PENGARUH AUDIT TENURE, OPINI AUDIT TAHUN SEBELUMNYA, DAN DISCLOSURE TERHADAP OPINI AUDIT GOING CONCERN PERUSAHAAN TAMBANG DAN AGRICULTURE YANG TERDAFTAR DI BEI TAHUN 2011-2014 Oleh: MUHAMMAD NUR FAHMI NIM: 1111082000073 JURUSAN AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2015
109
Embed
PENGARUH AUDIT TENURE, OPINI AUDIT TAHUN SEBELUMNYA ... · PERUSAHAAN TAMBANG DAN AGRICULTURE YANG TERDAFTAR DI BEI TAHUN 2011-2014 Oleh: MUHAMMAD NUR FAHMI ... Kordinator Biro Sarana
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
PENGARUH AUDIT TENURE, OPINI AUDIT TAHUN SEBELUMNYA,
DAN DISCLOSURE TERHADAP OPINI AUDIT GOING CONCERN
PERUSAHAAN TAMBANG DAN AGRICULTURE YANG TERDAFTAR
DI BEI TAHUN 2011-2014
Oleh:
MUHAMMAD NUR FAHMI
NIM: 1111082000073
JURUSAN AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2015
i
LEMBAR PERNYATAAN
KEASLIAN KARYA ILMIAH
Yang bertanda tangan di bawah ini
Nama : Muhammad Nur Fahmi
NIM : 1111082000073
Fakultas : Ekonomi dan Bisnis
Jurusan : Akuntansi
Dengan ini menyatakan bahwa dalam penulisan skripsi ini saya:
1. Tidak menggunakan ide orang lain tanpa mampu mengembangkan dan
mempertanggungjawabkan.
2. Tidak melakukan plagiasi terhadap naskah orang lain.
3. Tidak menggunakan karya orang lain tanpa menyebutkan sumber asli atau
tanpa izin pemilik karya.
4. Tidak melakukan pemanipulasian dan pemalsuan data
5. Mengerjakan sendiri karya ini dan mampu bertanggungjawab atas karya ini
Jika dikemudian hari ada tuntutan dari pihak lain atas karya saya, dan melalui
pembuktian yang dapat dipertanggungjawabkan ternyata memang ditemukan bukti
bahwa saya melanggar pernyataan di atas, maka saya siap untuk dikenai sanksi
berdasarkan aturan yang berlaku di Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya.
Audit laporan keuangan dilaksanakan untuk menjelaskan apakah
laporan keuangan telah di laporkan sesuai dengan ketentuan yang
berlaku umum.
c. Opini Audit
SA seksi 508 paragraf 10 (SPAP, 2011:508.6) menjelaskan
berbagai tipe pendapat auditor yaitu:
1) Pendapat wajar tanpa pengecualian. Pendapat wajar tanpa
pengecualian menyatakan bahwa laporan keuangan menyajikan
secara wajar, dalam semua hal yang material, posisi keuangan,
hasil usaha, dan arus kas entitas tertentu sesuai dengan Standar
Akuntansi Keuangan di Indonesia. Ini adalah pendapat yang
dinyatakan dalam laporan auditor bentuk baku seperti yang
diuraikan dalam paragraf 08.
2) Bahasa penjelasan ditambahkan dalam laporan auditor bentuk
baku. Keadaan tertentu mungkin mengharuskan auditor
20
menambahkan suatu paragraf penejelasan (atau bahasa
penjelasan yang lain) dalam laporan auditnya.
3) Pendapat wajar dengan pengecualian. Pendapat wajar dengan
pengecualian, menyatakan bahwa laporan keuangan
menyajikan secara wajar, dalam semua hal yang material,
posisi keuangan, hasil usaha, dan arus kas entitas tertentu
sesuai dengan Standar Akuntansi Keuangan di Indonesia,
kecuali untuk dampak hal-hal yang berhubungan dengan yang
dikecualikan.
4) Pendapat tidak wajar. Pendapat tidak wajar menyatakan bahwa
laporan keuangan tidak menyajikan secara wajar posisi
keuangan, hasil usaha, dan arus kas entitas tertentu sesuai
dengan Standar Akuntansi Keuangan di Indonesia.
5) Pernyataan tidak memberikan pendapat. Pernyataan tidak
memberikan pendapat menyatakan bahwa auditor tidak
menyatakan pendapat atas laporan keuangan.
3. Opini Audit Going Concern
Opini audit going concern merupakan opini audit yang dikeluarkan oleh
auditor untuk mengevaluasi apakah terdapat keraguan besar tentang kemampuan
entitas untuk mempertahankan kelangsungan hidupnya untuk jangka waktu yang
layak dan, jika berlaku, untuk mempertimbangkan kecukupan pengungkapan
dalam laporan keuangan serta untuk mencantumkan paragraf penjelasan dalam
laporannya yang mencerminkan kesimpulannya (SPAP, 2011). Laporan ini
21
digunakan guna mengetahui keadaan-keadaan yang akan terjadi pada perusahaan
agar dapat segera diantisipasi.
Riahi dan Belkoui (2006:271) menyatakan going concern adalah:
“Dalil kelangsungan usaha (going-concern postulate), atau dalil
kontinuitas, menganggap bahwa entitas bisnis akan melanjutkan
operasinya cukup lama untuk merealisasikan proyek, komitmen, dan
aktivitasnya yang berkelanjutan”
Opini going concern menunjukkan kemampuan perusahaan untuk
mempertahankan kegiatan usahanya dalam jangka panjang dan tidak akan
dilikuidasi dalam jangka pendek (Syaifuddin dan Fitrianasari, 2014). Praptitorini
dan Januarti (2007) dalam Zulfikar dan Syafruddin (2013) menyatakan bahwa
tanggung jawab utama manajemen untuk menentukan kelayakan dari persiapan
laporan keuangan menggunakan dasar going concern dan tanggung jawab auditor
untuk meyakinkan dirinya bahwa penggunaan dasar going concern oleh
perusahaan adalah layak dan diungkapkan secara memadai dalam laporan
keuangan.
Zulfikar dan Syafruddin (2013) menyatakan bahwa laporan audit dengan
modifikasi mengenai going concern merupakan suatu indikasi bahwa dalam
penilaian auditor terdapat risiko auditee tidak dapat bertahan dalam bisnis. Dari
sudut pandang auditor, keputusan tersebut melibatkan beberapa tahap analisis.
Menurut Arens (2014:76) hal-hal yang dapat menyebabkan ketidakmampuan
suatu perusahaan dalam melanjutkan usahanya terdiri dari empat faktor yaitu:
22
a. Kerugian operasi yang berulang-ulang dan signifikan atau kekurangan
modal kerja.
b. Ketidakmampuan perusahaan membayar kewajibannya yang telah
jatuh tempo.
c. Kehilangan pelanggan utama, bencana alam yang tidak diasuransikan
seperti gempa bumi atau banjir, atau kekurangan karyawan yang luar
biasa.
d. Permasalahan kelegalan, perundang-undangan, atau mengenai hal-hal
yang telah terjadi yang mungkin membahayakan kemampuan entitas
untuk beroperasi.
Hampir tidak ada panduan yang jelas atau hasil penelitian yang dapat
dijadikan pemilihan tipe Going Concern Report yang harus dipilih (Dewayanto,
2011). Menurut SA seksi 341, evaluasi terhadap kelangsungan usaha perusahaan
ini meliputi (SPAP, 2011:341.2):
a. Auditor mempertimbangkan apakah hasil prosedur yang dilaksanakan
dalam perencanaan, pengumpulan bukti audit untuk berbagai tujuan
audit, dan penyelesaian auditnya, dapat mengidentifikasi keadaan atau
peristiwa yang, secara keseluruhan, menunjukkan adanya kesangsian
besar mengenai kemampuan entitas dalam mempertahankan
kelangsungan hidupnya dalam jangka waktu pantas. Mungkin
diperlukan untuk memperoleh informasi tambahan mengenai kondisi
dan peristiwa beserta bukti-bukti yang mendukung informasi yang
mengurangi kesangsian auditor.
23
b. Jika auditor yakin bahwa terdapat kesangsian besar mengenai
kemampuan entitas dalam mempertahankan kelangsungan hidupnya
dalam jangka waktu pantas, ia harus:
1) Memperoleh informasi mengenai rencana manajemen yang
ditujukan untuk mengurangi dampak kondisi dan peristiwa
tersebut, dan
2) Menentukan apakah kemungkinan bahwa rencana tersebut dapat
secara efektif dilaksanakan.
c. Setelah auditor mengevaluasi rencana manajemen, ia mengambil
kesimpulan apakah ia masih memiliki kesangsian besar mengenai
kemampuan entitas dalam mempertahankan kelangsungan hidupnya
dalam jangka waktu pantas.
Selanjutnya adalah keadaan yang mengarah pada kesangsian atas
kelangsungan hidup perusahaan (SPAP, 2011:341.3) :
a. Tren negatif-sebagai contoh, kerugian operasi yang berulang kali
terjadi, kekurangan modal kerja, arus kas negatif dari kegiatan usaha,
rasio keuangan penting yang jelek.
b. Petunjuk lain tentang kemungkinan kesulitan keuangan-sebagai
contoh, kegagalan dalam memenuhi kewajiban utangnya atau
perjanjian serupa, penunggakan pembayaran dividen, penolakan oleh
pemasok terhadap pengajuan permintaan pembelian kredit biasa,
restrukturisasi utang, kebutuhan untuk mencari sumber atau metode
pendanaan baru, atau penjualan sebagian besar aset.
24
c. Masalah intern-sebagai contoh, pemogokan kerja atau kesulitan
hubungan perburuhan yang lain, ketergantungan besar atas sukses
proyek tertentu, komitmen jangka panjang yang tidak bersifat
ekonomis, kebutuhan untuk secara signifikan memperbaiki operasi.
d. Masalah luar yang telah terjadi-sebagai contoh: pengaduan gugatan
pengadilan, keluarnya undang-undang, atau masalah-masalah lain
yang kemungkinan membahayakan kemampuan entitas untuk
beroperasi; kehilangan franchise, lisensi atau paten penting;
kehilangan pelanggan atau pemasok utama; kerugian akibat bencana
besar seperti gempa bumi, banjir, kekeringan, yang tidak
diasuransikan atau diasuransikan namun dengan pertanggungan yang
tidak memadai.
Boynton dan Johnson, (2006:64) menyatakan bahwa laporan standar
memuat pendapat wajar tanpa pengecualian (unqualified opinion) yang
menyatakan bahwa laporan keuangan menyajikan secara wajar, dalam semua hal
yang material, posisi keuangan, hasil usaha, dan arus kas entitas sesuai dengan
prinsip akuntansi yang berlaku umum. Laporan wajar tanpa pengecualian ini
diterbitkan pula apabila tidak ada kesangsian atas keberlangsungan hidup suatu
perusahaan. Louwers, (2005:416) menyatakan pula bahwa salah satu daftar situasi
yang mengakibatkan penerbitan laporan penjelas adalah adanya “going concern“
yaitu paragraf yang menggambarkan peringatan terkait dengan permasalahan atas
kemampuan entitas melanjutkan usahanya.
25
Berikut adalah contoh laporan auditor yang memberikan pendapat wajar
tanpa pengecualian dengan paragraf penjelasan (SPAP, 2011:341.15):
Laporan Auditor Independen
[Pihak yang dituju oleh auditor]
[Paragraf pengantar: Sama seperti laporan auditor bentuk baku]
[Paragraf ligkup: Sama seperti laporan auditor bentuk baku]
[Paragraf pendapat: Sama seperti laporan auditor bentuk baku]
Laporan keuangan terlampir telah disusun dengan asumsi bahwa
Perusahaan akan melanjutkan usahanya secara berkesinambungan. Seperti
yang diuraikan dalam Catatan X atas laporan keuangan, perusahaan telah
mengalami kerugian yang berulangkali dari kegiatan usahanya, sehingga
pada tanggal 31 Desember 20X8 telah mengakibatkan saldo ekuitas
negatif dan jumlah liabilitas lancar Perusahaan telah melebihi jumlah
asetnya sebesar RpXX. Kondisi ini menimbulkan keraguan substansial
atas kemampuan Perusahaan dalam mempertahankan kelangsungan
hidupnya. Rencana manajemen untuk mengatasi kondisi tersebut juga
telah diungkapkan dalam Catatan X atas laporan keuangan. Laporan
keuangan terlampir tidak mencakup penyesuaian yang berasal dari kondisi
tersebut.
[Tanda tangan, nama rekan, nomor izin akuntan publik, dan nomor izin
kantor akuntan publik]
[Tanggal]
Berikutnya akan digambarkan langkah-langkah pertimbangan auditor
dalam memberikan opini audit going concern:
26
Gambar 2.1
Panduan Auditor dalam Memberikan Opini Audit Going Concern
Sumber: Seksi 341 Paragraf 19 (SPAP, 2011:341.10)
4. Audit Tenure
Audit tenure merupakan lama waktu hubungan antara auditor dengan
auditee. Lama waktu ini dihitung dengan bilangan tahun. Zulfikar dan Syafruddin
SA Seksi 508
(PSA No. 29)
27
(2013) mengatakan Auditor Client Tenure merupakan jumlah tahun dimana KAP
melakukan perikatan audit pada perusahaan yang sama. Semakin lama auditor
mengaudit perusahaan yang sama, maka pemahaman auditor akan perusahaan
tersebut akan terus bertambah menjadi lebih baik. Sehingga bila terdapat masalah
keberlangsungan usaha pada perusahaan auditee dan auditor dapat tetap menjaga
independensinya, maka auditor akan cepat mendeteksi masalah keberlangsungan
usaha tersebut (Ulya, 2012). Namun dilain hal, hubungan yang lama antara
auditor dengan auditee dikhawatirkan dapat mempengaruhi indepedensi auditor.
Menurut Januarti (2009) dalam Rossa dan Rahardjo (2013) semakin lama
hubungan klien dengan auditor dikhawatirkan akan mempengaruhi tingkat
indepedensi auditor dalam memberikan pendapatnya, sehingga kemungkinan
untuk memberikan opini audit going concern juga semakin kecil. Pada peraturan
menteri keuangan nomor 17/PMK.01/2008 menyebutkan “Pemberian jasa audit
umum atas laporan keuangan dari suatu entitas sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 2 ayat (1) huruf a dilakukan oleh KAP paling lama untuk 6 (enam) tahun
buku berturut-turut dan oleh seorang Akuntan Publik paling lama untuk 3 (tiga)
tahun buku berturut-turut”.
5. Opini Audit Tahun Sebelumnya
Opini audit tahun sebelumnya merupakan opini audit yang diterima
perusahaan pada satu tahun sebelumnya. Opini audit tahun sebelumnya dapat
mempengaruhi pemberian opini going concern oleh auditor (Rossa dan Rahardjo,
2013). Menurut Zulfikar dan Syafruddin (2013), opini audit going concern yang
telah diterima auditee pada tahun sebelumnya akan menjadi faktor pertimbangan
28
yang penting bagi auditor dalam mengeluarkan opini audit going concern pada
tahun berjalan jika kondisi keuangan auditee tidak menunjukan tanda – tanda
perbaikan atau tidak adanya rencana manajemen yang dapat direalisasikan untuk
memperbaiki kondisi perusahaan.
Mutchler (1984) dalam Zulfikar dan Syafruddin (2013), melakukan
wawancara dengan praktisi auditor yang menyatakan bahwa perusahaan yang
menerima opini audit going concern pada tahun sebelumnya lebih cenderung
untuk menerima opini yang sama pada tahun berjalan. Mutchler (1985) dalam
Zulfikar dan Syafruddin (2013), menguji pengaruh ketersediaan informasi publik
terhadap prediksi opini audit going concern, yaitu tipe opini audit yang telah
diterima perusahaan. Hasilnya menunjukkan bahwa model discriminant analysis
yang memasukkan tipe opini audit tahun sebelumnya mempunyai akurasi
prediksi keseluruhan yang paling tinggi sebesar 89,9 persen dibanding model
yang lain.
6. Disclosure
Disclosure dapat didefinisikan sebagai pemberian informasi oleh
perusahaan yang mungkin mempengaruhi keputusan investasi (Verdiana dan
Utama, 2013). Pengungkapan informasi oleh perusahaan diperlukan oleh investor
dalam mengambil keputusan. Untuk meyakinkan bahwa investor memperoleh
kembalian yang dikehendaki dengan risiko tertentu, investor memerlukan
informasi sebagai landasan keputusannya (Nuswandari, 2009). Dalam
memutuskan informasi apa yang akan dilaporkan, praktek yang umum adalah
29
menyediakan informasi yang mencukupi untuk mempengaruhi penilaian dan
keputusan pemakai (Nuswandari, 2009).
Pengungkapan yang ditunjukkan oleh laporan tahunan harus
mencerminkan elemen-elemen informasi yang luas dan dapat digunakan oleh
pengguna dalam membuat proyeksi, memberikan pinjaman, maupun menilai
perusahaan. Elemen-elemen tersebut adalah (model pelaporan oleh komite
Jenkins dalam Nuswandari (2009)):
a. Data keuangan dan non keuangan:
1) Laporan keuangan dan ungkapan-ungkapan yang terkait
2) Data operasi tingkat tinggi dan pengukuran kinerja yang digunakan
oleh manajemen untuk mengelola bisnis.
b. Analisis manajemen mengenai data keuangan dan non keuangan
1) Alasan terjadinya pengubahan dalam data yang terkait dengan
keuangan, operasi, dan kinerja, serta identifikasi dan dampak tren
yang penting pada masa lalu.
c. Informasi mengenai keadaan masa mendatang
1) Kesempatan dan risiko, termasuk hasilnya dari tren yang penting.
2) Rencana manjemen, termasuk faktor-faktor kesuksesan yang
penting.
3) Perbandingan antara kinerja bisnis sesungguhnya dan kesempatan,
risiko, dan rencana manajemen yang diungkapkan sebelumnya.
30
d. Informasi mengenai manajemen dan pemegang saham
1) Direktur, manajemen, kompensasi, pihak-pihak penting yang
terkait dengan perusahaan, transaksi dan hubungan dengan pihak-
pihak terkait.
e. Latar belakang perusahaan
1) Tujuan dan strategi secara luas
2) Cakupan dan gambaran bisnis dan kepemilikan
3) Dampak struktur industry pada perusahaan.
Item-item yang digunakan untuk menghitung skor disclosure dalam
penelitian ini mengacu pada penelitian Fitriani dan Sudarsono (2007) yang
menyebutkan bahwa terdapat 33 item disclosure (Verdiana dan Utama, 2013):
Tabel 2.1
Disclosure Item
No Keterangan
1 Ikhtisar data keuangan penting
2 Informasi harga saham tertinggi, terendah, dan penutupan
3 Laporan dewan komisaris mengenai penilaian terhadap kinerja direksi
mengenai pengelolaan perusahaan.
4 Laporan dewan komisaris mengenai pandangan atas prospek usaha
perusahaan yang disusun oleh direksi
5 Laporan direksi mengenai kinerja perusahaan.
6 Laporan direksi mengenai penerapan tata kelola perusahaan yang telah
dilaksanakan perusahaan
7 Nama & alamat perusahaan
8 Riwayat Singkat Perusahaan
9 Bidang dan kegiatan usaha perusahaan meliputi jenis produk dan atau jasa
yang dihasilkan
10 Bidang dan kegiatan usaha perusahaan meliputi jenis produk dan atau jasa
yang dihasilkan
11 Struktur organisasi dalam bentuk bagan
12 Visi & misi perusahaan
13 Nama, jabatan, dan riwayat hidup singkat anggota dewan komisaris
14 Nama, jabatan, dan riwayat hidup singkat anggota direksi
Bersambung pada halaman berikutnya
31
Tabel 2.1 (Lanjutan)
No Keterangan
15 Jumlah karyawan, dan deskripsi pengembangan kompetensinya (misal:
aspek pendidikan dan pelatihan karyawan yang telah dan akan dilakukan.
16 Uraian tentang pemegang saham dan presentase kepemilikannya
17 Nama anak perusahaan dan perusahaan asosiasi, presentase kepemilikan
saham, bidang usaha, dan status operasi perusahaan tersebut
18 Kronologis pencatatan saham dan perubahan jumlah saham dari awal
pencatatan hingga akhir tahun buku serta nama bursa efek dimana saham
perusahaan tersebut dicatatkan
19 Nama & alamat lembaga dan atau profesi penunjang pasar modal.
20 Penghargaan & sertifikasi yang diterima perusahaan baik yang berskala
nasional maupun internasional
21 Nama & alamat anak perusahaan dan atau kantor cabang/ kantor
perwakilan
22 Tinjauan operasi per segmen usaha
23 Analisis kinerja keuagan yang mencakup perbandingan antara kinerja
keuangan tahun yang bersangkutan dengan yang sebelumnya.
24 Prospek usaha dari perusahaan
25 Aspek pemasaran atas produk dan jasa perusahaan antara lain strategi
pemasaran dan pangsa pasar
26 Kebijakan dividen dan tanggal serta jumlah dividen
27 Tata kelola perusahaan (Good Corporate Governance)
28 Tanggung jawab direksi atas laporan keuangan
29 Laporan keuangan tahunan yang telah diaudit
30 Tandatangan anggota direksi dan dewan komisaris
31 Informasi tentang tanggung jawab sosial dan lingkungan
32 Ringkasan statistik keuangan untuk 3 sampai 5 tahun
33 Informasi tentang penelitian dan pengembangan
Fitriani dan Sudarsono (2007)
B. Penelitian Sebelumnya
Adapun hasil-hasil penelitian terdahulu terkait dengan topik opini audit
going concern akan disajikan dalam tabel 2.1
32
Tabel 2.2
Hasil-hasil Penelitian Sebelumnya Mengenai
Audit Tenure (X1); Opini Audit Tahun Sebelumnya (X2); Disclosure (X3); Opini Audit Going Concern (Y)
No Judul dan Peneliti
(tahun) Metlit X1 X2 X3 Y Hasil Penelitian
1
The Relationship between
Auditor Tenure and Audit
Quality Implied by Going
Concern Opininions
(W. Robert Knechel and
Ann Vanstraelen, 2007)
- Jenis Penelitian: Kuantitatif
- Sumber Data:
Data Sekunder
- Sampel:
Perusahaan swasta di Belgia
1992-1996 yang bekerjasama
dengan Belgian National
Bank
- Analisis:
Regresi logistik
- Variabel lainnya:
Audit Quality
√ √ Audit Tenure berpengaruh signifikan
terhadap opini audit going concern
pada perusahaan yang tidak bangkrut
(nonbankrupt).
Bersambung pada halaman berikutnya
33
Tabel 2.2 (Lanjutan)
No Judul dan Peneliti
(tahun) Metlit X1 X2 X3 Y Hasil Penelitian
2
Analisis Rasio Keuangan
dan Rasio non Keuangan
yang Mempengaruhi
Auditor dalam
Memberikan Opini Audit
Going Concern pada
Auditee (Studi Empiris
pada Perusahaan
Manufaktur yang
Terdaftar di BEJ 2000-
2005)
(Indira Januarti dan Ella
Fitrianasari, 2008)
- Jenis Penelitian: Kuantitatif
- Sumber Data:
Data Sekunder
- Sampel:
Perusahaan Manufaktur
terdaftar BEJ 2000-2005
- Analisis:
Regresi logistik
- Variabel lainnya:
Rasio Likuiditas
Rasio Profitabilitas
Rasio Aktivitas
Rasio Leverage
Rasio Pertumbuhan
Penjualan
Rasio Nilai Pasar
Ukuran Perusahaan
Reputasi KAP
Audit Lag
√ √ √
Penerimaan opini audit going concern
terjadi paling banyak tahun 2000 dan
2001 karena masih terpengaruh krisis
ekonomi tahun 1997. Rasio likuiditas,
opini audit sebelumnya, dan audit lag
yang berpengarh signifikan terhadap
pemeberian opini audit going
concern.
Bersambung pada halaman berikutnya
34
Tabel 2.2 (Lanjutan)
No Judul dan Peneliti
(tahun) Metlit X1 X2 X3 Y Hasil Penelitian
3
Analisis Respon Auditor terhadap Asumsi Going Concern Akibat Krisis Moneter dan Financial Distres Model (Study Kasus pada Perusahaan di BEI yang Mengalami Kerugian) (Abby Seno Higar dan
Achmad Djazuli, 2010)
- Jenis Penelitian: Kuantitatif
- Sumber Data:
Data Sekunder
- Sampel:
Perusahaan terdaftar BEJ
2008-2009
- Analisis:
Analisis Statistik Deskriptif
Analisis Z-Score
Uji Kruskal Wallis
- Variabel lainnya:
Kondisi Keuangan
Krisis Moneter
√
Pada tahun 2008 dengan
menggunakan uji Kruskal Wallis
respon yang diberikan auditor kepada
semua kelompok itu berbeda
Significant. Adapun pada tahun 2009
dengan menggunakan uji Kruskal
Wallis maka disimpulkan bahwa
respon yang diberikan auditor kepada
semua kelompok itu berbeda
Significant. Pada tahun 2008 dan
2009 menunjukan bahwa respon yang
diberikan auditor kepada semua
kelompok itu berbeda Significant
Bersambung pada halaman berikutnya
35
Tabel 2.2 (Lanjutan)
No Judul dan Peneliti
(tahun) Metlit X1 X2 X3 Y Hasil Penelitian
4
Faktor non Keuangan pada
Opini Going Concern (Junaidi dan Jogiyanto
Hartono, 2010)
- Jenis Penelitian: Kuantitatif
- Sumber Data:
Data Sekunder
- Sampel:
89 Perusahaan listing BEI
2003-2008
- Analisis:
Regresi Logistik
- Variabel lainnya:
Ukuran Peruahaan
Reputation
√
√
Ada 3 variabel non keuangan yang
diuji adalah signifikan (tenure,
reputation, dan disclosure) dan1
variabel non keuangan tidak
signifikan (size).
Bersambung pada halaman berikutnya
36
Tabel 2.2 (Lanjutan)
No Judul dan Peneliti
(tahun) Metlit X1 X2 X3 Y Hasil Penelitian
5
Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Penerimaan Opini Audit Going Concern pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia (Totok Dewayanto, 2011)
- Jenis Penelitian: Kuantitatif
- Sumber Data:
Data Sekunder
- Sampel:
Perusahaan manufaktur di
BEI 2006-2009
- Analisis:
Analisis Deskriptif
Regresi Logistik
- Variabel lainnya:
Kondisi Keuangan
Ukuran Peruahaan
Reputasi Auditor
Opinion Shopping
√ √ √
Kondisi keuangan, opini audit,
berpengaruh signifikan dengan
penerimaan opini audit going
concern. sedangkan ukuran, auditor
client tenure, . opinion shopping,
reputasi auditor perusahaan tidak
berpengarug terhadap penerimaan
opini audit going concern.
Bersambung pada halaman berikutnya
37
Tabel 2.2 (Lanjutan)
No Judul dan Peneliti
(tahun) Metlit X1 X2 X3 Y Hasil Penelitian
6
Pengaruh Kondisi
Keuangan, Pertumbuhan
Perusahaan dan Kualitas
Audit terhadap Pemberian
Opini Audit Going
Concern pada
Perusahaan Wholesale and
Retail Trade di BEI
(Hans Juniarto Kuswardi,
2012)
- Jenis Penelitian: Kuantitatif
- Sumber Data:
Data Sekunder
- Sampel:
Perusahaan wholesale dan
retail trade di BEI 2007-
2010
- Analisis:
Analisis Statistik Inferensial
Regresi Logistik
- Variabel lainnya:
Kondisi Keuangan
Pertumbuhan Perusahaan
Kualitas Audit
√
1. Kondisi keuangan perusahaan
berupa rasio solvabilitas perusahaan
memiliki arah positif dan berpengaruh
signifikan
terhadap pemberian opini audit going
concern, sedangkan kondisi keuangan
perusahaan berupa rasio profitabilitas
dan rasio likuiditas tidak berpengaruh.
2. Pertumbuhan perusahaan memiliki
arah negatif namun tidak berpengaruh
signifikan terhadap pemberian opini
audit
going concern.
3. Kualitas audit memiliki arah positif
namun tidak berpengaruh signifikan
terhadap pemberian opini audit going
concern karena semua Kantor
Akuntan Publik baik yang berskala
besar ataupun kecil akan selalu
bersikap obyektif dalam memberikan
pendapat.
Bersambung pada halaman berikutnya
38
Tabel 2.2 (Lanjutan)
No Judul dan Peneliti
(tahun) Metlit X1 X2 X3 Y Hasil Penelitian
7
Pengaruh Faktor
Keuangan dan Non
Keuangan terhadap
Penerimaan Opini Audit
Going Concern
(Irtani Retno Astuti dan
Darsono, 2012)
- Jenis Penelitian: Kuantitatif
- Sumber Data:
Data Sekunder
- Sampel:
Perusahaan publik terdaftar
di BEI 2006-2010
- Analisis:
Analisis Statistik Inferensial
Regresi Logistik
- Variabel lainnya:
Financial Distress
Debt Default
Reputasi Auditor
Audit Lag
Opinion Shopping
√ √
Financial distress, opinion shopping,
dan disclosure tidak berpengaruh
terhadap penerimaan opini audit
going. Sedangkan debt default,
reputasi auditor, dan audit lag
berpengaruh terhadap penerimaan
opini audit going concern.
Bersambung pada halaman berikutnya
39
Tabel 2.2 (Lanjutan)
No Judul dan Peneliti
(tahun) Metlit X1 X2 X3 Y Hasil Penelitian
8
Pengaruh Audit Tenure,
Disclosure, Ukuran Kap,
Debt Default, Opinion
Shopping, dan Kondisi
Keuangan terhadap
Penerimaan Opini Audit
Going Concern
pada Perusahaan Real
Estate dan Property
Di Bursa Efek Indonesia
(Nurul Ardiani, Emrinaldi
Nur DP dan Nur Azlina,
2012)
- Jenis Penelitian: Kuantitatif
- Sumber Data:
Data Sekunder
- Sampel:
Perusahaan Real Estate dan
Property listing di BEI 2009-
2011
- Analisis:
Analisis Statistik Inferensial
Regresi Logistik
- Variabel lainnya:
Ukuran KAP
Debt Default
Kondisi Keuangan
Opinion Shopping
√ √
Disclosure, ukuran KAP dan debt
default berpengaruh terhadap
penerimaan opini audit going
concern. Sedangkan audit tenure,
opinion shopping dan kondisi
keuangan tidak berpengaruh terhadap
penerimaan opini audit going
concern.
Bersambung pada halaman berikutnya
40
Tabel 2.2 (Lanjutan)
No Judul dan Peneliti
(tahun) Metlit X1 X2 X3 Y Hasil Penelitian
9
Pengaruh Faktor Non
Keuangan terhadap
Penerimaan Opini Audit
Going Concern
(Muslim Zulfikar dan
Muchamad Syafruddin,
2013)
- Jenis Penelitian: Kuantitatif
- Sumber Data:
Data Sekunder
- Sampel:
Perusahaan manufaktur di
BEI 2008-2011
- Analisis:
Regresi Logistik
- Variabel lainnya:
Reputasi Auditor
Ukuran Perusahaan
√ √ √ √
Variabel reputasi auditor, auditor
tenur, mandatory disclosure , dan
opini audit tahun sebelumnya
berpengaru secara signifikan terhadap
opini audit going concern. Variabel
ukuran perusahaan yang dilihat dari
total aset terbukti tidak berpengaruh
secara signifikan terhadap penerimaan
opini audit going concern.
Bersambung pada halaman berikutnya
41
Tabel 2.2 (Lanjutan)
No Judul dan Peneliti
(tahun) Metlit X1 X2 X3 Y Hasil Penelitian
10
Faktor-Faktor yang
Mempengaruhi
Penerimaan (Maydica Rossa Arsianto
dan Shiddiq Nur Rahardjo,
2013)
- Jenis Penelitian: Kuantitatif
- Sumber Data:
Data Sekunder
- Sampel:
Perusahaan manufaktur di
BEI 2008-2011
- Analisis:
Regresi Logistik
- Variabel lainnya:
Reputasi Auditor
Ukuran Perusahaan
√ √ √
Audit tenure, ukuran perusahaan dan
opini audit tahun sebelumnya
berpengaruh signifikan terhadap
penerimaan opini audit going
concern.
Bersambung pada halaman berikutnya
42
Tabel 2.2 (Lanjutan)
No Judul dan Peneliti
(tahun) Metlit X1 X2 X3 Y Hasil Penelitian
11
Pengaruh Reputasi
Auditor, Disclosure, Audit
Client Tenure pada
Kemungkinan
Pengungkapan Opini
Audit Going Concern
(Verdiana dan Utama,
2013)
- Jenis Penelitian: Kuantitatif
- Sumber Data:
Data Sekunder
- Sampel:
Perusahaan real estate dan
property di BEI 2009-2012
- Analisis:
Regresi Logistik
- Variabel lainnya:
Reputasi Auditor
√ √ √
Reputasi auditor tidak berpengaruh
signifikan pada pengungkapan opini
audit going concern. Disclosure
berpengaruh signifikan pada
pengungkapan opini audit going
concern. Audit client tenure tidak
mampu memoderasi hubungan antara
reputasi auditor dengan kemungkinan
pengungkapan opini audit going
concern. Audit client tenure mampu
memoderasi hubungan antara
disclosure dengan kemungkinan
pengungkapan opini audit going
concern namun memiliki hubungan
memperlemah.
Bersambung pada halaman berikutnya
43
Tabel 2.2 (Lanjutan)
No Judul dan Peneliti
(tahun) Metlit X1 X2 X3 Y Hasil Penelitian
12
Pendapat Going Concern:
Analisis Faktor-Faktor
yang Mempengaruhi pada
Perusahaan yang
Mengalami Financial
Distress
(Raisa Nanda Barlian,
Yona Perwitasari, Agung
Nur Probohudono, 2014)
- Jenis Penelitian: Kuantitatif
- Sumber Data:
Data Sekunder
- Sampel:
Perusahaan manufaktur di
BEI 2010-2013
- Analisis:
Regresi Logistik
- Variabel lainnya:
Kualitas Audit
Ukuran Perusahaan
Pertumbuhan Perusahaan
Debt to equity ratio
Penundaan RUPS
√
Kualitas audit, pertumbuhan
perusahaan, ukuran perusahaan, debt
to equity ratio, dan penundaan rapat
umum pemegang saham berpengaruh
terhadap kemungkinan penerimaan
pendapat audit
Bersambung pada halaman berikutnya
44
Tabel 2.2 (Lanjutan)
No Judul dan Peneliti
(tahun) Metlit X1 X2 X3 Y Hasil Penelitian
13
Opini Going Concern,
Tingkat Ketergantungan
Auditor pada Klien dan
Pergantian Auditor
(Ahmad Syaifuddin dan
Fitriyani, 2014)
- Jenis Penelitian: Kuantitatif
- Sumber Data:
Data Sekunder
- Sampel:
Perusahaan kesulitan
keuangan di BEI 2007-2012
- Analisis:
Regresi Probit
- Variabel lainnya:
Ukuran KAP
Return Saham
Ukuran Perusahaan
Audit Lag
Fee Audit
Prediksi Kebangkrutan
(Kondisi Keuangan)
Opinion Shopping
√ √ √
- Tingkat ketergantungan auditor pada
klien klien tidak berpengaruh
terhadap opini audit going concern.
- Opinion Shopping tidak
berpengaruh terhadap pergantian
auditor
- Kondisi keuangan, return saham,
audit lag, dan opini going concern
tahun sebelumnya berpengaruh
signifikan terhadap opini going
concern
Sumber: data sekunder yang diolah (2015)
45
C. Kerangka Berpikir
Selanjutnya akan ditampilkan kerangka pemikiran penelitian ini akan
ditunjukkan pada gambar 2.2:
2.2
Pengaruh Audit Tenure, Opini Audit Tahun Sebelumnya, dan
Disclosure terhadap Opini Audit Going Concern
Standar Profesional Akuntan Publik 2011
Perushaan Tambang dan Agriculture yang listing di BEI Tahun
2011- 2014
Audit Tenure (X1)
Knechel and Vanstraelen (2007)
Rossa dan Rahardjo (2013)
Opini Audit Sebelumnya (X2)
Kartika (2012)
Zulfikar dan Syafruddin (2013)
Disclosure (X3)
Ardiani et al. (2012)
Verdiana dan Utama (2013)
Opini Audit Going
Concern
Metode Analisis: Regresi Logistik
Hasil Pengujian dan Pembahasan
Kesimpulan dan Saran
46
D. Keterkaitan Antara Variabel dan Perumusan Hipotesis
1. Pengaruh audit tenure terhadap opini audit going concern
Menurut Carey dan Simnett (2006) dalam Zulfikar dan Syafruddin (2013)
dalam penelitiannya mengenai auditor tenure dan kualitas audit terhadap
perusahaan-perusahaan di Australia, menemukan bukti bahwa lama
hubungan auditor dengan klien dapat mempengaruhi kualitas audit. Pesan
pergantian Kantor Akuntan Publik (KAP) ini berawal dari kegagalan KAP
Arthur Anderson di Amerika Serikat tahun 2001, yang gagal
mempertahankan independensinya terhadap kliennya Enron, skandal ini
melahirkan The Sarbanes-Oxley Act (SOX) tahun 2002 (Suparlan dan
Andayani, 2010). Perikatan audit yang lama akan menjadikan auditor
kehilangan independensinya, sehingga kemungkinan untuk memberikan
opini audit going concern akan sulit (Ulya, 2012).
Menurut Januarti (2009) dalam Rossa dan Rahardjo (2013) semakin lama
hubungan klien dengan auditor dikhawatirkan akan mempengaruhi tingkat
indepedensi auditor dalam memberikan pendapatnya, sehingga kemungkinan
untuk memberikan opini audit going concern juga semakin kecil. Knechel dan
Vanstraelen (2007) menyatakan bahwa audit tenure memiliki pengaruh
negatif yang signifikan terhadap penerimaan opini audit going concern pada
perusahaan yang tidak bangkrut.
Penelitian Junaidi dan Hartono (2010) menyatakan bahwa audit tenure
memiliki pengaruh negatif yang signifikan terhadap pemberian opini audit
going concern. Begitupun dengan penelitian yang dilakukan oleh Rossa dan
47
Rahardjo (2013) yang juga menyatakan bahwa audit tenure berpengaruh
negatif signifikan terhadap pemeberian opini audit going concern.
H1: Audit tenure berpengaruh negatif terhadap penerimaan opini
audit going concern.
2. Pengaruh opini audit tahun sebelumnya terhadap opini audit going
concern
Perusahaan yang mendapatkan opini audit going concern akan berdampak
pada kemunduran harga saham, kesulitan dalam meningkatkan modal
pinjaman, ketidak percayaan investor, kreditor, pelanggan dan karyawan. oleh
karena itu perusahaan yang pada tahun sebelumnya telah menerima opini audit
going concern, berpotensi secara signifikan menerima kembali opini going
concern pada tahun sekarang (Zulfikar dan Syafruddin, 2013). Menurut Rossa
dan Rahardjo (2013), opini tahun sebelumnya dapat menjadi pertimbangan
yang penting bagi auditor untuk mengeluarkan kembali opini audit going
concern pada tahun beriktnya. Auditee yang menerima opini audit going
concern pada tahun sebelumnya akan dianggap memiliki masalah
kelangsungan hidupnya, sehingga semakin besar kemungkinan bagi auditor
untuk mengeluarkan opini audit going concern pada tahun berjalan
(Dewayanto, 2010).
Penelitian yang dilakukan oleh Dewayanto (2010) menunjukkan bahwa
opini audit tahun sebelumnya berpengaruh postif terhadap pemberian opini
audit tahun sebelumya. Dewayanto (2010) juga menyatakan bahwa Auditor
dalam memberikan opini audit going concern akan mempertimbangkan opini
48
audit going concern yang diterima perusahaan sebelumnya, mengingat untuk
memperbaiki kinerja perusahaan dibutuhkan waktu yang relatif lama. Hasil
penelitian ini juga konsisten dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh
Zulfikar dan Syafruddin (2013) yang menyatakan bahwa opini audit tahun
sebelumnya memiliki pengaruh positif yang signifikan terhadap opini audit
going concern.
H2: Opini audit tahun sebelumnya berpengaruh positif terhadap
penerimaan opini audit going concern.
3. Pengaruh disclosure terhadap opini audit going concern
Zulfikar dan Syafruddin (2013) menyatakan bahwa semakin luasnya
informasi yang diungkapkan oleh perusahaan yang mengalami kondisi
keuangan yang buruk, maka auditor akan lebih mudah dalam menemukan
bukti dalam menilai kelangsungan usaha perusahaan. Sebagaimana yang
diungkapkan oleh Ardiani et al. (2012) yang menyatakan bahwa adanya
disclosure dari perusahaan tentang keraguan atas going concern terlebih bila
disertai adanya rencana manajemen perusahaan untuk mengatasinya
menunjukkan adanya ketidakmampuan perusahaan untuk mempertahankan
kelangsungan hidupnya. Hal ini mengindikasikan adanya korelasi antara
disclosure dengan opini audit going concern.
Hal ini diperkuat dengan berbagai penelitian yang meneliti terkait dengan
disclosure. Penelitian yang telah dilakukan oleh Verdiana dan Utama (2013),
Zulfikar dan Syafruddin (2013), dan Junaidi dan Hartono (2010)
49
menyimpulkan bahwa disclosure berpengaruh postif signifikan terhadap
pemberian opini audit going concern.
H3: disclosure berpengaruh positif terhadap penerimaan opini audit
going concern
50
BAB III
Metodologi Penelitian
A. Ruang Lingkup Penelitian
Jenis penelitian ini adalah penelitian kausalitas yaitu penelitian yang
hendak meneliti pengaruh antara variabel independen terhadap variabel dependen.
variabel independen yang hendak diteliti adalah audit tenure, opini audit tahun
sebelumnya dan disclosure dengan variabel dependennya yaitu opini audit going
concern. Populasi penelitian ini adalah perusahaan tambang dan agriculture yang
terdaftar di BEI antara tahun 2011 hingga 2014 dan tidak mengalami delisting
selama periode penelitian.
B. Metode Penentuan Populasi dan Sampel
Populasi penelitian ini adalah perusahaan tambang dan agriculture yang
terdaftar di BEI antara tahun 2011 hingga 2014. Pengambilan data dari tahun
2011 sampai 2014 dikarenakan agar data yang dilihat lebih segar dan dapat
menjadi perwajahan dari hasil penelitian. Populasi perusahaan tambang dan
agriculture yang dipilih sebab Indonesia merupakan negara dengan kekayaan
alam yang melimpah dan juga Indonesia dilihat dunia karena sumber daya alam
tambangnya. Perusahaan tambang dan agriculture juga sangat dipengaruhi oleh
keadaan harga tambang internasional dan kebijakan pemerintah sehingga
mempengaruhi kelangsungan hidup suatu perusahaan.
Sampel penelitian ini diambil dengan metode purposive sampling dan
dikhususkan menggunakan dengan metode judgement sampling karena sampel
51
dipilih berdasarkan kriteria khusus yang disesuaikan dengan tujuan. Kriteria
pemilihan sampel penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Perusahaan tambang dan agriculture yang terdaftar di BEI antara tahun
2011 hingga 2014 yang tidak mengalami delisting.
2. Perusahaan tambang dan agriculture yang menerbitkan laporan auditor
independen bersamaan dengan laporan keuangan yang telah diaudit antara
tahun 2011 hingga 2014.
3. Mengalami laba bersih setelah pajak bernilai negatif paling tidak 2 periode
laporan keuangan saat pengamatan. Laba bersih negatif menggambarkan
trend kondisi keuangan perusahaan yang bermasalah. Keadaan ini
menimbulkan kesangsian auditor terkait dengan kemampuan perusahaan
dalam menjaga kelangsungan usahanya.
Perusahaan yang digunakan dalam penelitian ini adalah dari perusahaan
tambang dan agriculture. Perusahaan tambang yang tercatat di BEI adalah dalam
bidang coal mining, crude petroleum, & natural gas prod, metal & mineral
mining, land/stone quarrying sedangkan perusahaan pertanian terdiri dari crops,
plantation, animal husbandary, fishery, forestry.
C. Metode Pengumpulan Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder. Data ini
diambil dari data laporan keuangan perusahaan perusahaan tambang dan
agriculture. Data diambil dari Indonesian Capital Market Directory (ICMD) yang