Pengaruh Audit Tenure, Debt Default, Mekanisme Good Corporate Governance Terhadap Penerimaan Opini Audit Going Concern (Studi Empiris pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2010-2014). Frenky Hutasoit, Hj. Asmaul Husna, Jack Febriand Adel Fakultas Ekonomi Universitas Maritim Raja Ali Haji Tajungpinang, Kepulauan Riau Abstrak Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh audit tenure, debt default, mekanisme good corporate governance terhadap penerimaan opini audit going concern. Jenis data yang digunakan adalah data kuantitatif yang berupa laporan keuangan perusahaan manufaktur periode 2010-2014 yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Sumber data menggunakan data sekunder. Sampel menggunakan metode purposive sampling, dengan jumlah sampel 17 perusahaan. Teknik analisis data menggunakan analisis regresi logistik (logistic regression), dikarenakan variabel dependen menggunakan variabel dummy. Hasil penelitian ini menunjukkan audit tenure berpengaruh terhadap penerimaan opini audit going concern. Sedangkan debt default, good corporate governance tidak berpengaruh terhadap penerimaan opini audit going concern. Kata kunci: Audit tenure, debt default, good corporate governance, opini going concern. PENDAHULUAN Di Indonesia perkembangan entitas saat ini sangat pesat mulai dari entitas yang kecil sampai ke entitas yang besar, untuk itu perlu adanya pengendalian dari pihak manajemen untuk bisa bersaing demi keberlangsungan usahanya dimasa yang akan datang, serta untuk memberikan kepercayaan kepada pihak investor sebagai pemasuk
20
Embed
Pengaruh Audit Tenure, Debt Default, Mekanisme Good ...jurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-ec61c9cb232a... · Di Indonesia perkembangan entitas saat ini sangat pesat
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Pengaruh Audit Tenure, Debt Default, Mekanisme Good Corporate Governance
Terhadap Penerimaan Opini Audit Going Concern
(Studi Empiris pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek
Indonesia Periode 2010-2014).
Frenky Hutasoit, Hj. Asmaul Husna, Jack Febriand Adel
Fakultas Ekonomi Universitas Maritim Raja Ali Haji
Tajungpinang, Kepulauan Riau
Abstrak
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh audit tenure, debt
default, mekanisme good corporate governance terhadap penerimaan opini audit going
concern. Jenis data yang digunakan adalah data kuantitatif yang berupa laporan
keuangan perusahaan manufaktur periode 2010-2014 yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia. Sumber data menggunakan data sekunder. Sampel menggunakan metode
purposive sampling, dengan jumlah sampel 17 perusahaan. Teknik analisis data
menggunakan analisis regresi logistik (logistic regression), dikarenakan variabel
dependen menggunakan variabel dummy. Hasil penelitian ini menunjukkan audit tenure
berpengaruh terhadap penerimaan opini audit going concern. Sedangkan debt default,
good corporate governance tidak berpengaruh terhadap penerimaan opini audit going
concern.
Kata kunci: Audit tenure, debt default, good corporate governance, opini going
concern.
PENDAHULUAN
Di Indonesia perkembangan entitas saat ini sangat pesat mulai dari entitas yang
kecil sampai ke entitas yang besar, untuk itu perlu adanya pengendalian dari pihak
manajemen untuk bisa bersaing demi keberlangsungan usahanya dimasa yang akan
datang, serta untuk memberikan kepercayaan kepada pihak investor sebagai pemasuk
modal dan saham di perusahaan tersebut. Oleh karena itu pihak manajemen ditugaskan
untuk memaksimalkan kinerja dan juga mendapatkan laba demi menghindari resiko
kesulitan keuangan dan dapat mempertahankan hidupnya terus menerus serta menerima
pendapat audit non going concern yang diberikan oleh auditor. Untuk menanamkan
modal pastinya pihak investor akan memperhatikan laporan keuangan yang di sajikan
oleh perusahaan yang sudah di audit dan di berikan pendapat oleh pihak auditor. Peran
Auditor sangat berpengaruh terhadap laporan keuangan untuk menghindari kecurangan
dan penyajian laporan keuangan yang menyesatkan, sehingga dengan demikian para
pemakai laporan keuangan dan investor dapat mengambil keputusan dengan baik dan
benar.
Pemberian opini going concern oleh auditor juga tidak terlepas dari opini yang
diberikan dari opini tahun sebelumnya, karena kegiatan usaha pada suatu perusahaan
untuk tahun tertentu tidak terlepas dari keadaan yang terjadi dari tahun sebelumnya
(Tamba, 2009). O’Reilly dalam (Sari, 2012) meyatakan asumsi dasar bahwa opini audit
going concern haruslah berguna bagi investor sebagai sinyal negatif tentang
kelangsungan hidup perusahaan. Sebaliknya opini non going concern dianggap sebagai
sinyal positif bagi investor sebagai penanda bahwa perusahaan dalam kondisi yang baik.
Auditor yang baik dianggap memiliki kemampuan untuk menyediakan sinyal-sinyal
kepada pasar. Kemampuan menyediakan sinyal ini diperoleh dari kewenangan auditor
mengakses informasi perusahaan dan kemampuan auditor dalam menilai isu going
concern.
KAJIAN PUSTAKA
Teori Agensi
Menurut Jensen dan Meckling 1976 dalam menggambarkan adanya hubungan
kontrak antara agen (manajemen) dengan pemilik (principal). Agen diberi wewenang
oleh pemilik untuk melakukan operasional perusahaan, sehingga agen lebih banyak
mempunyai informasi dibandingkan pemilik. Berkaitan dengan auditing, baik principal
maupun agen diasumsikan sebagai orang yang memiliki rasionalitas ekonomi, dimana
setiap tindakan yang dilakukan termotivasi oleh kepentingan pribadi atau akan
memenuhi kepentingannya terlebih dahulu sebelum memenuhi kepentingan orang lain.
Teori keagenan mengatakan sulit untuk mempercayai bahwa manajemen (agent) akan
selalu bertindak berdasarkan kepentingan pemegang saham (principal), sehingga
diperlukan monitoring dari pemegang saham Copeland dan Weston (dalam Linoputri,
2010).
Dalam hal ini perlu adanya pihak ketiga yang independen untuk menjembatani
kepentingan antara agen dan principal. Auditor adalah pihak yang dianggap mampu
menejmbatani kepentingan principal dengan pihak agen dalam mengelola keuangan
perusahaan Setiawan (dalam Irfana, 2012). Auditor disini tugasnya adalalah melakukan
penilaian atas laporan keuangan yang dibuat agen yaitu dengan cara memberikan opini
audit dan mempertimbangkan kelangsungan hidup perusahaan (Irfana, 2012). Hubungan
antara teori agensi dengan penerimaan opini audit going concern dalam hal ini adalah
agent bertugas dalam menjalankan perusahaan dan menghasilkan laporan keuangan
sebagai bentuk dari pertanggung jawaban manajemen.
Opini Audit
Auditor akan bertanggung jawab apabila laporan audit yang diberikannya
tidaklah tepat (Herry, 2013). Opini Audit diberikan oleh auditor melalui beberapa tahap
audit sehingga auditor dapat memberikan simpulan atas opini yang harus diberikan atas
laporan keuangan yang diauditnya (Solikah, 2007). Auditor dapat memilih tipe pendapat
yang akan dinyatakan atas laporan keuangan auditan (Mulyadi, 2008), yaitu :
1. Pendapat Wajar tanpa Pengecualian
2. Pendapat Wajar Tanpa Pengecualian dengan Bahasa Penjelasan yang Ditambah
dalam laporan Audit Baku
3. Pendapat Wajar dengan Pengecualian
4. Pendapat tidak Wajar
5. Pernyataan Tidak Memberikan Pendapat
Going Concern
Going concern adalah kelangsungan hidup suatu badan usaha dan merupakan
asumsi dalam pelaporan keuangan suatu entitas sehingga jika suatu entitas mengalami
kondisi yang sebaliknya, entitas tersebut menjadi bermasalah. Dengan adanya going
concern maka suatu usaha dianggap akan mampu mempertahankan kegiatan usahanya
dalam jangka waktu panjang, tidak akan dilikuidasi dalam jangka waktu pendek
(Diyanti, 2010)
Audit Tenure
Audit tenure merupakan jangka waktu perikatan yang terjalin antara Kantor
Akuntansi Publik dengan auditee yang sama. Ketika auditor memiliki jangka waktu
hubungan yang lama dengan kliennya, hal ini akan mendorong pemahaman yang lebih
atas kondisi keuangan klien dan oleh karena itu mereka akan dapat mendeteksi masalah
going concern.
Debt Default
Debt default diasumsikan sebagai kegagalan perusahaan dalam membayar
hutang pokok dan bunganya pada waktu jatuh tempo
Kepemilikan Manajerial
Kepemilikan manajerial meliputi pemegang saham yang memiliki kedudukan
dalam perusahaan sebagai kreditur maupun sebagai dewan komisaris, atau bisa juga
dikatakan kepemilikan manajerial merupakan saham yang dimiliki manajer dan direktur
perusahaan.
Kepemilkan Institusional
Kepemilikan institusional memiliki kemampuan untuk mengendalikan pihak
manajemen melalui proses monitoring secara efektik sehingga dapat mengurangi
manajemen laba. Dengan adanya monitoring ini, pihak manajemen akan selalu berupaya
untuk mengawasi supaya tidak terjadi tindakan manipulasi. Jika manipulasi dalam suatu
perusahaan dapat diminimalisir, maka perusahaan akan bisa terhindar dari opini going
concern yang akan diberikan oleh auditor (Irfana, 2012).
Hipotesis
HI : Audit tenure berpengaruh terhadap penerimaan opini audit going concern
H2 : Debt default berpengaruh terhadap penerimaan opini audit
going concern.
H3 : Kepemilikan manajerial berpengaruh terhadap penerimaan opini audit going
concern.
H4 : Kepemilikan Intitusional berpengaruh terhadap penerimaan opini audit
going concern.
METEDOLOGI PENELITIAN
Objek dan Ruang Lingkup Penelitian
Objek dalam penelitian ini adalah perusahaan manufaktur yang terdaftar di
Bursa Efek Indonesia selama tahun 2010 – 2014.
Operasional Variabel Penelitian
1. Variabel Dependen
Dalam penelitian ini,yang menjadi variabel Dependenya adalah Opini Going
Concern. Variabel ini diukur dengan menggunakan variabel dummy. Untuk perusahaan
dengan opini going concern diberikan nilai 1 dan untuk perusahaan yang non going
concern diberikan nilai 0.
2. Variabel Independen
Terdapat empat variabel independen dalam penelitian ini yaitu:
1. Audit Tenure
Audit tenure diukur dengan menghitung jumlah tahun dimana KAP yang sama
telah melakukan perikatan audit terhadap auditee. Tahun perikatan pertama perikatan
dimulai dengan angka 1 dan ditambah dengan satu untuk tahun tahun berikutnya.
2. Debt default
Debt default diukur dengan menggunakan variabel Dummy yang di berikan score
1 dengan status Debt Default dan score 0 untuk status tidak debt default. Apakah
perusahaan debt default dan tidak debt default sebelum pengeluaran opini audit.
3. Kepemilikan Manajerial
Kepemilikan manajerial adalah jumlah kepemilikan saham oleh manajer,
direktur, dan komisaris dari seluruh modal saham perusahaan yang beredar.
Kepemilikan manajerial diukur dengan persentase jumlah saham dalam perusahaan yang
dimiliki manajer, direktur, dan komisaris dari seluruh modal saham yang beredar.
4. Kepemilkan Institusional
Kepemilikan institusional diukur dengan menggunakan persentase jumlah saham
yang dimiliki seluruh institusi pemegang saham perusahaan dari seluruh modal saham
yang beredar.
Teknik Penentuan Populasi dan Sampel
Populasi dari penelitian adalah perusahaan Manufaktur yang go public yang
terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) periode 2010 – 2014. Sampel adalah sebagian
data yang merupakan objek yang diambil dari populasi (Sunyoto, 2012). .Pemilihan
sampel dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode Purposive
Sampling yaitu sampel dipilih dengan pertimbangan kriteria - kriteria tertentu.
Perusahaan Manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia dalam periode penelitian
2010 – 2014.
1 Penyajian laporan keuangan dengan menggunakan kurs rupiah.
2 Perusahaan menerbitkan laporan keuangan lengkap sesuai dengan kurun waktu
penelitian 2010 – 2014.
3 Perusahaan mengungkapkan Tata Kelola Perusahaan dalam annual report, yaitu
Kepemilikan Manjerial.
4 Perusahaan mengungkapkan Tata Kelola Perusahaan dalam annual report, yaitu
Metode Analisis
Analisis data mempunyai tujuan untuk menyampaikan dan membatasi
penemuan-penemuan hingga menjadi data yang teratur. Regresi logistik adalah regresi
yang digunakan untuk menguji apakah probibalitas terjadinya variabel dependen dapat
diprediksi dengan variabel independen. Pada teknik analisis regresi logistik tidak
memerlukan lagi uji normalitas dan uji asumsi klasik pada variabel bebasnya (Ghozali,
2013). Model regresi logistik yang digunakan untuk menguji hipotesis adalah :