PENGAJIAN TAFSĪR DI MASYARAKAT (STUDI KASUS MASJID JĀMI‘ AL-MUḤTAROM JAKARTA UTARA) Skripsi Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Agama (S.Ag) Oleh MEGA NUR FADHILAH NIM: 11140340000192 PROGRAM STUDI ILMU AL-QUR’AN DAN TAFSIR FAKULTAS USHULUDDIN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1440 H/2019 M
80
Embed
PENGAJIAN TAFSĪR DI MASYARAKAT (STUDI KASUS MASJID …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45278/1/SKRIPSI MEGA.pdf · yang terletak di Jalan Fort Timur Nomor 75-77
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
PENGAJIAN TAFSĪR DI MASYARAKAT
(STUDI KASUS MASJID JĀMI‘ AL-MUḤTAROM
JAKARTA UTARA)
Skripsi
Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Agama (S.Ag)
Oleh
MEGA NUR FADHILAH
NIM: 11140340000192
PROGRAM STUDI ILMU AL-QUR’AN DAN TAFSIR
FAKULTAS USHULUDDIN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1440 H/2019 M
v
PEDOMAN TRANSLITERASI
Transliterasi Arab-Latin yang digunakan dalam skripsi ini berpedoman pada
buku pedoman skripsi yang terdapat dalam buku Pedoman Akademik Program
Strata 1 2017-2018 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
1. Padanan Aksara
Berikut adalah daftar aksara Arab dan padanannya dalam aksara latin:
Huruf
Arab
Huruf
Latin Keterangan
A Tidak dilambangkan ا
B Be ب
T Te ث
Ts te dan es ث
J Je ج
Ḥ h dengan titik di bawah ح
Kh ka dan ha خ
D De د
Dz de dan zet ذ
R Er ر
Z Zet ز
S Es س
sy es dan ye ش
Ṣ es dengan titik di bawah ص
Ḍ de dengan titik di bawah ض
ṭ te dengan titik di bawah ط
ẓ zet dengan titik di bawah ظ
vi
‘ عkoma terbalik di atas hadap
kanan
Gh ge dan ha غ
F Ef ف
Q Ki ق
K Ka ك
L El ل
M Em م
N En ن
W We و
H Ha ه
Apostrof ` ء
Y Ye ي
2. Vokal
Vokal dalam bahasa Arab, seperti vokal bahasa Indonesia, terdiri dari vokal
tunggal atau monoftong dan vokal rangkap atau diftong. Untuk vokal tunggal,
ketentuan alih aksaranya adalah sebagai berikut:
Tanda Vokal
Arab
Tanda Vokal
Latin
Keterangan
A Fatḥah ــ
I Kasrah ــ
U Ḍammah ـــ
Adapun untuk vokal rangkap, ketentuan alih aksaranya adalah sebagai
berikut:
vii
Tanda Vokal
Arab
Tanda Vokal
Latin
Keterangan
Ai a dan i ي
Au a dan u و
3. Vokal Panjang
Ketentuan alih vokal panjang (mad), yang dalam Bahasa Arab
dilambangkan dengan harakat dan huruf, yaitu:
Tanda Vokal
Arab
Tanda Vokal
Latin
Keterangan
ىا Ā a dengan garis di atas
Ī i dengan garis di atas ى ي
Ū u dengan garis di atas ى و
4. Kata Sandang
Kata sandang, yang dalam sistem aksara Arab dilambangkan dengan huruf
dialihaksarakan menjadi huruf /l/, baik itu diikuti huruf syamsiyyah maupun ,ال
huruf qamariyyah. Contoh: al-rijāl, bukan ar-rijāl, al-diwān bukan ad-diwān.
5. Syaddah (Tasydīd)
Syaddah atau tasydid yang dalam sistem tulisan Arab dilambang dengan
sebuah tanda ( ـــ ), dalam alih aksara ini dilambangkan dengan huruf, yaitu dengan
menggandakan huruf yang diberi tanda syaddah itu. Akan tetapi, hal ini tidak
berlaku jika huruf yang menerima tanda syaddah itu terletak setelah kata sandang
yang diikuti oleh huuf-huruf syamsiyyah. Misalnya, kata (الضرورة) tidak ditulis
ad-Ḍarūrah melainkan al-Ḍarūrah, demikian seterusnya.
6. Ta Marbuṭah
Berkaitan dengan alih aksara ini, jika huruf ta marbuṭah terdapat pada kata
yang berdiri sendiri, maka huruf tersebut dialihaksarakan menjadi /h/ (lihat contoh
1 di bawah). Hal yang sama juga berlaku jika ta marbuṭah tersebut diikuti oleh
viii
kata sifat (na‘t) (lihat contoh 2). Namun, jika huruf ta marbuṭah tersebut diikuti
kata benda (ism), maka huruf tersebut dialihaksarakan menjadi huruf /t/ (lihat
contoh 3).
Contoh:
No Kata Arab Alih Aksara
ṭarīqah طريقة 1
al-jāmi‘ah al-islāmiyyah السالمي ةاالجامعة 2
waḥdat al-wujūd الوجودوحدة 3
7. Huruf Kapital
Meskipun dalam sistem tulisan Arab huruf kapital tidak dikenal, dalam alih
aksara ini huruf capital tersebut juga digunakan dengan mengikuti ketentuan yang
berlaku dalam Ejaan Yang Disempurnakan (EYD) bahasa Indonesia, antara lain
untuk menuliskan permulaan kalimat, huruf awal nama tempat, nama bulan, nama
diri, dan lain-lain. Penting diperhatikan, jika nama diri didahului oleh kata
sandang, maka yang ditulis dengan huruf kapital tetap huruf awal nama diri
tersebut, bukan huruf awal atau kata sandangnya. (Contoh: Abū Ḥamīd al-Ghazalī
bukan Abū Ḥamīd Al-Ghazālī, al-Kindi bukan Al-Kindi).
Beberapa ketentuan lain dalam EYD sebetulnya juga dapat diterapkan
dalam alih aksara ini, misalnya ketentuan mengenai huruf cetang miring (italic)
atau cetal tebal (bold). Jika menurut EYD, judul buku itu ditulis dengan cetak
miring, maka demikian halnya dalam alih aksaranya. Demikian seterusnya.
Berkaitan dengan penulisan nama, untuk nama-nama tokoh yang berasal
dari dunia Nusantara sendiri, disarankan tidak dialihaksarakan meskipun akar
katanya berasal dari Bahasa Arab. Misalnya ditulis Abdussamad al-Palimbani,
tidak ‘Abd al-Ṣamad al-Palimbānī; Nuruddin al-raniri, tidak Nūr al-Dīn al-Rānīrī.
ix
8. Cara Penulisan Kata
Setiap kata , baik kata kerja (fi‘il), kata benda (ism), maupun huruf (ḥarf) ditulis
secara terpisah. Berikut adalah beberapa contoh alih aksara atas kalimat-kalimat
dalam Bahasa Arab, dengan berpedoman pada ketentuan-ketentuan di atas:
Kata Arab Alih Aksara
ستاد هب الا
dzahaba al-ustādzu ذ
جر بت الا
tsabata al-ajru ج
ت ت العصري
al-ḥarakah al-‘aṣriyyah الحرك
هد
ش هللا ا
اله الا
ن ال
asyhadu an lā ilāha illā Allāh ا
ا ملك الصالحه Maulānā Malik al-Ṣāliḥ مىال
م هللا
رك ج
yu’atstsirukum Allāh يؤ
ت اهرالعقليظ
al-maẓāhir al-‘aqliyyah امل
ت ىهيياث الك
al-āyāt al-kauniyyah الا
رورة ىراث الضحظ
بيح امل
al-ḍarūrat tubīhu al-maḥẓūrāt ج
x
ABSTRAK
Mega Nur Fadhilah, “Pengajian Tafsīr di Masyarakat (Studi Kasus Masjid
Jāmi„ Al-Muḥtarom Jakarta Utara)”
Pengajian merupakan suatu wadah atau lembaga tempat mengkaji dan
mendalami agama Islām. Bermacam-macam bentuk pengajian di Indonesia yang
diikuti oleh setiap masyarakat muslim di tiap daerah dikarenakan setiap masyarakat
muslim masih memerlukan tempat untuk pengkajian agama Islām dan al-Qur’ān
untuk menghayati dan mendalami agama.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengeksplorasi jalannya proses pengajian
tafsīr Masjid Jāmi‘ Al-Muḥtarom dan respon jamā‘ah atas pengajian, serta dampak
yang dialami jamā‘ah dari mengikuti pengajian tafsīr di Masjid Jāmi‘ Al-Muḥtarom
yang terletak di Jalan Fort Timur Nomor 75-77 RT. 002 RW. 010, Kelurahan Koja,
Kecamatan Koja, Jakarta Utara 14220.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif dengan
pendekatan lapangan. Sumber data penelitian ini diperoleh dari wawancara,
observasi, dan dokumentasi, dan ditinjau dari beberapa kepustakaan.
Hasil penelitian ini adalah bahwa pengajian tafsīr Masjid Jāmi‘ Al-Muḥtarom
dilaksanakan setiap Ahad pekan kedua dan keempat setelah salat Subuh berjamā‘ah,
yang dipimpin oleh Ustad Ashif Munawar selaku ustad yang menyampaikan materi
pengajian. Kitab yang digunakan ustad dalam menyampaikan materi adalah kitāb
Tafsīr Jalālayn dan Aysārut Tafāsir. Jamā‘ah secara keseluruhan merespon baik
adanya pengajian tafsīr, mereka merasa terbantu dengan adanya pengajian tafsīr
tersebut karena pengetahuan dan keimanan mereka menjadi bertambah bahkan bisa
mengamalkan sebagian isi materi dari pengajian tersebut sekalipun mereka datang ke
pengajian tersebut dengan motivasi yang beragam.
Kata kunci: Proses, Pengajian, Respon.
xi
KATA PENGANTAR
Alhamdulillāhirabbil‘ālamīn. Segala puji dan syukur penulis panjatkan atas
kehadirat Allah Ta‘ālā yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga
penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Pengajian Tafsīr di Masyarakat
(Studi Kasus Masjid Jāmi„ Al-Muḥtarom Jakarta Utara” dengan baik. Skripsi ini
disusun guna melengkapi salah satu syarat memperoleh gelar sarjana di Fakultas
Ushuluddin UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Skripsi ini tidak dapat terwujud tanpa adanya bantuan serta dukungan dari
berbagai pihak. Penulis ingin mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada:
1. Ibu Prof. Dr. Hj. Amany Burhanuddin Umar Lubis, Lc, M.A selaku Rektor UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Bapak Prof. Masri Mansoer, M.A selaku Dekan Fakultas Ushuluddin.
3. Ibu Dr. Lilik Ummi Kaltsum, M.A selaku Ketua Program Studi Ilmu Al-Qur‟ān
dan Tafsīr Fakultas Ushuluddin UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
4. Ibu Dra. Banun Binaningrum, M.Pd selaku Sekretaris Program Studi Ilmu
Al-Qur‟ān dan Tafsīr Fakultas Ushuluddin UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
5. Bapak M. Najib Tsauri, S.Th.I selaku Asisten Ketua Program Studi Ilmu
Al-Qur‟ān dan Tafsīr Fakultas Ushuluddin UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
6. Ka Muhammad Hanif, S.Th.I selaku Asisten Sekretaris Program Studi Ilmu
Al-Qur‟ān dan Tafsīr Fakultas Ushuluddin UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
7. Bapak Dr. Masykur Hakim, M.A selaku Dosen Pembimbing Akademik yang
telah memberikan ilmu, bimbingan, masukan, serta nasehatnya kepada penulis
yang sangat membantu dalam penyusunan skripsi ini.
8. Bapak Dr. Eva Nugraha, M.Ag selaku Dosen Pembimbing Skripsi yang telah
memberikan ilmu, bimbingan, motivasi, masukan dan saran kepada penulis
selama penyusunan skripsi ini.
9. Bapak dan Ibu Dosen serta seluruh staff/karyawan Fakultas Ushuluddin UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta, atas ilmu yang telah diberikan dan bantuannya
xii
selama menempuh perkuliahan di Fakultas Ushuluddin UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta.
10. Pengurus Masjid Jāmi„ Al-Muḥtarom yang telah memberikan ijin serta
membantu memberi kemudahan memperoleh informasi dalam penyusunan
skripsi ini
11. Ustad Ashif Munawar dan para jamā„ah yang telah membantu dan berkenan
untuk diwawancarai serta teah memberikan banyak informasi mengenai
pengajian tafsīr.
12. Ayah, Ibu, Abang dan Kakak yang senantiasa memberikan doa dan motivasi
serta selalu sabar memberi dukungan kepada penulis selama penyusunan skripsi
ini.
13. Silma Laatansa Haqqi, Fawa Idul Makiyah, Khulaimah Musyfiqoh, Saibatul
Aslamiah Lubis, Fradhita Sholikha, Siti Aisyah, Eti Asyaroh, Chusnul Yunita
yang telah memberikan semangat dan motivasi kepada penulis selama
penyusunan skripsi ini.
14. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu, yang telah
memberikan dukungan dan masukannya dalam penulisan skripsi ini.
Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan,
untuk itu penulis memohon maaf atas segala kesalahan dan mengharapkan segala
kritik serta saran yang membangun. Semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat
kepada penulis dan pembaca.
Jakarta, 25 Januari 2019
Penulis
xiii
DAFTAR ISI
LEMBAR PERNYATAAN ...................................................................................... ii
LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING ......................................................... iii
LEMBAR PENGESAHAN ..................................................................................... iv
LEMBAR PEDOMAN TRANSLITERASI ............................................................ v
ABSTRAK ................................................................................................................. x
KATA PENGANTAR ............................................................................................... xi
DAFTAR ISI .............................................................................................................. xiii
DAFTAR TABEL ..................................................................................................... xv
BAB I PENDAHULUAN .......................................................................................... 1
A. Latar Belakang Masalah .................................................................................. 1
B. Rumusan Masalah dan Pembatasan Masalah .................................................. 3
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ....................................................................... 3
D. Tinjauan Pustaka ............................................................................................. 4
E. Metodologi Penelitian ..................................................................................... 9
F. Sistematika Penulisan...................................................................................... 12
BAB II PRAKTIK SOSIAL DAN HUBUNGANNYA DENGAN PENGAJIAN
Tabel 10. Rutinitas Jama’ah Mengikuti Pengajian Tafsir ............................. 45
Tabel 11. Tujuan Jama’ah Mengikuti Pengajian Tafsir ................................ 45
Tabel 12. Manfaat Jama’ah Mengikuti Pengajian Tafsir .............................. 46
Tabel 13. Pendapat Jama’ah Mengenai Pengajian Tafsir.............................. 48
Tabel 14. Penilaian Jama’ah terhadap Cara Penyampaian Ustad ................. 50
Tabel 15. Hal-hal Mengenai Materi Pengajian Tafsir ................................... 52
Tabel 16. Pemahaman Jama’ah terhadap Materi Pengajian Tafsir .............. 54
xvi
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pengajian merupakan suatu wadah atau lembaga tempat mengkaji dan
mendalami agama Islām. Bermacam-macam bentuk pengajian di Indonesia yang
diikuti oleh setiap masyarakat muslim di tiap daerah dikarenakan setiap masyarakat
muslim masih memerlukan tempat untuk pengkajian agama Islām dan al-Qur‟ān
untuk menghayati dan mendalami agama.1 Ibn Khaldūn dalam kitabnya Muqaddimah
Ibn al-Khaldūn yang dikutip dari Jurnal Usuluddin telah menyarankan supaya
diadakan pengajian mengenai al-Qur‟ān dan sunnah dan beliau mengatakan bahwa,
“Dasar dari kesemua ilmu-ilmu naqlī adalah dari sumber yang sah yaitu al-Qur‟ān
dan sunnah, yakni hukum yang telah disyariatkan kepada manusia oleh Allah
S.W.T.”2 Kegiatan pengajian dapat disajikan dalam beberapa bentuk, diantaranya
tabligh akbar, dakwah, malam tausiyah dan malam dakwah. Adapun kegiatan yang
biasanya dilakukan dalam pengajian, meliputi: tadarus al-Qur‟ān, mendengarkan
ceramah, mengkaji tafsīr al-Qur‟ān, mengkaji al-Sunnah, dan belajar tajwīd.3
Umumnya, pengajian biasa dilakukan di masjid, tetapi ada juga beberapa kelompok
masyarakat yang melakukan pengajian di mushala, langgar, atau tempat lainnya.4
Masa awal perkembangan Islām, yaitu pada zaman Rasūlullāh, masjid
merupakan pusat pemerintah, kegiatan pendidikan, pengajian, kegiatan sosial dan
ekonomi. Rasūlullāh sebagai Kepala Pemerintah dan Kepala Negara pada saat itu
1 Afnani Jayadina, “Fungsi Sosial Pengajian Bergilir di Rumah Warga (Studi tentang Tradisi
Pengajian Bergilir dan Upaya Memakmurkan Masjid di Dusun Pugeran, Jambidan, Banguntapan,
Bantul, Yogyakarta,” (Skripsi S1 Jurusan Sosiologi Agama Fakultas Ushuluddin dan Pemikiran Islam,
Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta, 2016), h. 1. 2 Fakhrul Adabi Abdul Kadir, “Persepsi Pendengar Kelas Agama terhadap Pengajian Agama
di Masjid-masjid Daerah Hulu Langat,” Jurnal Usuluddin, Bil 29 (27 September 2009): h. 189. 3 Santi Sulandari, dkk, “Keterlibatan Lansia dalam Pengajian: Manfaat Spiritual, Sosial, dan
Psikologis,” Jurnal Ilmiah Psikologi, Universitas Muhammadiyah Surakarta: h. 44-45. 4 Afnani Jayadina, “Fungsi Sosial Pengajian Bergilir di Rumah Warga (Studi tentang Tradisi
Pengajian Bergilir dan Upaya Memakmurkan Masjid di Dusun Pugeran, Jambidan, Banguntapan,
Bantul, Yogyakarta,” (Skripsi S1 Jurusan Sosiologi Agama Fakultas Ushuluddin dan Pemikiran Islam,
Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta, 2016), h. 4.
1
2
menjalankan roda pemerintahan dan mengatur Umat Islām di dalam Masjid. Hal
itulah yang menjadikan masjid terlihat makmur dengan adanya beragam aktivitas.5
Peran dan fungsi masjid pada masa Rasūlullāh memberikan contoh kepada kita
bagaimana memakmurkan masjid sebagai tempat aktivitas umat. Masa sekarang,
apabila masjid hanya difungsikan sebagai tempat “ritual” saja, maka kemakmuran
dari sebuah masjid akan hilang. Masjid yang merupakan pusat ibadah sekaligus
sentral kegiatan umat Islām harus tetap dikembangkan melalui beragam kegiatan,
salah satunya yaitu pengajian.6
Salah satu masjid yang mengadakan kegiatan pengajian sebagai bentuk upaya
dalam memakmurkan masjid yaitu Masjid Jāmi„ al-Muḥtarom yang berlokasi di
wilayah Kelurahan Koja Kecamatan Koja, Jakarta Utara. Penelitian di Masjid Jāmi„
Al-Muḥtarom Kelurahan Koja Kecamatan Koja ini dipilih secara purposive,
berdasarkan pertimbangan-pertimbangan tertentu.7 Masjid Jāmi„ Al-Muḥtarom
merupakan salah satu anggota Badan Pembina Khutoba Jakarta Utara.8 Masjid ini
merupakan salah satu masjid yang aktif mengadakan berbagai macam kegiatan, tidak
hanya kegiatan pengajian tafsīr saja namun ada juga kegiatan pengajian taḥsīn,
pengajian fiqh dan pengajian ḥadīts. Penelitian penulis hanya fokus pada pengajian
tafsīr. Pengajian tafsīr di Masjid Jāmi„ Al-Muḥtarom sudah berjalan selama kurang
lebih 4-5 tahun yang lalu.9 Telah banyak proses yang dilalui dalam kurun waktu
tersebut dan selama itu juga timbul berbagai macam respon yang telah diberikan oleh
jamā„ah saat pelaksanaan pengajian berlangsung. Oleh karena itu, penelitian ini akan
5 Afnani Jayadina, “Fungsi Sosial Pengajian Bergilir di Rumah Warga (Studi tentang Tradisi
Pengajian Bergilir dan Upaya Memakmurkan Masjid di Dusun Pugeran, Jambidan, Banguntapan,
Bantul, Yogyakarta,” (Skripsi S1 Jurusan Sosiologi Agama Fakultas Ushuluddin dan Pemikiran Islam,
Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta, 2016), h. 4-5. 6 Arsyi Makin, “Respon Jamaah terhadap Pengajian Tafsīr Tematik di Masjid Islamic Centre
Jakarta,” (Skripsi S1 Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islâm Fakultas Dakwah dan Komunikasi,
Universitas Islām Negeri Jakarta, 2008), h. 48. 7 Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D (Bandung: Alfabeta, 2014), h.
122. 8 Badan Pembina Khutoba Jakarta Utara (BP. Khutoba), Sejarah dan Urgensi BP. Khutoba
Jakarta Utara (Jakarta: BP. Khutoba Jakarta Utara, 2009). 9 Wawancara dengan Ashif Munawar selaku ustad pengajian tafsīr, Jakarta, 02 September
2018.
3
menekankan pada praktek pengajian tafsīr dan respon jamā„ah atas pengajian tafsīr di
Masjid Jāmi„ Al-Mūhtarom.
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, penulis ingin mengetahui jalannya proses
pelaksanaan pengajian tafsir dan respon jamā„ah atas pengajian tafsīr tersebut serta
dampak yang dialami oleh jamā„ah dari mengikuti pengajian tafsīr tersebut, dengan
melalui beberapa rumusan masalah sebagai berikut:
1. Bagaimana praktik pengajian tafsīr di Masjid Jāmi„ Al-Muḥtarom yang terletak
di RT/RW 002/010 Koja, Jakarta Utara?
2. Apa respon jamā„ah terhadap pengajian tafsīr Masjid Jāmi„ Al-Muḥtarom?
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Penelitian ini dilakukan dengan beberapa tujuan sebagai berikut:
a. Tujuan penelitian ini secara teoritis adalah untuk mengeksplorasi jalannya
praktik pengajian tafsīr Masjid Jāmi„ Al-Muḥtarom dan beberapa respon
jamā„ah atas pengajian tafsīr yang mungkin dapat berpengaruh pada
perkembangan pengajian tafsīr tersebut.
b. Tujuan akademik penelitian ini adalah untuk memenuhi persyaratan tugas
akhir perkuliahan di jurusan Ilmu Al-Qur‟ān dan Tafsīr Fakultas Ushuluddin
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Penelitian ini dilakukan dengan beberapa kegunaan sebagai berikut:
a. Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat sebagai tambahan informasi dan
bahan pertimbangan bagi alumni tafsīr al-Qur‟ān yang kelak menjadi
seorang dā‟i atau ustad.
a. Bagi ustad dan pengurus Masjid Jāmi„ Al-Muḥtarom, diharapkan hasil dari
penelitian ini dapat dijadikan bahan pertimbangan dalam melakukan
kegiatan pengajian tafsīr sehingga materi yang disampaikan dapat diterima
oleh jamā„ah dengan baik dan tepat.
4
D. Tinjaun Pustaka
Menurut penulis, sampai saat ini belum ada karya tulis yang membahas tentang
proses dan respon jamā„ah pengajian tafsīr di Masjid Jāmi„ Al-Muḥtarom. Demikian
penulis menemukan beberapa karya tulis yang mempunyai tema kajian yang sejalan,
yaitu pada IAIN Walisongo pada tahun 2012 karya Muniya Syaroh dengan judul
Persepsi Jama’ah terhadap Materi Dakwah KH Haris Shodaqoh dalam
Pengajian Ahad Pagi di Pondok Pesantren Al-Itqon Bugen Tlogosari
Pedurungan Semarang.10
Muniya Syaroh11
mendeskripsikan tentang bagaimana persepsi jama‟ah
terhadap Materi Dakwah KH Haris Shodaqoh dalam Pengajian Ahad Pagi di Pondok
Pesantren Al-Itqon Bugen Tlogosari Pedurungan Semarang dengan menggunakan
metode campuran yaitu metode yang memadukan pendekatan kualitatif dan
kuantitatif.12
Beberapa poin analisis persepsi jamā„ah terhaadap materi dakwah KH.
Haris Shodaqoh yang dibahasa dalam penelitian Muniya yaitu analisis tentang
penilaian terhadap minat mengikuti pengajian, analisis tentang tingkat pemahaman
materi yang disampaikan, analisis keadaan mental (sikap) setelah menerima materi
pada pengajian, analisis penilaian tentang adanya pengajian Ahad pagi. Kesimpulan
dari analisisnya adalah penilaian jamā„ah terhadap materi dakwah yang disampaikan
dalam pengajian Ahad pagi bagus. Kitab yang digunakan adalah kitab al-Ibrīz.
Banyak jamā„ah yang paham dan dapat mengikuti setiap materi yang disampaikan.
Pengajian Ahad pagi mulai dari memaknai sampai menjelaskan menggunakan bahasa
Jawa yang menjadi bahasa asli orang Jawa sehingga hal tersebut menjadikan jamā„ah
lebih mudah memahami setiap penjelasan yang diberikan dai.13
10
Muniya Syaroh, “Persepsi Jama‟ah terhadap Materi Dakwah KH Haris Shodaqoh dalam
Pengajian Ahad Pagi di Pondok Pesantren Al-Itqon Bugen Tlogosari Pedurungan Semarang,” (Skripsi
S1 Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam Fakults Dakwah dan Komunikasi, Institut Agama Islam
Negeri Walisongo, 2012). 11
Muniya Syaroh, “Persepsi Jama‟ah terhadap Materi Dakwah KH Haris Shodaqoh dalam
Pengajian Ahad Pagi di Pondok Pesantren Al-Itqon Bugen Tlogosari Pedurungan Semarang.” 12
Muniya Syaroh, “Persepsi Jama‟ah terhadap Materi Dakwah KH Haris Shodaqoh dalam
Pengajian Ahad Pagi di Pondok Pesantren Al-Itqon Bugen Tlogosari Pedurungan Semarang,” h. 30. 13
Muniya Syaroh, “Persepsi Jama‟ah terhadap Materi Dakwah KH Haris Shodaqoh dalam
Pengajian Ahad Pagi di Pondok Pesantren Al-Itqon Bugen Tlogosari Pedurungan Semarang,” (Skripsi
5
Persamaan penelitian penulis dengan penelitian Muniya Syaroh adalah
pengajian tafsīrnya sama-sama dilaksanakan pada Ahad pagi, sama-sama
menjelaskan pelaksanaan pengajian tafsīr dan materi pengajian tafsīr, dan poin-poin
mengenai analisis penelitian Muniya Syaroh memiliki maksud yang sama.
Perbedaannya adalah penelitian penulis dilakukan di Masjid, sedangkan penelitian
Muniya di pondok pesantren; Pendekatan penelitian penulis yaitu kualitatif deskriptif,
sedangkan pendekatan penelitian Muniya yaitu campuran, memadukan kualitatif dan
kuantitatif; Kitab yang digunakan dalam penelitian penulis adalah kitab tafsīr
Jalālayn dan Aysārut Tafāsir, sedangkan penelitian Muniya adalah kitab al-Ibrīz;
Penelitian penulis menganalisis 8 poin, sedangkan penelitiannya hanya 4 poin;
Penelitian penulis menambahkan analisis kesesuaian materi pengajin dengan kitab
tafsirnya, sedangkan penelitian Muniya tidak menyebutkan hal tersebut.
Tidak hanya skripsi Muniya Syaroh, skripsi Lucky Isnaeni dengan judul
Respon Jama’ah terhadap Pengajian Hadis di Masjid Assalam Bintaro Jaya 3A
Tangerang14
menjadi salah satu tinjauan pustaka penelitian ini juga.
Lucky Isnaeni15
mendeskripsikan bagaimana respon jamā„ah terhadap
pengajian ḥadīts di Masjid Assalam dan mendeskripsikan dampak pengajian ḥadīts
bagi para jamā„ah secara kognitif dan efektif. Ia menggunakan pendekatan kuantitatif
dengan kajian Stimulus Response Theory atau S-R theory dalam landasan teorinya.
Teori tersebut beranggapan bahwa sikap dapat berubah karena adanya rangsangan
atau daya tarik yang disebut stimulus dari subjek yang diterima oleh objek. Kuat
lemahnya rangsangan akan menemukan mutu atau kualitas responden baik reaksi,
tanggapan, ataupun balasan dari objek yang menerima stimulus. Seorang dai harus
mampu memberikan stimulus dan penguatan atau reinforcement objek dakwah
sehingga dakwahnya dapat diterima objek dakwah secara positif. Respon jamā„ah
S1 Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam Fakults Dakwah dan Komunikasi, Institut Agama Islam
Negeri Walisongo, 2012), h. 87. 14
Lucky Isnaeni, “Respon Jama‟ah terhadap Pengajian Hadis di Masjid Assalam Bintaro Jaya
3A Tangerang,” (Skripsi S1 Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam Fakultas Ilmu Dakwah dan
Komunikasi, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2011). 15
Lucky Isnaeni, “Respon Jama‟ah terhadap Pengajian Hadis di Masjid Assalam Bintaro Jaya
3A Tangerang.”
6
terhadap pengajian ḥadīts yang diselenggarakan di Masjid Assalam Bintaro Jaya 3A
Tangerang adalah positif. Sebagian besar jamā„ah antusias dan mendukung terhadap
kegiatan pengajian tersebut, karena mereka merasa senang dan nyaman ketika
mengikuti pengajian.16
Persamaan penelitian penulis dengan penelitian Lucky Isnaeni adalah sama-
sama mengkaji respon jamā„ah pengajian di masjid. Perbedaannya adalah predikat
pengajiannya dan objek pengajiannya serta pendekatan penelitiannya. Ia membahas
tentang pengajian ḥadīts di Masjid Assalam Bintaro Jaya 3A Tangerang dengan
menggunakan pendekatan kuantitatif dalam penelitiannya, sedangkan penulis
membahas tentang pengajian tafsīr di Masjid Jāmi„ Al-Muḥtarom Jakarta Utara
dengan menggunakan pendekatan kualitatif dalam penelitian penulis.
Tidak hanya skripsi Lucky Isnaeni,17
skripsi Arsyi Makin yang berjudul
Respon Jamaah terhadap Pengajian Tafsīr Tematik di Masjid Islamic Centre
Jakarta18
menjadi salah satu tinjauan pustaka penelitian ini juga.
Arsyi Makin19
menjelaskan tentang respon jamā„ah pengajian tafsīr tematik
Masjid Islamic Centre Jakarta dengan menggunakan pendekatan kuantitatif. Respon
jamā„ah yang diambil dari beberapa unsur pengajian yaitu dai, materi dan metode
yang digunakan dalam pengajian tafsīr tematik Masjid Islamic Centre Jakarta.
Berdasarkan hasil penelitiannya, pengajian tafsīr tematik di Masjid Islamic Centre
Jakarta mendapatkan respon yang cukup baik dari jamā„ah. Dai yang mengajar sangat
berkompoten di bidang tafsīr, penyampaian dā‟i dengan menggunakan ayat-ayat
al-Qur‟ān sesuai dengan materi yang dibahas dan metode yang digunakan sudah
16
Lucky Isnaeni, “Respon Jama‟ah terhadap Pengajian Hadis di Masjid Assalam Bintaro Jaya
3A Tangerang,” (Skripsi S1 Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam Fakultas Ilmu Dakwah dan
Komunikasi, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2011), h. i. 17
Lucky Isnaeni, “Respon Jama‟ah terhadap Pengajian Hadis di Masjid Assalam Bintaro Jaya
3A Tangerang.” 18
Arsyi Makin, “Respon Jamaah terhadap Pengajian Tafsīr Tematik di Masjid Islamic Centre
Jakarta,” (Skripsi S1 Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam Fakultas Dakwah dan Komunikasi,
Universitas Islām Negeri Jakarta, 2008). 19
Arsyi Makin, “Respon Jamaah terhadap Pengajian Tafsīr Tematik di Masjid Islamic Centre
Jakarta.”
7
sesuai dengan yang diinginkan oleh jamā„ah yaitu perpaduan metode seperti ceramah,
diskusi dan tanya jawab.20
Persamaan penelitian penulis dengan penelitian Arsyi Makin adalah sama-sama
mengkaji respon jamā„ah pengajian tafsīr di masjid Jakarta Utara. Perbedaannya
adalah predikat pengajian tafsīrnya, objek pengajian tafsīr serta pendekatan
penelitiannya. Ia membahas tentang pengajian tafsīr tematik di Masjid Islamic Centre
Jakarta dengan menggunakan pendekatan kuantitatif dalam penelitiannya, sedangkan
penulis membahas tentang pengajian tafsīr yang bukan tematik di Masjid Jāmi„
Al-Muḥtarom Jakarta Utara dengan menggunakan pendekatan kualitatif dalam
penelitian penulis.
Skripsi Sukri Gzozali yang berjudul Persepsi Masyarakat terhadap Tafsīr
Al-Ibriz dalam Pengajian Ahad Pagi di Pondok Pesantren Al-Itqon Semarang21
menjadi salah satu tinjauan pustaka penelitian ini juga.
Sukri Gzozali22
mendeskripsikan tentang faktor-faktor yang menyebabkan
masyarakat menghadiri pengajian tersebut, kontribusi pengajian tafsīr al-Ibriz dalam
pengajian Ahad pagi di pondok pesantren tersebut kepada masyarakat, dan persepsi
masyarakat terhadap tafsir al-Ibriz dalam pengajian Ahad pagi di pondok pesantren
tersebut. Penelitian Sukri tersebut menggunakan pendekatan kualitatif. Penulis
menemukan adanya kesamaan lokasi penelitian Sukri Gzozali dengan lokasi
penelitian Muniya Syaroh.
Persamaan penelitian penulis dengan penelitian Sukri Gzozali adalah sama-
sama menjadikan masyarakat sebagai jamā„ah pengajian, sama-sama menggunakan
pendekatan kualitatif dalam penelitiannya, pengajian tafsīrnya sama-sama
dilaksanakan pada Ahad pagi. Perbedaannya adalah penelitian penulis dilakukan di
Masjid, sedangkan penelitian Sukri di pondok pesantren; Kitab yang digunakan
20
Arsyi Makin, “Respon Jamaah terhadap Pengajian Tafsīr Tematik di Masjid Islamic Centre
Jakarta,” (Skripsi S1 Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam Fakultas Dakwah dan Komunikasi,
Universitas Islām Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2008), h. 39. 21
Sukri Gzozali, “Persepsi Masyarakat terhadap Tafsīr Al-Ibriz dalam Pengajian Ahad Pagi
di Pondok Pesantren Al-Itqon Semarang,” (Skripsi S1 Jurusan Tafsīr dan Hadīts Fakultas Ushuluddin
Studi Agama dan Pemikiran Islam, Univeristas Islam Negeri Sunan Kalijaga, 2013). 22
Sukri Gzozali, “Persepsi Masyarakat terhadap Tafsīr Al-Ibriz dalam Pengajian Ahad Pagi
di Pondok Pesantren Al-Itqon Semarang.”
8
dalam penelitian penulis adalah kitab tafsīr Jalālayn dan Aysārut Tafāsir, sedangkan
penelitian Sukri Gzozali adalah kitab al-Ibrīz.
Skripsi Devira Aprilianty yang berjudul Respon Jama’ah terhadap Pengajian
Rutin Tafsīr Tematik (Studi Deskriptif di Masjid An-Nabati Dinas Kehutanan
Provinsi Jawa Barat)23
menjadi salah satu tinjauan pustaka penelitian ini juga.
Devira Aprilianty24
mendeskripsikan respon jamā„ah mengacu pada kerangka
teori psikologi behavioristic S-O-R, yaitu Stimulus, Organisme, dan Respon.
Penelitiannya menggunakan metode deskriptif. Persamaan penelitian penulis dengan
penelitian Devira adalah sama-sama membahas tentang respon jamā„ah, sama-sama
melakukan penelitian di masjid dan metode penelitian yang digunakan sama-sama
deskriptif, sedangkan perbedaan penelitian penulis dengan penelitian Devira adalah
lokasi penelitian yang berbeda dan penelitian penulis yang tidak mengacu pada
kerangka teori psikologi sebagaimana penelitian Devira.
Skripsi Muhamad Bahrodin yang berjudul Perilaku Jama’ah Pengajian
Tafsir Al-Jalalain di Pondok Pesantren Terpadu Al-Kamal Desa Kunir
Kecamatan Wonodadi Kabupaten Blitar25
menjadi salah satu tinjauan pustaka
penelitian ini juga.
Muhamad Bahrodin26
mendeskripsikan proses pengajian tafsīr al-Jalālayn di
pondok pesantren tersebut, mengeksplorasi motivasi para jamā„ah pengajian tafsīr
tersebut dan mendeskripsikan bentuk perilaku jamā„ah pengajian tafsīr tersebut.
Penelitiannya menggunakan metode penelitian kualitatif dan untuk mengetahui
perilaku jamā„ah tersebut ia menggunakan pendekatan Living Qur‟ān.
23
Devira Aprilianty, “Respon Jama‟ah terhadap Pengajian Rutin Tafsīr Tematik (Studi
Deskriptif di Masjid An-Nabati Dinas Kehutanan Provinsi Jawa Barat),” (Skripsi S1 Jurusan
Komunikasi dan Penyiaran Islam Fakultas Dakwah dan Komunikasi, Univeristas Islam Negeri Sunan
Gunung Djati, 2018). 24
Devira Aprilianty, “Respon Jama‟ah terhadap Pengajian Rutin Tafsīr Tematik (Studi
Deskriptif di Masjid An-Nabati Dinas Kehutanan Provinsi Jawa Barat).” 25
Muhamad Bahrodin, “Perilaku Jama‟ah Pengajian Tafsir Al-Jalalain di Pondok Pesantren
Terpadu Al-Kamal Desa Kunir Kecamatan Wonodadi Kabupaten Blitar,” (Skripsi S1 Jurusan Ilmu
Al-Qur‟ān dan Tafsīr Fakultas Ushuluddin, Adab dan Dakwah, Institut Agama Islam Negeri
Tulungagung, 2016). 26
Muhamad Bahrodin, “Perilaku Jama‟ah Pengajian Tafsir Al-Jalalain di Pondok Pesantren
Terpadu Al-Kamal Desa Kunir Kecamatan Wonodadi Kabupaten Blitar.”
9
Persamaan penelitian penulis dengan penelitian Muhamad Bahrodin adalah
sama-sama membahas proses pengajian tafsīr, sama-sama membahas tafsīr Jalālayn,
dan sama-sama menggunakan metode penelitian kualitatif. Perbedaannya adalah
lokasi penelitian yang berbeda yaitu penulis melakukan penelitian di masjid,
sedangkan ia melakukan penelitian di pondok pesantren; penulis tidak membahas
perilaku jamā„ah dan motivasi, tetapi penulis membahas tentang kesesuaian materi
pengajian dengan kitab tafsīrnya langsung dan respon jamā„ah atas pengajian tafsīr
yang telah mereka ikuti dan dampak yang dialami jamā„ah dari mengikuti pengajian
tafsīr.
E. Metodologi Penelitian
Metodologi penelitian merupakan ilmu yang mempelajari tentang cara
penelitian ilmu tentang alat-alat dalam suatu penelitian.27
Metode penelitian
membahas tentang konsep teoritis berbagai metode, kelebihan dan kelemahan dalam
suatu karya ilmiah serta pemilihan metode yang akan digunakan dalam penelitian
nantinya.28
Penulis menggunakan metode library research (literatur buku) dan field
research (lapangan). Penelitian ini dilakukan dari bulan Agustus-Oktober 2018.
1. Jenis Penelitian dan Pendekatan
Penelitian ini merupakan jenis penelitian lapangan dengan pendekatan
kualitatif. Pendekatan kualitatif ditujukan untuk memahami fenomena sosial dari
sudut atau perspektif partisipan. Penelitian ini ditunjang pula dengan library
research.
2. Sumber Data
Sumber data dalam penelitian ini dibagi menjadi dua, yaitu data primer dan
data sekunder, menurut Lexy J Moleong, sumber data utama dalam penelitian
kualitatif adalah kata-kata dan tindakan, selebihnya adalah data tambahan seperti
28 Noeng Muhadjir, Metodologi Penelitian Kualitatif, h. 3.
29 Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya,
2004), h. 157.
10
a. Data Primer
Data secara tertulis atau lisan yang diperoleh secara langsung dari
responden dengan menggunakan teknik wawancara. Teknik wawancara adalah
teknik utama dalam mengumpulkan data. Data yang diperoleh dalam penelitian
ini berupa data dari responden dalam bentuk catatan lapangan yang berupa
transkip wawancara.
b. Data Sekunder
Data yang tidak langsung dari sumbernya. Sumber data sekundernya
adalah buku-buku, artikel, jurnal dan bahan-bahan kepustakaan lain yang ada
relevannya dengan penelitian ini.
3. Populasi dan Sampel
Populasi dari penelitian ini adalah ± 30 orang, sedangkan penulis mengambil
sampel dari penelitian ini berjumlah 17 orang.
4. Teknik Pengumpulan Data
a. Observasi
Observasi dalam arti umum diartikan dengan pengamatan atau penglihatan.
Adapun secara khusus diartikan dengan mengamati dalam rangka memahami,
mencari jawaban, serta mencari bukti terhadap fenomena sosial tanpa
mempengaruhi fenomena yang diobservasi.30
Observasi adalah salah satu cara
untuk memperoleh data yang akurat dengan cara mengumpulkan data langsung
dari lapangan. Observasi dilakukan dengan cara penulis mengikuti kegiatan
pengajian tafsir secara langsung serta melihat dan mengamati proses pelaksanaan
pengajian tafsīr di Masjid Jāmi„ Al-Muḥtarom sehingga dapat diketahui respon
jamā„ah atas mengikuti pengajian tafsīr.
b. Wawancara
Wawancara adalah cara pengumpulan data dengan jalan tanya jawab dengan
pihak terkait yang dikerjakan secara sistematis dan berlandaskan kepada tujuan
30
Imam Suprayogo dan Tobroni, Metodologi Penelitian Sosial-Agama (Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya, 2003), h. 167.
11
penulis.31
Wawancara ini dilakukan dengan mengajukan sejumlah pertanyaan lisan
secara langsung. Responden yang akan diwawancarai yaitu 17 jamā„ah, empat
diantaranya merupakan pengurus masjid.
c. Dokumentasi
Metode dokumentasi adalah suatu cara pengumpulan data dengan
menghimpun dan menganalisis dokumen-dokumen, baik dokumen tertulis, gambar
maupun elektronik.32
Data yang bersumber pada tulisan-tulisan, data tentang
berdiri dan berkembangnya masjid, keadaan pengurus, jama‟ah serta sarana dan
prasarana kegiatan masjid, arsip-arsip atau sumber data lainnya yang diperoleh
dari pengurus Masjid Jāmi„ Al-Muḥtarom.
5. Metode Analisis Data
Bogdan dan Biklen seperti yang dikutip oleh Lexy J. Moleong dalam
bukunya mengatakan bahwa analisis data adalah upaya yang dilakukan dengan
jalan bekerja dengan data, mengorganisasikan data, memilah-milihnya menjadi
satuan yang yang dapat dikelola, mensintesiskannya, mencari dan menemukan
pola, menemukan apa yang penting dan apa yang dipelajari dan memutuskan apa
yang dapat diceritakan kepada orang lain.33
Adapun langkah-langkah dalam metode analisis data dalam penelitian ini
adalah:
a) Reduksi Data
Reduksi data diawali dengan menerangkan, memilih hal-hal yang pokok,
memfokuskan pada hal-hal yang penting terhadap isi dari suatu data yang
berasal dari lapangan, sehingga data yang telah direduksi dapat memberikan
gambaran yang lebih tajam tentang hasil pengamatan.34
Penulis dapat
melakukan pilihan-pilihan terhadap data yang hendak dikode, mana yang
31
Marzuki, Metodologi Riset (Yogyakarta: BPFE, 1998), h. 62. 32
Nana Syaodih Sukmadinata, Metode Penelitian Pendidikan (Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya, 2007), h. 221.
33 Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya,
2006), h. 248.
34 Yatim Riyanto, Metodologi Penelitian Pendidikan Kualitatif dan Kuantitatif (Surabaya:
UNESA University Press, 2007), h. 32.
12
dibuang, mana yang merupakan ringkasan, dan cerita-cerita apa yang sedang
bekembang.
b) Display Data
Display data merupakan proses menampilkan data secara sederhana
dalam bentuk kata-kata, kalimat naratif, tabel, matrik dan grafik dengan maksud
agar data yang telah dikumpulkan dikuasai oleh penulis sebagai dasar untuk
mengambil kesimpulan yang tepat.35
c) Verifikasi dan Simpulan
Sejak awal pengumpulan data penulis harus membuat simpulan-simpulan
sementara. Simpulan-simpulan tersebut harus dicek kembali (diverifikasi) pada
catatan yang telah dibuat oleh penulis dan selanjutnya kearah simpulan yang
tepat. Setelah data masuk terus menerus dianalisis dan diverifikasi tentang
kebenarannya, akhirnya didapat simpulan akhir yang lebih bermakna dan lebih
jelas.
Simpulan adalah intisari dari temuan penelitian yang menggambarkan
pendapat-pendapat terakhir yang berdasarkan pada uraian-uraian sebelumnya.
Simpulan akhir yang dibuat harus relevan dengan fokus penelitian yang sudah
dilakukan pembahasan.36
F. Sistematika Pembahasan
Sistematika pembahasan merupakan hal yang penting karena mempunyai
fungsi untuk menyatakan garis-garis besar dari masing-masing bab yang saling
berkaitan dan berurutan. Hal ini dimaksudkan agar tidak terjadi kekeliruan dalam
penyusunannya. Adapun sistematika pembahasan sebagai berikut:
BAB I merupakan langkah awal dalam penelitian ini, yang mana penulis
memberikan gambaran mengenai penelitian yang akan penulis lakukan. Bab ini
menjelaskan tentang latar belakang penelitian penulis kemudian rumusan masalah
35 Yatim Riyanto, Metodologi Penelitian Pendidikan Kualitatif dan Kuantitatif (Surabaya:
UNESA University Press, 2007), h. 33.
36 Yatim Riyanto, Metodologi Penelitian Pendidikan Kualitatif dan Kuantitatif (Surabaya:
UNESA University Press, 2007), h. 34.
13
berdasarkan latar belakang tersebut serta tujuan dan kegunaan penelitian ini.
Penelitian ini didukung oleh beberapa pustaka dengan beberapa metode penelitian.
Adapun sistematika pembahasan guna menjadikan penelitian ini tersusun rapi.
Lanjut ke BAB II, penulis mulai memberikan landasan teori dalam penelitian
ini yang mendeskripsikan tentang praktik sosial dan hubungannya dengan pengajian
tafsīr al-Qur‟ān, kemudian mendeskripsikan tentang pengajian tafsīr meliputi
pengertian pengajian, tujuan pengajian, unsur pengajian hingga mengenai tafsīr dan
masyarakat. Pengertian praktik sosial dimasukkan dalam bab ini sebagai bentuk
bahwa pengajian tafsīr di Masjid Jāmi„ Al-Muḥtarom merupakan salah satu praktik
yang ada di masyarakat.
Lanjut ke BAB III, penulis menguraikan tentang profil Masjid Jāmi„
Al-Muḥtarom dan program kegiatan masjid. Profil Masjid Jāmi„ Al-Muhtarom
dibahas guna mengetahui gambaran umum atau sejarah masjid, struktur
kepengurusan masjid, dan jumlah jamā„ah. Masjid Jāmi„ Al-Muhtarom merupakan
salah satu lembaga yang ada di masyarakat yang mengadakan praktik sosial,
kemudian penulis menguraikan profil jamā„ah sebagai bentuk perwakilan dari
masyarakat. Terakhir penulis menjelaskan tentang program kegiatan masjid yang
salah satunya yaitu kegiatan pelaksanaan pengajian tafsīr Masjid Jāmi„ Al-Muḥtarom,
hal tersebut dibahas untuk melihat sejauh mana pelaksanaan tersebut sehingga dapat
memunculkan respon dari jamā„ah.
Lanjut ke BAB IV, bab ini merupakan jawaban dari rumusan masalah
penelitian penulis, yang mana disini penulis menguraikan tentang praktik pengajian
tafsīr dan respon jamā„ah atas pengajian tafsīr. Berdasarkan praktik tersebut penulis
menguraikan tentang proses dan materi pengajian tafsīr karena setiap praktik suatu
kegiatan pasti di dalamnya terdapat sebuah proses, dan dari proses itulah timbul
sebuah respon jamā„ah. Respon jamā„ah menjadi penting untuk mengetahui sejauh
mana jamā„ah merespon atas pengajian tafsīr yang telah mereka ikuti dan. Alasan
penulis memasukkan materi pengajian tafsīr dalam bab ini guna melihat improvisasi
ustad dalam menyampaikan materi.
14
BAB V merupakan bab penutup yang meliputi kesimpulan dari BAB IV yaitu
analisis praktik pengajian tafsīr di Masjid Jāmi„ Al-Muḥtarom dan respon jamā„ah
atas pengajian, dan meliputi saran sebagai pendukung penelitian penulis.
15
BAB II
PRAKTIK SOSIAL DAN
HUBUNGANNYA DENGAN PENGAJIAN TAFSIR AL-QUR’ĀN
A. Praktik Sosial
Praktik sosial atau teori praktik adalah teori tentang bagaimana manusia sebagai
makhluk sosial dengan motif dan niat yang berbeda-beda membuat dan
mentransformasikan dunia yang mereka tempati ke dalam praktik-praktik tertentu
yang bersifat rutin yang di dalam prosesnya ada hubungan antara pelaku (agensi) satu
dengan agensi yang lain dan dengan struktur dimana agensi itu melakukan aktivitas.
Struktur disini dapat dipahami sebagai unsur-unsur yang membentuk pola interaksi
dan relasi dimana aktivitas agensi didalamnya dapat dilakukan. Hubungan antara
agensi dengan struktur dalam perspektif Giddens bersifat dualistik dan saling
mempengaruhi. Terkadang agensi mempengaruhi struktur dan sebaliknya struktur
mempengaruhi agensi. Implementasi dari praktik sosial bersifat rutin dan otomatis
karena agensi melakukan serangkaian tindakan tertentu berulang-ulang dalam kurun
waktu tertentu sehingga ia menjadi tindakan otomatis.
B. Praktik Pengajian Tafsīr Al-Qur’ān
Pengajian tafsir al-Qur‟ān di Masjid Jāmi„ Al-Muḥtarom merupakan bentuk
dari praktik sosial, karena dilakukan secara rutin setiap hari Ahad pekan kedua dan
keempat setelah salat Subuh, yang sudah berjalan selama kurang lebih 4 tahun. Hal
tersebut dilakukan secara terus-menerus dan berulang-ulang, sehingga otomatis tidak
perlu diumumkan terlebih dahulu. Agensi pengajian tafsir al-Qur‟ān di Masjid Jāmi„
Al-Muḥtarom adalah ustad Ashif Munawar, bapak-bapak, remaja, dan anak-anak.
Adanya interaksi antar agensi tersebut dikarenakan adanya struktur (alasan) yang
membentuk pola interaksi yang bersifat tidak mengikat atau mengekang. Struktur
atau alasan agensi mengikuti pengajian tafsīr adalah mereka ingin belajar tentang
ilmu al-Qur‟ān dan tafsīr, mereka ingin menambah pengetahuannya, dan mereka
ingin memperoleh pahala dan keberkahan dari mengikuti pengajian. Alasan-alasan
16
tersebut tidak mengikat agensi untuk mengikuti pengajian, namun dapat
mempengaruhi agensi apabila mengikuti pengajian.
C. Pengajian
Poin-poin dari sub bab pengajian ini meliputi pengertian pengajian, tujuan
pengajian, dan unsur pengajian. Berikut penjelasan setiap poin tersebut:
1. Pengertian Pengajian
Pengajian adalah istilah umum yang digunakan untuk menyebut berbagai
kegiatan belajar dan mengajar agama.1 Kata pengajian berasal dari kata kaji.
Pengajian memiliki arti pengajaran (agama Islām) dan menanamkan norma agama
melalui mengaji dan dakwah.2 Hal tersebut serupa dengan istilah ta„līm, yang
memiliki arti pengajaran, pendidikan dan pemberian tanda.3 Kata ta„līm merupakan
isim maṣdar dari fi„il māḍi „allama yang berarti mengajarkan, melatih, memberi
tanda.4 Istilah ta„līm merupakan salah satu istilah yang semakna dengan pengertian
dakwah.5
2. Tujuan Pengajian
Tujuan pengajian merupakan tujuan dakwah juga, karena di dalam pengajian
antara lain berisi muatan-muatan ajaran Islām. Oleh karena itu, usaha untuk
merealisir ajaran di tengah-tengah kehidupan umat manusia adalah usaha dakwah
yang dalam keadaan bagaimanapun harus dilaksanakan oleh umat Islām. Adapun
tujuannya yakni menjadikan umat Islām konsisten dalam memurnikan tawhīdullāh
1 Pradjarta Dirdjosanjoto, Memelihara Umat Kiai Pesantren-Kiai Langgar di Jawa
(Yogyakarta: LKIS, 1999), h. 3. 2 Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia Pusat Bahasa Edisi
Keempat (Jakarta: Pusat Bahasa, 2008), h. 604. 3 Moh. Ali Aziz, Ilmu Dakwah Edisi Revisi (Jakarta: Prenadamedia Group, 2016), Cet. ke-5,
h. 35. 4 Mahmud Yunus, Kamus „Arab-Indonesia (Jakarta: PT. Hidakarya Agung, 1989), h. 277.
5 Moh. Ali Aziz, Ilmu Dakwah Edisi Revisi (Jakarta: Prenadamedia Group, 2016), Cet. ke-5,
h. 20.
17
(mengesakan Allāh dari segala apapun yang ada di dunia ini), mengingatkan akhirat dan
kematian serta menegakkan risalah Nabi Muḥammad SAW atau berdakwah.6
3. Unsur Pengajian
Pengajian merupakan salah satu pokok dalam syiar dan pengembangan agama
Islām. Pengajian sering dinamakan dakwah islāmiyyah.7 Sebagaimana dikatakan
bahwa pengajian merupakan dakwah islāmiyyah, maka unsur pengajian sama dengan
unsur dakwah.8 Beberapa unsur yang perlu diperhatikan oleh para pelaksana
pengajian dalam proses pelaksanaan pengajian agar dapat dilaksanakan dengan
sebaik-baiknya, yaitu subjek pengajian, objek pengajian, materi pengajian, metode
pengajian, dan media pengajian.9
D. Tafsīr Al-Qur’ān
Tafsīr secara bahasa mengikuti wazan “taf„īl,” artinya menjelaskan,
menyingkap, dan menerangkan makna-makna rasional. Kata kerjanya mengikuti
wazan “ḍaraba-yaḍribu” dan “naṣara-yanṣuru.” Kata “al-tafsīr” dalam Lisānul
„Arab memiliki arti menyingkapkan maksud suatu lafaẓ yang musykil.
Beberapa ulama berpendapat bahwa istilah tafsīr berasal dari kata al-fasru,
yang sepadan dengan al-iḍhar (melahirkan), al-bayān (menerangkan), al-kasfu
(mengungkapkan), al-ibānah (menjelaskan), al-iḍāh (menjelaskan), dan al-tafṣīl
(memerinci).
Istilah tafsīr yang berasal dari kata al-fasru atau fassara dapat dilihat pada
hadīts Nabi Muḥammad SAW. berikut10
:
6 Maslihatul Nurul Khusniyah, “Pengaruh Pengajian Pagi terhadap Penurunan Tingkat Stres
Karyawan di Rumah Sakit Islām Sunan Kudus,” (Skripsi S1 Jurusan Bimbingan Konseling Islām
Fakultas Dakwah dan Komunikasi, Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri Kudus, 2016), h. 11. 7 Parukhi, “Problematika Pengajian Tafsīr Al-Qur‟ān dan Upaya Pemecahannya di Desa
Jatimulya Kec. Suradadi Kab. Tegal,” (Skripsi S1 Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islām Fakultas
Dakwah dan Komunikasi, Institut Agama Islam Negeri Walisongo, 2012), h. 29. 8 Maslihatul Nurul Khusniyah, “Pengaruh Pengajian Pagi terhadap Penurunan Tingkat Stres
Karyawan di Rumah Sakit Islām Sunan Kudus,” (Skripsi S1 Jurusan Bimbingan Konseling Islām
Fakultas Dakwah dan Komunikasi, Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri Kudus, 2016), h. 11. 9 Acep Aripudin, Pengembangan Metode Dakwah Respons Da‟I terhadap Dinamika
Kehidupan Beragama di Kaki Ciremai (Jakarta: Rajawali Pres, 2011), h. 3. 10
Rosihon Anwar, Ilmu Tafsir (Bandung: Pustaka Setia, 2015), h. 14.
18
ار مقعده من النأ بى
يتليه ف
قران برأ
ر ال س
من ف
“Barangsiapa menfasirkan al-Qur‟ān dengan akalnya semata, maka
bersiaplah tempat duduknya di neraka.” (HR. Al-Tirmīdzi dari Anas)
Kata tafsīr yang memiliki arti penjelasan terdapat dalam al-Qur‟ān Surat
Al-Furqān/25:3311
ل ك بمث
ىنت يأ
حس ول
حق وأ
ك بٱل
جئن
فسيراإل
ن ت
“Tidaklah orang-orang kafir itu datang kepadamu (membawa) sesuatu yang
ganjil, melainkan Kami datangkan kepadamu suatu yang benar dan yang
paling baik penjelasannya.” (QS. Al-Furqān/25:33)
Menurut Al-Ḍaḥḥak, yang dikutip oleh beberapa ulama tafsīr dalam karya
Manna Al-Qaṭṭan, seperti Al-Qurṭubī, Al-Baghāwī, Abū Ḥafṣīn, dan Al-Suyūṭī,
mengatakan bahwa kata tafsīran pada ayat tersebut artinya tafṣīlan.12
Al-Alūsi berpendapat, yang dikutip dari Ilmu Tafsīr bahwa,
“Kata tafsīr merupakan maqlūb (kata kerja terbalik) dari kata safara
(berpergian). Al-Raghīb menjelaskan bahwa kata al-fasr dan al-safr adalah dua
kata yang berdekatan makna dan lafaẓnya. Kata al-fasr digunakan untuk
(menunjukkan arti), menampakkan (menẓahirkan) makna yang abstrak dengan
penalaran. Adapun kata al-safr digunakan untuk menampakkan sesuatu yang
konkret, tetapi tersembunyi melalui penglihatan secara kasat mata (indrawi).”13
Abū Ḥayyān mendefinisikan tafsīr, dikutip dari Manna Al-Qaṭṭan, yaitu “Ilmu
yang membahas tentang cara pengucapan lafaẓ-lafaẓ al-Qur‟ān, indikator-
indikatornya, masalah hukum-hukumnya baik yang independen maupun yang
berkaitan dengan yang lain, serta tentang makna-maknanya yang berkaitan dengan
kondisi struktur lafaẓ yang melengkapinya.” Abū Ḥayyān menjelaskan unsur-unsur
definisi tersebut sebagai berikut:
- Ilmu: kata jenis yang meliputi segala macam ilmu.
11
Manna Al-Qaṭṭan, Pengantar Studi Ilmu Al-Qur`ān (Jakarta: Pustaka Al-Kautsar, 2005), h.
408. 12
Manna Al-Qaṭṭan, Pengantar Studi Ilmu Al-Qur`ān, h. 408. 13
Rosihon Anwar, Ilmu Tafsīr (Bandung: Pustaka Setia, 2015), h. 15.
19
- Membahas cara mengucapkan lafaẓ-lafaẓ al-Qur‟an: mengacu pada ilmu
qirā‟at.
- Indikator-indikatornya: pengertian-pengertian yang ditunjukkan oleh lafaẓ-lafaẓ
itu. Mengacu pada ilmu bahasa yang diperlukan dalam ilmu (tafsīr).
- Hukum-hukumnya baik yang independen maupun yang berkaitan dengan yang
lain: meliputi ilmu ṣaraf, ilmu i„rāb, ilmu bayān, dan ilmu bādi‟.
- Makna-maknanya yang berkaitan dengan kondisi struktur lafaẓ yang
melengkapinya: meliputi pengertiannya yang hakiki dan majaz (Suatu struktur
kalimat terkadang menurut lahirnya menghendaki suatu makna tertentu tetapi
terdapat penghalang, sehingga susunan kalimat tersebut mesti dibawa ke makna
yang bukan lahir).
- Hal-hal yang melengkapinya: mencakup pengetahuan tentang nasakh, asbāb
al-nuzul, kisah-kisah dan lain sebagainya.14
Menurut Al-Zarkasyī, yang dikutip dari Manna Al-Qaṭṭan, “Tafsīr adalah ilmu
untuk memahami Kitābullah (al-Qur‟ān) yang diturunkan kepada Nabi Muḥammad,
menerangkan makna-maknanya serta mengeluarkan hukum dan hikmah-
hikmahnya.”15
Menurut Al-Jazāiri dalam Kitāb Aysār Al-Tafāsir, yang dikutip dari Manna
Al-Qaṭṭan, “Tafsīr adalah uraian yang menjelaskan firman Allah SWT agar dipahami
maksudnya sehingga segala perintah dan larangannya dipatuhi, hidayah dan
petunjuk-Nya diambil serta informasinya dari kisah-kisah yang dapat dijadikan
pelajaran.”16
Pengertian tafsīr pada dasarnya tidak terlepas dari kandungan makna
menjelaskan, menerangkan, memerinci suatu kata yang masih dianggap sulit. Tafsīr
juga berarti melahirkan, mengungkapkan serta menampakkan makna sesuatu yang
masih belum terungkap dengan jelas.17
Kesimpulannya adalah tafsīr merupakan
14
Manna Al-Qaṭṭan, Pengantar Studi Ilmu Al-Qur`ān (Jakarta: Pustaka Al-Kautsar, 2005), h.
407. 15
Manna Al-Qaṭṭan, Pengantar Studi Ilmu Al-Qur`ān, h. 407. 16
Rosihon Anwar, Ilmu Tafsīr (Bandung: Pustaka Setia, 2015), h. 16. 17
Rosihon Anwar, Ilmu Tafsīr, h. 15.
20
respon manusia dengan menggunakan daya nalarnya untuk menyingkapkan nilai-nilai
samawi atau pesan-pesan ilāhi yang terdapat dalam al-Qur‟ān.18
18
Rosihon Anwar, Ilmu Tafsīr, h. 16.
21
BAB III
MASJID JĀMIʻ AL-MUḤTAROM:
PROFIL DAN PROGRAM KEGIATAN
Penulis menguraikan tentang profil Masjid Jāmi„ Al-Muḥtarom dan
program kegiatan masjid. Profil Masjid Jāmi„ Al-Muhtarom dibahas guna
mengetahui gambaran umum atau sejarah masjid, struktur kepengurusan masjid,
dan jumlah jamā„ah. Masjid Jāmi„ Al-Muhtarom merupakan salah satu lembaga
yang ada di masyarakat yang mengadakan praktik sosial, kemudian penulis
menguraikan profil jamā„ah sebagai bentuk perwakilan dari masyarakat. Terakhir
penulis menjelaskan tentang program kegiatan masjid yang salah satunya yaitu
kegiatan pelaksanaan pengajian tafsīr Masjid Jāmi„ Al-Muḥtarom, hal tersebut
dibahas untuk melihat sejauh mana pelaksanaan tersebut sehingga dapat
memunculkan respon dari jamā„ah.
A. Profil Masjid Jāmiʻ Al-Muḥtarom
Poin-poin dalam sub bab ini menjelaskan tentang gambaran umum Masjid
Jāmi„ Al-Muḥtarom, program kegiatan Masjid, struktur kepengurusan Masjid,
Susunan petugas imam rawatib dan azan, dan jumlah jamā„ah yang mengikuti
pengajian dan salat berjamaah. Berikut penjelasan setiap poinnya:
1. Gambaran Umum Masjid Jāmiʻ Al-Muḥtarom
Berawal dari bangunan madrasah diniyyah sekaligus musholla yang
merupakan tanah wakaf seluas ½ bagian rumah dari Alm. Bapak Sulaymān yang
berukuran ± 110 m2, terletak di Lorong Fort Timur No. 75 RT 002 RW 010, pada
tahun 1950. Penggagas pertama berdirinya musholla saat itu adalah Alm. Bapak
Sulaymān, Alm. Bapak Sana (saksi Alm. Bapak Maddasan, dan Alm. Bapak
Sobari (saksi Alm. Bapak Ḥ. Sidik). Seiring dengan jumlah jamāʻah yang
bertambah, pengurus musholla membeli rumah Alm. Bapak Sulaymān seluas
± 130 m2. Luas musholla tersebut menjadi ± 240 m
2. Mushola tersebut diberi
nama Mushola Al-Muḥtarom. Seiring dengan jumlah jamāʻah yang semakin
meningkat, pengurus musholla ingin mendirikan sebuah masjid dengan membeli
rumah Alm. Bapak Sahid seluas ± 240 m2 yang terletak di Lorong Fort Timur No.
22
77 RT 002 RW 010 sebelah kanan Mushola Al-Muḥtarom yang kemudian diberi
nama Masjid Jāmi„ Al-Muḥtarom. Masjid tersebut berdiri pada tahun 1958, yang