PROSIDING SEMINAR NASIONAL Pendidikan dan Sains Biologi Tema Evolusi dan Revolusi Pendidikan Biologi di Era Keterbukaan Pengetahuan" Padang 10 November 2018 PENERBIT STKIP PGRI Sumbar Press
PROSIDING SEMINAR NASIONAL
Pendidikan dan Sains Biologi
Tema
Evolusi dan Revolusi Pendidikan Biologi di Era
Keterbukaan Pengetahuan"
Padang
10 November 2018
PENERBIT STKIP PGRI Sumbar Press
PROSIDING
SEMINAR NASIONAL Pendidikan dan Sains Biologi
Tema "Evolusi dan Revolusi Pendidikan Biologi di Era Keterbukaan Pengetahuan"
Reviwer
Dr. Erismar Amri,. M. Si
Diana Susanti,.M.Pd
Editor / Penyunting
Silvi Susanti, M.Si.
Aulia Afza, M.Pd.
Panitia Pelaksana
Pelindung : Jarudin, M.A, Ph.D
Penasehat : Siska Nerita, M.Pd dan Elza Safitri, M.Si.
Penanggung Jawab : Vivi Fitriani, S.Si, M.Pd
Sterring Commitee
Fajri Ori Sandy
M. Agmal Arya Putra
Kurnia Wulan Sari
Mesy Aliya Meliza
Iqlas Sari AS
Organization Committee
Ketua Pelaksana : Mhd. Asri Ubaidilah
Sekretaris 1 : Nia Tania
Sekretaris 2 : Fitri Suci Angraini
Bendahara : Suci Padillah
1. Divisi Acara
Koordinator : Ilma Syaftia
Anggota : 1. Sinta Imanungsi
2. Nurul Izzah
3. Annisa Rahim
4. Debi Wahyuni E
2. Divisi Soal
Koordinator : Kurnia Wulan Sari
Anggota : 1. Iqlas Sari AS
2. Dini Pratiwi
3. Elva Sarmadani
3. Divisi komsumsi
Koordinator : Martha Ulfani
Anggota : 1. Afrizal Sugianto
2. Khairatun Nisa
3. Mega Seprina
4. Nefri Yeni
5. Rizqia Nita
6. Rosita Yesti
4. Divisi Perlengkapan
Koordinator : Evie Adriani
Anggota : 1. Adi Winoto
2. Desrisa Ramadhani
3. Yunisra
4. Tiara Marfaleni
5. Divisi Humas
Koordinator : Febri Tri Lestari
Anggota :1. Ani ramadhani
2. Zulkhairatunnas
3.Nofriyanda
4. Junika Puputri
5. Titi Permata Sari
6. Yoga Mardani
6. Divisi kreatif
Koordinator : Pradina Ayusma Rosa
Anggota : 1. Cindi Evira
7. Devisi dana
Koordinator : Nyimas Erika Dewi
Anggota : 1. Puja Dahlia
2. Ratri
3.Dhian Anjarwani
4. Winda Gustifa Sari
5. Galuh Bening Auliasari
8. Devisi kebersihan
Koordinator : Elsy Gusmila Putri
Anggota : 1. Belia Intan Oktaviani
2. Cici Wulandari
9. Devisi sosialisasi
Koordinator : Merissa Sumiardi
Anggota : 1. Mufid
Penerbit:
STKIP PGRI Sumbar Press
Kantor Pusat:
Gd. A Lt. 2 Kampus I STKIP PGRI Sumatera Barat Jl. Gajah Mada Gunung Pangilun Kota
Padang, Phonecell/Telp: 085365372924/ (0751) 7053731. Email:
Hak cipta dilindungi undang-undang
Dilarang memperbanyak karya tulis ini dalam bentuk dan dengan cara apapun tanpa
ijin tertulis dari penerbit
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan rahmat
sehingga prosiding ini dapat terselesaikan. Prosiding ini merupakan kumpulan
artikel yang telah dipresentasikan pada Seminar Nasional dan Lomba Biologi
tingkat SMA/MA se Sumatera Barat yang diselenggarakan oleh Himpunan
Mahasiswa (HIMA) Biologi STKIP PGRI Sumatera Barat.
Prosiding ini terdiri dari 14 artikel yang terbagi atas dua bidang, yaitu
Bidang Pendidikan dan Sains Biologi.
Akhirnya, secara umum atas nama Panitia dan secara khusus atas nama
Editor mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
menyelesaikan prosiding ini.
Padang, 2019
Dewan Penyunting
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
PENGANTAR
DAFTAR ISI
Bidang Pendidikan Biologi
ANALISIS KURIKULUM DAN SISWA TERHADAP PENGEMBANGAN PENUNTUN PRAKTIKUM BIOLOGI BERORIENTASI PENDEKATAN PROBLEM BASED LEARNING PADA MATERI RUANG LINGKUP BIOLOGI DAN KEANEKARAGAMAN HAYATI UNTUK SMA
Desi Sri Kurnia, Diana Susanti, Liza Yulia Sari ....................................................................... 1
PERSEPSI GURU BIDANG STUDI ILMU PENGETAHUAN ALAM TERHADAP
PELAKSANAAN PENDEKATAN SAINTIFIK DALAM KURIKULUM 2013
DI SMP NEGERI 1 LENGAYANG KABUPATEN PESISIR SELATAN
Destaria Sudirman, Ennike Gusti Rahmi ...................................................................................
18
PENGEMBANGAN MODUL PEMBELAJARAN BIOLOGI
BERBASIS KEARIFAN LOKAL UNTUK SISWA KELAS X SMA
NEGERI I KAPUR IX KABUPATEN 50 KOTA
Yohana, Gustina Indriati, Liza Yulia Sari .................................................................................
16
STRATEGI PEMBELAJARAN PQ4R (PREVIEW, QUESTION, READ, REFLECT,
RECITE, REVIEW) TERHADAP HASIL BELAJAR BIOLOGI PADA RANAH
AFEKTIF DAN PSIKOMOTOR SISWA KELAS XI SMAN3 PARIAMAN
Ria Kasmeri, Ruth Rize Paas Megahati ....................................................................................
23
ANALISIS SOAL ULANGAN HARIAN PADA MATERI SISTEM REPRODUKSI
KELAS XI SMA NEGERI I PANTI KABUPATEN PASAMAN
Liza Yulia Sari, Des Eka Putri, Silvi Susanti .............................................................................
31
VALIDITAS PENUNTUN PRATIKUM IPA (BIOLOGI) BERBASIS PROBLEM BASED
LEARNING (PBL) PADA MATERI KLASIFIKASI MAKHLUK HIDUP UNTUK SMP
Mustika Dewi, Diana Susanti, Vivi Fitriani ................................................................................ 38
VALIDITAS HANDOUT BERBASIS PENEMUAN TERBIMBING PADA MATERI
HEREDITAS MANUSIA UNTUK SISWA KELAS XII SMA Nesti Novalina Putri, Siska Nerita, Annika Maizeli ................................................................... 45
Bidang Sains Biologi
STUDI POPULASI KERANG Atactodea striata Gmelin DI PANTAI BATU KALANG KECAMATAN
KOTO XI TARUSAN KABUPATEN PESISIR SELATAN
Indah Puteri Ramadhani, Armein Lusi Zeswita, Elza Safitri ................................................... 52
JENIS-JENIS BURUNG HIAS YANG DIPERDAGANGKAN DI KOTA PADANG
Nurhadi, Fachrul Reza, Mimin M. Zural ................................................................................. 160
PENYEBARAN Ceratium hirudinella (O.F. Moell) Dujardin Di DANAU DIATAS KABUPATEN
SOLOK
Rina Widiana, Abizar, Azatul Hasnaini …............................................................................... 171
JENIS-JENIS IKAN PADA KAWASAN INTERTIDAL DI TELUK CAROCOK TARUSAN
KENAGARIAN CAROCOK ANAU KECAMATAN KOTO XI TARUSAN KABUPATEN
PESISIR SELATAN
Lora Purnamasari, Nursyahra, Elsha Pratiwi Zamril ............................................................... 177
KARAKTERISTIK POPULASI KERANG AIR TAWAR (Corbicula moltkiana) DI BATANG
ANTOKAN KENAGARIAN III KOTO UTARA KECAMATAN IV KOTO AUR MALINTANG
KABUPATEN PADANG PARIAMAN
Ismed Wahidi, Armein Lusi Zeswita ........................................................................................... 86
KEPADATAN POPULASI Littoraria scabra PADA ZONA INTERTIDAL DI PANTAI BATU
KALANG KECAMATAN KOTO XI TARUSAN
KABUPATEN PESISIR SELATAN
Febri Yanti , Widuri Handayani, Armein Lusi Zeswita,............................................................. 94
PENINGKATAN BERAT BADAN BENIH IKAN NILA (Oreochormis Nilothicus) dengan KOMBINASI TEPUNG DAUN LAMTORO (Leucena Leucocephala) dan EKSTRAK KUNYIT PUTIH (Curcuma longa) Silvi Susanti, Rina Widiana, Muflihah Darajat ........................................................................ 100
Prosiding Seminar Nasional dan Lomba Biologi - V | Selob- V
ISSN 2579-7766 1
ANALISIS KURIKULUM DAN SISWA TERHADAP PENGEMBANGAN
PENUNTUN PRAKTIKUM BIOLOGI BERORIENTASI PENDEKATAN
PROBLEM BASED LEARNING PADA MATERI RUANG LINGKUP
BIOLOGI DAN KEANEKARAGAMAN HAYATI UNTUK SMA
Desi Sri Kurnia, Diana Susanti, Liza Yulia Sari
Program Studi Pendidikan Biologi STKIP PGRI Sumatera Barat
Jalan Gunung Pangilun Padang, Kota Padang, Sumatera Barat
Email : [email protected]
ABSTRACT
The hallmark of Biology learning is practicum activities both inside the laboratory
and outside the laboratory. Practicum will be more effective when using a
practicum guide. During this time the practicum process has not used a practical
guide or learning approach that is able to encourage students to learn actively. The
purpose of this study was to find out the curriculum analysis and students for the
development of practicum guides on biology subjects using Problem Based
Learning (PBL). This research is a development research using a 4D model
(define, design, develop, and disseminate) at this stage only until define. Data
obtained from curriculum analysis and student analysis and analyzed by
descriptive analysis. The results showed that curriculum analysis in PBL-oriented
material on biological and biodiversity scope material was developed based on
core competencies, basic competencies, indicators, and learning objectives
developed in the material of scientific methods, work safety in laboratories, plant
diversity, and diversity of animals . The results showed that Curriculum and
Student Analysis of Guided Biology Practicum Development Guidelines for
Problem Based Learning Approaches in the Scope of Biology and Biodiversity
needed students in conducting practical activities based on questionnaires that had
been distributed.
Keywords: practicum guide, Problem Based Learnimg (PBL)
ABSTRAK
Ciri pembelajaran Biologi adalah adanya kegiatan praktikum baik di dalam
laboratorium maupun di luar laboratorium. Praktikum akan lebih efektif apabila
menggunakan penuntun praktikum. Selama ini proses praktikum yang
berlangsung belum menggunakan penuntun praktikum maupun pendekatan
pembelajaran yang mampu mendorong siswa untuk belajar aktif. Tujuan
penelitian ini adalah mengetahui analisis kurikulum dan siswa untuk
pengembangan penuntun praktikum biologi berorientasi problem based learning
(PBL) pada mata pelajaran biologi. Penelitian ini merupakan penelitian
pengembangan dengan menggunakan model 4D (define, design, develop, dan
disseminate) pada tahap ini hanya sampai tahap define. Data didapat dari analisis
kurikulum dan analisis siswa dan dianalisis dengan analisis deskriptif. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa analisis kurikulum pada materi berorientasi PBL
pada materi ruang lingkup biologi dan keanekaragaman hayati dikembangkan
Prosiding Seminar Nasional dan Lomba Biologi - V | Selob- V
ISSN 2579-7766 2
berdasarkan kompetensi inti, kompetensi dasar, indikator, dan tujuan
pembelajaran dikembangkan pada materi metode ilmiah, keselamatan kerja di
laboratorium, keanekaragaman tumbuh-tumbuhan, dan keanekaragaman hewan.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa Analisis Kurikulum dan Siswa Terhadap
Pengembangan Penuntun Praktikum Biologi Berorientasi Pendekatan Problem
Based Learning Pada Materi Ruang Lingkup Biologi dan Keanekaragaman Hayati
dibutuhkan siswa dalam melakukan kegiatan praktikum berdasarkan angket yang
telah disebarkan.
Kata kunci: penuntun pratikum, problem based learnimg (PBL)
I. PENDAHULUAN
Ciri dari pembelajaran biologi adalah adanya kegiatan praktikum baik di
dalam laboratorium maupun diluar laboratorium. Banyak konsep-konsep
kompleks dalam biologi yang tidak dapat hanya dijelaskan secara lisan, namun
perlu dilakukan praktik secara langsung guna memudahkan siswa dalam
memahami konsep yang cukup rumit. Dengan adanya kegiatan praktikum, siswa
akan memperoleh gambaran secara nyata mengenai teori ataupun materi yang
telah diterima dikelas. Praktikum akan lebih efektif untuk meningkatkan keahlian
siswa dalam pengamatan dan meningkatkan keterampilan serta sebagai sarana
berlatih untuk menggunakan peralatan. Pelaksanaan praktikum harus ditunjang
dengan sarana dan prasarana laboratorium biologi yang harus sesuai dengan
standar minimal laboratorium.
Praktikum merupakan salah satu kegiatan yang sangat berperan dalam
menunjang keberhasilan proses belajar mengajar IPA salah satunya yaitu Biologi.
Menurut Halimatul dan Supriyanti (2006) fungsi praktikum antara lain: a)
memperjelas konsep yang disajikan di kelas melalui contoh langsung dengan alat,
bahan atau peristiwa alam; b) meningkatkan keterampilan intelektual siswa
melalui observasi atau pencarian informasi teori secara lengkap dan selektif yang
mendukung pemetaan persoalan praktikum, melatih siswa dalam memecahkan
masalah, menerapkan pengetahuan dan keterampilan terhadap situasi yang
dihadapi; c) melatih dalam merancang eksperimen, melakukan eksperimen,
menginterpretasi data, dan mengambil sikap ilmiah.
Dari hasil wawancara dengan guru SMA Negeri 1 V Koto Kampung Dalam
dan siswa pada bulan Juni 2018 dimana pada sekolah tersebut telah memiliki
Prosiding Seminar Nasional dan Lomba Biologi - V | Selob- V
ISSN 2579-7766 3
sebuah laboratorium biologi dan alat-alat yang memadai untuk melakukan
kegiatan praktikum. Pelaksanaan kegiatan praktikum sudah dilaksanakan namun
pada pelaksanaannya siswa tidak memiliki penuntun praktikum tersendiri. Pada
praktikum yang dilaksanakan, siswa hanya menggunakan buku paket yang
didalamnya hanya memuat alat dan bahan yang digunakan, serta langkah-langkah
pelaksanaannya. Lembar kegiatan praktikum yang terdapat pada buku paket tidak
sesuai dengan penuntun praktikum yang semestinya. Dalam proses pelaksanaan
praktikum siswa masih terlihat bingung dan kesulitan karena siswa tidak
memahami langkah kerja yang terdapat dalam buku paket tersebut.
Pelaksanaan praktikum akan lebih efektif apabila menggunakan penuntun
karena dapat membantu siswa dalam mengembangkan proses belajar ilmiah.
Penggunaan penuntun praktikum juga dapat meningkatkan kemampuan berpikir
siswa, sehingga dapat membantu siswa untuk menemukan konsep sendiri dan
mampu menemukan solusi dari setiap permasalahan yang ditemukan. Oleh karena
itu perlu dikembangkan sebuah penuntun praktikum yang dapat membantu siswa,
yaitu penuntun praktikum yang valid dan praktis.
Untuk mengetahui karakteristik siswa dilakukan dengan penyebaran angket
kepada siswa dengan megajukan beberapa pertanyaan yaitu : 1) apakah ananda
menyukai penuntun praktikum biologi?; 2) apakah ananda pernah melakukan
kegiatan praktikum?; 3) apakah dalam kegiatan praktikum anada menggunakan
penuntun praktikum?; 4) apakah ananda merasa kesulitan dalam melakukan
kegiatan praktikum?; 5) apakah ananda membutuhkan sebuah buku penuntun
praktikum?; 6) apakah ananda merasa terbantu apabila dalam pelaksanaan
kegiatan praktikum menggunakan buku penuntun praktikum?; 7) apakah ananda
tau langkah-langkah Problem Based Learning?; 8) apakah ananda setuju jika di
dalam kegiatan praktikum menggunkan buku penuntun praktikum berbasis
Problem Based Learning?; 9) warna apakah yang ananda sukai?; 10) jenis tulisan
yang ananda sukai?; 11) ukuran tulisan yang ananda sukai?; 12) ukuran spasi yang
ananda sukai?.
Dalam hal ini peneliti mengembangkan penuntun pratikum agar guru dalam
melakukan kegiatan pratikum dapat lebih efektif dan efisien menggunakan
penuntun pratikum yang telah dikembangkan. Bagi siswa, agar siswa lebih mudah
Prosiding Seminar Nasional dan Lomba Biologi - V | Selob- V
ISSN 2579-7766 4
dalam melakukan kegiatan pratikum pada materi ruang lingkup biologi dan
keanekaragaman hayati.
II. METODE PENELITIAN
Penelitian ini merupakan penelitian dan pengembangan (research and the
development) dengan model prosedural. Model prosedural adalah model yang
bersifat deskriptif yang menggariskan langkah-langkah yang harus diikuti untuk
menghasilkan produk berupa penuntun praktikum berbasis Problem Based
Learning (PBL) pada materi ruang lingkup biologi dan keanekaragaman hayati
untuk SMA kelas X. Penelitian ini dilaksanakan di STKIP PGRI Sumatera Barat
dan di SMAN 1 V Koto Kampung Dalam Kabupaten Padang Pariaman pada
semester genap tahun 2018/2019.
Dalam penelitian ini model pengembangan yang digunakan adalah
memodifikasi model pengembangan 4-D. Prosedur penelitian pengembangan
meliputi 4 tahap pengembangan, yaitu pendefinisian (Define), perancangan
(Design), pengembangan (Develop) dan penyebaran (Disseminate). Penelitian ini
dilakukan sampai tahap pendefinisian (Define) (Trianto, 2010: 93).
III. HASIL
Berdasarkan Berdasarkan hasil angket yang dibagikan kepada siswa,
selanjutnya diketahui bahwa siswa tersebut umumnya menyukai warna yang cerah
seperti biru, hijau, dan merah. Kemudian sebanyak 83,87% siswa menyukai
penuntun praktikum biologi, 67,74% siswa menyatakan pernah melakukan
kegiatan praktikum, 83,87% siswa menyatakan tidak menggunakan penuntun
dalam kegiatan praktikum, 70,96% siswa meyatakan merasa kesulitan dalam
melaksanakan kegiatan praktikum, 64,51% siswa menyatakan membutuhkan
sebuah penuntun praktikum, dan 83,87% siswa menyatakan merasa terbantu
dengan adanya penuntun praktikum dalam pelaksanaan kegiatan praktikum. Hasil
dari analisis siswa ini dijadikan kerangka acuan dalam menyiapkan aspek-aspek
yang berhubungan dengan penuntun praktikum yang akan dibuat, sehingga
peneliti dapat merancang penuntun praktikum yang sesuai dengan karakteristik
siswa.
Prosiding Seminar Nasional dan Lomba Biologi - V | Selob- V
ISSN 2579-7766 5
Analisis tugas bertujuan untuk mengidentifikasi tugas-tugas utama yang
akan dilakukan siswa. Analisis tugas terdiri dari analisis terhadap Kompetensi Inti
(KI) dan Kompetensi Dasar (KD) terkait materi yang akan dikembangkan.
1) Analisis Struktur Isi
Analisis struktur isi dilakukan dengan berpedoman kepada kurikulum yang
berlaku, yaitu kurikulum 2013. Hasil analisis struktur isi kurikulum 2013 pada
mata pelajaran Biologi SMA pada materi Ruang Lingkup Biologi dan
Keanekaragaman Hayati sebagai berikut:
a) Menentukan Kompetensi Inti
KI1 :Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya
KI2 :Menghayati dan mengamalkan perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab,
peduli (gotong royong, kerjasama, toleran, damai), santun, responsif dan
proaktif dan menunjukan sikap sebagai bagian dari solusi atas berbagai
permasalahan dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial
dan alam serta dalam menempatkan diri sebagai cerminan bangsa dalam
pergaulan dunia.
KI3: Memahami, menerapkan, menganalisis pengetahuan faktual, konseptual,
prosedural berdasarkan rasa ingintahunya tentang ilmu pengetahuan,
teknologi, seni, budaya, dan humaniora dengan wawasan kemanusiaan,
kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban terkait fenomena dan kejadian,
serta menerapkan pengetahuan prosedural pada bidang kajian yang
spesifik sesuai dengan bakat dan minatnya untuk memecahkan masalah.
KI4: Mengolah, menalar, dan menyaji dalam ranah konkret dan ranah abstrak
terkait dengan pengembangan dari yang dipelajarinya di sekolah secara
mandiri, dan mampu menggunakan metoda sesuai kaidah keilmuan.
b) Menentukan Kompetensi Dasar
3.1 Memahami tentang ruang lingkup biologi (permasalahan pada berbagai
obyek biologi dan tingkat organisasi kehidupan), metode ilmiah dan
prinsip keselamatan kerja berdasarkan pengamatan dalam kehidupan
sehari-hari.
3.2 Menganalisis berbagai tingkat keanekaragaman hayati di Indonesia beserta
ancaman dan pelestariannya.
Prosiding Seminar Nasional dan Lomba Biologi - V | Selob- V
ISSN 2579-7766 6
c) Menentukan Indikator
(a) Menjelaskan tahapan-tahapan metode ilmiah.
(b) Mengkomunikasikan laporan ilmiah.
(c) Menjelaskan fungsi dan peraturan laboratorium.
(d) Menjelaskan alat dan bahan yang berbahaya.
(e) Menjelaskan simbol-simbol dalam laboratorium.
(f) Mengidentifikasi keanekaragaman gen, jenis, dan ekosistem makhluk
hidup.
(g) Mengenali kekhasan berbagai tingkat keanekaragaman di lingkungan
sekitar.
(h) Menjelaskan keanekaragaman hayati di Indonesia berdasarkan garis Weber
dan Wallace.
(i) Menyebutkan manfaat keanekaragaman hayati di Indonesia.
Prosiding Seminar Nasional dan Lomba Biologi - V | Selob- V
ISSN 2579-7766 7
IV. PEMBAHASAN
Pada tahap ini bertujuan untuk mengetahui hal apa saja yang dibutuhkan
oleh siswa dalam pembelajaran Biologi khususnya kegiatan praktikum.
Berdasarkan hasil analisis dari angket karakteristik siswa dan respon siswa
terhadap bahan ajar, terungkap bahwa siswa rata-rata berusia antara 15-18 tahun,
sebanyak 83,87 % siswa menyukai penuntun praktikum biologi, 67,74 % siswa
menyatakan pernah melakukan kegiatan praktikum, 83,87 % siswa menyatakan
tidak menggunakan penuntun dalam kegiatan praktikum, 70,96 % siswa
meyatakan merasa kesulitan dalam melaksanakan kegiatan praktikum, 64,51 %
siswa menyatakan membutuhkan sebuah penuntun praktikum, dan 83,87 % siswa
menyatakan merasa terbantu dengan adanya penuntun praktikum dalam
pelaksanaan kegiatan praktikum. Pada umumnya peserta didik menyukai warna-
warna cerah seperti biru, merah, dan hijau.
Pada tahap analisis kurikulum bertujuan untuk mengidentifikasi tugas-
tugas utama yang akan dilakukan siswa. Analisis ini terdiri dari analisis terhadap
Kompetensi Inti (KI), Kompetensi Dasar (KD), indikator, dan tujuan
pembelajaran. Analisis struktur isi berpedoman pada kurikulum yang berlaku,
yaitu kurikulum 2013.
V. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil analisis kurikulum dan siswa yang telah dilakukan,
dapat disimpulkan bahwa perlunya dilakukan pengembangan terhadap bahan ajar
yaitu penuntun praktikum biologi berorientasi problem based learning .
DAFTAR PUSTAKA
Arends, RichardI. 2007. Learning to Teach. New York : Mc Graw-Hill.
Departemen Pendidikan Nasional (Depdiknas).2008. Panduan Pengembangan
Bahan Ajar. Jakarta: Ditjen Dikdasmenum.
Prastowo, A. 2011.Panduan Kreatif Membuat Bahan Ajar Inovatif. Yogyakarta:
Diva press.
Rohman Amri, Sofan Amri. 2013. Strategi dan Desain Pengembangan Sistem
Pembelajaran. Jakarta: Prestasi Pustakaraya.
Trianto. 2009. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif, dan
kontekstual. Jakarta: Kencana Predanamedia Grup.
Prosiding Seminar Nasional dan Lomba Biologi - V | Selob- V
ISSN 2579-7766 8
PERSEPSI GURU BIDANG STUDI ILMU PENGETAHUAN ALAM
TERHADAP PELAKSANAAN PENDEKATAN SAINTIFIK DALAM
KURIKULUM 2013 Di SMP NEGERI 1 LENGAYANG KABUPATEN
PESISIR SELATAN
Destaria Sudirman, Ennike Gusti Rahmi
Pendidikan Biologi STKIP Ahlussunnah Bukittinggi
Email : [email protected]
ABSTRACT
Indonesia always experience curriculum change which one of them is curriculum
2013. This curriculum change is done by the government with the aim of
improving the education system in Indonesia, it caused by 2013 curriculum got
many critics not only agree but also disagree from various particular. The aim of
this research was to analyze perception of natural science teachers in junior high
school 2 in lengayang district pesisir selatan in implementation scientific learning
in 2013 curriculum. this research was qualitative with descriptive design, the
population was all of natural science teacher of junior high school 2 in lengayang
district. Sample of this research was natural science teacher who had implemented
the 2013 curriculum.technique of collecting data was observation, interview, and
questioner. Further analyzed using percentage formula. The results of this study
indicate that the teacher's perception in the field of Natural Knowledge in
Lengayang Junior High School 2 about the implementation of scientific approach
learning in the 2013 curriculum is sufficient for its application, but there are still
deficiencies, the implementation is still quite complicated because students have
not fully understood the steps of scientific learning because it is using
conventional learning, supporting infrastructure in schools is not adequate such as
lack of available learning books at school, and incomplete laboratory equipment
as well as the penilainya technique is still difficult because not used applied in the
learning process.
Keywords: perception, curriculum 2013, scientific approach
ABSTRAK
Indonesia selalu mengalami perubahan kurikulum yang salah satunya yaitu
kurikulum 2013. Perubahan kurikulum ini dilakukan pemerintah dengan tujuan
perbaikan sistem pendidikan di Indonesia, dimana dalam kurikulum 2013 ini
muncul berbagai pendapat atau tanggapan serta terjadi pro dan kotra dari berbagai
pihak. Kegiatan evaluasi dan teknis penilaian dan pelaksanaan kurikulum 2013
merupakan aspek yang dipandang sulit untuk diaplikasikan oleh guru dalam
pembelajaran di kelas. Guru diharuskan merekapitulasi semua aspek penilaian
baik secara kognitif dan sikap (etika siswa) selama proses pembelajaran
berlangsung, dengan adanya format penilaian yang begitu banyak membuat guru
merasa kesulitan dalam mengoptimalkan waktu pada penerapan saintifik dalam
kurikulum 2013. Tujuan penelitian ini untuk mengkaji Persepsi dari setiap guru
bidang studi Ilmu Pengatahuan Alam di SMPN 1 Lengayang Kabupaten Pesisir
Selatan terhadap pelaksanaan Pendekatan Saintifik dalam kurikulum 2013. Jenis
Prosiding Seminar Nasional dan Lomba Biologi - V | Selob- V
ISSN 2579-7766 9
penelitian ini adalah deskriptif kualitatif. Populasi penelitian ini semua guru
bidang studi Ilmu Pengatahuan Alam di SMPN 1 Lengayang Kabupaten Pesisir
Selatan dan yang menjadi sampel adalah guru bidang studi Ilmu Pengatahuan
Alam yang sudah melaksanakan kurikulum 2013. Dalam pengumpulan data
digunakan teknik observasi, wawancara, dan angket. Selanjutnya dianalisis
menggunakan rumus persentase. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa persepsi
guru bidang studi Ilmu Pengatahuan Alam di SMPN 1 Lengayang tentang
pelaksanaan pembelajaran pendekatan saintifik dalam kurikulum 2013 tergolong
cukup untuk penerapannya, namun masih terdapat kekurangan yaitu
pelaksanaannya masih cukup rumit karena siswa belum memahami betul langkah-
langkah pembelajaran saintifik karena terbiasanya menggunakan pembelajaran
konvensional, sarana prasarana penunjang pada sekolah belum memadai seperti
kurangnya buku pembelajaran yang tersedia disekolah, dan peralatan laboratorium
yang kurang lengkap serta teknik penilain yang masih sulit karena belum terbiasa
diterapkan dalam proses pembelajaran.
Kata kunci: persepsi, kurikulum 2013, pendekatan saintifik
I. PENDAHULUAN
Pendidikan merupakan hal penting bagi perkembangan sumber daya
manusia (SDM) di Indonesia, karena pendidikan merupakan salah satu alat yang
digunakan untuk membebaskan manusia dari keterbelakangan, kebodohan dan
kemiskinan. Pendidikan mampu menanamkan kemampuan yang baru bagi semua
orang untuk mempelajari pengetahuan dan keterampilan baru sehingga dapat
diperoleh manusia yang lebih unggul. Salah satu upaya perkembangan itu
ditempuh dengan menerapkan perubahan kurikulum baru yaitu kurikulum 2013
yang disusun dengan dilandasi pemikiran tantangan masa depan, yaitu tantangan
abad ke-21 dilandasi dengan abad ilmu pengetahuan dan kompetensi masa depan
(Kurinasih dan Sani, 2014).
Perubahan kurikulum ini dilakukan pemerintah dengan tujuan perbaikan
sistem pendidikan di Indonesia. Pengembangan kurikulum pada hakikatnya
adalah proses penyusunan rencana tentang isi dan bahan pelajaran yang harus
dipelajari serta bagaimana cara mempelajarinya sebagaimana yang dijelaskan oleh
Sanjaya (2008 :31).
Dari hasil observasi yang dilakukan peneliti bulan oktober 2017 di beberapa
SMPN Kecamatan Lengayang Kabupaten Pesisir Selatan didapatkan informasi
bahwa di SMPN 1 Lengayang kelas VII dan kelas VIII pada proses
Prosiding Seminar Nasional dan Lomba Biologi - V | Selob- V
ISSN 2579-7766 10
pembelajarannya sudah menggunakan kurikulum 2013, namun untuk
pembelajaran di kelas IX tetap difokuskan pada kurikulum lama yaitu kurikulum
tingkat satuan pendidikan (KTSP). Selama kurang lebih satu setengah tahun
pelaksanaan kurikulum pada kelas VII dan VIII ternyata tidak sedikit guru yang
merasa sulit untuk bisa menerapkan pembelajaran di kelas dengan kurikulum
2013 tersebut. Kesulitan itu dipandang dari aspek teknik selama proses
pembelajaran diantaranya pendekatan saintifik pada siswa sehingga pembelajaran
siswa dapat menemukan jawaban dari permasalahan pembelajaran, namun pada
kenyataannya guru belum bisa mengarahkan siswa dalam pelaksanaan pendekatan
saintifik secara optimal.
Kegiatan evaluasi dan teknis penilaian dan pelaksanaan kurikulum 2013
merupakan aspek lain yang dipandang sulit untuk diaplikasikan oleh guru dalam
pembelajaran di kelas. Guru diharuskan merekapitulasi semua aspek penilaian
baik secara kognitif dan sikap (etika siswa) selama proses pembelajaran
berlangsung, dengan adanya format penilaian yang begitu banyak membuat guru
merasa kesulitan dalam mengoptimalkan waktu pada penerapan saintifik dalam
kurikulum 2013. Hal ini juga merupakan tahap awal penyesuaian guru dari
pelaksanaan perubahan kurikulum lama dengan penerapan kurikulum yang baru.
Penerapan pembelajaran di kelas dengan kurikulum 2013 mengalami
kesulitan dipandang dari aspek teknik selama proses pembelajaran diantaranya
penerapan pendekatan saintifik yaitu pendekatan yang digunakan dalam
pembelajaran dilakukan melalui proses ilmiah (Fadlillah, 2014).
Kegiatan evaluasi dan teknis penilaian dan pelaksanaan kurikulum 2013
merupakan aspek lain yang dipandang sulit untuk diaplikasikan oleh guru dalam
pembelajaran di kelas. Karena proses penilaian pembelajaran menggunakan
pendekatan penilaian otentik atau authentic assessment (Abdullah, Ridwan Sani,
2014).
Dari perkembangan kurikulum 2013 ini diharapkan mampu mencapai
penerapannya dengan hasil yang diinginkan. Namun dalam pelaksanaan
kurikulum ini juga banyak mengundang pro dan kontra yang menimbulkan
persepsi yang berbeda diantara guru. Persepsi tersebut ada yang positif dan ada
Prosiding Seminar Nasional dan Lomba Biologi - V | Selob- V
ISSN 2579-7766 11
yang negatif. Dalam hal pengertian persepsi ini sendiri adalah bagaimana
pandangan guru itu sendiri terhadap pelaksaaan kurikulum 2013.
Berdasarkan paparan di atas maka tujuan penelitian ini untuk mengetahui
Persepsi Guru Bidang Studi Ilmu Pengetahuan Alam Terhadap Pelaksanaan
Pendekatan Saintifik Dalam Kurikulum 2013 Di Sekolah Menengah Pertama
Negeri 1 Lengayang Kabupaten Pesisir Selatan.
II. METODE PENELITIAN
Penelitian ini termasuk penelitian deskriptif yang bersifat kualitatif.
Dimana, penelitian kualitatif adalah prosedur penelitian yang menghasilkan data
deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang
dapat diamati (Margono, 2010). Data yang diperoleh dari lapangan akan
dideskripsikan melalui kata-kata oleh peneliti.
Subjek dalam penelitian ini adalah seluruh guru sekolah SMP bidang studi
IPA yang ada di SMPN 1 Lengayang Kabupaten Pesisir Selatan, dan sampelnya
adalah guru bidang studi IPA SMPN 1 Lengayang yang sudah melaksanakan
kurikulum 2013. Untuk menentukan sampel ini, penulis menggunakan tehnik
sampling jenuh atau total sampling yaitu tehnik penentuan sampel bila semua
anggota populasi digunakan sebagai sampel (Sugiyono, 2014).
Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
observasi, wawancara, quisoner (angket) dan dokumentasi. Kisi-kisi angket
sebagai berikut.
Tabel 1.Kisi-kisi angket tentang persepsi guru bidang studi IPA SMP di Kecamatan Lengayang Kabupaten
Pesisir Selatan terhadap pelaksanaan pendekatan saintifik dalam kurikulum 2013
NO INDIKATOR BUTIR SOAL JUMLAH
1 Pemahaman pembelajaran pendekatan sanitifik dalam
kurikulum 2013 1,2,3,4,5 5
2 Kesiapan pembelajaran pendekatan sanitifik dalam
kurikulum 2013 6,7,8,9,10,11 6
3 Penerapan atau pelaksanaan pembelajaran
pendekatan sanitifik dalam kurikulum 2013 12,13,14,15,16,17 6
4 Kesulitan pembelajaran pendekatan sanitifik dalam
kurikulum 2013 18,19,20,21,22 5
(Kosasih, 2014)
Sebelum angket ini digunakan, maka terlebih dahulu divalidasi oleh 1
orang dosen yaitu Citra Ayu, M.Pd. Selanjutnya data yang diperoleh dari
Prosiding Seminar Nasional dan Lomba Biologi - V | Selob- V
ISSN 2579-7766 12
instrument penelitian diolah dengan menggunakan teknik persentase (%)
(Purwanto, 2006).
III. HASIL
Berdasarkan hasil wawancara dan observasi dengan guru-guru SMPN 1
Lengayang, kurikulum 2013 diterapkan pada semester pertama tahun ajaran 2016.
Tetapi tidak semua sekolah menerapkan kurikulum ini. Hanya sekolah yang
ditunjuk pemerintahan saja yang dianggap mampu menjadi contoh untuk sekolah
lainnya. Diantara sekolah yang menerapkan kurikulum 2013 dapat dilihat pada
Tabel 2.
Tabel 2. Data Sekolah yang telah menerapkan Kurikulum 2013
No Nama Sekolah Kurikulum
1 2 3
1 SMPN 1 Lengayang Kurikulum 13
2 SMPN 2 Lengayang Kurikulum 13
3 SMPN 3 Lengayang Kurikulum 13
4 SMPN 4 Lengayang Kurikulum 13
5 SMPN 5 Lengayang KTSP
6 SMPN 6 Lengayang KTSP
(Sumber: Dinas Pendidikan Pessel)
Berdasarkan hasil penelitian yang didapat setelah dilakukan pengolahan
data dengan menggunakan teknik persentase (%) dilihat dari jawaban angket
responden yaitu Guru-Guru IPA SMPN 1 Lengayang mengenai “Persepsi Guru
Bidang Studi Ilmu Pengetahuan Alam Terhadap Pelaksanaan Pendekatan Saintifik
Dalam Kurikulum 2013 SMPN 1 Lengayang Kabupaten Pesisir Selatan” dapat
dilihat pada Tabel 3.
Tabel 3.Pengelompokkan Data Hasil Penelitian Berdasarkan Indikator
No
Item
Instrume
n
Indikator
Jumlah
Skor Item
(R)
Jumlah
Skor
Maksimal
(N)
Persentase
% Kategori
1 1-4 Pemahaman
Pembelajaran
Pendekatan Saintifik
dalam Kurikulum
2013
50 64 78,12% Cukup
2 5-10 Kesiapan
pembelajaran
pendekatan sanitifik
dalam kurikulum
2013
60 80 60,50% Kurang
3 11-16 Penerapan atau
pelaksanaan
pembelajaran
45 96 71,92% Cukup
Prosiding Seminar Nasional dan Lomba Biologi - V | Selob- V
ISSN 2579-7766 13
pendekatan sanitifik
dalam kurikulum
2013
4 17-20 Kesulitan
pembelajaran
pendekatan sanitifik
dalam kurikulum
2013
35 63 77,13% Cukup
Persepsi Guru Bidang Studi IPA di
SMPN 1 Lengayang Kabupaten Pesisir
Selatan terhadap Pelaksanaan Pendekatan
Saintifik dalam Kurikulum 2013
190 252 71,91% Cukup
Berdasarkan data hasil penelitian pada tabel di atas, maka dapat diketahui
hasil penelitian ini tergolong pada kategori cukup dengan persentase 71,91%.
IV. PEMBAHASAN
Berdasarkan hasil wawancara peneliti dengan Ibu Rahmawati, S.Pd Guru
IPA SMPN 1 Lengayang bahwa kurikulum 2013 ini baik diterapkan pada proses
pembelajaran, karena langkah-langkah pembelajaran yang menuntun siswa aktif
karena pendekatan saintifik yang diterapkan pada kurikulum 2013 dapat membuat
siswa lebih aktif, kreatif dan inovatif dalam mencari informasi, dan pemecahan
masalah. Pembelajaran juga lebih terarah karena adanya langkah-langkah dalam
pembelajaran pendekatan saintifik karena berkaitan erat dengan metode saintifik.
Metode saintifik menurut Abdullah, Ridwan Sani (2014) melibatkan
pengamatan atau observasi, mengumpulkan data, memaparkan data yang
diperoleh melalui pengamatan atau percobaan yang dapat diganti dengan kegiatan
memperoleh informasi dari berbagai sumber. Hanya saja dalam pelaksanaannya
masih cukup rumit karena siswa belum memahami betul langkah-langkah
pembelajaran saintifik karna terbiasanya menggunakan pembelajaran
konvensional.
Pembelajaran konvensional menurut Sanjaya (2010), siswa ditempatkan
sebagai objek belajar yang berperan sebagai penerima informasi secara pasif.
Selain itu sarana prasarana penunjang pada sekolah belum memadai seperti
kurangnya buku pembelajaran yang tersedia disekolah, peralatan laboratorium
yang kurang lengkap.
Sebagian guru menyebutkan kesulitan dalam penerapan pembelajaran
saintiftik dalam penilaian yang begitu banyak karena memiliki sistem penilaian
Prosiding Seminar Nasional dan Lomba Biologi - V | Selob- V
ISSN 2579-7766 14
yang lengkap dengan format beragam. Sistem remedial yang masih dibawa
kriteria ketuntasan minimal (KKM) dengan alasan sistem remedial membutuhkan
waktu dan kesempatan pembelajaran yang lebih.
Pembelajaran saintifik dalam kurikulum 2013 dapat merubah karakter siswa
dalam bersikap menjadi lebih baik, karena siswa mengetahui bahwa penilaian
pada sikap mempengaruhi penilaian lainnya. Sehingga siswa dapat
memperhatikan dan mengikuti pelajaran dengan baik. Sedangkan setelah
diterapkan kurikulum 2013 guru menyebutkan bahwa penilaian sikap kadang-
kadang dapat merubah sikap siswa dan tidak dapat merubah siswa karena masih
saja ada siswa yang tidak peduli dengan adanya penilaian sikap ini. Siswa masih
sibuk dengan sendirinya tanpa mau belajar.
Penilaian pada pembelajaran dengan pendekatan saintifik meliputi tiga
aspek penilaian yaitu: (a) penilaian proses atau keterampilan, dilakukan melalui
observasi saat siswa bekerja kelompok, bekerja individu, berdiskusi, maupun saat
presentasi dengan menggunakan lembar observasi kinerja, (b) penilaian produk
berupa pemahaman konsep, prinsip dan hukum dilakukan dengan tes tertulis, (c)
penilaian sikap, melalui observasi saat siswa bekerja kelompok, bekerja individu,
berdiskusi, maupun saat presentasi dengan menggunakan lembar observasi sikap
(Kurinasih dan Sani, 2014).
V. KESIMPULAN
Dari hasil penelitian terlihat dalam pelaksanaan pembelajaran pendekatan
saintifik, persepsi guru tentang pembelajaran pendekatan saintifik dalam
kurikulum 2013 tergolong cukup. Pelaksanaannya masih cukup rumit karena
siswa belum memahami betul langkah-langkah pembelajaran saintifik karena
terbiasanya menggunakan pembelajaran konvensional, sarana prasarana
penunjang pada sekolah belum memadai seperti kurangnya buku pembelajaran
yang tersedia disekolah, dan peralatan laboratorium yang kurang lengkap serta
tekhnik penilaian yang rumit.
Prosiding Seminar Nasional dan Lomba Biologi - V | Selob- V
ISSN 2579-7766 15
UCAPAN TERIMA KASIH
Penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
membantu dan berkontribusi dalam penelitian ini. Terima kasih kepada ketua
STKIP Ahlussunnah Bukittinggi Bapak Awerman, S.Sn., M.Hum., Ph.D, Ketua
LPPM STKIP Ahlussunnah Bukittinggi Ibu Citra Ayu, M.Pd, Ketua Prodi
Pendidikan Biologi Ibu Siska Arimadona, M.Pd, Guru IPA di sekolah SMPN 1
Lengayang Kabupaten Pesisir Selatan.
DAFTAR PUSTAKA
Abdullah, Ridwan Sani. 2014. Pembelajaran Saintifik Untuk Implementasi
Kurikulum 2013. Jakarta: PT. Bumi Aksara.
Fadlillah. 2014. Implementasi Kurikulum 2013 Dalam Pembelajaran SD/MI,
SMP/MTs, dan SMA/MA. Yogyakarta: AR-Ruzz Media.
Kosasih. 2014. Strategi belajar dan pembelajaran implementasi kurikulum 2013.
Bandung: YramaWidya.
Kurinasih dan sani.2014. Sukses mengimplementasikan kurikulum 2013.
Surabaya: Kata Pena.
Kurinasih dan sani. 2014. Implementasi kurikulum 2013 konsep dan penerapanya.
Surabaya. Kata Pena.
Margono. 2010.Metodologi penelitian pendidikan. Jakarta: Pt Asdi mahasatya.
Purwanto.2006. Prinsip-Prinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran.Bandung : PT.
Remaja Rosdakarya.
Sanjaya, Wina. 2010. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses
Pendidikan. Jakarta : Prenada Media Group
Sugiyono. 2014.Metode penelitian kombinasi. Bandung: Alfabeta.
Prosiding Seminar Nasional dan Lomba Biologi - V | Selob- V
ISSN 2579-7766 16
PENGEMBANGAN MODUL PEMBELAJARAN BIOLOGI
BERBASIS KEARIFAN LOKAL UNTUK SISWA KELAS X SMA
NEGERI I KAPUR IX KABUPATEN 50 KOTA
Yohana, Gustina Indriati, Liza Yulia Sari
Program Studi Pendidikan Biologi SKIP PGRI Sumatera Barat
Jalan Gunung Pangilun Padang, Kota Padang, Sumatera Barat
Email : [email protected]
ABSTRACT
Learning media used in SMAN 1 Kapur IX is still not have a module that uses a
particular approach, this causing low creativity, this making students bared in
learning. In connection with that, the development of modules besed on local
wisdom with aimed at producing a Biology modules based on local wisdom in
class X Students of SMAN 1 Kapur IX is valid and practical.This research
includes development research (Research and Develoment). The research
procedure uses 4-D (Four D) desigh wich consist of define (Define), design
(Design), development (Develomemt), dessiminate (Dessiminate). At the
development stage the receacher make validators using a validation queationaiere
and looked at the partically of the modules based on local wisdom by using
teacher and students response questionnaire. The result of the modul validation
data acquisition obtained an average result of 79,16% with valid criteria. The
practical result obtained from the teacher and students response an average
94,89% with very practical criteria. This is can be concluded that Biology
modules besed on local wisdom are valid and practical to because for environment
change material.
Keywords: module, local wisdom, enviromental change
ABSTRAK
Media pembelajaran yang digunakan di SMAN 1 Kapur IX masih belum memiliki
modul yang menggunakan pendekatan tertentu, sehingga menyebabkan rendahnya
kreatifitas, sehingga membuat siswa bosan dalam pembelajaran. Sehubungan
dengan itu dilakukan pengembangan modul yang berbasis Kearifan Lokal dengan
tujuan menghasilkan modul Biologi berbasis Kearifan Lokal untuk siswa kelas X
SMAN 1 Kapur IX yang Valid dan Praktis. Penelitian ini termasuk penelitian
pengembangan (Research and development). Prosedur penelitian menggunakan
desain 4-D (four D) yang terdiri dari tahap pendefenisian (define), perancangan
(design), pengembangan (development), penyebaran (disseminate). Pada tahap
pengembangan peneliti melakukan validasi terhadap modul Biologi berbasis
Kearifan Lokal yang dilakukan oleh 3 orang validator dengan menggunakan
angket validasi dan melihat Praktikalitas modul berbasis Kearifan Lokal dengan
menggunakan angket respon guru dan siswa. Hasil pengolaan data validasi modul
memperoleh hasil rata-rata sebesar 79,16 % dengan kriteria valid. Hasil
praktikalitas yang diperoleh dari respon guru dengan rata-rata 92,5 % dengan
kriteria sangat praktis. Hasil praktikalitas yang diperoleh dari respon siswa
diperoleh rata-rata 94,89% dengan criteria sangat praktis. Dengan demikian dapat
Prosiding Seminar Nasional dan Lomba Biologi - V | Selob- V
ISSN 2579-7766 17
disimpulkan modul biologi yang berbasis kearifan lokal sudah valid dan praktis
digunakan untuk materi perubahan lingkungan.
Kata kunci : modul, kearifan lokal, perubahan lingkungan
I. PENDAHULUAN
Pendidikan secara umum harus relevan dengan garis hidup untuk
mencerdaskan rakyat dan mengangkat martabat bangsa, dalam rangka
membangun kerja sama yang saling menguntungkan dengan bangsa-bangsa lain
di dunia. Lufri dkk. (2007:4) menyatakan bahwa “Salah satu kompetensi yang
harus dimiliki oleh seorang guru adalah penggunaan media dan sumber
pembelajaran”. Pengembangan modul pembelajaran merupakan salah satu solusi
dalam meningkatkan daya serap pembelajaran Biologi, dengan menonjolkan
kemampuan mengaplikasikan dalam konsep dasar untuk menciptakan proses
pembelajaran yang baik.
Berdasarkan observasi yang dilakukan dengan mewawancarai guru Biologi
di SMA N 1 Kapur IX pada 2 Januari 2018 ditemukan masalah bahwa proses
pembelajaran yang dilakukan oleh beberapa guru Biologi, masih menggunakan
buku paket yang dijadikan sebagai sumber belajar bagi siswa dan materi yang
disajikan masih banyak yang bersifat abstrak materi Biologi masih belum bisa
dipahami dengan mudah oleh siswa, karena masih banyak terdapat kata-kata yang
sulit (bahasa latin atau istilah dalam Biologi) sehingga akan menyebabkan
kebosanan pada saat belajar. Hal ini diduga sebagai penyebab rendahnya
kreatifitas, sehingga membuat siswa menjadi bosan dalam proses pembelajaran.
Wibowo (2015:18) menyatakan bahwa kearifan lokal kepandaian dan
strategi-strategi pengelolaan alam semesta dalam menjaga keseimbangan ekologis
yang sudah berabad-abad teruji oleh berbagai bencana dan kendala serta
keteledoran manusia. Kearifan lokal tidak hanya terhenti pada etika tetapi sampai
pada norma, tindakan, dan tingkah laku, sehingga kearifan lokal dapat menjadi
seperti religi yang mempedomani manusia dalam bersikap dan bertindak, baik
dalam konteks kehidupan sehari-sehari maupun menentukan peradaban manusia
lebih jauh. Dengan demikian memanfaatkan kearifan lokal dalam pembelajaran
Prosiding Seminar Nasional dan Lomba Biologi - V | Selob- V
ISSN 2579-7766 18
diharapkan minat, bakat dan kreatifitas siswa dapat dikembangkan dalam
pembelajaran.
Salah satu materi Biologi adalah Perubahan Lingkungan yang berhubungan
dengan lingkungan yang terdapat di Kapur IX Kabupaten 50 Kota pada modul
sehingga pendekatan yang diberikan adalah kearifan lokal yang berhubungan
dengan lingkungan alam yang ada di lingkungan sekolah, sehingga
pemanfaatannya nanti sejalan dengan yang digariskan dalam buku sumber dan
kurikulum.
Modul merupakan bahan ajar cetak yang dirancang untuk dapat dipelajari
secara mandiri oleh siswa. Modul berisi materi yang disusun sedemikian rupa agar
pelaksanaan kegiatan pembelajaran dapat berjalan dengan maksimal
(Susilo,2014:51).
Modul berbasis kearifan lokal disusun dengan memperhatikan ada tidaknya
kearifan lokal yang dapat dimanfaatkan sebagai sumber belajar. Kearifan lokal
yang ditemukan dilingkungan SMA N 1 Kapur IX tersebut berupa lubuk larangan,
namun keberadaan lubuk larangan tersebut belum dimanfaatkan sebagai sumber
belajar.
Fasilitas sekolah dapat dikatakan lengkap dan memadai, sarana prasarana
seperti perpustakaan dan laboratorium dapat ditemukan pula. Sudjana dan Rivai
(2010:213) Dengan mempelajari lingkungan alam diharapkan peserta didik dapat
lebih memahami materi yang dipelajari di sekolah sehingga dapat menumbuhkan
rasa cinta terhadap alam, kesadaran untuk menjaga dan memelihara lingkungan,
serta mau menanggulangi kerusakan lingkungan dan menjaga lingkungan agar
tetap lestari.
Berdasarkan uraian tersebut telah dilakukan pengembangan modul
pembelajaran yang memanfaatkan pengembangan lingkungan yang berbasis
kearifan lokal sebagai media pembelajaran Biologi yang bervariasi sehingga
memotivasi siswa dalam belajar, agar tujuan pembelajaran sesuai dengan yang
diharapkan dengan materi pembelajaran. Dengan pengembangan modul berbasis
kearifan lokal ini diharapkan tujuan pembelajaran yang susuai dengan yang
diharapkan.
Prosiding Seminar Nasional dan Lomba Biologi - V | Selob- V
ISSN 2579-7766 19
II. METODE PENELITIAN
Penelitian dan pengembangan, yang lebih dikenal dengan Research dan
Development (R & D). Penelitian pengembangan dapat memberi preskripsi yang
berguna dalam pemecaha masalah rancangan dan desain dalam pembelajaran dan
adanya semangat tinggi dan kompeksitas tentang sifat kebijakan dan reformasi
pendidikan (Setyosari, 2013:222). Adapun produk yang dikembangkan dalam
penelitian ini bahan ajar cetak berupa modul.
Model yang digunakan dalam pembelajaran adalah 4-D (four D), yang
terdiri dari empat tahap. Tahap-tahap pengembangan ini terdiri dari define
(pendefenisian), design (perancangan), develop (pengembangan), dan disseminate
(penyebaran) dalam Trianto (2012:93).
Subjek penelitian dalam pengembangan modul barbasis kearifan lokal pada
materi Perubahan Lingkungan adalah guru Biologi SMA yang dijadikan subjek
dalam penelitian in sebanyak dua orang, sedangkan siswa kelas X MIPA I SMAN
I kapur IX sebanyak 23 orang pada tahun ajaran 2017/2018. Jenis data yang
diambil dalam penelitian adalah data primer dan data sekunder.
Instrumen pengumpulan data yang digunakan berupa angket validasi
terhadap modul yang dikembangkan dan angket praktikalitas guru dan peserta
didik di SMA Negeri 1 Kapur IX.
Instrumen validasi terhadap modul dilakukan oleh tiga orang validator, yaitu
2 orang dosen Pendidikan Biologi STKIP Yayasan Abdi Pendidikan Payakumbuh
dan 1 orang guru Biologi di SMA Negeri 1 Kapur IX.
Teknik analisis yang dilakukan adalah data yang diperoleh dari hasil
validasi oleh pakar dan data yang diambil dari pelaksanaan uji coba terbatas
disekolah seperti angket praktikalitas oleh guru dan siswa.
III. HASIL
Penilaian modul yang dilakukan oleh tiga orang pakar dengan
menggunakan angket penilaian pakar yang meliputi kelayakan isi, kelayakan
penyajian, penilaian kebahasaan, kelayakan kegrafikan, dan nuansa kearifan lokal.
Data dari pakar dapat dilihat dari hasil penilaian pada Tabel 1.
Prosiding Seminar Nasional dan Lomba Biologi - V | Selob- V
ISSN 2579-7766 20
Tabel 1 Hasil Validasi Oleh Validator Biologi Terhadap Modul
No
Standar Penilaian
Validator Jumlah Nilai Validasi
(%)
Kriteria Skala
V1 V2 V3
1 Kelayakan Isi 18 18 20 56 77,77 Valid
2 Kelayakan Penyajian 18 20 18 56 77,77 Valid
3 Penilaian Kebahasaan 18 18 21 57 79,16 Valid
4 Kelayakan Kegrafikan 9 11 10 30 83,33 Sangar Valid
5 Nuansa Kearifan Lokal 9 11 8 28 77,77 Valid
Jumlah 227 395,8
Rata-rata total 19,16 Valid
Keterangan :
Validator 1 : Diana Zulyetty, M.Pd
Validator 2 : Drs.Elijonnahdi, M.Si
Validator 3 : Pebriana, S.Pd
Dari hasil uji coba yang dilakukan kepada dua orang guru Biologi SMAN
1 Kapur IX seperti yang terdapat pada Tabel 2.
Tabel 2 Praktikalitas Oleh Guru Biologi Terhadap Modul
No Aspek Penilaian Jumlah Persentase Item (%) Kriteria Penilaian
1 Kemudahan Modul 10 100 Sangat Praktis
2 Isi Materi Modul 10 100 Sangat Praktis
3 Penyajian Modul 12 100 Sangat Praktis
4 Berbasis Kearifan Lokal 7 87,5 Sangat Praktis
5 Kepraktisan 3 75 Praktis
Rata-rata 92,5 Sangat Praktis
Berikut merupakan distribusi data siswa terhadap modul yang
dikembangkan dengan hasil pada Tabel 3.
Tabel 3 Hasil Respon Siswa Terhadap Modul
No Aspek Penilaian Jumlah Persentase Item (%) Kriteria Penilaian
1 Kemudahan Penggunaan 110 95,65 Sangat Praktis
2 Isi Materi 66 95,65 Sangat Praktis
3 Penyajian Modul 169 91,84 Sangat Praktis
4 Berbasis Kearifan Lokal 42 91,30 Sangat Praktis
5 Kepraktisan 46 100 Sangat Praktis
Rata-rata 94,89 Sangat Praktis
Berdasarkan hasil penilaian modul yang terlihat pada Tabel 1 bahwa kelima
aspek yaitu kelayakan isi, kelayakan penyajian, penilaian dari kebahasaan,
kelayakan kegrafikan dan nuansa kearaifan lokal termasuk pada kategori valid.
Dari penilaian modul yang dilakukan memalaui pembagian angket dapat
digunakan, namun harus melakukan proses revisi berdasarkan dari saran yang
diberikan oleh validator terhadap modul.
Berdasarkan dari hasil praktikalitas guru terhadap modul yang
dikembangkan pada uji coba produk terlihat pada Tabel 2, maka praktikalitasnya
Prosiding Seminar Nasional dan Lomba Biologi - V | Selob- V
ISSN 2579-7766 21
di peroleh adalah sangat praktis, sehingga modul dapat digunakan guru dan siswa
dalam proses pembelajaran.
Berdasarkan pada Tabel 3 dapat dilihat dari kelima aspek terhadap uji coba
modul yang dilakukan kepada siswa dengan kategori sangat praktis.hal ini
didukung dengan pendapat Rochmad (2012:70) menyatakan bahwa produk
dikatakan praktis jika produk tersebut diterakan dilapangan dan keterlaksanaannya
dalam kelas. Modul yang dikatakan sangat praktis dikarenakan dengan adanya
materi yang dilengkapi dengan gambar sehingga membantu siswa dalam proses
pembelajaran berlangsung.
IV. PEMBAHASAN
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan, maka modul yang telah
dikembangkan sudah sesuai dengan kurikulum dan perekembangan siswa
sehingga modul dapat dikatakan valid dan praktis digunakan oleh guru dan siswa
dalam proses pembelajaran
Respon yang diperoleh oleh guru biologi SMAN 1 Kapur IX sebanyak 2
orang diperoleh hasil dengan rata-rata 92,5 % dengan kriteria Sangat Praktis dan
dapat digunakan oleh guru biologi pada materi Perubahan Lingkungan. Materi
yang berisi dengan penjelasan dan saling keterkaitan dengan topik serta akan lebih
mudah diajarkan kepada siswa dengan adanya gambar-gambar yang dapat
menunjang materi sehingga modul memiliki penampilan yang menarik serta dapat
memotivasi siswa dalam prose pembelajaran.
Respon dari siswa terhadap modul yang dikembangkan pada uji coba
tanggal 26 April - 3 Mei 2018 di kelas X MIPA 1 yang berjumlah 23 orang,
diperoleh rata-rata 94,89 % dengan katergori sangat Praktis. Hal ini menunjukkan
secara keseluruhan modul ini memiliki daya tarik dan memotivasi siswa untuk
aktif dalam proses pembelajaran. Hal ini sejalan dengan Pribadi (2017:23)
menyatakan “pemanfaatan media bertujuan untuk (1) memperoleh informasi dan
pengetahuan; (2) mendukung aktivitas pembelajaran; (3) sarana persuasi dan
motivasi”. Pernyataan tersebut sejalan dengan hasil yang sangat baik dengan
demikian tujuan pembelajaran telah tercapai.
Setelah dilakukan revisi berdasarkan respon siswa barulah tercipta modul
yang digunakan dalam proses pembelajaran pada materi Perubahan Lingkungan
Prosiding Seminar Nasional dan Lomba Biologi - V | Selob- V
ISSN 2579-7766 22
yang berbasiskan kearifan lokal yang terdapat di Kecamatan Kapur IX, Kabupaten
Lima Puluh Kota sehingga siswa dapat mengaplikasikannya dalam kehidupan
sehari-hari.
V. KESIMPULAN
Dari penelitian yang telah dilakukan maka diperoleh kesimpulan yaitu
Penilaian modul oleh validator dengan penilaian valid dengan rata-rata 79,16 %
sehingga modul dapat digunakan dalam proses pembelajaran Biologi di SMAN 1
Kapur IX. Respon guru terhadap prkatikalitas modul yang dikembangkan
memiliki rata-rata 92,5% dengan penilaian sangat praktis. Repon siswa terhadap
modul yang dikembangkan dengan rata-rata total 94,60% dengan penilaian sangat
praktis.
DAFTAR PUSTAKA
Djamarah, Syaiful Bahri & Aswan Zain. 2014. Strategi Belajar Mengajar.
Jakarta: Rineka Cipta.
Istarani. 2012. 58 Model Pembelajaran Inovatif. Medan: Media Persada.
Lufri. 2007. b. Strategi Pembelajaran Biologi. Padang: UNP
Mohamad, Nurdin & Hamzah B Uno. 2011. Belajar dengan Pendekatan
PAILKEM. Jakarta: Bumi Aksara.
Silberman, Melvin. 2013. Active Learning: 101 Cara Belajar Siswa Aktif.
Bandung: Nuansa Cendekia.
Prosiding Seminar Nasional dan Lomba Biologi - V | Selob- V
ISSN 2579-7766 23
STRATEGI PEMBELAJARAN PQ4R (PREVIEW, QUESTION, READ,
REFLECT, RECITE, REVIEW) TERHADAP HASIL BELAJAR BIOLOGI
PADA RANAH AFEKTIF DAN PSIKOMOTOR SISWA KELAS XI SMAN
3 PARIAMAN
Ria Kasmeri, Ruth Rize Paas Megahati
Program Studi Pendidikan Biologi SKIP PGRI Sumatera Barat
Jalan Gunung Pangilun Padang, Kota Padang, Sumatera Barat
Email :
ABSTRACT
This research was motivated by the existence of early observations in the school
of SMAN 3 Pariaman where the low biology learning outcomes of class XI
students of SMAN 3 Pariaman. The low learning outcomes are caused by several
things including when the teacher explains the material there are some students
who pay less attention and there are some students who chat apart from the
material being discussed. In addition, it is also caused by the absence of feedback
or responses from students when the teacher asks about students 'understanding of
the material being studied and also the lack of students' desire in using media and
source books and the limited number of available source books. This is one of the
causes of the low student biology learning outcomes and has not reached the
Minimum Completion Criteria (KKM) that has been set by the school. One
solution that can improve student learning outcomes is by applying the PQ4R
learning strategy (Preview, Question, Read, Reflect, Recite, Review). The purpose
of this study was to find out how PQ4R learning strategies (Preview, Question,
Read, Reflect, Recite, Review) on affective biology learning outcomes and
psychomotor domains of class XI students of SMAN 3 Pariaman. The design of
this study is Randomized Control Posted Only Design. This type of research is
experimental research with a population of class XI students of SMAN 3
Pariaman registered in 2017/2018. Experimental class XI2 and XI4 control class
were taken using Purposive Sampling techniques. The research instrument used in
the affective domain is in the form of observation sheets and psychomotor
domains in the form of product evaluation (summary). Affective and psychomotor
domain data analysis techniques use the t-test. The results of the assessment data
analysis in the affective domain with the experimental class 71 and control class
69. The results of the t-test are obtained th = 4.5 while tt = 1.67 means th> tt so
the hypothesis is accepted (H1). In the psychomotor domain with an experimental
class average of 86 and a control class of 75. The results of the t-test are obtained
th = 1.52 while tt = 1.67 means th <tt thus the hypothesis is rejected (H0). Based
on data analysis, it can be concluded that the PQ4R learning strategy (Preview,
Question, Read, Reflect, Recite, Review) can affect the affective learning
outcomes while in the psychomotor realm it has no effect.
Keywords: affective, PQ4R, psychomotor.
Prosiding Seminar Nasional dan Lomba Biologi - V | Selob- V
ISSN 2579-7766 24
ABSTRAK
Penelitian ini dilatarbelakangi oleh adanya observasi awal di sekolah SMAN 3
Pariaman dimana rendahnya hasil belajar biologi siswa kelas XI SMAN 3
Pariaman. Rendahnya hasil belajar disebabkan oleh beberapa hal diantaranya
pada saat guru menerangkan materi ada beberapa siswa yang kurang
memperhatikan dan ada beberapa siswa yang mengobrol selain dari materi yang
dibicarakan. Selain itu juga disebabkan oleh tidak adanya umpan balik atau
tanggapan dari siswa saat guru menanyakan tentang pemahaman siswa pada
materi yang telah dipelajari dan juga kurangnya keinginan siswa dalam
penggunaan media dan buku sumber serta keterbatasan jumlah buku sumber
yang ada. Hal inilah yang menjadi salah satu penyebab rendahnya hasil belajar
biologi siswa dan belum mencapai Kriteria Ketuntasan Minimum (KKM) yang
telah ditetapkan sekolah. Salah satu solusi yang dapat meningkatkan hasil
belajar siswa adalah dengan menerapkan strategi pembelajaran PQ4R (Preview,
Question, Read, Reflect, Recite, Review). Tujuan dari penelitian ini adalah untuk
mengetahui bagaimana strategi belajar PQ4R (Preview, Question, Read, Reflect,
Recite, Review) terhadap hasil belajar biologi ranah afektif dan ranah
psikomotor siswa kelas XI SMAN 3 Pariaman. Rancangan penelitian ini adalah
Randomized Control Posted Only Design. Jenis penelitian ini adalah penelitian
eksperimen dengan populasi siswa kelas XI SMAN 3 Pariaman yang terdaftar
pada tahun 2017/2018. Kelas eksperimen XI2 dan kelas kontrol XI4 yang
diambil dengan menggunakan teknik Purposive Sampling. Instrumen
penelitian yang digunakan pada ranah afektif berupa lembar observasi dan
ranah psikomotor berupa penilaian produk (ringkasan). Teknik analisis data
ranah afektif dan ranah psikomotor menggunakan uji-t. Hasil analisis data
penilaian pada ranah afektif dengan rata- rata kelas eksperimen 71 dan kelas
kontrol 69. Hasil uji-t diperoleh th = 4,5 sedangkan tt =1,67 berarti th > tt
sehingga hipotesis diterima (H1). Pada ranah psikomotor dengan rata- rata kelas
eksperimen 86 dan kelas kontrol 75. Hasil uji-t didapatkan th = 1,52 sedangkan tt
= 1,67 berarti th < tt dengan demikian hipotesis ditolak (H0). Berdasarkan
analisis data dapat disimpulkan strategi belajar PQ4R (Preview, Question, Read,
Reflect, Recite, Review) dapat berpengaruh pada hasil belajar ranah afektif
sedangkan pada ranah psikomotor tidak berpengaruh.
Kata kunci : afektif, PQ4R, psikomotor.
I. PENDAHULUAN
Berdasarkan hasil observasi dan wawancara yang penulis lakukan terhadap
guru biologi di SMAN 3 Pariaman pada bulan Oktober tahun 2017 diperoleh
informasi bahwa dalam proses belajar mengajar guru menghadapi beberapa
kendala, diantaranya ada beberapa siswa yang kurang memperhatikan, dan ada
beberapa siswa yang mengobrol selain dari materi pembelajaran di dalam
kelas saat guru menerangkan. Hal tersebut dapat terlihat dari tidak adanya umpan
Prosiding Seminar Nasional dan Lomba Biologi - V | Selob- V
ISSN 2579-7766 25
balik atau tanggapan dari siswa saat guru menanyakan tentang pemahaman
siswa pada materi yang telah dipelajari, serta kurangnya penggunaan media dan
buku sumber.Hal ini memberi dampak pada hasil belajar siswa, yaitu hasil
belajar siswa masih dibawah Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM).
Rendahnya hasil belajar siswa terlihat dari nilai rata-rata Ulangan Harian
pada materi sistem reproduksi tahun ajaran 2016/2017 SMAN 3 Pariaman
kelas XI, yaitu XI IPA1 (71), XI IPA2 (71), XI IPA3 (73), XI IPA4 (70). Hasil
belajar siswa tersebut dibawah kriteria ketuntasan minimal (KKM),
sedangkan KKM yang ditetapkan untuk mata pelajaran Biologi di SMAN 3
Pariaman adalah 79.
Dilihat dari segi materi, sistem reproduksi pada manusia menuntut siswa
untuk memahami konsep. Konsep pada materi sistem reproduksi yang sulit
dipahami oleh siswa diantaranya, sulit memahami struktur dari sistem reproduksi
pada pria dan wanita dimana siswa terbalik dalam menyebutkan antara organ pria
dan wanita, sulit memahami proses spermatogenesis, proses oogenesis,
menstruasi dan siswa juga kurang memahami proses fertilisasi, dimana pada
proses tersebut siswa terbalik-balik dalam mengurutkan tahapan- tahapannya dan
hormon- hormon yang berperan pada proses tersebut.
Untuk mengatasi masalah tersebut, salah satu caraya adalah dengan
mengunakan strategi yang mampu meningkatkan kreatifitas siswa. Diantaranya
dengan menggunakan strategi pembelajaran PQ4R (Preview, Question, Read,
Reflect, Recite dan Review). Strategi PQ4R menurut Trianto (2009: 150)
merupakan salah satu bagian dari strategi elaborasi. Strategi ini digunakan
untuk membantu siswa mengingat apa yang mereka baca, dan dapat membantu
proses belajar mengajar di kelas yang dilaksanakan dengan kegiatan membaca
buku. Kegiatan membaca buku bertujuan untuk mempelajari sampai tuntas bab
demi bab suatu buku pelajaran. Oleh karena itu keterampilan pokok pertama
yang harus dikembangkan dan dikuasai oleh para siswa adalah membaca buku
pelajaran dan bacaan tambahan lainnya.
Penelitian yang pernah dilakukan oleh Wijaya (2014: 1) tentang Pengaruh
Metode Pembelajaran PQ4R Terhadap Hasil Belajar IPA Siswa Kelas VIII
Di SMP Negeri 1 Sawan, hasil belajar yang didapatkan pada kelas eksperimen
Prosiding Seminar Nasional dan Lomba Biologi - V | Selob- V
ISSN 2579-7766 26
53,42 dan pada kelas kontrol 44,25, Agustina dkk (2015: 25) tentang
Pengaruh Penerapan Strategi Belajar PQ4R (Preview, Question, Read, Reflect,
Recite, Review) Menggunakan Media Komik Pada Kemampuan Kognitif Siswa
Pada Materi Sistem Saraf, hasil belajar yang didapatkan pada kelas eksperimen
85,25 dan pada kelas kontrol 55,87, dan Hidayah dkk (2015: 146)
Penerapan Pendekatan PAIKEM dengan Strategi PQ4R Dalam Meningkatkan
Aktivitas Dan Hasil Belajar Pada Pelajaran Biologi, didapatkan peningkatan hasil
belajar dari siklus I ke siklus II sebesar 12,75.
II. METODE PENELITIAN
Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan April semester II di SMAN 3
Pariaman tahun pelajaran 2017/2018.
Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah eksperimen. Penelitian ini menggunakan dua
kelas sampel yaitu kelas eksperimen dan kelas kontrol. Kelas eksperimen adalah
kelas yang diberi perlakuan yaitu penerapan strategi pembelajaran
PQ4R (Preview, Question, Read, Reflect, Recite, dan Review), sedangkan kelas
kontrol proses pembelajarannya dengan diskusi dan tanya jawab.
III. HASIL
1. Ranah Afektif
Penilaian ranah afektif dilakukan selama proses pembelajaran yang dinilai
oleh observer. Hasil observasi pada ranah afektif kelas eksperimen dan kelas
kontrol yang mencakup dua indikator yaitu bekerja sama dan bertanggung jawab
disajikan pada Gambar 1.
Prosiding Seminar Nasional dan Lomba Biologi - V | Selob- V
ISSN 2579-7766 27
Gambar 1. Hasil Belajar Siswa Ranah Afektif
Pada Gambar 1 dapat dilihat rata-rata nilai afektif pada kelas eksperimen
yang diberikan perlakuan dengan penerapan strategi pembelajaran PQ4R lebih
tinggi dari pada kelas kontrol yang menggunakan diskusi tanya jawab. Pada
uji normalitas kedua kelas sampel berdistribusi normal, dan untuk uji
homogenitas kedua kelas sampel memiliki varians yang homogen. Setelah
dilakukan uji hipotesis didapatkan hasil bahwa hipotesis diterima, artinya
penerapan strategi pembelajaran PQ4R dapat meningkatkan hasil belajar biologi
siswa kelas XI SMAN 3 Pariaman pada ranah afektif.
2. Ranah Psikomotor
Berdasarkan uji hipotesis pada ranah psikomotor didapatkan hasil bahwa
hipotesis ditolak artinya penerapan strategi pembelajaran PQ4R tidak dapat
meningkatkan hasil belajar biologi siswa kelas XI SMAN 3 Pariaman pada ranah
psikomotor. Indikator yang diamati pada ranah psikomotor dilihat dari
kelengkapan isi ringkasan, kerapian, kebersihan, dan kejelasan dalam penulisan
ringkasan.
IV. PEMBAHASAN
1. Ranah Afektif
Rata- rata penilaian afektif pada kelas eksperimen adalah 71 berada pada
predikat (B) dan kelas kontrol dengan rata- rata 69 predikat (C). Rata- rata nilai
Prosiding Seminar Nasional dan Lomba Biologi - V | Selob- V
ISSN 2579-7766 28
pada indikator bekerja sama pada kelas eksperimen dengan nilai 61,8 dan
kelas kontrol dengan nilai 55. Tingginya nilai indikator bekerja sama dalam
proses pembelajaran di kelas eksperimen dari pada di kelas kontrol karena, pada
kelas eksperimen menggunakan strategi pembelajaran PQ4R. Dengan adanya
penerapan strategi pembelajaran PQ4R siswa dapat bekerja sama dengan efektif
karena siswa dituntut untuk merumuskan pertanyaan sesuai tujuan pembelajaran
secara bersama- sama dan mendiskusikan jawaban dari pertanyaan yang sudah
dirumuskan. Pada kelas eksperimen siswa lebih aktif untuk membaca dan
mencari tahu sendiri dalam merumuskan pertanyaan serta menjawab pertanyaan
yang telah dirumuskan. Dengan membaca buku siswa memiliki pengetahuan
yang lebih. Dengan pengetahuan lebih yang sudah dimiliki, siswa mampu dalam
merumuskan pertanyaan maupun menjawab pertanyaan yang sudah
dirumuskannya. Pada saat proses pembelajaran semua siswa dalam kelompok
dapat berkomunikasi dengan jelas untuk mencari dan mengumpulkan
informasinya karena telah membaca materi sesuai dengan tujuan
pembelajaran. Menurut Majid (2014:180) keberhasilan kerja kelompok
ditentukan oleh kinerja masing- masing anggota kelompok. Oleh karena itu,
semua anggota dalam kelompok akan merasa saling ketergantungan.
Penilaian indikator pada aspek bertanggung jawab kelas ekperimen hampir
sebanding dengan kelas kontrol. Dengan tugas yang diberikan sama berupa
ringkasan tertulis di doublefolio. Pada kelas eksperimen siswa menggunakan
strategi pembelajaran PQ4R, dimana pada strategi pembelajaran PQ4R menuntut
siswa untuk membaca buku, merumuskan pertanyaan, menjawab pertanyaan
yang telah dirumuskan, mempresentasikan, dan membuat ringkasan. Dengan
adanya strategi pembelajaran PQ4R menuntut siswa memiliki rasa bertanggung
jawab untuk menyelesaikan tugas tersebut. Pada kelas kontrol, siswa
mengerjakan membuat ringkasan yang diperintahkan oleh guru. Pada indikator
bertanggung jawab, sudah terlihat tanggung jawab siswa dalam melaksanakan
kegiatan diskusi kelompok. Masing- masing anggota kelompok sudah mampu
mengolah informasi yang mereka rumuskan dan menulis ringkasan sesuai tujuan
pembelajaran. Menurut Rusman (2011:222) Proses pembelajaran yang aktif akan
menyebabkan siswa akan banyak belajar melalui proses pembentukan dan
Prosiding Seminar Nasional dan Lomba Biologi - V | Selob- V
ISSN 2579-7766 29
penciptaan, kerja dalam kelompok dan berbagi pengetahuan serta tanggung
jawab individu tetap merupakan kunci keberhasilan pembelajaran.
2. Ranah Psikomotor
Rata- rata nilai psikomotor siswa kelas eksperimen adalah 86 dengan
predikat (A) dan rata- rata nilai siswa kelas kontrol adalah 75 predikat (C). Rata-
rata nilai psikomotor siswa kelas eksperimen lebih tinggi dari rata- rata nilai
siswa kelas kontrol. Hal ini terlihat pada kelas eksperimen siswa diwajibkan
memiliki buku sumber sendiri sehingga siswa sudah dapat membuat
ringkasan dengan pengetahuan yang diperoleh dari kegiatan kelompok yang
menuntut siswa membaca buku secara rinci. Banyaknya pengetahuan yang
diperoleh siswa tentunya dapat membantu siswa dalam penulisan ringkasan. Pada
kelas kontrol hanya beberapa siswa yang memiliki buku sumber, siswa lain yang
tidak memiliki buku hanya mengandalkan temannya saja, sehingga ada
beberapa siswa yang tidak melengkapi ringkasan bahkan tidak menyelesaikan
ringkasan. Menurut Lufri (2007:37) pemberian tugas kepada anak didik dapat
memantapkan, mendalami serta memperkaya materi yang sudah dipelajari dan
sesuai dengan kompetensi yang sudah ditetapkan.
V. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, maka dapat
disimpulkan bahwa penerapan strategi pembelajaran PQ4R (Preview, Question,
Read, Reflect, Recite, Review) berpengaruh pada ranah afektif sedangkan pada
ranah psikomotor tidak berpengaruh terhadap hasil belajar biologi siswa kelas XI
SMAN 3 Pariaman.
DAFTAR PUSTAKA
Agustina, Khastini, Fitri. 2015. Pengaruh penerapan Strategi Belajar PQ4R
(Preview, Read, Reflect, Recite, Review) Menggunakan Media Komik Pada
Kemampuan Kognitif Siswa Pada Materi Sistem Saraf. Jurnal Pendidikan
Biologi, 10 (2), 25.
Lufri. 2007. Kiat Memahami Metodologi Dan Melakukan Penelitian. Padang:
UNP Press.
. 2007. Strategi Pembelajaran Biologi. Padang: UNP Press.
Prosiding Seminar Nasional dan Lomba Biologi - V | Selob- V
ISSN 2579-7766 30
Majid, A. 2013. Strategi Pembelajaran. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Megahati. 2015. Peningkatan Aktivitas Dan Hasil Belajar Mahasiswa Dengan
Menerapkan Metode Diskusi Kelompok Pleno Pada Mata Kuliah
Evolusi Di STKIP PGRI Sumatera Barat. Jurnal Pendidikan
Pendidikan. I (2), 89.
Rusman. 2011. Model- model Pembelajaran. Bandung: Rajagrafindo
Persada.
Trianto. 2009. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif- Progresif. Jakarta:
Prestasi Pustaka.
Wijaya, Wirga, Suwatra. 2014. Pengaruh Metode Pembelajaran PQ4R
Terhadap Hasil Belajar Siswa Kelas VIII Di SMP Negeri 1 Sawan.
Jurnal Teknologi Pendidikan, 2 (1), 1.
Prosiding Seminar Nasional dan Lomba Biologi - V | Selob- V
ISSN 2579-7766 31
ANALISIS SOAL ULANGAN HARIAN PADA MATERI
SISTEM REPRODUKSI KELAS XI SMA NEGERI I PANTI
KABUPATEN PASAMAN
Liza Yulia Sari, Des Eka Putri, Silvi Susanti
Program Studi Pendidikan Biologi SKIP PGRI Sumatera Barat
Jalan Gunung Pangilun Padang, Kota Padang, Sumatera Barat
Email : [email protected]
ABSTRACT
Based on the results of interviewing the author with the SMAN 1 Panti Pasaman
district biology teacher on reproductive system material, the daily test results of
XIIPA students in semester 2 of the 2016/2017 school year are still below the
Minimum Completion Criteria (KKM) set by the school is 78. because students
do not understand the material. This study aims to determine the validity,
reliability, difficulty index, and distinguishing questions about the test on
reproductive system material in class XI IPA SMA N 1 Panti Pasaman Regency
2017/2018 academic year. This type of research is descriptive research. Based on
the results of the analysis of the validity of the questions on the daily test
questions on the reproductive system material of class XI SMAN 1 Panti Pasaman
the average validity of 0.75 questions including the criteria of high validity, the
results of the reliability of the daily test questions 0.99 which included very high
reliability criteria, analysis difficulty index of 60 questions there are 6 questions
including questions too difficult, 47 questions including moderate and 7 questions
including criteria too easy. Distinguishing power analysis obtained very bad
criteria as 5 questions, bad criteria 12 questions, medium criteria 28 questions,
good criteria 13 questions and excellent criteria 2 questions. The conclusion of
this study is the daily test questions on the material of the reproductive system
material in class XI of SMAN 1 Panti Pasaman Regency in the school year of
2017/2018 in terms of validity, reliability, index of difficulty, and distinguishing
qualities that meet the criteria of very good questions.
Keywords: difficulty index, distinguishing power, reliability, and validity.
ABSTRAK
Berdasarkan hasil wawancara penulis dengan guru biologi SMAN 1 Panti
Kabupaten Pasaman pada materi sistem reproduksi, hasil ulangan harian peserta
didik kelas XIIPA semester 2 tahun pelajaran 2016/2017 masih di bawah Kriteria
Ketuntasan Minimal (KKM) yang ditetapkan sekolah adalah 78. Rendahnya hasil
belajar disebabkan karena siswa belum paham dengan materi. Penelitian ini
bertujuan untuk mengetahui validitas, reliabilitas, indeks kesukaran, dan daya
pembeda soal uji coba pada materi sistem reproduksi kelas XI IPA SMA N 1
Panti Kabupaten Pasaman tahun pelajaran 2017/2018. Jenis penelitian ini adalah
penelitian deskriptif. Berdasarkan hasil analisis validitas soal terhadap soal
ulangan harian pada materi sistem reproduksi kelas XI SMAN 1 Panti Kabupaten
Pasaman rata-rata validitas 0,75 soal termasuk kriteria validitas tinggi, hasil
reliabilitas soal ulangan harian yaitu 0,99 yang termasuk kriteria reliabilitas sangat
Prosiding Seminar Nasional dan Lomba Biologi - V | Selob- V
ISSN 2579-7766 32
tinggi, analisis indeks kesukaran dari 60 soal terdapat 6 soal termasuk soal terlalu
sukar, 47 soal termasuk sedang dan 7 soal termasuk kriteria terlalu mudah.
Analisis daya pembeda diperoleh kriteria jelek sekali sebayak 5 soal, kriteria jelek
12 soal, kriteria sedang 28 soal, kriteria baik 13 soal dan criteria baik sekali 2
soal. Kesimpulan dari penelitian ini adalah soal ulangan harian pada materi materi
system reproduksi kelas XI SMAN 1 Panti Kabupaten Pasaman tahun pelajaran
2017/2018 dari segi validitas, reliabilitas, indeks kesukaran, dan daya pembeda
telah memenuhi kriteria soal yang sangat baik.
Kata kunci : validitas, reliabilitas, indeks kesukaran, dan daya pembeda
I. PENDAHULUAN
Berdasarkan hasil observasi dan wawancara penulis dengan dua orang guru
IPA kelas XI SMAN I Kabupaten Pasaman pada bulan Januari 2018 diperoleh
informasi bahwa siswa mengalami kesulitan dalam memahami materi, khususnya
materi sistem reproduksi. Materi ini dianggap sulit oleh siswa karena terdapat
banyak konsep-konsep dan peristiwa yang tidak dapat diamati siswa secara
langsung. Hal ini berdampak terhadap hasil belajar siswa yaitu terlihat dari rata-
rata ulangan harian, dimana rata-rata Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) pada
materi ini adalah 78. Berikut data rata-rata hasil ketuntasan ulangan harian siswa
kelas XI SMA N 1 Panti Kabupaten Pasaman tahun pelajaran 2016/2017 semester
2 yang diperoleh dari guru biologi kelas XI didapatkan data sebagai berikut: kelas
XI IPA1 (71.8), kelas XI IPA2 (69.48), kelas XI IPA3 (68.82), kelas XI IPA4
(69.72). Selama ini guru belum pernah melakukan analisis terhadap soal ulangan
yang diberikan ke siswa, sehingga belum diketahui apakah soal ulangan harian
tersebut sudah valid atau belum. Untuk itu perlu dilakukan analisis terhadap soal
tersebut untuk mengetahui validitas, reliabilitas, indeks kesukaran, dan daya
pembeda soalnya.
II. METODE PENELITIAN
Penelitian ini bersifat deskriptif, dimana peneliti mendeskripsikan dan
menginterpretasikan data sebagaimana adanya. Penelitian ini telah dilaksanakan
pada April-Mei 2018 di SMA Negeri 1 Panti Kabupaten Pasaman. Pada tahap
persiapan yang dilakukan adalah, (1) Mempersiapkan surat observasi. (2)
Melakukan observasi ke sekolah untuk melihat proses pembelajaran yang
Prosiding Seminar Nasional dan Lomba Biologi - V | Selob- V
ISSN 2579-7766 33
ditetapkan dalam kelas. (3) Meminta data nilai ulangan harian Biologi siswa kelas
XI IPA SMAN I Panti Kabupaten Pasaman. (4) Menetapkan jadwal penelitian. (5)
Membuat proposal penelitian. (6) Mempersiapkan surat izin penelitian. (7)
Melakukan penelitian.
III. HASIL
Berdasarkan analisis soal yang dilakukan secara keseluruhan dari 60 soal
objektif ulangan harian pada materi sistem reproduksi kelas XI IPA SMA Negeri
1 Panti kabupaten Pasaman tahun pelajaran 2017/2018. Hasil analisis validitas
soal didapatkan nilai 0,75 pada kriteria validitas baik. Analisis reliabilitas soal uji
coba pada materi sistem reproduksi kelas XI IPASMA Negeri 1 Panti Kabupaten
Pasaman tahun pelajaran 2017/2018 hasil analisis menunjukan bahwa rata-rata
reliabilitas soal adalah 0,99, nilai reliabilitasnya terletak antara 0,80 sampai 1,00
dengan kriteria sangat tinggi.
Tabel 1. Hasil Analisis Indeks Kesukaran Soal Uji Coba Pada Materi Sistem Reproduksi Kelas XI IPA SMA
Negeri 1 Panti Kabupaten Pasaman Tahun Pelajaran 2017/2018.
Kriteria Soal Nomor Soal Jumlah
Terlalu Sukar 7, 8, 22, 25, 29, 39 6
Sedang 2, 3, 4, 5, 6, 9, 10, 11, 12, 13, 14, 16, 17,
20, 21, 23, 24, 26, 27, 28, 30, 31, 32, 33,
35, 37, 38, 40, 41, 42, 43, 45, 46, 47, 48,
50, 51, 52, 53, 54, 55, 56, 58, 59, 60
47
Terlalu Mudah 1, 15, 18, 19, 34, 49, 57 7
Seperti terlihat pada tabel dari 60 soal terdapat 6 (10%) soal termasuk
ktiteriasoal terlalu sukar, 47(78,33%) soal termasuk sedang 7 (11,66%) soal
termasuk ktiteria soal terlalu mudah.
Tabel 2. Hasil Analisis Daya Pembeda Soal Uji Coba Pada Materi Sistem Reproduksi Kelas XI IPA SMA
Negeri 1 Panti Kabupaten Pasaman Tahun Pelajaran 2017/2018.
Kriteria Soal Nomor Soal Jumlah
Jelek Sekali 10, 27, 34, 50, 56 5
Jelek 1, 4, 6, 12, 15, 18, 25, 29, 31, 44, 49, 57 12
Sedang 2, 5, 7, 8, 11, 13, 14, 17, 19, 21, 22, 23, 24,
28, 32, 35, 36, 37, 38, 39, 40, 41, 42, 51,
53, 55, 58, 60
28
Baik 3, 9, 16, 20, 30, 33, 43, 45, 47, 48, 52, 54,
59
13
Baik Sekali 26, 46, 2
Prosiding Seminar Nasional dan Lomba Biologi - V | Selob- V
ISSN 2579-7766 34
Hasil analisis menunjukan daya pembeda soal untuk kriteria jelek sekali
sebanyak 5 (8,3%) soal, kriteria jelek 12 (20%) soal, kriteria sedang 28 (46,66%)
soal, kriteria baik 13 (21,66%) soal, dan kriteria baik sekali 2 (3,33%).
IV. PEMBAHASAN
Berdasarkan hasil analisis dan pengolahan data ulangan harian pada materi
sistem reproduksikelas XI IPA SMA Negeri 1 Panti Kabupaten Pasaman tahun
pelajaran 2017/2018, dapat diperoleh hasil analisis secara keseluruhan yaitu dari
60 soal yang ada hanya terdapat 38 (63,33%) soal yang baik digunakan dan 22
(36,66%) soal yang tidak baik digunakan, untuk lebih jelasnya dijabarkan
pembahasannya meliputi validitas, reliabilitas, indeks kesukaran, dan daya
pembeda.
Validitas Soal
Hasil analisis menunjukan bahwa rata-rata validitas soal adalah 0,75.
Validitas tersebut berada pada kriteria tinggi. Hal ini sependapat dengan Amalia
(2012: 5) validitas mencerminkan sejauh mana ketetapan dan kecermatan suatu
instrumen tes berfungsi sebagai alat ukur hasil belajar.
Sama seperti yang di sampaikan Arikunto (2015: 85-89) validitas soal
adalah tingkat ketetapan soal. Valid atau tidaknya suatu soal cukup dianalisis
dengan validasi isi. Dapat diartikan dengan penyesuaian soal dan materi dalam
kurikulum.
Reliabilitas
Berdasarkan hasil analisis reliabilitas sola uji coba yaitu 0,99 yang termasuk
kriteria reliabilitas sangat tinggi, berarti soal uji coba sudah memenuhi kriteria
soal yang baik. Nilai reliabilitasnya terletak antara 0,80 sampai 1,00 kriteria
sangat baik. Menurut Ambiayar (2012: 175) jika sebuah tes reliabel, maka tes
secara konsisten mengukur.
Menurut Hamzah (2014: 230) reliabilitas berarti sejauh mana hasil suatu
pengukuran dapat dipercaya. Suatu hasil pengukuran dapat dipercaya. Suatu hasil
pengukuran dapat dipercaya apabila dalm beberapa kali pelaksankaan pengukuran
Prosiding Seminar Nasional dan Lomba Biologi - V | Selob- V
ISSN 2579-7766 35
terhadap kelompok yang sama diperoleh hasil pengukuran yang relatif sama
selama aspek yang diukur dalam diri subjek memang belum berubah. Semakin
tinggi reliabilitas tes maka semakin bagus kualitas tes tersebut. Hal ini juga jika
suatu tas dinyatakan mempunyai instrumen yang valid, maka akan mempunyai
reliabilitas yang baik juga, sedangkan jika suatu instrumen yang reliabel, belum
tentu valid.
Indeks Kesukaran Soal
Hasil analisis menunjukkan bahwa tingkat kesukaran yang sukar. Dari 60
soal terdapat 6 (10%) soal termasuk soal terlalu sukar, 47 (78,33%) soal termasuk
sedang dan 7 (11,6%) soal termasuk terlalu mudah. Menurut Ambiyar (2012:150)
bermutu atau tidaknya butir soal tes hasil belajar, pertama sekali dapat diketahui
dari derajat kesukaran atau taraf kesukaran yang dimiliki masing-masing butir
soal tersebut. Butir soal tes hasil belajar dapat dinyatakan sebagai butir soal yang
baik apabila butir soal tersebut tidak terlalu sukar dan tidak pula terlalu mudah.
Dalam Nurhidayah (2013: 933) soal yang baik adalah soal yang tidak terlalu
mudah atau tidak terlalu sukar. Pendapat tersebut juga didukung oleh Arifin
(2009:266) tingkat kesukaran soal adalah pengukuran seberapa besar derajat
kesukaran suatu soal, jika suatu soal memiliki tingkat kesukaran seimbang, maka
dapat dikatakan bahwa soal tersebut baik. Suatu soal tes hendaknya tidak terlalu
sukar dan tidak pula terlalu mudah.
Daya Pembeda Soal
Hasil analisis daya pembeda diperoleh hasil analisis yang menunjukkan
daya pembeda soal untuk jelek sekali sebanyak 5 (8,3%) soal, kriteria jelek 12
(20%) soal, kriteria sedang 28 (46,66%) soal, kriteria baik 13 (21,66%) soal, dan
kriteria baik sekali 2 (3,33%).Menurut Daryanto (2011: 183) “daya pembeda item
adalah kamampuan suatu soal untuk membedakan antara siswa yang pandai
(berkemampuan tinggi) dengan siswa berkemampuan rendah” indeks daya
pembeda yang baik berkisar antara 0,40 – 0,70, berdasarkan analisis hanya
terdapat 21,66% soal yang mempunyai daya pembeda yang baik. Hal ini berarti
Prosiding Seminar Nasional dan Lomba Biologi - V | Selob- V
ISSN 2579-7766 36
ulangan harian tidak bisa membedakan antara siswa yang pandai dengan siswa
yang kurang pandai.
Sudijono (2011: 386-390) juga mengatakan bahwa daya pembeda item
adalah kemampuan suatub utir item teshasil belajar untuk membedakan antara
testee yang berkemampuan tinggi, dengan testee yang kemampuannya rendah
demikian rupa sehingga sebagian besart estee yang memiliki kemampuan tinggi
untuk menjawab butir item tersebut lebih banyak yang menjawab betul,
sementara testee yang kemampuannya rendah untuk menjawab butir item tersebut
sebagian besar tidak dapat menjawab item dengan betul.
V. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dapat diambil kesimpulan
bahwa soal ulangan harian pada materi sistem reproduksi kelas XI IPA SMA
Negeri I Panti Kabupaten Pasaman tahun pelajaran 2017/2018 dari segi validitas,
reliabilitas, indeks kesukaran dan daya pembeda telah memenuhi kriteria soal
yang baik.
DAFTAR PUSTAKA
Amalia, A, N dan widayati, A. 2012. Analisis Butir Soal Tes Kendali Mutu Kelas
XII SMA Mata Pelajaran Ekonomi Akuntansi Di Kota Yogyakarta tahun
2012. Jurnal pendidikan akuntasi indonesia, vol. X, No. 1,
Ambiyar. 2012. Pengukuran dan tes dalam pendidikan. UNP Press: Padang
Arifin, Z. 2009. Evaluasi pembelajaran. Remaja Rosdakarya: Bandung
Arikunto, S. 2015. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan Edisi 2. Jakarta: PT Bumi
Aksara
Hamzah, A. Evaluasi pembelajaran matematika. Remaja Grafindo Persada:
Jakarta.
Hosnan, M. 2016. Pendekatan Saintifik dan Kontekstual dalam Pembelajaran
Abad 21. Jakarta: Ghalia Indonesia
Istarani dan M. Ridwan. 2015. 50 tipe strategi dan teknik pembelajaran
kooperative. Medan : media persada
Rahayu, Asri, N. 2011. Penerapan ModelPembelajaran Learning Cycle untuk
Meningkatkan Pemahaman Konsep Pesawat sederhana pada Mata
Pelajaran IPA Kelas V SDN I Kayuambon Kecamatan Lembang Kabupaten
Bandung Barat. (Online), (https://downloadskripsi01.wordpress.com),
diakses Februari 2018.
Rosidi, A. 2015. Pengaruh Penerapan Model Pembelajaran Learning Cycle 5E
Terhadap Hasil Belajar Siswa pada Standar Kompetensi Memasang
Instalasi Penerangan Listrik. Jurnal Pendidikan Teknik Elektro, (Online),
4(1), (http://ejournal.ac.id), diakses Februari 2018.
Prosiding Seminar Nasional dan Lomba Biologi - V | Selob- V
ISSN 2579-7766 37
Shoimin, Aris. 2014. Model Pembelajaran Inovatif Dalam Kurikulum 2013.
Yogyakarta : AR-RUZZ MEDIA
Sudjana, N. 2011. Media Pengajaran. Bandung: Sinar Baru Algensindo.
Sudjiono, Anas. 2011. Pengantar Evaluasi pendidikan. Jakarta: Rajawali Press
Nurhidayah, 2013. Analisis soal ujian akhir semester ganjil kelas XI SMA N
Buatan. Hlm 933
Prosiding Seminar Nasional dan Lomba Biologi - V | Selob- V
ISSN 2579-7766 38
VALIDITAS PENUNTUN PRATIKUM IPA (BIOLOGI) BERBASIS
PROBLEM BASED LEARNING (PBL) PADA MATERI
KLASIFIKASI MAKHLUK HIDUP UNTUK SMP
Mustika Dewi, Diana Susanti, Vivi Fitriani
Program Studi Pendidikan Biologi SKIP PGRI Sumatera Barat
Jalan Gunung Pangilun Padang, Kota Padang, Sumatera Barat
Email : [email protected]
ABSTRACT
In the biology learning process the teacher does not only provide concepts to
students, but the teacher must also provide experience directly through practical
activities. This study aims to determine (1) the results of validation from material
expert lecturers on problem based learning (PBL) practice guides, (2) the results
of validation by strategist lecturers and learning design on problem based learning
(PBL) practice guides, (3 ) the results of the validation by media expert lecturers
on the guidance on problem-based learning (PBL) practice, (4) the results of the
science teacher's validation of the problem-based (PBL) based practice guide.
This research is a research development using a 4-D model (define, design,
develop, and disseminate) at this stage only to the develop stage. Data were
obtained from questionnaires and analyzed by descriptive analysis. The results of
data analysis from 100% guiding characteristics with very valid criteria for
problem based learning (PBL) practice guides, the results of validation of quality
elements 91.67% with very valid criteria for problem based learning (PBL)
practice guides, validation results from 80% linguistics with valid criteria for
problem-based learning (PBL) practice guides, and the results of validation from
the stages of problem based learning (PBL) 100% with very valid criteria for
problem-based learning (PBL) practice guides. Based on these data the product
guidance for problem-based learning (PBL) practice in living creature
classification material for class VII students is feasible to use after being assessed
by material expert lecturers, strategists and learning design lecturers, media expert
lecturers and science teachers at school.
Keywords: practice guide, problem based learnimg (PBL)
ABSTRAK
Pada proses pembelajaran biologi guru tidak hanya memberikan konsep-konsep
kepada siswa, melainkan guru juga harus memberikan pengalaman secara
langsung melalui kegiatan pratikum. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui (1)
hasil validasi dari dosen ahli materi terhadap penuntun pratikum berbasis
problem based learning (PBL), (2) hasil validasi oleh dosen ahli strategi dan
desain pembelajaran terhadap penuntun pratikum berbasis problem based
learning (PBL), (3) hasil validasi oleh dosen ahli media terhadap penuntun
pratikum berbasis problembasedlearning (PBL), (4) hasil validasi guru IPA
terhadap penuntun pratikum berbasis problem based learning (PBL). Penelitian
Prosiding Seminar Nasional dan Lomba Biologi - V | Selob- V
ISSN 2579-7766 39
ini merupakanpenelitian pengembangan dengan menggunakan model 4-D (define,
design, develop, dan disseminate) pada tahap ini hanya sampai tahap develop.
Data didapat dari angket dan dianalisis dengan analisis deskriptif. Hasil analisis
data dari karakteristik penuntun 100% dengan kriteria sangat valid terhadap
penuntun pratikum berbasis problem based learning (PBL), hasil validasi dari
elemen mutu 91,67% dengan kriteria sangat valid terhadap penuntun pratikum
berbasis problem based learning (PBL), hasil validasi dari kebahasaan 80%
dengan kriteria valid terhadap penuntun pratikum berbasis problembased
learning (PBL), dan hasil validasi dari tahapan problem based learning (PBL)
100% dengan kriteria sangat valid terhadap penuntun pratikum berbasis
problembased learning (PBL). Berdasarkan data tersebut produk penuntun
pratikum berbasis problembased learning (PBL) pada materi klasifikasi makhluk
hidup untuk siswa kelas VII layak digunakan setelah dinilai oleh dosen ahli
materi, dosen ahli strategi dan desain pembelajaran, dosen ahli media dan guru
IPA disekolah.
Kata kunci: penuntun pratikum, problem based learnimg (PBL)
I. PENDAHULUAN
Pada proses pembelajaran biologi guru tidak hanya memberikan konsep-
konsep kepada siswa, melainkan guru juga harus memberikan pengalaman secara
langsung melalui kegiatan pratikum. Dengan adanya kegiatan pratikum ini siswa
lebih mengenal lagi tentang pelajaran yang dipelajarinya didalam kelas.
Diharapkan dengan adanya kegiatan pratikum siswa akan lebih mengenal lagi
dirinya sendiri dan lingkungan yang ada disekitarnya. Kegiatan pratikum yang
dilakukan hendaknya merupakan kegiatan yang efektif bagi siswa dan membuat
siswa menjadi lebih kritis dari pengalaman yang didapatkannya sendiri. Dalam
kegiatan pratikum yang diadakan oleh guru maka siswa akan dituntut agar
berpartisipasi dan bekerjasama dalam satu kelompok. Dengan adanya kegiatan
pratikum yang diadakan disekolah akan melatih siswa agar dapat mengamati
sendiri dan menyimpulkan kegiatan yang dilakukannya secara langsung.
Pelaksanaan suatu kegiatan praktikum sangat diperlukan adanya panduan
praktikum sebagai penuntun saat kegiatan berlangsung. Panduan praktikum
merupakan pedoman pelaksanaan praktikum yang berisi tata cara persiapan,
pelaksanaan, analisis data dan pelaporan. Sehingga peserta didik dapat dengan
mudah dan tertib melaksanakan kegiatan praktikum di laboratorium.
Laboratorium merupakan tempat riset ilmiah, eksperimen, pengukuran ilmiah
Prosiding Seminar Nasional dan Lomba Biologi - V | Selob- V
ISSN 2579-7766 40
dilakukan. Laboratorium biasanya dibuat untuk memungkinkan dilakukannya
kegiatan-kegiatan tersebut secara terkendali (Yuanita, 2015:78).
Dari hasil wawancara dengan guru SMPN 5 Koto XI Tarusan dan siswa
pada tanggal 1 Juni 2018 dimana pada sekolah tersebut sudah memiliki
laboratorium tetapi alat-alat laboratorium yang dimilikinya masih belum
memadai. Kegiatan pratikum sudah dilaksanakan namun pada pelaksanaannya
siswa belum memiliki buku penuntun pratikum. Pada pelaksanaan pratikum yang
biasa dilakukan guru hanya menggunakan buku paket yang didalamnya sudah
dilengkapi dengan langkah-langkah kerja, alat, dan bahan yang digunakan untuk
melakukan pratikum. Saat pelaksanaan kegiatan pratikum siswa merasa kesulitan
menggunakan buku paket yang menjadi acuan pada saat melakukan pratikum,
karena pada buku paket tidak disediakannya lembaran untuk siswa membuat hasil
pengamatan dan pembahasan secara langsung.
Pada penelitian ini, peneliti merancang bahan ajar yang sangat valid yang
divalidasi oleh dosen STKIP PGRI Sumatera Barat dan guru IPA (Biologi) SMPN
5 Koto XI Tarusan. Bahan ajar yang dirancang sesuai dengan angket respon siswa
dan karakteristik siswa sehingga dapat meningkatkan kreativitas dan aktivitas
siswa dalam belajar. Bahan ajar yang dikembangkan dilihat dari kelayakan isi
yang mengacu pada kuruikulum, kebahasaan yang mengacu pada EYD, penyajian
penuntun pratikum mengacu kepada kejelasan penuntun pratikum tersebut dan
kegrafikan mengacu kepada desain tampilan penuntun pratikum.
Dalam hal ini peneliti mengembangkan penuntun pratikum agar guru dalam
melakukan kegiatan pratikum dapat lebih efektif dan efisien menggunakan
penuntun pratikum yang telah dikembangkan. Bagi siswa, agar siswa lebih mudah
dalam melakukan kegiatan pratikum pada materi klasifikasi makhluk hidup.
II. METODE PENELITIAN
Penelitian ini merupakan penelitian dan pengembangan (research and the
development) dengan model prosedural. Model prosedural adalah model yang
bersifat deskriptif yang menggariskan langkah-langkah yang harus diikuti untuk
menghasilkan produk berupa penuntun praktikum berbasis Problem Based
Learning (PBL) pada materi klasifikasi makhluk hidup untuk SMP kelas VII.
Prosiding Seminar Nasional dan Lomba Biologi - V | Selob- V
ISSN 2579-7766 41
Penelitian ini dilaksanakan di STKIP PGRI Sumatera Barat dan di SMPN 5 Koto
XI Tarusan pada semester genap tahun 2018/2019.
Dalam penelitian ini model pengembangan yang digunakan adalah
memodifikasi model pengembangan 4-D. Prosedur penelitian pengembangan
meliputi 4 tahap pengembangan, yaitu pendefinisian (Define), perancangan
(Design), pengembangan (Develop) dan penyebaran (Disseminate). Penelitian ini
dilakukan sampai tahap pengembangan (Develop) yaitu terdiri dari uji validitas,
uji praktikalitas dan uji efektivitas dan penelitian ini hanya sampai tahap uji
validitas dan uji praktikalitas. Tanpa melakukan tahap penyebaran (Disseminate)
mengingat keterbatasan waktu dan biaya (Trianto, 2010: 93).
III. HASIL
Hasil uji validator penuntun pratikum berbasis problem based learning yang
dilakukan oleh 5 orang validator yang terdiri dari 3 orang dosen STKIP PGRI
Sumatera Barat dan 2 orang guru IPA (biologi) SMP Negeri 5 Koto XI Tarusan,
dapat dilihat pada Tabel 1 dibawah ini.
Tabel 1. Hasil Validasi Penuntun Pratikum Berbasis Problem Based Learning Oleh Dosen dan Guru.
No Aspek Validator Jumlah Nilai
validasi
Kriteria
I II III IV V
1 Karakteristik 100 100 100 100 100 500 100% Sangat valid
2 Elemen mutu 100 90 60 100 100 450 91,67% Sangat valid
3 Kebahasaan 100 100 40 80 60 380 80% Valid
4 Tahapan PBL 100 100 100 100 100 500 100% Sangat valid
Total 371,67
Rata-rata 92,91% Sangat valid
Keterangan : (I) abizar M.Si. (II) Zikra M.Pd. (III) Annika Maizeli M.Pd. (IV) Syahrial S.Pd. (V) Desnita.
Dari Tabel 1 diatas dapat dilihat bahwa untuk aspek karakteristik modul,
elemen mutu didapatkan kriteria sangat valid, sedangkan untuk kebahasaan
didapatkan kriteria valid dan pada tahapan PBL didapatkan kriteria sangat valid
dengan nilai rata-rata validitas penuntun pratikum adalah 92,91%.
IV. PEMBAHASAN
Berdasarkan analisis data pada angket uji validitas penuntun pratikum oleh
dosen dan guru diperoleh nilai rata-rata sebesar 92,91% dengan kriteria sangat
Prosiding Seminar Nasional dan Lomba Biologi - V | Selob- V
ISSN 2579-7766 42
valid. Aspek yang dinilai pada uji validitas pada penuntun pratikum berbasis
problem based learning mencakup: karakteristik modul, elemen mutu, kebahasaan
dan tahapan problem based learning. Penilaian validitas terhadap penuntun
pratikum berdasarkan keempat aspek tersebut dapat dijadikan sebagai suatu cara
untuk menilai layak atau tidaknya produk untuk digunakan.
Ditinjau dari aspek karakteristik modul pada penuntun pratikum diperoleh
rata-rata 100% dengan kriteria sangat valid. Hal ini menunjukan bahwa materi
yang disajikan dalam penuntun pratikum sesuai dengan Kompetensi Inti dan
Kompetensi Dasar, indikator dan tujuan pembelajaran yang akan dicapai sesuai
dengan kebutuhan siswa. Subtansi materi pada penuntun pratikum sesuai dengan
acuan kurikulum. Menurut Depdiknas (2008:8) bahwa pengembangan bahan ajar
harus memperhatikan tuntunan kurikulum, artinya bahan ajar yang akan kita
kembangkan harus sesuai dengan kurikulum. Dengan demikian guru harus
memperhatikan kurikulum yang berlaku untuk membuat sebuah penuntun
pratikum.
Ditinjau dari aspek elemen mutu pada penuntun pratikum diperoleh rata-rata
91,67% dengan kriteria sangat valid. Desain penuntun pratikum secara
keseluruhan sudah sangat baik dan menarik, baik dari segi bentuk dan ukuran
huruf, penyusunan gambar yang disajikan sesuai dengan materi. Kombinasi warna
yang bervariasi pada tampilan sudah disesuaikan dengan kesukaan siswa. Hal ini
sejalan dengan pendapat Andriani dalam Prastowo (2011: 163) menyatakan
bahwa aspek layout/tata letak tidak kalah penting dalam melakukan
pengembangan modul yang yang dipengaruhi oleh tiga variable, yaitu ukuran
kertas dipengaruhi oleh materi serta target pembaca. Format kertas yang dapat
dipilih dalam bentuk portrait, landscap, atau gabungan keduanya. Untuk format
kolom, kolom tunggal dakan lebih mudah ditangani, sedangkan untuk penempatan
tabel, gambar serta diagram diatur secara konsisten.
Ditinjau dari aspek kebahasaan pada penuntun pratikum diperoleh rata-rata
80% dengan kriteria valid. Hal ini menunjukan bahwa penuntun pratikum sudah
memiliki bentuk dan ukuran huruf yang mudah dibaca, informasi yang disajikan
jelas, bahasa yang digunakan dalam penuntun pratikum telah sesui dengan kaidah
Bahasa Indonesia yang benar dan baik, serta dari segi keterbacaan dan kejelasan
Prosiding Seminar Nasional dan Lomba Biologi - V | Selob- V
ISSN 2579-7766 43
informasi tidak menimbulkan keraguan. Dalam menulis penuntun pratikum
usahakan agar kalimat yang digunakan sebaiknya ringkas, sederhana, dibatasi
pada hal yang penting-penting saja. Konsep tergambar dengan jelas, tulisan jelas,
sederhana dan mudah dibaca (Rohman dan Amri, 2013:104).
Ditinjau dari aspek tahapan problem based learning pada penuntun
pratikum diperoleh rata-rata 100% dengan kriteria sangat valid. Hal ini
menunjukan bahwa penuntun pratikum berbasis problem based learning ini
memudahkan siswa dalam melaksanakan kegiatan pratikum. Pada penuntun
pratikum berbasis problem based learning ini dinilai oleh baik oleh semua
validator karena melatih siswa dalam melakukan penyelidikan secara teoritis
maupun melalui kegiatan percobaan. Siswa juga dilatih untuk bekerja sama
dalam kelompok dan bertukar fikiran dalam melakukan sebuah kegiatan. Sesuai
dengan pendapat Arends (2007:380) menyatakan problem based learning
merupakan model pembelajaran yang dilakukan dengan menghadirkan masalah
autentik dan bermakna bagi siswa sebagai langkah awal untuk melakukan
investigasi dan penyelidikan.
Secara keseluruhan penuntun pratikum dinyatakan sangat valid oleh
validator (dosen dan guru) dengan nilai rata-rata 92,91%. Dengan demikian
penuntun pratikum dapat dinyatakan sangat valid dari beberapa aspek yaitu
karakteriktik modul, elemen mutu, kebahasaan, dan tahapan proses problem based
learning.
V. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil uji validitas dapat disimpulkan bahwa penuntun
praktikum berbasis problem based learning pada materi klasifikasi makhluk hidup
untuk siswa kelas VII SMPN 5 Koto XI Tarusan yang dikembangkan sangat
valid.
DAFTAR PUSTAKA
Arends, RichardI. 2007. Learning to Teach. New York : Mc Graw-Hill.
Prosiding Seminar Nasional dan Lomba Biologi - V | Selob- V
ISSN 2579-7766 44
Departemen Pendidikan Nasional (Depdiknas).2008. Panduan Pengembangan
Bahan Ajar. Jakarta: Ditjen Dikdasmenum.
Prastowo, A. 2011.Panduan Kreatif Membuat Bahan Ajar Inovatif. Yogyakarta:
Diva press.
Rohman Amri, Sofan Amri. 2013. Strategi dan Desain Pengembangan Sistem
Pembelajaran. Jakarta: Prestasi Pustakaraya.
Trianto. 2009. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif, dan
kontekstual. Jakarta: Kencana Predanamedia Grup.
Yuanita, Desiana Irma. 2015. Pengembangan Panduan Pratikum Spektrokospi
Pada Mata Kuliah Fisika Modern.2(I). Hlm. 78-79.
Prosiding Seminar Nasional dan Lomba Biologi - V | Selob- V
ISSN 2579-7766 45
VALIDITAS HANDOUT BERBASIS PENEMUAN TERBIMBING
PADA MATERI HEREDITAS MANUSIA UNTUK SISWA
KELAS XII SMA
Nesti Novalina Putri, Siska Nerita, Annika Maizeli
Program Studi Pendidikan Biologi SKIP PGRI Sumatera Barat
Jalan Gunung Pangilun Padang, Kota Padang, Sumatera Barat
Email : [email protected]
ABSTRACT
The background of this research was the lack of teaching material that used in
SMA N 3 Solok Selatan. The teacher only used the teaching material like
textbook of biology that in the library without made it by the teacher. It made
students got difficult in solving the tasks and also it made they lack the interest
and motivation. Based on the students’ statement about the textbook that used in
learning biology, they thought that it not interest, not practical and difficult to be
understand of them, which were 75% of students got difficult with the teaching
material that used in learning, 97% of students got difficult in learning without
using teaching material, and 100% of student states that handout need to be
develop in learning process. The solution of the problem was developing the
teaching material in the form of handout in guided inquiry. The purpose of this
research was to develop the handout in guided inquiry which were valid and
practical in human heredity material for XII grade in senior high school 3 Solok
Selatan. The type of this research was the development research that used 4D
model which have 4 stages, they were define, design, develop, and disseminate. In
this research was only limit in the develop stage. The instrument that used in this
research was validation sheets.The result of the validity test of handout by
validator showed that the handout had the valid criteria (87%). Based the result of
validity test, it could be concluded that handout in guided inquiry in human
heredity material at XII grade which develop was very valid in using as teaching
material in learning biology process.
Keywords: teaching material, Guided Discovery, study result.
ABSTRAK
Latar belakang penelitian ini adalah kurangnya bahan ajar yang digunakan di
SMA N 3 Solok Selatan. Guru hanya menggunakan bahan ajar seperti buku
pelajaran biologi yang ada di perpustakaan tanpa dibuat oleh guru. Itu membuat
siswa kesulitan dalam menyelesaikan tugas dan juga membuat mereka kurang
minat dan motivasi. Berdasarkan pernyataan siswa tentang buku teks yang
digunakan dalam pembelajaran biologi, mereka berpikir bahwa itu tidak menarik,
tidak praktis dan sulit untuk memahami mereka, yang 75% siswa mengalami
kesulitan dengan bahan ajar yang digunakan dalam pembelajaran, 97 % siswa
mengalami kesulitan dalam belajar tanpa menggunakan bahan ajar, dan 100%
siswa menyatakan bahwa materi perlu dikembangkan dalam proses pembelajaran.
Prosiding Seminar Nasional dan Lomba Biologi - V | Selob- V
ISSN 2579-7766 46
Solusi dari masalah ini adalah mengembangkan bahan ajar dalam bentuk handout
dalam inkuiri terbimbing. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk
mengembangkan handout dalam inkuiri terbimbing yang valid dan praktis dalam
materi hereditas manusia untuk kelas XII di SMA 3 Solok Selatan. Jenis
penelitian ini adalah penelitian pengembangan yang menggunakan model 4D
yang memiliki 4 tahap, yaitu mendefinisikan, merancang, mengembangkan, dan
menyebarluaskan. Dalam penelitian ini hanya terbatas pada tahap pengembangan.
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah lembar validasi. Hasil uji
validitas handout oleh validator menunjukkan bahwa handout tersebut memiliki
kriteria valid (87%). Berdasarkan hasil uji validitas, dapat disimpulkan bahwa
handout inkuiri terbimbing pada materi hereditas manusia di kelas XII yang
dikembangkan sangat valid digunakan sebagai bahan ajar dalam proses
pembelajaran biologi.
Kata kunci: bahan ajar, Penemuan Terpandu, hasil belajar.
I. PENDAHULUAN
Guru harus mampu merancang bahan ajar dalam proses pembelajaran
sehingga membantu siswa dalam memahami materi pembelajaran dan ujuan
pembelajaran tercapai. Majid (2011: 173) bahan ajar adalah segala bahan yang
digun akan untuk membantu guru atau instruktur dalam melaksanakan kegiatan
belajar mengajar. Bahan ajar yang dapat digunakan oleh guru dalam proses
pembelajaran seperti poster, torso, powerpoint, handout, buku, Lembar Kerja
Siswa (LKS), foto atau gambar.
Prastowo (2011: 78) handout merupakan bahan pembelajaran yang sangat
ringkas. Bahan ajar ini bersumber dari beberapa literatur yang relevan terhadap
kompetensi dasar dan materi pokok yang akan diajarkan kepada siswa. Bahan ajar
ini diberikan kepada siswa guna memudahkan saat mengikuti proses
pembelajaran.
Kenyataan di lapangan menunjukkan guru jarang bahkan tidak pernah
mencoba untuk merancang bahan ajar berupa handout pada saat proses
pembelajaran berlangsung. Guru biasanya hanya menggunakan buku paket yang
ada diperpustakaan tanpa ada membuat bahan ajar sendiri yang dibagikan kepada
siswa. Hal tersebut membuat siswa merasa kesulitan dalam menyelesaikan soal-
soal terutama pada materi hereditas. Selain itu, mengurangi minat dan motivasi
siswa karena berdasarkan pernyataan siswa bahan ajar berupa buku paket biologi
Prosiding Seminar Nasional dan Lomba Biologi - V | Selob- V
ISSN 2579-7766 47
yang digunakan siswa dalam pembelajaran tidak menarik, tidak praktis dan
kurang bisa dipahami oleh siswa.
Solusi yang tepat agar dapat membantu dan mengatasi kesulitan siswa
adalah dengan menggunakan bahan ajar berupa handout berbasis penemuan
terbimbing pada materi hereditas manusia.
Hasibuan et al (2014:38) menjelaskan bahwa metode penemuan merupakan
cara mengajar yang mengatur pengajaran sedemikian rupa sehingga siswa
memperoleh pengetahuan yang belum diketahuinya tidak melalui pemberitahuan,
sebagian atau seluruhnya ditemukan sendiri. Sedangkan metode penemuan
terbimbing menurut Sutrisno (2012:212) merupakan suatu metode pembelajaran
yang memberikan kesempatan kepada siswa untuk menyusun, memproses,
mengorganisir suatu data yang diberikan guru.
Pengajaran dengan metode penemuan terbimbing ini dapat dikonversi ke
dalam handout berbasis penemuan terbimbing. Handout dapat membantu siswa
agar tidak perlu mencatat, sebagai pendamping penjelasan guru, sebagai bahan
rujukan bagi siswa untuk mengerjakan soal-soal yang diberikan guru, serta
memotivasi siswa agar lebih giat belajar, Prastowo (2011: 78) handout merupakan
bahan pembelajaran yang sangat ringkas. Bahan ajar ini bersumber dari beberapa
literatur yang relevan terhadap kompetensi dasar dan materi pokok yang akan
diajarkan kepada siswa. Dengan menggunakan handout berbasis penemuan
terbimbing, siswa diarahkan untuk belajar mandiri dalam pengetahuan baru
dengan menggunakan pengetahuan yang sudah ada sebelumnya. Siswa belajar
secara mandiri tanpa mengharapkan seluruh materi ditransfer oleh guru pengampu
mata pelajaran dan menemukan sendiri konsep yang ada dengan handout
penemuan terbimbing yang akan dirancang.
Tujuan dari penelitian ini adalah menghasilkan handout berbasis penemuan
terbimbing yang valid pada materi hereditas manusia untuk siswa kelas XII SMA.
II. METODE PENELITIAN
Penelitian ini merupakan penelitian pengembangan (research and the
development) dengan menggunakan model 4D (Trianto,2012:186). Pada
penelitian ini dibatasi sampai tahap develop, yakni untuk mengetahui tingkat
kevalidan handout. Instrumen yang digunakan adalah angket validitas handout.
Prosiding Seminar Nasional dan Lomba Biologi - V | Selob- V
ISSN 2579-7766 48
Angket validitas diisi oleh empat orang validator, Penelitian dilakukan di SMAN
3 Solok Selatan, semester genap tahun pelajaran 2017/2018 dari bulan Desember
2017 sampai bulan April 2018.
Teknik analisis data menggunakan rumus persentase yakni
x 100%
Berdasarkan harga V yang diperoleh, ditetapkan kriteria validitas seprti
tabel 1 (Riduwan, 2007:88).
Tabel 1. Kriteria Validitas
NilaiValidasi(%) Kategori
81% - 100% sangat valid
61% - 80% valid
41% - 60% cukup valid
21% - 40% kurang valid
0% - 20% tidak valid
x 100%
Berdasarkan harga P yang diperoleh, ditetapkan kriteria validitas seprti tabel
1 (Riduwan, 2007:88).
III. HASIL
Hasil penelitian dapat dilihat pada Gambar 1.
Gambar 1. Hasil Validasi Handout Berbasis Penemuan Terbimbing
Prosiding Seminar Nasional dan Lomba Biologi - V | Selob- V
ISSN 2579-7766 49
Dari Gambar 1 hasil analisis data pada angket uji validitas handout berbasis
penemuan terbimbing oleh dosen dan guru diperoleh nilai rata-rata validitas
sebesar 89% artinya baik pada uji kelayakan isi, kebahasaan, penyajian, dan
kegrafikan dengan kriteria sangat valid dalam handout berbasis penemuan
terbimbing yang dikembangkan.
IV. PEMBAHASAN
Dilihat pada aspek kelayakan isi, handout berbasis penemuan terbimbing ini
dengan kriteria sangat valid dengan nilai 89%. Adanya nilai validitas dengan
kriteria sangat valid yang telah didapatkan dari para ahli dan guru bidang studi
Biologi handout berbasis penemuan terbimbing yang telah dikembangkan telah
sesuai dengan tuntutan kurikulum yang berlaku pada saat sekarang ini, serta
kesesuaian dengan metode penemuan terbimbing. Hal ini didukung oleh
Depdiknas (2008:8) pengembangan bahan ajar harus memperhatikan tuntutan
kurikulum, artinya bahan belajar yang akan kita kembangkan harus sesuai dengan
kurikulum. Menurut Prastowo (2011:205) handout perlu dikembangkan
sedemikian rupa agar mampu menjadi bahan ajar yang luar biasa dilakukan
evaluasi handout menggunakan standar kopetensi dan kompetensi dasar serta
kelayakan isi pada Handout berbasis penemuan terbimbing telah sesuai dengan
metode penemuan terbimbing dimana siswa dapat belajar secara mandiri dengan
adanya guru sebagai fasilitator. Ahda (2016: 5) penemuan terbimbing dilakukan
dengan memberkan kesempatan kepada siswa untuk bekerja merumuskan
prosedur, menganalisis hasil dan mengambil kesimpulan secara mandiri,
sedangkan dalam menentukan topik, pertanyaan dan bahan penunjang, guru hanya
berperan sebagai fasilitator. Nerita, dkk (2018) mengemukakan Proses
pembelajaran dengan menggunakan handout berbasis penemuan terbimbing dapat
mengarahkan mahasiswa untuk belajar mandiri. Selain menggunakan handout
sebagai salah satu sumber informasi, dosen juga masih terlibat dalam memberikan
pengarahan agar tidak terjadi miskonsepsi.
Dilihat dari aspek kebahasaan, handout berbasis penemuan terbimbing ini
88 % termasuk ke dalam kriteria sangat valid. Kriteria ini diperoleh karena
handout berbasis penemuan terbimbing memiliki bentuk dan ukuran huruf mudah
Prosiding Seminar Nasional dan Lomba Biologi - V | Selob- V
ISSN 2579-7766 50
dibaca, informasi yang disampaikan dalam handout berbasis penemuan
terbimbing jelas, handout berbasis penemuan terbimbing menggunakan bahasa
dengan kaidah yang benar. Handout berbasis penemuan terbimbing dalam
penggunaan bahasa sudah efektif dan efisien. Hal ini sesuai dengan pendapat
Prastowo (2011:73-74) yang menyatakan bahwa dalam menyusun bahan ajar
cetak harus menggunakan bahasa yang jelas baik kosa kata, kalimat-kalimat,
hubungan antar kalimat, serta kalimat yang digunakan tidak terlalu panjang.
Kemudian kemudahan dibaca, hal ini menyangkut keramahan bahan ajar cetak
terhadap mata, seperti huruf yang digunakan jangan terlalu kecil dan urutan
teksnya juga harus terstruktur dan mudah dibaca.
Dilihat dari aspek penyajian handout berbasis penemuan terbimbing
termasuk dalam kriteria sangat valid dengan nilai 90%. Hal ini dikarenakan
handout berbasis penemuan terbimbing telah menyajikan materi pokok berkenaan
dengan kompetensi dasar yang harus dicapai, kemudian handout berbasis
penemuan terbimbing ini manyajikan materi berdasarkan penemuan terbimbing
sebagai keterampilan guru dalam penyajian materi agar mempermudah siswa
memahami materi pembelajaran. Hal ini sesuai dengan pendapat Prastowo
(2011:83) bahwa handout memiliki materi pokok atau materi pendukung
pembelajaran yang akan disampaikan. Yang perlu kita perhatikan dalam hal ini
adalah kepedulian, kemauan, dan keterampilan guru dalam penyajian materi.
Ketiga hal inilah yang menentukan kualitas handout. Nerita, dkk (2018) dengan
mengkonversi metode penemuan terbimbing ke dalam handout yang
dikembangkan, maka mahasiswa dapat menggali dan menemukan informasi
sendiri serta dapat memecahkan masalah melalui sumber belajar yang disajikan.
Dilihat dari aspek kegrafikan handout berbasis penemuan terbimbing
termasuk dalam kriteria sangat valid dengan nilai validitas 87%. Handout berbasis
penemuan terbimbing sudah memenuhi aspek kegrafikan yaitu dari segi bentuk
dan ukuran huruf dalam handout berbasis penemuan terbimbing serasi dan
menarik, tata letak isi dalam handout berbasis penemuan terbimbing, penampilan
ilustrasi dan desaian tampilan dalam handout berbasis penemuan terbimbing
sudah menarik. Tampilan handout berbasis penemuan terbimbing yang menarik
dapat meningkatkan minat dan motivasi siswa untuk mempelajarinya. Hal ini
Prosiding Seminar Nasional dan Lomba Biologi - V | Selob- V
ISSN 2579-7766 51
sesuai dengan pendapat Prastowo (2011:91) untuk membuat sebuah handout
sebagai bahan ajar dituntut untuk mampu menampilkan yang “luar biasa”. Isi dan
tampilan luar biasa tersebut tentunya adalah yang menarik dan menyenangkan
bagi siswa. Atau dalam kata lain, melalui handout, siswa dapat termotivasi untuk
belajar.
V. KESIMPULAN
Secara keseluruhan handout berbasis penemuan terbimbing dinyatakan
sangat valid oleh validator (dosen dan guru) dengan nilai rata-rata 89%. Dimana ,
dapat dinyatakan dari beberapa aspek yaitu kelayakan isi, kebahasaan, penyajian,
kegrafikan.
DAFTAR PUSTAKA
Ahda, Salis. 2016. Model Pembelajaran Inquiry Link Maps (PILM). Universitas
Negeri Malang (UM Press): Malang.
Departemen Pendidikan Nasional (Depdiknas). 2008. Panduan Pengembangan
Bahan Ajar. Jakarta: Ditjen Dikdasmenum.
Hasibuan, H., Irwan, dan Mirna. 2014. Penerapan Metode Penemuan Terbimbing
pada Pembelajaran Matematika Kelas XI IPA SMA N 1 Lubuk Alung. Jurnal
Pendidikan Matematika. 3(1):38-44.
Majid,A. 2011. Perencanaan Pembelajaran. Bandung: Remaja Rosdakrya.
Nerita. Siska, Yulia. Sri Hartati,Annika. Maizeli, Aulia. Afza. 2018. Validitas
Handout Berbasis Penemuan Terbimbing pada Perkuliahan Evaluasi
Proses Dan Hasil Belajar Biologi. 4(2). Juli 2018. P-ISSN : 2460-2582 | E-
ISSN : 2407-795X.
Prastowo,A. 2011. Panduan Kreatif Membuat Bahan Ajar Inovatif: Menciptakan
Metode Pembelajaran Yang Menarikdan Menyenangkan. Yogyakarta: Diva
Press.
Riduwan. 2013. Variabel-Variabel Penelitian. Bandung: Alfabeta.
Sutrisno. 2012. Efektivitas Pembelajaran dengan Metode Penemuan Terbimbing
terhadap Pemahaman Konsep Matematis Siswa. Jurnal Pendidikan
Matematika. 1(4):53-63.
Trianto. 2012. Model Pembelajaran Terpadu. Jakarta: Kencana.
Widdiharto. 2004. Model-model Pembelajaran. Jakarta: Gema Pena.
Prosiding Seminar Nasional dan Lomba Biologi - V | Selob- V
ISSN 2579-7766 52
STUDI POPULASI KERANG Atactodea striata Gmelin DI PANTAI BATU
KALANG KECAMATAN KOTO XI TARUSAN KABUPATEN PESISIR
SELATAN
Indah Puteri Ramadhani, Armein Lusi Zeswita, Elza Safitri
Program Studi Pendidikan Biologi STKIP PGRI Sumatera Barat
Jalan Gunung Pangilun Padang, Kota Padang, Sumatera Barat
Email: [email protected]
ABSTRACT
The presence of shellfish at Atactodea striata Gmelin on Batu Kalang Pesisir
Selatan Beach is in danger of experiencing a decline in population because of the
many activities of the surrounding community that can disturb the presence of the
Atactodea striata shellfish and the large demand for these shellfish. Therefore, a
study was conducted which aims to determine population density and the pattern
of shellfish distribution at Atactodea striata. This research was conducted in April
2018 at Batu Kalang Beach. This research is a descriptive survey research with
sampling using purposive sampling method. The number of stations is set at 3
stations based on the different conditions of Batu Kalang beach. Station 1 is
located in the tourist area, station II in an area with little human activity, and
station III in an area far from human activities. Sampling at each station using a
belt transect and each transect consists of 10 plots of 1 × 1 m size.
Based on the research that has been done at Batu Kalang Beach, the population
density of Atactodea striata is 12.8 ind / m2. The density at station I is 3.9 ind /
m2 with a pattern of spread of 0.823 (uniform). At station II the population
density is 8.9 ind / m2 with a distribution pattern of 0.957 (uniform), and at station
III the population density is 25.5 ind / m2 with a distribution pattern of 1.025
(clustered).
Keywords: Atacodea Strina, Shellfish.
ABSTRAK
Keberadaan Kerang Atactodea striata Gmelin di Pantai Batu Kalang Pesisir
Selatan terancam mengalami penurunan populasi karena banyaknya aktivitas
masyarakat sekitar yang dapat mengganggu keberadaan kerang Atactodea striata
dan banyaknya permintaan akan kerang ini. Oleh sebab itu dilakukan penelitian
yang bertujuan untuk mengetahui kepadatan populasi dan pola distribusi kerang
Atactodea striata. Penelitian ini telah dilakukan pada bulan April 2018 di Pantai
Batu Kalang. Penelitian ini merupakan penelitian survey deskriptif dengan
pengambilan sampel menggunakan metode purposive sampling. Jumlah stasiun
ditetapkan sebanyak 3 stasiun berdasarkan kondisi pantai Batu Kalang yang
berbeda. Stasiun 1 berlokasi di daerah objek wisata, stasiun II di daerah yang
sedikit aktivitas manusia, dan stasiun III di daerah yang jauh dari aktivitas
Prosiding Seminar Nasional dan Lomba Biologi - V | Selob- V
ISSN 2579-7766 53
manusia. Pengambilan sampel pada masing-masing stasiun dengan menggunakan
belt transect dan masing-masing transek terdiri dari 10 plot dengan ukuran 1×1 m.
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan di Pantai Batu Kalang didapatkan
kepadatan populasi kerang Atactodea striata yaitu 12,8 ind/m2.Kepadatan pada
stasiun I adalah 3,9 ind/m2 dengan pola penyebaran 0,823 (seragam). Pada stasiun
II kepadatan populasinya adalah 8,9 ind/m2 dengan pola distribusi 0,957
(seragam), dan pada stasiun III kepadatan populasinya sebesar 25,5 ind/m2 dengan
pola distribusi 1,025 (mengelompok).
Kata kunci: Atacodea Strina, Kerang
I. PENDAHULUAN
Atactodea striata merupakan salah satu jenis kerang-kerangan yang
termasuk dalam kelompok Molluska. Cangkang kerang Atactodea striata
berbentuk segitiga, mempunyai garis-garis konsentris yang nyata pada permukaan
engsel dan berwarna putih. Kerang ini dapat mencapai panjang 28 mm (Sunarto,
2001 dalam Purbasari, 2008).
Keberadaan kerang Atactodea striata di Pantai Batu Kalang mulai
terganggu karena adanya beberapa aktivitas masyarakat di sekitar pantai. Selain
itu kerang ini juga dapat dikonsumsi oleh masyarakat karena rasanya yang enak
dan memiliki protein yang tinggi.
Berdasarkan observasi dan wawancara yang telah dilakukan, pantai Batu
Kalang dijadikan sebagai objek wisata dan sebagai tempat mata pencaharian
sehari-hari bagi masyarakat. Aktivitas manusia di sekitar pantai dapat
mempengaruhi kualitas perairan pantai, seperti sampah-sampah yang berasal dari
pengunjung pantai. Berbagai aktivitas tersebut dapat mempengaruhi keberadaan
biota laut seperti kerang
Banyaknya sampah yang masuk ke dalam perairan akan menyebabkan
makin tinggi jumlah partikel terlarut, sehinga tidak baik bagi kehidupan biota laut
(Sastrawijaya, 2009 dalam Rahmadila, 2013)
Selain itu masyarakat sekitar pantai pada umumnya sudah lama mengenal
dan memanfaatkan kerang sebagai sumber pangan. Jika masyarakat melakukan
penangkapan secara terus menerus di khawatirkan akan berakibat buruk bagi
kelestarian populasi kerang Atactodea striata.
Prosiding Seminar Nasional dan Lomba Biologi - V | Selob- V
ISSN 2579-7766 54
Menurut Susanto (2000) Keberadaan populasi organisme dalam suatu
tempat dapat tersebar merata atau tidak merata, sehingga jumlah individu populasi
disuatu daerah dengan luas yang sama bisa berbeda. Hal ini berhubungan dengan
kepadatan populasi (density) yaitu jumlah individu per satuan luas tertentu
Berdasarkan hal tersebut dan sehubungan sampai saat ini belum ada data
ilmiah tentang Kepadatan Populasi dan pola distribusi Kerang Atactodea striata di
Pantai Batu Kalang maka penulis telah melakukan penelitian tentang “Studi
Populasi Kerang Atactodea striata Gmelin di Pantai Batu Kalang Kecamatan
Koto XI Tarusan Kabupaten Pesisir Selatan “
II. METODE PENELITIAN
Penelitian ini dilakukan pada bulan April 2018 di Pantai Batu Kalang
Kecamatan Koto XI Tarusan Kabupaten Pesisir Selatan. Penghitungan sampel
dilakukan di Laboratorium Zoologi Program Studi Pendidikan Biologi STKIP
PGRI Sumatera Barat.
Penelitian ini dilakukan dengan metode survey deskriptif dengan teknik
pengambilan sampel yaitu purposive sampling. Pengambilam sampel dilakukan
berdasarkan kondisi pantai Batu Kalang yang berbeda. Stasiun I terletak di objek
wisata pantai Batu Kalang, ditempat ini banyak terdapat aktivitas manusia seperti
wisatawan yang berkunjung dan pedagang yang berjualan di tepi pantai. Stasiun II
merupakan jalan yang dilalui untuk menuju ke Taluak Sikulo. Stasiun III
berlokasi di Taluak Sikulo, daerah ini merupakan daerah yang jauh dari aktivitas
manusia karena terletak di paling ujung pantai dan jauh dari objek wisata Pantai
Batu Kalang, Pada tiap stasiun disusun 10 bingkai kuadrat dengan ukuran masing-
masing bingkai 1 x 1 meter dan dipasang pada zona rataan tepi saja.
III. HASIL DAN PEMBAHASAN
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, didapatkan kepadatan
populasi Kerang Atactodea striata di Pantai Batu Kalang pada Gambar 1 di
bawah ini.
Prosiding Seminar Nasional dan Lomba Biologi - V | Selob- V
ISSN 2579-7766 55
3,9
8,9
25,5
Gambar 1. Grafik Kepadatan Kerang Atactodea striata
Dari grafik di atas dapat terlihat kepadatan populasi kerang Atactodea
striata di Pantai Batu Kalang. Dari hasil penelitian yang telah dilakukan
didapatkan kepadatan populasi kerang di pantai ini masih tergolong rendah yaitu
12,8 ind/m2. Hal ini sesuai dengan pernyataan Tuan (2000) kerang dengan
kepadatan 50-100 individu/m2 disebut dengan kepadatan maksimum, kepadatan
16-50 individu/m2 disebut kepadatan sedang dan kepadatan 7-16 individu/m2
disebut dengan kepadatan minimum.
Kepadatan populasi pada stasiun III lebih tinggi dibanding stasiun-stasiun
lainnya. Kepadatan populasi stasiun III adalah 25,5 ind/m2, diikuti oleh stasiun II
sebesar 8,9 ind/m2, dan kepadatan populasi yang terendah ditemukan pada stasiun
I yaitu 3,9 ind/m2.
Tingginya kepadatan kerang Atactodea striata di stasiun III karena
berlokasi di daerah yang tidak terganggu oleh aktivitas manusia karena terletak
jauh dari pemukiman penduduk dan objek wisata. Sehingga kemungkinan untuk
tercemar sampah sangat sedikit dan tidak menggangu tempat hidup kerang. Selain
itu tingginya populasi kerang Atactodea striata di lokasi ini karena tidak adanya
masyarakat yang mengambil kerang di lokasi tersebut.
Rendahnya kepadatan populasi di stasiun 1 dibandingkan dengan stasiun II
dan Stasiun III disebabkan karena berlokasi di daerah yang banyak terdapat
aktivitas manusia karena berlokasi di objek wisata pantai yang banyak dikunjungi
Prosiding Seminar Nasional dan Lomba Biologi - V | Selob- V
ISSN 2579-7766 56
oleh masyarakat, sehingga adanya aktivitas tersebut dapat mengganggu kehidupan
kerang Atactodea striata, seperti sampah yang dihasilkan oleh pengunjung pantai.
Menurut Muslimah (2013) aktivitas manusia yang tinggi akan
menimbulkan berbagai macam pengaruh buruk bagi lingkungan sehingga
menimbulkan suatu lingkungan yang tercemar. . Selain itu menurut masyarakat
sekitar lokasi ini juga dijadikan tempat penangkapan kerang karena terletak tidak
jauh dari pemukiman penduduk.
Kepadatan populasi di stasiun II juga lebih tinggi dari stasiun 1 karena di
daerah ini tidak ditemukan aktivitas sebanyak di stasiun 1 karena jauh dari objek
wisata dan pemukiman penduduk. Dilokasi ini tidak begitu banyak ditemukan
pengunjung pantai, sehingga cenderung lebih sedikit tercemar dari sampah-
sampah.
Dari hasil penelitian yang telah dilakukan didapatkan pola distribusi
kerang Atactodea striata di Pantai Batu Kalang dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1. Pola Distribusi kerang Atactodea striata di Pantai Batu Kalang
TP Id Kriteria PD
Stasiun I 0,823 Id < 1 Seragam
Stasiun II 0,957 Id < 1 Seragam
Stasiun III 1,025 Id > 1 Mengelompok
Keterangan :
TP : Titik Pengambilan
Id : Indeks Morista
PD : Pola Distribusi
Dari Tabel 1 dapat dilihat pola distribusi kerang Atactodea striata di
Pantai Batu Kalang pada masing-masing stasiun. Berdasarkan Indeks Morista
yang didapatkan, pola distribusi kerang Atactodea striata pada stasiun I dan
stasiun II bersifat seragam dengan indeks morista 0,823 pada stasiun I dan 0,957
pada stasiun II.
Prosiding Seminar Nasional dan Lomba Biologi - V | Selob- V
ISSN 2579-7766 57
Hal ini sesuai dengan pernyataan Brower (1990) dalam Lindawaty (2016)
kriteria pola sebaran Morista Id < 1 pola sebaran bersifat seragam, Id = 1 pola
sebaran bersifat acak, dan Id > 1 pola sebaran bersifat mengelompok.
Pola distribusi yang seragam dapat terjadi jika persaingan antar individu
sangat keras yang mendorong pembagian ruang hampir sama (Odum, 1993).
Menurut Krebs (1972) dalam Amelia (2016) pola distribusi dipengaruhi oleh tipe
habitat yang meliputi parameter fisika kimia perairan serta ketersediaan pakan dan
kemampuan adaptasi dari suatu organisme dalam suatu ekosistem. Ketersediaan
makanan di habitat merupakan faktor yang mempengaruhi distribusi pada setiap
lokasi yang bersifat seragam. Menurut Dayanti (2017) pola distribusi seragam
juga dapat terjadi karena adanya ke miripan parameter lingkungan diantaranya
pH, air, pH substrat, dan tipe substrat.
Sedangkan pada stasiun III pola distribusi kerang Atactodea striata
bersifat mengelompok yaitu 1,025 (Id > 1). Menurut Dayanti (2017) suatu
organisme akan menyebar mengelompok apabila kemampuan adaptasi terhadap
lingkungan rendah, sehingga ada kecendrungan suatu organisme untuk mencari
tempat tertentu yang sesuai dengan kebutuhannya. Pola distribusi mengelompok
ini juga disebabkan oleh sifat spesies yang bergerombol atau adanya kesamaan
habitat sehingga terjadi pengelompokan di tempat lain yang terdapat banyak
bahan makanan (Ode, 2017).
Pola penyebaran mengelompok menandakan organisme atau hewan
tersebut hanya dapat hidup pada habitat tertentu saja dengan kondisi lingkungan
yang cocok bagi organisme untuk dapat mempertahankan hidup. Hal ini sesuai
dengan pernyataan Effendie (2002) dalam Samir (2016) bahwa penyebaran yang
mengelompok besar kemungkinan disebabkan karena adannya perbedaan faktor
lingkungan yang mendukung kehidupan kerang sehingga membatasi spesies
tertentu untuk menyebar secara seragam atau acak di semua perairan.
IV. KESIMPULAN
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan di Pantai Batu Kalang
Kecamatan Koto XI Tarusan Kabupaten Pesisir Selatan dapat disimpulkan bahwa
Prosiding Seminar Nasional dan Lomba Biologi - V | Selob- V
ISSN 2579-7766 58
Kepadatan populasi kerang Atactodea striata di Pantai Batu Kalang adalah 12,8
ind/m2. Pola distribusi kerang Atactodea striata di Pantai Batu Kalang padan
stasiun I dan II seragam dan pada stasiun III mengelompok
DAFTAR PUSTAKA
Amelia, Nova. 2016. Kepadatan dan Pola Distribusi Polymesoda bengalensis
Lamarck di Perairan Muaro Nipah Kabupaten Pesisir Selatan Sumatera
Barat. Prosiding Seminar Nasional from Basic Science to
Comprehensive Education
Dayanti, 2017. Kepadatan dan distribusi Kerang Bulu (Anadara antiquata L,
1758) di perairan Wangi-wangi Selatan Desa Numana Kabupaten
Wakatobi. Jurnal anajemen Sumber Daya Perairan, 2(2): 113-122.
Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Halu Oleo
Lindawaty, 2016. Distribusi dan Kepadatan Kerang Darah (Anadara sp.)
Berdasarkan Tekstur Substrat di Perairan Ulee Lheue Banda Aceh. Jurnal
Ilmiah Mahasiswa Kelautan dan Perikanan Unsyiah. Vol I, No 1:114-123
Muslimah, H. 2013. Akumulasi Logam Berat Pb, Cd dan Hg Pada Kerang Bulu
(Anadara antiquata) dan Kerang Darah (Anadara granosa) di Perairan
Pantai Lekok Kabupaten Pasuruan. Skripsi. Fakultas Sains dan
Teknologi Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang
Ode, Inem , 2017. Kepadatan Dan Pola Distribusi Kerang Kima (Tridacnidae) Di
Perairan Teluk Nitanghanai Desa Morella Maluku Tengah. Jurnal Ilmiah
Agribisnis dan Perikanan UMMU Ternate. Vol 10, No 2.
Odum, E.P. 1993.. Fundamental of Ecology and edition Sounders Company.
Philadelphia. London.
Purbasari, D. 2008. Produksi dan Karakterisasi Hidrolisat Protein dari Kerang
Mas Ngur (Atactodea striata). Skripsi Institut Pertanian Bogor
Rahmadila, 2013. Kepadatan Populasi Remis (Donax Compressus L) yang
Ditemukan Di Zona Intertidal Pantai Pariaman. Skripsi. STKIP PGRI
Sumatera Barat.
Samir, 2016. Studi Kepadatan dan Pola Distribusi Bivalvia di Kawasan
Mangrove Desa Balimu Kecamatan Lasalimu Selatan Kabupaten Buton.
Jurnal Manajemen Sumber Daya Perairan, 1(2): 169-181 Fakultas
Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Halu Oleo
Prosiding Seminar Nasional dan Lomba Biologi - V | Selob- V
ISSN 2579-7766 59
Tuan V. S. 2000. Status and Solution For Farming and Management of The Clam
Meretrix lyrata at Go Cong Dong, Tien Giang. Province Vietnam.
Proceeding of The Fifth Workshop of The Tropical Marine Mollusc
Program (TMMP)
Prosiding Seminar Nasional dan Lomba Biologi - V | Selob- V
ISSN 2579-7766 61
JENIS-JENIS BURUNG HIAS YANG DIPERDAGANGKAN DI KOTA
PADANG
Nurhadi, Fachrul Reza dan Mimin M. Zural
Program Studi Pendidikan Biologi STKIP PGRI Sumatera Barat
Jalan Gunung Pangilun Padang, Kota Padang, Sumatera Barat
Email: [email protected]
ABSTRACT
Birds are one group of animals that play an important ecological role. Birds can be
used as indicators of biodiversity, changes in environmental quality and in
determining conservation areas. The threat of the presence of birds in nature tends to
increase due to human activities that cause habitat loss or damage, insecticide use and
hunting or catching. Bird catching occurs because birds have a good market or
economic value so that bird trade occurs, especially from special, unique and rare
species. Human's preference for birds is very high because of their features, so that
humans want to have it as pet. The bird market or trading place generally exists in all
regions in Indonesia including in Padang city. There are many species of birds that
are protected, forbidden to be kept as pet are traded. In connection with that, a
research has been carried out to find out the types of ornamental birds and the status
of bird species traded in Padang City. The research was carried out by descriptive
survey method with the main focus of the inventory of bird types traded in the bird
market and the bird vendor stalls in Padang City. Inventory is carried out in January-
April 2018 with four times inventories in all bird vendor stalls. The tools used in this
research are cameras, rulers, stationery, inventory lists and identification books or
bird recognition books. Types of birds that have been inventoried in the first
observation are not inventoried in subsequent observations and the results of the
inventory are listed in the table according to the classification reference. The results
of research on ornamental bird species traded in Padang City consisted of 63 species
from 23 families and 6 orders. Of the 63 types, 15 species of ornamental birds are
protected, which is forbidden to be traded.
Keywords: Type, Bird, Traded
ABSTRAK
Burung merupakan salah satu kelompok satwa yang berperan penting secara ekologi.
Burung dapat dijadikan sebagai indikator keanekaragaman hayati, perubahan kualitas
lingkungan dan penentuan kawasan konservasi. Ancaman keberadaan burung di alam
cenderung meningkat karena aktivitas manusia yang menyebabkan hilangnya atau
rusaknya habitat, penggunaan insektisida dan perburuan atau penangkapan.
Penangkapan burung terjadi karena burung memiliki nilai pasar atau nilai ekonomi
yang cukup baik sehingga terjadi perdagangan burung terutama dari jenis yang
Prosiding Seminar Nasional dan Lomba Biologi - V | Selob- V
ISSN 2579-7766 62
istimewa, unik dan langka. Kesukaan manusia terhadap satwa burung sangat besar
karena keistimewaan yang dimilikinya, sehingga manusia ingin memilikinya sebagai
peliharaan. Pasar burung atau tempat perdagangan satwa burung umumnya ada di
seluruh daerah di Indonesia termasuk juga di kota Padang. Ada banyak jenis burung
yang berstatus dilindungi, dilarang untuk diperlihara yang diperdagangkan.
Sehubungan dengan itu telah dilakukan penelitian untuk mengetahui jenis-jenis
burung hias yang diperdagangkan dan untuk mengetahui status jenis-jenis burung
yang diperdagangkan di Kota Padang. Penelitian dilaksanakan dengan metode survey
deskriptif dengan fokus utama inventarisasi jenis burung yang diperdagangkan di
pasar burung dan kios-kios pedagang burung di Kota Padang. Inventarisasi dilakukan
pada Januari-April 2018 dengan empat kali inventarisasi pada seluruh kios pedagang
burung. Alat yang digunakan pada penelitian ini adalah kamera, penggaris, alat-alat
tulis, daftar inventarisasi dan buku-buku identifikasi atau buku pengenalan burung.
Jenis burung yang sudah terinventaris pada pengamatan pertama, tidak diinventaris
lagi pada pengamatan berikutnya dan hasil inventarisasi dicantumkan dalam tabel
sesuai dengan rujukan klasifikasi. Hasil penelitian jenis-jenis burung hias yang
diperdagangkan di Kota Padang terdiri dari 63 jenis dari 23 famili dan 6 ordo. Dari 63
jenis itu 15 jenis burung hias diantaranya berstatus dilindungi yang dilarang untuk
diperdagangkan.
Kata Kunci : Jenis, Burung dan Diperdagangkan
I. PENDAHULUAN
Burung merupakan salah satu satwa yang mudah ditemukan pada beberapa
tipe habitat. Burung mempunyai peranan penting dalam ekosistem dan merupakan
salah satu kekayaan alam. Secara taksonomi burung termasuk phylum chordata dari
sub phylum vertebrata dan kelas Aves. Nenek moyang aves diduga adalah
Archeopteryx yang merupakan peralihan reptil yang bersayap sehingga mampu
terbang. Sejalan dengan evolusi, aves semakin berkembang yang meliputi bentuk,
jumlah jenis dan jumlah individu (Brotowidjoyo, 1996; Campbell, 2004).
Burung merupakan kelompok terbesar dari vertebrata dan diperkirakan ada
8600 jenis di seluruh dunia. Burung bersifat homoitherm seperti halnya mammalia,
tetapi burung secara evolusi lebih dekat dengan reptilia (MacKinnon, 1993). Burung
merupakan satwa yang mempunyai mobilitas tinggi dan menyebar ke berbagai
wilayah serta jumlahnya mencapai 9000 jenis (Perrins dan Birkhead 1983) cit.
Saefullah (2015). Jumlah jenis burung yang ada di Indonesia 1539 jenis, merupakan
17 persen dari total burung yang ada di dunia. Jumlah jenis burung yang ada di dunia
lebih kurang 9600 jenis dan hampir 1111 jenis terancam punah (Kamal, 2013).
Jumlah jenis burung di Indonesia tercatat 1666 jenis yang mampu hidup di hutan
lebat hingga perkotaan padat penduduk (Susanti 2014) cit. Saefullah (2015).
Burung mudah dibedakan dari jenis vertebrata lainnya karena memiliki bulu.
Bulu merupakan modifikasi dari sisik reptil dan burung masih mewarisi ciri reptil
Prosiding Seminar Nasional dan Lomba Biologi - V | Selob- V
ISSN 2579-7766 63
yaitu sisik-sisik pada kakinya. Hal itu menunjukkan mata rantai burung dan reptilia
(Djaka, 1978). Tubuh burung terbagi menjadi 4 bagian utama, yaitu kepala, leher,
badan dan ekor. Pada kepala terdapat paruh, mata, lubang telinga dan beberapa
assesoris tergantung jenisnya. Bagian leher ditutupi oleh bulu dan pada beberapa jenis
memiliki pola warna yang berbeda dengan bagian lain. Pada badan terdapat sayap dan
kaki dan pada saat burung istirahat dua pertiga badan tertutup oleh bulu-bulu sayap.
Ekor (uropigyum) berukuran pendek dan bulu-bulu yang menempel dan menutupi
bagian itu dinamakan rectrices. Pada beberapa jenis panjang dan warna bulu ekor
menjadi ciri khas, begitu juga dengan posisi dan gerak bulu ekor (Suseno, 1991).
Morfologi burung juga digunakan sebagai dasar klasifikasi dan untuk mengenal
burung perlu diperhatikan bentuk paruh, ekor, kaki, warna bulu, tingkah laku dan
tanda-tanda lain (Iskandar, 1989).
Penyebaran burung yang sangat luas didukung oleh bentuk tubuhnya,
sehingga ditemukan pada beberapa tipe habitat. Hal itu didukung oleh kemampuan
adaptasi terhadap lingkungan dalam hal struktur, fisiologis dan tingkah laku (Welty,
1982). Selain berdasarkan taksonomi dan ekologi, burung dikelompokkan atas dasar
kepentingan manusia, yaitu burung hias dan burung konsumsi. Burung hias atau
burung peliharaan dibagi menjadi 4 kelompok, yaitu : (a) burung berkicau indah atau
burung ocehan, (b) burung berbulu indah, (c) burung pelatah dan (d) burung unik.
Tetapi pengelompokkan itu tidak mutlak, sebab kenyataannya banyak jenis berkicau
indah juga berbulu indah (Prahara, 1997).
Ketertarikan atau kesukaan manusia dengan satwa burung sangat besar, itu
karena keistimewaan yang dimiliki oleh satwa itu. Hal itu menyebabkan manusia
ingin memiliki dengan memeliharanya. Burung memiliki nilai pasar atau nilai
ekonomi yang cukup baik dan perdagangan burung terutama dari jenis yang
istimewa, unik dan langka merupakan bisnis yang menguntungkan. Masyarakat
penggemar burung akan rela mengeluarkan uangnya untuk memenuhi kesukaannya
itu. Pada mulanya kegemaran memelihara burung hanya iseng belaka, tetapi sekarang
kegemaran itu menjadi penting dalam kaitannya dengan usaha penangkaran atau
pengembangbiakkan diluar habitat aslinya. Penangkaran merupakan salah satu usaha
untuk menangkal kepunahan burung. Usaha lain adalah pengembangbiakkan burung
di habitat aslinya dengan melarang perburuan, penangkapan, perusakan habitat dan
penegakkan hukum yang ketat (Suseno, 1991 dan Prahara, 1997). Burung merupakan
sumber plasma nutfah yang memberikan warna tersendiri bagi kekayaan fauna di
Indonesia. Sebagai salah satu satwa yang mudah dilihat dan dinikmati suaranya,
banyak jenis burung yang dicari untuk ditangkap dan dipelihara, kegiatan tersebut
sangat berpengaruh terhadap kondisi penurunan jumlah jenis dan polulasi burung di
alam ((Ezi, 2014) cit. Marwanti (2014).
Kios-kios tempat pedagang burung dan pasar burung hampir ada di seluruh
daerah di Indonesia, begitu juga dengan kota Padang. Pasar burung dan kios
pedagang burung menjadi penopang kelangsungan ekonomi pelaku usaha dan sebagai
sarana untuk pemenuhan kebutuhan masyarakat penggemar burung. Atas dasar itu
diduga arus perdagangan burung di kota Padang cukup tinggi karena cukup banyak
Prosiding Seminar Nasional dan Lomba Biologi - V | Selob- V
ISSN 2579-7766 64
masyarakat yang gemar memelihara burung. Menurut Sujatnika (1995) cit. Saefullah
(2015), penelitian mengenai burung penting dilakukan karena jika suatu areal tersebut
memiliki kelimpahan burung yang tinggi, maka bisa menjadi salah satu indikator
bahwa kondisi lingkungan baik. Hal itu dikarenakan burung memiliki kemampuan
untuk menyebarkan biji, membantu penyerbukan, predator alami satwa lain dan lain-
lain.
Penelitian burung yang langsung dilakukan di alam atau di habitat burung
telah banyak dilakukan diantaranya Keanekaragaman Jenis Burung Pada Perkebunan
Kopi Di Kecamatan Bener Kelipah Kabupaten Bener Meriah Provinsi Aceh (Kamal,
dkk. 2013). Keanekaragaman Jenis Burung Pada Berbagai Tipe Habitat Beserta
Gangguannya Di Hutan Penelitian Dramaga Bogor Jawa Barat (Saefullah dkk. 2015),
Keanekaragaman Jenis Burung Di Kawasan Telaga Warna Desa Tugu Utara Cisarua
Bogor (Ekowati dkk.2016), dan Keanekaragaman Jenis Burung Di Taman Wisata
Alam dan Cagar Alam Pananjung Pangandaran Jawa Barat (Safanah dkk.2017).
Selain penelitian yang dilakukan langsung di habitat burung, penelitian jenis burung
yang diperdagangkan juga penting dilakukan untuk mengetahui jenis yang
diintroduksi dari luar daerah bahkan dari luar negeri dan juga untuk mendata jenis
burung yang berstatus dilindungi yang dilarang untuk diperdagangkan. Sehubungan
dengan itu telah dilakukan penelitian tentang Jenis-Jenis Burung Hias Yang
Diperdagangkan Di Kota Padang.
II. BAHAN DAN METODE
Penelitian ini dilaksanakan dengan metode survey deskriptif dengan fokus
utama inventarisasi jenis burung yang diperdagangkan di pasar burung dan kios-kios
pedagang burung di Kota Padang. Inventarisasi dilakukan pada Januari-April 2018
dengan empat kali inventarisasi pada seluruh kios pedagang burung. Hal itu
dilakukan untuk memantau penambahan jenis yang tidak terinventarisasi pada
pengamatan sebelumnya.
Sebelum inventarisasi terlebih dahulu disiapkan daftar inventarisasi yang
mengacu pada MacKinnon (1993) yang berisi nama daerah, ciri-ciri morfologi
(ukuran, bentuk tubuh, warna paruh, iris mata, warna bulu, bentuk dan ukuran ekor)
jumlah jari dan warna kaki dan asesoris), keistimewaan dan prilaku burung. Selain
daftar inventarisasi, alat lain yang digunakan adalah kamera, penggaris, alar-alat tulis
dan buku-buku identifikasi atau buku pengenalan burung.
Jenis burung yang sudah terinventaris pada pengamatan pertama, tidak
diinventaris lagi lagi pada pengamatan berikutnya. Hasil inventarisasi dicantumkan
dalam tabel sesuai dengan rujukan klasifikasi. Pada tabel inventarisasi tidak
mencantumkan jumlah individu dan harga dari tiap jenis karena sangat fluktuatif.
Seperti diketahui bahwa jenis burung yang langka, istimewa dan unik harganya
sangat mahal, begitu sebaliknya untuk jenis yang jumlah individunya banyak karena
daya reproduksinya tinggi dan tidak memiliki keistimewaan.
Prosiding Seminar Nasional dan Lomba Biologi - V | Selob- V
ISSN 2579-7766 65
III. HASIL DAN PEMBAHASAN
Tabel Hasil Inventarisasi Jenis-Jenis Burung Hias Yang Diperdagangkan Di Kota
Padang
No Ordo Familia Spesies Nama Lokal
1 Anseriformes Anatidae 1. Cygnus sp. Angsa
2 Columbiformes Columbidae 2. Columba domestica Merpati
Kampung
3. Columba sp. 1 Merpati Cimin
4. Columba sp. 2 Merpati Kipas
5. Geopelia striata Perkutut
6. Streptopelia chinensis Balam Kampung
7. Streptopelia bitorquata Burung Puter
8. Streptopelia decaocto Balam Jambi
3 Galliformes Phasianidae 9. Gallus domesticus Ayam Kampung
10. Gallus gallus Ayam Kate
11. Gallus sp.1 Ayam Cemani
12. Gallus sp.2 Ayam Jali
13. Gallus temminckii Ayam Bekisar
4 Gruiformes Turnicidae 14. Turnix suscicator Puyuh
5 Passeriformes Alaudidae 15. Mirafra javanica * Branjangan
Campephagidae 16. Pericrocotus speciosus Mantenan
17. Pericrocotus flammeus Mantenan
Chloropseidae 18. Chloropsis cochinchinensis Cucak Ranti
19. Chloropsis media * Cucak Hijau
Kepala Kuning
20. Chloropsis sonnerati * Cucak Hijau
21. Chloropsis venusta Ranting Mas
Cisticolidae 22. Prinia familiaris Ciblek
Corvidae 23. Platylophus galericulatus * Cucak Lilin*
Estrildidae 24. Padda oryzivora * Gelatik Jawa*
Fringillidae 25. Serinus canaria Kenari Luar
26. Serinus estherae Kenari Merah
Irenidae 27. Irena puella Wayang Biru
Leiothrichidae 28. Garullax mitratus Poksai Mandarin
29. Heterophasia picaoides Murai Kopi
30. Leiothrix lutea Robin
Monarchidae 31. Terpsiphone paradidsi Tali Pocong
Muscicapidae 32. Cyanoptiala cyanomelana Tledekan Laut
33. Cyornis unicolor Selendang Biru
34. Niltava grandis Tledekan
Oriolidae 35. Oriolus chinensis * Kepodang
Ploceidae 36. Lonchura puctulata Pipit dada sisik
Prosiding Seminar Nasional dan Lomba Biologi - V | Selob- V
ISSN 2579-7766 66
Pycnonotidae 37. Alophoixus bres Cucak Jenggot
38. Ixos malaccensis Sirih-sirih
39. Pycnonotus atriceps Pecah Abu
40. Pycnonotus melanicterus Kutilang Emas
41. Pycnonotus aurigaster Kutilang Biasa
42. Pycnonotus plumosus Merbah Belukar
43. Pycnonotus squamosus Kutilang Kurik
44. Pycnonotus zaylanicus * Beru-Beru
Sittidae 45. Sitta azurea Munguk Loreng
Sturnidae 46. Acridotheres tristis Jalak Nias
47. Aplonus panayensis Parlin
48. Gracula religliosa * Beo
49. Gracula robusta * Beo Nias
50. Leucopsar rothschildi * Jalak Bali
51. Sturnus contra Jalak Suren
52. Sturnus melanopterus * Jalak Putih
Turdidae 53. Copsychus malabaricus Murai Batu
54. Copsychus saularis Kacer
Zosteropidae 55. Zosterops japonicus Pleci
6 Psittaciformes Psittacidae 56. Agapornis fischeri Nyasa Lovebird
57. Agapornis lilianae Lovebird
Kacamata
58. Conuropsis carolinesnsi Parkit Hijau
59. Ecletus roratus * Nuri/Bayan
60. Loriculus pusillus * Serindit Jawa
61. Loriculus galgulus * Serindit Melayu
62. Melopsittacus undulatus Parkit
63. Pseudeos fuscata * Nuri Merah
Keterangan : * = Jenis burung berstatus dilindungi
Berdasarkan klasifikasi 63 jenis burung yang terinventaris tergolong ke dalam
23 famili dari 6 ordo yaitu : Anseriformes, Columbiformes, Galliformes, Gruiformes,
Passeriformes dan Psittaciformes. Jenis burung yang banyak ditemukan adalah jenis
dari Passeriformes sebanyak 41 jenis dan itu berarti jenis dari Passeriformes banyak
diperdagangkan dan banyak diperlihara masyarakat sebagai burung hias. Beberapa
jenis burung berkicau indah yang sering diperlombakan adalah jenis dari
Passeriformes. Hasil penelitian ini juga sejalan dengan hasil penelitian Marwanti
(2014), bahwa jenis burung yang diperdagangkan di kawasan Kampung Padang
Kabupaten Rokan Hulu, tercatat 19 jenis, dan jenis burung yang terbanyak dari ordo
Passeriformes. Menurut MacKinnon (1993), Passeriformes memiliki keanekaragaman
tinggi dengan penyebaran luas dan banyak keistimewaan dari tiap jenis, sehingga
lebih umum diminati sebagai burung hias. Sedangkan jenis dari Psittaciformes
Prosiding Seminar Nasional dan Lomba Biologi - V | Selob- V
ISSN 2579-7766 67
umumnya endemik di Indonesia bagian Timur dan hanya beberapa jenis saja endemik
di Jawa dan Sumatera. Menurut Ayat (2011), Sumatera merupakan pulau dengan
tingkat keendemikan burung paling rendah diantara pulau-pulau di Indonesia. Hal ini
berkaitan dengan sejarah geologis pemisahannya dari daratan Asia. Menurut
MacKinnon dan Philip (1993) cit. Asep (2011), Sumatera memiliki 306 jenis burung
(77%) yang juga terdapat di Kalimantan, 345 Jenis (87%) yang juga terdapat di
Semenanjung Malaya dan 211 jenis (53%) yang terdapat di Jawa.
Ditemukannya jenis burung yang bukan endemik di Pulau Sumatera
menunjukkan bahwa telah terjadi pengangkutan burung keluar dari daerah aslinya
dan itu sudah berlangsung lama. Pengangkutan dan introduksi burung salah satunya
terjadi melalui perdagangan. Menurut Kamal (2013), status burung di Indonesia
paling terancam punah di dunia, perhimpunan pelestarian burung liar Indonesia
(burung Indonesia) mencatat 122 jenis burung di Indonesia terancam punah dan
tergolong langka IUCN (International Union for Concervation of Nature). Rinciannya
adalah 18 jenis burung berstatus kritis, 31 jenis genting dan 73 jenis tergolong rentan.
Menurut Primack et al, (1998); Indriyanto (2006) cit. Warsito (2007), ancaman utama
terhadap keanekaragaman hayati adalah rusaknya atau hilangnya habitat, dan cara
yang paling baik untuk melindungi keanekaragaman hayati adalah dengan menjaga
dan memelihara habitat. Pada masa ini kerusakan habitat umumnya merupakan akibat
dari pemenuhan kebutuhan hidup manusia. Campur tangan manusia terhadap
ekosistem alami, baik melalui perburuan dan pembukaan lahan untuk pertanian,
meskipun dalam skala kecil dapat mempengaruhi kondisi satwa di dalamnya.
Di Indonesia banyak jenis burung langka yang berstatus dilindungi,
diantaranya merak hijau (Pavo muticus), beo nias (Gracula robusta), jalak putih
punggung abu (Achridotheres tricholor), cendrawasih merah (Paradisea rubra), nuri
kalung ungu (Eos squamata), dan kakatua jambul kuning (Cacatua sulphurea). Jenis
burung yang dilindungi seharusnya tidak dipelihara karena mengancam
kelestariannya dan melanggar Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1990 tentang
Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya dan Peraturan Menteri
Lingkungan Hidup dan Kehutanan Nomor P.20/MENLHK/SETJEN/ KUM.1/6/2018
tentang Jenis Tumbuhan dan Satwa Yang Dilindungi.
Menurut Bismark (1998) di Indonesia ada 372 jenis burung berstatus
dilindungi. Menurut Sozer (1999) ada 400 jenis burung yang berstatus dilindungi dan
dilarang untuk diperdagangkan, sedangkan menurut Peraturan Menteri Lingkungan
Hidup dan Kehutanan Nomor P. 20 /MENLHK/SETJEN/KUM.1/6/2018 ada 563
jenis burung yang berstatus dilndungi dan dilarang untuk diperdagangkan.
Berdasarkan hal itu terlihat bahwa dari tahun ke tahun terjadi peningkatan jumlah
jenis burung yang berstatus dilindungi.
Jenis-jenis burung dari Psittaciformes umumnya berstatus dilindungi. Menurut
Sozer (1999), ada tiga alasan suatu jenis burung dilindungi, yaitu: langka, manfaat
dan indikator habitat. Ada dua penyebab jenis itu langka, pertama karena secara alami
dan kedua akibat diperdagangkan. Langka secara alami karena populasinya rendah,
penyebaran terbatas, lambat berbiak dan endemik. Manfaat yang dijadikan penilaian
Prosiding Seminar Nasional dan Lomba Biologi - V | Selob- V
ISSN 2579-7766 68
adalah peran ekologis yang secara jelas dapat dilihat dan dirasakan langsung,
sedangkan indikator habitat adalah ada jenis burung yang peka terhadapat kesehatan
lingkungan.
Hasil inventarisasi ditemukan 15 jenis burung yang diperdagangkan di Kota
Padang yang berstatus dilindungi. Hasil ini sejalan dengan hasil penelitian Saifuddin
(2013), ditemukan 15 jenis dari 8 famili dan 14 genus burung yang berstatus
dilindungi yang diperdagangkan di Pasar Hewan Yogyakarta. Sedangkan hasil
penelitian Prakosa (2014), burung yang diperdagangkan di pasar burung Splendid
kota Malang terdiri dari 10 ordo, 38 famili dan 148 jenis. Pada umumnya (92%)
burung yang berasal dari kawasan Sumatera, Jawa, Bali dan Kalimantan. Jenis
burung Lanius schach (bentet), Copsychus saularis (kacer/kucica kampung),
Copsychus malabarikus (murai batu/kucica hutan), Chloropsis sonnerati (kucica
daun besar), Zoothera citriata (anis merah), Pycnonotus zaylanicus (ucak rowo), dan
Leucopsar rothschidi (jalak Bali) adalah yang paling dicari oleh masyarakat.
Berdasarkan IUCN 90% burung yang diperdagangkan di pasar burung Splendid
berstatus Least concern dan jenis burung kicauan adalah yang paling diminati
pembeli.
Jika dilihat dari jenis makanan, burung yang diperdagangkan umumnya dari
kelompok pemakan biji (graminivora), buah (frugifora) dan serangga (insektivora).
Jenis burung dari kelompok itu umumnya relatif mudah dipelihara, mudah dalam
perawatan dan relatif murah dalam penyediaan pakan. Tidak ditemukan jenis burung
khusus penghisap madu, pemakan ikan, invertebrata air dan pemakan daging yang
diperdagangkan di pasar burung dan kios-kios pedagang burung di kota Padang
selama periode penelitian. Hal itu diduga karena jenis-jenis burung dari kelompok itu
memerlukan perawatan dan tempat yang khusus serta biaya pemeliharaan yang tinggi.
Selain itu juga karena sulitnya dalam memperoleh burung jenis itu baik dari
penangkapan maupun dari pedagang atau pemasok burung.
IV. KESIMPULAN
Hasil inventarisasi jenis-jenis burung hias yang diperdagangkan di Kota Padang
terdiri dari 63 jenis dari 23 famili dan 6 ordo. Dari 63 jenis burung yang ditemukan
15 jenis burung hias diantaranya berstatus dilindungi yang dilarang untuk
diperdagangkan.
DAFTAR PUSTAKA
Ayat, Asep dan Ani Mardiastuti. 2011. Panduan Lapangan Burung-Burung
Agroforest Di Sumatera. World Agroforestry Center, Bogor.
Bismark, M. 1998. Konservasi Biodiversitas Satwa Liar Di Areal Hutan Tanaman
Industri. Duta Rimba. Oktober. 220 : XXIV, Jakarta
Brotowidjoyo, M.D. 1996. Zoologi Dasar. Erlangga, Jakarta.
Prosiding Seminar Nasional dan Lomba Biologi - V | Selob- V
ISSN 2579-7766 69
Campbell, Neil A., Jane B.R dan Lawrence, G.M. 2004. Biologi (diterjemahkan oleh
Wasmen Manalu). Erlangga, Jakarta.
Djaka. 1978. Burung dan Cara hidupnya. Mutiara, Jakarta.
Ekowati, A., Alfi Dwi S., Dinda R. H. dan Khohirul H. 2016. Keanekaragaman Jenis
Burung Di Kawasan Telaga Warna Desa Tugu Utara Cisarua Bogor. Al-
Kauniyah, Journal of Biology. 9 (2) 2016 : 87-94
Iskandar, Johan. 1989. Jenis-Jenis Burung Yang Umum Di Indonesia. Djambatan,
Jakarta.
Kamal, Samsul. Nursaimi, M dan Nisfula, S. 2013. Keanekaragaman Jenis Burung
Pada Perkebunan Kopi Di Kecamatan Bener Kelipah Kabupaten Bener
Meriah Provinsi Aceh. Jurnal Biotik. Vo. 1. No.2. September 2013 : 73-79.
MacKinnon, John. 1993. Panduan Lapangan Pengenalan Burung-Burung Di Jawa dan
Bali. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.
Marwati, M.D., Filza Yulina A dan Eti Meirina B. 2014. Jenis-Jenis Burung (Aves)
yang diperdagangkan Di Kawasan Kampung Padang Kabupaten Rokan
Hulu. Jurnal Prodi Pendidikan Biologi, Universitas Pasir Pangaraian.
Prahara, Widyabrata. 1997. Suskes Memelihara Burung. Penebar Swadaya, Jakarta.
Prakosa, Bayu H. dan Nia Kurniawan. 2014. Studi Burung-Burung Yang
Diperdagangkan Di Pasar Burung Splendid Kota Malang. Jurnal Biotropika.
Vol. 3 No. 1 (2015). 7-11.
Saefuddin. 2013. Identifikasi dan Inventarisasi Jenis Burung Berstatus Dilindungi Di
Pasar Hewan Yogyakarta. Skripsi. Prodi Biologi Fakultas Sain dan
Teknologi Universitas Islam Negeri Sunan kalijaga, Yogyakarta.
Saefullah, Asep. Abdul Haris M. dan Ani Mardiastuti. 2015. Keanekaragaman Jenis
Burung Pada Berbagai Tipe Habitat Beserta Gangguannya Di Hutan
Penelitian Dramaga Bogor Jawa Barat. Media Konservasi Vol. 20 No. 2.
Agustus 2015 : 117-124
Safanah, Nabila G., Cipta, S.N., Ruhyat, P. dan Teguh H. 2017. Keanekaragaman
Jenis Burung Di Taman Wisata Alam dan Cagar Alam Pananjung
Pangandaran Jawa Barat. Proseding Seminar Nasional Masyarakat
Biodiversitas Indonesia. Vol. 3 No. 2 Mei 2017 : 266-272.
Suseno, Ari. 1991. Burung Hias Aneka Jenis dan Perawatannya. Penebar Swadaya,
Jakarta.
Prosiding Seminar Nasional dan Lomba Biologi - V | Selob- V
ISSN 2579-7766 70
Sozer, Resit, Yusron S. dan Pupung F. 1999. Jenis-Jenis Burung Yang Dilindungi
Yang Sering Diperdagangkan. Yayasan Pribumi Alam Lestari, Bandung.
Warsito, Hadi dan Sarah Y. 2007. Keanekaragaman Jenis Burung Di Saribi Numfor
Barat Papua : Beberapa Catatan. Balai Penelitian Kehutanan Manokwari,
Papua.
Welty, J.C. 1982. The Life of Birds. Saunder College Publishing. Philadelphia.
Prosiding Seminar Nasional dan Lomba Biologi - V | Selob- V
ISSN 2579-7766 71
PENYEBARAN Ceratium hirundinella hirudinella (O. F. Moell) Dujardin DI
DANAU DIATAS KABUPATEN SOLOK Rina Widiana, Abizar dan Azatul Hasnaini,
Program Studi Pendidikan Biologi STKIP PGRI Sumatera Barat
ABSTRACT
Ceratium hirundinella including Division Pyrrophyta which have two flagella the
same length on the girdle. Its cell wall reinforced by a lime substance made up of
epiteka and hipoteka which do not symmetrical. Its spread in influence by the
condition of the waters of Lake ecology. This research has been conducted in the
months of April to June 2018 in Solok Regency Lake Diatas. The research was
distributed by the society's daily activities such as bathing, washing, latrines, land
use as vegetable plantation and fishery activities floating net. This research aims to
know the spread of Ceratium hirundinella contained in the Diatas Lake. This
research was conducted with methods of Survey Descriptive Purposive Random
Sampling basis. Samples taken at six stations and each station consists of a repeated
three times. Chemical Physics parameters measured include water temperature, pH,
DO, CO2 free, total N, TSS and Hardness. Identification of the samples was done
in the laboratory of Botany STKIP PGRI West Sumatra. The research results
obtained by the density of individuals at the stations I 2147.58 ind/l, station II 26.66
ind/l, station III 292.41 ind/l, Station IV 2164.33 ind/l, V 628.66 ind/l and 0.25
l/ind IV. The physical-chemical condition of the water of the Lake above,
temperatures range between 21 – 220C. the degree of acidity (pH) in the range 6.8
– 8.4. Dissolved oxygen range between 7.2 – 5.6 mg/l free carbon dioxide only.
measured at two stations in the station I and II range between 2.69 – 10.78 mg/l
Suspended Solids range between. 2 – 10 mg/l. total Nitrogen ranged between 0.75
– 1.16 mg/l. Waters of hardness i.e. 72.3 mg/l.
Keywords: Ceratium hirundinella, epiteka, density, and hipoteka.
ABSTRAK
Ceratium hirundinella termasuk Divisi Pyrrophyta yang memiliki dua flagella yang
sama panjang pada girdle. Dinding sel nya diperkuat oleh zat kapur yang terdiri dari
epiteka dan hipoteka yang tidak simetris. Penyebarannya di pengaruhi oleh kondisi
lingkugan perairan danau. Penelitian ini telah dilakukan pada bulan April sampai
Juni 2018 di danau Diatas Kabupaten Solok Provinsi Sumatera Barat. Penelitian ini
dilatarbelakangi oleh adanya kegiatan sehari-hari masyarakat seperti mandi,
mencuci, kakus, pemanfaatan lahan sebagai lahan perkebunan sayur-sayuran serta
aktifitas perikanan karamba jaring apung. Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui penyebaran Ceratium hirundinella yang terdapat di danau diatas.
Penelitian ini dilakukan dengan metoda Survay Deskriptive ditetapkan secara
Purposive Random Sampling. Sampel diambil pada enam stasiun dan masing-
masing stasiun terdiri dari tiga kali ulangan. Parameter fisika kimia air yang diukur
meliputi Suhu, pH, DO, CO2 bebas, N total, TSS dan kesadahan. Identifikasi sampel
dilakukan di Laboratorium Botani STKIP PGRI Sumatera Barat. Hasil penelitian
Prosiding Seminar Nasional dan Lomba Biologi - V | Selob- V
ISSN 2579-7766 72
didapatkan kerapatan individu pada stasiun I 2147,58 ind/l, Stasiun II 26,66 ind/l,
Stasiun III 292,41 ind/l, Stasiun IV 2164,33 ind/l, Stasiun V 628,66 ind/l dan
Stasiun IV 0,25 ind/l. kondisi fisika kimia air danau Diatas, suhu berkisar antara 21
– 22o C. Derajat keasaman (pH) berkisar antara 6,8 – 8,4. Oksigen terlarut berkisar
antara 5,6 – 7,2 mg/l. Karbondioksida bebas hanya terukur pada dua stasiun yaitu
di Stasiun I dan II berkisar antara 2.69 – 10,78 mg/l. Padatan tersuspensi berkisar
antara 2 – 10 mg/l. Nitrogen total berkisar antara 0.75 – 1.16 mg/l. Kesadahan
perairan yaitu 72,3 mg/l.
Kata kunci: Ceratium hirundinella, epiteka, kerapatan, and hipoteka.
I. PENDAHULUAN
Danau merupakan perairan tawar yang bersifat lentik dan dikelilingi oleh
daratan yang terjadi akibat adanya peristiwa geologis pada bumi. Pada ekosistem
danau ditemui berbagai tumbuhan dan hewan yang saling berinteraksi dan
berpengaruh terhadap bagian yang lainnya. Komposisi suatu danau terdiri dari
bentos, perifiton, nekton, neuston dan plankton.
Plankton merupakan makhluk hidup yang hidupnya mengapung,
mengambang, atau melayang dalam air yang kemampuan renangnya sangat terbatas
hingga selalu terbawa hanyut oleh air (Nontji, 2008). Berdasarkan ukurannya
plankton terdiri atas ultra nanoplankton, nanoplankton, mikroplankton dan
mesoplankton. Plankton ada yang dapat bergerak aktif sendiri seperti satwa atau
hewan yang disebut dengan plankton hewani (Zooplankton) dan ada juga plankton
yang dapat melakukan asimilasi (fotosintesis) seperti tumbuhan darat, kelompok ini
disebut dengan plankton nabati (Fitoplankton) (Fachrul, 2012).
Fitoplankton sangat penting dalam studi produktifitas perairan, karena
fitoplankton merupakan produsen primer yang memberikan kontribusi terbesar
terhadap produksi total dalam ekosistem perairan (Asriyana dan Yuliana, 2012).
Penentuan jenis fitoplankton tergantung pada warna atau pigmen yang
dikandungnya. Kelas yang hidup sebagai Fitoplankton adalah Chlorophyceae,
Cyanophyceae, Euglenophyceae, Chrysophyceae, Bacillariophyceae dan
Dinophyceae (Sachlan, 1974). Selanjtnya Presscot (1974) menyatakan salah satu
Spesies yang dominan ditemukan di perairan tawar adalah Ceratium hirundinella.
Prosiding Seminar Nasional dan Lomba Biologi - V | Selob- V
ISSN 2579-7766 73
Komposisi Ceratium hirundinella ini dipengaruhi oleh keadaan fisika
kimia lingkungan, seperti suhu air, keadaan pH, karbondioksida bebas, oksigen
terlarut dan kesadahan.
Sumatera Barat memiliki lima danau, yaitu Danau Singkarak, Danau
Maninjau, Danau Diatas, Danau Dibawah dan Danau Talang. Danau Diatas
Terletak di Kabupaten Solok. Pada umumnya air danau dimanfaatkan masyarakat
sekitar untuk mengairi pertanian, perikanan dan prasarana transportasi air.
Permasalahan lingkungan yang timbul yaitu adanya buangan limbah domestik,
perikanan dan pertanian.
Berdasarkan hasil observasi di danau Diatas yang berada pada kawasan
perairan di Kabupaten Solok, selain sebagai kawasan wisata, danau Diatas juga
dimanfaatkan untuk berbagai aktifitas, seperti, perikanan dan kegiatan sehari-hari
masyarakat sekitar seperti mandi, cuci dan kakus, pemanfaatan lahan di sekitar
danau sebagai perkebunan sayur-sayuran. Aktifitas perikanan disekitar danau
Diatas diduga sangat berpengaruh terhadap keberadaan Ceratium hirundinella di
danau. Budidaya ikan di danau Diatas menggunakan karamba jaring apung (KJA)
dan pakan ikan yang digunakan berupa pakan buatan, yaitu pelet. Akibat dari
kegiatan tersebut terakumulasinya limbah organik yang berasal dari sisa-sisa pakan
dan kotoran ikan. Terurainya sisa pakan dan kotoran ikan diperairan akan
mempercepat pertumbuhan fitoplankton.
Kawasan sekitar danau memiliki topografi miring yang dimanfaatkan
sebagai lahan pertanian masyarakat berupa ladang sayur. Masyarakat sekitar
menggunakan pupuk dan pestisida untuk memelihara tanaman. Sisa-sisa dari pupuk
dan pestisidaakan terbawa hanyut oleh air hujan ke dalam danau. Pupuk merupakan
salah satu senyawa yang banyak mengandung nitrogen yang sedikit banyaknya
akan menyebabkan penyuburan perairan danau, sedangkan pestisida mengandung
bahan aktif beracun yang dapat mempengaruhi kualitas air akhirnya berpengaruh
terhadap keberadaan Ceratium hirundinella di perairan tersebut. Selain dari sisa
pupuk dan pestisida yang terbawa hanyut oleh air hujan juga membawa kikisan
tanah atau erosi ke badan air yang akan meningkatkan nilai kekeruhan yang dapat
menghambat laju fotosintesis fitoplankton. Selain dari lahan pertanian dipinggir
Prosiding Seminar Nasional dan Lomba Biologi - V | Selob- V
ISSN 2579-7766 74
danau juga terdapat beberapa rawa, rawa ini akan memicu penurunan pH.
Permasalahan-permasalahan tersebut akan mempengaruhi penyebaran Ceratium
hirundinella.
Sehubungan dengan latar belakang masalah maka telah dilakukan penelitian
tentang Penyebaran Ceratium hirundinella yang Terdapat Di Danau Diatas
Kabupaten Solok Provinsi Sumatera Barat.
II. METODA PENELITIAN
Penelitian ini telah dilaksanakan bulan April 2018. Pengambilan sampel air
di danau Diatas Kabupaten Solok Provinsi Sumatera Barat. Identifikasi sampel
dilakukan di Labolatorium Botani Pendidikan Biologi Sekolah Tinggi Keguruan
Ilmu Pendidikan (STKIP) PGRI Sumatera Barat. Analisis fisika kimia air yang
dilakukan yaitu suhu, pH, DO dan CO2bebasdilakukan di lapangan sedangkan
pengukuran TSS, Kesadahan dan N total dilakukan di Laboratorium UPTD Balai
Laboratorium Kesehatan Padang.
III. ALAT DAN BAHAN
Alat yang digunakan untuk penelitian ini adalah net planktonnomor 25,
ember volume 10 liter, botol sampel 25 ml, mikroskop listrik binokuler, kertas
label, tisu, selotip, alat tulis, thermometer Hg, pH meter, jerigen volume 1 liter,
termos es, labu erlenmeyer 250 ml dan pipet tetes. Bahan yang digunakan dalam
penelitian ini adalah formalin 37%, MnSO4, KOH/KI, H2SO4 pekat, amilum 1%,
Na2S2O3 0,025 N, NaOH 0,002 N dan fenolfetalen (pp) 1%.
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
Pada penelitian tentang penyebaran Ceratium hirundinella yang terdapat di Danau
Diatas kabupaten Solok dapat dilihat pada Tabel 1. dibawah ini.
Prosiding Seminar Nasional dan Lomba Biologi - V | Selob- V
ISSN 2579-7766 75
Tabel 1. Kerapatan individu rata-rata Ceratium hirundinella pada setiap stasiun.
Ʃ Individu
I II III IV V VI
2147,58 26,66 292,41 2164,33 628,66 0,25
Kerapatan individu Ceratium hirundinella tertinggi ditemukan pada stasiun I dan IV yaitu
berkisar antara 2147,58 – 2164,33. Kerapatan Ceratium hirundinella dengan nilai sedang
ditemukan pada stasiun III dan V yaitu berkisar antara 292,41 – 628,66. Sedangkan kerapatan
individu Ceratium hirundinella terendah yang di temukan pada penalitian ini terdapat pada
stasiun II dan VI dengan nilai berkisar antara 0,25 – 26,66.
Terdapatnya perbedaan penyebaran Ceratium hirundinella yang cukup mencolok ini di
sebabkan karena Ceratium hirundinella dapat hidup baik pada perairan dengan tingkat
kesadahan yang tinggi karena tubuh Ceratium hirundinella mengandung kapur. Sesuai dengan
data yang didapatkan bahwa tingkat kesadahan perairan danau Diatas ini tinggi yaitu 72,3 mg/l.
Selain itu Melimpahnya Ceratium hirundinella disebabkan karena Ceratium hirundinella
memiliki distribusi dan kemampuan adaptasi yang tinggi (Dwi, dkk., 2014). Menurut Mujib,
dkk., (2015) Ceratium hirundinella memiliki toleransi yang tinggi terhadap perubahan variasi
nutrien sehingga mampu berkompetisi dengan genus yang lain.
V. KESIMPULAN
Kerapatan individu Ceratium hirundinella tertinggi ditemukan pada stasiun I dan IV yaitu
berkisar antara 2147,58 – 2164,33. Kerapatan Ceratium hirundinella dengan nilai sedang
ditemukan pada stasiun III dan V yaitu berkisar antara 292,41 – 628,66. Sedangkan kerapatan
individu Ceratium hirundinella terendah yang di temukan pada penalitian ini terdapat pada
stasiun II dan VI dengan nilai berkisar antara 0,25 – 26,66.
DAFTAR PUSTAKA
Asriyana dan Yuliana. 2012. Produktivitas Perairan. Bumi Aksara : Jakarta.
Dwi C. S. Hadi E. Endang S. 2014. Struktur Komunitas Fitoplankton Pada Daerah
Pertambakan di Desa Mangunharjo Kecamatan Tugu Kota Semarang. 4(3). 2014 : 527–
534.
Prosiding Seminar Nasional dan Lomba Biologi - V | Selob- V
ISSN 2579-7766 76
Fachrul, M. F. 2012. Metode Sampling Bioekologi. Bumi Aksara : Jakarta.
Mujib, A.S., Ario D. Yusli, W. 2015. Distribusi Spasial Dinoflagellata Planktonik di Perairan
Makassar, Sulawesi Selatan. 7(2). Desember 2015 : 479-492.
Nontji. 2006. Tiada Kehidupan di Bumi Tanpa Keberadaan Plankton. Lembaga Ilmu
Pengetahuan Indonesia. Jakarta.
Prescott, G. W. 1975. AlgaeOf The Western Great Lakes Area. WCM, Dubuique Iowa: Brown
Company Publisher. Dubuque Iowa.
Sachlan, 1974. Planktonologi. Jakarta: Corespondensi Cours Center.
Prosiding Seminar Nasional dan Lomba Biologi - V | Selob- V
ISSN 2579-7766 77
JENIS-JENIS IKAN PADA KAWASAN INTERTIDAL DI TELUK
CAROCOK TARUSAN KENAGARIAN CAROCOK ANAU KECAMATAN
KOTO XI TARUSAN KABUPATEN PESISIR SELATAN
Jalan Gunung Pangilun Padang, Kota Padang, Sumatera Barat
Email: [email protected]
ABSTRACT
Fish is one of the important sources of nutrition for human survival. One of the fish-
producing regions is the Intertidal Area in the Bay of Carocok Kenagarian Tarakan,
Carocok Anau, Koto XI Tarusan District, South Coastal District. This study aims
to determine the types of fish in the Intertidal Area in the Gulf of Carocok
Kenagarian Tarakan Carocok Anau, Koto XI Tarusan District, South Coastal
District. This research was conducted in March-April 2018. Sampling was carried
out by descriptive survey method, and station determination was purposive random
sampling. Sampling was carried out at 3 stations, namely station I in the area close
to residential areas, station II in areas close to residential areas and on the edge of
the pier fishermen also parked ships and station III in areas far from residential
areas, around this area there fish ponds (floating net cages). The results showed that
caught fish species consisted of 2 orders, 9 families, 11 species namely yaitu
Equulites leuciscus, Pterocaesio chrysozona, Pterocaesio pisang, Pemheris analis,
Upeneus luzonius, Lutjanus lutjanus, Myripristis murdjan , Ostichthys kaianus,
Atule mate, Sphyraena chrysozona, Decapterus tabl.
Keywords: types of fish, survey method.
ABSTRAK
Ikan merupakan salah satu sumber gizi yang penting bagi kelangsungan hidup
manusia. Salah satu daerah penghasil ikan adalah Kawasan Intertidal Di Teluk
Carocok Tarusan Kenagarian Carocok Anau Kecamatan Koto XI Tarusan
Kabupaten Pesisir Selatan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Jenis-jenis
Ikan Pada Kawasan Intertidal Di Teluk Carocok Tarusan Kenagarian Carocok
Anau Kecamatan Koto XI Tarusan Kabupaten Pesisir Selatan. Penelitian ini
dilaksanakan pada bulan Maret-April 2018. Pengambilan sampel dengan metode
survey deskriptif, dan penetapan stasiun secara purposive random sampling.
Pengambilan sampel dilakukan pada 3 stasiun yaitu stasiun I pada kawasan yang
dekat dengan pemukiman penduduk, stasiun II pada kawasan yang dekat dengan
pemukiman penduduk dan ditepi dermaga para nelayan juga memarkir kapal dan
stasiun III pada kawasan yang jauh dari pemukiman penduduk, di sekitar
kawasan ini terdapat tambak ikan (keramba jaring apung). Hasil penelitian
diperoleh spesies ikan yang tertangkap terdiri dari 2 ordo, 9 famili, 11 spesies yaitu
Equulites leuciscus, Pterocaesio chrysozona, Pterocaesio pisang, Pemheris analis,
Lora Purnamasari, Nursyahra, Elsha Pratiwi Zamril
Program Studi Pendidikan Biologi STKIP PGRI Sumatera Barat
Prosiding Seminar Nasional dan Lomba Biologi - V | Selob- V
ISSN 2579-7766 78
Upeneus luzonius, Lutjanus lutjanus, Myripristis murdjan , Ostichthys kaianus,
Atule mate, Sphyraena chrysozona, Decapterus tabl.
Kata kunci: jenis ikan, metode survey.
I. Latar Belakang
Keanekaragaman ikan di Indonesia termasuk tinggi. Hal ini berdasarkan data LIPI
(2010) diperkirakan terdapat 4000-6000 jenis ikan di seluruh perairan Indonesia
(Nurudin, 2013). Menurut (Genisa, 1999) berdasarkan penelitian dan beberapa
literatur diketahui tidak kurang dari 3.000 jenis ikan yang hidup di Indonesia. Dari
3.000 jenis tersebut sebanyak 2.700 jenis (90%) hidup di perairan laut dan sisanya
300 jenis (10%) hidup di perairan air tawar dan payau.
Zona intertidal (pasang surut) merupakan daerah terkecil dari semua daerah yang
terdapat samudra dunia, merupakan pinggiran yang sempit sekali hanya beberapa
meter luasnya terletak di antara di air rendah. Zona ini merupakan bagian laut yang
mungkin paling banyak di kenal dan dipelajari karena sangat mudah dicapai
manusia. Hanya di daerah inilah penelitian terhadap organisme perairan dapat
dilaksanakan secara langsung selama periode air surut, tanpa memerlukan peralatan
khusus. Zona intertidal telah diamati dan dimanfaatkan oleh manusia sejak zaman
prasejarah (Nybakken, 1988).
Berdasarkan survey telah terjadi pengurangan hasil tangkapan ikan yang diperoleh
oleh masyarakat disekitar kawasan tersebut, hal ini diduga karena aktifitas
penduduk di Carocok Tarusan melakukan penebangan hutan mangrove pada
kawasan intertidal tersebut yang dijadikan kayu bakar untuk keperluan rumah
tangga sehari-hari, yang berdampak pada kerusakan ekosistem mangrove. Selain
itu, di sekitar areal hutan mangrove terdapat pemukiman penduduk yang memiliki
WC umum yang digunakan masyarakat setempat untuk mandi dan mencuci dan air
PAM yang digunakan untuk air minum. Masyarakat sekitar juga membuang limbah
rumah tangga dan sampah lainnya sehingga sampah tersebut terbawa arus dan
terperangkap di areal mangrove. Dan ditepi dermaga para nelayan juga memarkir
kapalnya sehingga minyak (bahan bakar) tercecer di perairan tersebut. Berdasarkan
Prosiding Seminar Nasional dan Lomba Biologi - V | Selob- V
ISSN 2579-7766 79
permasalahan diatas diduga dapat menyebabkan terganggunya lingkungan di
perairan termasuk organisme yang hidup didalamnya.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui jenis-jenis Ikan Pada Kawasan
Intertidal Di Teluk Carocok Tarusan Kenagarian Carocok Anau Kecamatan Koto
XI Tarusan Kabupaten Pesisir Selatan.
II. Metode Penelitian
Penelitian ini telah dilakukan pada bulan Maret-April 2018, Pada areal sekitar
kawasan Intertidal Di Teluk Carocok Tarusan Kenagarian Carocok Anau
Kecamatan Koto XI Tarusan Kabupaten Pesisir Selatan. Kemudian, Identifikasi
sampel dilakukan di Laboratorium Zoologi Program Studi Pendidikan Biologi
STKIP PGRI Sumatera Barat Padang dan salinitas dilakukan di UPTD Balai
Laboratorum Kesehatan Gunung Pangilun Padang.
Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari : mistar, jangka sorong,
kamera, loupe, plastik dengan ukuran bervariasi, karet, kotak plastik (stoples)
dengan ukuran bervariasi, styrofoam, jarum suntik, jarum pentul, kertas label, alat
tulis, sarung tangan, buku identifikasi ikan dan alat tangkap ikan berupa jaring
dengan ukuran mata jaring 0,5 x 0,5 Inchi. Bahan yang digunakan alkohol 70%.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode survey deskriptif,
dengan pengambilan sampel secara purposive random sampling berdasarkan
kondisi kawasan yang berbeda. Sampel yang didapat diidentifikasi di Laboratorium
Zoologi Program studi Pendidikan Biologi STKIP PGRI Sumatera Barat Padang.
Penelitian ini menggunakan tiga stasiun. Stasiun I di dekat Bukit Mandeh, aktifitas
penduduk disana melakukan penebangan hutan mangrove untuk dijadikan kayu
bakar sebagai keperluan rumah tangga sehari-hari, yang berdampak pada kerusakan
ekosistem mangrove. Panjang hutan mangrove ±1 Km. Stasiun II Di sekitar
pemukiman penduduk kawasan hutan mangrove terdapat WC umum yang
digunakan masyarakat setempat untuk mandi dan mencuci dan PAM yang
digunakan untuk air minum. Masyarakat sekitar juga membuang limbah rumah
tangga dan sampah lainnya sehingga sampah tersebut terbawa arus dan
terperangkap di areal mangrove. Dan juga ditepi dermaga para nelayan juga
memarkir kapalnya sehingga minyak (bahan bakar) tersebut tercecer di perairan.
Prosiding Seminar Nasional dan Lomba Biologi - V | Selob- V
ISSN 2579-7766 80
Panjang hutan mangrove ±2 Km. Stasiun III berlokasi di kawasan yang jauh dari
pemukiman penduduk, di sekitar kawasan ini terdapat tambak ikan (keramba jaring
apung). Keadaan hutan mangrove pada areal kawasan ini sangat bagus dan belum
terganggu oleh campur tangan masyarakat setempat. Panjang hutan mangrove ±2
Km.
Pengambilan sampel dilakukan dengan alat tangkap berupa jaring, yang dalam
pemakaiannya dipasang tegak lurus di dalam air, supaya bisa menghadang arah
gerak ikan (Soesono, 1980 dalam Putra, 2017). Jaring yang digunakan mempunyai
ukuran, panjang 30 meter, lebar 1,5 meter dengan ukuran mata jaring yaitu 0,5 x
0,5 Inchi. Pada bagian atas jaring (tali ris atas) terdapat pelampung sebanyak 1 buah
tiap meternya, sedangkan pada bagian bawah (tali ris bawah) dikaitkan dengan
pemberat sebanyak 4 buah tiap meternya. Pelampung dan pemberat berguna untuk
menegakkan posisi jaring selama di dalam air agar tidak terbawa arus atau
gelombang. Sampel diambil pada saat bulan terang dan bulan gelap. Jaring dipasang
sebanyak 2 buah pada masing-masing stasiun.
Sampel ikan yang didapat dihitung jumlahnya, dicuci bersih, diletakkan di atas
Styroform dan tusuk dengan jarum, kemudian difoto dan diukur panjangnya.
Sampel ikan selanjutnya diawetkan dengan larutan alkohol 70% dalam plastik yang
telah diberi label (lokasi tangkap, waktu, nama lokal ikan dan kolektor). Sampel
yang telah dikoleksi langsung dari lapangan dibawa ke laboratorium untuk
pengukuran dan identifikasi lanjutan.
III. Hasil dan Pembahasan
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan pada ketiga stasiun di Teluk Carocok
Tarusan Kenagarian Carocok Anau Kecamatan Koto XI Tarusan Kabupaten Pesisir
Selatan diperoleh hasil sebagai berikut
Prosiding Seminar Nasional dan Lomba Biologi - V | Selob- V
ISSN 2579-7766 81
Tabel 1. Jenis Ikan yang Tertangkap pada Bulan Terang
Berdasarkan Tabel 1 dapat dilihat bahwa jenis ikan yang diperoleh terdiri dari 1
ordo yaitu Perciformes, 4 famili yaitu Leiognathidae, Scombridae, Sphyranidae,
Carangidae dan 4 spesies yaitu Equulites leuciscus (Gunther, 1860), Atule mate
(Cuvier, 1833), Sphyraena chrysozona (Linnaeus, 1758), Decapterus tabl (Berry,
1968).
Tabel 2. Jenis Ikan yang Tertangkap pada Bulan Gelap
Prosiding Seminar Nasional dan Lomba Biologi - V | Selob- V
ISSN 2579-7766 82
Berdasarkan Tabel 2 dapat dilihat bahwa jenis ikan yang diperoleh terdiri dari 2
ordo yaitu Perciformes dan Beryciformes, 6 famili yaitu Leioghnathidae,
Caesionidae, Pempheridae, Mulidae, Lutjanidae, Holocentridae dan 8 spesies yaitu
Equulites leuciscus (Gunther, 1860), Pterocaesio chrysozona (Cuvier, 1830),
Pterocaesio pisang (Bleeker, 1853), Pemheris analis (Waite, 1910), Upeneus
luzonius (Jordan and Seale, 1907), Lutjanus lutjanus (Bloch, 1790), Myripristis
murdjan (Forsskal, 1775) dan Ostichthys kaianus (Gunther, 1880).
Jenis ikan yang didapatkan di Teluk Carocok Tarusan Kenagarian Carocok Anau
Kecamatan Koto XI Tarusan Kabupaten Pesisir Selatan pada bulan terang sebanyak
4 spesies dan pada saat bulan gelap sebanyak 8 spesies. Hasil penelitian ini lebih
sedikit dibandingkan dengan penelitian (Yogi, 2015) yang juga dilakukan pada
lokasi yang sama pada tahun 2014, dimana pada penelitiannya ikan yang
ditemukan sebanyak 19 spesies. Hal ini disebabkan karena Yogi memakai 6 alat
tangkap yaitu jaring, pancingan, jala, tangguk, tembak ikan dan bubu lipat
sedangkan peneliti hanya menggunakan 1 alat tangkap yaitu jaring saja.
Jenis ikan pada yang terdapat pada kawasan intertidal di Teluk Carocok Tarusan
Kenagarian Carocok Anau Kecamatan Koto XI Tarusan Kabupaten Pesisir Selatan
yaitu dimana ikan yang terdapat pada saat bulan terang lebih sedikit dibandingkan
bulan gelap. Menurut (Jatmiko, 2015) posisi relatif bulan terhadap bumi
menimbulkan pengaruh berupa pasang surut permukaan air laut dan pencahayaan
alami di laut yang mengakibatkan adanya dinamika alami perilaku binatang laut
sehingga keragaman spesies hasil tangkapan dipengaruhi oleh periode bulan.
Perubahan periode hari bulan dapat mengindikasi waktu yang baik dalam kegiatan
operasi penangkapan karena adanya perbedaan intensitas cahaya pada setiap
periode hari bulan dan akan mempengaruhi ikan yang memiliki sifat fototaksis
positif maupun negatif terhadap cahaya sehingga perbedaan intensitas akan
berpengaruh terhadap volume hasil tangkapan.
Pada saat bulan terang pada stasiun I jumlah spesies ikan yang telah di peroleh
sebanyak 2 spesies yang memiliki jumlah total yaitu 4 individu. Pada stasiun II
jumlah spesies ikan yang telah di peroleh sebanyak 2 spesies yang
memiliki jumlah total yaitu 3 individu, dimana spesies yang banyak ditemukan
Prosiding Seminar Nasional dan Lomba Biologi - V | Selob- V
ISSN 2579-7766 83
Dan pada stasiun III jumlah spesies ikan yang telah di peroleh sebanyak 4 spesies
yang memiliki jumlah total yaitu 9 individu. Baik antara stasiun I, II maupun III
spesies yang paling banyak ditemukan sama yaitu Ikan maco (Equulites leuciscus).
Dan pada stasiun I spesies yang paling sedikit ditemukan yaitu ikan gambolo aceh
(Decapterus tabl), pada stasiun II dan III spesies yang paling sedikit ditemukan
sama yaitu ikan tete (Sphyraena chrysozona).
Pada saat bulan gelap pada stasiun I jumlah spesies ikan yang telah di peroleh
sebanyak 3 spesies yang memiliki jumlah total yaitu 13 individu. Pada stasiun II
jumlah spesies ikan yang telah di peroleh sebanyak 6 spesies yang
memiliki jumlah total yaitu 23 individu, dimana spesies yang banyak ditemukan
Dan pada stasiun III jumlah spesies ikan yang telah di peroleh sebanyak 8 spesies
yang memiliki jumlah total yaitu 27 individu. Baik antara stasiun I, II maupun III
spesies yang paling banyak ditemukan sama yaitu Ikan maco (Equulites leuciscus).
Dan pada stasiun I spesies yang paling sedikit ditemukan yaitu ikan gambolo aceh
(Decapterus tabl), pada stasiun II spesies yang paling sedikit ditemukan sama yaitu
ikan tete (Sphyraena chrysozona) dan ikan kakap (Lutjanus lutjanus) dan pada
stasiun III spesies yang paling sedikit ditemukan sama yaitu ikan sirandang
(Myriptis murdjan).
Berdasarkan hasil pengamatan penelitian yang dilakukan dari seluruh stasiun baik
stasiun I, II dan III pada saat saat bulan terang maupun bulan gelap ikan maco
(Equulites leuciscus) merupakan ikan yang memiliki kepadatan populasi yang
paling tinggi dibandingkan dengan ikan-ikan lainnya di seluruh stasiun penelitian
pada kawasan intertidal baik pada saat bulan terang maupun pada saat bulan gelap.
Pada bulan terang ikan yang kepadatan populasinya paling sedikit yaitu ikan
tandeman (Atule mate). Pada bulan gelap ikan yang kepadatan populasinya paling
sedkit yaitu ikan sirandang (Myripristis murdjan). Pada stasiun I maupun stasiun
II spesies ikan tandeman (Atule mate) dan ikan sirandang (Myripristis murdjan)
tidak ditemukan pada kedua stasiun. Hal ini disebabkan karena pada satsiun I
aktivitas penduduk sekitar pada kawasan intertidal ini melakukan penebangan
hutan mangrove yang dijadikan untuk kayu bakar sebagai keperluan rumah tangga
sehari-hari dan pada stasiun II masyarakat sekitar juga membuang limbah rumah
Prosiding Seminar Nasional dan Lomba Biologi - V | Selob- V
ISSN 2579-7766 84
tangga dan sampah lainnya serta ditepi dermaga para nelayan juga memarkir
kapalnya sehingga bahan bakar tersebut tercecer diperairan. Menurut (Putra, 2017)
daerah penelitian banyak terdapat sampah dan limbah rumah tangga yang masuk ke
dalam badan perairan dapat menyebabkan kualitas perairan tercemar, yang secara
tidak langsung berpengaruh terhadap kualitas air dan berdampak pada ikan.
Pada stasiun III di kawasan intertidal saat bulan terang maupun saat bulan gelap
banyaknya ditemukan spesies diperairan tersebut. Hal ini disebabkan karena lokasi
pada kawasan tersebut jauh dari pemukiman penduduk dan sekitar kawasan juga
terdapat tambak ikan (keramba jaring apung).
IV. KESIMPULAN
Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa jenis ikan yang tertangkap terdiri
dari 2 ordo, 9 famili, 11 spesies yaitu Equulites leuciscus, Pterocaesio chrysozona,
Pterocaesio pisang, Pemheris analis, Upeneus luzonius, Lutjanus lutjanus,
Myripristis murdjan , Ostichthys kaianus, Atule mate, Sphyraena chrysozona,
Decapterus tabl.
Daftar Pustaka
Genisa, A,S.1999. Pengenalan Jenis-jenis Ikan Laut Ekonomi Penting Di
Indonesia. Balitbang Biologi Laut, Puslitbang Oseanologi-LIPI. Jakarta.
Jalil dan Jarniati. 2012. Analisis Parameter Fisika Kimia Perairan Muara Sungai
Salotellue. Jurnal Bidang Keilmuan. Unit Program Belajar Jarak Jauh
Universitas Terbuka Makassar.
Jatmiko, G.G. 2015. Analisis Pengaruh Periode Hari Bulan Terhadap Hasil
Tangkapan Dan Pendapatan Usaha Mini Purse Seine Di Ppp Morodemak,
Demak. Fakultas Perikanan Dan Ilmu Kelautan Institut Pertanian Bogor.
Bogor.
Michael. P. 1994. Metode Ekologi Untuk Penyelidikan Ladang dan Laboratorium.
Jakarta: UI Press.
Nurudin, F,A. 2013. Keanekaragaman Jenis Ikan Di Sungai Sekonter Taman
Nasional Tanjung Puting Kalimantan Tengah. Skripsi. Semarang: UNS.
Prosiding Seminar Nasional dan Lomba Biologi - V | Selob- V
ISSN 2579-7766 85
Nybakken, James W. 1988. Biologi Laut. Jakarta: Gramedia.
Putra, Rozi, A. 2017. Komposisi Ikan di Kawasan Hutan Mangrove Kenagarian
Kambang Barat Kecamatan Lengayang Kabupaten Pesisir Selatan.
Skripsi. STKIP PGRI SUMBAR. Padang.
Saraswati Ni Luh,.G.R.A. Yulius. Agustin, R. Hadiwijaya, L. Salim. Aid, H. Eva,
M. 2017. Kajian Kualitas Air Untuk Wisata Bahari Di Pesisir Kecamatan
Moyo Hilir Dan Kecamatan Lape, Kabupaten Sumbawa. Fakultas
Kelautan dan Perikanan, Universitas Udayana. Bali.
Yogi, P. 2015. Jenis-jenis Ikan Pada Areal Sekitar Kawasan Hutan Mangrove Di
Teluk Carocok Tarusan Kenagarian Carocok Anau Kecamatan Koto XI
Tarusan Kabupaten Pesisir Selatan. Skripsi. STKIP PGRI SUMBAR.
Padang.
Prosiding Seminar Nasional dan Lomba Biologi - V | Selob- V
ISSN 2579-7766 86
KARAKTERISTIK POPULASI KERANG AIR TAWAR (Corbicula
moltkiana) DI BATANG ANTOKAN KENAGARIAN III KOTO UTARA
KECAMATAN IV KOTO AUR MALINTANG KABUPATEN PADANG
PARIAMAN
Ismed Wahidi dan Armein Lusi Zeswita,
Program Studi Pendidikan Biologi STKIP PGRI Sumatera Barat
Jalan Gunung Pangilun Padang, Kota Padang, Sumatera Barat
Email: [email protected]
ABSTRACT
Freshwater clam Corbicula moltkiana are shells that are found in the waters of lakes
and rivers around West Sumatra. This freshwater mussel known as the local name
is “pensi”, belonging to the Corbiculidae family, lives in muddy and sandy fresh
waters. One of the Rivers found in West Sumatra is the Batang Antokan River
which is the habitat of Corbicula moltkiana shells. Freshwater mussels are
consumed by the community as a source of animal protein and fresh water shells
are used by the community for food needs and sold on the market, besides that there
are also community activities such as public toilets, as well as agricultural waste
entering the Batang Antokan River. The number of residents' activities is thought
to cause pollution and affect the life of Corbicula moltkiana. This study aims to
determine the population density of freshwater shells in the Batang Antokan
River.This research was conducted in March 2018 on the Batang Antokan River.
This research uses descriptive survey method with purposive sampling technique.
By setting three stations, sampling using a quadratic frame of 50x50 cm2.Based on
the results of the study. Pattern distribution of clam are fisrt location is 1,168, scond
location is 1,389 and third location is 1,452. Chategori of These value is clump. The
highest population density was obtained at station 3, which was 711 ind / m2, while
the lowest population density was obtained at station 2, which was 236 ind / m2.
The total population density of freswater mussels found in the stalk of stems is very
high, and the physical-chemical factors in the stalks are still within the normal
range.
Keywords: Water Mussels, Corbicula moltkiana, Population.
ABSTRAK
Kerang air tawar Corbicula moltkiana adalah cangkang yang ditemukan di perairan
danau dan sungai di sekitar Sumatera Barat. Kerang air tawar ini dikenal dengan
nama lokal "Pensi", adalah keluarga milik keluarga, tinggal di air tawar berlumpur
dan berpasir. Salah satu Sungai ditemukan di Sumatera Barat, Batang Antokan,
yang merupakan habitat cangkang Corbicula moltkiana. Kerang air tawar juga
merupakan sumber protein hewani dan cangkang air tawar, serta kegiatan
masyarakat seperti toilet umum, serta pertanian limbah yang memasuki Batang
Sungai Antokan. Banyaknya kegiatan warga merupakan penyebab polusi dan
mempengaruhi kehidupan Corbicula moltkiana. Sungai Antokan Batang adalah
sumber paling efektif untuk cangkang air tawar di Sungai Batang Antokan.
Prosiding Seminar Nasional dan Lomba Biologi - V | Selob- V
ISSN 2579-7766 87
Penelitian ini menggunakan metode survei deskriptif dengan teknik purposive
sampling. Dengan mengatur tiga stasiun, pengambilan sampel menggunakan frame
kuadrat 50x50 cm2. Berdasarkan hasil penelitian. Distribusi pola lokasi fisik adalah
1,168, lokasi Scond adalah 1,389 dan lokasi ketiga adalah 1,452. Kategori nilai ini
rumpun. Kepadatan tertinggi diperoleh di stasiun 3, yaitu 711 ind / m2, sedangkan
kepadatan terendah diperoleh di stasiun 2, yaitu 236 ind / m2. Kepadatan populasi
total kerang air ditemukan di tangkai batang sangat tinggi, dan faktor fisik-kimia
masih dalam kisaran normal.
Kata kunci: Kerang Air, Corbicula moltkiana, Populasi.
I. PENDAHULUAN
Perairan secara umum adalah perairan di permukaan bumi yang secara
permanen atau berkala digenangi oleh air, baik air tawar, air payau, maupun air laut,
mulai dari garis pasang terendah ke arah daratan dan air tersebut terbentuk secara
alami maupun buatan . Sekitar 75% dari permukaan bumi ditutupi perairan,
terutama perairan asin, sedangkan sisanya adalah perairan tawar dan perairan payau
(Kasri dan Fajri, 2012).
Sumatera Barat memiliki beberapa danau salah satunya yaitu danau
Maninjau, yang memiliki aliran air keluar ke Sungai Batang Antokan. Sungai
Batang Antokan terletak di Kabupaten Agam dan Kabupaten Padang Pariaman.
Tersebar ke beberapa Kecamatan diantaranya yaitu Kecamatan IV Koto Aur
malintang, yang bermuara dari Tiku dan hulunya di Danau Maninjau.
Salah satu sumber daya hayati yang terdapat di Sungai Batang Antokan
adalah kerang air tawar. Kerang air tawar atau Corbicula moltkiana merupakan
jenis kerang yang dikenal oleh masyarakat Sumatera Barat dengan nama pensi,
kerang ini memiliki peranan dalam perairan, karena kerang sebagai organisme
“filter feeders” yang dapat mengurangi dan mendaur material-material yang ada
dalam perairan seperti sedimen, bahan organik, bakteri, dan fitoplankton sebagai
makanannya maupun sebagai bahan partikulat.
Berdasarkan hasil observasi penulis dengan masyarakat di desa Alahan
Bakali Kecamatan IV Koto Aur Malintang kerang air tawar dapat ditemukan pada
dua tempat yang berpasir dan berlumpur. Kerang air tawar (pensi) sebelumnya
banyak ditemukan di Sungai Batang Antokan tetapi pada saat sekarang sudah
Prosiding Seminar Nasional dan Lomba Biologi - V | Selob- V
ISSN 2579-7766 88
sedikit ditemukan. Hal ini disebabkan oleh pemanfaatan kerang air tawar oleh
masyarakat, dimana diantaranya sebagai sumber protein hewani, dengan cara
mengambil langsung dari habitatnya tanpa memperhitungkan keberadaannya.
Masyarakat di sekitar Batang Antokan mengambil kerang air tawar hampir
setiap hari secara langsung di sungai Batang Antokan. Pengambilan kerang air
tawar dilakukan dengan jumlah yang banyak untuk memenuhi kebutuhan makanan
dan dijual di pasaran. Hasil yang didapatkan oleh warga dari pengambilan kerang
air tawar ini satu hari sekitar 15 liter. Dari kenyataan yang terlihat di lapangan
selain dari pengambilan kerang air tawar yang dilakukan oleh masyarakat juga
terlihat aktivitas warga seperti MCK yang terdapat disepanjang aliran sungai.
Kemudian di sekitar sungai terdapat sawah yang alirannya dialirkan ke sungai
Batang Antokan.
II. METODE PENELITIAN
Penelitian ini telah dilakukan pada bulan Maret 2018 di Sungai Batang
Antokan Kenagarian III koto Utara Kecamatan IV koto Aur Malintang Kabupaten
Padang Pariaman. Sedankan uji kadar subsrat organik (KOS) di Laboratorium
Kimia Tanah Fakultas Pertanian Universitas Andalas.
Alat dan bahan yang digunakan dalam penlitian ini adalah Alat yang
digunakan dalam penelitian ini adalah bingkai kuadrat ukuran 50 x 50 cm, ember,
label, kantong plastik, kaki tiga, erlenmeyer, gelas ukur 150 ml, spritus,pipet tetes,
suntik 1ml dan 10 ml, botol kaca 150 ml, thermometer Hg, pH meter, saringan,
kamera dan alat-alat tulis. Bahan yang digunakan adalah tissu, MnSO4, H2SO4
pekat, KOH/KI, N������, alkohol 70% dan sampel Corbicula moltkiana.
Penelitian dilakukan dengan metode survey deskriptif dan teknik
pengambilan sampel purposive sampling. Stasiun I di area hulu sungai karena pada
hulu sungai belum terjadi pencemaran dan tidak ada aktivitas warga dalam mencari
kerang air tawar. Stasuin II ini terdapat aliran air sawah dan aktivitas warga seperti
MCK yang masuk ke dalam aliran sungai, dan stasiun III di area aktivitas
wargadalam mencari kerang air tawar.
Prosiding Seminar Nasional dan Lomba Biologi - V | Selob- V
ISSN 2579-7766 89
III. HASIL
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan di Batang Antokan Kenagarian
III Koto Utara Kecamatan IV Koto Aur Malintang Kabupaten Padang Pariaman di
dapatkan kepadatan populasi kerang air tawar (Corbicula moltkiana)dapat dilihat
pada Tabel 1.
Tabel 1.Kepadatan populasi dan pengukuran faktor lingkungan habitat (Corbicula
moltkiana)
Lokasi Jumlah
individu
Ind/m2 Suhu
0C
pH DO
mg/l
KOS %
Stasiun I 689 276 28 8,3 8 0,661
Stasiun II 591 236 27 7,0 9 0,534
Stasiun III 1778 711 25 8,0 8 0,825
Jumlah individu 3058 1020 - - - -
Rata-rata 1020 408 - - - -
IV. PEMBAHASAN
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan didapatkan kepadatan
populasi kerang air tawar di Batang Antokan Kenagarian III Koto Utara Kecamatan
IV Koto Aur Malintang Kabupaten Padang Pariaman dengan total kepadatan
populasi yaitu 408 ind/m2. Kepadatan populasi yang didapatkan paling tinggi pada
stasiun III yaitu 711 ind/m2 dan kepadatan populasi terendah pada stasiun II yaitu
236 ind/m2. Untuk faktor lingkungan suhu berkisar 25-280C, pH 7-8,3, oksigen
terlarut 8-9 mg/l, dan kadar organik subrat 0,534-0,825%.
Kerang air tawar (Corbicula moltkiana) yang ditemukan di sungai Batang
Antokan dengan kepadatan tertinggi pada stasiun III yaitu 711 ind./m2dan
kepadatan terendah pada stasiun II yaitu 236 ind./m2 . Kepadatan populasi rata-rata
kerang air tawar yang ditemukan di kawasan sungai Batang Antokan yaitu 408
ind./m2. Kepadatan populasi yang diperoleh dalam penelitian ini , termasuk ke
dalam kepadatan populasi yang sangat tinggi, hal ini sesuai dengan pendapat Tuan
(2000) dalam Octavina (2014) bahwa kerang dengan kepadatan 51-100 ind/m2
Prosiding Seminar Nasional dan Lomba Biologi - V | Selob- V
ISSN 2579-7766 90
tergolong tinggi, kepadatan 16-50 ind/m2 tergolong sedang, dan kepadatan 7-16
ind/m2 tergolong rendah.
Pada stasiun III ini yang paling banyak ditemukan kerang air tawar karena
lokasi ini memiliki subsrat berlumpur sehingga dapat mendukung kehidupan kerang
di stasiun ini.
Kepadatan populasi tertinggi kedua yaitu pada stasiun I, pada stasiun ini
tidak adanya aktivitas warga dalam mencari kerang air tawar sehingga habitat masih
terjaga, pada stasiun ini memiliki perbedaan jumlah kepadatan populasi yang jauh
berbeda dengan stasiun III karena pada stasiun ini banyak tedapat batu dan kerikil.
Berbeda dengan stasiun II pada lokasi ini yang kepadatan populasi terendah dimana
pada lokasi ini dipengaruhi oleh berbagai aktifitas manusia seperti adanya aktivitas
warga seperti MCK, dan lahan pertanian warga dimana limbah dari lahan pertanian
ini dialirkan kedalam sungai. Limbah pertanian yang masuk ke dalam sungai ini
juga mempengaruhi keberadaan dari kerang air tawar. Sama halnya dengan stasiun
I, pada stasiun II juga banyak terdapat kerikil sehingga dengan dasar subsrat
tersebut habitat dari kerang air tawar tidak mendukung untuk kehidupan kerang air
tawar.
Aktivitas manusia ini menyebabkan terganggunya habitat alami kerang
terutama mikrohabitatnya. Perbedaan kepadatan antar stasiun dipengaruhi oleh
substrat dasar perairan pada habitat kerang air tawar (Corbicula moltkiana). Stasiun
I dan II memiliki substrat dasar berbatu, berkerikil dan berpasir. Dasar perairan
berbatu dan berkerikil kurang mendukung bagi kehidupan kerang air tawar karena
kerang air tawar lebih menyukai perairan dengan substrat dasar pasir berlumpur.
Berbeda dengan stasiun III pada lokasi ini subsrat yang terdapat adalah pasir
dan berlumpur sehingga pada stasiun ini yang banyak ditemukan kerang air tawar
karena subsrat ini sangat mendukung bagi kehidupan kerang air tawar sesuai
dengan Hasil penelitian Zeswita (1999) di Danau Maninjau menyatakan bahwa
kepadatan Corbicula moltkianatertinggi didapatkan pada daerah yang memiliki
substrat pasir berlumpur. Sementara dari penelitian Zeswita et. al (2016) mendapat
kerang air tawar C. Sumatrana ditemukan padasubsrat berpasir di Danau
Singakarak.
Prosiding Seminar Nasional dan Lomba Biologi - V | Selob- V
ISSN 2579-7766 91
Kepadatan populasi kerang air tawar (Corbicula moltkiana) juga
dipengaruhi oleh Faktor Fisika Kimia Air di sungai Batang Antokan Kenagarian III
Koto Utara Kecamatan IV Koto Aur malintang Kabupaten Padang Pariaman pada
Temperatur air pada masing-masing stasiun berbeda yaitu berkisar antara 25-28 0C.
Temperatur pada masing lokasi cenderung menurun dengan bertambahnya
kedalaman perairan. Hal ini disebabkan oleh berkurangnya intensitas cahaya
matahari yang dapat diubah menjadi energi panas dalam badan perairan sehingga
menyebabkan suhu semakin berkurang seiring dengan bertambahnya kedalaman.
Faktor yang menyebabkan perbedaan temperatur air adalah perbedaan waktu
pengambilan sampel dan kondisi cuaca saat pengukuran. Hasil ini tergolong baik
karena menurut Kordi (2011) suhu optimal untuk kelangsungan hidup kerang
berkisar antara 25-32 0C.
Nilai pH pada masing–masing lokasi relatif sama yaitu berkisar antara 7-8.
Sebagian besar stasiun I memperlihatkan pH yaitu 8,3, stasiun II memiliki pH 7
dan stasiun III memiliki pH 8. Nilai pH tersebut mendukung untuk kehidupan
kerang. Menurut Welch dan Lindell (1998)dalam Dea Rahayu (2014), kerang dapat
hidup baik pada kisaran pH 5,6-8,3. Berdasarkan analisis regresi yang menunjukkan
bahwa faktor substrat organik dan tingkat pH memberikan nilai positif, yang berarti
bahwa kedua faktor ini mempengaruhi ketersediaan kerang di habitat.
Oksigen terlarut yang terdapat pada kawasan ini berkisar 8-9 mg/l. Kadar
oksigen terlarut di dalam masa air nilainya adalah relatif dan bervariasi, biasanya
berkisar antara 6-14 mg/l. (Comel dan Miller, 1995 dalam Patty, 2016).
Berdasarkan penelitian Zeswitaet.al 2016 di danau Singkarak Dissolved Oxygen
(DO) Faktor memberikan korelasi negatif: setiap kali terjadi peningkatan 1 ppm
akan menyebabkan penurunan kepadatan populasi
Selain itu kepadatan populasi kerang air tawar juga dipengaruhi oleh kadar
organik substrat (KOS). Kadar organik subsrat tertinggi ditemukan pada stasiun III
dengan subsrat berlumpur dikarenakan pada subsrat yang mengandung lumpur
banyak mengandung nutrien untuk kelangsungan hidup kerang air tawar.
Sedangkan kandungan organik subsratterendah terdapat pada stasiun II yang
Prosiding Seminar Nasional dan Lomba Biologi - V | Selob- V
ISSN 2579-7766 92
memiliki bentuk subsrat hanya mengandung pasir yang jumlah nutriennya sangat
sedikit karena hanya terdapat banyak pori udara didalammnya.
Makrobentos yang mempunyai sifat penggali substrat seperti kerang air
tawar cenderung melimpah pada sedimen lumpur dan sedimen lunak yang
merupakan daerah yang mengandung bahan organik yang tinggi (Rizal, dkk, 2013).
Kadar organik substrat pada stasin I, II dan III adalah 0,661%, 0,534% dan 0,825%.
V. KESIMPULAN
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan di sungai Batang Antokan
Kenagarian III Koto Utara Kecamatan IV Koto Aur malintang Kabupaten Padang
Pariaman dapat disimpulkan bahwa:
1. Kepadatan populasi kerang air tawar ( Corbicula moltkiana) yang ditemukan di
sungai Batang Antokan Kenagarian III Koto Utara Kecamatan IV Koto Aur
Malintang Kabupaten Padang Pariaman adalah 408 ind/m2.
2. Kondisi fisika-kimia perairan masih dalam kisaran toleransi untuk kelangsungan
hidup kerang air tawar.
DAFTAR PUSTAKA
Kasri.A.Fajri,E. 2012.Kualitas Perairan Muara sungai Siak Di Tinjau Dari
Parameter Fisika-Kimia Dan Organisme. Jurnal Berkala Perikanan. Vol
40. No. 2.
Octavina. C, Yulianda, F, Krisanti, M.2014. Struktur Komonitas Tiram Daging di
Perairan Estuari Kuala Ggieng Kabupaten Aceh Besar Provinsi AcehPdf.
ISSN 2089-7790. Fakultas Perikanan dan Kelautan IPB Darmaga
Patty, S. 2016. Distribusi Suhu, Salinitas dan Oksigen terlarut, di Perairan Kema
Sulawesi Utara. Jurnal Ilmiah Platax. Proyek Penelitian Oseanografi
Termatik. 1 (3): 149-152
Silviana D.R. Nurdin J. and Izmiarti. 2014. Kepadatan Populasi dan Distribusi
Ukuran Cangkang Kerang Lokan (Rectidens sp.) di Perairan Tanjung
Mutiara Danau Singkarak, Sumatera Barat.Jurnal Biologi Universitas
Andalas (J. Bio. UA.) 3(2) – Juni 2014 : 109-115 (ISSN : 2303-2162).
Zeswita, A. L. 1999. Habitat, Kepadatan Populasi , Pola Distribusi dan
Selektivitas Makan Pensi (Corbicula moltikana
Prime).ThesisPascasarjana Universitas Andalas Padang.
Prosiding Seminar Nasional dan Lomba Biologi - V | Selob- V
ISSN 2579-7766 93
Zeswita, A. L. Dahelmi, I. J. Zakaria and S. Salmah. 2016. Study Population Of
Freshwater Shellfish CorbiculaSumatrana In Singkarak Lake West
Sumatra Indonesia. Research Journal of Pharmaceutical, Biological and
Chemical Sciences. Vol 7 (6). ISSN: 0975-8585
Prosiding Seminar Nasional dan Lomba Biologi - V | Selob- V
ISSN 2579-7766 94
KEPADATAN POPULASI Littoraria scabra PADA ZONA INTERTIDAL DI
PANTAI BATU KALANG KECAMATAN KOTO XI TARUSAN
KABUPATEN PESISIR SELATAN
ABSTRACT
Gastropods are often used as bio-indicators of water quality. Batu Kalang Beach,
Koto XI Subdistrict Tarusan Selatan Coastal District is an area that is used as a
tourist attraction and around the coast there are also residential areas. This beach
is used as a community as an economic resource such as fishermen and selling
around the coast. Besides that, there are also garbage from beach visitors. With
the many activities carried out by the community on the coast, it will disturb the
Gastropod habitat, especially the species of Littoraria scabra. In connection with
this research has been carried out with the aim to determine the population density
of Liitoraria scabra and environmental physical chemical factors in Batu Kalang
Beach, Koto XI Tarusan District, South Coastal District. This research was
conducted in April 2018, with a descriptive survey method. Sampling using a
transect belt, and sample identification was carried out at the STKIP PGRI West
Sumatra Zoological Laboratory. Based on the research that has been done, the
population density of littoraria scabra is 23.2 individuals / m2. The physical and
chemical conditions of waters in Batu Kalang Beach, Koto XI Subdistrict Tarusan
Selatan Regency are still within the tolerance range for Gastropod life especially
Littoraria scabra.
Keywords: Intertidal Zone, Littoraria scabra, Population Density
ABSTRAK
Gastropoda sering digunakan sebagai bioindikator terhadap kualitas perairan.
Pantai Batu Kalang Kecamatan Koto XI Tarusan Kabupaten Pesisir Selatan
merupakan kawasan yang dijadikan objek wisata dan di sekitar pantai juga
terdapat pemukiman penduduk. Pantai ini dijadikan masyarakat sebagai sumber
perekonomian seperti nelayan dan berjualan di sekitar pantai. Selain itu juga
terdapat sampah-sampah yang berasal dari pengunjung pantai. Dengan banyaknya
kegiatan yang dilakukan masyarakat di pantai tersebut maka akan mengganggu
habitat Gastropoda khususnya spesies Littoraria scabra. Sehubungan dengan itu
telah dilakukan penelitian dengan tujuan untuk mengetahui kepadatan populasi
Liitoraria scabra dan faktor fisika kimia lingkungan di Pantai Batu Kalang
Kecamatan Koto XI Tarusan Kabupaten Pesisir Selatan. Penelitian ini dilakukan
pada bulan April 2018, dengan metode survey deskriptif. Pengambilan sampel
menggunakan belt transek, dan identifikasi sampel dilakukan di Laboratorium
Febri Yanti, Widuri Handayani, Armein Lusi Zeswita
Program Studi Pendidikan Biologi STKIP PGRI Sumatera Barat
Email: [email protected]
Prosiding Seminar Nasional dan Lomba Biologi - V | Selob- V
ISSN 2579-7766 95
Zoologi STKIP PGRI Sumatera Barat. Berdasarkan penelitian yang telah
dilakukan diperoleh kepadatan populasi littoraria scabra yaitu 23,2 individu/m2..
Kondisi fisika kimia perairan di Pantai Batu Kalang Kecamatan Koto XI Tarusan
Kabupaten Pesisir Selatan masih dalam kisaran toleransi untuk kehidupan
Gastropoda khususnya Littoraria scabra.
Kata Kunci : Kepadatan Populasi, Littoraria scabra, Zona Intertidal
I. PENDAHULUAN
Ekosistem pesisir merupakan suatu ekosistem yang berbatasan dengan
darat, laut dan daerah pasang surut. Ekosistem ini dipengaruhi oleh siklus harian
pasang surut air laut. Ekosistem pesisir mempunyai kekayaan biota laut yang
beragam dan saling berinteraksi antara biota tersebut (Suwondo, Febrita, dan
Siregar, 2012). Biota laut yang ditemukan yaitu hewan vertebrata dan
invertebrata. Salah satu hewan invertebrata yang hidup di perairan pesisir pantai
adalah kelompok Gastropoda.
Gastropoda hidup di dasar perairan dengan cara menempel ataupun
mengubur diri dalam substrat. Organisme ini memiliki penyebaran substrat yang
luas yaitu berbatu, berpasir dan berlumpur (Suartini, 2010 dalam Situmorang,
2014). Gastropoda sering digunakan sebagai bioindikator terhadap kualitas
perairan (Kawuri, Suparjo, dan Suryanti, 2012). Suatu lingkungan perairan yang
tercemar akan mempengaruhi kehidupan organisme yang ada di dalam perairan
tersebut. Penyebaran Gastropoda erat sekali hubungannya dengan kondisi perairan
dimana organisme ini ditemukan. Beberapa diantaranya adalah faktor fisika,
kimia, dan biologi seperti temperatur, salinitas, pH, kandungan bahan organik dan
oksigen (Ruswahyuni, 2008).
Menurut Clarke (1972) serta Leon dan Hansen (2003) dalam Tupan (2009)
menyatakan bahwa genus Littoraria ditemukan hidup pada akar, batang, dan daun
pohon mangrove, serta sanggup bertahan hidup hanya dengan percikan-percikan
air pasang. Sedangkan menurut Alfaro (2008), Littoraria scabra adalah hewan
Prosiding Seminar Nasional dan Lomba Biologi - V | Selob- V
ISSN 2579-7766 96
herbivora yang sebagian besar makanannya seperti mikroalgae, lembaran-
lembaran makrofita, filamen algae dan jaringan mangrove, diperoleh selama
periode surut pada bagian bawah pohon mangrove (akar dan batang), sedangkan
pada bagian atas pohon mangove (ranting dan daun) tersedia dalam jumlah
terbatas selama periode pasang.
Pantai Batu Kalang Pesisir Selatan merupakan pantai yang dijadikan
sebagai tempat rekreasi, pariwisata dan sebagai sumber perekonomian penduduk
setempat misalnya menangkap ikan, dan berdagang di sekitar pantai. Pantai Batu
Kalang dihuni oleh berbagai jenis biota laut, baik invertebrata maupun vertebrata,
yang sebagian besar merupakan biota penting dan bernilai ekonomi. Salah satu
kelompok fauna yang sering dijumpai pada daerah pantai ini adalah Gastropoda.
Berdasarkan hasil observasi dan wawancara yang telah dilakukan dengan
penduduk di sekitar pantai, Pantai Batu Kalang sudah mulai tercemar.
Pencemaran tersebut diakibatkan oleh limbah rumah tangga dari rumah penduduk
di sekitar pantai dan di sepanjang pantai terdapat sampah-sampah yang berasal
dari pengunjung pantai. Selain itu adanya kapal-kapal nelayan yang menggunakan
bahan bakar juga ikut mencemari pantai tersebut. Hal ini tentu akan berpengaruh
terhadap keberadaan Gastropoda di dalam ekosistem perairan pesisir pantai.
II. METODE PENELITIAN
Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah metode survei
deskriptif yaitu pengambilan sampel dilakukan langsung di lapangan.
Pengambilan sampel menggunakan belt transect ukuran 50 cm x 50 cm 10
bingkai kuadrat disusun sejajar dengan bibir pantai.
III. HASIL
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan di Pantai Batu Kalang
Kecamatan Koto XI Tarusan Kabupaten Pesisir Selatan didapatkan hasil
kepadatan populasi Littoraria scabra ditampilkan pada Tabel 1.
Prosiding Seminar Nasional dan Lomba Biologi - V | Selob- V
ISSN 2579-7766 97
Tabel 1. Kepadatan populasi Littoraria scabra yang ditemukan di Pantai Batu
Kalang Kecamatan Koto XI Tarusan Kabupaten Pesisir Selatan Titik Pengambilan Sampel Jumlah Individu
I 6
II 13
III 6
IV 8
V 3
VI 7
VII 4
VIII 4
IX 3
X 4
Total 58
Kepadatan (ind/m2) 23,2
Tabel 2. Kondisi fisika kimia lingkungan di Pantai Batu Kalang Kecamatan Koto
XI Tarusan Kabupaten Pesisir Selatan
No Parameter Lokasi Penelitian
1 Suhu (ºC) 28
2 pH 8,5
3 Salinitas (‰) 31,43
4 DO (mg/l) 3,6
IV. PEMBAHASAN
Kepadatan populasi Littoraria scabra di Pantai Batu Kalang Kecamatan
Koto XI Tarusan Kabupaten Pesisir Selatan yaitu 23,2 individu/m2. Tingginya
kepadatan populasi Littoraria scabra ini dikarenakan lokasi pengambilan sampel
yaitu pada daerah berbatu. Hal ini sesuai dengan pendapat Widiyanto (2016)
Gastropoda paling suka pada habitat berbatu sehingga Gastropoda dapat
menempel pada bebatuan dan memiliki substrat berlumpur sehingga memiliki
cadangan makanan yang cukup bagi Gastropoda. Littorina scabra memiliki
cangkang dengan puncak yang rendah sehingga pergerakkannya lebih stabil.
Hughes (1986) dalam Tupan (2009) menyatakan umumnya cangkang
dengan puncak yang rendah akan menghasilkan gerakan yang lebih stabil, dan
dapat beradaptasi secara sangat baik saat bergerak terbalik atau ketika berada di
atas permukaan vertikal batu-batuan dan vegetasi. Aktivitas gerak ini diduga
berhubungan dengan upaya untuk menghindari penggenangan air pasang,
Prosiding Seminar Nasional dan Lomba Biologi - V | Selob- V
ISSN 2579-7766 98
predator, dan untuk mencari makanan. Menurut Ayunda (2011) Littoraria scabra
merupakan kelompok Gastropoda fakultatif karena dapat ditemukan dalam
jumlah yang banyak baik di dalam maupun di luar ekosistem mangrove. Hal
tersebut karena famili Littorinidae memiliki kemampuan yang sama baiknya
untuk hidup di dalam ekosistem mangrove maupun di ekosistem pantai lainnya.
Selain itu menurut Isarankura (1976) dalam Siahainenia (2008) menyatakan
Genus littoraria memiliki lendir yang kental untuk merayap naik dan
menggantung pada batu, akar, batang dan daun mangrove.
Kondisi fisika kimia lingkungan di Pantai Batu Kalang Kecamatan Koto XI
Tarusan Kabupaten Pesisir Selatan juga mendukung untuk kehidupan Gastropoda
khususnya Littoraria scabra yaitu suhu 28ºC, pH 8,5 , Salinitas 31,43‰ dan DO
3,6 mg/L. Menurut Nento (2013) kisaran suhu yang ideal untuk pertumbuhan dan
reproduksi Gastropoda pada umumnya adalah 25-32 ºC, selanjutnya menurut
Odum (1996) Gastropoda umumnya memerlukan pH antara 6,5 - 8,5 untuk
keberlangsungan hidup dan bereproduksi. Sedangkan menurut Nento (2013)
Salinitas yang layak untuk kehidupan Gastropoda berada pada kisaran 28-34%.
Menurut Clark (1974) dalam Rajeki, dkk (2013) bahwa oksigen optimum bagi
Gastropoda adalah 4,1-6,6 mg/L, sedangkan kadar minimum yang masih
ditoleransi adalah 4 mg/L.
V. KESIMPULAN
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan di Pantai Batu Kalang
Kecamatan Koto XI Tarusan Kabupaten Pesisir Selatan dapat disimpulkan bahwa
Kepadatan Populasi Littoraria scabra yaitu 23,2 individu/m2 dan kondisi fisika
kimia perairannya masih dalam kisaran toleransi untuk kehidupan Gastropoda
khususnya Littoraria scabra.
DAFTAR PUSTAKA
Alfaro, A.C. 2008. Diet of Littorina scabra, While Vertically Migrating on Mangrove
Trees: Gut Content, Fatty Acid and Stable Isotope Analyses. Estuarine, Coastal
and Shelf Science Journal. 79 (4): 718-726
Prosiding Seminar Nasional dan Lomba Biologi - V | Selob- V
ISSN 2579-7766 99
Ayunda, R. 2011. Struktur Komunitas Gastropoda pada Ekosistem Mangrove di
Gugus Pulau Pari, Kepulauan Seribu. Skripsi. Program Studi Biologi
Universitas Indonesia
Kawuri, R.L., Suparjo, M.N. dan Suryanti. 2012. Kondisi Perairan Berdasarkan
Bioindikator Makrozobentos di Sungai Seketak Tembalang Kota Semarang.
Jurnal of Menagement of Aquatic Resources
Nento, R., F. Sahami., dan S. Nursinar. 2013. Kelimpahan, Keanekaragaman,
Dan Kemerataan Gastropoda Di Ekosistem Mangrove Pulau Dudepo,
Kecamatan Anggrek, Kabupaten Gorontalo Utara. Jurnal Ilmiah Dan
Kelautan. Vol. 1 . Nomor 1.
Odum, E. P. 1996. Dasar-Dasar Ekologi Edisi Ketiga. Yogyakarta: Gajah Mada
University Press
Rajeki, S dan T. Susilowati. 2013. Uji Coba Budidaya Keong Macan (Babylonia
Spirota) di Tambak Lanyah dengan padat penebaran berbeda. Jurnal
saintek perikanan. Vol. 6 No. 2
Ruswahyuni. 2008. Struktur Komunitas Makrozobentos yang Berasosiasi dengan
Lamun pada Pantai Berpasir di Jepara. Jurnal Saintek Perikanan Vol.3
Nomor 2. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Diponegoro
Siahainenia, Laura. 2008. Bioekologi Kepiting Bakau (Scylla spp) di Ekosistem
Mangrove Kabupaten Subang Jawa Barat. Disertasi. Sekolah Pasca Sarjana
Institut Pertanian Bogor.
Situmorang. D. P., H. Sitorus dan Desrita. 2014. Komunitas Makrozoobentos Di
Sungai Percut Sei Tuan Kabupaten Deli Serdang Sumatera Utara. Program
Strudi Manajemen Sumber Daya Perairan. Fakultas Pertanian. Laporan
Penelitian. Universitas Sumatera Utara
Suwondo, Febrita, E., dan Siregar, N. 2012. Kepadatan dan Distribusi Bivalvia
pada Mangrove di Pantai Cermin Kabupaten Serdang Bedagai Provinsi
Sumatera Utara. Jurnal Biogenesis Vol. 9, Nomor I, Juli 2012. Program
Studi Pendidikan Biologi Jurusan PMIPA FKIP Universitas Riau Pekanbaru
Tupan, C.I . 2009. Tingkah Laku Pergerakan Gastropoda Littoraria scabra pada
pohon mangrove Sonneratia alba di perairan pantai Tawiri Pulau Ambon.
Jurnal. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Pattimura
Ambon. Vol. 5 No. 1 hal. 28-33
Widiyanto, Agus. 2016. Keanekaragaman Gastropoda Pada Vegetasi Mangrove
di Desa Bintan Buyu Kabupaten Bintan. Skripsi. Jurusan Ilmu Kelautan
FIKP UMRAH
Prosiding Seminar Nasional dan Lomba Biologi - V | Selob- V
ISSN 2579-7766 100
PENINGKATAN BERAT BADAN BENIH IKAN NILA (Oreochormis
Nilothicus) dengan KOMBINASI TEPUNG DAUN LAMTORO (Leucena
Leucocephala) dan EKSTRAK KUNYIT PUTIH (Curcuma longa)
Silvi Susanti*, Rina Widiana, Muflihah Darajat
Program Studi Pendidikan Biologi STKIP PGRI Sumatera Barat
ABSTRACT
Tilapia is a very popular fish cultivated, with the advantage of how to cultivate it
easily, resistant to disease, in accordance with the tropical climate, and has a high
economic value. This makes consumers make tilapia as a consumption food for
nutritional needs and improvement. But in tilapia cultivation, farmers often find it
difficult to buy food because the price of feed is relatively expensive. For this
reason, the alternative feed is needed to increase tilapia production. Based on this,
research has been conducted with the aim to determine the effect of the mixture of
lamtoro (Leucaena leucocephala) leaf meal and white turmeric extract (Curcuma
longa) on the growth of tilapia fish (Oreochromis niloticus). The study was
conducted in June - July 2018 in Jorong IV Jorong Nagari Pasir Talang Selatan,
Sungai Pagu District, South Solok Regency. The study used a completely
randomized design (CRD) with 6 treatments and 4 replications. Treatment (A)
Control (FP800 pellets), (B) 15% lamtoro protein + 15% pellets, (C) 15%
turmeric extract + 15% pellets, (D) 7.5% lamtoro leaf flour + turmeric extract 7 ,
5% + pellet 15%, (E) lamtoro leaf flour 10% white turmeric extract 5% + pellet
15%, and (F) lamtoro protein leaf flour 5% white turmeric extract 10% + pellet
15%. Data was done using analysis of variance and Duncan test. From the results
of research that has been done that the highest weight gain is shown by treatment
E, which is 2.52 grams while the lowest weight growth is indicated by treatment
C, which is equal to 0.82 grams. The results of the analysis showed that F hit> F
table so that feeding a mixture of lamtoro (Leucaena leucocephala) leaves and
white turmeric extract (Curcuma longa) significantly affected the weight growth
of tilapia (Oreochromis niloticus) seeds with the best feed mixture, 10% lamtoro
leaf flour. + 5% + pellet 15% white turmeric extract. Statistical test results from
the length increase, namely F hit <F table,
Keywords: Lamtoro Leaf, White Turmeric, Growth, Tilapia
ABSTRAK
Ikan nila merupakan ikan yang sangat populer dibudidayakan, dengan keunggulan
cara membudidayakannya dengan mudah, tahan terhadap penyakit, sesuai dengan
iklim tropis, dan memiliki nilai ekonomi yang tinggi. Ini menjadikan konsumen
menjadikan nila sebagai makanan konsumsi untuk kebutuhan gizi dan
peningkatan. Namun dalam budidaya nila, petani sering kesulitan membeli
makanan karena harga pakan relatif mahal. Untuk alasan ini, pakan alternatif
diperlukan untuk meningkatkan produksi nila. Berdasarkan hal ini, penelitian
Prosiding Seminar Nasional dan Lomba Biologi - V | Selob- V
ISSN 2579-7766 101
telah dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui pengaruh campuran tepung daun
lamtoro (Leucaena leucocephala) dan ekstrak kunyit putih (Curcuma longa)
terhadap pertumbuhan ikan nila (Oreochromis niloticus). Penelitian ini dilakukan
pada bulan Juni - Juli 2018 di Jorong IV Jorong Nagari Pasir Talang Selatan,
Kecamatan Sungai Pagu, Kabupaten Solok Selatan. Penelitian ini menggunakan
desain acak lengkap (CRD) dengan 6 perlakuan dan 4 replikasi. Pengobatan (A)
Kontrol (pelet FP800), (B) 15% protein lamtoro + 15% pelet, (C) 15% ekstrak
kunyit + 15% pelet, (D) 7,5% tepung daun lamtoro + ekstrak kunyit 7, 5% + pellet
15%, (E) tepung daun lamtoro 10% ekstrak kunyit putih 5% + pellet 15%, dan (F)
tepung daun protein lamtoro 5% ekstrak kunyit putih 10% + pellet 15%. Data
dilakukan dengan menggunakan analisis varians dan uji Duncan. Dari hasil
penelitian yang telah dilakukan bahwa pertambahan bobot tertinggi ditunjukkan
oleh perlakuan E, yaitu 2,52 gram sedangkan pertumbuhan bobot terendah
ditunjukkan oleh perlakuan C, yaitu sebesar 0,82 gram. Hasil analisis
menunjukkan bahwa F hit> F table sehingga pemberian campuran daun lamtoro
(Leucaena leucocephala) dan ekstrak kunyit putih (Curcuma longa) berpengaruh
nyata terhadap pertumbuhan bobot biji nila (Oreochromis niloticus) dengan
campuran pakan terbaik, 10% tepung daun lamtoro. + 5% + 15% ekstrak kunyit
putih. Hasil uji statistik dari kenaikan panjang, yaitu F hit <F tabel,
Kata kunci: Daun Lamtoro, Kunyit Putih, Pertumbuhan, Nila
I. PENDAHULUAN
Nila merupakan ikan yang sangat populer dibudidayakan, hal ini disebabkan oleh
keunggulan ikan yang dimiliki oleh nila antara lain mudah dibudidayakan, tahan
terhadap penyakit, sesuai dengan iklim tropis, dan memiliki nilai ekonomi yang
tinggi. Selain itu nila juga memiliki yang enak dan kandungan protein yang
cukup tinggi, mencapai 17,5% (Khairuman dan Amri, 2011) sehingga mayarakat
banyak menjadikan ikan nila sebagai makanan konsumsi untuk kebutuhan dan
perbaikan gizi.
Data FAO (Food and Agriculture Organization) menunjukan bahwa,
kebutuhan ikan untuk pasar dunia masih kurang sebesar 2 juta ton/ tahun. Dengan
ditargetnya konsumsi ikan sekitar 22 kg/ kapita/ tahun, pasar domestik masih
memerlukan tambahan pasokan ikan lebih dari 0,5 juta ton per tahun (Khairuman
dan Amri, 2013). Hal ini membuat para petani ikan melakukan berbagai upaya
Prosiding Seminar Nasional dan Lomba Biologi - V | Selob- V
ISSN 2579-7766 102
untuk memproduksi ikan nila yang bernilai ekonomis baik secara kualitas maupun
kuantitas (Hertanto, 2013).
Akan tetapi kendala yang sering muncul dikalangan pembudidaya ikan
khususnya diwilayah pedesaan adalah pemenuhan kebutuhan pakan ikan. Karena
pakan ikan yang dijual dipasaran masih relatif mahal sehingga pembudidaya
hanya menggunakan pakan yang berasal dari sisa makanan, seperti dedak halus,
roti busuk dan rebusan usus ayam. Jika dilihat dari standar kualitas pakan belum
memenuhi standar yang baik. Sehingga berdampak pada hasil produksi ikan nila.
Salah satu upaya yang bisa dilakukan adalah dengan membuat pakan
sendiri. Hal ini dapat dilakukan dengan cara memanfaatkan bahan yang tersedia
dialam dan tidak bersaing dengan manusia yang sesuai dengan standar nutrisi
yang baik bagi ikan nila. Daun lamtoro merupakan sumber daya hayati lokal yang
tersedia dilingkungan dan mudah didapatkan. Daun lamtoro mengandung protein
sebanyak 23% (Riana, 2016) dan total karbohidrat 18,6 % (Yosia et al., 2015).
Hal ini sangat memungkinkan digunakan untuk budidaya ikan nila karena ikan
nila merupakan ikan omnivora yang cenderung herbivora sehingga lebih mudah
beradaptasi dengan jenis pakan yang dicampur dengan sumber bahan nabati
seperti tepung daun lamtoro (Restiningtyas et al., 2015).
Sumber bahan nabati lain yang dapat menambah nutrisi dan gizi pakan ialah
kunyit putih. Kunyit putih merupakan tumbuhan yang mengandung protein 8%,
kabohidrat 30%, lemak 3% dan sisanya vitamin dan mineral yang dibutuhkan ikan
agar pertumbuhan dan kesehatan ikan dalam keadaan baik. Pemberian ekstrak
kunyit putih pada pakan akan meningkatkan kualitas ikan sehingga ikan tumbuh
sehat, membuat kualitas ikan terpenuhi secara optimal dan ikan kebal terhadap
serangan penyakit (Darmawan, 2007).
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pakan campuran tepung
daun lamtoro dan ekstrak kunyit putih terhadap pertumbuhan berat benih ikan
nila.
II. METODE PENELITIAN
Jenis penelitian ini adalah penelitian eksperimen yang dilaksanakan pada
bulan Juni - Juli 2018 di Jorong IV Jorong Nagari Pasir Talang Selatan
Prosiding Seminar Nasional dan Lomba Biologi - V | Selob- V
ISSN 2579-7766 103
Kecamatan Sungai Pagu Kabupaten Solok Selatan. Penelitian ini menggunakan
sampel benih ikan nila umur 1 bulan sebanyak 3 ekor per unit. Alat yang
digunakan adalah toples ukuran 30 cm x 20 x 20 cm sebanyak 24 buah, pH meter,
thermometer, timbangan digital, jangka sorong/ mistar, ember, label, alat tulis,
gelas ukur, gelas pengaduk, pipet , blender, saringan, sendok, jaring kecil. Bahan
yang digunakan dalam penelitian ini adalah bibit ikan nila ukuran 3-5 cm, pelet
PF800, daun lamtoro (Leucaena leucocephala), ekstrak kunyit putih (Curcuma
longa), ragi tempe dan air.
Pemberian pakan dilakukan sebanyak 3 kali sehari pukul 08.00 wib, 15.00
wib dan 20.00 wib. Penelitian ini dirancang menggunakan metode RAL
(Rancangan Acak Lengkap) dengan 6 perlakuan dan 4 ulangan. Sebagai perlakuan
adalah:
1. Perlakuan A: Pemberian pelet ( kadar protein 30 %)
2. Perlakuan B: Pemberian tepung daun lamtoro kadar protein 15% + pelet 15%
3. Perlakuan C: Pemberian ekstrak kunyit putih dengan protein 15% + pelet 15%
4. Perlakuan D: Pemberian tepung daun lamtoro dengan kadar protein 7,5% dan
ekstrak kunyit putih dengan kadar protein 7,5% + pelet 15%
5. Perlakuan E: Pemberian tepung daun lamtoro dengan kadar protein 10% dan
ekstrak kunyit putih dengan kadar protein 5% + pelet 15%
6. Perlakuan F: Pemberian tepung daun lamtoro dengan kadar protein 5% dan
ekstrak kunyit putih dengan kadar protein 10% + pelet 15%
Data pertumbuhan berat mutlak akan dianalisis dengan menggunakan
analisis sidik ragam dan uji lanjut Duncan. Rumus yang digunakan untuk
menentukan presentase pertumbuhan panjang mutlak berdasarkan effendie
(1979):
Pertumbuhan Berat Multak
L = Lt - Lo
Keterangan:
L = Pertumbuhan bobot mutlak
Lt = bobot benih pada akhir pemeliharaan
Lo = bobot benih pada awal pemeliharaan
Prosiding Seminar Nasional dan Lomba Biologi - V | Selob- V
ISSN 2579-7766 104
III. HASIL
Data pertumbuhan berat benih ikan dapat dilihat pada gambar 1.
Gambar 1. Grafik pertumbuhan berat ikan dengan berbagai perlakuan.
Ket : (A) Dosis perlakuan A, (B) Dosis perlakuan B, (C) ) Dosis perlakuan C, (D)
Dosis perlakuan D, (E) Dosis perlakuan E,dan (F ) Dosis perlakuan F
Dari Gambar diatas dapat dilihat bahwa pertumbuhan berat terendah
ditunjukkan oleh perlakuan C sebesar 0.82 gram dengan menggunakan pakan
campuran Pelet berprotein 15% + ekstak kunyit putih berprotein 15%. Sedangkan
pertambahan berat tertinggi ditunjukkan oleh perlakuan E yaitu sebesar 2,52 gram
dengan menggunakan pakan campuran Pelet berprotein 15% + tepung daun
lamtoro berprotein 10% + ekstrak kunyit putih berprotein 5%. Hasil uji Duncan
menunjukkan bahwa perlakuan C berbeda tidak nyata dengan perlakuan A, B, D,
dan F sedangkan dengan perlakuan E berbeda sangat nyata dengan semua
perlakuan lainnya.
IV. PEMBAHASAN
Hasil menunjukkan bahwa pemberian pakan campuran daun lamtoro dan
ekstrak kunyit putih berpengaruh nyata terhadap pertumbuhan berat benih ikan
nila. Terdapatnya pengaruh pemberian pakan campuran daun lamtoro (Leucaena
leucocephala) dan ekstrak kunyit putih (Curcuma longa) disebabkan oleh
kandungan protein yang ada pada pakan yatitu 30 % sehingga ikan tumbuh
dengan baik. Menurut Gufran dan Kodri (2015) ikan nila membutuhkan protein
Prosiding Seminar Nasional dan Lomba Biologi - V | Selob- V
ISSN 2579-7766 105
sebesar 25% - 35% dalam pakannya agar tumbuh dengan optimal. Anggraeni dan
Abdulghani (2013) menyatakan bahwa pertumbuhan ikan erat kaitannya dengan
ketersediaan protein dalam pakan, karena protein merupakan sumber energi bagi
ikan dan protein merupakan nutrisi yang sangat dibutuhkan ikan untuk
pertumbuhan sehingga jumlah protein akan mempengaruhi pertumbuhan ikan.
Perlakuan E dengan pemberian pakan campuran pellet berprotein 30% +
tepung daun lamtoro berprotein 10% + ekstrak kunyit putih 5% mampu
meningkatkan pertumbuhan berat benih ikan nila tertinggi yaitu sebesar 2,52
gram. Hal tersebut disebabkan oleh komposisi pakan pada perlakuan E memiliki
nutrisi yang seimbang dan efisiensi pakan yang baik. Hal tersebut sesuai dengan
penelitian Yosia,dkk (2015) penggunakan komposisi pakan dengan pemberian
tepung daun lamtoro 10% paling mdah dicerna oleh ikan baung sehingga efisiensi
pakan paling baik, dengan demikian ikan dapat memanfaatkan nutrien pada pakan
lebih banyak untuk pertumbuhan.
Pertumbuhan berat terendah ditunjukkan oleh perlakuan C (pakan campuran
Pelet berprotein 15% + ekstrak kunyit putih berprotein 15% ) yaitu sebesar 0.82
gram dan berbeda tidak nyata dengan perlakuan B (pellet berprotein 15% +
tepung daun lamtoro 15%) yaitu 1,4 gram, perlakuan C (pellet berprotein 15% +
ekstrak kunyit putih 5%), yaitu 0.82 gram, perlakuan D (pellet berprotein 30% +
tepung daun lamtoro berprotein 7,5% + ekstrak kunyit putih 7,5%) yaitu 1,47
gram, dan perlakuan F (pellet berprotein 30% + tepung daun lamtoro 7,5% +
ekstrak kunyit putih 7,5%) yaitu 1.02 gram. Pada perlakuan C ( pemberian pakan
campuran Pelet berprotein 15% + ekstrak kunyit putih berprotein 15% ),
rendahnya pertumbuhan berat benih ikan nila (0.82 gram) disebabkan oleh
kandungan karbohirat yang terkandung dalam pakan melebihi kebutuhan benih
ikan. Asai dan Miyasawa (2001 dalam Arifin et al,. 2015) mengatakan bahwa
kunyit memiliki kandungan karbohidrat sebesar 30%, protein 8%, lemak 3%, dan
sisanya tersiri dari vitamin dan garam mineral. Pada perlakuan C kunyit diberikan
pada pakan dengan kadar protein 15% sehingga karbohidrat yang terkandung
dalam pakan melebihi 50%. Hariadi et al. (2005 dalam Hamidi 2013) menyatakan
Prosiding Seminar Nasional dan Lomba Biologi - V | Selob- V
ISSN 2579-7766 106
bahwa karbohidrat mengandung serat kasar berupa selulosa yang sulit dicerna
ikan.
Pemberian pakan campuran daun lamtoro dan ekstrak kunyit disebabkan
pertumbuhan berat lebih cepat daripada pertumbuhan panjang ikan. Effendie
(1997 dalam Muttaqin,dkk. 2016) menyatakan bahwa pertumbuhan berat ikan
lebih cepat daripada perumbuhan panjang ikan sehingga laju pertumbuhan ikan
nila untuk pertumbuhan panjang selama 30 hari belum tampak. Penelitian yang
dilakukan oleh Putra (2017) tentang pengaruh penambahan kangkung air pada
pakan terhadap pertumbuhan ikan nila menunjukkan bahwa pertambahan berat
ikan nila sudah tampak pada umur 28 hari sedangkan pertambahan panjang baru
tampak berbedaan pada masing-masing perlakuan pada umur 72 hari sehingga
pertumbuhan berat ikan nila lebih cepat dari pada pertumbuhan panjang ikan nila.
Effendie (2002 dalam Irwanmay,dkk. 2015) menyatakan bahwa
pertambahan panjang ikan tidak secepat dengan pertambahan berat ikan.
Perbedaan ukuran berat dan panjang antara tiap ikan tersebut dapat dipengaruhi
oleh berbagai faktor, seperti yang telah dikemukakan oleh Fujaya (1999) dimana
ada dua faktor yang mempengaruhi pertumbuhan ikan yaitu faktor dalam dan
faktor luar. Faktor dalam diantaranya adalah keturunan, jenis kelamin, umur,
parasit dan penyakit. Sedangkan yang termasuk faktor luar adalah makanan dan
kualitas perairan pada media pemeliharaan.
V. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa
pakan campuran tepung daun lamtoro dan ekstrak kunyit putih dapat
meningkatkan berat benih ikan nila. Komposisi terbaik pemberian pakan
campuran daun lamtoro dengan kadar protein 10% + ekstrak kunyit putih kadar
dengan protein 5% dapat dijadikan sebagai alternatif pakan.
DAFTAR PUSTAKA
Angrraeni dan Abdulgani. 2013.Pengaruh Pemberian Pakan Alami dan Pakan
Buatan Terhadap Pertumbuhan Ikan Betutu (Oxyeleotris marmorata) pada
Skala Laboratorium. Jurnal Sains dan Seni Pomits Volume 2 Nomor 1.
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. Institut Teknologi
Sepuluh November.
Prosiding Seminar Nasional dan Lomba Biologi - V | Selob- V
ISSN 2579-7766 107
Darmawan.2007.Manfaat Ekstrak Kunyit dan Bawang Putih Sebagai Nutrisi
Tambahan Alami Pada Pakan dan Aplikasinya terhadap Benih Ikan Lele
Dumbo (Clarias geriepinus). Jurnal Sumberdaya Perairan Volume 1. Edisi
1.
Ghufran dan Kodri.2015. Akuakultur Intensif dan Super Intensif. Jakarta: Rineka
Cipta.
Hertanto.2013.Produksi Ikan Nila (Oreochromis niloticus) Jantan Menggunakan
Madu Lebah Hutan.Jurnal Bioteknologi. Universita Atmajaya Yogyakarta.
Indariyanti dan Rahkmawati. 2014.Peningkatan Kualitas Nutrisi Limbah Kulit
Buah Kakao dan Daun Lamtoro Melalui Fermentasi Sebagai Basis Protein
Pakan Ikan.Jurnal Penelitian Pertanian Terapan Vol.13(2): 108-115.
Universitas Negeri Lampung.
Jasin.1992. Zoologi Invertebrata. Sinar Wijaya. Cetakan keempat: Surabaya.
Anggota IKAPI
Khairuman dan Amri.2003.Kiat Mengatasi Permasalahan Praktis Budi Daya Ikan
Nila Secara Intensif. PT AgroMedia Pustaka: Depok.
Putra.2017.Pengaruh Penambahan Kangkung Air (Ipomoea aquatic) pada pakan
terhadap pertumbuhan ikan nila (Oreochromis niloticus.Jurnal. Uniersitas
Sumatera Utara.
Restiningtyas, Subandiyono, Pinandoyo.2015. Pemanfaatan Daun Lamtoro
Dalam Pakan Buatan terhadap Pertumbuhan Benih Ikan. Journal of
Aquaculture Management and Technology Volume 4, Nomor 2, Tahun
2015, Halaman 26-34. Universitas Diponegoro.
Riana,2016.Evaluasi Nutrisi Tepung Daun Lamtoro Gung (Leucaena
glaucacephala) yang Difermentasikan dengan Cairan Lumen Kambing
terhadap Pertumbuhan Ikan Gurami (Osphronemus gouramy). Skripsi.
Fakultas Pertanian Unvirsitas Lampung.
Saparinto dan Susiana.2011.Kiat Sukses Budi Daya Ikan Nila. Lily Publisher:
Yogyakarta.
Yosia,Adelina,Suharman.2015. Pengaruh Substitusi Tepung Kedelai dengan
Tepung Fermentasi Daun Lamtoro Gung (Leucaena glaucacephala) dalam
Pakan terhadap Pertumbuhan Benih Ikan Baung (Hemibragus nemurus).
Jurnal Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Riau.