perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user PENGARUH INDUSTRIALISASI DAN PERTUMBUHAN PENDUDUK TERHADAP PROSES URBANISASI DI JAWA TENGAH TAHUN 1990-2005 SKRIPSI Diajukan untuk Melengkapi Tugas-Tugas dan Memenuhi Syarat-Syarat Guna Mencapai Gelar Sarjana Ekonomi Jurusan Ekonomi Pembangunan pada Fakultas Ekonomi Sebelas Maret Disusun oleh: Arini Dyah Setyowati F 0106020 JURUSAN EKONOMI PEMBANGUNAN FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2011
93
Embed
PENGARUH INDUSTRIALISASI DAN PERTUMBUHAN PENDUDUK … · penduduk dunia akan meningkat dari 6,1 miliar menjadi 7,8 miliar antar tahun 2000 dan 2025. Peningkatan tersebut 90 persen
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
PENGARUH INDUSTRIALISASI DAN PERTUMBUHAN
PENDUDUK TERHADAP PROSES URBANISASI
DI JAWA TENGAH TAHUN 1990-2005
SKRIPSI
Diajukan untuk Melengkapi Tugas-Tugas dan Memenuhi
Syarat-Syarat Guna Mencapai Gelar Sarjana Ekonomi Jurusan Ekonomi
Pembangunan pada Fakultas Ekonomi Sebelas Maret
Disusun oleh:
Arini Dyah Setyowati
F 0106020
JURUSAN EKONOMI PEMBANGUNAN
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA
2011
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
iii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
iv
HALAMAN MOTTO
Believe in yourself! Have faith in your abilities! Without a humble and reasonable
confidence in your own powers you cannot be successful or happy.
(Norman Vincent Peale)
I can, therefore I am.
(ADS)
If plan A doesn’t work, then I have to prepare my plan B but if the plan B doesn’t
work too, I have faith that GOD’s plan is better.
(ADS)
Don’t get stuck with the things that ruining your day.
Life is too short to be wasted on crap.
(Unee)
I don’t believe in failure. It’s not failure if you enjoyed the process.
(Oprah Winfrey)
Yakin adalah kunci kebahagian.
(Miiund)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
v
HALAMAN PERSEMBAHAN
Karya ini aku persembahan untuk:
w ALLAH SWT The one that I believe. Thank you for Your never ending blessing.
I am ultra-blessed!
w My beloved father and mother Shines with pride when I succeed and have faith in me even I fail.
With all the love that you’ve given to me, I’ll love you back more Dad, Mom.
w My lovely sister We know each other as we always were. We know each other’s hearts. We share
private family jokes. We remember family feuds and secrets. Family griefs and enjoy.
w Ndut, Pujot, Bekatul The crap we talk, the guys we stalk, the way we shop, laugh we can’t stop, the
gossip we spill, the looks that could kill, we’ll stay together because we are best friend forever.
w Dyah
I’ll stop becoming your friend and start becoming your sister.
w Kokoh & Dodol The guys behind me, like true brother. The cocholate chips in my cookies life.
w You I don’t love you nor hate you, but I really need you.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
vi
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kepada ALLAH SWT yang telah
melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
skripsi ini dengan baik. Tujuan skripsi ini adalah untuk memenuhi tugas-tugas dan
syarat-syarat guna mencapai Gelar Sarjana Jurusan Ekonomi Pembangunan
Fakultas Ekonomi Sebelas Maret Surakarta. Dalam penyusunan skripsi ini penulis
telah banyak mendapatkan bantuan dan dorongan dari berbagai pihak, oleh karena
itu dengan penuh rasa hormat, penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang
sebesar-besarnya atas bantuan, dorongan, bimbingan, dan pengarahannya kepada :
1. Prof. Dr. Bambang Sutopo, M.Com.,Akt, selaku Dekan Fakultas Ekonomi
Universitas Sebelas Maret.
2. Drs. Kresno Sarosa Pribadi, M.Si, selaku Ketua Jurusan Ekonomi
Pembangunan Universitas Sebelas Maret.
3. Dr. J.J Sarungu, MS selaku pembimbing skripsi yang telah banyak
meluangkan waktu, tenaga dan pikiran untuk mengarahkan dan
membimbing penulis dari awal penulisan hingga terselesaikannya skripsi
ini.
4. Drs. Mulyanto, ME selaku ketua tim penguji skripsi yang telah meluangkan
waktu dan memberikan saran kepada penulis sehingga skripsi ini menjadi
lebih baik.
5. Dr. A.M Soesilo, MS selaku anggota tim penguji skripsi yang telah
meluangkan waktu dan meberikan saran kepada penulis agar menjadi lebih
baik.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
vii
6. Bapak, Mama, dan Adik tercinta, yang telah memberikan dukungan baik
moril maupun materiil, kepercayaan, kesabaran, pengorbanan, serta doa dan
kasih sayang yang tak terhingga.
7. Seluruh keluarga besar di Jakarta dan Klaten yang senantiasa memberikan
dukungan dan doa.
8. Sahabat-sahabat terbaikku yang senantiasa mendukung dan membantu
penulis selama pembuatan skripsi ini.
9. Teman-teman EP, Manajemen, Akuntansi FE UNS Angkatan 2006
10. Seluruh pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang juga ikut
berperan selama masa studi hingga diselesaikannya penulisan skripsi ini.
Penulis menyadari skripsi ini jauh dari sempurna, oleh karena itu penulis
menerima kritik dan saran untuk skripsi ini. Semoga skripsi ini dapat menjadi
karya kecil yang dapat berguna bagi kita semua.
Surakarta , Januari 2011
Arini Dyah Setyowati
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
viii
ABSTRAKSI
PENGARUH INDUSTRIALISASI DAN PERTUMBUHAN PENDUDUK
TERHADAP PROSES URBANISASI
DI JAWA TENGAH TAHUN 1990-2005
Arini Dyah Setyowati F 0106020
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh industrialisasi dan
pertumbuhan penduduk terhadap proses urbanisasi di Jawa Tengah. Analisis dilakukan dengan teknik regresi linear berganda atas data panel (pooled data) dengan model Fixed Effect.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel industrialisasi berpengaruh positif signifikan secara statistik terhadap proses urbanisasi. Sedangkan variable pertumbuhan penduduk tidak berpengaruh secara signifikan terhadap proses urbanisasi. Periode waktu (krisis moneter 1997) sebagai variabel dummy menunjukkan pengaruh yang positif dan signifikan terhadap tingkat urbanisasi di Jawa Tengah, sedangkan periode waktu (krisis moneter 1997) sebagai variabel interaksi terbukti tidak mempengaruhi hubungan antara variabel independen dengan variabel dependen, dengan kata lain tidak ada perbedaan pengaruh industrialisasi dan pertumbuhan penduduk terhadap proses urbanisasi berdasarkan periode sebelum dan sesudah krisis moneter 1997. Dari hasil penelitian, dapat disimpulkan bahwa variabel industrialisasi mempunyai pengaruh yang lebih dominan daripada pertumbuhan penduduk.
Kata kunci : urbanisasi, data panel.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ix
DAFTAR ISI
JUDUL.................................................................................................................. i
HALAMAN PERSETUJUAN .......................................................................... ii
HALAMAN PENGESAHAN ........................................................................... iii
HALAMAN MOTTO ........................................................................................ iv
HALAMAN PERSEMBAHAN ........................................................................ v
KATA PENGANTAR ........................................................................................ vi
ABSTRAKSI ....................................................................................................... viii
DAFTAR ISI ....................................................................................................... ix
DAFTAR TABEL ......................................................................................... xii
DAFTAR GAMBAR ..................................................................................... xiii
BAB I : PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ..……………………………………………….… 1
B. Rumusan Masalah ............................................................................. 6
C. Tujuan Penelitian .............................................................................. 6
D. Manfaat Penelitian ........................................................................... 7
A. Kesimpulan .................................................................................... 76
B. Saran ............................................................................................... 77
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 80
LAMPIRAN
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xii
DAFTAR TABEL
Tabel 1.1 Penduduk dan Proyeksi Urabanisasi Indonesia
Tahun 1990-2020 .............................................................................. 3
Tabel 4.1 Angka Urbanisasi Jawa Tengah ........................................................ 52
Tabel 4.2 Angka Industrialisasi Jawa Tengah ................................................ 53 Tabel 4.3 Angka Pertumbuhan Penduduk JawaTengah …………………….. 54
Tabel 4.4 Hasil Estimasi Data Panel Dengan Menggunakan Metode OLS…. 56
Tabel 4.5 Hasil Estimasi Data Panel Dengan Menggunakan Metode
Fixed Effect .…………………………………………………….…. 58
Tabel 4.6 Hasil Estimasi Data Panel Dengan Menggunakan Metode
Random Effect ...................................................................................... 61
Tabel 4.7 Perbansingan Hasil Estimasi ............................................................. 63
Tabel 4.8 Hasil Uji Statistik Fixed Effect ........................................................ 64
Tabel 4.9 Hasil Uji Kleins (Multikolinearitas) ................................................. 70
Tabel 4.10 Hasil Estimasi ................................................................................. 72
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xiii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1.1 Tingkat Urbanisasi Jateng .............................................................. 4
Gambar 2.1 Urbanization As a Process ............................................................. 11
Gambar 2.2 Model Perkembangan Kota ........................................................... 26
Gambar 2.3 Kerangka Pemikiran Struktur Perkotaan ....................................... 29
Gambar 3.1 Kurva Distribusi t ............................................................................ 42
Gambar 3.2 Kurva Distribusi F .......................................................................... 44
Gambar 3.3 Statistik d Durbin Watson .............................................................. 47
Gambar 4.1 Kurva Distribusi t ............................................................................ 64
Gambar 4.2 Kurva Distribusi F .......................................................................... 68
Gambar 4.3 Statistik d Durbin Watson .............................................................. 72
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ABSTRAKSI
PENGARUH INDUSTRIALISASI DAN PERTUMBUHAN PENDUDUK TERHADAP
PROSES URBANISASI
DI JAWA TENGAH TAHUN 1990-2005
Arini Dyah Setyowati F 0106020
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh industrialisasi dan pertumbuhan
penduduk terhadap proses urbanisasi di Jawa Tengah. Analisis dilakukan dengan teknik regresi linear berganda atas data panel (pooled data) dengan model Fixed Effect.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel industrialisasi berpengaruh positif signifikan secara statistik terhadap proses urbanisasi. Sedangkan variable pertumbuhan penduduk tidak berpengaruh secara signifikan terhadap proses urbanisasi. Periode waktu (krisis moneter 1997) sebagai variabel dummy menunjukkan pengaruh yang positif dan signifikan terhadap tingkat urbanisasi di Jawa Tengah, sedangkan periode waktu (krisis moneter 1997) sebagai variabel interaksi terbukti tidak mempengaruhi hubungan antara variabel independen dengan variabel dependen, dengan kata lain tidak ada perbedaan pengaruh industrialisasi dan pertumbuhan penduduk terhadap proses urbanisasi berdasarkan periode sebelum dan sesudah krisis moneter 1997. Dari hasil penelitian, dapat disimpulkan bahwa variabel industrialisasi mempunyai pengaruh yang lebih dominan daripada pertumbuhan penduduk.
Kata kunci : urbanisasi, data panel.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Penduduk dunia saat ini sudah mencapai lebih dari 6 miliar, dimana di
antara jumlah tersebut, 80 persen tinggal di negara-negara berkembang.
Proyeksi yang dibuat oleh United Nation (UN) memperlihatkan bahwa
penduduk dunia akan meningkat dari 6,1 miliar menjadi 7,8 miliar antar tahun
2000 dan 2025. Peningkatan tersebut 90 persen di antaranya disumbang oleh
penduduk perkotaan di negara-negara berkembang (Todaro, 2000). Bahkan
menjelang tahun 2020, mayoritas penduduk negara-negara berkembang akan
tinggal di wilayah yang dikatakan sebagai wilayah perkotaan. Hal ini selain
disebabkan oleh pertumbuhan penduduk alami (natural growth) yang pesat
juga karena terjadi perpindahan penduduk (migrasi). Menurut data pada BPS,
pertumbuhan penduduk Indonesia, yaitu 2,31 persen per tahun untuk periode
1971-1980; untuk periode 1980-1990 pertumbuhan 1,98 persen per tahun dan
periode 1990-2000 pertumbuhan penduduk sebesar 1,49 persen per tahun.
Salah satu isu aktual pembangunan di negara berkembang adalah
masalah urbanisasi. Urbanisasi merupakan proses pengkotaan yang saling
berkaitan dengan masalah pembangunan lainnya. Proses pembangunan pada
dasarnya bukanlah sekedar fenomena ekonomi semata. Pembangunan tidak
sekedar ditunjukkan oleh prestasi pertumbuhan ekonomi yang dicapai oleh
suatu negara, namun lebih dari itu pembangunan memiliki perspektif yang
1
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
2
luas. Dalam proses pembangunan selain mempertimbangkan aspek
pertumbuhan dan pemerataan, juga mempertimbangkan dampak aktivitas
ekonomi terhadap kehidupan sosial masyarakat. Lebih dari itu proses
pembangunan dilakukan bertujuan mengubah struktur ekonomi ke arah yang
lebih baik (Kuncoro, 1997). Pada umumnya negara berkembang, karena
faktor sosial, ekonomi dan politik sulit mengendalikan meningkatnya arus
urbanisasi (Todaro, 2000).
Moomaw dan Shatter (1996 dalam Chotib 2002a) pembangunan
ekonomi dapat meningkatkan ukuran pasar, yang pada gilirannya
menyebabkan adanya bagian yang meningkat dan spesialisasi tenaga kerja.
Pembangunan ekonomi juga secara dekat berkaitan terhadap urbanisasi.
Pembangunan ekonomi dapat menyebabkan urbanisasi yang lebih besar karena
dua alasan yakni: pertama, bagian yang meningkat untuk tenaga kerja yang
dihubungkan dengan pasar-pasar yang lebih besar membuat penghematan pada
biaya komunikasi dan transportasi yang pada gilirannya menguntungkan
sebagai lokasi urban; kedua, pergeseran pada struktur ekonomi jauh dari
pertanian (selalu dihubungkan dengan pembangunan) dapat menyebabkan
urbanisasi yang lebih besar.
Kondisi penduduk daerah perkotaan di Indonesia sebagai salah satu
negara yang sedang berkembang terus mengalami peningkatan dari tahun ke
tahun. Kenaikan proporsi penduduk yang tinggal di perkotaan mencerminkan
adanya proses urbanisasi. Kenaikan ini juga disebabkan karena adanya
perubahan status pedesaan manjadi perkotaan (BPS, 2000). Dari hasil proyeksi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
3
urbanisasi (yang merupakan rasio penduduk perkotaan di suatu wilayah), laju
urbanisasi di Indonesia menunjukkan kondisi yang menarik. Tingkat urbanisasi
pada tahun 1990 adalah 28,79% naik menjadi 36,46% pada tahun 2000.
Tingkat urbanisasi ini diperkirakan naik menjadi 44,48% pada tahun 2010 serta
menjadi 52,20% pada tahun 2020. Hal ini dapat dilihat pada Tabel 1.1 sebagai
berikut:
Tabel 1.1 Penduduk Dan Proyeksi Urbanisasi Indonesia Tahun 1990-2020
Tahun Jumlah Penduduk (000 Jiwa) Tingkat
Urbanisasi (%) Pedesaan Perkotaan Total
(1) (2) (3) (4) (5)=[(3)/(4)]*100
1990 128.451 51.932 180.383 28.79
1995 132.076 63.679 195.755 32.53
2000 133.601 76.662 210.263 36.46
2005 132.838 90.344 223.183 40.48
2010 130.533 104.577 235.110 44.48
2015 126.595 118.798 245.388 48.41
2020 121.202 132.465 253.667 52.20
Sumber: Tjiptoherijanto (2000) dalam Kompas, 8 Mei 2000 (“Urbanisasi dan Perkembangan Perkotaan di Indonesia”)
Hasil penelitian Graeme (1990) menyatakan bahwa masyarakat
Indonesia cenderung melakukan migrasi, hal ini disebabkan selain oleh factor-
faktor daya tarik dari daerah tujuan, juga kecenderungan daerah asal yang
pertumbuhan penduduknya lebih cepat dari daerah tujuan. Hal yang demikian
ini menjadi daya pendorong penduduk pedesaan untuk bermigrasi ke
perkotaan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
4
Seiring dengan perkembangan ekonomi, perkembangan kota-kota di
Indonesia menimbulkan jejaring antara kota-kota besar dan kota-kota kecil di
sekitarnya. Demikian juga dengan berkembangnya jaringan jalan, baik jalan
darat, laut maupun udara memperluas menjadi mega urbanisasi.
Perkembangan proses urbanisasi tidak hanya terjadi di kota besar dan di
sekitar kota besar saja. Urbanisasi di negara berkembang seperti di Indonesia
juga terjadi di kota kecil dan menengah yang jaraknya cukup jauh dari kota
besar. Fenomena urbanisasi yang berlangsung di kota kecil dan menengah ini
dikenal dengan urbanisasi wilayah (regional based urbanization). Urbanisasi
yang terjadi di kota kecil dan menengah ini salah satu indikasinya ditunjukkan
dengan pertambahan dan pertumbuhan penduduk. Kota kecil yang secara
administratif termasuk wilayah kabupaten justru memiliki tingkat pertumbuhan
penduduk yang lebih pesat dibandingkan pada pusat kotanya.
Gambar 1.1 Tingkat Urbanisasi Jateng Sumber: BPS (2006). Jawa Tengah Dalam Angka
Tingkat urbanisasi suatu wilayah ditentukan oleh banyaknya penduduk
perkotaan di wilayah yang bersangkutan. Semakin tinggi pertumbuhan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
5
penduduk di perkotaan maka tingkat urbanisasi di wilayah tersebut juga akan
semakin besar. Hal ini pula yang dialami di Jawa Tengah, dimana jumlah
penduduk di wilayah perkotaan meningkat dari tahun ke tahun, pada tahun
2005 dicatat bahwa tingkat urbanisasi Jawa Tengah sebesar 40,46%. Keadaan
ini meningkat jika dibandingkan dengan beberapa tahun sebelumnya, seperti
tahun 1990 yang masih sebesar 27,58%, tahun 1995 sebesar 31,90% dan
40,19% di tahun 2000.
Namun dengan kondisi struktur ekonomi dan struktur perkotaan yang
berbeda di setiap kabupaten/kota di Jawa Tengah menyebabkan tingkat
urbanisasi yang berbeda-beda pula di setiap kabupaten/kota. Di beberapa
kabupaten/kota di Jawa Tengah dari tahun ke tahun mengalami pertumbuhan
urbanisasi yang meningkat, namun di beberapa kabupaten/kota di propinsi
yang sama justru mengalami pertumbuhan yang negatif. Tinggi rendahnya
tingkat urbanisasi di kabupaten/kota di Jawa Tengah ditentukan oleh banyak
faktor, diantaranya faktor pembangunan ekonomi khususnya proses
industrialisasi dan laju pertumbuhan penduduk yang ternyata membawa
peranan yang sangat besar dalam mendorong proses urbanisasi.
Berdasarkan uraian di atas, maka judul penelitian ini adalah “Pengaruh
Industrialisasi dan Pertumbuhan Penduduk Terhadap Proses Urbanisasi
di Jawa Tengah tahun 1990-2005”.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
6
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan tersebut di atas, maka
permasalahan yang diangkat dalam penelitian ini adalah:
1. Bagaimana pengaruh industrialisasi terhadap proses urbanisasi di Jawa
Tengah?
2. Bagaimana pengaruh pertumbuhan penduduk terhadap proses urbanisasi di
Jawa Tengah?
3. Variabel manakah di antara industrialisasi dan pertumbuhan penduduk
yang lebih dominan berpengaruh terhadap proses urbanisasi di Jawa
Tengah?
4. Adakah perbedaan pengaruh antara industrialisasi dan pertumbuhan
penduduk terhadap proses urbanisasi di Jawa Tengah sebelum dan sesudah
masa krisis?
C. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah:
1. Untuk mengetahui pengaruh industrialisasi terhadap proses urbanisasi di
Jawa Tengah.
2. Untuk mengetahui pengaruh pertumbuhan penduduk terhadap proses
urbanisasi di Jawa Tengah.
3. Untuk mengetahui dominasi pengaruh antara industrialisasi dan
pertumbuhan penduduk terhadap proses urbanisasi di Jawa Tengah.
4. Untuk mengetahui perbedaan pengaruh industrialisasi dan pertumbuhan
penduduk terhadap proses urbanisasi pada era sebelum dan sesudah krisis.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
7
D. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi:
1. Instansi terkait, dapat menjadi input dan dasar pertimbangan untuk
menentukan kebijakan yang tepat dalam mengatasi masalah urbanisasi.
2. Peneliti, mengembangkan pengetahuan dan menambah wawasan mengenai
urbanisasi.
3. Pihak lain, sebagai bahan pembanding dan referensi bagi pembaca yang
tertarik untuk meneliti hal yang sama bagi peneliti selanjutnya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
8
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Teori Urbanisasi
1. Pengertian Urbanisasi
Dalam rangka menemukan sebuah definisi atau konsepsi urbanisasi
diperlukan beberapa pertimbangan, dimana pertimbangan ini didasarkan
atas sifat yang dimiliki arti dan istilah urbanisasi, yaitu multi-sektoral dan
kompleks, Ningsih (2002 dalam Rahmat 2009).
a. Dari segi demografi, urbanisasi dilihat sebagai suatu proses yang
ditunjukkan melalui perubahan penyebaran penduduk dalam suatu
wilayah. Masalah-masalah mengenai kepadatan penduduk berakibat
lanjut terhadap masalah perumahan dan masalah kelebihan tenaga
kerja menjadi masalah yang sangat merisaukan karena dapat
menghambat pembangunan. Pemerintah secara khusus menangani
masalah perumahan dengan diadakannya Departemen Perumahan.
b. Dari segi ekonomi, urbanisasi adalah perubahan struktural dalam
sector mata pencaharian. Ini dapat dilihat dari banyaknya penduduk
desa yang meninggalkan pekerjaannya di bidang pertanian, beralih
bekerja menjadi buruh atau pekerja kasar yang sifatnya non agraris di
kota. Masalah-masalah yang menyangkut mata pencaharian sektor
informasi atau yang lebih dikenal dengan istilah pedagang kaki lima.
8
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
9
c. Dalam pengertian sosiologi maka urbanisasi dikaitkan dengan sikap
hidup penduduk dalam lingkungan pedesaan yang mendapat pengaruh
dari kehidupan kota. Dalam hal ini apakah mereka dapat bertahan
pada cara hidup desa ataukah mereka mengikuti arus cara hidup orang
kota yang belum mereka kenal secara mendalam, sehingga akan dapat
menimbulkan masalah-masalah sosiologis yang baru. Dari segi
sosiologi, urbanisasi dapat menimbulkan lapisan social yang baru dan
menjadi beban kota, karena kebanyakan dari mereka yang tidak
berhasil hidup layak di kota akan menjadi penggelandang membentuk
daerah slum atau daerah hunian liar.
d. Dari segi geografi, urbanisasi ini dilihat dari segi distribusi, difusi
perubahan dan pola menurut waktu dan tempat, hal ini tercermin dari
pernyataan:
“Geography deals first and foremost with spatial aspects of urbanization, it’s purpose being to reveal it’s forms geography variants and types and the specific features of the particular course taken by urbanization under the impact of different social, economic and natural conditions”. Sumber: Marbun (1990)
Pernyataan di atas menyatakan jika ditinjau dari konsep
keruangan dan ekologis, urbanisasi merupakan gejala geografis karena
adanya gerakan/perpindahan penduduk dari satu wilayah atau
perpidahan penduduk ke luar wilayahnya. Hal ini terjadi karena
pengaruh kondisi sosial, ekonomi dan alam yang berbeda
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
10
Kata Urbanisasi atau urbanization didefinisikan oleh Munir (2004
dalam Soetomo 2009) sebagai bertambahnya proporsi penduduk yang
berdiam di daerah kota yang disebabkan oleh proses perpindahan penduduk
ke kota atau akibat dari perluasan daerah kota. Urbanisasi dapat terjadi
melalui dua cara yaitu; perpindahan penduduk dari desa ke kota (rural urban
migration) dan kedua karena berubahnya daerah pedesaan yang karena
beberapa faktor lambat laun menjadi daerah perkotaan (Sinulingga, 1999).
Pada umunya di negara-negara maju tingkat urbanisasi sangat tinggi
dibanding di negara-negara berkembang.
Urbanisasi dipandang pula sebagai suatu proses dalam arti sebagai berikut:
1. Meningkatnya jumlah penduduk kota menjadi lebih banyak sebagai
akibat dari pertambahan penduduk, baik oleh hasil fertilitas penghuni
kota maupun karena adanya tambahan penduduk dari desa yang
bermukim dan berkembang di kota.
2. Bertambahnya jumlah kota dalam suatu negara atau wilayah sebagai
akibat dari perkembangan ekonomi, budaya dan teknologi yang baru.
3. Berubahnya kehidupan desa atau suasana desa menjadi kehidupan
kota.
Paul Knox (1994 dalam Soetomo 2009) menjelaskan pengertian
urbanisasi sebagai suatu proses perubahan:
“Urbanization is a process of changes: size, densities and
composition of population, economic structure and human behavior”.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
11
Paul Knox (1994 dalam Soetomo 2009) menjelaskan urbanisasi sebagai
proses perubahan ukuran suatu kota, penambahan komposisi penduduk, dan
perubahan struktur ekonomi. Lebih lanjut Paul Knox merumuskan proses
urbanisasi sebagai proses yang dimotori oleh perubahan ekonomi yang
mendorong dan di dorong oleh faktor-faktor menusia, sumber daya alam adan
teknologi (sumber daya buatan) dan menghasilkan keluaran keadaan ekonomi,
sosial dan fisik serta masalah-masalah yang menjadi bahan yang harus di atasi
dalam penentuan kebijakan pembangunan kota.
Gambar 2.1 Urbanization As A Process Sumber: Paul knox (1994 dalam Soetomo 2009)
Dalam diagram terlihat tiga kelompok kejadian, yang pertama adalah
proses perubahan atau urbanisasi itu sendiri dan faktor ekonomi memotori
Demographic Change
Political Change
ECONOMIC
Social Change
CHANGE
URBANIZATION
Technologi Change
Urban System
Land Use
Social Ecology
Urbanism
Policy Respons
Planning
Political Conflic
Social Depend Problem
Cultural Change
Built Environment & Townscape
Locally & Historical Contingent Factor
Environmental Resource
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
12
Dalam diagram terlihat tiga kelompok kejadian, yang pertama adalah proses
perubahan atau urbanisasi itu sendiri dan faktor ekonomi memotori yang
mendorong perubahan pada segala aspek: kependudukan, politik, budaya,
sosial, teknologi, sumber daya lingkungan, dan hasil-hasil sejarah. Dan yang
ke dua adalah hasil perubahan tersebut, dalam proses urbanisasi kearah
internal dalam kota menghasilkan produk-produk fisik lingkungan atau
morfologi kota, interaksi sosial atau ekologi sosial, pemanfaatan lahan,
menciptakan kehidupan perkotaan dalam segala aspek (sosial, politik,
ekonomi, budaya) atau yang disebut juga urbanism. Sedangkan ke arah
eksternal menciptakan urban system dalam lingkup sistem regional baik
fisik maupun non fisik (sosial, ekonomi, budaya, politik atau penguasaan
wilayah). Proses urbanisasi dengan produk-produknya merupakan hasil
bentuk pembangunan itu sendiri dari seluruh aspek kehidupan dan fisik
lingkungan serta pada berbagai skala: dari lingkungan pemukiman, kota,
regional, nasional dan internasional.
2. Sebab- Sebab Urbanisasi
Pada umumnya dapat dikemukakan 3 (tiga) sebab urbanisasi: (a) arus
perpindahan penduduk dari desa ke kota, (b) pertambahan penduduk secara
alami, (c) tetariknya pemukiman pedesaan ke dalam konteks kota (Lee, 1991).
a. Migrasi
Arus perpindahan dari desa ke kota biasanya dipandang sebagai salah
satu faktor penyebab utama yang menjadi dasar proses urbanisasi. Pada
umumnya perpindahan penduduk dari desa ke kota dipengaruhi oleh tiga
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
13
faktor yaitu; faktor pendorong, faktor penarik, dan faktor penghambat atau
penghalang.
Faktor pendorong utama adalah kondisi daerah asal (pedesaan),
diantaranya adalah tekanan ekonomi, jumlah keluarga yang banyak,
lapangan usaha, dan pekerjaan terbatas serta fasilitas hidup yang terbatas
pula. Faktor penarik merupakan faktor yang berasal dari kota yang
meliputi: tersedianya bebagai fasilitas hidup yang lebih baik, terbukanya
lapangan usaha dan pekerjaan, tingkat upah dan gaji yang relatif lebih
daripada penghasilan di desa. Semua faktor-faktor ini menyebabkan
tingkat sosial ekonomi masyarakat perkotaan relatif lebih tinggi
dibandingkan masyarakat pedesaan dan hal ini yang menjadi daya tarik
masyarakat desa untuk pindah dari desa ke kota.
Faktor ketiga adalah faktor penghalang atau penghambat bagi para
pendatang yang antara lain meliputi : jarak antar kota dan desa cukup jauh
serta kurang tersedianya alat transportasi dan komunikasi di desa sehingga
kota sulit terjangkau serta pertimbangan-pertimbangan lain seperti ketidak
pastian untuk meraih kehidupan yang lebih baik di kota menjadi
pertimbangan bagi penduduk desa untuk pindah ke kota. Faktor
pendorong dan faktor penarik secara bersama-sama akan menimbulkan
arus migrasi (perpindahan) penduduk dari desa ke kota yang menjadi
tinggi bahkan melebihi pertumbuhan daya serap kota dalam menampung
jumlah pendatang baru. Kondisi seperti ini disebut “over urbanization”
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
14
atau urbanisasi berlebih, dimana kondisi seperti ini dapat menimbulkan
berbagai dampak.
b. Pertumbuhan alamiah
Pertumbuhan penduduk alamiah adalah pertumbuhan penduduk
yang dipengaruhi oleh kelahiran (fertilitas) dan kematian (mortalitas).
Fertilitas adalah proses lahirnya seorang bayi dari rahim perempuan
dengan adanya tanda-tanda kehidupan seperti bernafas, menangis dan
bergerak, sedangkan mortalitas adalah peristiwa hilangnya semua tanda-
tanda kehidupan secara permanen yang bisa terjadi tiap saat setelah
kelahiran hidup (Junaidi, 2009). Suatu wilayah dikatakan tengah
mengalami pertumbuhan penduduk apabila terdapat selisih positif antara
kelahiran dan kematian. Pertambahan penduduk melalui proses salami ini
menjadi semakin besar karena adanya perbaikan-perbaikan besar dalam
pemeliharaan kesehatan.
c. Reklasifikasi wilayah
Pengertian reklasifikasi wilayah mencakup pengertian diubahnya
status suatu wilayah yang dahulunya desa menjadi bagian dari wilayah
perkotaan. Hal itu berarti penduduk yang tinggal di daerah yang
mengalami reklasifikasi akan dihitung sebagai penduduk kota.
3. Pengukuran Urbanisasi
Walaupun terdapat berbagai definisi dan konsep yang beragam
dalam menggambarkan urbanisasi, namun ukuran yang umum digunakan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
15
adalah tingkat urbanisasi dalam pengertian proporsi penduduk negara
tersebut yang bertempat tinggal di perkotaan.
Dalam tingkat urbanisasi ini ada tiga komponen utama yang
menentukan yaitu:
a. migrasi dari desa ke kota
b. pertumbuhan penduduk alami
c. reklasifikasi wilayah
Untuk perkembangan penduduk perkotaan dapat dilihat dari angka
urbanisasi, yaitu angka yang mencerminkan presentase penduduk yang
tinggal di wilayah perkotaan.
Ada tiga kriteria suatu daerah (lokalitas) dijadikan sebagai daerah perkotaan
yaitu:
a. kepadatan penduduk 5000 orang atau lebih per km persegi
b. jumlah rumah tangga pertanian 25 persen atau lebih kecil
c. memiliki delapan atau lebih jenis fasilitas perkotaan
4. Dampak Urbanisasi Berlebih
Urbanisasi berlebih di Indonesia menimbulkan dampak baik dampak
positif maupun dampak negatif (Graeme, 1987). Dampak positif adalah
dampak yang dialami oleh daerah yang ditinggalkan (daerah pedesaan)
diantaranya adalah meningkatnya pendapatan, kesehatan, kesejahteraan,
perubahan sosial serta meningkatnya peran secara tradisional (khususnya
wanita). Sedangkan dampak negatifnya untuk daerah perkotaan diantaranya
adalah meningkatnya pengangguran dan setengah pengangguran.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
16
Pertambahan kesempatan kerja yang terbuka di kota tidak dapat
mengimbangi tenaga kerja pendatang dari desa. Penduduk pendatang dari
desa dapat diklasifikasikan ke dalam dua kelompok yaitu: kelompok yang
berpendidikan serta memiliki ketrampilan atau keahlian dan kelompok yang
tidak berpendidikan serta tidak memiliki ketrampilan atau keahlian.
Kelompok yang berpendidikan berharap untuk mendapatkan pekerjaan yang
sesuai dengan pendidikan serta keahliannya di kota, sementara yang tidak
berpendidikan bersedia mendapatkan pekerjaan apa saja asalkan dapat
memberikan penghasilan. Kesenjangan antara jumlah pencari kerja dengan
kesempatan kerja yang terbuka di kota-kota menimbulkan masalah yang
serius yaitu bertambahnya jumlah pengangguran dan setengah
pengangguran. Kondisi yang demikian ini menciptakan dampak yaitu:
5. Tingkat kesejahteraan menurun (ditandai dengan tidak sebandingnya
pendapatan riil dengan pengeluaran riil);
6. Meningkatnya persaingan untuk mendapatkan fasilitas pendidikan;
7. Munculnya daerah kumuh (tak layak huni);
8. Meningkatnya kriminalitas;
9. Banyaknya tuna wisma dan tuna karya;
10.Meningkatnya tingkat kebisingan dan lain-lain yang menyebabkan kota
menjadi kurang nyaman.
B. Struktur Ekonomi
Struktur sosial ekonomi dalam suatu wilayah/daerah adalah unsur
penting dalam pembangunan wilayah yang bersangkutan. Yang dimaksud
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
17
struktur ekonomi yaitu struktur perekonomian yang terdiri dari tiga sektor
utama; diantaranya adalah sektor primer (pertanian), sektor sekunder (industri
manufaktur), dan yang ketiga adalah sektor tersier (jasa). Sedangkan
pengertian sektor ekonomi (BPS Jateng, 2000) adalah bidang kegiatan
ekonomi dimana penduduk suatu Negara melakukan kegiatan produksi dengan
menggunakan satu atau kombinasi beberapa faktor produksi sebagai input
untuk menghasilkan satu atau beberapa jenis output sehingga faktor produksi
tersebut mendapatkan balas jasa. Menurut ISIC (International Standard of
Industrial Classification) ketiga sektor ekonomi tersebut ini dijabarkan
menjadi 9 sektor di antaranya adalah:
1. Sektor Pertanian
2. Sektor Pertambangan dan Penggalian
3. Sektor Industri Pengolahan
4. Sektor Listrik, Gas dan Air Bersih
5. Sektor Bangunan
6. Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran
7.Sektor Pengangkutan dan Komunikasi
8. Sektor Keuangan, Persewaan, dan Jasa Perusahaan
9. Sektor Jasa-Jasa
Dari kesembilan sektor di atas, yang merupakan sektor primer adalah
sektor pertanian dan sektor pertambangan dan penggalian, untuk sektor
sekunder terdiri dari sektor industri pengolahan, sektor listrik, gas dan air
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
18
bersih dan sektor pembangunan sedangkan selebihnya (4 sektor yang lain)
merupakan sektor tersier.
Sektor primer adalah sektor utama/pokok bagi manusia, karena di
dalam sektor tersebut terjadi kegiatan guna menghasilkan bahan sandang,
pangan dan papan. Seiring berjalannya pembangunan, kegiatan sektor primer
ini menunjukkan efisiensinya didukung oleh perkembangan teknologi yang
ada, yang padaakhirnya akan mengurangi tenaga kerja yang ada di sektor
tersebut. Selanjutnya kelebihan/surplus tenaga kerja di sektor ini bergeser ke
sektor sekunder/tersier yang lebih membutuhkan ilmu pengetahuan dan
tingkat keterampilan yang lebih tinggi. Selain itu bergesernya para pencari
kerja dari sektor primer ke sektor lainnya juga disebabkan karena tawaran
pendapatan yang lebih tinggi di sektor sekunder dan tersier tersebut.
Tambunan (2003) menyatakan perubahan atau yang dimaksud dengan
‘pendalaman’ struktur ekonomi terjadi terutama didorong oleh peningkatan
pendapatan.
Suatu wilayah yang memiliki struktur ekonomi sekunder maupun
tersier akan memberikan pendapatan yang lebih besar bagi penduduknya yang
bekerja di sektor tersebut daripada di sektor primer, sehingga tidak
mengherankan apabila dominasi sektor sekunder dan tesier (terutama
sekunder) dalam suatu wilayah menunjukkan kemajuan wilayah tersebut.
Sektor industri terbukti mampu menyerap tenaga kerja yang ada dalam suatu
wilayah, yang pada tujuannya adalah dapat mengatasi jumlah pengangguran
yang ada serta mengatasi masalah ketimpangan pendapatan yang diterima oleh
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
19
penduduk di wilayah yang bersangkutan. Sebagaimana yang dijelaskan BPS
Bandung (2004 dalam Soetomo 2009) bahwa angka pengangguran yang
meningkat sedikit banyak menggambarkan ketidakmampuan perekonomian
dalam menyerap tenaga kerja. Jadi dengan kemampuan sektor industri dalam
menyerap tenaga kerja tentunya akan sangat menunjang pertumbuhan
ekonomi.
Sektor-sektor ekonomi tersebut merupakan potensi yang dimiliki oleh
setiap wilayah, meskipun antara wilayah yang satu dengan wilayah yang
lainnya memiliki potensi sektor ekonomi yang berbeda, ada wilayah yang
lebih berpotensi di sektor pertanian dan ada juga yang berpotensi di sektor
industri tetapi ada juga wilayah yang sangat berpotensi di sektor jasanya.
Perbedaan potensi sektor ekonomi di masing-masing wilayah sangat
dipengaruhi oleh keadaan geografi dan demografi wilayah yang bersangkutan.
Kekayaan alam dan tenaga kerja yang berkualitas akan mempermudah usaha
untuk membangun perekonomian suatu daerah/Negara. Atau lebih jelasnya
bahwa struktur ekonomi dalam setiap wilayah itu tergantung pada kekayaan
sumber daya alamnya dan juga kuantitas dan kualitas manusianya (Sukirno,
1998).
Suatu wilayah yang memiliki jumlah penduduk yang besar dengan
tingkat pendidikan yang tinggi cenderung memiliki sektor ekonomi yang lebih
dominan di sektor industri dan jasanya. Sedangkan wilayah yang kaya akan
sumber daya alamnya akan cenderung memiliki struktur ekonomi primer,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
20
dimana penduduknya lebih banyak bekerja di sektor pertanian dan juga sektor
pertambangan dan penggalian.
1. Teori Perubahan Struktur Ekonomi
Teori perubahan struktural menitikberatkan pembahasan pada
mekanisme pergeseran/transformasi ekonomi yang dihadapi oleh sebagian
besar negara sedang berkembang, yang semua bersifat subsistence yang
menitikberatkan pada sektor pertanian menuju ke struktur yang lebih
modern, yang menitikberatkan pada sektor industri dan sektor jasa
(Tambunan, 2003). Ada dua teori umum yang digunakan dalam
menganalisis perubahan struktur ekonomi, yaitu teori dari Arthur Lewis
(teori migrasi) dan Hollis Cenery (teori informasi struktural).
Teori Lewis pada dasarnya membahas proses pembangunan
ekonomi yang terjadi di pedesaan dan perkotaan. Di dalam teorinya, Lewis
(Todaro dan Smith, 2003) mengasumsikan bahwa perekonomian suatu
Negara pada dasarnya terbagi menjadi dua, yaitu perekonomian di pedesaan
yang bersifat tradisional yang masih didominasi oleh sektor pertanian dan
perekonomian di perkotaan yang bersifat modern yang didominasi oleh
sektor industri. Di pedesaan karena pertumbuhan penduduknya tinggi, maka
terjadi kelebihan penawaran tenaga kerja dan kondisi kehidupan
masyarakatnya subsitence akibat perekonomian yang subsitence pula.
Kelebihan tenaga kerja ini ditandai dengan produk marjinalnya yang
bernilai nol dan tingkat upah riil yang rendah. Nilai MP (Marginal Product)
yang nol artinya fungsi produksi di sektor pertanian tersebut telah sampai
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
21
pada tingkat yang optimal, dan jika jumlah tenaga kerja lebih besar dari titik
optimal itu maka akan berlaku hukum penghasilan menurun dimana
semakin banyak orang yang bekerja di sektor tersebut akan semakin rendah
tingkat produktivitas atau total produksi yang akan dihasilkan. Dalam
kondisi yang demikian, pengurangan tenaga kerja tidak akan mengurangi
jumlah output di sektor tesebut, karena proporsi tenaga kerja lebih besar
dibandingkan proporsi input lain seperti modal dan teknologi. Akibat dari
kelebihan tenaga kerja ini maka tingkat upah di sektor pertanian tersebut
menjadi sangat rendah. Sebaliknya di perkotaan, sektor industri mengalami
kekurangan tenaga kerja dan produktivitas tinggi, sesuai hokum pasar,
tingginya produktivitas membuat tingkat upah yang tinggi.
Kerangka pemikiran Chenery tidak terlalu berbeda dari apa yang
diungkapkan Lewis. Teori Chenery dikenal dengan teori pattern of
development, memfokuskan pada perubahan struktur dalam tahapan proses
perubahan ekonomi di Negara-negara sedang berkembang, yang mengalami
transformasi dari pertanian tradisional ke sektor industri modern sebagai
penggerak perekonomiannya. Chenery (Todaro dan Smith, 2003)
menjelaskan bahwa sejalan dengan peningkatan pendapatan per kapita
masyarakat akan ada perubahan-perubahan seperti dalam pola konsumsi dari
penekanan pada makanan dan kebutuhan barang-barang kebutuhan pokok
lain ke berbagai macam barang manufaktur dan jasa, akumulasi modal fisik
dan SDM, perkembangan kota-kota dan industri bersamaan dengan proses
migrasi penduduk dari pedesaan ke perkotaan, penurunan laju pertumbuhan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
22
penduduk, ukuran keluarga yang semakin kecil dan perubahan struktur
ekonomi yang semula didominasi oleh sektor pertanian menjadi didominasi
oleh sektor industri. Menurut Chenery proses transformasi struktural akan
mencapai tarafnya yang paling cepat apabila pergeseran pola permintaan
domestic kea rah output industri manufaktur diperkuat oleh perubahan yang
serupa dalam komposisi perdagangan luar negeri (ekspor). Jadi kenaikan
output produksi sektor pertanian sangat dipengaruhi oleh naiknya faktor-
faktor seperti kenaikan permintaan domestic, perluasan ekspor komoditas
industri manufaktur dan kemajuan teknologi.
2. Industrialisasi
Proses industrialisasi merupakan tahapan yang harus dilalui dalam
proses perubahan struktur ekonomi di suatu Negara/wilayah. Tambunan
(2003) menjelaskan bahwa industrialisasi merupakan suatu proses interaksi
antara pengembangan teknologi, inovasi, spesialisasi produksi, dan
perdagangan antar Negara, yang pada akhirnya akan sejalan dengan
meningkatnya pendapatan masyarakat yang mendorong perubahan struktur
ekonomi di banyak Negara, yang tadinya berbasis pertanian menjadi
berbasis industri. Dapat dikatakan pula bahwa proses industrialisasi ini dapat
menjamin pertumbuhan ekonomi suatu Negara dalam jangka panjang,
karena dengan proses ini memungkinkan naiknya tingkat pendapatan yang
pada akhirnya akan menjadikan kesejahteraan masyarakat. Untuk itu banyak
Negara/wilayah yang ggencar melakukan proses industrialisasi ini guna
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
23
meningkatkan pertumbuhan ekonominya sebagaimana telah dicapai oleh
Negara maju sebelumnya.
Industrialisasi merupakan salah satu proses kunci dalam
pembangunan ekonomi. Di dalam proses industrialisasi, sektor industri
dijadikan sebagai tumpuan yang diharapkan mampu menghasilkan output
optimal serta dapat menyerap tenaga kerja sebanyak mungkin. Hal inilah
yang menjadi keinginan setiap Negara, sehingga masalah ekonomi yang
cukup pelik seperti kemiskinan dan pengangguran dapat teratasi. Karena
dengan proses industrialisasi ini tingkat pendapatan masyarakat dapat
meningkat serta kelebihan tenaga kerja sektor primer dapat terserap, Arlini
(2005 dalam Yunariah 2007) menyatakan bahwa tahapan industrialisasi
diwujudkan secara histories melalui kenaikan kontribusi nilai tambah sektor
industri manufaktur terhadap pendapatan nasional, total produksi dan
kesempatan kerja. Jadi apabila suatu wilayah dalam menjalakan proses
industrialisasi ini maka tidak mustahil jika Negara tersebut akan memiliki
perekonomian yang maju.
C. Konsep Perkotaan
- Pengertian Kota
Istilah kota berasal dari sejarah perkotaan di Eropa kuno. Pada
zaman Yunani Kuno kota-kota yang padat pada saat itu dianggap sebagai
republik kecil, letaknya terpencar-pencar di wilayah pegunungan yang
dinamakan “polis”. kota-kota pada waktu itu berupa benteng pasukan
pendudukan romawi di negeri-negeri Eropa yang disebut “urbis” dan lahan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
24
di luar kota di atas parit-parit yang mengelilingi benteng disebut “suburbis”.
Dari istilah-istilah ini kemudian muncul istilah “urban” dan “suburban”,
sedangkan pedesaan di luar kota penduduknya adalah petani disebut “Ru”
dan dari sinilah timbul istilah “rural”. Sementara itu suatu benteng
dinamakan Kota apabila menjadi pusat perdagangan dan pertukangan yang
memungkinkan berfungsinya pasar dalam kota (Daldjoeni, 1986).
Menurut Sullivan, A. (2003) daerah urban (urban area) adalah suatu
daerah dengan tingkat kepadatan penduduk yang relatif lebih tinggi daripada
daerah lain. Daerah urban dicirikan dengan kegiatan pemukiman yang
dominan di sektor non-agraris dan menjadi pusat kegiatan perekonomian
(yaitu produksi, distribusi dan konsumsi) baik untuk daerah itu sendiri
maupun untuk daerah di sekitarnya (hinterland).
Di Indonesia, jumlah penduduk merupakan ukuran besar kecilnya
kota. Kota kecil adalah kota yang mempunyai jumlah penduduk antara
5.000 sampai dengan 50.000 orang, kota sedang yaitu kota yang
berpenduduk antara 50.000 orang sampai dengan 500.000 orang, sedangkan
kota besar adalah kota yang berpenduduk 500.000 ke atas
(Reksohadiprodjo, 2001). Kota yang memiliki penduduk lebih dari satu juta
orang disebut kota Metropolitan, yaitu suatu wilayah yang memiliki ciri
sebagai suatu pusat perdagangan, industri, budaya dan pemerintahan yang
dikelilingi oleh daerah semi urban (suburban), kawasan perumahan atau
kota-kota kecil yang digunakan sebagai tempat tinggal.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
25
2. Teori Perkembangan Kota
Urbanisasi bukanlah fenomena kependudukan semata, namun juga
terkait dengan berbagai dimensi sosio-ekonomi. Terlebih lagi urbanisasi
terkait dengan perkembangan kegiatan pertanian yang mengakibatkan
dislokasi tenaga kerja pertanian ( Davis 1969). Teori ini mengisyaratkan
terdapatnya kaitan antara industrialisasi dan perkembangan perkotaan.
Perkembangan industri perkotaan akan memicu migrasi desa-kota yang
akhirnya mendorong lebih jauh ke arah urbanisasi.
Teori klasik, seperti central-place-theory yang dikemukakan oleh
Christaller mengilhami model perkembangan kota. Dari sudut pandang
geografi, teori ini memiliki dua konsep yaitu: threshold (jarak jangkauan
minimal untuk dapat bertahan) dan range (jarak jangkauan sesungguhnya
yang dapat dicapai). Jika dalam sebuah pasar threshold lebih besar
dibanding range, maka ia akan mati, dan sebaliknya jika range lebih besar
daripada threshold, maka pasar itu akan berkembang dan bahkan tumbuh
menjadi daerah perkotaan.
Teori klasik yang cukup banyak dianut di kalangan geografi ini
sebenarnya belum dapat memberikan gambaran yang memadai mengenai
urbanisasi kontemporer. Teori klasik umumnya hanya melihat ke dalam
ketika menjelaskan faktor-faktor penyebab perkembangan perkotaan. Peran
proses (ekonomi) global yang memunculkan fenomena kota-kota global
(global cities) tidak mendapat perhatian. Padahal, internasionalisasi
produksi, jasa dan kapital yang dimotori oleh perusahaan transnasional amat
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
26
besar peranannya dalam mempengaruhi perkembangan kota-kota yang
terlibat dalam proses tersebut.
Menurut McGee dan Douglas (1995 dalam Firman 1996), proses
urbanisasi yang terjadi di Asia dewasa ini pada dasarnya mencerminkan
integrasi kota-kota ke dalam sistem ekonomi global, yang digerakan oleh
akumulasi kapital pada skala dunia. Proses ini disebut pula sebagai mega-
urbanization, yang tampaknya akan menjadi kecenderungan (trends)
urbanisasi di Asia, termasuk Indonesia.
Lebih jauh lagi Amstrong dan McGee (1985 dalam Chotib 2002b)
mengajukan teori tentang pembentukan kota-kota berdasarkan penelitiannya
di Asia dan Amerika Latin. Mereka mengemukakan bahwa kota-kota pada
dasarnya “teater dari akumulasi kapital” yang mengalami penetrasi ke
negara-negara berkembang. Meskipun urbanisasi yang terjadi di negara
berkembang merupakan bagian integrasi dari akumulasi kapital di negara
maju, namun dalam proses perkembangannya terdapat banyak perbedaan.
Perbedaan ini bertitik tolak dari kenyataan demografi dan ekonomi yang
terjadi di negara berkembang. Itu sebabya urbanisasi yang terjadi di negara
berkembang dikatakan sebagai “pseudeo urbanization”, dari pada “true
urbanization” di negara maju.
Teori yang menekankan adanya interaksi antara sistem produksi dan
regulasi pada tingkat nasional, perspektif globalisasi dan modernisasi
dikembangkan dalam sebuah model perkembangan perkotaan yang lebih
komprehensif, yaitu teori regulasi (Prabatmodjo, 2000). Model tersebut
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
27
mencakup faktor-faktor struktural pada tingkat internasional maupun
nasional/regional serta faktor sosial-demografi. Perkembangan perkotaan
dan urbanisasi merupakan resultan bekerjanya faktor-faktor tersebut.
Gambar 2.2 Model Perkembangan Kota Sumber: Prabatmojo (2000)
3. Struktur Perkotaan
Struktur perkotaan dalam suatu wilayah menentukan maju atau
tidaknya pembangunan di wilayah bersangkutan. Struktur perkotaan adalah
kondisi perkotaan di suatu wilayah yang biasanya diidentifikasi berdasarkan
jumlah penduduk yang tinggal di perkotaan (tingkat urbanisasi) tersebut.
Struktur perkotaan di masing-masing wilayah juga berbeda, tergantung pada
faktor-faktor yang menarik di wilayah kota yang bersangkutan, seperti
Proses Ekonomi Global
Sistem Produksi Sistem Regulasi
Perkembangan Perkotaan
Faktor Sosial Demografi
Urbanisasi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
28
lapangan kerja yang tersedia beserta besarnya upah dan juga infrastruktur
yang tersedia di kota tersebut. Daerah perkotaan yang memiliki faktor
penarik yang lebih banyak cenderung diikuti oleh jumlah penduduk di
perkotaan tersebut semakin besar. Sebagaimana dijelaskan oleh Ghalib
(2005 dalam Chotib 2006) bahwa penduduk memerlukan pekerjaan yang
produktif atau pekerjaan yang layak, sehingga banyak penduduk yang
memilih tinggal di kota dari pada di desa.
Tumbuh berkembangnya sektor non-primer (proses industrialisasi) di
suatu daerah bisa merupakan akibat gagalnya sektor pertanian tetapi bisa
juga akibat berhasilnya sektor pertanian di suatu daerah. Sektor pertanian
yang gagal berkembang bisa disebabkan oleh beberapa hal seperti kurang
memadainya teknologi yang diperlukan, rendahnya kualitas SDM atau
tenaga kerja dan berpindahnya tenaga kerja di sektor tersebut ke sektor non-
primer. Akibatnya produktivitas sektor pertanian tersebut menjadi rendah
yang berakibat rendahnya pendapatan. Rendahnya pendapatan ini
menyebabkan penduduk yang bekerja di sektor itu memiliki taraf hidup
yang rendah. Didorong oleh keinginan untuk memperbaiki taraf hidupnya
maka banyak pekerja di sektor primer tersebut pindah ke sektor non primer
yang dianggap mampu memberikan upah yang lebih besar, dan ini sangat
menunjang berkembangnya proses industrialisasi di suatu daerah.
Berhasilnya pembangunan sektor pertanian juga menunjang
tumbuhnya industrialisasi di suatu daerah. Berkembangnya sektor pertanian
di suatu daerah perlu ditunjang oleh ketersediaan peralatan maupun bahan-
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
29
bahan lain guna meningkatkan produktivitas sektor pertanian tersebut. Hal
ini mendorong tumbuhnya industri untuk menghasilkan input bagi sektor
pertanian tersebut seperti pupuk, penyediaan bibit maupun penyediaan
mesin-mesin guna produksi sektor pertanian tersebut. Selain itu apabila
produksi hasil pertanian itu dapat optimal dan berkualitas, maka hal ini akan
mendororng tumbuhnya industri pengolahan hasil pertanian. Tumbuhnya
industri-industri ini baik industri penyedia input pertanian maupun
pengolahan hasil pertanian ini, akan mendorong tumbuhnya proses
industrialisasi lebih lanjut yang pada akhirnya akan mempengaruhi proses