Pengaruh Faktor-Faktor Kritis Model Man dan Chan terhadap Kinerja Usaha Kecil Mitra Binaan Telkom Datel Bandung sektor Industri TESIS Disiapkan untuk Memperoleh Gelar Pasca Sarjana Magister Manajemen Disusun oleh: Nama : Raswyshnoe Boing K. NPM : C. 060.101.010 Progr am : Magister Manajemen Coop. X
282
Embed
Pengaruh Entrepreneurial Competencies, Organizational Behavior, dan Competitive Scope Terhadap Kinerja Usaha Kecil Mitra Binaan Telkom Datel Bandung
Usaha Kecil Mikro (UKM) merupakan bagian integral dunia usaha nasional yang memiliki kedudukan, potensi dan peranan yang sangat penting dan strategis dalam mewujudkan perekonomian nasional yang semakin seimbang berdasarkan demokrasi ekonomi. Kendala-kendala yang dihadapi UKM tidak lepas dari persoalan dasar yaitu kelemahan internal usahanya sendiri (pelaku dan usahanya) dan kelemahan eksternal berupa hubungan dengan pelaku-pelaku lain yang terkait dalam usaha tersebut. Kelemahan-kelemahan tersebut yang menjadikan acuan perumusan masalah untuk dianalisis lebih mendalam. Tujuan dari penelitian ini adalah mendiagnosis seberapa besar pengaruh model kemampuan kewirausahaan terhadap kinerja usaha kecil Mitra Binaan Telkom Datel Bandung sektor industri. Hasil studi literatur ditemukan bahwa perkembangan konsep kewirausahaan bergeser dari karakteristik menjadi penilaian kemampuan yang dimiliki wirausaha itu sendiri. Teori atau model yang dipandang pantas untuk menilai kinerja usaha kecil adalah yang dikembangkan oleh Man dan Chan dengan meneliti faktor-faktor entrepreneurial competencies, competitive scope, dan organization capabilities. Jenis penelitian ini dikategorikan ke dalam explanatori research yang menjelaskan fenomena dengan teori yang ada. Data primer dikumpulkan dengan menggunakan alat bantu angket dengan metode in-depth interview. Selanjutnya dilakukanlah analisis deksriptif dan jalur untuk mengetahui besaran pengaruh variabel yang diteliti, membahas hasil temuan, serta menarik kesimpulan dan rekomendasi. Hasil uji hipotesis dengan tingkat signifikansi 0,5 persen menunjukan bahwa variabel entrepreneurial competencies, competitive scope, dan organization capabilities secara simultan dan parsial terbukti berpengaruh signifikan terhadap kinerja usaha kecil. Melalui analisis jalur, besaran total pengaruh variabel yang diteliti adalah 62,06 persen. Sedangkan sisanya 37,94 persen dipengaruhi faktor lain. Rekomendasi yang diberikan adalah memodifikasi pelatihan ke dalam tiga bentuk yakni: pelatihan kemampuan kewirausahaan, pengelolaan bisnis dari dimensi internal, serta pengelolaan bisnis dari dimensi eksternalnya. Penulis juga merekomendasikan penelitian ini cocok untuk digunakan sebagai alat monitoring and evaluating Mitra Binaan.
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Pengaruh Faktor-Faktor Kritis Model Man dan Chan
terhadap Kinerja Usaha Kecil Mitra Binaan Telkom Datel Bandung
sektor Industri
TESIS
Disiapkan untuk Memperoleh Gelar Pasca Sarjana Magister Manajemen
Disusun oleh:
Nama : Raswyshnoe Boing K.NPM : C. 060.101.010Program : Magister Manajemen Coop. X
MAGISTER MANAJEMENINSTITUT MANAJEMEN TELKOMYAYASAN PENDIDIKAN TELKOM
2008
PENGESAHAN
Pengaruh Faktor-Faktor Kritis Model Man dan Chan
terhadap Kinerja Usaha Kecil Mitra Binaan Telkom Datel Bandung
sektor Industri
Disusun oleh:
Nama : Raswyshnoe Boing K.NPM : C. 060.101.010Program : MM Coop. X
Bandung, ...........................................
Disetujui untuk diajukan ke Sidang UjianPasca Sarjana Magister Manajemen
Institut Manajemen Telkom
Pembimbing Pertama, Pembimbing Kedua,
(Ir. Ratna L. Nugroho, MM) (Brady Rikumahu, SE, MBA)
PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa:
1. Karya tulis saya, tesis ini adalah asli dan belum pernah diajukan untuk mendapat gelar akademik (Sarjana, Magister dan Doktor), baik dari Institut Manajemen Telkom maupun di perguruan tinggi lainnya.
2. Karya tulis ini murni gagasan, rumusan dan penelitian saya sendiri, tanpa bantuan pihak lain, kecuali arahan tim pembimbing/ tim promotor atau penguji.
3. Dalam karya tulis ini tidak terdapat karya atau pendapat yang telah ditulis atau dipublikasikan orang lain, kecuali secara tertulis dengan jelas dicantumkan sebagai acuan dalam naskah dengan disebutkan nama pengarang dan dicantumkan dalam daftar pustaka.
4. Pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya dan apabila dikemudian hari terdapat penyimpangan dan ketidakbenaran akademik berupa pencabutan gelar yang telah diperoleh karna karya tulis ini, serta sanksi lainnya sesuai dengan norma yang berlaku di perguruan tinggi ini.
Bandung, ......................................
Yang membuat pernyataan
(Raswyshnoe Boing K.)NPM: C.060.101.010
ABSTRAK
Usaha Kecil Mikro (UKM) merupakan bagian integral dunia usaha nasional yang memiliki kedudukan, potensi dan peranan yang sangat penting dan strategis dalam mewujudkan perekonomian nasional yang semakin seimbang berdasarkan demokrasi ekonomi. Kendala-kendala yang dihadapi UKM tidak lepas dari persoalan dasar yaitu kelemahan internal usahanya sendiri (pelaku dan usahanya) dan kelemahan eksternal berupa hubungan dengan pelaku-pelaku lain yang terkait dalam usaha tersebut. Kelemahan-kelemahan tersebut yang menjadikan acuan perumusan masalah untuk dianalisis lebih mendalam. Tujuan dari penelitian ini adalah mendiagnosis seberapa besar pengaruh model kemampuan kewirausahaan terhadap kinerja usaha kecil Mitra Binaan Telkom Datel Bandung sektor industri.
Hasil studi literatur ditemukan bahwa perkembangan konsep kewirausahaan bergeser dari karakteristik menjadi penilaian kemampuan yang dimiliki wirausaha itu sendiri. Teori atau model yang dipandang pantas untuk menilai kinerja usaha kecil adalah yang dikembangkan oleh Man dan Chan dengan meneliti faktor-faktor entrepreneurial competencies, competitive scope, dan organization capabilities.
Jenis penelitian ini dikategorikan ke dalam explanatori research yang menjelaskan fenomena dengan teori yang ada. Data primer dikumpulkan dengan menggunakan alat bantu angket dengan metode in-depth interview. Selanjutnya dilakukanlah analisis deksriptif dan jalur untuk mengetahui besaran pengaruh variabel yang diteliti, membahas hasil temuan, serta menarik kesimpulan dan rekomendasi.
Hasil uji hipotesis dengan tingkat signifikansi 0,5 persen menunjukan bahwa variabel entrepreneurial competencies, competitive scope, dan organization capabilities secara simultan dan parsial terbukti berpengaruh signifikan terhadap kinerja usaha kecil. Melalui analisis jalur, besaran total pengaruh variabel yang diteliti adalah 62,06 persen. Sedangkan sisanya 37,94 persen dipengaruhi faktor lain.
Rekomendasi yang diberikan adalah memodifikasi pelatihan ke dalam tiga bentuk yakni: pelatihan kemampuan kewirausahaan, pengelolaan bisnis dari dimensi internal, serta pengelolaan bisnis dari dimensi eksternalnya. Penulis juga merekomendasikan penelitian ini cocok untuk digunakan sebagai alat monitoring and evaluating Mitra Binaan.
i
KATA PENGANTAR
Dengan hormat,
Segala Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT yang telah memberikan petunjuk dan limpahan taufik serta hidayah-Nya sehingga tesis ini dapat terselesaikan. Tesis dengan judul “Pengaruh Faktor-Faktor Kritis Model Man dan Chan terhadap Kinerja Usaha Kecil Mitra Binaan Telkom Datel Bandung sektor industri” disusun untuk memenuhi salah satu syarat akademis dalam penyelesaian jenjang studi S-2 jurusan Magister Manajemen pada Institut Manajemen Telkom.
Penulis menyadari bahwa tanpa bantuan dan dukungan dari berbagai pihak, tesis ini tidak dapat terselesaikan. Maka, dalam kesempatan ini dengan segala ketulusan serta kerendahan hati, penulis mengucapkan banyak terima kasih dan penghargaan kepada :
1. Ibu Ir. Ratna. L. Nugroho, MM, selaku Dosen Pembimbing I dan Bapak Brady Rikumahu, SE, MBA selaku Dosen Pembimbing II yang telah memberikan bimbingan serta kontribusi positif sehingga tesis ini dapat terselesaikan.
2. Bapak Asep Suryana Natawirya selaku Rektor IMT, Bapak Prof. Dr. Hiro Tugiman, Ak, QIA selaku Ketua Jurusan Program Magister Manajemen dan Bapak Imanuddin Hasbi, ST, MM selaku Sekretaris Jurusan Program Magister Manajemen yang telah memberikan kontribusi positif dengan memperlancar proses administratif IMT.
3. Pihak Telkom Community Development Center (CDC) yang terdiri dari: Bapak Harmon selaku Senior Manager CDC, Bapak Dhofir Sunhaji selaku Manager CD Divre III, Bapak Yudi selaku Assistant Manager CD Divre III, dan Bapak Asep yang telah mengizinkan pelaksanaan penelitian serta membantu kelancaran penelitian pada Mitra Binaan Telkom Datel Bandung sektor industri.
ii
4. Seluruh pengajar IMT baik dosen tetap maupun dosen tamu yang memberikan penulis ilmu-ilmu yang berguna dan pemikiran-pemikiran yang menanamkan pemahaman bahwa ilmu pengetahuan tidak mengenal batasan.
5. Seluruh Staf Personal Assistant (PA) terutama Dendi dan Sari yang selalu membantu kelancaran proses administrasi di IMT.
6. Seluruh Staf BAAK terutama Bapak Gagan dan Bapak Irsan yang selalu membantu kelancaran pelaksanaan persidangan di IMT.
7. Perpustakaan IMT, yang menjadi tumpuan utama penulis memperoleh informasi dan referensi untuk penyusunan tesis ini.
8. Kedua orangtua tercinta ayahanda F. Bambang. W, dan ibunda Sumarni, atas doa, kasih sayang, kesabaran, kepercayaan dan pendidikan yang tak terhingga nilainya yang dengan rasa cintanya selalu mengharapkan penulis menjadi orang yang jujur dan berguna.
9. Adik-adikku yang tercinta semoga kelak dikemudian hari bisa mengenyam pendidikan S-2.
10. Teman-teman Coop 10 : Abby, Angga, Arius, Billy, Candra, Dhono, Fiane, Jauhary, Kunto dan Yulia yang telah membantu memberikan informasi yang konstruktif serta diskusi-diskusi yang menarik selama pengerjaan tesis ini.
Terakhir, penulis menyadari bahwa laporan ini masih memerlukan perbaikan dan belum sepenuhnya sempurna, karena kesempurnaannya hanya milik-Nya. Apabila di dalam laporan magang ini terdapat kebenaran, kebaikan dan kelebihan, itu semua datangnya dari Allah SWT dan apabila ada kekurangan dan kesalahan itu semua datangnya dari penulis. Semoga laporan magang ini dapat bermanfaat dan berguna bagi semua pihak yang memahaminya. Amin.
Bab I PENDAHULUAN…………………………………… 11.1 Tinjauan terhadap Objek Penelitian…………… 11.2 Latar Belakang……………………………........ 51.3 Perumusan Masalah…………………………… 121.4 Tujuan Penelitian……………………………… 17
1.5 Kegunaan Penelitian……………………........... 171.6 Kerangka Pemikiran dan Hipotesis………….... 18
Bab II TINJAUAN PUSATAKA…………………………… 202.1 Kajian atas Penelitian Sebelumnya……………. 20
2.2 Entrepreneur dan Entrepreneurship…………... 212.1.1 Entrepreneur………………………… 222.1.2 Entrepreneurship……………………. 232.1.3 Model Man dan Chan………............... 232.1.4 Faktor Kritis Competitiveness in Small
Medium Enterprise…………………... 252.3 Usaha Kecil di Indonesia……………………… 29
2.3.1 Definisi Usaha Kecil…………………. 292.3.2 Karakteristik Usaha Kecil……………. 31
2.3.3 Kinerja Usaha Kecil………………...... 322.3.4 Kendala Usaha Kecil…………............ 332.3.5 Klasifikasi Usaha Kecil……………… 34
iv
Bab III METODA PENELITIAN…………………………… 353.1 Jenis Penelitian………………………………… 353.2 Operasionalisasi Variabel dan Skala
Pengukuran…………………………………...... 363.3 Definisi Operasional…………………………... 383.4 Data dan Teknik Pengumpulan………………... 46
3.5 Populasi dan Sampel Penelitian……………….. 463.5.1 Populasi Penelitian……………........... 463.5.2 Sampel Penelitian……………………. 50
4.4.1 Pengujian Hipotesis Secara Simultan... 1354.4.2 Pengujian Hipotesis Secara Parsial…... 1384.4.3 Besaran Pengaruh Variabel Eksogen
terhadap Variabel Endogen………….. 1434.5 Pembahasan......................................................... 149
Bab V KESIMPULAN DAN SARAN………….................... 1545.1 Kesimpulan terhadap Karakteristik Responden.. 1545.2 Kesimpulan terhadap Pengujian Hipotesis......... 1565.3 Saran.................................................................... 158
5.3.1 Saran Bagi Perusahaan......................... 158
Tabel I-1 Rekapitulasi Jumlah Pemberian Bantuan Program Kemitraan Telkom dengan Usaha Kecil di Jawa Barat (Tahun 2001 – Triwulan I tahun 2008)…………………………………................. 4
Tabel I-2 Pendapatan Domestik Regional Bruto Perkapita Jawa Barat Tahun 2004 – 2006............................. 10
Tabel I-3 Jenis Pelatihan yang Dibutuhkan Mitra Binaan CD Divre III pada Seluruh Sektor Bantuan Pinjaman................................................................ 13
Tabel I-4 Jenis Pelatihan yang Dibutuhkan Mitra Binaan CD Datel Bandung pada Sektor Industri.............. 13
Tabel III-8 Rekapitulasi Jumlah Mitra Binaan CD Datel Bandung (Periode tahun 2001 – tahun 2008)…................................................................. 47
Tabel III-9 Rincian Populasi Penelitian…………………….. 49
Tabel III-10 Klas dan Interval Populasi Berdasarkan Pinjaman………………………………………… 49
Tabel III-11 Hasil Uji Validitas................................................. 54
Tabel III-12 Hasil Uji Reliabilitas............................................. 58
Tabel III-13 Format Diagram Performansi…………………… 61
Tabel IV-14 Tingkat Pendidikan Formal Responden................ 68
Tabel IV-15 Jenis Kelamin Responden..................................... 69
vii
Tabel IV-16 Usia Responden.................................................... 70
Tabel IV-17 Lapangan Usaha Responden................................. 72
Tabel IV-18 Besar Pinjaman...................................................... 73
Tabel IV-19 Tingkat Keinginan Responden untuk Mengetahui Keinginan Pelanggan Melalui Informasi Pasar… 76
Tabel IV-20 Tingkat Kemampuan Responden untuk Dapat Memahami Keanekaragaman Karakteristik Pelanggan……………………………………….. 77
Tabel IV-21 Tingkat Keinginan dan Pemahaman Responden terhadap Market Heterogeneity pada Usaha yang Dimilikinya……………………………………… 79
Tabel IV-22 Proporsi Market Heterogeneity berdasarkan Lapangan Usaha…………………………………
80
Tabel IV-23 Upaya Responden dalam Menerapkan Teknologi secara Cepat........................................................... 80
Tabel IV-24 Persepsi Responden terhadap Tingkat Ketepatan Penggunaan Teknologi.......................................... 81
Tabel IV-25 Tingkat Kecepatan dan Ketepatan Penerapan Teknologi pada Usaha Mitra Binaan Telkom Datel Bandung Sektor Industri………………….. 83
Tabel IV-26 Proporsi Technological Sophistication Berdasarkan Lapangan Usaha…………………... 83
Tabel IV-38 Proporsi Competitive Concentration Berdasarkan Lapangan Usaha.................................................... 93
Tabel IV-39 Persepsi Tingkat Optimisme Responden terhadap Peluang Usahanya................................................. 95
Tabel IV-40 Persepsi Tingkat Kemampuan Responden untuk Bekerja Sama dengan Orang Lain……………….
95
Tabel IV-41 Persepsi Tingkat Kemampuan Responden untuk Menerima Pendapat Orang Lain………………... 96
Tabel IV-42 Persepsi Tingkat Kemampuan Responden untuk Percaya pada Orang Lain……………………….. 97
Tabel IV-43 Persepsi Tingkat Kemampuan Responden dalam Pengambilan Keputusan........................................ 98
Tabel IV-44 Persepsi Tingkat Kemampuan Responden untuk Menggali Informasi dalam Berbisnis....................
98
ix
Tabel IV-45 Persepsi Responden terhadap Tantangan Bisnis... 99
Tabel IV-46 Persepsi Tingkat Kemampuan Responden untuk Menciptakan Konsep Inovatif dalam Berbisnis.... 100
Tabel IV-47 Persepsi Tingkat Kemampuan Responden dalam Mengelola Karyawan Secara Baik........................
101
Tabel IV-48 Persepsi Tingkat Kemampuan Responden dalam Mengelola Alat-Alat Produksi Secara Baik.......... 101
Tabel IV-49 Persepsi Tingkat Kemampuan Responden dalam Mengelola Keuangan Secara Baik……………… 102
Tabel IV-50 Persepsi Tingkat Kemampuan Responden dalam Memilih Teknologi yang Sesuai dengan Kebutuhan………………………………………. 103
Tabel IV-51 Persepsi Tingkat Kemampuan Responden dalam Merencanakan Keberhasilan Usaha……………..
104
Tabel IV-52 Persepsi Tingkat Kemampuan Responden dalam Mengimplementasikan Strategi yang Telah Ditetapkan............................................................. 104
Tabel IV-53 Persepsi Tingkat Kemampuan Responden dalam Mengevaluasi Kegagalan dalam Pencapaian Target…………………………………………… 105
Tabel IV-54 Persepsi Tingkat Kemampuan Responden dalam Berkomitmen pada Usahanya................................ 106
Tabel IV-55 Upaya Responden Menciptakan Produk yang Inovatif.................................................................. 108
Tabel IV-56 Upaya Responden Menciptakan Proses yang Inovatif.................................................................. 109
Tabel IV-57 Upaya Responden dalam Mengembangkan Inovasi Usaha…………………………………… 110
Tabel IV-58 Proporsi Inovation Berdasarkan Lapangan Usaha 110
Tabel IV-59 Upaya Responden Menciptakan Produk yang Berkualitas............................................................ 111
x
Tabel IV-60 Upaya Responden Menciptakan Produk yang Sesuai dengan Keinginan Pelanggan……………. 112
Tabel IV-61 Penciptaan Kualitas Produk dan Kesesuaian dengan Keinginan Pelanggan................................ 114
Tabel IV-62 Proporsi Quality Berdasarkan Lapangan Usaha… 114
Tabel IV-63 Upaya Responden dalam Meminimalisir Biaya... 115
Tabel IV-64 Upaya Responden dalam Memaksimalisasi Keuntungan........................................................... 116
Tabel IV-65 Upaya Responden dalam Mengoptimalisasikan Sumber Daya.........................................................
116
Tabel IV-66 Hasil Uji Wilcoxon Signed Ranks Test terhadap Perluasan Pangsa Pasar Usaha Responden……… 119
Tabel IV-67 Besaran Peningkatan Pangsa Pasar Usaha Responden………………………………………. 120
Tabel IV-68 Efektifitas Pemberian Pinjaman terhadap Perluasan Pangsa Pasar…………………………. 121
Tabel IV-69 Hasil Uji Wilcoxon Signed Ranks Test terhadap Kinerja Keuntungan Bersih Usaha Responden….
122
Tabel IV-70 Besaran Peningkatan Keuntungan Bersih Usaha Responden............................................................. 122
Tabel IV-71 Efektifitas Pemberian Pinjaman terhadap Peningkatan Keuntungan Bersih........................... 123
Tabel IV-72 Hasil Uji Wilcoxon Signed Ranks Test terhadap Kinerja Penjualan Responden…………………... 124
Gambar I-1 Proporsi Sektor Usaha UKM Berdasarkan Jumlah Unit Usaha Tahun 2006………………………….. 5
Gambar I-2 Proporsi Jumlah Tenaga Kerja UKM dan Usaha Besar Tahun 2005 – 2006………………………... 6
Gambar I-3 Jumlah Tenaga Kerja UKM dan Usaha Besar Tahun 2005 – 2006………………………………. 7
Gambar I-4 Proporsi Kontribusi UKM dan Usaha Besar terhadap PDB Nasional Tahun 2005 – 2006 (Menurut Harga Berlaku)………………………… 7
Gambar I-5 Kontribusi UKM dan Usaha Besar terhadap PDB Nasional Tahun 2005 – 2006 (Menurut Harga Berlaku)…………………………………………... 8
Gambar I-6 Proporsi Kontribusi UKM dan Usaha Besar terhadap Pembentukan Investasi Nasional Tahun 2005 – 2006 (Menurut Harga Berlaku)…………... 8
Gambar I-7 Kontribusi UKM dan Usaha Besarterhadap Pembentukan Investasi Nasional Tahun 2005 – 2006 (Menurut Harga Berlaku)…………………..
9
Gambar I-8 Proporsi Kontribusi UKM dan Usaha Besar terhadap Pembentukan Nilai Ekspor Nasional (Menurut Harga Berlaku)………………………… 9
Gambar I-9 Kontribusi UKM dan Usaha Besar terhadap Pembentukan Nilai Ekspor Nasional Tahun 2005 – 2006 (Menurut Harga Berlaku)………................ 10
Gambar I-10 Man dan Chan Model.............................................. 16
Gambar I-11 Kerangka Pemikiran……………………………… 19
Gambar III-12 Proses Analisis Data……………………………... 52
xiii
Gambar III-13 Path Diagram Konseptual Penelitian……………. 70
Gambar IV-14 Tingkat Pendidikan Formal Responden.................. 68
Gambar IV-15 Jenis Kelamin Responden....................................... 69
Gambar IV-16 Usia Responden...................................................... 70
Gambar IV-17 Lapangan Usaha Responden................................... 72
Gambar IV-18 Besar Pinjaman....................................................... 74
Gambar IV-19 Tingkat Keinginan dan Pemahaman Responden terhadap Market Heterogeneity pada Usaha yang Dimilikinya……………………………………… 78
Gambar IV-20 Tingkat Kecepatan dan Ketepatan Penerapan Teknologi pada Usaha Mitra Binaan Telkom Datel Bandung Sektor Industri…………………… 82
Gambar IV-21 Competitive Concentration Mitra Binaan Telkom Datel Bandung Sektor Industri................................ 91
Gambar IV-22 Upaya Responden dalam Mengembangkan Inovasi Usaha……………………………………..
109
Gambar IV-23 Penciptaan Kualitas Produk dan Kesesuaian dengan Keinginan Pelanggan.................................. 113
Gambar IV-24 Interpolasi Tabel Distribusi F................................. 136
Gambar IV-25 Daerah Penerimaan Hipotesis Kurva Distribusi F.. 137
Gambar IV-26 Daerah Penerimaan Hipotesis Secara Parsial Menggunakan Tabel Distribusi t…………………. 138
Gambar IV-27 Daerah Penerimaan Hipotesis Pengaruh Competitive Scope terhadap Kinerja Usaha……… 140
Gambar IV-28 Daerah Penerimaan Hipotesis Pengaruh Entrepreneurial Competencies terhadap Kinerja Usaha……………………………………………... 141
Gambar IV-29 Daerah Penerimaan Hipotesis Pengaruh Organization Capabilities terhadap Kinerja Usaha
142
xiv
Gambar IV-30 Daerah Penerimaan Hipotesis Perbedaan Pengaruh Competitive Scope, Entrepreneurial Competencies dan Organization Capabilities terhadap Kinerja Usaha........................................... 145
Gambar IV-31 Diagram Konsep Penelitian.................................... 148
xv
DAFTAR LAMPIRAN
LAMPIRAN I Kajian atas Penelitian Sebelumnya.................. a
LAMPIRAN II Angket……………………………………….. c
LAMPIRAN III Hasil Pengujian Validitas Instrumrn Penelitian.......................................................... n
LAMPIRAN IV Hasil Pengujian Reliabilitas Instrumen Penelitian…………………………………….. s
LAMPIRAN V Transformasi Data…………………………… u
LAMPIRAN VI Matriks Korelasi Instrumen Penelitian……… z
LAMPIRAN VII Matriks Korelasi Variabel Penelitian………... cc
LAMPIRAN VIII Rangkuman Analisis Deskriptif……………... dd
LAMPIRAN IX Lampiran Tambahan…………………………
xvi
Bab I
PENDAHULUAN
1.1. Tinjauan terhadap Objek Penelitian
Operasi bisnis yang semakin kompleks pada era ekonomi
global saat ini mengindikasikan timbulnya suatu cakupan resiko bisnis
baru yang kian muncul. Salah satunya adalah diterapkannya good
corporate citizenship sebagai alat untuk meminimalisir trade-off antara
economic bottom line dengan social and environment bottom line
perusahaan. Carrol dan Buchholtz (2003: 31) mendefinisikan bahwa
corporate citizenship merupakan merupakan alat untuk meningkatkan
corporate social performance.
Badan Usaha Milik Negara yang selanjutnya disingkat
BUMN juga diwajibkan untuk menerapkan good corporate citizenship.
Namun dikarenakan BUMN merupakan institusi pemerintahan
selanjutnya dikenal dengan istilah good corporate governance.
Pemerindah mengupayakan perbaikan penerapan good corporate
governance BUMN dengan ditetapkannya suatu ketetapan khusus dalam
Keputusan Menteri Badan Usaha Milik Negara Nomor: KEP-117/ M-
MBU/2002 tentang Penerapan Praktek Good Corporate Governance
pada Badan Usaha Milik Negara
Sejalan dengan program Pemerintah dibidang Good
Corporate Governance, PT. Telekomunikasi Indonesia, Tbk yang
selanjutnya disingkat Telkom berkomitmen untuk mendukung
pengembangan kualitas hidup masyarakat dengan menjadi bagian dari
masyarakat. Upaya yang dilakukan Telkom dalam mendukung
pengembangan kualitas hidup masyarakat secara berkelanjutan
ditetapkan sebagai bagian dari strategi bisnis perusahaan.
Perwujudan komitmen Telkom dalam mengembangkan
kualitas hidup masyarakat secara berkelanjutan ditunjukan dengan
penyelenggaraan Program Kemitraan dengan Usaha Kecil untuk
mendorong kegiatan dan pertumbuhan ekonomi, terciptanya lapangan
kerja serta kesempatan berusaha dan Program Bina Lingkungan untuk
meningkatkan kesejahteraan sosial masyarakat yang berada di sekitar
lokasi Perusahaan.
Program Kemitraan dengan Usaha Kecil (Program
Kemitraan) adalah program untuk meningkatkan kemampuan usaha
kecil agar menjadi tangguh dan mandiri melalui pemanfaatan dana dari
bagian laba BUMN. Disamping pemberian pinjaman dana, Program
Kemitraan juga memberikan hibah tidak berupa uang namun berbentuk:
pelatihan; pameran/ promosi dalam dan luar negeri; serta pengunggulan.
Program Bina Lingkungan adalah kegiatan pemberdayaan
kondisi sosial masyarakat di wilayah usaha perusahaan melalui
pemanfaatan dana dari bagian laba perusahaan. Bentuk kegiatan yang
dimaksud mencakup bantuan yang diberikan terhadap objek bantuan,
Sehingga model atau konsep teori yang dianggap mampu
menjawab fenomena dan pertanyaan adalah model yang dikembangkan
oleh Man dan Chan. Model yang dimaksud Man dan Chan (2003: 18)
adalah sebagai berikut:
15
Gambar I-10Man dan Chan Model
Entrepreneurial Competencies
Competitive Scope
Organization Capabilities
Potential dimension - external
Process dimension
Potential dimension - internal
Firm Performance
Performance dimension
(Sumber: Competitive Advantage in SME’s)
Pendekatan yang diadopsi Man dan Chan (2002: 123) adalah
fokus terhadap kondisi competitiveness yang dinamis dikaitkan terhadap
entrepreneurial behavior and action. Faktor-faktor yang menciptakan
small business enterprise competitiveness menurut Man dan Chan
adalah: entrepreneurial competencies, competitive scope dan
organizational capabilities.
Dari Man’s dan Chan’s Model di atas, dapat dirumuskan
masalah penelitian adalah sebagai berikut:
a. Seberapa besar pengaruh entrepreneurial
competencies, competitive scope dan organization
capabilities secara simultan terhadap kinerja usaha Mitra
Binaan Telkom Datel Bandung sektor industri?
b. Seberapa besar pengaruh entrepreneurial
competencies secara parsial terhadap kinerja usaha Mitra
Binaan Telkom Datel Bandung sektor industri?
16
c. Seberapa besar pengaruh competitive scope secara
parsial terhadap kinerja usaha Mitra Binaan Telkom
Datel Bandung sektor industri?
d. Seberapa besar pengaruh organization
capabilities secara parsial terhadap kinerja usaha Mitra
Binaan Telkom Datel Bandung sektor industri?
1.4. Tujuan Penelitian
Secara rinci tujuan penelitian yang diperoleh dari perumusan
masalah adalah sebagai berikut:
a. Mendiagnosis Entrepreneurial Competencies,
Competitive Scope dan Organization Capabilities
berpengaruh secara simultan terhadap Kinerja Usaha
Kecil.
b. Mendiagnosis Entrepreneurial Competencies
berpengaruh secara parsial terhadap Kinerja Usaha
Kecil.
c. Mendiagnosis Competitive Scope berpengaruh secara
parsial terhadap Kinerja Usaha Kecil.
d. Mendiagnosis Organization Capabilities berpengaruh
secara parsial terhadap Kinerja Usaha Kecil.
1.5. Kegunaan Penelitian
Kegunaan yang dapat dimanfaatkan dari penelitian ini,
adalah:
a. Secara teoritis, hasil penelitian diharapkan dapat
berguna bagi pengembangan ilmu pengetahuan. Juga
17
dapat menjadi rujukan bagi penelitian berikutnya,
terutama penelitian-penelitian mengenai
Entrepreneurship, Usaha Kecil dan Community
Development di Indonesia.
b. Secara praktis, hasil penelitian diharapkan dapat
digunakan sebagai bahan pertimbangan untuk membantu
atau membina Mitra Binaan Telkom Unit Bisnis
Community Development Datel Bandung.
1.6. Kerangka Pemikiran dan Hipotesis
Berdasarkan pada perumusan masalah yang menunjukan
adanya ada gap antara pelatihan yang dibutuhkan Mitra Binaan CD
Divre III dengan CD Datel Bandung. Fenomena yang dapat diambil
adalah Mitra Binaan Telkom Datel Bandung sektor industri merasa
sangat yakin dengan kemampuan kewirausahaan yang dimilikinya.
Berdasarkan paparan tersebut di atas, peneliti akan mencari
tahu dan meneliti seberapa besar kemampuan kewirausahaan yang
dimiliki Mitra Binaan Telkom Datel Bandung sektor industri dapat
meningkatkan kinerja usaha kecil yang dimilikinya.
Untuk bisa menjawab fenomena tersebut dengan model yang
dapat menilai kemampuan kewirausahaan dan kinerja usaha kecil sesuai
paparan Man dan Chan, menghasilkan kerangka pemikiran penelitian
sebagai berikut:
18
Gambar I-11Kerangka Pemikiran
Hipotesis yang diajukan berdasarkan model yang
dikembangkan Man dan Chan seperti terlihat pada variabel yang diteliti
pada kerangka pemikiran. adalah sebagai berikut:
a. Variabel Entrepreneurial Competencies Competitive
Scope dan Organization Capabilities secara simultan
berpengaruh signifikan terhadap Variabel Firm
Performance.
b. Variabel Competitive Scope secara parsial
berpengaruh signifikan terhadap Variabel Firm
Performance.
c. Variabel Entrepreneurial Competencies secara parsial
berpengaruh signifikan terhadap Variabel Competitive
Scope.
19
d. Variabel Organization Capabilities secara parsial
berpengaruh signifikan terhadap Variabel Firm
Performance.
Bab II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Kajian atas Penelitian Sebelumnya
Sebagai landasan berpikir serta untuk mengetahui dan
mempelajari berbagai metode analisis yang pernah dilakukan, penulis
melakukan kajian atas penelitian sebelumnya yang dianggap relevan.
Bila dikaitkan dengan penelitian ini, hasil penelaahan
menunjukan bahwa hampir semua peneliti kewirausahaan terdahulu
menyoroti karakteristik wirausaha yang melekat pada diri
wirausahawan. Hal ini dapat terlihat dari penelitian-penelitian yang telah
dilakukan sebelumnya. Sehingga dari studi literatur tersebut, dapat
dilihat perbedaan antara penelitian yang akan dilakukan dengan
penelitian sebelumnya sebagai berikut:
Tabel II-5Penelitian Sebelumnya
Peneliti/ VariabelNo. Tahun Judul Persamaan Perbedaan1. Chrissa
Nurhayati (2001)
Pengaruh Karakteristik Wirausaha terhadap Keberhasilan Usaha di Perusahaan Katering di Jakarta Selatan.
Metode penelitian survey.
Karakteristik wirausaha dan keberhasilan usaha.
20
(bersambung)
(sambungan)2. MS. Budi
Purwanto (2003)
Identifikasi Faktor-Faktor Kewirausahaan yang Perlu Dikembangkan, sebagai Masukan dalam Perumusan Kebijakan Pengembangan Usaha Kecil (Studi Kasus di Usaha Kecil Warung Makan di Bandung).
Objek penelitian Usaha Kecil
Sifat-sifat dan kepribadian wirausaha serta keberhasilan usaha,
3. Nurhajati (2005)
Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kinerja dan Keunggulan Bersaing Usaha Kecil yang Berorientasi Ekspor di Jawa Barat
Objek penelitian Usaha Kecil, faktor eksternal, faktor internal, kinerja usaha, dan keunggulan bersaing.
Entrepreneurial skills dan strategi.
4. Budi Harsanto (2006)
Pengaruh Faktor-Faktor Kritis Teori Bygrave terhadap Pertumbuhan Usaha
Objek penelitian Usaha Kecil Mitra Binaan Telkom Datel Bandung
Personal, socilogical, environmental
Penjelasan lebih rinci mengenai kajian atas penelitian-
penelitian tersebut dapat dilihat pada LAMIRAN I.
2.2. Entrepreneur dan Entrepreneurship
Berikut merupakan pemaparan mengenai perkembangan teori
entrepreneur dan entrepreneurship sampai dengan saat ini.
21
2.1.1. Entrepreneur
Istilah entrepreneur pertama kali dikemukakan sekitar tahun
1800 oleh seorang ekonom asal Prancis J. B. Say (Drucker, 1984: 21)
yang menyatakan bahwa, ‘shifts economic resources out of an area of
lower and into an area of higher productivity and greater yield.’
Dari definisi entrepreneur tersebut, Drucker (1984, 21)
berpendapat bahwa definisi yang dikemukakan oleh Say tidak
menjelaskan siapakah yang bisa disebut sebagai entrepreneur. Dan saat
ini setelah lebih dari 200 tahun teori enterpreneur terus berkembang
hingga saat ini terdapat polemik dalam mendefinisikan entrepreneur dan
entrepreneurship. Berdasarkan studi empiris di Amerika, Drucker
(1984: 21) menegaskan bahwa:
“In The United States, for instance, the entrepreneur is often defined as one who starts his own, new and small business...but not every small business is entreprenerial or represents entrepreneurship.”
Peneliti lainnya Bygrave (1994: 1) menyatakan bahwa,
“Entrepreneur is the person who perceives an opportunity and creates
an organization to pursue it.”
Peneliti lainnya Scarborough dan Zimmerer (2006: 4)
mendefinisikan entrepreneurs sebagai berikut:
“Entrepreneur is one who create a new business in the face of risk and uncertainty for the purpose of achieving profit and growth by identifying opportunities and assembling the necessary resources to capitalize on those opportunities...”
Dari beberapa kata kunci definisi-definisi yang telah
dipaparkan tersebut, entrepreneur dideksripsikan sebagai subjek atau
22
pelaku usaha yang melihat adanya peluang untuk menciptakan produk
baru atau layanan baru, dengan melakukan upaya pengorganisasian
untuk meminimalisir resiko dan ketidakpastian dalam pencapaian
kinerja dan pertumbuhan bisnis yang didirikannya.
2.1.2. Entrepreneurship
Entrepreneurship merupakan bagian yang tidak terpisahkan
dari kegiatan bisnis. Banyak ahli yang mendefinisikan entrepreneurship,
diantaranya Hisrich, Peters dan Shepherd (2005: 8), yakni:
“Entrepreneurship is the process of creating something new with value by devoting the necessary time and effort, assuming the accompanying financial, physics, and social risks, and receiving the resulting rewards of monetary and personal satisfaction and independence.”
Menurut Scarborough dan Zimmerer (1996: 52) menyatakan
bahwa, “Entrepreneurship is the result of a disciplined, systematic
process of applying creativity and innovation to needs and opportunities
in the marketplace.”
Dari beberapa kata kunci definisi-definisi yang telah
dipaparkan tersebut, entrepreneurship dideksripsikan sebagai suatu
upaya menangkap peluang dengan menciptakan sesuatu yang bernilai
bagi orang lain.
2.1.3. Model Man dan Chan
Karakteristik dari individual entrepreneurs yang umumnya
digunakan untuk menilai keberhasilan suatu performa bisnis adalah
umur, gender, pengalaman, latar belakang pendidikan dan latar belakang
keluarga.
23
Man dan Chan (Jones dan Tiley, 2003: 18) mengemukakan
bahwa, “competitiveness is concerned with factors that contribute to
firms being competitive as well as with ways in which it can be
achieved.”
Buchley et al (Jones dan Tiley: 2003, 18) menyatakan bahwa
kriteria penilaian untuk menilai competitiveness, adalah sebagai berikut:
‘Three measures of competitiveness: Competitive Performance,, Competitive Potential and Management Process. Within the small firm context, it is more appropriate to discuss competitiveness by focusing on the entrepreneur’s behavior and actions.’
Berdasarkan konsep Buchley tersebut, Man dan Chan
(Oswald dan Tiley, 2003: 18) mengadopsi dan mengembangkan konsep
Buchley dengan pernyataan sebagai berikut:
‘In developing a conceptual model of SME competitiveness, the authors argue that these six ‘entrepreneurial competencies’ comprise the process dimension. Task 1 involves the entrepreneur establishing the firm’s competitive scope by scanning a range of external factors which include market heterogeneity, technological sophistication, market attractiveness, product/industry life-cycle, market demand and competitive concentration. In carrying out Task 2, the entrepreneur focuses attention on the firm’s internal capabilities which include innovation, quality, cost-effectiveness and organicity (creating flexible organisation structures and systems). Finally, Task 3 involves the entrepreneur setting goals.’
Berdasarkan pernyataan tersebut, Man dan Chan (Oswald
dan Tiley, 2003: 18) menyatakan bahwa untuk menilai competitiveness
pada Usaha Kecil sebaiknya dititikberatkan pada penilaian
entrepreneurs behavior dan acton. Dengan demikian faktor kritis yang
24
digunakan untuk menilai competitiveness pada Usaha Kecil adalah:
entrepreneur’s competencies sebagai process dimension, competitive
scope sebagai potential dimension external dan organization capabilities
sebagai potential dimension internal.
Entrepreneurial capabilities berhubungan korelasional
dengan dimensi-dimensi competitive scope dan organization capabilities
serta secara simultan ketiga dimensi tersebut mempengaruhi firm
performance sebagai performance dimension.
2.1.4. Faktor Kritis Competitiveness in Small Medium Enterprise
Faktor-faktor kritis dalam menilai firm performance
sebagaimana diungkapkan oleh Man dan Chan adalah sebagai berikut:
a. Entrepreneurial Competencies
Dengan menguji banyak literatur yang ada kaitannya dengan
competitiveness,, Man dan Chan (Jones dan Tiley, 2003: 19)
mengidentifikasi enam competency areas dari entrepreneurial
competencies, sebagai berikut:
Tabel II-6Competence and Competitiveness with Focus at Entrepreneurial
Competencies
(Sumber: Jones dan Tiley, Competitive Advantage in SME’s, 2003)
25
Competencies area sebagaimana dimaksud adalah pemusatan
perhatian pada entrepreneurial behavior yang dimiliki oleh
entrepreneurs dalam menentukan tindakan yang diambil untuk
pencapaian firm performance.
b. Competitive Scope
Faktor kritis selanjutnya adalah menilai sejauh mana
kemampuan yang dimiliki oleh entrepreneurs dalam menentukan
tindakan-tindakan yang dipilih dalam menyingkapi competitive scope
sebagai potential dimension external usaha yang dimilikinya. Menurut
Man dan Chan (Jones dan Tiley, 2003: 18) dimensi yang menilai
Penjelasan mengenai dimensi organization capabilities yang
dikaitkan dengan entrepreneurial competencies dalam menganalisa dan
mengambil kebijakan yang menyangkut usaha yang didirikannya, adalah
27
sebagai berikut:
1. Innovation; every idea that has a potential to
become a successful business which include product and
internal workings of business.
2. Quality; the ability to create a product that meet the
customer needs.
3. Cost-effectiveness; the ability to measure future
economic benefit.
4. Organicity; the optimality of flexibility that
performances held in reserve.
d. Firm Performance
Faktor kritis selanjutnya adalah menilai sejauh mana firm
performance yang diraih Usaha Kecil dengan pengaruh entrepreneurial
competencies yang dimiliki entrepreneurs. Menurut Man dan Chan
(Sultan, 2007: 64), kinerja dalam aspek daya saing didefinisikan sebagai
berikut:
‘Competitiveness is the mean by which entrepreneurs can improve their firm’s performance, and which can be measured accoding to a number of dimensions including market share, profit, growth, and duration.’
Penjelasan mengenai dimensi firm performance yang
dikaitkan dengan entrepreneurial competencies, adalah sebagai berikut:
1. Market Share; the percentage of the overall volume
of business in a given market that is controlled by one
company in relation to its competitors.
28
2. Profit; an accounting measure designed to gauge
the financial health of a business firm or industry. In
general, it is defined as the ratio of profit earned to total
sales receipts (or costs) over some defined period.
3. Growth; something for which small companies
strive getting bigger that can be sales figures, number of
employees, physical expansion, or other criteria
to judge it.
4. Duration; how long the business had survive.
2.3. Usaha Kecil di Indonesia
Bagian ini memaparkan kajian teoritis mengenai Usaha Kecil
di Indonesia baik dari sisi definisi, karakteristik, kinerja, kendala, serta
klasifikasinya.
2.3.1. Definisi Usaha Kecil
Definisi Usaha Kecil sangatlah beragam di masing-masing
negara diseluruh dunia berdasarkan sektor ekonomis dimana bisnis
tersebut beroperasi. Umumnya definisi Usaha Kecil tersebut dikaitkan
dengan kategori-kategori tertentu. Salah satunya kategorinya adalah
tenaga kerja. Misalnya Usaha Kecil di Inggris adalah suatu usaha bila
jumlah karyawannya antara 1 – 200 orang, di Jepang antara 1 – 300
orang, di Amerika Serikat antara 1 – 500 orang.
Definisi Usaha Kecil menurut Surat Edaran Bank Indonesia
Nomor 26/1/UKK tahun 2003 perihal Kredit Usaha Kecil adalah,
“...usaha yang memiliki total aset maksimum Rp. 600 juta (enam ratus
juta rupiah) tidak termasuk tanah dan rumah yang ditempati.”
29
Pengertian Usaha Kecil ini meliputi usaha perseorangan,
badan usaha swasta dan koperasi, sepanjang aset yang dimiliki tidak
melampaui nilai Rp. 600 juta.
Pemerintah mendefinisikan Usaha Kecil dalam Undang-
Undang Republik Indonesia Nomor 9 tahun 1995 tentang Usaha Kecil,
sebagai berikut:
“...kegiatan ekonomi rakyat yang berskala kecil dan memenuhi kriteria kekayaan bersih atau hasil penjualan tahunan serta kepemilikan sebagaimana diatur dalam undang-undang ini.”
Kriteria sebagaimana dimaksud dalam ketentuan umum
tersebut, adalah sebagai berikut:
a. “Memiliki kekayaan bersih paling banyak Rp. 200.000.000,- (dua ratus juta rupiah), tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha; atau
b. Memiliki hasil penjualan tahunan paling banyak Rp. 1.000.000.000,- (satu miliar rupiah);
c. Milik Warga Negara Indonesia;d. Berdiri sendiri, bukan merupakan anak perusahaan atau
cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau berafiliasi baik langsung maupun tidak langsung dengan Usaha Menengah atau Usaha Besar;
e. Berbentuk usaha orang, perseorangan, badan usaha yang tidak berbadan hukum, atau badan usaha yang berbadan hukum, termasuk koperasi.”
Sedangkan definisi Usaha Kecil menurut Kementrian
Perindustrian dan Perdagangan dalam Surat Keputusan Menteri
Perindustrian dan Perdagangan Nomor 598/MPP/KEP/10/1999, adalah
”...suatu kegiatan usaha industri yang memiliki nilai investasi sampai
30
dengan Rp. 200.000.000,- (dua ratus juta rupiah) tidak termasuk tanah
dan bangunan tempat usaha.”
Dalam penelitian ini, definisi Usaha Kecil yang digunakan
sama dengan TCDC. Yakni didasarkan pada Keputusan Menteri BUMN
Tahun 2003 tentang Program Kemitraan dengan Usaha Kecil dan
Program Bina Lingkungan, yang muatannya sama dengan Undang-
Undang No. 9 tahun 1995 sebagaimana telah dipaparkan sebelumnya
ditambah dengan kriteria jangka waktu berdirinya usaha minimal satu
tahun serta cukup memiliki potensi dan prospek usaha untuk
dikembangkan.
2.3.2. Karakteristik Usaha Kecil
Secara umum karakteristik Usaha Kecil menurut M. Taufik
(2004: 3) dapat dikenali sebagai unit usaha yang memiliki karakteristik
sebagai berikut:
a. “Skala usaha kecilb. Padat karyac. Berbasis sumber daya lokal dan sumber daya alamd. Pelaku banyake. Menyebar.”
Selanjutnya, Suryana seperti dikutip I Putu Sugi Darmawan
(2004: 22) mencantumkan karakteristtik perusahaan yang tergolong
Usaha Kecil sebagai berikut:
a. “Biasanya bersifat bebas, tidak terikat dengan identitas bisnis lain, misalnya sebagai cabang, anak perusahaan, atau divisi dari perusahaan yang lebih besar
b. Biasanya sepenuhnya dikendalikan oleh pemiliknya yang biasanya adalah owner-manager yang memberikan
31
kontribusi kepada hampir semua hal, tidak hanya terbatas pada modal kerja
c. Otoritas pengambilan keputusan dipegang penuh oleh pemilik usaha.”
Selanjutnya, Pratomo dan Soedjoedono (2002: 15),
menyebutkan kriteria umum Usaha Kecil dilihat dari ciri-cirinya pada
dasarnya dapat dianggap sebagai berikut:
a. ”Struktur organisasinya sangat sederhana.b. Tanpa staf yang berlebihan.c. Pembagian kerja yang kendur.d. Memiliki hirarki manajerial yang pendek.e. Sedikit aktivitas formal dan penggunaan perencanaan.f. Kurang membedakan aset pribadi dan perusahaan.”
2.3.3. Kinerja Usaha Kecil
Terdapat banyak sekali pendapat mengenai kriteria
keberhasilan sebuah usaha. Disebutkan Glueck dan Jauch (Nurhayati
2005: 439) Ukuran yang paling banyak dipergunakan adalah Return on
Investment (ROI) disamping ukuran-ukuran kualitatif dan kuantitatif
lainnya. Penelitian Ghost et al (Riyanti, 2003: 27) tentang entrepreneurs
di Singapura menunjukan hasil bahwa dari 85 persen responden yang
menjawab, 70 persen diantaranya menggunakan net profit growth untuk
mengukur keberhasilan. Disusul oleh laba penjualan (sales revenue
growth) sebesar 61 persen, laba setelah pajak (earning after tax) sebesar
50 persen dan pangsa pasar (market share) sebesar 48 persen.
Selanjutnya, 38 persen dari entrepreneurs yang menggunakan kriteria
keberhasilan berdasarkan laba bersih (net profit growth) berpendapat
bahwa prestasi 6-10 persen pertumbuhan per tahun merupakan indikator
keberhasilan usaha.
32
Wibisono (1999:12) menyebutkan bahwa pengukuran kinerja
merupakan salah satu faktor penting dalam meningkatkan daya saing
sebuah sistem usaha.
Rancangan sistem pengukuran kinerja yang akurat dan kontekstual merupakan jembatan emas ke arah mana keunggulan sebuah perusahaan akan dibawa. Meskipun disadari bahwa sampai pada saat ini belum terdapat kesepakatan bulat perihal pendefinisian variabel kinerja.
Kinerja perusahaan merupakan faktor umum yang digunakan
untuk mengukur dampak dari sebuah strategi perusahaan. Strategi
perusahaan selalu diarahkan untuk menghasilkan kinerja baik berupa
kinerja pemasaran (seperti volume penjualan, pangsa pasar, tingkat
pertumbuhan penjualan) maupun kinerja keuangan (seperti ROI).
2.3.4. Kendala Usaha Kecil
Kendala Usaha Kecil telah disebutkan sebelumnya dalam
perumusan masalah. Kendala lain menurut Ira Irawati (2003: 27)
sejumlah kendala baik internal maupun eksternal yang seringkali harus
dihadapi oleh Usaha Kecil adalah sebagai berikut:
a. “Masalah sumber daya manusiab. Masalah pemasaranc. Masalah permodaland. Masalah penyediaan bahan bakue. Masalah teknologif. Masalah organisasi dan manajemeng. Masalah infrastrukturh. Masalah kerjasama usahai. Masalah kurangnya wawasan (budaya) usahaj. Masalah pesaingk. Masalah generasi penerusl. Masalah tidak adanya akses kepada Usaha Besar/
Pemerintah
33
m. Masalah yang timbul dari konsumen.”
Pada penelitian ini akan menitikberatkan pada kendala yang
menghambat kinerja Usaha Kecil pada aspek nternal dan eksternal
bisnisnya seperti yang telah dipaparkan pada perumusan masalah.
2.3.5. Klasifikasi Usaha Kecil
BPS menggunakan standar internasional ISIC (International
Standard Industrial Clasification of All Economic Activities) dalam
mengklasifikasi sektor usaha. Ada 9 sektor yang tercakup yakni:
a. Sektor Pertanian, Peternakan, Kehutanan dan
Perikanan
b. Sektor Pertambangan dan Penggalian
c. Sektor Industri Pengolahan
d. Sektor Listrik, Gas dan Air Bersih
e. Sektor Bangunan
f. Sektor Perdagangan, Hoten dan Restoran
g. Sektor Pengangkutan dan Komunikasi
h. Sektor Keuangan
i. Sektor Jasa-Jasa.
Sedangkan TCDC mengklasifikasikan sektor usaha ke dalam
delapan sektor sesuai dengan lampiran Keputusan Menteri Negara
4)Product/ industry life-cycle; pengetahuan pemilik
usaha terhadap siklus produk/ industri yang dimiliki.
5)Market demand; pengetahuan pemilik usaha terhadap
penggolongan.
6)Competitive concentration; pengetahuan dan persepsi
pemilik usaha untuk mengembangkan keunggulan
bersaing pada industri yang dijalaninya.
Atribut terbagi ke dalam beberapa instrumen
sebagai berikut:
42
a) Persepsi pemilik usaha terhadap keunggulan
produk yang dihasilkan.
b) Persepsi pemilik usaha terhadap cakupan
keunggulan bersaing yang dipilih untuk
menjalankan usahanya.
C. Organization Capabilities
Variabel organization capability terbagi atas empat
dimensi yang mendiagnosis seberapa besar kemampuan
pemilik usaha untuk mengelola usahanya dilihat dari
sudut pandang internal bisnisnya.
Berikut ini adalah dimensi dan atribut yang akan
didiagnosis:
1) Innovation; kemampuan pemilik usaha untuk
mengembangkan inovasi pada usaha yang
dimilikinya.
Atribut terbagi ke dalam beberaoa instrumen
sebagai berikut:
a) Kemampuan pengembangan inovasi pada
produk yang dihasilkan.
b) Kemampuan pengembangan inovasi dalam
proses menghasilkan produk.
2) Quality; kemampuan pemilik usaha untuk
menciptakan kualitas produk yang dimiliki serta
sesuai dengan keinginan pelanggan.
43
Atribut terbagi ke dalam beberapa instrumen
sebagai berikut:
a) Kemampuan menjaga kualitas produk yang
dihasilkan.
b) Kemampuan menghasilkan produk yang
kualitasnya sesuai dengan keinginan pelanggan.
3) Cost-effectiveness; kemampuan pemilik usaha
dalam meminimalisir biaya untuk memamsimalkan
keuntungan.
Atribut terbagi ke dalam beberapa instrumen
sebagai berikut:
a) Kemampuan kemampuan pemilik usaha untuk
meminimalisir biaya.
b) Kemampuan pemilik usaha untuk
memaksimasimalkan keuntungan.
3) Organicity; kemampuan penggunaan sumber daya
(tenaga, waktu dan pikiran) yang dikelola secara
optimal untuk menjalankan aktivitas usaha.
D. Firm Performance
Variabel firm performance terbagi atas empat dimensi
yang mendiagnosis seberapa besar kinerja usaha kecil
dikaitkan dengan entrepreneurial competencies yang
dimiliki pemilik usaha.
Berikut ini adalah atribut yang akan didiagnosis:
44
1) Market Share; persepsi pemilik usaha terhadap
pangsa pasar yang dimilikinya sebelum dan sesudah
diberi pinjaman.
Atribut terbagi ke dalam beberapa instrumen
sebagai berikut:
a) Persepsi pangsa pasar yang dimiliki usaha.
b) Persepsi bahwa pinjaman yang diberikan
meningkatkan pangsa pasar usaha.
2)Profit; persepsi pemilik usaha terhadap keuntungan
bersih dan penjualan yang diraihnya sebelum dan
sesudah diberi pinjaman.
Atribut terbagi ke dalam beberapa instrumen
sebagai berikut:
a) Keuntungan bersih.
b) Penjualan.
c) Persepsi pinjaman yang diberikan
meningkatkan keuntungan dan penjualan.
3) Growth; persepsi pemilik usaha terhadap
pertumbuhan jumlah pegawai sebelum dan sesudah
diberi pinjaman.
Atribut terbagi ke dalam beberapa instrumen
sebagai berikut:
a) Pertumbuhan jumlah pegawai.
b) Persepsi pinjaman yang diberikan
meningkatkan jumlah pegawai.
45
4) Duration; lama berdirinya usaha.
Atribut terbagi ke dalam beberapa instrumen
sebagai berikut:
a) Lama berdirinya usaha.
b) Persepsi pinjaman yang diberikan membantu
upaya mempertahankan keberadaan usaha
3.4 Data dan Teknik Pengumpulan
Data yang dibutuhkan untuk penelitian ini adalah data
kualitatif dan kuantitatif. Data-data tersebut merupakan penjabaran dari
operasionalisasi variabel dan akan diperoleh melalui pengumpulan data
primer dan sekunder.
a. Data primer diperoleh secara langsung dari
lapangan melalui angket, wawancara, tatap muka, serta
observasi.
b. Data sekunder diperoleh dari riset kepustakaan
(library research). Yakni pengumpulan data dengan cara
mempelajari literatur-literatur tertulis dari berbagai
sumber, misalnya: CDC Datel Bandung dan Divre III
Jawa Barat dan Banten, BPS, peraturan-peraturan
pemerntah, media cetak, internet, buku-buku yang
terkait dalam kajian penelitian dan sumber lain yang
relevan.
3.5 Populasi dan Sampel Penelitian
Berikut ini akan pemaparan mengenai populasi, dan sampel
penelitian.
3.5.1 Populasi Penelitian
46
Jumlah Mitra Binaan Telkom Datel Bandung yang masih
aktif memiliki pinjaman atau dalam rentang waktu Triwulan IV tahun
2006 sampai dengan Triwulan I tahun 2008 adalah sebanyak 464 Usaha
Kecil. Rincian jumlah Mitra Binaan berdasarkan sektor bantuan yang
diberikan Telkom CDC adalah sebagai berikut:
Tabel III-8Rekapitulasi Jumlah Mitra Binaan CD Datel Bandung (Periode
tahun 2001 – tahun 2008)
Sektor Data Datel BandungPersentas
eIndustri Jumlah Pinjaman 553 MB 38,48% Nilai Pinjaman 7.657.481.997 32,66%Perdagangan Jumlah Pinjaman 415 MB 28,88% Nilai Pinjaman 6.212.414.967 26,50%Pertanian Jumlah Pinjaman 70 MB 4,87% Nilai Pinjaman 1.054.301.792 4,50%Peternakan Jumlah Pinjaman 48 MB 3,34% Nilai Pinjaman 762.783.194 3,25%Perkebunan Jumlah Pinjaman 12 MB 0,84% Nilai Pinjaman 216.560.000 0,92%Perikanan Jumlah Pinjaman 37 MB 2,57% Nilai Pinjaman 547.431.136 2,34%
(bersambung)(sambungan)
Jasa Jumlah Pinjaman 262 MB 18,23% Nilai Pinjaman 4.712.026.880 20,10%Lainnya Jumlah Pinjaman 40 MB 2,78% Nilai Pinjaman 2.280.460.774 9,73%Total Jumlah Pinjaman 1.437 MB 100,00%Total Nilai Pinjaman 23.443.460.739 100,00%
(Sumber: CD Divre III, 2008) diolah
Seperti telah disebutkan sebelumnya pada latar belakang
bahwa Datel Bandung menempati posisi utama dalam penyaluran dana
pinjaman CD Divre III Jawa Barat dan Banten. Selanjutnya, seperti
terlihat pada tabel di atas, sektor industri menempati posisi utama dalam
penyaluran dana pinjaman CD Datel Bandung yaitu 38,48 persen dari
47
total Mitra Binaan Datel Bandung dengan dana yang disalurkan paling
besar yaitu mencapai 32,66 persen.
Tidak semua Usaha Kecil yang berjumlah 1.437 tersebut
dijadikan populasi penelitian. Populasi pada penelitian ini adalah Usaha
Kecil Mitra Binaan Telkom Datel Bandung sektor industri yang masih
aktif sebagai memiliki pinjaman Telkom tanpa mengikutsertakan sektor
lain. Penentuan kerangka sampling tersebut mempertimbangkan faktor-
faktor sebagai berikut:
a. Datel Bandung menempati prioritas utama
dalam penyaluran dana bantuan CDC Telkom.
b. Sektor industri merupakan prioritas utama
sektor yang dibantu oleh CD Datel Bandung.
c. Data populasi yang diperoleh harus up to
date untuk dapat melacak informasi keberadaan Mitra
Binaan yang menjadi unit elementer.
d. Untuk dapat mengevaluasi kinerja Mitra
Binaan, maka setidaknya Mitra Binaan tersebut harus
yang masih memiliki ikatan pinjaman dana bantuan dari
CD Datel. Pertimbangan yang diambil adalah sebagai
berikut:
1. Untuk menghindari unsur populasi yang dihitung
dua kali yang diakibatkan mengajukan pinjaman
lebih dari satu kali kepada CD Datel.
2. Untuk menghindari unsur populasi memiliki
pinjaman lain selain dari CD Datel yang diakibatkan
48
Usaha Kecil tersebut sudah tidak menjadi Mitra
Binaan Telkom.
Dari apa yang telah dipaparkan tersebut di atas, jumlah
populasi pada penelitian ini yang diurutkan datanya berdasarkan waktu
pemberian pinjaman, adalah sebagai berikut:
Tabel III-9Rincian Populasi Penelitian Sektor
Tahun PKS TW PKS Industri Persentase
2006 IV 118 54,38%
2006 Total 118 54,38%
2007 I 10 4,61%
II 18 8,29%
III 27 12,44%
IV 31 14,29%
2007 Total 86 39,63%
2008 I 13 5,99%
2008 Total 13 5,99%
Grand Total 217 100,00%
(Sumber: CD Divre III, 2008) diolah
Dari jumlah populasi sampling sebanyak 1.437 Mitra Binaan,
yang masuk ke dalam populasi sasaran sebanyak 217 Mitra Binaan.
Populasi ini tersebar dalam penyaluran Perjanjian Kerja Sama (PKS)
tahun 2006 Tri Wulan (TW) IV sampai dengan tahun 2008 TW-I. Hasil
statistika deskriptif populasi berdasarkan bearan pinjaman yang
diberikan, adalah sebagai berikut:
Tabel III-10Klas dan Interval Populasi Berdasarkan Pinjaman
49
Class Bin FrequencyI 38.000.000,00 203II 73.000.000,00 12III 108.000.000,00 2
TOTAL 217
(Sumber: CD Divre III, 2008) diolah
3.5.2 Sampel Penelitian
Berikut ini merupakan paparan mengenai ukuran dan teknik
sampling yang akan digunakan.
a. Ukuran Sampel
Dari populasi sasaran sebanyak 217 tersebut, banyaknya
sampel yang diambil untuk penelitian ini adalah 50 Mitra Binaan
Telkom Datel Bandung sektor industri. Pengelompokan populasi
dilakukan berdasarkan jumlah pinjaman yang direalisasikan oleh CD
Datel Bandung.
Hal-hal yang mendukung perhitungan ukuran sample ini
adalah sebagai berikut:
1. Sekaran (1992: 254):
In multivariate research, the sample size should be
several times (preferably 10 times or more) as large as
the number of variables in the study.
2. Hotama (2001: 103):
Dari berbagai penelitian yang menggunakan manajer
sebagai respondennya, jumlah sampel yang
50
dipergunakan untuk penelitian sejenis di Indonesia
berkisar antara 50 sampai dengan 90 orang. Pernyataan
ini didukung oleh Indriantoro, 1993; Laksamana, 1995
dan Wignjohartoyo, 1995.
Penelitian ini terdiri dari tiga variabel independen dan satu
variabel dependen. Sehingga, jumlah sampel sebanyak 50, rasio aktual
antara ukuran sampel dengan jumlah variabel yang diteliti kurang lebih
bernilai adalah 12 : 1. Sedangkan rasio aktual antara jumlah sampel
dengan jumlah variabel independen yang diteliti kurang lebih bernilai 16
: 1. Oleh karena itu, jumlah 50 sampel telah memenuhi dua kaidah yang
digunakan di atas.
b.Teknik Sampling
Sampling merupakan teknik pengumpulan data untuk
melakukan generalisasi atas suatu populasi. Pada dasarnya, sampling
terbagi ke dalam dua kelompok yaitu probability sampling dan non
probability sampling. Penarikan sampel pada penelitian ini
menggunakan simple random sampling yaitu salah satu metode dalam
probability samples yang mana memberikan peluang bagi setiap unsur
(anggota) populasi sasaran untuk terpilih.
Menurut Yadolah Dodge (2008: 495) simple random
sampling is sampling method whereby one chooses n units amongst the
N units of a population in such a way that each of the Cn N possible
samples has the same probability of being selected.
3.6 Analisis Data
51
Di dalam suatu penelitian, data memiliki kedudukan yang
penting karena data merupakan penggambaran variabel-variabel yang
akan diteliti dengan menggunakan alat pembuktian hipotesis. Dengan
demikian, keabsahan data merupakan hal yang diprioritaskan. Untuk
mendukung keabsahan data maka instrumen dan pengumpul data harus
memenuhi syarat validity dan reliability. Proses analisis data mengikuti
beberapa tahapan, mulai dari pengumpulan data, penyiapan data, hingga
interpretasi hasil. Selengkapnya proses tersebut tergambar sebagai
berikut:
Gambar III-12Proses Analisis Data
Pengumpulan Data
Penyimpanan Data
- C Item – Total Correlation - C Alpha
Pengintervalan Data- Methods Of Succesive
IntervalAnalisis Jalur
Pengujian Hipotesis
Interpretasi Hasil
Perhitungan statistika sebagai alat pengolahan data yang akan
digunakan adalah Microsoft Office Excel 2003 dan SPSS 14.0.
3.6.1 Uji Instrumen Penelitian
Pengujian hipotesis penelitian tidak akan mengenai
sasarannya bilamana data yang dipakai untuk menguji hipotesis adalah
data yang tidak valid dan reliabel (Singarimbun, 1989: 122). Oleh
karenanya, pada bagian ini akan dikemukakan bagaimana validitas dan
reliabilitas instrumen penelitian diuji.
52
a. Uji Validitas
Valid berarti instrumen tersebut dapat dugunakan untuk
mengukur apa yang hendak diukur. Dengan demikian dapat dikatakan
bahwa semakin tinggi nilai validitas suatu pengujian, maka alat ukur
atau instrumen penelitian semakin mengena pada sasarannya. Dapat juga
diartikan instrumen tersebut menunjukan apa yang seharusnya diukur.
Jika Peneliti menggunakan kuesioner sebagai alat pengumpulan data
penelitiannya, maka instrumen-instrumen yang disusun pada kuesioner
tersebut merupakan alat pengujian yang harus mengukur apa yang
menjadi tujuan penelitian.
Pengujian validitas yang digunakan adalah validitas item,
yaitu melakukan korelasi skor tiap butir dengan skor total yang
merupakan skor setiap butir. Teknik korelasi yang digunakan adalah
Korelasi Product Moment dengan rumus sebagai berikut:
rxy =∑xiyi - ∑xi∑yi
√{∑xi2-∑xi2}{∑yi
2-∑yi2}
Secara statistik, angka korelasi yang diperoleh kemudian
dibandingkan dengan angka kritik Tabel Korelasi Nilai r = 0,361. Yakni
melihat basis N-2 pada taraf signifikansi yang diinginkan. Bila hasil
perhitungan lebih besar dari angka kritis, maka pernyataan pada
instrumen penelitian adalah valid atau dalam bahasa statistik dikatakan
memiliki konsistensi internal (internal consistency). Yang dimaksud
konsistensi internal adalah pernyataan-pernyataan tersebut mengukur
aspek yang sama. Sebaliknya, bila hasil perhitungan lebih kecil dari
angka kritis, maka pernyataan tersebut tidak valid. Apabila dalam
53
perhitungan ditemukan pernyataan yang tidak valid, kemungkinan
pernyataan tersebut kurang baik susunan kata-kata atau kalimatnya
sehingga menimbulkan penafsiran yang berbeda
Dalam penelitian ini, jumlah responden untuk pengujian
validitas dan reliabilitas kuesioner adalah 30 responden. Berikut ini
adalah hasil pengujian validitas item/ instrumen penelitian:
Tabel III-11Hasil Uji Validitas
No.
Var
iabe
l
Inst
rum
en
Ska
la
Kor
elas
i S
kor
Item
te
rhad
ap
r K
riti
s
Ket
eran
gan
1 Entrepreneurial
A 1 Ordinal
0,722 0,361
Valid
2Competencies
A 2 Ordinal
0,722 0,361
Valid
3 A 3 Ordinal
0,741 0,361
Valid
4 A 4 Ordinal
0,790 0,361
Valid
5 A 5 Ordinal
0,783 0,361
Valid
6 A 6 Ordinal
0,794 0,361
Valid
7 A 7 Ordinal
0,787 0,361
Valid
8 A 8 Ordinal
0,755 0,361
Valid
9 A 9 Ordinal
0,734 0,361
Valid
10 A 10
Ordinal
0,762 0,361
Valid
(bersambung)
54
(sambungan)11 A 1
1Ordina
l0,661 0,36
1Valid
12 A 12
Ordinal
0,739 0,361
Valid
13 A 13
Ordinal
0,708 0,361
Valid
14 A 14
Ordinal
0,704 0,361
Valid
15 A 15
Ordinal
0,706 0,361
Valid
16 A 16
Ordinal
0,662 0,361
Valid
17Competitive
A 17
Ordinal 0,763
0,361
Valid
18Scope
A 18
Ordinal 0,623
0,361
Valid
19 A 19
Ordinal 0,725
0,361
Valid
20 A 20
Ordinal 0,776
0,361
Valid
21 A 21
Ordinal 0,769
0,361
Valid
22 A 22
Ordinal 0,807
0,361
Valid
23 A 23
Ordinal 0,839
0,361
Valid
24 A 24
Ordinal 0,844
0,361
Valid
25 A 25
Ordinal 0,696
0,361
Valid
26 A 26
Ordinal 0,675
0,361
Valid
27 A 27
Ordinal 0,420
0,361
Valid
28 A 28
Ordinal 0,648
0,361
Valid
29 A 2 Ordina 0,535 0,36 Vali
55
9 l 1 d30
OrganizationA 3
0Ordina
l 0,8050,361
Valid
31Capabilities
A 31
Ordinal 0,695
0,361
Valid
32 A 32
Ordinal 0,716
0,361
Valid
33 A 33
Ordinal 0,717
0,361
Valid
34 A 34
Ordinal 0,803
0,361
Valid
35 A 35
Ordinal 0,681
0,361
Valid
36 A 36
Ordinal 0,819
0,361
Valid
37Kinerja
B 3 Ordinal 0,536
0,361
Valid
38Usaha Kecil
B 6 Ordinal 0,668
0,361
Valid
39 B 9 Ordinal 0,691
0,361
Valid
40 B 12
Ordinal 0,784
0,361
Valid
41 B 14
Ordinal 0,446
0,361
Valid
42B
1 Interval 0,398
0,361
Valid
43B
2 Interval 0,608
0,361
Valid
44B
4 Interval 0,491
0,361
Valid
45B
5 Interval 0,653
0,361
Valid
(bersambung)(sambungan)
46B
7 Interval 0,483
0,361
Valid
47 B 8 Interva 0,644 0,36 Vali
56
l 1 d48
B10
Interval 0,495
0,361
Valid
49B
11
Interval 0,616
0,361
Valid
50B
13
Interval 0,520
0,361
Valid
Nilai korelasi (r) skor item/ istrumen terhadap skor total lebih
besar dari 0,361 sehingga seluruh instrumen dalam angket dinyatakan
valid atau mampu mengukur apa yang hendak diukur dalam penelitian
yang akan dilakukan.
b.Uji Reliabilitas
Reliabilitas adalah indeks yang menunjukan seberapa besar
suatu alat pengukur dapat dipercaya atau dapat diandalkan. Bila suatu
alat pengukur dipakai berulang-ulang untuk mengukur gejala yang sama
dan hasil yang diperoleh relatif konsisten, maka alat pengukur tersebut
reliable. Dengan kata lain, reliabilitas menunjukan konsistensi suatu alat
pengukur di dalam mengukur fenomena yang sama.
Tinggi rendahnya reliabilitas ditunjukan oleh suatu angka
yang disebut koefisien reliabilitas yang berkisar antara 0,00 sampai
dengan 1,00 dan sebagaimana dikemukakan oleh Kapalan et al (1993:
126) nilai yang baik adalah minimal 0,7. Metode yang akan digunakan
adalah Alpha Cronbach Coeficient dengan rumus sebagai berkut:
Nilai varians diperoleh dari rumus sebagai berikut:
S2 =1
∑(X1 – X)2
n(n – 1)
Semakin besar nilai reliabilitas (semakin mendekati angka 1),
maka semakin tinggi tingkat kepercayaan instrumen tersebut. Kriteria
Rules of Thumb about Cronbach’s Alpha Coeficient Size menurut Hair,
et al (2003: 172) yang mengkategorisasikan reliabilitas instrumen
penelitian, adalah sebagai berikut:
1. ” R < 0,60 : Poor2. 0,60 < R < 0,70: Moderate3. 0,70 < R < 0,80: Good4. 0,80 < R < 0,90: Very Good5. 0,90 < R < 1,00: Excellent”
Hasil uji reliabilitas dengan berpedoman pada kriteria Rules
of Thumbs about Cronbach’s Alpha Coeficient Size adalah sebagai
berikut:
Tabel III-12Hasil Uji Reliabilitas
Variabel Alpha KeteranganEntrepreneurial Competencies 0,954 ExcellentCompetitive Scope 0,936 ExcellentOrganization Capabilities 0,917 ExcellentKinerja Usaha Kecil 0,824 Very Good
Hasil uji reliabilitas menunjukan bahwa variabel
entrepreneurial competencies, competitive scope dan organization
capabilities memiliki tingkat kelayakan excellent, sedangkan variabel
58
kinerja usaha memiliki tingkatan kelayakan very good untuk dilakukan
pengujian secara berulang-ulang
3.6.2 Analisis Deskriptif Profil Responden
Analisis deskriptif digunakan untuk menghasilkan gambaran
dari data yang telah dikumpulkan dari setiap instrumen penelitian. Data
yang terkumpul disajikan melalui dalam bentuk tabel atau grafik.
Analisis deskriptif pada penelitian ini akan menjelaskan profil individu
responden (Pemilik Usaha Kecil Mitra Binaan Telkom Datel Bandung
sektor industri) meliputi: tingkat pendidikan, jenis kelamin, dan usia.
Sedangkan profil usaha Mitra Binaan Telkom Datel Bandung sektor
industri meliputi: lapangan usaha yang digeluti, besaran pinjaman dan
lama berdirinya usaha.
3.6.3 Transformasi Data
Mengingat analisis yang digunakan adalah analisis jalur,
maka dipersyaratkan bahwa skala pengukuran yang dipakai sekurang-
kurangnnya adalah skala interval. Karena data yang diperoleh dari
instrumen penelitian adalah data ordinal, maka untuk bisa melanjutkan
proses analisis jalur, data dalam bentuk skala ordinal tersebut dinaikan
(ditransformasikan) terlebih dahulu ke dalam skala interval
menggunakan Method of Successive Interval (MSI). Langkah-langkah
untuk melakukan transformasi data tersebut adalah sebagai berikut:
a. Menghitung frekuensi setiap pilihan jawaban
per instrumen yang diajukan.
b. Menghitung proporsi setiap pilihan jawaban
per instrumen yang diajukan.
59
c. Menghitung proporsi kumulatif untuk setiap
pertanyaan berdasarkan proporsi hitungnya.
d. Menentukan nilai batas Z untuk setiap pilihan
jawaban untuk setiap instrumen .
e. Menghitung scale value (nilai interval
rata-rata) untuk setiap pilihan jawaban melalui
persamaan berikut:
Scale Value =Kepadatan batas bawah – kepadatan batas atas
Daerah di bawah batas atas – daerah di bawah batas bawah
f. Menghitung skor (nilai hasil transformasi)
untuk setiap pilihan jawaban melalui persamaan berikut:
Skor = scale value + [scale value] +1
3.6.4 Analisis Deskriptif Instrumen Pertanyaan
Berikut ini adalah analisis deskriptif yang akan digunakan
untuk menginformasikan jawaban responden:
a. Rataan Hitung
Setelah transformasi data dari skala ordinal menjadi interval,
langkah selanjutnya adalah mengolah data interval tersebut per
instrumen pertanyaan. Sehingga nantinya akan dapat ditarik suatu
generalisasi terhadap populasi. Generalisasi ini dapat dilakukan karena
teknik sampling yang digunakan adalah simple random sampling yang
merupakan bagian dari probabilistik sampling.
b. Diagram Performansi dan Cross Tab
Untuk instrumen tertentu akan diolah menggunakan
performance diagram dan cross tabulation sehingga nantinya akan
60
dapat menggambarkan atribut yang hendak diteliti terhadap kondisi riil
dari sampel.
Dalam performance diagram dan cross tabulation, akan ada
empat kuadran yang timbul akibat matrikulasi instrumen. Selanjutnya
rataan hitung akan digunakan untuk batas kategorisasi pada sumbu
vertikal dan horizontal. Sehingga format performance diagram dan
cross tabulation dapat dipaparkan sebagai berikut:
Tabel III-13Format Diagram Performansi
Rendah Tinggi
Tinggi II I
Rendah III IV
Dimana:
Kuadran I: Dipertahankan.
Kuadran II dan III: Ditingkatkan secukupnya.
Kuadran IV: Ditingkatkan segera.
c. Pengujian Non-Parametrik
Penujian non-parametrik digunakan untuk menguji tingkat
signifikansi pertumbuhan kinerja usaha sebelum dan sesudah diberi
bantuan pinjaman. Pengujian ini akan menggunakan Wilcoxson Signed
Ranks Test.
Karena jumlah sampel adalah 50 responden (lebih dari 25),
maka distribusinya mendekati distribusi normal. Dengan demikian nilai
distribusi yang digunakan untuk menguji ada tidaknya peningkatan
kinerja secara signifikan adalah nilai distribusi Z.
61
Adapun kriteria adanya peningkatan kinerja secara signifikan
atau sebaliknya adalah jika Zhitung > Ztabel, maka kesimpulan yang diambil
adalah “ada peningkatan kinerja instrumen X secara signifikan”.
3.6.5 Analisis Jalur
Dalam penelitian, terutama penelitian sosial, peneliti tidak
semata-mata hanya mengungkapkan hubungan antar variabel sebagai
terjemahan statistika dari hubungan antar variabel alami. Namun akan
lebih baik jika peneliti memfokuskan untuk mengungkapkan hubungan
kausal antar variabel.
Telaahan statistika yang sesuai untuk mengungkapkan
hubungan antar variabel adalah sebagai berikut:
a. Analisis Jalur (Path Analysis): umumnya
digunakan jika data dalam variabel telah di
transformasikan ke dalam data interval.
b. Teknik Elaborasi (Elaboration Technique)
umumnya digunakan jika data dalam variabel berbentuk
nominal.
Berdasarkan penjelasan tersebut di atas, penelitian ini akan
menggunakan Analisis Jalur. Analisis Jalur dikembangkan oleh Sewall
Wright yang menganalisis hubungan kausal dengan tujuan memisahkan
pengaruh langsung dan tidak langsung antara variabel yang
menjadikannya penyebab dan akibat.
62
Pada analisis jalur, digunakan dua buah lambang yaitu: X, Y
dan є. Istilah yang biasanya digunakan adalah variabel eksogen sebagai
variabel penyebab dan variabel endogen sebagai variabel akibat.
Faktor-faktor lain yang merupakan variabel eksogen yang
tidak sengaja kita ukur disebut variabel implisit yang dilambangkan
dengan є dan dibedakan dengan sub-script (є1,…,єk). Adapun bentuk
persamaan jalur adalah sebagai berikut:
Y = ρyx1 X1 + ρyx2 X2 + … + ρyxk xk + є
Dimana:
ρ = Koefisien jalur antara variabel eksogen dan endogen.
є = Variabel implisit (residu)
Berdasarkan paparan di atas, secara garis besar path diagram
yang digunakan dalam penelitian adalah sebagai berikut:
Gambar III-13Path Diagram Konseptual Penelitian
63
Competitive Scope
Entrepreneurial Competencies
Organization Capabilities
Kinerja Usaha
?yx2
?yx1
?yx3
??y?
rx1x2
rx2x3
rx1x3
Dengan demikian, persamaan struktural yang akan dicari
besarannya dengan berpedoman kepada rumusan ”Variabel Endogen =
Variabel Eksogen + Variabel Endogen+ Variabel Implisit” adalah
sebagai berikut:
a. Y = ρyx1 X1 + ρyx2 X2 + ρyx2 X3 + є
b. Y = ρyx1 X1 + є1
c. Y = ρyx2 X2 + є2
d. Y = ρyx3 X3 + є3
3.7 Pengujian Hipotesis
Kata hipotesis berasal dari hupo yang berarti lemah dan tesis
yang berarti pernyataan. Dengan demikian, hipotesis berarti pernyataan
64
yang lemah. Hal tersebut dikarenakan hipotesis merupakan pernyataan
yang belum diuji dan bersifat sementara dan harus diuji kebenarannya
melalui penelitian.
Berdasar pada kerangka pemikiran penelitian ini,
dikemukakan hipotesis penelitian sebagai berikut:
a. Pengaruh entrepreneurial competencies, competitive scope dan organization capabilities terhadap kinerja usaha secara simultan.
Ho: Tidak ada pengaruh secara simultan dan signifikan antara variabel entrepreneurial competencies, competitive scope dan organization capabilities dengan variabel kinerja usaha.
ρyx1 = ρyx2 = ρyx3 = 0H1: Ada pengaruh secara simultan dan signifikan
antara variabel entrepreneurial competencies, competitive scope dan organization capabilities berpengaruh dengan variabel kinerja usaha.
Minimal salah satu dari ρyx1 , ρyx2 , atau ρyx3 ≠ 0
b. Pengaruh variabel competitive scope terhadap kinerja usaha secara parsial.
Ho: Tidak ada pengaruh secara parsial dan signifikan antara variabel competitive scope dengan kinerja usaha.
ρyx1 = 0H1: Ada pengaruh secara parsial dan signifikan antara
variabel competitive scope dengan kinerja usaha.ρyx1 ≠ 0
c. Pengaruh entrepreneurial competencies terhadap kinerja usaha secara parsial.
Ho: Tidak ada pengaruh secara parsial dan signifikan
65
antara variabel entrepreneurial competencies dengan kinerja usaha.
ρyx2 = 0H1: Ada pengaruh secara parsial dan signifikan antara
variabel entrepreneurial competencies dengan kinerja usaha.
ρyx2 ≠ 0
d. Hipotesis secara parsial pengaruh organization capabilities dengan kinerja usaha.
Ho: Tidak ada pengaruh secara parsial dan signifikan antara variabel organization capabilities dengan kinerja usaha.
ρyx3 = 0H1: Ada pengaruh secara parsial dan signifikan antara
variabel organization capabilities dengan kinerja usaha.
ρyx3 ≠ 0
Hasil dari path analysis sesuai dengan rumusan pada sub bab
sebelumnnya akan menentukan apakah hipotesis pada penelitian ini
diterima atau ditolak. Adapun kaidah diterima atau ditolaknya hipotesis
Data di pada Tabel IV-1 disajikan dalam gambar sebagai
berikut:
Gambar IV-14Tingkat Pendidikan Formal Responden
20,00%
8,00%
4,00%
38,00%
0,00%
26,00%
4,00%
0% 10% 20% 30% 40%
Tdak Tamat SD
SD
SLTP
SLTA
Diploma
Strata 1
Strata 2Tin
gkat
Pen
did
ikan
Persentase
68
Dari pengolahan data secara deskriptif mengenai
karakteristik responden berdasarkan tingkat pendidikan formalnya,
menunjukan bahwa posisi tiga besar tingkat pendidikan responden
adalah 19 responden (38,00%) berpendidikan tamatan SLTA, 13
responden (26,00%) berpendidikan Sarjana Strata-1 serta 10 responden
(20,00%) tidak tamat SD. Rata-rata tingkat pendidikan responden adalah
tamatan SLTA.
b. Jenis Kelamin
Data profil individu responden yang dikategorisasikan
berdasarkan jenis kelamin adalah sebagai berikut:
Tabel IV-15Jenis Kelamin Responden
No. Jenis Kelamin Frekuensi Persentase1. Pria 36 72,00%2. Wanita 14 28,00%
Jumlah 50 100,00%
Data di atas disajikan dalam gambar sebagai berikut:
Gambar IV-15Jenis Kelamin Responden
72,00%
28,00%
0% 10% 20% 30% 40% 50% 60% 70% 80%
Pria
WanitaJen
is K
elam
in
Persentase
69
Dari pengolahan data secara deskriptif mengenai
karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin, menunjukan bahwa
sebanyak 36 responden (72,00%) adalah pria sedangkan sisanya
sebanyak 14 responden (28,00%) adalah wanita.
c. Usia
Data profil individu responden yang dikategorisasikan
berdasarkan usia disajikan menggunakan kategori yang dikemukakan
oleh Hurlock (1991) dalam Riyanti (2003) bahwa perkembangan karir
dapat dibagi ke dalam tiga kelompok usia yaitu: usia dewasa awal,
dewasa madya dan dewasa akhir. Hasil pengelompokan data usia
responden adalah sebagai berikut:
Tabel IV-16Usia Responden
No. Rentang Usia Kategori Frekuensi Persentase1. 17,5 - 39,5 tahun Dewasa Awal 14 28,00%2. 39,5 - 59,5 tahun Dewasa Madya 34 68,00%3. > 59,5 tahun Dewasa Akhir 2 4,00%
Jumlah 50 100,00%
Data di pada Tabel IV-3 disajikan dalam gambar sebagai
berikut:
Gambar IV-16Usia Responden
70
28,00%
68,00%
4,00%
0% 10% 20% 30% 40% 50% 60% 70% 80%
17,5 - 39,5 tahun
39,5 - 59,5 tahun
> 59,5 tahun
Ren
tan
g U
sia
Persentase
Dari pengolahan data secara deskriptif mengenai
karakteristik responden berdasarkan usia, menunjukan bahwa sebanyak
14 responden (28,00%) dikategorikan memasuki usia dewasa awal, 34
responden (68,00%) dikategorisasikan memasuki usia dewasa madya,
dan sebanyak 2 responden (4,00%) dikategorisasikan memasuki usia
dewasa akhir. Rata-rata usia responden adalah 30 tahun sehingga masuk
ke dalam kategori dewasa madya.
4.1.2. Profil Usaha
Profil usaha merupakan gambaran karakteristik usaha
responden yang mencakup : lapangan usaha dan besar pinjaman.
a. Lapangan Usaha
Data sektor usaha responden yang dikategorisasikan
berdasarkan lapangan usaha disajikan menggunakan kategorisasi dari
Klasifikasi Lapangan Usaha Indonesia (KLUI) bahwa penggolongan
lapangan usaha sektor menengah adalah sebagai berikut:
1. Industri makanan, minuman dan tembakau.
2. Industri tekstl, pakaian jadi dan kulit.
3. Industri kayu
4. Industri kertas.
71
5. Industri kimia.
6. Industri barang galian bukan logam.
7. Industri logam dasar.
8. Industri barang dari logam dan mesin.
9. Industri pengolahan lainnya.
Namun karena belum adanya kategori pasti yang
mengelompokan lapangan usaha untuk sektor usaha kecil, maka penulis
mengambil beberapa kategori yang dari KLUI ditambahkan dengan
lapangan usaha lainnya yang tidak terdefinisikan dengan kriteria KLUI.
Hasil pengelompokan data lapangan usaha responden adalah sebagai
berikut:
Tabel IV-17Lapangan Usaha Responden
No. Lapangan Usaha Frekuensi Persentase1. Industri Makanan dan Minuman 11 22,00%2. Industri Kerajinan Tangan 9 18,00%3. Industri Tekstil dan Pakaian Jadi 19 38,00%4. Industri Alas Kaki 7 14,00%5. Industri Kayu 1 2,00%6. Industri Kertas 1 2,00%7. Industri Bahan Bangunan 0 0,00%8. Industri Lainnya 2 4,00%
Jumlah 50 100,00%
Data di pada Tabel IV-4 disajikan dalam gambar sebagai
berikut:
Gambar IV-17Lapangan Usaha Responden
72
22,00%
18,00%
14,00%
2,00%
2,00%
0,00%
4,00%
38,00%
0% 10% 20% 30% 40%
Industri Makanan/ Minuman
Industri Kerajinan Tangan (Handycraft)
Industri Tekstil Pakaian)
Industri Alas Kaki
Industri Kayu
Industri Kertas
Industri Bahan Bangunan
Industri Lainnya
Lap
ang
an U
sah
a
Persentase
Dari pengolahan data secara deskriptif mengenai sektor
usaha responden berdasarkan lapangan usahanya, menunjukan bahwa
posisi tiga besar lapangan usaha yang dijalani responden adalah 19
usaha responden (38,00%) bergerak dalam industri tekstil (pakaian), 11
usaha responden (22,00%) bergerak dalam industri makanan dan/ atau
minuman serta 9 usaha responden (18,00%) bergerak dalam industri
kerajinan tangan.
b. Besar Pinjaman
Data profil usaha responden yang dikategorisasikan
berdasarkan pinjaman yang diberikan pihak CD Datel Bandung
disajikan menggunakan kategorisasi yang telah dipaparkan dalam
populasi sampling pada Bab III Tabel III-10 sebagai berikut:
Berikut ini adalah diagram performansi tingkat kecepatan
dan ketepatan penerapan teknologi pada usaha yang dimilikinya:
Gambar IV-20Tingkat Kecepatan dan Ketepatan Penerapan Teknologi pada Usaha Mitra Binaan Telkom Datel Bandung Sektor Industri
Sangat Tidak Tepat Sangat Tepat
San
gat L
amba
nS
anga
t Cep
at
III
III IV
Dari gambar Gambar IV-20, menunjukan bahwa Mitra
Binaan Telkom Datel Bandung sektor industri cenderung menerapkan
teknologi secara lamban dan tidak tepat. Rincian analisis deskriptif
technological sophistication adalah sebagai berikut:
82
Tabel IV-25Tingkat Kecepatan dan Ketepatan Penerapan Teknologi pada Usaha Mitra Binaan Telkom Datel Bandung Sektor Industri
Tingkat KetepatanRendah Tinggi
Tingkat Tinggi 3 15Kecepata
n Rendah 26 6
Dari Tabel IV-25, proporsi technological sophistication
berdasarkan lapangan usaha adalah sebagai berikut:
Tabel IV-26Proporsi Technological Sophistication Berdasarkan Lapangan
UsahaKuadran
No. Lapangan Usaha I II III IV Jml
1 Industri Makanan/ Minuman 4 - 5 2 11
2 Industri Kerajinan Tangan 3 - 5 1 9
3 Industri Tekstil (Pakaian) 4 1 13 1 19
4 Industri Alas Kaki 3 1 2 1 7
5 Industri Kayu - - - 1 1
6 Industri Kertas 1 - - - 1
7 Industri Bahan Bangunan - - - - 0
8 Industri Lainnya - 1 1 - 2
Jumlah 15 3 26 6 50
% 0,30 0,06 0,52 0,12
Berdasarkan Tabel IV-26, yang perlu diberikan perhatian
khusus untuk peningkatan kecepaan dan ketepatan penerapan teknologi
adalah industri tekstil (pakaian) karena memiliki rentang paling besar
antara kuadran I dengan kuadran III yaini 9 Mitra Binaan.
c. Market Attractiveness
83
Berikut ini adalah kondisi market attractiveness sektor
industri Mitra Binaan Telkom Datel Bandung:
Tabel IV-27Market Attractiveness Sektor Industri Mitra Binaan Telkom
Datel Bandung
Market AttractivenessRataa
nIdea
l KategoriPendatang baru 2,85 3,95 SulitProduk pengganti 2,14 3,29 LemahNegosiasi dengan pembeli 2,10 3,49 LemahNegosiasi dengan pemasok 2,10 3,34 LemahPesaing 2,87 4,02 Kuat
Dari Tabel IV-27, menunjukan bahwa Mitra Binaan Telkom
Datel Bandung sektor industri umumnya (3 dari 5 kategori) memiliki
peta persaingan pasar yang unattractive. Rincian analisis deskriptif
market attractive adalah sebagai berikut:
1. Pendatang Baru
Persepsi responden terhadap tingkat kesulitan pendirian
usaha sejenis adalah sebagai berikut:
Tabel IV-28Persepsi Responden terhadap Tingkat Kesulitan Pendirian Usaha
Dari tabel di atas, terlihat bahwa total pengaruh dari
competitive scope, entrepreneurial competencies dan organization
capabilities terhadap kinerja usaha Mitra Binaan Telkom Datel Bandung
sektor industri adalah sebesar 62,07 persen. Sisanya sebesar 0,3793 atau
37,93 persen kinerjanya dipengaruhi oleh faktor lain diluar cakupan
penelitian yang dilakukan.
Berikut ini adalah diagram konsep penelitian yang telah
diukur besaran pengaruhnya:
Gambar IV-31Diagram Konsep Penelitian
Competitive Scope
Entrepreneurial Competencies
Organization Capabilities
Kinerja Usaha Mitra Binaan Telkom Datel sektor industri
0,6026
-1,6767
1,698
4
0,3793
0,990
0,981
0,997
148
4.5. Pembahasan
Dari hasil perhitungan yang disebarkan kepada 50 responden,
gambaran mengenai variabel-variabel penelitian terhadap kinerja usaha
Mitra Binaan Telkom Datel Bandung sektor industri adalah sebagai
berikut:
Tabel IV-87Rekapitulasi Analisis Deskriptif
Variabel Atribut Kategori
Ent
repr
eneu
rial
com
pete
ncie
s
Peluang usaha Dipertahankan
Bekerja sama Perlu Ditingkatkan
Menerima pendapat orang lain Perlu Ditingkatkan
Percaya pada orang lain Perlu Ditingkatkan
Pengambilan keputusan Perlu Ditingkatkan
Menggali informasi Dipertahankan
Tantangan bisnis Perlu Ditingkatkan
Konsep inovatif Perlu Ditingkatkan
Sumber daya manusia Dipertahankan
Alat-alat produksi Dipertahankan
Keuangan Perlu Ditingkatkan
Pemilihan teknologi Perlu Ditingkatkan
Perencanaan Perlu Ditingkatkan
Implementasi Perlu Ditingkatkan
Evaluasi Perlu Ditingkatkan
Komitmen Perlu Ditingkatkan
Com
peti
tive
sco
pe Pencarian informasi Dipertahankan
Pemahaman karakteristik Perlu Ditingkatkan
Kecepatan penerapan teknologi Perlu Ditingkatkan
Ketepatan penerapan teknologi Perlu Ditingkatkan
Pendatang baru SulitProduk pengganti Lemah
149
Negosiasi dengan pembeli Lemah
Negosiasi dengan pemasok Lemah
Pesaing KuatPengetahuan setiap siklus produk yang dihasilkan Perlu Ditingkatkan
Segmentasi permintaan Perlu Ditingkatkan
Keunggulan bersaing Strategi Harga Murah
Cakupan keunggulan Strategi Pasar Tertentu(bersambung)
(sambungan)
Org
aniz
atio
n ca
pabi
liti
es
Produk inovatif Dipertahankan
Proses inovatif Dipertahankan
Produk berkualitas Perlu Ditingkatkan
Sesuai dengan keinginan pelanggan Perlu Ditingkatkan
Meminimalisir biaya Perlu Ditingkatkan
Memaksimalisasi keuntungan Perlu Ditingkatkan
Optimalisasi sumber daya Dipertahankan
(Sumber: Ringkasan data primer) diolah
Kategorisasi yang diambil didasarkan pada rekapitulasi hasil
analisis deskriptif pada masing-masing atribut dan instrumen yang
dianalisis secara deskriptif. Pemaparan secara rinci disajikan pada
LAMPIRAN VIII.
Berdasarkan perhitungan melalui analisis jalur secara parsial,
diperoleh hasil bahwa faktor yang paling besar pengaruhnya terhadap
kinerja usaha Mitra Binaan Telkom Datel Bandung sektor industri
adalah organization capabilities. Artinya bahwa semakin besar
kemampuan mitra binaan untuk mengelola faktor internal usahanya,
maka peluang peningkatan kinerja usahanya semakin besar.
Dari hasil analisis jalur secara simultan ditemukan bahwa
faktor yang mendukung kinerja usaha adalah entrepreneurial
150
competencies dan organization capabilities. Sedangkan faktor yang
mereduksi kinerja usaha adalah competitive scope. Artinya, untuk
meningkatkan kinerja Mitra Binaan Datel Bandung sektor industri,
pihak Telkom CD Datel Bandung dapat memberikan bantuan lain
berupa pelatihan entrepreneurial competencies dan organization
capabilities.
Upaya kajian (content) pelatihan yang bisa diberikan pihak
CD Telkom Datel Bandung adalah atribut dan instrumen yang
berdasarkan Tabel IV-87 masih perlu ditingkatkan. Sehingga penelitian
ini bisa dijadikan suatu landasan pihak Telkom CD Datel Bandung
untuk melakukan proses monitoring pada Mitra Binaannya.
Tindak lanjut dari proses monitoring adalah evaluation,
yakni memberikan pelatihan yang dibutuhkan sesuai dengan hasil
pengumpulan data Mitra Binaan yang bisa disejajarkan dengan laporan
trainning need analysis.
Berikut ini adalah temuan-temuan hasil penelitian yang perlu
untuk ditingkatkan:
a. Berdasarkan analisis deskriptif mengenai market
heterogeneity ditemukan bahwa sebesar 34,00 persen
Mitra Binaan Datel Bandung sektor industri memiliki
tingkat keinginan yang rendah untuk mencari informasi
pasar dan tingkat kemampuan yang rendah dalam
mengenali karakteristik pelanggannya. Dengan analisis
deskriptif yang sama ditemukan juga bahwa 32,00
persen memiliki tingkat keinginan yang tinggi dalam
151
mencari informasi pasar namun tingkat kemampuannya
rendah untuk mengenal karakteristik pelanggannya.
b. Berdasarkan analisis deskriptif mengenai
techological sophistication ditemukan bahwa 52,00
persen Mitra Binaan Telkom Datel Bandung sektor
industri memiliki tingkat kecepatan dan tingkat
ketepatan yang rendah dalam menerapkan teknologi
pada usaha yang dimilikinya.
c. Berdasarkan analisis deskriptif mengenai market
attractiveness ditemukan bahwa usaha kecil Mitra
Binaan Telkom Datel Bandung sektor industri
dikategorisasikan unattractive. Hal ini terbukti dengan
hasil perhitungan yang menunjukan bahwa 3 dari 5
faktor Porter Five Forces yakni: negosiasi dengan
pembeli dan negosiasi dengan pemasokMitra Binaan
sektor industri lemah kemudian persaingan pada
lapangan usaha sejenis kuat.
d. Berdasarkan analisis deskriptif mengenai
competitive concentration ditemukan bahwa usaha Mitra
Binaan Telkom Datel Bandung sektor industri berada
pada strategi penciptakan produk dengan tingkat harga
rendah (low price) dan strategi cakupan pasar tertentu
(niche market).
e. Berdasarkan analisis deskriptif mengenai
pemahaman quality product ditemukan bahwa 52,00
persen Mitra Bnaan Telkom Datel Bandung sektor
152
industri masih menciptakan produk dengan kualitas yang
rendah dan tidak sesuai dengan keinginan pelanggan.
f. Berdasarkan Wilcoxon Signed Ranks Test
mengenai kinerja pemberian bantuan terhadap
peningkatan keuntungan bersih usaha Mitra Binaan
Datel Bandung sektor industri, ditemukan bahwa nilai
zhitung < ztabel atau -0,483 < 1,645. Sehingga dapat
disimpulkan bantuan pinjaman Telkom CD Datel
Bandung tidak mampu meningkatkan kinerja
keuntungan bersih usaha Mitra Binaan Telkom Datel
Bandung sektor industri secara signifikan.
153
Bab V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan terhadap Karakteristik Responden
Ikhtisar karakteristik responden dalam penelitian ini adalah
sebagai berikut:
a. Rata-rata usia tingkat pendidikan formal
responden adalah SLTA sederajat dengan rentang
pendidikan yang bervariasi dari tidak tamat SD sampai
dengan Strata-2. Mitra Binaan Telkom Datel Bandung
sektor industri yang berpendidikan tamatan SD menjadi
prioritas utama dalam pemberian pelatihan agar kinerja
usahanya dapat ditingkatkan lebih signifikan.
b. Sebanyak 14 (28,00%) berjenis kelamin wanita
sedangkan sisanya 36 (72,00%) adalah pria.
c. Rata-rata usia responden adalah 46 tahun dengan
usia paling muda adalah 30 tahun dan yang paling tua
adalah 70 tahun. Mitra Binaan Telkom Datel Bandung
dengan kategori usia dewasa akhir menjadi prioritas
154
utama dalam memberikan pelatihan agar kinerja
usahanya dapat ditingkatkan lebih signifikan.
d. Lapangan usaha responden adalah sebagai
berikut:
1) Industri makanan/ mnuman sebanyak 11 (22,00%).
2) Industri kerajinan tangan sebanyak 9 (18,00%).
3) Industri tekstil sebanyak 18 (38,00%).
4) Industri alas kaki sebanyak 7 (14,00%).
5) Industri kayu sebanyak 1 (2,00%).
6) Industri kertas sebanyak 1 (2,00%).
7) Industri lainnya diluar kategori yang diberikan BPS
mengenai lapangan usaha kecil seperti klontong dan
kosmetik sebanyak 2 (4,00%).
Mitra Binaan Telkom Datel Bandung pada lapangan
usaha industri kertas dan alas kaki menjadi prioritas
dalam pemberian pelatihan agar kinerja usahanya dapat
ditingkatkan lebih signifikan.
e. Pinjaman yang diterima Mitra Binaan dari CD
Datel Bandung adalah sebagai berikut:
1) Pinjaman kurang dari Rp. 38 juta sebanyak 45
(90,00%).
2) Pinjaman lebih dari Rp. 38 juta sampai dengan Rp.
73 juta sebanyak 4 (8,00%).
3) Pinjaman lebih dari Rp. 73 juta sebanyak 1 (2,00%).
Mitra Binaan Telkom Datel Bandung sektor industri
yang menerima pinjaman lebih dari Rp. 73 juta menjadi
155
prioritas dalam pemberian pelatihan agar kinerja
usahanya dapat ditingkatkan lebih signifikan.
5.2. Kesimpulan terhadap Pengujian Hipotesis
Melalui pengujian hipotesis diperoleh hasil debagai berikut:
a) Hasil pengujian hipotesis pertama secara simultan
menunjukan bahwa variabel competitive scope,
entrepreneurial competencies, dan organization
capabilities secara simultan memiliki pengaruh secara
signifikan terhadap kinerja usaha kecil Mitra Binaan
Telkom Datel Bandung sektor industri.
b) Hasil pengujian hipotesis kedua secara parsial
menunjukan bahwa variabel competitive scope
berpengaruh secara signifikan terhadap kinerja usaha
kecil Mitra Binaan Telkom Datel Bandung sektor
industri. Arah hubungan pengaruh yang terjadi adalah
negatif.
c) Hasil pengujian hipotesis ketiga secara parsial
menunjukan bahwa variabel entrepreneurial
competencies berpengaruh secara signifikan terhadap
kinerja usaha kecil Mitra Binaan Telkom Datel Bandung
sektor industri. Arah hubungan pengaruh yang terjadi
adalah positif.
d) Hasil pengujian hipotesis keempat secara parsial
menunjukan bahwa variabel organization capabilities
secara signifikan berpengaruh terhadap kinerja usaha
156
kecil Mitra Binaan Telkom Datel Bandung sektor
industri. Arah hubungan yang terjadi adalah positif.
Dari hasil pengujian hipotesis tersebut di atas, kesimpulan
yang dapat diambil adalah sebagai berikut:
a) Secara simultan variabel competitive scope,
entrepreneurial competencies, dan organization
capabilities memiliki makna berpengaruh terhadap
kinerja usaha kecil Mitra Binaan Telkom Datel Bandung
sektor industri. Besaran total pengaruh ketiga variabel
tersebut adalah sebesar 62,07 persen. Sedangkan sisanya
sebesar 37,93 persen dipengaruhi oleh faktor lain di luar
cakupan penelitian. Hal ini menunjukan bahwa model
yang dikembangkan Man dan Chan dapat menjelaskan
62,07 persen faktor kritis kinerja usaha kecil Mitra
Binaan Telkom Datel Bandung.
b) Secara parsial variabel entrepreneurial
competencies dan organization capabilities memiliki
arah hubungan yang positif. Ini bermakna bahwa
entrepreneurial competencies yang dimiliki Mitra
Binaan Telkom Datel Bandung sektor industri,
mendukung kemampuan organization capabilities Mitra
Binaan Telkom Datel Bandung sektor industri.
Sebaliknya variabel competitive scope usaha Mitra
Binaan Telkom Datel Bandung memiliki arah hubungan
yang negatif. Ini bermakna bahwa entrepreneurial
competencies yang dimiliki usaha Mitra Binaan Telkom
157
Datel Bandung sektor industri harus mampu
meminimalisir ketidakpastian yang menjadi ancaman
usaha yang dimilikinya.
5.3. Saran
Saran yang diberikan penulis dari penelitian ini terbagi
menjadi dua bagian yakni: saran bagi perusahaan dan saran bagi
penelitian selanjutnya.
5.3.1. Saran Bagi Perusahaan
Berdasarkan pembahasan dan kesimpulan-kesimpulan yang
telah dipaparkan di atas, maka penilis mengajukan beberapa saran bagi
perusahaan sebagai berikut:
a. Mengingat faktor entrepreneurial competencies,
dan organization capabilities merupakan satu kesatuan
yang dapat membentuk kinerja usaha Mitra Binaan
Telkom Datel Bandung sektor industri, maka kedua
faktor tersebut dapat dijadikan prioritas pelatihan yang
dibutuhkan oleh Mitra Binaan Telkom Datel Bandung
sektor industri. Sedangkan pelatihan competitive scope
diberikan sebagai upaya untuk meminimalisir dampak
ketidakpatian lingkungan eksternal usaha Mitra Binaan
Telkom Datel Bandung sektor industri.
b. Materi pelatihan competitive scope dalam upaya
meminimalisir pengaruh negatif faktor uncertainty of
business yang dapat diberikan kepada Mitra Binaan
158
Telkom Datel Bandung sektor industri adalah sebagai
berikut:
1) Pemahaman karakteristik pasar dan pelanggan.
2) Penerapan teknologi yang cepat dan tepat.
3) Pemahaman terhadap siklus tahapan produk yang
dihasilkan.
4) Penerapan segmentasi permintaan.
c. Materi pelatihan entrepreneurial competencies
yang dapat diberikan kepada Mitra Binaan Telkom Datel
Bandung sektor industri adalah sebaga berikut:
1) Kemampuan bekerja sama.
2) Kemampuan menerima pendapat orang lain.
3) Kemampuan untuk mempercayai orang lain.
4) Kemampuan untuk menyukai tantangan bisnis.
5) Kemampuan untuk menciptakan inovasi bisnis.
6) Kemampuan pengelolaan keuangan usaha.
7) Kemampuan perencanaan, implementasi dan
evaluasi strategi.
8) Kemampuan berkomitmen pada usaha.
d. Materi pelatihan organization capabilities yang dapat
diberikan kepada Mitra Binaan Telkom Datel Bandung
sektor industri adalah sebagai berikut:
1) Kemampuan menciptakan produk berkualitas dan
sesuai dengan keinginan pelanggan.
159
2) Kemampuan pengelolaan penggunaan dana
(meminimalisir biaya dan memaksimalisasi
keuntungan).
5.3.2. Saran Bagi Penelitian Selanjutnya
Berdasarkan pembahasan dan kesimpulan-kesimpulan yang
telah dipaparkan di atas, maka penilis mengajukan beberapa saran bagi
penelitian selanjutnya sebagai berikut:
a. Penelitian ini merupakan model untuk satu cakupan
sektor usaha yang diberi pinjaman oleh pihak Telkom
CDC. Penulis menyarankan penelitian selanjutnya dapat
dilakukan pada sektor-sektor Usaha Kecil lainnya. Hal
ini disebabkan pada masing-masing sektor usaha terbagi
menjadi lapangan-lapangan usaha yang memiliki
karakteristik yang berbeda dengan penelitian ini.
b. Penelitian selanjutnya sebaiknya mengkaji aspek yuridis
dari pemberian pinjaman Program Kemitraan. Hal ini
disebabkan Penyelenggara Program Kemitraan BUMN
tidak memiliki kekuatan hukum dalam upaya
meminimalisir resiko non performance loan. Sehingga
dapat diartikan kredit pinjaman yang diberikan tidak
memiliki agunan. Hal ini berbanding terbalik dengan
pemberian Kredit Mikro oleh Bank, dimana pinjaman
yang diberikan memiliki kekuatan hukum berupa agunan
yang dapat meminimalisir resiko non performance loan.
5.4. Saran Tambahan
160
Hasil temuan ini dapat dijadikan suatu acuan proses
monitoring and evaluation (moneva). Jika dikaitkan dengan hasil-hasil
penelitian yang telah dilakukan pihak CD Telkom, maka urutan business
process Program Kemitraan CDC Telkom dalam memberikan bantuan
kepada usaha kecil dapat dimodifikasi sebagai berikut:
a. Analisa Kapabilitas dan Kompetensi Usaha Kecil
yang telah dilakukan CDC Telkom, dapat dijadikan
suatu acuan penyebaran besaran bantuan per wilayah
operasi dari CD Divre sampai dengan CD Datel. Output
dari analisa ini adalah proporsi wilayah dan sektor yang
diprioritaskan diberi pinjaman pada wilayahnya masing-
masing.
b. Penelitian tesis yang dilakukan oleh Budi (2006)
yang meneliti faktor-faktor kritis teori Bygrave (diadopsi
dari Carol Moore’s Model) dengan dimensi-dimensi
personal, sociological, dan environmental, dapat
dijadikan kategori-kategori screening dalam memilih
calon Mitra Binaan yang berpotensi untuk memiliki
kinerja yang baik.
c. Penelitian ini sendiri dapat diposisikan sebagai
bagian dari proses pemantauan dalam monitoring and
evaluation (moneva). Hasil monitoring tersebut dapat
dijadikan trainning need analysis yang perlu
ditindaklanjuti sebagai bagian dari proses evaluasi
dengan memberikan pelatihan yang berdasarkan hasil
161
monitoring dibutuhkan oleh Mitra Binaan untuk dapat
meningkatkan kinerja usahanya.
5.5. Keterbatasan Penelitian
Keterbatasan dalam penelitian ini, adalah sebagai berikut:
a. Model Man dan Chan akan lebih baik jika
dianalisis menggunakan Structural Equation Modelling
(SEM). Dengan menggunakan SEM, akan dapat
didiagnosis seberapa besar pengaruh entrepreneurial
competencies terhadap competitive scope dan
organization capabilities.
b. Objek penelitian dapat dipilih tidak hanya dari
Usaha Kecil yang bermitra dengan BUMN. Namun
melibatkan Usaha Kecil yang tidak bermitra dengan
BUMN.
162
DAFTAR PUSTAKA
Badan Pusat Statistik Jakarta (2000). Perkembangan Indikator Makro UKM Tahun 2000, Jakarta.
Badan Pusat Statistik Propinsi Jawa Barat (2006). Kondisi Perekonomian Jawa Barat Tahun 2006, Bandung.
Bank Indonesia (1993), Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 26/1/UKK perihal Kredit Usaha Kecil, Jakarta, Bank Indonesia.
------ (2006), Kajian Pembiayaan dalam Rangka Pengembangan Klaster, Jakarta, http://www.bi.go.id, 27 Februari 2008.
Budi Harsanto (2006), Faktor-Faktor Kritis Teori Bygrave terhadap Pertumbuhan Usaha pada Mitra Binaan PT. Telekomunikasi Indonesia, Tbk, Unit Community Development (Comdev) Kandatel Bandung, “Tesis”, Bandung, Institut Manajemen Telkom.
Bygrave, Wiliam D. (1994). Portable MBA in Entrepreneurship, New York, John Wiley & Sons, Inc.
Carrol Archie B. dan Ann K. Buchholtz (2003), Strategic Management: Ethics and Strategic Management, South-Western, Thomson Learning.
Covin, J. G. And Slevin, D. P (1989), A Conceptual Model of Entrepreneurship as Firm Behavior, Entrepreneurship: Theory and Practice, New York, McGraw-Hill Irwin.
Direksi Telkom (2003), Keputusan Direksi Nomor 51/KU200/PUK-00/2003 tentang Organisasi Pusat Pengelolaan Program Kemitraan dan Program Bina Lingkungan (Community Development Center), Bandung, Telkom Pusat.
------ (2003), Keputusan Direksi Nomor 61/PS150/CTG-10/2003 tentang Pembentukan Organisasi Pengelola Program Kemitraan dan Program Bina Lingkungan, Bandung, Telkom Pusat.
Drucker, F. Peter (1984), Innovation and Entrepreneurship, “Library Journal”, California, Perfect Bound.
Hisrich, Robert D. , Michael P. Peters, and Dean A. Shepherd (2002), Entrepreneurship International Edition, “Sixth Edition”, New York, McGraw-Hill Irwin,
Hotama, A. S. N. (2001), Interaksi Budaya pada Hubungan Disain Kerja dan Kemampuan Karyawan dengan Kepuasan Kerja Karyawan dalam Kelompok Usaha Perusahaan Manufaktur, “Disertasi tidak diterbitkan”, Malang, PPs Universitas Malang.
Jones, Oswald and Fiona Tiley (2003), Competitive Advantage in SME’s, Chichester, Wiley & Sons England,
Man, T. and Chan T. (2002), The Competitiveness of Small and Medium Enterprise: A Conceptualization with Focus on Entrepreneurial Competencies,”Journal of Business Venturing”.
Manajement Consulting Center dan Community Development Center Telkom, (2007), Survey Opini dan Performansi Program Kemitraan, Bandung, Telkom MCC.
164
------ (2008), Analisa Kapabilitas Provinsi dan Kompetensi Usaha Kecil, Bandung, Telkom MCC.
Menteri Badan Usaha Milik Negara (2003), Keputusan Menteri Badan Usaha Milik Negara Nomor KEP-236/MBU/2003 tentang Program Kemitraan dengan Usaha Kecil dan Program Bina Lingkungan, Jakarta, Kementrian BUMN.
Menteri Negara Sekretaris Negara (1995), Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 9 Tahun 1995 tentang Usaha Kecil, Jakarta, Menteri Negara Sekretaris Negara.
Menteri Perindustrian dan Perdagangan (1999), Surat Keputusan Menteri Perindustrian dan Perdagangan Nomor 598/MPP/KEP/10/1999, Jakarta, Menteri Perindustrian dan Perdagangan.
Muhidin, Ali Sambas dan Maman Abdulrahman (2007), Analisis Korelasi, Regresi dan Jalur dalam Penelitian, Bandung, Pustaka Setia Bandung.
Naffziger, Douglas (1995), Entrepreneurship: A Person-Based Theory Approach. Advances in Entrepreneurship, Firm Emerge and Growth, Volume 2, Amsterdam, Elsevier Ltd.
Nurhayati, Charissa (2001), Pengaruh Karakteristik Wirausaha terhadap Keberhasilan Usaha di Perusahaan Katering di Jakarta Selatan, “Tesis”, Bandung, Universitas Padjajaran.
Pemerintah Republik Indonesia, (1995), Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 9 Tahun 1995 tentang Usaha Kecil, Jakarta, Pemerintah Republik Indonesia.
------ (1998), Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 1998 tentang Pembinaan dan Pengembangan Usaha Kecil, Jakarta, Pemerintah Republik Indonesia.
Pratomo, T. S. dan Soejoedono, A.R. (2002), Ekonomi Skala Kecil Menengah dan Koperasi, Jakarta, Graha Indonesia.
Purwanto, M. S. Budi (2003), Identifikasi Faktor-Faktor yang Perlu Dikembangkan Sebagai Masukan dalam Perumusan Kebijakan Pengembangan Usaha Kecil (Studi Kasus di Usaha
165
Kecil Warung Makan di Bandung), “Tesis”, Bandung, Institut Manajemen Telkom.
Scarborough, M. Norman and Thomas W. Zimmerer (2002), Pengantar Kewirausahaan dan Manajemen Bisnis Kecil, Jakarta, Pearson Education Asia Pte Ltd & Prenhallindo.
------ (2006), Effective Small Business Management, New Jersey, Pearson Education, Inc.
Sekaran, Uma (1992), Research Methods for Business, A Skill Building Approach, “Second Edition”, John Wiley & Sons.
Smith, Norman R. And John B. Milner (1984), Type of Entrepreneur, Type of Firm, and Managerial Motivation: Implication for Organizational Life Cycle Theory, Strategic Management Journal Volume 4 Number 4, Durham University Business School.
Sultan, Sami Suhail (2007), The Competitive Advantage of Small and Medium Sized Enterprises, “Makalah”, Maastricht, Universitaire Pers Maastricht.
Taufik, M. (2004), Urgensi Klaster untuk Membangun Sinergi Sistem Bisnis UKM yang Kompetitif, Bandung, PIB Institut Teknologi Bandung.
Wahidmurni, M (2007), Manajemen Perubahan Bisnis dari Teori ke Data, Malang, UIN-Malang Pers.
Wibisono, D. (1999), Analisis Keterkaitan Variabel Kinerja dalam Perusahaan Manufaktur, “Makalah disajikan dalam Seminar Nasional dan Hasil-Hasil Penelitian Forum Komunikasi Penelitian Manajemen”, Semarang, Universitas Diponegoro.
Yadoah, Dodge (2008), The Concise Encyclopedia of Statistics, Verlag, Springer.