Page 1
Jurnal Ilmiah Mahasiswa Ekonomi Manajemen
Vol. 2, No. 1, Februari 2017: 178-201
178
PENGARUH ADAPTABILITAS KARIR TERHADAP KEPUASAN
KERJA DENGAN OLDER WORKER AGE DAN MOTIVASI
KERJA SEBAGAI PEMODERASI PADA PEGAWAI
UNIVERSITAS SYIAH KUALA
M. KARDAFI1, LENNY RAKHMAWATI2
1,2)Jurusan Manajemen, Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Unversitas Syiah Kuala
e-mail: [email protected]
ABSTRACT
This study aims to determine the effect of career adaptability to job satisfaction with
older worker age and motivation as a moderating. The empirical study conducted at Syiah
Kuala University's staff used a questionnaire as a research instrument, which samples in this
study of 120 people who are employees aged 40 to 60 years old. Probability sampling is used
as a sampling technique with Simple Random Smpling. Methods MRA (Moderated Regression
Analysis) is used as a method of data analysis using software IBM SPSS 20. These results
indicate that the career adaptability positive and significant impact on job satisfaction, older
worker age significantly and negatively related to job satisfaction, work motivation positive
and significant impact on job satisfaction and in addition showed that the older worker age
moderate positive effect on career adaptability to job satisfaction and motivation does not
moderate influence on career adaptability to job satisfaction.
Keywords : Career Adaptability, Older Worker Age, Work Motivation and Job
Satisfaction.
PENDAHULUAN
Sumber Daya Manusia (SDM) merupakan unsur yang sangat penting dalam
suatu organisasi atau perusahaan. Oleh karena itu setiap perusahaan selalu berupaya
untuk memiliki SDM yang berkualitas, karena tanpa SDM yang berkualitas suatu
perusahaan tidak akan berjalan dengan baik. Antara SDM dan perusahaan harus
memiliki hubungan yang saling membutuhkan, perusahaan membutuhkan karyawan
yang berkualitas, sementara karyawan membutuhkan perusahaan untuk dapat
memenuhi kebutuhan hidupnya.
Page 2
Jurnal Ilmiah Mahasiswa Ekonomi Manajemen
Vol. 2, No. 1, Februari 2017: 178-201
179
Setiap organisasi atau perusahaan melakukan berbagai aktivitas untuk
mencapai tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya, tetapi tidak terlepas dari tujuan
utamanya yaitu untuk mensejahterakan dan memajukan kemampuan karyawannya
karena karyawan merupakan asset bagi perusahaan. Dan salah satu aktivitas
perusahaan untuk memajukan kemampuan karyawannya adalah adanya adaptabilitas
karir karyawan dan memberikan motivasi kepada karyawan. Keberhasilan suatu
perusahaan dalam mencapai tujuannya tidak hanya ditentukan oleh struktur organisasi
yang lengkap, tetapi juga dipengaruhi oleh faktor penempatan individu pada posisi
yang sesuai dan adanya rasa termotivasi bagi mereka dalam melakukan pekerjaan.
Kepuasan kerja merupakan hal yang penting dimiliki oleh setiap orang dalam
bekerja. Tingkat kepuasan kerja yang tinggi akan mempengaruhi seseorang dalam
menyelesaikan pekerjaannya. Sehingga tujuan perusahaan dapat dicapai dengan baik.
Begitupun dengan sebaliknya, rendahnya kepuasan kerja dari karyawan dalam
suatu organisasi atau perusahaan akan menurunkan efektifitas dan efisiensi kerja
mereka sehingga tujuan perusahaan tidak bisa dicapai dengan baik. Karyawan dituntut
untuk selalu memiliki ketrampilan dan pengetahuan yang luas, namun perusahaan akan
tetap mencari kandidat yang lebih unggul untuk menduduki jabatan yang lebih baik
sesuai dengan kompetensinya. Bagi karyawan lama, mereka akan terasa seperti
disingkirkan saat banyak karyawan baru yang memiliki pendidikan cukup baik
menduduki jabatan yang seharusnya dimiliki oleh senior, sehingga para pekerja lama
ini akan kehilangan motivasi kerja mereka yang kemudian mengakibatan mereka tidak
puas didalam pekerjaan.
Pemberian motivasi sangat penting dilakukan karena biasanya karyawan yang
puas dengan apa yang diperolehnya dari perusahaan akan memberikan lebih dari apa
yang diharapkan dan mereka akan terus berusaha bekerja dengan baik. Begitupun
sebaliknya, karyawan yang kepuasan kerjanya rendah cenderung melihat pekerjaan
sebagai hal yang membosankan sehingga mereka bekerja dengan terpaksa dan hasil
yang didapat tidak maksimal. Dengan adanya motivasi yang tinggi dalam diri
karyawan, diharapkan mereka akan lebih mencintai pekerjaannya, sanggup bekerja
Page 3
Jurnal Ilmiah Mahasiswa Ekonomi Manajemen
Vol. 2, No. 1, Februari 2017: 178-201
180
dengan baik, dan memiliki loyalitas yang tinggi serta berkeinginan untuk melakukan
kinerja yang lebih baik. Kondisi ini diperlukan untuk meningkatkan kepuasan
karyawan, jika karyawan mempunyai motivasi tinggi, maka mereka akan terdorong
dan berusaha untuk meningkatkan kemampuannya, sehingga akan diperoleh kepuasan
yang maksimal.
Dalam suatu organisasi, instansi ataupun perusahaan terdapat karyawan yang
bervariasi, baik dari usia, jenis kelamin (gender), tingkat pendidikan dan status
keluarga. Pekerja yang usianya telah lanjut atau mendekati dengan usia pensiun akan
menimbulkan motivasi kerja yang baru yang akan terdorong untuk terus tetap pada
pekerjaan mereka, bahkan hingga di luar usia pensiun karena adanya rasa puas terhadap
pekerjaannya tersebut. Ada kecenderungan karyawan yang lebih tua merasa puas dari
pada karyawan yang lebih muda. Hal ini diasumsikan bahwa karyawan yang lebih tua
berpengalaman menyesuaikan diri dengan lingkungan pekerjaan. Sedangkan karyawan
yang lebih muda biasanya mempunyai harapan yang ideal tentang dunia kerjanya,
sehingga apabila antara harapan dan realita mengalami suatu kesenjangan maka dapat
menyebabkan ketidakpuasan.
Dalam perusahaan, adaptabilitas karir dan pemberian motivasi tentulah bukan
pekerjaan yang sederhana. Apalagi jika perusahaan tersebut memiliki banyak
karyawan dalam jumlah besar dan dari berbagai latar belakang budaya, usia, dan
pendidikan yang berbeda. Pada Universitas Syiah Kuala terdapat beragam perbedaan
antara karyawan baik dari segi usia, pendidikan, maupun dari segi pangkat dan jabatan.
Karyawan merupakan salah satu asset dari setiap perusahaan, dimana ketika kinerja
karyawan meningkat, maka akan meningkatkan produktivitas terhadap perusahaan dan
begitu pula sebaliknya, ketika kinerja karyawan menurun, maka akan menurunkan
produktivitas perusahaan tersebut.
Setiap karyawan menginginkan peningkatan kedudukan pangkat dan jabatan
(jenjang karir) didalam suatu pekerjaan. Ketika pekerja yang usianya telah lanjut atau
mendekati dengan usia pensiun dan telah lama bekerja, mereka akan lebih
berpengalaman menyesuaikan diri dalam suatu bidang pekerjaan mereka, tetapi tidak
Page 4
Jurnal Ilmiah Mahasiswa Ekonomi Manajemen
Vol. 2, No. 1, Februari 2017: 178-201
181
mendapatkan promosi untuk kenaikan jabatan, sedangkan pekerja yang masih muda
dan cenderung masih minim akan pengalaman dan pengetahuan terhadap pekerjaannya
tersebut, mereka mendapatkan kedudukan pangkat dan jabatan (jenjang karir) yang
lebih tinggi dibandingkan pekerja yang telah lama bekerja tersebut, maka akan
menimbulkan kesenjangan sehingga tidak termotivasinya karyawan tersebut dan
terjadinya ketidakpuasan dalam bekerja. Semakin tua umur karyawan, mereka
cenderung lebih terpuaskan dengan pekerjaan-pekerjaan mereka. Ada sejumlah alasan
yang melatar belakangi kepuasan kerja mereka, seperti pengharapan-pengharapan yang
lebih rendah dan penyesuaian-penyesuaian lebih baik terhadap situasi kerja karena
mereka lebih berpengalaman. Para karyawan yang lebih muda, di lain pihak cenderung
kurang terpuaskan, karena berbagai pengharapan yang lebih tinggi, kurang
penyesuaian, dan penyebab-penyebab lainnya.
Hasil penelitian yang didapat di Universitas Syiah Kuala terdapat masalah yang
menyangkut sumber daya manusia (SDM) sebagai karyawan dalam organisasi atau
perusahaan yang disebabkan karena sebagai seorang individu yang memiliki
perbedaan jenjang karir, skill, emosi, motivasi, mental dan spiritual. Pada Universitas
Syiah Kuala, faktor-faktor manusiawi pada diri karyawan tersebut akan berkembang
menjadi permasalahan yang kompleks, seperti rendahnya prestasi kerja, rendahnya
motivasi kerja, tingginya turnover karyawan, tingginya tingkat ketidakhadiran
karyawan yang dapat menghambat perkembangan dan pencapaian tujuan perusahaan.
KAJIAN KEPUSTAKAAN
Kepuasan Kerja
Luthans (2005: 243) dalam bukunya “Perilaku Organisasi” mengutip pendapat
Locke bahwa kepuasan kerja merupakan keadaan emosional yang positif dari
seseorang yang ditimbulkan dari penghargaan atas sesuatu pekerjaan yang telah
dilakukannya. Dikatakan lebih lanjut bahwa kepuasan kerja merupakan hasil dari
prestasi seseorang terhadap sampai seberapa baik pekerjaannya menyediakan sesuatu
yang berguna baginya.
Page 5
Jurnal Ilmiah Mahasiswa Ekonomi Manajemen
Vol. 2, No. 1, Februari 2017: 178-201
182
Locke (Luthans, 2005: 243) memberikan definisi komprehensif dari kepuasan
kerja yang meliputi reaksi atau kognitif, afektif, dan evaluatif dan menyatakan bahwa
kepuasan kerja adalah keadaan emosi yang senang atau emosi positif yang berasal dari
penilaian pekerjaan atau pengalaman kerja seseorang. Kepuasan kerja adalah hasil dari
persepsi pegawai mengenai seberapa baik pekerjaan mereka memberikan hal yang
dinilai penting. Terdapat tiga dimensi yang diterima secara umum dalam kepuasan
kerja. Pertama, kepuasan kerja merupakan respons emosional terhadap situasi kerja.
Dengan demikian, kepuasan kerja dapat dilihat dan dapat diduga. Kedua, kepuasan
kerja sering ditentukan menurut seberapa baik hasil yang dicapai memenuhi atau
melampaui harapan. Ketiga, kepuasan kerja mewakili beberapa sikap yang
berhubungan.
Adaptabilitas Karir
Super et al. (Goodman, 1994) mendefinisikan adaptabilitas karir sebagai
kesiapan untuk menanggulangi perubahan pekerjaan dan situasi kerja. Creed et al.
(2009), mendefinisikan adaptabilitas karir sebagai proses regulasi diri, yang
menekankan pentingnya hubungan antara individu dengan lingkungannya, dan
menekankan bagaimana individu dapat mengelola masalah yang dihadapi. Lebih lanjut
Savickas (2012), mendefinisikan adaptabilitas karir sebagai konstruk psikososial yang
menunjukkan sumber daya individu untuk mengatasi tugas perkembangan karir,
transisi kerja, dan trauma pribadi. Berdasarkan definisi di atas, maka dapat disimpulkan
bahwa, adaptabilitas karir adalah kemampuan seseorang untuk mengatasi berbagai
perubahan situasi tak terduga yang muncul dalam karirnya dan menyesuaikan diri
dalam hal-hal yang tak terduga terkait kondisi di lingkungan pekerjaan maupun sosial.
Hakikat adaptabilitas karir menurut Super dalam (Abdillah, 2014) adalah kesiapan
yang dimiliki individu pada dua hal yakni kesiapan dalam mengatasi perubahan
pekerjaan dan situasi kerja. Orang yang memiliki adaptabilitas karir menurut Super
(Swanson, J.L dan D’Achiardi, 2005), dapat dilihat dari lima dimensi, yaitu: (1)
Planfullnes/Career Planning adalah kemampuan untuk belajar dari pengalaman dan
Page 6
Jurnal Ilmiah Mahasiswa Ekonomi Manajemen
Vol. 2, No. 1, Februari 2017: 178-201
183
memprediksi masa depan; (2) Exploration adalah kemampuan untuk mencari dan
mengumpulkan informasi serta kemampuan berinteraksi dengan masyarakat,
lingkungan sekolah dan anggota keluarga; (3) Information Gathering adalah
kemampuan untuk mencari informasi tentang dunia kerja; (4) Decision Making adalah
kemampuan untuk mengambil keputusan berdasarkan prinsip-prinsip pengambilan
keputusan karir; (5) Reality Orientation adalah kemampuan mengembangkan
kesadaran diri, dan membuat pilihan karir yang realistis.
Older Worker Age
Istilah “Older Worker Age” telah digunakan untuk merujuk pada pekerja dari
usia 40 tahun dan untuk mereka yang berusia lebih dari 75 tahun tergantung pada tujuan
dan bidang studi (Bourne, 1982; Warr, 2000). Dalam penelitian tentang partisipasi
pasar tenaga kerja, istilah “Older Worker Age” biasanya mengacu pada pekerja berusia
50 atau 55 tahun ke atas. Batas ini dipilih karena dibanyak negara rentang usia ini
memiliki penuruna tingkat partisipasi di pasar tenaga kerja (OECD,
2005). Older Workers’ Chronological Age merupakan usia yang ditentukan
berdasarkan penghitungan kalender, sehingga tidak dapat dicegah maupun dikurangi.
Schwall (2012) mendefinisikan chronological age adalah ukuran waktu seseorang
telah hidup sejak lahir dan merupakan operasionalisasi yang paling sering digunakan
dari usia dalam psikologi dan ilmu-ilmu organisasi.
Motivasi Kerja
Fathoni (2006: 132) menyatakan bahwa motivasi berasal dari kata motif yang
artinya sesuatu yang mendorong dari dalam diri untuk melaksanakan sesuatu (gerak),
sedangkan motivasi artinya sesuatu yang membuat orang untuk bertindak atau
berperilaku dalam cara-cara tertentu yang didasarkan dari motif. Robbins dan Coulter
(2003: 424) mendefinisikan motivasi sebagai kemauan untuk mengerahkan tingkat
tinggi usaha untuk mencapai tujuan organisasi yang dikondisikan oleh kemampuan
upaya untuk memenuhi beberapa kebutuhan individual.
Page 7
Jurnal Ilmiah Mahasiswa Ekonomi Manajemen
Vol. 2, No. 1, Februari 2017: 178-201
184
Hubungan Adaptabilitas Karir terhadap Kepuasan Kerja
Berdasarkan teori konstruksi karir, karyawan perlu beradaptasi diri terhadap
sosial dan lingkungan kerja mereka secara berkelanjutan dengan tujuan untuk meraih
kesuksesan lingkungan personal, yang berarti kesuksesan karir secara subjektif dan
objektif (Savickas, 2013). Menyelesaikan tugas-tugas karir seperti yang bersiap untuk
memulai, dan berpartisipasi dalam peran pekerjaan, serta berurusan secara efektif
dengan tuntutan peran kerja, transisi, dan gangguan dipandang sebagai instrument
berkaitan dengan pertemuan sendiri dan ekspektasi orang lain tentang sukses masa
kerja dan karir (Savickas, 1997).
Beberapa penelitian telah menunjukkan bahwa kemampuan beradaptasi karir
berhubungan positif dengan indikator keberhasilan karir subjektif. Penelitian lain
menemukan bahwa kemampuan beradaptasi karir yang positif berkaitan dengan
karyawan umum dan professional kesejahteraan, serta kualitas hidup, dan berhubungan
negatif dengan ketegangan di tempat kerja (Johnston et al., 2013). Berdasarkan teori
konstruksi karir dan konsisten dengan temuan empiris sebelumnya, dan menunjukkan
adanya hubungan serta berpengaruh positif antara kemampuan beradaptasi karir
pekerja yang lebih tua dan kepuasan kerja.
H1 : Adaptabilitas karir berpengaruh terhadap kepuasan kerja pegawai.
Hubungan Older Worker Age terhadap Kepuasan Kerja
Semakin tua umur karyawan, mereka cenderung lebih terpuaskan dengan
pekerjaan-pekerjaan mereka. Ada sejumlah alasan yang melatarbelakangi kepuasan
kerja mereka, seperti pengharapan-pengharapan yang lebih rendah dan penyesuaian-
penyesuaian lebih baik terhadap situasi kerja karena mereka lebih berpengalaman. Para
karyawan yang lebih muda, di lain pihak cenderung kurang terpuaskan, karena
berbagai pengharapan yang lebih tinggi, kurang penyesuaian, dan penyebabpenyebab
lainnya. Tentu saja ada pengecualian, tetapi banyak studi yang membuktikan bahwa
kepuasan kerja yang tinggi dipengaruhi oleh umur pekerja. Model hubungan tersebut
Page 8
Jurnal Ilmiah Mahasiswa Ekonomi Manajemen
Vol. 2, No. 1, Februari 2017: 178-201
185
tetap baik untuk karyawan pria maupun wanita, dan manajer maupun karyawan
(Wijono, 2010: 109).
Sementara beberapa pekerja yang lebih tua ingin terus bekerja selama mungkin
dan tidak bisa membayangkan pernah pensiun, orang lain ingin berhenti bekerja
sesegera mungkin dan berharap untuk pensiun (Atchley & Robinson, 1982; Desmette
& Gaillard, 2008).
H2 : Older worker age berpengaruh terhadap kepuasan kerja pegawai.
Hubungan Motivasi Kerja terhadap Kepuasan Kerja
Menurut Prabu (2005: 24), faktor-faktor motivasi memiliki pengaruh yang
signifikan terhadap kepuasan kerja pegawai. Hal ini menunjukkan bahwa semakin
tinggi faktor-faktor motivasi yang diberikan maka akan semakin tinggi pula kepuasan
kerja pegawai. Faktor-faktor tersebut yang diambil berdasarkan pada Job Descriptive
Index, dimana terdapat pengukuran yang standar terhadap kepuasan kerja, yang
meliputi beberapa faktor yaitu pekerjaan itu sendiri, mutu dan pengawasan supervisi,
gaji atau upah, kesempatan promosi, dan rekan kerja. Job Description Index adalah
pengukuran terhadap kepuasan kerja yang dipergunakan secara luas. Riset
menunjukkan bahwa Job Description Index dapat menyediakan skala kepuasan kerja
yang valid dalam skala yang dapat dipercaya (Robert, Smith, Howel, 1994 : 157).
H3 : Motivasi kerja berpengaruh terhadap kepuasan kerja pegawai.
Hubungan Older Worker Age Memoderasi Pengaruh Adaptabilitas Karir
terhadap Kepuasan Kerja
Penelitian dalam rentang kehidupan psikologis telah menunjukkan bahwa usia
kronologis masyarakat dan persepsi mereka dari sisa waktu sangat saling berhubungan
(Lang & Carstensen, 2002). Perilaku yang terkait dengan adaptasi karir harus mewakili
sumber daya self-regulation berguna selama periode waktu yang tersisa, karena mereka
dapat membantu pekerja yang relatif muda untuk memaksimalkan keberhasilan karir
subjektif mereka, termasuk kepuasan kerja. Sebaliknya orang-orang dari usia yang
lebih tua memiliki lebih sedikit waktu yang tersisa ditempat kerja dan dengan demikian
Page 9
Jurnal Ilmiah Mahasiswa Ekonomi Manajemen
Vol. 2, No. 1, Februari 2017: 178-201
186
berorientasi masa depan, perilaku yang terkait dengan adaptasi karir cenderung
kurangnya sumber daya yang berguna bagi mereka. Dengan demikian diharapkan
bahwa hubungan positif antara daya adaptasi karir dan kepuasan kerja lebih kuat untuk
pekerja yang relatif lebih muda dibandingkan dengan pekerja yang relatif lebih tua.
Peneraapan prinsip-prinsip SST dalam konteks penuaan di tempat kerja telah didukung
dalam beberapa penelitian. Penelitian yang dilakukan oleh (Kooij, et al., 2011)
menunjukkan bahwa hubungan positif yang signifikan antara usia dan motif intrinsik,
dan hubungan negatif yang signifikan antara usia dan kekuatan pertumbuhan dan motif
ekstrinsik. Hubungan positif yang diperkirakan antara usia dan kekuatan sosial dan
keamanan hanya ditemukan diantara subkelompok tertentu.
H4: Older worker age memoderasi pengaruh adaptabilitas karir terhadap kepuasan
kerja pegawai.
Hubungan Motivasi Kerja Memoderasi Pengaruh Adaptabilitas Karir
terhadap Kepuasan Kerja
Motivasi untuk terus bekerja mengacu pada pendapat karyawan tentang
benarbenar pensiun dari pekerjaan setelah mereka mencapai usia pensiun tradisional
(Amstrong-Stassen, 2008; Bal et al., 2012). Sementara beberapa pekerja yang lebih tua
ingin terus bekerja selama mungkin dan tidak bisa membayangkan pernah pensiun,
orang lain ingin berhenti bekerja sesegera mungkin dan berharap untuk pensiun
(Atchely & Robinson, 1982; Desmette & Gaillard, 2008).
Zacher dan Griffin (2015) berpendapat bahwa para pekerja yang lebih tua yang
sangat termotivasi untuk terus bekerja harus mendapatkan keuntungan lebih dari
tingginya tingkat adaptasi karir berkaitan dengan kepuasan kerja dari pekerja yang
lebih tua yang tidak termotivasi untuk terus bekerja, karena mereka lebih tertarik untuk
berinvestasi di waktu masa depan.
H5 : Motivasi kerja memoderasi pengaruh adaptabilitas karir terhadap kepuasan kerja
pegawai.
Gambar 1. Kerangka Teoritis
Page 10
Jurnal Ilmiah Mahasiswa Ekonomi Manajemen
Vol. 2, No. 1, Februari 2017: 178-201
187
METODE PENELITIAN
Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah pegawai yang berumur dari 40 hingga 60
tahun pada Universitas Syiah Kuala.
Sampel
Penentuan jumlah sampel dilakukan dengan menggunakan rumus Slovin
(Sarjono, 2011: 30) sbb:
Keterangan:
N = Ukuran populasi n
= Ukuran sampel
e = Persentase kelonggaran ketelitian karena kesalahan
pengambilan sampel
Dengan menggunakan tingkat kelonggaran pengambilan sampel sebesar 8% dan
total pegawai yang berumur dari 40-60 tahun pada Universitas Syiah Kuala adalah 515
orang. Dengan demikian jumlah sampel penelitian adalah sebanyak 120 responden
pegawai pada Universitas Syiah Kuala.
Page 11
Jurnal Ilmiah Mahasiswa Ekonomi Manajemen
Vol. 2, No. 1, Februari 2017: 178-201
188
Metode Pengumpulan Data
Untuk dapat mengumpulkan data secara lengkap, maka dalam penelitian ini
digunakan metode pengumpulan data dengan metode kuesioner dan wawancara.
Peralatan Analisis Data
Peralatan analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan
menggunakan metode MRA (Moderated Regression Analysis) atau sering disebut juga
Hierarchical Regression Analysis (Baron dan Kenny, 1986). Dalam penelitian ini
untuk menguji hipotesis menggunakan MRA (Moderated Regression Analysis).
(I) Y = a + β1X
(II) Y = a + β 1X + β 2Z1 + β 3Z2
(III)
Keterangan :
Y = a + β 1X + β 2Z1 + β 3Z2 + β 4XZ1 + β 5XZ2
Y = Variabel dependen (Kepuasan Kerja)
X = Variabel independen (Adaptabilitas Karir)
Z1 = Older Worker Age
Z2 = Motivasi Kerja
a = Konstanta, yaitu besarnya nilai Y Ketika nilai X = 0
β 1, β 2, β 3, β 4, β 5 = Koefisien Regresi
HASIL DAN PEMBAHASAN
Uji Validitas CFA (Confirmatory Analysis Factor)
Variabel penelitian yang digunakan dalam penelitian merupakan hasil dari
seperangkat indikator yang diperoleh dari hasil pembagian kuesioner sehingga data
yang dihasilkan tersebut perlu dilakukan uji kebenaran atau validitas. Dalam penelitian
ini pengujian validitas instrument yang digunakan adalah Confirmatory Factor
Page 12
Jurnal Ilmiah Mahasiswa Ekonomi Manajemen
Vol. 2, No. 1, Februari 2017: 178-201
189
Analysis (CFA). Pada model pengujian ini, setiap item pertanyaan harus mempunyai
factor loading yang lebih dari 0,40 (Hair et al., 1998). Dalam CFA kita juga harus
melihat pada output dari rotated component matrix yang harus secara ekstrak secara
sempurna, maka proses pengujian validitas dengan analisis faktor harus diulang dengan
cara menghilangkan item pertanyaan yang memiliki nilai ganda.
Selain itu, untuk menguji variable saling berhubungan diperlihatkan oleh nilai
determinasi (R) yang mendekati 0, nilai KMO (Keiser-Meyer-Olkin) harus lebih besar
dari 0.5, uji Bartlett dan uji MSA (Measure of Sampling Adequency).
Berdasarkan Tabel 1, dapat diketahui bahwa nilai MSA dan KMO telah sesuai
dengan kriteria yaitu diatas 0.5. Dengan demikian seluruh pertanyaan yang digunakan
dalam variabel penelitian ini dapat dikatakan valid karena telah memenuhi kredibilitas
standar MSA dan KMO dengan nilai yang lebih dari 0.5.
Tabel 1. Hasil Uji Validitas CFA (Confirmatory Analysis Factor)
Indikator
Adaptabilitas
Karir (X)
Kepuasan Kerja
(Y)
Older Worker Age
(Z1)
Motivasi Kerja
(Z2)
MSA KMO MSA KMO MSA KMO MSA KMO
X1 0.695
0.745
X2 0.707
X3 0.802
X4 0.716
Page 13
Jurnal Ilmiah Mahasiswa Ekonomi Manajemen
Vol. 2, No. 1, Februari 2017: 178-201
190
X5 0.811
X6 0.722
X7 0.832
X8 0.664
Y1 0.822
0.791
Y2 0.854
Y3 0.775
Y4 0.762
Y5 0.787
Y6 0.740
Z11 0.891
0.864
Z12 0.864
Z13 0.838
Z14 0.866
Z15 0.872
Z21 0.716
0.697 Z22 0.792
Z23 0.642
Z24 0.690
Sumber: Output SPSS 20 (diolah), 2016
Uji Reliabilitas
Uji reliabilitas dalam penelitian ini dilakukan dengan menghitung cronbach
alpha dari masing-masing instrumen dalam suatu variabel. Menurut Sarjono (2011:45),
koefisien alpha yang dapat diterima diatas 0.6. Apabila besarnya cronbach alpha lebih
besar dari 0.6 maka instrumen dalam penelitian ini reliabel/handal. Hasil uji reliabilitas
dapat dilihat pada Tabel 2 berikut.
Tabel 2. Hasil Uji Reliabilitas
No. Variabel Cronbach’s Alpha
Keterangan
1. Adaptabilitas Karir 0.763 Handal
2. Kepuasan Kerja 0.800 Handal
3. Older Worker Age 0.906 Handal
4. Motivasi Kerja 0.767 Handal
Sumber : Output SPSS 20 (diolah), 2016
Page 14
Jurnal Ilmiah Mahasiswa Ekonomi Manajemen
Vol. 2, No. 1, Februari 2017: 178-201
191
Berdasarkan Tabel 2, dapat diketahui bahwa nilai cronbach’s alpha telah sesuai
dengan kriteria yaitu diatas 0.60. Dengan demikian seluruh pertanyaan yang digunakan
dalam variabel penelitian ini dapat dikatakan reliabel karena telah memenuhi
kredibilitas standar cronbanch’s alpha dengan nilai alpha yang lebih dari
0.60.
Pengujian Hipotesis
Untuk mengetahui pengaruh adaptabilitas karir terhadap kepuasan kerja dengan
older worker age dan motivasi kerja sebagai variabel moderasi pada pegawai
Universitas Syiah Kuala dilakukan analisis regresi yang menjelaskan hubungan
fungsional secara terpisah dari beberapa variabel. Penelitian ini menggunakan 4
variabel yaitu adaptabilitas karir (X) sebagai variabel bebas, older worker age (Z1) dan
motivasi kerja (Z2) sebagai variabel moderasi, serta kepuasan kerja (Y) sebagai
variabel terikat akan mempengaruhi variabel moderasi dan variabel bebas.
Berdasarkan hasil pengujian regresi linear diatas dapat dibuat garis persamaan
linear dengan menggunakan MRA, maka dapat diuraikan dalam tiga persamaan berikut
ini:
(I) Y = 11.242 + 0.409X (II) Y = 12.415 + 0.348X – 0.103Z1 + 0.162Z2
(III) Y = 20.128 + 0.114X – 0.969Z1 + 0.5902 + 0.027XZ1 – 0.013XZ2
Tabel 3. Hasil Pengujian Hipotesis
Coefficientsa
Model Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients
T Sig.
B Std. Error Beta
1 (Constant) 11.242 2.187 5.141 .000
Adaptabilitas Karir .409 .067 .490 6.105 .000
Page 15
Jurnal Ilmiah Mahasiswa Ekonomi Manajemen
Vol. 2, No. 1, Februari 2017: 178-201
192
2
(Constant) 12.415 2.565 4.841 .000
Adaptabilitas Karir .348 .067 .417 5.154 .000
Older Worker Age -.103 .046 -.178 -2.218 .029
Motivasi Kerja .162 .073 .175 2.220 .028
3
(Constant) 20.128 10.488 1.919 .057
Adaptabilitas Karir .114 .314 .136 .362 .718
Older Worker Age -.969 .351 -1.679 -2.760 .007
Motivasi Kerja .590 .645 .637 .915 .362
Adaptabilitas
Karir*Older Worker Age .027 .011 1.472 2.493 .014
Adaptabilitas
Karir*Motivasi Kerja -.013 .019 -.554 -.686 .494
a. Dependent Variable:
Kepuasan Ker
ja
Sumber : Data Primer (diolah), 2016
Hasil pengujian hipotesis 1 menunjukkan adaptabilitas karir pegawai
Universitas Syiah Kuala berpengaruh positif dan signifikan terhadap kepuasan kerja (β
= 0.409; p = 0.000). Hasil pengujian ini juga mendukung teori yang di ungkapkan oleh
Zacher dan Griffin (2015), dalam penelitian mereka bahwa adaptabilitas karir
berhubungan positif dengan kepuasan kerja (β = 0.15; p = 0.001). Dengan begitu
semakin tinggi adaptabilitas karir semakin besar kemungkinan kepuasan kerja pegawai
tersebut.
Hasil pengujian hipotesis 2 menunjukkan older worker age berpengaruh negatif
dan signifikan terhadap kepuasan kerja (β = -0.103; p = 0.029). Hasil pengujian ini juga
mendukung teori yang di ungkapkan oleh Zacher dan Griffin (2015), dalam penelitian
mereka bahwa older worker age berhubungan negatif dengan kepuasan kerja (β = -
0.11; p = 0.009). Penelitian ini juga konsisten dengan teori konstruksi karir (Savickas,
1997, 2013) dan penelitian empiris sebelumnya dangan pekerja yang sebagian besar
adalah pekerja berusia muda dan setengah baya menunjukkan asosiasi positif dari
adaptasi karir dengan indikator keberhasilan karir subjektif (Zacher, 2014).
Hasil pengujian hipotesis 3 menunjukkan adanya pengaruh motivasi kerja
terhadap kepuasan kerja pegawai Universitas Syiah Kuala (β = 0.162; p = 0.028). Hal
Page 16
Jurnal Ilmiah Mahasiswa Ekonomi Manajemen
Vol. 2, No. 1, Februari 2017: 178-201
193
tersebut juga konsisten dengan konsep teori dan penelitian sebelumnya yang dilakukan
oleh Zacher dan Griffin (2015), bahwa menunjukkan adanya pengaruh langsung
motivasi kerja terhadap kepuasan kerja dengan nilai beta sebesar (β = 0.11) dan nilai
signifikansi sebesar (p = 0.07).
Hasil pengujian hipotesis 4 menunjukkan older worker age memoderasi
pengaruh positif adaptabilitas karir terhadap kepuasan kerja pegawai Universitas
Syiah Kuala (β = 0.027; p = 0.014). Hasil pengujian ini juga konsisten dengan
penelitian yang dilakukan oleh Zacher dan Griffin (2015), dalam penelitian mereka
menunjukkan bahwa older worker age memoderasi pengaruh positif adaptabilitas karir
terhadap kepuasan kerja dengan nilai beta sebesar (β = 0.03) dan nilai signifikansi
sebesar (p = 0.418). Selain itu pengujian hipotesis ini juga konsisten dengan Theory of
Socioemotional Selectivity (SST) yaitu kemampuan beradaptasi karir tampaknya
menjadi sumber daya yang lebih penting di antara pekerja yang lebih tua yang masih
memiliki beberapa tahun tersisa sebelum pensiun.
Berdasarkan hipotesis ini terutama pada SST (Cartensen et al., 1999), yang
menunjukkan bahwa orang-orang dengan masa depan kerja waktu perspektif yang
lebih terbuka (yaitu, karena mereka memiliki jarak temporal yang lebih besar dari
pensiun) lebih tertarik dalam memaksimalkan hasil kerja di masa depan pekerjaan
mereka. Untuk pekerja ini, kemampuan beradaptasi karir merupakan sumber daya yang
terikat dengan pekerjaan yang berguna dank arena itu berkontribusi terhadap kepuasan
kerja mereka. SST menunjukkan bahwa pekerja yang relatif lebih tua mereka lebih
berfokus pada pengalaman yang positif dan bermakna langsung di tempat kerja
dibandingkan dengan perilaku agak effortful dan berorientasi masa depan terkait
dengan adaptasi karir, seperti keterlibatan dalam pelatihan dan jaringan.
Hasil pengujian hipotesis 5 menunjukkan motivasi kerja tidak memoderasi
pengaruh adaptabilitas karir terhadap kepuasan kerja pegawai Universitas Syiah Kuala
yang berarti bahwa variabel motivasi kerja tersebut memperlemah pengaruh
adaptabilitas karir terhadap kepuasan kerja pegawai Universitas Syiah Kuala (β
= -0.013; p = 0.494). Hasil pengujian ini juga konsisten dengan penelitian sebelumnya
Page 17
Jurnal Ilmiah Mahasiswa Ekonomi Manajemen
Vol. 2, No. 1, Februari 2017: 178-201
194
yang dilakukan oleh Zacher dan Griffin (2015) menunjukkan nilai beta sebesar (β = -
0.05) dan nilai signifikansi sebesar (p = 0.229).
Sebuah penjelasan yang mungkin untuk penelitian ini, mungkin bahwa
adaptabilitas karir memiliki fungsi yang berbeda untuk berbagai kelompok pekerja
yang lebih tua dengan motivasi rendah untuk melanjutkan kerja, yang melemahkan
efek interaksi motivasi untuk terus bekerja pada hubungan antara adaptabilitas karir
dan kepuasan kerja. Satu kelompok pekerja yang lebih tua dengan motivasi rendah
untuk melanjutkan kerja mungkin seperti yang di hipotesiskan, menganggap karir
perilaku adaptif tidak berguna dan relevan untuk mencapai tujuan pekerjaan mereka
dan dengan demikian perilaku ini tidak berhubungan dengan kepuasan kerja mereka.
Untuk kelompok lain pekerja yang lebih tua dengan motivasi rendah untuk terus
bekerja, namun kemampuan beradaptasi karir mungkin merupakan sumber daya
kompensasi yang menyediakan mereka dengan tantangan positif dan kegiatan yang
menarik dalam situasi pekerjaan mereka saat ini dan dengan demikian meningkatkan
kepuasan kerja mereka.
Analisis Korelasi dan Koefisien Determinasi (R²)
Berdasarkan hasil pengolahan data dengan menggunakan SPSS juga dapat
diketahui keeratan hubungan antara variabel independen (adaptabilitas karir) terhadap
variabel dependen (kepuasan kerja) dengan older worker age dan motivasi kerja
sebagai variabel moderasi berdasarkan korelasi dan determinasi seperti yang dijelaskan
pada tabel berikut ini:
Tabel 4. Koefisien Korelasi dan Determinasi
Model Summaryd
Model R R Square Adjusted R
Square
Std. Error of the
Estimate
Durbin-Watson
1 .490a .240 .234 2.391
2 .551b .303 .285 2.309
3 .584c .341 .313 2.265 1.787
a. Predictors: (Constant), Adaptabilitas Karir
b. Predictors: (Constant), Adaptabilitas Karir, Motivasi Kerja, Older Worker Age
c. Predictors: (Constant), Adaptabilitas Karir, Motivasi Kerja, Older Worker Age,
Page 18
Jurnal Ilmiah Mahasiswa Ekonomi Manajemen
Vol. 2, No. 1, Februari 2017: 178-201
195
Adaptabilitas Karir*Older Worker Age, Adaptabilitas Karir*Motivasi Kerja d.
Dependent Variable: Kepuasan Kerja
Sumber : Output SPSS 20 (diolah), 2016
Berdasarkan Tabel 4, keeratan hubungan antara variabel older worker age dan
motivasi kerja memoderasi adaptabilitas karir terhadap kepuasan kerja dapat dikatakan
erat. Hal ini ditunjukkan oleh nilai koefisien korelasi (R) sebesar 0.584 (lebih besar
dari 0.50), serta nilai Durbin-Watson sebesar 1.787 berarti bahwa tidak terjadinya
autokorelasi dari model regresi diatas. Selanjutnya nilai koefisien determinasi (R2)
sebesar 0.341 (34.1%). Artinya, besarnya pengaruh variabel older worker age dan
motivasi kerja memoderasi adaptabilitas karir terhadap kepuasan kerja adalah sebesar
34.1% dan besarnya variabel lain (variabel yang tidak diteliti) yang dapat memengaruhi
variabel kepuasan kerja adalah sebesar 65.9%. (Catatan: Angka 65.9% diperoleh dari
100% - 32.5%).
Tabel 5. Keterangan Hasil Pengujian Hipotesis Penelitian
Hipotesis Keterangan
H1 Adaptabilitas Karir berpengaruh terhadap Kepuasan Kerja
pegawai Terdukung
H2 Older Worker Age berpengaruh terhadap Kepuasan Kerja
pegawai Terdukung
H3 Motivasi Kerja berpengaruh terhadap Kepuasan Kerja
pegawai
Terdukung
H4 Older Worker Age memoderasi pengaruh Adaptabilitas
Karir terhadap Kepuasan Kerja pegawai Terdukung
Page 19
Jurnal Ilmiah Mahasiswa Ekonomi Manajemen
Vol. 2, No. 1, Februari 2017: 178-201
196
β = 0.409; p = 0.000
Kepuasan
Kerja Adaptabilitas
Karir
Older Worker
Age
β = 0.027; p = 0.014 β = - 0.103 ; p = 0.029
Motivasi
Kerja β = 0.162 ; p = 0.028
H5 Motivasi Kerja memoderasi pengaruh Adaptabilitas Karir
terhadap Kepuasan Kerja pegawai
Tidak Terdukung
(Memperlemah)
Sumber : Data Primer (diolah), 2016
Berikut ini adalah gambaran hubungan antara adaptabilitas karir terhadap
kepuasan kerja dengan older worker age sebagai pemoderasi yang dapat digambarkan
pada kerangka teoritis berikut ini.
Gambar 2. Kerangka Teoritis Setelah Melakukan Pengujian
PENUTUP
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan, maka dapat diambil kesimpulan
sebagai berikut :
1. Hasil pengujian menunjukan bahwa ada pengaruh positif dan signifikan secara
langsung antara adaptabilitas karir terhadap kepuasan kerja pegawai Universitas
Syiah Kuala. Dengan begitu semakin tinggi adaptabilitas karir semakin besar
kemungkinan kepuasan kerja pegawai tersebut.
2. Hasil pengujian menunjukan bahwa ada pengaruh negatif dan signifikan secara
langsung antara older worker age terhadap kepuasan kerja pegawai Universitas
Syiah Kuala.
3. Hasil pengujian menunjukkan adanya pengaruh langsung motivasi kerja terhadap
kepuasan kerja pegawai Universitas Syiah Kuala.
Page 20
Jurnal Ilmiah Mahasiswa Ekonomi Manajemen
Vol. 2, No. 1, Februari 2017: 178-201
197
4. Hasil pengujian menunjukkan older worker age memoderasi pengaruh positif
adaptabilitas karir terhadap kepuasan kerja pegawai Universitas Syiah Kuala.
5. Hasil pengujian menunjukkan motivasi kerja tidak memoderasi pengaruh
adaptabilitas karir terhadap kepuasan kerja pegawai Universitas Syiah Kuala.
Berarti bahwa variabel motivasi kerja tersebut memperlemah pengaruh
adaptabilitas karir terhadap kepuasan kerja pegawai Universitas Syiah Kuala.
Berdasarkan kesimpulan yang diuraikan di atas, maka dapat dirangkum beberapa saran
sebagai berikut:
1. Menyusuri penelitian-penelitian yang relevan dengan penelitian ini agar didapat
perbandingan-perbandingan yang menyeluruh dan lengkap sehingga penelitian
selanjutnya diharapkan bisa menghasilkan hasil yang lebih baik dan akurat.
2. Dengan tidak adanya pengaruh motivasi kerja terhadap kepuasan kerja,
disarankan pada peneliti selanjutnya untuk meneliti lebih lanjut topik yang
serupa dengan penambahan variabel lain.
3. Penulis menyarankan kepada peneliti selanjutnya untuk melakukan penelitian
lebih mendalam lagi mengenai adaptabilitas karir terhadap kepuasan kerja
dengan menggunakan variabel pemoderasi dan objek penelitian lainnya.
4. Penelitian selanjutnya disarankan untuk melakukan penelitian dalam jumlah
sampel yang lebih besar sehingga lebih akurat.
5. Untuk penelitian masa depan yang menguji model ini menggunakan usia
heterogen sampel lebih (termasuk muda, pekerja setengah baya, dan lebih tua)
bias menjelaskan lebih jauh tentang peran usia kronologis untuk hubungan antara
adaptabilitas karir dan hasil pekerjaan, termasuk perubahan besarnya hubungan
ini di seluruh rentang kehidupan kerja. Para peneliti juga dapat
mempertimbangkan menyelidiki efek moderasi dari konsep yang berkaitan
dengan usia lainnya, seperti usia subjektif, social, dan relative, pada hubungan
anatara adaptabilitas karir dan kepuasan kerja (Cleveland, Shore, & Murphy,
1997).
Page 21
Jurnal Ilmiah Mahasiswa Ekonomi Manajemen
Vol. 2, No. 1, Februari 2017: 178-201
198
6. Dalam upaya memecahkan persoalan rendahnya adaptabilitas karir, rendahnya
motivasi kerja, dan rendahnya kepuasan kerja, maka peran dari Universitas Syiah
Kuala adalah memberikan kesempatan untuk promosi jabatan (jenjang karir),
memberikan kompensasi, dan memberikan pelatihan bagi setiap pegawainya
tanpa harus memandang dari segi usia, pendidikan, dan lain sebagainya. Karena
dengan hal ini mungkin dapat memotivasi pegawai dalam bekerja.
REFERENSI
Angelia, Melissa (2012) Hubungan Antara Adaptabilitas Karir dan Prestasi Akademik
pada Mahasiswa Universitas Indonesia. Skripsi. Depok: Fakultas Psikologi UI.
Arikunto, S (2013) Manajemen Penelitian. Jakarta: PT. Rineka Cipta.
Bal, P. M., De Jong, S. B., Jansen, P. G., & Bakker, A. B (2012) Motivating Employees
To Work Beyond Retirement: A Multi Level Study Of The Role Of I Deals And
Unit Climate. Journal of Management Studies.
Baron, R. M. and Kenny, D. A (1986) The Moderator-Mediator Variable Distinction
in Social Psychological Research: Conceptual, Strategic, and Statistical
Considerations. Journal of Personality and Social Psychology.
Bourne, L.S., ed (1982) Internal Structure of the City: Readings on Urban Form,
Growth, and Policy, 2nd edition. Oxford: Oxford University Press.
Bungin, Burhan (2005) Metodologi Penelitian Kuantitatif. Jakarta: Kencana.
Cleveland, J. N., Shore, L. M., & Murphy, K. R (1997) Person And Context-Oriented
Perceptual Age Measure: Additional Evidence of Distrinctiveness And
Usefulness. Journal of Organizational Behaviour.
Creed, P. A., Fallon T., & Hood M (2008) The Relationship Between Career
Adaptability, Person and Situation Variables, and Career Concerns in Young
Adults. Journal of Vocational Behaviour.
Dorie K., Annet de L., Paul J., and Josje D (2008) Older Worker’s Motivation To
Continoue to Work: Five Meanings of Age. Journal of Managerial Psychology.
Duffy, R. D (2010) Sense of Control and Career Adaptability Among Undergraduate
Students. Journal of Career Assesment.
Page 22
Jurnal Ilmiah Mahasiswa Ekonomi Manajemen
Vol. 2, No. 1, Februari 2017: 178-201
199
Fathoni, A (2006) Organisasi dan Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta: PT
Rineka Cipta.
Fiori, M., Bollmann, G., Rossier, J (2015) Exploring The Path Through Which Career
Adaptability Increases Job Satisfaction Lowers Job Stress: The Role Of Affect.
Journal of Vocational Behavior.
Fieldman, S. S. &Wentzel, K. R (1990) Relations Among Family Interaction Patterns,
Classroom Self-Restraint, and Academic Achievement in Preadolescent Boys.
Journal of Educational Psychology.
Ghozali, Imam, 2013. Aplikasi Analisis Multivariat dengan Program IBM SPSS 21
Edisi 7. Semarang: Penerbit Universitas Diponegoro
Gomes, Faustino. C (1995) Manajemen Sumber Daya Manusia. Yogyakarta : C.V
ANDI OFFSET
Hair et al (1998) Multivariate Data Analysis, Fifth Edition. New Jersey: Prentice Hall
Hirschi, A (2009) Career Adaptability Development in Adolescence: Multiple
Predictors and Effect On Sense Of Power and Life Satisfaction. Journal of
Vocational Behaviour.
Kooij, D. T. A. M., De Lange, A. H., Jansen, P. G. W., & Dikkers, J. S. E (2008) Older
Workers’ Motivation to Continue To Work: Five Meanings of Age. Journal of
Managerial Psychology.
Kooij, De Lange, Jansen, Kanfer, & Dikkers (2011) Age And Work-Related Motives:
Results of A Meta-Analysis. Journal of Organizational Behavior.
Lang, F. R., & Carstensen, L. L (2002) Time counts: Future time perspective, goals,
and social relationships. Journal of Psychology and Aging.
Luthans, Fred (2005) Perilaku Organisasi edisi Sepuluh. Yogyakarta: ANDI.
Malhotra, N. K (1996) Marketing Research : An Applied Orientation. 2nd Edition. New
Jersey: Prentice Hall Inc.
Mangkunegara, Anwar Prabu (2009) Manajemen Sumber Daya Manusia Perusahaan.
Bandung: PT Remaja Ros Dakarya.
Page 23
Jurnal Ilmiah Mahasiswa Ekonomi Manajemen
Vol. 2, No. 1, Februari 2017: 178-201
200
Marjorie Armstrong-Stassen (2008) Organisational Practice and The Post-Retirement
Employment Experience Of Older Workers. Journal of Human Resource
Management.
Muzakkir (2016) Pengaruh Kecerdasan Emosional dan Motivasi Kerja terhadap
Kinerja Karyawan dan Kinerja PT. Permodalan Nasional Madani Banda Aceh.
Tesis. Banda Aceh: Program Studi Magister Manajemen, Pascasarjana
Universitas Syiah Kuala.
Newstrom. Human Behavior at Work: Organizational Behavior, Seventh Edition
(Perilaku Dalam Organisasi Eds. 7)(1994) Jakarta: Erlangga.
Pramono, Galih (2004) Analisis Pengaruh Ketidakamanan Kerja Terhadap Kepuasan
Kerja Dengan Variabel Moderator Umur dan Lama Bekerja: Studi Pada
Karyawan Bagian Pemasaran P.T. Batik Danar Hadi Surakarta. Skripsi.
Surakarta: Fakultas Ekonomi, Universitas Sebelas Maret.
P. Matthijs Bal, Simon B. De Jong, Paul G. W. Jansen and Arnold B. Bakker (2012)
Motivating Employees to Work Beyond Retirement: A Multi-Level Study of the
Role of I-Deals and Unit Climate. Journal of Management Studies.
Safriani (2014) Pengaruh Kesesuaian Tuga, Komitmen Organisasi dan Budaya
Organisasi terhadap Kepuasan Kerja serta Dampaknya pada Kinerja Pegawai
Dinas Sosial Aceh. Tesis. Program Studi Magister Manajemen, Pascasarjana
Universitas Syiah Kuala.
Sarjono, H. dan Julianita, W (2011.) SPSS VS Lisrel Sebuah Pengantar, Aplikasi untuk
Riset. Jakarta: Salemba Empat.
Savickas, M. L (1997) Career Adaptability: An integrative construct for life-span, life-
space theory. The Career Development Quarterly.
_____.2012. Career Adapt-Abilities Scale: Construction, Reliability, And
Measurement Equivalence Across 13 Countries. Journal of Vocational Behavior.
Sharf, R. S (2006) Applying Career Development Theory of Counseling. USA:
Thomson Wadsworth.
Wijono, Sutarto (2010) Psikologi Industri Dan Organisasi. Jakarta: Kencana.
Page 24
Jurnal Ilmiah Mahasiswa Ekonomi Manajemen
Vol. 2, No. 1, Februari 2017: 178-201
201
Zacher, Hannes (2014). Career adaptability predicts subjective career success above
and beyond personality traits and core self-evaluations. Journal of Vocational
Behaviour.
_____(2015) Older Worker’s Age as a Moderator of the Relationship Between Career
Adaptability and Job Satisfaction. Journal of Work, Aging and Retirement.