PENGARUH GE YANG D EKOSTRUKT DEPAR FAK ELOMBANG DAN ARUS PERMUK DIBANGKITKAN ANGIN TERHAD TUR IKAN TERUMBU DI KARANG KEPULAUAN SERIBU MUCHAMAD GUFRON SKRIPSI RTEMEN ILMU DAN TEKNOLOGI KEL KULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELA INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2012 KAAN LAUT DAP G LEBAR, LAUTAN AUTAN
86
Embed
PENGARUH GELOMBANG DAN ARUS PERMUKAAN LAUT … · Data in situ arus permukaan diperoleh dari penelitian Siregar (2009), Setyawan (2008), dan Rachmawati (2010), sedangkan data ikan
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
PENGARUH GELOMBANG DAN ARUS PERMUKAAN LAUTYANG DIBANGKITKAN ANGIN TERHADAP
EKOSTRUKTUR IKAN TERUMBU DI KARANG LEBAR,KEPULAUAN SERIBU
MUCHAMAD GUFRON
SKRIPSI
DEPARTEMEN ILMU DAN TEKNOLOGI KELAUTANFAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR2012
PENGARUH GELOMBANG DAN ARUS PERMUKAAN LAUTYANG DIBANGKITKAN ANGIN TERHADAP
EKOSTRUKTUR IKAN TERUMBU DI KARANG LEBAR,KEPULAUAN SERIBU
MUCHAMAD GUFRON
SKRIPSI
DEPARTEMEN ILMU DAN TEKNOLOGI KELAUTANFAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR2012
PENGARUH GELOMBANG DAN ARUS PERMUKAAN LAUTYANG DIBANGKITKAN ANGIN TERHADAP
EKOSTRUKTUR IKAN TERUMBU DI KARANG LEBAR,KEPULAUAN SERIBU
MUCHAMAD GUFRON
SKRIPSI
DEPARTEMEN ILMU DAN TEKNOLOGI KELAUTANFAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR2012
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI
Dengan ini saya menyatakan bahwa Skripsi yang berjudul:
PENGARUH GELOMBANG DAN ARUS PERMUKAAN LAUTYANG DIBANGKITKAN ANGIN TERHADAPEKOSTRUKTUR IKAN TERUMBU DI KARANG LEBAR,KEPULAUAN SERIBU
adalah benar merupakan hasil karya sendiri dan belum diajukan dalam bentukapapun kepada perguruan tinggi manapun. Semua sumber dan informasi yangberasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan penulislain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagianakhir Skripsi ini.
Bogor, Agustus 2012
MUCHAMAD GUFRONC54070049
RINGKASAN
MUCHAMAD GUFRON. Pengaruh Gelombang dan Arus Permukaan Lautyang Dibangkitkan Angin Terhadap Ekostruktur Ikan Terumbu di KarangLebar, Kepulauan Seribu. Dibimbing oleh NYOMAN METTANYANAKUMARA NATIH dan ADRIANI SUNUDDIN.
Di ekosistem laut, faktor fisik yang memengaruhi distribusi antar spesiesdari pesisir hingga laut lepas adalah salinitas, suhu, dan pergerakan massa air. Diekosistem terumbu karang, komunitas ikan terumbu merupakan biota yang terlihatjelas kelimpahan, keanekaragaman dan peranannya (baik secara ekologis danekonomis) di dalam ekosistem terumbu karang. Keberadaan dan sebaran ikanterumbu di terumbu karang tidak lepas dari pengaruh faktor fisik perairan sepertigelombang dan arus permukaan. Penelitian ini bertujuan untuk mengkajikarakteristik gelombang dan arus permukaan yang dibangkitkan angin untukperiode bulan Juni di perairan Karang Lebar, Kepulauan Seribu serta menganalisisstruktur komunitas ikan terumbu dan keterkaitannya terhadap dinamikaoseanografi permukaan laut.
Parameter yang dikaji dalam penelitian ini adalah angin, dan hidrodinamikapermukaan di wilayah terumbu yang dibangkitkan oleh angin (gelombang danarus permukaan), serta komunitas ikan terumbu. Data angin dan gelombangpermukaan diperoleh dari Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika Maritim(BMKG) yang digunakan untuk mengetahui karakteristik dinamika arus dangelombang di perairan Karang Lebar, Kepulauan Seribu. Data in situ aruspermukaan diperoleh dari penelitian Siregar (2009), Setyawan (2008), danRachmawati (2010), sedangkan data ikan terumbu diperoleh dari Siregar (2008).Pengukuran arus in situ menggunakan alat floating dredge sedangkan pengamatanikan menggunakan sensus visual pada transek sabuk di kedalaman 3-5 meter.
Karakteristik angin selama tiga tahun memiliki kecepatan angin rataansebesar 2,1-3,6 m/s dan termasuk kategori tenang, namun mampu membangkitkangelombang dengan tinggi mencapai 0,15 m. Secara umum, dinamika gelombangpermukaan selama tiga tahun memiliki frekuensi yang berbanding lurus terhadaptinggi gelombang. Kondisi gelombang dan arus yang bergerak di perairan KarangLebar memiliki ketergantungan terhadap profil batimetri yang dilewati perairantersebut dan memberikan pengaruh yang signifikan terhadap distribusi ikanterumbu yang ada di dalam perairan Kepulauan Seribu.
Secara umum jenis ikan terumbu yang paling umum mendiami perairanKarang Lebar adalah ikan planktivora. Total biomassa ikan di daerah leewardlebih tinggi dibandingkan dengan daerah windward. Komunitas ikan terumbumenunjukkan nilai indeks keanekaragaman dan keseragaman tertinggi di Stasiun1 dan terendah di Stasiun 8, sedangkan nilai indeks dominansi tertinggi di Stasiun8 dan terendah di Stasiun 1. Hasil analisis koresponden menunjukkan bahwadinamika arus dan gelombang permukaan, khususnya dibangkitkan oleh angin,memengaruhi sebaran biomassa ikan terumbu khususnya di perairan terumbuyang terpapar (exposed) gelombang..
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkanatau menyebutkan sumbernya Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan,penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atautinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentinganyang wajar IPBDilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulisdalam bentuk apapun tanpa izin dari Institut Pertanian Bogor
PENGARUH GELOMBANG DAN ARUS PERMUKAAN LAUTYANG DIBANGKITKAN ANGIN TERHADAP
EKOSTRUKTUR IKAN TERUMBU DI KARANG LEBAR,KEPULAUAN SERIBU
MUCHAMAD GUFRON
SKRIPSISebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Ilmu Kelautan pada Departemen Ilmu dan Teknologi Kelautan
DEPARTEMEN ILMU DAN TEKNOLOGI KELAUTANFAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR2012
PENGARUH GELOMBANG DAN ARUS PERMUKAAN LAUTYANG DIBANGKITKAN ANGIN TERHADAP
EKOSTRUKTUR IKAN TERUMBU DI KARANG LEBAR,KEPULAUAN SERIBU
MUCHAMAD GUFRON
SKRIPSISebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Ilmu Kelautan pada Departemen Ilmu dan Teknologi Kelautan
DEPARTEMEN ILMU DAN TEKNOLOGI KELAUTANFAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR2012
PENGARUH GELOMBANG DAN ARUS PERMUKAAN LAUTYANG DIBANGKITKAN ANGIN TERHADAP
EKOSTRUKTUR IKAN TERUMBU DI KARANG LEBAR,KEPULAUAN SERIBU
MUCHAMAD GUFRON
SKRIPSISebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Ilmu Kelautan pada Departemen Ilmu dan Teknologi Kelautan
DEPARTEMEN ILMU DAN TEKNOLOGI KELAUTANFAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR2012
SKRIPSI
Judul Skripsi : Pengaruh Gelombang dan Arus Permukaan LautYang Dibangkitkan Angin Terhadap EkostrukturIkan Terumbu di Karang Lebar, Kepulauan Seribu
Nama Mahasiswa : Muchamad Gufron
Nomor Pokok : C54070049
Departemen : Ilmu dan Teknologi Kelautan
Menyetujui,
Dosen Pembimbing
Ketua Anggota
Dr. Ir. Nyoman Metta N. Natih, M.Si Adriani Sunuddin, S.Pi M.SiNIP. 1965 0614 1991031001 NIP. 1979 0206 2006042013
Mengetahui,
Ketua Departemen ITK
Prof. Dr. Ir. Setyo Budi Susilo, M.ScNIP. 19580909 198303 1 003
Tanggal Ujian: 1 Juni 2012
vii
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas semua rahmat dan
karunia yang telah diberikan-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
penyusunan skripsi berjudul “Pengaruh Gelombang Dan Arus Permukaan
Laut Yang Dibangkitkan Angin Terhadap Ekostruktur Ikan Terumbu Di
Karang Lebar, Kepulauan Seribu”. Penelitian ini merupakan tugas akhir
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar kesarjanaan di Departemen
Ilmu dan Teknologi Kelautan yaitu Sarjana Ilmu Kelautan.
Penulis menyadari banyak pihak yang telah membantu dalam penyusunan
skripsi ini. Ucapan terima kasih dengan tulus penulis sampaikan terutama:
1. Keluarga tercinta ayah, ibu, dan adik atas do’a, dukungan, motivasi, dan
pengertian kepada penulis.
2. Dr. Ir. Nyoman Metta N. Natih dan Adriani Sunuddin S.Pi, M.Si selaku dosen
pembimbing yang telah memberikan arahan dan bimbingan.
3. Dr. Ir. Vincentius P. Siregar, Fadhilah Rahmawati, dan Edy Setyawan selaku
sumber data pada penelitian ini.
4. Fisheries Diving Club (FDC-IPB) atas pendidikan dan pelatihan yang
diberikan, sehingga memberikan pengalaman yang berharga, khususnya diklat
26 dan 27 FDC sebagai teman seperjuangan secara fisik maupun mental.
5. Seluruh warga ITK terutama ITK angkatan 44 atas dukungan, dan
kebersamaannya.
6. Didit A. Saputra, Arief R., Rr. Niken Ambarsari dan Waode Khairunnisa yang
memberikan semangat, arahan, perhatian selama penulis menyelesaikan tugas
akhir skripsi.
Semoga hasil karya yang telah dilaksanakan oleh penulis dapat memberikan
manfaat bagi pengembangan pengetahuan di bidang perikanan dan ilmu kelautan.
Bogor, Agustus 2012
Penulis
viii
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR TABEL ................................................................................. x
DAFTAR GAMBAR ............................................................................. xi
DAFTAR LAMPIRAN .......................................................................... xii
1. PENDAHULUAN ............................................................................. 11.1 Latar Belakang ............................................................................. 11.2 Tujuan ......................................................................................... 2
2. TINJAUAN PUSTAKA .................................................................. 32.1 Kondisi Geografis dan Iklim di Kepulauan Seribu ..................... 32.2 Karakteristik dan Jenis Gelombang ............................................ 42.3 Karakteristik dan Jenis Arus Laut ............................................... 72.4 Ekosistem Terumbu Karang ........................................................ 8
2.4.1 Karang Terumbu .............................................................. 82.4.2 Ikan Terumbu .................................................................. 9
2.4.2.1 Distribusi Ikan Terumbu ........................................ 92.4.2.2 Stuktur Komunitas Ikan Terumbu .......................... 12
2.5 Uji Deskriptif Ekostruktur Ikan Terumbu dan Hidrodinamika .. 132.5.1 Koefisien Kesamaan (Index of Similatiry) ...................... 142.5.2 Analisis Pengelompokkan (Cluster Analysis) ................. 162.5.3 Analisis Koresponden (Correspondence Analysis) .......... 16
3. METODOLOGI PENELITIAN .................................................... 183.1 Waktu dan Lokasi Penelitian ...................................................... 183.2 Alat dan Set Data Penelitian ....................................................... 203.3 Metode Penelitian ........................................................................ 203.4 Analisis Data ............................................................................... 22
3.4.1 Komunitas Ikan Terumbu .................................................. 223.4.1.1 Kelimpahan Ikan .................................................. 223.4.1.2 Indeks Ekologi ..................................................... 22
3.4.1.3 Biomassa Ikan ...................................................... 233.4.2 Indeks Kesamaan (Index of Similarity) .............................. 24
4. HASIL DAN PEMBAHASAN ....................................................... 254.1 Karakteristik Arah dan Kecepatan Angin ................................... 254.2 Karakteristik Hidrodinamika ....................................................... 28
4.2.1 Kondisi Gelombang Permukaan Berdasarkan Frekuensi
ix
ix
dan Tinggi ......................................................................... 284.2.2 Keterkaitan antara Gelombang dengan Kecepatan Arus
Permukaan ........................................................................ 304.3 Ekostruktur Komunitas Ikan Terumbu ........................................ 33
4.3.1 Biodiversitas Ikan Terumbu ............................................. 334.3.2 Indeks Ekologi .................................................................. 39
4.4 Uji Deskriptif Ekostruktur Ikan Terumbu dan Hidrodinamikadi Perairan Karang Lebar ........................................................... 414.4.1 Pengelompokkan Komunitas Ikan Terumbu .................... 414.4.2 Keterkaitan antara Komunitas Ikan Terumbu dengan
Hidrodinamika Permukaan Laut ...................................... 49
9. Dendogram Pengelompokkan Berdasarkan Famili Ikan Terumbudi Perairan Karang Lebar .................................................................. 42
10. Dendogram Pengelompokkan Berdasarkan Lokasi PengamatanIkan Terumbu di Karang Lebar ......................................................... 47
11. Analisis Koresponden Hubungan antara Gelombang danArus Permukaan Terhadap Ikan Terumbu di Tiap Stasiun ................. 49
xii
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
1. Tabulasi Data Angin, Tinggi dan Periode Gelombangdi Teluk Jakarta .................................................................................. 57
2. Tabulasi Data Arus Permukaan Air Laut di PerairanKarang Lebar dan sekitarnya ............................................................... 66
3. Tabulasi Data Ikan Terumbu yang Teridentifikasidi Perairan Karang Lebar .................................................................... 67
4. Matriks Data Analisis Koresponden di Perairan Karang Lebar ......... 72
5. Hasil Keterkaitan Analisis Koresponden di Perairan Karang Lebar .... 73
1
1. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Keberadaan makhluk hidup dalam suatu ekosistem tidak terlepas dari proses
fisik yang berada di lingkungan sekitarnya untuk menunjang metabolisme atau
siklus hidup sehari-hari. Pada sistem perairan laut, faktor fisik yang
menghubungkan pola distribusi antar spesies dari pesisir hingga laut lepas adalah
salinitas, suhu dan pergerakan massa air (Fulton dan Bellwood 2005). Energi
gelombang dan arus merupakan faktor fisik yang penting pada ekosistem pesisir
maupun daerah yang dipengaruhi pasang surut.
Ekosistem terumbu karang merupakan perairan yang memiliki ciri khas
perairan dangkal dengan berbagai keanekaragaman hayati laut. Hal ini dibuktikan
dengan tingginya tingkat keanekaragaman hayati laut yang mendiami daerah
Angin memiliki pola pergerakan yang bervariasi sesuai dengan musim yang
berlangsung di suatu perairan akibat adanya perbedaan tekanan udara. Angin
musim yang terjadi di Indonesia dibagi menjadi tiga, yaitu: angin musim barat,
angin musim timur, dan musim peralihan. Angin merupakan salah satu bentuk
energi yang dapat membangkitkan gelombang dan arus permukaan di suatu
perairan. Gambar 3. menunjukkan pola pergerakan angin untuk periode bulan
Juni, berdasarkan data tiga tahun (2007-2009) yang diukur di Teluk Jakarta.
Pergerakan angin di perairan Karang Lebar, Teluk Jakarta selama tiga tahun
tiap bulan Juni yang ditunjukkan oleh Gambar 3. secara keseluruhan memberikan
pola pergerakan yang hampir sama, yaitu: bergerak dari arah timur,
mengindikasikan periode berlangsungnya musim timur (Wyrtki 1961). Kisaran
kecepatan angin selama tiga tahun sebesar 0,5-5,7 m/s. Tingkat distribusi
frekuensi kecepatan angin yang terjadi selama bulan Juni pada tahun 2007, 2008
dan 2009 memiliki nilai kisaran persentase penyebaran frekuensi yang berbeda-
beda. Persentase distribusi frekuensi kecepatan angin tahun 2007 yang terjadi di
perairan Teluk Jakarta, Jakarta Utara terbagi menjadi tiga kategori: 0,5-2,1 m/s
(33,3%); 2,1-3,6 m/s (37,8%) dan 3,6-5,7 m/s (28,9%). Kecepatan angin dominan
di perairan Teluk Jakarta pada bulan Juni 2007 adalah 2,1-3,6 m/s.
Sumber: Badan Meteorologi Klimatologi dan GeofisikaGambar 3. Pola Pergerakan Angin Bulan Juni Selama Tiga Tahun di Perairan Teluk Jakarta, Jakarta UtaraSumber: Badan Meteorologi Klimatologi dan GeofisikaGambar 3. Pola Pergerakan Angin Bulan Juni Selama Tiga Tahun di Perairan Teluk Jakarta, Jakarta UtaraSumber: Badan Meteorologi Klimatologi dan GeofisikaGambar 3. Pola Pergerakan Angin Bulan Juni Selama Tiga Tahun di Perairan Teluk Jakarta, Jakarta Utara
27
Tahun 2008 penyebaran frekuensi kecepatan angin yang terjadi di perairan
Teluk Jakarta, Jakarta Utara dapat dilihat berdasarkan persentase kecepatan angin
yang dibagi menjadi empat kategori: Tenang (4,4%); 0,5-2,1 m/s (33,3%); 2,1-3,6
m/s (53,3%) dan 3,6-5,7 m/s (8,9%). Dominan kecepatan angin di perairan Teluk
Jakarta, Jakarta Utara pada bulan Juni 2008 adalah 2,1-3,6 m/s diatas 50%.
Hanya pada tahun 2008 kecepatan angin yang terjadi di perairan Teluk Jakarta,
Jakarta Utara mengalami kondisi kecepatan angin yang tenang. Kondisi angin
pada tahun 2009 yang terjadi dibagi menjadi tiga kategori, yaitu: 0,5-2,1 m/s
(31,1%); 2,1-3,6 m/s (60,0%) dan 3,6-5,7 m/s (8,9%). Kecepatan angin di Teluk
Jakarta, yang dominan (60%) pada bulan Juni 2008 adalah 2,1-3,6 m/s.
Pada penelitian ini, kategori kecepatan angin dibagi menjadi empat
kelompok, yaitu (1) Tenang (0-<3,6 m/s); (2) Lambat (3,6-<5,7 m/s); (3) Cepat
(5,7-<11,1 m/s) dan (4) Sangat Cepat (≥ 11,1 m/s). Berdasarkan kategori tersebut,
kecepatan angin yang berhembus di perairan Teluk Jakarta tergolong angin yang
tenang hingga lambat, sehingga aman untuk melakukan aktifitas di perairan.
Berdasarkan skala Beaufort dengan dominan kecepatan angin 2,1-3,6 m/s mampu
membangkitkan gelombang air laut dengan tinggi gelombang mencapai 0,15 m.
Angin yang berhembus dengan kecepatan 2,1-3,6 m/s menghasilkan kondisi
perairan dengan skala gelombang kecil dan di puncak gelombang tidak terdapat
buih. Hal ini menunjukkan bahwa daerah perairan Teluk Jakarta dan sekitar
Kepulauan Seribu memiliki pola distribusi angin konstan dan tidak berbahaya
untuk aktifitas masyarakat pesisir, bahkan tidak merusak ekosistem yang berada
di perairan dangkal.
28
4.2 Karakteristik Hidrodinamika
4.2.1 Kondisi Gelombang Permukaan berdasarkan Frekuensi danTinggi
Angin merupakan pembangkit gelombang permukaan air laut yang efektif,
sehingga dalam menentukan dinamika gelombang air laut erat kaitannya dengan
karakteristik angin yang berhembus di perairan tersebut. Kondisi gelombang laut
dangkal pada daerah penelitian ini di gambarkan secara umum yang diperoleh dari
data Badan Meterologi Klimatologi dan Geofisika Maritim di Teluk Jakarta. Data
mengenai kondisi hidrodinamika gelombang ditunjukkan oleh Gambar 4.
Gambar 4. Dinamika Gelombang Permukaan Tiap Bulan Juni PadaTahun 2007, 2008 dan 2009 di Teluk Jakarta, Jakarta Utara.
28
4.2 Karakteristik Hidrodinamika
4.2.1 Kondisi Gelombang Permukaan berdasarkan Frekuensi danTinggi
Angin merupakan pembangkit gelombang permukaan air laut yang efektif,
sehingga dalam menentukan dinamika gelombang air laut erat kaitannya dengan
karakteristik angin yang berhembus di perairan tersebut. Kondisi gelombang laut
dangkal pada daerah penelitian ini di gambarkan secara umum yang diperoleh dari
data Badan Meterologi Klimatologi dan Geofisika Maritim di Teluk Jakarta. Data
mengenai kondisi hidrodinamika gelombang ditunjukkan oleh Gambar 4.
Gambar 4. Dinamika Gelombang Permukaan Tiap Bulan Juni PadaTahun 2007, 2008 dan 2009 di Teluk Jakarta, Jakarta Utara.
28
4.2 Karakteristik Hidrodinamika
4.2.1 Kondisi Gelombang Permukaan berdasarkan Frekuensi danTinggi
Angin merupakan pembangkit gelombang permukaan air laut yang efektif,
sehingga dalam menentukan dinamika gelombang air laut erat kaitannya dengan
karakteristik angin yang berhembus di perairan tersebut. Kondisi gelombang laut
dangkal pada daerah penelitian ini di gambarkan secara umum yang diperoleh dari
data Badan Meterologi Klimatologi dan Geofisika Maritim di Teluk Jakarta. Data
mengenai kondisi hidrodinamika gelombang ditunjukkan oleh Gambar 4.
Gambar 4. Dinamika Gelombang Permukaan Tiap Bulan Juni PadaTahun 2007, 2008 dan 2009 di Teluk Jakarta, Jakarta Utara.
29
Dinamika gelombang yang ditunjukkan oleh Gambar 4. secara umum
memberikan interpretasi yang jelas di Perairan Teluk Jakarta tiap bulan Juni
selama tiga tahun (2007-2009) dengan menampilkan karakteristik ketinggian
signifikan gelombang (H) dan frekuensi (f) gelombang air laut yang bergerak di
perairan Teluk Jakarta. Pada umumnya dari hasil yang ditunjukkan pada Gambar
4. secara keseluruhan memiliki karakteristik pergerakan gelombang menuju timur
dan tinggi gelombang rata-rata per tahun dibawah satu meter dengan frekuensi
gelombang tidak melebihi 0,26 Hz.
Kondisi gelombang permukaan pada bulan Juni 2007 yang dibangkitkan
oleh angin bergerak menuju timur dengan ketinggian gelombang rataaan
mencapai 0,47 meter. Frekuensi gelombang yang terjadi pada bulan Juni 2007
berada pada kisaran 0,2-0,25 Hz. Kondisi gelombang muka air laut pada bulan
Juni 2008 memiliki arah pergerakan gelombang menuju timur dengan ketinggian
maksimal hingga 0,8 meter dan rataan ketinggian gelombang muka air laut
tersebut adalah 0,56 meter. Frekuensi gelombang yang berlangsung pada bulan
Juni 2008 terlihat fluktuatif dan tak ada perubahan signifikan, sekitar 0,21-0,25
Hz. Gelombang permukaan bulan Juni 2009 memiliki arah dominan menuju
timur dengan ketinggian maksimal 0,9 meter (rata-rata 0,4 meter) dengan
frekuensi gelombang 0,21-0,26 Hz.
Energi gelombang yang terjadi di perairan Teluk Jakarta dan sekitarnya
dapat dilihat dari parameter hasil tinggi dan frekuensi gelombang. Perubahan
signifikan parameter frekuensi gelombang laut diakibatkan adanya profil
kecepatan angin yang berhembus di permukaan air laut sehingga memberikan
pengaruh terhadap panjang dan tinggi gelombang di perairan Teluk Jakarta.
30
Secara umum hasil dinamika gelombang selama tiga tahun yang ditunjukkan pada
Gambar 4. terlihat bahwa frekuensi gelombang pada tiap harinya berbanding
terbalik terhadap tinggi gelombang permukaan laut. Pada saat frekuensi rendah,
tinggi gelombang permukaan mengalami peningkatan. Begitupun sebaliknya,
pada saat frekuensi gelombang meningkat, tinggi gelombang permukaan pun
mengalami penurunan. Hal ini menunjukkan bahwa frekuensi memberikan
pengaruh terhadap penjalaran gelombang permukaan untuk mengalami perubahan
tinggi gelombang.
Menurut Komar (1976) mekanisme transfer energi yang terjadi terdiri dari
dua bentuk, yaitu: Pertama, akibat adanya variasi tekanan angin pada permukaan
air yang diikuti oleh pergerakan gelombang dan Kedua, transfer momentum dan
energi dari gelombang frekuensi tinggi ke gelombang frekuensi rendah (periode
tinggi dan panjang gelombang besar). Namun, pada kondisi tertentu tahun 2007
dan 2009 hubungan antara frekuensi dengan tinggi gelombang mengalami kondisi
yang sama. Pada saat frekuensi meningkat, kondisi tinggi gelombang mengalami
peningkatan, begitupun sebaliknya. Hal ini diakibatkan oleh kecepatan angin
yang berlawanan arah dengan kecepatan gelombang yang lebih tinggi
dibandingkan 2008 berdasarkan distribusi frekuensi kecepatan angin. Faktor lain
yang dapat mempengaruhi fenomena terjadinya karakteristik hubungan yang
berbanding lurus antara frekuensi dengan tinggi gelombang pada kondisi tertentu
di Teluk Jakarta adalah kondisi pasang-surut, kedalaman dan viskositas perairan.
4.2.2 Keterkaitan Antara Gelombang dengan Kecepatan Arus Permukaan
Secara keseluruhan kondisi arus permukaan air laut pada penelitian ini
diukur secara in situ. Pada Gambar 5. ditampilkan hubungan kecepatan arus
31
permukaan yang diukur secara in situ dan tinggi gelombang rataan yang di ukur
oleh BMKG di Teluk Jakarta secara in situ.
Gambar 5. Karakteristik Hubungan Arus dan Tinggi Gelombang PermukaanAir Laut Musim Timur di Kepulauan Seribu
Data kecepatan arus dan tinggi gelombang yang terlihat pada Gambar 5
berasal dari kumpulan data perwakilan titik pengamatan tiap tahunnya yang
diasumsikan bahwa daerah tersebut secara umum memberikan kondisi yang sama
dengan kondisi di lokasi penelitian ini. Berdasarkan hasil wawancara dengan
Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika bahwasannya kondisi angin dan
gelombang masih memberikan pengaruh di lingkungan sekitar hingga radius 30
mil. Data kecepatan arus pada tahun 2008 diperoleh sesuai dengan titik
pengamatan ikan dan sekaligus sebagai kalibrasi atau pembanding dengan tahun
lainnya.
Hasil yang ditunjukkan pada Gambar 5. terlihat bahwa kecepatan arus dan
rataan tinggi gelombang tahunan tertinggi terjadi pada tahun 2008. Kecepatan
arus yang terjadi di Kepulauan Seribu berada pada kisaran 0,05-0,25 m/s dan
31
permukaan yang diukur secara in situ dan tinggi gelombang rataan yang di ukur
oleh BMKG di Teluk Jakarta secara in situ.
Gambar 5. Karakteristik Hubungan Arus dan Tinggi Gelombang PermukaanAir Laut Musim Timur di Kepulauan Seribu
Data kecepatan arus dan tinggi gelombang yang terlihat pada Gambar 5
berasal dari kumpulan data perwakilan titik pengamatan tiap tahunnya yang
diasumsikan bahwa daerah tersebut secara umum memberikan kondisi yang sama
dengan kondisi di lokasi penelitian ini. Berdasarkan hasil wawancara dengan
Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika bahwasannya kondisi angin dan
gelombang masih memberikan pengaruh di lingkungan sekitar hingga radius 30
mil. Data kecepatan arus pada tahun 2008 diperoleh sesuai dengan titik
pengamatan ikan dan sekaligus sebagai kalibrasi atau pembanding dengan tahun
lainnya.
Hasil yang ditunjukkan pada Gambar 5. terlihat bahwa kecepatan arus dan
rataan tinggi gelombang tahunan tertinggi terjadi pada tahun 2008. Kecepatan
arus yang terjadi di Kepulauan Seribu berada pada kisaran 0,05-0,25 m/s dan
31
permukaan yang diukur secara in situ dan tinggi gelombang rataan yang di ukur
oleh BMKG di Teluk Jakarta secara in situ.
Gambar 5. Karakteristik Hubungan Arus dan Tinggi Gelombang PermukaanAir Laut Musim Timur di Kepulauan Seribu
Data kecepatan arus dan tinggi gelombang yang terlihat pada Gambar 5
berasal dari kumpulan data perwakilan titik pengamatan tiap tahunnya yang
diasumsikan bahwa daerah tersebut secara umum memberikan kondisi yang sama
dengan kondisi di lokasi penelitian ini. Berdasarkan hasil wawancara dengan
Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika bahwasannya kondisi angin dan
gelombang masih memberikan pengaruh di lingkungan sekitar hingga radius 30
mil. Data kecepatan arus pada tahun 2008 diperoleh sesuai dengan titik
pengamatan ikan dan sekaligus sebagai kalibrasi atau pembanding dengan tahun
lainnya.
Hasil yang ditunjukkan pada Gambar 5. terlihat bahwa kecepatan arus dan
rataan tinggi gelombang tahunan tertinggi terjadi pada tahun 2008. Kecepatan
arus yang terjadi di Kepulauan Seribu berada pada kisaran 0,05-0,25 m/s dan
32
rataan tinggi gelombang tahunan pada kisaran 0,1-0,28 m. Menurut Sachoemar
(2008) kondisi kecepatan arus pada daerah Kepulauan Seribu sebesar 5-49
cm/detik ketika posisi pasang purnama dan mencapai 4-38 cm/detik ketika posisi
pasang perbani dan pada saat terjadi musim timur, tinggi gelombang air laut
mencapai 0,5-1 meter dan tinggi gelombang pada musim barat mencapai 2-3
meter. Hal ini membuktikan bahwa kondisi kecepatan arus dan tinggi gelombang
selama tiga tahun di perairan Kepulauan Seribu tergolong stabil.
Hasil yang ditampilkan pada Gambar 5. menjelaskan bahwa pengaruh
angin yang berhembus pada permukaan air laut sangat kecil terhadap arah,
kecepatan arus dan tinggi gelombang permukaan yang terjadi pada tiap titik
penelitian. Pada perbedaan arah angin yang ditampilkan pada Gambar 3.
menunjukkan angin bergerak menuju barat dan arah gerak arus serta gelombang
menuju ke arah timur sampai tenggara. Pergerakan angin mengalami peredaman
oleh adanya gugusan pulau-pulau maupun daratan Pulau Jawa sehingga angin
tidak memiliki kekuatan untuk mendominasi pergerakan gelombang dan pengaruh
densitas memberikan kontribusi yang nyata terhadap arah arus dan gelombang.
Pola gelombang yang dilihat secara tahunan, memberikan gambaran kondisi
gelombang yang mempengaruhi perairan Karang Lebar secara horizontal. Namun
apabila dilihat secara vertikal, kondisi umum ini akan mengalami peningkatan
tinggi gelombang seiring dengan berkurangnya kedalaman suatu perairan,
terutama di tiap titik lokasi penelitian. Kecepatan arus yang melintasi beberapa
titik pengamatan mengalami peningkatan kecepatan berdasarkan pergerakan
massa air ke arah perairan yang dangkal atau menuju tubir, seperti: APL 2007, St
2, St 6, St 3 dan St4. Sehingga hasil interaksi antara tinggi gelombang dan arus
33
permukaan air laut yang melewati daerah terumbu karang atau perairan dangkal
memberikan pengaruh kontribusi yang besar dalam hal pola distribusi biotik yang
terkandung di dalam perairan Kepulauan Seribu, khususnya Karang Lebar.
4.3 Ekostruktur Komunitas Ikan Terumbu
4.3.1 Biodiversitas Ikan Terumbu
Ikan terumbu yang teridentifikasi di perairan Karang Lebar selama
penelitian terdiri atas 110 spesies dari 25 famili (Lampiran 3.). Berdasarkan
pengambilan data komunitas ikan terumbu pada sembilan titik penyelaman di
Karang Lebar. Komposisi spesies yang umum ditemukan berasal dari Famili
Pomacentridae, Labridae, Chaetodontidae, Caesionidae, Serranidae dan Scaridae
(Gambar 6.). Menurut Adrim (1993) berdasarkan kelompok fungsionalnya, ikan
terumbu dibagi menjadi tiga kelompok, yaitu: (1) Ikan Target merupakan ikan
ekonomis penting dan ditangkap untuk konsumsi,contohnya: Famili
koralivora (47.116 ind/ha), karnivora (140.788 Kg/ha), dan detritivora (11.160
Kg/ha).
Kondisi gelombang dan arus yang bergerak di perairan Karang Lebar
memiliki ketergantungan terhadap profil batimetri yang dilewati perairan tersebut.
Menurut Fulton dan Bellwood (2005) kecepatan arus dan tinggi gelombang akan
mengalami peningkatan ketika pergerakan air dari profil batimetri yang dalam
menuju dangkal atau tubir dan mengalami penurunan kecepatan arus dan tinggi
gelombang ketika melewati daerah dangkal menuju goba. Pengaruh gelombang
dan arus yang terjadi pada penelitian ini di perairan Karang Lebar mencapai
kedalaman hingga 3 meter, sehingga ikan terumbu yang diamati mendapatkan
pengaruh langsung dari arus dan gelombang di perairan Karang Lebar.
Profil gelombang dan arus yang bergerak ke arah Timur hingga Tenggara di
perairan Karang Lebar yang ditunjukkan oleh Gambar 7. memberikan pengaruh
nyata terhadap jejaring makanan ikan terumbu di Karang Lebar. Kecepatan arus
yang berkisar antara 0,05-0,25 m/s memberikan pengaruh terhadap karakteristik
gerak renang ikan terumbu yang berbeda di tiap lapisan perairan, sehingga
mempengaruhi pola makanan pada ikan terumbu tersebut.
Di lapisan kolom perairan Karang Lebar, khususnya pada penelitian ini
kedalaman perairan sejauh 5 m memiliki ikan terumbu yang dominan menempati
daerah kolom perairan adalah ikan yang menggunakan sirip pektoral dan
gabungan sirip pektoral-kaudal, sedangkan daerah lapisan substrat ikan terumbu
39
yang dominan adalah ikan yang menggunakan sirip kaudal (Fulton dan Bellwood
2005). Ikan terumbu yang menggunakan sirip pektoral dan pektoral-kaudalnya
dalam mencari makanan adalah Famili Acanthuridae, Chaetodontidae, Scaridae,
Labridae dan Pomacentridae, terutama ikan terumbu yang memangsa plankton.
Ikan terumbu yang menggunakan sirip kaudal biasanya mencari makanan di
substrat perairan, seperti ikan Famili Serranidae, Haemulidae, Caesionidae dan
Lutjanidae. Pada umumnya jejaring makanan ikan terumbu yang menggunakan
sirip kaudal bersifat karnivora dan planktivora.
4.3.2 Indeks Ekologi
Struktu komunitas ikan terumbu di suatu kawasan dapat ditketahui dengan
memperhatikan indeks keanekaragaman (H’), keseragaman (E) dan dominansi
(C). HIstogram indeks keanekaragaman (H’), keseragaman (E) dan dominansi
(C) untuk komunitas ikan yang terdata disajikan pada Gambar 8.
Indeks keanekaragaman (H’) komunitas ikan berkisar 2,59 sampai 4,30.
Nilai H’ yang tertinggi ditemukan di Stasiun 1 dan terendah terdapat di Stasiun 8.
Tingginya tingkat keanekaragaman Stasiun 1 diduga dipengaruhi topografi yang
berbentuk tubir sehingga kondisi gelombang serta arus yang melewati Stasiun 1
membawa unsur hara dan plankton yang dibutuhkan ikan terumbu di perairan
dangkal dan Stasiun 1 merupakan daerah yang terpapar langsung oleh hembusan
angin pada bulan Juni. Rendahnya nilai H’ Stasiun 8 dikarenakan kondisi
topografinya terletak didaerah yang menuju laut dalam, sehingga gelombang dan
arus yang melewati perairan tersebut relatif sedikit membawa unsur hara dan
plankton dibandingkan stasiun penelitian lainnya.
40
Gambar 8. Indeks Keanekaragaman (H’), Keseragaman (E) dan Dominansi (C)di Karang Lebar
Hasil analisis terhadap indeks keseragaman di seluruh lokasi penelitian
menunjukkan kisaran nilai antara 0,69 sampai 1,01. Nilai tertinggi indeks
keseragaman ditemukan di Stasiun 1 dan nilai terendah ditemukan di Stasiun 8.
Pada umumnya nilai indeks keseragaman memiliki korelasi positif terhadap
indeks keanekaragaman. Hal ini dikarenakan semakin tinggi/rendah
keanekaragaman, maka keseragaman spesies ikan dari kemerataan jumlah
individu semakin tinggi/rendah.
Hasil analisis terhadap indeks dominansi di seluruh lokasi penelitian
menunjukkan kisaran nilai antara 0,02 sampai 0,13. Nilai tertinggi indeks
dominansi ditemukan di Stasiun 8 sedangkan nilai terendah ditemukan di Stasiun
1. Nilai indeks dominansi memiliki hubungan yang berbanding terbalik dengan
nilai indek keanekaragaman dan keseragaman. Hal ini diakibatkan spesies yang
berada di Staiun 8 tergolong homogen dan tidak merata dari segi jumlah spesies
sehingga mendominansi habitat tersebut.
40
Gambar 8. Indeks Keanekaragaman (H’), Keseragaman (E) dan Dominansi (C)di Karang Lebar
Hasil analisis terhadap indeks keseragaman di seluruh lokasi penelitian
menunjukkan kisaran nilai antara 0,69 sampai 1,01. Nilai tertinggi indeks
keseragaman ditemukan di Stasiun 1 dan nilai terendah ditemukan di Stasiun 8.
Pada umumnya nilai indeks keseragaman memiliki korelasi positif terhadap
indeks keanekaragaman. Hal ini dikarenakan semakin tinggi/rendah
keanekaragaman, maka keseragaman spesies ikan dari kemerataan jumlah
individu semakin tinggi/rendah.
Hasil analisis terhadap indeks dominansi di seluruh lokasi penelitian
menunjukkan kisaran nilai antara 0,02 sampai 0,13. Nilai tertinggi indeks
dominansi ditemukan di Stasiun 8 sedangkan nilai terendah ditemukan di Stasiun
1. Nilai indeks dominansi memiliki hubungan yang berbanding terbalik dengan
nilai indek keanekaragaman dan keseragaman. Hal ini diakibatkan spesies yang
berada di Staiun 8 tergolong homogen dan tidak merata dari segi jumlah spesies
sehingga mendominansi habitat tersebut.
40
Gambar 8. Indeks Keanekaragaman (H’), Keseragaman (E) dan Dominansi (C)di Karang Lebar
Hasil analisis terhadap indeks keseragaman di seluruh lokasi penelitian
menunjukkan kisaran nilai antara 0,69 sampai 1,01. Nilai tertinggi indeks
keseragaman ditemukan di Stasiun 1 dan nilai terendah ditemukan di Stasiun 8.
Pada umumnya nilai indeks keseragaman memiliki korelasi positif terhadap
indeks keanekaragaman. Hal ini dikarenakan semakin tinggi/rendah
keanekaragaman, maka keseragaman spesies ikan dari kemerataan jumlah
individu semakin tinggi/rendah.
Hasil analisis terhadap indeks dominansi di seluruh lokasi penelitian
menunjukkan kisaran nilai antara 0,02 sampai 0,13. Nilai tertinggi indeks
dominansi ditemukan di Stasiun 8 sedangkan nilai terendah ditemukan di Stasiun
1. Nilai indeks dominansi memiliki hubungan yang berbanding terbalik dengan
nilai indek keanekaragaman dan keseragaman. Hal ini diakibatkan spesies yang
berada di Staiun 8 tergolong homogen dan tidak merata dari segi jumlah spesies
sehingga mendominansi habitat tersebut.
41
4.4 Uji Statistik Deskriptif Ekostruktur Ikan Terumbu dan HidrodinamikaPermukaan di Perairan Karang Lebar
Pengujian yang dilakukan untuk mengetahui keterkaitan kondisi pergerakan
massa air yang dikaitkan dengan ikan terumbu di Karang Lebar menggunakan
beberapa pendekatan metode deskriptif, antara lain: indeks Kesamaan Bray-Curtis
serta Cluster Analysis dan Analisis Koresponden (Correspondence Analysis).
4.4.1 Pengelompokkan Komunitas Ikan Terumbu
Karakteristik yang menjabarkan ekostruktur ikan terumbu di perairan
Karang Lebar dapat dilihat dari dua aspek, yaitu: aspek lokasi penelitian dan
aspek famili ikan yang ada di dalam perairan tersebut. Karakteristik kesamaan
berdasarkan famili ditunjukkan pada Gambar 9., sedangkan karakteristik
kesamaan berdasarkan lokasi penelitian ditunjukkan pada Gambar 10.
Hasil analisis koefisien kesamaan Bray-Curtis dan kluster pada grafik
dendogram dengan pemotongan skala 0,51 yang menghasilkan 10 kelompok
famili yang dihasilkan oleh analisis perhitungan indeks Bray-Curtis di Sub Bab
3.4.2 yang menghasilkan memiliki kesamaan karakteristik pada Gambar 9.
a. Kelompok Ikan Terumbu 1
Famili ikan yang termasuk ke dalam kelompok ini adalah Holocentridae.
Genus ikan yang termasuk Famili Holocentridae adalah Sargocentron dan
Myripristis.
b. Kelompok Ikan Terumbu 2
Famili ikan yang termasuk ke dalam kelompok ini adalah Famili
Synodontidae. Genus ikan yang termasuk Famili Synodontidae adalah Synodus.
Gambar 9. Dendogram Pengelompokkan Berdasarkan Famili Ikan Terumbu di Perairan Karang LebarGambar 9. Dendogram Pengelompokkan Berdasarkan Famili Ikan Terumbu di Perairan Karang LebarGambar 9. Dendogram Pengelompokkan Berdasarkan Famili Ikan Terumbu di Perairan Karang Lebar
43
c. Kelompok Ikan Terumbu 3
Famili ikan yang termasuk ke dalam kelompok ini adalah Monacanthidae
dan Siganidae. Genus ikan terumbu pada Famili Monacanthidae adalah
Acreichtys dan Famili Siganidae adalah Siganus.
d. Kelompok Ikan Terumbu 4
Famili ikan yang termasuk ke dalam kelompok ini adalah Pomacanthidae,
Scaridae dan Pomacanthidae didasari oleh kelimpahan spesies pada famili
tersebut yang tersensus di masing-masing stasiun di Karang Lebar. Famili ikan
terumbu yang tergabung pada Kelompok 7, berdasarkan jejaring makanannya
tergolong sebagai pemangsa atau karnivora. Pengelompokkan famili ikan untuk
Kelompok 5, 9 dan 10 secara umum tergolong ikan pemakan invertebrata bentik,
planktivora dan detritivora
Hasil perhitungan indeks kesamaan Bray-Curtis secara pengelompokkan
berdasarkan lokasi pengamatan didapatkan skala pemotongan dendogram sebesar
0,81 yang ditampilkan pada Gambar 10, sehingga hanya stasiun 7 yang tidak
46
memiliki kesamaan karakteristik komunitas ikan terumbu. Parameter yang
dianalisis untuk menakar kesamaan komunitas ikan terumbu antar lokasi ini
berupa kelimpahan ikan terumbu yang dipengaruhi oleh kondisi gerak massa air
di Karang Lebar. Hasil dendogram yang ditunjukkan berdasarkan nilai indeks
kesamaan Bray-Curtis pada Gambar 10. memiliki beberapa kelompok yang
memiliki kesamaan.
Kelompok 1 merupakan kelompok yang memiliki nilai indeks kesamaan
yang tinggi pada Stasiun 2 dan 9, kelompok 2 memiliki nilai indeks kesamaan di
daerah stasiun 4 serta Stasiun 1, nilai indeks kesamaan kelompok 3 pada Stasiun 3
dan Stasiun 6. Stasiun 5 dan 8 memiliki kesamaan karakteristik dengan stasiun
lain yang relatif kecil sehingga hampir mendekati skala pemotongan Bray-Curtis.
Secara umum keterkaitan yang terjadi di tiap stasiun pada perairan Karang Lebar
berdasarkan parameter massa gerak air yang merambat di perairan dangkal dan
mempengaruhi habitat komunitas ikan terumbu yang secara langsung memberikan
pengaruh terhadap ekostruktur famili ikan yang ditemukan di perairan Karang
Lebar. Pada Tabel 5. menunjukkan kondisi perairan dangkal yang mendapatkan
pengaruh langsung dari pergerakan massa air (gelombang dan arus permukaan),
khususnya ekosistem terumbu karang.
Karakteristik nilai indeks kesamaan pada kelompok 1 erat kaitannya dengan
kondisi batimetri perairan yang memiliki karakteristik pergerakan massa air
menuju ke daerah perairan yang dalam, karakteristik batimetri pada kelompok 2
hampir sama dengan kelompok 1, tetapi pada Stasiun 4 topografi batimetri yang
dapat merubah energi pergerakan massa air berada di daerah tubir dan Stasiun 1
menuju laut lepas sehingga distribusi plankton, larva dan lainnya berkurang.
Gambar 10. Dendogram Pengelompokkan Lokasi Berdasarkan Tingkat Spesies Pengamatan Ikan Terumbudi Perairan Karang Lebar, Jakarta Utara
Gambar 10. Dendogram Pengelompokkan Lokasi Berdasarkan Tingkat Spesies Pengamatan Ikan Terumbudi Perairan Karang Lebar, Jakarta Utara
Gambar 10. Dendogram Pengelompokkan Lokasi Berdasarkan Tingkat Spesies Pengamatan Ikan Terumbudi Perairan Karang Lebar, Jakarta Utara
48
Kesamaan karakter pada kelompok 3 ini dapat dilihat pula berdasarkan ikan
terumbu yang ditemukan. Karakteristik kelompok 1 memiliki hubungan
kesamaan dengan kelompok 2, melihat dari kondisi batimetri pada kedua
kelompok tersebut yaitu topografi batimetri yang dilalui gelombang dan arus
timur bergerak di kondisi perairan tubir yang ke arah perairan dalam, sehingga
ikan yang ditemukan relatif kecil dari segi kelimpahan.
Tabel 5. Kondisi Habitat Ikan Terumbu di Karang LebarStasiun Kondisi Ekosistem
1 Substrat pasir yang di penuhi patahan karang, penutupan karang kerastermasuk kategori buruk, dihuni oleh makro benthik dan karang lunak,makro alga mendominasi, kompetisi ruang antara karang keras dan alga
2 Substrat pasir yang di penuhi patahan karang, penutupan karang kerastermasuk kategori sedang, dihuni oleh karang lunak dan bentik terumbulainnya, terjadi kompetisi ruang antara karang keras dan alga
3 Substrat pasir yang di penuhi patahan karang, penutupan karang kerastermasuk kategori baik, dihuni oleh karang lunak dan bentik terumbulainnya, adanya makro alga yang secara berkala akan mengalamikompetisi ruang
4 Substrat pasir yang di penuhi patahan karang, penutupan karang kerastermasuk kategori sedang, berpotensi terjadinya kompetisi ruang antarakarang keras dan alga
5 Substrat bebatuan dan pasir ditutupi patahan karang, penutupan karangkeras termasuk kategori sedang, makro alga mendominasi serta dihunioleh karang lunak dan bentik terumbu lainnya, berpotensi terjadinyakompetisi ruang antara karang keras dan alga
6 Substrat bebatuan dan pasir ditutupi patahan karang, penutupan karangkeras termasuk kategori sedang, makro alga mendominasi serta dihunioleh karang lunak dan bentik terumbu lainnya, berpotensi terjadinyakompetisi ruang antara karang keras dan alga
7 Substrat bebatuan dan pasir ditutupi patahan karang, penutupan karangkeras termasuk kategori sangat buruk, makro alga mendominasi sertadihuni oleh bentik terumbu lainnya, akibat kompetisi ruang
8 Substrat pasir yang di penuhi patahan karang, penutupan karang kerastermasuk kategori sedang, dihuni oleh karang lunak dan bentik terumbulainnya, terjadi kompetisi ruang antara karang keras dan alga
9 Substrat bebatuan dan pasir yang ditutupi patahan karang, penutupankarang keras termasuk kategori sedang, berpotensi terjadinya kompetisiruang antara karang keras dan alga
49
4.4.2 Keterkaitan antara Komunitas Ikan Terumbu dengan HidrodinamikaPermukaan Laut
Hasil analisis koresponden (Correspondence Analysis) mengenai kondisi
ekostruktur ikan terumbu yang dipengaruhi pergerakan massa air berupa
gelombang dan arus permukaan di perairan Karang Lebar yang ditampilkan pada
Gambar 11.
Gambar 11. Analisis Koresponden Hubungan antara Gelombang danArus Permukaan Terhadap Ikan Terumbu di Tiap Stasiun
Hasil analisis koresponden yang ditampilkan Gambar 11. menunjukkan
bahwa hubungan pergerakan massa air dan indeks ekologi ikan terumbu terpusat
pada dimensi 1 dan 2. Akar ciri (eigenvalue) dan ragam masing-masing sumbu
adalah 0,00211 (72,69%) dan 0,00070 (23,91%) dengan informasi maksimum dari
kedua dimensi tersebut sebesar 96,61%. Berdasarkan besarnya akar ciri dan
ragam yang berada pada dimensi 1, kondisi keterkaitan antar parameter terhadap
stasiun penelitian dapat dikaji berdasarkan sumbu x/zonal dan melihat hasil
perhitungan analisis korespondensi Cos2 dimensi 1 yang berada di Lampiran 5..
50
Hal tersebut menunjukkan bahwa pada dimensi 1 dapat menggambarkan tingkat
keterkaitan yang erat antar parameter dalam hal memberikan kontribusi
penyebaran ikan terumbu di tiap stasiunnya.
Berdasarkan analisis korespondensi pada dimensi 1, parameter arus,
gelombang, keanekaragaman, keseragaman, dan biomassa memberikan kontribusi
yang lebih kuat di Stasiun 1, 4, 5, dan 7 dibandingkan Stasiun 2, 3, 6, 8, dan 9.
Kesamaan karakter kondisi arus dan gelombang di Stasiun 1, 4, 5, dan 7
menggambarkan kondisi habitat (bentik terumbu) dengan kategori sedang sampai
sangat buruk, sehingga secara umum mampu mengubah struktur penyebaran
biomassa ikan terumbu yang berada di Stasiun 1, 4, 5, dan 7 lebih rendah
dibandingkan Stasiun 2, 3, 6, 8, dan 9. Secara umum nilai keanekaragaman dan
keseragaman di Stasiun 1, 4, 5, dan 7 lebih besar dibandingkan Stasiun 2, 3, 6, 8,
dan 9. Parameter kelimpahan dan kekayaan jenis pada dimensi 1 memberikan
kontribusi yang lebih kuat di Stasiun 2, 3, 6, 8, dan 9 dibandingkan Stasiun 1, 4, 5,
dan 7. Kondisi habitat (bentik terumbu) di Stasiun 2, 3, 6, 8, dan 9 tergolong
sedang sampai baik, sehingga kelimpahan dan kekayaan jenis ikan terumbu yang
ada lebih tinggi dengan kondisi arus dan gelombang yang dominan terpapar oleh
angin dibandingkan Stasiun 1, 4, 5, dan 7.
Secara keseluruhan parameter yang ada, baik parameter hidrodinamika
maupun biodiversitas terhadap penyebaran ikan terumbu yang berada di tiap
stasiun penelitian memiliki keterkaitan yang erat. Sehingga dengan melihat
kondisi arus dan gelombang yang melewati perairan Karang Lebar para nelayan,
peneliti maupun wisatawan dapat memanfaatkan komunitas ikan terumbu secara
efektif dan selektifdari segi fungsional (ekologi maupun ekonomis).
51
5. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
Dinamika angin bulan Juni yang mempengaruhi perairan Kepulauan Seribu
memiliki karakteristik yang tergolong tenang dengan arah dominan menuju barat.
Pergerakan massa air permukaan di Kepulauan Seribu baik gelombang maupun
arus permukaan, menunjukkan arah yang berlawanan dengan angin, yaitu menuju
timur. Kondisi kecepatan angin yang tergolong lemah untuk membangkitkan
gelombang, perbedaan tekanan udara, viskositas dan cakupan wilayah sapuan
angin yang sempit menjadi beberapa faktor yang mengurangi kontribusi angin
permukaan untuk membangkitkan gelombang dan arus di perairan Karang Lebar,
Kepulauan Seribu.
Gelombang dan arus yang bergerak di perairan Karang Lebar memiliki
ketergantungan terhadap profil batimetri yang dilewatnya. Kecepatan arus dan
tinggi gelombang akan mengalami peningkatan ketika pergerakan air melintasi
profil batimetri dari yang lebih dalam menuju perairan dangkal dan mengalami
penurunan kecepatan arus dan tinggi gelombang ketika melewati daerah dangkal
menuju goba. Profil gelombang dan arus yang bergerak ke arah Timur hingga
Tenggara di perairan Karang Lebar memberikan pengaruh nyata terhadap
ekostruktur ikan terumbu di Karang Lebar. Hal tersebut terutama teramati untuk
ikan terumbu yang memangsa plankton sebagai kebutuhan makanannya
(planktivora), karena plankton memiliki sifat pergerakan yang dipengaruhi pola
arus dan gelombang, seperti beberapa ikan dari Famili Pomacentridae dan
Labridae.
52
5.2. Saran
Perlu diketahui kondisi dinamika permukaan laut pada musim yang berbeda
dan pengaruhnya terhadap komunitas ikan terumbu. Proses pengambilan data
angin, gelombang dan arus dapat dilakukan secara in situ untuk mengevaluasi
pengaruh hidrodinamika permukaan secara langsung terhadap ekostruktur ikan
terumbu.
53
DAFTAR PUSTAKA
Adrim, M. 1993. Metodologi penelitian ikan-ikan karang. Dalam: Materi KursusPenelitian Penentuan Kondisi Terumbu Karang. Pusat Penelitian danPengembangan Oseanologi-LIPI. Jakarta. Indonesia.
Adrim M., M. Hutomo, & S.R. Suharti. 1991. Chaetodontid fish communitystructure and its relation to reef degradation at the Seribu Islands reefs,Indonesia. Proceedings of the regional symposium on living resources incoastal areas: 163–174.
Allen, G. R dan R.C. Steene. 1987. Reefs Fish on The Indian Ocean. T. F. H.Publications Inc.. New Jersey.
Bengen, D. G. 2000. Teknik Pengambilan Contoh dan Analisis Data BiofisikSumberdaya Pesisir. Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Bird, F. C. E. 1984. Coast: An Introduction to Coastal Gemorfology, third edition.Basil Blackwell Inc. New York.
BPLHD [Badan Pengelola Lingkungan Hidup Daerah]. 2002. Kondisi UmumTaman Nasional Laut Kepulauan Seribu, DKI Jakarta. Badan PengelolaLingkungan Hidup Daerah Jakarta. DKI Jakarta. Indonesia.
Carter, R. W. C. 1993. Coastal Environment: An Introduction to The Physical,Ecological and Cultural System of Coast Lines. Academic Press.London.
Davis, R. A. 1991. Oceanography: An Introduction to The Marine Environment.Web Publisher International Pub. New Jersey.
English, S., C.,Wilkinson, dan V. Baker. 1994. Survey Manual For TropicalMarine Resources. ASEAN – Australia Marine Science Project LivingCoastal Resources. Townsville.
Fulton, CJ dan D. R. Belwood. 2005. Wave Energy and Swimming PerformanceShape Coral Reef Fish Assemblages. The Royal Society ScienceBiology. Australia.Vol. 272 (1565): 827-832.
Gross, M. 1990. Oceanography sixth edition. Prentice-Hall.Inc. New Jersey.
Hutabarat, S. dan S. M. Evans,. 2006. Pengantar Oseanografi. PenerbitUniversitas Indonesia. Depok.
Hutomo, M. 1986. Komunitas Ikan Karang dan Metode Sensus Visual. LON LIPI.Jakarta.
54
Hutomo, M. 1995. Pengantar Ekologi Komunitas Ikan Karang dan MetodePengkajiannya. P3O-LIPI. Jakarta.
Kuiter, R. H. 1992. Tropical Reef-Fishes of The Western Pacific Indonesia andAdjacenct Waters. PT Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.
Komar, P. D. 1998. Beach Processes and Sedimentation. Second edition.Englewood Cliffs. New Jersey.
Krebs, J.C. 1989. Ecological Methodology. First Edition. Addison-Welsey Pub.New York.
Lowe, R. J., J. L. Falter, M. D., Bandet, G. Pawlak, M. J. Atkinson, S. G.Monismith dan J. R. Koseff.. 2005. Spectral wave dissipation over abarrier reef. Journal Of Geophysical Research, Vol. 110: 1-16
Luckhurst, B. E dan L. Luckhurst. 1978. Analysis of The Influence of SubstrateVariables on Coral Reef Communities. Marine Biology, 49:317-323.
Montgomery, W., L. T. Gerrodette, dan L. D. Marshall. 1980. Coral and FishCommunity Structure of Sommero Island, Batangas, Philippines. Proc.Fourth Int. Coral Reef Symp. Vol.2: 196-197.
Nagelkerken, W. P. 1981. Distribution and Ecology of The Groupers andSnappers of The Netherland Antilles. Proc.Fourth Int. Coral Reef Symp.Vol.107: 1-71.
Nybakken, J. W. 1982. Marine Biology An Ecological Approach. Harper andRow. New York.
Nybakken, J. W. 1992. Biologi Laut: Suatu Pendekatan Ekologis. Diterjemahkanoleh H. M. Eidman, Koesobiono, D.G. Bengen, M. Hutomo, dan S.Sukardjo. PT Gramedia. Jakarta.
Odum, E. P. 1971. Fundamentals of Ecology. W.B. Sunders. Philadelphia.
Pariwono, J. I. 1992. Proses–proses Fisik di Perairan Perairan Pantai. DalamKursus Pelatihan Pengelolaan Sumberdaya Perairan Pesisir SecaraTerpadu dan Holistik. Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Rahmawati, F. 2010. Pertumbuhan dan Sintasan Transplan Karang LunakNepthea dan Sarcophyton di Pulau Karya, Kepulauan Seribu, Jakarta.Skripsi. Institut Pertanian Bogor. Bogor
Sachoemar, S. I. 2008. Karakteristik Lingkungan Perairan KepulauanSeribu. Vol.4 (2). Hal. 109-114. BPPT. Jakarta
Seeber, G. 1993. www.kelompokkeilmuangeodesi.com. [20 Januari 2012]
55
Setyawan, E. 2008. Perkembangan Gamet Karang Lunak Sinularia dura HasilTransplantasi di Pulau Pramuka, Kepulauan Seribu, DKI Jakarta. Skripsi.Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Siregar, V.P., S. Sukimin dan S. Wouthuyzen. 2008. Pendugaan Potensi IkanKarang dengan Citra Satelit Resolusi Tinggi dan Merancang AlatTangkap yang Selektif di Kepulauan Seribu. Laporan Tahun Ke-1.Program Insentif Riset Dasar. RD 2008-2787 Kementrian Riset danTeknologi.169 pp.
Siregar, V.P., S. Sukimin dan S. Wouthuyzen. 2009. Pendugaan Potensi IkanKarang dengan Citra Satelit Resolusi Tinggi dan Merancang AlatTangkap yang Selektif di Kepulauan Seribu. Laporan Tahun Ke-2.Program Insentif Riset Dasar. RD 2008-2787 Kementrian Riset danTeknologi.169 pp.
Siwi, W. E. R. 2008. Analisis Kestabilan Garis Pantai Eretan IndramayuBerdasarkan Pengaruh Gelombang. (Tesis).Sekolah Pasca Sarjana IPB.Bogor
Sorensen, R. M.. 1991. Basic Coastal Enginering, John Wiley & Son, Inc. NewYork.
Spalding, M. D., C. Ravillous dan E. P. Green. 2001. World Atlas of Coral Reefs.Disiapkan di UNEP-WCMC. University of California. California.
Triatmodjo, B. 1999. Teknik Pantai. Betta Offset. Yogyakarta.
Undang-Undang Republik Indonesia No.34 Tahun 1999. Pemerintahan PropinsiDaerah Khusus Ibukota Negara Republik Indonesia. Jakarta
Veron, J. E. N. 1986. Coral of Australia and The IndoPacific. Australia Instituteof Marine Science. Townsville.
Wyrtki, K. 1961. Physical Oceanography of The South Asian Waters. TheUniversity of California. Berkeley.
LAMPIRAN
57
Lampiran 1. Data Angin, Tinggi dan Periode Gelombang Selama Tiga Tahundi Teluk Jakarta
Sumber Data: Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika Tanjung PriokNo Date Time(UTC) WindDir WindSpd(knot) WaveDir HSign(m) P.Sign(s)1 01/06/2007 0 SEE 6.4 E 0.3 4.12 01/06/2007 6 E 5.4 E 0.3 4.13 01/06/2007 12 ENE 5.5 E 0.4 4.14 01/06/2007 18 ENE 3.1 E 0.4 4.25 02/06/2007 0 SE 1.7 E 0.4 4.36 02/06/2007 6 E 5.5 E 0.4 4.37 02/06/2007 12 E 9.8 E 0.6 4.28 02/06/2007 18 SEE 9.7 E 0.6 4.19 03/06/2007 0 SEE 10.3 E 0.7 4.210 03/06/2007 6 SEE 8.0 E 0.7 4.211 03/06/2007 12 ENE 7.0 E 0.7 4.312 03/06/2007 18 E 7.8 E 0.7 4.213 04/06/2007 0 SEE 9.7 E 0.7 4.214 04/06/2007 6 SEE 8.1 E 0.7 4.315 04/06/2007 12 E 6.9 E 0.6 4.416 04/06/2007 18 SEE 8.0 E 0.7 4.317 05/06/2007 0 SEE 9.2 E 0.7 4.318 05/06/2007 6 E 7.9 E 0.7 4.419 05/06/2007 12 E 6.8 E 0.8 4.520 05/06/2007 18 SEE 5.9 E 0.8 4.521 06/06/2007 0 SE 6.5 E 0.8 4.422 06/06/2007 6 SEE 7.6 E 0.7 4.423 06/06/2007 12 E 10.2 E 0.8 4.324 06/06/2007 18 SEE 7.3 E 0.7 4.325 07/06/2007 0 SE 5.5 E 0.6 4.326 07/06/2007 6 SEE 6.4 E 0.6 4.327 07/06/2007 12 E 8.9 E 0.6 4.328 07/06/2007 18 E 7.3 E 0.6 4.329 08/06/2007 0 SEE 6.1 E 0.5 4.330 08/06/2007 6 E 7.8 E 0.7 4.531 08/06/2007 12 ENE 10.3 ENE 0.9 4.632 08/06/2007 18 E 7.4 ENE 0.9 4.633 09/06/2007 0 SEE 5.4 E 0.8 4.534 09/06/2007 6 E 4.1 E 0.7 4.435 09/06/2007 12 ENE 3.9 E 0.7 4.336 09/06/2007 18 SEE 3.7 E 0.6 4.337 10/06/2007 0 SE 6.0 E 0.5 4.238 10/06/2007 6 SEE 1.2 E 0.5 4.1
58
Lanjutan Lampiran 1.
No Date Time(UTC) WindDir WindSpd(knot) WaveDir HSign(m) P.Sign(s)39 10/06/2007 12 NNW 4.0 E 0.4 4.140 10/06/2007 18 ENE 1.1 E 0.4 4.141 11/06/2007 0 SE 4.3 E 0.4 4.242 11/06/2007 6 ENE 3.2 E 0.4 4.243 11/06/2007 12 NNE 5.8 E 0.5 4.344 11/06/2007 18 NE 1.5 E 0.5 4.445 12/06/2007 0 S 3.2 E 0.5 4.546 12/06/2007 6 E 2.4 E 0.5 4.647 12/06/2007 12 NE 6.4 E 0.5 4.648 12/06/2007 18 E 5.8 E 0.5 4.649 13/06/2007 0 SE 8.1 E 0.5 4.650 13/06/2007 6 SEE 6.0 E 0.5 4.551 13/06/2007 12 ENE 5.2 E 0.5 4.552 13/06/2007 18 SE 1.8 E 0.5 4.553 14/06/2007 0 SSW 4.7 E 0.5 4.654 14/06/2007 6 SW 0.2 E 0.5 4.555 14/06/2007 12 NNE 4.3 E 0.6 4.556 14/06/2007 18 NE 0.7 E 0.5 4.657 15/06/2007 0 SSW 3.0 E 0.5 4.758 15/06/2007 6 NNE 1.2 E 0.6 4.759 15/06/2007 12 NNE 5.3 E 0.6 4.660 15/06/2007 18 SEE 1.6 E 0.6 4.561 16/06/2007 0 SSE 5.8 E 0.6 4.562 16/06/2007 6 SEE 0.5 E 0.6 4.463 16/06/2007 12 N 5.2 E 0.6 4.464 16/06/2007 18 NE 1.1 E 0.5 4.465 17/06/2007 0 SSE 3.8 E 0.5 4.466 17/06/2007 6 SW 2.3 E 0.5 4.567 17/06/2007 12 W 4.9 E 0.4 4.568 17/06/2007 18 WSW 4.4 E 0.4 4.569 18/06/2007 0 SW 4.9 E 0.4 4.570 18/06/2007 6 WSW 6.2 E 0.3 4.671 18/06/2007 12 WSW 7.8 E 0.3 4.872 18/06/2007 18 WSW 6.8 E 0.3 5.273 19/06/2007 0 WSW 5.8 E 0.2 5.174 19/06/2007 6 WSW 4.3 E 0.2 5.175 19/06/2007 12 W 2.9 E 0.2 4.976 19/06/2007 18 WSW 2.2 E 0.2 4.877 20/06/2007 0 SSW 2.3 E 0.2 4.778 20/06/2007 6 SW 3.5 E 0.2 4.6
59
Lanjutan Lampiran 1.
No Date Time(UTC) WindDir WindSpd(knot) WaveDir HSign(m) P.Sign(s)79 20/06/2007 12 WSW 4.9 E 0.2 4.680 20/06/2007 18 SSW 4.0 E 0.2 4.781 21/06/2007 0 S 4.3 E 0.2 4.782 21/06/2007 6 SSE 2.0 E 0.1 4.883 21/06/2007 12 ENE 1.6 NNE 0.2 5.284 21/06/2007 18 SEE 3.1 N 0.2 5.385 22/06/2007 0 SEE 5.0 N 0.3 5.086 22/06/2007 6 E 4.3 N 0.3 4.987 22/06/2007 12 ENE 4.5 N 0.3 4.688 22/06/2007 18 SEE 5.1 N 0.2 4.589 23/06/2007 0 SE 7.4 ENE 0.3 4.290 23/06/2007 6 SEE 6.4 E 0.3 4.091 23/06/2007 12 E 6.2 ENE 0.3 3.992 23/06/2007 18 SEE 5.0 E 0.4 4.093 24/06/2007 0 SE 4.5 ENE 0.4 3.994 24/06/2007 6 ENE 0.4 ENE 0.3 3.995 24/06/2007 12 NNW 4.4 ENE 0.3 4.196 24/06/2007 18 W 1.9 E 0.3 4.297 25/06/2007 0 SSW 3.7 E 0.4 4.298 25/06/2007 6 WNW 1.2 E 0.4 4.299 25/06/2007 12 N 4.0 E 0.4 4.1100 25/06/2007 18 NNE 1.5 E 0.3 4.1101 26/06/2007 0 SEE 2.4 E 0.3 4.0102 26/06/2007 6 E 3.3 E 0.3 4.0103 26/06/2007 12 ENE 5.1 E 0.3 4.0104 26/06/2007 18 E 3.2 E 0.3 4.0105 27/06/2007 0 SE 3.5 E 0.3 4.1106 27/06/2007 6 SEE 2.3 E 0.3 4.0107 27/06/2007 12 NE 3.2 ENE 0.3 4.0108 27/06/2007 18 SEE 1.7 ENE 0.4 4.0109 28/06/2007 0 S 3.4 E 0.4 4.1110 28/06/2007 6 SEE 3.7 E 0.4 4.2111 28/06/2007 12 E 6.6 E 0.5 4.3112 28/06/2007 18 SEE 5.5 E 0.5 4.3113 29/06/2007 0 SE 6.2 E 0.6 4.4114 29/06/2007 6 SEE 3.7 E 0.6 4.4115 29/06/2007 12 NE 4.1 E 0.6 4.2116 29/06/2007 18 E 5.4 E 0.5 4.2117 30/06/2007 0 SEE 7.6 E 0.6 4.4118 30/06/2007 6 E 6.7 E 0.5 4.6119 30/06/2007 12 ENE 6.1 E 0.5 4.8120 30/06/2007 18 SEE 4.2 E 0.5 5.0
60
Lanjutan Lampiran 1.
No Date Time(UTC) WindDir WindSpd(knot) WaveDir HSign(m) P.Sign(s)1 01/06/2008 0 SEE 6.1 E 0.8 4.62 01/06/2008 6 E 5.9 E 0.7 4.63 01/06/2008 12 ENE 6.2 E 0.7 4.64 01/06/2008 18 E 5.8 E 0.7 4.65 02/06/2008 0 SEE 6.3 E 0.7 4.66 02/06/2008 6 SEE 5.7 E 0.6 4.67 02/06/2008 12 E 5.9 E 0.6 4.68 02/06/2008 18 SE 4.7 E 0.6 4.69 03/06/2008 0 S 7.1 E 0.6 4.710 03/06/2008 6 SEE 4.6 E 0.6 4.711 03/06/2008 12 ENE 7.6 E 0.7 4.712 03/06/2008 18 E 3.5 E 0.6 4.613 04/06/2008 0 S 3.3 E 0.6 4.614 04/06/2008 6 SEE 0.1 E 0.6 4.615 04/06/2008 12 N 3.3 E 0.6 4.616 04/06/2008 18 SEE 0.8 E 0.6 4.417 05/06/2008 0 SSE 3.9 E 0.5 4.318 05/06/2008 6 SW 1.6 E 0.5 4.319 05/06/2008 12 WNW 3.7 E 0.4 4.420 05/06/2008 18 ENE 0.4 E 0.4 4.321 06/06/2008 0 SEE 4.3 E 0.4 4.422 06/06/2008 6 NE 0.9 E 0.4 4.323 06/06/2008 12 NW 3.5 E 0.3 4.324 06/06/2008 18 SSW 1.5 E 0.3 4.325 07/06/2008 0 SSE 5.0 E 0.3 4.326 07/06/2008 6 ENE 0.5 E 0.3 4.327 07/06/2008 12 N 5.3 E 0.3 4.328 07/06/2008 18 N 1.9 E 0.3 4.229 08/06/2008 0 SE 2.1 E 0.3 4.130 08/06/2008 6 ENE 2.9 E 0.3 4.131 08/06/2008 12 ENE 5.3 E 0.3 4.132 08/06/2008 18 E 4.0 E 0.3 4.133 09/06/2008 0 SE 4.8 E 0.3 4.034 09/06/2008 6 E 4.2 E 0.3 4.035 09/06/2008 12 ENE 5.0 E 0.3 4.036 09/06/2008 18 SE 2.2 E 0.3 4.037 10/06/2008 0 SSW 5.3 E 0.3 4.038 10/06/2008 6 SSW 1.2 E 0.3 4.139 10/06/2008 12 N 2.9 E 0.3 4.240 10/06/2008 18 SEE 2.4 E 0.4 4.1
61
Lanjutan Lampiran 1.
No Date Time(UTC) WindDir WindSpd(knot) WaveDir HSign(m) P.Sign(s)41 11/06/2008 0 SE 5.9 E 0.4 4.042 11/06/2008 6 SSE 1.6 E 0.4 4.143 11/06/2008 12 WNW 3.1 E 0.3 4.144 11/06/2008 18 SSE 1.8 E 0.4 4.245 12/06/2008 0 SE 6.4 E 0.5 4.346 12/06/2008 6 SEE 4.8 E 0.4 4.447 12/06/2008 12 ENE 4.7 E 0.5 4.348 12/06/2008 18 SEE 4.0 E 0.6 4.449 13/06/2008 0 SE 4.7 ENE 0.7 4.650 13/06/2008 6 E 4.2 ENE 0.7 4.651 13/06/2008 12 NE 6.1 ENE 0.7 4.652 13/06/2008 18 SEE 6.6 E 0.7 4.653 14/06/2008 0 SE 10.0 E 0.8 4.454 14/06/2008 6 SEE 9.7 E 0.8 4.455 14/06/2008 12 E 10.2 E 0.8 4.456 14/06/2008 18 SEE 8.9 E 0.7 4.457 15/06/2008 0 SE 8.4 E 0.7 4.458 15/06/2008 6 SEE 6.6 E 0.6 4.459 15/06/2008 12 ENE 6.4 E 0.6 4.460 15/06/2008 18 E 6.6 E 0.6 4.461 16/06/2008 0 SEE 7.4 E 0.6 4.362 16/06/2008 6 E 7.9 E 0.6 4.363 16/06/2008 12 ENE 9.2 E 0.7 4.364 16/06/2008 18 E 7.0 E 0.7 4.265 17/06/2008 0 SEE 5.3 E 0.6 4.266 17/06/2008 6 E 4.9 E 0.6 4.267 17/06/2008 12 E 4.6 E 0.5 4.268 17/06/2008 18 E 5.7 E 0.5 4.269 18/06/2008 0 SEE 7.0 E 0.5 4.370 18/06/2008 6 E 6.3 E 0.5 4.371 18/06/2008 12 E 6.1 E 0.5 4.272 18/06/2008 18 E 5.3 E 0.5 4.273 19/06/2008 0 SE 5.4 E 0.5 4.274 19/06/2008 6 SEE 4.9 E 0.5 4.375 19/06/2008 12 E 5.1 E 0.5 4.276 19/06/2008 18 SEE 3.7 E 0.5 4.277 20/06/2008 0 SSE 3.9 E 0.4 4.278 20/06/2008 6 SEE 5.9 E 0.4 4.279 20/06/2008 12 E 9.8 E 0.6 4.180 20/06/2008 18 SEE 8.9 E 0.6 4.0
62
Lanjutan Lampiran 1.
No Date Time(UTC) WindDir WindSpd(knot) WaveDir HSign(m) P.Sign(s)81 21/06/2008 0 SEE 9.1 E 0.6 4.082 21/06/2008 6 E 7.5 E 0.5 4.183 21/06/2008 12 ENE 8.6 E 0.5 4.184 21/06/2008 18 E 6.7 ENE 0.6 4.285 22/06/2008 0 SEE 6.5 ENE 0.6 4.186 22/06/2008 6 E 6.8 ENE 0.6 4.287 22/06/2008 12 E 7.6 ENE 0.6 4.388 22/06/2008 18 SEE 6.7 ENE 0.6 4.389 23/06/2008 0 SE 7.5 E 0.6 4.390 23/06/2008 6 SEE 7.9 E 0.6 4.491 23/06/2008 12 E 9.5 E 0.7 4.392 23/06/2008 18 SEE 8.0 E 0.7 4.593 24/06/2008 0 SE 8.1 E 0.7 4.694 24/06/2008 6 SEE 6.8 E 0.7 4.795 24/06/2008 12 E 6.7 E 0.7 4.796 24/06/2008 18 SEE 6.6 E 0.7 4.797 25/06/2008 0 SE 7.1 E 0.7 4.898 25/06/2008 6 SEE 7.6 E 0.8 4.899 25/06/2008 12 E 9.0 E 0.8 4.7100 25/06/2008 18 SEE 8.1 E 0.8 4.7101 26/06/2008 0 SEE 7.4 E 0.7 4.8102 26/06/2008 6 SEE 7.4 E 0.7 4.8103 26/06/2008 12 SEE 7.5 E 0.8 4.7104 26/06/2008 18 SEE 6.1 E 0.7 4.7105 27/06/2008 0 SEE 5.0 E 0.7 4.7106 27/06/2008 6 SEE 2.8 E 0.7 4.7107 27/06/2008 12 NE 1.6 E 0.6 4.7108 27/06/2008 18 E 2.1 E 0.6 4.7109 28/06/2008 0 SEE 3.2 E 0.6 4.7110 28/06/2008 6 E 5.2 E 0.6 4.6111 28/06/2008 12 ENE 8.0 E 0.6 4.6112 28/06/2008 18 E 6.0 E 0.6 4.4113 29/06/2008 0 SEE 4.9 E 0.6 4.3114 29/06/2008 6 E 6.0 E 0.6 4.3115 29/06/2008 12 E 7.5 E 0.6 4.3116 29/06/2008 18 E 7.0 E 0.6 4.3117 30/06/2008 0 SEE 7.0 E 0.5 4.3118 30/06/2008 6 E 6.9 E 0.5 4.3119 30/06/2008 12 ENE 7.6 E 0.6 4.3120 30/06/2008 18 E 5.4 E 0.6 4.3
63
Lanjutan Lampiran 1.
No Date Time(UTC) WindDir WindSpd(knot) WaveDir HSign(m) P.Sign(s)1 01/06/2009 0 SEE 7.56 E 0.38 3.942 01/06/2009 6 SEE 7 E 0.36 3.993 01/06/2009 12 E 7.21 E 0.36 4.014 01/06/2009 18 SEE 8.21 E 0.47 3.985 02/06/2009 0 SE 10.22 E 0.59 3.896 02/06/2009 6 SE 7.25 E 0.45 4.057 02/06/2009 12 SSE 4.78 E 0.44 4.118 02/06/2009 18 SE 4.71 E 0.47 4.169 03/06/2009 0 SEE 5.34 E 0.49 4.2410 03/06/2009 6 SEE 5.01 E 0.51 4.2911 03/06/2009 12 SEE 4.68 E 0.55 4.3912 03/06/2009 18 SE 3.02 ENE 0.58 4.4913 04/06/2009 0 S 2.87 E 0.63 4.6314 04/06/2009 6 S 0.96 E 0.67 4.715 04/06/2009 12 N 0.96 E 0.68 4.6616 04/06/2009 18 SEE 2.08 E 0.64 4.5617 05/06/2009 0 SE 4.59 E 0.62 4.4818 05/06/2009 6 SEE 3.64 E 0.59 4.4519 05/06/2009 12 ENE 3.6 E 0.56 4.420 05/06/2009 18 E 4.11 E 0.53 4.3521 06/06/2009 0 SEE 4.91 E 0.51 4.2922 06/06/2009 6 E 5.57 E 0.5 4.2523 06/06/2009 12 ENE 6.64 E 0.53 4.224 06/06/2009 18 E 6.51 E 0.52 4.225 07/06/2009 0 SEE 7.18 E 0.51 4.2126 07/06/2009 6 E 4.98 E 0.48 4.2627 07/06/2009 12 ENE 3.92 E 0.48 4.2228 07/06/2009 18 E 3.85 E 0.46 4.2129 08/06/2009 0 SEE 4.62 E 0.47 4.2230 08/06/2009 6 SEE 3.48 E 0.44 4.2231 08/06/2009 12 SEE 2.35 E 0.41 4.2232 08/06/2009 18 SE 5.84 E 0.39 4.2233 09/06/2009 0 SE 9.34 E 0.5 4.1134 09/06/2009 6 E 6.84 E 0.41 4.235 09/06/2009 12 ENE 6.93 E 0.4 4.2436 09/06/2009 18 E 4.72 E 0.33 4.2537 10/06/2009 0 SE 4.65 E 0.32 4.2638 10/06/2009 6 SE 2.61 E 0.31 4.2539 10/06/2009 12 SSW 0.98 E 0.32 4.240 10/06/2009 18 SE 4 E 0.32 4.16
64
Lanjutan Lampiran 1.
No Date Time(UTC) WindDir WindSpd(knot) WaveDir HSign(m) P.Sign(s)41 11/06/2009 0 SE 7.46 E 0.39 4.0642 11/06/2009 6 SE 4.75 E 0.33 4.0743 11/06/2009 12 SEE 2.15 E 0.31 4.0644 11/06/2009 18 SEE 4.18 E 0.33 4.1245 12/06/2009 0 SE 6.25 E 0.4 4.2146 12/06/2009 6 SEE 5.07 E 0.4 4.3547 12/06/2009 12 SEE 4.1 E 0.44 4.3248 12/06/2009 18 SEE 3.7 E 0.45 4.2549 13/06/2009 0 SE 3.68 E 0.46 4.1950 13/06/2009 6 SE 1.73 E 0.46 4.1751 13/06/2009 12 W 0.43 E 0.48 4.2252 13/06/2009 18 SSE 1.98 E 0.5 4.2753 14/06/2009 0 SE 4.13 E 0.5 4.2454 14/06/2009 6 SE 2.47 E 0.48 4.1655 14/06/2009 12 E 1.17 E 0.43 4.1356 14/06/2009 18 SEE 2.99 E 0.4 4.1157 15/06/2009 0 SEE 4.89 E 0.39 4.1458 15/06/2009 6 SE 2.48 E 0.36 4.1559 15/06/2009 12 SW 1.9 E 0.35 4.260 15/06/2009 18 SW 2.05 E 0.34 4.2261 16/06/2009 0 SW 2.23 E 0.33 4.2662 16/06/2009 6 SW 0.82 E 0.34 4.2363 16/06/2009 12 NE 0.59 E 0.34 4.1664 16/06/2009 18 SEE 2.85 E 0.33 4.1165 17/06/2009 0 SEE 5.32 E 0.33 4.0666 17/06/2009 6 E 5.55 E 0.32 4.0467 17/06/2009 12 ENE 6.37 E 0.37 4.0368 17/06/2009 18 E 8.15 E 0.48 4.1169 18/06/2009 0 SEE 10.98 E 0.64 4.0470 18/06/2009 6 SEE 9.83 E 0.68 4.2271 18/06/2009 12 E 8.86 E 0.7 4.3772 18/06/2009 18 SEE 9.5 E 0.74 4.3173 19/06/2009 0 SEE 10.31 E 0.76 4.2574 19/06/2009 6 E 10.36 E 0.76 4.375 19/06/2009 12 E 10.84 E 0.77 4.2976 19/06/2009 18 E 8.16 E 0.8 4.3277 20/06/2009 0 SEE 5.69 E 0.71 4.4378 20/06/2009 6 E 5.83 E 0.7 4.579 20/06/2009 12 E 6.3 ENE 0.8 4.5580 20/06/2009 18 SEE 5.36 ENE 0.76 4.46
65
Lanjutan Lampiran 1.
No Date Time(UTC) WindDir WindSpd(knot) WaveDir HSign(m) P.Sign(s)81 21/06/2009 0 SE 5.76 ENE 0.71 4.3882 21/06/2009 6 E 4.93 E 0.64 4.3783 21/06/2009 12 ENE 6.4 E 0.63 4.3784 21/06/2009 18 ENE 4.16 E 0.56 4.3585 22/06/2009 0 E 2.04 E 0.52 4.3886 22/06/2009 6 ENE 1.69 E 0.51 4.487 22/06/2009 12 NNE 1.81 E 0.49 4.3888 22/06/2009 18 E 3.3 E 0.47 4.3489 23/06/2009 0 SEE 6.16 E 0.46 4.3190 23/06/2009 6 SEE 3.51 E 0.42 4.3191 23/06/2009 12 SSE 1.07 E 0.4 4.3292 23/06/2009 18 SE 2.96 E 0.38 4.3293 24/06/2009 0 SE 4.89 E 0.37 4.2794 24/06/2009 6 SSE 2.22 E 0.35 4.2295 24/06/2009 12 WSW 1.21 E 0.32 4.1996 24/06/2009 18 E 2.76 E 0.31 4.1997 25/06/2009 0 E 6.66 E 0.36 4.1598 25/06/2009 6 E 4.74 E 0.29 4.1299 25/06/2009 12 E 2.88 E 0.27 4.02100 25/06/2009 18 SEE 5.28 E 0.27 3.97101 26/06/2009 0 SEE 8.09 E 0.34 3.9102 26/06/2009 6 E 5.23 E 0.27 3.89103 26/06/2009 12 ENE 3.44 E 0.29 3.92104 26/06/2009 18 E 4.87 E 0.33 3.97105 27/06/2009 0 SEE 7.08 E 0.41 3.95106 27/06/2009 6 E 6.26 E 0.43 3.99107 27/06/2009 12 ENE 6.18 E 0.48 4.1108 27/06/2009 18 SEE 4.58 E 0.47 4.12109 28/06/2009 0 SSE 5.58 E 0.48 4.13110 28/06/2009 6 SEE 2.71 E 0.47 4.13111 28/06/2009 12 NE 3.29 ENE 0.5 4.22112 28/06/2009 18 E 1.77 E 0.51 4.28113 29/06/2009 0 SSE 2.95 E 0.51 4.23114 29/06/2009 6 SEE 4.16 E 0.49 4.17115 29/06/2009 12 E 6.75 E 0.52 4.15116 29/06/2009 18 E 6.88 E 0.55 4.15117 30/06/2009 0 E 7.12 E 0.57 4.14118 30/06/2009 6 E 5.95 E 0.54 4.13119 30/06/2009 12 ENE 5.07 E 0.52 4.1120 30/06/2009 18 E 5.07 E 0.5 4.09
66
Lampiran 2. Data Arus Permukaan Air Laut di Perairan Karang Lebar
Musim Letak StasiunArus
Sumber DataArah
Kecepatan(m/s)
Timur (Agustus 2007)Area Perlindunganlaut Timur Laut 0,195
Data Penelitian EdySetyawan
Timur (Mei-Juli 2008)
Stasiun 13 Tenggara 0,0592 Ristek 2008 (Siregar 2008)Stasiun 7 Tenggara 0,0549 Ristek 2008 (Siregar 2008)Stasiun 6 Tenggara 0,1302 Ristek 2008 (Siregar 2008)Stasiun 5 Tenggara 0,1190 Ristek 2008 (Siregar 2008)Stasiun 2 Tenggara 0,2466 Ristek 2008 (Siregar 2008)Stasiun 3 Tenggara 0,1678 Ristek 2008 (Siregar 2008)Stasiun 16 Tenggara 0,1199 Ristek 2008 (Siregar 2008)Stasiun 8 Tenggara 0,1250 Ristek 2008 (Siregar 2008)Stasiun 4 Tenggara 0,2116 Ristek 2008 (Siregar 2008)
Timur (Juni 2009)Area Perlindunganlaut Tenggara 0,11
Data Penelitian FadhillahRahmawati
67
Lampiran 3. Data Ikan Terumbu yang Teridentifikasi diPerairan Karang Lebar