1 PENGARUH BUDAYA ORGANISASI TERHADAP GREEN MANAGEMENT DAN KINERJA ORGANISASI DI LAWEYAN SURAKARTA Destiana [email protected]Pryo Handoko Program Studi Administrasi Niaga, Sekolah Tinggi Ilmu Administrasi Banten ABSTRACT This study is aimed to identify and elaborate the effect of organizational culture on organizational performance and green management, as well as the effect of green management on organizational performance. This study was an explanation by using 54 primary data from Small and Medium Enterprises (SMEs) which implemented green management on the organizational activity. The setting of the study was Laweyan, Surakarta. Variable measurement technique used Likert Scale. The sampling technique was purposive sampling (judgmental). The data analysis in this study was through Smart PLS 3.0 with 0.05 significance level. The data analysis was conducted in two stages, they are first order analysis and second order analysis. The result of the study showed that the organizational culture significantly and positively influenced the organizational performance with T-Statistic 4.262 and P value 0.000. The organizational culture positively and insignificantly influenced green management with T Statistic 1.565 and P value 0.118. On the other side, the green management positively and significantly influenced organizational performance with T- Statistic 3.797 and P value 0.000. Key words : organizational culture, green management, and organizational performance ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan menjelaskan pengaruh budaya organisasi terhadap kinerja organisasi, budaya organisasi terhadap green management, dan green management terhadap kinerja organisasi. Jenis penelitian ini menggunakan penelitian eksplanasi dengan menggunakan data primer sebanyak 54 UKM yang telah menerapkan green management pada aktivitas organisasi. Lokasi penelitiannya adalah di Laweyan Surakarta. Teknik pengukuran variabel menggunakan skala Likert sedangkan metode pengambilan sampel dilakukan dengan metode purposive sampling (judgmental). Kemudian analisis data dalam penelitian ini menggunakan Smart PLS 3.0 dengan tingkat signifikan 0,05. Analisis data dilakukan dengan melalui dua tahap yaitu analisis tahap pertama (first order analysis) dan analisis tahap kedua (second order analysis). Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa budaya organisasi berpengaruh secara positif dan signifikan terhadap kinerja organisasi dengan T Statistic 4,262 dan P Value 0,000, budaya organisasi berpengaruh secara positif dan tidak signifikan terhadap green management dengan T Statistic 1,565 dan P Value 0,118, dan green management berpengaruh secara positif dan signifikan terhadap kinerja organisasi dengan T Statistic 3,797 dan P Value 0,000.
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
1
PENGARUH BUDAYA ORGANISASI TERHADAP GREEN MANAGEMENT DAN KINERJA ORGANISASI DI LAWEYAN SURAKARTA
Program Studi Administrasi Niaga, Sekolah Tinggi Ilmu Administrasi Banten
ABSTRACT
This study is aimed to identify and elaborate the effect of organizational culture on
organizational performance and green management, as well as the effect of green
management on organizational performance. This study was an explanation by using 54
primary data from Small and Medium Enterprises (SMEs) which implemented green
management on the organizational activity. The setting of the study was Laweyan,
Surakarta. Variable measurement technique used Likert Scale. The sampling technique was
purposive sampling (judgmental). The data analysis in this study was through Smart PLS 3.0
with 0.05 significance level. The data analysis was conducted in two stages, they are first
order analysis and second order analysis. The result of the study showed that the
organizational culture significantly and positively influenced the organizational performance
with T-Statistic 4.262 and P value 0.000. The organizational culture positively and
insignificantly influenced green management with T Statistic 1.565 and P value 0.118. On the
other side, the green management positively and significantly influenced organizational
performance with T- Statistic 3.797 and P value 0.000.
Key words : organizational culture, green management, and organizational performance
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan menjelaskan pengaruh budaya organisasi terhadap kinerja organisasi, budaya organisasi terhadap green management, dan green management terhadap kinerja organisasi. Jenis penelitian ini menggunakan penelitian eksplanasi dengan menggunakan data primer sebanyak 54 UKM yang telah menerapkan green management pada aktivitas organisasi. Lokasi penelitiannya adalah di Laweyan Surakarta. Teknik pengukuran variabel menggunakan skala Likert sedangkan metode pengambilan sampel dilakukan dengan metode purposive sampling (judgmental). Kemudian analisis data dalam penelitian ini menggunakan Smart PLS 3.0 dengan tingkat signifikan 0,05. Analisis data dilakukan dengan melalui dua tahap yaitu analisis tahap pertama (first order analysis) dan analisis tahap kedua (second order analysis). Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa budaya organisasi berpengaruh secara positif dan signifikan terhadap kinerja organisasi dengan T Statistic 4,262 dan P Value 0,000, budaya organisasi berpengaruh secara positif dan tidak signifikan terhadap green management dengan T Statistic 1,565 dan P Value 0,118, dan green management berpengaruh secara positif dan signifikan terhadap kinerja organisasi dengan T Statistic 3,797 dan P Value 0,000.
Kata kunci: budaya organisasi, green management, dan kinerja organisasi
PENDAHULUAN
Batik merupakan salah satu warisan budaya dan menjadi ciri khas Bangsa Indonesia. Sebagaimana pada tanggal 2 Oktober 2009, UNESCO telah menetapkan batik sebagai warisan budaya dunia yang berasal dari Indonesia dan menjadi Warisan Kemanusiaan untuk Budaya Lisan dan Nonbendawi (Masterpieces of the Oral and the Intangible Heritage of Humanity), (Galih, 2017). Atas adanya pengakuan dari UNESCO tersebut, kini batik lebih dikenal tidak hanya di Indonesia namun ke berbagai negara. Tercatat bahwa pada tahun 2018 ekspor batik Nusantara senilai Rp734 miliar, dan saat ini batik telah memiliki keanekaragaman fungsi menjadi berbagai bentuk fashion, kerajinan dan home decoration yang telah mampu menyerap keberbagai lapisan masyarakat baik dalam maupun luar negeri, (Kemenperin, 2019).
Sejalan dengan perkembangan pengrajin batik yang semakin banyak dan permintaan batik pun semakin meningkat, namun ada satu hal yang cukup menjadi perhatian dibalik meningkatnya permintaan tersebut, yaitu terjadinya pencemaran lingkungan di sekitar UKM di Kota Solo yang merupakan akibat dari bagian proses produksi. Soenaryo (2017) mengungkapkan bahwa limbah UKM batik masih mendominasi pencemaran sejumlah sungai di Kota Solo. Hal ini disebabkan adanya pembuangan limbah hasil produksi berupa pewarna sintesis yang bermuara ke sungai. Apabila hal ini dibiarkan tanpa ada penanganan serius maka akan menjadi ancaman bagi masyarakat sekitar. Melihat kondisi tersebut, perlu adanya solusi efektif untuk mengatasi pencemaran lingkungan, sehingga tidak menjadi bom waktu di kemudian hari.
Dalam hal ini, green management merupakan salah satu upaya yang dilakukan oleh sebagian UKM yang telah
sadar akan pentingnya menjaga lingkungan hidup. Green Management merupakan sebuah konsep yang diadopsi oleh organisasi dalam upaya untuk menciptakan produk ramah lingkungan yaitu dengan penggunaan bahan-bahan alami sampai pada proses pengolahan limbah yang ramah lingkungan sehingga tidak memberikan dampak negatif pada lingkungan dan tetap menguntungkan bagi organisasi. Dapat dikatakan juga, konsep ini memfokuskan praktik lingkungan yang berorientasi pada produk dan rantai pasokan yang ramah lingkungan untuk mengurangi kerusakan sumber daya alam, Ferguson, 2006; Wong et al., 2012 (dalam Ho et al., 2016)
Dalam menghadapi kondisi yang dinamis tersebut, UKM harus mampu beradaptasi dengan keadaan dan kemungkinan baru yang akan terjadi dalam lingkungan usaha yang berkompetitif. UKM yang telah menerapkan green management sebenarnya telah memiliki keunggulan bersaing karena organisasi berani melakukan inovasi, mengeksploitasi kemampuan internalnya dalam melakukan sesuatu yang berbeda yang tidak dapat dilakukan pesaingnya, (Triastity, 2011). Pada akhirnya akan menciptakan produk ramah lingkungan yang unik dan memiliki keunggulan kompetitif sehingga meningkatkan kinerja UKM baik dari sisi keuangan, lingkungan, dan produksi.
Dalam penerapan konsep green management di dalam organisasi, perlu adanya sebuah dukungan dari keteraturan di sebuah organisasi karena pada dasarnya UKM tidak akan pernah terlepas dari budaya organisasi yang telah dibangun. Budaya organisasi merupakan sekumpulan nilai, kepercayaan, dan norma perilaku yang dimiliki oleh anggota organisasi yang memberi mereka makna dan aturan perilaku, Schein (1985) (dalam Yazici, 2015).
Budaya organisasi harus dibentuk dan diinternalisasikan ke semua anggota organisasi sehingga akan menjadi sebuah karakteristik atau ciri khas dari sebuah organisasi dan menjadi pembeda dengan organisasi lainnya. Budaya organisasi mampu memotivasi karyawan sebagai kekuatan pendorong dalam menunjukkan kinerja yang unggul. Dengan demikian tujuan-tujuan UKM akan didukung oleh budaya organisasi yang kuat dan telah terinternalisasi dengan baik.
Kinerja organisasi digunakan untuk menilai hasil suatu organisasi dari tindakan strategis yang telah dilakukannya, (Wu, 2014). Stainer, 1999 (dalam Hussein, 2016) menambahkan juga bahwa kinerja
organisasi dapat dikatakan sebagai produk dari interaksi berbagai komponen atau unit dalam organisasi. Organisasi akan melakukan perbandingan antara target organisasi yang telah ditetapkan dengan hasil akhir yang dicapai sehingga dapat mengukur sejauh mana keberhasilan target pekerjaan yang telah diraih. Kinerja keuangan, kinerja produksi, dan kinerja lingkungan yang kemudian akan diukur dalam penilitian ini, sejauh mana pengaruh green management dan budaya organisasi terhadap kinerja-kinerja tersebut serta pengaruh budaya organisasi terhadap green management. TINJAUAN TEORETIS
Budaya organisasi merupakan norma dan nilai yang telah disepakati bersama dan diinternalisasikan ke semua angota organisasi sehingga bersifat mengikat dan dijadikan sebagai dasar aturan perilaku dalam organisasi. Budaya organisasi akan berdampak pada dan dipengaruhi oleh struktur, peran harapan, pendekatan pemecahan masalah, rutinitas pengambilan keputusan, dan praktik Hofstede et al., 1990 (dalam Dubey, et al., 2017). Organisasi yang mempelajari budaya organisasi, khususnya akan membantu dalam meningkatkan keunggulan kompetitif dan responsive terhadap perubahan karena mendorong pembelajaran dalam organisasi, Norashikin, 2006 (dalam Hussein, 2016). Budaya organisasi diharapkan dapat mempengaruhi kinerja organisasi yang meliputi keunggulan daya saing serta kinerja keuangan, Lopez et al., 1998 (dalam Hussein, 2016). Berdasarkan pemaparan di atas, adapun hipotesisnya sebagai berikut.
H1: Budaya organisasi berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja organisasi.
Deal dan Kennedy 2006 (dalam Tika
(2012 ; 6) mengungkapkan bahwa budaya organisasi dapat dikatakan sebagai esensi falsafah organisasi dalam mencapai
kesuksesan yang didukung semua anggota organisasi dan memberikan paham bersama tentang tujuan bersama serta menjadi pedoman perilaku anggota organisasi dari hari ke hari. Artinya budaya organisasi senantiasa melekat pada setiap aktivitas organisasi, termasuk sebuah konsep green management yang diterapkan pada organisasi. Budaya organisasi dikatakan sebagai dasar untuk bertindak bagi semua anggota organisasi agar terarah. Oleh sebab itu, peneliti menduga bahwa adanya kontribusi budaya organisasi terhadap green management. Berdasarkan pemaparan di atas, adapun hipotesisnya sebagai berikut H2: Budaya organisasi berpengaruh positif dan signifikan terhadap green managent.
Green Management dapat dikatakan
juga sebagai bentuk pengawasan terhadap praktik lingkungan yang berorientasi pada produk dan rantai pasok untuk mengurangi kerusakan sumber daya alam dari proses Green management dapat dikatakan juga sebagai bentuk pengawasan terhadap praktik lingkungan yang berotreintasi pada produk dan rantai pasok untuk mengurangi kerusakan sumber daya alam dari proses produk dan rantai pasok (Ferguson dan Toktay, 2006; Wong et al., 2012). Menurut Kepala Badan Pengkajian Kebijakan Iklim
4
dan Mutu Industri No.56/BPKIMI/PER/2/2014 bahwa green management meliputi proses produksi, pengelolaan lingkungan, keselamatan kerja, dan manajemen perusahaan. Green management juga dapat mengurangi biaya produksi dan memberikan peluang. Organisasi dapat mengurangi beberapa biaya perusahaan seperti, biaya material, energi, dan biaya modal serta tenaga kerja. Selain itu, disisi lain green management dapat membuka peluang untuk meningkatkan pendapatan yaitu terbukanya akses pada pasar tertentu,
terciptanya produk yang unik dan ramah lingkungan, dan pengendalian polusi. Artinya, dengan penerapan green management tidak hanya memberikan keuntungan bagi perusahaan namun juga pada lingkungan sekitar. Yu, Wantao (2014) menunjukkan hasil penelitiannya bahwa green management memberikan pengaruh signifikan terhadap kinerja lingkungan. Berdasarkan penjabaran tersebut di atas, adapun hipotesisnya sebagai berikut.
H3: Green management berpengaruh positif terhadap kinerja organisasi.
Gambar 1. Hipotesis Penelitian
METODE PENELITIAN Penelitian ini merupakan jenis
penelitian eksplanasi (penjelasan), yaitu menjelaskan kedudukan variabel-variabel yang diteliti dan hubungan antar variabel. Lokasi penelitian ini dilakukan di daerah Laweyan Solo, dengan objek penelitiannya adalah UKM batik yang telah menerapkan produk green management sebanyak 54 UKM. Oleh sebab itu, peneliti dalam teknik sampling menggunakan sampling jenuh yaitu teknik penentuan sampel bila semua anggota populasi digunakan sebagai sampel karena karena jumlah populasinya sedikit (Sugiyono, 2013:85). Sedangkan tehnik dalam pengambilan data yaitu peneliti
melakukannya dengan pemberian kuesioner kepada pemilik UKM dengan menggunakan skla likert. Kemudian dalam melakukan analisis data, peneliti menggunakan aplikasi SmartPLS 3.0 yaitu dengan dilakukannya dua kali perhitungan, first order dan second order.
Sebelum dilakukan perhitungan lebih lanjut, berikut disajikan definisi operasional dari masing-masing variabel.
5
Tabel 1. Definisi Operasional
Variabel Indikator Item
Budaya Organisasi
Inovasi • Menyukai tantangan
• Memiliki ide
Robbins dan Judge (2011)
Pengembalian resiko • Memiliki kepercayaan diri
• Memperhitungkan secara matang
Perhatian yang rinci • Ketelitian dalam bekerja
• Cepat tanggap
Orientasi pada manusia • Hubungan harmonis antara atasan dan bawahan
• Penghargaan atas dasar kinerja.
Oriantasi hasil • Memantau kinerja karyawan
• Fokus terhadap pekerjaan
Orientasi tim • Keterikatan suatu pekerjaan dengan pekerjaan yang lain
• Komunikasi yang dibangun
Keagresifan • Dorongan mencapai hasil kerja optimal
• Tuntutan bekerja dengan giat
Stabilitas • Rasa nyaman dengan kondisi kerja yang kondusif
• Sikap dihargai atas pekerjaan
Green Manage-ment
Proses Produksi • Penerapan efisiensi produk
• Penempatan bahan produksi
• Perijinan penggunaan bahan pewarna
• Peningkatan teknologi
Peraturan Kepala Badan Pengkajian Kebijakan Iklim dan Mutu Industri No.56/BPKIMI/PER/2/2014.
Pengelolaan lingkungan • Pengolahan limbah
• Pemanfaatan limbah kembali
Keselamatan kerja • Pemasangan system sirkulasi yang baik
• Penggunaan alat pelindung diri
• Persediaan P3K
6
Manajemen perusahaan • Produk bersertifikasi ramah lingkungan
• Kpeedulian pada lingkungan
Kinerja Organisasi
Kinerja keuangan • Peningkatan pangsa pasar
• Peningkatan omset penjualan
• Peningkatan keuntungan
Moullin (2007), (dalam Alhadid et al., 2014)
Kinerja lingkungan • Pengurangan limbah cair
• Pengurangan limbah padat
• Pengurangan penggunaan bahan kimia
Kinerja operasional • Kemampuan memproduksi dengan pewarna alami
• Pengingkatan kualitas produk
• Pemanfatan kualitas pewarna alami
ANALISIS DAN PEMBAHASAN Analisis Statistik Inferensial
Dalam penelitian ini, analisis statistic inferensial terbagi menjadi dua yaitu analisis tahap pertama (first order analysis) dan analisis tahap kedua (second order analysis).
Analisis Tahap Pertama (First Order Analysis)
Analisis ini digunakan untuk menghitung nilai dimensi dan indikator dari maing-masing kosntruk, yaitu budaya organisasi, green management, dan kinerja organisasi. Kemudian model pengukuran ini dievaluasi dengan menggunakan convergent validity dengan parameter loading factor lebih besar 0,50. Sedangkan terkait discriminant validity diukur dengan
parameter akar AVE > korelasi konstruk laten. Selanjutnya untuk composite reliability untuk menguji blok indiKator dan pengukuran model structural (inner model) dievaluasi dengan melihat hasil Stone-Geisser Test, (Ghozali dan Latan, 2013). Berikut disajikan perhitungan analisis tahap pertama (first order analysis)
Budaya Organisasi Perhitungan Convergent Validity
Pada uji validitas budaya oragnisasi, dilakukan perhitungan convergent validity yang dapat dilihat dari korelasi antara score item/ indikator skor konstruknya. Berikut disajikan hasil perhitungan convergent validity dari variabel budaya organisasi.
Tabel 2. Perhitungan Convergent Validity
Variabel Indikator Item Loading Factor
Kriteria Minim
Hasil
Budaya Organisasi
X1.1 X1.1.1 0,709 0,50 Baik
X1.1.2 0,899 0,50 Baik
7
(X1) X1.2 X1.2.1 0,885 0,50 Baik
X1.2.2 0,909 0,50 Baik
X1.3 X1.3.1 0,929 0,50 Baik
X1.3.2 0,945 0,50 Baik
X1.4 X1.4.1 0,802 0,50 Baik
X1.4.2 0,680 0,50 Baik
X1.5 X1.5.1 0,948 0,50 Baik
X1.5.2 0,948 0,50 Baik
X1.6 X1.6.1 0,529 0,50 Baik
X1.6.2 0,872 0,50 Baik
X1.7 X1.7.1 0,699 0,50 Baik
X1.7.2 0,860 0,50 Baik
X1.8 X1.8.1 0,873 0,50 Baik
X1.8.2 0,553 0,50 Baik Sumber: Data Diolah 2020
Berdasarkan pada tabel 2 di atas, menunjukkan bahwa convergent validity pada item-item yang terdapat pada variabel budaya oragnisasi dikatakan memiliki model yang baik karena hasil loading factor yang didapatkan > 0,50. Selanjutnya
dilakukan pengukuran Average Variance Extracted (AVE) dari masing-masing indicator dengan rule of thumb minimal 0,50. Berikut hasil pengujiannya pada tabel di bawah ini.
Sumber: Data Primer Diolah, 2020
Berdasarkan tabel 3, menunjukkan
bahwa nilai AVE pada variabel budaya organisasi > 0,50. Jadi dapat disimpulkan bahwa masing-masing indicator tersebut memiliki model yang baik. Green Management
Perhitungan Convergent Validity Pada uji validitas budaya oragnisasi,
dilakukan perhitungan convergent validity dapat dilihat dari korelasi antara score item/ indicator score konstruknya. Berikut disajikan hasil perhitungan convergent validity dari variabel green management.
Tabel 3. Perhitungan AV Vaiabel Budaya Organisasi
Variabel Indikator AVE Kriteria Minimum
Evaluasi Model
Budaya Organisasi (X1) X1.1 0,656 0,50 Baik
X1.2 0,805 0,50 Baik
X1.3 0,878 0,50 Baik
X1.4 0,553 0,50 Baik
X1.5 0,898 0,50 Baik
X1.6 0,520 0,50 Baik
X1.7 0,614 0,50 Baik
X1.8 0,534 0,50 Baik
8
Tabel 4. Perhitungan Convergent Validity Variabel Green Management
Variabel Indikator Item Loading Factor
Kriteria Minim
Evaluasi Model
Green Management
(Y1)
Y1.1 Y1.1.1 0,770 0,50 Baik
Y1.1.2 0,478 0,50 Tidak Baik
Y1.1.3 0,405 0,50 Tidak Baik
Y1.1.4 -0,537 0,50 Tidak Baik
Y1.2 Y1.2.1 0,873 0,50 Baik
Y1.2.2 0,841 0,50 Baik
Y1.3 Y1.3.1 0,872 0,50 Baik
Y1.3.2 0,863 0,50 Baik
Y1.3.3 0,599 0,50 Baik
Y2.4 Y1.4.1 0,849 0,50 Baik
Y1.4.2 0,852 0,50 Baik Sumber: Data Primer Diolah, 2020
Berdasarkan pada table 4 di atas,
menunjukkan bahwa convergent validity pada item-item yang terdapat di variabel green management dikatakan memiliki model yang baik karena hasil loading factor yang didapatkan > 0,50, kecuali pada item-item
Y1.1.1, Y1.1.2, dan Y1.1.3 karena kriteria itemnya < 0,50.
Selanjutnya dilakukan pengukuran Average Variance Extracted (AVE) dari masing-masing indicator dengan rule of thumb minimal 0,50. Berikut hasil pengujiannya pada tabel di bawah ini.
Tabel 5 Perhitungan AVE Variabel Green Management
Variabel Indikator AVE Kriteria Minim Evaluasi Model Green
Management (Y1)
Y1.1 0,319 0,50 Baik
Y1.2 0,737 0,50 Baik
Y1.3 0,621 0,50 Baik
Y1.4 0,723 0,50 Baik Sumber: Data Primer Diolah, 2020
Pada tabel di atas, menunjukkan
bahwa nilai AVE pada variabel budaya organisasi > 0,50. Jadi dapat disimpulkan bahwa masing-masing indicator tersebut memiliki model yang baik.
Kinerja Organisasi
Perhitungan Convergent Validity Pada uji validitas kinerja oragnisasi,
dilakukan perhitungan convergent validity yang dapat dilihat dari korelasi antara score item/ indicator score konstruknya. Berikut disajikan hasil perhitungan convergent validity dari variabel kinerja organisasi.
Tabel 6. Perhitungan Convergent Validity Variabel Kinerja Organisasi Variabel Kinerja
Organisasi
Indikator Item Loading Factor Kriteria Minim Evaluasi Model
Y2.1 Y2.1.1 0,836 0,50 Baik
Y2.1.2 0,938 0,50 Baik
9
(Y2) Y2.1.3 0,952 0,50 Baik
Y2.2 Y2.2.1 0,938 0,50 Baik
Y2.2.2 0,891 0,50 Baik
Y2.2.3 0,871 0,50 Baik
Y2.3 Y2.3.1 0,936 0,50 Baik
Y2.3.2 0,919 0,50 Baik
Y2.3.3 0,873 0,50 Baik Sumber: Data Primer Diolah, 2020
Berdasarkan pada tabel di atas,
menunjukkan bahwa convergent validity pada item-item yang terdapat di variabel green management dikatakan memiliki model yang baik karena hasil loading factor yang didapatkan > 0,50, kecuali pada item-item Y1.1.1, Y1.1.2, dan Y1.1.3 karena kriteria
itemnya < 0,50. Item-item ini dapat diabaikan atau dihapus.
Selanjutnya dilakukan pengukuran Average Variance Extracted (AVE) dari masing-masing indicator dengan rule of thumb minimal 0,50. Berikut hasil pengujiannya pada tabel di bawah ini.
Tabel 7 Perhitungan AVE Variabel Kinerja Organisasi
Variabel Indikator AVE Kriteria Minim Evaluasi Model
Kinerja Organisasi (Y2) Y2.1 0,828 0,50 Baik
Y2.2 0,811 0,50 Baik
Y2.3 0,828 0,50 Baik Sumber: Data Primer Diolah, 2020
Pada tabel di atas, menunjukkan
bahwa nilai AVE pada variabel budaya organisasi > 0,50. Jadi dapat disimpulkan bahwa masing-masing indicator tersebut memiliki model yang baik.
Setelah dilakukan perhitungan convergent validity, selanjutnya dilakukan perhitungan composite reliability dengan kriteria minimal 0,60 – 0,70. Berikut disajikan hasil composite reliability dengan bantuan program SmartPLS 3.0.
Tabel 8 Perhitungan Composite Reliability
No. Variabel Composite Reliability
Kriteria Minimum
Evaluasi Model
1. Budaya Organisasi (X1) 0,749 0,60 Baik
2. Green Management (Y1) 0,716 0,60 Baik
3. Kinerja Organisasi (Y2) 0,871 0,60 Baik Sumber: Data Primer Diolah, 2020
Tabel 8 menunjukkan variabel
budaya organisasi (X1) diperoleh composite reliability sebesar 0,749. Sedangkan variabel green management (Y1) diperoleh composite reliability sebesar 0,716. Pada variabel kinerja organisasi (Y2) diperoleh composite reliability sebesar 0,871. Berdasarkan data tersebut di atas, dapat disimpulkan evaluasi
modelnya baik karena berada di atas kriteria minimum yaitu 0,60.
Kemudian setelah dilakukan pengujian terhadap convergent validity dan composite reliability, selanjutnya perlu dilakukan pengujian model structural (inner model), tujuannya memprediksi hubungan antar variabel laten melalui proses bootstrapping dengan parameter R-Square.
10
Model ini kemudian setelah dilakikan pengujiann dievaluasi menggunakan R-Square untuk variabel dependen, Stone-Geisser test untuk preidtive relevance, (Ghozali dan Latan, 2013)
Berikut disajikan tabel hasil perhitungan nilai R-Square untuk variabel dependen dengan menggunakan aplikasi Smart PLS 3.0.
Tabel 9 Hasil Perhitungan R-Square
No. Variabel R-Square
1. Budaya Organisasi (X1) -
2. Green Management (Y1) 0,097
3. Kinerja Organisasi (Y2) 0,480 Sumber: Data Primer Diolah, 2020
Tabel 9 atas menunjukkan bahwa
nilai R-Square untuk variabel green management sebesar 0,097. Artinya bahwa kontribusi variabel budaya organisasi terhadap green management sebesar 0,97%, sedangkan sisanya 99,03% merupakan kontribusi variabel lain yang tidak diteliti. Kemudian nilai R-Square digunakan untuk variabel kinerja organisasi sebesar 0,480. Artinya bahwa kontribusi variabel budaya organisasi dan green management terhadap kinerja organisasi sebesar 48% sedangkan sisanya sebesar 52% merupakan kontribusi variabel lain yang tidak diteliti.
Setelah mendapatkan hasil nilai R-Square, selanjutnya dilakukan pengukuran Q2 predictive relevance. Pengukuran ini untuk
mengetahui seberapa baik nilai observasi dihasilkan oleh model dan juga estimasi parameternya. Nilai Q2 predictive relevance dapat diperoleh melalui persamaan di bawah ini.
tersebut, menunjukkan bahwa model mempunyai predictive relevance karena nilai Q2 yang diperoleh > 0 yaitu sebesar 0,531 sehingga hasil evaluasi model ini dapat dikatakan baik karena Q2 mendekati 1.
11
Gambar 2. Hasil Perhitungan First Oerder
Analisis Tahap Dua (Second Order Analysis)
Selanjutnya peneliti melakukan analisis tahap dua (second order analysis) dengan menggunakan aplikasi Smart PLS 3.0. Berikut beberapa tahapannya.
Table 10 Perhitungan Second Order Variabel Budaya Organisasi
Variabel Indikator Nilai T-Statistic P Values
Budaya Organisasi
Inovasi (X1.1) -0,571 1,474 0,141
Pengambilan resiko (X1.2) 0,812 9,628 0,000
Perhatian yang rinci (X1.3) 0,823 14,818 0,000
Orientasi pada manusia (X1.4) 0,653 6,131 0,000
Orientasi hasil (X1.5) 0,723 6,738 0,000
Orientasi tim (X1.6) 0,518 4,098 0,000
Keagresifan (X1.7) 0,232 1,412 0,159
Stabilitas (X1.8) 0,243 1,484 0,138 Sumber: Data Primer Diolah, 2020
Berdasarkan pada perhitungan di
atas, indikator perhatian yang rinci (X1.3) merupakan indikator yang paling mendukung dalam variabel budaya organisasi. Ini menunjukkan bahwa sikap ketelitian yang diterapkan dalam UKM
harus dijunjung karena berkaitan dengan hasil produksi yang dikerjakan bawahan. Karyawan memperhatikan setiap pekerjaan yang dilakukan dengan mematuhi perintah yang telah diarahkan oleh atasan. Artinya bawahan bekerja dengan penuh keseriusan
12
sehingga memudahkan pada pekerjaan-pekerjaan berikutnya.
Kemudian berdasarkan pada tabel di atas, indikator inovasi (X1.1), keagresifan (X1.7), dan stabilitas (X1.8) menghasilkan P-Values > 0,05. Ketiga indikator tersebut
tidak memberikan pengaruh yang signifikan. Artinya tidak semua konstruk first order merupakan konstruk indikator yang mendukung pembentukan budaya organisasi.
Tabel 11 Perhitungan Second Order Variabel Green Management
Variabel Indikator Nilai T-Statistic P Values Green
Management Proses produksi (Y1.1) 0,532 4,445 0,000
Pengelolaan lingkungan (Y1.2) 0,897 20,472 0,000
Keselamatan kerja (Y1.3) 0,797 8,548 0,000
Manajemen perusahaan (Y1.4) 0,465 2,402 0,017 Sumber: Data Primer Diolah, 2020
Berdasarkan pada tabel di atas
menunjukkan bahwa indikator proses produksi, pengelolaan lingkungan, keselamatan kerja, dan manajemen perusahaan mendukung dalam variabel green management. Indikator pengelolaan lingkungan memiliki nilai yang dominan. Ini membuktikan bahwa pengelolaan
lingkungan dalam konsep green management sangat memberikan pengaruh terhadap lingkungan sekitar UKM. Pengelolaan limbah yang ramah lingkungan dan pemanfaatan limbah kembali dapat mengurangi volume limbah sehingga meminimalisir terjjadinya pncemaran lingkungan sekitar sehingga ekosistem lingkungan dapat terjaga.
Tabel 12 Perhitungan Second Order Variabel Kinerja Organisasi
Sumber: Data Primer Diolah, 2020
Pada tabel di atas menunjukkan
bahwa indikator kinerja lingkungan memiliki dukungan yang dominan terhadap variabel kinerja organisasi. Hal ini berkaitan dengan konsep green management yang diterapkan pada UKM, indikator pengelolaan lingkungan yaitu dengan cara pengurangan limbah cair dan padat yang mengandung bahan beracun/kimia merupakan salah cara efektif dalam
mengurangi pencemaran lingkungan yang kemudian memberikan dampak pada kinerja lingkungan. Selain itu indikator kinerja keuangan dan kinerja operasional pun mendukung dalam pembentukan kinerja organisasi yaitu dengan melihat hasil table perhitungan di atas yang menunjukkan bahwa nilai P-Values berada di atas lebih dari 0,05.
Variabel Indikator Nilai T-Statistic P Values
Kinerja Organisasi
Kinerja Keuangan (Y2.1) 0,732 7,248 0,000
Kinerja lingkungan (Y2.2) 0,832 15,763 0,000
Kinerja operasional (Y2.3) 0,706 8,623 0,000
13
Gambar 3. Hasil Perhitungan Second Order
Uji Hipotesis
Selanjutnya dilakukan uji hipotesis dengan melihat signifikansi pengaruh budaya organisasi dan green management terhadap kinerja organisasi. Uji hipotesis dilakukan dengan melihat skor dari P-
Values dengan tingkat signifikan P-Values. Terdapat 3 (tiga) hipotesis dalam penelitian ini dan diuji dengan tingkat signifikansi 5% dengan t table 1,678. Hipotesis akan diterima jika t-table ≥ 1,678, sedangkan hipotesis tidak diterima jika t-value < 1,678. Berikut disajikan hasil pengujian hipotesis sebagai berikut.
Table 12 Perhitungan Uji Hipotesis
Original Sample
(O)
Sample Mean (M)
Standard Deviation (STDEV)
T-Statistic
P Values
Budaya Organisasi -> Kinerja Organisasi
0,392 0,381 0,138 4,262 0,005
Budaya Organisasi -> Green Management
0,312 0,337 0,210 1,565 0,118
Green Management -> Kinerja Organisasi
0,462 0,449 0,122 3,797 0,000
Sumber: Data Primer Diolah, 2020 Berdasarkan pada hasil perhitungan
uji hipotesis di atas, maka dapat dijelaskan sebagai berikut.
1. Hipotesis 1
14
Budaya Organisasi Berpengaruh Positif Dan Signifikan Terhadap Kinerja Organisasi
Hasil uji hipotesis 1 menunjukkan budaya organisasi berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja organisasi. Ini dibuktikan dengan hasil T-Statistik > T table yaitu 4,262. Hal ini membuktikan bahwa semakin baik budaya organisasi yang diterapkan dalam organisasi maka akan memberikan dampak yang baik terhadap peningkatan kinerja organisasi. Penelitian ini didukung oleh beberapa penelitian terdahulu (Tseng, 2010), Rashid dan Johari (2013), Jogaratnam, Giri (2017), Samada, et al (2018), dan Sari, et al (2016) menunjukkan hasil penelitiannya bahwa budaya organisasi memberikan pengaruh signifikan terhadap kinerja organisasi. Dalam penelitian ini juga, pengambilan resiko, perhatian yang rinci, orientasi pada manusia, orientasi hasil, dan orientasi tim merupakan indikator-indikator yang memiliki peranan penting dalam budaya organisasi. Hal tersebut dapat dilihat pada tabel 10 hasil perhitungan second order variabel budaya organisasi yang menunjukkan bahwa indikator-indikator tersebut dengan P-Values sebesar 0,0000.
Budaya organisasi membantu bawahan dalam meningkatkan efisiensi dan membantu mereka dalam memahami tujuan organisasi karena pada dasarnya budaya organisasi mempengaruhi perilaku dan keputusan karyawan serta membantu mereka dalam menunjukkan kinerja yang baik (Zafar, 2016). Aycan dkk. (1999) dalam Moses and Peace (2020) pun mengemukakan juga bahwa budaya organisasi pada puncaknya menjadi kekuatan daya saing untuk memperoleh keuntungan bagi organisasi karena dapat mempengaruhi komitmen orang yang bekerja baik dalam proses pembelajarannya dan kemampuan individu serta perkembangannya. Denison (1990) (dalam Kim dan Chang, 2019) menambahkan bahwa kinerja organisasi bergantung pada
tingkat berbagi nilai budaya di antara karyawan. Artinya ketika budaya organisasi tersebut tertanam dengan dengan baik, budaya organisasi mampu memotivasi karyawan sebagai kekuatan pendorong dalam menunjukkan kinerja yang unggul.
2. Hipotesis 2 Green Management Berpengaruh Positif Dan Signifikan Terhadap Kinerja Organisasi
Pada hasil uji hipotesis 2 menunjukkan bahwa green management berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja organisasi. Ini dibuktikan dengan hasil T-Statistik > T table yaitu 3,797. Hal ini membuktikan bahwa penerapan green management pada suatu organisasi akan memberikan peningkatan bagi kinerja organisasi. Selain itu pada tabel 8 perhitungan R-Square menunjukkan bahwa adanya sumbangan green management dan budaya organisasi terhadap kinerja organisasi sebesar 48%. Hal ini menunjukkan bahwa variabel green management memiliki peranan penting terhadap terhadap kinerja organisasi. Hasil penlitian ini sejalan dengan beberapa hasil penelitian terdahulu (Ho et al., 2016), (Chuang dan Huang, 2013), (Green et al. 2012), (Younis et al. 2016), (Yu dan Jiem, 2014) yang menunjukkan bahwa ada hubungan positif dan signifikan terhadap kinerja organisasi.
Pemahaman hubungan green management dan kinerja organisasi sangat penting dalam rangka mengembangkan kebijakan dan inovasi teknologi serta instalasi yang ramah lingkungan lingkungan yang tidak hanya meningkatkan kinerja perusahaan tetapi sangat bermanfaat bagi lingkungan, (Hasan, Ali, 2020). Taylor (2002) (dalam Wu, 2014) pun menambahkan bahwa green management mengacu pada integrasi perilaku perusahaan dan kesadaran lingkungan. Artinya konsep ini menuntut perusahaan mengambil tindakan
15
nyata untuk mencegah pencemaran yang ditimbulkan dalam proses produksi.
Pada dasarnya tujuan dari UKM ramah lingkungan yaitu meliputi tiga bidang utama antara lain minimalisasi emisi dan limbah; minimalisasi penggunaan sumber daya yang langka dan bentuk energi terbarukan; dan minimalisasi biaya produk atau jasa. Desain produk dan proses ramah lingkungan mengacu pada proses pembuatan dan produk yang memiliki dampak minimal terhadap lingkungan, (Sarkis, Gonzalez-Torre, dan Adenso-Diaz, dalam Yu dan Ramanathan (2014). Enz dan Siguaw, 1999; dan Schendler, 2001 (dalam Ngniatedema dan Thomas, 2014) menambahkan juga bahwa konsep green management dapat meningkatkan loyalitas pelanggan dan kepuasan karyawan; mengurangi biaya produksi; dan meningkatkan daya saing. Penggunaan bahan-bahan alami seperti secang, kunyit, tumbuhan mangrove, dan lain--lain yang digunakan sebagai pewarna alami pada proses produksi pada akhirnya akan memberikan keunikan dan keunggulan tersendiri bagi produk tersebut.
Pengelolaan lingkungan yang merupakan akhir dari aktivitas green management menjadi indikator penting dalam menekan angka pencemaran lingkungan, salah satunya adalah pengolahan limbah. Pengolahan limbah yang dilakukan oleh para UKM di Laweyan Solo, dilakukan dengan cara tidak membuang limbah ke sungai. Namun dilakukan dengan cara ditanam sehingga tidak menyebabkan pencemaran lingkungan. Limbahnya pun dikatakan sangat aman karena berasal dari bahan-bahan ramah lingkungan. Pengurangan penggunaan bahan sintetis dalam proses produksi menjadi salah satu point penting dalam menjaga kelestarian lingkungan. Hal ini juga dapat ditunjukkan pada hasil perhitungan second order variabel green management dengan T-statistic sebesar 20,472 pada tabel 10 yang artinya bahwa indikator
tersebut mendukung variabel green management.
3. Hipotesis 3 Budaya Organisasi Berpengaruh Positif Namun tidak Signifikan Terhadap Green Management
Pada hasil uji hipotesis 3 menunjukkan bahwa budaya organisasi berpengaruh positif namun tidak signifikan terhadap green management. Ini dibuktikan dengan hasil T-Statistik < T table yaitu 1,565 dengan P-Value sebesar 0,118.
Dalam pelaksanaan green management akan ada peranan budaya organisasi yang digerakkan oleh semua anggota organisasi agar tujuan UKM sebagai organisasi ramah lingkungan tercapai. Handayanto (2014) mengungkapkan bahwa dalam merumuskan strategi perusahaan perlu mengembangkan budaya oragnisasi yang cocok. Sedangkan green management merupakan strategi yang dibentuk organisasi yang bersifat ramah lingkungan untuk meningkatkan kinerja organisasi baik dari sisi keuangan maupun non keuangan. Enz dan Siguaw, 1999; dan Schendler, 2001 (dalam Ngniatedema dan Thomas, 2014) menambahkan juga bahwa konsep green management dapat meningkatkan loyalitas pelanggan dan kepuasan karyawan; mengurangi biaya produksi; dan meningkatkan daya saing. Berarti dalam penelitian ini, ada beberapa indikator dari budaya organisasi yang tidak dapat dikembangkan atau diterapkan karena tidak cocok pada lingkungan.
Dalam penelitian ini indikator inovasi tidak mendukung dalam variabel budaya organisasi. Hal ini dapat dilihat pada tabel 9 hasil perhitungan second order dengan nilai T-Statistic < T-Table yaitu sebesar 1,474 dan P-Value 0,141. Penerapan green management merupakan konsep ramah lingkungan, termasuk teknologi di dalamnya. Di lokasi penelitian didapatkan bahwa teknologi yang digunakan oleh para UKM dalam proses produksi masih sangat
16
sederhana. Proses membatik dengan menggunakan canting yang kemudian dibentuk sesuai pola batik yang sudah dibuat. Kemudian proses pengeringan kain batik yang dilakukannya pun tanpa menggunakan mesin pengering melainkan hanya mengandalkan sinar matahari sehingga tidak mengakibatkan polusi. Dapat disimpulkan bahwa penggunaan teknologi masih sangat minim atau justru memang yang dibutuhkan dalam dalam proses produksi dengan penggunaan alat-alat yang masih sangat sederhana. Hal ini dapat dilihat juga pada tabel 10 hasil perhitungan second order variabel budaya organisasi yang menunjukkan bahwa indikator inovasi sebesar -0,537 yang artinya bahwa evaluasi model dikatakan tidak baik karena tidak mendukung variabel budaya organisasi.
Selain inovasi, indikator keagresifan dan stabilitas menjadi bagian yang menyebabkan budaya organisasi tidak memberikan pengaruh signifikan terhadap green management. Hal ini dapat dilihat pada tabel 10 hasil perhitungan second order variabel budaya organisasi yang menunjukkan bahwa nilai P-Value sebesar 0,159 untuk indikator keagresifan dan 0,138 untuk indikator stabilitas. Dalam penelitian ini, bawahan tidak didorong untuk mencapai hasil kerja yang optimal atau berdasarkan target. Hal ini tentu berkaitan juga pada proses produksi yang mengandalkan kondisi alam/cuaca serta penggunaan bahan-bahan alami. Namun dalam penyelesaian produksi pun harapannya dapat segera terselesaikan atas dasar permintaan konsumen. Penghargaan atas hasil kerja bawahan pun tidak dijunjung. Bawahan hanya mengharapkan upah harian yang diberikan atasan. Hal ini disebabkan juga karena status bawahan yng hanya sebagai buruh lepas harian. Artinya, dengan penerapan budaya organisasi yang demikian tentu akan memberikan dampak terhadap konsep yang diterapkan oleh
UKM dan dampaknya pada kinerja organisasi. SIMPULAN DAN SARAN
Hasil penelitian menunjukkan bahwa budaya organisasi dan green management berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja organisasi. Sedangkan budaya organisasi berpengaruh positif namun tidak signifikan terhadap green management.
Penelitian mengenai budaya organisasi terhadap green management memberikan kontribusi baru terhadap penelitian mengenai variabel-variabel tersebut. Meskipun hasil yang didapatkan belum menunjukkan siginifikan namun dalam penelitian selanjutnya dapat diperbaiki dengan mengganti beberapa indikator.
Bagi peneliti selanjutnya, perlu dilakukan penambahan variabel dalam rangka pengembangan penelitian agar lebih kompleks dan menarik. Konsep green management merupakan konsep yang sangat baik untuk diterapkan tidak hanya saja bagi UKM namun bagi perusahaan-perusahaan yang telah sadar akan pentingnya menjaga ekosistem lingkungan karena tidak hanya saja sekedar memberikan dampak bagi lingkungan sekitar namun memberikan manfaat bagi kinerja organisasi.
DAFTAR PUSTAKA Alhadid., Anas et al. 2014 The Impact of
Green Innovation on Organizational Performance, Environmental Management behavior as a Moderate Variable: An Analytical Study on Nuqul Group in Jordan.
Chuang dan Huang. 2013. Effects Of Business Greening and Green IT Capital On Business Competitives. J Bus Ethics (128) : 221-231.
Dubey, et al. 2017. Explaining The Impact of Reconfigurable Manufacturing Systems On Environmental Performance: The Role Of Top Management And Organizational
17
Culture. Journal of Cleaner Production (16) : 31376
Galih. 2009. 2 Oktober 2009, UNESCO Akui Batik sebagai Warisan Dunia dari Indonesia. https://nasional.kompas.com/read/2017/10/02/08144021/2-oktober-2009-unesco-akui-batik-sebagai-warisan-dunia-dari-indonesia.
Ghozali dan Lattan. 2015. Partial Least Squares Konsep, Teknik, Dan Aplikasi menggunakan Program SmartPLS 3.0 Untuk Penelitian Empiris. Universitas Diponegoro. Semarang.
Green, et al. 2012. Green Supply Chain Management Practices: Impact On Performance. An International Journal (3) : 290-305.
Handayanto. 2014. Pengaruh Budaya Organisasi Tehadap Kepemimpinan, Nilai Personal, dan Perilaku Ihsan di RS Islam Masyitoh Bangil Pasuruan. Program Doktor Ilmu Manajemen Pascasarjana Fakultas Ekonomi Dan Bisnis. Universitas Brawijaya. Malang.
Hasan, Ali. 2016. Green Management System. Vol 14, No. 1. ISSN 1693 5969/ EISSN 2685 8436. Sekolah Tinggi Pariwisata AMPTA Yogyakarta.
Ho et al.,2016. An empirical study of green management and performance in Taiwanese electronics firms. Cogent Business & Management (3) : 1266787.
Hussein et al. 2016. Learning Organization Culture, Organizational Performance and Organizational Innovativeness in a Public Institution of Higher Education in Malaysia. Procedia Economics and Finance (37) : 512 – 519.
Jogaratman, Giri. 2012. How organizational culture influences market orientation and business performance in the restaurant industry. Journal of
Hospitality and Tourism Management (31) : 211e219
Kamaamia. 2016. The Effect of Organizational Culture on Organizational Performance: A Case of Kenya School of Monetary Studies (Ksms). Chandaria School of Business : 2606.
Kemenperin 2019. Diminati Pasar Global, Ekspor Batik Dibidik Naik 8 Persen. https://www.kemenperin.go.id/artikel/20650/Diminati-Pasar-Global,-Ekspor-Batik-Dibidik-Naik-8-Persen.
Kim dan Chang. 2019. Organizational Culture and Performance: A Macro-Level Longitudinal Study. Leadership & Organization Development Journal : 0143-7739
Ngniatedema, Thomas. 2014. Green Operations and Organizational Performance. International Journal of Business and Social Science Vol.5 no.3.
Omara, et al. Learning Organization Culture, Organizational Performance and Organizational Innovativeness in a Public Institution of Higher Education in Malaysia. Procedia Economics and Finance 37 : 512 – 519
Rashid dan Johari. 2013. The Influence Of Corporate Culture And Organizational Commitment On Performance. Journal Of Management Development (8) : 708-728.
Robbins, Stephen dan Judge, Timothy. 2011. Prilaku Organisasi. Jakarta. Salemba Empat.
Peraturan Kepala Badan Pengkajian Iklim dan Mutu Industri No.56/BPKIMI/PER/2014.
Samada, et al. 2018. Examining the effects of strategic management and organizational culture on organizational performance. Management Science Letters 8 : 1363–1374.
Sari, et al. 2018. The Influence of Organization's Culture and Internal Control to Corporate Governance and Its Impact on State-Owned Enterprises Corporate. Journal of Applied Economic Sciences (13) : 673-684.a
Sugiyono. 2013. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Alfabeta. Bandung.
Soenarya. 2017.Limbah Batik Dominasi Pencemaran Sungai di Solo.
Tika. 2012. Budaya Organisasi dan Peningkatan Kinerja Perusahaan. PT Bumi Aksara. Jakarta.
Triastity. 2011. Green Management Sebagai Pelaksana Etika Bisnis Upaya Kelangsungan Hidup Perusahaan Jangka Panjang. Jurnal Ekonomi dan Kewirausahaan Vol. 11 No. 2: 87 – 95
Tseng, Shu. 2010. The Corelation Betweeen Organizational Culture And Knowledge Conversion On Corporate Performance (2) : 269-284.
Victorystar Mona The Influence Of Transformational Leadership Style And Organizational Culture On Organizational Performance With Emotional Intelligence As A Mediation Variables: A Case Study At The Jatimelati Bekasi Village Office. International Journal Of Business And Social Science Research 1 No.1.
Wu, et al. 2014. The Influence Of Enterprisers' Green Management Awareness On Green Management
Strategy And Organizational performance. International Journal of Quality & Reliability Management (31) : 455 – 476.
Yazici. 2015. Significance of Organizational Culture In Perceived Project and business Performance. Engineering Management Journal (23) : 20-29.
Younis et al. 2016. The Impact Of Implementing Green Supply Chain Management Practices On Corporate Performance. Business Jurnal (3).
Yu dan Jiem. 2014. Integrated Green Supply Chain Management And Operational Performance. Management Science and Operations 19 (5/6) : 683-696.
Yua dan Ramanathan. 2014. An Empirical Examination Of Stakeholder Pressures, Green Operations Practices And Environmental Performance
Zafar, H. dan Zakariya, B. Relationship Between Market Orientation, Organizational Learning, Organizational Culture And Organizational Performance: Mediating Impact Of Innovation. South East Asia Journal of Contemporary Business, Economics and Law (9) : 2289-1560
Zehir, et al. 2011. The Effect Of Leadership Styles and Organizatioanl Culture On Firm Performance : Multi Natioanl Companies In Istanbul. Pricedia Social and Behavioral Sciences (24) : 1460-1474.