Page 1
Jurnal Kesehatan Kartika Vol. 13, No. 2 Agustus 2018
PENGARUH JUS JAMBU BIJI (PSIDIUM GUAJAVA) TERHADAP
TEKANAN DARAH PADA LANSIA DENGAN HIPERTENSI DERAJAT 1
DI RW 08 DI WILAYAH KERJA
PUSKESMAS CITEUREUP CIMAHI
Dedi Supriadi¹, Evangeline Hutabarat², Mochamad Zenal Abidin³
¹²³ Stikes Jenderal A. Yani Cimahi
Abstrak
Prevalensi Hipertensi pada usia lanjut di Indonesia adalah 30-65%. Jambu biji merupakan tanaman
herbal alami mengandung kalium yang dapat menurunkan tekanan darah. 8 dari 10 orang lansia tidak
mengetahui Jus Jambu Biji dapat menurunkan tekanan darah. Tujuan Penelitian untuk mengetahui
Pengaruh Jambu Biji (Psidium Guajava) terhadap tekanan darah pada lansia dengan hipertensi derajat
1. Metode Penelitian yang digunakan adalah Quasi Eksperimen dengan desain Time Series Design
Pre-test Post-test. Sampel Penelitian ini adalah Lansia Hipertensi derajat 1.Penelitian ini
menggunakan Consecutive Sampling dengan teknik Non-Random, dimana n = 16 sampel.
Pengumpulan data dilakukan dengan cara mengukur tekanan darah sebelum dan sesudah
mengkonsumsi Jus Jambu biji (133 gram). Pengolahan data dilakukan dengan cara Repeated
Measuare anova dengan analisa Univariat dan Bivariat. Hasil uji statistik, Rata-rata tekanan darah
sistole pada hari ke 3 150,38 mmHg, hari ke 5 148,06 mmHg, dan pada hari ke 7 145,38 mmHg
dengan p-value = 0,000 dan rata-rata tekanan darah diastole pada hari ke 3 94,94 mmHg, hari ke 5
93,19 mmHg, dan pada hari ke 7 91,75 mmHg dengan p-value 0,0001. Dari hasil tersebut dapat
disimpulkan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan dari terapi Jus Jambu Biji Terhadap Tekanan
Darah Hipertensi Derajat 1 pada Lansia dan intervensi paling efektif selama 7 hari. Dari hasil
penelitan yang diperoleh, peneliti menyarankan kepada petugas Kesehatan Puskesmas Citeureup
untuk mengaplikasikan pada saat Posbindu dengan diberikannya Jus Jambu Biji untuk menurunkan
Tekanan darah.
Kata Kunci : Hipertensi, Jus Jambu biji, Lansia, Tekanan darah
Page 2
Jurnal Kesehatan Kartika Vol. 13, No. 2 Agustus 2018
Abstract
The prevalence of hypertension in elderly in Indonesia reaches 30-65%. Guava contains pottasium
which has an effect on lowering blood pressure. Eight from ten elderly who has been inteviewed did
not apprehead that consuming guava juice lower their blood pressure. The purpose of this study was
to find out the effectiveness of guava (Guava Guajava) on blood pressure in elderly with 1st degree
hypertension. This research adapted a Quasy Experiment method with one group times series design.
The population of this research was elderly with 1st degree hypertension. Sampling technique
employed the consecutive sampling with 16 respondents recruited as samples. Data gathered by
measuring blood pressure before and after consuming guava Juice on the first, third, fifth and seventh
day and then analyzed statistically using a Repeated Measure Anova test. The results stated that
difference of systolic blood pressure mean on third day was 150,38 mmHg, on the fifth day was
148,06 mmHg , on the seventh day was 145,38 mmHg with p-value 0.000. The difference mean of
systolic blood pressure on third day was 94,94 mmHg, on the fifth day was 93,19 mmHg, on the
seventh day 91,75 mmHg with p-value 0,000. It is concluded there was a significance impact of Guava
juice on blood pressure and the most effective intervention was on the seventh day. It is suggested
that Health Care Center Citeureup Cimahi workers share the information to the community regarding
the effectiveness of guava juice on blood pressure in elderly with 1st degree hypertension.
Key words: Guava Juice, Blood Pressure, Elderly, Hypertension
Page 3
Jurnal Kesehatan Kartika Vol. 13, No. 2 Agustus 2018
LATAR BELAKANG
Lansia merupakan suatu proses alami yang
ditentukan oleh Tuhan Yang Maha Esa.
Menjadi tua adalah proses yang alami di mana
masa hidup manusia yang terakhir adalah
masa usia senja atau masa tua. Masa tua
adalah keadaan di mana individu mengalami
bermacam kemunduran seperti fisik, mental
dan sosial (Azizah, 2011).
Secara fisiologis pada lansia akan mengalami
kemunduran fungsi-fungsi dalam tubuh yang
menyebabkan lansia rentan terkena gangguan
kesehatan. Salah satu perubahan yang dialami
oleh lansia adalah perubahan pada sistem
kardiovaskuler di mana daya pompa jantung
menurun karena elastisitas pembuluh arteri
melemah. Semua ini akibat kolagen dan
elastin dalam dinding arteri yang berkurang.
Tekanan darah pada orang dewasa akan
meningkat sesuai usia. Tekanan darah optimal
untuk dewasa usia paruh baya adalah di bawah
120/80 mmHg pada lansia biasanya
mengalami peningkatan tekanan darah sistolik
yang berhubungan dengan elastisitas
pembuluh darah yang menurun, tetapi tekanan
darah lebih dari 140/90 mmHg didefinisikan
sebagai hipertensi (Perry & Potter, 2009).
Data World Health Organization (WHO)
(2012) dan The International Society of
Hypertension (ISH) sebagaimana dikutip
Depkes (2012) saat ini terdapat 600 juta
penderita hipertensi di seluruh dunia, dan 3
juta di antaranya meninggal setiap tahunnya.
Tujuh dari setiap 10 penderita tidak
mendapatkan pengobatan secara adekuat.
Hipertensi juga sering disebut dengan
pembunuh diam-diam (Silent Killer) dan
kondisi yang sering ditemukan pada
pelayanan kesehatan primer.
Berdasarkan hasil Riset Kesehatan Dasar
(Riskesdas) tahun 2013, prevalensi hipertensi
yang terjadi pada usia lebih dari 18 tahun
adalah 25,8%. Untuk provinsi dengan
prevalensi paling tinggi adalah Bangka
Belitung dengan 30,9% dan Provinsi dengan
prevalensi paling rendah adalah Provinsi
Papua dengan 16,8%. Untuk Provinsi Jawa
Barat, prevalensinya adalah 29,4% dan
menempati urutan ke empat provinsi dengan
kasus hipertensi terbanyak (Badan Litbangkes
Kemenkes RI, 2014).
Laporan dinas Kesehatan Provinsi Jawa Barat
tahun 2016, menunjukan bahwa terdapat
530.387 kasus hipertensi, 140.227 kasus
terjadi pada laki-laki dan 225.042 kasus
terjadi pada perempuan. Di kota Cimahi, dari
hasil pengukuran tekanan darah yang
dilakukan pada 8.937 orang penduduk dengan
usia lebih dari 18 tahun, didapatkan 8.937
orang tersebut menderita hipertensi (Dinas
Kesehatan Provinsi Jawa Barat, 2016)
Laporan Bulan 1 (LB1) Kabupaten/ Kota
Cimahi pada tahun 2015, di Puskesmas
Citeureup Cimahi terdapat 973 kasus
hipertensi. 392 atau 40% kasus terjadi pada
lansia dengan usia lebih dari 60 tahun (Dinas
Kesehatan Kota Cimahi, 2016)
Kartin (2014) menyatakan peningkatan
presentase populasi lansia diberbagai provinsi
merupakan salah satu indikator keberhasilan
pembangunan kesehatan Indonesia. Seiring
dengan peningkatan tersebut resiko penyakit
degeneratif pun meningkat, hasil Riset
Kesehatan Dasar tahun 2013 menunjukkan
bahwa pola penyakit pada lansia yang
terbanyak adalah hipertensi 57,6% dan stroke
46,1% diikuti masalah pada gigi dan mulut
dengan presentase sebesar 19,2%.
Perubahan sistem kardiovaskuler pada lansia
meliputi masa jantung bertambah, ventrikel
kiri mengalami hipertrofi, dan kemampuan
peregangan jantung berkurang karena
perubahan pada jaringan ikat. Konsumsi
oksigen pada tingkat maksimal berkurang
sehingga kapasitas paru menurun dan
elastisitas dinding aorta menurun, katup
jantung menebal dan menjadi kaku,
kemampuan jantung memompakan darah
menurun 1% setiap tahun setelah berumur 20
Page 4
Jurnal Kesehatan Kartika Vol. 13, No. 2 Agustus 2018
tahun, hal ini menyebabkan menurunnya
kontraksi dan volumenya, kehilangan
elastisitas pembuluh darah kurangnya
efektifitas pembuluh darah perifer untuk
oksigenasi. Mengakibatkan tekanan darah
meningkat. Tekanan darah tinggi apabila tidak
dikendalikan dengan baik akan menimbulkan
kerusakan pada target organ khususnya pada
otak, jantung, ginjal, mata dan pembuluh
darah perifer. Komplikasi pada target organ
ini dapat menimbulkan kerusakan dan
kecacatan permanen sehingga menggangu
kesehatan dan menurunkan produktifitas kerja
penderitanya (JNC VII, 2003)
Hipertensi menjadi penyebab utama dari
stroke, serangan jantung, gagal ginjal
kongestif, apneu pada saat tidur dan kerusakan
pada mata. Faktor pemicu terjadinya
hipertensi meliputi faktor yang tidak dapat
dikontrol seperti keturunan, jenis kelamin dan
usia, serta faktor yang dapat dikontrol seperti
obesitas, stress dan gaya hidup (kurang olah
raga, merokok, serta konsusmsi alkohol dan
garam). Stress menyebabkan peningkatan
aktivitas saraf simpatis yang dapat
menimbulkan peningkatan tekanan darah
secara tidak menentu (Kholis, 2011).
Penanganan hipertensi sangat penting untuk
dilakukan mengingat komplikasi yang
ditimbulkannya dapat menjadi komplikasi
yang sangat fatal seperti serangan jantung,
stroke, dan gagal ginjal. Hipertensi juga dapat
menyebabkan kebutaan, irama jantung yang
tidak beraturan dan gagal jantung.
Peningkatan prevalensi hipertensi, menjadi
ancaman serius bagi pembangunan kesehatan
Indonesia, karena di samping mengakibatkan
mortalitas dan morbiditas yang tinggi juga
mahalnya biaya pengobatan yang harus
diberikan sepanjang hidup (Kemenkes RI,
2012).
Pada penyakit hipertensi, penatalaksanaan
hipertensi dibagi menjadi dua yaitu,
penatalaksanaan farmakologis dan non-
farmakologis. Pengobatan Farmakologis
adalah pengobatan dengan obat-obatan
kimiawi, seperti jenis obat anti hipertensi,
diantaranya yaitu : diuretik, alpha-beta,
vasodilator, penghambatan enzim konversi
angiotensin, dan antagonis kalium. Sedangkan
Non-farmakologis seperti mengontrol pola
makan, olahraga teratur, merokok, terapi
relaksasi progresif, terapi musik, yoga, dan
berbagai terapi komplementer seperti
mengkonsumsi jus jambu biji. Terapi Herbal
merupakan salah satu terapi komplementer
alamiah yang banyak digunakan oleh
masyarakat, karena mempunyai efek samping
yang sangat sedikit (Sustrani, 2007).
Sebagai tumbuhan herbal jambu biji (psidium
guajava) mengandung tanin rasa sepat pada
buah yang bermanfaat memperlancar sistem
pencernaan dan sirkulasi darah serta
meningkatkan daya tahan tubuh terhadap
invasi virus. Jambu biji juga mengandung
kalium yang berfungsi meningkatkan
keteraturan denyut jantung, mengaktifkan
kontraksi otot, mengatur pengiriman zat-zat
gizi ke sel tubuh, serta menurunkan tekanan
darah tinggi (hipertensi) (Parimin,2007).
Hal ini didukung oleh penelitian dari Sagiman
(2015) dengan judul “Pengaruh Jus Jambu
Biji terhadap lansia pada pasien Hipertensi di
Pundung Nogotirto Gamping Sleman
Yogyakarta” penelitian ini menggunakan
metode Quasi Exsperiment Design dengan
rancangan one group Pretestt and Posttest.
Teknik pengambilan sampel menggunakan
teknik Quota Sampling (Judgement
Sampling) sebanyak 10 orang lansia umur >
60 tahun yang memiliki tekanan darah
≥140/90 mmHg di Pundung Sleman
Yogyakarta yang mengalami hipertensi.
Analisis data menggunakan uji perbedaan
Wilcoxon. Hasil uji Wilcoxon diperoleh nilai
Z sistolik pretest-posttest sebesar -2,831,
dengan p-value 0,005 (p<0,05) dan nilai Z
diastolik pretest-posttest sebesar -2,889
dengan p-value 0,004 (p<0,05). Sehingga
dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh
pemberian jus jambu biji terhadap tekanan
Page 5
Jurnal Kesehatan Kartika Vol. 13, No. 2 Agustus 2018
darah pada lansia penderita hipertensi di
Pundung Nogotirto Gamping Sleman
Yogyakarta 2015.
Buah jambu biji mengandung zat gizi yang
sangat kompleks diantaranya adalah Kalium,
Vitamin C, Kalsium dan Magnesium, serta
natrium yang rendah. Kandungan gizi inilah
yang menyebabkan tekanan darah dapat
diturunkan. Zat gizi paling pada buah jambu
biji adalah kalium sebesar 284 mg dalam 100
gram, sedangkan kebutuhan kalium dalam
tubuh per hari adalah 4.700 mg. Hal ini
menunjukkan bahwa kalium dalam buah
jambu biji bisa mencukupi kebutuhan sehari-
hari. Mengkonsumsi kalium dalam jumlah
yang cukup akan menjaga tekanan osmotik
dan menjaga keseimbangan asam-basa dalam
cairan intraseluler, sebagian terikat dengan
protein dan adanya penurunan resistensi
vaskular akibat dilatasi pembuluh darah serta
adanya peningkatan kehilangan air dan
natrium dari tubuh hasil aktivitas pompa
natrium dan kalium.sehingga cenderung
menarik cairan dari bagian ekstraseluler dan
menurunkan tekanan darah.
Peneliti telah melakukan studi pendahuluan di
Puskesmas Citeureup didapatkan bahwa
untuk penatalaksanaan non farmakologis 7
dari 10 orang lansia rutin melakukan olahraga
satu minggu sekali dan 3 lainnya jarang
berolah raga, untuk penatalaksanaan herbal 2
orang lansia mengaku mengkonsumsi jus
daun seledri dan 1 orang lansia
mengkonsumsi air rebusan daun jambu biji.
Sedangkan untuk terapi jus jambu biji 8 dari
10 orang lansia mengatakan bahwa tidak
mengetahui jus jambu biji dapat menurunkan
tekanan darah sebagai terapi herbal, sehingga
pasien hanya bergantung pada pengobatan
farmakologi yang diberikan dari puskesmas
seperti obat amplodipine. Ketidaktahuan dan
kurangnya informasi pengobatan
komplementer untuk hipertensi merupakan
alasan utama masyarakat tidak mengkonsumsi
terapi herbal. Hal ini bisa diatasi apabila kader
dan perawat komunitas dapat berperan aktif
untuk memberikan informasi pada masyarakat
mengenai pendidikan kesehatan dan
penatalaksanaan hipertensi sehingga
masyarakat tidak hanya mengendalikan
dengan pengobatan farmakologi saja namun
dikombinasikan dengan terapi herbal.
Berdasarkan latar belakang diatas, peneliti
ingin mengetahui pengaruh Jus Jambu Biji
terhadap penurunan tekanan darah pada lansia
dengan hipertensi derajat 1.
METODE PENELITIAN
Desain Penelitian yang digunakan dalam
penelitian ini adalah Quasi Eksperiment
dengan desain one group time series design,
penelitian ini dilakukan dengan cara
memberikan pre-test (pengamatan awal)
terlebih dahulu sebelum diberikan intervensi,
setelah itu diberikan intervensi, kemudian
dilakukan post-test yang berulang - ulang.
Pengambilan sampel dengan menggunakan
teknik Consecutive Sampling yaitu semua
subyek yang datang secara berurutan dan
memenuhi kriteria pemilihan dimasukkan
dalam penelitian sampling jumlah subyek
yang diperlukan terpenuhi. Adapun jumlah
sampel yang digunakan adalah 16 responden.
Instrumen penelitian yang digunakan dalam
penelitian ini adalah Sphygmomanometer
digital dan timbangan berat badan digital,
timbangan makanan digital, blender dan gelas
ukur.
Analisa data dalam penelitian menggunakan
analisa univariat dan bivariat. Untuk analisa
univariat mengunakan nilai mean (rata-rata),
standar deviasi, nilai minimum dan
maksimum dari nilai tekanan darah sebelum
dan sesudah dilakukan intervensi. Sedangkan
untuk analisa bivariat menggunakan uji
repeated measure anova. Uji ini digunakan
untuk mengetahui perbandingan antara pre
dan post testyang dilakukan lebih dari dua kali
pengukuran. Syarat uji repeated measure
Page 6
Jurnal Kesehatan Kartika Vol. 13, No. 2 Agustus 2018
anova adalah data harus berdistribusi normal
dan variabel berskala ratio dan interval. Jika
data tidak berdistribusi normal, maka
dilakukan transformasi data. Jika transformasi
data menghasilkan distribusi data yang
normal, maka dipilih uji repeated anova, jika
tidak maka dilakukan uji friedman sebagai
alternatif uji repeated anova. Uji normalitas
data yang digunakan adalah uji Shapiro-wilk.
Data dikatakan normal apabila nilai sig. >
0,05. Dari hasil uji normalitas data,
didapatkan nilai sig > 0,05, maka data dalam
penelitian ini dikatakan normal (Dahlan M. S.,
2012). Setelah itu, dilakukan uji repeated
measure anova karena data berdistribusi
normal nilai sig > 0,05 untuk semua variabel.
HASIL PENELITIAN
Analisis Univariat
Tabel l. Rerata Tekanan Darah Lansia Hari ke 1 dengan Hipertensi Derajat 1 sebelum diberikan Jus
Jambu Biji (Psidium Guajava) (n=16)
Variabel Mean SD Min-
Max
95% CI
Sistole 154,63 2,849 150-159 153,11-
156,14
Diastole 97,19 1,276 94-99 96,51-
97,87
Berdasarkan tabel 1 diatas diperoleh hasil
penelitian bahwa rerata tekanan darah sistole
sebelum diberikan Jus Jambu Biji (Psidium
Guajava) yaitu 154,63 mmHg, sedangkan
rerata tekanan darah diastole sebelum
diberikan Jus Jambu Biji (Psidium Guajava)
yaitu 97,19 mmHg
Tabel 2. Rerata Tekanan Darah Lansia Hari ke 3, 5 dan 7 dengan Hipertensi Derajat 1 sesudah
diberikan Jus Jambu Biji (Psidium Guajava) (n=16)
Variabel Mean SD Min-
Max
95% CI
Sistole
Hari Ke-3 150,38 3,500 145-156 148,51-
152,24
Hari Ke-5 148,06 3,803 142-154 146,06-
150,09
Hari Ke-7 145,38 3,862 140-151 143,32-
147.43
Diastole
Hari Ke-3 94,94 2,016 90-98 93,86-
96,01
Hari Ke-5 93,19 1,628 90-96 92,29-
94,08
Hari Ke-7 91,75 1,390 90-94 91,01-
92,49
Page 7
Jurnal Kesehatan Kartika Vol. 13, No. 2 Agustus 2018
Berdasarkan tabel 2 diatas diperoleh hasil
penelitian bahwa rerata tekanan darah hari ke-
3 sistole sesudah diberikan Jus Jambu Biji
(Psidium Guajava) yaitu 150,38 mmHg,
sedangkan rerata tekanan darah diastole
sesudah diberikan Jus Jambu Biji (Psidium
Guajava) yaitu 94,94 mmHg. Rerata tekanan
darah hari ke-5 sistole sesudah diberikan Jus
Jambu Biji (Psidium Guajava) yaitu 148,06
mmHg, sedangkan rerata tekanan darah
diastole sesudah diberikan Jus Jambu Biji
(Psidium Guajava) yaitu 93,19 mmHg. Rerata
tekanan darah hari ke-7 sistole sesudah
diberikan Jus Jambu Biji (Psidium Guajava)
yaitu 145,38 mmHg, sedangkan rerata tekanan
darah diastole sesudah diberikan Jus Jambu
Biji (Psidium Guajava) yaitu 91,75 mmHg
Analisis Bivariat
Tabel 3. Hasil Uji Repeated Anova Rerata Tekanan Darah sebelum dan sesudah diberikan Jus Jambu
Biji (Psidium Guajava) pada lansia dengan Hipertensi Derajat 1 di Rw 08 Wilayah Kerja
Puskesmas Citeureup Cimahi (n=16)
Tekanan
Darah
Penguku
ran
Mean SD PVal
ue
Sistole
Hari Ke-1 Pre Test 154,63 2,849
Hari Ke-3 Post Test 150,38 3,500 0,001
Hari Ke-5 Post Test 148,06 3,803
Hari Ke-7 Post Test 145,38 3,862
Diastole
Hari Ke-1 Pre Test 97,19 1,276
Hari Ke-3 Post Test 94,94 2,016 0,001
Hari Ke-5 Post Test 93,19 1,628
Hari Ke-7 Post Test 91,75 1,390
Dari hasil penelitian didapatkan bahwa rerata
tekanan darah sistole sebelum dan sesudah
diberikan Jus Jambu Biji (Psidium Guajava)
adalah 154,63 mmHg, sedangkan rerata
tekanan darah sistole hari ke 3 setelah
diberikan Jus Jambu Biji (Psidium Guajava)
adalah 150,38 mmHg, rerata tekanan darah
sistole hari ke 5 setelah diberikan Jus Jambu
Biji (Psidium Guajava) adalah 148,06 mmHg,
dan rerata tekanan darah sistole hari ke 7
setelah diberikan Jus Jambu Biji (Psidium
Guajava) adalah 145,38 mmHg. Rerata
tekanan darah diastole sebelum diberikan Jus
Jambu Biji (Psidium Guajava) adalah 97,19
mmHg, sedangkan rerata diastole setelah hari
ke 3 diberikan Jus Jambu Biji (Psidium
Guajava) adalah 94,94 mmHg, rerata diastole
setelah hari ke 5 diberikan Jus Jambu Biji
(Psidium Guajava) adalah 93,19 mmHg, dan
rerata diastole setelah hari ke 7 diberikan Jus
Jambu Biji (Psidium Guajava) adalah 91,75
mmHg. Hasil Uji Statistik untuk tekanan
darah sistole didaptakan nilai PValue =
0,0001, artinya terdapat pengaruh Jus Jambu
Biji (Psidium Guajava) terhadap tekanan
darah sistole, sementara pada tekanan darah
diastole nilai PValue = 0,0001, artinya
terdapat pengaruh Jus Jambu Biji (Psidium
Guajava) terhadap tekanan darah diastole
Lansia dengan Hipertensi Derajat 1 di Rw 08
Wilayah Kerja Puskesmas Citeureup Cimahi.
Page 8
Jurnal Kesehatan Kartika Vol. 13, No. 2 Agustus 2018
Tabel 4. Hasil Uji Paired Wise Comparison Rerata Tekanan Darah sebelum dan sesudah diberikan
Jus Jambu Biji (Psidium Guajava) pada lansia dengan Hipertensi Derajat 1 di Rw 08
Wilayah Kerja Puskesmas Citeureup Cimahi (n=16)
Dari hasil penelitian didapatkan bahwa
Perbedaan Rerata Sebelum dan Sesudah
SistolePre Test hari ke 1 dengan Post Test hari
ke 3 dengan nilai 4,250, dengan perbandingan
nilai confidence interval 3,509-4,991.
Perbedaan Rerata Sistole Pre Test hari ke 1
dengan Post Test hari ke 5 dengan nilai 6,563,
dengan perbandingan nilai confidence interval
5,610-7,515. Perbedaan Rerata Sistole Pre
Test hari ke 1 dengan Post Test hari ke 7
dengan nilai 9,250, dengan perbandingan nilai
confidence interval 8,158-10,342. Perbedaan
Rerata Sistole Post Test hari ke 3 dengan Post
Test hari ke 5 dengan nilai 2,313, dengan
perbandingan nilai confidence interval 1,772-
2,853. Perbedaan Rerata Sistole Post Test hari
ke 3 dengan Post Test hari ke 7 dengan nilai
5,000, dengan perbandingan nilai confidence
interval 4,272-5,728. Perbedaan Rerata
Sistole Post Test hari ke 5 dengan Post Test
hari ke 7 dengan nilai 2,688, dengan
perbandingan nilai confidence interval 2,367-
3,008.
Perbedaan Rerata Diastole Pre Test hari ke 1
dengan Post Test hari ke 3 dengan nilai 2,250,
dengan perbandingan nilai confidence interval
1,509-2,991. Perbedaan Rerata Diastole Pre
Test hari ke 1 dengan Post Test hari ke 5
dengan nilai 4,000, dengan perbandingan nilai
confidence interval 3,130-4,870. Perbedaan
Rerata Diastole Pre Test hari ke 1 dengan Post
Test hari ke 7 dengan nilai 5,438, dengan
perbandingan nilai confidence interval 4,526-
6,349. Perbedaan Rerata Diastole Post Test
hari 3 dengan Post Test hari ke 5 dengan nilai
1,750, dengan perbandingan nilai confidence
interval 1,062-2,438. Perbedaan Rerata
Diastole Post Test hari 3 dengan Post Test hari
ke 7 dengan nilai 3,188, dengan perbandingan
nilai confidence interval 2,250-4,125.
Perbedaan Rerata Diastole Post Test hari 5
dengan Post Test hari ke 7 dengan nilai 1,438,
dengan perbandingan nilai confidence interval
0,924-1,951.
Page 9
Jurnal Kesehatan Kartika Vol. 13, No. 2 Agustus 2018
Jadi dapat disimpulkan bahwa terdapat
pengaruh Jus Jambu Biji terhadap penurunan
tekanan darah Sistole maupun Diastole,
Dibuktikan dari Pre Test 1 ke Post Test 3, 5
dan 7, Post Test 3 ke Post Test 5 dan 7, Post
Test 5 ke Post Test 7 Sistole maupun Diastole
dengan nilai PValue <0,001.
PEMBAHASAN
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan
peneliti pada tanggal 18 Mei 2017 sampai
dengan 24 Mei 2017 di Rw 08 Wilayah Kerja
Puskesmas Citeureup Cimahi, dengan
Repeated Measure Anova didapatkan Pvalue
0,0001 (<α=0,005) maka Ho ditolak dan Ha
diterima. Dilihat dari tabel 4.1 dan 4.2 untuk
perubahan tekanan darah sebelum dan
sesudah konsumsi Jus Jambu Biji (Psidium
Guajava) mengalami penurunan 154,63/97,19
mmHg, hari ke 3 menjadi 150,38/94,94
mmHg, hari ke 5 menjadi 148,06/93,19
mmHg, dan hari ke 7 menjadi 145,38/91,75
mmHg
Buah Jambu Biji mengandung kalium (284
mg) yang bermanfaat untuk mengontrol
tekanan darah dan terapi darah tinggi. Selain
itu, kalium juga bermanfaat untuk memicu
kerja otot dan membantu memelihara
keseimbangan cairan dan natrium, sehingga
membuat tubuh menjadi lebih segar.
Selain mengandung kalium, jambu biji juga
mengandung vitamin C yang cukup tinggi.
Dari segi kandungan vitamin C dari buah
jambu biji sekitar 183,5 mg yang berperan
sebagai antioksidan yang berguna untuk
melawan serangan radikal bebas penyebab
penuaan dini dan berbagai jenis kanker
(Anonim, 2006). Jambu biji juga mengandung
tanin rasa sepet pada buah, tetapi bermanfaat
memperlancar sistem pencernaan dan
sirkulasi darah serta meningkatkan daya tahan
tubuh terhadap invasi virus serta mengandung
kalsium yang dapat menurunkan tekanan
darah karena ada hubungan negatif antara
asupan kalium dengan tekanan darah dengan
mengsekresi natrium yang meningkat.
Kalsium seperti obat diuretik alami,
membantu ginjal mengeluarkan natrium dan
air (Parimin, 2007).
Kandungan yang terkandung dalam 100gr
jambu biji yaitu karbohidrat 11,8gr, protein
0,82gr, serat 5,4gr, lemak total 0,6gr, kalsium
20mg, besi 0,31gr, magnesium 10mg, fosfor
25mg, natrium 3mg, folat 14mcg, vitamin C
183,5mg, vitamin A 72UI, niacin 1,2mg,
kalium 284mg, riboflavin 0,05mg, vitamin B6
0,143mg, vitamin E 1,120mg ATE, asam
pantotenat 0,150mg dan vitamin B1 0,05mg.
Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil
penelitian (Fridalni dkk, 2013) yang berjudul
“Pengaruh Pemberian Jus Semangka (Cilitrus
Vulgaris Schrad) Terhadap Tekanan Darah
Lansia Dengan Riwayat Hipertensi Di Kota
Padang” penelitian ini menggunakan
rancangan Quasi-Exsperiment menggunakan
One group pretest - posttest design terhadap
30 responden dengan pengambilan sampel
secara purposive sampling hipertensi yang
dilakukan selama seminggu dan diberikan
satu hari satu kali sebanyak 200 ml. Uji
statistik yang digunakan adalah uji T-Test
Dependen, didapatkan tekanan sistolik
31,5±11,79 mmHg dan tekanan darah
diastolik 6,63±6,619 mmHg yang
menunjukan nilai p=0,00 maka Ha diterima
Ho ditolak. Peneliti menyarankan agar jus
semangka dapat dijadikan sebagai intervensi
mandiri terutama bagi lansia hipertensi serta
menambah wawasan kesehatan untuk
memanfaatkan tanaman herbal.
Hasil penelitian ini juga sejalan dengan hasil
penelitian (Ardiyanto dkk, 2014) yang
berjudul “Efektifitas Jus Belimbing Terhadap
Penurunan Tekanan Darah Pada Lansia Di
Kelurahan Tawangmas Baru Kecamatan
Semarang Barat” Rancangan penelitian ini
menggunakan Quasi - Experiment
menggunakan one group pre-post test design
terhadap 21 responden.
Page 10
Jurnal Kesehatan Kartika Vol. 13, No. 2 Agustus 2018
Uji statistik yang digunakan adalah uji
Wilcoxon dan didapatakan p-value tekanan
darah sistolik = 0,000 dan p-value tekanan
darah daistolik = 0,000 maka Ha diterima.
Artinya ada pengaruh pemberian jus
belimbing terhadap penurunan darah pada
lansia, peneliti menyarankan agar jus
belimbing sebagai intervensi mandiri atau
terapi herbal bagi lansia hipertensi.
Hasil penelitian ini juga sejalan dengan hasil
penelitian (Sagiman, 2015) yang berjudul
“Pengaruh Jus Jambu Biji Terhadap Tekanan
Darah Lansia Penderita Hipertensi Di
Pundung Nogotirto Gamping Sleman
Yogyakarta” penelitian ini menggunakan
metode Quasi Experiment Design dengan
rancangan one group pretest dan posttest,
teknik pengambilan sampel menggunakan
Quota Sampling (Judgement Sampling)
sebanyak 10 orang lansia umur > 60 tahun.
Analisa data menggunakan uji Wilcoxon, hasil
uji Wilcoxon didapatkan nilai Z sistolik
sebesar -2,831 dengan p-value0,005 (p<0,05)
dan nilai Z diastolik sebesar -2,889 dengan p-
value 0,004 (p<0,05). Peneliti menyarankan
agar jus jambu biji dapat dijadikan terapi
herbal untuk mengontrol tekanan darah bagi
lansia hipertensi.
Hal ini dapat disimpulkan bahwa setelah
mengkonsumsi Jus Jambu Biji (Psidium
Guajava) responden mengalami penurunan
tekanan darah. Dari 16 responden Jus Jambu
Biji (Psidium Guajava) yang mengalami
penurunan. Dengan demikian, dapat
dinyatakan bahwa fakta adanya penurunan
nilai dengan posttest lansia penderita
hipertensi (responden) telah sesuai dengan
teori yang menyatakan bahwa Jambu Biji
dapat dimanfaatkan untuk menurunkan
tekanan darah tinggi.
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian tentang pengaruh
Jus Jambu Biji (Psidium Guajava) Terhadap
Tekanan darah pada Lansia dengan Hipertensi
derajat 1, Rw 08 di Wilayah Kerja Puskesmas
Citeureup Cimahi dapat diambil kesimpulan
sebagai berikut :
1. Rerata tekanan darah sistole sebelum
diberikan Jus Jambu Biji (Psidium
Guajava) yaitu 154,63 mmHg,
sedangkan rerata tekanan darah diastole
sebelum diberikan Jus Jambu Biji
(Psidium Guajava) yaitu 97,19 mmHg.
2. Rerata tekanan darah sistole hari ke 3
setelah diberikan Jus Jambu Biji
(Psidium Guajava) yaitu 150,38 mmHg,
sedangkan rata-rata tekanan darah
diastole hari ke 3 setelah diberikan Jus
Jambu Biji (Psidium Guajava) yaitu
94,94 mmHg, rata-rata tekanan darah
sistole hari ke 5 setelah diberikan Jus
Jambu Biji (Psidium Guajava) yaitu
148,06 mmHg, sedangkan rata-rata
tekanan darah diastole hari ke 5 setelah
diberikan Jus Jambu Biji (Psidium
Guajava) yaitu 93,19 mmHg, dan rata-
rata tekanan darah sistole hari ke 7
setelah diberikan Jus Jambu Biji
(Psidium Guajava) yaitu 145,38 mmHg,
sedangkan rata-rata tekanan darah
diastole hari ke 7 setelah diberikan Jus
Jambu Biji (Psidium Guajava) yaitu
91,75 mmHg.
3. Terdapat Pengaruh Jus Jambu Biji
(Psidium Guajava) terhadap Tekanan
Darah pada Lansia dengan Hipertensi
derajat 1, Rw 08 di Wilayah Kerja
Puskesmas Citeureup Cimahi (PValue
0,0001)
Page 11
Jurnal Kesehatan Kartika Vol. 13, No. 2 Agustus 2018
Saran
Diharapkan lansia yang mengalami hipertensi
dapat mengaplikasikan Jus Jambu Biji
(Psidium Guajava) sebagai salah satu terapi
untuk menurunkan Tekanan Darah. Selain itu
juga bagi puskesmas diharapkan pada saat
melakukan penyuluhan yang terkait dengan
Hipertensi dapat mengaplikasikan pada saat
Posbindu dengan diberikannya Jus Jambu Biji
(Psidium Guajava) untuk menurunkan
tekanan darah. Sedangkan untuk penelitian
selanjutnya semoga penelitian ini dapat
menjadi acuan atau data dasar untuk
melakukan penelitian, intervensi dilakukan
selama 7 hari dengan kelompok kontrol, untuk
mendapatkan hasil yang maksimal dan
memberikan yang terbaik lagi di kemudian
hari pada penelitian selanjutnya.
DAFTAR PUSTAKA
Azizah, L. M. (2011). Keperawatan Lanjut
Usia. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Badan Litbangkes Kemenkes RI. (2014).
Prevalensi Hipertensi pada umur ≥18
tahun. Pusat Data dan Informasi
Kesehatan RI , 4.
Dinas Kesehatan Kota Cimahi. (2016).
Laporan LB1 Kabupaten/ Kota KOTA
CIMAHI. Cimahi: Dinas Kesehatan
Kota Cimahi.
Dinas Kesehatan Proinsi Jawa Barat. (2016,
11 16). profile kesehatan. Retrieved 2
28, 2017, from Dinas Kesehatan
Proinsi Jawa Barat: http://www.diskes.
Jabar
prov.go.id/index.php/arsip/categories/
MTEz/profile-kesehatan.
Kemenkes. (2012). Data dan Informasi
Penyakit Tidak Menular, semester II.
Jakarta: Kementrian Kesehatan RI.
Parimin. (2007). Jambu Biji, Budi Daya dan
Ragam Pemanfaatannya. Jakarta:
Penebar Swadaya.
Sagiman. (2015). Pengaruh Pemberian Jus
Jambu Biji Terhadap Tekanan Darah
Lansia Penderita Hipertenssi Di
Pundung Nogotirto Gamping Sleman
Yogyakarta . Pengaruh Pemberian
Jus Jambu Biji Terhadap Tekanan
Darah Lansia Penderita Hipertensi
Di Pundung Nogotirto Gamping
Sleman Yogyakarta , 21.
Iip Ardiyanto, A. N. (2014). Efektifitas Jus
Belimbing Terhadap Penurunan
Tekanan Darah Pada Lansia Di
Keseluruhan Tawangmas Baru
Kecamatan Semarang Barat.
Efektifitas Jus Belimbing Terhadap
Penurunan Tekanan Darah Pada
Lansia Di Keseluruhan Tawangmas
Baru Kecamatan Semarang Barat .
Page 12
Jurnal Kesehatan Kartika Vol. 13, No. 2 Agustus 2018