PENGARUH DISIPLIN KERJA DAN PENGEMBANGAN KARIR TERHADAP KINERJA KARYAWAN MELALUI KEPUASAN KERJA SEBAGAI VARIABEL INTERVENING (STUDI KASUS PADA PT. XYZ) Oleh : Andrew Horasy Rinaldy Sitanggang NIM: 014201405073 Skripsi ini diajukan kepada Fakultas Bisnis President University sebagai salah satu persyaratan untuk mencapai Gelar Sarjana pada Jurusan Manajemen April 2018
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
PENGARUH DISIPLIN KERJA DAN
PENGEMBANGAN KARIR TERHADAP KINERJA
KARYAWAN MELALUI KEPUASAN KERJA
SEBAGAI VARIABEL INTERVENING
(STUDI KASUS PADA PT. XYZ)
Oleh :
Andrew Horasy Rinaldy Sitanggang NIM: 014201405073
Skripsi ini diajukan kepada Fakultas Bisnis President University sebagai salah satu persyaratan untuk
mencapai Gelar Sarjana pada Jurusan Manajemen
April 2018
2
i
LEMBAR PERSETUJUAN DEWAN PENGUJI
Dewan penguji menyatakan bahwa skripsi yang berjudul
“PENGARUH DISIPLIN KERJA DAN PENGEMBANGAN
KARIR TERHADAP KINERJA KARYAWAN MELALUI
KEPUASAN KERJA SEBAGAI VARIABEL INTERVENING (
STUDI KASUS PADA PT. XYZ)” yang diajukan oleh Andrew
Horasy Rinaldy Sitanggang jurusan Manajemen dari Fakultas Bisnis
yang telah dimulai dan disetujui untuk lulus sidang pada 30 April
2018.
Liswandi, S.Pd., M.M., Ph.D
Ketua Dewan Penguji
Purwanto, ST., MM
Penguji II
Dr. Dedi Rianto Rahadi, MM
Penguji III
ii
LEMBAR PERNYATAAN ORISINALITAS
Saya menyatakan bahwa skripsi berjudul “Pengaruh Disiplin Kerja
dan Pengembangan Karir terhadap Kinerja Karyawan melalui
Kepuasan Kerja sebagai Variabel Intervening (Studi pada PT.
XYZ)” adalah hasil dari pengetahuan terbaik Saya dan belum pernah
diajukan ke Universitas lain maupun diterbitkan baik sebagian
maupun secara keseluruhan.
Cikarang, 30 April 2018
Andrew Horasy Rinaldy Sitanggang NIM: 014201405073
iii
ABSTRAK Keberhasilan disuatu perusahaan dapat dicapai dengan meningkatkan kinerja para karyawannya. Kinerja adalah hasil kerja secara kualitas dan kuantitas yang dapat dicapai oleh seorang karyawan dalam melaksanakan tugas sesuai dengan tanggung jawab yang diberikan kepada karyawan tersebut. Kedisiplinan merupakan fungsi operatif Manajemen Sumber Daya Manusia (MSDM) yang terpenting karena semakin baik disiplin karyawan, semakin tinggi juga prestasi kerja yang dapat dicapainya. Pengembangan karir karyawan didasari atas keinginan dan usaha sendiri melatih dan mengembangkan dirinya yang berhubungan dengan pekerjaan atau jabatannya. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh disiplin kerja, Pengembangan karir terhadap kinerja karyawan dengan kepuasan kerja sebagai variable interveining pada PT. XYZ. Yang menjadi responden pada penelitian ini adalah karyawan-karyawan pada bagian produksi PT. XYZ. Dengan melihat data absensi dan setelah wawancara dengan salah satu staf bagian Training Depvelopment semakin memperkuat alasan peneliti untuk menganalisis kinerja karyawan pada PT. XYZ. Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah karyawan bagian produksi sebanyak 235 orang. Jumlah responden yang diambil dalam penelitian ini adalah 150 orang. Pengumpulan data menggunakan metode penyebaran kuisioner. Berdasarkan hasil penelitian dan analisis jalur (path analysis) menggunakan SPSS V16 menunjukkan bahwa disiplin kerja terhadap kepuasan kerja adalah tidak berpengaruh signifikan. Pengaruh pengembangan karir terhadap kepuasan kerja adalah signifikan. Pengembangan karir terhadap kinerja karyawan adalah signifikan. Pengaruh disiplin kerja terhadap kinerja karyawan adalah signifikan. Pengaruh kepuasan kerja terhadap kinerja karyawan adalah signifikan. Saran bagi PT. XYZ yang menjadi objek penelitian ini khususnya perlu melakukan pengawasan terhadap kedisiplinan karyawan beberapa pengembangan karir dalam dalam meningkatkan kepuasan kerja dan kinarja karyawan.
Kata Kunci: Disiplin kerja, Pengembangan karir, Kepuasan kerja, Kinerja karyawan
iv
ABSTRACT The success of a company can be achieved by improving the performance of its employees. Performance is the result of work in quality and quantity that can be achieved by an employee in performing tasks in accordance with the responsibilities given to the employee. Discipline is an operative function Human Resources Management (HRM) is important because the better discipline of employees, the higher the achievement of work that can be achieved. Employee career development based on desire and self-effort train and develop him related to job or position. This study aims to analyze the influence of job discipline, career development on employee performance with job satisfaction as a variable interveining at PT. XYZ. The respondents in this study are the employees on the production of PT. XYZ. By looking at attendance data and after an interview with one of Depvelopment Training Department staffs further strengthens the reason of the researcher to analyze employee performance at PT. XYZ. The population used in this study is the production of 235 employees. The number of respondents taken in this study is 150 people. Data collection using questionnaire distribution method. Based on the results of research and path analysis using SPSS V16 shows that the job discipline on job satisfaction is not significant. The effect of career development on job satisfaction is significant. Career development on employee performance is significant. The effect of job discipline on employee performance is significant. The effect of job satisfaction on employee performance is significant. Suggestions for PT. XYZ is the object of this study in particular need to supervise the discipline of employees in some career development in improving job satisfaction and employee work.
Keywords: Job Discipline, Career Development, Employee Performance, Job Satisfaction
v
KATA PENGANTAR
Puji Syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan karunia-Nya kepada
penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Pengaruh
Disiplin Kerja dan Pengembangan Karir terhadap Kinerja Karyawan melalui
Kepuasan Kerja sebagai Variabel Intervening (Studi pada PT. XYZ)”. Skripsi ini
merupakan salah satu syarat bagi penulis untuk memperoleh gelar Sarjana pada
Fakultas Bisnis jurusan Manajemen di President University.
Dalam pelaksanaan penelitian dan penyusunan skripsi ini penulis banyak
mendapat bimbingan, arahan dan dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu,
pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Dr. H. Dedi Rianto Rahadi, MM., selaku dosen pembimbing yang telah
meluangkan waktu, tenaga dan pikiran dalam pelaksanaan bimbingan
selama ini, serta memberikan pengarahan dan dorongan dalam
penyusunan skripsi ini.
2. Dr. Dra Genoveva, MM , selaku Kepala Program Studi Management
President University.
3. Seluruh dosen dan staff President University yang telah membekali saya
dengan ilmu pengetahuan dan pembelajaran yang berharga selama
perkuliahan dan akan sangat bermanfaat untuk masa mendatang.
4. Kepada orang tua tercinta yang selalu memberikan dukungan, nasehat
serta doa kepada saya dalam menyelesaikan studi S1 di President
University, kepada Adik-adik tersayang yang selalu membantu dan
mendoakan saya.
5. Kepada Pimpinan PT. Bona Mesty Gemilang Drs. Washington Sitanggang
yang selalu menjadi mentor yang baik dalam membangun dan menggali
potensi diri.
6. Special Thanks for Lidya Sidabutar yang telah memotivasi, membantu,
mendoakan, dan selalu sabar menunggu dalam menyelesaikan penyusunan
Kompetensi Dasar : Kompetensi Fungsional : Kompetensi Managerial :1 Prinsip SMK 3 (Safety) 5 Bisa Mengoprasikan Mesin DHX 11 Pengetahuan Kode Tiket2 Prinsip SMM (ISO 9001) 6 Kwalitas kerja / Prosedur Kerja 123 Prinsip 5 R 7 Inisiatif 13 Bisa Mengoperasikan Mesin Westek4 Sikap Kerja Dasar 8 Kebersihan 14 Bisa Cleaning Mesin Westek
9 Memahami jenis & Style Ban 15 Penulisan Quarantine.10 Scan Tiket
Pengetahuan Kode karet
0%
25%
50%
75%
100%
Karyawan bersangkutan telah memahami konsep dasar tentang pengetahuan tersebut tetapi belum memiliki ketrampilan atau pengalaman praktisnya, sehingga masih perlu mendapatkan bimbingan atau pengawasan dari atasannya
Karyawan bersangkutan telah memahami konsep dasar tentang pengetahuan dan telah memiliki ketrampilan dalam mengimplementasikan pengetahuan tersebut, tetapi belum memiliki kemampuan untuk menyesuaikan dengan kondisi aktual di lapangan, sehingga masih perlu mendapatkan bimbingan atau pengawasan dari atasannya
Karyawan bersangkutan telah memiliki kompetensi dibidang tersebut dengan telah menguasai pengetahuan dan mampu dalam mengimplementasikannya di lapangan, tanpa ada bimbingan atau pengawasan dari atasannya.
Karyawan bersangkutan telah expert di bidang tersebut, mampu mengembangkan pengetahuannya dan mampu mengatasi situasi yang komplek di lapangan serta telah dapat menjadi pelatih atau traineer bagi karyawan lainnya.
Karyawan bersangkutan belum memahami mengenai konsep dasar tentang pengetahuan dan ketrampilan di bidang tersebut
7
1.2 Identifikasi Masalah
Dari latar belakang diatas, peneliti dapat mengidentifikasi masalah yang akan
dijadikan bahan penelitian sebagai berikut :
1. Kurangnya disiplin karyawan PT. XYZ.
2. Sistem karir di PT. XYZ belum berjalan dengan baik.
3. Kinerja karyawan PT. XYZ belum mencapai target yang telah ditentukan.
1.3 Rumusan Masalah
Sesuai dengan latar belakang yang telah sampaikan sebelumnya, maka rumusan
masalah pada penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Adakah pengaruh signifikan Disiplin Kerja terhadap Kepuasan Kerja di
PT. XYZ?
2. Adakah pengaruh signifikan Pengembangan Karir terhadap Kepuasan
Kerja di PT. XYZ?
3. Adakah pengaruh signifikan Pengembangan Karir terhadap Kinerja
Karyawan di PT. XYZ?
4. Adakah pengaruh signifikan Disiplin Kerja terhadap Kinerja Karyawan di
di PT. XYZ?
5. Adakah pengaruh signifikan Kepuasan Kerja terhadap Kinerja Karyawan
di di PT. XYZ?
1.4 Tujuan Penelitian
Tujuan yang hendak dicapai dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui pengaruh signifikan Disiplin Kerja terhadap Kepuasan
Kerja di PT. XYZ
2. Untuk mengetahi pengaruh Pengembangan Karir terhadap Kepuasan
Kerja di PT. XYZ
3. Untuk mengetahui pengaruh Pengembangan Karir terhadap Kinerja
Karyawan di PT. XYZ
8
4. Untuk mengetahui pengaruh Disiplin Kerja terhadap Kinerja Karyawan di
di PT. XYZ
5. Untuk mengetahui pengaruh Kepuasan Kerja terhadap Kinerja Karyawan
di PT. XYZ
1.5 Manfaat Penelitian
Berikut kegunaan yang diharapkan peneliti dari penelitian ini:
1. Bagi Peneliti
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat dan dikembangkan oleh
peneliti berikutnya dalam melakukan penelitian dan dijadikan sebagai bahan pustaka
atau pertimbangan kajian dalam penelitian berikutnya sehingga menghasilkan
kesempurnaan penelitian dan dapat memberikan ilmu pengetahuan pada lingkungan
sekitar.
2. Bagi Objek Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan evaluasi bagi PT. XYZ terutama
mengenai variabel yang dibahas dalam penelitian ini pada bagian produksi dan juga
dapat diterapkan dibagian lain sehingga meningkatkan kinerja karyawannya.
1.6 Keterbatasan Penelitian
Ada beberapa keterbatasan dalam penelitian ini, hal ini dapat dijadikan sebagai bahan
masukan bagi peneliti berikutnya agar memperoleh hasil yang lebih maksimal.
Antara lain sebagai berikut.
1. Pada saat penyebaran kuisioner, peneliti tidak mendampingi responden
pada saat pengisian kuisioner karena kuisioner dibagikan melalui perantara.
Sehingga ada kemungkinan beberapa responden kurang paham akan
maksud dari pernyataan-pernyataan pada lembar kuisioner dan
9
kemungkinan memberikan jawaban yang kurang sesuai dengan maskud dari
pertanyaan kuisioner tersebut.
2. Keterbatasan akan ruang lingkup penelitan, dimana penelitian ini dilakukan
hanya didalam PT. XYZ khususnya pada bagian poduksi.
10
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Disiplin Kerja
2.1.1 Pengertian Disiplin Kerja
Menurut Hasibuan (2001) kedisiplinan merupakan fungsi operatif Manajemen
Sumber Daya Manusia (MSDM) yang terpenting karena semakin baik disiplin
karyawan, semakin tinggi juga prestasi kerja yang dapat dicapainya. Tanpa disiplin
karyawan yang baik, sulit bagi organisasi perusahaan mencapai hasil yang
optimal. Menurut Mangkunegara (2011) disiplin kerja dapat diartikan sebagai
pelaksanaan manajemen untuk memperteguh pedoman-pedoman organisasi. disiplin
kerja juga suatu sikap taat, patuh, dan kesungguhan karyawan untuk melaksanakan
kewajiban dan tanggung jawab sesuai dengan peraturan dan ketentuan yang berlaku.
Rivai (2011) disiplin kerja adalah suatu alat yang dipergunakan para manajer untuk
berkomunikasi dengan karyawan agar mereka bersedia untuk mengubah suatu
perilaku serta sebagai suatu upaya untuk meningkatkan kesadaran dan kesediaan
seorang dalam memenuhi segala peraturan perusahaan. Disiplin kerja merupakan
salah satu faktor yang diperlukan perusahaan untuk mendorong gairah kerja dan
semangat kerja karyawan agar kinerja yang dihasilkan sesuai dengan yang
diharapkan.
Dalam penelitian Pangarso dan Susanti (2011) mengatakan bahwa setiap karyawan
harus memiliki disiplin kerja di dalam perusahaan, seperti mematuhi peraturan
tertulis maupun tidak tertulis yang telah ditetapkan oleh perusahaan karena hal
tersebut dapat memberikan dampak positif terhadap kinerja karyawan. Disiplin kerja
juga dapat menjadi alat peringatan untuk karyawan yang memiliki kinerja dibawah
standar agar dapat merubah perilakunya menjadi lebih bertanggung jawab kepada
pekerjaannya. Kediplinan biasanya dilihat dari karyawan datang dan menyelesaikan
pekerjaannya secara tepat waktu serta mematuhi aturan-aturan yang ditentukan oleh
11
perusahaan. Tanpa disiplin yang baik, tentunya sulit bagi perusahaan dalam
mencapai kinerja yang optimal.
2.1.2 Indikator Disiplin Kerja.
Menurut Hasibuan (2003) pada dasanya banyak indikator yang mempengaruhi
tingkat kedisiplinan karyawan suatu organisasi. Diantaranya sebagai berikut:
1. Tujuan dan Kemampuan
Tujuan dan kemampuan ikut mempengaruhi tingkat kedisplinan karyawan. Tujuan
yang akan dicapai harus jelas dan ditetapkan secara ideal serta cukup menantang bagi
kemampuan karyawan harus sesuai dengan kemampuan karyawan yang
bersangkutan, agar dua bekerja sungguh-sungguh dan disiplin dalam
mengerjakannya.
2. Teladan Kepemimpinan
Teladan Pimpinan sangat berperan dalam menentukan kedisplinan karyawan karena
pimpinan dijadikan teladan dan panutan oleh para bawahannya. Pimpinan harus
member contoh yang baik, berdisiplin baik, jujur, adil serta sesuai kata dengan
perbuatannya. Dengan teladan pimpinan yang baik, kedisiplinan akan baik. Jika
teladan pimpinan kurang baik, para bawahannya pun akan kurang disiplin.
3. Balas Jasa
Balas Jasa (gaji dan kesejahteraan) ikut memperngaruhi kedisplinan karyawan karena
balas jasa akan meberikan keputusan dan kecintaan karyawan terhadap
perusahaan/pekerjaan, jika kecintaan karyawan semakin baik terhadap pekerjaan,
kedisiplinan akan semakin baik pula.
4. Keadilan
Keadilan ikut mendorong terwujudnya kedisiplinan karyawan, karena ego dan sifat
manusia yang selalu merasa dirinya penting dan minta diperlakukan sama dengan
12
manusia lainnya. Keadilan yang dijadikan dasar kebijaksanaan dalam pemberian
balas jasa atau hukuman akan merangsang terciptanya kedisiplinan karyawan yang
baik.
5. Waskat
Waskat (pengawasan melekat) adalah tindakan nyata dan paling efektif dalam
mewujudkan kedisiplinan karyawan perusahaan. Dengan waskat berarti atasan harus
aktif dan langsung mengawasi prilaku, moral, sikap, gairah kerja, dan prestasi kerja
bawahannya. Hal ini berarti atasan harus selalu ada/hadir di tempat kerja agar dapat
mengawasi dan memberikan petunjuk, jika ada bawahannya yang mengalami
kesulitan dalam menyelesaikan pekerjaannya.
6. Sanksi atau Hukuman
Dengan sanksi hukuman yang semakin berat, karyawan akan semakin takut
melangfar peraturan-peraturan perusahaan, sikap, dan perilaku indisipliner karyawan
berkurang. Berat atau ringannya sanksi hukuman yang akan diterapkan ikut
mempengaruhi baik atau buruknya kedisiplinan karyawan. Sanksi hukuman harus
diterapkan berdasarkan pertimbangan logis, masuk akal, dan diinformasikan secara
jelas kepada semua karyawan. Itu tetap mendidik karyawan untuk menghubah
perilakunya. Sanksi hukuman hendaknya cukup wajar untuk setiap tingkatan yang
indisipliner, bersifat mendidik, dan menjadi alat motivasi untuk memelihara
kedisiplinan dalam perusahaan.
7. Ketegasan
Ketegasan pimpinan dalam melakukan tindakan akan mempengaruhi kedisplinan
karyawan perusahaan. Pimpinan harus berani tegas, bertindak untuk menghukum
setiap karyawan yang indisipliner sesuai dengan sanksi hukuman yang telah
ditetapkan. Pimpinan yang berani bertindak tegas menerapkan hukuman yang
indisipliner akan disegani dan diakuo kepemimpinannya oleh bawahannya. Dengan
demikian, pimpinan akan dapat memelihara kedisiplinan karyawan perusahaan.
13
Sebaliknya apabila seorang pimpinan kurang tegas atau tidak menghukum
indisipliner, sulit baginya untuk memelihara kedisiplinan bawahannya, bahkan sikap
indisipilner karyawan semakin banyak karena mereka beranggapan bahwa pertauran
dan sanksi hukumannya tidak berlaku lagi.
8. Hubungan Kemanusiaan
Hubungan Kemanusiaan yang harmonis diantara sesame karyawan ikut menciptakan
kedisiplinan yang baik pada suatu perusahaan. Hubungan yang bersifat vertical
maupun horizontal yang terdiri dari direct single relationship, direct group
relationship, and cross relationship hendaknya harmonis.
2.1.3 Faktor – faktor yang mempengaruhi Disiplin Kerja.
Menurut Wahyudi (2002) banyak faktor yang dapat mempengaruhi tegak tidaknya
suatu disiplin organisasi atau perusahaan. Faktor-faktor tersebut antara lain:
1. Besar kecilnya pemberian kompensasi.
Besar kecilnya kompensasi dapat mempengaruhi tegaknya disiplin. Para karyawan
akan dapat memenuigi segala peraturan yang berlaku bila ia merasa mendapat
jaminan balasan jasa yang setimpal dengan jerih payahnya yang telah
diseumbangkan bagi perusahaan. Akan tetapi bila ia merasa kompensasi yang
diterimanya jauh dari memadai, maka ia akan berfikir mendua dan berusaha mencari
tambahan dari luar sehingga menyebabkan ia sering mangkir, serta meminta izin
keluar sebagainya.
2. Ada tidaknya keteladanan pemimpin.
Keteladanan pemimpin maksudnya bahawa dalam lingkungan perusahaan, semua
karyawan akan selalu memperlihatkan bagaimana pimpinan dapat mencegah disiplin
dirinya dari ucapannya, perbuatan dan sikap yang dapat merugikan aturan disiplin
yang sudah diterapkan, peranan keteladanan pimpinan amat besar dalam perusahaan,
karena pimpinan dalam suatu organisasi atau perusahaan menjadi perebutan para
14
karyawan. Oleh sebab itu, bila seseorang pimpinan menginginkan tegaknya disiplin
pada perusahaan, maka ia harus lebih dulu mempratekannya dan mempelopori, agar
dapat diikuti oleh karyawan orang lain.
3. Ada tidaknya aturan pasti untuk dijadikan pegangan.
Pembinaan disiplin tidak akan dapat dilaksanakan dlaam perusahaan, bila tidak ada
peraturan tertulis yang pasti yang dijadikan pegangan bersama. Pada karyawan mau
melakukan disiplin bila ada aturan yang jelas dan dinformasikan kepada mereka.
Oleh sebab itu perusahaan akan dapat ditegakkan dalam perusahaan, bila ada
pertauran tertulis yang telah disepakati.
4. Keberanian pimpinan mengambil tindakan.
Suatu disiplin akan dapat diteggakan bila disamping aturan yang tertulis yang jadi
pegangan bersama, juga perlu bila sanksi. Bila ada seseorang karyawan yang
melanggar disiplin, maka perlu ada keberanian pimpinan untuk mengambil tindakan
yang sesuai dengan tingkat pelanggaran yang dibuatnya. Dengan adanya tindakan
yang sesuai dengan sansksi yang ada, maka semua karyawan akan merasa
terlindungi, dan dalam hatinya berjanji tidak akan berbuat hal serupa.
5. Ada tidaknya pengawasan pimpinan.
Dalam setiap kegiatan yang dilakukan oleh perusahaan perlu ada pengawasan yang
mengarahkan para karyawan agar dapat melaksanakan pekerjaan dengan tepat dan
sesuai dengan yang telah ditetapkan. Adanya pengawasan, maka karyawan akan
terbiasa disiplin kerja. Mungkin untuk sebagian karyawan yang sudah menyadari arti
disiplin, pengawasan seperti ini tidak perlu, tetapi bagi karyawan lainnya, teganya
disiplin masih perlu agak dipaksakan, agar mereka tidak berbuat semaunya di
perusahaan.
15
6. Ada tidaknya perhatian kepada karyawan.
Pimpinan yang berhasil mamberi perhatian yang besar kepada karyawannya akan
dapat menciptakan disiplin kerja yang baik. Karena ia bukan hanya dekat dalam arti
jarak fisik, tetapi juga mempunyai jarak dalam arti jarak batin. Pimpinan demikian
akan selalu dihaormati dan dihargai oelah para karyawannya. Sehingga akan
berpengaruh besar kepada prestasi, semangat keja dan moral.
2.1.4 Bentuk bentuk Disiplin Kerja
Menurut Mangkunegara (2011) Ada dua bentuk disiplin kerja, yaitu disiplin
preventif, dan korektif.
1. Disiplin Preventif
Disiplin Preventif adalah upaya untuk menggerakkan karyawan mengikuti dan
mematuhi pedoman kerja, aturan-aturan yang telah digariskan oleh perusahaan.
Tujuan dasarnya adalah untuk menggerakan karyawan berdisiplin diri. Dengan cara
preventif, karyawan dapat memelihara dirinya terhadap peraturan-peraturan
perusahaan. Pemimpin perusahaan mempunyai tanggung jawab dalam membangun
iklim organisasi dengan disiplin preventif. Begitu pula karyawan harus dan wajib
mengetahui, memahami semua pedoman kerja serta peraturan-peraturan yang ada
dalam organisasi. Disiplin preventif merupakan suatu sistem yang berhubungan
dengan kebetuhan kerja untuk semua bagian sistem yang ada dalam organisasi. Jika
sistem organisasi baik, maka diharapkan akan lebih mudah menegakkan disiplin
kerja.
2. Disiplin Preventif
Disiplin korektif adalah suatu upaya menggerakkan karyawan dalam menyatukan
suatu peraturan dan mengarahkan untuk tetap mematuhi peraturan sesuai dengan
pedoman yang berlaku pada perusahaan. Pada disiplin korektif, karyawan yang
melanggar disiplin perlu diberikan sanski sesuai dengan pertaruran yang berlaku.
16
Tujuan pemberian sanksi adalah untuk memperbaiki karyawan pelanggar,
memelihara peraturan yang berlaku, dan memberikan pelajaran kepada pelanggar.
2.1.5 Tujuan dan manfaat Disiplin Kerja.
Menurut Simamora dalam Sinambela (2012) tujuan utama tindakan pendisiplinan
adalah memastikan bahwa perilaku-perilaku karyawan konsisten dengan aturan-
aturan yang ditetapkan oleh organisasi. Berbagai aturan yang disusun oleh organisasi
adalah tuntunan untuk mencapai tujuan organisasi yang ditetapkan. Pada saat suatu
aturan dilanggar, efektivitas organisasi berkurang sampai pada tingkat tertentu,
tergantung pada kerasnya pelanggaran. Tujuan berikutnya adalah menciptakan atau
mempertahankan rasa hormat dan saling percaya diantara atasan dan bawahannya.
Disiplin yang diberlakukan secara tidak tepat dapat menciptakan masalah-masalah
seperti moral kerja yang rendah, kemarahan, dan kemauan buruk di antara pengawas
dan bawahan-bawahannya. Dalam kondisi seperti ini semua perbaikan dan perilaku
karyawan hanya akan berlangsung singkat, dan pengawas harus mendisiplinkan
kembali karyawan dalam jangka waktu yang tidak terlalu lama. Pelaksanaan tindakan
disiplin yang benar tidak hanya memperbaiki perilaku karyawan, akan tetapi juga
akan meminimalkan masalah-masalah pendisiplinan di masa yang akan datang
melalui hubungan yang positif di antara bawahan dan atasan. Tindakan pendisiplinan
juga dapat membantu karyawan supaya menjadi lebih produktif, dengan demikian
dapat menguntungkannya dalam jangka waktu panjang. Tindakan pendisiplinan yang
tepat dapat mendorong karyawan untuk meningkatkan kinerja yang pada akhirnya
akan menghasilkan pencapaian individu.
2.2 Pengembangan Karir. 2.2.1 Pengertian Pengembangan Karir.
Sunyoto (2012) perencanaan karir adalah proses yang dilalui oleh individu karyawan
untuk mengindetifikasi dan mengambil langkah-langkah untuk mencapai tujuan
karirnya. Dengan demikian seorang karyawan perlu mengambil langkah-langkah
17
tertentu guna mewujudkan rencana tersebut. Berbagai langkah yang perlu ditempuh
itu dapat diambil atas prakarsa pekerja sendiri, tetapi dapat pula berupa kegiatan yang
disponsori oleh organisasi, atau gabungan dari keduanya. Hal ini merupakan salah
satu prinsip pengembangan karir yang sangat fundamental sifatnya.
Sedangkan menurut Handoko (2001) dalam pengertian karir ada tiga: 1). Karir
sebagai suatu urutan promosi atau pemindahan (transfer) lateral ke jabatan – jabatan
yang lebih menuntut tanggung jawab atau lokasi-lokasi yang lebih baik dalam atau
menyilang hierarki hubungan kerja selama kehidupan kerjaa seseorang.
2). Karir sebagai penunjuk pekerjaan-pekerjaan yang membentuk suatu pola
kemajuan sistematik yang jelas karirnya.
3). Karir sebagai sejarah pekerjaan seseorang atau serangkaian posisi yang
dipegangnya selama kehidupan kerja.
Cascio dalam Marwansyah (2012) berpendapat bahwa kata karir dapat dipandang
dari dua perspektif yang berbeda, antara lain dari perspektif yang obyektif dan
subyektif. Dipandang dari perspektif yang obyektif, karir merupakan urut-urutan
posisi yang diduduki oleh seseorang selama hidupnya, sedangkan dari perspektif
yang subyektif, karir merupakan perubahan-perubahan nilai, sikap, dan motivasi
yang terjadi karena seseorang menjadi semakin tua. Kedua perspektif tersebut
terfokus pada individu dan menganggap bahwa setiap individu memiliki beberapa
tingkatan pengendalian terhadap nasibnya sendiri sehingga individu tersebut dapat
memanipulasi peluang untuk memaksimalkan keberhasilan dan kepuasan yang
berasal dari karirnya.
Menurut Marwansyah (2012) pengembangan karir adalah kegiatan-kegiatan
pengembangan diri yang ditempuh oleh seseorang untuk mewujudkan rencana karir
pribadinya. Sedangkan menurut Sunyoto (2012), pengembangan karir adalah
peningkatan-peningkatan pribadi yang dilakukan seseorang untuk mencapai suatu
rencana karir. Sedangkan Henry Simamora dalam Sunyoto (2012) manajemen karir
18
adalah proses bekelanjutan dari penyiapan, penerapan dan pemantauan rencana karir
yang dilakukan oleh individu itu sendiri atau seiring dengan sistem karir organisasi.
Berdasarkan pendapat-pendapat di atas dapat dikatakan bahwa karir adalah
merupakan serangkaian perubahan sikap, nilai dan perilaku serta motivasi yang
terjadi pada setiap individu selama rentang waktu kehidupannya untuk menemukan
secara jelas keahlian, tujuan karir dan kebutuhan untuk pengembangan,
merencanakan tujuan karir, dan secara terus mengevaluasi, merevisi dan
meningkatkan rancangannya. Karir juga merupakan proses interaksi dalam kerja
sama antara organisasi/perusahaan atau manajemen, dengan individu itu sendiri.
2.2.2 Faktor-faktor yang mempengaruhi Pengembangan Karir.
Menurut Rivai (2013) faktor- faktor yang mempengaruhi pengembangan karir adalah
sebagai berikut:
1. Prestasi kerja
Prestasi kerja (Job Performance) merupakan komponen yang paling penting untuk
pengembangan karir yang paling penting untuk meningkatkan dan mengembangkan
karir seorang karyawan. Kemajuan karir sebagian besar tergantung atas prestasi kerja
yang baik dan etis. Dengan mengetahui hasil atas kinerjanya maka karyawan dapat
mengukur kesempatannya terhadap pengembangan karir. Asumsi terhadap kinerja
yang baik akan melandasi seluruh aktivitas pengembangan karir. Ketika kinerja di
bawah standar maka dengan mengabaikan upaya-upaya ke arah pengembangan karir
pun biasanya tujuan karir yangpaling sederhana pun tidak dapat dicapai. Kemajuan
karir umumnya terletak pada kinerja dan prestasi
2. Eksposur
Manajer atau atasan memperoleh pengenalan ini terutama melalui kinerja, dan
prestasi karyawan, laporan tertulis, presentasi lisan, pekerjaan komite dan jam-jam
yang dihabiskan.
19
3. Jaringan kerja
Jaringan kerja berarti perolehan eksposure di luar perusahaan. Mencakup kontak
pribadi dan professional. Jaringan tersebut akan sangat bermanfaat bagi karyawan
terutama dalam pengembangan karirnya.
4. Kesetiaan terhadap organisasi
Level loyalitas yang rendah merupakan hal yang umum terjadi di kalangan lulusan
perguruan tinggi terkini yang disebabkan ekspektasi terlalu tinggi pada perusahaan
tempatnya bekerja pertama kali sehingga seringkali menimbulkan kekecewaan. Hal
yang sama juga terjadi pada kelompok profesional dimana loyalitas pertamannya
diperuntukkan bagi profesi. Untuk mengatasi hal ini sekaligus mengurangi tingkat
keluarnya karyawan (turn over) biasanya perusahaan “membeli” loyalitas karyawan
dengan gaji, tunjangan yang tinggi, melakukan praktek-praktek SDM yang efektif
seperti perencanaan dan pengembangan karir.
5. Pembimbing dan sponsor
Adanya pembimbing dan sponsor akan membantu karyawan dalam mengembangkan
karirnya. Pembimbing akan memberikan nasehat- nasehat atau saran-saran kepada
karyawan dalam upaya pengembangan karirnya, pembimbing berasal dari
internalperusahaan. Mentor adalah seseorang di dalam perusahaan yang menciptakan
kesempatan untuk pengembangan karirnya.
Peluang untuk tumbuh Karyawan hendaknya diberikan kesempatan untuk
meningkatkan kemampuannya, misalnya melalui pelatihan-pelatihan, kursus, dan
melanjutkan pendidikannya. Hal ini akan memberikan karyawan kesempatan untuk
tumbuh dan berkembang sesuai dengan rencana karirnya.
20
2.2.3 Tujuan Pengembangan karir
Tujuan pengembangan karir yang dikemukakan oleh Andrew J. Dubrin dalam
Mangkunegara (2011) adalah sebagai berikut:
1. Membantu dalam pencapaian tujuan individu dan perusahaan Pengembangan
karir membantu pencapaian tujuan perusahaan dan tujuan individu.
2. Menunjukan hubungan kesejahteraan karyawan Perusahaan merencanakan
karir karyawan dengan meningkatkan kesejahteraan pegawaai agar karyawan
lebih tinggi loyalitasnya.
3. Membantu karyawan menyadari kemampuan potensi mereka Pengembangan
karir membantu menyadarkan karyawananya akan kemampuannya untuk
menduduki suatu jabatan tertentu sesuai dengan potensi dan keahlianya.
4. Memperkuat hubungan antara karyawan dan perusahaann Pengembangan
karir akan memperkuat hubyungan dan sikap karyawannya terhadap
perusahaannya.
5. Membuktikan tanggung jawab sosial Pengembangan karir suatu cara
menciptakan iklim-iklim kerja yang positif dan karyawan-karyawan menjadi
lebihg bermental sehat.
6. Membantu memperkuat pelaksanaan program-program perusahaan
Pengembangan karir membantu progrsm-progrsm perusahaan lainnya agar
tujuan perusahaan tercapai.
7. Mengurangi turnover dan biaya kekaryawanan Pengembangan karir dapat
menjadikan turnover rendah dan begitu pula biaya kekaryawanan menjadi
lebih efektif.
8. Mengurangi keusangan profesi dan manajerial Pengembangan karir dapat
menghindarkan dari keusangan dan kebosanan profesi dan manajerial.
9. Menggiatkan suatu pemikiran jkarak waktu yang panjang Pengembangan
karir berhubungan dengan jarak waktu yang panjang. Hal ini karena
21
penempatan suatu posisi jabatan memerlukan persyaratan dan kualifikasi
yang sesuai dengan porsinya.
Gambar 2.1
Hubungan perencanaan, Manajemen dan Pengembangan Karir
Sumber: Henry Simamora dalam Sunyoto (2012)
Gambar 2.1 menjelaskan bahwa pengembangan karir organisasional merupakan
hasil-hasil yang muncul dari interaksi antara perencanaan karir individu dengan
manajemen karir secara institusional. Pengembangan karir karyawan bukan
merupakan tanggung jawab karyawan saja tetapi merupakan bagian dari tanggung
jawab organisasi dimana karyawan itu bekerja. Untuk melakukan pengembangan
karir karyawan di sebuah instansi selain membuat perencaanaan karir karyawan,
manajemen karir juga harus di perhatikan oleh organisasi dimana karyawan tersebut
bekerja.
Rachmawati (2008) mengemukakan bahwa keterlibatan suatu organisasi dalam
pengembangan karir karyawan adalah suatu organisasi adalah suatu keharusan.
Dukungan tersebut dapat berupa:
1. Pendidikan Karir Karyawan harus menyadari dan memahami bahwa
pendidikan merupakan hal yang penting yang dapat memacu karir. Bentuk
pendidikan dapat berupa seminar, workshop, lokakarya, pelatihan, dan lain
sebagainya
22
2. Data Informasi Tentang Jenjang Karir Pada Organisasi Data informasi yang
digunakan seperti uraian jabatan, persyaratan jabatan dan standar kerja
sehingga karyawan dapat merumuskan rencana karir yang dijalankan melalui
jalur karir dalam organisasi.
Bimbingan Karir Upaya bimbingan karir menentukan karir yang paling tepat bagi
karyawan melalui penyadaran minat dan kemampuan untuk memilih jalur karir yang
tepat.
2.2.4 Unsur – unsur Pengembangan Karir.
Edwin B. Flippo menyebutkan adanya 3 (tiga) unsur yang harus diperhatikan dalam
langkah penyusunan program pengembangan karir, seperti yang dikutip oleh
Wahyudi (2002) yaitu:
1. Menaksir kebutuhan karir (Career need assessment) Karir bagi seseorang
merupakan suatu unsur yang sangat penting dan bersifat sangat pribadi dalam
kehidupannya. Dalam penyusunan program pengembangan karir, menaksir
kebutuhan karir secara individual ini merupakan unsur pertama yang
dikatakan lebih dahulu, karena justru unsur inilah sebenarnya yang akan
sangat berpengaruh terhadap terwujudnya sasaran utama dari program
pengembangan karir, yaitu memelihara sumber daya manusia yang ada agar
tetap memiliki kemauan kerja dalam organisasi dengan intensitas yang cukup
tinggi.
2. Kesempatan karir (Career opportunities) Setelah tenaga kerja didorong untuk
menentukan kebutuhan karirnya, maka sudah sewajarnya apabila diikuti
dengan tanggung jawab untuk menggambarkan kesempatan karir yang ada
didalam organisasi yang bersangkutan. Dengan informasi tentang kesempatan
karir yang ada dalam organisasi, maka setiap tenaga kerja dan calon tenaga
kerja mengetahui dengan jelas berbagai kemungkinan jabatan yang dapat
didudukinya.
23
Apabila kedua unsur terdahulu, yaitu kebutuhan karir dari tenaga kerja dan
kesempatan karir yang tersedia telah dapat ditetapkan, maka yang harus dilakukan
adalah mengadakan penyesuaian diantara kedua kepentingan tersebut. Dalam
pelaksanaannya, penyesuaian tersebut dapat dilakukan dengan bantuan program
mutasi tenaga kerja atau program pelatihan dan pembangunan tenaga kerja.
2.2.5 Indikator Pengembangan Karir
Indikator pengembangan karir menurut Sihotang (2007) adalah:
1. Kebijakan organisasi
Merupakan yang paling dominan dalam mempengaruhi pengembangan karir
seseorang karyawan dalam perusahaan. Kebijakan perusahaan merupakan
penentu ada tidaknya pengembangan karir dalam perusahaan.
2. Prestasi kerja
Prestasi kerja merupakan bagian penting dari pengembangan karir seorang
karyawan. Karyawan yang mempunyai prestasi kerja baik dalam perusahaan
biasanya mendapatkan promosi jabatan, karena prestasi kerja merupakan
salah satu acuan bagi organisasi dalam melakukan pengembangan karir.
3. Latar belakang pendidikan
Latar belakang pendidikan merupakan salah satu bahan acuan bagi
perusahaan untuk meningkatkan karir seorang karyawan, semakin tinggi latar
belakang pendidikan seorang karyawan maka semakin besar pula harapan
peningkatan karirnya, juga sebaliknya semakin rendah tingkat pendidikan
seorang karyawan maka biasanya akan susah mendapatkan pengembangan
karirnya.
4. Pelatihan
Pelatihan merupakan fasilitas yang diperoleh karyawan dari perusahaan untuk
dapat membantu peningkatan kualitas kerja dan karir dimasa mendatang.
24
5. Pengalaman kerja
Pengalaman kerja merupakan bagian penting dari pengembangan karir yang
berguna untuk dapat memberikan kontribusi di berbagai posisi pekerjaan.
6. Kesetiaan pada organisasi.
Kesetiaan pada organisasi merupakan tingkat kesetiaan atau loyalitas seorang
karyawan pada perusahaan, semakin lama karyawan bekerja pada perusahaan
loyalitasnya tinggi. Loyalitas atau kesetiaan juga berguna untuk mengurangi
Turn Over karyawan.
7. Keluwesan bergaul dan hubungan antar manusia
Merupakan kebutuhan seseorang untuk dihormati dan diakui keberadaannya
baik oleh lingkungan internal maupun eksternal perusahaan.
2.2.6 Hal-hal yang mempengaruhi Pengembangan Karir
Rivai (2013) mengemukakan bahwa perlu dilakukan pendekatan diagnostik,
pengembangan karier berkaitan erat dengan dua faktor yaitu pengaruh lingkungan
eksternal dan Pengaruh lingkungan internal. Pengaruh lingkungan eksternal antara
lain Peraturan perundang-undangan dan persyaratan yang dikeluarkan oleh
pemerintah,tingkat kompetisi, lokasi Organisasi. Adapun pengaruh lingkungan
internal antara lain tujuan organisasi, budaya organisasi, sifat pekerjaan, gaya
kepemimpinan dan pengalaman.
2.2.7 Manfaat Pengembangan Karir
Menurut Harsono (2011) Mamfaat pengembangan karir adalah sebagai berikut:
a. Bagi karyawan :
1. Meningkatkan kualitas karyawan juga memperbaiki kinerjanya karena
menyadari kemampuan, kekuatan dan kelemahan.
2. Menyadarkan karyawan akan kebutuhan, nilai serta tujuan yang diinginkan
dalam organisasinya.
3. Melalui pola karir yang jelas karyawan berpeluang mewujudkan karir sesuai
dengan kemampuannya.
25
4. Karir akan meningkatkan harga diri, kebanggaan, penghasilan dan
kontribusinya terhadap organisasi.
5. Menumbuhkan produktifitas dan kepuasan karyawan.
6. Mengarahkan pada karir yang diinginkan dimasa yang akan datang.
b. Bagi Organisasi
1. Memungkinkan pengembangan dan penempatan karyawan dalam jabatan
yang sesuai dengan minatnya.
2. Melalui perencanaan karir yang sistematis diketahui kualitas dan
pemamfaatan karyawan secara maksimal.
3. Pola karir dan manajer kekaryawanan menetapkan peserta diklat maupun
kaderisasi.
4. Menumbuhkan persaingan sehat melalui unjuk kinerja serta meningkatkan
produktivitas kerja karyawan.
5. Mempertahankan dan memotivasi karyawan agar tetap berprestasi.
6. Menjamin ketersedian kader yang berkualitas dalam organisasi.
7. Meningkatkan citra dan daya saing organisasi.
2.3 Kepuasan Kerja 2.3.1. Pengertian Kepusan Kerja
Menurut Robbins (2006) dalam Riyanto (2016) kepuasan kerja adalah sikap umum
terhadap pekerjaan seseorang, yang menunjukkan perbedaan antara jumlah
penghargaan yang diterima pekerja dan jumlah yang mereka yakini seharusnya
mereka terima.
Robbins (2003) dalam Riyanto (2016) menyatakan Kepuasan kerja adalah merujuk
ke sikap umum seseorang individu terhadap pekerjaannya seseorang dengan tingkat
kepuasan kerja yang tinggi menunjukkan sikap positif terhadap kerja, sedangkan
seseorang yang tidak puas dengan pekerjaannya menunjukkan sikap yang negatif
terhadap pekerjaan itu sendiri. Menurut Hasibuan (2006) Kepuasan kerja adalah
26
sikap emosional yang menyenangkan dan mencintai pekerjaannya. Sikap ini
dicerminkan oleh moral kerja, kedisiplinan dan kinerja.
Menurut Zainun (2001) Kepuasan Kerja adalah cara seseorang karyawan merasakan
pekerjaannya yang umumnya diwujudkan dalam sikap terhadap pekerjaannya,
berdasarkan evaluasi dari aspek yang berada terhadap pekerjaan. Sikap tersebut
merupakan pencerminan pengalaman yang memberikan kesenangan serta
ketidaksenangan dan pekerjaannya serta harapan akan pengalaman dimasa
mendatang.
Lund (2003) dalam Rahardjo (2017) menunjukkan bahwa kepuasan kerja yang
digambarkan pada kepuasan gaji, promosi, supervisi dan kerja sama antar pekerja
sangat besar pengaruhnya dalam meningkatkan kinerjanya, namun hal tersebut
sangat dipengaruhi budaya kerja yang kondusif pekerja terhadap organisasi.
Dari beberapa teori di atas dapat disimpulkan bahwa kepuasan kerja merupakan
perasaan yang menyenangkan dan tidak menyenangkan bagi karyawan, yang secara
langsung maupun tidak langsung dapat berpengaruh pada tingkat emosional dan
tingkah laku karayawan dalam melaksanakan pekerjaannya yang terlihat pada
kinerja, disiplin dan moral kerja. Kepuasan kerja dalam pekerjaan adalah kepuasan
kerja yang dinikmati dalam pekerjaan dengan memperoleh pujian hasil kerja,
penempatan, perlakuan, peralatan dan suasana lingkungan kerja yang baik. Karyawan
yang lebih suka menikmati kepuasan kerja dalam pekerjaan ini akan lebih
mengutamakan pekerjaanya dari balas jasa, walaupun balas jasa itu penting. Adanya
kepuasan kerja tentunya mempengaruhi beberapa aspek yang melingkupi pada
karyawan itu sendiri.
2.3.2. Faktor – faktor yang mempengaruhi Kepuasan Kerja.
Chiselli dan Brown dalam Anoraga (2009) faktor-faktor yang dapat menimbulkan
kepuasan kerja, yaitu: kedudukan, pangkat jabatan, masalah umur, jaminan finansial
dan jaminan sosial serta mutu pengawasan. Ardana, dkk (2012) mengemukakan
27
Pemahaman tentang kepuasan kerja dapat terwujud apabila analisis tentang kepuasan
kerja dikaitkan dengan prestasi kerja, kemangkiran, keinginan pindah, usia, tingkat
jabatan dan besar kecilnya organisasi.
Sedangkan menurut Fathoni (2009) faktor-faktor yang mempengaruhi kepuasan kerja
karyawan adalah sebagai berikut: Balas jasa yang adil dan layak, Penempatan yang
sesuai dengan keahlian, Berat ringannya pekerjaan, Suasana dan lingkungan
pekerjaan, Peralatan yang menunjang pelaksanaan pekerjaan, Sikap pemimpin dalam
kepemimpinannya, Sikap pekerjaan yang monoton atau tidak.
2.3.3. Indikator Kepuasan Kerja
Menurut Hasibuan (2006) indikator kepuasan kerja adalah :
3 Gaji dapat meningkatkan semangat kerja 0,053 0,807 0,120 0,020 0,000
Kepemimpinan
Tingkat gaji
64
Sumber: Data diolah (2018)
1 Atasan memberikan penghargaanterhadap keberhasilan saya
0,060 0,793 0,127 0,020 0,000
2 Employee gathering dilaksanakandilaksanakan sekali dalam setahun
0,047 0,820 0,113 0,020 0,000
3 Fasilitas tempat istirahat yang diberikancukup nyaman
0,033 0,820 0,100 0,047 0,000
1 Lingkungan kerja saya nyaman danbersih
0,040 0,820 0,093 0,047 0,000
2 Rekan kerja dan atasan bersikap ramahterhadap saya
0,047 0,840 0,080 0,033 0,000
3 Perusahaan memiliki peralatan yangbagus untuk mendukung hasil kerja
0,020 0,873 0,067 0,040 0,000
Lingkungan kerja
Kompensasi tidak langsung
65
Tabel 4.8
Rekapitulasi Jawaban Responden Variabel Pengembangan Karir
SS S N TS STS
1 Ada kejelasan dalam tujuan karir. 0,033 0,840 0,113 0,013 0,000
2 Posisi bekerja sudah sesuai dengan pendidikan.
0,033 0,860 0,107 0,000 0,000
3Karyawan diberikan kesempatan untuk seleksi karyawan internal dalam posisi yang dibutuhkan.
0,053 0,827 0,100 0,020 0,000
1 Penilaian dilakukan perusahaan dalam pengembangan karir karyawan
0,033 0,860 0,087 0,020 0,000
2Perusahaan memberikan penghargaan untuk karyawan yang memiliki kinerja yang baik.
0,047 0,827 0,107 0,020 0,000
3Prestasi kerja yang dimiliki karyawan dapat menigkatkan jenjang karir di perusahaan
0,040 0,827 0,113 0,020 0,000
1 Tingginya pendidikan mempengaruhi penentuan jabatan.
0,040 0,847 0,087 0,027 0,000
2 Tingginya pendidikan mempengaruhi gaji. 0,047 0,840 0,080 0,033 0,000
3 Posisi bekerja sudah sesuai dengan pendidikan
0,033 0,867 0,073 0,027 0,000
NO PERNYATAANPresentase Jawaban Responden
Kebijakan organisasi
Prestasi kerja
Latar Belakang Pendidikan
66
1Karyawan diberikan kesempatan untuk seleksi karyawan internal dalam posisi yang dibutuhkan
0,027 0,860 0,093 0,020 0,000
2Prestasi kerja yang dimiliki karyawan dapat meningkatkan jenjang karir di perusahaan
0,027 0,847 0,120 0,007 0,000
3 Karyawan mengikuti pelatihan yang di adakan perusahaan.
0,033 0,860 0,087 0,020 0,000
1waktu atau masa kerja yang telah saya tempuh membuat saya dapat memahami tugas suatu pekerjaan dengan baik
0,033 0,840 0,127 0,000 0,000
2 Pengalaman kerja yang saya miliki dapat meningkatkan jenjang karir diperusahaan
0,020 0,847 0,133 0,000 0,000
3Pengalaman kerja yang Saya miliki, membantu mengurangi kesalahankesalahan yang Saya lakukan
0,053 0,800 0,147 0,000 0,000
1 Karyawan tidak berniat pindah kerja ke tempat lain.
0,033 0,827 0,127 0,013 0,000
2 Sebagai karyawan saya mempunyai rasa memiliki perusahaan ini.
0,040 0,880 0,067 0,013 0,000
3 Saya merasa terikat secara emosional dengan perusahaan tempat saya bekerja
0,033 0,880 0,067 0,020 0,000
1Saya memiliki kerja sama yang baik dalam perusahaan baik kepada teman, atasan
0,087 0,813 0,087 0,013 0,000
2 Atasan sering mengajak karyawan dalam merumuskan pemecahan masalah
0,100 0,787 0,100 0,013 0,000
3 Saran dan kritik dari rekan kerja membuat saya bekerja lebih baik
0,060 0,853 0,080 0,007 0,000
Keluwesan bergaul dan hubungan antar manusia
Kesetiaan pada organisasi
Pelatihan
Pengalaman kerja
67
Tabel 4.9
Rekapitulasi Jawaban Responden Variabel Disiplin kerja
SS S N TS STS
1Pekerjaan saya sesuai rencana dan jadwal 0,027 0,940 0,033 0,000 0,000
2Saya mengerti target, sasaran perusahaan dengan baik 0,020 0,920 0,067 0,000 0,000
3Saya selalu bertanggug jawab terhadap tugas yang diberikan 0,040 0,913 0,040 0,007 0,000
1Pimpinan saya sudah menjadi teladan yang baik 0,073 0,813 0,093 0,020 0,000
2Pimpinan saya mempunyai kedisiplinan yang baik 0,073 0,820 0,087 0,020 0,000
3Pemimpin bersikap adil dalam menegakkan kepemimpinan 0,087 0,780 0,120 0,013 0,000
1Upah yang saya dapatkan sudah sesuai dengan kerja saya 0,073 0,807 0,093 0,027 0,000
2Saya menerima tunjangan sesuai dengan aturan yang berlaku 0,060 0,853 0,067 0,020 0,000
3 Saya menerima upah tepat waktu 0,113 0,820 0,067 0,000 0,000
1 Saya merasa jadwal kerja saya adil 0,073 0,833 0,080 0,013 0,000
2Saya menganggap beban kerja saya cukup adil 0,067 0,833 0,093 0,007 0,000
3Tunjangan yang diberikan untuk semua karyawan ( sama rata ) 0,067 0,773 0,127 0,033 0,000
Presentase Jawaban RespondenPERNYATAANNO
Tujuan dan kemampuan
Teladan Kepemimpinan
Balas Jasa
keadilan
68
Sumber: Data diolah (2018)
Pemimpin selalu aktif mengawasi pekerjaan saya 0,120 0,773 0,093 0,013 0,000
Pemimpin selalu hadir ditempat kerja 0,107 0,767 0,120 0,007 0,000
Pemimpin selalu memberikan pentunjuk/arahan ketika saya merasa kesulitan
0,093 0,813 0,073 0,020 0,000
Sanksi yang diberikan sesuai dengan kesalahan yang terjadi. 0,067 0,847 0,060 0,027 0,000
Sanksi dan hukuman mebuat jera. 0,073 0,840 0,060 0,027 0,000
Sanksi dan hukuman dibuat untuk semua karyawan ( sama rata ) 0,087 0,813 0,067 0,033 0,000
Pemimpin tegas dalam mengambil tindakan kedisiplinan 0,053 0,860 0,073 0,013 0,000
Pemimpin berani bertindak memberikan sanksi 0,060 0,860 0,073 0,013 0,000
Sanksi diberikan sesuai peraturan yang berlaku 0,067 0,860 0,067 0,007 0,000
Saya menjalin hubungan baik dengan setiap unit kerja didalam perusahaan 0,053 0,873 0,067 0,007 0,000
Sesama karyawan saling menyemangati secara profesional 0,073 0,833 0,087 0,007 0,000
Pemimpin memperlakukan karyawan sesuai hak dan kemanusiaan. 0,067 0,840 0,093 0,000 0,000
Sanksi hukuman
Ketegasan
Hubungan kemanusiaan
Pengawasan Melekat (Waskat)
69
Tabel 4.10
Rekapitulasi Jawaban Responden Variabel Kinerja Karyawan
SS S N TS STS
1 Hasil kerja saya sesuai dengan target yang diberikan
0,027 0,840 0,120 0,013 0,000
2Menyelesaikan pekerjaan sebanyak banyaknya daripada terjadi penumpukan kerja
0,007 0,860 0,113 0,020 0,000
3 Melakukan pekerjaan lebih cepat untuk hasil kerja yang lebih banyak
0,007 0,833 0,140 0,020 0,000
1Standar kualitas kerja yang telah ditetapkan oleh perusahaan selama ini dapat saya capai dengan baik
0,040 0,807 0,127 0,027 0,000
2 Saya berusaha menghasilkan kualitas kerja yang baik
0,060 0,800 0,120 0,020 0,000
3Karyawan melakukan pekerjaan dengan teliti sesuai dengan tanggung jawab yang diberikan
0,053 0,833 0,087 0,027 0,000
1Seluruh tugas pekerjaan selama ini dapat saya kerjakan dan hasilnya sesuai dengan waktu yang telah direncanakan instansi
0,033 0,827 0,127 0,013 0,000
2 Menyelesaikan tugas sesuai waktu yang ditentukan
0,047 0,873 0,067 0,013 0,000
NO PERNYATAANPresentase Jawaban Responden
Kuantitas hasil kerja
Kualitas hasil kerja
Ketepatan waktu
70
Sumber: Data diolah (2018) 4.2.4 Uji Asumsi Klasik
Uji Asumsi Klasik bertujuan untuk mengetahui apakah koefisien regresi dalam
variabel dan model regresinya terdapat kesalahan atau tidak, maka dari itu perlu
melakukan pengujian terhadap kemugkinan adanya pelanggaran dalam asumsi klasik.
4.2.3.1 Uji Normalitas
Uji normalitas digunakan untuk menguji apakah di dalam model regresi, variabel
bebas (independen) dan variabel terikat (dependen) terdistribusikan secara normal
atau tidak. Apabila nilai signifikansi (sig) lebih besar dari 0.05 maka data tersebut
dianggap berdistribusi normal dan sebaliknya. Dalam penelitian ini uji normalitas
diditeksi dengan tiga cara yaitu dengan Normal P-P Plot, kurva Histogram dan Uji
Statistika dengan Kolmogorov- Smirnov Test. Untuk menganalisis dengan bantuan
1 Waktu pengerjaan tugas selama ini lebih cepat dari sebelumnya
0,020 0,833 0,127 0,020 0,000
2Pekerjaan saya membutuhkan penggunaan pikiran dan konsentrasi yang tinggi
0,027 0,827 0,133 0,013 0,000
3Dalam mencapai hasil kerja yang optimal sebaiknya bekerja menggunakan pikiran dan seluruh kemampuan yang ada
0,020 0,853 0,113 0,013 0,000
1 Karyawan melakukan pekerjaan sesuai dengan SOP yang diberikan
0,047 0,827 0,113 0,013 0,000
2 Karyawan dapat diandalkan dalam penyelesaian tugas
0,047 0,820 0,120 0,013 0,000
3 Karyawan melakukan pekerjaan secara optimal dengan atau tanpa pengawasan
0,040 0,833 0,113 0,013 0,000
Kemandirian
Efektivitas
71
SPSS bisa dilihat hasil outputnya pada gambar Normal P-P Plot of Regression
Standardized Residual berikut ini:
1) Kolmogorov- Smirnov Test
Table. 4.11
Sumber: Data diolah (2018)
Berdasarkan tabel 4.7 diatas diperoleh nilai Kolomogrov-Smirnov = 0.578 dengan
Asymp. Sig. = 0.892 lebih besar dari 0.05 sehingga dapat ditarik kesimpulan bahwa
data yang diuji berdistribusi normal.
72
2) Grafik Histogram
Gambar 4.2
Hasil Pengujian Normalitas Histogram
Sumber : Data diolah (2018)
Jika variable tidak terdistribusi normal (pola cenderung ke kanan atau ke kiri).
Berdasarkan gambar 4.2 berupa grafik histogram, model regresi memenuhi asumsi
normalitas karena grafik menunjukkan dan memberikan pola distribusi yang normal.
73
3) Grafik P-Plot
Gambar 4.3
Hasil Pengujian Normalitas P-Plot
Sumber: Data diolah (2018)
Dari gambar 4.3 diatas dapat diketahui bahwa sebaran data berada di sekitar garis-
garis diagonal dan mengikuti sesuai dengan model regresi sehingga bisa disimpulkan
bahwa data yang diolah berdistribusi normal sehingga uji normalitas terpenuhi.
4.2.3.2 Uji Multikolinieritas
Uji mulitkolineritas digunakan untuk menguji apakah dalam model regresi ditemukan
adanya korelasi antar variable bebas (independen). Menurut Imam Ghozali (2013),
untuk mendeteksi adanya multikolinearitas, dapat diketahi dari Variance Inflation
Factor (VIF). Apabila nilai Variance Inflation Factor (VIF) lebih kecil dari 10,
menunjukan tidak terjadi multikolinearitas. Jika nilai Tolerance lebih besar dari 0.10
maka artinya tidak terjadi multikolinearitas. Adapun untuk menganalisa
multikonlinearitas dengan bantuan program SPSS dapat dilihat hasil output pada
tabel 4.8 sebagai berikut:
74
Tabel 4.12
Hasil Pengujian Multikolinieritas
Sumber: Data diolah (2018)
Dari hasil output data pada tabel 4.8 di atas dapat dilihat bahwa nilai VIF pada semua
variabel bebas lebih kecil dari 10, sedangkan nilai toleransi semua variabel bebas
lebih besar dari 0.1 atau 10% yang artinya tidak terjadi korelasi antar variabel bebas
yang nilainya lebih dari 90%. Sehingga dapat disimpulkan bahwa masing-masing
variabel tidak terjadi multikolonieritas dan uji multikolonieritas terpenuhi.
4.2.3.3 Uji Heterokedastisitas
Uji Heterokedastisitas digunakan untuk menguji apakah dalam model regresi terjadi
ketidaksamaan variance dari pengmatan residual yang satu ke pengamatan yang lain.
Jika variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain tetap, maka
disebut homoskedastisitas dan sebaliknya jika berbeda maka disebut
heterokedastisitas. Model regresi yang dianggap baik adalah tidak terjadi
heterokedastisitas Ghozali (2013). Hasil uji heterokedastisitas dapat dilihat dalam
bentuk gambar dibawah:
Tolerance VIF1 Disiplin kerja (X1) .488 2.050 Tidak Terjadi multikolinearitas2 Pengembangan karir (X2) .731 1.368 Tidak Terjadi multikolinearitas3 Kepuasan kerja (Z) .455 2.198 Tidak Terjadi multikolinearitas
Collinearity StatisticsVariabel KeteranganNo
(Y
75
Gambar 4.4
Hasil Pengujian Heterokedastisitas Scatter Plot
Sumber : Data diolah (2018)
Dari gambar 4.4 diatas terlihat adanya titik-titik yang saling menyebar secara acak
dan tidak membentuk pola tertentu yang jelas serta menyebar baik di atas maupun di
bawah angka 0 (nol) pada sumbu Y, sehingga dapat dinyatakan tidak terjadi
penyimpangan asumsi klasik heterokedastisitas pada model regresi yang dibuat,
dengan kata lain pengujian data statistik ini menerima hipotesis homoskedastisitas.
4.2.5 Uji Analisis Jalur (Path Analysis)
Uji path analysis digunakan dalam pengujian kontribusi yang ditunjukkan oleh
koefisien jalur pada tiap diagram jalur dari hubungan kausal antar variabel X1, X2,
terhadap Y serta dampaknya pada Z. (Ridwan dan Kuncoro, 2012). Untuk
mengetahui apakah ada atau tidaknya pengaruh langsung antara variable independen
terhadap variabel intervening dan variable intervening terhadap variable dependen,
maupun pengaruh tidak langsung variable independen terhadap dependen melalui
intervening, maka dilakukan uji analisis jalur (path analysis) menggunakan SPSS 16
76
yaitu dengan strategi causal step dan product of coefficient. Pada strategi causal
step, kriteria hipotesis (Ha) diterima apabila Sig < 0.05 untuk pengaruh langsung
baik secara simultan (nilai F-hitung) maupun parsial, ditambah dengan melihat nilai t
untuk melihat nilai pengaruh secara parsial yaitu t-hitung > t-tabel. Untuk melihat
signifikansi pengaruh tidak langsung, digunakan strategi product of coefficient
dengan melihat nilai z > 1.96, meskipun apabila dari variable independen ke variable
intervening signifikan dan variable intervening ke variable dependen juga signifikan,
tetap dapat diasumsikan bahwa terdapat pengaruh tidak langsung variable
independen ke variable dependen.
4.2.4.1 Analisa Jalur Model Pertama
Pada uji analisa jalur model pertama, variabel kinerja karyawan dalam persamaan ini
dikeluarkan dari model tersusun untuk mendapatkan nilai beta baru dari variabel
disiplin kerja dan pengembangan karir yang signifikan terhadap kepuasan kerja.
Setelah variabel Kinerja karyawan dalam persamaan pertama pada tabel 4.9 di
dikeluarkan mendapatkan hasil sebagai berikut (Tabel 4.13).
Tabel 4.13 Hasil Uji Regresi X1 dan X2 terhadap Y (Model Pertama)
Sumber: Lampiran Ouput Hasil Program SPSS, 2018
Berdasarkan tabel 4.13 di atas, variabel Disiplin Kerja (X1) tidak berpengaruh
signifikan terhadap Kepuasan Kerja (Y). Hal ini dapat dibuktikan bahwa nilai
signifikan variabel Disiplin Kerja (0.662) lebih besar dari taraf signifikan yaitu 0.05.
Dan variabel Pengembangan Karir (X2) berpengaruh signifikan terhadap Kepuasan
(Y)
77
Kerja (Y). Hal ini dapat dibuktikan bahwa nilai signifikan variabel Pengembangan
Karir (0.000) lebih kecil dari taraf signifikan yaitu 0.05. Hasil uji statistik dengan
bantuan SPSS pada Tabel 4.13 menunjukkan bahwa tidak ada pengaruh kompetensi
secara positif variable Disiplin Kerja (X1) terhadap Kepuasan Kerja (Y) dan ada
pengaruh kompetensi secara positif variable Pengembangan Karir (X2) terhadap
Kepuasan Kerja (Y).
Gambar 4.5
Hasil Diagram Jalur X1 dan X2 terhadap Z (Model Pertama)
Sumber: Data diolah, 2018
Pada gambar 4.5 besar hubungan pengaruh kompetensi dari disiplin kerja (X1)
terhadap kepuasan kerja (Y) bisa diketahui dengan formula (Koefisien jalur Xi)2
dikuadratakan yaitu (0.032)2 = 0.0010 atau sebesar 0.10%. Sedangkan besar
sumbangan pengaruh dari pengembangan karir (X2) terhadap kepuasan kerja (Y)
adalah (0.666)2 = 0.4435 atau sebesar 44.35%.
4.2.4.2 Analisa Jalur Model Kedua
Pada uji analisa jalur model kedua, persamaan yang tersusun adalah disiplin kerja
(X1), pengembangan karir (X2) dan kepuasan kerja (Y) terhadap kinerja karyawan
(Z). Hasil dari persamaan model kedua ini adalah sebagai berikut (Tabel 4,10 )
(Y
78
Tabel 4.14
Hasil Uji Regresi X1 X2 dan Z terhadap Y (Model Kedua)
Sumber: Lampiran Ouput Hasil Program SPSS, 2018
Berdasarkan tabel 4.14 di atas, variabel Disiplin Kerja (X1), Pengembangan Karir
(X2) dan Kepuasan Kerja (Y) berpengaruh signifikan terhadap Kinerja Karyawan
(Z). Hal ini dapat dibuktikan bahwa nilai signifikan variabel Disiplin Kerja (X1)
(0.012), Pengembangan Karir (X2) (0.000) dan Kepuasan Kerja (Y) (0.000) lebih
kecil dari taraf signifikan yaitu 0.05. Hasil uji statistik dengan bantuan SPSS pada
Tabel 4.14 menunjukkan bahwa ada pengaruh kompetensi secara positif variable
disiplin kerja (X1) pengembangan karir (X2) dan kepuasan kerja (Y) terhadap kinerja
karyawan (Z).
Gambar 4.6
Hasil Diagram Jalur X1, X2 dan Z terhadap Y (Model Kedua)
Sumber: Data diolah, 2018
(Y)
(Z)
(Y)
(Z)
79
Pada gambar 4.6 besar hubungan pengaruh kompetensi dari disiplin kerja (X1)
terhadap kinerja karyawan (Z) bisa diketahui dengan formula (Koefisien jalur Xi)2
dikuadratakan yaitu (0.146)2 = 0.0213 atau sebesar 2.13%. Sedangkan besar
sumbangan pengaruh dari pengembangan karir (X2) terhadap kinerja karyawan (Z)
adalah (0.349)2 = 0.1218 atau sebesar 12.18%. Dan besar sumbangan pengaruh dari
kepuasan kerja (Y) terhadap kinerja karyawan (Z) adalah (0.456)2 = 0.2079 atau
sebesar 20.79%.
4.2.4.3 Analisis Jalur Secara Umum
Gambar 4.7
Kerangka Teoritis Regresi X1, X2, Y dan Z
Sumber: Data Diolah, 2018
Uji analisis jalur secara umum pada penelitian digunakan untuk menguji apakah ada
pengaruh langsung yang diberikan variabel bebas terhadap variabel terikat dan
pengaruh tidak langsung yang diberikan variable bebas melalui intervening terhadap
variabel terikat. Persamaan tersusun digunakan untuk mengetahui hubungan antar
tiap variabel eksogen dengan endogen.
(Y) (Z)
80
Berdasarkan hasil perhitungan analisis jalur struktur model pertama, kedua dan
model ketiga, maka memberikan informasi secara objektif sebagai berikut:
Tabel 4.15
Hasil Perhitungan Analisis Jalur Struktur
Variabel
Pengaruh
Sig Langsung Tidak
langsung
Total
X1 terhadap Y 0.662
(tidak sig)
- - -
X2 tehadap Y 0.000 0.666 - 0.666
X1 terhadap Z 0.012 0.146 - 0.146
X2 terhadap Z 0.000 0.349 - 0.349
Y terhadap Z 0.000 0.456 - 0.456
X1 melalui Y terhadap
Z
0.000 0.032 x 0.456 0.014 0.046
X2 melalui Y terhadap
Z
0.000 0.666 x 0.456 0.303 0.969
Sumber: Data diolah (2018)
4.3 Pengujian Hipotesis
Berikut adalah hasil uji analisis jalur:
4.3.1 Pengujian hipotesis H1 Disiplin Kerja (X1) terhadap Kepuasan Kerja
(Y)
Disiplin Kerja (X1) tidak berpengaruh secara signifikan terhadap Kepuasan Kerja (Y)
berdasarkan perhitungan statistik. Melalui hasil perhitungan yang telah dilakukan
diperoleh nilai signifikansi 0.662 > 0.05 yang berarti hipotesis dalam penelitian ini
menerima Ho dan menolak Ha.
81
4.3.2 Pengujian hipotesis H2 Pengembangan Karir (X2) terhadap
Kepuasan Kerja (Y)
Pengembangan Karir (X2) secara langsung mempengaruhi Kepuasan Kerja (Y)
sebesar 0.666 atau 66.60%. Sisanya sebesar 33.40% dipengaruhi oleh factor lain
diluar penelitian ini. Secara total besarnya pengaruh langsung Pengembangan Karir
(X2) terhadap Kepuasan Kerja (Y) adalah 66.60%. Dan sisanya sebesar 33.40%
dipengaruhi oleh faktor lain diluar penelitian ini.
4.3.3 Pengujian hipotesis H3 Pengembangan Karir (X2) terhadap Kinerja
Karyawan (Y)
Pengembangan Karir (X2) secara langsung mempengaruhi Kinerja Karyawan (Y)
sebesar 0.349 atau 34.90%, secara tidak langsung melalui Kepuasan Kerja (Z)
sebesar 0.456 atau 45.60% dan sisanya sebesar 19.50% dipengaruhi oleh faktor lain
diluar penelitian ini. Berdasarkan hasil perhitungan di atas diketahui bahwa nilai
pengaruh langsung sebesar 0.349 dan tidak langsung sebesar 0.456 yang berarti
bahwa nilai pengaruh tidak langsung lebih besar dari nilai pengaruh langsung, hasil
ini menunjukkan bahwa secara tidak langsung pengembangan karir (X2) melalui
Kepuasan Kerja (Y) mempunyai pengaruh signifikan terhadap Kinerja Karyawan (Z).
4.3.4 Pengujian hipotesis H4 Disiplin Kerja (X1) terhadap Kinerja
Karyawan (Y)
Disiplin Kerja (X1) secara langsung mempengaruhi Kinerja Karyawan (Z) sebesar
0.146 atau 14.60%, secara tidak langsung melalui Kepuasan Kerja (Y) sebesar 0.456
atau 45.60% dan sisanya sebesar 39.80% dipengaruhi oleh faktor lain diluar
penelitian ini. Berdasarkan hasil perhitungan di atas diketahui bahwa nilai pengaruh
langsung sebesar 0.146 dan tidak langsung sebesar 0.456 yang berarti bahwa nilai
pengaruh tidak langsung lebih besar dari nilai pengaruh langsung, hasil ini
menunjukkan bahwa secara tidak langsung Disiplin Kerja (X1) melalui Kepuasan
Kerja (Y) mempunyai pengaruh signifikan terhadap Kinerja Karyawan (Z).
82
4.3.5 Pengujian hipotesis H5 Kepuasan Kerja (Y) terhadap Kinerja
Karyawan (Z)
Kepuasan Kerja (Y) secara langsung mempengaruhi Kinerja Karyawan (Z) sebesar
0.456 atau 45.60%. Sisanya sebesar 54.40% dipengaruhi oleh factor lain diluar
penelitian ini. Secara total besarnya pengaruh langsung Kepuasan Kerja (Y) terhadap
Kinerja Karyawan (Z) 45.60%. Sisanya sebesar 54.40% dipengaruhi oleh factor lain
diluar penelitian ini.
4.4 Pembahasan
4.4.1 Pengaruh Disiplin Kerja terhadap Kepuasan Kerja
Ho1 = Disiplin Kerja tidak berpengaruh secara signifikan terhadap Kepuasan Kerja.
Berdasarkan perhitungan statistik penelitian ini menunjukan bahwa disiplin kerja
tidak berpengaruh signifikan terhadap kepuasan kerja sehingga hipotesis pertama
tidak diterima atau ditolak.
Melalui hasil perhitungan yang telah dilakukan diperoleh nilai signifikansi 0.662 >
0.05 yang berarti hipotesis dalam penelitian ini menerima Ho dan menolak Ha.
Pengujian ini secara statistik membuktikan bahwa disiplin kerja tidak berpengaruh
positif dan signifikan terhadap kepuasan kerja. Artinya bahwa tidak ada pengaruh
antara disiplin kerja terhadap kepuasan kerja PT. XYZ. Hasil penelitian ini tidak
sejalan dengan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Yunus (2013) yang
menyatakan bahwa ada pengaruh positif dan signifikan antara disiplin kerja terhadap
kepuasan kerja.
4.4.2 Pengaruh Pengembagan Karir terhadap Kepuasan Kerja
Ha2 = Pengembangan Karir secara signifikan berpengaruh terhadap kepuasan kerja.
Berdasarkan perhitungan statistik, hasil penelitian menunjukan bahwa
pengembanagan karir berpengaruh signifikan terhadap kepuasan kerja sehingga
hipotesis kedua diterima.
83
Melalui hasil perhitungan yang telah dilakukan maka diperoleh nilai signifikansi 0.00
< 0.05 yang berarti hipotesis dalam penelitian ini menerima Ha dan menolak Ho.
Pengujian ini secara statistik membuktikan bahwa pengembangan karir berpengaruh
positif dan signifikan terhadap kepuasan kerja yang berarti bahwa apabila
pengembangan karir ditingkatkan maka kepuasan kerja akan meningkat.
4.4.3 Pengaruh Pengembangan Karir terhadap Kinerja Karyawan
Ha3 = Pengembangan Karir secara signifikan berpengaruh terhadap kinerja karyawan
Berdasarkan perhitungan statistik, hasil penelitian menunjukan bahwa
pengembangan karir berpengaruh signifikan terhadap kinerja karyawan sehingga
hipotesis ketiga diterima.
Melalui hasil perhitungan yang telah dilakukan maka diperoleh nilai signifikansi
0,000 < 0.05 yang berarti hipotesis dalam penelitian ini menerima Ha dan menolak
Ho. Pengujian ini secara statistik membuktikan bahwa pengembangan karir
berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja karyawan yang berarti bahwa
apabila pengembangan karir ditingkatkan maka kinerja karyawan akan meningkat.
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Bagia
(2016) yang menyatakan bahwa ada pengaruh positif dan signifikan antara
pengembangan karir terhadap kinerja karyawan.
84
4.4.4 Pengaruh Disiplin Kerja terhadap Kinerja Karyawan
Ha4 = Disiplin kerja secara signifikan berpengaruh terhadap kinerja karyawan
Berdasarkan perhitungan statistik, hasil penelitian menunjukan bahwa disiplin kerja
berpengaruh signifikan terhadap kinerja karyawan sehingga hipotesis keempat
diterima.
Melalui hasil perhitungan yang telah dilakukan maka diperoleh nilai signifikansi
0,012 < 0.05 yang berarti hipotesis dalam penelitian ini menerima Ha dan menolak
Ho. Pengujian ini secara statistik membuktikan bahwa disiplin kerja berpengaruh
positif dan signifikan terhadap kinerja karyawan yang berarti bahwa apabila disiplin
kerja ditingkatkan maka kinerja karyawan akan meningkat.
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Bagia
(2016) yang menyatakan bahwa ada pengaruh positif dan signifikan antara disiplin
kerja terhadap kinerja karyawan. Menurut Susiarto dan Ahmadi (2006). Disiplin
kerja karyawan bagian dari faktor kinerja. Prasetyo (2008) menyatakan bahwa salah
satu faktor penentu dari efektifitas kinerja adalah disiplin kerja. Disiplin yang baik
mencerminkan besarnya tanggung jawab seseorang terhadap tugas-tugas yang
diberikan kepadanya. Seseorang dikatakan mempunyai disiplin kerja yang tinggi jika
yang bcrsangkutan konsekuen, konsisten, taat asas, bertanggung jawab atas tugas
yang diamanahkan kepadanya. Dengan demikian jelaslah bahwa tujuan yang telah
ditetapkan tidak akan terlaksana dengan baik apabila para karyawannya tidak
memiliki disiplin kerja yang baik pula. Untuk itu sangat perlu meningkatkan disiplin
kerja pada karyawan agar kinerja karyawan meningkat dan tujuan yang telah
ditetapkan oleh perusahaan dapat tercapai dengan baik.
85
4.4.5 Pengaruh Kepuasan Kerja terhadap Kinerja Karyawan
Ha5 = Kepuasan Kerja secara signifikan berpengaruh terhadap Kinerja Karyawan.
Berdasarkan perhitungan statistik, hasil penelitian menunjukan bahwa kepuasan kerja
berpengaruh signifikan terhadap kinerja karyawan sehingga hipotesis kelima
diterima.
Melalui hasil perhitungan yang telah dilakukan maka diperoleh nilai signifikansi 0.00
< 0.05 yang berarti hipotesis dalam penelitian ini menerima Ha dan menolak Ho.
Pengujian ini secara statistik membuktikan bahwa kepuasan kerja berpengaruh positif
dan signifikan terhadap kinerja karyawan yang berarti bahwa apabila karyawan
merasa puas akan pekerjaannya kinerja karyawan tersebut akan meningkat.
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh
Raharjo (2017) yang menyatakan bahwa ada pengaruh positif dan signifikan antara
kepuasan kerja terhadap kinerja karyawan.
86
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Penelitian ini dilakukan untuk menganalisis pengaruh disiplin kerja, pengembangan
karir terhadap kinerja karyawan memalui kepuasan kerja sebagai variable
interveining. Berdasarkan hasil analisa dan pengujian hipotesis yang sudah dilakukan
pada bab sebelumnya, maka dapat ditarik kesimpulan dari hasil penelitian yang
dilakukan sebagai berikut:
1. Disiplin kerja tidak berpengaruh signifikan terhadap kepuasan kerja pada
bagian produksi di PT. XYZ yang berarti bahwa apabila disiplin kerja
ditingkatkan maka tidak akan berpengaruh terhadap kepuasan kerja
karyawan.
2. Pengembangan karir memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kepuasan
kerja pada bagian produki di PT. XYZ yang berarti bahwa apabila
pengembangan karir ditingkatkan maka kepuasan kerja akan meningkat.
Sebaliknya, apabila pengembangan karir rendah maka kepuasan kerja akan
menurun.
3. Pengembangan karir memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kinerja
kayawan pada bagian produki di PT. XYZ yang berarti bahwa apabila
pengembangan karir ditingkatkan maka kinerja karyawan akan meningkat.
Sebaliknya, apabila pengembangan karir rendah maka kinerja karyawan
akan menurun.
4. Disiplin kerja memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kinerja kayawan
pada bagian produki di PT. XYZ yang berarti bahwa apabila disiplin kerja
ditingkatkan maka kinerja karyawan akan meningkat. Sebaliknya, apabila
disiplin kerja rendah maka kinerja karyawan akan menurun.
87
5. Kepuasan kerja memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kinerja
kayawan pada bagian produki di PT. XYZ yang berarti bahwa apabila
kepusan kerja ditingkatkan maka kinerja karyawan akan meningkat.
Sebaliknya, apabila kepuasan kerja rendah maka kinerja karyawan akan
menurun.
5.2 Saran 1. Saran Bagi PT. XYZ yang menjadi objek penelitian ini diharapkan kepada
pihak managemen agar memperhatikan disiplin kerja. Pasalnya, tanpa
memperhatikan disiplin kerja sebagian karyawan menganggap hal yang
wajar jika datang terlambat, tidak masuk kerja tanpa keterangan. saran dari
peneliti adalah perusahaan sebaiknya memberikan sanksi lebih tegas.
2. Saran bagi peneliti selanjutnya, dalam penelitian ini masih banyak variabel –
variable yang harus diperhatikan dalam penelitian selanjutnya. Karena dalam
penelitian ini masih ada beberapa variable yang tidak diteliti. Seperti
Motivasi kerja,pengetahuan, dan komitmen terhadap perusahaan.
88
DAFTAR PUSTAKA
Buku:
AA. Anwar Prabu Mangkunegara 2011, Manajemen Sumber Daya Manusia
Perusahaan, Bandung : Rosda.
AA. Anwar Prabu Mangkunegara 2012, Evaluasi Kinerja SDM cetakan ke enam.
Bandung : Aditama.
Anoraga, Panji 2009, Manajemen bisnis, Semarang : PT. Rineka Cipta
Bambang, Wahyudi 2002, Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta : Sulita.
Buchari, Zainun 2001, Manajemen Sumber Daya Manusia Indonesia, Jakarta :
Penerbit Gunung Agung Handoko T. Hani 2001 Manajemen personalia dan
managemen sumber daya manusia edisi kelimabelas. Penerbit BPFE
Yogyakarta.
Ghozali Imam 2013, Aplikasi analisis multivariate dengan program SPSS. Edisi
ketujuh. Semarang : Badan Penerbit Universitas Diponegoro.
Hasibuan Melayu 2001, Manajemen Sumber Daya Manusia edisi Revisi, Penerbit
Bumi kasara Jakarta.
Hasibuan Melayu 2003, Organisasi dan motivasi : Dasar Peningkatan Produktivitas
Penerbit Bumi kasara Jakarta.
89
Hasibuan Melayu 2006, Manajemen Sumber Daya Manusia edisi Revisi, Penerbit
Bumi kasara Jakarta.
Marwansyah 2012. Manajemen Sumber Daya Manusia. Bandung: Alfabeta.
Sihotang, A 2007, Manajemen sumber daya manusia. Jakarta : Pradnya Paramita.
Robbins S.P 1996, Perilaku Organisasi edisi kesepuluh. Penerbit indeks Gramedia,
Yogyakarta.
Rivai, Veithzal 2011, Manajemen Sumber Daya Manusia untuk Perusahaan: dari
Teori ke Praktik, Jakarta : Raja Grafindo Persada.
Rachmawati 2008, Manajemen Sumber Daya Manusia, Yogyakarta: ANDI.
Rivai, Veithzal, dkk 2013. Pemimpin dan Kepemimpinan dalam Organisasi. Jakarta:
Raja Grafindo Persada.
Rianto, Dedi, 2015. Structural Equation Modeling Dalam Penelitian Manajemen dan
Sistem Informasi.
Sunyoto, D 2012. Manajemen Sumber Daya Manusia. Yogyakarta : CAPS.
90
Sugiyono 2010, Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, kualitatif,
dan R&D. Bandung: Alfabeta
Sinambela, Lijan. (2012). Kinerja Pegawai: Teori, Pengukuran dan Implikasi.
Yogyakarta: Graha Ilmu.
Wibowo. 2009 Manajemen kinerja-edisi ke 2. Jakarta: Rajawali Pers.
Jurnal:
Harlie, M. (2012). "Pengaruh Disiplin kerja, Motivasi, dan Pengembangan karir
terhadap Kinerja Pegawai Negri Sipil pada Pemerintah Kabupaten Tabalong
di Tanjung Kalimantan Selatan," Jurnal STIA Tabalong Kalimantan Selatan.
Lumentut Mauritz D.S. (2015). "Pengaruh Motivasi, Disiplin, dan Lingkungan Kerja
terhadap Kepuasan Karyawan Pada PT. Bank Sulut Cabang Airmadidi,"
Jurnal EMBA Vol. 3 No. 1. Universitas Sam Ratulangi Manado.
Mardiono.D. (2014). "Pengaruh Motivasi dan Disiplin Kerja terhadap Kepuasan
kerja Karyawan," STIESIA Surabaya
Margareth, Helga. (2012). Pengaruh Motivasi Kerja Terhadap Kinerja Karyawan
(Kasus Pada Divisi Network Management Pt Indosat, Tbk.): Universitas
Bakrie Jakarta.
91
Muhammad Holil & Agus Sriyanto. (2011). Pengaruh Motivasi dan Disiplin Kerja
terhadap Kinerja Pegawai (Studi Kasus Kantor Pelayanan Pajak Badan Usaha
Milik Negara). Jurnal. Universitas Budi Luhur.
Murty W.A. (2012). Pengaruh kompensasi, Motivasi dan Komitmen Organisational
Terhadap Kinerja Karyawan Bagian Akutansi ( Studi kasus pada perusahaan
manufaktur di Surabaya). Jurnal. STIE Perbanas Surabaya.
Putra.S.D (2014). " Pengaruh budaya organisasi, kompensasi dan pengembangan
karir terhadap kepuasan kerja perawat serta dampaknya terhadap kinerja
perawat badan layanan umum daerah rumah sakit jiwa aceh," Fakultas
Ekonomi Universitas Syiah Kuala.
Siagian .S.S (2015). " Pengaruh pelatihan, kepuasan kompensasi, motivasi dan
disiplin kerja terhadap kinerja karyawan," Sekolah tinggi Ilmu Ekonomi
Indoensia (STIESIA).
Wijaya.M. (2017). " Pengaruh sistem rekrutmen dan pegembangan karir terhadap
kepuasan kerja karyawan pada PT. Kimia Farma Plant Medan ," Fakultas
Ekonomi Universitas Medan Area.
Widiatmayanti, Diantari Indah. (2015). Pengaruh Motivasi kerja, Gaya
Kepemimpinan, dan Budaya Organisasi Terhadap Kepuasan Kerja Karyawan
Bank Rakyat Indonesia. Jurnal Ilmu Administrasi Bisnis. Universitas
Diponegoro Semarang.
92
Skripsi:
Dewi, B.S. (2017). Pengaruh tingkat pendidikan dan pengembangan karir terhadap
kinerja karyawan. Bandung: Fakultas Komunikasi dan Bisnis, Universitas
Telkom.
Negara.C.M.A (2014). Pengaruh pengembangan karir terhadap kinerja pegawai
pada PT. POS Indonesia ( persero ) kabupaten jembrana tahun 2014.
Malang: Universitas Brawijaya.
Rahardjo. (2017). Pengaruh pendidikan dan pelatihan, Pengembangan karir dan
kepuasan kerja terhadap kinerja karyawan. Surakarta: Universitas Sebelas
Maret.
Riyanto, B.P (2016). Pengaruh motivasi kerja dan disiplin kerja terhadap kepuasan
kerja karyawan bank tabungan negara yogyakarta. Yogyakarta: Univeersitas
Negri Yogyakarta.
Utomo, D.B. (2014). Pengaruh Pengembangan Karir Terhadap Kepuasan Kerja
Dengan Motivasi Sebagai Variabel Intervening. Semarang: Universitas
Diponegoro.
93
Internet:
PT. Multistrada Arah Sarana Tbk. 2018. http://www.multistrada.co.id/investor-
relations/annual-reports/. Diakses 11 April 2018
Raharjo, Sahid. 2017. Cara Uji Analisis Jalur [Path Analysis] dengan SPSS
PENGARUH DISIPLIN KERJA, PENGEMBANGAN KARIR TERHADAP
KINERJA KARYAWAN MELALUI KEPUASAN KERJA SEBAGAI
VARIABLE INTERVENING
( STUDI KASUS PADA PT. XYZ)
Yang terhormat Bapak/Ibu/Saudara/i responden di tempat, sebelumnya saya mengucapkan terima kasih atas ketersediaan Bapak/Ibu/Saudara/I meluangkan waktu untuk mengisi kuesioner ini. Sebagai data pelengkap dalam penelitian ini saya mohon kesediaan Bapak/Ibu/Saudara/i untuk menjawab setiap pertanyaan berikut ini Usia :
o ≤ 25 tahun o 26 - 35 tahun o 36 - 45 tahun o ≥ 45 tahun
Jabatan : ................... Lama bekerja : ................... Jenis Kelamin :
o Laki-Laki o Perempuan
Pendidikan Terakhir : o Sekolah Dasar (SD) o SMU dan Sederajat o Diploma 3 (D3) o Strata 1 (SI) o Strata 2 (S2) o Strata 3 (S3)
96
Petunjuk Pengisian : 1. Isilah Masing-masing pertanyaan sesuai dengan petunjuk pada masing-
masing bagian 2. Setiap pertanyaan hanya dibutuhkan satu kali jawaban kecuali ada keterangan
lain. 3. Setelah mengisi kuesioner, Bapak/Ibu/Saudara/I dimohon segera
mengembalikannya pada peneliti.
Bobot Nilai Setiap Pertanyaan
Alternatif
Jawaban Keterangan
SS Sangat Setuju
S Setuju
N Netral
TS Tidak Setuju
STS Sangat Tidak Setuju
BAGIAN II
Disiplin kerja (X1)
NO PERNYATAAN SS S N TS STS
Tujuan dan kemampuan
1 Pekerjaan saya sesuai rencana dan jadwal
2 Saya mengerti target, sasaran perusahaan dengan baik.
3 Saya selalu bertanggug jawab terhadap tugas yang
diberikan.
Teladan Kepemimpinan
1 Pimpinan saya sudah menjadi teladan yang baik
2 Pimpinan saya mempunyai kedisiplinan yang baik
3 Pemimpin bersikap adil dalam menegakkan
kepemimpinan
97
Balas Jasa
1 Upah yang saya dapatkan sudah sesuai dengan kerja
saya
2 Saya menerima tunjangan sesuai dengan aturan yang
berlaku
3 Saya menerima upah tepat waktu
Keadilan
1 Saya merasa jadwal kerja saya adil
2 Saya menganggap beban kerja saya cukup adil
3 Tunjangan yang diberikan untuk semua karyawan (
sama rata )
Pengawasan Melekat (Waskat)
1 Pemimpin selalu aktif mengawasi pekerjaan saya
2 Pemimpin selalu hadir ditempat kerja
3 Pemimpin selalu memberikan pentunjuk/arahan ketika
saya merasa kesulitan
Sanksi hukuman
1 Sanksi yang diberikan sesuai dengan kesalahan yang
terjadi.
2 Sanksi dan hukuman mebuat jera.
3 Sanksi dan hukuman dibuat untuk semua karyawan (
sama rata )
Ketegasan
1 Pemimpin tegas dalam mengambil tindakan
kedisiplinan
2 Pemimpin berani bertindak memberikan sanksi
3 Sanksi diberikan sesuai peraturan yang berlaku
98
Pengembangan karir (Y2)
Hubungan kemanusiaan
1 Saya menjalin hubungan baik dengan setiap unit kerja
didalam perusahaan
2 Sesama karyawan saling menyemangati secara
profesional
3 Pemimpin memperlakukan karyawan sesuai hak dan
kemanusiaan.
NO PERTANYAAN SS S N TS STS
Kebijakan organisasi
1 Ada kejelasan dalam tujuan karir.
2 Posisi bekerja sudah sesuai dengan pendidikan.
3 Karyawan diberikan kesempatan untuk seleksi
karyawan internal dalam posisi yang dibutuhkan.
Prestasi kerja
1 Penilaian dilakukan perusahaan dalam pengembangan
karir karyawan
2 Perusahaan memberikan penghargaan untuk karyawan
yang memiliki kinerja yang baik.
3 Prestasi kerja yang dimiliki karyawan dapat
menigkatkan jenjang karir di perusahaan
Latar Belakang Pendidikan
1 Tingginya pendidikan mempengaruhi penentuan
jabatan.
99
2 Tingginya pendidikan mempengaruhi gaji.
3 Posisi bekerja sudah sesuai dengan pendidikan
Pelatihan
1 Karyawan diberikan kesempatan untuk seleksi
karyawan internal dalam posisi yang dibutuhkan
2 Prestasi kerja yang dimiliki karyawan dapat
meningkatkan jenjang karir di perusahaan
3 Karyawan mengikuti pelatihan yang di adakan
perusahaan.
Pengalaman kerja
1
waktu atau masa kerja yang telah saya tempuh
membuat saya dapat memahami tugas suatu pekerjaan
dengan baik
2 Pengalaman kerja yang saya miliki dapat
meningkatkan jenjang karir diperusahaan
3
Pengalaman kerja yang Saya miliki, membantu
mengurangi kesalahankesalahan yang Saya lakukan
Kesetiaan pada organisasi
1 Karyawan tidak berniat pindah kerja ke tempat lain.
2 Sebagai karyawan saya mempunyai rasa memiliki
perusahaan ini.
3 Saya merasa terikat secara emosional dengan
perusahaan tempat saya bekerja
Keluwesan bergaul dan hubungan antar manusia
1 Saya memiliki kerja sama yang baik dalam perusahaan
baik kepada teman, atasan
2 Atasan sering mengajak karyawan dalam merumuskan
100
Kinerja Karyawan (Y1)
Robin s 2006
pemecahan masalah
3 Saran dan kritik dari rekan kerja membuat saya
bekerja lebih baik
NO. PERTANYAAN SS S N TS STS
Kuantitas Hasil Kerja
1 Hasil kerja saya sesuai dengan target yang diberikan
2 Menyelesaikan pekerjaan sebanyak banyaknya
daripada terjadi penumpukan kerja
3 Melakukan pekerjaan lebih cepat untuk hasil kerja
yang lebih banyak
Kualitas hasil kerja
1 Standar kualitas kerja yang telah ditetapkan oleh
perusahaan selama ini dapat saya capai dengan baik
2 Saya berusaha menghasilkan kualitas kerja yang baik
3 Karyawan melakukan pekerjaan dengan teliti sesuai
dengan tanggung jawab yang diberikan
Ketepatan waktu
1
Seluruh tugas pekerjaan selama ini dapat saya
kerjakan dan hasilnya sesuai dengan waktu yang telah
direncanakan instansi
2 Menyelesaikan tugas sesuai waktu yang ditentukan
Efektivitas
1 Waktu pengerjaan tugas selama ini lebih cepat dari
101
Kepuasan kerja (X2)
Hasibuan 2006
sebelumnya
2
Pekerjaan saya membutuhkan
penggunaan pikiran dan konsentrasi
yang tinggi
3
Dalam mencapai hasil kerja yang
optimal sebaiknya bekerja
menggunakan pikiran dan seluruh
kemampuan yang ada
Kemandirian
1 Karyawan melakukan pekerjaan sesuai dengan SOP
yang diberikan
2 Karyawan dapat diandalkan dalam penyelesaian tugas
3 Karyawan melakukan pekerjaan secara optimal
dengan atau tanpa pengawasan
NO PERTANYAAN SS S N TS STS
Kesetiaan
1 Memegang teguh visi & misi perusahaan
2 Melakukan usaha maksimal untuk memajukan
organisasi
3 Saya akan menghabiskan sisa karir di dalam
perusahaan
Kemampuan
1 Perusahaan memiliki fasilitas untuk mendukung
102
penyelesaian pekerjaan
2 Memiliki kemampuan untuk menyelesaikan masalah
3 Saya memiliki kerja sama yang baik dalam perusahaan
baik kepada teman, atasan maupun bawahan
Kejujuran
1 Bersikap terbuka apabila mendapat teguran
2 Terbuka terhadap masalah yang dihadapi
3 Melaporkan kejadian2 yang tidak sesuai dengan kode
etik perusahaan
Kreatifitas
1 Mengusulkan cara-cara baru untuk mencapai sasaran
atau tujuan
2 Mengajukan ide-ide baru dan praktis untuk
meningkatkan kinerja
3 Mengusulkan solusi kreatif untuk masalah yang
dihadapi
Kepemimpinan
1 Atasan mendengarkan saran saya
2 Atasan mendengarkan keluhan saya
3 Atasan memberikan motivasi kepada saya
Tingkat gaji
1 Pembayaran gaji saya terima sesuai dengan harapan
saya
2 Gaji yang Saudara terima setiap bulan
dapatmencukupi kebutuhan sehari-hari
3 Gaji dapat meningkatkan semangat kerja
Kompensasi tidak langsung
103
1 Atasan memberikan penghargaan terhadap
keberhasilan saya
2 Employee gathering dilaksanakan sekali dalam
setahun
3 Fasilitas tempat istirahat yang diberikan cukup
nyaman
Lingkungan kerja
1 Lingkungan kerja saya nyaman dan bersih
2 Rekan kerja dan atasan bersikap ramah terhadap saya