-
PENGARUH BUDAYA ORGANISASI DAN PERAN AUDITOR
INTERNAL TERHADAP PENCEGAHAN FRAUD DENGAN
GOOD CORPORATE GOVERNANCE SEBAGAI
INTERVENING
SKRIPSI
Diajukan kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Untuk Memenuhi Syarat-Syarat Guna Meraih Gelar Sarjana Akuntansi
(S.Ak)
Oleh :
Adi Bayu Saputra
NIM : 11150820000008
JURUSAN AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1441 H/2020 M
-
ii
PENGARUH BUDAYA ORGANISASI DAN PERAN AUDITOR
INTERNAL TERHADAP PENCEGAHAN FRAUD DENGAN
GOOD CORPORATE GOVERNANCE SEBAGAI
INTERVENING
Skripsi
Diajukan Kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Untuk Memenuhi Syarat-Syarat Guna Meraih Gelar Sarjana Akuntansi
(S.Ak)
Oleh:
Adi Bayu Saputra
NIM: 11150820000008
Di Bawah Bimbingan
Fitri Yani Jalil, SE., M.Sc
NIP. 19870604 201903 2 013
JURUSAN AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1441 H/2020 M
-
iii
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN KOMPREHENSIF
Hari ini Kamis, 11 April 2019 telah dilakukan ujian komprehensif
atas
mahasiswa:
Nama : Adi Bayu Saputra
NIM : 11150820000008
Jurusan : Akuntansi (Audit)
Judul Skripsi : Analisis Pengaruh Budaya Organisasi dan Peran
Auditor
Internal Terhadap Pencegahan Fraud dengan Good Corporate
Governance Sebagai Intervening
Setelah mencermati dan memperhatikan penampilan dan kemampuan
yang
bersangkutan selama proses Ujian Komprehensif, maka diputuskan
bahwa
mahasiswa tersebut dinyatakan LULUS dan diberi kesempatan untuk
melanjutkan
ke tahap Ujian Skripsi sebagai salah satu syarat untuk
memperoleh gelar Sarjana
Akuntansi pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam
Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta.
Jakarta, 11 April 2019
1. Yessi Fitri, SE., M.Si., Ak., CA
NIP: 19760924 200604 2 002
2. Ismawati Haribowo, SE., M.Si.
NIP: 19800909 201411 2 003
-
iv
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN SKRIPSI
Hari ini Kamis, 23 April 2020 telah dilakukan ujian skripsi atas
mahasiswa:
Nama : Adi Bayu Saputra
NIM : 11150820000008
Jurusan : Akuntansi (Audit)
Judul Skripsi : Analisis Pengaruh Budaya Organisasi dan Peran
Auditor Internal
Terhadap Pencegahan Fraud dengan Good Corporate Governance
Sebagai Intervening
Setelah mencermati dan memperhatikan penampilan dan kemampuan
yang
bersangkutan selama proses Ujian Skripsi, maka diputuskan bahwa
mahasiswa
tersebut dinyatakan LULUS dan skripsi ini diterima sebagai salah
satu syarat
untuk memperoleh gelar Sarjana Akuntansi pada Fakultas Ekonomi
dan Bisnis
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Jakarta, 23 April 2020
1. Yessi Fitri, SE., M.Si., Ak., CA.
(....................................)
NIP: 19760924 200604 2 002 Ketua Penguji
2. Dr. Yusar Sagara, SE., M.Si., Ak., CA.,
CMA., CPMA. (....................................)
NIDN: 2009058601 Penguji Ahli
3. Fitri Yani Jalil, SE., M.Sc (………………………)
NIP: 19870604 201903 2 013 Pembimbing I
-
v
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH
Yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama : Adi Bayu Saputra
NIM : 11150820000008
Jurusan : Akuntansi
Fakultas : Ekonomi dan Bisnis
Dengan ini menyatakan bahwa dalam penulisan skripsi ini,
saya:
1. Tidak menggunakan ide orang lain tanpa mampu
mengembangkan
dan mempertanggungjawabkan.
2. Tidak melakukan plagiat terhadap naskah karya orang lain.
3. Tidak menggunakan karya orang lain tanpa menyebutkan
sumber
asli atau tanpa menyebut pemilik karya.
4. Mengerjakan sendiri karya ini dan mampu bertanggungjawab
atas
karya ini.
Jikalau di kemudian hari ada tuntutan dari pihak lain atas karya
saya dan telah
melalui pembuktian yang dapat dipertanggungjawabkan, ternyata
memang telah
ditemukan bukti bahwa saya telah melanggar pernyataan di atas,
maka saya siap
untuk dikenai sanksi berdasarkan aturan yang berlaku di Fakultas
Ekonomi dan
Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya, agar
dapat
dipergunakan dengan semestinya.
Jakarta, 9 November 2019
Adi Bayu Saputra
-
vi
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
I. Identitas Pribadi
1. Nama : Adi Bayu Saputra
2. Tempat, Tanggal Lahir : Kebumen, 30 Oktober 1997
3. Jenis Kelamin : Laki-Laki
4. Alamat : Jl. H. Sapri RT. 06/RW. 03 Kelurahan
Parung Serab, Kecamatan Ciledug, Kota
Tangerang
5. No. Telepon : 082112446028
6. E-mail : [email protected]
[email protected]
II. Pendidikan Formal
1. TK Az-Zahrah Jakarta Selatan Tahun 2002-2003
2. SDN Parung Serab Tahun 2003-2009
3. SMP PGRI 2 Ciledug Tahun 2009-2012
4. SMAN 13 Tangerang Tahun 2012-2015
5. S1 Akuntansi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun
2015-2020
III. Latar Belakang Keluarga
1. Ayah : Misnan
2. Ibu : Marsiyah
3. Anak ke : 1 dari 3 bersaudara
IV. Pengalaman Organisasi
1. Anggota Kelompok Ilmiah Remaja SMAN 13 Tangerang tahun
2013-
2014
2. Anggota English Club SMAN 13 Tangerang tahun 2012-2014
3. Anggota Kumpulan Remaja Masjid Al-Abidin Parung Serab
tahun
2014-2015
mailto:[email protected]:[email protected]
-
vii
4. Bendahara KKN Hujantara 183 Tahun 2018
V. Pelatihan dan Workshop
1. Workshop Anti Corruption Clearing House oleh KPK tahun
2015
2. Company Visit ke KPK tahun 2017
3. Workshop Audit Simulation by Accounting Student Association
UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta tahun 2018
4. Workshop Accounting Research and Challenge Accounting
Education
In The World oleh Program Studi Akuntansi UIN Syarif
Hidayatullah
Jakarta tahun 2018
-
viii
THE EFFECT OF ORGANIZATIONAL CULTURE AND ROLE
OF INTERNAL AUDITOR TOWARD FRAUD PREVENTION
WITH GOOD CORPORATE GOVERNANCE AS INTERVENING
ABSTRACT
The purpose of this research is to examine the effect of
organizational
culture and role of internal auditor toward fraud prevention
with good corporate
governance as intervening. This research uses primary data by
distributing
questionnaires to employees working in manufacturing companies
in DKI
Jakarta. Sampling was done using convenience sampling method.
The number of
employees who became the sample in this research was 116
employees. The
analytical method used to test the hypothesis is the path
analysis using data
analysis tool SmartPLS version 3.0
The results of this research indicated that organizational
culture has no
effect to fraud prevention, role of internal auditor has no
effect to fraud
prevention, organizational culture has positively effect to good
corporate
governance, role of internal auditor has positively effect to
good corporate
governance, good corporate governance has positively effect to
fraud prevention,
organizational culture has significant effect to fraud
prevention through good
corporate governance, and role of internal auditor has
significant effect to fraud
prevention through good corporate governance.
Keyword: organizational culture, role of internal auditor, good
corporate
governance, and fraud prevention
-
ix
PENGARUH BUDAYA ORGANISASI DAN PERAN AUDITOR
INTERNAL TERHADAP PENCEGAHAN FRAUD DENGAN
GOOD CORPORATE GOVERNANCE SEBAGAI
INTERVENING
ABSTRAK
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menguji pengaruh
budaya
organisasi dan peran auditor internal terhadap pencegahan fraud
dengan good
corporate governance sebagai intervening. Penelitian ini
menggunakan data
primer dengan menyebarkan kuesioner kepada karyawan yang bekerja
pada
perusahaan manufaktur di DKI Jakarta. Pengambilan sampel
dilakukan dengan
menggunakan metode convenience sampling. Jumlah karyawan yang
dijadikan
sebagai sampel dalam penelitian ini adalah 116 karyawan. Metode
analisis yang
digunakan untuk menguji hipotesis adalah analisis jalur dengan
menggunakan alat
analisis data SmartPLS versi 3.0.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa budaya organisasi
tidak
berpengaruh terhadap pencegahan fraud, peran auditor internal
tidak berpengaruh
terhadap pencegahan fraud, budaya organisasi berpengaruh positif
terhadap good
corporate governance, peran auditor internal berpengaruh positif
terhadap good
corporate governance, good corporate governance berpengaruh
positif terhadap
pencegahan fraud, budaya organisasi berpengaruh signifikan
terhadap pencegahan
fraud melalui good corporate governance, dan peran auditor
internal berpengaruh
signifikan terhadap pencegahan fraud melalui good corporate
governance.
Kata Kunci: Budaya Organisasi, Peran Auditor Internal, Good
Corporate
Governance, Pencegahan Fraud
-
x
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh
Puji syukur kepada Allah Swt. atas segala rahmat dan karunianya
sehingga
penulis dapat menyelesaikan skripsi ini yang berjudul “Pengaruh
Budaya
Organisasi dan Peran Auditor Internal Terhadap Pencegahan Fraud
dengan
Good Corporate Governance sebagai Intervening”. Shalawat serta
salam
senantiasa selalu tercurah kepada Nabi Muhammad Saw. yang telah
menuntun
kita dari zaman kegelapan menuju zaman terang benderang seperti
saat ini.
Skripsi ini merupakan syarat bagi penulis untuk dapat
menyelesaikan studi S1
Akuntansi dan sekaligus memperoleh gelar Sarjana Akuntansi
Universitas Islam
Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Penulis menyadari banyak
pihak telah
membantu dalam proses penyelesaian skripsi ini. Skripsi ini
tidak akan terwujud
atau terselesaikan tanpa ada bantuan dari berbagai pihak. Pada
kesempatan ini,
penulis dengan segala kerendahan hati menyampaikan terima kasih
sebesar-
besarnya kepada:
1. Kedua orang tua, yaitu Bapak Misnan dan Ibu Marsiyah yang
selalu
memberikan semangat, dukungan, dan doa kepada penulis sehingga
penulis
dapat menyelesaikan skripsi ini dengan sangat baik.
2. Kedua adik penulis, yaitu Rizki Aprianzah dan Nabila
Anantasya Almaira
yang selalu menghibur penulis saat sedang penat dalam menyusun
skripsi.
3. Bapak Prof. Dr. Amilin, SE., M.Si., Ak., CA., QIA., BKP.,
CRMP selaku
Dekan sekaligus Dosen Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi dan
Bisnis
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta
4. Ibu Yessi Fitri, SE., M.Si., Ak., CA. selaku Ketua Jurusan
dan Dosen
Akuntansi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah
Jakarta
5. Ibu Fitri Damayanti, M.Si. selaku Sekretaris Jurusan dan
Dosen Akuntansi
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta
6. Ibu Atiqah, SE., M.S.Ak. selaku Dosen Pembimbing Akademik
yang selalu
memberikan masukan dan arahan di setiap semester.
-
xi
7. Ibu Fitri Yani Jalil, SE., M.Sc. selaku Dosen Pembimbing
Skripsi yang telah
meluangkan waktu dan pikirannya kepada penulis serta selalu
memberikan
motivasi dan semangat sehingga penulis dapat menyelesaikan
skripsi dengan
sangat baik.
8. Seluruh Dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam
Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta yang tidak dapat saya sebutkan satu persatu
namun tidak
mengurangi rasa hormat penulis kepada mereka.
9. Khususnya seluruh Dosen Jurusan Akuntansi Universitas Islam
Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta yang telah memberikan pelajaran berharga
selama
penulis melaksanakan studi. Semoga ilmu yang didapatkan dapat
bermanfaat
bagi penulis di masa yang akan datang.
10. KAP Abdul Hamid dan Rekan yang telah memberikan penulis
kesempatan
magang sebagai auditor junior. Rekan magang Umayah, Endah, dan
Kak
Andien yang telah memberikan semangat kepada penulis dalam
menyelesaikan skripsi ini.
11. Keluarga besar Akuntansi angkatan 2015 yang selalu
memberikan masukan,
semangat, dan saling sharing informasi dan pengalaman kepada
penulis
selama 4 tahun ini.
12. Keluarga besar Akuntansi A 2015 yang selama 4 tahun ini
selalu memberikan
semangat, doa, dan saling kerja sama selama proses perkuliahan
berlangsung.
Telah banyak rintangan dan tantangan setiap semester yang telah
dilewati
bersama sampai saat ini.
13. Bagi “The Gengges” (Bayu Dwi Cahyanto, Fachriza Fayyad
Fauzan, dan
Achmad Rifai) yang sering menghibur penulis selama perkuliahan
dan juga
sering sharing dan support ilmu yang dimiliki.
14. KKN Hujantara 183 yang telah menjadi bagian dalam perjalanan
kuliah
penulis sekaligus teman dalam melaksanakan Kuliah Kerja Nyata
(KKN) di
Desa Tanjungrasa.
15. Bagi Fauziah Umami yang merupakan orang spesial bagi penulis
yang selalu
membantu penulis dalam penyebaran kuesioner, menyusun skripsi,
dan juga
-
xii
selalu memberikan doa, dukungan, dan semangat kepada penulis
sehingga
penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan sangat baik.
16. Seluruh pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu
yang telah
memberikan bantuan dan perhatiannya dalam proses penyusunan
skripsi ini.
Semoga Allah Subhanahu wata’ala senantiasa memberikan rahmat
dan
kebaikan seluruh pihak yang telah membantu penulis. Penulis
menyadari bahwa
skripsi ini masih jauh dari kata sempurna dikarenakan
terbatasnya waktu,
pengalaman, dan pengetahuan yang dimiliki penulis. Oleh karena
itu, penulis
mengharapkan segala bentuk saran dan kritik yang membangun dari
berbagai
pihak.
Semoga skripsi yang telah disusun oleh penulis dapat memberikan
manfaat
bagi pihak yang membacanya dan juga dapat dijadikan referensi
tambahan bagi
pihak yang membutuhkan.
Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh
Jakarta, 9 November 2019
Adi Bayu Saputra
-
xiii
DAFTAR ISI
COVER
.....................................................................................................................
COVER DALAM
...................................................................................................
i
LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI
.................................................................
ii
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN KOMPREHENSIF
.................................. iii
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN SKRIPSI
................................................... iv
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH
............................. v
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
............................................................................
vi
ABSTRACT
........................................................................................................
viii
ABSTRAK
............................................................................................................
ix
KATA PENGANTAR
............................................................................................
x
DAFTAR ISI
.......................................................................................................
xiii
DAFTAR TABEL
..............................................................................................
xvi
DAFTAR GAMBAR
.........................................................................................
xvii
DAFTAR LAMPIRAN
....................................................................................
xviii
BAB I PENDAHULUAN
.......................................................................................
1
A. Latar Belakang
.................................................................................................
1
B. Rumusan Masalah
..........................................................................................
11
C. Tujuan Penulisan
............................................................................................
11
D. Manfaat Penulisan
.........................................................................................
12
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
..........................................................................
13
A. Tinjauan Literatur
..........................................................................................
13
1. Teori Planned Behavior
.............................................................................
13
2. Teori Pentagon Fraud
...............................................................................
16
3. Budaya Organisasi
.....................................................................................
19
4. Peran Auditor Internal
...............................................................................
21
5. Good Corporate Governance
....................................................................
23
6. Pencegahan Fraud
.....................................................................................
28
B. Hasil-Hasil Penelitian Terdahulu
...................................................................
36
C. Pengembangan Hipotesis
...............................................................................
43
-
xiv
D. Kerangka Pemikiran
......................................................................................
48
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
.......................................................... 49
A. Ruang Lingkup Penelitian
.............................................................................
49
B. Metode Penentuan Sampel
.............................................................................
49
1. Populasi dan Sampel
..................................................................................
49
2. Metode Pengambilan Sampel
....................................................................
50
C. Metode Pengumpulan Data
............................................................................
50
1. Penelitian Lapangan (Field
Research).......................................................
50
D. Metode Analisis Data
....................................................................................
51
1. Statistik Deskriptif
.....................................................................................
52
2. Outer Model atau Uji Model Pengukuran
................................................. 52
a. Convergent Validity atau Uji Validitas Konvergen
............................... 53
b. Discriminant Validity
............................................................................
53
c. Reliability atau Uji Reliabilitas
.............................................................
54
3. Inner Model atau Uji Model Struktural
..................................................... 54
a. R-Square
................................................................................................
55
b. Q-Square
...............................................................................................
55
c. Goodness of Fit (GoF)
...........................................................................
56
4. Uji Hipotesis
..............................................................................................
56
5. Uji Efek Intervening
..................................................................................
57
E. Operasionalisasi Variabel Penelitian
.............................................................
58
1. Budaya Organisasi (X1)
.............................................................................
58
2. Peran Auditor Internal (X2)
.......................................................................
58
3. Pencegahan Fraud (Y)
...............................................................................
59
4. Good Corporate Governance (Z)
..............................................................
59
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
.............................................................
61
A. Gambaran Umum Objek Penelitian
...............................................................
61
1. Tempat dan Waktu Penelitian
....................................................................
61
2. Karakteristik Profil Responden
..................................................................
66
a. Deskripsi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin
................................. 66
b. Deskripsi Responden Berdasarkan Umur
.............................................. 67
-
xv
c. Deskripsi Responden Berdasarkan Pendidikan Terakhir
....................... 67
d. Deskripsi Responden Berdasarkan Lama Bekerja Di Perusahaan
......... 68
e. Deskripsi Responden Berdasarkan Jabatan
............................................ 68
B. Hasil Uji Analisis Data Penelitian
.................................................................
69
1. Hasil Uji Statistik Deskriptif
.....................................................................
69
2. Hasil Uji Outer Model atau Model Pengukuran
........................................ 72
a. Hasil Uji Convergent Validity
...............................................................
72
b. Hasil Uji Discriminant Validiity
........................................................... 75
c. Hasil Uji Reliabilitas
.............................................................................
80
3. Hasil Uji Inner Model atau Model Struktural
........................................... 81
a. Hasil Uji R-Square
................................................................................
82
b. Hasil Uji Q-Square
................................................................................
83
c. Hasil Uji Goodness of Fit (GoF)
........................................................... 84
d. Hasil Uji Hipotesis
................................................................................
84
4. Hasil Uji Efek Intervening
.........................................................................
86
C. Pembahasan
...................................................................................................
87
1. Pengaruh Budaya Organisasi Terhadap Pencegahan Fraud
...................... 87
2. Pengaruh Peran Auditor Internal Terhadap Pencegahan Fraud
................ 88
3. Pengaruh Budaya Organisasi Terhadap Good Corporate Governance
..... 89
4. Pengaruh Peran Auditor Internal Terhadap Good Corporate
Governance
........................................................................................................................
90
5. Pengaruh Good Corporate Governance Terhadap Pencegahan Fraud
..... 91
6. Pengaruh Budaya Organisasi Terhadap Pencegahan Fraud
melalui
Good Corporate Governance
....................................................................
92
7. Pengaruh Peran Auditor Internal Terhadap Pencegahan Fraud
melalui
Good Corporate Governance
....................................................................
92
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
...............................................................
94
A. Kesimpulan
....................................................................................................
94
B. Saran
..............................................................................................................
95
DAFTAR PUSTAKA
...........................................................................................
96
LAMPIRAN-LAMPIRAN
................................................................................
105
-
xvi
DAFTAR TABEL
Tabel 1.1 Indeks Persepsi Korupsi (Corruption Perception Index)
................. 4
Tabel 1.2 Tipe Fraudster Berdasarkan Jenis Fraud Yang Dilakukan
............. 5
Tabel 2.1 Hasil-Hasil Penelitian Terdahulu
................................................... 36
Tabel 3.1 Operasionalisasi Variabel
Penelitian.............................................. 60
Tabel 4.1 Outer Loading Try Out Kuesioner Penelitian
................................ 61
Tabel 4.2 Discriminant Validity Try Out Kuesioner Penelitian
..................... 63
Tabel 4.3 Hasil Uji Reliabilitas Try Out Kuesioner Penelitian
...................... 64
Tabel 4.4 Data Sampel Penelitian
..................................................................
65
Tabel 4.5 Hasil Uji Deskripsi Responden Berdasarkan Jenis
Kelamin ......... 66
Tabel 4.6 Hasil Uji Deskripsi Responden Berdasarkan Umur
....................... 67
Tabel 4.7 Hasil Uji Deskripsi Responden Berdasarkan
Pendidikan
Terakhir
..........................................................................................
67
Tabel 4.8 Hasil Uji Deskripsi Responden Berdasarkan Lama Bekerja
Di
Perusahaan......................................................................................
68
Tabel 4.9 Hasil Uji Deskripsi Responden Berdasarkan Jabatan
.................... 69
Tabel 4.10 Hasil Uji Statistik Deskriptif
.......................................................... 69
Tabel 4.11 Outer Loading
................................................................................
73
Tabel 4.12 Outer Loading Modifikasi
.............................................................
74
Tabel 4.13 Cross Loading
................................................................................
76
Tabel 4.14 Outer Loading Modifikasi Kedua
.................................................. 78
Tabel 4.15 Cross Loading Setelah Pengujian Ulang
....................................... 79
Tabel 4.16 Composite Reliability dan Cronbach’s Alpha
................................ 80
Tabel 4.17 Nilai R-Square
...............................................................................
82
Tabel 4.18 Path Coefficients (Mean, STDEV, T-Value)
................................. 85
Tabel 4.19 Indirect Effects
...............................................................................
86
-
xvii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Model Teori Planned Behavior
...................................................... 14
Gambar 2.2 Crowe’s Fraud Pentagon
...............................................................
17
Gambar 2.3 Fraud Tree
.....................................................................................
31
Gambar 2.4 Kerangka Pemikiran
.......................................................................
48
Gambar 4.1 Model Struktural Hasil Bootstrapping
........................................... 82
-
xviii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Surat Penelitian
............................................................................
106
Lampiran 2 Surat Keterangan dari Perusahaan
............................................... 112
Lampiran 3 Kuesioner Pilot Test
.....................................................................
117
Lampiran 4 Kuesioner Yang Akan
Disebar.....................................................
123
Lampiran 5 Identitas dan Jawaban Responden
................................................ 129
-
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Di dunia bisnis saat ini, perusahaan beroperasi dalam ruang
lingkup yang
lebih luas yaitu dalam lingkungan bisnis global multidimensi.
Ruang lingkup
yang lebih luas menuntut perusahaan agar mampu bersaing
dengan
perusahaan lainnya agar tetap bertahan (sustain) dalam
menjalankan kegiatan
operasi bisnisnya. Kegiatan operasi bisnis yang dijalankan
mengharuskan
perusahaan melakukan upaya efektif dan efisien agar mendapatkan
hasil yang
memuaskan sesuai dengan yang diharapkan.
Dalam kegiatan operasi bisnisnya, perusahaan juga turut
mengelola
sejumlah besar data digital yang sangat penting guna mendukung
kelancaran
kegiatan operasi bisnis yang dijalankan. Tantangan dan rintangan
yang
dihadapi oleh perusahaan dalam menjalankan kegiatan operasi
bisnis tidaklah
mudah. Kondisi eksternal perusahaan membuat banyak pihak cukup
khawatir,
di antaranya ancaman pesaing bisnis di lingkup pasar yang baru,
peraturan
pemerintah yang sangat ketat dan ancaman resiko tindakan
penegakan hukum
dan litigasi yang mahal. Salah satu resiko yang sangat
mengkhawatirkan bagi
perusahaan-perusahaan tersebut adalah resiko tindakan kecurangan
akuntansi
(fraud). Hal tersebut sudah menjadi fokus perhatian bagi
perusahaan-
perusahaan saat ini. Banyak pemimpin bisnis mengakui potensi
kerugian yang
timbul dari tindakan fraud di antaranya kerugian menurunnya
reputasi, biaya
ekonomi yang timbul akibat aktivitas investigasi, denda, dan
pinalti, serta
biaya individu dalam bentuk tuntutan pidana. (Omar, Johari, dan
Hasnan,
2015).
Berbicara mengenai fraud, memang bukan lagi menjadi hal yang
asing
saat ini. Praktik fraud terjadi baik di negara maju maupun
berkembang. Fraud
dapat dilakukan oleh pihak internal ataupun eksternal dari suatu
perusahaan
baik secara individu maupun kelompok. (Lorensa, 2018).
-
2
Menurut Wahono (2011) dalam Rahmayani (2014), kasus fraud
yang
muncul saat ini dalam bentuk berbagai macam. Hal tersebut tidak
terlepas dari
akibat perkembangan bisnis yang semakin kompleks dan peluang
untuk
melakukan investasi serta membuka usaha terbuka lebar. Faktor
itulah yang
mendorong timbulnya resiko terjadinya fraud pada perusahaan
maupun
instansi pemerintahan semakin meningkat. Jika melihat dari
berbagai kasus
yang terjadi baik di luar negeri maupun di dalam negeri, kasus
fraud dapat
terjadi di mana saja.
Meningkatnya kasus fraud yang telah terungkap dalam beberapa
tahun
terakhir ini tentu membuat banyak pihak merasa khawatir.
Menurut
Association of Certified Fraud Examiners (ACFE) tindakan fraud
terbagi
menjadi 3 jenis yang digambarkan dalam The Fraud Tree, yaitu
(1)
Corruption (korupsi); (2) Asset Misappropriation (penyimpangan
atas aset);
dan (3) Financial Statement Fraud (kecurangan laporan keuangan).
Syahputra
(2018) mengatakan bahwa korupsi merupakan salah satu jenis
tindakan fraud
yang paling banyak terjadi di beberapa negara saat ini termasuk
di Indonesia.
Di Indonesia, korupsi mulai terdengar sering oleh masyarakat
sekitar tahun
1997 sampai 1998, pada masa jatuhnya pemerintahan Orde Baru dan
diikuti
dengan krisis ekonomi yang berkepanjangan. Korupsi saat ini
telah merambah
ke berbagai sektor yang lain, seperti sektor publik, hukum, dan
ekonomi
dalam taksonomi kehidupan di Indonesia. Peraturan yang telah
dibuat oleh
pemerintah tidak mampu mengatasi tindakan korupsi yang terjadi
di Indonesia
(Aziz, 2017).
Menurut Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2001 yang merupakan
perubahan atas Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 tentang
pemberantasan tindak pidana korupsi menyatakan bahwa korupsi
merupakan
tindakan melawan hukum yang dilakukan oleh seseorang untuk
memperkaya
diri sendiri atau orang lain atau korporasi yang dapat merugikan
keuangan
negara atau perekonomian negara dengan cara menyalahgunakan
wewenang,
kesempatan, atau sarana yang ada padanya karena jabatan atau
kedudukan.
-
3
Beberapa kasus besar korupsi yang terjadi di sektor publik
Indonesia,
antara lain: kasus korupsi KTP Elektronik yang merugikan uang
negara
sebesar Rp2,3 triliun, kasus mafia pajak yang merugikan negara
sebesar Rp1,5
triliun, kasus proyek wisma atlet di Hambalang yang merugikan
keuangan
negara sebesar Rp463,33 miliar, kasus suap dan tindak pidana
pencucian uang
Mahkamah Konstitusi (MK) periode 2013-2018 terhadap beberapa
kasus
sengketa pilkada di Mahkamah Konstitusi (MK), kasus korupsi
simulatror
SIM yang merugikan keuangan negara sebesar Rp121,83 miliar, dan
masih
banyak kasus yang lainnya (Lameng dan Dwiandra, 2018).
Data dari transparency international yang mengeluarkan
peringkat
negara-negara berdasarkan Indeks Persepsi Korupsi (Corruption
Perception
Index), menunjukkan bahwa Indonesia pada tahun 2018 mendapat
skor
sebesar 38. Angka 38 menunjukkan angka yang tergolong masih
rendah.
Pasalnya pemberian skor untuk indeks persepsi korupsi dari 0-100
di mana
angka 0 menunjukkan atau menggambarkan bahwa negara tersebut
paling
korup sedangkan 100 menunjukkan bahwa negara tersebut paling
bersih dari
tindakan korupsi. Dengan skor 38, membuat Indonesia berada pada
peringkat
89 di rangking CPI Internasional tahun 2018 dari 183 negara yang
diukur
indeks persepsi korupsinya. Jika dibandingkan dengan negara
ASEAN
lainnya, Indonesia menempati peringkat 4 di bawah Singapura,
Brunei
Darussalam, dan Malaysia. Indeks persepsi korupsi yang diraih
Indonesia
pada tahun 2018 hanya sebesar 38, tidak terlepas dari masih
banyaknya kasus-
kasus korupsi di Indonesia hingga saat ini. Sebagai negara
besar, tentu
seharusnya membuat negara Indonesia berbenah untuk segera
benar-benar
memberantas korupsi yang masih ada di Indonesia (http://www.
transparency.org).
Berikut ini merupakan tabel data indeks persepsi korupsi dari 11
negara di
ASEAN dari tahun 2012 sampai tahun 2018.
-
4
Tabel 1.1
Indeks Persepsi Korupsi (Corruption Perception Index)
Negara 2018 2017 2016 2015 2014 2013 2012
Singapura 85 84 84 85 84 86 87
Brunei Darussalam 63 62 58 60 60 60 55
Malaysia 47 47 49 50 52 50 49
Indonesia 38 37 37 36 34 32 32
Filipina 36 34 35 35 38 36 34
Thailand 36 37 35 38 38 35 37
Timor Leste 35 38 35 28 28 30 33
Vietnam 33 35 33 31 31 31 31
Laos 29 29 30 25 25 26 21
Myanmar 29 30 28 22 21 21 15
Kamboja 20 21 21 21 21 20 22
Sumber: (http://www.transparency.org) diolah kembali
Fraud yang terjadi di dunia bisnis saat ini bukan hanya dalam
bentuk
korupsi saja akan tetapi dalam bentuk lainnya yang dapat
menimbulkan
kerugian bagi perusahaan. Menurut ACFE pada tahun 2018 yang
termuat
dalam “Report to The Nations 2018 Global Study on Occupational
Fraud and
Abuse” bahwa terdapat banyak tipe pelaku fraud atau fraudster
berdasarkan
jenis fraud yang dilakukan di antaranya adalah (1) fraudster
yang melakukan
penyalahgunaan asset sebesar 58%; (2) fraudster yang
melakukan
penyalahgunaan asset dan korupsi sebesar 24%; (3) fraudster yang
melakukan
korupsi sebesar 9%; (4) fraudster yang melakukan korupsi,
penyalahgunaan
asset, dan kecurangan sebesar 4%; (5) fraudster yang
melakukan
penyalahgunaan asset dan kecurangan laporan keuangan sebesar 3%;
(6)
fraudster yang melakukan kecurangan laporan keuangan sebesar 1%;
dan (7)
fraudster yang melakukan korupsi dan kecurangan laporan keuangan
sebesar
1%. Berikut ini merupakan tabel fraudster berdasarkan jenis
fraud yang
dilakukan menurut ACFE 2018.
http://www.transparency.org/
-
5
Tabel 1.2
Tipe Fraudster Berdasarkan Jenis Fraud yang Dilakukan
No. Tipe Fraudster Persentase
1. Penyalahgunaan Aset 58%
2. Penyalahgunaan Aset dan Korupsi 24%
3. Korupsi 9%
4. Korupsi, Penyalahgunaan Aset, dan Kecurangan Laporan
Keuangan
4%
5. Penyalahgunaan Aset dan Kecurangan Laporan Keuangan 3%
6. Kecurangan Laporan Keuangan 1%
7. Korupsi dan Kecurangan Laporan Keuangan 1%
Sumber: (ACFE, 2018)
Berdasarkan data tersebut terlihat bahwa fraudster yang
melakukan fraud
dengan penyalahgunaan aset lebih banyak dan sering dilakukan
dibanding
dengan fraud yang lainnya. Hal ini menunjukkan bahwa tindakan
fraud tidak
selalu berkaitan dengan keuangan saja namun yang berkaitan
dengan non-
keuangan yang dapat merugikan juga dapat dilakukan. Selain itu,
fakta bahwa
fraudster yang melakukan jenis fraud lebih dari satu juga cukup
banyak.
Menurut ACFE (2018) kasus kecurangan yang memberikan dampak
kerugian yang cukup besar adalah kecurangan laporan keuangan
(financial
statement fraud), di mana kerugian yang ditimbulkan mencapai
$800.000 dari
total rata-rata kerugian (median loss) walaupun kasus tersebut
hanya sebesar
10% dari total kasus fraud yang terjadi sebanyak 2.690 kasus
selama tahun
2018. Selain itu, skema fraud yang seringkali terjadi yaitu
penyalahgunaan
aset sebesar 89% dari total kasus tapi menimbulkan kerugian yang
sedikit
yaitu sebesar $114.000 dari total median loss. Fakta lain
menunjukkan bahwa
di wilayah Asia Pasifik kasus kecurangan (fraud) sering terjadi
pada
perusahaan yang bergerak di industry manufaktur. ACFE (2018)
menunjukkan
hasil di mana kasus fraud di perusahaan manufaktur terjadi
sebanyak 38 kasus
atau 17% dari total kasus fraud yang terjadi di industri
lainnya. Selain itu,
total rata-rata kerugian yang dialami oleh perusahaan manufaktur
di wilayah
Asia Pasifik akibat fraud adalah sebesar $500.000
-
6
Salah satu kasus kecurangan akuntansi (fraud) di dunia yang
belum lama
terjadi yaitu kasus Toshiba Corporation pada tahun 2015. Toshiba
Corporation
merupakan sebuah perusahaan manufaktur yang memproduksi
peralatan listrik
atau eletronik yang terdiversifikasi dan terkenal di seluruh
dunia. Perusahaan
ini berlokasi di wilayah Minato, Shibaura, Tokyo, Jepang.
Skandal fraud yang
dilakukan oleh Toshiba Corporation terungkap pada tahun 2015, di
mana
terjadi praktik kebohongan melalui accounting fraud senilai 1,22
miliar dolar
Amerika. Upaya ini dilakukan dengan berbagai cara sehingga
menghasilkan
laba yang tidak rasional dan tidak sesuai dengan kenyataannya
(K. Sari, 2017).
Selain Toshiba Corporation, skandal fraud juga terjadi pada
industri
manufaktur lainnya. Tianhe Chemicals juga melakukan skandal
fraud pada
tahun 2014. Tianhe Chemicals merupakan perusahaan manufaktur
kimia di
Hongkong dituduh memberikan informasi palsu kepada investor
berupa
pertumbuhan pendapatan yang lebih dari 20% per tahun, sedangkan
dokumen
yang diserahkan kepada pemerintah atau regulator menunjukkan
bahwa
pendapatan dan laba yang lebih rendah secara signifikan. Selain
itu, Tianhe
Chemical juga dituduh membuat laporan keuangan yang
melebihsajikan
pendapatan serta keuntungan dan membuat data pajak yang
berlawanan
dengan melakukan sistem pembukuan ganda (Riley, 2014).
Di Indonesia, kasus kecurangan akuntansi yang dilakukan oleh
perusahaan
manufaktur pernah terjadi pada PT. Kimia Farma (Persero) Tbk.
Adhikara,
(2011) menyatakan bahwa PT. Kimia Farma melakukan kecurangan
akuntansi
dengan cara penggelembungan laba. Laba bersih yang disajikan
oleh PT.
Kimia Farma pada akhir tahun 2001 sebesar Rp132 miliar dan
laporan
keuangan tersebut telah diaudit oleh KAP Hans Tuanakotta dan
Mustofa
(HTM). Namun, BUMN dan Bapepam menilai bahwa laba bersih
yang
disajikan oleh PT. Kimia Farma mengandung unsur rekayasa dan
meminta
untuk dilakukan audit ulang. Setelah dilakukan audit ulang
ternyata ditemukan
kesalahan cukup mendasar dan pada tahun 2002 PT. Kimia Farma
menyajikan
kembali laporan keuangan dengan laba sebesar Rp99,56 miliar
lebih rendah
24,7% atau Rp32,6 miliar dari laba sebelumnya yang
dilaporkan.
-
7
Kasus kecurangan akuntansi lainnya pada perusahaan manufaktur
di
Indonesia terjadi pada PT. Tiga Pilar Sejahtera Food Tbk (AISA).
Pada tahun
2017, manajemen PT. Tiga Pilar Sejahtera Food Tbk (AISA)
melakukan
penggelambungan dana sebesar Rp4 Triliun, penggelembungan
pendapatan
sebesar Rp662 Miliar, penggelembungan pos EBITDA (laba sebelum
bunga,
pajak, depresiasi, dan amortisasi) sebesar Rp329 Miliar, dan
penyelewengan
aliran dana sebesar Rp1,78 Triliun melalui berbagai skema dari
Grup AISA
kepada pihak yang diduga terafiliasi dengan manajemen (Wareza,
2019).
Dalam sebuah perusahaan atau organisasi terdapat suatu budaya
yang
berbeda antara satu dengan yang lain. Budaya merupakan salah
satu bagian
yang menjadi perhatian bagi perusahaan ataupun organisasi dalam
upaya
pencegahan fraud. Salah satu alasan yang mendasari atau
mendorong
seseorang berbuat fraud di dalam suatu perusahaan atau
organisasi adalah
karena adanya kesempatan (opportunity). Kesempatan untuk berbuat
fraud
disebabkan karena kondisi lingkungan sekitar yang mendukung. Hal
ini tidak
terlepas dari bagaimana konsep dari budaya yang ada di dalam
perusahaan
maupun organisasi. Menurut Hikmah, Oktaroza, dan Purnamasari
(2018)
budaya organisasi menggambarkan bagaimana ideologi dari
organisasi
maupun perusahaan tersebut. Budaya yang kuat mengindikasikan
bahwa nilai-
nilai yang menjadi inti dari perusahaan dalam hal kehidupan
sehari-hari di
tempat kerja telah dipatuhi dan diterapkan oleh para karyawan
yang ada di
dalamnya. Budaya organisasi yang kuat akan menciptakan suatu
kondisi yang
baik meliputi kebiasaan, bahasa, gaya, dan komunikasi. Selain
itu, budaya
organisasi yang baik akan membangun tata kelola yang baik dan
sehat pula.
Pemahaman terhadap budaya menjadi sesuatu yang harus
diperhatikan
bersama oleh seluruh anggota dari organisasi maupun perusahaan.
Budaya
yang sehat dan kuat akan membuat orang-orang yang ada di dalam
perusahaan
untuk bekerja secara tanggung jawab dan berkomitmen untuk
menjalankan
bisnis perusahaan secara baik dan terbebas dari upaya
tindakan
penyelewengan.
-
8
Budaya organisasi yang etis menunjukkan sikap dan perilaku dari
seluruh
anggota organisasi secara keseluruhan dapat membentuk budaya
organisasi
yang telah sesuai dan sejalan dengan filosofi organisasi
tersebut (Saputra,
2016). Penelitian yang dilakukan oleh Zelmiyanti dan Anita
(2015)
menunjukkan bahwa budaya organisasi memiliki pengaruh yang
signifikan
terhadap pencegahan fraud di Bank Perkreditan Rakyat (BPR)
Sumatera
Barat. Sehingga diperlukan kondisi budaya organisasi yang baik
dalam upaya
untuk mencegah tindakan fraud yang akan terjadi di dalam
organisasi maupun
perusahaan.
Hikmah (2018) menunjukkan bahwa budaya organisasi memiliki
pengaruh
yang positif terhadap tindakan pencegahan fraud pada perusahaan
BUMN
Sektor Transportasi dan Pergudangan di Kota Bandung sehingga
dapat
dikatakan bahwa ketika budaya organisasi berjalan dengan baik di
perusahaan
maka upaya pencegahan terhadap fraud juga akan meningkat.
Pengembangan
budaya anti-fraud di dalam perusahaan memerlukan waktu yang
cukup lama
dan berkala. Diperlukan sinergitas seluruh elemen di dalam
organisasi atau
perusahaan untuk menciptakan budaya tersebut. Manajer
perusahaan
memberikan contoh bagaimana sikap ketika menghadapi tindakan
fraud serta
mengkomunikasikan kebijakan perusahaan berkaitan dengan
tindakan
terhadap perilaku fraud. Tanpa adanya dukungan yang kuat dari
manajemen
akan sulit tercipta budaya organisasi yang kuat dan
berintegritas. Sehingga di
dalam organisasi atau perusahaan tersebut akan rentan terhadap
tindakan fraud
(Sabau, Sendroiu, dan Sgardea, 2013).
Pencegahan fraud merupakan salah satu upaya yang sangat tepat
untuk
meminimalisir dampak yang terjadi akibat praktik fraud. Bagi
perusahaan,
pemerintah, maupun organisasi pencegahan fraud dapat dilakukan
dengan
pembentukan sebuah unit kerja khusus yang bertugas untuk
melakukan
pengawasan dan pengendalian yaitu audit internal (Lorensa,
2018). Audit
Internal memiliki peranan yang tidak kalah pentingnya di dalam
upaya
pencegahan fraud. Menurut Barišić dan Tušek (2016) audit
internal di dalam
perusahaan merupakan bagian dari tata kelola perusahaan
(Corporate
-
9
Governance). Efektivitas audit internal sangat membantu
perusahaan dalam
meningkatkan efektivitas tata kelola perusahaan secara
keseluruhan. Selain
itu, audit internal memberikan dampak positif bagi perusahaan
yaitu dapat
menambah nilai bagi perusahaan dengan memenuhi tujuan spesifik
yang telah
ditetapkan dalam aktivitas auditnya. Dengan kata lain bahwa
ruang lingkup
audit internal mempengaruhi kemampuannya untuk menambah nilai
bagi
perusahaan. Pelaksanaan audit internal yang baik tidak terlepas
dari
bagaimana peran auditor internal. Shamsuddin dan Johari (2014)
menyatakan
bahwa peran auditor internal di dalam perusahaan sangat penting
karena
memiliki peran yang spesifik yaitu menilai sistem pengendalian
internal yang
berisi aturan dan standar yang telah ditetapkan oleh pihak
manajemen. Dengan
kata lain, auditor internal juga bertanggung jawab untuk
memberikan saran
tentang bagaimana meningkatkan sistem pengendalian dan tindakan
korektif
jika dibutuhkan. Saran yang diberikan biasanya didasarkan pada
kemampuan
auditor untuk meramalkan kejadian yang bersifat tidak pasti di
masa depan
yang dapat terjadi sebagai akibat lemahnya sistem pengendalian.
Penelitian
yang dilakukan oleh Taufik (2010) menunjukkan bahwa auditor
internal
memiliki pengaruh yang positif terhadap pencegahan fraud pada
pemerintahan
Kabupaten/Kota di Provinsi Riau. Hal ini menunjukkan bahwa peran
dari
auditor internal dalam mencegah fraud sangat penting.
Fraud merupakan sesuatu tindakan yang dapat dilakukan oleh siapa
saja
baik pihak internal maupun eksternal dari organisasi atau
perusahaan. Fraud
yang dilakukan oleh pihak internal maupun eksternal dari suatu
perusahaan
menunjukkan bahwa fungsi yang berada di dalam perusahaan
tersebut tidak
berjalan dengan baik dan konsisten serta pelaksanaannya tidak
diawasi secara
ketat (Marsandy dan Rahmaita, 2018). Dalam upaya pencegahan
fraud
diperlukan strategi pencegahan fraud yang efektif bagi
perusahaan maupun
organisasi. Menurut Hermiyetti (2010) strategi pencegahan fraud
merupakan
suatu bagian dari program-program yang dirancang untuk mencegah
atau
mengendalikan tindakan fraud. Strategi ini berhubungan dengan
bagaimana
cara-cara untuk mengendalikan faktor-faktor yang dapat
menimbulkan
-
10
tindakan fraud dengan menciptakan kondisi-kondisi yang dapat
berhubungan
langsung dengan tindakan pencegahan fraud di dalam organisasi
maupun
perusahaan.
Pelaksanaan tata kelola perusahaan yang baik (good corporate
governance) menjadi indikator yang menunjukkan bahwa suatu
perusahaan
telah dikelola dengan baik dan benar sesuai dengan peraturan
yang berlaku.
Praktik good corporate governance menjadi sangat penting bagi
perusahaan,
di mana good corporate governance dapat dijadikan sebagai alat
untuk
mengendalikan manajemen dalam hal meningkatkan kinerja
perusahaan dan
upaya membangun perusahaan yang sehat (Widuri dan Paramita,
2007).
Perusahaan yang sehat umumnya terbebas dari hal-hal yang dapat
merugikan
dan merusak citra atau nilai perusahaan tersebut, salah satunya
adalah
tindakan fraud. Pengimplementasian good corporate governance
menjadi
suatu bentuk untuk mengurangi tindakan fraud tersebut. Hal
tersebut didukung
dengan prinsip-prinsip yang terdapat dalam good corporate
governance yang
harus dilaksanakan oleh perusahaan, yaitu transparansi,
akuntabilitas,
responsibilitas, independensi, dan kewajaran atau kesetaraan
(Kristiana,
Wahyuni, dan Sujana, 2017). Good corporate governance yang
diharapkan
dapat menjadi alat untuk mengurangi dan mencegah terjadinya
tindakan fraud
memerlukan kesinambungan fungsi dengan budaya perusahaan dan
peran dari
auditor internal untuk dapat berjalan secara maksimal.
Berdasarkan uraian-uraian di atas, peneliti tertarik untuk
melakukan
penelitian mengenai budaya organisasi, peran auditor internal,
dan good
corporate governance yang berkaitan dengan pencegahan fraud.
Penelitian ini
merupakan pengembangan dari penelitian yang dilakukan oleh
Soleman pada
tahun 2013. Modifikasi penelitian ini terletak pada penambahan
variabel
independen. Di mana pada penelitian yang dilakukan oleh
Soleman
menggunakan variabel pengendalian internal sebagai variabel
independen
sedangkan dalam penelitian ini, peneliti mengganti variabel
efektivitas sistem
pengendalian internal dengan dua variabel independen yaitu
budaya organisasi
dan peran auditor internal. Dua variabel tersebut diadopsi dari
penelitian yang
-
11
dilakukan oleh Zelmiyanti dan Anita pada tahun 2015. Berdasarkan
fenomena
dan teori yang telah diuraikan, peneliti tertarik untuk
melakukan penelitian
dengan judul “Pengaruh Budaya Organisasi dan Peran Auditor
Internal
Terhadap Pencegahan Fraud Dengan Good Corporate Governance
Sebagai Variabel Intervening”.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, maka
rumusan
permasalahan yang hendak diteliti yaitu sebagai berikut:
1. Apakah budaya organisasi memiliki pengaruh secara signifikan
terhadap
pencegahan fraud?
2. Apakah peran auditor internal memiliki pengaruh secara
signifikan
terhadap pencegahan fraud?
3. Apakah budaya organisasi memiliki pengaruh secara signifikan
terhadap
good corporate governance?
4. Apakah peran auditor internal memiliki pengaruh secara
signifikan
terhadap good corporate governance?
5. Apakah good corporate governance memiliki pengaruh secara
signifikan
terhadap pencegahan fraud?
6. Apakah budaya organisasi memiliki pengaruh secara signifikan
terhadap
pencegahan fraud dengan good corporate governance sebagai
variabel
intervening?
7. Apakah peran auditor internal memiliki pengaruh secara
signifikan
terhadap pencegahan fraud dengan good corporate governance
sebagai
variabel intervening?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan perumusan masalah yang telah diuraikan, penelitian
ini
bertujuan untuk memperoleh bukti empiris atas hal-hal sebagai
berikut:
1. Pengaruh budaya organisasi terhadap pencegahan fraud.
2. Pengaruh peran auditor internal terhadap pencegahan
fraud.
3. Pengaruh budaya organisasi terhadap good corporate
governance
4. Pengaruh peran auditor internal terhadap good corporate
governance
-
12
5. Pengaruh good corporate governance terhadap pencegahan
fraud
6. Pengaruh budaya organisasi terhadap pencegahan fraud dengan
good
corporate governance sebagai variabel intervening
7. Pengaruh peran auditor internal terhadap pencegahan fraud
dengan good
corporate governance sebagai variabel intervening
D. Manfaat Penelitian
Dengan dilaksanakannya penelitian ini, maka hasil dari
penelitian ini
diharapkan mampu memberikan manfaat dan kontribusi bagi beberapa
pihak
di antaranya sebagai berikut:
1. Bagi Perusahaan
Diharapkan dengan dilaksanakannya penelitian ini, hasil dari
penelitian ini dapat memberikan informasi beserta masukan
bagi
karyawan, auditor internal dan manajemen yang bekerja di
suatu
perusahaan. Informasi yang diharapkan bermanfaat bagi mereka
yaitu
berkaitan dengan pentingnya budaya organisasi, peran auditor
internal, dan
good corporate governance terhadap upaya pencegahan fraud.
Selain itu,
hasil dari penelitian ini dapat memberikan masukan kepada
pihak
manajemen dan auditor internal untuk membangun budaya organisasi
dan
tata kelola yang baik sebagai bentuk pencegahan tindakan
fraud.
2. Bagi Kepentingan Akademik
Diharapkan hasil dari penelitian ini mampu memberikan
tambahan
wawasan dan pengetahuan bagi para akademisi mengenai budaya
organisasi, peran auditor internal, dan good corporate
governance
terhadap pencegahan tindakan fraud.
3. Bagi Peneliti
Untuk peneliti sendiri hasil dari penelitian ini menjadi sarana
untuk
menambah wawasan dan pengetahuan terkait budaya organisasi,
peran
auditor internal, dan good corporate governance terhadap
pencegahan
tidakan fraud.
-
13
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Literatur
1. Teori Planned Behavior
Pada umumnya manusia berperilaku dengan cara yang masuk
akal.
Manusia sebelum berperilaku akan mempertimbangkan dampak yang
akan
timbul sebagai akibat dari tindakan mereka (Ajzen, 2005). Teori
planned
behavior merupakan teori perilaku yang dapat
mengidentifikasikan
keyakinan seseorang terhadap kendali atas sesuatu yang akan
terjadi
sebagai akibat dari perilaku yang telah dilakukan, hal tersebut
dapat
membedakan antara perilaku seseorang yang berkehendak dengan
yang
tidak berkehendak (Ajzen, 1991).
Berbicara mengenai teori planned behavior, teori ini
merupakan
pengembangan dari Theory of Reason Action (TRA) yang lebih
dahulu
dikembangkan pada tahun 1967, teori tersebut terus mengalami
revisi dan
perluasan yang dilakukan oleh Icek Ajzen dan Martin Fishbein.
Mulai
tahun 1980 teori tersebut digunakan untuk mempelajari perilaku
manusia
dan untuk mengembangkan intervensi-intervensi yang mengena.
Pada
tahun 1988, hal lain ditambahkan pada model Theory of Reason
Action
yang sudah ada tersebut dan kemudian diberi nama Theory of
Planned
Behavior (Achmat, 2010).
Teori Planned Behavior merupakan suatu alat yang digunakan
untuk
memprediksi perilaku individu ketika individu tersebut tidak
memiliki
kontrol keinginan sendiri secara penuh untuk berperilaku.
Individu
tersebut memiliki hambatan atau kendala yang mengakibatkan
perilakunya
tidak bisa semaunya sendiri (Mahyarni, 2013). Teori Planned
Behavior
menyatakan bahwa terdapat tiga faktor pendorong niat seseorang
untuk
berperilaku. Faktor yang pertama adalah attitude toward the
behavior
(sikap terhadap perilaku) yang merujuk kepada penilaian
seseorang
-
14
mengenai manfaat atau kerugian yang akan timbul apabila
melakukan atau
tidak melakukan perilaku tersebut. Faktor yang kedua adalah
faktor sosial
yang biasa disebut subjective norm (norma subjektif). Subjective
norm
mengacu kepada tekanan sosial yang dirasakan oleh individu yang
berasal
dari orang-orang sekitar untuk melakukan atau tidak melakukan
perilaku
tersebut. Faktor yang ketiga yang mempengaruhi niat seseorang
untuk
berperilaku adalah perceived behavioral control (persepsi
kontrol
perilaku) mengacu kepada penilaian seseorang terhadap kemudahan
atau
kesulitan dalam melakukan suatu perilaku (Ajzen, 1991). Teori
Planned
Behavior ditunjukkan pada gambar berikut ini:
Gambar 2.1: Model Teori Planned Behavior
Sumber: Ajzen (1991)
Berdasarkan model teori planned behavior terlihat jelas
bahwa
perilaku seseorang dipengaruhi oleh niat untuk melakukannya.
Terdapat
tiga faktor yang berpengaruh secara langsung terhadap niat
seseorang
untuk melakukan suatu perilaku. Berikut ini merupakan
penjelasan
mengenai tiga faktor tersebut:
a. Attitude Toward the Behavior (Sikap Terhadap Perilaku)
Ajzen menyatakan bahwa sikap terhadap perilaku ditentukan
oleh
keyakinan individu yang diperoleh mengenai konsekuensi dari
suatu
-
15
perilaku atau disebut juga behavioral beliefs. Di dalam teori
planned
behavior, Ajzen menyatakan bahwa behavioral belief dapat
diungkapkan dengan cara menghubungkan suatu perilaku yang
akan
dilakukan dengan berbagai manfaat atau kerugian yang mungkin
diperoleh apabila kita melakukan atau tidak melakukan
perilaku
tersebut. Keyakinan ini dapat memperkuat sikap terhadap perilaku
jika
perilaku tersebut dapat memberikan keuntungan bagi pelakunya
(Mahyarni, 2013).
b. Subjective Norm (Norma Subjektif)
Norma subjektif merupakan perasaan atau dugaan seseorang
terhadap harapan-harapan yang berasal dari orang-orang yang
berada
di lingkup kehidupannya tentang dilakukan atau tidak
dilakukannya
perilaku tertentu. Hubungan sikap terhadap perilaku sangat
ditentukan
oleh keyakinan begitu juga norma subjektif dipengaruhi oleh
keyakinan individu. Hal yang menjadi perbedaan adalah
apabila
hubungan sikap terhadap perilaku merupakan fungsi dari
keyakinan
terhadap perilaku yang hendak dilakukan (behavioral belief),
maka
norma subjektif merupakan fungsi dari keyakinan seseorang
yang
diperoleh dari pandangan orang lain yang berhubungan dengannya,
di
mana pandangan tersebut berkaitan dengan perilaku yang
hendak
dilakukan (Mahyarni, 2013).
c. Perceived Behavioral Control (Persepsi Kontrol Perilaku)
Ajzen (2005) menyatakan bahwa persepsi kontrol perilaku
merupakan suatu persepsi individu berkaitan dengan
kemampuannya
untuk merealisasikan suatu perilaku tertentu. Individu akan
menilai
mudah atau sulit untuk merealisasikan perilaku. Dalam teori
planned
behavior, persepsi kontrol perilaku ditentukan oleh seberapa
besar
individu tersebut yakin akan ketersediaan sumber daya
seperti
peralatan, kompatibilitas, kompetensi, dan kesempatan yang
mendukung atau menghambat perilaku yang hendak direalisasikan
dan
besarnya peran sumber daya tersebut dalam merealisasikan
perilaku
-
16
tersebut. Semakin kuat keyakinan individu terhadap
tersedianya
sumber daya dan kesempatan yang dimiliki berkaitan dengan
perilaku
tertentu dan semakin besar pula peran sumber daya yang dimiliki
oleh
individu dalam upaya merealisasikan perilaku tersebut maka
semakin
kuat pula persepsi kontrol individu terhadap perilaku
tersebut.
Alasan peneliti menggunakan teori planned behavior di dalam
penelitian ini karena teori planned behavior sesuai dengan tema
dari
penelitian ini yaitu pencegahan fraud. Pencegahan fraud
merupakan
bentuk upaya yang dilakukan oleh individu maupun perusahaan
dalam
meminimalisir tindakan fraud yang jika tidak dicegah akan
menimbulkan
kerugian bagi perusahaan. Teori planned behavior digunakan oleh
peneliti
untuk melihat niat dari individu maupun perusahaan untuk
melakukan
upaya pencegahan fraud. Tentu saja, pencegahan fraud didahului
oleh
pertimbangan, dorongan dari berbagai pihak, dan aturan yang
terdapat di
dalam perusahaan untuk merealisasikan hal tersebut. Ketika
seluruh pihak
yang terdapat di perusahaan memiliki niat yang sama dan didorong
oleh
persepsi yang sama, aturan yang mendukung, serta seluruh pihak
ingin
bersikap untuk mencegah tindakan fraud maka upaya pencegahan
fraud di
dalam perusahaan tersebut dapat direalisasikan dengan mudah.
2. Teori Pentagon Fraud
Teori fraud merupakan teori yang menjelaskan faktor-faktor
yang
mempengaruhi seorang individu atau lebih melakukan tindakan
fraud.
Teori fraud merupakan teori klasik yang terus mengalami
perkembangan
saat ini. Istilah fraud telah dikenal sejak tahun 1944 oleh
Edwin H.
Sutherland dengan nama ”white-collar crime” atau kejahatan
yang
dilakukan oleh orang-orang professional. Pada tahun 1950an,
Donald R.
Cressey mengembangkan penelitian yang telah dilakukan oleh
Sutherland
dan memformulasikan teori baru yang disebut “fraud triangle”.
Menurut
Cressey terdapat tiga alasan mengapa seseorang melakukan
tindakan fraud
yaitu: (1) peluang (opportunity), (2) pembenaran
(rationalization), dan (3)
tekanan (pressure). Teori fraud triangle kemudian menjadi dasar
bagi
-
17
auditor untuk mengidentifikasi pelaku fraud selama beberapa
dekade
(Puspasari, 2015).
Kemudian teori fraud triangle mengalami perkembangan pada
tahun
2004. Wolf dan Hermanson menciptakan teori fraud diamond
yang
merupakan penyempurna dari teori fraud triangle. Menurut Wolfe
dan
Hermanson (2004) sebagian besar fraud tidak dapat terjadi jika
orang yang
melakukannya tidak memiliki kemampuan (capability) yang tepat.
Ketika
terdapat peluang, insentif, dan rasionalisasi, maka seseorang
harus
memiliki kemampuan untuk merealisasikan tindakan fraud. Oleh
karena
itu, di dalam teori fraud diamond terdapat faktor kemampuan
(capability)
seseorang yang mendorong terjadinya tindakan fraud.
Perkembangan teori fraud terus berkembang, pada tahun 2012
muncul
teori pentagon fraud yang merupakan pengembangan dari teori
triangle
fraud dan diamond fraud. Teori ini dikembangkan oleh Crowe
Horwath, di
mana di dalam teori ini terdapat penambahan satu faktor yang
mendorong
terjadinya fraud yaitu faktor arrogance (arogansi) dan mengubah
faktor
capabilitiy yang sebelumnya terdapat di teori diamond fraud
menjadi
competence namun tetap memiliki makna yang sama. Pentagon
fraud
dapat dilihat pada gambar berikut ini:
Gambar 2.2: Crowe’s Fraud Pentagon
Sumber: Horwath (2012)
Berikut ini merupakan penjelasan mengenai lima faktor yang
mendorong seseorang untuk melakukan tindakan fraud:
-
18
a. Pressure (Tekanan)
Tekanan merupakan dorongan seseorang untuk melakukan
tindakan fraud. Pada umumnya tekanan muncul karena kebutuhan
atau
masalah finansial, tapi banyak juga yang hanya terdorong
karena
keserakahan (Priantara, 2013).
Tekanan membuat seseorang berani melakukan tindakan fraud.
Menurut Tuanakotta (2017) seseorang yang memiliki kebutuhan
keuangan yang mendesak (financial pressure) yang tidak dapat
diceritakan kepada orang lain. Sehingga orang tersebut
akhirnya
melakukan tindakan fraud.
b. Opportunity (Peluang)
Peluang memungkinkan terjadinya penipuan. Hal ini umumnya
disebabkan oleh lemahnya sistem pengendalian internal dalam
suatu
organisasi, kurangnya pengawasan, dan penyalahgunaan
wewenang.
Di antara tiga elemen segitiga penipuan, peluang adalah elemen
yang
paling mungkin diminimalisir melalui proses, prosedur, kontrol,
dan
upaya deteksi dini terhadap penipuan (Puspasari, 2015).
Peluang
terjadinya fraud juga dapat terjadi karena lemahnya sanksi
dan
ketidakmampuan untuk menilai kualitas kinerja (Karyono,
2013).
c. Rationalization (Rasionalisasi)
Rasionalisasi adalah elemen penting untuk terjadinya penipuan,
di
mana pelaku selalu mencari pembenaran atas tindakannya.
Sebagai
contoh, pelaku fraud merasionalisasi bahwa tindakannya dalam
melakukan penipuan adalah untuk kebahagiaan keluarganya dan
orang-orang yang dicintainya, masa kerjanya sudah cukup lama
dan
dia merasa berhak mendapat lebih banyak (dalam posisi, gaji,
promosi), laba perusahaan sangat besar sehingga tidak
masalah
baginya untuk mengambil bagian darinya (Puspasari, 2015).
d. Competence (Kompetensi)
Kompetensi merupakan keahlian yang dimiliki oleh seorang
karyawan untuk mengabaikan sistem pengendalian internal yang
-
19
dimiliki oleh suatu perusahaan untuk melakukan tindakan
fraud.
Selain itu, dengan kompetensi seorang karyawan dapat
mengembangkan strategi penyembunyian dan mengamati kondisi
lingkungan sekitar perusahaan untuk memenuhi keinginan
pribadinya
dengan melakukan tindakan fraud (Horwath, 2012).
e. Arrogance (Arogansi)
Horwath (2012) menyatakan bahwa arogansi merupakan tindakan
superioritas yang dimiliki oleh seseorang sebagai bentuk
penguasaan
terhadap hak yang dimilikinya dengan mengabaikan sistem
pengendalian internal, kebijakan, dan peraturan-peraturan yang
ada di
dalam perusahaan. Mereka merasa bahwa hal tersebut tidak
berlaku
terhadap dirinya.
3. Budaya Organisasi
Budaya organisasi mengacu kepada sistem makna bersama yang
dimiliki dan dianut oleh anggota-anggota di dalam suatu
organisasi yang
membedakan organisasi tersebut dengan organisasi lainnya
(Robbins dan
Judge, 2013). Menurut Danis (2004) dalam Dhany, Priantono,
dan
Budianto (2016) budaya organisasi merupakan suatu aturan dan
nilai-nilai
yang dimiliki oleh suatu organisasi yang dipahami, dijiwai,
dan
dipraktikkan oleh seluruh anggota organisasi tersebut sehingga
aturan
tersebut membentuk suatu makna tersendiri bagi organisasi dan
aturan
tersebut dijadikan sebagai dasar dalam berperilaku dalam
organisasi.
Fitri (2018) mengemukakan bahwa budaya organisasi merupakan
suatu sistem yang berisi norma perilaku dan moral yang harus
ditaati dan
dipatuhi oleh seluruh pihak di dalam organisasi untuk mencapai
tujuan
organisasi. Budaya organisasi sangat penting karena akan
mempengaruhi
para anggota organisasi dalam bekerja sehingga tercipta perilaku
yang
baik. Menurut Kreitner dan Kinicki (2001) dan Wibowo (2011)
dalam
Fitri (2018) terdapat empat fungsi budaya organisasi yaitu
sebagai berikut:
-
20
a. Memberi anggota identitas organisasional
Identitas organisasi menggambarkan ciri khas yang dimiliki
oleh
suatu organisasi yang membedakan dengan organisasi yang
lainnya.
b. Memfasilitasi komitmen kolektif
Budaya organisasi yang baik akan membuat anggota bangga dan
bekerja dengan baik sehingga menimbulkan komitmen bersama
untuk
mengikuti norma yang ada dan hal tersebut harus dicapai
secara
bersama-sama.
c. Meningkatkan sistem stabilitas sosial
Meningkatkan stabilitas sistem sosial mencerminkan bahwa
lingkungan kerja positif dan kuat, konflik dan perubahan
dapat
dikelola secara efektif, sehingga mampu membuat lingkungan
dan
interaksi sosial berjalan dengan stabil dan tanpa gejolak.
d. Membentuk perilaku para anggota dengan menyadari kondisi
lingkungan disekitarnya.
Robbins dan Judge (2013) menyatakan bahwa budaya organisasi
memiliki lima fungsi penting yaitu sebagai berikut:
a. Budaya menciptakan suatu pembeda yang jelas antara satu
organisasi
dengan organisasi yang lainnya
b. Budaya membawa suatu rasa identitas bagi para anggota
organisasi
c. Budaya mempermudah timbulnya komitmen pada sesuatu yang
lebih
luas daripada kepentingan diri individual seseorang
d. Budaya merupakan perekat sosial yang membantu
mempersatukan
organisasi tersebut dengan memberikan standar-standar yang
tepat
untuk dilakukan oleh para karyawan
e. Budaya sebagai mekanisme pembuat makna dan kendali yang
memandu dan membentuk sikap serta perilaku para karyawan
Berkaitan dengan pencegahan fraud, budaya organisasi memiliki
peran
yang sangat penting. Hal ini disebabkan karena budaya organisasi
akan
menggambarkan bagaimana perilaku individu karyawan bekerja
dalam
suatu perusahaan. Budaya organisasi yang baik akan mampu
mencegah
-
21
karyawan dalam suatu perusahaan melakukan tindakan fraud.
Sebagai
contoh perusahaan memiliki kebiasaan merotasi karyawan dalam
satu
jabatan dengan tujuan agar karyawan bekerja secara maksimal dan
penuh
tanggung jawab sehingga tindakan fraud dalam diminimalisir,
sistem
komunikasi yang terjalin dengan baik antara manajemen dan
karyawan,
dan sistem perekrutan karyawan yang ketat sehingga karyawan
yang
diseleksi memiliki kriteria yang sesuai dengan perusahaan.
Budaya
organisasi seperti itu dapat mencegah tindakan fraud dapat
terjadi.
4. Peran Auditor Internal
Audit internal adalah sebuah penilaian yang sistematis dan
objektif
yang dilakukan oleh auditor internal terhadap operasi dan
kontrol berbeda-
beda dalam organisasi untuk menentukan apakah (1) informasi
keuangan
dan operasi telah akurat dan dapat diandalkan; (2) risiko yang
dihadapi
perusahaan telah diidentifikasi dan diminimalisasi; (3)
peraturan eksternal
serta kebijakan dan prosedur internal yang bias diterima telah
diikuti; (4)
kriteria operasi yang memuaskan telah terpenuhi; (5) sumber daya
telah
digunakan secara efisien dan ekonomis; dan (6) tujuan organisasi
telah
dicapai secara efektif, dimana semua dilakukan dengan tujuan
untuk
dikonsultasikan dengan manajemen dan membantu anggota
organisasi
dalam menjalankan tanggungjawabnya secara efektif (Sawyer,
Dittenhofer, dan Scheimer, 2005).
Berbicara mengenai peran auditor internal di dalam suatu
perusahaan,
pada saat ini peran tersebut semakin diperlukan. Umumnya
perusahaan
yang memiliki operasi dengan skala yang luas dan besar
sangat
membutuhkan peran auditor internal. Auditor internal memiliki
peran yang
sangat penting di dalam perusahaan.
Peran auditor internal di dalam suatu perusahaan dapat
menciptakan
suatu tantangan bagi mereka untuk menjaga independensi.
Pertama,
terdapat kondisi yang kompleks dan perubahan dalam hal peraturan
dan
teknologi menimbulkan ambiguitas peran auditor internal. Kedua,
peran
auditor internal mengandung konflik. Konflik peran dalam
lingkungan
-
22
auditor internal timbul akibat pertentangan yang berasal dari
peran dalam
melaksanakan audit dan peran dalam melaksanakan konsultasi. Pada
saat
melakukan audit, auditor internal harus menjaga independensi
dengan
tidak mendasarkan pertimbangan auditnya terhadap objek
pemeriksaan.
Akan tetapi, dalam peran konsultasi, auditor internal harus
bekerja sama
dan membantu objek pemeriksaan (Ahmad dan Taylor, 2009).
Dalam
perkembangannya, peran auditor internal yang dapat dijalankan
terbagi
menjadi tiga jenis, yaitu sebagai watchdog, consultant, dan
catalyst
(Suginam, 2017). Berikut ini merupakan penjelasan dari ketiga
peran
auditor internal tersebut:
a. Watchdog
Watchdog merupakan peran tertua dari auditor internal di
mana
peran ini mencakup pekerjaan menginspeksi, observasi,
menghitung,
dan mengecek. Tujuan dari peran ini adalah untuk memastikan
ketaatan terhadap hukum, peraturan dan kebijakan perusahaan.
Proses
audit yang dilaksanakan adalah audit kepatuhan (compliance
audit).
Fokus pemeriksaannya adalah terdapat variasi atau
penyimpangan
dalam sistem pengendalian internal suatu perusahaan. Audit
kepatuhan
dilaksanakan untuk mengidentifikasi penyimpangan yang
terjadi
sehingga dapat dilakukan koreksi terhadap sistem
pengendalian
internal. Oleh karena sifat pekerjaannya, peran watchdog
umumnya
akan menghasilkan rekomendasi yang memiliki dampak jangka
pendek bagi perusahaan.
b. Consultant
Melalui peran ini, manajemen akan melihat bahwa auditor
internal
dapat memberikan manfaat lain selain sebagai watchdog. Peran
ini
mengharuskan auditor internal memberikan saran dalam hal
pengelolaan sumber daya organisasi yang dapat membantu tugas
para
manajer. Peran konsultan turut membuat auditor internal untuk
selalu
meningkatkan pengetahuan baik tentang profesi auditor maupun
aspek
-
23
bisnis sehingga dapat membantu pihak manajemen dalam
memecahkan masalah.
c. Catalyst
Peran auditor internal sebagai katalisator adalah memberikan
jasa
kepada manajemen melalui saran-saran yang bersifat konstruktif
dan
dapat diimplementasikan untuk kemajuan perusahaan namun tidak
ikut
dalam aktivitas operasional perusahaan.
Peran auditor internal sebagai watchdog, consultant, dan
catalyst
diperlukan perusahaan dalam upaya mencegah fraud. Menurut Dewi
dan
Apandi (2012) auditor internal memiliki peran untuk membantu
manajemen dalam hal merancang dan memelihara efektivitas dan
efisiensi
struktur pengendalian internal yang dimiliki perusahaan. Auditor
internal
juga turut bertanggungjawab untuk menilai efektivitas dan
efisiensi dari
sistem pengendalian internal yang memberikan jaminan kualitas
dan
integritas dari proses pelaporan keuangan perusahaan. Sehingga
laporan
keuangan yang dihasilkan terbebas dari unsur kecurangan
(fraud).
Auditor internal dalam menjalankan kegiatan audit dapat
menemukan
temuan audit yang berkaitan dengan penyimpangan, kecurangan,
dan
kelemahan struktur sistem pengendalian internal sehingga auditor
internal
dapat memberikan analisa, penilaian, saran, dan komentar agar
pihak
manajemen dapat melakukan upaya perbaikan.
5. Good Corporate Governance
Menurut The Organization for Economic Cooperation and
Development (OECD) corporate governance merupakan suatu
sistem
yang digunakan sebagai pengatur dan pengendali dari kegiatan
bisnis
operasi yang dijalankan oleh suatu perusahaan. Corporate
governance
juga mengatur hal-hal yang berkaitan dengan pembagian tugas,
hak, dan
kewajiban pihak-pihak yang berkepentingan di dalam perusahaan
seperti
pemegang saham, dewan pengurus, manajer, dan semua stakeholder
non-
pemegang saham (Widuri dan Paramita, 2007).
-
24
Lestari (2013) mengatakan bahwa corporate governance
merupakan
suatu sistem yang mengatur bagaimana perusahaan atau
organisasi
dikendalikan dalam hal pelaksanaan kegiatannya agar sesuai
dengan
tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya. Di dalam corporate
governance
terdapat hal-hal yang mengatur secara jelas dan tegas hak dan
kewajiban
pihak-pihak yang memiliki kepentingan dengan suatu organisasi
atau
perusahaan.
Menurut Agoes (2006), Good Corporate Governance merupakan
suatu
sistem yang mengatur hubungan peran dewan komisaris, para
direksi,
pemegang saham, dan pemangku kepentingan lainnya. Tata kelola
yang
perusahaan yang baik juga disebut sebagai suatu proses yang
transparan
yang dilakukan oleh perusahaan dalam penentuan tujuan
perusahaan,
pencapaian tujuan tersebut, dan penilaian kinerja.
Corporate governance mengacu pada bagaimana cara perusahaan
diatur dan dikelola. Struktur tata kelola perusahaan dengan
jelas
menunjukkan bagaimana hak dan tanggung jawab dalam perusahaan
yang
dibagi di antara beragam pemangku kepentingan yang memiliki
kepentingan dalam kegiatan operasi suatu perusahaan.
Perusahaan
diharapkan untuk turut memperhatikan lingkungan regulasi di
mana
perusahaan beroperasi. Perusahaan harus memutuskan mekanisme
yang
harus diikuti untuk mencapai hasil yang diinginkan. Tata
kelola
memastikan bahwa perusahaan beretika dan transparan dalam
semua
transaksi dengan para pemangku kepentingannya (Zvavahera dan
Ndoda,
2014). Tujuan dari corporate governance merupakan untuk
menciptakan
nilai tambah yang bermanfaat bagi para pemilik kepentingan yang
terlibat
di dalam suatu perusahaan (Kelvianto dan Mustamu, 2018). Selain
itu,
corporate governance juga dimaksudkan untuk mencegah
timbulnya
kesalahan-kesalahan signifikan yang berdampak langsung
terhadap
strategi perusahaan dan untuk memastikan jika timbul kesalahan
dapat
segera diperbaiki agar tidak merugikan perusahaan (Hapsari,
2017).
-
25
Pelaksanaan good corporate governance tidak dapat dilepaskan
dari
aspek personil yang terlibat dan memegang peranan penting di
dalam
perusahaan. Hal tersebut dikarenakan, sebaik apapun sistem
yang
dibangun di dalam perusahaan tanpa adanya komitmen bersama dari
setiap
personil yang ada di perusahaan untuk memajukan perusahaan
maka
sistem tersebut tidak akan berjalan secara efektif (Christy dan
Dewi,
2013).
Di tengah persaingan usaha yang semakin ketat, perusahaan
perlu
memperhatikan mengkaji ulang prinsip good corporate governance
yang
telah diimplementasikan. Hal ini disebabkan karena pada
umumnya
perusahaan yang didirikan hanya untuk mencari keuntungan yang
sebesar-
besarnya semata tanpa memperhatikan implementasi prinsip-prinsip
good
corporate governance yang baik. Peran good corporate governance
tidak
hanya dibutuhkan oleh perusahaan yang menjual sahamnya ke
public
(perusahaan terbuka) tapi juga perusahaan keluarga (family) agar
dapat
mendongkrak kinerja perusahaan dan dapat bersaing dengan
perusahaan-
perusahaan lainnya (Kelvianto dan Mustamu, 2018).
Menurut KNKG (2006) yang terdapat dalam Pedoman Umum Good
Corporate Governance Indonesia terdapat lima prinsip yang
harus
diterapkan oleh perusahaan dalam menjalankan kegiatan operasi
bisnisnya,
yaitu: Transparansi, Akuntabilitas, Responsibilitas,
Independensi, dan
Kewajaran (Fairness). Prinsip-prinsip tersebut dapat
membantu
perusahaan mencapai tujuan perusahaan yaitu untuk mencapai
keberlangsungan usaha (sustainability) dan memperhatikan
pemilik
kepentingan di perusahaan (stakeholders). Prinsip-prinsip
tersebut
dijabarkan sebagai berikut:
a. Transparansi (Transparency)
Perusahaan diharuskan menyediakan informasi yang bersifat
material dan relevan. Selain itu, informasi tersebut dapat
dengan
mudah diakses dan dipahami oleh pemilik kepentingan di
perusahaan.
Prinsip transparansi ini juga mengharuskan perusahaan secara
inisiatif
-
26
mengungkapkan tidak hanya masalah yang disyaratkan dalam
peraturan perundang-undangan tetapi juga hal-hal yang dapat
mempengaruhi pengambilan keputusan oleh pemegang saham,
kreditur, dan pemangku kepentingan lainnya.
b. Akuntabilitas (Accountability)
Perusahaan harus dikelola secara benar, terukur, dan sesuai
dengan
kepentingan perusahaan namun tetap memperhitungkan
kepentingan
stakeholder. Prinsip akuntabilitas menjadi syarat yang harus
dipenuhi
oleh perusahaan untuk mencapai kinerja yang
berkesinambungan.
c. Responsibilitas (Responsibility)
Perusahaan harus mematuhi aturan yang terdapat pada
peraturan
perundang-undangan serta melaksanakan tanggung jawab
terhadap
masyarakat dan lingkungan sehingga kesinambungan usaha
jangka
panjang perusahaan dapat terjaga dan perusahaan tersebut
diakui
sebagai good corporate citizen.
d. Independensi (Independency)
Perusahaan harus dikelola secara independen sehingga masing-
masing bagian yang ada di perusahaan tidak saling
mendominasi.
Selain itu, perusahaan dikelola secara independen agar tidak
dapat
diintervensi oleh pihak lain.
e. Kewajaran dan kesetaraan (Fairness)
Perusahaan harus selalu memperhatikan kepentingan pemegang
saham dan pemangku kepentingan lainnya sesuai dengan prinsip
kewajaran dan kesetaraan.
Pelaksanaan good corporate governance memiliki berbagai
manfaat
dan keuntungan bagi perusahaan. Menurut Dwiridotjahjono
(2009)
terdapat beberapa manfaat dan keuntungan bagi perusahaan
yang
menerapkan good corporate governance dan pihak-pihak yang
terkait
secara langsung maupun tidak langsung dengan perusahaan yaitu
sebagai
berikut:
-
27
a. Pelaksanaan good corporate governance membantu perusahaan
meminimalisir agency cost yang akan timbul, di mana biaya
tersebut
muncul sebagai akibat pendelegasian wewenang kepada
manajemen,
termasuk juga biaya penggunaan sumber daya perusahaan oleh
manajemen untuk kepentingan pribadi maupun dalam rangka
pengawasan terhadap perilaku manajemen itu sendiri.
b. Perusahaan dapat meminimalisir cost of capital yang merupakan
biaya
yang harus ditanggung oleh perusahaan apabila mengajukan
pinjaman
kepada pihak kreditur.
c. Proses pengambilan keputusan akan berlangsung lebih baik
sehingga
akan menghasilkan keputusan yang optimal dan bermanfaat bagi
perusahaan. Selain itu, pelaksanaa good corporate governance
dapat
meningkatkan efisiensi dan menciptakan budaya kerja yang
lebih
sehat.
d. Good corporate governance meminimalisir atau menghindari
tindakan
penyalahgunaan wewenang yang dilakukan oleh pihak direksi
dalam
mengelola perusahaan. Dengan dihindari atau diminimalisir
penyalahgunaan tersebut dapat menekan kerugian yang akan
timbul
bagi perusahaan maupun pihak yang berkepentingan lainnya.
e. Good corporate governance akan meningkatkan nilai perusahaan
di
mata investor. Hal tersebut sebagai akibat dari meningkatkan
kepercayaan investor kepada pengelolaan perusahaan tempat
mereka
berinvestasi. Peningkatan kepercayaan investor dapat
memudahkan
perusahaan untuk mengakses tambahan dana yang diperlukan
untuk
berbagai keperluan perusahaan.
f. Bagi para pemegang saham, peningkatan kinerja perusahaan juga
turut
meningkatkan nilai saham mereka dan sekaligus jumlah dividen
yang
akan diterima.
g. Pada prinsip good corporate governance, karyawan
ditempatkan
sebagai pihak stakeholder yang harus dikelola dengan baik
oleh
-
28
perusahaan. Dengan prinsip tersebut membuat motivasi dan
kepuasan
kerja perusahaan juga akan meningkat.
h. Pelaksanaan good corporate governance yang baik akan
meningkatkan
kepercayaan para stakeholder terhadap perusahaan dan sekaligus
akan
meningkatkan citra perusahaan.
i. Penerapan good corporate governance secara konsisten akan
berdampak terhadap meningkatnya kuaitas laporan keuangan
perusahaan. Hal tersebut disebabkan karena manajemen tidak
dapat
melakukan rekayasa laporan keuangan sebagai akibat adanya
kewajiban untuk mematuhi aturan dan prinsip akuntansi yang
berlaku
dan penyajian informasi secara transparan.
6. Pencegahan Fraud
Fraud menurut Association of Certified Fraud Examiner (ACFE)
dalam Fraud Examiners Manual 2006 yang dikutip oleh Karyono
(2013)
adalah kecurangan dengan adanya keuntungan yang diperoleh
seseorang
dengan menghadirkan sesuatu yang tidak sesuai dengan keadaan
yang
sebenarnya. Di dalamnya termasuk unsur-unsur kejutan, tipu daya,
licik,
dan tidak jujur yang merugikan orang lain. Menurut Bologna
dan
Lindquist (1995), fraud adalah tindakan penipuan yang
disengaja
umumnya diterangkan sebagai kebohongan, penjiplakan, dan
pencurian.
Fraud dapat dilakukan terhadap pelanggan, kreditor, banker,
investor,
penjamin asuransi, dan pemerintah.
Menurut Purba (2015) fraud adalah setiap perbuatan tidak
jujur
(penyalahgunaan atau penyimpangan jabatan) yang bertujuan
mengambil
uang (harta atau sumber daya orang lain maupun organisasi)
melalui akal
bulus, tipu muslihat, penipuan, kelicikan, penghilangan,
kecurangan, saran
yang salah, penyembunyian atau cara-cara lainnya yang dilakukan
dengan
sengaja oleh seseorang, yang mengakibatkan kerugian organisasi
atau
orang lain dan/atau menguntungkan pelaku. Sedangkan menurut
Black
Law Dictionary edisi kedelapan yang dikutip dalam Priantara
(2013),
fraud merupakan suatu tindakan atau perbuatan yang disengaja
untuk
-
29
mampu membohongi, atau suatu tipu daya atau cara-cara yang tidak
jujur
untuk mengambil atau menghilangkan uang, harta, hak yang sah
milik
orang lain baik karena suatu tindakan atau dampak yang fatal
dari tindakan
itu sendiri.
Berdasarkan uraian sebelumnya, dapat disimpulkan bahwa fraud
merupakan tindakan tidak jujur yang dilakukan oleh seseorang
atau lebih
dengan memanfaatkan kedudukan di suatu perusahaan untuk
mengambil
seluruh harta dan sumber daya milik pihak lain guna memenuhi
kepentingan pribadi dan akan menimbulkan kerugian bagi pihak
lain.
ACFE (2018) menyatakan bahwa terdapat tiga jenis fraud yang
sering
terjadi, yaitu korupsi (corruption), penyalahgunaan asset
(asset
misappropriation), dan kecurangan laporan keuangan (fraudulent
financial
statement). Berikut ini merupakan penjelasan mengenai ketiga
jenis fraud
tersebut.
a. Korupsi (corruption), terbagi menjadi empat macam yaitu
sebagai
berikut:
1) Konflik kepentingan (conflict of interest),
penyalahgunaan
wewenang yang sering dijumpai dalam berbagai bentuk, umumnya
terjadi pada bisnis pelat merah atau bisnis pejabat (penguasa)
dan
keluarga serta krooni mereka yang menjadi pemasok atau
rekanan
lembaga-lembaga pemerintah dan di dunia bisnis sekalipun
(Tuanakotta, 2017). Konflik kepentingan ini terjadi dalam
skema
purchase schemes dan sales schemes.
2) Penyuapan (bribery) merupakan memberikan sesuatu yang
bernilai
baik berupa barang maupun jasa yang dilakukan dengan tujuan
untuk mempengaruhi tindakan orang tersebut agar tujuan yang
diharapkan tercapai. Tindakan penyuapan ini terbagi menjadi
dua
jenis, yaitu suap faktur (invoice kickbacks) dan tender yang
bersifat
kolusif (bid rigging)
3) Pemberian illegal (illegal gratitutes) merupakan tindakan
memberikan sesuatu kepada orang yang dimaksud sebagai bentuk
-
30
imbalan akibat tercapainya tujuan yang diharapkan. Illegal
gratitutes hamper mirip dengan bribery, namun yang
membedakan
adalah illegal gratitutes terjadi setelah tindakan resmi
dilakukan.
4) Pungutan/pemerasan (economic exortion) yang merupakan
kebalikan dari penyuapan.
b. Penyalahgunaan aset (asset misappropriation), merupakan
suatu
perbuatan penyalahgunaan asset yang dimiliki oleh instansi
atau
perusahaan dengan tujuan untuk memenuhi kepentingan pribadi.
Penyalahgunaan asset terbagi menjadi dua jenis yaitu
penyalahgunaan
asset dalam bentuk kas dan penyalahgunaan aset dalam bentuk
persediaan dan aset lainnya.
1) Penyalahgunaan aset dalam bentuk kas (cash) umumnya
sering
dilakukan dalam tiga jenis berikut ini:
a) Pencurian kas di tangan (theft cash on hand)
b) Pencurian penerimaan kas (theft of cash receipts)
c) Penipuan pencairan (fraudulent disbursements)
2) Penyalahgunaan asset dalam bentuk persediaan dan asset
lainnya
(Inventory and all other assets) umumnya dilakukan dalam
bentuk
penyalahgunaan (misuse) dan pencurian (larceny).
c. Kecurangan laporan keuangan (fraudulent financial statements)
adalah
tindakan yang