PENGARUH ETIKA, INDEPENDENSI, PENGALAMAN, DAN KEAHLIAN AUDITOR TERHADAP OPINI AUDIT (Studi Empiris pada Kantor Akuntan Publik di Jakarta) Skripsi Diajukan kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Untuk memenuhi Syarat-syarat untuk Meraih Gelar Sarjana Ekonomi Oleh: Dita Justiana NIM : 106082002526 JURUSAN AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1431 H/2010 M
155
Embed
PENGARUH ETIKA, INDEPENDENSI, PENGALAMAN, … · i PENGARUH ETIKA, INDEPENDENSI, PENGALAMAN, DAN KEAHLIAN AUDITOR TERHADAP OPINI AUDIT (Studi Empiris pada Kantor Akuntan Publik di
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
PENGARUH ETIKA, INDEPENDENSI, PENGALAMAN, DAN
KEAHLIAN AUDITOR TERHADAP OPINI AUDIT
(Studi Empiris pada Kantor Akuntan Publik di Jakarta)
Skripsi
Diajukan kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Untuk memenuhi Syarat-syarat untuk Meraih Gelar Sarjana Ekonomi
Oleh:
Dita Justiana NIM : 106082002526
JURUSAN AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1431 H/2010 M
i
PENGARUH ETIKA, INDEPENDENSI, PENGALAMAN, DAN
KEAHLIAN AUDITOR TERHADAP OPINI AUDIT
(Studi Empiris pada Kantor Akuntan Publik di Jakarta)
Skripsi
Diajukan kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Untuk memenuhi Syarat-syarat untuk Meraih Gelar Sarjana Ekonomi
Oleh:
Dita Justiana
NIM : 106082002526
Di Bawah Bimbingan
Pembimbing I Pembimbing II
Prof. Dr. Ahmad Rodoni Yessi Fitri, SE., Ak., M.Si
Tanggung jawab, serta Patuh terhadap peraturan perundangan yang
berlaku. Prinsip-prinsip etika tersebut harus dijunjung tinggi oleh
seorang Auditor agar mencerminkan perilaku profesional dalam
menjalankan tugasnya.
c. Dilema Etika
Menurut Arens (2008:100) Dilema etika (ethical dilemma)
adalah situasi yang dihadapi oleh seseorang dimana ia harus
mengambil keputusan tentang perilaku yang tepat. Para auditor,
akuntan, serta pelaku bisnis lainnya menghadapi banyak dilema etika
dalam karier bisnis mereka. Auditor yang menghadapi klien yang
mengancam akan mencari auditor baru kecuali bersedia menerbitkan
suatu pendapat wajar tanpa pengecualian, akan mengalami dilema
etika bila pendapat wajar tanpa pengecualian itu tidak tepat.
Dalam tahun-tahun terakhir, telah dikembangkan kerangka
kerja formal untuk membantu orang-orang menyelesaikan dilema
27
etika. Tujuan dari kerangka kerja seperti itu adalah membantu
mengidentifikasi isu-isu etis dan memutuskan serangkaian tindakan
yang tepat dengan menggunakan nilai dari orang itu sendiri.
Pendekatan enam langkah berikut ini dimaksudkan agar dapat menjadi
suatu pendekatan yang relatif sederhana untuk menyelesaikan dilema
etika:
1) Memperoleh fakta yang relevan.
2) Mengidentifikasi isu-isu etis berdasarkan fakta tersebut.
3) Menentukan siapa yang akan terpengaruh oleh akibat dari dilema
etika tersebut dan bagaimana setiap orang atau kelompok itu
terpengaruhi.
4) Mengidentifikasi berbagai alternatif yang tersedia bagi orang yang
harus menyelesaikan dilema tersebut.
5) Mengidentifikasi konsekuensi yang mungkin terjadi dari setiap
alternatif.
6) Memutuskan tindakan yang tepat.
2. Independensi
Independensi dianggap sebagai karakteristik auditor yang paling
kritis, bahkan nilai auditing sangat bergantung pada persepsi publik atas
independensi auditor (Arens et al, 2008:111). Kwanbo (2009)
mendefinisikan Independensi sebagai berikut:
Independence is the ability to act with integrity and objectivity, and that certain relationships with client would cause third parties to question the ability of an auditor to act with requisite impartiality.
28
Ikatan Akuntan Indonesia (IAI, 2009) melalui Standar Profesional
Akuntan Publik SA Seksi 220 mendefinisikan independensi sebagai
berikut:
”Independen, artinya tidak mudah dipengaruhi, tidak dibenarkan memihak kepada kepentingan siapapun, mengakui kewajiban untuk jujur tidak hanya kepada manajemen dan pemilik perusahaan, namun juga kepada kreditur dan pihak lain yang meletakkan kepercayaan (paling tidak sebagian) atas laporan auditor independen”.
Standar umum yang kedua mengatur sikap mental auditor dalam
menjalankan tugasnya. Independensi berarti sikap mental yang bebas dari
pengaruh, tidak dikendalikan oleh pihak lain, tidak tergantung pada orang
lain. Menurut IAI dalam Standar Profesional Akuntan Publik (SPAP,2009)
yaitu pada standar umum kedua berbunyi: ”Dalam semua hal yang
berhubungan dengan perikatan, independensi dalam sikap mental harus
dipertahankan oleh auditor”. Standar ini mengharuskan auditor bersikap
independen, artinya tidak mudah dipengaruhi, karena ia melaksanakan
pekerjaannya untuk kepentingan umum (dibedakan dalam hal ini Ia
berpraktik sebagai auditor intern).
Supriyono (1988) yang dikutip Wati dan Subroto (2003) dalam
Alim, Hapsari, dan Purwanti (2007) telah melakukan penelitian mengenai
independensi auditor di Indonesia. Penelitian ini mempelajari faktor-faktor
yang mempengaruhi independensi auditor yaitu Ikatan keputusan
keuangan dan hubungan usaha dengan klien, persaingan KAP, pemberian
jasa selain jasa audit, lama penugasan audit, besar kantor akuntan, dan
29
besarnya audit fee. Responden yang dipilih meliputi direktur keuangan
perusahaan yang telah go public, partner KAP, pejabat kredit bank dan
lembaga keuangan non bank, dan Bapepam.
Selanjutnya Nicholas dan Price (1976) dalam Alim, Hapsari, dan
Purwanti (2007) menemukan bahwa ketika auditor dan manajemen tidak
mencapai kata sepakat dalam aspek kinerja, maka kondisi ini dapat
mendorong manajemen untuk memaksa auditor melakukan tindakan yang
melawan standar, termasuk dalam pemberian opini. Kondisi ini akan
sangat menyudutkan auditor sehingga ada kemungkinan bahwa auditor
akan melakukan apa yang diinginkan oleh pihak manajemen.
Deis dan Giroux (1992) mengatakan bahwa pada konflik kekuatan,
klien dapat menekan auditor untuk melawan standar profesional dan dalam
ukuran yang besar, kondisi keuangan klien yang sehat dapat digunakan
sebagai alat untuk menekan auditor dengan cara melakukan pergantian
auditor. Hal ini dapat membuat auditor tidak akan dapat bertahan dengan
tekanan klien tersebut sehingga menyebabkan independensi mereka
melemah. Posisi auditor juga sangat dilematis dimana mereka dituntut
untuk memenuhi keinginan klien namun di satu sisi tindakan auditor dapat
melanggar standar profesi sebagai acuan kerja mereka .
3. Pengalaman
Pengalaman adalah keseluruhan pelajaran yang dipetik oleh
seseorang dari peristiwa yang dialami dalam perjalanan hidupnya
(Anoraga, 1995:47 yang dikutip Widiyanto dan Yuhertian, 2005 dalam
30
Kusumastuti,2008). Pengalaman berdasarkan lama bekerja merupakan
pengalaman auditor yang dihitung berdasarkan satuan waktu/tahun.
Sehingga auditor yang telah lama bekerja sebagai auditor dapat dikatakan
auditor berpengalaman. Semakin lama bekerja menjadi auditor, maka akan
memperluas pengetahuan auditor dibidang akuntansi dan auditing.
Choo dan Trootman (1991) memberikan bukti empiris bahwa
auditor berpengalaman lebih banyak menemukan item-item yang tidak
umum (atypical) dibandingkan auditor yang kurang berpengalaman, tetapi
antara auditor yang berpengalaman dengan yang kurang berpengalaman
tidak berbeda dalam menemukan item-item umum (typical). Penelitian
serupa dilakukan oleh Tubbs (1992) menunjukkan bahwa subyek yang
mempunyai pengalaman audit lebih banyak, maka akan menemukan
kesalahan yang lebih banyak dan item-item kesalahannya lebih besar
dibandingkan auditor yang pengalaman auditnya lebih sedikit.
Abdolmohammadi dan Wright (1987) dalam Koroy (2007) yang
mengindikasikan suatu hubungan negatif antara pengalaman audit dengan
kecenderungan mengusulkan penyesuian audit dan opini wajar dengan
pengecualian. Menurut mereka hasil ini mencerminkan naiknya kesadaran
auditor yang berpengalaman atas konsekuensi buruk dari penyesuaian
audit tersebut. Studi Haynes et al (1998) mendukung hasil terakhir ini,
yaitu bila kepentingan klien dibuat menonjol (salient) maka auditor yang
berpengalaman memperlihatkan perilaku yang sesuai atau konsisten
dengan sikap advokasi atau mendukung klien.
31
Haynes et al (1998) membahas hasil ini berkaitan dengan insentif
yang bertentangan (conflicting incentives) yang dihadapi auditor yang
semakin berpengalaman itu. Di satu pihak, auditor diharuskan untuk dapat
mempertahankan klien yang menuntut auditor untuk membangun dan
menjaga hubungan baik dengan klien. Di pihak lain, auditor juga harus
mencegah kerugian di masa datang yang diakibatkan adanya tuntutan atau
litigasi hukum dan hilangnya reputasi dalam memandang pengaruh
pengalaman terhadap pertimbangan auditor menghadapi preferensi klien.
Haynes et al (1998) lebih cenderung mengaitkannya dengan faktor
eksternal dari diri auditor, yaitu insentif kontekstual. Hal yang juga
penting dikaitkan dengan hal ini adalah berkaitan dengan karakteristik
individual auditor yang berpengalaman itu. Jadi, efek pengalaman dalam
hal ini dihubungkan sebagai faktor internal dalam karakteristik diri auditor
itu.
Temuan psikologi Anderson dan Maletta (1994) secara spesifik
menyatakan individu yang kurang mengenal atau familiar dengan suatu
keputusan berisiko berperilaku secara lebih berhati-hati dan lebih
menghindari risiko dibanding mereka yang lebih mengenal atau familiar
dengan tugas itu. Dalam konteks pengauditan, hasil ini berarti auditor yang
kurang familiar atau kurang berpengalaman terhadap suatu tugas
pertimbangan akan lebih berhati-hati (berorientasi negatif) daripada
auditor yang mempunyai pengalaman lebih banyak.
32
4. Keahlian Auditor
1. Definisi Keahlian (Kompetensi)
Menurut Kamus Kompetensi LOMA (1998) yang dikutip
Lasmadi (2002) dalam Alim, Hapsari, dan Purwanti (2007)
Kompetensi didefinisikan sebagai aspek-aspek pribadi dari seorang
pekerja yang memungkinkan dia untuk mencapai kinerja superior.
Aspek-aspek pribadi ini mencakup sifat, motif-motif, sistem nilai,
sikap, pengetahuan dan ketrampilan dimana kompetensi akan
mengarahkan tingkah laku akan menghasilkan kinerja.
Susanto (2000) dalam Alim, Hapsari, dan Purwanti (2007)
definisi tentang kompetensi yang sering dipakai adalah karakteristik-
karakteristik yang mendasari individu untuk mencapai kinerja superior.
Kompetensi juga merupakan pengetahuan, ketrampilan, dan
kemampuan yang berhubungan dengan pekerjaan, serta kemampuan
yang dibutuhkan untuk pekerjaan-pekerjaan non-rutin. Definisi
kompetensi dalam bidang auditing pun sering diukur dengan
pengalaman (Mayangsari, 2003).
Ashton (1991) menunjukkan bahwa dalam literatur psikologi,
pengetahuan spesifik dan lama pengalaman bekerja sebagai faktor
penting untuk meningkatkan kompetensi. Ashton juga menjelaskan
bahwa ukuran kompetensi tidak cukup hanya pengalaman tetapi
diperlukan pertimbangan-pertimbangan lain dalam pembuatan
keputusan yang baik karena pada dasarnya manusia memiliki sejumlah
33
unsur lain selain pengalaman. Pendapat ini didukung oleh Schmidt et
al (1988) yang memberikan bukti empiris bahwa terdapat hubungan
antara pengalaman bekerja dengan kinerja dimoderasi dengan lama
pengalaman dan kompleksitas tugas. Selain itu, penelitian yang
dilakukan Bonner (1990) menunjukkan bahwa pengetahuan mengenai
spesifik tugas dapat meningkatkan kinerja auditor berpengalaman,
walaupun hanya dalam penetapan risiko analitis. Hal ini menunjukkan
bahwa pendapat auditor yang baik akan tergantung pada kompetensi
dan prosedur audit yang dilakukan oleh auditor (Hogart, 1991).
Bedard (1989) menggunakan kombinasi variabel yang
berkaitan dengan pengalaman praktis dan pendidikan ke dalam suatu
ukuran dari keahlian dengan menggunakan pendekatan analisis faktor.
Bedard sendiri mengatakan bahwa keahlian adalah seseorang yang
memiliki pengetahuan dan keahlian prosedural yang luas yang
ditunjukkan dalam pengalaman audit.
2. Kriteria Keahlian.
Menurut Abdolmohammadi dan Wright (1992) yang dikutip
Larasati (2005) dalam Rinaldi (2008) keahlian seorang Auditor terdiri
dari lima komponen yaitu Komponen Pengetahuan (Knowledge
component), Ciri-ciri Psikologis (Psichological traits), Kemampuan
berfikir (Cognitive abilities), Strategi Penentuan Keputusan (Decision
strategis), dan Komponen Pengalaman (Experience decision).
34
a) Komponen Pengetahuan (Knowledge Component).
Merupakan komponen penting dalam suatu keahlian. Komponen
ini meliputi pengetahuan terhadap fakta-fakta, prosedur-prosedur,
dan pengalaman.
b) Ciri-ciri Psikologis (Psychological traits).
Meliputi kemampuan dalam berkomunikasi, kreatifitas,
kemampuan bekerjasama dengan orang lain, dan kepercayaan
kepada keahlian.
c) Kemampuan berfikir (Cognitive abilities).
Kemampuan berfikir merupakan kemampuan untuk
mengakumulasi dan mengolah informasi. Beberapa karakter yang
dapat dimasukkan kedalam komponen ini antara lain kemampuan
untuk beradaptasi pada situasi yang baru, kemampuan untuk
memfokuskan pada fakta-fakta yang relevan dan mengabaikan
fakta-fakta yang tidak relevan, serta kemampuan untuk dapat
menghindari tekanan-tekanan.
d) Strategi Penentuan Keputusan (Decision strategis).
Kemampuan seorang auditor membuat keputusan secara sistematis
baik formal maupun informal akan membantu dalam mengatasi
keterbatasan manusia.
e) Komponen Pengalaman (Experience decision).
Kemampuan melakukan analisis tugas berpengaruh terhadap
penentuan keputusan dan dipengaruhi tingkat pengalaman auditor.
35
Dalam kaitannya dengan penelitian ini, maka penulis mengambil
kesimpulan mengenai kriteria keahlian yang menjadi tolak ukur dalam
penelitian ini. Oleh karena itu, kriteria kehliannya menjadi:
a. Lama bekerja sebagai auditor paling tidak selama tiga tahun
atau lebih.
b. Telah mengikuti pendidikan profesi, diklat, seminar atau
lokakarya sebanyak dua kali atau lebih.
c. Sedang atau telah menjabat sebagai ketua tim auditor.
5. Opini Audit
Laporan audit adalah langkah terakhir dari keseluruhan proses
audit. Bagian yang terpenting yang merupakan informasi utama dari
laporan audit adalah opini audit menurut standar professional akuntan
publik (PSA 29 SA Seksi 508), ada 5 Jenis opini auditor yaitu Pendapat
wajar tanpa pengecualian (Unqualified opinion), Pendapat wajar tanpa
pengecualian dengan bahasa penjelas (Unqualified with Explanatory
Language), Pendapat wajar dengan pengecualian (Qualified Opinion),
Pendapat tidak wajar (Adverse opinion), dan Pernyataan tidak memberikan
pendapat (Disclaemer Opinion).
1. Pendapat wajar tanpa pengecualian (Unqualified opinion).
Pendapat wajar tanpa pengecualian dapat diberikan auditor
apabila audit telah dilaksanakan atau diselesaikan sesuai dengan
standar auditing, penyajian laporan keuangan sesuai dengan prinsip
akuntansi yang berlaku umum, dan tidak terdapat kondisi atau keadaan
36
tertentu yang memerlukan bahasa penjelas. Dalam SA 411 paragraf 04
dikatakan bahwa laporan keuangan yang wajar dihasilkan setelah
melalui apakah:
a) Prinsip akuntansi yang dipilih dan dilaksanakan telah berlaku
umum
b) Prinsip akuntansi yang dipilih tepat untuk keadaan yang
bersangkutan
c) Laporan keuangan beserta catatannya memberikan informasi
cukup yang dapat mempengaruhi penggunaannya,
pemahamannya, dan penafsirannya.
d) Informasi yang disajikan dalam laporan keuangan
diklasifikasikan dan diikhtisarkan dengan semestinya, yang
tidak terlalu rinci ataupun terlalu ringkas.
e) Laporan keuangan mencerminkan peristiwa dan transaksi yang
mendasarinya dalam suatu cara yang menyajikan posisi
keuangan, hasil usaha, dan arus kas dalam batas-batas yang
dapat diterima, yaitu batas-batas yang rasional dan praktis
untuk dicapai dalam laporan keuangan.
2. Pendapat wajar tanpa pengecualian dengan bahasa penjelas
(Unqualified Opinion with Explanatory Language).
Pendapat ini diberikan apabila audit telah dilaksanakan atau
diselesaikan sesuai dengan Standar Auditing, Penyajian Laporan
Keuangan sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum, tetapi
37
terdapat keadaan atau kondisi tertentu yang memerlukan bahasa
penjelas. Kondisi atau keadaan yang memerlukan bahasa penjelas
tambahan antara lain dapat diuraikan sebagai berikut:
a) Pendapat auditor sebagian didasarkan atas laporan auditor
independen lain. Auditor harus menjelaskan hal ini dalam
paragraf untuk menegaskan pemisahan tanggung jawab dalam
pelaksanaan audit.
b) Adanya penyimpangan dari prinsip akuntansi yang ditetapkan
oleh IAI. Penyimpangan tersebut adalah penyimpangan yang
terpaksa dilakukan agar tidak menyesatkan pemakai laporan
keuangan.
3. Pendapat wajar dengan pengecualian (Qualified Opinion).
Sesuai dengan SA 508 paragraf 38 dikatakan bahwa jenis
pendapat ini diberikan apabila:
a) Tidak adanya bukti kompeten yang cukup atau adanya
pembatasan lingkup audit yang material tetapi tidak
mempengaruhi laporan keuangan secara keseluruhan.
b) Auditor yakin bahwa laporan berisi penyimpangan dari prinsip
akuntansi yang berlaku umum yang berdampak material tetapi
tidak mempengaruhi laporan keuangan secara keseluruhan.
Penyimpangan tersebut dapat berupa pengungkapan yang tidak
memadai, maupun perubahan dalam prinsip akuntansi.
Bentuk dari penyimpangan Prinsip Akuntansi yang Berlaku
38
Umum yaitu menyangkut resiko atau ketidakpastian, dan pertimbangan
materalitas. Penyimpangan dari prinsip akuntansi yang berlaku umum
di Indonesia yang menyangkut resiko atau ketidakpastian umumnya
dikelompokkan kedalam satu diantara tiga golongan:
a) Pengungkapan yang tidak memadai, jika auditor berkesimpulan
bahwa hal yang berkaitan dengan resiko atau ketidakpastian tidak
diungkapkan secara memadai dalam laporan keuangan sesuai
dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia, auditor
harus menyatakan pendapat wajar dengan pengecualian atau
pendapat tidak wajar.
b) Ketidaktepatan prinsip akuntansi, Standar Akuntansi Keuangan
yang berkaitan dengan kontijensi atau estimasi hasil peristiwa masa
depan tipe tertentu menjelaskan situasi yang didalamnya
ketidakmampuan untuk membuat estimasi yang dapat
menimbulkan pertanyaan tentang ketetapan prinsip akuntansi yang
digunakan, dan jika auditor berkesimpulan bahwa prinsip akuntansi
yang digunakan menyebabkan laporan keuangan salah disajikan
secara material, Ia harus menyatakan pendapat wajar dengan
pengecualian atau pendapat tidak wajar.
4. Pendapat tidak wajar (Adverse Opinion).
Pendapat ini menyatakan bahwa laporan keuangan tidak
menyajikan secara wajar posisi keuangan, hasil usaha dan arus kas
sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum. Auditor harus
39
menjelaskan alasan pendukung pendapat tidak wajar, dan dampak
utama dari hal yang menyebabkan pendapat diberikan terhadap laporan
keuangan. Penjelasan tersebut harus dinyatakan dalam paragraf
terpisah sebelum paragraf pendapat.
5. Pernyataan tidak memberikan pendapat (Disclaimer of opinion atau
No opinion).
Pernyataan auditor tidak memberikan pendapat ini diberikan apabila:
a) Ada pembatasan lingkup audit yang sangat material baik oleh klien
maupun karena kondisi tertentu.
b) Auditor tidak Independen terhadap klien.
F. Penelitian Terdahulu
Penelitian sebelumnya oleh Megasari (2008) dengan Judul ”Pengaruh
Etika, Keahlian Audit, dan Independensi terhadap Opini Audit”. Penelitian ini
dilakukan pada Kantor Akuntan Publik di Jabodetabek dan hasilnya
menunjukkan bahwa Etika, Independensi, dan Keahlian Audit secara
bersama-sama memiliki pengaruh yang signifikan terhadap Opini Audit.
Keahlian Audit dan Independensi secara parsial memiliki pengaruh yang
signifikan terhadap Opini Audit, tetapi Etika secara Parsial tidak memiliki
pengaruh yang signifikan terhadap Opini Audit.
Penelitian selanjutnya oleh Muttaqin (2008) dengan Judul ” Pengaruh
Pengalaman dan Keahlian Audit terhadap Pendapat Audit”. Penelitian ini
dilakukan pada Kantor Akuntan Publik di Jakarta dan hasilnya menunjukkan
bahwa Pengalaman dan Keahlian Audit secara bersama-sama memiliki
40
pengaruh yang signifikan terhadap Opini Audit, akan tetapi secara parsial
Pengalaman dan Keahlian Audit tidak berpengaruh signifikan terhadap Opini
Audit.
Kemudian penelitian yang dilakukan oleh Nursyofah (2007) dengan
Judul ”Analisis Pengaruh Faktor Keahlian dan Independensi Auditor terhadap
OpiniAudit”. Penelitian ini dilakukan pada Kantor Akuntan Publik di Jakarta
dan hasilnya menunjukkan bahwa Faktor Keahlian dan Independensi Auditor
secara bersama-sama maupun secara parsial memiliki pengaruh yang
signifikan terhadap Opini Audit.
Tabel 2.1 Tinjauan Penelitian Terdahulu
No Nama
Peneliti Judul Variabel Hasil penelitian
1. Megasari (2008)
Pengaruh Etika, Keahlian Audit, dan Indpendensi terhadap Opini Audit
Etika, Keahlian Audit, Independensi Opini Audit
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa ketika dilakukan pengujian secara bersama-sama, semua variabel yaitu etika, keahlian audit, dan Independensi menunjukkan pengaruh yang signifikan terhadap opini audit dengan tingkat signifikansi 0,001. Akan tetapi ketika dilakukan pengujian secara per variabel Independen, yaitu variabel keahlian audit dan Independensi memiliki pengaruh yang signifikan terhadap opini audit dengan tingkat signifikansi untuk variabel keahlian audit 0,033 dan untuk variabel Independensi sebesar 0,007.
Bersambung ke halaman berikutnya
41
Tabel 2.1 (Lanjutan)
No Nama
Peneliti Judul Variabel Hasil penelitian
Sedangkan variabel lainnya yaitu etika secara individual tidak berpengaruh terhadap opini audit dengan nilai signifikansinya yaitu sebesar 0,857
2. Muttaqin (2008)
Pengaruh Pengalaman dan Keahlian Audit terhadap Pendapat Audit
Pengalaman, Keahlian Audit, Pendapat Audit
Hasil penelitian menunjukkan pengalaman dan keahlian tidak berpengaruh secara signifikan terhadap pendapat auditor. Secara bersama-sama terdapat pengaruh yang positif dan signifikan antara pengalaman dan keahlian terhadap opini audit.
3. Nursyofah (2007)
Analisis Pengaruh Faktor Keahlian dan Independensi Auditor terhadap Opini Audit
Keahlian, Independensi Auditor, Opini Audit
Hasil penelitian menunjukkan signifikansi Hipotesa (Ho) ditolak dan Hipotesa alternatif (Ha) terdukung artinya terdapat pengaruh yang signifikan dari keahlian dan Independensi auditor terhadap pendapat audit.
42
G. Keterkaitan Antar Variabel
1. Pengaruh Etika Terhadap Opini Audit
Penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Megasari (2008)
dengan Judul ”Pengaruh Etika, Keahlian Audit, dan Independensi terhadap
Opini Audit” menunjukkan bahwa variabel Etika memiliki tingkat
signifikansi sebesar 0,857 nilai ini lebih besar dari 0,05 sehingga tidak
terdapat pengaruh yang signifikan terhadap Opini Audit. Jadi, dapat
diduga bahwa Etika tidak mempengaruhi Opini Audit sehingga dapat
dirumuskan hipotesis sebagai berikut:
Ha1: Etika tidak berpengaruh terhadap Opini Audit.
2. Pengaruh Independensi Terhadap Opini Audit
Penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Nursyofah (2007)
dengan Judul ”Analisis Pengaruh Faktor Keahlian dan Independensi
Auditor terhadap Opini Audit” menunjukkan bahwa variabel Independensi
memiliki nilai signifikansi dibawah 0,05 sehingga terdapat pengaruh yang
signifikan terhadap Opini Audit.
Penelitian selanjutnya yang dilakukan oleh Megasari (2008)
dengan Judul ”Pengaruh Etika, Keahlian Audit, dan Independensi terhadap
Opini Audit” menunjukkan bahwa variabel Independensi memiliki tingkat
signifikansi sebesar 0,007 nilai ini lebih kecil dari 0,05 sehingga terdapat
pengaruh yang signifikan terhadap Opini Audit. Jadi, dapat diduga bahwa
Independensi mempengaruhi Opini Audit sehingga dapat dirumuskan
hipotesis sebagai berikut:
43
Ha2: Independensi berpengaruh terhadap Opini Audit.
3. Pengaruh Pengalaman Terhadap Opini Audit
Penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Muttaqin (2008)
dengan Judul ”Pengaruh Pengalaman dan Keahlian Audit terhadap
Pendapat Audit”. Jadi, dapat diduga bahwa Pengalaman tidak
mempengaruhi Opini Audit sehingga dapat dirumuskan hipotesis sebagai
berikut:
Ha3: Pengalaman tidak berpengaruh terhadap Opini Audit.
4. Pengaruh Keahlian Auditor Terhadap Opini Audit
Penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Nursyofah (2007)
dengan Judul ”Analisis Pengaruh Faktor Keahlian dan Independensi
Auditor terhadap Opini Audit” menunjukkan bahwa variabel Keahlian
memiliki tingkat signifikansi sebesar 0,008 nilai ini lebih kecil dari 0,05
sehingga terdapat pengaruh yang signifikan terhadap Opini Audit.
Penelitian selanjutnya yang dilakukan oleh Megasari (2008)
dengan Judul ”Pengaruh Etika, Keahlian Audit, dan Independensi terhadap
Opini Audit” menunjukkan bahwa variabel Keahlian Audit memiliki
tingkat signifikansi sebesar 0,033 nilai ini lebih kecil dari 0,05 sehingga
terdapat pengaruh yang signifikan terhadap Opini Audit. Jadi, dapat
diduga bahwa Keahlian Auditor mempengaruhi Opini Audit sehingga
dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut:
Ha4: Keahlian Auditor berpengaruh terhadap Opini Audit.
44
H. Kerangka Pemikiran
Gambar dibawah ini menunjukkan kerangka pemikiran yang dibuat
mengenai pengaruh Etika, Independensi, Pengalaman, Keahlian auditor
terhadap Opini Audit.
Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran
Etika
independensi
Pengalaman
Keahlian Auditor
Opini Audit
45
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Jakarta pada bulan Februari 2010 dengan
objek penelitian Auditor Kantor Akuntan Publik (KAP). Penelitian ini
difokuskan kepada Pengaruh Etika, Independensi, Pengalaman, dan Keahlian
Auditor terhadap Opini Audit dalam proses pemeriksaan Laporan Keuangan.
Penelitian ini merupakan penelitian kausalitas, yaitu melakukan pengujian
pengaruh antara empat variabel independen, yaitu Etika, Independensi,
Pengalaman, Keahlian Auditor, sedangkan sebagai Variabel dependen, yaitu
Opini Audit.
B. Sampel Penelitian
Populasi dalam penelitian ini adalah Auditor Kantor Akuntan Publik
(KAP). Sampel penelitian ini adalah 80 auditor kantor Akuntan Publik yang
ada di Jakarta. Metode penentuan sampel yang digunakan adalah metode
pemilihan sampel yang digunakan adalah convenience sampling design.
Convenience sampling design adalah istilah umum yang mencakup variasi
luasnya prosedur pemilihan responden. Hal ini berarti unit sampel yang ditarik
mudah dihubungi, tidak menyusahkan, mudah untuk mengukur, dan bersifat
kooperatif (Hamid, 2007:30). Dalam penelitian ini jumlah sampel yang
diambil oleh peneliti sebanyak 9 KAP yang tersebar di wilayah Jakarta.
46
C. Definisi Operasional Dan Pengukuran Variabel
1. Variabel tidak terikat (Independent variable)
a. Etika.
Penerapan Etika akuntan publik adalah aplikasi seperangkat aturan
atau norma atau pedoman yang mengatur perilaku manusia, baik yang harus
dilakukan maupun yang harus ditinggalkan yang dianut oleh kalangan
profesi akuntan publik. Ada dua dimensi untuk mengukur variabel
penerapan etika akuntan publik yaitu: dimensi kesadaran etis dan dimensi
kepedulian pada etika profesi. Instrumen pengukuran variabel ini
menggunakan Instrumen pengukuran variabel yang digunakan oleh Suraida
(2003) dalam Prastamawasti (2008). Semua item pernyataan diukur pada
skala likert 1 (sangat tidak setuju) sampai dengan skala 5 (sangat setuju).
b. Independensi.
Independensi akuntan publik adalah sikap yang diharapkan dari diri
seorang akuntan publik untuk tidak mempunyai kepentingan pribadi dalam
pelaksanaan tugasnya, yang bertentangan dengan prinsip integritas dan
obyektivitas. Ada tiga dimensi untuk mengukur variabel independensi
akuntan publik yaitu: Independensi dalam program audit, Independensi
dalam verifikasi, dan Independensi dalam pelaporan. Instrumen pengukuran
variabel ini dikembangkan dari teori yang dikemukakan oleh Mautz dan
Sharaf (1993) dalam Aini (2009). Semua item pernyataan diukur dengan
skala likert 1 (sangat tidak setuju) sampai dengan skala 5 (sangat setuju).
47
c. Pengalaman.
Pengalaman adalah keseluruhan pelajaran yang diperoleh seseorang
dari peristiwa-peristiwa yang dialami dalam perjalanan hidupnya
(Anoraga, 1995:47 yang dikutip Widiyanto dan Yuhertian, 2005 dalam
Kusumastuti, 2008). Variabel Pengalaman audit ini diukur berdasarkan
jangka waktu (tahun)/berapa lama seorang auditor bekerja. Responden
diminta untuk memberikan tanggapan terhadap pernyataan dengan
menjawab pada skala likert 1 (sangat tidak setuju) sampai dengan skala 5
(sangat setuju).
d. Keahlian Auditor (Kompetensi).
Kompetensi adalah kemampuan seseorang untuk menguasai
pekerjaannya dengan baik, ahli dalam bidangnya dan mampu
menyelesaikan setiap masalah dengan baik. Kompetensi seorang auditor
dapat diukur dari lamanya auditor itu bekerja, tingkat pendidikan,
seringnya melakukan program pelatihan, memiliki pengetahuan dan cakap
dalam bidangnya. Pengukuran kompetensi dilakukan dengan memberikan
enam pernyataan lewat kuesioner yang didapat dari Rinaldi (2008) dengan
menggunakan skala likert, yaitu skala 1 (sangat tidak setuju) sampai
dengan skala 5 (sangat setuju).
2. Variabel Terikat (dependent variable)
a. Opini Audit.
Opini audit merupakan pernyataan pendapat auditor mengenai
kewajaran laporan keuangan auditnya. Ukuran opini audit berdasarkan
48
pada jenis-jenis opini audit yang digunakan seperti: Pendapat wajar tanpa
pengecualian, pendapat wajar tanpa pengecualian dengan paragraf
penjelasan, pendapat wajar dengan pengecualian, pendapat tidak wajar,
dan tidak memberikan pendapat. Pengukuran opini audit dilakukan dengan
memberikan sepuluh pernyataan lewat kuesioner yang didapat dari Sari
(2008) dengan menggunakan skala likert, yaitu skala 1 (sangat tidak
setuju) sampai dengan skala 5 (sangat setuju).
D. Metode Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang dilakukan menggunakan data primer,
sumber data penelitian yang diperoleh secara langsung dari sumber asli atau
tidak melalui media perantara. Dimana pengumpulan data dilakukan melalui
metode survei dengan menggunakan kuesioner. Kuesioner yang dikirimkan
kepada para Auditor yang terdaftar di Kantor Akuntan Publik (KAP) yang
tersebar di wilayah Jakarta. Pengiriman kuesioner dilakukan secara langsung.
E. Metode Analisis Data
Metode statistik yang digunakan untuk menguji hipotesis yaitu
dengan menggunakan regresi berganda dengan bantuan perangkat lunak SPSS
for windows 15.0, setelah semua data-data dalam penelitian ini terkumpul,
maka selanjutnya dilakukan analisis data yang terdiri dari:
1. Statistik Deskriptif
Statistik deskriptif memberikan gambaran atau deskripsi suatu data
yang dilihat dari nilai rata-rata (mean), standar deviasi, varian, maksimum,
minimum, sum, range, kurtosis dan skewness (Ghozali, 2009:19).
49
2. Uji Kualitas Data
Pengujian kualitas data yang dilakukan dengan penyebaran
kuesioner, maka kesediaan dan ketelitian dari para responden untuk
menjawab setiap pertanyaan merupakan suatu hal yang sangat penting
dalam penelitian ini. Untuk itu, dalam melakukan uji kualitas data atas
data primer ini peneliti melakukan uji validitas dan uji reliabilitas.
1) Uji Validitas
Uji validitas digunakan untuk mengukur sah atau valid
tidaknya suatu kuesioner. Suatu kuesioner dikatakan valid jika
pertanyaan pada kuesioner mampu untuk mengungkapkan sesuatu
yang akan diukur oleh kuesioner tersebut. Jadi, validitas ingin
mengukur apakah pertanyaan dalam kuesioner yang sudah kita buat
betul-betul dapat mengukur apa yang hendak kita ukur. Mengukur
validitas dapat menggunakan Pearson Correlation dan dilakukan
dengan cara melakukan korelasi bivariate antara masing-masing skor
indikator pertanyaan terhadap total konstruk dengan menunjukkan
hasil yang signifikan yaitu dibawah 0,05. Jika masing-masing indikator
pertanyaan mempunyai tingkat signifikansi dibawah 0,05 berarti
dikatakan valid (Ghozali, 2009:49).
2) Uji Reliabilitas
Reliabilitas sebenarnya adalah alat untuk mengukur suatu
kuesioner yang merupakan indikator dari variabel atau konstruk. Suatu
kuesioner dikatakan reliabel atau handal jika jawaban seseorang
50
terhadap pertanyaan adalah konsisten atau stabil dari waktu ke waktu.
Pengukuran reliabilitas dapat dilakukan dengan cara One Shot
atau pengukuran sekali saja: Disini pengukurannya hanya sekali dan
kemudian hasilnya dibandingkan dengan pertanyaan lain atau
mengukur korelasi antar jawaban pertanyaan. SPSS memberikan
fasilitas untuk mengukur reliabilitas dengan uji statistik Cronbach
Alpha. Suatu konstruk atau variabel dikatakan reliabel jika
memberikan nilai Cronbach Alpha > 0,60 (Nunally, 1960 dalam
Ghozali, 2009:45).
3. Uji Asumsi Klasik
1) Uji Normalitas
Uji Normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model
regresi, variabel pengganggu atau residual memiliki distribusi normal.
Seperti diketahui bahwa uji t dan F mengasumsikan bahwa nilai
residual mengikuti distribusi normal. Kalau asumsi dilanggar maka uji
statistik menjadi tidak valid untuk jumlah sampel kecil. Ada dua cara
untuk mendeteksi apakah residual berdistribusi normal atau tidak yaitu
dengan analisis grafik dan uji statistik (Ghozali, 2009:147).
a. Analisis Grafik
Salah satu cara termudah untuk melihat normal residual
adalah dengan melihat grafik histogram yang membandingkan
antar data observasi dengan distribusi yang mendekati distribusi
normal. Namun demikian hanya dengan melihat histogram hal ini
51
dapat menyesatkan khususnya untuk jumlah sampel yang kecil.
Metode yang lebih handal adalah dengan melihat normal
probability plot yang membandingkan distribusi kumulatif dari
distribusi normal. Distribusi normal akan membentuk satu garis
lurus diagonal, dan ploting data residual akan dibandingkan dengan
garis diagonal. Jika distribusi data residual normal, maka garis
yang menggambarkan data sesungguhnya akan mengikuti garis
diagonalnya (Ghozali, 2009:147).
b. Analisis Statistik
Uji normalitas dengan grafik dapat menyesatkan kalau tidak
hati-hati secara visual kelihatan normal, padahal secara statistik
bisa sebaliknya. Oleh sebab itu, dianjurkan disamping uji grafik
dilengkapi dengan uji statistik. Uji statistik sederhana dapat
dilakukan dengan melihat nilai kurtosis dan skewness dari residual
(Ghozali, 2009:149).
2) Uji Multikolonieritas
Uji multikolonieritas bertujuan untuk menguji apakah model
regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas (independen).
Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi diantara
variabel independen. Jika variabel independen saling berkorelasi, maka
variabel-variabel ini tidak ortogonal. Variabel ortogonal adalah
variabel independen yang nilai korelasi antar sesama variabel
independen sama dengan nol.
52
Untuk mendeteksi ada atau tidaknya multikolonieritas didalam
model regresi yaitu dapat dilihat dari (1) nilai tolerance dan lawannya
(2) Variance Inflation Factor (VIF). Kedua ukuran ini menunjukkan
setiap variabel independen manakah yang dijelaskan oleh variabel
independen lainnya. Dalam pengertian sederhana setiap variabel
independen menjadi variabel dependen (terikat) dan diregres terhadap
variabel independen lainnya. Tolerance mengukur variabilitas variabel
independen yang terpilih yang tidak dijelaskan oleh variabel
independen lainnya. Jadi, nilai tolerance yang rendah sama dengan
nilai VIF tinggi (karena VIF= 1/Tolerance). Nilai cutoff yang umum
dipakai untuk menunjukkan adanya multikolonieritas adalah nilai
tolerance < 0,10 atau sama dengan nilai VIF > 10. Setiap peneliti harus
menentukan tingkat kolonieritas yang masih dapat ditolerir. Sebagai
misal nilai tolerance = 0,10 sama dengan tingkat kolonieritas 0,95.
Walaupun multikolonieritas dapat dideteksi dengan nilai Tolerance
dan VIF, tetapi kita masih tetap tidak mengetahui variabel-variabel
independen mana sajakah yang saling berkolerasi (Ghozali, 2009:95-
96).
3) Uji Heteroskedastisitas
Uji Heteroskedastisitas bertujuan menguji apakah dalam model
regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan
ke pengamatan yang lain. Jika variance dari residual satu pengamatan
ke pengamatan lain tetap, maka disebut Homoskedastisitas dan jika
53
berbeda disebut Heteroskedastisitas. Model regresi yang baik adalah
yang Homoskedastisitas atau tidak terjadi Heteroskedastisitas.
Kebanyakan data crossection mengandung situasi heteroskedastisitas
karena data ini menghimpun data yang mewakili berbagai ukuran
(kecil, sedang dan besar). Ada beberapa cara untuk mendeteksi ada
atau tidaknya heteroskedastisitas:
a. Melihat Grafik Plot antara nilai prediksi variabel terikat (dependen)
yaitu ZPRED dengan residualnya SRESID. Deteksi ada atau
tidaknya heteroskedastisitas dapat dilakukan dengan melihat ada
tidaknya pola tertentu, seperti titik-titik yang ada membentuk pola
tertentu yang teratur (bergelombang, melebar kemudian
menyempit), maka mengindikasikan telah terjadi
heteroskedastisitas.
b. Jika tidak ada pola yang jelas, serta titik-titik menyebar di atas dan
dibawah angka 0 pada sumbu Y, maka tidak terjadi
heteroskedastisitas (Ghozali, 2009:125).
4. Uji Hipotesis
Pengujian Hipotesis dilakukan dengan menggunakan metode
Regresi Linier Berganda yang bertujuan untuk menguji hubungan
pengaruh antara satu variabel terhadap variabel lain. Model persamaannya
dapat digambarkan sebagai berikut:
54
Y= a + β1X1 + β2X2 + β3X3 + β4X4 + е
Keterangan :
Y : Opini Audit
X1 : Etika
X2 : Independensi
X3 : Pengalaman
X4 : Keahlian Auditor
a : Konstanta
β1, β2, β3, β4 : Koefisien Regresi
е : error
Linearitas hanya dapat diterapkan pada regresi berganda karena
memiliki variabel Independen lebih dari satu, suatu model regresi
berganda dikatakan linier jika memenuhi syarat-syarat linieritas, seperti
normalitas data (baik secara individu maupun model), autokorelasi,
heteroskedastisitas. Model regresi linier berganda dikatakan model yang
baik jika memenuhi asumsi normalitas data dan terbebas dari asumsi-
asumsi klasik statistik.
Dalam membuktikan kebenaran uji hipotesis yang diajukan
digunakan uji statistik terhadap output yang dihasilkan dari persamaan
regresi, uji statistik ini meliputi:
a. Uji Koefisien determinasi (R²)
Koefisien determinasi (R²) pada intinya mengukur seberapa
jauh kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel
55
dependen. Nilai koefisien determinasi adalah antara nol dan satu. Nilai
R² yang kecil berarti kemampuan variabel-variabel independen dalam
menjelaskan variasi variabel dependen amat terbatas. Nilai yang
mendekati satu berarti variabel-variabel independen memberikan
hampir semua informasi yang dibutuhkan untuk memprediksi variasi
variabel dependen. Secara umum koefisien determinasi untuk data
silang (crossection) relatif rendah karena adanya variasi yang besar
antara masing-masing pengamatan, sedangkan untuk data runtun
waktu (time series) biasanya mempunyai nilai koefisien determinasi
yang tinggi.
Kelemahan mendasar penggunaan koefisien determinasi adalah
bias terhadap jumlah variabel independen yang dimasukkan kedalam
model. Setiap tambahan satu variabel independen, maka R² pasti
meningkat tidak perduli apakah variabel tersebut berpengaruh secara
signifikan terhadap variabel dependen. Oleh karena itu banyak peneliti
menganjurkan untuk menggunakan nilai Adjusted R² pada saat
mengevaluasi mana model regresi terbaik. Tidak seperti R², nilai
Adjusted R² dapat naik atau turun apabila satu variabel independen
ditambahkan kedalam model.
Dalam kenyataan nilai adjusted R² dapat bernilai negatif,
walaupun yang dikehendaki harus bernilai positif. Menurut Gujarati
(2003) dalam Ghozali (2009) jika dalam uji empiris didapat nilai
adjusted R² negatif, maka nilai adjusted R² dianggap nol. Secara
56
matematis jika nilai R² = 1, maka Adjusted R² = R² = 1 sedangkan jika
nilai R² = 0, maka adjusted R² = (1-k)/(n-k). Jika k > 1, maka adjusted
R² akan bernilai negatif (Ghozali, 2009:87).
b. Uji Signifikansi Simultan (Uji Statistik F)
Uji statistik F pada dasarnya menunjukkan apakah semua
variabel independen atau bebas yang dimasukkan dalam model
mempunyai pengaruh secara bersama-sama terhadap variabel
dependen/terikat. Hipotesis nol (Ho) yang hendak diuji adalah apakah
semua parameter dalam model sama dengan nol, atau:
Ho : β1, β2.......βk = 0
Artinya, apakah semua variabel independen bukan merupakan
penjelas yang signifikan terhadap variabel dependen. Hipotesis
alternatifnya (Ha) tidak semua parameter secara simultan sama dengan
nol, atau:
Ha : β1, β2,….., βk ≠ 0
Artinya, semua variabel independen secara simultan merupakan
penjelas yang signifikan terhadap variabel dependen.
Untuk menguji hipotesis ini digunakan statistik F yaitu dengan
cara Quick look bila nilai F lebih besar daripada 4 maka Ho dapat
ditolak pada derajat kepercayaan 5%. Dengan kata lain kita menerima
hipotesis alternatif, yang menyatakan bahwa semua variabel
independen secara serentak dan signifikan mempengaruhi variabel
dependen (Ghozali, 2009:88).
57
c. Uji Signifikansi Parameter Individual (Uji statistik t)
Uji statistik t pada dasarnya menunjukkan seberapa jauh
pengaruh satu variabel penjelas/independen secara individual dalam
menerangkan variasi variabel dependen. Hipotesis nol (Ho) yang
hendak diuji adalah apakah suatu parameter (βi) sama dengan nol, atau
Ho : βi = 0
Artinya apakah suatu variabel independen bukan merupakan
penjelas yang signifikan terhadap variabel dependen. Hipotesis
alternatifnya (Ha) parameter suatu variabel tidak sama dengan nol,
atau :
Ha : βi ≠ 0
Artinya, variabel tersebut merupakan penjelas yang signifikan
terhadap variabel dependen.
Cara melakukan uji t yaitu dengan cara Quick look bila jumlah
degree of freedom (df) adalah 20 atau lebih, dan derajat kepercayaan
sebesar 5%, maka Ho yang menyatakan βi = 0 dapat ditolak bila nilai t
lebih besar dari 2 (dalam nilai absolut). Dengan kata lain kita
menerima hipotesis alternatif, yang menyatakan bahwa suatu variabel
independen secara individual mempengaruhi variabel dependen
(Ghozali, 2009:88-89).
58
Tabel 3.1 Operasionalisasi Variabel
No.
Nama Variabel
Dimensi Indikator Skala Pengukuran
No Pertanyaa
n Anggaran waktu audit
Interval 1,2,3
Kerahasiaan informasi klien
Interval 4,5,6
Kesadaran etis
Peran ganda auditor
Interval 7,8,9
Mendukung profesi auditor
Interval 10
Sosialisasi ke rekan sejawat
Interval 11
Kebanggaan Interval 12
Kesamaan nilai
Interval 13
Aturan etika profesi
Interval 14
Kepuasan mengaudit
Interval 15
Ketidakpedulian
Interval 16,19
Kepuasan sebagai auditor
Interval 17
1. Etika Auditor (X1) yang dikutip Suraida (2003) dalam Aini (2009)
Kepedulian pada etika profesi
Auditor adalah profesi terbaik
Interval 18
Bebas dari Intervensi manajemen
Interval 20
Bebas dari Intervensi prosedur audit
Interval 21
Independensi dalam program audit
Bebas persyaratan
Interval 22
Bebas mengakses data
Interval 23
2. Independensi Auditor (X2) yang dikutip Mautz dan Sharaf (1993) dalam Aini (2009)
Independensi dalam verifikasi
Bebas bekerja sama
Interval 24
Bersambung ke halaman berikutnya
59
Tabel 3.1 (Lanjutan)
No. Nama
Variabel Dimensi Indikator Skala
Pengukuran No
Pertanyaan Bebas dari
pengaruh manajerial
Interval 25
Bebas dari kepentingan pribadi
Interval 26
Bebas dari keinginan pribadi
Interval 27
Bebas dari tekanan
Interval 28
Menghindari kata menyesatkan
Interval 29
Independensi dalam pelaporan
Bebas menggunakan judgement
Interval 30
Jangka waktu audit
Lamanya pengalaman audit
Interval 36,37,38, 39,40
3. Pengalaman Auditor (X3) dalam Kusumastuti (2008) Jumlah
penugasan Banyaknya penugasan
Interval 31,32,33, 34,35
Lama bekerja sebagai auditor lebih dari tiga tahun
Interval 41,42,43 Pengalaman
Pernah menjabat sebagai ketua tim auditor
Interval 47,48,
4. Keahlian Auditor (X4) Dalam Rinaldi (2008)
Pendidikan Latar belakang pendidikan sesuai dengan profesi
Interval 44
Bersambung ke halaman berikutnya
60
Tabel 3.1 (Lanjutan)
No. Nama Variabel
Dimensi Indikator Skala Pengukuran
No Pertanyaan
Pernah mengikuti diklat, seminar, atau lokakarya sebanyak dua kali atau lebih
Interval 45,46,49
Standar Akuntansi Keuangan
Interval 50,51 Unqualified
Perlakuan Akuntansi yang tepat
Interval 52,53
Ketiadaan Bukti yang kompeten
Interval 54 Qualified
Pembatasan Lingkup Audit
Interval 55
Laporan Keuangan tidak disajikan secara wajar
Interval 56 Adverse
Tidak mengikuti prinsip akuntansi
Interval 57
Laporan keuangan tidak diaudit
Interval 58
5. Opini Auditor (X5) dalam Sari (2008)
Disclaimer
Tidak disusun sesuai Prinsip Akuntansi
Interval 59
61
BAB IV
PENEMUAN DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Objek Penelitian
1. Tempat dan waktu penelitian
Penelitian ini dilakukan di kantor-kantor akuntan publik yang
berada di wilayah Jakarta. Kantor Akuntan Publik (KAP) yang diberi
kuesioner sebanyak 9 KAP. Berikut data dari Kantor-kantor Akuntan
Publik tersebut:
Tabel 4.1 Nama dan Alamat Kantor Akuntan Publik
No. Nama Kantor Akuntan Publik 1. Agus Ubaidillah
Jl. K. H. Abdullah Syafe'i No.23 Gudang Peluru, Tebet Jakarta Selatan 12830
2. Armen, Budiman, dan Rekan Gedung Graha Seti Lantai 1 Jl. K. H. Abdullah Syafe'i Kav. A 20 Gudang Peluru, Tebet Jakarta Selatan 12830
3. AMM. Jogasara Jl. Mampang Prapatan X No.7 Tegal Parang Mampang Prapatan Jakarta Selatan 12790
4. Basyiruddin dan Wildan Rukan Tanjung Mas Raya Jl. Merpati Blok B1 No.27 Tanjung Barat Jakarta Selatan 12530
5. Drs. Amir Hadyi Nasution Jl. H. Saleh No.44 B Palmerah Jakarta Barat 11480
6. Drs. Chaeroni dan Rekan Jl. Anggrek Nelimurni II / C 5 Kemanggisan, Slipi Jakarta Barat 11480
Bersambung ke halaman berikutnya
62
Tabel 4.1 (Lanjutan)
No. Nama Kantor Akuntan Publik
7. Jan, Ladiman, dan Rekan (Cabang) Jl. Anggrek Nelimurni Raya No.86 Kemanggisan, Slipi Jakarta Barat 11480
8. Nugroho dan Rekan Jl. RS. Fatmawati Raya No. 43B Cilandak Barat, Cilandak Jakarta Selatan 12430
9. Drs. H. M. Achsin, MM Komplek Perkantoran Pondok Bambu Jl. Pahlawan Revolusi No.4 Pondok Bambu Jakarta Timur 13430
Sumber: Data Primer diolah, 2010
Sebelumnya telah dikemukakan dalam metodologi penelitian
bahwa pengumpulan data dilaksanakan melalui penyebaran kuesioner
penelitian kepada para responden secara langsung. Penyebaran kuesioner
berlangsung selama dua minggu, yaitu dimulai pada tanggal 12 Februari
2010 sampai tanggal 24 Februari 2010 dan Pengumpulan kuesioner sampai
tanggal 22 April 2010.
2. Karakteristik Responden
Kuesioner yang dibagikan berjumlah 100 buah, kuesioner untuk
try out sejumlah 20 buah dan untuk disebar kepada Auditor sejumlah 80
buah dengan tingkat populasi pembagian sebagai berikut:
Tabel 4.2 Data Penyebaran Kuesioner
No. Kantor Akuntan Publik (KAP) Kuesioner
disebar Kuesioner kembali
1. Agus Ubaidillah 3 3 2. Armen, Budiman, dan Rekan 6 5 3. AMM. Jogasara 6 5 4. Basyiruddin dan Wildan 10 8
Bersambung ke halaman berikutnya
63
Tabel 4.2 (Lanjutan)
No. Kantor Akuntan Publik (KAP) Kuesioner disebar
Kuesioner kembali
5. Drs. Amir Hadyi Nasution 15 9 6. Drs. Chaeroni dan Rekan 7 5 7. Jan, Ladiman, dan Rekan (Cabang) 10 7 8. Nugroho dan Rekan 10 7 9. Drs. H. M. Achsin, MM 13 9
Sumber: Data primer diolah, 2010
Data sampel penelitian dari kuesioner yang disebar dan kembali
adalah sebagai berikut:
Tabel 4.3 Data Sampel Penelitian
Responden (Auditor Eksternal) Keterangan ∑ % Jumlah Kuesioner yang disebar 80 100% Kuesioner yang kembali 58 72,5% Kuesioner yang dapat diolah 58 72,5% Kuesioner yang tidak dikembalikan/tidak lengkap
22 27,5%
Sumber: Data primer diolah, 2010
Jumlah kuesioner yang kembali dari tabel kuesioner yang telah
disebar adalah sebanyak 58 kuesioner atau 72,5%. Jumlah kuesioner yang
tidak dikembalikan atau tidak lengkap adalah 22 buah atau 27,5% (lihat
tabel 4.3). kuesioner sebanyak 22 buah yang tidak kembali disebabkan
karena waktu penelitian yang diambil penelitian yang diambil oleh
peneliti, bertepatan dengan waktu penugasan Auditor, sehingga ketika
menyebarkan kuesioner para auditor sedang tidak berada di Kantor
Akuntan Publik tempat mereka bekerja melainkan berada ditempat klien
yang mereka audit. Oleh Karena itu, para auditor eksternal tidak sempat
untuk mengisi kuesioner penelitian ini.
64
Tabel 4.4 Deskripsi Responden Auditor Eksternal
Deskripsi Keterangan Jumlah Persentase
Jenis kelamin Pria 26 44,8% Wanita 32 55,2%
Pendidikan formal D3 14 24,1% Sedang menempuh S1 4 6,9% Lulus S1 34 58,6% Sedang menempuh S2 4 6,9% Lulus S2 2 3,5% S3 - -
Lama Bekerja < 3 tahun 37 63,8% 3-5 tahun 13 22,4% 5-10 tahun 7 12,1% > 10 tahun 1 1,7%
Jabatan di KAP Auditor junior 35 60,4% Auditor senior 14 24,1% Supervisi 7 12,1% Manajer 1 1,7% Partner 1 1,7%
Sumber: Data primer diolah, 2010
Berdasarkan pada tabel 4.4, responden yang berjenis kelamin pria
sebesar 44,8% sedangkan wanita sebesar 55,2%. Tingkat pendidikan
formal auditor pada penelitian ini sebesar yang terbesar adalah lulusan S1
sebesar 58,6%, auditor dengan tingkat pendidikan formal D3 sebesar
24,1%, selanjutnya yang sedang menempuh S1 adalah sebesar 6,9%,
auditor yang sedang menempuh S2 adalah sebesar 6,9%, dan auditor
lulusan S2 adalah sebesar 3,5%.
Auditor eksternal yang telah memiliki pengalaman kerja kurang
dari 3 tahun sebanyak 37 orang. Pengalaman kerja selama 3 sampai 5
tahun sebanyak 13 orang. Sedangkan yang memiliki pengalaman 5 sampai
65
10 tahun sebanyak 7 orang. Auditor eksternal yang memiliki pengalaman
kerja lebih dari 10 tahun berjumlah 1 orang. Pengalaman kerja auditor
didominasi oleh auditor yang memiliki pengalaman kerja kurang dari 3
tahun, yaitu sebesar 63,8% atau sebanyak 37 orang dari 58 auditor
eksternal. Hal ini disebabkan mayoritas responden adalah auditor junior.
Auditor eksternal yang menjabat sebagai auditor junior sebanyak
35 orang. Jabatan sebagai auditor senior yaitu sebanyak 14 orang.
Sedangkan yang menjabat sebagai supervisi sebanyak 7 orang. Auditor
eksternal yang menjabat sebagai manajer dan partner masing-masing
sebanyak 1 orang.
Berdasarkan keterangan diatas dapat disimpulkan bahwa responden
didominasi oleh wanita sebanyak 32 orang, mayoritas pendidikan formal
lulus S1 sebanyak 34 orang, lama bekerja kurang dari 3 tahun sebanyak 37
orang dan mayoritas menduduki jabatan sebagai Auditor junior sebanyak
35 orang.
B. Penemuan dan Pembahasan
1. Hasil Uji Statistik Deskriptif
Statistik deskriptif memberikan gambaran atau deskripsi suatu data
yang dilihat dari nilai rata-rata (mean), standar deviasi, varian, maksimum,
minimum, sum, range, kurtosis dan skewness (Ghozali, 2009:19).
66
Tabel 4.5 Hasil Uji Statistik Deskriptif
N Minimum Maximum Mean Std. Deviation etika 58 43.00 82.00 67.3966 8.63883 independensi 58 28.00 55.00 39.4828 6.00071 pengalaman 58 28.00 50.00 40.5862 4.66429 keahlianauditor 58 27.00 44.00 35.0172 3.81820 opiniaudit 58 30.00 46.00 36.6897 4.19777 Valid N (listwise) 58
Sumber: Data primer diolah, 2010
Tabel 4.5 menjelaskan bahwa pada variabel etika jawaban
minimum responden sebesar 43 dan maksimum sebesar 82, dengan rata-
rata total jawaban 67,39 dan standar deviasi sebesar 8,63. Variabel
independensi jawaban minimum responden 28 dan maksimum 55 dengan
rata-rata total jawaban sebesar 39,48 dan dengan standar deviasi sebesar
6,00.
Sedangkan variabel pengalaman mempunyai jawaban minimum
responden sebesar 28 dan maksimum sebesar 50 dengan rata-rata total
jawaban sebesar 40,58 serta standar deviasi 4,66. Tak berbeda jauh dengan
variabel sebelumnya, variabel keahlian auditor mempunyai jawaban
minimum responden sebesar 27 dan maksimum sebesar 44 dengan rata-
rata total jawaban sebesar 35,01 dan standar deviasi sebesar 3,81. Variabel
opini auditor mempunyai jawaban minimum responden sebesar 30 dan
maksimum sebesar 46 dengan rata-rata total jawban 36,68 dan standar
deviasi sebesar 4,19.
67
2. Hasil Uji Instrumen Penelitian
a. Hasil Uji Validitas
Uji validitas digunakan untuk mengukur sah atau valid
tidaknya suatu kuesioner. Mengukur validitas dapat menggunakan
Pearson Correlation dan dilakukan dengan cara melakukan korelasi
bivariate antara masing-masing skor indikator pertanyaan terhadap
total konstruk dengan menunjukkan hasil yang signifikan yaitu
dibawah 0,05. Jika masing-masing indikator pertanyaan mempunyai
tingkat signifikansi dibawah 0,05 berarti dikatakan valid.
a Dependent Variable: opiniaudit Sumber: Data primer diolah, 2010
Hasil pengujian antara variabel Independensi (Etika,
Independensi, Pengalaman, dan Keahlian Auditor) terhadap
variabel Dependen (Opini Audit) secara individu yang dilakukan
dengan uji t (tabel 4.19) adalah sebagai berikut:
1) Hasil Uji Hipotesis yang pertama, yaitu:
Hipotesis pertama yang menyatakan bahwa Etika tidak
berpengaruh secara signifikan terhadap opini audit. Dari tabel
79
4.19 dapat diketahui bahwa hasil pengujian untuk variabel
Etika mempunyai angka signifikansi 0,601 sehingga nilai
tersebut lebih besar dari 0,05. Dengan demikian Ha1 ditolak,
hal ini berarti bahwa Etika tidak berpengaruh secara signifikan
terhadap opini audit. Hasil penelitian ini konsisten dengan
penelitian yang dilakukan oleh Megasari (2008) yang
menunjukkan bahwa dimungkinkan dengan adanya dilema
etika pada diri auditor tersebut, dimana seseorang dalam
mengambil keputusan mengenai perilaku yang pantas yang
harus dibuat. Auditor menghadapi banyak dilema etika dalam
bisnis mereka, salah satu contohnya negosiasi dengan klien
yang mengancam untuk mencari auditor baru jika
perusahaannya tidak memperoleh unqualified opinion, hal itu
jelas merupakan dilema etika karena pendapat seperti itu belum
memuaskan auditor itu sendiri.
Menurut Ludigdo (2006) yang menunjukkan bahwa
pengkajian yang mendalam sangat diperlukan dari berbagai
perspektif atas tidak efektifnya penerapan etika profesi akuntan
khususnya di Indonesia. Pengaturan etika dibuat untuk
menghasilkan kinerja etis yang memadai maka kemudian
asosiasi profesi merumuskan suatu kode etik. Kode etik profesi
dan sebagai dasar terbentuknya kepercayaan masyarakat karena
dengan mematuhi kode etik, akuntan diharapkan dapat
80
menghasilkan kualitas kinerja yang paling baik bagi
masyarakat (Baidaie, 2000 dalam Ludigdo, 2006). Dalam
kerangka inilah Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) merumuskan
suatu kode etik yang meliputi mukadimah dan delapan prinsip
etika yang harus dipedomani oleh semua anggota, serta wajib
dipatuhi oleh masing-masing anggota kompartemen.
2) Hasil Uji Hipotesis kedua, yaitu:
Hipotesis kedua yang menyatakan bahwa Independensi
berpengaruh secara signifikan terhadap opini audit. Dari tabel
4.19 dapat diketahui bahwa variabel Independensi mempunyai
angka signifikansi 0,027 sehingga nilai tersebut lebih kecil dari
0,05. Dengan demikian Ha2 diterima, hal ini berarti bahwa
Independensi berpengaruh signifikan terhadap opini audit.
Semakin besar independensi seorang auditor maka semakin
baik opini audit yang diberikan auditor. Independensi
merupakan suatu sikap seseorang untuk bertindak secara
objektif dan dengan integritas yang tinggi. Integritas
berhubungan dengan kejujuran intelektual akuntan sedangkan
objektivitas secara konsisten berhubungan dengan sikap netral
dalam melaksanakan tugas pemeriksaan dan menyiapkan
laporan auditan.
Standar Profesional Akuntan Publik (SPAP,2009) yang
dimuat dalam PSA No. 04 (SA Seksi 220) standar ini
81
mengharuskan auditor bersikap independen, artinya tidak
mudah dipengaruhi, karena ia melaksanakan pekerjaannya
untuk kepentingan umum (dibedakan dalam hal ia berpraktik
sebagai auditor intern). Jadi, Independensi harus dipertahankan
oleh seorang auditor agar audit yang dilaksanakan dapat
menghasilkan opini yang wajar sesuai dengan Standar
Profesional Akuntan Publik (SPAP). Hasil penelitian ini
konsisten dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh
Mayangsari (2003) yang menunjukkan bahwa Independensi
berhubungan posistif terhadap Opini audit.
3) Hasil Uji Hipotesis ketiga, yaitu:
Hipotesis ketiga yang menyatakan bahwa pengalaman
tidak berpengaruh secara signifikan terhadap opini audit. Dari
tabel 4.19 dapat diketahui bahwa variabel pengalaman
mempunyai angka signifikansi 0,926 sehingga nilai tersebut
lebih besar dari 0,05. Dengan demikian Ha3 ditolak, hal ini
berarti bahwa pengalaman tidak berpengaruh signifikan
terhadap opini audit.
Hal ini disebabkan karena mayoritas responden adalah
audtor junior yaitu sebesar 60,4% dan sebesar 63,8% auditor
yang bekerja di Kantor Akuntan Publik rata-rata memiliki
pengalaman kurang dari tiga tahun. Hasil penelitian ini
konsisten dengan penelitian Muttaqin (2008) yang menyatakan
82
bahwa Pengalaman tidak berpengaruh secara signifikan
terhadap Opini Audit.
4) Hasil Uji Hipotesis keempat, yaitu:
Hipotesis keempat yang menyatakan bahwa Keahlian
Auditor berpengaruh secara signifikan terhadap opini audit.
Dari tabel 4.19 dapat diketahui bahwa variabel Keahlian
Auditor mempunyai angka signifikansi 0,026 sehingga nilai
tersebut lebih kecil dari 0,05. Dengan demikian Ha4 diterima,
hal ini berarti bahwa Keahlian Auditor berpengaruh signifikan
terhadap opini audit. Menurut Kamus Kompetensi LOMA
(1998) dalam Alim, Hapsari, dan Purwanti (2007) Kompetensi
didefinisikan sebagai aspek-aspek pribadi dari seorang pekerja
yang memungkinkan dia untuk mencapai kinerja superior.
Aspek-aspek pribadi ini mencakup sifat, motif-motif, sistem
nilai sikap, pengetahuan dan ketrampilan dimana kompetensi
akan mengarahkan tingkah laku akan menghasilkan kinerja.
Hal ini menunjukkan bahwa pendapat auditor yang baik akan
tergantung kepada kompetensi (keahlian) dan prosedur audit
yang dilakukan oleh auditor. Hasil penelitian ini konsisten
dengan penelitian Mayangsari (2003) yang menunjukkan
bahwa Keahlian auditor berhubungan positif terhadap Opini
audit.
83
BAB V
KESIMPULAN DAN IMPLIKASI
A. Kesimpulan
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh dari etika,
independensi, pengalaman, keahlian auditor terhadap Opini audit. Berdasarkan
hasil penelitian yang telah dilakukan dapat diambil kesimpulan sebagai
berikut:
1. Hasil uji regresi ditemukan bahwa variabel Etika, Independensi,
Pengalaman, dan Keahlian auditor berpengaruh signifikan dan simultan
terhadap Opini audit.
2. Keahlian Auditor merupakan variabel independen yang paling dominan
terhadap Opini Audit.
3. Etika tidak berpengaruh signifikan terhadap Opini audit. Penelitian ini
konsisten dengan penelitian yang dilakukan oleh Megasari (2008).
4. Independensi berpengaruh positif signifikan terhadap Opini audit.
Penelitian ini konsisten dengan Penelitian yang dilakukan oleh Mayangsari
(2003), Megasari (2008), dan Nursyofah (2007).
5. Pengalaman tidak berpengaruh signifikan terhadap Opini audit. Penelitian
ini konsisten dengan Penelitian yang dilakukan oleh Muttaqin (2008).
6. Keahlian auditor berpengaruh positif signifikan terhadap Opini audit.
Penelitian ini konsisten dengan Penelitian yang dilakukan oleh Mayangsari
(2003), Megasari (2008), dan Nursyofah (2007).
84
B. Implikasi
Berdasarkan hasil pengujian tersebut maka implikasi penelitian ini
yaitu:
1. Auditor. Auditor memiliki peranan yang penting dalam melakukan audit
terhadap laporan keuangan suatu entitas. Auditor harus memberikan jasa
audit terbaiknya untuk klien agar hasil laporan auditor tidak menyesatkan
para pengguna informasi keuangan.
2. Kantor Akuntan Publik (KAP). Kantor Akuntan Publik adalah lembaga
yang memiliki izin dari Menteri Keuangan sebagai wadah bagi akuntan
publik dalam menjalankan pekerjaannya sehingga Kantor Akuntan Publik
memiliki peran yang penting dalam memberikan jasa profesional
independennya kepada klien agar dapat meningkatkan kualitas informasi
para pembuat keputusan.
3. Pemerintah. Pemerintah mempunyai wewenang dalam menetapkan
kebijakan mengenai izin pendirian suatu lembaga salah satunya Kantor
Akuntan Publik (KAP). Keberadaan KAP sebagai lembaga atau wadah
bagi akuntan publik diharapkan dapat membantu suatu entitas dalam
memeriksa laporan keuangan agar semua informasi yang dibutuhkan tidak
menyesatkan para pengguna informasi keuangan. Apabila terjadi suatu
tindakan yang menyebabkan kerugian berbagai pihak maka Pemerintah
berhak mencabut izin pendirian suatu lembaga tersebut.
85
A. Keterbatasan dan Saran
Penelitian ini mempunyai beberapa keterbatasan yang mungkin dapat
melemahkan hasilnya. Beberapa keterbatasan dan saran untuk penelitian
selanjutnya adalah sebagai berikut :
1) Penelitian ini hanya menggunakan sampel di wilayah Jakarta dan hanya
terdiri dari sembilan KAP, sehingga diharapkan penelitian selanjutnya
dapat memperluas wilayah cakupan lebih banyak KAP dan tidak hanya
yang diwilayah Jakarta saja sehingga diperoleh hasil penelitian yang
tingkat generalisasinya lebih tinggi.
2) Penelitian ini 60,4% respondennya merupakan auditor junior dan 63,8%
dari responden masih memilki pengalaman dalam suatu KAP rata-rata
kurang dari tiga tahun, sehingga ada kemungkinan untuk variabel
pengalaman audit dapat berpengaruh apabila lebih banyak responden
terdiri dari partner, manager, supervisor atau auditor senior dengan
pengalaman yang lebih dari tiga tahun. Diharapkan untuk penelitian
selanjutnya dapat memperbanyak jumlah responden, khususnya
responden yang jabatannya auditor senior, partner, manager, dan
supervisor dengan memiliki pengalaman dalam suatu KAP lebih dari tiga
tahun.
3) Etika, independensi, pengalaman, dan keahlian auditor bukanlah semata-
mata faktor yang dapat mempengaruhi opini audit. Oleh karena itu
penulis mengharapkan partisipasi aktif peneliti berikutnya untuk meneliti
aspek-aspek lain yang mempengaruhi opini audit.
86
DAFTAR PUSTAKA
Aini, Nur. ”Pengaruh Independensi Auditor,“Pengalaman Auditor dan Etika Auditor Terhadap Kualitas Audit”. Skripsi. Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. 2009.
Alim, M.Nizarul, Trisni Hapsari, Liliek Purwanti. ”Pengaruh Kompetensi dan
Independensi Terhadap Kualitas Audit dengan Etika Auditor sebagai Variabel Moderasi”. Simposium Nasional Akuntansi X Universitas Makassar. Juli 2007.
Anderson, B.H. dan Maletta. ”Auditor Attendance to Negative and Positive
Information: The Effect of Experience-related Differences. Behavioral Research In Accounting 6:1-20”. 1994. http://proquest.umi.com/pqdweb .
Arens, Alvin A., Randal J. Elder , dan Mark S. Beasly. “Auditing dan Jasa
Assurance Pendekatan Terintegrasi”. Jilid I, Edisi Keduabelas, Erlangga, 2008.
Ashton, Hubbard, Alison. ”Experience and Errror Frequency Knowledge as
Potential Determinants of Audit Expertise”. The Accounting Review (April): 218-239.1991. http://proquest.umi.com/pqdweb .
Bedard, J. ”Experience in Auditing: Myth or Reality? Accounting”, Organization
and Society Vol-14:113-131. 1989. http://proquest.umi.com/pqdweb . Boynton, William C, Raymond N. Johnson, dan Walter G. Kell.“Modern
Auditing”. Edisi ketujuh, Erlangga, Jakarta. 2005. Choo, F. dan K.T. Trotman. ”The Relationship Between Knowledge Structure and
Judgments for Experienced and Inexperience Auditors”. The Accounting Review. Juli.p. 464-485. 1991. http://proquest.umi.com/pqdweb .
Deis, D.R. dan G.A. Groux. ”Determinants of Audit Quality in The Public
Sector”. The Accounting Review. Juli. p. 462-479. 1992. http://proquest.umi.com/pqdweb .
87
Ghozali, Prof. Dr. H. Imam. ”Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS Edisi Keempat Cetakan IV”. Badan Penerbit Universitas Diponegoro, Semarang. 2009
Hamid, Abdul. ”Panduan Penulisan Skripsi”, UIN Press, Jakarta, 2007. Haynes, C.M. J.G. Jenkins dan S.R. Nutt. ”The Relationship between client
Advocacy and Audit Experience: An Exploratory Analysis. Auditing: A Journal of Practise and Theory 17 (Fall): 88-104”. 1998. http://proquest.umi.com/pqdweb .
Hogart, R.M. ”A Perspective on Cognitive Research in Accounting”. The
Accounting review. January. p. 67-86.1991. http://proquest.umi.com/pqdweb.
Ikatan Akuntan Indonesia. ”Standar Profesional Akuntan Publik”. Salemba
Empat, Jakarta. 2009. Koroy, Tri Ramaraya. ”Pengaruh Preferensi Klien dan Pengalaman Audit
terhadap Pertimbangan Auditor”. Jurnal Riset Akuntansi Indonesia, Vol 10, No.1, Hal 113. Januari. 2007.
Organisasi dan Gender Terhadap Pengambilan Keputusan Etis Auditor”. Skripsi. Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. 2008.
Kwanbo, Lubabah Mansur. ”Internal Control and Issues of Independence &
Confidentially in Nigerian Local Government Auditing: An Examination”. Kaduna State University. March 22, 2009. http://www.ssrn.com.
Libby, R. “The Role of Knowledge and Memory in Audit Judgement. Dalam R.H.
Ashton dan A.H. Ashton (Eds.), Judgment and Decision Making Research in Accounting and Auditng, New York: Cambridge”. 1995. http://proquest.umi.com/pqdweb .
88
Ludigdo, Unti. “Strukturasi Praktik Etika di Kantor Akuntan Publik: Sebuah Studi Interpretif”. Simposium Nasional Akuntansi 9 Padang. Agustus 2006.
Mardiana, Dian. ”Analisis Pengaruh Profesionalisme, Pengetahuan Auditor
dalam mendeteksi kekeliruan, dan Keahlian Audit Terhadap Pertimbangan Tingkat Materialitas dalam Proses Pemeriksaan Laporan Keuangan”. Skripsi. Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah, Jakarta. 2008.
Mayangsari, Sekar. ”Pengaruh Keahlian Audit dan Independensi terhadap
Pendapat Audit: Sebuah Kuasieksperimen”. Jurnal Riset Akuntansi Indonesia, Vol. 6, No. 1, Hal. 1-22, Januari 2003.
Megasari, Devi. ”Pengaruh Etika, Keahlian Audit, dan Independensi terhadap
Opini Audit”. Skripsi. Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah, Jakarta. 2008.
Muttaqin, Muchlis. ”Pengaruh Pengalaman dan Keahlian Audit terhadap
Pendapat Auditor”. Skripsi. Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah, Jakarta. 2008.
Nugrahaningsih, Putri. ”Analisis Perbedaan Perilaku Etis Auditor Di KAP dalam
Etika Profesi (Studi Terhadap Peran Faktor-faktor Individual: Locus of Control, Lama Pengalaman Kerja, Gender, Dan Equity Sensitivity)”. Simposium Nasional Akuntansi VIII Solo. September 2005.
Nursyofah, Siti. ”Analisis Faktor Keahlian dan Independensi Auditor terhadap
Opini Audit”. Skripsi. Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah, Jakarta. 2007.
Independensi dan Karakteristik Personal Audit Terhadap Kualitas Audit”. Skripsi. Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah, Jakarta. 2008.
89
Rinaldi, Rizka Alfian. ”Pengaruh Profesionalism dan Keahlian Auditor Terhadap Temuan Bukti Audit yang Kompeten”. Skripsi. Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah, Jakarta. 2008.
Sari, Dika Mira Uncha. ”Pengaruh Konflik Audit dan Independensi Auditor
Terhadap Opini Audit”. Skripsi. Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah, Jakarta. 2008.
Scmidt, F.L, M.A.Mc. Daniel and J.H. Hunter. “Jobs Experience Correlates of
Job Performance”. Journal of Applied Psycology. p. 327-330.1988. http://proquest.umi.com/pqdweb .
Tubbs, R.M. ”The Effect of Experience on The Auditor’s of Knowledge”. The
Accounting Review. Oktober. p. 783-801.1992. http://proquest.umi.com/pqdweb .
seluruh jawaban Bapak/Ibu sesuai dengan etika penelitian.
Mohon diisi dengan lengkap dan sebenar-benarnya. Apabila salah
satu nomor tidak diisi maka kuesioner dianggap tidak berlaku
dan tidak dapat digunakan.
Apapun jawaban Bapak/Ibu tidak ada yang salah atau benar dan
tidak akan berpengaruh terhadap penilaian kerja Bapak/Ibu
ditempat bekerja.
Peneliti mohon maaf apabila ada yang tidak berkenan dengan hadirnya
kuesioner ini. Atas kesediaan dan perhatian serta kerjasamanya,
penelitian ucapkan terimakasih.
Hormat saya,
Peneliti
95
A. IDENTITAS RESPONDEN
Pada bagian ini Anda diminta untuk mengisi identitas responden mengenai
nama, nama KAP dan usia pada pertanyaan no 1, 2, dan 3. Untuk pertanyaan
no 4 s.d. 7 harap memilih salah satu dengan memberi tanda silang (x).
1. Nama responden :
2. Nama KAP :
3. Usia : Tahun
4. Jenis kelamin :
5. Pendidikan formal :
a. D 3
b. Sedang menempuh S 1
c. Lulus S 1
d. Sedang menempuh S 2
e. Lulus S 2
f. S 3
6. Lama masa kerja sebagai auditor:
a. < 3 tahun
b. 3-5 tahun
c. 5-10 tahun
d. > 10 tahun
7. Kedudukan di KAP sebagai :
a. Junior Auditor
b. Senior Auditor
96
c. Supervisi Auditor
d. Partner
e. Manajer
B. PETUNJUK PENGISIAN
Berilah tanda silang (x) pada jawaban yang anda pilih di lembar jawaban yang
telah disediakan. Pilihlah jawaban yang sesuai dengan perasaan, pendapat, dan
Keadaan Bpk/ Ibu yang sebenarnya.
Keterangan Jawaban Tingkat Penelitian SS : Sangat Setuju 5 S : Setuju 4 N : Netral 3 TS : Tidak Setuju 2 STS: Sangat Tidak Setuju 1
KESADARAN ETIS AUDITOR
Di bawah ini terdapat tiga ilustrasi kasus serta tindakan yang mengikutinya. Anda
dimohon untuk menilai tindakan pada setiap ilustrasi tersebut dengan memberi
tanda silang (X) pada pilihan angka 1, 2, 3, 4, dan 5
Ilustrasi 1
Sebuah Kantor Akuntan Publik (KAP) baru saja memperoleh klien baru dengan
biaya audit yang sangat rendah. Dalam persiapan pengauditan seorang partner
mengusulkan anggaran jam pengauditan untuk akun persediaan selama 100 jam.
Padahal pengalaman partner senior dengan klien sejenis menunjukkan bahwa
untuk memperoleh keyakinan agar tidak terjadi kesalahan maupun pelanggaran
97
terhadap standar yang bersifat material, pengauditan memerlukan waktu minimal
150 jam. Di KAP tersebut, evaluasi kinerja partner didasarkan pada efisiensi
pengauditan.
Tindakan : Usulan Anggaran Waktu tersebut diterima oleh partner senior,
akibatnya dalam proses pengauditan partner tersebut melakukan
prosedur pengauditan yang lebih sedikit terhadap akun persediaan.
Dari tindakan diatas, jawablah 3 pernyataan dibawah ini:
No Pernyataan SS S N TS STS
1. Menurut saya tindakan tersebut Etis
2. Kemungkinan besar saya melakukan tindakan tersebut
3. Kemungkinan besar Kolega saya melakukan tindakan tersebut
Ilustrasi 2
Auditor X bertindak sebagai auditor Independen pada klien A. Volume penjualan
klien A mengalami penurunan sangat drastis. Auditor X mengetahui bahwa klien
A akan segera bangkrut. Pada saat yang sama, auditor juga sedang mengaudit
klien B. Klien sedang melakukan pengauditan pada rekening piutang klien B,
Auditor X menemukan bahwa klien A memiliki utang terhadap klien B sebesar
Rp 500 juta. Jumlah ini merupakan 10% dari saldo piutang klien B.
Tindakan : Auditor X memberitahu klien B tentang kemungkinan bangkrut yang
akan dialami klien A.
98
Dari tindakan diatas, jawablah 3 pernyataan dibawah ini:
No Pernyataan SS S N TS STS
4. Menurut saya tindakan tersebut Etis
5. Kemungkinan besar saya melakukan tindakan tersebut
6. Kemungkinan besar Kolega saya melakukan tindakan tersebut
Ilustrasi 3
Auditor Y disamping berpraktik sebagai akuntan publik juga ikut aktif dalam
kegiatan aktivitas sosial. Dia sangat aktif dalam organisasi untuk penyandang
cacat di kotanya. Dalam rangka untuk mengumpulkan dana bagi organisasi
tersebut Auditor Y berencana menggunakan kertas Kop Surat KAP tempat Ia
bekerja untuk digunakan sebagai surat permohonan sumbangan sukarela pada
perusahaan-perusahaan.
Tindakan : Auditor Y menggunakan kertas Kop Surat KAP untuk membuat Surat
Permohonan sumbangan sukarela.
Dari tindakan diatas, jawablah 3 pernyataan dibawah ini:
No Pernyataan SS S N TS STS
7. Menurut saya tindakan tersebut Etis
8. Kemungkinan besar saya melakukan tindakan tersebut
9. Kemungkinan besar Kolega saya melakukan tindakan tersebut
99
KEPEDULIAN PADA ETIKA PROFESI
NO. PERNYATAAN SS S N TS STS 10. Etika profesi untuk mensukseskan
profesi auditor
11. Kepedulian pada etika profesi adalah sangat baik untuk dilaksanakan
12. Merasa bangga ketika memberitahukan kepada orang lain bahwa Anda peduli pada etika profesi
13. Nilai-nilai yang Anda yakini dengan nilai-nilai yang ada dalam etika profesi auditor memiliki banyak kesamaan
14. Aturan-aturan yang ada dalam etika profesi yang dikeluarkan oleh Institut Akuntan Publik Indonesia telah sesuai dengan Standar Profesional Akuntan Publik
15. Kepedulian terhadap etika profesi dapat memberikan yang terbaik dalam melakukan setiap pekerjaan audit
16. Tidak peduli terhadap etika profesi, apakah anda merasa bahwa tindakan tersebut merupakan suatu kesalahan
17. Merasa senang dengan memilih profesi sebagai auditor dibanding profesi lainnya
18. Auditor adalah profesi yang terbaik dibanding profesi lainnya
19. Dalam situasi saat ini, apabila ada sedikit perubahan yang tidak berkenan dihati Anda dapat mempengaruhi kepedulian Anda pada etika profesi
100
INDEPENDENSI NO. PERNYATAAN SS S N TS STS 20. Penyusunan program audit bebas dari
campur tangan untuk menentukan, mengeliminasi atau memodifikasi bagian-bagian tertentu yang diperiksa
21. Penyusunan program audit bebas dari campur tangan atau sikap tidak mau bekerjasama mengenai penerapan prosedur yang dipilih
22. Penyusunan program audit bebas dari usaha-usaha pihak lain terhadap subyek pekerjaan pemeriksaan yang disediakan
23. Dalam melakukan verifikasi, auditor memperoleh kebebasan dalam mengakses semua informasi yang berhubungan dengan kegiatan audit
24. Selama melakukan verifikasi auditor memperoleh dukungan dan kerjasama yang baik dengan pihak manajemen klien
25. Manajemen klien memberikan kebebasan pada auditor dalam menentukan bahan bukti yang diperlukan maupun obyek yang akan diperiksa
26. Kegiatan verifikasi auditor harus bebas dari keinginan pribadi maupun pengaruh pihak lain untuk memodifikasi bahan bukti selama aktivitas audit
27. Auditor harus bebas dari keinginan pribadi maupun pengaruh pihak lain untuk memodifikasi bahan bukti selama aktivitas audit
28. Auditor harus bebas dari tekanan pihak manapun dalam melaporkan temuan-temuan yang bersifat material
Bersambung ke halaman berikutnya
101
NO. PERNYATAAN SS S N TS STS 29. Auditor harus menghindari
penggunaan kata-kata yang menyesatkan baik secara sengaja maupun tidak sengaja dalam melaporkan fakta, opini, dan rekomendasi dalam Interpretasi auditor
30. Auditor harus bebas dalam menggunakan judgement mengenai fakta dan opini dalam laporan audit
PENGALAMAN NO. PERNYATAAN SS S N TS STS 31. Auditor dikatakan berpengalaman bila
menjalankan tugasnya lebih dari 3 tahun
32. Pengalaman auditor berpengaruh terhadap keputusan yang dibuat
33. Pengalaman dalam pekerjaan pada umumnya dapat mengembangkan karir
34. Pengalaman auditor sudah pasti meningkat karena seringnya melakukan tugas
35. Pengalaman dapat membantu auditor mengetahui kekeliruan disuatu perusahaan berikut penyelesaiannya
36. Semakin banyak pengalaman yang dimiliki auditor semakin besar kemampuan auditor dalam mengatasi setiap permasalahan yang ada
37. Pengalaman membantu auditor dalam menganalisis masalah
38. Pengalaman membantu auditor dalam memprediksi dan mendeteksi masalah
39. Auditor yang kurang berpengalaman cenderung sulit untuk menentukan sikap
40. Auditor junior untuk mencapai kompetensinya dapat belajar dari pengalaman pada auditor sebelumnya
102
KEAHLIAN AUDITOR NO. PERNYATAAN SS S N TS STS 41. Seorang auditor dikatakan ahli apabila
telah bekerja sebagai auditor lebih dari 3 tahun.
42. Jumlah auditan yang pernah diperiksa mempengaruhi keahlian seseorang sebagai auditor.
43. Keahlian dapat diperoleh seiring bertambahnya pengalaman dan jam terbang pemeriksaan.
44. Selain pengalaman, pendidikan profesi dapat mempengaruhi keahlian seorang auditor.
45. Seminar,diklat, dan lokakarya sangat membantu meningkatkan kualitas seorang auditor.
46. Semakin sering seorang auditor mengikuti diklat, seminar, dan lokakarya dapat meningkatkan keahlian seorang auditor ketika melaksanakan proses pemeriksaan.
47. Auditor dengan jam terbang tinggi memenuhi kualifikasi sebagai ketua tim audit.
48. Seorang auditor yang pernah menjabat sebagai ketua tim audit dapat dikatakan seorang yang ahli dalam proses audit.
49. Sebagai ketua tim audit harus memiliki sertifikasi yang cukup melalui pendidikan profesi, diklat, seminar, ataupun lokakarya yang diselenggarakan dalam rangka meningkatkan keahlian auditor.
103
OPINI AUDIT NO. PERNYATAAN SS S N TS STS 50. Tidak adanya pembatasan oleh klien
sewaktu auditor melakukan pemeriksaan merupakan persayaratan diberikannya pernyataan unqualified.
51. Laporan keuangan yang menggambarkan posisi keuangan, hasil usaha, cash flow, equity statement secara wajar merupakan dasar pengambilan opini unqualified.
52. Tidak adanya kesalahan dalam pelaporan keuangan, atau hal lain yang memungkinkan menimbulkan salah penafsiran.
53. Dibutuhkannya pendapat wajar tanpa pengecualian terhadap perusahaan go public.
54. Pendapat wajar tanpa pengecualian dikeluarkan karena terdapat situasi yang tidak memerlukan pendapat paragraf penjelas.
55. Seorang auditor memberikan opini wajar dengan modifikasi jika terdapat laporan yang melibatkan pendapat auditor lain.
56. Penyimpangan accounting principles dapat mempengaruhi auditor dalam memberikan opini audit.
57. Pendapat wajar dengan pengecualian yang dihasilkan auditor karena terdapat item-item tertentu yang tidak mentaati prinsip-prinsip akuntansi yang berlaku umum.
58. Auditor menolak memberikan pendapat dikarenakan ketidakpastian yang terdapat dalam pos-pos laporan keuangan.
59. Adanya ketidakwajaran laporan keuangan dikarenakan ketidakpastian yang terdapat dalam pos-pos laporan keuangan
N 58 58 58 58 58 58 58 58 58 58 58 58 **. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed). *. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).
N 58 58 58 58 58 58 58 58 58 58 58 **. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed). *. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).
N 58 58 58 58 58 58 58 58 58 58 **. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed). *. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).
N 58 58 58 58 58 58 58 58 58 58 58 **. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed). *. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).
131
Hasil Uji Reliabilitas Etika
Reliability Analysis―Scale (Alpha)
Hasil Uji Reliabilitas Independensi
Reliability Analysis―Scale (Alpha)
Cronbach's Alpha N of Items
.856 11
Hasil Uji Reliabilitas Pengalaman
Reliability Analysis―Scale (Alpha)
Cronbach's Alpha N of Items
.875 10
Cronbach's Alpha N of Items
.801 19
132
Hasil Uji Reliabilitas Keahlian Auditor
Reliability Analysis―Scale (Alpha)
Cronbach's Alpha N of Items
.804 9
Hasil Uji Reliabilitas Opini Audit
Reliability Analysis―Scale (Alpha)
Cronbach's Alpha N of Items
.716 10
133
Lampiran 6: Output Analisis Regresi
Regression
Variables Entered/Removed(b)
Mode
l
Variables
Entered
Variables
Removed Method
1 keahliana
uditor,
etika,
independ
ensi,
pengalam
an(a)
. Enter
a All requested variables entered.
b Dependent Variable: opiniaudit
134
Model Summary(b)
Model R R Square Adjusted R
Square Std. Error of the Estimate
1 .560(a) .313 .261 3.60783
a Predictors: (Constant), keahlianauditor, etika, independensi, pengalaman
b Dependent Variable: opiniaudit
ANOVA(b)
Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.
Regression 314.543 4 78.636 6.041 .000(a)
Residual 689.870 53 13.016
1
Total 1004.414 57
a Predictors: (Constant), keahlianauditor, etika, independensi, pengalaman