PENGARUH DEBT DEFAULT, OPINI AUDIT TAHUN SEBELUMNYA, KEBERADAAN KOMITE AUDIT, DAN KEPEMILIKAN MANAJERIAL TERHADAP KEMUNGKINAN PENERIMAAN OPINI GOING CONCERN SKRIPSI Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Menyelesaikan Program Sarjana (S1) Pada Program Sarjana Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta Di Susun Oleh: MUZTAHID AMIN 106082002646 JURUSAN AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1432 H/2011
95
Embed
PENGARUH DEBT DEFAULT, OPINI AUDIT TAHUN …penerimaan opini going concern adalah signifikan secara statistic. Sementara, adanya komite audit dan besaran kepemilikan manajerial terhadap
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
PENGARUH DEBT DEFAULT, OPINI AUDIT TAHUN SEBELUMNYA,
KEBERADAAN KOMITE AUDIT, DAN KEPEMILIKAN MANAJERIAL
TERHADAP KEMUNGKINAN PENERIMAAN OPINI GOING CONCERN
SKRIPSI
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Menyelesaikan Program Sarjana (S1) Pada Program Sarjana Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta
Di Susun Oleh:
MUZTAHID AMIN
106082002646
JURUSAN AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
untuk memberikan pernyataan tidak memberikan pendapat.
16
3. Jika manajemen memiliki rencana tersebut, langkah selanjutnya yang
harus dilakukan oleh auditor adalah menyimpulkan efektivitas rencana
tersebut.
a. Jika auditor berkesimpulan rencana tersebut tidak efektif, auditor
menyatakan tidak member pendapat.
b. Jika auditor berkesimpulan rencana tersebut efektif dan klien
mengungkapakn dalam catatan laporan keuangan, auditor menyatakan
pendapat wajar tanpa pengecualian.
c. Jika auditor berkesimpulan rencana tersebut efektif akan tetapi klien
tidak mengungkapkan dalam catatan laporan keuangan, auditor
memberikan pendapat tidak wajar.
Degan adanya pedoman tersebut diharapkan auditor mampu
memberikan opini audit yang sesuai dengan kondisi perusahaan yang sedang
diauditnya mengenai going concern. Juga sebagai bentuk keseragaman
antara para auditor dalam alasannya memberikan opini going concern
terhadap sebuah perusahaan.
Pedoman tersebut dapat divisualisasikan seperti bagan berikut ini:
17
Gambar 2.1
Pedoman Pernyataan Pendapat Going Concern
Sumber: IAI, 2001:73
Bagaimanapun juga tidak ada panduan yang jelas atas hasil penelitian
yang dapat dijadikan pemilihan tipe going concern report yang harus dipilih.
Karena pemberian status going concern bukanlah suatu tugas yang mudah
(Khon dan Tan,1999 dalam Badingatus, 2007). Jika auditor menyimpulkan
Ya
Apakah ada
rencana
manajemen?
Apakah cukup
pengungkapan?
Apakah rencana
manajemen efektif dilaksanakan?
Tidak
memberikan
Pendapat
Tidak
memberikan
Pendapat
Pendapat wajar
dengan
pengecualian atau
pendapat tidak wajar
Pendapat wajar
tanpa
pengecualian Tidak
Ya
Ya
Ya
Tidak
Tidak
Tidak
Auditor sangsi atas
kelangsungan hidup
satuan usaha ?
18
keragu-raguan atas kemampuan perusahaan untuk melanjutkan usahanya,
pendapat wajar tanpa pengecualian dengan paragraf penjelas perlu dibuat,
terlepas dari pengungkapan dalam laporan keuangan. PSA 30 membolehkan
tetapi tidak menganjurkan pernyataan tidak memberikan pendapat kerena
adanya kesangsian atas kelangsungan hidup.
4. Debt Default
Debt default didefinisikan sebagai kegagalan debitor
(perusahaan) untuk membayar utang pokok dan atau bunganya pada
waktu jatuh tempo (Ramadhany, 2004:41). Dalam PSAK 30, indikator
going concern yang banyak digunakan oleh auditor dalam memberikan
keputusan opini audit adalah kegagalan dalam memenuhi kewajiban
hutangnya (default). Penyebab defaultnya suatu hutang disebabkan
oleh kurangnya likuiditas perusahaan untukmembayar pokok dan
bunganya pada saat jatuh tempo. Hal ini dikarenakan lemahnya
manajemen modal kerja perusahaan dan tidak tercapainya target
penjualan yang diharapkan sehingga kemampuan perusahaan dalam
menghasilkan kas memberikan kontribusi yang cukup berarti bagi
kondisi keuangan perusahaan dimana sebagian dari kas akan
dianggarkan sebagai dana pelunasan hutang (kompas).
Ramadhany (2004:27) dalam penelitiannya menulis bahawa
wawancara yang dilakukan Munchler (1984) terhadap auditor
menyatakan bahwa mereka tidak perlu menggunakan analisis rasio
19
dalam memutuskan keputusan going concern. Auditor hanya perlu
berkonsentrasi pada identifikasi indikator-indikator yang lebih jelas
dari potensi masalah going concern.
Dapat dikatakan bahwa status hutang perusahaan merupakan faktor
pertama yang akan diperiksa oleh auditor untuk mengukur kesehatan
keuangan perusahaan. Ketika jumlah hutang perusahaan sudah sangat
besar, maka aliran kas perusahaan tentunya banyak dialokasikan untuk
menutupi hutangnya, sehingga akan mengganggu kelangsungan
operasi perusahaan. Apabila hutang ini tidak mampu dilunasi, maka
kreditor akan memberikan status default.
Status default dapat meningkatkan kemungkinan auditor
mengeluarkan laporan going concern. Dengan menambahkan variabel
default hutang pada model prediksi going concern yang sebelumnya hanya
memasukkan variabel-variabel rasio keuangan saja.
Chen dan Church (1992) dalam penelitiannya meneliti manfaat
status default terhadap kewajiban hutang dalam pengeluaran opini audit
going concern. Dari 127 perusahaan yang menerima opini going concern
pertama kalinya dari tahun 1983 sampai 1986, sebanyak 98 perusahaan
dalam keadaan default atau dalam proses restrukturisasi kewajiban hutang
mereka, tujuannya adalh untuk menghindari default selanjutnya.
Sebaliknya, hanya satu dari 127 perusahaan didalam sampel kendali berada
dalam default. Dimana sampel kendali meliputi perusahaan-perusahaan
yang setidaknya memiliki satu karakteristik perusahaan bermasalah (yaitu,
20
modal kerja negatif, defisit dalam laba ditahan) dan menerima opini bersih.
Pada penelitian tersebut ditemukan hubungan yang kuat antara
variabel default dengan keputusan opini going concern. Hasil temuannya
juga menyatakan bahwa kesulitan dalam mentaati persetujuan hutang,
fakta-fakta pembayaran yang lalai atau pelanggaran perjanjian,
memperjelas masalah going concern suatu perusahaan. Dengan penelitian
yang dilakukan Chen dan Church tersebut menjelaskan debt default atau
status default pada hutang berpengaruh pada pemberian opini going
concern oleh auditor.
5. Opini Audit Tahun Sebelumnya
Opini audit tahun sebelumnya adalah opini audit yang diterima
auditee pada tahun sebelumnya atau 1 tahun sebelum tahun penelitian.
Opini audit tahun sebelumnya ini dikelompokkan menjadi 2 yaitu
auditee dengan opini going concern (GCAO) dan tanpa opini going concern
(NGCAO).
Mutchler (1984) melakukan wawancara dengan praktisi auditor
yang menyatakan bahwa perusahaan yang menerima opini audit going
concern pada tahun sebelumnya lebih cenderung untuk menerima opini
yang sama pada tahun berjalan. Mutchler (1984) menguji pengaruh
ketersediaan informasi publik terhadap prediksi opini audit going concern,
yaitu tipe opini audit yang telah diterima perusahaan. Hasilnya
menunjukkan bahwa model discriminant analysis yang memasukkan
21
tipe opini audit tahun sebelumnya mempunyai akurasi prediksi
keseluruhan yang paling tinggi sebesar 89,9 persen dibanding model yang
lain.
Penelitian oleh Ramadhany (2004) memperkuat bukti mengenai
opini audit going concern yang diterima tahun sebelumnya dengan opini
audit going concern tahun berjalan. Ada hubungan positif yang
signifikan antara opini audit going concern tahun sebelumnya dengan
opini audit going concern tahun berjalan. Apabila pada tahun
sebelumnya auditor telah menerbitkan opini audit going concern, maka
akan semakin besar kemungkinan auditor untuk menerbitkan kembali
opini audit going cocern pada tahun berikutnya. Dengan adanya penelitian
dari Mutchler dan Ramadhany menjadi bukti kuat pengaruh dari opini
auditor tahun sebelumnya dengan kemungkinan penerimaan opini going
concern pada laporan keuangan suatu perusahaan.
6. Keberadaan Komite Audit
Komite audit merupakan komite yang dibentuk oleh Dewan
Komisaris untuk melakukan tugas pengawasan pengelolaan
perusahaan. Komite audit dianggap sebagai penghubung antara
pemegang saham dan dewan komisaris dengan pihak manajemen dalam
menangani masalah pengendalian (Nasution dan Setiawan, 2007).
Kewenangan komite audit hanya sebatas memberikan rekomendasi
kepada dewan komisaris, kecuali jika komite audit mendapatkan kuasa
22
dari dewan komisaris, misalnya untuk menentukan komposisi auditor
eksternal. Meskipun demikian, peran komite audit dalam meningkatkan
kinerja perusahaan cukup penting. The Institute of Internal Auditors
(IIA) merekomendasikan bahwa setiap perusahaan publik harus memiliki
Komite Audit yang diatur sebagai komite tetap (Forum for Corporate
Governance Indonesia, 2000). Penelitian oleh Wedari (2007) menguji
pengaruh keberadaan komite audit dengan praktik manajemen laba, hasilnya
keberadaan komite audit berpengaruh secara signifikan dengan aktifitas
manajemen laba.
Auditor terkadang mendapatkan tekanan dari manajemen dan
pemegang saham atas pemberian opini auditnya. Manajemen tentunya
menginginkan opini audit atas laporan keuangannya yang bersih,
dalam artian wajar tanpa pengecualian. Oleh karena itu, keberadaan
komite audit sangat penting untuk meredakan tekanan terhadap auditor
untuk menghasilkan opini yang wajar tanpa pengecualian.
7. Kepemilikan Manajerial
Menurut Jensen dan Meckling (1976), perbedaan kepentingan dan
perilaku oportunistik berbanding terbalik dengan bagian kepemilikan
pihak dalam, karena kepemilikan pihak dalam (manajemen) bertindak
sebagai sarana pengawasan yang membawa pada kualitas pelaporan yang
lebih tinggi. Jadi, semakin besar saham yang dimiliki oleh manajemen,
mereka akan bertindak lebih hati-hati dalam membuat keputusan dan
23
berusaha mencegah perilaku oportunistik, seperti memanipulasi
laporan keuangan dan manajemen laba.
Besar kecilnya jumlah kepemilikan saham manajerial dalam
perusahaan dapat mengindikasikan adanya kesamaan (congruance)
kepentingan antara manajemen dengan pemegang saham (Faizal, 2004).
Dengan meningkatkan persentase kepemilikan, diharapkan manajer
termotivasi untuk meningkatkan kinerja dan bertanggung jawab
meningkatkan kemakmuran pemegang saham. Manajer tidak hanya
mengambil tindakan yang sesuai dengan tujuan perusahaan yaitu untuk
memperoleh laba tetapi juga mengoptimalkan aktivitas investasi.
Herawaty (2008) juga menyatakan bahwa kepemilikan manajerial
dapat berfungsi sebagai mekanisme corporate governance sehingga dapat
mengurangi tindakan manajer dalam memanipulasi laba. Dengan
demikian, kepemilikan manajerial sebagai salah satu mekanisme
corporate governance merupakan sarana monitoring yang efektif yang
dapat membawa pada kualitas pelaporan yang lebih tinggi, sehingga opini
audit yang diterima atas laporan keuangan perusahaan cenderung
merupakan opini yang bersih (clean opinion). Namun, kekuasaan yang
dipegang oleh manajer dengan kepemilikan sahamnya yang besar juga
dapat membawa dampak negatif pada pemegang saham eksternal, dimana
pemegang saham eksternal tidak dapat mengendalikan tindakan
manajemen. Kepemilikan perusahaan oleh manajemen diharapkan dapat
meningkatkan nilai perusahaan, sehingga mengurangi risiko terjadinya
24
kesulitan keuangan yang nanti akan berpengaruh juga terhadap pemberian
opini oleh auditor terutama kaitannya dengan going concern.
B. Keterkaitan Antara Variabel dan Perumusan Hipotesis
1. Debt Default dengan Kemungkinan Penerimaan Opini Going Concern
Kegagalan perusahaan dalam memenuhi kewajiban hutang dan atau
bunga merupakan indicator going concern yang banyak digunakan oleh
auditor dalam menilai kelangsungan hidup suatu perusahaan. Dapat
dikatakan bahwa status hutang perusahaan merupakan faktor pertama yang
akan diperiksa oleh auditor untuk mengukur kesehatan keuangan
perusahaan. Ketika jumlah hutang perusahaan sudah sangat besar, maka
aliran kas perusahaan tentunya banyak dialokasikan untuk menutupi
hutangnya, sehingga akan mengganggu kelangsungan operasi perusahaan,
apabila hutang itu tidak mampu dilunasi, maka kreditor akan memberikan
status default.
Status default dapat meningkatkan kemungkinan auditor
mengeluarkan laporan going concern. Seperti yang tercantum dalam PSA
30, indicator going concern yang banyak digunakan auditor dalam
memberikan keputusan opini audit adalah kegagalan dalam memenuhi
kewajiban hutang (default). Dengan menambah variabel default hutang pada
model prediksi going concern yang sebelumnya hanya memasukan variabel-
variabel rasio keuangan saja, Chen dan Church (1992) menemukan
hubungan yang kuat status default terhadap opini going concern.
25
Berdasarkan hasil dari penelitian tersebut maka hipotesis yang diajukan
adalah sebagai berikut:
H1: Debt default berpengaruh positif terhadap kemungkinan penerimaan
Opini going concern
2. Audit Tahun Sebelumnya dengan Kemungkinan Penerimaan Opini
Going Concern
Mutcher (1984) melakukan wawancara dengan para praktisi auditor
yang menyatakan bahwa perusahaan menerima opini audit going concern
pada tahun sebelumnya lebih cenderung untuk menerima opini yang sama
pada tahun berjalan. Mutcher (1985) menguji pengaruh ketersediaan
informasi publik terhadap prediksi opini audit going concern, yaitu tipe opini
audit yang telah diterima perusahaan, hasilnya menunjukan bahwa model
discriminant analysis yang memasukan tipe opini audit tahun sebelumnya
mempunyai akurasi prediksi yang paling tinggi sebesar 89,9 persen
disbanding model yang lain.
Penelitian oleh Ramadhany (2004) memperkuat bukti mengenai opini
audit going concern yang diterima tahun sebelumnya dengan opini audit
going concern. Ada hubungan positif yang signifikan antara opini going
concern tahun sebelumnya dengan opini audit going concern tahun berjalan.
Apabila pada tahun sebelumnya auditor telah menerbitkan opini going
concern, maka akan semakin besar kemungkinan auditor akan menerbitkan
opini going concern pada tahun berikutnya. Berdasarkan penelitian yang
26
dialakukan oleh Mutcher (1994) dan Ramadhany (2004), maka hipotesis
yang diajukan sebagai berikut:
H2: Audit Tahun Sebelumnya berpengaruh positif terhadap kemungkinan
penerimaan opini going concern
3. Keberadaan Komite Audit dengan Kemungkinan Penerimaan Opini
Going Concern
Komite audit merupakan komite yang dibentuk oleh dewan komisaris
untuk melakukan tugas pengawasan pengelolaan perusahaan. Komite audit
dianggap sebagai penghubung antara pemegang saham dan dewan komisaris
dengan pihak manajemen dalam menangani masalah pengandalian
(Nasution dan Setiawan, 2007).
Manajemen tentunya menginginkan opini atas laporan keuangan yang
bersih, dalam artian wajar tanpa pengecualian. Oleh karena itu, keberadaan
komite audit sangat penting untuk meredakan tekanan terhadap auditor
untuk menghasilkan opini wajar tanpa pengecualian. Wedari (2004)
menunjukan bahwa komite audit berhubungan dengan lebih sedikit tuntutan
hukum pemegang saham karena kecurang dan tindakan ilegal. Auditor yang
melihat adanya tuntutan hukum pemegang saham akan menilal hal tersebut
sebagai salah satu faktor keraguan akan kelangsungan hidup perusahaan
sehingga ia akan memberikan opini going concern pada perusahaan tersebut.
Dari pernyataan inilah maka diajuakan hipotesis sebagai berikut:
H3: Keberadaan komite audit berpengaruh negative terhadap kemungkinan
penerimaan opini going concern
27
4. Kepemilikan manajerial dengan Kemungkinan Penerimaan Opini
Going Concern
Menurut Jensen dan Meckling (1976), perbedaan kepentingan dan
perilaku oportunistik berbanding terbalik dengan bagian kepemilikan
pihak dalam, karena kepemilikan pihak dalam (manajemen) bertindak
sebagai sarana pengawasan yang membawa pada kualitas pelaporan yang
lebih tinggi. Jadi, semakin besar saham yang dimiliki oleh manajemen,
mereka akan bertindak lebih hati-hati dalam membuat keputusan dan
berusaha mencegah perilaku oportunistik, seperti memanipulasi
laporan keuangan dan manajemen laba.
Ujayanto (2007) mendukung hal tersebut, yaitu menemukann adanya
hubungan yang negarif antara kepemilikan manajerial dan discretionary
accruals sebagai ukuran manajemen laba dan informasi laba.
Kecenderungan manajer sebagai pemilik dan pengelola perusahaan untuk
tidak melakukan manajemen laba dan menghasilkan informasi akuntansi
yang credible demi reputasi juga akan membawa pengaruh positif bagi
pemberian opini auditor. Berdasarkan uraian tersebut maka hipotesis yang
diajukan adalah sebagai berikut:
H4: Kepemilikan manajerial berpengaruh negatif dengan kemungkinan
penerimaan opini going concern.
C. Penelitian Terdahulu
Adapun hasil dari penelitian-penelitian sebelumnya adalah sebagai berikut:
28
Tabel 2.1 Hasil-hasil Penelitian Terdahulu
No
Peneliti (Tahun)
Judul Penelitian
Metodelogi Penelitian Hasil Penelitian (Kesimpulan) Persamaan Perbedaan
1.
Januarti (2008)
Analisis pengaruh faktor perusahaa, kualitas auditor, kepemilikan perusahaan terhadap penerimaan opini going concern
Variabel Debt default, opini audit sebelumnya, kepemilikan manajerial
Obyek penelitian, variabel Komite audit
Debt default, ukuran perusahaan, pergantian auditor, opini sebelumnya, dan kualitas audit berpengaruh signifikan terhadap opini going concern
2. Ramadhani (2004)
Analisis faktor-faktor yang mempengaruhi penerimaan opini going concern pada perusahaan yang mengalami financial distress di bursa efek jakarta
Variabel Debt default, laporan audit sebelumnya
Obyek penelitian, variabel kepemiilikan manajerial dan komite audit
Debt default, kondisi keuangan, dan opini audit sebelumnya berpengaruh signifikan terhadap opini going concern, sedangkan komisaris independen dalam komite audit tidak berpengaruh pada opini going concern
3. Praptitorini dan Januarti (2007)
Analisis pengaruh kualitas audit, debt default, dan opinion shopping terhadap pernerimaan opini goning concern
Variabel Debt default
Obyek penelitian, vatiabel kepemilikan manajerial komite audit, dan audit tahun sebelumnya
Debt default berkolerasi positif dengan penerimaan opini going concern, kualitas audit tidak berpengaruh terhadap penerimaan opini going concern. Perusahaan diindonesia cenderung mendapat opini going concern ketika tidak melakukan pergantian auditor.
Bersambung pada halaman berikutnya
29
Tabel 2.1 (Lanjutan)
No
Peneliti (Tahun)
Judul Penelitian
Metodelogi Penelitian Hasil Penelitian (Kesimpulan) Persamaan Perbedaan
4. Santosa dan Wedari (2007)
Analisis faktor-faktor yang mempengaruhi kecenderungan penerimaan opini going concern
Variabel laporan audit tahun sebelumnya
Obyek penelitian, variabel debt default, kepemilikan manajerial, dan komite audit
Kualitas audit dan pertumbuhan perusahaan tidak mempengaruhi opini going concern, ukuran perusahaan dan kondisi keuangan perusahaan berpengaruh secara negatif terhadap opini going concern. Sebaliknya opini going concern tahun sebelumnya berpengaruh positif terhadap opini going concern
5. Chen dan Chruch (1992)
Default on Debt Obligations and the Issuance of Going-Concern Report
variabel debt default
Obyek penelitian,variabel keberadaan komite audit, opini audit tahun sebelumnya, dan kepemilikan manajerial
Penelitian tersebut menemukan hubungan kuat antara variabel debt default terhadap keputusan opini going concern
30
A. Kerangka Pemikiran
Kerangka pemikiran dalam penelitian ini dapat digambarkan dalam
gambar 2.2 berikut:
Gambar 2.2 Skema Kerangka Pemikiran
Bersambung pada halaman berikutnya
Pengaruh debt default, opini audit tahun sebelumnya,
Keberadaan Komite Audit, dan kepemilikan manajerial
terhadap kemungkinan penerimaan opini going concern
Adanya kemungkinan perusahaan menerima opini going
concern dari auditor independen yang memeriksanya
Faktor-faktor yang mempengaruhi kemungkinan penerimaan
opini going concern
Basis Teori: Teori Peran dan teori Auditing
Debt default
Kepemilikan Manajerial
Opini Going Concern
Keberdaan komite audit
Opini audit tahun sebelumnya
31
Gambar 2.2 (Lanjutan)
Hasil Pengujian Dan Pembahasan
Kesimpulan, Implikasi, Keterbatasan, dan Saran
Metode Analisis:
Regresi Logistik
32
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Ruang lingkup Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian kausalitas, yaitu penelitian yang bertujuan
untuk mengetahui hubungan serta pengaruh antara dua variabel atau lebih. Penelitian
ini bertujuan untuk menguji pengaruh variabel independen, yaitu debt default, audit
tahun sebelumnya, keberadaan komite audit, kepemilikan manajerial terhadap
variabel dependen,yaitu kemungkinan peneriamaan opini going concern. Populasi
yang digunakan dalam penelitian ini adalah perusahaan manufaktur
yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia selama periode 2007-2009.
B. Metode Penentuan Sampel
Proses pemilihan sampel menggunakan metode purposive sampling.
Metode purposive sampling adalah penentuan sampel berdasarkan kriteria
yang telah dirumuskan terlebih dahulu oleh peneliti (Siagian dan Sugiarto,
2002:120). Kriteria perusahaan yang dijadikan sampel dalam penelitian ini
adalah sebagai berikut:
1. Perusahaan sudah terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) sebelum tanggal
1 Januari 2007.
2. Perusahaan menerbitkan laporan keuangan yang telah diaudit oleh auditor
independen dari tahun 2007-2009.
3. Perusahaan tidak keluar (delisting) sdari BEI selama periode penelitian
(2007-2009).
32
33
4. Perusahaan mengungkapkan tata kelola perusahaan dalam laporan tahunan
terutama kepemilikan manajerial dan komite audit.
C. Metode Pengumpulan Data
Data dikumpulkan dengan menggunakan metode Content Analysis,
yaitu suatu metode pengumpulan data penelitian dengan menggunakan
tehnik observasi dan analisis terhadap isi atau pesan dari suatu dokumen
terhadap kemungkinan penerimaan opini going concern
Variabel keberadaan komite audit yang diproksikan dengan AC
mempunyai Asymptotic Significance (Sig) sebesar 0.955 lebih basar
dari 0.05 (α) dan nilai Wald Statistic 0.003 lebih kecil dengan Chi-
Square tabel sebesar 1.205. Hal ini berarti H0 diterima dan H alternatif
ditolak atau hipotesis yang menyatakan adanya pengaruh negatif
antara status keberadaan komite audit dengan kemungkinan
penerimaan going concern ditolak.
Dari hasil analisis mengenai pengaruh keberadaan komite audit
terhadap kemungkinan penerimaan opini going concern tersebut
mengartikan bahwa tidak berpengaruh secara signifikan. Hasil
penelitian ini dapat menjadi suatu sinyal bagi komite audit agar dapat
membantu Dewan Komisaris dengan lebih efektif, misalanya dalam
memastikan struktur pengendalian internal perusahaan dilaksanakan
dengan baik. Sebab, meskipun hampir semua perusahaan telah
memiliki komite audit efektiftasnya belum terlihat jelas dalam
meminimalisir kemungkinan perusahaan mendapatkan opini going
concern dari auditor.
Penelitian ini mendukung penelitian sebelumnya yang dilakukan
oleh Ramadhani (2004). Dalam penelitiannya Ramadhani
mendapatkan hasil bahwa komisaris independen komite audit tidak
berpengaruh signifikan terhadap opini going concern.
51
H4: Kepemilikan manajerial berpengaruh berpengaruh terhadap
kemungkinan penerimaan opini going concern
Variabel kepemilikan manajerial yang diproksikan dengan
MJ_OWN mempunyai Asymptotic Significance (Sig) sebesar 0.615
lebih basar dari 0.05 (α) dan nilai Wald Statistic 0.253 lebih kecil
dengan Chi-Square tabel sebesar 1.205. Hal ini berarti H0 diterima dan
H alternatif ditolak atau hipotesis yang menyatakan adanya pengaruh
negatif antara status keberadaan komite audit dengan kemungkinan
penerimaan going concern ditolak.
Dari hasil Pengujian diatas didapatkan bahwa kepemilikan
manajerial tidak berpengaruh signifikan terhadap kemungkinan
penerimaan opini going concern. Hasil penelitian ini mendukung hasil
pernelitan yang dilakukan oleh oleh Januarti (2008). Hasil dari
penelitan Januarti tidak menemukan pengaruh kepemilikan manajerial
terhadap penerimaan opini going conern. Meskipun ada kepemilikan
manajerial ternyata fungsi pengawasan yang ada belum menjamin
untuk tidak diberikannya opini audit going concern. Karena untuk
menjaga kinerja sangat dipengaruhi oleh banyak faktor baik internal
maupun eksternal.
Dari hasil analisis dapat ditarik kesimpulan bahwa variabel debt
default dan opini audit tahun sebelumnya sebagai variabel signifikan
dalam penelitian ini yang berpengaruh terhadap kemungkinan
penerimaan opini going concern pada perusahaan manufaktur yang
52
terdaftar di BEI. Sedangkan, variabel keberadaan keberadaan komite
audit dan kepemilikan manajerial tidak signifikan terhadap
kemungkinan penerimaan opini going concern.
Tabel 4.8 Ringkasan Hasil Uji Hipotesis
No Hipotesis Hasil
1
Debt default berpengaruh terhadap kemungkinan penerimaan opini going concern
didukung
2
Opini audit tahun sebelumnya berpengaruh terhadap kemungkinan penerimaan opini going concern
didukung
3
Keberadaan komite audit berpengaruh terhadap kemungkinan penerimaan opini going concern
tidak didukung
4
Kepemilikan manajerial berpengaruh terhadap kemungkinan penerimaan opini going concern
tidak didukung
Sumber: data sekunder diolah
Berdasarkan hasil pengujian menggunakan 4 (empat) variabel
diatas hasil statistik menunjukan besarnya pengaruh terhadap
kemungkinan penerimaan opini going concern sebagai variabel
dependennya adalah 77%. Yang mengartikan bahwa masih banyak
faktor-faktor lain yang mempengaruhi kemungkinan perusahaan
53
mendapatkan opini going concern oleh auditor misalkan seperti
kondisi keuangan perusahaan, kualitas audit, atau lain sebagainya.
Besaran persentase ini juga tidak mengikat yang artinya bisa berubah
tergantung sampel dan metode yang digunakan juga faktor lainnya.
54
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Penelitan ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh debt default, opini
audit tahun sebelumnya, keberadaan komite audit, dan kepemilikan
manajerial. Obyek penelitan ini berjumlah 40 perusahaan manufaktur yang
terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) selama periode 2007-2009.
Berdasakan pada data yang telah dikumpulkan terhadap permasalahan
dengan menggunakan model regresi logistik, maka dapat diambil kesimpulan
sebagai berikut:
1. Debt default berpengaruh positif secara signifikan terhadap kemungkinan
penerimaan opini going concern. Hal ini dapat dijelaskan dengan besaran
tingkat signifikasi sebesar 0,004. Hasil penelitian ini mendukung
penelitian yang dilakukan oleh Januarti (2008), Praptitorini dan Januarti
(2007), dan Ramadhani (2004).
2. Opini audit tahun sebelumnya berpengaruh positif secara signifikan
terhadap kemungkinan penerimaan opini going concern. Hal ini dapat
dijelaskan dengan besaran tingkat signifikasi sebesar 0.000. Hasil
penelitian ini mendukung penlitian yang dilakukan oleh Januarti (2008),
Santosa dan Wedari (2007), dan Ramadhani (2004).
54
55
3. Keberadaan komite audit tidak berpengaruh signifikan terhadap
kemungkinan penerimaan opini audit going concern. Hali ini dapat
dijelaskan dengan besarnya tingkat signifikasi sebesar 0,995. Hal ini
sejalan dengan penelitian Ramadhani (2004).
4. Kepemilikan manajerial tidak berpengaruh signifikan terhadap
kemungkinan penerimaan opini audit going concern. Hal ini dapat
dijelaskan dengan besarnya tingkat signifikasi sebesar 0,615. Hal ini
mengdukung penelitian yang dilakukan oleh Januarti (2008).
B. Implikasi
Debt default memberikan pengaruh yang cukup signifikan terhadap
penilaian seorang auditor dalam memberikan opini going concern pada
perusahaan yang diauditnya. Begitupula dengan opini audit yang didapat
perusahaan pada tahun sebelumnya menjadikan sebuah tinjauan yang cukup
penting sebagai sedikit gambaran tentang hasil penilaian oleh auditor yang
akan didapatkan. Dua hal ini menjadi poin yang tidak boleh diabaikan oleh
sebuah perusahaan jika ingin mendapatkan penilaian yang baik dari auditor.
Karena efek yang timbul dari pemberian opini going concern tersebut
menjadikan hilangnya kepercayaan dari publik akan keberlanjutan usaha
auditee termasuk dari investor, kreditur, dan konsumen sehingga akan
semakin merugikan perusahaan itu sendiri. Selain itu dilain hal jika sebuah
perusahaan mendapatkan status default iut akan menjadi hambatan besar
karena perusahaan tersebut akan lebih sulit lagi bangkit dari keterpurukan
56
karena bila sudah mendapat status default tersebut investor akan berfikir dua
kali untuk memberikan modalnya karena mereka tahu bahwa mereka akan
sulit mendapatkan keuntungan seperti yang mereka harapkan dari modal
mereka nantinya. Dampak ini akan berpengaruh terhadap kelangsungan usaha
perusahaan yang berstatus default itu.
Dan bagi pihak auditor debt default dan opini audit tahun sebelumnya
menjadikan tinjauan yang penting dalam memberikan gambaran awal
sebelum melaksanakan pengauditan secara keseluruhan, karena perusahaan
yang mendapatkan status default dan going concern ditahun sebelumnya akan
berkemungkinan lebih besar mendapat opini going concern ditahun ini.
C. Keterbasan
Keterbatasan dalam penelitian ini adalah:
1. Jumlah sampel perusahaan yang dijadikan obyek penelitian hanya berasal
dari satu jenis industri saja yaitu manufaktur, sehingga tidak dapat
mengeneralisir hasil temuan untuk seluruh perusahaan go public di BEI.
2. Periode pengamatan hanya 3 (tiga) tahun dan pada saat kondisi ekonomi
normal, sehingga tidak bisa melihat kecenderungan trend penerbitan opini
audit going concern oleh auditor dalam jangka panjang dan pada saat
kondisi tidak normal.
3. Hampir seluruh perusahaan di BEI telah membentuk komite audit.
Sehingga menjadikan variabel ini kurang kuat sebagai vaiabel yang dapat
dijadikan model keputusan opini audit going concern.
57
D. Saran
Berdasarkan simpulan dan keterbatasan diatas, saran yang dapat diberikan
penelitian adalah sebagai berikut:
1. Penelitian selanjutnya dapat memperluas sampel penelitian dengan
memasukan seluruh jenis industri, baik industri manufaktur, perdagangan,
jasa, maupun keuangan sebagai obyek penelitian agar nanti hasilnya
mampu menjelaskan besarnya pengaruh terhadap perusahaan yang
terdaftar di BEI secara keseluruhan.
2. Periode pengamatan bisa ditambahkan atau dibandingkan ketika keadaan
normal dan pada saat dimana keadaan tidak normal seperti contohnya
dalam keadaan krisis.
3. Periode penelitian dapat lebih diperpanjang sejak peraturan mengenai
pembentukan komite audit dikeluarkan serta memperluas karakteristik
komite audit, jumlah anggota, serta hal lainnya.
58
DAFTAR PUSTAKA
Achmad Tarmizi, Rusmin, J. Nelson, Greg Tower. 2009. “The Inquitous Influence of Family Ownership Structures on Corporate Performance.” Journal of Global Business Issues, Vol.3 Issue 1 pp.41.
Altman, E dan McGough, T. 1974. “Evaluation of A Company as A Going Concern”.
Journal of Accountancy. December. 50-57. Arens, Alvin A., James K. Loebbecke , Amir Abadi Ju. 2008. “Auditing.” Edisi 6.
Salemba Empat. Yogyakarta. Chen, K. C. W., and B. K. Church. 1992. “Default on Debt Obligations and the
Issuance of Going-Concern Report”. Auditing: A Jurnal of Practice & Theory, fall. pp. 30-49.
Faizal, 2004. “Analisis Agency Costs, Struktur Kepemilikan, dan Mekanisme
Corporate Governance.” Simposium Nasional Akuntansi VII, Denpasar, 2-3 Desember 2004.
Berdasarkan Model Prediksi Kebangkrutan, Pertumbuhan Perusahaan, dan Reputasi Kantor Akuntan Publik (Studi pada Emiten Bursa Efek Jakarta)”. Disampaikan pada Simposium Nasional Akuntansi (SNA) VIII Solo.
Forum for Corporate Governance in Indonesia. “Peranan Dewan Komisaris dan
Komite Audit dalam Corporate Governance (Tata Kelola Perusahaan)”. http://www.google.com. Diakses pada 20 November 2009.
Gray, Iain dan Stuart Manson. 2000. “The Audit Process, Principles, Practice and
Cases. Second Edition.” Thomson Learning. Ghozali, Imam, “Aplikasi Analisis Multivariate Dengan Program SPSS”, Edisi
Ketiga, Badan Penerbit Universitas Diponegoro, Semarang, 2005. Herawaty, Vinola, 2008. “Peran Corporate Governance sebagai Moderating Variable
dari Pengaruh Earning Management terhadap Nilai Perusahaan.” Jurnal Akuntansi dan Keuangan, Vol.10 No.2. pp 97-108.
Ikatan Akuntan Indonesia, 2001. “Standar Profesional Akuntan Publik.” Jakarta. Salemba Empat.
Indriantoro, Nur dan Bambang Supomo. “Metodologi Penelitian Bisnis Untuk
Akuntansi dan Manajemen”, BPFE, Yogyakarta, 2002. Januarti, Indira. 2008. “Analisa Faktor Perusahaan, Kualitas Auditor, Kepemilikan
Perusahaan Terhadap Penerimaan Opini Going Concern”. Universitas Dipenegoro.
Jensen, Michael C. dan William H. Meckling, 1976. “Theory of The Firm: Managerial
Behaviour, Agency Costs and Ownership Structure”. Journal of Financial Economics, Vol.3 No. 4 pp. 305-360.
Kompas. 16 juni 2002. Arthur Anderson bermasalah Lenard, Mary Jane, Perualz Alam, dan David Booth. 1998. “ An Analysis of Fuzzy
Clustering and a Hybrid Model for Auditor’s Going Concern”. Decision Sciences, Vol 31. Issue 4. Pp. 861–884.
Mutchler, J.F. 1984. “Auditor Perceptions of the Going-Concern Opinion Decision.
Auditing.” A Journal of Practice & Theory 3. Spring. pp. 17 - 30. Mutchler, J.F. 1985. “A Multivariate Analysis of The Auditors Going Concern Opinion
Decision.” Journal of Accounting Research Autumn. Nasution M. dan Doddy Setiawan, 2007. “Pengaruh Corporate Governance terhadap
Manajemen Laba di Industri Perbankan Indonesia.” Paper disajikan pada Simposium Nasional Akuntansi X, Universitas Hasanuddin, Makassar, 26-28 Juli 2007.
Praptitorini, Mirna Dyah dan Indira Januarti. 2007. “Analisis Pengaruh Kualitas
Audit, Debt Default, dan Opinion Shopping terhadap Penerimaan Opini Going Concern”. Disampaikan pada Simposium Nasional Akuntansi (SNA) X Makassar.
Ramadhany, Alexander. 2004. “Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi
Penerimaan Opini Going Concern Pada Perusahaan Manufaktur Yang Mengalami Final Distress Di Bursa Efek Jakarta”. Tesis Program Pascasarjana Universitas Dipenegoro.
60
Santosa, Arga F. dan Linda K. Wedari, 2007. “Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kecenderungan Penerimaan Opini Audit Going Concern.” JAAI, Vol.11 No.3. pp 141-158.
Santoso, Singgih. “Buku Latihan SPSS Statistik Parametrik”, PT. Elex Media
Komputindo, Jakarta, 2004. Setiawan, Santy. 2006. “Opini Going Concern dan Prediksi Kebangkrutan
Perusahaan”. Jurnal Ilmiah Akuntansi, Vol V No 1. Mei. Hal 59-67. Setyarno, Eko Budi, Januarti, Indira dan Faisal. 2006. “Pengaruh Kualitas Audit,
Koondisi Keuangan Perusahaan, Opini Audit Tahun Sebelumnya, Pertumbuhan perusahaan terhadap Opini Audit Going Concern”. Simposium Nasional Akuntansi 9 Padang.
Siagian, Dergibson dan Sugiarto. 2002. ”Metode Statistika untuk Bisnis dan
Ekonomi." Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama. Solomon, J. and A. Solomon, 2005. “Corporate Governance and Accountability.”
England: John Wiley & Sons.
Ujiyantho, M. A. dan B. A. Pramuka, 2007. “Mekanisme Corporate Governance, Manajemen Laba, dan Kinerja Keuangan.” Simposium Nasional Akuntansi X, Universitas Hasanuddin, Makassar, 26-28 Juli 2007.
Wedari, Linda K., 2004. “Analisis Pengaruh Proporsi Dewan Komisaris dan
Keberadaan Komite Audit terhadap Aktivitas Manajemen Laba.” Simposium Nasional Akuntansi VII, Denpasar, Bali, 2-3 Desember 2004.
61
Lampiran 1
Daftar Sampel Perusahaan Manufaktur
No Sektor dalam
manufaktur
Nama Perusahaan
1 Food and
Beverages
PT Aqua Golden Mississipi ppi tbk (AQUA)
2 PT Mitra International Resources tbk (MIRA)
3 PT Metrodata Electronics tbk (MTDL)
4 PT Tunas Ridean tbk (TURI)
5 Textile Mill
Products
PT Mandom Indonesi tbk (TCID)
6 Apparel and Other PT Sepatu Bata tbk (BATA)
7 PT Kimia Farma (persero) tbk (KAEF)
8 PT Nipress tbk (NIPS)
9 PT Taisho Pharmaceutical Indonesia tbk (SQBI)
10 Lumber and Wood PT Barito Pacific tbk (BRPT)
11 PT Sugi Samapersada tbk (SUGI)
12 Paper and Alllied PT Fajar Surya Wisesa tbk (FASW)
13 Cemical PT Pelangi Indah Canindo tbk (PICO)
14 Adhesive PT Berlina tbk (BRNA)
15 PT Ekadharma International tbk (EKAD)
16 PT Indal Alumuniun Industry tbk (INAI)
17 Plasitic and glass PT Dynaplast tbk (DYNA)
18 Metal PT indofarma (Persero) tbk (INAF)
19 PT Langgeng Makmur Industry tbk (LMPI)
20 PT Jakarta Kyoel Steel Works tbk (JKSW)
21 Stone PT Kageo Igar Jaya tbk (IGAR)
22 PT AGIS tbk (TMPI)
62
23 Electronic PT Mulia Industrindo tbk (MLIA)
24 PT Mustika Ratu tbk (MRAT)
25 Automotive PT Goodyear Indonesia tbk (GDYR)
26 PT Gajah Tunggal tbk (GJTL)
27 PT Indorama Syntetics tbk (INDR)
28 PT Mitra Adi Perkasa tbk (MAPI)
29 PT Asia Pacific Fiber tbk (POLY)
30 PT Semen Gresik (Persero) tbk (SMGR)
31 PT Siantar Top tbk (STTP)
32 PT Tempo Scan Pacific tbk (TSPC)
33 Pharmaceutical PT Trias Sentosa tbk (TRST)
34 Transportation
service
PT Apeni Pratama Ocean Line tbk (APOL )
35 PT Multi Indocitra tbk (MICE)
36 PT Telekomunikasi Indonesia (Persero) tbk (TLKM)
Missing Value Handling Definition of Missing User-defined missing values are treated
as missing
Syntax LOGISTIC REGRESSION VARIABLES
GC
/METHOD=ENTER DEF OP AC
MJ_OWN
/CLASSPLOT
/PRINT=GOODFIT CORR ITER(1)
CI(95)
/CRITERIA=PIN(0.05) POUT(0.10)
ITERATE(20) CUT(0.5).
Resources Processor Time 0:00:00.062
Elapsed Time 0:00:00.171
[DataSet0]
68
Case Processing Summary
Unweighted Casesa N Percent
Selected Cases Included in Analysis 120 82.2
Missing Cases 26 17.8
Total 146 100.0
Unselected Cases 0 .0
Total 146 100.0
a. If weight is in effect, see classification table for the total number of
cases.
Dependent Variable
Encoding
Original
Value Internal Value
0 0
1 1
Block 0: Beginning Block
Iteration Historya,b,c
Iteration
Coefficients
-2 Log likelihood Constant
Step 0 1 78.744 -1.633-
2 73.721 -2.158-
3 73.531 -2.286-
4 73.530 -2.293-
5 73.530 -2.293-
a. Constant is included in the model.
b. Initial -2 Log Likelihood: 73.530
69
Iteration Historya,b,c
Iteration
Coefficients
-2 Log likelihood Constant
Step 0 1 78.744 -1.633-
2 73.721 -2.158-
3 73.531 -2.286-
4 73.530 -2.293-
5 73.530 -2.293-
a. Constant is included in the model.
b. Initial -2 Log Likelihood: 73.530
c. Estimation terminated at iteration number 5
because parameter estimates changed by less than
.001.
Classification Tablea,b
Observed
Predicted
GC
0 1
Percentage
Correct
Step 0 GC 0 109 0 100.0
1 11 0 .0
Overall Percentage 90.8
a. Constant is included in the model.
b. The cut value is .500
Variables in the Equation
B S.E. Wald df Sig. Exp(B)
Step 0 Constant -2.293- .316 52.555 1 .000 .101
70
Variables not in the Equation
Score df Sig.
Step 0 Variables DEF 65.737 1 .000
OP 76.768 1 .000
AC 4.073 1 .044
MJ_OWN .277 1 .599
Overall Statistics 87.609 4 .000
Block 1: Method = Enter
Iteration Historya,b,c,d
Iteration
Coefficients
-2 Log likelihood Constant DEF OP AC MJ_OWN
Step 1 1 43.094 -1.950- 1.627 2.210 -.027- .006
2 26.227 -3.023- 2.624 3.222 -.036- .019
3 21.758 -3.981- 3.432 4.031 .029 .048
4 20.806 -4.779- 4.024 4.606 .179 .088
5 20.705 -5.187- 4.304 4.871 .287 .114
6 20.702 -5.260- 4.352 4.917 .307 .119
7 20.702 -5.261- 4.354 4.918 .308 .119
8 20.702 -5.261- 4.354 4.918 .308 .119
a. Method: Enter
b. Constant is included in the model.
c. Initial -2 Log Likelihood: 73.530
d. Estimation terminated at iteration number 8 because parameter estimates changed by less than
.001.
Omnibus Tests of Model Coefficients
Chi-square df Sig.
71
Step 1 Step 52.828 4 .000
Block 52.828 4 .000
Model 52.828 4 .000
Model Summary
Step -2 Log likelihood
Cox & Snell R
Square
Nagelkerke R
Square
1 20.702a .356 .777
a. Estimation terminated at iteration number 8 because
parameter estimates changed by less than .001.
Hosmer and Lemeshow Test
Step Chi-square df Sig.
1 1.205 4 .877
Contingency Table for Hosmer and Lemeshow Test
GC = 0 GC = 1
Observed Expected Observed Expected Total
Step 1 1 50 49.650 0 .350 50
2 18 17.874 0 .126 18
3 14 13.901 0 .099 14
4 12 11.911 0 .089 12
5 12 11.760 0 .240 12
6 3 3.905 11 10.095 14
72
Classification Tablea
Observed
Predicted
GC
0 1
Percentage
Correct
Step 1 GC 0 107 2 98.2
1 2 9 81.8
Overall Percentage 96.7
a. The cut value is .500
Variables in the Equation
B S.E. Wald df Sig. Exp(B)
Step 1a DEF 4.354 1.530 8.092 1 .004 77.762
OP 4.918 1.383 12.653 1 .000 136.734
AC .308 5.498 .003 1 .955 1.360
MJ_OWN .119 .237 .253 1 .615 1.126
Constant -5.261- 5.715 .848 1 .357 .005
a. Variable(s) entered on step 1: DEF, OP, AC, MJ_OWN.
Variables in the Equation
95% C.I.for EXP(B)
Lower Upper
Step 1a DEF 3.873 1561.271
OP 9.100 2054.628
AC .000 65107.102
MJ_OWN .708 1.791
a. Variable(s) entered on step 1: DEF, OP, AC,
MJ_OWN.
73
Correlation Matrix
Constant DEF OP AC MJ_OWN
Step 1 Constant 1.000 -.254- -.229- -.979- -.288-
DEF -.254- 1.000 .425 .122 .318
OP -.229- .425 1.000 .088 .233
AC -.979- .122 .088 1.000 .193
MJ_OWN -.288- .318 .233 .193 1.000
74
Step number: 1 Observed Groups and Predicted Probabilities 160 + + | | | | F | | R 120 + + E | | Q |0 | U |0 | E 80 +0 + N |0 | C |0 | Y |0 | 40 +0 + |0 | |0 | |000 1 | Predicted ---------+---------+---------+---------+---------+---------+---------+---------+---------+---------- Prob: 0 .1 .2 .3 .4 .5 .6 .7 .8 .9 1 Group: 0000000000000000000000000000000000000000000000000011111111111111111111111111111111111111111111111111 Predicted Probability is of Membership for 1 The Cut Value is .50 Symbols: 0 - 0 1 - 1 Each Symbol Represents 10 Cases.