Entrepreneurial competencies are negatively and statistically significant
influence the business performance. That means the decline of the business
performance benefits of palm sugar MSMEs due to their entrepreneurial
competencies. The decline of the business performance benefits of palm sugar
MSMEs due to their entrepreneurial competencies suspected because
entrepreneurial competencies that examined in this research only in context
manajerial competencies. So that further research should be conducted the
technical competencies.
Keywords: business performance, entrepreneurial characteristics, entrepreneurial
competencies, palm sugar, Structural Equation Models (SEM).
© Hak Cipta Milik IPB, Tahun 2016
Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan
atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan,
penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau
tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan
IPB
Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya
tulis ini dalam bentuk apa pun tanpa izin IPB
Tesis
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Magister Sains
pada
Program Studi Agribisnis
PENGARUH KARAKTERISTIK KEWIRAUSAHAAN
TERHADAP KINERJA UMKM GULA AREN
DI KABUPATEN LOMBOK BARAT
SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2016
NI MADE WIRASTIKA SARI
Judul Tesis
NamaNIM
: Pengaruh Karaktedstik Kewirausahaan terhadap KinerjaUMKM GulaAren di Kabupaten Lombok Barat
: Ni Made Wirastika Sari: H351130201
Disetujui oleh
Komisi Pembimbing
AUIDr h Lukman.M Baga- MAEc
Anggota
Diketahui oleh
KetuaProgram StudiAgribisnis
Prof Dr k RitaNuxmalin4 MS
ranggalrdus20 APR 2016
-+se--A
vitttlal
39-
Dr h Dahrul Syah, MScAgr
Tanggal Ujian: 03 Februari 2016
PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas
segala rahmat dan karunia-Nya sehingga karya ilmiah yang berjudul
“Pengaruh Karakteristik Kewirausahaan terhadap Kinerja UMKM Gula
Aren di Kabupaten Lombok Barat” berhasil diselesaikan. Tesis ini dapat
diselesaikan dengan baik atas dukungan dan bantuan dari banyak pihak.
Untuk itu, dalam kesempatan ini penulis menyampaikan penghargaan dan
ucapan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu, khususnya
kepada:
1. Dr Ir Heny K.Suwarsinah, MEc selaku ketua komisi pembimbing
dan Dr Ir Lukman M Baga, MAEc selaku anggota komisi
pembimbing atas segala bimbingan, arahan dan bantuan yang telah
diberikan kepada penulis selama proses penulisan.
2. Dr Ir Burhanuddin, MM selaku dosen evaluator pada pelaksanaan
kolokium proposal penelitian dan dosen penguji luar komisi pada
ujian tesis yang telah memberikan banyak arahan dan masukan
sehingga penelitian ini dapat dilaksanakan dengan baik.
3. Prof Dr Ir Rita Nurmalina, MS selaku penguji program studi pada
ujian tesis telah memberikan banyak arahan dan masukan sehingga
tesis ini dapat diselesaikan dengan baik.
4. Prof Dr Ir Rita Nurmalina, MS selaku Ketua Program Studi
Agribisnis dan Dr Ir Suharno, MADev selaku Sekertaris Program
Studi Agribisnis, serta seluruh staf Program Studi Agribisnis atas
dorongan semangat, bantuan dan kemudahan yang diberikan selama
penulis menjalani pendidikan pada Program Studi Agribisnis.
5. Bapak Drs. I Nengah Wiracita (alm), ibu Made Ayu Astiti, SH,
kakak Putu Sista Wati, SE dan Ngakan Agus Trisantika serta seluruh
keluarga, atas segala doa, dukungan, motivasi dan kasih sayangnya.
6. Direktorat Jendral Perguruan Tinggi (DIKTI) yang memberikan
beasiswa SPP Fresh Graduate selama dua tahun sehingga penulis
dapat melanjutkan pendidikan di Sekolah Pascasarjana IPB Program
Studi Agribisnis.
7. Teman-teman seperjuangan Magister Sains Agribisnis Sekolah
Pascasarjana IPB angkatan 4.
8. Wirausaha gula aren di Kabupaten Lombok Barat yang telah
bersedia menjadi responden.
Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.
Bogor, April 2016
Ni Made Wirastika Sari
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL vi
DAFTAR GAMBAR viii
DAFTAR LAMPIRAN ix
1 PENDAHULUAN 1
Latar Belakang 1
Perumusan Masalah 3
Tujuan Penelitian 5
Manfaat Penelitian 5
Ruang Lingkup Penelitian 6
2 TINJAUAN PUSTAKA 6
Pengaruh Karakteristik Kewirausahaan terhadap Kompetensi
Kewirausahaan 6
Pengaruh Karakteristik Kewirausahaan terhadap Kinerja Usaha 6
Pengaruh Kompetensi Kewirausahaan terhadap Kinerja Usaha 7
3 KERANGKA PEMIKIRAN 8
Persepsi 8
Konsep Kewirausahaan 10
Kompetensi Kewirausahaan 14
Kinerja Usaha dan Ukuran Keberhasilannya 16
Pengaruh Karakteristik Kewirausahaan terhadap Kompetensi
Kewirausahaan 17
Pengaruh Karakteristik Kewirausahaan terhadap Kinerja Usaha 18
Pengaruh Kompetensi Kewirausahaan terhadap Kinerja Usaha 19
Analisis SEM dalam Kajian kewirausahaan 20
Kerangka Pemikiran Operasional 21
Hipotesis 23
4 METODE PENELITIAN 23
Lokasi dan Waktu Penelitian 23
Jenis dan Sumber Data 23
Metode Pengambilan Sampel 24
Metode Pengumpulan Data 25
Variabel Penelitian dan Skala Pengukuran 25
Metode Analisis Data 28
5 GAMBARAN UMKM GULA AREN di KABUPATEN LOMBOK
BARAT 36
Kondisi UMKM Gula Aren di Kabupaten Lombok Barat 36
Karakteristik Wirausaha UMKM Gula Aren di Kabupaten Lombok
Barat 39
6 KARAKTERISTIK KEWIRAUSAHAAN, KOMPETENSI
KEWIRAUSAHAAN dan KINERJA UMKM GULA AREN 44
Karakteristik Kewirausahaan 44
Kompetensi Kewirausahaan 49
Kinerja UMKM Gula Aren 50
Analisis Structural Equation Model (SEM) 51
Pengaruh Karakteristik Kewirausahaan terhadap Kompetensi
Kewirausahaan 55
Pengaruh Karakteristik Kewirausahaan terhadap Kinerja UMKM Gula
Aren 57
Pengaruh Kompetensi Kewirausahaan terhadap Kinerja UMKM Gula
Aren 57
Implikasi Kebijakan 58
7 SIMPULAN DAN SARAN 59
Simpulan 59
Saran 60
DAFTAR PUSTAKA 61
RIWAYAT HIDUP 75
DAFTAR TABEL
1 Data produksi aren di Kabupaten Lombok Barat 4 2 Data produksi daerah sentra UMKM gula aren di Kabupaten
Lombok Barat Tahun 2012 4 3 Jenis dan sumber data penelitian 24 4 Variabel laten dan variabel manifest/indikator penelitian 26 5 Variabel manifest dari karakteristik individu 26 6 Variabel manifest dari karakteristik psikologis 27
7 Variabel manifest dari kompetensi kewirausahaan 27 8 Variabel manifest dari kinerja usaha 28
9 Kriteria skala Likert untuk model persamaan struktural 29 10 Uji kecocokan model 31 11 Sebaran persentase karaktersitik responden berdasarkan jenis
kelamin 40 12 Sebaran persentase karaktersitik responden berdasarkan
kelompok usia 40 13 Sebaran persentase karaktersitik responden berdasarkan
jumlah anggota keluarga 41 14 Sebaran persentase karaktersitik responden berdasarkan
tingkat pendidikan formal 41 15 Sebaran persentase karaktersitik responden berdasarkan bentuk
usaha 42
16 Sebaran persentase karaktersitik responden berdasarkan
jumlah tenaga kerja 42 17 Sebaran persentase karaktersitik responden berdasarkan
pekerjaan utama 42
18 Sebaran persentase karaktersitik responden berdasarkan lama
menjalankan usaha 43
19 Sebaran persentase karaktersitik responden berdasarkan
sumber modal 43 20 Sebaran persentase karaktersitik responden berdasarkan
keuntungan usaha 44
21 Persentase penilaian wirausaha terhadap karakteristik individu
(KI) 44
22 Persentase penilaian wirausaha terhadap karakteristik
psikologis (KP) 46 23 Persentase penilaian wirausaha terhadap kompetensi
kewirausahaan (KK) 49 24 Persentase penilaian wirausaha terhadap kinerja usaha (KU) 50
25 Hasil uji kecocokan keseluruhan model output SEM 53 26 Hasil uji kecocokan keseluruhan model output SEM setelah
respesifikasi 53 27 Hasil uji validitas variabel manifest pada model pengukuran 54 28 Pengujian reliabilitas model pengukuran 54
DAFTAR GAMBAR
1 Variabel-variabel yang mempengaruhi perilaku individu 9 2 Model perilaku 9
3 Pusat dan permukaan kompetensi 14 4 Model pengaruh karakteristik kewirausahaan terhadap
kompetensi kewirausahaan 18 5 Elemen-elemen yang mempengaruhi kinerja usaha 19 6 Model daya saing UKM 20
7 Kerangka konseptual pengaruh karakteristik kewirausahaan
terhadap kinerja UMKM di Kabupaten Lombok Barat 21
8 Kerangka pemikiran operasional pengaruh karakteristik
kewirausahaaan terhadap kinerja UMKM gula aren di
Kabupaten Lombok Barat. 22 9 Kerangka pengambilan sampel penelitian pengaruh
karakteristik kewirausahaaan terhadap kinerja UMKM gula
aren di Kabupaten Lombok Barat. 25 10 Diagram lintas model pengaruh karakteristik kewirausahaan
terhadap kinerja UMKM gula aren di Kabupaten Lombok
Barat 35
11 Jenis gula aren hasil produksi wirausaha UMKM gula aren di
Kabupaten Lombok Barat 39
12 Diagram lintas model pengaruh karakteristik kewirausahaan
terhadap kinerja UMKM gula aren di Kabupaten Lombok
Barat berdasarkan T-value 55 13 Validasi dan keeratan hubungan antar variabel pada model
pengaruh karakteristik kewirausahaan terhadap kinerja
UMKM gula aren di Kabupaten Lombok Barat berdasarkan
Standardized Solution 56
DAFTAR LAMPIRAN
1 Hasil output Lisrel 8.30 Setelah Respesifikasi 68
2 Model awal berdasarkan Standardize Solution 74 3 Model awal berdasarkan T-Value 74
1 PENDAHULUAN
Latar Belakang
Pertanian merupakan sektor terpenting bagi suatu negara, khususnya
Indonesia. Hal ini dapat dilihat pada Rencana Pembangunan Jangka Panjang
Nasional (RPJMN) Indonesia tahap ketiga tahun 2015 hingga 2019, sektor
pertanian masih menjadi sektor penting dalam pembangunan ekonomi
nasional. Peran strategis sektor pertanian tersebut digambarkan dalam
kontribusi sektor pertanian dalam penyedia bahan pangan dan bahan baku
industri, penyumbang Produk Domestik Bruto (PDB), penghasil devisa
negara, penyerap tenaga kerja, sumber utama pendapatan rumah tangga
perdesaan, penyedia bahan pakan dan bioenergi, serta berperan dalam upaya
penurunan emisi gas rumah kaca. Dalam lima tahun terakhir, kontribusi
sektor pertanian terhadap perekonomian nasional semakin nyata. Selama
periode 2010-2014, rata-rata kontribusi sektor pertanian terhadap PDB
mencapai 10.26 persen dengan pertumbuhan sekitar 3.90 persen (Kementan
2015).
Sejalan dengan Strategi Induk Pembangunan Pertanian (SIPP) 2015-
2045, pembangunan sektor pertanian dalam lima tahun ke depan (2015-
2019) akan mengacu pada paradigma pertanian untuk pembangunan
(Agriculture for Development) yang memposisikan sektor pertanian sebagai
penggerak transformasi pembangunan yang berimbang dan menyeluruh.
Selain sebagai sektor utama yang menjadi tumpuan ketahanan pangan,
sektor pertanian memiliki fungsi strategis lainnya yaitu untuk
menyelesaikan persoalan-persoalan lingkungan dan sosial. Menambahkan
unsur kewirausahaan dalam sektor pertanian diharapkan akan lebih
meningkatkan kesejahteraan semua orang yang terlibat didalamnya.
Kewirausahaan merupakan roda penggerak pertumbuhan ekonomi
suatu bangsa. Kewirausahaan dapat mempercepat perputaran uang,
menambah pemasukan negara, serta menyerap banyak tenaga kerja.
Kegiatan kewirausahaan dijalankan oleh seorang wirausaha. Wirausaha
berperan penting dalam kegiatan perekonomian suatu negara (Drucker 1988;
Cuervo et al. 2007). Jika suatu negara 2 persen dari jumlah penduduknya
berprofesi menjadi wirausaha, maka negara itu akan maju dan mampu
menyerap banyak tenaga kerja. Casson et al. (2006) juga menyebutkan bahwa
kewirausahaan dan pertumbuhan ekonomi memiliki hubungan yang sangat erat
dan positif dimana peningkatan jumlah wirausaha menyebabkan peningkatan
pertumbuhan ekonomi suatu negara. Longenecker et al. (1994) mendefinisikan wirausaha sebagai
seseorang yang memulai atau mengoperasikan suatu usaha. Saat ini
pemaknaan wirausaha tidak hanya sebagai seorang pengusaha, namun orang
yang mampu mengelola diri dan lingkungannnya sehingga akan dihasilkan
ide, inovasi, dan kreatifitas baru. Wirausaha banyak bergerak di sektor
pertanian karena produk-produk pertanian dibutuhkan oleh banyak orang.
Subsektor perkebunan adalah salah satu bagian dari sektor pertanian.
Subsektor perkebunan merupakan kontributor terbesar terhadap PDB sektor
pertanian (BPS 2014). Hasil perkebunan yang banyak dimanfaatkan salah
2
satunya adalah gula aren. Gula aren (Arenga Palm Sugar) memiliki rasa
yang manis dan memiliki aroma yang khas, sehingga dapat menambah cita
rasa bila ditambahkan dalam setiap minuman atau makanan. Gula aren
memiliki indeks glikemik yang lebih rendah dari gula pasir, indeks glikemik
gula aren 35 dan indeks glikemik gula pasir 581. Indeks glikemik adalah
angka yang diberikan pada makanan tertentu berdasarkan seberapa besar
makanan tersebut meningkatkan kadar gula darah seseorang setelah
mengkonsumsinya. Hal ini menyebabkan gula aren lebih baik dikonsumsi
dibandingkan mengkonsumsi gula pasir.
Gula aren adalah produk yang juga banyak dikembangkan dengan
skala (UMKM) dan dalam bentuk sentra. Gula aren dikembangkan dalam
bentuk sentra UMKM tujuannya adalah untuk meningkatkan daya saing
produk dengan menekan biaya produksi dan biaya pemasaran gula aren.
Gula aren yang dihasilkan diharapkan akan lebih kompetitif dipasaran dan
memiliki daya saing lebih tinggi dibandingkan dengan produk sejenis
(Kemenkop 2008).
UMKM merupakan bagian dari usaha nasional yang berperan penting
dalam mewujudkan tujuan pembangunan nasional. Peranan UMKM di
Indonesia yaitu (1) peningkatan kesempatan kerja, (2) pemerataan
pendapatan, (3) pembangunan ekonomi pedesaan, (4) peningkatan ekspor
nonmigas dan (5) berkontribusi terhadap peningkatan PDB (Tambunan
2009). Kontribusi UMKM terhadap PDB (berdasarkan harga konstan)
Indonesia setiap tahun mengalami peningkatan. Pertumbuhan PDB UMKM
tahun 2009 sebesar 4.02 persen, kemudian terus tumbuh hingga tahun 2012
sebesar 9.9 persen (BPS 2013).
Jumlah UMKM lebih banyak daripada jumlah usaha skala besar. Pada
tahun 2013, jumlah UMKM sebanyak 57 895 721 unit dan jumlah usaha
besar sebanyak 5 066 unit. UMKM pada tahun 2013 mampu menyerap
tenaga kerja sebanyak 114 144 082 orang (Kemenkop dan UMKM 2014).
UMKM sangat padat karya sehingga UMKM mempunyai potensi
pertumbuhan kesempatan kerja yang sangat besar (Tambunan 2009).
UMKM sangat padat karya karena UMKM masih banyak dijalankan secara
sederhana dengan modal kecil, sehingga dalam kegiatan produksinya
membutuhkan banyak tenaga kerja.
Kabupaten Lombok Barat adalah salah satu wilayah di Nusa Tenggara
Barat (NTB) yang merupakan daerah agraris dengan jenis tanah cukup subur
untuk kegiatan pertanian (tanaman pangan dan hortikultura), perkebunan,
dan kehutanan. Luas lahan perkebunan di Lombok Barat yaitu 69 738.41
hektar (BPS 2013). Tanaman perkebunan yang banyak dimanfaatkan oleh
masyarakat di Kabupaten Lombok Barat salah satunya adalah pohon aren.
Nira dari pohon aren inilah yang kemudian diolah menjadi gula aren.
Lombok Barat merupakan salah satu kabupaten yang menjadi sentra
UMKM gula aren di NTB (DPAU 2013). Pada tahun 2012, jumlah UMKM
gula aren di Lombok Barat sebanyak 282 unit dan menyerap 629 tenaga
1 Vera FB. Kenapa Gula Aren Lebih Sehat dari Gula Pasir?. [Internet].
[diakses pada tangga l 5 Januari 2016] Tersedia pada:
http://health.detik.com/read/2011/01/11/075447/1543689/766/kenapa-gula-aren-
lebih-sehat-dari-gula-pasir.
3
kerja. Disperindag NTB (2013) melaporkan bahwa pada tahun 2012 total
nilai produksi UMKM gula aren adalah 4.738 milyar rupiah. UMKM gula
aren di Kabupaten Lombok Barat dengan nilai produksi mencapai 4.738
milyar rupiah menunjukkan bahwa usaha ini mampu berkontribusi terhadap
peningkatan PDB di Lombok Barat. Meskipun kontribusinya tidak sebesar
UMKM lainnya. Nilai produksi UMKM gula aren dapat ditingkatkan jika
kinerja usaha ditingkatkan. Salah satu cara meningkatkan kinerja usaha
yaitu dengan memperkuat karakteristik kewirausahaan yang dimiliki. Baum
et al. (2001) menyatakan bahwa karakter seseorang, kompetensi umum dan
kompetensi khusus yang dimiliki serta motivasi berpengaruh secara positif
terhadap pertumbuhan usaha. Islam et al. (2011) juga menemukan bahwa
karakter pengusaha dan karakter UMKM berpengaruh terhadap kesuksesan
UMKM.
Kepribadian merupakan faktor yang menentukan keberhasilan
UMKM (Meng dan Liang 1996). Karakteristik psikologis kewirausahaan
berpengaruh secara nyata dan positif terhadap kompetensi kewirausahaan
maupun kinerja usaha (Nurhayati et al. 2011). Hal ini menunjukkan
pentingnya membangun karakteristik dan kompetensi kewirausahaan karena
karakteristik kewirausahan dan kompetensi kewirausahaan secara bersama
sama dapat meningkatkan kinerja usaha. Darya (2012) menemukan
hubungan yang bersifat positif antara karakteristik kewirausahaan,
kompetensi kewirausahaan dan kinerja usaha. Karakteristik kewirausahaan
secara umum menggambarkan keunikan personal atau psikologis seseorang
yang terdiri dari dimensi nilai sikap dan kebutuhan. Karakter personal yang
dimiliki seseorang dapat mencerminkan keunikan nilai, sikap dan kebutuhan
serta keinginan individu tersebut. Seseorang yang memiliki karakteristik
kewirausahaan maka orang tersebut berpotensi menjadi seorang wirausaha
yang baik. Glancey et al. (1998) menyatakan bahwa karakteristik
kewirausahaan akan mempengaruhi praktek-praktek manajerial atau
kompetensinya yang pada akhirnya akan mempengaruhi kinerja usaha.
Perumusan Masalah
Lombok Barat merupakan salah satu kabupaten yang banyak terdapat
tanaman aren. Tanaman aren sudah sejak lama dimanfaatkan oleh
masyarakat. Tanaman aren dapat dimanfaatkan untuk menghasilkan gula
aren, kolang-kaling, ijuk dan tepung sagu. Data produksi aren secara
keseluruhan di Kabupaten Lombok Barat dapat dilihat pada Tabel 1. Luas
area yang ditanami aren sejak tahun 2010 jumlahnya relatif tetap, namun
hasil produksinya relatif berfluktuasi. Hasil produksi yang relatif
berfluktuasi diduga terjadi karena pengaruh umur tanaman dan musim.
4
Tabel 1 Data produksi aren di Kabupaten Lombok Barat
Tahun Luas area ( hektar) Produksi (Ton)
2010 212 29.95
2011 212 18.79
2012 212 32.47
2013 212 30.91
2014 212 39.56
2015 210.3 39.10 Sumber: NTB dalam angka (diolah)
Lombok Barat juga merupakan salah satu kabupaten yang menjadi
sentra UMKM gula aren di NTB (DPAU 2013). Pada tahun 2012, jumlah
UMKM gula aren di Lombok Barat sebanyak 282 unit dan menyerap 629
tenaga kerja. Disperindag NTB (2013) melaporkan bahwa pada tahun 2012
total nilai produksi UMKM gula aren adalah 4.736 milyar rupiah. Tabel 2
menyajikan data produksi daerah sentra UMKM gula aren di Kabupaten
Lombok Barat Tahun 2012.
Tabel 2 Data produksi daerah sentra UMKM gula aren di Kabupaten
Lombok Barat Tahun 2012
No Desa Unit Tenaga Nilai Kapasitas Nilai
Usaha Kerja Investasi Produksi Produksi (Unit) (Orang) (Rp.000) (Kg) (Rp.000)
1 Kekait 63 160 103 555 22 000 425 680 2 Kekeri 50 135 71 185 216 19 997 3 Langko 42 64 31 715 148 905 1 015 746 4 Batu mekar 34 84 63 599 26 900 505 680 5 Sigerongan 60 145 31 715 250 000 1 457 925 6 Sesaot 15 25 39 137 85 000 839 990
7 Sedau 8 16 16 634 19 800 473 425
Jumlah 282 629 513 325 552 821 4 736 443 Sumber: Disperindag NTB (2013)
Berdasarkan survei awal, diketahui bahwa wirausaha UMKM gula
aren di Kabupaten Lombok Barat masih menjalankan usahanya dalam skala
mikro dengan modal sendiri. Wirausaha memproduksi gula aren dengan
peralatan sederhana. Wirausaha belum memiliki buku catatan keuangan dan
tidak memisahkan pengeluaran keluarga dengan pengeluaran usaha,
sehingga modal usaha sering terpakai untuk keperluan sehari-hari. UMKM
gula aren di Kabupaten Lombok Barat masih dijalankan dalam skala mikro
dan dengan peralatan sederhana menunjukkan bahwa usaha ini belum
dikelola secara optimal, sehingga kinerja usahanya juga belum optimal.
Seperti yang telah dijelaskan dalam latar belakang, bahwa karakteristik
kewirausahaan dan kompetensi kewirausahaan dalam diri wirausaha
mempengaruhi kinerja usahanya. Seseorang yang memiliki karakteristik
kewirausahaan dianggap memiliki ketahanan yang lebih kuat didalam
menjalankan usahanya, sehingga UMKM gula aren yang dikelola bisa
tumbuh dan berkembang. Oleh karena itu penelitian mengenai
5
pengaruh karakteristik kewirausahaan terhadap kinerja UMKM gula aren di
Kabupaten Lombok Barat perlu dilakukan untuk mengetahui apakah
karakteristik dan kompetensi kewirausahaan yang dimiliki oleh wirausaha
gula aren di Kabupaten Lombok Barat yang mempengaruhi kinerja
usahanya dan dapat meningkatkan kinerja usahanya.
Berdasarkan pemaparan yang ada maka permasalahan tersebut
dirumuskan menjadi:
1. Bagaimana kondisi UMKM gula aren di Kabupaten Lombok Barat?
2. Bagaimana karakteristik kewirausahaan UMKM gula aren di
Kabupaten Lombok Barat?
3. Bagaimana pengaruh karakteristik kewirausahaan terhadap
kompetensi kewirausahaan?
4. Bagaimana pengaruh karakteristik kewirausahaan terhadap kinerja
UMKM gula aren di Kabupaten Lombok Barat?
5. Bagaimana pengaruh kompetensi kewirausahaan terhadap kinerja
UMKM gula aren di Kabupaten Lombok Barat?
Tujuan Penelitian
Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah yang telah diuraikan,
maka tujuan dari penelitian ini adalah:
1. Mendeskripsikan kondisi UMKM gula aren di Kabupaten Lombok
Barat.
2. Mendeskripsikan karakteristik kewirausahaan UMKM gula aren di
Kabupaten Lombok Barat.
3. Menganalisis pengaruh karakteristik kewirausahaan terhadap
kompetensi kewirausahaan.
4. Menganalisis pengaruh karakteristik kewirausahaan terhadap kinerja
UMKM gula aren di Kabupaten Lombok Barat.
5. Menganalisis pengaruh kompetensi kewirausahaan terhadap kinerja
UMKM gula aren di Kabupaten Lombok Barat.
Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi dan masukan
bagi pihak-pihak yang berkepentingan baik secara langsung maupun tidak
langsung, seperti:
1. Bagi penulis, penelitian ini berguna untuk mengembangkan ilmu
yang didapat selama perkuliahan di Magister Sains Agribisnis
Institut Pertanian Bogor.
2. Bagi mahasiswa dan peneliti sebagai tambahan informasi dan
referensi dalam bidang kewirausahaan UMKM, khususnya untuk
penelitian sejenis.
3. Bagi pelaku UMKM, sebagai bahan masukan dan pertimbangaan
untuk mengambil keputusan dalam mengembangkan usahanya.
4. Bagi pemerintah, hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan
referensi atau masukan untuk meningkatkan kinerja UMKM gula
aren di Kabupaten Lombok Barat.
6
Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ini dibatasi pada karakteristik kewirausahaan pelaku
UMKM gula aren di Kabupaten Lombok Barat berdasarkan persepsi
responden serta pengaruhnya terhadap kinerja usaha. Penelitian ini dibatasi
pada wirausaha UMKM gula aren di Kabupaten Lombok Barat yang
usahanya telah berjalan minimal selama 2 tahun. Penelitian ini terbatas
hanya dilakukan di Kabupaten Lombok Barat sebagai studi kasus, sehingga
hasil penelitian ini tidak dapat menyimpulkan kondisi di wilayah lain.
2 TINJAUAN PUSTAKA
Pengaruh Karakteristik Kewirausahaan terhadap Kompetensi
Kewirausahaan
Syafiuddin dan Jahi (2007) menyatakan bahwa karaktersitik individu
memiliki korelasi positif yang tinggi dengan kompetensi wirausaha petani
rumput laut di Sulawesi Selatan. Karakteristik individu yang memiliki
hubungan nyata terhadap kompetensi wirausaha yaitu pendidikan formal,
pelatihan, modal sosial, motivasi, modal sosial. Kompetensi yang diukur
dalam penelitiannya yaitu kompetensi dalam melakukan panen, komunikasi
dan motivasi, pembibitan dan penanaman, pemilihan atau penyediaan lokasi,
memasarkan hasil, pengambilan keputusan dan risiko, kemampuan
merencanakan, kemampuan bertindak kreatif, dan kemampuan mengelola
hasil panen.
Pamela (2013) meneliti mengenai kompetensi kewirausahaan dengan
keberhasilan usaha peternak sapi perah Pujon, Malang. Hasil penelitiannya
menunjukkan bahwa karakteristik kewirausahaan berpengaruh negatif
terhadap kompetensi kewirausahaan, sedangkan Muharastri (2013) meneliti
mengenai karaktersitik wirausaha, kompetensi kewirausahaan dan kinerja
usaha peternakan sapi perah di KTTSP Kania Bogor dengan menggunakan
uji Korelasi Kendall Tau dan Kendall W. Hasil penelitiannya menunjukkan
bahwa karaktersitik wirausaha memiliki hubungan nyata positif dengan
kompetensi kewirausahaan peternak sapi perah. Fauziyah (2015) juga
meneliti mengenai pengaruh karaktersitik peternak melalui kompetensi
peternak terhadap kinerja usaha ternak sapi potong di Kabupaten Bandung
dengan menggunakan metode SEM. Hasil penelitiannya menunjukkan
bahwa karaktersitik personal dan karakteristik psikologis berpengaruh
positif dan signifikan terhadap kompetensi peternak, baik kompetensi teknis
maupun kompetensi kewirausahaan.
Pengaruh Karakteristik Kewirausahaan terhadap Kinerja Usaha
Islam et al. (2011) meneliti hubungan karakteristik wirausaha dan
karakteristik usaha terhadap keberhasilan suatu usaha. Karakteristik usaha
diukur dengan indikator karakteristik demografis, karakteristik individu,
ciri-ciri personal, orientasi wirausaha, dan kesiapan wirausaha. Keberhasilan
usaha diukur dengan indikator kerjasama antar usaha, konsultasi,
pengukuran kinerja dan tingkat fleksibilitas. Hasil penelitiannya
7
menunjukkan bahwa karakteristik wirausaha secara signifikan berhubungan
dengan keberhasilan usaha pada usaha kecil dan menengah di Bangladesh,
sedangkan karakteristik usaha tidak memiliki hubungan terhadap
keberhasilan usaha.
Nurhayati et al. (2011) meneliti mengenai analisis pengaruh
karakteristik kewirausahaan terhadap kinerja wirausaha pada unit usaha
kecil menengah (UKM) agroindustri di Kabupaten Bogor menggunakan
metode SEM. Karakteristik kewirausahaan diukur dengan indikator percaya
diri, berani mengambil risiko, inovatif, tekun, antusias dan toleransi
terhadap ketidakpastian. Sedangkan kinerja usaha diukur dengan indikator
keuntungan, akses pengetahuan, akses pasar dan pengakuan dari pihak lain.
Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa karakteristik kewirausahaan
berpengaruh secara nyata dan positif terhadap kinerja usaha, sedangkan
Muharastri (2013) menyatakan bahwa karakteristik wirausaha tidak
berpengaruh secara nyata dan positif terhadap kinerja usaha peternak sapi
perah. Karaktersitik wirausaha berpengaruh secara nyata dan positif
terhadap kinerja usaha ketika dihubungkan bersama sama dengan
kompetensi kewirausahaan sebagai satu kesatuan. Semakin tinggi
karakteristik wirausaha dan kompetensi kewirausahaan, maka semakin
tinggi juga kinerja usaha yang dihasilkan oleh peternak sapi perah di
KTTSP Kania. Hal ini menunjukkan bahwa karaktersitik kewirausahaan dan
kompetensi kewirausahaan menjadi satu kesatuan yang tidak dapat
dipisahkan untuk meningkatkan kinerja usaha peternak.
Pengaruh Kompetensi Kewirausahaan terhadap Kinerja Usaha
Kustiari (2012) melalui hasil penelitiannya berhasil menunjukkan
bahwa kompetensi pembudidaya dipengaruhi secara nyata oleh peubah
efektivitas penyuluhan, dengan nilai koefisien paling tinggi, dan kemudian
berturut-turut diikuti oleh karakteristik individu dan proses belajar budidaya.
Hasil penelitian Muatif et al. (2008) mampu menunjukkan bahwa
kompetensi kewirausahaan dipengaruhi oleh tingkat latar belakang
pendidikan dan jumlah anggota keluarga, keterbatasan fasilitas, informasi
dan kebijakan pemerintah.
Faktor yang mempengaruhi kompetensi kewirausahaan yaitu
karakteristik individu dan peranan pemerintah (Kustiari 2012 dan Muatif et
al. 2008). Wu (2009) mengemukakan bahwa kompetensi kewirausahaan
yang paling penting dimiliki oleh wirausaha yaitu kompetensi dalam
membangun bakat (building a mechanism for talent development).
Kompetensi membangun bakat adalah kompetensi paling penting ketika
memulai usaha kecil. Bergevoet et al. (2004) menyatakan adanya hubungan
yang positif antara kompetensi kewirausahaan dengan skala usaha. Semakin
tinggi skala usaha maka akan semakin tinggi tingkat kompetensinya.
Hubungan antara kompetensi kewirausahaan dengan kinerja usaha
bersifat positif (Darya 2012) artinya semakin tinggi kompetensi
kewirausahaan akan berpengaruh positif terhadap kinerja usaha atau
sebaliknya. Pamela (2013) meneliti mengenai kompetensi kewirausahaan
dengan keberhasilan usaha peternak sapi perah Pujon, Malang
8
menggunakan metode SEM. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa
kompetensi kewirausahaan berpengaruh positif dan signifikan terhadap
keberhasilan usaha. Semakin tinggi kompetensi kewirausahaan maka
semakin tinggi keberhasilan usahanya.
3 KERANGKA PEMIKIRAN
Variabel-variabel teramati atau variabel manifest yang dimasukan
dalam model SEM harus didasarkan oleh landasan teori. Landasan teori
yang dimaksud yaitu landasan teori yang menyatakan adanya pengaruh
karakteristik kewirausahaan terhadap kompetensi kewirausahaan, pengaruh
karakteristik kewirausahaan terhadap kinerja usaha dan pengaruh
kompetensi kewirausahaan terhadap kinerja usaha. Karakteristik
kewirausahaan dianalisis berdasarkan persepsi responden terhadap variabel-
variabel teramati atau manifest dalam penelitian, sedangkan kompetensi
kewirausahaan dan kinerja usaha dianalisis berdasarkan kondisi sebenarnya
menurut responden.
Persepsi
Persepsi adalah suatu proses pembentukan interpretasi internal
terhadap dunia luar (Tosi et al. 1990). Persepsi juga berarti proses memilih,
menerima, mengorganisasikan, dan menginterpretasikan informasi dari
lingkungannya (Schermerhorn et al. 1991). Persepsi dalam psikologis
diartikan sebagai salah satu perangkat psikologis yang menandai
kemampuan seseorang untuk mengenal dan memaknai suatu objek yang
terdapat di lingkungannnya. Persepsi dapat diartikan sebagai automatically
response yang muncul dari seseorang apabila dihadapkan akan pernyataan
atau situasi tertentu. Persepsi juga dapat diartikan sebagai suatu proses
aktivitas seseorang dalam memberi kesan, penilaian, pendapat, merasakan,
dan menginterpretasikan sesuatu berdasarkan informasi yang ditampilkan
dari sumber lain.
Persepsi seseorang ditentukan oleh kebutuhan-kebutuhan mereka
(Leavitt 1978). Orang cenderung melihat apa yang penting bagi kebutuhan-
kebutuhan mereka. Persepsi yang berdasarkan kebutuhan-kebutuhan yang
dianggap penting bagi mereka disebut sebagai persepsi yang selektif.
Kaidah dari persepsi yang selektif yaitu melihat kepada hal-hal yang
memberi harapan yang membantu memuaskan kebutuhan dan mengabaikan
hal-hal yang mengganggu dalam mencapai tujuan hidup.
Perilaku individu dipengaruhi oleh variabel fisiologis, variabel
psikologis, dan variabel lingkungan. Salah satu variabel yang dapat merubah
perilaku individu yaitu melalui persepsi yang berada di urutan pertama dari
variabel psikologis (Gambar 1). Persepsi dalam tujuan manajemen dianggap
sangat penting karena persepsi dapat mempengaruhi perilaku individu.
9
Gambar 1 Variabel-variabel yang mempengaruhi perilaku individu Sumber: Gibson et al. (1987)
Merubah perilaku individu secara langsung sangat sulit dilakukan.
Perilaku setiap individu bersifat khas dan berbeda-beda satu sama lain.
Namun, proses yang mendasari perilaku individu sama bagi setiap individu.
Berdasarkan Gambar 2 Model perilaku terdapat tiga asumsi penting
mengenai perilaku yaitu (1) perilaku timbul karena suatu sebab atau
stimulus, (2) perilaku diarahkan kepada tujuan, 3) perilaku timbul karena
motivasi. Perilaku individu dapat dipengaruhi dengan memberikan stimulus.
Pemberian stimulus dapat mempengaruhi persepsi (variabel psikologis)
seseorang, kemudian persepsi dapat mempengaruhi perilaku individu dan
perilaku individu mempengaruhi tujuan individu. Perilaku individu akan
menentukan bagaimana seseorang mengambil keputusan untuk mencapai
tujuannya, sehingga dapat dikatakan bahwa perilaku individu dapat
mempengaruhi kinerja individu.
Gambar 2 Model perilaku Sumber: Gibson et al. (1987)
Persepsi adalah proses pemberian arti terhadap lingkungan oleh
seorang individu. Setiap individu memberi arti yang berbeda terhadap
stimulus, sehingga individu yang berbeda-beda akan melihat barang yang
sama dengan cara yang berbeda-beda. Stimulus dapat berupa umpan sistem
imbalan atau gaya persuasi yang digunakan pemiliki usaha. Persepsi
bertautan dengan cara individu dalam mendapatkan pengetahuan khusus
tentang suatu obyek atau kejadian pada saat tertentu. Persepsi timbul saat
stimulus menggerakan indra manusia. Faktor-faktor yang dapat
Variabel Fisiologis
1 Kemampuan fisik
2 Kemampuan
mental
PERILAKU
INDIVIDU
Variabel Psikologis
1 Persepsi
2 Sikap
3 Kepribadian
4 Belajar
5 Motivasi
Variabel Lingkungan
1 Keluarga
2 Kebudayaan
3 Kelas sosial
Stimulus
(sebab)
Orang
1 Variabel fisiologis
2 Variabel psikologis
3 Variabel lingkungan
Perilaku Tujuan
Umpan Balik
10
mempengaruhi persepsi seseorang yaitu (1) meniru, faktor meniru yaitu
meniru cara seseorang dalam melihat sesuatu akan mempengaruhi cara
seseorang dalam mempersepsikan sesuatu; (2) situasi, faktor situasi
mempengaruhi ketelitian persepsi seseorang; (3) kebutuhan, faktor
kebutuhan dan keinginan sangat mempengaruhi persepsi seseorang; dan (4)
emosi, keadaan emosi seseorang mempengaruhi persepsi seseorang (Gibson
et al. 1987).
Kualitas atau keakuratan dari persepsi seseorang mengenai suatu
pernyataan atau situasi memiliki pengaruh yang besar terhadap keputusan
dan tindakan yang diambil dalam suatu situasi dan hal ini dapat
menghasilkan perbedaan-perbedaan persepsi mengenai suatu hal yang sama
antara satu orang dengan orang lainnya. Kesalahan persepsi pada seseorang
yang sering terjadi yaitu (1) stereotip yang mengaburkan perbedaan-
perbedaan individu, (2) efek “halo” yang terjadi ketika suatu sifat seseorang
pada suatu situasi dijadikan patokan untuk membangun kesan orang tersebut
secara keseluruhan, (3) persepsi yang terseleksi yaitu kecenderungan untuk
memilih satu aspek yang terdapat pada suatu situasi atau seseorang dengan
kepercayaan, nilai-nilai yang dianut dan kebutuhan orang tersebut, dan (4)
kecenderungan seseorang dapat memberikan persepsi yang positif atau
negatif (Schermerhorn et al. 1991).
Konsep Kewirausahaan
Kewirausahaan mengalami perkembangan ilmu dari bidang
perdagangan. Perkembangan evolusi kewirausahaan sangat dipengaruhi oleh
aspek waktu, dengan perubahan modernitas menyebabkan perbedaan sikap
wirausaha. Perkembangan evolusi ini kemudian dimanfaatkan oleh
perusahaan dan wirausaha sebagai pelaku kewirausahaan. Kewirausahaan
secara individu maupun dalam tim mempunyai peranan penting dalam
mengembangkan kesempatan bisnis (Schumpeter 1934). Kewirausahaan
menciptakan inovasi baru ke dalam pasar (Davidsson 2003 dan Kizner
1978) dan kewirausahaan berkontribusi pada kinerja ekonomi dalam
memperkenalkan inovasi (Carree dan Thurik 2003). Robbins dan Coulter
(2005) mendefinisikan kewirausahaan sebagai proses yang dialami
seseorang atau sekelompok orang yang berani mengambil risiko waktu dan
finansial secara terorganisir dalam mengejar peluang untuk menciptakan
nilai dan pertumbuhan melalui inovasi dan keunikan, tanpa memandang
sumberdaya yang sekarang dikendalikannya. Kao (1989) mendefinisikan
kewirausahaan sebagai upaya untuk menciptakan nilai melalui pengenalan
peluang bisnis, manajemen pengambilan risiko yang sesuai dengan peluang,
dan melalui keterampilan komunikasi dan manajemen untuk memobilisasi
sumber daya manusia, keuangan, dan materi yang diperlukan untuk
membawa sebuah proyek menuju suatu hasil. Hisrich dan Peter (1992)
mendefinisikan kewirausahaan sebagai sebuah proses menciptakan sesuatu
yang berbeda dengan nilai melalui penyediaan kebutuhan waktu dan usaha,
menanggung risiko finansial, fisik, dan sosial dan menerima hasil dalam
bentuk nilai uang dan kepuasan pribadi.
11
Wirausaha (entrepreneur) dapat diartikan sebagai inovator dan
penggerak pembangunan. Cassons (2006) mengartikan wirausaha sebagai
orang yang secara khusus membuat keputusan mengenai pengalokasian
sumber daya yang ada dan menciptakan nilai tambah. Casson dalam
Birkinshaw (2000) menyatakan bahwa pendekatan utama wirausaha dalam
teori ekonomi dibedakan menjadi empat, yaitu wirausaha sebagai pengambil
risiko (Cantillon 1755; Knight 1921), wirausaha sebagai sebuah perantara
pada proses pasar (Kirzner 1973), wirausaha sebagai inovator (Schumpeter
1934), dan wirausaha sebagai seorang yang ahli dalam membuat suatu
keputusan (Casson 1990). Teori Schumpeter menyatakan bahwa wirausaha
memiliki peranan penting bagi pertumbuhan ekonomi suatu negara dengan
menitik beratkan pada inovasi, aplikasi, dan kombinasi antara inovasi dan
aplikasi. Pertumbuhan ekonomi berasal dari adanya gap kebutuhan dengan
ketersediaan sumber daya dan wirausaha memerankan peran yang membuat
keseimbangan antara kebutuhan dan ketersediaan sumber daya dengan
pengetahuan yang dimilikinya (Robbins 1932). Hasil penelitian Richards
dan Bulkley (2007) dan Goethner et al. (2012) menyatakan bahwa
kewirausahaan merupakan indikator kunci keberhasilan pembangunan
pertanian. Mappigau (2012) menyatakan bahwa kewirausahaan memberikan
kontribusi besar untuk menghasilkan seorang wirausaha berkualitas melalui
indikator inovasi, kreatifitas, berorientasi terhadap penghargaan, memiliki
kepercayaan diri yang tinggi, dan memiliki pergaulan atau networking yang
luas. Wickham (2004) juga menyatakan bahwa wirausaha memiliki
beberapa tugas yaitu memiliki organisasi-organisasi, mendirikan organisasi-
organisasi baru, membawa inovasi-inovasi kepada pasar, melakukan
identifikasi peluang pasar, mengaplikasikan keahlian, menyediakan atau
menyajikan kepemimpinan, dan melakukan tugas sebagai pengelola.
Karakteristik kewirausahaan dibedakan menjadi dua yaitu
karakteristik individu dan karakteristik psikologis (Muharastri 2013).
Karakteristik individu adalah karakteristik personal yang melekat dalam diri
wirausaha sejak dia lahir dan terbentuk berdasarkan pengalaman hidup yang
telah dilalui. Karakteristik individu seorang wirausaha yaitu mempercayai
apa yang tidak dipercayai oleh orang lain, memiliki pemikiran yang cukup
kuat untuk melakukan sesuatu dan memanfaatkan sumber daya ekonomi
dalam perencanaan bisnisnya yang didukung dengan pengetahuan yang
mendasar pada perekonomian dunia (Schumpeter 1934). Karakteristik
individu diukur dengan indikator usia, pendidikan, pengalaman
berwirausaha, dan kekosmopolitan (Staw 1991; Cason 2006; Muharastri
2013; Sumantri 2013). Karakteristik psikologis diukur dengan indikator
pekerja keras, percaya diri, disiplin, berani mengambil risiko, toleransi
terhadap ketidakpastian, inovatif, mandiri, bertanggung jawab (Kao 1991;
Kuratko dan Hodgress 2007; Basrowi 2011; Danarti 2012; Hasbullah dan
Sulaeman 2012; Taleghani et al. 2013).
Berdasarkan kajian teoritis dan empiris sebelumnya, karakteristik
individu wirausaha UMKM gula aren di Kabupaten Lombok Barat yang
dianggap penting dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
12
1. Usia
Usia wirausaha paling aktif yaitu pada kisaran usia 25-44 tahun
(Reynolds et al. 2000). Wirausaha yang berusia muda memiliki
kondisi fisik yang lebih kuat sehingga lebih aktif dalam menjalankan
usahanya. Wirausaha yang berusia muda juga lebih bersemangat
dalam memulai suatu bisnis dan mengembangkan usahanya.
2. Pendidikan
Pendidikan merupakan salah satu alat yang dapat digunakan untuk
meningkatkan kualitas sumberdaya manusia. Pendidikan merupakan
faktor demografi yang memberi kontribusi signifikan terhadap
keberhasilan usaha (Meng dan Liang 1996). Pendidikan berperan
penting mempengaruhi kinerja usaha wirausaha karena pendidikan
memberi bekal pengetahuan yang dibutuhkan wirausaha dalam
menjalankan usahanya dan ketika menghadapi masalah dalam
menjalankan usahanya. Pendidikan wirausaha dapat diperoleh
melalui pendidikan formal dan pendidikan non formal. Pendidikan
formal diperoleh melalui bangku sekolah dengan menempuh
pendidikan setingkat sekolah dasar, sekolah menengah pertama
hingga perguruan tinggi. Pendidikan non formal dapat diperoleh
melalui pelatihan-pelatihan atau kursus-kursus yang berkaitan
dengan bidang usaha yang ditekuni oleh wirausaha.
3. Pengalaman
Pengalaman usaha terbukti berpengaruh terhadap keberhasilan usaha
(Staw 1991). Pengalaman yang dimaksud yaitu pengalaman dalam
mengelola usaha sejenis. Pengalaman berusaha dapat diperoleh dari
bimbingan sejak kecil yang diberikan oleh orang tua wirausaha.
Pengalaman juga dapat diperoleh dari bekerja pada suatu usaha.
4. Kekosmopolitan
Kekosmopolitan yang dimaksud yaitu keterbukaan pemilik UMKM
terhadap informasi, melalui hubungan dengan berbagai sumber
informasi dalam rangka mengembangkan usahanya. Pencarian dan
perolehan pengetahuan atau informasi membutuhkan motivasi
karena pengetahuan tidak dapat dipompakan ke dalam diri manusia
tetapi harus dicari sendiri oleh manusia. Kemampuan mengakses
informasi merupakan salah satu karakteristik wirausaha yang
mempengaruhi kompetensi kewirausahaan (Muatip 2008). Media
informasi dapat berupa buku, majalah, tabloid, dan internet.
Berdasarkan kajian teoritis dan empiris sebelumnya,
karakteristik psikologis wirausaha UMKM gula aren di Kabupaten
Lombok Barat yang dianggap penting dalam penelitian ini adalah
sebagai berikut:
1. Pekerja keras
Pekerja keras merupakan salah satu indikator karakteristik psikologis
wirausaha yang mempengaruhi keberhasilan usaha. Pengusaha gigih,
tekun, tidak mudah putus asa dalam menjalankan usahanya.
Wirausaha banyak bekerja keras mengalokasikan usaha fisik dan
mental dalam mengembangkan usahanya karena menjadi wirausaha
merupakan aset pribadi yang paling berharga. Menyeimbangkan
13
kebutuhan usahanya dengan komitmen kehidupan lainnya seperti
keluarga dan teman merupakan salah satu tantangan besar yang
dihadapi wirausaha (Wickham 2004).
2. Percaya diri
Percaya diri merupakan salah satu indikator karakteristik psikologis
wirausaha yang mempengaruhi keberhasilan usaha. Percaya akan
kemampuan diri untuk menjalankan usahanya. Individu yang
memiliki rasa percaya diri merasa dapat memenuhi tantangan usaha
yang dihadapinya (Longenecker et al. 1994). Individu tersebut
memiliki rasa penguasaan atas berbagai jenis masalah yang mungkin
akan dihadapi. Wickham (2004) menyatakan bahwa wirausaha harus
menunjukkan kepercayaan terhadap dirinya sendiri dan juga terhadap
usaha yang dijalankannya. Keberhasilan usaha berkaitan dengan
sifat-sifat pribadi wirausaha seperti percaya diri, keinginan
melakukan pekerjaan dengan baik, motivasi dan berpikir positif
(Meng dan Liang 1996).
3. Disiplin
Disiplin merupakan salah satu indikator karakteristik psikologis
wirausaha yang mempengaruhi keberhasilan usaha. Pengusaha
mematuhi setiap aturan yang telah dibuatnya untuk mencapai
keberhasilan.
4. Berani mengambil risiko
Dunia bisnis sangat dekat dengan ketidakpastian. Setiap usaha selalu
menanggung risiko. Risiko bisnis, kecelakaan kerja, bencana alam,
perampokan dan pencurian, kebangkrutan adalah beberapa contoh
dari risiko yang lazim terjadi pada suatu usaha (Muslich 2007).
Risiko (risk) menurut Robison dan Barry (1987) adalah peluang
terjadinya suatu kejadian yang dapat diukur oleh pengambil
keputusan dan pada umumnya pengambil keputusan mengalami
suatu kerugian. Risiko erat kaitannya dengan ketidakpastian, tetapi
kedua hal tersebut memiliki makna yang berbeda. Ketidakpastian
(uncertainty) adalah suatu kejadian yang tidak dapat diukur oleh
pengambil keputusan. Ketidakpastian dapat menimbulkan risiko.
Wirausaha didefinisikan sebagai pengambil risiko untuk
menjalankan usahanya sendiri dengan memanfaatkan peluang-
peluang untuk menciptakan usaha baru atau menghadapi tantangan-
tantangan persaingan. Berani mengambil risiko dalam menjalankan
usahanya dengan mempertimbangkan keuntungan yang akan didapat.
5. Toleransi terhadap ketidakpastian
Toleransi terhadap ketidakpastian merupakan salah satu indikator
karakteristik psikologis wirausaha yang mempengaruhi keberhasilan
usaha. Wirausaha dengan karakteristik toleransi terhadap
ketidakpastian yang tinggi akan memiliki sikap memperlakukan
situasi ketidakpastian sebagai tantangan dan berusaha beradaptasi
dengan situasi yang sulit diprediksi agar dapat bekerja dengan baik.
6. Inovatif
Seseorang yang memiliki karakter inovatif akan selalu melakukan
inovasi. Semakin inovatif karakter seorang wirausaha maka akan
14
semakin mudah menerima inovasi baru. Inovasi (innovation) adalah
kemampuan untuk menerapkan solusi kreatif terhadap masalah dan
peluang. Inovasi terdapat dalam dua bentuk yaitu melakukan dengan
lebih baik dan melakukan sesuatu yang berbeda. Hadiyati (2011)
menyatakan bahwa inovasi berpengaruh terhadap kewirausahaan
usaha kecil.
7. Mandiri
Mandiri merupakan salah satu indikator karakteristik psikologis
wirausaha yang mempengaruhi keberhasilan usaha. Wirausaha yang
mandiri mampu mengelola usaha yang dijalankan sendiri tanpa
tergantung dengan orang lain.
8. Bertanggung jawab
Bertanggung jawab merupakan salah satu indikator karakteristik
psikologis wirausaha yang mempengaruhi keberhasilan usaha.
Wirausaha yang bertanggung jawab dalam menjalankan usahanya
dan menyelesaikan setiap tugas yang diberikan kepadanya maka
dapat diandalkan. Karakter bertanggung jawab sangat penting
dimiliki oleh seorang wirausaha.
Kompetensi Kewirausahaan
Kompetensi merupakan salah satu motivasi yang dimiliki individu dan
dorongan untuk mencapai keunggulan kerja. Komponen-komponen yang
membentuk kompetensi (Spencer dan Spencer 1993) yaitu (1) motif
(motive), (2) karakter pribadi (traits), (3) konsep diri (self concept), (4)
pengetahuan (knowlege) dan (5) keterampilan (skill). Berdasarkan Gambar
3, diketahui bahwa kompetensi dan pengetahuan seseorang dapat diubah.
Kompetensi dan pengetahuan seseorang relatif lebih mudah diubah
dibandingkan dengan sikap dan nilai seseorang. Kompetensi dan
pengetahuan dapat diubah dengan pendidikan formal maupun pendidikan
non formal. Merubah kompetensi dan pengetahuan seseorang melalui
pendidikan non formal dapat dilakukan dengan memberikan pelatihan-
pelatihan.
Gambar 3 Pusat dan permukaan kompetensi Sumber: Spencer dan Spencer (1993)
Sikap dan nilai
Konsep diri
Karakter
pribadi, motif
Keterampilan
pengetahuan
Permukaan
mudah diubah
Kunci kepribadian
Sulit untuk diubah
15
Kompetensi kewirausahaan seseorang didasari oleh pengetahuan
khusus, motif, sifat, gambar diri, peran sosial dan keterampilan dalam
menciptakan usaha baru, kelangsungan hidup atau pertumbuhan usaha (Bird
1995). Kompetensi kewirausahaan juga dapat diartikan sebagai pengetahuan,
sikap, dan keterampilan yang terhubung satu dengan lainnya, yang
diperlukan wirausaha untuk dilatih dan dikembangkan agar mampu
menghasilkan kinerja terbaik dalam mengelola usahanya. Kompetensi
kewirausahaan diukur dengan indikator kemampuan manajerial (managerial
skill), kemampuan konseptual (conceptual skill), kemampuan sosial (social
skill), kemampuan membuat keputusan (decision making skill), dan
kemampuan mengatur waktu (time managerial skill) (Suryana 2003;
Moeheriono 2009; Nurhayati et al. 2011; Isa 2013).
Berdasarkan kajian teoritis dan empiris sebelumnya, kompetensi
kewirausahaan wirausaha UMKM gula aren di Kabupaten Lombok Barat
yang dianggap penting dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Kemampuan manajerial
Manajamen sangat penting bagi semua organisasi dan perusahaan
baik itu perusahana kecil maupun besar. Setiap usaha pun
memerlukan manajemen yang baik. Keberhasilan suatu usaha
mencapai tujuannya tergantung pada proses manajeman yang
dijalankan pemilikinya. Wirausaha sebagai pemiliki usaha harus
memiliki kemampuan manajerial. Kemampuan manajerial
merupakan salah satu indikator kompetensi kewirausahaan
wirausaha yang mempengaruhi keberhasilan usaha. Kemampuan
manajerial yang dimaksud yaitu wirausaha memiliki kemampuan
untuk mengelola sistem informasi bisnis, mengelola produksi,
pemasaran, SDM dan keuangan.
2. Kemampuan konseptual
Kemampuan konseptual merupakan salah satu indikator kompetensi
kewirausahaan wirausaha yang mempengaruhi keberhasilan usaha.
Kemampuan konseptual yang dimaksud yaitu wirausaha berorientasi
pada tugas dan hasil serta berorientasi pada masa depan, mampu
merumuskan tujuan dan merancang strategi usaha.
3. Kemampuan sosial
Kemampuan sosial merupakan salah satu indikator kompetensi
kewirausahaan wirausaha yang mempengaruhi keberhasilan usaha.
Kemampuan sosial yang dimaksud yaitu wirausaha memiliki
kemampuan berkomunikasi yang baik dengan orang lain, mampu
bekerjasama dan berkonsultasi dengan para ahli. Meng dan Liang
(1996) menemukan bahwa kemampuan hubungan antar manusia
yaitu kemampuan sosial merupakan salah satu keterampilan yang
menentukan keberhasilan usaha. Membangun hubungan yang positif
dengan pihak lain, baik di dalam maupun di luar organisasi/usaha
yang dikelola sangat diperlukan untuk keberhasilan usaha. Setiap
wirausaha pasti berorientasi untuk mencapai keberhasilan usaha dan
meningkatkan kinerja usahanya.
16
4. Kemampuan membuat keputusan
Kemampuan membuat keputusan merupakan salah satu indikator
kompetensi kewirausahaan wirausaha yang mempengaruhi
keberhasilan usaha. Kemampuan membuat keputusan yang
dimaksud yaitu wirausaha mampu merumuskan masalah dan
mengambil keputusan terbaik untuk usahanya.
5. Kemampuan mengatur waktu
Kemampuan mengatur waktu merupakan salah satu indikator
kompetensi kewirausahaan wirausaha yang mempengaruhi
keberhasilan usaha. Kemampuan mengatur waktu yang dimaksud
yaitu wirausaha mampu mengelola waktu dengan baik untuk bekerja.
Kinerja Usaha dan Ukuran Keberhasilannya
Kinerja adalah gabungan dari tiga elemen yang saling berkaitan yaitu
keterampilan, upaya dan sifat kondisi-kondisi eksternal (Snell and Kenneth
2002). Kinerja merupakan hal yang sangat menentukan di dalam
perkembangan usaha. Kinerja juga dapat diartikan sebagai serangkaian
kegiatan manajemen yang memberikan gambaran mengenai hasil yang
sudah dicapai dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawab dalam
akuntabilitas publik baik berupa keberhasilan maupun kekurangan yang
terjadi. Keterampilan ini adalah bahan mentah yang dibawa karyawan ke
tempat kerja, karyawan dengan tingkat keterampilan baik dipastikan mampu
menghasilkan kinerja yang baik. Upaya dapat digambarkan sebagai motivasi
yang diperlihatkan karyawan untuk menyelesaikan pekerjaannya. Karyawan
dengan tingkat keterampilan baik namun tidak memiliki upaya maka tidak
akan bekerja dengan baik. Penentu kinerja juga dipengaruhi kondisi-kondisi
eksternal yang mendukung produktivitas karyawan. Meskipun karyawan
memiliki tingkat keterampilan yang baik, upaya yang baik namun tidak
didukung kondisi-kondisi ekternal yang baik maka kinerjanya tidak akan
baik.
Keberhasilan usaha adalah tujuan utama dalam menjalankan sebuah
usaha. Salah satu cara yang dapat dilakukan untuk mengukur keberhasilan
usaha adalah dengan melakukan penilaian kinerja. Kinerja usaha dapat
dijadikan ukuran keberhasilan, penilaiannya juga dapat menjadi masukan
untuk perbaikan atau peningkatan kinerja suatu organisasi (Riyanti 2003).
Kinerja adalah implementasi dari rencana yang telah disusun sebelumnya.
Implementasi kinerja dilakukan oleh sumberdaya manusia yang memiliki
kemampuan kompetensi, motivasi dan kepentingan (Wibowo 2012). Kinerja
adalah tindakan berkerja, melakukan sesuatu untuk memperoleh hasil, serta
menggunakan pengetahuan. Kinerja usaha dipengaruhi oleh berbagai faktor.
Salah satu faktor yang mempengaruhi kinerja usaha adalah karakteristik
kewirausahaan dan kompetensi kewirausahaan.
Jauch dan Glueck (1998) berpendapat bahwa kinerja perusahaan dapat
diukur berdasarkan tingkat penjualan, tingkat keuntungan, pengembalian
modal dan pangsa pasar yang diraih. Kinerja dapat diukur menggunakan
indikator peningkatan income (pendapatan), sales (penjualan), output
(produk yang dihasilkan), produktivitas, biaya, penerimaan layanan,
17
kecepatan reaksi atau berubah, pencapaian standar kualitas atau reaksi
pelanggan (Amstrong 2004). Kinerja usaha juga dapat diukur berdasarkan
adanya keberlangsungan dan pertumbuhan usaha, penambahan tenaga kerja,
peningkatan keuntungan dan pendapatan (Praag 2005). Kinerja usaha pada
UMKM diukur dengan pendapatan, keuntungan, dan volume penjualannya
(Venkatraman dan Rajamunjam 1986; Kuratko dan Hodgerss 2007;
Muharastri 2013).
Berdasarkan kajian teoritis dan empiris sebelumnya, kinerja UMKM
gula aren di Kabupaten Lombok Barat yang dianggap penting dalam
penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Pendapatan
Pendapatan merupakan salah satu indikator yag dapat dijadikan
pengukuran kinerja usaha. Kinerja usaha juga dapat diukur
berdasarkan adanya keberlangsungan dan pertumbuhan usaha,
penambahan tenaga kerja, peningkatan keuntungan dan pendapatan
(Praag 2005). Pendapatan dihitung dengan analisis pendapatan.
Pendapatan yang dimaksud dalam penelitian ini sama dengan
penerimaan yaitu harga jual dikali dengan jumlah gula aren yang
terjual. Pendapatan UMKM gula aren dihitung selama satu bulan.
Pendapatan yang meningkat belum tentu keuntungan usaha juga
meningkat. Wirausaha skala usaha mikro dan kecil biasanya tidak
menyisihkan pendapatannya untuk menjadi tambahan modal.
Pendapatan yang diperoleh sebagian besar digunakan untuk
memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari.
2. Keuntungan
Keuntungan merupakan salah satu indikator yag dapat dijadikan
pengukuran kinerja usaha. Keuntungan usaha dihitung dengan cara
pendapatan atau penerimaan dikurangi dengan biaya variabel dan
biaya tetap selama satu bulan.
3. Volume penjualan
Volume penjualan merupakan salah satu indikator yang dapat
dijadikan pengukuran kinerja usaha. Volume penjualan yang
meningkat menunjukkan kinerja usaha yang meningkat. Peningkatan
volume penjualan gula aren akan meningkatkan pendapatan yang
diterima wirausaha, sehingga indikator volume penjualan dapat
dijadikan salah satu indikator untuk mengukur kinerja usaha.
Pengaruh Karakteristik Kewirausahaan terhadap Kompetensi
Kewirausahaan
Karakter adalah suatu kualitas positif yang dimiliki seseorang
sehingga membuatnya menarik dan aktraktif. Karakter juga dapat diartikan
sebagai tabiat, watak, sifat-sifat kejiwaan, sikap dasar atau budi pengerti
yang membedakan seseorang dengan yang lain. Karakter kewirausahaan
adalah sikap dasar yang dimiliki oleh wirausaha untuk mengembangkan
usahanya. Karakteristik kewirausahaan adalah ciri-ciri sikap dasar yang
dimiliki oleh wirausaha untuk mengembangkan usahanya. Karakteristik
kewirausahaan merupakan kunci untuk memaksimalkan efisiensi dari
18
penggunaan faktor-faktor pengembangan daya saing ekonomi,
memungkinkan UMKM memiliki pola pikir (mind-set) yang lebih positif,
membangun kesensitifan terhadap pasar, dan penciptaan daya pikir kreatif.
Karakteristik kewirausahaan menurut Hornaday dalam Kuratko dan
Hogetts (2007) yaitu (1) percaya diri (Confidence), (2) gigih (Perseverance,
determination), (3) kemampuan untuk mempertimbangkan resiko (Ability to
take calculate risk), (4) keinginan untuk meraih penghargaan (Need to
achieve), (5) Kreatif (Creativity), (6) kemampuan untuk bergaul dengan
baik (Ability to get along well with people), (7) beorientasi terhadap tujuan
yang jelas (Orientation to clear goal), (8) bersikap positif terhadap
tantangan (Positive response to challenges), (9) mandiri (Independence),
(10) kemampuan untuk membuat keputusan dengan cepat (Ability to make
decisions quickly), (11) bertanggung jawab (Responsibility), (12) toleransi
terhadap ketidakpastian (Tolerance for ambiguity). Karakteristik
kewirausahaan secara umum menggambarkan keunikan personal atau
psikologis seseorang yang terdiri dari dimensi nilai sikap dan kebutuhan.
Karakter personal yang dimiliki seseorang dapat mencerminkan keunikan
nilai, sikap dan kebutuhan serta keinginan individu tersebut. Seseorang yang
memiliki karakteristik kewirausahaan yang harus dimiliki oleh seorang
wirausaha maka orang tersebut berpotensi menjadi seorang wirausaha yang
baik. Model pengaruh karakteristik kewirausahaan terhadap kompetensi
kewirausahaan (Gambar 4) menunjukkan adanya pengaruh karakteristik
kewirausahaan terhadap kompetensi kewirausahaan.
Gambar 4 Model pengaruh karakteristik kewirausahaan terhadap
kompetensi kewirausahaan Sumber : Muatip (2008)
Pengaruh Karakteristik Kewirausahaan terhadap Kinerja Usaha
Karakteristik kewirausahaan meliputi innovativeness, risk taking,
need for achievement and locus of control, karakteristik demografi,
karakteritik individual dan orientasi kewirausahaan (Lumpkin dan Dess
1966; Karcioglu dan kaygin 2001; Islam et al 2011; Bilge dan Bal 2012;
Geri 2013; Cavus et al. 2013). Karakteristik kewirausahaan dibedakan
menjadi dua yaitu karakteristik individu (demografis) dan karakteristik
psikologis (Kaur dan Singh 2013 dan Muharastri 2013).
Karakteristik individu (demografis) melekat dan dimiliki oleh
individu sepanjang hidupnya sedangkan karakteristik psikologis yaitu
karakter yang terbentuk berdasarkan pengalaman hidup individu tersebut.
Siregar dan Pasaribu (2000) yang menyatakan terdapat tiga pendekatan yang
Karakteristik
Kewirausahaan
Lingkungan Usaha
Kompetensi
Kewirausahaan
Produktivitas
Peternak
19
dipakai untuk mengidentifikasi karakteristik yaitu pendekatan geografis,
sosiologi dan psikografis. Karakteristik individu meliputi variabel seperti
umur, jenis kelamin, tingkat pendidikan, status sosial ekonomi, bangsa dan
agama (Halim 1992). Psikologis sumber daya manusia memberikan
perhatian terhadap semua aspek dari penerapan berbagai perbedaan setiap
orang. Psikologi digunakan untuk menemukan potensi setiap orang dan
kompetensi serta bagaimana menentukan tingkat kinerja perusahaan dan
melatih karyawan untuk memperbaiki kinerjanya (Wijono 2015). Pengaruh
karakteristik kewirausahaan terhadap kinerja usaha dapat dilihat pada
Gambar 5 (Cooper 1993).
Gambar 5 Elemen-elemen yang mempengaruhi kinerja usaha Sumber: Cooper (1993)
Berdasarkan Gambar 5 Elemen-elemen yang mempengaruhi kinerja
usaha menunjukkan adanya pengaruh karakteristik kewirausahaan terhadap
kinerja usaha. Karakteristik yang ada dalam diri wirausaha yang menjadikan
seseorang memiliki tujuan yang jelas dalam memilih menjadi wirausaha,
serta dalam mengambil keputusan-keputusan saat menjalankan usaha
(Miner 1997). Seseorang yang tidak memiliki karakteristik kewirausahaan
bisa menjadi wirausaha, namun kemampuannya untuk mempertahankan
usaha tidak akan sama dengan wirausaha yang mengetahui karakteristik
kewirausahaan dalam dirinya (Winardi 2003). Purwati (2012) juga
menyatakan bahwa karakteristik kewirausahaan berpengaruh signifikan
terhadap perkembangan usaha.
Pengaruh Kompetensi Kewirausahaan terhadap Kinerja Usaha
Kompetensi merupakan konsep dari pengetahuan, keterampilan dan
tingkah laku seseorang. Kompetensi juga dapat didefinisikan sebagai hasil
dari pengalaman, pengetahuan, keterampilan dan perilaku dalam melakukan
pekerja. Kompetensi kewirausahaan penting dimiliki wirausaha untuk
menjalankan bisnisnya dengan baik (Kaur dan Anupana 2013). Kompetensi
kewirausahaan menurut Bird (1995) akan mempengaruhi secara langsung
tingkat keberhasilan usaha.
Man et al. (2002) berpendapat bahwa parameter untuk mengukur
kompetensi kewirausahaan seseorang dapat berdasarkan kompetensinya
dalam membuat strategi untuk membangun bisnisnya, memiliki komitmen
Lingkungan
Proses
pendirian
Karakteristik
kewirausahaan
Kinerja
usaha
Karakteristik
jenis usaha
20
yang kuat untuk melakukan sesuatu agar bisnisnya berhasil, memiliki
konsep yang jelas untuk menjalankan usahanya, mampu melihat peluang,
mampu bekerja sama dengan orang lain, mampu mengatur seluruh kegiatan
dalam bisnisnya dengan baik dan memiliki kemampuan personal yang baik.
Kompetensi kewirausahaan dapat dipengaruhi oleh tiga hal, yaitu (1)
orientasi individu (Hofstede 1991), (2) karakteristik individu (Chamorro
2005), dan (3) lingkungan usaha (Bloodgood et al. 1995).
Beberapa penelitian pada perusahaan umum menyimpulkan bahwa
kinerja usaha pada tingkat perusahaan berkaitan dengan kompetensi
kewirausahaan (Lans et al. 2013, Priyanto dan Iman 2005). Omrane dan
Fayolle (2011) juga menegaskan bahwa kompetensi merupakan prediktor
terbaik kinerja usaha. Man et al. (2002) menggambarkan kompetensi
kewirausahaan sebagai faktor penentu kinerja usaha dalam sebuah model
(Gambar 6 ).
Gambar 6 Model daya saing UKM Sumber : Man et al. (2002)
Analisis SEM dalam Kajian kewirausahaan
Nurhayati et al. (2011) menguji pengaruh karaktersitik kewirausahaan
terhadap kinerja wirausaha pada UKM agroindustri di Kabupaten Bogor
menggunakan metode analisis SEM dengan menggunakan program Linear
Structural Relationship (LISREL) 8.30. Model SEM yang digunakan adalah
model hybrid atau full SEM model. Hasil analisisnya yaitu pengaruh
karateristik kewirausahaan dan kompetensi wirausaha terhadap kinerja
wirausaha menunjukkan bahwa karakteristik (psikologis) kewirausahaan
berpengaruh secara nyata dan positif terhadap kompetensi wirausaha
maupun kinerja wirausaha. Hal ini menunjukkan pentingnya membangun
karakteristik kewirausahaan karena karakteristik tersebut sangat menentukan
keberhasilan usaha dan mempermudah untuk meningkatkan kompetensi
kewirausahaan. Model SEM dalam penelitian ini diadopsi dari model pada
Gambar 7.
Lingkup persaingan
Kompetensi kewirausahaan
Kapabilitas organisasi
Kinerja usaha
Tugas 1: membentuk
lingkup persaingan
Tugas 2: menciptakan
kapabilitas organisasi Tugas 3: mengatur tujuan
dan mengambil tindakan
21
Gambar 7 Kerangka konseptual pengaruh karakteristik kewirausahaan
terhadap kinerja UMKM di Kabupaten Lombok Barat Sumber: Nurhayati et al. (2011)
Kerangka Pemikiran Operasional
Kegiatan UMKM gula aren di Kabupaten Lombok Barat belum
dikelola secara optimal sehingga kinerja usahanya belum optimal.
Wirausaha UMKM gula aren harus memiliki karakteristik dan kompetensi
kewirausahaan yang kuat dalam dirinya. Seseorang yang memiliki
karakteristik dan kompetensi kewirausahaan dianggap memiliki ketahanan
yang lebih kuat didalam menjalankan usahanya, sehingga UMKM gula aren
yang dikelola bisa tumbuh dan berkembang. Wirausaha dalam menjalankan
UMKM gula aren masih dilakukan secara sederhana karena memiliki
keterbatasan modal, teknologi dan sumberdaya yang memadai, sehingga
usahanya belum dikelola secara optimal.
Penelitian ini akan menganalisis pengaruh karakteristik kewirausahaan
terhadap kompetensi kewirausahaan, pengaruh karakteristik kewirausahaan
terhadap kinerja usaha dan pengaruh kompetensi kewirausahaan terhadap
kinerja usaha. Karakteristik kewirausahaan diukur berdasarkan persepsi
responden, sedangkan kompetensi kewirausahaan dan kinerja usaha diukur
berdasarkan kondisi sebenarnya menurut responden. Pada penelitian ini
karakteristik kewirausahaan terdiri dari karakteristik individu dan
karakteristik psikologis. Pemilihan dua karakter ini sesuai dengan Gibson
(1987) yang menyatakan bahwa variabel yang mempengaruhi perilaku
individu yaitu variabel fisiologis, variabel psikologis dan variabel
lingkungan. Kemudian perilaku individu akan mempengaruhi bagaimana
seseorang bertindak atau kompetensinya dan akhirnya akan mempengaruhi
kinerja dari individu tersebut. Pada penelitian ini variabel fisiologis dilihat
dari karaktersitik individu dan variabel psikologis dilihat dari karaktersitik
psikologis.
Karakteristik individu diukur dengan variabel manifest usia (X1.1),
pendidikan (X1.2), pengalaman (X1.3) dan kekosmopolitan (X1.4).
Karakteristik psikologis diukur dengan variabel manifest pekerja keras
(X2.1), percaya diri (X2.2), disiplin (X2.3), berani mengambil risiko (X2.4),
toleransi terhadap ketidakpastian (X2.5), inovatif (X2.6), mandiri (X2.7), dan
bertanggung jawab (X2.8). Kompetensi kewirausahaan diukur dengan
variabel manifest kemampuan manajerial (Y1.1), kemampuan konseptual
(Y1.2), kemampuan sosial (Y1.3), kemampuan membuat keputusan (Y1.4), dan
kemampuan mengatur waktu (Y1.5). Variabel-variabel indikator ini dipilih
Karakteristik
Kinerja
Kompetensi
22
karena melihat pengaruhnya yang signifikan terhadap kinerja usaha. Kinerja
usaha diukur dengan variabel manifest pendapatan (Y2.1), keuntungan (Y2.2),
dan volume penjualan (Y2.3). Variabel-variabel yang digunakan dalam
penelitian ini diperoleh berdasarkan teori maupun studi empirik. Analisis
dilakukan pada 120 responden yang merupakan pemilik sekaligus pelaku
UMKM gula aren yang masih dan telah menjalankan usahanya minimal
selama dua tahun, sehingga memudahkan dalam menganalisis karaktersitik
kewirausahan dan mengukur kinerja UMKM. Kerangka pemikiran
operasional pada penelitian ini ditunjukkan pada Gambar 8.
Gambar 8 Kerangka pemikiran operasional pengaruh karakteristik
kewirausahaaan terhadap kinerja UMKM gula aren di
Kabupaten Lombok Barat.
Kegiatan UMKM gula aren di Kabupaten Lombok Barat belum
dikelola secara optimal.
Karakteristik dan kompetensi kewirausahaan dibutuhkan untuk
meningkatkan kinerja UMKM gula aren di Kabupaten Lombok Barat
Persepsi Karakteristik
Kewirausahaan
Persepsi Karakteristik Individu
1. Usia
2. Pendidikan
3. Pengalaman
4. Kekosmopolitan
Persepsi Karakteristik Psikologis
1. Pekerja Keras
2. Percaya diri
3. Disiplin
4. Berani mengambil risiko
5. Toleransi terhadap
ketidakpastian
6. Inovatif
7. Mandiri
8. Bertanggung jawab
Kinerja Usaha
1. Pendapatan
2. Keuntungan
3. Volume penjualan
Implikasi Kebijakan
Kompetensi Kewirausahan
1. Kemampuan manajerial
2. Kemampuan konseptual
3. Kemampuan sosial
4. Kemampuan membuat
keputusan
5. Kemampuan mengatur waktu
23
Hipotesis
Berdasarkan perumusan masalah yang ada, hipotesis dalam penelitian
ini yaitu:
H1: Karakteristik kewirausahaan berpengaruh positif dan signifikan
terhadap kompetensi kewirausahaan.
H2: Karakteristik kewirausahaan berpengaruh positif dan signifikan
terhadap kinerja usaha.
H3: Kompetensi kewirausahaan berpengaruh positif dan signifikan
terhadap kinerja usaha.
4 METODE PENELITIAN
Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di dua kecamatan di Kabupaten Lombok
Barat yaitu Kecamatan Gunung Sari dan Kecamatan Lingsar pada tiga desa
berdasarkan pertimbangan bahwa pada ketiga desa tersebut terdapat UMKM
dengan jumlah unit usaha, tenaga kerja, nilai investasi, kapasitas produksi
dan nilai produksi terbesar diantara dua kecamatan yang menjadi lokasi
penelitian. Penelitian ini akan dilakukan di Desa Kekait, Desa Karang bayan
dan Desa Langko. Penelitian ini dilakukan pada bulan Juni 2015 hingga
Agustus 2015. Pemilihan lokasi penelitian berdasarkan pertimbangan di
Kabupaten Lombok Barat merupakan salah satu sentra UMKM gula aren.
Jenis dan Sumber Data
Penelitian ini menggunakan data primer dan data sekunder. Data
primer diperoleh dari hasil observasi dan hasil wawancara dengan pemilik
UMKM gula aren di Kabupaten Lombok Barat dengan bantuan kuesioner.
Data sekunder didapatkan dari Badan Pusat Statistik Nusa Tenggara Barat
(BPS NTB), Dinas Perindustrian dan Perdagangan NTB, perpustakaan LSI
IPB, internet, dan literatur lainnnya yang dapat dijadikan bahan rujukan
yang berhubungan dengan penelitian. Jenis dan sumber data yang digunakan
dalam penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 3.
24
Tabel 3 Jenis dan sumber data penelitian
No Tujuan Jenis
data Sumber data
Metode
analisis
1 Mendeskripsikan kondisi UMKM
gula aren di Kabupaten Lombok
Barat.
Data
primer
dan
data
sekunder
Hasil observasi dan
wawancara
BPS NTB, Dinas
Perindustrian dan
Perdagangan NTB.
Deskriptif
2 Mendeskripasikan karakteristik
kewirausahaan UMKM gula aren
di Kabupaten Lombok Barat.
Data
primer
Hasil wawancara Deskriptif
3
4
Menganalisis pengaruh
karakteristik kewirausahaan
terhadap kompetensi
kewirausahaan UMKM gula
aren di Kabupaten Lombok Barat.
Menganalisis pengaruh
karakteristik kewirausahaan
terhadap kinerja UMKM gula
aren di Kabupaten Lombok Barat.
Data
primer
Data
primer
Hasil wawancara
Hasil wawancara
Structural
Equation
Model (SEM)
Structural
Equation
Model (SEM)
5 Menganalisis pengaruh
kompetensi kewirausahaan
terhadap kinerja UMKM gula
aren di Kabupaten Lombok Barat.
Data
primer
Hasil wawancara Structural
Equation
Model (SEM)
Metode Pengambilan Sampel
Populasi dalam penelitian ini adalah 165 unit UMKM gula aren di
Kabupaten Lombok Barat. Sampel dalam penelitian ini menggunakan non
probability sampling sebagai teknik penarikan sampel dengan metode
purposive sampling di Kecamatan Gunung Sari dan Kecamatan Lingsar di
Kabupaten Lombok Barat. Metode purposive sampling digunakan karena
responden yang dipilih sesuai dengan tujuan dan kriteria yang ditentukan
peneliti di Kabupaten Lombok Barat. Jumlah sampel sebanyak 120 unit
UMKM gula aren dalam penelitian ini akan dianalisis secara kuantitatif
menggunakan metode SEM. Metode SEM sangat sensitif terhadap jumlah
sampel dan membutuhkan sampel sekitar 100-200 responden dan dihitung
dengan rumus (jumlah variabel) x 5 observasi untuk setiap estimated
parameter, sehingga metode SEM ini dianggap paling sesuai digunakan
dalam penelitian ini. Kerangka pengambilan sampel dapat dilihat pada
Gambar 9.
Pengambilan responden dalam penelitian ini menggunakan teknik
judgement sampling. Teknik judgement sampling yaitu teknik pengambilan
responden yang dilakukan dengan terlebih dahulu merumuskan kriteria-
kriteria yang diperlukan dalam penelitian ini. Kriteria UMKM gula aren di
Kabupaten Lombok Barat yang dijadikan responden adalah sebagai berikut:
1. Pelaku UMKM gula aren adalah pengelola sekaligus pemilik
UMKM gula aren.
2. Kegiatan UMKM gula aren yang minimal telah berjalan selama 2
tahun, sehingga dapat diperoleh perkembangan kegiatan UMKM
gula aren.
25
3. Wirausaha yang dipilih dinilai cukup dewasa untuk diwawancarai
dan mampu untuk mengisi kuesioner (berusia 17 tahun keatas).
Gambar 9 Kerangka pengambilan sampel penelitian pengaruh karakteristik
kewirausahaaan terhadap kinerja UMKM gula aren di
Kabupaten Lombok Barat.
Metode Pengumpulan Data
Variabel Penelitian dan Skala Pengukuran
Variabel penelitian merupakan konsep yang memiliki nilai dan dapat
diukur. Variabel-variabel yang akan digunakan dalam penelitian ini terdiri
dari variabel laten dan variabel manifest sebagai indikator dari variabel laten.
Pengukuran variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian ini
berdasarkan pada konsep yang telah terbukti secara empiris, sehingga dapat
diemplementasikan di lapangan. Identifikasi variabel laten dan variabel
manifest disajikan pada Tabel 4.
60
Total jumlah sampel sebanyak 120 unit UMKM gula aren
60
165 Unit UMKM Gula Aren Di Kabupaten Lombok Barat
63 unit UMKM
di Kec. Gunung sari 102 unit UMKM
Di Kec. Lingsar
26
Tabel 4 Variabel laten dan variabel manifest/indikator penelitian
No Variabel Laten Variabel manifest/Indikator Sumber acuan
1 Karakteristik
individu (KI)
(laten eksogen)
1. Usia (X1.1)
2. Pendidikan (X1.2)
3. Pengalaman (X1.3)
4. Kekosmopolitan (X1.4)
Cason et al.(2006); Muharastri
(2013); Sumantri (2013).
2 Karakteristik
Psikologis(KP)
(laten eksogen)
1. Pekerja Keras (X2.1)
2. Percaya diri (X2.2)
3. Disiplin (X2.3)
4. Berani mengambil risiko
(X2.4)
5. Toleransi terhadap
ketidakpastian (X2.5)
6. Inovatif (X2.6)
7. Mandiri (X2.7)
8. Bertanggung jawab (X2.8)
Kao (1991); Kuratko dan
Hodgress (2007); Basrowi
(2011); Daniarti (2012);
Hasbullah dan Taleghani et al.
(2013).
3 Kompetensi
Kewirausahaan
(KK)
(laten endogen)
1. Kemampuan manajerial
(Y1.1)
2. Kemampuan konseptual
(Y1.2)
3. Kemampuan sosial (Y1.3)
4. Kemampuan membuat
keputusan (Y1.4)
5. Kemampuan mengatur
waktu (Y1.5)
Suryana (2003); Moeheriono
(2009); Nurhayati et al. (2011);
Isa( 2013).
4 Kinerja Usaha
(KU)
(laten endogen)
1. Pendapatan (Y2.1)
2. Keuntungan (Y2.2)
3. Volume penjualan (Y2.3)
Venkatraman dan Rajamunjam
(1986); Kuratko dan Hodgerss
(2007); Munizu (2010);
Muharastri (2013).
Karakteristik kewirausahaan
Karakteristik kewirausahaan adalah gambaran keunikan personal atau
psikologis seseorang yang terdiri dari dimensi nilai sikap, dan kebutuhan.
Karakteristik kewirausahaan dibagi menjadi dua yaitu karakteristik individu
(KI) dan karakteristik psikologis (KP).
Karakteristik Individu (KI)
Karakteristik individu adalah karakteristik personal yang melekat
dalam diri wirausaha sejak dia lahir, dan terbentuk berdasarkan pengalaman
hidup yang telah dilalui. Karakteristik individual dianalisis berdasarkan
persepsi responden terhadap suatau pernyataan yang diberikan peneliti.
Variabel manifest dari karakteristik individu dapat dilihat pada Tabel 5.
Tabel 5 Variabel manifest dari karakteristik individu
No Variabel manifest
/Indikator
Keterangan
1
2
3
4
Usia (X1.1)
Pendidikan (X1.2)
Pengalaman (X1.3)
Kekosmopolitan (X1.4)
Usia pemilik UMKM gula aren di Kabupaten Lombok
Barat tahun 2015 diatas 17 tahun.
Pendidikan formal pemilik UMKM gula aren di
Kabupaten Lombok Barat.
Lamanya pemilik UMKM gula aren telah menjalankan
usaha.
Keterbukaan pemilik UMKM terhadap informasi,
melalui hubungan dengan berbagai sumber informasi
dalam rangka mengembangkan usahanya.
27
Karakteristik Psikologis (KP)
Karakterististik psikologis adalah ciri atau sikap yang dimiliki
seorang wirausaha dan terbentuk berdasarkan pengalamannya menjalankan
usaha. Karakteristik psikologis dianalisis berdasarkan persepsi responden
terhadap suatau pernyataan yang diberikan peneliti. Variabel manifest dari
karakteristik psikologis dapat dilihat pada Tabel 6.
Tabel 6 Variabel manifest dari karakteristik psikologis
No Variabel manifest
/Indikator
Keterangan
1
2
3
4
5
6
7
8
Pekerja Keras (X2.1)
Percaya diri (X2.2)
Disiplin (X2.3)
Berani mengambil risiko
(X2.4)
Toleransi terhadap
ketidakpastian (X2.5)
Inovatif (X2.6)
Mandiri (X2.7)
Bertanggung jawab (X2.8)
Wirausaha gigih, tekun, tidak mudah putus asa
dalam menjalankan usahanya.
Percaya akan kemampuan diri untuk menjalankan
usahanya
Wirausaha mematuhi setiap aturan yang telah
dibuatnya untuk mencapai keberhasilan.
Keberanian menghadapi risiko dalam menjalankan
usaha dengan mempertimbangkan secara cermat
keuntungan yang akan didapat dan menyiapkan
antisipasi penyelesaian.
Memiliki sikap memperlakukan situasi
ketidakpastian sebagai tantangan , dan berusaha
beradaptasi dengan situasi yang sulit diprediksi agar
dapat bekerja dengan baik.
Menghasilkan suatu gagasan atau barang yang
orisinil dan baru.
Tidak tergantung dengan orang lain atau pada
instansi pemerintah.
Bertanggung jawab atas segala keputusan yang telah
diambil untuk usahanya.
Kompetensi Kewirausahaan (KK)
Kompetensi kewirausahaan adalah pengetahuan, sikap, kemampuan
dan keterampilan yang mempengaruhi keberhasilan usaha. Kompetensi
kewirausahaan dianalisis berdasarkan kondisi responden yang sebenarnya.
Variabel manifest dari karakteristik kewirausahaan dapat dilihat pada Tabel
7.
Tabel 7 Variabel manifest dari kompetensi kewirausahaan
No Variabel manifest /Indikator Keterangan
1
2
3
4
5
Kemampuan manajerial
(Y1.1)
1
Kemampuan konseptual
(Y1.2)
Kemampuan sosial
(Y1.3)
Kemampuan membuat
keputusan (Y1.4)
Kemampuan mengelola waktu
(Y1.5)
Wirausaha memiliki kemampuan untuk,
mengelola sistem informasi bisnis, mengelola
produksi, pemasaran, SDM , dan keuangan.
Wirausaha berorientasi pada tugas dan hasil serta
berorientasi pada masa depan, mampu
merumuskan tujuan, dan merancang strategi.
Wirausaha memiliki kemampuan berkomunikasi
yang baik dengan orang lain, mampu bekerjasama,
dan berkonsultasi dengan para ahli.
Wirausaha mampu merumuskan masalah dan
mengambil keputusan terbaik untuk usahanya.
Wirausaha mampu mengelola waktu dengan baik
untuk bekerja.
28
Kinerja Usaha (KU)
Kinerja usaha adalah serangkaian kegiatan manajemen yang
memberikan gambaran mengenai hasil yang sudah dicapai dalam
melaksanakan tugas, dan tanggung jawab dalam menjalankan usaha. Kinerja
usaha dianalisis berdasarkan kondisi sebenarnya responden. Variabel
manifest dari kinerja usaha dapat dilihat pada Tabel 8.
Tabel 8 Variabel manifest dari kinerja usaha
No Variabel manifest/Indikator Keterangan
1
2
3
Pendapatan (Y2.1)
Keuntungan (Y2.2)
Volume penjualan (Y2.3)
Peningkatan pendapatan yang diperoleh dari bulan
sebelumnya.
Peningkatan keuntungan yang diperoleh dari bulan
sebelumnya.
Peningkatan jumlah gula aren yang dijual dari
bulan sebelumnya.
Metode Analisis Data
Pengolahan data dilakukan secara deskriptif dan kuantitatif. Analisis
deskriptif digunakan untuk menjabarkan karakteristik individu, karakteristik
psikologis, kompetensi kewirausahaan, dan kinerja usaha. Analisis
deskriptif dilakukan dengan pembuatan tabulasi frekuensi sederhana
berdasarkan jawaban responden. Data serta informasi mengenai
karakteristik individu, karakteristik psikologis, kompetensi kewirausahaan,
dan kinerja usaha dikelompokkan berdasarkan jawaban responden,
ditabulasikan, dan dipersentasekan.
Persepsi responden dalam persentase dihitung dengan cara
menghitung jumlah jawaban responden setiap indikator. Setiap indikator
dalam penelitian ini diukur dengan tiga pertanyaan. Skor jawaban responden
dibedakan menjadi lima skala yaitu sangat tidak setuju untuk skor 1, tidak
setuju untuk skor 2, netral untuk skor 3, setuju untuk skor 4 dan sangat
setuju untuk skor 5. Kemudian, jumlah jawaban setiap indikator dibagi
dengan jumlah responden dan dikali 100 persen.
Persentase tertinggi jawaban responden dihitung berdasarkan jumlah
jawaban setuju dan sangat setuju. Pengolahan data dilakukan dengan
menggunakan alat bantu software komputer Microsoft Excel 2007 untuk
tabulasi data dan SPSS versi 16 untuk uji validitas dan uji reliabilitas
kuesioner yang digunakan. Analisis kuantitatif digunakan untuk melihat
pengaruh karakteristik kewirausahaan terhadap kinerja UMKM dan
pengaruh kompetensi kewirausahaan terhadap kinerja UMKM gula aren di
Kabupaten Lombok Barat. Analisis kuantitatif dilakukan menggunakan
program LISREL 8.30 untuk analisis SEM.
Skala Likert
Penelitian ini menggunakan skala Likert untuk mengukur variabel
teramati (observed variabel) pada kuesioner penelitian. Skala Likert dikenal
dengan summated ratings method. Skala Likert dalam penelitian ini terbagi
menjadi lima skala/skor. Semakin tinggi skor yang diperoleh artinya
penilaian terhadap suatu objek semakin positif dan jika semakin rendah skor
29
terhadap suatu objek maka semakin negatif penilaiannya seperti yang dapat
dilihat pada Tabel 9.
Tabel 9 Kriteria skala Likert untuk model persamaan struktural
Kriteria Skor
Sangat setuju 5
Setuju 4
Netral 3
Tidak Setuju 2
Sangat Tidak Setuju 1
Sumber: Rangkuti (2005)
Analisis SEM (Structural Equation Models)
Suatu model persamaan terstruktur (Structural Equation Model)
merupakan metode analisis yang cukup kompleks sebab merupakan
gabungan antara model regresi dan path analysis untuk melihat pengaruh
kausal, pengaruh langsung, dan tidak langsung. Suatu model persamaan
terstruktur berguna untuk menyajikan variabel-variabel yang memiliki
hubungan sebab akibat berserta indikatornya (Bollen 1989). Persamaan
pemodelan Structural Equation Modelling (SEM) merupakan teknik
statistik untuk menguji dan mengestimasi hubungan kausal menggunakan
kombinasi data statistik, dan asumsi kausal kualitatif (Wijanto 2008).
Persamaan tersebut menggambarkan semua hubungan di antara konstruk
yang membangun model (variabel dependen dan variabel independen) di
dalam suatu analisis (Hair et al. 1998).
SEM yaitu konsep analisis faktor yang masuk pada model pengukuran
dan konsep regresi melalui model struktural. SEM merupakan pendekatan
statistik yang komprehensif untuk menguji hipotesis mengenai hubungan
langsung maupun tidak langsung antara variabel yang diamati dan variabel
laten. Analisis SEM dilakukan dengan bantuan program LISREL (Linear
Structural Relationship). Program ini mampu menggambarkan hubungan-
hubungan yang dibangun dalam model berdasarkan teori, sehingga setiap
variabel yang digunakan dalam penelitian harus berlandaskan teori.
Penelitian yang menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi kompetensi
dan kinerja usaha, serta hubungan dan pengaruh kompetensi terhadap
kinerja usaha menggunakan alat analisis SEM dan program LISREL 8.30
(Puspita 2013; Pamela 2013; Nurhayati 2011).
Analisis SEM (Structural Equation Model) lebih ditujukan untuk
memeriksa dan membenarkan suatu model bukan untuk merancang atau
menemukan suatu teori. Syarat utama menggunakan SEM adalah
membangun suatu model hipotesis yang terdiri dari model struktural dan
model pengukuran dalam bentuk diagram jalur yang berdasarkan justifikasi
teori. Permodelan SEM terdapat dua variabel yaitu variabel laten dan
variabel teramati. Variabel laten terdiri atas dua jenis yaitu laten eksogen
dan laten endogen. Variabel laten adalah konsep abstrak yang dihipotesiskan
atau yang tidak teramati dan hanya dapat didekati melalui variabel-variabel
teramati. Variabel teramati adalah variabel-variabel yang nilainya dapat
diperoleh dari responden melalui metode pengumpulan data. Variabel
30
teramati merupakan ukuran dari variabel laten yang sering disebut variabel
manifest atau indikator (Wijanto 2008).
SEM salah satu dari model statistik yang dapat menjelaskan hubungan
antar variabel-variabelnya. Secara umum, sebuah model SEM dapat dibagi
menjadi dua yaitu measurement model dan structural model (Santoso 2011).
Measurement model yaitu bagian dari model SEM yang menggambarkan
hubungan antara variabel laten dan indikatornya. Structural model yaitu
model yang menggambarkan hubungan antar variabel laten atau antar
variabel laten eksogen dengan variabel laten endogen. Model SEM
mempunyai karakteristik yang berbeda dengan regresi biasa. Regresi pada
umumnya menspesifikasikan hubungan antara variabel-variabel teramati,
sedangkan pada model SEM hubungan terjadi di antara variabel-variabel
yang tidak teramati (variabel laten). Menurut Wijanto (2008) kelebihan
SEM dibandingkan dengan analisis regresi berganda yaitu penggunaan
variabel-variabel laten pada regresi berganda menimbulkan kesalahan-
kesalahan pengukuran yang berpengaruh pada estimasi parameter. Masalah
kesalahan pengukuran tersebut dapat diatasi oleh SEM melalui persamaan-
persamaan yang ada pada model pengukuran (measurement model).
Parameter-parameter dari persamaan pada model pengukuran SEM
merupakan muatan faktor dari variabel laten terhadap indikator yang terkait.
Dengan demikian, model SEM selain memberikan informasi mengenai
hubungan di antara variabel-variabelnya, juga memberikan informasi
tentang muatan faktor, dan kesalahan-kesalahan pengukuran.
Ferdinand (2002) menyatakan bahwa model persamaan struktural
merupakan jawaban yang layak untuk kombinasi antara analisis faktor dan
analisis regresi berganda. Model persamaan struktural dapat digunakan
mengidentifikasi dimensi-dimensi sebuah konstruk dan mengukur pengaruh
atau derajat antar faktor yang telah diidentifikasikan dimensi-dimensinya.
Solimun (2002) juga menyatakan bahwa di dalam SEM, peneliti dapat
melakukan tiga kegiatan sekaligus, yaitu pemeriksaan validitas, dan
reliabilitas instrumen (setara dengan analisis faktor konfirmatori), pengujian
model hubungan antar variabel laten (setara dengan analisis path), dan
mendapatkan model yang bermanfaat untuk prediksi (setara dengan model
struktural atau analisis regresi).
Tahapan Prosedur SEM (Structural Equation Models)
Data hasil pengisian kuesioner direkapitulasi dengan menggunakan
program MS Excel 2007. Hasil olahan tersebut menjadi input dan dianalisis
dengan menggunakan metode SEM menggunakan bantuan program
LISREL 8.30. Prosedur SEM melalui tahapan-tahapan sebagai berikut
(Wijanto 2008, Ghozali dan Fuad 2012):
1. Spesifikasi model
Spesifikasi model merupakan tahap pembentukan model awal
persamaan struktural, sebelum dilakukan estimasi. Model awal ini
diformulasikan berdasarkan suatu teori atau penelitian sebelumnya.
Spesifikasi model secara garis besar dilakukan dengan menspesifikasikan
model pengukuran serta menspesifikasikan model struktural. Spesifikasi
model pengukuran meliputi aktivitas mendefinisikan variabel-variabel laten,
31
mendefinisikan variabel-variabel teramati (variabel manifest/indikator) dan
mendefinisikan hubungan antara keduanya.
2. Identifikasi model
Tahapan identifikasi merupakan tahap dimana dilakukan pengkajian
tentang kemungkinan diperolehnya nilai yang unik untuk setiap parameter
yang ada di dalam model dan kemungkinan persamaan simultan tidak
memiliki solusi.
3. Estimasi model
Estimasi merupakan tahap yang berkaitan dengan estimasi terhadap
model untuk menghasilkan nilai-nilai parameter dengan mengunakan salah
satu metode estimasi yang tersedia. Pemilihan metode estimasi yang
digunakan seringkali ditentukan berdasarkan karakteristik dari variabel-
variabel yang dianalisis.
4. Uji kecocokan model
Uji kecocokan merupakan tahap yang berkaitan dengan pengujian
kecocokan antara model dengan data. Penilaian derajat kecocokan suatu
SEM secara menyeluruh tidak dapat langsung dilakukan sebagaimana
teknik multivariat yang lain. Penilaiannya dilakukan dengan tiga sudut
pandang yaitu kecocokan secara menyeluruh (overall fit), kecocokan
komparatif terhadap model dasar (comparative fitto base model), dan
parsimoni model (model parsimony). Hair et al. (1998) mengelompokan
kriteria ukuran kecocokan atau Goodness Of Fit (GOF) menjadi tiga bagian
yaitu ukuran kecocokan absolut (absolut fit measures), ukuran kecocokan
inkremental (incremental fit measures), dan ukuran kecocokan parsimoni
(parsimony fit measures). Ukuran uji kecocokan model yang digunakan
dalam penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 10.
Tabel 10 Uji kecocokan model
Ukuran Goodness of Fit (GOF) Tingkat kecocokan yang bisa diterima
RMSEA (Root Mean Square Error of
Approximation)
RMSEA ≤ 0.08 adalah good fit , dan RMSEA < 0.05
adalah close fit.
GFI (Goodness of Fit Index) GFI ≥ 0.90 good fit, sedangkan 0.80 ≤ GFI <
0.90 marginal fit.
RMR (Root Mean Square Residual) ≤ 0.05 atau ≤ 0.1 adalah good fit.
NFI (Normed Fit Index) NFI ≥ 0.90 good fit, sedangkan 0.80 ≤ NFI <
0.90 marginal fit.
AGFI (Adjusted Goodness of Fit
Index)
AGFI ≥ 0.90 good fit, sedangkan 0.80 ≤ AGFI
< 0.90 marginal fit.
RFI (Relatif Fit Index) RFI ≥ 0.90 good fit, sedangkan 0.80 ≤ RFI <
0.90 marginal fit.
IFI ( Incremental Fit Index) IFI ≥ 0.90 good fit, sedangkan 0.80 ≤ IFI <
0.90 marginal fit.
CFI (Comparative Fit Index) CFI ≥ 0.90 good fit, sedangkan 0.80 ≤ CFI <
0.90 marginal fit.
Sumber: Wijanto (2008)
32
Penjelasan masing-masing kriteria yang digunakan, yaitu:
1. RMSEA (Root Mean Square Error of Approximation) untuk
mengetahui rata-rata perbedaan per degree of freedom yang
diharapkan terjadi dalam populasi dan bukan pada sampel.
2. GFI (Goodness of Fit Index) merupakan suatu ukuran yang
menunjukkan seberapa besar model mampu menerangkan
keragaman data.
3. RMR (Root Mean Square Residual) mewakili nilai rata-rata residual
yang diperoleh dari mencocokkan matrik varian dan kovarian dari
data sampel.
4. NFI (Normed Fit Index) ditemukan oleh Bentler dan Bonetts (1980)
dan digunakan sebagai alternatif untuk menentukan model fit.
5. AGFI (Adjusted Goodness of Fit Index) adalah perluasan dari GFI
yang disesuaikan dengan rasio antara degree of freedom dari
null/independence model dengan degree of freedom dari model yang
dihipotesiskan atau diestimasi (Joreskog dan Sorbom 1989).
6. RFI (Relatif Fit Index) digunakan untuk mengukur model fit
7. IFI ( Incremental Fit Index) diperkenalkan oleh Bollen (1989) dan
digunakan untuk mengatasi masalah ukuran sampel.
8. CFI (Comparative Fit Index) merupakan model kesesuaian
inkremental untuk membandingkan antara model yang diuji dengan
baseline model.
9. AIC (Akaike Information Criterion) merupakan ukuran yang
berdasarkan atas statistical information theory (Akaike 1987) dan
digunakan untuk membandingkan beberapa model dengan jumlah
konstruk yang berbeda.
10. CAIC (Consistent Akaike Information Criterion) digunakan untuk
membandingkan beberapa model dengan jumlah konstruk yang
berbeda dan menyertakan ukuran sampel dalam perhitungannya.
Uji validitas
Validitas merupakan tingkat dimana sebuah pengujian mengukur apa
yang benar-benar ingin diukur (Cooper dan Pamela 2006). Uji validitas
yang umumnya digunakan oleh para peneliti yaitu korelasi item-total (item-
total correlation). Jika peneliti menggunakan kuesioner dalam pengumpulan
data, kuesioner yang disusunnya harus mampu mengukur apa yang ingin
diukurnya (Umar 2003). Uji validitas ditujukan untuk memperoleh
konstruksi atau kerangka suatu konsep yang valid. Apabila terdapat
konsistensi antara variabel satu dengan variabel lainnya, maka konstruksi
tersebut telah memiliki validitas. Hasil uji validitas dalam penelitian ini
dapat dilihat secara langsung pada output SEM. Bila t-hitung lebih besar
dari t-tabel (1.96), maka variabel tersebut dinyatakan valid. Selain dilihat
dari nilai t-hitung, uji validitas juga dilihat dari muatan faktor standarnya
(standardized factor loadings). Variabel dikatakan valid jika muatan faktor
lebih besar atau sama dengan 0.7 atau 0.5. Dalam penelitian ini, muatan
faktor dikatakan valid jika lebih dari 0.6.
33
Uji reliabilitas
Reliabilitas bertujuan untuk mengetahui kekonsistenan hasil
pengukuran, apabila dilakukan pengukuran dua kali atau lebih terhadap
gejala yang sama dengan menggunakan alat pengukur yang sama pula
(Siregar 2012). Hal yang sama juga dijelaskan oleh Umar (2003) yang
mendefinisikan reliabilitas adalah suatu nilai yang menunjukkan konsistensi
suatu alat pengukur di dalam mengukur gejala yang sama secara berulang
dua kali atau lebih. Setiap alat pengukur yang baik seharusnya memiliki
kemampuan untuk memberikan hasil pengukuran yang konsisten. Pada
pengukuran gejala fisik yang sudah pasti alat ukurnya, konsistensi akan
dapat dengan mudah diperoleh. Namun, untuk mengukur permasalahan
bisnis yang mencakup fenomena sosial seperti sikap, opini, dan persepsi,
pengukuran yang konsisten agak sulit dicapai. Pemeriksaan terhadap
kekonsistenan pengukuran ini dilakukan terhadap peubah laten (construct
reliability) untuk menilai kekonsistenan pengukuran keseluruhan peubah
manifest yang mengukur peubah laten itu (composite reliability) dan
terhadap masing-masing peubah manifest. Variabel dikatakan reliabel, jika
construct reliability (CR), dan variance extracted (VE) bernilai 0.5, sesuai
dengan asumsi nilai muatan faktor lebih dari atau sama dengan 0.7.
Sedangkan untuk asumsi nilai muatan faktor kurang dari 0.7 biasanya akan
mengahasilkan nila CR mendekati 0.7, dan VE mendekati 0.5. Rumus untuk
menemukan nilai CR, dan VE sebagai berikut:
𝐶𝑜𝑛𝑠𝑡𝑟𝑢𝑐𝑡 𝑅𝑒𝑙𝑖𝑎𝑏𝑖𝑙𝑖𝑡𝑦 (𝐶𝑅) =(𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑀𝑢𝑎𝑡𝑎𝑛 𝐹𝑎𝑘𝑡𝑜𝑟)2
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑒𝑟𝑟𝑜𝑟 + (𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑚𝑢𝑎𝑡𝑎𝑛 𝐹𝑎𝑘𝑡𝑜𝑟)2
𝑉𝑎𝑟𝑖𝑎𝑛𝑐𝑒 𝐸𝑥𝑡𝑟𝑎𝑐𝑡𝑒𝑑 (𝑉𝐸) =𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑀𝑢𝑎𝑡𝑎𝑛 𝐹𝑎𝑘𝑡𝑜𝑟2
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑒𝑟𝑟𝑜𝑟 + 𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑚𝑢𝑎𝑡𝑎𝑛 𝐹𝑎𝑘𝑡𝑜𝑟2
5. Respesifikasi model
Respesifikasi adalah tahapan yang berkaitan dengan respesifikasi
model berdasarkan hasil uji kecocokan tahap sebelumnya. Pelaksanaan
respesifikasi sangat tergantung kepada strategi permodelan yang digunakan.
Penelitian ini akan menggunakan strategi pengembangan model atau model
development strategy (Hair et al. 1998). Pada strategi permodelan ini suatu
model awal dispesifikasikan dan data empiris dikumpulkan. Jika model
awal tidak cocok dengan data empiris yang ada, maka model dapat
dimodifikasi dan diuji kembali dengan data yang sama hingga mendapatkan
model yang sesuai dengan data secara baik dan semua parameternya dapat
diartikan dengan baik. Respesifikasi model ini akan dilakukan berdasarkan
theory driven sebab Hair et al. (1998) lebih menganjurkan menggunakan
theory driven.
Implementasi Model SEM (Structural Equation Models)
Model SEM terdiri dari variabel laten endogen, variabel laten eksogen
dan indikator. Model SEM pada penelitian ini terdiri dari dua variabel laten
eksogen, dua variabel laten endogen, dan 20 indikator. Variabel laten
34
eksogen yaitu hubungan antar variabel serta model struktural dan model
pengukurannya digambarkan dalam bentuk diagram lintas (path diagram),
sedangkan variabel laten endogen adalah variabel terikat yang dipengaruhi
oleh variabel laten eksogen. Notasi matematik dari model SEM dalam
penelitian ini yaitu:
1. Persamaan struktural keseluruhan model pengaruh karakteristik
kewirausahaan terhadap kinerja UMKM gula aren di Kabupaten
lombok Barat yaitu:
KU = 𝛽𝐾𝐼KI휁𝐾𝐼 + 𝛽𝐾𝑃 KP 휁𝐾𝑃
KU = 𝛽𝐾𝐾KK 휁𝐾𝐾 + 𝛽𝐾𝐼 KI 휁𝐾𝐼 + 𝛽𝐾𝑃 KP 휁𝐾𝑃
2. Model pengukuran variabel laten eksogen Karakteristik individu
(KI) X1.1 = 𝜆𝑥1.1
KI + 𝛿𝑥1.1 ................................................................................... (1)
X1.2 = 𝜆𝑥1.2KI + 𝛿𝑥1.2
.................................................................................. (2)
X1.3 = 𝜆𝑥1.3KI + 𝛿𝑥1.3
.................................................................................. (3)
X1.4 = 𝜆𝑥1.4KI + 𝛿𝑥1.4
................................................................................... (4)
3. Model pengukuran variabel laten eksogen Karakteristik psikologis
(KP) X2.1 = 𝜆𝑥2.1
KP + 𝛿𝑥2.1 .................................................................................. (5)
X2.2 = 𝜆𝑥2.2KP + 𝛿𝑥2.2
.................................................................................. (6)
X2.3 = 𝜆𝑥2.3KP + 𝛿𝑥2.3
.................................................................................. (7)
X2.4 = 𝜆𝑥2.4KP + 𝛿𝑥2.4
.................................................................................. (8)
X2.5 = 𝜆𝑥2.5KP + 𝛿𝑥2.5
................................................................................. (9)
X2.6 = 𝜆𝑥2.6KP + 𝛿𝑥2.6
................................................................................ (10)
X2.7 = 𝜆𝑥2.7KP + 𝛿𝑥2.7
................................................................................ (11)
X2.8 = 𝜆𝑥2.8KP + 𝛿𝑥2.8
............................................................................... (12)
4. Model pengukuran variabel laten endogen Kompetensi
kewirausahaan (KK) Y1.1 = 𝜆𝑦1.1
KK + 휀𝑦1.1 ............................................................................... (13)
Y1.2 = 𝜆𝑦1.2KK + 휀𝑦1.2
............................................................................... (14)
Y1.3 = 𝜆𝑦1.3KK + 휀𝑦1.3
............................................................................... (15)
Y1.4 = 𝜆𝑦1.4KK + 휀𝑦14
................................................................................ (16)
Y1.5 = 𝜆𝑦1.5KK + 휀𝑦1.5
............................................................................... (17)
5. Model pengukuran variabel laten endogen Kinerja Usaha (KU) Y2.1 = 𝜆𝑦2.1
KU + 휀𝑦2.1 ............................................................................... (18)
Y2.2 = 𝜆𝑦2.2KU + 휀𝑦2.2
............................................................................... (19)
Y2.3 = 𝜆𝑦2.3KU + 휀𝑦2.3
............................................................................... (20)
Keterangan :
KI = variabel laten eksogen Karakteristik Individu
KP = variabel laten eksogen Karaktersitik Psikologis
KK = variabel laten endogen Kompetensi Kewirausahaan
KU = variabel laten endogen Kinerja Usaha
X11, … n = variabel manifest pada variabel laten eksogen
Y11, … n = variabel manifest pada variabel laten endogen
휁𝑥1.1,. . .n = variabel laten eksogen
휁𝐾𝐼 , 휁𝐾𝑃 = variabel laten eksogen lingkungan eksternal
35
𝜆𝑥1.1, … n =muatan faktor variabel indikator pada variabel laten eksogen
𝜆𝑦1.1 , … n =muatan faktor variabel indikator pada variabel laten
endogen
δ, ε = error pada model hubungan variabel indikator
Variabel laten eksogen dalam penelitian ini yaitu karakteristik
individu (KI) dan karakteristik pikologis (KP). Variabel laten endogen
dalam penelitian ini yaitu kompetensi kewirausahaan (KK) dan kinerja
usaha (KU). Indikator dalam penelitian ini yaitu (1) usia (X1.1), (2)
pendidikan (X1.2), (3) pengalaman (X1.3), (4) kekosmopolitan (X1.4), (5)
pekerja keras (X2.1), (6) percaya diri (X2.2), (7) disiplin (X2.3), (8) berani
mengambil risiko (X2.4), (9) toleransi terhadap ketidakpastian (X2.5), (10)
inovatif (X2.6), (11) mandiri (X2.7), (12) bertanggung jawab (X2.8) (13)
kemampuan manajerial (Y1.1), (14) kemampuan konseptual (Y1.2), (15)
kemampuan sosial (Y1.3), (16) kemampuan membuat keputusan (Y1.4), (17)
kemampuan mengatur waktu (Y1.5), (18) pendapatan (Y2.1), (19) keuntungan
(Y2.2), dan (20) volume penjualan (Y2.3). Hubungan yang terdapat dalam
model mengenai karakteristik kewirausahaan, kompetensi kewirausahaan
dan kinerja UMKM gula aren di Kabupaten Lombok Barat digambarkan
dalam bentuk diagram lintas (path diagram) pada Gambar 10.
𝛿2.4
Gambar 10 Diagram lintas model pengaruh karakteristik kewirausahaan terhadap
kinerja UMKM gula aren di Kabupaten Lombok Barat
𝛿2.1
𝛿2.2
𝜖1.1
𝜖1.2
𝜖1.3
𝜖1.4
𝜖1.5 𝛿1.4
𝛿1.2
𝛿1.1
𝛿1.3
X1.1
KI
X1.3
X1.4
X1.2
KP X2.4
X2.1
X2.2
X2.3
X2.5
X2.7
X2.6
X2.8
𝜖2.1
𝜖2.2
𝜖2.3
Y1.1
Y1.3
Y1.2
Y1.4
Y1.5
KK
KU
Y2.1
Y2.2
Y2.3
𝛿2.7
𝛿2.3
𝛿2.6
𝛿2.8
𝛿2.5
𝛿2.1
𝛿2.2
36
5 GAMBARAN UMKM GULA AREN di KABUPATEN
LOMBOK BARAT
Kondisi UMKM Gula Aren di Kabupaten Lombok Barat
Pohon aren (Arenga pinnata Merr) ditemukan tumbuh di daerah Asia
Tenggara sampai kepulauan Ryukyu di Jepang dan menyebar ke Vietnam
hingga Himalaya bagian timur. Pohon aren biasanya tumbuh soliter atau
tidak berumpun. Tinggi pohon aren sekitar 10-20 meter dan diameter batang
mencapai 30-65 centimeter. Batangnya diselubungi oleh serabut-serabut
hitam kasar yang disebut ijuk. Pohon aren sebagai tumbuhan multiguna
dikenal luas di Indonesia. Buah aren dimanfaatkan untuk menjadi kolang-
kaling. Ijuk aren dapat dimanfaatkan menjadi tali tambang, batangnya dapat
dimanfaatkan untuk menghasilkan tepung sagu, akarnya dapat dimanfaatkan
sebagai bahan bakar untuk memasak dan nira aren yang diperoleh dari
penyadapan tandan bunga jantan pohon aren dapat dimanfaatkan menjadi
gula aren. Tandan bunga betina tidak bisa disadap karena nira aren yang
dihasilkan sangat sedikit dan tidak sebaik air nira dari tandan bungan jantan.
Tandan bunga betina dibiarkan berkembang hingga menghasilkan buah
untuk dijadikan kolang kaling (Mujahidin et al. 2003).
Berbagai upaya sebelum penyadapan untuk memperlancar keluarnya
nira aren di Kabupaten Lombok Barat masih dilakukan oleh wirausaha
dengan cara tradisional menurut kepercayaan yang diajarkan secara turun
temurun. Sebelum disadap, tandan bunga jantan yang telah mekar dipukul
dengan sebatang kayu pada tangkai bunganya dengan arah memutar mulai
dari ujing hingga arah pangkal dan sebaliknya. Pemukulan dilakukan 2 kali
sehari yaitu pada pagi dan sore hari selama 3-4 minggu secara berselang
seling. Jika hari ini telah dipukuli, keesokan harinya tidak, begitu seterusnya
selama 3-4 minggu. Kemudian tandan bunga diris, jika nira aren menetes
hingga keesokan harinya. Hal ini berarti tandan sudah siap untuk disadap.
Wirausaha juga dilarang mandi menggunakan sabun dan wewangian ketika
akan menyadap nira aren. Menurut kepercayaanya, jika menggunakan
wewangian akan mengurangi jumlah air nira yang keluar.
Wirausaha UMKM gula aren di Kabupaten Lombok Barat rata-rata
dalam sehari bekerja selama 8-9 jam. Wirausaha menyadap pohon aren
sebanyak 2 kali dalam sehari yaitu pada pagi hari dan sore hari. Nira aren
yang diperoleh pada pagi hari lebih banyak dibandingkan dengan yang
diperoleh pada sore hari. Nira aren yang diperoleh pada pagi hari langsung
dimasak menjadi gula aren, sedangkan nira aren yang diperoleh pada sore
hari hanya didihkan saja agar tidak berubah menjadi asam. Nira yang
diperoleh pada sore hari baru dimasak hingga menjadi gula aren pada
keesokan harinya dicampur dengan nira aren yang diperoleh pada pagi hari.
Wirausaha dalam sehari dapat memperoleh sekitar 20-30 liter nira aren dari
3-5 pohon yang disadap (diambil niranya). Kadar konsentrasi gula dalam
nira aren mempengaruhi jumlah gula aren yang dihasilkan. Nira aren
sebanyak 7-8 liter rata-rata dapat menghasilkan 1 kg gula aren. Saat musim
panas rendemen gula lebih tinggi dibandingkan dengan saat musim hujan
(Mujahidin et al. 2003).
37
Berdasarkan hasil wawancara permasalahan yang dihadapi wirausaha
yaitu berkaitan dengan cuaca yang tidak menentu dan ketersediaan kayu
bakar. Faktor cuaca adalah salah satu masalah yang dihadapi wirausaha
UMKM gula aren di Kabupaten Lombok Barat dalam menjalankan
usahanya. Cuaca yang tidak menentu akan mempengaruhi jumlah nira aren
yang dihasilkan pohon aren. Saat cuaca panas, nira aren yang dihasilkan
lebih banyak dan lebih manis, sedangkan saat turun hujan nira aren yang
dihasilkan kurang manis dan terkadang air nira yang dikumpulkan
tercampur dengan air hujan. Risiko lainnya yang dihadapi wirausaha
UMKM gula aren saat turun hujan yaitu pohon aren menjadi licin dan lebih
susah dipanjat. Kekurangan kayu bakar untuk memasak nira aren menjadi
gula aren juga merupakan permasalahan yang dikeluhkan oleh wirausaha
UMKM gula aren di Kabupaten Lombok Barat dalam menjalankan
usahanya. Hal ini karena 99.16 persen wirausaha masih memasak gula aren
menggunakan kayu bakar. Wirausaha lebih menyukai menggunakan kayu
bakar untuk membuat gula aren. Menurut mereka kayu bakar lebih mudah
didapat disekitar tempat memasak gula aren dan kalaupun harus membeli
kayu sisa bangunan, harganya lebih murah daripada harus menggunakan
kompor gas dan membeli gas.
Beberapa wirausaha pernah mengikuti pelatihan cara membuat gula
aren yang diberikan oleh dinas terkait, namun pelatihan seperti itu tidak
sering diadakan. Sesama wirausaha gula aren jarang berkumpul bertukar
informasi dan permasalahan usaha yang dihadapi, karena sesama wirausaha
gula aren belum membentuk kelompok usaha bersama. Padahal banyak
manfaat yang dapat diperoleh dengan membentuk kelompok usaha bersama.
Wirausaha dapat saling bertukar informasi dan saling memberikan masukan
jika ada wirausaha yang menghadapi masalah dalam usahanya. Wirausaha
juga dapat bertukar informasi harga gula aren saat ini dan dapat bekerja
sama untuk memenuhi pesanan dalam jumlah besar. Keberadaan kelompok
usaha bersama juga dapat memudahkan wiraushaa untuk meminta
pendampingan serta pembinaan dari dinas terkait dan mengajukan bantuan
alat serta pinjaman modal untuk memajukan usahanya.
Gula aren dibuat dengan cara dan peralatan yang sederhana yaitu
hanya menggunakan wajan, tungku yang dibuat dari batu dan semen. Alat
pengaduk yang dibuat dari batang pohon kelapa dan cetakan yang dibuat
dari tempurung buah kelapa. Bangunan dapur untuk membuat gula aren
terpisah dari rumah. Bentuk bangunan dapur terbuka tanpa tembok karena
proses gula aren masih dilakukan secara tradisional menggunakan kayu
bakar. Bahan baku utama pembuatan gula aren yaitu nira aren yang
diperoleh dengan cara menyayat bunga jantan dari pohon aren. Kualitas nira
aren sangat mempengaruhi kualitas gula aren yang dihasilkan. Proses
pembuatan gula aren melalui beberapa tahapan, yaitu:
1. Pemasakan
Nira aren yang telah dikumpulkan wirausaha dari pohon aren,
dituangkan kedalam wajan besar sambil disaring agar tidak ada
kotoran yang ikut tercampur. Nira aren kemudian direbus sekitar 5-6
jam tergantung jumlah nira aren. Selama proses perebusan, buih
38
yang mengapung dibuang agar gula aren yang dihasilkan tidak
berwarna gelap dan gula yang dihasilkan lebih tahan lama.
2. Pencetakan
Saat cairan gula mulai mengental, gula harus terus diaduk kearah
tepian wajan untuk mempercepat pengentalan gula. Setelah cairan
gula mengental, wajan diturunkan dari tungku agar gula tidak
hangus. Selanjutnya cairan gula dituangkan ke dalam cetakan yang
sebelumnya telah direndam dalam air. Hal ini dilakukan untuk
mempercepat proses pendinginan dan memudahkan mengeluarkan
gula aren dari cetakan.
3. Pengemasan
Gula aren yang telah mengeras dikeluarkan dari cetakan. Selanjutnya
gula aren yang telah dingin dikemas menggunakan daun pisang
kering atau plastik.
Proses pembuatan gula semut dari tahap awal sama dengan pembuatan
gula bumbung, gula batok dan briket. Perbedaannya hanya terletak pada
tahap pemasakannya. Pemasakan nira aren untuk membuat gula semut
dilakukan hingga tahap pengkristalan. Saat gula mulai mengkristal,
pengadukan terus dilakukan hingga terbentuk gumpalan, kemudian wajan
didinginkan. Pengadukan terus dilanjutkan hingga terbentuk butiran kristal.
Selanjutnya, butiran kristal gula diayak dengan ayakan berukuran 20 mesh
untuk menghasilkan butiran-butiran gula semut. Gula semut dikemas dalam
plastik kemudian di press agar kedap udara.
Gula aren yang diproduksi oleh wirausaha gula aren di Kabupaten
Lombok Barat ada empat bentuk yaitu gula bumbung yang berbentuk
panjang, cetakannya terbuat dari batang bambu dengan ukuran sekitar 400
gram per butirnya. Gula batok yang berbentuk bundar cetakannya terbuat
dari batok tempurung kelapa dengan ukuran 450-500 gram per butirnya.
Gula briket yang berbentuk seperti pipa dengan ukuran kecil sepanjang 2.5
centimeter dan gula semut yang berbentuk serbuk (Gambar 11).
39
Gula bumbung Gula batok
Gula briket Gula semut
Gambar 11 Jenis gula aren hasil produksi wirausaha UMKM gula aren di
Kabupaten Lombok Barat
Karakteristik Wirausaha UMKM Gula Aren di Kabupaten Lombok
Barat
Penelitian ini menggunakan responden wirausaha UMKM gula aren di
Kabupaten Lombok Barat sebanyak 120 orang. Seluruh responden telah
memenuhi kriteria untuk menjadi responden dalam penelitian ini. Kriteria
untuk menjadi responden dalam penelitian ini yaitu (1) pelaku UMKM gula
aren adalah pengelola sekaligus pemilik UMKM gula aren, (2) kegiatan
UMKM gula aren minimal telah berjalan selama 2 tahun, dan (3)
wirausaha yang dipilih dinilai cukup dewasa untuk diwawancarai serta
mampu untuk mengisi kuesioner (berusia 17 tahun keatas).
Jenis kelamin responden
Jenis kelamin wirausaha didominasi oleh laki laki sebesar 96.67
persen (Tabel 11). UMKM gula aren di Kabupaten Lombok Barat
didominasi oleh wirausaha berjenis kelamin laki-laki, karena seluruh proses
produksi masih dikerjakan sendiri oleh wirausaha. Laki-laki memiliki fisik
yang lebih kuat untuk melakukan semua proses produksi mulai tahapan
mengambil nira aren di pohon hingga memasak gula aren.
40
Tabel 11 Sebaran persentase karaktersitik responden berdasarkan jenis
kelamin
Jenis kelamin Jumlah (orang) Persentase (%)
Pria 116 96.67
Wanita 4 3.33
Jumlah 120 100
Usia responden UMKM gula aren di Kabupaten Lombok Barat dijalankan oleh
wirausaha dengan kisaran usia yang masih produktif. Hal ini menunjukkan
bahwa UMKM gula aren merupakan sumber mata pencaharian yang
menarik bagi tenaga kerja usia produktif di Kabupaten Lombok Barat.
Jumlah responden terbanyak berada pada kategori dewasa madya I (40-49
tahun) sebesar 39.17 persen (Tabel 12). Ciri wirausaha yang berada pada
kategori dewasa madya I yaitu telah mencapai keberhasilan dalam
pekerjaan. Keberhasilan itu biasa dicapai pada usia 40 tahun keatas.
Wirausaha pada masa ini memiliki usaha yang lebih baik dari usaha pada
masa mudanya, karena telah memiliki cukup pengalaman dalam mengelola
suatu usaha.
Tabel 12 Sebaran persentase karaktersitik responden berdasarkan kelompok
usia
Kelompok usia Rentang usia Jumlah (orang) Persentase (%)
Dewasa akhir ≥ 60 tahun 4 3.33
Dewasa madya II 50-59 tahun 11 9.17
Dewasa madya I 40-49 tahun 47 39.17
Dewasa awal II 30-39 tahun 44 36.67
Dewasa awal I 18-29 tahun 14 11.67
Jumlah 120 100
Jumlah anggota keluarga
Jumlah tanggungan keluarga merupakan jumlah anggota keluarga
yang diberi nafkah oleh wirausaha. Jumlah tanggungan keluarga
mempengaruhi seberapa besar pendapatan wirausaha yang dialokasikan
untuk membiayai kebutuhan keluarga. Hal ini berkaitan dengan seberapa
besar pendapatan yang tersisa setelah digunakan untuk memenuhi
kebutuhan keluarga dan dapat diinvestasikan kembali untuk UMKM gula
aren. Semakin banyak jumlah tanggungan keluarga maka semakin tinggi
pula pengeluaran yang dikeluarkan oleh wirausaha untuk mencukupi
kebutuhan keluarganya. Berdasarkan Tabel 13 diketahui bahwa jumlah
anggota keluarga terbanyak yaitu pada kisaran 0-5 orang (81.67 persen).
Wirausaha yang memiliki tanggungan keluarga yang besar (6-10 orang)
karena ada orang tua dan saudara ipar yang ikut tinggal bersama keluarga
mereka. Hal ini berarti jumlah tanggungan keluarga wirausaha cukup
banyak dan pengeluaran yang dikeluarkan untuk mencukupi kebutuhan
keluarganya juga cukup banyak.
41
Tabel 13 Sebaran persentase karaktersitik responden berdasarkan jumlah
anggota keluarga
Jumlah anggota keluarga Jumlah (orang) Persentase (%)
0-5 orang 98 81.67
6-10 orang 22 18.33
Jumlah 120 100
Pendidikan formal responden
Tingkat pendidikan formal responden mencerminkan kualitas sumber
daya manusia, dimana semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang maka
akan semakin tinggi pula kualitas sumber daya manusianya. Responden
dalam penelitian ini memiliki tingkat pendidikan hingga setingkat SD
sebesar 74.17 persen (Tabel 14). Hal ini menunjukkan tingkat pendidikan
responden termasuk kategori rendah. Tingkat pendidikan yang rendah
menggambarkan tingkat kemajuan dan kemampuan sumber daya manusia
yang relatif rendah.
Alasan wirausaha tidak melanjutkan sekolah adalah keterbatasan biaya
yang dimiliki. Alasan lain yang dikemukakan wirausaha yaitu usaha ini
adalah usaha turun temurun, sehingga anak anak mereka perlu dilatih agar
terampil menentukan tandan bunga jantan yang sudah siap disadap, cara
menyadap nira aren hingga membuat gula aren. Anak-anak mereka yang
telah lulus SD juga merupakan tenaga kerja potensial untuk membantu
orang tuanya, sambil mempersiapkan anak anak mereka memulai usahanya
sendiri.
Tabel 14 Sebaran persentase karaktersitik responden berdasarkan tingkat
pendidikan formal
Tingkat pendidikan formal Jumlah (orang) Persentase (%)
Tidak Sekolah 6 5
0-6 tahun/ setingkat SD 89 74.17
7-9 tahun/ setingkat SLTP 16 13.33
10-12 tahun/ setingkat SMU 7 5.83
13-16 tahun/ setingkat Diploma/Sarjana 2 1.67
Jumlah 120 100
Bentuk usaha
UMKM gula aren di Kabupaten Lombok Barat paling banyak
dikelola dalam skala usaha mikro yaitu sebesar 98.33 persen (Tabel 15).
Usaha mikro yaitu usaha yang dijalankan dengan modal kecil, memiliki aset
usaha tidak termasuk tanah dan bangunan kurang dari Rp50 000 000 dan
omset per tahun kurang dari Rp300 000 000 (UU no 20 Tahun 2008).
UMKM gula aren sebagian besar masih dijalankan dalam bentuk usaha
mikro, karena wirausaha yang menjalankannya berpendidikan hanya
setingkat SD. Pendidikan ini mempengaruhi pola pikir dan orientasi
usahanya. Wirausaha tidak ingin terlilit hutang dan ingin menjalankan
usahanya tanpa diperintah oleh orang lain, sehingga wirausaha lebih
memilih menjalankan usahanya dengan modal sendiri dan dalam jumlah
kecil.
42
Tabel 15 Sebaran persentase karaktersitik responden berdasarkan bentuk
usaha
Bentuk usaha Jumlah (orang) Persentase (%)
Mikro 118 98.33
Kecil 2 1.67
Menengah 0 0
Jumlah 120 100
Jumlah tenaga kerja Responden yang menjalankan usahanya tanpa memiliki tenaga kerja
sebesar 98.33 persen (Tabel 16) karena usaha yang dijalankan dalam skala
usaha mikro dengan kapasitas produksi kecil. Wirausaha untuk menghemat
biaya produksi mengerjakan seluruh proses produksi sendiri dan terkadang
di bantu oleh istri dan anak sebagai tenaga kerja tambahan.
Tabel 16 Sebaran persentase karaktersitik responden berdasarkan jumlah
tenaga kerja
Jumlah tenaga kerja Jumlah (orang) Persentase (%)
Tanpa tenaga kerja 118 98.33
1-5 1 0.83
6-10 1 0.83
Jumlah 120 100
Pekerjaan utama
Pekerjaan utama responden dalam penelitian ini yaitu sebagai
wirausaha gula aren sebesar 99.17 persen (Tabel 17). Hal ini menunjukkan
bahwa UMKM gula aren di Kabupaten Lombok Barat menjadi pilihan mata
pencaharian utama masyarakat di Kabupaten Lombok Barat. Wirausaha
gula aren sebagian besar pendidikannya hanya setingkat SD dan UMKM
gula aren dengan skala usaha mikro tidak sulit untuk dijalankan terlebih lagi
ini merupakan usaha turun temurun. Sehingga, wirausaha menjadikan
UMKM gula aren sumber mata pencaharian utama untuk menopang
hidupnya.
Tabel 17 Sebaran persentase karaktersitik responden berdasarkan pekerjaan
utama
Pekerjaan utama Jumlah (orang) Persentase (%)
Pembuat Gula Aren 119 99.17
Guru 1 0.83
Jumlah 120 100
Lama menjalankan usaha Pengalaman menjalankan usaha menjadi modal yang penting bagi
wirausaha. Wirausaha yang telah memiliki pengalaman dalam menjalankan
usaha akan semakin mampu menghadapi berbagai masalah dan tantangan
dalam menjalankan usaha. Staw (1991) berpendapat bahwa pengalaman
dalam menjalankan usaha merupakan indikator terbaik dalam mengukur
kinerja usaha, terutama pengalaman yang berkaitan dengan usaha
43
sebelumnya. Responden dalam penelitian ini telah menjalankan usaha
selama 11-15 tahun sebesar 38.33 persen (Tabel 18). Hal ini menunjukkan
responden telah berpengalaman dalam menjalankan UMKM gula aren, baik
dari proses pembuatan gula aren hingga pemasaran gula aren. Responden
menjalankan usaha selama 11-15 karena responden sejak kecil telah
dibiasakan membantu orang tua membuat gula aren dan ketika mereka telah
cukup dewasa, responden memulai usahanya sendiri.
Tabel 18 Sebaran persentase karaktersitik responden berdasarkan lama
menjalankan usaha
Lama menjalankan usaha Jumlah (orang) Persentase (%)
1-5 tahun 17 14.17
6-10 tahun 26 21.67
11-15 tahun 46 38.33
16-20 tahun 18 15.00
>20 tahun 13 10.83
Jumlah 120 100
Sumber modal Modal merupakan salah satu faktor penting dalam mendukung
kegiatan usaha. Berdasarkan Tabel 19 diketahui bahwa wirausaha gula aren
di Kabupaten Lombok Barat yang menjadi responden dalam penelitian ini
seluruhnya (100 persen) memulai usaha dengan modal sendiri. Hal ini
menunjukkan bahwa responden dalam penelitian ini mandiri dalam
menjalankan usahanya dan tidak ingin terikat dengan lembaga pembiayaan
atau pihak lain. Sumber modal yang berasal dari wirausaha dalam jumlah
kecil. Jumlah modal yang kecil berkaitan dengan skala usaha yang dibangun
oleh wirausaha dan akan berimplikasi pada besarnya pendapatan wirausaha
UMKM gula aren.
Tabel 19 Sebaran persentase karaktersitik responden berdasarkan sumber
modal
Sumber modal Jumlah (orang) Persentase (%)
Sendiri 120 100
Pinjaman 0 0
Sendiri dan pinjaman 0 0
Jumlah 120 100
Keuntungan usaha per bulan
Perhitungan keuntungan usaha per bulan dihitung dengan analisis
pendapatan. Analisis pendapatan dilakukan dengan menghitung produksi
gula aren per hari selama sebulan, hasil penjualan gula aren per hari selama
sebulan, kemudian dikurangi dengan biaya tetap dan biaya variabel yang
dikeluarkan selama sebulan oleh wirausaha. Sebaran keuntungan usaha per
bulan wirausaha UMKM gula aren di Kabupaten Lombok Barat dapat
dilihat pada Tabel 20.
44
Tabel 20 Sebaran persentase karaktersitik responden berdasarkan
keuntungan usaha
Keuntungan usaha per bulan Jumlah (orang) Persentase (%)
< Rp1 000 000 53 44.16
Rp1 000 000- Rp1 500 000 15 12.50
Rp1 5000 000- Rp2 000 000 42 35.00
Rp2 000 000- Rp2 500 000 7 2.50
>Rp2 500 000 3 2.50
Jumlah 120 100
Keuntungan usaha per bulan wirausaha UMKM gula aren di
Kabupaten Lombok Barat kurang dari Rp1 000 000 (44.16 persen).
Wirausaha dengan keuntungan per bulan kurang dari Rp1 000 000
jumlahnya lebih banyak karena gula aren yang diproduksi tergantung pada
jumlah nira aren yang diperoleh. Gula aren hasil produksi biasanya langsung
dijual kepada pedagang pengumpul yang mendatangi tempat produksi
wirausaha setelah gula selesai dibuat, namun ada juga yang menjualnya di
pasar pada keesokan harinya.
6 KARAKTERISTIK KEWIRAUSAHAAN,
KOMPETENSI KEWIRAUSAHAAN dan KINERJA
UMKM GULA AREN
Karakteristik Kewirausahaan
Karakteristik kewirausahaan dalam penelitian ini dibedakan menjadi
dua yaitu karakteristik individu dan karakteristik psikologis.
Karakteristik Individu
Karakteristik individu adalah karakteristik personal yang melekat
dalam diri wirausaha sejak dia lahir dan terbentuk berdasarkan pengalaman
hidup yang telah dilalui. Karakteristik individu diukur dengan indikator usia,
pendidikan, pengalaman dan kekosmopolitan. Persentase penilaian
wirausaha terhadap karakteristik individu dapat dilihat pada Tabel 21.
Tabel 21 Persentase penilaian wirausaha terhadap karakteristik individu
(KI)
Karakteristik individu Persen tertinggi Keterangan
Usia (X1.1) 56.63 Usia seseorang menentukan keberhasilannya
dalam menjalankan usaha.
Pendidikan (X1.2) 66.60 Seorang wirausaha harus bisa membaca dan
menulis.
Pengalaman (X1.3) 94.20 Seorang wirausaha sukses adalah yang sangat
paham dan mengerti mengenai segala sesuatu
tentang gula aren.
Kekosmopolitan (X1.4) 68.30 Wirausaha yang rajin membaca buku-buku
mengenai gula aren maka usahanya akan
semakin sukses.
45
Responden pada penelitian ini sebesar 39.17 persen berada pada
kategori usia (X1.1) dewasa madya I (40-49 tahun). Ciri wirausaha yang
berada pada kategori dewasa madya I yaitu telah mencapai keberhasilan
dalam pekerjaan. Keberhasilan itu biasa dicapai pada usia 40 tahun keatas.
Wirausaha pada masa ini memiliki usaha yang lebih baik dari usaha pada
masa mudanya, karena telah memiliki cukup pengalaman dalam mengelola
suatu usaha dan memiliki pekerjaan yang terbaik daripada pekerjaan ketika
masih berusia muda. Responden sebesar 56.63 persen (setuju 50.80 persen
dan sangat setuju 5.83 persen) setuju bahwa usia seseorang menentukan
keberhasilannya dalam menjalankan usaha. Semakin bertambah usia
seseorang maka pengalaman hidupnya akan semakin banyak. Hal ini
menunjukkan bahwa usia seseorang berpengaruh terhadap keberhasilan
usaha yang dikelolanya.
Responden pada penelitian ini sebesar 74.17 persen tingkat
pendidikan (X1.2) hanya hingga setingkat SD. Responden dengan tingkat
pendidikan hingga setingkat SD sudah mampu untuk membaca dan menulis.
Kemampuan dasar ini sudah dianggap cukup untuk menunjang kemampuan
wirausaha dalam menjalankan UMKM gula aren. Hal ini sesuai dengan
66.60 persen (setuju 55.80 persen dan sangat setuju 10.80 persen) responden
yang setuju bahwa seorang wirausaha harus bisa membaca dan menulis.
Pendidikan formal dapat menambah pengetahuan dan kemampuan dasar
yang diperlukan untuk menjalankan UMKM gula aren. Wirausaha yang
terdidik akan lebih berhasil dalam menjalankan usahanya dibandingkan
dengan wirausaha yang tidak terdidik. Pendidikan merupakan faktor
demografi yang memberi kontribusi signifikan terhadap keberhasilan usaha
(Meng dan Liang 1996).
Indikator pengalaman (X1.3) memiliki persentase penilaian tertinggi
pada karaktersitik individu karena responden yang menjawab setuju sebesar
94.20 persen (setuju 20 persen dan sangat setuju 74.20 persen) pada
pernyataan bahwa seorang wirausaha sukses adalah yang sangat paham dan
mengerti mengenai segala sesuatu tentang gula aren. Responden pada
penelitian ini sebesar 38.33 persen telah menjalankan usaha selama 11-15
tahun. Responden dalam penelitian ini telah lama menjalankan usahanya
dan telah berpengalaman dalam menjalankan UMKM gula aren yang
umumnya merupakan usaha turun temurun. Pengalaman berusaha dapat
diperoleh melalui bimbingan sejak kecil yang diberikan oleh orang tua yang
berprofesi sebagai wirausaha. Wirausaha yang memiliki pengalaman
berusaha dalam waktu lama akan semakin terampil dalam menghadapi
tantangan dan masalah dalam menjalankan usahanya. Pengalaman
menjalankan usaha menjadi modal yang penting bagi wirausaha. Semakin
berpengalaman seorang wirausaha maka wirausaha akan semakin mampu
menghadapi berbagai masalah dan tantangan dalam menjalankan usaha.
Staw (1991) berpendapat bahwa pengalaman dalam menjalankan usaha
merupakan indikator terbaik dalam mengukur kinerja usaha. Pengalaman
yang dimiliki wirausaha akan meningkatkan kompetensi dan kinerja
usahanya.
Kekosmopolitan (X1.4) adalah keterbukaan pemilik UMKM terhadap
informasi, melalui hubungan dengan berbagai sumber informasi dalam
46
rangka mengembangkan usahanya. Responden setuju sebesar 68.30 persen
(setuju 5 persen dan sangat setuju 63.30 persen) bahwa wirausaha yang rajin
membaca buku-buku mengenai gula aren maka usahanya akan semakin
sukses. Responden telah menyadari bahwa sangat penting untuk aktif
mencari berbagai informasi dan bersikap terbuka terhadap berbagai akses
untuk mendapatkan informasi yang berkaitan dengan usaha gula aren. Hal
ini menunjukkan bahwa berdasarkan persepsi responden wirausaha dengan
kategori tingkat kekosmopolitan yang tinggi akan semakin sukses dalam
menjalankan usahanya. Lionberger (1960) menyatakan bahwa golongan
masyarakat yang aktif mencari informasi dan ide-ide baru biasanya lebih
inovatif dibandingkan dengan orang-orang yang pasif. Keaktifan dalam
mencari informasi terkait usaha yang dijalankan dan bertanya kepada
sesama wirausaha gula aren serta meminta pendapat kepada ahli mengenai
masalah dan tantangan yang menjadi kendala dalam menjalankan usaha
sangat penting dimiliki oleh seorang wirausaha. Hal ini karena dengan aktif
mencari informasi dan bertanya kepada sesama wirausaha dapat
memberikan solusi yang terbaik untuk masalah yang dihadapi. Aktif
mencari informasi dan membaca buku yang sesuai dengan usaha yang
dijalani akan membantu wirausaha menemukan ide melakukan inovasi
dalam menjalankan UMKM gula aren. Tingkat kekosmopolitan yang tinggi
akan meningkatkan kompetensi dan kinerja usaha.
Karakteristik psikologis
Karakteristik psikologis yang dimiliki seseorang dapat
mencerminkan keunikan nilai, sikap, dan kebutuhan serta keinginan
individu tersebut. Kebutuhan dan keinginan seseorang akan mempengaruhi
bagaimana cara pandang seseorang terhadap sesuatu. Persentase penilaian
wirausaha terhadap karakteristik individu dapat dilihat pada Tabel 22.
Tabel 22 Persentase penilaian wirausaha terhadap karakteristik psikologis
(KP)
Karakteristik psikologis Persen
tertinggi
Keterangan
Pekerja keras (X2.1) 98.40 Wirausaha yang sukses adalah yang tekun dan gigih
menjalankan usahanya.
Percaya diri (X2.2) 95.80 Ciri seorang wirausaha sukses yaitu yang percaya
akan kemampuan diri dalam menjalankan usaha.
Disiplin (X2.3) 96.67 Ciri wirausaha sukses adalah yang tidak pernah
menunda melakukan pekerjaan
Berani mengambil
risiko (X2.4)
88.37 Ciri seorang wirausaha sukses yaitu tidak takut
terhadap perubahan harga.
Toleransi terhadap
ketidakpastian (X2.5)
93.40 Ciri wirausaha sukses adalah yang mampu
beradaptasi dengan situasi sulit dan ciri wirausaha
sukses adalah yang senang menghadapi tantangan
dalam berusaha.
Inovatif (X2.6) 83.33 Ciri seorang wirausaha sukses yaitu yang
menciptakan bentuk baru gula aren dengan tujuan
meningkatkan penjualan.
Mandiri (X2.7) 83.30 Ciri wirausaha sukses adalah yang memulai usahanya
dengan modal sendiri.
Bertanggung jawab
(X2.8)
97.50 Ciri seorang wirausaha sukses yaitu yang memegang
tanggung jawab dalam usahanya.
47
Karaktersitik psikologis diukur dengan indikator pekerja keras,
percaya diri, disiplin, berani mengambil risiko, toleransi terhadap
ketidakpastian, inovatif, mandiri dan bertanggung jawab. Indikator pekerja
keras (X2.1) memiliki persentase penilaian tertinggi pada karaktersitik
individu karena responden menjawab setuju sebesar 98.40 persen (setuju
21.70 persen dan sangat setuju 76.70 persen) bahwa wirausaha yang sukses
adalah yang tekun dan gigih menjalankan usahanya. Indikator pekerja keras
memiliki persentase penilaian tertinggi juga karena responden dalam sehari
bekerja lebih dari 8 jam. Wirausaha sudah mulai mengambil air nira pada
pagi hari, kemudian memasaknya menjadi gula aren selama 5-6 jam
tergantung jumlah air nira yang dimasak, kemudian sore harinya wirausaha
kembali mengambil air nira. Hal ini menunjukkan bahwa wirausaha
memiliki semangat bekerja yang tinggi. Karakter pekerja keras harus ada
dalam diri wirausaha jika ingin meningkatkan kinerja usahanya. Wirausaha
yang tekun dan gigih dalam menjalankan usahanya tentu akan lebih berhasil
daripada wirausaha yang tidak tekun dan gigih. Wirausaha yang tekun dan
gigih tidak akan mudah menyerah dalam menghadapi setiap masalah atau
kendala dalam menjalankan usahanya.
Pada indikator percaya diri (X2.2) responden setuju sebesar 95.80
persen persen (setuju 10.80 persen dan sangat setuju 85 persen) bahwa ciri
seorang wirausaha sukses yaitu yang percaya akan kemampuan diri dalam
menjalankan usaha. Wirausaha yang percaya akan kemampuan diri sendiri
dalam menjalankan usahanya akan lebih percaya diri, optimis usaha yang
dikelola akan berhasil dan berani mengambil setiap keputusan penting
dalam menjalankan usahanya. Wirausaha akan lebih yakin mampu
mengelola usahanya sendiri dan tidak tergantung dengan orang lain, maka
usahanya akan lebih maju.
Pada indikator disiplin (X2.3) responden menjawab setuju sebesar
96.67 persen (setuju 12.50 persen dan sangat setuju 84.17 persen) bahwa
ciri wirausaha sukses adalah yang tidak pernah menunda melakukan
pekerjaan. Hal ini menunjukkan bahwa berdasarkan persepsi responden
wirausaha yang tidak menunda melakukan suatu pekerjaan akan dapat
menyelesaikan pesanan atau target produksinya tepat waktu, sehingga dapat
memuaskan pembelinya. Pembeli yang puas akan menjadi loyal terhadap
produk yang dihasilkan oleh wirausaha. Pembeli yang puas juga akan
mempromosikan gula aren produksi wirausaha kepada orang lain, sehingga
akan meningkatkan penjualan gula aren. Meningkatnya penjualan gula aren
yang dihasilkan akan meningkatkan keuntungan wirausaha.
Pada indikator berani mengambil risiko (X2.4) responden menjawab
setuju sebesar 88.37 persen (setuju 79.20 persen dan sangat setuju 9.17
persen) bahwa ciri wirausaha sukses adalah yang tidak takut terhadap
perubahan harga. Kegiatan usaha adalah kegiatan yang dekat dengan risiko.
Sikap wirausaha ketika menghadapi risiko tidaklah sama. Sikap wirausaha
ketika menghadapi risiko dipengaruhi oleh pengalaman dan tingkat
pendidikannya, karena risiko bisa dihindari jika kita telah memiliki
pengalaman dan pengetahuan dalam hal tersebut.
48
Pada indikator toleransi terhadap ketidakpastian (X2.5) responden
menjawab setuju sebesar 93.40 persen (setuju 14.20 persen dan sangat
setuju 79.20 persen) bahwa ciri wirausaha sukses adalah yang mampu
beradaptasi dengan situasi sulit dan pernyataan ciri wirausaha sukses adalah
yang senang menghadapi tantangan dalam berusaha. Hal ini menunjukkan
bahwa berdasarkan persepsi responden wirausaha yang mampu beradaptasi
dengan situasi sulit akan terbiasa mengambil keputusan dan bekerja
dibawah tekanan. Wirausaha yang senang menghadapi tantangan dalam
berusaha akan berani mengambil risiko besar dalam menjalankan usahanya
karena yakin risiko yang besar akan memberikan hasil yang besar.
Pada indikator inovatif (X2.6) responden menjawab setuju sebesar
83.33 persen (setuju 8.33 persen dan sangat setuju 75 persen) bahwa ciri
seorang wirausaha sukses yaitu yang menciptakan bentuk baru gula aren
dengan tujuan meningkatkan penjualan. Hal ini menunjukkan bahwa
berdasarkan persepsi responden wirausaha yang mampu menciptakan
bentuk gula aren baru akan mampu menarik perhatian konsumen untuk
membeli gula aren, sehingga meningkatkan penjualan dan keuntungan
wirausaha.
Pada indikator mandiri (X2.7) responden menjawab setuju sebesar
83.30 persen (setuju 10.80 persen dan sangat setuju 72.50 persen) bahwa
ciri wirausaha sukses adalah yang memulai usahanya dengan modal sendiri.
Hal ini menunjukkan bahwa berdasarkan persepsi responden wirausaha
UMKM gula aren di Kabupaten Lombok Barat memulai usahanya dengan
modal sendiri. Menurut responden, wirausaha yang memulai usahanya
dengan modal sendiri dapat belajar untuk mengelola keuangan usaha dan
tidak tergantung dengan pihak lain. Wirausaha yang mandiri dan memulai
usahanya dengan modal sendiri tidak tergantung dengan pihak lain memiliki
kebebasan dalam menjalankan usahanya sendiri. Wirausaha memiliki
kesadaran berusaha sendiri dan harus meningkatkan kompetensinya untuk
meningkatkan kinerja usahanya. Namun, saat ini wirausaha dalam
menjalankan usahanya belum ada yang membuat pembukuan untuk catatan
keuangan usaha. Wirausaha juga belum memisahkan uang usaha dengan
uang untuk keperluan rumah tangga. Sehingga seringkali uang hasil usaha
digunakan untuk memenuhi keperluan sehari-hari dan tidak disisihkan untuk
menambah modal.
Pada indikator bertanggung jawab (X2.8) responden menjawab setuju
sebesar 97.50 persen (setuju 11.70 persen dan sangat setuju 85.80 persen)
bahwa ciri seorang wirausaha sukses yaitu yang memegang tanggung jawab
dalam usahanya. Wirausaha yang bertanggung jawab adalah yang juga siap
menanggung risiko atas hal-hal yang berkaitan dengan usahanya dan
menyelesaikan setiap tugas yang diberikan. Karakter bertanggung jawab
penting dimiliki oleh setiap wirausaha karena dengan menjadi wirausaha
yang bertanggung jawab, siap menanggung risiko atas hal-hal yang
berkaitan dengan usaha dan menyelesaikan setiap tugas yang diberikan
kepadanya akan menimbulkan kepercayaan pelanggan maupun pihak lain
untuk bekerja sama dengan wirausaha tersebut. Kepercayaan pelanggan dan
pihak lain terhadap wirausaha sangat penting dalam dunia usaha.
Kepercayaan pelanggan akan meningkatkan kepuasana pelanggan dan
49
pelanggan akan menjadi lebih loyal terhadap produk wirausaha, sehingga
akan meningkatkan penjualan dan keuntungan usaha.
Kompetensi Kewirausahaan
Kinerja usaha tidak hanya ditentukan oleh karakteristik
kewirausahaan, namun juga ditentukan oleh kompetensi dasar yang dimiliki
oleh wirausaha tersebut. Kompetensi kewirausahaan tidak hanya
merefleksikan sikap wirausaha. Kompetensi kewirausahaan juga
merefleksikan kemampuan atau pengetahuan dan keterampilan yang
dimiliki wirausaha dengan menekankan kepada kemampuan kerja.
Persentase penilaian wirausaha terhadap karakteristik individu dapat dilihat
pada Tabel 23.
Tabel 23 Persentase penilaian wirausaha terhadap kompetensi
kewirausahaan (KK)
Kompetensi
kewiraushaaan
Persen
tertinggi
Keterangan
Kemampuan manajerial
(Y1.1)
96.66 Saya mampu mengelola keuangan usaha saya
dengan baik.
Kemampuan konseptual
(Y1.2)
93.33 Saya merancang strategi untuk dapat mencapai
tujuan usaha yang telah direncanakan
Kemampuan sosial (Y1.3) 94.99 Saya berkonsultasi dengan wirausaha lain bila
menghadapi masalah dalam bisnis.
Kemampuan membuat
keputusan (Y1.4)
93.33 Saya pengambil setiap keputusan yang
berkaitan dengan usaha saya.
Kemampuan mengatur
waktu (Y1.5)
91.66 Saya menentukan batas waktu untuk setiap
pekerjaan yang dibebankan kepada pegawai
saya.
Indikator kemampuan manajerial (Y1.1) memiliki persentase tertinggi
berdasarkan penilaian responden pada kompetensi kewirausahaan sebesar
96.66 persen (setuju 5.83 persen dan sangat setuju 90.83 persen) karena
menurut wirausaha, mereka mampu mengelola keuangan usahanya dengan
baik. Menurut wirausaha selama ini usahanya telah berjalan lebih dari 2
tahun dan mampu memenuhi kebutuhan rumah tangga mereka setiap hari.
Namun, kenyataannya mereka tidak memiliki pembukuan catatan keuangan
usaha dan tidak memisahkan keuangan usaha dengan keuangan rumah
tangga. Hal ini disebabkan oleh tingkat pendidikan wirausaha yang rendah
yaitu hanya setingkat SD sebesar 74.17 persen dan karena ketidaktahuan
wirausaha akan pentingnya membuat catatan keuangan usaha.
Pada indikator kemampuan konseptual (Y1.2) responden memilih
jawaban setuju sebesar 93.33 persen (setuju 82.50 persen dan sangat setuju
10.83 persen) karena menurut wirausaha, mereka mampu merancang
strategi untuk dapat mencapai tujuan usaha yang telah direncanakan. Hal ini
menunjukkan bahwa wirausaha yang memiliki kemampuan konseptual yang
baik akan mampu menjalankan usahanya dengan baik.
Pada indikator kemampuan sosial (Y1.3) responden menjawab setuju
sebesar 94.99 persen (setuju 84.16 persen dan sangat setuju 10.83 persen)
karena menurut wirausaha, mereka mampu berkonsultasi dengan wirausaha
lain bila menghadapi masalah dalam bisnis saya. Hal ini menunjukkan
50
wirausaha yang memiliki kemampuan sosial yang baik akan mampu
mencari solusi untuk masalah yang dihadapi dengan berkonsultasi dengan
wirausaha lain bila menghadapi masalah dalam bisnisnya. Kemampuan
sosial merupakan kemampuan yang harus dikembangkan oleh wirausaha,
tidak hanya untuk mencari teman sesama wirausaha agar membantu dan
bertukar informasi terkait usahanya. Kemampuan sosial juga dibutuhkan
oleh wirausaha dengan cara menjalin hubungan baik dengan pembeli agar
pembeli menjadi loyal terhadap produk kita.
Pada indikator kemampuan membuat keputusan (Y1.4) responden
memilih jawaban setuju sebesar 93.33 persen (setuju 85.83 persen dan
sangat setuju 7.50 persen) karena menurut wirausaha, mereka menjadi
pengambil setiap keputusan yang berkaitan dengan usahanya. Hal ini
menunjukkan wirausaha dengan kemampuan membuat keputusan yang baik
dan mampu mengambil setiap keputusan penting terkait usahanya
berdasarkan pengalaman dan pengetahuan yang dimiliki maka usaha yang
dijalankan akan sukses.
Pada indikator kemampuan mengatur waktu (Y1.5) responden
menjawab setuju sebesar 91.66 persen (setuju 90.83 persen dan sangat
setuju 0.83 persen) karena menurut wirausaha, mereka menentukan batas
waktu untuk setiap pekerjaan yang dibebankan kepada pegawainya. Hal ini
menunjukkan wirausaha dengan kemampuan mengatur waktu yang baik dan
mampu menentukan batas waktu untuk setiap pekerjaan yang dibebankan
kepada pegawainya akan membuat pegawai menjadi displin dan tidak
menunda nunda pekerjaan. Meskipun UMKM gula aren sebesar 98.33
persen dijalankan tanpa tenaga kerja, akan tetapi menurut responden jika
mereka memiliki pegawai, maka mereka akan menentukan batas waktu
untuk setiap pekerjaan yang dibebankan kepada pegawainya.
Kompetensi kewirausahaan yang dimiliki wirausaha yang meliputi
kemampuan manajerial, kemampuan konseptual, kemampuan sosial,
kemampuan membuat keputusan dan kemampuan mengatur waktu yang
dimiliki wirausaha masih pada tingkat yang sederhana, sesuai dengan
tingkat pendidikan wirausaha yang rendah yaitu hanya setingkat SD.
Kinerja UMKM Gula Aren
Kinerja usaha merefleksikan keberhasilan wirausaha dalam
menjalankan usahanya. Kinerja usaha diukur dengan indikator pendapatan,
keuntungan, volume penjualan. Persentase penilaian wirausaha terhadap
karakteristik individu dapat dilihat pada Tabel 24.
Tabel 24 Persentase penilaian wirausaha terhadap kinerja usaha (KU)
Kinerja usaha Persen
tertinggi
Keterangan
Pendapatan (Y2.1) 55.83 Pendapatan UMKM saat ini meningkat
dibandingkan bulan lalu.
Keuntungan (Y2.2) 59.17 Keuntungan UMKM saat ini meningkat
dibandingkan bulan lalu.
Volume penjualan
(Y2.3)
55.00 Volume penjualan UMKM saat ini meningkat
dibandingkan bulan lalu.
51
Pada indikator pendapatan (Y2.1) responden menjawab setuju sebesar
55.83 persen (setuju 51.67 persen dan sangat setuju 4.16 persen) bahwa
pendapatan UMKM saat ini meningkat dibandingkan bulan lalu. Pendapatan
merupakan salah satu indikator kinerja suatu usaha. Pendapatan yang
meningkat dari bulan lalu menunjukkan kinerja UMKM gula aren di
Kabupaten Lombok Barat baik. Usaha yang terus mengalami peningkatan
pendapatan merupakan keinginan setiap wirausaha. Namun, kegiatan usaha
selalu dekat dengan ketidakpastian yang selalu karena adanya fluktuasi
permintaan, bahan baku pembuatan gula aren, faktor cuaca yang
mempengaruhi jumlah nira aren. Wirausaha dengan karakteristik
kewirausahaan yang baik akan mampu bertahan dengan kendala-kendala
seperti itu dan mampu terus menjalankan usahanya dengan baik.
Pada indikator keuntungan (Y2.2) rata-rata tingkat kinerja usaha (KU)
berdasarkan Tabel 16 menunjukkan bahwa indikator keuntungan memiliki
persentase penilaian tertinggi menurut responden sebesar 59.17 persen
(setuju 51.67 persen dan sangat setuju 4.16 persen) bahwa keuntungan
UMKM saat ini meningkat dibandingkan bulan lalu. Keuntungan
merupakan salah satu indikator kinerja suatu usaha. Keuntungan yang
meningkat dari bulan lalu menunjukkan kinerja UMKM gula aren di
Kabupaten Lombok Barat baik.
Pada indikator volume penjualan responden menjawab setuju
sebesar 55 persen (setuju 50 persen dan sangat setuju 5 persen) bahwa
volume penjualan UMKM saat ini meningkat dibandingkan dengan bulan
lalu. Volume penjualan juga merupakan salah satu indikator kinerja usaha.
Peningkatan volume penjualan akan meningkatkan pendapatan dan
keuntungan usaha.
Analisis Structural Equation Model (SEM)
Analisis SEM dalam penelitian ini dilakukan dengan pendekatan
satu langkah yaitu dengan membentuk model SEM full/hybrid. Analisis
SEM dilakukan untuk menjawab tujuan penelitian ini, yaitu menganalisis
pengaruh karakteristik kewirausahaan terhadap kompetensi kewirausahaan,
menganalisis pengaruh karakteristik kewirausahaan terhadap kinerja usaha
dan menganalisis kompetensi kewirausahaan terhadap kinerja usaha. Tahap
awal dalam analisis SEM yaitu melakukan identifikasi model. Identifikasi
model bertujuan untuk mengetahui kategori suatu model agar dapat
dilakukan pendugaan-pendugaan/uji lebih lanjut. Model SEM yang
dianalisis pada penelitian ini yaitu model hybrid (full SEM model) yaitu
gabungan antara model pengukuran dengan model struktural. Model
pengukuran memperlihatkan hubungan antara variabel manifest atau
indikator dengan variabel laten eksogen dan endogen. Model pengukuran
bertujuan untuk menggambarkan sebaik apa variabel manifest atau
indikator-indikator dalam penelitian dapat digunakan sebagai instrumen
pengukuran variabel laten (Ghozali dan Fuad 2012). Dalam penelitian ini,
nilai hasil uji df (degree of freedom) atau derajat bebas model sebesar 141.
Derajat bebas yang bernilai positif menunjukkan model tergolong ke dalam
kategori overidentified. Hal tersebut berarti model yang dibangun
52
merupakan model dengan jumlah parameter yang diestimasi lebih kecil dari
jumlah data yang diketahui atau terdapat berbagai kemungkinan dugaan
bagi parameter-parameternya.
Tahap estimasi dilakukan untuk memperoleh nilai dari parameter-
parameternya atau koefisien yang terdapat dalam model. Metode estimasi
yang digunakan yaitu Unweighted Least Squares. Hasil SEM yang telah
diestimasi dalam hasil estimasi berupa standardized solution yang dapat
dilihat pada diagram lintas hasil pengolahan menggunakan program
LISREL 8.30. Hasil estimasi standardized solution digunakan untuk
mengetahui tingkat keeratan hubungan antar variabel yang terdapat dalam
model. Koefisien hasil estimasi model menunjukkan hubungan antar
variabel yang diinterpretasikan untuk menggambarkan hubungan suatu
variabel dengan variabel lainnya. Jika nilai T hitung > T Tabel dengan (α)
0.05 (T Tabel= 1.96), berarti suatu variabel berpengaruh nyata atau
signifikan terhadap variabel lainnya.
Uji kecocokan keseluruhan model
Model yang telah diestimasi kemudian diuji kecocokan model atau
tingkat kebaikannya dalam menggambarkan model struktural maupun
model pengukuran. Uji kecocokan dilakukan untuk mengevaluasi secara
umum derajat kecocokan (Goodness of Fit) antara data dengan model dilihat
berdasarkan beberapa ukuran kecocokan yang dapat digunakan untuk
menunjukkan bahwa model secara keseluruhan sudah baik. Ukuran
kecocokan yang digunakan dalam penelitian ini yaitu RMSEA (Root Mean
Square Error of Approximation), GFI (Goodness of Fit Index) dan RMR
(Root Mean Square Residual), NFI (Normed Fit Index), AGFI (Adjusted
Goodness of Fit Index), RFI (Relatif Fit Index), dan IFI ( Incremental Fit
Index).
Berdasakan Tabel 25, diketahui bahwa hasil evaluasi tingkat
kecocokan keseluruhan model output pengaruh karakteristik
kewirausahaaan terhadap kinerja UMKM gula aren di Kabupaten Lombok
Barat (goodness of fit/GOF) pada model awal menunjukkan terdapat enam
ukuran GOF dengan kecocokan yang kurang baik (poor fit) dan satu ukuran
GOF dengan kecocokan cukup baik (marginal fit). Dengan demikian, dapat
disimpulkan bahwa kecocokan keseluruhan model adalah kurang baik.
Sehingga untuk mendapatkan tingkat kecocokan model yang baik perlu
dilakukan respesifikasi.
53
Tabel 25 Hasil uji kecocokan keseluruhan model output SEM
GOF Tingkat kecocokan yang bisa diterima Hasil Keterangan
RMSEA RMSEA ≥ 0.08 RMSEA good fit,
RMSEA < 0.05 adalah close fit.
0.13 Poor fit
GFI GFI ≥ 0.90 good fit, sedangkan
0.80 ≤ GFI < 0.90 marginal fit.
0.80 Marginal fit
RMR ≤ 0.05 atau ≤ 0.1 adalah good fit. 0.17 Poor fit
NFI NFI ≥ 0.90 good fit, sedangkan
0.80 ≤ NFI < 0.90 marginal fit.
0.63 Poor fit
AGFI AGFI ≥ 0.90 good fit, sedangkan
0.80 ≤ AGFI < 0.90 marginal fit.
0.76 Poor fit
RFI RFI ≥ 0.90 good fit, sedangkan
0.80 ≤ RFI < 0.90 marginal fit.
0.60 Poor fit
IFI IFI ≥ 0.90 good fit, sedangkan
0.80 ≤ IFI < 0.90 marginal fit.
0.72 Poor fit
Respesifikasi model
Respesifikasi model dilakukan untuk memperbaiki kecocokan model
terhadap data dan untuk menghasilkan model terbaik dengan nilai hasil uji
kecocokan keseluruhan model (GOF) terbaik. Hasil uji kecocokan
keseluruhan model output pengaruh karakteristik kewirausahaan terhadap
kinerja UMKM gula aren di Kabupaten Lombok Barat setelah respesifikasi
dapat dilihat pada Tabel 26. Keseluruhan uji kecocokan model menunjukkan,
terdapat enam ukuran GOF dengan kecocokan yang baik (good fit) dan satu
ukuran GOF dengan kecocokan cukup baik (marginal fit), sehingga dapat
ditarik kesimpulan bahwa model dalam penelitian ini relatif memiliki
tingkat kecocokan yang baik (good fit).
Tabel 26 Hasil uji kecocokan keseluruhan model output SEM setelah
respesifikasi
GOF Tingkat kecocokan yang bisa diterima Hasil Keterangan
RMSEA RMSEA ≥ 0.08 RMSEA good fit,
RMSEA < 0.05 adalah close fit.
0.075 Good fit
GFI GFI ≥ 0.90 good fit, sedangkan
0.80 ≤ GFI < 0.90 marginal fit.
0.87 Marginal fit
RMR ≤ 0.05 atau ≤ 0.1 adalah good fit. 0.074 Good fit
NFI NFI ≥ 0.90 good fit, sedangkan
0.80 ≤ NFI < 0.90 marginal fit.
0.97 Good fit
AGFI AGFI ≥ 0.90 good fit, sedangkan
0.80 ≤ AGFI < 0.90 marginal fit.
0.93 Good fit
RFI RFI ≥ 0.90 good fit, sedangkan
0.80 ≤ RFI < 0.90 marginal fit.
0.92 Good fit
IFI IFI ≥ 0.90 good fit, sedangkan
0.80 ≤ IFI < 0.90 marginal fit.
0.90 Good fit
Uji validitas dan reliabilitas model
Tahap selanjutnya yaitu melakukan evaluasi terhadap validitas dan
reliabilitas model pengukuran setelah direspesifikasi dengan mengurangi
satu variabel manifest atau indikator yang tidak valid dan tidak signifikan
dalam model yaitu variabel manifest pengalaman (X1.3). Variabel manifest
pengalaman (X1.3) menjadi tidak signifikan dalam model setelah dianalisis
dengan SEM karena SEM melihat pengaruh suatu indikator secara bersama-
sama terhadap karakteristik individu tidak secara parsial (Tabel 27).
54
Tabel 27 Hasil uji validitas variabel manifest pada model pengukuran
Indikator /indikator Variabel laten Loading Factor T-Hitung
Usia (X1.1) Karakterisitik
individu
0.95 14.24*
Pendidikan (X1.2) 1.00 16.50*
Kekosmopolitan (X1.4) 0.90 14.16*
Pekerja keras (X2.1) Karaktersitik
Psikologis
0.75 8.69*
Percaya diri (X2.2) 0.91 11.54*
Displin (X2.3) 0.83 12.26*
Berani mengambil risiko
(X2.4) 0.75 5.84*
Toleransi terhadap
ketidakpastian (X2.5) 0.90 12.26*
Inovatif (X2.6) 0.90 13.65*
Mandiri (X2.7) 0.56 11.31*
Bertanggung jawab (X2.8) 0.57 11.25*
Kemampuan manajerial
(Y1.1)
Kompetensi
kewirausahaan
1.00 12.79*
Kemampuan konseptual
(Y1.2) 0.77 7.40*
Kemampuan sosial (Y1.3) 0.70 6.96*
Kemampuan membuat
keputusan (Y1.4) 1.00 10.69*
Kemampuan mengatur
waktu (Y1.5) 0.69 6.92*
Pendapatan (Y2.1) Kinerja usaha 0.76 7.75*
Keuntungan (Y2.2) 1.00 7.27*
Volume penjualan (Y2.3) 0.72 5.62*
Keterangan: * signifikan pada taraf 5 persen
Reliabilitas konstruk pembentuk model pengukuran dianalisis dengan
menggunakan kriteria construct reliability (CR) ≥ 0.70 dan variance
extracted (VE) ≥ 0.50. Berdasarkan Tabel 28 dapat dilihat bahwa seluruh
variabel laten memiliki nilai CR dan VE yang mendukung reliabitas yang
baik. Nilai CR dan VE yang baik menunjukkan bahwa indikator-indikator
yang digunakan memiliki kekonsistenan tinggi, sehingga jika dilakukan
penelitian ulang pada waktu yang berbeda, responden wirausaha UMKM
gula aren di Kabupaten Lombok Barat akan memberikan jawaban yang
reliabel atau konsisten.
Tabel 28 Pengujian reliabilitas model pengukuran
Variabel laten CR Reliabilitas VE Reliabilitas
Karakteristik individu (KI) 0.91 ≥ 0.70 Baik 0.82 ≥ 0.50 Baik
Karakteristik psikologis (KP) 0.87 ≥ 0.70 Baik 0.46 ≤ 0.50 Cukup baik
Kompetensi kewirausahan
(KK)
0.93 ≥ 0.70 Baik 0.81 ≥ 0.50 Baik
Kinerja usaha (KU) 0.81 ≥ 0.70 Baik 0.69 ≥ 0.50 Baik
55
Pengaruh Karakteristik Kewirausahaan terhadap Kompetensi
Kewirausahaan
Karakteristik kewirausahaan dibedakan menjadi karakteristik individu
dan karakteristik psikologis. Karakteristik individu diukur dengan indikator
usia (X1.1), pendidikan (X1.2), dan kekosmopolitan (X1.4). Karakteristik
psikologis diukur dengan indikator pekerja keras (X2.1), percaya diri (X2.2),
disiplin (X2.3), berani mengambil risiko (X2.4), toleransi terhadap
ketidakpastian (X2.5), inovatif (X2.6), mandiri (X2.7), dan bertanggung jawab
(X2.8). Kompetensi kewirausahaan diukur dengan indikator kemampuan
manajerial (Y1.1), kemampuan konseptual (Y1.2), kemampuan sosial (Y1.3),
kemampuan membuat keputusan (Y1.4), dan kemampuan mengatur waktu
(Y1.5). Oleh karena itu, pembahasan dalam poin ini lebih menekankan pada
membandingkan besar pengaruh dua karakteristik kewirausahaan yaitu
karakteristik individu dan psikologis, terhadap kompetensi kewirausahaan.
Gambar 12 Diagram lintas model pengaruh karakteristik kewirausahaan
terhadap kinerja UMKM gula aren di Kabupaten Lombok
Barat berdasarkan T-value
Hasil analisis pada Gambar 12 menunjukkan bahwa karakteristik
individu (KI) maupun karakteristik psikologis (KP) berpengaruh positif dan
signifikan terhadap kompetensi kewirausahaan (KK), sehingga hipotesis H1
diterima. Dilihat dari nilai t-value, karakteristik psikologis lebih signifikan
pengaruhnya terhadap kompetensi kewirausahaan dibandingkan dengan
karakteristik individu.
56
Gambar 13 Validasi dan keeratan hubungan antar variabel pada model
pengaruh karakteristik kewirausahaan terhadap kinerja
UMKM gula aren di Kabupaten Lombok Barat berdasarkan
Standardized Solution
Hasil analisis pada Gambar 13 menunjukkan kompetensi
kewirausahaan pada UMKM gula aren di Kabupaten Lombok Barat secara
signifikan dipengaruhi oleh karakteristik individu dengan nilai muatan
faktor yang positif (γ= 0.09) dan karakteristik psikologis dengan nilai
muatan faktor yang positif (γ=0.53). Nilai muatan faktor hubungan
karakteristik psikologis terhadap kompetensi kewirausahaan lebih besar dan
bernilai positif. Hal ini menunjukkan karakteristik psikologis lebih kuat
mempengaruhi kompetensi kewirausahaan. Karakteristik psikologis
berpengaruh positif dan signifikan terhadap kompetensi kewirausahaan,
sehingga hipotesis H1 diterima. Artinya, semakin baik atau tinggi
karakteristik psikologis wirausaha, maka akan semakin meningkatkan
kompetensi kewirausahaan. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian Sarwoko
et al. (2013) bahwa semakin tinggi karakteristik psikologis maka semakin
tinggi pula kompetensi pelaku usaha. Jadi, untuk meningkatkan kompetensi
kewirausahaan, karakteristik psikologis dalam diri wirausaha perlu
diperkuat.
57
Pengaruh Karakteristik Kewirausahaan terhadap Kinerja UMKM
Gula Aren
Hasil analisis diagram lintas pada Gambar 12 dan Gambar 13
menunjukkan bahwa kinerja UMKM gula aren secara signifikan
dipengaruhi oleh karakteristik individu (KI) dengan nilai muatan faktor
yang positif (β= 0.14) dan karakteristik psikologis dengan nilai muatan
faktor yang positif (β=0.27). Nilai muatan faktor hubungan karakteristik
psikologis (KP) terhadap kinerja usaha lebih besar dan bernilai positif. Hal
ini menunjukkan karakteristik psikologis lebih kuat mempengaruhi kinerja
usaha. Karakteristik psikologis berpengaruh positif dan signifikan terhadap
kinerja usaha sehingga hipotesis H2 diterima.
Indikator karakteristik individu yang memiliki pengaruh positif
paling besar terhadap variabel laten karakteristik individu adalah pendidikan
dengan nilai muatan faktor (β=1.00). Hal ini menunjukkan bahwa indikator
pendidikan merupakan indikator yang berkontribusi paling besar terhadap
peningkatan karakteristik individu. Tingkat pendidikan wirausaha akan
mempengaruhi pola pikir dan kompetensi kewirausahaannya dan
meningkatkan kinerja usaha. Semakin tinggi pendidikan wirausaha maka
usahanya akan semakin berhasil. Meng dan Liang 1996 juga mengatakan
bahwa pendidikan merupakan faktor demografi yang memberi kontribusi
signifikan terhadap keberhasilan usaha. Sehingga pendidikan wirausaha saat
ini perlu untuk ditingkatkan.
Indikator karakteristik psikologis yang memiliki pengaruh positif
paling besar terhadap variabel laten karakteristik psikologis adalah percaya
diri dengan nilai muatan faktor (β=0.91). Hal ini menunjukkan bahwa
indikator percaya diri merupakan indikator yang berkontribusi paling besar
terhadap peningkatan karakteristik psikologis. Karakteristik psikologis
percaya diri yang kuat dalam diri wirausaha membuat wirausaha dapat
mengambil keputusan yang berkaitan dengan usahanya tanpa keraguan,
menjadi semakin optimis dan memiliki semangat yang tinggi untuk
mencapai tujuan dan sasaran usaha yang lebih tinggi dari sebelumnya.
Sehingga wirausaha mampu meningkatkan kinerja usahanya.
Pengaruh Kompetensi Kewirausahaan terhadap Kinerja UMKM Gula
Aren
Hasil analisis diagram lintas pada Gambar 12 dan Gambar 13
menunjukkan bahwa kompetensi kewirausahaan (KK) berpengaruh negatif
dan signifikan terhadap kinerja usaha (KU) dengan keeratan hubungan (β =
-0.14; t-value = -2.15). Kompetensi kewirausahaan berpengaruh negatif dan
signifikan terhadap kinerja usaha, sehingga H3 ditolak. Nilai negatif disini
dapat diartikan bahwa adanya penurunan manfaat terhadap kinerja UMKM
gula aren akibat adanya kompetensi kewirausahaan. Sesuai dengan hasil
penelitian Fauziyah (2015) bahwa kinerja usaha dipengaruhi secara positif
dan signifikan oleh kompetensi teknis. Sehingga diduga penurunan kinerja
usaha pada UMKM gula aren pada penelitian ini disebabkan kompetensi
kewirausahaan yang diteliti dalam penelitian ini hanya dalam konteks
58
kompetensi manajerial. Merujuk pada penelitian Fauziyah (2015)
peningkatan kinerja usaha perlu ditunjang dengan kompetensi teknis.
Indikator kompetensi kewirausahaan yang memiliki pengaruh positif
paling besar terhadap variabel laten kompetensi kewirausahaan adalah
indikator kemampuan manajerial dan kemampuan mengatur waktu dengan
nilai muatan faktor (β=1.00). Hal ini menunjukkan bahwa indikator
kemampuan manajerial dan kemampuan mengatur waktu merupakan
indikator yang berkontribusi paling besar terhadap peningkatan kompetensi
kewirausahaan. Memiliki kemampuan manajerial dan kemampuan mengatur
waktu yang baik dan diterapkan dalam mengelola UMKM gula aren di
Kabupaten Lombok Barat akan membantu wirausaha dalam meningkatkan
kompetensi kewirausahaan.
Implikasi Kebijakan
UMKM gula aren ini merupakan pilihan mata pencaharian utama bagi
masyarakat di Kabupaten Lombok Barat. Usaha ini bila dikelola dengan
baik akan mampu menyerap banyak tenaga kerja dan meningkatkan
pendapatan daerah. Wirausaha gula aren dengan skala Usaha mikro, kecil,
dan menengah (UMKM) seringkali mengalami hambatan dalam
mengembangkan usahanya. Karakteristik kewirausahaan dibedakan menjadi
dua yaitu karakteristik individu dan karakteristik psikologis. Karakteristik
individu melekat dalam diri seseorang. Karakteristik individu diukur dengan
indikator usia, pendidikan, dan kekosmopolitan. Karakteristik psikologis
diukur dengan indikator pekerja keras, percaya diri, disiplin, berani
mengambil risiko, toleransi terhadap ketidakpastian, inovatif, mandiri, dan
bertanggung jawab.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa karaktersitik psikologis
berpengaruh positif dan signifikan terhadap kompetensi kewirausahaan,
karakteristik psikologis berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja
usaha, dengan karakteristik psikologis lebih kuat mempengaruhi kompetensi
kewirausahaan dan kinerja usaha. Namun, kompetensi kewirausahaan
berpengaruh negatif dan signifikan terhadap kinerja usaha. Nilai negatif
disini dapat diartikan bahwa adanya penurunan manfaat terhadap kinerja
UMKM gula aren akibat adanya kompetensi kewirausahaan. Sesuai dengan
hasil penelitian Fauziyah (2015) bahwa kinerja usaha dipengaruhi secara
positif dan signifikan oleh kompetensi teknis. Sehingga diduga penurunan
kinerja usaha pada UMKM gula aren pada penelitian ini disebabkan
kompetensi kewirausahaan yang diteliti dalam penelitian ini hanya dalam
konteks kompetensi manajerial. Merujuk pada penelitian Fauziyah (2015)
peningkatan kinerja usaha perlu ditunjang dengan kompetensi teknis.
Dalam penelitian ini tidak mempertimbangkan memasukan
kompetensi teknis sebagai variabel dalam penelitian selain kompetensi
kewirausahaan seperti yang dilakukan Fauziah (2015). Sehingga perlu
dipertimbangkan untuk memasukan kompetensi teknis sebagai variabel
yang diteliti.
Berdasarkan hasil penelitian, pemerintah daerah dan dinas terkait
perlu mempertimbangkan untuk memberikan perhatian khusus terhadap
59
peningkatan karakteristik psikologis dan kompetensi teknis UMKM gula
aren di Kabupaten Lombok Barat. Karakteristik individu dapat ditingkatkan
dengan cara meningkatkan pendidikan wirausaha, karena indikator
pendidikan berkontribusi paling besar terhadap peningkatan karakteristik
individu. Pendidikan wirausaha dapat ditingkatkan dengan memberikan
penyuluhan dan pelatihan. Pemerintah daerah dan dinas terkait dapat
memberikan penyuluhan mengenai cara membuat gula aren dengan lebih
memperhatikan kebersihan lokasi pembuatan gula dan kebersihan alat-alat
yang digunakan untuk membuat gula aren, dan pemerintah perlu
memberikan pelatihan cara pembuatan gula aren agar gula yang dihasilkan
memiliki rasa, warna, dan bentuk yang lebih menarik serta pemerintah juga
perlu memberikan pelatihan cara menyimpan gula aren agar lebih tahan
lama dan tidak mudah mencair. Ketiga hal ini berdasarkan penelitian di
lapangan yang dibutuhkan oleh wirausaha untuk meningkatkan kinerja
usahanya.
Karakteristik psikologis dapat ditingkatkan dengan cara meningkatkan
rasa percaya diri wirausaha, karena indikator percaya diri berkontribusi
paling besar terhadap peningkatan karakteristik psikologis. Rasa percaya
diri wirausaha dapat ditingkatkan dengan sering diadakan pameran produk
untuk memberi kesempatan kepada wirausaha memperkenalkan produknya
kepada konsumen dan berinteraksi langsung dengan konsumen dari
berbagai kalangan yang hadir ke pameran tersebut. Pemerintah daerah dan
dinas terkait juga dapat melakukan peningkatan pelaksanaan kebijakan dan
program dalam rangka memfasilitasi peran dan fungsi kelembagaan
pendamping seperti Business Development Services (BDS) atau Inkubator
Bisnis UMKM dengan dukungan Perguruan Tinggi dan Instansi terkait
untuk meningkatkan kompetensi teknis UMKM Gula Aren di Kabupaten
Lombok Barat.
7 SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
1. Kondisi UMKM gula aren di Kabupaten Lombok Barat masih
diusahakan dalam bentuk usaha mikro dengan peralatan sederhana
dan dengan modal sendiri. Bentuk gula aren yang dihasilkan masih
kurang inovatif dan kemasannya hanya menggunakan daun pisang
kering atau plastik.
2. Karakteristik kewirausahaan UMKM gula aren di Kabupaten
Lombok Barat dibedakan menjadi karakteristik individu dan
karakteristik psikologis. Karaktersitik individu yang memiliki
persentasi penilaian tertinggi yaitu pada indikator pengalaman usaha.
Karaktersitik psikologis yang memiliki persentasi penilaian tertinggi
yaitu pada indikator pekerja keras.
3. Karakteristik individu (KI) dan karakteristik psikologis (KP)
berpengaruh positif dan signifikan terhadap kompetensi
60
kewirausahaan (KK). Pengaruh terbesar ditunjukkan oleh
karakteristik psikologis.
4. Karakteristik individu (KI) dan karakteristik psikologis (KP)
berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja usaha (KU).
Pengaruh terbesar ditunjukkan oleh karakteristik psikologis. Hal ini
menunjukkan pentingnya untuk meningkatkan karakteristik
psikologis, karena karakteristik psikologis menentukan kinerja
usaha dan mempermudah untuk meningkatkan kompetensi
kewirausahaan.
5. Kompetensi kewirausahaan berpengaruh negatif dan signifikan
terhadap kinerja usaha. Hal ini dapat diartikan bahwa adanya
penurunan manfaat terhadap kinerja UMKM gula aren akibat adanya
kompetensi kewirausahaan.
Saran
Pemerintah daerah dan dinas terkait dapat memberikan penyuluhan
dan pelatihan untuk memperkuat karakteristik psikologis agar wirausaha
dapat mengembangkan usahanya. Pemerintah perlu memberikan motivasi
kepada wirausaha UMKM gula aren di Kabupaten Lombok Barat melalui
berbagai program-program pelatihan yang dapat meningkatkan kompetensi
kewirausahaan, seminar dan bahkan perlombaan wirausaha untuk
merangsang kreatifitas dan inovasi dari wirausaha.
Dalam penelitian ini indikator-indikator pertanyaan yang kurang dapat
dipahami dapat menyulitkan responden untuk menjawab dengan konsisten,
sehingga dapat mengakibatkan ketidaksesuaian hasil dengan pendugaan
awal. Oleh karena itu pengembangan kuesioner yang lebih terstandar sangat
diperlukan untuk dapat menganalisis pengaruh karakteristik kewirausahaan
terhadap kinerja usaha dan kompetensi kewirausahaan dengan lebih baik.
Perlu studi lanjutan dengan memasukan kompetensi teknis sebagai variabel
yang diteliti selain kompetensi kewirausahaan.
61
DAFTAR PUSTAKA
Amstrong M. 2004. Performance Management. Yogyakarta (ID): Tugu
Publisher.
Basrowi. 2011. Kewirausahaan Untuk Perguruan Tinggi. Bogor (ID):
Ghalia Indonesia.
Baum, J. Robert, Edwin A. Locke dan Ken G. Smith, 2001. A
Multidimensional Model Of Venture Growth. Academic Management
Journal. 44(2): 292-303.
Bergevoet RHM, CJM Ondersteijin, HW Saatkamp, CMJ van Woerkum,
RBM Huirne. 2004. Entrepreneurship behavior of Ducth Dairy farmer
under a milk quota system: goal, objectives and attitudes. Wageningen
(NL): Elsevier. 80(2004): 1-21
Bilge H, Bal V. 2012. Entrepreneurship Tendency: A Research on Students
of Celal Bayar University, Journal of Institute of Social Sciences of
Suleyman Demirel University. (2)16.
Bird B. 1995. Toward a Theory of Entrepreneurial Competency.
Connecticut (US): JAI Press.
Bloodgood JM, Spienza HJ, Carsrud A. 1995. The Dynamics of New
Business Start-us. Connecticut (US): JAI Press.
[BPS] Badan Pusat Statistik NTB. 2010. Nusa Tenggara Barat dalam Angka
2010. NTB (ID): BPS.
[BPS] Badan Pusat Statistik NTB. 2011. Nusa Tenggara Barat dalam Angka
2011. NTB (ID): BPS.
[BPS] Badan Pusat Statistik NTB. 2012. Nusa Tenggara Barat dalam Angka
2012. NTB (ID): BPS.
[BPS] Badan Pusat Statistik NTB. 2013. Nusa Tenggara Barat dalam Angka
2013. NTB (ID): BPS.
[BPS] Badan Pusat Statistik NTB. 2014. Nusa Tenggara Barat dalam Angka
2014. NTB (ID): BPS.
[BPS] Badan Pusat Statistik NTB. 2015. Nusa Tenggara Barat dalam Angka
2015. NTB (ID): BPS.
[BPS] Badan Pusat Statistik NTB. 2013. Pertumbuhan PDB UMKM 2009-
2012. NTB (ID): BPS.
[BPS] Badan Pusat Statistik. 2015. PDB Seri 2010 menurut Lapangan
Usaha berdasarkan Harga Berlaku. Jakarta (ID): BPS.
Carree M, Roy T. 2003. The Impact of Entrepreneurship on economic
Growth. In David B. Audretch and Zoltan J. Acs (Eds), International
Handbook of Entrepreneurship Research. Boston (US): Kluwer-
Academic Publishers.
Cassons M. 2006. The Oxford Handbook of Entrepreneurship. New York
(US): Oxford University Press.
Cavus SG, Karadeniz D, Cumaliyeva. 2013. Entrepreneurial Characteristics
of Young Entrepreneur Candidates. Kazakhstan. 5th International
Congress on Entrepreneurship (ICE'13).
Chamorro TP. 2005. Personality and Intellectual Competence. New Jersey
(US): Lawrence Erlbaum Associates.
62
Cooper D, Pamela SS. 2006. Business Research Method. New York (US):
The McGraw-Hill Companies, Inc. (9).
Cuervo A, Domingo R, Salvador R. 2007. Entrepreneurship Concepts,
Theory and Perspective. New york (NY): Springer.
Danarti. 2012. Analisis Potensi dan Kebutuhan Pengembangan
Kewirausahaan di Pusat KTM Telang. Jakarta (ID):
KEMENAKETRANS.
Darya P. 2012. Pengaruh Ketidakpastian Lingkungan dan Karakteristik
Kewirausahaan Terhadap Kompetensi Usaha dan Kinerja Usaha Mikro
Kecil di Kota Balikpapan. Balikpapan (ID): Jurnal Inovasi dan
Kewirausahaan.
Davidsson P. 2003. The domain of Entrepreneurship research: some
suggestions. In Katz, j. & Shepherd, S (Eds), Advances in
Entrepreneurship, Firm Emergence and Growth, Elservier.
Amsterdam (NL): JAI Press.(6).
[Disperindag] Dinas Perindustrian dan perdagangan NTB. 2013. Data
Sentra UMKM Gula Aren Di Kabupaten Lombok Barat Tahun 2012.
NTB (ID): DISPERINDAG.
[DPAU] Departemen Pengembangan Akses Keuangan dan UMKM. 2013.
Penelitian KPJU Unggulan UMKM Provinsis NTB Tahun 2012. NTB
(ID): DPAU.
Drucker PF. 1988. Inovation and Entrepreneurship. London (GB):
Heinemann.
Ferdinand A. 2002. Structural Equation Modelling dalam Penelitian
Manajemen. Semarang (ID): Fakultas Ekonomi Universitas
Diponogoro.
Geri S. 2013. Research on Entrepreneurial Characteristics of Students in
School of Physical Education and Sports. Turkish Journal of
Education. 2(3): 50-60.
Ghozali I, Fuad SET. 2012. Teori, Konsep , dan Aplikasi dengan program
LISREL 8.80. Semarang (ID): Badan Penerbit Universitas Diponogoro.
(3).
Gibson JL, John MI, James HD Jr. 1987. Organisasi dan Manajemen:
Perilaku, Struktur , Proses. Jakarta (ID): Erlangga. (3): 49-54.
Glancey, Keith, Malcolm Greig, Malcolm Pettigrew. 1998. Entrepreneurial
Dynamics in Small Business Service Firms. International Journal Of
Enterpreneurial Behaviour & Research. 4( 3): 249-268.
Hadiyati E. 2011. Kreativitas dan Inovasi Berpengaruh terhadap
Kewiraushaaan Usaha Kecil. Malang (ID): Jurnal Manajemen dan
Kewirausahaan. 13(1): 8-16.
Hair JF, Anderson RE, Tatham RL, Black WC. 1998. Multivariate Data
Analysis. Fifth Edition. USA (US): Prentice-Hall Upper Saddle River,
N.J.
Halim NR. 1992. Hubungan Karaktersitik Sosial Ekonomi dengan Perilaku
Komunikasi Anggota Kelompok Simpan Pinjam KUD dan
Pemanfaatan Kredit Pedesaan di Kabupaten Cianjur Jawa Barat.
[Tesis]. Bogor (ID): IPB
63
Hasbullah R, Sulaeman E. 2012. Pembinaan Karakter Wirausaha
Mahasiswa Melalui Metode Pelatihan Soft skill di Fakultas Ekonomi
Uniska. Banjarmasin (ID): Jurnal Manajemen.
Hisrich RD, Peter MP, Dean AS. 2008. Kewirausahaan (Entrepreneurship).
Jakarta (ID): Salemba Empat. (7).
Hisrich RD, Peters MP. 2002. Entrepreneurship. Sydney (Au); Mc- Grow
Hill.
Hofstede G. 1991. Culture and Organizations : Software of the mind. New
York (US): Mc-Graw Hill.
Isa M. 2013. Analisis Kompetensi Kewirausahaan, Orientasi Kewirausahaan,
dan Kinerja Industri Mebel. Surakarta (ID): BENEFIT Jurnal
Manajamen dan Bisnis.
Islam MA, Mohammad AK, Abu ZMO, Mohammad SA. 2011. Effect of
Entrepreneur and Firm Characteristics on the Business Success of
Smal and Medium Entreprises (SMEs) in Bangladesh. Internasional
Journal of Business and Management. 6(3): 289-297.
Jauch LR, Glueck WF. 1998. Business Policy and Strategic Management.
Singapura (SG): McGraw Hill Books Company.John Wiley & Sons.
Kao J. 1991. The Entrepreneur. USA (US): Harvad business School.
Karcioglu F, Kaygin E. 2010. Importance of Personality Characteristics in
Entrepreneurship and an Application. Ekev Academy Journal. 14(45):
157-172.
Kaur G, Singh S. 2013.Women Entrepreneurs in India Problems and
Prospects. India (IN): Journal of Humanities and Social Science. 1(1).
Kaur H, Anupama B. 2013. Understanding The Concept Of Entrepreneur
Competency. India (IN): Journal Of Business Management & social
Sciences Research. 2.
[Kemenkop dan UMKM] Kementrian Koperasi dan UMKM. 2014.
Perkembangan data usaha mikro, kecil menengah (UMKM) dan usaha
besar tahun 2012-2013. Republik Indonesia (ID): Kemenkop dan
UMKM RI.
[Kemenkop] Kementrian Koperasi dan UMKM. 2008. Kajian Efektifitas
Model Pertumbuhan Klaster Bisnis UMKM Berbasis Agribisnis.
Jakarta (ID): KEMENKOP.
[Kementan] Kementrian Pertanian. 2015. Rencana Strategis Kementrian
Pertanian Tahun 2015- 2019. Jakarta (ID): KEMENTAN.
Kirzner IM. 1978. Competition and Entrepreneurship. Chicago (US):
Chicago University Press.
Kuratko FD, Hogetts MR. 2007. Entrepreneurship: Theory, Process and
Practice. Canada (US): Thomson South-Western.7.
Kustiari T, Sumiardjo, Slamet M, Tjitropranoto. 2012. Pengaruh Efektifitas
Penyuluhan Terhadap kompetensi Pembudidaya Rumput laut
Polikultur di Perairan Pantai Utara Pulau Jawa. Bogor (ID): Jurnal
Sosek Kelautan , dan Perikanan.
Lans T, van Galen MA, Verstegen JAAM, Biemans HJA, Mulder M. 2013.
Searching for entrepreneurs among small business ownermanagers in
agriculture. NJAS-Wageningen Journal of Life Sciences. 30(151): 1-11.
Leavitt HJ. 1978. Managerial Psychology. Chicago: Chicago press. 10.
64
Longenecker JG, Calos WP, J William. 1994. Small Business Managemen:
An Entrepreneurial Emphasis. Cincinati (US); South Western
Publishin Co. (9).
Lumphin GT, Dess GG. 1996. Clarifying the Entrepreneurial Orientation
Construct and Linking it to Performance. Academy of Management
Review. (21): 135-172.
Man TWY, Theresa L, KF Chan. 2002. The Competitiveness of Small and
Medium Entreprises: A Conceptualization with focus on
Entreprenurial Competencies. Hongkong (RRC): Journal of Business
Venturing. 17(2002): 123-142.
Mappigau DP. 2012. Entreprenurial Quality of Smale Scale (SMEs) Broiler
Farming with Independent Bussiness Model In Maros District of
South Sulawesi Provincy, Indonesia (ID): Hasanuddin University.
Meng LA, Liang TW. 1996. Entrepreneur, Entreprenurship and Entreprising
Culture. Paris: Addison-Wisley Publising Company.
Moeheriono. 2009. Pengukuran Kinerja Berbasis Kompetensi. Jakarta (ID):
Ghalia Indonesia.
Muatif K, Sugihen BG, Susanto D, Asngari PS. 2008. Kompetensi
kewirausahaan peternak sapi perah, kasus peternak sapi perah di
Kabupaten Bandung Jawa Barat. Bandung (ID): Jurnal Penyuluhan.
Muharastri Y. 2013. Karakteristik Wirausaha, Kompetensi Kewirausahaan
dan Kinerja Usaha Peternakan Sapi Perha di KTTSP Kania Bogor
[Tesis]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
Mujahidin, Sutrisno, Dian L, Tri H, Izu AF. 2003. Aren Budi daya dan
Prospeknya. Bogor (ID): Pusat Konservasi Tumbuhan Kebun Raya
Bogor,LIPI.
Munizu M. 2010. Pengaruh Faktor- faktor Eksternal dan Internal Terhadap
Kinerja Usaha Mikro dan Kecil (UMK) di Sulawesi Selatan.
Sulawesi(ID): Jurnal Manajemen. 12(1): 33-41.
Muslich M. 2007. Manajemen Risiko Operasional. Jakarta (ID): PT. Bumi
Aksara.
Nurhayati P, Heny KS, Tintin S, Yanti NM. 2012. Analisis pengaruh
karakteristik kewirausahaan terhadap kinerja wirausaha pada unit
usaha kecil-menengah (UMKM) di Provinsi jawa barat. Bogor (ID):
Prosiding Seminar Hasil Penelitian Institut Pertanian Bogor.
Nurhayati P, Tintin S, Heny KS, Yanti NM. 2011. Analisis Pengaruh
Karakteristik Kewirausahaan Terhadap Kinerja Wirausaha Pada Unit
Usaha Kecil Menengah (UMKM) Di Kabupaten Bogor. Bogor (ID):
Prosiding Seminar Unggulan Departemen Agribisnis.
Nurhayati P. 2011. Karakteristik dan kinerja wirausaha wanita Pada UMKM
perikanan Di Kabupaten Sukabumi. Bogor (ID): Prosiding Seminar
Hasil Penelitian Institut Pertanian Bogor.
Omrane A, Fayolle A. 2011. Entrepreneurial competencies and
entrepreneurial process: a dynamic approach. International Journal of
Business and Globalisation. 6(2): 136-153.
Pamela. 2013. Kompetensi Kewirausahaan dengan Keberhasilan Usaha
Peternak Sapi Perah Pujon, Malang [Tesis]. Bogor (ID): Sekolah
Pascasarjana Institut Pertanian Bogor.
65
Praag CM. 2005. Successful Entrepreneurship. United Kingdom (UK):
Edward Elgar Publishing Limited.
Priyanto SH, Iman S. 2005. Relationship between entrepreneurial learning,
entrepreneurial competencies and venture success: empirical study on
SMEs. Int. J. Entrepreneurship and Innovation Management. 5(5):
454-468.
Purwati E. 2012. Pengaruh Karakteristik Wirausaha, Modal Usaha, Strategi
Pemasarana terhadap Perkembangan UMKM Di Desa Dayaan dan
Kalillondo Salatiga. Salatiga (ID): Jurnal Ilmiah Among Makarti. 9(5).
Puspitasari. 2013. Pengaruh Perilaku Kewirausahaan Petani Anggrek
terhadap Kinerja Usaha: Kasus di Kecamatan Gunung Sindur dan
Parung, Kabupaten Bogor dan Kecamatan Serpong, Kota Tangerang
Selatan [Tesis]. Bogor (ID): Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian
Bogor.
Richards ST ,SL. Bulkley. 2007. Agricultural entrepreneurs: the first and the
forgotten?. New York (US): The Hudson Institute, Center for
Employment Policy.
Riyanti BPD. 2003. Kewirausahaan dari Sudut pandang Psikologi
Kepribadian. Jakarta (ID): PT Gramedia Widiasarana Indonesia.
Robbins L. 1932. The Nature and Significance of Economic Science.
London (GB) : Macmillan.
Robinson LJ, Barry PJ. 1987. The Competitive Firm’s Response to Risk.
New York (NY): Macmillan Publishing Company.
Rose, RC, N Kumar, LL Yen. 2006. The Dynamics of Entrepreneurs’
Success Factors in Influencing Venture Growth. Journal of Asia
Enterpreneurship and Sustainability. 2(2).
Santoso S. 2011. Structural Equation Modelling (SEM): Konsep dan
Aplikasi dengan AMOS 18. Jakarta (ID): Kompas Gramedia.
Schermerhorn J.B. Jr, J.G Hunt, R.N Osborn. 1991. Managing
Organizational Behavior. Canada (GB): John Wiley and Sons.
Schumpeter JS. 1934. The Theory of Economic Development. Inggris (GB):
Oxford Univercity press.
Siregar S. 2012. Statistik parametrik untuk Penelitian Kuantitatif. Jakarta
(ID): PT. Bumi Aksara.
Snell SA, Kenneth NW. 2002. Mengenali Penyebab-Penyebab Kinerja
Buruk. Jakarta (ID): PT Elex Media Kompotindo.
Spencer LM, Spencer SM. 1993. Competence Work: Model for Superior
Performance. New York (NY): John wiley and Sons, Inc.
Staw BM. 1991. Psychological Dimensions of Organizational Behavior.
Sydney (AU): MacMillan Publishing Company.
Sumantri B. 2013. Pengaruh Jiwa Kewirausahaan terhadap Kinerja Usaha
Wirausaha Wanita pada Industri Pangan Rumahan di Bogor [Tesis].
Bogor (ID): Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor.
Suryana. 2003. Kewirausahaan: Pedoman Praktis. Kiat dan Proses
Menuju Sukses. Jakarta (ID): Salemba Empat.
Syafiuddin, Jahi A. 2007. Hubungan Karakteristik Individu dengan
Kompetensi Wirausaha Petani Rumput Laut di Sulawesi Selatan.
Bogor (ID): Jurnal Penyuluhan. 3(1): 35-44.
66
Taleghani GR, Ali G, Alireza K. Seyed RA. 2013. Personality
Characteristics and Entrepreneurship in Online context. Iran (IR):
IRJABS.
Tambunan TTH. 2009. UMKM di Indonesia. Bogor (ID): Ghalia Indonesia.
Tosi HL, JR Rizzo, SJ Carrol. 1990. Managing Organizational Behavioural.
New York (NY): Harper Callins. (2).
Umar H. 2003. Metode Riset Bisnis. Jakarta (ID): PT. Gramedia Pustaka
Utama. (2).
Wickham PA. 2004. Strategic Entrepreneurship. Essex (GB): Pearson
Education Limited. (3).
Wijanto SH. 2008. Structural Equation Modelling dengan LISREL 8.30.
Yogyakarta (ID): Graha Ilmu.
68
Lampiran 1 Hasil output Lisrel 8.30 Setelah Respesifikasi
DATE: 1/ 8/2016
TIME: 17:17
L I S R E L 8.30
BY
Karl G. Jöreskog & Dag Sörbom
This program is published exclusively by
Scientific Software International, Inc.
7383 N. Lincoln Avenue, Suite 100
Chicago, IL 60646-1704, U.S.A.
Phone: (800)247-6113, (847)675-0720, Fax: (847)675-2140
Copyright by Scientific Software International, Inc., 1981-99
Use of this program is subject to the terms specified in the
Universal Copyright Convention.
Website: www.ssicentral.com
The following lines were read from file D:\WIRASTIKA\DATA08.SPJ:
Observed Variables
X1.1 X1.2 X1.3 X1.4 X2.1 X2.2 X2.3 X2.4 X2.5 X2.6
X2.7 X2.8 Y1.1 Y1.2 Y1.3 Y1.4 Y1.5 Y2.1 Y2.2 Y2.3
Correlation Matrix From File D:\WIRASTIKA\DATA08.COR
Sample Size = 120
Latent Variables KI KP KK KU
Relationships
X1.1 X1.2 X1.4 = KI
X2.1 X2.2 X2.3 X2.4 X2.5 X2.6 X2.7 X2.8 = KP
Y1.1 Y1.2 Y1.3 Y1.4 Y1.5 = KK
Y2.1 Y2.2 Y2.3 = KU
KK = KI KP
KU = KI KP KK
Path Diagram
OPTIONS ME=UL AD=OFF IT=500
SET THE ERROR VARIANCE OF X1.1 EQUAL TO 0.1
SET THE ERROR VARIANCE OF X1.4 EQUAL TO 0.2
SET THE ERROR VARIANCE OF X1.2 EQUAL TO FREE
SET THE ERROR VARIANCE OF Y1.1 EQUAL TO FREE
SET THE ERROR VARIANCE OF Y1.4 EQUAL TO FREE
SET THE ERROR VARIANCE OF Y2.2 EQUAL TO FREE
SET THE ERROR VARIANCE OF X2.1 EQUAL TO 0.1
SET THE ERROR VARIANCE OF X2.2 EQUAL TO 0.1
SET THE ERROR VARIANCE OF X2.3 EQUAL TO 0.1
SET THE ERROR VARIANCE OF X2.4 EQUAL TO 0.1
SET THE ERROR VARIANCE OF X2.5 EQUAL TO 0.1
SET THE ERROR VARIANCE OF X2.6 EQUAL TO 0.1
SET THE CORRELATION BETWEEN KI AND KP EQUAL TO 0.1
SET THE ERROR COVARIANCE BETWEEN X2.5 AND X2.2 TO FREE
SET THE ERROR COVARIANCE BETWEEN X2.6 AND X2.2 TO FREE
SET THE ERROR COVARIANCE BETWEEN X2.8 AND Y1.1 TO FREE
SET THE ERROR COVARIANCE BETWEEN X2.7 AND X2.5 TO FREE
!SET THE ERROR COVARIANCE BETWEEN X2.3 AND X1.4 TO FREE
!SET THE ERROR COVARIANCE BETWEEN X2.4 AND X1.2 TO FREE
!SET THE ERROR COVARIANCE BETWEEN X2.5 AND X1.2 TO FREE
!SET THE ERROR COVARIANCE BETWEEN X2.5 AND X2.4 TO FREE
!SET THE ERROR COVARIANCE BETWEEN X2.6 AND X1.2 TO FREE
69
!SET THE ERROR COVARIANCE BETWEEN X2.7 AND Y2.1 TO FREE
!SET THE ERROR COVARIANCE BETWEEN X2.7 AND Y2.2 TO FREE
!SET THE ERROR COVARIANCE BETWEEN X2.7 AND Y2.3 TO FREE
SET THE ERROR COVARIANCE BETWEEN Y1.5 AND Y1.3 TO FREE
SET THE ERROR COVARIANCE BETWEEN X1.4 AND X1.1 TO FREE
SET THE ERROR COVARIANCE BETWEEN X1.4 AND X1.2 TO FREE
SET THE ERROR COVARIANCE BETWEEN Y1.3 AND Y1.2 TO FREE
SET THE ERROR COVARIANCE BETWEEN X1.2 AND X1.1 TO FREE
SET THE ERROR COVARIANCE BETWEEN Y1.5 AND Y1.2 TO FREE
SET THE ERROR COVARIANCE BETWEEN X2.3 AND X1.4 TO FREE
SET THE ERROR COVARIANCE BETWEEN X2.4 AND X1.2 TO FREE
SET THE ERROR COVARIANCE BETWEEN X2.4 AND X2.2 TO FREE
SET THE ERROR COVARIANCE BETWEEN X2.5 AND X1.2 TO FREE
SET THE ERROR COVARIANCE BETWEEN X2.5 AND X2.4 TO FREE
SET THE ERROR COVARIANCE BETWEEN X2.7 AND Y2.1 TO FREE
SET THE ERROR COVARIANCE BETWEEN X2.7 AND Y2.2 TO FREE
SET THE ERROR COVARIANCE BETWEEN X2.7 AND Y2.3 TO FREE
End of Problem
Sample Size = 120
Correlation Matrix to be Analyzed
Y1.1 Y1.2 Y1.3 Y1.4 Y1.5 Y2.1
-------- -------- -------- -------- -------- --------
Y1.1 1.00
Y1.2 0.60 1.00
Y1.3 0.49 0.58 1.00
Y1.4 0.62 0.70 0.68 1.00
Y1.5 0.50 0.54 0.65 0.65 1.00
Y2.1 0.24 0.01 -0.08 0.03 -0.21 1.00
Y2.2 0.20 0.01 -0.02 0.10 -0.16 0.77
Y2.3 0.08 -0.03 -0.03 0.02 -0.04 0.56
X1.1 -0.02 -0.02 -0.05 0.00 -0.04 0.17
X1.2 0.19 0.09 0.12 0.17 0.16 0.03
X1.4 0.16 0.19 0.18 0.28 0.17 0.06
X2.1 0.10 0.12 0.16 0.09 0.06 0.03
X2.2 0.21 0.39 0.19 0.31 0.14 0.13
X2.3 0.17 0.26 0.03 0.14 0.07 0.11
X2.4 -0.02 0.05 0.11 0.15 0.17 -0.14
X2.5 0.20 0.14 0.32 0.28 0.33 -0.02
X2.6 0.33 0.14 0.24 0.20 0.23 0.16
X2.7 0.36 0.40 0.29 0.44 0.32 -0.23
X2.8 0.57 0.43 0.40 0.48 0.41 0.12
Correlation Matrix to be Analyzed
Y2.2 Y2.3 X1.1 X1.2 X1.4 X2.1
-------- -------- -------- -------- -------- --------
Y2.2 1.00
Y2.3 0.69 1.00
X1.1 0.22 0.25 1.00
X1.2 0.08 0.13 0.44 1.00
X1.4 0.11 0.05 0.12 0.37 1.00
X2.1 0.11 0.14 0.09 0.11 0.03 1.00
X2.2 0.07 -0.08 0.12 0.04 0.17 0.34
X2.3 0.17 0.08 0.08 0.07 0.30 0.03
X2.4 0.03 0.06 0.15 0.33 0.26 0.05
X2.5 0.14 0.20 -0.02 0.36 0.22 0.11
70
X2.6 0.27 0.23 0.19 0.30 0.06 0.16
X2.7 -0.21 -0.24 0.06 0.08 0.03 0.18
X2.8 0.09 0.00 -0.04 0.19 0.15 0.18
Correlation Matrix to be Analyzed
X2.2 X2.3 X2.4 X2.5 X2.6 X2.7
-------- -------- -------- -------- -------- --------
X2.2 1.00
X2.3 0.32 1.00
X2.4 -0.08 0.29 1.00
X2.5 0.02 0.24 0.42 1.00
X2.6 0.11 0.23 0.21 0.36 1.00
X2.7 0.22 0.16 0.06 0.06 0.21 1.00
X2.8 0.24 0.21 0.08 0.15 0.31 0.44
Correlation Matrix to be Analyzed
X2.8
--------
X2.8 1.00
Number of Iterations = 21
LISREL Estimates (Unweighted Least Squares)
Y1.1 = 1.00*KK,, R² = 1.00
(0.063)
12.79
Y1.2 = 0.77*KK, Errorvar.= 0.41 , R² = 0.59
(0.10) (0.17)
7.40 2.44
Y1.3 = 0.70*KK, Errorvar.= 0.52 , R² = 0.48
(0.100) (0.16)
6.96 3.17
Y1.4 = 1.00*KK,, R² = 1.00
(0.088)
10.69
Y1.5 = 0.69*KK, Errorvar.= 0.53 , R² = 0.47
(0.099) (0.16)
6.92 3.29
Y2.1 = 0.76*KU, Errorvar.= 0.43 , R² = 0.57
(0.098) (0.17)
7.75 2.57
Y2.2 = 1.00*KU,, R² = 1.00
(0.14)
7.27
Y2.3 = 0.72*KU, Errorvar.= 0.48 , R² = 0.52
(0.13) (0.16)
5.62 2.93
X1.1 = 0.95*KI, Errorvar.= 0.10, R² = 0.90
(0.066)
14.24
X1.2 = 1.00*KI,, R² = 1.00
(0.061)
16.50
X1.4 = 0.90*KI, Errorvar.= 0.20, R² = 0.81
(0.066)
71
14.16
X2.1 = 0.75*KP, Errorvar.= 0.10, R² = 0.57
(0.042)
8.69
X2.2 = 0.91*KP, Errorvar.= 0.10, R² = 0.83
(0.061)
11.54
X2.3 = 0.83*KP, Errorvar.= 0.10, R² = 0.69
(0.038)
12.26
X2.4 = 0.75*KP, Errorvar.= 0.10, R² = 0.56
(0.061)
5.84
X2.5 = 0.90*KP, Errorvar.= 0.10, R² = 0.81
(0.053)
12.26
X2.6 = 0.90*KP, Errorvar.= 0.10, R² = 0.82
(0.049)
13.65
X2.7 = 0.56*KP, Errorvar.= 0.69 , R² = 0.31
(0.049) (0.15)
11.31 4.65
X2.8 = 0.57*KP, Errorvar.= 0.68 , R² = 0.32
(0.050) (0.14)
11.25 4.72
Error Covariance for Y1.3 and Y1.2 = 0.047
(0.12)
0.40
Error Covariance for Y1.5 and Y1.2 = 0.012
(0.12)
0.10
Error Covariance for Y1.5 and Y1.3 = 0.18
(0.12)
1.52
Error Covariance for X1.2 and X1.1 = -0.50
(0.12)
-4.10
Error Covariance for X1.4 and X1.1 = -0.75
(0.12)
-6.30
Error Covariance for X1.4 and X1.2 = -0.58
(0.12)
-4.77
Error Covariance for X2.3 and X1.4 = 0.26
(0.092)
2.83
Error Covariance for X2.4 and X1.2 = 0.29
(0.092)
3.19
Error Covariance for X2.4 and X2.2 = -0.33
(0.11)
-3.07
Error Covariance for X2.5 and X1.2 = 0.29
(0.092)
3.15
Error Covariance for X2.5 and X2.2 = -0.44
(0.11)
-4.00
72
Error Covariance for X2.5 and X2.4 = 0.18
(0.11)
1.73
Error Covariance for X2.6 and X2.2 = -0.37
(0.11)
-3.25
Error Covariance for X2.7 and Y2.1 = -0.31
(0.095)
-3.30
Error Covariance for X2.7 and Y2.2 = -0.33
(0.096)
-3.43
Error Covariance for X2.7 and Y2.3 = -0.32
(0.094)
-3.44
Error Covariance for X2.7 and X2.5 = -0.31
(0.10)
-2.98
Error Covariance for X2.8 and Y1.1 = 0.32
(0.099)
3.24
KK = 0.09*KI + 0.53*KP, Errorvar.= 0.70, R² = 0.30
(0.028) (0.041)
3.29 13.06
KU = - 0.14*KK + 0.14*KI + 0.27*KP, Errorvar.= 0.93, R² = 0.073
(0.065) (0.031) (0.057)
-2.15 4.59 4.68
Correlation Matrix of Independent Variables
KI KP
-------- --------
KI 1.00
KP 0.10 1.00
Covariance Matrix of Latent Variables
KK KU KI KP
-------- -------- -------- --------
KK 1.00
KU 0.03 1.00
KI 0.14 0.15 1.00
KP 0.54 0.21 0.10 1.00
Goodness of Fit Statistics
Degrees of Freedom = 141
Normal Theory Weighted Least Squares Chi-Square = 327.55 (P = 0.00)
Estimated Non-centrality Parameter (NCP) = 186.55
90 Percent Confidence Interval for NCP = (137.62 ; 243.20)K
Minimum Fit Function Value = 2.75
Population Discrepancy Function Value (F0) = 1.57
90 Percent Confidence Interval for F0 = (1.16 ; 2.04)
Root Mean Square Error of Approximation (RMSEA) = 0.075
90 Percent Confidence Interval for RMSEA = (0.091 ; 0.12)
P-Value for Test of Close Fit (RMSEA < 0.05) = 0.00
Expected Cross-Validation Index (ECVI) = 3.58
90 Percent Confidence Interval for ECVI = (3.16 ; 4.05)
73
ECVI for Saturated Model = 3.19
ECVI for Independence Model = 12.06
Chi-Square for Independence Model with 171 Degrees of Freedom = 1396.60
Independence AIC = 1434.60
Model AIC = 425.55
Saturated AIC = 380.00
Independence CAIC = 1506.56
Model CAIC = 611.14
Saturated CAIC = 1099.62
Root Mean Square Residual (RMR) = 0.074
Standardized RMR = 0.062
Goodness of Fit Index (GFI) = 0.87
Adjusted Goodness of Fit Index (AGFI) = 0.93
Parsimony Goodness of Fit Index (PGFI) = 0.90
Normed Fit Index (NFI) = 0.97
Non-Normed Fit Index (NNFI) = 0.92
Parsimony Normed Fit Index (PNFI) = 0.93
Comparative Fit Index (CFI) = 0.91
Incremental Fit Index (IFI) = 0.90
Relative Fit Index (RFI) = 0.92
Critical N (CN) = 67.48
The Modification Indices Suggest to Add an Error Covariance
Between and Decrease in Chi-Square New Estimate
The Problem used 58192 Bytes (= 0.1% of Available Workspace)
Time used: 0.375 Seconds
75
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Mataram pada tanggal 25 Maret 1991 sebagai
anak kedua dari dua bersaudara oleh pasangan Drs. I Nengah Wiracita
(almarhum) dan Made Ayu Astiti, SH. Pendidikan sarjana ditempuh penulis
di Fakultas Pertanian, Universitas Mataram (UNRAM), Program Studi
Sosial Ekonomi konsentrasi Agribisnis pada tahun 2009 dan penulis berhasil
menyelesaikan pendidikan sarjananya pada tahun 2013 dengan predikat cum
laude. Pada tahun 2013 penulis diterima di Program Studi Magister Sains
Agribisnis, Departemen Agribisnis Fakultas Ekonomi Manajemen Institut
Pertanian Bogor (IPB). Penulis mendapatkan dukungan beasiswa oleh
Direktorat Jendral Perguruan Tinggi (DIKTI) melalui program beasiswa
SPP Fresh Graduate selama dua tahun. Penulis juga terdaftar sebagai
penulis pada publikasi ilmiah dengan judul “Pengaruh Karakteristik
Kewirausahaan terhadap Kinerja Usaha Mikro, Kecil dan Menengah
(UMKM) Gula Aren di Kabupaten Lombok Barat” yang terbit pada Jurnal
Penyuluhan edisi bulan Maret 2016 volume 12 no 1.