Page 1
RHEMA (Jurnal Teologi Biblika dan Praktika) Vol. 5 No. 2 Desember 2019 // ISSN: 2716 0548 (e) 27164306 (p) | 53
Pengaruh Ajaran Doa Bapa Kami Berdasarkan Matius 6:5-15 Terhadap Kesediaan Mengampuni Kesalahan Sesama Jemaat
Ratri Kusuma Wijaya STT Yestoya Malang [email protected]
Abstrak
Masih banyaknya orang mengalami kesulitan melakukan pengampunan dengan benar, karena serangkaian sebab, apalagi karena pengertian pengampunan yang salah. Satu bagian penting dalam Doa Bapa Kami (Mat. 6:5-15) adalah pengampunan. Peneliti mengkaji aplikasinya di lingkungan jemaat GPdI Lembah Dieng Malang dengan tujuan untuk mengetahui tingkat pemahaman jemaat GPdI Lembah Dieng Malang tentang ajaran Doa Bapa Kami, tingkat kesediaan jemaat GPdI Lembah Dieng Malang dalam mengampuni kesalahan sesamanya, dan seberapa besar pengaruh kedua variabel itu. Penelitian kuantitatif ini menggunakan teknik korelasi Pearson Product Moment dengan instrumen berbentuk kuesioner dengan jumlah responden 65 orang. Hasil uji hipotesis menyatakan pengaruh pemahaman pada tindak pengampunan secara signifikan kuat sebesar 41,4 %.
I. PENDAHULUAN
Lima bidang disiplin yang harus dilatih dalam diri seorang Kristen, yaitu:
pendalaman Alkitab, doa, ibadah dan penyembahan, pelayanan dan penatalayanan
(Sproul, 2004). Dari kelima bidang disiplin ini, peneliti membahas masalah doa, yang
berfungsi sebagai satu bagian dalam persekutuan dengan Allah. Namun, doa telah
kekurangan aspek kekaguman dan aspek menghormati serta identik dengan
rutinitas, ritual dan formula baku yang tidak dinamis (Arthur, 1981) dan hanya
dibutuhkan pada keadaan sudah terjepit.
Pengajaran “Doa Bapa Kami” merupakan bagian khotbah Tuhan Yesus di
bukit (Mat. 5-7) dan dimasukkan atau tidak dalam liturgi gereja (Situmorang, 2011).
Saphir (1984) menyatakan Doa Bapa Kami sebagai model karena kesederhanaan
dan kepraktisannya ketika diajarkan dan berisi pengampunan sebagai pusat dari
pelayananNya karena suatu perintah Tuhan kepada setiap pengikut-Nya. Masih
banyaknya orang mengalami kesulitan melakukan pengampunan dengan benar
karena luka-luka batin yang berkepanjangan, tubuh yang tidak sehat, dan pengertian
yang salah akan pengampunan.
Berkaitan dengan hal itu, peneliti meneliti pengaruh ajaran Doa Bapa Kami
tersebut terhadap kesediaan mengampuni kesalahan sesama di GPdI Lembah
Dieng, Malang dengan hipotesis ada pengaruh antar dua variabel di atas. Maka
tujuan penelitian ini ialah mengetahui tingkat pemahaman tentang ajaran Doa Bapa
Kami sebagaimana tertulis dalam Matius 6:5-15, tingkat kesediaan dalam
mengampuni kesalahan sesamanya, serta seberapa besar pengaruh kedua variabel
itu pada jemaat GPdI Lembah Dieng.
Penelitian ini bermanfaat bagi kepentingan akademis di bidang Bibliologi dan
kepentingan praktika pelayanan seperti penatalayanan gereja, khususnya di GPdI
Lembah Dieng, Malang dan menjadi acuan bagi gembala sidang untuk
Page 2
RHEMA (Jurnal Teologi Biblika dan Praktika) Vol. 5 No. 2 Desember 2019 // ISSN: 2716 0548 (e) 27164306 (p) | 54
meningkatkan kerohanian jemaat khususnya doa bagi jemaat GPdI Lembah Dieng,
Malang.
Khotbah di Bukit yang mirip manifesto merupakan bagian yang mungkin
paling dikenal orang dari seluruh ajaran Yesus, meskipun barangkali yang tidak
paling dimengerti, dan yang pasti paling tidak ditaati. Khotbah itu terdapat dalam Injil
Matius menjelang awal pelayan Yesus di depan umum (Stott, 2008).
Ensiklopedi Alkitab Masa Kini (2002) menyebutkan bahwa doa adalah
perbuatan tertinggi dan sarana komunikasi (Oh, 2006) yang dapat dilakukan oleh roh
manusia sebagai persekutuan dengan Allah, selama penekanannya diberikan
kepada prakarsa illahi sejalan dengan kehendak Tuhan (Tahapary, 2000).
Jika hendak berdoa dengan berhasil, orang percaya harus menyesuaikan
pikirannya dengan pikiran Allah dan sikap orang percaya haruslah benar dalam
hubungannya dengan sikap Allah (Cho, 1985) dan ukuran dasarnya ialah firman
Allah. Tuhan Yesus mengajar murid-murid-Nya berdoa dan menerapkan doa Tuhan
berarti hidup dalam kehendak Allah (Situmorang, 2011) dalam kehidupan sehari-hari.
Doa yang benar menurut ajaran Tuhan Yesus adalah yang mempunyai
hubungan secara pribadi dengan Allah, yang dimulai dari kamar, yang dimulai secara
pribadi (Verkuyl, 1999) dan mengibaratkan tempat untuk bersembunyi supaya tidak
lihat orang (Newman, 1998) sebagai tempat pribadi yang tenang dan tentram, tempat
bagi orang beriman menikmati pertemuan dengan Bapa surgawinya (Wright, 2003).
Ini bukan berarti doa bersama tidak penting. Berdoa di depan umum atau berdoa
bersama sangat baik karena dapat saling mendoakan dan menguatkan dalam
kesehatian. Namun, doa itu harus tertuju kepada Allah sang Bapa yang melihat hal
tersembunyi dan tidak kepada saudara-saudara yang berdoa bersama-sama dengan
kita. Tujuan Yesus menekankan “kerahasiaan” doa itu adalah demi kemurnian
motivasi doa yaitu kasih sejati kepada Allah (Stott, 2008).
Matius 6:5 berbicara tentang cara berdoa yang tidak benar seperti orang
munafik, bermuka dua yaitu di balik kesalehan mereka tersembunyi kesombongan
dan keangkuhan diri (Stott, 2008) dengan cara berdiri dengan menengadah di rumah
ibadat atau ditepi jalan. Hal yang terpenting dalam berdoa bukanlah posisinya dan
melanggar peraturan, melainkan motivasinya dalam doa. Matius 6:7 menolak doa
yang diulang-ulang dan panjang lebar kepada-Nya. Doa yang efektif tidak diukur oleh
seberapa kerasnya atau seberapa lamanya berdoa (Situmorang, 2011). Doa yang
Yesus ajarkan merupakan pengalaman-Nya dengan Bapa-Nya di surga (Mat. 6:9).
Ungkapan “berdoalah demikian” menggambarkan bahwa dasar, prinsip, dan arti doa
sesungguhnya adalah hubungan yang akrab dan manis, ikatan kasih dan komunikasi
antara Bapa dengan anaknya, dan sebaliknya (Situmorang, 2011).
Kata pendahuluan (Mat. 6:9) menempatkan diri orang percaya sendiri,
sehingga orang percaya memiliki hubungan yang indah,dengan Bapa (Wright, 2003).
Keintiman doa dalam hubungan intim antara Bapa dengan anak (Hunter, 1981), dan
merupakan pengakuan iman untuk menjadi dasar dalam membangun doa
(Gondowijoyo, 2007).
Konsep tentang Allah ini menjadi “dasar daripada keberadaan (manusiawi)”,
sungguh tak tersesuaikan dengan citra Allah selaku Bapa Surgawi. Allah sama
Page 3
RHEMA (Jurnal Teologi Biblika dan Praktika) Vol. 5 No. 2 Desember 2019 // ISSN: 2716 0548 (e) 27164306 (p) | 55
merupakan suatu pribadi, malah lebih dari itu (Stott, 2008), Allah yang memelihara
segala ciptaan-Nya, tapi adalah juga “Bapa” yang mengasihi, tempat meminta,
mengadu dan tumpuan segala pengharapan, puja dan puji (Roberts, 1996). Ia juga
memberikan keberanian kepada umat-Nya untuk memanggil-Nya “Bapa” dengan
mengutus Roh yang mengangkat umat-Nya menjadi anak-anak Allah (Cho, 1985).
Bapa (Pater) dalam bahasa Yunani mempunyai arti: pemberi
makan/pemelihara (nourisher), pelindung (protector), penopang (upholder); sebutan
“bapa” kepada Allah juga menyangkut tanggung jawab atas kehidupan anak-Nya
(Mat. 7:7) sebagai ungkapan kasih Allah Bapa sebagai kasih agape, yaitu kasih yang
hanya memberi tanpa menuntut atau mengharapkan balasan (Situmorang, 2011).
Kata “dikuduskanlah” dalam bahasa Yunani adalah agiastheto dari akar kata
agiazo berarti menjadikan kudus (to make holy). Bentuk pasif kata ini merupakan
cara orang Yahudi menggambarkan tindakan ilahi tanpa harus menyebut nama
Allah. Hal ini menunjukkan bahwa subjek pengudusan adalah Allah (Hutauruk,
2006). Ungkapan ini bertujuan membimbing manusia mengagungkan nama Bapa
dalam hati dan pikiran mereka (Wright, 2003; Oh, 2006).
Menguduskan nama Tuhan dapat diwujudkan dalam iman, melalui sikap,
perkataan dan perbuatan dan menjadi berkat bagi orang lain. Memiliki iman yang
teguh dalam Tuhan adalah hal yang menyenangkan hati Tuhan dan memuliakan
namaNya (Brill,1993). Dalam Matius 6:10 ketika Kerajaan Allah turun, umat-Nya
akan menerima kebenaran, kasih, damai sejahtera dan sukacita oleh Roh Kudus,
(Rm. 14:17). Datanglah kerajaan-Mu berarti menjadikan Yesus sebagai raja yang
memerintah hati dan seluruh hidup orang Kristen. Orang Kristen menempatkan Dia
di hati dan hidupnya yang kudus (Situmorang, 2011).
Meski manusia sebagai pribadi itu otonom, merdeka dan berkehendak pribadi,
namun berhadapan dengan Allah manusia merasakan ketergantungan yang
mendalam. Rasa ketergantungan itu semakin dirasakan dalam doa. Manusia tidak
hanya dituntut untuk menyesuaikan kehendaknya dengan kehendak Allah, tetapi
mengubah kehendak menjadi patuh dan taat kepada kehendak Allah (Darminta,
1983).
Beberapa cara menemukan kehendak Tuhan (Chun, 2004) di dalam Yesus
Kristus, beribadah dengan segenap hati yang sudah diubahkan. Kehendak Allah
sudah dinyatakan di surga dan di bumi, tempat manusia berada dan terjadi ketika
namaNya dikuduskan dan kerajaan Allah diizinkan hadir dalam hidup manusia. Allah
telah menetapkan kehendak-Nya sempurna di surga, dan Yesus mendorong umat-
Nya untuk berharap bahwa orang percaya dapat melihat hal-hal besar di bumi.
Seluruh kebutuhan manusia tergantung pada Allah dan bersifat material
(makanan sehari-hari, Matthew 6:11), spiritual (6:12), dan moral (6,13). Kata
“berikanlah” dalam bahasa Yunani adalah ton dari kata dasar (dos), yang artinya
“(sungguh-sungguh) memberikan apa yang menjadi kebutuhan paling mendasar bagi
manusia, “makanan” (arton). Menurut Oh (2006) makanan sehari-hari yang dimaksud
mencakup semua yang diperlukan untuk hidup setiap hari demi kelangsungan
hidupnya, supaya manusia dapat menunaikan kewajiban rohaninya, dengan baik dan
Page 4
RHEMA (Jurnal Teologi Biblika dan Praktika) Vol. 5 No. 2 Desember 2019 // ISSN: 2716 0548 (e) 27164306 (p) | 56
wajar sesuai rencana penciptaNya (Wright, 2003), termasuk makanan rohani (Stott,
2008).
Mengampuni adalah kebutuhan spiritual manusia. Kata “Ampunilah” ς
(apes) berasal dari kata (apiemi). adalah gabungan dari dua kata,
(apo) suatu partikel utama; yang artinya, menjauh (dari sesuatu yang dekat), dalam
beragam pengertian (tempat, waktu, atau hubungan; baik secara harfiah maupun
secara kiasan): setelah, lalu, pada, oleh karena, sebelum, oleh, bagi, selanjutnya,
keluar, dari, dalam, keluar dari, sejak, dengan. Dalam gabungan kata (sebagai
awalan) kata ini biasanya berarti pemisahan, kepergian, penghentian,
penyempurnaan, pembalikkan, dsb; dan kata iemi) mengirim; suatu betuk
intensif dalam beragam penerapan antara lain mengampuni (Strong). Fungsi dari
mood imperatif itu untuk mengungkapkan tindakan yang disadari dengan melakukan
keinginan dari orang pertama atas pihak lain.
Kesalahan ( ) merupakan bentuk jamak (plural) dari kata
, yang berarti hutang, tanggungan, secara moral berarti kesalahan“…Seperti
juga kami mengampuni orang yang bersalah kepada kami”.
Seperti juga, ς, merupakan kata keterangan (adverb) yang memiliki arti: yang
mana, yaitu, seperti itu juga (dengan cara yang sama), menurut, seperti, dan
menunjukkan adanya kesetaraan/kesamaan nilai antara tindakan mengampuni orang
lain dengan tindakan pengampunan yang diharapkan dari Allah. Orang yang
bersalah ditulis dalam bentuk jamak, berarti orang-orang yang
berhutang, siapapun yang bersalah kepadanya, dan apapun bentuk
kesalahannya,harus diampuni sebagai persyaratan sebelum orang Kristen dapat
memohon pengampunan dosanya kepada Tuhan.
Terminologi dosa dalam Perjanjian Baru diwakili dalam lima kata: “Hamartia”
(kegagalan untuk selaras dengan standar Allah), “paraptoma” (dosa dipahami
sebagai hasil dari kejatuhan), “parabasis” (tindakan melanggar batas atau standar
yang ditetapkan oleh Tuhan), “anomia” (kesempatan untuk memberontak kepada
Tuhan serta ketetapan-Nya), “opheilema” (hutang karena tidak mentaati Tuhan)
(MacArthur, 1985).
Pengampunan adalah suatu kewajiban yang harus dilakukan seperti “kami
juga mengampuni orang yang bersalah kepada kami”, suatu gaya hidup sebanyak
tujuh puluh kali tujuh kali. Matius 6:15 merupakan kalimat kondisional/pengandaian
seperti di ayat 14. Kata mengampuni di ayat ini dari pihak orang percaya kepada
sesama manusia (subjunctive mood) maupun dari pihak Bapa kepada
manusia/orang percaya Pengampunan yang dimaksud dalam ayat-ayat ini
merupakan pengampunan yang berlangsung sekali dan bersifat total, sekali untuk
seterusnya, bukan pengampunan yang berulang-ulang.
Bila di ayat 12 kesalahan atau dosa digambarkan sebgai hutang (opheilema),
maka dibagian ayat 14 dan 15, kesalahan mempergunakan kata “paraptoma”.
Sehingga “kesalahan” dalam bagian ini bisa kita pahami sebagai suatu pelanggaran,
sebuah penyimpangan dari kebenaran yang telah ditetapkan (Hendriksen, 1992).
Pengampunan merupakan kata tunggal yang merangkumkan keseluruhan injil dan
Page 5
RHEMA (Jurnal Teologi Biblika dan Praktika) Vol. 5 No. 2 Desember 2019 // ISSN: 2716 0548 (e) 27164306 (p) | 57
etika kristiani (Brunner, 2004). Pengampunan itu menuntut suatu ketetapan hati
untuk tidak menuntut pembalasan, tetapi melepaskan pengampunan dan untuk
mengasihi, harga yang mesti dibayar seperti Allah mengampuni dosa-dosa manusia
dengan kematian Yesus di kayu salib, dan tidak menuntut balas dan mengusahakan
pemulihan serta suatu ketekunan dan kebulatan hati untuk mengampuni serta
mengusahakannya (Unarto, 2007).
Mengampuni berarti memaafkan seseorang atau sesuatu perbuatan; berhenti
menyalahkan atau merasa dendam terhadap suatu perbuatan atau pelaku perbuatan
itu; atau membatalkan atau membebaskan suatu utang (Kamus Bahasa Indonesia,
2002). Hambatan yang harus diatasi dalam memberi pengampunan adalah
kesombongan, ketakutan, keinginan membalas dendam, dan tekanan-tekanan sosial
(Bristol & Mcginnis, 1999).
Ukuran kedewasaan seorang Kristen salah satunya dilihat dari
kemampuannya melepaskan pengampunan. Semakin mudah mengampuni
kesalahan orang lain, semakin dewasa karakternya (Gautama, 2006). Pengampunan
yang sejati terjadi bila kedua belah pihak saling menyadari dan memahami bahwa
pertobatan itu benar-benar murni dan hubungan yang benar dicapai (Augsburger,
1998). Paulus menuliskan bahwa kasih-memahami orang lain-lebih besar daripada
wawasan yang luas (1Kor. 13:2).
Memahami bukan berarti menerima tanpa syarat, tetapi menerima dalam
setiap kondisi dan situasi. Sikap baru (Carter, 2001) yaitu dengan rendah hati kita
terlebih dahulu memperhatikan dan mempedulikan kebutuhan dan kesejahteraan
orang lain lebih penting daripada kesejahteraan dirinya (Zoschak, 2000; Gautama,
2006).
Pengampunan itu suatu pilihan yang harus dilakukan dengan sadar dan rela
(Unarto, 2007). Pengampunan yang diberikanNya adalah kekal; dan orang percaya
yang sudah menerima pengampunanNya wajarlah memberi pengampunan kepada
mereka yang bersalah kepada sesamanya dengan mengingat semua kebaikan-
kebaikan, berkat-berkat, perhatian yang telah dilakukannya baginya sehingga
kasihnya kepadanya semakin bertambah-tambah (Mat. 5:44).
II. METODE
Kerlinger (2002) menyebutkan penelitian ilmiah bersifat sistematis, dan empiris,
yang terarah, terprediksi, terukur dan dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya
secara logis karena menggunakan metode ilmiah dengan prosedur, analis data, dan
pengukuran yang akan dilakukan dengan tepat dan matang (Subyantoro dan
Suwarto, 2007).
Paradigma penelitian positivis ini (Subagyo, 2004) menekankan batasan
operasional dan variabel bebas serta variabel terikat dengan pendekatan kuantitatif
dengan analisis regresi yang berpangkal dari peristiwa-peristiwa yang dapat diukur
secara kuantitatif, atau dinyatakan dalam angka-angka (skala, indeks, rumus dan
sebagainya) untuk mendeteksi sampai sejauh mana variasi-variasi pada suatu faktor
berkaitan atau berkorelasi dengan variasi-variasi pada faktor lain, yang didasarkan
Page 6
RHEMA (Jurnal Teologi Biblika dan Praktika) Vol. 5 No. 2 Desember 2019 // ISSN: 2716 0548 (e) 27164306 (p) | 58
pada koefisien korelasi atau untuk mengetahui hubungan atau relasi-relasi antara
fenomena-fenomena (Kerlinger, 2002) atau bivariate atau bivariate correlation.
Analisis regresi juga digunakan dalam penelitian ini untuk melihat regresi variabel X
terhadap variabel Y atau mengkaji secara statistik bagaiman skor X mempengaruhi
skor Y dengan korelasi product moment.
Populasi penelitian adalah jemaat yang menjadi anggota jemaat Gereja
Pantekosta di Indnesia, Lembah Dieng Malang, yang jumlahnya 95 orang: 30 orang
sebagai responden validasi dan 65 untuk responden penelitian (Subagyo, 2004)
pada bulan Agustus 2011.
Metode pengumpulan data yang akan digunakan adalah administrasi
instrument berupa angket/kuesioner. Prosedur pengumpulan data yang
direncanakan untuk penelitian ini adalah
membuat kerangka teori berupa parameter, indikator beserta daftar pertanyaan
untuk kuesioner yang diujikan kepada responden di lapangan dalam hal validitas
serta reliabilitasnya dengan bantuan program komputer dan setelah diperbaiki
disebarkan ke responden dan mentabulasi data yang diperoleh ke dalam bentuk
tabel.
Daftar pertanyaan kuesioner dalam penelitian ini menggunakan skala Likert
yang terdiri atas lima tingkatan dengan skor dari 1 sampai 5 (tabel 1) dengan kisi-kisi
untuk variable X (tabel 2) dan variable Y (tabel 3).
Tabel 1: Skala Likert Sangat setuju Nilai Skor 5 Setuju Nilai Skor 4 Ragu-ragu Nilai Skor 3 Tidak setuju Nilai Skor 2 Sangat tidak setuju Nilai Skor 1
Tabel 2: Kisi-kisi Kuesioner Variabel X: Ajaran Tentang Doa Bapa Kami
No.
Indikator Item pertanyaan
1. Pengakuan Manusia Tentang Otoritas Allah 1,2,3,4,5,6,7,8,9,10,11,12, 13,14
2. Kesadaran Manusia Tentang Ketergantungannya Pada Allah
15,16,17,18,19,20,21,22,23, 24,25,26,27,28,29
Tabel 3: Kisi-kisi kuesioner variabel Y: Kesedian Mengampuni Kesalahan Sesama variabel Y Item pertanyaan
Kesedian Mengampuni Kesalahan Sesama
30,31,32,33,34,35,36,37,38,39,40,41,42,43,44,45,46,47,48,49,50,51,52,53,54,55,56
Tujuan utama dari uji validitas adalah untuk memeriksa apakah isi kuesioner
sudah cukup dipahami oleh semua responden, yang diindikasikan dengan kecilnya
prosentase jawaban responden yang terlalu menyimpang jauh dari rata-rata jawaban
responden lain. Uji validitas konstruk dilakukan dengan cara mengujicobakan angket
Page 7
RHEMA (Jurnal Teologi Biblika dan Praktika) Vol. 5 No. 2 Desember 2019 // ISSN: 2716 0548 (e) 27164306 (p) | 59
kepada 30 orang responden. Data yang diperoleh ditabulasi dan dianalisis dengan
pendekatan konsistensi internal, mengkorelasikan skor masing-masing item dengan
total skor item dengan teknik korelasi Pearson Product Moment. Hasil korelasi (r-
hitung) dibandingkan dengan r-tabel sebesar 0,361 (n=30, α=0,05). Butir pernyataan
dianggap valid jika r-hitung positif > r-tabel. Sebaliknya, butir pertanyaan dianggap
tidak valid dan tidak bisa digunakan sebagai instrumen penelitian jika r-hitung < r-
tabel. Taraf signifikasi (α) ditentukan sebesar 0,05. Hasil pengujiannya ada pada 4
dan 5.
Tabel 4: Hasil Validasi Variabel X
Item r-hitung r-tabel Keterangan Kasimpulan
1 0,187 0,361 r-hitung<r-tabel drop
2 0,360 0,361 r-hitung<r-tabel drop
3 0,578 0,361 r-hitung>r-tabel valid
4 0,596 0,361 r-hitung>r-tabel valid
5 0,570 0,361 r-hitung>r-tabel valid
6 0,613 0,361 r-hitung>r-tabel valid
7 0,530 0,361 r-hitung>r-tabel Valid
8 0,570 0,361 r-hitung>r-tabel Valid
9 0,613 0,361 r-hitung>r-tabel Valid
10 0,469 0,361 r-hitung>r-tabel Valid
11 0,652 0,361 r-hitung>r-tabel Valid
12 0,661 0,361 r-hitung>r-tabel Valid
13 0,546 0,361 r-hitung>r-tabel Valid
14 0,435 0,361 r-hitung>r-tabel Valid
15 0,421 0,361 r-hitung>r-tabel Valid
16 0,356 0,361 r-hitung<r-tabel Drop
17 0,625 0,361 r-hitung>r-tabel Valid
18 0,052 0,361 r-hitung<r-tabel Drop
19 0,587 0,361 r-hitung>r-tabel Valid
20 0,605 0,361 r-hitung>r-tabel Valid
21 0,563 0,361 r-hitung>r-tabel Valid
22 0,692 0,361 r-hitung>r-tabel Valid
23 0,626 0,361 r-hitung>r-tabel Valid
24 0,625 0,361 r-hitung>r-tabel Valid
25 0,664 0,361 r-hitung>r-tabel Valid
26 0,756 0,361 r-hitung>r-tabel Valid
27 0,490 0,361 r-hitung>r-tabel Valid
28 0,218 0,361 r-hitung<r-tabel Drop
29 0,288 0,361 r-hitung<r-tabel Drop
Tabel 5: Hasil Validasi Variabel Y
Item r-hitung r-tabel Keterangan Kasimpulan
30 0,709 0,361 r-hitung>r-tabel Valid
31 0,654 0,361 r-hitung>r-tabel Valid
32 0,121 0,361 r-hitung<r-tabel Drop
33 0,157 0,361 r-hitung<r-tabel Drop
34 0,341 0,361 r-hitung<r-tabel Drop
35 0,340 0,361 r-hitung<r-tabel Drop
36 0,212 0,361 r-hitung<r-tabel Drop
37 0,536 0,361 r-hitung>r-tabel Valid
Page 8
RHEMA (Jurnal Teologi Biblika dan Praktika) Vol. 5 No. 2 Desember 2019 // ISSN: 2716 0548 (e) 27164306 (p) | 60
38 0,578 0,361 r-hitung>r-tabel valid
39 0,752 0,361 r-hitung>r-tabel Valid
40 0,730 0,361 r-hitung>r-tabel Valid
41 0,797 0,361 r-hitung>r-tabel Valid
42 0,762 0,361 r-hitung>r-tabel Valid
43 0,715 0,361 r-hitung>r-tabel Valid
44 0,707 0,361 r-hitung>r-tabel Valid
45 0,674 0,361 r-hitung>r-tabel Valid
46 0,552 0,361 r-hitung>r-tabel Valid
47 0,753 0,361 r-hitung>r-tabel Valid
48 0,734 0,361 r-hitung>r-tabel Valid
49 0,350 0,361 r-hitung<r-tabel Drop
50 0,831 0,361 r-hitung>r-tabel Valid
51 0,841 0,361 r-hitung>r-tabel Valid
52 0,729 0,361 r-hitung>r-tabel Valid
53 0,778 0,361 r-hitung>r-tabel Valid
54 0,780 0,361 r-hitung>r-tabel Valid
55 0,774 0,361 r-hitung>r-tabel Valid
56 0,723 0,361 r-hitung>r-tabel Valid
Uji reliabilitas dilakukan dengan membelah tes menjadi dua bagian. item-item
bernomor ganjil dan bernomor genap. Penghitungan korelasi antar kedua belahan
tes tersebut dilakukan dengan teknik split-half Spearman-Brown. Instrumen dianggap
reliabel jika koefisien reliabilitas internal seluruh instrumen (r j-hitung ) lebih besar dari
r-tabel (rj-hitung > r-tabel). Taraf signifikansi (α ) ditentukan sebesar 5% (0,05). Hasil
pengujiannya pada tabel 6 dan 7.
Tabel 6
Tabel 7
Case Processing Summary
30 100,0 0 ,0
30 100,0
Valid Excluded a
Total
Cases N %
Listwise deletion based on all variables in the procedure.
a.
Page 9
RHEMA (Jurnal Teologi Biblika dan Praktika) Vol. 5 No. 2 Desember 2019 // ISSN: 2716 0548 (e) 27164306 (p) | 61
Dari out put di atas didapatkan reliabilitas alat ukur melalui pengujian split half
Spearman-Brown (rj-hitung) = 0,970 dan instrumen itu reliabel karena nilai koefisien
korelasi antar belahan lebih besar dari r-tabel (n=30, α=5%) = 0,361.
III. HASIL DAN PEMBAHASAN
Prosedur atau langkah-langkah untuk menganalisis data adalah
mentabulasikan dalam tabel untuk diuji kesahihannya dengan uji validitas dan untuk
mengukur konsistensi responden dengan uji reliabilitas, menganalisis hubungan dua
variabel dengan menggunakan pearson dan analisis regresi linear sederhana untuk
mengetahui seberapa besar regresi Y terhadap X dengan uji korelasi, dan terakhir
menyimpulkan atau menafsirkan hasil analisis hubungan dua variabel dan regresi
linear sederhana dalam bentuk pernyataan kalimat.
Analisis ini untuk melihat seberapa besar pengaruh ajaran Doa Bapa Kami
berdasarkan Matius 6:5-15 terhadap kesediaan mengampuni kesalahan sesama di
antara jemaat GPdI Lembah Dieng, Malang. Tabel 8 merupakan pedoman untuk
menafsirkan tingkat pengaruh variabel X (ajaran Doa Bapa Kami) dengan variabel Y
(kesediaan mengampuni kesalahan sesama).
Tabel 8: Interprestasi Tabel “r” Besarnya nilai “I” Interprestasi
Antara 0,800-1,000 Sangat tinggi
Antara 0,600-0,800 Tinggi
Antara 0,400-0,600 Cukup
Antara 0,200-0,400 Rendah
Kurang dari 0,200 Sangat rendah
Untuk mengetahui besarnya pengaruh naik turunnya variabel X terhadap naik
turunnya variabel y digunakan rumus: KP = r² di mana KP adalah koefisien penentu,
dan r adalah koefisien pengaruh dua variabel (Supranto, 2000).
Reliability Statistics
,904 22 a
,931 22 b
44
,941
,970 ,970
,969
Value N of Items
Part 1
Value N of Items
Part 2
Total N of Items
Cronbach's Alpha
Correlation Between Forms
Equal Length
Unequal Length
Spearman-Brown Coefficient
Guttman Split-Half Coefficient
The items are: 1, 3, 5, 7, 9, 11, 13, 15, 17, 19, 21, 23, 25, 27, 29, 31, 33, 35, 37, 39, 41, 43.
a.
The items are: 2, 4, 6, 8, 10, 12, 14, 16, 18, 20, 22, 24, 26, 28, 30, 32, 34, 36, 38, 40, 42, 44.
b.
Page 10
RHEMA (Jurnal Teologi Biblika dan Praktika) Vol. 5 No. 2 Desember 2019 // ISSN: 2716 0548 (e) 27164306 (p) | 62
Nilai koefisien penentu ini menunjukkan besarnya pengaruh ajaran Doa Bapa
Kami berdasarkan Matius 6:5-15 terhadap kesediaan mengampuni kesalahan
sesama di antara jemaat GPdI Lembah Dieng, Malang.
Tabel 9: Deskripsi Data Variabel X
Dari tabel di atas diketahui Mean = 104,7231, Median = 104, Mode = 101, Standar
Deviasi = 7,30691, Varians = 53,391, Skewness -0,556, Kurtosis -0,128, range 28,
Minimum 87, Maksimum 115. Histogramnya ada pada diagram 1.
Statistics
Doa Bapa Kami
65 0
104,7231
104,0000 101,00 a
7,30691 53,391
-,556 ,297
-,128
,586 28,00 87,00
115,00
Valid Missing
N
Mean
Median Mode Std. Deviation Variance
Skewness Std. Error of Skewness Kurtosis Std. Error of Kurtosis Range Minimum Maximum
Multiple modes exist. The smallest value is shown a.
Page 11
RHEMA (Jurnal Teologi Biblika dan Praktika) Vol. 5 No. 2 Desember 2019 // ISSN: 2716 0548 (e) 27164306 (p) | 63
Diagram 1: Histogram Doa Bapa Kami
Klas (k) untuk kategori ditentukan dalam tiga kriteria: rendah,sedang, tinggi.
Rendah artinya jemaat GPdI lembah dieng malang kurang paham mengenai ajaran
Doa Bapa Kami berdasarkan Matius 6:5-15. Sedang artinya jemaat GPdI Lembah
Dieng Malang cukup paham mengenai ajaran doa bapa kami berdasarkan matius
6:5-15. Tinggi, artinya jemaat GPdI Lembah Dieng Malang paham tentang ajaran
doa bapa kami berdasarkan matius 6:5-15. Membaca data deskripsi maknanya
sebagai berikut:
Klas Kategori Keterangan
87-97 Rendah 104,72
98-108 Sedang Kategori: sedang
109-119 Kuat Jadi jemaat GPdI Lembah Dieng, cukup paham mengenai ajaran doa bapa kami berdasarkan Matius 6:5-15
Pemahaman jemaat tentang tentang ajaran doa bapa kami berdasarkan
matius 6:5-15 (X). Interval klas (i) diperoleh dari range dibagi klas (R/k) = 28:3 = 9,3
85.00 90.00 95.00 100.00 105.00 110.00 115.00 Doa Bapa Kami
0
2
4
6
8
10
12
14
Frequency
Mean = 104.7231 Std. Dev. = 7.30691 N = 65
Histogram
Page 12
RHEMA (Jurnal Teologi Biblika dan Praktika) Vol. 5 No. 2 Desember 2019 // ISSN: 2716 0548 (e) 27164306 (p) | 64
dibulatkan menjadi 10. dimasukkan dalam rumus tabel 3 kategori: i.k ≥ R + 1, 10x3 ≥
28 + 1, 30 ≥ 29.
Tabel 10: Deskripsi Data Variabel Y
Dari tabel di atas diketahui Mean = 89,8769, Median = 86, Mode 105, Standar
Deviasi 10,11729, Varians = 102,360, Skewness 0,266, Kurtosis -1,195, Range 33,
Minimum 72, Maksimum 105. Histogram mengampuni ada pada diagram 2.
Statistics
Mengampuni
65
0 89,8769 86,0000 105,00
10,11729
102,360 ,266 ,297
-1,195 ,586
33,00 72,00
105,00
Valid
Missing
N
Mean
Median Mode Std. Deviation Variance Skewness Std. Error of Skewness Kurtosis Std. Error of Kurtosis Range Minimum Maximum
Page 13
RHEMA (Jurnal Teologi Biblika dan Praktika) Vol. 5 No. 2 Desember 2019 // ISSN: 2716 0548 (e) 27164306 (p) | 65
Klas (k) untuk kategori ditentukan dalam tiga kriteria: rendah, sedang, tinggi.
Rendah artinya jemaat GPdI Lembah Dieng Malang tidak bersedia mengampuni
kesalahan sesama. Sedang artinya jemaat GPdI Lembah Dieng Malang kadang-
kadang bersedia mengampuni kesalahan sesama. Tinggi, artinya jemaat GPdI
Lembah Dieng Malang selalu bersedia mengampuni kesalahan sesama. Membaca
data deskripsi maknanya sebagai berikut:
Klas Kategori Keterangan
72-84 Rendah 89,87
85-97 Sedang Kategori: sedang
98-110 Kuat Jadi jemaat GPdI Lembah Dieng, kadang-kadang bersedia mengampuni kesalahan sesama.
Pemahaman jemaat tentang tentang kesediaan mengampuni kesalahan
sesama (Y). Interval klas (i) diperoleh dari range dibagi klas (R/k) = 33:3 = 11
dibulatkan menjadi 12. dimasukkan dalam rumus tabel 3 kategori:i.k ≥ R + 1, 12x3 ≥
33 + 1, 66 ≥ 34.
Uji normalitas dikenakan untuk mengamati apakah data variabel X
berdistribusi normal terhadap variabel Y. Caranya dengan mengamati garis kurva
normal pada histogram dan titik-titik yang terdapat pada grafik Normal P-P Plot
output SPSS. Data dikatakan berdistribusi normal apabila didapatkan garis kurva
70.00 80.00 90.00 100.00 110.00 Mengampuni
0
3
6
9
12
15
Frequency
Mean = 89.8769 Std. Dev. = 10.11729 N = 65
Page 14
RHEMA (Jurnal Teologi Biblika dan Praktika) Vol. 5 No. 2 Desember 2019 // ISSN: 2716 0548 (e) 27164306 (p) | 66
normal berbentuk lonceng simetris pada grafik histogram dan titik-titik berhimpitan
mengikuti garis diagonal pada grafik Normal P-P Plot. Hasil pengujiannya sebagai
berikut:
Diagram 3 Histogram Uji Normalitas: Mengampuni
-2 -1 0 1 2 3 Regression Standardized Residual
0
5
10
15
20
25
Frequency
Mean = -7.36E-16
Std. Dev. = 0.992 N = 65
Page 15
RHEMA (Jurnal Teologi Biblika dan Praktika) Vol. 5 No. 2 Desember 2019 // ISSN: 2716 0548 (e) 27164306 (p) | 67
Diagram 4 Normal P-P Plot of Regression Standardized Residual
Dari grafik histogram didapatkan garis kurva normal berbentuk lonceng, dan
pada grafik Normal P-P Plot terlihat titik-titik berhimpitan berada di sekitar garis
diagonal. Dengan demikian, data dikatakan berdistribusi normal.
Uji Linearitas dilakukan untuk memenuhi persyaratan uji korelasional
penetapan persamaan regresi yaitu bahwa masing-masing variabel harus memiliki
hubungan yang linear. Caranya dengan mengamati nilai F-Simpangan Model pada
uji Anova dan membandingkannya dengan nilai F-tabel. Kedua variabel dikatakan
memiliki hubungan linear jika nilai F-Simpangan Model < F-tabel seperti pada tabel
11.
Tabel 11: Anova
ANOVA Table
4690,524 19 246,870 5,971 ,000
2709,540 1 2709,540 65,536 ,000
1980,984 18 110,055 2,662 ,004
1860,492 45 41,344
6551,015 64
(Combined)
Linearity
Dev iation f rom
Linearity
Between
Groups
Within Groups
Total
Mengam
puni *
Doa
Bapa
Kami
Sum of
Squares df
Mean
Square F Sig.
Dari tabel Anova diketahui bahwa nilai F-Simpangan Model adalah 2,662.
Sedangkan nilai F-tabel (df1 = k – 1 = 1, df2 = n – k = 65 – 2 = 63, dimana k adalah
banyaknya variabel dan n adalah banyaknya responden)pada α 0,05 adalah 3,99.
Dengan demikian F-Simpangan Model < F-tabel (2,662 < 3,99). Jadi kesimpulannya
kedua variabel memiliki hubungan yang linear.
0.0 0.2 0.4 0.6 0.8 1.0 Observed Cum Prob
0.0
0.2
0.4
0.6
0.8
1.0
Expected Cum Prob
Dependent Variable: Mengampuni
Page 16
RHEMA (Jurnal Teologi Biblika dan Praktika) Vol. 5 No. 2 Desember 2019 // ISSN: 2716 0548 (e) 27164306 (p) | 68
Analisis data dengan bantuan SPSS versi 12 untuk pengujian korelasi dan regresi
linear sederhana, menghasilkan output seperti pada tabel 15.
Tabel 12: Analisa data
Model Summaryb
,643a ,414 ,404 7,80870
Model
1
R R Square
Adjusted
R Square
Std. Error of
the Estimate
Predictors: (Constant), Doa Bapa Kamia.
Dependent Variable: Mengampunib.
ANOVAb
2709,540 1 2709,540 44,436 ,000a
3841,476 63 60,976
6551,015 64
Regression
Residual
Total
Model
1
Sum of
Squares df Mean Square F Sig.
Predictors: (Constant), Doa Bapa Kamia.
Dependent Variable: Mengampunib.
Coefficientsa
-3,377 14,023 -,241 ,810
,890 ,134 ,643 6,666 ,000
(Constant)
Doa Bapa Kami
Model
1
B Std. Error
Unstandardized
Coeff icients
Beta
Standardized
Coeff icients
t Sig.
Dependent Variable: Mengampunia.
Nilai t-hitung Pada Uji Korelasi Bivariate yang dihasilkan pada tabel di atas
adalah 6,666. Jika dibandingkan dengan t-tabel sebesar 1,998 (df = n – k, 65-2 = 63)
maka dapat diketahui bahwa t-hitung > t-tabel (6,666 > 1,998). Dengan demikian
terdapat korelasi yang signifikan antara variabel X dengan Y. Demikian juga melalui
pengujian korelasi bivariate dengan pendekatan korelasi Pearson yang ditunjukkan
melalui tabel 16.
Variables Entered/Removed b
Doa Bapa Kami
a . Enter
Model 1
Variables Entered
Variables Removed Method
All requested variables entered. a.
Dependent Variable: Mengampuni b.
Page 17
RHEMA (Jurnal Teologi Biblika dan Praktika) Vol. 5 No. 2 Desember 2019 // ISSN: 2716 0548 (e) 27164306 (p) | 69
Tabel 13 Uji Korelasi Pearson
Correlations
1 ,643**
. ,000
65 65
,643** 1
,000 .
65 65
Pearson Correlation
Sig. (2-tailed)
N
Pearson Correlation
Sig. (2-tailed)
N
Doa Bapa Kami
Mengampuni
Doa Bapa
Kami Mengampuni
Correlation is signif icant at the 0.01 lev el (2-tailed).**.
Diketahui r-hitung = 0,643 yang lebih besar dari r-tabel (n=65, α=0,05)
sebesar 0,244. Dengan demikian H0 ditolak dan H1 diterima dalam derajat keyakinan
95% bahkan 99%, sebab nilai Sig. pada uji t dan r menunjukkan nilai 0, yang lebih
kecil dari α 0,05 bahkan 0,01.
Nilai r2 (Koefisien Determinasi) pada tabel out-put olahan data didapatkan
sebesar 0,414. Artinya pengaruh Ajaran Doa Bapa Kami sebagaimana Tertulis
dalam Matius 6:5-15(X), terhadap Kesediaan Mengampuni Kesalahan Sesama (Y)
sebesar 41,4%.
Uji hipotesis menyatakan bahwa H1 diterima yaitu ada pengaruh antara Ajaran
Doa Bapa Kami (Matius 6:5-15) terhadap kesediaan mengampuni kesalahan
sesama di Gereja Pantekosta di Indonesia, Lembah Dieng Malang berdasarkan
pengolahan data terhadap dua variabel dengan menggunakan korelasi Bivariate
dengan pendekatan korelasi Pearson Product Moment. Berdasarkan tabel
interprestai nilai koefisien yang tertulis tingkat korelasi itu berada di rentang antara
0,600-0,800 tepatnya 0,643. Angka 0,643 merupakan nilai keeratan korelasi yang
berada pada level tinggi. Besarnya pengaruh kesediaan mengampuni kesalahan
sesama oleh pemahaman ajaran Doa Bapa Kami (Matius 6:5-15) adalah 41,4%.
SIMPULAN
Hasil penelitian tingkat pemahaman jemaat GPdI Lembah Dieng, Malang
tentang ajaran Doa Bapa Kami Matius 6:5-15 (X) cukup, tingkat kesediaan jemaat
GPdI Lembah Dieng, Malang dalam mengampuni kesalahan sesamanya (Y), dalam
kategori sedang (artinya kadang-kadang bersedia mengampuni kesalahan sesama),
ajaran Doa Bapa Kami berpengaruh secara signifikan sebesar 41,4% terhadap
kesediaan mengampuni kesalahan sesama di antara jemaat GPdI Lembah Dieng,
Malang.
Dengan kenyataan seperti itu, maka peneliti menyampaikan beberapa saran
kepada Gembala sidang dan pemimpin gereja untuk melakukan program pelayanan
terhadap jemaat secara kontinyu mengenai pemahaman yang benar terhadap ajaran
Bapa Kami dan mengupayakan perubahan dalam menghadapi kesulitan-kesulitan
mengampuni kasalahan sesama melalui kegiatan diskusi atau pendalaman Alkitab,
seminar, KKR, retret keluarga dan kegiatan ibadah Doa yang terencana guna
Page 18
RHEMA (Jurnal Teologi Biblika dan Praktika) Vol. 5 No. 2 Desember 2019 // ISSN: 2716 0548 (e) 27164306 (p) | 70
meningkatkan spiritualitas yang lebih baik serta diharapkan jemaat terus bertumbuh
dalam pemahaman terhadap setiap firman Tuhan yang kemudian akan
membangkitkan motivasinya untuk mengimplemantasikan dalam kehidupannya.
RUJUKAN
Augsburger, David. Bebas Mengampuni. Bandung: Kalam Hidup, 1998.
Brill, J.Wesley. Doa-Doa Dalam Perjanjian Baru. Bandung: Kalam Hidup, 1993.
Carter.Les, Pembentukan Karakter: Bagaimana Mencerminkan Sifat-Sifat Kristus?
Bandung: Lembaga Literatur Baptis, 2001.
Cho, Paul Yonggi, Berdoa Dengan Tuhan Yesus. Jakarta: Immanuel, 1985.
Chun, Paul Y. Doa Syafaat Yang Hidup. Bandung: MDI, 2004.
Darminta, J. Tuhan Ajarlah Kami Berdoa. Yogyakarta: Kanisius, 1983.
Brunner, Frederik Dale. Matthew A Commentary: The Christbook, Grand Rapids:
Eerdmans, 2004.
Gautama, Indri Magdalena. Merdeka Untuk Mengampuni. Yogyakarta: ANDI, 2006.
Goldie Bristol & Carol Mcginnis. Haruskah Saya Mengampuni. Bandung: Kalam
Hidup,1999.
Gondowijoyo, J.H. Membangun Keintiman Dengan Bapa. Yogyakarta: ANDI, 2007.
Hendriksen, William. The Gospel of Mattew. Grand Rapids: Baker, 1992.
Hunter, A.M. Memperkenalkan Theologi Perjanjian Baru, Jakarta:BPK Gunung Mulia,
1981.
Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka, 2005.
Kerlinger, Fred N. Asas-Asas Penelitian Behaviorial. Yogyakarta: Gadjah Mada
University Press, 2002.
MacArthur, John. Matthew 1-7 The Macarthur New Testament Commentary.
Chicago: Moody, 1985.
MacArtur, John.Jr. Jesus Pattern of Prayer. Chicago: Moody, 1981.
MacArthur, John. The Disciple’s Prayer. Chicago: Moody, 1981.
Newman, Barclay M., Philip C.Stine, Injil Matius, Jakarta :LAI, 1998.
Oh, Robert.The Prayer Driven Life. Yogyakarta: ANDI, 2006.
Roberts, Graham. Ajarlah Kami Berdoa. Jakarta: BPK Gunung Mulia,1996.
Saphir, Adolph. Our Lord’s Pattern for Prayer. Grand Rapids: Kregel, 1984.
Situmorang, Jonar. Doa Bapa Kami Bukan Sekedar Doa Liturgi. Yoyakarta: ANDI,
2011.
Sproul, R.C. Kebenaran Dasa Iman Kristen. Malang: Literatur SAAT, 2001.
Sproul, R.C. Mari Bertumbuh 1. Yogyakarta: Gloria Graffa, 2004.
Stott, John. Khotbah Di Bukit. Jakarta: Yayasan Komunikasi Bina Kasih, 2008.
Subagyo, Andreas B. Pengantar Riset Kualitatif dan Kuantitatif. Bandung: Kalam
Hidup, 2004.
Subyantoro, Arief dan FX. Suwartono. Metode dan Teknik Penelitian sosial.
Yogyakarta: ANDI, 2007.
Supranto, J. Statistik Teori Dan Aplikasi. Jakarta: Erlangga, 2000.
Tahapary, Onna. Kuasa Doa. Jakarta: Nafiri Gabriel, 2000.
Page 19
RHEMA (Jurnal Teologi Biblika dan Praktika) Vol. 5 No. 2 Desember 2019 // ISSN: 2716 0548 (e) 27164306 (p) | 71
Unarto, Erich. Bertumbuh Dalam Karakter Baru. Jakarta: Pustaka Surgawi, 2007.
Verkuyl, J. Khotbah Di Bukit. Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1999.
Wright, Bill J. Doa Transformatif. Jakarta: Perpustakaan Nasional, 2003.
Zoschak, Greg. Membangun Karakter Anda, Mengembangkan Buah Roh Kudus
Dalam Hidup Anda. Jakarta: Immanuel, 2000.