PENGARUH BENTUK SEDIAAN GEL DAN KRIM SUNSCREEN FRAKSI POLIFENOL TEH HIJAU TERHADAP PROTEKSI SUNBURN AKIBAT RADIASI SINAR ULTRAVIOLET PADA MENCIT BALB/C JANTAN SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm.) Program Studi Ilmu Farmasi Oleh : Ivana Clarinta NIM : 048114045 FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2008 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
121
Embed
PENGARUH BENTUK SEDIAAN GEL DAN KRIM FRAKSI … · ii pengaruh bentuk sediaan gel dan krim sunscreen fraksi polifenol teh hijau terhadap proteksi sunburn akibat radiasi sinar ultraviolet
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
PENGARUH BENTUK SEDIAAN GEL DAN KRIM SUNSCREEN FRAKSI POLIFENOL TEH HIJAU TERHADAP PROTEKSI
SUNBURN AKIBAT RADIASI SINAR ULTRAVIOLET PADA MENCIT BALB/C JANTAN
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm.)
Program Studi Ilmu Farmasi
Oleh : Ivana Clarinta
NIM : 048114045
FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA 2008
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ii
PENGARUH BENTUK SEDIAAN GEL DAN KRIM SUNSCREEN
FRAKSI POLIFENOL TEH HIJAU TERHADAP PROTEKSI SUNBURN AKIBAT RADIASI SINAR ULTRAVIOLET
PADA MENCIT BALB/C JANTAN
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm.)
Program Studi Ilmu Farmasi
Oleh : Ivana Clarinta
NIM : 048114045
FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA 2008
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
iii
PENGARUH BENTUK SEDIAAN GEL DAN KRIM SUNSCREEN FRAKSI POLIFENOL TEH HIJAU TERHADAP PROTEKSI
SUNBURN AKIBAT RADIASI SINAR ULTRAVIOLET PADA MENCIT BALB/C JANTAN
Yang diajukan oleh:
Ivana Clarinta
NIM : 048114045
Skripsi ini telah disetujui oleh :
Pembimbing I
( Agatha Budi S.L., M.Si., Apt. )
tanggal ......................................
Pembimbing II
( drh. Sitarina Widyarini, MP, Ph.D )
tanggal ......................................
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
iv
Pengesahan Skripsi Berjudul
PENGARUH BENTUK SEDIAAN GEL DAN KRIM SUNSCREEN FRAKSI
POLIFENOL TEH HIJAU TERHADAP PROTEKSI SUNBURN AKIBAT RADIASI SINAR ULTRAVIOLET PADA MENCIT BALB/C JANTAN
Oleh : Ivana Clarinta
NIM : 048114045
Dipertahankan di hadapan Panitia Penguji Skripsi Fakultas Farmasi
Universitas Sanata Dharma pada tanggal :......................................
Mengetahui Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Dekan (Rita Suhadi, M.Si., Apt.) Pembimbing I : ( Agatha Budi S.L., M.Si., Apt. )
Pembimbing II : ( drh. Sitarina Widyarini, MP, Ph.D )
Fitokimia, Laboratorium Farmakologi dan Laboratorium Kimia Analisis
atas segala bantuan dan kesabarannya.
10. Oktavianus Gresasis P.P atas bantuan, dukungan, dan semangatnya.
11. Kelompok Tea Project, Wortel Project, Algae project, dan juga Tomato
team atas segala persahabatan dan dukungannya.
12. Semua teman-teman eleventh generation, Farmasi, Poskes, Kost, KKN
yang telah mendukung dan memberikan semangat.
13. Semua pihak yang telah memberi bantuan, semangat, dan dukungan
yang tidak dapat disebutkan satu persatu.
Penulis menyadari bahwa penyusunan skripsi ini masih jauh dari sempurna
karena keterbatasan pengetahuan, kelalaian dan kesalahan yang terjadi. Oleh karena
itu, dengan hati yang sangat terbuka, penulis menerima koreksi, kritik, dan saran
demi perkembangan diri dan berkembangnya ilmu pengetahuan. Semoga skripsi ini
dapat berguna bagi orang lain.
Penulis
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
viii
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA
Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini
tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan
dalam kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.
Yogyakarta, 17 Maret 2008
Penulis
( Ivana Clarinta )
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ix
INTISARI
Senyawa alam pada 2 dekade terakhir ini secara luas terus dilakukan penelitian untuk digunakan sebagai sunscreen. Salah satu senyawa ini adalah senyawa fenolik yang dapat ditemukan pada teh hijau (30-40%). Senyawa ini tidak hanya mengabsorbsi sinar UV tapi juga memiliki efek antioksidan.
Bentuk sediaan sunscreen yang ada di pasaran dapat berupa krim, lotion, dan gel. Perbedaan sifat fisikokimia dari formulasi dapat menyebabkan variasi profil pelepasan obat dimana pada akhirnya akan mempengaruhi efikasi. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui efek gel dan krim sebagai bentuk sediaan topikal terhadap efikasinya sebagai sunscreen yang formulasinya mengandung fraksi polifenol teh hijau. Nilai efikasi yang akan diukur adalah parameter efikasi sediaan sunscreen yaitu nilai SPF dan efikasi sunscreen untuk memproteksi kulit dari inflammation associated edema.
Penelitian ini adalah penelitian eksperimental menggunakan gel dan krim fraksi polifenol teh hijau sebagai objek penelitian. Hasilnya dianalisis menggunakan ANOVA dan independent sample t test statistic analysis dengan tingkat kepercayaan 95%.
Hasil dari penelitian ini adalah nilai SPF dari kedua sediaan sama, yaitu 20. Kedua bentuk sediaan sunscreen tidak memberikan proteksi terhadap inflammation associated edema. Namun, perbedaan bentuk sediaan (terdapat perbedaan bermakna) mempengaruhi perubahan skinfold thickness antara gel yaitu 1,11 ± 0,11 dan krim yaitu 1,39 ± 0,19 mm.
Kata Kunci : krim dan gel sunscreen polifenol teh hijau, SPF, inflammation associated edema, skinfold thickness
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
x
ABSTRACT
The natural substances have been widely explored to develop sunscreen formulation for the last 2 decades. One of this substances is phenolic compound which can be found in green tea (30-40%). This compound does not only absorb UV light but also has an antioxidant effect.
Sunscreen topical dosage forms which is available in the market can be performed as a cream, lotion, gel and ointments. The diferences of physicochemical properties may lead to variation of drug release profile which eventually may effect the efficacy. This research aimed to investigate the effect of gel and creams as topical dosage forms on the efficacy of sunscreen which was formulated from green tea polyphenol fraction. The effect when will be examined are parameter efficacy of sunscreen that is SPF point and efficacy ef sunscreen to protect skin from inflammation associated edema.
The study was an experimental study using gel and cream sunscreen with green tea polyphenol fraction as the object. The results were analised using ANOVA and independent sample t test statistic analysis with 95% confidence interval.
The result of this research reveals SPF point of both deliveries is same, that is 20. Both of sunscreen dosage forms does not have effect in protection from inflammation associated edema. However, different types of dosage form cause differences in the alteration of skinfold thickness between gel with 1,11 ± 0,11 mm and cream with 1,39 ± 0,19 mm (p<0,05).
Keywords : cream and gel sunscreen green tea polyphenol, SPF, inflammation associated edema, skinfold thickness
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xi
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ................................................................................................ ii
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ....................................................... iii
HALAMAN PENGESAHAN .................................................................................. iv
HALAMAN PERSEMBAHAN ……………………………................................... v
radikal bebas pada kulit, photoaging, dan photocarcinogenesis. Sinar UVB signifikan
menurunkan daya antioksidan pada kulit, mengurangi kemampuan kulit untuk
melindungi dirinya terhadap terbentuknya radikal bebas karena radiasi sinar
ultraviolet. Hal ini memiliki kemampuan untuk menginduksi kanker kulit (squamous
dan basal sel karsinoma) karena kerusakan DNA. Hal ini juga dipengaruhi oleh
penurunan pertahanan sistem imun kulit (Svobodova et al, 2003).
Sinar UVC sangat berbahaya, walaupun hanya dengan paparan singkat. Ini
secara ekstrim merusak kulit. Untungnya, radiasi UVC dari matahari diabsorbsi
sempurna oleh molekul oksigen dan ozon pada atmosphere dan tidak ada yang
mencapai bumi (Svobodova et al, 2003).
Setelah 48 jam radiasi UV, energi UV diabsorbsi pada beberapa tingkatan
kulit menyebabkan kerusakan sel pada sel diskeratotik pada stratum Malpighi dan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
16
stratum korneum. Eritema diinduksi oleh vasodilatasi, peningkatan aliran darah, dan
edema. Inflamasi terjadi pada lapisan bawah papillary dermis, dan diperantarai oleh
histamin, serotonin, dan kinin. Prostaglandin (disintesis oleh enzim mikrosomal)
bertanggungjawab pada pembentukan eritema, dan peningkatan eicosanoids
ditemukan pada jaringan manusia yang teradiasi. Sunburn merupakan efek singkat
dari kerusakan epidermis sementara. Secara histologi, sunburn dihubungkan dengan
vasodilatasi pembuluh kapiler di papillary dermis, diskeratosis keratinosit (sunburn
cells), perivenular edema, dan adanya dermal neutrofil (Edlich et al, 2004).
3. Efek positif radiasi sinar ultraviolet
Radiasi sinar UV juga memiliki efek positif bagi manusia. Efek positif dari
radiasi UV adalah membantu dalam pembentukan vitamin D, mempengaruhi fungsi
reproduksi (tanpa sinar matahari, melatonin tidak akan disekresikan dari kelenjar
pineal, sehingga fungsi organ sex berkurang) (Edlich et al, 2004).
D. Inflamasi
1. Definisi
Inflamasi adalah respon atau reaksi protektif setempat yang ditimbulkan
oleh cedera atau kerusakan jaringan tubuh karena suatu rangsangan yang berfungsi
menghancurkan, mengurangi, baik agen pencedera maupun jaringan yang cedera
(Mutschler, 1991). Inflamasi merupakan respon dari mikrosirkulasi (arteri, vena,
kapiler darah, dan limphatik) dan isinya (cairan plasma dan sel darah) terhadap
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
17
kerusakan jaringan. Inflamasi berasal dari bahasa latin yaitu inflamare yang artinya
burn (Spector, 1980).
2. Penyebab
Inflamasi terjadi karena rangsangan, seperti infeksi, tekanan fisik, dan
tekanan kimia yang dapat menyebabkan kerusakan jaringan. Kerusakan ini
menginisiasi aktivasi dari faktor transkripsi yang mengkontrol ekspresi dari beberapa
mediator kimia (eicosanoids, oksidan biologi, sitokine, faktor adhesi, dan digestive
enzyme). Beberapa oksidan biologi yaitu anion superoksid (.O2-), hidrogen peroksid
(H2O2), nitric oksid (.NO), peroksinitrit (.OONO-), asam hipochlorous (HOCl),
peroxidase-generated oxidants seperti radikal hidroksil (.OH), dan singlet oksigen
(.O2 ). Oksidan ini secara luas dihasilkan oleh sel fagosit seperti neutrofil dan
makrofage, digestive enzymes dan eicosanoids. Oksidan biologi ini akan merusak
jaringan (Craig dan Robert, 2003).
Gambar 3. Patogenesis dan gejala suatu peradangan (Mutschler, 1986)
Noksius
Gangguan sirkulasi lokal
Pemerahan
Eksudasi
Panas
Kerusakan sel
Pembebasan bahan mediator
Emigrasi leukosit
Perangsangan reseptor nyeri
Nyeri Gangguan fungsi
Pembengkakan
Proliferasi sel
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
18
3. Gejala
Gejala reaksi radang yang dapat diamati adalah pemerahan (rubor), panas
meningkat (calor), pembengkakan (tumor), nyeri (dolor), dan gangguan fungsi
(fungsio laesa). Gejala tersebut merupakan akibat dari gangguan aliran darah yang
terjadi akibat kerusakan jaringan dalam pembuluh pengalir terminal, gangguan
keluarnya plasma darah (eksudasi) ke ruangan ekstrasel akibat meningkatnya
ketebalan kapiler dan perangsangan resptor nyeri (Mutschler, 1986).
4. Mekanisme
Mekanisme terjadinya inflamasi pada jaringan diawali dengan proses
inisiasi yaitu peristiwa terjadinya perusakan jaringan secara fisik atau oleh substansi
dari luar. Setelah itu, pembuluh arteri akan mengalami kontraksi singkat kemudian
diikuti dilatasi yang lama menyebabkan aliran darah meningkat dan darah masuk ke
dalam kapiler darah yang inaktif. Leukosit mengalami marginasi membentuk lapisan
di dinding dalam sel endothelial. Pada waktu yang sama terjadi peningkatan
permeabilitas kapiler darah sehingga cairan plasma, protein (albumin, globulin, dan
fibrinogen), dan leukosit keluar kejaringan menyebabkan edema. Protein kemudian
dibawa oleh kelenjar limpatik menuju ke jaringan yang rusak. Pada jaringan yang
tersebut terjadi chemoattraction dari sel inflamasi, dan aktifasi sel inflamasi untuk
melepaskan mediator inflamasi (Craig dan Robert, 2003; Spector, 1980).
Mekanisme inflamasi secara seluler melibatkan aktivasi dari beberapa sel
yang menyebabkan pelepasan mediator kimia. Beberapa diantaranya adalah sel mast
dan eicosanoid. Sel mast akan melepaskan histamin yang dapat meningkatkan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
19
permeabilitas kapiler. Histamin akan berperanan sangat penting pada awal terjadinya
inflamasi, setelah itu diikuti dengan munculnya kinin kemudian diperkuat dengan
adanya prostaglandin (Spector, 1980).
Gambar 4. Jalur sintesis asam arakidonat (Craig dan Robert, 2003)
Eicosanoid atau asam arakidonat terdapat pada membran fosfolipid dan
disintesis ketika terjadi stimulasi seluler. Asam arakidonat berikatan pada membran
dengan phosphatidylcoline oleh enzim phospholipase A2. Asam arakidonat kemudian
mengikuti 2 jalur enzimatis yang akan menghasilkan mediator inflamasi, yaitu jalur
siklooksigenase (COX) yang memproduksi prostaglandin dan jalur lipooksigenase
yang menghasilkan leukotrien. Enzym COX terdapat dalam 2 isoform.
Siklooksigenase-1 (COX-1) berfungsi sebagai perlindungan. Siklooksigenase-2
(COX-2) menginduksi sitokin dan stimulus inflamasi lainnya dan dipercaya sebagai
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
20
faktor utama dalam inflamasi kronis. Produk akhir dari prostaglandin bersifat spesifik
pada jaringan, contohnya platelet memproduksi thromboxane A2 (TxA2); sel
pembuluh endothelial memproduksi prostasiklin (PGI2), sel mast memproduksi
prostaglandin D2 (PGD2); dan vasculature, saluran gastrointestinal, tulang, dan
jaringan lain memproduksi prostaglandin E2 (PGE2) (Craig dan Robert, 2003).
E. Sunscreen
1. Pengertian sunscreen
Berdasarkan mekanisme aksinya, sunscreen dapat dibedakan menjadi 2,
yaitu chemical sunscreen dan physical blockers. Chemical sunscreen secara umum
merupakan senyawa aromatik yang terikat pada gugus karbonil. Senyawa kimia ini
mengabsorbsi intensitas tinggi sinar ultraviolet dengan tereksitasi ke tingkat energi
yang lebih tinggi, contohnya adalah oksibenzon, sinamate. Senyawa sunscreen yang
termasuk dalam physical blockers merefleksikan radiasi UV, contohnya adalah TiO2
dan ZnO (Barel et al, 2001). Produk sunscreen seharusnya dapat efektif dalam
mencegah sunburn, photo-ageing, dan juga memproteksi terhadap photo-
immunosuppression (Verheugen, 2006).
2. Sun Protection Factor (SPF)
Sun Protection Factor merupakan ukuran proteksi akut dari eritema, sangat
berkaitan dengan sumber UVR dan densitas dari sunscreen yang diaplikasikan.
Sunscreen tidak memberikan indikasi proteksi produk terhadap radiasi kronis
(Fourtanier et al, 2000). Sun Protection Factor (SPF) didefinisikan sebagai rasio
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
21
dosis UVR yang dibutuhkan untuk memproduksi 1 MED pada kulit yang telah
diproteksi setelah aplikasi 2 mg/cm2 produk sunscreen dibanding dosis sinar UV
untuk memproduksi satu MED pada kulit yang tidak diproteksi. Sunscreen dengan
broad-spectrum atau spektrum luas mampu melindungi kulit dari UV A dan UV B
(Barel et al, 2001).
3. Pengujian SPF
Eritema merupakan metode yang secara rutin digunakan untuk mendapatkan
efek inflamasi karena radiasi UV pada kulit manusia dan MED adalah basis untuk
determinasi SPF. Namun, penilaian eritema secara luas diakui sulit. Edema pada
mencit tipe Skh hairless strain biasa digunakan sebagai model untuk eritema pada
manusia. Radiasi UV yang digunakan untuk minimal edema respon sama dengan
MED pada manusia dengan skin type II / III. Evaluasi eritema bersifat semiquantitatif
sehingga menjadi kurang akurat daripada pengukuran edema (Fourtanier et al, 2000).
Metode pengukuran SPF mengacu pada metode COLIPA, 1994 (Anonim, 2006)
sebagai metode internasional, yang pada metode tersebut penentuan SPF
dideterminasi menggunakan 10 volunter manusia.
Tabel IV. Pengelompokan daya proteksi sunscreen berdasarkan nilai SPF
berdasarkan FDA Sunburn protection Sun protection factor
Minimal 2-12 Moderate 12-30
High >30
(Edlich et al, 2004).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
22
F. Kulit
Kulit memiliki beberapa fungsi, yaitu melindungi tubuh terhadap luka,
perlindungan terhadap mikroorganisme patogen, mempertahankan suhu tubuh dengan
pertolongan sirkulasi darah, mengatur keseimbangan cairan melalui sirkulasi kelenjar,
alat indera melalui persarafan sensorik. Lapisan kulit terdiri dari 3 lapisan, yaitu
epidermis, dermis, dan subkutis (Syaifuddin, 1997).
Gambar 5. Struktur kulit ( Washington, Washington, dan Wilson, 2001)
Epidermis merupakan lapisan keratinising stratified squamous epithelial.
Epidermis terdiri dari beberapa lapisan, yaitu stratum korneum, stratum lusidum,
stratum granulosum, stratum spinosum, dan stratum germinativum (Syaifuddin,
1997). Epidermis, lapisan terluar kulit, terdiri dari empat jenis sel: keratinosit, yang
merupakan sel terbanyak yang menghasilkan keratin; sel melanosit, yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
23
menghasilkan pigmen; sel Langerhans, sel fagositik berperan dalam pengambilan dan
pengolahan antigen; dan sel Merkel, sel neuoroendokrin yang fungsinya belum
diketahui (Sander, 2003).
Dermis terdiri dari jaringan ikat longgar dan pembuluh–pembuluh darah
halus, dan memiliki folikel rambut (Sander, 2003). Dermis terdiri dari 2 lapisan,
yaitu:
a. bagian atas, pars papilaris (stratum papilar)
b. bagian bawah, retikularis (stratum retikularis) (Syaifuddin, 1997).
Subkutis terdiri dari kumpulan-kumpulan sel-sel lemak. Selain itu, jaringan
subkutis juga terdapat serabut-serabut jaringan ikat dermis (Syaifudin, 1997).
G. Gel
Menurut definisinya, gel merupakan bentuk sediaan semisolid yang
mengandung larutan bahan aktif tunggal maupun campuran dengan pembawa
senyawa hidrofilik dan hidrofobik. Gel juga dirumuskan sebagai sistem dispersi yang
minimal terdiri dari dua fase yaitu sebuah fase padat dan sebuah fase cair (gel liofil)
atau terdiri dari sebuah fase padat dan fase berbentuk gas (gel kserofil) (Voigt, 1994).
Gel dibedakan berdasarkan karakteristik kelarutan dan polaritas dari
substansi yang terlarut didalamnya, yaitu hidrogel untuk substansi yang hidrofilik dan
lipogels untuk substansi yang lipofilik. Konsistensi dari gel disebabkan karena gelling
agent, biasanya adalah polimer, membentuk ikatan 3 dimensi. Ikatan intermolekular
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
24
antara molekul pelarut dan jaringan polimer menyebabkan gerak molekul berkurang
sehingga meningkatkan viskositanya (Barel et al., 2001).
Setelah aplikasi, hidrogel akan memberikan efek mendinginkan karena
evaporasi dari pelarut, mudah diaplikasikan dan melembabkan kulit (Barel et al.,
2001). Keuntungan lain dari bentuk sediaan ini adalah setelah kering meninggalkan
lapisan tipis (film) tembus pandang elastis dengan daya lekat tinggi, yang tidak
menyumbat pori kulit, pernafasan tidak dipengaruhi dan dapat dengan mudah dicuci
dengan air (Voigt, 1994).
H. Krim
Krim (cremores) adalah bentuk sediaan setengah padat berupa emulsi yang
mengandung satu atau lebih bahan obat yang terlarut atau terdispersi dalam bahan
dasar yang sesuai. Krim ada dua tipe, yaitu krim tipe minyak dalam air (M/A) dan
tipe air dalam minyak (A/M). Krim yang dapat dicuci dengan air (M/A) ditujukan
terutama untuk penggunaan kosmetik dan estetika (Syamsuni, 2005).
Emulsi (lotion dan krim) merupakan bentuk sediaan kosmetik yang sering
digunakan dengan alasan rasa yang diterima kulit, penerimaan pasien, dan mudah
dalam aplikasi. Krim merupakan sediaan semisolid dengan konsistensi yang lebih
kental dibanding lotion. Penerimaan yang tinggi terhadap emulsi o/w berdasarkan
pada beberapa alasan, yaitu : tidak terasa berminyak ketika diaplikasikan, memiliki
daya sebar dan penetrasi yang baik di kulit dan efek hydration dari fase eksternal
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
25
(air), memiliki efek mendinginkan karena evaporasi dari fase eksternal (Barel et al.,
2001).
I. Landasan Teori
Teh hijau mengandung 30-40% polifenol dengan kandungan terbesar adalah
golongan katekin (Syah, 2006). Polifenol tidak hanya dapat mengabsorbsi sinar
ultraviolet tetapi juga memiliki sifat antioksidan yang akan menangkap radikal bebas
yang berasal dari radiasi UV sehingga dapat meminimalkan efek buruk sinar UV,
salah satu efek buruk tersebut adalah reaksi inflamasi. Polifenol dapat mengabsorbsi
sinar UV karena adanya gugus aromatik yang berikatan dengan gugus karbonil
(Bowen, 1998). Mekanisme absorbsi dari polifenol teh hijau dapat dilihat pada
gambar 6.
HO
HO
O
O
OH
OH
OH
CO
OH
OH
OH
HO
HO
O
O
OH
OH
OH
CO
OH
O
OH
H
Gambar 6. Resonansi elektron pada (-)-epigalocathecin gallate (EGCG) ketika
terjadi absorbsi radiasi UV
Sedangkan efek antioksidan disebabkan adanya gugus hidroksil pada
polifenol yang dapat berikatan dengan radikal bebas membentuk produk akhir berupa
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
26
air dan radikal baru yang distabilisasi oleh efek resonansi inti aromatik sehingga
bersifat tidak reaktif (Middleton Jr., Kandaswami, C., dan Theoharis, C.T., 2000).
Mekanisme penangkapan radikal bebas oleh polifenol teh dapat dilihat pada gambar
7.
Gambar 7. Mekanisme penangkapan radikal bebas oleh gugus cathecol (Middleton
et al, 2000).
Senyawa yang memiliki sifat dapat mengabsorbsi maupun merefleksikan
radiasi UV dapat diformulasi menjadi bentuk sediaan yang disebut sediaan sunscreen.
Sediaan sunscreen yang beredar dimasyarakat dapat berupa krim, lotion, dan gel.
Bentuk sediaan yang digunakan dalam penelitian ini adalah gel dan krim sunscreen
yang mengandung fraksi polifenol teh hijau sehingga berdasarkan sifat-sifat dari
polifenol menyebabkan sediaan ini dapat berfungsi untuk melindungi kulit dari efek
buruk radiasi UV. Nilai efikasi dari kedua bentuk sediaan ini adalah sama, yaitu SPF
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
27
5,874, yang didapatkan secara in vitro dengan metode Petro (Prasetyo, 2008;
Wijayanti, 2008).
Akan tetapi, adanya perbedaan fisikokimia formulasi dari sediaan dapat
menyebabkan perbedaan pelepasan zat aktif yang pada akhirnya dapat mempengaruhi
efikasinya (Shargel dan Yu, 1985). Gel merupakan matriks 3 dimensi hasil ikatan dari
polimer (gelling agent) dengan solvent sehingga terjadi pembatasan gerak senyawa
yang terjebak didalam matriks 3 dimensi. Oleh karena itu, gel sering digunakan
dalam sediaan farmasetis dalam pemberian efek pelepasan obat secara lepas lambat
(Barel et al., 2001). Krim merupakan bentuk sediaan setengah padat berupa emulsi
yang mengandung satu atau lebih bahan obat yang terlarut atau terdispersi dalam
bahan dasar yang sesuai (Syamsuni, 2005). Krim merupakan bentuk sediaan yang
sering digunakan dalam sediaan kosmetik karena mudah dipalikasikan di kulit
sehingga meningkatkan penerimaan pasien (Barel et al., 2001). Namun, penelitian
mengenai profil pelepasan zat aktif dari sediaan krim belum dilakukan.
J. Hipotesis
Ada perbedaan antara gel dan krim dalam menyebabkan efek proteksi
terhadap inflammation associated edema.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
28
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian eksperimental. Objek uji
dalam penelitian ini adalah bentuk sediaan sunscreen fraksi polifenol teh hijau, yaitu
berbentuk gel dan krim, yang formulasinya didapatkan dari penelitian sebelumnya.
B. Variabel Penelitian
1. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah jenis bentuk sediaan sunscreen fraksi
polifenol teh hijau, yaitu berbentuk gel dan krim.
2. Variabel tergantung dalam penelitian ini adalah nilai SPF sediaan sunscreen dan
skinfold thickness.
3. Variabel pengacau terkendali dalam penelitian ini adalah kondisi fisologis
mencit BALB/c.
4. Variabel pengacau tak terkendali dalam penelitian ini adalah kondisi patologis
mencit BALB/c dan gerak mencit dalam kotak perlakuan.
C. Definisi Operasional
1. Minimum Edema Dose atau MED merupakan lama waktu yang dibutuhkan
untuk mendapatkan peningkatan skinfold thickness yang optimal (mendekati 1,5-2
kali
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
29
lipat skinfold thickness awal) akibat 1 kali paparan UV, yang diukur 24 jam
setelah radiasi.
2. Skinfold thickness merupakan ketebalan lipatan kulit mencit pada bagian
punggung yang diukur pasca paparan UV.
3. Peningkatan skinfold thickness adalah skinfold thickness akhir dikurangi
skinfold thickness awal.
4. Dosis UVR adalah lama waktu pemaparan radiasi sinar ultraviolet.
5. Lampu Simulasi UV adalah lampu UVA, Black Light, Unfiltered Lamp, Sankyo,
dengan panjang gelombang 365 nm yang digunakan untuk mensimulasi radiasi
sinar ultraviolet yang dipasang dengan jarak 15 cm dengan nilai 115-116 lux.
Lampu simulasi UV telah dikalibrasi di Laboratorium Analisa Pusat, Universitas
Sanata Dharma, Yogyakarta.
6. Sun Protection Factor atau SPF adalah perbandingan antara MED dari kulit yang
diproteksi dengan sediaan dan 1 MED dari kulit yang tidak diproteksi dengan
sediaan (Fourtanier et all, 2000).
7. Krim sunscreen fraksi polifenol teh hijau adalah bentuk sediaan sunscreen
yang berupa emulsi antara fase minyak dan fase air dengan tipe M/A yang
mengandung fraksi polifenol teh hijau 18,1 mg % setara dengan polifenol 0,022
% b/b terhitung ekuivalen terhadap kuersetin.
8. Basis krim sunscreen fraksi polifenol teh hijau adalah pembawa (vehicle) yang
berupa emulsi antara fase minyak dan fase air dengan tipe M/A yang tidak
mengandung fraksi polifenol teh hijau.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
30
9. Gel sunscreen fraksi polifenol teh hijau adalah bentuk sediaan sunscreen yang
berupa hidrogel yang mengandung fraksi polifenol teh hijau 18,1 mg % setara
dengan polifenol 0,022 % b/b terhitung ekuivalen terhadap kuersetin.
10. Basis gel sunscreen fraksi polifenol teh hijau adalah pembawa (vehicle) yang
berupa hidrogel yang tidak mengandung fraksi polifenol teh hijau.
D. Alat dan Bahan Penelitian
1. Alat
a. Sumber radiasi ultraviolet / lampu simulasi UV
Lampu simulasi UV (lampu TL UVA, Black Light, Unfiltered
Lamp, Sankyo) untuk radiasi dengan panjang gelombang 365 nm yang
digunakan untuk mensimulasi radiasi sinar ultraviolet dipasang dengan
jarak 15 cm dengan nilai 115-116 lux. Lampu simulasi UV (lampu TL
UVA, Black Light, Unfiltered Lamp, Sankyo) telah dikalibrasi di
Laboratorium Analisa Pusat, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.
b. Timbangan elektrik,
c. Electronic digital caliper (dengan ketelitian 0,02 mm)
d. Gloved fingers
2. Bahan
a. Gel sunscreen fraksi polifenol teh hijau
Gel sunscreen didapatkan dari hasil penelitian sebelumnya
(Wijayanti, 2008) mengandung fraksi polifenol teh hijau 18,1 mg %
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
31
setara dengan polifenol 0,022 % b/b terhitung ekuivalen terhadap
kuersetin.
Formula gel sunscreen tersusun dari :
Tabel V. Komposisi penyusun gel sunscreen fraksi polifenol teh hijau (Wijayanti,
2008)
Komposisi Jumlah % Fraksi polifenol teh hijau 0,022 % b/b CMC 4,3 g 4,33% Propilen glikol 10 g 10,07% Etanol 11,7 g 11,78% Aquadest 72,5 g 73,01% Metil paraben 0,3 g 0,30% Asam sitrat 0,5 g 0,50 Total 99,3 100%
b. Krim sunscreen fraksi polifenol teh hijau
Krim sunscreen didapatkan dari hasil penelitian sebelumnya
(Prasetya, 2008), mengandung fraksi polifenol teh hijau 18,1 mg %
setara dengan polifenol 0,022 % b/b terhitung ekuivalen terhadap
kuersetin.
Formula krim sunscreen tersusun dari :
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
32
Tabel VI. Komposisi penyusun krim sunscreen fraksi polifenol teh hijau (Prasetya, 2008)
Komposisi Jumlah % Fraksi polifenol teh hijau 0,022 % b/b Asam stearat 4 g 5,47% Cetil alkohol 3,5 g 4,79% Virgin coconut oil 3,9 g 5,34% TEA 0,8 g 1,09% Aquadest 60 ml 82,08% Metil paraben 0,4 g 0,55% Asam sitrat 0,5 g 0,68% Total 73,1 100%
c. Binatang percobaan
Mencit jantan strain Balb/c dengan umur 8-10 minggu yang
diperoleh dari Laboratorium Pusat Penelitian Terpadu (LPPT) UGM, dan
dimasukkan ke dalam kandang, selanjutnya dijaga pada suhu ruangan.
Mencit diberi pakan pellet dan diberi air ad libitum.
d. Depilatories (krim penghilang bulu).
E. Jalan Penelitian
1. Praperlakuan mencit
Sebelum diberi perlakuan, punggung mencit dihilangkan rambutnya dengan
cara dicukur atau digunting. Kemudian, oleskan krim depilatories untuk
membersihkan rambut-rambut yang masih tertinggal dan didiamkan selama 15 menit.
Rambut mencit dikerok dengan alat yang telah tersedia dalam kemasan depilatories.
Setelah kulit mencit bersih dari rambut-rambut yang ada, bersihkan kulit mencit
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
33
dengan tissue untuk menghilangkan krim depilatories. Setelah bersih, oleskan krim
pencegah pertumbuhan rambut, diamkan selama 1 hari. Sebelum digunakan untuk uji,
kulit mencit dibersihkan kembali dengan menggunakan kain basah kemudian diukur
skinfold thickness.
2. Optimasi penentuan nilai 1 MED (edema)
Dua belas mencit dikelompokkan menjadi 4 kelompok. Masing-masing
kelompok diukur ketebalan kulit (skinfold thickness) awal pada bagian punggung
sebelum diradiasi dengan menggunakan electronic digital caliper. Setelah itu masing-
masing kelompok mencit diradiasi dengan menggunakan lampu UV selama 5, 10, 15,
dan 20 menit. Dua puluh empat jam kemudian, peningkatan ketebalan kulit mencit
diukur. 1 MED adalah waktu paparan yang diperlukan untuk membuat ketebalan kulit
mencit menjadi mendekati 1,5-2 kali lipat sebelum dipapar sinar UV
Gambar 8. Skema metode optimasi penentuan 1 MED
12 mencit hasil praperlakuan
Kelompok 1 Kelompok 2 Kelompok 3 Kelompok 4
Radiasi UV 5 menit
Radiasi UV 10 menit
Radiasi UV 15 menit
Radiasi UV 20 menit
24 jam
Ukur peningkatan skinfold thickness
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
34
3. Optimasi Puncak Inflamasi
Lima ekor mencit diukur skinfold thickness awal pada bagian punggung
sebelum diradiasi menggunakan electronic digital caliper. Setelah itu, mencit
diradiasi dengan menggunakan lampu simulasi UV selama 1 MED sebanyak 3 kali
dengan selang waktu 24 jam. Perubahan skinfold thickness mencit diukur pada waktu
24, 48, dan 72 jam setelah radiasi.
Gambar 9. Skema metode optimasi puncak inflamasi
5 ekor mencit hasil praperlakuan
Diradiasi selama 1 MED
Ukur peningkatan skinfold thickness 1
24 jam
24 jam
Ukur peningkatan skinfold thickness 2
24 jam
Diradiasi selama 1 MED
Diradiasi selama 1 MED
Ukur peningkatan skinfold thickness 3
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
35
4. Pengukuran Sun Protection Factor (SPF) Secara In Vivo
Pengukuran SPF menggunakan 35 hewan uji mencit Balb/c yang telah
dipreparasi sebelumnya. Diukur skinfold thickness awal dengan menggunakan
electronic digital caliper. Mencit didistribusikan menjadi 7 kelompok. Skema metode
pengukuran SPF dapat dilihat pada gambar 8. Sun Protection Factor adalah MED
kelompok dengan sediaan dan diradiasi UV dibagi dengan MED kelompok tanpa
sediaan dan diradiasi UV (Fourtanier et al, 2000).
Gambar 10. Skema metode pengukuran SPF sediaan secara in vivo (Fourtanier et al,
2000).
5. Pengukuran efikasi terhadap inflammation associated edema
Penghitungan efikasi terhadap inflammation associated edema
menggunakan 25 hewan uji mencit Balb/c yang telah dipreparasi sebelumnya
45 mencit hasil praperlakuan
Kontrol 1 Kelmpk. 1 Kelmpk. 2 Kelmpk. 3
krim Tanpa
aplikasi Jumlah aplikasi = 2,5 mg/cm2 ± 2,5% 15 menit sebelum radiasi
Radiasi 1 MED
Radiasi 1 MED
Radiasi 1 MED
Radiasi 10 MED
Radiasi 15 MED
Radiasi 20 MED
Ukur peningkatan skinfold thickness 24 jam setelah radiasi
Gel krim Gel krim Gel
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
36
kemudian didistribusikan dalam 5 kelompok. Skema metode pengukuran efikasi
terhadap inflammation associated edema dapat dilihat pada gambar 9.
Gambar 10. Skema metode pengukuran efikasi terhadap inflammation associated
edema (Widyarini et al, 2001)
25 mencit hasil praperlakuan
Kelompok 1 Kelompok 2 Kelompok 3 Kelompok 4 Kelompok 5
Tanpa
Sediaan
Olesi basis gel
Olesi basis krim
Olesi gel
Olesi krim
Jumlah aplikasi = 0,2 gram, 15 menit sebelum radiasi
Diradiasi selama 1 MED
Ukur peningkatan skinfold thickness 1
24 jam
24 jam
Ukur peningkatan skinfold thickness 2
24 jam
Diradiasi selama 1 MED
Diradiasi selama 1 MED
Ukur peningkatan skinfold thickness 3
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
37
F. Analisis Data
Data yang diperoleh adalah nilai skinfold thickness. Data skinfold thickness
tersebut kemudian diolah untuk mendapatkan nilai MED. Nilai MED digunakan
untuk mendapatkan nilai SPF secara in vivo yang dihitung dengan rumus:
SPF = sediaanpaMEDsediaandenganMED
tan1
Nilai MED yang digunakan untuk “MED dengan sediaan” dipilih dari hasil
radiasi selama n X 1 MED dengan peningkatan skinfold thickness yang berbeda tidak
bermakna dengan peningkatan skinfold thickness pada hewan uji yang diradiasi
lampu UV selama 1 MED dan tanpa proteksi sediaan. Untuk mengetahui perbedaan
bermakna atau tidak bermakna digunakan uji statistik berupa one tailed - independent
sample t test. Peningkatan skinfold thickness dapat dirumuskan sebagai berikut:
Nilai skinfold thickness juga digunakan dalam pengukuran proteksi terhadap
inflammation associated edema. Hasil yang didapatkan dalam pengukuran ini
ditampilkan dalam bentuk grafik yang menggambarkan perubahan skinfold thickness
dimana sumbu Y adalah skinfold thickness (mm) dan sumbu X adalah perlakuan yang
diberikan pada hewan uji sebelum dan setelah radiasi UV. Hasil kemudian diuji
secara statistik menggunakan ANOVA untuk mengetahui adanya perbedaan bermakna
Peningkatan skinfold thickness = skinfold thickness akhir – skinfold thickness
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
38
atau tidak bermakna antara kelompok perlakuan. Perbedaan diuji dengan
menggunakan Post hoc berupa LSD.
Untuk mengetahui pengaruh bentuk sediaan terhadap inflammation
associated edema, maka perubahan skinfold thickness karena radiasi UV antara
kelompok yang diberi aplikasi gel dan dengan aplikasi krim diuji keberbedaannya
dengan menggunakan uji statistik berupa two tailed - independent sample t test.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
39
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
Sediaan sunscreen merupakan sediaan topikal yang digunakan untuk
melindungi kulit dari efek buruk radiasi UV. Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi
hasil evaluasi efek suatu sediaan yang digunakan sebagai sunscreen adalah kondisi
patologis-fisiologis hewan uji dan pemilihan jenis hewan uji. Untuk menjaga kondisi
hewan uji, maka pada penelitian ini hewan uji ditempatkan pada tempat yang
terpisah-pisah. Dua tipe mencit yang digunakan untuk evaluasi proteksi sunscreen
adalah hairless mice, seperti SKH1:hr strain dan hairy/haired mice, seperti mencit
BALB/c, C3H/HeN dan C57BL/6 (Kim, Ananthaswamy, Kripke, dan Ullrich, 2003).
Idealnya, pengujian sun protection menggunakan jenis mencit yang tidak berambut
(hairless mice) karena mencit ini lebih sensitif terhadap sinar UV. Namun,
ketersediaan hairless mice yang sangat sulit ditemukan di Yogyakarta maupun di
Indonesia menyebabkan penelitian ini menggunakan mencit yang memiliki rambut
(haired mice). Penelitian ini menggunakan mencit BALB/c dengan rentang usia 8-10
minggu sebagai hewan uji. Adanya rambut dapat meningkatkan perlindungan
terhadap radiasi sinar UV. Oleh karena itu, mencit BALB/c dihilangkan rambutnya
terlebih dahulu sebelum digunakan sebagai hewan uji. Hewan uji yang digunakan
dalam penelitian ini adalah jantan karena adanya hormon estrogen pada betina dapat
mempengaruhi proses stimulasi imun tubuh (Widyarini, 2006).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
40
Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah ada
perbedaan efikasi antara gel dan krim sunscreen fraksi polifenol teh hijau sehingga
dapat diketahui pengaruh bentuk sediaan maupun formulasi terhadap efikasi
sunscreen. Untuk mencapai tujuan tersebut, peneliti melakukan berbagai langkah
penelitian yang dapat dilihat pada gambar 11 berikut ini.
Gambar 11. Skema langkah penelitian
A. Uji Pendahuluan
Uji pendahuluan dilakukan sebagai orientasi untuk mempersiapkan hal-hal
yang diperlukan dalam pengambilan data pada saat uji efikasi sediaan sunscreen. Uji
A. Uji Pendahuluan
1. Optimasi Penentuan Nilai 1 MED
2. Optimasi Puncak Inflamasi
B. Uji Efikasi Sediaan Sunscreen
2. Efek Proteksi Gel dan Krim Sunscreen Fraksi Polifenol Teh Hijau Terhadap Inflammation Associated Edema
C. Pengaruh Bentuk Sediaan Terhadap Nilai SPF Secara In Vivo dan Proteksi Terhadap Inflammation Associated Edema
1. Penetapan Nilai SPF Gel dan Krim Sunscreen Fraksi Polifenol Teh Hijau Secara In Vivo
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
41
pendahuluan yang dilakukan meliputi : penetapan 1 MED yang berfungsi dalam
penetapan waktu/dosis radiasi pada penentuan SPF secara in vivo dan efek proteksi
terhadap inflammation associated edema, serta penetapan puncak inflamasi yang
akan digunakan pada pengujian efek proteksi terhadap inflammation associated
edema.
1. Optimasi Penentuan Nilai 1 MED
Eritema merupakan metode yang sangat rutin digunakan untuk menentukan
efikasi sunscreen dan MED merupakan basis yang digunakan untuk menghitung SPF
(Fourtanier et al, 2000). Telah dipercaya bahwa penentuan eritema pada hewan uji
sangat sulit dilakukan. Edema pada Skh hairless strain sering digunakan sebagai
model untuk eritema pada manusia. Dosis UVR yang digunakan untuk menimbulkan
edema pada Skh hairless strain sama dengan MED pada kulit manusia type II/III.
Evaluasi eritema bersifat semikuantitatif yang menyebabkan kurang akurat dibanding
pengukuran dengan edema (Fourtanier et al., 2000). Oleh karena adanya dasar teori
demikian, maka dalam penelitian ini menggunakan edema untuk mengukur MED.
Edema dihitung sebagai skinfold thickness sebagai parameter dari inflamation
associated edema akibat paparan UV.
Minimal Edema/Erythema Dose (MED) merupakan dosis (energi radiasi
UV) yang dibutuhkan untuk menimbulkan edema/eritema yang minimal (Fourtanier
et al, 2000). Lampu UV yang digunakan dalam penelitian ini belum diketahui
energinya. Oleh karena itu, dosis radiasi dalam penelitian ini ditentukan dengan
mengukur lama (waktu) radiasi UV yang dapat menimbulkan edema (perubahan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
42
skinfold thickness). Dalam penelitian ini, penetapan 1 MED ditetapkan dengan
memilih perubahan skinfold thickness 1,5-2 kali lipat skinfold thickness awal karena
perubahan skinfold thickness dapat diamati secara visual. Pengukuran 1 MED
dilakukan pada hewan uji yang tidak diberi aplikasi sediaan sunscreen.
Pada penelitian ini, lampu UV yang digunakan adalah lampu UVA (lampu
TL UVA, Black Light, Unfiltered Lamp, Sankyo) dengan nilai 115-116 lux. Energi
dari radiasi lampu sinar UV tersebut belum diketahui, sehingga untuk menetapkan
dosis penyinaran dilakukan dengan mencari lama waktu penyinaran yang efektif
dalam menginduksi inflamation associated edema (perubahan skinfold thickness 1,5-
2 kali lipat). Hasil yang didapatkan adalah nilai 1 MED. Variasi lama penyinaran
yang dipilih adalah 5, 10, 15, dan 20 menit. Nilai 1 MED ini ditetapkan dengan
menghitung perubahan skinfold thickness awal dibandingkan dengan skinfold
thickness pada 24 jam sesudah radiasi sinar UV. Hasil orientasi 1 MED dapat dilihat
pada gambar 12 berikut ini.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
43
0,850,68 0,67
0,720,68
0,82
0,91
1,23
00,20,40,60,8
11,21,41,61,8
5 10 15 20
Waktu (menit)
skin
fold
thic
knes
s (m
m)
tebal awal tebal akhir
Gambar 12. Perubahan skinfold thickness yang diukur 24 jam setelah radiasi UV. Hasil ini didapatkan dari radiasi UV pada hewan uji tanpa aplikasi topikal selama 5, 10, 15, dan
20 menit. Dari ke-4 seri waktu tersebut, paparan UV selama 20 menit memberikan rata-rata skinfold thickness akhir paling besar dan mendekati 2 kali lipat skinfold thickness awal.
Dari gambar 12 di atas diketahui bahwa pada dosis radiasi 20 menit terjadi
perubahan skinfold thickness 1,5-2 kali lipat skinfold thickness awal, yaitu dari
skinfold thickness awal sebesar 0,68±0,02 mm menjadi 1,23±0,35 mm (perubahan
skinfold thickness adalah sekitar 1,8 kali lipat). Oleh karena itu ditentukan waktu
paparan selama 20 menit sebagai 1 MED.
2. Penetapan Puncak Inflamasi
Sebelum menentukan efek proteksi terhadap inflammation associated
edema, dilakukan penetapan puncak terbentuknya inflamasi. Proses terbentuknya
inflamasi melalui beberapa proses sehingga membutuhkan waktu untuk mencapai
inflamasi yang maksimal. Edema intraselular dapat dilihat 16-18 jam setelah radiasi,
diikuti 30-48 jam untuk edema interseluler yang menyebabkan kerusakan keratinosit
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
44
disekitarnya (Svobodova et al., 2003). Oleh karena itu, untuk mendapatkan
pembentukan inflamasi yang maksimal, pengamatan perubahan skinfold thickness
dilakukan selama 72 jam dengan 3 kali radiasi. Dengan didapatkannya puncak
terbentuknya inflamasi, maka ketepatan pengamatan pun juga akan meningkat.
Penetapan ini dilakukan pada hewan uji kontrol (tanpa diberi aplikasi sunscreen,
diradiasi UV selama 1 MED selama 3 hari berturut-turut). Hasil penetapan puncak
inflamasi dapat terlihat dari gambar 13 berikut ini :
1,13 1,08
0,5
1,27
00,20,40,60,8
11,21,41,6
Tebal aw al hari 1 hari 2 hari 3
Skin
fold
Thi
ckne
ss (m
m)
Gambar 13. Perubahan skinfold thickness pada kontrol pasca paparan UV
Berdasarkan data statistik (ANOVA) didapatkan bahwa perubahan skinfold
thickness pada hari 1 (1,13±0,14 mm), hari 2 (1,08±0,20 mm), dan hari 3 (1,27±0,22
mm) berbeda tidak bermakna (p>0,05) sehingga dapat ditentukan puncak inflamasi
pada hari 1, hari 2, maupun pada hari ke-3. Pada penelitian ini ditentukan puncak
inflamasi pada hari ke-3 disebabkan karena adanya pertimbangan bahwa semakin
banyak treatment yang dilakukan (banyaknya radiasi dan banyaknya aplikasi sediaan)
maka diharapkan akan terbentuk inflamasi yang lebih optimal.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
45
Penelitian ini menggunakan sumber radiasi berupa lampu UVA. Secara
teoritis, sinar UVA dapat menyebabkan hiperplasia dan inflamasi karena UVA dapat
menyebabkan pembentukan ROS yang dapat merusak membran lipid (Svobodova,A.,
Walterova, D., Vostalova, J., 2006). Namun efek UVA dalam memproduksi inflamasi
lebih rendah dibanding UVB, bahkan dengan meningkatnya jumlah UVA dapat
menurunkan efek inflamasi yang dihasilkan dari radiasi UVB (Reeve, Domanski,
Slater, 2006). Dengan demikian, penggunaan sumber radiasi berupa lampu UVA
menyebabkan pembentukan inflamasi menjadi kurang optimal. Hal inilah yang
kemungkinan menyebabkan pembentukan inflamasi pada hari 1 sampai dengan hari 3
terjadi perubahan skinfold thickness yang berbeda namun tidak bermakna secara
statistik.
B. Uji Efikasi Sediaan Sunscreen
Efikasi dari sediaan sunscreen dilihat dari nilai indikator efikasi sediaan
sunscreen yaitu nilai SPF yang didapatkan secara in vivo dan nilai proteksi sediaan
sunscreen terhadap inflammation associated edema. Perbedaan dari kedua efikasi ini
adalah nilai SPF menunjukkan lama sediaan sunscreen dapat melindungi kulit dari
radiasi sinar UV, sedangkan proteksi terhadap inflammation associated edema
menunjukkan efektivitas sediaan sunscreen dalam melindungi kulit dari terbentuknya
inflamasi karena radiasi UV. Inflamasi merupakan reaksi awal kulit ketika terkena
radiasi UV. Terbentuknya inflamasi dapat menyebabkan kerusakan DNA yang juga
berhubungan dengan terbentuknya fotokarsinogenesis. Dengan demikian,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
46
terbentuknya inflamasi dapat digunakan sebagai penanda biologis terjadinya resiko
fotokarsinogenesis (Widyarini et al, 2001).
1. Penetapan nilai SPF gel dan krim sunscreen fraksi polifenol teh hijau secara
in vivo
Sun Protection Factor (SPF) merupakan ukuran nilai efikasi sediaan
sunscreen. Tujuan dari penentuan nilai SPF ini adalah untuk menentukan lama
proteksi sediaan sunscreen ketika diaplikasikan di kulit. Nilai SPF secara in vivo
diukur dengan rumus sebagai berikut:
SPF = sunscreenpaMEDsunscreendenganMED
tan1
Untuk pengujian SPF secara in vivo ini, nilai ”MED dengan sunscreen”
dipilih dari peningkatan skinfold thickness (skinfold thickness akhir-skinfold thickness
awal) karena radiasi UV selama n X 1 MED pada hewan uji dengan aplikasi sediaan
sunscreen yang nilainya berbeda tidak bermakna (p>0,05) dengan peningkatan
skinfold thickness pada hewan uji dengan perlakuan 1 MED tanpa aplikasi sediaan
sunscreen. Dalam pengujian nilai SPF sediaan sunscreen digunakan 6 kelompok
hewan uji dengan jumlah 5 ekor untuk tiap kelompok.
Sesuai dengan penelitian pendahuluan, nilai SPF dari kedua sediaan ini
adalah 5,874 yang dihitung secara in vitro dengan metode Petro. Berdasarkan nilai
SPF secara in vitro, maka ditentukan dosis waktu penyinaran adalah 5 MED (100
menit penyinaran radiasi UV), 7 MED (140 menit penyinaran radiasi UV), dan 9
MED (180 menit penyinaran radiasi UV). Dari data pendahuluan tersebut, dapat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
47
diketahui bahwa perubahan peningkatan skinfold thickness antara hewan yang diberi
aplikasi sediaan sunscreen dan tanpa diberi sediaan sunscreen berbeda tidak
bermakna (p>0,05), dalam arti lain sediaan krim dan gel sunscreen polifenol teh hijau
dapat memberikan proteksi terhadap radiasi UV selama 180 menit pemaparan. Waktu
pemaparan kemudian dinaikkan lagi menjadi 10 MED (200 menit penyinaran radiasi
UV), 15 MED (300 menit penyinaran radiasi UV), dan 20 MED (400 menit
penyinaran radiasi UV).
0,52
0,76
0,680,63
00,10,20,30,40,50,60,70,80,9
1
kontrol krim 10 krim 15 krim 20
peni
ngka
tan
skin
fold
thic
knes
s (m
m)
Gambar 14. Peningkatan skinfold thickness (skinfold thickness akhir-skinfold
thickness awal) pada pengujian SPF krim sunscreen fraksi polifenol teh hijau.
Dengan adanya aplikasi krim sunscreen pada kulit mencit, maka waktu yang
dibutuhkan untuk menimbulkan peningkatan skinfold thickness yang berbeda tidak
bermakna dengan 1 MED (tanpa aplikasi sediaan) adalah 20 X 1 MED atau 400
menit. Oleh karena itu, dengan perhitungan SPF diatas, maka SPF krim sunscreen
polifenol teh hijau adalah 20.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
48
0,670,56
0,56
0,63
00,10,20,30,40,50,60,70,80,9
1
kontrol gel 10 gel 15 gel 20peni
ngka
tan
skin
fold
thic
knes
s (m
m)
Gambar 15. Peningkatan skinfold thickness (skinfold thickness akhir-skinfold thickness awal) pada pengujian SPF gel sunscreen fraksi polifenol teh hijau.
Gel sunscreen polifenol teh hijau juga dapat memberikan proteksi terhadap
radiasi UV. Dengan adanya aplikasi Gel sunscreen pada kulit mencit, maka waktu
yang dibutuhkan untuk menimbulkan peningkatan skinfold thickness yang berbeda
tidak bermakna dengan 1 MED (tanpa aplikasi) adalah 20 X 1 MED. Oleh karena itu,
dengan penghitungan SPF, maka SPF gel sunscreen polifenol teh hijau adalah 20.
Jadi, nilai SPF secara in vivo dari sediaan krim dan gel adalah sama, yaitu SPF 20.
Berdasarkan standar yang dikeluarkan oleh FDA, gel dan krim fraksi
polifenol teh hijau dengan nilai SPF 20 termasuk dalam golongan sunscreen dengan
daya proteksi menengah (Edlich et al, 2004).
Menurut ideal penelitian, penentuan SPF pada penelitian ini dilanjutkan
dengan radiasi hingga 30 MED atau sampai mendapatkan perubahan peningkatan
skinfold thickness yang lebih besar secara bermakna dengan skinfold thickness pada 1
MED (tanpa aplikasi sediaan) untuk memberi kepastian apakah dosis 20 MED benar-
benar memberikan perubahan peningkatan skinfold thickness yang berbeda tidak
bermakna dengan kontrol. Namun, karena adanya keterbatasan hewan uji, maka
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
49
radiasi dihentikan sampai 20 MED. Penentuan SPF pada penelitian ini menjadi
kurang valid karena sumber radiasi UV yang digunakan tidak sesuai untuk uji
penentuan nilai SPF sediaan sunscreen. Pengujian SPF menurut COLIPA
merekomendasikan penggunaan sumber radiasi berupa xenon arc lamp (lampu UVB)
yang difilter menggunakan dichroic UV filter (Anonim, 2006). Sinar UVA
bertanggungjawab pada pembentukan inflamasi tetapi sifat inflamatogennya hanya
kecil (Svobodova et al, 2006; Reeve et al, 2006). Hal ini menyebabkan pembentukan
inflamasi menjadi kurang optimal.
2. Efek proteksi gel dan krim sunscreen fraksi polifenol teh hijau terhadap
inflammation associated edema
Eritema, edema, dan hiperplasia merupakan reaksi awal dari inflamasi
terhadap radiasi UV. Adanya radiasi UV A akan menimbulkan radikal bebas yang
dapat merusak membran sel dan memacu peroksidasi lemak sehingga terjadi
peradangan dengan disertai pelepasan mediator–mediator inflamasi seperti histamin,
kinin, prostaglandin, leukotrien dan sebagainya, yang dapat mengakibatkan
vasodilatasi serta peningkatan aliran darah dan terbentuklah eritema (Tedesco,
Martinez, dan Gonzalez, 1997). Reaksi inflamasi akut dapat digunakan sebagai
penanda terhadap resiko fotokarsinogenesis (Widyarini et al., 2001). Dengan
demikian, selain menentukan nilai SPF, perlu dilakukan pengujian efek proteksi
sediaan sunscreen terhadap inflammation associated edema. Tujuan dari pengujian
ini adalah untuk mengetahui efek proteksi sediaan sunscreen terhadap inflammation
associated edema pasca paparan UV. Pada pengujian ini, sediaan sunscreen dioleskan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
50
pada kulit mencit 15 menit sebelum radiasi UV dengan harapan agar sediaan
sunscreen dapat berfungsi lebih efektif dalam memberikan proteksi terhadap radiasi
UV.
Efek proteksi terhadap inflamation associated edema diukur dengan
parameter perubahan skinfold thickness akibat radiasi UV. Terbentuknya edema yang
ditandai dengan perubahan skinfold thickness merupakan bagian yang penting karena
merupakan variabel tergantung yang akan diamati.
Penentuan nilai skinfold thickness didapatkan dari rata-rata skinfold
thickness pada 3 bagian middorsal punggung mencit. Sediaan sunscreen dikatakan
memiliki efek proteksi terhadap inflammation associated edema jika didapatkan
perubahan skinfold thickness yang lebih kecil secara bermakna dibandingkan kontrol.
0,50,530,5
1,39
1,071,27
00,2
0,40,60,8
11,21,4
1,61,8
Kontrol basis krim Krim
skin
fold
thic
knes
s (m
m)
tebal awal tebal akhir
Gambar 16. Grafik pengaruh basis krim dan krim sunscreen fraksi polifenol teh hijau terhadap perubahan skinfold thickness pasca paparan UV. Keterangan : kontrol adalah kelompok hewan uji yang tidak diberi aplikasi sunscreen dan diradiasi selama 1 MED
selama 3 hari berturut-turut; basis krim adalah kelompok hewan uji yang diberi aplikasi basis krim 0,2 g dan diradiasi selama 1 MED selama 3 hari berturut-turut; krim adalah kelompok hewan uji yang diberi aplikasi krim sunscreen polifenol teh hijau 0,2 g dan diradiasi selama 1
MED selama 3 hari berturut-turut
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
51
Pada gambar 16, dapat dilihat bahwa perubahan skinfold thickness setelah
radiasi UV pada basis krim (1,07±0,27 mm) lebih rendah dibanding pada kontrol
(1,27±0,22 mm) dan pada aplikasi krim (1,39±0,19 mm). Namun, dengan pengujian
secara statistik (ANOVA) didapatkan bahwa rata-rata perubahan skinfold thickness
antara krim sunscreen, basis krim sunscreen, dan kontrol berbeda tidak bermakna
(p>0,05) yang menandakan bahwa basis krim maupun krim sunscreen fraksi
polifenol teh hijau tidak memberikan proteksi terhadap inflammation associated
edema.
0,5 0,430,52
1,11
1,191,27
0
0,2
0,4
0,6
0,8
1
1,2
1,4
1,6
Kontrol Basis Gel gel
skin
fold
thic
knes
s (m
m)
tebal awal tebal akhir
Gambar 17. Grafik pengaruh basis gel dan gel sunscreen fraksi polifenol teh hijau terhadap skinfold thickness pasca paparan UV. Keterangan : kontrol adalah kelompok
hewan uji yang tidak diberi aplikasi sunscreen dan diradiasi selama 1 MED selama 3 hari berturut-turut; basis gel adalah kelompok hewan uji yang diberi aplikasi basis gel 0,2 g dan diradiasi selama 1 MED selama 3 hari berturut-turut; gel adalah kelompok hewan uji yang
diberi aplikasi gel sunscreen polifenol teh hijau 0,2 g dan diradiasi selama 1 MED selama 3 hari berturut-turut
Berdasarkan gambar 17, aplikasi basis gel memiliki skinfold thickness yang
lebih rendah (1,19±0,27 mm) dibanding kontrol (1,27±0,22 mm). Dibandingkan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
52
dengan aplikasi gel, skinfold thickness pada basis gel lebih tinggi disbanding dengan
aplikasi gel (1,11±0,11 mm). Namun, berdasarkan pengujian dengan menggunakan
ANOVA didapatkan bahwa terdapat perbedaan tidak bermakna (p>0,05) antara
kelompok kontrol, gel sunscreen, dan basis gel sunscreen yang menandakan basis gel
dan gel sunscreen fraksi polifenol teh hijau tidak memberikan proteksi terhadap
inflammation associated edema.
Menurut sifat dari polifenol, polifenol dapat mengabsorbsi radiasi UV dan
juga dapat berfungsi sebagai antioksidan sehingga dapat melindungi kulit dari efek
buruk radiasi UV. Polifenol teh hijau (katekin) memiliki sifat stabil pada suasana
asam (Syah, 2006). Gel dan krim sunscreen fraksi polifenol teh hijau memiliki pH
sediaan yang cenderung asam, yaitu sekitar pH 4-5. (Prasetya, 2008; Wijayanti, 2008)
sehingga sudah mendukung kestabilan polifenol teh hijau. Gel dan krim sunscreen
fraksi polifenol teh hijau tidak memberikan proteksi terhadap inflammation
associated edema dapat disebabkan oleh beberapa kemungkinan, yaitu sumber radiasi
yang digunakan adalah UVA sehingga pembentukan inflamasi tidak dapat optimal,
konsentrasi fraksi polifenol yang tidak memberikan efek (konsentrasi terlalu kecil)
atau dapat disebabkan karena proses ekstraksi yang kurang sesuai untuk mengekstrak
polifenol teh hijau sehingga banyak polifenol yang rusak (fraksi polifenol memiliki
kualitas yang rendah).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
53
C. Pengaruh Bentuk Sediaan Terhadap Nilai SPF Secara In Vivo, Proteksi Terhadap Inflammation Associated Edema, dan perubahan skinfold thickness
Sunscreen merupakan sediaan topikal yang digunakan untuk mengabsorbsi
atau merefleksikan sinar UV (Barel, 2001). Namun, mekanisme suatu sun protection
tidak hanya melalui absorbsi dan refleksi sinar UV. Cara lain adalah dengan cara
menangkap radikal bebas atau berikatan dengan fotoreseptor sehingga dapat
mencegah inflamasi dan immunosupression (Widyarini et al, 2001). Radikal bebas ini
dapat menyebabkan kerusakan jaringan yang akhirnya akan menimbulkan inflamasi.
Salah satu senyawa alam yang dapat mengabsorbsi UV dan memiliki aktivitas
antioksidan adalah polifenol, salah satunya adalah polifenol yang terkandung dalam
teh hijau. Kandungan utama polifenol teh hijau adalah golongan katekin. Golongan
katekin yang paling dikenal masyarakat dan dapat dikatakan sebagai ciri khas atau
komponen aktif dari teh hijau adalah epigalokatekin galat (EGCG).
Gambar 18. Scanning absorbansi fraksi polifenol teh hijau
Dari gambar 18, diketahui bahwa fraksi polifenol teh hijau dapat
mengabsorbsi radiasi UV pada range UVC sampai dengan UVA, namun absorbansi
fraksi polifenol teh hijau sangat rendah pada range UVA sehingga lebih efektif
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
54
melindungi kulit terhadap UVB dan UVC. Kemampuan mengabsorbsi ini disebabkan
karena adanya gugus aromatik yang berikatan dengan gugus karbonil (Syah, 2006).
Gugus aromatik ini akan mengabsorbsi radiasi UV sehingga terjadi resonansi elektron
pada gugus aromatiknya. Kemudian, molekul akan dengan cepat kembali dari
keadaan tereksitasi (tidak stabil) kekeadaan ground state yang lebih stabil,
mekanisme absorbsi dapat dilihat pada gambar 6 (Bowen, 1998).
Selain dapat mengabsorbsi pada range sinar UV, fraksi polifenol teh hijau,
terutama EGCG, sangat terkenal dengan sifat antioksidannya (Syah, 2006). Sifat
antioksidan sangat dipengaruhi oleh adanya gugus hidroksi fenolik karena gugus ini
akan menangkap radikal bebas dan akan distabilkan oleh efek resonansi inti aromatik.
Mekanisme penangkapan radikal bebas dapat dilihat pada gambar 7. Sinar UV dapat
menghasilkan radikal bebas. Dengan adanya fraksi polifenol teh hijau, diharapkan
fraksi polifenol tersebut dapat mengikat radikal bebas yang ada dipermukaan kulit
sehingga perusakan fosfolipid dapat terhambat dan pada akhirnya pembentukan
inflamasi juga terhambat.
Efikasi yang ditimbulkan oleh fraksi polifenol teh hijau sangat dipengaruhi
oleh bentuk sediaan dan komposisi yang ada dalam sediaan tersebut (Shargel, Leon,
dan Yu, 1985). Berdasarkan penelitian ini, hasil pengaruh bentuk sediaan terhadap
efikasinya dapat disajikan dalam tabel VII.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
55
Tabel VII. Pengaruh bentuk sediaan terhadap nilai SPF, inflammation associated edema, dan perubahan skinfold thickness pasca paparan UV
SPF Inflammation associated edema
Perubahan skinfold thickness (mm)
Krim 20 Tidak memberikan efek 1,39 ± 0,19 Gel 20 Tidak memberikan efek 1,11 ± 0,11
Pada tabel VIII , dapat diketahui bahwa kedua bentuk sediaan ini memiliki
nilai SPF secara in vivo yang sama (SPF 20), keduanya tidak memberikan proteksi
terhadap inflammation associated edema namun terdapat perubahan skinfold
thickness yang berbeda bermakna (p<0,05), data dapat dilihat pada lampiran 8.
Perbedaan bermakna disimpulkan dari analisis statistik menggunakan t test.
Perbedaan bermakna terjadi karena nilai t hitung (2,793) lebih besar dibanding nilai t
tabel (2,306). Dalam hal ini, gel memiliki perubahan skinfold thickness yang lebih
rendah dibanding krim.
Secara teoritis, gel merupakan matriks 3 dimensi antara polimer dan solvent
sehingga dapat membatasi gerak senyawa yang terjebak. Oleh karena itu, gel
digunakan dalam sediaan farmasetis jika diinginkan efek lepas lambat. Dengan
adanya sifat-sifat tersebut, gel sunscreen fraksi polifenol teh hijau dapat menjaga
fraksi polifenol teh hijau tetap berada dipermukaan kulit sehingga dapat berfungsi
mengabsorbsi radiasi UV dan menangkap radikal bebas di permukaan kulit.
Perbedaan perubahan skinfold thickness pada gel dan krim juga dapat
disebabkan karena komposisi yang menyusun kedua bentuk sediaan ini. Komposisi
dari gel dan krim fraksi polifenol teh hijau dapat dilihat pada tabel V dan tabel VI.
Berbeda dengan sediaan farmasetis yang lain, formulasi bentuk sediaan pada sediaan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
56
kosmetik memiliki fungsi yang khusus. Formulasi bentuk sediaan memiliki beberapa
fungsi, diantaranya adalah memberikan efek secara langsung (misalnya adalah
sebagai pembersih, efek hydration, perlindungan, dekorasi, dan care), menghantarkan
zat aktif, dan membawa zat aktif ke target. Suatu formulasi bentuk sediaan sangat
mungkin memberikan efek pada suatu sediaan disebabkan karena adanya zat kimia
yang menyusunnya (Barel et al., 2001). Berdasarkan penelitian inipun, perbedaan
bentuk sediaan memberikan pengaruh terhadap perubahan skinfold thickness pasca
radiasi UV.
Formulasi gel terdiri dari 3 komponen yang memiliki fungsi sebagai
penetration enhancer sedangkan krim memiliki lebih sedikit penetration enhancer.
Contoh penetration enhancer pada sediaan gel sunscreen adalah air, etanol, dan
propilenglikol. Penetration enhancer merupakan senyawa kimia yang dapat
meningkatkan absorbsi perkutan pada sediaan topical (Ghafourian, Zandasrar,
Hamishekar, dan Nokodchi, 2004). Kerja dari penetration enhancer ini adalah dengan
cara membasahi stratum korneum yang bersifat occlusive, menyebabkan peningkatan
penetrasi dermal. Cara lain adalah mengubah integritas stratum korneum dengan
berinteraksi dengan membrane lipids (Wotton, Møllgaard, Hadgraft, dan Hoelgaard,
1985).
Etanol merupakan senyawa yang dapat meningkatkan kecepatan masuknya
obat ke dalam kulit. Namun efek enhancer etanol dapat berkurang karena evaporasi
dari etanol (Femenia-Font, Balaguer-Fernandez, Merino, Rodilla, dan Lopez-
Castellano, 2005; Wotton et al., 1985). Propilenglikol merupakan senyawa yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
57
mudah menembus kulit yang telah diuji secara in vitro sehinga dapat meningkatkan
senyawa yang terlarut yang disebut dengan efek “carrier-solvent” (Hoelgaard, dan
Møllgaard, 2002). Efek dari propilenglikol ini kemungkinan disebabkan karena
fungsinya sebagai humektan sehingga dapat memberikan efek hydrasi pada stratum
korneum.
Hal ini sangat sesuai karena polifenol merupakan senyawa yang bersifat
polar serta memiliki kelarutan pada etanol dan air bertemu dengan propilenglikol, air
dan etanol yang juga bersifat polar. Dengan prinsip like dissolve like maka polifenol
dapat larut ke dalam propilenglikol, etanol, dan air kemudian akan terbawa ke dalam
kulit ketika solvent ini masuk ke dalam lapisan kulit. Kemungkinan, efek antioksidan
yang diberikan fraksi polifenol teh hijau ketika diaplikasikan sebagai sunscreen tidak
hanya bekerja diluar kulit, tetapi juga bekerja menangkap radikal bebas yang
dibentuk selama proses inflamasi di dalam kulit. Untuk memberikan efek
antioksidannya, fraksi polifenol harus masuk sampai dengan lapisan dermis karena
pada lapisan inilah terjadi reaksi inflamasi.
Penelitian ini memiliki beberapa keterbatasan penelitian yang menyebabkan
hasil yang didapatkan melalui penelitian ini menjadi kurang akurat. Beberapa
keterbatasan itu antara lain adalah :
1. Sumber radiasi UV
Sumber radiasi yang digunakan pada penelitian ini adalah sinar UVA
yang kurang bersifat inflamatogen sehingga inflamasi yang terbentuk akibat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
58
radiasi UVA menjadi tidak optimal (Reeve et al, 2006) . Hal ini disebabkan
karena keterbatasan alat yang tersedia.
2. Tidak dilakukan uji efikasi fraksi polifenol teh hijau
Dalam penelitian ini, pembahasan mengenai sediaan krim dan gel
sunscreen fraksi polifenol teh hijau terhadap inflammation associated edema
tidak dapat mendalam karena tidak dilakukan pengujian tersendiri mengenai efek
fraksi polifenol teh hijau yang digunakan dalam gel dan krim terhadap
inflammation associated edema. Secara teoritis, polifenol teh hijau dapat
melindungi kulit dari radikal bebas, namun efek fraksi polifenol teh hijau dapat
dipengaruhi dari kualitas fraksi polifenol teh hijau yang dihasilkan dari
serangkaian proses ektraksi dan fraksinasi. Pembahasan mengenai efek fraksi
polifenol teh hijau dilakukan dengan pendekatan teoritis.
3. Tidak dilakukan uji pelepasan obat/senyawa aktif dari bentuk sediaan
Sebelum melakukan uji efikasi, lebih baik dilakukan pengujian
pelepasan zat aktif dari sediaan sehingga dapat diketahui profil pelepasannya.
4. Hewan uji / kondisi percobaan
Hewan uji yang digunakan pada penelitian ini adalah haired mice strain.
Haired mice strain kurang sensitif terhadap radiasi UV dibanding dengan
hairless mice strain sehingga membutuhkan dosis yang lebih besar untuk
menimbulkan edema pada haired mice strain (Kim et al, 2003). Hewan uji yang
digunakan pada penelitian ini dibiarkan bergerak sehingga dapat menyebabkan
ketidakstabilan penerimaan energi radiasi UV pada daerah middorsal, hal ini juga
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
59
disebabkan karena adanya ketidaksesuaian desain lampu radiasi UV dengan
kondisi mencit yang bergerak-gerak. Penelitian menggunakan hewan uji
membutuhkan biaya yang tidak murah sehingga penggunaan hewan uji pun
terbatas, yaitu 5 ekor untuk tiap kelompok. Semakin sedikit hewan uji yang
digunakan, maka semakin besar standar deviasi yang dihasilkan (dipengaruhi
oleh variasi dari tiap hewan uji).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
60
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, maka dapat ditarik
kesimpulan yaitu ;
1. Nilai SPF secara in vivo dari gel dan krim sunscreen polifenol teh hijau adalah
sama, yaitu 20.
2. Gel dan krim sunscreen fraksi polifenol teh hijau tidak memberikan proteksi
terhadap inflammation associated edema.
3. Terdapat perbedaan bermakna perubahan skinfold thickness akibat radiasi UV,
yaitu perubahan skinfold thickness pada gel adalah 1,11 ± 0,11 mm dan krim
adalah 1,39 ± 0,19 mm.
B. Saran
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan maka :
1. perlu dilakukan penentukan kadar dari polifenol teh hijau yang efektif
sehingga dapat digunakan sebagai sun protection atau sunscreen.
2. perlu dilakukan dilakukan pengujian dengan pembagian kelompok : polifenol
teh hijau, krim polifenol teh hijau, gel polifenol teh hijau sehingga dapat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
61
diketahui pengaruh interaksi bentuk sediaan terhadap efikasi polifenol teh
hijau.
3. perlu dilakukan penelitian terhadap pelepasan zat aktif (fraksi polifenol teh
hijau) dari sediaan.
4. perlu dilakukan standarisasi alat yang digunakan (sumber lampu UV dan
pembuatan kotak perlakuan untuk hewan uji) dan standarisasi cara
pengukuran skinfold thickness.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
62
DAFTAR PUSTAKA
Anonim, 2006, Standardisation Mandate Assigned to CEN Concerning Methods for
Testing Efficacy of Sunscreen Products, Europian Commision, Brussels. Barel, A.O., Paye, M., and Maibach, H.I., 2001, Handbook of Cosmetic Science and
Nichter, L.S., Britt, L.D., and Long, W.B., 2004, Photoprotection by Sunscreens with Topical Antioxidants to Reduce Sun Exposure, Begell House, Inc., USA
Femenia-Font, A., Balaguer-Fernandez, C., Merino, V., Rodilla, V., and Lopez-
Castellano, 2005, Effect of Chemical Enhancers on The In Vitro Percutaneous Absorption of Sumatriptan Succinate, European Journal of Pharmaceutics and Biopharmaceutics , Volume 61, Issues 1-2, September 2005, Pages 50-55
Fourtanier, A., Gueniche, A., Compan, D., Walker, S.l., and Young, A.R, 2000,
Improved Protection Against Solar-Simulated Radiation Induced Immunosuppression by a Sunscreen With Enhanced Ultraviolet A Protection, hal : 625, the Society for Investigative Dermatology, Inc, London,
Ghafourian, T., Zandasrar, P., Hamishekar, H., and Nokhodchi, A., 2005, The Effect
of Penetration Enhancers on Drug Delivery Through Skin : a QSAR Study, European Journal of Pharmaceutics and Biopharmaceutics, volume 61, Issues 1-2, pages 50-55.
Harry, R.G., 1982, Harry,s Cosmetology, Edisi 7, George Godwin, New York. Hartoyo, A., 2003, Teh dan Khasiatnya Bagi Kesehatan Sebuah Tinjauan Ilmiah, 20-
23, Kanisius, Yogyakarta.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
63
Hoelgaard,A., and Møllgaard, B., 2002, Dermal drug delivery — Improvement by choice of vehicle or drug derivative, Journal of Controlled Release, Volume 2, November 1985, Pages 111-120.
Katiyar, S.K., Afaq, F., Perez, A., dan Mukhtar, H., 2001, Green tea polyphenol (-)-
epigallocatechin-3-gallate treatment of human skin inhibits ultraviolet radiation-induced oxidative stress, Carcinogenesis, 22(2), 287-294.
Kim, T.H., Ananthaswamy, H.N., Kripke, M.L., and Ullrich, S.E., 2003, Advantages
of Using Hairless Mice Versus Haired Mice to Test Sunscreen Eficacy Against Photoimmune Suppression, Photochemistry and Photobiology, 78(1):37-42.
Ley, R.D., and Reeve, V.E., 1997, Chemoprevention of ultraviolet radiation-induced
skin cancer, Environment Health Perspective, 105S, 981-984. Middleton Jr., Kandaswami, C., and Theoharis, C.T., 2000, The effects of plant
flavonoids on mammalian cells: implications for inflammation, heart disease, and cancer, Pharmacology Rev., 52 (4), 673-751.
Mukhtar, H. dan Ahmad, N., 1999, Green tea in chemoprevention of cancer, Toxicology Science, 52, 111-117.
Mutshcler, E., 1986, Arzneimittelwirkungen, 5th edition, diterjemahkan oleh
Widianto, M. B. dan Ranti, A. S., Dinamika Obat, hal 194-195 Penerbit ITB, Bandung
Prasetya, Lorentius Agung, 2008, Optimasi Formula Sediaan Krim Sunscreen Ekstrak
Kering Polifenol Teh Hijau (Camellia sinensis L.) dengan Asam Stearat dan Virgin Coconut Oil (VCO) sebagai Fase Minyak : Aplikasi Desain Faktorial, Skripsi, 26-27, 53, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.
Reeve, Domanski, and Slater, 2006, Radiation sources providing increased
UVA/UVB ratios induce photoprotection dependent on the UVA dose in hairless mice, Photochemical Photobiology, 82(2):406-11
Sander, M.A., 2003, Atlas Berwarna Patologi Anatomi, Edisi I, 12 – 13, Universitas
Muhamadiyah Malang Press, Malang. Shargel, L., and Yu, A.B.C., 1985, Applied Biopharmaceutics and Pharmacokinetics,
diterjemahkan oleh Siti Sjamsiah, Cetakan kedua, 85, Airlangga University Press, Surabaya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
64
Stanfield, J.W., 2003, Sun Protectans: Enhancing Product Functionality will Sunscreen, in Scueller, R. Romanowski, P., (eds.), Multifunctional Cosmetics, 145-148, Marcell Dekker Inc., New York
Spector, 1980, An Introduction to General Pathology, 58-74, Churchill livingstone,
New York.
Steenvoorden, D.P.T., and Henegouwen, G.M.J.B., 1997, The use of endogenous antioxidants to improve photoprotection, Review, Journal Photochemisty and Photobiology B, 41, 1-10.
Svobodova, A., Psotova, J., and Walterova, D., 2003, Natural Phenolics in Prevention
of UV-Induced Skin Damage (A review), Biomedical Papers, 147(2), 137-145.
Svobodova, A., Walterova, D., and Vostalova, J., 2006, Ultraviolet Light Induced
Alteration to the Skin, Biomedical Papers, 150(1), 30. Syah, A.N.A., 2006, Cetakan I, Taklukkan Penyakit dengan Teh Hijau, Hal : 1-7, 30-
31, 46-63, Agro Media Pustaka, Jakarta Syaifuddin, 1997, Anatomi Fisiologi untuk Perawat, Edisi 2, 142-144, EGC, Jakarta. Syamsuni, 2005, Farmasetika Dasar dan hitungan Farmasi, 102, EGC, Jakarta. Tedesco, A.C., Martinez L., and Gonzalez, S., 1997, Photochemistry and
photobiology of actinic erythema: defensive and reparative cutaneous mechanisms, Mechanisms of Sunburn Reaction Brazilian Journal of Medical and Biological Research 30: 561-575
Vayalil, P.K., Elments, C.A., and Katiyar, S.K., 2003, Treatment of Green Tea
Polyphenols in Hydrophilic Cream prevents UVB-induced Oxidation of Lipids and Proteins, Depletion of Antioksidant Enzymes and Phosphorylation of MAPK Proteins in SKH-1 Hairless Mouse Skin, Carcinogenesis, vol. 24, no. 5, 927-936, Oxford University Press, USA.
Verheugen, G., 2006, Commision Recommendation of 22 September 2006 on the
Efficacy Sunscreen Products and the Claims made Relating Thereto, Official Journal of the European Union, 39-43.
Voigt, R., 1994, Lehrbuch Der Pharmazeutischen Technologie, diterjemahkan oleh
Dr. Soendani Noerono, 316-363, Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
65
Washington, N., Washington, C., and Wilson, C.G., 2001, Physiologucal Pharmaceutics : Barriers to Drug Absorption, 2nd ed., page : 182, Taylor & Francis, New York
Widyarini, S., Domanski, D., Painter, N., and Reeve, V., 2006, Estrogen Receptor
Signaling Protects Against Immune Suppression by UV Radiation Exposure, Procedure National Academic Science, page : 12837-12841, vol. 103, no.34, www.pnas.org.
Widyarini, S., Spinks, N., Husband, A.J., and Reeve, V.E., 2005, Protective effect of
the isoflavonoid equol against hairless mouse skin carcinogenesis induced by UV radiation alone or with a chemical cocarcinogen, Photochemistry and Photobiology, 465-470.
Widyarini, Sitarina, 2006, Protective Effect of The Isoflavone Equol Against DNA
Damage Induced by Ultraviolet Radiation to Hairless Mouse Skin, Journal of Veterinary Science, 217-223,
Wijayanti, Lucia Resty, 2008, Optimasi Formula Gel Sunscreen Ekstrak kering
Polifenol Teh Hijau dengan Carboxymetylcellulosa (CMC) sebagai Gelling Agent dan Propilenglikol sebagai Humektan dengan Metode Desain Faktorial, Skripsi, 30, 41-43, 70, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.
Wotton, P.K., Møllgaard, B., Hadgraft, J., and Hoelgaard, A., 1985, Vehicle effect on
topical drug delivery. III. Effect of Azone on the cutaneous permeation ofb metronidazole and propylene glycol, International Journal of Pharmaceutics, Volume 24, Issue 1, April 1985, Pages 19-26
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
66
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Scaning panjang gelombang fraksi polifenol teh hijau
Sebanyak 25 mg fraksi etil asetat teh hijau dilarutkan dengan pelarut etanol
90 % hingga 50 ml. Spektra UV larutan diperoleh dengan scanning absorbansi
larutan pada panjang gelombang 250-400 nm.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Lampiran 2. Hasil optimasi 1 MED
Optimasi 1 MED bertujuan untuk menentukan waktu paparan UV yang dapat menimbulkan peningkatan skinfold
thickness yang signifikan. Optimasi waktu pemaparan dilakukan dengan 4 range waktu, yaitu 5, 10, 15, 20 menit.
Waktu (menit) Rep.
Awal Akhir Skinfold thickness akhir / skinfold thickness awal
Skinfold thickness
(mm)
Rata-rata SD
Skinfold thickness
(mm)
Rata-rata SD
Skinfold thickness
(mm)
Rata-rata SD
5 1 0,62
0,68 0,08 0,85
0,82 0,06 1,37 1,21 0,14
2 0,65 0,75 1,15 3 0,77 0,86 1,12
10 1 0,75
0,67 0,07 0,84
0,85 0,01 1,12 1,27 0,14
2 0,62 0,86 1,39 3 0,65 0,84 1,29
15 1 0,76
0,72 0,10 0,87
0,91 0,22 1,15 1,26 0,17
2 0,79 1,15 1,46 3 0,60 0,71 1,18
20 1 0,68
0,68 0,02 1,28
1,23 0,35 1,88 1,78 0,45
2 0,66 0,85 1,29 3 0,71 1,55 2,18
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
68
Lampiran 2. Hasil optimasi 1 MED (lanjutan)
Dari tabel diatas, perubahan skinfold thickness setelah pemaparan 20 menit
menunjukkan perubahan skinfold thickness sebesar 1,5-2 kali lipat.
Tabel uji statistik peningkatan skinfold thickness 24 jam setelah paparan UV (df:4, tingkat signifikansi 95%, t table : 1,86)
Lama Radiasi N
Mean skinfold thickness
akhir
Uji variansi
Uji t
Pembanding Ket.
5 menit 3 0,82 Variansi
sama
Tebal awal Bb 10 menit 3 0,85 Tebal awal Bb 15 menit 3 0,91 Tebal awal Btb 20 menit 3 1,23 Tebal awal Bb
Keterangan : Kel. : kelompok n : jumlah Ket. : keterangan Btb : berbeda tidak bermakna Bb : berbeda bermakna
Dari tabel uji statistik diatas dapat diketahui bahwa peningkatan skinfold
thickness dengan 20 menit radiasi UV menunjukkan adanya perbedaan bermakna
dengan peningkatan skinfold thickness awal.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Lampiran 2. Hasil optimasi 1 MED (lanjutan)
T-Test Group Statistics
Kelompok N Mean Std. Deviation
Std. Error Mean
Tebal 5 awal 3 ,6800 ,07937 ,045835 akhir 3 ,8200 ,06083 ,03512
Independent Samples Test
Levene's Test for Equality of Variances t-test for Equality of Means
Tabel uji statistik peningkatan skinfold thickness setelah paparan UV pada uji SPF gel sunscreen secara in vivo (df:8; tingkat signifikansi 95%; t table : 1,86)
Kelompok N Mean
skinfold thickness
Uji variansi
Uji t
Pembanding Ket.
Kontrol (1 MED) 5 0,63 Variansi
sama
10 MED 5 0,56 Kontrol (1 MED) Btb 15 MED 5 0,56 Kontrol (1 MED) Btb 20 MED 5 0,67 Kontrol (1 MED) Btb
Keterangan : Kel. : kelompok n : jumlah Ket. : keterangan Btb : berbeda tidak bermakna Bb : berbeda bermakna
Secara statistik, sampai dengan 20 MED penyinaran terjadi peningkatan
skinfold thickness yang berbeda tidak bermakna dengan kontrol. Jadi, Gel memiliki
SPF=20
SPF = 20120
=MEDMED
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Lampiran 5. Perhitungan SPF gel sunscreen fraksi polifenol teh hijau (lanjutan)