PENGARUH BOLA BOBATH TERHADAP SKOR NYERI PADA BAYI USIA 9-12 BULAN SAAT IMUNISASI DI PUSKESMAS CIPUTAT TIMUR TANGERANG SELATAN SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Gelar Sarjana Keperawatan (S.Kep) Oleh : NUR AZIZA 109104000032 PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1437 H/2016 M
74
Embed
pengaruh bola bobath terhadap skor nyeri pada bayi usia 9 ...
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
PENGARUH BOLA BOBATH TERHADAP SKOR NYERI
PADA BAYI USIA 9-12 BULAN SAAT IMUNISASI DI
PUSKESMAS CIPUTAT TIMUR TANGERANG SELATAN
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Gelar Sarjana Keperawatan (S.Kep)
Oleh :
NUR AZIZA
109104000032
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
1437 H/2016 M
v
RIWAYAT HIDUP
Nama : Nur Aziza
Tempat, Tanggal Lahir : Jakarta, 02 Juli 1991
Status Pernikahan : Belum Menikah
NIM : 109104000032
Alamat : Jl. STM Walang Jaya, No.15 Rt009/001 Kecamatan
dan State of Arousal (skor 0-1). Skala direkomendasikan untuk anak
dibawah satu tahun (Sarhangi et al, 2010). Modified Behavioral Pain Scale
(MBPS) telah diuji cobakan untuk mengukur tingkat nyeri dan stress bayi
dan sudah divalidasi untuk digunakan pada populasi imunisasi
(Hogan,2011). MBPS menggunakan tiga indikator meliputi Ekspresi. wajah
(skor 0-3), nangis (skor 0-4) dan Pergerakan (skor 0-3) dengan total antara
skor 0-10. Skor MPBS adalah jumlah poin dari tiga parameter tersebut,
dimana skor 0 adalah skor minimum dan skor 10 adalah skor maksimum.
(Taddio et al,2011). Taddio dan Hogan, (2011) dalam evaluasi reliabilitas
dan validitas skala nyeri MBPS, di mana konsistensi internal dievaluasi
melalui cronbach’s alpha dan didapatkan nilai 0,83-0,94. Dengan demikian
alat ukur ini dinyatakan memiliki Efektivitas konsistensi yang sangat tinggi
(Cronbach’s α > 0,7) untuk mengukur nyeri pada bayi saat menerima
suntikan imunisasi. Uji validitas alat ukur MBPS dengan melihat skor
kelompok bayi yang menerima suntikan DPTaP-Hib dengan PCV melalui
15
uji t validitas kontruk didapat p<0.001 sehingga alat ukur ini dinyatakan
valid mengukur apa yang sebenarnya harus diukur. Berdasarkan tingkat
kepraktisan penggunaan MBPS dibanding dengan NIPS dan FLACC pada
lima intereter tentang kecepatan dan kemudahan penggunaan alat ukur
MBPS, NIPS dan FLACC yaitu memperoleh rerata skor kecepatan
penggunaan alat ukur berturut-turut adalah 4,6; 3,6 dan 2,4. Sedangkan
rata-rata skor kemudahan dalam penggunaan ketiga alat ukur ini berturut-
turut 4,4; 4,0 dan 3,2. Pada penelitian ini untuk mengukur respon nyeri bayi
digunakan MBPS yang dinyatakan sebagai alat ukur utama untuk melihat
respon nyeri bayi yang menerima suntikan imunisasi karena memiliki
rerata skor kecepatan dan skor kemudahan yang tinggi dibanding dengan
alat ukur lainnya
1. Teknik Distraksi
Atraumatik care adalah asuhan keperawatan melalui penggunaan
intervensi yang menghilangkan atau meminimalkan tekanan psikologis
dan fisik yang dialami oleh anak-anak dan keluarga mereka dalam
pelayanan kesehatan, asuhan ini meliputi pecegahan, pengobatan
diagnosis, dan paliiatif kondisi akut atau kronis (Hockenberry, 2011).
Tekanan itu dapat berupa rasa nyeri pada anak, yang dapat di
minimalisasi dengan teknik distraksi.
Distraksi merupakan pengalihan perhatian yang dapat menurunkan
stimulus internal melalui mekanisme peningkatan produksi endorphin dan
enkefalin yang dapat memblok reseptor nyeri sehingga nyeri tidak
16
dikirimkan ke korteks serebri dan selanjutnya akan menurunkan persepsi
nyeri (Muttaqin, 2009).
Perawat berperan dalam penatalaksanaan nyeri yaitu membantu
meredakan efek nyeri dengan memberikan intervensi penghilang nyeri
(termasuk pendekatan farmakologi dan nonfarmakologi), mengkaji
keefektifan intervensi tersebut, memantau efek yang merugikan, dan
berperan sevagai advokat klien apabila intervensi yang dianjurkan tidak
efektif dalam meredakan nyeri (Muttaqin, 2008).
E. Bola Bobath
Tindakan untuk mengatasi nyeri dapat dibedakan dalam dua
kelompok utama, yaitu tindakan farmakologi (pengobatan) dan tindakan
non farmakologi (tanpa pengobatan) (Tamsuri, 2012). Salah satu
intervensi non farmakologi yang dapat dilakukan perawat untuk
menurunkan skala nyeri adalah distraksi, banyak teknik distraksi yang
sudah dilakukan pada penelitian-penelitian sebelumnya, namun belum
ada penelitian yang menggunakan media bola bobath dalam melakukan
intervensi nyeri,
Bola bobath adalah bola berbahan elastis yang dirancang sedemikian
rupa sebagai alat bantu olahraga dan terapi fisioterapi. Bola ini dapat
digunakan untuk olahraga senam, pilates atau gymnastic. Dalam terapi
bobath terdapat empat prinsip utama yaitu inhibisi, stimulasi, fasilitasi,
stimulasi dan key point of control. Inhibisi adalah menghambat gerakan
dan sikap yang tidak normal (abnormal). Fasilitasi adalah membimbing
melakukan gerakan normal. Prinsip stimulasi adalah merangsang tubuh
17
pasien dengan rangsangan tertentu agar pasien memberikan respon atas
rangsangan tersebut. Sedangkan key point of control adalah titik tertentu
yang efektif untuk melakukan ketiga prinsip tersebut (Physiostore, 2014)
Bola bobath banyak berperan dalam bidang terapi NDT (Neuro
Developmental Treatment). Bola berbentuk bundar sempurna dengan
beberapa ulir di permukaannya membantu memperbesar gesekan agar
bola tidak licin saat digunakan. Warna bola yang cerah dapat menarik
perhatian anak-anak dalam memberikan asuhan keperawatan. Peneliti
tertarik untuk melakukan penelitian dengan menggunakan metode ini.
F. Penelitian Terkait
1. Penelitian yang dilakukan oleh Sopeni Maharezi tahun 2014 dengan
judul Pengaruh Teknik Distraksi (Boneka Tangan) Terhadap
Perubahan Skala Nyeri Saat Imunisasi Campak Pada Bayi di Wilayah
Kerja Pustu Bulakan Balai kandi, Payahkumbuh Barat. Skripsi
Mahasiswi Fakultas Kesehatan dan MIPA tahun 2014. Jenis penilitian
ini adalah penelitian Quasy Eksperiment dengan rancangan Post test-
only non equivalent control group design. Penelitian yang mencoba
untuk membandingkan pengaruh dari suatu tindakan pada dua
kelompok subjek yaitu kelompok intervensi dan kelompok kontrol.
Peneliti menggunakan test of normality Shapiro wilk (untuk sampel <
50). Dari hasil penelitian dapat disimpulkan, lebih dari sebagian
didapatkan skala nyeri bayi yang diberikan teknik distraksi (boneka
tangan) adalah (60%) skala nyeri ringan, Lebih dari sebagian
18
didapatkan skala nyeri bayi yang tidak diberikan teknik distraksi
(boneka tangan) adalah (70%) skala nyeri berat. Terdapat perbedaan
yang bermakna antara kelompok intervensi dan kelompok kontrol
dengan p value = 0,000 (p<0,05).
2. Penelitian yang dilakukan oleh Odzemir, dkk pada tahun 2012
berjudul The Effect of Using Musical Mobiles on Reducing Pain in
Infants During Vaccination. Penelitian ini dilakukan pada 120 bayi
sehat yang dilakukan imunisasi di Turki dengan menggunakan media
music di ponsel dan penilaian FLACC. Metode yang digunakan
adalah kuasi eksperimen (kelompok uji dan kelompok control). Hasil
yang didapatkan skor nyeri dan durasi menangis kelompok uji yang
diberikan musik di ponsel lebih rendah dibanding kelompok kontrol
yang tidak diberikan media musik.
3. Peneliti yang dilakukan oleh Esfahani, dkk pada tahun 2013 berjudul
A Comparative Study on Vaccination Pain in The Methods of
Massage Therapy and mothers Breast Feeding During Injection of
Infants Referring to Navabsafavi Health care Center in Isfahan.
Metode yang digunakan yaitu deskriptif dengan SPSS, dilakukan
dengan uji klinis acak dengan menggunakan kuesioner dan ceklis
NIPS (Neonatal Infant Pain Scale). Jumlah sampel yaitu 96 bayi
dengan tiga kelompok (menyusui, pijat, kelompok kontrol). Hasil
yang didapatkan yaitu, dari tiga kelompok menyusi atau pemberian
ASI lebih memiliki efek analgesik.
19
4. Peneliti yang dilakukan oleh Amatus Yudi Ismanto pada tahun 2011
di Depok yang berjudul Studi Komparatif Pemberian Asi dan Topikal
Anastesi Terhadap Respon Nyeri Imunisasi Pada Bayi di Puskesmas
Bahu Manado. Metode penelitian ini menggunakan quasi eksperimen
dengan rancangan perbandingan kelompok, dengan hasil didapatkan
bahwa respon nyeri bayi yang diberi Asi lebih rendah dibandingkan
dengan bayi yang diberi topical anastesi (p=0,000).
20
G. Kerangka Teori
Bagan 2.1 Kerangka Teori
Sumber Teori (Tomey & Alligod, 2006), (Cohen et al., 2006), (Taddio et al, 2010),
(Cohen, 2011).
Nyeri Imunisasi
pada bayi
Manajemen nyeri
Injeksi Imunisasi: Bayi dalam masa
tumbuh kembang
Non
farmakologi
Farmakologi
Trauma fisik &
psikologis
Analgesik non
farmakologi :
- Breast
Feeding
- Sweet
solution
Intervensi psikologis :
- Distraksi langsung oleh anak
- Distraksi oleh perawat
- Distraksi mainan dan distraksi verbal/ kata-kata yang menenangklan
Intervensi fisik :
- Terapi es
- Stimulasi
taktil
- Relaksasi
- Posisi anak
sitting up
Skor nyeri :
- MBPS
- NIPS
- FLACC
21
BAB III
KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL
A. Kerangka Konsep
Kerangka konsep penelitian merupakan suatu hubungan atau kaitan
antara konsep satu terhadap konsep yang lainnya dari masalah yang ingin
diteliti (Setiadi, 2013). Dalam kerangka konsep yang akan diteliti terebut
ada dua konsep utama yang akan diteliti yaitu model konseptual yang
berkaitan dengan bagaimana seorang peneliti menyusun teori atau
menghubungkan secara logis beberapa faktor yang dianggap penting untuk
masalah (Hidayat, 2008).
Imunisasi memberikan dampak nyeri pada bayi karena prosedur
invasif. Nyeri pada bayi dapat terihat dari tangisan dan ekspresi wajah
ketika pemberian suntik vaksin tersebut. Media bola bobath diharapkan
mampu mengalihkan bayi dari rasa nyeri setelah dilakukan pemberian
imunisasi. Dalam penelitian ini memilih responden bayi yang berusia 9-12
bulan dengan pertimbangan bayi di usia tersebut sudah mampu untuk
posisi sitting up diatas bola bobath dengan bantuan ibu klien dan perawat
saat diatas bola bobath, jenis imunisasi yang diberikan yaitu campak.
Penelitian ini menggunakan skala ukur Modified Behavioral Pain
Scale (MBPS) in infant. Alat ukur ini memiliki tiga variabel sebagai basis
pengukuran yaitu ekspresi wajah (0-3), tangisan (0-4) dan gerakan (0-3)
total skor berada pada rentang 0-10.Nilai minimum
22
Tabel 3.1 Kerangka Konsep
Keterangan
: Variabel Independen yang diteiti
: Variabel Antara
: Variabel dependen
A. Hipotesis Penelitian
Sesuai dengan kerangka teori yang dikemukakan, maka hipotesis yang
diajukan adalah:
Ho: Tidak ada pengaruh penggunaan bola bobath terhadap penurunan
skor nyeri pada bayi usia 9-12 bulan yang mendapatkan imunisasi.
Ha: Ada pengaruh penggunaan bola bobath terhadap penurunan
skor nyeri pada bayi usia 9-12 bulan yang mendapatkan imunisasi.
Nyeri Injeksi
Imunisasi Penggunaan
Bola Bobath
Nyeri Imunisasi
setelah
diberikan
imunisasi
23
B. Tabel Definisi Operasional
Variabel Definisi Operasional Cara Ukur Alat Ukur Hasil Ukur Skala
Variabel Independen : Penggunaan Bola Bobath
Tindakan non farmakologis untuk mengurangi nyeri pada bayi yang diberikan imunisasi dengan cara memposisikan bayi dalam posisi duduk (sitting up)dan dipegang ibunya ibunya diatas bola
bobath setelah diberi
injeksi imunisasi bayi
digerakkan maju
mundur, hal ini
dimaksud untuk
mengajak anak
bermain dan
mengalihkan
perhatian saat diberi
imunisasi
Observasi Lembar Observasi 0 = tidak dilakukan Penggunaan bola Bobath 1 = dilakukan penggu naan bola bobath
Nominal
Variabel Dependen : Nyeri
Persepsi rasa yang menyakitkan dan tidak diinginkan saat dan setelah imunisasi
Skala MBPS (Modified Behavioral Pain Scale)
Observasi Dimulai dari angka 0 (tidak ada nyeri) sampai angka 10 (nyeri sangat berat)
Rasio
24
BAB IV
METODOLOGI PENELITIAN
A. Jenis dan Desain Penelitian
Desain penelitian merupakan rancangan penelitian yang disusun
sedemikian rupa sehingga dapat menuntun peneliti untuk dapat memperoleh
jawaban terhadap pertanyaan penelitian (Sastroasmoro & Ismael, 2010).
Penelitian ini akan menentukan efektifitas suatu prosedur yaitu pengaruh
penggunaan bola bobath terhadap skor nyeri saat dilakukan injeksi vaksin,
maka peneliti menggunakan metode penelitian kuantitatif dengan
menggunakan desain quasi experiment post-test only with non-equivalent
control group design. Quasi experiment post-test only with non-equivalent
control group design merupakan metode penelitian dimana peneliti tidak dapat
sepenuhnya mengontrol semua variabel luar yang mempengaruhi jalannya
eksperimen, sampel yang digunakan pada metode ini tidak boleh diambil
secara acak. Desain ini menggunakan kelompok kontrol dan hanya akan
dilakukan pengukuran hasil setelah dilakukan perlakuan (Sugiyono, 2015).
Kelompok Perlakuan Post-test
A X OX-A
B Y OY-B
Tabel 4.1 Rancangan Penelitian
25
Keterangan :
X : diberikan perlakuan bola bobath
Y : tidak diberikan perlakuan bola bobath
OX-A : tingkat nyeri setelah diberikan perlakuan bola bobath pada
Kelompok intervensi
OX-B : tingkat nyeri pada kelompok kontrol yang tidak diberikan
diberikan perlakuan bola bobath
B. Populasi dan Sampel
1. Populasi
1. Populasi
Populasi merupakan wilayah generalisasi yang terdiri atas objek/subjek
yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh
peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Setiadi,
2013). Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh bayi usia 9-12 bulan
yang diberi imunisasi campak yang berjumlah 20 bayi yang telah di data
pada bulan Januari di Puskesmas Ciputat Timur
2. Sampel
Sampel merupakan bagian populasi yang akan diteliti atau sebagian
jumlah dari karakteristik yang dimilki oleh populasi (Hidayat, 2008). Teknik
pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini yaitu teknik non
26
probability sampling with total sampling. Total sampling adalah teknik
pengambilan sampel dimana semua anggota populasi digunakan sebagai
sampel (Sujarweni dan endrayanto, 2012). Penelitian ini menggunakan 20
sampel.
C. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Puskesmas Ciputat Timur Tangerang Selatan.
Alasan pemilihan lokasi ini adalah karena secara umum pelaksanaan
manajemen nyeri imunisasi dengan prinsip atraumatic care belum
optimal. Penelitian ini dilakukan dari bulan Januari 2016 yang dibagi
menjadi 2 tahap pertemuan yaitu pada Hari Selasa (untuk kelompok
intervensi) dan Kamis (untuk kelompok kontrol).
D. Metode Pengumpulan Data
Sebelum pengambilan data dilakukan, peneliti mengikuti prosedur
pengumpulan data :
1. Prosedur Administratif
Membuat surat permohonan izin penelitian kepada Dekan Fakultas
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri yang
ditujukan kepada kepala Puskesmas Ciputat Timur. Setelah mendapat
persetujuan dari tempat penelitian, peneliti melakukan koordinasi
dengan bidan yang melayani program imunisasi bayi.
2. Prosedur Teknis
Peneliti dibantu oleh 2 bidan. Pengumpul data terlebih dahulu
dikumpulkan dan diberi informasi tentang maksud, tujuan dan
proses penelitian guna menyamakan persepi dengan peneliti.
27
Pada penelitian ini tidak dilakukan uji validitas karena
instrument peelitian sudah baku.
Pengumpulan data dilakukan saat kegiatan imunisasi di
Puskesmas Ciputat Timur, yaitu hari Selasa & Kamis untuk
imunisasi campak, Senin, Rabu, Jumat dan Sabtu untuk
imunisasi combo.
Pembagian tugas kepada bidan yang membantu proses
pelayanan imunisasi yaitu melaksanakan proses injeksi
imunisasi dan inform consent kepada orangtua responden untuk
ikut menjadi responden. Teman sejawat membantu untuk
memanggil klien dan mengisi data demografi serta membantu
merekam tindakan penelitian.
3. Sebelum penelitian dilakukan, peneliti melakukan perkenalan diri
kepada responden kemudian menjelaskan tentang tujuan dan manfaat
penelitian serta prosedur penelitian yang akan dilakukan. Peneliti
memberikan lembar perstejuan kepada responden yang telah bersedia
berpartisipasi dalam penelitian terseut.
4. Dalam penelitian, peneliti memberikan intervensi pada kelompok
intervensi yaitu membantu ibu klien untuk memposisikan bayi dalam
posisi sitting up dan memastikan keamanan dan keselamatan bayi.
E. Instrument Penelitian
Untuk memperoleh informasi dari responden, peneliti menggunakan
lembar obserasi Modified Behavior Pain Scale (MBPS). Alat ukur ini memiliki
28
tiga variabel sebagai basis pengukuran yaitu ekspresi wajah (0-3), tangisan (0-
4) dan gerakan (0-3) total skor berada pada rentang 0-10. Dimana 0 = tidak
nyeri dan 10= nyeri hebat.
1. Skor Nyeri Bayi
Pengukuran skor nyeri menggunakan MBPS dilakukan setelah
suntikan saat imunisasi yang diberikan kepada bayi. Hal ini
mengacu pada penelitian-penelitian yang dilakukan sebelumnya
dengan menggunakan MBPS untuk melihat nyeri pada bayi antara
lain oleh Dorce, 2012, Taddio, O’Brien, et al 2004.
Alasan peneliti memilih instrument pengkajian nyeri MBPS adalah
karena instrument ini sudah baku dan sudah pernah digunakan
untuk mengkaji respon pada bayi yang dilakukan tindakan
imunisasi.
2. Penggunaan bola bobath
Penggunaan bola bola bobath akan dilakukan segera sebelum
dilakukan imunisasi. Bayi akan duduk diatas bola yang elastis dan
bermain bersama ibunya. Bayi yang mendapatkan perlakuan dan yang
tidak mendapatkan perlakuan akan dicatat dalam lembar observasi.
F. Uji Validitas dan Reliabilitas Instrumen Penelitian
Validitas menyatakan apa yang seharusnya diukur. Sebuah
instrument dikatakan valid jika instrument itu mampu mengukur apa-apa
yang seharusnya diukur menurut situasi dan kondisi tertentu. Instrument
29
dianggap valid jika instrument itu benar-benar dapat dijadikan alat untuk
mengukur apa yang akan diukur (Setiadi, 2013).
Taddio dan Hogan (2011) dalam evaluasi reliabilitas dan validitas skala
nyeri MBPS, di mana konsistensi internal dievaluasi melalui cronbach’s
alpha dan didapatkan nilai 0,94. Dengan demikian alat ukur ini
dinyatakan memiliki konsistensi yang sangat tinggi (Cronbach’s α > 0,7)
untuk mengukur nyeri pada bayi saat mendapatkan suntikan imunisasi.
Uji validitas alat ukur MBPS dengan melihat skor kelompok bayi
yang menerima suntikan DPTaP-Hib dengan PCV melalui uji t validitas
kontruk didapat p<0.001 sehingga alat ukur ini dinyatakan valid
mengukur apa yang seharusnya diukur. Skor nyeri terendah didapatkan 2,3
sedangkan skor nyeri tertinggi 7,7. Oleh karena itu dapat dikatakan MBPS
dapat membedakan antara kondisi bayi yang menunjukan nyeri tinggi dan
nyeri yang rendah.
Peneliti melakukan pengamatan terhadap dua kelompok saat
pemberian imunisasi pada kelompok kontrol dan kelompok intervensi bola
bobath. Cara mengukur nyeri dengan skala MBPS yaitu dengan tiga
komponen yaitu melihat dari ekspresi, tangisan dan gerakan pada bayi saat
perlakuan. Lembar observasi skor nyeri MBPS dilakukan sesudah
pemberian injeksi suntik. Hasil skor nyeri minimum 1 dan maksimum 10.
G. Pengolahan Data
Pengolahan data pada dasarnya merupakan suatu proses untuk
memperoleh data atau data ringkasan berdasarkan suatu kelompok data
30
mentah dengan menggunakan rumus tertentu sehingga menghasilkan
informasi yang diperlukan. Menurut Setiadi, (2013) kegiatan yang dilakukan
oleh peneliti dalam pengolahan data yaitu :
1. Editing Data
Editing adalah memeriksa daftar pertanyaan yang telah diserahkan oleh
para pengumpul data . pemeriksaan daftar pertanyaan yang telah selesai
ini dilakukan terhadap kelengkapan jawaban, keterbacaan tulisan dan
relevansi jawaban.
2. Coding Data
Coding merupakan kegiatan mengklasifikasikan jawaban-jawaban dari
para responden kedalam bentuk angka/bilangan. Klasifikasi dilakukan
dengan cara member tanda/kode berbentuk angka pada masing-masing
jawaban.
3. Processing Data
Setelah semua kuesioner terisi penuh dan benar, serta sudah melewati
pengkodean, langkah selanjutnya adalah memproses data agar data yang
sudah di-entry dapat dianalisis.
4. Cleaning Data
Mengecek kembali seluruh data untuk memastikan bahwa tidak ada yang
salah sebelum dianalisis, meliputi kesalahan pengkodean, membaca
kode, dan pada saat memasukkan data ke komputer.
H. Teknik Analisa Data
Analisa data yang dilakukan meliputi analisa univariat dan bivariat
31
1. Analisa Univariat
Analisa univariat digunakan untuk mengetahui distribusi frekuensi
variabel independen (penggunaan bola bobath) dan variabel dependen
(Skor nyeri) dan distribusi frekuensi bayi yang mendapatkan skor nyeri
saat dilakukan prosedur invasif. Tujuan dari analisis univariat adalah
untuk menjelaskan karakteristik masing-masing variabel yang diteliti
(Dahlan, 2008). Analisa univariat dalam penelitian ini adalah nyeri
yang akan dimasukkan kedalam bentuk tabulasi minimum, maximum,
mean, median dan standar deviasi untuk menarik sebuah kesimpulan.
2. Analisis Bivariat
Analisis bivariat digunakan untuk membuktikan hubungan atau korelasi
dua variabel (Notoatmojo, 2006). Terdapat uji parametrik dan non
parametrik pada analisa bivariat (Dahlan, 2008). Uji normalitas pada
penelitian ini menggunakan Saphiro Wilk karena sampel berjumlah
kurang dari 50. Hasil data yang telah diperoleh telah diuji normalitas
menggunakan teknik Saphiro Wilk dengan hasil kelompok kontrol p =
0,215 dan kelompok perlakuan p= 0,070 dapat disimpulkan bahwa data
berdistribusi normal, maka akan dilakukan uji independent t test.
Interpretasi uji independent t test apabila p < 0,05 maka Ho ditolak,
Ha diterima artinya ada pengaruh penggunaan bola bobath terhadap
skor nyeri saat imunisasi pada bayi usia 9-12 bulan dan apabila p > 0,05
maka Ho diterima, Ha ditolak artinya tidak ada pengaruh penggunaan
bola bobath terhadap skor nyeri saat imunisasi pada bayi usia 9-12
bulan.
32
I. Etika Penelitian
Etika penelitian keperawatan merupakan masalah yang sangat penting
dalam penelitian, mengingat penelitian keperawatan berhubungan langsung
dengan manusia, maka etika penelitian harus diperhatikan (Hidayat, 2008).
Etika penelitian yang harus diperhatikan :
1. Informed Consent
Merupakan bentuk persetujuan antara penelitian dengan responden
penelitian dengan memberikan lembar persetujuan sebelum penelitian
dilakukan. Peneliti membuat lembar persetujuan sebagai pernyataan
bersedia menjadi responden.
2. Anonimity (tanpa nama)
Memberikan jaminan dalam penggunaan subjek penelitian dengan cara
tidak memberikan atau mencantumkan nama responden dalam lembar
alat ukur, dan hanya menuliskan kode. Peneliti merahasiakan nama
responden dengan menggunakan nama inisial di lembar kuesioner.
3. Confidentiality (kerahasiaan)
Memberikan jaminan kerahasiaan hasil penelitian baik informasi maupun
masalah lainnya, hanya kelompok tertentu yang dilaporkan hasilnya.
4. Justice
Setiap responden harus diperlakukan adil dan peneliti memastikan
distribusi keuntungan dan kerugiannya terdistribusi rata. Peneliti tidak
boleh membeda-bedakan jenis kelamin ataupun dari bentuk fisik
33
responden. Saat pengambilan data peneliti tidak memilih-milih
responden.
34
BAB V
HASIL PENELITIAN
A. Gambaran Tempat Penelitian
Pada bab ini akan diuraikan hasil penelitian tentang pengaruh bola bobath
terhadap skor nyeri pada bayi usia 9-12 bulan saat diimunisasi di Puskesmas
Ciputat Timur Tangerang Selatan. Program Imunisasi Campak di Puskesmas
Ciputat Timur dilaksanakan di puskesmas dan posyandu di lingkungan Ciputat
Timur, namun lebih banyak dilakukan di puskesmas setiap hari Selasa dan
Jumat.
Program ini diketuai oleh Ns. Wayan selaku perawat pelaksana dan
bertanggung jawab terhadap berlangsungnya program imunisasi campak.
Pelaksanaan program imunisasi di puskesmas diikuti oleh bayi yang terdaftar
sebagai warga di wilayah kerja Puskesmas Ciputat Timur. Saat penelitian
dilakukan, perawat yang berdinas yang akan memberikan suntikan pada bayi
sesuai jadwal imunisasi. Responden pada penelitian ini terbagi menjadi dua
kelompok, yaitu kelompok kontrol dan kelompok intervensi dalam penggunaan
bola bobath.
Berikut adalah hasil penelitian secara lengkap yang disajikan dalam tabel
berdasarkan tujuan penelitian yang telah disusun.
35
Tabel 5.1
Distribusi Frekuensi Responden Kelompok Kontrol dan Kelompok
Intervensi Berdasarkan Usia
9bln 10bln 11bln
Kel. Kontrol 6 (60%) 3 (30%) 1 (10%)
Kel. Intervensi 7 (70%) 2 (20%) 1 (10%)
Tabel 5.1 menunjukkan banyaknya responden yang mengikuti imunisasi
saat penelitian dilakukan, terdapat perbedaan usia yaitu usia 9 bln, 10 bln dan
11 bulan. Bayi usia 9 bulan mencapai jumlah tertinggi pada kedua responden
yaitu 60% pada kelompok kontrol dan 90% pada kelompok intervensi. Bayi
usia 10 bulan pada kelompok kontrol sebanyak 30 % sedangkan pada
kelompok intervensi sebanyak 20 %. Pada bayi usia 11 bulan mencapai jumlah
terendah yaitu memiliki jumlah yang sama pada kedua kelompok sebanyak 10
%.
B. Analisis Univariat
1. Karakteristik Responden
Hasil penelitian dari 20 responden yang terdiri dari 10 responden pada
kelompok kontrol dan 10 responden pada kelompok intervensi didapatkan
hasil sebagai berikut:
36
Tabel 5.2
Distribusi Frekuensi Responden Kelompok Kontrol dan Kelompok
Intervensi Berdasarkan Jenis Kelamin
Kategori
Kelompok
Jenis Kelamin
Laki-laki
Perempuan
F % F %
Kontrol
Intervensi
6
5
60
50
4
5
40
50
Total 10 100 10 100
Tabel 5.2 menunjukkan distribusi frekuensi responden kelompok kontrol
dan intervensi berdasarkan jenis kelamin. Kategori kelompok kontrol jenis
kelamin laki-laki memperoleh jumlah tertinggi yaitu sebesar 6 responden
(60%). Sedangkan kelompok intervensi antara laki-laki dan perempuan
memperoleh jumlah yang sama yaitu 5 responden (50%).
2. Rerata Tingkat Nyeri pada Kelompok Kontrol dan Kelompok Intervensi
Tabel 5.3 Rerata Tingkat Nyeri Sesudah Injeksi Imunisasi pada Kelompok
Kontrol dan Kelompok Intervensi di Puskesmas Ciputat Timur (n=20) Mean Mexdian Nilai SD
Min Max
Kel. Kontrol 4,60 5,00 3 6 0,843
Kel.
Intervensi
2,40 2,00 2 3 0,516
Berdasarkan Tabel 5.3 dapat digambarkan bahwa nilai mean, median,
maximum dan standar deviasi dari tingkat nyeri lebih besar pada kelompok
37
kontrol yaitu nilai mean 4,60 nilai median 4,00, nilai maximum 9 dan
standar deviasi 1,993. Nilai minimum kelompok kontrol dan kelompok
intervensi sama yaitu 1.
3. Analisa Bivariat
3.1 Analisa Perbedaan Tingkat Nyeri Setelah Dilakukan Perlakuan pada
Kelompok Kontrol dan Kelompok Intervensi (n=20) Nilai P Value
Mean Std Deviasi
0,000 Kel. Kontrol 4,60 0,843
Kel. Intervensi 2,40 0,516
Berdasarkan tabel 3.1 dapat digambarkan bahwa P value < 0,05
(0,000<0,05) maka dapat disimpulkan bahwa Ho ditolak dan Ha diterima
sehingga ada pengaruh penggunaan bola bobath terhadap skor nyeri saat
imunisasi pada bayi usia 9-12 bulan di Puskesmas Ciputat Timur.
38
BAB VI
PEMBAHASAN
Pada bab ini, peneliti akan membahas tentang interpretasi hasil penelitian,
mendiskusikan hasil penelitian, menjelaskan keterbatasan penelitian serta
implikasi penelitian untuk keperawatan yang berjudul Pengaruh bola bobath
terhadap skor nyeri pada bayi usia 9-12 bulan saat di imunisasi.
A. Interpretasi dan Diskusi Hasil Penelitian
Interpretasi hasil penelitian menjelaskan hasil penelitian berdasarkan tujuan
yaitu mengetahui pengaruh penggunaan bola bobath terhadap skor nyeri pada
bayi usia 9-12 bulan saat diimunisasi.
B. Karakteristik Individu
1. Usia
Karakteristik usia dalam penelitian ini 9-12 bulan, yaitu usia dimana
pemberian imunisasi dasar diberikan. Dilihat dari tahap perkembangan usia
ini belum dapat mengungkapkan rasa nyeri oleh kata-kata oleh karena itu
skor nyeri pada bayi diukur melalui respon perilaku nyeri yaitu ekspresi
wajah, menangis dan pergerakan (Taddio & Hogan, 2011)
Hasil penelitian menyatakan bahwa kelompok kontrol yang berjumlah
10 responden lebih banyak laki-laki yaitu 6 responden (60%) sedangkan
pada kelompok intervensi yang berjumlah 10 responden memiliki jumlah
yang sama yaitu 50%. Distribusi frekuensi jenis kelamin pada kelompok
kontrol dan kelompok intervensi tidak sama, karena menurut peneliti jenis
kelamin tidak mempengaruhi respon nyeri terutama pada bayi usia 9-12
39
bulan. Hal ini sesuai dengan Andarrmoyo (2013) bahwa jenis kelamin
bukan merupakan faktor yang mempengaruhi respon nyeri pada seseorang.
Pada analisis multivariat peneliti menemukan bahwa secara statistik umur
tidak mempengaruhi secara signifikan terhadap respon perilaku nyeri pada
bayi saat diimunisasi
2. Jenis kelamin
Jenis kelamin temasuk bagian dari karakteristik individu yang
diidentifikasi. Hasil analisis variabel jenis kelamin, menunjukan bahwa
tidak ada hubungan antara jenis kelamin dan skor nyeri pada bayi saat
diimunisasi. Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian Pieh, Altmeppen,
Neumeier, Loew, Angerer, dan Lahman (2012) tentang perbedaan jenis
kelamin, hasil riset menunjukkan bahwa laki-laki dan perempuan tidak
berbeda dalam durasi nyeri, namun keduanya tidak berespon terhadap nyeri
dengan cara yang sama.
Secara statistik tidak ada yang dapat mendukung perbedaan apakah
laki-laki atau perempuan lebih responsif terhadap nyeri. Cohen dan Baxter
(2012), mendapatkan bahwa distraksi yang diberikan pada bayi baik laki-
laki maupun perempuan saat diimunisasi memberikan dampak nyeri dan
emosi yang sama.
40
3. Rerata tingkat nyeri pada kelompok kontrol dan kelompok intervensi
Hasil penelitian diketahui bahwa hasil nilai mean, median, nilai maximum
dan standar deviasi dari skor nyeri lebih besar pada kelompok kontrol yaitu
nilai mean 4,60 nilai median 4,00 dan nilai maximum 9 dan standar deviasi
1,993. Nilai minimum dari kedua kelompok sama yaitu 1. Hal ini
menunjukkan bahwa tingkat nyeri dalam kelompok kontrol yang tidak
dilakukan perlakuan bola bobath lebih tinggi dibandingkan kelompok
intervensi. Hasil ini menunjukkan bahwa setiap bayi yang diimunisasi akan
mengalami nyeri walaupun tingkat nyeri berbeda-beda.(Hockenberry &
Wilson ^2007)
4. Penggunaan bola bobath merupakan strategi untuk mengubah proses
stimulasi nyeri. Ketika individu menerima pengalihan (penggunaan bola
bobath), sebagian aliran darah ke otak yang berhubungan dengan proses
terjadinya nyeri menurun. Demikian juga ketika perhatian bayi diisi oleh
aktivitas dengan bola bobath, terjadi penurunan aktivasi di otak yang
berhubungan dengan nyeri seperti thalamus, insula dan korteks anterior yang
menghasilkan ambang nyeri yang rendah (Bantick et al, 2002, dalam
Windich-Biermeier et al., 2007).
Hasil penelitian ini menyimpulkan bahwa penggunaan bola bobath pada
bayi dengan posisi sitting up, respon perilaku nyeri didapatkan rerata skor
MBPS lebih rendah dibandingkan dengan kelompok yang tidak
mendapatkan perlakuan.
Posisi sitting up pada bayi selama prosedur suntikan imunisasi dengan
bola bobath juga mempengaruhi skor MBPS. Penelitian yang dilakukan Lacey,
41
et al. (2008), yang mendapatkan bahwa lama menangis pada posisi upright
lebih singkat dibanding dengan posisi supine saat dilakukan imunisasi. Posisi
sitting up diatas bola bobath memberikan rasa kontrol yang kuat terhadap anak
dibandingkan pada posisi lie down (berbaring). (Stephens dan Walsh-Sukys
1997, dalam Lacey et al., 2008). Posisi berbaring membuat anak merasa takut
dan akan melakukan perlawanan dan semakin dilakukan restrain oleh orangtua
ataupun petugas kesehatan, anak semakin merasa tak berdaya dan mengalami
distress (Lacey, et al.,2008).
Posisi bayi sitting up diatas bola bobath membuat bayi merasa nyaman,
selain itu orangtua juga dapat melakukan pembatasan pergerakan anaknya
dengan cara yang lembut dan mengajak bayi bermain dengan mengayunkan
badan diatas bola yang lentur dan besar, sehingga menimbulkan kenyamanan
dan mengurangi rasa takut, dengan demikian secara tidak langsung
mempengaruhi respon perilaku nyeri bayi selama imunisasi. Hal ini sejalan
dengan penjelasan Davis (2001) bahwa emosi yang positif seperti merasa
nyaman, gembira, bermain, merasa dicintai berhubungan dengan strategi
koping yang digunakan dalam menghadapi nyeri. Rasa senang bermain pada
bayi membuat tubuh memproduksi asam amino yang mengikat reseptor opiat
yang berada di area otak yang dapat memberikan efek analgesik yaitu
analgesik.
Respon perilaku nyeri pada bayi yang dilakukan imunisasi pada kelompok
intervensi berbeda dengan kelompok kontrol. Rerata skor nyeri bayi pada
kelompok intervensi penggunaan bola bobath lebih rendah dibandingkan
dengan kelompok kontrol.
42
5. Analisa Perbedaan Tingkat Nyeri Setelah Dilakukan Perlakuan Pada
Kelompok Kontrol dan Kelompok Intervensi
Hasil analisis pada penelitian yang di uji menggunakan
independent t test menunjukkan nilai P value < 0,05 (0,000<0,05) yang
berarti Ho ditolak dan Ha diterima sehingga ada pengaruh penggunaan
bola bobath terhadap skor nyeri saat imunisasi pada bayi usia 9-12 bulan
di Puskesmas Ciputat Timur. Penelitian ini sejalan dengan teori penelitian
lain yang menyatakan bahwa bola bobath dapat mengalihkan perhatian
dari nyeri pada ibu melahirkan (Maulida, 2012).
Bola bobath memiliki bentuk besar, warna yang cerah yaitu
peneliti menggunakan warna biru cerah pada kelompok intervensi mampu
mengalihkan perhatian bayi terhadap nyeri saat injeksi imunisasi, hal ini
merupakan pengalihan perhatian secara pengamatan atau visual
(Andarmoyo, 2013). Saat bayi bermain diatas bola bobath terlihat ekspresi
senang dan bayi tertarik pada bola tersebut. Penatalaksanaan nyeri secara
non farmakologi merupakan intervensi keperawatan adalah tindakan
independen dari seorang perawat dalam mengatasi respon nyeri klien
(Andarmoyo, 2013)
C. Keterbatasan Penelitian
Keterbatasan dalam penelitian ini adalah saat perekaman video yang
rencana semula dilakukan hingga 1 menit setelah diimunisasi, hanya dapat
dilakukan 15-30 detik dimana ibu sudah memeluk dan menggendong bayinya dan
tidak bisa dianalisis. Hal lain yang teridentifikasi adalah terdapat bayi yang
43
menangis saat diletakkan diatas bola bobath karena perpisahan dengan ibunya.
Hal ini mempengaruhi skor MBPS sebelum suntikan.
D. Implikasi terhadap Keperawatan
Hasil penelitian ini diharapkan dapat mengembangkan metode pembelajaran
keperawatan khususnya keperawatan anak dan dapat dijadikan rujukan
tambahan dalam melakukan pengabdian kepada masyarakat khususnya pada
pelayanan anak.
1. Implikasi terhadap Pelayanan Keperawatan
Hasil penelitian ini diharapkan berpengaruh pada peningkatan
pelaksanaan tindakan non-farmakologi yang mempunyai manfaat signifikan
terhadap respon nyeri pada bayi yang diimunisasi. Hasil penelitian juga
memberikan bukti bahwa ketika perawat menerapkan filosofi keperawatan
anak yaitu family centered care (FCC) yang merupakan suatu pendekatan
dalam keperawatan yang meyakini bahwa petugas kesehatan dan keluarga
adalah partner atau mitra kerja secara bersama-sama dalam memenuhi
kebutuhan anak sebagai klien. Dengan bermain diatas bola bobath yang
melibatkan orangtua dan anak akan memberikan kenyamanan pada anak dan
mampu mengurangi atau mengalihkan rasa nyeri saat diimunisasi.
2. Implikasi terhadap Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan menjadi dasar penelitian selanjutnya bagi
peneliti dan peneliti lainnya.
44
BAB VII
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah diuraikan
pada bab sebelumnya, maka kesimpulan yang dapat ditarik dalam
penelitian adalah sebagai berikut:
1. Nilai mean, median dan standar deviasi dari tingkat nyeri lebih besar
pada kelompok kontrol yaitu 4,60 nilai median 5,00 dan standar
deviasi 0,843. Nilai tingkat nyeri maksimum pada kelompok kontrol
yang ditemukan adalah 6 dan pada kelompok intervensi 3. Nilai
minimum pada kelompok kontrol 3 dan kelompok intervensi 2 .
2. Respon nyeri yang diukur dengan skala MBPS pada bayi yang diberi
intervensi penggunaan bola bobath lebih rendah dibandingkan dengan
kelompok kontrol.
3. Karakteristik bayi tidak mempengaruhi respon perilaku bayi ketika
menerima suntikan imunisasi.
4. Nilai P= 0,000 sehingga Ho ditolak dan Ha diterima yang artinya ada
pengaruh penggunaan bola bobath terhadap skor nyeri pada bayi usia 9-
12 bulan di Puskesmas Ciputat Timur.
45
B. Saran
Berdasarkan hasil penelitian, saran yang dapat diajukan antara lain :
1. Bagi Institusi Pendidikan
Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai rujukan tambahan bagi
institusi pendidikan. Misalnya dalam pemahaman teknik mengurangi
nyeri saat diberikan imunisasi. Dan menggali sumber sumber baru
yang dapat diaplikasikan dalam pendidikan keperawatan dalam teknik
pengalihan nyeri pada anak.
2. Bagi Puskesmas Ciputat Timur
a. Diharapkan tenaga kesehatan yang mengelola program imunisasi
memberikan dukungan kepada orangtua agar senantiasa mengikuti
program imunisasi sehingga anak yang berada di wilayah kerja
puskesmas Ciputat timur mengetahui jadwal imunisasi yang wajib
diberikan pada anak di masa tumbuh kembangnya.
b. Terkait hasil dalam penelitian ini perawat dapat bekerja sama
dengan orangtua anak untuk ikutserta terlibat dalam pengalihan
perhatian terhadap nyeri saat diimunisasi.
c. Tenaga kesehatan di puskesmas perlu diberikan penyegaran atau
pelatihan yang berhubungan dengan manajemen nyeri saat
imunisasi pada bayi
3. Bagi Peneliti Selanjutnya
a. Hasil penelitian dapat memperkaya bahan bacaan keperawatan
tentang manajemen nyeri non-farmakologi
46
b. Diharapkan peneliti selanjutnya dapat mengembangkan penelitian
ini, seperti melakukan pegamatan jangka panjang berkaitan dengan
adakah efek samping dari penggunaan bola bobath terhadap skor
nyeri pada bayi usia 9-12 bulan saat imunisasi .
47
Lampiran 2
LEMBAR KUESIONER
PENGARUH BOLA BOBATH TERHADAP SKOR NYERI PADA BAYI USIA 9-12
BULAN SAAT DI IMUNISASI DI PUSKESMAS CIPUTAT TIMUR TANGERANG
SELATAN
Tujuan :
Lembar kuesioner ini dirancang untuk mengetahui “Pengaruh Penggunaan Bola Bobath
Terhadap Skor Nyeri Pada Bayi Usia 3-12 Bulan Yang Mendapatkan Imunisasi Di Wilayah
Kerja Puskesmas Ciputat Timur Tangerang Selatan”.
Petunjuk :
1. Beri tanda (√) atau lingkari pada kolom pertanyaan yang Bapak/Ibu anggap tepat.
2. Jika Bapak/ Ibu salah mengisi jawaban atau ingin memperbaiki jawaban, coret jawaban
tersebut dan beri tanda (√) atau lingkari pada jawaban yang dianggap tepat.
A. DATA DEMOGRAFI RESPONDEN (Bayi)
1. Nama :
2. Usia :
3. Alamat :
4. Jenis Kelamin
[ ] Laki-laki
[ ] Perempuan
5. Berat badan dan Panjang badan bayi saat diimunisasi
Berat badan = .............
Panjang badan = ..........
6. Kelengkapan Imunisasi sebelumnya
[ ] Lengkap
[ ] Tidak lengkap
Lampiran 3
B. DATA KHUSUS (LEMBAR MBPS)
Parameter Finding Points
Ekspresi wajah Ekspresi positif
(tersenyum)
Ekspresi netral
Ekspresi sedikit negatif
(meringis)
Ekspresi negatif (alis mata
berkerut, mata tertutup)
0
1
2
3
Tangisan Tertawa senang
Tidak menangis
Mengerang bersuara tenang
lembut atau merintih
Menangis mengerang atau
menerjang
Penuh menangis menerjang,
menangis lebih dari tangisan
awal (jika bayi telah
menangis dari awal)
0
1
2
3
4
Gerakan Gerakan atau aktivitas biasa
Istirahat dan santai
Gerakan parsial (menggeliat
melengkung, mengepal)
Mencoba untuk
menghindari rasa sakit
dengan menarik ekstremitas
tempat penyuntikan
Agitasi kompleks, gerakan
secara umum kepala,tubuh
dan ekstremitas
Kekakuan
0
0
2
2
3
3
Lampiran 4
Hasil Penelitian
Responden Berdasarkan Usia Pada Kelompok Kontrol
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid 9 bulan 6 60,0 60,0 60,0
10 bulan 3 30,0 30,0 90,0
11 bulan 1 10,0 10,0 100,0
Total 10 100,0 100,0
Responden Berdasarkan Usia Pada Kelompok Intervensi