PENGARUH CURRENT RATIO, DEBT TO TOTAL ASSET RATIO, DAN NET PROFIT MARGIN TERHADAP FINANCIAL DISTRESS PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA PERIODE 2011-2014 MARITA INDAH SARI PRATAMA 120462201006 Skripsi Ini Di Susun Sebagai Salah Satu Persyaratan Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi PROGRAM STUDI AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS MARITIM RAJA ALI HAJI 2017
23
Embed
PENGARUH CURRENT RATIO, DEBT TO TOTAL ASSET RATIO, …
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
PENGARUH CURRENT RATIO, DEBT TO TOTAL ASSET RATIO, DAN NET
PROFIT MARGIN TERHADAP FINANCIAL DISTRESS PADA
PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK
INDONESIA PERIODE 2011-2014
MARITA INDAH SARI PRATAMA
120462201006
Skripsi Ini Di Susun Sebagai Salah Satu Persyaratan Untuk Memperoleh Gelar
Sarjana Ekonomi
PROGRAM STUDI AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS MARITIM RAJA ALI HAJI
2017
Pengaruh Current Ratio,Debt to Total Asset Ratio, Dan Net Profit
Margin Terhadap Financial Distress Pada Perusahaan Manufaktur Yang
Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia (BEI) Periode 2011-2014.
MARITA INDAH SARI PRATAMA
120462201006
Jurusan Akuntansi - Fakultas Ekonomi
Universitas Maritim Raja Ali Haji
Tanjungpinang, 2017
ABSTRAK
Skripsi ini meneliti tentang Pengaruh Current Ratio, Debt to Total Asset
Ratio, dan Net Profit Margin Terhadap Financial Distress Pada Perusahaan
manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2011-2014
Hasil penelitian ini menunjukan bahwa secara persial Current Ratio berpengaruh
signifikan terhadap Financial Distress. Sedangkan Debt to Total Asset Ratio tidak
berpengaruh secara signifikan terhadap Financial Distress. Sementara untuk Net
Profit Margin berpengaruh signifikan terhadap Financial Distress. Secara Simultan
Current Ratio, Debt to Total Asset Ratio dan Net Profit Margin berpengaruh
signifikan terhadap Financial Distres. Ini di buktikan dari uji koefisian determinan
dengan nilai adjusted R2 sebesar 0,196 hal ini menunjukan bahwa 19,6 % Financial
Distress di pengaruhi oleh Current Ratio, Debt to Total Asset Ratio dan Net Profit
Margin dan sisanya 80,4 % di pengaruhi oleh variabel lain yang tidak di kaji dalam
penelitian ini.
Kata Kunci : Rasio Keuangan dan Financial Distress
1.1 Latar Belakang
Setiap perkembangan yang terjadi di dunia usaha akan membuat semakin
berkembangnya pula persaingan yang terjadi terutama perusahaan yang terdaftar di
Bura Efek Indonesia. Hal ini mengakibatkan adanya kemungkinan kebangkrutan
yang akan terjadi pada setiap perusahaan. Kebangkrutan perusahaan di awali dengan
adanya kesulitan keuangan pada perusahaan. Kebangkrutan keuangan di awali
dengan adanya kesulitan keuangan pada perusahaan. Dimana kesulitan keuangan
itu sendiri merupakan sebuah kondisi yang diartikan sebagai ketidakmampuan
perusahaan dalam membayar kewajiban keuangannya saat jatuh tempo yang
menyebabkan terjadinya kebangkrutan perusahaan.
Kesulitan yang dialami suatu perusahaan dapat diartikan sebagai ketidakmampuan
perusahaan dalam memenuhi kewajiban-kewajibannya baik yang dalam jangka
waktu pendek maupun dalam jangka waktu panjang yang nantinya akan
menyebabkan kebangkrutan perusahaan. Sebuah perusahaan tidak akan mengalami
kebangkrutan secara tiba-tiba, namun dalam peroses waktu yang berlangsung lama,
dan itu dapat dilihat dari tanda-tanda, seperti perusahaan yang tidak dapat
membayar hutangnya secara tepat waktu. Hal ini menandakan bahwa perusahaan
sedang mengalami masalah likuiditas. Kesulitan likuiditas ini nantinya akan
memberikan pengaruh kepada terganggunya aktivitas perusahaan ke posisi tidak
berjalan secara normal yang akan mengakibatkan perusahaan mengalami financial
distress.
Rasio keuangan yang baik akan menunjukkan kinerja keuangan dan
kondisi keuangan yang baik pula. Artinya manajemen mampu mengelola dengan baik
semua hal yang terjadi diperusahaan selama satu periode tertentu, baik itu dalam hal
operasional, investasi maupun pendanaan.
Selain analisis rasio keuangan yang bisa digunakan untuk memprediksi
kondisi keuangan perusahaan, digunakan pula model analisis kebangkrutan untuk
mengetahui kondisi kebangkrutan yang mungkin terjadi pada perusahaan. Salah
satunya adalah model analisis kebangkrutan Altman Z-Score.
Berdasarkan uraian latar belakang diatas, maka penulis mencoba
melakukan penelitian menggunakan metode analisis Z-Score untuk mencari tahu
bagaimana kondisi Financial distress perusahaan Manufaktur yang ada di Bursa Efek
Indonsesia. Adapun judul penelitian yang diajukan yaitu : “Pengaruh Current Ratio,
Debt to Total Asset Ratio, dan Net Profit Margin Terhadap Financial Distress
Pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode
2011-2014 ”
Tujuan dari Penelitian ini adalah :
1. Untuk mengetahui apakah Current Ratio berpengaruh terhadap penilaian
Financial distress pada perusahaan Manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia.
2. Untuk mengetahui apakah Debt to Total Aset Ratio berpengaruh terhadap
penilaian Financial distress Manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia.
3. Untuk mengetahui apakah Net Profit Margin berpengaruh terhadap penilaian
Financial distress Manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.
4. Untuk mengetahui apakah Current Ratio, Debt to Total Aset Ratio,dan Net
Profit Margin berpengaruh terhadap penilaian Financial distress Manufaktur
yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.
II. KAJIAN PUSTKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS
Financial Distress
Financial distress atau kesulitan keuangan dapat di artikan sebagai ketidak
mampuan perusahaan untuk membayar kewajiban keuangan pada saat jatuh tempo
yang menyebabkan kebangkrutan perusahaan. Menurut Foster (1989) dalam Darsono
dan Ashari (2005:101) kesulitan keuangan menunjukan adanya masalah likuiditas
yang parah yang tidak dapat di pecahkan tanpa melalui penjadwalan kembali secara
besar-besaran terhadap operasi dan struktur perusahaan.
Permasalahan dalam Financial Distress
Darsono dan Ashari (2005:104), menjelaskan bahwa financial distress yang di
alami oleh perusahaan harus di atasi dengan pembaruan baik struktur keuangan
maupun organisasi perusahaan. Berkaitan dengan permasalahan keuangan
perusahaan, permasalahan keuangan bisa digolongkan ke dalam empat katagori
yaitu :
1. Perusahaan yang mengalami masalah keuangan baik dalam jangka pendek
maupun jangka panjang,sehingga mengalami kebangkrutan.
2. Perusahaan yang mengalami Financial distress jangka pendek namun bisa
mengatasi, sehingga tidak menyebabkan kebangkrutan.
3. Perusahaan yang tidak mengalami Financial distress jangka pendek tapi
mengalami financial distress jangka panjang,sehingga ada kemungkinan
mengalami kebangkrutan.
4. Perusahaan yang tidak mengalami financial distress dalam jangka pendek
yang berupa kesulitan likuiditas atau pun financial distress jangka
panjang.
Metode Altman Z-score
Prediksi kebangkrutan usaha berfungsi untuk memberikan panduanbagi
pihak-pihak tentang kinerja keuangan perusahaan apakah mengalami financial
distress atau tidak di masa mendatang. Seorang profesor di New York University,
Edward Altman, melakukan penelitian terhadap kinerja keuangan perusahaan yang
mengalami kebangkrutan dengan kinerja keuangan perusahaan yang sehat. Hasil
penelitiannya di rumuskan dalam satu rumus matematis yang di sebut dengan
rumus Altman Z-score ini bisa di rumuskan sebagai berikut
Z = 1,2 WCTA + 1,4 RETA + 3,3 EBITTA + 0,6 MVEBVL + 0,999 STA
Diminta :
WCTA : Working Capital to Total Asset (Modal kerja di bagi total aset)
RETA : Retained Earning to Total Asset ( Laba ditahan dibagi total asset)
EBITTA : Earning Before Interest and Taxes to Total asset (Laba sebelum pajak dan bunga di bagi total aset)
MVEBVL : Market Value of Equity to Book Value of Liability (Nilai pasar ekuitas di bagi dengan nilai buku hutang)
STA : Sales to Total Asset (Penjualan di bagi total asset ) Hasil perhitungan Z-score bisa di jelaskan dengan tabel sebagai berikut :
Tabel 2.1
Interpretasi Nilai Z-score
Nilai Z-score Interprestasi
Z > 2,99 Tidak mengalami Financial distress
1,81 < Z < 2,99 Gray area
Z < 1,81 Mengalami Financial distress
Sumber : Altman (1968) Rasio Likuiditas
Menurut Hery (2015:174), rasio likuiditas menggambarkan kemampuan
perusahaan untuk menyelesaikan kewajiban jangka pendeknya. Rasio-rasio ini dapat
dihitung melalui sumber informasi tentang modal kerja yaitu pos-pos aktiva lancar
dan utang lancar.
1. Rasio lancar (Current ratio)
Menurut Fahmi (2012:121), rasio lancar (current ratio) adalah ukuran yang
umum digunakan atas solvensi jangka pendek, kemampuan suatu perusahaan
memenuhi kebutuhan utang ketika jatuh tempo.
2. Rasio cepat (quick ratio)
Rasio ini menunjukan kemampuan aktiva lancar yang paling likuid mampu
menutupi utang lancar.
3. Rasio kas (cash ratio)
Rasio ini menunjukan porsi jumlah kas dibandingkan dengan total aktiva
lancar.
Rasio Solvabilitas
Menurut Hery (2015:188), rasio solvabilitas atau leverage ratio merupakan
rasio yang digunakan untuk mengukur sejauh mana aktiva perusahaan dibiayai
dengan utang. Artinya berapa besar beban utang yang ditanggung perusahaan
dibandingkan dengan aktivanya. Dalam arti luas dikatakan bahwa rasio solvabilitas
digunakan untuk mengukur kemampuan untuk membayar seluruh kewajibannya, baik
jangka pendek maupun jangka panjang apabila perusahaan dibubarkan (dilikuidasi).
Rasio solvabilitas terdiri dari :
1. Debt To Total Asset Ratio (Debt Ratio)
Debt ratio merupakan rasio utang yang digunakan untuk mengukur
perbandingan antara total utang dengan total aktiva. Dengan kata lain,
seberapa besar aktiva perusahaan dibiayai oleh utang atau seberapa besar
utang perusahaan berpengaruh terhadap pengelolaan aktiva.
2. Debt to Equity Ratio
Debt to equity ratio merupakan rasio yang digunakan untuk menilai utang
dengan ekuitas. Rasio ini dicari dengan cara membandingkan antara seluruh
utang, termasuk utang lancar dengan seluruh equitas.
3. Long term debt to equity ratio (LTDtER)
Long term debt to equity ratio merupakan rasio antara uang jangka panjang
dengan modal sendiri. Tujuannya adalah untuk mengukur berapa bagian dari
setiap rupiah modal sendiri yang dijadikan jaminan utang jangka panjang
dengan cara membandingkan antara utang jangka panjang dengan modal
sendiri yang di sediakan oleh perusahaan.
4. Time interest erned
Jumlah kali perolehan bunga atau times interest earned merupakan rasio
untuk mengukur sejauh mana pendapatan dapat menurun tanpa membuat
perusahaan merasa malu karena tidak mampu membayar biaya bunga
tahunannya. Apabila perusahaan tidak mampu membayar bunga, dalam
jangka panjang menghilangkan kepercayaan daripada kreditor.
Rasio Rentabilitas
Menurut Hery (2015:226), rasio profitabilitas merupakan rasio untuk menilai
kemampuan perusahaan dalam mencari keuntungan. Rasio ini juga memberikan
ukuran tingkat efektifitas manajemen suatu perusahaan. Hal ini di tunjukan oleh laba
yang di hasilkan dari penjualan dan pendapatan investasi. Intinya adalah
penggunaannya rasio ini menunjukanefesiensi perusahaan. Rasio profitabilitas terdiri
dari :
1. Margin laba bersih (Net Profit Margin)
Profit Margin on Sales atau ratio profit margin atau margin laba atau
penjualan merupakan salah satu rasio yang digunakan untuk mengukur
margin laba atas penjualan bersih. Rasio ini juga di kenal dengan nama profit
margin. Margin laba bersih merupakan ukuran keuntungan dengan
membandingkan antara laba setelah bunga dan pajak dibandingkan dengan
penjualan.
Menurut Fahmi (2012: 136), rasio net profit margin disebut juga
dengan rasio pendapatan terhadap penjualan. Mengenai profit margin ini Joel
G. Siegel dan Jae K. Shenganmemim mengatakan,” (1) margin laba bersih
sama dengan laba bersih dibagi dengan penjualan bersih. Ini menunjukan
kestabilan kesatuan untuk menghasilkan perolehan pada tingkat penjualan
khusus. Dengan memeriksa margin laba dan norma industry sebuah
perusahaan pada tahun-tahun sebelumnya, kita dapat menilai efesiensi operasi
dan strategi penerapan harga serta status persaingan perusahaan dengan
perusahaan lain dalam industry tersebut. (2) margin laba kotor sama dengan
laba kotor dbagi laba bersih. Margin laba yang tinggi lebih disukai karena
menunjukkan bahwa perusahaan mendapat hasil yang baik yang melebihi
harga pokok penjualan”.
2. Hasil Pengembalian Ekuitas (Return on Equity)
Hasil pengembalian ekuitas atau return on equity atau rentabilitas modal
sendiri merupakan rasio untuk mengukur laba bersih sesudah pajak dengan
modal sendiri. Rasio ini menunjukan efisiensi penggunaan modal sendiri.
Semakin tinggi rasio ini, semakin baik artinya posisi pemilik perusahaan
semakin kuat, demikian pula sebaliknya.
3. Tingkat pengembalian total aktiva (Return On total Assets)
Rasio ini digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam
menghasilkan laba yang di hitungkan dengan jumlah dana yang ditanamkan
dalam keseluruhan asset perusahaan, setelah disesuaikan dengan biaya-biaya
untuk mendapat asset tersebut.
KERANGKA PEMIKIRAN
H1
H2
H3
H4
CR (X1)
DAR (X2)
NPM (X3)
FINANCIAL
DISTRESS (Y)
Pengembangan Hipotesis
Pengaruh Current Ratio Terhadap Financial Distress
Menurut Hery (2015:174), variabel ini mempunyai kemampuan mengukur
perusahaan untuk memenuhi kewajiban jangka pendeknya dengan menggunakan
aktiva lancarnya (aktiva yang berubah menjadi kas dalam waktu satu tahun atau
siklus akuntansi ). Rasio yang tinggi menunjukan adanya kelebihan aktiva lancar
atau kas tidak digunakan dengan baik yang berpengaruh tidak baik terhadap
profitabilitas perusahaan. Sebalikny rasio yang rendah menunjukan resiko likuiditas
yang tinggi yaitu perusahaan kurang modal untuk membayar hutang jangka
pendeknya.Hal ini tentu tidak baik untuk kesehatan perusahaan, dengan kata lain
perusahaan dalam kondisi tidak sehat. Variabel ini juga menunjunjukan kemampuan
suatu perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka pendeknya (Arif,2013). Ini di
dukung dengan hasil penelitian Triwahyuningtias dan Muharam (2012)
menunjukkan hasil bahwa likuiditas berpengaruh positif dan signifikan terhadap
financial distress.
Pengaruh Debt to Total Aset Ratio Terhadap Financial Distress
Menurut Hery (2015:188), variabel ini menggambarkan proporsi hutang
perusahaan dibanding dengan total aktiva.semakin kecil rasio ini semakin baik kerena
hal ini berarti hutang perusahaan lebih kecil di bandingkan dengan aktiva. Debt to
total asset ratio menggambarkan kondisi hutang yang di miliki perusahaan lebih kecil
dari total asetnya, apabila tingkat hutang kecil akan menyebabkan beban bunga juga
semakin kecil. DAR juga di perlukan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam
melunasi kewajiban-kewajibannya (baik itu jangka pendek maupun jangka panjang).
Rasio ini menekankan pada seberapa besar proporsi utang yang di gunakan dalam
pendanaan asset perusahaan (Arif,2013). Ini di dukung dengan hasil penelitian Andre
(2013) yang berhasil membuktikan bahwa bahwa solvabilitas atau laverage memiliki
pengaruh yang signifikan dan positif terhadap financial distress.
Pengaruh Net Profit Margin Terhadap Financial Distress
Menurut Hery (2015:226), rasio ini menunjukan sampai sejauh mana laba
bersih dapat dapat di tutupi oleh penjualan bersih. Net profit margin menunjukan
perusahaan mampu menghasilkan laba dari setiap penjualannya. Jika laba yang di
hasilkan besar tentu akan menyebabkan tingkat kesehatan perusahaan semakin baik,
profitabilitas merupakan hasil akhir bersih dari berbagai kebijakan dan keputusan,
dimana rasio ini digunakan sebagai alat pengukur atas kemampuan perusahaan untuk
memperoleh keuntungan dari setiap rupiah penjualan yang dihasilkan. Profitabilitas
adalah tingkat keberhasilan atau kegagalan perusahaan selama jangka waktu
tertentu(Widarjo & Setiawan, 2009). Ini di dukung dengan hasil penelitian
Nurcahyono (2014) membuktikan bahwa profitabilitas berpengaruh signifikan
terhadap Financial Distress
HIPOTESIS
Dari pengembangan hipotesis tersebut maka hipotesis dari penelitian ini adalah :
H1: Diduga Current Ratio berpengaruh signifikan terhadap Financial Distress
pada perusahaan Manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.
H2 : Diduga Debt to Total Aset Ratio berpengaruh signifikan terhadap Financial
Distress pada perusahaan Manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.
H3 : Diduga Net Profit Margin berpengaruh signifikan terhadap Financial Distress
pada perusahaan Manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.
H4 : Diduga Current Ratio,Debt to Total Aset Ratio dan Net Profit Margin
berpengaruh signifikan terhadap Financial Distress pada perusahaan
Manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia
III. METODELOGI PENELITIAN
Objek dan Ruang Lingkup Penelitian
Objek dalam penelitian ini terdiri dari variabel dependen dan independen.
Variabel independen adalah Current Ratio,Debt to Total Aaset Ratio, dan Net Profit
Margin. Variabel dependen adalah Financial Distress . Penelitian ini di lakukan pada
laporan keuangan tahunan perusahaan Manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia periode 2011-2014. Ruang lingkup ruang lingkup pada penelitian ini
mencangkup pengaruh ke tiga variabel bebas yaitu Current Ratio , Debt to Total
Asset Ratio,dan Net Profit Margin terhadap Financial Distress sebagai variabel
terikat.
Definisi Operasionalisasi Variabel Penelitian
Variabel Dependen
Variabel terikat atau variabel dependen adalah variabel yang menjadi fokus
penelitian. Variabel dependen dalam penelitian ini adalah Financial distress .
Financial distress yang di proksikan dengan Z”Score (Altman).
Z”Score dirumuskan sebagai berikut :
Keterangan:
WCTA : Working Capital to Total Asset ( Modal kerja dibagi total asset)
RETA : Retained earning to Total Asset ( Laba ditahan dibagi total asset)
EBITTA : Earnimg Before Interest and Taxes to Total Asset (Laba