Top Banner
Jurnal Kebijakan Ekonomi Jurnal Kebijakan Ekonomi Volume 16 Issue 1 Article 5 2020 Pengaruh Asimetris Nilai Tukar terhadap Ekspor: Kasus Ekspor Pengaruh Asimetris Nilai Tukar terhadap Ekspor: Kasus Ekspor Industri Indonesia Tahun 2007-2016 Industri Indonesia Tahun 2007-2016 Welldy Welldy Kementerian Perindustrian, Jakarta Diah Widyawati Pascasarjana Ilmu Ekonomi, Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Indonesia Follow this and additional works at: https://scholarhub.ui.ac.id/jke Part of the Economics Commons, Public Affairs, Public Policy and Public Administration Commons, and the Urban Studies and Planning Commons Recommended Citation Recommended Citation Welldy, Welldy and Widyawati, Diah (2020) "Pengaruh Asimetris Nilai Tukar terhadap Ekspor: Kasus Ekspor Industri Indonesia Tahun 2007-2016," Jurnal Kebijakan Ekonomi: Vol. 16 : Iss. 1 , Article 5. Available at: https://scholarhub.ui.ac.id/jke/vol16/iss1/5 This Article is brought to you for free and open access by the Faculty of Economics & Business at UI Scholars Hub. It has been accepted for inclusion in Jurnal Kebijakan Ekonomi by an authorized editor of UI Scholars Hub.
24

Pengaruh Asimetris Nilai Tukar terhadap Ekspor: Kasus ...

Oct 16, 2021

Download

Documents

dariahiddleston
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: Pengaruh Asimetris Nilai Tukar terhadap Ekspor: Kasus ...

Jurnal Kebijakan Ekonomi Jurnal Kebijakan Ekonomi

Volume 16 Issue 1 Article 5

2020

Pengaruh Asimetris Nilai Tukar terhadap Ekspor: Kasus Ekspor Pengaruh Asimetris Nilai Tukar terhadap Ekspor: Kasus Ekspor

Industri Indonesia Tahun 2007-2016 Industri Indonesia Tahun 2007-2016

Welldy Welldy Kementerian Perindustrian, Jakarta

Diah Widyawati Pascasarjana Ilmu Ekonomi, Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Indonesia

Follow this and additional works at: https://scholarhub.ui.ac.id/jke

Part of the Economics Commons, Public Affairs, Public Policy and Public Administration Commons,

and the Urban Studies and Planning Commons

Recommended Citation Recommended Citation Welldy, Welldy and Widyawati, Diah (2020) "Pengaruh Asimetris Nilai Tukar terhadap Ekspor: Kasus Ekspor Industri Indonesia Tahun 2007-2016," Jurnal Kebijakan Ekonomi: Vol. 16 : Iss. 1 , Article 5. Available at: https://scholarhub.ui.ac.id/jke/vol16/iss1/5

This Article is brought to you for free and open access by the Faculty of Economics & Business at UI Scholars Hub. It has been accepted for inclusion in Jurnal Kebijakan Ekonomi by an authorized editor of UI Scholars Hub.

Page 2: Pengaruh Asimetris Nilai Tukar terhadap Ekspor: Kasus ...

1

Pengaruh Asimetris Nilai Tukar terhadap Ekspor: Kasus Ekspor Industri Indonesia Tahun

2007-2016

Welldy 1, Diah Widyawati

Kementerian Perindustrian, Jakarta

Pascasarjana Ilmu Ekonomi, Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Indonesia

Abstract

This study aims to see whether appreciation and depreciation have asymmetric impact on

Indonesia's industrial exports and which impact is greater. The researcher uses disaggregated

panel of Indonesian industrial product export HS Code 10 digit level with all partner country

of export. Acquired domestic appreciation has a negative impact and depreciation has a

positive impact on exports, where the impact is both asymmetric. The negative impact of

appreciation is greater than the positive impact of depreciation. While domestic appreciation,

export demand is more elastic due to competition in international markets which makes other

countries turn to domestic products in their destination countries or even import goods from

other countries and export supply less elastic or less elasticity due to avoiding risk due to

reduced export demand even though the price of imported goods is cheaper. Meanwhile, when

the depreciation due to competition in the international market resulted in an increase in

elasticity of export demand is smaller than when domestic appreciation occurs. In addition,

the export supply become more elastic as the industry sees imported goods becoming more

expensive which can increase production costs.

Key words:

Asymmetric, appreciation, depreciation, export, exchange rate, industry JEL Classification:

F1, F4

Abstrak

Penelitian ini bertujuan melihat apakah apresiasi dan depresiasi berdampak asimetris terhadap

ekspor industri Indonesia dan dampak manakah yang lebih besar. Peneliti menggunakan panel

disagregat ekspor produk industri Indonesia level kode HS 10 digit dengan seluruh negara

partner ekspor. Diperoleh apresiasi domestik berdampak negatif dan depresiasi berdampak

positif terhadap ekspor, dimana dampak keduanya asimetris. Dampak negatif apresiasi lebih

besar daripada dampak positif depresiasinya. Ketika apresiasi domestik permintaan ekspornya

lebih elastis karena adanya persaingan di pasar internasional yang membuat negara lain beralih

ke produk domestik di negara tujuan mereka atau bahkan mengimpor barang dari negara lain

dan penawarannya kurang elastis atau elastisitasnya lebih kecil karena upaya menghindari

risiko akibat permintaan ekspor yang berkurang meskipun harga barang impor lebih murah.

Sedangkan ketika depresiasi karena persaingan di pasar internasional mengakibatkan elastisitas

peningkatan permintaan ekspornya lebih kecil dibandingkan ketika terjadi apresiasi domestik.

Selain itu, penawaran ekspornya menjadi lebih elastis karena industri melihat barang impor

menjadi lebih mahal yang dapat meningkatkan biaya produksi.

Kata Kunci:

Asimetris, apresiasi, depresiasi, ekspor, nilai tukar, industry Klasifikasi JEL: F1, F4

PENDAHULUAN

Kontribusi industri pengolahan terhadap

total PDB (Produk Domestik Bruto) di

1 Alamat korespondensi: [email protected]

Indonesia seiring berjalannya waktu dari

tahun 2010 sampai dengan tahun 2017

cenderung menurun. Meskipun begitu,

sektor tersebut memiliki kontribusi terbesar

1

Welldy and Widyawati: Pengaruh Asimetris Nilai Tukar terhadap Ekspor: Kasus Ekspor Industri Indonesia Tahun 2007-2016

Published by UI Scholars Hub, 2020

Page 3: Pengaruh Asimetris Nilai Tukar terhadap Ekspor: Kasus ...

2

terhadap PDB dibandingkan sektor lainnya.

Oleh karenanya, sektor industri memegang

peranan penting terhadap pertumbuhan PDB

di Indonesia. Sedangkan ekspor di Indonesia

cenderung menurun dari tahun 2010 sampai

dengan tahun 2017 dengan kenaikan terjadi

pada tahun 2011 dan 2017.

Penelitian terkait banyak yang melihat

pengaruh signifikansi dari nilai tukar

terhadap ekspor dengan hasil yang

bervariasi. Sharma (2003), Kemal dan Qadir

(2005), Fang et al. (2006), Abidin et al

(2013), Cheung dan Sengupta (2013),

Karagoz (2016), Adam et al (2017) meneliti

bahwa nilai tukar berpengaruh negatif

terhadap ekspor. Beberapa penelitian Hooy

et al (2015), Caglayan dan Demir (2013)

menemukan bahwa nilai tukar berpengaruh

positif terhadap ekspor. Sedangkan Fountas

dan Aristotelous (2005), Fang dan Miller

(2007), Nyeadi et al. (2014) menemukan

bahwa nilai tukar dalam jangka panjang

tidak memiliki dampak terhadap ekspor.

Perbedaan tersebut tergantung dari kondisi

negara atau ekonomi negara yang dijadikan

objek penelitian dan periode waktu yang

digunakan.

Penelitian di atas mengasumsikan bahwa

dampak nilai tukar terhadap ekspor adalah

sama (simetris), baik ketika terjadi apresiasi

dan depresiasi. Sedangkan pada

kenyataannya apresiasi ataupun depresiasi

dapat memiliki dampak yang berbeda

(asimetris). Jika saat apresiasi sebesar x%

dalam nilai tukar ekspor akan berkurang

sebesar y%, maka saat terjadi depresiasi

nilai tukar sebesar x% peningkatan

ekspornya bisa tidak sama dengan y% atau

dampak dari apresaisi dan depresiasinya

asimetris.

Sama halnya dengan dampak nilai tukar

terhadap ekspor, hasil yang diperoleh dari

studi dampak asimetris nilai tukar terhadap

ekspor juga memiliki hasil yang berbeda.

Hal tersebut tergantung pada pilihan periode

atau waktu sampel, spesifikasi model,

bentuk perdagangan (bilateral negara

dengan negara, bilateral negara-kawasan,

Sumber : BPS (diolah)

Grafik 1. Distribusi PDB Menurut Lapangan Usaha Tahun 2010-2017

19

19.5

20

20.5

21

21.5

22

22.5

2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017

Industri Pengolahan

2

Jurnal Kebijakan Ekonomi, Vol. 16, Iss. 1 [2020], Art. 5

https://scholarhub.ui.ac.id/jke/vol16/iss1/5

Page 4: Pengaruh Asimetris Nilai Tukar terhadap Ekspor: Kasus ...

3

dll), serta negara-negara yang dijadikan

objek penelitian (negara maju, negara

berkembang atau negara tidak berkembang).

Seperti misalnya Arize et al (2017) meneliti

pengaruh apresiasi dan depresiasi nilai tukar

terhadap trade balance secara agregat di 8

negara, dimana apresiasi berdampak positif

di negara Cina, Israel, Korea, Pakistan,

Rusia, dan Singapura dan berdampak

negatif di negara Malaysia dan Filipina.

Sedangkan depresiasi berdampak positif

hanya di negara Korea, Pakistan, dan Rusia

dan berdampak negatif di negara Cina,

Singapura, Israel, Malaysia, dan Filipina.

Bahmani-Oskooee dan Baek (2016),

Bahmani-Oskooee dan Aftab (2017a),

Bahmani-Oskooee dan Aftab (2017d), dan

Bahmani-Oskooee dan Halcioglu (2017)

meneliti dampak asimetris apresiasi dan

depresiasi nilai tukar terhadap perdagangan

bilateral sektor industri di suatu negara.

Sedangkan Bahmani-Oskooee dan Aftab

(2017b) dan Bahmani-Oskooee dan Aftab

(2017c) meneliti perdagangan bilateral

sektor industri suatu negara dengan kawasan

perdagangan. Hasil yang diperoleh dari

keduanya adalah apresiasi dan depresiasi

nilai tukar memiliki tanda dan besaran

dampak yang berbeda terhadap trade

balance di setiap sektor industri, baik dalam

jangka pendek maupun jangka panjang.

Selain itu, faktor lain yang menyebabkan

studi-studi seperti di atas memiliki hasil

yang berbeda tergantung bagaimana reaksi

dan karakteristik eksportir dan importir di

suatu negara dalam melakukan

perdagangan. De Grauwe (1998) meneliti

bahwa dampak asimetris dapat disebabkan

oleh karakteristik trader apakah sangat risk

averse (menghindari risiko) atau sedikit risk

averse dalam melakukan perdagangannya.

Apabila risiko nilai tukar meningkat, maka

expected marginal utility pendapatan dari

ekspor untuk individu yang sangat risk

averse semakin meningkat. Akibatnya

mereka harus meningkatkan ekspornya

untuk menutupi kemungkinan kerugian

terhadap pendapatan ekspornya. Sedangkan

Sumber : BPS (diolah)

Grafik 2. Distribusi PDB Menurut Pengeluaran Tahun 2010-2017

0

5

10

15

20

25

30

2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017

Ekspor Barang dan Jasa

3

Welldy and Widyawati: Pengaruh Asimetris Nilai Tukar terhadap Ekspor: Kasus Ekspor Industri Indonesia Tahun 2007-2016

Published by UI Scholars Hub, 2020

Page 5: Pengaruh Asimetris Nilai Tukar terhadap Ekspor: Kasus ...

4

individu yang sedikit risk averse kurang

memperhatikan pengurangan pendapatan

dari ekspornya. Ketika mereka melihat

pengembalian dari ekspor sekarang menjadi

berkurang karena adanya risiko nilai tukar

yang meningkat, maka mereka memutuskan

untuk mengurangi ekspornya.

Perilaku dan karakter tersebut dapat

mempengaruhi penawaran dan permintaan

ekspor dan menyebabkan dampak yang

asimetris antara apresiasi dan depresiasi.

Misalkan apabila penawaran ekspor

berkurang dan sangat elastis dengan adanya

depresiasi, maka dapat membuat

peningkatan ekspornya menjadi lebih

berkurang daripada apresiasi. Apabila

permintaan ekspor di negara tujuan

meningkat dan sangat elastis saat depresiasi,

maka peningkatan ekspornya bisa menjadi

lebih besar daripada apresiasi

Meskipun begitu, penelitian yang sudah

dilakukan sebelumnya membahas tentang

dampak asimetris apresiasi dan depresiasi

terhadap ekspor suatu negara secara agregat

dan disagregat sektor komoditas atau sektor

industri di negara maju atau industri maju,

negara berkembang, negara tidak

berkembang, dan juga perdagangan bilateral

antara satu negara dengan masing-masing

negara partner utama ataupun bilateral

negara-kawasan. Hasil yang diperoleh dari

studi-studi tersebut juga berbeda tergantung

dari objek, waktu, dan metode yang

digunakan. Oleh karena itu, peneliti ingin

melakukan studi dengan melihat pengaruh

nilai tukar terhadap ekspor industri

Indonesia pada level yang lebih detail atau

rinci dengan menggunakan data disagregat

ekspor pada level kode HS 10 digit dan

dengan seluruh negara partner Indonesia

selama tahun 2007-2016.

Hipotesis penelitian ini adalah apresiasi nilai

tukar domestik memiliki dampak negatif

terhadap ekspor (apresiasi domestik < 0) dan

depresiasi nilai tukar domestik memiliki

dampak positif terhadap ekspor industri di

Indonesia (depresiasi domestik > 0). Selain

itu, hipotesis dampak yang ditimbulkan dari

apresiasi dan depresiasi terhadap ekspor

adalah asimetris dengan menggunakan

hipotesis H0: apresiasi domestik+depresiasi

domestik = 0 dan H1: apresiasi

domestik+depresiasi domestik 0.

Diperoleh apresiasi domestik berdampak

negatif dan depresiasi berdampak positif

terhadap ekspor, dimana dampak keduanya

asimetris. Dampak negatif apresiasi lebih

besar daripada dampak positif

depresiasinya. Ketika apresiasi domestik

permintaan ekspornya lebih elastis karena

adanya persaingan di pasar internasional

yang membuat negara lain beralih ke produk

domestik di negara tujuan mereka atau

bahkan mengimpor barang dari negara lain

dan penawarannya kurang elastis atau

elastisitasnya lebih kecil karena upaya

menghindari risiko akibat permintaan

ekspor yang berkurang meskipun harga

barang impor lebih murah. Sedangkan

ketika depresiasi karena persaingan di pasar

internasional mengakibatkan elastisitas

peningkatan permintaan ekspornya lebih

kecil dibandingkan ketika terjadi apresiasi

domestik. Selain itu, penawaran ekspornya

menjadi lebih elastis karena industri melihat

4

Jurnal Kebijakan Ekonomi, Vol. 16, Iss. 1 [2020], Art. 5

https://scholarhub.ui.ac.id/jke/vol16/iss1/5

Page 6: Pengaruh Asimetris Nilai Tukar terhadap Ekspor: Kasus ...

5

barang impor menjadi lebih mahal yang

dapat meningkatkan biaya produksi.

TINJAUAN TEORETIS

Perdagangan dapat menjadi kekuatan utama

dalam hubungan ekonomi antar negara dan

dengan adanya perdagangan internasional

terjadi pertukaran komoditi antar negara.

Apabila perdagangan tersebut tidak ada,

maka masing-masing negara harus

mengkonsumsi hasil produksinya sendiri.

Perdagangan dapat memberikan keuntungan

bagi masing-masing negara yang

melakukannya karena perdagangan akan

mendorong spesialisasi produksi pada

komoditi tertentu yang memiliki

keunggulan komparatif, sehingga negara

yang bersangkutan dapat memusatkan

rosorces-nya pada sektor tersebut dan

mengekspor sebagian outputnya untuk

memperoleh keuntungan dari komoditi lain

yang keunggulan komparatifnya tidak ia

kuasai. Pada dasarnya beberapa faktor yang

mendorong timbulnya perdagangan

internasional suatu negara dari negara lain

bersumber dari keinginan memperluas

pasaran komoditi ekspor, memperbesar

penerimaan devisa untuk kegiatan

pembangunan, perbedaan penawaran dan

permintaan antar negara, dan adanya

perbedaan biaya relatif dalam menghasilkan

komoditi tertentu.

Mekanisme perdagangan internasional

antara dua negara atau lebih dapat terjadi

seperti gambar 1. Suatu negara, misalnya

Indonesia akan mengekspor suatu komoditi

ke negara lain. Misalkan harga domestik di

Indonesia adalah PI dan harga domestik di

negara lain adalah PU. Harga yang terjadi di

Indonesia lebih rendah karena produksi

domestiknya lebih besar daripada konsumsi

domestiknya, sehingga di Indonesia terjadi

excess supply (kelebihan produksi). Dengan

demikian, Indonesia memiliki peluang

untuk menjual kelebihan produksinya ke

negara lain. Di negara lain terjadi

kekurangan supply karena konsumsi

domestiknya lebih besar daripada produksi

domestiknya (excess demand), sehingga

harga yang terjadi di negara lain lebih tinggi.

Akibatnya negara lain tersebut berkeinginan

untuk membeli produk dari Indonesia

dengan harga yang relatif lebih murah.

Gambar 1 memperlihatkan sebelum

terjadinya perdagangan internasional harga

di Indonesia sebesar PI, sedangkan di negara

lain sebesar PU. Penawaran di pasar

internasional akan terjadi jika harga

internasional lebih tinggi dari PI, sedangkan

permintaan di pasar internasional akan

terjadi jika harga internasional lebih rendah

dari PU. Pada saat harga internasional sama

dengan PI atau PU maka tidak terjadi

perdagangan antar negara. Apabila harga

internasional lebih besar dari PI maka terjadi

excess supply (ES) di Indonesia dan apabila

harga internasional lebih rendah dai PU

maka terjadi excess demand (ED) di negara

lain. Dengan demikian, dari keseimbangan

supply dan demand Indonesia dan negara

lain akan terbentuk kurva ES dan ED di

pasar internasional, dimana perpotongan

antara keduanya akan menentukan harga

yang terjadi di pasar internasional, yaitu

sebesar P.

5

Welldy and Widyawati: Pengaruh Asimetris Nilai Tukar terhadap Ekspor: Kasus Ekspor Industri Indonesia Tahun 2007-2016

Published by UI Scholars Hub, 2020

Page 7: Pengaruh Asimetris Nilai Tukar terhadap Ekspor: Kasus ...

6

Dalam melakukan perdagangan

internasional suatu negara dengan negara

lain terdapat nilai tukar atau exchange rate

yang menunjukkan tingkat harga yang

disepakati dalam melakukan pembayaran

antara kedua negara tersebut. Nilai tukar

tersebut biasanya diterbitkan berupa nilai

tukar nominal, yaitu tingkat harga relatif

antara mata uang kedua negara. Misalkan

nilai tukar antara Rupiah dengan USD

adalah 13700 Rupiah per US Dollar, berarti

bahwa kita dapat memiliki 1 USD dengan

membayar 13700 Rupiah mata uang kita.

Dapat dikatakan juga 1 Rupiah yang kita

miliki dapat ditukarkan dengan 1/13700 US

Dollar (0,0000729927 US Dollar).

Begitupun sebaliknya, orang asing akan

mendapatkan 13700 Rupiah dari setiap 1

USD yang dikeluarkannya atau

mendapatkan 1 Rupiah dari 0,0000729927

US Dollar yang ditukarkannya.

Adanya kenaikan atau penguatan dalam

nilai tukar mata uang domestik terhadap

mata uang negara lain disebut apresiasi, dan

sebaliknya penurunan atau pelemahan

disebut juga depresiasi. Apresiasi mata uang

domestik menunjukkan daya belinya

terhadap mata uang luar negeri meningkat,

dan sebaliknya. Jadi, apabila terjadi

apresiasi mata uang domestik, maka

katakanlah nilai tukar Rupiah dengan US

Dollar mengalami penguatan dari 1 Rupiah

per 0,0000729927 per USD menjadi 1

Rupiah per 0,00008 USD atau 1 USD per

12500 Rupiah. Begitupun jika terjadi

depresiasi, katakanlah nilai tukar Rupiah

dengan US Dollar mengalami pelemahan

dari 1 Rupiah per 0,0000729927 per USD

menjadi 1 Rupiah per 0,00007 per USD atau

1 USD per 14285 Rupiah.

Dalam melakukan perdagangan antara

barang domestik dengan luar negeri

tergantung dari harga barang domestik

tersebut dalam mata uang domestik dan pada

nilai tukar yang berlaku. Saat apresiasi atau

nilai tukar Rupiah terhadap USD meningkat,

katakanlah seperti contoh di atas 1 Rupiah

per 0,00008 USD atau 1 USD per 12500

Rupiah. Barang-barang domestik (dalam

harga Rupiah) dapat dibeli dengan nilai

USD yang semakin besar dibandingkan

sebelumnya. Akibatnya, orang asing akan

melihat harga barang domestik di negara

kita menjadi relatif lebih mahal dari barang

di negaranya atau dapat menyebabkan

ekspor negara kita menjadi berkurang.

Begitupun, penduduk domestik melihat

harga barang-barang di luar negeri menjadi

relatif lebih murah dibandingkan harga

barang domestik karena barang luar negeri

dapat dibeli dengan menukarkan lebih

sedikit nilai Rupiah-nya dibandingkan

sebelumnya. Akibatnya, penduduk domestik

akan melihat harga barang luar negeri

menjadi relatif lebih murah daripada barang

di negaranya sendiri. Kondisi tersebut dapat

menyebabkan impor kita menjadi lebih

tinggi. Kondisi sebaliknya terjadi apabila

Rupiah mengalami depresiasi terhadap US

Dollar.

Dampak Apresiasi Mata Uang Rupiah-

US Dollar terhadap Ekspor

Misalkan P1 adalah harga ekspor yang

diterapkan negara Indonesia terhadap

negara tujuan. Kurva permintaan dan

6

Jurnal Kebijakan Ekonomi, Vol. 16, Iss. 1 [2020], Art. 5

https://scholarhub.ui.ac.id/jke/vol16/iss1/5

Page 8: Pengaruh Asimetris Nilai Tukar terhadap Ekspor: Kasus ...

7

penawaran ekspor negara Indonesia adalah

D1 dan S1. Kurva permintaan dan

penawaran ekspor negara tujuan adalah D2

dan S2. Saat terjadi apresiasi mata uang

domestik, harga barang Indonesia (dalam

US Dollar) di luar negeri menjadi lebih

mahal dibandingkan sebelumnya, sehingga

permintaan ekspor dari negara tujuan

berkurang (garis D2 bergeser ke kiri dari D2

menjadi D2*). Hal tersebut mengakibatkan

jumlah permintaan ekspor di negara tujuan

berkurang dari QD2 menjadi QD2*. Oleh

karenanya, terjadi penurunan ED sebesar

EDapr.

Di sisi lain, harga barang di luar negeri

relatif lebih murah. Karena industri

Indonesia lebih banyak mengimpor bahan

baku untuk produksi industri, maka

eksportir lokal merespon apresiasi tersebut

dengan meningkatkan penawaran (garis S1

bergeser ke kanan dari S1 menjadi S1*). Hal

tersebut mengakibatkan jumlah penawaran

ekspor domestik meningkat dari QS1

menjadi QS1*. Oleh karenanya, terjadi

peningkatan ES sebesar ESapr. Dan secara

keseluruhan ekspor Indonesia berkurang

dari QDw menjadi QDw* seperti yang

ditunjukkan pada gambar 2.

Dampak Depresiasi Mata Uang Rupiah-

US Dollar terhadap Ekspor

Saat terjadi depresiasi mata uang domestik,

harga barang Indonesia (dalam US Dollar)

di luar negeri menjadi lebih murah

dibandingkan sebelumnya, sehingga

permintaan ekspor dari negara tujuan

meningkat (garis D2 bergeser ke kanan dari

D2 menjadi D2*). Hal tersebut

mengakibatkan jumlah permintaan ekspor di

negara tujuan meningkat dari QD2 menjadi

QD2*. Oleh karenanya, terjadi peningkatan

ED sebesar EDdepr.

Di sisi lain, harga barang di luar negeri

relatif lebih mahal dan karena industri

Indonesia mengimpor bahan baku, maka

eksportir lokal merespon depresiasi tersebut

dengan mengurangi penawaran (garis S1

bergeser ke kiri dari S1 menjadi S1*). Hal

tersebut mengakibatkan jumlah penawaran

ekspor domestik berkurang dari QS1

menjadi QS1*. Apabila Oleh karenanya,

terjadi penurunan ES sebesar ESdepr. Dan

secara keseluruhan ekspor Indonesia

meningkat dari QDw menjadi QDw* seperti

yang ditunjukkan pada gambar 3.

Dampak Asimetris Nilai Tukar terhadap

Ekspor

Kedua gambar sebelumnya menunjukkan

bahwa peningkatan dan penurunan ekspor

simetris atau sama ketika terjadi apresiasi

dan depresiasi domestik. Apabila elastisitas

penawaran dan permintaan ekspor saat

apresiasi dan depresiasi di domestik dan

negara tujuan berbeda mengakibatkan

dampak tersebut juga berbeda atau asimetris

terhadap ekspor. Misalkan ketika depresiasi

Rupiah-US Dollar penawaran ekspor lebih

elastis (karena biaya produksi akibat impor

meningkat) dibandingkan saat apresiasi

(ES depresiasi > ES apresiasi), maka

dapat menyebabkan ES depresiasi > ES

apresiasi. Apabila misalkan elastisitas

permintaan ekspornya di negara tujuan sama

ketika terjadi apresiasi dan depresiasi

7

Welldy and Widyawati: Pengaruh Asimetris Nilai Tukar terhadap Ekspor: Kasus Ekspor Industri Indonesia Tahun 2007-2016

Published by UI Scholars Hub, 2020

Page 9: Pengaruh Asimetris Nilai Tukar terhadap Ekspor: Kasus ...

8

domestik, maka ketika depresiasi

peningkatan jumlah ekspornya menjadi

lebih kecil dibandingkan ketika apresiasi,

yang menurunkan ekspornya jauh lebih

besar. Secara garis besar dampaknya dapat

dilihat pada gambar 4.

Meskipun begitu, dampak asimetris yang

ditimbulkan tetap harus melihat dari sisi

permintaan ekspornya. Apabila elastisitas

permintaan ekspornya di negara tujuan juga

berbeda ketika apresiasi dan depresiasi

domestik, maka jumlah ekspornya pun dapat

memiliki hasil yang berbeda. Untuk

mempermudah dalam melihat dampaknya

asimetris atau tidak, cukup dengan melihat

dari salah satu sisi saja (misalkan dari

penawaran ekspor domestik).

TINJAUAN EMPIRIS

Beberapa studi telah meneliti tentang

dampak asimetris apresiasi dan depresiasi

nilai tukar terhadap ekspor. Bahmani-

Oskooee dan Baek (2016) meneliti dampak

asimetris apresiasi dan depresiasi nilai tukar

terhadap trade balance bilateral Korea

dengan US di 79 sektor industri level 3 digit

pada tahun 1989-2014. Hasil yang diperoleh

adalah apresiasi dan depresiasi nilai tukar

memiliki besaran dan dampak yang berbeda

terhadap trade balance di setiap sektor.

Dalam jangka pendek dampak asimetris

apresiasi dan depresiasi hanya signifikan di

21 sektor industri dan dalam jangka panjang

signifikan pada 42 sektor industri. Dia juga

membuktikan bahwa apresiasi dan

depresiasi lebih berdampak signifikan

terhadap perdagangan dibandingkan dengan

penggunaan model nilai tukar yang simetris.

Arize et al (2017) meneliti pengaruh

apresiasi dan depresiasi nilai tukar terhadap

trade balance secara agregat di masing-

masing negara Rusia, Cina, Singapura,

Israel, Pakistan, Korea, Malaysia, dan

Filipina tahun 1980-2013. Dalam jangka

panjang trade balance di semua negara

dipengaruhi oleh apresiasi dan depresiasi

dan dampaknya asimetris. Apresiasi

berdampak positif di negara Cina, Israel,

Korea, Pakistan, Rusia, dan Singapura dan

berdampak negatif di negara Malaysia dan

Filipina. Sedangkan depresiasi berdampak

positif hanya di negara Korea, Pakistan, dan

Rusia dan berdampak negatif di negara

Cina, Singapura, Israel, Malaysia, dan

Filipina.

Bahmani-Oskooee dan Aftab (2017a)

meneliti dampak asimetris nilai tukar

terhadap trade balance bilateral Malaysia-

Cina pada 59 sektor industri tahun 2001-

2015. Dia membuktikan bahwa dengan

menggunakan model non linear hampir

sepertiga sektor industri terpengaruh dengan

depresiasi ringgit terhadap yuan, dengan

hasil yang asimetris. Sektor industri

terbesar, yang menyumbang lebih dari 25%

perdagangan, mendapat keuntungan dari

depresiasi tersebut dan tidak merasakan

dampak oleh adanya apresiasi. Dia

membuktikan penelitian sebelumnya yang

bias karena menggunakan agregasi trade

balance dan tidak menemukan hubungan

jangka panjang yang signifikan.

Bahmani-Oskooee dan Aftab (2017b)

menggunakan model non linear dengan

membedakan dampak antara apresiasi dan

depresiasi nilai tukar terhadap trade balance

8

Jurnal Kebijakan Ekonomi, Vol. 16, Iss. 1 [2020], Art. 5

https://scholarhub.ui.ac.id/jke/vol16/iss1/5

Page 10: Pengaruh Asimetris Nilai Tukar terhadap Ekspor: Kasus ...

9

bilateral Malaysia-Uni Eropa di 63 sektor

industri tahun 2000-2013 untuk

membuktikan fenomena kurva-J ketika

terjadi depresiasi. Hasil yang didapatkan

adalah perubahan nilai tukar (apresiasi dan

depresiasi) memiliki dampak jangka pendek

yang signifikan dan asimetris terhadap trade

balance hampir di seluruh sektor industri.

Lebih lanjut mereka juga menemukan

pembuktian dari adanya fenomena kurva-J

pada beberapa sektor industri, yaitu dengan

adanya depresiasi nilai tukar trade balance

berkurang dalam jangka pendek, tetapi akan

meningkat dalam jangka panjang.

Bahmani-Oskooee dan Aftab (2017c)

meneliti dampak apresiasi dan depresiasi

nilai tukar terhadap bilateral ekspor dan

impor sektor industri di Malaysia dengan

Uni Eropa tahun 2000-2013. Sektor industri

untuk ekspor terdiri dari 81 sektor dan dan

66 sektor untuk impor. Hasil yang diperoleh

adalah dalam jangka panjang apresiasi atau

depresiasi hanya berpengaruh signifikan

pada 36 sektor ekspor industri dan 25 sektor

impor industri dan trade flow-nya memiliki

reaksi yang berbeda (asimetris) terhadap

apresiasi dan depresiasi.

Selanjutnya, Bahmani-Oskooee dan Aftab

(2017d) meneliti dampak apresiasi dan

depresiasi nilai tukar terhadap bilateral

ekspor dan impor sektor industri di Malaysia

dengan US tahun 2001-2015. Sektor industri

untuk ekspor terdiri dari 54 sektor dan 63

sektor untuk impor. Hasil yang diperoleh

adalah dalam jangka pendek dan jangka

panjang apresiasi dan depresiasi memiliki

dampak yang signifikan dan asimetris

terhadap sepertiga dari sektor (ekspor dan

impor) industri di Malaysia dengan besaran

dan tanda yang berbeda pada masing-

masing sektor. Dia berpendapat bahwa

dampak asimetris dapat dikarenakan

perubahan ekspektasi traders, dimana

traders memilih untuk mengurangi

perdagangannya ketika ketidakpastian

karena perubahan nilai tukar meningkat

sampai dengan perubahan nilai tukar

menjadi lebih stabil.

Bahmani-Oskooee dan Halcioglu (2017)

meneliti agregat perdagangan bilateral Turki

dengan masing-masing negara partner

utama (Kanada, Denmark, Perancis, Jerman,

Italia, Jepang, dan Belanda, Portugal,

Spanyol, Inggris, dan US) pada tahun 1980-

2014. Dia kemudian memisahkan dampak

apresiasi dan depresiasi nilai tukar dan

mendapatkan bahwa depresiasi memberikan

dampak positif terhadap trade balance Turki

dengan negara Perancis, Jerman, Italia,

Portugal, dan Inggris. Sedangkan

apresiasinya tidak signifikan terhadap trade

balance-nya.

Studi sebelumnya tentang dampak asimetris

nilai tukar terhadap ekspor dilakukan di

beberapa negara maju atau industri maju,

negara berkembang, negara tidak

berkembang, dan juga perdagangan bilateral

antara satu negara dengan masing-masing

negara partner utama ataupun bilateral-

kawasan serta menggunakan data agregat

ataupun disagregat sektor komoditas atau

sektor industri. Hal tersebut dapat

menghilangkan informasi tentang

karakteristik masing-masing barang yang

diekspor secara detail, begitupun dengan

karakteristik atau perilaku serta kondisi

9

Welldy and Widyawati: Pengaruh Asimetris Nilai Tukar terhadap Ekspor: Kasus Ekspor Industri Indonesia Tahun 2007-2016

Published by UI Scholars Hub, 2020

Page 11: Pengaruh Asimetris Nilai Tukar terhadap Ekspor: Kasus ...

10

perekonomian seluruh negara partner-nya.

Oleh karena itu, peneliti ingin melakukan

studi tentang pengaruh nilai tukar terhadap

ekspor industri Indonesia dengan seluruh

negara partner Indonesia selama tahun

2007-2016 menggunakan data disagregat

pada level kode HS 10 digit.

Disini peneliti ingin meneliti pengaruh

apresiasi dan depresiasi terhadap ekspor

industri di Indonesia dan apakah keduanya

memiliki dampak asimetris terhadap ekspor

industri di Indonesia. Kemudian melihat

dampak tersebut manakah yang lebih besar

antara apresiasi dan depresiasi terhadap

ekspor.

SUMBER DATA

Data yang digunakan dalam penelitian ini

adalah data ekspor dan impor industri dari

Indonesia ke seluruh negara tujuan, nilai

tukar Indonesia dengan mata uang US

Dollar, nilai tukar negara tujuan ekspor

dengan mata uang US Dollar, Gross

Domestic Product (GDP) atau Produk

Domestik Bruto (PDB) seluruh negara

tujuan ekspor, inflasi pada negara tujuan

ekspor, populasi negara tujuan ekspor, dan

jarak antara Indonesia dengan negara tujuan

ekspor.

Data ekspor dan impor industri diperoleh

dari Badan Pusat Statistik (BPS) yang mana

merupakan data disagregat ekspor dan

impor industri bulanan dari tahun 2007

sampai tahun 2016 dengan kode HS level 10

digit. Data nilai tukar Indonesia dan negara

tujuan ekspor terhadap US Dollar diperoleh

dari International Monetary Fund (IMF)

yang merupakan rata-rata bulanan nilai

tukar tahun 2007 sampai dengan tahun 2016.

PDB tahunan negara tujuan ekspor

diperoleh dari World Integrated Trade

Solution (WITS). Inflasi negara tujuan dan

populasi negara tujuan ekspor diperoleh dari

World Bank dan jarak Indonesia dengan

negara tujuan ekspor diperoleh dari CEPII

database.

MODEL PENELITIAN

Variabel utama yang akan dianalisis dan

dilihat pengaruhnya terhadap ekspor adalah

nilai tukar Rupiah dengan US Dollar ketika

terjadi apresiasi dan depresiasi. Apresiasi

dan depresiasi diperoleh dengan

mengadopsi metode yang digunakan oleh

Bahmani-Oskooee dan Baek (2016) dan

Bahmani-Oskooee dan Aftab (2017a,

2017c), yaitu:

Aprt (Deprt) adalah apresiasi (depresiasi)

mata uang Indonesia-US Dollar pada waktu

ke-t, dimana merupakan jumlah parsial

ketika terjadi perubahan positif (negatif)

dari nilai tukar antara tahun ke-t dengan

tahun sebelumnya. Dikarenakan dalam

memproduksi sektor industri membutuhkan

waktu untuk proses, stok barang, logistik

dan lain-lain, maka apresiasi dan depresiasi

nilai tukar yang dilihat adalah apresiasi dan

depresiasi pada bulan sebelumnya atau t-1.

π΄π‘π‘Ÿπ‘‘ = βˆ‘ βˆ†πΏπ‘›πΈπ‘…+𝑑𝑗=1 = βˆ‘ π‘šπ‘Žπ‘₯(βˆ†πΏπ‘›πΈπ‘…π‘‘

𝑗=1 , 0)……………….… (1)

π·π‘’π‘π‘Ÿπ‘‘ = βˆ‘ βˆ†πΏπ‘›πΈπ‘…βˆ’π‘‘π‘—=1 = βˆ‘ π‘šπ‘–π‘›(βˆ†πΏπ‘›πΈπ‘…π‘‘

𝑗=1 , 0)………………… (2)

10

Jurnal Kebijakan Ekonomi, Vol. 16, Iss. 1 [2020], Art. 5

https://scholarhub.ui.ac.id/jke/vol16/iss1/5

Page 12: Pengaruh Asimetris Nilai Tukar terhadap Ekspor: Kasus ...

11

Disini apresiasi dan depresiasi yang

diperhitungkan selain apresiasi dan

depresiasi mata uang Rupiah-US Dollar

adalah apresiasi dan depresiasi mata uang

negara tujuan ekspor terhadap US Dollar.

Hal ini dikarenakan dalam melakukan

transaksi perdagangan, baik di Indonesia

ataupun di negara tujuan ekspor, mata uang

yang digunakan adalah US Dollar.

Indonesia menerima US Dollar sebagai hasil

dari penjualan ekspor barangnya, sedangkan

negara tujuan membeli barang dan

membayarnya dalam mata uang US Dollar.

Sehingga yang mempengaruhi transaksi

perdagangan (ekspor) adalah mata uang

Rupiah dengan US Dollar dan mata uang

masing-masing negara tujuan dengan US

Dollar. Perhitungan untuk apresiasi dan

depresiasi negara tujuan hampir sama

dengan persamaan (1) dan (2) di atas, yaitu:

Variabel kontrol adalah impor komoditas

industri di Indonesia, yaitu total impor

bulanan pada level HS 2 digit. Misalkan

untuk ekspor produk HS 10 digit tertentu

dipengaruhi oleh impor komoditasnya pada

level HS 2 digit. Hal tersebut dikarenakan

sektor industri di Indonesia masih

mengandalkan impor bahan baku dan

penolong untuk memproduksi yang dapat

ditunjukkan melalui grafik impor bahan

baku dan penolong tersebut.

Impor bahan baku dan penolong untuk

sektor industri dari tahun ke tahun

menunjukkan kecenderungan meningkat.

Secara rata-rata dari tahun 1989 s.d. 2016

impor bahan baku dan penolong mencapai

74% dibandingkan dengan impor barang

modal 19% dan barang konsumsi 7%. Hal

tersebut menunjukkan bahwa sektor industri

di Indonesia memang sangat tergantung

kepada impor bahan baku dan penolong

dalam memproduksi. Semakin besar impor

industri di Indonesia semakin besar

kemampuan industri lokal dalam

memproduksi dan mengekspor.

GDP negara tujuan ekspor menunjukkan

kemampuan negara tujuan dalam

mengimpor barang-barang dari Indonesia.

Semakin besar GDP negara tujuan semakin

meningkat juga daya beli impornya,

π΄π‘π‘Ÿπ‘—,𝑑 = βˆ‘ βˆ†πΏπ‘›πΈπ‘…π‘—+𝑑

𝑗=1 = βˆ‘ π‘šπ‘Žπ‘₯(βˆ†πΏπ‘›πΈπ‘…π‘—π‘‘π‘—=1 , 0)……… (3)

π·π‘’π‘π‘Ÿπ‘—,𝑑 = βˆ‘ βˆ†πΏπ‘›πΈπ‘…π‘—βˆ’π‘‘

𝑗=1 = βˆ‘ π‘šπ‘–π‘›(βˆ†πΏπ‘›πΈπ‘…π‘—π‘‘π‘—=1 , 0) ….… (4)

11

Welldy and Widyawati: Pengaruh Asimetris Nilai Tukar terhadap Ekspor: Kasus Ekspor Industri Indonesia Tahun 2007-2016

Published by UI Scholars Hub, 2020

Page 13: Pengaruh Asimetris Nilai Tukar terhadap Ekspor: Kasus ...

12

sehingga ekspor Indonesia menjadi

meningkat. Populasi negara tujuan yang

semakin meningkat dapat menyebabkan

permintaan atau konsumsi di negara tujuan

ikut meningkat. Inflasi menunjukkan

perubahan kenaikan harga barang yang

terjadi di suatu negara. Semakin meningkat

inflasi di negara tujuan membuat harga-

harga barang di negara tujuan menjadi

semakin mahal, sehingga permintaannya

impornya atau ekspor Indonesia meningkat.

Sedangkan jarak menentukan biaya atau

cost yang berdampak pada harga barang.

Semakin jauh jarak Indonesia dengan negara

tujuan, maka harga barang juga semakin

mahal karena biaya transportasi yang

semakin mahal. Akibatnya permintaan

ekspor dapat berkurang. Untuk variabel

waktu merupakan proxy dari harga relatif

barang domestik terhadap barang luar negeri

yang semakin lama semakin meningkat.

Variabel kontrol dalam model penelitian,

seperti GDP, inflasi, dan populasi yang

digunakan diambil dari sisi negara tujuan,

karena dari sisi domestik variabel tersebut

tidak memiliki cukup variasi. Secara ringkas

model penelitian yang digunakan adalah

model panel ekspor dengan mengadopsi

model gravitasi Dell’Ariccia (1999), Abidin

et al. (2013), dan Karagoz (2016) sebagai

berikut:

dimana:

Xi,j,t = ekspor dengan kode HS i ke

negara tujuan j pada bulan ke-t;

Mt = impor komoditas industri

Indonesia pada bulan ke-t;

APRINDt-1 = apresiasi Rupiah terhadap

US Dollar pada bulan ke-t-1;

DEPRINDt-1 = depresiasi Rupiah terhadap

US Dollar pada bulan ke-t-1;

APRNGRj,t = apresiasi mata uang negara

tujuan terhadap US Dollar pada bulan ke-t;

𝑙𝑛𝑋𝑖,𝑗,𝑑=𝛼0+𝛼1𝑙𝑛𝑀𝑑+𝛼2π΄π‘ƒπ‘…πΌπ‘π·π‘‘βˆ’1+𝛼3π·πΈπ‘ƒπ‘…πΌπ‘π·π‘‘βˆ’1+𝛼4𝐴𝑃𝑅𝑁𝐺𝑅𝑗,𝑑+

𝛼5𝐷𝐸𝑃𝑅𝑁𝐺𝑅𝑗,𝑑+𝛼6𝑙𝑛𝐺𝐷𝑃𝑗,𝑑+𝛼7𝐼𝑁𝐹𝑁𝐺𝑅𝑗,𝑑+𝛼8π‘™π‘›π‘ƒπ‘‚π‘ƒπ‘ˆπΏπ‘—,𝑑+𝛼9𝐷𝐼𝑆𝑇𝑗+𝑇+

πœ€π‘–,𝑗,𝑑…..(5)

Sumber : BPS (diolah)

Grafik 3. Impor bahan baku dan penolong, barang modal, dan komsumi (juta USD)

0.00

50 000.00

100 000.00

150 000.00

200 000.00

250 000.00

198

9

199

0

199

1

199

2

199

3

199

4

199

5

199

6

199

7

199

8

199

9

200

0

200

1

200

2

200

3

200

4

200

5

200

6

200

7

200

8

200

9

201

0

201

1

201

2

201

3

201

4

201

5

201

6

Barang Konsumsi Bahan Baku dan Barang Penolong Barang Modal Jumlah

𝑙𝑛𝑋𝑖,𝑗,𝑑 = 𝛼0 + 𝛼1𝑙𝑛𝑀𝑑 + 𝛼2π΄π‘ƒπ‘…πΌπ‘π·π‘‘βˆ’1 + 𝛼3π·πΈπ‘ƒπ‘…πΌπ‘π·π‘‘βˆ’1 + 𝛼4𝐴𝑃𝑅𝑁𝐺𝑅𝑗,𝑑 +

𝛼5𝐷𝐸𝑃𝑅𝑁𝐺𝑅𝑗,𝑑 + 𝛼6𝑙𝑛𝐺𝐷𝑃𝑗,𝑑 + 𝛼7𝐼𝑁𝐹𝑁𝐺𝑅𝑗,𝑑 + 𝛼8π‘™π‘›π‘ƒπ‘‚π‘ƒπ‘ˆπΏπ‘—,𝑑 + 𝛼9𝐷𝐼𝑆𝑇𝑗 + 𝑇 + πœ€π‘–,𝑗,𝑑

….. (5)

12

Jurnal Kebijakan Ekonomi, Vol. 16, Iss. 1 [2020], Art. 5

https://scholarhub.ui.ac.id/jke/vol16/iss1/5

Page 14: Pengaruh Asimetris Nilai Tukar terhadap Ekspor: Kasus ...

13

DEPRNGRj,t = depresiasi mata uang

negara tujuan terhadap US Dollar pada

bulan ke-t;

GDPj,t = GDP negara tujuan j pada

tahun ke-t;

INFNGRj,t = inflasi negara tujuan j

pada tahun ke-t;

POPULj,t = populasi negara tujuan j

pada tahun ke-t;

DISTj = jarak Indonesia dengan

negara tujuan j;

T = waktu

i,j,t = error term.

HASIL DAN ANALISIS

Estimasi Koefisien Fungsi Ekspor

Estimasi dari nilai koefisien fungsi ekspor

menggunakan persamaan (5). Dataset yang

akan digunakan untuk proses estimasi

merupakan unbalanced panel data dengan

observasi dari tahun 2007 sampai dengan

tahun 2016. Statistik deskriptif untuk fungsi

ekspor industri (dalam bentuk logaritma

natural) yang diobservasi dapat dilihat pada

tabel 1.

Peneliti menggunakan software Stata versi

12.0 dan hasil dari pengujian metode fixed

effect (FE) pada gambar 5 didapatkan

Prob>F=0.0000 lebih kecil dari alpha

(sangat signifikan secara statistik). Hal ini

menunjukkan hipotesis nol (tidak ada

individual effect) ditolak, sehingga metode

FE lebih baik dari OLS Pooled. Kemudian,

untuk menentukan mana yang lebih baik

antara metode Random Effect (RE) dan FE

digunakan pengujian Hausman seperti pada

gambar 6 dan 7.

Hasil yang diperoleh dari pengujian

Hausman pada lampiran diperoleh Prob>chi

= 0.0000, yang menunjukkan hipotesis nol

(tidak ada korelasi individual effect dengan

variabel bebas) ditolak. Dengan demikian,

metode RE tidak tepat karena individual

effect atau unobserved component

kemungkinan terkorelasi dengan satu atau

lebih variabel bebas. Dalam hal ini, metode

FE lebih baik daripada RE. Hasil estimasi

koefisien fungsi ekspor tersebut ditunjukkan

dalam tabel 2.

Pada tabel 2 dapat dilihat bahwa level

signifikansi pada estimator FE berbeda,

dimana semua variabel signifikan pada level

0,1% kecuali impor komoditas signifikan

pada level 1% dan variabel waktu sebagai

proxy dari harga relatif yang tidak

signifikan. Untuk jarak karena tidak

bervariasi antar waktu (time invariants) dan

metode yang digunakan adalah metode FE,

maka variabel jarak harus dikeluarkan pada

model (omitted variabel).

Selain itu, dapat dilihat bahwa peningkatan

impor sebesar 1% akan meningkatkan

ekspor industri sebesar 0,0055% (ceteris

paribus). Peningkatan GDP negara tujuan

sebesar 1% akan meningkatkan ekspor

industri sebesar 0,42% (ceteris paribus).

Peningkatan populasi di negara tujuan

sebesar 1% akan meningkatkan ekspor

sebesar 0,056% dan peningkatan inflasi di

negara tujuan sebesar 1% akan

meningkatkan ekspor sebesar 0,007%

(ceteris paribus).

Peningkatan apresiasi Rupiah dengan US

Dollar sebesar 1% akan menurunkan ekspor

13

Welldy and Widyawati: Pengaruh Asimetris Nilai Tukar terhadap Ekspor: Kasus Ekspor Industri Indonesia Tahun 2007-2016

Published by UI Scholars Hub, 2020

Page 15: Pengaruh Asimetris Nilai Tukar terhadap Ekspor: Kasus ...

14

industri sebesar 1,8% (ceteris paribus) dan

peningkatan depresiasi Rupiah dengan US

Dollar sebesar 1% akan meningkatkan

ekspor industri sebesar 1,16% (ceteris

paribus). Peningkatan apresiasi mata uang

negara tujuan dengan US Dollar sebesar 1%

akan meningkatkan impor negara tujuan

atau ekspor Indonesia sebesar 0,64% (ceteris

paribus) dan peningkatan depresiasi mata

uang negara tujuan dengan US Dollar

sebesar 1% akan mengurangi impor negara

tujuan atau ekspor Indonesia sebesar 0,8%

(ceteris paribus).

Analisis Koefisien Fungsi Ekspor

Koefisien fungsi ekspor yang didapatkan

dari estimasi sesuai dengan yang

diharapkan, kecuali waktu sebagai proxy

dari harga relatif yang tidak signifikan.

Dampak dari impor komoditas adalah positif

dan signifikan terhadap ekspor. Hal ini

dikarenakan semakin tinggi impor

komoditas industri semakin meningkat

produksi industri dalam negeri, sehingga

semakin besar produksi yang dihasilkan

untuk di ekspor. Dampak dari GDP negara

tujuan juga positif dan signifikan terhadap

ekspor industri. Artinya semakin tinggi

GDP negara tujuan, semakin meningkat

daya beli dan kemampuan negara tujuan

tersebut untuk mengimpor produk industri

dari Indonesia, sehingga nilai ekspor

Indonesia semakin meningkat.

Dampak populasi negara tujuan adalah

positif dan signifikan terhadap ekspor yang

menunjukkan bahwa semakin meningkat

jumlah penduduk di negara tujuan, maka

semakin meningkat permintaan impor dari

negara tersebut. Dengan kata lain,

meningkatnya impor negara tujuan dapat

meningkatkan ekspor Indonesia. Dampak

inflasi negara tujuan adalah positif dan

signifikan terhadap ekspor. Semakin

meningkat inflasi di negara tujuan membuat

harga barang di negara tujuan menjadi

semakin mahal, sehingga meningkatkan

permintaan impor barang luar negeri di

negara tujuan atau meningkatkan ekspor

Indonesia.

Apresiasi mata uang negara tujuan dengan

US Dollar berdampak positif dan signifikan

terhadap ekspor. Ini dapat disebabkan

karena apresiasi membuat harga barang di

negara tujuan relatif lebih mahal, sehingga

mereka memilih untuk mengimpor

barangnya dari negara lain. Selain itu,

penduduk asing membeli barang impor dari

Indonesia berupa US Dollar, sedangkan

karena adanya apresiasi mata uang mereka,

membuat mereka dapat membeli US Dollar

dengan murah untuk membayar barang

impor. Sehingga kemampuan mereka akan

meningkat dalam melakukan impor atau

permintaan ekspor Indonesia di negara

tujuan akan meningkat. Begitupun

sebaliknya ketika terjadi depresiasi di

negara tujuan.

Untuk variabel utama apresiasi Rupiah

dengan US Dollar didapatkan hubungan

negatif dan signifikan terhadap ekspor

industri. Hal ini dikarenakan adanya

apresiasi membuat harga barang Indonesia

(dalam US Dollar) di luar negeri menjadi

lebih mahal dibandingkan sebelumnya,

sehingga permintaan ekspor dari negara

tujuan dapat berkurang. Semakin besar

14

Jurnal Kebijakan Ekonomi, Vol. 16, Iss. 1 [2020], Art. 5

https://scholarhub.ui.ac.id/jke/vol16/iss1/5

Page 16: Pengaruh Asimetris Nilai Tukar terhadap Ekspor: Kasus ...

15

apresiasi nilai tukar Rupiah terhadap US

Dollar, maka ekspor industri semakin

berkurang.

Untuk depresiasi Rupiah dengan US Dollar

didapatkan hubungan positif dan signifikan

terhadap ekspor industri. Hal ini

dikarenakan adanya depresiasi membuat

harga barang kita di negara tujuan menjadi

lebih murah dari sebelumnya, sehingga

permintaan ekspor negara tujuan meningkat.

Semakin meningkat nilai depresiasi, maka

ekspor Indonesia akan semakin meningkat.

ANALISIS DAMPAK ASIMETRIS

NILAI TUKAR TERHADAP EKSPOR

Untuk melihat apakah dampak apresiasi dan

depresiasi Rupiah terhadap US Dollar

berbeda atau asimetris terhadap ekspor

industri, peneliti menggunakan Wald-test

dengan hipotesis nol H0 adalah dampak dari

apresiasi dan depresiasi simetris dan H1

adalah asimetris. Hasil pada gambar 8

menunjukkan Prob>F=0.0000 lebih kecil

dari alpha atau signifikan secara statistik.

Hal ini menunjukkan hipotesis nol ditolak

atau dengan kata lain dampak apresiasi dan

depresiasinya asimetris.

Dari tabel 2 menunjukkan bahwa dampak

peningkatan apresiasi domestik sebesar 1%

akan berdampak pada penurunan ekspor

industri sebesar 1,8% (ceteris paribus) dan

peningkatan depresiasi sebesar 1% akan

berdampak pada peningkatan ekspor

industri sebesar 1,16% (ceteris paribus).

Dengan kata lain, dampak negatif apresiasi

lebih besar daripada dampak positif

depresiasinya. Elastisitas penawaran dan

permintaan ekspor saat apresiasi dan

depresiasi yang berbeda menyebabkan

adanya dampak asimetris tersebut terhadap

ekspor.

Ketika terjadi apresiasi domestik membuat

barang di Indonesia relatif lebih mahal.

Dengan adanya peningkatan harga barang di

Indonesia, negara tujuan akan merespon

peningkatan harga tersebut. Dengan adanya

persaingan di pasar internasional sedikit

kenaikan harga barang di Indonesia

membuat negara tujuan beralih ke produk

domestik di negara tujuan mereka atau

bahkan mengimpor barang dari negara lain.

Akibatnya permintaan ekspornya lebih

elastis ketika apresiasi domestik. Sedangkan

karena industri Indonesia banyak

mengimpor bahan baku mereka melihat

barang impor lebih murah, sehingga

peningkatan penawarannya kurang elastis

atau elastisitasnya lebih kecil karena mereka

berupaya menghindari risiko akibat

permintaan ekspor yang berkurang.

Akibatnya apresiasi domestik berdampak

mengurangi ekspor lebih besar karena

permintaan ekspornya yang menurun lebih

elastis.

Ketika terjadi depresiasi domestik membuat

barang di dalam negeri lebih murah,

sehingga permintaan ekspor di negara tujuan

meningkat. Akan tetapi, apabila terjadi

persaingan di pasar internasional

mengakibatkan elastisitas peningkatan

permintaan ekspornya lebih kecil

dibandingkan ketika terjadi apresiasi

domestik. Sedangkan karena barang di luar

negeri relatif lebih mahal dan karena industri

Indonesia banyak mengimpor bahan baku,

industri melihat barang impor menjadi lebih

15

Welldy and Widyawati: Pengaruh Asimetris Nilai Tukar terhadap Ekspor: Kasus Ekspor Industri Indonesia Tahun 2007-2016

Published by UI Scholars Hub, 2020

Page 17: Pengaruh Asimetris Nilai Tukar terhadap Ekspor: Kasus ...

16

mahal. Hal tersebut mengakibatkan

penawaran ekspornya menjadi lebih elastis

dalam merespon depresiasi dibandingkan

elastisitas permintaan ekspor ketika

apresiasi. Oleh karena itu, ketika depresiasi

domestik dampak meningkatkan ekspornya

lebih sedikit karena penawaran ekspornya

lebih elastis dibandingkan permintaannya.

KESIMPULAN

Hasil yang didapatkan dari penelitian ini

didapatkan bahwa impor komoditas industri,

GDP negara tujuan, populasi negara tujuan,

apresiasi mata uang negara tujuan, dan

inflasi negara tujuan memberikan dampak

yang signifikan positif terhadap ekspor

industri Indonesia. Sedangkan depresiasi

mata uang negara tujuan memberikan

dampak yang signifikan negatif terhadap

ekspor industri Indonesia.

Hasil utama diperoleh bahwa apresiasi mata

uang domestik dapat mengurangi ekspor

industri dan depresiasi meningkatkan ekspor

industri, dimana dampak keduanya berbeda

(asimetris) terhadap ekspor industri.

Dampak negatif apresiasi lebih besar

daripada dampak positif depresiasinya.

Ketika apresiasi domestik permintaan

ekspornya lebih elastis karena adanya

persaingan di pasar internasional yang

membuat negara lain beralih ke produk

domestik di negara tujuan mereka atau

bahkan mengimpor barang dari negara lain

dan penawarannya kurang elastis atau

elastisitasnya lebih kecil karena upaya

menghindari risiko akibat permintaan

ekspor yang berkurang meskipun harga

barang impor lebih murah. Sedangkan

ketika depresiasi karena persaingan di pasar

internasional mengakibatkan elastisitas

peningkatan permintaan ekspornya lebih

kecil dibandingkan ketika terjadi apresiasi

domestik. Selain itu, penawaran ekspornya

menjadi lebih elastis karena industri melihat

barang impor menjadi lebih mahal yang

dapat meningkatkan biaya produksi.

Penelitian ini memiliki keterbatasan dalam

meneliti pengaruh kebijakan perdagangan,

baik yang berlaku di dalam negeri maupun

di negara tujuan ekspor seperti tarif bea

keluar ataupun tarif bea masuk yang berlaku

di negara tujuan ekspor, perjanjian

perdagangan bilateral atau perdagangan

dalam suatu kawasan tertentu seperti AFTA,

AC-FTA dan lain-lain.

DAFTAR PUSTAKA

Abidin, I.S.H., et al (2013). The

Determinant of Exports between

Malaysia and the OIC Member

Countries: A Gravity Model

Approach. Procedia Economics and

Finance 5, 12-19.

Adam, P., et al (2017). A Model of the

Dynamic of the Relationship between

Exchange Rate and Indonesia’s

Export. International Journal of

Economics and Financial Issues 7(1),

255-261.

Arize, A.C., et al. (2017). Do exchange rate

changes improve the trade balance:

An Asymmetric Nonlinear

Cointegration Approach.

International Review of Economics

and Finance 49, 313-326.

16

Jurnal Kebijakan Ekonomi, Vol. 16, Iss. 1 [2020], Art. 5

https://scholarhub.ui.ac.id/jke/vol16/iss1/5

Page 18: Pengaruh Asimetris Nilai Tukar terhadap Ekspor: Kasus ...

17

Bahmani-Oskooee M. dan Baek, J. (2016).

Do exchange rate changes have

symmetric or asymmetric effects on

the trade balance? Evidence from

U.S.–Korea commodity trade Small.

Journal of Asian Economics 45, 15-

30.

aBahmani-Oskooee M. dan Aftab, M.

(2017). Asymmetric effects of

exchange rate changes on the

Malaysia-China Commodity Trade.

Economic Systems.

bBahmani-Oskooee M. dan Aftab, M.

(2017). Asymmetric effects of

exchange rate changeson the

Malaysia-EU trade: evidence from

industry data. Empirica 44, 339-365.

cBahmani-Oskooee M. dan Aftab, M.

(2017). Malaysia-EU trade at the

industry level: Is there an asymmetric

response to exchange rate volatility?

Empirica.

dBahmani-Oskooee M. dan Aftab, M.

(2017). On the asymmetric effects of

exchange rate volatility on trade

flows: New evidence from US-

Malaysia trade at the industry level.

Economic Modelling 63, 86-103.

Bahmani-Oskooee M. dan Halicioglu, F.

(2017). Asymmetric effects of

exchange rate changes on Turkish

bilateral trade balances. Economic

Systems 41, 279-296.

Caglayan, M. dan Demir, F. (2013). Firm

productivity,exchange rate

movements, source of finance, and

export orientation. World

Development 54, 204-219.

Cheung, YW. dan Sengupta, R. Impact of

exchange rate movements on exports:

An analysis of Indian non-financial

sector firms. Journal of International

Money and Finance 39, 231-245.

De Grauwe, P. (1988). Exchange Rate

Variability and the Slowdown in

Growth of International Trade. Staff

Papers (International Monetary

Fund) 35 (1), 63-84.

Fang, W.S., Lai, Y., dan Miller, S. M.

(2006). Export Promotion through

Exchange Rate Changes: Exchange

Rate Depreciation or Stabilization?

Southern Economic Journal 72 (3),

611-626.

Fountas, S. dan Aristotelous, K. (2005). The

impact of the exchange rate regime on

exports: Evidence from the European

monetary systems. Journal of

Economic Integration 20(3), 567-589.

Hooy, C. W., et al (2015). The impact of the

Renminbi real exchange rate on

ASEAN disggregated exports to

China. Economic Modelling 47, 253-

259.

Karagoz, K. (2016). Determining Factors of

Turkey’s Export Performance:an

Empirical Analysis. Procedia

Economics and Finance 38, 446-457.

Kemal, M.A. dan Qadir, U. (2005). Real

exchange rate, exports, and imports

movements: A trivariate analysis. The

Pakistan Development Review, 44(2),

177-195.

Nyeadi, J.D., et al. (2014). The impact of

exchange rate movement on export:

Empirical evidence from Ghana.

17

Welldy and Widyawati: Pengaruh Asimetris Nilai Tukar terhadap Ekspor: Kasus Ekspor Industri Indonesia Tahun 2007-2016

Published by UI Scholars Hub, 2020

Page 19: Pengaruh Asimetris Nilai Tukar terhadap Ekspor: Kasus ...

18

International Journal of Academic

Research in Accounting, Finance, and

Management Sciences 4(3), 41-48.

Sharma, K. (2003). Factors determining

India’s export performance. Journal

of Asian Economics 14, 435-446.

18

Jurnal Kebijakan Ekonomi, Vol. 16, Iss. 1 [2020], Art. 5

https://scholarhub.ui.ac.id/jke/vol16/iss1/5

Page 20: Pengaruh Asimetris Nilai Tukar terhadap Ekspor: Kasus ...

19

Tabel 1. Statistik Deskriptif Fungsi Ekspor (2007 s.d. 2016)

Variable Mean Std.Dev. Min Max Observations

X 9.555401 3.010892 -5.521461 22.08772 2816388

M 22.64156 0.7976239 20.61756 24.29695 9167907

APRIND-1 0.0062436 0.123481 0 0.0721154 9123299

DEPRIND-1 -0.0092559 0.174132 -0.1531329 0 9123299

APRNGR 0.0066353 0.011655 0 0.1294023 6465192

DEPRNGR -0.0078894 0.0153056 -0.649233 0 6469100

GDP 27.04038 2.047165 17.11247 30.55252 8610969

POPUL 6.031369 0.9733145 4.751862 10.86387 8742163

INFNGR 3.461509 87.92555 -35.83668 24411.03 8498391

T 201198.3 269.7565 200701 201612 9167907

DIST 8.717984 0.8054622 6.194654 9.892039 9136635

Tabel 2. Hasil Estimasi Fungsi Ekspor

19

Welldy and Widyawati: Pengaruh Asimetris Nilai Tukar terhadap Ekspor: Kasus Ekspor Industri Indonesia Tahun 2007-2016

Published by UI Scholars Hub, 2020

Page 21: Pengaruh Asimetris Nilai Tukar terhadap Ekspor: Kasus ...

20

Gambar 1. Kurva Perdagangan Internasional

Sumber : (Salvatore, 1997)

Gambar 6. Kurva Perdagangan Internasional

Gambar 6 memperlihatkan sebelum terjadinya perdagangan internasional

harga di Indonesia sebesar PI sedangkan di Uni Eropa sebesar PU. Penawaran di

pasar internasional akan terjadi jika harga internasional lebih tinggi dari PI

sedangkan permintaan di pasar internasional akan terjadi jika harga internasional

lebih rendah dari PU. Pada saat harga internasional sama dengan PI atau PU maka

tidak terjadi perdagangan internasional. Apabila harga internasional lebih besar

dari PI maka terjadi excess supply (ES) di Indonesia dan apabila harga

internasional lebih rendah dai PU maka terjadi excess demand (ED) di Uni Eropa.

Dengan demikian, dari keseimbangan di Indonesia dan keseimbangan di Uni

Eropa akan terbentuk kurva ES dan ED di pasar internasional, dimana

perpotongan antara kurva ES dan ED akan menentukan harga yang terjadi di pasar

internasional yaitu sebesar P.

2.3.2 Teori Permintaan Ekspor

Teori permintaan ekspor bertujuan untuk menentukan faktor yang

mempengaruhi permintaan. Permintaan ekspor suatu negara merupakan selisih

antara produksi atau penawaran domestik dikurangi dengan konsumsi atau

P

Indonesia Uni Eropa

Harga Harga

PI

PU ES

ED Du

Di

Su

Si Ekspor

Impor

Harga

Gambar 2. Dampak Apresiasi Rupiah-US Dollar terhadap Ekspor

P1

QD1 QS1

QS2

QD2

QDW

QDW*

QD2*

S1

ES

ED

ED*D2D2*

D1

S2

Indonesia Dunia NegaraTujuan

ES*

S1*

QS1*

D ESaprD EDapr

20

Jurnal Kebijakan Ekonomi, Vol. 16, Iss. 1 [2020], Art. 5

https://scholarhub.ui.ac.id/jke/vol16/iss1/5

Page 22: Pengaruh Asimetris Nilai Tukar terhadap Ekspor: Kasus ...

21

Gambar 4. Dampak Asimetris karena Depresiasi (atas) dan Apresiasi (bawah)

terhadap Ekspor

P1

QD1

QS1

QS2 QD2

QDW

QDW*

QS1*

QD2*

S1S1*

ES

ES*

ED

ED*

D2

D2*

D1

S2

Indonesia Dunia NegaraTujuan

D ESdepr D EDdepr

P1

QD1 QS1

QS2

QD2

QDW

QDW*

QD2*

S1

ES

ED

ED*D2D2*

D1

S2

Indonesia Dunia NegaraTujuan

ES*

S1*

QS1*

D ESaprD EDapr

Gambar 3. Dampak Depresiasi Rupiah-US Dollar terhadap Ekspor

P1

QD1

QS1

QS2 QD2

QDW

QDW*

QS1*

QD2*

S1S1*

ES

ES*

ED

ED*

D2

D2*

D1

S2

Indonesia Dunia NegaraTujuan

D ESdepr D EDdepr

Gambar 5. Regresi FE

21

Welldy and Widyawati: Pengaruh Asimetris Nilai Tukar terhadap Ekspor: Kasus Ekspor Industri Indonesia Tahun 2007-2016

Published by UI Scholars Hub, 2020

Page 23: Pengaruh Asimetris Nilai Tukar terhadap Ekspor: Kasus ...

22

Gambar 6. Regresi RE

Gambar 7. Pengujian Hausman FE-RE

Gambar 8. Wald-Test Asimetris Apresiasi dan Depresiasi

22

Jurnal Kebijakan Ekonomi, Vol. 16, Iss. 1 [2020], Art. 5

https://scholarhub.ui.ac.id/jke/vol16/iss1/5

Page 24: Pengaruh Asimetris Nilai Tukar terhadap Ekspor: Kasus ...

23

23

Welldy and Widyawati: Pengaruh Asimetris Nilai Tukar terhadap Ekspor: Kasus Ekspor Industri Indonesia Tahun 2007-2016

Published by UI Scholars Hub, 2020