PENGARUH INDEPENDENSI DAN PROFESIONALISME AUDITOR INTERNAL DALAM UPAYA MENCEGAH DAN MENDETEKSI TERJADINYA FRAUD SKRIPSI Diajukan Kepada Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial Untuk Memenuhi Syarat-syarat Untuk Meraih Gelar Sarjana Ekonomi Oleh: Herty Safitri YunintaSari NIM : 106082002612 JURUSAN AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI DAN ILMU SOSIAL UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1431 H/2010 M
105
Embed
PENGARUH INDEPENDENSI DAN PROFESIONALISME …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/797/1/94284... · Klasifikasi . Fraud ... Fraud.....51. 2. Pengaruh Profesionalisme
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
PENGARUH INDEPENDENSI DAN PROFESIONALISME AUDITOR
INTERNAL DALAM UPAYA MENCEGAH DAN MENDETEKSI
TERJADINYA FRAUD
SKRIPSI
Diajukan Kepada Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial
Untuk Memenuhi Syarat-syarat Untuk Meraih Gelar Sarjana Ekonomi
Oleh:
Herty Safitri YunintaSari NIM : 106082002612
JURUSAN AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN ILMU SOSIAL
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1431 H/2010 M
PENGARUH INDEPENDENSI DAN PROFESIONALISME AUDITOR INTERNAL DALAM UPAYA MENCEGAH DAN MENDETEKSI
TERJADINYA FRAUD
Oleh: Herty Safitri YunintaSari
ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh independensi dan profesionalisme auditor internal dalam upaya mencegah dan mendeteksi terjadinya fraud. Sampel dalam penelitian ini sebanyak 60 orang responden auditor internal yang berada di Yayasan Pendidikan Internal Audit (YPIA). Metode yang digunakan dalam penentuan sampel dalam penelitian ini adalah Convenience Sampling. Uji statistik yang digunakan adalah regresi berganda.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel independensi dan profesionalisme auditor internal berpengaruh signifikan dalam upaya mencegah dan mendeteksi terjadinya fraud. Kata kunci : Independensi, profesionalisme auditor internal, mencegah dan
mendeteksi terjadinya fraud.
vi
The Influence of Independence and Profesionalism of Internal Auditors in an Effort to Prevent and Detect Fraud
By: Herty Safitri YunintaSari
Abstract
This study aimed to analyze the influence of the independence and professionalism of internal auditors in an effort to prevent and detect fraud. The sample in this study respondents were 60 internal auditors in the Internal Audit Foundation (YPIA). The methods used in sampling in this study is Convenience Sampling. The statistical test used is multiple regression.
Results showed that the variable independence and profesinalism of internal auditors in an effort to prevent significant and detect fraud.
Keywords: Independence, professionalism of internal auditors, prevent and
detect fraud.
v
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Wr. Wb.
Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT karena atas berkat
Rahmat dan Karunia-Nyalah skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik. Shalawat
beserta salam tak lupa penulis haturkan kepada Nabi Muhammad SAW yang telah
membawa umatnya dari zaman kemusyrikan ke zaman ketauhidan dan ilmu
pengetahuan seperti sekarang ini. Skripsi ini disusun dalam rangka memenuhi
syarat-syarat untuk memperoleh gelar sarjana ekonomi.
Pada kesempatan ini, dengan segala kerendahan hati penulis
menyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya atas bantuan, bimbingan, dan
doa, baik langsung maupun tidak langsung dalam penyelesaian skripsi ini, kepada:
1. Kedua orang tuaku, Heri Kusnadi dan Tiliati, papa dan mama, yang
senantiasa selalu memberi support baik doa maupun finansial kepada
penulis dalam penyelesain skripsi ini. Kalian juga telah memberikan kasih
sayang yang tak terhingga kepada penulis sehingga penulis dapat
menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Dan untuk Thesar Herdiansyah
Kusnadi adeqw satu-satunya, terima kasih atas dukungan dan doanya
selama ini. Semoga Allah membalas semua kebaikan yang telah kalian
berikan kepada penulis selama ini.. Amin Ya Rabbal’alamin..
2. Bapak Prof. Dr. Ahmad Rodoni selaku pembimbing I yang telah
memberikan bantuan baik waktu maupun saran kepada penulis selama
proses penulisan skripsi ini sehingga skripsi ini dapat terselesaikan dengan
baik.
3. Bapak Hepi Prayudiawan SE.Ak,MM selaku pembimbing II yang telah
memberikan bantuan baik waktu, saran, maupun ilmu yang bermanfaat
kepada penulis selama proses penulisan skripsi ini sehingga skripsi ini dapat
terselesaikan dengan baik.
4. Bapak Prof. Dr. Abdul Hamid MS selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan
Bisnis.
vii
5. Bapak Afif Sulfa,SE,Ak,Msi selaku Ketua Jurusan Akuntansi yang telah
memberikan ilmu yang bermanfaat kepada penulis selama masa
perkuliahan.
6. Bapak Amilin, SE.Ak,Msi yang telah memberi saran kepada penulis dalam
penulisan skripsi ini.
7. Seluruh dosen dan karyawan Fakultas Ekonomi dan Ilmu sosial.
8. Untuk Iqbal Dwitama Putra Ralas terima kasih sedalam-dalamnya selama
ini sudah membantu penulis dalam segala hal. Baik berupa dukungan moril
dan berupa segala pemikirannya selama ini. Terima kasih atas kesabarannya
menghadapi segala tingkah laku penulis yang ajaib ini. Semangathh yagh
untuk penelitian dan kuliah mu. Buktikan ke orang-orang yang mandang
rendah ke kamu kalau kamu bisa berhasil juga.
9. Semua anak- anak D’Musrix Izumie Nadia Marrisca Putri “pipi ipin”
walaupun kita sering berantem bebh tapi ampe penghabisan kita kuliah kita
berdua terus dari kita nyiapin materi skripsi berdua ampe sidang pun kita
cuma berdua bener-bener gag akan aku lupain piinn ☺, Maulida Oktaviani
“mimi mbully” kamu orang pertama yang jadi tempat berbagi suka duka
bareng makasih yagh sayang untuk waktu mu selama ini ☺, Istihayu Putri
Buansari “bunda” makasih yagh bund wat ilmu-ilmu nya udah mau jadi
tempat aqu bertanya dikala aku kesulitan alias nyontek hahaha ☺, Mega
Ayu Lestari “dede” makasih juga yagh dede wat kebersamaannya selama
ini, Indah Ponika “eyang” eyang sayang makasih yagh selama ini udah
Dalam era teknologi maju dan globalisasi, Bangsa Indonesia juga
menghadapi tantangan yang berhubungan dengan masalah kecurangan,
kolusi, nepotisme, dan penggelapan lainnya, sehingga dalam proses
verifikasi secara objektif yang terdokumentasi secara sistematis untuk
memperoleh dan mengevaluasi bukti audit untuk menentukan apakah
aktivitas, kejadian, dan kondisi, sistem atau informasi tersebut sesuai
dengan kriteria audit, serta mengkomunikasikan hasil proses tersebut
kepada klien (Iqbal, 2003:55).
Keputusan yang utama harus ditetapkan oleh setiap auditor adalah
menyangkut banyaknya bukti pendukung yang memadai untuk
dikumpulkan, agar ia merasa yakin bahwa unsur-unsur laporan keuangan
dan semua laporan lainnya dari klien dibuat secara wajar. Banyaknya bukti
yang harus dikumpulkan dalam suatu pemeriksaan tertentu merupakan
proses pengambilan keputusan di antara proses tersebut yang paling
penting adalah proses pemeriksaan. Memperoleh bukti yang terlalu sedikit
akan memperbesar kemungkinan kegagalan kesalahan yang material.
1
Ada dua tipe salah saji yang relevan dengan pertimbangan auditor
tentang kecurangan dalam audit atas laporan keuangan, antara lain: salah
saji atau penghilangan secara sengaja jumlah atau pengungkapan dalam
laporan keuangan untuk mengelabui pemakai laporan keuangan dan salah
saji yang timbul dari perlakuan tidak semestinya terhadap aktiva (sering
disebut dengan penyalahgunaan atau penggelapan) berkaitan dengan
pencurian aktiva entitas yang berakibat laporan keuangan tidak disajikan
sesuai dengan standar akuntansi yang berlaku umum di Indonesia (SAK).
Ada beberapa istilah yang diberikan pada pelanggaran dalam
bentuk ketidakjujuran yaitu: (1) Penipuan (kecurangan) merupakan
penyajian yang tidak benar atau penyembunyian fakta penting sehingga
menyebabkan seseorang kehilangan sesuatu yang berharga, (2) Kejahatan
kerah putih (white collar crime) merupakan suatu tindakan atau
serangkaian tindakan pelanggaran yang dilakukan dalam artian bukan
fisik, dilakukan dengan menyembunyikan fakta atau tipu muslihat untuk
mendapatkan uang atau barang dan keuntungan pribadi, (3) Penggelapan
(embezzlement) merupakan suatu tindakan yang melanggar hukum dengan
memakai barang/harta yang ada dibawah tanggung jawab si pelanggar
untuk kepentingan pribadi (Iqbal, 2003:56).
Seorang auditor tidak harus memberikan perhatian dan keahlian
lebih dari biasanya dalam melakukan atau memberikan pertanyaan dan
penyidikan. Ia bukanlah penjamin, tugas dari seorang auditor adalah ia
haruslah seorang yang jujur oleh karena itu ia seharusnya tidak meyakini
2
apa yang tidak dipercayainya akan benar terjadi, dan ia harus
menggunakan keahliannya sebelum ia percaya apa yang diyakininya itu
benar.
Belakangan ini perhatian auditor diarahkan terutama untuk
mendeteksi terjadinya kesalahan dan transaksi kecurangan. Melalui
penetapan kebijakan, dan fungsinya lebih kepada mendeteksi dan
melindungi, tidak ada standar formal yang ditetapkan untuk menentukan
tanggung jawab seorang internal auditor untuk mencegah dan mendeteksi
terjadinya kecurangan. Dalam mencegah dan mendeteksi terjadinya
kecurangan, seorang auditor internal haruslah memiliki sikap independensi
dan profesionalisme yang tinggi dalam menjalankan tugasnya sebagai
seorang internal auditor di perusahaan.
Salah satu kecurangan terbesar yang diingat dunia sampai saat ini
adalah kasus Enron yang melibatkan salah satu dari The Big Five,
Andersen and Co. Dalam kasus tersebut, auditor yang bertugas untuk
mengaudit perusahaan tersebut juga merupakan auditor internal
perusahaan yang bersangkutan (Yuniarti, 2008:1).
Suatu kecurangan dapat dicegah salah satunya adalah dengan cara
meningkatkan sistem pengendalian intern yang terdapat di perusahaan,
karena pada dasarnya unsur yang menentukan terjadinya kecurangan
adalah manusia itu sendiri dan sistem pengendalian dalam perusahaan
tersebut. Manusia dengan perilaku hidup yang dianutnya menentukan
wujud tingkah lakunya dalam pergaulan dan dalam melaksanakan tugas
3
dan pekerjaannya. Sedangkan suatu sistem pengendalian intern dibangun
untuk menghalangi atau menghambat kemungkinan terjadinya kecurangan.
Seperti pada halnya menangani penyakit, lebih baik mencegahnya
daripada “mengobatinya”. Para ahli memperkirakan bahwasannya
kecurangan terungkap merupakan bagian kecil dari seluruh kecurangan
yang sebenarnya terjadi. Karena itu, upaya utama seharusnya adalah pada
pencegahannya.
Banyak faktor yang bisa menjadi penyebab kecurangan, maka dari
sisi pengguna laporan keuangan juga harus memperhatikan apakah laporan
keuangan yang akan mereka gunakan memang sudah diaudit dengan baik
atau belum. Oleh karena itu, laporan keuangan yang baik adalah laporan
keuangan yang sudah diaudit oleh auditor yang kompeten dan independen.
Arens dan Loebbecke (2009:17) mengatakan bahwa internal
auditor adalah seorang yang bekerja sebagai karyawan pada suatu
perusahaan untuk melakukan audit bagi kepentingan manajemen. Menurut
Amrizal (2004:1) internal auditing adalah suatu penilaian, yang dilakukan
oleh pegawai perusahaan yang terlatih mengenai ketelitian, dapat
dipercayainya, efisiensi, kegunaan catatan-catatan (akuntansi) perusahaan
serta pengendalian internal yang terdapat dalam perusahaan. Tujuannya
adalah untuk membantu pimpinan perusahaan (manajemen) dalam
melaksanakan tanggung jawabnya dengan memberikan analisa, penilaian,
saran dan komentar mengenai kegiatan yang diaudit.
4
Menurut Arens dan Loebbecke (2009:4) Auditor harus mempunyai
kemampuan memahami kriteria yang digunakan serta mampu menentukan
jumlah bahan bukti yang dibutuhkan untuk mendukung kesimpulan yang
akan diambilnya. Auditor harus pula mempunyai sikap mental independen.
Sekalipun ia ahli, apabila tidak mempunyai sikap independen dalam
mengumpulkan informasi akan tidak berguna, sebab informasi yang
digunakan untuk mengambil keputusan haruslah tidak bias.
Independensi merupakan tujuan yang harus selalu diupayakan, dan
itu dapat dicapai sampai tingkat tertentu. Misalnya, sekalipun auditor
internal dibayar oleh perusahaan, ia harus tetap memiliki kebebasan yang
cukup untuk melakukan audit yang handal.
Independensi dalam profesi sangat dibutuhkan untuk menjaga
kualitas auditor tersebut. Independensi bukan hanya dimiliki oleh auditor
eksternal namun juga dimiliki oleh auditor internal. Independensi menurut
Mautz dan Sharaf dalam karya terkenal mereka, “The Philosophy of
Auditing” (Filosofi Audit), (Sawyer, 2006:35) terbagi menjadi 3 yaitu:
independensi dalam verifikasi, independensi dalam program audit, dan
independensi dalam pelaporan yang dapat diperuntukkan bagi akuntan
publik atau auditor eksternal, tetapi konsep yang sama dapat diterapkan
untuk auditor internal dalam bersikap objektif. Independensi dalam hal ini
adalah independensi dalam pelaporan dimana menurut Sawyer (2006:36)
independensi dalam pelaporan menjadikan auditor internal: harus bebas
dari perasaan untuk memodifikasi dampak dari fakta-fakta, harus bebas
5
dari hambatan oleh pihak-pihak yang ingin meniadakan auditor dalam
memberikan pertimbangan.
Dalam rangka memenuhi persyaratan sebagai seorang profesional,
auditor harus menjalani pelatihan yang cukup dan kegiatan penunjang
keterampilan lainnya. Melalui program pelatihan tersebut para auditor juga
mengalami proses sosialisasi agar dapat menyesuaikan agar dapat
menyesuaikan diri dengan perubahan situasi yang akan ditemui.
Selain itu profesionalisme juga menjadi syarat utama bagi
seseorang yang ingin menjadi seorang auditor sebab dengan
profesionalisme yang tinggi kebebasan auditor akan semakin terjamin.
Untuk menjalankan perannya yang menuntut tanggung jawab yang
semakin luas, seorang auditor harus memiliki wawasan yang luas tentang
kompleksitas organisasi modern. Gambaran tentang profesionalisme
seorang auditor menurut Hall (1968) dalam Hendro Wahyudi (2006),
tercermin dalam lima hal yaitu: pengabdian dalam profesi, kewajiban
sosial, kemandirian, kepercayaan terhadap peraturan profesi, dan
hubungan dengan rekan seprofesi.
Jika seorang auditor internal berada dalam situasi konflik penting
bagi seorang auditor untuk mempertahankan sikap independensi serta
profesionalismenya dalam pemeriksaan laporan keuangan perusahaan, jika
seorang auditor internal tidak bersikap independen dan profesional
terhadap profesinya maka itu akan mempengaruhi integritas pada laporan
keuangan yang akan sulit dicapai. Dikarenakan akan sulit mendapatkan
6
pandangan yang objective dan solusi yang terbaik untuk setiap keadaan
dan permasalahan yang ada. Sangat penting bagi suatu perusahaan untuk
mendapatkan trust (kepercayaan) dari masyarakat untuk menjalankan
usahanya baik bagi konsumen maupun sebagai investor. Auditor internal
dituntut untuk selalu independen dan profesional dalam segala situasi,
terlebih lagi jika seorang auditor internal tersebut menemukan atau
mendeteksi terjadinya kecurangan (fraud). Maka, tanpa sikap
independensi serta profesionalismenya peran auditor internal tidak akan
berarti sedikit pun dalam upaya mencegah dan mendeteksi kecurangan
(fraud).
Setiap auditor internal harus tetap mempertahankan
independensinya serta profesionalismenya agar dapat mencegah serta
dapat mendeteksi segala bentuk tindak kecurangan (fraud) yang terjadi.
Kurangnya pengetahuan dan pengertian seorang auditor internal mengenai
indikasi akan terjadinya tindak kecurangan (fraud) sering terjadi dan
prosedur yang efektif untuk mendeteksi kecurangan (fraud) sudah sering
dibuat sulit oleh auditor–auditor dalam melakukan tugas-tugasnya. Oleh
karena itu, seorang auditor internal harus mempunyai keahlian dalam
mencegah kecurangan (fraud) sebagai eksistensi dari pengetahuan
mengenai gejala pasti, dan harus mampu mendeteksi segala bentuk
kecurangan (fraud) yang terjadi, pengertian akan masalah dan sikap
independensi serta profesionalisme untuk menyelesaikan semua
permasalahan yang terjadi.
7
Penelitian sebelumnya oleh M. Sodik (2007), dalam menganalisis
pengaruh keahlian dan independensi audit internal terhadap kemampuan
mendeteksi indikasi fraud. Penelitian ini menggunakan metode analisis
deskriptif kualitatif, dan hasilnya diketahui bahwa keahlian dan
independensi berpengaruh signifikan terhadap kemampuan mendeteksi
indikasi fraud.
Penelitian yang dilakukan oleh Taufik (2008), menganalisis
pengaruh pengalaman kerja dan pendidikan profesi auditor internal
terhadap kemampuan mendeteksi kecurangan (fraud). Hasil penelitian ini
diketahui bahwa pengalaman kerja dan pendidikan profesi auditor internal
berpengaruh signifikan terhadap kemampuan mendeteksi kecurangan
(fraud).
Penelitian oleh Mohammad Iqbal (2003), yaitu meneliti tentang
peran dan tanggung jawab internal auditor dalam mendeteksi kecurangan.
Dalam hal mendeteksi kecurangan dibutuhkannya peran auditor internal
serta tanggung jawab auditor internal.
Peneliti ingin mengetahui apakah terdapat perbedaan hasil
penelitian ini dengan penelitian sebelumnya. Karena pada penelitian
sebelumnya independensi audit internal mempunyai pengaruh yang
signifikan terhadap kemampuan mendeteksi indikasi fraud.
Perbedaan penelitian ini dengan penelitian terdahulu, yaitu:
1. Tahun yang diamati, pada penelitian ini mengambil tahun 2010. Alasan
penelitian ini menggunakan tahun 2010 yaitu: (1) untuk mendapatkan
8
2. Pada penelitian ini, peneliti memfokuskan pada para auditor internal
yang berada di lingkungan Yayasan Pendidikan Internal Audit (YPIA)
dengan tujuan agar mendapatkan hasil yang lebih valid atas data yang
diujikan.
Berdasarkan uraian diatas, maka peneliti bermaksud menyusun
skripsi dengan judul: “Pengaruh Independensi dan Profesionalisme
Auditor Internal Dalam Upaya Mencegah dan Mendeteksi Terjadinya
Fraud”.
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan uraian diatas, masalah yang diteliti selanjutnya dapat
dirumuskan sebagai berikut:
1. Apakah independensi seorang auditor internal berpengaruh signifikan
dalam upaya mencegah dan mendeteksi terjadinya fraud ?
2. Apakah profesionalisme seorang auditor internal berpengaruh signifikan
dalam upaya mencegah dan mendeteksi terjadinya fraud ?
3. Apakah independensi dan profesionalisme auditor internal secara
simultan (bersama-sama) berpengaruh signifikan dalam upaya mencegah
dan mendeteksi terjadinya fraud ?
9
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penelitian
Berkaitan dengan perumusan masalah tersebut diatas maka tujuan
penelitian ini adalah:
a. Untuk menganalisis pengaruh yang signifikan independensi
seorang auditor internal dalam upaya mencegah dan mendeteksi
terjadinya fraud.
b. Untuk menganalisis pengaruh yang signifikan profesionalisme
seorang auditor internal dalam upaya mencegah dan mendeteksi
terjadinya fraud
c. Untuk menganalisis pengaruh yang signifikan independensi dan
profesionalisme seorang auditor internal secara simultan (bersama-
sama) dalam upaya mencegah dan mendeteksi terjadinya fraud.
2. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat bagi semua
pihak, diantaranya:
a. Bagi Auditor Internal
Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan
masukan dan pertimbangan mengenai pengaruh independensi
auditor internal dan profesionalisme auditor internal terhadap
kinerja auditor internal melalui pengetahuan mengenai fraud.
10
11
b. Bagi pihak yang berkepentingan lainnya
Penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai informasi
masukan sesuai dengan kebutuhan.
c. Dapat digunakan oleh para peneliti–peneliti berikutnya sebagai
salah satu referensi dalam penelitiannya.
d. Bagi Penulis
Adanya penelitian ini penulis dapat memperoleh banyak
pengetahuan mengenai pengaruh independensi auditor internal dan
profesionalisme auditor internal dalam upaya mencegah dan
mendeteksi terjadinya fraud.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Pustaka
1. Independensi Auditor Internal
Auditor internal bekerja di suatu perusahaan untuk melakukan
audit bagi kepentingan pihak manajemen. Tugas yang diberikan kepada
auditor internal bermacam-macam, tergantung dari perintah dari
atasannya. Dalam menjalankan tugasnya seorang auditor internal harus
berada diluar fungsi lini suatu organisasi. Seorang auditor internal wajib
memberikan informasi yang penting bagi pihak manajemen yang berkaitan
dengan proses pengambilan keputusan yang berkaitan dengan operasi
suatu perusahaan.
Independensi merupakan suatu syarat yang penting yang harus
dimiliki oleh tiap auditor dengan tujuan agar dapat menilai kewajaran
suatu informasi yang disajikan manajemen untuk para pemakai informasi
yang terdiri dari pemakai internal dan eksternal.
Independen berarti auditor tidak dapat dipengaruhi. Auditor
internal tidak dibenarkan memihak kepentingan siapapun. Auditor internal
berkewajiban untuk jujur tidak hanya kepada manajemen dan pemilik
perusahaan, namun juga pada kreditor dan pihak lain yaitu masyarakat dan
pengguna laporan keuangan yang lainnya yang meletakkan kepercayaan
pada pekerjaan internal auditor.
12
Jika seorang auditor internal tidak dapat bersikap independen,
maka akan sulit dalam upaya mencegah dan mendeteksi terjadinya fraud di
perusahaan. Oleh sebab itu, profesi auditor internal akan sangat sensitif
terhadap masalah independensi. Dengan demikian sikap independensi
sangat dibutuhkan agar laporan keuangan yang disajikan oleh manajer
dapat berkualitas dan berkredibilitas dalam mencegah dan mendeteksi
terjadinya fraud yang ada.
Seperti yang diuraikan oleh SPAP seksi 220, menyatakan bahwa
independensi diartikan “sebagai tidak mudah dimengerti”. Sedangkan
Mulyadi (2006) adalah sebagai berikut :
“Independensi berarti bersikap bebas dari pengaruh pihak lain, tidak tergantung pada pihak lain dan jujur dalam mempertimbangkan fakta serta adanya pertimbangan yang objective dalam merumuskan dan menyatakan pendapatnya.”
Arens dan Loebbeck (2009) menyatakan independensi merupakan
tujuan yang harus selalu diupayakan, dan itu dapat dicapai sampai tingkat
tertentu, misalnya sekalipun auditor dibayar oleh klien, ia harus tetap
memiliki kebebasan yang cukup untuk melakukan audit yang andal.
Sedangkan Ralph Estes menyatakan pendapat mengenai independensi
adalah sebagai kondisi keterbukaan, netral dan tidak bias, untuk atau
terhadap pihak lain.
Menurut Achmad Badjuri dan Elisa Trihapsari (2004) Independensi
auditor diperlukan karena auditor sering disebut pihak pertama dan
memegang peran utama dalam pelaksanaan audit kinerja. Hal ini karena
auditor dapat mengakses informasi keuangan dan informasi manajemen
13
dari organisasi yang diaudit, memiliki kemampuan profesional dan bersifat
independen. Walaupun pada kenyataannya prinsip independen ini sulit
untuk benar-benar dilaksanakan secara mutlak, antara auditor dan auditee
harus berusaha menjaga independensi tersebut sehingga tujuan audit dapat
tercapai. Independensi auditor merupakan salah satu dasar dalam konsep
teori auditing.
Auditor internal yang profesional harus memiliki independensi
untuk memenuhi kewajiban profesionalismenya; memberikan opini yang
objektif, tidak bias; dan tidak dibatasi; dan melaporkan masalah apa
adanya; bukan melaporkan sesuai keinginan eksekutif atau lembaga
(Sawyer, 2006:35). Adapun pengertian dari independensi selalu
dihubungkan dengan objektifitas dalam internal auditor seperti yang
dijelaskan oleh IIA dalam Mutchler (2003:235) sebagai berikut:
“Objectivity ia a mental attitude which internal auditors should maintain while performing engangements. The internal auditors should have an impartial, un-biased attitude and avoid conflict of interest situations, as that would prejudice his/her desired characteristic of the environment in which the assurance services are performed by the individual or team; i.e., it is desirable for the individual or team to be free from material conflicts of interest that threaten objectivity”.
Objektifitas adalah sikap mental yang harus dimiliki oleh auditor
internal dalam melaksanakan pekerjaannya. Auditor internal harus
bersikap tidak memihak, berperilaku yang tidak bias dan menghindari
situasi konflik kepentingan yang akan membuat auditor internal dapat
melaksanakan penilaian yang sesuai dengan kenyataan. Independensi
14
merupakan karakteristik yang diperoleh dari lingkungan sekitar dalam
pelaksanaan assurance service yang dilakukan oleh satuan kerja dalam tim
maupun individu yang harus bebas dari konflik kepentingan yang dapat
mengancam penilaian yang objektif auditor internal.
Dalam buku Standar Profesi Akuntan Publik (SPAP, 2009) seksi
220 PSA No.04 alinea 2, dijelaskan bahwa:
“Independensi berarti tidak mudah dipengaruhi, karena ia melaksanakan pekerjaannya untuk kepentingan umum.”
Dengan demikian, ia tidak dibenarkan memihak kepada
kepentingan siapapun meskipun ia bekerja atau mengabdi pada perusahaan,
sebab bilamana tidak demikian halnya, bagaimanapun sempurnanya
keahlian teknis yang ia miliki, maka dengan otomatis ia akan kehilangan
sikap independensi yang justru paling penting untuk mempertahankan
kebebasan pendapatnya.
Berbagai definisi independensi telah disampaikan oleh para ahli
dapat disimpulkan, sebagai berikut:
a. Independensi merupakan syarat yang sangat penting bagi profesi
auditor untuk menilai kewajaran informasi yang disajikan oleh
manajemen kepada pemakai laporan keuangan.
b. Independensi diperlukan oleh auditor untuk memperoleh
kepercayaan dari klien maupun dari masyarakat, khususnya bagi
para pemakai laporan keuangan.
c. Independensi diperlukan agar dapat kreadibilitas laporan keuangan
yang disajikan oleh pihak manajemen.
15
Dimensi atau indikator dari pelaksanaan independensi auditor
internal (Nurjannah, 2008) adalah sebagai berikut:
a. Kemandirian Auditor
Kemandirian para pemeriksa internal dapat memberikan
penilaian-penilaian yang tidak memihak dan tanpa prasangka, yang
mana sangat diperlukan atau penting bagi pemeriksaan
sebagaimana mestinya. Hal ini dapat diperoleh melalui status
organisasi dan sikap objektifitas dari para pemeriksa internal
(auditor internal).
1) Kemandirian Auditor Dilihat Dari Status Organisasi.
Kemandirian auditor dilihat dari status organisasi adalah
bahwa status organisasi dari bagian internal audit haruslah
memberikan keleluasaan untuk memenuhi atau menyelesaikan
tanggung jawab pemeriksaan yang diberikan kepadanya.
Internal audit haruslah mendapat dukungan dari manajemen
senior dan dewan, sehingga mereka akan mendapatkan suatu kerja
sama dari pihak yang diperiksa dan dapat menyelesaikan
pekerjaannya secara bebas dari berbagai campur tangan pihak lain.
2) Kemandirian Auditor Dilihat Dari Sikap Objektifitas.
Kemandirian auditor dilihat dari sikap objektifitas adalah sikap
mental yang bebas dan yang harus dimiliki oleh pemeriksa
internal (auditor internal) dalam melaksanakan pemeriksaan.
Auditor internal tidak boleh menempatkan penilaian
16
sehubungan dengan pemeriksaan yang dilakukan secara lebih
rendah dibandingkan dengan penilaian yang dilakukan oleh
pihak lain atau menilai sesuatu berdasarkan hasil penilaian
orang lain.
Bukan hanya penting bagi auditor internal untuk memelihara
sikap mental independen dan tanggung jawab mereka, akan tetapi
penting juga bahwa pemakai laporan keuangan menaruh
kepercayaan terhadap independensi tersebut.
b. Independensi dalam Kenyataan (Independence In Fact)
Independensi dalam kenyataan adalah apabila dalam
kenyataannya auditor mampu mempertahankan sikap yang tidak
memihak sepanjang pelaksanaan auditnya.
c. Independensi dalam Penampilan (Independence In Appearance)
Independensi dalam penampilan adalah hasil penilaian atau
interpretasi pihak lain terhadap independensi auditor dalam
menjalankan tugasnya.
Mautz dan Sharaf (Sawyer,2006:35), dalam karya terkenal mereka,
“The Philosophy of Auditing” (Filosofi Audit), memberikan beberapa
indikator independensi profesional. Indikator tersebut memang
diperuntukkan bagi akuntan publik, tetapi konsep yang sama dapat
diterapkan untuk auditor internal yang ingin bersikap objektif. Indikator-
indikatornya adalah sebagai berikut:
17
a. Independensi dalam Program Audit
1) Bebas dari intervensi manajerial atas program audit.
2) Bebas dari segala intervensi atas prosedur audit.
3) Bebas dari segala persyaratan untuk penugasan audit selain
yang memang disyaratkan untuk sebuah proses audit.
b. Independensi dalam Verifikasi
1) Bebas dalam mengakses semua catatan, memeriksa aktiva, dan
karyawan yang relevan dengan audit yang dilakukan.
2) Mendapatkan kerja sama yang aktif dari karyawan manajemen
selama verifikasi audit.
3) Bebas dari segala usaha manajerial yang berusaha membatasi
aktivitas yang diperiksa atau membatasi pemerolehan bahan
bukti.
4) Bebas dari kepentingan pribadi yang menghambat verifikasi
audit.
c. Independensi dalam Pelaporan
1) Bebas dari perasaan wajib memodifikasi dampak atau
signifikansi dari fakta-fakta yang dilaporkan.
2) Bebas dari tekanan untuk tidak melaporkan hal-hal yang
signifikan dalam laporan audit.
3) Menghindari penggunaan kata-kata yang menyesatkan baik
secara sengaja maupun tidak sengaja dalam melaporkan fakta,
opini, dan rekomendasi dalam interpretasi auditor.
18
4) Bebas dari segala usaha untuk meniadakan pertimbangan
auditor mengenai fakta atau opini dalam laporan audit internal.
Unsur-Unsur yang Mempengaruhi Independensi Auditor adalah
sebagai berikut:
a. Kepercayaan masyarakat terhadap integritas, objektivitas dan
independensi.
b. Kepercayaan auditor terhadap diri sendiri.
c. Kemampuan auditor untuk meningkatkan kredibilitas
pernyataannya terhadap laporan keuangan yang diperiksa.
d. Suatu sikap pikiran dan mental auditor yang jujur dan ahli serta
bebas dari pengaruh pihak lain dalam melaksanakan pemeriksaan,
penilaian, dan pelaporan hasil pemeriksaannya dan dalam upaya
mencegah dan mendeteksi terjadinya fraud.
Kepercayaan masyarakat terhadap profesi auditor (internal maupun
eksternal) berhubungan langsung dengan pemeriksaan dan salah satu
elemen pengendali mutu yang penting adalah independensi.
2. Profesionalisme Auditor Internal
Auditor internal yang profesional harus memiliki independensi
untuk memenuhi kewajiban profesionalnya; memberikan opini yang
objektif, tidak bias, dan tidak dibatasi; dan melaporkan masalah apa
adanya, bukan melaporkan sesuai keinginan eksekutif atau lembaga
(Sawyer: 2006:35). Untuk mengetahui apakah seorang auditor internal
telah profesional dalam melakukan tugasnya, maka perlu adanya evaluasi
19
kinerja. Dan evaluasi kinerja auditor internal dapat dilakukan dengan
cara yaitu: sudahkah terpenuhinya kriteria-kriteria profesionalisme
auditor internal.
Menurut Arens dan Loebbecke (2009) berpendapat bahwa untuk
meningkatkan profesionalisme, sering akuntan harus memperlihatkan
perilaku profesinya, yang berupa:
a. Tanggung jawab
Dalam melaksanakan tanggung jawabnya sebagai profesional,
akuntan harus mewujudkan kepekaan profesional dan
pertimbangan moral dalam semua aktivitas mereka.
b. Kepentingan masyarakat
Akuntan harus menerima kewajiban untuk melakukan tindakan
yang mendahulukan kepentingan masyarakat, menghargai
kepercayaan masyarakat, dan menunjukkan komitmen pada
profesionalisme.
c. Integritas
Untuk mempertahankan dan memperluas kepercayaan masyarakat,
akuntan harus melaksanakan semua tanggung jawab profesional
dengan integritas tertinggi.
d. Objektivitas dan Independensi
Akuntan harus mempertahankan objektivitas dan bebas dari
benturan kepentingan dalam melakukan tanggung jawab
profesional.
20
e. Keseksamaan
Akuntan harus memenuhi standar teknis dan etika profesi,
berusaha keras untuk terus meningkatkan kompetensi dan mutu
jasa dan melakukan tanggung jawab profesional dengan
kemampuan terbaik.
f. Lingkup dan Sifat Jasa
Dalam menjalankan praktik sebagai akuntan publik, akuntan harus
mematuhi prinsip-prinsip perilaku profesional dalam menentukan
lingkup dan jasa audit yang akan diberikan.
Konsep profesionalisme Menurut Hull (1968) dalam Rohani
(2008) terdapat lima dimensi profesionalisme, yaitu:
a. Pengabdian pada profesi
Pengabdian pada profesi dicerminkan dari dedikasi
profesionalisme dengan menggunakan pengetahuan dan kecakapan
yang dimiliki. Keteguhan untuk tetap melaksanakan pekerjaan
meskipun imbalan ekstrinsik kurang. Sikap ini dalah ekspresi dari
pencurahan diri yang total terhadap pekerjaan. Pekerjaan
didefinisikan sebagai tujuan, bukan hanya sebagai alat untuk
mencapai tujuan. Totalitas ini sudah menjadi komitmen pribadi,
sehingga kompensasi utama yang diharapkan dari pekerjaan adalah
kepuasan rohani, baru kemudian materi.
21
b. Kewajiban sosial
Kewajiban sosial adalah pandangan tentang pentingnya peranan
profesi dan manfaat yang diperoleh baik masyarakat maupun
profesional karena adanya pekerjaan tersebut.
c. Kemandirian
Kemandirian dimaksudkan sebagai suatu pandangan seorang yang
profesional harus mampu membuat keputusan sendiri tanpa
tekanan dari pihak lain. Setiap ada campur tangan dari pihak luar
dianggap sebagai hambatan kemandirian secara profesional.
d. Keyakinan terhadap peraturan profesi
Keyakinan terhadap peraturan profesi adalah suatu keyakinan
bahwa yang paling berwenang menilai pekerjaan profesional
adalah rekan sesama profesi, bukan orang luar yang tidak
mempunyai kompetensi dalam bidang ilmu dan pekerjaan mereka.
e. Hubungan dengan sesama profesi
Hubungan dengan sesama profesi adalah menggunakan ikatan
profesi sebagai acuan, termasuk didalamnya organisasi formal dan
kelompok kolega informal sebagai kolega informal sebagai ide
utama dalam pekerjaan. Melalui ikatan profesi ini para profesional
membangun kesadaran profesional.
22
Kriteria profesionalisme auditor internal menurut Sawyer (2006:
10-11) dalam Forum Komunikasi Satuan Pengawasan Internal Badan
UsahaMilik Negara/Badan Usaha Milik Daerah (FKSPI BUMN/BUMD),
dan Yayasan Pendidikan Internal Audit (YPIA):
a. Service to the Public (Pelayanan terhadap Masyarakat)
Auditor internal menyediakan pelayanan terhadap masyarakat
dalam hal meningkatkan efektifitas dan efisiensi penggunaan
sumber daya baik dalam perusahaan maupun organisasi. Kode etik
audit internal mewajibkan anggota The Institute of Internal
Auditors (IIA) untuk menghindari keterlibatan dalam kegiatan-
kegiatan yang menyimpang dan ilegal.
b. Long Specialized Training (Pelatihan Jangka Panjang)
Auditor internal yang profesional yaitu orang-orang yang telah
mengikuti pelatihan, lulus dari ujian pendidikan audit internal dan
telah mendapatkan sertifikasi.
c. Subscription to a code of ethic (Taat pada kode etik)
Sebagai suatu profesi, ciri utama internal auditor adalah kesediaan
menerima tanggung jawab terhadap kepentingan pihak-pihak yang
dilayani. Agar dapat mengemban tanggung jawab yang efektif,
auditor internal perlu memelihara standar perilaku yang tinggi.
Kode etik bagi para auditor internal memuat standar perilaku
sebagai pedoman tingkah laku yang dikehendaki dari anggota profesi
23
secara individual. Para auditor internal wajib menjalankan tanggung
jawab profesinya dengan bijaksana, penuh martabat dan kehormatan.
d. Membership in an association and attendance at meetings (anggota
dari organisasi pofesi)
The Institute of Internal Auditors (IIA) merupakan asosiasi profesi
auditor internal tingkat internasional yang sudah tidak perlu
dipertanyakan lagi. IIA merupakan wadah bagi para auditor
internal yang mengembangkan ilmu audit internal agar para
anggotanya mampu bertanggung jawab dan kompeten dalam
menjalankan tugasnya, menjunjung tinggi standar, pedoman
praktik audit internal dan etika supaya anggotanya profesional
dalam bidangnya.
Di Indonesia telah terdapat beberapa organisasi profesi seperti yang
dikutip Hiro Tugiman (2006: 25) yaitu: “Auditor internal Indonesia telah
terdapat berbagai nama dan sebutan organisasinya yang muncul sekitar
dua-tiga dasawarsa yang lalu, antara lain: (1) The Institute of Internal
Auditors Indonesia Chapter, (2) Forum Komunikasi Satuan Pengawasan
Badan Usaha Milik Negara/Badan Usaha Milik Daerah (FKPSI
BUN/BUMD); (3) Yayasan Pendidikan Internal Audit (YPIA); (4)
Dewan Sertifikasi Qualified Internal Auditors (DS-QIA); (5)
Perhimpunan Audior Internal Indonesia (PAII).”
24
e. Publication of journal aimed at upgrading ractice (Jurnal
publikasi)
The Institute of internal Auditors (IIA) mempublikasikan jurnal
tentang teknik auditor internal, seperti halnya buku-buku panduan,
studi penelitian, monograf, presentasi audio visual, materi instruksi
lainnya.
f. Examination to test entrance knowledge (Pengembangan profesi
berkelanjutan)
Dalam setiap pengawasan, auditor internal haruslah melaksanakan
tugasnya dengan memperhatikan keahlian dan kecermatan
profesional. Salah satu upaya untuk meningkatkan kompetensinya
yaitu dengan pengembangan profesi yang berkelanjutan.
g. License by the state or certification by a board (Ujian sertifikasi)
The Institute of Internal Auditors pertama kali mengeluarkan
program sertifikasi pada tahun 1974. Kandidat harus lulus pada
ujian selam dua hari beturut-turut dengan subjek yang mempunyai
range yang luas. Kandidat yang lulus akan menerima Certification
of Internal Audiotrs (CIA).
3. Kecurangan (Fraud)
a. Pengertian Kecurangan (Fraud )
Penelitian kali ini penulis akan menganalisis pengaruh
independensi auditor internal dan profesionalisme auditor internal
dalam upaya mencegah dan mendeteksi terjadinya fraud. Arti dari
25
fraud adalah kecurangan, penipuan, atau penggelapan. Sedangkan
kecurangan mencakup suatu tindakan ketidakberesan dan tindakan
ilegal yang bercirikan penipuan yang disengaja. Berikut ini adalah
beberapa definisi mengenai fraud yang penulis kutip dari berbagai
literatur:
1) Statements of Internal Standard Auditing No.3
(Prasetyo,2002)
“Kecurangan meliputi serangkaian ketidakbiasaan dan atau tindakan ilegal yang bercirikan penipuan yang disengaja. Kecurangan dapat dilakukan untuk kepentingan atau atas kerugian organisasi dan oleh orang di luar atau di dalam organisasi.” 2) FBI Definition of Fraud (Silvesterstone,2007)
Federal Bureau of Investigation (FBI) memberikan pemaparan
tetapi definisi yang bermanfaat bahwa memasukkan dasar yang
diakui lebih dari satu abad:
“Those illegal acts which are characterized by deciet, concealment, or violation of trust and which are not dependent upon the application of threat of physical force or violence. Individuals and organizations commit these acts to obtain money, property or service; to avoid the payment or loss money or service; or to secure personal or business advantage.”
3) Ikatan Akuntan Indonesia (IAI)
Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) dalam Standar Profesional
Akuntan Publik (SPAP) memberikan definisi tentang kekeliruan
dan ketidakberesan sebagai berikut ini (IAI, 2009:316.2&3).
Kekeliruan (error) berarti salah saji (misstatement) atau hilangnya
26
jumlah atau pengungkapan dalam laporan keuangan yang tidak
sengaja. Kekeliruan dapat berupa hal-hal berikut ini:
(a) Kekeliruan dalam pengumpulan atau pengolahan data
akuntansi yang dipakai sebagai dasar pembuatan laporan
keuangan.
(b) Estimasi akuntansi salah saji yang timbul sebagai akibat dari
kekhilafan atau penafsiran salah terhadap prinsip menyangkut
jumlah, klasifikasi, cara penyajian atau pengungkapan.
Ketidakberesan (irregularities) adalah salah saji atau
hilangnya jumlah pengungkapan dalam laporan keuangan yang
dilakukan untuk menyajikan laporan keungan yang menyesatkan,
dan seringkali disebut dengan kecurangan manajemen, serta
penyalahgunaan aktiva yang seringkali disebut dengan unsur
penggelapan. Ketidakberesan dapat terdiri dari perbuatan berikut
ini:
a. Perbuatan yang mengandung unsur manipulasi, pemalsuan atau
pengubahan catatan akuntansi atau dokumen pendukungnya
yang merupakan sumber untuk pembuatan laporan keuangan.
b. Penyajian salah atau penghilangan dengan sengaja peristiwa,
transaksi atau signifikan yang lain.
c. Penerapan salah prinsip yang dilakukan dengan sengaja.
27
Dari beberapa definisi di atas maka dapat disimpulkan
bahwa Fraud (kecurangan/kejahatan) mencakup:
(1) Penggelapan (Embezzlement).
(2) Manipulasi pelanggaran karena jabatan (Malfeasance).
(3) Pencurian (Thiefts).
(4) Ketidakjujuran (Dishonesty).
(5) Kelakuan buruk (Misdeed).
(6) Kelalaian (Defalcanion).
(7) Penggelapan Pajak (With Holdings).
(8) Penyuapan.
(9) Pemerasan.
(10) Penyerobotan.
(11) Salah saji (Misappropriation).
(12) Fraudulent.
Meskipun demikian pada dasarnya Fraud adalah
merupakan serangkaian ketidakberesan (irregularities) mengenai:
perbuatan-perbuatan melawan hukum (illegal acts), yang
dilakukan dengan sengaja untuk tujuan tertentu (misalnya menipu
memberikan gambaran yang keliru (mislead) terhadap pihak lain),
yang dilakukan oleh orang-orang dari dalam ataupun dari luar
organisasi, untuk mendapatkan keuntungan baik pribadi maupun
kelompok dan secara langsung atau tidak langsung merugikan
orang lain.
28
Apapun istilah yang disebutkan diatas, tindakan-tindakan
tersebut merupakan suatu perbuatan yang bertentangan dengan
tujuan perusahaan, yang dibuat dengan sengaja, dengan tujuan
untuk memperoleh sesuatu yang bukan merupakan hak pelakunya
dan hal ini mengakibatkan kerugian financial bagi perusahaan atau
mungkin juga kerugian bagi negara.
Kecurangan (Fraud) sering terjadi dalam perusahaan, tetapi
tak seorang pun dapat melakukan apapun sampai auditor internal
maupun eksternal menguji laporan keuangan perusahaan tersebut.
Auditor yang terlatih menjadi lebih sensitif sehingga mereka
mengurangi resiko kegagalan dalam mendeteksi suatu kekeliruan
secara material dalam suatu laporan keuangan perusahaan.
Jika kecurangan (Fraud) terjadi, pihak manajemen selalu
mempertanyakan bagaimana fungsi dan peran internal auditor yang
ada. Dimana dan sedang apa mereka pada saat kasus tersebut
terjadi. Kapan pemeriksaan terakhir dilakukan dan mengapa
pemeriksaan terakhir tersebut tidak dapat membongkar fraud atau
setidaknya mengungkapkan kelemahan sistem internal control
yang memungkinkan terjadinya fraud.
Sesuai dengan norma pemeriksaan, fraud merupakan
tanggung jawab oknum yang bersangkutan, sedangkan manajemen
bertanggung jawab untuk mencegah terjadinya fraud dan
mendeteksi ada atau tidaknya fraud. Tanggung jawab auditor
29
internal adalah untuk menilai dan membantu pihak manajemen
dalam melakukan pencegahan dan pendeteksian atas fraud tersebut.
Berikut ini adalah beberapa tipe audit:
1. Fraudulent Financial Reporting (Laporan Keuangan yang
curang).
Pelaporan keuangan yang curang adalah pernyataan kesalahan
atau kesalahan dari jumlah atau penyingkapan dengan tujuan
untuk menipu para pemakai.
2. Misaproppriation of Asset (Penggelapan Harta).
Penggelapan harta adalah penipuan yang melibatkan pencurian
dari suatu kesatuan asset. Misapropriation of Asset digunakan
untuk mengacu pada pencurian yang melibatkan para
karyawan dan anggota internal dari organisasi. Penggelapan
asset biasanya dilakukan di tingkat yang lebih rendah dari
Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa semua
pertanyaan pada masing-masing pertanyaan setiap variabel dapat
dikatakan valid karena setiap pertanyaan memiliki nilai signifikansi di
bawah 0,05.
b. Uji Reliabilitas
Reliabilitas sebenarnya adalah alat untuk mengukur suatu
kuesioner yang merupakan indikator dari variabel atau konstruk.
Suatu kuesioner dikatakan reliabel atau handal jika jawaban seseorang
terhadap pertanyaan adalah konsisten atau stabil dari waktu ke waktu.
Suatu konstruk atau variabel dikatakan reliabel jika memberikan nilai
Cronbach Alpha>0,60 (Nunally, 1960 dalam Ghozali, 2009:46).
Tabel berikut menunjukkan hasil uji reliabilitas 60 sampel responden.
Tabel 4.6 Uji Reliabilitas Independensi
Reliability Statistics
Cronbach's Alpha N of Items
.834 12
Sumber: Data primer diolah
Tampilan output SPSS menunjukkan bahwa variabel
independensi memberikan nilai Cronbach Alpha 0,834 atau 83,4%.
Berdasarkan tabel 4.7 di atas dapat dilihat bahwa variabel
pengetahuan tentang pajak dapat dikatakan reliabel karena nilai
alpha di atas 0,60 yaitu sebesar 0,834 (Ghozali,2009:45).
75
Tabel 4.7 Uji Reliabilitas Profesionalisme
Reliability Statistics
Cronbach's Alpha N of Items
.800 12
Sumber: Data primer diolah
Tampilan output SPSS menunjukkan bahwa variabel
profesionalisme memberikan nilai Cronbach Alpha 0,800 atau
80%. Berdasarkan tabel 4.8 di atas dapat dilihat bahwa variabel
pengetahuan tentang pajak dapat dikatakan reliabel karena nilai
alpha di atas 0,60 yaitu sebesar 0,800 (Ghozali,2009:45).
Tabel 4.8 Uji Reliabilitas Fraud
Reliability Statistics
Cronbach's Alpha N of Items
.872 15
Sumber: Data primer diolah
Tampilan output SPSS menunjukkan bahwa variabel fraud
memberikan nilai Cronbach Alpha 0,872 atau 87,2%. Berdasarkan
tabel 4.9 di atas dapat dilihat bahwa variabel pengetahuan tentang
pajak dapat dikatakan reliabel karena nilai alpha di atas 0,60 yaitu
sebesar 0,872 (Ghozali,2009:45).
76
2. Uji Asumsi Klasik
a. Uji Multikolinieritas
Uji Multikolinieritas bertujuan untuk menguji apakah pada
model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas
atau independen. Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi
korelasi antar variabel independen. Tabel berikut menunjukkan
hasil uji moltikolonieritas semua variabel:
Tabel 4.9 Hasil Uji Multikolonieritas
Variabel Tolerance VIF
Independensi Auditor Internal 0,514 1,944
Profesionalisme Auditor Internal 0, 514 1,944
Sumber: Data primer diolah
Berdasarkan tabel 4.9 hasil uji multikolonieritas dapat
dilihat melalui Variance Inflation Factor (VIF) masing-masing
variabel independen memiliki VIF tidak lebih dari 10 dan nilai
tolerance>0,1, maka dapat dinyatakan model regresi linear
berganda terbebas dari asumsi multikolonieritas.
b. Uji Heteroskedastisitas
Uji Heteroskedastisitas bertujuan menguji apakah dalam model
regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu
pengamatan ke pengamatan yang lain. Model regresi yang baik
adalah yang Homoskedastisitas atau tidak terjadi
77
Heteroskedastisitas (Ghozali, 2009). Berikut adalah gambar
output SPSS untuk uji heteroskedastisitas.
Sumber: Data primer diolah
Gambar 4.1 Scatterplot
Dari tampilan output SPSS grafik scatterplot terlihat bahwa
titik-titik menyebar secara acak serta tersebar, baik di atas maupun
dibawah angka 0 (nol) pada sumbu Y. Hal ini dapat disimpulkan
bahwa tidak terjadi heteroskedastisitas pada model regersi
sehingga model regresi layak dipakai.
c. Uji Normalitas
Uji Normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model
regresi, variabel pengganggu atau residual memiliki distribusi
normal. Seperti diketahui bahwa uji t dan F mengasumsikan bahwa
nilai residual mengikuti distribusi normal. Kalau asumsi dilanggar
78
maka uji statistik menjadi tidak valid untuk jumlah sampel kecil.
Berikut adalah gambar output SPSS untuk uji normalitas.
Sumber: Data primer diolah
Gambar 4.2
Normal P-Plot
Berdasarkan tampilan grafik P-Plot (gambar 4.2) dapat
disimpulkan bahwa terlihat titik-titik menyebar disekitar garis
diagonal, serta penyebarannya mengikuti arah garis diagonal.
Sedangkan pada grafik histogram terlihat bahwa grafik histogram
memberikan pola distribusi yang mendekati normal. Dengan
demikian, dapat disimpulkan grafik normal plot dan grafik
histogram menunjukkan bahwa model regresi layak dipakai karena
asumsi normalitas.
79
Sumber: Data primer diolah
Gambar 4.3 Grafik Histogram
Dari tampilan output SPSS grafik histogram terlihat bahwa
grafik histogramnya menunjukkan pola distribusi normal, maka
model regresi memenuhi asumsi normalitas (Ghozali,2009:147).
3. Uji Hipotesis
Pengujian Hipotesis dilakukan dengan menggunakan metode
Regresi Linier berganda yang bertujuan untuk menguji hubungan
pengaruh antara satu variabel terhadap variabel lain. Analisis data
menggunakan teknik statistik multiple regression untuk menguji
pengaruh variabel-variabel independen terhadap variabel dependen,
yaitu untuk mengetahui apakah terdapat Pengaruh antara independensi
80
dan profesionalisme dalam upaya mencegah dan mendeteksi
terjadinya fraud.
a. Uji Koefisien Determinasi (R²)
Dari pengujian yang dilakukan diperoleh data sebagai berikut:
Tabel 4.11 Uji Koefisien Determinasi (R²)
Model Summaryb
Model R R Square Adjusted R Square Std. Error of the Estimate
1 .792a .627 .614 3.45926a. Predictors: (Constant), profesionalisme, independensi b. Dependent Variable: fraud Sumber: Data primer diolah
Dari tampilan output SPSS model summary, besarnya adjusted
R² adalah 0,614, hal ini berarti 61,4 % variasi fraud dapat
dijelaskan oleh variasi dari kedua variabel independen
independensi dan profesionalisme auditor internal, sedangkan
sisanya 38,6% dijelaskan oleh variabel lainnya yang tidak
dimasukkan dalam model regresi ini. Misalnya, peran dan
tanggung jawab auditor internal (Iqbal,2003).
Angka koefisien (R) pada tabel 4. sebesar 0,792 menunjukkan
bahwa hubungan antara variabel independen dengan dependen
adalah cukup kuat karena memiliki nilai koefisien korelasi diatas
0,50. Standar Error of Estimate (SEE) sebesar 3,45926, makin
kecil nilai SEE akan membuat model regresi semakin tepat dalam
memprediksi variabel dependen.
81
b. Uji Signifikansi Simultan (Uji statistik F)
Uji statistik F pada dasarnya menunjukkan apakah semua
variabel independen atau bebas yang dimasukkan dalam model
mempunyai pengaruh secara bersama-sama terhadap variabel
dependen/terikat.
Hasil uji F dari pengujian statistik multiple regression adalah
sebagai berikut:
Tabel 4.12 Uji Signifikansi Simultan (uji statistik F)
ANOVAb
Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.
Regression 1148.493 2 574.247 47.988 .000a
Residual 682.090 57 11.966 1
Total 1830.583 59 a. Predictors: (Constant), profesionalisme, independensi b. Dependent Variable: fraud Sumber: Data primer diolah
Hasil Uji Hipotesis 3 dapat dilihat pada tabel 4. nilai F hitung
diperoleh sebesar 47,988 dengan tingkat signifikansi 0,000. Karena
tingkat signifikansi lebih kecil dari 0,05 maka Ha3 diterima,
sehingga dapat dikatakan bahwa Independensi dan Profesionalisme
Auditor Internal berpengaruh secara simultan dan signifikan Dalam
Upaya Mencegah dan Mendeteksi Fraud.
82
c. Uji Signifikansi Parameter Individual
Uji statistik t pada dasarnya menunjukkan seberapa jauh
pengaruh satu variabel penjelas/independen secara individual
dalam menerangkan variasi variabel dependen.
Hasil uji t dari pengujian statistik multiple regression adalah
sebagai berikut:
Tabel 4.13 Uji Signifikansi Parameter Individual (uji statistik t)
Sumber: Data Primer diolah
Coefficientsa
Unstandardized Coefficients
Standardized
Coefficients
Model B Std. Error Beta t Sig.
(Constant) 7.568 5.831 1.298 .200
independensi .330 .141 .264 2.340 .023
1
profesionalisme .769 .148 .585 5.192 .000
a. Dependent Variable: fraud
Hasil pengujian antara variabel Independen (Independensi dan
Profesionalisme Auditor Internal) terhadap variabel Dependen
(Fraud) secara individu yang dilakukan dengan uji t (tabel 4.13)
adalah sebagai berikut:
1) Hasil Uji Hipotesis yang pertama, yaitu:
Hipotesis pertama yang menyatakan bahwa Independensi
Auditor Internal berpengaruh signifikan dalam upaya
mencegah dan mendeteksi terjadinya fraud. Dari tabel 4.13
dapat diketahui bahwa hasil pengujian untuk variabel
83
Independensi Auditor Internal mempunyai angka signifikansi
0,023 sehingga nilai tersebut lebih kecil dari 0,05. Dengan
demikian Ha diterima, hal ini berarti bahwa Independensi
Auditor Internal berpengaruh signifikan dalam upaya
mencegah dan mendeteksi fraud. Arens dan Loebbeck (2009)
menyatakan independensi merupakan tujuan yang harus selalu
diupayakan, dan itu dapat dicapai sampai tingkat tertentu,
misalnya sekalipun auditor dibayar oleh klien, ia harus tetap
memiliki kebebasan yang cukup untuk melakukan audit yang
andal dalam upaya mencegah dan mendeteksi terjadinya fraud.
Hasil penelitian ini konsisten dengan penelitian M.Sodik
(2007) yang menyatakan bahwa independensi auditor
berpengaruh signifikan terhadap kemampuan mendeteksi
indikasi fraud.
2) Hasil Uji Hipotesis yang kedua, yaitu:
Hipotesis kedua yang menyatakan bahwa Profesionalisme
Auditor Internal berpengaruh signifikan dalam upaya
mencegah dan mendeteksi terjadinya fraud. Dari tabel 4.13
dapat diketahui bahwa hasil pengujian untuk variabel
Profesionalisme Auditor Internal mempunyai angka
signifikansi 0,000 sehingga nilai tersebut lebih kecil dari 0,05.
Dengan demikian Ha diterima, hal ini berarti bahwa
Profesionalisme Auditor Internal berpengaruh signifikan dalam
84
85
upaya mencegah dan mendeteksi fraud. Menurut Arens dan
Loebbecke (2009) berpendapat bahwa untuk meningkatkan
profesionalisme, sering akuntan harus memperlihatkan
perilaku profesinya terutama dalam upaya mencegah dan
mendeteksi terjadinya fraud. Hasil penelitian ini konsisten
dengan penelitian Taufik (2008) yang menyatakan bahwa
profesionalisme berpengaruh signifikan terhadap kemampuan
mendeteksi kecurangan (fraud).
BAB V
KESIMPULAN DAN IMPLIKASI
A. Kesimpulan
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui seberapa besar pengaruh
dari Independensi dan Profesionalisme Auditor Internal Dalam Upaya
Mencegah dan Mendeteksi Terjadinya Fraud. Responden penelitian ini
terdiri dari para auditor internal perusahaan yang sedang mengikuti
pelatihan untuk mendapatkan sertifikat Qualified Internal Auditor (QIA) di
Yayasan Pendidikan Internal Auditor (YPIA). Dari Hasil penelitian yang
telah dilakukan dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:
1. Hasil uji t (secara parsial) ditemukan bahwa Independensi Auditor
Internal berpengaruh positif signifikan dalam upaya Mencegah dan
Mendeteksi terjadinya Fraud. Hal ini konsisten dengan penelitian
yang dilakukan oleh M.sodik.
2. Hasil uji t (secara parsial) ditemukan bahwa Profesionalisme Auditor
Internal berpengaruh positif signifikan dalam upaya Mencegah dan
Mendeteksi terjadinya Fraud. Hal ini konsisten dengan penelitian
yang dilakukan oleh Taufik.
3. Hasil uji F (secara simultan) ditemukan bahwa Independensi dan
Profesionalisme Auditor Intenal memiliki pengaruh positif dalam
upaya Mencegah dan Mendeteksi terjadinya Fraud.
86
B. Implikasi
Berdasarkan kesimpulan yang telah diuraikan diatas, berikut ini akan
diuraikan beberapa implikasi yang dianggap relevan dengan penelitian:
1. Bagi Perusahaan
Dengan adanya peningkatan independensi dan profesionalisme auditor
internal dalam upaya mencegah dan mendeteksi terjadinya fraud maka
perusahaan akan memperoleh dampak yang positif bagi kelangsungan
perusahaannya. Oleh karena itu, perusahaaan harus ikut serta dalam
meningkatkan independensi dan profesionalisme auditor internal,
salah satu caranya adalah dengan menperketat pengendalian internal
kontrol perusahaan dan mengadakan pelatihan profesional bagi
auditor internal yang memiliki kinerja baik di perusahaan guna
meningkatkan kualitas auditor internal dalam melakukan pekerjaanya
bagi perusahaan.
2. Bagi Auditor Internal
Sikap independensi dan profesionalisme auditor internal dalam upaya
mencegah dan mendeteksi terjadinya fraud juga memberikan dampak
yang positif bagi auditor internal dalam melakukan tugasnya. Ini akan
memberikan bukti pada masyarakat luas bahwa tidak hanya auditor
eksternal saja yang memiliki sikap independensi walaupun auditor
internal bekerja pada perusahaan tapi tetap memiliki independensi
terutama dalam upaya mencegah dan mendeteksi terjadinya fraud.
87
88
Dan auditor internal akan menggunakan sikap profesionalisme sebagai
auditor dalam upaya mencegah dan mendeteksi terjadinya fraud.
3. Bagi Peneliti Selanjutnya
Penelitian ini juga memberikan dampak kepada peneliti selanjutnya
yang ingin melakukan penelitian sejenis seperti yang penulis lakukan.
Penelitian selanjutnya bisa merinci faktor lain yang bisa meningkatkan
independensi dan profesionalisme auditor internal dalam upaya
mencegah dan mendeteksi terjadinya fraud dalam suatu lini
perusahaan.
89
DAFTAR PUSTAKA
Agoes, Soekrisno. “Auditing”. Edisi Ketiga. Jilid 1. Jakarta : Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia.2004.
Amrizal. “Pencegahan dan Pendeteksian Kecurangan oleh Internal Audit”, 2004. Arens, Alvin A dan James K. Loebbecke. “Auditing and Assurance Services”,
Salemba Empat, Jakarta, 2009. Boynton, W.C, Johnson, R.N, dan Kell, W.G. “Modern Auditing”. Edisi Ketujuh.
Jilid 1. Jakarta : Erlangga. 2006. Brazel, Joseph F dkk. “Improving Fraud Detection: Do Auditor React to
Abnormal Inconsistencecies between Financial and Nonfinancial Measures”. 2010.
Darmoko, HW. “Profesionalisme Auditor KAP Dilihat dari Perbedaan Gender,
Tipe KAP, dan Hirarki Jabatannya”. Jurnal Sosial (September). Madiun. 2004.
Darwito. “Pengaruh Keahlian Auditor Terhadap Pemeriksaan Kecurangan
(Fraud Auditing) dan Opini Audit dengan Independensi Sebagai Variabel Intervening”. Jurnal Ilmiah Bidang Akuntansi dan Manajemen (September). Hal 169-193.
Dewan Standar Profesional Akuntan Publik Ikatan Indonesia. “Standar
Profesional Akuntan Publik Per 1 Januari 2009”. Jakarta : Salemba Empat.2001.
Effendi, M.Arief. “Tanggung Jawab Auditor Internal dalam Pencegahan,
Pendeteksian dan Penginvestigasian Kecurangan”. 2008. Ghozali, Imam. “Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS”. Edisi
Keempat. Semarang : Badan Penerbit UNDIP. 2009. Gusnardi. “Pengaruh Peran Komite Audit, Pengendalian Internal dan Audit
Internal Terhadap Pelaksanaan Good Corporate Governance dan Pencegahan Fraud”.2006.Tesis.
Hamid, Abdul. “Pedoman Penulisan Skripsi Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah”. Jakarta. 2007.
90
Hastuti, Theresia Dewi, Stefani Lily Indarto dan Clara Susilawati. “Hubungan antara Profesionalisme Auditor dengan pertimbangan Tingkat Materialitas dalam Proses Pengauditan Laporan Keuangan”. Simposium Nasional Akuntansi VI. Surabaya. 2003.
Ikatan Akuntan Indonesia. “Standar Akuntansi Keuangan”. Jakarta: Salemba
Empat.2009. Indriantoro, Nur. “Metodologi Penelitian Bisnis untuk Akuntansi & Manajemen”.
Yogyakarta. 2002. Iqbal, Mohamad. “Peran dan Tanggung Jawab Internal Auditor dalam
Mendeteksi Kecurangan”. Percikan. Vol.43 (Agustus) Hal: 55-62.2003. Kalbers, Lawrence P. dan Fogarty Timothi J. “Profesionalism and Its
Consequences: A Study of Internal Auditors, Auditing: A Journal of Practice and Theory”. 1995.
Meutia, Inten. “Pengaruh Independensi Auditor Terhadap Manajemen Laba
untuk KAP Big 5 dan Non Big 5”. Jurnal Riset Akuntansi Indonesia (September). 2004.
Mulyadi. “Pemeriksaan Akuntansi”. STIE YKPN. Yogyakarta. 2006. Nurjannah. “Pengaruh Peran Auditor Internal Pelaksanaan Independensi
Auditor, Profesionalisme Auditor, Manajemen Laba Terhadap dengan Tekanan Peran (Pola Stres)”.2008.
Prasetyo, Priyono. “Fraud: Tanggung Jawab Auditor Independen serta Dampak
Terhadap Profesi Auditor”. Kajian Bisnis No.26 (Mei-Agustus).2002. Ramaraya, Tri. “Pendeteksian Kecurangan (Fraud) Laporan Keuangan oleh
Auditor Eksternal”. Jurnal Akuntansi dan Keuangan, Vol. 10, No. 1 (hal. 23-33). Mei 2008.
Sarah Trijayanti, Siti. “Pengaruh Peran dan Tanggung jawab Auditor Internal
Terhadap Pencegahan Tindakan Kecurangan (Fraud)”.2008.Skripsi. Sulistiyowati, Firma. “ Peran Fraud Auditor dalam Mendeteksi Fraud untuk
Mewujudkan Good Governance dan Good Corporate Governance di Indonesia”.Jurnal Akuntansi dan Keuangan Sektor Publik.Vol.04,No.10 (Februari) Hal: 13-24.2003
Sawyer, B, Lawrence. Dittenhofer A, Mortimer., dan Scheiner H, James.
“Internal Auditing”. Buku 1. Jakarta: Salemba Empat.2006.