B A B II TINJAUAN PUSTAKA Sistem operasi memerlukan persediaan untuk menunjang kelancaran dan efisiensi daiam proses produksi. Untuk mernpeTmudah pengertian mengenai bagaimana melakukan efisiensi pemakaian bahan baku, maka terminologi yang berhubungan dengan persediaan dan perencanaan kebutuhan persediaan akan diuraikan definisinya satu per satu. 2.1 Persediaan Persediaan adalah aktiva yang tersedia untuk dijua! dalam proses produksi, dan atau dalam perjalanan, atau dalam bcntuk bahan. atau perlengkapan (supplies) untuk digunakan dalam proses produksi (IAI, 1995; 142). Persediaan juga merupakan sumber daya menganggur (idle resources) yang menunggu proses lebih lanjut berupa kegiatan produksi pada sistem manufaktur, pemasaran distribusi, atau kegiatan konsumsi pangan paUa sistem rumah tangra (Nasutinn. 1996.1). Narnun, secara umum dapat dikatakan. bahwa persediaan adalah suatu istiiah yang lrienunjukkan segala sesuatu atau sumber daya orgamsasi yang disimpan cialam rangka mengantisipasi untuk dapat memenuhi permintaan. haik •nlernai maupun eksterna! (Handoko, 1996:333). Berdasarkan bentuknya. pcrsediaan ciigOiOngkan rriersiadi beberapa keiompok sesuai dengan kategorinya. Dalam sisiern ir.arraiakmr. persediaaa ciibcuakan nienjacii tiga bentiik (Handoko, 1996, 334 i •
28
Embed
Penerapan sistem material requirements planning (MRP ...
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
B A B II
TINJAUAN PUSTAKA
Sistem operasi memerlukan persediaan untuk menunjang kelancaran dan
efisiensi daiam proses produksi. Untuk mernpeTmudah pengertian mengenai
bagaimana melakukan efisiensi pemakaian bahan baku, maka terminologi yang
berhubungan dengan persediaan dan perencanaan kebutuhan persediaan akan
diuraikan definisinya satu per satu.
2.1 Persediaan
Persediaan adalah aktiva yang tersedia untuk dijua! dalam proses produksi,
dan atau dalam perjalanan, atau dalam bcntuk bahan. atau perlengkapan (supplies)
untuk digunakan dalam proses produksi (IAI, 1995; 142). Persediaan juga merupakan
sumber daya menganggur (idle resources) yang menunggu proses lebih lanjut berupa
kegiatan produksi pada sistem manufaktur, pemasaran distribusi, atau kegiatan
konsumsi pangan paUa sistem rumah tangra (Nasutinn. 1996.1). Narnun, secara
umum dapat dikatakan. bahwa persediaan adalah suatu istiiah yang lrienunjukkan
segala sesuatu atau sumber daya orgamsasi yang disimpan cialam rangka
mengantisipasi untuk dapat memenuhi permintaan. haik •nlernai maupun eksterna!
(Handoko, 1996:333).
Berdasarkan bentuknya. pcrsediaan ciigOiOngkan rriersiadi beberapa keiompok
sesuai dengan kategorinya. Dalam sisiern ir.arraiakmr. persediaaa ciibcuakan nienjacii
Tersedianya persediaan yang ada dalam perusahaan ditimbulkan oleh 3
kondisi (Handoko, 1996; 335):
1. Mekanisme pemenuhan atas permintaan (transaction motive)
Permintaan akan suatu barang tidak akan dapat dipenuhi dengan segera bila
barang tersebut tidak tersedia sebelumnya, karena untuk mengadakan barang
dibutuhkan waktu, baik untuk pembuatannya ataupun untuk
mendatangkannya. Hal itn berarti bahwa adanya persediaan merupakan hal
yang sulit dihindarkan.
2. Adanya keinginan untuk meredam ketidakpastian {precautwnary /notive)
Ketidakpastian yang dimaksud adalah :
a. Adanya permintaan yang bervariasi dan tidak pasti dalam jumlah maupun
waktu kedatangan.
b. Waktu pembuatan yang cenderung konstan antara satu produk dengan
produk yang lain.
c. Lead time yang cendemng tidak pasti karena berbagai faktor yang tidak
dapat dikendalikan sepenuhnya.
Ketidakpastian ini dapat diredam dengan persediaan pe'.gaman {safety stock)
yang akan digunakan jika permintaan melebihi peramalan, produksi iebih
rendah dari rencana atau lead time lebih panjang dari yang diperkirakan
semula.
3. Keinginan untuk melakukan spekulasi {specnlative motivej yang bertujuan
untuk mendapatkan keuntungan besar dari kenaikan harga barang di masa
mendatang.
11
Sedangkan alasan-alasan yang mendasari perusahaan untuk menyediakan
persediaan adalah:
1. Dibutuhkan waktu untuk menyelesaikan operasi produksi dan untuk
memindahkan produk dari suatu tingkat proses ke tingkat proses lainnya
yang disebut persediaan dalam proses dan pemindahan
2. Alasan organisasi, untuk memungkinkan saru unit atau bagian membuat
jadwal operasinya secara bebas, tidak tergantung dari yang lainnya.
Persediaan merupakan salah satu unsur yang paling aktif dalam operasi
perusahaan yang secara terus-menerus diperoleh, diubah dan kemudian dijual
kembali. Oleh sebab itu, ketersediaan persediaan yang mencukupi akan menjamin
kelancaran operasi perusahaan karena faktor waktu (waktu henti) antara proses yang
satu dengan proses berikutnya dapat diminimumkan, bahkan dihilangkan sama sekali.
Hal inilah yang mendasari pentingnya manajemen persediaan dalam suatu
perusahaan. Persediaan dapat diminimumkan dengan mengadakan perencanaan
produksi yang iebih baik dan organisasi bagian produksi yang lebih efisien.
Mengingat banyaknya biaya yang terkait dengan persediaan, maka
pengendalian persediaan merupakan langkah penting dalam manajemen persediaan
untuk melakukan perhitungan berupa jumlaih optimal tingkat persediaan yang harus
ada serta waktu pemesanan kembali. Pengaturan dan pengawasan terhadap material,
barang dalam proses dan barang jadi merupakan bagian penting dalam sistem
produksi. Salah satu tujuan pokok dalam manajemen persediaan adalah untuk
mencari biaya yang optimal untuk pengadaan persediaan karena tingkat persediaan
(bahan baku, barang dalam proses dan barang jadi) yang terlalu besar akan
mengakibatkan tingginya biaya produksi yarig akan dibebankan pada barang jadi.
Biaya-biaya yang terkait dengan persediaan tersebut meliputi (Handoko,
1996;336):
1. Biaya penyimpanan (holding cost atau carrying cost)
Biaya-biaya yang bervariasi secara langsung dengan kuantitas persediaan. Biaya
penyimpanan per periode akan semakin besar apabila kuantitas bahan yang
dipesan semakin banyak, atau rata-rata persediaan semakin tmggi. Biaya-biaya
yang termasuk sebagai biaya penyimpanan adalah :
a. Biaya fasilitas-fasilitas penyimpanati temiasuk penerangan, pemanas atau
pendingin.
b. Biaya modal (opportunity cost ofcapital) yaitu alternatif pendapatan atas dana
yang diinvestasikan dalam persediaan.
c. Biaya keusangan
d. Biaya perbitungan fisik.
e. Biaya asuransi persediaan.
f. Biaya pajak persediaan.
g. Biaya pencurian, pengrusakan, aiau perampokan.
h. Biaya penanganan persediaan
Biaya-biaya ini variabel bila bervariasi dengan tingkat persediaan. Bila biaya
fasilitas penyimpanan (gudang) tidak variabel, tetapi tetap, maka tidak
dimasukkan dalam biaya penyimpanan per unit. Biaya penyimpanan persediaan
13
biasanya berkisar antara 12%-40% dari harga barang. Untuk perusahaan
manufaktur biasanya biaya penyimpanan rata-rata secara konsisten sekitar 25%.
2. Biaya pemesanan atau pembelian (ordering cost atau procurement cost)
Biaya yang berhubungan dengan pemesanan dan pengadaan bahan, meliputi:
a. Pernrosesan pesanan dan biaya ekspedisi
b. Upah
c. Biaya telepon
d. Pengeluaran surat menyurat
e. Biaya pengepakan dan penimbangan
f. Biaya pemeriksaan (inspeksi) penerimaan
g. Biaya pengiriman ke gudang
h. Biaya hutang lancar, dll
Secara normal, biaya per pesanan ( di luar biaya bahan dan potongan kuantitas )
tidak naik bila kuantitas pesanan bertambah besar. Tetapi, bila semakin banyak
komponen yang dipesan setiap kali pesan, jumlah pesanan per periode tumn,
maka biaya pemesanan total akan turun. Ini berarti, biaya pemesanan total per
periode (tahunan) adalah sama dengan jur.Jah pesanan yang dilakukan setiap
periode dikalikan biaya yang harus dikeluarkan setiap kali pesan.
2.2 Metode Pengendalian Persediaan
1 Metode pengendalian persediaan tradisional
Metode ini secara formal diperkenalkan oleh Wilson pada tahun 1929 dengan
mencoba mencari jawaban atas 3 pertanyaan dasar
14
a. Berapa jumlah barang yang harus dipesan untuk setiap kali pemesanan
(economic order quantity-EOQ)
b. Kapan saat pemesanan harus dilakukan (reorder point)
c. Berapa j umlah cadangan pengaman yang diperi ukan (safety stock)
Metode ini menggunakan matematika dan statistik sebagai alat bantu utama
daiam memecahkan masalah kuantitatif dalam sistem persedian.
2. Metode perencanaan kebutuhan material (nuiterial requirentent planning-
MRP)
MRP diperkenalkan pertama kali pada tahun 1960-an oleh Joseph Orlicky dari
J.I Case Company (McLeod, 1998,489) dan kemudian dikembangkan menjadi
MRP II pada tahun 1983 oleh Oliver Wight dan George Plossl, yang semula
Materia! Requirement Planmng diubah menjadi Manufacturing Resource
/7a«Hing(McLeod,1998;490)
MRP merupakan strategi material proaktif, orientasi ke depan dan
mengidentifikasikan materi yang diperlukari dan jumlah serla tanggal
diperlukannva. Dalam be'; jrapa lahun ini. MRP telah menggantikan sistem
persediaan tradisionai karena walaupun sistem persediaan tradisiona! lebih
sederhana. namun menimbulkan hai yang tidak inenguntungkan, seperti biaya
pcrsediaan yang tmggi dan pengiriman barang yang tidak lepat waktu
(Rang.kuti.i9'-?5;j4i;. N.4RP bersifai komputer onented yang terdiri dari
sekumpuian prosedur, aturan-aturan keputusan dan seperangkat mekanisme
peucatata'i \ang dstyncan^ unruk snerwabafka;) jadwal mduk produksi
1.5
Selanjutnya, MRP II (Material Resource Planning) berupaya untuk
mengintegrasikan semua proses dalam sistem manufaktur yang berhubungan
dengan manajemen matenul (McLeod, 1998;490).
2.3 DefmisiMRP
Terdapat beberapa macam defmisi dari sistem MRP. Menurut Rangkuti, MRP
merupakan suatu sistem perencanaan dan penjadwalan kebutuhan materiai untuk
produksi yang memerlukan beberapa tahapan atau proses, atau fase, atau suatu
rencana produksi untuk sejumlah produk jadi yang diterjemahkan ke bahan mentah
(komponen) yang dibutuhkan dengan menggunakan waktu tenggang, sehingga dapat
ditentukan kapan dan berapa banyak yang dipesan untuk masing-masing komponen
suatu produk yang akan dibuat.(Rangkuti, 1996; 140)
Menurut Chase dan Aquilano, IvIRP adalah sistem yang menciptakan jadwal
yang mengidentifikasikan komponen-komponen khusus dan bahan baku yang
diperiukan untuk menghasilkan produk akhir perusahaan, jumlah sesungguhnya yang
diperlukan, tanggal pesanan bahan baku dilakukan dan diterima atau diselesaikan
dalam sikius produksi.(Chase,199' ;594)
Menurut Roger G. Schroeder, ada tiga perbedaan pandangan dari sistem MRP
yang digambarkan sebagai berikut: •
1. Sistem pengendalian persediaan
Sistem MRP adalah sistem pengendalian persediaan dimana melepaskan hasil
produksi dan membeli pesanan pada kuantitas yang tepat pada waktu yang tepat
untuk mendukungjadwai induk.
2. Sistem pengendalian produksi dan persediaan.
Sistem MRP adalah sistem informasi yang digunakan untuk merencanakan dan
mengontrol persediaan dan kapasitas pada perusahaan manufaktur. Hasil dari
pesanan akan diperiksa untuk melihat apakah kapasitas itu cukup memadai. Jika
kapasitas itu tidak cukup, maka kapasitas atau jadwal induk yang akan diubah.
Sistem ini mempunyai putaran arus balik antara pesanan dan jadwal induk untuk
menyesuaikan kapasitas yang memadai. Hasil dari sistem MRP ini disebut
closed-lvop system, yang mengontrol persediaan dan kapasitas.
Munculnya beraneka-ragam definisi tentang sistem MRP ini karena definisi-
definisi tersebut di atas digambarkan atau diuraikan sesuai dengan sudut pandang
masing-masing penulis. Namun dari definisi-definisi tersebut di atas, semuanya
mempunyai inti yang sama yaitu, bahwa MRP adalah merupakan suatu sistem
penjadwalan kebutuhan bahan baku berdasarkan tahap waktu untuk operasi produksi.
2.4 Pentingnya MRP
Perkembangan komputer telah mengurangi peran manajemen tradisional
karena kompu' zx mampu menangani serta mengolah informasi dalam volume besar
dengan kecepatan yang tinggi. Komputer juga mampu menyeleksi, memperbaiki,
babkan menghilangkan beberapa teknik tradisional yang sulit dipraktekkan, misalnya
untuk menentukan tingkat persediaan optimal untuk komponen yang mempunyai sifat
dependent.
Daiam upaya untuk memecahkan permasalahan apa, berapa banyak dan kapan
suatu barang dibutuhkan dan dipesan, terdapat 2 cara yang sangat berbeda
(Schroeder, 1993;630), yakni sistem tradisional dengan titik pemesanan kembali
{reorder point) dan perencanaan kebutuhan matenal (material reguirementplanning-
MRP). Reorder point sangat sesuai untuk mengelola jenis-jenis tertentu dan dapat
memecahkan problem kebutuhan barang. Falsafah yang digunakan dalam reurder
point adalah bahwa persediaan harus diisi kembali ketika persediaan tersebut telah
berada pada tingkat yang rendah. Sedangkan, MRP memesan sejumlah barang atau
persediaan sesuai dengan jadwal produksi. Oieh sebab itu, apabila tidak ada
kebutuhan untuk produksi, maka tidak akan ada pembelian barang walaupun
persediaan telah berada pada tingkat terendah. Perbandingan anatara sistem MRP
dengan sistem tradisional (reorderpoint) dapat dilihat pada tabel 2.1 berikut ini.
Tabel 2.1Perbandingan MRP dan Sistem Reorder Point
Keterangan
- Permintaan- Falsafah pemesanan- Ramalan
- Konsep pengendalian- Tujuan
- Lot sizing- Bentuk permintaan- Tipe persediaan
MRP
BergantungKebutuhanDidasarkan pada jadwalinduk produksiPengendalian semua itemMemenuhi kebutuhanproduksiDiskretLumpy. dapat diperkirakanBaban baku dan setengahjadi
Reorderpoint
Tidak bergantungPemesanan kembaliDidasarkan pada nformasipermintaan yang laluSistem ABCMemenuhi kebutuhanpara pelangganSistem EOQRandornBahan baku dan barang jadi
Suinber: Schroeder,Roger G.,Operations Management:Decision Making in theoperations function, McGraw-Hill, 1993
MRP dapat mengatasi masalah-masalah kompleks dalam perseditan yang
memproduksi banyak produk. Masalah yang ditimbulkannya antara lain kebingungan
inefisiensi, pelayanan yang tidak memuaskan konsumen,dll. MRP lebih kompleks
pengelolaannya, namun akan menghasilkan banyak keuntungan seperti mengurangi
biaya gabungannya (inventory holding cost) karena biaya ini hanya sebesar materi
dan komponen yang dibutuhkan (Rangkuti, 1996; 141)
Penentuan kebutuhan material yang pasti dalam proses produksi akan
meminimalkan kerugian yang timbul dalam kaitannya dengan persediaan. Dengan
menggunakan pendekatan MRP untuk melakukan penjadwalan produksi, maka
perusahaan akan dapat mennetukan secara tepat perencanaan tanggai penyelesaian
pekerjaan yang realistis, pekerjaan dapat selesai tepat pada waktunya, janji kepada
konsumen dapat ditepati dan waktu tenggang pemesanan dapat dikurangi.
2.5 Tujuan dan Sasaran MRP
Tujuan utama sistem MRP adalah merancang suatu sistem yang mampu
menghasilkan informasi untuk melakukan aksi yang tepat (pembatalan pesanan,
pesan ulang, penjadwalan ulang). Aksi ini sekaligus merupakan pegangan untuk
melakukan pembelian atau produksi yang merupakan keputusan baru, atau
merupakan perbaikan atas keputusan yang lalu. Kondisi tersebut dapat
dimungkinkan karena kemarapuan sistem MRP yang menjadi ciri utamanya, yaitu:
/. Mampu menentukan kebutuhan pada saat yang tepat kapan suatu pekerjaan harus
selesai (atau materiai harus tersedia) untuk memenuhi permintaan atas produk
' akhir yang sudah direncanakan da'am jadwal induk produksi (master productum
schedule)
19
2. Pembentukan kebutuhan minimal setiap item. Dengan diketahuinya kebutuhan
akhir, MRP ciapat menentukan secara tepat sistem penjadwalan (pnoritas) untuk
memenuhi semua kebutuhan minima] setiap itetn.
3. Menentukan pelaksanaan rencana pemesanan yang akan memberikan indikasi
kapan pemesanan atau pembatalan pemesanan harus dilakukan. Pemesanan perlu
dilakukan lewat pembelian atau dibuat di pabrik sendiri.
4. Menentukan penjadwalan uiang atau pembatalan atas jadwal yang sudah
direncanakan. Apabila kapasitas yang ada tidak mampu memenuhi pesanan yang
dijadwalkan pada waktu yang diinginkan, maka MRP dapat memberikan indikasi
untuk melakukan rencana penjadwalan ulang (jika mungkin) dengan menentukan
prioritas pesanan yang reaiistik. Jika penjadwalan uiang ini masih tidak
memungkinkan untuk memenuhi pesanan, maka pembatalan atas suatu pesanan
harus dilakukan.
Dalam suatu sistem manufaktur, ada dua hal yang menjadi permasaiahan
utama, yaitu:
1. Apa yang dapat dibuat dengan kapasitas yang dipunyai (dengan kata lain
bagaimana jadwal induk produksi harus dibuat ?)
2. Barang apa yang harus dibuat atau berapa jumlah yang harus diproduksi ?
Keberhasiian suatu sistem tnanufaktiar sangat tergantung pada kemampuannya
mengontroi aliran bahan baku yang tepat, di suatu tempat yang tepat, pada saat yang
tepat untuk memenuhi jadwal pengiriman kepada konsumen (dengan lead time
sebagai pembatas), menekan jumlah persediaan seminimum mungkin, memelihara
20
tingkat pembebanan atas pekerjaan dan mesin dan pada akhimya untuk mencapai
efisiensi produksi yang optimum.
Sasaran utama dikernbangkannya sistem MRP (Rangkuti, 1996; 141), adalah .