Page 1
PENGARUH ASIMETRI INFORMASI.……....………………………..………………..………..............……(Jasman)
95
PENGARUH ASIMETRI INFORMASI TERHADAP BIAYA
EKUITAS DAN BIAYA UTANG DENGAN MANAJEMEN
LABA SEBAGAI VARIABEL INTERVENING
Jasman
Perbanas Institute
email: [email protected]
ABSTRACT
This research aims to investigate the influence of asymmetric information on cost of debt and cost of
equity, and the role of earnings mangement as intervening variable. The research design is
quantitative method. The Sample used in this study is property & real estate companies listed in
Indonesian Stock Exchange. The result shows that there is no influence of asymmetric information to
earnings management. Empirical evidence shows that asymmetric information negatively affect cost
of equity; on the other hand, asymmetric information does not influence cost of debt. Furthermore,
earnings management does not influence cost of equity and cost of debt. Earnings management
cannot be used as an intervening variable in examining the relationship between asymmetric
information to cost of debt. However, earnings management can be empirically used as an
intervening variable in analyzing the relationship of asymmetric information to cost of equity.
Keywords: information assymmetry, earnings management, cost of debt, cost of equity
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh dari asimetrik informasi terhadap biaya utang
dan biaya ekuitas, dan peran laba mangemen sebagai variabel intervening. Desain penelitian adalah
metode kuantitatif. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah perusahaan properti & real
estate yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak ada
pengaruh informasi asimetrik terhadap manajemen laba. Bukti empiris menunjukkan bahwa
informasi asimetrik negatif mempengaruhi biaya ekuitas; di sisi lain, informasi asimetris tidak
mempengaruhi biaya utang. Selanjutnya, manajemen laba tidak mempengaruhi biaya ekuitas dan
biaya utang. Manajemen laba tidak dapat digunakan sebagai variabel intervening dalam memeriksa
hubungan antara informasi asimetrik pada biaya utang. Namun, manajemen laba dapat secara
empiris digunakan sebagai variabel intervening dalam menganalisis hubungan informasi asimetrik
untuk biaya ekuitas.
Kata kunci: asimetri informasi, manajemen laba, biaya utang, biaya ekuitas
PENDAHULUAN
Biaya modal merupakan biaya yang harus
dikeluarkan perusahaan dalam memperoleh
dana untuk meningkatkan nilai perusahaan
(Gitman dan Zutter, 2012). Agar perusahaan
dapat meningkatkan value of the firm yang
dimilikinya maka perusahaan harus menekan
seluruh biaya termasuk biaya modal. Tinggi
rendahnya biaya modal dalam suatu
perusahaan ditentukan oleh tingkat risiko yang
dimiliki perusahaan tersebut. Semakin tinggi
risiko perusahaan maka semakin tinggi pula
risiko yang dihadapi oleh investor dan
kreditor. Akibatnya, kedua pihak akan
mengharapkan tingkat pengembalian yang
lebih tinggi. Hal tersebut sesuai dengan prinsip
Page 2
JRAK, Volume 12, No 2 Agustus 2016
96
high risk high return dan low risk low return
yang telah dikenal secara umum.
Salah satu faktor yang dapat
mempengaruhi tingkat risiko yang dimiliki
perusahaan adalah manajemen laba. Leuz et al.
(2003) melakukan studi komparasi
internasional untuk memberikan bukti empiris
adanya perbedaan manajemen laba di berbagai
negara, dan perbedaan tersebut dikarenakan
adanya perbedaan proteksi terhadap investor.
Penelitian tersebut menggunakan 31 negara
sebagai sampel, dengan periode pengamatan
dari tahun 1990 sampai tahun 1999.
Berdasarkan pada nilai rata-rata skor
manajemen laba, diketahui bahwa Indonesia
berada pada urutan ke 15 dari 31 negara. Jika
dibandingkan dengan negara ASEAN yang
ikut terpilih sebagai sampel seperti Malaysia,
Filipina, dan Thailand, maka Indonesia
memiliki tingkat manajemen laba yang paling
besar. Selain itu, skor legal enforcement
Indonesia sebesar 2,9 merupakan skor
terendah dari seluruh sampel. Hal tersebut
menunjukkan rendahnya tingkat proteksi
terhadap investor di Indonesia.
Sebagaimana diketahui, pemisahan
fungsi kepemilikan dan pengelolaan
perusahaan menimbulkan asimetri informasi
antara pemilik (principal) dan manajemen
(agent) yang dapat memicu manajemen untuk
memanipulasi laba sehingga kinerja dan nilai
perusahaan terlihat baik. Akibatnya, kualitas
laba yang dilaporkan menjadi rendah karena
informasi mengenai kinerja keuangan
perusahaan tidak disajikan secara relevan.
Padahal, investor dan kreditor sebagai salah
satu pengguna utama laporan keuangan
perusahaan memerlukan laporan laba tersebut
untuk menentukan keputusan investasi dan
pemberian pinjaman kredit (Ummah dan
Subroto, 2014). Oleh karena itu, investor
cenderung mengantisipasi risiko dengan cara
menaikkan required rate of return yang
merupakan biaya ekuitas bagi perusahaan
(Utami, 2005).
Selain itu, keterbatasan kreditor untuk
mengetahui informasi dan kinerja perusahaan
yang sebenarnya juga mengakibatkan kreditor
meningkatkan risk premium yang dimilikinya
dan mengakibatkan biaya utang yang
ditetapkan menjadi lebih tinggi. Oleh karena
itu, dibutuhkan suatu mekanisme yang dapat
digunakan untuk menekan biaya modal
perusahaan. Salah satu cara yang dapat
dilakukan oleh perusahaan adalah dengan
meningkatkan kualitas laba. Dechow dan
Schrand (2004) mendefinisikan kualitas laba
sebagai suatu ukuran untuk melihat apakah
laba yang dilaporkan dalam laporan keuangan
dapat merefleksikan kinerja perusahaan yang
sebenarnya. Francis et al (2005) mengukur
risiko informasi yang berkaitan dengan laba
pada perusahaan di Amerika Serikat dengan
menggunakan kualitas akrual yang terdiri atas
akrual diskresioner (discretionary factors) dan
non akrual diskresioner (innate factors).
Discretionary factors merefleksikan kebijakan
manajemen, sedangkan innate factors
merefleksikan kebijakan ekonomi yang
dialami perusahaan. Hasil penelitian tersebut
memberikan bukti empiris bahwa kualitas
akrual yang buruk akan meningkatkan risiko
informasi yang dimiliki perusahaan sehingga
biaya modal menjadi tinggi. Penelitian tersebut
juga menunjukkan bahwa kualitas akrual
innate memiliki pengaruh yang lebih besar
dibandingkan kualitas akrual diskresioner
terhadap biaya modal, baik biaya utang
maupun biaya ekuitas.
Bukti empiris perusahaan-perusahaan di
Australia menunjukkan bahwa kualitas laba
yang dikharakteristikkan dengan kualitas
akrual berpengaruh signifikan terhadap biaya
utang dan ekuitas (Gray et al, 2009). Dalam
penelitian tersebut dinyatakan bahwa biaya
utang hanya dipengaruhi oleh innate factors.
Penyebabnya diduga karena sumber modal
perusahaan-perusahaan sebagian besar berasal
dari private debt sehingga mengakibatkan
private lender lebih memiliki keistimewaan
dalam mengakses informasi bisnis dan
finansial perusahaan dibandingkan public
lenders. Hal ini juga sebagai penyebab tingkat
asimetri informasi di Australia lebih rendah
dibandingkan di Amerika Serikat. Disamping
itu, pemberi pinjaman private lenders juga
memiliki hak lebih untuk melakukan
pengawasan kepada perusahaan yang
memperoleh pinjaman sehingga mengurangi
kemungkinan adanya peluang aktivitas
manajemen laba dalam pelaporan laporan
keuangan. Akibatnya, risiko informasi
Page 3
PENGARUH ASIMETRI INFORMASI.……....………………………..………………..………..............……(Jasman)
97
semakin berkurang yang juga mengurangi efek
discretionary factors pada biaya utang
(Triningtyas dan Siregar, 2014).
Berdasarkan hal tersebut, peneliti
tertarik untuk melakukan penelitian yang
“Pengaruh asimetri informasi terhadap biaya
utang dan biaya ekuitas dengan manajemen
laba sebagai variabel intervening”. Penelitian
ini berbeda dengan penelitian sebelumnya.
Penelitian sebelumnya hanya menguji
pengaruh kualitas akrual terhadap biaya utang
dan biaya ekuitas. Sedangkan pada penelitian
ini pengujian lebih diperluas yaitu
menganalisis bagaimana peran manajemen
laba dalam memdiasi hubungan antara asimetri
informasi terhadap biaya utang dan biaya
ekuitas. Adapun objek penelitian yang
digunakan adalah perusahaan sektor property
dan real estate yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia pada periode 2010-2014. Sektor
property dan real estate dipilih karena
berdasarkan Global Industry Classification
Standard, sektor tersebut termasuk dalam
kategori High IC Intensive Industry, yang
artinya perusahaan dalam sektor tersebut
memerlukan modal dan fixed asset yang
banyak untuk melakukan produksi (Woodcock
dan Whiting, 2009).
KAJIAN LITERATUR DAN
PENGEMBANGAN HIPOTESIS
Suatu perusahaan mempunyai dua pihak
yang berkepentingan yaitu manajemen sebagai
agen (agent) dan pemegang saham/pemilik
sebagai prinsipal (principal). Pemilik
berkepentingan terhadap modal yang
ditanamkan sedangkan manajemen
berkepentingan terhadap bonus yang akan
diperoleh atas kinerjanya yang baik (Arifah,
2012). Baik manajemen maupun pemilik ingin
memaksimalkan kepentingannya masing-
masing. Perbedaan kepentingan antara
prinsipal dan agen tersebut menimbulkan
agency problems (Amijaya dan Prastiwi,
2013). Teori tersebut mengasumsikan
Prinsipal dan Agen sebagai orang-orang
ekonomi yang mempunyai pola pikir rasional
yang termotivasi oleh kepentingan
individu,tetapi mereka mempunyai masalah
dalam membedakan penghargaan atas
preferensi, kepercayaan dan informasi. Hak
dan kontrak kerja antara principal dan agen
yang terdapat dalam kontrak kerja yang
menguntungkan (Raharjo, 2012). Hubungan
keagenan merupakan kontrak antara satu orang
atau lebih (prinsipal) yang mempekerjakan
orang lain (agen) untuk memberikan jasa dan
mendelegasikan wewenang pengamambilan
keputusan kepada agen (Jensen dan Meckling,
1976). Prinsipal adalah pihak yang
menanamkan saham pada perusahaan,
sedangkan agen adalah pihak yang diberi
wewenang oleh principal untuk mengelola
perusahaan dengan baik (Daljono, 2014).
Prinsipal mengharapkan agent dapat
mengelola perusahaan dengan baik sesuai
dengan aturan dan kebijakan yang berlaku
sehingga dapat menghasilkan laba, sementara
agen megharapkan pemegang kepentingan
merasa puas terhadap kinerjanya selama
diberikan wewenang dalam mengelola
perusahaan. Kinerja agen tercermin melalui
laba perusahaan selama beberapa periode
(Arifah, 2012). Keinginan prinsipal untuk
mendapatkan return secara cepat dan dalam
jumlah yang besar menyebabkan agen harus
memikirkan berbagai cara untuk meningkatkan
laba. Prinsipal menilai kondisi perusahaan
adalah dengan melihat laba yang diperoleh
perusahaan. Semakin tinggi laba yang
diperoleh perusahaan, semakin baik juga
penilaian prinsipal terhadap kondisi
perusahaan (Daljono, 2014). Apabila
perusahaan telah dinilai baik oleh prinsipal
terdapat kemugkinan bagi agen untuk
memperoleh reward atas prestasinya dengan
mendapatkan bonus ataupun tunjangan serta,
diberikan kenaikan gaji. Agen akan
menggunakan segala cara untuk mencapai
tujuannya, walaupun cara yang digunakan
tidak sesuai dengan aturan yang telah
ditetapkan (Arifah, 2012).
Asimetri informasi timbul akibat dari
adanya persoalan keagenan yaitu konflik
kepentingan antara agen dan prisipal. Agen
memiliki lebih banyak perolehan informasi
jika dibandingkan dengan prinsipal karena
agen bertindak sebagai pengelola perusahaan
(Christiani dan Nugrahanti, 2014). Adanya
asimetri informasi dan kecenderungan oleh
pihak investor untuk memperhatikan informasi
yang terdapat pada laba sebagai tolak ukur
penilaian kinerja perusahaan dapat mendorong
Page 4
JRAK, Volume 12, No 2 Agustus 2016
98
agen untuk melakukan manipulasi dalam
informasi laba, yang disebut dengan
manajemen laba (Agustia, 2013).
Seharusnya prinsipal memperoleh
informasi yang dibutuhkannya untuk
mengukur return yang didapat dari kinerja
agen, tetapi dalam kenyataannya informasi
mengenai tolak ukur keberhasilan yang
diperoleh prinsipal tidak disajikan keseluruhan
oleh agen. Hal tersebut menyebabkan
informasi yang diperoleh prinsipal kurang
memadai sehingga ukuran kinerja agent dalam
mengelola perusahaan tidak dapat diungkap
secara keseluruhan (Arifah, 2012). Informasi
yang terkandung dalam laba merupakan hal
terpenting bagi investor sebagai dasar
pengambilan keputusan investasi sementara
kinerja manajemen perusahaan dapat tercermin
melalui laba. Hal tersebut menyebabkan
manajemen menjadikan informasi laba sebagai
target rekayasa tindakan oportunis manajemen
untuk memaksimalkan kepentingannya.
Tindakan manajemen dalam melakukakn
perekayasaan laba dapat merugikan investor,
karena informasi yang terkandung didalamnya
tidak sesuai dengan keadaan perusahaan yang
sebenarnya. Perilaku mengatur laba
perusahaan sesuai dengan keinginan
manajemen dikenal dengan istilah manajemen
laba (Chirstiani dan Nugrahanti, 2014).
Manajemen laba timbul dari kebebasan
manajemen dalam mengaplikasikan akuntansi
akrual yang mungkin terjadi. Dengan adanya
standar akuntansi dan mekanisme pengawasan
mengurangi perilaku manajemen tersebut.
Namun, tidak mungkin untuk menghilangkan
pilihan karena kompleksitas dan keberagaman
aktivitas usaha. Hal ini dapat menyebabkan
kebebasan manajemen dalam menetapkan
angka akuntansi. Meskipun kebebasan tersebut
dapat memberikan kesempatan bagi manajer
untuk menyajikan gambaran aktivitas usaha
perusahaan yang lebih informatif, kebebasan
ini juga dapat menyebabkan manajemen untuk
melakukan manajemen laba (Subramanyam
dan Wild, 2010).
Manajemen laba disebabkan oleh
dampak persoalan keagenan, yaitu
ketidaksesuaian kepentingan manajemen
dengan pemilik perusahaan yang dikarenakan
oleh asimetri informasi. Asimetri informasi
merupakan keadaan perbedaan dalam
informasi yang diperoleh antara manajemen
dan pemegang saham dimana manajemen
mempunyai informasi yang lebih akurat
dibandingkan dengan pihak eksternal
(Christiani dan Nugrahanti, 2014).
Subramanyam dan Wild (2010:132)
mengatakan bahwa terdapat beberapa alasan
yang memotivasi manajer dalam melakukan
praktik manajemen laba yaitu meningkatkan
kompensasi yang berkaitan dengan laba yang
dilaporkan, meningkatkan harga saham
perusahaan, serta usaha dalam mendapatkan
keringanan (subsidi) dari pemerintah. Strategi
yang dilakukan oleh manajemen dalam
melakukan praktik manajemen laba adalah
berupa meningkatkan laba, big bath, atau
perataan laba.
Nominal laba yang terdapat dalam
laporan keuangan entitas merupakan aspek
terpenting bagi investor untuk tujuan
pengambilan keputusan ekonomi di dalam
suatu entitas. Namun informasi tersebut belum
sepenuhnya merefleksikan keadaan yang
sebenarnya, karena laba merupakan target
utama perekayasaan manajemen demin
memaksimalkan keuntungannya. Oleh karena
itu, kualitas laba merupakan cara lain yang
digunakan untuk melihat dan menilai kinerja
perusahaan (Triningtyas dan Siregar, 2014).
Kualitas laba entitas tidak terpisahkan dari
konflik keagenan (Susanto dan Siregar, 2012).
Kondisi tersebut menyebabkan timbulnya
asimetri informasi, karena ketika prinsipal
memberikan wewenang pengambilan
keputusan dan pengelolaan perusahan terhadap
agen maka agen akan memiliki lebih banyak
informasi mengenai perusahaan dibandingkan
dengan prinsipal. Ketika terjadi asimetri
informasi pihak-pihak yang berkepentingan
tidak memiliki akes terhadap informasi yang
relevan untuk memantau tindakan manajemen.
Kondisi tersebut memberikan peluang
terhadap manajemen untuk melakukan praktik
manajemen laba (Susanto dan Siregar, 2012).
Kualitas perusahaan yang lebih baik
dapat meyediakan informasi yang lebih baik
mengenai kinerja keuangan perusahaan yang
relevan dalam rangka pengambilan keputusan
ekonomi terkait perusahaan (Trinigtyas dan
Siregar, 2014). Terdapat dua konsep akrual
Page 5
PENGARUH ASIMETRI INFORMASI.……....………………………..………………..………..............……(Jasman)
99
dalam manajemen laba, yaitu akrual
diskresioner dan non akrual diskresioner
(Kusumaningtyas, 2012). Akrual diskresioner
adalah pengakuan akrual laba atau beban yang
bebas, tidak terdapat aturan dan merefleksikan
pilihan kebijakan manajemen
(Kusumaningtyas, 2012). Sedangkan Akrual
non diskresioner adalah pengakuan akrual laba
yang wajar, yang taat pada standar akuntansi
yang berlaku umum. Akrual non diskresioner
merupakan komponen kualitas akrual yang
mencerminkan faktor lingkungan, fundamental
ekonomi, atau model bisnis entitas. Sebagai
contoh faktor non akrual diskresioner ketika
terdapat peningkatan pendapatan perusahaan
debitur, maka perusahaan bisa melakukan
penyesuaian estimasi pengakuan piutang tak
tertagih terhadap piutang debitur (Francis et, al
2005).
Asimetri Informasi dan Manajemen Laba
Secara konseptual, kecenderungan
manajer perusahaan melakukan manajemen
laba didorong oleh adanya asimetri informasi
antara manajer yang bersangkutan dengan
pihak-pihak lain (Sulistyanto, 2008; Barus dan
Setiawati,2015). Pendelegasian wewenang
yang diberikan oleh prinsipal (pemegang
saham) kepada agen (manajemen) untuk
mengelola perusahaan atas nama pemegang
saham mengakibatkan manajer perusahaan
lebih banyak mengetahui informasi internal
dan prospek perusahaan di masa yang akan
datang dibandingkan pemegang saham. Untuk
itu, manajer berkewajiban memberikan
informasi mengenai kondisi perusahaan
kepada pemegang saham melalui penerbitan
laporan keuangan. Namun, laporan keuangan
yang berguna sebagai sarana informasi antara
manajemen dan pemegang saham memiliki
kelemahan tertentu.
Adanya pilihan kebijakan akuntansi
dalam standar yang dapat digunakan, membuat
manajemen memiliki kelonggaran dalam
memilih suatu metode akuntansi dalam
penyusunan laporan keuangan (Novianty,
2009). Salah satu asumsi dasar dalam
penyusunan laporan keuangan adalah
akuntansi berbasis akrual dimana didalamnya
mengandung banyak asumsi, penilaian
(judgement), serta pilihan metode perhitungan
yang dapat digunakan oleh pembuatnya.
Manajer memanfaatkan kelemahan investor
yang tidak mempunyai sumber dan akses yang
memadai dalam memperoleh informasi
mengenai perusahaan untuk memaksimalkan
kesejahteraan dan kepentingan pribadi dengan
memilih dan menggunakan metode akuntansi
tertentu dalam mencatat dan menyusun
informasi pada laporan keuangan yang disebut
dengan manajemen laba. Pernyataan tersebut
didukung oleh hasil penelitian yang dilakukan
oleh Richardson (1998), Novianty (2009), dan
Nuryaman (2014) yang menyatakan bahwa
terdapat hubungan sistematis antara
manajemen laba dengan asimetri informasi.
Penelitian Wardani dan Masodah (2011)
menemukan bukti empiris bahwa asimetri
informasi berpengaruh positif signifikan
terhadap manajemen laba. Hal tersebut
disebabkan karena agen lebih banyak
mengetahui informasi yang ada di dalam
perusahaan dibandingkan dengan prinsipal.
Agen memanfaatkan kondisi tersebut untuk
menggunakan metode akuntansi yang berbeda
dalam menyusun laporan keuangan guna
mencapai kepentingan pribadinya. Oleh karena
itu semakin tinggi asimetri yang terjadi di
dalam perusahaan maka semakin tinggi praktik
manajemen laba. Sehingga informasi yang
terkandung dalam laporan keuangan semakin
kurang relevan dan reliabel. Dengan demikian
hipotesis penelitian ini adalah:
H1: Asimetri informasi berpengaruh positif
terhadap manajemen laba.
Asimetri Informasi dan Biaya Utang Struktur modal adalah perbandingan
antara modal sendiri dan pinjaman jangka
panjang (Kesuma, 2009). Sumber pendanaan
perusahaan melalui utang akan menimbulkan
biaya modal sebesar biaya bunga yang
dibebankan oleh kreditur. (Firnanti, 2011).
Biaya utang merupakan biaya utang setelah
pajak saat ini untuk mendapatkan dana jangka
panjang melalui pinjaman (Gitman dan Zutter,
2012).
(Purwanto, 2012) mengatakan
timbulnya asimetri informasi dan keputusan
pengungkapan yang dibuat oleh manajer dapat
mempengaruhi harga saham. Hal tersebut
menimbulkan biaya transaksi dan mengurangi
likuditas yang diharapkan untuk saham-saham
Page 6
JRAK, Volume 12, No 2 Agustus 2016
100
perusahaan. Semakin kecil asimetri informasi
maka akan semakin kecil biaya modal ekuitas
yang ditanggung perusahaan. Biaya modal
dipengaruhi oleh sumber pendanaan yang
berasal dari pinjaman (Firnanti, 2011), maka
terdapat hubungan positif antara asimetri
informasi dengan biaya utang . Dengan
demikian hipotesis penelitian ini adalah:
H2a: Asimetri informasi berpengaruh positif
terhadap biaya utang.
Asimetri Informasi dan Biaya Ekuitas
Dalam teori keagenan dikatakan bahwa
asimetri informasitimbul ketika manajer
(agent) lebih mengetahui informasiintenal dan
prospek perusahaan di masa yang akan datang
dibandingkan pemegang saham dan
stakeholder lainnya (principal). Atas dasar
adanya perbedaan informasi tersebut, investor
yang tidak memiliki informasi mengharapkan
suatu premi risiko (risk premium) yang lebih
atas suatu portofolio, agar terjadi peningkatan
kualitas dan kandungan informasi keuangan
sehingga dapat mengurangi informasi asimetri
dan terjadi keseimbangan akses informasi
(Leuz dan Verrechia 2011)
Hasil penelitian Purwanto (2012)
menemukan ada pengaruh positif antara
informasi asimetri dengan cost of capital. Hal
ini berarti bahwa semakin kecil asimetri
informasi yang terjadi diantara partisipan pasar
modal maka semakin kecil biaya modal yang
ditanggung oleh perusahaan. Berdasarkan hasil
penelitian terdahulu, maka hipotesis penelitian
ini adalah:
H2b: Asimetri informasi berpengaruh positif
terhadap biaya ekuitas
Manajemen Laba dan Biaya Utang
Praktik manajemen laba yang
dilakukan oleh manajemen dapat diantispasi
oleh investor. Rasio akrual yang tinggi
berdampak positif terhadap biaya modal dan
mengakibatkan kenaikannya. Sumber
pendanaan perusahaan melalui utang akan
menimbulkan biaya modal sebesar biaya
bunga yang dibebankan oleh kreditur (Firnanti,
2011).
Moon dan Ghosh (2010) mengatakan
bahwa utang memiliki pengaruh positif
terhadap kualitas laba karena manajemen
menggunakan diskresi akuntansinya untuk
menghasilkan informasi prospek masa depan
perusahaan yang tujuannya adalah untuk
mengurangi biaya utang. Perusahaan yang
sangat bergantung pada pendanaan dari utang
akan menanggung biaya utang yang lebih
tinggi karena kualitas laba yang rendah. Bukti
empiris telah menunjukkan akrual yang
abnormal memiliki pengaruh harga negatif
terhadap utang obligasi dan bahkan
pengaruhnya semakin tinggi pada non-
investment grade Bond (Prevost et al, 2008).
Dengan kata lain, kreditur ternyata dapat
melihat melalui usaha manager untuk
mempengaruhi persepsi laba dan oleh
karenanya melakukan penalti dengan
permintaan tingkat pengembalian yang lebih
tinggi. Dengan demikian hipotesis penelitian
ini adalah:
H3a: Manajemen laba berpengaruh
positif terhadap biaya utang.
Manajemen Laba dan Biaya Ekuitas
Salah satu faktor yang digunakan
investor dalam menentukan biaya ekuitas
suatu perusahaan adalah risiko yang berkaitan
dengan informasi perusahaaan. Informasi laba
sebagai salah satu faktor risiko dari informasi
perusahaan yang dipublikasikan seharusnya
mampu menjadi indikator dalam memprediksi
arus kas masa depan yang akan diterima
investor. Akan tetapi, komponen akrual di
dalam laba dapat menjadi sumber
ketidakpastian yang dapat mengurangi
kapabilitas laba dalam memproyeksikan arus
kas masa depan. Komponen akrual yang
menjadi sumber ketidakpastian tersebut
berasal dari akrual diskresioner (Pratista dan
Hutomo, 2014).
Penelitian Dechow et al dalam Utami
(2005), membuktikan bahwa investor
menyadari praktik manajemen laba banyak
dilakukan oleh emiten, sehingga ia akan
melakukan antisipasi risiko dengan cara
menaikkan estimasi tingkat imbal hasil saham
yang dipersyaratkan. Hasil penelitian yang
dilakukan Utami (2005) juga menunjukkan
Page 7
PENGARUH ASIMETRI INFORMASI.……....………………………..………………..………..............……(Jasman)
101
bahwa manajemen laba berpengaruh positif
terhadap biaya modal ekuitas. Artinya,
semakin besar manajemen laba yang dilakukan
oleh manajer,maka investor akan
meningkatkan required rate of return untuk
mengkompensasi risikoyang pada akhirnya
akan meningkatkan biaya modal ekuitas bagi
perusahaan. Dengan demikian hipotesis
penelitian ini adalah:
H3b: Manajemen laba berpengaruh positif
terhadap biaya ekuitas
Manajemen Laba Sebagai Variabel
Intervening
Bukti empiris menunjukkan adanya
hubungan yang sistematis antara asimetri
informasi dan tingkat manajemen laba
(Richardson, 1998). Keberadaan asimetri
informasi dalam perusahaan mendorong
manajemen untuk melakukan manajemen laba.
Wardani dan Marsodah (2011) mengatakan
bahwa asimetri informasi berpengaruh positif
terhadap manajemen laba. Praktik manajemen
laba secara langsung atau tidak langsung
berpengaruh terhadap integritas laporan
keuangan sehingga informasi laba yang
dilaporkan menjadi tidak wajar dan berdampak
pada peningkatan risiko (Nuryaman, 2014).
Ketika investor menyadari bahwa terdapat
aktivitas manajemen laba dilakukan oleh
manajemen maka investor akan meningkatkan
tingkat pengembalian saham yang diharapkan..
Penelitian Armstrong et al (2011)
membuktikan pada pasar persaingan yang
tidak sempurna, asimetri informasi
berhubungan positif dengan biaya modal, dan
pada pasar persaingan sempurna tidak terdapat
hubungan antara asimetri informasi dan biaya
modal. Dengan kata lain pada pasar persaingan
tidak sempurna, investor menerima informasi
tentang perusahaan yang juga tidak sempurna
sehingga aktivitas manajemen laba
mengarahkan pada laporan keuangan yang
tidak dapat diandalkan. Hal ini meningkatkan
asimetri informasi.
Laporan keuangan yang tidak
berkualitas juga diduga meningkatkan risiko
bagi pendanaan yang bersumber dari kreditor.
Sumber pendanaan perusahaan melalui utang
akan menimbulkan biaya modal sebesar biaya
bunga yang dibebankan oleh kreditur.
Keputusan anggaran modal disebabkan oleh
perubahan biaya modal dan akhirnya akan
mempengaruhi harga saham perusahaan
(Firnanti, 2011). Biaya modal yang dimaksud
pada hasil penelitian tersebut adalah biaya
ekuitas dan biaya utang. Dari pembahasan
tersebut diatas diduga bahwa aktivitas
manajemen laba dapat mengintervensi
pengaruh asimetri informasi terhadap biaya
modal: biaya ekuitas dan biaya utang. Dengan
demikian hipotesis penelitian ini adalah:
H4a: Manajemen laba memiliki intervensi di
dalam hubungan asimetri informasi
terhadap biaya utang dan biaya
ekuitas.
H4b: Manajemen laba memiliki intervensi di
dalam hubungan asimetri informasi
terhadap biaya utang dan biaya
ekuitas.
METODA PENELITIAN
Operasional Variabel
Variabel Independen. Asimetri
informasi merupakan ketimpangan perolehan
informasi diantara prinsipal dan agen
(Christiani dan Nugrahanti, 2014). Bid-ask
spread adalah salah satu ukuran dari tingkat
likuiditas pasar yang digunakan sebagai
pengukur asimetri informasi antara agen dan
prinsipal. Maka, asimetri informasi dapat
diukur menggunakan bid-ask spread
(Vankatesh dan Chiang dalam Wardani dan
Masodah, 2011) dengan rumus, yaitu:
SPREAD it = (askit – bidit) / [(askit
+bidit)/ 2] x 100 Keterangan:
Spreadit : Relative bid-ask spread perusahaan i
pada hari t
Askit : Harga tawar tertinggi saham
perusahaan i pada hari t
Bidit : Harga (bid) minta terendah saham
perusahaan i pada hari t
Variabel Dependen
Biaya Utang
Page 8
JRAK, Volume 12, No 2 Agustus 2016
102
Biaya utang adalah bunga sebelum pajak dan
pokok pinjaman yang harus dikembalikan oleh
perusahaan ketika memperoleh pinjaman
(Gitman dan Zutter, 2012). Perhitungan biaya
utang dapat dihitung menggunakan rumus
sebagai berikut:
COD =
Keterangan:
COD =
Cost of debt atau biaya utang
Interest Expense =
Beban bunga pinjaman
Average Interest Bearing Debt = Rata-rata
pinjaman yang menghasilkan bunga
Biaya Ekuitas
Biaya ekuitas mengacu pada tingkat
pengembalian yang diinginkan investor atas
investasinya di suatu perusahaan. Capital
Asset Pricing Model (CAPM) menurut Jones
dalam Susanto dan Siregar (2012),
menghubungkan tingkat pengembalian
minimum yang diharapkan investor atas suatu
sekuritas dengan risiko tertentu yang terukur di
dalam beta yang merupakan ukuran relatif
risiko yaitu risiko saham individual relatif
terhadap risiko pasar. Karena itu, perhitungan
biaya ekuitas dalam penelitian ini
menggunakan metode Capital Asset Pricing
Model (CAPM) sebagaimana yang digunakan
oleh Novianty (2009) dan Nuryaman (2014)
yang ditunjukkan dengan rumus sebagai
berikut:
=
Keterangan:
COE = Estimasi cost of equity (biaya ekuitas)
Rf = Risk free rate, yang diukur dengan
rata-rata tingkat suku bunga SBI
selama satu tahun
Βeta ( = Market beta yang diperoleh dari
hasil regresi antara return saham
perusahaan dengan market return
yang diproksi dengan IHSG dan
hanya menggunakan data
mingguan selama satu tahun
terakhir sehingga diperoleh
return selama 52 minggu
Rp = Market risk premium atau (Rm-
Rf) yang merupakan return
tambahan (additional return)
yang diinginkan oleh investor
karena berinvestasi pada sekuritas
yang berisiko.
Variabel Intervening
Manajemen laba dihitung menggunakan
akrual diskresioner sesuai dengan penelitian
yang dilakukan oleh Kothari et al. (2005).
Tahap-tahap penentuan discretionary accrual
(Machmuddah, et al, 2015) adalah sebagai
berikut:
TACCit = NIit – CFOit ……………….1
TACCit/TAit-1= β1(1/TAit-1) + β2((⍙REVit-
⍙RECit)/TAit-1) + β3(PPEit/TAit- 1) +
β4(ROAit-1/TAit-1) +e………………. 2
NDACCit = β1(1/TAit-1) + β2((⍙REVit-
⍙RECit)/TAit-1) + β3(PPEit/TAit-1) +
β4(ROAit-1/TAit-1) + e……………… 3
DACCit= (TACCit/TAit-1) – NDACCit… 4
Keterangan:
TACCit =Total akrual perusahaan i pada tahun t
Niit = Laba bersih kas dari aktivitas operasi
perusahaan i pada periode ke t
CFOit = Aliran kas dari aktivitas operasi
perusahaan i pada periode ke t
TACCit = Total akrual perusahaan i pada tahun t
(yang dihasilkan dari perhitungan nomer
1)
TAit-1 = Total aset perusahaan i pada akhir tahun
t-1
ΔREVit = Selisih pendapatan perusahaan i pada
tahun t dengan tahun t-1
PPEit = Property, plant, and equipment
perusahaan i tahun t
ΔRECit = Selisih piutang perusahaan i tahun t
dengan tahun t-1
ROAit = Return on assets perusahaan i pada akhir
tahun t-1
NDACCit= Nondiscretionary accrual perusa-
haan i pada tahun t
Page 9
PENGARUH ASIMETRI INFORMASI.……....………………………..………………..………..............……(Jasman)
103
Εit = Koefisien error
DACCit = Discretionary accrual perusahaan i
pada tahun t
Variabel Kontrol
Variabel kontrol yang digunakan dalam
penelitian ini adalah leverage, ukuran
perusahaan, dan market to book value.
Leverage
Leverage menggambarkan sumber dana
operasional yang digunakan oleh perusahaan
dan dapat digunakan untuk menunjukkan
risiko yang dihadapi perusahaan. Semakin
besar risiko yang dihadapi perusahaan maka
ketidakpastikan akan perolehan laba dimasa
yang akan datang juga akan meningkat
(Agustia, 2013). Leverage dapat dihitung
dengan rumus sebagai berikut:
DER =
Keterangan:
DER = Debt to equity ratio
Total Liabilities = Total kewajiban
Total Equity= Total modal
Ukuran Perusahaan
Praktik manajemen laba yang dilakukan
oleh manajemen dapat ditentukan melalui
ukuran perusahaan.Perusahaan besar
cenderung berhati-hati dalam melakukan
pengelolaan perusahaan dan cenderung
melakukan pengelolaan laba secara efisien dan
efektif (Chirstiani dan Nugrahanti, 2014).
Ukuran perusahaan dalam penelitin ini
dihitung dengan rumus sebagai berikut:
Size = Ln (Total Assets)
Keterangan:
Size= Ukuran perusahaan
Total Assets = Total aktiva
Market to Book Value
Tingginya nilai market to book value
yang dimiliki oleh perusahaan, mengindikasi-
kan bahwa peluang pertumbuhan perusahaan
semakin besar.Hal tersebut memberikan
prospek positif terhadap perusahaan di mata
investor. Oleh karena itu perusahaan dianggap
mampu memberikan kepastian return yang
lebih terjamin terhadap investor dan kreditur
sehingga keduanya mengharapkan return yang
lebih rendah (Rebecca dan Siregar, 2012).
Market to book value dihitung dengan
menggunakan rumus sebagai berikut:
MBV =
Populasi dan Sampel
Penelitian ini mengambil sampel satu
industri yaitu Perusahaan Properti dan Real
Estate yang terdaftar di BEI tahun 2012 –
2014. Dari sebanyak 44 perusahaan Properti
dan Real Estate terpilih 30 perusahaan yang
memenuhi kriteria yang ditentukan.
Analisis Data
Analisis data yang digunakan adalah
korelasi asosiatif yang bersifat kausal.
Pengujian untuk hipotesis menggunakan
analisis regresi berganda. Model penelitian ini
sbb:
Model 1:
DAC = β0 + β Asimetri + β Leverage + β
MBV + β SIZE +
Model 2:
COD = β0 + β Asimetri + β Leverage + β
MBV + β SIZE +
Model 3:
COE = β0 + β Asimetri + β Leverage + β
MBV + β SIZE +
Model 4:
COD = β0 + β DAC + β Asimetri + β
Leverage + β MBV + β Size +
Model5:
COE = β0 + β DAC + β Asimetri + β
Leverage + β MBV + β Size +
Keterangan:
β0 = Konstanta
DACC= Discretionary Accrual
Page 10
JRAK, Volume 12, No 2 Agustus 2016
104
ASIMETRI = Relatif bid-ask spread
COD = Cost of Debt atau biaya utang
COE= Cost of Equity atau biaya ekuitas
Leverage= Total kewajiban terhadap total
ekuitas
MBV= Market to book valueof Equity
Size= Ukuran Perusahaan
= Error
HASIL PENELITIAN DAN
PEMBAHASAN
Hasil Pemilihan Sample
Berdasarkan kriteria sample yang
disampaikan sebelumnya, maka terpilih
sampel yang digunakan dalam penelitian ini
berjumlah 30 sampel perusahaan.dengan total
90 perusahaan selama periode 2012-2014.
Tabel 1
Seleksi Sampel
No Keterangan Jlh
1 Perusahaan property & real estate yang terdaftar di BEI pada tahun 2012-2014
46
2 Perusahaan yang mengalami delisting selama tahun 2012 - 2014
(2)
3
Perusahaan yang tidak menerbitkan laporan keuangan secara lengkap
0
4 Laporan keuangan perusahaan disajikan dalam mata uang asing (selain Rupiah)
0
5 Perusahaan memiliki nilai ekuitas negatif
0
6 Perusahaan yang memiliki saham tidak aktif
9
7
Perusahaan sektor property dan real estate yang berpindah sektor dari sektor property dan real estate
5
8 Jumlah sampel penelitian 30
9 Total sampel penelitian tahun 2012 – 2014
90
Sumber: Data diolah
Hasil Pengujian Hipotesis
Hasil pengujian hipotesis 1 dapat dilihat pada
tabel dibawah ini.
Tabel 2
Hasil Pengujian Model 1
Variabel Terikat: Asimetri Informasi
Variables Coeffi-cients
T Sig.
Constant -2.539 -230.54 0.000
ASIMETRI 5.22E-05 0.396 0.693
DER 0.001 4.503 0.000
MBV -6.57E-07 -0.003 0.998
SIZE -0.006 -1.867 0.065
N 30
F 5.770
Sig F 0.000
Adj R2 0.177
*secara statistik siginikan pada tingkat 5%
Sumber: Data sekunder diolah
Tabel 2 di atas menunjukkan bahwa
asimetri informasi dengan nilai signifikansi
sebesar 0,693 yang berarti menolak Hipotesis
1 (H1) yaitu asimetri informasi tidak
berpengaruh terhadap manajemen laba. Hal ini
karena pihak internal perusahaan yang diteliti
tidak sama sekali melakukan manajemen laba
melalui manipulasi harga saham bid dan ask.
Selain itu, pertumbuhan perusahaan yang baik
dan juga adanya kemungkinan kesalahan pada
pelaporan keuangan terdahulu yang tidak
sesuai dengan kaidah kualitatif mengakibatkan
asimetri informasi tidak berpengaruh terhadap
manajemen laba (Barus dan Setiawati,2015).
Hasil pengujian Hipotesis 2a dapat
dilihat pada tabel 3 dibawah ini:
Tabel 3
Hasil Pengujian Model 2
Variabel Terikat: Biaya Utang
Variables Coef-
ficients
T Sig.
(Constant) 0.210 1.074 0.282
ASIMETRI 0.000 1.429 0.157
DER -0.058 -4.340 0.000
MBV 0.028 1.917 0.059
SIZE -0.005 -0.767 0.445
N 30
F 6.802
Sig F 0.000
Adj R2 0.207
*secara statistik siginikan pada tingkat 5%
Sumber: Data sekunder diolah
Page 11
PENGARUH ASIMETRI INFORMASI.……....………………………..………………..………..............……(Jasman)
105
Tabel 3 diatas menunjukkan asimetri
informasi memperoleh nilai sebesar 0,157
yang berarti menolak Hipotesis 2a (H2a)
sehingga dapat disimpulkan bahwa asimetri
informasi tidak berpengaruh terhadap biaya
utang. Hasil penelitian ini berbeda dengan
penelitian Nuryaman (2014) dan Purwanto
(2012) yang menyatakan bahwa asimetri
informasi berpengaruh psoitif signifikan
terhadap biaya modal ekuitas. Hal ini
disebabkan karena perusahaan cenderung
mengakui utangnya secara benar. Utang yang
besar berpengaruh buruk terhadap kinerja
perusahaan.
Asimetri informasi disebabkan oleh
masalah keagenan. Ketidakseimbangan
informasi antara investor dan manajemen
dapat dikurangi oleh auditor independen, hal
ini menyebabkan timbulnya biaya keagenan.
Auditor sebagai pihak independen bertugas
untuk mengaduit laporan keuangan
perusahaan. Salah satu cara untuk memperoleh
bukti audit, auditor dapat melakukan
konfirmasi terhadap pihak ketiga mengenai
asersi manajemen. Macam-macam konfirmasi
adalah konfirmasi piutang, utang, dan saldo
bank. Oleh karena itu angka komponen biaya
utang sulit untuk dimanipulasi sehingga
asimetri informasi tidak berpengaruh terhadap
biaya utang.
Hasil pengujian Hipotesis 2b dapat dilihat
pada tabel dibawah ini:
Tabel 4
Hasil Pengujian Model 3
Variabel Terikat: Biaya Ekuitas
Variables Coeffi-
cients
T Sig.
Constant -16.383 -4.101 0.000
ASIMET
RI
-0.152 -3.285 0.002
DER -0.091 -0.997 0.323
MBV 0.010 0.108 0.914
SIZE 4.383 3.708 0.000
N 30
F 9.580
Sig F 0.000
Adj R2 0.368
*secara statistik siginikan pada tingkat 5
Sumber: Data sekunder diolah
Hasil pengujian tersebut menunjukkan
tingkat signifikansi asimetri informasi
(ASIMETRI) adalah 0,002 (di bawah 0,05),
namun koefisiennya negatif yang berarti
arahnya berlawanan dengan hipotesis yang
ditetapkan yaitu asimetri informasi
berpengaruh positif terhadap biaya ekuitas.
Oleh karena itu, kesimpulannya adalah
asimetri informasi (ASIMETRI) tidak
memiliki pengaruh terhadap biaya ekuitas
(COE) dan hipotesis 2b (H2b) tidak dapat
diterima/ditolak.
Hal ini disebabkan oleh sektor
property dan real estate merupakan jenis pasar
persaingan tidak sempurna (imperfectly
competitive) di mana terdapat satu atau
beberapa penjual yang menguasai pasar atau
harga, serta satu atau beberapa pembeli yang
menguasai pasar atau harga. Menurut Leuz et
al (2011) pada pasar persaingan tidak
sempurna, tingkat likuiditas pasar
mempengaruhi jumlah informasi yang
tercermin dalam harga saham dan pada
akhirnya akan mengurangi presisi rata-rata
investor sehingga akan meningkatkan biaya
modal. Atau dengan kata lain, tingkat asimetri
informasi dalam perekonomian mempengaruhi
jumlah likuiditas pasar, yang juga
meningkatkan biaya modal .
Pengujian hipotesis 3A dan 4A
dilakukan melalui model 4 yang hasilnya
diperlihatkan pada tabel berikut ini.
Tabel 5
Hasil Pengujian Model 4
Variabel Terikat: Biaya Utang
Variables Coefficients T Sig.
(Constant) -82.695 -4.002 0.000
ASIMETRI 0.000 1.550 0.125
DACC -32.474 -6.018 0.000
DER -0.024 -1.918 0.058
MBV 0.026 2.098 0.039
SIZE -0.012 -2.155 0.034
N 30
F 14.939
Sig F 0.000
Adj R2 0.439
*secara statistik siginikan pada tingkat 5%
Sumber: Data sekunder diolah
Page 12
JRAK, Volume 12, No 2 Agustus 2016
106
Tabel 5 tersebut menunjukkan
manajemen laba memperoleh nilai signifikan
0,000 dan koefisien -32.474. Hasil ini
menginterprestasikan bahwa manajemen laba
berpengaruh terhadap manajemen laba.
Namun demikian, koefisiennya negatif artinya
berlawanan arah dengan hipotesis yang
ditetapkan yaitu manajemen laba berpengaruh
positif. Sehingga kesimpulannya adalah
manajemen laba tidak berpengaruh terhadap
biaya utang dan menolak Hipotesis 3a (H3a).
Hasil penelitian ini konsisten dengan
penelitian Triningtyas dan Siregar (2014) yang
menyatakan bahwa kualitas akrual, kualitas
akrual innate, dan akrual diskresioner tidak
berpengaruh terhadap biaya utang.
Tabel tersebut juga menunjukkan
bahwa manajemen laba memperoleh nilai
signifikansi sebesar 0,000. Hasil ini berarti
Hipotesis 4a (H4a) dapat diterima. Dengan
kata lain dapat disimpulkan bahwa manajemen
laba terbukti dapat memediasi hubungan
antara asimetri informasi dengan biaya utang.
Hipotesis 3B dan 4B diuji melalui model 5
yang hasilnya diberikan pada tabel 6 berikut
ini.
Tabel 6
Hasil Pengujian Model 5
Variabel Terikat: Biaya Ekuitas
Variables Coefficients T Sig.
(Constant) 106.500 0.670 0.506
ASIMETRI -0.151 -3.254 0.002
DACC 48.098 0.774 0.443
DER -0.081 -0.881 0.382
MBV -0.005 -0.058 0.954
SIZE 4.453 3.742 0.000
N 30
F 7.727
Sig F 0.000
Adj R2 0.363
Hasil uji T yang dilakukan pada model 5
menunjukkan bahwa manajemen laba tidak
berpengaruh terhadap biaya ekuitas. Hal ini
dapat dilihat melalui signifikansi manajemen
laba (DACC) sebesar 0,443 (lebih besar dari
0,05). Oleh karena itu, Hipotesis 3b (H3b) pada
penelitian ini ditolak. Hasil penelitian ini
mendukung hasil penelitian yang dilakukan
oleh Purwanto (2012) dan Nuryaman (2014),
namun berbeda dengan hasil penelitian yang
dilakukan oleh Utami (2005), Novianty
(2009), dan Pratista dan Hutomo (2015).
Hasil uji T yang dilakukan model 5 juga
menunjukkan bahwa manajemen laba tidak
berpengaruh terhadap biaya ekuitas. Hal ini
dapat dilihat melalui signifikansi manajemen
laba (DACC) sebesar 0,443 (lebih besar dari
0,05). Oleh karena itu, Hipotesis 4b (H4b) pada
penelitian ini ditolak. Selain itu, dengan tidak
ditemukannya pengaruh manajemen laba
terhadap biaya ekuitas, maka manajemen laba
juga tidak dapat dijadikan sebagai variabel
intervening antara pengaruh asimetri informasi
terhadap biaya ekuitas. Hasil penelitian ini
selaras dengan hasil penelitian Anthony (2008)
dan Nuryaman (2014) yang menyatakan
bahwa manajemen laba tidak terbukti dapat
dijadikan sebagai variabel intervening antara
asimetri informasi terhadap biaya ekuitas.
KESIMPULAN DAN IMPLIKASI
Asimetri informasi tidak berpengaruh
terhadap manajemen laba. Hal ini karena pihak
internal perusahaan yang diteliti tidak sama
sekali melakukan manajemen laba melalui
manipulasi harga saham bid dan ask. Selain
itu, pertumbuhan perusahaan yang baik dan
juga adanya kemungkinan kesalahan pada
pelaporan keuangan terdahulu yang tidak
sesuai dengan kaidah kualitatif mengakibatkan
asimetri informasi tidak berpengaruh terhadap
manajemen laba (Barus dan Setiawati,2015).
Bukti empiris menunjukkan bahwa
asimetri informasi berpengaruh negatif
terhadap biaya ekuitas. Hal ini dapat
disebabkan karena sektor property dan real
estate merupakan jenis pasar persaingan tidak
sempurna (imperfectly competitive) dimana
tingkat asimetri informasi dalam
perekonomian mempengaruhi jumlah
likuiditas pasar, yang juga meningkatkan biaya
modal. Sebaliknya asimetri informasi tidak
berpengaruh terhadap biaya utang. Kondisi ini
terjadi karena utang adalah pos yang sulit
dimanipulasi oleh manajemen mengingat
teknik audit yang mengharuskan auditor
Page 13
PENGARUH ASIMETRI INFORMASI.……....………………………..………………..………..............……(Jasman)
107
melakukan konfirmasi terhadap pihak ketiga
untuk memperoleh bukti audit terhadap asersi
majemen.
Manajemen laba tidak berpengaruh
terhadap biaya ekuitas. Hal ini mengindikasi-
kan bahwa investor tidak hanya melihat hasil
laporan keuangan tetapi melihat faktor lain
dalam mengambil keputusan untuk
menanamkan uang dalam perusahaan tersebut.
Bukti empiris juga menunjukkan bahwa
manajemen laba tidak berpengaruh terhadap
biaya utang. Manajemen laba tidak terbukti
dapat dijadikan sebagai variabel yang
mengintervensi hubungan antara asimetri
informasi terhadap biaya utang. Sebaliknya,
manajemen laba ternyata dapat dijadikan
sebagai variabel yang mengintervensi
pengaruh asimetri terhadap biaya ekuitas.
Saran untuk penelitian selanjutnya
adalah memperluas subjek penelitian dengan
meliti seluruh perusahaan yang terdaftar di
BEI dan menambahkan rentang waktu yang
lebih panjang sehingga dapat memberikan
hasil yang lebih representatif dan
menghasilkan analisis yang lebih baik.
DAFTAR REFERENSI
Agustia, D.. 2013. Pengaruh Faktor Good
Corporate Governance, Free Cash Flow,
dan Leverage terhadap Manajemen Laba.
Jurnal Akuntansi dan Keuangan, 15(1):
27-42.
Amijaya dan Prastiwi. 2013. Pengaruh
Kualitas Audit terhadap Manajemen
Laba. 3Diponegoro Journal of
Accounting, 2 (3).
Arifah. 2012. Praktek Teori Agensi Pada
Entitas Publik dan Non Publik.Prestasi,
9(1).
Barus, Andreani Caroline dan Kiki Setiawati
2015. Pengaruh Asimetri Informasi,
Mekanisme Corporate Governance,
dan Beban Pajak Tangguhan Terhadap
Manajemen Laba. Jurnal Wira
Ekonomi Mikroskil, 5 (01): 31-40.
Christiani, I. Nugrahanti, Y.W. 2014.
Pengaruh Kualitas Audit terhadap
Manajemen Laba. Jurnal
Akuntansi dan Keuangan,16 (1): 52-63.
Daljono.2014. Pengaruh Kualitas Audit
terhadap Manajemen Laba dan Biaya
Modal Ekuitas. Diponegoro Journal of
Accounting, (online), Vol.3, No.1,
(http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/
accounting, diakses 25 Juli 2014).
Dechow, P., and Schrand, C. 2004. Earnings
Quality. The Research Foundation of
CFA Institute.
Firnanti, Friska. 2011. Faktor-faktor yang
Mempengaruhi Struktur Modal
Perusahaan Manufaktur Di Bursa Efek
Indonesia.Jurnal Bisnis dan Akuntansi.
13(2): 119-128
Francis, J., Lafond, R., Olsson, P.,
danSchipper, K. 2005.The Market Pricing
of Accruals Quality. Journal of
Accounting and Economics, 39, 295-327.
Gitman, Lawrence J., danZutter, Chad J. 2012.
Principles of Managerial Finance.
England: Pearson.
Gray, Philip, Phing-sheng koh, dan Yen H.
Tong. 2009. Accruals Quality,
Information Risk, and Cost of Capital:
Evidence from Australia. Journal of
Business & Finance. Vol 36 (1-2): 51-72.
Jensen, M.C and Meckling, W.H. 1976.
Theory of The Firm: Managerial
Behavior, Agency Cost and Ownership
Structure. Journal of Financial and
Economics, Vol. 3 No. 4: 305- 360.
Kesuma, A. 2009. AnalisisFaktor yang
MempengaruhiStruktur Modal Serta
PengaruhnyaTerhadapHargaSaham
Perusahaan Real Estateyang Go Public di
Bursa Efek Indonesia.Jurnal Manajemen
dan Kewirausahaan. 11(1): 38-45.
Kothari, S.P., A.Leone, and C.Wasley
2005.Performance Matched Di
Page 14
JRAK, Volume 12, No 2 Agustus 2016
108
scretionary Accrual Measures .Journal of
Accounting and Economics 39: 163-197.
Leuz, C., Lambert, R.A., & Verrechia,R.E.
2011.Information Asymmetry, Informa-
tion Precision, and the Cost of Capital.
Social Science Research Network.
(http//:www.ssrn.com, diakses 03Maret
2016).
Leuz C, Nanda and P.D. Wysocki. 2003.
“Earnings Management and Investor
Protection: an International Compa-
ration”’ Journal of Financial Economics,
69:505-527.
Machmuddah, et al. 2015.ManajemenLaba,
PengungkapanLingkungan Perusahaan
dan Mekanisme Tata Kelola Perusahaan.
Simposium Nasional Akuntansi 18.
Medan.
Moon, Doocheol, dan Aloke Ghosh.2010.
Corporate Debt Financing and Earnings
Quality. Journal of Business Finance
and Accounting, 37 (5-6): 538-559.
Novianty, Ira. 2009. Pengaruh Asimetri
Informasi Terhadap Praktik Manajemen
Laba dan Implikasinya Terhadap Biaya
Modal Ekuitas. Jurnal Ekono Insentif
Kopwil 4, 3(1): 40-59.
Pratista, Caecilia Antari dan Hutomo, Sigit.
2015. Pengaruh Manajemen Laba
terhadap Biaya Modal Ekuitas
Melalui Pengungkapan Corporate Social
and Environmental Responsibility
sebagaiVariabel Intervening. Jurnal
Ilmiah Akuntansi Fakultas Ekonomi
Universitas Atma Jaya. Yogyakarta.
Prevost, Andrew K, Christopher J. Skousen,
Ramesh P. Rao. 2008. Earnings
Management and the Cost of Debt.
(On Line http//:www.srrn.com)
Purwanto.2012. Pengaruh Manajemen Laba,
Asymmetry Information dan Pengung-
kapan Sukarela Terhadap Biaya
Modal.Simposium Nasional Akuntansi15.
Banjarmasin.
Raharjo, Eko. 2007. Teori Agensi dan Teori
Stewarship dalam Perspektif Akuntansi.
FokusEkonomi, 2(1): 37- 46.
Rebecca, Y. and Siregar, S.V. 2012. Pengaruh
Corporate Governance Index, Kepemi-
likan Keluarga, dan Kepemilikan
Institusional terhadap Biaya Ekuitas dan
Biaya Utang: Studi Empiris pada
Perusahaan Manufaktur yang Terdaftardi
BEI. Simposium Nasional Akuntansi
15. Banjarmasin.
Richardson, V.J. 1998. Information Asym-
metry and earnings management: Some
evidence. (online http://www. srrn.com)
Subramanyam dan Wild.2010. Analisa
Laporan Keuangan.Jakarta: Salemba
Empat
Sugiyono, 2013. Metodologi Penelitian Bisnis.
Bandung: CV Alfabeta.
Sulistyanto, Sri. 2008.ManajemenLaba: Teori
Dan Model Empiris.Grasindo. Jakarta.
Susanto, S. dan Siregar, S.V. 2012.Corporate
Governance, KualitasLaba, dan Biaya
Ekuitas: Studi Empiris Perusahaan
Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa
Efek Indonesia Tahun 2009.
Simposium Nasional Akuntansi15.
Banjarmasin.
Triningtyas dan Siregar. 2014. Pengaruh
Kualitas Akrual Terhadap Biaya Utang
dan Biaya Ekuitas: Studi pada Perusahaan
yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia
Tahun 2005-2011. Simposium Nasional
Akuntansi 17.
Ummah, Muwachchidah. dan Subroto,
Bambang. 2014. PendanaanUtang
Perusahaan dan Kualitas Laba. Jurnal
Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Brawijaya.
Page 15
PENGARUH ASIMETRI INFORMASI.……....………………………..………………..………..............……(Jasman)
109
Utami, Wiwik. 2005. Pengaruh Manajemen
Laba Terhadap Biaya Modal Ekuitas
(Studi Pada Perusahaan Publik Sektor
Manufaktur).SimposiumNasional
Akuntansi VIII. Solo.
Wardani dan Masodah.2011. Pengaruh
Asimetri Informasi, Struktur Kepemilikan
Manajerial, dan Leverage terhadap
Praktik Manajemen Laba dalam Industri
Perbankan di Indonesia.Proceeding
PESAT (Psikologi, Ekonomi, Sastra,
Arsitektur&Sipil). 4(1): 128-134.
Woodcock,J., H.R. Whiting, 2009. Intellectual
Capital Disclosure by Australian
Companies. Paper disajikan dalam
AFAANZ Conference, Adelaide,
Australia.