-
PENGARUH CERAMAH DAN PEMBERIAN LEAFLET TERHADAP
PERILAKU DALAM MEMILIH DAN MENGGUNAKAN OBAT BATUK
ANAK OLEH IBU-IBU DI DESA SUKOREJO, KECAMATAN
SUKOREJO, KABUPATEN KENDAL, PROPINSI JAWA TENGAH
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm)
Program Studi Farmasi
Oleh :
Nana Kartika
NIM : 068114185
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2010
-
ii
PENGARUH CERAMAH DAN PEMBERIAN LEAFLET TERHADAP
PERILAKU DALAM MEMILIH DAN MENGGUNAKAN OBAT BATUK
ANAK OLEH IBU-IBU DI DESA SUKOREJO, KECAMATAN
SUKOREJO, KABUPATEN KENDAL, PROPINSI JAWA TENGAH
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm)
Program Studi Farmasi
Oleh :
Oleh :
Nana Kartika
NIM : 068114185
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2010
-
iii
-
iv
-
v
HALAMAN PERSEMBAHAN
Karya ini ku persembahkan buat:
Tuhan Yesus KristusTuhan Yesus KristusTuhan Yesus KristusTuhan
Yesus Kristus
&&&&
IbuIbuIbuIbu kukukuku
“Haradjur aku mingkes Tuhan
intu taharepku; karana Ie aton
hila gantaungku, aku djaton
akan hagarek” Mzm 16:8
-
vi
-
vii
-
viii
PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha
Esa
karena atas kasih dan karunianya, penulis dapat menyelesaikan
skripsi yang
berjudul “Pengaruh Ceramah dan Pemberian Leaflet Terhadap
Perilaku Dalam
Memilih dan Menggunakan Obat Batuk Anak Oleh Ibu-Ibu di Desa
Sukorejo,
Kecamatan Sukorejo, Kabupaten Kendal, Propinsi Jawa Tengah”.
Skripsi ini
ditulis sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana
Farmasi di Fakultas
Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini dapat
terselesaikan
dengan bantuan dan dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena
itu, penulis
mengucapkan terima kasih kepada:
1. Gubernur Propinsi Jawa Tengah yang telah memberikan ijin
untuk melakukan
penelitian
2. Gubernur DIY c.q Sekretariat Daerah Pemerintah Propinsi DIY
yang telah
memberikan rekomendasi penelitian
3. Badan Kesatuan Bangsa, Politik, dan Perlindungan Masyarakat
Pemerintah
Propinsi Jawa Tengah yang telah memberikan rekomendasi
penelitian
4. Bupati Kabupaten Kendal yang telah memberikan ijin untuk
melakukan
penelitian
5. Badan Kesatuan Bangsa, Politik, dan Perlindungan Masyarakat
Pemerintah
Kabupaten Kendal yang telah memberikan rekomendasi
penelitian
-
ix
6. Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Pemerintah Kabupaten
Kendal
yang telah memberikan ijin untuk melakukan penelitian
7. Kepala Kecamatan dan Kelurahan Sukorejo yang telah memberikan
ijin untuk
melakukan penelitian di Desa Sukorejo, Kecamatan Sukorejo
8. Kepala Dukuh Sentul, Sapen, Ngrancak, Tlangu, Sudagaran, dan
Sumber
Tlangu atas perijinan dan bantuan yang diberikan
9. Dekan Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta,
Bapak
Ipang Djunarko, M.Sc, Apt.
10. Ibu Maria Wisnu Donowati, M.Si, Apt. selaku dosen pembimbing
yang telah
memberikan petunjuk, saran dan masukan dalam proses penyusunan
skripsi.
11. Bapak Ipang Djunarko, M.Sc, Apt dan Bapak Yosef Wijoyo,
M.Si., Apt.
selaku dosen penguji yang telah memberikan banyak masukan.
12. Seluruh ibu-ibu di Desa Sukorejo yang telah bersedia menjadi
responden
dalam penelitian ini dan bersedia menghadiri acara ceramah yang
diadakan
sehingga memperlancar penelitian.
13. Ibuku yang tercinta yang selalu berdoa, memberikan semangat,
dukungan dan
perhatian dalam menyelesaikan penelitian ini
14. Kakak dan adik ku, Yohan Karmawan dan Yenita atas perhatian
dan
dukungannya
15. Sahabat seperjuanganku Galih Andre Prasetyo atas bantuan dan
kerja sama
dalam penelitian ini sehingga penelitian ini dapat terselesaikan
dengan baik
16. Teman-teman PMK APOSTOLOS Universitas Sanata Dharma atas doa
dan
dukungannya.
-
x
17. Teman-teman Wisma Surya (Prima, Novi, Fera, Nesya dan Fanya)
atas
kebersamaannya
Penulis menyadari skripsi ini masih jauh dari sempurna
karena
keterbatasan pikiran, waktu dan tenaga. Oleh karena itu, penulis
mengharapkan
kritik dan saran yang membangun agar skripsi ini menjadi lebih
baik lagi. Semoga
skripsi ini memberikan manfaat dalam perkembangan ilmu
pengetahuan.
Yogyakarta, Juli 2010
Penulis
-
xi
INTISARI
Swamedikasi adalah pemilihan dan penggunaan obat-obatan oleh
individu
untuk mengobati penyakit/gejala yang dapat dikenali sendiri.
Obat-obatan yang
digunakan dalam swamedikasi adalah obat Over The Counter (OTC).
Pada
pelaksanaannya swamedikasi dapat menjadi sumber terjadinya
kesalahan
pengobatan karena keterbatasan pengetahuan masyarakat. Umumnya
swamedikasi
dilakukan untuk penyakit-penyakit ringan misalnya batuk. Anak
belum memiliki
kesadaran dan tanggung jawab terhadap kesehatannya sendiri,
sehingga anak
sangat tergantung pada orang tua. Ibu sebagai orang tua memiliki
peran yang
sangat penting terhadap swamedikasi batuk pada anak khususnya
mengenai
pemilihan dan penggunaan obat yang tepat dan bertanggung
jawab.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh metode
edukasi yang
dilakukan dengan cara ceramah, leaflet, dan ceramah yang
dilanjutkan dengan
pemberian leaflet terhadap perubahan perilaku ibu-ibu yang
meliputi pengetahuan,
sikap, dan tindakan dalam pemilihan dan penggunaan obat batuk
anak. Jenis
penelitian termasuk eksperimen semu dengan rancangan
non-randomized pretest-
posttest control grup design. Tiap kelompok mendapat pretest dan
posttest setelah
satu bulan untuk mengetahui perubahan perilaku dari perlakuan
yang diberikan.
Hasil uji wilcoxon dengan taraf kepercayaan 95% menunjukkan
bahwa
perubahan perilaku pada metode leaflet dan metode ceramah yang
dilanjutkan
dengan pemberian leaflet terdapat perbedaan yang signifikan.
Analisis statistik
dengan uji mann-whitney menunjukkan bahwa metode ceramah yang
dilanjutkan
dengan pemberian leaflet secara signifikan dapat meningkatkan
perilaku
responden.
Kata kunci : swamedikasi, obat batuk anak, batuk, perilaku,
ceramah, leaflet
-
xii
ABSTRACT
Self-medication is a selection and use of medicines by
individuals to treat
ilness or symptoms that can recognized themselves. The medicines
that can be
used in self-medication is Over the Counter (OTC) drugs.
Self-medication can be
source of medication errors because of limited knowledge.
Generally, self-
medication carried out for minor illness such as cough.
Childrens don’t have the
awareness and responsibility towards theirs own health, so that
they depends on
parents. Mother as a parents have an important role to cough
self-medication in
children, especially regarding the selection and use of
medicines in point and
responsibilty.
This study aims to determine the effect of educational methods
by way of
lectures, leaflets, and lectures that continued with the
provision of leaflets to the
mothers behavior changes that include knowledge, attitudes, and
actions in the
selection and use of cough medicine. Types of research including
quasi-
experimental design with non-randomized pretest-posttest control
group design.
Each group was given a pretest and posttest after one month to
determine changes
in the behavior of a given treatment.
The result of wilcoxon test with 95% confidence level indicates
that the
change in behavior on the method of leaflets and lecture method
followed by
giving the leaflet there are significant differences.
Statistical analysis with mann-
whitney test showed that the lecture method followed by giving
leaflets can
significantly improve respondents behavior.
Keywords: self-medication, children cough medicines, cough,
behavior, lecture,
leaflets
-
xiii
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL……………………………………………...... ii
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING……………………. iii
HALAMAN PENGESAHAN……………………………………… iv
HALAMAN PERSEMBAHAN……………………………………. v
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA……………………………. vi
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI
KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS
vii
PRAKARTA………………………………………………………... viii
INTISARI…………………………………………………………… xi
ABSTRACT………………………………………………………… xii
DAFTAR ISI……………………………………………………….. xiii
DAFTAR TABEL…………………………………………………... xvi
DAFTAR GAMBAR……………………………………………….. xvii
DAFTAR LAMPIRAN……………………………………………... xviii
BAB I PENGANTAR……………………………………………… 1
A. Latar Belakang…………………………………………………... 1
1. Permasalahan………………………………………….……… 2
2. Keaslian penelitian…………………………………………… 3
3. Manfaat penelitian…………………………………………… 4
B. Tujuan Penelitian………………………………………………... 4
1. Tujuan umum………………………………………………… 4
-
xiv
2. Tujuan khusus………………………………………………... 5
BAB II PENELAAHAN PUSTAKA………………………………. 6
A. Pengobatan Mandiri……………………………………………... 6
B. Obat Over The Conter (OTC)...…………………………………. 7
C. Batuk…………………………………………………….……... 10
D. Perilaku Kesehatan……………………………………………… 12
E. Perubahan Perilaku……………………………………………… 14
F. Penyuluhan Kesehatan………………………………………….. 16
G. Landasan Teori………………………………………………….. 18
H. Hipotesis………………………………………………………… 19
BAB III METODE PENELITIAN…………………………………. 20
A. Jenis dan Rancangan Penelitian………………………………… 20
B. Variabel Penelitian……………………………………………… 21
C. Definisi Operasional…………………………………………… 21
D. Bahan Penelitian………………………………………………… 22
E. Tempat dan Waktu Penelitian…………………………………… 24
F. Instrumen Penelitian…………………………………………… 24
G. Tata Cara Penelitian…………………………………………….. 25
H. Tata Cara Analisis Hasil………………………………………… 29
I. Kesulitan dan Kelemahan Penelitian……………………………. 30
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN…………………………… 32
A. Karakteristik Responden………………………………………… 32
B. Pola Penanganan Swamedikasi Batuk Pada Anak………..……... 38
-
xv
C. Pengaruh Pemberian Edukasi Terhadap Perubahan Perilaku
Responden………………………………………………………..
46
D. Perbedaan Pengaruh Metode Edukasi Terhadap Perubahan
Perilaku Responden ……………………………………………..
49
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN…………………………… 54
A. Kesimpulan……………………………………………………… 54
B. Saran…………………………………………………………..... 55
DAFTAR PUSTAKA……………………………………………… 56
LAMPIRAN………………………………………………………… 59
BIOGRAFI PENULIS……………………………………………… 124
-
xvi
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel I. Jenis dan pengelompokan pernyataan berdasarkan
variabel, sifat favorable dan unfavorable ………….
26
Tabel II. Karakteristik usia responden……………………….. 34
Tabel III. Karakteristik usia responden……………………….. 34
Tabel IV. Karakteristik tingkat pendidikan responden……….. 35
Tabel V. Karakteristik jenis pekerjaan responden…………… 36
Tabel VI. Karakteristik tingkat pendapatan responden……….. 37
Tabel VII. Deskripsi produk obat batuk untuk anak yang
dipilih oleh responden ………………………...........
42
Tabel VIII. Deskripsi indikasi dan dosis komponen produk
obat
batuk untuk anak yang dipilih oleh responden……..
43
Tabel IX. Uji signifikansi dan selisih nilai rerata pretest
dan
posttest setelah 1 bulan……………………………..
47
Tabel X. Perbedaan signifikansi variabel perilaku semua
kelompok pada nilai pretest, posttest, dan selisih
pretest-posttest……………………………………...
50
Tabel XI. Perbedaan pengaruh metode edukasi terhadap
perubahan perilaku pada data pretest, posttest dan
selisih pretest-posttest………………………………
51
Tabel XII. Alasan responden yang menyatakan informasi yang
diperoleh bermanfaat……………………………….
53
-
xvii
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 1. Tanda obat bebas …………………..……………… 8
Gambar 2. Tanda obat bebas terbatas………………………….. 8
Gambar 3. Tanda peringatan obat bebas terbatas……………… 9
Gambar 4. Skema rancangan non-randomized pretest-posttest
control grup design…………………………………
20
Gambar 5. Frekuensi kejadian batuk dalam 1 bulan pada anak
responden semua kelompok………………………..
38
Gambar 6. Persentase riwayat penyakit anak………………….. 39
Gambar 7. Persentase keberadaan penyakit penyerta batuk
pada anak…………………………………………..
40
Gambar 8. Penyakit yang terkait dengan batuk pada anak……..
40
Gambar 9. Persentase latar belakang informasi mengenai
penggunaan obat batuk tanpa resep untuk anak……
41
Gambar 10. Selisih rerata pretest-posttest………………………. 49
-
xviii
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1. Kuesioner……………………………………….. 59
Lampiran 2. Uji validitas dan reliabilitas…………………….. 65
Lampiran 3. Karakteristik responden………………………… 67
Lampiran 4. Pola penanganan swamedikasi batuk pada
anak……………………………………………..
69
Lampiran 5. Pengaruh pemberian edukasi terhadap perubahan
perilaku responden………………….
72
Lampiran 6. Perbedaan pengaruh metode edukasi terhadap
perubahan perilaku responden …………………
88
Lampiran 7. Materi ceramah…………………………………. 115
Lampiran 8. Leaflet…………………………………………... 117
Lampiran 9. Perijinan ………………………………………... 118
Lampiran 10. Peta Desa Sukorejo, Kecamatan Sukorejo,
Kabupaten Kendal………………………………
123
-
1
BAB I
PENGANTAR
A. Latar Belakang
Swamedikasi adalah pemilihan dan penggunaan obat-obatan oleh
individu untuk mengobati penyakit atau gejala yang dapat
dikenali sendiri
(Anonim, 1998). Swamedikasi umumnya dilakukan untuk mengatasi
keluhan-
keluhan dan penyakit ringan seperti halnya batuk. Dalam
swamedikasi, obat-
obatan yang digunakan adalah obat Over The Counter (OTC)
(Anonim, 1999).
Obat bebas dan obat bebas terbatas merupakan obat OTC. Obat
bebas adalah obat
yang dijual bebas di pasaran dan dapat dibeli tanpa resep
dokter, sedangkan obat
bebas terbatas adalah obat yang sebenarnya termasuk obat keras
tetapi masih
dapat dijual atau dibeli bebas tanpa resep dokter dan disertai
dengan tanda
peringatan (Anonim, 2006). Hal ini berarti bahwa pemilihan dan
penggunaan obat
tersebut sepenuhnya merupakan tanggung jawab penggunanya.
Kesalahan dalam memilih dan menggunakan obat OTC selain
dapat
mengakibatkan pemborosan juga dapat membahayakan pengguna obat
tersebut.
Anak belum memiliki kesadaran dan tanggung jawab terhadap
kesehatannya
sendiri, sehingga peran orang tua sangat penting. Orang tua
yaitu ibu memiliki
kedekatan dan perhatian yang lebih kepada anak daripada bapak,
sehingga ibu
lebih berperan dalam swamedikasi batuk pada anak. Ibu sebagai
pengambil
keputusan dalam melakukan swamedikasi pada anak perlu memperoleh
edukasi
mengenai pemilihan dan penggunaan obat batuk yang benar dan
tepat.
-
2
Pengobatan penyakit batuk untuk anak-anak berbeda dengan
pengobatan
pada orang dewasa, hal ini terkait dengan keadaan fisiologi anak
yang berbeda
dengan orang dewasa (Chang, 2005). Pemilihan dan penggunaan obat
batuk anak
bisa menjadi penggunasalahan terkait dengan ketepatan pengenalan
penyakit,
pemilihan, dosis dan cara pemberian obat. Sehubungan dengan hal
tersebut, maka
diperlukan pembelajaran bagi ibu-ibu, khususnya mengenai
pemilihan dan
penggunaan obat batuk untuk anak yang tepat dan bertanggung
jawab.
Pembelajaran dilakukan dengan cara memberikan edukasi
melalui
ceramah dan leaflet. Pembelajaran ini bertujuan untuk mengubah
dan
meningkatkan perilaku swamedikasi batuk pada anak oleh ibu-ibu
di Desa
Sukorejo, Kecamatan Sukorejo, Kabupaten Kendal. Aspek perilaku
tersebut
meliputi pengetahuan, sikap, dan tindakan. Menurut Notoatmodjo,
(2007) adanya
pengetahuan yang diperoleh oleh seseorang akan membentuk sikap
yang akhirnya
akan berpengaruh terhadap perilaku orang tersebut.
Penelitian ini menarik untuk diteliti karena untuk
mengetahui
karakteristik ibu-ibu yang melakukan swamedikasi batuk pada anak
dan untuk
mengetahui metode edukasi yang tepat dan yang paling berpengaruh
dalam
peningkatan perilaku ibu-ibu mengenai pemilihan dan penggunaan
obat batuk
untuk anak-anak.
1. Permasalahan
Perumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut
:
a. Bagaimana karakteristik ibu-ibu di Desa Sukorejo, Kecamatan
Sukorejo,
Kabupaten Kendal, dalam melakukan swamedikasi batuk pada anak
?
-
3
b. Bagaimana pola penanganan swamedikasi batuk pada anak oleh
ibu-ibu di
Desa Sukorejo, Kecamatan Sukorejo, Kabupaten Kendal ?
c. Apakah pemberian edukasi berpengaruh terhadap perubahan
perilaku dalam
memilih dan menggunakan obat batuk untuk anak oleh ibu-ibu di
Desa
Sukorejo, Kecamatan Sukorejo, Kabupaten Kendal ?
d. Apakah terdapat perbedaan pengaruh pemberian edukasi leaflet,
ceramah, dan
ceramah yang dilanjutkan pemberian leaflet terhadap perubahan
perilaku
dalam memilih dan menggunakan obat batuk untuk anak oleh ibu-ibu
di Desa
Sukorejo, Kecamatan Sukorejo, Kabupaten Kendal ?
2. Keaslian penelitian
Penelitian sebelumnya yang pernah dilakukan adalah penelitian
yang
berjudul “Pengaruh iklan obat batuk terhadap pemilihan dan
penggunaan obat
batuk bebas dan bebas terbatas oleh masyarakat di kota
Surakarta” yang dilakukan
oleh Jati (2003), penelitian yang berjudul “Dasar-dasar
pemilihan obat batuk
bebas dan bebas terbatas oleh masyarakat di Kabupaten Sragen”
yang dilakukan
oleh Riyanti (2003), penelitian yang berjudul “ Faktor-faktor
yang mempengaruhi
penggunaan obat batuk bebas dan bebas terbatas di masyarakat
Desa
Wadaslintang, Kecamatan Wadaslintang, Kabupaten Wonosobo” yang
dilakukan
oleh Lestari (2006), penelitian yang berjudul “Hubungan tingkat
pendidikan dan
tingkat pendapatan dengan perilaku swamedikasi penyakit batuk
oleh ibu-ibu di
Propinsi DIY” yang dilakukan oleh Rissa (2008), penelitian yang
berjudul
“Pengaruh pemberian informasi obat terhadap peningkatan perilaku
pengobatan
mandiri pada penyakit batuk di Desa Argomulyo Kecamatan
Cangkringan
-
4
Kabupaten Sleman Propinsi DIY” yang dilakukan oleh Endah (2009)
dan
penelitian yang berjudul “Pengaruh penyuluhan obat terhadap
peningkatan
perilaku pengobatan sendiri yang sesuai dengan aturan” yang
dilakukan oleh
Supardi. Sejauh pengetahuan peneliti, penelitian tentang
pengaruh ceramah dan
pemberian leaflet terhadap perilaku dalam pemilihan dan
penggunaan obat batuk
anak oleh ibu-ibu di Desa Sukorejo, Kecamatan Sukorejo,
Kabupaten Kendal,
Propinsi Jawa Tengah, belum pernah dilakukan oleh peneliti
lain.
3. Manfaat penelitian
a. Memberikan gambaran mengenai perilaku ibu-ibu dalam memilih
dan
menggunakan obat batuk untuk anak dan juga dapat memberikan
gambaran
mengenai seberapa besar pengaruh metode edukasi terhadap
peningkatan
perilaku ibu-ibu di Desa Sukorejo, Kecamatan Sukorejo, Kabupaten
Kendal
dalam memilih dan menggunakan obat batuk untuk anak.
b. Data yang diperoleh dari penelitian ini diharapkan dapat
digunakan sebagai
acuan oleh pihak-pihak terkait untuk melakukan perubahan
perilaku suatu
masyarakat mengenai pemilihan dan penggunaan obat khususnya
mengenai
obat batuk untuk anak-anak.
B. Tujuan Penelitian
1. Tujuan umum
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh dan
perbedaan
metode edukasi terhadap perubahan perilaku ibu-ibu dalam memilih
dan
menggunakan obat batuk untuk anak-anak di Desa Sukorejo,
Kecamatan
Sukorejo, Kabupaten Kendal, Propinsi Jawa Tengah.
-
5
2. Tujuan khusus
Penelitian ini bertujuan untuk :
a. Mengetahui karakteristik ibu-ibu yang melakukan swamedikasi
batuk pada
anak di Desa Sukorejo, Kecamatan Sukorejo, Kabupaten Kendal
b. Mengetahui pola penanganan swamedikasi batuk pada anak oleh
ibu-ibu di
Desa Sukorejo, Kecamatan Sukorejo, Kabupaten Kendal
c. Mengetahui pengaruh pemberian edukasi terhadap perilaku
ibu-ibu dalam
memilih dan menggunakan obat batuk untuk anak di Desa
Sukorejo,
Kecamatan Sukorejo, Kabupaten Kendal
d. Mengetahui perbedaan pengaruh pemberian edukasi leaflet,
ceramah, dan
ceramah yang dilanjutkan pemberian leaflet terhadap perilaku
ibu-ibu dalam
memilih dan menggunakan obat batuk untuk anak di Desa
Sukorejo,
Kecamatan Sukorejo, Kabupaten Kendal.
-
6
BAB II
PENELAAHAN PUSTAKA
A. Pengobatan Mandiri
Berdasarkan The International Pharmaceutical Federation (FIP)
dan The
World Self Medication Industry (WSMI), pengobatan mandiri
didefinisikan
sebagai suatu perilaku yang menggunakan obat tanpa resep yang
didasari oleh
inisiatif dari diri sendiri (Anonim, 1999). Pengobatan mandiri
berperan untuk
mengatasi suatu penyakit secara tepat dan efektif yang tidak
memerlukan
konsultasi medis, pengurangan beban pelayanan kesehatan karena
keterbatasan
sumberdaya dan tenaga, serta peningkatan keterjangkauan
pelayanan kesehatan
untuk masyarakat yang jauh dari puskesmas (Supardi, 1997).
Menurut Hott and Hall (1990) pengobatan mandiri dengan obat
tanpa
resep hendaknya dilakukan secara tepat dan bertanggung jawab,
biasanya pada
kasus :
1. Perawatan simtomatik minor
2. Penyakit self-limiting atau paliatif
3. Pencegahan dan penyembuhan penyakit ringan
4. Penyakit kronis yang sebelumnya sudah pernah di diagnosis
dokter atau
tenaga medis profesional lainnya.
Menurut Holt dan Edwin (cit., Kristina, Prabandari, dan
Sudjaswadi,
2008) swamedikasi merupakan kegiatan atau tindakan mengobati
diri sendiri
maupun keluarganya dengan Obat Tanpa Resep (OTR) secara tepat
dan
bertanggung jawab. Keuntungan pengobatan sendiri menggunakan OTR
antara
-
7
lain: aman bila digunakan sesuai dengan aturan, efektif untuk
menghilangkan
keluhan, efisiensi biaya, efisiensi waktu, dapat ikut berperan
serta dalam
mengambil keputusan terapi, dan meringankan beban pemerintah
dalam
keterbatasan jumlah tenaga kerja dan sarana kesehatan di
masyarakat.
Perilaku swamedikasi dipengaruhi oleh banyak faktor,
diantaranya
tingkat pendidikan dan pengetahuan seseorang, pengalaman, sikap
dalam
mengatasi masalah kesehatan, demografi dan epidemiologi,
ketersediaan
pelayanan kesehatan, ketersediaan produk obat tanpa resep, dan
faktor sosial
ekonomi (Holt and Hall, 1990).
B. Obat Over The Counter (OTC)
Obat Over The Counter (OTC) adalah obat yang dapat dibeli tanpa
resep
dokter dan dapat digunakan oleh konsumen atas inisiatif sendiri
dan secara
bertanggung jawab untuk mencegah, mengurangi atau mengobati
gejala atau
penyakit ringan, yang tersedia dalam bentuk, kondisi dan dosis
resmi yang aman
untuk konsumen (Anonim, 2005).
OTC adalah salah satu obat tanpa resep, obat tanpa resep adalah
obat
yang digunakan untuk pengobatan sendiri, yang bertujuan untuk
memperbaiki
kesehatan, meringankan gejala minor, dan mencegah penyakit
(Widijapranata,
1997). Dalam upaya swamedikasi atau pengobatan sendiri digunakan
golongan
obat bebas dan obat bebas terbatas (Hartini dan Sulasmono,
2007).
Obat bebas adalah obat yang dijual bebas di pasaran dan dapat
dibeli tanpa
resep dokter, sedangkan obat bebas terbatas adalah obat yang
sebenarnya
termasuk obat keras tetapi masih dapat dijual atau dibeli bebas
tanpa resep dokter
-
8
dan disertai dengan tanda peringatan (Anonim, 2006). Obat yang
dapat diperoleh
tanpa resep dokter, pada kemasan dan etiketnya tertera tanda
khusus. Tanda
khusus pada obat bebas berupa lingkaran hijau dengan garis tepi
berwarna hitam,
sedangkan tanda khusus pada obat bebas terbatas berupa lingkaran
biru dengan
garis tepi berwarna hitam (Anonim, 2007). Tanda obat bebas dan
bebas terbatas
ditunjukkan pada gambar 1 dan gambar 2.
Gambar 1. Tanda obat bebas (Anonim, 2007)
Gambar 2. Tanda obat bebas terbatas (Anonim, 2007)
Khusus untuk obat bebas terbatas, selain terdapat tanda khusus
lingkaran
biru juga terdapat tanda khusus berupa tanda peringatan untuk
aturan pakai obat.
Tanda peringatan tersebut berupa empat persegi panjang dengan
huruf putih pada
dasar hitam yang terdiri dari 6 macam yang ditunjukkan pada
gambar 3.
-
9
Gambar 3. Tanda peringatan obat bebas terbatas (Anonim,
2007)
Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 919/ MENKES/
PER/
X/ 1993 pasal 2, obat yang dapat diserahkan tanpa resep harus
memenuhi kriteria :
1. Tidak dikontraindikasikan untuk penggunaan pada wanita hamil,
anak
dibawah usia 2 tahun dan orang tua diatas 65 tahun
2. Pengobatan sendiri dengan obat dimaksud tidak memberikan
resiko pada
kelanjutan penyakit
3. Penggunaannya tidak memerlukan cara dan atau alat khusus yang
harus
dilakukan oleh tenaga kesehatan
4. Penggunaannya diperlukan untuk penyakit yang prevalensinya
tinggi di
Indonesia
5. Obat dimaksud memiliki rasio khasiat keamanan yang dapat
dipertanggungjawabkan untuk pengobatan sendiri
-
10
Dalam penggunaan produk obat tanpa resep secara aman dan
efektif,
konsumen harus memperhatikan beberapa aturan yang digunakan oleh
seorang
tenaga kesehatan dalam mengobati pasien dengan obat resep.
Aturan tersebut
seperti pengenalan gejala yang cermat, keadaan objek terapi,
pemilihan produk
yang akan digunakan, pemilihan dosis dan aturan pakai yang
sesuai,
memperhitungkan riwayat penyakit seseorang, kontraindikasi,
penyakit penyerta
dan penggunaan obat yang bersamaan, dan memonitoring respon
terhadap
pengobatan dan kemungkinan adanya efek samping yang terjadi
(Anonim, 2000).
Dalam proses pemilihan obat, perlu diperhatikan gejala atau
keluhan
penyakit yang diderita, kondisi khusus misalnya hamil, menyusui,
bayi, dan usia
lanjut, pengalaman alergi atau reaksi yang tidak diinginkan
terhadap obat tertentu,
nama obat, zat berkhasiat, kegunaan, cara pemakaian, efek
samping dan interaksi
obat. Selain itu, hal yang perlu diperhatikan adalah memilih
obat yang sesuai
dengan gejala penyakit dan tidak ada interaksi dengan obat yang
sedang diminum
(Anonim, 2006).
C. Batuk
Batuk merupakan mekanisme fisiologis yang bermanfaat untuk
mengeluarkan dan membersihkan saluran pernapasan dari dahak,
zat-zat asing,
dan unsur infeksi (Tjay dan Rahardja, 2002). Berdasarkan lamanya
batuk tersebut
terjadi, batuk diklasifikasikan menjadi 3 yaitu : batuk akut
yaitu batuk yang terjadi
kurang dari 3 minggu, batuk subakut yaitu batuk yang terjadi
selama 3 sampai 8
minggu, dan batuk kronis yaitu batuk yang terjadi lebih dari 8
minggu.
Berdasarkan ada tidaknya produksi dahak, batuk diklasifikasikan
menjadi 2 tipe
-
11
yaitu: batuk berdahak (batuk produktif) dan batuk tidak berdahak
(batuk non-
produktif) (Tietze, 2006).
Batuk dimulai dengan tarikan nafas yang dalam diikuti oleh
penutupan
glotis dan kontraksi yang kuat pada rongga dada, dinding
abdomen, dan otot
diafragma yang melawan glotis yang tertutup. Ketika glotis
terbuka, terjadi
pengeluaran nafas yang kuat yang mendorong keluarnya sputum dan
benda asing
dari sistem pernapasan (Tietze, 2006).
Batuk merupakan penyakit yang umum terjadi pada anak-anak,
penyebab
paling umum adalah infeksi saluran pernafasan atas. Anak-anak
biasanya
terinfeksi penyakit saluran pernafasan 6 sampai 12 kali
pertahun, umumnya
disebabkan oleh virus. Kadang-kadang, anak dapat mengalami batuk
sampai
berminggu-minggu setelah terinfeksi virus (post-viral cough )
(Anonim, 2008b).
Menurut Tietze, (2006) tujuan utama swamedikasi batuk adalah
mengurangi jumlah dan tingkat keparahan batuk. Kemudian tujuan
kedua adalah
untuk mencegah terjadinya komplikasi. Golongan obat yang
digunakan untuk
meringankan gejala batuk adalah antitusif, ekpektoran, dan
mukolitik. Golongan
antitusif yang disetujui oleh FDA (Food and Drug Administration)
meliputi
kodein, dekstrometorfan dan difenhidramin (Tietze, 2006).
Golongan obat
antitusif yang dapat digunakan untuk swamedikasi adalah
dekstrometorfan dan
difenhidramin (Anonim, 2007).
Pengunaan antitusif untuk batuk yang tidak diketahui
penyebabnya
mungkin berguna yaitu untuk batuk yang mengganggu tidur.
Penggunaan antitusif
yang memiliki kandungan zat aktif kodein atau analgesik opioid
sejenis tidak
-
12
dianjurkan pada anak dan harus dihindari pada anak yang berusia
kurang dari 1
tahun (Anonim, 2008a).
Ekspektoran digunakan untuk batuk yang memerlukan
pengenceran
dahak, misalnya batuk karena influenza atau radang saluran
pernapasan.
Mekanisme kerja obat ini diduga dengan cara memicu sekresi
cairan saluran napas
sehingga mempermudah pengeluarannya (Anonim, 2007). Obat
ekspektoran yang
hanya disetujui oleh FDA adalah guaifenesin (gliseril guaikolat)
(Tietze, 2006).
Mukolitik memiliki mekanisme kerja dengan cara mengurangi
viskositas sputum.
Golongan obat mukolitik yang dapat digunakan untuk swamedikasi
adalah
bromheksin (Anonim, 2008a).
D. Perilaku Kesehatan
Perilaku kesehatan merupakan suatu respon seseorang terhadap
stimulus
atau obyek yang berkaitan dengan sakit dan penyakit, sistem
pelayanan kesehatan,
makanan dan minuman, serta lingkungan di sekitarnya
(Notoatmodjo, 2007).
Perilaku kesehatan adalah segala bentuk pengalaman dan interaksi
individu
dengan lingkungannya, khususnya yang menyangkut pengetahuan dan
sikap
tentang kesehatan, serta tindakannya yang berhubungan dengan
kesehatan
(Sarwono, 2007). Perilaku manusia terbagi dalam 3 domain, ranah
atau kawasan
yakni : a) kognitif (cognitive), b) afektif (affective), c)
psikomotor (phychomotor).
Dalam perkembangannya teori Bloom ini dimodifikasi untuk
pengukuran hasil
pendidikan kesehatan, yakni :
-
13
1. Pengetahuan (knowledge)
Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah
orang melakukan
pengindraan terhadap suatu objek tertentu. Pengetahuan atau
kognitif merupakan
domain yang sangat penting dalam membentuk tindakan seseorang
(overt
behavior). Perilaku yang didasari oleh pengetahuan akan lebih
langgeng daripada
perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan (Notoatmodjo,
2007).
2. Sikap (attitude)
Sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari
seseorang terhadap
suatu stimulus atau objek. Sikap belum merupakan suatu tindakan
atau aktivitas,
akan tetapi merupakan predisposisi tindakan suatu perilaku.
Sikap itu masih
merupakan reaksi tertutup, bukan merupakan reaksi terbuka atau
tingkah laku
yang terbuka. Sikap merupakan kesiapan untuk bereaksi terhadap
objek di
lingkungan tertentu sebagai suatu penghayatan terhadap objek
(Notoatmodjo,
2007).
3. Praktik atau tindakan (practice)
Suatu sikap belum otomatis terwujud dalam suatu tindakan (overt
behaviour).
Untuk mewujudkan sikap menjadi suatu perbuatan nyata diperlukan
faktor
pendukung atau suatu kondisi yang memungkinkan antara lain
fasilitas. Menurut
Notoatmodjo, (2007), praktik ini mempunyai beberapa tingkatan,
yaitu :
a. Persepsi (perception). Mengenal dan memilih berbagai objek
sehubungan
dengan tindakan yang akan diambil adalah merupakan praktik
tingkat
pertama.
-
14
b. Respon terpimpin (guided response). Dapat melakukan sesuatu
sesuai dengan
urutan yang benar dan sesuai dengan contoh adalah merupakan
indikator
praktik tingkat dua.
c. Mekanisme (mechanism). Apabila seseorang telah dapat
melakukan sesuatu
dengan benar secara otomatis, atau sesuatu itu sudah merupakan
kebiasaan,
maka ia sudah mencapai praktik tingkat tiga.
d. Adopsi (adoption). Adaptasi adalah suatu praktik atau
tindakan yang sudah
berkembang dengan baik. Artinya tindakan itu sudah dimodifikasi
tanpa
mengurangi kebenaran tindakan tersebut.
E. Perubahan Perilaku
Dalam perilaku kesehatan, hal yang penting adalah masalah
pembentukan dan perubahan perilaku. Perubahan perilaku merupakan
tujuan dari
pendidikan atau penyuluhan kesehatan sebagai penunjang
program-program
kesehatan. Perubahan atau adopsi perilaku baru adalah suatu
proses yang
kompleks dan memerlukan waktu yang relatif lama. Menurut
Notoatmodjo,
(2007) perubahan perilaku seseorang melalui tiga tahap, yaitu
:
1. Pengetahuan
Sebelum seseorang mengadopsi perilaku, ia harus tahu terlebih
dahulu apa arti
atau manfaat perilaku tersebut bagi dirinya dan keluarganya.
Indikator- indikator
yang dapat digunakan untuk mengetahui tingkat pengetahuan atau
kesadaran
terhadap kesehatan, dapat dikelompokkan menjadi :
-
15
a. Pengetahuan tentang sakit atau penyakit yang meliputi :
penyebab penyakit,
gejala atau tanda penyakit, bagaimana cara pengobatan atau
kemana mencari
pengobatan, bagaimana cara penularan, dan bagaimana cara
pencegahannya .
b. Pengetahuan tentang cara pemeliharaan kesehatan dan cara
hidup sehat,
c. Pengetahuan tentang kesehatan lingkungan, meliputi manfaat
air bersih, cara-
cara pembuangan limbah yang sehat, manfaat pencahayaan dan
penerangan
rumah yang sehat, dan akibat polusi (polusi air, udara dan
tanah) bagi
kesehatan
2. Sikap
Setelah seseorang mengetahui stimulus atau objek, proses
selanjutnya akan
menilai atau bersikap terhadap stimulus atau objek kesehatan
tersebut. Indikator
untuk sikap kesehatan juga sejalan dengan pengetahuan kesehatan,
yaitu :
a. Sikap terhadap sakit dan penyakit adalah bagaimana penilaian
atau pendapat
seseorang terhadap : gejala atau tanda-tanda penyakit, penyebab
penyakit,
cara penularan penyakit, dan cara pencegahan penyakit.
b. Sikap cara pemeliharaan dan cara hidup sehat
c. Sikap terhadap kesehatan lingkungan adalah pendapat atau
penilaian
seseorang terhadap lingkungan dan pengaruhnya terhadap
kesehatan.
3. Perilaku
Setelah seseorang mengetahui stimulus atau objek kesehatan,
kemudian
mengadakan penilaian atau pendapat terhadap apa yang diketahui,
proses
selanjutnya diharapkan ia akan melaksanakan atau mempraktekkan
apa yang
-
16
diketahui atau disikapinya. Inilah yang disebut praktik
kesehatan atau perilaku
kesehatan (overt behavior). Indikator praktik kesehatan meliputi
:
a. Tindakan sehubungan dengan penyakit. Tindakan ini mencakup
pencegahan
penyakit dan penyembuhan penyakit.
b. Tindakan pemeliharaan dan peningkatan kesehatan.
c. Tindakan kesehatan lingkungan
F. Penyuluhan Kesehatan
Penyuluhan kesehatan merupakan bagian dari promosi kesehatan
yaitu
suatu rangkaian kegiatan yang berlandaskan prinsip-prinsip
belajar untuk
mencapai suatu keadaan dimana individu, kelompok, atau
masyarakat secara
keseluruhan dapat hidup sehat dengan cara memelihara, melindungi
dan
meningkatkan kesehatannya (Anonim, 2003). Beberapa strategi
untuk
memperoleh perubahan perilaku tersebut oleh WHO dikelompokkan
menjadi 3,
yaitu :
1. Menggunakan kekuatan/kekuasaan atau dorongan
Perubahan perilaku dipaksakan kepada sasaran atau masyarakat
sehingga ia mau
melakukan (berperilaku) seperti yang diharapkan. Cara ini akan
menghasilkan
perilaku yang cepat, akan tetapi perubahan tersebut belum tentu
akan berlangsung
lama karena perubahan perilaku yang terjadi tidak atau belum
didasari oleh
kesadaran sendiri.
2. Pemberian informasi
Dengan memberikan informasi-informasi tentang cara-cara mencapai
hidup sehat,
cara pemeliharaan kesehatan, cara menghindari penyakit akan
meningkatkan
-
17
pengetahuan masyarakat tentang hal tersebut. Selanjutnya dengan
pengetahuan-
pengetahuan itu akan menimbulkan kesadaran mereka dan akhirnya
akan
menyebabkan orang berperilaku sesuai dengan pengetahuan yang
dimilikinya itu.
Hasil atau perubahan perilaku dengan cara ini memakan waktu
lama, tetapi
perubahan yang dicapai akan bersifat langgeng karena didasari
oleh kesadaran
mereka sendiri (bukan paksaan).
3. Diskusi partisipasi
Cara ini adalah sebagai peningkatan cara yang kedua yang dalam
memberikan
informasi tentang kesehatan tidak bersifat searah saja, tetapi
dua arah. Hal ini
berarti bahwa masyarakat tidak hanya pasif menerima informasi,
tetapi juga harus
aktif berpartisipasi melalui diskusi-diskusi tentang informasi
yang diterimanya.
Dengan demikian maka pengetahuan kesehatan sebagai dasar
perilaku mereka
diperoleh secara mantap dan lebih mendalam, dan akhirnya
perilaku yang mereka
peroleh akan lebih mantap juga, bahkan merupakan referensi
perilaku orang lain
(Notoatmodjo, 2007).
Salah satu metode yang digunakan untuk penyuluhan kesehatan
adalah
dengan metode ceramah dan leaflet. Metode ceramah efektif jika
dilakukan pada
kelompok besar (lebih dari 15 orang). Leaflet merupakan salah
satu alat bantu
media promosi kesehatan dalam menyampaikan bahan pendidikan
atau
pengajaran yang berupa lembaran yang dilipat. Isi informasi
dalam leaflet dapat
dibentuk dalam kalimat, gambar, atau kombinasi keduanya. Dengan
adanya alat
bantu dalam menyampaikan suatu informasi maka akan
mempermudah
penerimaan informasi tersebut oleh subjek sasaran (Notoatmodjo,
2007).
-
18
G. Landasan Teori
Swamedikasi merupakan salah satu cara alternatif yang digunakan
oleh
masyarakat untuk meningkatkan keterjangkauan pengobatan.
Pada
pelaksanaannya, swamedikasi dapat menjadi sumber terjadinya
kesalahan
pengobatan (medication error) karena keterbatasan pengetahuan
masyarakat akan
obat dan penggunaannya. Salah satu obat yang beredar dipasaran
dan banyak
digunakan untuk pengobatan sendiri adalah obat Over The Counter
(OTC), yaitu
obat bebas dan bebas terbatas. Obat bebas dan obat bebas
terbatas adalah obat
yang dapat diperoleh tanpa resep dokter dan dipergunakan untuk
jenis penyakit
yang pengobatannya dianggap telah dapat ditetapkan sendiri dan
tidak
membahayakan jika mengikuti aturan pemakaiannya. Hal ini berarti
bahwa
pemilihan dan penggunaan obat tersebut merupakan tanggung
jawab
penggunanya. Anak belum memiliki kesadaran dan tanggung jawab
terhadap
kesehatannya sendiri, sehingga ibu sebagai orang tualah yang
memiliki peran
penting dalam swamedikasi batuk pada anak.
Penggunaan obat batuk anak tanpa resep dalam swamedikasi
harus
mengikuti prinsip penggunaan obat secara umum, yaitu penggunaan
obat secara
aman dan rasional. Dalam hal ini, seorang ibu perlu memiliki
pengetahuan yang
cukup mengenai tanda, gejala, penyebab, dan tipe batuk yang
umumnya
menyerang anak-anak, serta penatalaksanaan yang tepat. Salah
satu cara yang
dilakukan untuk meningkatkan pengetahuan ibu-ibu dalam hal
memilih dan
menggunakan obat batuk untuk anak yang benar dan tepat adalah
dengan
perubahan perilaku melalui metode edukasi. Perubahan perilaku
terdiri dari proses
-
19
peningkatan pengetahuan (knowledge), perubahan sikap (attitude),
dan tindakan
(practice). Dengan meningkatnya pengetahuan akan menimbulkan
kesadaran dan
akhirnya akan menyebabkan orang tersebut berperilaku sesuai
dengan
pengetahuan yang dimilikinya.
H. Hipotesis
Ada pengaruh metode edukasi (ceramah, leaflet, ceramah+lealet)
yang
signifikan terhadap peningkatan perilaku ibu-ibu dalam memilih
dan
menggunakan obat batuk untuk anak di Desa Sukorejo, Kecamatan
Sukorejo,
Kabupaten Kendal, Propinsi Jawa Tengah.
-
20
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis dan Rancangan Penelitian
Penelitian ini termasuk penelitian eksperimen semu (quasi
experiment)
dengan rancangan non-randomized pretest-posttest control grup
design. Penelitian
eksperimen semu merupakan penelitian eksperimen yang tidak
memiliki
pembatasan yang ketat terhadap randomisasi (Notoatmodjo, 2005).
Rancangan
non-randomized pretest-posttest control grup design adalah
rancangan yang
dalam pembentukan kelompok eksperimen dan kelompok kontrol tidak
dilakukan
randomisasi, selain itu pada rancangan ini terdapat pretest yang
dilakukan
sebelum penelitian sehingga dapat diketahui kemampuan awal
setiap subjek
(Seniati, 2008).
Kelompok eksperimen terdiri dari 3 kelompok yang
masing-masing
diberikan 3 metode edukasi yang berbeda yaitu leaflet, ceramah,
dan ceramah
yang dilanjutkan dengan pemberian leaflet. Sedangkan pada
kelompok kontrol
tidak mendapat perlakuan.
Gambar 4. Skema rancangan non-randomized pretest-posttest
control grup design
Keterangan :
KK : Kelompok kontrol
KE1,2,3 : Kelompok eksperimen
O1 : Pretest
O2 : Posttest
X1 : Pelakuan leaflet
X2 : Perlakuan ceramah
X3 : Perlakuan ceramah+leaflet
Y :Tanpa perlakuan
(KK) O1 ⇒ Y ⇒ O2
(KE1) O1 ⇒ X1 ⇒ O2
(KE2) O1 ⇒ X2 ⇒ O2
(KE3) O1 ⇒ X3 ⇒ O2
-
21
21
B. Varibel Penelitian
Variabel yang akan diteliti dalam penelitian ini meliputi :
1. Variabel bebas (independent): perlakuan berupa pemberian
edukasi yang
terdiri dari 3 metode yang berbeda yaitu leaflet, ceramah, dan
ceramah yang
dilanjutkan dengan pemberian leaflet
2. Variabel tergantung (dependent): perilaku yang terdiri dari
pengetahuan,
sikap, dan tindakan ibu-ibu dalam memilih dan menggunakan obat
batuk
untuk anak-anak
C. Definisi Operasional
1. Edukasi merupakan upaya yang dilakukan untuk memberikan
informasi
kepada masyarakat. Pada penelitian ini, pemberian edukasi
dilakukan dengan
3 metode yang berbeda yaitu leaflet, ceramah, dan ceramah yang
dilanjutkan
dengan pemberian leaflet
2. Perilaku adalah bentuk respon atau reaksi terhadap stimulus
atau rangsangan
dari luar yang dipengaruhi berbagai faktor yaitu pengetahuan,
sikap dan
tindakan. Pada penelitian ini faktor yang akan diteliti adalah
pengetahuan,
sikap, dan tindakan ibu-ibu dalam memilih dan menggunakan obat
batuk
untuk anak-anak
3. Obat batuk anak adalah obat dalam berbagai bentuk sediaan dan
merupakan
produk OTC, yang komposisinya terdapat zat aktif dengan indikasi
batuk.
4. Responden adalah ibu yang pernah memilih dan menggunakan obat
batuk
untuk anak usia 2 sampai 12 tahun
-
22
D. Bahan Penelitian
1. Populasi dan sampel penelitian
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh ibu-ibu di Desa
Sukorejo,
Kecamatan Sukorejo, Kabupaten Kendal yang pernah memilih dan
menggunakan
obat batuk untuk anak-anak. Sampel adalah sebagian ibu-ibu yang
memenuhi
kriteria inklusi yang telah ditentukan oleh penulis. Kriteria
inklusi yang digunakan
dalam penelitian ini adalah :
a. Responden memiliki anak usia 2-12 tahun
b. Responden pernah melakukan swamedikasi batuk pada anak
dengan
menggunakan produk OTC (obat bebas atau obat bebas
terbatas).
2. Besar sampel dan teknik sampling
Berdasarkan data yang diperoleh dari kelurahan Sukorejo periode
Maret
2010, populasi anak usia 0-14 tahun adalah 3839 anak, populasi
tersebut
diasumsikan sebagai jumlah ibu-ibu yang memiliki anak usia 2-12
tahun.
Perhitungan besar sampel berdasarkan rumus sebagai berikut :
� �� � ��� � � �
� � �� � 1� � ��� � � �
� �3839 � 1,96� � 0,5 � 0,5
0,1� � �3839 � 1� � 1,96� � 0,5 � 0,5
� � 93,71 ������ � 94������
Keterangan :
n = ukuran sampel
N = besar populasi = 3839 orang
P = probabilitas suatu kejadian (prosentase taksiran hal yang
akan diteliti), jika
tidak diketahui dianggap 50% q = 100% - p
Z = nilai standar normal yang besarnya tergantung α (α=5%) D =
besarnya penyimpangan yang masih bisa ditolerir 10 %
(Pujirahardjo, 1993).
-
23
Besar sampel yang diperoleh dari perhitungan tersebut
kemudian
ditambah 30% dari besar sampel sehingga diperoleh 120 sampel.
Penambahan
10% sampai 30% dari besar sampel untuk menghindari banyaknya
jumlah orang-
orang yang tidak menjawab kuisioener dengan lengkap (Narimawati
dan
Munandar, 2008). Dari 120 sampel tersebut dibagi menjadi 4
kelompok, yaitu
kelompok kontrol, kelompok leaflet, kelompok ceramah, dan
kelompok
ceramah+leaflet yang masing-masing kelompok terdiri dari 30
orang. Menurut
Bailey (cit., Iqbal, 2002), untuk penelitian yang akan
menggunakan analisis data
statistik diperlukan jumlah sampel minimum adalah 30 orang dan
menurut Gay
(cit., Iqbal, 2002), ukuran minimum sampel yang dapat diterima
berdasarkan
metode penelitian ekperimental adalah 15 subyek per kelompok.
Jumlah sampel
yang digunakan dalam penelitian telah memenuhi persyaratan
tersebut. Teknik
sampling dilakukan dengan cara purposive sampling dan quota
sampling.
Purposive sampling adalah suatu cara memilih sampel dari suatu
populasi
berdasarkan informasi yang tersedia dan sesuai dengan penelitian
yang sedang
berjalan sehingga perwakilannya terhadap populasi dapat
dipertanggungjawabkan
(Narimawati dan Munandar, 2008). Sedangkan quota sampling adalah
teknik
pemilihan sampel berdasarkan ciri-ciri tertentu sampai pada
jumlah tertentu yang
diinginkan (kuota) (Sugiyono, 2008).
Desa Sukorejo memiliki 6 pedukuhan yaitu Sentul, Sapen,
Ngrancak,
Tlangu, Sudagaran, dan Sumber Tlangu. Secara random sederhana
dilakukan
pemilihan 4 pedukuhan yang digunakan sebagai kelompok perlakuan
dan
kelompok kontrol. Dari hasil diperoleh pedukuhan Sudagaran
sebagai kelompok
-
24
perlakuan ceramah yang dilanjutkan dengan pemberian leaflet,
pedukuhan
Tlangu sebagai kelompok ceramah, pedukuhan Sapen sebagai
kelompok
perlakuan leaflet, dan pedukuhan Ngrancak sebagai kelompok
kontrol. Karena
sampel untuk kelompok perlakuan leaflet dan kelompok kontrol
tidak memenuhi
kuota yang telah ditetapkan, sehingga diambil sampel dari 2
pedukuhan yang
tersisa secara random sederhana yaitu pedukuhan Sumber Tlangu
sebagai
kelompok perlakuan leaflet dan pedukuhan Sentul sebagai kelompok
kontrol.
Jumlah responden untuk kelompok leaflet masing-masing terdiri
dari 15
responden dari pedukuhan Sapen dan 15 responden dari pedukuhan
Sumber
Tlangu, sedangkan untuk kelompok kontrol diperoleh 15 responden
dari
pedukuhan Ngrancak dan 15 responden dari pedukuhan Sentul.
E. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian dilaksanakan di Desa Sukorejo, Kecamatan
Sukorejo,
Kabupaten Kendal, Propinsi Jawa Tengah. Penelitian mulai
dilakukan dari Bulan
Maret sampai dengan Juni 2010 dengan pengambilan data dilakukan
pada bulan
April sampai dengan Juni 2010.
F. Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian ini adalah leaflet dan kuesioner. Leaflet
berisi
tentang definisi, gejala, penyebab, dan jenis batuk,
penggolongan obat batuk, serta
cara memilih dan menggunakan obat batuk anak. Sedangkan
kuesioner penelitian
berisi tentang :
-
25
1. Deskripsi karakteristik responden dan anak
2. Deskripsi mengenai tingkat pengetahuan, sikap, dan tindakan
responden yang
pernah memilih dan menggunakan obat batuk untuk anak-anak
G. Tata Cara Penelitian
1. Pengurusan ijin penelitian
Sebelum penelitian dilakukan, penulis meminta surat
rekomendasi
penelitian ke Sekretariat Daerah Pemerintah Propinsi DIY dengan
mengajukan
proposal penelitian dan surat permohonan dari Fakultas Farmasi
USD. Setelah itu
dilanjutkan ke Badan Kesatuan Bangsa, Politik, dan Perlindungan
Masyarakat
Pemerintah Provinsi Jawa Tengah, Badan Kesatuan Bangsa, Politik,
dan
Perlindungan Masyarakat Pemerintah Kabupaten Kendal, Bappeda
Kabupaten
Kendal, Kecamatan Sukorejo, Kelurahan Sukorejo, dan selanjutnya
ke tiap
pedukuhan yang dijadikan lokasi penelitian.
2. Penelusuran data populasi
Tahap ini dilakukan dengan melakukan penelusuran data populasi
ibu-
ibu yang memiliki anak usia 2-12 tahun di Kelurahan Sukorejo.
Karena data
populasi ibu-ibu yang memiliki anak usia 2-12 tahun tidak
tersedia sehingga
digunakan data populasi anak usia 0-14 tahun. Data yang tersedia
di Kelurahan
Sukorejo periode Maret 2010, anak dikategorikan menjadi 3
kelompok usia yaitu
0-4 tahun berjumlah 1316 orang, usia 5-9 tahun berjumlah 1310
orang, dan usia
10-14 tahun berjumlah 1213. Total anak usia 0-14 tahun adalah
3839 orang, total
tersebut diasumsikan sebagai data populasi ibu-ibu yang memiliki
anak usia 2-12
-
26
tahun. Data yang diperoleh selanjutnya digunakan untuk
perhitungan minimal
besar sampel yang diperlukan dalam penelitian.
3. Pembuatan kuesioner
Kuesioner terdiri dari 16 pertanyaan terbuka, semi terbuka,
maupun
tertutup serta 24 pernyataan favorable maupun unfavorable.
Pernyataan disusun
menggunakan skala likert dengan modifikasi pada 5 pilihan
menjadi 4 pilihan
yaitu (SS) sangat setuju, (S) setuju, (TS) tidak setuju, dan
(STS) sangat tidak
setuju. Penilaian untuk pernyataan yang favorable adalah SS = 4,
S = 3, TS = 2,
STS = 1 sedangkan untuk pernyataan yang unfavorable adalah SS =
1, S = 2, TS
= 3, STS = 4. Untuk kelompok perlakuan memperoleh 2 pertanyaan
tambahan
pada posttest setelah 1 bulan.
Tabel I. Jenis dan pengelompokan pernyataan berdasarkan
variabel, sifat
favorable dan unfavorable
Variabel No. Pernyataan Jenis pernyataan
Favorable Unfavorable
Pengetahuan 1,2,3,4,5,6,7,8,9,10 1,2,3,4,5 6,7,8,9,10
Sikap 11,12,13,14,15,16,17,18 11,12,13,14, 15,16,17,18
Tindakan 19,20,21,22,23,24 19,21,22 22,23,24
Sebelum digunakan untuk penelitian, kuesioner terlebih dahulu
diuji pemahaman
bahasa, kemudian dilakukan uji validitas dan reliabilitasnya.
Uji validitas
kuesioner menggunakan uji Pearson-Product Moment dan uji
reliabilitas
kuesioner menggunakan uji Alpha Cronbach dengan tingkat
kepercayaan 95%.
Setiap butir pernyataan dinyatakan valid jika koefisien korelasi
(r) hitung lebih
besar dari r tabel dan suatu angket atau kuesioner dinyatakan
reliabel jika
-
27
memiliki nilai alpha minimal 0,7 (Riwidikdo, 2008). Dalam
penelitian ini
diperoleh koefisien korelasi antara 0,307 – 0,682 dengan nilai r
tabel pada tingkat
kepercayaan 95% adalah 0,279 dan nilai alpha adalah 0,729.
4. Pembuatan leaflet dan materi ceramah
Pada tahap ini dilakukan penelusuran pustaka-pustaka yang
relevan
untuk menyusun materi ceramah dan leaflet. Pustaka yang
digunakan adalah :
a. Anonim, 2007, Kompendia Obat Bebas, edisi 2, Depkes RI,
Jakarta
b. Anonim, 2006, Pedoman Penggunaan Obat Bebas dan Obat Bebas
Terbatas,
Depkes RI, Jakarta
c. Anonim, 2008, IONI 2008, Badan POM RI, Jakarta
d. Anonim, 2009, OTC Cough and Cold Medicines and My Child :
What Do I
Need to Know?,
http//www.familydoctor.org/online/famdocen/home/html,
diakses tanggal 2 Februari 2010
e. Tietze, K.J., 2006, Cough, Handbook Of Nonprescription Drugs,
15th ed.,
229-241, American Pharmacists Association, Washington DC
f. Tjay dan Rahardja, 2002, Obat-Obat Penting, edisi 5,
Gramedia, Jakarta
Materi ceramah dan leaflet berisi tentang definisi, gejala,
penyebab, dan
jenis batuk, penggolongan obat batuk, serta cara memilih dan
menggunakan obat
batuk anak.
5. Pelaksanaan intervensi/ perlakuan
Pelaksanaan ceramah untuk kelompok perlakuan ceramah dan
kelompok
perlakuan ceramah yang dilanjutkan dengan pemberian leaflet,
terlebih dahulu
dilakukan penyebaran undangan kepada tiap-tiap RT. Pelaksanaan
ceramah untuk
-
28
kelompok perlakuan ceramah yang dilanjutkan dengan pemberian
leaflet
dilakukan pada tanggal 29 April 2010 dan kelompok perlakuan
ceramah
dilakukan pada tanggal 2 Mei 2010. Pelaksanaan ceramah sama-sama
dilakukan
pada waktu sore hari dan bertempat di salah satu rumah warga
yang terdekat, hal
ini dilakukan karena kantor kelurahan terletak jauh dari
pedukuhan kelompok
perlakuan. Sebelum ceramah dimulai, kuesioner yang berfungsi
sebagai pretest
dibagikan. Responden terlebih dahulu diberi pengarahan mengenai
cara mengisi
kuesioner, dan setelah pretest selesai dan dikumpulkan, ceramah
baru dimulai.
Pada pelaksanaan ceramah terdapat sesi tanya jawab antara
penceramah dan
responden. Pada kelompok perlakuan ceramah yang dilanjutkan
dengan
pemberian leaflet, leaflet diberikan setelah ceramah selesai.
Kelompok perlakuan
leaflet dan kelompok kontrol yang tidak mendapat perlakuan,
pretest dilakukan
dengan mendatangi rumah responden satu per satu. Untuk kelompok
perlakuan
leaflet dan kelompok kontrol juga diberikan pengarahan mengenai
cara mengisi
kuesioner. Pretest untuk kelompok perlakuan leaflet dilakukan
sebelum leaflet
diberikan. Pretest kelompok perlakuan leaflet dan kelompok
kontrol dilaksanakan
pada tanggal 1 Mei dan 4 Mei 2010.
6. Pengambilan data
Pretest untuk kelompok perlakuan ceramah dan kelompok
perlakuan
ceramah yang dilanjutkan dengan pemberian leaflet dilakukan
sebelum ceramah
dimulai, dan untuk kelompok perlakuan leaflet dilakukan sebelum
leaflet
diberikan. Posttest dilakukan setelah 1 bulan kemudian. Posttest
dilaksanakan
dengan mendatangi rumah responden satu persatu.
-
29
H. Tata Cara Analisis Hasil
Pengolahan data penelitian dilakukan dengan 2 tahap, yaitu
manajemen
data dan analisis data. Pada manajemen data terdapat proses
editing, processing,
dan cleaning. Dalam proses editing dilakukan pemeriksaan
kuesioner hasil pretest
maupun posttest, apakah semua pertanyaan maupun pernyataan sudah
terisi
dengan lengkap dan juga dilakukan pemilihan kuesioner yang
memenuhi kriteria
inklusi yang telah ditentukan oleh peneliti. Pada processing,
pengolahan data
dilakukan dengan cara menjumlahkan angka dari setiap item
pernyataan yang di
jawab oleh responden serta melakukan tabulasi data untuk setiap
pertanyaan.
Pengelompokan item pernyataan dalam kuesioner didasarkan pada
variabel yang
diteliti yaitu pengetahuan, sikap, dan tindakan. Untuk analisis
statistik digunakan
SPSS versi 16. Pada proses cleaning ini dilakukan pemeriksaan
kembali data yang
telah dimasukkan maupun yang telah dianalisis untuk mengecek
kebenarannya.
Tahap selanjutnya adalah analisis data, dalam analisis data
terlebih dahulu
dilakukan uji normalitas data dengan Shapiro-Wilk karena jumlah
sampel tiap
kelompok kurang dari 50 sampel. Setelah melakukan uji normalitas
data,
dilakukan analisis data karakteristik responden dengan uji
Chi-Square untuk
mengetahui ada tidaknya perbedaan karakteristik yang signifikan
tiap kelompok.
Jika tidak memenuhi syarat uji Chi-Square yaitu nilai sel
expected yang kurang
dari 5 tidak boleh lebih dari 20% dari jumlah sel (Dahlan, 2008)
maka digunakan
uji alternatifnya yaitu uji Kolmogorov-Smirnov. Untuk mengetahui
adanya
perubahan pengetahuan, sikap, dan tindakan responden yang
signifikan tiap
kelompok dilihat dari nilai pretest maupun posttest yang
dianalisis menggunakan
-
30
paired t-test jika data berdistribusi normal dan Wilcoxon jika
data tidak
berdistribusi normal. Sedangkan untuk mengetahui ada atau
tidaknya perbedaan
perilaku yang signifikan antara masing-masing kelompok untuk
setiap variabel
dilakukan uji One Way Anova jika data berdistribusi normal dan
memiliki varians
yang sama dan uji Kruskal Wallis jika data tidak berdistribusi
normal. Apabila
hasil signifikasi uji One Way Anova maupun uji Kruskal Wallis
kurang dari 0,05
maka dilanjutkan dengan analisis Post Hoc (Dahlan, 2008). Taraf
kepercayaan
yang digunakan pada penelitian ini adalah 95%.
I. Kesulitan dan Kelemahan Penelitian
1. Kesulitan untuk memperoleh responden untuk kelompok perlakuan
leaflet
dan kelompok kontrol dikarenakan pemberian pretest dilakukan
dengan
mendatangi rumah satu persatu sedangkan data mengenai alamat
responden
yang memiliki anak usia 2-12 tahun tidak tersedia. Upaya yang
dilakukan
untuk mengatasi masalah ini adalah dengan mengambil sampel dari
2
pedukuhan yang tersisa serta bertanya kepada masyarakat
setempat.
2. Kesulitan untuk memperoleh data posttest dikarenakan peneliti
mengalami
kesulitan dalam mencari alamat responden serta reponden saat
posttest tidak
berada ditempat. Upaya yang dilakukan untuk mengatasi masalah
ini adalah
dengan bertanya kepada masyarakat setempat serta membuat janji
terlebih
dahulu untuk datang.
3. Waktu pelaksanaan ceramah yang terlambat dimulai karena
belum
terkumpulnya responden yang diharapkan oleh peneliti.
-
31
4. Kesulitan mencari tempat pelaksanaan kegiatan ceramah karena
kantor
kelurahan terletak jauh dari pedukuhan kelompok perlakuan. Upaya
yang
dilakukan untuk mengatasi masalah ini adalah dengan melakukan
koordinasi
kepada masyarakat setempat dan mencari lokasi yang bersedia
dijadikan
tempat untuk ceramah.
5. Tidak dilakukannya edukasi mengenai perbedaan antara flu dan
pilek kepada
ibu-ibu sehingga menyebabkan kemungkinan terjadinya kesalahan
dalam
menjawab pertanyaan tentang penyakit peryerta yang terkait batuk
pada anak.
-
32
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
Produk obat batuk untuk anak baik berupa zat tunggal maupun
kombinasi
yang beredar saat ini sangat beragam. Tersedianya begitu banyak
pilihan produk
obat batuk membuat pengetahuan orang tua menjadi faktor penting
dalam
pengobatan mandiri (swamedikasi) terutama dalam pemilihan dan
penggunaan
obat batuk yang ditujukan untuk anak-anak. Anak belum memiliki
kesadaran dan
tanggung jawab terhadap kesehatannya sendiri, sehingga anak
sangat tergantung
pada orang tua dalam hal kesehatannya. Dengan demikian, peran
orang tua sangat
penting, sebagai orang terdekat yaitu ibu memiliki pengaruh yang
besar terhadap
swamedikasi batuk pada anak. Dalam pemilihan dan penggunaan obat
batuk untuk
anak-anak, seorang ibu harus memiliki pengetahuan yang cukup
mengenai
definisi batuk, pengenalan tanda, gejala, penyebab, dan tipe
batuk yang umumnya
menyerang anak-anak, pertimbangan efek terapi dan keamanan obat
yang paling
tepat dengan kondisi anak.
A. Karakteristik Responden
Karakteristik responden dalam penelitian ini meliputi usia,
tingkat
pendidikan, jenis pekerjaan, dan tingkat pendapatan responden.
Perbedaan
karakteristik yang tidak signifikan antara masing-masing
kelompok, yaitu
kelompok yang mendapat intervensi ceramah, leaflet, ceramah yang
dilanjutkan
dengan pemberian leaflet, dan kelompok yang tidak mendapat
intervensi
(kelompok kontrol) dapat menunjukkan bahwa perubahan setiap
variabel perilaku
-
33
yang meliputi pengetahuan, sikap, dan tindakan merupakan akibat
dari adanya
intervensi (perlakuan) yang diberikan.
Responden dalam penelitian ini berusia mulai dari 21-46 tahun.
Dalam
penelitian ini, pengelompokan usia responden dilakukan dengan
penyusunan
distribusi frekuensi data berkelompok. Tahap pertama dengan
menggunakan
kaidah empiris Sturgess, yaitu : k = 1+ 3,3 log n, k adalah
banyak kelas, dan n
adalah ukuran kumpulan data yaitu jumlah responden penelitian
pada masing-
masing kelompok (30 orang). Berdasarkan perhitungan tersebut,
diperoleh banyak
kelas baik untuk kelompok perlakuan maupun kelompok kontrol
adalah 6 kelas.
Untuk melakukan pengelompokan usia juga diperlukan interval
kelas yang dapat
dihitung dengan rumus : (nilai maksimum-nilai minimum) dibagi
dengan banyak
kelas (k).
Dalam penelitian ini, untuk kelompok perlakuan leaflet usia
responden
termuda adalah 26 tahun dan tertua 42 tahun, kelompok perlakuan
ceramah usia
responden termuda adalah 24 tahun dan tertua 46 tahun kelompok
perlakuan
ceramah+leaflet usia responden termuda adalah 22 tahun dan
tertua 44 tahun,
sedangkan untuk kelompok kontrol usia responden termuda adalah
21 tahun dan
tertua 44 tahun. Berdasarkan perhitungan, diperoleh interval
kelas untuk
responden perlakuan leaflet = 3, sedangkan responden perlakuan
ceramah,
ceramah+leaflet, dan responden kontrol = 4. Berdasarkan nilai
jumlah dan
interval kelas didapatkan distribusi frekuensi yang ditunjukkan
dalam tabel II.
-
34
Tabel II. Karakteristik usia responden
Kelompok kontrol Kelompok leaflet Kelompok
ceramah
Kelompok
ceramah+leaflet
Rentang usia
(tahun)
Fre-
kuensi
Rentang usia
(tahun)
Fre-
kuensi
Rentang usia
(tahun)
Fre-
kuensi
Rentang usia
(tahun)
Frekuensi
21-24 2 26-28 7 24-27 6 22-25 5
25-28 5 29-31 10 28-31 9 26-29 8
29-32 3 32-34 6 32-35 3 30-33 7
33-36 9 35-37 3 36-39 5 34-37 4
37-40 5 38-40 1 40-43 7 38-41 6
41-44 6 41-43 3 44-47 - 42-45 -
Total 30 Total 30 Total 30 Total 30
Berdasarkan tabel II, distribusi frekuensi usia responden tidak
merata,
oleh sebab itu dilakukan kategorisasi. Menurut teori Erik H,
Erikson membagi
usia menjadi 3, yaitu dewasa awal (antara usia 18 sampai 30-an
tahun), dewasa
tengah (antara usia 35 sampai 65 tahun) dan dewasa akhir (usia
diatas 65 tahun)
(Santrock, 2002). Karena usia responden dalam penelitian ini 21
sampai 46 tahun,
maka dikategorikan menjadi 2 yaitu dewasa awal (< 35 tahun)
dan dewasa tengah
(> 35 tahun).
Tabel III. Karakteristik usia reponden Rentang usia
(tahun) Kelompok
kontrol Kelompok
leaflet Kelompok ceramah
Kelompok ceramah+leaflet
< 35 14 23 18 20
>35 16 7 12 10
Menurut Holt and Hall, (1990) usia dalam hubungannya dengan
swamedikasi berpengaruh terhadap banyaknya pengalaman seseorang
dalam
melakukan pengobatan. Berdasarkan uji statistik menggunakan
Chi-Square,
diperoleh nilai signifikasi 0,108, nilai tersebut lebih dari
0,05 yang menunjukkan
bahwa tidak terdapat perbedaan usia yang signifikan antara
masing-masing
-
35
kelompok. Tidak terdapatnya perbedaan usia yang signifikan
antara masing-
masing kelompok, menunjukkan bahwa adanya setiap perubahan
variabel perilaku
bukan disebabkan karena perbedaan usia responden antara
masing-masing
kelompok, melainkan dari intervensi yang telah diberikan.
Tingkat pendidikan mempengaruhi seseorang dalam menentukan
pengambilan keputusan swamedikasi (Schwartz dan Hoopes, 1990).
Berdasarkan
tingkat pendidikan, responden dikelompokkan dalam 5 kategori,
yaitu SD, SMP,
SMA, D3/ Diploma, dan sarjana.
Tabel IV. Karakteristik tingkat pendidikan responden
Pada masing-masing kelompok didominasi oleh responden yang
memiliki tingkat pendidikan SMA, kemudian SMP, D3/Diploma, SD,
dan
selanjutnya sarjana. Berdasarkan uji statistik menggunakan
Kolmogorov-Smirnov
terhadap tingkat pendidikan pada masing-masing kelompok,
diperoleh nilai
signifikansi 1,000. Nilai signifikansi tersebut lebih dari 0,05
yang menunjukkan
bahwa tidak terdapat perbedaan tingkat pendidikan yang
signifikan antara masing
-masing kelompok. Tidak terdapatnya perbedaan tingkat pendidikan
yang
signifikan antara masing-masing kelompok, menunjukkan bahwa
adanya setiap
perubahan variabel perilaku bukan disebabkan karena perbedaan
tingkat
Tingkat
pendidikan
Responden
p Kontrol Leaflet Ceramah
Ceramah
+leaflet
SD 2 1 3 2
1,000
SMP 7 4 5 7
SMA 16 21 18 15
D3/Diploma 3 2 3 5
Sarjana 2 2 1 1
Total 30 30 30 30
-
36
pendidikan antara masing-masing kelompok, melainkan dari
intervensi yang telah
diberikan.
Menurut Holt and Hall (1990), jenis pekerjaan merupakan salah
satu
faktor yang mempengaruhi perilaku responden dalam swamedikasi.
Individu-
individu yang memiliki perbedaan tingkat pendidikan mempunyai
kecenderungan
yang tidak sama dalam mengerti dan bereaksi terhadap kesehatan
mereka
(Notoatmodjo, 2007). Berdasarkan jenis pekerjaan, reponden
dikelompokkan
menjadi 4 kategori yaitu pekerjaan sebagai ibu rumah tangga,
petani/buruh,
PNS/TNI/Polri, dan pedagang/wiraswasta.
Tabel V. Karakteristik jenis pekerjaan responden
Pekerjaan sebagai ibu rumah tangga mendominasi masing-masing
kelompok. Pada tabel V terlihat bahwa responden pada
masing-masing kelompok
yang memiliki pekerjaan sebagai petani/buruh, PNS/POLRI/TNI,
dan
pedagang/wiraswasta memiliki persentase yang rendah yaitu antara
3,333%
sampai 30%. Berdasarkan uji statistik menggunakan Chi-Square
diperoleh nilai
signifikansi 0,945. Nilai tersebut lebih dari 0,05 yang
menunjukkan bahwa tidak
terdapat perbedaan jenis pekerjaan yang signifikan antara
masing-masing
kelompok. Hal ini berarti bahwa perubahan variabel perilaku yang
terjadi bukan
Jenis pekerjaan
Responden
p Kontrol Leaflet Ceramah
Ceramah
+leaflet
Ibu Rumah Tangga 16 15 18 16
0,945
Petani/buruh 2 1 4 3
PNS/TNI/Polri 5 5 5 6
Pedagang/wiraswata 7 9 3 5
Total 30 30 30 30
-
37
disebabkan adanya perbedaan jenis pekerjaan antara masing-masing
kelompok,
melainkan dari intervensi yang telah diberikan.
Tingkat pendapatan dapat mempengaruhi upaya seseorang untuk
mewujudkan kesehatan yang lebih baik bagi keluarga. Menurut
Covington, (2000)
faktor ekonomi merupakan salah satu faktor yang berpengaruh
terhadap perilaku
swamedikasi. Bagi masyarakat dengan tingkat pendapatan yang
rendah, biaya
pengobatan menjadi pertimbangan utama dalam mencari pengobatan
(Hendarwan,
2003). Berdasarkan data pengembangan sistem informasi profil
daerah Kabupaten
Kendal tahun anggaran 2009, rata-rata upah minimum regional
Kabupaten Kendal
adalah Rp. 730.000,00. Dalam penelitian ini, yang dimaksud
dengan pendapatan
adalah pendapatan total dalam satu keluarga yaitu suami dan
istri.
Tabel VI. Karakteristik tingkat pendapatan responden per bulan
Responden Tingkat pendapatan (juta rupiah)
p < 0,5 0,5-1 1-1,5 >1,5
Kontrol 2 9 9 10
0,697
Leaflet 3 10 8 9
Ceramah 4 12 8 6
Ceramah + leaflet 3 11 9 7
Total 12 42 34 32
Pada tabel VI terlihat bahwa tingkat pendapatan keluarga
responden per
bulan pada masing-masing kelompok yang kurang dari Rp.
500.000,00 per bulan
memiliki persentase terendah, yaitu antara 6,667 % sampai
13,333%. Berdasarkan
uji statistik menggunakan Chi-Square diperoleh nilai signifikasi
0,697. Nilai
tersebut lebih dari 0,05 yang menunjukkan bahwa tidak terdapat
perbedaan tingkat
pendapatan yang signifikan antara masing-masing kelompok. Hal
ini berarti
bahwa perubahan variabel perilaku yang terjadi bukan disebabkan
adanya
-
38
perbedaan tingkat pendapatan antara masing-masing kelompok,
melainkan dari
intervensi yang telah diberikan.
B. Pola Penanganan Swamedikasi Batuk Pada Anak
Pada masing-masing kelompok, 100% responden menjawab bahwa
anak
mereka pernah menderita batuk dan pernah menggunakan obat batuk
anak tanpa
resep dokter. Hal ini terjadi karena penyakit batuk sendiri
merupakan penyakit
yang umum diderita pada anak-anak, selain itu sistem imunitas
pada anak yang
lebih rentan terhadap penyakit juga mempengaruhi hal tersebut.
Kemudahan
untuk memperoleh obat batuk tanpa resep dan biaya yang cukup
murah daripada
harus berobat ke dokter juga menjadi salah satu faktor banyaknya
responden yang
menggunakan obat batuk tanpa resep. Pada masing-masing kelompok,
100%
responden memilih sediaan obat batuk anak dalam bentuk cair
yaitu sirup, karena
bentuk sirup lebih mudah diberikan pada anak dan memiliki rasa
yang dapat
diterima oleh anak.
Gambar 5. Frekuensi kejadian batuk dalam 1 bulan pada anak
responden semua
kelompok
Pada gambar 5, diketahui bahwa paling banyak anak mengalami
batuk 0-
1 kali dalam 1 bulan. Berdasarkan uji statistik menggunakan
Kolmogorov-
59,167%
37,5%
3,333%
0-1 kali
2 kali
3-4 kali
-
39
Smirnov, diperoleh nilai signifikansi 0,999. Nilai signifikansi
yang diperoleh lebih
dari 0,05 menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan frekuensi
kejadian batuk
dalam 1 bulan yang signifikan antara anak responden
masing-masing kelompok.
Gambar 6. Persentase riwayat penyakit anak
Pada gambar 6, secara keseluruhan terlihat bahwa sekitar
90,833%
responden menjawab bahwa anak mereka tidak memiliki riwayat
penyakit
sebelumnya, sedangkan 5% menjawab bahwa anak mereka memiliki
riwayat
penyakit asma, dan 4,167% alergi. Riwayat penyakit anak akan
mempengaruhi
pemilihan dan penggunaan obat yang akan diberikan. Berdasarkan
uji statsitik
menggunakan Kolmogorov-Smirnov pada riwayat penyakit anak
responden untuk
masing-masing kelompok, diperoleh nilai signifikansi 1,000.
Nilai signifikansi
yang diperoleh lebih dari 0,05 menunjukkan bahwa tidak terdapat
perbedaan
riwayat penyakit anak responden yang signifikan antara
masing-masing
kelompok. Kemudian, berdasarkan keberadaan penyakit lain yang
berhubungan
dengan batuk pada anak seperti demam, influenza, atau pilek,
responden yang
menyatakan bahwa anak mereka pada umumnya hanya menderita batuk
saja tanpa
disertai penyakit lain yaitu 46,667% responden pada kelompok
kontrol, 36,667%
responden pada kelompok leaflet, 40% responden pada kelompok
ceramah, dan
56,667% responden pada kelompok ceramah yang dilanjutkan dengan
pemberian
4,167% 5%
90,833%
asma
alergi
tidak ada
-
40
leaflet. Secara keseluruhan, persentase total responden yang
menyatakan
keberadaan penyakit lain selain batuk ditunjukkan pada gambar 7.
Dari uji
statistik menggunakan Chi-Square, diperoleh nilai signifikansi
0,419. Nilai
signifikansi yang diperoleh lebih dari 0,05 menunjukkan bahwa
tidak terdapat
perbedaan yang signifikan antara anak responden masing-masing
kelompok
mengenai keberadaan penyakit lain selain batuk.
Gambar 7. Persentase keberadaan penyakit penyerta batuk pada
anak
Gambar 8. Penyakit yang terkait dengan batuk pada anak
Dari total 54 responden yang menyatakan bahwa anak mereka
selain
menderita batuk juga menderita penyakit lain seperti demam,
influenza, atau
pilek, secara keseluruhan ditunjukkan oleh gambar 8. Berdasarkan
gambar 9,
terlihat bahwa responden umumnya paling banyak memperoleh
informasi
mengenai obat batuk anak dari iklan di media cetak atau
elektronik. Setelah itu,
dari tenaga medis yaitu dokter, perawat, bidan, atau mantri.
Informasi dari
apoteker memiliki persentase terendah yaitu 5,833%. Hal ini
dikarenakan
45%
55%ya
tidak
25,926%
16,667%57,407%
batuk & flu
batuk & pilek
batuk, demam, & flu
-
41
keberadaan apotik di desa tersebut sangat sedikit yaitu hanya 2
apotek dan
jaraknya yang cukup jauh dari rumah penduduk. Responden
cenderung
memperoleh informasi dari iklan, padahal klaim suatu produk
dalam iklan tersebut
belum tentu aman untuk digunakan pada anak-anak. Hal ini dapat
menyebabkan
terjadinya penggunasalahan obat batuk anak dan pemilihan yang
tidak tepat
dengan kondisi anak. Berdasarkan uji statistik menggunakan
Kolmogorov-
Smirnov, diperoleh nilai signifikansi 1,000. Nilai signifikansi
yang diperoleh lebih
dari 0,05 menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan latar
belakang informasi
obat batuk untuk anak yang signifikan antara masing-masing
kelompok.
Gambar 9. Persentase latar belakang informasi mengenai obat
batuk untuk anak
Saat ini, produk obat batuk yang beredar sangat beragam, oleh
sebab itu
perlunya pengetahuan untuk memilih produk yang tepat dan aman
khususnya bagi
ibu-ibu yang melakukan swamedikasi batuk pada anak. Dari total
keseluruhan
responden, 25,833% responden memilih produk obat batuk anak
Vicks Anak-
Anak Formula 44
, kemudian 16,667% memilih Bisolvon Kids
, 12,5% memilih
Ikadryl
, 11,667% memilih Komix OBH Kid
, 14,167% memilih Anakonidin
,
43,333%
6,667%15,833%
28,333%
5,833%
iklan
pelayan diwarung/toko
keluarga/teman/tetangga
tenaga medis
apoteker
-
42
12,5% memilih OBH Combi Batuk Flu Anak-anak
,dan 6,667% memilih
Anacetine
.
Tabel VII. Deskripsi produk obat batuk untuk anak yang dipilih
oleh responden Produk Komposisi (tiap 5 ml) Indikasi
produk
Aturan pakai
Vicks Anak-Anak
Formula 44
Dextromethorphan Hbr 3,5
mg Meringankan
batu berdahak
dan kering
Gunakan setiap 4 jam
sesuai kebutuhan.
1 sendok takar = 5 ml.
Anak-anak:
2-6 tahun: 1 sendok takar
(5 ml) 6-12 tahun: 2 sendok
takar (10 ml)
Atau gunakan sesuai
petunjuk dokter
Guaifenesin 50 mg
Bisolvon Kids Bromhexine Hydrochloride
4 mg
Obat batuk
pengencer
dahak untuk
anak-anak
Dewasa dan Anak > 10
tahun: 3 x 10 ml per hari
Anak 5-10 tahun: 3 x 5
ml per hari
Anak 2-5 tahun: 2 x 5 ml
per hari
Atau menurut petunjuk
dokter.
Ikadryl
Difenhidramin HCl 12, 5 mg Meredakan batuk karena
alergi dan
influenza serta
melapangkan
saluran
pernapasan
1 sendok ukur(teh) = 5
ml Anak-anak : ½-1 sendok
teh 3-4 kali sehari
Anak-anak dibawah 2
tahun : sesuai petunjuk
dokter
Ammonium Klorida 125 mg
Sodium Sitrat 50 mg
Menthol 1 mg
Komix OBH Kid
Succus Liquiritae 167 mg Meringankan
batuk
berdahak dan
pilek
Anak 6-12 tahun: 3x
sehari 1 sachet (5 ml) Guaifenesin 50 mg
Ephedrin HCl 4 mg
Chlorpheniramine Maleat 2
mg
OBH Combi
Batuk Flu Anak-
Anak
Succus Liquiritae Extract
100 mg
Meringankan
batuk yang
disertai gejala-
gejala flu pada anak seperti
demam, sakit
kepala, hidung
tersumbat, dan
bersin-bersin
2-5 tahun: sehari, 3x1
sendok takar (@5 ml)
6-12 tahun: sehari, 3x2
sendok takar (@5 ml)
Paracetamol 120 mg
Ammonium Klorida 50 mg
Pseudoephedrin HCL 7,5 mg
Chlorpheniramine Maleat 1
mg
Anakonidin
Dextromethorphan Hbr 5 mg
Meringankan
batuk dan
pilek
2-5 tahun : 3 x sehari 1
sendok takar (5 ml)
6-12 tahun : 3 x sehari 2
sendok takar (10ml)
Guaifenesin 25 mg
Pseudoephedrin HCL 7,5 mg
Chlorpheniramine Maleat
0,5 mg
-
43
Produk Komposisi (tiap 5 ml) Indikasi produk
Aturan pakai
Anacetine
Acetaminophen 120 mg Meringankan
gejala flu
seperti
demam, sakit
kepala, hidung
tersumbat dan
bersin-bersin
yang disertai
batuk
1-6 tahun : 3 x sehari 1
sendok takar (5 ml)
6-12 tahun : 3 x sehari 2
sendok takar (10ml)
Guaifenesin 25 mg
Phenylpropanolamin HCL
3,5 mg
Chlorpheniramine Maleat
0,5 mg
Tabel VIII. Deskripsi indikasi dan dosis zat aktif dalam produk
obat batuk untuk
anak yang dipilih oleh responden Zat aktif Indikasi Dosis
Bromheksin HCl Mukolitik Anak 2-6 tahun:4 mg 2 kali sehari atau
2
mg 3 kali sehari; 6-12 tahun: 4 mg 3 kali
sehari; Sirup 4 mg/5 ml
Dekstrometorfan Hbr Antitusif Anak 2-6 tahun: 2,5-5 mg tiap 4
jam
atau 7,5 mg tiap 6-8 jam (maksimum 30
mg); 6-12 tahun: 5-10 mg tiap 4 jam
atau 15 mg tiap 6-8 jam (maksimum 60
mg)
Difenhidramin HCl Antihistamin Anak 2-
-
44
Kemudian dari sisi dosis zat aktif sudah tepat, dimana dengan
dosis tersebut sudah
berefek sebagai antitusif dan ekspektoran dan tidak melebihi
dosis maksimum
harian. Namun adanya 2 efek yang berbeda yaitu antitusif sebagai
penekan batuk
dan ekspektoran yang berfungsi mempermudah pengeluaran sekret,
kemungkinan
dapat mengakibatkan berkurangnya efek terapi atau bahkan mungkin
saling
meniadakan. Batuk kering( non produktif) dapat menggunakan
produk ini, namun
untuk batuk produktif (berdahak) diragukan untuk penggunaannya
karena saraf
batuk ditekan sehingga sekret relatif sulit untuk dikeluarkan.
Penggunaan
kombinasi ini dimungkinkan apabila sudah menggangu aktivitas
penggunanya,
misalnya saat tidur.
Produk Bisolvon Kids
, indikasi klaim produk sudah sesuai dengan
indikasi zat aktif, yaitu sebagai mukolitik untuk meredakan
batuk berdahak.
Bromheksin dapat mengencerkan dahak yang kental sehingga menjadi
mudah
untuk dikeluarkan. Dari sisi dosis juga telah sesuai, yaitu
dengan 4 mg sudah
berefek sebagai mukolitik.
Produk Ikadryl
dan OBH Combi Batuk Flu Anak-Anak
memiliki
kandungan ammonium klorida, selain itu produk Ikadryl
juga memiliki
kandungan natrium sitrat, berdasarkan FDA kedua kandungan
tersebut sekarang
penggunaannya tidak dianjurkan karena dianggap sebagai bahan
yang tidak aktif
(Tietze, 2006) dan asumsi dosis ekspektoran seperti ammonium
klorida,
ipekakuanha, dan squill dapat meningkatkan ekspektorasi adalah
salah (Anonim,
2008a). Dari sisi dosis zat aktif yaitu difenhidramin sudah
sesuai dengan klaim
produk Ikadryl
, yaitu dengan dosis 12,5 mg berefek sebagai antitusif untuk
batuk
-
45
yang disebabkan karena alergi, dan tidak melebihi dosis maksimum
harian untuk
anak usia 6-12 tahun, namun untuk anak usia 2-6 tahun melebihi
dosis maksimum
harian yang dianjurkan.
Komix OBH Kid
dan OBH Combi Batuk Flu Anak-Anak
memiliki
kandungan succus liquritae yang merupakan sediaan galenik dari
radix liquritae.
Succus liquiritae memiliki efek sebagai ekspektoran, namun
mekanisme kerjanya
yang pasti tidak diketahui (Anonim, 2007), dan secara historis
tanaman ini telah
digunakan sebagai ekspektoran dan antitusif namun buktinya belum
jelas
(Anonim, 2010). Pada produk Komix OBH Kid
, kandungan 50 mg guaifenesin
dan CTM 2 mg sudah berefek sebagai ekspektoran dan antihistamin,
dan tidak
melebihi dosis maksimum harian. Kandungan 4 mg efedrin HCl
kurang dari dosis
yang dianjurkan sebagai dekongestan.
OBH Combi Batuk Flu Anak-Anak
, kandungan 1 mg CTM, 120 mg
parasetamol dan 7,5 mg pseudoefedrin HCl tidak melebihi dari
dosis maksimum
harian yang dianjurkan, namun kandungan 7,5 mg pseudoefedrin HCl
kurang dari
dosis yang dianjurkan sebagai dekongestan jika digunakan untuk
anak usia 2-5
tahun.
Produk Anakonidin
, kandungan 5 mg dektrometorfan sudah tepat dan
berefek sebagai antitusif dan tidak melebihi dosis maksimum
harian. Kandungan
guaifenesin, pseudoefedrin HCl, dan CTM tidak melebihi dari
dosis maksimum
harian yang dianjurkan. Produk Anacetine
, kandungan parasetamol, guaifenesin,
dan CTM tidak melebihi dosis maksimum yang dianjurkan. Badan POM
telah
menetapkan bahwa dosis maksimum PPA per takaran dalam obat flu
dan batuk
-
46
adalah 15 mg dengan dosis maksimum untuk anak 6-12 tahun adalah
37,5 mg
perhari, penggunaanya tidak dianjurkan untuk anak usia dibawah 6
tahun
(Anonim, 2008a). Pada produk Anacetine
terdapat 3,5 mg PPA, sebaiknya
produk ini tidak digunakan untuk anak usia dibawah 6 tahun.
C. Pengaruh Pemberian Edukasi Terhadap Perubahan Perilaku
Responden
Metode edukasi yang diberikan terdiri dari 3 metode, yaitu
leaflet,
ceramah, dan ceramah yang dilanjutkan dengan pemberian leaflet.
Pengaruh dari
berbagai metode yang diberikan dilihat dari perbandingan nilai
antara pretest
dengan posttest setelah 1 bulan pada setiap variabel perilaku
yaitu pengetahuan,
sikap, dan tindakan. Kemudian untuk mengetahui apakah perubahan
perilaku
tersebut secara statistik terdapat perbedaan yang signifikan
atau tidak, dilihat dari
nilai signifikansi perbandingan antara pretest dengan posttest
setelah 1 bulan.
Nilai signifikansi diperoleh dari uji statistik yaitu Paired
t-test jika nilai
pretest dan nilai posttest menghasilkan sebaran data yang
berdistribusi normal dan
uji Wilcoxon jika nilai pretest dan nilai posttest menghasilkan
sebaran data yang
tidak berdistribusi normal. Dari uji sebaran data pretest dan
posttest pada semua
kelompok menghasilkan sebaran data yang tidak berdistribusi
normal. Oleh sebab
itu, untuk analisis data yang digunakan selanjutnya adalah uji
Wilcoxon. Hasil
perhitungan statistik untuk uji signifikasi dan selisih nilai
rerata antara pretest dan
posttest setelah 1 bulan ditunjukkan pada tabel IX.
-
47
Tabel IX. Uji signifikasi dan selisih nilai rerata antara
pretest dan posttest setelah
1 bulan
Kelompok Variabel Pretest
(mean±sd)
Posttest
(mean±sd)
Selisih
rerata
Nilai signifikansi
(p)
Kontrol
Pengetahuan 24,200±2,058 24,270±2,212 +0,070 0,813
Sikap 23,600±2,430 23,270±2,067 -0,330 0,439
Tindakan 18,130±2,501 18,230±2,885 +0,100 0,711
Leaflet
Pengetahuan 24,000±2,034 25,200±3,089 +1,200 0,043
Sikap 23,270±2,067 24,000±2,166 +0,730 0,044
Tindakan 18,070±2,258 19,000±2,560 +0,930 0,035
Ceramah
Pengetahuan 23,870±1,889 24,670±2,368 +0,800 0,204
Sikap 23,330±2,426 23,670±2,523 +0,340 0,462
Tindakan 17,670±1,953 18,330±3,467 +0,660 0,281
Ceramah
+leaflet
Pengetahuan 23,930±1,780 26,670±3,166 +2,740 0,000
Sikap 23,130±2,013 25,270±2,377 +2,140 0,001
Tindakan 17,930±2,559 20,200±3,305 +2,270 0,000
Nilai signifikansi lebih dari 0,05 menunjukkan bahwa tidak
ada
perbedaan variabel perilaku antara pretest dengan posttest yang
signifikan.
Sedangkan jika nilai signifikansi kurang dari 0,05 menunjukkan
bahwa ada
perbedaan variabel perilaku antara pretest dengan posttest yang
signifikan. Pada
tabel IX terlihat bahwa untuk setiap variabel perilaku baik
pengetahuan, sikap,
dan tindakan pada kelompok kontrol dan kelompok ceramah
menghasilkan nilai
signifikasi yang lebih dari 0,05. Hal ini menunjukkan bahwa
tidak terdap