PENGARUH DEMOGRAFI, SOSIAL-EKONOMI, GAYA HIDUP, STATUS GIZI DAN KESEHATAN TERHADAP KEJADIAN OBESITAS SENTRAL PADA IBU RUMAH TANGGA ASRI LESTARI ROSDIANA DEPARTEMEN GIZI MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2014
PENGARUH DEMOGRAFI, SOSIAL-EKONOMI, GAYA HIDUP,
STATUS GIZI DAN KESEHATAN TERHADAP KEJADIAN
OBESITAS SENTRAL PADA IBU RUMAH TANGGA
ASRI LESTARI ROSDIANA
DEPARTEMEN GIZI MASYARAKAT
FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Pengaruh Demografi,
Sosial-Ekonomi, Gaya Hidup, Status Gizi dan Kesehatan terhadap Kejadian
Obesitas Sentral pada Ibu Rumah Tangga adalah benar karya saya dengan arahan
dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada
perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya
yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam
teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.
Bogor, September 2014
Asri Lestari Rosdiana
NIM I14100115
ABSTRAK
ASRI LESTARI ROSDIANA. Pengaruh Demografi, Sosial-Ekonomi, Gaya Hidup,
serta Gizi dan Kesehatan terhadap Kejadian Obesitas Sentral pada Ibu Rumah
Tangga. Dibimbing oleh RIMBAWAN.
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis faktor-faktor yang berpengaruh
terhadap kejadian obesitas sentral pada ibu rumah tangga di Desa Tanjungjaya,
Kecamatan Tanjungjaya, Kabupaten Tasikmalaya. Desain penelitian ini adalah
cross sectional dengan metode wawancara menggunakan kuesioner. Penelitian ini
dilakukan pada 96 contoh ibu rumah tangga pada bulan April sampai dengan Juni
2014. Analisis data yang dilakukan meliputi uji deskriptif, uji korelasi Spearman,
uji korelasi Kontingensi dan uji regresi logistik biner metode forward stepwise.
Persentase obesitas sentral pada contoh ditemukan sebesar 69.8%. Sebagian besar
contoh (63.5%) memiliki pendapatan per kapita di atas garis kemiskinan. Aktivitas
fisik contoh sebagian besar (84.4%) termasuk ke dalam kategori ringan. Konsumsi
buah dan sayur sebanyak 97.9% masih berada di bawah rekomendasi Pedoman Gizi
Seimbang. Sebanyak 51% contoh mengonsumsi makanan jajanan sedikitnya satu
kali per hari. Tekanan darah contoh rata-rata (62.5%) berada pada kategori
prehipertensi. Terdapat hubungan yang signifikan (p<0.05) antara pendapatan per
kapita, konsumsi sayur, dan status gizi dengan obesitas sentral. Pendapatan per
kapita per bulan yang berada di bawah garis kemiskinan merupakan faktor
penghambat kejadian obesitas sentral pada contoh (OR=0.397).
Kata kunci: faktor risiko, ibu rumah tangga, obesitas sentral
ABSTRACT
ASRI LESTARI ROSDIANA. The Effect of Demography, Socio-Economy, Life
Styles, Nutritional and Health Status on Rate of Central Obesity Among
Housewives. Supervised by RIMBAWAN.
This study aims to analyze the factors that affect the central obesity on
housewife in the village of Tanjungjaya, distric Tanjungjaya, Tasikmalaya
Regency. Design of this study was a cross sectional and method of interview was
applied using questionnaire. This study was conducted on 96 housewives in April-
June 2014. Data analysis performed include descriptive test, Spearman correlation
test, the correlation of contingency test and binary logistic regression test using
forward stepwise method. The percentage of central obesity in the subject was
69.8%. The income of most of subjects (63.5%) were higher than poverty line. Most
of the subjects (84.4%) have low physical activity, and fruit and vegetable
consumption lower than Indonesian Nutrition Guideline, and 51% subjects
consume snack food at least one time a day. The average of blood pressure of the
subjects (62.5%) can be categorized as pre-hypertension. There was a significant
relationship (p<0.05) between income per capita, vegetable consumption, and
nutritional status with central obesity. Income per capita per month under the
poverty line is the inhibiting factor of central obesity observed in this study
(OR=0.397).
Key words: central obesity, housewives, risk factor
Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Gizi
dari Program Studi Ilmu Gizi pada
Departemen Gizi Masyarakat
PENGARUH DEMOGRAFI, SOSIAL-EKONOMI, GAYA HIDUP,
STATUS GIZI DAN KESEHATAN TERHADAP KEJADIAN
OBESITAS SENTRAL PADA IBU RUMAH TANGGA
DEPARTEMEN GIZI MASYARAKAT
FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014
PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala karunia-
Nya sehingga penelitian ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih dalam
penelitian ini adalah obesitas sentral, dengan judul Pengaruh Demografi, Sosial-
Ekonomi, Gaya Hidup, Status Gizi dan Kesehatan terhadap Kejadian Obesitas
Sentral pada Ibu Rumah Tangga. Penelitian ini dilaksanakan pada April sampai Juni
2014.
Terima kasih penulis ucapkan kepada Bapak Dr. Rimbawan selaku
pembimbing yang telah banyak memberi saran dan masukan serta motivasi kepada
penulis selama menuntut ilmu di Departemen Gizi Masyarakat IPB. Selain itu
terima kasih sebesar-besarnya penulis sampaikan kepada Kementerian Agama
Republik Indonesia selaku penyandang dana Penerimaan Beasiswa Santri
Berprestasi yang telah memberikan beasiswa penuh kepada penulis. Ungkapan
terima kasih juga disampaikan kepada almarhum bapak, mamah, bapak Daryat,
seluruh keluarga, keluarga CSS MoRA IPB, sahabat Gizi Masyarakat IPB47,
dosen-dosen dan staf Departemen Gizi Masyarakat IPB, guru-guru, seluruh staf
kantor Desa Tanjungjaya, tim medis dalam pengukuran tekanan darah, serta seluruh
responden atas segala doa, bantuan, kasih sayang dan kerja sama yang telah
diberikan kepada penulis.
Semoga penelitian ini bermanfaat.
Bogor, September 2014
Asri Lestari Rosdiana
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL xiii
DAFTAR GAMBAR xiii
DAFTAR LAMPIRAN xiii
PENDAHULUAN 1
Latar Belakang 1
Perumusan Masalah 2
Tujuan Penelitian 2
Tujuan Umum 2
Tujuan khusus 2
Hipotesis 3
KERANGKA PEMIKIRAN 3
METODE PENELITIAN 5
Desain, Tempat dan Waktu Penelitian 5
Teknik Penarikan Contoh 5
Jenis dan Cara Pengumpulan Data 6
Pengolahan dan Analisis Data 7
Definisi Operasional 9
HASIL DAN PEMBAHASAN 10
Gambaran Umum Wilayah 10
Karakteristik Demografi dan Sosial Ekonomi Contoh 10
Gaya Hidup Contoh 11
Status Gizi dan Status Kesehatan Contoh 12
Status Gizi Berdasarkan IMT 12
Lingkar Perut 13
Tekanan Darah 13
Riwayat Obesitas Keluarga 13
Profil Sebaran Obesitas Sentral 14
Hubungan Karakteristik Demografi dan Sosial Ekonomi dengan Obesitas
Sentral 15
Umur 15
Ukuran Keluarga 15
Pendidikan 16
Pekerjaan 16
Pendapatan Per Kapita Per Bulan 16
Hubungan Gaya Hidup Contoh dengan Obesitas Sentral 16
Aktivitas Fisik 16
Konsumsi Sayur dan Buah 17
Konsumsi Makanan Jajanan 17
Hubungan Status Gizi dan Status Kesehatan Contoh dengan Obesitas Sentral 18
Status Gizi Berdasarkan IMT 18
Tekanan Darah 18
Riwayat Obesitas Keluarga 18
Faktor Risiko Obesitas Sentral 19
SIMPULAN DAN SARAN 19
Simpulan 19
Saran 20
DAFTAR PUSTAKA 20
RIWAYAT HIDUP 30
DAFTAR TABEL
1 Jenis dan cara pengumpulan data 6 2 Pengategorian variabel penelitian 8 3 Sebaran contoh berdasarkan karakteristik demografi dan sosial-ekonomi 11 4 Sebaran contoh berdasarkan gaya hidup 12
5 Sebaran contoh berdasarkan status gizi dan status kesehatan 13 6 Profil sebaran obesitas sentral 14
DAFTAR GAMBAR
1 Bagan kerangka pemikiran faktor-faktor yang berhubungan dengan
kejadian obesitas sentral. 4
DAFTAR LAMPIRAN
1 Hasil analisis bivariat korelasi Spearman dan Kontingensi 23 2 Hasil analisis regresi logistik 24 3 Kuesioner penelitian 25
1
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Obesitas pada zaman dahulu dianggap sebagai simbol dari kemakmuran
seseorang, namun saat ini obesitas lebih cenderung dianggap sebagai salah satu
penyebab munculnya berbagai penyakit degeneratif di kemudian hari. Data Riset
Kesehatan Dasar (Riskesdas) pada tahun 2010 menunjukkan bahwa status gizi pada
penduduk Indonesia kelompok umur di atas 18 tahun paling banyak adalah masalah
obesitas. Prevalensi obesitas pada perempuan sebesar 26.9%, lebih tinggi
dibandingkan prevalensi obesitas pada laki-laki yaitu 16.3% (Depkes RI 2010).
Menurut WHO (2010) obesitas merupakan salah satu faktor penyebab
tingginya angka mortalitas dan morbiditas. Menurut WHO (2000) obesitas sentral
adalah kondisi kelebihan lemak perut. Prevalensi obesitas sentral di Indonesia
cukup tinggi. Menurut Kemenkes RI (2013) prevalensi obesitas sentral pada
penduduk Indonesia umur 15 tahun ke atas adalah 18.8% pada tahun 2007, dan
meningkat menjadi 26.6% pada tahun 2013. Prevalensi obesitas sentral pada
penduduk umur di atas 15 tahun lebih tinggi pada perempuan (42.1%) dibandingkan
pada laki-laki, yaitu 11.3% (Kemenkes RI 2013).
Kejadian obesitas sentral erat kaitannya dengan sindroma metabolik dan
berdampak pada munculnya berbagai penyakit degeneratif seperti hipertensi,
Diabetes Melitus tipe-2 dan penyakit kardiovaskuler (Depkes RI 2008). Laki-laki
dengan Lingkar Perut (LP) lebih dari 90 cm atau perempuan dengan LP lebih dari
80 cm dinyatakan sebagai obesitas sentral (WHO Asia –Pasifik 2008).
Obesitas sentral disebabkan oleh banyak faktor. Berdasarkan penelitian yang
dilakukan kepada pegawai pemerintahan di daerah Jenepoto, Sulawesi Selatan,
faktor yang mempengaruhi obesitas sentral adalah kebiasaan hidup sedentarian
(tidak banyak bergerak) serta tingginya akses terhadap alat transportasi (Istiqamah
et al. 2013). Prevalensi obesitas sentral di DKI Jakarta tertinggi antara lain
ditemukan pada subjek berumur 45-54 tahun, perempuan, ukuran keluarga 1-2
orang, tidak sekolah, tidak beraktivitas fisik berat serta cukup mengonsumsi
sayuran dan buah (Sugianti 2009). Konsumsi makanan yang digoreng berhubungan
positif dengan kejadian obesitas umum dan obesitas sentral pada kelompok orang
dewasa dengan asupan tinggi energi dari makanan gorengan di Spanyol (Guallar-
Castillon et al. 2007).
Provinsi Jawa Barat merupakan salah satu provinsi dengan prevalensi
obesitas sentral yang mendekati prevalensi nasional. Prevalensi obesitas sentral
pada penduduk umur di atas 15 tahun di Jawa Barat menurut data Riskesdas 2013
adalah sebesar 26.4%. Desa Tanjungjaya merupakan sebuah desa yang terletak di
Kabupaten Tasikmalaya Jawa Barat dengan jumlah penduduk sekitar 6 714 jiwa
dan jumlah ibu rumah tangga sekitar 2 334 jiwa.
Penelitian yang dilakukan terhadap 11 805 orang berumur 15 tahun ke atas di
DKI Jakarta menunjukkan bahwa terdapat hubungan nyata antara pekerjaan dengan
kejadian obesitas sentral. Jika dilihat dari variabel pekerjaan prevalensi obesitas
sentral di DKI Jakarta lebih tinggi pada contoh yang bekerja sebagai ibu rumah
tangga (Sugianti et al. 2009). Ibu rumah tangga di pedesaan merupakan tipe
masyarakat yang cenderung lebih banyak melakukan aktivitas fisik yang bersifat
2
sendenter dan jarang melakukan olahraga rutin. Peranan ibu rumah tangga sebagai
salah satu penggerak utama dan pencetak generasi berkualitas dalam sebuah
keluarga sangat penting, sehingga kesehatan mereka merupakan hal utama yang
harus dipelihara.
Menurut Sugianti et al. (2009) laporan Riskesdas 2007 baru memberikan
informasi tentang obesitas sentral sebatas prevalensi dan belum menyajikan
informasi tentang faktor-faktor risikonya. Selain itu masih belum terdapat kajian
ilmiah mengenai faktor risiko obesitas sentral pada ibu rumah tangga khususnya di
Desa Tanjungjaya Kabupaten Tasikmalaya, sehingga peneliti tertarik untuk
meneliti masalah ini.
Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, maka rumusan pokok
permasalahan yang dijadikan fokus penelitian adalah sebagai berikut:
1. Apakah terdapat hubungan antara faktor demografi dan sosial-ekonomi dengan
kejadian obesitas sentral pada ibu rumah tangga di Desa Tanjungjaya Kabupaten
Tasikmalaya?
2. Apakah terdapat hubungan antara gaya hidup dengan kejadian obesitas sentral
pada ibu rumah tangga di Desa Tanjungjaya Kabupaten Tasikmalaya?
3. Apakah terdapat hubungan antara status gizi berdasarkan IMT dengan kejadian
obesitas sentral pada ibu rumah tangga di Desa Tanjungjaya Kabupaten
Tasikmalaya?
4. Apakah terdapat hubungan antara tekanan darah dengan kejadian obesitas
sentral pada ibu rumah tangga di Desa Tanjungjaya Kabupaten Tasikmalaya?
5. Apakah terdapat hubungan antara riwayat obesitas keluarga dengan kejadian
obesitas sentral pada ibu rumah tangga di Desa Tanjungjaya Kabupaten
Tasikmalaya?
Tujuan Penelitian
Tujuan Umum
Tujuan umum dari penelitian ini adalah menganalisis faktor-faktor risiko
yang berpengaruh terhadap kejadian obesitas sentral pada ibu rumah tangga di Desa
Tanjungjaya Kabupaten Tasikmalaya.
Tujuan khusus
1. Mengidentifikasi karakteristik contoh yang meliputi umur, ukuran keluarga,
tingkat pendidikan, pekerjaan, dan pendapatan per kapita per bulan;
2. Menganalisis hubungan karakteristik demografi dan sosial-ekonomi terhadap
kejadian obesitas sentral pada contoh;
3. Menganalisis hubungan antara gaya hidup dengan kejadian obesitas sentral pada
contoh;
4. Menganalisis hubungan antara tekanan darah dengan kejadian obesitas sentral
pada contoh;
3
5. Menganalisis hubungan antara riwayat obesitas keluarga dengan kejadian
obesitas sentral pada contoh;
6. Menganalisis faktor-faktor yang paling berpengaruh terhadap kejadian obesitas
sentral pada contoh.
Hipotesis
H1: Ada hubungan antara faktor demografi dan sosial-ekonomi dengan kejadian
obesitas sentral.
H2: Ada hubungan antara gaya hidup dengan kejadian obesitas sentral.
H3: Ada hubungan antara status gizi berdasarkan IMT dengan kejadian obesitas
sentral.
H4: Ada hubungan antara tekanan darah dengan kejadian obesitas sentral.
H5: Ada hubungan antara riwayat obesitas keluarga dengan kejadian obesitas
sentral.
KERANGKA PEMIKIRAN
Faktor risiko merupakan segala sesuatu yang berhubungan dengan
peningkatan kemungkinan terjadinya suatu penyakit. Terdapat beberapa faktor
risiko terjadinya obesitas sentral, antara lain adalah faktor demografi dan sosial
ekonomi keluarga, gaya hidup (Sugianti 2009), status gizi (Gierach et al. 2014),
serta status kesehatan. Faktor demografi dan sosial-ekonomi meliputi umur,
pendidikan, pekerjaan, ukuran keluarga, dan pendapatan. Faktor gaya hidup
meliputi aktivitas fisik, konsumsi buah dan sayur serta konsumsi makanan jajanan.
Faktor status kesehatan meliputi tekanan darah dan riwayat obesitas keluarga.
Perempuan memiliki risiko mengalami obesitas sentral lebih tinggi
dibandingkan laki-laki (Kemenkes RI 2013). Ibu rumah tangga memegang peranan
yang sangat penting dalam suatu rumah tangga. Sehingga kesehatan ibu perlu
diperhatikan demi keberlangsungan keluarga. Ibu rumah tangga rentan memiliki
gaya hidup tidak sehat. Kegiatan yang dilakukan ibu rumah tangga sebagian besar
merupakan kegiatan yang dilakukan di dalam rumah, seperti memasak, mencuci,
membereskan rumah dan mengurus anak.
Faktor umur mempengaruhi kejadian obesitas sentral. Semakin bertambah
umur seseorang semakin tinggi risiko terjadinya obesitas sentral. Penelitian yang
dilakukan Kantachuvessiri (2005) pada karyawan sebuah perusahaan negara di
Thailand menunjukkan bahwa contoh yang berumur di atas 40 tahun memiliki
risiko mengalami obesitas dibandingkan dengan contoh yang berumur di bawah 40
tahun. Penurunan masa otot yang terjadi seiring bertambahnya umur berpengaruh
pada peningkatan masa lemak.
Pendidikan seseorang berpengaruh terhadap pengetahuan gizi. Semakin
tinggi pendidikan seseorang semakin banyak juga pengetahuan gizinya.
Pengetahuan gizi yang baik menyebabkan seseorang memiliki kebiasaan makan
yang baik pula, sehingga kemungkinan konsumsi makanan tidak sehat pun menurun.
4
Semakin rendah pendidikan seseorang semakin tinggi risikonya terkena obesitas
sentral.
Ukuran keluarga berhubungan dengan kejadian obesitas sentral. Ukuran
keluarga mempengaruhi frekuensi dan jumlah makanan yang dikonsumsi setiap
anggota keluarga. Semakin sedikit jumlah anggota keluarga maka semakin tinggi
frekuensi makan dan jumlah makanan yang di konsumsi setiap anggota keluarga,
sehingga semakin tinggi pula risiko mengalami obesitas sentral. Selain itu
pendapatan juga berpengaruh terhadap pilihan makanan yang akan dikonsumsi oleh
suatu keluarga (Cahyono 2008). Semakin besar total pendapatan keluarga maka
semakin tinggi risiko terkena obesitas sentral.
Faktor gaya hidup meliputi aktivitas fisik, konsumsi sayur dan buah serta
konsumsi makanan jajanan. Penelitian yang dilakukan Sugianti (2009)
menunjukkan bahwa aktivitas fisik serta konsumsi sayur dan buah memiliki
hubungan yang signifikan dengan kejadian obesitas sentral pada ibu rumah tangga.
Aktivitas fisik yang rendah dan bersifat sedentary atau sedikit bergerak
mengakibatkan terjadinya keseimbangan energi negatif, sehingga energi yang
dikeluarkan tidak sebanding dengan asupan energi. Semakin rendah aktivitas fisik
semakin tinggi risiko seseorang terkena obesitas sentral.
Konsumsi buah dan sayur berhubungan dengan kejadian obesitas sentral
(Sugianti 2009). Rendahnya konsumsi buah dan sayur mengakibatkan jumlah serat
Gambar 1 Bagan kerangka pemikiran faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian
obesitas sentral.
Riwayat obesitas keluarga
Status gizi
Faktor demografi dan sosial ekonomi:
- Umur
- Pendidikan - Pekerjaan
- Pendapatan per kapita per bulan
Gaya hidup:
- Aktivitas fisik
- Konsumsi sayur dan buah
- Konsumsi makanan
jajanan
Obesitas sentral
LP > 80 cm
Tekanan darah
Keterangan:
Hubungan yang diteliti
Hubungan yang tidak diteliti
5
yang dikonsumsi sedikit dan lemak yang diserap tubuh lebih banyak, sehingga
risiko terjadinya obesitas sentral semakin tinggi. Makanan jajanan seperti siomay,
bakso, dan gorengan merupakan makanan yang tinggi energi dan lemak. Semakin
tinggi konsumsi makanan jajanan semakin tinggi pula risiko terjadinya obesitas
sentral.
Obesitas sentral merupakan salah satu kriteria dari sindroma metabolik yang
dihubungkan dengan kejadian hipertensi (Depkes RI 2008). Banyak penelitian yang
dilakukan untuk mengetahui hubungan antara obesitas sentral dengan kejadian
hipertensi.
METODE PENELITIAN
Desain, Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini menggunakan desain cross sectional study karena pengambilan
data dilakukan pada satu waktu. Penelitian dilaksanakan di Desa Tanjungjaya,
Kecamatan Tanjungjaya, Kabupaten Tasikmalaya. Penentuan lokasi penelitian
dilakukan secara purposive dengan pertimbangan peneliti menilai terdapat
banyaknya ibu rumah tangga yang mengalami obesitas sentral di daerah tersebut,
serta berdasarkan pertimbangan kemudahan komunikasi peneliti dengan warga
setempat.
Penelitian ini dilakukan melalui dua tahap. Tahap pertama yaitu pengambilan
data sosial ekonomi, gaya hidup serta pengukuran berat badan, tinggi badan, lingkar
perut dan tekanan darah ibu rumah tangga. Tahap kedua yaitu pengolahan data.
Penelitian dilakukan pada bulan April-Juni 2014.
Teknik Penarikan Contoh
Kategori inklusi dalam penelitian ini yaitu ibu rumah tangga yang tinggal di
Desa Tanjungjaya, umur lebih dari 15 tahun (disesuaikan kategori pada Riskesdas),
tidak hamil, serta bersedia menjadi responden dan mengikuti keseluruhan penelitian.
Teknik penarikan contoh dilakukan secara simple random sampling. Teknik ini
dipilih agar semua data contoh dapat mewakili populasi dan tidak terjadi bias.
Jumlah minimal contoh diperoleh dengan menggunakan rumus Slovin sebagai
berikut:
n =𝑁
1+ N (𝑒2)
n =2334
1+ 2334 (0.12)= 95.9
Keterangan :
N = besar populasi
n = besar contoh
e = presisi (penyimpangan kesalahan contoh terhadap populasi sebesar 10%)
6
Berdasarkan hasil perhitungan di atas maka contoh minimal yang harus
dipenuhi adalah sebanyak 96 orang. Contoh akhir yang diteliti berjumlah 106 orang,
namun data akhir yang dapat diolah adalah sebanyak 96 contoh setelah dikurangi
data yang tidak lengkap saat pengambilan data. Data yang tidak lengkap meliputi
data Food Frequency Questionaire dan data pengukuran berat badan, tinggi badan
serta lingkar perut.
Jenis dan Cara Pengumpulan Data
Jenis data yang dikumpulkan berupa data primer dan data sekunder. Data
primer meliputi data antropometri (tinggi badan, berat badan, lingkar perut),
tekanan darah, karakteristik demografi dan sosial ekonomi keluarga (umur,
pendidikan, pekerjaan, ukuran keluarga dan pendapatan per kapita per bulan), gaya
hidup (aktivitas fisik, konsumsi sayur dan buah, serta konsumsi makanan jajanan),
serta riwayat obesitas keluarga.
Tabel 1 Jenis dan cara pengumpulan data
Jenis Data Variabel Cara Pengumpulan Data
Antropometri dan
pengukuran
- Tinggi badan
- Berat badan
- Lingkar perut
- Stature meter
- Timbangan digital
dengan ketelitian 100 g
- Pita pengukur
Karakteristik
demografi dan
sosial ekonomi
- Umur
- Pekerjaan ibu
- Pendidikan terakhir ibu
- Ukuran keluarga
- Pendapatan keluarga per
bulan
- Pengisian kuesioner
dengan metode
wawancara terstruktur
Gaya hidup - Aktivitas fisik ibu
- Konsumsi buah dan sayur
- Konsumsi makanan
Jajanan
- Pengisian kuesioner
dengan metode
wawancara terstruktur
- Food Frequency
Questionnaire
Status kesehatan - Tekanan darah
- Riwayat obesitas
keluarga
- Pengukuran langsung
menggunakan tensimeter
jarum
- Pengisian kuesioner
dengan metode
wawancara terstruktur
Data primer mengenai antropometri dan tekanan darah contoh diperoleh
melalui wawancara dan pengukuran langsung dengan bantuan dua orang tenaga
medis, sedangkan karakteristik demografi dan sosial ekonomi serta gaya hidup
7
diperoleh dengan cara wawancara terstruktur menggunakan kuesioner dan Food
Frequency Questionaire (FFQ). Data sekunder meliputi gambaran umum wilayah
dan karakteristik sosial ekonomi penduduk diperoleh dengan melakukan studi
pustaka yang diperoleh dari Kantor Desa Tanjungjaya serta melalui wawancara
dengan kepala desa.
Pengolahan dan Analisis Data
Data yang diperoleh diolah dan dianalisis menggunakan program komputer
Microsoft Excel Office 2013 dan program statistika SPSS (Statistical Program for
Social Science) 16.0 for Windows. Tahap pengolahan data meliputi pemilihan
variabel, cleaning data, entry data, serta recoding variabel menjadi kategori.
Pengategorian variabel penelitian disajikan pada Tabel 2.
Variabel umur dikategorikan menjadi dua, yaitu umur di bawah 41 tahun dan
umur di atas 41 tahun, hal ini didasarkan karena rata-rata umur contoh adalah 41
tahun. Menurut BKKBN (1998) keluarga dikategorikan menjadi tiga, yaitu
keluarga kecil (≤ 4 orang), keluarga sedang (5-7 orang), serta keluarga besar yang
memiliki anggota keluarga lebih dari tujuh orang.
Aktivitas fisik contoh diukur melalui wawancara menggunakan kuesioner
berdasarkan aktivitas fisik yang biasa dilakukan contoh selama 24 jam. Data
aktivitas yang diambil merupakan aktivitas contoh selama satu hari. Hal ini
disebabkan oleh karakteristik contoh sebagian besar sama jika dilihat dari faktor
aktivitasnya, artinya tidak ada perbedaan aktivitas yang mencolok setiap harinya.
Hasil dari wawancara tersebut kemudian diolah menggunakan Microsoft Excel
berdasarkan Physical Activity Ratio (PAR) atau rasio energi yang dikeluarkan dari
masing-masing aktivitas fisik pada suatu waktu (menit atau jam) yang kemudian
menghasilkan Physical Activity Level (PAL). Nilai PAR yang digunakan sesuai
dengan FAO/WHO/UNU (2001). Menurut FAO/WHO/UNU (2001) level aktivitas
fisik (PAL) dikategorikan menjadi empat, yaitu gaya hidup dengan aktivitas fisik
sangat ringan (PAL <1.40), gaya hidup dengan aktivitas fisik ringan (PAL 1.40-
1.69), gaya hidup dengan aktivitas fisik sedang (PAL 1.70-1.99), serta gaya hidup
dengan aktivitas fisik kuat (PAL 2.0-2.4). Rumus yang digunakan untuk
menghitung PAL adalah sebagai berikut.
PAL = ⅀(𝑡𝑖𝑚𝑒 𝑎𝑙𝑙𝑜𝑐𝑎𝑡𝑖𝑜𝑛 𝑥 𝑃𝐴𝑅)
24 ℎ𝑜𝑢𝑟𝑠
Keterangan:
PAL = Physical activity level
Time allocation = alokasi waktu masing-masing aktivitas fisik
PAR = Physical activity ratio (energi yang dikeluarkan
untuk setiap aktivitas fisik per jam)
Status gizi contoh ditentukan berdasarkan Indeks Massa Tubuh (IMT) yang
dihitung dengan perbandingan antara berat badan terhadap kuadrat tinggi badan
(kg/m2). IMT tersebut kemudian dikategorikan untuk menentukan status gizi
contoh menggunakan batasan status gizi orang dewasa umur di atas 18 tahun
menurut WHO Asia - Pasifik 2005.
8
Tabel 2 Pengategorian variabel penelitian
Variabel Kategori
Umur (tahun) 1. < 41 tahun
2. ≥ 41 tahun
Ukuran keluarga
(Sumber: BKKBN 1998)
1. Kecil (< 4 orang)
2. Sedang (5-7 orang)
3. Besar (> 7 orang)
Status gizi (IMT)
(Sumber: WHO Asia-Pasifik 2005)
1. Kurus IMT < 18.5 kg/m2
2. Normal IMT ≥ 18.5 – < 24.9 kg/m2
3. Kegemukan IMT ≥ 25.0 - < 27.0 kg/m2
4. Obesitas IMT ≥ 27.0 kg/m2
Lingkar perut ibu
( Sumber: Depkes RI 2010)
1. ≤ 80 cm
2. >80 cm (obesitas sentral)
Pendidikan ibu 1. Tidak sekolah
2. Tidak tamat SD
3. Tamat SD
4. Tamat SMP
5. Tamat SMA
6. Tamat Perguruan Tinggi (PT)
Pekerjaan ibu 1. Tidak bekerja
2. Buruh, Petani
3. Pedagang, Wiraswasta
4. Lainnya
Pendapatan per kapita per bulan
(Sumber: BPS 2014)
1. < Rp 286 097
2. ≥ Rp 286 097
Aktivitas fisik ibu
(sumber: FAO/WHO/UNU 2001)
1. Sangat ringan (PAL < 1.4)
2. Ringan (PAL 1.40-1.69)
3. Sedang (PAL 1.70-1.99)
4. Berat (PAL 2.00-2.40)
Konsumsi sayur
(Sumber: Kemenkes RI 2014)
1. < 3 kali sehari
2. ≥ 3 kali sehari
Konsumsi buah
(Sumber: Kemenkes RI 2014)
1. < 2 kali sehari
2. ≥ 2 kali sehari
Konsumsi makanan jajanan 1. ≤ 1 kali sehari
2. > 1 kali sehari
Tekanan darah (TD)
(Sumber: James et al. 2014)
1. Normal (TD < 120/80 mmHg)
2. Prehipertensi (TD < 140/90 mmHg)
3. Stadium I (TD < 160/100 mmHg)
4. Stadium II (TD ≥ 160/100 mmHg)
Riwayat obesitas keluarga 1. Ada
2. Tidak
Analisis data terdiri atas analisis univariat, bivariat, dan multivariat. Analisis
univariat dilakukan untuk memperoleh gambaran distribusi frekuensi dan proporsi
dari variabel yang diteliti. Analisis bivariat digunakan untuk menguji hubungan
variabel bebas dan variabel terikat. Variabel bebas yang diuji adalah status gizi,
9
umur, pendidikan, pekerjaan, ukuran keluarga, pendapatan keluarga, aktivitas fisik,
konsumsi sayur dan buah, konsumsi makanan jajanan, tekanan darah, serta riwayat
obesitas keluarga, sedangkan variabel terikat adalah obesitas sentral. Uji korelasi
Spearman digunakan untuk menguji hubungan variabel terikat dengan variabel
bebas yang tergolong data ordinal (umur, ukuran keluarga, pendidikan, pendapatan
per kapita, aktivitas fisik, konsumsi buah dan sayur, konsumsi makanan jajanan,
status gizi, tekanan darah), sedangkan untuk jenis data nominal (pekerjaan dan
riwayat obesitas keluarga) diuji menggunakan uji korelasi Kontingensi.
Analisis multivariat dilakukan untuk mengetahui pengaruh variabel bebas
terhadap variabel terikat dengan menggunakan analisis regresi logistik. Analisis ini
menggunakan model binary logistic regression dengan metode forward stepwise.
Variabel yang dimasukan ke dalam model ini adalah variabel yang memiliki
hubungan parsial yang signifikan (p<0.25), yaitu variabel ukuran keluarga,
pekerjaan, pendapatan per kapita, serta riwayat obesitas keluarga.
Definisi Operasional
Ibu rumah tangga adalah wanita yang telah menikah, umur > 15 tahun, tidak hamil,
baik mempunyai anak maupun tidak serta melakukan pekerjaan rumah tangga
selain pekerjaan di luar rumah.
Obesitas sentral adalah kelebihan lemak pada daerah perut yang diukur melalui
pengukuran lingkar perut serta ditentukan berdasarkan cut off point Depkes RI
(2010) untuk laki-laki >90 cm dan perempuan >80 cm.
Lingkar perut adalah besarnya lingkar perut ibu rumah tangga (cm) yang diukur
di antara tulang rusuk dengan tulang pinggul menggunakan pita ukur.
Faktor demografi adalah faktor yang terdiri dari umur contoh.
Faktor sosial-ekonomi adalah faktor yang diteliti dalam penelitian ini yang
meliputi variabel pendidikan ibu, pekerjaan ibu, ukuran keluarga, pendapatan per
kapita per bulan.
Pendidikan ibu adalah jenis pendidikan formal terakhir yang telah diperoleh
contoh, misalkan SD, SMP, SMA dan tamat Perguruan Tinggi.
Pekerjaan ibu adalah jenis pekerjaan yang dimiliki contoh yang tergolong ke
dalam kategori tidak bekerja, buruh/petani, pedagang/wiraswasta, serta kategori
lainnya (selain dari ketiga kategori sebelumnya).
Ukuran keluarga adalah jumlah keluarga inti yang tinggal di dalam satu rumah
yang sama dan menggunakan sumber daya bersama.
Pendapatan per kapita per bulan adalah jumlah pendapatan total yang
merupakan penghasilan dari seluruh anggota rumah tangga contoh, yang diperoleh
selama satu bulan, dibagi dengan jumlah anggota keluarga contoh.
Gaya hidup adalah faktor yang meliputi aktivitas fisik, konsumsi buah dan sayur
serta konsumsi makanan jajanan.
Aktivitas fisik adalah seluruh aktivitas fisik atau gerak motorik yang dilakukan ibu
rumah tangga baik yang termasuk ke dalam aktivitas fisik ringan, aktivitas fisik
sedang maupun aktivitas fisik berat.
Konsumsi buah dan sayur adalah frekuensi buah dan sayur yang dikonsumsi ibu
rumah tangga dalam sehari dan dikategorikan menjadi cukup (≥ 3 porsi sehari) atau
10
kurang (< 3 porsi sehari) untuk sayur, dan dikategorikan menjadi cukup (≥ 2 porsi
sehari) atau kurang (< 2 porsi sehari) untuk buah.
Konsumsi makanan jajanan adalah frekuensi makanan jajanan yang (seperti
bakso, siomay, batagor, gorengan) yang dikonsumsi ibu rumah tangga selama satu
dan dikategorikan menjadi: jarang (≤ 1 kali sehari), atau sering (>1 kali sehari).
Status gizi adalah perbandingan antara berat badan (kg) terhadap kuadrat tinggi
badan contoh (m2) yang diklasifikasikan berdasarkan cut off point WHO Asia –
Pasifik 2005.
Status kesehatan adalah keadaan kesehatan contoh yang meliputi tekanan darah
dan riwayat obesitas keluarga.
Hipertensi adalah keadaan peningkatan tekanan darah di atas batas normal yang
diukur secara langsung menggunakan tensimeter dan ditentukan berdasarkan cut off
point menurut James et al. (2014) yaitu di atas 140/90 mmHg.
Riwayat obesitas keluarga adalah data riwayat keluarga contoh (ayah, ibu, kakek,
nenek, paman, bibi) yang mengalami obesitas yang diperoleh melalui wawancara
mendalam.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Gambaran Umum Wilayah
Desa Tanjungjaya merupakan salah satu desa yang terletak di wilayah
Kecamatan Tanjungjaya, Kabupaten Tasikmalaya, Jawa Barat. Desa Tanjungjaya
memiliki luas wilayah 412 ha, terdiri dari empat dusun (Cibeureum, Cikalapa,
Cikawungluwuk, dan Talun) serta delapan belas kampung (Cibeureum,
Kiarakoneng, Rancakalong, Cibengang, Cikalapa, Kalapanunggal, Pasirangin,
Cikawungluwuk, Cisadap, Cimenyan, Tanjungsari, Pasirjaya, Leuwimulang,
Rancagede, Talun, Cidamar, Bungursari, Babakan).
Berdasarkan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Desa (RPJMDes)
Tanjungjaya 2010, jumlah penduduk Desa Tanjungjaya adalah sebanyak 6 714 jiwa
yang terdiri dari 3 368 laki-laki dan 3 346 perempuan. Menurut data rekapitulasi
Nomor Induk Keluarga (NIK) yang diperoleh dari Sekretaris Desa, penduduk
perempuan umur lebih dari 15 tahun dan telah menikah berjumlah 2 334 jiwa yang
tersebar di delapan belas kampung. Tingkat pendidikan penduduk paling banyak
adalah lulusan SD (60.1%), sedangkan mata pencaharian penduduk paling banyak
sebagai petani, buruh dan pedagang.
Karakteristik Demografi dan Sosial Ekonomi Contoh
Umur seluruh contoh penelitian berkisar antara 18 sampai 72 tahun dengan
rata-rata umur contoh 41.2 ± 12.9 tahun. Tabel 3 menunjukkan sebanyak 51%
contoh berumur di bawah 41 tahun dan 49% berumur di atas 41 tahun. Ukuran
keluarga contoh paling banyak (62.5%) termasuk ke dalam keluarga kecil dengan
rata-rata 4.3 ± 1.5 orang.
11
Tabel 3 Sebaran contoh berdasarkan karakteristik demografi dan sosial-ekonomi
Karakteristik demografi dan sosial ekonomi na %b
Umur (tahun)
< 41 tahun
≥ 41 tahun
49
47
51.0
49.0
Ukuran keluarga
Kecil
Sedang
Besar
60
32
4
62.5
33.3
4.2
Pendidikan
Tidak tamat SD
Tamat SD
Tamat SMP
Tamat SMA
Tamat PT
15
43
26
10
2
15.6
44.8
27.1
10.4
2.1
Pekerjaan
Tidak bekerja
Buruh, Petani
Pedagang, Wiraswasta
Lainnya (PNS, guru, perawat)
47
21
21
7
48.9
21.9
21.9
7.3
Pendapatan per kapita per bulan
< Rp 286 097
≥ Rp 286 097
35
61
36.5
63.5
aJumlah contoh; bPersentase sebaran contoh berdasarkan karakteristik demografi dan sosial-ekonomi
terhadap total contoh
Sebanyak 44.8% contoh merupakan lulusan sekolah dasar (SD). Hal ini sesuai
dengan proporsi terbanyak pendidikan yang dijalani penduduk menurut RPJMDes
Tanjungjaya (2010). Sebanyak 48.9% contoh tidak bekerja, atau mengerjakan
pekerjaan rumah tangga saja.
Tabel 3 menunjukkan sebanyak 36.5% contoh memiliki pendapatan per
kapita per bulan di bawah garis kemiskinan nasional. Penduduk dikatakan miskin
jika pendapatannya berada di bawah garis kemiskinan. Menurut Badan Pusat
Statistika Indonesia (2014), garis kemiskinan Indonesia pada Maret 2014 adalah
sebesar Rp 286 097 per kapita per bulan.
Gaya Hidup Contoh
Tabel 4 menunjukkan bahwa sebanyak 84.4% contoh memiliki gaya hidup
dengan aktivitas fisik ringan. Aktivitas yang paling banyak dilakukan contoh adalah
tidur (rata-rata 7.5 jam per hari) dan duduk (rata-rata 3.2 jam per hari).
Gaya hidup selanjutnya adalah konsumsi sayur dan buah. Tabel 4
menunjukkan frekuensi konsumsi sayur dan buah contoh sebanyak 97.9% sama-
sama berada pada kategori kurang. Sebanyak 49% contoh mengonsumsi makanan
jajanan setidaknya satu kali sehari. Makanan jajanan yang paling banyak
12
dikonsumsi contoh adalah gorengan (sembilan kali per minggu), aneka es (dua kali
per minggu), dan bakso (dua kali per minggu). Hasil ini kemungkinan akan berbeda
jika data konsumsi sayur dan buah yang diteliti tidak sekedar menggambarkan
frekuensi konsumsinya saja, tetapi disertai dengan rata-rata jumlah (gram) sayur
dan buah yang biasa dikonsumsi contoh. Menurut anjuran Pedoman Gizi Seimbang
seseorang dianjurkan mengonsumsi sayur sebanyak tiga sampai lima porsi dan buah
sebanyak dua sampai tiga porsi sehari (Kemenkes RI 2014).
Tabel 4 Sebaran contoh berdasarkan gaya hidup
Gaya hidup na %b
Aktivitas fisik
Sangat ringan (PAL 1.40-1.69)
Ringan (PAL 1.70-1.99)
Sedang (PAL 2.0-2.4)
11
81
4
11.4
84.4
4.2
Konsumsi sayur
< 3 kali sehari
≥ 3 kali sehari
94
2
97.9
2.1
Konsumsi buah
< 2 kali sehari
≥ 2 kali sehari
94
2
97.9
2.1
Konsumsi makanan jajanan
≤ 1 kali sehari
> 1 kali sehari
49
47
51.0
49.0
aJumlah contoh; bPersentase sebaran contoh berdasarkan gaya hidup terhadap total contoh
Menurut data Riskesdas 2013, Provinsi Jawa Barat memiliki proporsi
penduduk yang cukup tinggi dalam konsumsi makanan manis dan makanan
berlemak. Proporsi penduduk Jawa Barat umur di atas 10 tahun yang mengonsumsi
makanan manis dan makanan berlemak lebih dari satu kali per hari adalah sebanyak
50.1%. Konsumsi sayur dan buah penduduk Jawa Barat umur di atas 10 tahun,
sebanyak 96.5% kurang mengonsumsi sayur dan buah (< 5 porsi per hari dalam
seminggu). Selain itu Jawa Barat merupakan salah satu dari lima provinsi di
Indonesia yang memiliki proporsi penduduk dengan perilaku sedentari lebih dari 6
jam per hari di atas proporsi nasional, yaitu sebanyak 33% (Kemenkes RI 2013).
Status Gizi dan Status Kesehatan Contoh
Status Gizi Berdasarkan IMT
Tabel 5 menunjukkan sebanyak 39.6% contoh memiliki status gizi normal,
dan mengalami kegemukan serta obesitas masing-masing sebanyak 26%. Menurut
Kemenkes RI (2013) prevalensi obesitas perempuan dewasa (umur di atas 18 tahun)
berdasarkan data Riskesdas 2013 adalah sebanyak 32.9%, naik 17.5% dari tahun
13
2010. Prevalensi obesitas pada perempuan umur lebih dari 18 tahun di Jawa Barat
adalah sebesar 35%, lebih tinggi dibandingkan prevalensi nasional.
Lingkar Perut
Variabel selanjutnya yang diukur adalah lingkar perut. Lingkar perut (LP)
contoh dapat menggambarkan keadaan obesitas sentral (LP > 80 cm). Contoh dalam
penelitian ini sebagian besar mengalami obesitas sentral (69.8%). Artinya, sebagian
besar contoh dalam penelitian ini memiliki risiko tinggi mengalami komplikasi
metabolik atau sindroma metabolik. Data Riskesdas 2013 menunjukkan prevalensi
obesitas sentral nasional pada tahun 2013 mengalami peningkatan, yaitu sebanyak
26.6%, meningkat dibandingkan tahun 2007 (18.8%).
Tabel 5 Sebaran contoh berdasarkan status gizi dan status kesehatan
Variabel na %b
Status gizi
Kurus
Normal
Kegemukan
Obesitas
8
38
25
25
8.3
39.6
26.0
26.0
Lingkar perut
Normal
Obesitas sentral
29
67
30.2
69.8
Tekanan darah
Normal
Prehipertensi
Stadium I
Stadium II
23
60
9
4
24.0
62.5
9.4
4.2
Riwayat obesitas keluarga
Ada
Tidak
58
38
60.4
39.6
aJumlah contoh; bPersentase sebaran contoh berdasarkan status gizi terhadap total contoh.
Tekanan Darah
Hasil dari pengukuran tekanan darah disesuaikan dengan kategori tekanan
darah menurut James et al. (2014). Sebanyak 62.5% contoh memiliki tekanan darah
yang termasuk ke dalam kategori prehipertensi, dan 24% status tekanan darah
contoh berada pada kategori normal. Data Riskesdas 2013 menunjukkan prevalensi
hipertensi di Jawa Barat (29.4%) lebih tinggi dibandingkan prevalensi hipertensi
nasional (26.5%).
Riwayat Obesitas Keluarga
Riwayat obesitas keluarga diamati untuk melihat ada atau tidak riwayat
obesitas pada keluarga inti contoh, seperti ayah, ibu, nenek, kakek, paman atau bibi
contoh. Secara keseluruhan sebanyak 60.4% contoh memiliki riwayat keluarga
dengan obesitas. Istilah kegemukan diartikan sebagai keadaan jaringan lemak tubuh
berlebihan pada jaringan bawah kulit. Menurut Boediman (2009), salah satu faktor
penyebab kegemukan adalah faktor keturunan atau genetik.
14
Profil Sebaran Obesitas Sentral
Tabel 6 menunjukkan sebaran contoh yang mengalami obesitas sentral
menurut karakteristik demografi dan sosial ekonomi, gaya hidup, serta status gizi
dan status kesehatan contoh. Menurut karakteristik demografi dan sosial ekonomi
contoh, persentase obesitas sentral tertinggi berada pada contoh berumur kurang
dari 41 tahun (35.4%), termasuk ke dalam keluarga kecil (46.9%), tamat SD
(30.2%), tidak bekerja (34.4%), serta pada pendapatan per kapita per bulan di atas
garis kemiskinan (48.9%).
Tabel 6 Profil sebaran obesitas sentral
Variabel na %b Variabel na %b
Umur (tahun)
< 41 tahun
≥ 41 tahun
34
33
35.4
34.4
Konsumsi sayur
< 3 kali sehari
67
69.8
Ukuran keluarga
≤ 4 orang
5-7 orang
> 7 orang
45
21
1
46.9
21.9
1.0
Konsumsi buah
< 2 kali sehari
≥ 2 kali sehari
66
1
68.8
1.0
Pendidikan
Tidak tamat SD
Tamat SD
Tamat SMP
Tamat SMA
Tamat PT
9
29
18
9
2
9.4
30.2
18.8
9.4
2.1
Konsumsi makanan
jajanan
< 1 kali sehari
≥ 1 kali sehari
34
33
35.4
34.4
Pekerjaan
Tidak bekerja
Buruh, petani
Pedagang, wiraswasta
Lainnyac
33
11
17
6
34.4
11.4
17.7
6.2
Status gizi
Normal
Kegemukan
Obesitas
18
24
25
18.8
25.0
26.0
Pendapatan per kapita per
bulan
< Rp 286 097
≥ Rp 286 097
20
47
20.8
48.9
Tekanan darah
Normal
Prehipertensi
Stadium I
Stadium II
18
40
6
3
18.8
41.7
6.3
3.1
Aktivitas fisik
Sangat ringan
Ringan
Sedang
6
59
2
6.3
61.5
2.1
Riwayat obesitas
keluarga
Ya
Tidak
44
23
45.8
23.9
aJumlah contoh yang mengalami obesitas sentral; bPersentase contoh yang mengalami obesitas
sentral terhadap jumlah total contoh; cLainnya: Pegawai negeri sipil, guru, perawat.
15
Menurut gaya hidup, persentase obesitas sentral tertinggi ditemukan pada
contoh dengan aktivitas fisik ringan sebanyak 61.5%, konsumsi sayur kurang dari
tiga kali sehari sebanyak 69.8%, konsumsi buah kurang dari dua kali sehari (68.8%),
serta pada contoh dengan konsumsi makanan jajanan kurang dari satu kali sehari
sebanyak 35.4%. Menurut status gizi, persentase obesitas sentral tertinggi berada
pada contoh dengan status gizi obesitas (26%). Sebaran obesitas sentral tertinggi
berdasarkan tekanan darah ditemukan pada contoh dengan kategori tekanan darah
prehipertensi (41.7%). Menurut riwayat obesitas keluarga, persentase obesitas
sentral tertinggi berada pada contoh yang memiliki riwayat keluarga dengan
obesitas (45.8%).
Hubungan Karakteristik Demografi dan Sosial Ekonomi dengan Obesitas
Sentral
Umur
Penurunan masa otot yang terjadi seiring bertambahnya umur berpengaruh
pada peningkatan masa lemak. Proporsi lemak yang disimpan di perut meningkat
seiring perubahan bentuk tubuh menjadi bentuk android (menyerupai buah pir)
yang salah satunya dipengaruhi faktor umur yang salah satunya disebabkan otot
dinding perut yang semakin kendur (Diaz et al. 2009). Hasil uji statistik
menunjukkan bahwa dalam penelitian ini tidak terdapat hubungan yang signifikan
antara umur contoh dengan obesitas sentral (r= 0.009, p= 0.931). Kecenderungan
yang tampak dari hasil uji hubungan tersebut adalah hubungan positif, meskipun
tidak signifikan. Artinya semakin tinggi umur contoh, semakin tinggi lingkar
perutnya. Tidak terdapatnya hubungan yang signifikan antara umur contoh dengan
kejadian obesitas sentral dalam penelitian ini diduga disebabkan persentase contoh
yang mengalami obesitas sentral memiliki perbedaan yang tidak begitu besar antara
contoh yang berumur kurang dari 41 tahun (35.4%) dengan contoh yang berumur
lebih dari 41 tahun (34.4%). Hasil uji statistik tersebut sesuai dengan penelitian
Harikedua dan Tando (2012) pada tokoh agama di Kota Manado yang menunjukkan
bahwa tidak terdapat hubungan yang signifikan antara umur dengan obesitas sentral.
Ukuran Keluarga
Tidak terdapat hubungan yang signifikan antara ukuran keluarga dengan
obesitas sentral (r= -0.170, p= 0.098). Hal ini diduga disebabkan sebagian besar
contoh (62.5%) memiliki ukuran keluarga yang tergolong keluarga kecil dengan
rata-rata jumlah anggota keluarga 4.3 ± 1.5 orang. Kecenderungan hubungan yang
tampak dari hasil tersebut adalah hubungan negatif, artinya, semakin kecil jumlah
anggota keluarga, semakin besar lingkar perut contoh. Ukuran keluarga
mempengaruhi frekuensi dan distribusi pangan yang dikonsumsi setiap anggota
keluarga. Semakin kecil jumlah anggota keluarga, semakin tinggi frekuensi makan
dan jumlah pangan yang dikonsumsi anggota keluarga, sehingga kemungkinan
mengalami obesitas sentral semakin tinggi. Penelitian yang dilakukan Sugianti et
al. (2009) menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan peluang obesitas sentral
menurut ukuran keluarga. Hal ini berarti bahwa subjek dengan ukuran keluarga
kecil, sedang atau besar memiliki peluang yang sama untuk mengalami obesitas
sentral.
16
Pendidikan
Tidak terdapat hubungan yang signifikan antara pendidikan contoh dengan
obesitas sentral (r=0.225, p=0.164). Penelitian yang dilakukan Rahmawati dan
Sudikno (2008) terhadap subjek di Kota Depok menunjukkan bahwa tingkat
pendidikan tidak berpengaruh terhadap status obesitas. Tingkat pendidikan belum
tentu menggambarkan pengetahuan seseorang mengenai gizi. Penelitian yang
dilakukan oleh Nainggolan dan Zuraida (2012) menunjukkan bahwa variabel
pengetahuan memiliki pengaruh yang kuat terhadap status gizi. Data penelitian ini
menunjukkan bahwa 44.8% contoh merupakan lulusan SD yang memungkinkan
kurangnya pengetahuan contoh mengenai gizi.
Pekerjaan
Tidak terdapat hubungan signifikan antara pekerjaan contoh dengan obesitas
sentral (r= 0.072, p= 0.486). Hal ini diduga disebabkan sebaran pekerjaan contoh
yang homogen. Data penelitian ini menunjukkan bahwa sebagian besar (48.9%)
contoh merupakan ibu rumah tangga yang tidak bekerja. Menurut Kantachuvessiri
et al. (2005), pengeluaran energi bervariasi dalam beberapa pekerjaan yang berbeda.
Beberapa pekerjaan melibatkan pengeluaran energi yang tinggi, sementara
pekerjaan yang lain melibatkan pengeluaran energi yang rendah. Pekerjaan yang
dimiliki contoh dalam penelitian ini yaitu, tidak bekerja, buruh, petani, pedagang,
wiraswasta, guru dan perawat. Contoh yang memiliki pekerjaan sebagai petani
tidak bertani setiap hari, namun merupakan petani musiman atau hanya bertani pada
musim panen atau musim tanam saja. Aktivitas rutin yang lebih banyak dilakukan
contoh dalam penelitian ini adalah aktivitas di dalam rumah tangga. Menurut Diana
et al. (2013),
Pendapatan Per Kapita Per Bulan
Terdapat hubungan yang signifikan antara pendapatan per kapita per bulan
dengan obesitas sentral (r=0.209, p=0.041). Hasil uji statistik tersebut menunjukkan
bahwa pendapatan per kapita per bulan berhubungan positif dengan obesitas sentral.
Semakin besar pendapatan per kapita per bulan, semakin besar lingkar perutnya.
Menurut Cahyono (2008), membaiknya tingkat ekonomi dapat mengubah pola
makan atau jenis makanan yang dikonsumsi seseorang. Subjek dengan pendapatan
menengah ke atas memiliki risiko mengalami kegemukan lebih tinggi dibandingkan
subjek yang memiliki pendapatan menengah ke bawah (Diana et al. 2013). Hal ini
diduga berhubungan dengan daya beli pangan contoh, contoh yang memiliki
pendapatan per kapita per bulan yang lebih tinggi akan memiliki daya beli pangan
yang lebih tinggi pula.
Hubungan Gaya Hidup Contoh dengan Obesitas Sentral
Aktivitas Fisik
Hasil uji statistik menunjukkan tidak terdapat hubungan yang signifikan
antara aktivitas fisik contoh dengan obesitas sentral (r= -0.056, p= 0.585).
Hubungan yang nampak adalah hubungan negatif, semakin rendah aktivitas fisik
contoh, semakin besar lingkar perutnya. Hasil ini sesuai dengan hasil penelitian
Mustamin (2010) pada ibu rumah tangga di Kota Makassar yang menunjukkan
bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara aktivitas fisik dengan kejadian
obesitas sentral pada ibu rumah tangga. Penelitian yang dilakukan Paramita (2013)
17
pada perempuan dewasa muda menunjukkan tidak ada hubungan yang signifikan
antara tingkat aktivitas dengan ukuran lingkar pinggang. Berdasarkan data
penelitian sebanyak 84.4% contoh memiliki aktivitas fisik ringan. Contoh lebih
banyak melakukan aktivitas rutin ibu rumah tangga, seperti tidur, memasak,
membereskan rumah, beribadah, menonton televisi, duduk, dan mengobrol.
Menurut Faisal (2010) obesitas dapat diartikan sebagai keadaan tubuh akibat
ketidakseimbangan jumlah energi yang masuk dengan pengeluaran energi oleh
tubuh, hal ini berarti terjadi ketidakseimbangan negatif antara asupan dengan
pengeluaran energi. Kegemukan dapat disebabkan oleh energi yang diasup lebih
banyak dibanding energi yang dikeluarkan. Energi yang diasup berasal dari pangan
yang dikonsumsi, sementara energi yang dikeluarkan salah satunya berasal dari
aktivitas fisik yang dilakukan subjek.
Konsumsi Sayur dan Buah
Terdapat hubungan yang signifikan antara konsumsi sayuran dengan obesitas
sentral (r= -0.222, p= 0.030). Hasil uji statistik tersebut menunjukkan adanya
kecenderungan hubungan negatif antara konsumsi sayuran contoh dengan obesitas
sentral. Artinya, semakin sedikit konsumsi sayuran contoh, semakin tinggi
kemungkinan contoh mengalami obesitas sentral. Makanan yang mengandung serat
tinggi yang berasal dari sayur dan buah-buahan dapat mengurangi kemungkinan
kegemukan karena mempunyai efek mengenyangkan, rendah kalori, tetapi
mengandung banyak vitamin dan mineral yang dibutuhkan tubuh (Arisandi dan
Andriani 2009). Esmaillzadeh dan Azadbakht (2008) pada perempuan Iran,
penelitian ini menunjukkan bahwa seseorang yang memiliki pola makan yang sehat
disertai asupan serat tinggi memiliki kemungkinan yang lebih kecil untuk
mengalami obesitas umum dan obesitas sentral. Selain sayur, buah-buahan juga
merupakan jenis pangan sumber serat. Hasil uji statistik menunjukkan tidak
terdapat hubungan yang signifikan antara konsumsi buah contoh dengan obesitas
sentral (r= -0.063, p= 0.543). Tidak adanya hubungan antara konsumsi buah dengan
kejadian obesitas sentral pada contoh diduga karena konsumsi buah contoh 97.9%
tergolong kurang (Diana et al. 2013), serta karena kandungan serat dari buah yang
dikonsumsi contoh tidak mencukupi kebutuhan. Menurut Rozaline (2006)
kandungan serat makanan pada sayuran lebih banyak dibandingkan pada buah-
buahan.
Konsumsi Makanan Jajanan
Hasil uji hubungan menunjukkan tidak terdapat hubungan yang signifikan
antara konsumsi makanan jajanan dengan obesitas sentral (r= 0.009, p= 0.931).
Menurut Beck (2011), peningkatan konsumsi makanan tinggi gula dan lemak
merupakan penyebab obesitas yang lebih penting daripada penurunan konsumsi
serat. Makanan jajanan yang paling banyak dikonsumsi contoh dalam penelitian ini
adalah gorengan, aneka es dan bakso. Selain frekuensi makanan jajanan, hal yang
tak kalah penting diamati adalah jumlah asupan energi dari makanan jajanan yang
dikonsumsi contoh dalam sehari. Contoh dalam penelitian ini sebagian besar (51%)
mengonsumsi makanan jajanan kurang dari atau sama dengan satu kali per hari,
sedangkan makanan jajanan yang paling sering dikonsumsi contoh adalah gorengan,
yaitu rata-rata sebanyak sembilan kali per minggu. Salah satu jenis gorengan yang
sering dikonsumsi contoh adalah taoge-tahu goreng dengan ukuran yang biasa
dikonsumsi yaitu satu potong kecil (kira-kira 50 gram). Menurut Daftar Kandungan
18
Bahan Makanan 2010, kandungan energi dalam 100 gram taoge-tahu goreng adalah
sebesar 392 kkal. Hal ini berarti jika kebutuhan energi contoh dalam sehari adalah
2200 kkal, makan kontribusi energi dari 50 gram makanan jajanan jenis taoge-tahu
goreng adalah 8.9%.
Penelitian yang dilakukan Guallar-Castillon et al. (2007) menunjukkan
bahwa kontribusi energi terhadap kebutuhan energi sehari dari makanan yang
digoreng adalah 12.6% pada wanita. Selain itu terdapat hubungan positif antara
konsumsi makanan yang digoreng dengan kejadian obesitas umum dan obesitas
sentral, prevalensi obesitas umum dan obesitas sentral meningkat dengan
meningkatnya asupan energi dari makanan yang digoreng.
Hubungan Status Gizi dan Status Kesehatan Contoh dengan Obesitas
Sentral
Status Gizi berdasarkan IMT
Terdapat hubungan yang signifikan antara status gizi contoh (r=0.656,
p=0.000) dengan obesitas sentral. Status gizi contoh berhubungan positif dengan
obesitas sentral. Semakin tinggi indeks massa tubuh contoh (semakin gemuk
contoh), lingkar perutnya semakin besar. Hal ini berarti adanya peningkatan berat
badan akan meyebabkan peningkatan lingkar perut. Penelitian ini menunjukkan
hasil yang sama dengan penelitian yang dilakukan Gierach et al. (2014) pada pasien
dengan sindroma metabolik yang menunjukkan terdapat hubungan yang signifikan
antara IMT dengan ukuran lingkar pinggang pasien. IMT dapat digunakan untuk
mengukur estimasi lemak viseral, komplikasi yang berhubungan dengan obesitas
akan meningkat ketika nilai IMT mencapai 25 kg/m2.
Tekanan Darah
Hasil uji statistik menunjukkan tidak terdapat hubungan yang signifikan
antara tekanan darah contoh dengan obesitas sentral (r= -0.078, p=0.450). Sebagian
besar contoh (62.4%) dalam penelitian ini memiliki kategori tekanan darah yang
termasuk dalam prehipertensi, sedangkan sebanyak 24% contoh memiliki tekanan
darah normal. Menurut Sugianti et. al (2009), obesitas sentral berhubungan dengan
peningkatan sindrom metabolik dan hipertensi. Penelitian yang dilakukan oleh
Rahajeng dan Tuminah (2009) menunjukkan bahwa seseorang yang mengalami
obesitas sentral berisiko 1.40 kali mengalami hipertensi.
Riwayat Obesitas Keluarga
Tidak terdapat hubungan signifikan antara riwayat obesitas keluarga dengan
obesitas sentral (r= 0.161, p= 0.110). Penelitian yang dilakukan Kantachuvessiri et
al. (2005) menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan antara riwayat obesitas
pada orang tua atau keturunan dengan obesitas contoh, namun terdapat hubungan
yang signifikan antara obesitas pada pasangan (suami/istri) dengan kejadian
obesitas contoh. Menurut Poirier 2016, obesitas merupakan penyakit kronis yang
penyebabnya multifaktor dan berkembang dari interaksi yang kompleks antara
faktor genetik dan lingkungan. Tidak terdapatnya hubungan antara riwayat obesitas
keluarga dengan obesitas contoh dapat disebabkan karena perubahan pola asuh
makan yang terjadi seiring dengan bertambahnya usia dan berubahnya gaya hidup
19
serta adanya interaksi antara gen dengan lingkungan (Kantachuvessiri et al. 2005),
sehingga lingkungan diduga memiliki pengaruh yang lebih besar.
Faktor Risiko Obesitas Sentral
Menurut Depkes RI (2008) kejadian obesitas sentral erat kaitannya dengan
sindroma metabolik dan berdampak pada munculnya berbagai penyakit degeneratif
seperti hipertensi, diabetes melitus dan penyakit kardiovaskular. Obesitas sentral
disebabkan oleh banyak faktor. Banyak penelitian yang dilakukan untuk
menganalisis faktor risiko obesitas sentral. Banyak faktor yang diduga berhubungan
dengan obesitas sentral pada ibu rumah tangga di Desa Tanjungjaya, Kecamatan
Tanjungjaya, Kabupaten Tasikmalaya. Namun setelah dilakukan analisis bivariat,
tidak semua faktor signifikan untuk dimasukkan ke dalam model regresi.
Uji regresi logistik biner metode Forward Stepwise digunakan untuk
mengetahui variabel yang menjadi faktor risiko obesitas sentral pada contoh. Hasil
uji regresi logistik menunjukkan bahwa contoh yang memiliki pendapatan per
kapita per bulan yang berada di bawah garis kemiskinan berpeluang 0.397 kali
mengalami obesitas sentral dibandingkan contoh yang memiliki pendapatan per
kapita di atas garis kemiskinan (r= -0.923, p=0.044, OR=0.397). Hal ini berarti
pendapatan per kapita per bulan yang berada di bawah garis kemiskinan merupakan
faktor yang dapat menghambat kejadian obesitas sentral pada contoh. Uji korelasi
Spearman menunjukkan adanya hubungan signifikan positif antara pendapatan per
kapita per bulan dengan lingkar perut contoh, artinya semakin besar pendapatan per
kapita per bulan contoh, semakin besar lingkar perutnya. Hasil penelitian ini
menunjukkann bahwa contoh memiliki konsumsi sayur dan buah yang berada di
bawah anjuran Pedoman Gizi Seimbang, selain itu sebagian besar contoh
setidaknya mengonsumsi makanan jajanan satu kali dalam sehari. Menurut
Cahyono (2008) membaiknya tingkat ekonomi merubah gaya hidup seseorang,
salah satunya dalam pemilihan makanan. Makanan fast food yang berlemak tinggi,
makanan tinggi karbohidrat dan kalori saat ini lebih digemari untuk dikonsumsi
dibandingkan makanan tradisional yang lebih menyehatkan.
Adanya faktor-faktor lain yang berpengaruh terhadap obesitas sentral diduga
menjadi penyebab beberapa variabel dalam penelitian ini tidak signifikan dalam
analisis multivariat. Adanya confounding factor yang saling berinteraksi dalam
analisis dapat menyebabkan suatu variabel menjadi tidak signifikan. Menurut
Hastono (2006), confounding merupakan kondisi bias dalam estimasi efek pajanan
terhadap kejadian masalah kesehatan, akibat dari perbandingan yang tidak
seimbang antara kelompok ekspos dengan kelompok non ekspos.
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Hasil statistik menunjukkan sebanyak 69.8% contoh mengalami obesitas
sentral. Persentase obesitas sentral paling tinggi berada pada contoh berumur di
20
bawah 41 tahun, ukuran keluarga ≤ 4 orang, tingkat pendidikan tamat SD, tidak
bekerja, pendapatan per kapita per bulan di atas garis kemiskinan, aktivitas fisik
ringan, konsumsi sayur kurang dari tiga kali sehari, konsumsi buah kurang dari dua
kali sehari, konsumsi makanan jajanan kurang dari satu kali sehari, status gizi
obesitas, tekanan darah prehipertensi, serta memiliki riwayat keluarga dengan
obesitas.
Hasil analisis korelasi Spearman menunjukkan terdapat hubungan nyata
positif antara pendapatan per kapita per bulan dan status gizi dengan obesitas sentral.
Selain itu terdapat hubungan nyata negatif antara konsumsi sayur dengan obesitas
sentral. Hasil uji regresi logistik menunjukkan faktor risiko obesitas sentral pada
ibu rumah tangga di Desa Tanjungjaya Kecamatan Tanjungjaya Kabupaten
Tasikmalaya adalah pendapatan per kapita per bulan di bawah garis kemiskinan.
Saran
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa sebagian besar masyarakat masih
memiliki gaya hidup yang kurang baik jika dilihat dari aktivitas fisik, konsumsi
sayur dan buah, serta konsumsi makanan jajanan. Masyarakat disarankan untuk
lebih memperhatikan gaya hidup, terutama dalam pola makan dan aktivitas fisik.
Obesitas sentral dapat dicegah dan ditanggulangi dengan melaksanakan pola hidup
sehat, misalnya membiasakan olahraga, meningkatkan konsumsi sayur dan buah,
serta membatasi konsumsi makanan yang berisiko. Pemerintah dapat menggunakan
hasil Riskesdas dan hasil penelitian terkait sebagai referensi untuk meningkatkan
aksi promosi mengenai pola hidup sehat kepada masyarakat. Selain itu penelitian
selanjutnya diharapkan dapat dilakukan dengan menganalisis variabel lain yang
diduga berpengaruh terhadap kejadian obesitas sentral pada ibu rumah tangga di
Desa Tanjungjaya Kecamatan Tanjungjaya Kabupaten Tasikmalaya (seperti faktor
stres, kebiasaan merokok).
DAFTAR PUSTAKA
Arisandi Y, Andriani Y. 2009. Pengaruh Makanan terhadap Kesehatan. Jakarta
(ID): Eska Media.
Beck M.E. 2011. Ilmu Gizi dan Diet. Kristiani, penerjemah; Hartanto D.A, editor.
Yogyakarta (ID): Penerbit ANDI. Terjemahan dari: Nutrition and Dietetics for
Nurses.
[BKKBN] Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional. 1998. Buku Pegangan
untuk Petugas Lapangan Mengenai Reproduksi Sehat. Jakarta (ID): BKKBN
Boediman D. 2009. Sehat Bersama Gizi. Jakarta (ID): CV Sagung Seto.
[BPS] Badan Pusat Statistik. 2014. Jumlah dan Persentase Penduduk Miskin, Garis
Kemiskinan, Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1), dan Indeks Keparahan
Kemiskinan (P2) Menurut Provinsi, Maret 2014. [internet]. [diacu 20 Agustus
2014]. Tersedia dari:
http://www.bps.go.id/tab_sub/view.php?kat=1&tabel=1&daftar=1&id_subyek
=23¬ab=1.
21
Cahyono J.B.S.B. 2008. Gaya Hidup dan Penyakit Modern. Yogyakarta (ID):
Penerbit Kanisius.
[Depkes RI] Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 2008. Riset Kesehatan
Dasar (RISKESDAS) 2007. Jakarta (ID): Badan Penelitian dan Pengembangan
Kesehatan Departemen Kesehatan RI.
[Depkes RI] Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 2010. Laporan Hasil Riset
Kesehatan Dasar Indonesia (RISKESDAS) 2010. Jakarta (ID): Badan Penelitian
dan Pengembangan Kesehatan Departemen Kesehatan RI.
Diaz M.E, Jimenez S, Garcia R.G, Bonet M, Wong I. 2009. Overweight, obesity,
central adiposity and associated chronic diseases in Cuban adult. MEDICC
Review. 11(4):23-28.
Esmaillzadeh A, Azadbakht L. 2008. Major dietary patterns in relation to general
obesity and central adiposity among Iranian women. J. Nutr. 138:358-363.
Faisal Y. 2010. Kendalikan Obesitas dan Diabetes. Jakarta: Indocamp.
FAO/WHO/UNU. 2001. Human Energy Requirements. Rome (IT): Food and
Agriculture of United Nation, World Health Organization, and United Nation
University.
Gierach M, Gierach J, Ewertowska M, Arndt A, Junik R. 2014 correlation between
body mass index ana waist circumference in patients alt metabolic syndrome.
IRSN Endocrinology. 2014:1-6
Guallar-Castillon P, Rodrigues-Artalejo F, Fornes NS, Banegas JR, Extezarreta PA,
Ardanaz E, Barricarte A, Chirlaque M, Iraeta MD, Jakszyn P et al. 2007. Intake
of fried foods is associated with obesity in the Cohort of Spanish Adults from
The European Prospective Investigation into Cancer and Nutrition. Am J Clin
Nutr. 86:198 –205.
Hastono S.P. 2006. Analisis Data. Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas
Indonesia.
Harikedua V.T, Tando N.M. 2012. Aktivitas fisik dan pola makan dengan obesitas
sentral pada tokoh agama di Kota Manado. GIZIDO. 4:289-298.
Istiqamah N, Sirajuddin S, Indriasari R. 2013. Hubungan pola hidup sedentarian
dengan kejadian obesitas sentral pada pegawai pemerintahan di Kantor Bupati
Kabupaten Jeneponto. MKMI. 1:1-13
James PA, Oparril S, Carter BL, Pharm D, Cushman WC, Himmelfarb CD, Handler
J, Lackland DT, LeFevre ML, MacKenzie TD, et al. 2014. Evidence-based
guideline for the management of high blood preassure in adults: report from The
Panel Members Appointed to The Eighth Joint National Commitee (JNC8).
JAMA. 311(5):507-520.doi:10.1001/jam.2013.284427.
Kantachuvessiri A, Sirivichayakul C, KaewKungwal J, Tungtrongchitr R, Lotrakul
M. 2005. Factors associated obesity among worker in a metropolitan waterworks
authority. South Asizn J Trop Med Public Health. 36: 1057-1065.
[Kemenkes RI] Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. 2013. Riset Kesehatan
Dasar (RISKESDAS) 2013. Jakarta (ID): Badan Penelitian dan Pengembangan
Kesehatan Kementrian Kesehatan RI.
[Kemenkes RI] Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. 2014. Pedoman Gizi
Seimbang. Jakarta (ID): Kemenkes RI.
Mustamin. 2010. Asupan energi dan aktivitas fisik dengan kejadian obesitas sentral
pada ibu rumah tangga di Kelurahan Ujung Pandang Baru Kecamatan Tallo Kota
Makassar. Media Gizi Pangan. 10(2):60-65.
22
Nainggolan J, Zuraida R. 2012. Hubungan antara pengetahuan dan sikap ibu dengan
status gizi balita di wilayah kerja puskesmas Rajabasa Indah Kelurahan Rajabasa
Raya Bandar Lampung. Majority. 1:62-72
Paramita I. 2013. Analisis hubungan konsumsi buah dan sayur dengan ukuran
lingkar pinggang pada perempuan usia dewasa muda [skripsi]. Bogor (ID):
Institut Pertanian Bogor.
___. Rencana Pembangunan Jangka Menengah Desa Tanjungjaya 2010.
Poirier P. 2006. Abdominal obesity: an important risk factor in clinical and
interventional cardiology. CMReJournal. 2:7-14.
Rahajeng E, Tuminah S. 2009. Prevalensi hipertensi dan determinannya di
Indonesia [catatan penelitian]. Maj Kedokt Indon. 59:580-587.
Rahmawati, Sudikno. 2008. Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap status gizi
obesitas orang dewasa di Kota Depok tahun 2007. Gizi Indon. 31(1): 35-48.
Rozaline H, Sekarindah T. 2006. Terapi Jus Buah dan Sayur. Depok (ID): Niaga
Swadaya.
Sugianti E. 2009. Faktor risiko obesitas sentral pada orang dewasa di Sulawesi
Utara, Gorontalo dan DKI Jakarta [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor
Sugianti E, Hardinsyah, Afriansyah N. 2009. Faktor risiko obesitas sentral pada
orang dewasa di DKI Jakarta: analisis lanjut data riskesdas. Gizi Indon.
32(2):105-116.
[WHO]. World Health Organization. 2000. Obesity: Preventing and Managing The
Global Epidemic. Report of a WHO consultation. Geneva (CH).
[WHO]. World Health Organization. 2008. Waist Circumference and Waist-Hip
Ratio: Report of A WHO Consultation. Geneva (CH).
[WHO]. World Health Organization. 2010. World Health Statistics. Geneva (CH).
23
Lampiran 1 Hasil analisis bivariat korelasi Spearman dan Kontingensi
A B C D E F G H I J K L M
A 1.000
B −.170 1.000
C .156 .196 1.000
D .056 .140 .070 1.000
E .656 (**) −.055 .066 .152 1.000
F −.078 .113 −.157 .003 .137 1.000
G .009 −.147 −.352
(**)
−.082 −.006 .438
(**)
1.000
H .209 (*) −.317
(**)
.244 (*) −.033 .237(*) .005 −.124 1.000
I .222 (*) −.286(**) −.179 .163 .180 −.031 −.003 .041 1.000
J .063 −.174 −.179 −.384
(**)
−.040 −.031 .143 −.110 −.021 1.000
K .009 .195 .261 (*) .019 .007 −.055 −.125 .049 −.149 −.149 1.000
L .225 1.000
M .161 1.000
** korelasi signifikan pada p<0.01; * korelasi signifikan pada p<0.05
A= obesitas sentral, B= ukuran keluarga, C= pendidikan, D aktivitas fisik, E= status gizi berdasarkan IMT, F= tekanan darah, G=umur, H=
pendapatan per kapita per bulan, I= konsumsi sayur, J= konsumsi buah, K= konsumsi makanan jajanan, L= pekerjaan, M= riwayat obesitas
keluarga.
24
Lampiran 2 Hasil analisis regresi logistik
Block 1: Metode = Forward Stepwise (Likelihood Ratio)
Model Summary
Step -2 Log likelihood Cox & Snell R
Square
Nagelkerke R
Square
1 113.523a .042 .059 a. Estimasi dihentikan di iterasi nomor 4 karena parameter estimasi berubah kurang dari 0.001
Case Processing Summary
Unweighted Cases a N Percent
Selected Cases Included in Analysis 96 100.0
Missing Cases 0 .0
Total 96 100.0
Unselected Cases 0 .0
Total 96 100.0 a. Jika pertimbangan berlaku, lihat tabel klasifikasi untuk jumlah total kasus.
Variable in Equation
B S.E Wald df Sig. Exp(B) 95.0% C.I for
EXP (B)
Lower Upper
Step
1a
pendapatan per kapita
< Rp 286097
-.923 .458 4.073 1 0.44 .397 .162 .974
Konstanta 1.211 .304 15.822 1 .000 3.357
a. Variabel yang dimasukkan pada step 1: pendapatan per kapita < Rp 286 097
Variable not in the Equation
Score df Sig.
Step 1 Variable Keluarga kecil 2.847 2 .241
Keluarga sedang .737 1 .391
Keluarga besar .018 1 .894
Tidak bekerja 3.551 3 .314
Buruh, petani .011 1 .917
Pedagang, wiraswasta 2.370 1 .124
Lainnya 1.494 1 .222
Terdapat riwayat obesitas keluarga 2.633 1 .105
Overall Statistics 10.165 6 .118
25
Lampiran 3 Kuesioner penelitian
Kode Responden :
KUESIONER PENELITIAN
FAKTOR RISIKO OBESITAS SENTRAL DI DESA TANJUNGJAYA
KABUPATEN TASIKMALAYA
“Saya yang bertanda tangan di bawah ini bersedia menjadi objek penelitian dan
bersedia mengisi data berikut dengan sebenar-benarnya tanpa paksaan dari
siapapun.”
Tanda tangan
(.......................)
Sheet 1: COVER
A. Halaman Muka
A1. Nama Pewawancara : ....................................................................
A2. Nama Responden : ....................................................................
A3. Umur : ...........................................................tahun
A4. Tanggal Lahir :.....................................................................
A5. Nomor telepon/HP :.....................................................................
A6. Nama Kepala Keluarga :.....................................................................
A7. Nama Kampung RT/RW : ....................................................................
A8. Kode responden/contoh : ....................................................................
A9. Tanggal wawancara : ....................................................................
DEPARTEMEN GIZI MASYARAKAT
FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2014
26
Kode Responden :
Sheet 2: OBSERVASI
B. Observasi dan Pengukuran
B1. Berat Badan :...............kg
B2. Tinggi Badan :..............cm
B3. IMT :..............kg/m2
B3. Lingkar Perut :..............cm
B4. Tekanan Darah :..............mmHg
Sheet 3: SOSEK
C. Sosial / Ekonomi
C1. Pendidikan terakhir ibu : TIDAK TAMAT SD/SD/SMP/SMA/S1/S2/S3*
C2. Pekerjaan ibu : .....................................................................
C3. Ukuran keluarga : .............................................................orang
C4. Pendapatan / bulan
1. Ayah = Rp. …………...
2. Ibu = Rp. …………...
3. Anak = Rp. …………...
4. Anggota keluarga lainnya = Rp. …………...
5. Total Pendapatan = Rp. …………...
*) coret yang tidak perlu
Sheet 4: RwytKlrg
D. Riwayat Keluarga
Apakah ada dari keluarga ibu (ayah, ibu, kakek, nenek, paman, bibi, dll) salah
seorang atau lebih yang mengalami obesitas sentral?
a. Ya, sebutkan: ………………
b. Tidak ada
E. Gaya Hidup
Sheet 5: RecallAktvFsk
E11. Aktivitas fisik sehari-hari (24 jam)
Isilah sesuai aktivitas yang dikerjakan sehari-hari.
Contoh: Waktu Aktivitas Durasi (jam)
Pagi
(bangun tidur – 12.00)
Mencuci 1
27
Tanggal wawancara:
Waktu Aktivitas Durasi (jam)
Pagi (bangun tidur -12.00)
Pagi (bangun tidur -12.00)
Siang (12.00 – 16.00)
Sore (16.00 – 19.00)
Malam (19.00 - tidur
Mohon diisi dengan durasi Anda tidur malam
Jumlah durasi selama 1 (satu) hari 24
Sheet 6: FFQ
E12. Frekuensi Pangan
Isilah pada salah satu kolom (Frekuensi ...per)
FOOD FREQUENCY (FFQ)
No. Klp
Pangan Jenis Pangan
Frekuensi ....per Jumlah
(URT) Hari Minggu Bulan Tahun
1. Serealia dan Umbi-umbian
a. Nasi
b. Singkong
c. Jagung
d. Ubi
e. Kentang
f. .......
2. Protein Hewani
a. Ayam
b. Hati ayam
c. Daging sapi
28
No. Klp
Pangan Jenis Pangan
Frekuensi ....per Jumlah
(URT) Hari Minggu Bulan Tahun
d. Daging kambing
e. Ikan darat segar
f. Telur ayam
g. Telur bebek
h. Ikan laut segar
i. Ikan asin
j. Susu
k. Keju
l. .......
3. Sayuran
a. Kangkung
b. Bayam
c. Sawi
d. Kol putih
e. Wortel
f. Brokoli
g. Kembang kol
h. Daun singkong
i. Daun pepaya
j. Daun melinjo
k. Kacang panjang
l. Buncis
m. Terong
n. Baby corn
o. Selada
p. Labu siam
q. Tomat
r. Timun
s. Pare
t. Sayuran
lainnya....
4. Buah
a. Pisang
b. Pepaya
c. Jeruk manis
d. Jambu biji
e. Mangga
f. Semangka
g. Melon
h. Nanas
i. Nangka
j. Rambutan
k. Salak
l. Durian
m. Duku
n. Kedondong
o. Alpukat
p. Belimbing
q. Sirsak
29
No. Klp
Pangan Jenis Pangan
Frekuensi ....per Jumlah
(URT) Hari Minggu Bulan Tahun
r. Manggis
s. Stroberi
t. Pear
u. Apel
v. Buah lainnya...
5. Kacang-kacangan
a. Tahu
b. Tempe
c. Kacang hijau
d. Kacang tanah
e. Kacang merah
f. Oncom
g. .......
6. Jajanan
a. Bakso
b. Siomay
c. Batagor
d. Mie ayam
e. Gorengan
f. Ketoprak
g. Es krim
h. Aneka es (sirop,
es lilin,dll)
i. .......
7. Lain – lain
a. Gula
b. Kopi
c. Teh
d. Kerupuk
e. lainnya...
30
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Tasikmalaya pada tanggal 17 Januari 1992 dari (Alm)
Bapak Nasihin dan Ibu Yeni Rosyanti. Penulis merupakan anak pertama dari empat
bersaudara. Wali penulis bernama Daryat.
Tahun 2010 penulis lulus dari Madrasah Aliyah Negeri (MAN) Model
Cipasung Tasikmalaya, dan pada tahun yang sama penulis lulus seleksi masuk IPB
melalui jalur Program Beasiswa Santri Berprestasi (PBSB) Kementerian Agama RI
(BUD Kemenag). Penulis memilih mayor Ilmu Gizi, Departemen Gizi Masyarakat,
Fakultas Ekologi Manusia.
Selama mengikuti perkuliahan, penulis aktif di keorganisasian Community of
Santri Scholars of Ministry of Religious Affairs (CSS MoRA) IPB. Tahun 2010
penulis merupakan anggota Klab Kulinari di bawah keorganisasian Himpunan
Mahasiswa Ilmu Gizi, serta aktif sebagai pengurus di keorganisasian CSS MoRA
IPB sebagai bendahara Departemen Pengembangan dan Sumber Daya Manusia
periode 2011-2012 dan sebagai staf Departemen Sosial dan Lingkungan periode
2012-2013. Penulis juga aktif sebagai panitia di beberapa acara seperti staf Divisi
Publikasi Pekan Santri Berprestasi Nasional 2010, ketua Divisi Konsumsi Gebyar
Prestasi Santri Nasional 2011 dan sebagai bendahara Bina Pesantren 2013 yang
diadakan oleh CSS MoRA IPB. Selain itu penulis juga aktif sebagai panitia maupun
peserta pada beberapa acara dan seminar yang berlangsung di departemen, fakultas
dan IPB.
Penulis memiliki pengalaman sebagai pengajar di Taman Pendidikan Al-
Qur’an (TPA) di daerah Carangpulang, Dramaga pada Juni sampai Juli 2011. Bulan
Juli sampai dengan Agustus 2013 penulis melakukan Kuliah Kerja Profesi (KKP)
di Desa Sungai Cuka, Kecamatan Kintap, Kabupaten Tanah Laut, Kalimantan
Selatan. Selain itu pada bulan Februari sampai Maret 2014 penulis melakukan
Internship Dietetic (ID) di Rumah Sakit Islam Jakarta Pondok Kopi.