Page 1
PENGARUH INTENSITAS MENONTON TELEVISI
TERHADAP KEDISIPLINAN BELAJAR DI RUMAH SISWA
KELAS VIII MTs WALISONGO KEC. KAYEN KAB. PATI
TAHUN PELAJARAN 2010/2011
SKRIPSI
Diajukan untuk memenuhi tugas dan syarat
Guna memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Islam
Dalam Ilmu Pendidikan Agama Islam
Oleh :
MEGA IRIANI LESTANTI
NIM: 073111132
FAKULTAS TARBIYAH
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO
SEMARANG
2011
Page 2
ii
PERNYATAAN KEASLIAN
Yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama : Mega Iriani Lestanti
NIM : 073111132
Jurusan/Program Studi : Pendidikan Agama Islam
Menyatakan bahwa skripsi ini secara keseluruhan adalah hasil penelitian/karya saya
sendiri, kecuali bagian tertentu yang dirujuk sumbernya.
Semarang, 3 Desember 2011
Saya yang menyatakan,
Mega Iriani Lestanti
NIM. 073111132
Page 3
iii
KEMENTERIAN AGAMA
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO
FAKULTAS TARBIYAH
Jl Prof.Dr.Hamka Kampus II Ngaliyan Telp.7601295 Fax.7615387
Semarang 50185
PENGESAHAN
Naskah skripsi dengan:
Judul : Pengaruh Intensitas Menonton Televisi Terhadap
Kedisiplinan Belajar di Rumah Siswa Kelas VIII MTs
Walisongo Kecamatan Kayen Kabupaten Pati tahun
Pelajaran 2010/2011
Nama : Mega Iriani Lestanti
NIM : 073111132
Jurusan : Pendidikan Agama Islam
Program Studi : Pendidikan Agama Islam
Telah diujikan dalam sidang munaqasyah oleh Dewan Penguji Fakultas Tarbiyah
IAIN Walisongo dan dapat diterima sebagai salah satu syarat memperoleh gelar
sarjana dalam Ilmu Pendidikan Agama Islam.
Semarang, 8 Desember 2011
DEWAN PENGUJI
Ketua, Sekretaris,
Dr. Ahwan Fanani, M.Ag. Hj. Nur Asiyah, S.Ag. M.S.I
NIP. 19780930 200312 1001 NIP. 19710926 199803 2002
Penguji I, Penguji II
Ismail SM, M.Ag. Drs. Wahyudi, M.Pd.
NIP. 19711021 199703 1002 NIP. 19680314 199503 1001
Pembimbing I Pembimbing II
Drs. H. Jasuri, M.S.I Drs. H. Shodiq, M.Ag.
NIP: 19671014 199403 1005 NIP: 19681205 199403 1003
Page 4
iv
NOTA PEMBIMBING Semarang, 19 Oktober 2011
Kepada
Yth. Dekan Fakultas Tarbiyah
IAIN Walisongo
Di Semarang
Assalamu’alaikum Wr. Wb.
Dengan ini diberitahukan bahwa saya telah melakukan bimbingan, arahan dan
koreksi naskah skripsi dengan :
Judul :PENGARUH INTENSITAS MENONTON TELEVISI
TERHADAP KEDISIPLINAN BELAJAR DI RUMAH
SISWA KELAS VIII MTs WALISONGO KEC.
KAYEN KAB. PATI TAHUN PELAJARAN 2010/2011
Nama : Mega Iriani Lestanti
NIM :073111132
Jurusan : Tarbiyah
Program Studi : Pendidikan Agama Islam
Saya memandang bahwa naskah skripsi tersebut sudah dapat diajukan kepada
fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo untuk diujikan dalam sidang munaqosyah.
Wassalamu’alaikum Wr. Wb.
Pembimbing I,
Drs. H. Jasuri M. Si
NIP. 196710141994031005
Page 5
v
NOTA PEMBIMBING Semarang, 19 Oktober 2011
Kepada
Yth. Dekan Fakultas Tarbiyah
IAIN Walisongo
Di Semarang
Assalamu’alaikum Wr. Wb.
Dengan ini diberitahukan bahwa saya telah melakukan bimbingan, arahan dan
koreksi naskah skripsi dengan :
Judul :PENGARUH INTENSITAS MENONTON TELEVISI
TERHADAP KEDISIPLINAN BELAJAR DI RUMAH
SISWA KELAS VIII MTs WALISONGO KEC.
KAYEN KAB. PATI TAHUN PELAJARAN 2010/2011
Nama : Mega Iriani Lestanti
NIM :073111132
Jurusan : Tarbiyah
Program Studi : Pendidikan Agama Islam
Saya memandang bahwa naskah skripsi tersebut sudah dapat diajukan kepada
fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo untuk diujikan dalam sidang munaqosyah.
Wassalamu’alaikum Wr. Wb.
Pembimbing II,
Drs. H. Shodiq, M.Ag NIP. 19681205 199403 1 003
Page 6
vi
ABSTRAK
Judul : Pengaruh Intensitas Menonton Televisi Terhadap Kedisiplinan
Belajar di Rumah Siswa Kelas VIII MTs Walisongo Kec.
Kayen Kab. Pati Tahun Pelajaran 2010/2011
Penulis : Mega Iriani Lestanti
NIM : 073111132
Latar belakang penelitian ini adalah bahwa tinggi dan seringnya
anak menonton televisi dapat mengurangi kedisiplinan belajar, salah
satunya belajar di rumah. Bahwa seringnya anak menonton televisi dapat
menyita waktu dalam belajar, khususnya belajar di rumah. Kedisiplinan
belajar di rumah salah satunya mengerjakan tugas (PR). Berdasarkan
pemikiran di atas jelaslah bahwa intensitas menonton televisi mempunyai
pengaruh yang kuat dengan kedisiplinan belajar di rumah. Kedisiplinan
adalah merupakan suatu kondisi yang tercipta dan terbentuk melalui
proses dari serangkaian perilaku yang menunjukkan nilai-nilai ketaatan,
kepatuhan, kesetiaan, keteraturan dan ketertiban.
Penelitian ini dilaksanakan di MTs Walisongo Kayen Pati pada
Siswa kelas VIII. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui : Adakah
pengaruh intensitas menonton televisi terhadap kedisiplinan belajar di
rumah siswa kelas VIII MTs Walisongo Kec. Kayen Kab. Pati tahun
pelajaran 2010/2011. Penelitian ini menggunakan metode kuesioner,
metode dokumentasi yang mana untuk memperoleh data- data intensitas
menonton televisi terhadap kedisiplinan belajar di rumah siswa kelas VIII
MTs Walisongo Kayen Pati. Populasi dalam penelitian ini adalah Seluruh
Siswa Kelas VIII MTs Walisongo Kayen Pati yang berjumlah 266 siswa.
Kemudian Sampel yang diambil menggunakan probability sampling
dengan proporsionate random sampling dari populasi sehingga berjumlah
30 siswa.
Dari hasil penyebaran angket intensitas menonton televisi (X),
sehingga dapat di ketahui rata-ratanya adalah 59,7. Dan rata-ratanya
kedisiplinan belajar di rumah siswa (Y) adalah 49. Dilihat dari hasil
analisis data pada penelitian ini diketahui bahwa intensitas menonton
televisi berpengaruh negatif dan signifikan terhadap kedisiplinan belajar
di rumah siswa kelas VIII MTs Walisongo Kec. Kayen Kab. Pati Tahun
Pelajaran 2010/2011 Freg = 6,189 > Ftabel = 4,18 pada taraf 5% dengan
nilai rata- rata 59,7.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa dalam penelitian ini
diketahui: pertama, intensitas menonton televisi sebesar 59,7 dalam
kategori tinggi. Kedua, kedisiplinan belajar di rumah sebesar 49 dalam
kategori cukup. Ketiga, diketahui bahwa intensitas menonton televisi
berpengaruh negatif dan signifikan terhadap kedisiplinan belajar di
rumah. Maka dari itu guru dan orang tua memberikan bimbingan belajar
serta perhatian khusus terhadap siswa dalam mengurangi intensitas
menonton televisi.
Page 7
vii
TRANSLITERASI ARAB LATIN
Penulisan transliterasi huruf-huruf Arab Latin dalam skripsi ini berpedoman pada
SKB Menteri Agama dan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan R.I Nomor:
158/1987 dan Nomor: 0543b/Untuk1987. Penyimpangan penulisan kata sandang
(al-) disengaja secara konsisten agar sesuai teks Arabnya.
a t}
b z}
t ‘
s| gh
j f
h} q
kh k
d l
z| m
r n
z w
s h
sy ’
s} y
d}
Bacaan madd: Bacaan diftong:
a> = a panjang = au
i> = I panjang = a
u> = u panjang
Page 8
viii
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahim
Alhamdulillah segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah
SWT, yang telah menganugerahkan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga
menjadikan lebih bermakna dalam menjalani hidup ini. Terlebih lagi kepada
penulis sehingga dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini.
Shalawat serta salam semoga tetap tercurah kepada nabi Muhammad
SAW, yang telah membawa cahaya ilahi kepada umat manusia sehingga dapat
mengambil manfaatnya dalam memenuhi tugasnya sebagai khalifah dimuka bumi.
Dalam penyusunan skripsi ini, penulis telah banyak mendapatkan
bimbingan , saran – saran serta motivasi dari berbagai pihak sehingga penyusunan
skripsi ini dapat terselesaikan. Suatu keharusan bagi pribadi penulis untuk
menyampaikan terimakasih kepada:
1. Dr. Suja’i, M. Ag, selaku Dekan Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo Semarang
yang telah merestui pembahasan skripsi ini.
2. Drs. Abdul Rahman, M. Ag, selaku Dosen Wali Studi yang telah banyak
berjasa kepada penulis untuk membimbing selama masa studi.
3. Drs. H. Jasuri M.SI, dan Drs. Shodiq, M. Ag, selaku pembimbing yang telah
bersedia meluangkan waktu, tenaga dan pikiran untuk memberikan bimbingan,
pengarahan, petunjuk dan motivasi dalam penyusunan skripsi ini.
4. Para dosen di lingkungan Fakultas Tarbiyah yang telah membekali berbagai
ilmu pengetahuan selama menempuh studi di Fakultas Tarbiyah IAIN
Walisongo Semarang
5. Bapak / Ibu karyawan perpustakaan Fakultas Tarbiyah dan perpustakaan IAIN
Walisongo Semarang atas pelayanan buku selama penyusunan skripsi.
6. Keluarga Besar MTs Walisongo Kayen Pati. yang telah memberikan tempat
kepada penulis dalam melakukan penelitian sehingga terciptanya kelancaran
dalam menyelesaikan skripsi ini.
Page 9
ix
7. Orang tuaku (ayahanda Siswanto dan ibu Puji Lestari) yang selalu mendukung
untuk menyelesaikan studi ini.
8. Saudara – saudaraku (Sandi&Dayat)dan semua yang senantiasa memberikan
semangat dan memperjuangkan segalanya demi suksesnya penulis menuntut
ilmu.
9. Teman-teman penulis yang senasib dan seperjuangan (vi2, sava, lely, rina, dan
semua anak PAI Paket D 2007) yang ikut memberikan motivasi selama
menempuh studi, khususnya dalam proses pembuatan skripsi ini.
10. Teman-teman kos 24 Shafira (Shofi, Widy, Umu, dan semuanya) yang
senantiasa member dukungan dan do’a.
11. Untuk seseorang yang Spesial yang jauh disana (Dhu_Mey) yang
senantiasa mendo’akan saya Syukron Katsiron.
Harapan dan do’a penulis, semoga amal dan jasa baik dari semua pihak
dapat menjadi amal baik dan semoga mendapat balasan dari Allah SWT. Penulis
menyadari bahwa skripsi ini belum mencapai kesempurnaan dalam makna yang
sesungguhnya, akan tetapi penulis berharap semoga skripsi ini dapat memberikan
manfaat , baik bagi penulis maupun bagi pembaca pada umumnya.
Semarang, 03 Desember 2011
Penulis,
Mega Iriani Lestanti
NIM. 073111132
Page 10
x
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL .................................................................................. i
PERNYATAAN KEASLIAN .................................................................... ii
PENGESAHAN ......................................................................................... iii
NOTA PEMBIMBING .............................................................................. iv
ABSTRAK ................................................................................................. vi
TRANSLITERASI ..................................................................................... vii
KATA PENGANTAR ............................................................................... viii
DAFTAR ISI .............................................................................................. x
BAB I : PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah .......................................................... 1
B. Penegasan Istilah .................................................................... 4
C. Rumusan Masalah ................................................................... 6
D. Manfaat Penelitian .................................................................. 6
E. Tujuan Penelitian .................................................................... 7
BAB II : LANDASAN TEORI DAN PENGAJUAN HIPOTESIS
A. Kajian Pustaka ........................................................................ 8
B. Kerangka Teoritik .................................................................. 9
1. Intensitas Menonton Televisi ............................................. 9
a. Pengertian Intensitas Menonton Televisi ....................... 9
b. Fungsi Media Massa Televisi ........................................ 10
c. Kelebihan dan Kelemahan Televisi ............................... 15
d. Peranan Televisi .............................................................. 17
e. Dampak Menonton Televisi ........................................... 20
2. Kedisiplinan Belajar Di rumah ........................................... 24
a. Pengertian Kedisiplinan ................................................. 24
b. Fungsi Kedisiplinan ....................................................... 26
c. Macam-macam Disiplin .................................................. 28
d. Pengertian Belajar Di rumah ......................................... 29
Page 11
xi
e. Ciri-ciri Belajar .............................................................. 31
f. Aktivitas Belajar ............................................................ 32
g. Bentuk-bentuk Kedisiplinan Belajar Di rumah ............. 36
h. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Belajar Di rumah .. 41
C. Kerangka Berpikir .................................................................. 42
D. Hipotesis ................................................................................. 44
BAB III : METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian ...................................................................... 45
B. Tempat dan Waktu Penelitian ................................................ 45
C. Populasi dan Sampel Penelitian ............................................. 45
D. Variabel dan Indikator Penelitian ........................................... 48
E. Teknik Pengumpulan Data ..................................................... 49
F. Teknik Analisis Data .............................................................. 50
BAB IV : HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum MTs Walisongo Kayen Pati ..................... 55
B. Deskripsi Hasil Penelitian ...................................................... 59
C. Analisis Uji Hipotesis ............................................................ 67
D. Analisis Lanjut ....................................................................... 72
E. Keterbatasan Penelitian .......................................................... 72
BAB V : KESIMPULAN
A. Kesimpulan ............................................................................. 74
B. Saran-Saran ............................................................................ 75
C. Penutup .................................................................................... 75
DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR TABEL
DAFTAR LAMPIRAN
RIWAYAT HIDUP
Page 12
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Perkembangan media informasi, khususnya televisi, membuat dunia semakin
hari semakin dekat saja meskipun arus informasi yang mengalir tersebut akan dan
mempunyai dampak, baik dampak positif maupun negative. Perkembangan di bidang
pertelevisian tersebut memungkinkan timbulnya persaingan yang cukup ketat di
antara stasiun-stasiun televisi untuk menarik perhatian pemirsa. Sebagai akibatnya,
dapat kita lihat dari banyaknya jenis acara yang menarik, mulai dari film, sinetron,
kuis, acara musik dan sebagainya. Dengan adanya program-program yang menarik
tersebut, pemirsa seperti dimanjakan, karena pemirsa tinggal memilih acara apa yang
ingin ditontonnya, dan pada saluran televisi yang aman. Dengan banyaknya pilihan
acara tersebut tidaklah mengherankan apabila hampir setiap saat anak-anak berada di
depan pesawat televisi. Mulai dari bangun tidur, pulang sekolah bahkan menjelang
tidur kembali.
Di era globalisasi ini dengan semakin canggihnya perkembangan teknologi
informasi salah satunya televisi sebagai audio visual yang memanjakan pemirsa
dengan berbagai tayangannya. Televisi adalah salah satu bagian teknologi
komunikasi (massa), dengan telah mempresentasikan diri sebagai simbol legenda
baru, bahkan media televisi bisa dianggap sebagai salah satu media yang paling
dominan dalam arus informasi global. Karena televisi sebagai audio visual
menjadikan pemirsa mampu menyaksikan beragam peristiwa yang terjadi. Karena
mudahnya media massa (televisi) diterima oleh masyarakat, oleh para pakar media
massa (televisi) dinilai power full (perkasa), sehingga senantiasa mendapatkan
perhatian yang seksama untuk diteliti.
Televisi secara harafiah artinya “ melihat dari jauh”. Namun demikian, dalam
pengertian sederhana ini sebenarnya meliputi dua bagian utama, yaitu pemancar
televisi yang berfungsi mengubah dan memancarkan sinyal-sinyal gambar (View)
bersama-sama dengan sinyal suara sehingga sinyal-sinyal tersebut dapat diterima
oleh pesawat televisi penerima pada jarak yang cukup jauh. Kedua televisi penerima
Page 13
2
yang menangkap sinyal-sinyal tersebut dan mengubahnya kembali sehingga apa yang
dipancarkan oleh transmisi. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa pesawat
televisi adalah alat yang dapat digunakan untuk melihat dan mendengar dari tempat
yang jauh.1
Teknologi komunikasi yang merajalela dan mudah didapat ialah media
elektronik yang berupa televisi. Televisi sangat mudah didapat oleh masyarakat baik
dari kalangan atas maupun bawah, dari anak-anak maupun orang tua. Setiap individu
ingin menyaksikan acara-acara televisi, tidak harus dengan membeli, tetapi mereka
bisa saja melihat di rumah tetangga, apalagi sekarang ini banyak sekali stasiun-
stasiun televisi swasta yang mudah dijangkau dimana-mana. Itulah sebabnya televisi
swasta berlomba-lomba menggelar acara-acara yang menarik peminat penonton
mereka (stasiun televisi) bersaing untuk mementingkan bisnis tidak memikirkan
akibatnya. Televisi merupakan temuan international karena banyak ilmuwan-
ilmuwan yang terlibat dalam penelitian dan pengembangan teknologi ini.2
Dalam perkembangan yang cukup pesat beberapa tahun belakangan ini.
Awalnya, kita hanya punya satu stasiun televisi, itu pun dimiliki oleh pemerintah,
namanya Televisi Republik Indonesia (TVRI). Pada tahun 1989, lahirnya stasiun
televisi Rajawali Citra Televisi Indonesia (RCTI). Stasiun tersebut menjadi televisi
swasta pertama di Indonesia. Stasiun televisi swasta yang kemudian berturut-turut
lahir adalah Surya Citra Televisi (SCTV), Televisi Pendidikan Indonesia (TPI),
Indosiar, dan Andalas Televisi (Antv). Sejak era reformasi bergulir, televisi swasta
pun semakin ramai bermunculan. Ada Metro TV, Transformasi Televisi (Trans TV),
TV 7 yang kini menjadi Trans 7, Lativi yang belakangan memjadi TVOne, serta
Global TV. 3
Secara umum, stasiun televisi terdiri atas televisi generalis dan televisi
spesialis. Televisi generalis menyajikan program atau acara yang beragam, mulai
sinetron, musik, film, acara anak-anak, hingga berita. Untuk televisi nasional yang
1 Ciptono Setyobudi, Pengantar Teknik Broadcasting Televisi, (Yogyakarta: Graha Ilmu,
2005), hlm. 2.
2 Ciptono Setyobudi, Pengantar Teknik Broadcasting Televisi, hlm. 2.
3 Usman, Television News Reporting dan Writing, (Bogor: Penerbit Ghalia Indonesia, 2009),
hlm. 1.
Page 14
3
termasuk dalam kategori televisi generalis adalah RCTI, SCTV, TPI, Indosiar, Antv,
Trans 7, termasuk TVRI. Televisi spesialis menitikberatkan pada program tertentu.
Metro TV dan TVOne adalah TV khusus yang cenderung atau menspesialiskan diri
pada program berita. Akan tetapi, sebagaimana kita saksikan selama ini, televisi
generalis maupun televisi berita, semuanya menyajikan program berita, semuanya
menyajikan program berita. Televisi yang sebelumnya cenderung dipandang sebagai
media hiburan, kini juga harus dipandang sebagai media informasi. Berita televisi
sekarang bisa disebut telah menjadi kebutuhan utama masyarakat.4
Azhar Arsyad mengatakan bahwa, salah satu fungsi media pembelajaran juga
dapat membantu siswa meningkatkan pemahaman, menyajikan data dengan menarik
dan terpercaya, memudahkan penafsiran data, dan mendapatkan informasi dengan
cara sebagai alat bantu mengajar yang turut mempengaruhi iklim kondisi dan
lingkungan belajar yang ditata yang diciptakan oleh guru.5
Dalam fenomena ini, bisa saja terjadi lantaran banyak tersedianya televisi
yang mudah dijangkau oleh kalayak terutama kepada anak-anak. Jadi tidaklah
mengherankan apabila di dunia media massa zaman sekarang, kasus menyibukkan
anak-anak dengan media khususnya (televisi). Media televisi pada anak-anak
terutama di MTs Walisongo khususnya kelas VIII memang mengalami peningkatan,
apalagi dengan semakin menambahnya program-program televisi untuk anak-anak,
hal itu memicu mereka menjadi semakin senang menonton televisi. Media yang
sering dikonsumsi adalah televisi, yang dapat mereka konsumsi dengan bebas
kapanpun mereka mau, mereka akan lebih sering duduk di depan televisi saat jam-
jam acara anak-anak, bahkan acara lain.
Belajar sendiri atau mandiri di rumah adalah tugas paling pokok dari setiap
siswa. Syarat utama belajar sendiri di rumah adalah ketentuan belajar seperti
memiliki jadwal belajar tersendiri meskipun terbatas waktunya. Bukan lamanya
belajar yang diutamakan, tetapi kebiasaan teratur dan rutin melakukan belajar di
rumah. Adapun terbentuknya sikap disiplin belajar dari seorang anak tidaklah bisa
terwujud begitu saja melainkan dari sebuah proses yang salah satunya melalui
4 Usman, Television News Reporting dan Writing, hlm. 2-3.
5 Azhar Arsyad, Media Pengajaran, (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2009), hlm. 15.
Page 15
4
kebiasaan atau aktifitas sehari-hari yaitu mengerjakan apa yang ditugaskan Bapak
dan Ibu guru (PR), membaca buku lain yang ada hubungannya dengan pelajaran di
sekolah, mempersiapkan atau mempelajari kembali pelajaran yang akan diajarkan
besok, melengkapi dan meringkas kembali catatan pelajaran, mengadakan belajar
kelompok dengan teman.
Dari keseluruhan permasalahan yang ada sebagaimana tersebut diatas, maka
penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul pengaruh intensitas
menonton televisi terhadap kedisiplinan belajar di rumah.
B. Penegasan Istilah
1. Pengaruh
Daya yang ada atau yang timbul dari suatu (orang, benda dan sebagainya)
yang berkuasa (ghaib dan sebagainya).6 Dalam penelitian ini yang dimaksud
dengan pengaruh adalah akibat atau dampak yang disebabkan oleh daya yang
timbul dari suatu perbuatan. Perbuatan yang dimaksud dalam penelitian ini
berkaitan dengan kedisiplinan belajar di Rumah.
2. Intensitas Menonton Televisi.
Intensitas adalah keadaan atau tingkatan atau ukuran tingkatan.7Ukuran
tingkatan disini menggambarkan seberapa seringnya anak menonton televisi.
Menonton adalah sasaran setiap program siaran dan sifatnya heterogen, karena
itu agar lebih efektif dalam penerimaan pesan. Sehingga menonton diharapkan
memberikan umpan balik, setelah mengikuti program siaran yang disiarkan, agar
dapat digunakan sebagai bahan upaya penyempurnaan.8
Televisi sesungguhnya adalah sistem elektronik yang mengirimkan
gambar diam dan gambar hidup bersama suara melalui kabel atau ruang. Sistem
ini menggunakan peralatan yang mengubah cahaya dan suara ke dalam
gelombang elektrik dan mengkonversinya kembali ke dalam cahaya yang dapat
6 WJS Poerwadimanto, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 2003),
hlm.865.
7 WJS Poerwadimanto, Kamus Besar Bahasa Indonesia, hlm. 384.
8 Darwanto, Televisi Sebagai Media Pendidikan, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2007), hlm.
236.
Page 16
5
dilihat dan suara yang dapat didengar.9 Jadi intensitas menonton televisi yang
dimaksud peneliti ini adalah frekuensi anak dalam menonton televisi, durasi anak
menonton televisi, tingkat minat anak terhadap menonton televisi, dan tingkat
perhatian anak terhadap acara televisi.
3. Kedisiplinan Belajar di rumah
Kedisiplinan berasal dari kata disiplin yang artinya ketaatan
(kepatuhan).10
Mendapat awalan ke dan akhiran an menunjukkan adanya suatu
sikap yang ada. Tujuan dari sebuah pembelajaran adalah untuk merubah tingkah
laku atau pola pikir seseorang dari yang kurang baik menjadi lebih baik dan dari
belum tahu menjadi tahu.
Belajar adalah perubahan tingkah laku yang relatif tetap yang merupakan
hasil dari pengalaman yang lalu.11
Sedangkan belajar di rumah bisa dikenal
belajar sendiri atau mandiri adalah adanya ketentuan belajar seperti memiliki
jadwal belajar tersendiri meskipun terbatas waktunya. Bukan lamanya belajar
yang diutamakan, tetapi kebiasaan teratur dan rutin melakukan belajar.12
Jadi
kedisiplinan belajar di rumah yang dimaksud peneliti ini adalah tepat waktu
dalam belajar, ketepatan waktu dalam mengerjakan pekerjaan rumah (PR),
belajar secara teratur.
4. Siswa MTs Walisongo
Siswa yang disebut dengan peserta didik yaitu pihak yang menjadi obyek
pokok dari pendidikan. Dalam penelitian ini yang dimaksud siswa adalah pelajar
atau peserta didik yaitu kelas VIII MTs Walisongo Kec. Kayen Kab. Pati.
MTs adalah sekolahan atau perguruan biasanya berdasarkan agama Islam,
tingkat menengah pertama. Dalam penelitian ini yang dimaksud MTs adalah
sekolah atau perguruan yang berdasarkan agama Islam tingkat menengah.
9 Azhar Arsyad, Media Pembelajaran, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2003), hlm. 50.
10 Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai
Pustaka, 1995), hlm. 257.
11 Mustaqim, Psikologi Pendidikan, (Semarang: IAIN Walisongo, 2001), hlm. 23.
12 Tohirin, Psikologi Pembelajaran Pendidikan Agama Islam, (Jakarta: PT RajaGrafindo
Persada, 2008), hlm. 117.
Page 17
6
C. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas maka permasalahan yang dirumuskan
peneliti adalah sebagai berikut:
1. Bagaimana intensitas menonton televisi siswa kelas VIII MTs Walisongo Kec.
Kayen Kab. Pati tahun pelajaran 2010/2011?
2. Bagaimana Kedisiplinan belajar di rumah siswa kelas VIII MTs Walisongo Kec.
Kayen Kab. Pati tahun pelajaran 2010/2011?
3. Adakah pengaruh intensitas menonton televisi terhadap kedisiplinan belajar di
rumah siswa kelas VIII MTs Walisongo Kec. Kayen Kab. Pati tahun pelajaran
2010/2011?
D. Manfaat Penelitian
1. Bagi Siswa
Penelitian ini diharapkan dapat memotivasi siswa untuk lebih disiplin lagi
dalam belajar khususnya di rumah.
2. Bagi Guru
Ini diharapkan dapat meningkatkan anak dalam disiplin belajar khususnya
di rumah.
3. Bagi Orang Tua
Penelitian ini diharapkan agar para orang tua dapat lebih aktif dan
mendukung dan memotivasi anaknya untuk belajar khususnya belajar di rumah.
4. Bagi Peneliti
Dapat memberikan pengalaman dan pengetahuan kepada peneliti tentang
kedisiplinan belajar khususnya di rumah.
5. Bagi Sekolah
Memberi sumbangan pemikiran sebagai alternatif untuk meningkatkan
kualitas pembelajaran di madrasah.
Page 18
7
E. Tujuan Penelitian
Berpijak pada masalah di atas, maka penelitian ini dimaksudkan dengan
tujuan yaitu:
1. Untuk mengetahui intensitas menonton televisi siswa kelas VIII MTs Walisongo
Kec. Kayen Kab. Pati tahun pelajaran 2010/2011.
2. Untuk mengetahui kedisiplinan belajar di rumah siswa kelas VIII MTs
Walisongo Kec. Kayen Kab. Pati tahun pelajaran 2010/2011.
3. Untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh intensitas menonton televisi terhadap
kedisiplinan belajar di rumah siswa kelas VIII MTs Walisongo Kec. Kayen Kab.
Pati tahun pelajaran 2010/2011.
Page 19
8
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Kajian Pustaka
Sejauh pengetahuan peneliti dari beberapa literatur yang dibaca, terdapat
beberapa skripsi yang membahas tentang Intensitas menonton Televisi dan
Kedisiplinan belajar di rumah diantaranya adalah:
Adi Priyo Hermawan, mahasiswa IAIN Walisongo Semarang (3100003)
dalam skripsinya yang berjudul Pengaruh Kedisiplinan Belajar terhadap Prestasi
Belajar PAI siswa kelas 11 SLTP HASANUDDIN 6 SEMARANG. Dalam penelitian
ini penulis mengadakan penelitian tentang kedisiplinan belajar siswa di sekolah
tersebut (SLTP) hubungannya dengan prestasi PAI. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa kedisiplinan belajar di sekolah berpengaruh positif. 1
Netty Herawati, mahasiswi IAIN Walisongo Semarang (073111608) dalam
skripsi ini yang berjudul Pengaruh Intensitas Menonton tayangan film Kekerasan di
Televisi terhadap Perubahan Perilaku Peserta Didik di MA AL-HIDAYAH
PLELEN BATANG. Dalam penelitian ini penulis mengadakan penelitian tentang
intensitas menonton tayangan film kekerasan di televisi hubungannya terhadap
perubahan perilaku peserta didik di MA Al-Hidayah Plelen Batang. Hasil penelitian
menunjukkan peserta didik MI Al-Hidayah Plelen setiap hari menonton tayangan
film kekerasan di televisi, atau dengan kata lain intensitasnya dalam menonton
tayangan film kekerasan berada pada kategori tinggi.2
Elin Nurwanti, mahasiswi IAIN Walisongo Semarang (3102298) dalam
skripsi ini yang berjudul Pola Didik Orang Tua dan Kedisiplinan Belajar
Hubungannya dengan Prestasi Belajar Pendidikan Agama Islam siswa di SMP N 1
1 Adi Priyo Hermawan, Pengaruh Kedisiplinan Belajar terhadap Prestasi Belajar PAI, Siswa
Kelas 11 SLTP Hasanuddin 6 Semarang, (Skripsi tarbiyah IAIN Walisongo Semarang, 2005)
2 Netty Herawati, Pengaruh Intensitas Menonton Tayangan Film Kekerasan Di Televisi
Terhadap Perubahan Perilaku Peserta Didik, (Skripsi tarbiyah IAIN Walisongo Semarang, 2007)
Page 20
9
BELIK KABUPATEN PEMALANG. Terdapat hubungan positif pola didik orang
tua terhadap prestasi belajar PAI siswa.3
Dipertegas bahwa penelitian ini berbeda dengan terdahulu yaitu: Pengaruh
Intensitas Menonton Televisi Terhadap Kedisiplinan Belajar di Rumah Siswa Kelas
VIII MTs Walisongo Kec. Kayen kab. Pati tahun Pelajaran 2010/2011.
B. Kerangka Teoritik
1. Intensitas Menonton Televisi
a. Pengertian Intensitas Menonton Televisi
Intensitas adalah keadaan atau tingkatan atau ukuran tingkatan.4Ukuran
tingkatan disini menggambarkan seberapa seringnya anak menonton televisi.
Menonton adalah sasaran setiap program siaran dan sifatnya heterogen,
karena itu agar lebih efektif dalam penerimaan pesan. Sehingga menonton
diharapkan memberikan umpan balik, setelah mengikuti program siaran yang
disiarkan, agar dapat digunakan sebagai bahan upaya penyempurnaan.5
Televisi adalah sistem elektronik yang mengirimkan gambar diam dan
gambar hidup bersama suara melalui kabel atau ruang.6
Televisi sesungguhnya adalah sistem elektronik yang mengirimkan
gambar diam dan gambar hidup bersama suara melalui kabel atau ruang. Sistem
ini menggunakan peralatan yang mengubah cahaya dan suara ke dalam
gelombang elektrik dan mengkonversinya kembali ke dalam cahaya yang dapat
dilihat dan suara yang dapat didengar.7
3 Elin Nurwanti, Pola Didik Orang Tua dan Kedisiplinan Belajar Hubungannya dengan
Prestasi Belajar Pendidikan Agama Islam. (Skripsi tarbiyah IAIN Walisongo Semarang, 2003)
4 WJS Poerwadimanto, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 2003), hlm.
865.
5 Darwanto, Televisi Sebagai Media Pendidikan, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2007), hlm.
236.
6 Azhar Arsyad, Media Pembelajaran, (Jakarta: PT Grafindo Persada, 2010), hlm. 50.
7 Azhar Arsyad, Media Pembelajaran, hlm. 50.
Page 21
10
Dari beberapa pendapat tersebut dapat kita simpulkan bahwa yang
dimaksud intensitas menonton televisi adalah kegiatan yang dilakukan setiap hari
secara terus menerus tanpa disadari oleh seorang anak kegiatan baku di
kebanyakan rumah. Hal yang paling mudah dilakukan di rumah adalah memencet
tombol pesawat televisi, menelusuri saluran-saluran, mencicipi komedi ruang
tamu di saluran X atau acara permainan di saluran Z, dan tanpa disadari tahu-tahu
malam sudah larut. Pesawat televisi telah menjadi perapian elektronik yang
menentramkan untuk dimiliki, tetapi tidak memberikan banyak kehangatan.
b. Fungsi Media Massa Televisi
1) Televisi Sebagai Media Pendidikan
Televisi pendidikan adalah penggunaan program video yang
direncanakan untuk mencapai tujuan pengajaran tertentu tanpa melihat siapa
yang menyiarkannya. Televisi pendidikan tidak hanya menghibur, tetapi lebih
penting adalah mendidik.8
Menurut Azhar arsyad televisi pendidikan adalah penggunaan
program video yang dirancangkan untuk mencapai tujuan pengajaran tertentu
tanpa melihat siapa yang menyiarkannya. Televisi pendidikan tidak sekedar
menghibur tetapi lebih penting adalah mendidik. Oleh karena itu, memiliki
cirri-ciri tersendiri, antara lain:
a) Dituntut oleh instruktur seorang guru atau instruktur menuntun siswa
melalui pengalaman-pengalaman visual.
b) Sistematis siaran berkaitan dengan mata pelajaran dan silabus dengan
tujuan dan pengalaman belajar yang terencana
c) Teratur dan berurutan siaran disajikan dengan selang waktu yang
beraturan secara berurutan di mana satu siaran dibangun atau mendasari
siaran lainnya.
8 Fatah Syukur, Teknologi Pendidikan, (Semarang: Rasail Media Group, 2008), hlm.139.
Page 22
11
d) Terpadu siaran berkaitan dengan pengalaman belajar lainnya seperti
latihan, membaca, diskusi, laboratorium, percobaan, menulis, dan
pemecahan masalah.9
Acara pendidikan yang disiarkan melalui media massa televisi, kalau
dilihat prosesnya merupakan proses komunikasi, dan komunikasinya tidak
mempunyai kebebasan karena bersifat institusional. Di sini komunikator yang
biasanya dalam dunia pendidikan disebut sebagai pendidik atau lebih dikenal
sebagai guru/dosen, sedangkan pesan yang disampaikan disebut sebagai mata
pelajaran/kuliah yang tentu saja mengandung nilai-nilai pendidikan,
sedangkan sebagai komunikasinya adalah anak didik yang lazim disebut
sebagai murid/anak didik/mahasiswa.
Semula dinilai bahwa televisi siaran kurang bermanfaat dalam dunia
pendidikan, hal ini mengingat biaya operasionalnya cukup mahal, tetap
kemudian muncul pendapat-pendapat yang berlawanan, yang menyatakan
bahwa televisi sebagai media massa sangat bermanfaat dalam memajukan
pendidikan suatu bangsa. Dari pendapat itu dalam perkembangannya
membuktikan bahwa dengan sifat audio visual yang dimiliki televisi,
menjadikan televisi sangat pragmatis, sehingga mudah mempengaruhi
penonton dalam hal: sikap, tingkah laku dan pola berpikirannya, maka tidak
pantaslah kalau dalam waktu relatif singkat televisi telah menempati jajaran
teratas dari jajaran media massa.
Bahwa televisi adalah sebagai “jendela dunia”, apa yang dilihat
melalui jendela ini, sangat membantu dalam mengembangkan daya kreasi, hal
ini seperti diungkapkan oleh Walter Lippman beberapa tahun yang lalu,
bahwa dalam pikiran seseorang ada semacam ilustrasi gambar dan gambar-
gambar ini proses belajar, terutama sekali yang berkenan dengan orang,
tempat dan situasi yang tidak setiap orang pernah ketemu mengunjungi atau
telah mempunyai pengalaman..
9 Azhar Arsyad, Media Pembelajaran, hlm. 51
Page 23
12
Hal itu menyebabkan apabila seseorang melihat susunan gambar di
layar televisi merasakan ada sesuatu yang baru, disebabkan penonton tadi
hampir tidak dapat membedakan pengalaman yang telah dimiliki. Hal ini
berarti bahwa audio visual dapat memberikan pengalaman-pengalaman yang
baru sesuai dengan pengalaman yang telah dimiliki sebelumnya, atau dapat
memberikan “ pengalaman semu” atau Simulated Experience. Simulated
Experience ini misalnya:
a) Melihat sesuatu yang belum pernah dilihat sebelumnya.
b) Berjumpa dengan seseorang yang sebelumnya belum pernah dijumpai.
c) Datang ke suatu tempat yang belum pernah dijumpai.
Dengan hal-hal seperti tersebut di atas, menyebabkan khalayak
penonton perasaannya terlibat ke dalam pengalaman yang aktual. Dalam
kehidupan sehari-hari sering mendapat berbagai pengalaman, hal ini
disebabkan terintegrasinya kelima indra yang dimiliki, tetapi dengan
menonton media audio visual, akan mendapatkan informasi sebesar 10% Dari
informasi yang pernah diperoleh sebelumnya, ini sebagai akibat timbulnya
pengalaman tiruan (Simulated Experience) dari media audio visual tadi.
Pengalaman tiruan yang didapat justru akan memberikan kesan yang
mendalam bagi penonton, dan inilah salah satu karakteristik media televisi
yang sangat baik dimanfaatkan untuk merencanakan program siaran,
khususnya program siaran pendidikan, sebab akan membuat khalayak
penonton tertarik pada hal-hal yang baru serta mempunyai keinginan untuk
mengetahui hal-hal yang lebih banyak, dampak yang demikian ini merupakan
gejala kejiwaan, di mana khalayak merasakan adanya perubahan emosinya,
termasuk di dalamnya berkenaan dengan kesenangan, kesedihan,
kegembiraan, kesusahan, kegusaran, percintaan dan sebagainya. Karena
media televisi benar-benar sebagai pekerja seni yang hasil karyanya dapat
mendapatkan atau membangkitkan emosi khalayaknya, atau dengan kata lain,
program siaran yang disajikan melalui media ini memungkinkan untuk
mempengaruhi sikap, tingkah laku, pola pikir, di mana prosesnya berjalan
dibawah sadar mereka.
Page 24
13
Perubahan-perubahan itu, baik yang positif maupun negatif, sangat
dirasakan sekali bagi kaum muda apalagi kalau penyajiannya sangat vulgar.
Hal-hal tersebut di atas mengharuskan kepada mereka yang berkecimpung di
media massa televisi, harus selalu mengingat besarnya pengaruh terhadap
khalayak, sehingga dalam merencanakan program siaran harus selalu
diusahakan kemungkinan timbulnya pengaruh-pengaruh yang tidak
diinginkan, sebaliknya, justru mampu memberikan hal-hal yang positif bagi
perkembangan jiwa serta mampu menunjang kesejahteraan kehidupan.
Karena itulah komisi penyiaran indonesia telah menyusun berbagai petunjuk
arah dan tujuan setiap kategori program siaran.10
2) Televisi Sebagai Media Hiburan
Meskipun secara konseptual fungsi televisi sama dengan media massa
lainnya, yaitu informatif, edukatif, dan menghibur, namun fungsi terbesar dari
media televisi adalah menghibur. Berbagai hasil studi menunjukkan bahwa
motif utama orang menonton televisi adalah mencari hiburan, setelah itu
mencari informasi, dan paling akhir adalah mencari pengetahuan/pendidikan.
Media televisi adalah hiburan sehingga ia memperolok khalayak dengan
sindiran “ menghibur diri sampai mati “. Oleh karena itu dalam memproduksi
program apa pun untuk televisi senantiasa mempertimbangkan aspek
menghibur. Potensi menghibur ini pada satu sisi dapat dipahami sebagai
ancaman bagi dunia pendidikan, tetapi pada sisi lain justru menjadi
keunggulan terutama jika dikaitkan dengan teknologi pembelajaran yang
mengembangkan konsep belajar secara menyenangkan (joyful Learning).11
Di dunia hiburan sering dipandang negatif atau sebagai kurang
bermakna. Kegiatan sekolah umumnya dipisahkan dari hiburan. Tetapi dalam
budaya lisan sebelum ada tulisan hiburan dan pendidikan menjadi satu.
Demikian juga dalam kebudayaan audiovisual segala-segalanya paling sedikit
mempunyai unsur hiburan. Kalau tidak menghibur umumnya sebuah
10
Darwanto, Televisi Sebagai Media Pendidikan, hlm. 117-120.
11 Adi Badjuri, Jurnalistik Televisi, (Yogyakarta: Graha Ilmu, Cetakan Pertama, 2010), hlm.
16.
Page 25
14
tayangan tidak akan ditonton. Sekarang ini hiburan semakin diakui sebagai
kebutuhan manusia. Tanpa hiburan manusia tidak dapat wajar. Hiburan itu
merupakan rekreasi, artinya berkat hiburan manusia menjadi segar untuk
kegiatan-kegiatan yang lain. Dalam hal ini, hiburan juga dapat diberi nilai
yang di Amerika Serikat sering disebut recreational success, yaitu
keberhasilan sebagai rekreasi. Tentu orang yang setiap hari menghabiskan
beberapa jam di depan layar televisi umumnya ingin dihibur. Namun, ini
tidak berarti, mereka tidak mau belajar juga. Di dalam penelitian di antara
ibu-ibu rumah tangga penggemar tayangan sereal telenovela di Amerika latin
ditemukan, telenovela itu dipilih karena ibu-ibu itu merasa, dengan menonton
serial itu, mereka dapat berbicara lebih baik dan berani sehingga tidak mudah
dikuasai oleh suami yang macho. Sering juga mereka kemudian meniru para
wanita di layar televisi dengan cara berpakaian, berias dan berdandan. Kalau
tidak ada apa-apa yang dapat dipelajari, suatu hiburan umumnya kurang
menarik. Hal ini tidak berarti, seorang pendidik (dari kebudayaan tulis)
dengan mudah dapat memasukkan suatu pesan pendidikan. Kalau itu terjadi,
tayangan tersebut akan dijauhi oleh para pemirsa. Namun, pembuat program
televise yang baik memperhatikan dengan jeli sekiranya apa yang ingin
dipelajari oleh para penonton. Kalau kemudian yang diinginkan ternyata
dapat mereka temukan dalam suatu tayangan yang menghibur, ada
kemungkinan program itu sukses. Hiburan melalui ibarat kue tart yang terlalu
manis, lama-kelamaan menjemukan juga.12
Bila melihat apa saja tayangan televisi yang banyak ditayangkan di
Indonesia, bila kita saksikan secara seksama bisa ditarik garis besarnya
sebagai berikut:
a) Infotainment, tentu saja tayangan berbau gosip dan membahas mengenai
problematika para artis dan gaya hidupnya yang cenderung mewah dan ala
socialite adalah suatu hal yang menarik. Rakyat biasa bisa memiliki “
mimpi “ gaya hidup para artis tersebut.
12
Ruedi Hofmann, Dasar-dasar Apresiasi Program Televisi Menjadikan Televisi Budaya
Rakyat.(Jakarta: PT Gramedia Widiasarana Indonesia, 1999) hlm. 57.
Page 26
15
b) Games, tentu saja ini cenderung ditayangkan pada malam hari. Dengan
berbagai konsep dan format. Dari sekedar adu fisik, hingga tebak kata dan
bahkan registrasi sms yang tentunya memakan waktu dan biaya.
c) Sinetron, acara televisi saat ini tentunya didominasi oleh tayangan sinetron
yang ditayangkan hampir seluruh stasiun televisi swasta. Selain dibumbui
dengan banyaknya kehidupan mewah yang wah, juga berbagai adegan
kekerasan dan berurai air mata. Namun masih juga “ merajai” rating
televisi hingga sinetron masih menjadi acara favorit tontonan pemirsa.
d) Reality show, saat ini reality show juga telah menjadi primadona tayangan
televisi. Dimulai dari playboy kabel, minta tolong, termehek-mehek dan
lain sebagainya. Mengungkapkan banyak realiti yang terjadi di masyarakat
dan menggugah kepedulian dan kesadaran sosial para penontonnya. Acara
dan tayangan yang berbau mistis, goyang dangdut dan lainnya.13
c. Kelebihan dan Kelemahan Televisi
Harus diakui bahwa televisi telah memberikan “warna” yang begitu kuat
pada dunia ini. Kita bisa saja mematikan televisi, tetapi kita tidak dapat dengan
mudah untuk mematikan pengaruh acara televisi itu, khususnya bagi anak-anak
kita. Kita perlu tahu bahwa anak-anak yang masih kecil, belum bisa membedakan
antara kenyataan dan fantasi acara di televisi. Bagi anak yang masih kecil, setiap
informasi yang di sampaikan secara berulang-ulang akan dianggap sebagai
kebenaran.14
Selain film, televisi adalah media yang menyampaikan pesan-pesan
pembelajaran secara audio-visual dengan disertai unsur gerak. Dilihat dari sudut
penyampaian pesannya televisi tergolong kedalam media massa. Sebagai media
pendidikan televisi memiliki televisi memiliki kelebihan-kelebihan dan
kekurangan-kekurangannya.
1) Kelebihan Televisi
a) Televisi dapat memancarkan sebagai jenis bahan audio-visual termasuk
gambar diam, film, obyek, spesimen dan drama.
13
Adi Badjuri, Jurnalistik Televisi, hlm. 13.
14 Gunawan Ardiyanto, Cara Mendidik Anak, hlm. 93.
Page 27
16
b) Televisi dapat menyajikan model dan contoh-contoh yang baik bagi siswa.
c) Televisi dapat membawa dunia nyata ke rumah dan ke kelas- kelas, seperti
orang, tempat-tempat, dan peristiwa-peristiwa melalui penyiaran langsung
atau rekaman.
d) Televisi dapat memberikan kepada peluang untuk melihat dan mendengar
diri sendiri.
e) Televisi dapat menyajikan program-program yang dapat dipahami oleh
siswa-siswa dengan usia dan tingkatan yang berbeda-beda.
f) Televisi dapat menyajikan visual dan suara yang amat sulit diperoleh pada
dunia nyata, misalnya ekspresi wajah, detail operation, dan lain-lain.
g) Televisi dapat menghemat waktu guru dan siswa, misalnya dengan
merekam siaran pelajaran yang disajikan dapat diputar ulang jika
diperlukan tanpa harus melakukan hal itu lagi. Disamping itu televisi
merupakan cara yang ekonomis untuk menjangkau sejumlah besar siswa
pada lokasi yang berbeda-beda untuk penyajian yang bersamaan.
h) Televisi dapat menambah pengetahuan guru dalam hal mengajar.
2) Kelemahan televisi
a) Televisi hanya mampu menyajikan komunikasi satu arah.
b) Televisi pada saat disiarkan akan berjalan terus dan tidak ada kesempatan
untuk memahami pesan-pesan sesuai dengan kemampuan individual
siswa.
c) Guru tidak memiliki kesempatan untuk memahami pesan-pesannya sesuai
dengan kemampuan individu siswa.
d) Layar pesawat televisi tidak mampu menjangkau kelas besar sehingga sulit
bagi siswa untuk melihat secara rinci gambar yang disiarkan.
e) Kekhawatiran muncul bahwa siswa tidak memiliki hubungan pribadi
dengan guru dan siswa, bisa jadi bersikap pasif selama penayangan.15
15
Fatah Syukur, Teknologi Pendidikan, hlm. 144-146.
Page 28
17
d. Peranan Televisi
Ada kado istimewa untuk anak-anak Indonesia pada Hari Anak Nasional
23 Juli dengan dipublikasikannya semboyan Hari Tanpa Televisi (HTTV). Sebut
saja kado istimewa karena HTTV diluncurkan untuk menolong anak dan remaja
di tanah air dari bahaya televisi. Isi televisi, sebagaimana diketahui, banyak
sekali menampilkan tontonan yang mengkhawatirkan bagi anak dan remaja,
seperti berita kriminalitas yang berdarah-darah, video klip yang beraroma dewasa
dan kental dengan nuansa seks. Bahkan acara yang dikatakan sebagai acara anak
pun tak aman-aman amat bagi anak. Banyak film kartun atau sinetron anak yang
menampilkan adegan yang tidak pantas ditonton anak. Inilah sebabnya, mau
tidak mau individu sendiri yang harus membentengi dirinya sendiri dan
keluarganya untuk menahan laju dampak buruk.16
Dari pengalaman sendiri dalam usaha menentukan batas waktu menonton
televisi. Ada dua hal penting. Pertama: kejelasan mengenai peraturan amat
penting. Agar peraturan bisa dijalankan, kejelasan ini harus ada pada semua
anggota keluarga. Kedua: sekali anak-anak tahu batasnya, mereka akan bereaksi.
Sebagaimana dengan bidang-bidang lain dalam kehidupan mereka, dengan
televisi pun anak-anak lebih suka mempunyai harapan-harapan yang jelas.
Beberapa kritikus televisi pernah menyatakan bahwa kita harus
memboikot televisi dan membuangnya sama sekali. Saya yakin reaksi ekstrem ini
akan melenyapkan televisi berikut semua kebaikan maupun keburukannya.
Pemecahan ekstrem ini mungkin berhasil untuk sementara, tetapi dalam jangka
panjang kita sering kembali pada kebiasaan lama program “ diet darurat” ini juga
tidak praktis bagi banyak keluarga modern.
Walaupun demikian, agar keluarga-keluarga mengadakan eksperimen
dengan mengubah kebiasaan mereka untuk memenuhi kebutuhan dan jadwal
mereka sendiri. Bagi beberapa keluarga, program “ Pekan Tanpa Televisi “ (atau
“Bulan Tanpa Televisi”) mungkin merupakan gagasan bagus. Keluarga lain
mungkin akan mengurangi kegiatan menonton televisi secara bertahap dengan
16
Imam Ahmad Ibnu Nizar, Membentuk dan Meningkatkan Disiplin Anak Sejak
Dini,(Yogyakarta: DIVA Press, 2009), hlm. 57.
Page 29
18
satu dua jam setiap minggu. Bahkan ada alat-alat tertentu yang memungkinkan
anda mengunci pesawat televisi selama jam penayangan program-program yang
anda, atau mengeluarkan semacam “ kartu kredit” bagi para anggota keluarga,
yang bisa ditukar dengan jam menonton.17
Kelemahan media televisi itu, komunikasinya hanya satu arah, sehingga
khalayak penonton menjadi pasif, artinya penonton tidak bisa memberikan
tanggapan-tanggapan secara langsung. Karena itu tidak mengherankan kalau ada
beberapa pendapat yang mengatakan, televisi sebagai media massa yang
mendorong orang untuk bermalas-malasan. Bahkan cenderung berpengaruh
negatif terhadap tingkah laku dan sikap seseorang.
Sebetulnya sebagai pembawa pesan bersifat “netral” artinya dapat
berpengaruh positif ataupun negatif. Terjadinya pengaruh positif maupun negatif
terhadap khalayak penonton, khususnya anak-anak, bukan bersumber kepada
medianya, melainkan bagaimana memanfaatkan media tersebut. Dengan
demikian, peran orang tua sangat dominan terhadap adanya pengaruh positif
maupun negatif terhadap anak-anak itu. Peran orang tua dalam memberikan
arahan kepada anak-anak, agar anak-anak tidak terjerat di depan layar kaca, tanpa
mengerti acara yang dilihatnya. Orang tua harus tekun memilihkan acara yang
layak ditonton oleh anaknya. Dengan kebijaksanaan demikian itu, potensi yang
dimiliki media televisi menjadi positif karenanya, dalam arti mampu memberikan
tambah-tambahan pengetahuannya serta ketrampilan, bukan saja kepada anak-
anak tetapi juga kepada khalayak penonton pada umumnya, bahkan mereka yang
buta huruf pun dapat memanfaatkannya.
Harus diakui bahwa dengan karakteristik yang dimiliki, media massa
televisi mempunyai nilai lebih, bila dibandingkan dengan media-media
pendahuluannya. Pengaruh media televisi dalam pendidikan, asalkan melibatkan
orang tua untuk memberikan pengarahan. Sebab belajar pada hakikatnya tidak
mungkin dapat dilakukan tanpa adanya usaha dari anak sendiri dan melibatkan
pihak lain untuk aktif dalam proses belajar. Di lingkungan keluarga misalnya
17
Milton Chen, Mendampingi Anak Menonton Televisi, (Jakarta: PT Gramedia Pustaka
Utama, 2005), hlm. 114.
Page 30
19
orang tua harus aktif memantau acara-acara televisi dan mengarahkan anak-
anaknya, acara mana yang ditonton oleh anaknya, sedangkan di sekolah,
misalnya, guru-guru memberikan tugas tertentu kepada anak-anak untuk
memantau acara siaran televisi. Misalnya Acara Cerdas Cermat, Bahasa
Indonesia, Bahasa Inggris, Matematika, Acara pedesaan dan bahkan masalah
komposisi warna. Setelah anak memberikan laporan dari hasil pengamatannya.
Masalahnya sekarang, stasiun televisi harus menyebarkan susunan acaranya jauh
sebelumnya dan tidak melakukan perubahan-perubahan yang berarti, sehingga
dapat mengganggu rencana sekolah yang telah disusunnya. Karena itu perlu
adanya kerja sama antara sekolah dengan stasiun televisi. Di hampir setiap
rumah, terdapat perangkat televisi yang kadang-kadang menciptakan masalah
baru bagi anak-anak. Terjadi pertengkaran karena rebutan program televisi apa
yang akan ditonton. Orang tua mulai cemas mengenai kesan yang diterima dari
acara televisi. Orang tua khawatir dengan hiburan yang pasif dari televisi dan
banyaknya waktu yang terbuang di depan televisi.
Seperti halnya banyak acara anak-anak atau kegiatan keluarga yang
tergeser oleh acara televisi seperti kegiatan.
1) Pekerjaan rumah (PR) terabaikan karena anak asyik nonton televisi.
2) Jam tidur diulur-ulur, mundur karena menunggu acara favorit di televisi
berakhir.
3) Jam makan diatur oleh atau berdasarkan acara televisi.
4) Diskusi keluarga menjadi tidak fokus karena “ disambi” nonton televisi.18
Pemberian tugas kepada anak-anak tersebut kiranya dapat dimasukkan
dalam kegiatan intra maupun ekstra kurikuler. Dengan jalan demikian berarti
guru telah mengarahkan anak didiknya bagaimana cara menonton televisi dan
apa yang harus ditontonnya. Hal ini karena sekolah merupakan suatu lembaga
yang paling efektif untuk mempengaruhi anak-anak. Oleh karena itu, hal tersebut
perlu mendapatkan perhatian kita semua, mengingat bahwa anak-anak dalam
menonton televisi cenderung hanya sekedar menonton. Mereka pasif dan hampir-
18
Gunawan Ardiyanto, Cara Mendidik Anak, (Jakarta: PT Elex Media Komputindo, 2010),
hlm. 91.
Page 31
20
hampir tidak berpikir. Hal ini akan sangat merugikan bagi perkembangan si anak
dan kalau gejala yang demikian dibiarkan berlarut-larut, akhirnya si anak akan
menjauh kegemaran membaca media cetak, di mana membaca masih harus
dibarengi dengan kemampuan mencerna.
Siaran pendidikan melalui televisi bagaimanapun tetap menarik bagi
anak-anak dan dapat membantu anak-anak belajar yang lebih baik. Sebab televisi
mampu menyajikan bahan yang bergerak dinamis, sehingga merangsang
perhatian anak-anak. Dengan demikian anak-anak lebih tertarik dan
mencernakannya. Memang pengalaman penulis menunjukkan, pada awal tahun
1966 setelah TVRI stasiun Yogyakarta diresmikan, ada satu program siaran cerita
bergambar yang diasuh oleh orang yang cukup pengalaman dibidang radio. Pada
awalnya memang digemari oleh anak-anak, karena secara auditif dan visual
mampu menyentuh perasaan anak-anak. Tetapi, setelah kondisi stasiun mulai
berkembang, muncullah acara Kuncung dan Bawuk karya rekan Habib Bari,
yang berupa sandiwara boneka, meskipun boneka yang digunakan masih
sederhana. Cerita yang disuguhkan acara ini cukup menarik dan bertemakan
pendidikan. Meskipun demikian, toh akhirnya Kuncung dan Bawuk mampu
menggeser acara cerita bergambar, yang disajikan dengan gambar-gambar statis.
Hal itu karena sandiwara boneka tadi lebih dinamis.19
e. Dampak Menonton Televisi
Televisi merupakan media massa yang mengalami perkembangan paling
fenomenal di dunia. Meski lahir paling belakangan dibanding media massa cetak,
dan radio namun pada akhirnya media televisilah yang paling banyak diakses
oleh masyarakat di mana pun di dunia ini.
Dalam hal penggunaannya pun juga sangat fantastis. Banyaknya waktu
yang dihabiskan untuk menonton televisi oleh seorang tamatan SMTA mencapai
16,000 jam. Sedangkan waktu yang dihabiskan untuk sekolah hanya 11.000 jam,
menonton film, mendengarkan radio dan kaset hanya 5.000 jam. Memperlihatkan
kecenderungan masyarakat dalam hal mendengarkan radio, menonton televisi,
19
Darwanto, Televisi Sebagai Media Pendidikan, hlm. 121-128.
Page 32
21
dan membaca surat kabar. Rata-rata secara nasional, waktu mendengarkan radio
ada penurunan dari 62,7% (1998) menjadi 43,3%, menonton televisi dari 79,8%
turun menjadi 78,9%, dan membaca surat kabar dari 25,8% pada tahun 1998
turun, tinggal 17% pada tahun 2000. Kemudian dari sejumlah survei yang
dilakukan secara terpisah oleh lembaga yang berbeda selama 2005-2006
diketahui bahwa kecenderungan menonton televise telah meningkat rata-rata
80%, sedangkan kegiatan membaca Koran semakin rendah, demikian pula
kegiatan mendengarkan radio.
Paparan data diatas menunjukkan betapa besar pengaruh media televisi
bagi kehidupan manusia modern. Banyak aspek kehidupan manusia dari
mengenai jadwal tidur, menu makan, jenis minuman, memilih sabun mandi,
sampo, minyak rambut, parfum, fashion, mode tata rambut, tempat tamasya,
topik perbincangan, humor, pilihan lagu, dan lain-lain; semuanya dipengaruhi
oleh tayangan televisi. Oleh karena besarnya pengaruh televisi bagi kehidupan
manusia modern maka kemudian muncul keinginan untuk memanfaatkan televisi
sebagai media pendidikan. Kalau saja media yang sangat berpengaruh itu
dimanfaatkan untuk menyampaikan pesan-pesan pendidikan tentu akan memiliki
pengaruh positif terhadap perkembangan peradaban manusia. Harapan demikian
itulah yang mendorong munculnya upaya-upaya di berbagai negara untuk
mewujudkan televisi sebagai media pendidikan, lalu muncullah istilah televisi
pendidikan atau TV-E (Educational Television).20
Dampak yang timbul bagi anak-anak akibat menonton televisi bisa dilihat
dari:
1) Perilaku
Peniruan perbuatan kekerasan, kekhawatiran para psikologis,
pemimpin agama, bila anak-anak secara rutinitas melahap aneka ragam acara
dalam berbagai bentuk format, terutama film kekerasan, maka punya
kemungkinan besar akan meniru dalam keseharian mereka.
20
Adi Badjuri, Jurnalistik Televisi, hlm. 12.
Page 33
22
2) Sikap
Tidak dapat membedakan mana kenyataan dan khayalan. Dapat
dimaklumi anak-anak berpandangan mereka yang tampil di layar televisi
merupakan hal yang nyata. Hal ini disebabkan berpikirnya anak masih
sederhana.
Ingin mendapatkan semata secepat mungkin. Karena segalanya serba
seketika, sesuatu yang berlangsung serba cepat berlaku bagi penayangan
televisi adalah detik.
3) Pendidikan
Menghabiskan waktu, Banyak waktu yang dihabiskan anak hanya
untuk menonton televisi, sehingga mengurangi aktivitas yang lain seperti
bermain dengan sesamanya, membantu kedua orang tua, mengerjakan tugas
belajar dan tugas rumah.
4) Mengurangi minat belajar
5) Budaya dan agama
Dapat mengurangi identitas nasional dan kekaguman yang berlebihan
kepada budaya barat. Segala sesuatu yang menjadi jati diri bangsa menjadi
berkurang, namun jika timbul kekaguman apa saja yang tampil di layar
televisi, hal-hal yang buruk maka perlu mencegahnya.
Mengaburkan nilai-nilai agama. Banyak sajian televisi yang tidak
mengindahkan norma-norma keagamaan, bahkan bertentangan dengan nilai
sosial budaya ketimuran yang ada ditengah masyarakat kita.21
Banyak anak menghabiskan lebih banyak waktu di depan televisi
ketimbang bersama orang tuanya. Pada 1990-an, anak-anak rata-rata
menghabiskan 26 jam seminggu untuk menonton televisi. Terlalu lama menonton
televisi mengurangi kebugaran fisik anak. Menonton terlalu lama juga
mengurangi waktu yang digunakan untuk mengerjakan PR dan aktivitas yang
berhubungan dengan sekolah lainnya. Yang mengejutkan, menjelang anak lulus
21
Milton Chen, Mendampingi Anak Menonton Televisi, hlm. 103.
Page 34
23
SMA, mereka telah menghabiskan waktu 20.000 jam menonton televisi, dan
jumlah ini lebih lama ketimbang yang dihabiskan di ruang kelas.22
Banyak anak menghabiskan lebih banyak waktu di depan televisi
ketimbang bersama orang tuanya. Pada 1990-an, anak-anak rata-rata
menghabiskan 26 jam seminggu untuk menonton televisi. Terlalu lama menonton
televisi mengurangi kebugaran fisik anak. Menonton terlalu lama juga
mengurangi waktu yang digunakan untuk mengerjakan PR dan aktivitas yang
berhubungan dengan sekolah lainnya. Yang mengejutkan, menjelang anak lulus
SMA, mereka telah menghabiskan waktu 20.000 jam menonton televisi, dan
jumlah ini lebih lama ketimbang yang dihabiskan di ruang kelas.
Berikut ini beberapa rekomendasi yang dapat anda bicarakan dengan
orang tua untuk mengurangi dampak negatif televisi dan meningkatkan dampak
positifnya terhadap perkembangan anak.
1) Bantu anak mengembangkan kebiasaan yang baik sejak dini
2) Pantau kebiasaan menonton si anak dan atur apa yang harus mereka lihat,
jangan biarkan anak menonton secara acak. Bicarakan dengan anak secara
aktif.
3) Cari acara anak yang menampilkan anak-anak seusia anak anda.
4) Jangan sampai televisi menjadi ganti bagi aktivitas lainnya.
5) Lakukan diskusi dengan anak tentang tema-tema televisi yang sensitif. Beri
mereka kesempatan untuk mengajukan pertanyaan tentang acara televisi.
6) Seimbangkan kegiatan membaca dan menonton anak dapat “ menindaklanjuti
“acara televisi yang menarik dengan mengeceknya melalui buku yang
menjadi sumber dari acara televisi itu. Anak bisa mencari cerita lain yang
ditulis oleh penulis buku.
7) Bantu anak-anak menyusun jadwal yang seimbang, yakni acara pendidikan,
aksi, komedi, seni, fantasi, olahraga, dan sebagainya. Pastikan anak-anak
tidak mengutamakan tontonan yang berisi kekerasan dan seks.
22
John W. Santrock, Psikologi Pendidikan, (Jakarta: Kencana, 2008), Cet II. hlm. 97.
Page 35
24
8) Tunjukkan contoh pasif yang memperlihatkan bagaimana beragam kelompok
dan kultural bisa memberi sumbangan untuk membuat masyarakat menjadi
lebih baik.
9) Tunjukkan contoh wanita yang melakukan kegiatan yang kompeten baik
dalam profesi maupun rumah.23
2. Kedisiplinan Belajar di rumah
a. Pengertian Kedisiplinan
Kedisiplinan berasal dari kata disiplin (dalam bahasa Inggris: Disciplined:
mendisiplinkan) yang mendapat awalan dan akhiran ke-an yang mempunyai arti
ketaatan (kepatuhan) pada peraturan, tata tertib.24
Sedangkan menurut istilah:
Secara etimologi disiplin berasal dari bahasa latin “ disebel ” yang berarti
pengikut. Seiring dengan perkembangan zaman, kata tersebut mengalami
perubahan menjadi “ discipline “ yang artinya kepatuhan atau yang menyangkut
tata tertib. Sekarang ini kata disiplin telah berkembang mengikuti kemajuan ilmu
pengetahuan, sehingga banyak pengertian disiplin yang berbeda antara ahli yang
satu dengan yang lain.
Disiplin berasal dari kata yang sama dengan “ disciple “ yakni seorang
yang belajar dari atau secara suka rela mengikuti seorang pemimpin. Orang tua
dan guru merupakan pemimpin dan anak merupakan murid yang belajar dari
mereka cara hidup yang menuju ke hidup yang berguna dan bahagia. Jadi disiplin
merupakan cara masyarakat mengajar anak perilaku moral yang disetujui
kelompok.25
Sedangkan menurut Elizabeth B. Hurlock menyatakan ; ”Discipline is
thus society‟s way of teaching the child the moral behaviour approved by the
23
John W. Santrock, Psikologis Pendidikan,Cet. II, hlm. 97.
24 Tim Penyusunu Kamus Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa
Indoneisa, (Jakarta: Balai Pustaka, 2005), hlm.268 .
25 Elizabeth B. Hurlock, Perkembangan Anak jilid 2, (Jakarta: Penerbit Erlangga, 1978), hlm. 82.
Page 36
25
group”26
. (Disiplin merupakan cara masyarakat mengajarkan anak perilaku moral
yang disetujui kelompok).
Dari beberapa penjelasan tersebut kita mengetahui bahwa disiplin adalah
sikap patuh atau taat terhadap peraturan yang merupakan cerminan kualitas moral
seseorang, Sesuai beberapa teori diatas, jadi kedisiplinan adalah suatu sikap yang
patuh dan taat terhadap peraturan yang berlaku, dan apabila melanggarnya maka
akan dikenai sanksi. Peraturan tersebut dapat berupa peraturan formal seperti
peraturan yang ada di sekolah, maupun peraturan non formal yang berada di
lingkungan keluarga maupun masyarakat.
Dalam Islam banyak mengajarkan nilai-nilai kedisiplinan. Seperti Firman
Allah dalam QS. Al-„Ashr ayat 1-3 yang berbunyi:
“Demi masa, sesungguhnya manusia itu benar-benar dalam keadaan
merugi (celaka), kecuali orang-orang yang beriman, beramal shalih,
saling menasehati dalam kebenaran, dan saling menasehati dalam
kesabaran.” (Al „Ashr: 1-3)27
Dalam ayat lain dijelaskan pula:
....
" Hai orang-orang yang beriman, taatlah kamu kepada Allah dan taatlah
kepada rasul-Nya dan kepada Ulil Amri dari (kalangan) kamu....(An Nisa
59)28
Tata tertib (khususnya di rumah) ditujukan untuk membentuk sikap dan
tingkah laku siswa. Disiplin yang otoriter cenderung mengembangkan sifat-sifat
pribadi siswa yang tegang, cemas, dan antagonistik. Disiplin yang permisif,
cenderung membentuk sifat siswa yang kurang bertanggung jawab, kurang
menghargai otoritas, dan egosentris. Sementara disiplin yang demokratis,
26
Elizabeth B. Hurlock, Perkembangan anak jili 2, hlm. 393.
27 Yayasan Penyelenggara Penerjemah Al Qur‟an, Al Qur‟an dan Terjemahnya Juz 1-15,
(Kudus: Mubarokatan Thoyyibah, 2003), hlm. 87.
28 Yayasan Penyelenggara Penerjemah Al Qur‟an, Al Qur‟an dan Terjemahnya Juz 4, hlm. 601.
Page 37
26
cenderung mengembangkan perasaan berharga, merasa bahagia, perasaan
tenang, dan sikap bekerja sama.29
b. Fungsi Kedisiplinan
Disiplin sangat penting dan dibutuhkan oleh setiap siswa. Disiplin
menjadi prasyarat bagi pembentukan sikap, perilaku dan tata kehidupan
berdisiplin, yang akan mengantar seorang siswa sukses dalam belajar dan kelak
ketika bekerja. Berikut ini akan dibahas beberapa fungsi disiplin yaitu:30
1) Menata kehidupan bersama
Manusia adalah sebagai mahluk sosial yang selalu terkait dan
berhubungan dengan orang lain. Dalam hubungan tersebut, diperlukan norma,
nilai, peraturan untuk mengatur agar kehidupan dan kegiatannya dapat
berjalan baik dan lancar. Disiplin berguna untuk menyadarkan seseorang
bahwa dirinya perlu menghargai orang lain dengan cara menaati dan
mematuhi peraturan yang berlaku. Jadi fungsi disiplin adalah mengatur tata
kehidupan manusia dan kelompok tertentu atau dalam masyarakat.
2) Membangun kepribadian
Kepribadian adalah keseluruhan sifat, tingkah laku, dan pola hidup
seseorang yang tercermin dalam penampilan, perkataan dan perbuatan sehari-
hari. Disiplin yang diterapkan di masing-masing lingkungan tersebut
memberi dampak bagi pertumbuhan dan kepribadian yang baik. Oleh karena
itu, dengan disiplin seseorang dibiasakan mengikuti, mematuhi, menaati
aturan-aturan yang berlaku. Kebiasaan ini lama-kelamaan masuk ke dalam
kesadaran dirinya sehingga akhirnya menjadi milik kepribadiannya. Jadi
lingkungan yang berdisiplin baik, akan berpengaruh terhadap kepribadian
seseorang. Apalagi seseorang siswa yang sedang tumbuh kepribadiannya,
tentu lingkungan sekolah yang tertib, teratur, tenang, tenteram, sangat
berperan dalam membangun kepribadian yang baik.
29
H. Syamsul Yusuf, dkk, Toeri Kepribadian, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2007),
hlm.32.
30Tulus Tu‟u, Peran Disiplin Pada Perilaku dan Prestasi Siswa, (Jakarta: Grasindo, 2004),
hlm. 38.
Page 38
27
3) Pemaksaan
Faktor yang mendorong terbentuknya kedisiplinan yaitu dorongan
dari dalam (terdiri dari pengalaman, kesadaran, dan kemauan untuk berbuat
disiplin) dan dorongan dari luar (perintah, larangan, pengawasan, ujian,
ancaman, ganjaran). Disiplin dapat terjadi karena adanya pemaksaan dan
tekanan dari luar. Misalnya, ketika seorang siswa yang kurang disiplin masuk
ke suatu sekolah yang berdisiplin baik, terpaksa harus menaati dan mematuhi
tata tertib yang ada di sekolah tersebut. Dikatakan terpaksa karena
melakukannya bukan berdasarkan kesadaran diri, melainkan karena rasa takut
dan ancaman sanksi disiplin. Jadi, disiplin sangat berfungsi sebagai
pemaksaan untuk mengikuti peraturan-peraturan yang berlaku di lingkungan
itu.
4) Hukuman
Hukuman berasal dari kata kerja latin, punire dan berarti menjatuhkan
hukuman pada seseorang karena melakukan suatu kesalahan, perlawanan atau
pelanggaran sebagai ganjaran atau pembalasan.31
Tata tertib sekolah biasanya
berisi hal-hal positif yang harus dilakukan oleh siswa. Sisi lain berisi sanksi
atau hukuman bagi yang melanggar tata tertib tersebut. Ancaman sanksi/
hukuman sangat penting karena dapat memberi dorongan dan kekuatan bagi
siswa untuk menaati dan mematuhinya. Tanpa ancaman hukuman/sanksi,
dorongan ketaatan dan kepatuhan dapat diperlemah.
Jadi disiplin sangat diperlukan demi terbentuknya manusia yang
berakhlak mulia. Dan dengan disiplin pula seseorang dapat belajar
berperilaku dengan cara yang diterima di masyarakat. Maka orang yang
berdisiplin akan mempunyai budi pekerti yang baik, dimana budi pekerti itu
sangat dibutuhkan dalam kehidupan sosial.
31
Elizabeth B Hurlock, Perkembangan Anak Jilid II, hlm. 86.
Page 39
28
c. Macam-macam Disiplin
Disiplin dibagi menjadi tiga macam yaitu:
1) Disiplin otoritarian32
Dalam disiplin otoritarian, peraturan dibuat sangat ketat dan rinci.
Orang yang berada dalam lingkungan disiplin ini diminta mematuhi dan
menaati peraturan yang telah disusun dan berlaku ditempat itu. Apabila gagal
menaati dan mematuhi peraturan yang berlaku, akan menerima sanksi dan
hukuman berat. Disiplin otoritarian selalu berarti pengendalian tingkah laku
berdasarkan tekanan, dorongan, pemaksaan dari luar diri seseorang.
Hukuman dan ancaman kerap kali dipakai untuk memaksa, menekan,
mendorong seseorang mematuhi dan menaati peraturan.
2) Disiplin permisif
Dalam disiplin ini seseorang dibiarkan bertindak menurut
keinginannya. Kemudian dibebaskan untuk mengambil keputusan sendiri
dan bertindak sesuai keputusan yang diambilnya itu. Seseorang yang berbuat
sesuatu, dan ternyata membawa akibat melanggar norma dan aturan yang
berlaku, tidak diberi sanksi atau hukuman. Dampak tehnik permisif ini berupa
kebingungan dan kebimbangan.
3) Disiplin demokratis
Pendekatan disiplin demokratis dilakukan dengan memberi
penjelasan, diskusi dan penalaran untuk membantu anak memahami mengapa
diharapkan mematuhi dan menaati peraturan yang ada. Teknik disiplin
demokratis berusaha mengembangkan disiplin yang muncul atas kesadaran
diri sehingga siswa memiliki disiplin diri yang kuat dan mantap.
Dalam disiplin demokratis, kemandirian dan tanggung jawab dapat
berkembang. Siswa patuh dan taat karena didasari kesadaran dirinya.
Mengikuti peraturan-peraturan yang ada bukan karena terpaksa, melainkan
atas kesadaran bahwa hal itu baik dan ada manfaat.
32
Tulus Tu‟u , Peran Disiplin Pada Perilaku dan Prestasi Siswa, hlm. 44.
Page 40
29
Disiplin demokratis menumbuhkan penyesuaian pribadi dan sosial
yang baik, dan menghasilkan kemandirian dalam berfikir, inisiatif dalam
tindakan dan konsep diri yang sehat, positif, dan penuh rasa percaya diri yang
direfleksikan dalam perilaku yang aktif, terbuka dan spontan.33
Dari ketiga macam disiplin tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa
disiplin yang paling tinggi tingkatannya adalah disiplin otoritarian, karena
dalam disiplin ini seseorang diberi sanksi yang berat apabila melanggar
peraturan. Selanjutnya adalah disiplin permisif dimana tidak dikenai sanksi
bagi yang melanggar, namun akan terjadi kebingungan. Tingkat disiplin yang
terakhir adalah disiplin demokratis. Disiplin demokratis adalah disiplin yang
tumbuh atas kesadaran dari diri sendiri, bukan karena paksaan.
d. Pengertian Belajar di rumah
Menurut pengertian secara psikologis, belajar merupakan suatu proses
perubahan, yaitu perubahan tingkah laku sebagai hasil dari interaksi dengan
lingkungannya dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Perubahan-perubahan
tersebut akan nyata dalam seluruh aspek tingkah laku. Pengertian belajar dapat
didefinisikan sebagai berikut:
“Belajar ialah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk
memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai
hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya.34
Menurut Lyle E Bourne, JR, Bruce R. Ekstrand: “Learning is a reatively
permanent change in behavior traceable to experience and practice” Belajar
adalah perubahan tingkah laku yang relatif tetap yang diakibatkan oleh
pengalaman dan latihan.
Teaching and learning are not two sides of the same coin, but essentially
different activites, although they both take place in public arena of the
classroom.35
33
Elizabeth B Hurlock, Perkembangan Anak Jilid II, hlm.96.
34Slameto, Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhi, (Jakarta: Rineka Cipta, 2010),
hlm. 2.
Page 41
30
Belajar adalah perubahan tingkah laku yang relatif tetap yang merupakan
hasil dari pengalaman yang lalu.36
Sedangkan belajar di rumah bisa dikenal
belajar sendiri atau mandiri adalah adanya ketentuan belajar seperti memiliki
jadwal belajar tersendiri meskipun terbatas waktunya. Bukan lamanya belajar
yang diutamakan, tetapi kebiasaan teratur dan rutin melakukan belajar.37
Jadi
kedisiplinan belajar di rumah yang dimaksud peneliti ini adalah tepat waktu
dalam belajar, ketepatan waktu dalam mengerjakan pekerjaan rumah (PR),
belajar secara teratur.
Sebagian terbesar dari proses perkembangan berlangsung melalui
kegiatan belajar. Belajar yang disadari atau tidak, sederhana atau kompleks,
belajar sendiri atau dengan bantuan guru, belajar dari buku atau dari media
elektronika, belajar di sekolah di rumah, di lingkungan kerja atau di masyarakat.
Belajar selalu berkenaan dengan perubahan-perubahan pada diri orang
yang belajar, apakah itu mengarah kepada yang lebih baik atau pun yang kurang
baik, direncanakan atau tidak. Hal ini yang juga selalu terkait dalam belajar
adalah pengalaman, pengalaman yang berbentuk interaksi dengan orang lain atau
lingkungannya.
Unsur perubahan dan pengalaman hampir selalu ditekankan dalam
rumusan atau definisi tentang belajar, yang dikemukakan para ahli dalam buku
Nana Syaodih Sukmadinata, menurut Witherington “belajar merupakan
perubahan dalam kepribadian, yang dimanifestasikan sebagai pola-pola respons
yang baru yng berbentuk keterampilan, sikap, kebiasaan, pengetahuan dan
kecakapan”. Pendapat yang hampir sama dikemukakan oleh Crow and Crow and
Hilgard. Menurut crow and Crow “belajar adalah diperolehnya kebiasaan-
kebiasaan, pengetahuan dan sikap baru”, sedang menurut Hilgard “belajar adalah
suatu proses dimana suatu perilaku muncul atau berubah karena adanya respons
terhadap sesuatu situasi”.
35
Lynne Cameron, Teaching Language To YLS, ( New York: Cambride University Press,
2001), hlm. 10.
36 Mustaqim, Psikologi Pendidikan, (Semarang: IAIN Walisongo, 2001), hlm. 23.
37 Tohirin, Psikologi Pembelajaran Pendidikan Agama Islam, (Jakarta: PT RajaGrafindo
Persada, 2008), hlm. 117.
Page 42
31
Mengenai peranan unsur pengalaman dalam belajar beberapa ahli
menekankan hal tersebut dalam definisi mereka. Di Vesta and Thompson dalam
menyatakan “belajar adalah perubahan tingkah laku yang relative menetap
sebagai hasil dari pengalaman”. senada dengan rumusan tersebut Gage and
Berliner belajar adalah “… suatu proses perubahan tingkah laku yang muncul
karena pengalaman”. sedangkan Hilgard menegaskan bahwa “belajar dapat
dirumuskan sebagai perubahan perilaku yang relative permanen, yang terjadi
karena pengalaman.38
e. Ciri-ciri Belajar
Dari beberapa pengertian belajar diatas, kita menemukan ciri-ciri umum
masalah belajar sebagai berikut:39
1) Belajar menunjukkan suatu aktivitas pada diri seseorang yang disadari atau
disengaja. Oleh sebab itu pemahaman kita pertama yang sangat penting adalah
bahwa kegiatan belajar merupakan kegiatan yang disengaja atau direncanakan
oleh pembelajar sendiri dalam bentuk suatu aktivitas tertentu. Aktivitas ini
menunjuk pada keaktifan seseorang dalam melakukan suatu kegiatan tertentu,
baik pada aspek-aspek jasmaniah maupun aspek mental yang memungkinkan
terjadinya perubahan pada dirinya. Dengan demikian dapat dipahami bahwa
suatu kegiatan belajar dikatakan semakin baik, bilamana intensitas keaktifan
jasmaniah maupun mental seseorang semakin tinggi. Sebaliknya meskipun
seseorang dikatakan belajar, namun bilamana keaktifan jasmaniah dan mental
rendah berarti kegiatan belajar tersebut tidak dilakukan secara intensif.
2) Belajar merupakan interaksi individu dengan lingkungannya. Lingkungan
dalam hal ini dapat berupa manusia atau obyek-obyek lain yang
memungkinkan individu memperoleh pengalaman-pengalaman atau
pengetahuan, baik pengalaman atau pengetahuan baru maupun sesuatu yang
pernah diperoleh atau ditemukan sebelumnya akan tetapi menimbulkan
perhatian kembali bagi individu tersebut sehingga memungkinkan terjadinya
38
Nana Syaodih Sukmadinata, Landasan Psikologi Proses Pendidikan, (Bandung, Remaja
Rosdakarya, 2009), hlm.155-156.
39Aunurrahman, Belajar dan Pembelajaran, (Bandung: Alfabeta, 2009), hlm. 36-37.
Page 43
32
interaksi. Adanya interaksi individu dengan lingkungannya ini mendorong
seseorang untuk lebih intensif meningkatkan keaktifan jasmaniah maupun
mentalnya guna lebih mendalami sesuatu yang menjadi perhatian.
3) Hasil belajar ditandai dengan perubahan tingkah laku. Walaupun tidak semua
perubahan tingkah laku merupakan hasil belajar, akan tetapi aktivitas belajar
umumnya disertai perubahan tingkah laku. Perubahan tingkah laku pada
kebanyakan hal merupakan sesuatu perubahan yang dapat diamati
(observable). Akan tetapi juga tidak selalu perubahan tingkah laku yang
dimaksudkan sebagai hasil belajar tersebut dapat diamati. Perubahan-
perubahan yang dapat diamati kebanyakan berkenaan dengan perubahan
aspek-aspek motorik.
Jadi ciri-ciri belajar adalah apabila seseorang dengan disengaja
melakukan sesuatu disertai dengan bisa berinteraksi baik dengan orang sekitar
maupun lingkungannya dan ditandai dengan hasil yaitu perubahan tingkah laku
yang lebih baik.
f. Aktivitas Belajar
Meskipun orang telah mempunyai tujuan tertentu dalam belajar serta telah
memilih yang tepat untuk merealisasikan tujuan itu, namun tindakan-tindakan
untuk mencapai tujuan sangat dipengaruhi oleh situasi. Setiap situasi di manapun
dan kapan saja memberi kesempatan belajar kepada seseorang. Situasi ini ikut
menentukan set belajar yang dipilih. Berikut ini dikemukakan beberapa contoh
aktivitas belajar dalam belajar situasi.
Dan tugas guru hanya memberikan bimbingan dan memberikan instruksi
sebagaimana dalam Al-Qur‟an banyak menunjukkan aktivitas belajar,
diantaranya Surat An-Nahl ayat 78.
Page 44
33
Dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam keadaan tidak
mengetahui sesuatupun, dan dia memberi kamu pendengaran, penglihatan
dan af‟idah (daya nalar), agar kamu bersyukur.40
Kata “Af‟idah” dalam ayat ini menurut pakar tafsir Al-Qur‟an Dr. Quraisy
Shihab (1992) berarti “daya nalar” yaitu potensi/kemampuan berpikir logis
dengan kata lain “Akal.41
1) Mendengar
Dalam kehidupan sehari-hari bergaul dengan orang lain dalam pergaulan
itu terjadi komunikasi verbal berupa percakapan. Percakapan memberikan
situasi tersendiri bagi orang-orang yang terlibat tetapi secara tidak langsung
mendengar informasi.
2) Memandang
Setiap stimuli visual memberi kesempatan bagi seseorang untuk belajar.
Dalam kehidupan sehari-hari banyak hal yang dapat kita pandang, akan tetapi
tidak semua pandangan atau penglihatan kita adalah belajar. Meskipun
pandangan tertuju kepada suatu objek visual, apabila dalam diri kita tidak
terdapat kebutuhan, motivasi, serta set tertentu untuk mencapai suatu tujuan,
maka pandangan yang demikian tidak termasuk belajar. Alam sekitar kita,
termasuk juga sekolah dengan segenap kesibukannya, merupakan objek-
objek yang memberi kesempatan untuk belajar.
3) Meraba, Membau, dan mencicipi/Mengecap
Meraba, membau, dan mengecap adalah aktivitas sensoris seperti halnya
pada mendengar dan memandang. Segenap stimuli yang dapat diraba dicium,
dan dicecap merupakan situasi yang memberi kesempatan bagi seseorang
untuk belajar. Hal aktivitas meraba, aktivitas membau, ataupun aktivitas
mengecap dapat dikatakan belajar, apabila aktivitas-aktivitas itu didorong
oleh kebutuhan, motivasi untuk mencapai tujuan dengan menggunakan set
tertentu untuk memperoleh perubahan tingkah laku
40
Departement Agama RI, Al-Qur‟an al-karim dan Terjemah Bahasa Indonesia, (Kudus:
Menara Kudus, 2006), hlm.275.
41 Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2002), hlm.102.
Page 45
34
4) Menulis dan Mencatat
Setiap aktivitas pengindraan kita yang bertujuan, akan memberikan
kesan-kesan itu merupakan material untuk maksud-maksud belajar
selanjutnya. Material atau objek yang ingin kita pelajari lebih lanjut harus
memberi kemungkinan untuk dipraktekkan. Beberapa material di antarannya
terdapat di dalam buku-buku, di kelas, ataupun dibuat catatan kita sendiri.
5) Membaca
Seringkali ada orang yang membaca buku pelajaran sambil berbaring
santai di tempat tidur. Membaca semacam ini adalah bukan aktivitas belajar.
Ada pula orang yang membaca sambil berbaring dengan tujuan belajar
menurut ilmu jiwa, membaca yang demikian belum dapat dikatakan sebagai
belajar.
6) Membuat Ikhtisar atau Ringkasan dan Menggaris bawahi
Banyak orang yang merasa terbantu dalam belajarnya karena
menggunakan ikhtisar-ikhtisar materi yang dibuatnya. Ikhtisar atau ringkasan
ini memang dapat membantu kita dalam hal mengingat atau mencari kembali
materi dalam buku untuk masa-masa yang akan datang. Untuk keperluan
belajar yang intensif, bagaimanapun juga hanya membuat ikhtisar adalah
belum cukup. Sementara membaca, pada hal-hal yang penting kita beri garis
bawah (underlining). Hal ini sangat membantu kita dalam usaha menemukan
kembali materi itu kemudian hari.
7) Mengamati Tabel-Tabel, Diagram-Diagram, dan Bagan-Bagan
Dalam buku ataupun di lingkungan lain sering kita jumpai tabel-tabel,
diagram ataupun bagan-bagan dalam mempelajari materi yang relevan itu.
Demikian pula gambar-gambar, peta-peta, dan lain-lain dapat menjadi bahan
ilustratif yang membantu pemahaman kita tentang sesuatu hal.
8) Menyusun Paper atau Kertas Kerja
Dalam membuat paper, pertama yang perlu mendap perhatian ialah
rumusan topik paper itu. Dari rumusan topik-topik itu kita akan dapat
menentukan materi yang relevan. Kemudian kita perlu mengumpulkan materi
yang akan ditulis ke dalam paper dengan mencatatkan pada buku notes atau
Page 46
35
kartu-kartu catatan. Paper yang baik memerlukan perencanaan yang masak
dengan terlebih dulu mengumpulkan ide-ide yang menunjang serta
penyediaan sumber-sumber yang relevan.
9) Mengingat
Mengingat dengan maksud agar ingat tentang sesuatu belum termasuk
sebagai aktivitas belajar. Mengingat yang didasari atas kebutuhan serta
kesadaran untuk mencapai tujuan belajar lebih lanjut adalah termasuk
aktivitas belajar, apalagi jika mengingat itu berhubungan dengan aktivitas-
aktivitas belajar lainnya.
10) Berpikir
Berpikir adalah termasuk aktivitas belajar. Dengan berpikir, orang
memperoleh penemuan baru, setidak-setidaknya orang menjadi tahu tentang
hubungan antar sesuatu.
11) Latihan atau Praktek
Latihan atau praktek adalah termasuk aktivitas belajar. Orang yang
melaksanakan kegiatan berlatih tentunya sudah mempunyai dorongan untuk
mencapai tujuan tertentu yang dapat mengembangkan sesuatu aspek pada
dirinya. Orang yang berlatih atau berpraktek sesuatu tentunya menggunakan
tertentu sehingga setiap gerakan atau tindakannya terarah kepada sesuatu
tujuan. Dalam berlatih atau berpraktek terjadi interaksi yang interaktif antara
subjek dengan lingkungan. Dalam kegiatan berlatih atau praktek, segenap
tindakan subjek terjadi secara integratif dan terarah ke suatu tujuan. Hasil
latihan atau praktek itu sendiri akan berupa pengalaman yang dapat
mengubah diri subjek serta mengubah lingkungannya. Lingkungan berubah
dalam diri anak.42
Beberapa indikator yang dapat dikemukakan agar kedisiplinan belajar di
rumah dapat dibina dan dilaksanakan dalam proses pendidikan sebagai mutu
pendidikan:
42 Shaiful Bahri Djamarah, Psikologi Belajar. (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2002), Hlm.
38-45.
Page 47
36
1) Tepat waktu dalam belajar
Belajar merupakan kewajiban seorang siswa karena untuk mengetahui
dan mendapatkan berbagai kecakapan disiplin dalam belajar akan membuat
siswa memiliki kecakapan mengenai cara belajar yang baik. Dengan disiplin,
siswa dapat menghargai waktunya dengan sebaik-baiknya. Untuk membagi
waktu belajar siswa harus membuat jadwal yang tepat untuk membatasi
kegiatan yang lain yang tidak berguna yang bisa mengganggu kegiatan
belajar. Orang tua mempunyai peranan yang sangat penting dalam
menegakkan kedisiplinan belajar di rumah, karena sebagian besar waktu yang
dimiliki siswa yaitu berada di rumah.
2) Disiplin dalam mengerjakan tugas di rumah (PR).
Pemanfaatan waktu sangat efisien dan efektif merupakan salah satu
cara terbaik untuk melatih sikap kedisiplinan, terutama kedisiplinan di rumah.
Pekerjaan rumah misalnya bila dikerjakan secara mendadak tidak banyak
menguntungkan karena pelatihan diri tercapai. Kalau anak di biasakan
memanfaatkan waktu dengan sebaik-baiknya khususnya waktu belajar maka
anak tersebut akan mampu melaksanakan tanpa merasa berat dan tertekan.
3) Belajar secara teratur.
Keteraturan dalam belajar merupakan usaha untuk menghasilkan atau
untuk memperoleh suatu prestasi yang maksimal, karena dengan keteraturan
kita akan lebih disiplin dengan belajar.
g. Bentuk-bentuk Kedisiplinan Belajar di rumah
Ada beberapa bentuk kedisiplinan belajar yang harus dilaksanakan oleh
seorang siswa di rumah, diantaranya yaitu:
1) Mengerjakan tugas
Selama menuntut ilmu di lembaga pendidikan formal, baik pelajar
atau mahasiswa, tidak akan pernah melepaskan diri dari keharusan
mengerjakan tugas-tugas studi. Bagi pelajar tentu saja untuk bidang studi
Page 48
37
tertentu, harus mengerjakan PRnya sesuai dengan penugasan dan dalam
jangka waktu tertentu.43
Semua penugasan yang guru berikan itu harus pelajar kerjakan tepat
waktu dan apabila mengabaikannya boleh jadi pelajar itu akan mendapat
sanksi dari guru. Tentu saja sanksinya bersifat mendidik, bukan memukulnya
hingga luka atau menyuruhnya tidak boleh turun ke sekolah.
2) Membentuk kelompok belajar
Cara yang baik untuk menunjang keberhasilan studi di sekolah adalah
membentuk kelompok belajar. Anggotanya tidak perlu terlalu banyak, tetapi
cukup lima orang. Carilah kawan-kawan yang mempunyai kesamaan
pandangan untuk meraih studi. 44
Sekiranya kelompok belajar sudah terbentuk, rencanakanlah
pembagian waktunya, tentunya tempat berkumpul belajar bersama, dengan
adanya kerja kelompok bidang studi mana saja yang tidak dapat dipecahkan
seorang diri, kita kerjakan dengan kelompok.
3) Menghafal bahan pelajaran
Selama menuntut ilmu di lembaga pendidikan formal, baik pelajar atau
mahasiswa, tidak akan pernah melepaskan diri dari keharusan mengerjakan
tugas-tugas studi. Bagi pelajar tentu saja untuk bidang studi tertentu, harus
mengerjakan PRnya sesuai dengan penugasan dan dalam jangka waktu
tertentu.45
Semua penugasan yang guru berikan itu harus pelajar kerjakan tepat
waktu dan apabila mengabaikannya boleh jadi pelajar itu akan mendapat
sanksi dari guru. Tentu saja sanksinya bersifat mendidik, bukan memukulnya
hingga luka atau menyuruhnya tidak boleh turun ke sekolah.
4) Mengulang bahan pelajaran
Apa yang guru jelaskan tidak mesti semuanya terkesan dengan baik,
tentu ada kesan-kesan yang masih samar-samar dalam ingatan. Pengulangan
43
Syaiful Bahri Djamarah, Rahasia Sukses Belajar, (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2002), hlm. 90.
44 Syaiful Bahri Djamarah, Rahasia Sukses Belajar, hlm 105.
45Syaiful Bahri Djamarah, Rahasia Sukses Belajar, hlm. 90.
Page 49
38
sangat membantu untuk memperbaiki semua kesan yang masih samar-samar
itu untuk menjadi kesan-kesan yang sesungguhnya, yang tergambar jelas
dalam ingatan.46
Belajar dengan cara mengulang bahan yang baru diserap bias dibantu
dengan membandingkannya dengan buku paket bagi pelajar dan literatur
wajib atau menunjang bagi siswa. Hal ini dimaksudkan untuk memudahkan
tingkat pemahaman.
Bentuk-bentuk kedisiplinan belajar yang telah tersebut diatas adalah
bentuk-bentuk kedisiplinan belajar di rumah, dimana disetiap rumah pasti
memiliki aturan masing-masing yang menuntut seorang anak untuk aktif dan
disiplin dalam belajar, khususnya belajar di rumah.
Belajar adalah suatu kegiatan yang kita lakukan untuk memperoleh
sejumlah ilmu pengetahuan. Dalam belajar, kita tidak bisa melepaskan diri dari
beberapa hal yang dapat mengantarkan kita berhasil dalam belajar. Banyak orang
yang belajar dengan susah payah, tetapi tidak mendapat hasil apa-apa, hanya
kegagalan yang ditemui. Penyebabnya tidak lain karena belajar tidak teratur,
tidak disiplin, dan kurang bersemangat, mengabaikan masalah pengaturan waktu
dalam belajar.
1) Belajar dengan Teratur
Belajar dengan teratur merupakan pedoman mutlak yang tidak bisa
diabaikan oleh seseorang yang menuntut ilmu di sekolah atau di perguruan
tinggi (universitas). Betapa tidak, karena banyaknya bahan pelajaran yang
harus dikuasai, menuntut pembagian waktu yang sesuai dengan kedalaman
dan keluasan bahan pelajaran. Penguasaan atas semua bahan pelajaran
dituntut secara dini, tidak harus menunggunya sampai menjelang ulangan,
ujian atau tentamen. Hal ini merupakan sikap yang kurang menguntungkan
dalam belajar. Maka penting membiasakan diri dengan sikap teratur dalam
segala, yang menyangkut masalah keberhasilan belajar, sikap yang terbiasa
teratur sebagai salah satu barometer dari kejernihan berpikir.
46
Syaiful Bahri Djamarah, Rahasia Sukses Belajar, hlm. 42.
Page 50
39
2) Disiplin dan Bersemangat
Kata disiplin adalah sebuah kata yang tidak asing dalam kehidupan
sehari-hari. Kata ini sudah memasyarakat entah itu sekolah, di kantor, di
rumah, atau dalam berpergian dan sebagainya. Disiplin adalah suatu tata
tertib yang dapat mengatur tatanan kehidupan pribadi dan kelompok.
Sedangkan disiplin timbul dari dalam jiwa karena adanya dorongan untuk
mentaati peraturan.
3) Pengaturan Waktu
Seluruh kehidupan manusia pada hakikatnya bergelut dalam dimensi
waktu. Manusia tidak hanya bergerak dalam lingkaran waktu, tetapi juga
bernapas dalam ruang lingkup waktu, karena manusia berada dalam siklus
waktu, maka setiap aktivitasnya bermula dan berkesudahan dalam waktu.47
Cara belajar sendiri di rumah, sebenarnya bisa di terapkan untuk
belajar di rumah. Belajar sendiri atau mandiri di rumah adalah tugas paling
pokok dari setiap siswa atau mahasiswa. Syarat utama belajar di rumah
adalah adanya ketentuan belajar seperti memiliki jadwal belajar sendiri
meskipun terbatas waktunya. Bukan lamanya belajar yang diutamakan, tetapi
kebiasaan teratur dan rutin melakukan belajar. Untuk belajar di rumah adalah
sebagai berikut:
Pertama, berdoalah terlebih dahulu, lalu buka pelajari kembali catatan
singkat hasil pelajaran atau kuliah di sekolah.
Kedua, pada akhir catatan yang anda buat, rumuskan pertanyaan-
pertanyaan dari bahan yang telah anda baca atau pelajari.
Ketiga, setiap pertanyaan yang anda buat, tulis pula pokok-pokok
jawaban di balik halaman tersebut (supaya tidak terlihat pada saat anda
membaca pertanyaan tersebut).
Keempat, cara belajar berikutnya anda tinggal melatih pertanyaannya
tersebut sampai anda menguasainya.
47
Syaiful Bahri Djamarah, Rahasia Sukses Belajar, hlm. 18.
Page 51
40
Kelima, apabila anda masih ragu akan jawabannya, sebaiknya ajukan
pertanyaan tersebut kepada guru pada saat pelajaran.
Keenam, belajarlah pada saat tertentu yang paling memungkinkan bagi
anda.
Ketujuh, jangan sekali-kali anda memforsir belajar terus-menerus
dalam waktu lama.
Kedelapan, sebelum anda tidur, bacalah pertanyaan yang anda buat
lalu jawab pertanyaan anda dalam hati.48
Artinya:
Dalam adab belajar pada diri sendiri dan didalamnya ada 5 macam:
a) Mensucikan hati dari sifat khianat, jelek, dengki, khasud aqidah yang jelek
dan akhlak yang buruk dengan memperbaiki hal-hal tersebut maka bisa
48
Tohirin, Psikologi Pembelajaran Pendidikan Agama Islam, hlm. 118.
49 Hasyim Asy‟ari, Adabul „Alim wal Muta‟allim, (Jombang: Maktabah Turas Islamiyah,
t.th), hlm. 24-27.
Page 52
41
menerima ilmu dan menjaganya, mengetahui maknanya secara detail dan
memahami yang sulit.
b) Memperbaiki niat mencari ilmu dengan maksud menghadap allah Aza
Wajalla dan beramal dan menjalankan syariat dan menerangi hatinya, dan
menghiasi batinnya serta mendekatkan diri kepada Allah SWT.
c) Membagi waktunya siang dan malam dan mempergunakan sisa umurnya,
sesungguhnya tidak ada nilainya dan waktu yang paling bagus untuk
menghafal itu waktu sahur, dan untuk mencari ilmu itu waktu pagi dan untuk
menulis itu pada siang hari dan untuk membaca dan belajar untuk malam
hari.
d) Menyedikitkan makan dan minum karena kekenyangan itu menyusahkan diri
untuk beribadah dan memberatkan badan.
e) Membersihkan dirinya dari dosa, dan memperbaiki diri dalam segala hal dan
menggunakan yang halal dalam makanan minuman, pakaian dan hartanya,
serta segala hal yang dibutuhkannya untuk menyinari hatinya dan
memperbaiki dirinya dalam menerima ilmu, cahayanya dan manfaat baginya.
h. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Belajar di rumah
Setiap orang tua dan guru ingin membina anak-anaknya agar menjadi
orang yang baik, mempunyai kepribadian yang kuat, sikap mental yang kuat dan
etika yang mulia serta terpuji. Semua itu dapat di usahakan melalui pendidikan,
sebagai jalan yang dapat membawa anak didik kepada kehidupan etika, sehingga
mampu dan mau berprilaku sesuai dengan nilai-nilai moral.
Agar nilai-nilai moral dapat dipatuhi oleh anak dengan kesadaran tanpa
adanya paksaan, supaya datang dari dirinya sendiri, maka pendidikan agama
harus diberikan secara terus menerus baik di lingkungan keluarga, masyarakat
dan lingkungan sekolah.
Lingkungan pendidikan adalah latar tempat berlangsungnya pendidikan,
khususnya pada tiga lingkungan utama pendidikan, yaitu keluarga, sekolah dan
masyarakat seperti diketahui lingkungan pendidikan pertama dan utama adalah
keluarga. Makin bertambah usia.
1) Lingkungan Keluarga
Dalam lingkungan inilah pertama kali anak dikenalkan pada masalah
pendidikan. Oleh sebab itu keluarga atau orang tua dikatakan sebagai
pendidik selama yang pertama. Mau dibentuk menjadi apakah anak tersebut
adalah bergantung pada kehendak orang tua karena dari fakta keturunan atau
Page 53
42
sifat darah anak maka kebiasaan yang terjadi adalah anak itu selalu meniru
atau membentuk pada sikap dan prilaku orang tuanya.
Disiplin merupakan hasil suatu proses dari perilaku yang berulang-
ulang dan kebiasaan dan orang tua adalah keluarga mempunyai peran yang
besar dalam melatih, mendidik anak-anaknya dalam prilaku disiplin lebih
dikenal dengan pola asuh atau semakin dan tepat orang tua memperlakukan
anak maka akan semakin baik pada sikap serta kepribadian anak dalam
perbuatannya sehari-hari.
2) Lingkungan Sekolah
Guru yang masuk dalam kelas, membawa seluruh watak
kepribadiannya, agamanya, akhlaknya, pemikirannya, sikapnya dan ilmu
pengetahuaannya yang dimilikinya. Penampilan guru, pakaiannya, cara
bicara, bergaul bahkan emosi dan jiwanya bahkan ideologi dan paham yang
dianut akan terbawa tanpa sengaja ketika berhadapan dengan siswa
seluruhnya itu akan terserap oleh siswa tanpa disadari oleh guru dan orang
tua. Alangkah indahnya guru-guru50
3) Lingkungan Masyarakat
Penataan lingkungan masyarakat telah menunjukkan adanya upaya
membantu anak untuk berdekatan dan berakraban anak-anak dengan nilai
moral sosial masyarakat direalisasikan melalui hubungan dengan orang lain
pada saat anaknya di rumah, dengan menggunakan kaidah-kaidah nilai moral
sosial.51
C. Kerangka Berfikir
Islam mengandung berbagai ajaran, baik ritual ataupun non ritual yang amat
memerlukan kedisiplinan, sebab dari situ bangunan jiwa akan membentuk
keteraturannya. Disiplin bisa membentuk kejiwaan pada anak untuk memahami
peraturan sehingga ia pun mengerti kapan saat yang tepat untuk melaksanakan
peraturan, dan kapan pula harus mengesampingkan. Sedangkan peraturan itu sendiri
50
Slameto, Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhi, hlm. 60.
51 Daryanto, Belajar dan Mengajar, (Bandung: CV Yrama Widya, 2010), hlm. 37
Page 54
43
ada dalam keseharian hidup anak. Kondisi kejiwaannya memang masih butuh untuk
diatur sehingga seorang anak akan merasa tenteram bila hidup teratur. Sebagai
contoh adalah peraturan tentang makan, shalat, puasa, masuk sekolah, sampai waktu
bermainnya. Melatih dan mendidik anak dalam keteraturan hidup kesehariannya
akan memunculkan watak disiplin. Melatih anak untuk mentaati peraturan akan sama
hanya dengan melatih mereka untuk bersikap disiplin.52
Sebagian besar perilaku dalam membesarkan anak cenderung bersifat tak
sadar, sebagaimana diakui banyak orang tua, kita memperbaiki sambil berjalan. Atau
kita mengendalikan model yang paling akrab, yaitu orang tua kita sendiri. Kita
membesarkan anak sebagai mana kita sendiri dulu dibesarkan.
Kebanyakan kegiatan menonton televisi cenderung tidak terencana dan
bersifat tak sadar. Tiap kali mempunyai waktu luang, kita langsung merebahkan diri
di sofa dan menekan tombol televisi. Dalam banyak keluarga, televisi dinyalakan
begitu salah satu anggota bangun tidur atau memasuki rumah, tak peduli ada yang
menonton atau tidak. Televisi jadi nyaris seperti radio, peralatan yang memainkan
video musik sementara para anggota keluarga keluar masuk ruangan, hilir mudik dari
dan ke lemari es, dan mengobrol ditelepon. Televisi hidup dari hari ke hari tanpa
disadari.53
Belajar merupakan salah satu kewajiban bagi setiap siswa dimana setiap
siswa dituntut untuk selalu belajar teratur. Dibutuhkan adanya kesungguhan dan
disiplin di dalam kegiatan belajar. Disiplin merupakan suatu kondisi yang harus
dijalankan apabila seorang siswa mengharapkan kelancaran dalam belajarnya.
Kedisiplinan belajar di rumah suatu tingkat konsistensi dan konsekuensi serta
keteraturan dalam kegiatan belajar untuk memperoleh tingkah laku yang timbul dari
kesadaran dirinya untuk mentaati dan melaksanakan tugasnya sebagai siswa di
rumah dengan dukungan orang tua yang mengawasi, mengarahkan, serta berupaya
untuk membuat anak menyadari kesadaran untuk berdisiplin diri. Serta memberikan
fasilitas belajar kepada anak agar dapat belajar di rumah dengan baik.
52
Imam Ahmad Ibnu Nizar, Membentuk dan Meningkatkan Disiplin Anak Sejak Dini, hlm. 22.
53 Milton Chen, Mendampingi Anak Menonton Televisi, hlm. 95.
Page 55
44
Problem yang terjadi adanya intensitas menonton televisi terhadap
kedisiplinan belajar di rumah, karena kegiatan menonton televisi sendiri sangatlah
cenderung tak sadar yang dilakukan oleh siswa, televisi itu sendiri merupakan media
satu arah, sehingga penonton menjadi pasif, penonton tidak bisa memberikan
tanggapan-tanggapan secara langsung. Penonton sendiri merupakan sasaran setiap
acara yang disiarkan dan mereka merupakan faktor yang ikut menentukan berhasil
tidaknya acara yang telah dibuat, di samping sangat diharapkan bahwa khalayak
penonton memberikan umpan balik setelah mengikuti acara tadi, dari adanya umpan
balik sudah menunjukkan suatu pertanda keberhasilan suatu acara, di samping itu
merupakan suatu masukan yang sangat berharga, karena dapat digunakan sebagai
bahan pengkajian dalam rangka penyempurnaan. 54
Dalam kedisiplinan belajar di
rumah sangat penting bagi siswa karena kedisiplinan itu sendiri merupakan teratur
dalam belajar di rumah keteraturan dalam kegiatan belajar untuk memperoleh
tingkah laku yang timbul dari kesadaran dirinya untuk mentaati dan melaksanakan
tugasnya sebagai siswa di rumah dengan dukungan orang tua yang mengawasi,
mengarahkan, serta berupaya untuk membuat anak menyadari kesadaran untuk
berdisiplin diri. Serta memberikan fasilitas belajar kepada anak agar dapat belajar di
rumah dengan baik.
D. Hipotesis
Dalam penelitian ini yang menjadi hipotesis peneliti adalah ada pengaruh
negatif yang signifikan intensitas menonton televisi terhadap kedisiplinan belajar di
rumah siswa kelas VIII MTs Walisongo Kec. Kayen Kab. Pati tahun pelajaran
2010/2011. Bahwa semakin tinggi intensitas menonton televisi maka semakin rendah
kedisiplinan belajar di rumah siswa.
54
Darwanto Sastro Subroto, Produksi Acara Televisi, (Yogyakarta: Duta Wacana University
Press, 1994), hlm. 52.
Page 56
45
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif lapangan. Penelitian kuantitatif
adalah suatu proses penelitian untuk menemukan pengetahuan yang menggunakan
data berupa angka sebagai alat untuk menemukan keterangan mengenai apa yang
ingin diketahui.1 Sedangkan penelitian lapangan (field research) yaitu research yang
dilakukan ditempat terjadinya gejala-gejala.2
Dalam penelitian ini menggunakan teknik analisis Regresi. Teknik analisis
Regresi ini digunakan untuk memperoleh informasi mengenai taraf hubungan yang
terjadi antara variabel (ubahan) kriterium dan prediktor.3 Yaitu intensitas menonton
televisi dan kedisiplinan belajar di rumah, dengan menggunakan angket sebagai
instrument penelitian. Sedangkan teknik analisis Regresi yang digunakan adalah
teknik analisis Regresi satu prediktor.
B. Waktu dan Tempat Penelitian
1. Waktu Penelitian
Waktu yang telah dilakukan peneliti pada tanggal 3 April sampai 2 (30 hari) Mei
2011.
2. Tempat Penelitian
Penelitian ini dilakukan di MTs Walisongo Kecamatan Kayen kabupaten Pati.
C. Populasi, Sampel dan Teknik Pengambilan Sampel
1. Populasi
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas subyek/ obyek yang
mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang diterapkan peniliti untuk
dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulan.
1 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, (Jakarta: Rineka Cipta, 2006), hlm. 12.
2 Sutrisno Hadi, Metodologi Research Jilid I, Yogyakarta : Andi Offset, 2002. 3 Sutrisno Hadi, Analisis Regresi, (Yogyakarta: Andi Offset, 2004), hlm.1.
Page 57
46
Jadi populasi bukan hanya orang, tetapi juga obyek dan benda- benda
alam tang lain. Populasi juga bukan sekedar jumlah yang ada pada obyek atau
subyek yang dipelajari, tetapi meliputi seluruh karekteristik/ sifat yang dimiliki
oleh subyek atau obyek itu4
2. Sampel
Sample is a subset of individuals from a given population.5 Apabila
populasi besar, dan penelitian tidak mungkin mempelajari semua yang ada pada
populasi, misalnya karena keterbatasan dana, tenaga dan waktu, maka peneliti
dapat menggunakan sampel yang diambil dari populasi itu. Apa yang dipelajari
dari sampel, kesimpulanya dapat diberlakukan untuk populasi. Oleh karena itu
sampel yang diambil dari populasi harus representatif (mewakili).6
3. Teknik Pengambilan Sampel
Teknik pengambilan sampel menggunakan probability sampling dengan
proporsionate random sampling. Probability sampling adalah teknik
pengambilan sampel yang memberikan peluang sama bagi setiap anggota
populasi untuk dipilih menjadi anggota sampel. 7 Teknik ini digunakan karena
populasi berstrata secara proporsional.
Cara yang digunakan dalam proporsionate random sampling ini adalah
dengan cara undian terhadap kelas VIII A, VIII B, VIII C, VIII D, VIII E, VIII F,
yang terdiri dari 6 kelas. Adapun cara pengambilan sampel dengan undian,
langkahnya adalah sebagai berikut:
a) Tulis nama siswa pada kertas yang sudah digunting dari kelas VIII A sampai
kelas VIII F.
b) Kertas tersebut digulung dan dimasukkan dalam kotak.
c) Kemudian diundi dan di dapatkan perkelas di ambil 5 siswa.
4 Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D, (Bandung: Alfabeta, 2010), Cet ke 11, hlm. 117
5 Nunan David, Research Methods In Language Learning, (New York: Cambridge University Press, 1992), hlm. 27.
6 Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D, hlm.118. 7 Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D, hlm. 120.
Page 58
47
Adapun populasi dalam penelitian ini, hanya Siswa kelas VIII MTs
Walisongo Kec. Kayen Kab. Pati yang berjumlah 266 terdiri dari 44 siswa kelas
VIII A, 44 siswa kelas VIII B, 45 siswa kelas VIII C, 44 siswa kelas VIII D, 45
siswa VIII E, 44 siswa kelas VIII F. Penentuan jumlah sampel menggunakan
metode alokasi ala Neyman dengan rumus:
n = �∑��.���
��∑��.��
Keterangan:
N = besar populasi
n = besar sampel
� = besar sub populasi stratum ke-i
� �= variance sub populasi stratum i. 8
Strata � � � � . � � . � �
VIII A
VIII B
VIII C
VIII D
VIII E
VIII F
42
44
45
45
45
44
2
2
2
2
2
2
59,3
62,2
63,6
63,6
63,6
63,6
84
88
90
90
90
90
� 266 375,9 532
n = ������,��
�����.�,������ = ������,������,�� = 29,6
Alokasi besar sampel untuk tiap strata adalah:
� = ��.��∑��.��
. n
A = ��,����,�. 29,6 = 4,7� 5
B = ��,����,� . 29,6 = 4,9� 5
8 Moh. Nazir, Metode Penelitian, (Bogor: Ghalia Indonesia, 2009), hlm. 302.
Page 59
48
C = ��,����,� . 29,6 = 5,1� 5
D = ��,����,� . 29,6 = 51 � 5
E = ��,����,� . 29,6 = 5,1� 5
F= ��,����,� . 29,6 = 5,1� 5
Dalam pembulatanya, besarnya sampel n = 5 + 5 + 5 + 5 + 5 + 5 = 30.
Jadi besar sampel keseluruhan adalah 30 dengan pembagian sebagai berikut:
Kelas VIII A : 5 siswa
Kelas VIII B : 5 siswa
Kelas VIII C : 5 siswa
Kelas VIII D : 5 siswa
Kelas VIII E : 5 siswa
Kelas VIII F : 5 siswa
D. Variabel Dan Indikator Penelitian
1. Variable dan Indikator
a. Variabel
Variabel adalah objek penelitian, atau apa yang menjadi titik
perhatian suatu penelitian.9Merujuk pengertian di atas maka yang menjadi
variabel dalam penelitian ini terdapat dua variabel yaitu variabel bebas (X)
dan variabel terikat (Y).
1) Variabel bebas atau independen variabel X adalah variabel yang
mempengaruhi atau yang menjadi sebab perubahannya atau timbulnya
variabel dependen (terikat).10 Pada penelitian ini sebagai variabel bebas
adalah Intensitas menonton televisi
2) Variabel terikat atau dependen variabel Y adalah variabel yang
dipengaruhi atau yang menjadi akibat, karena adanya variabel bebas.11
9 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik,hlm. 118. 10 Sugiyono, Statistik Untuk Pendidikan, (Bandung: CV Alfabeta, 2008), Cet: 13. hlm.4. 11 Sugiyono, Statistik Untuk Pendidikan, Cet: 13. hlm.4.
Page 60
49
Yang merupakan hasil dari perlakuan variabel bebas, yaitu: kedisiplinan
belajar di rumah. Adapun sub variabel dan indikator dari Intensitas
menonton televisi terhadap kedisiplinan belajar di rumah diklasifikasikan
sebagai berikut:
b. Indikator
1) Indikator Intensitas Menonton Televisi
a) Frekuensi menonton televisi.
b) Durasi menonton televisi.
c) Perhatian terhadap acara atau tayangan televisi.
2) Indikator Kedisiplinan Belajar di Rumah
a) Tepat waktu dalam belajar.
(1) Pagi (05.00 – 06.00)
(2) Siang (14.00 – 15.00)
(3) Sore (17.00 – 18.00)
(4) Malam (19.00 – 20.00)
b) Disiplin dalam mengerjakan tugas di rumah (PR).
c) Belajar secara teratur.
E. Teknik Pengumpulan Data
1. Kuosioner atau Angket
Kuesioner merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara
member seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden untuk
dijawabnya. Kuesioner merupakan teknik pengumpulan data yang efisien bila peneliti
tahu dengan pasti variabel yang akan diukur dan tahu apa yang bisa diharapkan dari
responden. Selain itu kuesioner juga cocok digunakan bila jumlah responden cukup
besar dan tersebar di wilayah yang luas. Kuesioner dapat berupa pertanyaan atau
pernyataan tertutup dan terbuka, dapat diberikan kepada responden secara langsung atau
dikirim melalui pos atau internet.12. Kuosioner dalam penelitian ini digunakan untuk
mengetahui tingkat intensitas menonton televisi terhadap kedisiplinan belajar
12Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan kuantitatif, kualitatif dan R & D), (Bandung, Alfabeta, 2010), hlm. 199
Page 61
50
dirumah siswa kelas VIII MTs Walisongo Kec. Kayen Kab. Pati tahun pelajaran
2010/2011.
Kuesioner yang dipakai dalam penelitian ini adalah kuesioner terstruktur,
yakni daftar pertanyaan yang sudah disediakan jawabannya, sehingga responden
cukup memilih alternatif jawaban yang sudah disediakan sesuai dengan keadaaan
dirinya. Metode kuesioner ini untuk mengetahui tingkat intensitas menonton
televisi terhadap kedisiplinan belajar dirumah siswa kelas VIII MTs Walisongo
Kec. Kayen Kab. Pati tahun pelajaran 2010/2011.
2. Metode Dokumentasi
Metode dokumentasi yaitu mencari data mengenai hal-hal atau variabel
yangberupa catatan, transkrip, buku, surat kabar, majalah, prasasti, notulen, rapat,
legger, agenda dan sebagainya.13 Metode dokumentasi ini digunakan untuk
memperoleh data mengenai struktur organisasi, data-data guru dan identitas
siswa.
F. Teknik Analisis Data
1. Analisa Awal
Dalam menganalisa data yang terkumpul, penulis menggunakan metode
statistik. Karena jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian kuantitatif. Untuk
menyederhanakan data dalam bentuk yang lebih mudah dibaca dan
diinterpretasikan.14 Cara mendeskripsikan data kuantitatif dapat digunakan dengan
menggunakan tehnik statistik deskriptif. Tujuan dilakukan analisis deskriptif dengan
menggunakan tehnik ststistika adalah untuk meringkas data menjadi lebih mudah
dilihat dan dimengerti.15
Dalam menganalisa data yang terkumpul, penulis menggunakan metode
statistik, karena jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian kuantitatif. Tujuan
analisis ini adalah menyederhanakan data dalam bentuk yang lebiih mudah dibaca
dan dinterpretasi.
13 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Tindakan Praktek , hlm. 231. 14 Masri Singarimbun, Metode Penelitian Survei, (Jakarta: LP3ES, 1989), hlm. 263. 15 Sukardi, Metodologi Penelitian Pendidikan, (Jakarta: Bumi Aksara, 2003), hlm. 86.
Page 62
51
Adapun yang dilakukan penulis dalam menganalisis data ini meliputi tiga
tahap:
a. Analisis Pendahuluan
Analisis pendahuluan meliputi beberapa kegiatan yang saling berkaitan.
Kegiatan-kegiatan yang dimaksud adalah sebagai berikut:
1) Menghitung nilai hasil angket Intensitas Menonton Televisi dan Kedisiplinan Belajar
di rumah MTs Walisongo.
Analisa kuantitatif digunakan untuk menganalisa dalam bentuk angka-
angka. Pada analisis pendahuluan ini diperoleh angka-angka dari hasil angket
yang diajukan kepada responden, kemudian memberikan penilaian dengan
memberikan skor Variabel (X) Intensitas Menonton Televisi sebagai berikut :
- Menjawab a mendapat nilai 4 dengan kriteria sangat tinggi.
- Menjawab b mendapat nilai 3 dengan kriteria tinggi.
- Menjawab c mendapat nilai 2 dengan kriteria rendah.
- Menjawab d mendapat nilai 1 dengan kriteria sangat rendah.16
Analisa kuantitatif digunakan untuk menganalisa dalam bentuk angka-
angka. Pada analisis pendahuluan ini diperoleh angka-angka dari hasil angket
yang diajukan kepada responden, kemudian memberikan penilaian dengan
memberikan skor Variabel (Y) kedisiplinan belajar di rumah sebagai berikut :
- Menjawab a mendapat nilai 4 dengan kriteria baik sekali.
- Menjawab b mendapat nilai 3 dengan kriteria baik.
- Menjawab c mendapat nilai 2 dengan kriteria cukup.
- Menjawab d mendapat nilai 1 dengan kriteria kurang.17
2) Mencari jumlah interval kelas dengan rumus:
K= 1+3,3 log n
Dimana :
K= Jumlah Kelas Interval
n= Jumlah data Observasi
log= Logaritma.18
16 Suharsimi, Prosedur Penelitian Suatu Tindakan Praktek, hlm. 242. 17 Suharsimi, Prosedur Penelitian Suatu Tindakan Praktek, hlm. 242.
Page 63
52
3) Menentukan kualifikasi dan interval nilai dengan cara menentukan Range dengan
rumus:
R = H – L + 1
Dimana : R = Total Range
H = Nilai Tertinggi (Highest Score)
L = Nilai Terendah (Lowest Score)
1 = Bilangan Konstan19
4) Menentukan Interval dengan rumus:
K
Ri =
Dimana : i = Nilai Interval
R = Range (batas nilai tertinggi – nilai terendah)
K = Jumlah kelas yang dikehendaki 20
5) Menentukan rata-rata (Mean) Dari Variabel X dan Y dengan rumus:
N
fXM
∑=
Keterangan : M = Mean
f = frekuensi
X = nilai tengah kelas interval
N = Jumlah responden21
b. Analisis Uji Hipotesis
Analisis ini sifatnya adalah melanjutkan dari analisis pendahuluan.
Analisis ini dimaksudkan untuk menguji data tentang pengaruh antara variabel
bebas (X) dengan variabel terikat (Y). Dalam hal ini menggunakan rumus
Regresi satu prediktor dengan skor deviasi. Adapun untuk menganalisis data
dengan tahapan sebagai berikut :
18 Sugiyono, Statistika untuk Penelitian, Cet 13. hlm. 35. 19Anas Sudijono, Pengantar Statistik Pendidikan, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2008),
hlm 52. 20 Anas Sudijono, Pengantar Statistik Pendidikan, hlm 53 21 Anas Sudijono, Pengantar Statistik Pendidikan, hlm 87
Page 64
1) Mencari hubungan antara prediktor dan kriterium melalui teknik
product moment
��� = Keterangan:
�!"
∑!"
!2
"2
2) Uji signifikan hubungan dapat berkonsultasi dengan tabel
3) Mencari persamaan regresi:
= a + bx
Keterangan:
: subyek dalam variabel dependen yang
a : harga Y ketika X = 0
b : koefisien regresi
x : subyek pada variabel independen yang mempunyai
4) Analisis varian garis regresi
=
Keterangan:
22 Sutrisno Hadi, 23 Sugiyono
Mencari hubungan antara prediktor dan kriterium melalui teknik
product moment, dengan rumus:
∑�� ∑ �$ %.&∑ �' (
Keterangan:
: indeks korelasi yang dicari
: jumlah nilai deviasi X kali Y dikuadratkan
: deviasi variabel X kuadrat
: deviasi variabel Y kuadrat22
Uji signifikan hubungan dapat berkonsultasi dengan tabel
Mencari persamaan regresi:
= a + bx
Keterangan:
: subyek dalam variabel dependen yang diprediksikan
: harga Y ketika X = 0
: koefisien regresi
subyek pada variabel independen yang mempunyai
Analisis varian garis regresi
=
Keterangan:
: harga bilangan F untuk garis regresi
: rerata kuadrat garis regresi
: rerata kuadrat residu
utrisno Hadi, Analisis Regresi, hlm.4
Sugiyono, Statistika untuk Penelitian, Cet: 13. hlm. 261
53
Mencari hubungan antara prediktor dan kriterium melalui teknik korelasi
nilai deviasi X kali Y dikuadratkan
Uji signifikan hubungan dapat berkonsultasi dengan tabel r
diprediksikan
subyek pada variabel independen yang mempunyai nilai tertentu 23
untuk garis regresi
hlm. 261.
Page 65
Adapun ringkasan langkah
skor deviasi:
2. Analisis Lanjut
Setelah memperoleh
harga dengan
kemungkinan:
a. Jika
diterima)
b. Jika
ditolak).
Adapun ringkasan langkah-langkahnya dibawah ini dengan menggunakan
skor deviasi:
Sumber
variabel DB JK
Regresi 1
Residu N-2
Total N-1
Analisis Lanjut
Setelah memperoleh maka langkah selanjutnya adalah membandingkan
dengan F pada tabel baik taraf signifikansi 5% maupun 1% dengan
kemungkinan:
lebih besar daripada 1% atau 5% maka signifikan (hipotesis
lebih kecil daripada 1% atau 5% maka non signifikan (hipotesis
54
langkahnya dibawah ini dengan menggunakan
RK )�*+
,-�*+./�*+
maka langkah selanjutnya adalah membandingkan
pada tabel baik taraf signifikansi 5% maupun 1% dengan
1% atau 5% maka signifikan (hipotesis
1% atau 5% maka non signifikan (hipotesis
Page 66
55
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum MTs Walisongo Kayen Pati
1. Sejarah Singkat Berdirinya Madrasah Tsanawiyah Walisongo Kayen
MTs Walisongo Kayen Pati adalah sebuah lembaga pendidikan tingkat
menengah kebawah yang di selenggarakan oleh yayasan YPPI Walisongo yang
berdiri tahun 1968. Lembaga ini didirikan sebagai tindak lanjut jenjang pendidikan
yang telah ada, yakni Madrasah Aliyah Walisongo disamping sebagai jembatan bagi
masyarakat Kayen yang ingin menempuh jenjang pendidikan yang lebih atas dengan
tambahan pelajaran agama.
Pada tahun 1969 MTs Walisongo beroperasi, yang dibangun diatas tanah
milik yayasan. Dengan kepala sekolah bapak Drs. Juri M.Ag, MTs Walisongo Kayen
Pati menyelenggarakan pendidikan mempunyai siswa sebanyak 26 siswa, yang
terdiri dari 17 laki-laki dan 9 perempuan, dengan tenaga pendidik sebanyak 16 Guru.
2. Visi dan Misi Madrasah Tsanawiyah Kayen
Visi merupakan tujuan universal sebuah institusi/lembaga untuk
mengarahkan dan menjadi barometer keberhasilan tujuan yang ingin dicapai.
Madrasah Tsanawiyah Walisongo Kayen menetapkan visi, “Terwujudnya insan yang
beriman, bertaqwa, berpengetahuan, berprestasi, dan berakhlaqul karimah” Maka
untuk memperjelas visi tersebut, kemudian dijabarkan dalam sebuah misi, yakni :
a. Melaksanakan pendidikan berbasis iman dan taqwa sesuai ajaran agama islam.
b. Melaksanakan pendidikan berstandar nasional.
c. Melaksanakan pembelajaran dan bimbingan secara efektif dan aktif, kreatif dan
menyenangkan sehingga setiap siswa dapat berkembang secara optimal sesuai
potensi yang dimiliki.
d. Menanamkan akhlaqul karimah dan menghindari akhlak tercela dalam setiap
pembelajaran.
e. Melaksanakan pendidikan yang mampu berprestasi dan berkompetensi.
Page 67
56
f. Menyelenggarakan pembinaan keagamaan dan menciptakan suasana religius
dalam peningkatan iman dan taqwa.
g. Menyelenggarakan pendidikan yang berkualitas dalam mencapai prestasi
akademik dan non akademik.
h. Melaksanakan pembinaan ekstrakurikuler secara intensif dan efektif sesuai
dengan bakat dan minat, sehingga setiap siswa mempunyai ketrampilan dalam
berbagai lomba mapel, kerohanian, olahraga, dan seni.
i. Menumbuhkan sikap gemar membaca dan selalu haus akan pengetahuan.
j. Menerapkan manajemen partisipatif dengan melibatkan seluruh warga madrasah,
orangtua, kelompok kepentingan yang terkait dengan pendidikan.
k. Menyelenggarakan tata kelola madrasah yang efektif, efisien, transparan dan
akuntabilitas.
3. Letak Geografis Madrasah Tsanawiyah Kayen.
Secara geografis MTs Walisongo, berada di pinggiran kota, sehingga
terlepas dari hiruk pikuk kehidupan pusat kota. Walaupun letaknya di pinggir kota,
akan tetapi mudah dijangkau sebab posisinya cukup strategis, sehingga orang mudah
menemukannya dengan mudah dan tidak perlu susah-susah karena berada tidak jauh
dari pinggir jalan.
Sebelah timur : Berbatasan dengan kebun buah milik warga
Sebelah utara : Berbatasan dengan MA Walisongo
Sebelah barat : Berbatasan dengan Rumah Penduduk
Sebelah selatan : Berbatasan dengan kebun buah
Kemudian jika dilihat dari sudut pandang lingkungan sekitarnya, maka MTs
Walisongo Kayen mempunyai beberapa keuntungan. Diantaranya adalah berada di
daerah dan jauh dari keramaian kota, sehingga sangat menguntungkan dalam proses
belajar-mengajar.
4. Keadaan Guru dan Siswa Madrasah Tsanawiyah Kayen
a. Guru
Guru merupakan salah satu faktor penentu dalam Proses Belajar
Mengajar. Maka ketersediaan tenaga pendidik dalam suatu lembaga pendidikan
yang berkualitas dan mempunyai dedikasi yang tinggi sangat penting adanya. Di
Page 68
57
Madrasah Tsanawiyah Walisongo Kayen, memiliki tenaga pendidik dan
karyawan sebanyak 60 orang, terdiri dari guru sebanyak 48 orang dan karyawan
sebanyak 12.
b. Siswa
Berkenaan dengan kondisi siswa di Madrasah Tsanawiyah Walisongo
Kayen sangat variatif, ada yang pintar secara akademis, ada yang mempunyai
kelebihan yang lain seperti kemampuan menjalin hubungan sosial, ada yang
aktif ada yang pendiam, dan masih banyak karakter siswa yang tidak bisa
teridentifikasi secara lengkap, sebab butuh waktu yang lebih panjang untuk
mempelajari mereka. Keragaman tersebut ada karena mereka berasal dari latar
belakang atau background keluarga yang tidak sama.
Tabel 1
Keadaan Siswa Madrasah Tsanawiyah
Walisongo Kayen Pati Tahun Ajaran 2010/2011
NO. Kelas Jumlah
Kelas
Jumlah Murid Jumlah
Seluruhnya Putra Putri
1. VII 7 132 118 250
2. VIII 6 121 145 266
4. XI 6 120 116 236
JUMLAH 19 373 379 756
5. Sarana Prasarana Madrasah Tsanawiyah Walisongo Kayen
Bangunan fisik menjadi salah satu bagian penting untuk dalam suatu sekolah.
Kondisi yang nyaman tentunya akan menambah semangat peserta didik dalam proses
belajar-mengajar. Beberapa tahun ini sekolah MTs Walisongo terus berbenah, hal ini
dapat terlihat ketika memasuki lingkungan MTs Walisongo. Diantara bangunan yang
sudah ada yaitu, ruang kepala sekolah, ruangan bagian tata usaha (TU), ruangan
guru, aula, ruang kelas, perpustakaan, lapangan olah raga (volly, futsal, ruang
pramuka, OSIS, UKS, ruang BK, masjid, dan lain sebagainya.
Page 69
58
Dari kesekian banyak fasilitas fisik tersebut, hanya beberapa saja yang sedikit
akan kami uraikan, untuk mendapatkan gambaran tentang sarana, prasarana dan
media pembelajaran di MTs Walisongo Kayen.
a. Ruang Kelas
Ada 19 ruang kelas yang setiap hari digunakan untuk proses pembelajaran.
Ruang tersebut terdiri dari kelas VII, VIII dan IX yang masing-masing tingkat
kelas paralel yang berbeda. Untuk kelas VII terdiri dari 7 kelas, yaitu kelas VII.A
s/d VII.F. Kemudian kelas VIII terdiri dari 6 lokal, yaitu kelas VIII.A s/d VIII.F.
Dan untuk kelas IX.A s/d IX.F.
Setiap kelasnya rata-rata terdapat kurang lebih 30 s/d 40 peserta didik.
Menurut aturan tata ruang, di setiap kelas terlihat cukup sehat, karena ada
ventilasi udara dan pencahayaan yang cukup.
Seperti lazimnya sebuah kelas, di dalamnya terdapat perlengkapan dan
aksesoris ruang kelas, misalnya bangku, papan tulis, papan informasi peserta
didik, meja guru, lampu penerangan, stop kontak, gambar Presiden dan Wakil
Presiden, serta lambang negara burung garuda. Ada beberapa variasi kelas yang
lain seperti regu piket maupun gambar-gambar yang mengandung pesan edukatif
juga terlihat di sana, hanya saja aksesoris itu beragam/tidak sama antara kelas satu
dengan kelas lainnya, sebab selera warga kelas berbeda. Dari beberapa gambaran
itu setidaknya menunjukkan bahwa pada masing-masing kelas cukup representatif
untuk proses pembelajaran di kelas.
b. Ruang Guru dan Ruang kepala sekolah
Ketika memasuki gerbang sekolah akan langsung dihadapkan pada ruang
Guru. Sedangkan ruang Kepala Sekolah berada disamping ruang tata usaha dan
administrasi.
c. Kantor Tata Usaha dan Administrasi
Lokasi ruang tata usaha terdapat di samping ruang guru. Seluruh
administrasi sekolah dikerjakan oleh staf tata usaha dalam ruang tersebut.
d. Laboratorium
Ruang laboratorium yang dan satu ruang laboratorium komputer/internet.
Dalam setiap laboratorium memiliki kepengurusan yang terdiri dari koordinator
Page 70
59
laborat dan beberapa anggota laboratorium yang bertanggung jawab penuh atas
terselenggaranya kegiatan praktikum di ruang laboratorium tersebut.
e. Masjid
Tempat ibadah di madrasah merupakan bangunan sentral untuk
menanamkan nilai-nilai agama pada peserta didik. Jadi keberadaan dan
eksistensinya sebagai tempat ibadah juga mutlak diperlukan. Masjid di MTs
Walisongo Kayen cukup representatif untuk melaksanakan kegiatan keagamaan,
maupun kegiatan pembelajaran. Misalnya shalat jama’ah, praktik shalat,
ekstrakulikuler qira’ah dan kaligrafi.
f. Perpustakaan Sekolah
Perpustakaan adalah mata air ilmu pengetahuan. Kualitas dan mutu sekolah
bisa tercermin dari kondisi dan keadaan perpustakaan. Artinya pengelolaan dan
penyediaan media belajar/sumber belajar berupa perpustakaan akan sangat
menentukan proses belajar peserta didik. Sebab penanaman kebiasaan membaca
harus dimulai sejak dini, termasuk peserta didik MTs Walisongo haruslah mulai
dikenalkan dan dipahamkan bahwa buku adalah gerbang ilmu pengetahuan.
Peserta didik harus disadarkan bahwa cara mendapatkan ilmu bukan hanya
ketika proses pengajaran di dalam kelas. Dalam ruang yang cukup luas tersebut,
terdapat banyak sekali pajangan di dinding diantaranya papan tata tertib di
perpustakaan, visi dan misi perpustakaan dan semboyan perpustakaan MTs
Walisongo.
B. Deskripsi Hasil Penelitian
1. Data tentang intensitas menonton televisi MTs Walisongo Kec. Kayen Kab.
Pati (X)
Untuk mengukur intensitas menonton televisi MTs Walisongo Kec. Kayen
Kab. Pati, peneliti telah membuat beberapa angket yang didasarkan pada indikator
variabel yang telah diajukan dalam bab sebelumnya. Angket dibuat sebanyak 20 soal
dengan lima alternatif jawaban a, b, c, d. Lalu angket tersebut disebarkan kepada 30
siswa kelas VIII secara acak dari jumlah siswa 266, dengan hal ini dapat dikatakan
Page 71
60
penelitian ini adalah penelitian sampel. Untuk selengkapnya hasil jawaban angket
dari para responden disajikan dalam tabel berikut dibawah ini:
Tabel 2
Hasil Angket Intensitas Menonton Televisi MTs Walisongo Kayen Pati Variabel
X (Intensitas Menonton Televisi)
No.
Resp.
Jawaban Nilai Jumlah
SL SR KK TP 4 3 2 1
1 8 6 2 4 32 18 4 4 58
2 9 5 4 2 36 15 8 2 61
3 6 7 6 1 24 21 12 1 58
4 6 6 5 3 24 18 10 3 55
5 7 5 7 1 28 15 14 1 58
6 6 6 4 4 24 18 8 4 54
7 9 5 3 3 36 15 6 3 60
8 10 4 3 3 40 12 6 3 61
9 7 8 4 1 28 24 8 1 61
10 8 4 6 2 32 12 12 2 58
11 9 7 4 0 36 21 8 0 65
12 9 5 4 2 36 15 8 2 61
13 8 5 2 5 32 15 4 5 56
14 9 4 4 3 36 12 8 3 59
15 7 9 2 2 28 27 4 2 61
16 8 5 4 3 32 15 8 3 58
17 6 9 3 2 24 27 6 2 59
18 7 7 4 2 28 21 8 2 59
19 8 6 5 1 32 18 10 1 61
20 11 3 3 3 44 9 6 3 62
21 10 6 2 2 40 18 4 2 64
22 8 5 4 3 32 15 8 3 58
23 9 5 3 3 36 15 6 3 60
24 9 4 4 3 36 12 8 3 59
25 8 6 3 3 32 18 6 3 59
26 7 7 3 3 28 21 6 3 58
27 9 6 2 3 36 18 4 3 61
28 8 6 3 3 32 18 6 3 59
29 10 5 3 2 40 15 6 2 63
30 9 8 2 1 36 24 4 1 65
Langkah selanjutnya adalah mencari rata-rata dan kualitas variabel Intensitas
Menonton Televisi sebagai berikut:
Page 72
61
a. Menentukan kualifikasi dan interval nilai dengan cara :
1) Menentukan Range
R = H – L + 1
Dimana : R = Total Range
H = Nilai Tertinggi (Highest Score)
L = Nilai Terendah (Lowest Score)
1 = Bilangan Konstan
Maka total range sebagai berikut :
R = H- L + 1
= 65 – 54 + 1
= 12
K= 1+3,3 log n
Dimana :
K= Jumlah Kelas Interval
n= Jumlah data Observasi
log= Logaritma
K = 1 + 3,3 Log N
= 1 + 3,3 Log 30
= 1 + 3,3 (1,477)
= 1 + 5,8741
= 6
2) Menentukan Interval
K
Ri
Dimana : i = Nilai Interval
R = Range (batas nilai tertinggi – nilai terendah)
K = Jumlah kelas yang dikehendaki
Maka diperoleh nilai interval sebagai berikut :
K
Ri
6
12i
i = 2
Page 73
62
Sehingga dapat diketahui Interval kelas
26
12
k
Ri dibulatkan menjadi 2
Dengan demikian dapat diperoleh kualifikasi dan interval nilai seperti
pada tabel berikut :
Menentukan rata-rata (mean) dari variabel X dengan rumus :
N
fXM
Keterangan : M = Mean
f = frekuensi
X = nilai tengah kelas interval
N = Jumlah responden
Maka diperoleh nilai mean sebagai berikut :
Tabel 3
Interval F X fX
64 – 65
62 – 63
60 – 61
58 – 59
56 – 57
54 – 55
3
2
9
13
2
1
64,5
62,5
60,5
58,5
56,5
54,5
193,5
125
544,5
760,5
113
54,5
N
fXM
30
1791M
7,59M
N = 30 ΣfX = 1791
b. Tabel distribusi frekuensi
Tabel 4
Daftar Distribusi Frekuensi Intensitas Menonton Televisi MTs
Walisongo Kec. Kayen Kab. Pati
Interval F Fr %
64 – 65
62 – 63
60 – 61
58 – 59
56 – 57
54 – 55
3
2
9
13
2
1
10%
6,67%
30%
43,33%
6,67%
3,33%
N = 30 100 %
Page 74
63
c. Menentukan kualitas variabel Intensitas Menonton Televisi MTs Siswa Kelas
VIII Walisongo Kayen Pati
Untuk menentukan jumlah interval dalam menyusun kualitas dengan
menentukan kelas yang dikategorikan menjadi 4, dengan melihat buku acuan
“Laporan Penilaian Hasil Belajar SMA A. Wahid Hasyim”, yaitu : sangat tinggi,
tinggi, rendah, sangat rendah .
Tabel 5
Kategori Kualitas Intensitas Menonton Televisi.
Rata- rata Interval Kualitas kriteria
65- 80
Sangat Tinggi
59,7 50-64
Tinggi Tinggi
35-49
Rendah
20-34
Sangat Rendah
Dari uraian diatas diketahui bahwa Intensitas Menonton Televisi Siswa
MTs Walisongo Kec. Kayen Kab. Pati termasuk dalam kategori Tinggi, yaitu
berada pada interval 50-64 dengan nilai rata- rata 59,7.
2. Data Tentang Kedisiplinan Belajar di Rumah MTs Walisongo Kec. Kayen
Kab. Pati
Untuk mengukur Kedisiplinan Belajar di rumah siswa kelas VIII MTs. MTs
Walisongo Kec. Kayen Kab. pati, peneliti telah membuat beberapa angket yang
didasarkan pada indikator variabel yang telah diajukan dalam bab sebelumnya.
Angket dibuat sebanyak 20 soal dengan lima alternatif jawaban a, b, c, d. Lalu
angket tersebut disebarkan kepada 30 siswa kelas VIII secara acak dari jumlah siswa
266, dengan hal ini dapat dikatakan penelitian ini adalah penelitian sampel.
Untuk selengkapnya hasil jawaban angket dari para responden disajikan
dalam tabel berikut dibawah ini:
Page 75
64
Tabel 6
Hasil Angket tentang Kedisiplinan Belajar di Rumah
MTs Walisongo Kec. Kayen Kab. Pati Variabel (Y)
No.
Resp.
Jawaban Nilai Jumlah
SL SR KK TP 4 3 2 1
1 4 3 11 2 16 9 22 2 49
2 3 4 12 1 12 12 24 1 49
3 5 3 10 2 20 9 20 2 51
4 4 3 10 3 16 9 20 3 48
5 6 3 8 3 24 9 16 3 52
6 7 4 9 0 28 12 18 0 58
7 6 3 10 1 24 9 20 1 54
8 4 4 8 4 16 12 16 4 48
9 4 3 12 1 16 9 24 1 50
10 3 5 9 3 12 15 18 3 48
11 5 1 11 3 20 3 22 3 48
12 2 4 11 3 8 12 22 3 45
13 3 4 9 4 12 12 18 4 46
14 5 2 10 3 20 6 20 3 49
15 4 3 10 3 16 9 20 3 48
16 4 3 11 2 16 9 22 2 49
17 3 4 13 0 12 12 26 0 50
18 4 5 10 1 16 15 20 1 52
19 2 5 11 2 8 15 22 2 47
20 4 2 10 4 16 6 20 4 46
21 5 1 9 5 20 3 18 5 46
22 5 3 9 3 20 9 18 3 50
23 6 2 10 2 24 6 20 2 52
24 3 3 9 5 12 9 18 5 44
25 2 4 9 5 8 12 18 5 43
26 6 2 9 3 24 6 18 3 51
27 5 3 8 4 20 9 16 4 49
28 6 2 10 2 24 6 20 2 52
29 3 4 8 5 12 12 16 5 45
30 3 4 10 3 12 12 20 3 47
Langkah selanjutnya adalah mencari rata-rata dan kualitas variabel
Kedisiplinan Belajar Di rumah sebagai berikut:
Page 76
65
a. Menentukan kualifikasi dan interval nilai dengan cara :
1) Menentukan Range
R = H – L + 1
Dimana : R = Total Range
H = Nilai Tertinggi (Highest Score)
L = Nilai Terendah (Lowest Score)
1 = Bilangan Konstan
Maka total range sebagai berikut :
R = H- L + 1
= 58 – 43 + 1
= 16
K = 1 + 3,3 Log N
= 1 + 3,3 Log 30
= 1 + 3,3 (1,477)
= 1 + 5,8741
= 6
2) Menentukan Interval
K
Ri
Dimana : i = Nilai Interval
R = Range (batas nilai tertinggi – nilai terendah)
K = Jumlah kelas yang dikehendaki
Maka diperoleh nilai interval sebagai berikut :
K
Ri
6
16i
i = 2,6667
Dengan demikian dapat diperoleh kualifikasi dan interval nilai seperti
pada tabel berikut :
Menentukan rata-rata (mean) dari variabel Y dengan rumus :
Page 77
66
N
fXM
Keterangan : M = Mean
f = frekuensi
X = nilai tengah kelas interval
N = Jumlah responden
Maka diperoleh nilai mean sebagai berikut :
Tabel 7
Interval F X fX
58 – 60
55 – 57
52 – 54
49 – 51
46 – 48
43 – 45
1
0
5
10
10
4
59
56
53
50
47
44
59
0
265
500
470
176
N
fXM
30
1470M
49M
N = 30 ΣfX = 1470
b. Tabel distribusi frekuensi
Tabel 8
Daftar Distribusi Frekuensi Kedisiplinan Belajar di Rumah
MTs Walisongo Kec. Kayen Kab. Pati
Interval F Fr %
58 – 60
55 – 57
52 – 54
49 – 51
46 – 48
43 – 45
1
0
5
10
10
4
3,33%
0%
16,67%
33,33%
33.33%
13,33%
N = 30 100 %
c. Menentukan kualitas variabel Kedisiplinan Belajar di rumah MTs Siswa Kelas
VIII Walisongo Kayen Pati
Untuk menentukan jumlah interval dalam menyusun kualitas dengan
menentukan kelas yang dikategorikan menjadi 4, dengan melihat buku acuan
Page 78
67
“Laporan Penilaian Hasil Belajar SMA A. Wahid Hasyim”, yaitu : sangat baik,
baik, cukup, kurang.
Tabel 9
Kategori Kualitas Kedisiplinan Belajar Di rumah.
Rata- rata Interval Kualitas Kriteria
65-80 Sangat Baik
49 50-64 Baik Cukup
35-49 Cukup
20-34 Kurang
Dari analisis diatas diketahui bahwa Kedisiplinan belajar di rumah siswa
kelas VIII MTs. Walisongo Kec. Kayen Kab. Pati termasuk dalam kategori
cukup, yaitu berada pada interval 35-49 dengan nilai rata- rata 49.
C. Analisis Uji Hipotesis
Untuk membuktikan kuat lemahnya pengaruh dan diterima tidaknya hipotesa
yang diajukan peneliti dalam penelitian ini, maka dibuktikan dengan mencari nilai
koefisien korelasi antara variabel x (intensitas menonton televisi) dengan variabel y
(kedisiplinan belajar di rumah). Dalam hal ini, peneliti menggunakan rumus regresi
sederhana (1 prediktor). Tetapi sebelumnya akan disajikan terlebih dahulu tabel
koefisien korelasi untuk menghitung regresi linier sederhana (1 prediktor).
Tabel 10
Tabel Kerja Regresi Intensitas Menonton Televisi terhadap Kedisiplinan
Belajar di Rumah Siswa Kelas VIII MTs Walisongo Kec. Kayen Kab. Pati
Tahun Pelajaran 2010/2011
No. Res X x = X- X x2 Y y = Y-Y y
2 Xy
1 58 -1,700 2,890 49 0,133 0,018 -0,226
2 61 1,300 1,690 49 0,133 0,018 0,173
3 58 -1,700 2,890 51 2,133 4,550 -3,626
4 55 -4,700 22,090 48 -0,867 0,752 4,075
5 58 -1,700 2,890 52 3,133 9,816 -5,326
6 54 -5,700 32,490 58 9,133 83,412 -52,058
7 60 0,300 0,090 54 5,133 26,348 1,540
8 61 1,300 1,690 48 -0,867 0,752 -1,127
9 61 1,300 1,690 50 1,133 1,284 1,473
Page 79
68
10 58 -1,700 2,890 48 -0,867 0,752 1,474
11 65 5,300 28,090 48 -0,867 0,752 -4,595
12 61 1,300 1,690 45 -3,867 14,954 -5,027
13 56 -3,700 13,690 46 -2,867 8,220 10,608
14 59 -0,700 0,490 49 0,133 0,018 -0,093
15 61 1,300 1,690 48 -0,867 0,752 -1,127
16 58 -1,700 2,890 49 0,133 0,018 -0,226
17 59 -0,700 0,490 50 1,133 1,284 -0,793
18 59 -0,700 0,490 52 3,133 9,816 -2,193
19 61 1,300 1,690 47 -1,867 3,486 -2,427
20 62 2,300 5,290 46 -2,867 8,220 -6,594
21 64 4,300 18,490 46 -2,867 8,220 -12,328
22 58 -1,700 2,890 50 1,133 1,284 -1,926
23 60 0,300 0,090 52 3,133 9,816 0,940
24 59 -0,700 0,490 44 -4,867 23,688 3,407
25 59 -0,700 0,490 43 -5,867 34,422 4,107
26 58 -1,700 2,890 51 2,133 4,550 -3,626
27 61 1,300 1,690 49 0,133 0,018 0,173
28 59 -0,700 0,490 52 3,133 9,816 -2,193
29 63 3,300 10,890 45 -3,867 14,954 -12,761
30 65 5,300 28,090 47 -1,867 3,486 -9,895
1791 194,300 1466 285,467 -100,200
Mean X ( X ) = N
X Mean Y (Y ) =
N
Y
= 30
1791 =
30
1466
= 59,700 = 48,867
Untuk melakukan uji hipotesis dapat dilakukan dengan langkah-langkah
sebagai berikut:
a. Mencari nilai korelasi antara variabel x, yaitu Intensitas Menonton Televisi dan
variabel y, yaitu kedisiplinan Belajar Di rumah MTs Walisongo, dengan
menggunakan rumus:
22 yx
xyrxy
467,285300,194
200,100
Page 80
69
238,55466
200,100
513,235
200,100
= - 0,425
b. Menguji apakah korelasi itu signifikan atau tidak, dengan mengkonsultasikan
hasil rxy pada tabel r.
Untuk mengetahui apakah hasil rxy = - 0,425 itu signifikan atau tidak, kita
dapat berkonsultasi dengan tabel r-teoritik dengan N = 30.
Berdasarkan tabel r-teoritik, diketahui nilai rtabel pada taraf 5% = 0,349 dan
pada taraf 1% = 0,449. Dengan demikian diketahui bahwa hasil rxy = - 0,425
lebih besar daripada nilai rtabel baik pada taraf signifikansi 5% maupun 1% dan
dinyatakan signifikan. Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa ada korelasi
atau hubungan antara variabel x, yaitu intensitas menonton televisi dan variabel
y, yaitu kedisiplinan belajar di rumah MTs Walisongo.
c. Mencari persamaan garis regresi linier sederhana
kaXY ˆ
Keterangan:
Y = kriterium
X = prediktor
a = bilangan koefisien prediktor
k = bilangan konstan
Untuk mencari nilai a dan k, kita dapat menggunakan metode skor deviasi
dari persamaan y = ax yang mana YYy , XXx dan
2x
xya .
Data yang diketahui adalah:
xy = - 100,200
x2 = 194,300
y2 = 285,467
Page 81
70
2x
xya
300,194
200,100
= - 0,516
y = - 0,516x
Dari data yang dikumpulkan dapat dicari
867,4830
1467
N
YY
700,5930
1791
N
XX
Karena itu untuk persamaan garis regresi
y = ax atau XXaYY
dapat diselesaikan sebagai berikut:
700,59516,0867,48 XY
787,30516,0867,48 XY
867,48787,30516,0 XY
654,79516,0 XY
Dari perhitungan di atas, maka persamaan garis regresi adalah
654,79516,0 XY
d. Analisis varian garis regresi
Analisis ini digunakan untuk mencari hubungan antara kriterium dan
prediktor menggunakan rumus regresi satu prediktor dengan skor deviasi.
2
2
x
xyJKreg
300,194
200,1002
300,194
040,10040
= 51,673
Page 82
71
2
2
2
x
xyyJKres
= 285,467 – 51,673
= 233,794
1regdb
2 Ndbres
= 30 – 2
= 28
reg
reg
regdb
JKRK
1
673,51
= 51,673
res
resres
db
JKRK
28
233,794
= 8,350
JKtotal = y2
= 285,467
res
reg
regRK
RKF
350,8
673,51
= 6,189
Untuk mengetahui hasil perhitungan analisis regresi tersebut, dapat dilihat
dalam tabel ringkasan hasil analisis regresi satu prediktor dengan metode skor
deviasi.
Page 83
72
Tabel 11
Tabel Ringkasan Hasil Analisis Regresi dengan Metode Skor Deviasi
D. Analisis Lanjut
Berdasarkan hasil uji hipotesis menggunakan analisis regresi satu prediktor
dengan metode skor deviasi diperoleh nilai Freg = 6,189. Kemudian dikonsultasikan
pada Ftabel, baik pada taraf signifikansi 5% maupun 1% dengan kemungkinan:
1. Jika Freg lebih besar daripada Ft, baik 1% maupun 5% maka hasilnya signifikan
dan hipotesis yang diajukan diterima.
2. Jika Freg lebih kecil daripada Ft, baik 1% maupun 5% maka hasilnya non
signifikan dan hipotesis yang diajukan ditolak.
Diketahui bahwa Ftabel pada taraf signifikansi 5% = 4,18. Maka nilai
Freg sebesar 6,189 lebih besar daripada Ftabel, pada taraf signifikansi 5%.
Dengan demikian, hasilnya dinyatakan signifikan dan hipotesis yang
diajukan diterima. Artinya ada pengaruh negatif antara intensitas menonton
televisi terhadap kedisiplinan belajar di rumah siswa MTs Walisongo Kec.
Kayen Kab. Pati.
E. Keterbatasan Penelitian
Hasil penelitian ini telah dilakukan secara optimal, namun disadari adanya beberapa
keterbatasan. Walaupun demikian hasil penelitian yang diperoleh ini dapat dijadikan acuan
awal bagi penelitian selanjutnya. Keterbatasan yang dimaksud adalah sebagai berikut :
keterbatasan waktu, tenaga dan dana yang dimiliki, sehingga penelitian ini hanya dibatasi
pada siswa MTs Walisongo Kayen Pati.
Sumber
Varian Db JK RK Freg
Ftabel Kesimpulan
5% Signifikan
Regresi 1 51,673 51,673 6,189
Residu 28 233,794 8,350 4,18
Total 29 285,467 9,844
Page 84
73
Meskipun banyak hambatan dan tantangan yang harus dihadapi dalam melakukan
penelitian ini, peneliti bersyukur bahwa penelitian ini telah berhasil dengan sukses dan
lancar.
Page 85
74
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan dari bab ke bab dalam skripsi yang berjudul
"Pengaruh Intensitas Menonton Televisi terhadap Kedisiplinan Belajar di rumah
Siswa Kelas VIII MTs Walisongo Kec. Kayen Kab. Pati Tahun Pelajaran
2010/2011", maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:
1. Intensitas menonton televisi siswa MTs Walisongo Kec. Kayen Kab. Pati,
termasuk dalam kategori tinggi. Hal ini dibuktikan dengan nilai rata-rata
(Mean) hasil angket tentang intensitas menonton televisi sebesar 59,7. Nilai
Mean tersebut termasuk dalam kategori tinggi karena berada pada interval 50
– 64.
2. Kedisiplinan belajar di rumah siswa kelas VIII MTs Walisongo Kec. Kayen
Kab. Pati, termasuk dalam kategori cukup. Hal ini dibuktikan dengan nilai
rata-rata (Mean) hasil angket tentang kedisiplinan belajar di rumah sebesar 49.
Nilai Mean tersebut termasuk dalam kategori cukup karena berada pada
interval 35 – 49.
3. Diketahui bahwa ketidakdisiplinnya belajar siswa di rumah dipengaruhi oleh
intensitas menonton televisi yang signifikan. Hal itu terbukti dengan hasil
perhitungan analisis regresi satu prediktor dengan metode skor deviasi sebesar
6,189 dan derajat kebebasan (db) = 29. Diketahui bahwa Ftabel pada taraf
signifikansi 5% = 4,18 dan 1% = 7,60. Maka nilai Freg sebesar 6,189 lebih
besar daripada Ftabel, baik pada taraf signifikansi 5% maupun 1%. Oleh karena
itu, hasilnya dinyatakan signifikan dan hipotesis yang diajukan peneliti
diterima. Dengan demikian, ada pengaruh negatif yang signifikan antara
intensitas menonton televisi terhadap kedisiplinan belajar siswa kelas VIII
MTs Walisongo Kec. Kayen Kab. Pati. Hasil penelitian tersebut diharapkan
dapat menjadi bahan informasi dan masukan bagi semua pihak terutama
guru/tenaga pengajar, orang tua dan siswa.
Page 86
75
B. Saran
Sehubungan dengan penelitian yang berjudul :Pengaruh Intensitas Menonton
Televisi Terhadap Kedisiplinan Belajar Di rumah Siswa Kelas VIII MTs
Walisongo Kec. Kayen Kab. Pati Tahun Pelajaran 2010/2011", maka peneliti
menyarankan hal-hal sebagai berikut untuk ditindaklanjuti, yaitu:
1. Menyadari akan pentingnya pemanfaatan media massa, khususnya media
massa elektronik, dengan berkembangnya teknologi komunikasi, dunia kini
dirasakan semakin sempit karena dalam berbagai saat saja kita dapat
berhubungan dengan yang lain. Akibat dari berkembangnya teknologi
komunikasi ini mengakibatkan berkembangnya media massa, salah satunya
adalah media televisi, televisi adalah sistem elektronik yang mengirimkan
gambar diam dan gambar hidup bersama suara melalui kabel dan ruang.
Dalam menonton televisi anak diharapkan tidak sering menonton televisi
setiap hari karena televisi dapat menyita waktu anak dalam belajar, anak-anak
pun menghabiskan waktunya di depan televisi. Dalam menonton televisi harus
ada pendampingan khusus bagi orang tua terhadap anak.
2. Kedisiplinan belajar di rumah terbentuk dari adanya kesadaran diri atas
perilaku menetapi dan menepati peraturan dan tata tertib yang ada. Dengan
demikian ada baiknya jika kita lebih tepat dalam melakukan aktifitas-aktifitas
kehidupan. Orangtua, guru, maupun anggota masyarakat hendaknya juga tepat
dalam melakukan aktifitas, Sehingga menjadi teladan yang baik bagi individu
lainya (anak didik).
3. Hendaknya orang tua memberikan perhatian terhadap anaknya dalam upaya
menanggulangi keseringan anak terhadap menonton televisi, dan melatih
perilaku disiplin dalam semua aktifitas kehidupan. Selain itu juga harus
diperhatikan dalam menonton televisi setiap keseharian.
C. Penutup
Alhamdulillah, puji syukur selalu terpanjatkan kehadirat Allah SWT, yang
telah melimpahkan rahmat, hidayah dan inayah-Nya kepada penulis, sehingga
penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik dan lancar. Dengan disertai
Page 87
76
do’a, semoga skripsi yang cukup sederhana ini dapat bermanfaat bagi penulis
khususnya, serta bagi pembaca pada umumnya.
Sebagaimana pada umumnya karya setiap manusia, tentulah tidak ada
yang sempurna secara total. Oleh karena itu penulis sangat menyadari hal tersebut,
dengan mengharapkan kritik dan saran yang konstruktif dari para pembaca,
mengingat skripsi yang penulis susun ini masih jauh dari kesempurnaan.
Semoga Allah SWT senantiasa memberikan ridho-Nya kepada kita semua
dan memberikan kemanfaatan yang besar pada skripsi yang penulis susun dengan
segenap kemampuan ini. Amin ya Rabbal ‘Alamin.
Page 88
DAFTAR KEPUSTAKAAN
Ardiyanto, Gunawan, Cara Mendidik Anak, Jakarta: PT Elex Media Komputindo,
2010.
Arikunto, Suharsimi, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, Jakarta:
Rineka Cipta, 2006.
Arsyad, Azhar, Media Pembelajaran, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2003.
_______, Media Pengajaran, Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2009.
Asy’ari, Hasyim, Adabul ‘Alim wal Muta’allim, Jombang: Maktabah Turas
Islamiyah, t.th.
Aunurrahman, Belajar dan Pembelajaran, Bandung: Alfabeta, 2009.
Badjuri, Adi, Jurnalistik Televisi, Yogyakarta: Graha Ilmu, Cetakan Pertama, 2010.
Chen, Milton, Mendampingi Anak Menonton Televisi, Jakarta: PT Gramedia Pustaka
Utama, 2005.
Cameron, Lynne, Teaching Language To YLS, ( New York: Cambride University
Press, 2001)
Darwanto, Televisi Sebagai Media Pendidikan, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2007.
Daryanto, Belajar dan Mengajar, Bandung: CV Yrama Widya, 2010.
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta:
Balai Pustaka, 1995.
Departement Agama RI, Al-Qur’an al-karim dan Terjemah Bahasa Indonesia,
Kudus: Menara Kudus, 2006.
Djamarah, Shaiful Bahri, Psikolgi Belajar.Jakarta: PT RINEKA CIPTA, 2002.
Djamarah, Syaiful Bahri, Rahasia Sukses Belajar, Jakarta: PT Rineka Cipta, 2002.
David ,Nunan David, Research Methods In Language Learning, (New York:
Cambridge University Press, 1992)
Hadi, Sutrisno, Analisis Regresi, Yogyakarta: Andi Offset, 2004.
_______, Metodologi Research Jilid I, Yogyakarta : Andi Offset, 2002.
Page 89
Hofmann, Ruedi, Dasar-dasar Apresiasi Program Televisi Menjadikan Televisi
Budaya Rakyat, Jakarta: PT Gramedia Widiasarana Indonesia, 1999.
Hurlock, Elizabeth B., Perkembangan Anak jilid 2, Jakarta: Penerbit Erlangga, 1978.
Hermawan, Adi. Priyo, Pengaruh Kedisiplinan Belajar terhadap Prestasi
Belajar PAI Siswa Kelas 11 SLTP Hasanuddin 6 Semarang, Skripsi
tarbiyah: IAIN Walisongo Semarang, 2005.
Herawati, Netty, Pengaruh Intensitas Menonton Tayangan Film Kekerasan Di
Televisi Terhadap Perubahan Perilaku Peserta Didik, Skripsi tarbiyah IAIN
Walisongo Semarang, 2007.
Mustaqim, Psikologi Pendidikan, Semarang: IAIN Walisongo, 2001.
Nazir, Moh., Metode Penelitian, Bogor: Ghalia Indonesia, 2009.
Nizar, Imam Ahmad Ibnu, Membentuk dan Meningkatkan Disiplin Anak Sejak
Dini,Yogyakarta: DIVA Press, 2009.
Nurwanti, Elin, Pola Didik Orang Tua dan Kedisiplinan Belajar Hubungannya
dengan Prestasi Belajar Pendidikan Agama Islam, Skripsi tarbiyah IAIN
Walisongo Semarang, 2003.
Poerwadimanto, WJS, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka, 2003.
Santrock, John W., Psikologi Pendidikan, Jakarta: Kencana, 2008.
Setyobudi, Ciptono, Pengantar Teknik Broadcasting Televisi, Yogyakarta: Graha
Ilmu, 2005.
Singarimbun, Masri, Metode Penelitian Survei, Jakarta: LP3ES, 1989.
Slameto, Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhi, Jakarta: Rineka Cipta,
2010.
Sogiyono, Statistika untuk Penelitian, Bandung: Alfabeta, Cet: 13. 2008.
Subroto, Darwanto Sastro, Produksi Acara Televisi, Yogyakarta: Duta Wacana
University Press, 1994.
Sudijono, Anas, Pengantar Statistik Pendidikan, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada,
2008.
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D, Bandung: Alfabeta,
2010, Cet ke 11.
_______, Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan R &
D), Bandung, Alfabeta, 2010.
Page 90
Sukardi, Metodologi Penelitian Pendidikan, Jakarta: Bumi Aksara, 2003.
Sukmadinata, Nana Syaodih, Landasan Psikologi Proses Pendidikan, Bandung,
Remaja Rosdakarya, 2009.
Syah, Muhibbin, Psikologi Pendidikan, Bandung: Remaja Rosdakarya, 2002.
Syukur, Fatah, Teknologi Pendidikan, Semarang: Rasail Media Group, 2008.
Tim Penyusunu Kamus Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar
Bahasa Indoneisa, Jakarta: Balai Pustaka, 2005.
Tohirin, Psikologi Pembelajaran Pendidikan Agama Islam, (Jakarta: PT
RajaGrafindo Persada, 2008.
Tu’u, Tulus, Peran Disiplin Pada Perilaku dan Prestasi Siswa, Jakarta: Grasindo,
2004.
Usman, Television News Reporting dan Writing, Bogor: Penerbit Ghalia Indonesia,
2009.
Yayasan Penyelenggara Penerjemah Al Qur’an, Al Qur’an dan Terjemahnya Juz 1-
15, Kudus: Mubarokatan Thoyyibah, 2003.
Yusuf, H. Syamsul, dkk, Toeri Kepribadian, Bandung: Remaja Rosdakarya, 2007.
Page 91
DAFTAR TABEL
Tabel 4.1 Tabel Keadaan Siswa MTs Walisongo ......................................... 57
Tabel 4.2 Tabel Hasil Angket Tentang Intensitas Menonton Televisi Siswa
Kelas VIII MTs Walisongo Kayen Pati ........................................ 60
Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi Skor Mean Tentang Intensitas Menonton
Televisi Siswa Kelas VIII MTs Walisongo Kayen Pati ................ 62
Tabel 4.4 Nilai Distribusi Frekuensi Intensitas Menonton Televisi Siswa
Kelas VIII MTs Walisongo Kayen Pati ........................................ 62
Tabel 4.5 Kualitas Intensitas Menonton Televisi Siswa Kelas VIII MTs
Walisongo Kayen Pati ................................................................... 63
Tabel 4.6 Tabel Hasil Angket Tentang Kedisiplinan Belajar Di rumah
Siswa Kelas VIII MTs Walisongo Kayen Pati .............................. 64
Tabel 4.7 Distribusi Frekuensi Skor Mean Tentang Kedisiplinan Belajar
Di rumah Siswa Kelas VIII MTs Walisongo Kayen Pati.............. 66
Tabel 4.8 Nilai Distribusi Frekuensi Kedisiplinan Belajar Di rumah Siswa
Kelas VIII MTs Walisongo Kayen Pati ........................................ 66
Tabel 4.9 Kualitas Kedisiplinan Belajar Di rumah Siswa Kelas VIII MTs
Walisongo Kayen Pati .................................................................. 67
Tabel 4.10 Tabel Kerja Koefisien Korelasi Antara Variabel Intensitas
Menonton Televisi (X) dan Kedisiplinan Belajar Di rumah (Y) .. 67
Tabel 4.11 Hasil Analisis Regresi Satu Prediktor ........................................... 72
Page 92
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Angket Intensitas Menonton Televisi dan Kedisiplinan Belajar Di rumah
Lampiran 2 Daftar Responden Siswa MTs Walisongo Kayen Pati
Lampiran 3 Surat Keterangan dari Lab Matematika
Lampiran 4 Piagam PASSKA
Lampiran 5 Piagam KKN
Lampiran 6 Surat Keterangan Ko Kurikuler
Lampiran 7 Nilai Ko Kurikuler
Lampiran 8 Surat Penunjukan Pembimbing
Lampiran 9 Surat Izin Riset
Lampiran 10 Surat Keterangan Penelitian
Lampiran 11 Riwayat Pendidikan
Page 93
ANGKET PENELITIAN
A. IDENTITAS
Nama Lengkap : ..................................................................................................
Kelas : ..................................................................................................
Jenis Kelamin : ..................................................................................................
B. PETUNJUK PENGISIAN
1. Isilah biodata anda di atas terlebih dahulu.
2. Kejujuran anda dalam menjawab pertanyaan tidak akan mempengaruhi nilai
raport dan jawaban serta identitas responden akan dirahasiakan.
3. Baca dengan teliti, kemudian jawablah pertanyaan tersebut dengan tanda (X)
pada jawaban (a, b, c atau d) yang anda anggap sesuai.
4. Jawaban dari angket ini merupakan sumbangan yang sangat berarti bagi
kami, untuk itu kami mengucapkan banyak terima kasih.
C. DAFTAR PERTANYAAN
I. Variabel Tentang Intensitas menonton televisi.
a. Frekuensi anak memonton televisi.
1. Berapakah dalam sehari anda menonton televisi?
a. lebih dari 4 kali c. 1-2 kali
b. 3-4 kali d. Tidak pernah
2. Berapakah dalam sehari anda menonton acara televisi yang anda sukai?
a. lebih dari 5 kali c. 1-2 kali
b. 4-5 kali d. Tidak pernah
3. Berapakah anda menonton acara yang anda sukai pada siang hari?
a. lebih dari 4 kali c. 1-2 kali
b. 3-4 kali d. Tidak pernah
4. Berapakah anda menonton televisi pada sore hari?
a. Lebih dari 4 kali c. 1-2 kali
b. 3-4 kali d. Tidak pernah
5. Berapakah anda menonton acara yang anda sukai pada sore hari?
a. lebih dari 5 kali c. 1-2 kali
b. 4-5 kali d. Tidak pernah
Page 94
6. Berapakah anda menonton acara yang anda sukai pada malam hari?
a. lebih dari 5 kali c. 1-2 kali
b. 4-5 kali d. Tidak pernah
7. Berapakah anda menonton televisi pada malam hari?
a. Lebih dari 4 kali c. 1-2 kali
b. 3-4 kali d. Tidak pernah
b. Durasi anak menonton televisi.
8. Dalam waktu berapa menitkah anda menonton televisi pada pagi hari?
a. 1-10 Menit c. 21-30 Menit
b. 11-20 Menit d. lebih dari 30 Menit.
9. Dalam waktu berapa menitkah anda menonton televisi pada siang hari?
a. 1-40 Menit c. 71-90 Menit
b. 41-70 Menit d. lebih dari 90 Menit.
10. Dalam waktu berapa menitkah anda menonton televisi pada sore hari?
a. 1-30 Menit c. 51-70 Menit
b. 31-50 Menit d. lebih dari 70 Menit.
11. Dalam waktu berapa menitkah anda menonton televisi pada malam hari?
c. 1-50 Menit c. 81-100 Menit
d. 51-80 Menit d. lebih dari 100 Menit
12. Dalam waktu berapa menitkah anda menonton acara yang anda sukai dalam
sehari?
a. 1-60 Menit. c. 81-120 Menit
b. 61-80 Menit d. lebih dari 120 Menit
13. Dalam waktu berapa menitkah anda menonton acara yang anda sukai setiap
pulang sekolah?
a. 1-20 Menit c. 61-90 Menit
b. 31-60 Menit d. lebih dari 60 Menit
14. Dalam waktu berapa menitkah anda menonton acara yang anda sukai pada
malam hari?
a. 1-30 Menit c. 61-90 Menit
b. 31-60 Menit d. lebih dari 90 Menit
c. Perhatian anak terhadap acara atau tayangan televisi.
15. Ketika anda menonton televisi apakah anda memperhatikan tayangannya?
a. Selalu c. Kadang-kadang
b. Sering d.Tidak pernah
16. Apakah anda memperhatikan acara-acara televisi yang anda sukai dengan
seksama?
a. Selalu c. Kadang-kadang
b. sering d. Tidak pernah.
Page 95
17. Apakah anda menonton acara televisi sampai acara selesai?
a. Selalu. c. Kadang-kadang
b. Sering d. Tidak pernah
18. Apakah anda pernah ketinggalan saat menonton acara yang anda sukai
ditayangkan?
a. Selalu c. Kadang-kadang
b. Sering d. Tidak pernah
19. Apakah anda menonton acara yang anda sukai sampai selesai?
a. Selalu c. Kadang-kadang
b. Sering d. Tidak pernah
20. Apakah anda pernah ketinggalan saat menonton acara televisi yang
ditayangkan?
a. Selalu c. Kadang-kadang
b. Sering d. Tidak pernah
II. Variabel Tentang Kedisiplinan Belajar di Rumah
a. Tepat waktu dalam belajar.
1. Apakah anda pada pagi hari (05.00 – 06.00) sebelum berangkat sekolah anda
meluangkan waktu untuk belajar?
a. Selalu c. Kadang-kadang
b. Sering d. Tidak pernah
2. Apakah anda meluangkan waktu untuk belajar pada siang hari (14.00 –
15.00)?
a. Selalu c. Kadang-kadang
b. Sering d. Tidak pernah
3. Apakah anda meluangkan waktu untuk belajar pada sore hari (17.00 –
18.00)?
a. Selalu c. Kadang-kadang
b. Sering d. Tidak pernah
4. Apakah anda belajar dengan tepat waktu pada malam hari (19.00 – 20.00)?
a. Selalu c. Kadang-kadang
b. Sering d. Tidak pernah
5. Apakah anda mengatur waktu dalam belajar dirumah?
a. Selalu c. Kadang-kadang
b. Sering d. Tidak pernah
6. Apakah anda meluangkan waktu untuk belajar pada pulang sekolah?
a. Selalu c. Kadang-kadang
b. sering d. Tidak pernah
Page 96
7. Apakah anda dalam belajar anda tidak menunda-nundanya?
a. Selalu c. Kadang-kadang
b. Sering d. Tidak pernah
b. Disiplin dalam mengerjakan tugas PR.
8. Apakah dalam belajar atau mengerjakan pekerjaan rumah anda tidak
menunda-nundanya?
a. Selalu c. Kadang-kadang
b. Sering d. Tidak pernah
9. Apakah pada waktu pulang sekolah anda langsung mengerjakan tugas / PR
yang diberikan oleh guru?
a. Selalu c. Kadang-kadang
b. Sering d. Tidak pernah
10. Apakah anda tidak pernah terlambat dalam mengumpulkan tugas / PR yang
diberikan oleh guru?
a. Selalu c. Kadang-kadang
b. Sering d. Tidak pernah
11. Apakah anda mengoreksi kembali dalam mengerjakan tugas /PR?
a. Selalu c. Kadang-kadang
b. Sering d. Tidak pernah sesuai
12. Apakah anda dalam mengerjakan tugas /PR melakukan dengan sungguh-
sungguh?
a. Selalu c. Kadang-kadang
b. Sering d. Tidak pernah
13. Apakah anda dalam mengerjakan tugas /PR dengan meneliti kembali?
a. Selalu c. Kadang-kadang
b. Sering d. Tidak pernah
14. Apakah anda dalam mengerjakan tugas /PR dengan tergesa-gesa?
a. Selalu c. Kadang-kadang
b. Sering d. Tidak pernah
c. Belajar secara teratur.
15. Apakah anda pada pagi hari sebelum berangkat sekolah anda belajar?
a. Selalu c. Kadang-kadang
b. Sering d. Tidak pernah
16. Apakah pada waktu sore hari anda belajar dengan teratur?
a. Selalu c. Kadang-kadang
b. Sering d. Tidak pernah
Page 97
17. Apakah pada waktu malam hari anda belajar pada jam yang telah anda
tentukan?
a. Selalu c. Kadang-kadang
b. Sering d. Tidak pernah
18. Apakah anda mempersiapkan pelajaran yang akan diajarkan besok?
a. Selalu c. Kadang-kadang
b. Sering d. Tidak pernah
19. Apakah dalam belajar anda menggunakan waktu sebaik-baiknya?
a. Selalu c. Kadang-kadang
b. Sering d. Tidak pernah
20. Apakah pada waktu pulang sekolah anda mengulang pelajaran yang telah
diajarkan disekolah?
a. Selalu c. Kadang-kadang
b. Sering d. Tidak pernah
Page 98
DAFTAR RESPONDEN
NO. NAMA Kelas Jenis Kelamin
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.
16.
17.
18.
19.
20.
21.
22.
23.
24.
25.
26.
27.
28.
29.
30.
Septi Lestari
Saiful Setia Aji
Siti Patimah
Agung Aji Putra
Dwi Irfan Ismail
Anisa Mei Astuti
Mila Sholekhatun
Muhammad Ubaidillah
Mujib Bhuridho
Bambang
Susilowati
Lina Afifahis Sholihah
Dwi Hartanti
Muhammad Ade Rif’ aha
Ramadhan Syuefullah
Muhammad Syaifuddin
Ainun Elsa Istafi
M. Zaenal Abidin
Catur Suci Novianti
Noviya Puji Lestari
Siti Alim Rahayu
Serli Ervianti
Amelia Sukma Dewi
Anip Putri Yulia Sari
Ahmad Puji Widodo
Anisa Purwanti
Alifah Ilham Lifia
Siti Kaswati
Emna Ainun Najib
Eko Prastiyo
VIII A
VIII A
VIII A
VIII A
VIII A
VIII B
VIII B
VIII B
VIII B
VIII B
VIII C
VIII C
VIII C
VIII C
VIII C
VIII D
VIII D
VIII D
VIII D
VIII D
VIII E
VIII E
VIII E
VIII E
VIII E
VIII F
VIII F
VIII F
VIII F
VIII F
Perempuan
Perempuan
Perempuan
Laki-laki
Laki-laki
Perempuan
Perempuan
Laki-laki
Laki-laki
Laki-laki
Perempuan
Perempuan
Perempuan
Laki-laki
Laki-laki
Laki-laki
Perempuan
Laki-laki
Perempuan
Perempuan
Perempuan
Perempuan
Perempuan
Perempuan
Laki-laki
Perempuan
Perempuan
Perempuan
Laki-laki
Laki-laki
Page 99
RIWAYAT HIDUP
A. Identitas Diri
1. Nama Lengkap : Mega Iriani Lestanti
2. Tempat & Tgl. Lahir : Pacitan, 28 Maret 1989
3. NIM : 073111132
4. Alamat Rumah : Desa Slungkep Rt. 04 Rw. 04, Kec. Kayen Kab. Pati
Kode Pos 59171
HP : 085741808306
E-mail : [email protected]
B. Riwayat Pendidikan
1. Pendidikan Formal
a. SDN 02 Slungkep Kayen Pati, Lulus Tahun 2001
b. MTs Futuhiyyah 2 Mranggen Demak, Lulus Tahun 2004
c. MA Futuhiyyah 2 Mranggen Demak, Lulus Tahun 2007
2. Pendidikan Non-Formal
a. Pondok Pesantren Putra Putri Al-Anwar Suburan Mranggen Demak
Semarang, 03 Desember 2011
Mega Iriani Lestanti
NIM.073111132