PENGARUH JUMLAH PELAT BAJA CLAW NAILPLATE DAN PEREKAT TERHADAP KUAT LENTUR BALOK KAYU PADA SAMBUNGAN JARI TEGAK (FINGER BUTT JOINT) The Influence of Claw Nailplate and Adhesive Amounts on Timber Beam Elastic Strength of Finger Butt Joint SKRIPSI Disusun untuk memenuhi persyaratan memperoleh gelar sarjana teknik pada Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Sebelas Maret Surakarta Disusun Oleh : Disusun oleh : WAHYU JOKO TRIYANTO I 1106530 JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2010
62
Embed
PENGARUH JUMLAH PELAT BAJA CLAW NAILPLATE …/Pengaruh... · dalam pekerjaan konstruksi kayu, ... Serba guna, artinya dapat dipakai sebagai konstruksi bangunan, seperti kuda-kuda
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
PENGARUH JUMLAH PELAT BAJA CLAW NAILPLATE DAN
PEREKAT TERHADAP KUAT LENTUR BALOK KAYU
PADA SAMBUNGAN JARI TEGAK (FINGER BUTT JOINT)
The Influence of Claw Nailplate and Adhesive Amounts on Timber Beam Elastic
Strength of Finger Butt Joint
SKRIPSI
Disusun untuk memenuhi persyaratan memperoleh gelar sarjana teknik pada Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik
Universitas Sebelas Maret Surakarta
Disusun Oleh :
Disusun oleh :
WAHYU JOKO TRIYANTO I 1106530
JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2010
LEMBAR PERSETUJUAN
PENGARUH JUMLAH PELAT BAJA CLAW NAILPLATE DAN
PEREKAT TERHADAP KUAT LENTUR BALOK KAYU
PADA SAMBUNGAN JARI TEGAK ( FINGER BUTT JOINT )
The Influence Amount of Steel Plate is Claw Nailplate and Glue Toward Limber Strength of Log Wood at Extension Finger Butt Joint
Disusun Oleh :
WAHYU JOKO TRIYANTO I 1106530
Telah disetujui untuk dipertahankan di hadapan Tim Penguji Pendadaran Jurusan
Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Sebelas Maret Surakarta
Ketua Program S1 Non Reguler Teknik Sipil Fakultas Teknik UNS
Ir. Agus Sumarsono, MT.
NIP. 19570814 198601 1 001
Mengetahui, Disahkan, a.n. Dekan Fakultas Teknik UNS Ketua Jurusan Teknik Sipil Pembantu Dekan I Fakultas Teknik UNS Ir. Noegroho Djarwanti, MT. Ir. Bambang Santosa, MT. NIP. 19561112 198403 2 007 NIP. 19590823 198601 1 001
ABSTRAK
Wahyu Joko Triyanto 2010. “PENGARUH JUMLAH CLAW NAIL PLATE DAN PEREKAT TERHADAP KUAT LENTUR BALOK KAYU PADA SAMBUNGAN JARI TEGAK ( FINGER BUTT JOINT )”. Skripsi, Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Sebelas Maret Surakarta. Dalam dunia kontruksi perumahan bentang kayu yang cukup panjang sangat penting sekali terutama dalam pekerjaan kuda – kuda, gording, atap, lisplang, bekisting. Pada umumnya bentang kayu yang panjang memiliki satu, dua bahkan lebih sambungan, padahal sambungan itu sendiri merupakan titik terlemah dari sambungan kayu. Dengan cara menyambung beberapa kayu menjadi satu kesatuan bentang yang utuh dan panjang sesuai dengan bentang kayu yang direncanakan sehingga masalah bentang kayu dapat teratasi, oleh karena itu pemilihan macam sambungan harus sesuai dengan penggunaanya sehingga mudah dikerjakan. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui sifat mekanik sambungan jari tegak (finger butt joint) kayu yang meliputi kuat lentur. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimental. Dalam Penelitian ini dilakukan uji pendahuluan untuk mengetahui sifat fisik dan mekanika kayu kruing. Uji pendahuluan meliputi uji : kadar air, uji lentur dan uji geser. Kemudian dari hasil uji pendahuluan dapat digunakan untuk menentukan panjang kritis (Lcr) benda uji. Jumlah benda uji kuat lentur adalah 12 buah balok kayu dengan tiga variasi, masing-masing variasi dibuat 3 balok uji yaitu balok tanpa sambungan dan sambungan jari tegak (finger butt joint) 1 ; 2 dan 3. Pengujian dilakukan dengan memberikan beban statik pada jarak sepertiga bentang, pembebanan dihentikan apabila balok telah mengalami kerusakan. Hasil pengujian kayu kruing diperoleh nilai kadar air 13,54 %, berat jenis 0,69 gr/cm3, kuat geser sejajar serat 65,23 kg/cm2, kuat lentur 1142,6 kg/cm2. Hasil pengujian kuat lentur kayu tanpa sambungan dan kuat lentur dengan sambungan jari tegak (finger butt joint)1 ; 2 dan 3 adalah berturut turut sebagai berikut : 720,196 kg/cm2 ; 145,660 kg/cm2 ; 192,530 kg/cm2 ; 255,154 kg/cm2. Hasil dari analisis modulus elastisitas kayu tanpa sambungan dan modulus elastisitas dengan sambungan jari tegak (finger butt joint) 1 ; 2 dan 3 adalah berturut turut sebagai berikut : 132681,276 kg/cm2 ; 81147386 kg/cm2 ; 87325,429 kg/cm2 ; 102760,709 kg/cm2. Sehingga dapat disimpulkan bahwa sambungan jari tegak (finger butt joint) 3 menjadi alternatif yang lebih baik dibandingkan dengan sambungan jari tegak (finger butt joint) 1 dan sambungan jari tegak (finger butt joint) 2. Hal ini disebabkan sambungan jari tegak (finger butt joint) 3 menggunakan jumlah pryda claw nailplate lebih banyak sehingga mempunyai nilai kuat lentur yang lebih besar dibandingkan sambungan jari tegak (finger butt joint) 1 dan sambungan jari tegak (finger butt joint) 2. Kata kunci : kuat lentur, sambungan jari tegak (finger butt joint), modulus elastisitas
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Di negara kita Indonesia penggunaan kayu pada bangunan konstruksi banyak
digunakan antara lain untuk pekerjaan kusen, pintu, jendela, kuda – kuda, gording,
atap, stager, bekesting, plafon. Karena di negara kita kayu mudah didapat, maka
dari itu menyebabkan tereksplorasinya hutan secara besar – besaran yang
berdampak terhadap keseimbangan ekosistem alam, hutan mejadi gundul, yang
menyebabkan banjir dan tanah longsor pada musim hujan .
Kebutuhan kayu untuk konstrusi perumahan tetap besar bahkan semakin
berkebang pesat, karena kayu merupakan salah satu bahan konstruksi yang
mempunyai berat jenis ringan dan dapat dikerjakan menggunakan alat yang
sederhana, sehingga tiap pekerjaan konstrusi rumahan tidak terlepas penggunaan
bahan baku kayu.
Semakin berkembangnya pemakaian kayu, sehingga menyebabkan harga kayu
semakin mahal terutama kayu yang berdimesi besar dan panjang, sedangkan
panjang kayu yang tersedia dipasaran sangatlah terbatas. Sehingga timbul
pemikiran untuk nengatasi masalah panjang bentang tersebut menggunakan
sambungan.
Dalam dunia kontruksi perumahan bentang kayu yang cukup panjang sangat
penting sekali terutama dalam pekerjaan kuda – kuda, gording, atap, lisplang,
bekisting. Pada umumnya bentang kayu yang panjang memiliki satu, dua bahkan
lebih sambungan, padahal sambungan itu sendiri merupakan titik terlemah dari
sambungan kayu. Dengan cara menyambung beberapa kayu menjadi satu kesatuan
bentang yang utuh dan panjang sesuai dengan bentang kayu yang direncanakan
sehingga masalah bentang kayu dapat teratasi, oleh karena itu pemilihan macam
sambungan harus sesuai dengan penggunaanya sehingga mudah dikerjakan
Dengan adanya sambungan tersebut nasalah panjang bentang pada konstruksi kayu
dapat reratasi dari segi ekonomisnya sangatlah menguntungkan. Dalam menyusun
sambungan konstruksi kayu umumnya terdiri dari dua batang kayu atau lebih yang
masing - masing saling disambungkan hingga kokoh. Sambungan adalah dua
batang kayu atau lebih yang saling disambungkan satu sama lain, sehingga
menjadi batang kayu yang panjang. Jenis sambungan yang sering digunakan dalam
pekerjaan tersebut antara lain: sambungan jari tegak (butt Joint), sambungan
miring (Scraf Joint), sambungan jari (Finger Joint). Dalam penelitian ini hanya
meninjau untuk jenis sambungan jari tegak (Finger Butt Joint)
Sambungan pada konstruksi bangunan, baik itu beton, baja ataupun kayu
merupakan hal penting yang harus diperhatikan pada konstrusi tersebut. Oleh
karena itu dalam penelitian ini diharap dapat diketahui kuat lentur dari kekuatan
sambungan jari tegak (Finger Butt Joint) dengan perbandingan panjang arah
horisontal karena sambungan tersebut sangat mudah dikerjakan dan biasa dipakai
dalam pekerjaan konstruksi kayu, sehingga baik untuk diteliti.
1.2 Rumusan Masalah
Kebutuan akan kayu dengan bentang yang panjang memerlukan akan sambungan
dengan kekuatan yang tinggi maka perlu dilakukan penelitian terhadap jenis
sambungan yang digunakan sehingga memperoleh kekuatan yang diinginkan.
Dalam penelitian ini dipilih sambungan jari tegak (finger butt joint) mengunakan
alat sambung pryda jenis Claw naillplate dan perekat penol epoxy untuk
mengetahui seberapa besar kuat lentur yang dihasilkan.
1.2 Batasan Masalah
Batasan masalah dalam penelitian ini adalah:
a. Bahan yang digunakan adalah kayu kalimantan jenis Kruing.
b. Alat sambung yang digunakan adalah plat Pryda jenis Claw Naillplate dengan
tipe 6C2 dengan panjang 15,42 cm dan lebar 5,14 cm tebal 0,1 cm dan perekat
penol epoxy
c. Jenis sambungan yang digunakan dalam penelitian ini adalah sambungan jari
tegak (finger butt joint) dengan perbandingan : 1 : 8 dari lebar kayu.
1.3 Tujuan penelitian
Tujuan dari penelitihan mengetahui sifat mekanik pelat baja yang dapat
menghasilkan kuat lentur maksimum pada sambugan jari tegak (Finger Butt Joint)
mengunakan pelat baja claw nailplate dengan penambahan perekat Penol Epoxy.
1.5 Manfaat Penelitian
Manfat dari penelitian ini adalah:
a. Manfaat Teoritis:
Dapat mengetahui pengaruh sifat mekanik kayu meranti berupa kuat lentur
dengan menggunakan sambungan jari tegak (Finger Butt Joint) mengunakan
alat sambung plat claw nailplate, dengan penambahaan perekat Penol Epoxy.
b. Manfaat Praktis:
Memberi alternatif pertimbangan pengunaan alat sambung pelat baja claw
nailplate dari sambungan jari tegak (Finger butt joint), kususnya dalam
penyediaan bentang yang ada.
BAB 2
LANDASAN TEORI DAN TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Tinjauan Pustaka
Pembangunan penyediaan fasilitas sarana fisik di Indonesia mengalami
peningkatan yang mengakibatkan semakin bertambahnya kebutuhan kegunaan
kayu sebagai bahan bangunan. Apabila ditinjau dari segi arsitektur bangunan kayu
mempunyai nilai estetika yang tinggi, dan ditinjau dari segi struktur bangunan
kayu lebih aman terhadap bahaya gempa. Disamping itu kayu sebagai bahan yang
dapat diremajakan, kayu juga menjadi bahan banguan yang relatif ekonomis.
Kayu merupakan hasil hutan dan salah satu sumber kekayaan alam bangsa
Indonesia, kayu merupakan bahan mentah dari alam yang mudah diproses untuk
digunakan sesuai dengan kemajuan teknologi. Kayu memiliki beberapa sifat yang
tidak terdapat pada bahan-bahan lain, diantaranya memiliki kekuatan tarik dan
kekuatan tekan yang hampir seimbang, kayu mudah dibentuk dan dapat diperoleh
dimana saja (Dumanauw, 1993).
Menurut Benny Puspantoro (2002), Kayu sebagai bahan bangunan mempunyai
sifat yang menguntungkan dan merugikan. Sifat yang menguntungkan dari kayu
adalah :
a. Mudah didapat dan relatif murah harganya dibandingkan dengan harga bahan
bangunan lain seperti beton, dan baja.
b. Mudah dikerjakan tanpa alat-alat berat khusus, misalnya mudah dipotong,
dihaluskan, diukir ataupun disambung sabagai suatu konstruksi.
c. Bentuknya indah alami sehingga sering diekspose serat-seratnya sebagai hiasan
ruang.
d. Isolasi panas, sehingga rumah yang banyak menggunakan bahan kayu akan
terasa sejuk nyaman.
e. Tahan zat kimia, seperti asam atau garam dapur.
f. Ringan, mengurangi berat sendiri dari bangunan, sehingga dapat menghemat
ukuran pondasinya.
g. Serba guna, artinya dapat dipakai sebagai konstruksi bangunan, seperti kuda-
kuda atap, langit-langit, pintu jendela, tiang atau dinding, selain itu dapat juga
untuk alat bantu kerja sementara seperti bekesting untuk cor beton, bouwplank,
tangga kerja dan lain sebagainya.
Sifat yang merugikan dari kayu yaitu:
a. Mudah terbakar dan menimbulkan api, sehingga rumah yang banyak memakai
bahan kayu kalau terbakar sulit dipadamkan karena api mudah menjalar dari
satu tempat ke tempat lainnya melalui bahan kayu ini.
b. Kekuatan dan keawetan kayu sangat tergantung dari jenis dan umur pohonnya,
sedang kayu yang ada diperdagangan sulit ditaksir umurnya.
c. Cepat rusak oleh pengaruh alam, hujan/air menyebabkan kayu cepat lapuk,
panas matahari menyebabkan kayu retak-retak.
d. Dapat dimakan serangga-serangga kecil sepertai rayap, bubuk dan kumbang.
Dapat berubah bentuknya, menyusut atau memuai, tergantung kadar air yang
dikandungnya. Bila kandungan airnya banyak kayu akan memuai, sebaliknya
kalau kering kayu akan menyusut (Puspantoro, 1992).
2.1.1 Sifat Fisik Kayu
a. Higroskopis
Kayu dapat menyerap atau melepaskan kadar air (kelembaban) sebagai
akibat perubahan kelembaban dan suhu udara disekelilingnya. Makin
lembab udara disekitarnya makin tinggi pula kelembaban kayu sampai
tercapai keseimbangan dengan udara disekitarnya, Pada kondisi
kelembaban kayu sama dengan kelembaban udara disekelilingnya disebut
kandungan air keseimbangan (EMC = Equilibrium Moisture Content).
b. Arah Serat
Arah serat adalah arah umum sel-sel kayu terhadap sumbu batang
pohon. Arah serat dapat dibedakan menjadi serat lurus, serat berpadu,
serat berombak, dan serat diagonal (serat miring). Semua kayu bersifat
anisotropik, yaitu memperlihatkan sifat-sifat yang berlainan jika diuji
menurut arah seratnya.
c. Berat dan Berat Jenis
Berat suatu kayu tergantung dari jumlah zat kayu, rongga sel, kadar air
dan zat ekstraktif didalamnya. Berat jenis kayu berbanding lurus dengan
BJ-nya, yang berkisar antara BJ minimum 0,2 (kayu balsa) sampai BJ
1,28 (kayu nani), semakin tinggi BJ-nya, kayu semakin berat dan semakin
kuat pula. Berdasarkan berat jenisnya, jenis kayu dapat digolongkan ke
dalam kelas-kelas. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 2.1.
Tabel 2.1 Hubungan antara berat jenis kayu dengan kelas berat kayu Kelas Berat Kayu Berat Jenis
Sangat berat
Berat
Agak berat
Ringan
Lebih besar dari 0,90
0,75 - 0,90
0,60 - 0,75
Lebih kecil dari 0,60
(Sumber : Dumanauw, 1993:18)
d. Keawetan
Keawetan adalah ketahanan kayu terhadap serangan dari luar seperti
jamur, rayap, bubuk dll. Keawetan kayu tersebut disebabkan adanya zat
ekstraktif yang terbentuk pada saat kayu gubal berubah menjadi kayu
teras yang merupakan unsur racun bagi hewan perusak kayu.
e. Warna
Kayu yang beraneka warna macamnya disebabkan oleh zat pengisi warna
dalam kayu yang berbeda-beda.
f. Tekstur
Kayu tersusun dari sel-sel yang memiliki tipe bermacam-macam dan
susunan dinding selnya terdiri dari senyawa kimia berupa selulosa dan
hemi selulosa (karbohidrat) serta lignin (non karbohidrat). Berdasarkan
teksturnya, kayu digolongkan kedalam kayu bertekstur halus (contoh:
giam, kulim dll), kayu bertekstur sedang (contoh: jati, sonokeling dll), dan
kayu bertekstur kasar (contoh: kempas, meranti dll).
2.1.2 Sifat Mekanik Kayu
Sifat-sifat mekanik atau kekuatan kayu ialah kemampuan kayu untuk menahan
muatan dari luar. Maksud muatan dari luar ialah gaya-gaya diluar benda yang
mempunyai kecenderungan untuk mengubah bentuk dan besarnya benda
(Dumanauw, 2001).
Dalam Wiryomartono (1976), karena kayu bersifat anisotrop maka sifat
mekaniknya ke berbagai arah serat berbeda, antara lain disebutkan :
a. Kayu lebih kuat mendukung gaya tarik sejajar serat daripada tarik menurut
arah tegak lurus serat ( Ft // > Ft ^ ).
b. Kayu lebih kuat mendukung gaya desak sejajar serat daripada desak menurut
arah tegak lurus serat (Fc // > Fc ^ ).
c. Kayu lebih kuat mendukung gaya tarik daripada gaya desak pada arah sejajar
serat (Ft // > Fc // ).
d. Kayu lebih kuat mendukung gaya geser tegak lurus arah serat daripada geser
searah arah serat ( Fv ^ > Fv // ).
e. Kayu mempunyai dukungan lentur yang lebih besar daripada dukungan desak.
2.1.3 Macam Penggunaan Kayu
Pengunaan kayu harus sesuai dengan sifat kayu tersebut dan memenuhi
persyaratan teknis yang diperlukan. Jenis-jenis kayu dan persyaratan untuk tujuan
pemakaian tertentu antara lain dapat dikemukan sebagai berikut :
a. Industri Kertas
Persyaratan teknis : lunak, mudah dikerjakan.
Jenis kayu : bambu, cemara, firs, pinus dan tumbuhan berdaun jarum lainnya.
b. Veneer biasa
Persyaratan teknis : kayu bulat berdiameter besar, bulat, bebas cacat dan
beratnya sedang.
Jenis kayu : kruing merah, kruing putih, nyatoh, ramin, agathis, benuang.
c. Bangunan (Konstruksi)
Persyaratan teknis : kuat, keras, berukuran besar dan mempunyai keawetan
alam yang tinggi.
Jenis kayu : balau, bangkirai, belangeran, cengal, giam, jati, kapur, kempas,
keruing, lara, rasamala.
d. Mebel
Persyaratan teknis : berat sedang,dimensi stabil, dekoratif, mudah dikerjakan,
mudah dipaku, dibubut, disekrup, dilem dan dikerat.
Jenis kayu : jati, eboni, mahoni, rengas, ramin, meranti, sonokeling.
e. Lantai
Persyaratan teknis : keras, daya abrasi tinggi, tahan asam, mudah dipaku dan
cukup kuat.
Jenis kayu : balau, bangkirai, belangeran, bintangur, bongin, bungur, jati,
kuku.
f. Bahan Bakar ( Arang )
Persyaratan teknis : Berat jenis tinggi.
Jenis Kayu : bakau, kesambi, walikukun, cemara, gelam, gofasa, johar, puspa.
2.1.4 Alat Sambung
Pengertian alat sambung adalah suatu bahan yang digunakan untuk menyatukan
dua permukaan kayu, dengan mengikat permukaan batang kayu menggunakan
berbagai jenis alat sambung. Berdasarakan jenisnya alat sambung dapat
digolongkan sebagai berikut :
a. Perekat, beberapa contoh perekat yaitu :
1). Perekat Termoplastis, yaitu : Cellulose Adhesive, Acrylie Resin Adhesive,
Polyvinyl Adhesive.
2). Perekat Termosetting, yaitu Urea Formaldehyde Resin, Phenolic Resin,
Resorsiol Resin.
3). Perekat yang diperoleh dari hasil exploitasi/pengolahan sumber daya alam,
contoh perekat alam seperti : glutin dan gassein.
4). Perekat sintesis terdiri dari :
a). VA-resinoid dispersion atau lem putih.
b). Perekat kondensasi, terdiri dari cairan dan zat pengeras.
5). Fenol Epoxy, penol epoxy terdiri dari dua macam komponen yaitu komponen
perekat (resin) dan komponen pengeras (hardener).
b. Sambungan baut
Baut sering digunakan sebagai penyambung karena mudah didapat, mudah
dalam pelaksanaanya, tersedia banyak ukuran, dan dapat dibongkar pasang.
c. Sambungan paku
Penggunaan paku sebagai alat sambung cukup efektif karena :
1). Perlemahan kekuatan lentur yang diakibatkan sambungan paku relatif kecil.
2). Ekonomis karena harga paku relatif murah.
3). Efisien dalam pergerjaan, karena mudah didapat, dan tidak perlu tenaga ahli
dalam pemasanganya.
d. Sambungan pasak
Beberapa jenis pasak adalah :
1). Pasak kayu
Salah satu jenis pasak kayu adalah pasak kubler, keuntungan pasak kubler
adalah pasak dapat memindahkan gaya yang lebih besar, dan deformasi
sambungan relatif kecil.
2). Pasak cincin bergigi
e. Sambungan Gigi
Bila pada kuda-kuda konvensional umum dipakai sambungan gigi, maka pada
kuda-kuda konstruksi saat ini menggunakan paku atau pelat baja penyambung
(pelat konektor) yang lain. Banyak ragam pelat paku dan sejenisnya seperti
”gang nail” oleh J. Celvit Juriet pada tahun 1955, dan dipatenkan pertama kali
pada tahun 1959. Dipasaran saat ini beredar pelat baja konektor yang diproduksi
oleh Pryda Australia yaitu Pryda Nailplate, yang merupakan pelat baja galvanis
berpaku dan bergerigi. Ada dua jenis pelat baja Pryda yaitu Knuckle Nailplate
yang pemasanganya cukup dipaku, dan Claw Nailplate pemasanganya dengan
cara memberikan tekanan pada pelat baja tersebut hingga gerigi terbenam
secara merata pada kedua permukaan kayu yang disambung, dengan
menggunakan peralatan khusus (Suhardjono, 1994).
2.1.5 Pengertian Sambungan Jari Tegak (finger Butt joint)
Sambungan jari tegak (finger butt joint) merupakan salah satu jenis sambungan
yang digunakan untuk menyatukan dua atau lebih batang balok kayu, agar
diperoleh batang balok kayu yang sesuai dengan panjang bentang yang
direncanakan.
Menurut Tyas Nugroho (2008). Dari hasil pengujian kuat lentur sambungan jari
Balok kayu kruing yang digunakan untuk pengujian kuat lentur berukuran 6 cm
x 10 cm, perhitungan panjang kritis balok menggunakan Persamaan (2.7), maka
panjang kritis balok tersebut adalah :
Lcr = ts.8..6 h
…..………...........…………………………….....(2.7)
= 52,68
10026,1146x
xx
= 1313,73 mm
4.1.4 Perhitungan Data Pengujian Kuat Lentur
Dari pengujian di Laboratorium Struktur Fakultas Teknik Universitas Sebelas
Maret Surakarta, diperoleh data-data berupa beban maksimum dan
defleksi/lendutan yang diterima oleh balok kayu kruing, yang digunakan untuk
menghitung nilai kuat lentur dari balok kayu kruing tersebut. Data hasil
perhitungan kuat lentur kayu kruing dapat dilihat pada Tabel 4.5.
Perhitungan kuat lentur kayu kruing menggunakan Persamaan (2.20), berikut ini
contoh perhitungan benda uji ke-1.
Diketahui data : p (panjang balok) = 221,40 cm
h (tinggi balok) = 9,80 cm
b (lebar balok) = 5,80 cm
Ls (jarak tumpu) = 200,00 cm
y (ordinat titik berat) = 4,90 cm
Pmax (beban maksimum) = 1450 kg
A (jarak P ke tumpuan) = 66,67 cm
q (berat sendiri) = 0,06 kg/cm
It (momen inersia) = 380,980,5121
xx
= 454,90 cm4
Kuat Lentur ( Fb ) t
s
t I
aP
qLy
IyM
÷øö
çèæ +
== 28
1.
2
( kg/cm2 ) …......................(2.20)
90,454
90,467,662
145020006,0
81 2 xxxx ÷
øö
çèæ +
=
2/99,523 cmkg= Data hasil perhitungan kuat lentur kayu kruing tercantum pada Tabel 4.5.
Tabel 4.5 Kuat Lentur Balok Kayu Tanpa Sambungan Dan Sambungan Jari.
No
Kode
Sampel
h
(cm)
b
(cm)
Ls
(cm)
Pmax
(kg)
q
(kg/cm)
Kuat
Lentur
(kg/cm2)
Kuat lentur
rata-rata
kg/cm2
1 BTS -I 9,80 5,80 200 1450 0,06 524,01
2 BTS -II 10,00 5,80 200 2200 0,07 762,27
3 BTS -III 9,50 5,60 200 2200 0,06 874,32
720,198
4 FBJ 1.1 9,85 5,90 200 450 0,06 160,60
5 FBJ 1.2 9,60 6,10 200 300 0,06 109,84
6 FBJ 1.3 9,90 6,20 200 500 0,06 166,54
145,660
7 FBJ 2.1 10,10 6,10 200 600 0,06 195,88
8 FBJ 2.2 10,10 6,10 200 600 0,06 195,94
9 FBJ 2.3 10,10 5,90 200 550 0,06 185,77
192,530
10 FBJ 3.1 10,10 6,00 200 700 0,06 231,79
11 FBJ 3.2 10,00 6,00 200 750 0,06 253,13
12 FBJ 3.3 9,90 5,90 200 800 0,07 280,54
255,154
Dari data Tabel 4.5 perhitungan kuat lentur diatas, diperoleh kuat lentur rata-rata
dari masing-masing benda uji. Kuat lentur rata-rata ini kemudian dibuat grafik
perubahan kuat lentur, agar dapat diketahui perbedaan perubahan kuat lentur yang
terjadi antara balok tanpa sambungan dengan ketiga jenis Sambungan Jari Tegak
(finger butt joint) yang telah dipasang pryda claw nailplate dan penol epoxy.
Perubahan kuat lentur balok kayu dapat dilihat pada Gambar 4.1.
Gambar 4.1. Grafik kuat lentur balok tanpa sambungan dan balok Sambungan Jari Tegak (finger butt joint) menggunakan pryda claw nailplate dan penol epoxy.
Dari grafik diatas kemudian dianalisa berapa persentase perubahan kekuatan lentur
yang terjadi antara balok tanpa sambungan dan ketiga jenis Sambungan Jari Tegak
(finger butt joint) menggunakan pryda claw nailplate dan penol epoxy. Persentase
perubahan kekuatan dapat dilihat pada Tabel 4.6.
Tabel 4.6 Perubahan Kuat Lentur balok kayu tanpa sambungan dan balok kayu