Page 1
Skripsi
PENGARUH BUERGER ALLEN EXERCISE TERHADAP
SENSITIVITAS KAKI PADA PASIEN DIABETES
MELLITUS DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS
RASIMAH AHMAD KOTA BUKITTINGGI
TAHUN 2019
Keperawatan Medikal Bedah
Oleh:
BERLY ARNOVAL
NIM : 1514201007
PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN
STIKES PERINTIS PADANG
2019
Page 2
Skripsi
PENGARUH BUERGER ALLEN EXERCISE TERHADAP
SENSITIVITAS KAKI PADA PASIEN DIABETES
MELLITUS DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS
RASIMAH AHMAD KOTA BUKITTINGGI
TAHUN 2019
Keperawatan Medikal Bedah
Diajukan sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan gelar Sarjana
Keperawatan di program studi sarjana keperawatan
STIKes Perintis Padang
Oleh:
BERLY ARNOVAL
NIM : 1514201007
PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN
STIKES PERINTIS PADANG
2019
Page 4
PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN
STIKES PERINTIS PADANG
SKRIPSI, JULI 2019
Nama : Berly Arnoval
Nim : 1514201007
PENGARUH BUERGER ALLEN EXERCISE TERHADAP SENSITIVITAS KAKI
PADA PASIEN DIABETES MELLITUS DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS
RASIMAH AHMAD KOTA BUKITTINGGI TAHUN 2019
(VI BAB + 68 halaman, 10 tabel, 2 skema, 7 lampiran)
ABSTRAK
Diabetes Melitus (DM) adalah penyakit metabolik kronis yang membutuhkan perawatan
medis dan pendidikan pengelolaan mandiri untuk mencegah komplikasi. Penelitian ini
dilakukan untuk mengetahui pengaruh Buerger Allen Exercise terhadap sensitivitas kaki
pada pasien diabetes melitus di Wilayah Kerja Puskesmas Rasimah Ahmad Tahun 2019.
Metode penelitian dengan Quasy Experimental Design, dengan pendekatan one group
pretest-posttest design. Sampel berjumlah 13 responden yang menderita Diabetes
Mellitus di Wilayah Kerja Puskesmas Rasimah Ahmad Kota Bukittinggi Tahun 2019
dengan tekhnik pengambilan sampel yaitu simple random sampling. Data diolah dengan
menggunakan uji Paired T-Test. Analisa Univariat nilai rata-rata sensitivitas kaki
sebelum dilakukan Buerger Allen exercise adalah 4,9 dan nilai rata-rata sensitivitas kaki
setelah dilakukan Buerger Allen exercise adalah 7,54. Berdasarkan karakteristik
responden didapatkan bahwa usia terbanyak >45 tahun (84,6%), dan jenis kelamin
terbanyak (92,3%) yang berjenis kelamin perempuan. Hasil bivariat menunjukan ada
pengaruh Buerger Allen exercise terhadap sensitivitas kaki dengan selisih rata-rata
sebelum dan sesudah dilakukan Buerger Allen exercise adalah -2,846 dengan P-Value
0,000 (<0,05). Disimpulkan bahwa ada pengaruh Buerger Allen exercise terhadap
sensitivitas kaki. Diharapkan kepada penderita diabetes mellitus agar dapat menerapkan
Buerger Allen exercise guna meningkatkan nilai sensitivitas kaki agar terhindar dari
komplikasi dari Diabetes Mellitus.
kata kunci : Buerger Allen exercise, Sensitivitas kaki, Diabetes Mellitus
sumber : 39 (2001-2018)
Page 5
BACHELOR OF NURSING STUDY PROGRAM
PERINTIS PADANG INSTITUTE OF HEALTH SCIENCE
ESSAY, JULY 2019
Name : Berly Arnoval
Nim : 1514201007
THE EFFECT OF BUERGER ALLEN EXERCISES ON FOOT SENSITIVITY IN
PATIENTS WITH DIABETES MELLITUS AT THE WORKING AREA OF
RASIMAH AHMAD COMMUNNITY HEALTH CENTER BUKITTINGGI IN
2019
(VI Chapters + 68 pages, 10 tables, 2 schemes, 7 attachments)
ABSTRAK
Diabetes mellitus (DM) is a chronic metabolic disease that requires medical care and
independent management education for the use of complications. This study was
conducted to study the effect of Buerger Allen Exercises on foot sensitivity in patients
with diabetes mellitus in the Rasimah Ahmad Health Center Working Area in 2019.
Research method with Quasy Experimental Design, using one group pretest-posttest
design. The sample is 13 respondents who suffer from Diabetes Mellitus in the Work
Area of Rasimah Ahmad Health Center in Bukittinggi 2019 with a sampling technique
that is simple random sampling. Data is processed using the Paired T-Test. Univariate
analysis of the average value of foot sensitivity before the Buerger Allen exercise was 4.9
and the mean value of foot sensitivity after the Buerger Allen exercise was 7.54. Based on
the characteristics of the respondents obtained the highest age> 45 years (84.6%), and the
highest sex (92.3%) were female. Bivariate results showed there was a Buerger Allen
exercise on foot sensitivity with the average difference before and after the Buerger Allen
exercise was -2.846 with P-Value 0.000 (<0.05). It was concluded that there was an
effect of Buerger Allen exercises on foot sensitivity. It is expected that people with
diabetes mellitus can use the Buerger Allen exercise to increase the sensitivity of the feet
to avoid complications from Diabetes Mellitus.
Key Word : Buerger Allen exercise, Diabetes Mellitus, Foot Sensitivity
Source : 39 (2001-2018)
Page 8
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Identitas Mahasiswa:
Nama : BERLY ARNOVAL
Umur : 22 tahun
Tempat/Tanggal Lahir : Payakumbuh/15 Juli 1996
Agama : Islam
Alamat : Jl. Ra Kartini. Kelurahan Tigo Koto Diateh
Lingkungan Cubadak Aia, Kecamatan
Payakumbuh Utara, Kota Payakmbuh
Kewarganegaraan : Indonesia
Jumlah Saudara : 4
Anak ke : 2
Identitas Orangtua:
Nama Ayah : Idris
Pekerjaan Ayah : Petani
Nama Ibu : Misrayati
Pekerjaan Ibu : Ibu Rumah Tangga
Riwayat Pendidikan:
Tahun Pendidikan
2003 – 2009 SDN 19 Balai Jariang Kota Payakumbuh
2009 – 2012 SMPN 2 Payakumbuh
2012 – 2015 SMAN 3 Payakumbuh
2015 – 2019 PSIK STIKes Perintis Padang
Page 9
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur bagi Allah SWT yang telah memberi rahmat,
hidayah dan petunjuk-Nya yang berlimpah sehingga peneliti dapat menyelesaikan
skripsi yang berjudul “Pengaruh Buerger Allen Exercise Terhadap Sensitivitas
Kaki Pada Pasien Diabetes Melitus Di Wilayah Kerja Puskesmas Rasimah
Ahmad Tahun 2019”.
Skripsi ini di ajukan sebagai salah satu persyaratan dalam menyelesaikan
pendidikan sarjana keperawatan di STIKes Perintis Padang. Selama penyusunan
skripsi ini, peneliti banyak mendapat bimbingan arahan dan bantuan dari berbagai
pihak. Oleh karena itu pada kesempatan ini peneliti mengucapkan terima kasih
kepada:
1. Bapak Yendrizal Jafri, S.Kp, M. Biomed, Selaku Ketua STIKes Perintis
Padang.
2. Ibu Ns. Ida Suryati, M.Kep, selaku Ketua Program Studi Sarjana
Keperawatan STIKes Perintis Padang. Sekaligus selaku Pembimbing I
3. Ibu Lilisa Murni, M.Pd, selaku Pembimbing II.
4. Kepada kepala Kesbangpol Kota Bukittinggi yang telah memberikan
izin untuk pengambilan data dan penelitian.
5. Kepada kepala Dinas Kesehatan Kota Bukittinggi yang telah
memberikan izin untuk pengambilan data dan penelitian.
6. Kepada kepala Puskesmas Rasimah Ahmad Kota Bukittinggi yang telah
memberikan izin untuk pengambilan data dan penelitan.
Page 10
7. Dosen dan staff pengajar Program Studi Ilmu Keperawatan STIKes
Perintis Padang yang telah memberikan bimbingan dan bekal ilmu serta
dukungan dan motivasi selama masa pendidikan.
8. Teristimewa kepada keluarga tercinta yang selalu memberikan
dukungan baik secara moril maupun secara materil serta do’a dan kasih
sayang yang tak terhingga sehingga peneliti lebih bersemangat dalam
menyelesaikan studi sarjana dan pembuatan skripsi ini.
9. Teman-teman seperjuangan Program Studi Sarjana Keperawatan
angkatan 2015 STIKes Perintis Padang Serta semua pihak yang telah
membantu dalam penyelesian skripsi ini.
Peneliti menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan dan
peneliti mengharapkan masukan dan saran untuk kesempurnaan skripsi ini.
Semoga Allah SWT senantiasa melimpakan rahmat dan karunia-Nya kepada
semua pihak yang telah membantu penulis. Semoga skripsi ini bermanfaat dalam
memberikan informasi dibidang kesehatan terutama dibidang ilmu keperawatan
baik bagi penulis maupun pembaca.
Bukittinggi, Juli 2019
Peneliti
Page 11
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL DEPAN
HALAMAN PERNYATAAN ORIGINALITAS ...................................................
ABSTRAK ................................................................................................................
HALAMAN PERSETUJUAN ................................................................................
HALAMAN PENGESAHAN ..................................................................................
DAFTAR RIWAYAT HIDUP ................................................................................
KATA PENGANTAR .............................................................................................. i
DAFTAR ISI ............................................................................................................. ii
DAFTAR TABEL .................................................................................................... iv
DAFTAR SKEMA ................................................................................................... v
DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................................ vi
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ......................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah .................................................................................... 6
1.3 Tujuan Penelitian ..................................................................................... 6
1.4 Manfaat Penelitian ................................................................................... 7
1.5 Ruang Lingkup Penelitian ........................................................................ 8
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Diabetes Mellitus ...................................................................................... 9
2.1.1 Defenisi ....................................................................................... 9
2.1.2 Etiologi ....................................................................................... 9
2.1.3 Faktor Pencetus Diabetes Mellitus .............................................. 11
2.1.4 Jenis-Jenis Diabetes Mellitus ...................................................... 16
2.1.5 Gejala Diabetes Mellitus ............................................................. 17
2.1.6 Diagnosis Diabetes Mellitus ....................................................... 19
2.1.7 Fisiologis Normal Diabetes Mellitus .......................................... 20
2.1.8 Patofisiologi Diabetes Mellitus ................................................... 21
2.1.9 Komplikasi Diabetes Mellitus ..................................................... 22
2.1.10 Penatalksanaan Diabetes Mellitus ............................................... 23
2.1 Sensitivitas Kaki ....................................................................................... 25
2.2.1 Defenisi ....................................................................................... 25
2.2.2 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Sensitivitas Kaki ............... 25
2.2.3 Cara Pengkuran Sensitivitas Kaki ............................................... 27
2.2.4 Gejala Penurunan Sensitivitas Kaki ............................................ 29
2.3 Buerger Allen Exercise ............................................................................ 30
2.3.1 Defenisi ....................................................................................... 30
2.3.2 Manfaat ....................................................................................... 31
2.3.3 indikasi ....................................................................................... 32
2.3.4 Pengaruh Buerger Allen exercise terhadap sensitivitas kaki ...... 33
2.4 Usia .......................................................................................................... 34
2.5 Jenis Kelamin ........................................................................................... 35
2.6 Glukosa Darah .......................................................................................... 35
Page 12
2.7 Obesitas .................................................................................................... 36
2.8 Penelitian Terkait ..................................................................................... 37
2.9 Kerangka Teori......................................................................................... 38
BAB III KERANGKA KONSEP
3.1 Kerangka Konsep ..................................................................................... 39
3.2 Defenisi Operasional ................................................................................ 40
3.3 Hipotesa .................................................................................................... 42
BAB IV METODE PENELITIAN
4.1 Desain Penelitian ...................................................................................... 43
4.2 Tempat dan Waktu Penelitian .................................................................. 44
4.3 Populasi dan Sampel ................................................................................ 44
4.4 Instrumen Penelitian ................................................................................. 47
4.5 Pengumpulan Data ................................................................................... 47
4.6 Pengolahan dan Analisa Data ................................................................... 48
4.7 Etika Penelitian ........................................................................................ 52
BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
5.1 Hasil penelitian......................................................................................... 55
5.2 Pembahasan .............................................................................................. 60
5.3 Keterbatasan Penelitian ............................................................................ 66
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan ............................................................................................... 67
6.2 Saran ........................................................................................................ 67
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
Page 13
DAFTAR TABEL
Nomor Tabel Halaman
Tabel 2.1 Kadar Glukosa Darah.............................................. 37
Tabel 2.2 Klasifikasi Status Gizi Berdasarkan IMT............... 38
Tabel 3.2 Defenisi Operasional……………………………… 42
Tabel 4.1 Rancangan Penelitian…………………………….. 44
Tabel 5.1 Frekuensi Responden Berdasarkan usia.................. 56
Tabel 5.2 Frekuensi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin.. 57
Tabel 5.3 Frekuensi Responden Berdasarkan IMT................. 57
Tabel 5.4 Uji Normalitas Data................................................. 58
Tabel 5.5 Rata-rata Sensitivitas Kaki Sebelum dan Sesudah.. 59
Tabel 5.6 Selisih Rata-rata Sensitivitas Kaki Sebelum dan
Sesudah (Uji Paired T-Test)....................................
60
Page 14
DAFTAR SKEMA
Nomor Skema Halaman
Skema 2.1 Kerangka Teori ………...………………………....... 36
Skema 3.1 Kerangka Konsep ………...……………………….... 37
Page 15
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor Lampiran Halaman
Lampiran 1 Permohonan menjadi responden 74
Lampiran 2 Format persetujuan 75
Lampiran 3 SOP Buerger Allen exercise 76
Lampiran 4 Lembar pengawasan responden 80
Lampiran 5 Instrumen Observasi penilaian sensitivitas kaki 81
Lampiran 6 Pedoman penilaian sensitivitas kaki 82
Lampiran 7 Lembar observasi penilaian sensitivitas kaki 84
Page 16
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Diabetes Melitus (DM) adalah penyakit metabolik kronis yang
membutuhkan perawatan medis dan pendidikan pengelolaan mandiri untuk
mencegah komplikasi. Perubahan gaya hidup terutama dikota besar,
menyebabkan peningkatan prevalensi penyakit degenerative seperti diabetes
mellitus. Epidemiologic DM seringkali tidak terdeteksi sehingga morbiditas
dan mortalitas tinggi pada kasus yang tidak terdeteksi ini (Sudoyo,2007).
Kepatuhan yang buruk terhadap standar perawatan diabetes merupakan
penyebab utama berkembangnya penyakit ke arah komplikasi, baik terhadap
diri sendiri, sosial, dan pembiayaan (sudoyo,2007).
International Diabetes Federation (IDF) (2015), menyatakan prevalensi
DM di dunia tahun 2015 mencapai 7,3 milyar orang dan diprediksi akan
meningkat tahun 2040 menjadi 9 milyar orang. IDF menyebutkan bahwa
Indonesia saat ini berada pada posisi 7 dengan DM di dunia, dengan jumlah
sebanyak 10 juta jiwa dan diprediksi akan meningkat ke posisi 6 pada tahun
2040 dengan jumlah 16,2 juta jiwa yang berpotensi akan komplikasi Luka
Kaki Diabetik (LKD). Sedangkan Cancellierem (2016), menyebutkan diabetik
neuropati mempengaruhi hampir 50% dan meningkatkan morbiditas LKD,
amputasi dan kematian lebih cepat sampai 85%.
Hasil dari Riskesdas tahun 2018, prevalensi Diabetes Melitus pada
penduduk umur 15 tahun di Indonesia dari tahun 2013 hingga 2018
Page 17
mengalami peningkatan yang cukup signifikan yaitu dari 1,5% menjadi 2,0%.
Sumatera barat sendiri berada pada posisi ke 17 yang juga mengalami
peningkatan prevalensi terjadinya DM yaitu dari 1,3% menjadi 1,6%.
Riskesdas 2018 menyimpulkan bahwa trend Penyakit Tidak Menular (PTM)
(DM, hipertensi, obesitas) naik dibandingkan Riskesdas pada tahun 2013
(Kemenkes RI, 2018).
Tingginya jumlah penderita kasus diabetes mellitus ini antara lain
disebabkan oleh karena perubahan gaya hidup masyarakat, tingkat
pengetahuan yang rendah, dan kesadaran untuk melakukan deteksi dini
terhadap penyakit DM yang kurang. Kurangnya aktivitas fisik dan pengaturan
pola makan tradisional yang mengandung banyak karbohidrat dan serat dari
sayuran ke pola makan ke barat-baratan dengan komposisi yang terlalu banyak
protein, lemak, gula, garam, dan sedikit mengandung serat (Anisa, 2016).
Perubahan gaya hidup yang tidak sehat seperti makanan yang berlebih
(berlemak dan kurang serat) dapat meningkatkan kadar gula darah, sehingga
kaki mengalami kesemutan atau rasa baal yang akan mengakibatkan terjadinya
neuropati dan sensitivitas terhadap kaki menurun (Damayanti, 2015).
Salah satu komplikasi yang berbahaya dari penyakit DM adalah luka kaki
diabetes yang dapat menyebabkan infeksi dan kelainan bentuk kaki sampai
dengan amputasi anggota tubuh (Kawasaki, et al., 2013). Faktor utama yang
berperan terhadap timbulnya ulkus diabetikum adalah angiopati, neuropati dan
infeksi. Adanya neuropati perifer akan menyebabkan hilang atau menurunnya
sensasi nyeri pada kaki, sehingga kaki akan mengalami trauma tanpa adanya
Page 18
rasa yang mengakibatkan terjadinya ulkus pada kaki (Levin,2008). Hilangnya
sensasi atau penurunan sensitivitas kaki adalah salah satu dari faktor utama
yeng beresiko menyebabkan terjadinya ulkus, akan tetapi juga terdapat
beberapa faktor lain seperti keadaan hiperglikemia yang kurang terkontorol,
usia yang sudah lebih dari 40 tahun, pasien yang memiliki riwayat ulkus atau
amputasi, penurunan denyut nadi perifer, riwayat merokok (Smeltzeer & Bare,
2008). Menurut Chadwick, Edmonds, dan McCardle (2013). Penyebab dari
neuropati adalah aliran mikrosirkulasi yang melibatkan arteri, arteriol,
kapiler, dan venula post kapiler.
Ada lima komponen dalam penatalaksanaan diabetes melitus yaitu diet,
latihan atau olahraga, pemantauan glukosa darah, terapi insulin (jika
diperlukan) dan pendidikan kesehatan. Penatalakasanaan diabetes melitus
bertujuan untuk mencoba menormalkan aktivitas insulin dan kadar glukosa
darah dalam upaya untuk mengurangi terjadinya komplikasi vaskuler serta
neuropatik (Smeltzer & Bare, 2008).
Latihan jasmani (aktivitas fisik) dianjurkan secara teratur (3-4 kali
seminggu) selama kurang lebih 30 menit, yang sifatnya sesuai CRIPE
(Continuous, Rhythmical, Interval, Progersive, Endurance training).
Disesuaikan dengan kemampuan dan penyakit penyerta (Suyono dalam
Soegondo, 2009).
Olahraga (aktivitas fisik) dapat secara langsung meningkatkan fungsi
fisiologis dengan mengurangi kadar glukosa darah, meningkatkan stamina dan
kesejahteraan emosional dan meningkatkan sirkulasi. Walaupun berenang dan
Page 19
berjalan cepat telah dinyatakan sebagai pilihan yang baik, tipe aktivitas
lainnya juga sama-sama bermanfaat khsusnya Buerger Allen exercise.
Buerger Allen exercise adalah salah satu bentuk gerakan aktif pada area
plantar yang menerapkan gaya gravitasi oleh karena itu setiap tahapan gerakan
harus dilakukan dengan teratur (Chang, et al., 2015). Gerakan yang baik dan
teratur akan dapat membantu meningkatkan aliran darah arteri dan vena
dengan cara pembukaan pembuluh darah kecil di otot (kapiler), gerakan dari
buerger allen ini dapat meningkatkan vaskularisasi pembuluh darah sehingga
akan dapat meningkatkan sediaan darah dalam jaringan (Salindeho, Mulyadi,
Rottie, 2016). Buerger Allen exercise memiliki kelebihan yaitu dapat
dilakukan sendri, tidak harus berkelompok, waktu yang dibutuhkan tidak
lama, latihannya mudah dilakukan.
Penatalaksanaan yang baik dibutuhkan untuk menurunkan angka kejadian
komplikasi akibat dari diabetes mellitus. Salah satunya adalah dengan cara
meningkatkan sensitivitas kaki. Terapi dan pencegahan dari terjadinya
neuropati diabetik adalah dengan cara melakukan kontrol kadar gula darah
secara berkala dan teratur juga mencegah terjadinya luka kaki yang
disebabkan karena adanya neuropati. Neuropati dapat terjadi akibat dari
terhentinya atau berkurangnya suplai darah ke ujung saraf di kaki dan tangan
(Damayanti, 2015).
Di Bukittinggi khususnya di wilayah kerja Puskesmas Rasimah Ahmad
Bukittinggi pada tahun 2017 jumlah kunjungan penderita DM sebanyak 355
kunjungan. Di tahun 2018 sebanyak 445 kunjungan dan pada tahun 2019
Page 20
(Januari-Maret) sebanyak 92 kunjungan. Dengan rata-rata kunjungan 37 orang
perbulanya. (Register Puskesmas Rasimah Ahmad Bukittinggi, 2019). Melihat
data-data tersebut menunjukan terjadinya peningkatan penderita Diabetes
Mellitus setiap tahun.
Berdasarkan studi pendahuluan yang sudah peneliti lakukan dengan
mewawancarai 5 orang penderita diabetes mellitus di wilayah kerja Puskesmas
Rasimah Ahmad Kota Bukittinggi mengaku belum mengetahui tentang
Buerger Allen exercise, sebagian besar dari penderita diabetes mellitus hanya
mengandalkan pengobatan medis dan melakukan aktivitas fisik seperti jalan
santai dan senam diabetes. Pasien dan keluarga juga mengaku tidak
mengetahui manfaat dari Buerger Allen exercise. Menurut perawat yang
bertugas di wilayah kerja Puskesmas Rasimah Ahmad belum pernah
dilakukan Buerger Allen exercise kepada penderita diabetes mellitus. Latihan
fisik lain yang sudah di berikan petugas berupa senam prolanis.
Berdasarkan uraian diatas, maka peneliti tertarik untuk melakukan
penelitian tentang “Pengaruh Buerger Allen exercise Terhadap Sensitivitas
Kaki pada Pasien Diabetes Mellitus di Wilayah Kerja Puskesmas Rasimah
Ahmad Kota Bukittinggi Tahun 2019”
Page 21
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas, maka rumusan
masalah dalam penelitian ini adalah apakah ada Pengaruh Buerger Allen
Exercise terhadap Sensitivitas Kaki pada Pasien Diabetes Mellitus di Wilayah
Kerja Puskesmas Rasimah Ahmad Kota Bukittinggi Tahun 2019?
1.3 Tujuan Penelitian
1.3.1 Tujuan Umum
Tujuan penelitian ini dilakukan secara umum adalah untuk
diketahui “Pengaruh Buerger Allen Exercise terhadap Sensitivitas Kaki
pada Pasien Diabetes Mellitus di Wilayah Kerja Puskesmas Rasimah
Ahmad Kota Bukittinggi Tahun 2019”
1.3.2 Tujuan Khusus
Adapun tujuan khusus dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
a) Diketahui rata-rata tingkat sensitivitas kaki pada responden sebelum
diberikan Buerger Allen Exercise di wilayah kerja Puskesmas
Rasimah Ahmad Kota Bukittinggi Tahun 2019.
b) Diketahui rata-rata tingkat sensitivitas kaki pada responden setelah
diberikan Buerger Allen Exercise di Wilayah Kerja Puskesmas
Rasimah Ahmad Kota Bukittinggi Tahun 2019
c) Dianalisis Pengaruh Buerger Allen Exercise terhadap Sensitivitas
Kaki pada Pasien Diabetes Mellitus di Wilayah Kerja Puskesmas
Rasimah Ahmad Kota Bukittinggi Tahun 2019
Page 22
1.4 Manfaat Penelitian
1.4.1 Bagi Peneliti
Penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan dan
pengetahuan peneliti tentang penatalaksanaan pasien diabetes mellitus
khususnya Buerger Allen Exercise dan untuk menerapkan ilmu
pengetahuan khususnya di bidang keperawatan.
1.4.2 Bagi Institusi Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan bisa dijadikan sebagai referensi atau
bahan untuk mengembangkan ilmu pengetahuan bagi peserta didik
khususnya tentang intervensi pada penderita diabetes mellitus.
1.4.3 Bagi Masyarakat
Dapat menambah pengetahuan masyarakat khususnya penderita
diabetes mellitus tentang penatalaksanaan diabetes mellitus selain obat-
obatan khususnya latihan Buerger Allen yang dapat meningkatkan
sensitivitas kaki guna mencegah komplikasi apabila dilakukan secara
rutin.
1.4.4 Bagi Peneliti Selanjutnya
Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan acuan atau dasar
untuk melakukan penelitian selanjutnya terutama mengenai pengaruh
buerger allen exercise terhadap peningkatan sensitivitas kaki pada
pasien diabetes mellitus.
Page 23
1.5 Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ini membahas tentang Pengaruh Buerger Allen Exercise
terhadap peningkatan Sensitivitas Kaki Pada Pasien Diabetes Melitus di
wilayah kerja puskesmas Rasimah Ahmad Tahun 2019. Dimana variable
independen yaitu Buerger Allen Exercise, sedangkan variable dependen yaitu
peningkatan sensitivitas kaki. Penelitian ini dilakukan pada bulan Juni tahun
2019. Tempat penelitian adalah Wilayah Kerja Puskesmas Rasimah Ahmad
Kota Bukittinggi. Populasi dari penelitian ini adalah seluruh pasien diabetes
mellitus yang ada di Wilayah Kerja Puskesmas Rasimah Ahmad Kota
Bukittinggi sebanyak 37 orang perbulanya dengan sampel sebanyak 13 orang.
Penelitian ini dilakukan karena terjadinya peningkatan prevalensi penyakit
DM di wilayah kerja Puskesmas Rasimah Ahmad Kota Bukittinggi. Penelitian
ini menggunakan metode Quasi-Eksperimen dengan one group pretes-postest
dengan perlakuan selama satu minggu. Perbedaan kedua hasil penelitian
dianggap sebagai efek dari perlakuan.
Page 24
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Diabetes Mellitus
2.1.1 Defenisi
Diabetes mellitus (DM) ataupun yang biasa disebut dengan
diabetes merupakan suatu gangguan kesehatan yang berupa kumpulan
gejala yang disebabkan oleh meningkatnya kadar gula (glukosa) dalam
darah akibat dari kekurangan ataupun resistensi insulin (Bustan, 2015).
Diabetes mellitus ataupun yang sering disebut dengan penyakit kencing
manis merupakan suatu penyakit yang dapat terjadi ketika tubuh tidak
mampu untuk memproduksi cukup insulin atau tidak mampu
menggunakan insulin (resistensi insulin) (IDF, 2015)
2.1.2 Etiologi
Umumnya diabetes mellitus disebabkan karena rusaknya sel-sel
pulau langerhans pada pankreas yang bertugas menghasilkan insulin,
oleh karena itu terjadilah kekurangan insulin (Hasdiana, 2012).
Menurut Smeltzer & Bare (2008), penyebab dari diabetes mellitus
tipe II/NIDDM masih belum diketahui, faktor genetic diperkirakan
memegang peranan penting terhadap proses terjadinya resistensi
insulin. Selain itu terdapat juga faktor-faktor resiko tertentu yang ada
hubungannya dengan proses kejadian diabetes mellitus yaitu.
Page 25
a. Usia (resistensi insulin cendrung terjadi peningkatan pada usia
diatas 40 tahun)
b. Obesitas (kegemukan)
c. Riwayat keluarga (genetic)
d. Kelompok etnik (di Amerika Serikat, golongan Hispanik lebih besar
kemingkinan terjadinya diabetes tipe II dibandingkan dengan
golongan Afro).
Tubuh manusia mengubah makanan tertentu menjadi glukosa, yang
merupakan suplai energy utama untuk tubuh. Insulin dari sel-sel beta
pancreas perlu untuk membawa glukosa ke dalam sel-sel tubuh dimana
glukosa digunakan untuk metabolism sel. Diabetes mellitus terjadi
ketika sel beta tidak mampu memproduksi insulin (diabetes mellitus
tipe 1) atau memproduksi insulin dalam jumlah yang tidak cukup
(diabetes mellitus tipe 2). Akibatnya, glukosa tidak masuk kedalam sel,
melainkan tetap didalam darah. Naiknya kadar glukosa didalam darah
menjadi sinyal bagi pasien untuk meningkatkan asupan cairan dalam
upaya mendorong glukosa keluar dari tubuh dalam urin. Penderita
kemudian menjadi haus dan urinasi meningkat. Sel-sel menjadi
kekurangan energy karena berkurangnya glikosa dan memberi sinyal
kepada pasien untuk makan, membuat pasien menjadi lapar. Ada tiga
tipe DM. tipe 1, dikenal sebagai insulin-dependent (IDDM), dimana sel
beta dirusak oleh proses autoimun; tpe 2, dikenal sebagai non-insulin-
dependent (NIDDM), di mana sel beta memproduksi insulin dalam
Page 26
jimlah kurang; dan gestasional diabetes mellitus (DM yang terjadi
selama kehamilan) (Donna Jacson, DKK, 2014).
2.1.3 Faktor Pencetus Terjadinya Diabetes Mellitus
Berikut ini beberapa faktor resiko DM yang tidak dapat dubah
diantaranya adalah:
a. Faktor Genetik (Keturunan)
Seseorang memiliki resiko terserang diabetes jika salah satu atau
kedua orang tuanya adalah penderita diabetes. Anak laki-laki
memiliki kemungkinan menjadi penderita, sedangkan anak
perempuan merupakan pembawa gen dan memiliki kemungkinan
mewariskan ke anak-anaknya. Anak dari penderita diabetes sejak
dini sebaiknya menjaga pola makan dan rutin berolahraga untuk
memperkecil kemungkinan terserang penyakit ini. Yang tidak kalah
penting adalah mengindari stress.
b. Faktor Usia
Pada usia tua fungsi tubuh secara fisiologis menurun karena proses
aging terjadi penurunan sekresi atau resistensi insulin sehingga
kemampuan fungsi tubuh terhadap pengendalian glukosa darah
yang tinggi kurang optimal. Proses aging menyebabkan penurunan
sekresi atau resistensi insulin sehingga terjadi makroangiopati, yang
akan mempengaruhi penurunan sirkulasi darah salah satunya
Page 27
pembuluh darah besar atau sedang di tungkai yang lebih mudah
terjadi ulkus kaki diabetes (Tambunan, 2006; Waspadji, 2006)
c. Lama Menderita Diabetes Mellitus 10 Tahun
Pada penderita diabetes mellitus yang telah menderita 10 tahun
atau lebih, akan muncul komplikasi apabila kadar glukosa darah
tidak terkendali, komplikasi berhubungan dengan vaskuler sehingga
mengalami makroangiopati dan mikroangiopati yang akan terjadi
vaskulopati dan neuropati yang mengakibatkan menurunya sirkulasi
darah dan adanya robekan/luka pada kaki penderita diabetes
mellitus yang sering tidak dirasakan karena terjadinya gangguan
neuropati perifer (Tambunan, 2006; Waspadji, 2006).
Faktor-faktor resiko yang dapat diubah :
a. Neuropati (sensorik, motorik, perifer)
El-Sayed dan Hassanein (2015) menyatakan gejala dari neuropati
diantaranya adalah mati rasa dan kehilangan sensasi. Para peneliti
percaya bahwa proses kerusakan saraf berhubungan dengan
konsentrasi glukosa yang tinggi dalam darah, yang dapat
menyebabkan kerusakan kimia pada saraf dan mengganggu saraf
sensorik yang normal. Mati rasa dan hilangnya sensasi rasa di
daerah kaki membuat penderita sulit untuk mengidentifikasi proses
penyakit seperti infeksi yang akan menjadi ulserasi dan nekrosis.
Page 28
b. Obesitas
Pada obesitas dengan index masa tubuh 23 kg/m (wanita) dan
index masa tubuh 25 kg/m2 (pria) atau berat badan ideal yang
berlebih akan sering terjadi resistensi insulin. Apabila kadar insulin
melebihi 10 U/ml, keadaan ini menunjukan hiperinsulinemia yang
dapat menyebabkan aterosklerosis yang berdampak pada
vaskulopati, sehingga terjadi gangguan sirkulasi darah sedang/besar
pada tungkai yang menyebabkan tungkai mudah terjadi
ulkus/gangrene sebagai bentuk dari kaki diabetes (Tambunan, 2006;
Waspadji, 2006).
c. Hipertensi
Hipertensi pada penderita diabetes mellitus karena adanya
viskositas darah yang tinggi akan berakibat menurunya aliran darah
sehingga terjadi defisiensi vaskuler, selain itu hipertensi yang
tekanan darah lebih dari 130/80 mmHg dapat merusak atau
mengakibatkan lesi pada endotel. Kerusakan pada endotel akan
berpengaruh terhadap makroangiopati melalui proses adhesi dan
agregasi trombosit yang berakibat defisiensi vaskuler sehingga
dapat terjadinya ulkus (Tambunan, 2006; Waspadji, 2006)
d. Glikolisis Hemoglobin (HbA1C) tidak terkontrol
Glikolisis hemoglobin adalah terikatnya glukosa yang masuk
dalam sirkulasi sistemik dengan protein plasma termasuk
Page 29
hemoglobin dalam sel darah merah. Apabila Glikolisis Hemoglobin
(HbA1C) 6,5% akan menurunkan kemampuan pengikatan oksigen
oleh sel darah merah yang mengakibatkan hipoksia jaringan yang
selanjutnya terjadi poliferasi pada dinding sel otot polos sub endotel
(Tambunan, 2006; Waspadji, 2006).
e. Kadar Kolesterol Darah Tidak Terkontrol
Pada penderita diabetes mellitus sering dijumpai adanya
peningkatan kadar trigliserida dan kolesterol plasma, sedangkan
konsentrasi HDL (high density-lipoprotein) sebagai pembersih plak
biasanya rendah ( 45 mg/dl). Kadar trigliserida 150 mg/dl,
kolestrol total 200 mg/dl dan HDL 45 mg/dl akan
mengakibatkan buruknya sirkulasi ke sebagian besar jaringan dan
menyebabkan hipoksia serta cedera jaringan, merangsang reaksi
peradangan dan terjadinya aterosklerosis (Tambunan, 2006;
Waspadji, 2006)
f. Kebiasaan Merokok
Pada penderita diabetes mellitus yang merokok 12 batang per
hari mempunyai resiko 3 kali untuk menjadi ulkus kaki diabetes
dinbanding dengan penderita DM yang tidak merokok. Akibat dari
kandungan nikotin yang ada didalam rokok akan dapat
menyebabkan kerusakan endotel kemudian terjadi penempelan dan
agregasi trombosit yang selanjutnya terjadi kebocoran sehingga
lipoprotein lipase akan memperlambat clearance lemak darah dan
Page 30
mempermudah timbulnya aterosklerosis. Aterosklerosis berakibat
insufisiensi vaskuler sehingga aliran darah ke arteri dorsalis pedis,
poplitea, dan tibialis juga akan menurun (Tambunan, 2006;
Waspadji, 2006).
g. Ketidak Patuhan Diit
Kepatuhan diit diabetes mellitus merupakan upaya yang sangat
penting dalam pengendalian kadar gula darah, kolesterol, dan
trigliserida mendekati normal sehingga dapat mencegah komplikasi
kronik, seperti luka kaki diabetik. Kepatuhan diit penderita DM
mempunyai fungsi yang sangat penting yaitu mempertahankan berat
badan normal, menurunkan kadar glukosa darah, memperbaiki
profil lipid, menurunkan tekanan darah sistolik dan diastolic,
meningkatkan sensitivitas reseptor insulin dan memperbaiki system
koagulasi darah (Tambunan, 2006; Waspadji, 2006).
h. Kurangnya Aktivitas Fisik
Aktivitas fisik sangat bermanfaat dalam meningkatkan sirkulasi
darah, menurunkan berat badan, dan memperbaiki sensitivitas
terhadap insulin, sehingga akan memperbaiki kadar gula darah.
Terkendalinya kadar gula darah akan mencegah komplikasi kronik
diabetes mellitus. Olahraga rutin (lebih dari 3 kali seminggu selama
30 menit) akan memperbaiki metabolisme karbohidrat, berpengaruh
positif terhadap metabolisme lipid dan memberi sumbangan
Page 31
terhadap penurunan berat badan (Tambunan, 2006; Waspadji,
2006).
i. Pengobatan Tidak Teratur
Pengobatan rutin dan pengobatan intensif akan dapat mencegah
dan menghambat timbulnya komplikasi kronik, seperti luka kaki
diabetik. Sampai saat ini belum ada obat yang dapat dianjurkan
secara tepat untuk memperbaiki vaskularisasi perifer pada penderita
DM, namun jika dilihat dari penelitian tentang kelainan akibat
aterosklerosis di tempat lain seperti jantung dan otak, obat seperti
aspirin dan lainnya yang sejenis dapat digunakan pada penderita
DM meskipun belum ada bukti yang cukup kuat untuk
menganjurkan penggunaan secara rutin (Waspadji, 2006).
2.1.4 Jenis-Jenis Diabetes Mellitus
Ada 3 jenis tipe dari penyakit diabetes yaitu (Ulya, 2012) :
a. Diabetes Mellitus tipe 1
Yaitu suatu keadaan dimana tubuh sama sekali tidak dapat
memproduksi hormon insulin. Penderita penyakit diabetes tipe ini
harus menggunakan suntikan insulin dalam mengatur gula
darahnya. Sebagian besar penderita penyakit tipe ini adalah anak-
anak dan remaja.
Page 32
b. Diabetes Mellitus tipe 2
Penyakit tipe ini terjadi karena penderita tidak kekurangan insulin
akan tetapi, insulin tersebut tidak dapat digunakan dengan baik
(resistensi insulin). Tipe penyakit ini merupakan penderita
terbanyak saat ini (90% lebih), dan sering terjadi pada mereka yang
berusia lebih dari 40 tahun, gemuk, dan mempunyai riwayat
penyakit diabetes dalam keluarga.
c. Diabetes Gestasional
Merupakan diabetes yang datang selama masa kehamilan karena
pada saat hamil terjadi perubahan hormonal dan metabolik sehingga
dapat ditemukan jumlah atau fungsi insulin yang tidak optimal yang
dapat menyebabkan terjadinya komplikasi yang meliputi
preeclampsia, kematian ibu, abortus spontan, kelainan congenital,
prematuritas, dan kematian neonatal. DM gestasional meliputi 2-5
% dari seluruh diabetes (Arif et al., 2001)
2.1.5 Gejala Diabetes Mellitus
Gejala umum yang biasa timbul pada penderita diabetes
diantaranya adalah sering buang air kecil (poliuria) dan terdapat
kandungan gula pada urinnya (glukosuria) yang merupakan efek
langsung kadar glukosa darah yang tinggi (melewati ambang batas
ginjal). Poliuria mengakibatkan penderita merasakan haus yang
berlebihan sehingga banyak minum (polidipsia). Poliuria juga dapat
Page 33
mengakibatkan terjadinya polifagia (sering lapar), kadar glukosa darah
yang tinggi pada penderita diabetes tidak mampu diserap sepenuhnya
oleh sel-sel jaringan tubuh. Penderita akan kekurangan energy, mudah
lelah, dan berat badan menurunn (Purwatresna, 2012).
Meneurut buku Keperawatan Medikal Bedah DeMYSTiFieD ada
beberapa tanda-tanda dan gejala dari diabetes mellitus yaitu:
a. Tipe I
Serangan cepat karena tidak ada insulin yang diproduksi
Nafsu makan meningkat (polyphagia) karena sel-sel
kekurangan energy, sinyal bahwa perlu makan banyak.
Haus meningkat (polydipsia) karena tubuh berusaha membuang
glukosa
Urinasi meningkat (polyuria) karena tubuh berusaha membuang
glukosa
Berat badan turun karena glukosa tidak dapat masuk ke dalam
sel
Sering infeksi karena bakteri hidup dari kelebihan glukosa
Penyembuhan tertunda/lama karena naiknya kadar glukosa di
dalam darah menghalangi proses kesembuhan
Page 34
b. Tipe II
Serangan lambat karena sedikit insulin diproduksi
Haus meningkat (polydipsia) karena tubuh berusaha membuang
glukosa
Urinasi meningkat (polyuria) karena tubuh berusaha membuang
glukosa
Infeksi kandida karena bakteri hidup dari kelebihan glukosa
Penyembuhan tertunda/lama karena naiknya kadar glukosa di
dalam darah menghalangi proses penyembuhan
c. Gestasional
Asimtomatik
Beberapa pasien mungkin mengalami haus yang meningkat
(polydipsia) karena tubuh berusaha membuang glukosa.
2.1.6 Diagnosis Diabetes Mellitus
Diabetes mellitus dapat didiagnosis dengan cara sebagai berikut
(Dalimartha, 2006) :
a. Seseorang dikatakan mengalami diabetes mellitus jika kadar gula
darah saat puasa > 120 mg/dl atau memiliki kadar gula darah 200
mg/dl (2 jam setelah minum larutan yang mengandung glukosa 75
gr)
Page 35
b. Seseorang dikatakan terganggu toleransi glukosanya, jika kadar
glukosa darah ketika puasa 100-125 mg/dl atau memiliki kadar
glukosa darah 140-199 mg/dl (2 jam setelah minum larutan yang
mengandung glukosa 75 gr)
c. Seseorang dikatakan normal (tidak menderita diabetes mellitus),
jika kadar gula darah ketika puasa <110 mg/dl dan kadar gula darah
2 jam setelah makan mencapai 140 mg/dl.
2.1.7 Fisiologis Normal Diabetes Mellitus
insulin disekresikan oleh sel-sel beta yang merupakan salah satu
dari empat tipe sel dalam pulau-pulau langerhans pancreas. Insulin
merupakan hormone anabolic atau hormone untuk menyimpan kalori.
Jika seseorang memakan makanan, sekresi insulin akan mengalami
peningkatan dan menggerakkan glukosa ke dalam sel-sel otot, serta
lemak. Dalam sel-sel tersebut, insulin menimbulkan efek berikut ini:
Menstimulasi penyimpanan glukosa dalam hati dan otot (dalam
bentuk glikogen
Meningkatkan penyimpanan lemak dari makanan dalam jaringan
adipose
Mempercepat pengangkutan asam-asam amino (yang berasal dari
protein makanan) ke dalam sel.
Page 36
Insulin juga menghambat pemecahan glukosa, protein, dan lemak yang
disimpan.
Selama masa puasa (antara jam-jam makan dan pada saat tidur
malam), pancreas akan melepaskan secara terus menerus sejumlah
insulin bersama dengan hormone pancreas lain yang disebut glucagon
(hormone ini disekresikan oleh sel-sel alfa pulau langerhans). Insulin
dan glucagon secara bersama-sama mempertahankan kadar
glukosayang konstan dalam darah dengan menstimulasi pelepasan
glukosa dari hati. Pada mulanya hati menghasilkan glukosa melalui
pemecahan glikogen (glikogenolisis). Setelah 8 hingga 12 jam tanpa
makanan, hati membentuk glukosa dari pemecahan zat-zat selain
karbohidrat yang mencakup asam amino (glukoneogenesis) (Smeltzer
& Bare, 2008).
2.1.8 Patofisiologi Diabetes mellitus
Pathogenesis diabetes mellitus tipe 2 ditandai dengan adanya
resistensi insulin perifer, gangguan hepatic glucose production (HGP)
dan penurunan fungsi sel , yang akhirnya akan menuju kerusakan total
sel . Awalnya timbul resistensi insulin kemudian disusul oleh
peningkatan sekresi insulin, untuk mengatasi kekurangan resistensi
insulin agar kadar glukosa darah tetap normal. Lama-kelamaan sel
tidak mampu lagi mengkompensasikan resistensi insulin hingga kadar
glukosa darah meningkat dan fungsi sel semakin menurun saat itulah
Page 37
diagnose diabetes mellitus ditegakan. Penuruna fungsi sel
berlangsung secara progresif sampai akhirnya sama sekali tidak mampu
lagi mengekresi insulin (ADA, 2007).
Pada penderita diabetes mellitus tipe 2, terutama yang ada di tahap
awal, pada umumnya dapat dideteksi jumlah insulin yang cukup
didalam darahnya, disamping kadar gula darah yang juga tinggi. Jadi,
awal dari patofisiologis diabetes mellitus tipe 2 bukanlah disebabkan
oleh kurangnya sekresi insulin, namun karena sel-sel sasaran insulin
gagala atau tidak mampu merespon insulin secara normal. Keadaan ini
lazim disebut dengan resistensi insulin. Resistensi insulin banyak
terjadi di Negara-negara maju seperti Amerika Serikat, sebagai akibat
dari kegemukan, gaya hidup yang kurang gerak (sedentary), dan
penuaan (Depkes RI, 2005).
2.1.9 Komplikasi Diabetes Mellitus
Komplikasi-komplikasi diabetes mellitus antara lain:
a. System kardiovaskular (peredaran darah jantung) seperti hipertensi,
infark miokard (gangguan pada otot jantung).
b. Mata: retinophaty diabetika, katarak
c. Paru-paru: TBC (tuberculosis)
d. Ginjal: pielonefritis (infeksi pada piala ginjal), Glumerulosklerosis
(pengerasan p ada glumerulus)
e. Hati: sirosis hepatis (pengerasan pada hati)
Page 38
f. Kulit: Gangren (jaringan mati pada kulit, jaringan), ulcus (luka)
2.1.10 Penatalaksanaan Diabetes Mellitus
Tujuan utama terapi diabetes adalah mencoba menormalkan
aktifitas insulin dan kadar glukosa darah dalam upaya untuk
mengurangi terjadinya komplikasi vaskuler serta neuropatik.tujuan
terapeutik pada setiap tipe diabetes adalah mencapai kadar glukosa
darah normal tanpa terjadinya hipoglikemia dan gangguan serius pada
pola aktifitas pasien.
Menurut Smeltzer & Bare (2008) ada lima komponen dalam
penatalaksanaan diabetes :
a. Diet
Bagi semua penderita diabetes melitus, perencanaan makan harus
mempertimbangkan pula kegemaran penderita terhadap makanan
tertentu, gaya hidup, jam-jam makan yang biasa diikutinya dan latar
belakang etnik serta budayanya.
b. Latihan/Olahraga
Latihan/olahraga sangat penting dalam penatalaksanaan diabetes
karena efeknya dapat menurunkan kadar glukosa darah dan
mengurangi faktor resiko kardiovaskuler. Latihan akan menurunkan
kadar glukosa darah dengan meningkatkan pengambilan glukosa
oleh otot dan memperbaiki pemakaian insulin. Sirkulasi darah dan
tonus otot juga diperbaiki dengan berolahraga. Ada banyak jenis
olahraga yang di anjurkan bagi penderita diabetes mellitus yaitu :
Page 39
joging, berenang, bersepeda, angkat beban, senam diabetes, senam
lansia, senam aerobik, senam kaki diabetes melitus dan Buerger
Allen exercise (latihan kaki). Pasien diabetes dianjurkan melakukan
latihan jasmani secara teratur 3-4 kali seminggu selama 30 menit
(Sukardji & Ilyas, 2009).
c. Pemantauan glukosa
Dengan melakukan pemantauan kadar glukosa darah, penderita
diabetes kini dapat mengatur terapinya untuk mengendalikan kadar
glukosa darah secara optimal.
d. Terapi Insulin (jika diperlukan)
Pada diabetes tipe I, tubuh kehilangan kemampuan untuk
memproduksi insulin. Dengan demikian, insulin eksogenus harus
diberikan dalam jumlah yang tak terbatas. Pada diabetes tipe II,
insulin mungkin diperlukan sebagai jangka panjang untuk
mengendalikan kadar glukosa darah glukosa darah jika diet dan
obat hipoglikemia oral tidak berhasil mengontrolnya.
e. Pendidikan
Pendidikan kesehatan bagi pasien dan keluarganya juga dianggap
sebagai komponen yang penting dalam menangani penyakit
diabetes.
Page 40
2.2 Sensitivitas Kaki
2.2.1 Defenisi
Sensitivitas kaki adalah rangsangan didaerah telapak kaki yang
dipengaruhi oleh saraf dan menyebabkan beragam masalah yang
disebut neuropati. Meningkatnya reaktivitas ekstremitas bawah akan
menyebabkan tingginya agresi sel darah merah sehingga sirkulasi darah
menjadi lambat dan mengakibatkan gangguan sirkulasi darah menjadi
lambat dan mengakibatkan gangguan sirkulasi darah (Rusandi dkk,
2015). Sedangkan menurut Rohana, (2014) sensitivitas kaki adalah
meningkatkan sensitivitas sel-sel tubuh terhadap insulin sehingga
menurunkan kadar gula dan kadar lemak darah. Ditambahkan
Echeverry 2007 dalam Damilis 2013, bahwa salah satu komplikasi
diabetes mellitus adalah neuropati, yang dapat menyebabkan pasien
diabetes mellitus mengalami penurunan sensitivitas di kaki.
Jadi sensitivitas kaki merupakan suatu komplikasi dari diabetes
mellitus yang diakibatkan oleh tingginya insulin dalam tubuh sehingga
sirkulasi darah pada kaki terganggu dan menyebabkan kurangnya
rangsangan yang diberikan pada daerah telapak kaki.
2.2.2 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Sensitivitas Kaki
Menurut Rohana (2014) faktor-faktor yang dapat mempengaruhi
sensitivitas kaki antara lain:
Page 41
a. Usia
Pada usia tua fungsi tubuh secara fisiologis menurun karena proses
aging terjadi penurunan sekresi atau resistensi insulin sehingga
kemampuan fungsi tubuh terhadap pengendalian glukosa darah
yang tinggi kurang optimal. Proses aging menyebabkan penurunan
sekresi atau resistensi insulin sehingga terjadi makroangiopati, yang
akan mempengaruhi penurunan sirkulasi darah salah satunya
pembuluh darah besar atau sedang di tungkai yang lebih mudah
terjadi ulkus kaki diabetes
b. Kadar gula darah
proses kerusakan saraf berhubungan dengan konsentrasi glukosa
yang tinggi dalam darah, yang dapat menyebabkan kerusakan kimia
pada saraf dan mengganggu saraf sensorik yang normal. Mati rasa
dan hilangnya sensasi rasa di daerah kaki membuat penderita sulit
untuk mengidentifikasi proses penyakit seperti infeksi yang akan
menjadi ulserasi dan nekrosis.
c. Diit makan
Kepatuhan diit diabetes mellitus merupakan upaya yang sangat
penting dalam pengendalian kadar gula darah, kolesterol, dan
trigliserida mendekati normal sehingga dapat mencegah komplikasi
kronik, seperti luka kaki diabetik. Kepatuhan diit penderita DM
mempunyai fungsi yang sangat penting yaitu mempertahankan berat
Page 42
badan normal, menurunkan kadar glukosa darah, memperbaiki
profil lipid, menurunkan tekanan darah sistolik dan diastolic,
meningkatkan sensitivitas reseptor insulin dan memperbaiki system
koagulasi darah
d. Olahraga
Aktivitas fisik sangat bermanfaat dalam meningkatkan sirkulasi
darah, menurunkan berat badan, dan memperbaiki sensitivitas
terhadap insulin, sehingga akan memperbaiki kadar gula darah.
Terkendalinya kadar gula darah akan mencegah komplikasi kronik
diabetes mellitus.
e. Obesitas
Pada obesitas dengan index masa tubuh 23 kg/m (wanita) dan
index masa tubuh 25 kg/m2 (pria) atau berat badan ideal yang
berlebih akan sering terjadi resistensi insulin. Apabila kadar insulin
melebihi 10 U/ml, keadaan ini menunjukan hiperinsulinemia yang
dapat menyebabkan aterosklerosis yang berdampak pada
vaskulopati, sehingga terjadi gangguan sirkulasi darah sedang/besar
pada tungkai yang menyebabkan tungkai mudah terjadi
ulkus/gangrene sebagai bentuk dari kaki diabetes
2.2.3 Cara Pengukuran Sensitivitas Kaki
Pemeriksaan monofilament pada penderita ini menggunakan British
Colombia Provincial Nursing Skin and Wound Commite pada tahun
2011, yaitu:
Page 43
a. Menggunakan monofilament
b. Meminta pasien membuka kaos kaki (bila terpasang)
c. Menjelaskan prosedur kepada pasien dan tunjukan
monofilamennya.
d. Sebelum melakukan pemeriksaan pada kaki responden, uji coba
monofilament terlebih dahulu pada sternum atau tangan dengan
tujuan pasien dapat mengenali sensasi rasa dari sentuhan
monofilament.
e. Melakukan pemeriksaan pada salah satu tungkai dengan kedua mata
tertup.
f. Letakan monofilament tegak lurus pada kulit yang diperiksa,
penekanan dilakukan selama 2 detik, kemudian segera ditarik.
Gambar 2.1
Cara melakukan tes monofilamen
g. Gunakan monofilament pada 10 titik lokasi di kaki kiri atau kanan
h. Pada masing-masing lokasi dilakukan tiga kali pemeriksaan, jika
pasien terindikasi tidak merasakan monofilament.
Page 44
i. Penilaian hasil pemeriksaan:
Positif: dapat merasakan tekanan monofilament dan dapat
menunjukan lokasi dengan tepat setelah monofilament di
angkat pada 2-3 kali pemeriksaan.
Negatif: tidak dapat merasakan tekanan atau tidak dapat
menunjukan lokasi dengan tepat pada 2-3 kali pemeriksaan.
j. Hasil positif skor =1, hasil negatif skor =0. Sehingga skor total
bervariasi pada satu kaki antara 0-10.
2.2.4 Gejala Penurunan Sensitivitas Kaki
Karena kadar glukosa didalam darah demikian tingginya, keadaan
ini akan merusak urat saraf penderita, lebih-lebih jika prosesnya
berlangsung lama. Rusaknya urat saraf ini akan berakibat luas.
Kelainan urat saraf akibat dari penyakit diabetes mellitus indi disebut
neuopati diabetic. Salah satu keadan neuropati diabetic yang sangat
mengganggu diabetes adalah neuropati diabetic tipe nyeri/ painful
diabetic neuropathy (PDN). PDN merupakan kurang lebih 10% dari
neuropati diabetik. Diabetes dengan PDN akan merasa nyeri sekali
terutama pada kaki. Pengobatan PDN dapat diberikan dengan
“DALANG” (Diabetes, Antiagregasi trombosit, Lipid, Amitriptilin,
Neutropik, Gabapentin). Tetapi yang terpenting dari DALANG ini
adalah pengaturan kadar gula darah (Tjokroprawiro, 2010).
Page 45
Gejala neuropati dieabetik yang sering muncul menurut
Tjokroprawiro (2010) adalah:
a. Kesemutan.
b. Rasa panas atau rasa tertusuk-tusuk jarum.
c. Merasa tebal ditelapak kaki
d. Keram.
e. Badan sakit semua terutama pada malam hari.
f. Bila kerusakan ini terjadi pada banyak urat saraf yang disebut
polineuropati diabetic, jalan penderita akan pincang dan otot-otot
kakinya mengecil yang disebut atrofi.
Semua kelainan saraf akibat diabetes mellitus dapat diatasi bila
keadaan belum terlambat, karena penderita sering lengah, biasanya
kelainan urat saraf, sehingga memperlambat kesembuhan. Karena itu,
pencegahan dan perawtan sedini mungkin merupakan cara paling
ampuh untuk mengatasinya (Tjokroprawiro, 2010)
2.3 Buerger Allen Exercise
2.3.1 Defenisi
Adalah aktifitas yang melibatkan berbagai sendi gerak atau
peregangan ke segala arah yang mana dapat meningkatkan aliran darah
ke daerah ekstremitas bawah (Turan, 2015)
Page 46
Buerger Allen merupan salah satu jenis latihan yang dilakukan dengan
cara memberikan posisi lebih rendah pada ekstremitas sehingga dapat
mempercepat proses penyembuhan luka (Vijayabarathi, 2016)
Buerger merupakan latihan yang ditujukan untuk meningkatkan
sirkulasi darah pada ekstremitas bagian bawah yang pertama kali
diungkapkan oleh Buerger pada tahun 1926 yang kemudian
dimodifikasi oleh Allen pada tahun 1930 yang bertujuan untuk
meringankan gejala pada penderita dengan insufisiensi arteri pada
tungkai bawah. Latihan Buerger mengutamakan pada aktivitas dengan
menggunakan perubahan postural dan sirkulasi perifer yang dirangsang
oleh modulasi gravitasi dan menerapkan kontraksi otot (Chang, 2015).
2.3.2 Manfaat
Beberapa penelitian menunjukan manfaat Buerger Allen exercise
dan senam kaki pada pasien diabetes mellitus diantaranya adalah;
Buerger Allen merupakan salah satu jenis latihan yang dilakukan
dengan cara memberikan posisi lebih rendah pada ekstremitas sehingga
dapat mempercepat proses penyembuhan luka. Selain itu, latihan ini
juga mengutamakan aktivitas dengan menggunakan perubahan
postrural dan sirkulasi perifer yang dirangsang oleh modulasi graovitasi
dan menerapkan kontraksi otot (Vijayabarathi, 2016; Chang, 2015). Hal
ini dapat meningkatkan perfusi pada ekstremitas bawah dan dapat
mengurangi rasa nyeri pada area ekstremitas bawah penderita diabetes
mellitus tipe 2, dapat meningkatkan suplai darah ke ekstremitas dan
Page 47
berpotensi menyebabkan terjadinya pembentukan struktur vascular
baru, sehingga dapat membantu proses penyembuhan luka (Turan,
2015; Vijayabarathi, 2016)
Senam kaki dapat bermanfaat merilekskan dan melancarkan
peredaran darah. Akibat dari gerakan senam kaki tersebut akan
memperlancar darah yang membawa oksigen dan nutrisi lebih banyak
ke sel-sel kaki, dengan itu ulkus pada kaki diabetik tidak akan terjadi
(Natalia et al., 2012). Senam kaki bermanfaat meningkatkan pemakaian
glukosa oleh otot-otot yang aktif dan banyak kapiler yang terbuka
sehingga lebih banyak reseptor insulin menjadi lebih aktif, sehingga
mempengaruhi penurunan glukosa darah pada penderita diabetes
mellitus (Misnadiarly, 2006). Hasil penelitian Priyanto, (2013)
menunjukan bahwa hasil kadar gula darah dan sensitivitas kaki jauh
lebih baik setelah diberikan senam kaki.
2.3.3 Indikasi
Indikasi Buerger Allen exercise menurut Vijayabarathi (2014)
meliputi:
a. Pasien penderita diabetes mellitus baik laki-laki maupun perempuan
b. Penderita diabetes mellitus yang beresiko rendah mempunyai ulkus
kaki diabetic (dalam kelas 0-1 sesuai dengan klasifikasi wagner
system)
Page 48
Menurut Hidayat (2014) indikasi dan kontraindikasi dari senam
kaki pada penderita diabetes adalah:
a. Indikasi dari senam kaki yaitu dapat diberikan kepada seluruh
penderita diabetes mellitus baik tipe 1 dan tipe 2.
b. Kontraindikasi dari senam kaki yaitu Bukan penderita yang
memiliki diabetes mellitus dengan ulkus kaki dengan gangrene yang
kronik
2.3.4 Pengaruh Buerger Allen Exercise Terhadap Sensitivitas Kaki
Secara fisiologis latihan kaki memiliki pengaruh terhadap kondisi
kaki mulai dari jari kaki sampai pada telapak kaki, mulai dari distal jari
kaki sampai pada bagian telapak kaki, karena pada kaki terdapat banyak
saraf-saraf kaki yang berujung pada peredaran darah sehingga dengan
latihan kaki darah akan lancar dan ransangan menuju jantung akan
terasa dan energy akan keluar dengan ransangan saraf yang cepat dan
mempengaruhi sensitivitas kaki (Rasyid, 2011).
Page 49
2.4 Usia
Usia adalah lama waktu hidup atau ada (sejak dilahirkan atau diadakan)
(Hoetomo,2006)
kategori usia menurut Depkes RI (2009)
1. Masa balita = 0 – 5 tahun
2. Masa kanak-kanak = 5 – 12 tahun
3. Masa remaja awal = 12 – 16 tahun
4. Masa remaja akhir = 17 – 25 tahun
5. Masa dewasa awal = 26 – 35 tahun
6. Masa dewasa akhir = 36 – 45 tahun
7. Masa lansia awal = 46 – 55 tahun
8. Masa lansia akhir = 56 – 65 tahun
9. Masa manula = > 65 tahun.
Pada usia tua fungsi tubuh secara fisiologis menurun karena proses
aging terjadi penurunan sekresi atau resistensi insulin sehingga kemampuan
fungsi tubuh terhadap pengendalian glukosa darah yang tinggi kurang optimal.
Proses aging menyebabkan penurunan sekresi atau resistensi insulin sehingga
terjadi makroangiopati, yang akan mempengaruhi penurunan sirkulasi darah
salah satunya pembuluh darah besar atau sedang di tungkai yang lebih mudah
terjadi ulkus kaki diabetes (Tambunan, 2006; Waspadji, 2006)
Page 50
2.5 Jenis Kelamin
Secara umum jenis kelamin dapat didefenisikan sebagai perbedaan peran,
kedudukan, dan sifat yang dilekatkan pada kaum laki-laki ataupun perempuan
melalui konstruksi secara sosial maupun kultural (Nurhaeni, 2009).
Lueckenotte (2004) mengatakan bahwa wanita lebih beresiko mengalami
penurunan sensitivitas kaki, hal ini disebabkan oleh penurunan hormone
esterogen akibat menopause. Esterogen pada dasarnya berfungsi untuk
menjaga keseimbangan kadar gula darah dan meningkatkan penyimpanan
lemak, serta progesterone yang berfungsi untuk menormalkan kadar gula
darah dan membantu menggunakan lemak sebagai energi.
2.6 Glukosa Darah
a. Defenisi
Glukosa adalah sumber karbohidrat yang dikonsumsi lalu dipecah menjadi
bentuk gula terkecil. Glukosa ini beredar di dalam darah. Jadi glukosa darah
atau kadar gula dalam darah yaitu istilah yang mengacu pada tingkat gula
dalam darah. Untuk membentuk energi, sel membutuhkan glukosa oleh karena
itu glukosa harus masuk ke dalam sel. Untuk memasukkan glukosa ke dalam
sel, tubuh membutuhkan insulin. (Prihaningtyas, 2013)
Page 51
Tabel 2.1
Kadar Glukosa Darah
Kadar glukosa
darah (mg/dL)
Bukan DM Belum Pasti
DM
DM
Sewaktu Plasma
Vena
< 100
mg/dL
100 – 199
mg/dL
≥ 200
mg/dL
Darah
kapiler
< 90 mg/dL 90 – 199
mg/dL
≥ 200
mg/dL
Puasa Plasma
Vena
< 100
mg/dL
100 – 125
mg/dL
≥ 126
mg/dL
Darah
Kapler
< 90 mg/dL 90 – 99
mg/dL
≥ 100
mg/dL
Sumber : Tarwoto & dkk (2011)
2.7 Obesitas
2.7.1 Defenisi
Obesitas adalah kelebihan lemak dalam tubuh yang umumnya
ditimbun dalam jaringan subcutan (bawah kulit), sekitar organ tubuh
dan kadang terjadi perluasan ke dalam jaringan organnya
(Misnadiaerly, 2007)
2.7.2 Penentuan Obesitas
Keadaan obesitas ditentukan dengan mengklasifikasikan status gizi
berdasarkan Indeks Masa Tubuh (IMT) seperti pada tabel 2.1.
Indeks masa tubuh merupakan rumus matematis yang berkaitan
dengan lemak tubuh orang dewasa, dan dinyatakan sebagai berat badan
dalam kilogram dibagi dengan kuadrat tinggi badan dalam ukuran
meter (Arisman, 2007).
Page 52
Rumus menentukan IMT:
IMT = BB/TB2
Tabel 2.2
Klasifikasi Status Gizi Berdasarkan IMT
Status Gizi IMT
KKP I
KKP II
KKP III
Normal
Obesitas I
Obesitas II
Obesitas II
<16
16,0 – 16,9
17,0 – 18,4
18,5 – 24,9
25,0 – 29,9
30,0 – 40,0
>40
Sumber: Maurice ES et al edisi VIII, Lea & Febinger, 1994 dalam
Arisman, 2007
2.8 Penelitian Terkait
1. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Jannaim (2018). Tentang pengaruh
Buerger Allen exercise terhadap sirkulasi ekstremitas bawah padapasien
luka kaki diabetik. Hasil penelitian menunjukan bahwa terdapat
perbedaan yang signifikan antara nilai rata-rata ABI sebelum 0,84 dan
sesudah 0,95 intervensi Buerger Allen exercise dengan nila p= 0,000.
2. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Dewi Otaviah, (). Tentang efektifitas
senam kaki diabetik dengan bola plastik terhadap tingkat sensitivitas kaki
pada pasien diabetes mellitus tipe 2. Hasil penelitian menunjukan bahwa
tingkat sensitivitas kaki sebelum dilakukan senam kaki diabetik dengan
bola plastik dengan rata-rata 8,467 dan setelah diberikan senam kaki
Page 53
diabetik dengan bola plastic memiliki rata-rata 9,007 dengan nilai p=
0,002 (<0,005).
Page 54
2.9 Kerangka Teori
Skema 2.1
Kerangka Teori
Faktor Penyebab
1. Genetik
2. Usia
3. Pola makan & Obesitas
4. Stres
5. Jarang olahraga
6. Kebiasaan hidup
(Tambunan, 2006; Waspadji,2006)
Diabetes melitus (DM) atau
disingkat Diabetes adalah
gangguan kesehatan berupa
kumpulan gejala yang
disebabkan oleh peningkatan
kadar gula (glukosa) darah
akibat kekurangan ataupun
resistensi insulin (Bustan, 2015)
Penatalaksanaan DM
1. Penatalaksanaan secara
umum
2. Penatalaksanaan secara
khusus
(Smeltzer & Bare, 2008)
Gejala-gejala DM
Sering buang air kecil di malam hari
Sering merasa haus
Cepat merasa lapar
Berat badan turun dengan cepat
Merasa lemah
Kesemutan di kaki dan tangan
Pandangn kabur
Luka sukar sembuh
(Purwatresna2012)
Pilar-pilar DM
1. Edukasi
2. Pengaturan Diit
3. Terapi Farmakologi
4. Aktifitas Fisik
5. Pemantauan Glukosa
(Smeltzer & Bare,
2008)
Buerger Allen exercise
1. Kontrol glukosa darah
2. Sensitivitas Kaki
3. Peningkatan aliran darah perifer
(Smeltzer & Bare, 2008)
Page 55
BAB III
KERANGKA KONSEP DAN HIPOTESIS
3.1 Kerangka Konsep
Kerangka konsep merupakan justifikasi ilmiah terhadap penelitian yang
dilakukan dan memberi landasan kuat terhadap topik yang dipilih sesuai
dengan identifikasi masalahnya (Hidayat, 2014). Adapun kerangka konsep
dari penelitian ini adalah sebagai berikut :
Skema 3.1
Kerangka konsep
Keterangan:
: Variabel yang diteliti
: Variabel yang tidak diteliti
: Ada hubungan
Buerger Allen
exercise
Sensitivitas kaki pasien
diabetes mellitus
Variabel Independen Variabel Dependen
Usia
Obesitas
Kadar Gula
Darah
Jenis
Kelamin
Variable
Confounding
Page 56
3.2 Defenisi Operasional
Table 3.1
Defenisi Operasional
No Variabel Defenisi Indikator
Alat Ukur
Skala Hasil Ukur
1 Independent
(Buerger
Allen
exercise)
Suatu gerakan
kaki terpadu yang
dilakukan
penderita diabetes
mellitus dimana
gerakan tersebut
mampu
melemaskan otot-
otot kaki yang
terlibat. Yang
nantinya akan
melancarkan
peredaran darah
pada kaki dan
menyebarkan
nutrisi dan insulin
ke daerah kaki.
Indikator :
Responden melakukan
Buerger Allen exercise
sebanyak 2 kali dalam
sehari pada jam 08.00
WIB dan jam 16.00
WIB. Latihan ini
dilakukan dalam
waktu 3 kali seminggu
Alat :
SOP Buerger
Allen exercise,
Audiovisual,
Lembar Observasi
Buerger Allen
exercise.
-
Melakukan Buerger
Allen exercise
2 Dependent
(Sensitivitas
Kaki)
Kepekaan
rangsangan pada
telapak kaki pada
pasien Diabetes
Mellitus.
Indikator :
Jika ditusuk/ ditekan
menggunakan
monofilament masih
berasa dengan mata
pasien terpejam
Alat :
Monofilamen test.
Pedoman penilaian
Sensitivitas kaki
Lembar Observasi
penilaian
sensitivitas kaki
Rational
Skor 1: hasil positif,
yaitu masih dapat
merasakan sentuhan
monofilament pada satu
titik.
Skor 0 : hasil negatif,
yaitu tidak dapat
merasakan sentuhan
monofilament pada satu
titik.
Total skor bervariasi
antara 0-10
(British Colombia
Provincial Nursing Skin
and Wound Commite,
(2011)
Page 57
No Variabel Defenisi Indikator
Alat Ukur
Skala Hasil Ukur
3 Confounding
Usia
Obesitas
Kadar
Gula
Darah
Jenis
Kelamin
Usia adalah
rentang
kehidupan yang
diukur dengan
tahun
Kelebihan masa
tubuh responden
yang didapat
berdasarkan
perhitungan
indeks masa
tubuh.
Adalah jumlah
kandungan
glukosa dalam
plasma darah.
Indikator:
Angket
Alat:
Lembar kuisioner
Indikator:
Antropometri
Alat:
Timbangan
meteran
Indikator:
Diukur dengan gluko
meter digital dengan
melakukan
pengambilan sampel
darah kapiler dengan
menggunakan lancet.
Alat:
Accu-check
Indikator:
Angket
Alat:
Kuisioner
Ordinal
Ordinal
Rational
Ordinal
Dewasa 45 tahun
Lansia > 45 tahun
Normal :
IMT ≤24,9
Obesitas :
IMT >24,9
Satuan kadar glukosa
darah= mg/dL
Laki-laki
Perempuan
Page 58
3.3 Hipotesa
Hipotesis adalah jawaban sementara dari sebuah penelitian (Notoatmojo,
2010) Berdasarkan tinjauan pustaka, kerangka teori dan kerangka konsep,
hipotesis dalam penelitian ini adalah :
Ha : Ada pengaruh Buerger Allen exercise terhadap sensitivitas kaki pada
Pasien Diabetes Mellitus di Wilayah Kerja Puskesmas Rasimah Ahmad Kota
Bukittinggi Tahun 2019
Page 59
BAB IV
METODE PENELITIAN
4.1 Desain Penelitian
Jenis penelitian yang dilakukan adalah Quasy Experimental Designs
dengan pendekatan one group pretest-posttest design, yaitu penelitian dimana
desain ini terdapat pretest sebelum diberi perlakuan. Dengan demikian hasil
perlakuan dapat diketahui lebih akurat, karena dapat membandingkan dengan
keadaan sebelum diberi perlakuan (Sugiyono, 2013 : 74). Rancangan ini tidak
ada kelompok pembanding (kontrol), tetapi paling tidak sudah dilakukan
observasi pertama (pretest) yang memungkinkan menguji perubahan-
perubahan yang terjadi setelah adanya eksperimen (Notoatmodjo, 2010 : 57).
Adapun bagan desain penelitian dapat dilihat sebagai berikut:
Tabel 4.1
Rancangan Penelitian
Pre-test Perlakuan Post-test
01 X 02
Keterangan :
01 : Mengukur sensitivitas kaki sebelum di lakukan Buerger Allen
exercise
X : Pelaksanaan Buerger Allen exercise
02 : Mengukur sensitivitas kaki setelah di lakukan Buerger Allen
exercise
Page 60
4.2 Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Wilayah Kerja Puskesmas Rasimah Ahmad
Kota Bukittinggi. Pada bulan Juni-Juli tahun 2019.
4.3 Populasi dan Sampel
4.3.1 Populasi
Populasi adalah keseluruhan objek penelitian atau objek yang
diteliti (Notoatmojo, 2010). Pada penelitian ini yang menjadi populasi
adalah pasien diabetes mellitus yang terdaftar di wilayah kerja
Puskesmas Rasimah Ahmad Kota Bukittinggi tahun 2018 sebanyak 445
kunjungan dengan rata-rata kunjungan perbulan sebanyak 37 orang
(Register pasien Puskesmas Rasimah Ahmad Bukittinggi, 2018).
4.3.2 Sampel
Sampel merupakan bagian populasi yang akan diteliti atau
sebagian jumlah dari karakteristik yang dimiliki oleh populasi. Dalam
penelitian keperawatan, kriteria sampel meliputi kriteria inklusi dan
ekslusi, dimana kriteria tersebut menentukan dapat atau tidaknya
sampel tersebut digunakan (Hidayat, A, 2007). Besar sampel ditentukan
berdasarkan rumus Ariawan (1998), dengan penghitungan:
n =
Page 61
Keterangan :
n = jumlah sampel
N = Jumlah populasi
z = Nilai standar normal untuk 0,05 (1,96)
p = Perkiraan proporsi. Jika tidak diketahui dianggap 50%
q = 1 – p(100%)-p
d = Tingkat kesalahan yang dipilih (0,05)
Maka :
n =
n =
n =
n = 12,87
n = 13
Jadi besar sampel yang dibutuhkan adalah sebanyak 13 orang dengan
diabetes mellitus di Wilayah Kerja Puskesmas Rasimah Ahmad Kota
Bukittinggi tahun 2019.
Page 62
4.3.3 Kriteria Sampel
Kriteria Inklusi :
a. Klien dengan diabetes mellitus yang mampu beraktifitas
b. Klien yang mengalami DM selama 3 tahun.
c. Bersedia menjadi responden dan menandatangani informed consent
d. Berkomunikasi dengan baik sehingga dapat diberikan penjelasan
mengenai pelaksanaan dan penelitian
Kriteria Ekslusi
a. Membatalkan menjadi responden
b. Bukan penderita yang memiliki diabetes mellitus dengan ulkus kaki
dengan gangrene yang kronik
4.3.4 Teknik Sampling
Sampling adalah proses menyeleksi porsi dari populasi untuk dapat
mewakili pupulasi. Teknik sampling merupakan cara-cara yang
ditempuh dalam pengambilan sampel, agar memperoleh sampel yang
benar-benar sesuai dengan keseluruhan subjek penelitian (Nursalam,
2003). Pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan dengan
teknik simple random sampling. Teknik simple random sampling
merupakan pemilihan sampel dengan cara di seleksi secara acak
(Nursalam, 2003).
Page 63
4.4 Instrument Penelitian
Standard Operational Procedure (SOP) yang terstandar berdasarkan
beberapa penelitian sebelumnya untuk Buerger Allen exercise, Audiovisual
Buerger Allen exercie. Sedangkan yang digunakan untuk menilai sensitivitas
kaki yaitu menggunakan alat monofilament tes. Untuk hasil menggunakan
lembar observasi.
4.5 Pengumpulan Data
Peneliti meminta surat izin pengambilan data dan penelitian ke Institusi.
Setelah itu peneliti mengajukan surat penelitian ke kantor Kesbangpol
(Kesehatan Bangsa dan Politik) kota Bukittinggi. Setelah mendapatkan surat
balasan peneliti langsung meminta data mulai dari Dinas Kesehatan Kota
Bukittinggi dan data kunjungan pasien dengan diabetes melitus di Wilayah
Kerja Puskesmas Rasimah Ahmad. Setelah mendapatkan data, peneliti
melakukan pengambilan sampel dengan teknik simple random sampling.
Berdasarkan data yang didapat terdapat 20 penderita yang memiliki kriteria
yang sesuai dengan kriteria inklusi yang peneliti buat. Dari 20 tersebut peneliti
memilih 13 diantaranya dengan cara pencabutan nomor. Dan nomor yang
peneliti cabut sebanyak 13 itulah yang menjadi responden dalam penelitian
ini. Selanjutnya peneliti merencanakan akan mengunjungi rumah responden
satu persatu yang ditemani oleh kader di wilayah kerja Puskesmas Rasimah
Ahmad dan memberikan penjelasan tentang tujuan, manfaat dan prosedur
penelitian yang dilaksanakan kepada responden. Setelah responden memahami
penjelasan yang diberikan, responden diminta persetujuannya yang dibuktikan
Page 64
dengan menandatangani lembar persetujuan. Setelah responden
menandatangani lembar persetujuan, peneliti kemudian membuat kesepakatan
dengan semua responden waktu untuk melakukan intervensi atau Buerger
Allen exercise. Latihan akan dilakukan 2 kali per hari selama 3 kali dalam
seminggu (Senin, Kamis, Minggu) pada jam 08.00 dan 16.00 WIB dengan
waktu latihan 15-18 menit. Sebelum dilakukan Buerger Allen exercise pada
hari pertama peneliti memeriksa sensitivitas kaki responden terlebih dahulu,
setelah dilakukan Buerger Allen exercise selama 3 kali dalam seminggu
peneliti akan memeriksa kembali sensitivitas kaki responden sesudah
melakukan Buerger Allen exercise. Pemeriksaan sensitivitas kaki akan
dilakukan dengan menggunakan alat monofilament 10g dan setelah itu hasil
pengukuran di catat ke lembar observasi sensitivitas kaki. Setelah intervensi
selesai selama 1 minggu, peneliti dapat mengakhiri pertemuaan saat itu. Bagi
responden yang tidak mengikuti Buerger Allen exercise selama 3 kali dalam
seminggu tidak dijadikan sampel.
4.6 Pengolahan dan Analisa Data
4.6.1 Teknik Pengolahan Data
Dalam melakukan analisis, data terlebih dahulu harus diolah
dengan tujuan mengubah dan menjadi informasi. Dalam statistic,
informasi yang diperoleh dipergunakan untuk proses pengambilan
keputusan, terutama dalam pengkajian hipotesis. Menurut Hidayat
(2007), dalam proses pengolahan data terdapat beberapa langkah yang
harus ditempuh diantaranya :
Page 65
a. Editing (pengecekan data)
Merupakan upaya untuk memeriksa kembali kebenaran data yang
diperoleh atau dikumpulkan. Editing dapat dilakukan pada tahap
pengumpulan data atau setelah data terkumpul. Hasil data dari
lapangan harus dilakukan penyuntingan (editing) apabila data-data
yang belum lengkap . jika memungkinkan perlu dilakukan
pengambilan data ulang melengakapi data-data tersebut. Tetapi apabila
tidak memungkinkan, maka data-data yang tidak lengkap tersebut tidak
dilakukan pengolahan atau dimasukan dalam pengolahan “data
missing”.
b. Coding (pengkodean data)
Merupakan kegiatan pemberian kode numeric (angka) terhadap
data yang terdiri atas beberapa kategori.
Coding untuk data umum
1. Usia
>45 : 1
45 : 2
2. Jenis kelamin
Laki-laki : 1
Perempuan :2
3. IMT
Normal : 1
Obesitas : 2
Page 66
c. Scoring (memberi nilai)
Menetapkan skor/nilai dengan angka pada setiap observasi yang
dilakukan.
Skor 1 : hasil positif, yaitu dapat merasakan sentuhan
monofilament pada satu titik.
Skor 0 : Hasil negatif, yaitu tidak dapat merasakan
sentuhan monofilament pada satu titik.
Total skor bervariasi antara 1-10.
d. Tabulating (memasukan kedalam table)
Merupakan penyusunan nilai-nilai observasi dalam master table
dan selanjutnya memasukan data yang diperoleh kedalam table
distribusi frekuensi.
e. Processing (memproses data)
Merupakan langkah memproses data agar dapat dianalisis.
Pemprosesan data dilakukan dengan cara meng-entry data dari lembar
observasi kedalam program komputer, pengolahan data menggunakan
rumus t-test dependent.
f. Cleaning (pembersihan data)
Merupakan kegiatan pengecekan kembali data yang sudah di entry
dan yakin bahwa data yang sudah masuk benar-benar bebas dari
kesalahan yang kemudian disajikan dalam bentuk table.
Page 67
4.6.2 Metode Analisa Data
Data yang sudah diperoleh dari hasil penelitian diolah dengan
menggunakan proses komputerisasi, disajikan dalam bentuk distribusi
frekuensi. Analisa data dilakukan dengan analisa univariat dan analisa
bivariat.
a. Analisa Univariat
Analisa ini menggambarkan distribusi frekuensi dari masing-
masing variable yang diteliti. Variable independen yang diteliti
yaitu pengaruh Buerger Allen exercise dan variable dependen yaitu
sensitivitas kaki.
b. Analisa Bivariat
Pada penelitian ini digunakan analisa bivariat uji beda dua mean (t-
test dependen). Tujuan pengujian ini adalah untuk mengetahui
perbedaan mean sensitivitas kaki sebelum dan sesudah intervensi.
kriteria pengujian adalah bila p-value derajat kepercayaan 95% atau
= 0,05. Jika nilai p-value , maka pengaruh tersebut secara
statistik ada pengaruh bermakna, tetapi jika p-value > , maka
secara statistik tidak signifikan atau tidak ada pengaruh yang
bermakna. Semua pengolahan data dilakukan dengan bantuan
software komputer. Uji Paired T-test memiliki asumsi atau syarat
yang harus dipenuhi yaitu:
1. Skala data interval/rasio
2. Berasal dari 2 kelompok yang berpasangan
Page 68
3. Data perkelommpok tersdistribusi normal
a) Uji normalitas data
Uji normalitas dilakukan untuk menentukan apakah data
terdistribusi normal atau tidak. Uji yang dilakukan
menggunakan uji Shapiro-wilk dengan hipotesis uji
Ha : data berasal dari populasi yang terdistribusi normal
H0 : data tidak berasal dari populasi yang terdistribusi normal.
Dengan kriteria pengujian p-value >0,05. Maka Ha diterima.
b) Uji hipotesis
Setelah dilakukan uji normalitas data dari sampel
terdistribusi normal, maka untuk menguji hipotesa penelitian
dilakukan uji Paired T-test menggunakan alat berupa software
komputer, dengan kriteria pengujian P-value < =0,05, maka
Ha ditrima.
4.7 Etika Penelitian
Dalam melakukan penelitian, peneliti mengajukan permohonan izin
kepada responden untuk mendapatkan persetujuan penelitian. Setelah
mendapatkan persetujuan barulah peneliti melakukan penelitian dengan
menegakkan masalah etika. Menurut Hidayat (2011 : 83), masalah etika
dalam penelitian ini meliputi :
Page 69
a. Informed Concent (Lembar Persetujuan)
Informed consent merupakan bentuk persetujuan antara peneliti
dengan responden penelitian dengan memberikan lembar persetujuan.
b. Anonimity (Tanpa Nama)
Masalah etika keperawatan merupakan masalah yang memberikan
jaminan dalam penggunaan subjek penelitian dengan cara tidak
memberikan atau mencantumkan nama responden pada lembar alat ukur
dan hanya menuliskan kode pada lembar pengumpulan data atau hasil
penelitian yang akan disajikan.
c. Confidentiality (Kerahasiaan)
Masalah ini merupakan masalah etika dengan memberikan jaminan
kerahasiaan hasil penelitian, baik informasi maupun masalah-masalah
lainnya. Semua informasi yang telah dikumpulkan dijamin kerahasiaannya
oleh peneliti, hanya kelompok data tertentu yang akan dilaporkan pada
hasil riset.
d. Justice (Keadilan)
Peneliti tidak membeda-bedakan dalam memilih responden pada
penelitian ini. Semua responden diberikan informasi dan tindakan yang
sama terkait dengan tujuan, manfaat, hak responden sebelum bersedia
untuk menjadi responden penelitian ini. Semua responden sama-sama
dihargai dan dihormati, serta informasi yang didapatkan dari seluruh
responden sama-sama tetap diberikan intervensi.
Page 70
e. Autonomy (Menghargai harkat dan martabat manusia)
Responden diberikan kebebasan membuat keputusan sendiri untuk
ikut berpartisipasi ataupun tidak dalam penelitian ini, tanpa paksaan dan
sewaktu-waktu responden boleh mengakhiri keterlibatanya dalam proses
penelitian ini tanpa sanksi apapun.
Page 71
BAB V
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
5.1 Hasil Penelitian
Penelitian dengan judul Pengaruh Buerger Allen Exercise Terhadap
Sensitivitas Kaki Pada Pasien Diabetes Mellitus di Wilayah Kerja Puskesmas
Rasimah Ahmad Kota Bukittinggi Tahun 2019. Penelitian ini telah
dilaksanakan pada tanggal 21 Juni sampai 5 Juli tahun 2019. Pada penelitian
ini terdapat 13 orang yang dijadikan sebagai subjek penelitian. Metode
pengumpulan data dalam penelitian ini adalah dengan melaksanakan Buerger
Allen exercise yang dilakukan tiga kali seminggu dengan responden di
wilayah kerja Puskesmas Rasimah Ahmad Kota Bukittinggi pada tahun 2019.
5.1.1 Karakteristik
a. Karakteristik Responden Berdasarkan Usia
Tabel 5.1
Frekuensi Responden Berdasarkan Usia di Wilayah
Kerja Puskesmas Rasimah Ahmad
Kota Bukittinggi juni 2019
Usia F %
>45 tahun 11 84.6
45 tahun 2 15.4
Total 13 100.0
Page 72
Berdasarkan tabel 5.1 didapatkan bahwa frekuensi usia
penderita diabetes mellitus sebagian besar adalah >45 tahun, yaitu
sebanyak 11 orang (84,6%).
b. Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin
Tabel 5.2
Distribusi Frekuensi responden berdasarkan jenis kelamin di
wilayah kerja Puskesmas Rasimah Ahmad
Kota Bukittinggi Juni 2019
Berdasarkan tabel 5.2 didapatkan bahwa jenis kelamin penderita
diabetes mellitus sebagian besar berjenis kelamin perempuan yaitu
sebanyak 12 orang (92%).
c. Karakteristik Responden Berdasarkan Indeks Masa Tubuh (IMT)
Tabel 5.3
Distribusi Frekuensi responden berdasarkan indeks masa tubuh
di wilayah kerja Puskesmas Rasimah Ahmad
Kota Bukittinggi Juni 2019
Berdasarkan tabel 5.3 didapat bahwa frekuensi IMT sebagian
besar adalah normal yaitu 11 orang (84,6%).
Jenis Kelamin F %
Laki-Laki 1 7.7
Perempuan 12 92.3
Total 13 100.0
IMT F %
Normal 11 84,6
Obesitas 2 15,4
Total 13 100.0
Page 73
5.1.2 Analisa Univariat
a. Uji Normalitas
Tabel 5.4
Uji Normalitas Distribusi Pretest dan Posttest
Berdasarkan tabel 5.4 hasil output uji normalitas menggunakan uji
Shapiro-Wilk didapatkan nilai signifikansi pada kolom signifikansi
data untuk nilai sensitivitas kaki pretest adalah 0,087 dan nilai
sensitivitas kaki posttest adalah 0,073. Karena nilai signifikansi kedua
kelas lebih dari 0,05, maka dapat dikatakan bahwa data berdistiribusi
normal.
Kelas
Shapiro-Wilk
Statistic Df Sig.
Hasil Pre .886 13 .087
Post .881 13 .073
Page 74
b. Distribusi Rata-rata Sensitivitas Kaki Sebelum dan Sesudah dilakukan
Buerger Allen exercise
Tabel 5.5
Rata-rata sensitivitas kaki sebelum dan sesudah dilakukan
Buerger Allen exercise di Wilayah Kerja Puskesmas
Rasimah Ahmad Kota Bukittinggi Tahun 2019
Brdasarkan tabel 5.5 Didapatkan bahwa rata-rata sensitivitas
kaki sebelum dilakukan Buerger Allen exercise sebesar 4,69 dengan
SD = 0,947. Nilai sensitivitas kaki terendah adalah 3 dan nilai
tertinggi adalah 6. Sedangkan untuk rata-rata sensitivitas kaki setelah
dilakukan Buerger Allen exercise adalah 7,54 dengan SD 1,127. Nilai
sensitivitas kaki terendah setelah di lakukan Buerger Allen exercise
adalah 6 dan nilai tertinggi adalah 9.
5.1.3 Analisa Bivariat
Analisa bivariat dilakukan untuk melihat apakah ada pengaruh
Buerger Allen exercise terhadap peningkatan sensitivitas kaki dengan
membandingkan nilai sensitivitas kaki sebelum dilakukan Buerger Allen
exercise dan sesudah dilakukan Buerger Allen exercise pada pasien
No Variabel Mean SD Minimal-
Maksimal
95%
CI
1 Sensitivitas Kaki sebelum
Buerger Allen exercise 4,69 0,947 3-6
4,12-
5,26
2 Sensitivitas Kaki setelah
Buerger Allen exercise 7,54 1,127 6-9
6,86-
8,22
Page 75
diabetes mellitus di Wilayah Kerja Puskesmas Rasimah Ahmad Kota
Bukittinggi.
Untuk melihat pemaknaan perhitungan statistik digunakan batasan
kemaknaan 0,05 sehingga jika P 0,05 secara statistic disebut bermakna,
dan jika P> 0,05 maka hasil hitungan disebut tidak bermakna.
Tabel 5.6
Perbedaan rata-rata sensitivitas kaki sebelum dan sesudah
dilakukanya Buerger Allen exercise pada pasien
diabetes mellitus di Wilayah Kerja Puskesmas
Rasimah Ahmad Kota Bukittinggi
Tahun 2019
Dari tabel 5.6 didapatkan bahwa rata-rata sensitivitas kaki sebelum
dilakukanya Buerger Allen exercise sebesar 4,69 dan setelah dilakukanya
Buerger Allen exercise didapatkan rata-rata nilai sensitivitas kaki menjadi
7,54 dengan standar deviasi 1.127 sehingga dilakukan uji T- test Dependen
(paired) maka selisih rata-rata sensitivitas kaki sebesar -2,846 dengan
Variabel Mean N Std.
Deviation
Std.
Error
Mean
P
value
Sensitivitas kaki sebelum
dilakukan Buerger Allen
exercise
4,69 13 .947 .263
Sensitivitas kaki setelah
dilakukan Buerger Allen
exercise
7,54 13 1.127 .312
0,000
Selisih Sensitivitas kaki
sebelum dan setelah
dilakukan Buerger Allen
exercise
-2,846 13 .801 .222
Page 76
standar deviasi 0.801 dan standar eror mean sebesar 0.222 dengan p-
value 0,000.
Jadi, dengan kesimpulan p=value 0,000 < 0,05 maka secara
statistik Ha diterima sehingga dapat disimpulkan bahwa Buerger Allen
exercise berpengaruh terhadap peningkatan sensitivitas kaki pada pasien
diabetes mellitus di Wilayah Kerja Puskesmas Rasimah Ahmad Kota
Bukittinggi Tahun 2019.
5.2 Pembahasan
5.2.1 Karakteristik
a. Usia
Berdasarkan tabel 5.1 Hasil penelitian ini menunjukan
sebagian besar responden berusia >45 tahun (84,6%) yaitu
sebanyak 11 orang, dan 45 tahun (15,4%) yaitu sebanyak 2 orang.
Menurut Damayanti (2015) faktor resiko penyandang DM tipe 2
adalah usia diatas 30 tahun, hal ini terjadi karena adanya penurunan
anatomis, fisiologis dan biokimia tubuh
Umumnya penderita diabetes mellitus terjadi pada usia >45
tahun. Pada usia ini mulai terjadi proses yang di sebut dengan
penuaan yang menyebabkan kemampuan sel beta pankreas dalam
memproduksi insulin berkurang sehingga terjadi intoleransi kadar
glukosa. Hal ini berhubungan dengan terjadinya penurunan
sensitivitas kaki penderita (Price & Wilson,2006; Sudoyo, 2009)
Page 77
b. Jenis Kelamin
Berdasarkan tabel 5.2 karakteristik responden berdasarkan
jenis kelamin didapatkan responden yang berjenis kelamin
perempuan lebih banyak menderita diabetes mellitus dibandingkan
dengan responden laki-laki . untuk perempuan berjumlah 12 orang
(92,3%), sedangkan yang berjenis kelamin laki-laki berjumlah 1
orang (7,3%). Hasil penelitian ini didukung oleh pendapat dari
Lueckenotte (2004) yang mengatakan bahwa wanita lebih beresiko
mengalami penurunan sensitivitas kaki, hal ini disebabkan oleh
penurunan hormone esterogen akibat menopause. Esterogen pada
dasarnya berfungsi untuk menjaga keseimbangan kadar gula darah
dan meningkatkan penyimpanan lemak, serta progesterone yang
berfungsi untuk menormalkan kadar gula darah dan membantu
menggunakan lemak sebagai energi.
c. Indeks Masa Tubuh (IMT)
Berdasarkan tabel 5.3 didapatkan bahwa frekuensi IMT
penderita diabetes mellitus sebagian besar normal yaitu sebanyak
11 orang (86,4%) dan responden yang mengalami obesitas
sebanyak 2 orang (15,4%) hal ini sesuai dengan penelitian yang
dilakukan Isnaini (2018) tentang faktor resiko yang mempengaruhi
kejadian diabetes. yang menyatakan ada hubungan antara IMT
dengan kejadian DM tipe 2. Pada obesitas dengan index masa
tubuh 23 kg/m (wanita) dan index masa tubuh 25 kg/m
2 (pria)
Page 78
atau berat badan yang berlebih akan sering terjadi resistensi
insulin. Apabila kadar insulin melebihi 10 U/ml, keadaan ini
menunjukan hiperinsulinemia yang dapat menyebabkan
aterosklerosis yang berdampak pada vaskulopati, sehingga terjadi
gangguan sirkulasi darah sedang/besar yang akan dapat
menyebabkan meningkatnya kadar gula dalam darah dan
menurunya sensitivitas kaki.
5.2.2 Univariat
a. Sensitivitas Kaki Sebelum dan Sesudah Diberikan Buerger Allen
Exercise Pada Pasien Diabetes Mellitus
Hasil penelitian yang dilakukan terhadap 13 responden
sebelum diberikan Buerger Allen exercise dengan skor rata-rata
sensitivitas kaki 4,69 skor nilai tengah sensitivitas kaki 5, skor
sensitivitas kaki yang sering muncul 4. Hal ini dikarenakan
sebagian besar usia >45 tahun (84,6%) yaitu 11 responden yang
mulai terjadi peningkatan intoleransi kadar glukosa. Teori ini
ditunjang dari teori Sunjaya (2009) yang mengungkapkan bahwa
diabetes mellitus berdasarkan umur, khususnya pada usia lebih dari
40 tahun. Karena pada usia tersebut mulai terjadinya intoleransi
glukosa yang akan mengakibatkan sensitivitas kaki menurun.
Sedangkan sesudah diberikan Buerger Allen exercise skor
sensitivitas kaki rata-rata 4,69 meningkat menjadi 7,54 skor nilai
tengah sensitivitas kaki adalah 5 meningkat menjadi 8, skor
Page 79
sensitivitas kaki yang terbanyak 4 meningkat menjadi 8. Teori ini
ditunjang dari teori Nasution (2010) yang menyatakan bahwa
latihan pada kaki dapat membantu memperbaiki otot-otot kecil kaki
pada pasien diabetes dengan neuropati. Selain itu juga dapat
memperkuat otot betis dan paha, mengatasi keterbatasan gerak
sendi dan mencegah terjadinya deformitas. Keterbatasan jumlah
insulin pada penderita diabetes mellitus dapat mengakibatkan kadar
gula dalam darah meningkat. Hal ini dapat menyebabkan rusaknya
pembuluh darah, saraf, dan struktur internal lainya, sehingga
pasokan darah ke kaki menjadi terhambat. Akibatnya pasisen
diabetes akan mengalami gangguan sirkulasi darah pada kakinya.
Jadi dengan adanya latihan kaki berupa Buerger Allen exercise pada
pasien diabetes mellitus akan dapat meningkatkan suplai aliran
darah ke kaki sehingga mejadikan perubahan sensitivitas kaki
semakin meningkat.
Dari uraian diatas peneliti berpendapat bahwa, usia
merupakan faktor dari penyebab terjadinya penurunan sensitivitas
kaki yaitu dimana seserorang memasuki usia >45 tahun. Faktor lain
yang dapat mempengaruhi sensitivitas kaki yaitu kadar gula darah
karena salah satu penyebab terjadinya penurunan sensitivitas kaki
yaitu terjadinya intoleransi kadar glukosa dalam darah yang tinggi.
Sedangkan untuk penelitian ini jenis kelamin terbanyak adalah
berjenis kelamin perempuan.
Page 80
5.2.3 Bivariat
Berdasarkan data tabel 5.6 menunjukan hasil penelitian sensitivitas
kaki pada responden yang diberikan Buerger Allen exercise sebelum
dan sesudah diberikan latihan, bahwa hasil uji statistik paired T-test
dengan derajat kemaknaan 95% diperoleh p value = 0,000 (p < 0,05)
sehingga Ho ditolak dan Ha diterima. Artinya ada perbedaan yang
signifikan antara sensitivitas kaki sebelum dan sesudah pemberian
Buerger Allen exercise. Kesimpulan dari uji statistik diatas adalah
adanya pengaruh Buerger Allen exercise terhadap sensitivitas kaki pada
penderita diabetes mellitus di Wilayah Kerja Puskesmas Rasimah
Ahmad Kota Bukittinggi. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian
dari Eko Endriyanto (2013) yang menyatakan aktifitas fisik mampu
meningkatkan sensitivitas kaki seperti senam kaki diabetes mellitus.
Karena dapat melancarkan aliran darah , memperkuat otot-otot kecil,
mencegah terjadinya kelainan bentuk kaki, mengatasi keterbatasan
gerak sendi, dan meningkatkan kebugaran klien diabetes mellitus. Oleh
karena itu melakukan Buerger Allen exercise dapat membantu untuk
meningkatkan sensitivitas kaki pada penderita diabetes mellitus.
Dibutuhkan penatalaksanaan yang baik untuk menurunkan
terjadinya komplikasi diabetes mellitus. Salah satunya dengan cara
melakukan olahraga ataupun aktivitas fisik yang mampu meningkatkan
pemakaian glukosa oleh otot-otot aktif sehingga dapat menurunkan
kadar glukosa dalam darah (Fitria, 2009). Aktifitas fisik melibatkan
Page 81
berbagai gerak sendi atau peregangan ke segala arah, selain itu juga
dapat meningkatkan alliran darah ke ekstremitas bawah sehingga
mampu mencegah penyakit arteri perifer pada penderita diabetes
mellitus. Aktivitas fisik juga dapat meningkatkan kepekaan reseptor
insulin pada otot-otot yang aktif, sehingga meningkatkan pemakaian
glukosa dalam sel (Turan et al., 2015).
Hasil penelitian dari Priyanto (2013) menunjukan bahwa hasil
kadar gula darah dan senstivitas kaki jauh lebih baik setelah diberikan
senam kaki. Sejalan dengan penelitian dari Rusli (2015) terdapat
pengaruh antara senam kaki diabetic terhadap penurunan kadar gula
darah pada pasien diabetes mellitus tipe 2.
Penelitian ini diperkuat oleh Chang et al. (2015) menemukan
bahwa Buerger Allen exercise memiliki dampak yang positif terhadap
sirkulasi, memperbaiki aliran darah, meningkatkan kemampuan
berjalan, mengurangi nekrosis, mencegah emboli, nyeri, dan sianosis
pada pembulu darah.
Menurut asumsi peneliti peningkatan nilai sensitivitas kaki yang
terjadi pada responden membuktikan bahwa Buerger Allen exercise
berpengaruh terhadap tingkat sensitivitas kaki pada penderita diabetes
mellitus. Meningkatnya sensitivitas kaki disebabkan karena keterturan
responden mengikuti Buerger Allen exercise dan juga melaksanakannya
secara baik dan benar. Ketika seseorang melakukan Buerger Allen
exercise akan membuat otot-otot kaki berkontraksi, sehingga
Page 82
meningkatkan metabolisme pada otot. Hal inilah yang akan
mengakibatkan melebarnya pembuluh darah pada daerah kaki, sehingga
peredaran darah menjadi lancar dan penggunaan glukosa dalam proses
metabolisme meningkat dan menyebabkan sensitivitas kaki juga akan
meningkat.
5.3 Keterbatasan Penelitian
Dalam melakukan penelitian ini, peneliti mengakui banyaknya kelemahan
dan kekurangan sehingga memungkinkan hasil yang ada belum optimal
ataupun belum dikatakan sempurna. Salah satu keterbatasan yang peneliti
alami yaitu: Pada saat melakukan penelitian door to door pasien terkadang
tidak ada dirumah dan harus kembali lagi untuk melakukan penelitian.
Adanya variabel perancu yang tidak dapat dikontrol yang dapat
mempengaruhi sensitivitas kaki.
Page 83
BAB VI
PENUTUP
6.1 Kesimpulan
Dari hasil penelitian Pengaruh Buerger Allen exercise Terhadap
sensitivitas kaki pasien diabetes mellitus diwilayah kerja puskesmas rasimah
ahmad kota bukittinggi dengan jumlah responden sebanyak 13 orang dapat
dilihat sebagai berikut:
6.1.1 Rata-rata sensitivitas kaki sebelum dilakukan Buerger Allen exercise
pada pasien diabetes mellitus di wilayah kerja Puskesmas Rasimah
Ahmad kota Bukittinggi adalah 4,69.
6.1.2 Rata-rata sensitivitas kaki setelah dilakukan Buerger Allen exercise
pada pasien diabetes mellitus di wilayah kerja puskesmas rasimah
ahmad kota Bukittinggi adalah 7,54.
6.1.3 Hasil uji statistic T-test dependen (paired t test) dengan p value 0,000
<0,05 Maka ada pengaruh yang signifikan antara Buerger Allen
exercise terhadap sensitivitas kaki pada pasien diabetes mellitus di
wilayah kerja Puskesmas Rasimah Ahmad Kota Bukittinggi.
6.2 Saran
6.2.1 Bagi Institusi Pendidikan
Hasil penelitian ini diharapkan bisa sebagai referensi ataupun
bahan untuk pengembangan ilmu pengetahuan bagi peserta didik
khusunya tentang intervensi untuk pasien diabetes mellitus.
Page 84
6.2.2 Bagi Masyarakat
Masyarakat diharapkan dapat menerapkan Buerger Allen exercise
dalam kehidupan sehari-hari, hal ini dapat menaikan nilai sensitivitas
kaki sehingga komplikasi diabetes mellitus seperti ulkus, gangrene
dan amputasi dapat dicegah.
6.2.3 Bagi Peneliti Selanjutnya
Peneliti selanjutnya dapat melakukan penelitian tentang pengaruh
Buerger Allen exercise terhadap sensitivitas kaki dengan menerapkan
latihan pasif dan aktif pada penderita diabetes mellitus.
Page 85
DAFTAR PUSTAKA
Afiyanti, Y. 2014. Metodologi Penelitian Dalam Riset Keperawatan. PT
RajaGrafindo Persada: Jakarta.
Anisa, N. 2016. Hubungan Antara Pengetahuan Diit Diabetes Mellitus
Dengan Pola Makan Penderita Diabetes Mellitus di Wilayah Keja
Puskesmas Demangan Kota Madiun. Skripsi: FK Stikes Bhakti Husada
Mulia Madiun
Arif M, Kuspuji T, Rakhmi S, Wahtu IW, Wiwiek S, Anantha DT. 2001.
Kapita Selekta Kedokteran. Edisi Ke-3. Jakarta : Media Aesculapius, hal:
581-6.
British Columbia Provincial Nursing Skin and Wound Committee, 2011.
Procedure: Monofilament Testing for Loss of Protective Sensation of
Diabetic/Neuropathic Feet for Adults & Children.
Bustan, 2015. Manajemen Pengendalian Penyakit Tidak Menular. Jakarta :
Rineka Cipta.
Cancellierem, P. 2016. Current epidemiology of diabetic foot ulcers.
International journal of diabetes, 1 (1), 12-14.
Chadwick, P., Edmonds, M., & McCardle, J. 2013. Best practice guidelines:
Wound management in diabetic foot ulcers. London: Braun.
Chang, C.F., Chang C.C., Hawang, S.L., & Chen, M.Y.2015. Effects od
buerger exercise combined health-promoting program on peripheral
neurovasculopathy among community residents at high risk for diabetic
foot ulceration. Worldviews on Evidence Based Nursing, 12 (3), 145-53.
Dalimartha, S. 2006. Atlas Tumbuhan Obat Indonesia Jilid 5. Pustaka Bunda.
Jakarta. 160 hlm.
Damayanti, S. 2015. Diabetes Mellitus Dan Penatalaksanaan keperawatan.
Edisi pertama. Cetakan Pertama. Yogyakarta : Nuha Medika
El-Sayed, Z. M, & Hassanein, S. M. A. M. I. 2015. Diabetic Foot Screening
for Ulcer Detection : Suggested Customized Nursing Guideline at a
University Hospital Egypt. Vol. 10 No. 1.
Hasdianah HR, Dr. 2012. Mengenal Diabetes Mellitus Pada Orang Dewasa
dan Anak-anak dengan Solusi Herbal. Yogyakarta : Nuha Medika
Hidayat, A. A. 2014. Metode Penelitian Keperawatan dan Teknik Analisa
Data. Jakarta : Salemba Medika.
Page 86
Ilyas, E.I. 2009. Olahraga Bagi Diabetes, dalam Soegondo, S., Soewondo,P,
& Subekti, I.Ed. Penatalaksanaan Diabetes Mellitus Terpadu, Jakarta :
FKUI.
International Diabetes Federation. 2015. IDF diabetes atlas international
diabetes federation (7 th Ed.). doi: 10.128/image.ehp.
Kawasaki, T., Matsuo, K., Masumoto, K., Harada, y., Chuman, T., &Murata,
T. 2013. The effect of different positions on lower limbs skin perfusion
pressure. Indian journal of plastic surgery, 46 (3), 508. Doi:
10.4103/0970-0358.121995.
Misnadiaerly. 2006. Diabetes Mellitus: Gangren, ulcer, infeksi. Mengenal
Gejala, Menanggulangi dan Mencegah Kompikasi. Jakarta: Pustaka
Populer Obor.
Natalia, N., Hasneli, Y., & Novayelinda, R. 2012. Efektifitas Senam Kaki
Diabetik Dengan Tempurung Kelapa Terhadap Tingkat Sensitivitas Kaki
Pada Pasien Diabetes Mellitus 2. Jom Unri, 1-9.
Notoatmodjo, 2010. Metodologi Penelitian Kesehatan Edisi 4.
Jakarta:Rineka Cipta
Nursalam, 2013. Metodologi Peneltian Ilmu Keperawatan: Pendekatan
Praktis. Jakarta: Salemba Medika
Priyanto, S. 2013. Pengaruh Senam Kaki Terhadap Sensitivitas Kaki dan
Kadar Gula Darah pada Agregat Lansia Diabetes Mellitus di Magelang.
Jakarta: Universitas Indonesia.
Purwatresna, Eka. 2012. Aktifitas Antidiabetes ekstrak Air dan Ethanol Daun
Sirsak Secara In Vitro Mlelaui inhibisi Enzim a-Glukosidase. Bogor.
Institut Pertanian Bogor.
Riskesdas. 2018. Tersedia (http://www.depkes.go.id/resources/download/info-terkini/hasil-riskesdas-2018.pdf) diakses pada tanggal 4 Maret 2019.
Rohana, R. 2014. Melakukan Senam Kaki Diabetes Mellitus Dengan Koran
Terhadap Sensitivitas Kaki Pada Asuhan Keperawatan Ny. S Dengan
Diabetes Mellitus Tipe 2 Di Ruang Mawar 2 RSUD Karanganyar.
Surakarta: Stikes Kusuma Husada Surakarta. Tersedia dalam http://digili
b.stikeskusumahusada.ac.id/download.php/id=635 (diakses 4 maret
2019)
Rusandi, D., Prabowo, T & Adinugraha, T.S. 2015. Pengaruh Senam Kaki
Diabetes Terhadap Tingkat Sensitivitas Kaki Dan Kadar Glukosa Darah
Pada Penderita Diabetes Mellitus Di Kelurahan Banyuraden Gamping
Sleman. Yogyakarta: Stikes Jendral Ahmad Yani Yogyakarta. Tersedia d
Page 87
alam http://ejournal.stikesayaniyk.ac.id/index.php/MIK/article/view/41
(diakses 4 Maret 2019)
Salindeho, A., Mulyadi, M., & Rottie, J., 2016. Pengaruh senam diabetes
mellitus terhadap kadar gula darah penderita diabetes mellitus tipe 2.
Ejournal
Keperawatan, 4 (1), 1-7. http://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/jkp/article/
view/10856.
Smeltzer, C, S, dan Bare, G, B. 2008. Buku Ajar Keperawatan Medikal
Bedah. Brunner & Suddarth. Jakarta, FKUI.
Soegondo, dkk. 2009. Penatalaksanaan Diabetes Mellitus Terpadu. Edisi
kedua. Jakarta : FKUI.
Sudoyo, A., Setyohadi, B., Alwi, I., Marcellus, dan Setiati, S. 2007. Buku
ajar ilmu penyakit dalam. (edisi4). Jakarta: Fepartemen Ilmu Penyakit
Dalam FKUI.
Sukardji. K. 2009. Penatalaksanaan Gizi Pada Diabetes Mellitus, dalam
Soegondo,S., Soewondo, P., & Subekti, I.Ed. Penatalaksanaan Diabetes
Mellitus Terpadu, Jakarta : FKUI
Suryati, I. 2014. Pengaruh peregangan static pasif dan aktif terhadap
penurunan kadar glukosa darah pasien DM tipe 2 diwilayah kerja
puskesmas perkotaan rasimah ahmad bukittinggi sumatera barat tahun
2019. Jakarta: Universitas Muhammadiyah Jakarta.
Suyanto, 2016. Faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian Neuropati
Perifer Diabetik. Nurscope. Jurnal keperawatan dan pemikiran ilmiah. 2
(6). 1-7.
Tambunan, M. 2006. Penatalaksanaan Diabetes Mellitus Terpadu. Jakarta :
Balai Penerbit FK UI. Pp 287-92.
Tesfaye, S. 2006. Diabetic neuropathy. In; Veves A, Giurini JM, LoGerfo Fw,
editor. The Diabetic Foot, Second Edition. New Jersey: Humaniora
Press.
Tjokroprawiro, A. 2010. Panduan Lengkap Pola Makan Untuk Penderita
Diabetes. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Turan, Y. 2015. Does Phisical Therapy and Rehabilitation Improve Outcome
for Diabetic Foot Ulcers. World Journal of Experimental Medicine. Vol.
5 (2): 130-139.
Ulya, Annisa Zakia. 2012. Cegah Diabetes Mellitus Dengan Repeyek Lidah
Mertua. Jurnal Pendidikan Dompet Dhuafa. Vol. 2. No. 1.
Page 88
Vijayabarathi, M., & Hemavathy, V. 2016. Buerger allen exercise for type 2
diabetes mellitus foot ulcer patients. International Journal of Innovative
Research in Science, Engineering and Technology, 3 (12), 17972-17976.
doi: 10.15680/ijirset.2014.0312096.
Waspadji, S. 2006. Diabetes Mellitus: Mekanisme dan dasar pengelolaanya
yang rasional dalam: Soegondo, S., Soewondo, P., Subekti, I., Editor.
Penatalksanaan Diabetes Mellitus Terpadu bagi dokter maupun educator
diabetes. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
Page 89
Lampiran 1
PERMOHONAN MENJADI RESPONDEN
Kepada Yth.
Calon responden di Wilayah Kerja Puskesmas Rasimah Ahmad Kota Bukittinggi
Dengan hormat,
Saya yang bertanda tangan dibawah ini mahasiswa program Studi Ilmu
Keperawatan STIKes Perintis Padang,
Nama : Berly Arnoval
Nim : 1514201007
Alamat : Payakumbuh
Akan mengadakan penelitian dengan judul “Pengaruh Buerger Allen
Exercise Terhadap Sensitivitas Kaki Pada Pasien Diabetes Mellitus di
Wilayah Kerja Puskesmas Rasimah Ahmad Kota Bukittinggi Tahun 2019”
sebagai salah satu syarat untuk meraih gelar sarjana keperawatan di institusi
pendidikan tersebut.
Peneliti tidak akan menimbulkan kerugian apapun bagi masyarakat
sebagai responden, kerahasian sesuai informasi yang diberikan akan dijaga dan
hanya akan digunakan untuk kepentingan penelitian.
Apabila Bapak/ibu menyetujui, maka saya mohon kesediaannya untuk
mentandatangani surat persetujuan. Atas kesedian dan partisipasi Bapak/Ibuk
sebagai responden, saya ucapkan terimakasih.
Bukittinggi, juni 2019
Peneliti,
BERLY ARNOVAL
Page 90
Lampiran 2
FORMAT PERSETUJUAN
(INFORMED CONSENT)
Saya yang bertanda tangan dibawah ini :
Nama :
No Responden : (di isi peneliti)
Umur :
Alamat :
Jenis Kelamin :
TB/BB :
Lama Menderita DM :
Menyatakan bersedia untuk berpartisipasi menjadi responden penelitian
yang dialakukan mahasiswa STIKes Perintis Padang yang berjudul “Pengaruh
Buerger Allen Exercise Terhadap Sensitivitas Kaki Pada Pasien Diabetes
Mellitus di Wilayah Kerja Puskesmas Rasimah Ahmad Kota Bukittinggi
Tahun 2019”.
Tanda tangan saya menunjukkan saya sudah diberi informasi dan
memutuskan untuk berpartisipasi dalam penelitian ini.
Bukittinggi, juni 2019
Peneliti Responden
( Berly Arnoval ) ( )
Page 91
Lampiran 3
STANDARD OPERATIONAL PROCEDURE (SOP)
BUERGER ALLEN EXERCISE
A. Pengertian
Buerger Allen exercise merupakan suatu latihan aktivitas yang memanfaatkan
gaya gravitasi dan gerakan-gerakan sederhana dari kaki yang bertujuan untuk
meningkatkan dan melancarkan peredaran darah pada daerah kaki, serta
merangsang pemakaian glukosa oleh otot-otot yang aktif.
B. Manfaat
Beberapa manfaat dari aktivitas fisik yaitu:
1. Efektif meningkatkan perfusi pada ekstremitas bawah dan mengurangi rasa
nyeri ekstremitas bawah pada penderita diabetes melitus tipe 2
2. Latihan ini dapat meningkatkan suplai darah ke ekstremitas dan berpotensi
menyebabkan terjadinya pembentukan struktur vascular baru
3. Membantu meningkatkan vaskularisasi dan suplai darah ke daerah yang terkena
luka pada penderita diabetes melitus tipe 2, sehingga dapat membantu proses
penyembuhan luka.
C. Indikasi dan Kontraindikasi
1. Indikasi dari senam kaki yaitu dapat diberikan kepada seluruh penderita
diabetes melitus baik tipe 1 dan tipe 2.
2. Kontraindikasi dari senam kaki yaitu pada penderita yang mengalami
perubahan fungsi fisiologis seperti dipsnea atau nyeri dada, orang yang depresi,
Page 92
khawatir atau cemas. Keadaan-keadaan tersebut perlu diperhatikan sebelum
dilakukan tindakan senam kaki.
D. Prosedur
Latihan Buerger Allen exercise dilakukan sebanyak 6 kali dalam 7 hari. Setiap
minggu dilakukan sebanyak tiga kali dan setiap kali latihan dilakukan sebanyak 2
kali pada jam 08.00 WIB dan jam 16.00 WIB. Durasi setiap latihan ± 18 menit.
Adapun tahapan yang harus dilakukan dalam latihan diantaranya sebagai berikut :
1. Saat melakukan latihan Buerger Allen, penderita harus berbaring dalam posisi
terlentang selama ± 3 menit.
2. Kemudian angkat kaki ke tempat yang lebih tinggi dengan sudut ± 45 selama
± 3 menit.
Page 93
3. Selanjutnya silahkan bangun dan duduk dipinggir tempat tidur dengan posisi
kaki menggantung. Kemudian tekuk kaki anda ke atas semaksimal mungkin dan
regangkan kaki anda ke arah bawah, lakukan gerakan tersebut selama kurang
lebih 3 menit.
4. Gerakan selanjutnya yaitu, gerakkan kaki anda selama 3 menit kearah samping
luar dan kearah samping dalam.
5. Kemudian tekuk jari-jari kaki anda ke bawah dan tarik jari-jari kaki anda ke
atas, lakukan gerakan tersebut selama kurang lebih 3 menit.
Page 94
6. Setelah anda melakukan gerakan-gerakan tersebut, silahkan berbaring di tempat
tidur dengan menyelimuti seluruh kaki menggunakan selimut selama kurang lebih
3 menit.
Page 95
Lampiran 4
LEMBAR PENGAWASAN RESPONDEN
Peneliti Pengawas Latihan
(…………………………………….) (…………………………………)
Nama :
Jenis Kelamin :
Usia :
Alamat :
Sebelum Latihan Latihan 1 Minggu Sesudah Latihan
Hasil Sensitivitas Kaki
Senin Kamis Minggu
Hasil Sensitivitas Kaki Pukul
08.00
Pukul
16.00
Pukul
08.00
Pukul
16.00
Pukul
08.00
Pukul
16.00
Petunjuk :
1. Tuliskan tanggal pada saat responden melakukan latihan.
2. Berilah tanda ( ) pada kolom hari/tanggal dan sesuaikan dengan waktu latihan.
3. Peneliti akan memeriksa dan menuliskan hasil pemeriksaan sensitivitas kaki.
Page 96
Lampiran 5
INSTRUMEN OBSERVASI
PENILAIAN SENSITIVITAS KAKI
Pengaruh Buerger Allen Exercise Terhadap Sensitivitas Kaki Pada Pasien
Diabetes Mellitus Di Wilayah Kerja Puskesmas Rasimah Ahmad Kota Bukittinggi
PETUNJUK!
Positif: dapat merasakan tekanan monofilament dan dapat menunjukan
lokasi dengan tepat setelah monofilament di angkat pada 2-3 kali
pemeriksaan.
Negatif: tidak dapat merasakan tekanan atau tidak dapat menunjukan lokasi
dengan tepat pada 2-3 kali pemeriksaan.
No Responden Nilai Titik-Titik Sensitivitas Kaki
SKOR 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
TOTAL
Keterangan:
Hasil positif skor =1, hasil negatif skor =0. Sehingga skor total bervariasi pada
satu kaki antara 0-10.
Alat-alat yang dibutuhkan :
Monofilament
Page 97
Lampiran 6
PEDOMAN PENILAIAN SENSITIVITAS KAKI
Pengaruh Buerger Allen Exercise Terhadap Sensitivitas Kaki Pada Pasien
Diabetes Mellitus Di Wilayah Kerja Puskesmas Rasimah Ahmad Kota Bukittinggi
PETUNJUK!
Pemeriksaan monofilament pada penderita ini menggunakan British Colombia
Provincial Nursing Skin and Wound Commite pada tahun 2011, yaitu:
LANGKAH KERJA:
a. Menggunakan monofilament
b. Meminta pasien membuka kaos kaki (bila terpasang)
c. Menjelaskan prosedur kepada pasien dan tunjukan monofilamennya.
d. Sebelum melakukan pemeriksaan pada kaki responden, uji coba monofilament
terlebih dahulu pada sternum atau tangan dengan tujuan pasien dapat
mengenali sensasi rasa dari sentuhan monofilament.
e. Melakukan pemeriksaan pada salah satu tungkai dengan kedua mata tertup.
f. Letakan monofilament tegak lurus pada kulit yang diperiksa, penekanan
dilakukan selama 2 detik, kemudian segera ditarik.
g. Gunakan monofilament pada 10 titik lokasi di kaki kiri atau kanan
h. Pada masing-masing lokasi dilakukan tiga kali pemeriksaan, jika pasien
terindikasi tidak merasakan monofilament.
Page 98
i. Penilaian hasil pemeriksaan:
Positif: dapat merasakan tekanan monofilament dan dapat menunjukan
lokasi dengan tepat setelah monofilament di angkat pada 2-3 kali
pemeriksaan.
Negatif: tidak dapat merasakan tekanan atau tidak dapat menunjukan lokasi
dengan tepat pada 2-3 kali pemeriksaan.
j. Hasil positif skor =1, hasil negatif skor =0. Sehingga skor total bervariasi pada
satu kaki antara 0-10.
1 2
3
6 4
5
7
9 8
10
Page 99
Lampiran 7
LEMBAR OBSERVASI
PENILAIAN SENSITIVITAS KAKI
Pengaruh Buerger Allen Exercise Terhadap Sensitivitas Kaki Pada Pasien
Diabetes Mellitus Di Wilayah Kerja Puskesmas Rasimah Ahmad Kota Bukittinggi
PETUNJUK PENILAIAN:
Hasil positif skor =1, hasil negatif skor =0. Sehingga skor total bervariasi pada
satu kaki antara 0-10.
NO RSPONDEN SENSITIVITAS KAKI
PRE POST