PENGARUH AUDIT TENURE, REPUTASI AUDITOR, DISCLOSURE, UKURAN PERUSAHAAN DAN LIKUIDITAS TERHADAP PENERIMAAN OPINI AUDIT GOING CONCERN (Studi Empiris pada Perusahaan Manufaktur yang Listing di BEI periode 2007-2011) SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat Sarjana S-1 Disusun Oleh : Rahayu Susanti NPM : 10.0102.0112 i
105
Embed
PENGARUH AUDIT TENURE, REPUTASI AUDITOR, DISCLOSURE, UKURAN PERUSAHAAN DAN LIKUIDITAS TERHADAP PENERIMAAN OPINI AUDIT GOING CONCERN by RAHAYU SUSANTI
PENGARUH AUDIT TENURE, REPUTASI AUDITOR, DISCLOSURE, UKURAN PERUSAHAAN DAN LIKUIDITAS TERHADAP PENERIMAAN OPINI AUDIT GOING CONCERN by RAHAYU SUSANTI
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
PENGARUH AUDIT TENURE, REPUTASI AUDITOR, DISCLOSURE, UKURAN PERUSAHAAN DAN
LIKUIDITAS TERHADAP PENERIMAAN OPINI AUDIT GOING CONCERN
(Studi Empiris pada Perusahaan Manufaktur yang Listing di BEI periode 2007-2011)
SKRIPSI
Untuk Memenuhi Sebagian PersyaratanMencapai Derajat Sarjana S-1
Disusun Oleh :Rahayu Susanti
NPM : 10.0102.0112
PROGRAM STUDI AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMIUNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAGELANG
TAHUN 2013
i
DAFTAR ISI
Halaman Judul..................................................................................................... i
Halaman Pengesahan........................................................................................... ii
Halaman Pernyataan Orisinalitas ........................................................................ iii
Halaman Riwayat Hidup ..................................................................................... iv
Halaman Persembahan......................................................................................... v
Motto.................................................................................................................... vi
Kata Pengantar .................................................................................................... vii
Daftar Isi ............................................................................................................. ix
Daftar Tabel ........................................................................................................ xi
Daftar Gambar .................................................................................................... xii
Daftar Lampiran................................................................................................... xiii
Abstraksi ............................................................................................................. xiv
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ............................................................................... 1
B. Rumusan Masalah .......................................................................... 9
C. Tujuan Penelitian ........................................................................... 9
D. Manfaat Penelitian.......................................................................... 10
E. Sistematika Penulisan .................................................................... 11
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Telaah Literatur .............................................................................. 8
1. Teori Agensi ............................................................................. 13
Gambar 2.1 Model Penelitian.............................................................................. 36
v
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Daftar Perusahaan Sampel
Lampiran 2 Opini Audit Going Concern dan Nama KAP
Lampiran 3 Disclosure dan Keterangan disclosure item
Lampiran 4 Ukuran Perusahaan dan Likuiditas
Lampiran 5 Variabel Penelitian
Lampiran 6 Statistik Deskriptif
Lampiran 7 Logistic Regression
vi
ABSTRAK
PENGARUH AUDIT TENURE, REPUTASI AUDITOR, DISCLOSURE, UKURAN PERUSAHAAN DAN
LIKUIDITAS TERHADAP PENERIMAAN OPINI AUDIT GOING CONCERN
(Studi Empiris pada Perusahaan Manufaktur yang Listing di BEI periode 2007-2011)
Oleh:
Rahayu Susanti
Penelitian ini bertujuan untuk menguji adanya pengaruh audit tenure, reputasi KAP, disclosure,ukuran perusahaan dan likuiditas terhadap penerimaan opini audit going concern. Hipotesis yang diajukan adalah (1) Audit tenure berpengaruh negatif terhadap penerimaan opini audit going concern, (2) Reputasi auditor berpengaruh positif terhadap penerimaan opini audit going concern, (3) Disclosure berpengaruh positif terhadap penerimaan opini audit going concern, (4) Ukuran perusahaan berpengaruh negatif terhadap penerimaan opini audit going concern, (5) Likuiditas berpengaruh negatif terhadap penerimaan opini audit going concern. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan 11 perusahaan manufaktur yang listing di BEI pada tahun 2007-2011. Sampel dipilih dengan menggunakan metode purposive sampling. Data dianilisis dengan menggunakan model analisis regresi logistik. Hasil penelitian menunjukkan bahwa audit tenure dan reputasi auditor tidak berpengaruh terhadap penerimaan opini audit going concern. Ukuran perusahaan, Disclosure dan likuiditas memiliki pengaruh terhadap penerimaan opini audit going concern.
Kata Kunci : Audit Tenure, Reputasi Auditor, Disclosure, Ukuran Perusahaan, Likuiditas dan Opini Audit Going concern
vii
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Suatu entitas bisnis dalam menjalankan usahanya tidak semata
menghasilkan keuntungan seoptimal mungkin, tetapi bertujuan menjaga
kelangsungan hidup (going concern). Going concern merupakan kelangsungan
hidup entitas. Menurut Setiawan (2006) dalam Santosa dan Wedari (2007),
going concern sebagai asumsi bahwa perusahaan dapat mempertahankan
hidupnya secara langsung akan mempengaruhi laporan keuangan. Jadi, jika
laporan keuangan disusun dengan dasar going concern berarti diasumsikan
perusahaan akan bertahan dalam jangka panjang. Berdasarkan pelaporan
keuangan, nantinya auditor akan menilai apakah laporan keuangan telah
memenuhi kepatuhan, menyajikan secara wajar, dan konsisten terhadap prinsip
akuntansi yang berlaku umum di Indonesia, kewajaran dan apakah ada
kesangsian atas kelangsungan hidup perusahaan.
Tujuan laporan keuangan adalah memberikan informasi mengenai posisi
keuangan, kinerja keuangan, dan arus kas entitas yang bermanfaat bagi
sebagian besar kalangan pengguna laporan dalam pembuatan keputusan
ekonomi (PSAK No.1, 2009). Laporan keuangan yang disusun haruslah dapat
dipahami, relevan, andal, konsisten dan dapat diperbandingkan sehingga
informasi yang dihasilkan dapat menunjukkan kondisi perusahaan sebenarnya.
Laporan keuangan adalah media komunikasi yang digunakan perusahaan untuk
2
memberikan informasi kepada pihak yang berkepentingan seperti investor.
Sebagai media komunikasi, laporan keuangan digunakan pihak-pihak
berkepentingan sebagai cerminan untuk melihat kondisi perusahaan. Oleh
karena itu, dibutuhkan pihak independen yakni auditor yang bertindak untuk
menilai kewajaran dan keandalan dari laporan keuangan perusahaan. Penilaian
ini dilakukan untuk membuktikan apakah laporan keuangan telah
mencerminkan kondisi perusahaan sebenarnya, sehingga keputusan yang tepat
dapat diambil oleh pihak yang berkepentingan.
Auditor akan memberikan opini atas hasil penilaian terhadap laporan
keuangan perusahaan. Auditor yang independen akan memberikan opini sesuai
dengan kondisi perusahaan sebenarnya. Jika dalam proses identifikasi
informasi mengenai kondisi perusahaan auditor tidak menemukan adanya
kesangsian besar terhadap kemampuan entitas untuk mempertahankan
kelangsungan hidupnya, maka auditor akan memberikan opini audit non going
concern dan opini audit going concern akan diberikan kepada perusahaan yang
oleh auditor diragukan kemampuannya dalam menjaga kelangsungan usaha
perusahaan.
Opini audit going concern merupakan opini audit yang dikeluarkan oleh
auditor untuk memastikan apakah perusahaan dapat mempertahankan
kelangsungan hidupnya (SPAP, 2011). Auditor melakukan evaluasi terhadap
perusahaan sebelum menentukan apakah terdapat kesangsian atas
kelangsungan usaha suatu perusahaan, selain itu auditor juga
bertanggungjawab untuk menilai apakah terdapat kesangsian besar terhadap
3
kemampuan perusahaan dalam mempertahankan kelangsungan hidupnya
(going concern) dalam periode waktu tidak lebih dari satu tahun sejak tanggal
Independen:Kualitas audit, kondisi keuangan perusahaan,opini audit tahun sebelumnya,pertumbuhanperusahaan dan ukuranperusahaanDependen: Penerimaan opini audit going concern
Kondisi keuangan perusahaan dan ukuran perusahaan berpengaruh negatif terhadap penerimaan opini audit going concern, opini audit tahun sebelumnya berpengaruh positif terhadap opini going concern. Kualitas audit dan pertumbuhan perusahaan tidak berpengaruh terhadap penerimaan opini audit going concern.
3 Januarti dan Ella Fitrianasari (2008)
Independen:Rasio likuiditas,profitabilitas, aktivitas,leverage, pertumbuhanpenjualan rasio nilai pasar, ukuran perusahaan, reputasi KAP, opini audit going concern tahun sebelumnya, client tenure, audit lag
Faktor yang mempengaruhi opini audit going concern hanyalah variabel rasio likuiditas, opini audit sebelumnya, dan audit lag, sedangkan variabel yang lainnya tidak berpengaruh secara signifikan terhadap opini audit going concern
Tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara KAP big four dan KAP non big four dalam pemberian opini audit terhadap penilaian going concern. Penilaian profitabilitas, leverage, dan likuiditas perusahaan tidak terdapat perbedaan signifikan terhadap penilaian going concern antara perusahaan yang diaudit oleh KAP big four dan non big four
Model prediksi kebangkrutan berpengaruh signifikan terhadap opini audit going concern, Pertumbuhan perusahaan, leverage dan reputasi auditor tidak berpengaruh signifikan terhadap opini audit going concern
6 Fitri Tri Diyanti (2010)
Independen:Debt default, pergantian auditor, ukuran perusahaanDependen:Opini audit going concern
Debt default tidak berpengaruh secara sinifikan terhadap opini audit going concern, pergantian auditor dan ukuran perusahaan berpengaruh secara signifikan terhadap opini audit going concern
7 Junaidi dan Jogiyanto
Independen:Reputasi auditor, tenure,
Berdasarkan hasil pengujian hipotesis ditemukan bahwa
30
Hartono (2010) disclosure dan ukuran perusahaanDependen:Penerimaan opini audit going concern
variabel reputasi auditor dan disclosure berpengaruh signifikan positif terhadap penerimaan opini audit going concern, variabel tenure berpengaruh signifikan secara negatif terhadap opini audit going concern, sedangkan ukuran perusahaan tidak berpengaruh secara signifikan terhadap penerimaan opini audit going concern.
C. Pengembangan Hipotesis
31
1. Pengaruh audit tenure terhadap penerimaan opini audit going concern.
Audit tenure merupakan jumlah tahun dimana KAP melakukan
perikatan audit pada perusahaan yang sama. Ketika KAP mempunyai jangka
waktu hubungan yang lama dengan kliennya, maka mendorong pemahaman
yang lebih atas kondisi keuangan klien dan oleh karena itu mereka akan
cenderung dapat mendeteksi masalah going concern. Namun, semakin lama
hubungan auditor dengan klien dikhawatirkan independensi auditor semakin
berkurang. Semakin lama hubungan auditor dengan klien, maka
dikhawatirkan semakin rendah pengungkapan atas ketidakmampuan
perusahaan dalam menjaga kelangsungan usahanya. Hal tersebut akan
mempengaruhi penerimaan opini audit going concern terhadap perusahaan.
Menurut Junaidi dan Jogiyanto (2010) ketika auditor mempunyai
jangka waktu hubungan yang lama dengan kliennya, hal ini akan
mendorong pemahaman yang lebih atas kondisi keuangan klien dan oleh
karena itu auditor akan cenderung untuk mendeteksi masalah going
concern. Januarti (2009) menemukan bahwa semakin lama KAP melakukan
perikatan audit dengan auditee yang sama, maka akan semakin besar fee
yang diharapkan akan diterima pada masa mendatang. Kecemasan akan
kehilangan sejumlah fee yang cukup besar akan menimbulkan keraguan bagi
auditor untuk menyatakan opini audit going concern. Dengan demikian
independensi auditor akan terpengaruh dengan lamanya hubungan dengan
auditee yang sama.
H1 : Audit tenure berpengaruh negatif terhadap penerimaan opini audit going concern pada perusahaan manufaktur.
32
2. Pengaruh reputasi auditor terhadap penerimaan opini audit going concern.
Reputasi auditor menunjukkan prestasi dan kepercayaan publik yang
disandang auditor atas nama besar yang dimiliki auditor tersebut. Auditor
bertanggung jawab untuk menyediakan informasi yang berkualitas serta
bermanfaat bagi para pengguna laporan keuangan dalam pengambilan
keputusan. Auditor yang bereputasi baik cenderung akan menerbitkan opini
audit going concern jika pada perusahaan klien terdapat masalah yang
berkaitan dengan going concern perusahaan. Pada penelitian ini reputasi
auditor diproksikan dengan ukuran kantor akuntan publik. Auditor yang
memiliki reputasi dan nama besar dapat menyediakan kualitas audit yang
lebih baik, termasuk dalam mengungkapkan masalah going concern demi
menjaga reputasi mereka.
Crasswell et al. (1995) dalam Fanny dan Saputra (2005) menyatakan
bahwa klien biasanya mempersepsikan auditor yang berasal dari Kantor
Akuntan Publik besar dan memiliki afiliasi dengan Kantor Akuntan Publik
internasionallah yang memiliki kualitas lebih tinggi karena auditor tersebut
memiliki karakteristik yang dapat dikaitkan dengan kualitas, seperti pelatihan,
pengakuan internasional, serta adanya peer review.
DeAngelo (1981) dalam Junaidi dan Jogiyanto (2010) berpendapat bahwa
auditor besar akan lebih independen, dan karenanya, akan memberikan kualitas
yang lebih tinggi atas audit. Auditor yang besar akan berusaha keras
mempertahankan reputasi mereka serta menghindari tindakan-tindakan yang
dapat merusak reputasi tersebut.
33
H2 : Reputasi auditor berpengaruh positif terhadap penerimaan opini audit going concern pada perusahaan manufaktur.
3. Pengaruh disclosure terhadap penerimaan opini audit going concern.
Disclosure merupakan pengungkapan atas informasi yang diberikan
sebagai lampiran pada laporan keuangan dalam bentuk catatan tambahan.
Informasi ini menyediakan penjelasan yang lebih lengkap mengenai posisi
keuangan, hasil operasi dan kebijakan perusahaan. Dengan adanya
pengungkapan, maka perusahaan diharapkan dapat mendorong keyakinan
investor dan kreditur dalam menentukan kebijakan investasi yang diambil.
Gaganis dan Pasiouras (2007) menemukan bukti bahwa perusahaan
yang mengungkapkan lebih sedikit informasi akuntansi cenderung
menerima opini qualified dari auditor eksternal. Haron et al (2009)
membuktikan bahwa disclosure berpengaruh pada pemberian opini audit
going concern, disclosure atau pengungkapan informasi merupakan fakta
bahwa perusahaan sedang menghadapi kesulitan keuangan dan
menunjukkan usaha manajemen dalam menyelesaikan masalahnya, hal ini
menunjukkan semakin luasnya informasi keuangan yang diungkapkan oleh
perusahaan yang mengalami kondisi keuangan yang buruk, maka auditor
akan lebih mudah dalam menemukan bukti dalam menilai kelangsungan
usaha perusahaan.
Junaidi dan Jogiyanto (2010) menyatakan bahwa semakin luasnya
informasi keuangan yang diungkapkan oleh perusahaan juga dikaitkan
dengan usaha perusahaan untuk memperbaiki citra buruknya di masyarakat.
34
Keterbukaan informasi termasuk fakta bahwa perusahaan sedang
menghadapi kesulitan keuangan dan bahwa manajemen mencoba untuk
memecahkan masalah. Dapat disimpulkan bahwa semakin tinggi tingkat
disclosure perusahaan, maka semakin tinggi pula kemungkinan perusahaan
menerima opini audit going concern.
H3 : Disclosure berpengaruh positif terhadap penerimaan opini audit going concern pada perusahaan manufaktur.
4. Pengaruh Ukuran Perusahaan terhadap penerimaan opini audit going
concern
Ukuran perusahaan merupakan suatu skala dimana dapat diklasifikasikan
besar kecil perusahaan menurut berbagai cara, antara lain: total aktiva, log size,
nilai pasar saham, dan lain-lain. Perusahaan yang lebih besar lebih banyak
menawarkan fee audit tinggi daripada yang ditawarkan oleh perusahaan kecil.
Dalam kaitanya mengenai kehilangan fee audit yang signifikan tersebut, auditor
dapat meragukan pengeluaran opini audit going concern pada perusahaan
besar. Perusahaan dengan pertumbuhan yang positif memberikan suatu
tanda bahwa ukuran perusahaan tersebut semakin berkembang dan
mengurangi kecenderungan ke arah kebangkrutan (Januarti, 2009).
Perusahaan besar memiliki kemampuan yang lebih baik dalam
mengelola perusahaan dan menghasilkan laporan keuangan yang lebih
berkualitas (Junaidi dan Jogiyanto, 2010). Semakin kecil skala perusahaan
menunjukkan kemampuan perusahaan yang lebih kecil dalam pengelolaan
usahanya. Hal ini menyebabkan perusahaan lebih berpeluang mendapatkan
opini audit going concern. Mutchler et al., (1997) meneliti faktor-faktor
35
yang berpengaruh terhadap laporan audit pada perusahaan yang gulung
tikar. Penelitian tersebut membuktikan bahwa terdapat hubungan negatif
antara ukuran perusahaan dengan penerimaan opini audit going concern.
Berdasarkan uraian tersebut, maka dapat disusun hipotesis sebagai berikut:
H4 : Ukuran perusahaan berpengaruh negatif terhadap penerimaan opini audit going concern pada perusahaan manufaktur.
5. Pengaruh likuiditas terhadap penerimaan opini audit going concern.
Likuiditas merupakan kemampuan perusahaan dalam membayar
kewajiban-kewajiban jangka pendeknya dengan menggunakan aktiva lancar
yang dimiliki. Dalam hubungannya dengan likuiditas makin kecil
likluiditas, perusahaan kurang likuid sehingga tidak dapat membayar para
krediturnya maka auditor kemungkinan memberikan opini audit dengan
going concern. Tidak jarang perusahaan yang secara konsisten mengalami
kerugian operasi mempunyai working capital yang sangat kecil bila
dibandingkan dengan total assets (Altman, 1968). Kemampuan perusahaan
yang rendah dalam melaksanakan kewajibannya akan menyebabkan auditor
ragu akan kelangsungan hidup perusahaan tersebut. Keraguan auditor akan
menyebabkan penerimaan opini audit going concern terhadap perusahaan
(Januarti dan Fitrianasari, 2008). Makin kecil likuiditas, perusahaan kurang
likuid karena banyak kredit macet sehingga opini audit harus memberikan
keterangan mengenai going concern, dan sebaliknya semakin besar
likuiditas perusahaan, maka semakin mampu pula perusahaan dalam
membayar kewajiban-kewajiban jangka pendeknya dengan tepat waktu.
36
H5: Likuiditas berpengaruh negatif terhadap penerimaan opini audit going concern pada perusahaan manufaktur.
D. Model Penelitian
Variabel Independen
H1
H2
Variabel Dependen
H3
H4
H5
Gambar 2.1Model Penelitian
BAB III
METODE PENELITIAN
Audit Tenure
UkuranPerusahaan
Disclosure
Likuiditas
Reputasi KAP
Opini Audit Going Concern
37
A. Populasi dan Sampel
1. Populasi
Populasi didefinisikan sebagai keseluruhan dari obyek yang akan
diteliti Boedijoewono (2001). Populasi dari penelitian ini adalah perusahaan
manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada tahun 2007-
2011.
2. Sampel
Sampel dalam penelitian ini diperoleh dengan metode purposive
sampling, dengan kriteria sebagai berikut :
a. Perusahaan manufaktur yang listing di BEI selama periode 2007-2011
b. Menerbitkan laporan keuangan yang telah diaudit oleh auditor
independen per 31 Desember dari tahun 2007 hingga 2011
c. Terdapat catatan atas laporan keungan perusahaan.
d. Terdapat laporan auditor independen atas laporan keuangan perusahaan.
e. Mengalami laba bersih negatif (rugi) minimal 2 periode laporan
keuangan saat pengamatan. Laba bersih yang negatif digunakan untuk
menunjukkan trend kondisi keuangan perusahaan yang bermasalah.
Kondisi keuangan yang bermasalah ini menimbulkan kesangsian auditor
tentang kemampuan perusahaan dalam menjaga kelangsungan usahanya.
Auditor akan cenderung memberikan opini going concern apabila
perusahaan mengalami kondisi keuangan yang tidak baik dan dianggap
tidak mampu mempertahankan usahanya tersebut.
f. Laporan keuangan disajikan dalam rupiah.
38
B. Data Penelitian
1. Jenis dan Sumber Data
Data dalam penelitian ini menggunakan data sekunder yang diperoleh
dari www.idx.co.id berupa laporan keuangan auditan perusahaan
manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada tahun 2007-
2011.
2. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan metode
studi pustaka dan dokumentasi. Studi pustaka dan dokumentasi yang
digunakan yaitu laporan keuangan auditan perusahaan sampel dengan
mengolah literatur, artikel atau jurnal dan media tertulis yang berkaitan
dengan topik pembahasan dari penelitian ini.
C. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel
1. Opini audit Going Concern
Opini audit going concern adalah opini audit yang dikeluarkan oleh
auditor untuk mengevaluasi apakah ada kesangsian tentang kemampuan
entitas untuk mempertahankan kelangsungan hidupnya (SPAP, 2011). Opini
audit going concern merupakan opini audit modifikasi karena adanya
ketidakpastian kelangsungan hidup perusahaan. Opini audit going concern
diukur dengan menggunakan variabel dummy. Opini audit going concern
diberi kode 1, sedangkan opini non going concern diberi kode 0. Opini audit
Pengujian Omnibus of model coefficients digunakan untuk
mengetahui apakah semua variabel independen secara bersama-sama
dapat memprediksi variabel dependen atau tidak. Jika probabilitas dari
uji chi-square omnibus test statistic kurang dari 0,05 maka hipotesis awal
(H0) ditolak atau H1 diterima. H0 ditolak berarti bahwa secara
keseluruhan variabel independen dapat memprediksi variabel dependen.
b. Koefisien Determinasi (Nagelkerke R Square)
Nagelkerke R Square merupakan pengujian yang dilakukan untuk
mengetahui seberapa besar variabel independen mampu menjelaskan dan
mempengaruhi variabel dependen. Nilai Nagelkerke R Square bervariasi
antara 1 (satu) dan 0 (nol). Semakin mendekati nilai 1 maka model
dianggap semakin goodness of fit semenatara semakin mendekati 0 maka
model semakin tidak goodness of fit.
c. Menilai Model Fit (Overall Model Fit Test)
Uji ini digunakan untuk menilai model yang telah dihipotesiskan
telah fit atau tidak dengan data. Hipotesis untuk menilai model fit adalah:
H0 : Model yang dihipotesiskan fit dengan data
H1 : Model yang dihipotesiskan tidak fit dengan data
Dari Hipotesis ini dijelaskan bahwa kita tidak akan menolak hipotesis nol
agar supaya model fit dengan data. Statistik yang digunakan berdasarkan
Likelihood. Likelihood L dari model adalah probabilitas bahwa model
yang dihipotesiskan menggambarkan data input. Log Likelihood pada
regresi logistik mirip dengan pengertian “Sum of Square Error” pada
45
model regresi, sehingga penurunan model Log Likelihood menunjukkan
model regresi yang semakin baik (Ghozali, 2009: 268).
d. Matriks Klasifikasi
Matriks klasifikasi menunjukkan prediksi model regresi untuk
menentukan kemungkinan terjadinya peristiwa. Pada penelitian ini
matrik klasifikasi digunakan untuk menentukan kemungkinan terjadinya
peristiwa yang terkait dengan variabel dependen yaitu kemungkinan
terjadinya penerimaan audit going concern pada perusahaan sampel.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
46
A. Sampel Penelitian
Sampel penelitian ini adalah perusahaan manufaktur yang terdaftar di
Bursa Efek Indonesia periode 2007 sampai dengan 2011. Berdasarkan metode
pengambilan sampel dengan metode purposive sampling diperoleh sampel
sebanyak 11 perusahaan, sehingga jumlah sampel secara keseluruhan selama 5
tahun sebanyak 55 data observasi. Hasil seleksi sampel disajikan dalam Tabel
4.1.
Tabel 4.1Seleksi SampelKriteria Jumlah
Perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI 2007-2011Perusahaan yang mengalami delisting selama periode 2007-2011Perusahaan tidak menerbitkan laporan keuangan auditan 2007-2011Tidak terdapat catatan laporan keuangan.Tidak terdapat laporan auditor independen.Perusahaan yang mengalami laba bersih negatif kurang dari dua periode laporan keuangan dari 2007-2011Laporan keuangan tidak disajikan dalam rupiahJumlahTahun amatanTotal sampel selama periode amatan
174(23) (15)
(4)(3)
(117)(1)115
55Sumber: Data sekunder yang diolah, 2012
B. Statistik Deskriptif
Statistik deskriptif digunakan untuk memberikan deskripsi suatu data
yang dilihat dari minimum, maksimum, rata-rata (mean) dan standar deviasi
(standard deviation). Analisis ini menggunakan bantuan program SPSS for
Windows 20.0. Statistik deskriptif variabel penelitian disajikan dalam Tabel
4.2.
Tabel 4.2Statistik Deskriptif
47
Variabel N Minimum Maximum Mean Std. DeviationGCTenureRep_KAPDisclosureSizeLikuiditas
555555555555
010
.81823062.1545
151
.96972335428
2.2578
.532.07
.29.8937
456775.78.8890
.501.12.46
.0424550173.62
.4940
Sumber: Data sekunder yang diolah, 2012
Berdasarkan Tabel 4.2 dapat diketahui nilai rata-rata variabel going
concern sebesar 0,53, hal ini menunjukkan bahwa banyak perusahaan yang
mendapatkan opini audit going concern. Rata-rata lama hubungan KAP dengan
perusahaan sebesar 2,07 menunjukkan bahwa banyak perusahaan yang
melakukan perikatan dengan KAP dalam waktu 2 tahun. Nilai rata-rata reputasi
KAP sebesar 0,29 menunjukkan bahwa mayoritas KAP yang menjadi sampel
adalah KAP yang tidak bereputasi / non big four. Disclosure memiliki rata-rata
sebesar 0,8937 atau 89,37% menunjukkan bahwa pengungkapan laporan
keuangan perusahaan sampel cukup tinggi. Ukuran perusahaan yang
didasarkan pada nilai total asset diketahui nilai rata-ratanya sebesar
Rp..456.775,78 juta, berdasarkan ketentuan BAPEPAM No.11/PM/1997 rata-
rata perusahaan sampel termasuk perusahaan besar karena memiliki nilai total
asset diatas 100 Miliar. Rasio likuiditas perusahaan sampel rata-rata sebesar
0,8890, hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar perusahaan sampel kurang
likuid karena jumlah aktiva lancar yang tersedia tidak cukup untuk melunasi
kewajiban lancar perusahaan sampel.
48
C. Uji Asumsi Klasik
Menurut Ghozali (2009: 211) analisis dengan logistic regression,
asumsi multivariate normal distribution tidak dapat terpenuhi karena variabel
dependennya merupakan variabel dummy, sehingga uji asumsi klasik dalam
model ini hanya menggunakan uji multikolinearitas. Uji multikolinearitas
bertujuan untuk menguji ada tidaknya korelasi antar variabel independen.
Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi diantara variabel
indipenden. Sesuai dengan hasil uji dengan menggunakan bantuan program
SPSS versi 20.0 diperoleh hasil uji multikolonieritas pada Tabel 4.3.
Tabel 4.3Uji Multikolinieritas
Constant
Tenure
Rep_KAP
Disclosure
Size
Likuiditas
ConstantTenureRep_KAPDisclosureSizeLikuiditas
1.000-.258.403
-.911.724.052
-.2581.00
0-.246.241
-.285.064
.403-.2461.000-.430.395
-.082
-.911.241
-.4301.000-.862-.118
.724
-.285
.395
-.862
1.000.10
1
.052
.064-.082-.118.101
1.000
Sumber: Data sekunder yang diolah, 2012
Berdasarkan tabel 4.3 dapat diketahui bahwa nilai korelasi antar
variabel independen tidak ada yang memiliki nilai lebih dari 0,95. Jadi dapat
disimpulkan bahwa dalam model regresi penelitian ini tidak terjadi
multikolonieritas.
49
D. Analisis Regresi Logistik (Logistic Regression)
Hasil analisis regresi logistik dilakukan dengan menggunakan bantuan
program SPSS for Windows 20.0 yang sajikan pada Tabel 4.4.
Tabel 4.4Variables in the Equation
B S.E. Wald df Sig.Step 1 Tenure
Rep_KAPDisclosureSizeLikuiditasConstant
.487-.304
46.391-1.147-2.116
-26.263
.337
.84018.149
.437
.81911.852
2.088.131
6.5346.9036.6794.910
111111
.148
.717
.011
.009
.010
.027Sumber: Data sekunder yang diolah, 2012
Berdasarkan hasil analisis logistik resgresi pada Tabel 4.4 dapat