i PENGARUH FILTRAT DAUN SUKUN ((Artocarpus altilis (Park) Fosberg)) TERHADAP MORTALITAS LALAT BUAH (Bactrocera dorsalis H) oleh Raudatul Hadawiah NIM. 151.135.065 JURUSAN PENDIDIKAN IPA-BIOLOGI FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) MATARAM MATARAM 2017
106
Embed
PENGARUH FILTRAT DAUN SUKUN ((Artocarpus altilis (Park ...etheses.uinmataram.ac.id/233/1/Raudatul Hadawiah 151135065.pdf · A. Latar Belakang Masalah ... karena mampu menyebarkan
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
i
PENGARUH FILTRAT DAUN SUKUN ((Artocarpus altilis (Park) Fosberg)) TERHADAP MORTALITAS LALAT BUAH (Bactrocera dorsalis H)
oleh
Raudatul Hadawiah NIM. 151.135.065
JURUSAN PENDIDIKAN IPA-BIOLOGI FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) MATARAM
MATARAM 2017
ii
PENGARUH FILTRAT DAUN SUKUN ((Artocarpus altilis (Park) Fosberg)) TERHADAP MORTALITAS LALAT BUAH (Bactrocera dorsalis H)
Skripsi
diajukan kepada Universitas Islam Negeri Mataram untuk melengkapi persyaratan mencapai
gelar Sarjana Pendidikan
oleh
Raudatul Hadawiah NIM. 151.135.065
JURUSAN PENDIDIKAN IPA-BIOLOGI FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) MATARAM
MATARAM 2017
iii
iv
v
vi
vii
MOTTO
لنخرج به حا وناتا وجنا ألفافا
Artinya : “Untuk kami tumbuhkan dengan air itu biji-bijian dan tanam-tanaman,
dan kebun-kebun yang rindang”. (Q.S. An-Naba’ ayat 15). 1
1 Burhanudin, N. Al-Qur’an Keluarga Edisi Hasanah Dan Terjemahannya. (Bandung:
CV. Media Fitrah Rabbani, 2012). h. 582.
viii
PERSEMBAHAN
Skripsi ini saya persembahkan untuk:
1. Kedua orang tuaku tercinta (Bapak Ramli dan Ibu Hj. Hamidiah).
Terimakasih yang selalu tercurahkan cinta dan kasih sayang, mendidik
dengan penuh kesabaran, dukungan moril maupun materil, motivasi, jasa-
jasamu tidak pernah tergantikan, serta do’a yang selalu mengiringi setiap
langkah kesuksesan anakmu sampai kejenjang pendidikan yang lebih tinggi.
2. Adikku tercinta (Hukmi Izzati dan M. Nazrul Hamdi) yang selalu
menyemangati hari-hariku.
3. Paman dan Bibiku tersayang (Syamsudin, S.Pd. dan Hj. Rehanah).
Terimakasih kalian yang selalu mendampingi dan membantu ketika
mengalami kesulitan, serta memberi motivasi agar menjadi lebih baik.
4. Para guru dan dosen yang selalu menjadi motivator dalam mendidik dan
membimbing selama mengenal dunia pendidikan.
5. Sahabatku Wahyu Hidayah, Imroatul Hasani, dan Budi kurniawan yang
selalu menemani, membantu, dan menyemangati hari-hariku.
6. Teman-teman seperjuangan angkatan 2013 khususnya kelas B. Kalian
mengajarkan arti dari kebersamaan, saling membantu setiap ada kesulitan.
7. Almamaterku tercinta Universitas Islam Negeri (UIN) Mataram.
ix
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala limpahan
Rahmat dan Karunia-Nya yang telah memberikan kesehatan dan kesempatan
sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Shalawat dan salam semoga
terlimpahkan kepada junjungan alam Nabi besar Muhammad SAW. beserta
keluarga serta para sahabat-sahabat-Nya yang telah membuka cakrawala ilmu
pengetahuan.
Selesainya skripsi ini penulis memperoleh banyak petunjuk, arahan,
bimbingan, dukungan, serta bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu,
terimakasih yang sebesar-besarnya penulis ucapkan kepada:
1. Ibu Nurdiana, SP.MP. sebagai Pembimbing I dan Bapak Yahdi, M.Si.
sebagai Pembimbing II, yang telah meluangkan waktunya dalam memberikan
bimbingan dan arahan dalam penyusunan skripsi;
2. Bapak Dr. Ir. Edi M. Jayadi, MP. dan Bapak Dr. Suhirman, M. Si. sebagai
penguji yang telah memberikan saran bagi penyempurnaan skripsi ini;
3. Bapak dan Ibu dosen yang telah membimbing dalam menimba ilmu di
Universitas Islam Negeri Mataram;
4. Bapak Dr. H. Adi Fadli, M.Ag. selaku wali dosen;
5. Ketua jurusan IPA Biologi Bapak Dr. Ir. Edi M. Jayadi, M.P. dan sekertaris
jurusan Bapak Alwan Mahsul, M.Pd;
6. Ibu Dr. Hj. Lubna, M.Pd. selaku Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan
Keguruan;
x
7. Bapak Dr. H. Mutawali, M.Ag. selaku Rektor Universitas Islam Negeri
Mataram;
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan dan
kekurangan. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang
membangun dari para pembaca. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis
khususnya dan para pembaca pada umumnya.
Mataram, 1 Desember 2017
Penulis,
Raudatul Hadawiah
xi
DAFTAR ISI
Hal
HALAMAN SAMPUL ........................................................................... i
HALAMAN JUDUL ......................................................................... ii
PERSETUJUAN PEMBIMBING........................................................ iii
NOTA DINAS PEMBIMBING ........................................................... iv
PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI .............................................. v
PENGESAHAN DEWAN PENGUJI ................................................. vi
HALAMAN MOTTO .......................................................................... vii
HALAMAN PERSEMBAHAN.......................................................... viii
KATA PENGANTAR .......................................................................... ix
DAFTAR ISI ................................................................................................ xi
DAFTAR TABEL................................................................................ xiii
DAFTAR GAMBAR ........................................................................... xiv
DAFTAR DIAGRAM ......................................................................... xv
DAFTAR LAMPIRAN ....................................................................... xvi
ABSTRAK ......................................................................................... xvii
BAB I PENDAHULUAN ..................................................................... 1
A. Latar Belakang Masalah .......................................................... 5
B. Rumusan dan Batasan Masalah ............................................... 5
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ............................................... 6
D. Penegasan Istilah ..................................................................... 7
BAB II KAJIAN PUSTAKA .............................................................. 10
A. Tinjauan Tentang Daun Sukun ((Artocarpus altilis (Park)
Tabel 5 Sidik Ragam Satu Parameter Untuk Perlakuan
Tabel 6 Tabel Data Hasil Pengamatan Mortalitas Lalat Buah
Tabel 7 Sidik Ragam Ringkasan ANOVA Menggunakan SPSS
Tabel 8 Notasi Mortalitas Lalat Buah
xv
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1 Pohon Tanaman Sukun
Gambar 2 Akar Sukun
Gambar 3 Batang Sukun
Gambar 4 Daun Sukun
Gambar 5 Bunga Sukun
Gambar 6 Buah Sukun
Gambar 7 Biji Sukun
Gambar 8 Morfologi Lalat Buah
Gambar 9 Siklus Hidup Lalat Buah
xvi
DAFTAR DIAGRAM
Diagram 1 Diagram Batang Persentase Mortalitas Lalat Buah
xvii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Hasil Perhitungan Manual ANOVA Mortalitas
Lampiran 2 Hasil Perhitungan Manual BNT Mortalitas
Lampiran 3 Hasil Analisis Dengan SPSS 16.0 Mortalitas
Lampiran 4 Foto Proses Penelitian
Lampiran 5 Time Schedule Skripsi
Lampiran 6 Kartu Konsultasi
Lampiran 7 Daftar Riwayat Hidup
Lampiran 8 Surat Penelitian
xviii
PENGARUH FILTRAT DAUN SUKUN ((Artocarpus altilis (Park) Fosberg)) TERHADAP MORTALITAS LALAT BUAH (Bactrocera dorsalis H)
Oleh:
Raudatul Hadawiah
NIM: 151.135.065
ABSTRAK
Lalat buah (Bactrocera dorsalis H) merupakan salah satu hama yang sangat merugikan, karena mampu menyebarkan penyakit dan merusak tanaman holtikultura. Hal ini berdampak pada turunnya produktivitas petani. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh filtrat daun sukun ((Artocarpus altilis (Park) Fosberg)) terhadap mortalitas lalat buah. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian eksperimen dengan pola Rancangan Acak Lengkap (RAL). Filtrat yang digunakan yaitu filtrat daun sukun dengan konsentrasi 15%, 30%, 45%, 60%, 75%, dengan menggunakan sampel 10 ekor lalat buah setiap perlakuan, yang tediri dari 5 perlakuan, 2 perlakuan kontrol yaitu negatif, positif (bahan aktif Petrogenol) dan 4 kali ulangan. Hewan uji diamati selama 24 jam. Data yang diperoleh kemudian dianalisis dengan ANOVA (Analysis of Variance), dilanjutkan dengan uji BNT. Berdasarkan hasil penelitian bahwa filtrat daun sukun memiliki pengaruh sebagai insektisida alami lalat buah karena daun sukun memiliki kandungan seperti saponin, polifenol, tanin, asam hidrosianat, asetilkolin, flavonoid, dan riboflavin. kemudian menghitung persentase mortalitas dan natalitas lalat buah. Hasil penelitian menunjukkan bahwa mortalitas lalat buah tertinggi pada konsentrasi 75% sebanyak 97,5%, karena tingginya kadar zat aktif saponin dan flavonoid pada daun sukun sehingga lalat buah mengalami mortalitas yang tinggi dan mortalitas terendah terjadi pada konsentrasi 15% sebanyak 60%. Hal ini terjadi karena konsentrasi filtrat yang diberikan dalam jumlah yang sedikit dan kandungan zat aktif daun sukun sedikit sehingga jumlah mortalitas lalat buah rendah dibanding konsentrasi tertinggi. Hasil uji ANOVA mortalitas dan natalitas menunjukkan bahwa Fhitung > Ftabel, yang berarti bahwa Ha diterima.
Kata kunci: Daun Sukun ((Artocarpus altilis (Park) Fosberg)), Filtrat, Lalat Buah (Bactrocera dorsalis H), Mortalitas.
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Lalat buah (Bactrocera dorsalis H) merupakan salah satu hama yang
sangat merugikan, karena lalat mampu menyebarkan penyakit dan merusak
tanaman ± 75%. Jenis lalat yang menyerang buah di Indonesia dari genus
Bactrocera sp. Lalat buah banyak menyerang buah-buahan dan sayuran,
termasuk tanaman cabai. Luas serangan lalat buah di Indonesia diperkirakan
mencapai 4.790 ha dengan kerugian Rp 21,99 miliar. Serangan lalat buah
menyebabkan kerugian baik secara kuantitas maupun kualitas. Hama ini
merugikan petani karena menyerang langsung produk pertanian yaitu buah.
Serangan pada buah menyebabkan buah menjadi busuk basah karena bekas
serangan larva umumnya terinfeksi bakteri dan jamur.2
Lalat buah memiliki arti penting dalam budidaya tanaman buah-
buahan dan sayuran, namun keberadaan lalat buah pada tanaman buah-buahan
dan sayuran merupakan kendala agribisnis yang banyak dihadapi oleh petani,
karena kerusakan yang muncul dapat berupa kerusakan secara kualitatif
maupun kuantitatif. Lalat buah merupakan salah satu hama penyebab gagalnya
panen buah. Lalat buah dewasa ukurannya sedang dan berwarna kuning dan
sayapnya datar. Pada tepi ujung sayap ada bercak-bercak coklat kekuningan.
Pada kepalanya terdapat spot hitam berbentuk oval. Abdomennya ada pita-pita
berwarna hitam dan kuning di sisi lateral, sedangkan thoraxnya ada bercak-
2 Vincent Dean Sadewo, “Uji Kandungan Daun Sukun Sebagai Pestisida Nabati Terhadap
Hama Lalat”, (Yogyakarta: Jurnal Universitas Biologi Atma Jaya Yogyakarta), Vol. 9, 2015), h. 2.
bercak kekuningan dengan pola-pola yang jelas. Ovipositornya terdiri atas tiga
ruas dengan bahan seperti tanduk yang keras.3
Lalat buah memiliki sepasang sayap yang sangat baik untuk terbang.
Spesies lalat buah ini tidak menggigit makhluk hidup tetapi tetap berbahaya
karena membawa bakteri penyebab berbagai penyakit pada buah. Fakta
menarik dari lalat adalah memiliki indra penciuman yang sangat baik. Sejenis
jamur yang disebut stinkhron yang mengandung zat seperti agar-agar yang
lengket dan berbau tidak sedap sehingga sangat mengundang lalat. Lalat
memakan agar-agar itu dan menyebarkan spora jamurnya ketika terbang atau
hinggap.4
Pengendalian hama lalat buah dapat dilakukan dengan lima cara
seperti, pengendalian dengan Undang-Undang atau peraturan, secara kultur
teknik, secara fisik dan mekanik, secara hayati (Biologi), dan secara kimiawi.5
Pada kenyataannya pengendalian hama yang dilakukan oleh para petani saat
ini adalah kebanyakan menggunakan pestisida kimia tanpa pernah memikirkan
dampak dari penggunaan pestisida kimia. Lebih-lebih dengan menggunakan
dosis yang tidak sesuai atau berlebihan dapat menimbulkan dampak seperti
meninggalkan residu yang bisa merusak lingkungan ataupun yang lainnya.
Sehingga dalam mengatasi permasalahan dalam penelitian ini kami
menggunakan filtrat daun sukun ((Artocarpus altilis (Park) Fosberg)) yang
3 Anik Larasati dan Purnama Hidayat, Keanekaragaman dan Persebaran Lalat Buah
Tribe Dacini (Diptera: Tephritidae) di Kabupaten Bogor dan Sekitarnya, (Bogor: Departemen Proteksi Tanaman Institut Pertanian Bogor, 2013), Jurnal Entomologi Indonesia, Vol. 10 No. 2, h. 52.
4 Armandelta, Rahasiaku Ensiklopediaku, (Jakarta: Armandelta Selaras, 2008), h. 115. 5 Jumar, Etmologi Pertanian, (Jakarta: Rineka Cipta, 2000), h. 206.
dapat memberantas hama lalat buah (Bactrocera dorsalis) pada berbagai buah
yang busuk.
Salah satu alternatif untuk memberantas hama buah adalah dengan cara
melakukan pembuatan pestisida alami menggunakan daun sukun ((Artocarpus
altilis (Park) Fosberg)). Daun sukun memiliki senyawa aktif berupa saponin,
asam hidrosianat, polifenol, asetilcolin, riboflavin, fenol dan senyawa tanin.6
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Diah Asta Putri dalam
jurnalnya yang berjudul “Pengaruh Pemberian Ekstrak Daun Kersen
(Muntingia calabura) Terhadap Lalat Buah Bactrocera carambolae” yang
hasilnya menunjukkan bahwa pemberian ekstrak daun kersen (Muntingia
calabura) berpengaruh terhadap lalat buah (Bactrocera carambolae).
Konsentrasi ekstrak yang semakin tinggi menyebabkan menurunnya jumlah
pupa dan jumlah imago lalat buah yang muncul. Konsentrasi ekstrak 7,5%
paling tinggi dalam menurunkan jumlah pupa dan jumlah imago lalat buah
(Bactrocera carambolae).7
Penelitian yang dilakukan oleh Dian Astriani dalam jurnalnya yang
berjudul “Disinfestasi Lalat Buah (Bactrocera dorsalis Hendel) Pada Buah
Belimbing Manis Dengan Perlakuan Perendaman Menggunakan Ekstrak
Bagian Tanaman Pepaya” yang hasilnya menunjukkan bahwa ekstrak bagian
tanaman papaya dapat mempengaruhi kehidupan lalat buah. Konsentrasi 50%
6Herlina Widyaningrum dan Tim Solusi Alternatif, Kitab Tanaman Obat Nusantara,
(Yogyakarta: MedPress, 2011), h. 1071. 7Diah Asta Putri, Pengaruh Pemberian Ekstrak Daun Kersen (Muntingia calabura)
Terhadap Lalat Buah (Bactrocera Carambolae), Universitas Ahmad Dahlan, Journal of Biology, 9(2), 2016
4
mampu menurunkan jumlah imago yang muncul, sedangkan ukuran tubuhnya
sudah dapat ditekan dengan perendaman pada konsentrasi 25%.8
Berdasarkan hasil observasi awal di lapangan sekaligus wawancara
yang telah dilakukan pada tanggal 20 Januari 2017 pukul 16.35 Wita dengan
Bapak Fatah seorang pedagang buah yang ada di Dusun Sandik Atas, Desa
Sandik, Kecamatan Batulayar, Kabupaten Lombok Barat menyatakan bahwa,
“Jika ada buah yang mengalami bintik-bintik hitam itu ditandai adanya hama
yang menyerang sehingga menyebabkan buah yang terlalu lama terserang
akan menjadi busuk. Jika buah yang telah busuk sering terlihat lalat yang
berwarna kekuning-kuningan yang berdatangan untuk hinggap pada buah
yang sedikit membusuk, pada kondisi inilah yang membuat saya khawatir jika
salah satu buah yang sebagiannya busuk otomatis lalat-lalat tersebut
berdatangan dan tidak hanya hinggap pada buah yang busuk saja melainkan
buah yang masih sehat. Peneliti menemukan buah yang terserang oleh hama
lalat buah (Bactrocera dorsalis H). Gejala serangan hama lalat buah dapat
peneliti melihat secara langsung dengan adanya bintik-bintik hitam pada buah
sehingga menyebabkan buah menjadi membusuk.9
Untuk mengurangi dampak negatif, perlu menggunakan bahan alami,
salah satunya adalah daun sukun ((Artocarpus altilis (Park) Fosberg)) untuk
memberantas hama lalat buah, sehingga setelah diberikan perlakuan dengan
menggunakan filtrat daun sukun peneliti dapat melihat jumlah mortalitas dari
8 Dian Astriani,Disinfestasi Lalat Buah (Bactrocera dorsalis Hendel) Pada Buah
Belimbing Manis Dengan Perlakuan Perendaman Menggunakan Ekstrak Bagian Tanaman Pepaya, Yogyakarta: Universitas Mercu Buana.
9 Bapak Fatah, Narasumber Pada Wawancara Observasi Awal, Tanggal 20 Januari 2017, Pukul 16.35 WITA, Di Desa Sandik Kecamatan Batulayar Kabupaten Lombok Barat.
5
lalat buah (Bactrocera dorsalis H). Berdasarkan pemaparan latar belakang di
atas, maka peneliti ingin melakukan penelitian dengan judul “Pengaruh
Filtrat Daun Sukun ((Artocarpus altilis (Park) Fosberg)) Terhadap
Mortalitas Lalat Buah (Bactrocera dorsalis H)”.
B. Rumusan Masalah dan Batasan Masalah
1. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, rumusan masalah dalam
penelitian ini adalah “Apakah ada pengaruh filtrat daun sukun
((Artocarpus altilis (Park) Fosberg)) terhadap mortalitas lalat buah
(Bactrocera dorsalis H)”?.
2. Batasan Masalah
Berdasarkan objek yang diteliti, adapun batasan masalah dalam
penelitian ini adalah:
a. Filtrat daun sukun ((Artocarpus altilis (Park) Fosberg)), dapat diperoleh
dari hasil filtrat sederhana dengan cara dihaluskan terlebih dahulu
kemudian disaring sampai air hasil saringan bersih dari serat daun
sukun tersebut.
b. Penelitian ini menggunakan 5 perlakuan, ditambah 2 perlakuan kontrol
negatif dan kontrol positif , dengan 4 ulangan.
c. Konsentrasi filtrat yang digunakan meliputi 15%, 30%, 45%, 60%, dan
75%.
6
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penelitian
Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah “Untuk
mengetahui pengaruh filtrat daun sukun ((Artocarpus altilis (Park)
Fosberg)) terhadap mortalitas lalat buah (Bactrocera dorsalis H)”.
2. Manfaat Penelitian
Manfaat yang didapatkan dalam penelitian ini antara lain:
a. Manfaat Teoritis
Secara teori manfaat yang bisa diambil dari penelitian ini, antara
lain:
1) Melalui penelitian ini, diharapkan dapat menambah pengetahuan
mengenai potensi filtrat daun sukun ((Artocarpus altilis (Park)
Fosberg)), khususnya bagi peneliti.
2) Dapat dijadikan sumber informasi ilmiah bagi peneliti dalam
menambah khazanah ilmu pengetahuan mengenai alternatif tentang
kandungan yang terdapat pada daun sukun ((Artocarpus altilis
(Park) Fosberg)) yang dapat digunakan untuk mengatasi
permasalahan pada buah.
3) Dapat digunakan sebagai referensi bagi peneliti selanjutnya dalam
mengembangkan penelitiannya lebih luas tentang pengaruh filtrat
daun sukun ((Artocarpus altilis (Park) Fosberg)) terhadap
mortalitas lalat buah (Bactrocera dorsalis H).
7
b. Manfaat Praktis
Adapun manfaat praktis yang dapat diambil dari penelitian ini,
antara lain:
1) Memberikan informasi pada masyarakat yang sebagian besar
berpotensi sebagai petani dan pedagang buah untuk memanfaatkan
filtrat daun sukun ((Artocarpus altilis (Park) Fosberg)) untuk
memberantas lalat buah (Bactrocera dorsalis H) secara alami dan
tidak merusak lingkungan sekitar.
2) Memberikan peluang besar pada semua masyarakat agar dapat
memanfaatkan daun sukun yang ada disekitarnya untuk dijadikan
sebagai pestisida alami dalam kehidupan sehari-hari di masyarakat
dan dapat bernilai ekonomis.
D. Penegasan Istilah
Untuk menghindari kekeliruan dan perluasan makna terhadap variabel-
variabel dalam penelitian ini, maka akan dijelaskan secara terperinci mengenai
istilah-istilah yang digunakan pada judul sebagai berikut:
1. Daun sukun ((Artocarpus altilis (Park) Fosberg))
Daun sukun dalah organ tumbuhan berbentuk pipih, melebar dan
berwarna hijau.10 Daun sukun memiliki kandungan kimia antara lain,
saponin, polifenol, tannin dan sebagai insektisida serangga, serta
10
Gembong Tjitrosoepomo, Taksonomi Tumbuhan (Spermatophyta), (Yogyakarta: Gadjah Mada University Press, 2010), h. 70.
8
antimikroba terhadap bakteri dan jamur.11 Daun yang digunakan dalam
penelitian ini adalah daun sukun ((Artocarpus altilis (Park) Fosberg)).
2. Filtrat
Filtrat adalah air atau larutan hasil filtrat. Air yang dimaksud ialah
hasil saringan dari daun sukun yang sudah dihaluskan terlebih dahulu.12
Filtrat merupakan hasil campuran antara zat terlarut dan pelarut, yang
kemudian disaring (filtrasi).13 Filtrat yang digunakan dalam penelitian ini
adalah daun sukun yang telah diencerkan dengan pelarut air.
3. Mortalitas
Mortalitas adalah ukuran jumlah kematian (umumnya, atau karena
akibat yang spesifik) pada suatu populasi, skala besar suatu populasi.14
Mortalitas adalah laju kematian yang dinyatakan dalam persentase jumlah
per satuan waktu terhadap keseluruhan jumlah populasi.15 Mortalitas yang
akan diamati pada penelitian ini adalah mortalitas dari lalat buah setelah
diberikan perlakuan dengan filtrat daun sukun (((Artocarpus altilis (Park)
Fosberg)). Adapun rumus mortalitas yang digunakan sebagai berikut:
Putri, Diah Asta, Pengaruh Pemberian Filtrat Daun Kersen (Muntingia calabura) Terhadap Lalat Buah (Bactrocera Carambolae), Universitas Ahmad Dahlan, Journal of Biology, 9(2), 2016.
13 Jumar. Etmologi Pertanian (Jakarta: Rineka Cipta, 2000), h. 32.
14 Pracaya, Hama Dan Penyakit Tanaman, (Jakarta: Penebar Swadaya, 2004), h. 20.
15 Mien A. Rifai, Kamus Biologi, (Jakarta: Balai Pustaka, 2004), h. 308.
9
4. Lalat buah (Bactrocera dorsalis H)
Adalah salah satu hama yang sangat merugikan, karena lalat
tersebut mampu menyebarkan penyakit dan merusak tanaman hortikultura
menjadi busuk, seperti jambu biji, apel, nangka, dan lain-lain.16 Lalat buah
mempunyai tubuh yang berbuku-buku, baik ruas tubuh utama maupun alat
tambahan.17 Lalat buah yang digunakan dalam penelitian adalah lalat buah
jenis (Bactrocera dorsalis H).
16Miki Andri, Jasmi, Pengaruh Ekstrak Cengkeh (Eugenia aromatica L.) Terhadap
Kunjungan Lalat Buah (Bactrocera dorsalis Hend), (Jurnal Biologi, Sumatra Barat: STKIP PGRI).
17 Dian Astriani,Disinfestasi Lalat Buah (Bactrocera dorsalis Hendel) Pada Buah
Belimbing Manis Dengan Perlakuan Perendaman Menggunakan Ekstrak Bagian Tanaman Pepaya, Yogyakarta: Universitas Mercu Buana.
10
BAB II
KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN
A. Tinjauan Tentang Daun Sukun ((Artocarpus altilis (Park) Fosberg))
Artinya: “Dan Dialah yang menurunkan air hujan dari langit, lalu kami tumbuhkan dengan air itu segala macam tumbuh-tumbuhan maka kami keluarkan dari tumbuh-tumbuhan itu tanaman yang menghijau. Kami keluarkan dari tanaman yang menghijau itu butir yang banyak dan dari mayang kurma mengurai tangkai-tangkai yang menjulai, dan kebun-kebun anggur, dan (kami keluarkan pula) zaitun dan delima yang serupa dan yang tidak serupa. Perhatikanlah buahnya di waktu pohonnya berbuah dan (perhatikan pulalah) kematangannya. Sesungguhnya pada yang demikian itu ada tanda-tanda (kekuasaan Allah) bagi orang-orang yang beriman. (Q.S. Al-An’am: 99).20
Tafsir dari Qur’an surah Al-An’am ayat 99 yakni adalah salah satu
nikmatNya yang besar yang diperlukan oleh manusia dan lain-lainnya
bahwa Allah menurunkan air dari langit yang datang silih berganti. Lalu
Allah menumbuhkan segala sesuatu yang dimakan oleh manusia dan
binatang, maka makhluk menikmati karunia Allah, hidup lapang dengan
rizkiNya, dan bersuka cita dengan kebaikanNya. Kekeringan, kekurangan
dan paceklik lenyap dari mereka. Hati berbunga-bunga, wajah berseri-seri,
para hamba meraih rahmat Allah yang Maha Pengasih lagi Maha
Penyayang berupa sesuatu yang dengannya mereka merasakan nikmat dan
suka cita. Hal itu mengharuskan mereka mengeluarkan upaya untuk
mensyukuri Dzat yang telah melimpahkan nikmat-nikmat, dengan
menyembahNya, kembali kepadaNya dan mencintaiNya.
Manakala Allah menyebutkan bermacam pohon dan tumbuhan
yang ditumbuhkan oleh air, Allah menyebutkan tanaman pangan dan
pohon kurma karena manfaatnya yang banyak, dan sebagai makanan
pokok bagi manusia berupa gandum, jewawut, jagung, padi, dan tanaman-
19 QS. Al-An’am [6]: 99. 20 N. Burhanudin, Al-Qur’an Keluarga Edisi Hasanah, (Bandung: CV. Media Fitrah
Rabbani, 2012), h. 140.
12
tanaman pangan lainnya. Semuanya berasal dari bahan yang satu yang
tidak tercampur aduk. Bahkan ia berupa butir-butir yang terpisah-pisah
dari asal yang satu, dan ia juga menunjukkan kepada banyaknya dan
keluasan hasil dan produknya, agar asal bijinya tetap ada sementara
sisanya dalam jumlah yang besar dimakan dan disimpan.
FirmanNya “Yang serupa dan yang tidak serupa” ada
kemungkinan ia kembali kepada delima dan zaitun, yakni serupa pohon
dan daunnya namun tidak serupa buahnya. Ada kemungkinan lain, ia
kembali kepada semua pohon dan buah-buahan. Sebagian darinya mirip
dengan sebagian yang lain dan ciri-cirinya tidak jauh berbeda, dan
sebagian yang lain benar-benar berbeda. Dari semua itu manusia
mengambil manfaat, menikmati buah-buahan dan menjadikannya sebagai
bahan makanan dan mereka juga bisa mengambil pelajaran. Oleh karena
itu, Allah memerintahkan agar mengambil pelajaran darinya. Dia
berfirman, “Perhatikanlah”. Maksudnya, perhatikanlah waktu ia muncul
dan waktu ia matang dan ranum. Karena hal itu mengandung pelajaran-
pelajaran dan tanda-tanda kebesaran Allah sebagai bukti rahmatNya,
keluasan karuniaNya dan kemurahanNya serta kesempurnaan kodratNya,
dan perhatianNya kepada hamba-hambaNya. Akan tetapi tidak semua
orang mau memperhatikan dan mengambil pelajaran, dan tidak semua
merenungkan pasti mengetahui rahasia yang dimaksud. Oleh karena itu,
Allah membatasi pengambilan manfaat dari tanda-tanda kebesaran Allah
pada orang-orang mukmin.
13
Allah berfirman, “Sesungguhnya pada yang demikian itu ada
tanda-tanda (kekuasaan Allah) bagi orang-orang yang beriman”. Karena
orang-orang mukmin terdorong oleh iman mereka untuk beramal sesuai
dengan tuntutan dan kezalimannya yang mana salah satunya adalah
tafakur terhadap ayat-ayat Allah, mengambil hasil dari maksud dan
targetnya dari segi akal fitrah dan syariat.21
Tanaman sukun dengan ketinggian 700 meter di atas permukaan
laut (dpl), namun kadang-kadang terdapat juga pada tempat yang memiliki
ketinggian 1.500 meter dpl. Tanaman ini dapat tumbuh baik di daerah
panas yang suhu rata-rata sekitar 20-40 0C yang beriklim basah dengan
curah hujan 2.000-3.000 mm/tahun dan kelembaban relatif 70-90 %.
Menurut Alrasjid (1993: 5) tanaman sukun menyukai lahan terbuka dan
banyak menerima sinar matahari. Keberadaan tanaman sukun di suatu
tempat merupakan indikator bahwa tanaman sukun bisa tumbuh dengan
baik di daerah tersebut asal tidak berkabut. Tanaman sukun dapat tumbuh
pada semua jenis tanah seperti tanah Podsolik merah kuning, tanah
berkapur dan tanah berpasir (Regosol), namun akan lebih baik apabila
ditanam pada tanah Alluvial yang gembur, bersolum dalam, banyak
mengandung humus, tersedia air tanah yang cukup dangkal dan memiliki
pH tanah sekitar 5-7. Umumnya pertumbuhan tanaman sukun tidak baik
apabila ditanam pada tanah yang memiliki kadar garam (NaCl) tinggi.
Demikian pula penanaman sukun di daerah yang beriklim kering, dimana
tanaman sering mengalami stress karena kekurangan air (Drought stress)
dapat menyebabkan perontokan buah.
3. Taksonomi dan Morfologi Sukun ((Artocarpus altilis (Park) Fosberg))
a. Taksonomi Sukun ((Artocarpus altilis (Park) Fosberg))
Dalam sistem taksonomi, sukun merupakan tumbuhan yang
termasuk kedalam tumbuhan berbiji (Spermatophyta) dengan biji
tertutup (Angiospermae).22 Adapun taksonomi sukun sebagai berikut:
Kingdom : Plantae Filum : Magnoliophyta Kelas : Magnoliopsida Ordo : Rosales Famili : Moraceae Genus : Artocarpus Spesies : Artocarpus altilis (Park) Fosberg.23
b. Morfologi Sukun (Artocarpus altilis (Parkinson) Fosberg)
Sukun ((Artocarpus altilis (Park) Fosberg)) adalah tumbuhan
dari genus Artocarpus dalam famili Moraceae yang banyak terdapat di
kawasan tropika seperti Malaysia dan Indonesia. Ketinggian tanaman
ini biasa mencapai 20 meter.
Di pulau Jawa tanaman ini dijadikan tanaman budidaya oleh
masyarakat. Sukun menyukai iklim tropis, meliputi suhu 20-40 0C.
Tanaman sukun tumbuh dengan baik di dataran rendah, ketinggian
kurang dari 600 m diatas permukaan laut.
22 Gembong Tjitrosoepomo, Taksonomi Tumbuhan (Spermatophyta), (Yogyakarta:
Gadjah Mada University Press, 2010), h. 2. 23 M.Harja Efendi dan Ahmad Fadli, Klasifikasi & Nama Latin Hewan Dan Tumbuhan,
(Yogyakarta: Yayasan Tadulakota, 2013), h. 53.
15
Gambar 1
Pohon Tanaman Sukun ((Artocarpus altilis (Park) Fosberg)) 24
Keterangan gambar 1:
1. Buah (Fructus)
2. Daun (Folium)
3. Batang (Caulis)
Adapun morfologi tanaman sukun ((Artocarpus altilis (Park)
Fosberg)) antara lain, sebagai berikut:
1) Alat Hara (Organum nutritivum)
a) Akar (Radix)
Akar (Radix) adalah bagian pokok (Organum
nutritivum) bagi tumbuhan yang tubuhnya telah merupakan
kormus.25
24
Lestiani Agustin, Uji Aktivitas Anti hiperglikemia Ekstrak Etanol Daun Sukun (Artocarpus altilis) Pada Mencit SwisWebster Jantan Dengan Metode Uji Toleransi Glukosa,Bandung, 2015.
25 Gembong Tjitrosoepomo, Morfologi Tumbuhan, (Yogyakarta: Gadjah Mada University Press, 2011), h. 89.
1
2
3
16
Gambar 2
Akar Sukun ((Artocarpus altilis (Park) Fosberg)) 26
Tanaman sukun mempunyai akar tunggang yang dalam
dan akar samping dangkal. Akar samping dapat menyebabkan
tumbuhnya tunas baru yang sering digunakan untuk bibit. Akar
tanaman sukun tergolong akar adventif karena sebagian besar
menyebar di dekat permukaan tanah.27
b) Batang (Caulis)
Tinggi pohon sukun dapat mencapai 20-40 m. Batang
pohonnya tegak. Cabang-cabangnya teratur rapi dan berjauhan
dengan daun yang terletak di ujung cabang. Ini menyebabkan
tanaman sukun jarang terkena penyakit sebab kelembaban
tanaman menjadi terjaga (R. Sudiro, Didiet. 2005).
26Hamdan Adma Adinugraha, Perkembangan Teknik Budidaya Sukun (Artocarpus altilis), (Jakarta: IPB Press, 2014), h. 7.
berbiji adalah pembuahan yang mengalami kegagalan. Meski
penyerbukan bunga sukun dibantu oleh serangga yang sering
berkunjung, peranan serangga kurang.
B. Jenis-Jenis Sukun
Ada tiga jenis sukun yang beredar di Indonesia, yakni sukun kecil atau
sukun kuning, sukun medium, dan sukun gundul, yang merupakan jenis buah
sukun paling besar dengan berat rata-rata 2,5-4 kg. Menurut Lies (2006), di
Indonesia ada tiga jenis sukun yang dibedakan berdasarkan sifat morfologi
utamanya, menyangkut ukuran buah, bentuk dan kedudukan daun.
1. Varietas I
Sukun varietas ini memiliki ciri-ciri morfologi:
a) Buah berukuran kecil.
b) Daun menyirip, tepi daun bergerigi dengan lekuk dangkal.
c) Kedudukan daun agak menuncup ke atas.
37Http//www.Gambar+Biji+Sukun&client,Diakses tanggal 3 Mei 2017 Pukul 10.15
WITA.
Biji sukun (Semen)
22
2. Varietas II
Sukun varietas ini memiliki ciri-ciri morfologi:
a) Buah berukuran medium (sedang).
b) Daun menyirip, tepi daun bergerigi dengan lekuk dangkal.
c) Kedudukan daun agak menguncup ke atas.
d) Varietas ini jarang ditemukan.
3. Varietas III
Varietas ini memiliki ciri-ciri morfologi:
a) Buah berukuran besar.
b) Daun menyirip, tepi daun bergerigi dengan lekuk dalam.
c) Kedudukan daun mendatar.38
C. Kandungan dan Manfaat Daun sukun ((Artocarpus altilis (Park)
Fosberg))
Daun sukun memiliki kandungan kimia antara lain saponin, polifenol,
tanin, asam hidrosianat, asetilkolin, flavonoid, dan riboflavin. Daun sukun
yang kuning mengandung fenol, kuersetin, dan kamferol. Berdasarkan
kandungan kimia yang terkandung dalam daun sukun yaitu polifenol yang
telah terbukti dapat digunakan sebagai antimikroba. Senyawa flavonoid
mempunyai efek toksik pada serangga melalui beberapa mekanisme seperti
sebagai anti proliferatif yaitu dengan cara menghambat transduksi signal ke
nukleus sel serangga, senyawa insektisida saponin dapat menghambat
pertumbuhan sel, serta dapat menyebabkan kematian pada lalat buah, lalat
38Ibid., Ketty Husnia Wardany, h. 6-16.
23
rumah (Musca domestica) , dan nyamuk. Adapun bahan aktif pada daun
sukun yaitu Eugenol sebagai fungsida, Tymol sebagai repellent (penghalau
serangga) termasuk nyamuk, dan metil eugenol, sebagai atraktan (pemikat)
hama lalat buah.39
Daun sukun ((Artocarpus altilis (Park) Fosberg)) belum banyak
dimanfaatkan, akan tetapi daun sukun dapat dijadikan insektisida alami
dengan cara mengambil filtrat daunnya, karena daun tanaman sukun
((Artocarpus altilis (Park) Fosberg)) mengandung beberapa zat berkhasiat
seperti saponin, polifenol, asam hidrosianat, asetilcolin, tanin, riboflavin, dan
phenol. Daun tanaman ini juga mengandung quercetin, champorol dan
artoindonesianin yang termasuk kelompok senyawa dari flavonoid yang
mempunyai efek toksik pada serangga seperti kutu, lalat rumah, lalat buah,
dan ulat.40 Beberapa senyawa yang terkandung dalam tumbuhan sukun dan
berfungsi sebagai insektisida yaitu golongan sianida, saponin, tanin,
flavonoid, steroid dan minyak atsiri. Tanaman sukun ((Artocarpus altilis
(Park) Fosberg)) merupakan salah satu tanaman yang memiliki kandungan
senyawa insektisida seperti senyawa saponin, tanin, dan flavonoid yang
mempunyai dampak terhadap serangga. Maka daun tanaman sukun adalah
tanaman yang berpotensi digunakan sebagai insektisida nabati.41
39Ibid., Ketty Husnia Wardany, h. 10. 40Ibid., h. 36. 41Fitri Sitorus dan Wirsal Hasan,Pemanfaatan Daun Tanaman Sukun (Artocarpus altilis)
Sebagai Anti Nyamuk Mat Elektrik Dalam Membunuh Nyamuk Aedes sp.(Medan: Universitas Sumatera Utara).
24
D. Tinjauan Tentang Lalat Buah (Bactrocera dorsalis H)
1. Lalat Buah dan Habitat Lalat Buah (Bactrocera dorsalis H)
Lalat buah (Bactrocera dorsalis H) adalah hama yang banyak
menyerang buah-buahan dan sayuran. Serangan lalat buah diperkirakan
mencapai 4.790 ha dengan kerugian Rp 21,99 miliar. Lalat buah
merupakan salah satu hama penyebab gagalnya panen buah.42 Lalat buah
merupakan salah satu hama potensial yang sangat ganas pada tanaman
hortikultura di dunia. Pada populasi yang tinggi, intensitas serangannya
dapat mencapai 100%. Oleh karena itu, hama ini telah menarik perhatian
seluruh dunia untuk melaksanakan upaya pengendalian secara
terprogram.43
Hama lalat buah pada tanaman mangga banyak dijumpai di daerah
Jawa Barat, Jawa Tengah, Yogyakarta, Jawa Timur, dan Nusa Tenggara
Timur. Lalat buah yang mempunyai ukuran tubuh relatif kecil dan siklus
hidup yang pendek peka terhadap lingkungan yang kurang baik. Suhu
optimal untuk perkembangan lalat buah 26 0C, sedangkan kelembaban
relatif sekitar 70%. Kelembaban tanah sangat berpengaruh terhadap
perkembangan pupa. Kelembaban tanah yang sesuai untuk stadia pupa
adalah 0-9%. Cahaya mempunyai pengaruh langsung terhadap
perkembangan lalat buah. Lalat buah betina akan meletakkan telur lebih
cepat dalam kondisi yang terang, sebaliknya pupa lalat buah tidak akan
42Vincent Dean Sadewo, “Uji Ekstrak Daun Sukun Sebagai Pestisida Nabati Terhadap
Hama Lalat ”, (Jurnal Universitas Biologi Atma Jaya Yogyakarta, Vol. 9, 2015), h. 2. 43Http://Faedul Khobir_Identifikasi Spesies Lalat Buah Pada Buah Yang Di
Perdagangkan Di Pasar Bertais Kecamatan Sandubaya Kota Mataram Tahun 2001. Html. Diakses pada 1 Maret 2017 Pukul 11.00 WITA.
menetas apabila terkena sinar.44 Lalat buah membutuhkan suhu rendah, 20-
26 0C. suhu yang lebih tinggi dapat menyengat tubuhnya, lalat-lalat muda
diketemukan mati sampai 80% pada suhu 33 0C. Bila saat musim berbunga
dan berbuah suhu senantiasa tinggi, maka serangan lalat buah akan
berkurang.
2. Taksonomi dan Morfologi Lalat Buah (Bactrocera dorsalis H)
a. Taksonomi Lalat Buah (Bactrocera dorsalis H)
Di Indonesia pada saat ini ada 66 spesies lalat buah,
diantaranya yang dikenal sangat merusak adalah Bactrocera sp.
Menurut Drew and Hancock (1994) dalam Yulistiono (2009),
klasifikasi lalat buah adalah sebagai berikut:
Kingdom : Animalia Phylum : Arthropoda Kelas : Insecta Ordo : Diptera Famili : Tephritidae Genus : Bactrocera Spesies : Bactrocera dorsalis H
b. Morfologi Lalat Buah (Bactrocera dorsalis H)
Lalat buah merupakan hama yang menjadi perhatian dunia di
dalam kegiatan ekspor import buah-buahan yang dilakukan oleh suatu
Negara. Lalat dewasa memiliki bercak-bercak atau bintik-bintik hiasan
berwarna hitam, putih, atau kekuningan pada sayapnya. Sayapnya
transparan. Badannya pada beberapa bagian berwarna hitam, kemerah-
merahan, atau kekuning-kuningan. Pada ruas belakang badan terdapat
44Http://Cyber Extension Kementerian Pertanian-Pusat Penyuluhan Pertanian Badan Penyuluhan dan Pengembanga SD Pertanian.html. Diakses tanggal 1 Maret 2017 Pukul 11.05 WITA.
26
alat peletak telur sama seperti serangga lain, namun bentuknya pipih.
Inilah sifat khas lalat buah hanya bisa bertelur di dalam buah. Adapun
ciri-ciri lalat buah antara lain:
1) Lalat buah mempunyai tubuh yang berbuku-buku, baik ruas tubuh
utama maupun alat tambahan, misalnya kaki dan antena.
2) Anggota ordo diptera, lalat buah mempunyai dua sayap. Sayap
yang berkembang adalah sayap bagian depan. Sayap belakang
mengecil dan berubah menjadi alat keseimbangan disebut halter.
3) Lalat buah mengalami perubahan bentuk tubuh (metamorfosis
sempurna), melalui tahap telur, larva, pupa, dan lalat dewasa.
Gambar 8
Morfologi Lalat Buah (Bactrocera dorsalis H)45
Keterangan gambar 8:
1. Kepala (Caput)
2. Dada (Thorax)
3. Badan (Truncus)
45 Ni Kadek Nita KarlinaAstriyani, Keanekaragaman dan Dinamika Populasi Lalat Buah
(Diptera: Tephritidae) Yang Menyerang Tanaman Buah-Buahan Di Bali, Tesis, Universitas Udayana. h. 7.
1
2
3
27
Lalat buah berukuran 1-6 mm, berkepala besar, berleher sangat
kecil. Warnanya sangat bervariasi, kuning cerah, oranye, hitam,
cokelat, dan bersayap datar. Pada tepi ujung sayap ada bercak-bercak
coklat kekuningan. Pada Abdomennya terdapat pita-pita hitam,
sedangkan pada thoraxnya terdapat bercak-bercak kekuningan. Disebut
Tephtridae berarti bor, karena terdapat Ovipositor pada lalat betina.
Bagian tubuh itu berguna memasukkan telur ke dalam buah.
Ovipositornya terdiri dari tiga ruas dengan bahan seperti tanduk yang
keras. Lalat dewasa memiliki bercak-bercak atau bintik-bintik hiasan
berwarna hitam, putih, atau kekuningan pada sayapnya. Sayapnya
sendiri transparan. Badannya pada beberapa bagian berwarna hitam,
kemerah-merahan, atau kekuning-kuningan. Pada ruas belakang badan
terdapat alat peletak telur (Ovipositor) sama seperti serangga lain,
namun bentuknya pipih. Dengan alat ini lalat hanya bertelur di dalam
buah. 46
Lalat buah ada yang berukuran kecil dan ada pula yang sedang.
Panjangnya ± 1 mm-6 mm, biasanya berwarna cerah kuning, cokelat,
oranye, hitam atau kombinasi dari warna tersebut, abdomennya
biasanya terdiri dari 5 ruas, kepalanya besar, lebar dengan leher yang
sangat kecil. Biasanya sayapnya lebar dengan bercak-bercak hitam.
Lalat betina mempunyai ovipositor yang dipergunakan untuk
memasukkan telur ke dalam buah. Larvanya langsing, panjangnya
46Http://Lalat Buah Bactrocera sp. Diakses tanggal 25 Februari 2017 Pukul 16.03 WITA.
28
lebih kurang 10 mm, larvanya biasa melenting dengan melingkarkan
badannya kemudian meloncat. Larva ini tak berkaki dan dapat
membuat terowongan dalam jaringan tanaman. Berpupa dalam
terowongan (dalam tanah).47
Lalat buah (Dacus cucurbitae), berwarna kuning dengan sedikit
bercak-bercak pada tubuhnya. Mobilitas hama ini tinggi karena
memiliki sayap yang membuatnya mampu terbang jauh. Biasanya,
serangga betina dewasa meletakkan telur-telurnya di dalam buah,
melalui alat penusuk yang dimilikinya. Bekas tusukan ini tampak
berupa bintik-bintik hitam pada kulit buah. Jika menetas, telur-telur itu
akan berkembang menjadi belatung yang merusak daging buah.
3. Jenis-Jenis Lalat Buah (Bactrocera sp)
Tephritidae yang merupakan keluarga lalat buah, kelompok
pertama terdiri dari empat genus, yaitu genus Ceratilis, Anastrepha,
Dacus, dan Rhagoletis.
a. Genus Ceratilis
Genus Ceratilis diduga memiliki lebih dari 100 jenis, enam di
antaranya merupakan hama yang sangat ditakuti. Salah satu yang paling
dikenal dan ditakuti adalah Ceratitis capitata Wied. Jenis betina dari
genus Ceratilis ini bertelur 2-10 butir. Telur-telur menetas setelah 2-20
hari. Seekor betina dapat bertelur sampai 800 butir selama hidupnya.
Panjang belatungnya ± 0,8 cm, hidup selama 10 hari-6 minggu.
47 Pracaya, Hama Dan Penyakit Tanaman, (Jakarta: Penebar Swadaya, 2004), h. 92.
29
b. Genus Anastrepha
Genus Anastrepha diperkirakan memiliki 150-200 jenis. Lalat
ini berasal dari Karibia, Meksiko, Amerika Selatan. Jenis lalat ini
badannya sedikit lebih besar dari lalat rumah. Sayap dan badannya
bertanda jelas warna cokelat, dan kuning. Lalat betinanya tampak lebih
mudah dikenal, perutnya panjang, ramping, dan jelas alat peletak
telurnya.
c. Genus Dacus
Di Negara ASEAN diduga ada ± 200 jenis Dacus, 30-40 jenis
diantaranya merupakan lalat buah potensial penghancur usaha tani
hortikultura. Jenis lalat ini berwarna merah daun muda. Punggung
dadanya kehitam-hitaman dengan dua gurat kuning membujur.
Punggung perut memiliki tiga gurat hitam melintang sebelah muka dan
sebuah gurat hitam pada bagian belakang. Si betina sekali bertelur dapat
mencapai 15 butir. Stadium larva terjadi selama 6-9 hari. Larva
berkepompong di dalam tanah selama 6-12 hari. Ujung perut lalat
betina runcing, sedangkan jantan bulat. Sayap-sayapnya transparan
dengan panjang 5-7,5 mm.
d. Genus Rhagoletis
Genus Rhagoletis memiliki ± 50 jenis. Merupakan lalat buah
yang berasal dari daerah subtropis dan iklim dingin. Lalat ini berwarna
hitam dengan garis-garis kuning, pembatas pada dada, dan garis-garis
putih pada perutnya, jumlah empat pada betina dan tiga pada jantan atau
30
tidak bergaris. Lalat ini ukurannya lebih kecil dari lalat rumah.
Sayapnya menarik dengan empat garis hitam yang miring. Betinanya
hanya meletakkan satu telur dan menetas setelah 5-10 hari. Masa
bertelurnya ± 25 hari dan bertelur sebanyak 386 butir. Kepompongnya
berada di dalam tanah sedalam 2,5-15 cm.
4. Perilaku Lalat Buah
Lalat buah dewasa memakan cairan atau sekresi yang dikeluarkan
oleh pelbagai jenis kumbang atau serangga lain. Binatang ini tertarik dan
terangsang pada visualisasi warna kuning. Lalat buah memiliki indera
penciuman yang sangat tajam pada antenanya. Dengan indera penciuman
ini lalat buah dapat mengenali bau tiap-tiap tanaman buah melalui aroma
atau ekstraksi-ekstraksi ester dan asam organik yang semerbak dari
masing-masing tanaman.
Perilaku lainnya pada beberapa jenis lalat buah bila berjalan atau
beristirahat sering menggerak-gerakkan sayapnya. Saat musim dingin, lalat
beterbangan ke hutan menghindari suhu dingin. Dengan demikian populasi
lalat di hutan dapat lebih tinggi dan lebih stabil. Hutan-hutan ini harus
menjadi perhatian dalam program pemberantasan dan penekanan
perkembangan lalat buah. Bila saat birahi tiba, lalat betina menyebarkan
wewangian khas, wewangian birahi, yang disebut Pheromone. Dengan
indera penciuman pada antenanya lalat jantan mudah menemukan
undangan tersebut dan mendatanginya. Biasanya perkawinan dilakukan
pada pagi hari, pada daun, buah tempat mereka hinggap.
31
Telur-telur lalat buah bukan semata telur lalat buah saja, tetapi
telur-telur yang punya pengikut atau pengiring. Pengiring itu adalah
bakteri. Bakteri-bakteri pembusuk ini memang hidup dalam tubuh lalat
buah, lalat buah dan bakteri hidup bersama saling menguntungkan
(simbiosis mutualisme) dalam proses kehidupannya lalat buah
membutuhkan enzim-enzim pencernaan dan vitamin. Seekor lalat buah
dapat hidup antara 24-460 hari.
Tabel 1
Perilaku Lalat Buah (Bactrocera sp)48
No Perkembangan Buah
Media Lingkungan Prilaku Lalat
1 Saat buah pentil Semerbak wewangian kimiawi bagian-bagian vegetatif tanaman, ekstraksi-ekstraksi ester.
Lalat beterbangan ke seluruh areal.
2 Saat buah muda Aroma buah mulai semerbak, ekstraksi-ekstraksi ester. Rangsangan pembentukan telur.
Lalat mulai hinggap di pohon. Ovarinya mulai menghasilkan telur.
3 Saat buah tua/masak
Aroma buah semerbak, ekstraksi-ekstraksi ester dan asam organik. Buah mulai berwarna kuning. Rangsangan pembentukan telur.
Lalat hinggap pada buah. Mulai bertelur.
4 Saat buah telah tercemar/buah telah berulat
Semerbak substansi kimiawi bekas diteluri.
Lalat mulai beterbangan meninggalkan pohon. Kesuburan lalat menurun.
48 Moehd Baga Kalie, Mengatasi Buah Rontok, Busuk, dan Berulat, (Jakarta: Penebar
Swadaya, 1992), h. 108.
32
5. Siklus Hidup Lalat Buah (Bactrocera dorsalis H)
Siklus hidup lalat buah sebagai berikut, metamorfosis pada lalat
buah termasuk metamorfosis sempurna, yaitu dari telur → Larva instar I
→ Larva instar II → Larva instar III → Pupa → Imago. Perkembangan
dimulai segera setelah terjadi fertilisasi, yang terdiri dari dua periode.
Pertama, periode Embrionik di dalam telur pada saat fertilisasi sampai
pada saat Larva muda menetas dari telur dan ini terjadi dalam waktu
kurang lebih 24 jam. Dan pada saat seperti ini, Larva tidak berhenti-
berhenti untuk makan. Kedua, periode setelah menetas dari telur dan
disebut perkembangan Postembrionik yang dibagi menjadi tiga tahap,
yaitu Larva, Pupa, dan Imago (fase seksual dengan perkembangan pada
sayap).
Gambar 9 Siklus hidup lalat buah (Bactrocera dorsalis H)
Keterangan gambar 9:
1. Telur (Egg)
2. Larva
3. Kepompong (Pupa)
1
2
3
4
33
4. Lalat dewasa (Imago)
Formasi lainnya pada perkembangan secara seksual terjadi pada
saat dewasa. Telur lalat buah berbentuk benda kecil bulat panjang dan
biasanya diletakkan di permukaan makanan. Betina dewasa mulai bertelur
pada hari kedua setelah menjadi lalat dewasa dan meningkat hingga
seminggu sampai betina meletakkan 50-75 telur perhari dan maksimal
400-500 buah dalam 10 hari. Telur dilapisi oleh dua lapisan, yaitu satu
selaput Vitellin tipis yang mengelilingi Sitoplasma dan suatu selaput tipis
tapi kuat (Korion) di bagian luar dan di anteriornya terdapat dua tangkai
tipis. Korion mempunyai kulit bagian luar yang keras dari telur tersebut.
Larva berwarna putih, bersegmen, berbentuk seperti cacing, dan menggali
dengan mulut berwarna hitam di dekat kepala. Untuk pernafasan pada
Trakea, terdapat sepasang Spirakel yang keduanya berada pada ujung
Anterior dan Posterior. Saat kutikula tidak lunak, larva muda secara
periodik berganti kulit untuk mencapai ukuran dewasa. Kutikula lama
dibuang dan integumen baru diperluas dengan kecepatan makan yang
tinggi. Selama periode pergantian kulit, Larva disebut instar.49
Instar pertama adalah Larva sesudah menetas sampai pergantian
kulit pertama. Dan indikasi instar adalah ukuran Larva dan jumlah gigi
pada mulut hitamnya. Sesudah pergantian kulit yang kedua, Larva (instar
ketiga) makan hingga siap untuk membentuk Pupa. Pada tahap terakhir,
Larva instar ketiga merayap ke atas permukaan medium makanan ke
49Http://Catatan Panca Neutron Putra Mahkota Morfologi Lalat Buah
Drosophilamelanogaster. Diakses tanggal 7 Maret 2017 Pukul 14.23 WITA.
oleh dinding usus kemudian beredar bersama darah yang akan mengganggu
metabolisme tubuh lalat sehingga akan kekurangan energi untuk aktivitas
hidupnya yang akan mengakibatkan lalat itu kejang dan akhirnya mengalami
kematian. Daun sukun yang kuning dan kering mengandung fenol, kuersetin,
dan kamferol yang mempunyai efek racun ketika termakan oleh serangga.68
Mekanisme filtrat daun sukun terhadap serangga ada tiga mekanisme
efek toksik, mekanisme pertama yakni sebagai antiproliferatif, menghambat
transduksi signal ke nukleus sel, mekanisme kedua menginduksi fragmentasi
DNA sehingga menyebabkan apoptosis sel, dan mekanisme ketiga
menghambat aktivasi protein kinase pada daerah pengikatan ATP sehingga sel
menjadi terhambat.69
Perbedaan penelitian terdahulu dengan penelitian saat ini, pada
penelitian terdahulu menggunakan ekstrak daun sukun terhadap mortalitas
walang sangit, ekstrak daun sukun memiliki kadar tannin sebesar 593,596
mg, dengan menggunakan konsentrasi tertinggi yaitu 20% ekstrak ini
memiliki rata-rata persentase kematian sebesar 83,3% pada walang sangit.
Sedangkan pada penelitian saat ini menggunakan filtrat daun sukun
((Artocarpus altilis (Park) Fosberg)) terhadap mortalitas lalat buah
(Bactrocera dorsalis H), filtrat daun sukun memiliki kandungn zat saponin
dan flavonoid yang tinggi sehingga dapat menyebabkan mortalitas yang tinggi.
68 Ibid.,h. 44 69 Vincent Dean Sadewo, “Uji Kandungan Daun Sukun Sebagai Pestisida Nabati
Terhadap Hama Lalat”, (Yogyakarta: Jurnal Universitas Biologi Atma Jaya Yogyakarta), Vol. 9, 2015.
61
Penelitian ini menggunakan konsentrasi filtrat tertinggi 75% dengan hasil
mortalitas sebesar 97,5% pada lalat buah.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Diah Asta Putri dalam
jurnalnya yang berjudul “Pengaruh Pemberian Ekstrak Daun Kersen
(Muntingia calabura) Terhadap Lalat Buah Bactrocera carambolae” yang
hasilnya menunjukkan bahwa pemberian ekstrak daun kersen (Muntingia
calabura) berpengaruh terhadap lalat buah (Bactrocera carambolae).
Konsentrasi ekstrak yang semakin tinggi menyebabkan menurunnya jumlah
pupa dan jumlah imago lalat buah yang muncul. Konsentrasi ekstrak 7,5%
paling tinggi dalam menurunkan jumlah pupa dan jumlah imago lalat buah
(Bactrocera carambolae).70
Penelitian yang dilakukan oleh Dian Astriani dalam jurnalnya yang
berjudul “Disinfestasi Lalat Buah (Bactrocera dorsalis Hendel) Pada Buah
Belimbing Manis Dengan Perlakuan Perendaman Menggunakan Ekstrak
Bagian Tanaman Pepaya” yang hasilnya menunjukkan bahwa ekstrak bagian
tanaman papaya dapat mempengaruhi kehidupan lalat buah. Konsentrasi 50%
mampu menurunkan jumlah imago yang muncul, sedangkan ukuran tubuhnya
sudah dapat ditekan dengan perendaman pada konsentrasi 25%.71
Riset Andi Mu’nisa dari bagian Zoology, Departemen Biologi,
FMIPA, Universitas Negeri Makassar, mengungkapkan kandungan flavonoid
70 Diah Asta Putri, Pengaruh Pemberian Ekstrak Daun Kersen (Muntingia calabura)
Terhadap Lalat Buah (Bactrocera Carambolae), Universitas Ahmad Dahlan, Journal of Biology, 9(2), 2016.
71 Dian Astriani,Disinfestasi Lalat Buah (Bactrocera dorsalis Hendel) Pada Buah Belimbing Manis Dengan Perlakuan Perendaman Menggunakan Ekstrak Bagian Tanaman Pepaya, Yogyakarta: Universitas Mercu Buana.
62
tertingggi terdapat pada sukun tua yang akan gugur, yaitu sebesar (100,68
mg/g), daun sukun muda (87,03 mg/g), dan daun sukun yang sudah gugur
(42,89 mg/g).
63
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan rumusan masalah dan hasil penelitian yang telah
dilaksanakan di Laboratorium Pendidikan IPA Biologi pada tanggal 14-18 Juli
2017, maka dapat disimpulkan bahwa “Ada pengaruh filtrat daun sukun
((Artocarpus altilis (Park) Fosberg)) terhadap mortalitas lalat buah
(Bactrocera dorsalis H)”. Hasil ini terlihat dari jumlah mortalitas lalat buah
pada setiap perlakuan. Hasil mortalitas tertinggi yaitu terjadi pada konsentrasi
75% dengan rata-rata 97,5%, dan hasil terendah terjadi pada konsentrasi 15%
dengan rata-rata 60%, hal ini terjadi karena tingginya kadar zat aktif saponin
dan flavonoid pada daun sukun sehingga lalat buah mengalami mortalitas yang
tinggi dari konsentrasi terendah sampai tertinggi. Selain itu, variasi
konsentrasi juga berpengaruh signifikan terhadap tingkat mortalitas lalat buah.
Semakin tinggi tingkat konsentrasi filtrat daun sukun yang diberikan, semakin
tinggi pula jumlah mortalitas pada lalat buah (Bactrocera dorsalis H).
B. Saran
1. Bagi peneliti selanjutnya diharapkan dapat mengembangkan penelitian
yang lebih luas dari penelitian sebelumnya tentang pengaruh konsentrasi
filtrat daun sukun ((Artocarpus altilis (Park) Fosberg)) dengan metode
yang berbeda dan bisa mencapai jumlah kematian lalat buah (Bactrocera
dorsalis H) sampai tahap 100%.
64
2. Bagi peneliti selanjutnya perlu penelitian lebih lanjut untuk filtrat daun
sukun menggunakan hama atau serangga jenis lain.
65
DAFTAR PUSTAKA
Abdurrahman Syaikh bin Nashir As-Sa’di, Tafsir As-Sa’di. Jakarta: Pustaka
Sahifa, 2007.
Adinugraha, Hamdan Adma. Variasi Morfologi Dan Kandungan Gizi Buah Sukun. Yogyakarta: Vol. 13, Nomor 2.
Adinugraha, Hamdan Adma. Perkembangan Teknik Budidaya Sukun (Artocarpus altilis). Jakarta: IPB Press, 2014.
Agustin, Lestiani. Uji Aktivitas Anti hiperglikemia Ekstrak Etanol Daun Sukun (Artocarpus altilis) Pada Mencit Swis Webster Jantan Dengan Metode Uji Toleransi Glukosa, Bandung, 2015.
Anik Larasati dan Purnama Hidayat. Keanekaragaman dan Persebaran Lalat Buah Tribe Dacini (Diptera: Tephritidae) di Kabupaten Bogor dan Sekitarnya. Bogor: Departemen Proteksi Tanaman Institut Pertanian Bogor. Jurnal Entomologi Indonesia.Vol. 10, Nomor 2, 2013.
Astrian Dian, Disinfestasi Lalat Buah (Bactrocera dorsalis Hendel) Pada Buah Belimbing Manis Dengan Perlakuan Perendaman Menggunakan Ekstrak Bagian Tanaman Pepaya. Yogyakarta: Universitas Mercu Buana.
Astriyani, Ni Kadek Nita Karlina. Keanekaragaman dan Dinamika Populasi Lalat Buah (Diptera: Tephritidae) Yang Menyerang Tanaman Buah-Buahan Di Bali. Tesis, Universitas Udayana.
Bapak Fatah. Narasumber Pada Wawancara Observasi Awal. Pukul 16.35 WITA, Di Desa Sandik, Kecamatan Batulayar, Kabupaten Lombok Barat. Tanggal 20 Januari 2017.
Burhanudin, N. Al-Qur’an Keluarga Edisi Hasanah. Bandung: CV. Media Fitrah Rabbani, 2012.
Djam’an Satori dan Aan Komariah. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfabeta, 2014.
Fitri Sitorus dan Wirsal Hasan. Pemanfaatan Daun Tanaman Sukun (Artocarpus altilis) Sebagai Anti Nyamuk Mat Elektrik Dalam Membunuh Nyamuk Aedes sp. Medan: Universitas Sumatera Utara.
Herlina Widyaningrum dan Tim Solusi Alternatif. Kitab Tanaman Obat Nusantara. Yogyakarta: MedPress, 2011.
66
Http://Faedul khobir_identifikasi Spesies Lalat Buah Pada Buah Yang Di Perdagangkan Di Pasar Bertais Kecamatan Sandubaya Kota Mataram Tahun 2011. Diakses pada 1 Maret 2017.
Http://Lalat Buah Bactrocera sp. Diakses tanggal 25 Februari 2017 Pukul 16.03 WITA.
Http//www. Catatan Panca Neutron Putra Mahkota_Morfologi Lalat Buah Drosophila melanogaster. Diakses tanggal 7 Maret 2017.
Http//www. Cyber Extension Kementerian Pertanian-Pusat Penyuluhan Pertanian Badan Penyuluhan dan Pengembanga SD Pertanian.html. Diakses tanggal 1 Maret 2017.
Http//www. Gambar Batang Sukun, Diakses tanggal 3 Mei 2017 Pukul 10.10 WITA.
Http//www. Gambar+Biji+Sukun & client, Diakses tanggal 3 Mei 2017 Pukul 10.15 WITA.
Http//www. Gambar+Bunga+sukun & client, Diakses tanggal 3 Mei 2017 Pukul 10.10 WITA.
Http//www. Gambar+Daun+sukun & client, Diakses tanggal 3 Mei 2017 Pukul 10.10 WITA.
Jasmi, Miki Andri. Pengaruh Ekstrak Cengkeh (Eugenia aromatica L.) Terhadap Kunjungan Lalat Buah (Bactrocera dorsalis Hend). Jurnal Biologi, Sumatra Barat: STKIP PGRI.
Nawawi Hadari. Metode Penelitian Bidang Sosial. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press, 2005.
Pracaya, Hama Dan Penyakit Tanaman. Jakarta: Penebar Swadaya, 2004.
67
Putri, Diah Asta, Pengaruh Pemberian Ekstrak Daun Kersen (Muntingia calabura) Terhadap Lalat Buah (Bactrocera Carambolae), Universitas Ahmad Dahlan, Journal of Biology, 9(2), 2016.
Sadewo, Vincent Dean. Uji Kandungan Daun Sukun Sebagai Pestisida Nabati Terhadap Hama Lalat. Yogyakarta: Jurnal Universitas Biologi Atma Jaya Yogyakarta. Vol. 9, 2015.
Samadi Budi. Semangka Tanpa Biji. Yogyakarta: Kanisius, 2007.
Sugiyono. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta, 2010.
Syah Angkasa dan Nazaruddin. Sukun dan Keluwih. Jakarta: Penebar Swadaya, 1994.
Tjitrosoepomo Gembong. Morfologi Tumbuhan. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press, 2011.
Tjitrosoepomo Gembong. Taksonomi Tumbuhan (Spermatophyta). Yogyakarta: Gadjah Mada University Press, 2010.
Hasil Perhitungan Manual ANOVA (Analysis Of Varians) One Way dengan taraf signifikan 5% penelitian tentang Pengaruh Filtrat Daun Sukun ((Artocarpus altilis (Park) Fosberg)) terhadap Mortalitas Lalat Buah (Bactrocera dorsalis H).
1. Jumlah Angka Mortalitas Lalat Buah (Bactrocera dorsalis H)
a. Data Mentah
No
Jumlah Angka Mortalitas Lalat Buah (Bactrocera dorsalis H)
Ulangan Perlakuan K (-) 15% 30% 45% 60% 75% K (+) Total
Hasil perhitungan manual BNT dengan taraf signifikan 5% penelitian tentang Pengaruh Filtrat Daun Sukun ((Artocarpus altilis (Park) Fosberg)) terhadap Mortalitas Lalat Buah (Bactrocera dorsalis H).
a. Nilai BNT 5% = t (α) (dbg) 2 X ��
= 1,721 x 2 26,190
4
= 1,721 x 52,380
4
= 1,721 x 13,090
= 1,721 x 3,610
= 6,212
b. Penentuan notasi bisa dilakukan dengan cara dibawah ini:
Nilai rata-rata + nilai BNT
0 + 6,212 = 6,212
60 + 6,212 = 66,212
75 + 6,212 = 81,212
77,5 + 6,212 = 83,712
85 + 6,212 = 91,212
97,5 + 6,212 = 103,712
100 + 6,212 = 106,212
c. Notasi BNT (Beda Nyata Terkecil) Mortalitas
No Perlakuan Rata-rata Notasi 1 P0 0% a 2 P1 60% b 3 P2 75% c 4 P3 77,5% c 5 P4 85% d 6 P5 97,5% e 7 P6 100% e
73
Keterangan:
a : Notasi dengan rata-rata 0% untuk kontrol negatif.
b : Notasi dengan rata-rata 60% untuk konsentrasi 15%, berbeda nyata dengan notasi c.
c : Notasi dengan rata-rata 75% untuk konsentrasi 30% dan notasi rata-rata 77,5% untuk konsentrasi 45% tidak berbeda jauh jarak interval, sehingga diberikan notasi c dan c.
d : Notasi dengan rata-rata 85% untuk konsentrasi 60% berbeda nyata dengan notasi e.
e : Notasi dengan rata-rata 97,5% untuk konsentrasi 75% dan Notasi dengan rata-rata 100% untuk kontrol positif memiliki jarak interval yang tidak jauh berbeda sehingga diberi notasi e dan e.
74
Lampiran 3:
Hasil analisis dengan SPSS 16.0 untuk ringkasan ANOVA penelitian tentang Pengaruh Filtrat Daun Sukun ((Artocarpus altilis (Park) Fosberg)) terhadap Mortalitas Lalat Buah (Bactrocera dorsalis H).
1. Ringkasan ANOVA (Analysis of Variance) mortalitas lalat buah (Bactrocera
dorsalis H) dengan menggunakan SPSS 16.0
a. Uji Anova
ANOVA
ulangan
Sum of Squares Df Mean Square F Sig.
Between Groups
27835.714 6 4639.286 177.136 .000
Within Groups
550.000 21 26.190
Total 28385.714 27
b. Normalitas
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
ulangan perlakuan
N 28 28
Normal
Parametersa
Mean 70.71 46.429
Std. Deviation 32.424 32.8537
Most Extreme
Differences
Absolute .241 .120
Positive .183 .120
Negative -.241 -.093
Kolmogorov-Smirnov Z 1.276 .635
Asymp. Sig. (2-tailed) .077 .814
a. Test distribution is Normal.
75
c. Homogenitas
Test of Homogeneity of Variances
Ulangan
Levene Statistic df1 df2 Sig.
1.964 5 18 .133
Post Hoc Tests
Multiple Comparisons
ulangan
LSD
(I)
perlakuan
(J)
Perlakuan Mean
Difference (I-J) Std. Error Sig.
95% Confidence Interval
Lower Bound
Upper Bound
kontrol negatif
0
ulangan 15 -60.000* 3.619 .000 -67.53 -52.47
ulangan 30 -75.000* 3.619 .000 -82.53 -67.47
ulangan 45 -77.500* 3.619 .000 -85.03 -69.97
ulangan 60 -85.000* 3.619 .000 -92.53 -77.47
ulangan 75 -97.500* 3.619 .000 -105.03 -89.97
kontrol positif
100 -100.000
* 3.619 .000 -107.53 -92.47
ulangan 15 kontrol negatif 0 60.000* 3.619 .000 52.47 67.53
ulangan 30 -15.000* 3.619 .000 -22.53 -7.47
76
ulangan 45 -17.500* 3.619 .000 -25.03 -9.97
ulangan 60 -25.000* 3.619 .000 -32.53 -17.47
ulangan 75 -37.500* 3.619 .000 -45.03 -29.97
kontrol fositif
100 -40.000
* 3.619 .000 -47.53 -32.47
ulangan 30 kontrol negatif 0 75.000* 3.619 .000 67.47 82.53
ulangan 15 15.000* 3.619 .000 7.47 22.53
ulangan 45 -2.500 3.619 .497 -10.03 5.03
ulangan 60 -10.000* 3.619 .012 -17.53 -2.47
ulangan 75 -22.500* 3.619 .000 -30.03 -14.97
kontrol positif
100 -25.000
* 3.619 .000 -32.53 -17.47
ulangan 45 kontrol negatif 0 77.500* 3.619 .000 69.97 85.03
ulangan 15 17.500* 3.619 .000 9.97 25.03
ulangan 30 2.500 3.619 .497 -5.03 10.03
ulangan 60 -7.500 3.619 .051 -15.03 .03
ulangan 75 -20.000* 3.619 .000 -27.53 -12.47
kontrol positif
100 -22.500
* 3.619 .000 -30.03 -14.97
ulangan 60 kontrol negatif 0 85.000* 3.619 .000 77.47 92.53
ulangan 15 25.000* 3.619 .000 17.47 32.53
ulangan 30 10.000* 3.619 .012 2.47 17.53
77
ulangan 45 7.500 3.619 .051 -.03 15.03
ulangan 75 -12.500* 3.619 .002 -20.03 -4.97
kontrol positif
100 -15.000
* 3.619 .000 -22.53 -7.47
ulangan 75 kontrol negatif 0 97.500* 3.619 .000 89.97 105.03
ulangan 15 37.500* 3.619 .000 29.97 45.03
ulangan 30 22.500* 3.619 .000 14.97 30.03
ulangan 45 20.000* 3.619 .000 12.47 27.53
ulangan 60 12.500* 3.619 .002 4.97 20.03
kontrol positif
100 -2.500 3.619 .497 -10.03 5.03
kontrol positif
100
kontrol negatif 0 100.000* 3.619 .000 92.47 107.53
ulangan 15 40.000* 3.619 .000 32.47 47.53
ulangan 30 25.000* 3.619 .000 17.47 32.53
ulangan 45 22.500* 3.619 .000 14.97 30.03
ulangan 60 15.000* 3.619 .000 7.47 22.53
ulangan 75 2.500 3.619 .497 -5.03 10.03
*. The mean difference is significant at the 0.05 level.
78
Lampiran 4 :
Foto Proses Penelitian
No Gambar Keterangan
1
Gambar 01
Proses pengambilan daun sukun
((Artocarpus altilis (Park)
Fosberg))
2
Gambar 02
Proses pemotongan daun sukun
((Artocarpus altilis (Park)
Fosberg))
3
Proses mencuci dan meniriskan
daun sukun ((Artocarpus altilis
(Park) Fosberg))
79
Gambar 03 4
Gambar 04
Proses penimbangan daun
sukun ((Artocarpus altilis
(Park) Fosberg))
5
Gambar 05
Proses memasukkan daun sukun
((Artocarpus altilis (Park)
Fosberg)) ke dalam blender
6
Gambar 06
Proses penghalusan daun sukun
((Artocarpus altilis (Park)
Fosberg))
80
7
Gambar 07
Proses memeras daun sukun
((Artocarpus altilis (Park)
Fosberg)) yang sudah diblender
8
Gambar 08
Proses penyaringan filtrat daun
sukun ((Artocarpus altilis
(Park) Fosberg))
9
Gambar 09
Proses pembuatan konsentrasi
larutan filtrat daun sukun
((Artocarpus altilis (Park)
Fosberg))
81
10
Gambar 10
Proses memasukkan lalat buah
(Bactrocera dorsalis H)
11
Gambar 11
Proses penyemprotan lalat buah
(Bactrocera dorsalis H)
12
Gambar 12
Proses pengamatan lalat buah
setelah 24 jam setiap perlakuan
13
Gambar 13
Kondisi lalat buah setelah 24
jam, setelah diberikan filtrat
daun sukun ((Artocarpus altilis
(Park) Fosberg))
82
83
84
85
86
87
88
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
A. Identitas Diri
Nama : Raudatul Hadawiah Tempat/Tanggal Lahir : Sandik Atas, 16 Juni 1994 Alamat Rumah : Sandik Atas, Kecamatan Batulayar, Lombok Barat Nama Ayah : Ramli Nama Ibu : Hj. Hamidiah