LAPORAN HASIL PENELITIAN PENGARUH GAJI, RELASI SOSIAL, DAN KOMITMEN ORGANISASI TERHADAP PEMILIHAN KARIR MAHASISWA/I AKUNTANSI SEBAGAI AKUNTAN PUBLIK Oleh : Drs. Junus Pakpahan, Ak, MM, CA, CPA Jesta da Fieldman FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS KRISTEN KRIDA WACANA JAKARTA
58
Embed
PENGARUH GAJI, RELASI SOSIAL, DAN KOMITMEN ORGANISASI ...
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
LAPORAN HASIL PENELITIAN
PENGARUH GAJI, RELASI SOSIAL, DAN KOMITMEN ORGANISASI TERHADAP PEMILIHAN KARIR
MAHASISWA/I AKUNTANSI SEBAGAI AKUNTAN PUBLIK
Oleh :
Drs. Junus Pakpahan, Ak, MM, CA, CPA
Jesta da Fieldman
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS KRISTEN KRIDA WACANA
JAKARTA
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh gaji, relasi sosial, dan komitmen
organisasi terhadap pemilihan karir mahasiswa/i akuntansi sebagai akuntan
publik. Populasi pada penelitian ini adalah mahasiswa/i Fakultas Ekonomi dan
Bisnis jurusan akuntansi di Universitas Kristen Krida Wacana. Teknik
pengambilan sampel yang digunakan adalah purposive sampling. Penelitian ini
menggunakan metode analisis data regresi linear berganda dengan bantuan
aplikasi SPSS 24. Hasil dari penelitian ini adalah gaji, relasi sosial, dan komitmen
organisasi berpengaruh signifikan terhadap pemilihan karir mahasiswa akuntansi
sebagai akuntan publik (secara simultan). Lalu relasi sosial dan komitmen
organisasi berpengaruh signifikan positif terhadap pemilihan karir mahasiswa/i
akuntansi sebagai akuntan publik, sedangkan gaji tidak berpengaruh signifikan
terhadap pemilihan karir mahasiswa/i akuntansi sebagai akuntan publik (secara
parsial).
Kata kunci: Gaji; Relasi Sosial; Komitmen Organisasi; Karir; Mahasiswa/i
Akuntansi; Akuntan Publik
ABSTRACT
This research aims to examine the effect of salary, social relations, and
organizational commitment on career choices for accounting students as public
accountants. The population in this research were students of the Faculty of
Economics and Business, majoring in accounting at Krida Wacana Christian
University. The sampling technique used was purposive sampling. This research
uses multiple linear regression data analysis methods with the help of the SPSS 24
application. The results of this research are that salary, social relations, and
organizational commitment have a significant effect on the career choice of
accounting students as public accountants (simultaneously). Then social relations
and organizational commitment have a significant positive effect on career choice
of accounting students as public accountants, while salary has no significant effect
on the career choice of accounting students as public accountants (partially).
Key words: Salary; Social Relations; Organizational Commitment; Career;
Accounting Student; Public Accountant.
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Penelitian
Dunia kerja tentunya memberikan banyak pilihan bagi para mahasiswa/i untuk
melanjutkan karir mereka setelah lulus dan memiliki gelar sarjana. Dari banyak
fakultas di Indonesia, secara khusus mahasiswa/i yang memilih fakultas ekonomi
jurusan akuntansi, dihadapkan dengan beberapa pilihan karir sesuai dengan
pendidikan yang mereka tempuh untuk menjadi seorang sarjana. Beberapa karir
untuk jurusan akuntansi adalah menjadi akuntan publik (internal maupun eksternal),
pegawai lembaga keuangan pemerintah (pegawai PNS, pegawai Bank Indonesia,
auditor pemerintah, dan pegawai Otoritas Jasa Keuangan), akuntan perusahaan,
perpajakan, akuntan pendidikan, perencanaan keuangan, penganalisa keuangan, dan
masih banyak lagi tawaran karir untuk sarjana ekonomi jurusan akuntansi tersebut.
Menjadi seorang sarjana tentunya bukanlah sebuah akhir perjalanan bagi orang
tersebut. Menurut Putra (2017), setidaknya sejak mendapat gelar S1, sarjana
akuntansi akan dihadapkan dengan 3 pilihan untuk meneruskan karir mereka.
Pilihan pertama adalah sarjana bisa langsung terjun ke dunia kerja, tentunya hal ini
menjadi suatu pilihan bagi sarjana akuntansi apabila mereka sudah ditawari
lowongan pekerjaan, melanjutkan usaha orang tua mereka, atau karena ekonomi
yang buruk sehingga mereka harus langsung terjun ke dunia kerja. Pilihan kedua
adalah jika seorang sarjana tidak ingin langsung terjun ke dunia kerja, memiliki
ekonomi yang bagus, dan orang tua tidak menuntut sarjana tersebut untuk mencari
kerja, sarjana akuntansi tersebut dapat melanjutkan studi S2. Dan pilihan terakhir
adalah sarjana akuntansi memilih untuk mendapat gelar akuntan, sehingga kualitas
dari sarjana akuntansi tersebut meningkat, tentunya hal ini untuk mempersiapkan
diri mereka menghadapi persaingan di dunia kerja.
Seperti yang dilansir oleh Afrianto (2016), jumlah akuntan meningkat drastis
dalam 3 tahun, yang tadinya jumlah akuntan hanya sebanyak 2.004 di tahun 2013,
dan mengalami peningkatan jumlah akuntan menjadi 12.048. pada awal tahun 2016.
Tentunya peningkatan jumlah akuntan di Indonesia menjadi sebuah perhatian
khusus. Tercatat bahwa 589 perguruan tinggi yang ada di Indonesia, setiap tahunnya
telah meluluskan lebih dari 35.000 mahasiswa/i akuntansi (Afrianto, 2016).
Merespon universitas di Indonesia yang telah meluluskan lebih dari 35.000
sarjana akuntansi setiap tahunnya, hingga mengalami peningkatan jumlah akuntansi
profesional selama 3 tahun (2013 s/d 2016), ketua Institut Akuntan Publik Indonesia
(IAPI), Tarkosunaryo dalam laman Dirgantara (2019) justru mengatakan bahwa
Indonesia membutuhkan lebih banyak akuntan publik. Dengan jumlah lulusan tiap
tahun yang mencapai 35.000 sarjana akuntansi, ini tidak sebanding dengan
pertambahan jumlah akuntan publik di Indonesia, ditambah lagi sektor usaha yang
terus berkembang dan membutuhkan banyak tenaga akuntan publik dalam
peningkatan kualitas laporan keuangan perusahaan.
Sebelumnya, ketua Badan Pemeriksa Keuangan (BPK), Harry Azhar Azis dalam
laman Pribadi (2015) mengatakan bahwa jumlah akuntan publik yang dimiliki oleh
lembaganya masih kurang, sehingga ketua Badan Pemeriksa Keuangan (BPK)
meminta Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi
untuk memberikan kelonggaran dalam penambahan jumlah pegawai. Harry Azhar
Azis juga berkata, โPadahal idealnya lima auditor per kabupaten/kota. Di tingkat
provinsi, kami butuh sembilan auditor per provinsi, tapi sekarang hanya empatโ.
Hal ini tentu menjadi sorotan karena Badan Pemeriksaan Keuangan (BPK) kesulitan
untuk meningkatkan porsi pemeriksaan kinerja.
Sumber: IAI & www.asean.org
Gambar 1.1 Presentasi Prof. Dr. Ilya Avianti, SE., M.Si., Ak., CPA., CA.
Menurut Avianti (2015) yang merupakan ketua dewan audit merangkap anggota
dewan komisioner Otoritas Jasa Keuangan (OJK), mengatakan bahwa jumlah
akuntan publik di Indonesia, tidak sebanding dengan jumlah penduduk di Indonesia.
Melihat tanggapan dari Harry Azhar Azis (ketua Badan Pemeriksa Keuangan),
Tarkosunaryo (ketua Ikatan Akuntan Publik Indonesia), dan presentasi dari Prof.
Dr. Ilya Avianti, SE., M.Si., Ak., CPA., CA. (ketua dewan audit merangkap anggota
dewan komisioner Otoritas Jasa Keuangan), Indonesia memang kekurangan tenaga
akuntan publik. Hal tersebut dapat dilihat dari jumlah lulusan mahasiswa/i akuntansi
yang tiap tahunnya mencapai 35.000 dibandingkan dengan jumlah akuntan publik
yang tercatat oleh Ikatan Akuntan Publik Indonesia (IAPI) yang totalnya hanya
berjumlah 1.422 anggota, bahkan tidak lebih dari 5% jumlah lulusan mahasiswa/i
akuntansi tiap tahunnya.
Tabel 1.1
Jumlah Penambahan Akuntan Publik dari Tahun ke Tahun
Tahun Jumlah
Akuntan Publik % Kenaikan
2014 999
2015 1.053 5,41%
2016 1.093 3,8%
2017 1.279 17,02%
2018 1.358 6,18%
2019 1.424 4,86%
Sumber: Directory IAPI 2020
Dari tabel 1.1, dapat dilihat lambatnya penambahan jumlah akuntan publik di
Indonesia dari tahun 2014 sampai 2019. Bahkan di tahun 2020, IAPI mencatat
bahwa adanya penurunan pada jumlah akuntan publik di Indonesia. Hal ini sangat
mengkhawatirkan jika melihat jumlah akuntan publik yang sedikit, sedangkan
perusahaan-perusahaan terus mengalami peningkatan yang begitu cepat.
Tabel 1.2
Perbandingan Jumlah Anggota Tiap Karir Akuntansi Tahun 2020
Karir Jumlah
PNS 4.121.176
Konsultan Pajak 5.040
Otoritas Jasa Keuangan 2.600
Akuntan Publik 1.422
Akuntan Pendidikan 308
Sumber: IAPI 2020, IKPI 2020, OJK 2020, BKN 2020
Dan apabila dilihat pada tabel 1.2, dengan jumlah akuntan publik hanya
berjumlah 1.422 dibandingkan dengan jumlah pegawai PNS atau konsultan
pajak atau pegawai Otoritas Jasa Keuangan (OJK), menimbulkan sebuah
pertanyaan, mengapa mahasiswa/i akuntansi setelah lulus dan mendapat gelar
sarjana akuntansi tidak memilih karir mereka sebagai akuntan publik?
menjawab pertanyaan diatas, penelitian ini akan menguji tiga variabel independen
untuk mengetahui apakah dari ketiga variabel independen ini, mahasiswa/i
akuntansi berminat untuk menjadi akuntan publik? Variabel Independen yang
pertama adalah gaji. Tentunya gaji menjadi salah satu motivasi tersendiri bagi setiap
orang dalam menentukan karir mereka. Seperti yang dilansir oleh Kurniawan
(2019), gaji akuntan publik yang bergelar CA (Chartered Accountant) dan masih
junior, rata-rata mencapai Rp. 6.000.000 โ Rp. 8.000.000 per bulan (sudah termasuk
bonus). Bahkan menurut Zahir (2019), gaji akuntan publik yang bekerja di The Big
Four (terdiri dari Deloitte, Ernst & Young, KPMG, dan PwC), gaji pertama bisa
lebih dari Rp. 10.000.000 per bulannya. Hal ini seharusnya menunjukan bahwa gaji
menjadi tolak ukur sarjana akuntansi dalam memilih karirnya sebagai akuntan
publik.
Variabel independen yang kedua adalah relasi sosial. Relasi sosial ini lebih identik
dengan hubungan baik atau buruk antara junior dengan senior pada Kantor Akuntan
Publik (KAP). Baik junior yang sudah mengenal senior mereka semasa kuliah dan
bertemu kembali di Kantor Akuntan Publik (KAP) yang sama, atau junior yang
benar-benar baru pertama kali bertemu dengan senior di Kantor Akuntan Publik
(KAP). Selain relasi vertikal antara junior dan senior, relasi ini juga mengacu pada
relasi horizontal, yaitu antara sesama junior. Selain relasi horizontal dan vertikal,
dukungan relasi sosial juga berasal dari lingkungan sekitar mahasiswa/i akuntansi
tersebut, seperti dosen, orangtua, masyarakat. Menurut LinovHR (2020),
membangun relasi dengan rekan kerja mempunyai berbagai manfaat, diantaranya:
a. Bekerja lebih menyenangkan, b. Support system, c. Kepuasan kinerja, d.
Meningkatkan sense of belonging, e. Merangsang produktivitas dan motivasi, f.
Memperkuat teamwork, g. Sarana menuju karir impian, h. Membangun budaya
positif, i. Mengembangkan komunikasi, dan j. Memperkokoh bisnis. Karena itulah,
variabel relasi sosial harus diuji terhadap pemilihan karir mahasiswa/i akuntansi
sebagai akuntan publik. Dengan kata lain, apakah mahasiswa/i
akuntansi memilih karir sebagai akuntan publik karena adanya hubungan yang baik
dengan senior mereka di kampus? Atau apakah mahasiswa/i akuntansi memilih
karir sebagai akuntan publik karena adanya dukungan dari orangtua?
Lalu variabel independen yang terakhir adalah komitmen organisasi. Yang
dimaksud dengan komitmen organisasi pada penelitian ini adalah mahasiswa/i
akuntansi paham akan tujuan dan nilai-nilai menjadi akuntan publik, memiliki
keinginan untuk berada di lingkungan akuntan publik, dan memiliki mental yang
kuat terhadap tekanan lain setelah menjadi seorang akuntan publik. Seperti yang
sampaikan oleh Wakil Menteri Keuangan, Mardiasmo dalam laman Nurfitriyani
(2020) mengatakan:
โAspek terpenting yang harus diperhatikan profesi ini di era revolusi industri adalah
bagaimana akuntan di dunia harus memiliki perspektif bahwa pada profesi kitalah
disandarkan terbentuknya trust (kepercayaan) dan akuntabilitas yang tinggi dalam
perekonomian digitalโ
Yang artinya, agar terbentuk kepercayaan dan akuntabilitas yang tinggi, maka
seorang akuntan publik harus mempunyai komitmen organisasi yang tinggi
sehingga dapat menghadapi era revolusi industri.
Dari penjelasan singkat ketiga variabel independen di atas yang mengangkat
fenomena pertumbuhan akuntan publik yang lambat; dengan mencari pengaruh
ketiga variabel independen tersebut terhadap variabel dependen, yaitu pemilihan
karir mahasiswa/i akuntansi sebagai akuntan publik; maka penelitian ini berjudul
Pengaruh Gaji, Relasi Sosial, dan Komitmen Organisasi Terhadap Pemilihan
Karir Mahasiswa/i Akuntansi sebagai Akuntan Publik.
1.2. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian
ini adalah sebagai berikut:
a. Apakah gaji berpengaruh signifikan terhadap pemilihan karir mahasiswa/i
akuntansi sebagai akuntan publik?
b. Apakah relasi sosial berpengaruh signifikan terhadap pemilihan karir
mahasiswa/i akuntansi sebagai akuntan publik?
c. Apakah komitmen organisasi berpengaruh signifikan terhadap pemilihan
karir mahasiswa/i akuntansi sebagai akuntan publik?
1.3. Tujuan Penelitian
Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah yang telah dijelaskan, maka
tujuan dari penelitian ini adalah:
a. Untuk mengetahui pengaruh gaji terhadap pemilihan karir mahasiswa/i akuntansi
sebagai karir akuntan publik.
b. Untuk mengetahui pengaruh relasi sosial terhadap pemilihan karir mahasiswa/i
akuntansi sebagai akuntan publik.
c. Untuk mengetahui pengaruh komitmen organisasi terhadap pemilihan karir
mahasiswa/i akuntansi sebagai akuntan publik.
1.4. Manfaat Penelitian
Dari hasil penelitian yang dilakukan, diharapkan penelitian ini dapat
memberikan manfaat sebagai berikut:
1.4.1. Manfaat teoritis
Manfaat teoritis dalam penelitian ini, yaitu untuk memberikan
landasan baru bagi para peneliti lain dalam melakukan penelitian lain
yang sejenis dan memperbaharui teori-teori yang telah dikemukakan
oleh ahli-ahli sebelumnya.
1.4.2. Manfaat praktis
a. Bagi pemerintah
Sebagai saran bagi pemerintah untuk lebih memperhatikan
kesejahteraan akuntan publik, khususnya akuntan publik
eksternal agar mendapatkan perlakuan yang pantas di bidang
akuntan publik, sehingga meningkatkan jumlah akuntan publik di
Indonesia.
b. Bagi Ikatan Akuntan Publik Indonesia (IAPI)
Sebagai pertimbangan pihak Ikatan Akuntan Publik Indonesia
(IAPI) untuk meningkatkan jumlah akuntan publik di Indonesia
dengan menggali lebih dalam minat mahasiswa akuntansi agar
memilih karir sebagai akuntan publik.
c. Bagi Kantor Akuntan Publik (KAP)
Sebagai masukan atau saran bagi Kantor Akuntan Publik (KAP)
dan menjadi bahan pertimbangan bagi pihak manajer Kantor
Akuntan Publik (KAP) dalam meningkatkan jumlah akuntan
publik di Indonesia.
d. Bagi akuntan publik
Sebagai masukan untuk mengetahui pentingnya gaji yang sesuai,
relasi antara junior dan senior yang baik, serta komitmen
organisasi yang dimiliki akuntan publik itu sendiri.
e. Bagi universitas atau perguruan tinggi
Sebagai tolak ukur universitas atau perguruan tinggi untuk lebih
meningkatkan minat mahasiswa akuntansi sebagai akuntan
publik, sehingga universitas atau perguruan tinggi dapat berperan
dalam menangani masalah negara yang kekurangan akuntan
publik.
f. Bagi mahasiswa/i akuntansi
Penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan dan
pertimbangan mahasiswa/i akuntansi dalam pemilihan karir
sebagai akuntan publik, khususnya bagi mereka para sarjana yang
bingung dalam memilih karir.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Pengertian mengenai Karir Mahasiswa/i Akuntansi
Menurut Wilson (2012) dalam laman Manis (2018), karir adalah pekerjaan yang dilakukan
selama orang tersebut hidup, baik dibayar maupun tidak dibayar. Lalu menurut Manarul (2018),
karir adalah suatu perilaku dan sikap yang berhubungan dengan pengalaman selama seorang
individu melakukan aktivitas tersebut secara berkelanjutan. Sehingga dapat diartikan, karir
adalah sebuah pengalaman seseorang secara berkelanjutan, baik dibayar maupun tidak dibayar.
Lalu menurut Asmoro et al (2016), karir adalah sebuah ide untuk terus berada di dalam garis
pekerjaan yang telah ditentukan. Artinya sebuah kata โkarirโ akan muncul ketika seseorang
sudah menentukan garis pekerjaan dan menjadikannya sebagai pengalaman semasa hidupnya.
Bagi mahasiswa/i akuntansi itu sendiri, pilihan karir setelah menjadi sarjana akuntansi cukup
banyak, diantaranya adalah:
a. Akuntan publik (internal maupun eksternal)
b. Pegawai lembaga keuangan pemerintah (pegawai PNS, pegawai Bank Indonesia, auditor
pemerintah, dan pegawai Otoritas Jasa Keuangan)
c. Akuntan perusahaan
d. Konsultan perpajakan
e. Akuntan pendidikan
f. Perencanaan keuangan
g. Penganalisa keuangan
2.2. Pengertian mengenai Akuntan Publik
Menurut Mulyadi (2002) dalam artikel Asmoro et al (2016), perikatan akuntan publik dibagi
menjadi empat, yaitu:
a. Junior Auditor Terjun ke lapangan untuk melakukan pengauditan secara menyeluruh,
seperti membuat kertas kerja, sampai mendokumentasikannya.
Universitas Kristen Krida Wacana | 10
b. Senior Auditor Selain mengawasi junior auditor, senior auditor juga mempunyai tugas
untuk mengusahakan biaya dan waktu audit sesuai dengan rencana yang telah dibentuk
oleh manajer audit.
c. Manager Auditor Selain mengawasi senior auditor, manager auditor bertugas untuk
membuat rencana biaya dan waktu audit.
d. Rekan / Partner Bertanggungjawab atas hubungan antara perusahaan dengan klien.
Menurut UU No. 5 Tahun 2011 tentang akuntan publik,
akuntan publik dibagi menjadi dua jenis, diantaranya adalah:
a. Akuntan publik.
b. Akuntan publik asing.
Dan untuk mendapatkan izin menjadi akuntan publik, orang tersebut harus memenuhi
syarat:
a. Memiliki sertifikat tanda lulus ujian profesi akuntan publik yang sah.
b. Berpengalaman praktik memberikan jasa.
c. Berdomisili di wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).
d. Memiliki Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP).
e. Tidak pernah dikenai sanksi administratif berupa pencabutan izin akuntan publik.
f. Tidak pernah dipidana yang telah mempunyai kekuatan hukum tetap karena
melakukan tindak pidana kejahatan yang diancam dengan pidana penjara lima tahun atau
lebih.
g. Menjadi anggota Asosiasi Profesi Akuntan Publik yang ditetapkan oleh menteri.
h. Tidak berada dalam pengampunan.
2.3. Pengertian mengenai Gaji
Menurut Sujarweni (2015:127) dalam artikel Jiwandono et al (2017) mengatakan bahwa
upah/gaji merupakan pembayaran tiap bulan yang dilakukan oleh perusahaan atas jasa karyawan
tersebut. Ditambah lagi,
menurut Hasibuan (2016:188) dalam artikel Saputri (2018), mengatakan bahwa gaji merupakan
suatu bentuk balas jasa terhadap karyawan. Karena adanya timbal balik antara perusahaan
dengan karyawan, dimana karyawan membutuhkan uang dan perusahaan membutuhkan tenaga
kerja, sehingga terjadilah sebuah kontrak antara karyawan dengan perusahaan. Ketika karyawan
bekerja untuk perusahaan, maka perusahaan wajib membayarkan gaji tiap bulannya kepada
karyawan sesuai dengan kontrak yang telah disepakati. Dalam laman Rommalla (2018) yang
berdasarkan pada PP RI No. 78 Tahun 2015 tentang Pengupahan, gaji atau upah setidaknya
memiliki 9 prinsip dasar:
a. Adanya Hubungan Kerja / Existence of Employment Relationship Seperti yang dijelaskan
pada paragraf sebelumnya, hubungan kerja yang dimaksud adalah hubungan kerja antara
perusahaan dengan karyawan yang memiliki jangka waktu sampai hubungan itu berakhir, yang
biasanya disebut sebagai kontrak.
b. Tanpa diskriminasi / No Discrimination PP RI No. 78 Tahun 2015 Pasal 11 mengatakan
bahwa pekerja atau karyawan mempunyai hak untuk mendapatkan gaji/upah sesuai atau
sepantas dengan pekerjaannya. Perusahaan tidak boleh mengukur besaran gaji/upah berdasarkan
warna kulit, suku, agama, jenis kelamin, dan lainlain. Seharusnya perusahaan mengukur besaran
gaji/upah sesuai dengan jam kerja dan/atau hasil dari karyawan yang dipekerjakan, sesuai
dengan PP RI No. 78 Tahun 2015 Pasal 12.
c. Tidak bekerja, tak ada bayaran Sama halnya seperti dijelaskan pada PP RI No. 78 Tahun 2015
Pasal 12, pada Pasal 24 juga menjelaskan bahwa apabila seorang karyawan tidak bekerja, maka
perusahaan berhak tidak membayarkan gaji karyawan, dan bukannya memotong gaji karyawan.
d. Cuti tetap digaji / Leave with Pay Hal ini berlawan dengan poin c diatas. Untuk penjelasannya
dapat dibaca pada PP RI No. 78 Tahun 2015 Pasal 24 (2 s/d 5).
e. Jangka waktu pembayaran sesuai dengan kesepakatan.
f. Jumlah gaji pokok minimal 75% dari gaji tetap Gaji tetap yang dimaksud pada poin ini adalah
gaji pokok ditambah dengan tunjangan yang jumlahnya tetap. Selain itu, gaji tetap karyawan
tidak boleh dibawah upah minimum yang telah ditetapkan.
g. Pembayaran dilakukan dalam mata uang yang sah, yaitu rupiah.
h. Pengurangan untuk pihak ketiga harus dilakukan berdasarkan surat kuasa.
i. Total pemotongan upah maksimum adalah 50% Kondisi-kondisi yang menyebabkan
pemotongan upah dapat dibaca pada PP RI No. 78 Tahun 2015 Pasal 57 dan maksimum
pemotongan upah sebesar 50%.
2.4. Pengertian mengenai Relasi Sosial
Menurut Public Relations Society of America/PRSA (2012), mengatakan bahwa โPublic
relations is a strategic communication process that builds mutually beneficial relationships
between organizations and their publicsโ,
yang artinya sebuah hubungan masyarakat merupakan sebuah proses komunikasi dalam
membangun hubungan yang saling menguntungkan antara organisasi dan publiknya.
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), relasi adalah 1. hubungan; perhubungan;
pertalian, 2. kenalan, 3. pelanggan. Hubungan tentunya bisa berupa hubungan orang tua dengan
anak, mahasiswa/i dengan dosen, mahasiswa/i dengan teman-temannya, junior dengan senior,
serta karyawan dengan manajer.
Seperti yang kita tahu, manusia merupakan makhluk sosial, sehingga manusia membutuhkan
sesamanya untuk bertahan hidup. Karena manusia membutuhkan sesamanya, maka terbentuklah
relasi. Menurut Sherman (2017), relasi yang tepat memiliki beberapa manfaat, diantaranya
adalah:
a. Memudahkan mencapai tujuan Ketika manusia telah menemukan sesamanya yang tepat
dalam mencapai tujuannya, maka manusia tersebut akan terus membangun relasi dengan
b. sesamanya, sehingga relasi yang tepat ini akan memudahkan manusia dalam mencapai
tujuannya. b. Mudah mendapatkan bantuan saat ada masalah Sama halnya pada penjelasan
poin a diatas. Selain memudahkan mencapai tujuan, relasi yang tepat juga akan membantu
manusia dalam menghadapi suatu masalah.
c. Melancarkan pekerjaan Mempunyai relasi yang tepat tentunya akan memberikan ketenangan
dalam hidup manusia tersebut, sehingga manusia akan melakukan pekerjaannya dengan lancar
tanpa hambatan yang terlalu besar.
d. Membantu memahami pribadi setiap orang Ketika mempunyai relasi yang tepat, manusia
dapat mengenal dan memahami pribadi tiap orang yang menjalin hubungan dengan manusia
tersebut, sehingga manusia tidak salah dalam menentukan orang yang tepat dalam menjalin
relasi.
2.5. Pengertian mengenai Komitmen Organisasi
Menurut Novita et al (2016) dalam artikel Cahyani et al (2020), komitmen organisasi adalah
keadaan seorang karyawan yang sejalan dengan tujuan organisasi. Lalu menurut Mekta (2016)
dalam artikel Cahyani et al (2020), komitmen organisasi adalah sikap loyalitas karyawan
terhadap organisasi dengan bentuk perhatian karyawan terhadap organisasi. Ditambah lagi
menurut Haris (2017) dalam artikel Cahyani et al (2020), komitmen organisasi adalah bentuk
kepercayaan karyawan yang menerima tujuan organisasi dan memilih untuk tetap bertahan atau
tidak meninggalkan organisasi tersebut. Sehingga dapat disimpulkan komitmen organisasi
adalah sikap loyalitas karyawan dengan bentuk perhatian dan kepercayaan karyawan yang
sejalan dengan tujuan organisasi, sehingga karyawan tersebut akan bertahan atau tidak
meninggalkan organisasi tersebut. Kemudian menurut Susanti dan Palupiningdyah (2016)
dalam artikel Cahyani et al (2020), karyawan yang memiliki komitmen tinggi adalah karyawan
yang memiliki
tingkat kepercayaan tinggi terhadap organisasi dan menerima tujuan, serta nilai organisasi
tersebut. Dalam laman Ilham (2020), komitmen organisasi memiliki tiga bentuk, diantaranya
adalah:
a. Komitmen Afektif / Affective Commitment Pada bentuk komitmen ini mengacu pada
pemahaman karyawan terhadap tujuan dan nilai dalam organisasi tersebut, sehingga karyawan
memiliki keinginan yang tinggi untuk tetap tinggal pada organisasi tersebut.
b. Komitmen Berkelanjutan / Continuance Commitment Bentuk komitmen ini mengacu pada
analisis untung dan rugi jika berada dalam organisasi tersebut dan karyawan merasa lebih baik
bertahan ketimbang meninggalkan organisasi tersebut.
c. Komitmen Normatif / Normative Commitment Bentuk komitmen ini lebih mengacu pada
perasaan karyawan akan tekanan dari yang lain, seperti apa yang akan dikatakan orang lain jika
karyawan tersebut meninggalkan organisasi, atau perasaan tidak ingin mengecewakan atasan
atau senior mereka jika karyawan tersebut memilih untuk mundur.
2.6. Teori-Teori
2.6.1. Teori Persepsi
Persepsi (bahasa latin: perception) memiliki makna yaitu pengertian. Dalam Kamus Besar
Indonesia Kontemporer (1999:243) dalam artikel Prabowo (2015), persepsi adalah cara pandang
seseorang atas peristiwa yang dialami. Dijelaskan juga pada artikel Prabowo (2015), bahwa
seseorang yang mempunyai persepsi dapat menyadari keadaan lingkungan sekitar bahkan yang
ada di dalam diri orang tersebut (Sunaryo, 2004: 93) Menurut Riadi (2020), persepsi adalah
sebuah proses yang dirasakan oleh seseorang dalam menafsir atau menginterpretasikan
informasi yang diterima melalui indera-indera yang dimiliki, sehingga seseorang mendapat arti
atau nilai tentang dunia.
Menurut Prabowo (2015), faktor yang mempengaruhi persepsi adalah:
a. Faktor Internal
1.) Fisiologis
2.) Perhatian
3.) Minat
4.) Kebutuhan yang searah
5.) Pengalaman dan ingatan
6.) Suasana hati
b. Faktor Eksternal
1.) Ukuran dan penempatan dari objek atau stimulus
2.) Warna dari objek-objek
3.) Keunikan dan kekontrasan stimulus
4.) Intensitas dan kekuatan dari stimulus
5.) Gerakan / Motion
2.6.2. Teori Motivasi
Dalam bukunya, Handoko (2012) menjelaskan bahwa motivasi bukanlah suatu
kekuatan yang kebal terhadap faktor lain (seperti citacita hidup, situasi lingkungan, kemampuan
fisik, pengalaman masa lampau, taraf intelegensi, dan lain-lain), melainkan โsuatu keadaan siap
terjadi suatu perbuatanโ, yang disebut sebagai motivatif. โSuatu keadaan siapโ yang dimaksud
oleh Handoko (2012) adalah suatu proses internal manusia yang dapat dipengaruhi oleh faktor
eksternal, sehingga perubahan motivasi dapat terjadi dalam waktu yang singkat apabila terdapat
hambatan terhadap motivasi tersebut. Handoko (2012) menjelaskan teori-teori tentang motivasi,
diantaranya adalah:
a. Teori Kognitif Teori kognitif menjelaskan bahwa motivasi tidak menggerakan tingkah laku
seseorang, melainkan tingkah laku seseorang digerakan oleh rasio. Teori ini menjelaskan bahwa
seseorang akan
sangat bertanggung jawab atas tindakannya karena tindakan orang tersebut sudah dipikir sebaik-
baiknya. Namun pada teori memiliki kelemahan, yaitu tidak dapat menjelaskan tindakan di luar
rasio yang dipegang oleh orang tersebut.
b. Teori Hedonistis Berbeda dengan teori kognitif, teori hedonistis menjelaskan bahwa segala
tindakan atau pilihan seseorang, baik disadari maupun tidak disadari, berasal dari internal atau
eksternal seseorang, terjadi karena adanya satu tujuan yang dimiliki oleh orang tersebut, yaitu
mencari hal yang menyenangkan dan menghindar dari hal yang menyakitkan. Namun teori ini
hanya berfokus pada pengalaman masa lalu seseorang saja, sehingga teori ini sangatlah
subjektif. Karena kelemahan teori itu, Paul T. Young dan David Mc Clelland memperbaharui
teori tersebut. Young dan Clelland mengatakan bahwa: โ...Rangsangan yang menimbulkan
keadaan nikmat/enak menyebabkan seseorang beraksi mendekati ransangan itu. Sebaliknya
rangsangan yang menimbulkan keadaan tidak enak menimbulkan reaksi menjauhi.โ Sehingga
muncul 2 istilah baru, yaitu antisipasi yang positif (mendekati ransangan) dan antisipasi yang
negatif (menjauhi ransangan). Teori hedonistis menggunakan istilah โaffective arousal modelโ,
yang artinya adalah setiap rangsangan akan memberikan rasa enak atau tidak enak.
c. Teori Insting
Teori ini sangat bertentangan dengan teori rasionalis. Teori rasionalis menekankan pada fungsi
pikiran seseoranglah yang menentukan tingkah laku orang tersebut. Sedangkan teori insting
menekankan pada insting yang mendominasi tingkah laku manusia. Kelemahan pada teori ini
adalah sangat sulit untuk membuat daftar insting dasar yang membentuk tingkah laku manusia.
D. Teori Psikoanalitis
Teori psikoanalitis menjelaskan bahwa tingkah laku seseorang disebabkan karena adanya
kekuatan di dalam diri orang tersebut. Seorang psikoanalitis bernama Freud menjelaskan
bahwa ada dua kekuatan dasar pada diri manusia, yaitu insting kehidupan (Eros) dan insting
kematian (Thanatos). Insting kehidupan (Eros) yang mendorong seseorang bertahan hidup
dan ingin mengembangkan diri mereka, seperti bersekolah atau mencari pekerjaan.
Sedangkan insting kematian (Thanatos) yang membuat seseorang merasa ingin mengakhiri
hidupnya, seperti bunuh diri.
e. Teori Keseimbangan (Homeostasis) Teori ini menjelaskan bahwa karena tidak adanya
ketidakseimbangan (disequilibrium) dalam diri seseorang, sehingga hal tersebut menggerakan
tingkah laku seseorang karena orang tersebut menginginkan adanya keseimbangan di dalam
dirinya. Berbeda dengan binatang, ketika manusia mengalami ketidakseimbangan
(disequilibrium) di dalam dirinya, misalnya lapar, maka manusia akan mencari makanan untuk
dimakan. Tetapi jika terlalu kenyang, maka hal ini akan menimbulkan ketidakseimbangan
lainnya pada dirinya. Sehingga dapat disimpulkan bahwa tingkah laku seseorang digerakan
karena adanya tujuan untuk memenuhi kebutuhan orang tersebut, sehingga terbentuklah
lingkaran motivasi (motivational cycle). Kebutuhan pada dasarnya dibedakan menjadi dua, yaitu
kebutuhan primer (istirahat, bernafas, makan, minum) dan kebutuhan sekunder (kebebasan,
perasaan aman, kasih sayang, pujian, dan lain-lain). Menurut Maslow, agar manusia
berkembang, manusia membutuhkan kebutuhan yang harus terpenuhi, diantaranya adalah:
1.) Kebutuhan biologis
2.) Kebutuhan akan rasa aman
3.) Kebutuhan akan cinta kasih dan rasa memiliki
4.) Kebutuhan akan penghargaan
5.) Kebutuhan akan untuk tahu
6.) Kebutuhan akan keindahan
7.) Kebutuhan akan kebebasan bertindak (aktualisasi diri)
f. Teori Dorongan Teori dorongan hampir sama dengan teori keseimbangan. Apabila teori
keseimbangan menekankan pada adanya disequilibrium, sedangkan teori dorongan menekankan
pada tingkah laku yang terjadi karena adanya suatu dorongan.
Menurut Handoko (2012), ada dua cara untuk mengukur motivasi, yaitu:
a. Mengukur faktor luar yang diduga menimbulkan dorongan dalam diri orang tersebut.
b. Mengukur aspek tingkah laku yang menjadi ungkapan dari motif tersebut. Motivasi (bahasa
latin: movere) memiliki makna sebagai dorongan atau menggerakan, sehingga motivasi adalah
sebuah dorongan untuk menggapai sebuah goals (Putra, 2020). Jenis-jenis motivasi menurut
Putra (2020) diantaranya adalah: a. Motivasi Internal Motivasi yang muncul tanpa adanya
pengaruh dari luar dan hanya berasal dari diri orang itu sendiri. Contohnya seorang mahasiswa/i
akuntansi ingin memilih karir sebagai akuntan publik karena mahasiswa/i tersebut menyukai
karir sebagai akuntan publik dan sudah dari lama menentukan pilihan bahwa setelah lulus akan
memilih karir sebagai akuntan publik. b. Motivasi Eksternal Sebaliknya, motivasi eksternal
muncul karena adanya pengaruh dari luar. Contohnya seorang mahasiswa/i akuntansi ingin
memilih karir sebagai akuntan publik karena gaji yang terbilang besar.
2.7. Penelitian Sebelumnya
Tabel 2.1
Daftar Penelitian Sebelumnya
Judul Peneliti
(Tahun) Hasil Penelitian Keterbatasan
Variabel Gaji (X1)
Faktor-Faktor
yang
Mempengaruhi
Pemilihan Karir
Lulusan Sarjana
menjadi Akuntan
Publik
Prabowo
(2015)
Faktor penghargaan
finansial berpengaruh
negatif dan tidak
signifikan terhadap
pemilihan karir
lulusan sarjana
menjadi akuntan
publik
Responden hanya
didapat dari mahasiswa
dari beberapa fakultas
yang ada di Universitas
Trisakti, sehingga hasil
yang didapat kurang
luas
Penelitian ini hanya
menggunakan
kuesioner untuk
mengumpulkan data,
sehingga kesimpulan
dari data yang diolah
kurang
Faktor-Faktor Asmoro et Faktor gaji tidak
yang al (2016) berpengaruh
Mempengaruhi signifikan terhadap
Mahasiswa pemilihan karir
Akuntansi mahasiswa S1
dalam akuntansi sebagai
Pemilihan Karir akuntan publik
sebagai
Akuntan Publik
Faktor-Faktor
yang
Juliansah
dan
Faktor penghargaan
finansial berpengaruh
Responden pada
penelitian ini terbatas
Mempengaruhi
Pemilihan Karir
sebagai Profesi
Akuntan Publik
bagi Mahasiswa
Akuntansi
Suryaputri
(2016)
positif dan signifikan
terhadap pemilihan
karir profesi akuntan
publik bagi
mahasiswa akuntansi
karena hanya
mahasiswa akuntansi di
Universitas Trisakti. Hal
ini juga disebabkan
karena keterbatasan
waktu sehingga peneliti
tidak dapat
menyebarkan kuesioner
kepada mahasiswa
akuntansi dari
universitas lain
Keterbatasan variabel
Keterbatasan
pengukuran karena
hanya menggunakan
pengukuran subjektif,
sedangkan pengukuran
subyektif sangat rentan
terhadap munculnya
kesalahan
pengukuran
Factors
Affecting The
Interests of
Accounting
Students Study
Program
Selection
Career Public
Accountants
Setianto
dan
Harahap
(2017)
Faktor penghargaan
finansial/financial
rewards berpengaruh
signifikan terhadap
pemilihan karir
mahasiswa akuntansi
sebagai akuntan
publik/career
selection of
accounting students
as public accountants
Penelitian hanya
menggunakan
kuesioner dalam
menggunakan data dan
responden dari
penelitian ini juga
terbatas karena hanya
menyebarkan kuesioner
kepada mahasiswa
akuntansi
di Sekolah Tinggi
Politeknik Badan dan
Universitas Riau
Faktor-Faktor
yang
Mempengaruhi
Minat
Mahasiswa
Akuntansi dalam
Pemilihan Karir
sebagai
Akuntan Publik
Febriyanti
(2019)
Faktor penghargaan
finansial berpengaruh
positif dan signifikan
terhadap minat
mahasiswa menjadi
akuntan publik
Variabel Relasi Sosial (X2)
Faktor-Faktor
yang
Mempengaruhi
Mahasiswa
Akuntansi dalam
Pemilihan Karir
sebagai Akuntan
Publik
Asmoro et
al (2016)
Faktor nilai lingkungan
kerja tidak berpengaruh
signifikan terhadap
pemilihan karir
mahasiswa S1
akuntansi sebagai
akuntan publik
Faktor nilai sosial
tidak berpengaruh
signifikan terhadap
pemilihan karir
mahasiswa S1
akuntansi sebagai
akuntan publik
Faktor-Faktor
yang
Mempengaruhi
Pemilihan Karir
sebagai Profesi
Akuntan Publik
Juliansah
dan
Suryaputri
(2016)
Faktor nilai-nilai sosial
berpengaruh positif dan
signifikan terhadap
pemilihan profesi
akuntan publik
Responden pada
penelitian ini terbatas
karena hanya
mahasiswa akuntansi di
Universitas Trisakti.
Hal ini juga
bagi Mahasiswa
Akuntansi
bagi mahasiswa
akuntansi
Faktor lingkungan
kerja berpengaruh
negatif dan signifikan
terhadap pemilihan
profesi akuntan publik
bagi mahasiswa
akuntansi
disebabkan karena
keterbatasan waktu
sehingga peneliti tidak
dapat menyebarkan
kuesioner kepada
mahasiswa akuntansi
dari universitas lain
Keterbatasan variabel
Keterbatasan
pengukuran karena
hanya menggunakan
pengukuran subjektif,
sedangkan pengukuran
subyektif sangat rentan
terhadap munculnya
kesalahan
pengukuran
Faktor-Faktor
yang
Mempengaruhi
Minat Pemilihan
Karir Mahasiswa
Akuntansi
sebagai Auditor
Pemerintah
Putra
(2017)
Faktor lingkungan
kerja berpengaruh
signifikan terhadap
minat pemilihan karir
mahasiswa akuntansi
sebagai auditor
pemerintah
Penelitian hanya
mengumpulkan data
dari angkatan 2013 di
Universitas Gadjah
Mada, Universitas
Indonesia, Universitas
Riau, Universitas
Andalas, Universitas
Islam Negeri Sultan
Syarif Kasim, dan
Universitas Islam Riau
Dalam melakukan
penelitian
membutuhkan cukup
banyak waktu dalam
melakukan wawancara
dan penyebaran
kuesioner
Factors Setianto Faktor nilai-nilai Limitations of this
Affecting The dan sosial/social values study only used a
Interests of Harahap berpengaruh questionnaire as a
Accounting (2017) signifikan terhadap research instrument,
Students Study pemilihan karir so that the conclusions
Program mahasiswa akuntansi drawn based solely on
Selection sebagai akuntan data collected through
Career Public publik/career questionnaires.
Accountants selection of Respondents were
accounting students used in this study only
as public accountants students from the
Department of
Accounting at the
College of Batam
Polytechnic and the
University of Riau
Islands, so that the
results can be
generalized widely
lacking
Analisis Faktor-
Faktor yang
Mempengaruhi
Pemilihan Karir
Menjadi
Akuntan Publik
oleh Mahasiswa
Program Studi
Akuntansi STIE
AKA Semarang
Iswahyuni
(2018)
Faktor nilai-nilai
sosial berpengaruh
signifikan terhadap
pemilihan karir
sebagai akuntan publik
bagi mahasiswa
akuntansi STIE AKA
Semarang
Keterbatasan
responden karena
hanya mahasiswa
akuntansi STIE AKA
Semarang
Keterbatasan
instrumen penelitian
yang hanya
menggunakan
kuesioner, sehingga
data yang didapat
hanya berasal dari
kuesioner yang
disebarkan
Variabel Komitmen Organisasi (X3)
Keahlian Srimindarti Komitmen organisasi Belum memasukan
Auditor dan et al berpengaruh seluruh variabel yang
Turnover (2015) signifikan terhadap mungkin
Intention kinerja auditor mempengaruhi kinerja
sebagai Mediasi auditor
Pengaruh Locus
of Control dan
Komitmen
Organisasi
Terhadap
Kinerja Auditor
Pengaruh Yulianti Komitmen organisasi Penelitian hanya
Komitmen dan berpengaruh positif dilakukan pada BPKP
Organisasi, Hamdiah dan signifikan di Banda Aceh
Independensi (2016) terhadap kinerja
Terhadap auditor BPKP Kota
Kinerja Auditor Banda Aceh
BPKP Kota
Banda Aceh
Pengaruh Meutia dan Komitmen organisasi Penggunaan faktor
Budaya Husada berpengaruh positif dalam menganalisis
Organisasi dan (2019) dan signifikan perusahaan,
Komitmen terhadap kinerja keterbatasan waktu
Organisasi karyawan yang singkat, judul
Terhadap yang sudah umum,
Kinerja dan obyek yang
Karyawan terbatas
Pengaruh Cahyani et Komitmen organisasi Peneliti tidak dapat
Komitmen al (2020) berpengaruh positif langsung bertemu
Organisasi dan dan signifikan dengan responden dari
Kepuasan Kerja terhadap kinerja PDAM kota Salatiga.
Terhadap
Kinerja
Karyawan
(Studi pada
Perusahaan
Daerah Air
Minum
(PDAM) Kota
Salatiga)
karyawan (studi pada
Perusahaan Daerah
Air Minum (PDAM)
kota Salatiga)
Tidak membedakan
komitmen organisasi
pada karyawan yang
bekerja di kantor atau
di lapangan
Pengukuran kepuasan
kerja hanya didasarkan
pada perasaan senang
atau tidak senang yang
dirasakan oleh
karyawan
Pengaruh Gaya Ningrum Komitmen organisasi
Kepemimpinan dan berpengaruh negatif
dan Komitmen Budiarti dan signifikan
Organisasi (2020) terhadap keinginan
Terhadap berpindah kerja
Keinginan karyawan
Berpindah Kerja
Karyawan
2.8. Pengembangan Hipotesis
2.8.1. Gaji
Dengan melihat hasil penelitian Juliansah dan Suryaputri (2016) serta penelitian Setianto
dan Harahap (2017) yang menyatakan bahwa gaji berpengaruh signifikan terhadap
pemilihan karir mahasiswa/i akuntansi sebagai akuntan publik, kemudian didukung dengan
teori motivasi yang dimana gaji seharusnya merupakan suatu motivasi mahasiswa/i
akuntansi dalam memilih karir sebagai akuntan publik, maka peneliti mengangkat hipotesis
variabel gaji terhadap pemilihan karir mahasiswa/i akuntansi sebagai akuntan publik
sebagai berikut
H1: gaji berpengaruh signifikan terhadap pemilihan karir mahasiswa/i akuntansi sebagai
akuntan publik
2.8.2. Relasi Sosial
Dengan melihat hasil penelitian Iswahyuni (2018) dan penelitian Putra (2017) yang menyatakan
bahwa nilai sosial atau lingkungan kerja berpengaruh signifikan terhadap pemilihan karir
mahasiswa/i akuntansi sebagai akuntan publik, serta didukung dengan teori motivasi yang
dimana dengan relasi sosial yang tinggi seharusnya mendorong minat mahasiswa/i akuntansi
memilih karir sebagai akuntan publik, maka peneliti mengangkat hipotesis variabel relasi sosial
terhadap pemilihan karir mahasiswa/i akuntansi sebagai akuntan publik sebagai berikut
H2: relasi sosial berpengaruh signifikan terhadap pemilihan karir mahasiswa/i akuntansi
sebagai akuntan publik
2.8.3. Komitmen Organisasi
Dengan melihat hasil penelitian sebelumnya terkait komitmen organisasi yang secara
keseluruhan menyatakan komitmen organisasi berpengaruh signifikan terhadap kinerja
karyawan dan didukung dengan teori persepsi yang dimana seorang mahasiswa/i akuntansi
semasa berkuliah sudah mendapatkan pemahaman, nilai-nilai, wawasan, dan kemampuan
mengenai akuntan publik seharusnya berminat memilih karir sebagai akuntan publik, maka
peneliti mengangkat hipotesis variabel komitmen organisasi terhadap pemilihan karir
mahasiswa/i akuntansi sebagai akuntan publik sebagai berikut
H3: komitmen organisasi berpengaruh signifikan terhadap pemilihan karir mahasiswa/i
akuntansi sebagai akuntan publik.
2.9. Kerangka Penelitian
Dari pengembangan hipotesis di atas, berikut adalah gambaran atau skema kerangka pemikiran
dalam penelitian ini.
Gaji
Relasi
Sosial
Komitmen
Organisasi
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1. Jenis dan Sumber Data
Bentuk data dalam penelitian ini adalah data kuantitatif. Menurut Ghozali
(2015), data kuantitatif adalah data yang dapat dinilai dan dihitung, sehingga
data umumnya berbentuk angka. Sumber data dalam penelitian ini adalah data
primer. Menurut Khrisna (2017), data primer adalah data yang diambil dari
sebuah penelitian yang menggunakan sebuah instrumen (seperti kuesioner),
namun hasilnya hanya dapat memberikan gambaran suatu keadaan pada saat
itu. Data primer pada penelitian ini akan diperoleh dengan menyebarkan
kuesioner melalui social media dan email, dengan skala likert 1 sampai 4
(four-point likert scale)
1 Sangat Tidak Setuju (STS)
2 Tidak Setuju (TS)
3 Setuju (S)
4 Sangat Setuju (SS)
3.2. Populasi dan Sampel
Populasi dalam penelitian ini adalah mahasiswa jurusan akuntansi
Fakultas Ekonomi dan Bisnis di Universitas Kristen Krida Wacana
(UKRIDA) Tanjung Duren. Adapun teknik pengambilan sampel dalam
penelitian ini menggunakan teknik purposive sampling. Menurut Heri (2017),
Purposive sampling menggunakan kriteria yang telah ditentukan oleh peneliti
dalam memilih sampel. Adapun penelitian ini memiliki kriteria sebagai
berikut:
a. Mahasiswa/i jurusan akuntansi angkatan 2014 s/d 2018
b. Sudah atau sedang menempuh mata kuliah Audit 1 dan 2
c. Berkuliah di Universitas Kristen Krida Wacana Tanjung Duren
3.3. Model Penelitian
Peneliti menggunakan analisis model regresi linear berganda dengan