Top Banner
1 PENGARUH INSENTIF KINERJA TERHADAP AUDIT JUDGMENT, DENGAN UPAYA SEBAGAI INTERVENING DAN KOMPLEKSITAS TUGAS SEBAGAI MODERATING Arifuddin Abstract This study explains the effect of performance incentives on audit judgment, auditors’ effort, the study also explore the effect of audit effort on audit judgment which is moderated by task complexity. The participant are auditors who work in public accounting firms in Indonesia. The participants were divided into two groups: one group and other group did not receive incentives and performance. The findings of this study are explained as follow: (1) audit judgment and audit judgment are affected by performance incentive, (2) audit judgment is affected by auditor’s effort. When task complexity is low, a high auditor’s effort results in a high audit judgment. However when task complexity is high there is no different in result of high auditor’s effort or low auditor’s effort affect on audit judgment. Keywords: Performance Incentives, Auditors’ effort, audit judgment and task complexity 1.Pendahuluan Penggunaan insentif kinerja kinerja mampu menambah upaya (effort) dan mencapai tingkat kinerja yang lebih tinggi (Libby and Lipe, 1992). Insentif kinerja akan memotivasi dan mengarahkan upaya auditor untuk meningkatkan kualitas pembuatan audit judgment (Locke dan Latham, 1990). Sejalan dengan teori penetapan tujuan (Goal Setting Theory) yang mendeskripsikan bahwa tujuan personal berupa insentif kinerja akan memberikan dampak terhadap upaya peningkatan kinerja. Penelitian yang menguji pengaruh insentif kinerja keuangan dengan moderasi kompleksitas tugas dilakukan oleh Ashton (1990), Awasthi dan Pratt (1990), Bailey et al (1998), Libby dan Lipe (1992). Penelitian yang menguji insentif kinerja non keuangan (mekanisme akuntabilitas) dilakukan Peecher (1996), Tan Hang dan Mak (2002), Kennedy et al (1997), Tan Kao (1999). Penelitian pengaruh insentif kinerja non keuangan (umpan balik) dilakukan oleh Ashton (1990), Kovar (1996), Leung dan Trootman (2005). Hasil penelitian yang menguji hubungan insentif keuangan dan non keuangan menunjukkan adanya pengaruh terhadap peningkatan kinerja audit judgment yang dibuat oleh auditor. (Ashton, 1990; Awasthi dan Pratt, 1990; Bailey et al, 1998; Libby dan Lipe, 1992; Peecher, 1996; Tan Hang dan Mak, 2002; Kennedy et al, 1997; Tan dan Kao, 1999). Penelitian ini merupakan pengembangan beberapa penelitian penelitian sebelumnya antara lain penelitian Chung dan Monroe (2001) mengatakan bahwa kompleksitas tugas yang tinggi berpengaruh terhadap judgment yang diambil oleh auditor. Bonner dan Sprinkle (2002) menunjukkan bahwa insentif kinerja merupakan variabel lingkungan yang dapat mempengaruhi upaya individu, penilaian dan audit judgment. Hasil lain penelitian Bonner dan Sprinkle (2002) menunjukkan bahwa efek performa insentif kinerja pada kualitas kerja auditor (kinerja) tergantung pada jenis-jenis insentif kinerja yang diberikan. Abdolmohammadi dan Wright (1986) menunjukkan bahwa terdapat perbedaan judgment yang diambil auditor pada pada kompleksitas tugas
21

PENGARUH INSENTIF KINERJA TERHADAP AUDIT JUDGMENT, … · 2017. 2. 28. · H2a. Ada perbedaan upaya oleh auditor yang menerima insentif kinerja dengan auditor yang tidak menerima

Nov 10, 2020

Download

Documents

dariahiddleston
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: PENGARUH INSENTIF KINERJA TERHADAP AUDIT JUDGMENT, … · 2017. 2. 28. · H2a. Ada perbedaan upaya oleh auditor yang menerima insentif kinerja dengan auditor yang tidak menerima

1

PENGARUH INSENTIF KINERJA TERHADAP AUDIT

JUDGMENT, DENGAN UPAYA SEBAGAI INTERVENING DAN

KOMPLEKSITAS TUGAS SEBAGAI MODERATING Arifuddin

Abstract

This study explains the effect of performance incentives on audit judgment, auditors’

effort, the study also explore the effect of audit effort on audit judgment which is

moderated by task complexity. The participant are auditors who work in public

accounting firms in Indonesia. The participants were divided into two groups: one group

and other group did not receive incentives and performance. The findings of this study

are explained as follow: (1) audit judgment and audit judgment are affected by

performance incentive, (2) audit judgment is affected by auditor’s effort. When task

complexity is low, a high auditor’s effort results in a high audit judgment. However

when task complexity is high there is no different in result of high auditor’s effort or low

auditor’s effort affect on audit judgment.

Keywords: Performance Incentives, Auditors’ effort, audit judgment and task

complexity

1.Pendahuluan

Penggunaan insentif kinerja kinerja mampu menambah upaya (effort) dan

mencapai tingkat kinerja yang lebih tinggi (Libby and Lipe, 1992). Insentif kinerja

akan memotivasi dan mengarahkan upaya auditor untuk meningkatkan kualitas

pembuatan audit judgment (Locke dan Latham, 1990). Sejalan dengan teori penetapan

tujuan (Goal Setting Theory) yang mendeskripsikan bahwa tujuan personal berupa

insentif kinerja akan memberikan dampak terhadap upaya peningkatan kinerja.

Penelitian yang menguji pengaruh insentif kinerja keuangan dengan moderasi

kompleksitas tugas dilakukan oleh Ashton (1990), Awasthi dan Pratt (1990), Bailey et

al (1998), Libby dan Lipe (1992). Penelitian yang menguji insentif kinerja non keuangan

(mekanisme akuntabilitas) dilakukan Peecher (1996), Tan Hang dan Mak (2002),

Kennedy et al (1997), Tan Kao (1999). Penelitian pengaruh insentif kinerja non

keuangan (umpan balik) dilakukan oleh Ashton (1990), Kovar (1996), Leung dan

Trootman (2005). Hasil penelitian yang menguji hubungan insentif keuangan dan non

keuangan menunjukkan adanya pengaruh terhadap peningkatan kinerja audit judgment

yang dibuat oleh auditor. (Ashton, 1990; Awasthi dan Pratt, 1990; Bailey et al, 1998;

Libby dan Lipe, 1992; Peecher, 1996; Tan Hang dan Mak, 2002; Kennedy et al, 1997;

Tan dan Kao, 1999).

Penelitian ini merupakan pengembangan beberapa penelitian penelitian

sebelumnya antara lain penelitian Chung dan Monroe (2001) mengatakan bahwa

kompleksitas tugas yang tinggi berpengaruh terhadap judgment yang diambil oleh

auditor. Bonner dan Sprinkle (2002) menunjukkan bahwa insentif kinerja merupakan

variabel lingkungan yang dapat mempengaruhi upaya individu, penilaian dan audit

judgment. Hasil lain penelitian Bonner dan Sprinkle (2002) menunjukkan bahwa efek

performa insentif kinerja pada kualitas kerja auditor (kinerja) tergantung pada jenis-jenis

insentif kinerja yang diberikan. Abdolmohammadi dan Wright (1986) menunjukkan

bahwa terdapat perbedaan judgment yang diambil auditor pada pada kompleksitas tugas

Page 2: PENGARUH INSENTIF KINERJA TERHADAP AUDIT JUDGMENT, … · 2017. 2. 28. · H2a. Ada perbedaan upaya oleh auditor yang menerima insentif kinerja dengan auditor yang tidak menerima

2

tinggi dan kompleksitas tugas rendah. Stuart (2001) mengatakan bahwa

kompleksitas tugas berpengaruh terhadap audit judgment jika perusahaan audit tidak

terstruktur. Cheng, dkk., (2003) mengatakan bahwa kompleksitas tugas tidak

berpengaruh signifikan terhadap kinerja keputusan. Zuraidah dan Takiah (2007)

menemukan bahwa insentif kinerja berpengaruh positif dengan audit judgment, upaya

dengan kinerja penilaian audit dan melemah pada kompleksitas tugas tinggi.

2.1. Telaah Pustaka

2.1.1.Teori Harapan (Expectancy Theory)

Expectancy theory menyatakan bahwa motivasi merupakan faktor yang

dominan untuk menjelaskan perilaku individu dalam organisasi (Campbell, 1976), yaitu

individu memiliki motivasi untuk melakukan sesuatu jika individu mengharapkan

memperoleh ganjaran yang di inginkan dari pekerjaan yang di-lakukan. Teori

expectancy (pengharapan) (Vroom, 1964) menyatakan bahwa orang-orang bertindak

untuk memaksimalkan kepuasan yang diharapkan dengan hasil-hasil, seseorang pada

situasi tertentu adalah fungsi dari dua faktor: (1) expectancy mengenai hubungan

diantara upaya dengan hasil tertentu (misal, tingkat bayaran tertentu untuk tingkat

kinerja tertentu), yang di sebut sebagai ”expectancy upaya-hasil” dan (2) valensi (daya

tarik) hasil.

2.1.2. Teori Keagenan (Agency Theory)

Teori keagenan (Baiman, 1982, 1990; Eisenhardt, 1989), melalui asumsinya

bahwa para individu adalah pemaksimal utilitas yang diharapkan, menambahkan

struktur lebih lanjut di dalam menjelaskan pengaruh insentif keuangan terhadap upaya.

Selanjutnya, para individu dianggap hanya termotivasi oleh kepentingan dirinya sendiri,

dimana kepentingan diri sendiri tersebut adalah dijelaskan oleh fungsi utilitas yang

berisi dua argumen: kemakmuran dan waktu senggang.

2.1.3. Teori Penetapan Tujuan (Goal Setting Theory)

Teori penentuan tujuan (Locke & Latham, 1990) menyatakan bahwa tujuan-

tujuan personal adalah determinan utama serta merupakan syarat bagi upaya. Dengan

kata lain, tujuan-tujuan personal adalah perangsang peningkatan upaya yang disebabkan

oleh insentif..

2.1.4 Teori Social Cognitive

Teori social cognitive (kemampuan diri) (Bandura, 1986, 1991, 1997)

merumuskan mekanisme-mekanisme kognitif yang mengatur dirinya sendiri yang terkait

dengan upaya. Teori kemampuan diri memperluas teori expectancy dan teori penentuan

tujuan dengan mengeksplikasikan lebih lanjut faktor-faktor kognitif yang mempengaruhi

upaya, dan konsekuensinya, mekanisme kognitif yang mungkin dimana insentif

keuangan dapat mempengaruhi upaya.

2.2 Kerangka Teoritikal Dasar dan Model Penelitian

2.2.1. Teoritikal Dasar

Gambar 2.1.

Cognitive dan Motivational Mechanisms

(Expectancies, Self- Interest[Expected Utility],

Goal, Self Efficacy

Monetary

Incentives

Effort (Direction,

Duration, Intensity,

Strategy

Development)

Task Performance

Person Variables (Skill, etc)

Task Variables (Complexity, etc)

Environmental Variables (Assigned Goals, etc)

Incentive Scheme Variables (Rewarded Dimension of

Performance, etc)

Page 3: PENGARUH INSENTIF KINERJA TERHADAP AUDIT JUDGMENT, … · 2017. 2. 28. · H2a. Ada perbedaan upaya oleh auditor yang menerima insentif kinerja dengan auditor yang tidak menerima

3

2.2.2. Model Penelitian

Jalur a/Hipotesa 1 dan 1a

Jalur b/Hipotesa 2 dan 2a

Jalur c/Hipotesa 3,4 dan 5

2.3. Penelitian Terdahulu dan Pengembangan Hipotesis Penelitian

2.3.1. Pengaruh Insentif Kinerja terhadap Audit judgment

Awashi dan Pratt (1990), Libby dan Lipe (1992) tidak menemukan bahwa

insentif berpengaruh positif terhadap audit judgment sedngkan Ashton (1990), Zuraidah

dan Takiah (2002) menemukan bahwa insentif kinerja berpengaruh positif terhadap

audit judgment. Pengaruh hubungan insentif terhadap kinerja (audit judgment)

didasarkan pada teori expectancy (pengharapan) (Vroom, 1964) yang menyatakan

bahwa motivasi seseorang pada situasi tertentu adalah fungsi dari dua faktor: (1)

expectancy mengenai hubungan diantara upaya dengan hasil tertentu (misal, tingkat

bayaran tertentu untuk tingkat kinerja tertentu), yang disebut sebagai ”expectancy

upaya-hasil” dan (2) valensi (daya tarik) hasil. Selain itu teori keagenan/melalui teori

perkiraan utilitas (Baiman, 1982, 1990; Eisenhardt, 1989), melalui asumsinya bahwa

para individu adalah pemaksimal utilitas yang diharapkan. Pada dasarnya, teori

expectancy dan teori keagenan menyatakan bahwa insentif insentif keuangan

mempengaruhi daya tarik/utilitas berbagai macam hasil, dan bahwa upaya

mempengaruhi probabilitas pencapaian hasil-hasil (Audit judgment). Berdasarkan teori

yang mendasari serta beberapa penelitian maka hipotesis sebagai berikut:

H1. Pengaruh insentif kinerja terhadap audit judgment

H1a. Ada perbedaan audit judgment yang dibuat oleh auditor yang menerima insentif

kinerja dengan auditor yang tidak menerima insentif kinerja.

2.3.2. Pengaruh Insentif Kinerja Terhadap Upaya

Libby dan Lipe (1992) menemukan bahwa insentif keuangan meningkatkan

upaya yang dicurahkan pada tugas tugas kognitif. Selain itu, Chang et al (1997) meneliti

justifikasi sebagai insentif kinerja non keuangan yang mungkin mempengaruhi proses

upaya. Zuraidah dan Takiah (2007) juga menemukan bahwa insentif kinerja (keuangan

dan non keuangan) dapat meningkatkan durasi upaya. Insentif keuangan dan non

keuangan memotivasi tingkat upaya yang lebih tinggi. Penelitian yang sama juga

Insentif Kinerja

Yang menerima

dan tidak

menerima

Audit judgment

Insentif Kinerja

Yang menerima

dan tidak

menerima

Upaya (Effort)

Insentif Kinerja

Yang menerima

dan tidak

menerima

Upaya (Effort)

Audit judgment

Kompleksitas Tugas

Page 4: PENGARUH INSENTIF KINERJA TERHADAP AUDIT JUDGMENT, … · 2017. 2. 28. · H2a. Ada perbedaan upaya oleh auditor yang menerima insentif kinerja dengan auditor yang tidak menerima

4

dilakukan oleh Ria Nelly Sari, dkk, (2008) dan hasil penelitiannya menunjukkan bahwa

dengan adanya insentif kinerja maka upaya (effort) akan tinggi.

Teori social cognitive (kemampuan diri) (Bandura, 1986, 1991, 1997)

memperluas teori expectancy dan teori penentuan tujuan dengan meng-eksplikasikan

lebih lanjut faktor-faktor kognitif yang mempengaruhi upaya, dan konsekuensinya,

mekanisme-mekanisme kognitif yang mungkin dimana insentif-insentif keuangan dapat

mempengaruhi upaya. Berdasarkan teori yang mendasari serta beberapa penelitian, maka

hipotesinya adalah :

H2. Pengaruh insentif kinerja terhadap upaya

H2a. Ada perbedaan upaya oleh auditor yang menerima insentif kinerja dengan auditor

yang tidak menerima insentif kinerja

2.3.3. Pengaruh Insentif Kinerja terhadap Audit judgment dan Upaya sebagai

variabel intervening

Bonner et al (2000), menemukan bahwa dengan adanya insentif keuangan,

maka akan meningkatkan upaya dan kinerja (audit judgment). Libby dan Luft (1993)

serta Bonner (1999) juga menemukan hasil yang sama, di mana insentif keuangan akan

mendorong seseorang untuk meningkatkan upaya dan kinerjanya. Zuraidah dan Takiah

(2007) menemukan bahwa dengan adanya insentif kinerja (keuangan dan non keuangan)

akan meningkatkan upaya dan kinerja seseorang. Chung dan Monroe (2001) mengatakan

bahwa kompleksitas tugas yang tinggi berpengaruh terhadap judgment yang diambil

oleh auditor. Berdasarkan teori dan beberapa penelitian sebelumnya, maka hipotesisnya

adalah :

H3. Ada pengaruh insentif kinerja terhadap audit judgment dengan upaya sebagai

variabel intervening

2.3.4. Pengaruh Upaya terhadap Audit judgment dan Kompleksitas Tugas sebagai

Variabel Moderating

Bonner dan Sprinkle (2002) menemukan bahwa jika diberikan insentif akan

mendorong upaya dan kinerja yang tinggi yang dimoderasikan oleh kompleksitas tugas

yang rendah. Sebaliknya jika tidak kompleksitas tugas tinggi maka kinerja akan rendah,

dan jika tidak diberikan insentif maka akan menyebabkan upaya dan kinerja yang rendah

sedangkan kompleksitas tugas tidak terpengaruh. Zuraidah dan Takiah (2007)

menemukan bahwa kompleksitas tugas dengan upaya yang tinggi akan menyebabkan

kinerja penilaian audit yang tinggi. Jika tugas adalah terstruktur dengan baik atau telah

dipelajari dengan baik, umpan balik tertentu mungkin memberikan motivasi yang besar

dan peran terarah melalui upaya dan pembuatan strategi (Earley et al., 1990). Penelitian

Chung dan Monroe (2001) mengatakan bahwa kompleksitas tugas yang tinggi

berpengaruh terhadap judgment yang diambil oleh auditor. Abdolmohammadi dan

Wright (1986) menunjukkan bahwa terdapat perbedaan judgment yang diambil auditor

pada pada kompleksitas tugas tinggi dan kompleksitas tugas rendah. Stuart (2001)

mengatakan bahwa kompleksitas tugas berpengaruh terhadap audit judgment jika

perusahaan audit tidak terstruktur. Cheng, dkk., (2003) mengatakan bahwa kompleksitas

tugas tidak berpengaruh signifikan terhadap kinerja keputusan. Berdasarkan teori yang

diatas dan beberapa penelitian terdahulu maka hipotesisnya adalah :

H4. Ada pengaruh upaya terhadap audit judgment

H5. Ada pengaruh upaya terhadap audit judgment yang dimoderasikan oleh

kompleksitas tugas perspektif

Page 5: PENGARUH INSENTIF KINERJA TERHADAP AUDIT JUDGMENT, … · 2017. 2. 28. · H2a. Ada perbedaan upaya oleh auditor yang menerima insentif kinerja dengan auditor yang tidak menerima

5

3. Metode Penelitian

3.1 Situasi Penelitian

Situasi pada penelitian ini dimana setiap partisipan menerima buku yang terdiri

dari narasi kasus-kasus, instruksi-instruksi dan pertanyaan-pertanyaan mengenai test

subtantive dan compliance test, untuk tugas dibagi dalam dua yakni pertama untuk

kompleksitas tugas yang tinggi dan kedua kompleksitas tugas yang rendah. Variabel

insentif kinerja dimanipulasi dimana para partisipan diberitahu bahwa kuesioner ini

merupakan bagian dari pada kinerja individu (reward) dan diberikan insentif keuangan

berupa uang berkisar antar 250.000 – 500.000 perorang agar partisipan termotivasi

untuk melakukan tugas dengan baik. Sedangkan untuk variabel upaya (effort)

dimanipulasi dimana pada saat memulai mengerjakan tugas atau kasus partisipan

diminta untuk mencatat waktu dimulai dan mencatat waktu pada saat selesai

mengerjakan tugas atau kasus.

3.2 Subyek Eksperimen

Partisipan penelitian ini adalah staf auditor pada Kantor Akuntan Publik (KAP)

pada 4 (empat) kota yaitu Jakarta, Semarang, Surabaya dan Makassar. Auditor yang

dijadikan partisipan penelitian adalah senior akuntan dan supervisi. Partisipan yang

terlibat dalam eksperimen dibagi dalam dua kelompok perlakuan, kelompok pertama

penghargaan berupa insentif kinerja (uang). Kelompok kedua, kelompok ini tidak

menerima insentfi kinerja (penghargaan) berupa uang.

3.3 Disain Eksperimen

Eksperimen ini menggunakan between-subject-design. Penelitian ini

menggunakan lima perlakuan eksperimen. Eksperimen pertama menguji hubungan

kausalitas antara variabel independen insentif kinerja (yang menerima dan yang tidak

menerima) dan variabel dependen audit judgment, dimana pada eksperimen menguji

hipotesa H1 dan H1a. Eksperimen kedua menguji hubungan kausalitas antara variabel

independen insentif kinerja (yang menerima dan yang tidak menerima) dan variabel

dependen upaya (effort), dimana eksperimen ini digunakan untuk menguji hipotesa H2

dan H2a. Eksperimen ketiga menguji hubungan kausalitas antara variabel independen

insentif kinerja (yang menerima dan yang tidak menerima) terhadap audit judgment

dengan upaya (effort) sebagai variabel intervening, dimana pada eksperimen ini

digunakan untuk menguji hipotesis H3. Eksperimen keempat Variabel independen

adalah upaya (effort) terhadap audit judgment Pada eksperimen keempat menguji

hubungan kausalitas antara variabel independen upaya (effort) terhadap audit judgment,

dimana pada eksperimen ini digunakan untuk menguji hipotesis H4. Eksperimen kelima

Variabel independen adalah upaya (effort) terhadap audit judgment dengan

kompleksitas tugas (tinggi dan rendah) sebagai variabel moderating. Eksperimen yang

digunakan untuk menguji hipotesis H5.

3.4 Urutan pelaksanaan eksperimen

Partisipan diproyeksikan sebagai anggota tim audit yang bertugas untuk

melakukan audit atas laporan keuangan. Partisipan menjawab beberapa kasus audit yang

dibagi dalam dua bagian. Bagian pertama terdiri dua kasus, yaitu Kasus Audit I (PT

Maju Mundur) dan Kasus Audit II (Perusahaan Mobil ABC). Kasus Audit I partisipan

melakukan uji test substantive dengan menjawab 9 pertanyaan dan mencatat waktu

dimulai mengerjakan kasus dan mencatat waktu pada saat selesai mengerjakan kasus

tersebut. Kasus Audit II partisipan melakukan uji test substantive dengan menjawab 8

pertanyaan serta diminta untuk mencatat waktu dimulai mengerjakan kasus dan

Page 6: PENGARUH INSENTIF KINERJA TERHADAP AUDIT JUDGMENT, … · 2017. 2. 28. · H2a. Ada perbedaan upaya oleh auditor yang menerima insentif kinerja dengan auditor yang tidak menerima

6

mencatat waktu pada saat selesai mengerjakan kasus tersebut. Bagian kedua terdiri atas

3 kelompok pertanyaan yaitu kelompok pertama uji pengendalian (compliance test),

kelompok kedua langkah langkah uji subtantive test, kelompok ketiga daftar kesalahan

laporan keuangan (finance error). Bagian 2 partisipan menjawab masing-masing

kelompok pertanyaan dengan penjelasan deskriptif. Selain menjawab secara deskriptip

partisipan dan mencatat waktu dimulai mengerjakan kasus serta mencatat waktu pada

saat selesai mengerjakan kasus tersebut.

3.5 Definisi dan Pengukuran Variabel Penelitian

3.5.1 Variabel Independen Insentif Kinerja

Insentif kinerja (keuangan) adalah pemberian uang kepada seseorang untuk

memotivasi dan meningkatkan kinerja (Atkinson, Banker, Kaplan, Young, 2001;

Horngren, Foster, & Datar, 2000; Zimmerman, 2000).

3.5.2 Variabel Independen Kompleksitas tugas

Penelitian ini menggunakan tugas-tugas evaluasi kontrol internal dari Bonner

dan Lewis (1990), Tan dan Kao (1999), Tan et al (2002), Zuraidah dan Takiah (2007),

dan Ria Nelly Sari dkk (2008). Kuesioner terbagi atas 2 bagian. Pertama meliputi

pertanyaan untuk kompleksitas tugas yang rendah terdiri dari beberapa pertanyaan audit

mengenai substantive test, tugas audit dan pengalaman tugas, sedangkan kedua

merupakan kuesioner untuk tingkat kompleksitas tugas yang tinggi terdiri dari

pertanyaan yang menyangkut compliance test, substantive test, upaya dan daftar

kesalahan laporan keuangan.

Manipulasi dilakukan dengan memberikan tugas kepada partisipan dengan dua

tingkatan tugas antara lain :

1. Untuk tugas dengan kompleksitas yang rendah, partisipan membuat daftar uji

kepatuhan untuk memastikan apakah kontrol dari klien terhadap hutang dagang dan

kewajiban adalah efektif, dan membuat daftar uji substantive untuk mencari

kewajiban-kewajiban yang tidak dicatat. Tugas ini kompleksitasnya relatif rendah

karena para partisipan hanya diminta untuk mengingat prosedur-prosedur tertentu

tanpa perlu memeriksa pentingnya informasi.

2. Tugas dengan kompleksitas yang tinggi, para partisipan menunjukkan kekeliruan-

kekeliruan laporan keuangan yang mungkin dari kelemahan kontrol di dalam sistem

hutang dagang. Partisipan menentukan kekeliruan tersebut, akun yang terpengaruh,

dan apakah akun-akun ini akan overstated atau understated. Tugas ini lebih rumit

dibandingkan tugas pertama karena para partisipan perlu memahami skenario,

memeriksa berbagai petunjuk dan memikirkan beberapa kemungkinan (Bonner dan

Lewis, 1990; Tan dan Kao, 1999; Tan et al 2002; Zuraidah dan Takiah, 2007; dan

Ria Nelly Sari dkk, 2008).

3.5.3 Variabel Independen/Dependen Upaya

Upaya (effort) diukur dengan menggunakan jumlah waktu yang dipergunakan

oleh partisipan untuk menyelesaikan tugas atau kasus kuesioner eksperimen.

Penggunaan proksi durasi waktu di dalam eksperimen audit telah diterapkan di dalam

penelitian Jiambalvo (1979), Libby dan Lipe (1992), Zuraidah dan Takiah (2007), dan

Ria Nelly Sari dkk (2008). Durasi waktu yang diberikan untuk kompleksitas tugas

rendah 30 menit dan kompleksitas tugas tinggi 30 menit. Partisipan diminta untuk

menuliskan waktu saat memulai dan waktu saat menyelesaikan tugas tugas dan waktu

yang dipergunakan tidak melebihi waktu yang telah ditetapkan setiap tugas.

Page 7: PENGARUH INSENTIF KINERJA TERHADAP AUDIT JUDGMENT, … · 2017. 2. 28. · H2a. Ada perbedaan upaya oleh auditor yang menerima insentif kinerja dengan auditor yang tidak menerima

7

3.5.4 Variabel Dependen Audit Judgment

Audit judgment adalah pengambilan keputusan seorang auditor dalam setiap

kasus/bukti yang dihadapi dalam rangka melakukan tugas audit. Sedangkan menurut Ria

dkk, (2008), Bonner, Sprinkle (2002) dan Zuraidah, Takiah (2007), audit judgment

adalah efektivitas kinerja yang mengacu pada seberapa baik tugas tertentu dilakukan

dalam kaitannya dengan kriteria. Audit judgment diukur melalui jumlah jawaban yang

benar. Untuk tugas dengan kompleksitas rendah, evaluasi audit judgment adalah

didasarkan pada jumlah daftar uji substantive test dan kepatuhan yang benar dengan

niulai skor tertinggi 100. Untuk tugas dengan kompleksitas tinggi, kinerja ditentukan

oleh jumlah kesalahan dengan nilai tertinggi 100. Jawaban-jawaban dianggap masuk

akal jika terjadinya kesalahan, akun akun yang akan terpengaruh dan besarnya kesalahan

dinyatakan secara benar. Jawaban-jawaban dikatakan tidak masuk akal jika tidak

memenuhi seluruh kriteria untuk jawaban-jawaban yang masuk akal (Bonner dan

Sprinkle, 2002).

3.5.5 Variabel Kontrol

Penelitian sebelumnya memasukkan beberapa variabel antara lain: umur,

pengalaman, pengetahuan, dan kemampuan akademik sebagai variabel variabel kontrol.

Penelitian terdahulu juga mendukung bahwa kedua variabel ini terkait secara signifikan

dengan audit judgment (chung dan Monroe, 2001; Chang et al, 1997; Zuraidah dan

Takiah (2007) dan Ria Nelly Sari dkk (2008).

3.6 Statistik Deskriptif Statistik deskriptif penelitian dilakukan untuk memberikan gambaran segi

demografis dari partisipan penelitian dan deskripsi mengenai variabel penelitian.

Penelitian ini menggunakan tabel distribusi frekuensi absolut yang menunjukkan angka

rata rata deviation standard.

3.8 Metode Analisis

Dalam penelitian ini menggunakan analisis regresi dan uji beda (T-Test)

3.8.1 Uji Kualitas Data

Uji reliabilitas dilakukan untuk mengukur apakah jawaban seseorang terhadap

pernyataan dalam suatu kuesioner konsisten dan stabil dari waktu ke waktu (Ghozali,

2005). Pengukuran reliabilitas dilakukan dengan uji statistik Cronbach alpha (α). Suatu

konstruk dikatakan reliabel jika memberikan nilai Cronbach alpha > 0,60 (Nunnaly,

1967 dalam Ghozali, 2005). Uji validitas dilakukan dengan melakukan korelasi bivariate

antara masing-masing skor indikator dengan total skor konstruk. Masing-masing

indikator kuesioner dikatakan valid apabila korelasi antara masing-masing indikator

terhadap total skor konstruk menunjukkan hasil yang signifikan (Ghozali, 2005).

3.8.2 Menilai Goodness of Fit Model

Ketepatan fungsi regresi sampel dalam menaksir nilai aktual dapat diukur dari

goodness of fitnya. Secara statistik, ini dapat diukur dari nilai koefisien dtereminasi dan

nilai statistik F.

a. Uji Signifikansi Simultan (Uji statistik F) Uji F digunakan untuk melihat apakah variabel indenpenden yang dimasukkan

dalam model mampu berperan sebagai prediktor atas variabel dependen.

b. Koefisien Determinasi Nilai koefisien determinasi adalah antara nol dan satu. Menurut Gujarati (2003)

dalam Ghozali (2006), jika dalam uji empiris didapat nilai adjusted R2 negatif,

maka nilai adjusted R2 dianggap bernilai nol. Secara matematis jika nilai R2 = 1,

Page 8: PENGARUH INSENTIF KINERJA TERHADAP AUDIT JUDGMENT, … · 2017. 2. 28. · H2a. Ada perbedaan upaya oleh auditor yang menerima insentif kinerja dengan auditor yang tidak menerima

8

maka adjusted R2 = R2=1, sedangkan jika nilai R2=0, maka adjusted R2=(1-k)(n-

k), jika k>1, maka adjusted R2 akan bernilai negatif.

3.8.3. Uji Asumsi Klasik

a. Uji Normalitas

Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi variabel

dependen dan variabel independen keduanya memiliki distribusi normal atau tidak.

Model ini juga dilakukan untuk menguji apakah model uji beda memiliki distribusi data

normal atau mendekati normal.

b. Uji Multikolinearitas

Multikolinearitas digunakan untuk menguji apakah dalam model regresi yang

digunakan, ditemukan adanya korelasi antar variabel indenpenden, Untuk mendeteksi

adanya multikolinearitas bisa diuji dengan menganalisis matrik korelasi antar variabel

bebas dan menghitung nilai tolerance serta VIF (variance inflation factor).

c. Uji Heteroskedastisitas

Heteroskedastisitas menguji terjadinya perbedaan variance resdiual suatu

periode pengamatan ke periode pengamatan yang lain. Pada penelitian ini pendeteksian

ada tidaknya heteroskedatisitas pada suatu model dapat diketahui dengan uji Glejser.

Glejser mengusulkan untuk meregres nilai absolut residul terhadap variabel indenpenden

(Gujarati dalam Ghozali, 2006)

3.8.4 Analisis Statistik

Penelitian ini adalah eksperimen untuk menguji beberapa hipotesis sebagai

berikut :

KPA = α + b1I K + e -------------------- (hipotesis 1)

Upy = α + b1I K + e --------------------- (hipotesis 2)

KPA = α + b1I K + b1Upy + e ------------- (hipotesis 3)

KPA = α + b1Upy + e --------------------- (hipotesis 4)

KPA = α + b1UPY + b2KT + b3UPY*KT + e ---- (hipotesis 5)

4. Analisis data dan Pembahasan

4.1 Statistik Deskriptif Variabel Penelitian

Nilai rata rata jawaban variabel upaya untuk kisaran sesungguhnya di atas nilai

rata rata kisaran teoritis, maka dapat disimpulkan bahwa upaya pada auditor cukup baik/

tinggi. Nilai rata rata jawaban variabel kompleksitas tugas untuk kisaran sesungguhnya

diatas nilai rata rata kisaran teoritis, maka dapat disimpulkan bahwa kompleksitas tugas

pada auditor cukup tinggi. Nilai rata rata jawaban variabel audit judgment untuk kisaran

sesungguhnya di atas nilai rata rata kisaran teoritis, maka dapat disimpulkan bahwa

audit judgment (rendah) pada auditor cukup tinggi.

4.2 Uji Kualitas Data

a. Uji Validitas

Uji Validitas menunjukkan bahwa korrelasi antara masing masing indikator

terhadap variabel upaya menunjukkan hasil yang signifikan sehingga memenuhi kreteria

validitas. Validitas variabel kompleksitas tugas dimana masing masing indikator

memiliki nilai yang signifikan menegaskan bahwa item item pertanyaan yang diberikan

kepada partisipan mampu menjelaskan konsep variabel kompleksitas tugas. Variabel

Page 9: PENGARUH INSENTIF KINERJA TERHADAP AUDIT JUDGMENT, … · 2017. 2. 28. · H2a. Ada perbedaan upaya oleh auditor yang menerima insentif kinerja dengan auditor yang tidak menerima

9

audit judgment dimana validitas item item pertanyaan yang diberikan kepada partisipan

mampu menjelaskan konsep variabel audit judgment.

b. Uji Realibilitas

Uji realiabilitas digunakan untuk mengukur konsistensi pernyataan dari waktu

ke waktu. Dalam penelitian ini uji realiabilitas menggunakan nilai Cronbach Alpha.

Suatu variabel dikatakan reliabel jika memberikan nilai Cronbach Alpha > 0,60. Hasil

uji reabilitas menunjukkan variabel upaya, audit judgment dan kompleksitas tugas lebih

besar dari Cronbach Alpha berkisar 77 % sampai dengan 85%

c. Uji Normalitas

Uji Normalitas untuk semua variabel penelitian hasilnya menunjukkan bahwa

terdistribusi secara merata dan mengelompok ditengah hal ini berarti menunjukkan

bahwa data distribusi normal.

d. Uji Multikolinieritas Hail uji multikolineritas terlihat nilai tolerance masing masing variabel 0,158

dan 0,158, sedangkan nilai VIF sebesar 6,342 dan 6,342. Nilai tolerance yang lebih

besar dari 0,1, dan nilai VIF lebih kecil dari 10 menunjukkan bahwa model regresi ini

tidak terdapat masalah multikolinieritas.

e. Uji Heteroskedastisitas

Pengujian heteroskedastisitas menggunakan grafik plot antara nilai prediksi

variabel terikat (dependen) audit judgment (Ktask_R) yaitu ZPRED dengan residualnya

SRESID. Hasil pengujian menunjukkan tidak ada pola yang jelas serta titik titik

menyebar diatas dan dibawah angka 0 pada sumbu y dan disimpulkan tidak terjadi

heteroskedastisitas.

4.3 Hasil Uji Hipotesis Peneltian dan Pembahasan

4.3.1 Pengujian Hipotesis 1.

Hasil analisa regresi dengan menggunakan program SPSS menghasilkan model

summary menunjukkan bahwa besarnya adjusted R² adalah 0,915 hal ini berarti 91,5%

variasi audit judgment dapat dijelaskan oleh variasi dari variabel independen insentif

kinerja, sedangkan sebesar 8,5% dijelaskan oleh sebab lain diluar model. Pengujian Uji

beda T-Test ditabel 4.16 menghasilkan nilai t asumsi equal variance assumed adalah

34,840, dengan probabilitas 0,000 (two tael) karena probabilitas lebih kecil dari 0,05,

maka ini berarti variance kedua kelompok insentif kinerja (yang menerima dan yang

tidak menerima) benar benar berbeda atau dengan kata lain ada perbedaan audit

judgment yang dibuat oleh auditor yang menerima insentif kinerja dengan kelompok

yang tidak menerima insentif kinerja. (Ghozali, hal 65-66, 2011).

Berdasarkan data statistik maka dimana konstanta sebesar 83,860 dan koefisien

regresinya insentif kinerja 52,719 persamaan regresi adalah Audit Judgment = 83,860

Model Summaryb

Model R

R

Square

Adjusted

R

Square

Std. Error

of the

Estimate

Change Statistics

Durbin-

Watson

R Square

Change F Change df1 df2

Sig. F

Change

1 .957a .916 .915 8.078 .916 1213.830 1 112 .000 .917

a. Predictors: (Constant), Inc. Kinerja

b. Dependent Variable: Judgment

Page 10: PENGARUH INSENTIF KINERJA TERHADAP AUDIT JUDGMENT, … · 2017. 2. 28. · H2a. Ada perbedaan upaya oleh auditor yang menerima insentif kinerja dengan auditor yang tidak menerima

10

+52,719 Insentif kinerja. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa semakin besar insentif

kinerja yang didapatkan oleh auditor maka semakin baik audit judgment yang dibuat

oleh auditor tersebut dibandingkan dengan auditor ynag tidak mendapatkan insentif

kinerja.

Coefficientsa

Model

Unstandardized

Coefficients

Standardized

Coefficients

t Sig.

Collinearity

Statistics

B Std. Error Beta Tolerance VIF

1 (Constant) 83.860 1.070 78.375 .000

Inc. Kinerja 52.719 1.513 .957 34.840 .000 1.000 1.000

a. Dependent Variable: Judgment

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Ponemon dan Ghabart (1990),

Shaub dan Lawrence (1996), (Windsor dan Ashkanasy (1995) dalam Louwers et al,

1998), Johnson, P.K, Jamal and Berryman (1991), Janne Chung dan Garry S. Monroe

(2000), Gorry dan Scott-Morton (1971), Keen dan Scott-Morton (1978), Ashton dan

Kramer (1980), Libby dan Lipe (1992), serta Zuraidah dan Takiah (2007). Hasil

penelitian sesuai dengan teori expectancy (teori pengharapan) Vroom (1964), teori

keagenan dari Baiman (1982, 1990), Eisanhardt (1989).

4.3.2 Pengujian Hipotesis 2

Hasil analisa regresi dengan menggunakan program SPSS menghasilkan model

summary menunjukkan bahwa besarnya adjusted R² adalah 0,949 hal ini berarti 94,9%

variasi upaya (effort) dapat dijelaskan oleh variasi dari variabel independen insentif

kinerja, sedangkan sebesar 5,1% dijelaskan sebab lain diluar model. Pengujian Uji beda

T-Test menghasilkan nilai t asumsi equal variance assumed adalah 46,078 dengan

probabilitas 0,000 (two tael) karena probabilitas lebih kecil dari 0,05, maka ini berarti

variance kedua kelompok insentif kinerja (yang menerima dan yang tidak menerima)

benar benar berbeda atau dengan kata lain ada perbedaan upaya (effort) yang dibuat oleh

auditor yang menerima insentif kinerja dengan kelompok yang tidak menerima insentif

kinerja. (Ghozali, hal 65-66, 2011).

Hasil data statistik dimana nilai konstanta sebesar 15,667 dan koefisien

regresinya insentif kinerja 16,579 maka variabel upaya (effort) dipengaruhi oleh insentif

kinerja dengan persamaan matematis: Upaya (effort) = 15,667 + 16,579 Insentif kinerja.

Hasil penelitian ini menunjukkan dimana semakin besar insentif kinerja ynag didapatkan

Model Summaryb

Model R

R

Square

Adjuste

d R

Square

Std. Error

of the

Estimate

Change Statistics

Durbin-

Watson

R

Square

Change F Change df1 df2

Sig. F

Change

1 .975a .950 .949 1.921 .950 2123.181 1 112 .000 .925

a. Predictors: (Constant), Inc. Kinerja

b. Dependent Variable: Effort

Page 11: PENGARUH INSENTIF KINERJA TERHADAP AUDIT JUDGMENT, … · 2017. 2. 28. · H2a. Ada perbedaan upaya oleh auditor yang menerima insentif kinerja dengan auditor yang tidak menerima

11

auditor maka semaikin besar effort (upaya) yang akan dilakukan auditor dibandingkan

dengan auditor yang tidak mendapatkan insentif kinerja.

Coefficientsa

Model

Unstandardized

Coefficients

Standardized

Coefficients

t Sig.

Collinearity

Statistics

B Std. Error Beta Tolerance VIF

1 (Constant) 15.667 .254 61.578 .000

Inc. Kinerja 16.579 .360 .975 46.078 .000 1.000 1.000

a. Dependent Variable: Effort

Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil Awasthi dan Pratt (1990), Libby dan

Lippe (1992), Chang et al (1997), serta Zuraidah dan Takiah (2007), Ria Nelly Sari dkk

(2008. Hasil penelitian ini sesuai dengan teori expectancy (teori pengharapan) dari

Vroom (1964), teori social-kognitive (teori kemampuan diri) Bandura (1986,1991,1997)

4.3.3 Pengujian Hipotesis 3

Hasil analisa regresi dengan menggunakan program SPSS menghasilkan model

summary menunjukkan bahwa besarnya adjusted R² adalah 0,925 hal ini berarti 92,5%

variasi audit judgment dapat dijelaskan oleh variasi dari variabel independen insentif

kinerja dan variabel upaya, sedangkan sebesar 7,5% dijelaskan oleh sebab lain diluar

model, dapat dikatakan model ini sangat baik.

Model Summaryb

Model R

R

Square

Adjuste

d R

Square

Std. Error

of the

Estimate

Change Statistics

Durbin-

Watson

R Square

Change

F

Change df1 df2

Sig. F

Change

1 .962a .926 .925 7.587 .926 695.982 2 111 .000 1.089

a. Predictors: (Constant), Effort, Inc. Kinerja

b. Dependent Variable: Judgment

Pengujian Uji T-Test menghasilkan bahwa upaya (effort) dan audit judgment

yang dibuat oleh kelompok auditor yang menerima insentif kinerja berbeda dengan

kelompok auditor yang tidak menerima insentif kinerja, serta insentif kinerja

berpengaruh terhadap audit judgment dan upaya (effort).

Hasil uji signifikasi parameter individual (uji statistik t), dimana konstanta

sebesar 60,497 dan koefisien regresinya sebesar insentif kinerja 27,996 dan 1,491

koefisien regresi effort (upaya) maka variabel audit judgment dipengaruhi oleh insentif

kinerja dan effort (upaya) dengan persamaan matematis : Audit judgment = 60,497 +

27,996 Insentif kinerja + 1,491 Effort

Page 12: PENGARUH INSENTIF KINERJA TERHADAP AUDIT JUDGMENT, … · 2017. 2. 28. · H2a. Ada perbedaan upaya oleh auditor yang menerima insentif kinerja dengan auditor yang tidak menerima

12

Coefficientsa

Model

Unstandardized

Coefficients

Standardized

Coefficients

t Sig.

Collinearity

Statistics

B Std. Error Beta Tolerance VIF

1 (Constant) 60.497 5.933 10.196 .000

Inc. Kinerja 27.996 6.349 .508 4.409 .000 .050 19.957

Effort 1.491 .373 .460 3.995 .000 .050 19.957

a. Dependent Variable: Judgment

Hasil penelitian ini menunjukkan semakin besar insentif kinerja yang diberikan

kepada auditor maka semakin besar effort (upaya) yang akan dilakukan oleh seorang

auditor dan akan menghasilkan audit judgment yang baik dibandingkan dengan tidak

mendapatkan insentif kinerja. Selain itu effiort (upaya) yang digunakan antara wanita

yang mendaptkan insentif kinerja lebih baik dibandingkan dengan laki-laki.Hasil

penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian Libby dan Luft (1993), Bonner (1999),

Zuraidah dan Takiah (2007 dan Ria Nelly Sari dkk (2008). Selain itu hasil penelitian ini

sejalan dengan teori ekspectansi (teori pengharapan) dari Vroom (1964), teori Social

Cognitive (kemampuan diri) dari Bandura (1986,1991,1997).

4.3.4 Pengujian Hipotesis 4

Hasil analisa regresi dengan menggunakan program SPSS menghasilkan model

summary menunjukkan bahwa besarnya adjusted R2 adalah 0,912 hal berarti 91,2 %

variasi audit judgment dapat dijelaskan oleh variasi dari variabel independen upaya

(effort), sedangkan sebesar 8,8 % dijelaskan oleh sebab lain di luar model, sehingga

dapat dikatakan model regresi ini sangat baik.

Model Summaryb

Model R

R

Square

Adjusted

R

Square

Std. Error

of the

Estimate

Change Statistics

Durbin-

Watson

R Square

Change F Change df1 df2

Sig. F

Change

1 .956a .913 .912 8.188 .913 1178.459 1 112 .000 1.223

a. Predictors: (Constant), Effort

b. Dependent Variable: Judgment

Hasil uji signifikasi parameter individual (uji statistik t) dimana konstanta

sebesar 36,068 dan koefisien regresinya upaya (effort) 3,095 maka variabel audit

judgment dipengaruhi oleh effort (upaya) dengan persamaan matematis : Audit

judgment = 36,068 + 3,095 upaya (effort). Selain itu audit judgment seorang auditor

dipengaruhi oleh tingkat upaya (effort) yang dilakukan oleh auditor dan auditor

melakukan upaya (effort) yang tinggi lebih baik dibandingkan dengan auditor yang

melakukan upaya (effort) yang rendah dan menghasilkan audit judgment. Hasil

penelitian ini menunjukkan dimana upaya mempunyai hubungan positif dengan audit

judgment semakin besar effort (upaya) yang digunakan oleh auditor maka semakin baik

audit judgment yang dihasilkan.

Page 13: PENGARUH INSENTIF KINERJA TERHADAP AUDIT JUDGMENT, … · 2017. 2. 28. · H2a. Ada perbedaan upaya oleh auditor yang menerima insentif kinerja dengan auditor yang tidak menerima

13

Coeffisients

Model

Unstandardized

Coefficients

Standardized

Coefficients

t Sig.

Collinearity Statistics

B Std. Error Beta

Toleranc

e VIF

1 (Constant) 36.068 2.292 15.736 .000

Effort 3.095 .090 .956 34.329 .000 1.000 1.000

a. Dependent Variable: Judgment Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Bonner (1999), Bonner dan

Sprinkle (2002), Zuraidah dan Takiah (2007), serta Ria Nelly dan Sari dkk (2008). Serta

hasil penelitian ini sejalan dengan teori ekspectansi (teori pengharapan) dari Vroom,

teori Social Cognitive (kemampuan diri) dari Bandura (1986,1991,1997), dan Goal

Setting Theory dari Latham (1990).

4.3.5 Pengujian Hipotesis 5

Hasil analisa regresi dengan menggunakan program SPSS menghasilkan model

summary menunjukkan bahwa besarnya adjusted R2 adalah 0,927 hal berarti 92,7 %

variasi audit judgment dapat dijelaskan oleh variasi dari variabel indenpenden upaya

(effort), kompleksitas tugas sebagai variabel moderating, sedangkan sebesar 7,3 %

dijelaskan oleh sebab lain di luar model, sehingga dapat dikatakan model regresi ini

sangat baik.

Model Summaryb

Model R

R

Square

Adjusted

R

Square

Std. Error of the

Estimate

Change Statistics

Durbin-

Watson

R Square

Change

F

Change df1 df2

Sig. F

Change

1 .964a .929 .927 7.460 .929 481.556 3 110 .000 1.172

a. Predictors: (Constant), Effort x Task, Effort, Task

b. Dependent Variable: Judgment

Hasil uji signifikasi parameter individual (uji statistik t) dimana konstanta

sebesar 44,009 dan koefisien regresinya upaya (effort) 2,544, koefisein regresi

kompleksitas tugas 64,367, moderating -1,669 maka variabel audit judgment

dipengaruhi oleh upaya (effort), kompleksitas tugas dengan persamaan matematis: Audit

judgment = 44,009 + 2,544 Upaya (Effort)+64,367 K.Task -1,669 upaya x k.task.

Sehingga dapat dikatakan bahwa hubungan upaya (effort) terhadap audit judgment

dimoderasikan dengan komplesitas tugas, dengan upaya (effort) yang rendah atau tinggi

akan menghasilkan audit judgment yang tinggi pada kompleksitas tugas rendah dan

sebaliknya pada kompleksitas tugas tinggi tidak ada perbedaan pada upaya (effort). Hasil

ini mendukung penelitian ini antara lain penelitian yang dilakukan oleh Early et al

(1990), Bonner (1999), Chung dan Monroe (2001), Bonner dan Sprinkle (2002), Kanfer

(1990), Zuraidah dan Takiah (2007) dan Ria Nelly Sari dkk (2008), serta sesuai dengan

teori social-cognitive(teori kemampuan diri) (Bandura, 1986, 1991, 1997), teori

kemampuan-diri memperluas teori expectancy dan goal setting theory (teori penentuan

tujuan).

Page 14: PENGARUH INSENTIF KINERJA TERHADAP AUDIT JUDGMENT, … · 2017. 2. 28. · H2a. Ada perbedaan upaya oleh auditor yang menerima insentif kinerja dengan auditor yang tidak menerima

14

Coefficientsa

Model

Unstandardized

Coefficients

Standardized

Coefficients

t Sig.

Collinearity

Statistics

B Std. Error Beta Tolerance VIF

1 (Constant) 44.009 9.510 4.627 .000

Effort 2.544 .604 .785 4.213 .000 .019 54.018

Task 64.367 17.706 1.168 3.635 .000 .006 160.550

Effort x Task -1.669 .760 -.981 -2.195 .030 .003 310.544

a. Dependent Variable: Judgment

5. Kesimpulan dan Implikasi Penelitian

5.1. Kesimpulan

Penelitian ini bertujuan untuk menguji : (1) pengaruh insentif kinerja terhadap

audit judgment, (2) perbedaan audit judgment yang dibuat oleh auditor yang menerima

insentif kinerja dengan auditor yang tidak mendapatkan insentif kinerja, (3) pengaruh

insentif kinerja terhadap upaya (effort), (4) perbedaan upaya (effort) oleh auditor yang

menerima insentif kinerja dengan auditor yang tidak menerima insentif kinerja, (5)

pengaruh insentif kinerja terhadap audit judgment dengan upaya (effort) sebagai variabel

intervening dan, (6) pengaruh upaya (effort) terhadap audit judgment, (7) pengaruh

upaya (effort) terhadap audit judgment yang dimoderasikan oleh kompleksitas tugas.

Penelitian ini menggunakan 3 variabel indenpenden, yaitu insentif kinerja, upaya

(effort), dan kompleksitas tugas. Disamping itu juga menggunakan 2 variabel dependen,

yaitu audit judgment dan upaya (effort).

Partisipan penelitian adalah auditor yang bekerja pada kantor akuntan publik,

cara pemilihan auditor dilakukan dengan purposive sampling dikarenakan partisipan

penelitian ini agak sulit untuk dikumpulkan dalam suatu ruangan sehingga dilakukan

metode tersebut. Pemilihan sampel dengan metode purposive sampling didapatkan 57

sampel yang menerima insentif kinerja dan 57 sampel yang tidak menerima insentif

kinerja sehingga total sampel yang diolah 114.

Penelitian ini memberikan bukti pertama eksperimen dilakukan dimana auditor

dibagi dalam dua kelompok, kelompok yang menerima insentif kinerja dan kelompok

yang tidak menerima insentif kinerja, kemudian auditor (partisipan) diberi

tugas/pertanyaan dalam dua kategori tugas yang tinggi dan tugas yang rendah. Penelitian

ini melihat pengaruh insentif kinerja terhadap audit judgment dimana hasilnya

ditemukan audit judgment dipengaruhi oleh insentif kinerja.

Kedua, eksperimen dilakukan dimana auditor dibagi dalam dua kelompok,

kelompok yang menerima insentif kinerja dan kelompok yang tidak menerima insentif

kinerja, kemudian auditor (partisipan) diberi tugas/pertanyaan dalam dua kategori tugas

yang tinggi dan tugas yang rendah. Penelitian ini melihat perbedaan insentif kinerja

terhadap audit judgment dimana hasilnya ditemukan terjadi perbedaan untuk audit

judgment antara yang menerima insentif kinerja dengan yang tidak menerima insentif

kinerja

Ketiga, eksperimen dilakukan dimana auditor dibagi dalam dua kelompok,

kelompok yang menerima insentif kinerja dan kelompok yang tidak menerima insentif

Page 15: PENGARUH INSENTIF KINERJA TERHADAP AUDIT JUDGMENT, … · 2017. 2. 28. · H2a. Ada perbedaan upaya oleh auditor yang menerima insentif kinerja dengan auditor yang tidak menerima

15

kinerja, kemudian auditor (partisipan) diberi tugas/pertanyaan dalam dua kategori tugas

yang tinggi dan tugas yang rendah. Penelitian ini ingin dilihat sejauh mana upaya (effort)

seorang auditor antara yang menerima insentif kinerja dan yang tidak menerima insentif

kinerja dimana hasilnya menunjukkan bahwa upaya (effort) auditor dipengaruhi oleh

insentif kinerja..

Keempat, eksperimen dilakukan dimana auditor dibagi dalam dua kelompok,

kelompok yang menerima insentif kinerja dan kelompok yang tidak menerima insentif

kinerja, kemudian auditor (partisipan) diberi tugas/pertanyaan dalam dua kategori tugas

yang tinggi dan tugas yang rendah. Penelitian ini ingin dilihat sejauh mana upaya (effort)

seorang auditor antara yang menerima insentif kinerja dan yang tidak menerima insentif

kinerja dimana hasilnya ditemukan bahwa auditor yang menerima insentif kinerja

menggunakan waktu yang lebih banyak dibandingkan dengan auditor yang tanpa

insentif kinerja.

Kelima, eksperimen dilakukan dimana auditor dibagi dalam dua kelompok,

kelompok yang menerima insentif kinerja dan kelompok yang tidak menerima insentif

kinerja, kemudian auditor (partisipan) diberi tugas/pertanyaan dalam dua kategori tugas

yang tinggi dan tugas yang rendah. Penelitian ini ingin dilihat sejauh mana pengaruh

insentif kinerja terhadap audit judgment dan variabel upaya (effort) sebagai mediasi atas

hubungan insentif kinerja dengan audit judgment, dimana hasilnya menunjukkan bahwa

auditor yang menerima insentif kinerja melakukan upaya (effort) lebih banyak waktu

yang digunakan dalam menyelesaikan kompleksitas tugas dibandingkan dengan auditor

yang tidak menerima insentif kinerja, serta menghasilkan audit judgment yang baik

untuk auditor yang menerima insentif kinerja dibandingkan dengan auditor yang tidak

menerima insentif kinerja.

Keenam, eksperimen dilakukan dimana auditor dibagi dalam dua kelompok,

kelompok yang menerima insentif kinerja dan kelompok yang tidak menerima insentif

kinerja, kemudian auditor (partisipan) diberi tugas/pertanyaan dalam dua kategori tugas

yang tinggi dan tugas yang rendah. Penelitian ini melihat sejauh mana pengaruh upaya

(effort) terhadap audit judgment dan variabel kompleksitas tugas sebagai moderating

atas hubungan upaya (effort) dengan audit judgment, dimana hasilnya menunjukkan

bahwa terdapat perbedaan auditor yang mendapatkan insentif kinerja dengan tidak

mendapatkan insentif kinerja dalam melakukan upaya (effort), dengan upaya (effort)

yang tinggi untuk kompleksitas tugas rendah akan menghasilkan audit judgment tinggi.

Sedangkan untuk upaya (effort) tinggi atau rendah untuk kompleksitas tugas tinggi tidak

ada perbedaan dalam pembuatan audit judgment..

5.2 Implikasi Hasil

5.2.1 Implikasi Teoritis

Hasil penelitian ini membuktikan beberapa teori antara lain :

1. Teori Motivasi merupakan dorongan-dorongan individu untuk bertindak yang

menyebabkan orang tersebut berperilaku dengan cara tertentu yang mengarah pada

tujuan. Prinsip dasar motivasi adalah tingkat kemampuan (ability) dan motivasi

individu yang sering dinyatakan bahwa kinerja adalah fungsi dari kemampuan

dikalikan dengan motivasi. Menurut prinsip tersebut, tidak ada tugas yang tidak

dapat dilaksanakan dengan baik tanpa didukung oleh kemampuan untuk

melaksanakannya. Kemampuan merupakan bakat individu untuk melaksanakan

tugas yang berhubungan dengan tujuan. Namun, kemampuan tidaklah mencukupi

untuk menjamin tercapainya performance (kinerja) terbaik, individu harus memiliki

Page 16: PENGARUH INSENTIF KINERJA TERHADAP AUDIT JUDGMENT, … · 2017. 2. 28. · H2a. Ada perbedaan upaya oleh auditor yang menerima insentif kinerja dengan auditor yang tidak menerima

16

keinginan (motivasi) untuk mencapai kinerja terbaik (A.H. Maslow, 1943, 1954,

David Mc Clelland, 1961, dan Elton Mayo, 1880, 1949)

2. Teori expectancy (pengharapan) (Vroom, 1964) menyatakan bahwa motivasi

seseorang pada situasi tertentu adalah fungsi dari dua faktor: (1) expectancy

mengenai hubungan diantara upaya dengan hasil tertentu (misal, tingkat bayaran

tertentu untuk tingkat kinerja tertentu), yang disebut sebagai ” expectancy upaya-

hasil” dan (2) valensi (daya tarik) hasil. Motivasi yang tercipta oleh kedua faktor ini

menyebabkan orang-orang untuk memilih tingkat upaya yang mereka yakini akan

membawa ke hasil yang di-inginkan. Temuan dalam penelitian ini di mana insentif

kinerja (keuangan) akan memberikan motivasi kepada auditor untuk melakukan

audit judgmet (kinerja) tententu.

3. Teori keagenan (agency theory) (Baiman, 1982, 1990; Eisenhardt, 1989), melalui

asumsinya bahwa para individu adalah pemaksimal utilitas yang diharapkan,

menambahkan struktur lebih lanjut di dalam menjelaskan pengaruh-pengaruh

insentif-insentif keuangan terhadap upaya. Temuan dalam penelitian ini di mana

seorang auditor dengan mendapatkan insentif kinerja maka akan melakukan effort

(upaya) lebih baik di bandingkan dengan tanpa insentif kinerja (keuangan).

4. Teori penentuan tujuan (Goal Setting Theory) (Locke & Latham, 1990)

menyatakan bahwa tujuan-tujuan personal adalah determinan utama serta

merupakan syarat bagi upaya. Dengan kata lain, tujuan-tujuan personal adalah

perangsang peningkatan upaya yang disebabkan oleh insentif. Hasil pengujian ini

membuktikan bahwa auditor yang menerima insentif kinerja (keuangan)

meningkatkan motivasi dalam bentuk effort (upaya) dalam membuat audit

judgment(kinerja) dalam tugas yang rendah.

5. Teori social cognitive (atau kemampuan diri) (Bandura, 1986, 1991, 1997)

merumuskan mekanisme-mekanisme kognitif yang mengatur dirinya sendiri yang

terkait dengan upaya. Teori kemampuan diri, atau keyakinan seseorang apakah dia

bisa melakukan tindakan-tindakan yang di perlukan untuk menapai tingkat kinerja

tertentu pada tugas tertentu. Hasil penelitian ini membuktikan auditor dengan upaya

yang tinggi atau rendah dapat menyelesaikan kompleksitas tugas yang rendah dan

melakukan audit judgmet rendah lebih baik dibandingkan dengan kompleksitas

tugas tinggi. Jadi sesuai dengan teori bahwa auditor dengan upaya tertentu dengan

tugas tertentu dapat melakukan audit judgmet tertentu.

5.2.2 Implikasi Praktis

Hasil hipotesis 1a mengenai ada perbedaan audit judgment yang dibuat oleh

auditor yang menerima insentif kinerja dengan auditor yang tidak mendapatkan insentif

kinerja menunjukkan bahwa terdapat perbedaan audit judgment yang dibuat oleh

kelompok auditor yang menerima insentif kinerja dengan kelompok auditor yang tidak

menerima insentif kinerja. Sehingga temuan hipotesis 1 dan hipotesis 1a menjadi

masukan untuk pimpinan kantor akuntan publik untuk memikirkan dalam pemberian

insentif kinerja (keuangan dan non keuangan) sehingga dalam melakukan audit

judgment tidak terjadi kesalahan dalam pelaksanaan audit.

Dengan adanya insentif kinerja (keuangan) seorang auditor akan termotivasi

serta mempunyai tujuan (harapan) akan imbalan yang akan diterima dan akan

melakukan upaya (effort) dalam penyelesain pekerjaan auditan dibandingkan tidak

menerima insentif kinerja (keuangan). Temuan pengujian hipotesis 2a mengenai ada

perbedaan upaya (effort) oleh auditor yang menerima insentif kinerja dengan auditor

Page 17: PENGARUH INSENTIF KINERJA TERHADAP AUDIT JUDGMENT, … · 2017. 2. 28. · H2a. Ada perbedaan upaya oleh auditor yang menerima insentif kinerja dengan auditor yang tidak menerima

17

yang tidak menerima insentif kinerja dimana menunjukkan terdapat perbedaan

kelompok auditor yang mendapatkan insentif kinerja dengan kelompok auditor yang

tidak menerima insentif kinerja dalam melakukan upaya (effort) mengerjakan tugas

auditan. Akibat adanya insentif kinerja (keuangan) seorang auditor akan termotivasi

serta mempunyai tujuan (harapan) akan imbalan yang akan diterima jika melakukan

upaya (effort) didalam melakukan pekerjaan auditan dibandingkan tidak menerima

insentif kinerja (keuangan).

Hasilnya menunjukkan bahwa insentif kinerja berpengaruh terhadap audit

judgment dan upaya (effort) sebagai variabel intervening. Dimana auditor dengan

menerima insentif kinerja maka akan melakukan upaya (effort) yang besar sehingga

audit judgment yang dibuatnya akan lebih baik dibandingkan tidak menerima insentif

kinerja .

Hasil pengujian hipotesis 4 mengenai pengaruh upaya (effort) terhadap audit

judgment, hasilnya menunjukkan audit judgment dipegaruhi oleh upaya (effort) semakin

tinggi upaya (effort) seorang auditor maka hasilnya audit judgment yang dibuat oleh

auditor semakin baik.

Hasilnya menunjukkan kompleksitas tugas memoderasi hubungan antara audit

judgment dan upaya (effort). Hasil dari hipotesis 5 memberikan informasi kepada

pimpinan kantor akuntan publik bahwa seorang auditor dengan upaya (effort) tinggi atau

rendah akan menghasilkan audit judgment lebih baik pada tingkat kompleksitas tugas

yang rendah dibandingkan pada tingkat kompleksitas tugas tinggi. Pengaruh insentif

kinerja (keuangan) akan memotivasi auditor dalam melaksankan tugas auditan serta

menghasilkan audit judgment yang baik dibandingkan dengan tanpa insentif kinerja

(keuangan). Sebaiknya Auditor dalam melaksanakan tugas auditan harus

mempertimbangkan kompleksitas tugas tinggi atau rendah, jika kompleksitas tugas

tinggi maka seorang auditor harus diberi pendidikan dan pelatihan mengenai audit.

Dalam pemberian insentif kinerja (keuangan) pada auditor harus membuat skema

insentif kinerja (keuangan). Skema insentif kinerja (keuangan) antara yang masa kerja 1

– 2 tahun tidak akan sama insentif kinerja yang masa kerja lebih 4-5 tahun, serta

pemberian kesempatan untuk mengikuti pelatihan pelatihan singkat tentang audit.

5.3 Keterbatasan Penelitian dan Saran

5.3.1 Keterbatasan Penelitian

Keterbatasan dalam penelitian ini adalah kemungkinan terjadinya bias seleksi

yang berasal dari pemilihan subyek yang tidak tepat dalam kelompok eksperimen.

Partisipan dalam eksperimen ini memiliki perbedaan ukuran kantor akuntan publik, lama

bekerja, dan perbedaan tingkat pendidikan hal ini menyebabkan perbedaan dalam tingkat

penyelesaian tugas (kompleksitas tugas). Dalam pengambilan dan pengumpulan sampel

penelitian, peneliti melakukan dengan sistem sel atau data diperoleh secara sebagian

sebagian hal ini akan menyebabkan kemungkinan bias dalam mendapatkan hasil

penelitian. Pengambilan dan pengumpulan sampel ini dilakukan dikarenakan sangat sulit

mengumpulkan auditor sesuai dengan kerangka penelitian sebelumnya yang mana

partisipan dikumpulkan dalam ruangan dan dibagi menjadi dua kelompok insentif

kinerja (yang menerima dan yang tidak menerima). Perlakuan treatmen dalam peneltian

ini dilakukan dengan mendatangi kantor akuntan publik dan melakukan salah satu

perlakuan yakni yang menerima insentif kinerja dan kantor akuntan publik yang lain

tanpa insentif kinerja. Partisipan dalam penelitian adalah sebagian besar auditor yang

bekerja pada kantor akuntan kecil dan menengah, sehingga hasil penelitian ini

Page 18: PENGARUH INSENTIF KINERJA TERHADAP AUDIT JUDGMENT, … · 2017. 2. 28. · H2a. Ada perbedaan upaya oleh auditor yang menerima insentif kinerja dengan auditor yang tidak menerima

18

kemungkinan kurang representatif apabila digunakan untuk auditor dari kantor akuntan

publik besar ( big five).

5.3.2 Saran

Disarankan pada penelitian yang akan datang pemilihan partisipan dalam

kelompok eksperimen dibedakan ukuran kantor akuntan publik, lama bekerja, dan

perbedaan tingkat pendidikan. Pengambilan sampel penelitian auditor sesuai dengan

kerangka penelitian dimana auditor dikumpulkan dalam ruangan dan dibagi menjadi dua

kelompok (insentif dan tanpa insentif). Perlakuan pemberian besaran insentif kinerja

yang diberikan kepada auditor yang menjadi partisipan penelitian harus didasari dengan

perhitungan dan pertimbangan yang tepat. Variabel kompleksitas tugas untuk penelitian

mendatang dibedakan antara laki laki dan perempuan sehingga dengan sendirinya dapat

dilihat perbedaan antara laki laki dan perempuan dalam membuat audit judgment.

Penelitian yang akan datang yang menjadi partisipan adalah auditor dari kantor akuntan

publik besar (big five).

6. Daftar Pustaka

Abdolmohammadi, M. and Wright, A. (1987), “An examinination of the effects of

experience and task complexity and audit judgments”, The Accounting Review, Vol. 3

No. 1, pp. 1-13.

Ashton, A. H. (1989) "An Empirical Analysis of Expertise, Experience, and Error

Frequency Knowledge in Auditing." Working paper, Duke University.

Ashton, R.H. (1990), “Pressure and performance in accounting decision settings:

paradoxical effects of incentives, feedback and justification”, Journal of Accounting

Research, Vol. 28, pp. 148-80.

Ashton, A.H, 1991, Experience and Error Frequency Knowledge as Potential

Determinants of Audit Expertise, Accounting Review (April) pp.218-239.

Awasthi, V. and Pratt, J. (1990), “The effects of monetary incentives on effort and

decision performance: the role of cognitive characteristics”, The Accounting Review,

Vol. 65 No. 4, pp. 797-811.

Baiman, S. (1990). Agency research in managerial accounting: a second look.

Accounting, Organizations and Society, 15, 341–371.

Bandura, A., & Adams, N. E. (1977) Analysis of self-efficacy theory of behavioral

change. Cognitive Therapy and Research, 1, 287-310.

Bandura, A. (1977a) Self-efficacy: Toward a unifying theory of behavioral change.

Psychoiogicai fleview, 84, 191-215.

Bandura, A. (1982) Self-Efficacy Mechanism in Human Agency. American

Psychologist, 37, 122-147.

Bandura, A. (1997). Self-Efficacy: The Exercise of Control. New York, NY: W.H.

Freeman and Company.

Bonner, S.E. and Lewis, B.L. (1990), “Determinants of auditor expertise”, Journal of

Accounting Research, Vol. 28, pp. 1-28.

Bonner, S.E. and Sprinkle, G.B. (2002), “The effects of monetary incentives on effort

and task performance: theories, evidence, and a framework for research”, Accounting,

Organizations and Society, Vol. 27 Nos 4/5, pp. 303-45.

Campbell, D.J. (1988), “Task complexity: a review and analysis”, Academy of

Management Review, Vol. 13 No. 1, pp. 40-52. Carlson, K.D. (2000), “A model of the

direct determinants of performance outcomes”, Academy of Management Proceedings,

pp. F1-F6.

Page 19: PENGARUH INSENTIF KINERJA TERHADAP AUDIT JUDGMENT, … · 2017. 2. 28. · H2a. Ada perbedaan upaya oleh auditor yang menerima insentif kinerja dengan auditor yang tidak menerima

19

Chang, C.J., Ho, J.L.Y. and Liao, W.M. (1997), “The effects of justification, task

complexity and experience/training on problem-solving performance”, Behavioral

Research in Accounting, Vol. 9, pp. 98-116.

Chung, J. and Monroe, G.S. (2001), “A research note on the effects of gender and task

complexity on an audit judgment”, Behavioral Research in Accounting, Vol. 13, pp.

111-25.

Deci, E. L. (1971). Effects of externally mediated rewards on intrinsic motivation.

Journal of Personality and Social Psychology, 18, 105-115.

Feltz, D. L. (1982) Path analysis of the causal elements in Bandura's theory of self-

efficacy and an anxiety-based model of avoidance behavior. Journal of Personality and

Social Psychology. 42, 764-781.

Gerhart, B., & Milkovich, G. T. (1992). Employee compensation: research and practice.

In M. D. Dunnette, & L. M. Hough (Eds.), Handbook of industrial and organizational

psychology (pp. 481–569). Palo Alto, CA: Consulting Psychologists Press.

Ghozali, Imam. 2011. Aplikasi Analisi Multivariat dengan Program IBM SPSS. Badan

Penerbit Universitas Diponegoro. Semarang

Gibbins, M, & Emby C, Evidence on the Nature of Professional Judgment in Public

Accounting, in Audit Research Symposium 1984, pp. 181-212 (Champaign-Urbana, IL

University of Illinois, 1985). Hogarth. R. M., dan H.J. Einhorn., 1992., Order Effects in Belief Updating: The Belief-

Adjustment Mode., Cognitive Psychology 24: 1 – 55.

Huber, V. L. (1985). Effects of task difficulty, goal setting, and strategy on performance

of a heuristic task. Journal of Applied Psychology,70, 492-504.

Janne Chung, Gary S Monroe ( 2000), “The Effects of Experience and Task Difficulty

on Accuracy and Confidence assessments of Auditors”, Accounting and Finance, 40

Janne Chung, Gary S Monroe (2001), “A Research Note on The Effects of Gender and

Task Complexity on An Audit Judgment”. Behavioral Research Of Accounting. Vol 13.

Jamilah, Fanani dan Chandrarin (2007), “Pengaruh Gender, Tekanan Ketaatan dan

Kompleksitas Tugas terhadap Audit Judgment” Simosium Nasional Akuntansi X,

Makassar.

Jiambalvo, J. and Pratt, J. (1982), “Task complexity and leadership effectiveness in CPA

firms”, The Accounting Review, Vol. 57 No. 4, pp. 734-50.

Kennedy, J. (1993), “Debiasing audit judgment with accountability: a framework and

experimental results”, Journal of Accounting Research, Vol. 30 No. 2, pp. 231-45.

Kovar, S.E. (1996), “A theoretical and empirical examination of the effects of feedback

and organizational structure on motivation and performance”, PhD thesis, Oklahoma

State University, Stillwater, OK.

Leung, P.W. and Trotman, K.T. (2005), “The effects of feedback type on auditor

judgment performance for configural and non-configural tasks”, Accounting,

Organizations and Society, Vol. 30 No. 6, pp. 537-53.

Libby,R & Frederick D.M, 1990, Experience and the Ability to Explain Audit Findings,

Journal of Accounting Research (Autumn) pp.348-367.

Libby, R. and Lipe, M. (1992), “Incentive effects and the cognitive processes involved

in accounting judgments”, Journal of Accounting Research, Vol. 30 No. 2, pp. 249-73.

Audit judgment performance

Page 20: PENGARUH INSENTIF KINERJA TERHADAP AUDIT JUDGMENT, … · 2017. 2. 28. · H2a. Ada perbedaan upaya oleh auditor yang menerima insentif kinerja dengan auditor yang tidak menerima

20

Libby, R. and Luft, J. (1993), “Determinants of judgment performance in accounting

settings:ability, knowledge, motivation, and environment”, Accounting, Organizations

and Society, Vol. 18 No. 5, pp. 425-50. Libby, R., 1995., The Role of Knowledge and Memory in Audit judgment. In Judgment and

Decision-Making Research in Accounting and Auditing, edited by R. Ashton, and A.

Ashton. , NY: Cambridge University Press. New York.

Locke, E. A., & Latham, G. P. (1990). A Theory of Goal Setting and Task Performance.

Englewood Cliffs, NJ: Prentice-Hall.

Maslow, (1970) A. Motivation and personality. New York: Haiper and Row.

McClelland, D. C. (1961). The Achieuing Society. Princeton, NJ, Van Nostrand.

Peecher, M. (1996), “The influence of auditors’ Justification Process on Their

Decisions: a Cognitive Model and Experimental Evidence”, Journal of Accounting

Research, Vol. 34 No. 1, pp. 125-40.

Ponemon, L.A., 1990., Ethical Judgments in Accounting: A Cognitive Critical

Perspective in Development Perspective., Critical Perspective Accounting 1: 191-215.

Ria Nelly Sari, dkk, 2008. A Study On Audit Judgment Performance: The Effect Of

Accountability, Effort and Task Complexity. Journal. Department of Accounting,

University of Riau.

Robbins, S.P. 2003. Organizational Behavior, Tenth Edition, Singapore: Prentice

Hall.

Ryan, R.M. and Deci, E.L. (2000), “Intrinsic and extrinsic motivations: classic

definitions and new directions”, Contemporary Educational Psychology, Vol. 25 No. 1,

pp. 54-67.

Siti Jamilah, Zaenal Fanani, Grahita C, 2007, “Pengaruh Gender, Tekanan Ketaatan, dan

Kompleksitas Tugas Terhadap Audit Judgment. Makalah. Simposium Nasional Akuntansi X

Makassar”.

Snead, K. and Harrell, A. (1991), “The impact of psychological factors on the job

satisfaction of senior auditors”, Behavioral Research in Accounting, Vol. 3, pp. 85-96.

Sprinkle, G. B. (2000). The effect of incentive contracts on learningand performance.

The Accounting Review, 75, 299–326.

Stajkovic, A.D. and Luthans, F. (1997), “A meta-analysis of the effects of organisational

behavior modification on task performance”, Academy of Management Journal, Vol. 40

No. 5, pp. 1122-49.

Stajkovic, A.D. and Luthans, F. (2001), “Differential effects of incentive motivators on

work performance”, Academy of Management Journal, Vol. 44 No. 3, pp. 580-90.

Sweeney, John T et al ( 1999 ), An Examinination of the Validity of a New Measures of

Moral Judgment, Behavioral Research in Acccounting, Vol. 10.

Tan, H. and Kao, A. (1999), “Accountability effects on auditors’ performance: the

influence of problem-solving ability, and task complexity”, Journal of Accounting

Research, Vol. 37 No. 1, pp. 209-23.

Tan, H. and Libby, R. (1997), “Tacit managerial versus technical knowledge as

determinants of audit experience in the field”, Journal of Accounting Research, Vol. 35

No. 1, pp. 97-113.

Tan, H., Ng, B. and Mak, W. (2002), “The effects of task complexity on auditors’

performance: the impact of accountability and knowledge”, Auditing: A Journal of

Practice &Theory, Vol. 21 No. 2, pp. 81-95.

Page 21: PENGARUH INSENTIF KINERJA TERHADAP AUDIT JUDGMENT, … · 2017. 2. 28. · H2a. Ada perbedaan upaya oleh auditor yang menerima insentif kinerja dengan auditor yang tidak menerima

21

Trotman, K.T. (1998), “Audit judgment research – issues addressed, research methods

and future directions”, Accounting and Finance, Vol. 38 No. 3, pp. 115-56.

Vroom, V.C. (1964), Work and Motivation, Wiley, New York, NY.

Wood, R. (1988), “Task complexity: definition of the construct”, Organizational

Behavior and Human Decision Processes, Vol. 37 No. 1, pp. 60-82.

Wood, R. E, Mento A.J, Locke E.A (1987). Task Complexity as a Moderator of Goal

Effects: A Meta-Analysis. Journal of Applied Psychology,Vol. 72, No. 3, pp. 416-125

Wright, P.M. (1992), “An examination of the relationships among monetary incentives,

goal level, goal commitment and performance”, Journal of Management, Vol. 18 No. 4,

pp. 677-93.

Zuraidah Mohd Sanusi, Takiah Mohd Iskandar and June M. L. Poon, (2007), “Effects Of

Goal Orientation and Task Complexity on Audit Judgment Performance”, Malaysian

Accounting Review, Volume 6 No. 2, 2007

Zuraidah Mohd Sanusi, Takiah Mohd Iskandar and Norman Mohd Saleh (2009),

“Moderated-mediation Effect of Individual Psychological Differences on Audit Task

Performance: From the Perspective of Social Cognitive Theory” ISAR Symposium 2009

Nederland.

Zuraidah Mohd Sanusi, Takiah Mohd Iskandar (2007), “Audit Judgment Performance: Assessing The Effect of Performance Incentives, Effort and Task Complexity.

Managerial Auditing Journal. Vol. 22 No. 1, 2007.pp. 34-52. Emerald Group

Publishing Limited