PENGARUH INTENSITAS MELAKUKAN PUASA SENIN KAMIS TERHADAP PENURUNAN TINGKAT KECEMASAN SANTRI DALAM MENGHAFAL NADHAM ALFIYAH DI MADRASAH DINIYAH TSANAWIYAH “MAMBA’UL HUDA” TALOKWOHMOJO NGAWEN BLORA SKRIPSI Disusun Guna Memenuhi Tugas dan Melengkapi Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Strata 1 (S1) Jurusan Bimbingan Penyuluhan Islam Oleh: ACHMAD IRCHAMNI NIM: 71111018 FAKULTAS DAKWAH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO SEMARANG 2011
115
Embed
PENGARUH INTENSITAS MELAKUKAN PUASA SENIN KAMIS …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/112/jtptiain-gdl... · tidak menentu, panik, takut tanpa mengetahui apa yang ditakuti
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
PENGARUH INTENSITAS MELAKUKAN PUASA SENIN KAMIS TERHADAP PENURUNAN TINGKAT KECEMASAN SANTRI
DALAM MENGHAFAL NADHAM ALFIYAH DI MADRASAH DINIYAH TSANAWIYAH
“MAMBA’UL HUDA” TALOKWOHMOJO NGAWEN BLORA
SKRIPSI
Disusun Guna Memenuhi Tugas dan Melengkapi Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Strata 1 (S1)
Jurusan Bimbingan Penyuluhan Islam
Oleh:
ACHMAD IRCHAMNI NIM: 71111018
FAKULTAS DAKWAH
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO
SEMARANG
2011
ii
iii
iv
PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi ini adalah hasil karya saya sendiri dan
di dalamnya tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar
kesarjanaan di suatu perguruan tinggi di lembaga pendidikan lainnya.
Pengetahuan yang diperoleh dari hasil penerbitan maupun yang belum/tidak
diterbitkan, sumbernya dijelaskan di dalam tulisan dan daftar pustaka.
Semarang, November 2011
(Achmad Irchamni)
v
MOTTO
“Berbagai amalan dihadapkan (pada Allah) pada hari Senin dan Kamis, maka
aku suka jika amalanku dihadapkan sedangkan aku sedang berpuasa.”
(HR. Tirmidzi)
vi
PERSEMBAHAN
Karya skripsi ini kupersembahkan buat:
Ayahanda juga ibunda tercinta Subandi dan Suprihatin, yang telah
membesarkan dengan kasih sayang serta bimbingan dan nasehat yang tiada
pernah henti dan mendo’akan kesuksesan ananda semoga jasa dan kasih
sayangnya tak terlupakan sepanjang masa.
Semua kawan-kawanku yang telah membantu juga memberikan motivasi
kepadaku yang tak pernah aku lupakan, semoga Allah SWT memberikan
Rahmat serta Hidayah-Nya kepada kita semua. Amin.
vii
ABSTRAKSI
Achmad Irchamni (071111018). Pengaruh Intensitas melakukan Puasa Senin Kamis terhadap Penurunan Tingkat Kecemasan Santri dalam menghafal Nadham Alfiyah di Madrasah Diniyah Tsanawiyah Mamba’ul Huda Talokwohmojo Ngawen Blora. Skripsi. Semarang: Program Strata 1 Fakultas Dakwah. Pembimbing bapak Dr, H. Sholihan, M.Ag dan ibu Yuli Nur Khasanah, S.Ag, M. Hum.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh intensitas puasa Senin Kamis (X) terhadap tingkat kecemasan santri (Y) dalam menghafal nadham Alfiyah di Madrasah Diniyah Tsanawiyah Mamba’ul Huda Talokwohmojo Ngawen Blora.
Subyek penelitian sebanyak 40 responden, pengambilan sampelnya menggunakan random sampling. Pengumpulan data X dan Y menggunakan angket. Dalam kajian hipotesis penulis menggunakan analisis regresi sederhana.
Hasil uji hipotesis regresi sederhana satu prediktor diketahui bahwa ada pengaruh internsitas puasa Senin Kamis terhadap kecemasan santri Mamba’ul Huda hal ini berdasarkan dari analisis uji F reg (X terhadap Y) diketahui F reg = 8.33, setelah dicocokkan dengan tabel F pada taraf signifikan 5 % sebesar 4.08 sedangkan pada taraf signifikan 1 % sebesar 7.31 karena F reg > F t (0.05) dan (0.01) maka signifikan. Ada pengaruh intensitas melakukan puasa Senin Kamis terhadap kecemasan santri, uji korelasi antara puasa Senin Kamis dan kecemasan santri Mamba’ul Huda diketahui nilainya 0.424. setelah di uji t diketahui nilainya 2,87, setelah dicocokkan pada t tabel pada taraf 5 % sebesar 2.021 maka t h > t t (0.05:40) sehingga signifikan. Hal ini juga ditunjukkan dengan persamaan garis regresi : = 31.068 + 0.438 X.
viii
KATA PENGANTAR
Alhamdulilahirabbil alamin, segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan
Rahmat dan Hidayahnya kepada penulis berupa kekuatan dan kemampuan dalam
penyusunan skripsi dengan judul “PENGARUH INTENSITAS MELAKUKAN
PUASA SENIN KAMIS TERHADAP PENURUNAN TINGKAT KECEMASAN
4. Tabel 4. Data Hasil Skala Kecemasan Santri .................................... 69
5. Tabel 5. Distribusi Frekuensi Skor Mean Kecemasan ....................... 70
6. Tabel 6. Variabel X dan Y ................................................................ 61
7. Tabel 7. Tabel Ringkasan Hasil Analisis Regresi .............................. 67
xiv
DAFTAR LAMPIRAN
1. Lampiran 1 Daftar Angket
2. Lampiran 2 Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas
3. Lampiran 3 Uji Pra Syarat (Homogenitas, Normalitas dan Linieritas)
4. Lampiran 4 Uji Analisis Regresi
5. Lampiran 5 Hasil Skor Nilai X, Y, dan XY
6. Lampiran 6 Daftar Data Responden
7. Lampiran 7 Penunjukan Pembimbing
8. Lampiran 8 Surat Izin Riset Dari Fakultas
9. Lampiran 9 Surat Keterangan Penelitian
10. Lampiran 10 Piagam Passka 2007
11. Lampiran 11 Piagam KKN
12. Lampiran 12 Daftar Riwayat Hidup
13. Lampiran 13 Sebagian Teks Nadham Alfiyah.
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah
Kehidupan modern yang keras dan kompetitif banyak menimbulkan
stress. Apalagi bagi mereka yang hidup dengan tingkat mobilitas yang
tinggi. Jalanan yang macet, persaingan dalam usaha dan karir yang keras,
serta beban hidup yang semakin berat menyumbangkan kadar stress yang
tinggi terhadap setiap orang. Bila seseorang merasakan suatu perasaan yang
tidak menentu, panik, takut tanpa mengetahui apa yang ditakuti dan tidak
dapat segera mengatasi atau ketidakmampuan menghilangkan perasaan
cemas dan menggelisahkan itu, maka ia dapat dikatakan sedang mengalami
gangguan mental atau ketidaksehatan mental yaitu ketidakmampuan
individu dalam menghadapi realitas yang membuahkan banyak konflik
mental pada dirinya (Kartono, 2000: 13).
Kecemasan menurut Freud (1933/1964) adalah suatu keadaan
perasaan efektif yang tidak menyenangkan yang disertai dengan sensasi fisik
yang memperingatkan orang terhadap bahaya yang akan datang. Keadaan
yang tidak menyenangkan itu sering kabur dan sulit menunjuk dengan tepat,
tetapi kecemasan itu sendiri selalu di rasakan (Semiun, 2006: 87).
Kecemasan dengan intensitas yang wajar dapat dianggap memiliki
nilai positif sebagai motivasi, tetapi apabila intensitasnya sangat kuat dan
bersifat negatif justru malah akan menimbulkan kerugian dan dapat
2
mengganggu terhadap keadaan fisik dan psikis individu yang bersangkutan.
Kecemasan (anxietas) diartikan penjelmaan dari berbagai proses emosi yang
bercampur baur, terjadi manakala seseorang sedang mengalami tekanan-
tekanan/ketegangan (stres), seperti perasaan (frustasi) dan pertentangan batin
(konflik) (Prasetyono, 2007: 11).
Semua orang pasti pernah merasakan kecemasan dalam derajat
tertentu bahkan kecemasan yang ringan dapat berguna yakni dalam
memberikan rangsangan terhadap seseorang, rangsangan untuk mengatasi
kecemasan dan membuang sumber kecemasan. Bila berhadapan dengan
suatu keadaan yang sulit setiap orang normal dapat menjadi gelisah, tegang,
khawatir, gemetar, denyut jantung cepat, panic attack (serangan panik) dan
dapat timbul di berbagai keadaan (John, 1992: 40).
Melihat permasalahan di atas, Madrasah Diniyah Tsanawiyah
Mamba’ul Huda adalah salah satu lembaga yang mewajibkan santrinya
untuk menghafalkan Nadham Alfiyah tersebut, sehingga sebagian dari
santrinya yang merasa cemas maupun takut akan kewajiban tersebut, bahkan
suatu ketika ada santri yang karena belum menghafalkan Nadham dia rela
membolos mengaji karena takut akan adanya takziran (hukuman) dari ustadz
untuk mengantisipasi hal tersebut para santri melakukan amalan dengan cara
puasa Senin Kamis. Dalam menghadapi hafalan sebagian dari santri
mengalami kecemasan dalam hal tersebut. Inilah yang dirasakan sebagian
dari santri Mamba’ul Huda Ngawen. (Hasil wawancara dengan Ibnu Malik
santri Mamba’ul Huda Ngawen pada tanggal 25 Mei 2011).
3
Puasa Senin Kamis merupakan ayyaman ma’dudat (beberapa hari
tertentu) yang salah satu dari sekian banyak alternatife yang bisa untuk
menanggulangi hal-hal diatas, bentuk ibadah puasa dalam ajaran Islam, yang
mempunyai hikmah (manfaat) bagi kehidupan manusia. Kedudukan puasa
Senin Kamis dalam ajaran Islam dan merupakan ibadah sunnah yang paling
disenangi oleh Nabi SAW, sebagaimana sabdanya yang diriwayatkan oleh
Muslim ra:
Dari Abu Hurairah ra, Rasulullah SAW bersabda,
وأنا عملى یعرض أن فأحب والخمیس االثنین یوم األعمال تعرض صائم
“Berbagai amalan dihadapkan (pada Allah) pada hari Senin dan Kamis, maka aku suka jika amalanku dihadapkan sedangkan aku sedang berpuasa.” (HR. Tirmidzi). Dengan memperhatikan hadist tersebut dapat diambil pengertian
bahwa puasa Senin Kamis merupakan ibadah yang sangat bermanfaat
nilainya bagi manusia.
Puasa memberikan efek tenang dan damai yang pada gilirannya
membangkitkan energi mental yang positif, penuh semangat, percaya diri,
dan optimis dalam menghadapi apa pun (Malik, 2008: 59). Puasa Senin dan
Kamis merupakan indikator paling dominan terhadap peneladanan tokoh
terbesar dunia sekaligus manusia pilihan tuhan (Muhammad SAW) tersebut.
Dari ‘Aisyah, beliau mengatakan,
.والخمیس االثنین صیام یتحرى كان -وسلم علیھ اهللا صلى- اللھ رسول إن “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam biasa menaruh pilihan berpuasa pada hari senin dan kamis.”( HR. An Nasai ).
4
Kaitannya dengan hal tersebut, dalam menghadapi hafalan Nadham
Alfiyah sebagian dari santri mengalami kecemasan mengenai hal tersebut,
inilah yang dirasakan santri “Mamba’ul Huda” Ngawen. Perasaan cemas dan
takut dalam menghadapi hafalan Nadham menimbulkan berbagai macam
gangguan fisik maupun psikologis. Adapun gejala fisik yang dialami santri
“Mamba’ul Huda” Ngawen antara lain gelisah, hilangnya nafsu makan,
susah tidur, sedangkan gejala psikologisnya yaitu sulit berkonsentrasi,
merasa gelisah serta kurang percaya diri.
Pada suatu saat ada salah satu santri yang dimana di rela tidak masuk
mengaji dikarenakan belum siap dan belum hafal nadhom alfiyah lalu dia
cemas dan khawatir akan nantinya ada ta’ziran (hukuman) yang diberikan
bahkan dia rela membolos serta lama kelamaan dia keluar dri Madin karena
dirasa itu menjadi beban bagi dirinya.
Banyak usaha yang dilakukakan untuk mempersiapkan santrinya
baik berupa usaha lahiriyah maupun batiniyah. Hal tersebut dilakukan
sebagian dari santri. Dalam menghadapi hafalan, usaha-usaha yang
dilakukan adalah dengan sima’an antar satu orang dengan seorang yang
lainnya diluar jam pelajaran, dan setiap sore sebelum pelajaran dimulai serta
santri diimbangi dengan melakukan puasa Senin Kamis. Usaha batiniyah ini
dimaksudkan untuk mempersiapkan mental santri. Puasa senin kamis yang
di amalkan di harapkan dapat mengurangi tingkat kecemasan santri dalam
menghafal Nadham Alfiyah (Hasil wawancara dengan Sumarno selaku ketua
kelas pada tanggal 25 Mei 2011).
5
Alasan memilih judul ini yaitu agar bisa mengetahui adakah
pengaruh puasa Senin Kamis terhadap kecemasan santri karena sebagian
dari santri merasa cemas, bahkan takut akan suatu kewajiban menghafal
Nadham Alfiah yang menjadi syarat wajib yang harus ditempuh oleh santri.
1.2. Rumusan Masalah
Masalah atau problematika adalah hal-hal yang akan dicari
jawabannya melalui kegiatan penelitian. Adapun yang menjadi pokok
masalah dalam penelitian ini adalah:
Adakah Pengaruh Intensitas Melakukan Puasa Senin Kamis
Terhadap Tingkat Kecemasan Santri dalam Menghafal Nadham Alfiyah di
“Berbagai amalan dihadapkan (pada Allah) pada hari Senin dan Kamis, maka aku suka jika amalanku dihadapkan sedangkan aku sedang berpuasa.” (HR. Ahmad).
Menurut riwayat Muslim yang diterima dari Abu Qatadah
pernah di tanyakan kepada Rasulullah SAW tentang puasa hari
Senin. Maka rasullulah menjawab :
ذاك يوم ولدت فيه ويوم بعثت أو أنزل على فيه
“Hari tersebut adalah hari aku dilahirkan, hari aku diutus atau diturunkannya wahyu untukku.” (HR. Muslim).
Jawaban Rasulullah SAW ini menerangkan sebab-sebab
disunahkan puasa Senin, karena pada hari itu Rasulullah dilahirkan,
Rasulullah dibangkitkan dan permulaan al-Qur’an di turunkan. Maka
seharusnya hari itu di besarkan, Karena pada hari itu Allah
melahirkan seseorang hamba-Nya (Tengku, 2000: 319).
Rasulullah sendiri telah membiasakan berpuasa pada hari
kelahirannya, yakni setiap hari Senin. Inilah keistimewaan hari
Senin. Hari Senin lebih agung nilainya dengan diturunkannya al-
Qur’an di dalamnya. Hal ini tentu merupakan peristiwa luar biasa.
Dikatakan luar biasa karena turunnya al-Qur’an adalah turunnya
petunjuk dan hidayah Allah dan petunjuk itulah yang mampu
12
membawa alam semesta beserta isinya, termasuk manusia menjadi
berperadaban seperti sekarang ini.
Sementara di sisi lain, sambutan Nabi SAW terhadap
turunnya al-Qur’an begitu agung, terbukti dengan ritualnya pada hari
tersebut yakni berpuasa. Karena Nabi sendiri begitu sakral
menyambut turunnya al-Qur’an ini, maka tidak mengherankan
apabila kita akan menyentuh apalagi membacanya kita harus dalam
keadaan suci.
Dalam al-Qur’an Allah berfirman :
متف قل إن كنغيو الله كمببحوني يبعفات ون اللهحبتلكم ر اللهو كموبذنحيمر غفور
Katakanlah: “jika kamu (benar-benar) mencintai Allah, ikutilah Aku, niscaya Allah mengasihi dan mengampuni dosa-dosamu. ”Allah maha pengampun lagi maha penyayang (QS. Ali Imran : 31) (Departemen Agama, 1971 : 80).
Sedangkan hari Kamis, berdasarkan hadits yang di
riwayatkan oleh Imam Ahmad, hari Kamis juga mempunyai historis
(sejarah) yang tidak kalah agungnya dengan hari Senin, yaitu
diperiksanya semua amal perbuatan manusia. Untuk itu, setiap hari
Kamis Rasullulah selalu merayakan dengan cara berpuasa.
Jika kita cermati dengan seksama tidak ada satu pun di antara
umat Islam di seluruh penjuru dunia ini yang tidak menginginkan
syafaat Rasul SAW di hari akhir nanti. Hal itu pun hanya biasa
dicapai jika diantara manusia mempunyai kesungguhan untuk
mengerjakan apa yang beliau lakukan yakni puasa Senin dan Kamis.
13
Dari Aisyah, beliau mengatakan,
كان یتحرى صیام -صلى اهللا علیھ وسلم- إن رسول اللھ .االثنین والخمیس
“Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam biasa menaruh pilihan berpuasa pada hari senin dan kamis.” (HR.Tirmidzi).
Maksudnya Rasulullah SAW memang memberikan perhatian
istimewa pada hari Senin dan Kamis ini dan selalu menunggu-
nunggu kedatangannya. Dan apabila hari Senin dan Kamis datang,
beliau menyambutnya dengan berpuasa pada dua hari tersebut.
Dengan kata lain, beliau sangat rajin dan tidak pernah absen untuk
berpuasa sunnah pada hari Senin dan Kamis (Abduh, 2002: 20).
Puasa Senin dan Kamis secara rutin akan membentuk disiplin
mental yang tinggi, artinya puasa itu akan menjadi media “latihan
disiplin mental” untuk melaksanakan segala yang menjadi
kewajibannya secara bertanggung jawab dan professional. Orang
yang berpuasa tidak akan kendur semangat kerjanya walaupun tanpa
di awasi pimpinannya, karena ia merasa Sang Maha Pengawas selalu
memantaunya. Jika “latihan disiplin mental” ini berhasil, maka ia
akan membawa orang-orang di sekelilingnya berjalan sesuai
ketentuan yang berlaku, ketentuan dari Allah SWT. “latihan disiplin
mental” ini seakan-akan menjadi upaya pembiasaan secara
berkelanjutan serta mengandung nilai ibadah yang sangat tinggi
(Suyadi, 2007: 180).
14
2.1.2. Rukun-Rukun Puasa
Rukun puasa adalah beberapa aktivitas puasa yang terdiri dari
sikap dan perbuatan, terutama yang wajib dilakukan sejak terbit fajar
hingga terbenam matahari antara lain sebagai berikut:
1) Niat, iktikat, tujuan dan maksud dan ini juga ada dalam ibadah-
ibadah yang lain, demikian juga puasa.
2) Menahan diri dari hubungan sebadan antara suami dan istri.
3) Memelihara badan (jasad) dari perbuatan dosa dan kedurhakaan.
4) Menahan lapar dan haus dan segala yang membatalkannya, dari
terbitnya fajar hingga tenggelamnya matahari dengan penuh
kesabaran dan kepasrahan kepada Allah.
5) Memelihara akal pikiran dari prasangka buruk yang dapat
menyesatkan orang lain atau diri sendiri (Suyadi, 2007: 137).
2.1.3. Macam-Macam Puasa
Sebagaimana dijelaskan di dalam al-Qur’an, maka puasa
dapat dibedakan ke dalam tiga pengertian secara syariat/hukum
Islam, yakni:
1. Puasa Ramadhan
Puasa wajib sebulan penuh di bulan Ramadhan yang
harus dikerjakan setiap orang muslim baik laki-laki maupun
perempuan kecuali bagi mereka yang mempunyai halangan yang
diperbolehkan syara’.
15
Hai orang-oang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa (Q.S Al-Baqarah: 183) (Depertemen Agama, 1971 : 44).
2. Puasa Kafarat
Adalah puasa yang dilakukan karena adanya pelanggaran
yang dilakukan oleh seorang muslim. Misalnya, jika seorang
muslim melakukan hubungan suami- istri di siang hari pada
bulan Ramadhan, maka dalam hukum Islam dikenai sanksi
(hukuman) dengan menjalankan puasa kafarat selama dua bulan
berturut-turut.
Orang-orang yang menzhihar isteri mereka, kemudian mereka hendak menarik kembali apa yang mereka ucapkan, Maka (wajib atasnya) memerdekakan seorang budak sebelum kedua suami isteri itu bercampur. Demikianlah yang diajarkan kepada kamu, dan Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan. Barangsiapa yang tidak mendapatkan (budak), Maka (wajib atasnya) berpuasa dua bulan berturut-turut sebelum keduanya bercampur. Maka siapa yang tidak Kuasa (wajiblah atasnya) memberi Makan enam puluh orang miskin. Demikianlah supaya kamu beriman kepada Allah
16
dan Rasul-Nya. dan Itulah hukum-hukum Allah, dan bagi orang kafir ada siksaan yang sangat pedih (Q.S Al-Mujadalah 3-4) (Depertemen Agama, 1971 : 909).
3. Puasa Nadzar
Puasa ini hukumnya wajib, yakni bagi orang yang
menadzarkannya. Menurut para ulama, jika puasa nadzar tidak
dapat dilakukan, maka dapat diganti dengan memerdekakan
budak (hamba sahaya) atau member makanan atau pakaian
kepada 10 orang miskin.
Mereka menunaikan Nazar dan takut akan suatu hari yang azabnya merata di mana-mana (QS. Al Insaan : 7) (Depertemen Agama, 1971 : 1004).
4. Puasa Sunnah
Adalah puasa yang dikerjakan selain puasa Ramadhan.
Puasa ini sifatnya sunnah; jika dikerjakan akan mendapatkan
pahala dan jika ditinggalkan tidak berdosa. Menurut ulama, pada
dasarnya cara melakukan puasa sunnah sama dengan puasa wajib
kecuali hanya niatnya. Sekian banyak dari puasa sunnah yang
ada, puasa Senin Kamis adalah salah satunya (Susetya, 2007:
20).
2.1.4 Tingkatan Puasa
Meskipun secara etimologis, puasa artinya menahan, namun
karena terdapat beraneka ragam perbedaan pandang mengenai puasa,
maka terdapat pula perbedaan cara memaknai puasa. Dengan
17
demikian, penghayatan terhadap puasa menjadi bertingkat-tingkat
sesuai dalam menghayati dan merenungkannya.
Imam al-Ghazali dalam kitabnya Ihya’ Ulumudin membagi
puasa dalam tiga tingkatan, yaitu:
Pertama, puasanya orang awam, yakni menahan tidak
makan, minum serta tidak melakukan hubungan seksual pada siang
hari (dengan istrinya). Karena dalam syari’at agama hal tersebut
diatas yang merupakan ketetapan persyaratan yang sah atau
tidaknya puasa seseorang tentu ini sangat cocok untuk ditetapkan
pada puasanya anak-anak sejak awal.
Kedua, puasa khusus, yaitu selain menahan tidak makan,
minum, dan melakukan hubungan seksual pada siang hari (dengan
istrinya), juga menahan panca indranya (pandangan, penciuman,
pendengaran, kulit, pembicaraan) dari kemaksiatan (nafsu-
syahwat).
Ketiga, puasa khusus bil khusus, yaitu selain dua tingkatan
puasa di atas juga tidak mengingat segala sesuatu selain Allah di
dalam hatinya. Tingkatan ini merupakan yang paling berat,
sehingga yang mampu menjalankan hanyalah hamba-hamba Allah
pilihan saja yaitu para Arifin atau Arif billah.
Hampir senada dengan pandangan Imam Ghazali di atas,
M. Quraish Shihab membedakan puasa ke dalam dua tingkatan,
yaitu:
18
Pertama, puasa dalam konteks syariat Islam; yakni
menahan diri dari makan, minum, dan berhubungan seksual
(dengan pasangan suami-istri) dan hal-hal lain yang dapat
membatalkan puasa sejak imsak hingga terbenam yang disertai
dengan niat karena Allah Swt,
Kedua, puasa dalam pandangan sufi. Ini merujuk ke
hakikat dan tujuan puasa, menambahkan kegiatan yang harus
dibatasi selama melakukan puasa. Pada hakekatnya adalah
menahan atau mengendalikan diri yang dipersamakan dengan sikap
sabar (Susetya, 2007: 44).
2.1.5 Tujuan dan Manfaat Puasa
2.1.5.1 Tujuan Puasa
Tujuan ibadah adalah untuk menahan nafsu dari
berbagai syahwat sehingga ia siap mencari sesuatu yang
menjadi puncak kebahagiaannya, menerima sesuatu yang
menyucikannya, yang di dalamnya terdapat kehidupannya
yang abadi, mematahkan permusuhan nafsu terhadap lapar
dan dahaga serta mengingatkannya dengan keadaan orang-
orang yang menderita kelaparan di antara orang-orang
miskin, menyempitkan jalan aliran makanan dan minuman
(http:///www.Nail-arhive.Com/jamaah@Arroyyan.
Com/msg.01669 di unduh pada tanggal 23 Juni 2011).
Dalam menjalankan ibadah puasa, aspek
penghayatan adalah sebuah keharusan, yang mesti kita
19
perhatikan. Bila tidak, apa yang kita lakukan itu hanyalah
akan menghasilkan yang sia-sia bila tidak disertai dengan
penghayatan. Kita hanyalah memperoleh lapar dan dahaga.
Selebihnya kita tidak memperoleh apa-apa.
Tujuan dilakukan ibadah puasa ini adalah
menciptakan manusia yang bertaqwa (muttaqin) al- Qur’an
telah menjelaskan beberapa ciri orang taqwa tersebut.
diantaranya, Allah menjelaskan beberapa ciri orang yang
bertaqwa tersebut adalah orang yang suka memanfaakan
orang lain di waktu lapang dan sempit, serta bisa menahan
amarah dalam dirinya.
2.1.5.1 Manfaat Puasa
Puasa memiliki beberapa manfaat yang bisa kita
dapatkan, diantaranya:
1) Terapi kesehatan jiwa hakekatnya adalah pengendalian
diri (self control) yang merupakan salah satu ciri utama
dari jiwa yang sehat.
2) Mengendalikan stress ini sebenarnya mampu
memberikan efek tenang dan damai yang
membangkitkan mental yang positif, semangat, percaya
diri, dan optimis dalam menghadapi apapun.
3) Puasa adalah pangkal segala obat yang paling efektif
untuk mengatasi kesedihan, ketenangan, dan ketakutan.
20
4) Ragam penyakit yang sembuh dengan terapi puasa jika
puasa dilakukan secara benar, ternyata berbagai jenis
penyakit dapat dikendalikan.
5) Resep manjur untuk panjang umur puasa ini dipercaya
bisa menurunkan asupan kalori 12-15 persen (Malik,
2008: 55).
Manfaat puasa Senin-Kamis sebagai penawar hati yang
"keruh" jika ditinjau dari perspektif psikologis, manfaat puasa
Senin-Kamis dari tinjauan medis terhadap kesehatan manusia,
beberapa hal tentang kemuliaan yang diperoleh orang yang
melakukan puasa Senin-Kamis di akhirat. Puasa Senin Kamis
tersebut adalah sangat baik bagi manusia, karena dalam kondisi
orang yang selalu lapar akan membuat energi dalam dirinya
menjadi kaluar dan energi tersebut bisa menyembuhkan berbagai
penyakit, dan energi yang timbul tersebut bisa menimbulkan ide-
ide kreatif, dari pada bila kita selalu dalam keadaan kenyang yang
justru menimbulkan ngantuk dan membuat kita menjadi kurang
kreatif, oleh karena itu Rasulullah sering berpuasa Senin Kamis
sehingga menjadi kebiasaan, sehingga beliau dapat segera
memberikan solusi ketika para sahabat dan umatnya bertanya
tentang apa saja kepada beliau,
(http://id.shvoong.com/books/1924723-di unduh pada tanggal 05
Oktober 2011).
21
2.2. Kecemasan
2.2.1. Pengertian Kecemasan
Kecemasan/anxieties adalah rasa khawatir, takut yang tidak jelas
sebabnya. Kecemasan merupakan kekuatan yang besar untuk
menggerakkan tingkah laku baik tingkah laku normal maupun
tingkah laku yang menyimpang, yang terganggu dan kedua-duanya
merupakan pernyataan, penampilan, penjelmaan, dari pertahanan
terhadap kecemasan (Gunarso, 2003: 27).
Kecemasan adalah kondisi kejiwaan yang penuh dengan
kekhawatiran dan ketakutan akan apa yang mungkin terjadi, baik
berkaitan dengan permasalahan yang terbatas maupun hal-hal yang
aneh. Deskripsi umum akan kecemasan yaitu “perasaan tertekan
dan tidak tenang serta berpikiran kacau dengan disertai banyak
penyesalan”. Hal ini sangat berpengaruh pada tubuh, hingga tubuh
dirasa menggigil, menimbulkan banyak keringat, jantung berdegup
cepat, lambung terasa mual, tubuh terasa lemas, kemampuan
berproduktivitas berkurang hingga banyak manusia yang melarikan
diri ke alam imajinasi sebagai bentuk terapi sementara ( Musfir,
2005: 512).
Menurut Freud (dalam Alwisol, 2005:28) mengatakan
bahwa kecemasan adalah fungsi ego untuk memperingatkan
individu tentang kemungkinan datangnya suatu bahaya sehingga
dapat disiapkan reaksi adaptif yang sesuai. Kecemasan berfungsi
22
sebagai mekanisme yang melindungi ego karena kecemasan
memberi sinyal kepada kita bahwa ada bahaya dan kalau tidak
dilakukan tindakan yang tepat maka bahaya itu akan meningkat
sampai ego dikalahkan.
Kecemasan menurut Freud (1933/1964) adalah suatu
keadaan perasaan efektif yang tidak menyenangkan yang disertai
dengan sensasi fisik yang memperingatkan orang terhadap bahaya
yang akan datang. Keadaan yang tidak menyenangkan itu sering
kabur dan sulit menunjuk dengan tepat, tetapi kecemasan itu sendiri
selalu dirasakan. Di lihat dari pendekatan belajar pengertian
kecemasan adalah suatu respons ketakutan yang terkondisi secara
klasik dan gangguan-gangguan kecemasan terjadi bila respons
ketakutan itu diasosiasikan dengan suatu stimulus yang seharusnya
tidak menimbulkan kecemasan (Semiun, 2006: 87).
2.2.2 Tingkat Kecemasan
Menurut Peplau ada empat tingkat kecemasan yang dialami
oleh individu yaitu sebagai berikut:
Pertama, Kecemasan Ringan yaitu dihubungkan dengan
ketegangan yang dialami sehari-hari. Individu masih waspada serta
lapang persepsinya meluas, menajamkan indra. Dapat memotivasi
individu untuk belajar dan mampu memecahkan masalah secara
efektif dan menghasilkan pertumbuhan dan kreatifitas. Contohnya:
Seseorang yang menghadapi ujian akhir, pasangan dewasa yang akan
23
memasuki jenjang pernikahan, individu yang akan melanjutkan
pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi, individu yang tiba-tiba di
kejar anjing menggonggong.
Kedua, Kecemasan Sedang yaitu Individu terfokus hanya pada
pikiran yang menjadi perhatiannya, terjadi penyempitan lapangan
persepsi, masih dapat melakukan sesuatu dengan arahan orang lain.
Contohnya : pasangan suami istri yang menghadapi kelahiran bayi
pertama dengan resiko tinggi, keluarga yang menghadapi perpecahan
(berantakan), individu yang mengalami konflik dalam pekerjaan.
Ketiga, Kecemasan Berat yaitu lapangan persepsi individu
sangat sempit. Pusat perhatiannya pada detail yang kecil (spesifik)
dan tidak dapat berfikir tentang hal-hal lain. Seluruh perilaku
dimaksudkan untuk mengurangi kecemasan dan perlu banyak
perintah/arahan untuk terfokus pada area lain. Contoh: individu yang
mengalami kehilangan harta benda dan orang yang dicintai karena
bencana alam, individu dalam penyanderaan.
Keempat, Panik yaitu individu kehilangan kendali diri dan
detail perhatian hilang. Karena hilangnya control, maka tidak mampu
melakukan apapun meskipun dengan perintah. Terjadi peningkatan
aktivitas motorik, berkurangnya kemampuan berhubungan dengan
orang lain, penyimpangan persepsi dan hilangnya pikiran rasional,
tidak mampu berfungsi secara efektif. Biasanya disertai dengan
24
disorganisasi kepribadian. Contoh: individu dengan kepribadian
pecah/despersonalisasi (Suliswati, 2005: 48).
2.2.3 Penyebab- Penyebab Kecemasan
Pertama, Keadaan kecemasan (anxiety state) adalah Suatu
keadaan kecemasan dapat timbul pada setiap umur dan dalam
berbagai deretan kegawatan. Pada keadaan kecemasan acute yang
ditimbulkan oleh tekanan yang hebat: penderita tegang, kadang-
kadang sampai tidak dapat bergerak, denyut jantung dan kecepatan
pernafasan bertambah, pupil melebar, dan berkeringat banyak.
Biasanya penderita insomnia atau bila tidur bermimpi yang
menakutkan. Pada keadaan kecemasan chronis derajat
kecemasannya dapat berubah dari hari ke hari, atau dari minggu ke
minggu tetapi tidak pernah hilang sama sekali. Yang dapat
dikeluhkan oleh penderita antara lain adalah kegelisahan, berdebar-
Susetya, Wawan, Fungsi-fungsi Terapi Psikologis dan Medis Di balik Puasa Senin Kamis, Yogyakarta: Diva Press, 2007.
Yousda, Amirman, Penelitian dan Statistik Pendidikan, Bandung, Bumi Angkasa, 1992
Zuriah, Nurul, Metodologi Penelitian Sosial dan Pendidikan Teori Aplikasi, Jakarta Bumi Angkasa, 2005.
IDENTITAS DIRI
1. Nama :
2. Umur :
3. Kelas :
PETUNJUK
Kami bermaksud meminta bantuan kepada anda dengan cara mengisi dua
macam skala.
Mohon anda membaca petunjuk-petunjuk di bawah ini:
1. Dalam skala-skala ini terdapat sejumlah pertanyaan. Setelah membaca dengan
seksama anda diminta memilih salah satu dari 4 pilihan tanggapan yang
tersedia dengan memberi tanda silang (X) pada pilihan yang disediakan, yaitu:
SS : Bila Anda sangat sesuai dengan pernyataan
S : Bila Anda sesuai dengan pernyataan
TS : Bila Anda tidak sesuai dengan pernyataan
STS : Bila Anda sangat tidak sesuai dengan pernyataan
2. Pilihlah alternatif tanggapan yang benar-benar sesuai dengan
keadaan/kenyataan diri anda, bukan dengan apa yang seharusnya.
3. Seumpama ada pernyataan yang secara kenyataan Anda belum mengalaminya,
Anda dapat membayangkan bila suatu saat Anda mengalaminya dan
memperkirakan reaksi Anda terhadap hal tersebut.
4. Dalam menjawab skala ini mohon semua dijawab dan anda tidak perlu takut
salah, karena ini tidak mempengaruhi nilai serta semua jawaban dapat
diterima.
5. Kerahasiaan identitas dan jawaban anda akan kami jamin.
6. Kesungguhan dan kejujuran Anda sangat menentukan kualitas hasil penelitian
ini. Untuk itu kami ucapkan terima kasih.
Blora, Juli 2011
Peneliti
SKALA I (Pasca Uji Coba)
NO PERTANYAAN Sangat Sesuai ( SS )
Sesuai ( S )
Tidak Sesuai (TS)
Sangat Tidak Sesuai (STS)
1 Niat saya melakukan puasa Senin Kamis agar semangat menghafal Alfiyah saya bertambah
( SS ) ( S ) ( TS) (STS)
2 Saya puasa Senin Kamis agar dinilai sebagai orang yang rajin beribadah.
( SS ) ( S ) (TS) ( STS)
3 Saya melakukan puasa Senin Kamis dengan niat yang ikhlas beribadah kepada Allah.
( SS ) ( S ) ( TS ) ( STS)
4
Setelah melakukan puasa Senin Kamis, saya lebih taat mematuhi peraturan-peraturan yang berlaku di madrasah diniyah.
( SS ) ( S ) ( TS ) ( STS)
5
Walaupun saya melakukan puasa Senin Kamis, saya tidak takut dengan hukuman-hukuman yang diberikan oleh ustadz
( SS ) ( S ) ( TS ) ( STS)
6 Saya melakukan puasa Senin Kamis supaya diberi kemudahan dalam menuntut ilmu.
( SS ) ( S ) ( TS ) ( STS)
7 Semakin saya sering melakukan puasa Senin Kamis saya semakin taat terhadap nasehat ustadz
( SS ) ( S ) (TS ) (STS)
8 Walaupun melaksanakan puasa Senin Kamis, saya merasa sifat angkuh pada diri saya belum hilang.
( SS ) ( S ) ( TS ) (STS)
9
Saya melakukan puasa Senin Kamis karena merasa paksaan yang saya terima karena merupakan aturan madrasah diniyah..
( SS ) ( S ) (TS ) ( STS)
10 Saya melakukan puasa Senin Kamis karena takut dihukum oleh ustadz
( SS ) ( S ) ( TS ) (STS)
11
Pada saat melakukan puasa Senin Kamis saya merasa sedikit dosa di hadapan Allah dari pada santri yang lain
( SS ) ( S ) ( TS ) ( STS)
12 Pada saat melakukan puasa Senin Kamis saya terkadang membuat gaduh di kelas.
( SS ) ( S ) ( TS ) ( STS)
13 Puasa senin kamis tidak perlu dilakukan jika dalam kondisi sibuk.
( SS ) ( S ) ( TS ) ( STS)
14 Saya selalu melakukan puasa Senin Kamis agar nanti setiap hafalan nadham saya bisa.
( SS ) ( S ) ( TS ) ( STS )
15 Saya melakukan puasa Senin Kamis untuk mendapatkan pahala
( SS ) ( S ) ( TS ) ( STS)
16 Ketika melakukan puasa Senin Kamis, saya tidak merasa takut untuk melanggar semua aturan Allah.
( SS ) ( S ) ( TS ) (STS)
17 Berpuasa setiap Senin dan Kamis sangat membantu dalam proses hafalan saya.
( SS ) ( S ) ( TS ) ( STS )
18 Saya melakukan puasa Senin Kamis, dan saya juga masih sering membangkang nasehat ustadz
( SS ) ( S ) ( TS) ( STS)
19 Saat melakukan puasa Senin Kamis, saya merasa bahwa tidak ada sesuatu yang saya takuti kecuali Allah
( SS ) ( S ) ( TS) ( STS)
20 Saya melakukan puasa Senin Kamis supaya diberi kemudahan dalam menghafalkan nadham alfiyah.
( SS ) ( S ) ( TS) ( STS)
SKALA II (Pasca Uji Coba)
NO PERTANYAAN Sangat Sesuai
( SS ) Sesuai ( S )
Tidak Sesuai ( TS)
Sangat Tidak Sesuai( STS )
1 Saya tidak khawatir dalam menghafalkan nadham Alfiyah karena selalu hafal ketika diminta hafalan.
( SS ) ( S ) ( TS) (STS)
2 Saya merasa takut jika nantinya saya tidak hafal dalam menghafal nadham Alfiyah.
( SS ) ( S ) (TS) ( STS)
3 Saya tidak berangkat mengaji ketika saya belum hafal nadham Alfiyah.
( SS ) ( S ) ( TS ) ( STS)
4
Menurut saya, dalam menghafalkan nadham Alfiyah tidak perlu dipikirkan hingga kepalanya pusing, tapi yang terpenting adalah bagaimana menyiapkan diri ketika nantinya maju hafalan.
( SS ) ( S ) ( TS ) ( STS)
5 Saya meminta bantuan teman ketika maju ke depan untuk menghafalkan nadham Alfiyah.
( SS ) ( S ) ( TS ) ( STS)
6 Jika masih ada waktu luang, saya tidak akan menunda untuk menghafalkan nadham Alfiyah.
( SS ) ( S ) ( TS ) ( STS)
7 Saya baru menghafalkan nadham Alfiyah sehari menjelang hafalan.
( SS ) ( S ) (TS ) (STS)
8 Saya tidak pernah merasa gelisah setiap kali memikirkan hafalan Alfiyah yang diberikan.
( SS ) ( S ) ( TS ) (STS)
9
Saya tidak khawatir memikirkan ta’ziran (hukuman) karena itu sudah merupakan resiko yang harus diterima bagi yang tidak hafal.
( SS ) ( S ) (TS ) ( STS)
10 Saya sering mencicil hafalan sejak hafalan tersebut diberikan.
( SS ) ( S ) ( TS ) (STS)
11 Dengan Ikhtiar yang saya lakukan selama di rumah dan madrasah, saya yakin bisa hafal nadham Alfiyah.
( SS ) ( S ) ( TS ) ( STS)
12 Saya terkadang putus asa setelah lama menghafal tapi belum bisa memenuhi target. ( SS ) ( S ) ( TS ) ( STS)
13
Saya tidak merasa canggung bila berada di antara teman-teman ketika saya berbeda dengan mereka karena merasa tidak hafal.
( SS ) ( S ) ( TS ) ( STS)
14
Meskipun ada orang yang mengatakan bahwa menghafalkan Alfiyah itu susah, saya tetap bisa tidur nyenyak karena saya tidak percaya dengan pendapat orang tersebut.
( SS ) ( S ) ( TS ) ( STS )
15
Urusan hafal tidaknya nanti saya serahkan kepada Allah, karena saya selama ini sudah berusaha semaksimal mungkin untuk memperoleh hasil yang terbaik.
( SS ) ( S ) ( TS ) ( STS)
16
Saya tidak pernah sulit tidur gara-gara memikirkan hafalan saya nanti, karena dengan Ikhtiar yang saya lakukan, saya yakin akan kemampuan saya.
( SS ) ( S ) ( TS ) (STS)
17 Saya takut dengan pikiran saya sendiri terutama tentang hafalan saya nanti akan adanya ta’ziran (hukuman).
( SS ) ( S ) ( TS ) ( STS )
18 Daya ingat saya menurun ketika sedang maju hafalan ke depan.
( SS ) ( S ) ( TS) ( STS)
19 Saya tidak dapat tidur dengan nyenyak saat memikirkan tentang hafalan Alfiyah.
( SS ) ( S ) ( TS) ( STS)
20 Ketika mendengar pembicaraan tentang hafalan dan ta’ziran (hukuman), badan saya terasa lemas.
( SS ) ( S ) ( TS) ( STS)
Uji Homogenitas
Test of Homogeneity of Variances
VAR00001
1.659 20 19 .138
LeveneStatistic df1 df2 Sig.
Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa signifikansi Lavene Test (p) = 1,659 lebih besar dari taraf signifikansi 0,05. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa varians Y atas X adalah homogen dan dapat dikatakan bahwa data yang diambil dari setiap unit sampel adalah homogen.
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Puasa senin
kamis
Kecemasan
santri
N 40 40
Mean 61.2500 57.9000 Normal Parametersa
Std. Deviation 6.55451 6.77022
Absolute .091 .118
Positive .067 .118
Most Extreme Differences
Negative -.091 -.078
Kolmogorov-Smirnov Z .578 .744
Asymp. Sig. (2-tailed) .892 .636
a. Test distribution is Normal.
Frequencies Statistics
intensitas puasa senin
kamis tingkat
kecemasan Valid 40 40 N Missing 0 0
Mean 61.25 57.90 Std. Error of Mean 1.036 1.070 Median 61.50 58.50 Mode 57 62 Std. Deviation 6.555 6.770 Variance 42.962 45.836 Skewness -.304 .176 Std. Error of Skewness .374 .374 Kurtosis -.361 -.588 Std. Error of Kurtosis .733 .733 Range 27 27 Minimum 47 46 Maximum 74 73 Sum 2450 2316