Jurnal Manajemen dan Inovasi Vol. 8, No. 2, Juni 2017: 134-156 134 PENGARUH CORPORATE BRANDING TERHADAP KEPUTUSAN PEMBELIAN DENGAN EKUITAS MEREK SEBAGAI VARIABEL MEDIASI PADA RUMAH SAKIT IBU DAN ANAK KOTA BANDA ACEH FARID & SYARIFAH FARIDHA Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Syiah Kuala [email protected]ABSTRACT This aims of this study are to investigate the effect of corporate branding, and brand equity on purchase decision The patien of rumah sakit ibu dan anak in Banda Aceh is a taken as a sample in this study. The method of this study employed questionnairs as an instrument. Total sampling is applied as the study’s convenience technique. Hierarchical Linear Modelling methods of analysis are used to determine the influence of the variables involved. The results of this study indicate that corporate branding have positive effect on purchase decision, corporate branding have positive influence on brand equity and brand equity have positive effect on purchase decision. This study also shows that corporate branding influential significantly against brand equity nor against purchase decision. In addition abtained results that brand equity has partial mediated the effect of corporate branding effect to purchase decision. Keywords: Corporate Branding, Brand Equity, Purchase Decision PENDAHULUAN Di era perkembangan zaman dimana pengaruh globalisasi, perubahan teknologi yang semakin canggih serta persaingan yang semakin tinggi menuntut perusahaan untuk tidak hanya meningkatkan kualitas dan merek pada produk, namun juga pada sektor jasa yang dihasilkan nya demi memenuhi tuntutan keinginan dan kebutuhan konsumen. Sektor jasa merupakan sektor yang paling besar mengalami perubahan berkaitan dengan globalisasi serta perubahan teknologi baru yang secara langsung menaikkan iklim kompetisi di dalam industri. Fenomena persaingan ini menyebabkan banyaknya variasi produk dan jasa yang terdapat dipasaran sehingga memaksa konsumen agar bijak dalam menentukan pilihannya sebelum melakukan pembelian. Dalam prosesnya pemilihan tersebut, konsumen sering kali memilih diantara tindakan-tindakan alternatif yang melibatkan berapa banyak keputusan pencarian yang harus dijalankan, produk dan jasa apa saja yang harus dibeli dan dari merek apa produk atau jasa tersebut dihasilkan. Branding
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Jurnal Manajemen dan Inovasi Vol. 8, No. 2, Juni 2017: 134-156
134
PENGARUH CORPORATE BRANDING TERHADAP
KEPUTUSAN PEMBELIAN DENGAN EKUITAS MEREK SEBAGAI VARIABEL MEDIASI PADA RUMAH SAKIT IBU DAN
ANAK KOTA BANDA ACEH
FARID & SYARIFAH FARIDHA Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Syiah Kuala
ABSTRACT This aims of this study are to investigate the effect of corporate branding, and brand equity on purchase decision The patien of rumah sakit ibu dan anak in Banda Aceh is a taken as a sample in this study. The method of this study employed questionnairs as an instrument. Total sampling is applied as the study’s convenience technique. Hierarchical Linear Modelling methods of analysis are used to determine the influence of the variables involved. The results of this study indicate that corporate branding have positive effect on purchase decision, corporate branding have positive influence on brand equity and brand equity have positive effect on purchase decision. This study also shows that corporate branding influential significantly against brand equity nor against purchase decision. In addition abtained results that brand equity has partial mediated the effect of corporate branding effect to purchase decision. Keywords: Corporate Branding, Brand Equity, Purchase Decision PENDAHULUAN
Di era perkembangan zaman dimana pengaruh globalisasi, perubahan
teknologi yang semakin canggih serta persaingan yang semakin tinggi menuntut
perusahaan untuk tidak hanya meningkatkan kualitas dan merek pada produk,
namun juga pada sektor jasa yang dihasilkan nya demi memenuhi tuntutan
keinginan dan kebutuhan konsumen. Sektor jasa merupakan sektor yang paling
besar mengalami perubahan berkaitan dengan globalisasi serta perubahan teknologi
baru yang secara langsung menaikkan iklim kompetisi di dalam industri. Fenomena
persaingan ini menyebabkan banyaknya variasi produk dan jasa yang terdapat
dipasaran sehingga memaksa konsumen agar bijak dalam menentukan pilihannya
sebelum melakukan pembelian. Dalam prosesnya pemilihan tersebut, konsumen
sering kali memilih diantara tindakan-tindakan alternatif yang melibatkan berapa
banyak keputusan pencarian yang harus dijalankan, produk dan jasa apa saja yang
harus dibeli dan dari merek apa produk atau jasa tersebut dihasilkan. Branding
135
Jurnal Manajemen dan Inovasi, Vol 8, No.2, Juni 2017
menjadi salah satu startegi yang dilakukan banyak perusahaan untuk menarik
konsumen dan meyakinkan mereka untuk melakukan pembelian. Para konsumen
akan mencari produk berupa barang atau jasa dari perusahaan yang dapat
memberikan layanan yang terbaik.
Corporate branding didefinisikan sebagai merek yang merepresentasikan
perusahaan dimana nilai-nilai korporat diperluas ke berbagai macam kategori
produk/jasa. Disini corporate brand menjadi hal yang berpengaruh dalam proses
pencarian informasi tersebut. Merek yang saat ini tak hanya sekedar menjadi
identitas dan pembeda dari produk pesaing semata, melainkan lebih dari itu, merek
memiliki ikatan emosional yang istimewa yang tercipta antara konsumen dengan
produsen. Corporate branding mengarahkan ke citra perusahaan yang lebih baik
tidak hanya dalam benak investor, tapi juga pada karyawan tidak hanya itu
Corporate branding juga memberikan persepsi lebih baik mengenai citra merek
atau produk yang ditawarkan. Corporate branding menjadi sumber kekuatan untuk
ekuitas merek suatu produk atau jasa. Dasar pemikiran Corporate Brand ini
merupakan payung merek (Umbrella Brand), yaitu merek yang sama mendukung
berbagai produk yang berbeda di pasar, dimana setiap produk memiliki komunikasi
dan performance sendiri. Corporate brand sendiri adalah penggunaan nama
perusahaan induk sebagai merek yang dikomunikasikan kepada pelanggan.
Perusahaan harus menentukan pada tingkat mana akan menanamkan identitas
merek dan hal ini menjadi tantangan tersendiri untuk mengembangkan satu merek
dengan makna yang mendalam sehingga memiliki keunikan dan tidak mudah ditiru
oleh pesaingnya. Ketika perusahaan menginformasikan produk atau jasa,
membangun image konsumen potensial, dan konsumen merespon serta
mendapatkan bahwa kinerja produk atau jasa yang mereka rasakan sesuai dengan
yang mereka harapkan sebagai akibat informasi yang diterima, maka akan timbul
rasa percaya kepada produk, dan kepada perusahaan. Sehingga menimbulkan
kepercayaan pelanggan pada merek yang selanjutnya yang disebut sebagai brand
equity.
Ekuitas merek merupakan bagian yang tak terpisahkan dari pemasaran dan
dan sangat penting untuk perusahaan dalam membuat kompetensi inti dan
membangun pengalaman merek yang kuat yang akan berdampak pada proses
136
Jurnal Manajemen dan Inovasi, Vol 8, No.2, Juni 2017
pembuatan keputusan (Yasin & Zahari, 2011). Ekuitas merek didefinisikan sebagai
seperangkat aset dan liabilitas merek yang berkaitan dengan suatu merek, nama dan
simbolnya, yang menambah atau mengurangi nilai yang diberikan oleh suatu
barang dan jasa kepada perusahaan atau pelanggan. Menurut Kotler dan Keller
(2009:263), ekuitas merek sebagai nilai tambah yang diberikan pada produk dan
jasa. Pada saat proses pengambilan keputusan,ekuitas merek memainkan peran
penting dalam mempengaruhi benak konsumen mengenai produk atau jasa yang
akan dipilih dan dibeli.Semakin kuat brand equity suatu produk,semakin
meningkatkan keyakinan pelanggan untuk melakukan proses pembelian, sehingga
dapat mengantar perusahaan untuk mendapatkan keuntungan dari waktu ke waktu
Selama beberapa tahun terakhir ini, industri perumahsakitan mengalami
perkembangan yang sangat pesat, perkembangan tersebut ditandai dengan
bermunculan berbagai rumah sakit swasta maupun rumah sakit pemerintah.
Rumah sakit merupakan salah satu lembaga yang bergerak dibidang
pelayanan jasa kesehatan yang memberikan pengobatan, perawatan,mengusahakan
kesembuhan dan kesehatan pasien, serta mengupayakan pendidikan hidup sehat
bagi masyarakat. Menteri kesehatan republik indonesia nomor
340/MENKES/PER/III,2005: 192), mengemukakan bahwa rumah sakit adalah
institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan rawat inap, rawat
jalan, dan gawat darurat. Layanan medis yang tepat, cepat, dan akurat, sangat
diharapkan masyarakat, sebab kesehatan menjadi salah satu hal terpenting yang
tengah menjadi sorotan sekaligus kebutuhan masyarakat Badan Layanan Umum
Daerah (BLUD) Rumah Sakit Ibu dan Anak (RSIA) merupakan rumah sakit negeri
kelas B yang memberikan pelayanan kesehatan khusus ibu dan anak yang terletak
di Provinsi Aceh. Rumah sakit ini mampu memberikan pelayanan kedokteran
spesialis dan subspeasialis terbatas. Rumah sakit ini juga menampung pelayanan
rujukan dari rumah sakit kabupaten. Kunjungan pasien ibu dan anak sudah
memadai untuk sebuah rumah sakit dan cenderung akan terus meningkat sejalan
dengan semakin kompleksitasnya permasalahan ibu dan anak yang memerlukan
penanganan secara khusus dan dini.
Rumah sakit ini dianggap baik dalam memberikan kemudahan akses
pelayanan kesehatan serta kemudahan dalam proses administrasi bagi pengguna
137
Jurnal Manajemen dan Inovasi, Vol 8, No.2, Juni 2017
asuransi kesehatan seperti BPJS Kesehatan dan JKN (Jaminan Kesehatan Nasional)
maupun yang tidak menggunakan asuransi kesehatan dibandingkan dengan rumah
sakit lainnya (www.ajnn.net/). Tidak hanya itu, adanya fasilitas yang memadai serta
obat-obatan yang diberikan dinilai baik oleh konsumen menyebabkan rumah sakit
ini sering menjadi acuan atau referensi berobat bagi masyarakat.
Namun di awal tahun 2016 ini terkuak kasus terkait dengan pelayanan buruk
yang didapat dari pihak RSIA. Keluhan demi keluhan tersebut menjadi perhatian
publik sehingga mendesak pemerintah untuk dapat menindaklanjuti perkara
layanan buruk yang terjadi di RSIA Aceh. Terkuaknya kasus tersebut menyebabkan
penurunan citra yang berdampak pada lemahnya Corporate branding serta ekuitas
dari RSIA Aceh. Itu dapat dilihat dari turunnya citra,kualitas layanan rumah
sakit,loyalitas serta kepercayaan konsumen terhadap corporate brand dari RSIA
Aceh yang mana dapat memepengaruhi keputusan pembelian produk atau jasa dari
rumah sakit tersebut. Dampak pengaruh tersebut dapat dilihat dari turunnya jumlah
kunjungan pasien pada 6 bulan terakhir ditahun 2016, dimana tahun tersebut
merupakan tahun terkuaknya terkait isu mengenai RSIA Kota Banda Aceh dan
masih menyebar dikalangan masyarakat setempat.
Berikut adalah tabel perbandingan jumlah pasien RSIA Kota Banda Aceh
dalam 4 tahun terakhir dan perbandingan jumlah pasien per bulannya dari setahun
terakhir 2015-2016.
Tabel 1.Perbandingan Jumlah Pasien RSIA Kota Banda Aceh Tahun 2015-2016
Bulan Tahun 2015 Total Tahun 2015 Total Rawat Jalan
Rawat Inap
Rawat Jalan
Rawat Inap
Januari 3875 524 4399 3782 479 4261 Februari 3318 550 3868 3714 408 4122
Maret 3705 694 4399 3893 470 4363 April 3793 539 4332 3142 315 3457 Mei 4176 571 4747 3395 450 3845 Juni 3586 515 4101 3109 407 3516 Juli 3176 562 3738 - - -
Agustus 3578 624 4202 - - - September 4224 734 4958 - - -
Oktober 4551 753 5304 - - - November 4629 757 5386 - - - Desember 4206 563 4769 - - -
Total 51.873 23.564 Sumber: Rumah Sakit Ibu dan Anak Kota Banda Aceh 2016
138
Jurnal Manajemen dan Inovasi, Vol 8, No.2, Juni 2017
Berdasarkan tabel diatas menjelaskan perbandingan jumlah pasien dari
sebelum terkena kasus (tahun 2014-2015) dan setelah terkena kasus (tahun 2016)
menunjukan penurunan jumlah pasien setiap bulannya.Berdasarkan sejumlah
pemaparan di atas, penulis ingin mengetahui bagimana corporate branding, dan
ekuitas merek mempengaruhi keputusan pembelian.
STUDI KEPUSTAKAAN DAN HIPOTESIS
Corporate Branding
Corporate branding didefinisikan sebagai merek yang merepresentasikan
perusahaan dimana nilai-nilai korporat diperluas ke berbagai macam kategori
produk/jasa (De Chernatory, 2003). Corporate branding menyangkut tentang
keselarasan antara nilai-nilai inti dari merek perusahaan , nilai tambah ( added
value) , dan nilai-nilai organisasi. Corporate branding merupakan penerapan dari
penggunaan nama perusahaan sebagai suatu merek produk, nama perusahaan ini
dapat menciptakan sebuah persepsi yang kemudian menjadi aset perusahaan dalam
menggambarkan kemampuannya untuk menciptakan produk – produk atau jasa
yang berkualitas dan inovatif bagi konsumen yang mana digunakan sebagai
penjamin dari kualitas sebuah produk atau jasa yang ditawarkan oleh suatu
organisasi atau perusahaan.
Corporate branding merangkum elemen tak berwujud (intangible) yang tidak
terkait langsung dengan produk, seperti tanggung jawab sosial, hubungan karyawan
dan kepercayaan perusahaan. Dibandingkan dengan merek produk, yang biasanya
ditangani oleh tenaga pemasaran (Melewar, Gotsi, dan Andriopoulus, 2012),praktik
Corporate branding melibatkan praktik organisasi yang berkontribusi terhadap
identitas perusahaan (Melewar & Karaosmanoglu, 2006), identitas visual (Van den
Bosch, Elving, dan de Jong, 2006), dan kepribadian perusahaan (Abratt &
Mofokeng, 2001), yang semuanya dapat mendorong para pemangku kepentingan
untuk mengidentifikasi diri mereka dengan merek perusahaan, sehingga
meningkatkan ekuitas merek. Corporate Branding menargetkan beberapa audiensi,
seperti karyawan, pemegang saham, regulator, masyarakat, pemasok serta
pelanggan. Corporate branding melibatkan interaksi dengan semua pemangku
kepentingan ,yang memiliki karakter multidisiplin dan ditargetkan untuk
139
Jurnal Manajemen dan Inovasi, Vol 8, No.2, Juni 2017
kepentingan internal dan ekternal oleh karenanya Corporate branding dapat
mempertahankan reputasi merek melalui interaksi internal dan eksternal pada
pemangku kepentingan.(Chang et al ,2009). Dalam membangun dan
mempertahankan reputasi atau citra, perusahaan seringkali melakukan kampanye
untuk menciptakan sebuah asosiasi kepada corporate brand sebagai suatu kesatuan
dan sebagai akibatnya, konsumen cenderung untuk tidak menghiraukan atau
mengurangi peranan dari individual produk atau sub-brand yang dimiliki
perusahaan. Saat ini ada banyak perusahaan yang menjalankan strategi corporate
brand, terutama pada industri retail dan jasa,yang biasanya menggunakan nama
perusahaan mereka sebagai merek. Hal ini dikarenakan adanya keterkaitan yang
tinggi antara produk-produk dengan nama perusahaan itu sendiri.Tujuan dari
Corporate branding adalah:
1. Memperkenalkan nama perusahaan agar dikenal,dianggap berbeda dan
terpercaya di benak konsumen.
2. Memfasilitasi hubungan antara pembeli dengan pemasok,
3. Menggambarkan manfaat yang ditawarkan untuk pembeli.
4. Mewujudkan sistem nilai korporasi.
Ekuitas Merek
Merek menjadi faktor penting dalam persaingan dan menjadi aset perusahaan
yang bernilai.Ekuitas merek menjadi sangat penting bagi pemasar dikarenakan
ekuitas merek dapat meningkatkan preferensi konsumen terhadap sebuah merek.
Ekuitas merek menjadi nilai tambah yang diberikan pada produk dan jasa (Kotler
dan Keller ,2009). Ekuitas merek adalah serangkaian aset dan kewajiban merek
yang terkait dengan nama dan simbol sebuah merek, yang mampu menambah atau
mengurangi nilai yang diberikan oleh suatu produk atau jasa kepada perusahaan
maupun kepada pelanggan perusahaan. Efek ini menjelaskan bagian dari
keseluruhan preferensi konsumen untuk merek yang tidak dapat dibenarkan oleh
atribut diukur secara obyektif. Ekuitas merek merefleksikan persepsi konsumen
mengenai baik atau buruknya suatu merek. Menurut Kotler & Armstrong
(2008:282) menambahkan bahwa ekuitas merek yang tinggi memberikan banyak
keunggulan kompetitif perusahaan. Merek yang kuat dapat menciptakan kesadaran
140
Jurnal Manajemen dan Inovasi, Vol 8, No.2, Juni 2017
merek dan loyalitas merek yang tinggi. Selain itu, nama merek membawa
kredibilitas tinggi, sehingga perusahaan bisa lebih mudah meluncurkan lini dan
perluasan merek. Merek yang kuat memberikan beberapa pertahanan kepada
perusahaan dalam menghadapi persaingan harga yang ketat. menciptakan nilai dan
pengaruh tersendiri di pasar bila diatur dengan tepat. Merek yang prestisius
memiliki ekuitas merek yang kuat. Semakin kuat Brand equity suatu
produk,semakin kuat pula rasa percaya diri konsumen dalam roses pengambilan
keputusan pembelian, sehingga mengantar perusahaan untuk mendapatkan
keuntungan dari waktu ke waktu. Keller (1993) lanjut menjelaskan bahwa
menciptakan ekuitas merek terdiri dari dua langkah: memilih identitas merek
(nama, logo, dll),dan mengembangkan program pemasaran yang mendukung yang
mengintegrasikan semua dari identitas mereka. ekuitas merek didefinisikan
sebagai"Nilai yang melekat pada produk fungsional atau jasa dengan
mengaitkannya dengan nama merek" (Aaker & Biel 1993).
Keputusan Pembelian
Menurut Kotler dan Armstrong (2001, pp 226) keputusan pembelian adalah
tahap dalam proses pengambilan keputusan pembeli di mana konsumen benar benar
membeli. Pengambilan keputusan merupakan suatu kegiatan individu yang secara
langsung terlibat dalam mendapatkan dan mempergunakan barang yang
ditawarkan. Kotler (2003) menyatakan ada empat faktor utama yang mempengaruh
perilaku konsumen dalam membeli, yaitu:
1. Faktor kebudayaan faktor-faktor budaya mempunyai pengaruh yang paling
luas dan paling dalam, budaya merupakan penentu keinginan dan perilaku
yang paling dasar. Adapun faktor-faktor kebudayaan yang turut
mempengaruhi perilaku konsumen seperti budaya, sub budaya, dan kelas
sosial.
2. Faktor sosial manusia tidak pernah bisa lepas dari kehidupan sosialnya,
karena itul ingkungan sosial akan sangat mempengaruhi bagaimana mereka
berperilaku sebagai seorang konsumen. Beberapa faktor social tersebut
antara lain : keluarga, kelompok acuan (kelompok yang memiliki pengaruh
141
Jurnal Manajemen dan Inovasi, Vol 8, No.2, Juni 2017
langsung atau tidak langsung terhadap sikap atau perilaku seseorang
tersebut), peran, dan status social
3. Faktor pribadi keputusan pembelian juga dipengaruhi oleh karakteristik
pribadi karakteristik tersebut meliputi: usia, dan tahap siklus hidup,
pekerjaan,keadaan ekonomi, gaya hidup (lifestyle), serta kepribadian dan
konsep diri pembeli.
4. Faktor psikologis faktor terakhir yang mempengaruhi pilihan pembelian
seseorang adalah Faktor psikologis dimana empat faktor psikologi utama
adalah motivasi, persepsi, pembelajaran, serta keyakinan dan sikap.
Pengaruh Corporate Branding Terhadap Keputusan Pembelian
Corporate Branding merangkum elemen tak berwujud (intangible) yang
tidak terkait langsung dengan produk, seperti tanggung jawab sosial, hubungan
karyawan dan kepercayaan perusahaan. Corporate branding menargetkan beberapa
audiensi, seperti karyawan, pemegang saham, regulator, masyarakat, pemasok serta
pelanggan. Branding perusahaan tidakterikat pada satu produk tertentu, tetapi
mengintegrasikan atribut korporasi umum produk dan manfaat, hubungan dengan
banyak orang, program dan nilai-nilai sosial dan serta kredibilitas perusahaan
(Keller, 1998). Penelitian yang dilakukan oleh Nizar Souiden et al (2008) dalam
jurnalnya yang berjudul The Effect Of Corporate Branding Dimensions On
Consumers' Product Evaluation: A Cross-Cultural Analisis,melalui empat dimensi
corporate branding yaitu corporate name recognation,corporate image,corporate
reputation dan corporate loyalty/commitment menyatakan bahwa ada pengaruh
keempat dimensi tersebut terhadap perilaku konsumen dalam menetukan keputusan
pembelian.
H1 : Corporate branding (X) berpengaruh terhadap keputusan pembelian
konsumen (Y).
Pengaruh Corporate Branding Terhadap Ekuitas Merek
Severi (2013) menyebutkan bahwa menurut Marketing Science Institute
(2002), salah satu tujuan utama pemasaran penelitian ini adalah untuk menilai
kekuatan ekuitas merek. Corporate branding terkait dalam interaksi dengan
142
Jurnal Manajemen dan Inovasi, Vol 8, No.2, Juni 2017
berbagai pemangku kepentingan (Abratt & Kleyn, 2012; Melewar 2012) yang dapat
memberikan kontribusi terhadap ekuitas merek. Chang (2015) menemukan bahwa
dalam penelitian mereka terdapat pengaruh efek positif dari corporate branding
pada ekuitas merek. Corporate branding terkait dengan interaksi dengan berbagai
pemangku kepentingan (Abratt & Kleyn, 2012; Melewar 2012) yang dapat
memberikan kontribusi terhadap ekuitas merek. Balmer (2001) menegaskan bahwa
strategis merek dapat dikomunikasikan eksternal dan internal, sehingga dapat
menyajikan sumber yang bernilai dari ekuitas merek.Berdasarkan diskusi tersebut,
para peneliti berpendapat bahwa sebuah organisasi yang berhasil
mengimplementasikan strategi branding perusahaan yang efektif dapat
meningkatkankan ekuitas merek berbasis pelanggan.
H2: Terdapat hubungan yang positif antara corporate branding (X) dan ekuitas
merek (Z)
Pengaruh Ekuitas Merek Terhadap Keputusan Pembelian
Ekuitas merek dapat mempengaruhi rasa percaya diri konsumen dalam
pengambilan keputusan pembelian atas dasar pengalaman masa lalu dalam
penggunaan atau kedekatan, dan asosiasi dengan berbagai karakteristik merek
(Durianto, 2004). Semakin kuat ekuitas merek suatu produk, maka semakin kuat
pula daya tariknya di mata konsumen untuk mengkonsumsi produk tersebut dan
pada akhirnya akan mengarah pada keputusan pembelian produk (Durianto, dkk,
2004). Empat kategori pertama mewakili persepsi konsumen tentang suatu merek
melalui 4 dimensi ekuitas merek,yaitu kesadaran merek, persepsi kualitas, asosiasi
merek, dan loyalitas merek.Menurut Astuti & Cahyadi (2007) dalam penelitian
yang berjudul”Pengaruh Elemen Ekuitas Merek Terhadap Rasa Percaya Diri
Pelanggan di Surabaya Atas Keputusan Pembelian Sepeda Motor Honda”, hasil
analisis regresi linier berganda dalam Penelitiannya menyimpulkan bahwa keempat
elemen ekuitas merek memiliki pengaruh yang signifikan baik secara bersama
maupun individu terhadap rasa percaya diri pelanggan atas keputusan pembelian
sepeda motor Honda. Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa persepsi
kualitas,kesadaran merek, loyalitas merek, dan asosiasi merek mempengaruhi rasa
percaya diri pelanggan atas keputusan pembelian karena menciptakan alasan yang
143
Jurnal Manajemen dan Inovasi, Vol 8, No.2, Juni 2017
kuat bagi pelanggan untuk membeli (reason to buy) yang dinilai mampu memenuhi
desired benefits yang diinginkan pelanggan (Astuti & Cahyadi, 2007). Saat
pengambilan keputusan pembelian dilakukan, kesadaran merek (brand awareness)
memegang peran penting. Merek menjadi bagian dari consideration set sehingga
memungkinkan preferensi pelanggan untuk memilih merek tersebut (Astuti &
Cahyadi, 2007). Pelanggan cenderung memilih merek yang sudah dikenal karena
merasa aman dengan sesuatu yang dikenal dan beranggapan merek yang sudah
dikenal kemungkinan bisa diandalkan, dan kualitas yang bisa
dipertanggungjawabkan (David A. Aaker, 1991). Schiffman & Kanuk (2000)
menambahkan bahwa asosiasi merek yang positif mampu menciptakan citra merek
yang sesuai dengan keinginan pelanggan, sehingga dapat menciptakan rasa percaya
diri pelanggan atas keputusan pembelian. Berdasarkan pemikiran tersebut, maka
dapat disimpulkan hipotesis sebagai berikut:
H3 : Ekuitas merek (Z) berpengaruh terhadap keputusan pembelian konsumen (Y).
Pengaruh Corporate Branding Terhadap Keputusan Pembelian Dimediasikan
Oleh Ekuitas Merek
Corporate Branding terkait dalam interaksi dengan berbagai pemangku
kepentingan (Abratt & Kleyn, 2012; Melewar 2012) yang dapat memberikan
kontribusi terhadap ekuitas merek. Chang et al. (2015) menemukan bahwa dalam
penelitian terdapat efek positif dari corporate branding pada ekuitas merek.
Corporate Branding terkait dengan interaksi dengan berbagai pemangku
kepentingan (Abratt & Kleyn, 2012; Melewar .2012) yang dapat memberikan
kontribusi terhadap ekuitas merek. Balmer (2001) menegaskan bahwa strategis
merek dapat dikomunikasikan eksternal dan internal, sehingga dapat menyajikan
sumber yang bernilai dari ekuitas merek. Semakin kuat ekuitas merek suatu produk,
maka semakin kuat pula daya tariknya di mata konsumen untuk mengkonsumsi
produk tersebut dan pada akhirnya akan mengarah pada keputusan pembelian
produk (Durianto, dkk, 2004). Ekuitas merek yang kuat akan memberikan value,
baik kepada pelanggan maupun kepada perusahaan. Untuk pelanggan akan
memberikan efek meningkatkan interprestasi atau proses infomasi pelanggan,
144
Jurnal Manajemen dan Inovasi, Vol 8, No.2, Juni 2017
meningkatkan keyakinan pelanggan dalam keputusan pembelian dan meningkatkan
kepuasan mereka dalam menggunakan produk atau jasa.
H4 : Corporate branding (X) berpengaruh terhadap keputusan pembelian (Y)
dimediasikan oleh ekuitas merek (Z)
METODOLOGI PENELITIAN
Penelitian ini dilakukan di Kota Banda Aceh pada pengunjung Rumah Sakit
Ibu dan Anak Aceh yang pernah mendapatkan layanan kesehatan di rumah sakit
tersebut. Sedangkan objek penelitian ini adalah corporate branding variabel
independent. Ekuitas merek sebagai variabel mediasi dan keputusan pembelian
sebagai variabel dependent. Adapun yang menjadi ruang lingkup penelitian adalah
pengaruh corporate branding terhadap keputusan pembelian dengan ekuitas merek
sebagai variabel mediasi. Penelitaian ini hanya memfokuskan pada pengunjung
Rumah Sakit Ibu dan Anak Kota Banda Aceh. Baik pasien RSIA sendiri maupun
keluarga dari pasien yang telah menerima layanan dari rumah sakit tersebut.
Cooper & Schindler (2006) mengatakan bahwa populasi merupakan jumlah
keseluruhan elemen yang akan diteliti. Namun, penelitian ini tidak menggunakan
keseluruhan anggota populasi, karena untuk mengeneralisasikannya cukup diwakili
oleh sebagian anggota populasi yang disebut sampel. Populasi yang akan diteliti
harus memenuhi syarat kualitas dan karakteristik tertentu yang telah ditetapkan oleh
peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulan. Apabila populasi besar
dan memungkinkan peneliti tidak dapat mempelajari semua yang ada pada
populasi, misalnya karena keterbatasan dana dan waktu, maka peneliti dapat
menggunakan sampel yang diambil dari populasi itu. Karena dengan menggunakan
sampel dari populasi tersebut sudah dapat mewakili data yang ada pada populasi
dan membantu penulis dalam melakukan perhitungan. Dalam penelitian ini, yang
menjadi populasi adalah pengunjung Rumah Sakit Ibu dan Anak Kota (RSIA) Kota
Banda Aceh, baik pasien RSIA sendiri maupun keluarga dari pasien yang telah
menerima layanan dari rumah sakit tersebut. Dikarenakan probabilitas elemen
dalam populasi untuk terpilih sebagai sampel tidak diketahui maka teknik
pengambilan sampel dilakukan secara non probability sampling yaitu teknik
pengambilan sampel yang tidak memberikan peluang atau kesempatan yang sama
bagi setiap unsur atau anggota populasi untuk dipilih menjadi sampel. Jenis non
145
Jurnal Manajemen dan Inovasi, Vol 8, No.2, Juni 2017
probability sampling yang dipilih adalah convenience sampling yaitu teknik
penentuan sampel berdasarkan kebetulan, anggota populasi yang di temui peneliti
dan bersedia menjadi responden dijadikan sampel (Sangadji & Sopiah, 2010).
Penelitian dengan metode survei adalah metode pengumpulan data primer yang
menggunakan pertanyaan lisan dan tertulis. Metode ini memerlukan adanya kontak
atau hubungan antara peneliti dengan subyek (responden) penelitian untuk
memperoleh data yang diperlukan. Penarikan sampel ukuran yang di ambil adalah
berkisar antara 30 sampai 500 sampel yang diadaptasi menurut Roscoe (1975)
dalam Uma Sekaran (2006) yang memberikan acuan umum untuk menentukan
ukuran sampel yaitu lebih dari 30 dan kurang dari 500 adalah tepat untuk
kebanyakan penelitian. Untuk memperoleh data dan informasi yang sesuai dengan
objek penelitian ini, penulis melakukan kegiatan metode pengumpulan data dengan
menggunakan kuesioner (angket). Kuesioner merupakan teknik pengumpulan data
yang dilakukan untuk mengumpulkan data dengan cara memberi seperangkat
pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden untuk dijawabnya (Sangadji
& Sopiah, 2010).
HASIL DAN PEMBAHASAN
Variabel dependen dalam penelitian ini adalah keputusan pembelian, untuk
mengukur konstruk dari variabel tersebut telah diukur dengan 5 pertanyaan, semua
item pertanyaan dapat digunakan karena memiliki loading factor lebih besar dari
0,40 (Hair, et al. 2006). Semua item pertanyaan tersebut dianalisis faktor untuk
mengetahui apakah item pertanyaan tersebut dapat menggambarkan konstruk atau
tidak. Hasil uji menunjukkan bahwa semua item yang terlibat dalam penelitian
memiliki korelasi konstruk sehingga dapat menjadi suatu pengukuran yang tepat.
Hal ini dilihat dari nilai Eigen 2,759 yang lebih besar dari pada 1 dengan muatan
factor (loading factor) yang memiliki interval 0,585 hingga 0,795. Varians yang
dapat dijelaskan (variance explained) pada faktor mencapai 55,173 %. Nilai Kaiser-
Meyer-Olkin Measure of Sampling Adequancy pada variabel dependen sebesar
0,664 menunjukkan bahwa faktor ini masih merupakan satu set dari jumlah dan
layak dianalisis lebih lanjut. Hasil uji Bartlett’s test of Sphericity menunjukkan
signifikan (p<0,01). Variabel independen dalam penelitian ini adalah corporate
146
Jurnal Manajemen dan Inovasi, Vol 8, No.2, Juni 2017
branding, untuk mengukur konstruk dari variabel tersebut telah diukur dengan 6
pertanyaan, semua item pertanyaan dapat digunakan karena memiliki loading
factor lebih besar dari 0,40 (Hair, et al. 2006). Semua item pertanyaan tersebut
dianalisis faktor untuk mengetahui apakah item pertanyaan tersebut dapat
menggambarkan konstruk atau tidak. Hasil uji menunjukkan bahwa semua item
yang terlibat dalam penelitian memiliki korelasi konstruk sehingga dapat menjadi
suatu pengukuran yang tepat. Hal ini dilihat dari nilai Eigen 3,757 yang lebih besar
dari pada 1 dengan muatan factor (loading factor) yang memiliki interval 0,807
hingga 0,940. Varians yang dapat dijelaskan (variance explained) pada faktor
mencapai 2,613%. Nilai Kaiser-Meyer-Olkin Measure of Sampling Adequancy
pada variabel independen sebesar 0,843 menunjukkan bahwa faktor ini masih
merupakan satu set dari jumlah dan layak dianalisis lebih lanjut. Hasil uji Bartlett’s
test of Sphericity menunjukkan signifikan (p<0,01). Variabel mediasi dalam
penelitian ini adalah ekuitas merek, untuk mengukur konstruk dari variabel tersebut
telah diukur dengan 8 pertanyaan, semua item pertanyaan dapat digunakan karena
memiliki loading factor lebih besar dari 0,40 (Hair, et al. 2006). Semua item
pertanyaan tersebut dianalisis faktor untuk mengetahui apakah item pertanyaan
tersebut dapat menggambarkan konstruk atau tidak. Hasil uji menunjukkan bahwa
semua item yang terlibat dalam penelitian memiliki korelasi konstruk sehingga
dapat menjadi suatu pengukuran yang tepat. Hal ini dilihat dari nilai Eigen 5,045
yang lebih besar dari pada 1 dengan muatan factor (loading factor) yang memiliki
interval 0,884 hingga 0,955. Varians yang dapat dijelaskan (variance explained)
pada faktor mencapai 63,063 %. Nilai Kaiser-Meyer-Olkin Measure of Sampling
Adequancy pada variabel mediasi sebesar 0,898 menunjukkan bahwa faktor ini
masih merupakan satu set dari jumlah dan layak dianalisis lebih lanjut. Hasil uji
Bartlett’s test of Sphericity menunjukkan signifikan (p<0,01).
Uji reliabilitas adalah alat untuk mengukur suatu instrument atau kuesioner dapat
dipercaya atau tidak sebagai hasil penelitian yang baik (Arikunto, 2006). Uji ini
dilakukan secara statistik yaitu dengan menghitung besarnya nilai Cronbach Alpha.
Suatu konstruk atau variabel dikatakan reliable jika memberikan nilai Cronbach
Alpha >0,60 menurut Malhotra (2005). Selanjutnya untuk uji reliabilitas
digunakaalat bantu yaitu SPSS for windows 22.0. dapat dilihat pada tabel berikut:
147
Jurnal Manajemen dan Inovasi, Vol 8, No.2, Juni 2017
Tabel 1 menunjukkan nilai koefesien alpha semua variabel berada diatas 0,60,
sehingga dapat disimpulkan bahwa kuesioner yang dijadikan alat ukur dalam
penelitian ini layak digunakan.
Pengujian Hipotesis
Pengujian hipotesis dilakukan dengan menggunakan metode Hierarchical
Linear Modelling (HLM) untuk mengetahui pengaruh antar variabel, yang meliputi:
(1) Corporate branding berpengaruh terhadap keputusan pembelian sebagai
hipotesis 1,
(2) Corporate branding berpengaruh terhadap ekuitas merek sebagai hipotesis 2,
(3) Ekuitas merek berpengaruh dengan keputusan pembelian sebagai hipotesis 3,
(4) Corporate branding berpengaruh terhadap keputusan pembelian dimediasikan
ekuitas merek sebagai hipotesis 4.
Berdasarkan hasil analisis regresi pada tabel 2 menunjukkan bahwa corporate
branding berpengaruh signifikan terhadap keputusan pembelian dengan nilai
koefesien regresi (β) sebesar 0,763 dengan nilai probabilitas <0,05. Dengan
demikian dapat disimpulkan bahwa hipotesis 1 diterima. Berdasarkan hasil analisis
regresi pada tabel 2 juga menunjukkan bahwa corporate branding berpengaruh
signifikan terhadap ekuitas merek dengan nilai koefesien regresi (β) sebesar 0,813
dengan nilai probabilitas <0,05. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa
hipotesis 2 diterima. Berdasarkan hasil analisis regresi juga menunjukkan bahwa
ekuitas merek berpengaruh signifikan terhadap keputusan pembelian dengan nilai
koefesien regresi (β) sebesar 0,701 dengan nilai probabilitas <0,05. Dengan
demikian dapat disimpulkan bahwa hipotesis 3 diterima. Selanjutnya hipotesis 4
memprediksi efek mediasi menggunakan analisis regresi. Baron dan Kenny (1986)
mengemukakan bahwa hubungan mediasi terjadi apabila:
148
Jurnal Manajemen dan Inovasi, Vol 8, No.2, Juni 2017
1. Variabel independen mempengaruhi variabel dependen
2. Variabel independen mempengaruhi variabel mediasi
3. Variabel mediasi harus mempengaruhi variabel dependen
4. Mediasi penuh (full/perfect mediation) terjadi jika pengaruh variabel independen
terhadap variabel dependen secara langsung adalah signifikan, tapi pengaruhnya
tidak signifikan ketika melibatkan variabel mediasi. Mediasi parsial (partial
mediation) terjadi jika pengaruh variabel independen pada variabel dependen
menurun atau baik secara langsung maupun tidak langsung adalah signifikan
ketika melibatkan variabel mediasi.
Tabel 2. Ringkasan Hasil Analisis Regresi Untuk Menguji Efek Mediasi dari Ekuitas Merek
Ekuitas merek (Z) Keputusan Pembelian (Y) Tahap Persamaan Tahap 1 (β) Tahap 2 (β) Tahap 3 (β) Corporate branding Ekuitas merek R R2
0, 813
0,813 0,661 0,658
0,763
0,763 0,582 0,578
0,192 0,701 0,865 0,748 0,744
Signifikansi p<0,05
Berdasarkan tabel 2 diatas menunjukkan bahwa pada persamaan pertama
corporate branding berpengaruh signifikan terhadap keputusan pembelian dengan
nilai regresi (β) 0,763 pada probabilitas <0,05. Pada persamaan kedua, corporate
branding berpengaruh signifikan terhadap ekuitas merek dengan nilai regresi (β)
0,813 pada probabilitas <0,05. Pada persamaan ketiga ekuitas merek berpengaruh
signifikan terhadap niat perilaku dengan nilai regresi (β) 0,701 pada probabilitas
<0,05.Pada persamaan keempat yang menguji pengaruh variabel independen
terhadap variabel dependen melalui pemediasi menunjukkan bahwa corporate
branding berpengaruh signifikan terhadap keputusan pembelian melalui ekuitas
merek dengan nilai koefisien regresi (β) 0,192 pada probabilitas <0,05. Nilai (β)
berkurang dari 0,763 menjadi 0,192 ketika variabel mediasi dimasukkan kedalam
model.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pengaruh corporate branding
terhadap keputusan pembelian dimediasikan oleh ekuitas merek secara parsial
149
Jurnal Manajemen dan Inovasi, Vol 8, No.2, Juni 2017
(partial mediation) sehingga hipotesis 4 diterima. Berikut gambaran hubungan
antar variabel setelah dilakukan analisis faktor, yang dapat diperhatikan pada
kerangka pemikiran berikut:
0,763
0,813 0,701
Gambar 1. Konsep Pemikiran Teoritis Setelah Pengujian
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa corporate branding berpengaruh
signifikan keputusan pembelian pada Pengunjung Rumah Sakit Ibu dan Anak di
Kota Banda Aceh dan (H1) diterima. Dalam teori yang dikembangkan oleh De
Chernatory, 2003) menjelaskan Corporate branding sebagai merek yang
merepresentasikan perusahaan dimana nilai-nilai korporat diperluas ke berbagai
macam kategori produk/jasa. Corporate branding merupakan penerapan dari
penggunaan nama perusahaan sebagai suatu merek produk, nama perusahaan ini
dapat menciptakan sebuah persepsi yang kemudian menjadi aset perusahaan dalam
menggambarkan kemampuannya untuk menciptakan produk – produk atau jasa
yang berkualitas dan inovatif bagi konsumen yang mana digunakan sebagai
penjamin dari kualitas sebuah produk atau jasa yang ditawarkan oleh suatu
organisasi atau perusahaan. Lebih jelasnya Teori ini menunjukkan bahwa corporate
branding menjadi penjamin dari kualitas hasil yang ditawarkan oleh suatu
perusahaan atau organisasi yang mengarahkan konsumen dalam menentukan
pembeliannyaa. antara citra konsep diri dan citra produk merupakan penentu
berbagai hasil seperti keputusan pemilihan produk, kepuasan pelanggan dan niat
membeli kembali. Oleh karena itu corporate branding memiliki peranan penting
dalam mempengaruhi keputusan pembelian.
Corporate branding berpengaruh signifikan terhadap ekuitas merek pada
pengunjung Rumah Sakit Ibu dan Anak Kota Banda Aceh dan (H2) diterima. Abratt,
Corporate branding
(X)
Keputusan pembelian
(Y)
Ekuitas merek (Z)
150
Jurnal Manajemen dan Inovasi, Vol 8, No.2, Juni 2017
Kleyn & Melewar (2012) mengatakan Corporate branding terkait dengan interaksi
dengan berbagai pemangku kepentingan yang dapat memberikan kontribusi
terhadap ekuitas merek. Balmer (2001) menegaskan bahwa strategis merek dapat
dikomunikasikan eksternal dan internal, sehingga dapat menyajikan sumber yang
bernilai dari ekuitas merek. Penelitian lain menunjukan adanya pengaruhe
corporate branding terhadap ekuitas merek (Methaq Sallam, 2016).
Ekuitas merek berpengaruh terhadap keputusan pembelian pada
pengunjung Rumah Sakit Ibu dan Anak Kota Banda Aceh dan (H3) diterima. Hasil
penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa dimensi ekuitas merek mempengaruhi
rasa percaya diri pelanggan atas keputusan pembelian karena menciptakan alasan
yang kuat bagi pelanggan untuk membeli (reason to buy) yang dinilai mampu
memenuhi desired benefits yang diinginkan pelanggan (Astuti & Cahyadi, 2007).
Ini sesuai dengan teori yang dijelaskan oleh Durianto, dkk, (2004) bahwa Semakin
kuat ekuitas merek suatu produk, maka semakin kuat pula daya tariknya di mata
konsumen untuk mengkonsumsi produk tersebut dan pada akhirnya akan mengarah
pada keputusan pembelian produk Dengan baiknya ekuitas merek yang dihasilkan
oleh Rumah Sakit Ibu dan Anak Kota Banda Aceh dapat mempengaruhi keputusan
pembelian pada rumah sakit tersebut.
Pengujian hipotesis 4 menunjukkan bahwa ekuitas merek memediasi pengaruh
corporate branding terhadap keputusan pembelian pada pengunjung Rumah Sakit
Ibu dan Anak Kota Banda Aceh. Hal ini didukung oleh penelitian Methaq Sallam,
(2016); Chang, Chiang dan Han, (2015) yang mengemukakan bahwa dimensi dari
ekuitas merek dapat memediasikan corporate branding dan memainkan peran
penting dalam mempengaruhi benak para konsumen melakukan pembelian.
PENUTUP
Berdasarkan analisis hasil yang telah dilakukan pada penelitian ini maka
dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :
1. Corporate branding berpengaruh signifikan terhadap keputusan pembelian.
2. Corporate branding merupakan penerapan dari penggunaan nama
perusahaan sebagai suatu merek produk, nama perusahaan ini dapat
menciptakan sebuah persepsi yang kemudian menjadi aset perusahaan
151
Jurnal Manajemen dan Inovasi, Vol 8, No.2, Juni 2017
dalam menggambarkan kemampuannya untuk menciptakan produk –
produk atau jasa yang berkualitas dan inovatif bagi konsumen yang mana
digunakan sebagai penjamin dari kualitas sebuah produk atau jasa yang
ditawarkan oleh suatu organisasi atau perusahaan yang menjadi penentu
kuat bagi pengunjung Rumah Sakit Ibu dan Anak Kota Banda Aceh sebelum
melakukan keputusan pembelian 3. Corporate branding berpengaruh signifikan terhadap ekuitas merek.
Corporate branding memberikan kontribusi terhadap ekuitas
merek.corporate branding dari Rumah Sakit Ibu dan Anak Kota Banda Aceh
dapat memberikan pengaruh signifikan pada ekuitas merek
4. Ekuitas merek berpengaruh signifikan terhadap keputusan pembelian.
5. Ekuitas merek dapat mempengaruhi rasa percaya diri konsumen dalam
pengambilan keputusan pembelian. Dengan adanya ekuitas merek yang
baik dari Rumah Sakit Ibu dan Anak Kota Banda Aceh dapat memberikan
pengaruh pada pengunjunguntuk melakukan pembelian.
6. Ekuitas merek memediasi secara secara partial (partial mediation) pengaruh
corporate branding terhadap keputusan pembelian. Ekuitas merek
memiliki kemampuan sebagai mediator untuk mempengaruhi corporate
branding dan menarik pengunjung Rumah Sakit Ibu dan Anak Kota Banda
Aceh untuk melakukan pembelian.
Hasil Penelitian ini menunjukkan bahwa corporate branding memberikan
pengaruh signifikan yang positif terhadap keputusan pembelian. Corporate
branding didefinisikan sebagai merek yang merepresentasikan perusahaan dimana
nilai-nilai korporat diperluas ke berbagai macam kategori produk/jasa yang
kemudian berpengaruh terhadap keputusan pembelian pada konsumen. Hal ini
sangat penting diperhatikan oleh organisasi maupun pelaku usaha lainnya yang
bergerak dalam bidang produk, jasa maupun keduanya untuk memperhatikan dan
terus mengembangkan branding perusahaannya agar dapat mencapai tujuan
perusahaan tersebut. Hasil Penelitian ini juga menunjukkan bahwa ekuitas merek
dapat mempengaruhi keputusan pembelian pada konsumen. Ekuitas merek
memainkan peran penting dalam mempengaruhi benak konsumen untuk melakukan
152
Jurnal Manajemen dan Inovasi, Vol 8, No.2, Juni 2017
pembelian pada produk atau jasa. Dengan pentingnya ekuitas merek suatu
perusahaan, maka organisasi bisnis maupun non bisnis diharapkan dapat terus
meningkatkan ekuitas merek organisasi tersebut.
DAFTAR PUSTAKA Aaker, D . A. 2004. Leveraging The Corporate Brand. California Management
Review, Vol. 46 , No.3 , pp. 6 – 18.
Aaker, D. A. 1991. Managing Brand Equity. New York: The Free Press. Ahadi, Nazar & Yanis, M. 2016. Kata Pasien Terhadap Pelayanan di RSIA
(www.Ajnn.Net). Diakses tanggal [12/05/2016]
Alzamendy, Mohamad. 2011. Analisis Pengaruh Ekuitas Merek Terhadap Keputusan Pembelian Mobil Suzuki Swift (Studi Kasus Pada Konsumen Suzuki Swift Di Semarang). Skripsi Tidak Diterbitkan. Fakultas Ekonomi: Ekonomi Universitas Diponegoro Semarang
Anandan Pillai. 2012. Corporate branding literature: A research paradigm review. Journal of Brand Management 19:4, 331-343.
Astuti, Sri Wahjuni dan Cahyadi, I Gde. 2007. Pengaruh Elemen Ekuitas Merek Terhadap Rasa Percaya Diri Pelanggan Di Surabaya Atas Keputusan Pembelian Sepeda Motor Honda. Majalah Ekonomi, Tahun XVII, No.2 Agustus 2007.
Bakri. 2016. Gubernur Harus Serius Benahi Layanan di RSIA (http://aceh.tribunnews.com). Diakses tanggal [28/05 2016].
Balmer, J.M.T. dan Gray, E.R. 2003. “Corporate Brands: What Are They? What Of Them?”, European Journal of Marketing, Vol. 37 No. 7, pp. 972–97.
Baron, R.M. and Kenny, D.A. 1986. The Moderator-Mediator Variable Distinction In Social Psychological Research: Conceptual, Strategic, And Statistical Considerations. Journal Of Personality And Social Psychology.Vol 51(6): pp 1173-1182.
Bikram Jit Singh Mann, Mandeep Kaur Ghuman. 2014. Scale development and validation for measuring corporate brand associations. Journal of Brand Management 21, 43-62.
BLUD RSIA Aceh. 2016. Laporan kinerja RSIA Aceh (http://rsia.acehprov.go.id/). Diakses tanggal [27/08/2016].
Brown, T. J., & Dacin, P. A. 1997. The company and the product: corporate associations and consumer productresponses. Journal of Marketing, 61(1), 68-84. http://dx.doi.org/10.2307/1252190
153
Jurnal Manajemen dan Inovasi, Vol 8, No.2, Juni 2017
Chang, Hsin Hsin and Liu, Ya Ming. 2009, “The Impact of Brand Equity on Brand Preference and Purchase Intentions in The Service Industries,” The Service Industries Journal, Vol. 29, No. 12, 1687–1706
Chang, A., Chiang, H., & Han T. 2015. Investigating the dual-route effects of merek korporat on brand equity. Asia Pacific Management Review, 20(2015), 120-129. http://dx.doi.org/10.1016/j.apmrv.2014.10.001
Cooper, Donald R., dan Pamela, S. Schindler. 2006. Metode Riset Bisnis, Volume 1. PT Media Global Edukasi. Jakarta.
D’Astous, A. and Ahmed, S.A. 1999. The importance of country images in the formation of consumer product perceptions. International Marketing Review, Vol. 16 No. 2, pp. 108-25.
Dacin, P.A. and Brown, T.J. 2006. Corporate Branding, Identity And Customer Response”, Journal Of The Academy of Marketing Science 34(2):95-99
Davis, John A 2010. Competitive Succes (How Branding Adds Value). John Wiley And Son L.Td. UK
De Chernatony, L, 2003. From Brand Vision to Brand Evaluation. Oxford : Butterworth – Heinemann.
Dinamika, Yarmen. 2016. Ombudsman Beri Sanksi Pimpinan RSIA. (http://Aceh.Tribunnews.Com). Diakses tanggal [28/05/2016].
Djaslim Saladin. 2003. Manajemen Pemasaran. Bandung: Penerbit Linda Karya.
Dmitrović, T., & Vida, I. 2007. Saliency Product Origin Information in Consumer Choices. Management, 12(2), 1-23.
FindTheBest. 2016. Rumah Sakit Ibu dan Anak provinsi NAD (http://rumah-sakit.findthebest.co.id/). Diakses tanggal [27 agustus 2016]
Ghose, S., & Lowengart, O. 2012. Consumer choice and preference for brand categories. Journal of Marketing Analytics, 1(1), 3-17. http://dx.doi.org/10.1057/jma.2012.1
Ghozali, Imam, (2005). Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS,
Edisi Ketiga, Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro
Hair, et al. 2006. Multivariate Data Analysisi 6th Ed. New Jersey: Pearson Education.
Hatch, M. J., & Schultz, M. 2001. Are the strategic stars aligned for your corporate brand?.Harvard business review.128-134
Hirschman, C. 1995. Modeling consumer choices between domestic and foreign automobiles. University of Journal of Commerce and Management,
154
Jurnal Manajemen dan Inovasi, Vol 8, No.2, Juni 2017
17(1/2), 140-148. http://dx.doi.org/10.1108/10569210710776512 Nos 7/8, pp. 742-60.
Ind , N . 1997. The Corporate Brand. Macmillan Business, London .
John M T Balmer, Tim Oliver Brexendorf, Joachim Kernstock. 2013. Corporate brand management – A leadership perspective. Journal of Brand Management 20, 717-722.
Keller, K. L. 1993. Conceptualizing, measuring and managing customer based brand equity. Journal of Marketing, 57,1-22. http://dx.doi.org/10.2307/1252054
Keller, K. L. 2008. Strategic Brand Management Building, Measuring, and Managing Brand Equity. Upper Saddle River, New Jersey: Pearson International Editions
Knox S, Bickerton D. 2003. The six conventions of corporate branding European Journal of Marketing 37:998-1016.
Kotler, Philip. 2001. Manajemen Pemasaran di Indonesia : Buku 1 Analisis Perencanaan,Implementasi dan Pengendalian. Jakarta : Salemba Empat
------. 2003. Manajemen Pemasaran. Prehalindo. Jakarta.
Kotler, P. dan Keller, K. L.2012, Marketing Management. Upper Saddle River, New Jersey:Pearson Prentice Hall
Kotler, Philip, and Lee, Nancy. 2005.Corporate Social Responsibility: Doing the Most Good for Your Company and Your Cause, John Wiley and Sons, Inc.
Lassar, W., Mittal, B., & Arun, S. 1995. Measuring consumer based brand equity. Journal of Consumer Marketing, 12(4), 11-19. http://dx.doi.org/10.1108/07363769510095270 Marketing, Vol. 42 Nos 5/6, pp. 537-52.
Lee, D. and Ganesh, G. 1999. Effects of partitioned country in the context of brand image and familiarity. International Marketing Review, Vol. 16 No. 1, pp. 18-39.
Mowen, John, C dan Michael Minor. 2002. Perilaku Konsumen. Jilid Kedua.Jakarta: Erlangga.
Muhajiriadi. (2014). Pengaruh Ekuitas Merek Terhadap Keputusan Pembelian Handphone Blackberry Di Banda Aceh. Skripsi tidak diterbitkan. Fakultas Ekonomi: Universitas Syiah Kuala Banda Aceh.
Muzellec, L. and Lambkin, M. 2006. Corporate rebranding: destroying, transferring or creating brand equity?. European Journal of Marketing, Vol. 40 Nos 7/8, pp. 803-24.
155
Jurnal Manajemen dan Inovasi, Vol 8, No.2, Juni 2017
Njuguna, R., Makau, M., & Kerre, F. 2014. The Moderating Effect of Industrial Context on the Relationship Between Brand Equity and Consumer Choice in Branded Bottled Water Nairobi, Kenya. European Scientific Journal, 10(4)
Purnamasari, Andi Hardianty. 2012. Hubungan Bauran Pemasaran (Marketing Mix) Dengan Kunjungan Pasien Di Unit Rawat Jalan Rsia Pertiwi Makassar Tahun 2011 .Skripsi Tidak Diterbitkan. Bagian Administrasi Kebijakan Kesehatan Fakultas Kesehatan Masyarakat: Universitas Hasanuddin Makassar
Roy, D dan Banerjee, S. 2007. CARE-ing Strategy for Integration of Brand Identity with Brand Image. International Journal of Commerce and Management, Vol 17, No 1, pp. 140-148.
Saeed, Aitzaz dan Arshad, Rehan. 2008. Corporate branding andcustomer’s purchase preferences in mobile phone telecommunication. Halmstad University. School of Business and Engineering. International Marketing.
Sallam Methaq Ahmed. 2016. The Impact of Brand Image and corporate branding on Consumer’s Choice: The Role of Brand Equity. International Journal of Marketing Studies; Vol. 8, No. 1
Sangadji, Etta Mamang dan Sopiah. 2010. Metodologi Penelitian - Pendekatan Praktis dalam Penelitian. Edisi I. Yogyakarta: CV Andi Offset.
Saunders J. and Guoqun Fu., 1997. Journal of Product and Brand Management. Vol. 6, No.1 PP.40-48
Schiffman, G Leon & Kanuk, L. Leslie. 2000. Consumer Behavior. Seventh Edition. Upper Saddle River: Prentice Hall International, Inc
Silvia Biraghi, Rossella Chiara Gambetti. 2014. Corporate branding: Where are we? A systematic communication-based inquiry. Journal of Marketing Communications 1-24.
Souiden, Nizar., Kassim, M. Norizan and Hong, Heung-Ja. 2006. The Effect of Corporate Branding Dimensions on Consumers Product Evaluation A
156
Jurnal Manajemen dan Inovasi, Vol 8, No.2, Juni 2017
Cross Cultural Analysis. European Journal of Marketing, Vol. 40, No. 7/8, pp. 825-845.
Sugiyono. 2009. Metode Penelitan Pendidikan. Bandung : CV. ALFABETA
------. 2012. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D.Cetakan ke-17. Bandung: Alfabeta.
Tatiana Anisimova. 2013. Evaluating the impact of corporate brand on consumer satisfaction. Asia Pacific Journal of Marketing and Logistics 25:4, 561-589. [Abstract] [Full Text] [PDF]
Urde, M. 2003. Core value-based corporate brand building. European Journal of Marketing, Vol. 37 Nos 7/8, pp. 1017-40
Yoo, B., Donthu, N., & Lee, S. 2000. An examination of selected marketing mix elements and brand equity. Journal of the Academy of Marketing Science, 28(2), 195-211. http://dx.doi.org/10.1177/0092070300282002