acer
22
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Air merupakan salah satu bahan atau zat yang sangat penting di
dalam kehidupan umat manusia, yang fungsinya tidak dapat diganti
dengan bahan atau senyawa lainnya. Oleh karena itu air sering
dikatakan sebagai unsur pokok yang sangat diperlukan, baik bagi
kehidupan manusia secara langsung maupun keperluan lainnya
(Wisnu.A, 1994).
Manusia lebih cepat meninggal karena kekurangan air dari pada
kekurangan makanan. Di dalam tubuh manusia itu sendiri sebagian
besar terdiri dari air. Tubuh orang dewasa sekitar 50%-60% berat
badan terdiri dari air, untuk anak-anak diperlukan sekitar 65% dan
bayi sekitar 80%. Kebutuhan manusia akan air sangat komplek antara
lain untuk mandi, mencuci, minum dan sebagainya. Menurut
perhitungan world Health Organisation (WHO) dinegara-negara maju
setiap orang memerlukan air antara 60-120 liter perhari. Sedangkan
di negara-negara berkembang termasuk Indonesia tiap orang
memerlukan air antara 30-60 liter perhari. Air yang digunakan
sehari-hari berasal dari air tanah, air permukaan, dan air angkasa
yang sebelumnya harus di peroses terlebih dahulu (Notoatmodjo.S,
2003).
Badan air adalah air yang digunakan untuk keperluan sehari-hari
yang kualitasnya memenuhi syarat kesehatan dan dapat diminum
apabila telah dimasak (permenkes 416, 1990).
Kualitas air yang memenuhi syarat kesehatan sangatlah diperlukan
agar tidak menimbulkan efek buruk bagi manusia. Dewasa ini, masalah
utama sumber daya air meliputi kuantitas air yang sudah tidak mampu
memenuhi kebutuhan manusia yang terus meningkat dan kualitas air
untuk keperluan domestik terus menurun khususnya untuk air bersih.
Hal ini terutama disebabkan karena kerusakan lingkungan. Mulai
perambahan hutan pengalihan fungsi dari lahan hijau, kegiatan
industri, sanitasi lingkungan yang kurang baik dan kegiatan lain
yang berdampak negatif terhadap sumber daya air, antara lain
penurunan kualitas air (Notoatmodjo.S, 2003).
Senyawa kimia berbahaya yang terlarut dalam air dapat berakibat
fatal jika kadarnya sangat berlebih atau bila hanya sedikit
berlebih pada penggunaan jangka panjang mungkin tertimbun dan
menimbulkan efek merugikan kesehatan. Mineral besi (fe) dapat
menimbulkan warna kuning pada air, memberi rasa tidak enak pada
minuman, pertumbuhan bakteri besi dan kekeruhan (Notoatmodjo.S,
2003).
Pada manusia, zat besi diperlukan untuk metabolisme, yaitu untuk
pembentukan sel darah merah (Djasio Sanropie, 1984). Namun apabila
kadarnya di dalam tubuh melebihi batas akan mempengaruhi
keseimbangan sistem kekebalan tubuh sehingga tubuh akan mudah
terinfeksi dan akan mengganggu pencernaan (Reksodiputro, 2005).
Pada lingkungan apabila konsentrasi besi melebihi batas akan
menimbulkan noda-noda pada peralatan dapur, lantai, porselin yang
sukar dibersihkan, dan pakaian yang ternoda unsur ini akan cepat
rapuh. Selain itu unsur besi yang berlebihan akan menyebabkan warna
air menjadi kemerah-merahan, memberi rasa yang tidak enak pada
minuman dan dapat membentuk endapan pada pipa-pipa logam (Sutrisno,
1991).
Hasil pengukuran kadar besi (Fe) pada badan air di Kalimantan
Timur menunjukan hasil, yaitu tingginya kadar besi (Fe)
dibandingkan kadar besi (Fe) yang terdapat di suatu badan air yang
relatif belum terkontaminasi (Sutrisno, 1991).
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana cara pengambilan sampel ?
2. Bagaimana menetukan titik pengambilan sampel ?
3. Bagaimana melakukan pengambilan sampel ?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui bagaimana menentukan lokasi pengambilan
sampel.2. Untuk mengetahui bagaimana menetukan titik pengambilan
sampel.3. Untuk mengetahui bagaimana melakukan pengambilan
sampel.D. Manfaat
1. Dapat menambah wawasan dan literatur demi kemajuan
perkembangan ilmu pengetahuan kesehatan khususnya di bidang analis
kesehatan.
2. Dapat memberikan informasi kepada masyarakat mengenai
pentingnya air bersih, karena air merupakan salah satu sumber daya
alam yang memiliki fungsi sangat penting bagi kehidupan dan
perikehidupan manusia, serta untuk memajukan kesejahteraan
umum.
BAB II
PEMBAHASAN
Beberapa istilah yang ada dalam materi pengambilan contoh uji
air yaitu : 1. Sumber air merupakan air permukaan, air tanah dan
air hujan.
2. Contoh uji adalah air yang diambil untuk keperluan
pengujian/pemeriksaan kualitas di laboratorium.
3. Pemantauan kualitas air adalah pemeriksaan kualitas air yang
dilakukan secara terus menerus pada lokasi tertentu dalam periode
tertentu.
Ada tiga macam sampel air, antara lain :
1. Contoh ( sampel ) sesaat ( Grab sample ) :
Contoh uji yang diambil di satu titik dan di suatu saat atau
volume contoh uji yang diambil langsung dari badan air yang sedang
diteliti.
2. Contoh (sampel) sesaat terpadu ( Integrated Sample )
Contoh uji yang diambil dari beberapa aliran (n aliran bagian)
pada saat/ waktu yang sama. Pengambilan contoh uji dengan cara ini
adalah untuk mewakili seluruh badan air pada saat yang sama, misal
untuk mengetahui beban pencemaran aliran aliran bagian terhadap
sungai induk. Contoh uji terdiri dari n aliran bagian ( 1 contoh
sesaat dari tiap aliran bagian), dimana volume setiap contoh uji
sebanding dengan debit aliran masing masing aliran bagian, yaitu :
volume contoh bagian i debit aliran bagian i
---------------------------------- =
------------------------------
volume contoh terpadu debit total
( i = 1,2,3,n )
3. Contoh (sampel) campuran ( Composite sample )
Contoh uji yang diambil di satu titik pada beberapa saat. Jenis
contoh uji cara ini adalah dimaksudkan untuk mewakili secara merata
perubahan parameter pada suatu badan air yang sedang diteliti
selama masa yang cukup panjang secara mendetail dengan pekerjaan
yang terbatas.
Contoh campuran meliputi x menit dan terdiri dari y contoh
bagian yang diambil setiap x/y menit, dengan volume tiap contoh uji
sesuai dengan volume air yang mengalir melalui titik pengambilan
contoh dalam waktu x/y menit ( sekitar pengambilan contoh
tersebut), sehingga :
volume contoh bagian i volume air selama x/y menit
---------------------------------- =
------------------------------------------------
volume contoh campuran seluruh volume air selama x m
Untuk pengambilan contoh uji (sampel) campuran biasanya
digunakan alat pengambilan contoh uji otomatis yang dilengkapi
dengan pengukur debit. Tetapi bila alat tersebut tidak ada, maka
scontoh bagian diambil dengan volume yang diperkirakan cukup,
kemudian debit air dihitung secara manual (penampamg sungai x
kecepatan aliran). Dengan rumus di atas maka volume setiap sampel
bagian dapat dihitung untuk digabungkan/dicampur menjadi sampel
campuran.
Cara sederhana lainnya (walaupun tidak menggambarkan contoh
campuran murni) adalah sbb. :
x
= 120 menit ( 2 jam )
x/y
= 15 menit
y
= 120/15 = 8
Volume total sampel= 2 liter ( 2000 ml )
Volume sampel bagian = 2000 ml/8 = 125 ml
Ket : Jumlah frekuensi, dan titik pengambilan contoh air
dilaksanakan sesuai dengan kebutuhan.
Pengambilan contoh uji (sampling), adalah mengumpulkan volume
contoh uji yang akan diteliti dengan jumlah sekecil mungkin, tetapi
masih mewakili (representatif), yaitu masih mempunyai sifatsifat
yang sama dengan sumber contoh (badan air/sungai, danau/waduk, mata
air, sumur).Pengambilan contoh uji merupakan langkah pertama dari
serangkaian penelitian suatu badan air, dimana urutannya adalah
sebagai berikut :
1. Pengambilan contoh uji yang representatif
2. Transportasi dan penanganan contoh uji
3. Analisa di laboratorium
`Prinsip dalam pengambilan contoh uji dapat dilihat dalam
tahapan kerja sebagai berikut :1. Menentukan lokasi pengambilan
contoh
2. Menentukan titik pengambilan contoh
3. Melakukan pengambilan contoh
4. Melakukan pemeriksaan kualitas air di lapangan
5. Melakukan pengawetan contoh dan perlakuan pendahuluan
6. Pelabelan, pengepakan dan pengangkutan contoh ke
laboratorium.
Hal hal yang perlu diperhatikan pada persiapan pengambilan
contoh uji, yaitu :
1. Siapkan peralatan untuk pengambilan contoh uji (sampling ),
termasuk instrumen/alat pengukuran untuk melakukan analisa di
lapangan, dan cek kelayakannya.
2. Siapkan wadah (tempat contoh uji) dengan jumlah yang sesuai
dengan kebutuhan. dan bersihkan dari kotoran (lumut, jamur) dan
dari contoh uji bekas (terdahulu). Bilas wadah yang sudah bersih
dengan aquadest.
3. Bersihkan peralatan sampling lainnya pipa/selang pompa dan
semua alat-alat yang akan dialiri oleh contoh uji, dari kotoran (
lumut, jamur dll.) dan dari contoh bekas terdahulu.
4. Cegah adanya kontaminasi dari logam/peralatan sampling, dari
minyak pelumas/oli/bensin.
5. Bilas wadah dan semua peralatan sampling yang akan dialiri
dengan contoh uji.
Dalam pengambilan sampel uji diperlukan peralatan yang harus
memenuhi persyaratan tertentu, yaitu :1. Terbuat dari bahan yang
tidak mempengaruhi sifat contoh;.2. Mudah dicuci dari bekas contoh
sebelumnya;
3. Contoh mudah dipindahkan ke dalam botol penampung tanpa ada
sisa bahan tersuspensi di dalamnya;
4. Mudah dan aman di bawa;
5. Kapasitas alat tergantung dari tujuan pengujian.Jenis-jenis
peralatan dalam pengambilan sampel uji :1. Alat pengambil contoh
sederhana
Alat pengambil contoh sederhana dapat berupa ember plastik yang
dilengkapi dengan tali atau gayung plastik yang bertangkai panjang.
Contohnya : Botol biasa yang diberi pemberat yang digunakan pada
kedalaman tertentu.2. Alat pengambil contoh air otomatisAlat ini
dilengkapi alat pengatur waktu dan volume yang diambil, digunakan
untuk contoh gabungan waktu dan air limbah, agar diperoleh kualitas
air rata-rata selama periode tertentu.
3. Alat pengukur parameterAlat pengukur parameter lapangan
peralatan yang perlu dibawa antara lain:a) DO meter atau peralatan
untuk metode Winkler;b) pH meter;
c) turbidimeter;
d) konduktimeter;
e) termometer; dan
f) 1 set alat pengukur debit.
4. Alat pendingin
Alat ini dapat menyimpan contoh pada 4C 2C, digunakan untuk
menyimpan contoh untuk pengujian sifat fisika dan kimia.5. Alat
ekstraksi (corong pemisah)Corong pemisah terbuat dari bahan gelas
atau teflon yang tembus pandang dan mudah memisahkan fase pelarut
dari contoh.6. Alat penyaringAlat ini dilengkapi dengan pompa isap
atau pompa tekan serta dapat menahan saringan yang mempunyai ukuran
pori 0,45 m.Wadah yang digunakan untuk menyimpan contoh harus
memenuhi persyaratan sebagai berikut:1. Terbuat dari bahan gelas
atau plastik poli etilen (PE) atau poli propilen (PP) atau teflon
(Poli Tetra Fluoro Etilen, PTFE).2. Dapat ditutup dengan kuat dan
rapat.3. Bersih dan bebas kontaminan.4. Tidak mudah pecah.5. Tidak
berinteraksi dengan contoh.
Bahan kimia untuk pengawet. Bahan kimia yang digunakan untuk
pengawet harus memenuhi persyaratan bahan kimia untuk analisis dan
tidak mengganggu atau mengubah kadar zat yang akan di uji.A.
Penentuan Lokasi Pengambilan Sampel
Langkah awal dalam menentukan lokasi pengambilan sampel air
sungai adalah mengetahui keadaan geografis sungai dan aktivitas di
sekitar daerah aliran sungai. Pada umumnya, lokasi pengambilan
meliputi :a) Daerah hulu atau sumber alamiah. Yaitu lokasi yang
belum tercemar. Lokasi ni berperan untuk identifikasi kondisi asal
atau base line sistem mata air.b) Daerah pemanfaatan air sungai
yaitu lokasi dimana air sungai dimanfaatkan untuk bahan baku air
minum, air untuk rekreasi industri, perikanan, pertanian , dan
lain-lain.
c) Daerah-daerah potensial terkontaminasi, yaitu lokasi yang
mengalami perubahan kualitas air oleh aktivitas industri,
pertanian, domestic, dan sebagainya. Hasil pemeriksaan pada lokasi
ini dapat memberi informasi pengaruh aktivitas terhadap kualitas
air sungai.
d) Daerah hilir atau muara, yaitu daerah pasang surut yang
merupakan pertemuan antara sungai dan air laut. Tujuannya untuk
mengetahui kualitas air sungai secara keseluruhan. Apabila data
hasil pengujian didaerah hilir dibandingkan dengan data daerah
hulu, evaluasi tersebut dapat menjadi bahan kebijakan pengolahan
air sungai.
Lokasi pengambilan contoh ditentukan berdasarkan tujuan
pemeriksaan kualitas air. Lokasi pengambilan sampel dilakukan pada
air permukaan dan air tanah. Lokasi pengambilan sampel ditentukan
berdasarkan tujuan dan keperluan pengambilan sampel. Lokasi
pengambilan sampel air permukaan dapat berasal dari daerah
pengaliran sungai dan danau/waduk.
a) Penentuan kualitas air pada daerah pengaliran sungai
didasarkan pada : Sumber air alamiah, yaitu lokasi pada tempat yang
belum atau masih sedikit mengalami pencemaran. Sumber air tercemar,
yaitu lokasi pada tempat yang telah mengalami perubahan atau di
hilir sumber pencemaran. Sumber air yang dimanfaatkan, yaitu lokasi
pada tempat penyadapan pemanfaatan sumber air.b) Pemantauan
kualitas air pada danau/waduk didasarkan pada : Tempat masuknya
sungai ke danau/waduk
Di tengah danau/waduk
Lokasi penyadapan air untuk pemanfaatan
Tempat keluarnya air danau/waduk
Lokasi pengambilan sampel air tanah dapat berasal dari air tanah
bebas (tidak tertekan) dan air tanah tertekan dengan penjelasan
sebagai berikut :
a) Air tanah bebas (tidak bertekan), misal : sumur gali, sumur
pompa tangan dangkal/dalam.
Di sebelah hulu dan hilir dari lokasi penimbunan/pembuangan
sampah kota/Industri.
Di sebelah hilir daerah pertanian yang intensif menggunakan
pestisida dan pupuk kimia.
Di daerah pantai dimana terjadi penyusupan air asin.
Tempat-tempat lain yang danggap perlu.
b) Air tanah tertekan (air artesis)
Di sumur produksi air tanah untuk pemenuhan kebutuhan perkotaan,
pedesaan, pertanian dan industri.
Di sumur-sumur produksi air tanah PAM maupun sarana umum.
Pada sumur-sumur produksi air tanah di suatu cekungan air tanah
artesis.
Pada sumur observasis di wilayah pesisir, dimana terjadi, dimana
terjadi penyusupan air asin.
Pada sumur lainnya yang dianngap perlu.B. Menentukan Titik
Pengambilan Sampel
Penentuan tiitk / lokasi pengambilan contoh uji harus dipilih
sedemikian rupa sehingga mewakili secara keseluruhan dari sistem
penyediaan air minum tersebut, termasuk sampel air baku.
Titik pengambilan contoh uji harus dipilih mengingat kecepatan
aliran yang tidak merata. Sifat air yang tidak homogen, maka
diperlukan data data mengenai badan air secara keseluruhan. Titik
pengambilan contoh uji harus dipilih supaya contoh uji yang diambil
dapat dianggap mewakili seluruh badan air dan tidak hanya satu
bagian dengan karakteristik yang kebetulan dapat diselidiki.Karena
setiap keadaan dan situasi berbeda, maka agak sulit untuk memberi
petunjuk yang umum. Di bawah ini diberikan anjuran yang diharapkan
dapat dipertimbangkan untuk pelaksanaan pengambilan contoh uji,
yaitu :
1. Bila contoh uji diambil dari saluran/sungai yang mempunyai
kedalaman lebih dari 5 meter dan alirannya cukup turbulen bagi air
menjadi homogen, contoh uji diambil pada kira kira 1/2 sampai 2/3
tinggi penampang basah di bawah permukaan air ( lihat gambar 1
).
Bila dekat dengan lapisan permukaan air, ada risiko bahwa
lapisan air mengandung banyak zat terapung , seperti lumut, minyak,
lemak dsb. dan bila dekat dengan dasar sungai, mengandung zat zat
yang mengendap dan bila diambil ditepi sungai yang tidak dilapisi
semen atau tidak dipasang turap,jangan terlalu dekat ke tepi karena
lapisan tanah pada tepi sungai dapat tergerus oleh aliran air.
2. Bila contoh uji diambil dari saluran atau sungai yang terdiri
dari aliran aliran yang terpisah, misalnya pada musim kering,
sampel harus diambil dari aliran bagian yang paling besar dan yang
dianggap bersifat sama dengan keadaan asli air sungai tersebut.
3. Bila penampang sungai tidak teratur (irregular) contoh uji
harus diambil (bila mungkin) di tengah aliran utama, yaitu dimana
tinggi penampang basah terbesar dan alirannya tidak terganggu.
Pengambilan sampel bisa dilakukan dari perahu atau dari jembatan
(lihat gambar 2).
SHAPE \* MERGEFORMAT
4. Bila contoh uji diambil dari saluran atau anak sungai yang
bermuara pada sungai induk atau laut. Harus diingat bahwa tinggi
permukaan air sungai atau laut, dapat berubah pada waktu hujan atau
air pasang. Pada saat itu air sungai atau air laut masuk ke dalam
anak anak sungai, sehingga sifat sifat air di anak anak sungai,
akan dipengaruhi oleh induk sungai atau laut. Untuk menghindari hal
tersebut, titik pengambilan sampel harus dipilih cukup jauh dari
muara, dimana aliran anak sungai tidak terganggu (lihat gambar
3).
5. Contoh pada gambar 3., jika pada titik A, aliran terganggu,
maka titik pengambilan sampel dilakukan di B yaitu pada lokasi yang
tidak terganggu.
SHAPE \* MERGEFORMAT
6. Bila antara tempat pengambilan contoh uji yang aman dan muara
(tempat yang terganggu alirannya) juga merupakan tempat pembuangan
air tercenar yang harus diselidiki pula, maka cara pengambilan
sampel harus difikirkan. Atau contoh uji diambil di tempat yang
tidak terganggu, namun jumlah sampel harus diperbanyak dan
pengukuran debit harus teliti, agar supaya interpretasi keadaan
dapat didukung oleh data data yang cukup lengkap dan tepat.
Catatan: Khusus untuk pertemuan dua sungai atau masuknya anak
sungai, lokasi pengambilan sampel adalah didaerah dimana air kedua
sungai diperkirakan telah tercampur secara sempurna.
Uji homogenitas air sungai dilakukan dengan mengambil beberapa
sampel di sepanjang lebar sungai pada kedalaman tertentu, parameter
ujinya antara lain suhu, pH, DO, dan daya hantar listrik.
Apabila hasil ujian parameter dibeberapa titik tidak berbeda
jauh yaitu kurang dari 10 % dapat disimpulkan bahwa telah terjadi
pencampuran sempurna antara kedua sungai.
Titik pengambilan sampel air sungai sesuai dengan kualifikasinya
:
1. Debit rata-rata tahunan 5 M3 klasifikasi sungai kecil titik
pengambilan sampel 2 dan jumlah kedalaman pengambilan sampel.
2. Debit rata-rata tahunan 5-150 M3 klasifikasi sungai sedang
titik pengambilan sampel 4 dan jumlah kedalaman pengambilan
sampel.
3. Debit rata-rata tahunan 150-1000 M3 klasifikasi sungai besar
titik pengambilan sampel 6 dan jumlah kedalaman pengambilan
sampel.
4. Debit rata-rata tahunan 1000 M3 klasifikasi sungai sangat
besar titik pengambilan sampel minimal 6 dan jumlah titik tambahan
tergantung pada sungainya kenaikan ditambah dengan faktor 2 dan
jumlah kedalaman pengambilan sampel 4
Titik pengambilan sampel air danau/waduk adalah sebagai berikut
:1. Danau/waduk kedalaman < 10 m, contoh air diambil pada 2
titik masing-masing pada permukaan dan dasar danau/waduk;
2. Danau/waduk dengan kedalaman 10 30 m, contoh air diambil pada
3 titik masing-masing pada permukaan, lapisan tekmoklin/metalimnion
dan dasar danau/waduk;
3. Danau/waduk dengan kedalaman antara 30 100 m, contoh air
diambil pada 4 titik masing-masing pada permukaan, lapisan
termoklin, lapisan hipolimnion dan dasar danau/waduk;
4. Danau/waduk dengan kedalaman > 100 m, titik pengambilan
contoh air dapat ditambah sesuai dengan keperluan.
Titik pengambilan sampel air tanah dapat berasal dari air tanah
bebas dan air tanah tertekan (artesis) dengan penjelasan sebagai
berikut :
1. Air tanah bebas
a) Pada sumur gali
Sampel diambil pada kedalaman 20 cm di bawah permukaan air dan
sebaiknya diambil pada pagi hari.
b) Pada sumur bor dengan pompa tangan/mesin
Sampel diambil dari kran/mulut pompa tempat keluarnya air,
setelah air dibuang selama lebih kurang 5(lima) menit2. Air tanah
tertekan (artesis)
a) Pada sumur bor eksplorasi
Sampel diambil pada titik yang telah ditentukan sesuai dengan
keperluan eksplorasi.
b) Pada sumur observasi
Sampel diambil pada dasar sumur, setelah air dalam sumur
bor/pipa dibuang sampai habis (dikuras) sebanyak 3(tiga) kali
c) Pada sumur produksi
Sampel diambil pada kran/ mulut pompa keluarnya air
Titik pengambilan untuk sampel air PDAM diambil pada kran tempat
keluarnya air, setelah kran air dibuka 1-2 menit. Dan untuk titik
pengambilan sampel air kolam renang diambil pada beberapa titik
pengambilan
d
C. Pengambilan Sampel
1. Pengambilan sampel untuk pemeriksaan kimia aira) Menyiapkan
alat pengambil sampel yang sesuai dengan keadaan sumber air.b)
Membilas alat dengan sampel yang akan diambil sebanyak 3(tiga)
kali.c) Mengambil sampel sesuai dengan keperluan dan campuran dalam
wadah penampung sementara hingga merata.d) Apabila sampel diambil
dari beberapa titik, maka volume sampel yang diambil dari setiap
titik harus sama.2. Pengambilan sampel untuk pemeriksaan oksigen
terlarut :
a) Siapkan botol KOB (BOD) yang bersih dan mempunyai volume 300
ml serta dilengkapi dengan tutup asah.
b) Celupkan botol dengan haati-hati ke dalam air dengan posisi
mulut botol searah dengan aliran air, sehingga air masuk ke dalam
botol dengan tenang , atau dapat pula dengan menggunakan sifon.c)
Isi botol sampai penuh dan hindarkan terjadinya gelembunG udara
selama pengisian dan penutupan botol.
Persiapan Pengambilan Sampel serta Pengawetannya.Botol yang akan
digunakan untuk mengambil sampel harus bersih,yelah dibilas dengan
air suling terlebih dahulu kemudian dengan cairan yang akan mengisi
botol tersebut. Catatan yang sama berlaku untuk alat pengambilan
sampel; pipa, pompa dan lain-lain dimana sampel akan mengalir,
harus bersih dan tidak boleh mengandung sisa-sisa dari bekas samper
terdahulu. Terutama tumbuhnya lumut atau jamur harus dijegah.
Sekaligus kontaminasi dari logam atau bahan alat pengambil sampel
yang dapat larut dalam sampel harud dicegah. Besi, kuningan,
perunggu dapat larut air yang bersifat asam atau basa,
sedangkanbahan plastic dan karet dapat larut dalam air buangan
industry yang mengandung pelarut organis atau minyak dan
bensin.Sampel dapat diambil secara terpisah dengan menggunakan
ember,botol plastik atau kaca (terbuka dan diperberat dengan cincin
timah pada lehernya)yang diikat dengan tali,kemudian dimasukkan
kedalam sungai sampai terisi penuh dengan sampel. Untuk mengambil
sampel pada kedalaman tertentu. Cara lain adalah dengan menggunakan
sejenis pompa yang menghisap kemudian menekankan sampel melalui
pipa masuk ke botol sampel kemudian sampel dapat diambil pada
kedalaman tertentu.Pengambilan sampel berturut-turut juga dapat
dilakukan dengan alat khusus (automatic sampler) yang terdiri dari
pipa penghisap (kedalaman titik pengambilan sampel terbatas sekitar
5 meter dibawah alat tersebut), pompa, jam untuk mengendalikan
frekuensi pengambilan sampel, alat untuk membagi sampel ke
botol-botol untuk sampel campuran, kotak isotermis yang berisi
botol-botol sampel campuran dengan pendinginan oleh es atau es
kering, supaya pengawetan sampel dapat dilakukan paling lama 1 hari
sebelum dibawa ke laboratorium. Alat tersebut tidak menghisap debit
sampel terus-menerus karena terlalu sulit dari segi teknis. Maka
alat tersebut mengambil sampel bagian dalam labu yang ada dengan
volum sampel tertentu, misalnya sebanyak a ml setiap b menit, lalu
selam m jam akan diisikanDikallikan a ml sampel bagian ke dalam
botol sehingga terbetuk sampel campuran setiap m jam (isi botol
tersebut 1 sampai 2 liter).Gangguan yang dapat ditimbulkan selama
penyimpanan dan pengangkutan sampel sehingga dapat berubah sifat
dari keadaan asli sampel adalah sebagai berikut: Gas seperti O2 dan
CO2 dapat diserap air sampel atau dapat lenyap dari air sampel ke
udara. Zat tersuspensi seperti koloidal dapat membentuk flok-flok
sendiri dan mengendap. Beberapa zat terlarut dapat dioksidasikan
oleh oksigen terlarut sehingga senyawa berubah, misalnya Mn2+
terlarut dapat teroksidasi oleh oksigen sehingga terbentuk MnO2 (s)
. Beberapa zat terlarut dapat bereaksi, misalnya Ca2+ dan CO32-
dapat membentuk CaCO3 yang menngendap. Hal tersebut terjadi bila pH
berubah. Lumut, ganggang dan jamur dapat tumbuh dalam sampel yang
tidak disimpan pada tempat gelap dan dingin atau bila pHnya rendah;
zat organis (seperti BOD dan COD) akan terus dicerna oleh bakteri
yang aktif.Cara pengawetan sampel tergantung pada analisa yang akan
dilakukan dan suatu senyawa atau unsur tertentu. Pada makalah ini
menganalisa senyawa nitrat (NO3-) sehingga cara pengawetan sampel
yaitu ditambahkan H2SO4 sampai pH < 2 dan didinginkan sampai
waktu pengawetan maksimum yaitu 2 hari. Hal- hal yang perlu
diperhatikan dalam pengawetan sampel antara lain: Dingin berarti
suhu sekitar 4 oC Botol (terbuat dari gelas atau plastic jenis
polietilen) harus dibilas dahulu dengan asam 1 + 1 HNO3. Botol BOD
atau Winkler, terbuat dari kaca.
D. Pelebelan Sampel
Sampel yang telah dimasukkan ke dalam wadah sampel diberi label
:
1. Nomor sampel 2. Nama petugas pengambil sampel
3. Tanggal dan jam pengambilan
4. Tempat pengambilan sampel
5. Jenis pengawet yang digunakan
BAB IIIPENUTUP
A. Kesimpulan
Pada pengambilan sampel air untuk pemeriksaan kimia dapat
dilakukan dengan tiga macam sampel air , yaitu sampel sesaat (grab
sample) ,sampel gabungan waktu (composite sample),dan sampel sesaat
terpadu (integrated sample) . Cara pengambilan sampel tersebut
dapat dilakukan dengan cara menetukan lokasi pengambilan sampel,
menentukan titik pengambilan sampel, pengambilan sampel, label
sampel, pengawetan sampel, dan pengepakan dan pengiriman sampel.
Pemeriksaan air juga dapat menggunakan sampel sumber air, air
minum/air bersih, air kolam renang, maupun air permandian
umum.Lokasi dan titik pengambilan air untuk uji sampling, antara
lain :
1. Air permukaan
a) Di sungai
b) Di danau/waduk
2. Air tanah
a) Air tanah bebas
b) Air tanah tertekan (artesis)
3. Air PAM
4. Air kolam renang/air pemandian umum
B. Saran
Pengambilan sampel air sebaiknya melakukan persiapan terlebih
dahulu, seperti persiapan alat (peralatan pengambilan sampel dan
peralatan sampling), bahan, dan wadah. Peralatan, bahan, dan wadah
yang digunakan harus memperhatikan ketentuan persyaratan yang
berlaku.
Selain itu, penentuan lokasi dan titik pengambilan air juga
harus diperhatikan agar di dapat sampel yang memenuhi
persyaratan.
Lumut, minyak, lemak
Zat tersuspensi/
endapan
1/2 2/3
1/3 1/2
Gambar 1.
Cara pengambilan sampel
yang mewakili sampel air
sungai
Gambar 2.
Cara pengambilan sampel di sungai dengan beberapa aliran
bagian.
Alat pengambilan sampel
Tempat yang kurang cocok untuk pengambilan sampel
B
A
Sungai induk / Muara
Aliran anak sungai
Yang dapat terganggu
Aliran anak sungai
Yang tidak terganggu
Cek
dam
Anak sungai
Gambar 3.
Cara pengambilan sampel jika aliran anak sungai terganggu
Gambar Titik Pengambilan Contoh Air Sungai
1/2 L
1/2 L
1/2 L
1/2 L
0,5 d
Debit < 5 m3/ detik
1/3 L
1/3 L
1/3 L
1/43L
1/3 L
1/3 L
0,5 d
Debit 5 -130 m3/ detik
0,2 d
1/4 L
1/4 L
1/4 L
1/4 L
1/4 L
1/4 L
1/4 L
1/4 L
0,8 d
Keterangan :
Tipe pengambilan contoh air dengan alat tipe tegak terpadu
Tipe pengambilan contoh air dengan alat tipe mendatar
d : Kedalaman Air
L : Lebar Sungai
L
Debit >130 m3/ detik
GAMBAR TITIK PENGAMBILAN CONTOH AIR DANAU/WADUK
d < 10 M
EPILIMNION
HIPOLIMNION
METALIMNION
d 10-30 M
EPILIMNION
METALIMNION
d 30-100M
HIPOLIMNION
KETERANGAN :
Titik Pengambilan Contoh Air
d Kedalaman