-
1
PENGARUH HARGA MINYAK DUNIA, HARGA EMAS DUNIA,
DAN NILAI TUKAR RUPIAH/USD TERHADAP INDEKS HARGA
SAHAM SEKTOR PERTAMBANGAN DI BEI
Oleh MARKONAH
1,
INDRA SISWANTI2
1,2Fakultas Ekonomi dan Bisnis Institut Perbanas Jakarta
ABSTRACT
This study aimed to determine the effect of exchange rate, world
gold prices and world crude
oil prices on the stock price index of mining sector in BEI. The
analytical method used was
multiple regression analysis approach with a significance level
of 5% and test conclusions
drawn based on test result coefficient T and F. The result
showed that the exchange rate,
world gold price and world crude oil prices had a significant
positive effect on the stock price
index of mining sector in BEI. This meant that the movement of
exchange rate, world gold
prices and world crude oil prices also affect the movement of
stock price index in the
direction of the unidirectional, or in other words, if these
three variabels rise the stock price
index mining sector will increase, vice versa. The economic
growth after the global crisis
would cause market demand of exchange rate, world gold prices
and world crude oil prices
increase, and this would in turn increase the stock price index
of mining.
Keywords : Exchange Rate, World Gold Price, World Crude Oil
Price and Composite
Stock Price Index (IHSG).
ABSTRAKSI
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh kurs rupiah,
harga emas dunia
dan harga minyak mentah dunia terhadap Indeks Harga Saham
Gabungan (IHSG) sektor
pertambangan di BEI. Metode analisis yang digunakan adalah
dengan menggunakan
pendekatan analisis berganda dengan tingkat signifikan 5% dan
kesimpulan pengujian
diambil berdasarkan uji T dan uji F. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa kurs rupiah, harga
emas dunia dan harga minyak mentah dunia berpengaruh signifikan
positif terhadap indeks
harga saham sektor pertambangan di BEI. Hal ini menunjukan bahwa
pergerakan kurs
Rupiah/US$, harga emas dunia dan harga minyak mentah dunia
mempengaruhi pergerakan
indeks harga saham gabungan dengan arah yang searah dengan kata
lain jika ketiga tersebut
variabel mengalami peningkatan maka indeks harga saham sektor
pertambangan juga
mengalami peningkatan dan sebaliknya. Hal ini dikarenakan
semakin membaiknya
pertumbuhan ekonomi setelah krisis global sehingga permintaan
pasar terhadap kurs rupiah,
harga emas dunia dan harga minyak mentah dunia meningkat
sehingga indeks harga saham
sektor pertambangan ikut meningkat.
Kata Kunci : Kurs Rupiah/US$, Harga Emas Dunia, Harga Minyak
Mentah Dunia dan Indeks
Harga Saham Sektor Pertambangan.
-
2
I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah
Krisis keuangan dunia atau yang lebih di kenal dengan krisis
moneter yang terjadi di
Amerika Serikat menimbulkan dampak secara global. Hal ini bisa
dilihat dari kepanikan
investor dunia dalam usaha mereka menyelamatkan uang mereka di
pasar saham. Mereka
ramai-ramai menjual saham sehingga bursa saham menurun tajam.
Sejak awal 2008, bursa
saham China anjlok 57%, India 52%, Indonesia 41% (sebelum
kegiatannya dihentikan untuk
sementara), dan zona Eropa 37%. Sementara pasar surat utang
terpuruk, mata uang negara
berkembang melemah dan harga komoditas turun, apalagi setelah
masyarakat berspekulasi
komoditas minyak menilai bahwa resesi ekonomi akan mengurangi
konsumsi energi dunia.
Indonesia yang juga menerima dampak dari krisis tersebut salah
satunya pada pasar modal di
Indonesia (Wicaksono, 2010).
Pasar modal merupakan salah satu instrumen ekonomi dewasa ini
yang mengalami
perkembangan sangat pesat.
Salah satu indeks yang sering diperhatikan investor ketika
berinvestasi di Bursa Efek
Indonesia adalah Indeks Harga Saham Gabungan. Hal ini disebabkan
indeks ini berisi atas
seluruh saham yang tercatat di Bursa Efek Indonesia. Oleh karena
itu melalui pergerakan
indeks harga saham gabungan, seorang investor dapat melihat
kondisi pasar apakah sedang
bergairah atau lesu. Perbedaan kondisi pasar ini tentu
memerlukan strategi yang berbeda dari
investor dalam berinvestasi.
Sektor pertambangan merupakan salah satu sektor utama yang
menggerakan roda
perekonomian Indonesia. Indikasi ini terlihat dari kontribusi
penerimaan negara yang setiap
tahunnya meningkat. Sektor pertambangan juga menjadi pemicu
pertumbuhan sektor lainnya
serta menyediakan kesempatan kerja yang besar bagi tenaga kerja
langsung maupun tidak
langsung. Bahkan salah suatu sub sektor, yakni pertambangan
minyak dan gas bumi, pernah
menjadi soko guru perekonomian pemerintah. Tugas pokok sektor
pertambangan adalah
melaksanakan pengelolaan sumber daya alam secara hemat dan
optimal, serta menerapkan
sistem penambangan yang berwawasan lingkungan.
Fluktuasi harga minyak mentah dunia juga merupakan suatu
indikasi yang
mempengaruhi pasar modal suatu negara. Secara tidak langsung
kenaikan harga minyak
mentah dunia akan berimbas pada sektor ekspor dan impor suatu
negara. Akan terjadi
peningkatan biaya operasional produksi (cost) dari perusahaan
dan kelebihan dana yang
ada di perusahaan dialihkan untuk menutup biaya tersebut. Laba
perusahaan menurun
seiring dengan bertambahnya biaya produksi (cost), sehingga
kemampuan perusahaan
sebagai emiten untuk membayarkan dividen juga menurun. Kenaikan
harga minyak
dunia mampu menurunkan return sebagai daya tarik saham
perusahaan, sehingga
masyarakat tidak berminat lagi berinvestasi di saham jika masih
ada instrumen
investasi lain yang lebih aman dan memberi keuntungan yang
lebih.
Emas adalah salah bahan mineral tambang yang tidak dapat
dibentuk melalui proses
produksi atau diciptakan tetapi didapatkan dari hasil
penambangan, sehingga keberadaannya
dibumi ini terbatas. Emas banyak digunakan untuk mengendalikan
defisit keadaan ekonomi
suatu negara. Selain itu emas merupakan salah satu komoditi yang
dapat mempengaruhi
bursa saham. Pergerakan harga emas yang berubah-ubah membuat
pergerakan harga saham
di bursa efek juga berpengaruh.
Saat ini industri di Indonesia sedang mengalami masa
pertumbuhan. Perusahaan-
perusahaan tersebut aktif melakukan kegiatan ekspor dan impor.
Salah satu faktor yang
melancarkan kegiatan ekspor dan impor tersebut adalah adanya
mata uang sebagai alat
-
3
transaksi. Salah satu mata uang yang umum digunakan dalam
perdagangan internasional
adalah dollar Amerika Serikat. Bagi perusahaan-perusahaan yang
aktif melakukan kegiatan
ekspor dan impor kestabilan nilai nilai tukar mata dollar
terhadap rupiah menjadi hal yang
penting. Sebab ketika nilai rupiah terdepresiasi dengan dollar
Amerika Serikat, hal ini akan
mengakibatkan barang-barang impor menjadi mahal. Apabila
sebagian besar bahan baku
perusahaan menggunakan bahan impor, secara otomatis ini akan
mengakibatkan kenaikan
biaya produksi. Kenaikan biaya produksi ini tentunya akan
mengurangi tingkat keuntungan
perusahaan. Turunnya tingkat keuntungan perusahaan tentu akan
mempengaruhi minat beli
investor terhadap saham perusahaan yang bersangkutan. Secara
umum, hal ini akan
mendorong pelemahan indeks harga saham di negara tersebut.
Dari informasi dan pergerakan IHSG sektor pertambangan yang
berubah-ubah serta
pengaruh ekonomi dunia yang memberikan dampak bagi perekonomian
Indonesia, maka
penelitian ini mengambil judul : “PENGARUH HARGA MINYAK DUNIA,
HARGA
EMAS DUNIA DAN NILAI TUKAR RUPIAH/USD TERHADAP INDEKS HARGA
SAHAM SEKTOR PERTAMBANGAN DI BEI”.
1.3. Batasan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah diatas, maka batasan masalah
dari penelitian ini adalah
sebagai berikut:
1. Harga minyak mentah dunia. 2. Harga emas dunia. 3. Nilai
tukar rupiah/USD. 4. Indeks harga saham sektor pertambangan periode
2009-2012.
1.4. Perumusan Masalah
1. Apakah variabel harga minyak mentah dunia secara signifikan
mempengaruhi indeks harga saham sektor pertambangan?
2. Apakah variabel harga emas dunia secara signifikan
mempengaruhi indeks harga saham sektor pertambangan?
3. Apakah variabel nilai tukar rupiah/USD secara signifikan
mempengaruhi indeks harga saham sektor pertambangan?
4. Apakah variabel harga minyak mentah dunia, harga emas dunia
dan nilai tukar rupiah/USD secara bersama-sama dapat memberikan
pengaruh yang signifikan
terhadap indeks harga saham sektor pertambangan?
1.5. Tujuan Penelitian
Berdasarkan perumusan masalah tersebut di atas maka penelitian
ini bertujuan untuk
mengetahui:
1. Pengaruh tingkat harga minyak mentah dunia terhadap indeks
harga saham sektor pertambangan.
2. Pengaruh tingkat harga emas dunia terhadap indeks harga saham
sektor pertambangan.
3. Pengaruh nilai tukar rupiah/USD terhadap indeks harga saham
sektor pertambangan. 4. Pengaruh tingkat harga minyak mentah dunia,
harga emas dunia dan nilai tukar
Rupiah/USD secara bersama-sama terhadap indeks harga saham
sektor pertambangan.
1.6. Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian ini adalah :
-
4
Dengan penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan bagi
perusahaan untuk
dapat meningkatkan kinerja sehingga dapat meningkatkan harga
saham ataupun
return sahamnya di pasar modal. Penelitian ini bermanfaat untuk
menambah
pengetahuan dan pengalaman dapat menjadi masukan dan digunakan
sebagai acuan
penelitian lebih lanjut ataupun peneliti sejenis nantinya.
II. LANDASAN TEORI
2.1 Pasar Modal
Pasar modal adalah tempat bertemunya pihak yang menawarkan dan
memerlukan dana
jangka panjang lebih dari satu tahun. Anoraga dan Pakarti (2006)
mengatakan bahwa pasar
modal adalah pasar untuk berbagai instrumen keuangan (sekuritas)
jangka panjang yang
dapat diperjualbelikan, baik dalam bentuk utang maupun modal
sendiri, baik yang
diterbitkan pemerintah, public authorities maupun perusahaan
swasta.
Manfaat pasar modal bisa dirasakan baik oleh investor, emiten,
pemerintah maupun
lembaga penunjang. Manfaat pasar modal bagi perusahaan
yaitu:
1. Jumlah dana yang dapat dihimpun bisa berjumlah besar. 2. Dana
tersebut dapat diterima sekaligus pada saat pasar perdana selesai.
3. Manajemen dapat lebih bebas dalam pengelolaan dana perusahaan.
4. Pelunasan utang perusahaan tinggi sehingga memperbaiki citra
perusahaan. 5. Ketergantungan emiten terhadap bank menjadi kecil.
6. Cash flow hasil penjualan saham biasanya lebih besar dari harga
nominal perusahaan. 7. Emisi saham cocok untuk membiayai perusahaan
yang berisiko tinggi. 8. Tidak ada beban finansial yang tetap. 9.
Jangka waktu penggunaan dana tidak terbatas. 10. Tidak dikaitkan
dengan kekayaan sebagai jaminan tertentu. 11. Profesionalisme dalam
manajemen meningkat.
Sedangkan manfaat pasar modal bagi investor adalah:
1. Nilai investasi berkembang mengikuti pertumbuhan ekonomi. 2.
Memperoleh dividen bagi mereka yang memiliki atau memegang saham
dan
memperoleh bunga obligasi bagi pemegang obligasi.
3. Mempunyai hak suara dalam RUPS bagi pemegang saham, mempunyai
hak suara dalam RUPS bila diadakan bagi pemegang obligasi.
4. Dapat dengan mudah mengganti instrumen investasi, misal dari
saham A ke saham B sehingga dapat meningkatkan keuntungan atau
mengurangi risiko.
2.1.2. Saham
Sutrisno (2001) mendefinisikan saham sebagai bukti kepemilikan
perusahaan atau
penyertaan pada perusahaan yang berbentuk Perseroan Terbatas
(PT). Miskhin (2009)
berpendapat bahwa saham merupakan suatu sekuritas yang memiliki
klaim terhadap
pendapatan dan asset sebuah perusahaan. Sekuritas sendiri dapat
diartikan sebagai klaim atas
pendapatan masa depan seorang peminjam yang dijual oleh peminjam
kepada yang
meminjamkan, sering juga disebut instrumen keuangan.
Terdapat dua jenis saham jika dilihat berdasarkan segi kemampuan
dalam hak tagih
atau klaim, yaitu:
1. Saham Biasa (Common Stock)
-
5
Merupakan jenis efek yang paling sering dipergunakan oleh emiten
untuk
memperoleh dana dari masyarakat dan juga merupakan jenis yang
paling populer di
pasar modal. Jenis ini memiliki karakteristik seperti:
a. Hak klaim terakhir atas aktiva perusahaan jika perusahaan
dilikuidasi.
b. Hak suara proposional pada pemilihan Direksi serta keputusan
lain yang
ditetapkan pada Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS).
c. Dividen, jika perusahaan memperoleh laba dan disetujui di
dalam Rapat
Umum Pemegang Saham (RUPS).
d. Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu (HMETD) sebelum efek
tersebut
ditawarkan kepada masyarakat.
2. Saham Preferen (Preferen Stock) Memiliki karakteristik
sebagai berikut:
a. Hak klaim lebih dahulu dibandingkan dengan saham biasa jika
perusahaan
dilikuidasi.
b. Tidak memiliki hak suara.
c. Pembayaran dividen dalam jumlah yang tetap dan memiliki
sistem akumulasi
dividen.
d. Konvertibel, dapat ditukar menjadi saham biasa, bila terdapat
kesepakatan
antara pemegang saham dan penerbit.
Harga saham dapat dibedakan menjadi 3 (tiga) yaitu:
a. Harga Nominal, yaitu harga yang tercantum dalam sertifikat
saham yang ditetapkan oieh emiten untuk menilai setiap lembar saham
yang dikeluarkan. Besarnya harga
nominal memberikan arti penting saham karena deviden minimal
biasanya ditetapkan
berdasarkan nilai nominal.
b. Harga perdana, yaitu harga pada waktu harga saham tersebut
dicatat di bursa efek. Harga saham pada pasar perdana biasanya
ditetapkan oleh penjamin emisi
(underwriter) dan emiten. Dengan demikian akan diketahui berapa
harga saham
emiten itu akan dijual kepada masyarakat biasanya untuk
menentukan harga perdana.
c. Harga Pasar, yaitu harga pasar adalah harga jual dari
investor yang satu dengan investor yang lama. Harga ini terjadi
setelah saham tersebut dicatatkan di bursa.
Transaksi disini tidak lagi melibatkan emiten dari penjamin
emisi harga ini yang
disebut sebagai harga di pasar sekunder dan harga inilah yang
benar-benar mewakili
harga perusahaan penerbitnya, karena pada transaksi di pasar
sekunder, kecil sekali
terjadi negosiasi harga investor dengan perusahaan penerbit.
Harga yang setiap hari
diumumkan di surat kabar atau media lain adalah harga pasar.
2.1.3. Indeks Harga Saham dan Pertambangan
Indeks Harga Saham Gabungan atau Composite Stock Price Index
(IHSG) merupakan suatu
nilai yang digunakan untuk mengukur kinerja kerja saham yang
tercatat di suatu bursa efek.
Menurut Halim (2005) indeks harga saham merupakan ringkasan dari
pengaruh simultan dan
kompleks dari berbagai macam variabel yang berpengaruh, terutama
tentang kejadian-
kejadian ekonomi.
Menurut Tandelilin (2010) dasar perhitungan IHSG adalah agregat
nilai pasar di
seluruh saham yang tercatat. Agregat nilai pasar adalah total
dari perkalian setiap
saham yang tercatat dengan masing-masing harganya pada hari
tersebut. Dalam perhitungan
indeks, IHSG menggunakan seluruh saham tercatat sebagai komponen
perhitungan
indeks.
-
6
Ada dua metode penghitungan IHSG yang umum dipakai :
1) Metode rata-rata (Average Method)
Merupakan metode dimana harga pasar saham-saham yang masuk dalam
indeks
tersebut dijumlah kemudian dibagi dengan suatu faktor
pembagi.
Keterangan:
IHSG = Indeks Harga Saham Gabungan
ΣPs = Total harga saham
Divisor = Harga dasar saham
2) Metode rata-rata tertimbang (Weighted Average Method)
Merupakan suatu metode yang menambahkan bobot dalam perhitungan
indeks
disamping harga pasar saham-saham yang tercatat dan harga dasar
saham.
Pembobotan yang dilakukan dalam perhitungan indeks pada umumnya
adalah jumlah
saham yang dikeluarkan. Ada dua metode untuk menghitung metode
rata-rata
tertimbang:
1) Paasche
Metode ini memperbandingkan kapitalisasi pasar seluruh saham
dengan nilai
dasar seluruh saham yang tergantung dalam sebuah indeks. Dalam
hal ini
makin besar kapitalisasi suatu saham, maka akan menimbulkan
pengaruh
yang sangat besar jika terjadi perubahan harga pada saham yang
bersangkutan.
Keterangan:
Ps = Harga saham sekarang
Ss = Jumlah saham yang beredar
Pbase = Harga dasar saham
2) Laspreyes
Rumus ini menggunakan jumlah saham yang dikeluarkan pada hari
dasar dan
tidak berubah selamanya walaupun ada pengeluaran saham baru.
Keterangan:
Ps = Harga saham sekarang
So = Jumlah saham awal
Pbase = Harga dasar saham
Indeks Sektoral adalah sub indeks dari IHSG. Semua saham yang
tercatat di BEI
diklasifikasikan ke dalam sembilan sektor menurut klasifikasi
industri yang telah ditetapkan
BEI, yang diberi nama JASICA (Jakarta Industrial
Classification), yaitu:
a. Sektor Pertanian (Agriculture). b. Sektor Pertambangan
(Mining). c. Sektor Industri Dasar dan Kimia (Basic Industry and
Chemicals). d. Sektor Aneka Industri (Miscellameous Industry). e.
Sektor Industri Barang Konsumsi (Consumer Goods Industry). f.
Sektor Properti dan Real Estate (Property and Real Estate).
-
7
g. Sektor Infrastruktur, Utilitas dan Transportasi
(Infrastructure, Utilities and Transportation).
h. Sektor Keuangan (Finance). i. Sektor Perdagangan, Jasa dan
Investasi (Trade, Service, and Investment).
Menurut UU No. 4 Tahun 2009 dan PP No. 22 Tahun 2010,
pertambangan adalah
sebagian atau seluruh tahapan kegiatan dalam rangka penelitian,
pengelolaan dan
pengusahaan mineral atau batubara yang meliputi penyelidikan
umum, eksplorasi, studi
kelayakan, konstruksi, penambangan dan pemurnian, pengangkutan
dan penjualan, serta
kegiatan pasca tambang.
Sektor pertambangan merupakan salah satu sektor utama yang
menggerakan roda
perekonomian Indonesia. Indikasi ini terlihat dari kontribusi
penerimaan negara yang setiap
tahunnya meningkat.
Indeks harga saham yang digunakan dalam penelitian ini adalah
indeks harga saham
sektor pertambangan yang nilainya diambil dari data bulanan
Bursa Efek Indonesia dari tahun
2009 sampai dengan tahun 2012. Nilai yang digunakan adalah nilai
harga penutupan (closing
price) setiap bulan.
2.1.4. Faktor Yang Mempengaruhi Nilai Saham Sektor
Pertambangan
2.1.4.1. Harga Minyak Dunia
Minyak mentah atau yang juga dikenal sebagai Crude Oil merupakan
komoditas dan
kebutuhan utama dunia saat ini. Bahkan Indonesia juga mengalami
krisis minyak pada saat
ini. Output dari minyak mentah yang digunakan sehari-harinya
adalah solar, bensin,
pertamax. Sebesar 84% dari minyak mentah akan diolah menjadi
bahan bakar kendaraan
(bensin), bahan bakar pesawat terbang dan jet (disel), bahan
pemanas bumi (heating), bahan
bakar lain dan gas cair (liquefied petroleum gas).
Barel adalah satuan alat tukar minyak mentah dalam dollar.
Pemilihan dollar sebagai
alat tukar minyak dan emas adalah karena mata uang USD dikenal
hampir seluruh dunia.
Kategori minyak yang biasa diperdagangkan di dunia:
a. West Texas Intermediate (WTI) yang merupakan kualitas
tertinggi, manis, minyak kuning keemasan yang dihasilkan di
Cushing, Oklahoma (Amerika).
b. Brent Blend, yang terdiri dari 15 macam dengan diuji sistem
Brent dan Ninian dihasilkan di perairan Basin Shetland Timur di
Laut Utara. Basis produksi adalah di
Sullom Voe, Shetland. Negara-negara di Eropa, Afrika, dan Timur
Tengah
menggunakan minyak ini sebagai standar alat tukar komoditas.
c. Dubai-Oman, disuplai ke Timur Tengah dan Asia Pasifik. Tapis
(diproduksi di Malaysia, disuplai ke Asia Timur).
d. Minas (diproduksi di Indonesia, juga disuplai ke Asia Timur).
OPEC Reference Basket, diproduksi di negara-negara anggota
OPEC.
2.1.4.2. Harga Emas Dunia
Emas adalah bentuk umum yang mewakili uang karena kejarangannya,
ketahanannya,
dapat dibagi-bagi, tahan terhadap jamur dan kemudahan
pengindentifikasiannya, sering
berhubungan dengan perak. Perak biasanya adalah alat pembayaran
yang sah, dengan emas
sebagai logam untuk cadangan moneter. Sulit untuk memanipulasi
standar sebuah emas untuk
disesuaikan dengan kebutuhan ekonomi terhadap uang, menyediakan
ketidakleluasaan
praktek terhadap pengukuran yang bank sentral mungkin gunakan
sebaliknya untuk memberi
tanggapan pada krisis ekonomi.
-
8
Sejak tahun 1968, harga emas yang dijadikan patokan seluruh
dunia adalah harga emas
berdasarkan standar pasar emas London. Sistem ini dinamakan
London Gold Fixing. London
Gold Fixing adalah prosedur dimana harga emas ditentukan dua
kali sehari setiap hari kerja
di pasar London oleh lima anggota pasar London Gold Fixing.
Kelima anggota tersebut
adalah:
1. Bank of Nova Scottia.
2. Barclays Capital.
3. Deutsche Bank.
4. Hongkong Shangrila Bank Corporation (HSBC).
5. Societe Generale.
Proses penentuan harga adalah melalui lelang diantara kelima
member tersebut.
2.1.4.3. Nilai Tukar Rupiah/USD
Menurut Faizal (2001) nilai tukar dalam keuangan adalah harga
satu mata uang
terhadap mata uang lainnya. Nilai tukar khususnya nilai tukar
rupiah per dollar sangat
berkaitan erat dan mempengaruhi arus barang dan jasa serta modal
dari dalam dan keluar
Indonesia. Ada 2 jenis perubahan nilai tukar valuta asing
yaitu:
a. Apresiasi atau depresiasi dimana naik turunnya nilai tukar
suatu negara dengan mata uang asing negara lain bergantung pada
kekuatan pasar (permintaan dan penawaran)
baik yang timbul dari dalam maupun luar negeri.
b. Devaluasi atau revaluasi dimana naik turunnya nilai tukar
mata uang bergantung dengan kebijakan yang ditetapkan
pemerintah.
Nilai tukar mata uang asing mengalami perubahan nilai yang terus
menerus dan relatif
tidak stabil.
Rumus menghitung nilai tukar tengah BI:
Nilai Tengah = Nilai Tukar Jual + Nilai Tukar Beli
2
2.3. Kerangka Pemikiran
Atas dasar analisis tersebut maka pengaruh dari masing-masing
variabel harga minyak
mentah dunia, harga emas dunia dan nilai tukar rupiah/USD
terhadap harga saham sektor
pertambangan tersebut terhadap IHSG dapat digambarkan dalam
model paradigma seperti
ditunjukkan dalam Gambar 2.1:
Kerangka Pemikiran
Berdasarkan model pada Gambar 2.1 tersebut menunjukkan bahwa
variabel independen
terdiri dari harga minyak mentah dunia (X1), harga emas dunia
(X2) dan nilai tukar
rupiah/USD (X3) dan variabel dependennya indeks harga saham
sektor pertambangan (Y).
2.4. Hipotesis penelitian Untuk mengetahui apakah variabel di
atas berpengaruh terhadap indeks harga saham sektor
pertambangan, maka penelitian ini mengemukakan hipotesis sebagai
berikut:
X1
X2
X3
Y
-
9
Hipotesa 1
Ho1 : Diduga bahwa variabel independen harga minyak dunia (X1)
secara parsial
tidak mempunyai pengaruh signifikan terhadap indeks harga saham
sektor
pertambangan (Y) di Bursa Efek Indonesia (BEI) periode tahun
2009-2012.
Ha1 : Diduga bahwa variabel independen harga minyak dunia (X1)
secara parsial
mempunyai pengaruh signifikan terhadap indeks harga saham
sektor
pertambangan (Y) di Bursa Efek Indonesia (BEI) periode tahun
2009-2012.
Ho2 : Diduga bahwa variabel independen harga emas dunia (X2)
secara parsial tidak
mempunyai pengaruh signifikan terhadap indeks harga saham
sektor
pertambangan (Y) di Bursa Efek Indonesia (BEI) periode tahun
2009-2012.
Ha2 : Diduga bahwa variabel independen harga emas dunia (X2)
secara parsial
mempunyai pengaruh signifikan terhadap indeks harga saham
sektor
pertambangan (Y) di Bursa Efek Indonesia (BEI) periode tahun
2009-2012.
Ho3 : Diduga bahwa variabel independen nilai tukar rupiah/USD
(X3) secara parsial
tidak mempunyai pengaruh signifikan terhadap indeks harga saham
sektor
pertambangan (Y) di Bursa Efek Indonesia (BEI) periode tahun
2009-2012.
Ha3 : Diduga bahwa variabel independen nilai tukar rupiah/USD
(X3) secara parsial
mempunyai pengaruh signifikan terhadap indeks harga saham
sektor
pertambangan (Y) di Bursa Efek Indonesia (BEI) periode tahun
2009-2012.
Ho4 : Diduga bahwa variabel-variabel independen harga minyak
dunia (X1) dan harga
emas dunia (X2) dan nilai tukar rupiah/USD (X3) secara
bersama-sama tidak
mempunyai pengaruh signifikan terhadap indeks harga saham
sektor
pertambangan (Y) di Bursa Efek Indonesia (BEI) tahun
2009-2012.
Ha4 : Diduga bahwa variabel-variabel independen harga minyak
dunia (X1) dan harga
emas dunia (X2) dan nilai tukar rupiah/USD (X3) secara
bersama-sama
mempunyai pengaruh signifikan terhadap indeks harga saham
sektor
pertambangan (Y) di Bursa Efek Indonesia (BEI) tahun
2009-2012.
III. METODOLOGI PENELITIAN
3.1. Metode Penelitian Penelitian ini bersifat kuantitatif yang
menitikberatkan pada pengumpulan data, analisis data
dan menerangkan hasil analisis yang mendalam dan kompeten
terhadap variabel bebas, yaitu
harga minyak mentah dunia (X1), harga emas dunia (X2) dan nilai
tukar rupiah/USD (X3)
serta variabel terikat, yaitu (Y) indeks harga saham sektor
pertambangan, sehingga dapat
menghasilkan informasi guna menarik kesimpulan dan dapat
digunakan dalam pengambilan
keputusan.
3.2. POPULASI DAN SAMPEL Dalam penelitian ini, yang dimaksud
dengan populasi dan sampel penelitian adalah sebagai
berikut:
1. Populasi Menurut Sugiyono (2006) populasi adalah wilayah
generalisasi yang terdiri atas objek
atau subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu
yang ditetapkan oleh
peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya.
Sedang sampel adalah
bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi
tersebut. Populasi
dalam penelitian ini adalah indeks harga saham di BEI periode
Januari 2009 sampai
Desember 2012.
-
10
2. Sampel Menurut Hariwijaya dan Triton (2011) yang dimaksud
sampel adalah bagian dari
populasi yang dapat mewakili seluruh populasi. Sampel dari
penelitian ini adalah
seluruh perusahaan pertambangan yang terdaftar dalam indeks
saham pertambangan
di Bursa Efek Indonesia periode Januari 2009 sampai Desember
2012.
3.3. Teknik Pengumpulan Data
Dalam memperoleh data untuk penelitian ini, yaitu berupa data
sekunder yang
kemudian akan diolah kembali, maka penulis menggunakan teknik
pengumpulan data
penelitian berupa studi pustaka, hal ini dilakukan untuk
memperoleh data yang akan
digunakan sebagai penunjang bagi penelitian.
3.4. Teknik Pengolahan dan Analisis Data
Pengolahan dan analisis data merupakan proses mengolah data
(input) menjadi suatu
informasi yang dapat dimengerti serta mudah untuk
diinterpretasikan. Dalam penelitian ini,
setelah data dikumpulkan untuk kemudian dikelompokkan dalam
bentuk variabel penelitian,
selanjutnya variabel-variabel tersebut diolah secara statistik
dengan menggunakan program
software SPSS 16. Hasil analisa data dengan alat bantu
statistika dinilai lebih empiris dalam
memecahkan persoalan penelitian.
Adapun perumusan dari model regresi tersebut adalah sebagai
berikut:
Y = a + b1X1 + b2X2 + b3X3 + e
Di mana:
Y = Indeks Harga Saham Sektor Pertambangan
a = Konstanta
b1, b2, b3 = Koefisien Regresi
X1 = Harga Minyak Mentah Dunia
X2 = Harga Emas Dunia
X3 = Nilai Tukar Rupiah/USD
e = Error
Regresi berganda digunakan untuk menganalisis regresi dengan
menggunakan dua
variabel atau lebih. Pengujian ini bertujuan untuk mengetahui
pengaruh serta hubungan
variabel-variabel bebas terhadap variabel terikatnya, yaitu
indeks harga saham sektor
pertambangan.
3.4.1. Pengujian Asumsi Klasik Uji mendapatkan model yang baik
dalam regresi dan guna mendeteksi adanya faktor
pengganggu dalam pengujian, maka diperlukan adanya pengujian
asumsi klasik pada model
regresi tersebut.
Uji Multikolinearitas
Ghozali (2011) menyebutkan bahwa uji multikolinearitas bertujuan
untuk menguji apakah
model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas
(independen). Model regresi
yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi diantara variabel
bebasnya. Jika variabel bebas
saling berkorelasi, maka variabel-variabel tersebut tidak
ortogonal. Variabel ortogonal adalah
variabel bebas yang nilai korelasi antar sesama variabel
bebasnya sama dengan nol. Nilai
acuan yang umum dipakai untuk menunjukkan adanya
multikolinearitas adalah nilai
tolerance ≤ 0.10 atau sama dengan VIF ≥ 10.
-
11
3.4.1.4. Uji Normalitas
Menurut Ghozali (2011) uji normalitas memiliki tujuan untuk
menguji apakah pada
model regresi, variabel pengganggu dan variabel residual
terdistribusi normal.
3.4.1.5. Pengujian dengan Koefisien Regresi Parsial (Uji t)
Uji t pada pada dasarnya menunjukkan seberapa jauh pengaruh satu
variabel bebas secara
individual (masing-masing) dalam menerangkan variasi variabel
terikat. Tujuan dari uji t
adalah untuk menguji koefisien regresi secara individual.
3.4.1.6. Pengujian terhadap Koefisien Regresi secara Simultan
(Uji F)
Uji F dilakukan untuk mengetahui pengaruh variabel bebas secara
bersama-sama (simultan)
terhadap variabel terikat. Langkah-langkah atau urutan dalam
menguji hipotesa dengan
distribusi F adalah sebagai berikut:
1. Merumuskan hipotesa Ho : β1 = β2 = 0, berarti secara
bersama-sama tidak ada pengaruh variabel bebas
terhadap variabel terikat.
Ha : β1 ≠ β2 ≠ 0, berarti secara bersama-sama ada pengaruh
variabel bebas terhadap
variabel terikat.
2. Menentukan taraf nyata (level of significance) = α. Taraf
nyata atau derajat keyakinan yang digunakan sebesar α = 1%, 5%,
10%. Derajat bebas (df) dalam distribusi F ada
dua, yaitu:
df numerator = dfn = df1 = k - 1 dan df denumerator = dfd = df2
= n – k
Di mana:
df = Degree of freedom atau derajat kebebasan
n = Jumlah sampel
k = Banyaknya koefisien regresi
3. Menentukan daerah keputusan, yaitu daerah di mana hipotesa
nol diterima atau tidak. a. Ho diterima apabila Fhitung ≤ Ftabel,
artinya semua variabel bebas secara
bersama-sama bukan merupakan variabel penjelas yang signifikan
terhadap
variabel terikat.
b. Ho ditolak apabila Fhitung > Ftabel, artinya semua
variabel bebas secara bersama-sama merupakan penjelas yang
signifikan terhadap variabel terikat.
4. Menentukan uji statistik nilai F, di mana bentuk distribusi F
selalu bernilai positif.
Keputusan bisa menerima Ho atau menolak Ho menerima Ha, yaitu
nilai Ftabel yang
diperoleh dibanding dengan nilai Fhitung. Apabila Fhitung lebih
besar dari Ftabel, maka Ho
ditolak sehingga dapat disimpulkan bahwa ada pengaruh yang
signifikan antara variabel
independent dengan variabel dependent.
BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN
4.1. Data Penelitian
Berikut akan dijelaskan tabel yang menerangkan indeks harga
saham sektor pertambangan
(profil singkatnya dapat dilihat pada lampiran Daftar Emiten
pada halaman 70), harga minyak
mentah dunia, harga emas dunia, nilai tukar rupiah/USD yang bisa
dilihat pada lampiran Data
Penelitian pada halaman 70.
4.1.1. Indeks Harga Saham Sektor Pertambangan
-
12
Indeks harga saham menggambarkan perubahan harga saham dari
waktu ke waktu.
Pergerakan nilai indeks tersebut akan menunjukkan perubahan
situasi pasar yang terjadi.
Pergerakan indeks harga saham sektor pertambangan di Bursa Efek
Indonesia (BEI) untuk
periode tahun 2009–2012 dapat dilihat pada tabel dan gambar
berikut:
Tabel 4.1
Daftar Sampel
Variabel Terikat – Y (Indeks Harga Saham Sektor
Pertambangan)
Tahun 2009-2012
BULAN
INDEKS HARGA SAHAM SEKTOR
PERTAMBANGAN
(Dalam Rupiah)
2009 2010 2011 2012
Januari 922,16 2.236,40 3.043,51 2.710,02
Februari 963,89 2.178,87 3.128,11 2.804,07
Maret 1.005,54 2.430,26 3.162,21 2.760,39
April 1.444,46 2576.58 3257,34 2.578,25
Mei 1.818,96 2.275,26 3.236,32 2.066,20
Juni 1.848,54 2.238,86 3.254,45 2.045,46
Juli 2.144,91 2.274,82 3.362,55 2.001,01
Agustus 2.140,43 2.304,95 2.883,57 1.905,95
September 2.238,59 2.631,90 2.487,20 2.030,60
Oktober 2.085,22 2.758,16 2.725,10 1.901,74
November 2.129,87 2.870,84 2.492,26 1.781,83
Desember 2.203,48 3.274,16 2.532,38 1.863,67
Sumber : idx.co.id
-
13
Gambar 4.1
Perkembangan Indeks Harga Saham Sektor Pertambangan (Dalam
Rupiah)
Sumber : idx.co.id
Dari gambar di atas terlihat bahwa selama empat tahun
(2009–2012), indeks harga
saham sektor pertambangan mengalami perubahan tren sebanyak dua
kali, yaitu tren
kenaikan (bullish) dari awal 2009 hingga Juli 2011, tren
penurunan (bearish) dari Agustus
2011 hingga Desember 2012. Harga tertinggi terjadi pada bulan
juli 2011 sementara harga
terendah terjadi pada bulan Januari 2009.
4.1.2. Harga Minyak Mentah Dunia
Harga minyak dunia yang digunakan dalam penelitian ini adalah
harga minyak dunia yang
terbentuk di pasar spot minyak Texas (West Texas Intermediate).
Perkembangan harga
minyak dunia dapat dilihat pada tabel dan gambar berikut:
Tabel 4.2
Variabel Bebas – X1 (Harga Minyak Mentah Dunia)
Tahun 2009-2012
BULAN
HARGA MINYAK MENTAH
DUNIA
(USD/barel)
2009 2010 2011 2012
Januari 41,89 77,29 97,09 115,91
Februari 43,1 74,01 103,31 122,17
Maret 46,95 78,67 113,07 128,14
April 50,62 85,48 123,36 124,63
Mei 57,86 76,96 115,18 113,76
Juni 68,91 75,22 113,82 99,08
Juli 64,85 73,74 117,15 102,88
Agustus 72,47 75,94 111,67 111,72
September 67,07 76,76 111.00 111,02
0.00
500.00
1000.00
1500.00
2000.00
2500.00
3000.00
3500.00
4000.00
1 4 7 10 13 16 19 22 25 28 31 34 37 40 43 46
-
14
Oktober 72,53 82,26 109,25 109,85
November 77,08 85,07 112,94 106,68
Desember 75,58 91,37 110,7 106,9
Sumber : reuters.com
Gambar 4.2
Perkembangan Harga Minyak Mentah Dunia (USD/Barel)
Sumber : reuters.com
Dari gambar di atas terlihat bahwa selama empat tahun
(2009–2012), harga minyak
mentah dunia cenderung mengalami peningkatan dari tahun ke
tahun. Harga terendah harga
minyak mentah dunia 41,89 USD/barel pada bulan Januari 2009
sementara harga tertinggi
mencapai 117,15 USD/barel pada bulan Juli 2011.
Dikarenakan oleh permintaan kebutuhan yang terus meningkat
terutama oleh negeri
China, India, Amerika Serikat, Jepang dan kondisi politik di
Timur Tengah yang tidak stabil
dan jarang sekali ditemukan tambang minyak baru, harga minyak
terus meroket dari bulan
Januari 2009-Maret 2012.
4.1.3. Harga Emas Dunia
Harga emas yang digunakan adalah harga emas penutupan pada sore
hari (harga emas
Gold P.M.). Data statistik deskriptif harga emas dunia selama
periode 2009-2012 dapat
dilihat pada tabel dan gambar berikut:
Tabel 4.3
Variabel Bebas – X2 (Harga Emas Dunia)
Tahun 2009-2012
BULAN
HARGA EMAS DUNIA
(USD/troy ounce)
2009 2010 2011 2012
Januari 919.5 1,078.50 1,327.00 1,744.00
Februari 962 1,108.25 1,411.00 1,770.00
Maret 916.5 1,115.50 1,439.00 1,662.50
April 883.25 1,179.25 1,535.00 1,651.25
0.00
20.00
40.00
60.00
80.00
100.00
120.00
140.00Ja
n-0
9
May
-09
Sep
-09
Jan
-10
May
-10
Sep
-10
Jan
-11
May
-11
Sep
-11
Jan
-12
May
-12
Sep
-12
-
15
Mei 975.5 1,207.50 1,536.50 1,558.00
Juni 934.5 1,244.00 1,505.50 1,598.50
Juli 939 1,169.00 1,628.50 1,622.00
Agustus 955.5 1,246.00 1,813.50 1,648.50
September 995.75 1,307.00 1,620.00 1,776.00
Oktober 1,040.00 1,346.75 1,722.00 1,719.00
November 1,175.75 1,383.50 1,746.00 1,726.00
Desember 1,087.50 1,405.50 1,531.00 1,657.50 Sumber :
goldfixing.com
Gambar 4.3
Perkembangan Harga Emas Dunia (Dalam Rupiah)
Sumber : www.goldfixing.com
Dari gambar di atas terlihat bahwa selama empat tahun
(2009–2012), harga emas dunia
cenderung mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Harga
terendah emas dunia 919.5
USD/troy ounce pada bulan Januari 2009 sementara harga tertinggi
mencapai 1,770
USD/troy ounce pada bulan Februari 2012. Selama periode
pengamatan ditemukan bahwa
harga emas dunia menunjukkan kecenderungan untuk selalu
meningkat.
Selama periode pengamatan, kenaikan harga emas secara tajam
dimulai pada bulan
Mei 2009. Hal ini disebabkan karena krisis ekonomi di pasar
keuangan Amerika Serikat yang
menjadi perhatian para investor berangsur-angsur membaik.
Kemudian pada pertengahan
tahun 2012 harga emas kembali mengalami penurunan dikarenakan
keadaan ekonomi global
mulai membaik.
4.1.4. Nilai Tukar Rupiah/USD
Menurut Faizal (2001) nilai tukar dalam keuangan adalah harga
satu mata uang terhadap
mata uang lainnya. Nilai tukar dapat diartikan sebagai jumlah
mata uang lokal yang
dibutuhkan untuk membeli mata uang asing. Nilai tukar inilah
sebagai salah satu indikator
yang dapat mempengaruhi aktivitas di pasar saham maupun pasar
uang karena investor
cenderung akan berhati-hati untuk melakukan investasi jika mata
uang negaranya sendiri
cenderung tertekan dibanding mata uang negara lain. Data
statistik nilai tukar rupiah terhadap
USD tahun 2009-2012 dapat dilihat pada tabel dan gambar
berikut:
Tabel 4.4
0
500
1000
1500
2000
Jan
-09
Jun
-09
No
v-0
9
Ap
r-1
0
Sep
-10
Feb
-11
Jul-
11
De
c-1
1
May
-12
Oct
-12
Series1
http://www.goldfixing.com/
-
16
Variabel Bebas – X3 (Nilai Tukar Rupiah/USD)
Tahun 2009-2012
BULAN
NILAI TUKAR RUPIAH/USD
(Dalam Rupiah)
2009 2010 2011 2012
Januari 11.355 9.365 9.057 9.000
Februari 11.98 9.335 8.823 9.085
Maret 11.575 9.115 8.709 9.180
April 10.713 9.012 8.574 9.190
Mei 10.340 9.180 8.537 9.565
Juni 10.225 9.083 8.597 9.480
Juli 9.920 8.952 8.508 9.485
Agustus 10.06 9.041 8.578 9.560
September 9.681 8.924 8.823 9.588
Oktober 9.545 8.928 8.835 9.615
November 9.480 9.013 9.170 9.605
Desember 9.400 8.991 9.068 9.670
Sumber : bi.go.id
Gambar 4.4
Perkembangan Nilai Tukar Rupiah/USD (Dalam Rupiah)
Sumber : bi.go.id
Dari gambar di atas terlihat bahwa selama empat tahun
(2009–2012), nilai tukar rupiah
cenderung stabil dan tidak terlalu berfluktuasi. Nilai terendah
rupiah adalah sebesar Rp
8.508,00/dollar pada bulan juli 2011 sementara nilai tertinggi
pada Februari 2009 sebesar Rp
11.980,00/USD. Pergerakan nilai tukar dapat dijaga dengan baik
oleh Bank Indonesia selaku
otoritas moneter Indonesia.
Sementara itu nilai tukar rupiah cukup stabil selama tahun 2010.
Ketika terjadi gejolak
akibat krisis finansial, rupiah sempat anjlok menjadi Rp
12.000/USD.
4.2. Pembahasan
1. Uji Multikolinearitas
Ghozali (2011) menyatakan bahwa multikolinearitas dapat dilihat
dari nilai tolerance
dan lawannya, yaitu Variance Inflation Factor (VIF). Suatu nilai
tolerance yang rendah akan
sama dengan nilai VIF yang tinggi, karena VIF = 1/Tolerance.
Nilai cutoff yang umum
0.00
5000.00
10000.00
15000.00
Jan
-09
Jul-
09
Jan
-10
Jul-
10
Jan
-11
Jul-
11
Jan
-12
Jul-
12
Series1
-
17
dipakai untuk menunjukkan adanya multikolinearitas adalah nilai
tolerance ≤ 0.10 atau sama
dengan VIF ≥ 10.
Tabel 4.5
Hasil Uji Multikolinearitas
Coefficientsa
Model Collinearity Statistics
Tolerance VIF
1
Minyak
Mentah .107 9.377
Emas .141 7.117
Kurs .473 2.113
a. Dependent Variable: IHS
Sumber : Output SPSS, diolah oleh penulis (2013)
Tabel 4.5 diatas menunjukkan bahwa nilai tolerance dari model
regresi yang
dihasilkan oleh masing-masing variabel bebas (independent)
adalah > 0,10 (lebih besar dari
0,10). Sedangkan, nilai Variance Inflation Factor (VIF) dari
masing-masing variabel bebas
dalam regresi tersebut menunjukkan angka < 10. Hal ini
memberikan kesimpulan bahwa
model regresi yang dihasilkan tidak mengandung atau terbebas
dari gejala multikolinearitas
antar variabel bebas yang digunakan dalam model.
4. Uji Normalitas
. Analisa statistik, yaitu menggunakan uji non parametik
Kolmogorov-Smirnov. Data
dikatakan terdistribusi normal jika nilai Asymp. Sig. (2-tailed)
lebih besar dari 5%.
Hasil Uji Normalitas
Uji Kolmogorov-Smirnov
One Sample Kolmogorov-Smirnov Test
IHS_Tambang
N 48
Kolmogorov-SmirnovZ
Asymp. Sig. (2-tailed)
.577
.893
a. Test distribution is Normal.
Sumber : Output SPSS, diolah oleh penulis (2013)
Besarnya nilai Kolmogorov-Smirnov yang dihasilkan oleh model
adalah sebesar 0,577.
Sedangkan nilai signifikan yang diperoleh adalah sebesar 0,893
atau lebih besar dari 5%.
Berdasarkan nilai signifikansi (Asymp. Sig. (2-tailed)) tersebut
dapat dismpulkan bahwa
model regresi mempunyai data residual yang terdistribusi
normal.
4.3. Regresi Linear Berganda
Hasil pengujian asumsi klasik yang telah dilakukan, dapat
disimpulkan bahwa model regresi
dalam penelitian ini layak digunakan karena model regresi telah
terbebas dari masalah
normalitas data, tidak terjadi multikolinearitas, tidak terjadi
autokorelasi dan tidak terjadinya
heteroskedastisitas. Selanjutnya dapat dilakukan uji estimasi
linier berganda dan
diinterpretasikan pada tabel 4.9 berikut:
-
18
1. Persamaan Regresi
Hasil Regresi Linear Berganda
Coefficientsa
Model Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients
t Sig.
B Std.
Error
Beta
1
(Constant) 8384.183785 783.3236 10.70335 0.000
MinyakMentah 12.94837059 4.633366 0.516839969 2.794592 0.008
Emas -0.929897584 0.321801 -0.465584704 -2.88967 0.006
Kurs -0.631764914 0.068953 -0.804434815 -9.16227 0.000
a. Dependent Variable: IHS Tambang
Sumber : Output SPSS, diolah oleh penulis (2013)
Berdasarkan tabel 4.13 dapat diperoleh persamaan regresi linear
berganda sebagai
berikut:
Y = 8384.183785 + 12.94837059 X1 - 0.929897584 X2 -0.631764914
X3 + e
Dimana:
Y : IHS Sektor Pertambangan
X1 : Harga Minyak Dunia
X2 : Harga Emas Dunia
X3 : Nilai Tukar Rupiah/USD
e : Kesalahan acak (error term)
Interpretasi model regresi:
1. Konstanta bernilai 8384,183785. Hal tersebut menggambarkan
bahwa apabila tidak ada pengaruh dari variabel bebas, yaitu harga
minyak dunia, harga emas dunia dan
nilai tukar rupiah/USD, maka nilai indeks harga saham sektor
pertambangan akan
tetap bernilai 8384,183785.
2. Variabel bebas harga minyak dunia bernilai 12,94837059. Hal
ini menyatakan bahwa setiap kali terjadi kenaikan sebesar 1% dari
variabel harga minyak dunia tersebut,
maka akan mendorong kenaikan pada variabel terikat indeks harga
saham sektor
pertambangan sebesar 12,94837059. Dengan asumsi variabel lain
tetap atau dapat
dikatakan variabel lain bernilai sama dengan nol.
3. Variabel bebas harga emas dunia bernilai -0,929897584. Hal
ini menyatakan bahwa ketika terjadi kenaikan sebesar 1% dari
variabel harga emas dunia tersebut, maka
variabel terikat indeks harga saham sektor pertambangan akan
mengalami penurunan
sebesar 0,929897584. Dengan asumsi variabel lain tetap atau
dapat dikatakan variabel
lain bernilai sama dengan nol.
4. Variabel bebas nilai tukar rupiah/USD bernilai -0,631764914.
Hal ini menyatakan bahwa setiap kali terjadi kenaikan 1% pada
variabel nilai tukar rupiah/USD tersebut,
maka akan mendorong penurunan pada variabel terikat indeks harga
saham sektor
pertambangan sebesar 0,631764914. Dengan asumsi variabel lain
tetap atau dapat
dikatakan variabel lain bernilai sama dengan nol.
4.4. UJI HIPOTESIS 1. Uji t
Berdasarkan tabel di atas, maka hasil uji signifikansi parsial
masing-masing variabel
adalah sebagai berikut :
-
19
1. Pengaruh harga minyak mentah dunia terhadap indeks harga
saham sektor pertambangan
a. Nilai signifikansi yang diperoleh pada model regresi untuk
variabel bebas harga minyak mentah dunia menunjukkan angka 0,008.
Nilai signifikansi
tersebut berada dibawah angka 0,05, pada tingkat derajat
kepercayaan 95%.
Hal ini memberikan interpretasi bahwa variabel harga minyak
mentah dunia
secara parsial mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap
variabel terikat
indeks harga saham sektor pertambangan.
b. Variabel harga minyak mentah dunia mempunyai nilai t hitung
sebesar 2.794592. Sementara itu, seperti yang diketahui bahwa nilai
t tabel
menunjukkan angka 2,2. Dengan demikian, dapat diketahui bahwa t
hitung > t
(α / 2; n - k).
Dari kedua analisa tersebut, dapat disimpulkan bahwa untuk
variabel harga
minyak mentah dunia hipotesis yang dihasilkan adalah Ha1
diterima dan Ho1
ditolak, yaitu terdapat pengaruh signifikan harga minyak dunia
terhadap
indeks harga saham sektor pertambangan.
2. Pengaruh harga emas dunia terhadap indeks harga saham sektor
pertambangan a. Nilai signifikansi yang didapatkan dari model
regresi untuk variabel bebas
harga emas dunia menunjukkan angka 0,006. Nilai signifikansi
tersebut
berada dibawah angka 0,05, pada tingkat derajat kepercayaan 95%.
Hal ini
memberikan interpretasi bahwa variabel harga emas dunia secara
parsial
mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap variabel terikat
indeks harga
saham sektor pertambangan .
b. Variabel harga emas dunia mempunyai nilai t hitung sebesar
-2,88967. Sementara itu, seperti yang diketahui bahwa nilai t tabel
menunjukkan angka
2,2. Dengan demikian, dapat diketahui bahwa t hitung > t (α /
2; n - k).
Dari kedua analisa tersebut, dapat disimpulkan bahwa untuk
variabel harga
emas dunia hipotesis yang dihasilkan adalah Ha2 ditolak dan Ho2
diterima,
yaitu diduga terdapat pengaruh signifikan harga emas dunia
terhadap indeks
harga saham sektor pertambangan.
3. Pengaruh nilai tukar rupiah/USD terhadap indeks harga saham
sektor properti a. Nilai signifikansi yang diperoleh dari model
regresi untuk variabel bebas
nilai tukar rupiah/USD menunjukkan angka 0,000. Nilai
signifikansi tersebut
berada dibawah angka 0,05, pada tingkat derajat kepercayaan 95%.
Hal ini
memberikan gambaran bahwa variabel nilai tukar rupiah/USD secara
parsial
mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap variabel terikat
indeks harga
saham sektor pertambangan.
b. Variabel nilai tukar rupiah/USD mempunyai nilai t hitung
sebesar 0,000. Sementara itu, seperti yang diketahui bahwa nilai t
tabel menunjukkan angka
2,2. Dengan demikian, dapat diketahui bahwa -t hitung < -t (α
/ 2; n - k).
Dari kedua analisa tersebut, dapat disimpulkan bahwa untuk
variabel nilai tukar
rupiah/USD hipotesis yang dihasilkan adalah Ha3 ditolak dan Ho3
diterima, yaitu terdapat
pengaruh nilai tukar rupiah/USD terhadap indeks harga saham
sektor properti.
4.5. UJI F Ketentuan penerimaan atau penolakan Ho dan Ha
ditentukan berdasarkan kriteria
berikut, yaitu:
-
20
a. Ho diterima atau Ha ditolak apabila F hitung ≤ F tabel,
artinya tidak ada pengaruh signifikan antara variabel bebas secara
bersama-sama terhadap variabel terikat.
b. Ho ditolak atau Ha diterima apabila F hitung > F tabel,
artinya terdapat pengaruh signifikan antara variabel bebas secara
bersama-sama terhadap variabel terikat.
Nilai α yang digunakan pada model regresi ini adalah sebesar 5%.
Rumus yang
digunakan untuk mencari df numerator (dfn atau df1) adalah dfn =
k – 1. Sedangkan rumus
untuk menghitung nilai df denumerator (dfd atau df2) adalah dfd
= n – k. Berdasarkan data
tersebut, maka diperoleh nilai F tabel adalah sebesar 3,18.
Sedangkan nilai F hitung yang
dihasilkan pada model regresi dapat dilihat pada tabel 4.12.
Hasil Uji F ANOVA
Sumber : Output SPSS, diolah oleh penulis (2013)
Berdasarkan tabel hasil uji F (Anova) dapat dilihat bahwa nilai
signifikan yang
diperoleh adalah sebesar 0,000 atau lebih kecil dari 0,05.
Sedangkan nilai F hitung yang
dihasilkan dari model regresi adalah sebesar 99,41575, sehingga
dapat diketahui bahwa nilai
F hitung lebih besar dibandingkan dengan F tabel (F hitung >
F tabel). Berdasarkan kedua
analisa tersebut dapat diambil kesimpulan, yaitu Ho4 ditolak
atau Ha4 diterima. Jika Ho
ditolak atau Ha diterima, maka dapat diartikan bahwa terdapat
pengaruh signifikan harga
minyak mentah dunia, harga emas dunia dan nilai tukar rupiah/USD
secara bersama-sama
terhadap indeks harga saham pertambangan.
V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang
telah dikemukakan pada bab
sebelumnya, maka kesimpulan yang dapat diambil dari penelitian
mengenai Pengaruh Harga
Minyak Mentah Dunia, Harga Emas Dunia dan Nilai Tukar Rupiah/USD
Terhadap Indeks
Harga Saham Sektor Pertambangan di BEI ini adalah:
1. Secara parsial terdapat pengaruh yang signifikan antara harga
minyak mentah dunia
terhadap indeks harga saham sektor pertambangan.
2. Pada variabel harga emas dunia disimpulkan memiliki pengaruh
negatif yang
signifikan secara parsial terhadap indeks harga saham sektor
pertambangan.
3. Variabel rupiah/USD memiliki pengaruh negatif signifikan
terhadap indeks harga
saham sektor pertambangan.
4. Sedangkan secara bersama-sama (simultan) dapat disimpulkan
bahwa terdapat
pengaruh antara harga minyak mentah dunia, harga emas dunia dan
nilai tukar
rupiah/USD secara bersama-sama terhadap indeks harga saham
sektor pertambangan.
Model
Sum of
Squares df
Mean
Square F Sig.
1 Regression 1.2994913 4 3248728.148 99.41575 .000a
Residual 1372484.500 42 32678.202
Total 1.4367397 46
a. Predictors: (Constant), Nilai Tukar, Emas, Minyak Mentah
b. Dependent Variable: IHS tambang
-
21
5.2. Saran
Berdasarkan kesimpulan yang telah diuraikan di atas, maka saran
yang dapat diberikan
penulis sebagai berikut:
1. Jika kurs rupiah menguat/terapresiasi terhadap dollar AS maka
sebaiknya investor/ pengusaha perusahaan pertambangan melakukan
aksi beli saham sektor pertambangan
karena menurut hasil penelitian ini saham pertambangan
diprediksikan akan naik
untuk tahun mendatang. Demikian sebaliknya.
2. Jika harga emas dunia mengalami penurunan sebaiknya
investor/pengusaha melakukan aksi beli terhadap saham sektor
pertambangan karena dari penelitian ini
menunjukan indeks saham sektor ini juga akan mengalami
penurunan.
3. Jika harga minyak dunia mengalami penurunan sebaiknya
investor/pengusaha melakukan aksi beli terhadap saham sektor
pertambangan karena dari penelitian ini
menunjukan indeks saham sektor ini juga akan mengalami
penurunan
4. Investor/ pengusaha di sektor pertambangan yang merupakan
salah satu sektor penting di Indonesia sebaiknya mengkaji dan
mempertimbangkan terlebih dahulu
pergerakan variabel nilai tukar rupiah/USD, harga emas dunia dan
harga minyak
dunia yang mempengaruhi harga saham disektor ini.
-
22
DAFTAR PUSTAKA
-
23
Anoraga, Panji. 2006. Pengantar Pasar Modal. Semarang: PT.
Rineka Cipta.
Anoraga, Panji dan Pakarti, Puji. 2006. Pengantar Pasar Modal.
Jakarta: Rineka Cipta.
Bank Indonesia. 2013. Kurs Rupiah Terhadap Dollar Amerika.
(melalui) www.bi.go.id (10
April 2013).
Brigham, Eugene dan Houston, Joel F. 2006. Manajemen Keuangan.
Jakarta: Salemba
Empat.
Bursa Efek Indonesia. 2013. Index Harga Saham Sektor
Pertambangan. (melalui)
www.idx.co.id (22 April 2013).
Darmadji, Tjiptono & Fakhruddin, Hendy M. 2008. Pasar Modal
Indonesia: Pendekatan
Tanya Jawab. Jakarta: Salemba Empat.
Darsono, Prawiranegoro. 2007. Pendekatan Praktis Kajian
Pengambilan Keputusan Bisnis
Berbasis Analisa Keuangan. Jakarta: Diardi Media.
Fahmi, Irham. 2012. Pengantar Manajemen Keuangan. Bandung:
Alfabeta.
Faizal, Muhammad. 2001. Manajemen Keuangan Internasional.
Jakarta: Salemba Empat.
Ghozali, Imam. 2011. Aplikasi Analisis Multivariate Dengan
Program IBM SPSS 19,
Cetakan ke V, Edisi 5. Semarang: Badan Penerbit UNDIP.
Gold Fixing. 2013. “Penentuan Harga Emas Harian” dalam
www.goldfixing.com (21 april
2013).
Gold Price. 2013. Harga Spot Emas. (melalui) www.goldprice.com
(21 April 2013).
Halim, Abdul. 2005. Analisis Investasi, Edisi 2. Jakarta:
Salemba Empat.
Handoko, T. Hani. 2003. Manajemen, Edisi 2, Cetakan kedelapan
belas. Yogyakarta: BPFE.
Hariwijaya, M. & Triton. 2011. Pedoman Penulisan Ilmiah
Skripsi dan Tesis. Jakarta
Selatan: PT. Suka Buku.
Hartono, Jogiyanto. 2003. Teori Portofolio dan Analisis
Investasi edisi kelima. Yogyakarta:
BPFE.
Husnan, Suad. 2004. Manajemen Keuangan: Teori dan Penerapan
(Keputusan Jangka
Panjang). Yogyakarta: BPFE.
Kashmir. 2002. Bank & Lembaga Keuangan Lainnya. Edisi
Keenam. Jakarta: PT Raja
Grafindo Persada.
Kewal, Suramaya Suci. 2012. Pengaruh Inflasi, Kurs dan
Pertumbuhan PDB Terhadap Indeks
Harga Saham Gabungan. Jurnal Ekonomi. Vol.8, (No.1), 53-64.
Kuncoro, Muhammad. 2007. Ekonomika Industri Indonesia.
Yogyakarta: Andi.
Mankiw, Gregory. 2003. Teori Makro Ekonomi, Alih bahasa Imam
Nurmawan, Edisi Kelima.
Jakarta: Erlangga.
Martin, John D., William Petty, Arthur J. Keown dan David F.
Scott Jr. 2004. Manajemen
Keuangan: Prinsip-prinsip dan Aplikasi. Edisi 9. Jil.1. Alih
Bahasa, Haryandini.
Jakarta: PT Indeks Kelompok Gramedia.
Miskhin, F.S. 2009. The Economics of Money, Banking and
Financial Markets, Ninth
Edition. USA: Pearson Education, Inc.
Oksaham. 2013. Emiten Saham Pertambangan. (melalui)
www.oksaham.com (22 April
2013).
Pramushinta, Hayudha dan Suhendra, E. Susy. 2011. Analisis
Pengaruh Pergerakan Indeks
Bursa Asing, Tingkat Inflasi, Harga Minyak Mentah Dunia, Nilai
Tukar Rupiah
Terhadap Dollar Amerika, Terhadap Pergerakan Indeks Harga Saham
Gabungan
(IHSG) di Bursa Efek Indonesia (BEI). Skripsi. FE Universitas
Gunadarma. Jakarta.
Reuters. 2013. Harga Komoditas Minyak Dunia. (melalui)
www.reuters.com (22 April 2013).
Rusdin. 2006. Pasar Modal. Bandung: Alfabeta.
Samsul, Muhammad. 2008. Pasar Modal dan Manajemen Portofolio.
Jakarta: Erlangga.
Sugiyono. 2006. Statistika untuk Penelitian. Bandung:
Alfabeta.
-
24
Sunariyah. 2006. Pengantar Pengetahuan Pasar Modal, Edisi
Kelima. Yogyakarta: UPP
STIM YKPN.
Surat Keputusan Presiden No. 52 Tahun 1976 tentang Pasar
Modal.
Sutrisno. 2001. Manajemen Keuangan : Teori, Konsep dan Aplikasi,
Edisi pertama cetakan
ke dua. Jakarta: Salemba Empat.
Tandelilin, Eduardus. 2010. Portofolio dan Investasi : Teori dan
Aplikasi. Edisi 1.
Yogyakarta: Kanisius.
Triton, PB. 2006. SPSS 13.0 Terapan Riset Statistik Parametik.
Yogyakarta: Andi Offset.
Undang-Undang Republik Indonesia No. 4 Tahun 2009 dan PP No. 22
Tahun 2010 tentang
Pertambangan.
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 8 Tahun 1995 tentang
Pasar Modal.
Undang-Undang No. 15 Tahun 1952 tentang Pasar Modal.
Weston, J. Fred. dan Copeland, Thomas E. 2002. Manajemen
Keuangan. Penerjemah Drs A.
Wasana MSM dan Ir. Kirbrandoko MSM Edisi Kedelapan. Jakarta:
Binarupa Aksara.
Wicaksono, Ardian Agung. 2010. Analisis Pengaruh Tingkat Suku
Bunga SBI, Harga
Minyak Dunia, Harga Emas Dunia, Nilai Tukar Rupiah, Indeks
Nikkei 225 dan Indeks
Dow Jones terhadap IHSG. Skripsi. FE Universitas Diponegoro.
Semarang.
Yuswandy, Yoedy. 2010. Analisis Pengaruh Harga Minyak Dunia,
Harga Emas Dunia, Nilai
Tukar Rupiah Terhadap USD dan Indeks IHSG terhadap Return Saham
(Studi Kasus
Saham Sinarmas). Thesis. FE ITB. Bogor.