PENERIMAAN ORANG TUA TERHADAP ANAK YANG MEMILIKI PRESTASI MATEMATIKA DI BAWAH KKM OLEH HAPPY HOSANA TARIP 802013091 TUGAS AKHIR Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Guna Memenuhi Sebagian Dari Persyaratan Untuk Mencapai Gelar Sarjana Psikologi Program Studi Psikologi FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA SALATIGA 2018
36
Embed
PENERIMAAN ORANG TUA TERHADAP ANAK YANG MEMILIKI …
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
PENERIMAAN ORANG TUA TERHADAP ANAK YANG
MEMILIKI PRESTASI MATEMATIKA DI BAWAH KKM
OLEH
HAPPY HOSANA TARIP
802013091
TUGAS AKHIR
Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Guna Memenuhi Sebagian Dari
Persyaratan Untuk Mencapai Gelar Sarjana Psikologi
Program Studi Psikologi
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA
SALATIGA
2018
i
ii
PENERIMAAN ORANG TUA TERHADAP ANAK YANG
MEMILIKI PRESTASI MATEMATIKA DI BAWAH KKM
Happy Hosana Tarip
Rudangta Arianti Sembiring
Program Studi Psikologi
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA
SALATIGA
2018
i
Abstrak
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran penerimaan orang tua
terhadap anak yang memiliki prestasi belajar yang rendah dalam mata pelajaran
matematika. Penelitian ini menggunakan penelitian kuantitatif. Responden pada
penelitian kuantitatif ini sebanyak 38 orang berdasarkan teknik purposive
sampling serta melalui wawancara dengan wali kelas I-VI SD Kanisius Cungkup
Salatiga berupa hasil dari mata pelajaran matematika yang rendah. Alat ukur yang
digunakan adalah Porter Parental Acceptance Scale (PPAS) oleh Dr. Blaine M.
Porter (1954). Teknik analisa data yang dipakai adalah teknik Product Moment .
Hasil penelitian menunjukkan penerimaan orang tua terhadap anak yang memiliki
prestasi matematika di bawah KKM dengan memiliki tingkatan yang sedang
sejumlah 19 orang (50%), sementara orang tua yang memiliki penerimaan rendah
sebanyak 9 orang (23,68%) dan sebanyak 10 orang (26,32%) pada kategori tinggi.
Kata kunci : penerimaan orang tua, prestasi matematika.
ii
Abstract
The purpose of this study was to determine the description of parents acceptance
of children who have mathematical achievement under minimum completeness
criteria. This research uses quantitative research. Respondents in this quantitative
research as much as 38 people based on purposive sampling technique and
through interviews with homeroom teacher from I to VI SD Kanisius Cungkup
Salatiga in the form of results from low mathematics subjects. The measuring
instrument utilized Porter Parental Acceptance Scale (PPAS) by Dr. Blaine M.
Porter (1954). Data analysis technique using by Pearson Product Moment
technique. The result of the study showed that parents acceptance of children who
have mathematics achievement under KKM with moderate level of 19 people
(50%), while parents who have low acceptance of 9 people (23.68%) and 10
people (26 , 32%) in the high category.
Keywords : parental acceptance, achievement of mathematics
1
PENDAHULUAN
Pendidikan yang termuat dalam UU No. 20 Tahun 2003 tentang sistem
pendidikan nasional, adalah sebagai usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan
suasana belajar dan proses pembelajaran, agar siswa/i secara aktif
mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan,
pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang
diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara. Menurut Santrock (2007)
untuk periode pada usia sekolah dibagi menjadi dua fase yaitu masa kelas rendah
sekolah dasar pada usia 6 tahun sampai usia sekitar 8 tahun dalam usia ini
dikategorikan sebagai kelas I sampai dengan kelas III, fase kedua yaitu masa kelas
tinggi sekolah dasar pada usia 9 tahun sampai kira-kira usia 12 tahun pada fase ini
dikategorikan sebagai kelas IV sampai dengan kelas VI.
Menurut Djamarah (1994) prestasi merupakan suatu hal yang telah
diciptakan dari hasil pekerjaan kita, serta suatu hasil yang menyenangkan hati dari
jalan keuletan kerja kita sendiri. Sedangkan menurut Suryabrata (2006)
berpendapat bahwa prestasi adalah perumusan terakhir dari sebuah nilai diberikan
oleh guru sebagai kemajuan atau prestasi belajar dari siswa/i selama masa tertentu.
Pengertian belajar menurut Slameto (2010) adalah suatu proses usaha yang mana
seseorang memperoleh perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan,
sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam berinteraksi dengan lingkungan.
Selaras dengan pendapat Syah (2008) bahwa belajar merupakan suatu tahapan dari
perubahan keseluruhan tingkah laku seseorang yang relatif menetap hal tersebut
merupakan hasil dari pengalaman dan interaksi seseorang. Menurut Slameto
(2010) faktor-faktor yang mempengaruhi belajar dapat digolongkan menjadi dua,
2
yaitu: (1) faktor internal berupa inteligensi, perhatian, minat, bakat, motif,
kematangan, dan kesiapan dan (2) faktor eksternal berupa keluarga dan sekolah.
Penentuan keberhasilan proses belajar anak dapat dilihat dari hasil
kegiatan-kegiatan anak yaitu bagaimana sikap anak menanggapi tugas yang
diberikan oleh guru baik berupa tugas mandiri maupun tugas kelompok. Salah satu
standar keberhasilan anak dapat dilihat dari prestasi belajar yang diraihnya.
Prestasi belajar adalah pencapaian yang telah ditempuh seseorang dalam usahanya
belajar sesuai dengan apa yang dituliskan dalam hasil rapor (Poerwanto, 1986).
Sedangkan menurut Winkel (1996) prestasi belajar adalah suatu pencapaian
maksimal yang telah dicapai seseorang dalam kecakapan nyata setelah
mengadakan usaha-usaha salah satu perbaikan ke arah yang lebih baik dengan
menggunakan alat pengukur tes evaluasi belajar. Dari pendapat yang telah
dipaparkan dapat disimpulkan bahwa prestasi belajar adalah hasil usaha siswa/i
yang dapat dicapai berupa penguasan terkait pengetahuan, kemampuan dan
keterampilan serta sikap setelah mengikuti proses pembelajaran yang dapat
dibuktikan dengan hasil tes. Prestasi belajar merupakan suatu hal yang dibutuhkan
siswa/i untuk mengetahui kemampuan yang diperolehnya dari suatu kegiatan yang
disebut belajar.
Dewasa ini seseorang yang menguasai bidang eksakta tergolong
merupakan orang-orang yang hebat dan berprestasi. Orang-orang tersebut berbeda
dan terbatas, oleh sebab itu karena pada perkembangannya banyak orang tua yang
ingin anaknya mampu menguasai bidang eksakta. Bidang-bidang eksakta
didalamnya termasuk matematika, matematika merupakan awal atau dasar dari
segala ilmu pengetahuan oleh sebab itu matematika menjadi penting untuk
3
diajarkan pada usia kanak-kanak. Pada umumnya matematika dipandang sebagai
suatu kedudukan yang bergengsi dan cukup menjadi jaminan sebagai masa depan
yang cerah bagi anak (Nanang, 2016).
Matematika merupakan himpunan dari suatu nilai kebenaran, seperti suatu
pernyataan yang dilengkapi oleh bukti (Marsigit, 2003). Sedangkan pengertian
matematika menurut Hudoyo (2003) adalah suatu pembelajaran yang berkaitan,
berhubungan atau menelaah bentuk-bentuk atau struktur-struktur yang abstrak.
Dimana untuk memahami struktur-struktur serta hubungan-hubungan diperlukan
pemahaman tentang konsep yang ada di dalam matematika. Menurut Kline
(dalam Abdurrahman, 2003) matematika merupakan bahasa simbolis dan ciri
utamanya adalah penggunaan cara bernalar deduktif, tetapi juga tidak melupakan
cara bernalar induktif. Dapat disimpulkan bahwa matematika adalah suatu nilai
kebenaran yang berkaitan dengan struktur-struktur dengan menggunakan pola
berpikir secara deduktif.
Pada umumnya anak memiliki prestasi yang dikaitkan dengan daya
tangkap mereka dari materi yang disampaikan guru dalam kelas, anak yang
memang tergolong cerdas akan dengan mudah menangkap pelajaran yang
diberikan guru di sekolah. Namun ada pula anak yang merasa sulit dalam
menangkap atau menerima pelajaran. Walaupun demikian setiap orang tua
mengharapkan agar anak-anaknya dapat berhasil di sekolahnya. Keberhasilan
pendidikan anak pada umumnya melalui prestasi belajar siswa/i di sekolah, namun
keberhasilan tersebut dapat diraih dengan bantuan dari orang tua saat anak di
rumah, misalkan dalam bentuk pemberian perhatian, pengarahan, motivasi, dan
bimbingan belajar kepada anak. Orang tua merupakan orang yang bertanggung
4
jawab penuh dalam pendidikan anak-anak, sehingga kepedulian orang tua
terhadap pendidikan anak sangatlah berpengaruh terhadap prestasi belajar anak.
Kebanyakan orang tua ingin sekali agar anak-anaknya mencapai prestasi tinggi di
sekolah. Iskandar (2011) mengatakan bahwa anak yang unggul lahir dari upaya
orang tua yang menjadikan dia sebagai manusia yang unggul. Hal ini
menunjukkan bahwa orang tua menginginkan anaknya dapat tumbuh sebagai
orang yang sukses dan berguna bagi sesamanya. Untuk dapat menghasilkan anak
yang mereka inginkan, maka orang tua akan melakukan berbagai cara yang
menurut mereka paling benar untuk anak-anak. Di satu sisi tidak semua cara-cara
orang tua dalam mengajar anak tepat. Pengertian, penerimaan, pemahaman serta
bantuan dari orang tua menjadi sangat berarti bagi anak guna mengarahkan
kehidupan dan pencapaian prestasi belajar anak. Menurut Rusyan (dalam Azizah,
2009) mengatakan bahwa perhatian orang tua dalam belajar anaknya merupakan
faktor penting dalam membina mereka agar dapat sukses dalam belajar.
Kurangnya perhatian orang tua dapat menyebabkan anak menjadi malas, acuh tak
acuh, dan kurang dalam minat belajar.
Hurlock (1978) berpendapat bahwa konsep penerimaan orang tua ditandai
oleh perhatian besar dan kasih sayang anak. Kurang lebih sama dengan pendapat
dari Rohner (2012) penerimaan orang tua mengarah kepada ikatan rasa sayang
antara orang tua dan anak-anak mereka, dan dengan perilaku fisik, verbal, dan
simbolik orang tua digunakan untuk mengekspresikan perasaan ini. Salah satu
ujung kontinum ditandai dengan penerimaan orang tua, yang mengacu pada