14 JIHAFAS Vol. 3, No. 2, Desember 2020 PENGARUH BUDAYA SEKOLAH TERHADAP KARAKTER SISWA KELAS 5 SD NEGERI 6 SUBULUSSALAM KOTA SUBULUSSALAM ¹Mawardi ²Sri Indayani ¹Program Studi Manajemen Pendidikan Islam, STIT Hamzah Fansuri Kota Subulussalam ²SMP Negeri 4 Penanggalan Kota Subulussalam ABSTRAK Pndidikan Nasional bertujuan untuk mengembangkan potensi dan bakat peserta didik agar menjadi manusia yang berkarakter. Namun, Tujuan pendidikan nasional tidak dapat dipenuhi jika terdapat permasalahan dalam proses mencapainya. Permasalahan yang terjadi adalah adanya penurunan nilai karakter peserta didik. Oleh karena itu, diperlukan suatu solusi untuk mengatasi permasalahan tersebut agar tidak berdampak semakin buruk. Salah satu solusi yang dapat diterapkan yaitu dengan menerapkan budaya sekolah. Budaya sekolah membantu siswa untuk meningkatkan karakter siswa di sekolah. Melalui budaya sekolah deengan pembiasaan dilingkungan sekolah berupa budaya jujur, budaya saling percaya, budaya kerja sama, budaya membaca, budaya disiplin dan efisien, budaya bersih, budaya berprestasi, budaya memberi penghargaan dan menegur. Hal ini tentu dapat berhasil jika didukung oleh elemen di sekolah dengan menjadi sumber keteladanan bagi peserta didik. Dengan ditanamkannya budaya karakter siswa melalui budaya sekolah diharapkan memberikan dampak positif terhadap nilai karakter siswa sehingga dapat mengembalikan nilai-nilai karakter bangsa yang religius, mandiri, nasionalis, gotong royong, dan intergritas. Kata kunci: Budaya Sekolah, Karakter. Hasil penelitian menunjukkan bahwa cipta lagu/bernyanyi dalam penerapan budaya sekolah memiliki peningkatan perubahan karakter kea rah yang lebih baik, hal ini dibuktikan pada I adalah 75% sedangkan pada Siklus II meningkat menjadi 95%. Kata Kunci : Budaya Sekolah, Karakter Siswa A. PENDAHULUAN Tujuan pendidikan nasional adalah untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman, bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, memiiki sifat terpuji dan menjadi warga Negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Pendidikan yang diberikan pada peserta didik bertujuan terfokus pada pengembangan potensi sikap peserta didik agar menjadi manusia yang bertanggungjawab dan memiliki sifat, sikap dan karakter yang baik dan mumpu untuk
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
14
JIHAFAS Vol. 3, No. 2, Desember 2020
PENGARUH BUDAYA SEKOLAH TERHADAP KARAKTER
SISWA KELAS 5 SD NEGERI 6 SUBULUSSALAM
KOTA SUBULUSSALAM
¹Mawardi
²Sri Indayani
¹Program Studi Manajemen Pendidikan Islam, STIT Hamzah Fansuri Kota Subulussalam
²SMP Negeri 4 Penanggalan Kota Subulussalam
ABSTRAK
Pndidikan Nasional bertujuan untuk mengembangkan potensi dan bakat
peserta didik agar menjadi manusia yang berkarakter. Namun, Tujuan
pendidikan nasional tidak dapat dipenuhi jika terdapat permasalahan
dalam proses mencapainya. Permasalahan yang terjadi adalah adanya
penurunan nilai karakter peserta didik. Oleh karena itu, diperlukan suatu
solusi untuk mengatasi permasalahan tersebut agar tidak berdampak
semakin buruk. Salah satu solusi yang dapat diterapkan yaitu dengan
menerapkan budaya sekolah. Budaya sekolah membantu siswa untuk
meningkatkan karakter siswa di sekolah. Melalui budaya sekolah deengan
pembiasaan dilingkungan sekolah berupa budaya jujur, budaya saling
percaya, budaya kerja sama, budaya membaca, budaya disiplin dan efisien,
budaya bersih, budaya berprestasi, budaya memberi penghargaan dan
menegur. Hal ini tentu dapat berhasil jika didukung oleh elemen di sekolah
dengan menjadi sumber keteladanan bagi peserta didik. Dengan
ditanamkannya budaya karakter siswa melalui budaya sekolah diharapkan
memberikan dampak positif terhadap nilai karakter siswa sehingga dapat
mengembalikan nilai-nilai karakter bangsa yang religius, mandiri,
nasionalis, gotong royong, dan intergritas. Kata kunci: Budaya Sekolah,
Karakter. Hasil penelitian menunjukkan bahwa cipta lagu/bernyanyi dalam
penerapan budaya sekolah memiliki peningkatan perubahan karakter kea
rah yang lebih baik, hal ini dibuktikan pada I adalah 75% sedangkan pada
Siklus II meningkat menjadi 95%.
Kata Kunci : Budaya Sekolah, Karakter Siswa
A. PENDAHULUAN
Tujuan pendidikan nasional adalah untuk berkembangnya potensi peserta didik
agar menjadi manusia yang beriman, bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,
berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, memiiki sifat terpuji dan
menjadi warga Negara yang demokratis serta bertanggung jawab.
Pendidikan yang diberikan pada peserta didik bertujuan terfokus pada
pengembangan potensi sikap peserta didik agar menjadi manusia yang
bertanggungjawab dan memiliki sifat, sikap dan karakter yang baik dan mumpu untuk
15
JIHAFAS Vol. 3, No. 2, Desember 2020
menjadi penerus bangsa. Walaupun demikian tujuan pendidikan nasional seperti yang
tercantum dalam undang-undang Dasar 1945 tidak akan tercapai pendidikan jika
terdapat permasalahan dalam proses pencapaiannya. Perma salahan tersebut adalah
berkaitan dengan karakter anak bangsa yang harus ditempa sejak dini.
Selama ini, Karakter siswa tentang budaya jujur, budaya saling
percaya, budaya kerja sama, budaya membaca, budaya disiplin dan efisien, budaya
bersih, budaya berprestasi, budaya memberi penghargaan tergolong rendah. Dari 26
siswa yang berada di kelas V, hanya 65 % (siswa) saja yang memiliki sikap dan
berprilaku budaya jujur, budaya saling percaya, budaya kerja sama, budaya membaca,
budaya disiplin dan efisien, budaya bersih, budaya berprestasi, budaya memberi
penghargaan. Dari wawancara yang dilakukan kepada beberapa siswa, diketahui bahwa
mereka merasa kesulitan dalam penerapan budaya jujur, budaya saling percaya, budaya
kerja sama, budaya membaca, budaya disiplin dan efisien, budaya bersih, budaya
berprestasi, budaya memberi penghargaan, hal ini disebabkan oleh kebiasaan di luar
sekolah.
Menurut Koesoema (2010:3) mengemukakan pengertian pendidikan karakter
bahwa: Karakter merupakan struktur antropologis manusia, di sanalah manusia
menghayati kebebasan dan menghayati keterbatasan dirinya. Dalam hal ini karakter
bukan hanya sekedar tindakan saja, melainkan merupakan suatu hasil dan proses.
Untuk itu suatu pribadi diharapkan semakin menghayati kebebasannya, sehingga ia
dapat bertanggung jawab atas tindakannya, baik untuk dirinya sendiri sebagai pribadi
atau perkembangan dengan orang lain dan hidupnya.
Karakter juga merupakan evaluasi kualitas tahan lama suatu individu tertentu
atau disposisi untuk mengekspresikan perilaku dalam pola tindakan yang konsisten
diberbagai situasi. Hal ini menunjukkan bahwa karakter memang terbentuk karena pola
tindakan yang berstruktur dan dilakukan berulang-ulang agar dalam pembentukan
karakter anak dapat berjalan dengan baik.
Lickona dalam Fitri (2012: 11) menyatakan bahwa ada 10 tanda kehancuran
bangsa yang berdampak pada karakter peserta didik, yaitu: (1) Meningkatnya kekerasan
di kalangan remaja, (2) penggunaan bahasa dan kata-kata yang buruk, (3) Pengaruh
peer group yang kuat dalam tindak kekerasan, (4) Meningkatnya perilaku merusak diri,
seperti penggunaan narkoba, seks bebas dan lain-lain, (5) Pedoman moral baik dan
16
JIHAFAS Vol. 3, No. 2, Desember 2020
buruk semakin kabur, (6) Etos kerja menurun, (7) Rasa hormat kepada orang tua dan
guru semakin rendah, (8) Ketidakjujuran yang semakin membudaya, dan (9) Adanya
rasa saling curiga dan kebencian di antara sesama.
Setiap permasalahan yang terjadi dalam dunia pendidikan Indonesia seperti
perkelahian antar pelajar (tawuran), seks bebas, tindak pidana (kriminalitas), sikap tidak
etis terhadap guru, berbagai bentuk pelanggaran tata tertib sekolahmasih minimnya
prestasi yang dicapai para pelajar, sampai pada masalah komersialisasi pendidikan
mengakibatkan adanya ancaman penurunan nilai karakter yang dapat dapat
mempengaruhi kehancuran bangsa. Ketika karakter anak bangsa rusak, dnegan
demikian maka tujuan pendidikan nasionalpun tidak dapat terwujud.
Hal ini merupakan akibat dari terjadinya perubahan lingkungan global yang
melanda hampir seluruh lapisan masyarakat Indonesia dan di negara bangsa di dunia.
Kegelisahan masyarakat terhadap perubahan tersebut, tentu menuntut perlunya berbagai
strategi tepat guna untuk menyiapkan sumber daya manusia berkualitas dan tetap
survive dalam menjaga jati dirinya dalam suatu bangsa. Dalam konteks ini, Indonesia
telah menempatkan sektor pendidikan sebagai sektor yang sangat penting.
Sebagai sektor yang sangat pokok, pendidikan kita sesungguhnya melewatkan
atau mengabaikan beberapa dimensi penting dalam pendidikan, yaitu olah raga
(kinestetik), olah rasa (seni) dan olah hati (etik dan spiritual) (Effendy, 2016). Selama
ini yang kita lakukan baru sebatas olah pikir yang menumbuhkan kecerdasan akademis.
Olah pikir ini pun belum mendalam sampai kepada pengembangan berpikir tingkat
tinggi, melainkan baru pada pengembangan cara berfikir tingkat rendah. Persoalan ini
perlu diatasi dengan tindakan dan memberikan bimbingan berkelanjutan antara
pemerintah, sekolah, orang tua, dan masyarakat melalui penguatan pendidikan karakter
untuk mewujudkan Indonesia yang bermartabat, berbudaya, dan berkarakter.
Transformasi atau penataan kembali pendidikan nasional Indonesia tersebut
dapat dimulai dengan menempatkan kembali karakter sebagai ruh atau dimensi terdalam
pendidikan nasional berdampingan dengan intelektualitas yang tercermin dalam
kompetensi.
Dengan karakter yang kuat-tangguh beserta kompetensi yang tinggi, yang
dihasilkan oleh pendidikan yang baik, pelbagai kebutuhan, tantangan, dan tuntutan baru
dapat dipenuhi atau diatasi. Oleh karena itu,selain pengembangan intelektualitas,
17
JIHAFAS Vol. 3, No. 2, Desember 2020
pengembangan karakter peserta didik sangatlah penting atau utama dalam sistem
pendidikan nasional Indonesia.
Berbagai upaya dilakukan untuk mengatasi semakin menurunnya sikap
karakter yang diinginkan, yang perlu dilakukan dalam rangka untuk mengatasi hal
tersebut adalah dengan penguatan terhadap pendidikan karakter. Upaya ini juga sudah
lama dilakukan pemerintah, diantaranya dengan melakukan Gerakan Nasional
Pendidikan Karakter Bangsa Tahun 2010 yang kemudian dilajutkan dengan program
Penguatan Pendidikan Karakter (PPK) pada tahun 2016. Program ini dimaksudkan
untuk menanamkan kembali nilai-nilai karakter bangsa.
Implementasi PPK berdasarkan pedoman pengembangan PPK (2017), dapat
dilakukan dengan tiga pendekatan utama, yaitu berbasis kelas, berbasis budaya sekolah,
dan berbasis masyarakat. Ketiga pendekatan ini saling terkait dan merupakan satu
kesatuan yang utuh. Pendekatan ini dapat membantu satuan pendidikan dalam
merancang dan mengimplemen tasikan program dan kegiatan PPK.
Melalui pemahaman budaya sekolah, maka aneka permasalahan sekolah dapat
diketahui dan pengalaman-pengalamannya dapat direfleksikan. Setiap sekolah memiliki
keunikan berdasarkan pola interaksi komponen sekolah secara internal dan eksternal.
Oleh sebab itu, dengan memahami ciri-ciri kultural sekolah akan dapat diusahakan
tindakan nyata untuk perbaikan mutu. jika tercipta budaya sekolah yang baik maka
karakter siswa akan baik pula.
Dari penjelasan diatas, untuk mengantisipasi permasalahan ini yang dapat
digunakan adalah melalui budaya sekolah yang nantinya dalam meningkatkan karakter
peserta didik. Budaya sekolah merupakan pembiasaan yang terdapat di sekolah.
Melalui pembiasaan siswa akan terbiasa untuk melakukan hal positif yang akan
berdampak pada karakternya. Hal ini sejalan dengan pendapat Muslich (2011: 150)
yang mendefinisikan pendidikan karakter sebagai pendidikan yang ditujukan untuk
mengukir akhlak mulia melalui proses knowing the good, loving the good, and action
the good, yaitu proses pendidikan yang melibatkan aspek kognitif, emosi, dan fisik
sehingga akhlak mulia bisa terukir menjadi habit of the mind, heart, and hand.
Berdasarkan permasalahan diatas, maka peneliti tertarik untuk melakukan
penelitian di Sekolah Dasar Negeri 6 Subulussalam dengan judul “Pengaruh Budaya
18
JIHAFAS Vol. 3, No. 2, Desember 2020
Sekolah Terhadap Karakter Siswa Kelas 5 SD Negeri 6 Subulussalam Kota
Subulussalam”.
B. METODE PENELITIAN
Menurut Robert Bogdan dalam pengantar metode penelitian kualitatif
dijelaskan bahwa metode kualitatif adalah prosedur penelitian yang menghasilkan data
deskriptif : ucapan atau tulisan dan perilaku yang dapat diamati dari orang-orang
(subyek) itu sendiri. Pendekatan ini langsung menunjukkan setting dan individu-
individu dalam setting itu secara keseluruhan subyek penyelidikan, baik berupa
organisasi ataupun individu, tidak dipersempit menjadi variabel yang terpisah atu
menjadi hipotesis, malainkan dipandang sebagai bagian dari suatu keseluruhan.
Jenis penelitian ini adalah penelitian lapangan, karena kegiatan ini dilakukan
dilingkungan tempat pelaksanaan kegiatan pendidikan, pendekatan yang digunakan
dalam penelitian ini yaitu menggunakan penelitian deskriptif kualitatif, yakni suatu
prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata kata tertulis dan
lisan dari orang orang dan perilaku yang diamati (Lexy J Moleong, 2007:4). Penelitian
ini fokus pada pelaksanaan pengembangan karakter siswa melalui budaya sekolah di SD
Negeri 6 Subulussalam pada semester genjil tahun Pelajaran 2018/2019.
Penelitian kualitatif memiliki beberapa ciri yang membedakanya dengan
penelitian lainya. Penelitian kualitatif memiliki beberapa ciri, diantaranya sebagai
berikut:
1. Berlatar alamiah, dilakukan pada kondisi yang alamiah (lawan dari eksperimen),
lansung ke sumber data dan peneliti adalah instrumen kunci.
2. Penelitian kualitatif lebih bersifat deskriptif, data yang terkumpul berbentuk kata-
kata atau gambar, sehingga tidak menekan pada angka.
3. Penelitian lebih menekan pada proses dari pada produk atau out come.
4. Penelitian kualitatif melakukan analisis data secara induktif.
5. Penelitian kualitatif lebih menekankan makna (data dibalik yang teramati)
Sedangkan pendekatan penelitian kualitatif yang digunakan dalam penelitian
ini yaitu pendekatan deskriptif. Jenis penelitian kualitatif deskriptif mampu memberikan
gambaran yang menyeluruh dan jelas terhadap situasi yang satu dengan situasi yang
lain atau dari waktu tertentu ke waktu yang lain, atau juga dapat menemukan pola-pola
19
JIHAFAS Vol. 3, No. 2, Desember 2020
hubungan antara aspek tertentu dengan aspek yang lain dan dapat menemukan hipotesis
dan teori. Dalam penelitian ini menggambarkan antara peran ekstrakulikuler keagamaan
dengan karakter religius siswa di Sekolah Dasar Negeri 6 Subulussalam.
Alasan peneliti memilih desain penelitian deskriptif kualitatif karena peneliti
ingin mendeskripsikan keadaan yang akan diamati di lapangan dengan lebih spesifik,
transparan, dan mendalam.
Alasan lain peneliti menggunakan jenis penelitian kualitatif ini adalah karena
dengan metode ini peneliti dapat mengetahui cara pandang obyek penelitian lebih
mendalam yang tidak bisa diwakili dengan angka-angka statistik, untuk mengekplorasi
pengalaman peneliti dalam beretorika dengan informan, data yang dikumpulkan peneliti
berdasarkan alamiah, dan peneliti akan memaparkan dan menggambarkan secara rinci
dan jelas tentang latar belakang obyek, sehingga peneliti harus terlibat langsung dalam
pencarian data.
C. HASIL DAN PEMBAHASAN
1. Budaya Sekolah dan Unsur-Unsurnya
a. Budaya Sekolah
Di dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (1996: 149), disebutkan bahwa:
“budaya“ adalah pikiran, akal budi, adat istiadat. Kebudayaan sendiri adalah hasil
kegiatan dan penciptaan batin (akal budi) manusia, seperti kepercayaan, kesenian
dan adat istiadat. Ahli sosiologi mengartikan kebudayaan dengan keseluruhan
kecakapan (adat, akhlak, kesenian, ilmu dan lain-lain).
Terdapat beberapa definisi mengenai pengertian budaya sekolah menurut
pendapat beberapa pakar.
Short dan Greer (Zuchdi, 2011:133) mendefinisikan bahwa budaya sekolah
merupakan keyakinan, kebijakan, norma, dan kebiasaan dalam sekolah yang dapat
dibentuk, diperkuat, dan dipelihara melalui pimpinan dan guru-guru di sekolah.
Uteach (Rahayu, 2010:11) juga memberikan definisi sendiri bahwa: “School culture
is the behind-the-scenes context that reflects the values, beliefs, norma, traditions,
and ritual that build up over time as people in a school work together”.Kultur
sekolah bisa juga disebut budaya sekolah karena selalu menentukan bagaimana
orang bekerja dan beraksi.Phillips dalam kutipan Komariyah dan Triatna
20
JIHAFAS Vol. 3, No. 2, Desember 2020
merumuskan budaya sekolah sebagai “The beliefs, attitudes and behaviours which
characterize a school (Budaya sekolah adalah kepercayaan, sikap dan tingkah laku
yang menjadi ciri khas suatu sekolah)”.
Deal dan Peterson mengartikan budaya sekolah sebagai “Deep patterns of
values, beliefs and traditions that have formed over the course of the school
history (budaya sekolah adalah pola yang mendalam dari nilai-nilai, kepercayaan
dan tradisi yang telah terbentuk sepanjang sejarah sekolah)”.
Aan Komariah dan Cepi Triatna berpendapat bahwa budaya sekolah adalah
“karakteristik khas sekolah yang dapat diidentifikasi melalui nilai yang dianutnya,
sikap yang dimilikinya, kebiasaan-kebiasaan yang ditampil kannya, dan tindakan
yang ditunjukkan oleh seluruh personel sekolah yang membentuk satu kesatuan
khusus dari sistem sekolah.”
Dengan demikian, istilah budaya sekolah adalah pemindahan norma, nilai,
dan tradisi dari satu generasi ke generasi berikutnya, sehingga budaya sekolah dapat
mengalami perubahan baik secara sengaja maupun tanpa disengaja.
Budaya sekolah adalah suasana kehidupan sekolah dimana peserta didik
berinter aksi dengan sesama, guru dengan guru, konselor dengan peserta didik,
antar tenaga kependidikan, antara tenaga kependidikan dengan pendidik dan peserta
didik, dan antar anggota kelompok masyarakat dengan warga sekolah
(Kemendiknas, 2010: 19).
Zamroni (2011:87) mengemukakan penting sebuah sekolah memiliki budaya
atau kultur. Sekolah sebagai suatu organisasi harus memiliki: (1) kemampuan untuk
hidup, tumbuh berkembang dan melakukan adaptasi dengan berbagai lingkungan
yang ada, dan (2) integrasi internal yang memungkinkan sekolah untuk
menghasilkan individu atau kelompok yang memiliki sifat positif. Suatu organisasi
termasuk sekolah harus memiliki pola asumsi-asumsi dasar yang dipegang bersama
seluruh warga sekolah.
Memperhatikan konsep diatas, maka dapat disimpulkan bahwa budaya
sekolah merupakan pola-pola yang mendalam, kepercayaan nilai, upacara, simbol-
simbol dan tradisi yang terbentuk dari rangkaian, kebiasaan dan sejarah sekolah,
serta cara pandang dalam memecahkan persoalan-persoalan yang ada di sekolah.
21
JIHAFAS Vol. 3, No. 2, Desember 2020
Budaya sekolah sebenarnya dapat dikembangkan terus-menerus kearah yang
lebih positif. Balitbang (2003) memaparkan aspek-aspek mengenai budaya utama
(core culture) yang direkomendasikan untuk dikembangkan sekolah yaitu sebagai
berikut:
a) Budaya jujur
Adalah budaya yang menekankan pada aspek-aspek kejujuran pada masyarakat
dan teman-teman.
b) Budaya saling percaya
Adalah budaya yang mengkondisikan para siswa dan warga sekolah untuk saling
memper cayai orang lain.
c) Budaya kerja sama
Adalah budaya yang membuat orang-orang saling membantu dalam berbagai
hal untuk mencapai tujuan.
d) Budaya membaca
Adalah budaya yang membuat seseorang menjadi gemar membaca.
e) Budaya disiplin dan efisien
Adalah budaya taat dan patuh terhadap nilai-nilai yang dipercayai termasuk
melakukan pekerjaan tertentu yang menjadi tanggung jawabnya.
f) Budaya bersih
Adalah budaya yang mengajarkan tentang bagaimana menjaga kebersihan baik
badan maupun lingkungan.
g) Budaya berprestasi
Budaya yang menciptakan kondisi yang kompetitif untuk memacu prestasi
siswa.
h) Budaya memberi penghargaan dan menegur
Adalah budaya yang memberikan respon dengan menyapa pada setiap orang
yang ditemui.
Setiap sekolah harus dapat menciptakan budaya sekolah sendiri sebagai
identitas diri, dan juga sebagai rasa kebanggaan akan sekolah.Kegiatan tidak hanya
terfokus pada intrakulikuler, tetapi juga ekstrakulikuler yang dapat
mengembangkan otak kiri dan kanan secara seimbang sehingga melahirkan
kreativitas, bakat dan minat siswa. Selain itu, dalam menciptakan budaya sekolah
22
JIHAFAS Vol. 3, No. 2, Desember 2020
yang kokoh, kita hendak berpedoman pada misi dan visi sekolah yang tidak hanya
mencerdasakan otak saja, tetapi watak siswa serta mengacu pada 4 tingkatan umum