Page 1
1
Penerapan Perangkat Pembelajaran Sains Berbasis CTL dan E-Learning di SD 01
Poasia Kendari Sebagai Sekolah Model Praktikum Pembelajaran bagi Mahasiswa
FKIP-MIPA Unhalu
Arisona1,Yuris
2,Nursalam
3
1.Pendidikan Fisika, FKIP-UHO ([email protected] )
2. Pendidikan Fisika, FKIP-UHO ([email protected] )
3. Pendidikan Fisika, FKIP-UHO ([email protected] )
Abstrak
Telah dilakukan penelitian Penerapan perangkat pembelajaran berbasis CTL (Contekstual
Teaching And Learning) dan E-Learning untuk meningkatkan kualitas pembelajaran Sains di SD 01
Poasia sebagai Sekolah Unggulan (sebelumnya Sekolah Rintisan Bertaraf Internasional) di Kota
Kendari, dengan menerapkan Four-D Model dengan beberapa adaptasi kerangka berfikir yang
sesuai. Instrumen yang digunakan adalah lembar observasi, Silabus/RPP, pengelolaan pembelajaran
dan persepsi siswa terhadap penerapan perangkat pembelajaran. Data-data dianalisis dengan statistik
deskriptif kualitatif yang dapat memberikan informasi tentang efektivitas dan keterbacaan perangkat
pembelajaran, serta kemampuan guru Sains dalam mengelola pembelajaran sesuai yang diinginkan
KTSP.
Berdasarkan hasil deskriptif terhadap hasil belajar yang diperoleh siswa kelas IV & V SD
Negeri 1 Poasia sebelum dan sesudah penerapan perangkat pembelajaran, seperti yang telah
dipaparkan pada deskripsi hasil uji coba perangkat pembelajaran, nampak bahwa hasil belajar siswa
cenderung mengalami peningkatan rata-rata. Hal ini nampak pada nilai rata-rata pada: (1) siswa
kelas IV melalui pre-test sebesar 46,05 dimana ada siswa yang tuntas sebesar 7,89 atau perolehan
nilai siswa sama atau lebih besar dari nilai 65, sedang pada post test nilai rata-rata menjadi 75,53
dengan ketuntasan belajar secara individu menjadi sebesar 84,21 % atau terjadi peningkatan rata-
rata penguasaan konsep/hasil belajar siswa sebesar 64.53 %.; (2) rata-rata pre-test siswa kelas V
sebesar 59,36 dimana ada 35,29 % siswa yang sudah tuntas atau perolehan nilai siswa sama atau
lebih besar dari skor 65, sedang pada post test nilai rata-rata menjadi 73,15 dengan ketuntasan
belajar secara individu menjadi sebesar 79% atau terjadi peningkatan rata-rata penguasaan
konsep/hasil belajar Sains siswa sebesar 23,23 %.
Hasil penelitian ini dapat dijadikan dasar pengambilan kebijakan bagi Dinas Diknas Kota
Kendari untuk mencoba menerapkan perangkat pembelajaran tersebut pada sekolah lain dalam
lingkup Kota Kendari.
Kata Kunci :CTL ,E-Learning,Perangkat Pembelajaran.
A. Pendahuluan
Pendekatan pembelajaran CTL (Contextual Teaching and Learning) merupakan
konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkan dengan situasi
dunia nyata peserta didik dan mendorong peserta didik membuat hubungan antara
pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota
keluarga, dan sebagai warga masyarakat dan nantinya sebagai tenaga kerja.
Selain itu,untuk memperkuat pemahaman konsep dan proses pembelajaran lebih
interaktif maka dikembangkan E-learning yang merupakan sebuah proses pembelajaran yang
berbasis elektronika. Salah satu media yang digunakan adalah jaringan komputer. Dengan
dikembangkannya di jaringan komputer memungkinkan untuk dikembangkan dalam bentuk
berbasis web, sehingga kemudian dikembangkan ke jaringan komputer yang lebih luas yaitu
Page 2
2
internet. Penyajian e-learning berbasis web ini bisa menjadi lebih interaktif. Materi pengajaran
dan pembelajaran yang disampaikan melalui media ini berbentuk teks, grafik, animasi,
simulasi, audio dan video, serta ruang diskusi yang memudahkan siswa untuk berinteraktif
dengan guru. Perbedaan pembelajaran tradisional dengan e-learning yaitu pada kelas
tradisional, guru dianggap sebagai orang yang serba tahu dan ditugaskan untuk menyalurkan
ilmu pengetahuan kepada pelajarnya. Sedangkan di dalam pembelajaran e-learning fokus
utamanya adalah pelajar. Pelajar mandiri pada waktu tertentu dan bertanggung-jawab untuk
pembelajarannya. Suasana pembelajaran e-learning akan memaksa pelajar memainkan
peranan yang lebih aktif dalam pembelajarannya. Pelajar membuat perancangan dan mencari
materi dengan usaha, dan inisiatif sendiri.
Sebagai upaya meningkatkan kompetensi mahasiswa di LPTK, khususnya di FKIP
Unhalu Kendari Jurusan Pendidikan MIPA, maka peneliti tertarik untuk mencoba menerapkan
perangkat pembelajaran berbasis CTL dan E-learning dalam pembelajaran, khususnya pada
SD 01 Poasia sebagai sekolah Unggulan (sebelumnya bernama Sekolah Rintisan Bertaraf
Internasional ) di Kota Kendari. Peneliti berasumsi bahwa Pembelajaran Sains Berbasis CTL
dan E-Learning, akan membuat siswa disekolah terutama pada tingkat Sekolah Dasar akan
mampu mengembangkan konsep-konsep Sains yang selama ini merupakan suatu mata
pelajaran yang susah difahami (banyak rumus dan hafalan) disamping mata pelajaran lainnya
(matematika.) Disisi lain banyak guru yang beranggapan bahwa apabila siswa dapat
mengahafal semua materi, maka siswa akan dapat memahami isi materi pelajaran Sains. Hal
ini diduga disebabkan oleh guru yang senantiasa menerapkan metode ceramah dalam
pembelajaran Sains di sekolah?. Metode ini menciptakan proses belajar mengajar yang
terpusat pada guru dan menciptakan ketergantungan siswa siswa pada guru sangat besar.
Akhirnya siswa tidak terlatih untuk mandiri dalam mencari dan menemukan pengetahuan
sendiri. Sehingga perlu mengembangkan perangkat pembelajaran E-learning yang bertujuan
akan membuat siswa lebih interaktif dan dapat secara mandiri menggali pengetahuan dan
menghubungkan segala kejadian yang ada diingkungan mereka sendiri.
B. TINJAUAN PUSTAKA
A. Hakikat Sains (IPA)
Sains (IPA) dengan bidang Biologi, Fisika, dan Kimia dengan kajian meliputi benda-
benda alam semesta, kegiatan mencari untuk menemukan fakta-fakta tentang benda-benda dan
menjadikan fakta-fakta menjadi pola konseptual yang disebut Teori atau Hukum. Teori atau
Hukum inilah yang akan menjelaskan hubungan antara fakta dan benda-benda alam semesta.
Page 3
3
Sains mempunyai suatu metode yang ketat yang disebut Metode Ilmiah. Tahapan-
tahapan Metode Ilmiah, yaitu: 1) mengadakan observasi, 2) merumuskan masalah, 3) tahap
ketiga mengajukan hipotesis, 4) melakukan eksperimen dan 5) menarik kesimpulan atau
menysusun teori (Anonim, 2004a).
B. Pembelajaran Kontekstual
Pendekatan pembelajaran konstektual atau Contextual Teaching and Learning (CTL)
berkembang dari faham konstruktivisme (Haston, 1999). Ide utamanya ialah mengaitkan
kegiatan dan persoalan pembelajaran dengan konteks keseharian anak (Blankchard, 2000).
Anak belajar dari dunia nyata dimana ilmu pengetahuan yang dipelajari bakal digunakan.
Teori belajar bermakna (meaningful learning) dari Ausubel (1979) menyarankan agar siswa
belajar dari persoalan kesehariannya agar bermanfaat bagi kehidupannya. Ide-ide tersebut
dipakai dalam kontekstual learning, dimana siswa diajak belajar dari persoalan yang nyata
dalam konteks kehidupan sehari-hari.
Berdasarkan uraian di atas, disimpulkan bahwa pendekatan kontektual (Contextual
Teaching and Learning/ CTL) merupakan konsep belajar yang membantu guru mengaitkan
antara materi yang diajarkan dengan situasi dunia nyata peserta didik dan mendorong peserta
didik membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam
kehidupan mereka sebagai anggota keluarga, dan sebagai warga masyarakat dan nantinya
sebagai tenaga kerja.
C. Model-Model Pembelajaran Kontekstual
Pengembangan CTL di sekolah-sekolah dilaksanakan melalui pengembangan model-
model pengajaran. Ada 3 (tiga) model-model pengajaran ditambah dengan 1 (satu) strategi-
strategi belajar yang dikembangkan dalam CTL, yaitu: (1) model pengajaran langsung (direct
instruction), (2) model pembelajaran kooperatif (cooperative learning), (3) model pengajaran
berbasis masalah (problem based instruction) dan (4) strategi-strategi belajar (learning
strategy). Keempat model pembelajaran kontekstual dipersyaratkan untuk diterapkan pada
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) di sekolah, maupun kurikulum Sains di LPTK.
D. Pembelajaran Berbasis E-Learning
E-learning adalah sebuah proses pembelajaran yang berbasis elektronika. Salah satu
media yang digunakan adalah jaringan komputer. Dengan dikembangkannya di jaringan
komputer memungkinkan untuk dikembangkan dalam bentuk berbasis web, sehingga
kemudian dikembangkan ke jaringan komputer yang lebih luas yaitu internet. Penyajian e-
learning berbasis web ini bisa menjadi lebih interaktif. Materi pengajaran dan pembelajaran
yang disampaikan melalui media ini berbentuk mempunyai teks, grafik, animasi, simulasi,
Page 4
4
audio dan video. Perbedaan pembelajaran tradisional dengan e-learning yaitu pada kelas
tradisional, guru dianggap sebagai orang yang serba tahu dan ditugaskan untuk menyalurkan
ilmu pengetahuan kepada pelajarnya. Sedangkan di dalam pembelajaran e-learning fokus
utamanya adalah pelajar. Pelajar mandiri pada waktu tertentu dan bertanggung-jawab untuk
pembelajarannya. Suasana pembelajaran e-learning akan memaksa pelajar memainkan
peranan yang lebih aktif dalam pembelajarannya. Pelajar membuat perancangan dan mencari
materi dengan usaha, dan inisiatif sendiri.
E-learning mempermudah interaksi antar siswa dan antara siswa dengan pengajar.
Mereka dapat saling berbagi informasi atau pendapat mengenai materi pelajaran dan berbagai
hal yang menyangkut tugas-tugas ataupun kebutuhan pengembangan diri peserta didik.
Pengajar dapat menempatkan bahan-bahan belajar dan tugas-tugas yang harus dikerjakan oleh
mahasiswa di tempat tertentu di dalam websites untuk diakses oleh para mahasiswa. Bahan
belajar yang tempatkan di dalam websites dapat terdiri dari teks, grafik, audio, vidio, animasi,
dan simulasi yang bersifat interaktif. Bahan-bahan belajar yang tersimpan dalam komputer
dapat diakses oleh siswa/mahasiswa setiap saat dan memudahkan dosen dalam melakukan
pembaharuan dari sisi kontens materi subyek sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan
dan teknologi.
C. METODOLOGI PENELITIAN
A. Rancangan Penerapan perangkat pembelajaran Sains berbasis CTL dan E-Learning
Dalam penelitian pengembangan ini, metode yang akan digunakan untuk
mengembangkan model dan perangkat pembelajaran Sains adalah menggunakan Four-D
Model dengan beberapa adaptasi kerangka berfikir yang sesuai (Fida, 2004) yaitu : Define,
Design, Develop, Implementation
B. Tahap Pelaksanaan Penelitian
Tahap 1: Define: Analisis Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP)
Dalam analisis kurikulum, kegiatan yang dilakukan adalah pengkajian terhadap
masalah dan kebutuhan yang dijumpai dalam pembelajaran Sains di SD 01 Poasia Kendari
pada siswa kelas IV dan V. Kegiatan yang dilakukan dalam tahap ini adalah mengembangkan
Silabus dan RPP berdasarkan KTSP yang telah dikembangkan di SD 01 Poasia Kendari
selama ini.
Pada tahap analisis, kegiatan yang dilakukan adalah menganalisis kemampuan dasar
matematika siswa SD 01 Poasia Kendari yaitu sisw kelas IV dan V, melalui analisis tugas-
Page 5
5
tugas yang akan diberikan kepada siswa dengan mempertimbangkan aspek kognitif,
psikomotor dan sikap yang dimiliki siswa.
Analisis materi/konsep mata pelajaran Sains, dilakukan untuk menelusuri konsep-
konsep yang ada menurut KTSP dengan mengklasifikasikan materi kedalam tingkat mudah,
sedang dan sukar/kompleks. Selanjutnya perumusan tujuan pembelajaran didasarkan pada
analisis tugas, analisis konsep, analisis siswa yang telah dijabarkan pada SK dan SKD.
Tahap 2: Design
Kegiatan yang dilakukan pada tahap design adalah perancangan dan penulisan model
perangkat pembelajaran. Pemilihan format ditempuh dengan mengkaji perangkat pembelajaran
yang sedang dikembangkan di sekolah menurut KTSP dengan beberapa adaptasi yang
disesuaikan dengan tingkat perkembangan kognitif siswa SD 01 Poasia Kendari yang sudah
berada pada fase berpikir formal. Perangkat pembelajaran tersebut meliputi: Silabus, bahan
ajar siswa, pemilihan media, Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) atau skenario
pembelajaran yang mengacu pada model pembelajaran kontekstual, lembar kerja keterampilan
proses siswa (LKKPM), dan lembar penilaian (asessment) berbasis kelas (produk dan proses).
Tahap 3: Develop
Kegiatan yang dilakukan pada tahap develop adalah menelaah model dan perangkat
pembelajaran yang telah dikembangkan, baik hasil telaah secara terbatas dari Tim Dosen
Peneliti dan tim guru, maupun hasil telah/revisi dari beberapa pakar (bidang pengajaran dan
subtansi materi) dan/atau dari hasil refleksi ujicoba terbatas atau simulasi melalui peer
teaching. Uji coba terbatas dilakukan dengan melibatkan mahasiswa sebanyak 3 orang. Pada
tahap ini akan dihasilkan laporan pengembangan perangkat pembelajaran yang ditulis
berdasarkan analisis data ujicoba terbatas dan hasil revisi dari para pakar.
Setelah serangkaian revisi dilakukan terhadap perangkat pembelajaran Sains yang
telah dikembangkan, maka langkah selanjutnya adalah melakukan uji coba perangkat untuk
skala luas, yaitu menerapkan dalam ruang kelas secara nyata, atau real teaching. Selanjutnya
melakukan lagi revisi terhadap kelemahan-kelemahan yang ada dari perangkat tersebut pasca
uji coba, dan diterapkan pada skala luas, misalnya pada semua sekolah pada tingkatan yang
sama dalam Kota Kendari.
D. HASIL DAN PEMBAHASAN
1. Deskripsi Hasil Pengembangan Perangkat Pembelajaran
Setelah dilakukan serangkaian kegiatan dan tahapan dalam pengembangan Perangkat
Pembelajaran IPA-Fisika, maka dapat diuraikan sebagai berikut:
Page 6
6
Tahap 1: Define: Analisis Kurikulum
Dalam analisis kurikulum, kegiatan yang dilakukan adalah pengkajian terhadap
masalah dan kebutuhan yang dijumpai dalam pembelajaran Sains pada kelas IV,dan V.
Kegiatan yang dilakukan dalam tahap ini adalah mengembangkan Silabus dan Rencana
Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) berdasarkan format Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan
(KTSP).
Pada tahap analisis siswa, kegiatan yang telah dilakukan adalah melakukan observasi
awal di SD 01 Poasia. Hal ini dimaksudkan untuk menganalisis kemampuan dasar matematika
siswa mulai dari jenjang kelas IV dan V. Berdasarkan kondisi kemampuan dasar yang
dimiliki siswa tersebut, maka dapat dilakukan analisis tugas-tugas yang akan diberikan kepada
siswa dengan mempertimbangkan aspek kognitif, psikomotor dan sikap yang dimiliki siswa.
Analisis materi/konsep mata pelajaran Sains dilakukan untuk menelusuri konsep-
konsep yang ada menurut KTSP dengan mengklasifikasikan materi mulai dari tingkat mudah,
sedang dan sukar/kompleks. Selanjutnya perumusan tujuan pembelajaran didasarkan pada
analisis tugas, analisis konsep, analisis siswa yang telah dijabarkan pada Standar Kompetensi
(SK) dan Kompetensi Dasar (KD). Adapun materi/konsep yang akan dikembangkan model
dan perangkat pembelajarannya adalah materi/konsep mata pelajaran Sains, dari kelas IV dan
V dengan masing-masing KD dan materi pokoknya : Sebaran Konsep Pengembangan
Perangkat Pembelajaran Sains Siswa kelas IV SD 01 Poasia Kendari: Standar Kompetensi : 9.
Memahami perubahan kenampakan bumi dan benda langit .Kompetensi Dasar (KD) : 9.1
Mendeskripsikan perubahan kenampakan bumi dan 9.2 Mendeskripsikan posisi bulan dan
kenampakan bumi dari hari ke hari. Materi Pokok dan Uraian Materi :Perubahan kenampakan
bumi dan benda langit : Perubahan kenampakan bumi, Perubahan kenampakan benda-benda
langit. Sedangkan Sebaran Konsep Pengembangan Perangkat Pembelajaran Sains Siswa kelas
V SDN 01 Poasia Kendari: Standar Kompetensi 7. Memahami perubahan yang terjadi di
alam dan hubungannya dengan penggunaan sumber daya alam ;Kompetensi Dasar (KD) :7.4
Mendeskripsikan proses daur air dan kegiatan manusia yang dapat mempengaruhinya, 7.5
Mendeskripsikan perlunya penghematan air ; Materi Pokok dan Uraian Materi Bumi dan Alam
Semesta (Daur Air).
Tahap 2: Design
Kegiatan yang dilakukan pada tahap design adalah perancangan dan penulisan model
perangkat pembelajaran.Pemilihan format ditempuh dengan mengkaji perangkat pembelajaran
yang sedang dikembangkan di sekolah menurut KTSP dengan beberapa adaptasi yang
disesuaikan dengan tingkat perkembangan kognitif siswa SD 01 Poasia Kendari yang sudah
Page 7
7
berada pada fase berpikir formal. Perangkat pembelajaran tersebut meliputi: Silabus, bahan
ajar, pemilihan media, Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) atau skenario pembelajaran
yang mengacu pada model pembelajaran kontekstual, Lembar Kerja Ilmiah Siswa (LKIS),
dan lembar penilaian (asessment) berbasis kelas (produk dan proses).
Tahap 3: Develop
Kegiatan yang dilakukan pada tahap develop adalah menelaah model dan perangkat
pembelajaran yang telah dikembangkan, baik hasil telaah secara terbatas dari Tim Dosen
Peneliti dan juga dari Tim guru mata pelajaran Sains di SD Negeri 1 Poasia, maupun hasil
telah/revisi dari beberapa pakar (bidang pengajaran dan subtansi materi) dan/atau dari hasil
refleksi ujicoba terbatas atau simulasi melalui peer teaching.
Melalui tahap uji coba terbatas ini dihasilkan laporan pengembangan perangkat
pembelajaran IPA-Fisika yang akan dipakai pada tahap uji coba produk perangkat
pembelajaran pada siswa kelas IV dan V SD Negeri 1 Poasia Kendari semester ganjil tahun
akademik 2012/2013.
Berdasarkan hasil analisis deskriptif terhadap hasil pre-test serta post-test dapat
dirangkumkan pada Tabel 5.3. sebagai berikut:
Tabel 1. Profil Distribusi Penguasaan Konsep Sains siswa SD 1 Poasia Kelas IV dan
Kelas V sebelum dan sesudah Penerapan Perangkat Pembelajaran
PARAMETER
PENILAIAN
NILAI SISWA SETIAP KELAS
KELAS IV KELAS V
Pre-
Test
Post-
Test
Pre-
Test
Post-
Test
Skor minimum 25 45 25 20
Skor maksimal 75 95 90 95
Rata-rata 46,05 75,53 59,36 73,15
Standar deviasi 14,34 13,04 17.23 18,24
Persentase jumlah siswa yang masuk
kategori belajar Tuntas (Nilai 65 - 100)
7,89 84,21 35.29 79,0
Persentase jumlah siswa yang masuk
kategori Tidak Tuntas belajar (Nilai < 65)
92,11 15,79 64.71 21.0
Untuk melihat apakah perangkat pembelajaran Sains, yang telah dikembangkan
memiliki keterbacaan yang memadai, maka dapat dilihat dari peningkatkan penguasaan
konsep dan aktivitas siswa dalam kegiatan pembelajaran (KBM) yang dilakukan dengan
Page 8
8
cara membandingkan keadaan sebelum dan sesudah penerapan perangkat pembelajaran di
dalam kelas. Disamping itu juga digunakan kelulusan secara individu 65 dan Prosentase
secara klasikal 75%.
Jika kita melihat dari hasil analisis deskriptif terhadap hasil belajar yang diperoleh
siswa kelas IV dan V SD Negeri 01 Poasia sebelum dan sesudah penerapan perangkat
pembelajaran, seperti telah diuraikan pada Tabel 5.4 di atas, nampak bahwa hasil belajar
siswa cenderung mengalami peningkatan rata-rata dengan persentase peningkatan rata-rata
dari pre-test ke post-test sebesar 75.53 dan 73.15 untuk masing-masing kelas; dan secara
lengkap dapat dipaparkan seperti pada Gambar 1 ; 2 dan 3 sebagai berikut:
Gambar 1. Profil peningkatan rata-rata penguasaan konsep Sains Siswa
Kelas IV melalui pre-test ke post-tes selama Uji Coba Perangkat
Gambar 2. Profil peningkatan rata-rata penguasaan konsep IPA-Fisika Siswa
Kelas V melalui pre-test ke post-test selama Uji Coba Perangkat
0
50
10092,11
7,89 15,79
84,21
KEL
AS
IV
Tidak Tuntas Tuntas Belajar Belajar (Nilai <65 ) (Nilai 65-100)
SD 01 Poasia Kendari PreeTest
PostTest
0
50
10064,71
35,29 21
79
KEL
AS
V
Tidak Tuntas Tuntas Belajar Belajar (Nilai <65 ) (Nilai 65-100)
SD 01 Poasia Kendari PreeTest
PostTest
Page 9
9
Gambar 5.3. Profil peningkatan rata-rata penguasaan konsep Sains Siswa Kelas IV dan V melalui
Pre-Test ke Post-Test selama uji coba perangkat pembelajaran berbasis CTL dan E-Learning
Dari gambar 3. tersebut, nampak adanya peningkatan penguasaan konsep/hasil
belajar Sains siswa SD 01 Poasia dari nilai Pre-Test ke Post-Test. Disamping itu juga
terjadi peningkatan jumlah siswa yang tuntas dengan perolehan nilai 65-100. Pada siswa
kelas IV diperoleh 7,89 % siswa yang tuntas melalui pre-test dan pada hasil post-test
sudah mencapai 84,21 % siswa yang dikategorikan tuntas. Demikian juga untuk siswa
kelas V, dari 35,29 % saja siswa yang berada dalam kategori tuntas pada pres-test menjadi
79% siswa dikategorikan tuntas pada hasil post-test.
Berdasarkan hasil analisis data yang ditampilkan pada Tabel 5.3 di atas, nampak
bahwa rata-rata penguasaan konsep/hasil belajar IPA-Fisika siswa kelas IV dan V SD 01
Poasia setelah dilakukan uji coba penerapan perangkat pembelajaran yang berbasis CTL
dan E-Learning diperoleh bahwa terjadi kecenderungan peningkatan rata-rata penguasaan
konsep/hasil belajar Sains siswa dari 46,05 pada Pre-Test menjadi 75,53 pada siswa kelas
IV. Demikian juga pada siswa kelas V terjadi peningkatan rata-rata dari 59,36 pada Pre-
Test menjadi 73,15 pada Post-Test ; hal ini berarti bahwa indikator ketuntasan belajar
secara individu 65 dan persentase secara klasial 75 % telah tercapai.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa secara umum penerapan perangkat
pembelajaran Sains yang telah dikembangkan dan telah diujicobakan pada siswa kelas IV
dan V SD Negeri 1 Poasia Kendari cenderung dapat meningkatkan penguasaan konsep/
hasil belajar siswa pada Mata Pelajaran Sains.
Jika kita kaitkan antara hasil penelitian ini dengan teori motivasi dapat dijelaskan
bahwa seorang siswa yang menggunakan banyak indra dalam melakukan aktivitas belajar,
0
20
40
60
80
100 92,11
15,79
64,71
21
7,89
84,21
35,29
79
PreeTest PostTest PreeTest PostTest Kelas IV Kelas V
SD 01 Poasia Kendari Tidak TuntasBelajar (Nilai<65)Tuntas Belajar(Nilai 65-100)
Page 10
10
akan cenderung lebih mudah memahami karakteristik terhadap obyek yang diamati, karena
bertinteraksi secara langsung dengan media pembelajaran ( web) yang digunakan oleh
guru dalam proses pembelajaran.
E. KESIMPULAN DAN SARAN
Setelah dilakukan tahap Define (Analisis kurikulum), Design dan Develop
terhadap terhadap perangkat pembelajaran Sains berdasarkan Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan (KTSP) di SD 01 Poasia Kendari, sesuai dengan tujuan penelitian pada tahun
I (2012), maka dapat disimpulkan sebagai berikut:
1. Penerapan Perangkat pembelajaran Sains berupa Silabus dan Rencana Pelaksanaan
Pembelajaran (RPP) setiap materi pokok untuk siswa kelas IV dan V, yang telah
dikembangkan oleh Tim Peneliti bekerjasama dengan guru-guru mitra Sains cenderung
telah mengacu pada pembelajaran yang berbasis Contextual Teaching and Learning
(CTL) sehingga SD 1 Poasia Kendari dapat dijadikan sebagai sekolah Model
Praktikum Pembelajaran bagi mahasiswa Jurusan Pendidikan MIPA-FKIP Unhalu,
2. Perangkat pembelajaran Sains berupa materi ajar dan penilaian (asessment) telah
dikembangkan pula penilaian yang berbasis kelas (proses dan hasil) yang sesuai
dengan karakteristik materi pokok/sub-materi pokok yang ada di dalam KTSP.
B. Saran
Berdasarkan hasil analisis terbatas terhadap pengembangan dan penerapan
perangkat pembelajaran Sains yang telah direvisi secara terbatas antara Tim Peneliti dan
Tim Ahli bidang Pendidikan Sains (IPA), maka dapat diberikan beberapa saran, yaitu:
1. Dalam mengembangkan perangkat pembelajaran pada mata pelajaran Sains, khususnya
pada konsep/materi yang memiliki karakteristik abstrak agar merancang suatu media
Pembelajaran Model E-Learning berbasis Web melalui program simulasi komputer
yang interaktif, sehingga guru-guru dalam menjelaskan materi/konsep tersebut menjadi
lebih mudah dan tenatunya siswa-siswa akan lebih cepat memahami konsep/materi
tersebut,
2. Kepada guru-guru Sains di sekolah Dasar dalam lingkup Kota Kendari secara khusus
dan umumnya sekolah-sekolah di Sulawesi Tenggara agar dalam mengembangkan
Perangkat Perbaikan Pembelajaran yang berbasis CTL dan E-Learning dengan kegiatan
pembelajaran yang lebih banyak diarahkan kepada siswa untuk belajar melalui berbuat
dengan kegiatan kerja ilmiah dan penugasan secara terstruktur berdasarkan KTSP.
Page 11
11
DAFTAR PUSTAKA
Anonim, (2004a). Hakikat Sains (SN-1). Materi Pelatihan Terintegrasi Berbasis Kompetensi .
Direktorat Pendidikan Lanjutan Pertama. Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan
Menengah. Departemen Pendidikan Nasional. Jakarta.
Slamet, S., (2002), Pendekatan Pembelajaran Sains Kontekstual dalam Implementasi
Kurikulum Berbasis Kompetensi, Makalah ini disampaikan dalam pelatihan TOT guru
SLTP se Indonesia di FMSAINS, Universitas Negeri Yogyakarta pada 1-14 Oktober
2002 hasil kerjasama antara FMSAINS dengan Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar
dan Menengah.
Blankchard, A. (2000). Contextual Teaching and Learning. Diakses dari
http://www.horizonshelpr.org/contextual/.
Clifford, M. dan Wilson, M. (2000), Contextual teaching, professional learning and student
experiences: Lessons learned from implementation. Educational Information Serries
no. 2. Madison: Center on Education and Work.
Fida, R., (2004). Pengembangan Perangkat Pembelajaran. Disajikan dalam pelatihan model-
model pembelajaran, penyusunan SAP dan bahan ajar, Program Hibah Kompetisi A1,
Kendari: Jurusan PMSAINS FKIP Unhalu.
Joice, B., Weil, M., (1992). Models of Teaching Fith Edition. Singapore, Tokyo: Allyn and
Bacon.